BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Brushless DC Motor Brushless DC adalah salah satu jenis motor sinkron magnet permanen yang disuplai oleh sumber listrik DC pada kontrolnya, dan membutuhkan sumber listrik AC tiga fasa untuk menggerakan bagian rotor motornya. Sumber listrik AC tiga fasa dibutuhkan karena motor sinkron magnet permanen ini memiliki 3 buah koil pada stator, kemudian hubungan antara koil dan belitan stator trapezoidal akan memberikan electro motive back trapezoidal (gaya gerak listrik balik trapezoidal) yaitu tegangan balik yang dihasilkan oleh belitan motor brushless DC yang akan menggerakan rotor. Pergerakan pada rotor ini disebabkan oleh medan magnet pada stator yang pada setiap saatnya hanya dua fasa yang tersuplai sementara satu fasa lainnya tak tersuplai. Fenomena ini mengakibatkan motor ini seperti motor DC, karena arus yang mengalir pada kumparan stator mirip dengan motor DC meskipun motor ini sebenarnya dialiri dengan arus tiga fasa. Motor Brushless DC ini menggunakan sistem komutasi elektrik atau sering disebut electronically comutated motor. Sistem komutasi elektrik ini diartikan sebagai fungsi dari switch electronic. Komutator elektronik ini terdiri dari kombinasi transistor atau biasanya menggunakan MOSFET atau IGBT yang membutuhkan sinyal atau pulsa penyalaan, dan dapat mengaktifkan koil dengan waktu yang tepat sehingga dapat menggerakan motor. Gambar 2.1 Motor brushless DC 5

2 Motor DC brushless terdiri dari 3 jenis motor berdasarkan banyaknya fasa, antara lain motor DC brushless 1 fasa, 2 fasa, dan 3 fasa. Mengacu pada jenisnya, stator pada motor DC brushless memiliki jumlah yang sama dengan belitannya. Motor DC brushless yang sering digunakan adalah motor DC brushless 3 fasa. Gambar 2.2 Motor brushless DC (a) 1 fasa, (b) 2 fasa Gambar 2.3 Motor brushless DC 3 fasa Skema Cara Kerja Motor Brushless DC Berdasarkan prinsip kerja dari motor brushless DC dan cara kerja pengisian koil pada motor brushless DC, maka cara kerja dari motor brushless DC dapat dideskripsikan. Akan tetapi, sebelum mendeskripsikan skema cara kerja dari motor brushless DC ini, kita harus memperhatikan tabel perubahan komutasi motor berdasarkan nilai sensor hall. 6

3 Tabel 2.1 Perubahan komutasi motor berdasarkan nilai sensor hall Skema cara kerja motor brushless DC, adalah sebagai berikut : Gambar 2.4 Perubahan komutasi motor step 1 dan step 2 Perhatikan tabel 2.1 dan gambar 2.4, Perubahan komutasi motor berdasarkan nilai sensor hall. Pada kolom nilai sensor hall, nilai tersebut berasal dari motor brushless DC dan merupakan konstanta tahapan atau step dari komutasi motor tersebut. Komutasi menghasilkan medan putar sehingga agar motor bisa berputar harus dilakukan secara bertahap sesuai nilai sensor hall. Pada step 1, phasa U dihubungkan ke kutub positif baterai pada bus motor DC brushless melalui (Q1), lalu phasa V dihubungkan ke netral ground melalui (Q4), untuk phasa W tidak diberikan sinyal, 2 buah vektor fluks dihasilkan oleh phasa U (panah merah) dan phasa V (panah biru). Jumlah kedua vektor tersebut menghasilkan vektor fluks pada stator (panah hijau) dimana rotor akan berusaha mengikuti arah fluks stator tersebut. Pada kondisi ini motor sedang standby untuk berputar, ketika posisi rotor sudah mencapai 7

4 posisi tertentu yang diberikan, maka nilai pernyataan logika pada Hall sensor berubah dari 101 ke 001 dan pola tegangan baru tercipta pada motor brushless DC dimana phasa V sekarang tidak diberikan sinyal tetapi phasa W yang sekarang terhubung ke netral ground (Q6), dan phasa U tetap di posisi terhubung ke positif melalui (Q1) dimana posisi vektor fluks stator (panah hijau) sekarang berada pada posisi yang ditunjukan gambar step 2. Gambar 2.5 Perubahan komutasi motor step 3 dan step 4 Dengan mengacu pada gambar 2.5 dan Tabel 2.1, kita sekarang dapat menentukan switch (Q) mana saja yang aktif ketika phasa tertentu yang akan diberikan sinyal sehingga arah putaran rotor dapat terlihat. Pada step 3 phasa yang aktif adalah V-W yang artinya phasa V terhubung ke kutub positif melalui (Q3) dan phasa W terhubung ke netral ground melalui (Q6) sedangkan phasa U tidak diberikan sinyal sehingga posisi vektor fluks stator berada pada posisi tersebut. Lanjut ke step 4 phasa yang aktif adalah V-U yang artinya phasa V tetap terhubung ke kutub positif melalui (Q3) dan phasa U terhubung ke netral ground melalui (Q2) sedangkan phasa W tidak diberikan sinyal sehingga rotor terus berputar kearah fluks stator pada step 4. 8

5 Gambar 2.6 Perubahan komutasi motor step 5 dan step 6 Mengacu pada gambar 2.6 dan tabel 2.1, step 5 dan step 6 terlihat phasa lain lagi yang diberikan sinyal. Pada step 5 phasa yang diaktifkan adalah phasa W-U yang artinya phasa W terhubung ke kutub positif melalui (Q5) dan phasa U terhubung ke netral ground melalui (Q2) sedangkan phasa V tidak diberikan sinyal sehingga arah putaran rotor terus mengikuti arah vektor fluks stator yang dihasilkan. Pada step 6, terjadi proses yang sama dengan step-step sebelumnya, phasa yang diaktifkan adalah W-V yang artinya phasa W terhubung ke kutub positif melalui (Q5) dan phasa V terhubung ke netral ground melalui (Q4) sedangkan phasa U tidak diberikan sinyal dan selanjutnya proses putaran kembali lagi ke step 1. Itulah 6 langkah (step) putaran elektris motor BLDC untuk melakukan 1 putaran penuh mekanis motor BLDC. Adapun bentuk gelombang pulsa yang dihasilkan dengan perubahan pada setiap putaran sudut ditunjukkan pada gambar

6 Gambar 2.7 Gelombang Pulsa Sinyal Sensor Hall, Back EMF, Keluaran Torsi dan Fasa 10

7 2.1.2 Bagian Bagian Motor Brushless DC 1. Kontroler, Driver dan Inverter Kontroler, Driver dan Inverter merupakan bagian terpenting pada motor brushless DC karena berfungsi sebagai pengendali dan penggerak putaran pada motor tersebut. Kontroler, Driver dan Inverter merupakan komponenkomponen elektronik yang dirangkai menjadi satu kesatuan sistem dalam mengendalikan motor brushless DC. Pada kontroler komponen utamanya yaitu mikrokontroler, karena pengendaliannya berbasis mikrokontroler, maka digunakan mikrokontroler yang telah deprogram. Sedangkan pada driver, komponen utamanya yaitu gabungan dari beberapa MOSFET. Kontroler berperan sebagai pengendali kecepatan putaran dengan cara mengatur kerja driver dan inverter. Driver berperan untuk switching pada motor brushless DC. Sedangkan inverter berperan sebagai pengubah tegangan DC menjadi tegangan AC dan akan diubah lagi ke DC untuk mensuplai driver. Q1 Q3 Q5 C1 A B C Q2 Q4 Q6 Gambar 2.8 Penggerak elektronik daya untuk motor brushless DC 11

8 SP MIKROKONTROLER ( PWM ) VOLTAGE CONTROL / POWER DRIVER MOTOR ( PLANT ) MOTOR BLDC PUTARAN SENSORS ( SPEED & ANGLE ) Gambar 2.9 Blok Diagram sistem kontroler dan driver pada motor BLDC Berdasarkan kemampuan control power supply, bisa dipilih rating tegangan pada motor sesuai kebutuhan. Apabila motor yang digunakan memiliki rating tegangan sebesar 48 V atau kurang dari itu, biasanya digunakan untuk bidang otomotif atau bidang robotik. Sedangkan motor yang digunakan memiliki rating tegangan sebesar 100 V, biasanya motor tersebut digunakan di bidang industri. Dalam melakukan perancangan atau pembuatan dari driver dan inverter sendiri, harus diperlukan pemilihan atau tipe dari MOSFET (Metal Oxide Semiconductor Field Effect Transistor) yang tepat sesuai kebutuhan dari motor yang akan dikendalikan. Pada kontroler juga programnya harus disesuaikan dengan motor. Selain MOSFET, dibutuhkan juga optocoupler yang berperan sebagai penghubung antara rangkaian daya dengan rangkaian kontrol, dan sebagai pengaman yang akan melindungi mikrokontroler dan MOSFET. 2. Stator Stator merupakan bagian yang diam atau bersifat statis pada motor, yang berfungsi sebagai medan putar motor untuk memberikan gaya elektromagnetik pada rotor sehingga motor dapat berputar. 12

9 Gambar 2.10 Stator pada motor brushless DC Pada motor brushless DC statornya terdiri dari 12 belitan ( Elektromagnet) yang bekerja secara elektromagnetik dimana stator pada motor brushless DC ini terhubung dengan tiga buah kabel yang masing-masing mewakili phasa untuk disambungkan pada rangkaian kontrol sedangkan pada motor DC konvensional statornya terdiri dari dua buah kutub magnet permanen. Belitan stator pada motor brushless DC terdiri dua jenis, yaitu belitan stator jenis sinusoidal dan belitan stator jenis trapezoidal. Adapun yang menjadi dasar perbedaan kedua jenis belitan tersebut terletak pada hubungan antara koil dan belitan stator yang bertujuan untuk memberikan EMF (Electro Motive Force) atau gaya gerak listrik yang berbeda. EMF balik atau gaya gerak listrik balik itu sendiri adalah tegangan balik yang dihasilkan oleh belitan motor BLDC ketika motor BLDC tersebut berputar yang memiliki polaritas tegangan berlawanan arahnya dengan tegangan sumber yang dibangkitkan. Besarnya EMF balik dipengaruhi oleh kecepatan sudut putaran motor (ω), medan magnet yang dihasilkan rotor (B), dan banyaknya lilitan pada belitan stator (N) sehingga besarnya EMF balik dapat dihitung dengan persamaan : EMF balik = B.N.l.r. ω...( 2.1 ) 13

10 Dimana : B = Kerapatan medan magnet yang dihasilkan rotor (Tesla) N = Banyaknya lilitan pada belitan stator per phasa l = Panjangnya batang rotor (m) r = Jari-jari dalam motor (m) ω = Kecepatan sudut putaran motor (rad) (dimana ω = 2πf ) Ketika motor BLDC sudah dibuat pada jumlah lilitan stator dan besarnya medan magnet yang dihasilkan nilainya sudah dibuat konstan sehingga yang mempengaruhi besarnya EMF balik adalah besarnya kecepatan sudut yang dihasilkan motor, semakin besar kecepatan sudut yang dihasilkan maka semakin besar pula EMF balik yang dihasilkan oleh motor. Perubahan besarnya EMF balik ini mempengaruhi torsi motor brushless DC, apabila kecepatan motor yang dihasilkan melebihi kecepatan rata-rata, maka akan mengakibatkan EMF balik yang dihasilkan oleh motor lebih besar daripada tegangan potensial pada belitan stator sehingga arus yang mengalir pada stator akan turun dan torsi pun menjadi ikut turun pula. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan persamaan rumus torsi pada motor brushless DC di bawah ini : T = K.Ф.Ia (Nm)..( 2.2 ) Atau T = Kg/(m/s) (Nm)...( 2.3 ) Atau T = P / ( n. 2π. 60 ).( 2.4 ) Dimana : T = Torsi motor (Nm) K = Konstanta Persamaan Ф = Fluks magnet (Tesla) Ia = Arus jangkar (Ampere) 14

11 Kg = Berat Beban/Massa (kg) M/s = Kecepatan (M/s) P = Daya Motor ( Watt ) n = Putaran Motor ( Rpm ) 2π = Omega ( ω ) Karena berbanding lurus dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhi torsi maka kenaikan dan penurunan arus sangat berpengaruh pada besarnya torsi yang dihasilkan motor brushless DC. Selain itu, untuk mencari torsi melalui perbandingan antara berat dengan kecepatan, maka diperlukan konversi dari putaran menjadi kecepatan dengan menggunakan persamaan berikut ini. m/s = (π. d. Rpm) /60000 (m/s)...( 2.5 ) Dimana : m/s = Kecepatan ( m/s ) d = Diameter motor ( mm ) Rpm = Putaran Motor Untuk mengetahui torsi motor diperlukan fluks magnet. Kemudian untuk mengetahui fluks magnet pada suatu motor brushless DC bisa menggunakan persamaan berikut. Ф = F / R atau Ф = F / ( l / µ. A ) (Wb) ( 2.6 ) Dimana : Ф = Fluks Magnet (Wb) F = Gaya gerak magnet (At (Ampere-turn) ) l = Panjang kumparan ( m ) µ = Permeabilitas dari bahan magnet ( Wb/At ) A = Luas penampang kumparan ( m 2 ) 15

12 Gambar 2.11 Bentuk EMF balik trapezoidal yang dihasilkan motor brushless DC 3. Rotor Rotor merupakan bagian penting juga pada motor yang berfungsi untuk menggerakan atau membuat motor berputar. Perputaran tersebut terjadi akibat adanya gaya elektromagnetik yang dihasilkan oleh stator. Untuk mengetahui putaran pada motor, bisa menggunakan persamaan berikut ini. n = V ( Ia.Ra ) / K.Ф (Rpm)...( 2.7 ) Dimana : n = Putaran motor ( Rpm ) V = Tegangan Kerja Motor ( Volt ) Ia = Arus Jangkar ( A ) Ra = Tahanan Jangkar ( Ω ) K = Konstanta Motor Ф = Fluks Medan Magnet ( Wb ) Rotor pada motor brushless DC berbeda dengan rotor pada motor DC konvensional. Pada motor DC konvensional rotornya tersusun dari 1 buah elektromagnet yang berada diantara brushes (sikat) yang terhubung pada 2 buah elektroda yang terangkai ke suplai DC. Sedangkan pada motor brushless 16

13 DC bagian rotornya tersusun dari 2 hingga 8 pasang kutub magnet permanen berbentuk persegi panjang yang saling direkatkan menggunakan semacam epoxy dan tidak memiliki sikat. Gambar 2.12 Rotor motor brushless DC 4. Axle Axle atau sumbu adalah batang yang berfungsi sebagai sumbu putar motor, terpusat pada rotor dan dirangkai bersama rotor. Gambar 2.13 axle motor brushless DC 5. Sensor Hall Sensor hall merupakan sensor yang berada pada motor brushless DC yang berfungsi untuk memberikan feedback (umpan balik) pada rangkaian kontrol yang bersifat elektronik yang akan mengendalikan perubahan komutasi pada motor brushless DC. Hal tersebut dikarenakan motor brushless DC bagian stator harus diberikan sinyal secara berurutan sesuai perubahan komutasi. 17

14 Pada bagian inilah peran dari sensor hall dibutuhkan untuk mendeteksi bagian koil atau phasa pada rotor yang telah diberikan sinyal oleh fluks magnet sehingga proses dari perubahan komutasi yang terdiri dari 6 step komutasi dapat dilakukan oleh stator dengan tepat karena sensor hall ini dipasang menempel pada stator. Gambar 2.14 Posisi penempatan sensor hall Sensor hall ini ditempatkan setiap pada jarak antar kutub stator. Hal ini bertujuan untuk hasil deteksi terhadap vektor fluks stator dapat akurat sehingga setiap perpindahan komutasi membuat arus yang mengalir tetap terjaga konstan pada setiap phasa. Prinsip kerja sensor hall sendiri membutuhkan arus yang mengalir terus, jika dibutuhkan kerja sebagai pendeteksi fluks magnet. Gambar 2.15 Prinsip kerja elemen hall 18

15 Jika garis putus-putus yang berada pada gambar 2.15 itu sebagai gambaran medan magnet, maka gaya elektromagnet dibuat atas dasar gerakan elektron seperti yang diberikan oleh kaidah tangan kiri fleming. Sewaktu daya elektron yang dibiaskan pada sisi kiri, akibatnya kutub negatif disisi kiri dan kutub positif disisi kanan. Polaritas elektrostatik bergantung pada yang dialami garis putus-putus apakah berkutub utara atau berkutub selatan, dan digunakan untuk menyatakan sinyal pada posisi rotor dalam batas polaritas magnet. Bila motor brushless DC menggunakan sensor hall sebagai sensor posisi atau kedudukan, maka dibutuhkan faktor atau elemen penting untung mendukung kerja dari sensor hall tersebut. Berhubung motor brushless DC yang akan dikendalikan berbasis mikrokontroler, maka dari sensor hall akan memberikan sinyal input kepada mikrokontroler agar mikrokontroler yang telah diprogram dapat bekerja mengendalikan motor brushless DC. Untuk posisi dari sensor hall, telah dijelaskan pada bagian skema cara kerja motor brushless DC. Dan untuk mengetahui kedudukan atau posisi dari sensor hall, harus dilakukan dengan cara membuat program pada mikrokontroler melalui program tampilan LCD. Gambar 2.16 sensor hall 19

16 2.1.3 Kelebihan Motor BLDC Dibandingkan Motor Brushed DC Motor brushless DC mampu meminimalisir kekurangan pada motor brushed DC. Adapun beberapa keunggulan atau kelebihan motor brushless DC antara lain : 1. Jumlah elektromagnet pada stator banyak sehingga memungkinkan kontrol yamg lebih akurat. 2. Tidak akan mudah rusak pada sikat setelah lama pemakaiannya, karena tidak memiliki sikat. 3. Pendinginan pada motor lebih mudah karena posisi elektromagnet pada stator. 4. Tidak adanya snoring/electrical noise yaitu suara bising akibat gesekan celah udara antara sikat dengan rotor. 5. Karena tidak memiliki sikat, dan motor brushless DC bersifat komutasi elektrik, sehingga yang mengontrol perpindahan arus yaitu dengan mikrokontroler. Dengan demikian akan membuat perpindahan arus tersebut lebih akurat (presisi). Pada mikrokontroler juga dapat mengatur kecepatan motor, sehingga akan menjadi lebih efisien. Sedangkan kelemahan atau kekurangan motor brushed DC dibandingkan dengan brushless DC antara lain : 1. Motor sikat apabila terlalu sering digunakan, lama kelamaan sikatnya akan rusak. 2. Karena sikat memutus dan menghubungkan antara sistem dengan motor, maka akan menimbulkan snoring/electrical noise. 3. Sikat pada motor membatasi kecepatan maksimum motor. 4. Sikat juga membatasi jumlah kutub magnet yang dapat diinstalasi. 5. Pendinginan motor lebih sulit, karena posisi elektromagnet berada di tengah-tengah rotor. 20

17 2.2 MOSFET (Metal Oxide Semiconductor Field Effect Transistor) MOSFET merupakan salah satu jenis FET (field effect transistor) atau transistor efek medan, yang jauh berbeda dengan JFET (junction field effect) dan IGBT (insulated gate bipolar transistor). Gambar 2.17 Klasifikasi FET MOSFET memiliki 3 atau 4 buah kaki konduktor, yaitu kaki pertama atau ujung atas dinamakan drain, kaki kedua ujung bawah dinamakan source, dan kaki ketiga dinamakan gate. Gate biasanya memiliki 1 atau dua buah kaki. Pada kedua sisi kiri dan kanan terdapat implant semikonduktor yang berbeda tipe bahan. Terminal kedua sisi implant ini terhubung satu dengan yang lainnya secara internal dan dinamakan gate. Yang membedakan MOSFET dengan FET-FET lainnya terletak pada gate, karena gate pada MOSFET diisolasi oleh bahan metal oksida. Gate sendiri terbuat dari bahan metal seperti alumunium. Oleh karena itulah, transistor efek medan ini dinamakan metal oxide semiconductor. Gambar 2.18 Lambang MOSFET 21

18 MOSFET mempunyai impedansi input yang sangat tinggi. Harga dari sebuah MOSFET cukup tinggi, maka dari itu penggunaan MOSFET harus disesuaikan dengan kebutuhan yang sangat mendesak untuk sebuah alat. Dalam pengemasan dan perakitan pada MOSFET, perlu diingat dan diperhatikan bahwa komponen ini tidak tahan terhadap elektrostatik. Untuk pengemasannya menggunakan kertas timah atau heatsync dan untuk pematriannya diusahakan menggunakan solder yang khusus untuk MOSFET Kurva Karakteristik MOSFET Ada dua macam karakteristik yang bisa ditemukan pada MOSFET, yaitu karakteristik drain I D = f (V DS ) (drain characteristics) dan karakteristik transkonduktansi I D = f (V GS ) (transconductace characteristics). Gambar 2.19 Kurva karakteristik MOSFET 1. Drain Characteristics Analisa kurva drain dilakukan dengan mencoba beberapa tegangan gate to source (V GS ) konstan, lalu dibuat grafik hubungan antara arus drain (I D ) terhadap tegangan drain to source (V DS ). Dari gambar 2.19 kurva ini terlihat jelas bahwa transistor MOSFET dapat bekerja (ON) mulai dari tegangan gate to source (V GS ) 3,5V sampai dengan nilai tegangan V GS yang diuji sebesar 3,6V, biasanya pada MOSFET yang difungsikan sebagai elektronik daya memiliki nilai V GS maksimal yang 22

19 berbeda-beda, sesuai dengan tipe atau seri MOSFET yang digunakan. Misalkan tipe atau seri MOSFET IRF540n memiliki nilai V GS maksimal sebesar 20V. Terdapat dua daerah kerja, yang pertama adalah daerah ohmic dimana resistansi drain-source adalah fungsi dari : R DS(on) = V DS /I DS..( 2.8 ) Jika tegangan V GS tetap dan V DS terus dinaikkan, maka I D akan naik. Dan apabila V DS terus dinaikan, maka selanjutnya akan berada pada daerah saturasi atau daerah jenuh. Jika keadaan saturasi telah tercapai, maka arus I D akan konstan. Tentu saja ada tegangan V GS(max), yang diperbolehkan. Karena jika lebih dari tegangan ini akan dapat merusak isolasi gate yang tipis alias merusak MOSFET itu sendiri. Tujuan harus mengetahui Drain Characteristics yaitu agar MOSFET yang akan digunakan bisa diketahui kehandalannya, apakah kemampuan arus dan tegangan pada MOSFET terutama pada tegangan yang diuji V DS sama dengan datasheet atau tidak. Karakteristik ini juga bisa memberikan informasi tentang proses pengosongan dan pengisian elektron pada MOSFET. 2. Transconductance Characteristics Analisa kurva Transconductance dilakukan hampir sama dengan kurva Drain yaitu dengan mencoba beberapa tegangan, akan tetapi perbedaannya yaitu dibalik dengan mencoba beberapa tegangan drain to source (V DS ) dibuat konstan, sedangkan yang dibuat grafik yaitu hubungan antara arus drain (I D ) terhadap tegangan gate to source (V GS ). Dari gambar 2.19 kurva ini terlihat jelas bahwa pada transistor MOSFET berlaku semakin besar tegangan drain to source (V DS ) maka semakin besar pula arus drain yang dihasilkan. Selain itu, ada proses kenaikan arus drain (I D ) dari tegangan threshold (V th ) atau tegangan minimum MOSFET melakukan konduktansi sampai MOSFET mulai bekerja (ON) pada kondisi 23

20 tegangan gate to source (V GS ) yang telah ditentukan dan kenaikan arus drain (I D ) akan menjadi konstan setelah mencapai kondisi MOSFET bekerja (ON). Tujuan harus mengetahui Transconductance Characteristics sama seperti drain characteristics yaitu agar MOSFET yang akan digunakan bisa diketahui kehandalannya, apakah kemampuan arus dan tegangan pada MOSFET terutama pada tegangan yang diuji V GS sama dengan datasheet atau tidak. Karakteristik ini juga bisa memberikan informasi tentang proses terjadinya konduktansi pada gate elektron pada MOSFET Jenis-Jenis MOSFET Ada dua jenis MOSFET, yang pertama jenis depletion-mode dan yang kedua jenis enhancement-mode. Jenis MOSFET yang kedua adalah komponen utama dari gerbang logika dalam bentuk IC (integrated circuit), uc (micro controller) dan up (micro processor) yang tidak lain adalah komponen utama dari komputer modern saat ini. 1. MOSFET Depletion-mode Gambar 2.20 menunjukkan struktur dari transistor jenis ini. Pada sebuah kanal semikonduktor tipe n terdapat semikonduktor tipe p dengan menyisakan sedikit celah. Dengan demikian diharapkan elektron akan mengalir dari source menuju drain melalui celah sempit ini. Gate terbuat dari metal (seperti aluminium) dan terisolasi oleh bahan oksida tipis SiO 2 yang tidak lain adalah kaca. Gambar 2.20 Struktur MOSFET depletion-mode 24

21 Semikonduktor tipe p di sini disebut subtrat p dan biasanya dihubung singkat dengan source. Ingat seperti pada transistor JFET lapisan deplesi mulai membuka jika V GS = 0. Dengan menghubung singkat subtrat p dengan source diharapkan ketebalan lapisan deplesi yang terbentuk antara subtrat dengan kanal adalah maksimum. Sehingga ketebalan lapisan deplesi selanjutnya hanya akan ditentukan oleh tegangan gate terhadap source. Pada gambar, lapisan deplesi yang dimaksud ditunjukkan pada daerah yang berwarna kuning. Semakin negatif tegangan gate terhadap source, akan semakin kecil arus drain yang bisa lewat atau bahkan menjadi 0 pada tegangan negatif tertentu. Karena lapisan deplesi telah menutup kanal. Selanjutnya jika tegangan gate dinaikkan sama dengan tegangan source, arus akan mengalir. Karena lapisan deplesi muali membuka. Sampai di sini prinsip kerja transistor MOSFET depletion-mode tidak berbeda dengan transistor JFET. Karena gate yang terisolasi, tegangan kerja V GS boleh positif. Jika V GS semakin positif, arus elektron yang mengalir dapat semakin besar. Di sini letak perbedaannya dengan JFET, transistor MOSFET depletion-mode bisa bekerja sampai tegangan gate positif. Gambar 2.21 Penampang D-MOSFET (depletion-mode) Struktur ini adalah penampang MOSFET depletion-mode yang dibuat di atas sebuah lempengan semikonduktor tipe p. Implant semikonduktor tipe n dibuat sedemikian rupa sehingga terdapat celah kanal tipe n. Kanal ini menghubungkan drain dengan source dan tepat berada di bawah gate. Gate terbuat dari metal aluminium yang diisolasi dengan lapisan SiO 2 (kaca). Dalam beberapa buku, transistor MOSFET depletion-mode disebut juga dengan nama D-MOSFET. 25

22 2. MOSFET Enhancement-mode Jenis transistor MOSFET yang kedua adalah MOSFET enhancementmode. Transistor ini adalah evolusi jenius berikutnya setelah penemuan MOSFET depletion-mode. Gate terbuat dari metal aluminium dan terisolasi oleh lapisan SiO 2 sama seperti transistor MOSFET depletion-mode. Perbedaan struktur yang mendasar adalah, subtrat pada transistor MOSFET enhancement-mode sekarang dibuat sampai menyentuh gate. Gambar 2.22 Struktur MOSFET enhancement-mode Gambar 2.22 adalah transistor MOSFET enhancement mode kanal n. Jika tegangan gate V GS dibuat negatif, tentu saja arus elektron tidak dapat mengalir. Juga ketika V GS =0 ternyata arus belum juga bisa mengalir, karena tidak ada lapisan deplesi maupun celah yang bisa dialiri elektron. Satusatunya jalan adalah dengan memberi tegangan V GS positif. Karena subtrat terhubung dengan source, maka jika tegangan gate positif berarti tegangan gate terhadap subtrat juga positif. Tegangan positif ini akan menyebabkan elektron tertarik ke arah subtrat p. Elektron-elektron akan bergabung dengan hole yang ada pada subtrat p. Karena potensial gate lebih positif, maka elektron terlebih dahulu tertarik dan menumpuk di sisi subtrat yang berbatasan dengan gate. Elektron akan terus menumpuk dan tidak dapat mengalir menuju gate karena terisolasi oleh bahan insulator SiO 2 (kaca). Jika tegangan gate cukup positif, maka tumpukan elektron akan menyebabkan terbentuknya semacam lapisan n yang negatif dan seketika itulah arus drain dan source dapat mengalir. Lapisan yang terbentuk ini disebut dengan istilah inversion layer. Kira-kira terjemahannya adalah lapisan 26

23 dengan tipe yang berbalikan. Di sini karena subtratnya tipe p, maka lapisan inversion yang terbentuk adalah bermuatan negatif atau tipe n. Tentu ada tegangan minimum dimana lapisan inversion n mulai terbentuk. Tegangan minimun ini disebut tegangan threshold V GS(th). Tegangan V GS(th) oleh pabrik pembuat tertera di dalam datasheet. Di sini letak perbedaan utama prinsip kerja transitor MOSFET enhancement-mode dibandingkan dengan JFET. Jika pada tegangan V GS = 0, transistor JFET sudah bekerja atau ON, maka transistor MOSFET enhancement-mode masih OFF. Dikatakan bahwa JFET adalah komponen normally ON dan MOSFET adalah komponen normally OFF. Transistor MOSFET enhacement mode dalam beberapa literatur disebut juga dengan nama E-MOSFET. Gambar 2.23 Penampang E-MOSFET (enhancement-mode) Gambar diatas adalah bagaimana transistor MOSFET enhancement-mode dibuat. Sama seperti MOSFET depletion-mode, tetapi perbedaannya disini tidak ada kanal yang menghubungkan drain dengan source. Kanal n akan terbentuk (enhanced) dengan memberi tegangan V GS diatas tegangan threshold tertentu. Inilah struktur transistor yang paling banyak di terapkan dalam IC digital. Gambar 2.24 Kurva Karakteristik MOSFET D-Mode dan E-Mode 27

24 2.2.3 Simbol MOSFET Garis putus-putus pada simbol transistor MOSFET menunjukkan struktur transistor yang terdiri drain, source dan subtrat serta gate yang terisolasi. Arah panah pada subtrat menunjukkan type lapisan yang terbentuk pada subtrat ketika transistor ON sekaligus menunjukkan type kanal transistor tersebut. Gambar 2.25 Simbol MOSFET, (a) kanal-n (b) kanal-p Kedua simbol di atas dapat digunakan untuk mengambarkan D-MOSFET maupun E-MOSFET Spesifikasi MOSFET Untuk menggunakan MOSFET dan mengaplikasikannya ke dalam rangkaian yang akan dibuat, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan. Pada deskripsi di bawah ini merupakan spesifikasi pada MOSFET yang perlu diperhatikan karena hal tersebut merupakan salah satu cara untuk melakukan pemilihan jenis MOSFET yang tepat untuk diterapkan pada rangkaian yang dibuat. Spesifikasi yang harus diperhatikan pada MOSFET adalah sebagai berikut : 1. V DS, yaitu nilai kemampuan tegangan pada MOSFET untuk menerima tegangan drain to source atau tegangan keluaran. 2. I DS, yaitu nilai kemampuan arus pada MOSFET untuk mengalirkan arus keluaran. 3. V GS, yaitu nilai kemampuan tegangan pada MOSFET untuk menerima tegangan gate to source atau tegangan masukan. 28

25 4. R DS, yaitu nilai kemampuan resistansi pada MOSFET yang biasa didefinisikan hasil perbandingan kerja antara V DS dengan I D, dan berfungsi untuk mengurangi daya yang terbuang melalui disipasi panas. 5. P D, yaitu kemampuan pada MOSFET dalam menampung disipasi daya. 6. t seperti td (on), td (off),tr, tf, yaitu elemen-elemen switching time pada MOSFET atau kemampuan kecepatan MOSFET untuk melakukan penyakelaran, dan biasanya pada MOSFET-MOSFET daya memiliki kemampuan untuk penyakelaran sampai sekian nano detik (ns). Untuk spesifikasi pada MOSFET sebenarnya masih banyak lagi selain spesifikasi-spesifikasi yang telah disebutkan diatas. Akan tetapi, spesifikasispesifikasi yang telah disebutkan diatas merupakan spesifikasi-spesifikasi yang harus diperhatikan karena spesifikasi-spesifikasi tersebut biasanya berbeda-beda dengan jenis MOSFET yang berbeda juga Keunggulan MOSFET Pemilihan komponen FET ( Field Effect Transistor) dengan menggunakan MOSFET karena memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan FET- FET lainnya, yaitu : 1. Terminal gate MOSFET secara elektrik terisolasi dari sumber oleh lapisan oksida, sehingga MOSFET mempunyai impedansi masukan yang sangat tinggi, sehingga tidak akan membebani rangkaian sebelumnya dan tidak memerlukan rangkaian driver yang rumit untuk terminal gate. 2. Kecapatan switchingnya sangat tinggi, dalam orde nano detik, sehingga rugirugi akibat aksi switching dapat dibuat sekecil mungkin. 3. Sangat cocok digunakan untuk aplikasi rangkaian yang menggunakan tegangan rendah. 4. MOSFET tidak memerlukan interface berupa rangkaian buffer apabila dihubungkan dengan rangkaian logika. 29

26 2.2.6 Mengetes Kondisi MOSFET Untuk menentukan kondisi dan jenis MOSFET dilakukan dengan cara menggunakan ohmmeter. Ohmmeter yang digunakan diutamakan analog agar lebih akurat dalam mengecek kondisi MOSFET. Putar ohmmeter pada posisi x1, kemudian ukur atau letakkan terminal positif dan negatif ke kaki-kaki MOSFET dengan parameter sesuai tabel 2.2. Tabel 2.2 Parameter Kondisi Baik MOSFET tipe-n Kaki G No Terminal (+) Kaki D Terminal (+) Kaki S Terminal (+) Kaki G Terminal (-) Kaki D Kaki S Terminal Terminal Kondisi (-) (-) 1 v V - OFF 2 v v OFF 3 - v - v - - OFF v v - - OFF 5 - v v OFF v - V - ON Untuk MOSFET tipe-p parameternya sama dengan tipe-n akan tetapi yang membedakannya yaitu ketika terminal positif pada kaki D dan terminal negatif pada kaki S, kondisinya ON (jarum ohmmeter menyimpang). Sedangkan ketika sebaliknya, kondisinya OFF (tidak menyimpang). Apabila ketika pengecekan MOSFET tidak sesuai dengan parameter tersebut, maka kondisi MOSFET tersebut rusak. 2.3 Integrated Circuit (IC) Integrated circuit adalah suatu rangkaian elektronik yang dikemas menjadi satu kemasan yang kecil. Beberapa rangkaian elektronik yang besar dapat diintegrasikan menjadi satu dan dikemas dalam kemasan yang kecil. Suatu IC yang kecil dapat memuat retusan bahkan ribuan komponen elektronik. 30

27 Gambar 2.26 Beberapa contoh IC Bentuk dari IC bermacam-macam. Ada yang berbentuk persegi, lingkaran, dip, dan lain-lain. IC ada yang memiliki kaki 3, ada juga yang memiliki kaki banyak atau lebih dari 3. Bentuk IC ada juga yang menyerupai sisir (single in line), bentuk lain adalah segi empat dengan kaki-kaki berada pada keempat sisinya. Akan tetapi, kebanyakan IC berbentuk dual in line. IC yang berbentuk bulat dan dual in line biasanya kaki-kakinya diberi nomor urut dengan urutan sesuai arah jarum jam, kaki nomor satu diberi tanda titik. Gambar 2.27 IC single in line Gambar 2.28 IC dual in line Setiap IC ditandai dengan nomor tipe. Nomor ini biasanya untuk menunjukkan IC. Jadi jika nomornya ada yang sama maka fungsi dari IC juga sama, dan kode lain menunjukan pabrikan dari IC. Ada banyak jenis-jenis IC beserta fungsi-fungsinya yang berbeda-beda. Salah satunya yaitu ada IC yang berfungsi sebagai penstabil tegangan DC. IC tersebut adalah IC Regulator. Sebuah sistem elektronik tidak akan bisa beroperasi tanpa sumber tegangan (Power Supply). Sumber tegangan tersebut dapat berupa sumber 31

28 tegangan AC (Alternative Current) atau DC (Direct Current) dimana besar kecilnya daya output harus stabil dan harus disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya IC TTL membutuhkan tegaganan DC stabil 5 Volt, IC CMOS membutuhkan tegangan DC stabil 12 Volt, Zilog 80 membutuhkan tegangan DC stabil 5 Volt, dan sebagainya. IC Regulator yang bisa diaplikasikan untuk permasalahan yang di atas. Ada beberapa jenis pada IC Regulator tegangan, antara lain : 1. IC 7805 untuk menstabilakn tegangan DC +5 Volt 2. IC 7809 untuk menstabilakn tegangan DC +9 Volt 3. IC 7812 untuk menstabilakn tegangan DC +12 Volt 4. IC 7824 untuk menstabilakn tegangan DC +24 Volt 5. IC 7905 untuk menstabilakn tegangan DC -5 Volt 6. IC 7909 untuk menstabilakn tegangan DC -9 Volt 7. IC 7912 untuk menstabilakn tegangan DC -12 Volt 8. IC 7924 untuk menstabilakn tegangan DC -24 Volt 2.4 Optocoupler Optocoupler merupakan gabungan dari LED infra merah dengan fototransistor yang terbungkus menjadi satu chips. Cahaya infra merah termasuk dalam gelombang elektromagnetik yang tidak tampak oleh mata telanjang. Optocoupler juga merupakan salah satu jenis komponen yang memanfaatkan sinar sebagai pemicu on/off-nya. Opto berarti optik dan coupler berarti pemicu. Sehingga bisa diartikan bahwa optocoupler merupakan suatu komponen yang bekerja berdasarkan picu cahaya optik optocoupler termasuk dalam sensor. Optocoupler berfungsi sebagai penghubung antara rangkaian kontrol dengan rangkaian daya, penghubung disini berarti sebagai pengaman. Jadi, apabila terjadi gangguan atau tegangan tinggi yang masuk pada rangkaian daya atau rangkaian kontrol maka yang akan rusak adalah komponen optocoupler ini, bukan komponen yang berada pada rangkaian daya maupun pada rangkaian kontrol. Sehingga optocoupler disini bisa dikatakan sebagai pengaman rangkaian. 32

29 Gambar 2.29 Optocoupler Optocoupler memiliki dua bagian penting yang membuat komponen ini bekerja sesuai fungsinya, yaitu : 1. Transmitter Pada transmitter dibangun dari sebuah LED (Light Emitting Diode) infra merah. Jika dibandingkan dengan menggunakan LED biasa, LED infra merah memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap sinyal tampak. Cahaya yang dipancarkan oleh LED infra merah tidak terlihat oleh mata telanjang. 2. Receiver Pada bagian receiver dibangun dengan dasar komponen photodiode. Photodiode merupakan suatu transistor yang peka terhadap cahaya. Suatu sumber cahaya menghasilkan energi panas, begitu pula dengan spektrum infra merah, karena spektrum infra menpunyai efek panas yang lebi besar dari cahaya tampak, maka photodiode lebih peka untuk menangkap radiasi dari sinar infra merah. Selain photodiode, pada receiver terdapat operational amplifier, resistor dan hubungan transistor. Ditinjau dari kegunaan fisik optocoupler dapat berbentuk bermacammacam. Bila hanya digunakan untuk mengisolasi level tegangan atau data pada sisi transmitter dan sisi receiver, maka optocoupler ini bisasanya dibuat dalam bentuk solid (tidak ada ruang antara LED dan Photodiode). Sehingga sinyal listrik yang ada pada input dan output akan terisolasi. Dengan kata lain optocoupler ini di gunakan sebagai optosilator jenis IC. 33

30 Gambar 2.30 Skema optocoupler TLP250 Arus forward (I F ) dan tegangan forward (V F ) merupakan arus maju dan tegangan maju yang berasal dari rangkaian kontrol dan masuk pada bagian transmitter, karena arus maju dan tegangan maju masuk ke LED infra merah untuk memancarkan cahaya yang tidak terlihat oleh mata telanjang. Pancaran dari LED infra merah akan diterima oleh receiver yang berupa photodiode dan diteruskan menuju operational amplifier. Dari op-amp diteruskan lagi menuju transistor yang dihubungkan direct transistor dan menghasilkan tegangan keluaran (V O ) untuk disalurkan menuju rangkaian daya. Agar membuat optocoupler ini aktif, maka diperlukan suplai tegangan (V CC ) sebesar tegangan yang dibutuhkan optocoupler sesuai seri atau tipe dari optocoupler. Untuk menggunakan optocoupler diperlukan kapasitor sebesar 0,1 mikrofarad dan dipasang diantara V CC dengan ground. 34

31 2.5 Accumulator ( Baterai ) Baterai adalah suatu alat elektrokimia yang dapat mengubah energi kimia menjadi energi listrik melalui reaksi kimia kelistrikan. Baterai ataupun accumulator menghasilkan tegangan DC yang biasanya digunakan untuk membuat peralatan elektronik ataupun komponen berbahan semikonduktor bekerja sesuai fungsinya setelah diberikan suplai DC. Pada umumnya, yang dikenal masyarakat baterai berukuran kecil dan biasa digunakan untuk remote TV, jam, robot-robotan dan sebagainya. sedangkan aki atau accumulator berukuran besar dan digunakan pada kendaraan bermotor untuk menyalakan lampu, tape, dan sebagainya. Padahal, Aki maupun baterai sama saja baterai dan sama-sama menghasilkan tegangan DC Jenis-Jenis Baterai Baterai yang banyak digunakan pada kendaraan adalah tipe sel sekunder (storage battery atau galvanic battery) yang memungkinkan untuk dapat mengeluarkan dan mengisi muatan lisriknya kembali. Adapun jenis-jenis baterai pada sel sekunder, antara lain : 1. Lead-acid battery Jenis baterai ini terdiri atas lead peroxide sebagai plat anoda positif, discharge lead sebagai plat katoda negatif dan larutan sebagai elektrolit. Kelebihan dari baterai lead-acid antara lain : a. Tingkat bahayanya lebih sedikit dibandingkan dengan jenis lainnya karena reaksi kimianya terjadi dalam temperatur ruangan. b. Dapat diandalkan dan harganya relatif murah. Kekurangan dari baterai lead-acid antara lain : a. Energinya lebih rendah dari jenis baterai yang lainnya. b. Umurnya kurang tahan lama. c. Pengisian kembalinya lama. 35

32 2. Alkali battery Jenis baterai ini memiliki dua jenis baterai alkali yaitu baterai Ni-Fe dan baterai Ni-Cd. Kelebihan dari baterai Alkali battery antara lain : a. Tahan terhadap beban berat seperti over charging, over discharging dan tahan lama. b. Mempunyai performa yang baik. c. Usianya tahan lama (10-20 tahun). d. Waktu pengisiannya cepat. Kekurangan dari baterai Alkali battery antara lain : a. Energinya lebih rendah dari jenis baterai yang lainnya. b. Biaya metal yang digunakan untuk elektroda sangat mahal. c. Sulit untuk diproduksi massal Spesifikasi Baterai Atau Aki Untuk menggunakan accumulator atau baterai, hal yang perlu diketahui adalah spesifikasi aki atau baterai yang akan digunakan. Adapun spesifikasi baterai atau aki adalah sebagai berikut : 1. Voltase 2. Ampere Hour (Ah) 3. Berat dan ukuran aki Pengisian dan Pengosongan Baterai Atau Aki 1. Proses Pengosongan Akumulator Pada saat akumulator digunakan, terjadi perubahan energi kimia menjadi energi listrik dan terjadi perubahan anode, katode dan elektrolitnya. Pada anode terjadi perubahan yaitu timbal dioksida (PbO2) menjadi timbal sulfat (PbSO4). Perubahan yang terjadi pada katode adalah timbal murni (Pb) menjadi timbal sulfat (PbSO4). Adapun pada larutan elektrolit terjadi perubahan, yaitu asam sulfat pekat menjadi encer, karena pada pengosongan akumulator terbentuk air (H2O). Susunan akumulator adalah sebagai berikut. 36

33 Kutub positif (anode) terbuat dari timbal dioksida (PbO2), Kutub negatif (katode) terbuat dari timbal murni (Pb), Larutan elektrolit terbuat dari asam sulfat (H2SO4) dengan kepekatan 30%. Ketika akumulator digunakan, terjadi reaksi antara larutan elektrolit dengan timbal dioksida dan timbal murni sehingga menghasilkan elektron dan air. Reaksi kimia pada akumulator yang dikosongkan adalah sebagai berikut. Pada elektrolit : H2SO4 2H+ + SO4 2 Pada anode: PbO2 + 2H+ + 2e + H2SO4 PbSO4+2H2O Pada katode : Pb + SO 42 PbSO4 Pada saat akumulator digunakan, baik anode maupun katode perlahan - lahan akan berubah menjadi timbal sulfat (PbSO4). Jika hal itu terjadi, maka kedua kutubnya memiliki potensial sama dan arus listrik berhenti mengalir. Terbentuknya air pada reaksi kimia menyebabkan kepekatan asam sulfat berkurang, sehingga mengurangi massa jenisnya. Keadaan ini dikatakan akumulator kosong (habis). 2. Proses Pengisian Akumulator Akumulator termasuk elemen sekunder, sehingga setelah habis dapat diisi kembali. Pengisian akumulator sering disebut penyetruman akumulator. Pada saat penyetruman akumulator terjadi perubahan energi listrik menjadi energi kimia. Perubahan yang terjadi pada anode, yaitu timbal sulfat (PbSO4) berubah menjadi timbal dioksida (PbO2). Perubahan pada anode, yaitu timbal sulfat (PbSO4) berubah menjadi timbal murni (Pb). Kepekatan asam sulfat akan berubah dari encer menjadi pekat, karena ketika akumulator disetrum terjadi penguapan air. Untuk menyetrum akumulator diperlukan sumber tegangan DC lain yang memiliki beda potensial yang lebih besar. Misalnya akumulator 6 volt kosong harus disetrum dengan sumber arus yang tegangannya lebih dari 6 volt. 37

34 Kutub-kutub akumulator dihubungkan dengan kutub sumber tegangan. Kutub positif sumber tegangan dihubungkan dengan kutub positif akumulator. Adapun, kutub negatif sumber tegangan dihubungkan dengan kutub negatif akumulator. Rangkaian ini menyebabkan aliran elektron sumber tegangan DC berlawanan dengan arah aliran elektron akumulator. Elektron-elektron pada akumulator dipaksa kembali ke elektrode akumulator semula, sehingga dapat membalik reaksi kimia pada kedua elektrodenya. Agar hasil penyetruman akumulator lebih baik, maka arus yang digunakan untuk mengisi kecil dan waktu pengisian lama. Besarnya arus listrik diatur dengan reostat. Pada saat pengisian terjadi penguapan asam sulfat, sehingga menambah kepekatan asam sulfat dan permukaan asam sulfat turun. Oleh sebab itu, perlu ditambah air akumulator kembali. Susunan akumulator yang akan disetrum (diisi) dalam keadaan masih kosong, yaitu kutub positif (anode) terbuat dari timbal dioksida (PbSO4), kutub negatif (katode) terbuat dari timbal murni (PbSO4), dan larutan elektrolit terbuat dari asam sulfat (H2SO4) encer. Reaksi kimia saat akumulator diisi, yaitu : pada elektrolit : H2SO4 2H+ + SO4 2 pada anode : PbSO4 + SO H2O PbO2 + 2H2SO4 pada katode: PbSO4 + 2H+ Pb + H2SO4 Jadi, saat penyetruman akumulator pada prinsipnya mengubah anode dan katode yang berupa timbal sulfat (PbSO4) menjadi timbal dioksida (PbO2) dan timbal murni (Pb). 38

35 2.5.4 Perhitungan Penggunaan Baterai Atau Aki Kapasitas aki ditentukan dengan satuan Ampere-hour atau diringkas dengan satuan Ah, yaitu ukuran besarnya daya simpan aki. Tegangan DC aki yang berstandar 6V, 9V, 12V, 24V dan 48V adalah sangat umum sekali di pasaran. Untuk menentukan berapa buah aki yang dibutuhkan untuk menyimpan arus yang disalurkan ke beban, maka perlu diketahui bahwa besarnya beban dan jenis aki yang dipilih. Untuk tujuan perhitungan, bisa menggunakan contoh perhitungan seperti di bawah ini : Misalkan : Total Beban Digunakan = 1200 Watt-jam/hari Diketahui : Jenis Voltase Aki yang akan dipakai = 12V Maka aki yang dibutuhkan harus dengan spesifikasi Ah seperti berikut : Total Kapasitas Aki = P/V = 1200/12V = 100Ah Jumlah Aki yang diperlukan = 1 buah Aki (berkapasitas 12V, 100Ah) Jika hanya 1 buah aki yang diterapkan, hal ini berarti aki tunggal ini akan habis dayanya setelah dipakai 24 jam tanpa pengisian. Apabila membutuhkan suplai energi arus DC yang tidak boleh berhenti atau kosong untuk mensuplai beban, maka harus dilakukan kapasitas bank aki yang perlu ditingkatkan. Dengan cara menambah kapasitas bank aki dan meningkatkan 2 kali lipat kapasitas aki, yaitu menjadi 2 buah aki (12V, 100Ah). 39

36 2.6 PWM ( Pulse Width Modulation ) Pulse Width Modulation (PWM) adalah suatu metode yang cukup efektif untuk mengendalikan kecepatan motor DC. PWM ini bekerja dengan cara membuat gelombang persegi atau kotak yang memiliki perbandingan pulsa high terhadap pulsa low tertentu, biasanya diskalakan dari 0 hingga 100%. Gelombang persegi ini memiliki frekuensi tetap namun lebar pulsa high dan low dalam 1 periode yang akan diatur. Perbandingan pulsa high terhadap low ini akan menentukan jumlah daya yang diberikan ke motor DC. Untuk menjalankan motor DC dengan PWM tidak dapat digunakan relay, melainkan harus digunakan rangkaian driver motor DC lainnya. Rangkaian driver ini bisa menggunakan kombinasi rangkaian full bridge atau half bridge menggunakan transistor atau MOSFET. Gambar 2.31 Bentuk gelombang PWM Cara pengaturan kecepatan dengan menggunakan teknik PWM (Pulse Width Modulation) yang merupakan salah satu teknik untuk mengatur kecepatan motor DC yang umum digunakan. Dengan menggunakan PWM kita dapat mengatur kecepatan yang diinginkan dengan mudah. Teknik PWM untuk pengaturan kecepatan motor adalah pengaturan kecepatan motor dengan cara merubah-rubah besarnya duty cycle pulsa. Pulsa yang yang berubah ubah duty cycle-nya inilah yang menentukan kecepatan motor. Besarnya amplitudo dan frekuensi pulsa adalah tetap, sedangkan besarnya duty cycle berubah-ubah sesuai dengan kecepatan yang diinginkan, semakin besar duty cylce maka semakin cepat pula kecepatan motor, dan sebaliknya semakin kecil duty cycle maka semakin pelan pula kecepatan motor. Duty 40

37 cycle adalah kondisi ketika pulsa berada di puncak gelombang atau pada posisi ON dalam satu periode. Sebagai contoh bentuk pulsa yang dikirimkan adalah seperti pada gambar 2.43 pulsa kotak dengan duty cycle pulsa 10%, 50% dan 90%. Gambar 2.32 Duty cycle 10%, 50% dan 90% Semakin besar duty cycle pulsa kotak, maka semakin lama pula posisi logika high. Jika motor diatur agar berjalan ketika diberi logika high, maka jika memberi pulsa seperti pada gambar 2.43 diatas, maka motor akan berada pada kondisi nyala-mati-nyala-mati sesuai dengan bentuk pulsa tersesebut. Semakin lama motor berada pada kondisi nyala maka semakin cepat pula kecepatan motor tersebut. Motor akan berputar dengan kecepatan maksimum jika mendapat pulsa dengan duty cycle 100%. Dengan kata lain motor mendapat logika high terus menerus. Duty cycle pada PWM dapat dinyatakan sebagai berikut : T on DUTY CYCLE = x100%...persamaan 2.9 T on +T off 41

38 Duty cycle 100% berarti sinyal tegangan pengatur motor dilewatkan seluruhnya. Jika tegangan catu 48V, maka motor akan mendapat tegangan 48V. pada duty cycle 50%, tegangan pada motor hanya akan diberikan 50% dari total tegangan yang ada yaitu 24V, begitu seterusnya. Dengan mengatur besarnya duty cycle pulsa kotak yang dikirimkan, kita dapat mengatur banyaknya logika high yang diberikan pada motor, dengan kata lain mengatur lamanya waktu motor untuk berputar dalam satu periode pulsa. Jika lamanya waktu motor untuk berputar dalam satu periode pulsa ini berubah maka kecepatan purtaran motor juga akan berubah, sesuai dengan duty cycle atau waktu motor untuk berputar dalam satu periode pulsa. 2.7 Penggerak Elektronik Daya (Driver) Penggerak elektronik daya atau biasa disebut dengan driver merupakan suatu rangkaian sistem elektronik yang berfungsi untuk menggerakkan motor listrik DC. Komponen utama pada driver ini merupakan solid state yang berfungsi sebagai switching atau penyakelaran. Transistor yang digunakan untuk motor listrik DC ini bukan transistor biasa, akan tetapi biasanya menggunakan transistor-transistor daya seperti MOSFET (metal oxide semiconductor field effect transistor), IGBT (insulated gate bipolar transistor), dan sebagainya. Gambar 2.33 Rangkaian Full Bridge 42

39 Pada proyek akhir ini merupakan penggerak elektronik daya untuk motor brushless DC, sehingga rangkaian yang digunakan adalah rangkaian full bridge dengan menggunakan 6 buah transistor daya elektromagnetik MOSFET. Cara kerja dari driver full bridge motor brushless DC ialah hanya mengatur switching time pada 6 buah MOSFET secara bergiliran sesuai dengan tahapan yang dibutuhkan oleh motor brushless DC. Untuk mengatur waktu penyakelaran tersebut menggunakan mikrokontroler. 43

Draft MOTOR BLDC (BRUSHLESS DC MOTOR)

Draft MOTOR BLDC (BRUSHLESS DC MOTOR) BAB 1 MOTOR BLDC (BRUSHLESS DC MOTOR) Motor DC Brushless atau dikenal juga dengan nama electronically commutated motor (motor komutasi elektrik) adalah jenis motor sinkron yang disuplai oleh sumber listrik

Lebih terperinci

PNPN DEVICES. Pertemuan Ke-15. OLEH : ALFITH, S.Pd, M.Pd

PNPN DEVICES. Pertemuan Ke-15. OLEH : ALFITH, S.Pd, M.Pd PNPN DEVICES Pertemuan Ke-15 OLEH : ALFITH, S.Pd, M.Pd 1 TRIAC TRIAC boleh dikatakan SCR adalah thyristor yang unidirectional, karena ketika ON hanya bisa melewatkan arus satu arah saja yaitu dari anoda

Lebih terperinci

Transistor Efek Medan - Field Effect Transistor (FET)

Transistor Efek Medan - Field Effect Transistor (FET) Transistor Efek Medan - Field Effect Transistor (FET) Jenis lain dari transitor adalah Field effect Transistor. Perbedaan utama antara BJT dengan FET adalah pada pengontrol kerja dari transistor tersebut.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka 59 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat Mulai Tinjauan pustaka Simulasi dan perancangan alat untuk pengendali kecepatan motor DC dengan kontroler PID analog

Lebih terperinci

SISTEM PENGENDALIAN MOTOR SINKRON SATU FASA BERBASIS MIKROKONTROLER

SISTEM PENGENDALIAN MOTOR SINKRON SATU FASA BERBASIS MIKROKONTROLER SISTEM PENGENDALIAN MOTOR SINKRON SATU FASA BERBASIS MIKROKONTROLER Deni Almanda 1, Anodin Nur Alamsyah 2 1) 2) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta Jl. Cempaka Putih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efesiensi, torsi, kecepatan tinggi dan dapat divariasikan, serta biaya perawatan

BAB I PENDAHULUAN. efesiensi, torsi, kecepatan tinggi dan dapat divariasikan, serta biaya perawatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan teknologi, kebutuhan akan motor yang memiliki efesiensi, torsi, kecepatan tinggi dan dapat divariasikan, serta biaya perawatan rendah semakin meningkat.

Lebih terperinci

MOTOR DC BRUSHLESS TIGA FASA-SATU KUTUB

MOTOR DC BRUSHLESS TIGA FASA-SATU KUTUB ORBITH Vol. 8 No. 1 Maret 2012: 32-37 MOTOR DC BRUSHLESS TIGA FASA-SATU KUTUB Oleh : Djodi Antono Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Semarang Jln. Prof. Sudarto Tembalang Semarang 50275

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perangkat Keras ( Hardware) Dalam pembuatan tugas akhir ini diperlukan penguasaan materi yang digunakan untuk merancang kendali peralatan listrik rumah. Materi tersebut merupakan

Lebih terperinci

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Brilliant Adhi Prabowo Pusat Penelitian Informatika, LIPI brilliant@informatika.lipi.go.id Abstrak Motor dc lebih sering digunakan

Lebih terperinci

TEORI DASAR. 2.1 Pengertian

TEORI DASAR. 2.1 Pengertian TEORI DASAR 2.1 Pengertian Dioda adalah piranti elektronik yang hanya dapat melewatkan arus/tegangan dalam satu arah saja, dimana dioda merupakan jenis VACUUM tube yang memiliki dua buah elektroda. Karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inverter BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kedudukan inverter pada sistem pembangkit listrik tenaga surya atau PLTS adalah sebagai peeralatan yang mengubah listrik arus searah (DC) menjadi listrik arus bolak-balik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada rancang bangun pengukur kecepatan kendaraan menggunakan sensor GMR adalah metode deskriftif dan eksperimen. Melalui

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING DENGAN BIAYA BOPTN

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING DENGAN BIAYA BOPTN LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING DENGAN BIAYA BOPTN RANCANG BANGUN KENDALI DIGITAL MOTOR BLDC UNTUK MOBIL LISTRIK UNIVERSITAS JEMBER Tahun ke 1 dari rencana 2 tahun Oleh Hari Arbiantara Basuki, ST., MT

Lebih terperinci

1 DC SWITCH 1.1 TUJUAN

1 DC SWITCH 1.1 TUJUAN 1 DC SWITCH 1.1 TUJUAN 1.Praktikan dapat memahami prinsip dasar saklar elektronik menggunakan transistor. 2.Praktikan dapat memahami prinsip dasar saklar elektronik menggunakan MOSFET. 3.Praktikan dapat

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1. Spesifikasi Sistem 4.1.1. Spesifikasi Baterai Berikut ini merupakan spesifikasi dari baterai yang digunakan: Merk: MF Jenis Konstruksi: Valve Regulated Lead Acid (VRLA)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan,

TINJAUAN PUSTAKA. Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan, 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem kontrol (control system) Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan, memerintah dan mengatur keadaan dari suatu sistem. [1] Sistem kontrol terbagi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik robot. Sedangkan untuk pembuatan perangkat

Lebih terperinci

Komponen Komponen elektronika DIODA Dioda Silikon Dan Germanium Dioda adalah komponen semiconductor yang paling sederhana, ia terdiri atas dua

Komponen Komponen elektronika DIODA Dioda Silikon Dan Germanium Dioda adalah komponen semiconductor yang paling sederhana, ia terdiri atas dua Komponen Komponen elektronika DIODA Dioda Silikon Dan Germanium Dioda adalah komponen semiconductor yang paling sederhana, ia terdiri atas dua elektroda yaitu katoda dan anoda. Ujung badan dioda biasanya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pergerakan meja kerja digerakan oleh sebuah motor sebagai penggerak dan poros

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pergerakan meja kerja digerakan oleh sebuah motor sebagai penggerak dan poros 46 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penggerak Poros Ulir Pergerakan meja kerja digerakan oleh sebuah motor sebagai penggerak dan poros ulir sebagai pengubah gaya puntir motor menjadi gaya dorong pada meja kerja

Lebih terperinci

BAB III KARAKTERISTIK SENSOR LDR

BAB III KARAKTERISTIK SENSOR LDR BAB III KARAKTERISTIK SENSOR LDR 3.1 Prinsip Kerja Sensor LDR LDR (Light Dependent Resistor) adalah suatu komponen elektronik yang resistansinya berubah ubah tergantung pada intensitas cahaya. Jika intensitas

Lebih terperinci

Diode) Blastica PAR LED. Par. tetapi bisa. hingga 3W per. jalan, tataa. High. dan White. Jauh lebih. kuat. Red. White. Blue. Yellow. Green.

Diode) Blastica PAR LED. Par. tetapi bisa. hingga 3W per. jalan, tataa. High. dan White. Jauh lebih. kuat. Red. White. Blue. Yellow. Green. Par LED W PAR LED (Parabolic Light Emitting Diode) Tidak bisa dielakkan bahwa teknologi lampu LED (Light Emitting Diode) akan menggantikan lampu pijar halogen, TL (tube lamp) dan yang lain. Hal ini karena

Lebih terperinci

DASAR MOTOR STEPPER. I. Pendahuluan.

DASAR MOTOR STEPPER. I. Pendahuluan. DASAR MOTOR STEPPER I. Pendahuluan Motor stepper adalah perangkat elektromekanis yang bekerja dengan mengubah pulsa elektronis menjadi gerakan mekanis diskrit. Motor stepper bergerak berdasarkan urutan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Perancangan Alat Perancangan merupakan suatu tahap yang sangat penting dalam pembuatan suatu alat, sebab dengan menganalisa komponen yang digunakan maka alat yang akan dibuat

Lebih terperinci

Bab V. Motor DC (Direct Current)

Bab V. Motor DC (Direct Current) Bab V Motor DC (Direct Current) 52 5.1. Pendahuluan Salah satu komponen yang tidak dapat dilupakan dalam sistem pengaturan adalah aktuator. Aktuator adalah komponen yang selalu bergerak mengubah energi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik dan pembuatan mekanik turbin. Sedangkan untuk pembuatan media putar untuk

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem serta realisasi perangkat keras pada perancangan skripsi ini. 3.1. Gambaran Alat Alat yang akan direalisasikan adalah sebuah alat

Lebih terperinci

BAB III DESAIN BUCK CHOPPER SEBAGAI CATU POWER LED DENGAN KENDALI ARUS. Pada bagian ini akan dibahas cara menkontrol converter tipe buck untuk

BAB III DESAIN BUCK CHOPPER SEBAGAI CATU POWER LED DENGAN KENDALI ARUS. Pada bagian ini akan dibahas cara menkontrol converter tipe buck untuk BAB III DESAIN BUCK CHOPPER SEBAGAI CATU POWER LED DENGAN KENDALI ARUS 3.1. Pendahuluan Pada bagian ini akan dibahas cara menkontrol converter tipe buck untuk menghidupkan HPL (High Power LED) dengan watt

Lebih terperinci

TUGAS DAN EVALUASI. 2. Tuliska macam macam thyristor dan jelaskan dengan gambar cara kerjanya!

TUGAS DAN EVALUASI. 2. Tuliska macam macam thyristor dan jelaskan dengan gambar cara kerjanya! TUGAS DAN EVALUASI 1. Apa yang dimaksud dengan elektronika daya? Elektronika daya dapat didefinisikan sebagai penerapan elektronika solid-state untuk pengendalian dan konversi tenaga listrik. Elektronika

Lebih terperinci

Jenis-jenis Komponen Elektronika, Fungsi dan Simbolnya

Jenis-jenis Komponen Elektronika, Fungsi dan Simbolnya Jenis-jenis Komponen Elektronika, Fungsi dan Simbolnya Peralatan Elektronika adalah sebuah peralatan yang terbentuk dari beberapa Jenis Komponen Elektronika dan masing-masing Komponen Elektronika tersebut

Lebih terperinci

BAB I SEMIKONDUKTOR DAYA

BAB I SEMIKONDUKTOR DAYA BAB I SEMIKONDUKTOR DAYA KOMPETENSI DASAR Setelah mengikuti materi ini diharapkan mahasiswa memiliki kompetensi: Menguasai karakteristik semikonduktor daya yang dioperasikan sebagai pensakelaran, pengubah,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 39 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik Eskalator. Sedangkan untuk pembuatan

Lebih terperinci

ROBOT LINE FOLLOWER ANALOG

ROBOT LINE FOLLOWER ANALOG ROBOT LINE FOLLOWER ANALOG ABSTRAK Dalam makalah ini akan dibahas mengenai robot Line Follower. Robot ini merupakan salah satu bentuk robot beroda yang memiliki komponen utama diantaranya, seperti resistor,

Lebih terperinci

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1)

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1) TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1) DASAR ELEKTRONIKA KOMPONEN ELEKTRONIKA SISTEM BILANGAN KONVERSI DATA LOGIC HARDWARE KOMPONEN ELEKTRONIKA PASSIVE ELECTRONIC ACTIVE ELECTRONICS (DIODE

Lebih terperinci

M O T O R D C. Motor arus searah (motor dc) telah ada selama lebih dari seabad. Keberadaan motor dc telah membawa perubahan besar sejak dikenalkan

M O T O R D C. Motor arus searah (motor dc) telah ada selama lebih dari seabad. Keberadaan motor dc telah membawa perubahan besar sejak dikenalkan M O T O R D C Motor arus searah (motor dc) telah ada selama lebih dari seabad. Keberadaan motor dc telah membawa perubahan besar sejak dikenalkan motor induksi, atau terkadang disebut Ac Shunt Motor. Motor

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen murni. Eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh frekuensi medan eksitasi terhadap

Lebih terperinci

TUGAS PERTANYAAN SOAL

TUGAS PERTANYAAN SOAL Nama: Soni Kurniawan Kelas : LT-2B No : 19 TUGAS PERTANYAAN SOAL 1. Jangkar sebuah motor DC tegangan 230 volt dengan tahanan 0.312 ohm dan mengambil arus 48 A ketika dioperasikan pada beban normal. a.

Lebih terperinci

Pendahuluan. 1. Timer (IC NE 555)

Pendahuluan. 1. Timer (IC NE 555) Pada laporan ini akan menyajikan bagaimana efisien sebuah power supply untuk LED. Dengan menggunakan rangkaian buck converter diharapkan dapat memberikan tegangan dan arus pada beban akan menjadi stabil,

Lebih terperinci

Pendahuluan. Prinsip Kerja Motor Stepper

Pendahuluan. Prinsip Kerja Motor Stepper Pendahuluan Motor stepper adalah perangkat elektromekanis yang bekerja dengan mengubah pulsa elektronis menjadi gerakan mekanis diskrit. Motor stepper bergerak berdasarkan urutan pulsa yang diberikan kepada

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. eletronis dan software kontroler. Konstruksi fisik line follower robot didesain

BAB III PERANCANGAN ALAT. eletronis dan software kontroler. Konstruksi fisik line follower robot didesain BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Konstruksi Fisik Line Follower Robot Konstruksi fisik suatu robot menjadi dasar tumpuan dari rangkaian eletronis dan software kontroler. Konstruksi fisik line follower robot

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN IMPLEMENTASI

BAB III DESAIN DAN IMPLEMENTASI BAB III DESAIN DAN IMPLEMENTASI 3.1 Pendahuluan Pada tugas akhir ini akan membahas tentang pengisian batere dengan metode constant current constant voltage. Pada implementasinya mengunakan rangkaian konverter

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. relevan dengan perangkat yang akan dirancang bangun yaitu trainer Variable Speed

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. relevan dengan perangkat yang akan dirancang bangun yaitu trainer Variable Speed BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Dalam tugas akhir ini, penulis memaparkan empat penelitian terdahulu yang relevan dengan perangkat yang akan dirancang bangun yaitu trainer Variable Speed Drive

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan III-1 BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Perancangan Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan menghasilkan suatu sistem yang dapat mengontrol cahaya pada lampu pijar untuk pencahayaanya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dan perancangan tugas akhir dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011 sampai dengan

Lebih terperinci

Pertemuan 10 A. Tujuan 1. Standard Kompetensi: Mempersiapkan Pekerjaan Merangkai Komponen

Pertemuan 10 A. Tujuan 1. Standard Kompetensi: Mempersiapkan Pekerjaan Merangkai Komponen Pertemuan 10 A. Tujuan 1. Standard Kompetensi: Mempersiapkan Pekerjaan Merangkai Komponen Elektronik 2. Kompetensi Dasar : Memahami komponen dasar elektronika B. Pokok Bahasan : Komponen Dasar Elektronika

Lebih terperinci

KEGIATAN BELAJAR 3 B. DASAR TEORI 1. MOSFET

KEGIATAN BELAJAR 3 B. DASAR TEORI 1. MOSFET KEGIATAN BELAJAR 3 A. Tujuan a. Mahasiswa diharapkan dapat memahami karakteristik switching dari mosfet b. Mahasiswa diharapkan dapat menggambarkan kurva karakteristik v-i masukan dan keluaran mosfet.

Lebih terperinci

BAB II. 1. Motor arus searah penguatan terpisah, bila arus penguat medan rotor. dan medan stator diperoleh dari luar motor.

BAB II. 1. Motor arus searah penguatan terpisah, bila arus penguat medan rotor. dan medan stator diperoleh dari luar motor. BAB II MOTOR ARUS SEARAH II.1. Umum (8,9) Motor arus searah adalah suatu mesin yang berfungsi mengubah energi listrik menjadi energi mekanik, dimana energi gerak tersebut berupa putaran dari motor. Ditinjau

Lebih terperinci

KENDALI MOTOR DC. 3. Mahasiswa memahami pengontrolan arah putar dan kecepatan motor DC menggunakan

KENDALI MOTOR DC. 3. Mahasiswa memahami pengontrolan arah putar dan kecepatan motor DC menggunakan KEGIATAN BELAJAR 7 KENDALI MOTOR DC A. Tujuan 1. Mahasiswa memahami penerapan switching dengan rangkaian H-bridge pada motor DC 2. Mahasiswa memahami pengontrolan arah dan kecepatan motor DC menggunakan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi dari skripsi meliputi gambaran alat, cara kerja sistem dan modul yang digunakan. Gambar 3.1 merupakan diagram cara

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Teori Catu Daya Tak Terputus

BAB II DASAR TEORI 2.1. Teori Catu Daya Tak Terputus BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merealisasikan sistem. Teori-teori yang digunakan dalam pembuatan skripsi ini adalah teori catu

Lebih terperinci

SOAL UJIAN PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DAN PRAKARYA REKAYASA TEKNOLOGI (ELEKTRONIKA)

SOAL UJIAN PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DAN PRAKARYA REKAYASA TEKNOLOGI (ELEKTRONIKA) SOAL UJIAN PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DAN PRAKARYA REKAYASA TEKNOLOGI (ELEKTRONIKA) 1. Komponen elektronik yang berfungsi untuk membatasi arus listrik yang lewat dinamakan A. Kapasitor D. Transistor B. Induktor

Lebih terperinci

SEMIKONDUKTOR. Komponen Semikonduktor I. DIODE

SEMIKONDUKTOR. Komponen Semikonduktor I. DIODE SEMIKONDUKTOR Komponen Semikonduktor Di dunia listrik dan elektronika dikenal bahan yang tidak bisa mengalirkan listrik (isolator) dan bahan yang bisa mengalirkan listrik (konduktor). Gbr. 1. Tingkatan

Lebih terperinci

BAB III KOMPONEN ELEKTRONIKA

BAB III KOMPONEN ELEKTRONIKA BAB III KOMPONEN ELEKTRONIKA Komponen elektronika dapat dibagi menjadi 2 yaitu: 1. Komponen Pasif: merupakan komponen yang dapat bekerja tanpa sumber tegangan. a. Resistor b. Kapasitor c. Induktor 2. Komponen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Solar Cell Solar Cell atau panel surya adalah suatu komponen pembangkit listrik yang mampu mengkonversi sinar matahari menjadi arus listrik atas dasar efek fotovoltaik. untuk mendapatkan

Lebih terperinci

KOMPONEN DASAR ELEKTRONIKA. Prakarya X

KOMPONEN DASAR ELEKTRONIKA. Prakarya X KOMPONEN DASAR ELEKTRONIKA Prakarya X Ukuran Komponen Elektronika Komponen Elektronika? Peralatan Elektronika adalah sebuah peralatan yang terbentuk dari beberapa Jenis Komponen Elektronika dan masing-masing

Lebih terperinci

TRANSISTOR EFEK-MEDAN (FIELD-EFFECT TRANSISTOR)

TRANSISTOR EFEK-MEDAN (FIELD-EFFECT TRANSISTOR) "! # 3 2! 12 TANSISTO EFEK-MEDAN (FIELD-EFFECT TANSISTO) 12.1 Pengatar Fungsi utama dari sebuah penguat adalah untuk menghasilkan penguatan isyarat dengan tingkat penguatan tertentu. Transistor unipolar

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SUPLAI DAYA LISTRIK BEBAN PARSIAL 200 WATT MENGGUNAKAN AKUMULATOR DENGAN METODA SWITCHING

RANCANG BANGUN SUPLAI DAYA LISTRIK BEBAN PARSIAL 200 WATT MENGGUNAKAN AKUMULATOR DENGAN METODA SWITCHING RANCANG BANGUN SUPLAI DAYA LISTRIK BEBAN PARSIAL 200 WATT MENGGUNAKAN AKUMULATOR DENGAN METODA SWITCHING LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Menyelesaikan Program Diploma III Oleh

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1.(a). Blok Diagram Kelas D dengan Dua Aras Keluaran. (b). Blok Diagram Kelas D dengan Tiga Aras Keluaran.

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1.(a). Blok Diagram Kelas D dengan Dua Aras Keluaran. (b). Blok Diagram Kelas D dengan Tiga Aras Keluaran. BAB II DASAR TEORI Dalam bab dua ini penulis akan menjelaskan teori teori penunjang utama dalam merancang penguat audio kelas D tanpa tapis LC pada bagian keluaran menerapkan modulasi dengan tiga aras

Lebih terperinci

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. tersebut berupa putaran rotor. Proses pengkonversian energi listrik menjadi energi

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. tersebut berupa putaran rotor. Proses pengkonversian energi listrik menjadi energi BAB II MOTOR ARUS SEARAH II.1 Umum Motor arus searah ialah suatu mesin listrik yang berfungsi mengubah energi listrik arus searah (listrik DC) menjadi energi gerak atau energi mekanik, dimana energi gerak

Lebih terperinci

Hubungan Antara Tegangan dan RPM Pada Motor Listrik

Hubungan Antara Tegangan dan RPM Pada Motor Listrik 1 Hubungan Antara Tegangan dan RPM Pada Motor Listrik Pada motor DC berlaku persamaan-persamaan berikut : V = E+I a Ra, E = C n Ф, n =E/C.Ф Dari persamaan-persamaan diatas didapat : n = (V-Ra.Ra) / C.Ф

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Catu Daya / power supply Power supply adalah rangkaian elektronika yang berfungsi untuk memberikan tegangan listrik yang dibutuhkan oleh suatu rangkaian elektronika. Dalam

Lebih terperinci

SISTEM PENGEREMAN ELEKTRIS BRUSHLESS DC MOTOR MENGGUNAKAN BIDIRECTIONAL INVERTER UNTUK APLIKASI KENDARAAN LISTRIK

SISTEM PENGEREMAN ELEKTRIS BRUSHLESS DC MOTOR MENGGUNAKAN BIDIRECTIONAL INVERTER UNTUK APLIKASI KENDARAAN LISTRIK SISTEM PENGEREMAN ELEKTRIS BRUSHLESS DC MOTOR MENGGUNAKAN BIDIRECTIONAL INVERTER UNTUK APLIKASI KENDARAAN LISTRIK AHMAD AFIF FAHMI 2209100130 Dosen Pembimbing: Prof. Ir. Mochamad Ashari, M.Eng., Ph.D Heri

Lebih terperinci

PENULISAN ILMIAH LAMPU KEDIP

PENULISAN ILMIAH LAMPU KEDIP PENULISAN ILMIAH LAMPU KEDIP BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Integrated Circuit 4017 Integrated Circuit 4017 adalah jenis integrated circuit dari keluarga Complentary Metal Oxide Semiconductor (CMOS). Beroperasi

Lebih terperinci

Dioda Semikonduktor dan Rangkaiannya

Dioda Semikonduktor dan Rangkaiannya - 2 Dioda Semikonduktor dan Rangkaiannya Missa Lamsani Hal 1 SAP Semikonduktor tipe P dan tipe N, pembawa mayoritas dan pembawa minoritas pada kedua jenis bahan tersebut. Sambungan P-N, daerah deplesi

Lebih terperinci

Bab VI. Motor Stepper

Bab VI. Motor Stepper Bab VI Motor Stepper 64 6.1. Pendahuluan Motor stepper adalah motor DC yang khusus berputar dalam suatu derajat yang tetap yang disebut step (langkah). Satu step antara 0,9 sampai 90. Motor stepper terdiri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. MOSFET MOSFET atau Metal Oxyde Semiconductor Field Effect Transistor merupakan salah satu jenis transistor efek medan (FET). MOSFET memiliki tiga pin yaitu gerbang (gate), penguras

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN SMPS JENIS PUSH PULL. Pada bab ini dijelaskan tentang perancangan power supply switching push pull

BAB III RANCANGAN SMPS JENIS PUSH PULL. Pada bab ini dijelaskan tentang perancangan power supply switching push pull BAB III RANCANGAN SMPS JENIS PUSH PULL 3.1 Pendahuluan Pada bab ini dijelaskan tentang perancangan power supply switching push pull konverter sebagai catu daya kontroler. Power supply switching akan mensupply

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sebagai Sumber angin telah dimanfaatkan oleh manusaia sejak dahulu, yaitu untuk transportasi, misalnya perahu layar, untuk industri dan pertanian, misalnya kincir angin untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 2 BAB III METODE PENELITIAN Pada skripsi ini metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen (uji coba). Tujuan yang ingin dicapai adalah membuat suatu alat yang dapat mengkonversi tegangan DC ke AC.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DESAIN POMPA AIR BRUSHLESS DC. DENGAN MENGGUNAKAN dspic30f2020

BAB III PERANCANGAN DESAIN POMPA AIR BRUSHLESS DC. DENGAN MENGGUNAKAN dspic30f2020 BAB III PERANCANGAN DESAIN POMPA AIR BRUSHLESS DC DENGAN MENGGUNAKAN dspic30f2020 3.1. Pendahuluan Pada bab III ini akan dijelaskan mengenai perancangan Pompa Air Brushless DC yang dikendalikan oleh Inverter

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Perancangan Perancangan merupakan suatu tahap yang sangat penting dalam pembuatan suatu alat, sebab dengan menganalisa komponen yang digunakan maka alat yang akan dibuat dapat

Lebih terperinci

NAMA :M. FAISAL FARUQI NIM : TUGAS:ELEKTRONIKA DAYA -BUCK CONVERTER

NAMA :M. FAISAL FARUQI NIM : TUGAS:ELEKTRONIKA DAYA -BUCK CONVERTER NAMA :M. FAISAL FARUQI NIM :2201141004 TUGAS:ELEKTRONIKA DAYA -BUCK CONVERTER Rangkaian ini merupakan salah satu konverter DC-DC pada Elektronika Daya (ELDA). Dengan rangkaian Buck-Converter ini, kita

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai BAB II DASAR TEORI 2.1 Arduino Uno R3 Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Medan Magnet Medan Magnet, dalam ilmu Fisika, adalah suatu medan yang dibentuk dengan menggerakan muatan listrik (arus listrik) yang menyebabkan munculnya gaya di muatan listrik

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN. 3.1 Perencanaan kerja alat Secara Blok Diagram. Rangkaian Setting. Rangkaian Pengendali. Rangkaian Output. Elektroda. Gambar 3.

BAB III PERENCANAAN. 3.1 Perencanaan kerja alat Secara Blok Diagram. Rangkaian Setting. Rangkaian Pengendali. Rangkaian Output. Elektroda. Gambar 3. 27 BAB III PERENCANAAN 3.1 Perencanaan kerja alat Secara Blok Diagram Power Supply Rangkaian Setting Indikator (Led) Rangkaian Pengendali Rangkaian Output Line AC Elektroda Gambar 3.1 Blok Diagram Untuk

Lebih terperinci

PENGERTIAN THYRISTOR

PENGERTIAN THYRISTOR PENGERTIAN THYRISTOR Thyristor merupakan salah satu devais semikonduktor daya yang paling penting dan telah digunakan secara ekstensif pada rangkaian elektronika daya.thyristor biasanya digunakan sebagai

Lebih terperinci

Dasar Teori Generator Sinkron Tiga Fasa

Dasar Teori Generator Sinkron Tiga Fasa Dasar Teori Generator Sinkron Tiga Fasa Hampir semua energi listrik dibangkitkan dengan menggunakan mesin sinkron. Generator sinkron (sering disebut alternator) adalah mesin sinkron yangdigunakan untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS 4.1. Topik 1. Rangkaian Pemicu SCR dengan Menggunakan Rangkaian RC (Penyearah Setengah Gelombang dan Penyearah Gelombang Penuh). A. Penyearah Setengah Gelombang Gambar

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM KONVERSI ENERGI LISTRIK AC KE DC PADA STO SLIPI

BAB IV SISTEM KONVERSI ENERGI LISTRIK AC KE DC PADA STO SLIPI BAB IV SISTEM KONVERSI ENERGI LISTRIK AC KE DC PADA STO SLIPI 4.1 Umum Seperti yang telah dibahas pada bab III, energi listrik dapat diubah ubah jenis arusnya. Dari AC menjadi DC atau sebaliknya. Pengkonversian

Lebih terperinci

Retno Kusumawati PENDAHULUAN. Standar Kompetensi : Memahami konsep kelistrikan dan penerapannya dalam kehidupan seharihari.

Retno Kusumawati PENDAHULUAN. Standar Kompetensi : Memahami konsep kelistrikan dan penerapannya dalam kehidupan seharihari. Retno Kusumawati Standar Kompetensi : Memahami konsep kelistrikan dan penerapannya dalam kehidupan seharihari. Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan prinsip kerja elemen dan arus listrik yang ditimbulkannya

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560

RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560 RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560 Oleh : Andreas Hamonangan S NPM : 10411790 Pembimbing 1 : Dr. Erma Triawati Ch, ST., MT. Pembimbing 2 : Desy Kristyawati,

Lebih terperinci

DASAR DASAR KELISTRIKAN DAIHATSU TRAINING CENTER

DASAR DASAR KELISTRIKAN DAIHATSU TRAINING CENTER DASAR DASAR KELISTRIKAN Dasar dasar kelistrikan Komposisi benda Substance Suatu benda bila kita bagi, kita akan mendapatkan suatu partikel yang disebut Molekul, Molekul bila kita bagi lagi kita kan mendapatkan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERACAGA SISTEM Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai perencanaan modul pengatur mas pada mobile x-ray berbasis mikrokontroller atmega8535 yang meliputi perencanaan dan pembuatan rangkaian

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Struktur Dioda

Gambar 3.1 Struktur Dioda 1 1. TEORI DASAR Dioda ialah jenis VACUUM tube yang memiliki dua buah elektroda. Dioda tabung pertama kali diciptakan oleh seorang ilmuwan dari Inggris yang bernama Sir J.A. Fleming (1849-1945) pada tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motor Arus Searah Sebuah mesin yang mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanik dikenal sebagai motor arus searah. Cara kerjanya berdasarkan prinsip, sebuah konduktor

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KENDALI. Kontrol Putaran Motor DC. Dosen Pembimbing Ahmad Fahmi

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KENDALI. Kontrol Putaran Motor DC. Dosen Pembimbing Ahmad Fahmi LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KENDALI Kontrol Putaran Motor DC Dosen Pembimbing Ahmad Fahmi Oleh: Andrik Kurniawan 130534608425 PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Aplikasi Gerbang Logika untuk Pembuatan Prototipe Penjemur Ikan Otomatis Vivi Oktavia a, Boni P. Lapanporo a*, Andi Ihwan a

Aplikasi Gerbang Logika untuk Pembuatan Prototipe Penjemur Ikan Otomatis Vivi Oktavia a, Boni P. Lapanporo a*, Andi Ihwan a Aplikasi Gerbang Logika untuk Pembuatan Prototipe Penjemur Ikan Otomatis Vivi Oktavia a, Boni P. Lapanporo a*, Andi Ihwan a a Jurusan Fisika FMIPA Universitas Tanjungpura Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Blok diagram Dibawah ini adalah gambar blok diagram dari sistem audio wireless transmitter menggunakan laser yang akan di buat : Audio player Transmitter Speaker Receiver

Lebih terperinci

BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK. elektronika dan sensor sebagai alat pendukung untuk membuat sebuah remote control

BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK. elektronika dan sensor sebagai alat pendukung untuk membuat sebuah remote control 4.1 Garis Besar Perancangan Sistem BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK Perlu diketahui bahwa system yang penulis buat ini menggunakan komponen elektronika dan sensor sebagai alat pendukung untuk membuat sebuah

Lebih terperinci

Universitas Medan Area

Universitas Medan Area BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan teori Generator listrik adalah suatu peralatan yang mengubah enersi mekanis menjadi enersi listrik. Konversi enersi berdasarkan prinsip pembangkitan tegangan induksi

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Grafik hubungan TSR (α) terhadap efisiensi turbin (%) konvensional

Gambar 2.1. Grafik hubungan TSR (α) terhadap efisiensi turbin (%) konvensional BAB II DASAR TEORI Bab ini berisi dasar teori yang berhubungan dengan perancangan skripsi antara lain daya angin, daya turbin angin, TSR (Tip Speed Ratio), aspect ratio, overlap ratio, BHP (Break Horse

Lebih terperinci

BAB II MOTOR ARUS SEARAH

BAB II MOTOR ARUS SEARAH BAB II MOTOR ARUS SEARAH 2.1 Umum Motor arus searah (motor DC) adalah mesin yang mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanis. Pada prinsip pengoperasiannya, motor arus searah sangat identik

Lebih terperinci

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Blok Diagram Sistem Sensor Gas Komparator Osilator Penyangga/ Buffer Buzzer Multivibrator Bistabil Multivibrator Astabil Motor Servo Gambar 4.1 Blok Diagram

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ROBOT PENGANTAR SURAT MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER AT89S51

RANCANG BANGUN ROBOT PENGANTAR SURAT MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER AT89S51 RANCANG BANGUN ROBOT PENGANTAR SURAT MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER AT89S51 Hariz Bafdal Rudiyanto Jurusan Teknik Elektro, Universitas Gunadarma Depok Kelapa Dua Email: hariz_bafdal@yahoo.co.id ABSTRAKSI Robot

Lebih terperinci

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip BAB II MOTOR ARUS SEARAH 2.1. Umum Motor arus searah (DC) adalah mesin yang mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip pengoperasiannya, motor arus searah

Lebih terperinci

Pengendalian Kecepatan Motor DC Magnet Permanen Dengan Menggunakan Sensor Kecepatan Rotari

Pengendalian Kecepatan Motor DC Magnet Permanen Dengan Menggunakan Sensor Kecepatan Rotari 1 Pengendalian Kecepatan Motor DC Magnet Permanen Dengan Menggunakan Sensor Kecepatan Rotari M. Wildan Hilmi, Soeprapto, dan Hery Purnomo Abstrak Pengendalian kecepatan motor dengan cara motor dikondisikan

Lebih terperinci

MODUL 04 TRANSISTOR PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018

MODUL 04 TRANSISTOR PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 MODUL 04 TRANSISTOR PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 1 TUJUAN Memahami

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KONTROL KECEPATAN MOTOR BLDC BERBASIS PROGRAMMABLE ARRAY LOGIC DENGAN METODE SIX STEP COMMUTATION

DESAIN SISTEM KONTROL KECEPATAN MOTOR BLDC BERBASIS PROGRAMMABLE ARRAY LOGIC DENGAN METODE SIX STEP COMMUTATION DESAIN SISTEM KONTROL KEEPATAN MOTOR BLD BERBASIS PROGRAMMABLE ARRAY LOGI DENGAN METODE SIX STEP OMMUTATION (DESIGN SYSTEM SPEED ONTROL BLD MOTOR BASED PROGRAMMABLE ARRAY LOGI WITH SIX STEP OMMUTATION

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KENDALI GERAK PADA PLATFORM ROBOT PENGANGKUT

PERANCANGAN SISTEM KENDALI GERAK PADA PLATFORM ROBOT PENGANGKUT PERANCANGAN SISTEM KENDALI GERAK PADA PLATFORM ROBOT PENGANGKUT Ripki Hamdi 1, Taufiq Nuzwir Nizar 2 1,2 Jurusan Teknik Komputer Unikom, Bandung 1 qie.hamdi@gmail.com, 2 taufiq.nizar@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Mikrokontroller AVR Mikrokontroller adalah suatu alat elektronika digital yang mempunyai masukan serta keluaran serta dapat di read dan write dengan cara khusus. Mikrokontroller

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dibahas tentang perancangan dua buah inverter satu fasa untuk menggerakan motor listrik jenis hysteresis motor yang berbasis dspic33fj16gs502.

Lebih terperinci