BAB III PERANCANGAN SISTEM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PERANCANGAN SISTEM"

Transkripsi

1 BAB III PERANCANGAN SISTEM Dengan memahami konsep dasar alat otomatis pencetak sabun batang pada bab sebelumnya yang mencakup gambaran sistem prinsip kerja dan komponen komponen pembentuk sistem, maka pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan sistem yang meliputi perangkat keras dan perangkat lunaknya Perancangan Mekanik Pada perancangan bagian mekanik ini terdiri dari pembuatan kerangka konveyor pengisi sabun, kerangka konveyor pendinginan sabun, belt konveyor, gear pengerak konveyor, lorong pendingin sabun dan corong penampung sabun Kerangka Konveyor Pengisi Sabun Kerangka pengisi mengunakan besi stal dengan ukuran 2 / 4 tebal 1,4 mm pengunaan besi untuk kerangka sabun sudah cukup kuat untuk menahan massa sabun. Untuk kerangka pengisian mempunyai ukuran 104 cm 53 cm 51 cm. Bagian tengah terdapat besi ulir dengan panjang 43 cm sebagai pengatur ketinggian pengisian cetakan. Bagian ujung kiri dipasang roll pengatur kekencangan belt konveyor. Sedangkan di ujung kanan dipasang roll pengerak belt konveyor. Gambar kerangka konveyor pengisian sabun dapat dilihat pada Gambar cm Gambar 3.1 Gambar Kerangka Pengisi Sabun 6

2 Kerangka Konveyor Pendinginan Sabun Dengan mengunakan bahan yang sama dengan kerangka pengisian sabun, kerangka konveyor pendinginan sabun mempunyai ukuran 105 cm 53 cm 51 cm. Pada bagian kanan kiri dipasang kerangka tambahan berbentuk n dengan panjang 46 cm 20 cm sebagai penyangga pendingin. Bagian ujung kanan terdapat roll pengatur kekecangan belt konveyor. Pada ujung kiri dipasang roll pengerak konveyor. Gambar kerangka konveyor pendinginan sabun dapat dilihat pada Gambar ,5cm 20cm Gambar 3.2 Kerangka Konveyor Pendinginan Sabun Belt Konveyor Belt konveyor yang digunakan adalah jenis PVC (Poly Vinyl Chloride) yang biasa digunakan untuk industri makanaan minuman atau UKM. PVC Belt memiliki kekuatan tinggi dan ketahanan yang baik dari aus pemakaian, serta memiliki masa pakai yang lama. PVC Belt dapat digunakan berbagai aplikasi karena sifatnya yang anti static. PVC Belt memiliki bagian bawah dari kain (Fabric) dan bagian atas Timbul (Motif Diamond). 7

3 Belt konveyor yang digunakan mempunyai ukuran 205 cm x 38 cm dengan ketebalan belt 2 mm seperti ditunjukkan pada Gambar cm 38cm Gambar 3.3 Belt Konveyor PVC Pengerak Belt Konveyor Belt konveyor digerakan oleh roll besi yang digerakan dengan gear pembanding dengan perbanding 14/18 rasio. Dengan motor wiper sebagai motor pengeraknya yang mempunyai torsi besar dan kecepatan yang pelan. Karena kecepatan kurang maka gear penggerak sisi sekunder lebih besar sehingga didapat kecepatan sesuai. Penggerak belt konveyor ditunjukkan pada Gambar cm Motor Wiper Gambar 3.4 Gear dan Motor Wiper 8

4 Lorong Pendingin Sabun Lorong ini mempunyai dimensi luar 86,5 cm 14,5 cm dan dimensi dalam 10,5 cm 6,25 cm. Untuk bagian luar mengunakan bahan triplek melamin dengan tebal 3 mm sebagai pelindung untuk bagian tengah. Bagian tengah adalah styrofoam penahan panas dari luar dan dilapisi plat aluminium 0,8 mm di bagian dalam yang digunakan penahan udara dingin dari termoelektrik. Berikut adalah gambar lorong pendingin sabun seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.5. a b Gambar 3.5 (a)tampak Samping Lorong Pendingin Sabun (b) Tampak Depan Lorong Pendingin Sabun Corong Penampung Sabun Corong ini digunakan sebagai penampung sabun sementara yang nanti nya akan membagikan sabun. Corong ini terbuat dari bahan seng dan ujung corong yang telah dipasang napel ulir gara dapat terpasang pada solenoid valve. Di sisi luar dari corong penampung ditempelkan element pemanas agar sabun yang akan ditakar tidak membeku. 9

5 Massa yang dapat ditampung maksimum 2 Kg dengan memasukan air kedalam corong penampung dan menimbangnya. Gambar penampung sabun dapat dilihat di Gambar ,5cm 25cm Gambar 3.6 Corong Penampung Sabun 3.2. Perancangan Elektrik Pada bagian elektrik ini terdiri dari beberapa komponen yaitu mikrontroler, sensor load cell, driver motor, catu daya, modul saklar, pendingin peltier, solenoid valve dan pemanas Mikrokontorler Mikrokontroler AVR Atmega 32 digunakan sebagai pengendali utama yaitu untuk mengendalikan aktif atau tidaknya motor, solenoid valve, pemanas, pendingin peltier dan memproses data dari sensor load cell. Mikrokontroler ini juga bertugas menampilkan data lewat LCD serta memproses inputan dari keypad. Mikrokontroler merupakan suatu device yang di dalamnya sudah terintegrasi dengan I/O port, RAM, ROM, sehingga dapat digunakan untuk berbagai keperluan kontroler. Mikrokontroler AVR Atmega 32 merupakan low power CMOS mikrokontroler 8 bit yang di kembangkan oleh Atmel dengan arsitektur RISC (Reduced Instruction SET Computer) sehingga dapat mencapai eksekusi instruksi 1 MIPS (Million Instruction Per Second). Mikrokontroler AVR dapat dikelompokkan menjadi 4 kelas yaitu kelas 10

6 ATtiny, kelas AT90xx, keluarga ATmega, dan kelas AT86RFxx. pada dasarnya yang membedakan masing - masing kelas adalah memori, peripheral, speed. operasi tegangan dan fungsinya sedangkan dari segi arsitektur dan instruksi yang digunakan bisa dikatakan hampir sama. Mikrokontroler AVR Atmega 32 ditunjukkan pada Gambar 3.7[2]. Gambar 3.7 Mikrokontroler AVR Atmega 32 Penjelasan konfigurasi pin pada mikrokontroler AVR Atmega 32 secara umum: 1. Pin 1 sampai 8 (port B) merupakan port paralel 8 bit dua arah (bidirectional), yang dapat di gunakan untuk general purpose dan special feature. 2. Pin 9 (reset) jika terdapat minimum pulse pada saat active low. 3. Pin 10 (VCC) di hubungkan ke Vcc (2,7-5,5 Volt). 4. Pin 11 dan 31 (GND di hubungkan ke Vss atau ground. 5. Pin 12 (XTAL 2) adalah pin masukan ke rangkaian osilator internal. Sebuah osilator kristal atau sumber osilator luar dapat digunakan. 6. Pin 13 (XTAL 1) adalah pin keluaran ke rangkaian osilator internal. Pin ini di pakai bila menggunakan osilator kristal. 7. Pin 14 sampai 21 (port D) adalah 8 bit dua arah (bidirectional I/O) port dengan internal pull-up resistors digunakan untuk general purpose dan special feature. 11

7 8. Pin 22 sampai 29 (port C) adalah 8 bit dua arah (bidirectional I/O) port dengan internal pull-up resistors digunakan untuk general purpose dan special feature. 9. Pin 30 adalah Avcc pin tegangan untuk port A dan A/D converter dan dihubungkan ke Vcc. Jika ADC digunakan maka pin ini di hubungkan ke Vcc. 10. Pin 32 adalah A REF pin yang berfungsi sebagai referensi untuk pin analog jika A/D converter digunakan. 11. Pin 33 sampai 40 (port A) adalah 8 bit dua arah arah (bidirectional I/O) port dengan internal pull-up resistors digunakan untuk general purpose. Konfigurasi penggunaan port pada mikrokontroler Atmega 32 pada skripsi ini ditunjukkan pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Konfigurasi Penggunaan Port pada Mikrokontroler Port PORTA.0 PORTA.1 PORTA.2 PORTA.3 PORTA.4 PORTA.5 PORTA.6 PORTB.0 PORTB.1 PORTB.2 PORTB.4 PORTB.5 PORTC PORTD.0 PORTD.1 PORTD.2 PORTD.3 PORTD.4 PORTD.5 Keterangan SCK Loadcell DOUT Loadcell Sensor LM35 Sensor LM35 Sensor Photodioda Sensor Photodioda Sensor Photodioda Solenoid Valve Solenoid Valve Pompa Sabun Pemanas Pendingin LCD Push Button Push Button Push Button Push Button Driver motor Driver motor 12

8 Untuk gambar minimum sistem dapat dilihat di Gambar 3.8. Gambar 3.8 Skematik Minimum Sistem ATMega Sensor Loadcell Sensor ini adalah sensor massa yang digunakan sebagai pengukur massa dari 1 takaran adonan sabun yang akan dimasukkan dalam cetakan sabun. Sensor loadcell ini dapat dilihat pada Gambar 3.9. GND SCK DOUT VCC Gambar 3.9 Loadcell Sensor ini menggunakan catu daya 5V dan terhubung langsung pada mikrokontroler sebagai pengendalinya. Sensor ini menggunakan modul HX711. Selama proses penimbangan, beban yang diberikan mengakibatkan 13

9 reaksi terhadap elemen logam pada loadcell yang mengakibatkan perubahan bentuk secara elastis. Gaya yang ditimbulkan oleh regangan ini (positif atau negatif) dikonversikan kedalam sinyal elektrik oleh strain gauge (pengukur regangan). Pengkabelan sensor loadcell dapat dilihat pada Gambar 3.10 kabel merah merupakan masukan positif sensor, hitam untuk masukan negatif, putih untuk output sinyal 1, biru atau hijau untuk output 2 yang akan dihubungkan ke modul HX711. Modul HX711 mengunakan komunikasi serial yang dihubungkan ke mikrokontroler. Gambar 3.10 Pengkabelan Sensor Loadcell Loadcell ini mempunyai beberapa kelebihan struktur yang sederhana, mudah dalam penggunaan, hasil yang stabil dan reliable, memiliki sensitivitas tinggi, dan mampu mengukur perubahan dengan cepat[3]. Dengan spesifikasi 1. Differential input voltage: ±40 mv (Full-scale differential input voltage is ± 40 mv) 2. Data accuracy: 24 bit (24 bit A / D converter chip.) 3. Refresh frequency: 80 Hz 4. Operating Voltage : 5 V DC 5. Operating current : <10 ma LCD Karakter LCD pada skripsi ini merupakan salah satu komponen pada bagian interface yang digunakan untuk menampilkan menu dari set massa, suhu pemanas dan pendingin. Melalui LCD ini, ditampilkan juga inputan yang 14

10 dimasukkan pengguna. LCD yang digunakan pada skripsi ini merupakan LCD LCD ini memiliki 4 baris karakter dan setiap barisnya terdiri atas 16 karakter. Gambar 3.10 adalah gambar LCD 16 4 dan tampilan menu pada LCD. Gambar 3.11 LCD 16 4 Konfigurasi pin LCD 16 4 ditunjukkan pada Tabel 3.2. Tabel 3.2. Konfigurasi pin LCD 16 x 4 No. Pin Nama Pin Keterangan 1 Vss Ground 2 Vdd Catu daya LCD 5V 3 VO Kontras 4 RS Register Select 5 R/W Read/Write 6 E Enable 7 DB0 Data bit 0 8 DB1 Data bit 1 9 DB2 Data bit 2 10 DB3 Data bit 3 11 DB4 Data bit 4 12 DB5 Data bit 5 13 DB6 Data bit 6 14 DB7 Data bit 7 15 LED + Catu daya positif LED 16 LED - Catu daya negatif LED 15

11 Sensor LM 35 Meskipun tegangan sensor ini dapat mencapai 30 volt akan tetapi hanya dipakai sebesar 5 volt untuk sensor, sehingga dapat digunakan dengan catu daya tunggal dengan ketentuan bahwa LM35 hanya membutuhkan arus sebesar 60 µa. Hal ini berarti LM35 mempunyai kemampuan menghasilkan panas (self-heating) dari sensor yang dapat menyebabkan kesalahan pembacaan yang rendah yaitu kurang dari 0,5ºC pada suhu 25ºC. Skematik sensor LM35 ditunjukan pada Gambar 3.12 [4]. Gambar 3.12 Skematik Sensor LM35 LM35 adalah sensor suhu yg memiliki output yang linear sebesar 10 mv/ o Celcius. Tiap kenaikan 10 mv maka suhu bertambah 1 o C. Dengan tingkat akurasi 0,5 o C dan memiliki range pengukuran antara 0 s/d 100 o C untuk mengubah dari data ADC ke celcius menggunakan persamaan sebagai berikut. SUHU = Output_ADC * Kenaikan_satu_LSB / Volt_per_Celcius dimana : Output_ADC = adalah hasil pembacaan ADC Kenaikan_satu_LSB = 4.9 (jika Vref = 5V) Volt_per_celcius = 10 (karakteristik LM35, 10 mv/ o C) Solenoid Valve Solenoid Valve adalah suatu alat kontrol yang berfungsi untuk membuka dan menutup valve / katup / kran secara otomatis. Waktu solenoid valve membuka dan menutup kran ini tergantung dari sensor yang menghubungkan sumber penggeraknya 16

12 Sumber penggerak elektrik untuk solenoid valve sendiri ada yang listrik AC (220 V, 110 V, 24 V) dan listrik DC (12 V, 24 V). Sehubungan dengan prosentase buka valve Solenoid Valve hanya bisa membuka valve 100 % atau menutup valve 100 %. Juga ada pilihan untuk tipe Normally Open (NO) dan Normally Closed. Solenoid Valve dengan tipe NO artinya pada saat tidak ada penggerak elektrik posisi valve adalah membuka 100 %. Sedangkan solenoid valve tipe NC artinya pada saat tidak ada penggerak elektrik maka posisi valvenya adalah menutup 100 %. Solenoid Valve ini dapat dilihat pada Gambar Gambar 3.13 Solenoid Valve Solenoid Valve yang digunakan adalah 2W yang menggunakan catu daya 220 V AC dan mampu bekerja dalam jangka suhu - 5 o C sampai 80 o C dan memiliki ukuran pipa keluaran sebesar 3/8 inch dengan tekanan aliran sebesar 0 7 kg / cm 2. Selanjutnya dengan menggunakan multimeter Fluke tipe 177 True RMS diatur pada bagian pengukuran arus AC pada Auto Range. Hasil pengukuran menunjukkan arus yang ditarik oleh valve sebesar 129 ma. Sedangkan tegangan yang diberikan pada valve adalah sebesar 220 V AC. Dengan demikian dapat dihitung besarnya daya yang diserap oleh valve. I = 129 ma P = V I P = P = 28 watt 17

13 Sensor Photodioda Photodioda merupakan sensor cahaya semikonduktor yang dapat mengubah besaran cahaya menjadi besaran listrik. Photodioda bekerja berdasarkan intensitas cahaya. Jika photodioda terkena cahaya maka photodioda bekerja seperti dioda pada umumnya tetapi jika tidak mendapat cahaya maka photodioda akan berperan seperti resistor dengan nilai tahanan yang besar sehingga arus listrik tidak dapat mengalir. Rangkaian photodioda ini menggunakan LED inframerah sebagai pemancar dengan catu daya 5 volt, sedangkan pada bagian penerima digunakan photodioda dengan catu daya 5 volt. Rangkaian ini akan menjadi inputan pada PORT A dimana masukannya akan diolah dengan ADC sehingga akan didapat perbedaan yang cukup signifikan antara saat photodioda mendeteksi cetakan atau tidak. Pada rangkaian pemancar infra merah besar R2 didapat dari perhitungan tegangan kerja LED infra merah = 1,6 volt. Arus yang diperbolehkan melewati LED infra merah = 10 ma ~ 20 ma. Dengan catu daya sebesar 5 volt maka: 2 = = (, ) R2 = 340 Ω Sehingga digunakan R2 sebesar 330 Ω. R1 pada rangkaian photodioda didapatkan dari percobaan untuk mendeteksi cetakan nilai yang cocok 10 kω dalam hal ini. Untuk mendeteksi cetak yang berbahan melamin putih. Gambar untai sensor photodioda dapat dilihat di Gambar V1 5V +V Photodioda Ke Mikrontroler R1 10k D1 R2 330 LED Inframerah D2 LED0 Gambar3.14 Untai Sensor Photodioda 18

14 Push Button Modul push button yang digunakan adalah aktif low (pull down). Bentuk rangkaian dari push button ditunjukkan oleh Gambar V1 5V +V R1 1k S2 Ke Mikrontroler = 1 1 = = 5 Gambar 3.15 Untai Push Button Rangkaian terdiri dari sebuah resistor yang diseri dengan tombol normally-opened (NO). Resistor berfungsi sebagai beban yang mencegah terjadinya hubungan-singkat ketika tombol ditekan. Nilai resistor yang digunakan adalah 1 kω. Jika push button tidak ditekan maka pada input mikrokontrolernya bernilai 1, jika push button ditekan maka pada input mikrontroler bernilai Catu Daya Perancangan catu daya dirancang menggunakan dua ground yang berbeda yaitu untuk mikrokontroler. Ground mikrokontroler dan ground driver motor dipisah karena pada saat pompa dinyalakan maka jalur input supply akan drop sehingga menyebabkan mikrokontroler restart. Mikrokontroler, LCD, Sensor photodioda dan Sensor load cell dicatu dengan tegangan 5 V. Sumber catu daya pada mikrokontroler dari trafo 2 A yang mempunyai output tegangan 12 V AC, dan disearahkan dengan dioda bridge. 19

15 Untuk mencatu tegangan 5 V digunakan IC regulator 7805 skema dapat dilihat pada Gambar 3.16 sedangkan pada board driver motor dan pendingin peltier menggunakan catu daya 12 V dari switching power supply. 220VAC T1 12V 0V Trafo 2A D1 4xIN C1 4700uF U1 78L05 IN OUT COM + OUT C2 10uF GND Gambar 3.16 Untai Power Supply 5 V Modul Saklar Cara kerja dari rangkaian saklar ini adalah saat dari mikrokontroler bernilai 1 atau high maka led pada optocoupler 4N35 menyala dan sisi penerima optocoupler juga akan aktif atau arus mengalir dari Vcc ke ground, sehingga pada kaki basis transistor terpicu tegangan sehingga transistor akan saturasi dan relay akan aktif dan catu daya akan aktif. Saat mikrokontroler bernilai 0 atau low maka led pada optocoupler tidak menyala dan sensor penerima tidak bekerja sehingga optocoupler akan tersambung dengan ground melalui R. Sehingga transistor tidak terpicu dengan tegangan maka transistor cutoff dan relay tidak aktif. Untai saklar ini dapat dilihat pada Gambar Gambar 3.17 Untai Saklar 20

16 Pada untai driver motor juga terdapat dioda yang berfungsi sebagai dioda free wheel yang berguna membuang arus dari tegangan induksi yang terjadi saat peralihan kondisi dari on ke off. Ketika terjadi kondisi seperti ini kumparan pada relay menyimpan arus sesaat yang besar. Hal ini sesuai dengan sifat dari kumparan yang tidak dapat membuat arus menjadi 0 dengan seketika. Apabila muatan ini tidak dibuang tegangan pada kaki kolektor bisa terlalu besar sehingga menyebabkan transistor rusak. Relay yang digunakan relay 12 volt yang mempunyai hambatan dalam sebesar 400 Ω, relay akan diberi tegangan 12 volt sehingga diperoleh arus pada kaki kolektor sebesar Ic= ( ) =, = 28,8 ma Transistor yang digunakan mempunyai hfe sebesar , sehingga dapat dicari arus yang mengalir pada kaki basis dengan hfe terkecil. Ib = =, = 0,72 ma Ke mikrokontroler R1 330 U2 OPTOISO 1 2 4N GND1 V1 12V +V R2 1k Out GND2 Gambar 3.18 Untai Optocoupler Dengan konfigurasi pada Gambar 3.18, photo transistor dapat memberikan logika HIGH pada saat led optocoupler menyala. Pada saat led aktif atau menyala maka nilai konduktifitas kaki kolektor emitor akan naik, sehingga V out mendapat sumber tegangan dari V 1 melalui kaki emitor photo transistor sehingga V out berlogika HIGH dan sebaliknya pada saat tidak menerima cahaya maka photo transistor OFF dan V out dihubungkan ke ground melalui R2 sehingga berlogika LOW. 21

17 Dari hasil pengukuran tegangan output dari optocoupler yang menggunakan tegangan 12 volt dan resistor pada optocoupler sebesar 1 kω adalah 5,6 volt maka R b dapat dicari dengan rumus. R b = =,, resistor yang dipasang 5,8 kω = 6,388 kω Driver Motor Motor membutuhkan arus yang cukup besar untuk dapat berputar. Arus yang dihasilkan mikrokontroler sebagai pengendali tidak cukup besar untuk dapat mengendalikan motor secara langsung sehingga dibutuhkan driver motor. Untai driver motor yang digunakan ditunjukkan gambar Komponen utama penyusun driver motor ini adalah MOSFET IRF530 yang diatur bekerja sebagai saklar. MOSFET IRF530 dipilih karena memiliki kemampuan penyaklaran yang cepat dan mampu mengalirkan arus yang cukup besar (Max 14 A). Selain itu juga memiliki RDS ON yang kecil (0.115 Ω) sehingga menghasilkan tegangan jatuh yang kecil ketika kondisi ON. Ketika MOSFET ON, arus akan mengalir dari catu daya (Vcc) ke ground melewati motor wiper dan MOSFET. Kondisi ini mengakibatkan motor bergerak. Ketika MOSFET OFF, tidak ada arus yang mengalir melewati motor sehingga motor tidak bergerak. Gambar 3.19 Untai Driver Motor 22

18 Untuk perhitungan R5 dan R6 merupakan rangkaian pembagi tegangan h = h = h = h = 10,9 12 Tegangan 10,9 V ini digunakan untuk sebagai syarat MOSFET ON V DS = V GS, V GS = 10 V Pemanas Pada perancangan alat ini menggunakan elemen pemanas yang digunakan untuk memanaskan adonan. Pemanas menggunakan pemanas magic com yang diletakkan di samping corong sebagai pemanas utama dengan tegangan 220 volt yang memiliki nilai resistansi sebesar 123 Ω yang didapat melalui hasil pengukuran. Untuk memanaskan sekeliling corong dipasang element penghangat magic jar menggunakan 2 element pemanas dipasang pararel dengan tegangan 220 volt dengan resistansi 820 Ω, untuk mengetahui daya total didapat dengan persamaan sebagai berikut: Elemen penghangat R1 = 820 Ω R2 = 820 Ω Dipasang pararel = 410 Ω V sumber =220 V(rms) P = v.i Dimana i = i = i = 0,53 A 23

19 P = 220 x 0,53 P = 116,6 watt Daya total pada element pemanas yaitu 116,6 watt. Dari pengukuran hambatan pada masing-masing elemen dapat dicari daya element Pendingin Peltier Elemen peltier atau pendingin termoelektrik (thermoelectric cooler) adalah alat yang dapat menimbulkan perbedaan suhu antara kedua sisinya jika dialiri arus listrik searah pada kedua kutub materialnya, dalam hal ini semikonduktor. Elemen peltier ini bekerja pada tegangan 12 V DC. Elemen peltier ini ditunjukkan pada Gambar 3.20[5]. a b Gambar 3.20 (a)pendingin Peltier, (b) Perancangan Peltier Spesifikasi Elemen peltier ditunjukkan pada Tabel 3.3. Tabel 3.3. Spesifikasi Elemen Peltier TEC

20 3.3. Diagram Alir Sistem Diagram alir sistem dibedakan menjadi dua bagian. Sistem tersebut dibedakan menjadi dua karena memudahkan dalam pembuatan sistem alat pencetak sabun alami. Diagram alir tersebut adalah diagram alir sistem penimbang dan diagram alir sistem pendingian Diagram Alir Sistem Penimbang Diagram alir sistem penimbang pertama kali adalah melakukan set suhu, set timer pendingin dan set massa sabun. Setelah suhu pemanas corong terpenuhi maka konveyor 1 berjalan hingga mendeteksi cetakan dibawah corong penampung. Cetakan yang terdeteksi membuat konveyor 1 berhenti. Valve atas pengisi adonan sabun ke corong penampung hingga massa adonan sabun sama dengan set massa. Massa sudah sama dengan set massa maka adonan sabun diisikan kecetakan hingga massa sama dengan 0. Setelah itu konveyor akan kembali berjalan hingga mendeteksi cetakan lagi, seperti yang ditunjukan pada Gambar Gambar 3.21 Flowchat Pengisian Adonan Sabun 25

21 Diagram Alir Sistem Pendinginan Dalam sistem pendinginan sabun dalam cetakan. Cetakan akan dideteksi oleh sensor 2 membuat konveyor berjalan hingga sensor tidak mendeteksi cetakan. Sesudah cetak terdeteksi sebanyak 3 kali maka timer akan berkerja sesuai dengan set timer yang dimasukan. Timer telah berhenti bekerja dan konveyor 2 akan bekerja hingga jumlah cek cetakan sama dengan 0. Selama proses pendinginan pendingin peltier tetap hidup. Diagram alir sistem pendinginan dapat dilihat pada Gambar Gambar 3.22 Diagram Alir Sistem Pendinginan 26

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras maupun perangkat lunak dari setiap modul yang dipakai pada skripsi ini. 3.1. Perancangan dan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT Dengan memahami konsep dasar alat pada bab sebelumnya yang mencakup gambaran sistem prinsip kerja dan komponen-komponen pembentuk sistem, maka pada bab ini akan dibahas

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM III.1. Analisa Masalah Dalam perancangan sistem otomatisasi pemakaian listrik pada ruang belajar berbasis mikrokontroler terdapat beberapa masalah yang harus

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi dari modifikasi kelistrikan pada kendaraan bermotor, perangkat keras maupun perangkat lunak dari setiap modul yang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras maupun perangkat lunak dari setiap modul yang dipakai pada skripsi ini. 3.1. Perancangan dan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini menguraikan perancangan mekanik, perangkat elektronik dan perangkat lunak untuk membangun Pematrian komponen SMD dengan menggunakan conveyor untuk indutri kecil dengan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan sistem dan realisasi perangkat keras dan perangkat lunak dari setiap modul yang mendukung alat secara keseluruhan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dan perancangan tugas akhir dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011 sampai dengan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI MASALAH

BAB III DESKRIPSI MASALAH BAB III DESKRIPSI MASALAH 3.1 Perancangan Hardware Perancangan hardware ini meliputi keseluruhan perancangan, artinya dari masukan sampai keluaran dengan menghasilkan energi panas. Dibawah ini adalah diagram

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab tiga ini akan dijelaskan perancangan alat, yaitu perancangan perangkat keras dan perangkat lunak. Perancangan perangkat keras terdiri dari perangkat elektronik dan instalasi

Lebih terperinci

SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535

SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535 3 PENERAPAN FILM Ba 0,55 Sr 0,45 TiO 3 (BST) SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535 23 Pendahuluan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Gambaran sistem Gambaran cara kerja sistem dari penelitian ini adalah, terdapat sebuah sistem. Yang didalamnya terdapat suatu sistem yang mengatur suhu dan kelembaban pada

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini dibahas tentang pembuatan dan pengujian komponenkomponen sensor pada konveyor berbasis Mikrokontroler Arduino Uno. Pembahasan meliputi pembuatan sistem mekanik, pembuatan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT Pada bab ini akan dijelaskan perancangan skripsi yang dibuat yang terdiri dari perancangan perangkat keras dan perancangan perangkat lunak. Perancangan perangkat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN KERJA ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN KERJA ALAT BAB III PERANCANGAN DAN KERJA ALAT 3.1 DIAGRAM BLOK sensor optocoupler lantai 1 POWER SUPPLY sensor optocoupler lantai 2 sensor optocoupler lantai 3 Tombol lantai 1 Tbl 1 Tbl 2 Tbl 3 DRIVER ATMEGA 8535

Lebih terperinci

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. ketiga juri diarea pertandingan menekan keypad pada alat pencatat score, setelah

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. ketiga juri diarea pertandingan menekan keypad pada alat pencatat score, setelah BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Diagram Blok Sistem Blok diagram dibawah ini menjelaskan bahwa ketika juri dari salah satu bahkan ketiga juri diarea pertandingan menekan keypad pada alat pencatat

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN ALAT. Sensor Utrasonik. Relay. Relay

BAB 3 PERANCANGAN ALAT. Sensor Utrasonik. Relay. Relay BAB 3 PERANCANGAN ALAT 3.1 Diagram Blok Berikut ini adalah diagram blok sistem rancang bangun alat pengontrol volume air dan aerator pada kolam budidaya udang menggunakan mikrokontroler. Sensor Utrasonik

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. bayi yang dilengkapi sistem telemetri dengan jaringan RS485. Secara umum, sistem. 2. Modul pemanas dan pengendali pemanas

BAB III PERANCANGAN. bayi yang dilengkapi sistem telemetri dengan jaringan RS485. Secara umum, sistem. 2. Modul pemanas dan pengendali pemanas BAB III PERANCANGAN 3.1. Gambaran Umum Sistem Sistem yang akan dirancang dan direalisasikan merupakan sebuah inkubator bayi yang dilengkapi sistem telemetri dengan jaringan RS485. Secara umum, sistem yang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Dalam bab ini penulis akan menjelaskan mengenai perancangan sistem pemanasan air menggunakan SCADA software dengan Wonderware InTouch yang terdiri dari perangkat keras (hardware)

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Mikrokontroler ATMega 8535 (sumber :Mikrokontroler Belajar AVR Mulai dari Nol)

Gambar 2.1 Mikrokontroler ATMega 8535 (sumber :Mikrokontroler Belajar AVR Mulai dari Nol) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikrokontroler Mikrokontroler merupakan keseluruhan sistem komputer yang dikemas menjadi sebuah chip di mana di dalamnya sudah terdapat Mikroprosesor, I/O Pendukung, Memori

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini membahas perencanaan dan pembuatan dari alat yang akan dibuat yaitu Perencanaan dan Pembuatan Pengendali Suhu Ruangan Berdasarkan Jumlah Orang ini memiliki 4 tahapan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem alat pembuat biogas dari eceng gondok. Perancangan terdiri dari perancangan perangkat keras dan perancangan perangkat lunak. 3.1.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras, serta perangkat lunak dari alat akuisisi data termokopel 8 kanal. 3.1. Gambaran Sistem Alat yang direalisasikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. alat monitoring tekanan oksigen pada gas sentral dengan sistem digital yang lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. alat monitoring tekanan oksigen pada gas sentral dengan sistem digital yang lebih BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian tentang gas medis telah dilakukan oleh Oktavia Istiana (2005) dengan tampilan analog dan Rachmatul Akbar (2015) yang melakukan pembuatan alat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS 3.1. Pendahuluan Perangkat pengolah sinyal yang dikembangkan pada tugas sarjana ini dirancang dengan tiga kanal masukan. Pada perangkat pengolah sinyal

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT. Perancangan perangkat keras otomasi alat pengering kerupuk berbasis

BAB IV PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT. Perancangan perangkat keras otomasi alat pengering kerupuk berbasis BAB IV PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT A. Perancangan Perangkat Keras Perancangan perangkat keras otomasi alat pengering kerupuk berbasis mikrokontroler AT-Mega 16. Terdiri dari dua tahap perancangan, antara

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Dalam bidang teknologi, orientasi produk teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan manusia adalah produk yang berkualitas, hemat energi, menarik, harga murah, bobot ringan,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai BAB II DASAR TEORI 2.1 Arduino Uno R3 Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berikut sistem dari modul Hot Plate Magnetic Stirrer dapat dilihat pada

BAB III METODE PENELITIAN. Berikut sistem dari modul Hot Plate Magnetic Stirrer dapat dilihat pada 20 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Sistem Hot Plate Magnetic Stirrer Berikut sistem dari modul Hot Plate Magnetic Stirrer dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1 Diagram Blok alat 20 21 Fungsi masing-masing

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik robot. Sedangkan untuk pembuatan perangkat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini akan membahas tentang perancangan sistem deteksi keberhasilan software QuickMark untuk mendeteksi QRCode pada objek yang bergerak di conveyor. Garis besar pengukuran

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 1.1 Blok Diagram Sensor Kunci kontak Transmiter GSM Modem Recivier Handphone Switch Aktif Sistem pengamanan Mikrokontroler Relay Pemutus CDI LED indikator aktif Alarm Buzzer Gambar

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PEANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Pendahuluan Dalam Bab ini akan dibahas pembuatan seluruh sistem perangkat yang ada pada Perancangan Dan Pembuatan Alat Aplikasi pengendalian motor DC menggunakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari perancangan perangkat keras sistem penyiraman tanaman secara

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari perancangan perangkat keras sistem penyiraman tanaman secara IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Realisasi Perangkat Keras Hasil dari perancangan perangkat keras sistem penyiraman tanaman secara otomatis menggunakan sensor suhu LM35 ditunjukkan pada gambar berikut : 8 6

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisis Masalah Dalam bab ini akan dibahas masalah-masalah yang muncul dalam perancangan alat dan aplikasi program, serta pemecahan-pemecahan dari masalah yang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini menjelaskan tentang perancangan sistem alarm kebakaran menggunakan Arduino Uno dengan mikrokontroller ATmega 328. yang meliputi perancangan perangkat keras (hardware)

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS MOBILE-ROBOT

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS MOBILE-ROBOT BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS MOBILE-ROBOT 3.1. Perancangan Sistem Secara Umum bawah ini. Diagram blok dari sistem yang dibuat ditunjukan pada Gambar 3.1 di u(t) + e(t) c(t) r(t) Pengontrol Plant

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN 13 BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN 3.1 Perancangan Sistem Aplikasi ini membahas tentang penggunaan IC AT89S51 untuk kontrol suhu pada peralatan bantal terapi listrik. Untuk mendeteksi suhu bantal terapi

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI 3.1 Perancangan Blok Diaram Metode untuk pelaksanaan Program dimulai dengan mempelajari sistem pendeteksi kebocoran gas pada rumah yang akan digunakan. Dari sini dikembangkan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada Bab III ini akan diuraikan mengenai perancangan perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan untuk membangun sistem keamanan rumah nirkabel berbasis mikrokontroler

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dijelaskan perancangan alat, yaitu perancangan perangkat keras dan perancangan perangkat lunak. Perancangan perangkat keras terdiri dari perangkat elektronik

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Dalam perancangan dan implementasi timbangan digital daging ayam beserta harga berbasis mikrokontroler ini terdapat beberapa masalah yang harus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metodologi penelitian yang digunakan dalam perancangan sistem ini antara lain studi kepustakaan, meninjau tempat pembuatan tahu untuk mendapatkan dan mengumpulkan sumber informasi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM 3.1 Pengantar Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan perealisasian keseluruhan sistem yang meliputi perangkat keras dan perangkat lunak. Pada perancangan

Lebih terperinci

BAB III. Perencanaan Alat

BAB III. Perencanaan Alat BAB III Perencanaan Alat Pada bab ini penulis merencanakan alat ini dengan beberapa blok rangkaian yang ingin dijelaskan mengenai prinsip kerja dari masing-masing rangkaian, untuk mempermudah dalam memahami

Lebih terperinci

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Blok Diagram Sistem Sensor Gas Komparator Osilator Penyangga/ Buffer Buzzer Multivibrator Bistabil Multivibrator Astabil Motor Servo Gambar 4.1 Blok Diagram

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini membahas tentang perancangan sistem yang mencakup perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Perangkat keras ini meliputi sensor

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM Pada bab ini akan dijabarkan mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras dan perangkat lunak dari setiap modul yang menjadi bagian dari sistem ini.

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisis Permasalahan Dalam Perancangan dan Implementasi Pemotong Rumput Lapangan Sepakbola Otomatis dengan Sensor Garis dan Dinding ini, terdapat beberapa masalah

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT Bab ini akan membahas mengenai perancangan dan realisasi perangkat keras serta perangkat lunak dari setiap modul yang mendukung keseluruhan alat yang dibuat. Gambar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 hingga November 2015.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 hingga November 2015. 37 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 hingga November 2015. Perancangan, pembuatan alat dilaksanakan di Laboratorium Elektronika

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisis Permasalahan Dalam Perancangan dan Implementasi Penyaji Minuman Otomatis Berbasis Mikrokontroler ini, terdapat beberapa masalah yang harus dipecahkan. Permasalahan-permasalahan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM 42 BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM Pada bab ini dijelaskan pembuatan alat yang dibuat dalam proyek tugas akhir dengan judul rancang bangun sistem kontrol suhu dan kelembaban berbasis mirkrokontroler

Lebih terperinci

3.2. Tempat Penelitian Penelitian dan pengujian alat dilakukan di lokasi permainan game PT. EMI (Elektronik Megaindo) Plaza Medan Fair.

3.2. Tempat Penelitian Penelitian dan pengujian alat dilakukan di lokasi permainan game PT. EMI (Elektronik Megaindo) Plaza Medan Fair. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Dalam penulisan tugas akhir ini metode yang digunakan dalam penelitian adalah : 1. Metode Perancangan Metode yang digunakan untuk membuat rancangan

Lebih terperinci

BAB III PEMILIHAN KOMPONEN DAN PERANCANGAN ALAT. perancangan perangkat keras dan perangkat lunak sistem alat penyangrai dan

BAB III PEMILIHAN KOMPONEN DAN PERANCANGAN ALAT. perancangan perangkat keras dan perangkat lunak sistem alat penyangrai dan BAB III PEMILIHA KOMPOE DA PERACAGA ALAT Pada bab ini berisi mengenai komponen apa saja yang digunakan dalam tugas akhir ini, termasuk fungsi beserta alasan dalam pemilihan komponen. Serta perancangan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat.

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat. BAB III PERANCANGAN Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat. Perancangan tersebut mulai dari: blok diagram sampai dengan perancangan rangkaian elektronik, sebagai penunjang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISEM 3.1. Perancangan Perangkat Keras Blok diagram yang dibuat pada perancangan tugas akhir ini secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar 3.1. Keypad Sensor 1 Sensor 2 Sensor 3

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1PHOTODIODA Dioda foto adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya. Berbeda dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1PHOTODIODA Dioda foto adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya. Berbeda dengan 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1PHOTODIODA Dioda foto adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya. Berbeda dengan dioda biasa, komponen elektronika ini akan mengubah cahaya menjadi arus listrik. Cahaya

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1. Spesifikasi Sistem 4.1.1. Spesifikasi Baterai Berikut ini merupakan spesifikasi dari baterai yang digunakan: Merk: MF Jenis Konstruksi: Valve Regulated Lead Acid (VRLA)

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 RANCANGAN PERANGKAT KERAS 3.1.1. DIAGRAM BLOK SISTEM Gambar 3.1 Diagram Blok Sistem Thermal Chamber Mikrokontroler AT16 berfungsi sebagai penerima input analog dari sensor

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS RANGKAIAN ELEKTRONIK

BAB IV ANALISIS RANGKAIAN ELEKTRONIK BAB IV ANALISIS RANGKAIAN ELEKTRONIK 4.1 Rangkaian Pengontrol Bagian pengontrol sistem kontrol daya listrik, menggunakan mikrokontroler PIC18F4520 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 30. Dengan osilator

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Perancangan Perangkat Keras Modul Sensor Warna (TCS 3200) Driver H Bridge Motor DC Conveyor Mikrokont roller LCD ATMega 8535 Gambar 3.1 Blok Diagram Perangkat Keras 29 30 Keterangan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Definisi Perancangan Perancangan adalah proses menuangkan ide dan gagasan berdasarkan teoriteori dasar yang mendukung. Proses perancangan dapat dilakukan dengan cara pemilihan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan hasil dan analisis terhadap sistem yang telah dibuat secara keseluruhan. Pengujian tersebut berupa pengujian terhadap perangkat keras serta pengujian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI KERUSAKAN KABEL

BAB III PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI KERUSAKAN KABEL BAB III PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI KERUSAKAN KABEL. Diagram Blok Diagram blok merupakan gambaran dasar membahas tentang perancangan dan pembuatan alat pendeteksi kerusakan kabel, dari rangkaian sistem

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. sebuah alat pemroses data yang sama, ruang kerja yang sama sehingga

BAB III PERANCANGAN SISTEM. sebuah alat pemroses data yang sama, ruang kerja yang sama sehingga BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1. Blok Diagram Sistem Untuk dapat membandingkan LM35DZ dengan DS18B20 digunakan sebuah alat pemroses data yang sama, ruang kerja yang sama sehingga perbandinganya dapat lebih

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisis Permasalahan Dalam Perancangan Alat Pengaduk Adonan Kue ini, terdapat beberapa masalah yang harus dipecahkan. Permasalahan-permasalahan tersebut antara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENULISAN

BAB III METODOLOGI PENULISAN BAB III METODOLOGI PENULISAN 3.1 Blok Diagram Gambar 3.1 Blok Diagram Fungsi dari masing-masing blok diatas adalah sebagai berikut : 1. Finger Sensor Finger sensor berfungsi mendeteksi aliran darah yang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik robot. Sedangkan untuk pembuatan perangkat

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA BAB IV PENGUJIAN AN ANALISA ATA Pada bab ini akan dibahas tentang pengujian dan pengoperasian Sistem Pendeteksi Kebocoran Gas pada Rumah Berbasis Layanan Pesan Singkat yang telah selesai dirancang. Pengujian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN 3.1 Diagram Blok Rangkaian Secara Detail Pada rangkaian yang penulis buat berdasarkan cara kerja rangkaian secara keseluruhan penulis membagi rangkaian menjadi

Lebih terperinci

BAB III ANALISA SISTEM

BAB III ANALISA SISTEM BAB III ANALISA SISTEM 3.1 Gambaran Sistem Umum Pembuka pintu otomatis merupakan sebuah alat yang berfungsi membuka pintu sebagai penganti pintu konvensional. Perancangan sistem pintu otomatis ini merupakan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. dari pembuatan alat yang meliputi perancangan hardware dan perancangan

BAB III PERANCANGAN SISTEM. dari pembuatan alat yang meliputi perancangan hardware dan perancangan BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini penulis akan membahas perancangan yang merupakan proses dari pembuatan alat yang meliputi perancangan hardware dan perancangan software. Dimana perancangan software

Lebih terperinci

kali tombol ON ditekan untuk memulai proses menghidupkan alat. Setting

kali tombol ON ditekan untuk memulai proses menghidupkan alat. Setting 27 BAB III METODOLOGI 3.1 Diagram Blok dan Cara Kerja Diagram blok dan cara kerja dapat dilihat pada gambar 3.1. Gambar 3.1. Blok diagram Prototipe Blood warmer Tegangan PLN diturunkan dan disearahkan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN Bahan dan Peralatan

BAB III PERANCANGAN Bahan dan Peralatan BAB III PERANCANGAN 3.1 Pendahuluan Perancangan merupakan tahapan terpenting dari pelaksanaan penelitian ini. Pada tahap perancangan harus memahami sifat-sifat, karakteristik, spesifikasi dari komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Didalam merancang sistem yang akan dibuat ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelumnya, pertama-tama mengetahui prinsip kerja secara umum dari sistem yang akan dibuat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 39 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik Eskalator. Sedangkan untuk pembuatan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM 3.1. Spesifikasi Sistem Sebelum merancang blok diagram dan rangkaian terlebih dahulu membuat spesifikasi awal rangkaian untuk mempermudah proses pembacaan, spesifikasi

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Perancangan Perangkat Keras Perancangan perangkat keras pada sistem keamanan ini berupa perancangan modul RFID, modul LCD, modul motor. 3.1.1 Blok Diagram Sistem Blok diagram

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK

BAB III PERENCANAAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK 21 BAB III PERENCANAAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK 3.1 Gambaran umum Perancangan sistem pada Odometer digital terbagi dua yaitu perancangan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Perancangan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Konsep dasar mengendalikan lampu dan komponen komponen yang digunakan pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem

Lebih terperinci

ALAT PENCETAK SABUN ALAMI

ALAT PENCETAK SABUN ALAMI ALAT PENCETAK SABUN ALAMI Oleh Septhyan Widyanto NIM: 612007036 Skripsi Untuk melengkapi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Elektronika dan Komputer

Lebih terperinci

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED 3.1. Rancang Bangun Perangkat Keras Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar 3.1. Sistem ini terdiri dari komputer, antarmuka

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas dasar teori yang berhubungan dengan perancangan skripsi antara lain motor servo, LCD Keypad Shield, rangkaian pemantik, mikrokontroler arduino uno dan kompor

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN 37 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN 3.1 Perancangan Dalam pembuatan suatu alat atau produk perlu adanya sebuah rancangan yang menjadi acuan dalam proses pembuatanya, sehingga kesalahan yang mungkin timbul

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DESAIN POMPA AIR BRUSHLESS DC. DENGAN MENGGUNAKAN dspic30f2020

BAB III PERANCANGAN DESAIN POMPA AIR BRUSHLESS DC. DENGAN MENGGUNAKAN dspic30f2020 BAB III PERANCANGAN DESAIN POMPA AIR BRUSHLESS DC DENGAN MENGGUNAKAN dspic30f2020 3.1. Pendahuluan Pada bab III ini akan dijelaskan mengenai perancangan Pompa Air Brushless DC yang dikendalikan oleh Inverter

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Perancangan merupakan proses yang kita lakukan terhadap alat, mulai dari rancangan kerja rangkaian hingga hasil jadi yang akan difungsikan. Perancangan dan pembuatan alat merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Maret 2014,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Maret 2014, 41 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Maret 2014, bertempat di Laboratorium Instrumentasi Jurusan Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Microcontroller Arduino Uno. Power Supply. Gambar 3.1 Blok Rangkaian Lampu LED Otomatis

BAB III PERANCANGAN. Microcontroller Arduino Uno. Power Supply. Gambar 3.1 Blok Rangkaian Lampu LED Otomatis BAB III PERANCANGAN Bab ini membahas perancangan Lampu LED otomatis berbasis Platform Mikrocontroller Open Source Arduino Uno. Microcontroller tersebut digunakan untuk mengolah informasi yang telah didapatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 sampai dengan Agustus

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 sampai dengan Agustus 37 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 sampai dengan Agustus 2015. Perancangan dan pembuatan dilaksanakan di laboratorium Elektronika

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa hal dasar tentang bagaimana. simulasi mobil automatis dirancang, diantaranya adalah :

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa hal dasar tentang bagaimana. simulasi mobil automatis dirancang, diantaranya adalah : BAB III PERANCANGAN Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa hal dasar tentang bagaimana simulasi mobil automatis dirancang, diantaranya adalah : 1. Menentukan tujuan dan kondisi pembuatan simulasi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan III-1 BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Perancangan Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan menghasilkan suatu sistem yang dapat mengontrol cahaya pada lampu pijar untuk pencahayaanya

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi sistem yang telah dibuat dalam skripsi ini yaitu perancangan sebuah mesin yang menyerupai bor duduk pada umumnya. Di

Lebih terperinci

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS. dapat berjalan sesuai perancangan pada bab sebelumnya, selanjutnya akan dilakukan

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS. dapat berjalan sesuai perancangan pada bab sebelumnya, selanjutnya akan dilakukan BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan diuraikan tentang proses pengujian sistem yang meliputi pengukuran terhadap parameter-parameter dari setiap komponen per blok maupun secara keseluruhan, dan

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan BAB III PEMBUATAN ALAT 3.. Pembuatan Dalam pembuatan suatu alat atau produk perlu adanya sebuah rancangan yang menjadi acuan dalam proses pembuatanya, sehingga kesalahan yang mungkin timbul dapat ditekan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1. Gambaran Umum Sistem Sistem ini terdiri dari 2 bagian besar, yaitu, sistem untuk bagian dari panel surya ke baterai dan sistem untuk bagian dari baterai ke lampu jalan. Blok

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Tombol kuis dengan Pengatur dan Penampil Nilai diharapkan memiliki fiturfitur

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Tombol kuis dengan Pengatur dan Penampil Nilai diharapkan memiliki fiturfitur 6 BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Tombol Kuis dengan Pengatur dan Penampil Nilai Tombol kuis dengan Pengatur dan Penampil Nilai diharapkan memiliki fiturfitur sebagai berikut: 1. tombol pengolah

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian

Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alur Penelitian Diagram alur penelitian merupakan runtutan lajur yang ditempuh dalam menyeselaikan alat PENITI s yang digambarkan pada gambar : Mulai Perancangan Studi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT 35 BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Diagram Blok Secara garis besar, rangkaian display papan skor LED dapat dibagi menjadi 6 blok utama, yaitu blok power supply, mikrokontroler, driver board, seven segmen,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR PERANCANGAN

BAB II KONSEP DASAR PERANCANGAN BAB II KONSEP DASAR PERANCANGAN Pada bab ini akan dijelaskan konsep dasar sistem keamanan rumah nirkabel berbasis mikrokontroler menggunakan modul Xbee Pro. Konsep dasar sistem ini terdiri dari gambaran

Lebih terperinci