6.1 Target Dakar Target Dakar untuk pendidikan Keaksaraan dan Berkelanjutan adalah Tercapainya peningkatan sebesar 50 persen pada tingkat
|
|
- Sucianty Pranata
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 6.1 Target Dakar Target Dakar untuk pendidikan Keaksaraan dan Berkelanjutan adalah Tercapainya peningkatan sebesar 50 persen pada tingkat keniraksaraan orang dewasa terutama perempuan pada tahun 2015 dan akses yang sama terhadap pendidikan dasar dan pendidikan berkelanjutan bagi semua orang dewasa. Mengingat bahwa tingkat keniraksaraan penduduk Indonesia cukup tinggi dan temuan data di Kota Batam kalaupun tersamarkan dalam sajian datanya, angka buta aksara (termasuk yang absolut) dan yang rentan kembali menjadi buta aksara karena putus sekolah SD/MI angkanya di luar yang diperkirakan. Jika menganalisis data yang dapat diperoleh (baca: pengulangan deskripsi dari bagian sebelumnya), terdapat hal yang sangat rentan untuk menjadi pertanyaan masyarakat; apakah di Kota Batam memang telah bebas buta aksara atau hanya dalam jumlah yang sangat kecil seperti yang tersaji pada tabel 2.2 kolom ke 4?, atau memang terjadi kekeliruan penafsiran sehingga terkesan bahwa Kota Batam (baca: sebagai contoh pada tahun 2005) tidak ada yang buta aksara; pada hal pada kolom 3-nya tersaji data orang penduduk yang tidak/belum pernah sekolah, apakah ini tidak buta aksara?. Ironis memang, sajian data yang diperoleh dari profil pendidikan Kota Batam, nampaknya memerlukan pencermatan lebih lanjut sehingga tidak menyesatkan bagi para pelaku pendidikan di Kota Batam manakala akan menyusun rencana kerja pembangunan pendidikan. Tahun 2006 data buta aksara di Kota Batam sebesar 721 orang, namun penduduk yang 96
2 tidak/belum pernah sekolah trendnya ditemukan menjadi menurun yaitu menjadi sebesar orang penduduk; artinya dalam kurun waktu satu tahun data ini missing (hilang) sebesar orang. Pertanyaannya adalah apakah orang penduduk itu bersekolah atau mengikuti program pendidikan kesetaraan atau keaksaraan melalui jalur pendidikan nonformal atau bagaimana, namun itulah data yang ditemukan. Tahun 2007 trendnya menjadi naik, jumlah penduduk buta aksara seperti tersaji pada kolom 4 tabel 2.2 jumlah menjadi 757, artinya naik sejumlah 36 orang. Namun yang sangat mengejutkan adalah kenaikan data penduduk yang tidak/belum pernah sekolah angkanya menjadi naik secara spektakuler yaitu menjadi sebesar orang penduduk, artinya trendnya naik tajam baik dari tahun 2005 maupun tahun Selain itu ditemukan data (Data Keadaan Penduduk Kota Batam Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2006), terdapat angka yang cukup besar yaitu orang anak usia 7-12 tahun (usia SD) yang tidak menamatkan SD/MI-nya; manakala mereka drop out pada kelas rendah, artinya sangat dimungkinkan mereka buta aksara kembali. Pluktuasi, konsistensi, dan tingkat akurasi data yang disajikan sangat dihawatirkan akan menjadi kendala dalam pengambilan kebijakan untuk kepentingan pennyusunan dan pengembangan rencana strategis dan operasional SKPD (Dinas Pendidikan Kota Batam) maupun pengambilan kebijakan pada tingkat Pemerintah Daerah Kota Batam. Tahun Tabel 6.1 (dicopy dari Tabel 2.2) Keadaan Umum Pendidikan Kota Batam Jumlah Penduduk Tidak/Belum Pernah Sekolah Buta Huruf ,515 71, ,239 52, ,844 96,
3 Sumber Profil Pendidikan Batam. 2005, 2006 dan 2007 Sejalan dengan itu, target keaksaraan fungsional di Indonesia adalah tercapainya peningkatan sebesar 50 persen pada tingkat keaksaraan orang dewasa yaitu kelompok usia 15 tahun keatas terutama perempuan pada tahun 2015 dan akses yang sama terhadap pendidikan dasar dan pendidikan berkelanjutan bagi semua orang dewasa maka target tersebut untuk Indonesia disesuaikari menjadi sebagai berikut Minimal 50 persen buta aksara dapat dikurangi dan buta aksara usia tahun terlayani tuntas pada tahun 2015, serta peningkatan 50 persen aksarawan baru terutama perempuan mempunyai akses yang sama terhadap pendidikan dasar dan pendidikan berkelanjutan. Buta aksara merupakan salah satu momok dan sekalaigus menjadikan posisi negara ini sebagai negara dengan tingkat Pembangunan Indeks Manusia yang selalu dalam posisi rendah dibandingkan dengan negara Vietnam yang baru merdeka sekalipun. Masih besarnya angka buta aksara yang terdapat pada masyarakat suatu darah adalah gambaran betapa pendidikan di daerah itu tingkat partisipasi pendidikan masyarakatnya masih rendah. Implikasi dan konsekuensi yang harus ditanggung karena banyaknya jumlah penduduk yang buta aksara dan anak-anak yang rentan buta aksara kembali karena putus sekolah (terutama pada kelas rendah) adalah rendahnya tingkat komparasi dan daya saing pada berbagai jenis pekerjaan pada berbagai sektor dan akan memberikan sumbangan meningkatnya angka pengangguran. Kemiskinan, kebodohan, ketertinggalan dan keterasingan sosial juga salah satunya disebabkan oleh buta aksara. Untuk itu, upaya pemberantasan buta aksara harus segera dilakukan dengan terencana dan sistematis serta dapat dituntaskan agar tidak berakibat buruk bagi perkembangan pembangunan SDM di Kota Batam. Keaksaraan merupakan salah satu upaya penguatan kembali terhadap komitmen pentingnya dunia pendidikan sebagai salah satu faktor kunci dalam membangun kesejahteraan 98
4 sosial secara luas. Bagaimanapun pemberantasan buta aksara menjadi sangat penting dan strategis dalam upaya meningkatkan kualitas SDM Kota Batam. Terkait dengan istilah keaksaraan fungsional, terbebasnya buta aksara adalah melek aksara, yang kemudian ditafsirkan sebagai orang mampu baca, tulis, hitung, memiliki kecakapan hidup, melek aksara Latin maupun Arab atau kemampuan berbahasa lain yang dapat digunakan di lingkungan masyarakatnya secara luas. Kesepakatan Dakar menyatakan bahwa sasaran (target audience) tahun 2015 adalah penduduk dewasa usia 15 tahun ke atas, mengingat usia 7-15 tahun merupakan sasaran wajib belajar pendidikan dasar baik melalui jalur pendidikan formal SD dan MI atau bentuk lain yang sederajat serta SMP dan MTs atau bentuk lain yang sederajat dan/atau melalui jalur pendidikan nonformal dan informal sebagai pendidikan berkelanjutan (continuing education) yakni pendidikan lanjutan yang diselenggarakan bagi peserta didik yang telah menamatkan pendidikan dasar. Data tentang penduduk buta aksara di Kota Batam nampaknya harus dilakukan penghitungan ulang secara hati-hati sehingga akan dapat dtemukan data yang lebih akurat serta dapat memudahkan tindakan dan perlukan melalui program pemberatasan yang strategis, sistematis dan solutif Perkembangan dan penurunan Angka Buta huruf 1. Perkembangan dan penurunan Angka Buta huruf Usia Tahun. Jika menganalisis Tabel 6.1 (copy dari Tabel 2.2) sajian data buta aksara penduduk di Kota Batam tahun , tidak tersajikan secara jelas sehingga tidak dapat menggabarkan jumlah yang akurat, tiadak menggambarkan kelompok usia maupun jenis kelamin. Gambaran data menunjukan pluktuasi yang kurang logik. Angka buta aksara sebesar 721 pada tahun 2005 dan pada tahun 2006 tidakterdapat perubahan yaitu masih seesar 721, sedangkan 99
5 pada tahun 2007 naik menjadi sebesar 757. Gambaran data berikutnya ( ) adalah menyajikan data tentang besaran angka penduduk di Kota Batam yang belum/tidak pernah sekolah terjadi pluktuasi angka yang tidak masuk akal. Tahun 2005 ditemukan data sebesar orang penduduk yang belum/tidak pernah sekolah, pada tahun 2006 turun secara luar biasa menjadi orang penduduk yang belum/tidak pernah sekolah, dan pada tahun 2007 ditemukan data yang menunjukan angka penduduk yang belum/tidak pernah sekolah naik menjadi sebesar Berikut nya diperoleh gambaran data (dalam Profil Pendidikan 2006) tentang jumlah buta aksara di Kota Batam sebesar orang penduduk (lihat : Tabel 6.2). Ini permasalahan yang harus segera diatasi, karena kalau tidak akan menjadi menyesatkan dalam pengambilan kebijakan makro pemerintah daerah Kota Batam juga dalam pengembangan kebijakan strategis operasional SKPD Dinas Pendidikan dan instansi lain yang relevan. Berbagai program pengentasan buta aksara telah diprogramkan oleh Pemerintah (Pusat) melalui Permendiknas Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2006 tentang Pedoman Plekasanaan Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara (GNP-PWB/PBA). Gerakan ini bertujuan untuk mempercepat perluasan akses anak 7-12 tahun di SD/MI/pendidikan yang setara dalam rangka mendukung penuntasan Wajar Dikdas 9 Tahun pada akhir 2008, mempercepat perluasan akses anak tahun di SMP/MTs/pendidikan yang setara dalam rangka mendukung penuntasan Wajar Dikdas 9 Tahun pada akhir 2008, dan mempercepat peningkatan angka melek aksara penduduk usia 15 ke atas melalui pengurangan jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas (data BPS 2004, sebanyak ,311 orang atau 10,21%) menjadi 5% pada akhhir Namun demikian Kota Batam jika merujuk kepada Konvensi Dakar dan kepakatannya untuk menurunkan angka buta aksara terutama perempuan masih memiliki waktu sampai tahun 2015 melalui perencanaan dan tahapan penuntasan yang jelas. 100
6 2. Perkembangan Penurunan Angka Buta Huruf Usia 15 Tahun ke Atas Jumlah angka buta aksara penduduk usia 15 tahun ke atas seperti halnya data tahun tidak tersajikan secara rinci, karena angka pada tabel 6.1 (Copy tabel 2.2) disajikan sangat umum, sehingga sulit dianalisis. Pemetaan mutlak harus dilakukan dalam upaya memperoleh gambaran data dan penyusunan rencana penuntasannya. Selain itu upaya menurunkan angka buta aksara dapat dilakukan dengan berbagai program dan pola serta mengikutsetakan masyarakat. Kelompok masyarakat yang dapat diajak serta melakukan ini adalah SKB, Mitra PNF/PLS, dan kelompok atau lembaga sosial masyarakat peduli pendidikan. Manakala mitra PNF belum ada artinya harus dibentuk, sebab sangat tidak mungkin pemerintah daerah (Dinas Pendidikan) bekerja sendiran menurunkan terlebih menuntaskan buta aksara. Seperti harapan dan target konvensi Dakar pemberantasan buta aksara dan meningkatkan angka partisipasi terutama perempuan adalah menjadi target utamanya dan menjadi skala prioritas, sehingga isu marginalisasi atau ketimpangan jender dapat diminimalisir. Oleh karena itu penting kiranya untuk melakukan pendataan ulang secara lebih baik dengan cara lebih dapat dipertanggungjawabkan Kinerja Tahun Kinerja Kota Batam dalam Pemberantasan Buta Aksara Pemberantasan buta aksara merupakan salah satu prioritas program yang harus dilaksanakan, karena untuk mengukur keberhasilan pembangunan pada sektor pendidikan buta aksara merupakan sub sasaran yang paling penting dan sangat vital dalam pembangunan sumber daya manusia. Manakala masih besar angka penduduk yang buta aksara akan menjadi indikasi bahwa pembangunan pada sektor pendidikan tidak berhasil. Disadari bahwa bahwa kebodohan, kemiskinan merupakan musuh terbesar dalam setiap upaya pembangunan suatu 101
7 bangsa, paradigmanya dapat dirumuskan bahwa kebodohan dapat menjadi sumber kemiskinan, dan sebaliknya kemiskinan dapat menjadi sumber kebodohan. Oleh karenanya salah satu aspek penentuan tingkat pendidikan suatu bangsa salah satunya diukur dari tingkat keaksaraan penduduk. Selain itu, tingkat keaksaraan juga merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan nilai indek pembangunan manusia (Human Depelovment Index), kalaupun Kota Batam jika dilihat dari data yang diperoleh merupakan daerah yang Indek Pembangunan Manusianya tertinggi di Provinsi Kepulauan Riau. Namun demikian jika analisis ini harus menggambarkan kinerja, maka kinerja tahun 2006 menjadi kinerja terbaik dalam rangka menurunkan angka buta aksara (lihar : Tabel 6.1 copy Tabel 2.2) karena dapat menurunkan angka sebesar orang penduduk yaitu dari orang penduduk yang belum/tidak pernah sekolah pada tahun 2005 menjadi orang penduduk, namun pada kolom berikutnya (Tabel 6.1 copy Tabel 2.2) tahun 2005 sebesar 0 (Nol) orang penduduk menjadi sebesar 721 pada tahun 2006; dan pada tahun 2007 trend-nya menjadi naik lebih besar lagi menjadi orang penduduk yang belum/tidak pernah sekolah dan pada kolom berikutnya tersaji angka sebesar 757 orang penduduk buta aksara. Angka-angka ini akan sulit dipercaya daan tentunya sulit dianalisis, tetapi itu fakta yang ada. 2. Kesempatan Memperoleh Pendidikan melalui Jalur Pendidikan Nonformal Pada bagian sebelumnya kegiatan analisis ini mendapat kesulitan memperoleh data tentang jumlah angka Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang terlayani atau yang dapat mengakses layanan pendidikan termasuk jumlah sekolah dan gurunya, kemudian kegiatan analisis ini juga mendapat kesulitan memperoleh data tentang jumlah penduduk buta akasara yang terinci dan akurat. 102
8 Bagian ini sepertinya menjadi pengulangan bahwa data tentang layanan pendidikan melalui jalur pendidikan nonformalpun tidak berbeda, karena data tidak terungkap. Pendidikan Nonformal yang dibina oleh Dinas Pendidikan Bidang pendidikan nonformal meliputi Program Pendidikan/Kursus, Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM), Keaksaraan Fungsional (KF), Kelompok Belajar Usaha (KBU. Jumlah lembaga kursus periode tahun 2007 di kota Batam sebanyak 74 unit dengan instruktur 284 orang, lokasi kegiatan pendidikan dan keterampilan tersebar disetiap kecamatan yang didominasi oleh kecamatan Batam Kota dan yang tidak ada pada kecamatan Bulang dan Galang. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat berjumlah 36 lembaga. Temuan data ini memang sulit untuk dilakukan analisis karena sangat umum. 6.2 Kesenjangan Dengan Target Dakkar Target tuntas Wajib Belajar Sembilan Tahun bagi penduduk usia pendidikan dasar yaitu usia 7-12 dan usia tahun pada tahun 2009 seperti yang dicanang dalam gerakan PWB/PBA pada Permendiknas Nomor 35 Tahun 2006; dan pemberantasan buta aksara 15 tahun ke atas terutama penduduk perempuan diharapkan dapat dikurangi hingga 50%, nampaknya tidak mudah, karena banyak faktor yang mempengaruhi. Pertama, angka penduduk miskin Kota Batam menurut data Keaadaan Demografi Tahun 2007, menunjukan angka sebesar orang. Angka kemiskinan di perkotaan berjumlah orang, dan penduduk miskin perdesaan sebesar orang penduduk. Kedua, faktor geografis dan kesulitan daya jangkau ke tempat layanan pendidikan bagi beberapa kelurahan pada kecamatan tertentu menjadi kendala bagi kemudahan aksesibilitas masyarakat serta besaran angka melanjutkan ke jenjang SMP/MTs dan SMA/MA/SMK/ setara, gambarannya dapat dilihat pada tabel 6.2 dan 6.3 di bawah ini : 103
9 Tabel 6.2 Hubungan Antara Angka Melanjutkan (AM) Dengan keadaan sekolah dan Daerah Kota Batam 2007 Tk. Kesulitan ke Tk. Kesulitan ke Sektor Angka Melanjutkan Rasio Kecamatan SMP/ MTs SM/MA Unggulan SMP/MTs SM/MA SD/SMP SMP/SM M S SS M S SS I II II Belakang Padang Batu Ampar Sekupang Nongsa Bulang Lubuk Baja Sei Beduk Galang Bengkong Batam Kota Sagulung Batu Aji Rata-rata Sumber: Profil Pendidikan Kota Batam
10 Kecamatan Tabel 6.3 Data Keadaan Penduduk Kota Batam Menurut Tingkat Pendidikan Jumlah Pendudu k Jumlah Penduduk Usia Sekolah 0-4 Thn 5-6 Thn 7-12 Thn Thn Tahun Thn Belum Sekolah Tdk Tmt SD Tmt SD (Tdk lanjut) Tingkat Pendidikan Tdkk Tmt SMP/ MTs Tmtt SMP/M Ts (Tdk lanjut) Tdk Tmt SMA/ Sdraja t Tmt SMA/Se derajat (Tdk lanjut) Sarjana (D1,D2, D3,S1, S2,S3) Sekupang 98,783 2,825 3,435 10,076 2,776 5,196 5,038 1, ,405 6, Batu Aji 60,206 1,361 2,118 6,141 1,692 3,167 3, ,531 3, Sagulung 107,920 3,302 3,981 11,008 3,033 5,677 5,504 1, ,406 5, Sei Beduk 71,350 2,326 2,137 7,278 2,005 3,753 3, ,962 4, Batam Kota 76,994 3,280 5,002 7,853 2,164 4,050 3, ,548 5, Nongsa 42,822 1,824 2,389 4,368 1,203 2,252 2, ,181 3, Lubuk Baja 73,882 3,147 1,836 7,536 2,076 3,886 3, ,905 7, Batu Ampar 40,969 1,745 2,372 4,179 1,151 2,155 2, ,262 3, Bengkong 87,259 3,717 4,958 8,900 2,452 4,590 4, ,036 7, Galang 13, , , Bulang 8, , Blk Padang 19, , ,041 1, , Jumlah 702,239 25,055 30,509 71,717 20,467 36,937 35,845 7,725 2,880 3,372 4,187 1, ,147 49,020 4,240 Sumber: Profil Pendidikan Kota Batam 2006 Buta Huruf 6.3 Masalah Berbagai masalah yang dihadapi dalam program keaksaraan dan berkelanjutan seperti : besarnya angka buta aksara (termasuk dengan jumlah penduduk yang belum/tidak pernah sekolah), perkembangan dan penurunan Angka Buta Aksara Usia Tahun, perkembangan Penurunan Angka Buta Aksara Usia 15 Tahun ke Atas, Pemberantasan Buta Aksara, memperluas ruang dan peluang akses terhadap pendidikan Jalur Pendidikan Nonformal. Uraian di atas adalah gambaran secara umum atas dasar data yang diperoleh; apabila dikaji secara teknis, sebagai berikut : 105
11 1. Tingkat penyelesaian pendidikan dasar (terutama SLTP) masih terkendala oleh kemampuan daya jangkau ke tempat layanan, persepsi tentang daya beli, minat masyarakat terhadap pendidikan sehingga terkesan memarjinal diri dan bukan dimarjinalkan. 2. Pendirian dan pengembangan lembaga pendidikan nonformal yang dikelola oleh masyarakat memerlukan pembinaan dan peningkatan kapasitasny. 3. Tenaga pengajar (Tutor,pamong) bukan saja belum memenuhi standar ideal, namun lebih banyak mereka yang sukarela mengabdikan diri untuk membantu masyarakatnya, terlepas dari apa dan bagaimana kualifikasi dan kompetensinya, sehingga mungkin saja mempengaruhi kualitas proses maupun hasil pembelajarannya Pemberantasan buta aksara akan selau mendapat kendala, karena keterbatasan tenaga dan biaya maupun sarana yang diperlukan untuk kepentingan itu. 5. Tutor terlatih tentang dalam bidang keaksaraan fungsional, metode pembelajaran orang dewasa (andragogy), bagaimana menggali minat dan kebutuhan warga belajar, bagaimana merencanakan program pembelajaran, tehnik memotivasi warga belajar, dan bagaimana mengevaluasi program masih perlu ditingkatkan agar pembinaan, pembimbingan warga belajar dapat dilakukan dengan baik. 6. Insentif bagi Tutor belum memadai, baik yang berupa material maupun imaterialmasih sangat minim dan perlu perhatian lebih bijak. 7. Buta huruf sangat rentan sekali terhadap kemiskinan. Faktor kemiskinan inilah yang mengakibatkan warga belajar sulit meluangkan waktunya 8. untuk mengikuti program belajar. 106
12 9. Menjaga ketahan anak untuk tetap di sekolah dan jangan menjadi putus sekolah terutama pada kelas rendah harus terus diupayan secara terprogram dan sistematis, karena mereka rentan menjadi buta aksara kembali. 6.4 Rekomendasi 1. Besaran angka buta aksara seperti dipaparkan datanya di atasakan menjadi kendala besar terhadap pembangunan sumber daya manusia Kota Batam, manakala langkah-lang solutif tidak segera dilakukan. Oleh karena itu Tim PUS Kota Batam akan menjadi alternatif untuk melakukan kolaborasi daan sinergitas dalam melakukan kajian operasional/teknis pemberantasan buta aksara. 2. Kesejaheraan tutor/pamong lebih di diperhatikan baik besaran maupun ketepatan waktunya, karena ini akan sangat berpengaruh kuantitas maupun kulitas layanan bagi waga belajar. 3. Pembedayaan peran pemerintahan tingkat kelurahan, PKK, sampai pada jajaran pemerintahan yang lebih rendah, tokoh masyarakat, karang taruna harus ditingkatkan peran sertanya. 4. Pengembangan Taman Bacaan Sarana dan prasarana modul dan alat peraga, kelompok belajar, pemebelajaran di Majelis Ta lim, harus dikembangkan secara bersama-sama. 5. Perlu segera disosialisasikan PPRI N0. 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar, dan PWB/PBA (Permendiknas 35 Tahun 2006) secara intensif kepada masyarakat secara menyeluruh dan sasaran yang tepat, baik melalaui lembaga pemerintahan, lembaga sosial masyarakat, perorangan, media cetak MAUPUN elektronik. 6. Perlu disusun strategi, perencanaan serta manajemen pembinaan yang baik dan membentuk Mitra PNF untuk bekerja bersama-sama dan menambah aksarawan baru. 107
13 7. Meningkatkan aksesibilitas terhadap pendidikan bagi perempuan yang sudah berkeluarga, pendidikan keaksaraan hendaknya tidak diberikan secara ekseklusif, namun dikembangkan secara inklusif dan disesuaikan dengan kegiatan keseharihan. Strategi ini akan cukup signifikan terbukti berdampak pada perempuan, karena waktu perempuan kelompok umur tersebut tersita untuk pekerjaan rumah tangga. Untuk ibu-ibu, terutama di pedesaan, pendidikan keaksaraan hendaknya. Misalnya, muatan pendidikan keaksaraan dintegrasikan dengan peran tugas ibu-ibu dalam mengurus anaknya, misalnya kegiatan BKB dan Posyandu. 8. Untuk memenuhi target Dakar maka bagi aksarawan baru terus dibina agar tidak menjadi buta huruf kembali. Bagi mereka yang mampu terutama perempuan diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengikuti pendidikan dasar yang setara yaitu melalui Paket A dan B. Bagi mereka yang telah menamatkan program pendidikan dasar yang setara, terus didorong untuk melanjutkan ke pendidikan berkelanjutan. Pendidikan berkelanjutan dapat berbentuk program yaitu program pasca keaksaraan, program pendidikan mata pencaharian, program berorientasi masa depan, program peningkatan kecakapan hidup, program minat perorangan (hobby) dan program kesetaraan, dsb. 108
4.1 Target Dasar Undang-Undang Republik Indonesia No.20 tahun 2033 menyebutkan pada Pasal 17 ayat (1 dan 2) bahwa : (1) Pendidikan Dasar merupakan
4.1 Target Dasar Undang-Undang Republik Indonesia No.20 tahun 2033 menyebutkan pada Pasal 17 ayat (1 dan 2) bahwa : (1) Pendidikan Dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi pendidikan menengah,
Lebih terperinciRasional Alvarez (1990) dalam bukunya Engendering Democracy in Brazil :Women s Movement in Transition Politics, mendefinisikan sebuah gerakan
Rasional Alvarez (1990) dalam bukunya Engendering Democracy in Brazil :Women s Movement in Transition Politics, mendefinisikan sebuah gerakan perempuan adalah sebuah gerakan sosial dan politik, yang terdiri
Lebih terperinci8.1 Target Dakar Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing merupakan salah satu dari tiga masalah besar pendidikan yang dihadapi bangsa ini atau
8.1 Target Dakar Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing merupakan salah satu dari tiga masalah besar pendidikan yang dihadapi bangsa ini atau disebut sebagai tantangan pembangunan pendidikan skala
Lebih terperinciUpaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, pendidikan merupakan salah satu cara yang strategis, karena dengan pendidikan anak-anak bangsa ini
Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, pendidikan merupakan salah satu cara yang strategis, karena dengan pendidikan anak-anak bangsa ini akan secara sistematis mendapatkan layanan untuk menumbuhkembangkan
Lebih terperinciRasional Di tengah tuntutan masyarakat yang sedang kuat menuntut anak-anak bangsa ini memiliki kualitas, baik untuk kepentingan dirinya maupun untuk
Rasional Di tengah tuntutan masyarakat yang sedang kuat menuntut anak-anak bangsa ini memiliki kualitas, baik untuk kepentingan dirinya maupun untuk kepentingan masyarakat pada umumnya, terlebih pada era
Lebih terperinciBAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF PENDIDIKANJAWA TIMUR
BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF PENDIDIKANJAWA TIMUR 5.1. Matriks Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja, dan Pendanaan Indikatif Berdasarkan
Lebih terperinciVI. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT KEGIATAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL. Pelaksanaan Kegiatan Keaksaraan Fungsional merupakan Gambaran
VI. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT KEGIATAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL 6.1. Faktor Pendukung Kegiatan Keaksaraan Pelaksanaan Kegiatan Keaksaraan Fungsional merupakan Gambaran bahwa Pemerintah Kabupaten karawang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan suatu bangsa. Keberhasilan pembangunan
Lebih terperinciDOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN. Rekapitulasi Belanja Langsung Berdasarkan Program dan Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah
DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DPA-SKPD 2.2 PEMERINTAH KOTA BATAM Tahun Anggaran 2014 Urusan Pemerintahan : 1.01. PENDIDIKAN Organisasi : 1.01.18. DINAS PENDIDIKAN KOTA BATAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pembangunan bangsa. Melihat kondisi masyarakat Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sektor penting yang berperan aktif dalam meningkatkan pembangunan bangsa. Melihat kondisi masyarakat Indonesia sekarang ini masih banyak
Lebih terperinciDOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN
NOMOR DPA SKPD DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN.0..0.8. 00 00 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DPA-SKPD 2.2 PEMERINTAH KOTA BATAM TAHUN ANGGARAN 205 Urusan Pemerintah :.0. PENDIDIKAN Organisasi :.0.8. DINAS PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, pertanyaan penelitian, hipotesis dan definisi operasional yang
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, hipotesis dan definisi operasional yang berkaitan dengan efektifitas
Lebih terperinciPERAN PENTING SAKA WIDYA BUDAYA BAKTI DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM PAUD DAN PNFI
PERAN PENTING SAKA WIDYA BUDAYA BAKTI DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM PAUD DAN PNFI Disampaikan pada Kegiatan Workshop Saka Widya Budaya Bakti Di Pekanbaru Riau tgl 9 April 2015 DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sasaran Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals) adalah Deklarasi Millennium hasil kesepakatan yang ditandatangani oleh kepala negara dan perwakilan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Pendidikan Nasional adalah upaya mencerdasakan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertaqwa dan berahlak mulia
Lebih terperinciSekapur Sirih. Batam, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kota Batam. Endang Retno Srisubiyandani, S.Si
Kota Batam Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai Sensus Penduduk dan Perumahan
Lebih terperinciMewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal.
Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal. Pada misi IV yaitu Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal terdapat 11
Lebih terperinciPENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Warga masyarakat yang buta aksara merupakan penghambat utama baginya untuk bisa
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Warga masyarakat yang buta aksara merupakan penghambat utama baginya untuk bisa mengakses informasi, mengembangkan pengetahuan dan keterampilan serta sikap positifnya. Akibatnya,
Lebih terperinciKEBIJAKAN PROGRAM PEMBERANTASAN BUTA AKSARA
KEBIJAKAN PROGRAM PEMBERANTASAN BUTA AKSARA Disampaikan Dalam Program Pengabdian pada Masyarakat Di Desa Wonolelo, Kecamatan Pleret, Kab Bantul Tanggal 19 Juli 2008 OLEH: Hiryanto, M.Si Dosen Jurusan PLS
Lebih terperinciDOKUMEN PELAKSANAAN PERUBAHAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DPPA - SKPD 2.2
Halaman : 1 DOKUMEN PELAKSANAAN PERUBAHAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DPPA - SKPD. PEMERINTAH KOTA TAHUN ANGGARAN 015 Urusan Pemerintahan Organisasi : 1.01. - PENDIDIKAN : 1.01.18. - Rekapitulasi
Lebih terperinciGARA-GARA GAK SEKOLAH JADI PUZZING DECH...
GARA-GARA GAK SEKOLAH JADI PUZZING DECH... PENGHARGAAN 3 FOKUS MENUNTASKAN WAJAR DIKDAS 9 TAHUN MERINTIS WAJAR DIKMEN 12 TAHUN MENINGKATNYA KEPEDULIAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN PENDIDIKAN
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah
PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah yang selalu menjadi isu sentral dalam kehidupan masyarakat Indonesia, baik di perdesaan maupun di perkotaan. Meskipun kemiskinan pernah mengalami
Lebih terperinciTabel 3.28 Pencapaian Misi IV dan Indikator. tercapai. tidak tercapai
Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal. Pada misi IV yaitu Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal memiliki sasaran
Lebih terperinciGrafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan)
Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan) Grafik 3.2 memperlihatkan angka transisi atau angka melanjutkan ke SMP/sederajat dan ke SMA/sederajat dalam kurun waktu 7 tahun terakhir. Sebagaimana angka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masih mengalami hambatan sehingga program-program yang diluncurkan untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah buta aksara sebagai suatu masalah nasional sampai saat ini masih belum tuntas sepenuhnya. Berbagai usaha dalam upaya penanggulangannya masih mengalami
Lebih terperinciINDIKATOR BIDANG PENDIDIKAN
LOMBA PEMBERDAYAAN KELURAHAN TAHUN 3 INDIKATOR BIDANG PENDIDIKAN Pendidikan masyarakat merupakan salah satu indikator yang sangat diperlukan dalam rangka mewujudkan keberhasilan Program Pemberdayaan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah untuk menghadapi tantangan era globalisasi adalah dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya pemerintah untuk menghadapi tantangan era globalisasi adalah dengan peningkatan mutu manusia Indonesia melalui perbaikan mutu pendidikan untuk semua jalur pendidikan.
Lebih terperinciBAB III STRATEGI PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENANGGULANGI BUTA. AKASARA SEBAGAI CAPAIAN MDGs
BAB III STRATEGI PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENANGGULANGI BUTA AKASARA SEBAGAI CAPAIAN MDGs 3. Strategi Pemerintah Indonesia Pengukuran keberhasilan dari suatu pemberdayaan dapat dilakukan dengan melihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kegiatan penting dalam pembangunan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kegiatan penting dalam pembangunan. Sebab, melalui pendidikan akan diperoleh perubahan sikap masyarakat. Pendidikan tidak hanya di bidang
Lebih terperinciISU-ISU STRATEGIS. 3.1 Analisis Situasi Strategis
ISU-ISU STRATEGIS 3.1 Analisis Situasi Strategis S etiap organisasi menghadapi lingkungan strategis yang mencakup lingkungan internal dan eksternal. Analisis terhadap lingkungan internal dan eksternal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat hadir di Indonesia di tengah-tengah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat hadir di Indonesia di tengah-tengah kondisi krisis sosial ekonomi nasional pada tahun 1998. Kehadiran PKBM sebenarnya
Lebih terperinciBAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD
BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN Untuk mengukur kinerja Kabupaten Barru, disusun indikator kinerja sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang meliputi: (1)
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 19
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 19 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENUNTASAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR SEMBILAN TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi, maka dalam rangka peningkatan sumber daya manusia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan kebutuhan bagi suatu Bangsa dan Negara, jika ingin berpartisipasi aktif dalam pembangunan di era kemajuan
Lebih terperinciPenilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP
Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP Sejak tahun 2000, Indonesia telah meratifikasi Millenium Development Goals (MDGs) di bawah naungan Persatuan Bangsa- Bangsa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga investasi dalam pendidikan bukan hanya memberikan dampak bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan jaminan pencapaian hak dalam masyarakat, sehingga investasi dalam pendidikan bukan hanya memberikan dampak bagi peningkatan kualitas kehidupan dan
Lebih terperinciDEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA
1. Gambaran Umum Demografi DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA Kondisi demografi mempunyai peranan penting terhadap perkembangan dan pertumbuhan suatu wilayah karena faktor demografi ikut mempengaruhi pemerintah
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALANGKA RAYA Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam dunia pendidikan motivasi merupakan pendorong utama siswa dalam
12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Motivasi Dalam dunia pendidikan motivasi merupakan pendorong utama siswa dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, maka dari itu para siswa harus
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA
WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 23 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pendidikan menempati peran sangat strategi dalam pembangunan Nasional. Hal ini tercantum dalam Undang-undang Dasar 1945 yang mengamanatkan pemerintah dalam
Lebih terperinciC. ANALISIS CAPAIAN KINERJA
C. ANALISIS CAPAIAN KINERJA Analisis capaian kinerja dilaksanakan pada setiap sasaran yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan setiap urusan pemerintahan daerah baik urusan wajib maupun urusan pilihan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan proses pendidikan yang bermutu (Input) maka pengetahuan (output) akan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemerataan akses pendidikan dewasa ini telah menjadi trend meraih Indeks Pembangunan Masyarakat (IPM), dimana memiliki 3 Indikator yang saling terkait,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang memiliki budi pekerti luhur,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pendidikan nasional berdasarkan pancasila bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang memiliki budi pekerti luhur, berperikemanusian,
Lebih terperinci-1- PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
-1- PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang : a. bahwa pelaksanaan pendidikan nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa salah satu tujuan negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan tersebut diwujudkan melalui upaya peningkatan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,
BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANYUWANGI
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : a. bahwa agar dalam penyelenggaraan pendidikan di
Lebih terperinciPersyaratan Pendataan. Persayaratan Pendaftaran
KETENTUAN UMUM 1. Calon peserta didik diberikan kesempatan untuk melakukan 1 (satu) kali pendaftaran. 2. Calon peserta didik yang lulus seleksi sementara di salah satu pilihan saat proses seleksi berlangsung,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencetak peserta didik yang mempunyai intelektual yang tinggi, mempunyai. sesuai dengan norma agama dan norma masyarakat.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses yang sangat penting dalam pembentukan kepribadian manusia. Hal ini meliputi proses dalam mengenal jati dirinya, eksistensinya untuk
Lebih terperinciBUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERANTASAN BUTA AKSARA DI KABUPATEN KOTABARU
BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERANTASAN BUTA AKSARA DI KABUPATEN KOTABARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : a. bahwa setiap
Lebih terperinciSTATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG
STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG 2015 No Publikasi : 2171.15.27 Katalog BPS : 1102001.2171.060 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 14 hal. Naskah
Lebih terperinciKata Kunci: Aksesibilitas dan Partisipasi Masyarakat, Pendidikan Dasar 9 Tahun, dan Daerah Perbatasan
AKSESIBILITAS DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENDIDIKAN DASAR 9 TAHUN DI DAERAH PERBATASAN KABUPATEN SAMBAS DAN SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT Oleh: Eusabinus Bunau, Clarry Sada, Laurensius Salem,
Lebih terperinciLaporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Berdasarkan Data Susenas 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Nomor Publikasi : 35522.1402
Lebih terperinciKesetaraan Gender Strategi Jitu dalam Pemberantasan Buta Aksara di Indonesia
Buta aksara adalah ketidakmampuan untuk membaca, menulis dan berhitung untuk fungsi efektif dan pengembangan individu dalam masyarakat. Menurut definisi UNESCO Buta aksaya, adalah : literacy is the ability
Lebih terperinciPROFIL DATA PENDIDIKAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012
PROFIL DATA PENDIDIKAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012 DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KULON PROGO Jln. SUTIJAB NOMOR 01, WATES YOGYAKARTA 55611 TLN. (0274) 774535 Profil Data Pendidikan 1 KATA PENGANTAR Penyusunan
Lebih terperinciStrategi Kebijakan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan Tahun 2016
Strategi Kebijakan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan Tahun 2016 Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Promotion of Lifelong learning
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa bidang pendidikan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Deklarasi Dakar berkenaan dengan pendidikan untuk semua (Education for All), semakin menguatkan dan memacu negara-negara berkembang untuk berbuat dan berusaha
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 5 WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR SEMBILAN TAHUN
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR SEMBILAN TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN
Nama SKPD : Dinas Dikbudpora Tahun : 2016 PENDIDIKAN A. Pendidikan Umum * Nama Nilai Satuan Ketersediaan Sumber Data 1 2 3 4 5 1. Jumlah Sekolah * 249 Sekolah Ada Disdikbudpora 1). Taman Kanak-Kanak (TK)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Pasal 26 ayat (3), yang menjelaskan bahwa pendidikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era globalisi ini masih banyak masyarakat Indonesia yang tingkat pendidikannya masih di bawah standarisasi yang di tentukan pemerintah. Banyak alasan yang
Lebih terperinciSTRATEGI PEMERINTAH KOTA BATAM DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBERANTASAN BUTA AKSARA DI DAERAH HINTERLAND
DIMENSI, VOL. 6, NO. 1: 63-76 JANUARI 2017 ISSN: 2085-9996 STRATEGI PEMERINTAH KOTA BATAM DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBERANTASAN BUTA AKSARA DI DAERAH HINTERLAND BATAM GOVERNMENT STRATEGY ON IMPLEMENTATION
Lebih terperinciKOMITMEN MASYARAKAT INTERNASIONAL TERHADAP PENDIDIKAN KEAKSARAAN
KOMITMEN MASYARAKAT INTERNASIONAL TERHADAP PENDIDIKAN KEAKSARAAN Dasar Hukum Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 : Setiap warga negara mempuyai hak untuk memperoleh pengajaran Undang-Undang Nomor 20 Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, keterampilan, teknologi dan sikap profesionalisme tinggi yang dapat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bangsa Indonesia dalam membangun manusia Indonesia seutuhnya sangat ditentukan oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dan memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan nasional berfungsi mengembangkan. kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Pendidikan sebagai sarana strategis
Lebih terperinciBab 6 INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR. A. Tujuan dan Sasaran Strategis
Bab 6 INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR A. Tujuan dan Sasaran Strategis Berdasarkan pada amanat UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, serta misi dan visi Dinas
Lebih terperinciMengeluarkan uang dalam rangka membiayai proses pendidikan adalah investasi yang sangat menguntungkan dan dapat dinikmati selama-lamanya.
INDIKATOR PENDIDIKAN Mengeluarkan uang dalam rangka membiayai proses pendidikan adalah investasi yang sangat menguntungkan dan dapat dinikmati selama-lamanya. 4 Lokasi: Kantor Bupati OKU Selatan Pemerintah
Lebih terperinciPENETAPAN KINERJA BUPATI TEMANGGUNG TAHUN ANGGARAN 2014 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET (Usia 0-6 Tahun)
URUSAN WAJIB: PENDIDIKAN PENETAPAN KINERJA BUPATI TEMANGGUNG TAHUN ANGGARAN 2014 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 1 Meningkatnya Budi Pekerti, 1 Persentase pendidik yang disiplin Tata Krama
Lebih terperinciPENDIDIKAN KESETARAAN FITTA UMMAYA SANTI, S. PD., M. PD
PENDIDIKAN KESETARAAN FITTA UMMAYA SANTI, S. PD., M. PD RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Program Studi Nama Mata Kuliah : PLS : Pendidikan Kesetaraan Kode : PNF 6221 Jumlah SKS : 2 Semester : 3 Kelas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut data Badan Pusat Statistik, Penduduk buta aksara usia tahun
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan pembangunan manusia yang dilakukan secara sengaja untuk meningkatkan potensi yang dimilikinya. Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat berlangsung melalui lembaga pendidikan informal, lembaga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat berlangsung melalui lembaga pendidikan informal, lembaga pendidikan formal, dan lembaga pendidikan non formal yang berlangsung dalam lingkungan
Lebih terperinciBAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA RKPD TAHUN LALU
BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA RKPD TAHUN LALU 2.1 Evaluasi Pencapaian Program Tahun Lalu dan Perkiraaan Tahun Berjalan Program dan kegiatan yang dievaluasi meliputi semua program dan kegiatan, target
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khususnya kebutuhan akan pendidikan sebagai suatu investasi. Oleh karena itu,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin kompleks, telah menjadikan kebutuhan manusia semakin kompleks pula, khususnya kebutuhan
Lebih terperinciPENETAPAN KINERJA TAHUN 2013 DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR Manajemen Pendidikan TK / RA 915,000,000
PENETAPAN KINERJA TAHUN 2013 DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR No. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TARGET 1 Meningkatnya aksesbilitas dan kualitas Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Pendidikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pendidikan yang lebih upaya untuk meningkatkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mewujudkan pendidikan yang lebih upaya untuk meningkatkan pembangunan daerah Kota Yogyakarta maka dibuat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). RPJMD
Lebih terperinciDinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif
Ringkasan Eksekutif Pendidikan telah menjadi sebuah kekuatan bangsa khususnya dalam proses pembangunan di Jawa Timur. Sesuai taraf keragaman yang begitu tinggi, Jawa Timur memiliki karakter yang kaya dengan
Lebih terperinciYAYASAN AMANAH MARDHOTILLAH PKBM SINDANG BARANG JERO BOGOR Jl. Sindang Barang Pilar (Blk Al-Hasbi) Rt. 01/07
COMPANY PROFIL PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT SINDANG BARANG JERO KOTA BOGOR (BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI & KEWIRAUSAHAAN) MELAYANI YANG TIDAK TERJANGKAU MENJANGKAU YANG TIDAK TERLAYANI YAYASAN AMANAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Sumber Daya Manusia (SDM) seluruh kemampuan atau potensi penduduk yang berada di dalam suatu wilayah tertentu dengan semua karakteristik atau ciri demografis,
Lebih terperinci! "## Pelayanan Administrasi Perkantoran Dinas Pendidikan
! "## KODE 1 01 01 DINAS PENDIDIKAN 30.468.000.000 01 1 01 01 01 Pelayanan Administrasi Perkantoran 1.437.500.900 01 1 01 01 01 Penyediaan Jasa Surat Menyurat Terlaksananya layanan jasa Administrasi Persuratan
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SALATIGA TAHUN 2017
PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SALATIGA TAHUN 2017 1 PERENCANAAN KINERJA A. PERENCANAAN STRATEJIK VISI DAN MISI 1. Pernyataan
Lebih terperinciBAB III AKUNTABILITAS KINERJA
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Dinas Pendidikan Kota Probolinggo Tahun 2016 ini disusun untuk mengukur tingkat keberhasilan atau kegagalan dalam
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG PROGRAM WAJIB SEKOLAH 12 TAHUN DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR
PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG PROGRAM WAJIB SEKOLAH 12 TAHUN DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN KOMERING
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS PENERIMAAN SISWA BARU (PSB) TK, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK TAHUN PELAJARAN 2010/2011 KOTA BATAM
Lampiran : Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kota Batam Nomor : Kpts. 217/419.3/DISDIK/ V/2010 Tanggal 27 Mei 2010 PETUNJUK TEKNIS PENERIMAAN SISWA BARU (PSB) TK, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK TAHUN PELAJARAN
Lebih terperinciPROFIL PENDIDIKAN PROVINSI SUMATERA BARAT 2014 ISBN : 978-602-1196-66-3 Nomor Publikasi : 13520.15.08 Katalog BPS : 4301003.13 Ukuran buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : ix + 40 Naskah : Bidang Statistik
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan suatu
1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa, melalui pendidikan akan terbentuk manusia yang cerdas, berahlak mulia dan melalui
Lebih terperinciDidi Supriadie Kepala Dinas Pendidikan
Didi Supriadie Kepala Dinas Pendidikan Propinsi Banten DKI Jakarta Tidak ada SDM bermutu tanpa Pendidikan yang bermutu Kab. Sukabumi Tidak ada pendidikan bermutu tanpa Guru yang bermutu, DAFTAR ISI 1.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dilakukan, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan uraian dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan budaya tulis
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT
PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PROGRAM WAJIB BELAJAR DUA BELAS TAHUN DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciRENCANA AKSI DAERAH PENDIDIKAN UNTUK SEMUA PROVINSI BANTEN
RENCANA AKSI DAERAH PENDIDIKAN UNTUK SEMUA PROVINSI BANTEN Disampaikan Oleh : Koordinator PUS Provinsi Banten d DINAS PENDIDIKAN PROVINSI BANTEN Bali, 19 Mei 2005 KABUPATEN/KOTA LUAS WILAYAH (Km2) JUMLAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin maju suatu bangsa semakin banyak orang yang terdidik, namun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin maju suatu bangsa semakin banyak orang yang terdidik, namun banyak pula masyarakat yang menganggur. Dengan kemampuan pemerintah yang sangat terbatas,
Lebih terperinciPemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia. Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
1. BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PROGRAM GERAKAN MASYARAKAT PEMBERANTASAN TRIBUTA DAN PENGANGKATAN MURID PUTUS SEKOLAH KABUPATEN BANYUWANGI Menimbang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan proses multidimensional yang melibatkan perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa dan lembaga nasional
Lebih terperinciPEMBELAJARAN KEAKSARAAN
PEMBELAJARAN KEAKSARAAN H. Kamin Sumardi kaminsumardi@yahoo.co.id UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 1 KOMPONEN HDI Rata-Rata Usia Harapan Hidup Angka Melek Huruf Orang Dewasa Rata-rata Lama Pendidikan
Lebih terperinciAnalisis Sosial Budaya yang Mempengaruhi Pelaksanaan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun
Fitri Nur Millah, Analisis Sosial Budaya yang Mempengaruhi Pelaksanaan Program Analisis Sosial Budaya yang Mempengaruhi Pelaksanaan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun Fitri Nur Millah
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAN KOORDINASI KEGIATAN DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN MASYARAKAT TAHUN 2015
KEBIJAKAN DAN KOORDINASI KEGIATAN DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN MASYARAKAT TAHUN 2015 Disampaikan pada Temu Koordinasi Penyelenggara Program Pendidikan Masyarakat Bandung, 30 April 2015 oleh: Dr. Ir.
Lebih terperinciANALISIS LAYANAN PENDIDIKAN
ANALISIS LAYANAN PENDIDIKAN Suplemen Mata Kuliah Pengelolaan Pendidikan Oleh: Suryadi, M.Pd Tahap ini bertujuan memberikan gambaran tentang layanan pendidikan saat ini di kabupaten/kota. Oleh karena gambaran
Lebih terperinciKinerja Tutor Pada Pembelajaran Program Paket B di Kecamatan Talaga Jaya Kabupaten Gorontalo
Kinerja Tutor Pada Pembelajaran Program Paket B di Kecamatan Talaga Jaya Kabupaten Gorontalo Olin Raden Ibrahim Yakob Napu, Ummyssalam Duludu JURUSAN PLS UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO Abstrak Permasalahan
Lebih terperinci