BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengolahan citra digital, jaringan saraf tiruan,dan backpropagation.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengolahan citra digital, jaringan saraf tiruan,dan backpropagation."

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada penelitian ini terdapat beberapa tinjauan pustaka diantaranya adalah tinjauan pustaka tentang jantung, elektrokardiograf, elektrokardiogram, pengolahan citra digital, jaringan saraf tiruan,dan backpropagation. 2.1 Jantung Anatomi Jantung Jantung adalah organ berongga yang terletak antara kedua paru-paru di bagian tengah rongga toraks. Jantung berukuran kurang lebih sebesar kepalan tangan pemiliknya dan bentuknya seperti kerucut tumpul. Ujung atas yang lebar (dasar) mengarah ke bahu kanan; ujung bawah yang mengerucut (apeks) mengarah ke panggul kiri (Sloane, 2003). Gambar 2.1 Bagian-Bagian Jantung (BITLIPI, 2012) Jantung memiliki empat ruang, atrium kanan dan atrium kiri atas; ventrikel kanan dan ventrikel kiri bawah. (Sloane, 2003). Gambar 2.1 menggambarkan anatomi jantung. 5

2 Aktivitas Jantung Fungsi utama jantung adalah memompa darah ke seluruh tubuh. Sisi kanan jantung memberikan darah beroksigen (deoxygenated blood) dari tubuh ke paru-paru, dan sisi kiri jantung memberikan darah beroksigen (oxygenated blood) dari paru-paru ke tubuh. (Vahed, 2005) Gambar 2.2 Sirkulasi Darah Pada Jantung (Sloane, 2003) Darah beroksigen (deoxygenated blood) memasuki atrium kanan jantung Atrium berkontraksi dan mendorong darah ke dalam ventrikel kanan. Kemudian ventrikel berkontraksi dan mendorong darah keluar dari jantung sehingga masuk ke paru-paru. Darah beroksigen (oxygenated blood) dari paru-paru kembali ke

3 7 atrium kiri. Atrium kembali berkontraksi dan mendorong darah melalui ventrikel kanan. Ventrikel kembali berkontraksi dan mendorong darah ke seluruh bagian tubuh (Vahed, 2005). Gambar 2.2 menggambarkan bagian-bagian jantung serta aliran darah dari jantung ke seluruh tubuh dan aliran darah menuju jantung Aktivasi Elektrik Jantung Semua membran sel tubuh pada dasarnya memiliki potensial membran yang ada hubungannya dengan penyebaran ion Na + dan K +. Potensial membran ini dapat ditemukan pada dua tipe sel, yaitu sel saraf dan sel otot. Perubahan potensial membran tersebut dialami oleh dua sel tersebut secara cepat. Potensial aksi merupakan perubahan potensial membran yang diawali pada ujung axon dan menyebar ke seluruh badan axon (serabut-serabut saraf). Untuk memahami tentang potensial aksi, maka diperlukan pemahaman tentang empat istilah keadaan, yaitu polarisasi, depolarisasi, hiperpolarisasi, dan repolarisasi. Pada membran yang sedang istirahat, terdapat pemisahan muatan antara sebelah luar membran dan sebelah dalam membran. Bagian luar membran akan lebih positif dan bagian dalam membran akan lebih negatif. Dalam keadaan demikian dikatakan bahwa membran mengalami polarisasi dan memiliki potensial istirahat (-70mV). Membran yang mengalami depolarisasi, potensial membran bergerak ke arah 0 mv menuju potensial membran positif (+30 mv). Membran yang mengalami hiperpolarisasi mempunyai negatif potensial membran yang lebih besar dibandingkan saat potensial membran istirahat atau potensial membran depolarisasi. Pada keadaan repolarisasi membran kembali ke potensial istirahat.

4 8 Selanjutnya, myocardium atau otot jantung terdiri dari sebagian besar serabut otot yang dipacu untuk berkontraksi satu sama lain oleh peristiwa aktivasi elektrik. Pada keadaan pemulihan diketahui bahwa dibagian dalam serabut otot dan sel pada jantung mempunyai perbedaan potensial -90 mv. Ketika potensial aksi yang menyebar ke sekeliling serabut bergerak menuju batas ambang (threshold), maka kanal ion Na + akan terbuka. Konsesntrasi ion Na + ini begitu cepat dan memiliki perubahan potensialnya +20 hingga +30 mv. Hal ini disebut sebagai polarisasi dan merupakan fase pertama potensial aksi pada serabut. Ketika terjadi perpindahan dan pengurangan ion Na +, keadaan depolarisasi dipertahankan pada saat terjadinya perpindahan ion Ca +, hal ini disebabkan adanya kontraksi pada serabut. Setelah kira-kira 300ms, perpindahan ion Ca + berhenti dan kanal ion K + dibuka, maka pengaliran ion K + dimulai. Perbedaan potensial dikembalikan ke awal pada -90 mv. Hal ini disebut peristiwa repolarisasi dan fase akhir dari potensial jantung (Martini, 2001). Gambar 2.3 Potensial Aksi (howmed.net, 2011) Gambar 2.3 menggambarkan pontensial aksi pada jantung. Potensial aksi diawali oleh penjalaran SA node sepanjang sistem konduksi pada jantung.

5 9 Potensial ini terjadi dalam serabut yang berkontraksi yang merupakan pembangkit dari bagian atria dan ventrikel. Kemudian potensial aksi ini akan menghasilkan depolarisasi, pletaeu (masa stabil), dan repolarisasi Sistem Konduksi Kelistrikan Jantung Komponen sistem konduksi kelistrikan jantung yang meliputi SA node, AV node, Bundle HIS, cabang kiri dan kanan dari Bundle his, dan Serabut Purkinje. Pada keadaan normal impuls jantung dimulai dari SA node. Impuls ini kemudian menjalar ke seluruh jantung. Pada saat impuls berlangsung yang pertama kali berkontraksi adalah atria kemudian diikuti oleh ventrikel atau AV node. Selanjutnya dari AV node ini, impuls menjalar menuju Bundle HIS beserta menjalar ke cabang kanan dan kiri dari Bundle HIS. Proses ini kemudian dijalarkan kembali oleh serabut purkinje menuju SA node. Gambar 2.4 menggambarkan sistem konduksi jantung. Gambar 2.4 Konduksi Impuls pada Jantung (HowMed.net, 2011) Kondisi-kondisi ini biasanya didiagnosis dengan menggunakan ECG sehingga menghasilkan sinyal seperti pada Gambar 2.5.

6 10 Gambar 2.5 Elektrofisiologi jantung (Ganong, 2005) Kelainan Jantung Terdapat baerbagai kelainan jantung salah satu diantaranya adalah pembesaran otot jantung (hipertrofi). Hipertofi adalah peningkatan ukuran dan massa pada suatu bagian jantung tertentu yang disebabkan peningkatan tekanan pada daerah tersebut. Hipertrofi dapat berkembang menjadi gagal jantung. Kelainan jantung hipertrofi dapat dideteksi dengan menggunakan ECG (Klabunde,2011). Terdapat empat bagian jantung yang dapat mengalami hipertrofi yaitu atrium kanan (right atrium hipertrophy), atrium kiri (left atrium hipertrophy), ventrikel kanan (right ventricular hipertrophy), dan ventrikel kiri (left ventricular hipertrophy). Gambar 2.6 menyajikan keadaan jantung bagian atrium kiri dan ventrikel kanan yang mengalami hipertrofi.

7 11 ventrikel kanan (a) (b) Gambar 2.6 Pembesaran Otot Jantung Pada Atrium Kiri (a) dan Ventrikel Kanan (b) (Klabunde, 2011) Pada keadaan right atrium hypertrophy, elektrokardiogram menunjukkan gambar dengan gelombang P pada sadapan II yang tinggi melebihi ukuran gelombang P normal atau yang biasa disebut P pulmonal, yaitu >2,5 kotak kecil. Pada keadaan left atrium hypertrophy, elektrokardiogram menunjukkan gambar dengan gelombang P pada sadapan II yang berlekuk atau yang biasa disebut P mitral. Pada keadaan right ventricular hypertrophy, elektrokardiogram menunjukkan gambar dengan gelombang QRS yang positif pada sadapan V1, sedangkan normalnya QRS pada sadapan V1 cenderung negatif. Selain itu pada keadaan right ventricular hypertrophy, elektrokardiogram menunjukkan gambar dengan adanya gelombang S pada sadapan V6. Pada keadaan left ventricular hypertrophy, elektrokardiogram menunjukkan gambar dengan gelombang R yang tinggi melebihi ukuran gelombang R normal, yaitu >27 kotak kecil (Alim, 2008). Bentuk gelombang pada keadaan jantung normal pada elektrokardiogram dengan dua belas sadapan disajikan pada Gambar 2.7 (a) dan (c) dan keadaan jantung yang mengalami kelainan jantung left atrium hypertrophy dan right ventricular hypertrophy disajikan pada Gambar 2.7 (b) dan (d).

8 12 (a) (b) (c) (d) Gambar 2.7 Bentuk Gelombang (a) Kondisi Jantung Normal Pada Sadapan 2, (b) Kondisi Left Atrium Hipertrophy Pada Sadapan 2, (c) Kondisi Jantung Normal Pada Sadapan V6, dan (d) Kondisi Right Ventricular Hipertrophy 2.2 Elektrokardiograf (ECG) Elektrokardiograf merupakan alat yang berfungsi mencatat kelistrikan jantung sebagai fungsi waktu. Elektrokardiograf terdiri dari beberapa komponen utama yaitu elektrokardiogram, sadapan, dan instrumen elektrokardiograf Elektrokardiogram (EKG) Sinyal pada ECG (Gambar 2.5) direpresentasikan sebagai sebuah gelombang yang divisualisasikan pada kertas perekam dengan kecepatan 25mm/s. Ukuran dari setiap kotak kecil pada kertas perekam EKG (Gambar 2.8) adalah 1 mm 2. Dengan kecepatan 25 mm/s, 1 kotak kecil kertas EKG sama dengan 0,04 s (40 ms). Lima kotak kecil menyusun 1 kotak besar, yang sama dengan 0,20 s (200 ms). Karena itu, ada lima kotak besar permenit. Gambar 2.8 Elektrokardiogram (HowMed.net, 2011)

9 13 EKG pada orang normal diperlihatkan pada Gambar 2.9. Bagian-bagian jantung yang mengalami depolarisasi (Gambar 2.4) dan posisi elektroda terhadap jantung menjadi pertimbangan yang penting dalam menafsirkan konfigurasi gelombang di setiap sadapan. Atrium terletak di sebelah posterior dalam rongga dada. Ventrikel membentuk basis dan anterior permukaan jantung, dan ventrikel kanan berada di sisi anterolateral ke kiri. Jadi avr menghadap ke rongga ventrikel. Depolarisasi atrium, depolarisasi ventrikel, dan repolarisasi ventrikel bergerak menjauhi elektroda eksplorasi sehingga gelombang P, kompleks QRS, dan gelombang T tampak sebagai defleksi negatif (ke arah bawah); avl dan avf menghadap ke ventrikel, dan karena itu defleksinya dominan positif atau bifasik. Tidak ada gelombang Q pada V 1 dan V 2, serta bagian awal kompleks QRS merupakan defleksi kecil ke atas karena depolarisasi ventrikel mula-mula bergerak melintasi bagian tengah septum dari kiri ke kanan menuju elektroda eksplorasi. Gelombang eksitasi lalu bergerak menuruni septum ke ventrikel kiri menjauhi elektroda, yang menghasilkan gelombang S besar. Akhirnya, gelombang ini bergerak kembali sepanjang dinding venrtikel menuju elektroda sehingga kembali ke garis isoelektrik. Sebaliknya, pada sadapan ventrikel kiri (V 4 -V 6 ) mungkin terdapat awal gelombang Q kecil (depolarisasi septum dari kiri ke kanan), dan terdapat gelombang R besar (depolarisai lambat dinding ventrikel bergerak kembali menuju AV junction) (W.F. Ganong, 2005). Terdapat variasi yang bermakna pada posisi jantung normal, dan posisi mempengaruhi konfigurasi kompleks elektrokardiografi di berbagai sadapan (W.F.Ganong, 2005).

10 14 Gambar 2.9 Elektrokardiogram Normal (Ganong, 2005) Sadapan Sebuah elektrokardiogram diperoleh dari rekaman potensial listrik antara sejumlah titik tubuh dengan menggunakan penguat instrumentasi biomedis. Sebuah sadapan mencatat sinyal listrik jantung dari gabungan beberapa elektroda yang ditempatkan di titik-titik tertentu tubuh pasien. Sebuah elektrokardiograf dua belas sadapan biasanya hanya menggunakan sepuluh elektroda. Gambar 2.10 dan Tabel 2.1 menerangkankan tata letak sepuluh elektroda.

11 15 Gambar 2.10 Letak Sepuluh Elektroda ( Tabel 2.1. Tata Letak 10 Elektroda ECG Elektrode Penempatan RA Pada lengan kanan LA Pada lengan kiri RL Pada bagian betis kaki kanan LL Pada bagian betis kaki kiri V1 Ditempatkan di sela iga keempat disebelah kanan sternum. V2 Ditempatkan di sela iga keempat disebelah kiri V3 Antara V 2 dan V 4 V4 Ditempatkan disela iga kelima pada linea medioklavikularise. V5 Ditempatkan diantara V4 dan V6 V6 Ditempatkan di sela iga kelima pada linea aksilaris Ada dua jenis sadapan dalam perancangan suatu ECG yaitu sadapan bipolar dan saapan unipolar. Sadapan bipolar yakni sadapan I, II, dan III. Sadapan Unipolar terdiri dari sadapan prakordial yang diberi nama V1-V6 dan dan tiga sadapan unipolar ekstrimitas avr, avl, avf (Ganong, 2008) Instrumen Elektrokardiograf Instrumen elektrokardiograf (ECG) merupakan alat yang digunakan untuk mengolah sinyal elektrik jantung melalui elektroda dan menampilkannya

12 16 lewat kertas/layar monitor. ECG memiliki elektroda-elektroda yang ditempatkan pada bagian tubuh tertentu untuk merekam potensial listrik yang dibangkitkan oleh jantung. Lead Fail Detector Indikator Leads Ampli Filter Adder Isolation Circuit Power Suplay (Baterai) ADC Baseline Restoration Mikrokontroller Power Suplay(PLN) Monitor (PC) Wilson Network Gambar 2.11 Diagram Blok Elektrokardiograf Masukan sinyal biopotensial dari jantung yang di tangkap oleh lead masuk ke rangkaian penguat instrumentasi. Selanjutnya sinyal masuk ke filter yang terdiri dari bandpass filter dan notch fiter. Notch Filter digunakan untuk menghilangkan frekuesi 50 Hz. Kemudian sinyal masuk ke rangkaian adder dan isolation circuit. Rangkaian adder digunakan untuk menaikkan level tegangan sinyal ECG. Penambahan tegangan ini disesuaikan hingga semua level sinyal ECG bernilai positif sehingga nantinya dapat diproses oleh ADC (Widodo, 2009). Rangkaian isolasi pada ECG berguna untuk melindungi pasien bila terjadi

13 17 kebocoran arus, jadi listrik tidak berhubungan secara langsung dengan pasien. ADC berfungsi untuk merubah hasil sinyal ECG ke bentuk digital. Kemudian sinyal masuk ke mikrokontroler. Mikrokontroller berfungsi mengirimkan sinyal ECG digital ke komputer (PC). Selain itu terdapat beberapa rangkaian lainnya diantaranya, lead fail detector, dan power supply. Lead Fail Detector merupakan rangkaian yang digunakan untuk mendeteksi bila ada lead yang lepas atau tidak menempel sempurna dari tubuh pasien. Baseline Restoration berguna untuk mereset rangkaian secara otomatis saat terjadi kondisi saturasi. Power suplay pada ECG digunakan untuk mencatu-daya semua rangkaian (Nothrop, 2004). Gambar 2.11 menggambarkan diagram blok elektrokardiograf. 2.3 Pengolahan Citra Digital Citra (image) adalah gambar pada bidang dwimatra (dua dimensi), sebagai salah satu komponen multimedia yang digunakan sebagai bentuk informasi visual. Meskipun citra sebuah informasi kaya informasi, namun seringkali citra mengalami penurunan mutu (degradasi), misalnya mengandung cacat atau derau (noise), warnanya terlalu kontras, kurang tajam, kabur (blurring), dan sebagainya. Agar citra yang mengalami gangguan mudah diinterpretasi (baik oleh manusia ataupun mesin), maka citra tersebut perlu dimanipulasi menjadi citra lain yang kualitasnya lebih baik (pengolahan citra). Pengolahan citra adalah pemrosesan citra, khusunya dengan menggunakan komputer, menjadi citra yang kualitasnya lebih baik ( Munir, 2004). Tujuan utama dari pengolahan citra adalah memperbaiki kualitas gambar (citra) sehingga dapat dilihat oleh mata manusia dan mengolah informasi yang

14 18 terdapat pada gambar (citra) untuk keperluan pengenalan obyek secara otomatis pada suatu mesin. Citra digital direpresentasikan dalam bentuk matriks H x W (H= tinggi, W= lebar) (Munir 2004). Ukuran citra dinyatakan dalam titik atau piksel (pixel=picture elements) dan dapat pula dinyatakan dalam satuan panjang (metet dan inci). Pusat koordinat citra digital terletak pada sudut kiri atas sedangkan pada koordinat kartesius terletak pada sudut kiri bawah (Munir, 2004). Perkembangan pengolahan citra sangat pesat dengan memanfaatkan ilmu komputasi kita dapat mengidentifikasi jari, pengenalan tanda tangan, pengenalan suara, maupun pengenalan pola sinyal elektrokardiogram. Operasi-operasi yang dilakukan pada pengolahan citra bermacammacam, beberapa diantaranya adalah pengolahan citra abu-abu (grayscale), segmentasi citra, operasi morfologi citra, ekstraksi fitur (fiture extraction), dan operasi lainnya Pengolahan Citra Grayscale Citra grayscale merupakan citra digital yang hanya memiliki satu nilai kanal pada setiap pixelnya, dengan kata lain nilai bagian RED=GREEN=BLUE. Nilai tersebut digunakan untuk menunjukkan tingkat intensitas. Warna yang dimiliki adalah warna hitam, keabuan, dan putih. Tingkatan keabuan disini merupakan warna abu dengan berbagai tingkatan dari hitam hingga mendekati putih (Putra, 2010). Gambar 2.12 merupakan contoh pengolahan citra grayscale.

15 19 (a) (b) Gambar 2.12 Citra Medis Sebelum (a) dan Sesudah (b) grayscale. (Priyani, 2009) Hasil grayscale disimpan dalam format 8 bit untuk setiap sampel pixel, yang memungkinkan mempunyai nilai intensitas sebanyak 256. Format ini sangat membantu dalam proses pemrograman karena manipulasi bit yang tidak terlalu banyak. Untuk mengubah citra berwarna yang masing-masing mempunyai nilai intensitas R, G, dan B menjadi citra abu-abu (gray) dengan nilai X, maka konversi dapat dilakukan dengan mengambil rata-rata dari nilai R, G, dan B... (2.1) Pengolahan Citra Segmentasi Segmentasi merupakan teknik untuk membagi suatu citra menjadi beberapa daerah (region) dimana setiap daerah memiliki kemiripan atribut (Putra, 2010). Terdapat beberapa teknik segementasi yang dapat digunakan pada pengolahan citra digital yaitu, pengambangan (thresholding), segementasi berbasis cluster, transformasi Hugh, dan teknik-teknik lainnya. Thresholding dilakukan dengan mengubah citra abu-abu yang memiliki derajat keabuan 256 (8 bit) menjadi citra yang hnaya memiliki dua warna yaitu hitam dan putih. Operasi Segmentasi dilakukan dengan memilik salah satu teknik dari teknik-teknik

16 20 segmentasi. Secara umum proses pengambangan citra grayscale untuk menghasilkan citra biner sebagai berikut :... (2.2) Dengan adalah citra biner dari citra grayscale, dan T menyatakan niali ambang. Gambar 2.13 merupakan contoh proses segmentasi pada pengolahan citra medis. Gambar 2.13 Proses segmentasi (Allan, 2012) Thresholding akan menghasilkan citra biner, yaitu citra yang memiliki dua nilai tingkat keabuan yaitu hitam dan putih (Putra, 2010). Nilai intensitas citra biner adalah 0 dan 1. Nilai intensitas 0 menyatakan latar belakang (background) dan nilai intensitas 1 menyatakan objek (foreground) atau nilai intensitas 0 menyatakan warna hitam dan nilai intensitas 1 menyatakan warna putih Pengolahan Citra Morfologi Morfologi citra merupakan suatu operasi pemrosesan citra yang mengolah citra berdasarkan bentuknya. Operasi morfologi menggunakan dua input himpunan yaitu suatu citra dan suatu kernel. Khusus dalam morfologi istilah kernel disebut dengan structure elements (SE). SE merupakan suatu matrik dan

17 21 pada umumnya berukuran kecil. Gambar 2.14 menyajikan beberapa contoh SE. Posisi yang dilingkari pada Gambar 2.14 menyatakan pusat koordinat Gambar 2.14 Contoh Structure Elements (Putra,2010) Elemen dari SE dapat bernilai 1 dan 0. Ada dua operasi morfologi yaitu dilasi dan erosi. Kedua operasi tersebut menjadi basis untuk membuat berbagai operasi yang sangat berguna untuk pengolahan citra digital (Putra,2010) Operasi Dilasi Bila suatu objek (citra input) dinyatakan dengan A dan SE dinyatakan dengan B setra Bx menyatakan translasi dari B sedemikian sehingga pusat B terletak pada x. Operasi dilasi A dan B dapat dinyatakan sebagai berikut.... (2.3) Dengan menyatakan himpunan kosong. Proses dilasi dilakukan dengan membandingkan setiap pixel citra input dengan nilai pusat SE dengan cara melapiskan (superimpose) SE dengan citra sehingga pusat SE tepat dengan posisi pixel citra yang diproses. Jika paling sedikit ada satu pixel pada SE sama dengan nilai pixel objel (foreground) citra maka pixel input diset nilainya dengan nilai pixel foreground dan bila semua pixel yang berhubungan adalah background maka input pixel diberi nilai pixel diberi nilai pixel background. Proses serupa dilanjutkan dengan menggerakkan (translasi) SE pixel demi pixel pada citra input. Gambar 2.15 mengilustrasikan

18 22 suatu citra sebelum dan sesudah proses dilasi dengan menggunakan SE berukuran 3x3 dengan setiap nilai elemen SE bernilai satu Gambar 2.15 Proses Dilasi (Putra, 2010) Semakin besar ukuran SE maka semakin besar perubahan yang terjadi. SE berukuran kecil juga dapat memberikan hasil yang sama dengan SE berukuran besar dengan cara melakukan dilasi berulang kali. Efek dilasi terhadap citra biner adalah memperbesar batas dari objek yang ada sehingga objek terlihhat semakin besar dan lubang-lubang yang terdapat di tengah objek akan tampak mengecil Operasi Erosi Bila suatu objek (citra input) dinyatakan dengan A dan SE dinyatakan dengan B setra Bx menyatakan translasi dari B sedemikian sehingga pusat B terletak pada x. Operasi erosi A dan B dapat dinyatakan sebagai berikut.... (2.4) Dengan X menyatakan himpunan bernilai satu. Sama seperti pada dilasi, proses erosi dilakukan dengan membandingkan setiap pixel citra input dengan nilai pusat SE dengan cara melapiskan (superimpose) SE dengan citra sehingga pusat SE tepat dengan posisi pixel citra yang

19 23 diproses. Jika semua piksel pada SE tepat sama dengan semua nilai pixel objek (foreground) citra maka pixel input diset nilainya dengan nilai pixel foreground, bila tidak maka input pixel diberi nilai pixel background. Proses serupa dilanjutkan dengan menggerakkan SE pixel demi pixel pada citra input. Proses erosi merupakan kebalikan dari proses dilasi. Jika dalam proses dilasi menghasilkan objek yang lebih luas maka dalam proses erosi akan menghasilkan objek yang menyempit (mengecil). Lubang pada objek juga akan tampak membesar seiring menyempitnya batas objek tersebut. Gambar 2.16 mengilustrasikan citra sebelum dan sesudah proses erosi dengan SE berukuran 3x3 dengan semua elemen bernilai satu Gambar 2.16 Proses Erosi (Putra, 2010) Pada Gambar 2.16 terlihat hasil proses erosi menyebabkan objek mengecil. Semakin besar kernel yang digunakan maka hasil yang akan didapatkan akan semakin kecil. Begitu juga apabila proses erosi dilakukan berulang-ulang akan terus mengecilkan objek walaupun hanya menggunakan SE berukuran kecil (Putra, 2010).

20 Pengolahan Citra Ekstraksi Fitur Ekstraksi Fitur merupakan proses mengambil ciri-ciri yang terdapat pada objek di dalam citra. Fitur adalah karakteristik unik dari suatu objek. Analisis bentuk merupakan salah satu metode pemisahan fitur. Terdapat berbagai macam teknik pada pengolahan ekstraksi fitur, beberapa diantranya adalah amplitudo, histogram, matriks co-occurance, gradient, deteksi tepi, spektrum fourier, dan beberapa teknik lainnya (Putra, 2010). Perhitungan matematis pada masingmaisng teknik pengolahan citra ekstraksi fitur berbeda-beda bergantung pada jenis citra yang akan diolah fiturnya. 2.4 Jaringan Saraf Tiruan Jaringan saraf tiruan (JST) adalah sistem pemroses informasi yang memiliki karakteristik mirip dengan jaringan saraf biologi. JST dibentuk sebagai generalisasi model matematika dari jaringan saraf biologi, dengan asumsi bahwa : Pemrosesan informasi terjadi pada banyak elemen sederhana (neuron). Sinyal dikirimkan diantara neuron-neuron melalui penghubung-penghubung Penghubung antar neuron memiliki bobot yang akan memperkuat atau memperlemah sinyal Untuk menentukan output, setiap neuron menggunakan fungsi aktivasi yang dikenakan pada jumlah inputan yang diterima. Besarnya output ini selanjutnya dibandingkan dengan suatu batas ambang (Siang, 2005) Neuron merupakan sistem yang fault tolerant dalam dua hal. Pertama.manusia dapat mengenali sinyal input yang agak berbeda dari yang pernah kita terima sebelumnya. Sebagai contoh, manusia sering dapat mengenali

21 25 seseorang yang wajahnya pernah ia lihat di foto, atau dapat mengenali seseorang yang wajahnya agak berbeda karena sudah lama tidak dijumpai. Kedua, otak manusia tetap mampu bekerja meskipun beberapa neuronnya tidak mampu bekerja dengan baik. Jika sebuah neuron rusak, neuron lain kadang-kadang dapat dilatih untuk menggantikan fungsi sel yang rusak tersebut (Siang, 2005). Neuron adalah unit pemroses informasi yang menjadi dasar dalam pengoperasian jaringan saraf tiruan. Neuron bekerja berdasarkan impuls atau sinyal yang diberikan pada neuron. Neuron akan menstransformasikan informasi (input) melewati sinyal yang dikirimkan antara neuron-neuron melalui penghubung-penghubung. Penghubung antar neuron memiliki bobot yang menyimpan informasi pada suatu nilai tertentu. Penghubung tersebut memiliki bobot yang berbeda-beda, bobot yang bernilai positif akan memperkuat sinyal dan bobot yang negatif akan memperlemah sinyal yang dibawahnya. Jumlah,struktur,dan pola hubungan antar neuron-neuron tersebut akan menentukan arsitektur jaringan (model jaringan yang terbentuk). Input ini akan diproses oleh suatu fungsi perambatan yang akan menjumlahkan input-input sinyal yang sudah dikalikan dengan bobotnya. Misalkan x 1, x 2,..x n adalah unit input dan w ji, w j2,.w jn adalah bobot penghubung ke unit keluaran Y, maka unit penjumlahan akan memberikan keluaran sebesar u=x 1 w j1,+ x 2 w j2 + x n w jn (Priyani, 2009). Hasil penjumlahan ini kemudian akan dibandingkan dengan suatu nilai ambang (threshold) tertentu melalui fungsi aktivasi, setiap neuron akan diteruskan ke neuron lain atau tidak. Apabila input melewati suatu nilai ambang tertentu,

22 26 maka neuron tersebut akan diaktifkan dan akan mengirimkan output melalui bobot outputnya ke semua neuron yang berhubungan dengannya. Jika tidak maka neuron tersebut tidak akan diaktifkan. Karakteristik dari JST ditentukan oleh : 1. Pola hubungan antara neuron (arsitektur jaringan) Beberapa arsitektur jaringan yang sering dipakai dalam jaringan saraf tiruan antara lain (Priyani, 2009): a. Jaringan Layar Tunggal (single layer network) b. Jaringan Layar Jamak (multi layer network) c. Jaringan Reccurent 2. Metode untuk menentukan bobot penghubung (disebut metode training /learning/algoritma) (Priyani, 2009). 3. Fungsi aktivasi Dalam jaringan saraf tiruan, fungsi aktifasi dipakai untuk menentukan keluaran suatu neuron. Jaringan syaraf tiruan memiliki kelebihan dibandingkan dengan metode perhitungan lainnya, antara lain : 1. Kemampuan mengakuisisi pengetahuan walaupun dalam kondisi ada gangguan dan ketidkakpastian. Hal ini karena jaringan syaraf tiruan mampu melakukan generalisasi, abstraksi, dan ekstraksi terhadap properti statistik dari data.

23 27 2. Kemampuan mempresentasikan pengetahuan secara fleksibel jaringan syaraf truan dapat menciptakan sendiri representasi melalui pengaturan diri sendiri atau kemmpuan belajar (self organizing). 3. Kemampuan untuk memberikan toleransi, dimana gangguan kecil pada data dapat dianggap hanya sebagai guncangan belaka. 4. Kemampuan memproses pengetahuan secara efisien karena memakai sistem paralel, sehingga waktu yang diperlukan untuk pengoperasiannya lebih singkat. 2.5 BackPropagation Propagasi balik atau backpropagation merupakan algoritma pembelajaran yang terawasi dan biasanya digunakan oleh perceptron dengan banyak lapisan untuk mengubah bobot-bobot yang terhubung dengan neuronneuron yang ada pada lapisan tersembunyinya (Priyani,2009). Algoritma propagasi balik menggunakan error output untuk mengubah nilai bobot-bobotnya dalam arah mundur (backward). Untuk mendapatkan error ini, tahapan perambatan maju (forward) harus dikerjakan terlebih dahulu. Pada saat perambatan maju, neuron-neuron diaktifkan dengan menggunakan fungsi aktivasi yang dapat dideferensiasikan seperti sigmoid (Priyani, 2009). Pada algoritma propagasi balik terdapat dua tahapan yaitu pelatihan dengan menggunakan forward dan backward dan pengujian dengan menggunakan forward. Backpropagation melatih jaringan untuk mendapatkan keseimbangan antara kemampuan jaringan untuk mnegenali pola yang digunakan selamna

24 28 pelatihan serta kemampuan jaringan untuk memberikan respon yang benar terhadap pola masukan yang serupa (tapi tidak sama) dengan pola yang dipakai selama pelatihan. Nilai Input Lapisan Input V 11 V 21 V 12 V 22 V 13 V 23 Matriks Bobot Pertama W 11 W 12 Lapisan Tersembunyi Matriks Bobot Kedua Lapisan Output Nilai Output Gambar 2.17 Arsitektur Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation Gambar 2.17 menunjukkan arsitektur jaringan saraf tiruan backpropagation dengan X i = nilai pada lapisan masukan dengan jumlah i, Z j = nilai pada lapisan tersembunyi dengan jumlah j, Y k =nilai pada lapisan keluaran dengan jumlah k, V ij = bobot pada lapisan input menuju lapisan tersembunyi, dan W jk = bobot pada lapisan tersembunyi menuju lapisan output. tahap pelatihan : Berikut penjelasan langkah-langkah algoritma backpropagation pada Langkah 0 : Penginisialisasian bobot dan bias.

25 29 Mula-mula bobot diberi nilai acak yang kecil (range [1,-1]). Bobot dari layar masukan ke layar tersembunyi (V ij ) dan bobot dari layar tersembunyi ke layar keluaran (W ij ). Langkah 1 : Bila pada stopping condition nilai yang didapat masih belum sesuai seperti yang diharapkan, maka ditempuh langkah 2 sampai 9. Langkah 2 : Pada setiap data training, ditempuh langkah 3 sampai 8. Umpan maju ( Feed forward ) Langkah 3 : Masing-masing unit input (X i,i = 1,2,.., n) menerima sinyal masukan x i. Sinyal masukan x i dikirim ke seluruh unit hidden. Masukan x i yang dipakai adalah input training data yang sudah melalui penyekalaan. Nilai tertinggi dan terendah dari input yang dipakai dalam sistem kemudian dicari. Skala yang digunakan disesuaikan dengan fungsi aktivasinya. Langkah 4 : Masing-masing unit hidden (Z j, j = 1,2,..., p) merupakan penjumlahan sinyal-sinyal input yang telah diberi bobot beserta biasnya, dengan persamaan : Z in j = V 0j + n i= 1 X V i ij. ( 2.5 )

26 30 Untuk menghitung nilai sinyal output dari unit hidden, digunakan fungsi aktivasi yang sudah dipilih, dengan persamaan: Z j = f(z in ).... ( 2.6 ) j Kemudian sinyal output dari unit hidden dikirim ke setiap unit output. Langkah 5 : Masing-masing unit output (Y k,k = 1,2,..., m) merupakan penjumlahan sinyal-sinyal input yang telah diberi bobot beserta biasnya, dengan persamaan : Y in k = W 0k + p j= 1 Z W j jk... ( 2.7 ) Untuk menghitung nilai sinyal output dari unit output, digunakan fungsi aktivasi yang sudah dipilih, dengan persamaan : Yk = f(yin ) ( 2.8 ) k Propagasi error ( backpropagation of error ) Langkah 6 : Masing-masing unit output (Y k,k = 1,2,..., m) menerima suatu target pattern ( output yang diinginkan ) sesuai dengan input training pattern untuk menghitung besar error antara target dengan output, dengan persamaan : δk =(t k Yk )f' (Yin )... ( 2.9 ) k

27 31 Seperti input training data, output training data (t k ) juga melalui penyekalaan sesuai dengan fungsi aktivasi yang digunakan. Faktor δ k berfungsi untuk menghitung koreksi error (ΔΔ jk ) yang akan dipakai dalam pembaharuan nilai W jk. ΔW jk =α δ k Z j.... ( 2.10 ) Koreksi bias (ΔΔ 0k ) yang akan dipakai dalam pembaharuan nilai W 0k, juga dihitung. ΔW 0k =α δ k..... ( 2.11 ) Faktor δ k kemudian dikirim ke layer pada langkah 7. Langkah 7 : Input delta ( dari layer pada langkah 6 ) yang diberi bobot, dijumlahkan pada masing-masing unit hidden (Z j, j = 1,2,..., p). m δ in j = δ k W jk... ( 2.12 ) k=1 Agar dapat menghasilkan faktor koreksi error j, hasil dari persamaan ( 2.12 ) dikalikan dengan turunan fungsi aktivasi yang digunakan. δ j = (δin )f' (Z in ) ( 2.13 ) j j faktor δ j digunakan menghitung koreksi error (ΔΔ ij ) yang akan dipakai pada pembaharuan nilai V ij, dengan :

28 32 ΔV ij =α δ j X i ( 2.14 ) Koreksi bias (ΔΔ 0j ) yang akan dipakai pada pembaharuan V 0j, juga dihitung, dengan : ΔV 0j =α δ j... ( 2.15 ) Pembaharuan bobot ( adjustment ) dan bias. Langkah 8 : Masing-masing unit output (Y k,k = 1,2,..., m) akan dipakai pada pembaharuan nilai bias dan bobot dari setiap unit hidden (j = 0,1,..., p). W (baru)= W (lama)+ ΔW...( 2.16 ) jk jk jk Masing-masing unit hidden (Z j, j = 1,2,..., p) juga akan dipakai pada pembaharuan nilai bias dan bobot dari setiap unit input (i = 0,1,...,n) V (baru)=v (lama)+ ΔV...( 2.17 ) ij ij ij Langkah 9 : Pemeriksaan stop condition. Bila stop condition dapat dipenuhi, pelatihan JST dapat dihentikan. Metode JST yang digunakan dalam penelitian antara lain Prediksi Penyakit Jantung Koroner Berdasarkan Faktor Resiko Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan-Backpropagation (Nazrul Dkk, 2008), Perancangan Sistem Deteksi Digital Mycobacterium Tubercolosis Melaluli Ekstraksi Citra Dahak Dengan Menggunakan Metode Jaringan Saraf Tiruan (Chandra dkk, 2011), dan Pengenalan Pola Sinyal Elektrokardiograf (EKG) dengan Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation untuk Diagnosa Kelainan Jantung Manusia (Sudjadi dkk, 2009).

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Anatomi Jantung

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Anatomi Jantung 4 BAB II TEORI DASAR 2.1. Jantung Jantung merupakan otot tubuh yang bersifat unik karena mempunyai sifat membentuk impuls secara automatis dan berkontraksi ritmis [4], yang berupa dua pompa yang dihubungkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Waktu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dalam kurun waktu enam bulan terhitung mulai februari 2012 sampai juli 2012. Tempat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Implementasi antar muka dalam tugas akhir ini terdiri dari form halaman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Implementasi antar muka dalam tugas akhir ini terdiri dari form halaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Implementasi Antar Muka Implementasi antar muka dalam tugas akhir ini terdiri dari form halaman judul perangkat lunak, form pelatihan jaringan saraf tiruan, form pengujian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengenalan Pola Pengenalan pola adalah suatu ilmu untuk mengklasifikasikan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan pengukuran kuantitatif fitur (ciri) atau sifat utama dari suatu

Lebih terperinci

ABSTRAK. Pemodelan Kecerdasan Buatan Untuk Pengenalan Citra Elektrokardiografi (EKG) Oleh: Imam Tazi, M.Si

ABSTRAK. Pemodelan Kecerdasan Buatan Untuk Pengenalan Citra Elektrokardiografi (EKG) Oleh: Imam Tazi, M.Si 1 ABSTRAK Pemodelan Kecerdasan Buatan Untuk Pengenalan Citra Elektrokardiografi (EKG) Oleh: Imam Tazi, M.Si Penelitian kecerdasan buatan untuk mengenali pola semakin banyak dilakukan dan dibutuhkan. Pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Barcode Salah satu obyek pengenalan pola yang bisa dipelajari dan akhirnya dapat dikenali yaitu PIN barcode. PIN barcode yang merupakan kode batang yang berfungsi sebagai personal

Lebih terperinci

Sinyal ECG. ECG Signal 1

Sinyal ECG. ECG Signal 1 Sinyal ECG ECG Signal 1 Gambar 1. Struktur Jantung. RA = right atrium, RV = right ventricle; LA = left atrium, dan LV = left ventricle. ECG Signal 2 Deoxygenated blood Upper body Oxygenated blood Right

Lebih terperinci

Normal EKG untuk Paramedis. dr. Ahmad Handayani dr. Hasbi Murdhani

Normal EKG untuk Paramedis. dr. Ahmad Handayani dr. Hasbi Murdhani Normal EKG untuk Paramedis dr. Ahmad Handayani dr. Hasbi Murdhani Anatomi Jantung & THE HEART Konsep dasar elektrokardiografi Sistem Konduksi Jantung Nodus Sino-Atrial (SA) - pada pertemuan SVC dg atrium

Lebih terperinci

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK 2.1 KONSEP DASAR Pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teori yang dijadikan acuan untuk menyelesaikan penelitian. Berikut ini teori yang akan digunakan penulis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan Februari 2014 sampai dengan Juli 2014 di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan Februari 2014 sampai dengan Juli 2014 di BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan Februari 2014 sampai dengan Juli 2014 di Laboratorium Pemodelan Fisika, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Syaraf Biologi Otak manusia memiliki struktur yang sangat kompleks dan memiliki kemampuan yang luar biasa. Otak terdiri dari neuron-neuron dan penghubung yang disebut

Lebih terperinci

KONSEP DASAR EKG. Rachmat Susanto, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.MB (KV)

KONSEP DASAR EKG. Rachmat Susanto, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.MB (KV) KONSEP DASAR EKG Rachmat Susanto, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.MB (KV) TIU Setelah mengikuti materi ini peserta mampu memahami konsep dasar EKG dan gambaran EKG normal. TIK Setelah mengikuti materi ini peserta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Rancangan antarmuka (interface) program terdiri dari form cover, form

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Rancangan antarmuka (interface) program terdiri dari form cover, form BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Rancangan Antarmuka (interface) Program Rancangan antarmuka (interface) program terdiri dari form cover, form testing dan form training (untuk programer). 4.1.1

Lebih terperinci

Laporan Pendahuluan Elektrokardiogram (EKG) Oleh Puji Mentari

Laporan Pendahuluan Elektrokardiogram (EKG) Oleh Puji Mentari Laporan Pendahuluan Elektrokardiogram (EKG) Oleh Puji Mentari 1106053344 A. Pengertian Tindakan Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu pencatatan grafis aktivitas listrik jantung (Price, 2006). Sewaktu impuls

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus BAB II DASAR TEORI 2.1 Meter Air Gambar 2.1 Meter Air Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus menerus melalui sistem kerja peralatan yang dilengkapi dengan unit sensor,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Jaringan Syaraf Tiruan. Universitas Sumatera Utara

BAB II DASAR TEORI Jaringan Syaraf Tiruan. Universitas Sumatera Utara BAB II DASAR TEORI Landasan teori adalah teori-teori yang relevan dan dapat digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel penelitian. Landasan teori ini juga berfungsi sebagai dasar untuk memberi jawaban

Lebih terperinci

KLASIFIKASI ARITMIA EKG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN FUNGSI AKTIVASI ADAPTIF

KLASIFIKASI ARITMIA EKG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN FUNGSI AKTIVASI ADAPTIF KLASIFIKASI ARITMIA EKG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN FUNGSI AKTIVASI ADAPTIF Asti Rahma Julian 1, Nanik Suciati 2, Darlis Herumurti 3 Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, ITS

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI Bab ini berisi analisis pengembangan program aplikasi pengenalan karakter mandarin, meliputi analisis kebutuhan sistem, gambaran umum program aplikasi yang

Lebih terperinci

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK)

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) Kompetensi : 1. Mahasiswa memahami konsep Jaringan Syaraf Tiruan Sub Kompetensi : 1. Dapat mengetahui sejarah JST 2. Dapat mengetahui macam-macam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan membahas landasan teori-teori yang bersifat ilmiah untuk mendukung penulisan skripsi ini. Teknik-teknik yang dibahas mengenai pengenalan pola, prapengolahan citra,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Neuro Fuzzy Neuro-fuzzy sebenarnya merupakan penggabungan dari dua studi utama yaitu fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

Lebih terperinci

BACK PROPAGATION NETWORK (BPN)

BACK PROPAGATION NETWORK (BPN) BACK PROPAGATION NETWORK (BPN) Arsitektur Jaringan Digunakan untuk meminimalkan error pada output yang dihasilkan oleh jaringan. Menggunakan jaringan multilayer. Arsitektur Jaringan Proses belajar & Pengujian

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION UNTUK MENGENALI MOTIF BATIK

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION UNTUK MENGENALI MOTIF BATIK IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION UNTUK MENGENALI MOTIF BATIK Fany Hermawan Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Jl. Dipatiukur 112-114 Bandung E-mail : evan.hawan@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang pesat mempermudah manusia dalam mencapai kebutuhan hidup. Hal tersebut telah merambah segala bidang termasuk dalam bidang kedokteran.

Lebih terperinci

BACK PROPAGATION NETWORK (BPN)

BACK PROPAGATION NETWORK (BPN) BACK PROPAGATION NETWORK (BPN) Arsitektur Jaringan Salah satu metode pelatihan terawasi pada jaringan syaraf adalah metode Backpropagation, di mana ciri dari metode ini adalah meminimalkan error pada output

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.6. Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan syaraf tiruan atau neural network merupakan suatu sistem informasi yang mempunyai cara kerja dan karakteristik menyerupai jaringan syaraf pada

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERANCANGAN SISTEM PENDETEKSI ARITMIA MENGGUNAKAN NEURAL NETWORK. Andri Iswanto

TUGAS AKHIR PERANCANGAN SISTEM PENDETEKSI ARITMIA MENGGUNAKAN NEURAL NETWORK. Andri Iswanto TUGAS AKHIR PERANCANGAN SISTEM PENDETEKSI ARITMIA MENGGUNAKAN NEURAL NETWORK Andri Iswanto 2208 100 531 Dosen Pembimbing : Dr. Tri Arief Sardjono ST.,MT. Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dielaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini, sehingga dapat diadikan sebagai landasan berpikir dan akan mempermudah dalam hal pembahasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jantung adalah sebuah organ berotot yang memompa darah lewat. kontraksi berirama yang berulang. Jantung adalah salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jantung adalah sebuah organ berotot yang memompa darah lewat. kontraksi berirama yang berulang. Jantung adalah salah satu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jantung Jantung adalah sebuah organ berotot yang memompa darah lewat pembuluh darah oleh kontraksi berirama yang berulang. Jantung adalah salah satu organ yang berperan dalam

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA

MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA Ramli e-mail:ramli.brt@gmail.com Dosen Tetap Amik Harapan Medan ABSTRAK Jaringan Syaraf Tiruan adalah pemrosesan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jantung merupakan salah satu organ tubuh yang sangat vital, karena jantung

I. PENDAHULUAN. Jantung merupakan salah satu organ tubuh yang sangat vital, karena jantung I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jantung merupakan salah satu organ tubuh yang sangat vital, karena jantung berfungsi untuk memompakan darah ke seluruh jaringan tubuh. Jika terjadi gangguan pada jantung

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Citra Digital

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Citra Digital BAB II DASAR TEORI 2.1 Citra Digital Citra digital didefinisikan sebagai fungsi f (x,y) dua dimensi,dimana x dan y adalah koordinat spasial dan f(x,y) adalah disebut dengan intensitas atau tingkat keabuan

Lebih terperinci

SOP ECHOCARDIOGRAPHY TINDAKAN

SOP ECHOCARDIOGRAPHY TINDAKAN SOP ECHOCARDIOGRAPHY N O A B C FASE PRA INTERAKSI TINDAKAN 1. Membaca dokumentasi keperawatan. 2. Menyiapkan alat-alat : alat echocardiography, gel, tissu. 3. Mencuci tangan. FASE ORIENTASI 1. Memberikan

Lebih terperinci

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6 Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6 Sari Indah Anatta Setiawan SofTech, Tangerang, Indonesia cu.softech@gmail.com Diterima 30 November 2011 Disetujui 14 Desember 2011

Lebih terperinci

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MENGETAHUI LOYALITAS KARYAWAN

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MENGETAHUI LOYALITAS KARYAWAN ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MENGETAHUI LOYALITAS KARYAWAN Jasmir, S.Kom, M.Kom Dosen tetap STIKOM Dinamika Bangsa Jambi Abstrak Karyawan atau tenaga kerja adalah bagian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sel Darah Merah Sel darah merah atau eritrositmemiliki fungsi yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang berfungsi untuk

Lebih terperinci

Penggunaan Jaringan Syaraf Tiruanuntuk Membaca Karakter pada Formulir Nilai Mata Kuliah

Penggunaan Jaringan Syaraf Tiruanuntuk Membaca Karakter pada Formulir Nilai Mata Kuliah Vol. 14, No. 1, 61-68, Juli 2017 Penggunaan Jaringan Syaraf Tiruanuntuk Membaca Karakter pada Formulir Nilai Mata Kuliah La Surimi, Hendra, Diaraya Abstrak Jaringan syaraf tiruan (JST) telah banyak diaplikasikan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN DAN PENYORTIRAN KARTU POS BERDASARKAN KODE POS DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK

PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN DAN PENYORTIRAN KARTU POS BERDASARKAN KODE POS DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN DAN PENYORTIRAN KARTU POS BERDASARKAN KODE POS DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK OLEH ARIF MIFTAHU5R ROHMAN (2200 100 032) Pembimbing: Dr. Ir Djoko Purwanto, M.Eng,

Lebih terperinci

PENGENALAN CITRA REKAMAN ECG ATRIAL FIBRILATION DAN NORMAL MENGGUNAKAN DEKOMPOSISI WAVELET DAN K-MEAN CLUSTERING

PENGENALAN CITRA REKAMAN ECG ATRIAL FIBRILATION DAN NORMAL MENGGUNAKAN DEKOMPOSISI WAVELET DAN K-MEAN CLUSTERING PENGENALAN CITRA REKAMAN ECG ATRIAL FIBRILATION DAN NORMAL MENGGUNAKAN DEKOMPOSISI WAVELET DAN K-MEAN CLUSTERING Mohamad Sofie 1*, Eka Nuryanto Budi Susila 1, Suryani Alifah 1, Achmad Rizal 2 1 Magister

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembuluh darah secara teratur dan berulang. Letak jantung berada di sebelah kiri

I. PENDAHULUAN. pembuluh darah secara teratur dan berulang. Letak jantung berada di sebelah kiri I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jantung merupakan salah satu rongga organ berotot yang memompa darah ke pembuluh darah secara teratur dan berulang. Letak jantung berada di sebelah kiri bagian dada diantara

Lebih terperinci

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Program Studi Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang Abstrak. Saat ini, banyak sekali alternatif dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Model sistem presensi biometri sidik jari yang dikembangkan secara garis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Model sistem presensi biometri sidik jari yang dikembangkan secara garis BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Model sistem presensi biometri sidik jari yang dikembangkan secara garis besar terdiri atas bagian input, bagian proses, dan bagian output seperti gambar

Lebih terperinci

Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner

Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informasia ASIA (JITIKA) Vol.9, No.2, Agustus 2015 ISSN: 0852-730X Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner Nur Nafi'iyah Prodi Teknik Informatika

Lebih terperinci

Ditulis pada Rabu, 20 September :47 WIB oleh damian dalam katergori Pemeriksaan tag EKG, ECG, pemeriksaan, elektromedis

Ditulis pada Rabu, 20 September :47 WIB oleh damian dalam katergori Pemeriksaan tag EKG, ECG, pemeriksaan, elektromedis - V1 di garis parasternal kanan sejajar dengan ICS 4 berwarna merah Elektrokardiografi (EKG) Ditulis pada Rabu, 20 September 2017 08:47 WIB oleh damian dalam katergori Pemeriksaan tag EKG, ECG, pemeriksaan,

Lebih terperinci

Pengendalian Posisi Mobile Robot Menggunakan Metode Neural Network Dengan Umpan Balik Kamera Pemosisian Global

Pengendalian Posisi Mobile Robot Menggunakan Metode Neural Network Dengan Umpan Balik Kamera Pemosisian Global The 13 th Industrial Electronics Seminar 2011 (IES 2011) Electronic Engineering Polytechnic Institute of Surabaya (EEPIS), Indonesia, October 26, 2011 Pengendalian Posisi Mobile Robot Menggunakan Metode

Lebih terperinci

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI PRODUKTIVITAS PEGAWAI. Jasmir, S.Kom, M.Kom

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI PRODUKTIVITAS PEGAWAI. Jasmir, S.Kom, M.Kom ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI PRODUKTIVITAS PEGAWAI Jasmir, S.Kom, M.Kom Dosen tetap STIKOM Dinamika Bangsa Jambi Abstrak Pegawai atau karyawan merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sel Darah Merah Sel yang paling banyak di dalam selaput darah adalah sel darah merah atau juga dikenal dengan eritrosit. Sel darah merah berbentuk cakram bikonkaf dengan diameter

Lebih terperinci

PENGENALAN PLAT NOMOR KENDARAAN DALAM SEBUAH CITRA MENGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN ABSTRAK

PENGENALAN PLAT NOMOR KENDARAAN DALAM SEBUAH CITRA MENGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN ABSTRAK PENGENALAN PLAT NOMOR KENDARAAN DALAM SEBUAH CITRA MENGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN Decy Nataliana [1], Sabat Anwari [2], Arief Hermawan [3] Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Suara. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu speech recognition dan speaker recognition. Speech recognition adalah proses yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM Program aplikasi ini dirancang dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft Visual C# 2008 Express Edition. Proses perancangan menggunakan pendekatan Object Oriented

Lebih terperinci

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan deteksi penyakit pada daun rose dengan menggunakan metode ANN.

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan deteksi penyakit pada daun rose dengan menggunakan metode ANN. Laporan Akhir Projek PPCD Deteksi Penyakit Daun Menggunakan Artificial Neural Network (ANN) TRI SONY(G64130020), GISHELLA ERDYANING (G64130040), AMALIYA SUKMA RAGIL PRISTIYANTO (G64130044), MUHAMMAD RIZQI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Citra digital dapat didefenisikan sebagai fungsi f(x,y) yaitu dua dimensi, dimana x dan y merupakan koordinat spasial dan f(x,y) disebut dengan intensitas atau

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI Oleh Nama : Januar Wiguna Nim : 0700717655 PROGRAM GANDA TEKNIK INFORMATIKA DAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

SATIN Sains dan Teknologi Informasi SATIN - Sains dan Teknologi Informasi, Vol. 2, No., Juni 206 SATIN Sains dan Teknologi Informasi journal homepage : http://jurnal.stmik-amik-riau.ac.id Penerapan Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Estimasi Needs

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. luar dan daging iga sangat umum digunakan di Eropa dan di Amerika Serikat

BAB II DASAR TEORI. luar dan daging iga sangat umum digunakan di Eropa dan di Amerika Serikat 6 BAB II DASAR TEORI 2.1. Daging Sapi dan Daging Babi 2.1.1.Daging Sapi Daging sapi adalah daging yang diperoleh dari sapi yang biasa dan umum digunakan untuk keperluan konsumsi makanan. Di setiap daerah,

Lebih terperinci

PENGENDALIAN POSISI MOBILE ROBOT MENGGUNAKAN METODE NEURAL NETWORK DENGAN UMPAN BALIK KAMERA PEMOSISIAN GLOBAL

PENGENDALIAN POSISI MOBILE ROBOT MENGGUNAKAN METODE NEURAL NETWORK DENGAN UMPAN BALIK KAMERA PEMOSISIAN GLOBAL PENGENDALIAN POSISI MOBILE ROBOT MENGGUNAKAN METODE NEURAL NETWORK DENGAN UMPAN BALIK KAMERA PEMOSISIAN GLOBAL Randy Reza Kautsar (1), Bima Sena Bayu D S.ST M.T (2), A.R. Anom Besari. S.ST, M.T (2) (1)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pemotong an Suara. Convert. .mp3 to.wav Audacity. Audacity. Gambar 3.1 Blok Diagram Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Pemotong an Suara. Convert. .mp3 to.wav Audacity. Audacity. Gambar 3.1 Blok Diagram Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Penelitian Penelitian yang dilakukan dapat dijelaskan melalui blok diagram seperti yang terlihat pada Gambar 3.1. Suara Burung Burung Kacer Burung Kenari Pengambil an

Lebih terperinci

Jaringan Syaraf Tiruan. Disusun oleh: Liana Kusuma Ningrum

Jaringan Syaraf Tiruan. Disusun oleh: Liana Kusuma Ningrum Jaringan Syaraf Tiruan Disusun oleh: Liana Kusuma Ningrum Susilo Nugroho Drajad Maknawi M0105047 M0105068 M01040 Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 21 Anatomi Ayam Pengetahuan tentang anatomi ayam sangat diperlukan dan penting dalam pencegahan dan penanganan penyakit Hal ini karena pengetahuan tersebut dipakai sebagai dasar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menjawab segala permasalahan yang ada dalam penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN. menjawab segala permasalahan yang ada dalam penelitian ini. BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan bahan yang digunakan dalam membantu menyelesaikan permasalahan, dan juga langkah-langkah yang dilakukan dalam menjawab segala permasalahan yang ada

Lebih terperinci

JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM

JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM INTRODUCTION Jaringan Saraf Tiruan atau JST adalah merupakan salah satu representasi tiruan dari otak manusia yang selalu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengecek alat EKG. Penulis membandingakan dengan alat simulator pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengecek alat EKG. Penulis membandingakan dengan alat simulator pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Berdasarkan hasil penelitian penulis saat dilaboratorium pada 21 desember 2016 bertempat di RS PKU Muhammadiyah bahwasannya, alat simulator pasien pada

Lebih terperinci

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

SATIN Sains dan Teknologi Informasi SATIN - Sains dan Teknologi Informasi, Vol. 2, No., Juni 206 SATIN Sains dan Teknologi Informasi journal homepage : http://jurnal.stmik-amik-riau.ac.id Jaringan Syaraf Tiruan Peramalan Inventory Barang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. dilakukan oleh para peneliti, berbagai metode baik ekstraksi fitur maupun metode

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. dilakukan oleh para peneliti, berbagai metode baik ekstraksi fitur maupun metode BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian mengenai pengenalan tulisan tangan telah banyak dilakukan oleh para peneliti, berbagai metode baik ekstraksi fitur

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Suara Manusia Menurut Inung Wijayanto (2013), produksi suara manusia memerlukan tiga elemen, yaitu sumber daya, sumber suara dan pemodifikasi suara. Ini adalah dasar dari teori

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran untuk penelitian ini seperti pada Gambar 9. Penelitian dibagi dalam empat tahapan yaitu persiapan penelitian, proses pengolahan

Lebih terperinci

PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA CITRA BITMAP DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PROPAGASI BALIK

PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA CITRA BITMAP DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PROPAGASI BALIK PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA CITRA BITMAP DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PROPAGASI BALIK Naskah Publikasi disusun oleh Zul Chaedir 05.11.0999 Kepada SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

Lebih terperinci

AKTIFITAS LISTRIK JANTUNG. Potensial Aksi Pada Jantung

AKTIFITAS LISTRIK JANTUNG. Potensial Aksi Pada Jantung AKTIFITAS LISTRIK JANTUNG Potensial Aksi Pada Jantung Pendahuluan Jantung : Merupakan organ vital Fungsi Jantung : Memompakan darah ke seluruh tubuh. Jantung terletak pada rongga dada sebelah kiri. Batas

Lebih terperinci

SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON

SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON Jurnal Informatika Mulawarman Vol. 7 No. 3 Edisi September 2012 105 SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON Anindita Septiarini Program Studi Ilmu Komputer FMIPA,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Computer Vision Computer vision dapat diartikan sebagai suatu proses pengenalan objek-objek berdasarkan ciri khas dari sebuah gambar dan dapat juga digambarkan sebagai suatu deduksi

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA PENGENALAN POLA TULISAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA PENGENALAN POLA TULISAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA PENGENALAN POLA TULISAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION Alvama Pattiserlihun, Andreas Setiawan, Suryasatriya Trihandaru Program Studi Fisika, Fakultas Sains dan Matematika,

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 32 BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN Pada bab ini akan dibahas tentang analisis sistem melalui pendekatan secara terstruktur dan perancangan yang akan dibangun dengan tujuan menghasilkan model atau representasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan materi yang mendukung dalam pembahasan evaluasi implementasi sistem informasi akademik berdasarkan pengembangan model fit HOT menggunakan regresi linier

Lebih terperinci

BAB 4 DISAIN MODEL. Pengguna. Citra. Ekstraksi Ciri x. Antar muka (Interface) Data Hasil Ekstraksi Ciri. Testing dan Identifikasi.

BAB 4 DISAIN MODEL. Pengguna. Citra. Ekstraksi Ciri x. Antar muka (Interface) Data Hasil Ekstraksi Ciri. Testing dan Identifikasi. 33 BAB 4 DISAIN MODEL Disain model sistem identifikasi citra karang dirancang sedemikian rupa dengan tuuan untuk memudahkan dalam pengolahan data dan pembuatan aplikasi serta memudahkan pengguna dalam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam bab ini dibahas teori yang digunakan sebagai landasan pengerjaan pengenalan kata berdasarkan tulisan tangan huruf Korea (hangūl) menggunakan jaringan saraf tiruan propagasi balik.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. titiktitik penyusun citra itu sendiri. Titik-titik tersebut disebut dengan pixel. Banyaknya

BAB II LANDASAN TEORI. titiktitik penyusun citra itu sendiri. Titik-titik tersebut disebut dengan pixel. Banyaknya BAB II LANDASAN TEORI 2. Citra/Image Citra atau yang lebih sering dikenal dengan gambar merupakan kumpulan dari titiktitik penyusun citra itu sendiri. Titik-titik tersebut disebut dengan pixel. Banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darah tinggi, stroke, sakit di dada (angina) dan penyakit jantung rematik.

BAB I PENDAHULUAN. darah tinggi, stroke, sakit di dada (angina) dan penyakit jantung rematik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Penyakit jantung adalah penyakit yang mengganggu sistem pembuluh darah atau lebih tepatnya menyerang jantung dan urat-urat darah, beberapa contoh penyakit

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penulisan aksara Lampung terdapat 20 huruf induk, yaitu: ka, ga, nga,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penulisan aksara Lampung terdapat 20 huruf induk, yaitu: ka, ga, nga, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahasa dan Aksara Lampung 2.1.1 Induk Huruf (Kelabai Sukhat) Dalam penulisan aksara Lampung terdapat 20 huruf induk, yaitu: ka, ga, nga, pa, ba, ma, ta, da, na, ca, ja, nya, ya,

Lebih terperinci

KLASIFIKASI KELAINAN JANTUNG ANAK MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN ALGORITMA BACKPROPAGATION A B S T R A K

KLASIFIKASI KELAINAN JANTUNG ANAK MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN ALGORITMA BACKPROPAGATION A B S T R A K KLASIFIKASI KELAINAN JANTUNG ANAK MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN ALGORITMA BACKPROPAGATION Oleh : Gunawan Abdillah, Agus Komarudin, Rachim Suherlan A B S T R A K Kelainan jantung anak merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jantung adalah salah satu organ penting dalam tubuh manusia yang berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Darah yang dipompa ke seluruh tubuh melalui sistem peredaran

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Penentuan Masalah Penelitian Masalah masalah yang dihadapi oleh penggunaan identifikasi sidik jari berbasis komputer, yaitu sebagai berikut : 1. Salah satu masalah dalam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengolahan Citra Pengolahan citra adalah kegiatan memanipulasi citra yang telah ada menjadi gambar lain dengan menggunakan suatu algoritma atau metode tertentu. Proses ini mempunyai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA ,...(1)

TINJAUAN PUSTAKA ,...(1) 3 TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas teori-teori yang mendasari penelitian ini. Dimulai dari teori dan konsep citra digital, deteksi pola lingkaran dengan Circle Hough Transform (CHT), ekstrasi

Lebih terperinci

TUGAS KEPERAWATAN GAWAT DARURAT INTERPRETASI DASAR EKG

TUGAS KEPERAWATAN GAWAT DARURAT INTERPRETASI DASAR EKG TUGAS KEPERAWATAN GAWAT DARURAT INTERPRETASI DASAR EKG Disusun untuk memenuhi tugas mandiri keperawatan gawat darurat Dosen Setiyawan S.Kep.,Ns.,M.Kep. Disusun oleh : NUGKY SETYO ARINI (P15037) PRODI D3

Lebih terperinci

Bab 5 Penerapan Neural Network Dalam Klasifikasi Citra Penginderaan Jauh

Bab 5 Penerapan Neural Network Dalam Klasifikasi Citra Penginderaan Jauh Penerapan Neural Dalam Klasifikasi Citra Penginderaan Jauh Klasifikasi citra penginderaan jarak jauh (inderaja) merupakan proses penentuan piksel-piksel masuk ke dalam suatu kelas obyek tertentu. Pendekatan

Lebih terperinci

A. Pengukuran tekanan darah secara tidak langsung

A. Pengukuran tekanan darah secara tidak langsung Materi 3 Kardiovaskular III A. Pengukuran tekanan darah secara tidak langsung Tujuan a. Mengukur tekanan darah arteri dengan cara palpasi b. Mengukur tekanan darah arteri dengan cara auskultasi Dasar Teori

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jaringan Saraf Tiruan (JST) Jaringan saraf tiruan pertama kali secara sederhana diperkenalkan oleh McCulloch dan Pitts pada tahun 1943. McCulloch dan Pitts menyimpulkan bahwa

Lebih terperinci

ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TEKNIK PERAMALAN - A

ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TEKNIK PERAMALAN - A ARTIFICIAL NEURAL NETWORK CAHYA YUNITA 5213100001 ALVISHA FARRASITA 5213100057 NOVIANTIANDINI 5213100075 TEKNIK PERAMALAN - A MATERI Neural Network Neural Network atau dalam bahasa Indonesia disebut Jaringan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEOI Simulator ECG adalah sinyal tiruan aktifitas jantung yang banyak digunakan baik oleh tenaga medis maupun teknisi lainya yang berkaitan dengan penggunaan alat perekam aktifitas listrik

Lebih terperinci

Mahasiswa: Muhimmatul Khoiro Dosen Pembimbing: M. Arief Bustomi, S.Si, M.Si.

Mahasiswa: Muhimmatul Khoiro Dosen Pembimbing: M. Arief Bustomi, S.Si, M.Si. Mahasiswa: Muhimmatul Khoiro 1110100049 Dosen Pembimbing: M. Arief Bustomi, S.Si, M.Si. Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2014 Diagnosa

Lebih terperinci

BAB VIII JARINGAN SYARAF TIRUAN

BAB VIII JARINGAN SYARAF TIRUAN BAB VIII JARINGAN SYARAF TIRUAN A. OTAK MANUSIA Otak manusia berisi berjuta-juta sel syaraf yang bertugas untuk memproses informasi. Tiaptiap sel bekerja seperti suatu prosesor sederhana. Masing-masing

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Metode Perancangan Perancangan sistem didasarkan pada teknologi computer vision yang menjadi salah satu faktor penunjang dalam perkembangan dunia pengetahuan dan teknologi,

Lebih terperinci

Jurnal Einstein 2 (3) (2014): Jurnal Einstein. Available online

Jurnal Einstein 2 (3) (2014): Jurnal Einstein. Available online Jurnal Einstein Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/einstein RANCANG BANGUN INSTRUMENTASI ELEKTROKARDIOGRAFI BERBANTUAN PC MENGGUNAKAN SOUNDSCOPE Evi Ulandari dan Ridwan Abdullah

Lebih terperinci

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT Havid Syafwan Program Studi Manajemen Informatika, Amik Royal, Kisaran E-mail: havid_syafwan@yahoo.com ABSTRAK:

Lebih terperinci

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN)

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN) JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN) Marihot TP. Manalu Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, STMIK Budidarma

Lebih terperinci

Klasifikasi Kelainan Jantung Dengan Metode Transformasi Fourier Dan Jaringan Saraf Tiruan

Klasifikasi Kelainan Jantung Dengan Metode Transformasi Fourier Dan Jaringan Saraf Tiruan Klasifikasi Kelainan Jantung Dengan Metode Transformasi Fourier Dan Jaringan Saraf Tiruan Amadea Kurnia Nastiti 1, Endah Purwanti 2, Adri Supardi 3 1,2,3 Program Studi S1 Teknobiomedik, Departemen Fisika,

Lebih terperinci

PERANGKAT LUNAK PENGKONVERSI TEKS TULISAN TANGAN MENJADI TEKS DIGITAL

PERANGKAT LUNAK PENGKONVERSI TEKS TULISAN TANGAN MENJADI TEKS DIGITAL PERANGKAT LUNAK PENGKONVERSI TEKS TULISAN TANGAN MENJADI TEKS DIGITAL Nama Mahasiswa : Achmad Fauzi Arief NRP : 03 09 007 Jurusan : Matematika FMIPA-ITS Dosen Pembimbing : Drs. Nurul Hidayat, M.Kom Abstrak

Lebih terperinci

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN SUSKA RIAU. IIS AFRIANTY, ST., M.Sc

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN SUSKA RIAU. IIS AFRIANTY, ST., M.Sc IIS AFRIANTY, ST., M.Sc Sistem Penilaian Tugas dan Keaktifan : 15% Quiz : 15% UTS : 35% UAS : 35% Toleransi keterlambatan 15 menit Handphone: Silent Costume : aturan UIN Laki-laki Perempuan Menggunakan

Lebih terperinci

VIII.PENGANTAR JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST)

VIII.PENGANTAR JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) VIII.PENGANTAR JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) 3 JARINGAN SYARAF BIOLOGIS (JSB) Otak manusia berisi sekitar 0 sel syaraf (neuron) yang bertugas untuk memproses informasi yang masuk. Tiap sel syaraf dihubungkan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Definisi Masalah Dalam beberapa tahun terakhir perkembangan Computer Vision terutama dalam bidang pengenalan wajah berkembang pesat, hal ini tidak terlepas dari pesatnya

Lebih terperinci