BAB I PENDAHULUAN. Kredit usaha mikro di negara-negara berkembang merupakan salah satu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Kredit usaha mikro di negara-negara berkembang merupakan salah satu"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kredit Mikro Kredit usaha mikro di negara-negara berkembang merupakan salah satu instrumen pengentasan kemiskinan yang akhir-akhir ini perkembangannya cukup signifikan. Meskipun sistem keuangan di Indonesia telah berkembang dengan pesat, tetapi sistem keuangan di Indonesia tidak pernah berubah dari sistem keuangan berbasis bank. Sistem perbankan mendominasi sistem keuangan dalam hal total aset (85 persen ) dan kredit (70 persen) (Mustika et al., 2013; Mustika, 2004). Akan tetapi, bank seperti enggan memfasilitasi kredit mikro. Keengganan institusi besar seperti bank untuk memberikan pinjaman bagi usaha mikro didasari pada tingginya risiko akan kredit macet. Hal ini memunculkan berbagai usaha untuk menyalurkan kredit mikro ini seperti yang dipioneri oleh Opportunity International, Grameen Bank, Finca, dan Acción International. Dari hasil evaluasi, peminjam yang berasal dari kalangan masyarakat miskin secara mengejutkan mampu membayar pinjaman walaupun yang diterapkan ialah bunga pasar. Dengan demikian organisasi penyedia mikro kredit tersebut mampu menutup biaya operasionalnya dan bahkan tetap menghasilkan profit karena sebanyak 95 persen sampai 98 persen pinjaman mampu dibayar kembali (Dokmo dan Reed, 1998). Sebenarnya contoh usaha untuk memfasilitasi agar usaha mikro bisa dialokasikan oleh bank telah dilakukan di antaranya di Perancis. Namun seperti 1

2 yang diteliti oleh Ashta et al. (2013), upaya pemerintah Perancis yaitu dengan pembuatan peraturan pembatasan bunga bagi kredit mikro justru tidak membuahkan hasil yang signifikan. Salah satu alasannya adalah bank disimpulkan merupakan institusi yang terlalu kompleks, sehingga tidak efektif jika melayani kredit mikro yang jumlahnya banyak. Bank lebih baik memberikan sedikit kredit berjumlah besar, daripada banyak memberikan kredit kecil. Hal ini berkaitan dengan adanya biaya tetap. Alhasil, walaupun pemerintah Perancis sudah menerapkan batas atas bunga untuk kredit mikro, namun tidak ada peningkatan kredit yang berarti. Artinya memang ada keengganan tersendiri bagi institusi seperti bank untuk memfasilitasi kredit mikro. Hasil penelusuran Ashta et al. (2013) tersebut sedikit banyak sejalan dengan temuan Ahmad (2012). Kredit mikro sangat dibutuhkan bagi usaha khususnya usaha mikro dan kecil untuk berkembang. Kesulitan usaha mikro dalam mendapatkan dukungan keuangan, birokrasi, kurangnya pilihan kredit, dan lingkungan bisnis yang tidak bersahabat adalah masalah utama yang dihadapi oleh usaha mikro (Ahmad, 2012). Alasan -alasan tersebut menjadi sebab kenapa di negara berkembang lembaga keuangan mikro banyak bermunculan. Karena tidak mungkin mendapatkan akses ke pasar modal, maka usaha kecil (dan mikro) sangat tergantung dari pendanaan pihak ketiga. Hal ini menyebabkan usaha mikro cukup tergantung jika ada guncangan pada perbankan, di mana bank akan mengurangi suplai kreditnya (Berger dan Udell, 2002). Itulah mengap a ketersediaan kredit mikro begitu besar manfaatnya. Berger dan Udell (2002), menambahkan bahwa semakin besar bank maka 2

3 semakin sulit menyalurkan kredit mikro serta menyarankan bank lebih baik mempunyai struktur yang kecil dengan banyak manajer. Di Indonesia model struktur bank kecil, banyak cabang, dan banyak manajer bisa dilihat pada Bank Rakyat Indonesia (BRI). Kesulitan akan besarnya ukuran bank juga terjadi di negara maju. Oleh sebab itu, kredit usaha mikro juga tumbuh di berbagai negara maju seperti Amerika Serikat, misalnya model kredit Community Development Credit Union (CDCU). Nembhard (2013), berkesimpulan model dana pinjaman seperti CDCU sangat bermanfaat karena mampu membantu anggotanya agar dapat mempertahankan nilai aset. Hampir semua CDCU mampu memberikan deviden yang lebih tinggi sehingga anggotanya mampu menabung dan bahkan mengembangkan aset. Selain itu, anggota CDCU ini juga diberi edukasi agar menghindari rentenir yang menerapkan bunga harian Kredit Mikro di Indonesia dan Dana Bergulir Simpan Pinjam Perempuan (SPP) PNPM Mandiri Pedesaan Di Indonesia, upaya pengentasan kemiskinan telah banyak dilakukan oleh pemerintah, baik yang berupa bantuan langsung maupun bantuan usaha produktif. Berbagai program telah dilakukan pemerintah yang makin diintensifkan pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan dibentuknya Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 15 tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Sejak dibentuk TNP2K telah banyak program-program yang dijalankan guna mempercepat pengentasan kemiskinan. Program-program tersebut di antaranya Beras untuk Keluarga Miskin (Raskin), 3

4 Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Bantuan Siswa Miskin (BSM), Kredit Usaha Rakyat (KUR), dan juga Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). Berbagai bantuan dan program tersebut dinilai belum mampu mengatasi permasalahan kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Misalnya saja program KUR. Menurut penelitian Astuti (2014), yang meneliti pelaksanaan KUR di BRI Yogyakarta, pelaksanaan program KUR masih belum efektif karena KUR hanya mampu memenuhi tujuan program, yaitu memberikan kemudahan akses kredit kepada UMKM. Sementara di lapangan KUR masih belum sepenuhnya tepat sasaran karena bisa diakses oleh pihak-pihak yang seharusnya sudah dianggap bankable dan tidak layak untuk mendapatkan KUR. Program lainnya seperti raskin sebenarnya dalam pembagiannya sudah tepat administrasi, namun seringkali kualitas berasnya tidak baik (Sanjaya, 2014). Di sisi lain jika kualitasnya sudah cukup baik, namun sasaran pembagian raskinnya yang tidak tepat (Mandati, 2014). Menurut website TNP2K, PNPM adalah program nasional dalam wujud kerangka sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri Perdesaan merupakan bagian dari PNPM inti yang ditujukan bagi pemberdayaan masyarakat di pedesaan. Program ini dikembangkan dari Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang telah dilaksanakan sejak Tahun 2007 Presiden SBY mengubah nama program ini menjadi PNPM yang bertahan sampai sekarang. PNPM merupakan program yang dinilai berhasil dan diakui oleh dunia internasional, 4

5 namun pergantian pemerintahan baru memutuskan menghentikan program PNPM berkaitan dengan pengimplementasian UU Desa. Pemberhentian sementara ini dimanfaatkan untuk mendata ulang aset PNPM. Salah satu jenis dari PNPM adalah Dana Bergulir Simpan Pinjam Perempuan (SPP) PNPM Mandiri Pedesaan (PNPM-MPd) yang ditujukan untuk memberikan pinjaman kepada khususnya perempuan. Program pinjaman bergulir Simpan Pinjam khusus Perempuan merupakan salah satu kegiatan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan yang bergerak di bidang pengembangan ekonomi. Program SPP dianggap sebagai tindakan khusus yang dilakukan pemerintah sebagai alternatif solusi dengan memberikan fasilitas pinjaman yang mudah dan tanpa agunan. Dana bergulir ini bisa dikatakan sebagai hibah bergulir di mana bantuan dana/modal tersebut bagi anggota kelompok merupakan dana pinjaman yang harus dikembalikan kepada kelompok. Dana tersebut dapat dipinjam kembali oleh anggota atau dipinjam oleh kelompok lain yang belum pernah memperoleh kesempatan mendapatkan dana bergulir PNPM- MP ini (Hayati, 2011). Berdasarkan visi, misi, dan strategi yang dikembangkan, maka dalam PNPM-MPd lebih ditekankan mengenai pentingnya pemberdayaan sebagai pendekatan yang dipilih. Dengan adanya PNPM-MPd nantinya diharapkan masyarakat dapat menuntaskan tahapan pemberdayaan yaitu tercapainya kemandirian dan keberlanjutan, setelah tahapan pembelajaran dilakukan melalui PPK (Naim, 2010). Dana bergulir SPP PNPM-MPd ini dapat digunakan sebagai alternatif 5

6 sumber dana bagi usaha mikro yang kesulitan memperoleh modal untuk usaha. Menurut Setyobudi (2007), ada beberapa permasalahan yang dihadapi oleh Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). 1. Permasalahan mendasar misalnya modal, bentuk badan hukum yang non formal, SDM, pengembangan produk, dan akses pemasaran. 2. Permasalahan lanjutan misalnya penetrasi pasar ekspor yang belum optimal, kurang pemahaman terhadap desain produk yang sesuai dengan karakter pasar, permasalahan hukum tentang hak paten. 3. Permasalahan antara misalnya dalam hal manajemen keuangan dan agunan serta keterbatasan dalam kewirausahaan. Biasanya para pelaku UMKM tersebut kesulitan untuk memenuhi persyaratan yang diberikan oleh bank. Jika dikaji lebih jauh, jumlah UMKM di Indonesia sangat besar namun kurang memiliki akses kredit (Retnadi, 2008 dalam Astuti, 2014). Dana bergulir PNPM Mandiri baik perkotaan maupun perdesaan sebenarnya telah banyak dirasakan manfaatnya oleh masyarakat khususnya penduduk miskin (Maulidyah, 2014; Putra, 2015; Surya, 2011). Manfaat yang dirasakan di antaranya meningkatnya pendapatan dan taraf hidup penerima program. Namun disebutkan pula bahwa program ini kurang dapat menurunkan tingkat kemiskinan secara keseluruhan (Putra, 2015). Demikian juga besarnya kredit tidak terlalu mempengaruhi selisih beda pendapatan sebelum dan setelah mendapat kredit (Maulidyah, 2014). Manfaat yang dirasakan terutama pada penambahan jumlah kas lancar dari penerima pinjaman dan peningkatan rasio profitabilitas karena 6

7 adanya pinjaman dapat digunakan untuk pengembangan usaha (Surya, 2011). Di dalam Rencana Aksi Daerah (RAD) Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Cilacap, berbagai macam program yang terdiri dari banyak kelompok urusan dan klaster menunjukkan bahwa telah banyak aksi penanggulangan kemiskinan yang dilakukan di Kabupaten Cilacap. Program-program ini terdiri dari berbagai macam bidang seperti pendidikan (BOS, BSM), kesehatan (Jamkesda, Peningkatan kesehatan ibu), infrastruktur (pembangunan jaringan irigasi), dan pemberdayaan masyarakat. Secara umum, PNPM-MPd merupakan salah satu dari sekian banyak program penanggulangan kemiskinan yang dimiliki Pemda Kabupaten Cilacap seperti yang tercantum di dalam RAD. PNPM-MPd masuk di dalam kelompok urusan/program pemberdayaan masyarakat dan desa bersama dengan beberapa program lain seperti Pelatihan dan Bantuan Alat TTG, Pembinaan dan Pengembangan Lumbung Desa, Pembinaan Paguyuban TKI, dan Manajemen Usaha bagi perempuan dalam Mengelola Usaha. Sementara dalam kaitannya dengan pengembangan ekonomi di pedesaan dan masyarakat miskin, PNPM-MPd ini berdampingan dengan beberapa program seperti fasilitasi pembentukan dan pemberian bantuan permodalan BUMDes, pembinaan dan pengembangan Lembaga Ekonomi Masyarakat (LEM), kegiatan bantuan modal kelompok UPPKS. Dana bergulir SPP PNPM-MPd memiliki beberapa karakteristik khusus yaitu bahwa program ini mempunyai sumber dana yang berasal dari pusat kemudian dikelola oleh Unit Pengelola Kegiatan (UPK). Program ini juga ditujukan khusus untuk peminjam perempuan dengan tujuan untuk lebih 7

8 membedayakan kaum perempuan. Di desa khususnya kaum perempuan memang lebih banyak yang menganggur karena faktor pendidikan dan kesempatan. Di Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap, program Dana Bergulir PNPM- MPd telah berlangsung sejak tahun Sampai bulan Juli 2015, dari 17 desa yang ada di Kecamatan Kroya, sebanyak 13 desa mampu mencatatkan tingkat pengembalian di atas 99 persen (atau hanya ada non performing loan (NPL) kurang dari 1 persen) dari total alokasi pinjaman. Untuk tingkat pengembalian terendah ada di angka 97,77 persen. Berdasarkan tingkat pengembalian pinjaman yang tinggi, Kecamatan Kroya dapat dikatakan berhasil dalam pengelolaan dana bergulir SPP PNPM-MPd karena jauh di bawah ambang batas NPL yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu 5 persen. Tabel 1.1 Angsuran Jasa SPP Dana Bergulir PNPM-MPd di Kab. Cilacap, Per 31 April 2015 No Kecamatan Angsuran Jasa SPP (Rp.) No Kecamatan Angsuran Jasa SPP (Rp.) 1 Kroya* ,00 12 Sidareja ,00 2 Nusawungu ,00 13 Kedungreja ,00 3 Binangun ,00 14 Patimuan ,00 4 Adipala ,00 15 Cipari ,00 5 Sampang ,00 16 Karangpucung ,00 6 Maos ,00 17 Cimanggu ,00 7 Kesugihan ,00 18 Majenang ,00 8 Jeruklegi ,00 19 Wanareja ,00 9 Kawunganten ,00 20 Dayeuhluhur ,00 10 Bantarsari ,00 21 Kampunglaut ,00 11 Gandrungmangu ,00 Sumber: Bapermas Kab. Cilacap, 2015 (diolah) Seperti dapat dilihat pada Tabel 1.1, Kecamatan Kroya termasuk tinggi dalam angsuran jasa SPP. Kroya menempati urutan ketiga yang menunjukkan bahwa kinerja UPK dalam mendorong masyarakat untuk meminjam dan mengembalikan dana SPP sudah baik. Hal ini seperti yang disebutkan sebelumnya juga didukung oleh kondisi masyarakat dan geografis dari Kecamatan Kroya yang 8

9 cenderung maju dan letaknya dekat dengan akses strategis. Aset dana bergulir SPP untuk UPK Kecamatan Kroya ada di urutan ke-7 dari 21 kecamatan kategori pedesaan. Hal ini cukup besar mengingat di Kecamatan Kroya tidak mendapatkan dana Usaha Ekonomi Produktif (UEP) seperti yang didapat kecamatan peringkat 1 sampai 6. Aset yang besar ini mengindikasikan beberapa hal seperti pengelolaan dana yang baik dan rendahnya tunggakan. Dalam hal pendapatan, UPK Kecamatan Kroya juga termasuk tinggi yaitu berada di peringkat keempat. Data tersebut disajikan dalam Tabel 1.2 dan Tabel 1.3. Tabel 1.2 Total Aktiva Dana Bergulir UPK Kab. Cilacap, Per 31 April 2015 No Kecamatan Total Aktiva (Rp.) No Kecamatan Total Aktiva (Rp.) 1 Kroya* ,00 12 Sidareja ,00 2 Nusawungu ,00 13 Kedungreja ,00 3 Binangun ,00 14 Patimuan ,00 4 Adipala ,00 15 Cipari ,00 5 Sampang ,00 16 Karangpucung ,00 6 Maos ,00 17 Cimanggu ,00 7 Kesugihan ,00 18 Majenang ,00 8 Jeruklegi ,00 19 Wanareja ,00 9 Kawunganten ,00 20 Dayeuhluhur ,00 10 Bantarsari ,00 21 Kampunglaut ,00 11 Gandrungmangu ,00 Sumber: Bapermas Kab. Cilacap, 2015 (diolah) Tabel 1.3 Total Pendapatan Dana Bergulir UPK Kab. Cilacap, Per 31 April 2015 No Kecamatan Total Pendapatan (Rp.) No Kecamatan Total Pendapatan (Rp.) 1 Kroya* ,00 12 Sidareja ,00 2 Nusawungu ,00 13 Kedungreja ,00 3 Binangun ,00 14 Patimuan ,00 4 Adipala ,00 15 Cipari ,00 5 Sampang ,00 16 Karangpucung ,00 6 Maos ,00 17 Cimanggu ,00 7 Kesugihan ,00 18 Majenang ,00 8 Jeruklegi ,00 19 Wanareja ,00 9 Kawunganten ,00 20 Dayeuhluhur ,00 10 Bantarsari ,00 21 Kampunglaut ,00 11 Gandrungmangu ,00 Sumber: Bapermas Kab. Cilacap, 2015 (diolah) 9

10 Keberhasilan dana bergulir SPP PNPM-MPd di Kabupaten Cilacap khususnya di Kecamatan Kroya tersebut belum pernah diteliti. Padahal keberhasilan tersebut merupakan sesuatu yang baik dan tentunya harus dapat dilanjutkan. Untuk itu diperlukan suatu penelitian yang nantinya dapat digunakan sebagai salah satu acuan bagi berbagai pemangku kepentingan agar keberhasilan ini dapat dipertahankan dan ditingkatkan. 1.2 Keaslian Penelitian Penelitian tentang Dana Bergulir PNPM Mandiri Pedesaan telah beberapa kali dilakukan, namun belum ada penelitian yang berlokasi di Kabupaten Cilacap. Berikut disajikan beberapa penelitian sejenis yang telah ada. 1. Wibowo (2009), meneliti dana bergulir ekonomi produktif pada program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) di Desa Hargomulyo Kec. Gedangsari, Kab. Gunungkidul. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitiannya di antaranya belum tepatnya antara kebutuhan kebutuhan dengan hasil program dana bergulir. Pengurus BKM diharapkan lebih aktif dalam mendengarkan usulan dan masukan masyarakat agar pinjaman yang diberikan lebih merata dan sesuai dengan peta kemiskinan yang sudah dibuat. 2. Naim (2010), meneliti Dana Bergulir PNPM-MP di Kecamatan Tomia dengan berfokus pada tunggakan dana bergulir. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Teknik analisis yang digunakan adalah Struktur Lege Teknik (SLT). Hasil penelitiannya menemukan masih adanya persepsi yang keliru mengenai dana bergulir sebagai dana hibah. Kemudian 10

11 ketidaktepatan penerima bantuan, kesalahan penggunaan dana, dan kurangnya monev menjadi faktor yang memicu terjadinya tunggakan pinjaman dana bergulir. 3. Hayati (2011), meneliti Dana Bergulir UEP PNPM-MPd di Desa Bangunsari Kec. Pageruyung Kab. Kendal dengan berfokus pada persepsi penerima dananya. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian ini menemukan bahwa kelompok penerima telah mempersepsikan dana bergulir tersebut sebagai dana yang dipinjamkan oleh pemerintah. Karena itu etos kerja penerima dana tetap tinggi. 4. Pateda ( 2013), meneliti efektivitas pelaksanaan PNPM dan mengetahui pengaruh bantuan modal usaha PNPM terhadap pendapatan masyarakat di Kec. Tibawa Kab. Gorontalo. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan uji beda dua rata-rata. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa pelaksanaan PNPM sudah berjalan efektif dan secara statistik terdapat perbedaan pendapatan rata-rata per bulan yang lebih tinggi dan signifikan pada derajat kepercayaan 95 persen antara sebelum dan setelah menerima bantuan. Penelitian ini mengambil lokasi di Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap dengan metode penelitian deskriptif kualitatif dan menggunakan teknik observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Penelitian ini berfokus pada pencarian faktor-faktor pendorong keberhasilan program dana bergulir SPP PNPM-MPd. 11

12 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah penelitian ini adalah masih terbatasnya penelitian tentang faktor-faktor keberhasilan Dana Bergulir SPP PNPM-MPd yang dilakukan di Kabupaten Cilacap khususnya di Kec. Kroya, padahal keberhasilan tersebut perlu diteliti untuk dapat dijadikan pelajaran dan dapat dijadikan bahan evaluasi. 1.4 Pertanyaan Penelitian Pertanyaan terkait penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mengapa dapat terjadi keberhasilan pada suatu kelompok penerima program Dana Bergulir SPP PNPM Mandiri Pedesaan di Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap dan apa saja faktor-faktor pendorongnya? 2. Bagaimana cara untuk mempertahankan keberhasilan yang sudah dicapai? 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk menganalisis faktor-faktor pendorong keberhasilan pada suatu kelompok penerima program Dana Bergulir SPP PNPM Mandiri Perdesaan di Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap. 2. Untuk menentukan strategi terbaik guna mempertahankan keberhasilan yang sudah dicapai. 12

13 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat peneltian ini adalah sebagai berikut. 1. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam mempertahankan keberhasilan dana bergulir SPP PNPM-MPd atau program sejenis khususnya di wilayah Kecamatan Kroya. 2. Sebagai acuan dan saran bagi pemerintah untuk mengevaluasi performa Program Dana bergulir SPP PNPM atau penyusunan program sejenis baik perbaikan dari sisi pemerintah maupun dari sisi masyarakat/kelompok penerimanya khususnya di wilayah Kecamatan Kroya. 3. Sebagai saran bagi UPK, kelompok simpan pinjam, dan masyarakat pada umumnya untuk dapat mengelola dan melaksanakan kegiatan dana bergulir SPP PNPM-MPd atau yang sejenis dengan lebih baik khususnya di wilayah Kecamatan Kroya. 1.7 Lingkup Penelitian Lingkup atau batasan pada penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Penelitian ini terbatas pada lingkup wilayah di Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah. 2. Penelitian ini meneliti mengenai penyebab keberhasilan program dana bergulir SPP PNPM-MPd. 3. Keberhasilan suatu kelompok simpan pinjam adalah ketepatan waktu dalam pembayaran pinjaman sehingga tidak ada tunggakan. 13

14 1.8 Sistematika Penulisan Penulisan tesis ini terdiri dari empat bab. Bab I merupakan Pendahuluan yang memuat latar belakang penulisan tesis ini, keaslian penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan, dan manfaat penelitian. Bab II berisi tentang Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori yang menjadi dasar keilmuan yang digunakan, serta membahas alat analisis yang digunakan. Bab III membahas tentang Metode Penelitian, yang berisi langkah-langkah bagaimana penelitian ini dilaksanakan. Bab IV mencakup Analisis Data dan Pembahasan, yang menjelaskan bagaimana pengolahan dan analisis data serta pembahasan untuk menghasilkan kesimpulan. Bab V berisi Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan dan Saran penelitian. 14

Sekapur Sirih. Cilacap, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kab. Cilacap. SUBIYANTO, S.Si NIP

Sekapur Sirih. Cilacap, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kab. Cilacap. SUBIYANTO, S.Si NIP Sekapur Sirih Sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan salah satu agenda Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Sensus Penduduk dan Perumahan, pada tahun 2010

Lebih terperinci

Realisasi Tahun ,9 64,25 61,59 105,6 103,3 100,9 100,4 100,3 104,86 108,42

Realisasi Tahun ,9 64,25 61,59 105,6 103,3 100,9 100,4 100,3 104,86 108,42 No. Capaian Kinerja Urusan Pendidikan Dinas P Dan K Kab. Cilacap Realisasi Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 1. Angka rata-rata lama sekolah 6,27 6,28 6,43 6,48 6,58 6,9 7,03 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hukum mempunyai peranan sangat besar dalam pergaulan hidup di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hukum mempunyai peranan sangat besar dalam pergaulan hidup di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hukum mempunyai peranan sangat besar dalam pergaulan hidup di tengah-tengah masyarakat, khususnya dalam penentuan hak dan kewajiban serta perlindungan kepentingan sosial

Lebih terperinci

BIMBINGAN TEKNIS PENGELOLAAN ANGGARAN PENGAWASAN PEMILIHAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI 2017 PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN DANA HIBAH

BIMBINGAN TEKNIS PENGELOLAAN ANGGARAN PENGAWASAN PEMILIHAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI 2017 PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN DANA HIBAH BIMBINGAN TEKNIS PENGELOLAAN ANGGARAN PENGAWASAN PEMILIHAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI 2017 PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN DANA HIBAH DASAR Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP

PENGEMBANGAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP PENGEMBANGAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP Oleh: Sunarko Sektor perikanan merupakan sektor unggulan di Kabupaten Cilacap. Sektor perikanan ini terdiri dari perikanan air tawar, air payau dan perikanan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KAB UPATEN CILACAP NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH DINAS PENGELOLAAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 561.4/69/2010 TENTANG UPAH MINIMUM PADA 35 (TIGA PULUH LIMA) KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2011 GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak bumi di Indonesia telah dilaksanakan sejak awal abad 19 ketika pulau

BAB I PENDAHULUAN. Pajak bumi di Indonesia telah dilaksanakan sejak awal abad 19 ketika pulau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak bumi di Indonesia telah dilaksanakan sejak awal abad 19 ketika pulau Jawa dikuasai oleh Inggris. Pada saat itu, pemerintahan yang dipimpin oleh Letnan Jendral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia yang mulai bangkit pasca krisis moneter 1997-

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia yang mulai bangkit pasca krisis moneter 1997- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian Indonesia yang mulai bangkit pasca krisis moneter 1997-1998 belum menunjukkan angka yang signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

Lomba Penulisan Artikel HUT KORPRI Ke 43 Kabupaten Cilacap Mengangkat HARKAT, MINAPOLITAN Cilacap*

Lomba Penulisan Artikel HUT KORPRI Ke 43 Kabupaten Cilacap Mengangkat HARKAT, MINAPOLITAN Cilacap* Mengangkat HARKAT, MINAPOLITAN Cilacap* Sebagai Kabupaten dengan wilayah administrasi terluas di Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Cilacap menyimpan potensi sumberdaya alam yang melimpah. Luas Kabupaten

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 119 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS DAN BADAN DAERAH KABUPATEN CILACAP

Lebih terperinci

PILEG 2014 PARTAI POLITIK PESERTA PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

PILEG 2014 PARTAI POLITIK PESERTA PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014 Pemilih Pemula PILEG 2014 PARTAI POLITIK PESERTA PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 14 15 GUNAKAN HAK PILIHMU 9 APRIL 2014 PEMILU DPR, DPD & DPRD Negara Demokratis Adanya Penyelenggaraan Pemilu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Fungsi pokok bank sebagai lembaga intermediasi sangat membantu dalam siklus aliran dana dalam perekonomian suatu negara. Sektor perbankan berperan sebagai penghimpun dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Peranan UMKM. laju pertumbuhan ekonomi maupun penyerapan tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Peranan UMKM. laju pertumbuhan ekonomi maupun penyerapan tenaga kerja. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) tidak terlepas dari perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Peranan UMKM terutama sejak krisis moneter tahun 1998

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh semua negara khususnya negara-negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh semua negara khususnya negara-negara yang sedang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan adalah salah satu masalah kemanusiaan yang sedang dihadapi oleh semua negara khususnya negara-negara yang sedang berkembang. Hal tersebut karena kemiskinan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 561.4/52/2008 TENTANG UPAH MINIMUM PADA 35 (TIGA PULUH LIMA) KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 561.4/52/2008 TENTANG UPAH MINIMUM PADA 35 (TIGA PULUH LIMA) KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009 KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 561.4/52/2008 TENTANG UPAH MINIMUM PADA 35 (TIGA PULUH LIMA) KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009 GUBERNUR JAWA TENGAH, Membaca : Surat Kepala Dinas Tenaga

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KBUPATEN CILACAP

BADAN PUSAT STATISTIK KBUPATEN CILACAP BADAN PUSAT STATISTIK KBUPATEN CILACAP Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak

Lebih terperinci

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto F.1306618 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 25 TAHUN 2018 TENTANG

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 25 TAHUN 2018 TENTANG BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 25 TAHUN 2018 TENTANG PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH DINAS KEPENDUDUKAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program ekonomi yang dijalankan negara-negara Sedang Berkembang (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6

BAB I PENDAHULUAN. Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berakhirnya Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa. PNPM-MP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh suatu bangsa dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan dan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh suatu bangsa dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi diartikan sebagai suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh suatu bangsa dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di tengahtengah masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia masalah kemiskinan

Lebih terperinci

DATA PENCAIRAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) KABUPATEN CILACAP PEMENUHAN KEKURANGAN TRIWULAN 3 & 4 TAHUN 2015

DATA PENCAIRAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) KABUPATEN CILACAP PEMENUHAN KEKURANGAN TRIWULAN 3 & 4 TAHUN 2015 DATA PENCAIRAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) PEMENUHAN KEKURANGAN TRIWULAN 3 & 4 TAHUN 2015 SD/SDLB NO NAMA SEKOLAH KECAMATAN NAMA REKENING (BUKAN NAMA PRIBADI) NOMOR REKENING NAMA BANK 1 SD NEGERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa latin credere atau credo yang berarti kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa latin credere atau credo yang berarti kepercayaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi di suatu negara sangat bergantung pada perkembangan dinamis dan kontribusi nyata dari sektor perbankan. Pasca krisis ekonomi dan moneter di Indonesia

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP ; PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih banyak menghadapi permasalahan diberbagai bidang seperti ekonomi, sosial, hukum, politik dan bidang-bidang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk ditangani. Khususnya di wilayah perkotaan, salah satu ciri umum dari kondisi fisik masyarakat

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH PADA

Lebih terperinci

HASIL TES WAWANCARA CALON PANWASCAM 2017

HASIL TES WAWANCARA CALON PANWASCAM 2017 HASIL TES WAWANCARA CALON PANWASCAM NO Kecamatan Nomer Pendaftaran Nama Peserta Keterangan 1 Cimanggu Cimanggu / Cilacap / A.Jauhar Rifqi,S.Ag 2 Cimanggu Cimanggu / Cilacap / Yayat Mugi Prayitno, S.Pt

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan perekonomian dan bisnis di dunia sangat ini berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan perekonomian dan bisnis di dunia sangat ini berlangsung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian dan bisnis di dunia sangat ini berlangsung dengan pesat. Hal ini juga ditunjukkan dengan semakin banyaknya bank yang bermunculan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan dunia usaha di Indonesia baik disektor pertanian, perindustrian, maupun disektor perdagangan yang secara umum tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan dunia usaha di Indonesia baik disektor pertanian, perindustrian, maupun disektor perdagangan yang secara umum tidak bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kegiatan dunia usaha di Indonesia baik disektor pertanian, perindustrian, maupun disektor perdagangan yang secara umum tidak bisa lepas peran jasa bank atau dunia perbankkan.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Metode deskriptif analisis merupakan metode yang digunakan untuk

METODE PENELITIAN. Metode deskriptif analisis merupakan metode yang digunakan untuk III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif analisis merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Permasalahan kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan mikro, diperlukan suatu sistem yang mengatur segala bentuk kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan mikro, diperlukan suatu sistem yang mengatur segala bentuk kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam keberlangsungan suatu perusahaan terutama di bidang lembaga keuangan mikro, diperlukan suatu sistem yang mengatur segala bentuk kegiatan beroperasinya perusahaan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Sari Surya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Sari Surya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang menjadi rujukan pada penelitian ini. Ada dua rujukan sebagai berikut: 1. Sari Surya, 2011 Yang pertama adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 0 9 ) TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 0 9 ) TAHUN 2012 TENTANG BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 0 9 ) TAHUN 2012 TENTANG NILAI PEROLEHAN AIR DAN HARGA DASAR AIR UNTUK MENGHITUNG PAJAK AIR TANAH DI KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PENDISTRIBUSIAN DAN PENETAPAN HARGA ECERAN TERTINGGI LIQUEFIED PETROLEUM GAS TABUNG 3 KILOGRAM DI KABUPATEN CILACAP

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 17 TAHUN 2018 TENTANG PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH DINAS PEKERJAAN UMUM DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas, dan waktu) telah tercapai. Setiap perusahaan tentunya menginginkan tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Kemiskinan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Kemiskinan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah menurunkan tingkat kemiskinan. Kemiskinan merupakan salah satu penyakit akut dalam ekonomi, sehingga harus disembuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek. Mayoritas usaha yang ada di Indonesia adalah usaha kecil yang dikelola

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek. Mayoritas usaha yang ada di Indonesia adalah usaha kecil yang dikelola BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek Mayoritas usaha yang ada di Indonesia adalah usaha kecil yang dikelola secara perorangan yang disebut UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah). Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama masalah dalam kemiskinan yang dialami oleh setiap negara,

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama masalah dalam kemiskinan yang dialami oleh setiap negara, BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah universal yang hampir dialami oleh seluruh negara di dunia ini. Pembangunan yang tidak merata hampir menjadi penyebab utama masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya. menurunnya konsumsi masyarakat. Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya. menurunnya konsumsi masyarakat. Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya berbagai macam masalah di dalam kehidupan masyarakat seperti terjadinya PHK pada buruh kontrak, jumlah pengangguran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara berkembang akan selalu mengalami permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara berkembang akan selalu mengalami permasalahan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap negara berkembang akan selalu mengalami permasalahan yang sangat kompleks mengenai kemiskinan. Hal ini menjadi topik yang paling banyak dibicarakan oleh setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berbagai upaya telah dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk menanggulangi kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode tahun 1974-1988,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik UMKM

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik UMKM II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik UMKM Menurut Raffinaldy (2006) dalam tulisannya yang berjudul Memeta Potensi dan Karakteristik UMKM Bagi Penumbuhan Usaha Baru bahwa karakteristik UMKM merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan oleh Departemen Dalam Negeri, Program Penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan oleh Departemen Dalam Negeri, Program Penanggulangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah utama dalam pembangunan setiap negara, tak terkecuali di Indonesia. Segala upaya dilakukan pemerintah untuk menekan angka kemiskinan.

Lebih terperinci

POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Oleh : Ida Mulyani

POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Oleh : Ida Mulyani POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH Oleh : Ida Mulyani Indonesia memiliki sumberdaya alam yang sangat beraneka ragam dan jumlahnya sangat melimpah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mangadakan salah satu program adalahprogram Nasional Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. mangadakan salah satu program adalahprogram Nasional Pemberdayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam suatu perusahaan terutama pada usaha lembaga keuangan mikro yang diadakan oleh pemerintah, yaitu tujuannya untuk membantu masyarakat yang tidak mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan penyediaan kesempatan kerja bagi masyarakat miskin. memberdayakan masyarakat (BAPPENAS, Evaluasi PNPM 2013: 27).

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan penyediaan kesempatan kerja bagi masyarakat miskin. memberdayakan masyarakat (BAPPENAS, Evaluasi PNPM 2013: 27). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Progam Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM- MPd) adalah mekanisme progam yang terfokus pada pemberdayaan masyarakat di perdesaan. PNPM Mandiri

Lebih terperinci

V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM. 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP

V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM. 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP 65 V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP Kecamatan Cimarga merupakan salah satu kecamatan yang melaksanakan program SPP sejak diselenggarakannya

Lebih terperinci

PENGUMUMAN PEMENANG. Nomor : 602.3/ /PMNG."Kode Paket"/19 Tanggal : 3 Juni 2014

PENGUMUMAN PEMENANG. Nomor : 602.3/ /PMNG.Kode Paket/19 Tanggal : 3 Juni 2014 PENGUMUMAN PEMENANG Nomor : 602.3/03.06-14 /PMNG."Kode Paket"/19 Tanggal : 3 Juni 2014 PENGADAAN LANGSUNG PADA DINAS BINA MARGA SUMBER DAYA AIR ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL KABUPATEN CILACAP KEGIATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa dekade terakhir, terjadi perkembangan penduduk di. Indonesia yang demikian pesat. Hasil proyeksi yang dilakukan oleh Badan

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa dekade terakhir, terjadi perkembangan penduduk di. Indonesia yang demikian pesat. Hasil proyeksi yang dilakukan oleh Badan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa dekade terakhir, terjadi perkembangan penduduk di Indonesia yang demikian pesat. Hasil proyeksi yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategi dalam pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk terlibat dalam kegiatan UMKM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah kredit berasal dari bahasa yunani credere yang berarti kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. Istilah kredit berasal dari bahasa yunani credere yang berarti kepercayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah kredit berasal dari bahasa yunani credere yang berarti kepercayaan (truth atau faith). Oleh karena itu, dasar dari kredit adalah kepercayaan 1. Pengertian

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Cilacap Selatan merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Cilacap,

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Cilacap Selatan merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Cilacap, IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Cilacap Selatan merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Cilacap Selatan berada dipusat kota Cilacap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting perbankan di Indonesia adalah menjaga kestabilan moneter agar mampu

BAB I PENDAHULUAN. penting perbankan di Indonesia adalah menjaga kestabilan moneter agar mampu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perbankan merupakan urat nadi perekonomian nasional. Salah satu peran penting perbankan di Indonesia adalah menjaga kestabilan moneter agar mampu menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya juga belum optimal. Kerelawanan sosial dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya juga belum optimal. Kerelawanan sosial dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan intervensi semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Namun penanganannya selama ini cenderung parsial dan

Lebih terperinci

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu pilar perekonomian yang sangat berpotensi untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kemiskinan yang semakin meningkat akhir-akhir ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kemiskinan yang semakin meningkat akhir-akhir ini dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama pembangunan di Indonesia. Kemiskinan yang semakin meningkat akhir-akhir ini dapat menimbulkan beberapa dampak pada

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI SPP (SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

BAB IV IMPLEMENTASI SPP (SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT 57 BAB IV IMPLEMENTASI SPP (SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT A. Implementasi SPP (Simpan Pinjam Kelompok Perempuan) di Desa Tungu Kecamatan Godong

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyaluran Kredit Perbankan Tahun (Rp Miliar).

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyaluran Kredit Perbankan Tahun (Rp Miliar). I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sebagian penduduknya bekerja di sektor pertanian. Saat ini keberpihakan pihak-pihak pemodal atau Bank baik pemerintah maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Sekilas Tentang UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang

BAB I PENDAHULUAN Sekilas Tentang UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1. Sekilas Tentang UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang Gambar 1.1 Logo UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang Sumber: www.pnpmkabbandung.wordpress.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berkaitan, diantaranya, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berkaitan, diantaranya, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan persoalan ekonomi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, diantaranya, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan pendapatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan utama dalam upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan utama dalam upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia saat ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan utama dalam upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia saat ini terkait dengan adanya fakta bahwa pertumbuhan ekonomi tidak tersebar secara merata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dengan kata lain telah mengakar luas dalam sistem sosial

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dengan kata lain telah mengakar luas dalam sistem sosial BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dewasa ini, masalah kemiskinan sudah menjadi fenomena kehidupan masyarakat, dengan kata lain telah mengakar luas dalam sistem sosial masyarakat Indonesia. Terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu Negara. Menurut ketentuan Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan sturktural dan kemiskinan kesenjangan antar wilayah. Persoalan

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan sturktural dan kemiskinan kesenjangan antar wilayah. Persoalan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan sturktural

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2015 dan sejalan dengan target pencapaian MDGs (Millennium Development

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2015 dan sejalan dengan target pencapaian MDGs (Millennium Development BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri merupakan program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihindari. Untuk dapat bertahan hidup, sebuah organisasi harus mampu dengan

BAB I PENDAHULUAN. dihindari. Untuk dapat bertahan hidup, sebuah organisasi harus mampu dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan merupakan sebuah hal yang terus terjadi dan tidak dapat dihindari. Untuk dapat bertahan hidup, sebuah organisasi harus mampu dengan cerdik mengenali dan

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PEKERJAAN UMUM. Pada Acara

SAMBUTAN MENTERI PEKERJAAN UMUM. Pada Acara SAMBUTAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Pada Acara PADA ACARA PENANDATANGAN NASKAH PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA BANK BRI DENGAN KELOMPOK PENERIMA MANFAAT PNPM MANDIRI Yogyakarta, 16 Januri 2012 Bismillahir rahmaanir

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketidakmampuan secara ekonomi dalam memenuhi standar hidup rata rata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketidakmampuan secara ekonomi dalam memenuhi standar hidup rata rata BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Masalah Kemiskinan Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di dunia, terutama di negara sedang berkembang. Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. usaha. Kredit tersebut mempunyai suatu kedudukan yang strategis dimana sebagai salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. usaha. Kredit tersebut mempunyai suatu kedudukan yang strategis dimana sebagai salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran perbankan dalam pembangunan ekonomi adalah mengalirkan dana bagi kegiatan ekonomi yaitu salah satunya dalam bentuk perkreditan bagi masyarakat perseorangan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dari dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat BAB I PENDAHULUAN I.I Latar belakang Usaha kecil dan Menengah atau yang sering disebut UKM merupakan bagian integral dari dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat

Lebih terperinci

pada huruf a, dan sesuai hasil konsultasi dengan Dewan PerwakUan Rakyat Daerah Provinsi Jawa TcnSi pes a b u ^ / K ^ * ^vinsi Jawa

pada huruf a, dan sesuai hasil konsultasi dengan Dewan PerwakUan Rakyat Daerah Provinsi Jawa TcnSi pes a b u ^ / K ^ * ^vinsi Jawa GUBERNUR JAWA TENGAH KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 561.4-/ 73 / 2011 TENTANG UPAH MINIMUM PADA 35 (TIGA PULUH LIMA) KABUPATEN / KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012 GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disalurkan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) melalui Unit Pengelola Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. disalurkan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) melalui Unit Pengelola Keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Program Pinjaman Bergulir adalah merupakan salah satu pilihan masyarakat dari berbagai alternatif kegiatan untuk penanggulangan kemiskinan. Pinjaman bergulir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebenarnya masalah dan kendala yang dihadapi masih bersifat klasik yang selama

BAB I PENDAHULUAN. Sebenarnya masalah dan kendala yang dihadapi masih bersifat klasik yang selama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) selama ini diakui berbagai pihak cukup besar dalam perekonomian nasional. Beberapa peran strategis UMKM menurut Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi yang dapat berperan dalam mendukung kegiatan perekonomian salah satunya adalah Dunia perbankan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena kemiskinan perdesaan bukan merupakan suatu gejala yang baru.

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena kemiskinan perdesaan bukan merupakan suatu gejala yang baru. 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Fenomena kemiskinan perdesaan bukan merupakan suatu gejala yang baru. Secara absolut jumlah penduduk Indonesia yang masih hidup dibawah garis kemiskinan masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibanding usaha besar yang hanya mencapai 3,64 %. Kontribusi sektor

BAB I PENDAHULUAN. dibanding usaha besar yang hanya mencapai 3,64 %. Kontribusi sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya kebijakan yang dibuat oleh pemerintah itu semata-mata ditujukan untuk membawa pada suatu keadaan perekonomian yang diharapkan. Hal ini dilakukan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk dan Pertumbuhan Penduduk di Wilayah BARLINGMASCAKEB Tahun 2009

Lampiran 1 Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk dan Pertumbuhan Penduduk di Wilayah BARLINGMASCAKEB Tahun 2009 LAMPIRAN 223 Lampiran 1 Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk dan Pertumbuhan Penduduk di Wilayah BARLINGMASCAKEB Tahun 2009 Kabupaten No. Kecamatan Jumlah Penduduk Luas Wilayah (km2) Kepadatan (jiwa/ km2)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank memiliki peranan penting bagi perekonomian suatu negara, karena

BAB I PENDAHULUAN. Bank memiliki peranan penting bagi perekonomian suatu negara, karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank memiliki peranan penting bagi perekonomian suatu negara, karena pembangunan suatu negara sangat dipengaruhi oleh dinamika perkembangan perputaran keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian dan agribisnis di pedesaan merupakan sumber pertumbuhan perekonomian nasional. Agribisnis pedesaan berkembang melalui partisipasi aktif petani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak terlepas dari peran semakin meningkatnya sektor usaha mikro, kecil dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara dan bank sangat berpengaruh terhadap perekonomian seluruh negara dimana

BAB I PENDAHULUAN. negara dan bank sangat berpengaruh terhadap perekonomian seluruh negara dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga yang paling penting dalam sektor keuangan disuatu negara dan bank sangat berpengaruh terhadap perekonomian seluruh negara dimana ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Peranan UMKM di Indonesia sangat penting sebagai penggerak ekonomi yang

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Kredit

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Kredit II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Kredit Hasil analisis deksriptif (Wangi SP, 2008) memperlihatkan bahwa semakin besar nilai pengajuan dan

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi mempengaruhi aktivitas perbankan terutama dalam segi pemrosesan data elektronik dan telekomunikasi. Bank harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang senantiasa. melakukan pembangunan di segala bidang. Pembangunan yang sedang giat

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang senantiasa. melakukan pembangunan di segala bidang. Pembangunan yang sedang giat 12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang senantiasa melakukan pembangunan di segala bidang. Pembangunan yang sedang giat dilakukan saat ini meliputi segala

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP)

I. PENDAHULUAN. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) adalah program nasional yang menjadi kerangka dasar dan acuan pelaksanaan program-program pengentasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terkena PHK (pengangguran) dan naiknya harga - harga kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. yang terkena PHK (pengangguran) dan naiknya harga - harga kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 telah menyebabkan jutaan orang miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan. Imbas dari keadaan

Lebih terperinci

PROYEK PENINGKATAN KAPASITAS & KEBERLANJUTAN PINJAMAN DANA BERGULIR

PROYEK PENINGKATAN KAPASITAS & KEBERLANJUTAN PINJAMAN DANA BERGULIR PROYEK PENINGKATAN KAPASITAS & KEBERLANJUTAN PINJAMAN DANA BERGULIR World Bank PNPM Support Facility (PSF) Gedung Bursa Efek Indonesia Tower 1, lantai 9 Jl. Jenderal Sudirman Kav. 52-53, Jakarta 12190

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dinamis dan kontribusi nyata dari sektor perbankan. Ketika sektor

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dinamis dan kontribusi nyata dari sektor perbankan. Ketika sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan ekonomi disuatu negara sangat bergantung pada perkembangan dinamis dan kontribusi nyata dari sektor perbankan. Ketika sektor perbankan terpuruk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sering kali dihubungkan

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sering kali dihubungkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sering kali dihubungkan dengan modal yang terbatas, yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang dalam melakukan sebuah usaha.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya membangun suatu unit usaha bank mikro yang melayani. masyarakat golongan kecil memerlukan suatu cara metode berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya membangun suatu unit usaha bank mikro yang melayani. masyarakat golongan kecil memerlukan suatu cara metode berbeda dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Upaya membangun suatu unit usaha bank mikro yang melayani masyarakat golongan kecil memerlukan suatu cara metode berbeda dengan praktek-praktek yang telah dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS AGIHAN IKLIM KLASIFIKASI OLDEMAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN CILACAP JURNAL PUBLIKASI ILMIAH

ANALISIS AGIHAN IKLIM KLASIFIKASI OLDEMAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN CILACAP JURNAL PUBLIKASI ILMIAH ANALISIS AGIHAN IKLIM KLASIFIKASI OLDEMAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN CILACAP Analysis of Oldeman Climate Clasification Distribute Using Geographycal Information System in Cilacap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut UU No.10 tahun 1998 : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

Lebih terperinci