ANALISIS PERCEPATAN FLIR PADA PESAWAT TERBANG AKIBAT GETARAN DINAMIK DENGAN METODE ELEMEN HINGGA (Septian Wijayanto, Ir Yerri Susatio, MT)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PERCEPATAN FLIR PADA PESAWAT TERBANG AKIBAT GETARAN DINAMIK DENGAN METODE ELEMEN HINGGA (Septian Wijayanto, Ir Yerri Susatio, MT)"

Transkripsi

1 ANALISIS PERCEPATAN FLIR PADA PESAWAT TERBANG AKIBAT GETARAN DINAMIK DENGAN METODE ELEMEN HINGGA (Septian Wijayanto, Ir Yerri Susatio, MT) Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Telp : Fax : tiann.wijaya@yahoo.com Getaran propeller pada sayap pesawat merupakan penyebab utama dari getaran yang ada di pesawat. Getaran yang merambat pada struktur pesawat jika mengenai peralatan yang dipasang pada pesawat dapat menyebabkan gangguan pada fungsi alat tersebut. Flir merupakan peralatan yang dipasang pada lambung pesawat. Pada pesawat militer flir dimanfaatkan untuk observasi dan survei serta mampu mengidentifikasi dan mengenali objek pada waktu siang dan malam. Getaran yang terjadi pada flir dapat menyebabkan pesawat ini bekerja tidak maksimal. Untuk itu perlu dilakukan analisis vibrasi. Untuk memudahkan analisis maka pesawat disederhanakan menggunakan metode elemen hingga yaitu suatu pendekatan untuk mendapatkan variabel yang sulit jika diselesaikan secara analitik yaitu dengan mendiskritisasi sistem kontinu menjadi sejumlah berhingga elemen-elemen kecil. Pendekatan lain adalah stick model yaitu memodelkan struktur dengan menganggap struktur sebagai elemen beam dengan pusat massa sepanjang elemen tersebut. Simulasi dan perhitungan dilakukan menggunakan software MSC Patran/Nastran. Dengan normal mode analysis didapatkan sepuluh frekuensi natural dan mode shape pesawat terbang. Untuk menentukan besarnya percepatan flir, dilakukan perhitungan berdasarkan respon waktu (modal transient analysis) dan respon frekuensi (modal frequency analysis). Dalam domain waktu perhitungan dilakukan selama kurang dari 0.5 detik didapatkan percepatan maksimum sebesar g pada waktu detik. Sedangkan dalam domain frekuensi didapat percepatan maksimum sebesar pada frekuensi 44 Hz Kata Kunci : Analisis Getaran, Metode Elemen Hingga, Stick Model, Percepatan I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sebagai salah satu pesawat patroli maritim, maka CN M dilengkapi beberapa peralatan diantaranya flir yang dimanfaatkan untuk observasi dan survei serta mampu mengidentifikasi dan mengenali objek pada waktu siang dan malam. Salah satu bagian dari flir adalah Stabilized Turret Asembly (STA), merupakan sensor yang dipasang dibawah fuselage antara frame 14 15, didalamnya terdapat kamera infra merah dan kamera TV [1]. Turret yang di pasang pada pesawat harus mempunyai fungsi yang optimal saat digunakan. Untuk itu saat pengoperasian harus disesuaikan dengan syarat kondisi dinamik yang berlaku. Pembebanan pada struktur turret yang berasal dari mesin pesawat yang terdiri dari propeller (balingbaling). Beban ini dapat dikategorikan sebagai beban dinamik yaitu beban yang tergantung pada waktu dan berubah dengan adanya waktu, serta berulang ulang. Untuk mengetahui pengaruh getaran propeller terhadap flir, maka perlu diketahui pengaruh beban dinamik yang mengenai flir. Sistem disederhanakan dengan menggunakan metode elemen hingga (finite element method), yaitu suatu pendekatan untuk mendapatkan variabel yang sulit jika diselesaikan secara analitik. Dalam metode elemen hingga, suatu media kontinu didiskritisasi menjadi sejumlah berhingga elemen-elemen kecil. [2] Tiap elemen berhubungan pada titik-titik simpul membentuk rangkaian yang secara keseluruhan merupakan model dari kontinu semula. Pendekatan ini memungkin-kan mengubah permasalahan suatu sistem yang memiliki derajat kebebasan tak terhingga menjadi sistem dengan derajat kebebasan berhingga. Selain menggunakan model elemen hingga, struktur juga dapat dimodelkan dengan stick model, yaitu memodelkan struktur dengan menganggap struktur sebagai elemen beam dengan pusat massa sepanjang elemen tersebut. 1.2 TUJUAN DAN PERMASALAHAN Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis karakteristik dinamik flir yaitu dengan mendapatkan frekuensi natural flir sehingga pemberian gaya eksitasi yang mendekati frekuensi natural dihindari. Jika frekuensi natural flir diketahui selanjutnya dapat ditentukan mode shape CN M sehingga diketahui bentuk gerakan awal, hal ini memudahkan untuk mempermudah menganalisis performansi pesawat. Selain itu penelitian ini

2 bertujuan untuk menentukan percepatan flir akibat pembebanan dalam domain frekuensi dan domain waktu 1.3 BATASAN MASALAH Untuk mempermudah pengerjaan tugas akhir, maka beberapa batasan yang diambil antara lain pesawat yang dijadikan model adalah CN M, pesawat dimodelkan dengan metode elemen hingga dan stik model, pembebanan pesawat hanya berasal dari getaran propeller. II. TEORI DASAR 2.1 Konsep Metode Elemen Hingga Metode elemen hingga digunakan dalam analisis dinamik dengan dengan cara mendiskritisasi struktur. Prinsip dasar metode ini adalah membagi sistem kontinu menjadi elemen-elemen yang lebih sederhana dan berhingga. Tiap elemen memiliki sejumlah titik-titik kunci disebut nodal yang mengendalikan kekakuan elemen. Pendekatan ini memungkinkan kita mengubah permasalahan suatu sistem yang memiliki derajat kebebasan tak berhingga menjadi sistem dengan derajat kebebasn berhingga. Walaupun demikian, dalam prosesnya analisisnya sedapat mungkin melibatkan jumlah nodal yang cukup banyak agar diperoleh solusi yang cukup akurat. Secara umum, prosedur dalam menyusun persamaan diferensial gerak dengan metode elemen hingga dapat ditulis sebagai berikut, sistem kontinu dibagi menjadi elemen-elemen berhingga yang sederhana. Kemudian dipilih titik-titik kunci sebagai nodal pada elemen elemen tersebut. Dengan mengasumsikan fungsi bentuk perpindahan (displacement shape function) pada elemen sehingga perpindahan, kecepatan, dan percepatan disetiap titik merupakan fungsi nodal. Selanjutnya disusun hubungan hubungan perpindahan regangan dan regangan tegangan yang sesuai untuk elemen yang ditinjau. Ditentukan beban nodal, massa, dan kekakuan ekuivalen untuk tiap elemen hingga menggunakan prinsip kerja atau prinsip energi. Diturunkan persamaan diferensial gerak untuk struktur secara keseluruhan dengan cara menggabungkan matriks massa dengan matriks kekakuan tiap-tiap elemen hingga. Penggabungan matriks massa dengan matriks kekauan untuk tiap elemen membentuk matriks massa dan matriks kekakuan struktur secara keseluruhan. Bila sumbu lokal elemen tidak searah dengan sumbu global struktur, maka digunakan matriks transformasi. Tingkat akurasi metode elemen hingga dapat ditingkatkan dengan beberapa cara diantaranya dengan memperbanyak jumlah elemen, menggunakan tipe elemen yang lebih kompleks dan memilih elemen dengan fungsi interpolasi yang lebih kompleks, titik nodal pada tiap - tiap sisi lebih banyak. 2.2 Massa dan Kekakuan Dalam Koordinat Global Cara yang sederhana untuk mendefinisikan sifat - sifat massa pada struktur adalah dengan mengasumsikan keseluruhan massa terkonsentrasi pada titik dimana perpindahan translasional didefinisikan. Untuk sistem dengan derajat kebebasan translasional telah didefinisikan, matriks massa terkumpul mempunyai bentuk diagonal. Sebagai contoh pada gambar 1. Jika derajat kebebasan translasional lebih dari satu, titik massa yang sama akan diasosiasikan pada masing-masing derajat kebebasan. Massa yang diasosiasikan dengan derajat kebebasan rotasional dianggap tidak ada karena diasumsikan massa tergumpal tidak punya massa rotasional. Massa dalam koordinat global dapat didapat dari elemen dasar, perpindahan koordinat global akan dipengaruhi dari perpindahan elemen masa individu. Hal ini didasarkan pada perpin-dahan statik dalam elemen hingga ketika perpindahan diterapkan dalam koordinat global. Gambar 1 Massa Tergumpal Dari Node Beam Jika diasumsikan = vektor perpindahan dari masing masing partikel massa = perpindahan koordinat global Persamaan 1 diturunkan menjadi Jika partikel massa dianggap,,,... Maka energi kinetik dari massa adalah, sehingga energy kinetic sistem Dapat ditulis dalam bentuk mastriks

3 dengan massa, adalah matriks diagonal dari partikel = vektor kecepatan massa individu dan transpose vektor kecepatan. Dengan mentranspose persamaan 2 di kedua sisi dan kemudian substitusi persamaan 4 didapat atau dengan Ini dapat ditunjukkan bahwa massa dalam koordinat global merupakan matriks Dengan cara yang sama didapat matriks kekakuan dalam koordinat global atau dengan 2. 3 Solusi Respons Dinamik Solusi respon dinamik diperoleh dengan memecahkan persamaan-persamaan differensial yang telah diturunkan dari model matematik. Dua tipe respon dinamik yang penting dalam aplikasi struktur adalah getaran bebas (free vibration) dan respon getaran paksa (forced vibration). Getaran bebas merupakan gerak yang dihasilkan dari kondisi awal, sedangkan getaran paksa dihasilkan dari input spesifik yang diberikan pada sistem oleh sumber berasal dari luar. Solusi respon dinamik getaran bebas yang diperoleh berupa frekuensi alami dan modus getar (mode shape). Analisis dinamik merupakan satu kemampuan pilihan dari MSC- NASTRAN untuk Windows yang memudahkan untuk meneliti pembebanan struktur yang bervariasi terhadap waktu atau frekuensi. Semua struktur punya frekuensi natural, dan kalau struktur dieksitasi pada atau mendekati salah satu frekuensi ini maka respons amplitudo yang sangat tinggi dapat terjadi. Oleh sebab itu, perlu untuk memastikan pada perancangan struktur bahwa frekuensi eksitasi dan resonansi tidak dekat dengan satu sama lain. Dua aspek dasar dari analisis dinamik membedakan dari analisis statik. Pertama, pembebanan dinamik diterapkan sebagai satu fungsi waktu atau frekuensi. Kedua, penerapan pembebanan dengan waktu dan frekuensi bervariasi mempengaruhi bervariasinya waktu atau frekuensi respon (perpindahan, kecepatan, percepatan, gaya, dan tegangan. Dengan melakukan analisis tanggapan waktu (transient response analysis) perilaku dari sebuah struktur karena eksitasi dari waktu ke waktu dihitung. Analisa tanggapan frekuensi (frequency response analysis) menghitung tanggapan struktur karena eksitasi secara osilasi dalam keadaan tunak. 2.4 Analisis Getaran Dinamik Struktur Pembuatan desain yang ideal dituntut mampu menggambarkan keadaan yang sebenarnya, tetapi dilain pihak juga mampu memberikan pemecahan yang lebih mudah secara matematis. Pemodelan dengan konsep tersebut dinamakan model analitik struktur. Apabila telah diperoleh model analitik struktur, maka dibangun model matematiknya agar dapat diketahui solusi yang diinginkan. Model analitik suatu struktur merupakan suatu pemodelan struktur yang mampu menggambarkan keadaan struktur yang sebenarnya. Model analitik suatu struktur berpijak pada geometri dan sifat sifat material struktur tersebut. Model matematik diperoleh berdasarkan hukum-hukum fisik (misalnya hukum gerak Newton) yang dialami oleh benda selama mengalami pembebanan. Model matematik memberikan satu atau lebih persamaanpersamaan gerak dalam bentuk persamaan differensial. Model kontinu menghasilkan persamaan diferensial parsial, sedangkan model parameter diskrit memberikan persamaan differensial biasa. Solusi respon dinamik diperoleh dengan memecahkan persamaan-persamaan differensial yang telah diturunkan dari model matematik. Dua tipe respon dinamik yang penting dalam aplikasi struktur adalah getaran bebas (free vibration) dan respon getaran paksa (forced vibration). Getaran bebas merupakan gerak yang dihasilkan dari kondisi awal, sedangkan getaran paksa dihasilkan dari input spesifik yang diberikan pada sistem oleh sumber berasal dari luar. Solusi respon dinamik getaran bebas yang diperoleh berupa frekuensi alami dan modus getar. Gambar 2 Proses Analisis Dinamik

4 2.5 Real Eigen Value Analysis Persamaan gerak getaran bebas pada sistem MDOF (multi degree of freedom) tanpa redaman dalam bentuk matriks sebagai : dengan adalah matriks massa dan merupakan matriks kekakuan global. Untuk menyelesaikan persamaan 11 diasumsikan sebuah solusi harmonik yaitu dengan merupakan eigenvector atau mode shape dan adalah frekuensi natural. Disamping bentuk harmonik menjadi kunci solusi numerik, bentuk ini juga berarti bahwa semua derajat kebebasan dari struktur bergetar dalam gerakan yang sama. Konfigurasi bentuk dasar struktur tidak berubah hanya amplitudo yang berubah. Jika penurunan diasumsikan solusi harmonik dilakukan dan disubstitusikan kedalam persamaan gerak, didapatkan bentuk sederhana menjadi Persamaan ini biasa disebut persamaan eigen, merupakan sebuah persamaan aljabar untuk komponen-komponen eigenvector dan bentuk bentuk dasar dari masalah nilai eigen. Bentuk dasar masalah nilai eigen adalah Dengan merupakan matriks segi empat, merupakan nilai eigen, I merupakan matriks identitas, dan x merupakan eigenvector. Pada analisis struktur, representasi dari kekakuan dan massa pada hasil persamaan eigen pada representasi fisik dari frekuensi natural dan mode shape. Oleh sebab itu, persamaan eigen ditulis dalam K,, dan M seperti ditunjukkan persamaan 15. Jika, maka solusi non trivial didapat. Dari sudut pandang rekayasa struktur masalah nilai eigen di-kurangi menjadi satu solusi persamaan bentuk, atau dengan. Determinan bernilai nol pada nilai eigen atau. Maka eigenvector yang memenuhi persamaan 13 dan berhubungan dengan masing masing eigenvalue. Maka persamaan 15 dapat ditulis Masing masing eigenvalue dan eigenvector mendefinisikan sebuah moda getaran bebas struktur. Subskrip i pada nilai eigen terkait frekuensi natural ke i sebagai dengan merupakan frekuensi natural ke dan. Jumlah nilai eigen dan vektor eigen sama dengan jumlah derajat kebebasan yang mempunyai massa atau jumlah derajat kebebasan dinamik. 2.6 Modal Transient Response Analysis Salah satu pendekatan yang digunakan untuk menghitung respons struktur terhadap waktu adalah modal transient response analysis. Metode ini menggunakan mode shape struktur untuk mengurangi ukuran, persamaan gerak yang tidak berpasangan (ketika modal atau redaman dianggap tidak ada), dan membuat inetgrasi numerik lebih efisien. Karena mode shape secara khusus dihitung sebagai karakteristik dari struktur, maka perhitungan modal transient response analysis didasarkan perhitungan normal mode analysis Sebagai langkah pertama perumusan yaitu mengubah variabel dari koordinat fisis (u) ke koordinat global (U) dengan Mode shape digunakan untuk mentransformasikan masalah dalam bentuk perilaku moda sebagai lawan dari perilaku titik titik. Persamaan 19 merepresentasikan sebuah persamaan jika semua moda digunakan. Namun,karena semua moda jarang digunakan persamaan umumnya merepresentasikan pendekatan. Untuk memprosesnya, redaman secara temporer dianggap tidak ada sehingga persamaan gerak Jika koordinat fisis pada persamaan 19disubtitusikan ke persamaan 20 maka didapatkan Persamaan 21 merupakan persamaan gerak dalam modal koordinat dan masih berpasangan. Untuk membuat persamaan 21 menjadi tidak berpasangan maka persamaan harus dikalikan dengan sehingga persamaan gerak dalam koordinat modal yang tidak berpasangan Dari persamaan 22 diketahui bahwa merupakan matriks massa tergeneralisasi, matriks kekakuan tergeneralisasi dan vektor gaya tergeneralisasi. Langkah terakhir menggunakan sifat sifat ortogonalitas dari modus getar (mode shape) untuk memformulasikan persamaan gerak dalam bentuk

5 masa tergeneralisasi dan matrik kekakuan yaitu matrik diagonal. Oleh karena itu, dalam bentuk ini, persamaan modal adalah tidak berpasangan. Pada bentuk ini, persamaan gerak ditulis sebagai sistem dengan satu derajat kebebasan (SDOF) tidak berpasangan sebagai 2.7 Modal Frequency Response Analysis Frequensi response analysis merupakan sebuah metode yang digunakan untuk menghitung respons struktur karena eksitasi osilasi steady state. Contoh eksitasi osilasi dapat berupa mesin yang berotasi, roda yang tidak seimbang, dan blade helikopter. Secara eksplisit eksitasi didefinisikan dalam domain frekuensi. Semua gaya yang diterapkan diketahui di masing-masing frekuensi. Di alam, pembebanan osilasi berbentuk sinusoidal. Berarti pembebanan mempunyai amplitudo pada frekuensi spesifik. Respons dan pembebanan terjadi pada frekuensi yang sama. Respons dapat mengalami pergeseran dalam waktu karena redaman pada sistem. Pergeseran dalam respons disebut pergeseran fase, yang disebabkan puncak pembebanan dan puncak respon tidak terjadi pada waktu yang sama. Pada modal frequency response analysis, langkah perumusan sama dengan modal transient response analysis. Perbedaan mendasar terletak pada domain yang digunakan. Dengan mengganti domain waktu dengan domain frekuensi didapatkan persamaan umum getaran sebagai, Dari analogi persamaan 22 didapatkan persamaan gerak tidak berpasangan dalam domain frekuensi Metode elemen hingga digunakan dalam analisis dinamik dengan cara mendiskritisasi struktur. Prinsip dasar metode ini adalah membagi sistem kontinu menjadi bagian (elemen-elemen) yang lebih sederhana dan berhingga. Tiap elemen memiliki sejumlah titik-titik kunci yang disebut sebagai node yang mengendalikan kekakuan elemen. Pendekatan ini memungkinkan kita mengubah permasalahan suatu sistem yang memiliki derajat kebebasan tak terhingga menjadi sistem dengan derajat kebebasan berhingga.walaupun demikian, dalam proses analisisnya sedapat mungkin melibatkan jumlah node yang cukup banyak agar diperoleh solusi yang cukup akurat. III. METODOLOGI Langkah pertama dalam analisis dinamik adalah modal analisis untuk menentukan frekuensi natural dan modus getar (mode shape) struktur. Dalam beberapa hal frekuensi natural dan mode shape struktur memberikan informasi yang cukup untuk menentukan desain. Selanjutnya menentukan respons paksa. Solusi dinamik menggambarkan pembebanan dinamik yang diterapkan. Struktur dapat di kelompokkan kedalam sejumlah pembebanan dinamik yang berbeda beda dengan pendekatan khusus. Hasil dari analisis getaran paksa di evaluasi berkaitan dengan desain sistem. Perubahan ini kemudian diterapkan ke model dan parameter analisis untuk menunjukkan iterasi lain pada desain. Proses pengulangan dilakukan hingga desain diterima, dan memenuhi proses desain. MULAI PEMODELAN ELEMEN NORMAL MODE ANALYSIS HASIL MEMUASKAN FORCED RESPONSE ANALYSIS HASIL MEMUASKAN SELESAI MULAI STICK MODEL DAN FINITE ELEMENT MODEL SOL 103 (MSC NASTRAN) HASIL MEMUASKAN SOL 111 dan SOL 112 (MSC NASTRAN) HASIL MEMUASKAN SELESAI Gambar 3 Diagram Aliran Penelitian Tugas Akhir Model struktur pesawat dan struktur flir ditunjukkan pada gambar 2 dan 3. Pemodelan yang digunakan berupa stick model dan finite element model. Stick model, biasanya menggunakan elemen beam untuk memodelkan struktur dengan massa terkumpul terdistribusi di sepanjang balok (beam) tersebut, sedangkan finite element model digunakan untuk merepresentasikan sifat-sifat masa yang didefinisikan pada masing masing node. Pada tugas akhir ini sistem koordinat yang digunakan adalah sumbu x (ke kanan), y (searah aliran, ke belakang), z (ke atas). 3.1 Pemodelan Struktur FLIR dan CN M Stick model digunakan untuk memodelkan bagian fuselage, sayap, ekor horisontal, ekor vertikal dan mesin propulsi. Fuselage sepanjang meter dimodelkan sebagai elemen balok (beam) panjang yang terbagi dalam elemen-elemen. Pada sepanjang elemen beam ini terdapat massa terkumpul. Seperti pada fuselage, struktur sayap dimodelkan sebagai elemen beam dengan massa terkumpul di sepanjang

6 elemen tersebut. Sayap pesawat ini mempunyai rentang sepanjang meter. Pada sayap terdapat mesin sebagai power plant, mesin dimodelkan sebagai elemen balok (beam) yang satu dengan yang lainnya dihubungkan dengan elemen batang (bar). Demikian pula dengan bagian ekor dan ekor horisontal, pada bagian ekor elemen balok (beam) mewakili kerangka penopang utama. Pemodelan flir support structure ditunjukkan gambar 4 pada model ini digunakan model elemen hingga (finite elemen hingga), dengan model seperti ini diharapkan mendekati keadaan sebenarnya. Struktur dimodelkan sebagai kerangka penopang menggunakan elemen beam (balok) untuk menghubungakan antara elemen balok digunakan elemen bar (batang). Kerangka ditutup dengan kulit, yang dimodelkan sebagai membrane yang mempunyai karateristik yang sama ke semua arah (isoparametric membrane bending element). Dalam elemen hingga biasanya diwakili dengan elemen segitiga dan elemen segiempat. F14 F Pembebanan dari Propeller CN M menggunakan 2 buah mesin turbo prop dengan 4 bilah (blade) baling-baling di tiap mesin. Frekuensi yang dihasilkan mesin tersebut adalah Hz. Pada frequency response analysis, inputan eksitasi didefinisikan sebagai fungsi frekuensi dan untuk transient response analysis inputan eksitasi didefinisikan sebagai fungsi waktu. Pada gambar 5 dan gambar 6 dijelaskan input data dengan asumsi struktur akan bergetar karena input eksitasi mesin mempunyai single peak kecepatan yang konstan dengan amplitude 5 inch/sec pada frekuensi rendah Hz dan 2 inch/sec pada frekuensi tinggi Hz. Kecepatan getaran keseluruhan pada puncak amplitude tunggal, pada frekuensi Hz untuk vertikal, lateral dan radial 2.0 inch/sec Kecepatan getaran overall puncak amplitude tunggal, pada frekuensi Hz untuk vertikal, lateral dan radial 5.0 inch/sec. Pada domain waktu, struktur bergetar dalam input eksitasi mesin yang mempunyai amplitudo konstan 3.5 inchi/detik untuk waktu kurang 5 sec VELOCITY (IPS) Gambar 4 Struktur FLIR pada frame 14 dan FREQUENCY (HZ) Gambar 7 Kecepatan Propeller Overall Pada Frekuensi Hz 3.00 VELOCITY (IPS) Gambar 5 CN M NAU5 MSC/NASTRAN Dynamic Structural Modeling FREQUENCY (HZ) Gambar 8 Kecepatan Propeller Overall Pada Frekuensi Hz Gambar 6 Flir Support Structure MSC/NASTRAN Finite Element Modeling Gambar 9 Overall Vibratory Velocity (in 5 sec.

7 IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Frekuensi Natural dan Modus Getar (Mode Shape) Pesawat Dengan perangkat lunak MSC Patran- Nastran didapatkan data-data hasil simulasi, antara lain frekuensi natural pesawat, modus getar pesawat, serta percepatan flir. Frekuensi natural dan modus getar pesawat didapat ketika pesawat dianggap dalam keadaan tidak mengalami gangguan atau pembebanan dari manapun, pesawat dalam getaran bebas. Dari perhitungan perangkat lunak MSC Nastran didapatkan 10 nilai frekuensi natural pertama pada pesawat CN M sepertui pada tabel 2. Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa modus getar tiap frekuensi berbeda-beda. Pada frekuensi rendah terjadi rigid body sedangkan pada frekuensi lebih tinggi terjadi modus wing bending dan modus fuselage lateral torsional. Jika perhitungan diteruskan akan didapat modus-modus yang lain. Rigid body mode merupakan suatu modus dimana elemen elastiknya tidak terdeformasi, pada keadaan ini struktur bebas bergerak tanpa terdeformasi. Pada masalah nilai eigen, struktur yang bergerak dalam kondisi benda tegar memberikan nilai eigen sebesar 0. Sehingga secara matematis harga eigen tersebut dihasilkan dari matriks kekakuan yang singular Tabel 1 Frekuensi Natural Pesawat CN-235 Modus Frekuensi Jenis Modus Hz x10 Rigid Body x10 Rigid Body x10 Rigid Body x10 Rigid Body x10 Rigid Body x10 Rigid Body Wing Bending Fuselage Lateral Torsional Fuselage Lateral Torsional Wing Bending Dari frekuensi natural didapatkan modus getar pesawat. Modus getar pada frekuensi natural pesawat disimulasikan melalui software MSC Patran. Modus getar pertama sampai modus getar pesawat keenam merupakan rigid body mode. Gambar 10 menunjukkan kondisi pesawat dalam modus benda tegar pada frekuensi 4.14x10-5 Hz. Sedangkan pada modus getar ketujuh pada sayap terjadi vertical bending. Pemberian gaya eksitasi disekitar frekuensi natural harus dihindari. Hal ini dilakukan untuk mencegah efek resonansi struktur pesawat terbang. Jika efek resonansi terjadi maka akan terjadi getaran yang sulit diredam dan juga superposisi getaran yang berakibat kerusakan struktur. Jika ditinjau dari frekuensi natural, ketika suatu struktur dikenai gaya eksitasi dengan amplitudo besar namun sangat jauh dari frekuensi natural maka gaya yang dikenakan tersebut masih bisa diredam, sebaliknya ketika gaya eksitasi mempunyai amplitudo kecil namun memiliki frekuensi natural yang mendekati atau sama dengan frekuensi naturalnya maka akan terjadi getaran yang sulit diredam Gambar 10 Modus Getar Ketiga Pada Frekuensi 4.14x10-5 Hz Gambar 11 Modus Getar Ketujuh Pada Frekuensi 3.50 Hz 4.2 Percepatan Flir Dengan Modal Transient Analysis Modal transient analysis dilakukan untuk mengetahui respons pada flir akibat pembabanan berdasarkan perubahan waktu. Respons yang dimaksud adalah percepatan atau level getaran. Simulasi dila-kukan dengan membandingkan percepatan ketika flir diberi input sinusoidal yaitu berupa getaran rotasi dari propeller. Dari analisis didapatkan percepatan flir selama 5 detik, yaitu percepatan aksial ke arah x, percepatan lateral ke arah y, dan percepatan vertikal ke arah z. Besarnya percepatan flir pada setiap arah ditunjukkan gambar 10, gambar 11 dan gambar 12. Dari gambar 10, 11 dan 12, terlihat bahwa getaran yang mempunyai nilai lebih besar adalah getaran ke arah y dan arah z, sedangkan getaran ke arah x tidak sebesar getaran ke arah y dan z. Hal ini disebabkan gerakan sumber pembebanan searah dengan komponen sumbu x dan y. Berdasar gambar 9 percepatan aksial maksimum sebesar 0.02 g terjadi pa-da detik ke 1.35, 1.66, 2.30, dan Sedangkan pada gambar 10 menunjukkan percepatan lateral, berdasar grafik tersebut percepatan maksimum sebesar 0.09 g pada detik ke Pada gambar 11 menunjukkan percepatan

8 vertikal maksimum, de-\ngan percepatan maksimum terjadi pada detik ke 0.9 dan 1.11 sebesar 0.1g. Gambar 12 Level Getaran Flir Support Structure pada Arah x dalam Waktu 5 Detik Gambar 16 Level Getaran Flir Support Structure Respons Frekuensi dengan Percepatan Lateral (y) Gambar 13 Level Getaran Flir Support Structure pada Arah y dalam Waktu 5 Detik Gambar 14 Level Getaran Flir Support Structure pada Arah z dalam Waktu 5 Detik 4.3 Percepatan Flir Dengan Frequency Response Analysis Gambar 15Level Getaran Flir Support Structure Respons Frekuensi dengan Percepatan Aksial (x) Gambar 17 Level Getaran Flir Support Structure Respons Frekuensi dengan Percepatan Lateral (z) Dengan respons frequency analysis akan diketahui respons flir akibat pembebanan propeller tiap frekuensi. Perhitungan dilakukan dalam interval frekuensi 0 hingga 500 Hz. Didapatkan tiga percepatan yaitu ke arah aksial, lateral dan vertikal. Dari gambar 12, 13 dan 14 dapat dikatakan bahwa flir akan mengalami gangguan pada frekuensi Hz. Namun diatas frekuensi tersebut gangguan yang terjadi sangat kecil. Secara teori pembebanan pada frekuensi rendah akan menyebabkan respons sistem yang lebih besar dibandingkan dengan pembebanan pada frekuensi tinggi. Hal ini dapat terlihat pada gambar 13, 14 dan 15. Bahwa pada ketiga arah tersebut flir mengalami gangguan yang lebih besar di frekuensi yang rendah. Dengan modal frequency analysis akan ditentukan percepatan flir dalam arah x, arah y, dan arah z. Pada frequency respons analysis ini diketahui bahwa frekuensi maksimum dalam arah x adalah g pada frekuensi 23 Hz. Sedangkan pada arah y sebesar g pada frekuensi 22 Hz. Pada arah z sebesar g pada frekuensi 44 Hz. Sama seperti pada transient response analysis bahwa level getaran pada flir cendering besar ke arah z. Hal ini terkait dengan bidang pemasangan propeller. Getaran pada frekuensi kurang dari 50 Hz memberikan getaran yang lebih besar dibandingkan dengan getaran di frekuensi yang lebih tinggi. Frekuensi frekuensi yang memiliki getaran maksimum merupakan frekuensi yang mendekati frekuensi natural pesawat. Hal ini dapat menyebabkan osilasi sehingga menimbulkan percepatan yang lebih besar dibandingkan pada frekuensi yang lain.

9 5.1 Kesimpulan V.PENUTUP Dari analisis yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan dari tugas akhir ini antara lain, 1. Telah didapatkan sepuluh frekuensi natural ditunjukkan pada tabel 4.1 dan modus getar pesawat CN M, dari modus getar pesawat ini dapat diperkirakan karakteristik dinamik pesawat. 2. Pada analisis dalam domain waktu, didapatkan respons percepatan flir selama 5 detik, level getaran ke arah sumbu z lebih besar di bandingkan ke arah sumbu x dan y dengan percepatan maksimum sebesar g ke arah sumbu z translasi terjadi pada detik ke Pada analisis dalam domain frekuensi, didapatkan respons percepatan flir pada frekuensi Hz. Dari analisis diketahui bahwa, percepatan maksimum sebesar g terjadi pada frekuensi 44 Hz ke arah sumbu z. 5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan, beberapa hal yang disarankan untuk penelitian selanjutnya yaitu, 1. Untuk lebih banyak mendapatkan modus getar pesawat yang lebih banyak maka penentuan frekuensi natural juga perlu diperbanyak, sehingga dapat diketahui modus modus yang lain. 2. Analisis getaran yang perlu dilakukan selanjutnya adalah menggunakan random analysis, hal ini dilakukan karena dalam keadaan real gangguan tidak hanya bersumber dari satu sumber tetapi dari banyak sumber. 3. Jika random analysis telah dilakukan maka akan didapatkan power spectral density (PSD), hubungan antara frekuensi (Hz) dengan percepatan (g 2 ), yang selanjutnya dapat dibandingkan dengan kriteria dari vendor. 4. Untuk mengetahui usia dari struktur sampai mengalami kelelahan dan rusak maka dapat dilakukan fatigue analysis. DAFTAR PUSTAKA 1. PT. Dirgantara Indonesia, Marketing & Sales Division CN Product Definition. 2. Liu, G.R dan Quek S.S.2003.The Finite Element Methode : A Practical Course. Oxford : Butterworth Heinemann 3. Sitton, Grant MSC/NASTRAN Basic Dynamic Analysis User s Guide. USA : The Macneal-Schwendler Corporation. 4. Susatio, Yerri Dasar-Dasar Metode Elemen Hingga. Yogyakarta : Penerbit Andi. 5. Thomson, T William Theory of Vibration with Application. New Delhi GE CT7-9D Turboprop Engine Maintanance Manual CN M MPA Vibration Analyssis. BIODATA PENULIS Penulis berasal dari Pacitan, merupakan anak keenam dari enam bersaudara. Penulis menempuh pendidikan formal di SDN 1 Ngadirojo, SLTP Negeri 1 Ngadirojo, SMA Negeri 1 Ngadirojo, kemudian melanjutkan pendidikan S1 di Jurusan Teknik Fisi-ka ITS Surabaya pada tahun 2004 dengan pilihan bidang minat Rekayasa Akustik dan Fisika Bangunan. Kecintaan penulis terhadap struktur dan vibrasi terutama dalam bidang industri pesawat terbang,. Selama kuliah di jurusan Teknik Fisika, penulis aktif di Laboratorium Rekayasa Akustik dan Fisika Bangunan.

Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga

Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) 2337-3520 (2301-928X Print) A-13 Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga Vimala Rachmawati dan Kamiran Jurusan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DINAMIK STRUKTUR ROKET RKN BERTINGKAT PADA KONDISI TERBANG-BEBAS (FREE FLYING)

KARAKTERISTIK DINAMIK STRUKTUR ROKET RKN BERTINGKAT PADA KONDISI TERBANG-BEBAS (FREE FLYING) Karakteristik Dinamik Struktur Roket RKN. (Sugiarmadji HPS) KARAKTERISTIK DINAMIK STRUKTUR ROKET RKN BERTINGKAT PADA KONDISI TERBANG-BEBAS (FREE FLYING) Sugiarmadji HPS Peneliti Pusat Teknologi Wahana

Lebih terperinci

(Mia Risti Fausi, Ir. Yerri Susatio, MT, Dr. Ridho Hantoro)

(Mia Risti Fausi, Ir. Yerri Susatio, MT, Dr. Ridho Hantoro) PERHITUNGAN FREKUENSI NATURA TAPERED CANTIEVER DENGAN PENDEKATAN METODE EEMEN HINGGA (Mia Risti Fausi, Ir. Yerri Susatio, MT, Dr. Ridho Hantoro) Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri Institut

Lebih terperinci

Bab V Kesimpulan dan Saran

Bab V Kesimpulan dan Saran Bab V Kesimpulan dan Saran V.1 Kesimpulan Studi pada tesis ini menyoroti beberapa prinsip pemodelan struktur yang sering dilakukan. Prinsip-prinsip pemodelan yang sudah menjadi kebiasaan ini diuraikan

Lebih terperinci

Studi Pengaruh Penambahan Dual Dynamic Vibration Absorber (DDVA)-Dependent Terhadap Respon Getaran Translasi Dan Rotasi Pada Sistem Utama 2-DOF

Studi Pengaruh Penambahan Dual Dynamic Vibration Absorber (DDVA)-Dependent Terhadap Respon Getaran Translasi Dan Rotasi Pada Sistem Utama 2-DOF Studi Pengaruh Penambahan Dual Dynamic Vibration Absorber (DDVA)-Dependent Terhadap Respon Getaran Translasi Dan Rotasi Pada Sistem Utama 2-DOF Talifatim Machfuroh 1,*, Harus Laksana Guntur 2 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

GETARAN BEBAS PADA BALOK KANTILEVER. Kusdiman Joko Priyanto. Abstrak. Kata kunci : derajad kebebasan, matrik massa, waktu getar alamai

GETARAN BEBAS PADA BALOK KANTILEVER. Kusdiman Joko Priyanto. Abstrak. Kata kunci : derajad kebebasan, matrik massa, waktu getar alamai GTARAN BBAS PADA BAOK KANTIVR Kusdiman Joko Priyanto Abstrak Pada dasarnya sistem pegas massa dengan satu derajat kebebasan (single degree of freedom) merupakan sebuah konsep dasar yang diperlukan dalam

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN RESPONS BENTURAN

BAB III PEMODELAN RESPONS BENTURAN BAB III PEMODELAN RESPONS BENTURAN 3. UMUM Struktur suatu bangunan tidak selalu dapat dimodelkan dengan Single Degree Of Freedom (SDOF), tetapi lebih sering dimodelkan dengan sistem Multi Degree Of Freedom

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Pada beberapa tahun belakangan ini seiring dengan berkembangnya teknologi komputer dengan prosesor berkecepatan tinggi dan daya tampung memori yang besar, komputasi

Lebih terperinci

Pengaruh Perubahan Posisi Sumber Eksitasi dan Massa DVA dari Titik Berat Massa Beam Terhadap Karakteristik Getaran Translasi dan Rotasi

Pengaruh Perubahan Posisi Sumber Eksitasi dan Massa DVA dari Titik Berat Massa Beam Terhadap Karakteristik Getaran Translasi dan Rotasi Pengaruh Perubahan Posisi Sumber Eksitasi dan Massa DVA dari Titik Berat Massa Beam Terhadap Karakteristik Getaran Translasi dan Rotasi Abdul Rohman 1,*, Harus Laksana Guntur 2 1 Program Pascasarjana Bidang

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA STRUKTUR

BAB 3 DINAMIKA STRUKTUR BAB 3 DINAMIKA STRUKTUR Gerakan dari struktur terapung akan dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya, dimana terdapat gaya gaya luar yang bekerja pada struktur dan akan menimbulkan gerakan pada struktur. Untuk

Lebih terperinci

iii Banda Aceh, Nopember 2008 Sabri, ST., MT

iii Banda Aceh, Nopember 2008 Sabri, ST., MT ii PRAKATA Buku ini menyajikan pembahasan dasar mengenai getaran mekanik dan ditulis untuk mereka yang baru belajar getaran. Getaran yang dibahas di sini adalah getaran linier, yaitu getaran yang persamaan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENGHALUSAN JARING ELEMEN SEGITIGA REGANGAN KONSTAN SECARA ADAPTIF

PENGEMBANGAN PENGHALUSAN JARING ELEMEN SEGITIGA REGANGAN KONSTAN SECARA ADAPTIF PENGEMBANGAN PENGHALUSAN JARING ELEMEN SEGITIGA REGANGAN KONSTAN SECARA ADAPTIF Kevin Tjoanda 1, Wong Foek Tjong 2, Pamuda Pudjisuryadi 3 ABSTRAK : Penelitian ini menghasilkan program matlab yang mampu

Lebih terperinci

ANALISA RESPON HARMONIK STRUKTUR POROS PROPELLER KAPAL MENGGUNAKAN ANSYS WORKBENCH 14.5

ANALISA RESPON HARMONIK STRUKTUR POROS PROPELLER KAPAL MENGGUNAKAN ANSYS WORKBENCH 14.5 ANALISA RESPON HARMONIK STRUKTUR POROS PROPELLER KAPAL MENGGUNAKAN ANSYS WORKBENCH 14.5 Wahyu Nirbito 1),, Triwahyu Rahmatu Januar 1)* 1) Fakultas Teknik, Depok, Indonesia *Kontak penulis Tel: +62 8569136764

Lebih terperinci

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.1, Januari 2015 (1-7) ISSN:

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.1, Januari 2015 (1-7) ISSN: KESTABILAN SOLUSI NUMERIK SISTEM BERDERAJAT KEBEBASAN TUNGGAL AKIBAT GEMPA DENGAN METODE NEWMARK (Studi Kasus: Menghitung Respons Bangunan Baja Satu Tingkat) Griebel H. Rompas Steenie E. Wallah, Reky S.

Lebih terperinci

Talifatim Machfuroh 4

Talifatim Machfuroh 4 PENGARUH PENAMBAHAN DUAL DYNAMIC VIBRATION ABSORBER (DDVA)- DEPENDENT DALAM PEREDAMAN GETARAN PADA SISTEM UTAMA 2-DOF Talifatim Machfuroh 4 Abstrak: Suatu sistem yang beroperasi dapat mengalami getaran

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Pemodelan Numerik Respons Benturan Tiga Struktur Akibat Gempa BAB I PENDAHULUAN

Laporan Tugas Akhir Pemodelan Numerik Respons Benturan Tiga Struktur Akibat Gempa BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Saat ini lahan untuk pembangunan gedung yang tersedia semakin lama semakin sedikit sejalan dengan bertambahnya waktu. Untuk itu, pembangunan gedung berlantai banyak

Lebih terperinci

BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT

BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT 2.1 KONSEP PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RAWAN GEMPA Pada umumnya struktur gedung berlantai banyak harus kuat dan stabil terhadap berbagai macam

Lebih terperinci

I.1 Latar Belakang I-1

I.1 Latar Belakang I-1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Berbagai jenis struktur, seperti terowongan, struktur atap stadion, struktur lepas pantai, maupun jembatan banyak dibentuk dengan menggunakan struktur shell silindris.

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIK DINAMIK STRUKTUR ROKET BERTINGKAT RX-420/RX-250 PADA KONDISI FREE- FLYING DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISIS KARAKTERISTIK DINAMIK STRUKTUR ROKET BERTINGKAT RX-420/RX-250 PADA KONDISI FREE- FLYING DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA ANALISIS KARAKTERISTIK DINAMIK STRUKTUR ROKET BERTINGKAT RX-420/RX-250 PADA KONDISI FREE- FLYING DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Setiadi Peneliti Pusat Teknologi Wahana Dirgantara, LAPAN e-mail

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) F 132

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) F 132 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F 132 Pemodelan dan Analisa Reduksi Respon Getaran Translasi pada Sistem Utama dan Energi Listrik yang Dihasilkan oleh Mekanisme

Lebih terperinci

PERHITUNGAN FREKUENSI NATURAL TAPERED CANTILEVER DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA

PERHITUNGAN FREKUENSI NATURAL TAPERED CANTILEVER DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA Seminar Tugas Akhir PERHITUNGAN FREKUENSI NATURAL TAPERED CANTILEVER DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA Oleh : Mia Risti Fausi 2409 105 016 Pembimbing I: Ir. Yerri Susatio, MT Pembimbing II: Dr. Ridho

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN SISTEM POROS-ROTOR

BAB III PEMODELAN SISTEM POROS-ROTOR BAB III PEMODELAN SISTEM POROS-ROTOR 3.1 Pendahuluan Pemodelan sistem poros-rotor telah dikembangkan oleh beberapa peneliti. Adam [2] telah menggunakan formulasi Jeffcot rotor dalam pemodelan sistem poros-rotor,

Lebih terperinci

APLIKASI METODE RESPON SPEKTRUM DENGAN METODE TEORITIS DENGAN EXCEL DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM SOFTWARE

APLIKASI METODE RESPON SPEKTRUM DENGAN METODE TEORITIS DENGAN EXCEL DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM SOFTWARE APLIKASI METODE RESPON SPEKTRUM DENGAN METODE TEORITIS DENGAN EXCEL DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM SOFTWARE Tugas Akhir Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi Syarat untuk menempuh ujian sarjana

Lebih terperinci

SISTEM IDENTIFIKASI STRUKTUR DENGAN MENGGUNAKAN METODE FREQUENCY DOMAIN DECOMPOSITION-NATURAL EXCITATION TECHNIQUE

SISTEM IDENTIFIKASI STRUKTUR DENGAN MENGGUNAKAN METODE FREQUENCY DOMAIN DECOMPOSITION-NATURAL EXCITATION TECHNIQUE Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 SISTEM IDENTIFIKASI STRUKTUR DENGAN MENGGUNAKAN METODE FREQUENCY DOMAIN DECOMPOSITION-NATURAL EXCITATION TECHNIQUE Richard

Lebih terperinci

APLIKASI METODE ELEMEN HINGGA UNTUK ANALISA STRUKTUR STATIK LINIER DENGAN PROGRAM MSC/NASTRAN

APLIKASI METODE ELEMEN HINGGA UNTUK ANALISA STRUKTUR STATIK LINIER DENGAN PROGRAM MSC/NASTRAN APLIKASI METODE ELEMEN HINGGA UNTUK ANALISA STRUKTUR STATIK LINIER DENGAN PROGRAM MSC/NASTRAN Heru Suryanto * Pendahuluan Dalam suatu desain struktur, kekuatan struktur merupakan hal yang paling diperhatikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Beban Dinamik Menurut Widodo (2001), Beban dinamik merupakan beban yang berubah-ubah menurut waktu (time varying) sehingga beban dinamik merupakan fungsi dari waktu.

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Tipikal struktur mekanika (a) struktur batang (b) struktur bertingkat [2]

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Tipikal struktur mekanika (a) struktur batang (b) struktur bertingkat [2] BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Elemen Hingga Analisa kekuatan sebuah struktur telah menjadi bagian penting dalam alur kerja pengembangan desain dan produk. Pada awalnya analisa kekuatan dilakukan dengan

Lebih terperinci

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Holpp, Larry dan Pande P.S Berpikir Cepat Six Sigma. Yogyakarta: Andi. Marimin Teknik Dan Aplikasi

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Holpp, Larry dan Pande P.S Berpikir Cepat Six Sigma. Yogyakarta: Andi. Marimin Teknik Dan Aplikasi Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Holpp, arry dan Pande P.S. 003. Berpikir Cepat Six Sigma. Yogyakarta: Andi. Marimin. 004. Teknik Dan Aplikasi Pengambilan eputusan riteria Majemuk. Bandung: Grasindo. Narbuko,

Lebih terperinci

Pemodelan Distribusi Suhu pada Tanur Carbolite STF 15/180/301 dengan Metode Elemen Hingga

Pemodelan Distribusi Suhu pada Tanur Carbolite STF 15/180/301 dengan Metode Elemen Hingga Pemodelan Distribusi Suhu pada Tanur Carbolite STF 15/180/301 dengan Metode Elemen Hingga Wafha Fardiah 1), Joko Sampurno 1), Irfana Diah Faryuni 1), Apriansyah 1) 1) Program Studi Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

No Dokumen Revisi Ke: Dokumen Level: 3 PANDUAN Tanggal Berlaku: RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Halaman 1

No Dokumen Revisi Ke: Dokumen Level: 3 PANDUAN Tanggal Berlaku: RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Halaman 1 RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Halaman 1 Identitas Mata Kuliah Course Identity Kode mata kuliah Course code : TKS24002 Bobot satuan kredit semester (sks) :3 Course credit unit : 3 Semester : Semester

Lebih terperinci

Getaran Mekanik. Getaran Bebas Tak Teredam. Muchammad Chusnan Aprianto

Getaran Mekanik. Getaran Bebas Tak Teredam. Muchammad Chusnan Aprianto Getaran Mekanik Getaran Bebas Tak Teredam Muchammad Chusnan Aprianto Getaran Bebas Getaran bebas adalah gerak osilasi di sekitar titik kesetimbangan dimana gerak ini tidak dipengaruhi oleh gaya luar (gaya

Lebih terperinci

Studi dan Simulasi Getaran pada Turbin Vertikal Aksis Arus Sungai

Studi dan Simulasi Getaran pada Turbin Vertikal Aksis Arus Sungai JURNAL TEKNIK POMITS Vol, No, () -6 Studi dan Simulasi Getaran pada Turbin Vertikal Aksis Arus Sungai Anas Khoir, Yerri Susatio, Ridho Hantoro Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi

Lebih terperinci

Redesign Sistem Peredam Sekunder dan Analisis Pengaruh Variasi Nilai Koefisien Redam Terhadap Respon Dinamis Kereta Api Penumpang Ekonomi (K3)

Redesign Sistem Peredam Sekunder dan Analisis Pengaruh Variasi Nilai Koefisien Redam Terhadap Respon Dinamis Kereta Api Penumpang Ekonomi (K3) E33 Redesign Sistem Peredam Sekunder dan Analisis Pengaruh Variasi Nilai Koefisien Redam Terhadap Respon Dinamis Kereta Api Penumpang Ekonomi (K3) Dewani Intan Asmarani Permana dan Harus Laksana Guntur

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) Mata Kuliah Kode Mata Kuliah SKS Durasi Pertemuan Pertemuan ke : Dinamika Struktur & Pengantar Rekayasa Kegempaan : TSP-302 : 3 (tiga) : 150 menit : 1 (Satu) A. Kompetensi:

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR Umum. Secara konvensional, perencanaan bangunan tahan gempa dilakukan

BAB II TEORI DASAR Umum. Secara konvensional, perencanaan bangunan tahan gempa dilakukan BAB II TEORI DASAR 2.1. Umum Secara konvensional, perencanaan bangunan tahan gempa dilakukan berdasarkan konsep bagaimana meningkatkan kapasitas tahanan struktur terhadap gaya gempa yang bekerja padanya.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Gempa Bumi

BAB III LANDASAN TEORI. A. Gempa Bumi BAB III LANDASAN TEORI A. Gempa Bumi Gempa bumi adalah bergetarnya permukaan tanah karena pelepasan energi secara tiba-tiba akibat dari pecah/slipnya massa batuan dilapisan kerak bumi. akumulasi energi

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KERUSAKAN STRUKTUR PORTAL 2 DIMENSI DENGAN METODE FREQUENCY RESPONS FUNCTION (FRF) THESIS

IDENTIFIKASI KERUSAKAN STRUKTUR PORTAL 2 DIMENSI DENGAN METODE FREQUENCY RESPONS FUNCTION (FRF) THESIS IDENTIFIKASI KERUSAKAN STRUKTUR PORTAL 2 DIMENSI DENGAN METODE FREQUENCY RESPONS FUNCTION (FRF) THESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar magister dari Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK USU MEDAN 2013

BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK USU MEDAN 2013 PERBANDINGAN ANALISIS STATIK EKIVALEN DAN ANALISIS DINAMIK RAGAM SPEKTRUM RESPONS PADA STRUKTUR BERATURAN DAN KETIDAKBERATURAN MASSA SESUAI RSNI 03-1726-201X TUGAS AKHIR Diajukan untuk Melengkapi Tugas

Lebih terperinci

ANALISIS CANTILEVER BEAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SOLUSI NUMERIK TUGAS KULIAH

ANALISIS CANTILEVER BEAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SOLUSI NUMERIK TUGAS KULIAH ANALISIS CANTILEVER BEAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SOLUSI NUMERIK TUGAS KULIAH Disusun sebagai salah satu syarat untuk lulus kuliah MS 4011 Metode Elemen Hingga Oleh Wisnu Ikbar Wiranto 13111074 Ridho

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Efektifitas dinding struktur dan core-wall untuk menahan momen yang

BAB II LANDASAN TEORI. Efektifitas dinding struktur dan core-wall untuk menahan momen yang BAB II LANDASAN TEORI Efektifitas dinding struktur dan core-wall untuk menahan momen yang diakibatkan oleh beban lateral, telah diakui kegunaannya selama beberapa dekade. Konfigurasi bentuk bangunan secara

Lebih terperinci

Gambar 1. Sistem pegas-massa diagram benda bebas

Gambar 1. Sistem pegas-massa diagram benda bebas GETARAN MEKANIK Pengertian Getaran Getaran adalah gerakan bolak-balik dalam suatu interval waktu tertentu. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan dengan gerak tersebut.

Lebih terperinci

Pemodelan Sistem Dinamik. Desmas A Patriawan.

Pemodelan Sistem Dinamik. Desmas A Patriawan. Pemodelan Sistem Dinamik Desmas A Patriawan. Tujuan Bab ini Mengulang Transformasi Lalpace (TL) Belajar bagaimana menemukan model matematika, yang dinamakan transfer function (TF). Belajar bagaimana menemukan

Lebih terperinci

Simulasi Peredaman Getaran Bangunan dengan Model Empat Tumpuan

Simulasi Peredaman Getaran Bangunan dengan Model Empat Tumpuan JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 1 Simulasi Peredaman Getaran Bangunan dengan Model Empat Tumpuan Fitriana Ariesta Dewi dan Ir. Yerri Susatio, MT Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alas pada kapal, body pada mobil, atau kendaraan semacamnya, merupakan contoh dari beberapa struktur pelat. Pelat-pelat tersebut

BAB I PENDAHULUAN. alas pada kapal, body pada mobil, atau kendaraan semacamnya, merupakan contoh dari beberapa struktur pelat. Pelat-pelat tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur pelat sering dijumpai sebagai dinding penyelubung rangka. Selubung atau cangkang dari pesawat terbang, dinding dan alas pada kapal, body pada mobil, atau kendaraan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) F-313

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) F-313 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (217) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) F-313 Studi Eksperimen Respon Reduksi Getaran Translasi dan Rotasi pada Sistem Utama dan Energy Density Mekanisme Cantilever Piezoelectric

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/naval JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro ISSN 2338-0322 Studi Karakteristik Getaran Global Kapal

Lebih terperinci

Pemodelan dan Analisis Simulator Gempa Penghasil Gerak Translasi

Pemodelan dan Analisis Simulator Gempa Penghasil Gerak Translasi JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F 164 Pemodelan dan Analisis Simulator Gempa Penghasil Gerak Translasi Tiara Angelita Cahyaningrum dan Harus Laksana Guntur Laboratorium

Lebih terperinci

Distribusi Medan Akustik dalam Domain Interior dengan Metode Elemen Batas (Boundary Element Method)

Distribusi Medan Akustik dalam Domain Interior dengan Metode Elemen Batas (Boundary Element Method) Distribusi Medan Akustik dalam Domain Interior dengan Metode Elemen Batas (Boundary Element Method) Tetti Novalina Manik dan Nurma Sari Abstrak: Dalam analisis akustik, kasus yang paling umum adalah menentukan

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing: 1. Tavio, ST, MS, Ph.D 2. Bambang Piscesa, ST, MT

Dosen Pembimbing: 1. Tavio, ST, MS, Ph.D 2. Bambang Piscesa, ST, MT PENGEMBANGAN PERANGKAT UNAK MENGGUNAKAN METODE EEMEN HINGGA UNTUK PERANCANGAN TORSI DAN GESER TERKOMBINASI PADA BAOK BETON BERTUANG Oleh: DIAR FAJAR GOSANA 317 1 17 Dosen Pembimbing: 1. Tavio, ST, MS,

Lebih terperinci

KAPAL JURNAL ILMU PENGETAHUAN & TEKNOLOGI KELAUTAN

KAPAL JURNAL ILMU PENGETAHUAN & TEKNOLOGI KELAUTAN http://ejournal.undip.ac.id/index.php/kapal 1829-8370 (p) 2301-9069 (e) KAPAL JURNAL ILMU PENGETAHUAN & TEKNOLOGI KELAUTAN Normal Modes Analysis of Global Vibration pada Kapal Ikan Tradisional Tipe Purse

Lebih terperinci

PENGARUH INERSIA COUPLE PADA PROPELLER TERHADAP GETARAN SISTEM PROPULSI KAPAL. Debby Raynold Lekatompessy * Abstract

PENGARUH INERSIA COUPLE PADA PROPELLER TERHADAP GETARAN SISTEM PROPULSI KAPAL. Debby Raynold Lekatompessy * Abstract PENGARUH INERSIA COUPLE PADA PROPELLER TERHADAP GETARAN SISTEM PROPULSI KAPAL Debby Raynold Lekatompessy * Abstract The problem of axial vibration and torsional vibration at the ship propulsion system

Lebih terperinci

PEMICU 1 29 SEPT 2015

PEMICU 1 29 SEPT 2015 PEMICU 1 9 SEPT 015 Kumpul 06 Okt 015 Diketahui: Data eksperimental hasil pengukuran sinyal vibrasi sesuai soal. Ditanya: a. Hitung persamaan karakteristiknya. b. Dapatkan putaran kritisnya c. Simulasikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Suatu prosedur design yang disediakan untuk menentukan kriteria penerimaan manusia akibat getaran lantai, bervariasi sesuai dengan bahan yang digunakan dalam konstruksi lantai.

Lebih terperinci

ANALISIS MODUS NORMAL DAN KEKUATAN STRUKTUR SIRIP MOTOR ROKET-168 DARI BAHAN AL-PLATE

ANALISIS MODUS NORMAL DAN KEKUATAN STRUKTUR SIRIP MOTOR ROKET-168 DARI BAHAN AL-PLATE ANALISIS MODUS NORMAL DAN KEKUATAN STRUKTUR SIRIP MOTOR ROKET-168 DARI BAHAN AL-PLATE Sugiarmadji HPS, Seliadi Peneliti Bidang Struktur Puslekwagan-LAPAN ABSTRACT Structural strength analysis on Motor

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANALISIS STATIK DAN ANALISIS DINAMIK PADA PORTAL BERTINGKAT BANYAK SESUAI SNI

PERBANDINGAN ANALISIS STATIK DAN ANALISIS DINAMIK PADA PORTAL BERTINGKAT BANYAK SESUAI SNI PERBANDINGAN ANALISIS STATIK DAN ANALISIS DINAMIK PADA PORTAL BERTINGKAT BANYAK SESUAI SNI 03-1726-2002 TUGAS AKHIR RICA AMELIA 050404014 BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK USU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik menuntut perkembangan model struktur yang variatif, ekonomis, dan aman. Hal

BAB I PENDAHULUAN. fisik menuntut perkembangan model struktur yang variatif, ekonomis, dan aman. Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Ilmu pengetahuan yang berkembang pesat dan pembangunan sarana prasarana fisik menuntut perkembangan model struktur yang variatif, ekonomis, dan aman. Hal tersebut menjadi mungkin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Desain yang baik dari sebuah airfoil sangatlah perlu dilakukan, dengan tujuan untuk meningkatkan unjuk kerja airfoil

BAB I PENDAHULUAN. Desain yang baik dari sebuah airfoil sangatlah perlu dilakukan, dengan tujuan untuk meningkatkan unjuk kerja airfoil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desain yang baik dari sebuah airfoil sangatlah perlu dilakukan, dengan tujuan untuk meningkatkan unjuk kerja airfoil itu sendiri. Airfoil pada pesawat terbang digunakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 DESKRIPSI UMUM Dalam bagian bab 4 (empat) ini akan dilakukan analisis dan pembahasan terhadap permasalahan yang telah dibahas pada bab 3 (tiga) di atas. Analisis akan

Lebih terperinci

2.1. Metode Matrix BAB 2 KONSEP DASAR METODE MATRIX KEKAKUAN Seperti telah diketahui, analisis struktur mencakup penentuan tanggap (respons) sistem struktur terhadap gaya maupun pengaruh luar yang bekerja

Lebih terperinci

KAJIAN EFEK PARAMETER BASE ISOLATOR TERHADAP RESPON BANGUNAN AKIBAT GAYA GEMPA DENGAN METODE ANALISIS RIWAYAT WAKTU DICKY ERISTA

KAJIAN EFEK PARAMETER BASE ISOLATOR TERHADAP RESPON BANGUNAN AKIBAT GAYA GEMPA DENGAN METODE ANALISIS RIWAYAT WAKTU DICKY ERISTA KAJIAN EFEK PARAMETER BASE ISOLATOR TERHADAP RESPON BANGUNAN AKIBAT GAYA GEMPA DENGAN METODE ANALISIS RIWAYAT WAKTU TUGAS AKHIR DICKY ERISTA 06 0404 106 BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS PRINSIP ENERGI PADA METODE ELEMEN HINGGA TINJAUAN PEMODELAN ELEMEN UNIAKSIAL KUADRATIK TERHADAP ELEMEN UNIAKSIAL KUBIK

ANALISIS PRINSIP ENERGI PADA METODE ELEMEN HINGGA TINJAUAN PEMODELAN ELEMEN UNIAKSIAL KUADRATIK TERHADAP ELEMEN UNIAKSIAL KUBIK ANALISIS PRINSIP ENERGI PADA METODE ELEMEN HINGGA TINJAUAN PEMODELAN ELEMEN UNIAKSIAL KUADRATIK TERHADAP ELEMEN UNIAKSIAL KUBIK Haryo Koco Buwono 1 *, Silva Octaviani Saputra 2 1,2 Teknik Sipil Universitas

Lebih terperinci

Ardi Noerpamoengkas Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Ardi Noerpamoengkas Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Ardi Noerpamoengkas 2106 100 101 Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Latar Belakang Teknologi pengembangan potensi energi gelombang laut untuk memecahkan

Lebih terperinci

BAB 3 MODEL ELEMEN HINGGA

BAB 3 MODEL ELEMEN HINGGA BAB 3 MODEL ELEMEN HINGGA Bab 3 Model Elemen Hingga Pemodelan numerik tumbukan tabung bujursangkar dilakukan dengan menggunakan LS-Dyna. Perangkat lunak ini biasa digunakan untuk mensimulasikan peristiwa-peristiwa

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR KONSENTRASI TEGANGAN PELAT BERLUBANG PADA KONDISI BEBAN TARIK DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISIS FAKTOR KONSENTRASI TEGANGAN PELAT BERLUBANG PADA KONDISI BEBAN TARIK DENGAN METODE ELEMEN HINGGA TUGAS AKHIR ANALISIS FAKTOR KONSENTRASI TEGANGAN PELAT BERLUBANG PADA KONDISI BEBAN TARIK DENGAN METODE ELEMEN HINGGA Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

PRINSIP DASAR MEKANIKA STRUKTUR

PRINSIP DASAR MEKANIKA STRUKTUR PRINSIP DASAR MEKANIKA STRUKTUR Oleh : Prof. Ir. Sofia W. Alisjahbana, M.Sc., Ph.D. Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN 9. POKOK BAHASAN: GETARAN SELARAS (Lanjutan)

RENCANA PEMBELAJARAN 9. POKOK BAHASAN: GETARAN SELARAS (Lanjutan) RENCANA PEMBELAJARAN 9. POKOK BAHASAN: GETARAN SELARAS (Lanjutan) Di muka telah disebutkan adanya jenis getaran selaras teredam, yang persamaan differensial geraknya diberikan oleh (persamaan (8.1 3b)

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Bagian-bagian mesin press BTPTP [9]

Gambar 2.1 Bagian-bagian mesin press BTPTP [9] BAB II DASAR TEORI MESIN PRESS BTPTP, KARAKTERISTIK BTPTP DAN METODE ELEMEN HINGGA 2.1 Mesin press BTPTP Pada dasarnya prinsip kerja mesin press BTPTP sama dengan mesin press batako pada umumnya dipasaran

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS DINAMIK RAGAM RESPON SPEKTRUM METODE SRSS DAN CQC PADA STUDI KASUS PORTAL 3 DIMENSI

TUGAS AKHIR ANALISIS DINAMIK RAGAM RESPON SPEKTRUM METODE SRSS DAN CQC PADA STUDI KASUS PORTAL 3 DIMENSI TUGAS AKHIR ANALISIS DINAMIK RAGAM RESPON SPEKTRUM METODE SRSS DAN CQC PADA STUDI KASUS PORTAL 3 DIMENSI Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S-1) Dosen Pembimbing : Fajar

Lebih terperinci

Respon Getaran Lateral dan Torsional Pada Poros Vertical Axis Wind Turbine (VAWT) Savonius Tipe U

Respon Getaran Lateral dan Torsional Pada Poros Vertical Axis Wind Turbine (VAWT) Savonius Tipe U Respon Getaran Lateral Torsional Pada Poros Vertical Axis Wind Turbine (VAWT) Savonius Tipe U Helmi Qosim, Ir. Yerri Susatio, M.T, Dr. Ridho Hantoro, S.T, M.T Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah

1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan pertumbuhan kebutuhan dan intensifikasi penggunaan air, masalah kualitas air menjadi faktor yang penting dalam pengembangan sumberdaya air di berbagai belahan bumi. Walaupun

Lebih terperinci

PERHITUNGAN SIMPANGAN STRUKTUR BANGUNAN BERTINGKAT (STUDI KOMPARASI MODEL PEMBALOKAN ARAH RADIAL DAN GRID)

PERHITUNGAN SIMPANGAN STRUKTUR BANGUNAN BERTINGKAT (STUDI KOMPARASI MODEL PEMBALOKAN ARAH RADIAL DAN GRID) PERHITUNGAN SIMPANGAN STRUKTUR BANGUNAN BERTINGKAT (STUDI KOMPARASI MODEL PEMBALOKAN ARAH RADIAL DAN GRID) Oryza Dewayanti E. J. Kumaat, S. O. Dapas, R. S. Windah Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendesain bangunan terutama dari segi struktural. Gerakan tanah akibat gempa bumi

BAB I PENDAHULUAN. mendesain bangunan terutama dari segi struktural. Gerakan tanah akibat gempa bumi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang dilalui 2 jalur seismik. Hal ini menyebabkan gempa bumi sering terjadi di negara ini. Bagi seorang insinyur teknik sipil khususnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerusakan Struktur Kerusakan struktur merupakan pengurangan kekuatan struktur dari kondisi mula-mula yang menyebabkan terjadinya tegangan yang tidak diinginkan, displacement,

Lebih terperinci

Pemodelan Gerak Belok Steady State dan Transient pada Kendaraan Empat Roda

Pemodelan Gerak Belok Steady State dan Transient pada Kendaraan Empat Roda E97 Pemodelan Gerak Belok Steady State dan Transient pada Kendaraan Empat Roda Yansen Prayitno dan Unggul Wasiwitono Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

Tugas Akhir. Pendidikan sarjana Teknik Sipil. Disusun oleh : DESER CHRISTIAN WIJAYA

Tugas Akhir. Pendidikan sarjana Teknik Sipil. Disusun oleh : DESER CHRISTIAN WIJAYA KAJIAN PERBANDINGAN PERIODE GETAR ALAMI FUNDAMENTAL BANGUNAN MENGGUNAKAN PERSAMAAN EMPIRIS DAN METODE ANALITIS TERHADAP BERBAGAI VARIASI BANGUNAN JENIS RANGKA BETON PEMIKUL MOMEN Tugas Akhir Diajukan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Dasar Metode Dalam perancangan struktur bangunan gedung dilakukan analisa 2D mengetahui karakteristik dinamik gedung dan mendapatkan jumlah luas tulangan nominal untuk disain.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR PERNYATAAN ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI BAB I.

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR PERNYATAAN ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI BAB I. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR PERNYATAAN ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Perumusan Masalah 3 1.3 Tujuan Penelitian 4

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Penggunaan program PLAXIS untuk simulasi Low Strain Integrity Testing pada dinding penahan tanah akan dijelaskan pada bab ini, tentunya dengan acuan tahap

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci : balance performance, massa unbalance, balancing roda mobil, metoda sudut fasa

Abstrak. Kata kunci : balance performance, massa unbalance, balancing roda mobil, metoda sudut fasa STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH BERAT RODA PADA PROSENTASE UNJUK KERJA BALANCING RODA MOBIL Harie Satiyadi Jaya *, Suhardjono ** Laboratorium Mesin Perkakas, Jurusan Teknik Mesin FTI ITS, Surabaya. E-mail:

Lebih terperinci

ANALISA STRUKTUR PORTAL RUANG TIGA LANTAI DENGAN METODE KEKAKUAN DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM ANSYS HERY SANUKRI MUNTE

ANALISA STRUKTUR PORTAL RUANG TIGA LANTAI DENGAN METODE KEKAKUAN DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM ANSYS HERY SANUKRI MUNTE ANALISA STRUKTUR PORTAL RUANG TIGA LANTAI DENGAN METODE KEKAKUAN DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM ANSYS TUGAS AKHIR HERY SANUKRI MUNTE 06 0404 008 BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

SISTEM FLUTTER PADA SAYAP PESAWAT TERBANG

SISTEM FLUTTER PADA SAYAP PESAWAT TERBANG SISTEM FLUTTER PADA SAYAP PESAWAT TERBANG SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

(2) dengan adalah komponen normal dari suatu kecepatan partikel yang berhubungan langsung dengan tekanan yang diakibatkan oleh suara dengan persamaan

(2) dengan adalah komponen normal dari suatu kecepatan partikel yang berhubungan langsung dengan tekanan yang diakibatkan oleh suara dengan persamaan Getaran Teredam Dalam Rongga Tertutup pada Sembarang Bentuk Dari hasil beberapa uji peredaman getaran pada pipa tertutup membuktikan bahwa getaran teredam di dalam rongga tertutup dapat dianalisa tidak

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. dengan menggunakan penyelesaian analitik dan penyelesaian numerikdengan. motode beda hingga. Berikut ini penjelasan lebih lanjut.

BAB III PEMBAHASAN. dengan menggunakan penyelesaian analitik dan penyelesaian numerikdengan. motode beda hingga. Berikut ini penjelasan lebih lanjut. BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas tentang penurunan model persamaan gelombang satu dimensi. Setelah itu akan ditentukan persamaan gelombang satu dimensi dengan menggunakan penyelesaian analitik

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Bagian-bagian mesin press BTPTP[3]

Gambar 2.1 Bagian-bagian mesin press BTPTP[3] BAB II DASAR TEORI MESIN PRESS BTPTP, KARAKTERISTIK BTPTP DAN FINITE ELEMEN METHOD 2.1 Mesin Press BTPTP Pada dasarnya prinsip kerja mesin press BTPTP sama dengan mesin press batako pada umumnya dipasaran

Lebih terperinci

Catatan Kuliah FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #8: Osilasi

Catatan Kuliah FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #8: Osilasi Catatan Kuliah FI111 Fisika Dasar IA Pekan #8: Osilasi Agus Suroso update: 4 November 17 Osilasi atau getaran adalah gerak bolak-balik suatu benda melalui titik kesetimbangan. Gerak bolak-balik tersebut

Lebih terperinci

RESPON DINAMIS STRUKTUR BANGUNAN BETON BERTULANG BERTINGKAT BANYAK DENGAN KOLOM BERBENTUK PIPIH

RESPON DINAMIS STRUKTUR BANGUNAN BETON BERTULANG BERTINGKAT BANYAK DENGAN KOLOM BERBENTUK PIPIH RESPON DINAMIS STRUKTUR BANGUNAN BETON BERTULANG BERTINGKAT BANYAK DENGAN KOLOM BERBENTUK PIPIH Youfrie Roring Marthin D. J. Sumajouw, Servie O. Dapas Fakultas Teknik, Jurusan Sipil, Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Berikut adalah diagram alir penelitian konduksi pada arah radial dari pembangkit energy berbentuk silinder. Gambar 3.1 diagram alir penelitian konduksi

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMEN REDAMAN GETARAN TRANSLASI DAN ROTASI DENGAN POSISI SUMBER EKSITASI DVA (DYNAMIC VIBRATION ABSORBER)

STUDI EKSPERIMEN REDAMAN GETARAN TRANSLASI DAN ROTASI DENGAN POSISI SUMBER EKSITASI DVA (DYNAMIC VIBRATION ABSORBER) STUDI EKSPERIMEN REDAMAN GETARAN TRANSLASI DAN ROTASI DENGAN POSISI SUMBER EKSITASI DVA (DYNAMIC VIBRATION ABSORBER) Abdul Rohman Staf Pengajar Prodi Teknik Mesin, Politeknik Negeri Banyuwangi E-mail :

Lebih terperinci

III. METODELOGI. satunya adalah menggunakan metode elemen hingga (Finite Elemen Methods,

III. METODELOGI. satunya adalah menggunakan metode elemen hingga (Finite Elemen Methods, III. METODELOGI Terdapat banyak metode untuk melakukan analisis tegangan yang terjadi, salah satunya adalah menggunakan metode elemen hingga (Finite Elemen Methods, FEM). Metode elemen hingga adalah prosedur

Lebih terperinci

SASARAN PEMBELAJARAN

SASARAN PEMBELAJARAN OSILASI SASARAN PEMBELAJARAN Mahasiswa mengenal persamaan matematik osilasi harmonik sederhana. Mahasiswa mampu mencari besaranbesaran osilasi antara lain amplitudo, frekuensi, fasa awal. Syarat Kelulusan

Lebih terperinci

KAJIAN BERBAGAI METODE INTEGRASI LANGSUNG UNTUK ANALISIS DINAMIS

KAJIAN BERBAGAI METODE INTEGRASI LANGSUNG UNTUK ANALISIS DINAMIS KAJIAN BERBAGAI METODE INTEGRASI LANGSUNG UNTUK ANALISIS DINAMIS Kevin Winata 1, Wong Foek Tjong 2 ABSTRAK : Proses perhitungan analisis dinamis dapat diselesaikan dengan bantuan program yang sudah ada,

Lebih terperinci

ANALISIS LINIER STRUKTUR CANGKANG PADA SILO SEMEN DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISIS LINIER STRUKTUR CANGKANG PADA SILO SEMEN DENGAN METODE ELEMEN HINGGA ANALISIS LINIER STRUKTUR CANGKANG PADA SILO SEMEN DENGAN METODE ELEMEN HINGGA Andina Prima Putri Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas 17 Agustus 1945 andina.putri@uta45jakarta.ac.id Cantya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 33 III. METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan dalam penelitian, sehingga pelaksanaan dan hasil penelitian bisa untuk dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

ANALISA STRUKTUR METODE MATRIKS (ASMM)

ANALISA STRUKTUR METODE MATRIKS (ASMM) ANAISA STRUKTUR METODE MATRIKS (ASMM) Endah Wahyuni, S.T., M.Sc., Ph.D Matrikulasi S Bidang Keahlian Struktur Jurusan Teknik Sipil ANAISA STRUKTUR METODE MATRIKS Analisa Struktur Metode Matriks (ASMM)

Lebih terperinci

SIMULASI PEREDAMAN GETARAN MEKANIS MESIN SENTRIFUGAL DENGAN SISTEM DUAL DYNAMIC VIBRATION ABSORBER (DUAL DVA)

SIMULASI PEREDAMAN GETARAN MEKANIS MESIN SENTRIFUGAL DENGAN SISTEM DUAL DYNAMIC VIBRATION ABSORBER (DUAL DVA) TUGAS AKHIR -TF 91381 SIMULASI PEREDAMAN GETARAN MEKANIS MESIN SENTRIFUGAL DENGAN SISTEM DUAL DYNAMIC VIBRATION ABSORBER (DUAL DVA) PUTRI AMARILLI MAHENDRADEWI NRP. 241215 2 Dosen Pembimbing Ir. Yerri

Lebih terperinci

DASAR DASAR PENGGUNAAN SAP2000

DASAR DASAR PENGGUNAAN SAP2000 Halaman 1 dari Bab 1 Bab 1 DASAR DASAR PENGGUNAAN SAP2000 1. KEMAMPUAN SAP2000 Program SAP merupakan salah satu software yang telah dikenal luas dalam dunia teknik sipil, terutama dalam bidang analisis

Lebih terperinci

PROGRAM ANALISIS GRID PELAT LANTAI MENGGUNAKAN ELEMEN HINGGA DENGAN MATLAB VERSUS SAP2000

PROGRAM ANALISIS GRID PELAT LANTAI MENGGUNAKAN ELEMEN HINGGA DENGAN MATLAB VERSUS SAP2000 PROGRAM ANALISIS GRID PELAT LANTAI MENGGUNAKAN ELEMEN HINGGA DENGAN MATLAB VERSUS SAP2000 Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan melengkapi syarat untuk menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil (Studi Literatur)

Lebih terperinci

E-Journal Graduate Unpar Part C Civil Engineering

E-Journal Graduate Unpar Part C Civil Engineering E-Journal Graduate Unpar Part C Civil Engineering Vol. 1, No. 1 (2014) ISSN: 2355-4282 ANALISIS METODE ELEMEN HINGGAPENGARUH PENGAKU MIRING TERHADAP PENINGKATAN MOMEN KRITIS TEKUK TORSI LATERAL Victor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. serta kemudahan bagi pemakai jalan dalam berlalu lintas, maka diperlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. serta kemudahan bagi pemakai jalan dalam berlalu lintas, maka diperlukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk mempertimbangkan keselamatan, keamanan, ketertiban dan kelancaran serta kemudahan bagi pemakai jalan dalam berlalu lintas, maka diperlukan perlengkapan jalan

Lebih terperinci

PENENTUAN FREKUENSI PRIBADI PADA GETARAN BALOK KOMPOSIT DENGAN PENGUAT FIBERGLASS

PENENTUAN FREKUENSI PRIBADI PADA GETARAN BALOK KOMPOSIT DENGAN PENGUAT FIBERGLASS Jurnal Mekanikal, Vol. 2 No. 2: Juli 2011: 163-168 ISSN 2086-3403 PENENTUAN FREKUENSI PRIBADI PADA GETARAN BALOK KOMPOSIT DENGAN PENGUAT FIBERGLASS Mustafa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci