BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA"

Transkripsi

1 BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA IV.1 Pengumpulan Data Pada bagian ini akan diuraikan tentang proses pengumpulan data primer yang diambil langsung dari objek penelitian kemudian dilanjutkan dengan proses analisis data. IV.1.1 Data dari survey lapangan Survey penelitian untuk mendapatkan data-data secara faktual (data primer) di lakukan dengan cara pengamatan pada beberapa proyek yang sedang berlangsung. Pengamatan langsung pelaksanaan fisik pada beberapa proyek konstruksi yang sedang berlangsung bertujuan untuk mengetahui uncertain events yang potensial ada dalam proses pelaksanaan dan yang dianggap khas dalam proyek-proyek konstruksi. Masalah-masalah yang teridentifikasi selama penelitian di lapangan dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Proyek Pembangunan Apartemen A.1 Nama Proyek : Bangunan Apartemen A. 1 Lokasi Proyek : Bandung Pemilik Proyek : PT. B.1 Konsultan Perencana : PT. C.1 (Struktur) PT. D.1 (Arsitektur) PT. E.1 (Mechanical-Electrical) Kontraktor Utama : PT. F.1 Subkontraktor : PT. G.1 Waktu Pelaksanaan : 02 Oktober Desember 2004 (450 hari kalender) 92

2 Sistem Kontrak : Unit price Penelitian pada proyek ini dilakukan pada awal pelaksanaan, dimana kegiatan yang sedang berjalan adalah pekerjaan penggalian dan pekerjaan pondasi. Lokasi proyek yang berdekatan dengan pemukiman penduduk dan berbatasan langsung dengan jalan arteri, menyebabkan cukup banyak kendala yang terjadi selama proyek ini berlangsung. Kendala-kendala yang teridentifikasi sebagai uncertain events dalam pelaksanaan proyek ini pada pekerjaan galian tanah dan pondasi adalah : - Klaim dari masyarakat sekitar, terutama terhadap pekerjaan yang dilakukan pada malam hari. - Adanya pengrusakkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab terhadap barang milik kontraktor. - Kemungkinan terjadinya kelongsoran tanah yang dapat mengakibatkan keruntuhan bangunan yang berbatasan langsung dengan proyek. - Kemacetan pada jalan disekitar proyek, akibat keluar masuknya truk-truk pengangkut material dan peralatan yang mengakibatkan klaim dari masyarakat. - Musim hujan, yang mengakibatkan lahan becek sehingga mobilitas pekerjaan terganggu, serta terhentinya pekerjaan apabila hujan sangat deras. - Tempat produksi material beton (beton jadi) yang cukup jauh dari lokasi (Cimahi). Uncertain events yang terjadi diatas sangat berpengaruh terhadap waktu pelaksanaan dan akhirnya berdampak pada biaya pelaksanaan. 2. Proyek Pembangunan Gedung A.2 Nama Proyek : Pembangunan Gedung A.2 Lokasi Proyek : Bandung Pemilik Proyek : B.2 Kontraktor : PT. F.2 Waktu Pelaksanaan : 01 September 2004-Juni 2005 (270 hari kalender) Sistem Kontrak : Unit Price 93

3 Pengamatan yang dilakukan pada proyek ini, umumnya tidak mengalami masalah-masalah yang cukup signifikan yang dapat diidentifikasi sebagai masalah-masalah yang dapat menghambat pelaksanaan proyek. Hal ini dikarenakan lokasi proyek yang terletak di lingkungan kampus yang telah teratur sehingga mobilitas pekerjaan dapat diatur dan dikoordinasi dengan baik. 3. Proyek Pembangunan Peningkatan Jalan dan Jembatan A.3 Nama Proyek : Pembangunan Peningkatan Jalan dan Jembatan A3 Lokasi Proyek : Jakarta. Pemilik Proyek : B.3 Kontraktor : PT. F.3 Waktu Pelaksanaan : 02 Agustus Desember 2005 Sistem Kontrak : Unit Price Pelaksanaan proyek ini adalah sebagian dari pengadaan barang/jasa milik pemerintah Indonesia. Pengadaannya dimaksudkan untuk mengurangi kemacetan di Ibu Kota Negara akibat banyaknya pemakaian kendaraan pribadi. Untuk itu dibangun Jalur Busway yang rencanaanya meliputi 17 koridor yang akan mengakomodir seluruh link di Ibu Kota Jakarta. Khusus dalam penelitian ini dilakukan pada Koridor 2, Jalur Harmoni- Merdeka Selatan-Kwitang-Senen. Masalah-masalah yang teridentifikasi sebagai uncertain events yang sangat berpengaruh pada pelaksanaan proyek ini adalah : - Adanya utilitas ( PLN, PAM, Telkom, Gas, PJU = penerangan jalanan umum, Serat optik = jaringan untuk internet) sepanjang rencana pelebaran jalan, - Adanya pohon,, pagar dan taman, - Adanya rambu-rambu lalu lintas dan halte bis, - Lahan untuk bekerja sempit, - Terganggunya lalu lintas sekitar proyek. Hal ini membutuhkan koordinasi antara pemilik proyek, kontraktor dan pihakpihak terkait agar pekerjaan dapat berjalan dengan lancar. Namun hal ini 94

4 mengalami banyak kendala karena harus melalui birokrasi yang cukup panjang dalam instansi masing-masing pihak, sehingga waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah-masalah diatas antara satu sampai dua bulan. Kondisi-kondisi diatas dapat dikatagorikan kedalam kategori lingkungan dan manajemen dalam pelaksanaan proyek. Masalah yang sangat berpengaruh adalah adanya kenaikan bahan bakar minyak (BBM). Kondisi ini menyebabkan pekerjaan dihentikan selama kurang lebih satu bulan, karena belum ada keputusan eskalasi harga dari pemerintah. Dampak ikutan dari kenaikan harga BBM adalah : - Berpindahnya tenaga kerja ke tempat lain; - Naiknya harga material konstruksi (aspal, beton); - Penimbunan material/material hilang dari pasar (peredaran); - Kontraktor mengundurkan diri (terjadi pada koridor yang lain); - Keterlambatan pekerjaan. Uncertain events diatas menyebabkan proyek ini tidak akan selesai sesuai kontrak yaitu tanggal 13 Nopember 2005 sehingga diperpanjang hingga 31 Desember Pembangunan Bangunan A.4 Nama Proyek : Pembangunan Bangunan A.4 Lokasi Proyek : Bandung Pemilik Proyek : PT. B.4 Konsultan Perencana : PT.C.4 (Struktur) PT.D.4 (Arsitektur) PT. E.4 (Mekanikal-Elektrial) Quantity Surveyor : PT. H.4 Kontraktor : PT. F.4 Waktu Pelaksanaan : 10 Februari November 2005 Sistem Kontrak : Unit price 95

5 Kegiatan penelitian pada proyek ini dilakukan mulai awal Oktober 2005, dimana saat itu proyek pertama telah masuk masa pemeliharaan dan proyek ke-2 sebanyak 19 ruko masih dalam tahap pembangunan sehingga kondisikondisi yang ada dan yang terpantau adalah : - Kehilangan/berkurangnya material-material akibat pengamanan yang kurang/longgar; - Cukup banyak perbaikan-perbaikan karena kesalahan masa pelaksanaan; - Permintaan material oleh oknum-oknum tertentu. kan kondisi-kondisi yang cukup signifikan pada saat pelaksanaan berdasarkan diskusi dengan site manajer adalah : - Adanya aliran sungai ditengah lokasi; - Akses untuk kendaraan keluar masuk proyek susah, karena lalu lintas yang macet di Jalan Pasir Kaliki dan Kebun Jati; - Kegiatan pelaksanaan dimulai awal bulan Februari dimana curah hujan masih tinggal, maka manuver kendaraan pengangkutan material dan peralatan sangat terganggu disebabkan lahan yang becek dan berlumpur. - Kesalahan setting out oleh kontraktor. - Kerusakan alat yang menghambat pekerjaan. - Keterlambatan pengiriman material. - Site development belum layak. - Konferensi Asia Afrika dan peresmian Toll Cipularang mengakibatkan itemitem tertentu yang berkaitan dengan pengecoran, pensuplaian terhambat sehingga pelaksanaan proyek tertunda selama 10 hari. Uncertain events di atas, menimbulkan risiko pada pelaksanaan pembangunan proyek terutama pada biaya proyek. 5. Pembangunan Bangunan A.5 Nama Proyek : Pembangunan Bangunan A.5 Lokasi Proyek : Bandung Pemilik Proyek : A.6 Kontraktor : PT. F.6 Waktu Pelaksanaan : Oktober 2005-April 2006 (khusus pekerjaan struktur). Sistem Kontrak : Unit Price 96

6 Uncertain events yang terjadi pada pelaksanaan proyek sesuai pengamatan adalah : - Kondisi site yang sangat sempit, bagian depan yang berbatasan dengan proyek ini adalah jalan Cihampelas yang sangat pada lalu lintasnya. Dinding pengaman proyek berbatasan langsung dengan bahu jalan. Bagian belakang berbatasan dengan rumah-rumah penduduk dan bagian kiri dan kanan berbatasan langsung dengan bangunan-bangunan lain. - Maneuver kendaraan pengangkut material sangat sukar. - Alokasi material dan peralatan yang sulit. - Lahan untuk bekerja sempit. - Komplein dari penduduk sekitar karena waktu kerja dan keamanan tanah sekitar. - Kerusakan alat Genset selama 10 hari, sehingga pekerjaan penting terhenti (21 Nopember Desember 2005). - Kenaikan BBM. - Kenaikan harga material konstruksi. - Hujan hampir setiap sore selama bulan Desember, sehingga beberapa kali tertunda kegiatan pengecoran. Disamping itu dilakukan wawancara dengan tenaga-tenaga ahli pada perusahaan-perusahaan kontraktor tersebut untuk mendapatkan input yang lebih banyak dan mendalam. IV.1.2 Data yang diperoleh dari kuesioner Kuesioner disebarkan kepada responden yang berasal beberapa perusahaan kontraktor yang mungkin juga pernah berfungsi sebagai sub kontraktor, serta instansi pemerintah sebagai owner yang kesemuanya berada di Jakarta dan Bandung. Perusahaan-perusahaan kontraktor/subkontraktor yang merupakan responden kuesioner ini mempunyai pengalaman dalam kegiatan pelaksanaan proyek yang cukup homogen. 97

7 Kuesioner yang disebarkan berjumlah 125 (seratus dua puluh lima) eksemplar yang ditujukan kepada : a) satu instansi pemerintah, b) enam BUMN dan c) 17 Perusahaan swasta. Proses pengmpulan data melalui kuesioner dimulai dari bulan Oktober 2003 sampai dengan bulan Desember Dari 125 eksemplar kuesioner yang disebarkan di Jakarta dan Bandung yang dikembalikan dengan diisi benar dan lengkap oleh responden berjumlah 62 eksemplar/responden atau 49% dari jumlah kuesioner yang disebar. Perincian pengembalian kuesioner tersebut dapat disajikan dalam Tabel IV.1 Tabel IV.1. Distribusi Kuesioner dan yang Kembali No. Responden Kuesioner yang Kuesioner yang disebarkan kembali Jumlah % (1) Jumlah % (2) 1. Instansi Pemerintah 20 16, ,00 2. BUMN 50 40, ,50 3. Perusahaan Swasta 55 44, ,50 Jumlah , ,00 Keterangan : % (1) : Prosentase jumlah kuesioner yang disebar dari masing-masing responden terhadap total jumlah kuesioner yang disebarkan % (2) : Prosentase jumlah kuesioner yang kembali dari masing-masing responden terhadap total jumlah kuesioner yang Pengembalian kuesioner oleh instansi pemerintah dari jumlah kuesioner yang disebarkan pada instansi tersebut adalah 65% (13/20), kontraktor BUMN dengan presentasi 54% (27/50) dan perusahaan swasta 40% (22/55). Dari jumlah kuesioner yang didistribusikan, dianggap sudah dapat memenuhi apa yang menjadi tujuan kuesioner tersebut yaitu sebesar 49,6% dari total keseluruhan kuesioner yang disebarkan (125 eksemplar). IV.1.3. Data yang diperoleh dari wawancara Wawancara dilakukan dalam dua tahap yaitu : 1) wawancara untuk mendapatkan uncertain events yang kemungkinan terjadi pada pelaksanaan proyek berdasarkan kondisi yang ada pada saat itu atau pengalaman masa lalu dan 2) wawancara setelah penyusunan format kuesioner. Wawancara yang dilakukan pada tahap ke dua bertujuan mendapatkan masukkan tentang keterkaitan antara masing-masing 98

8 uncertain events, probabilitas terjadinya dan besar pengaruh yang ditimbulkannya yang telah dijabarkan dalam kuesioner sebagai bahan acuan, sehingga didapatkan hasil yang lebih mendalam dan lengkap berdasarkan subjective judgment yaitu pandangan yang diberikan mengenai sesuatu hal secara subjektif dalam bentuk probabilitas. Menurut Clemen (1996), peristiwa-peristiwa masa depan merupakan sesuatu yang mengandung ketidakpastian. Untuk memodelkan ketidakpastianketidakpastian tersebut dapat digunakan teknik penilaian probabilitas subjektif. Subjective judgment adalah pertimbangan atau penilaian yang diberikan mengenai suatu ketidakpastian secara subjektif. Hal ini merupakan unsur yang sangat penting dalam analisis keputusan karena menyangkut pertimbangan subjektif mengenai ketidakpastian dalam bentuk probabilitas (suatu nilai untuk mengukur tingkat kemungkinan terjadinya suatu kejadian yang tidak pasti). Subjective judgment menyatakan probabilitas sebagai state of mind yaitu suatu tingkat pengetahuan berkenan dengan suatu keadaan. Sebagai contoh, probabilitas untuk memperoleh gambar burung atau bukan gambar burung dalam pelemparan suatu mata uang. Dalam pertimbangan subjektif, tidak ada jawaban yang benar. Setiap jawaban yang berbeda memiliki tingkat keyakinan yang berbeda. Oleh karena itu, penilaian probabilitas yang diberikan dapat saja berbeda terhadap suatu keadaan yang sama. Besarnya nilai probabilitas dapat dihitung berdasarkan nilai observasi sifatnya objektif, atau berdasarkan pertimbangan atau judgment pembuat keputusan atau tenaga ahli dalam bidangnya secara subjektif. Probabilitas subjektif harus memenuhi postulasi dan hukum yang sama dengan yang harus dipenuhi oleh probabilitas objektif. Artinya, probabilitas yang diberikan secara subjektif merupakan kualifikasi ketidakpastian seseorang yang dinyatakan dalam bilangan antara nol dan satu untuk menggambarkan tingkat kepercayaaan atau keyakinan seseorang (interpretasi subjektif) terhadap hasil yang terjadi dari suatu kejadian yang tak pasti, di mana jumlah probabilitas untuk himpunan peristiwa-peristiwa yang mutually exclusive dan collectively exhaustive adalah harus sama dengan satu. 99

9 Para ekspert yang diwawancarai merupakan para manager (setingkatnya) yang telah banyak berpengalaman dalam bidang konstruksi yang bertindak sebagai kontraktor maupun owner dan telah bersedia untuk diwawancarai. Wawancara dilakukan di perusahaan-perusahaan kontraktor/ subkontraktor atau instansi terkait termasuk tempat pengamatan langsung yaitu : a) satu instansi pemerintah, b) tiga BUMN, c) tiga perusahaan kontraktor swasta dan d) beberapa ekspert dari bidang pendidikan. IV.1.4. Pemetaan uncertain events untuk penyaringan awal Prinsip pemetaan untuk penyaringan awal dilakukan untuk melihat kesamaan arti dan ketidak samaan arti uncertain events yang telah teridentifikasi. Secara sederhana dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Kesamaan arti Uncertain events hasil identifikasi yang memiliki kesamaan arti, dipetakan satu kali saja untuk mencegah terjadinya overlapping yang dapat disajikan pada Tabel IV.2. Tabel IV.2. Pemetaan uncertainty yang memiliki kesamaan arti Sumber Deskripsi Hasil pemetaan FIDIC Kontrak umum di Inndonesia Azwar (2003) Pasal 29:1, gangguan terhadap lalu lintas dan harta benda di sekitarnya Pasal 5 : 21, gangguan terhadap lalu lintas perorangan, ketentraman penduduk di sekitar lokasi proyek Terganggunya transportasi di sekitar proyek (kemacetan) K94 Terganggunya lalu lintas di sekitar lokasi proyek 2. Ketidak samaan arti Uncertain events hasil identifikasi yang artinya berbeda, dipetakan kembali. IV.1.5. Klasifikasi uncertain events 100

10 Pengklasifikasian uncertain events ke dalam kelompok atau kategori utama, didasarkan pada : a) sumber, b) karakteristik atau sifat c) saling terkaitan secara alamiah dan d) logis. Dengan demikian akan teratur dan lebih mudah dalam menerapkan strategi untuk meresponsnya. Terdapat 98 uncertainties hasil penyaringan awal dan kemudian dikelompokkan dalam sebelas kategori. Kategori tersebut dibagi menjadi dua kelompok besar berdasarkan sumber yaitu dari lingkungan eksternal dan lingkungan internal proyek. Uncertain events yang bersumber dari lingkungan eksternal proyek, disebabkan oleh lingkungan fisik, masyarakat dan kondisi governance. Kondisi lingkungan fisik, menyangkut kestabilan lingkungan yang meliputi kondisi alam dan lingkungan/lokasi proyek. Masyarakat, menyangkut kehidupan sosial/budaya masyarakat setempat, dan kondisi governance yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah. Menurut Tamin (2007) permasalahan struktural industri konstruksi di Indonesia adalah poor governance. Hal ini ditunjukan antara lain, adanya a) budaya KKN, b) koordinasi lemah, c) jasa dan keselamatan kerja rendah. Uncertain events yang bersumber dari lingkungan internal proyek, disebabkan oleh manajemen antara pihak-pihak yang terlibat dan pengelolaan internal kontraktor. Hubungan antara pihak-pihak yang terlibat umumnya berkaitan dengan kondisi kontrak, sedangkan pengelolaan internal kontraktor berkaitan dengan kualitas perencanaan kontraktor. Risiko utama akibat adanya uncertain events tersebut adalah kenaikan biaya pelaksanaan konstruksi. Skema timbulnya risiko kenaikan biaya pelaksanaan konstruksi sebagai akibat uncertain events yang dihadapi kontraktor disajikan pada Gambar IV

11 102

12 Secara garis besar skema di atas memperlihatkan bahwa kegiatan pelaksanaan konstruksi dipengaruhi oleh lingkungan eksternal maupun lingkungan internal tempat berlangsungnya proyek. Dari lingkungan eksternal proyek ada pihakpihak yang secara tidak langsung maupun langsung dapat menimbulkan uncertain events. Demikian pula dari lingkungan internal, pihak-pihak yang bermitra dengan kontraktor dalam kegiatan pelaksanaan dapat menimbulkan uncertain events bagi pelaksanaan proyek. Uncertain events yang berasal dari lingkungan eksternal proyek, berdasarkan skema di atas umumnya tidak dapat dikontrol seperti : politik dan kebijakan pemerintah, kondisi ekonomi dan keuangan negara, kondisi sosial/budaya dan kondisi alam. kan sebagian kecil dapat dikontrol yaitu lingkungan/lokasi proyek dengan melakukan perencanaan yang baik. Uncertain events yang berasal dari lingkungan internal proyek umumnya dapat dikontrol. Hal ini dapat dilakukan dengan perencanaan, pelatihan ataupun pendidikan dan pengendalian terus menerus selama masa pelaksanaan serta koordinasi yang baik dengan pihak-pihak terkait. Uncertain events yang bersumber dari ke dua lingkungan ini dapat saling mempengaruhi dan memiliki ketergantungan. Interaksi vertikal maupun horisontal yang kompleks antara pihak-pihak, dapat menimbulkan permasalahan bagi pelaksanaan proyek dan mengakibatkan risiko terhadap biaya pelaksanaan. Lebih jelasnya dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Sumber uncertain events dari lingkungan eksternal proyek yang menimbulkan risiko kenaikan biaya pelaksanaan proyek konstruksi. Kondisi Alam (KK-1) Kategori ini meliputi lima uncertainty yang tidak dapat diramalkan dan berada di luar kontrol langsung dari siapapun sebagai akibat dari kekuatan alam. 103

13 Politik dan Kebijakan Pemerintah (KK-2) Kategori ini meliputi sembilan uncertainty yang terkait dengan politik pemerintah serta kebijakan-kebijakan,undang-undang maupun peraturanperaturan yang dibuat dan memiliki dampak terhadap pelaksanaan proyek. Kondisi Sosial/Budaya (KK-3) Empat unceretainty yang termasuk dalam kategori ini mencerminkan kesalingterkaitan secara alamiah dan secara logis menyatakan sikap atau respons masyarakat terhadap berbagai kondisi yang terjadi didaerahnya sebagai cerminan tatanan hidup. Kondisi Ekonomi dan Keuangan (KK-4) Semua uncertainty yang tercakup dalam proyek konstruksi berkaitan secara finansial atau dapat dinilai dalam bentuk kerugian atau keuntungan keuangan. Pengelompokkan enam uncertainty ke dalam kategori ini dikarenakan adanya karekteristik yang sama serta menimbulkan dampak kerugian yang besar bagi kontraktor sehingga perlu mempersiapkan langkah-langkah pengantisipasian. Lingkungan/Lokasi Proyek Konstruksi (KR-5) Terdapat tujuh jenis uncertainty yang mendeskripsikan terciptanya suatu kondisi di lingkungan sekitar proyek dengan adanya kegiatan pelaksanaan proyek. Uncertain events dari lingkungan eksternal, adalah uncertain events yang berada diluar kontrol kontraktor. Umumnya, penyebab terjadinya uncertain events ini terkait dengan kondisi negara /nasional Indonesia. Kondisi eksternal lainnya adalah perkembangan ekonomi global dunia yang sangat terkait dengan kondisi ekonomi negara, sehingga secara langsung mempengaruhi penyelenggaraan industri konstruksi. Uncertainty dapat timbul dengan adanya hubungan antara kontraktor dengan pihak-pihak yang berasal dari eksternal proyek. Pihak-pihak tersebut adalah : 104

14 a. Pemerintah (Regulator) Risiko yang harus ditanggung oleh kontraktor pada pelaksanaan proyek konstruksi dalam negara Indonesia dapat saja terjadi akibat adanya uncertainty dari kondisi politik negara, perubahan undang-undang, maupun ketidakstabilan dalam negara. Pemerintah sebagai regulator berperan penting dalam rangka penciptaan iklim usaha jasa konstruksi secara adil dan merata, struktur usaha yang kokoh dan efisien, dengan dikeluarkannya UU Jasa Konstruksi No.18 tahun 1999 dan PP No.29 tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi. Dengan demikian kesenjangan - kesenjangan yang selama ini terjadi antara pemberi tugas dan kontraktor dapat diatasi. Disamping itu, kebijakan kebijakan pemerintah yang mempengaruhi iklim ekonomi dalam negara dan sistem politik turut memberi andil bagi keputusan-keputusan pelaku pasar sehingga berdampak pada kegiatan pelaksanaan proyek konstruksi pada saat itu, misalnya peraturanperaturan tentang kenaikan harga harga kebutuhan pokok yang berdampak pada kenaikan biaya konstruksi. Uncertain events yang dapat terjadi dengan adanya hubungan ini adalah yang terdapat dalam Politik&Kebijakan Pemerintah (KK-2) dan Kondisi Ekonomi & Keuangan Negara (KK-4). b. Institusi Keuangan Kontraktor sebagai pelaksana konstruksi dapat bermitra dengan bank, lembaga keuangan non bank, perusahaan leasing atau asuransi yang adalah institusi keuangan diluar industri jasa konstruksi, yang terlibat juga dalam kegiatan industri jasa konstruksi. Dalam kegiatan pelaksanaan proyek, seringkali kontraktor memerlukan bantuan pinjaman dana dari bank. Dengan demikian kontraktor akan dikenai bunga pinjaman (cost of fund). Besarnya tingkat suku bunga ditetapkan oleh Bank Sentral yaitu Bank Indonesia yang biasanya juga bergantung dengan kondisi ekonomi dalam negara maupun akibat adanya pengaruh ekonomi global. kan perusahaan asuransi merupakan suatu institusi keuangan yang bertindak sebagai alat sosial dan bertujuan untuk menangani proses pengalihan risiko. Uncertain events yang dapat terjadi dengan adanya hubungan ini adalah yang terdapat dalam Politik&Kebijakan Pemerintah (KK-2) dan Kondisi Ekonomi & Keuangan Negara (KK-4). c. Masyarakat Penduduk Indonesia memiliki karakteristik dengan tatanan hidup sosial masyarakat yang berbeda-beda sesuai dengan suku dan budaya masing-masing daerah, sehingga kebijakan politik dari pemerintah daerah maupun pemerintah pusat dalam bidang jasa konstruksi dapat disikapi secara berbeda sesuai adat istiadat masyarakat setempat. Reaksi yang ditimbulkan dapat berdampak baik maupun sebaliknya bagi pelaksanaan proyek konstruksi di tempat atau daerah tersebut. Sikap ini menggambarkan sikap masyarakat Indonesia yang beranekaragam. Sikap negatif biasanya dinyatakan dalam bentuk tindakantindakan protes bahkan tindakan kekerasan dan pengrusakan. Dilain pihak dalam proses konstruksi dapat terjadi situasi adanya pungutan-pungutan liar dari oknom-oknom tertentu atau pemaksaan penggunaan tenaga kerja yang 105

15 berdomisili di sekitar proyek namun tidak berkualitas atau tindakan-tindakan merugikan lainnya. Hal ini dapat mengakibatkan adanya biaya-biaya tambahan bagi kontraktor. Apabila kontraktor tidak memahami perilaku sosial budaya dari masyarakat setempat, dapat menimbulkan uncertainty dalam pelaksanaan proyek di lokasi tersebut. Uncertain events yang dapat terjadi dengan adanya hubungan ini adalah yang terdapat dalam Kondisi Sosial/Budaya (KK-3) d. Lingkungan Keamanan dan kenyamanan lingkungan tempat berlangsungnya pelaksanaan suatu proyek konstruksi merupakan hal yang utama bagi kontraktor. Dilain pihak proses kegiatan pelaksanaan proyek pada suatu lokasi atau tempat, dapat mengakibatkan ketidaknyamanan bagi masyarakat di sekitarnya sehingga seringkali terjadi tindakan-tindakan yang merugikan kontraktor. Oleh karena itu kondisi lingkungan tempat dimana berlangsungnya suatu proyek konstruksi merupakan suatu uncertainty yang dapat menimbulkan risiko bagi kontraktor. Disamping itu kondisi alam juga berpengaruh bagi berlangsungnya pelaksanaan proyek. Walaupun negara Indonesia memiliki 2 musim dengan periode yang pasti dan dapat diprediksi, namun fenomena alam di seluruh wilayah Indonesia akhir-akhir ini yang sangat memprihatinkan dapat mengakibatkan risiko yang besar bagi kontraktor. Uncertain events yang dapat terjadi dengan adanya hubungan ini adalah yang terdapat dalam Kondisi Alam (KK-1) dan Lingkungan/Lokasi Proyek Konstruksi (KK-5). 2. Sumber uncertain events dari lingkungan internal proyek yang menimbulkan risiko kenaikan biaya pelaksanaan proyek konstruksi. : Disain dan Dokumen Kontrak (KK-6) Terdapat tujuh jenis uncertainty yang terkait dengan disain dan dokumen kontrak. Kondisi Finansial Perusahaan (KK-7) Uncertainty yang termasuk di dalam kategori ini mencerminkan kondisi keuangan internal perusahaan pihak-pihak yang terlibat langsung dalam pelaksanaan proyek. Secara logis ke sebelas uncertainty ini berdampak buruk bagi pelaksanaan proyek Proses Administrasi Proyek (KK-8) Uncertainty yang bersumber dari Proses Administrasi Proyek berkaitan dengan kegiatan-kegiatan administrasi proyek yang apabila tidak 106

16 berlangsung dengan baik dapat menghambat penyelenggaraan proyek. Terdapat sembilan jenis uncertainty yang termasuk dalam kategori ini. Kemampuan Manajerial (KK-9) Terdapat 14 uncertainty yang bersumber dari pihak pihak yang terlibat dalam kegiatan proyek. Keselamatan dan Keamanan di Lokasi Proyek (KK-10) Sejumlah uncertainty bersumber dari aspek keselamatan dan keamanan lingkungan proyek. Kegiatan Pelaksanaan Konstruksi (KK-11) Terdapat 20 jenis uncertainty berkaitan dengan kegiatan pelaksanaan proyek yang meliputi komponen komponen yang berperan dalam mewujudkan suatu rencana menjadi kenyataan dalam bentuk fisik. Uncertain events yang berasal dari lingkungan internal, umumnya dapat dikontrol oleh pihak-pihak dalam pelaksanaan proyek terutama kontraktor sebagai penanggung jawab langsung pada pelaksanaan di lapangan. Uncertainty dapat timbul dengan adanya hubungan antara kontraktor dengan pihak-pihak yang terlibat langsung dalam kegiatan pelaksanaan proyek. Pihak-pihak tersebut adalah a. Pemilik Proyek Ketidakpastian fungsi dan tangung jawab yang harus dilakukan oleh pemilik proyek, dapat mengakibatkan risiko pada proses pelaksanaan proyek. Uncertainty events yang dapat terjadi dengan adanya hubungan ini adalah yang bersumber Disain&Dokumen Kontrak (KK-6), Kondisi Finansial (KK-7), Administrasi Proyek (KK-8) dan Kegiatan Pelaksanaan Proyek (KK-11). b. Konsultan Liabilitas atas uncertain events disain dan dokumen kontrak merupakan tanggung jawab konsultan perencana, namun kontraktor juga harus tetap mengidentifikasi uncertain events yang berkaitan dengan desain yang mungkin akan terjadi dan memasukkannya dalam proses analisis atau evaluasi karena tetap akan berpengaruh pada kelangsungan pekerjaan. Demikian juga halnya uncertainty selama proses pengawasan pelaksanaan pekerjaan. Uncertain events yang dapat terjadi dengan adanya hubungan ini adalah yang terdapat dalam Disain & 107

17 Dokumen Kontrak (KK-6), Administrasi Proyek (KK-8) dan Kegiatan Pelaksanaan Proyek (KR-11). c. Subkontraktor Dalam kenyataan pelaksanaan proyek konstruksi di Indonesia, umumnya subkontraktor sebagai pelaksana jasa bersama kontraktor biasanya berada pada posisi dibawah atau menerima pekerjaaan dari kontraktor dan tidak mempunyai hubungan kontraktual dengan pemilik proyek. Dengan demikian apabila subkontraktor melakukan kelalaian maka pihak pemilik proyek akan meminta pertanggungjawaban dari kontraktor utama. Walaupun pengadaan subkontraktor telah sesuai prosedur dan disetujui oleh pemilik pekerjaan, namun risiko yang terjadi pada pekerjaan yang dilakukan subkontraktor tidak membebaskan kontraktor dari tanggung jawab. Uncertain events yang dapat terjadi dengan adanya hubungan ini adalah terdapat dalam Kondisi Finansial Perusahaan (KK- 7), Kemampuan Manajerial (KK-9), Keselamatan&Keamanan di Lokasi Proyek (KK-10) dan Kegiatan Pelaksanaan Proyek (KK-11). d. Tenaga Kerja. Uncertainty dari adanya hubungan antara kontraktor dan tenaga kerja bersumber dari tingkat produktivitas tenaga kerja dan perilaku tenaga kerja tersebut. Perilaku tenaga kerja dapat mempengaruhi produktivitas tenaga kerja. Beragamnya suku dan budaya di Indonesia, menyebabkan beragam pula perilaku dari tenaga kerja. Perilaku yang berbeda dari tenaga kerja yang berbeda dapat menimbulkan konflik dan perselisihan dilapangan. Disamping itu seringkali tenaga kerja yang bekerja pada proyek-proyek konstruksi di Indonesia adalah para petani yang sedang menunggu hasil panen dan mengisi waktu luang dengan bekerja pada sektor konstruksi. Hal ini menyebabkan tingkat penguasaan terhadap pekerjaan sangatlah rendah sehingga dapat menimbulkan risiko tidak tercapainya mutu pekerjaan dan tidak tercapainya pencapaian target waktu. Uncertain events yang dapat terjadi dengan adanya hubungan ini adalah yang terdapat dalam Kemampuan Manajerial (KK-9), Keselamatan&Keamanan di Lokasi Proyek (KK-10) dan Kegiatan Pelaksanaan Proyek (KK-11). e. Supplier Hubungan kontraktor dengan supplier adalah dalam pengadaan sumber daya seperti material dan peralatan yang merupakan bagian terpenting dalam pelaksanaan proyek konstruksi. Uncertain events yang dapat terjadi dengan adanya hubungan ini adalah yang terdapat dalam Kemampuan Manajerial (KK-9), dan Kegiatan Pelaksanaan Proyek (KK-11). Di samping itu uncertain events dapat terjadi dari pihak kontraktor sendiri. 108

18 f. Kontraktor Sepanjang siklus proyek (project life cycle) proses pengendalian dan evaluasi pekerjaan terus dilakukan oleh kontraktor untuk mengantisipasi setiap uncertainty yang berasal dari lingkungan eksternal maupun internal proyek yang menimbulkan risiko terhadap setiap kegiatan. Uncertain events yang menyangkut perusahaan kontraktor sendiri bersumber dari Kondisi Finansial Perusahaan (KK- 7), Administrasi Proyek (KK-8), Kemampuan Manajerial (KK-9), Keselamatan&Keamanan di Lokasi Proyek (KK-10) dan Kegiatan Pelaksanaan Proyek (KK-11). Secara sistematis risiko-risiko akibat uncertain events di atas, dijabarkan dalam Tabel IV.2 K7 KK-1 K8 K9 K1 K10 K2 K11 K3 K12 K4 K13 K5 K14 KK-2 KK-3 K6 Tabel IV.3. Uncertain events yang bersumber dari lingkungan eksternal proyek Perubahan peraturan pemerintah Peningkatan Kondisi Alam pajak & bea masuk Kenaikan Cuaca yang harga sangat BBM buruk yang tidak dapat diramalkan oleh kontraktor Perubahan Gempa bumi kebijakan upah minimum regional Kebijakan Gunung meletus deregulasi Perbankan Kebijakan Tanah longsor tentang analisis dampak lingkungan Perang Kondisi,invasi, lapangan tindakan yang musuh berbeda asing dengan, hostilities disain (Differing site condition,keadaan hidrologi Pemberontakan, dll) revolusi, huru-hara atau militer atau Kudeta atau keadaan perang Politik atau dan penyitaan Kebijakan atas Pemerintah perintah yang berkuasa Perubahan Kondisi Sosial/Budaya undang-undang setempat (regulasi, hukum, dan lain-lain) 109

19 K15. Klaim dari orang terhadap luka-luka/kematian seseorang/tenaga kerja lain akibat pekerjaan K16 Demonstrasi, pemogokan, atau kerusuhan oleh tenaga kerja nasional K17 Indikasi KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme K18 Proses penyelesaian pembebasan lahan KK-4 KK-6 Kondisi Disain dan Ekonomi&Keuangan Dokumen Kontrak K32. K19. Produksi detail disain untuk kontraktor/subkontraktor terlambat Inflasi K33. Perbedaan gambar dan spesifikasi yang diterima kontraktor/ subkontraktor K20. Depresiasi nilai mata uang (kenaikan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika) K34. Ketidakjelasan dokumen kontrak (ambiguity) K21 K35 Kenaikan Detail disain tingkat yang suku tidak bunga lengkap K22. K36 Kenaikan Perbedaan harga volume akibat pada kenaikan bill of quantity pajak bea dan masuk gambar barang impor K23. K37. Kenaikan Kesalahan harga data material setting out dan dari peralatan konsultan untuk pekerjaan K24. K38. Kenaikan Adanya perubahan upah pekerja disain yang diinginkan owner pada pekerjaan KK-5 KK-7 Lingkungan/lokasi Kondisi Finansial Proyek Perusahaan K25 K39. Perubahan Kesalahan kondisi estimasi lingkungan biaya disekitar proyek K26 K40. Peningkatan Kehilangan (pencurian) polusi udara di disekitar lingkungan lokasi proyek proyek K27 K41. Terganggunya Biaya untuk jalan lalu yang lintas melewati disekitar tanah lokasi orang proyek dan fasilitas tambahan K28 K42. Kebisingan Buruknya kemampuan keuangan owner K29 K43 Sampah Buruknya konstruksi kemampuan keuangan kontraktor utama K30 K44. Klaim Buruknya oleh kemampuan masyarakat lingkungan keuangan subkontraktor sekitar proyek K31 K45. Pengrusakkan Owner bangkrut oleh masyarakat sekitar Tabel IV.4. Uncertain events yang bersumber dari lingkungan internal proyek K46. Kontraktor utama bangkrut K47. Subkontraktor bangkrut K48. Berpindahnya kepemilikan proyek K49. Barang-barang kontraktor utama disita oleh negara KK-8 Risiko yang berkaitan dengan Proses Administrasi Proyek K50. Keterlambatan owner membayar kontraktor utama K51. Owner tidak/gagal membayar kontraktor utama K52. Keterlambatan kontraktor utama membayar subkontraktor bukan karena keterlambatan pembayaran dari owner K53. Keterlambatan konsultan pengawas memberikan persetujuan (Approval) kemajuan pekerjaan K54. Birokrasi yang berbelit-belit oleh pihak owner K55. Birokrasi yang berbelit-belit oleh pihak kontraktor utama K56. Kontraktor utama kurang mampu menyiapkan back-up MC (Monthly Certificate K57. Keterlambatan kontraktor utama menyampaikan laporan kemajuan atau berita acara K58. Kesalahan administrasi atau sistem administrasi yang kurang baik. KK-9 Kemampuan Manajerial K59. Buruknya reputasi dan kemampuan kontraktor utama K60. Kurangnya pengalaman kontraktor melaksanakan pekerjaan K61. Kurangnya penguasaan terhadap dokumen kontrak K62. Kurangnya kemampuan pengelolaan keuangan K63. Metode pelaksanaan yang diusulkan kurang tepat K64 Kurangnya penguasaan terhadap teknologi pelaksanaan K65. Gagal melakukan koordinasi antar tenaga kerja sehingga menyebabkan ketidaktepatan, ketidakstabilan, ketidaklancaran seluruh operasi lapangan dan metode konstruksi K66. Kegagalan kontraktor utama dalam pengawasan pelaksanaan pekerjaan subkontraktor K67. Pelaksanaan perubahan pekerjaan subkontraktor tidak sesuai dengan keinginan owner karena kesalahan instruksi kontraktor utama K68. Buruknya reputasi dan kemampuan manajerial subkontraktor K69. Keterlambatan subkontraktor akibat keterlambatan pekerjaan sebelumnya yang mempengaruhi K70. Keterlambatan pengadaan material dan peralatan 110

20 K71. Ketidakpastian Penjadwalan K72. Data dan peristiwa selama pelaksanaan proyek tidak terdokumentasi Tabel IV.4..lanjutan KK-10 Keselamatan&Keamanan di Lokasi Proyek K73. Kecelakaan yang menyebabkan kematian dan luka pada tenaga kerja yang disebabkan pelaksanaan pekerjaan pihak lain di bawa koordinasi kontraktor Utama K74 Keselamatan dan kesehatan kerja yang tidak terjamin di lokasi proyek K75 Kebakaran K76. Keamanan pengamanan dan perlindungan lingkungan proyek kurang baik K77 Terjadinya demonstrasi, pemogokan atau kerusuhan oleh tenaga kerja kontraktor K78 Terjadinya perselisihan antara tenaga kerja kontraktor utama dengan tenaga kerja sub kontraktor KK-11 Risiko yang berkaitan dengan Kegiatan Pelaksanaan Konstruksi K79 Material dan peralatan tertentu untuk pekerjaan, pilihan pemilik proyek tidak tersedia K80 Penyediaan material dan pekerja yang tidak standard oleh kontraktor/ subkontraktor K81 Keterlambatan pekerjaan karena adanya fosil atau barang berharga dan antik di lokasi pekerjaan K82 Keterlambatan akibat kelalaian owner dalam perizinan dan pembiayaannya K83 Pekerjaan kontraktor/subkontraktor tidak sesuai dengan kontrak/subkontrak K84 Hambatan pekerjaan akibat utilitas yang tidak terdeteksi sebelumnya K85 Kesalahan pekerjaan yang dikerjakan pada malam hari K86 Sulitnya ketersediaan resources (SDM) K87 Penundaan (suspension) pekerjaan kontraktor/subkontraktor oleh pengawas/owner K88 Penundaan (suspension) pekerjaan subkontraktor oleh kontraktor utama K89 Kerusakan/cacat (defective) dari material atau pekerjaan K90 Kehilangan atau kerugian atas atau kerusakan harta benda milik owner atau orang lain akibat pekerjaan K91 Kerusakan pada fasilitas umum karena pekerjaan kontraktor/subkontraktor K92 Pemutusan sepihak kontraktor utama dengan subkontraktor K93 Kegagalan (breach) kontraktor utama dalam kontrak utama akibat kegagalan/kesalahan subkontraktor K94 Menghancurkan membongkar atau memindahkan material atau pekerjaan-pekerjaan subkontraktor tanpa seijin kontraktor utama K95 Perpanjangan waktu untuk penyelesaian pekerjaan akibat banyaknya atau sifat dari pekerjaan tambahan K96 Keterlambatan pekerjaan karena kesalahan setting out (posisi, level, dimensi) dari survey mark yang diinformasikan konsultan K97 Kerusakan atau cacat alat K98 Kegagalan pengawasan mengidentifikasi cacat struktural IV.2 Analisis hasil kuesioner Hasil olahan data yang telah valid dan reliabel yang menyatakan nilai 111

21 kecenderungan atau persentasi terbesar jawaban responden tentang uncertain events yang terjadi dalam pelaksanaan proyek konstruksi akan dianalisis. IV.2.1 Karakteristik Responden Dari data yang telah diolah, dapat dilihat latar belakang responden dan gambaran umum tempat responden bekerja sebagai berikut: 1. Latar Belakang Responden Berdasarkan data yang terkumpul, ternyata bahwa 32,3% responden mempunyai 10 tahun pengalaman dalam bidang konstruksi (lihat Gambar IV.2.). Hal ini menunjukkan bahwa responden yang diambil sebagai sampel, cukup berpengalaman pada industri konstruksi Indonesia dan diharapkan memiliki kualitas yang baik dalam memberikan jawaban terhadap kuesioner. 19,4% 9,7% 21% 17,7% 32,3% < 5 tahun 5-10 tahun tahun tahun > 20 tahun Gambar IV.2. Pengalaman responden Gambar IV.3. memperlihatkan bahwa 35,5% responden telah bekerja di perusahaan yang bersangkutan ketika kuesioner ini disebarkan dan dikumpulkan, selama lima sampai sepuluh tahun. Hal ini menunjukkan bahwa responden dapat mewakili dan mengenal perusahaan tempat bekerjanya sekarang, sehingga informasi yang diberikan dapat dianggap andal. 112

22 16,1% 8,1% 9,7% 30,6% 35,5% < 5 tahun 5-10 tahun tahun tahun > 20 tahun Gambar IV.3. Senioritas responden 2. Latar Belakang Perusahaan Berdasarkan data yang terkumpul, 72,6% perusahaan kontraktor yang terlibat sebagai responden dalam penelitian ini adalah kontraktor utama (lihat Gambar IV.4.). 8% 72,6% 19,4% Owner Kontraktor Utama Konsultan Gambar IV. 4. Fungsi perusahaan tempat responden bekerja Pada Gambar IV.5. terlihat bahwa 51, 6% kontraktor yang terlibat, memiliki pengalaman dalam industri kontruksi Indonesia selama lebih dari 20 tahun. kan 45,2 % kontraktor telah menangani lebih dari 30 proyek selama kurun waktu tersebut (lihat Gamabar IV.6.). Hal ini berarti perusahaan menangani ratarata dua sampai tiga proyek dalam satu tahun, dengan jumlah klien terbesar adalah swasta dalam negeri ( 50 %) seperti yang disajikan pada Gambar IV

23 8,1% 6,5% 16,1% 51,6% 12,9% 4,8% < 5 tahun 5-10 tahun tahun tahun > 20 tahun Missing Gambar IV.5. Pengalaman Perusahaan di Bidang Konstruksi 45,2% 8% 11,3% 9,7% 25,8% 5-10 proyek proyek proyek > 30 Missing Gambar IV.6. Jumlah proyek yang ditangani kontraktor 3,2% 46,8% 50% Swasta Dalam Negeri Pemerintah Swasta Luar Negeri 114

24 Gambar IV.7. Komposisi Klien Kontraktor Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa secara umum, perusahaan yang dijadikan sampel cukup berpengalaman dalam industri kontruksi Indonesia dan dapat mewakili perusahaan kontraktor. Di samping itu, dari 62 data yang terkumpul ternyata bahwa proyek-proyek yang ditangani oleh kontraktor lebih dari satu jenis proyek (Tabel IV.5.), dimana selain menangani proyek bangunan gedung, kontraktor yang sama juga menangani proyek jalan. Di sini diperlihatkan bahwa 43 responden dari 62 data (69,35 %) menangani proyek jalan dan jembatan dan 41 responden dari 62 data (45,2 %) menangani proyek bangunan gedung. Dengan demikian perusahaan yang dijadikan sampel umumnya menangani proyek bangunan gedung dan proyek jalan dan jembatan. Tabel IV.5 Proyek yang ditangani Jenis Proyek Jumlah Responden Presentasi dari 62 data Bangunan Gedung 41 66,12 Perumahan-perumahan dan Pemukiman 18 29,03 Jalan dan Jembatan 43 69,35 Jalan dan Jembatan Kereta Api 10 16,13 Jaringan Pengairan 19 30,64 Drainase 9 14,52 Landasan 11 17,74 Dermaga dan Penahan Gelombang 22 35,48 Penahan Tanah 7 11,29 Mekanik dan Elektronik 19 30,64 Bendung dan Bendungan 21 33,87 115

25 IV.2.2 Dampak uncertain events dalam pelaksanaan proyek konstruksi Masing-masing kelompok responden memang memiliki perbedaan kepentingan oleh karena itu dalam proses pengolahan data, penilaian Dampak Risiko serta Alokasi Tanggung Jawab dilakukan dengan menggunakan pendekatan Teorema Probabilitas Total. kan data yang penilaiannya tidak dipengaruhi oleh adanya perbedaan kepentingan yaitu mengenai Kemungkinan Terjadi dan Besar Kerugian, proses pengolahan data menggunakan pendekatan penaksiran parameter/titik (maximum likelihood). Hasil pengolahan data memperlihatkan frekuensi terbesar jawaban responden mengenai, uncertain events yang mungkin terjadi; pihak yang bertanggung jawab; dampak yang ditimbulkan; besarnya kerugian akibat uncertain events tersebut. Hasil pengolahan data disajikan pada Tabel IV.6 sampai dengan Tabel VI.16. Tabel IV.6. KK-1. Dampak uncertain events yang bersumber dari Kondisi Alam No. K1. Deskripsi Keterlambatan akibat cuaca yang sangat buruk yang tidak dapat diramalkan oleh kontraktor Kemungkinan Terjadi K2. Gempa bumi K3. Gunung meletus Alokasi Tanggung Jawab Dampak uncertainty Besarnya Kerugian Kurang Sangat Besar Besar K4. Tanah longsor K5. Kondisi lapangan yang berbeda dengan desain (Differing site condition) 116

26 No. K6. Deskripsi Perubahan undang-undang setempat (regulasi, hukum, dan lain-lain) Kemungkinan Terjadi Jarang Alokasi Tanggung Jawab Dampak Risiko Besarnya Kerugian Tabel IV.7. KK-2. Dampak uncertain events yang bersumber dari Politik&Kebijakan Pemerintah Perubahan peraturan K7. pemerintah Peningkatan pajak & bea K8. masuk Jarang Jarang K9 Kenaikan harga BBM Perubahan kebijakan upah K10 minimum regional Kebijakan deregulasi K11 Perbankan Kebijakan tentang analisis K12 dampak lingkungan Perang invasi, tindakan musuh K13 asing, hostilities Pemberontakan, revolusi, huru-hara atau militer atau K14 kudeta atau keadaan perang atau penyitaan atas perintah /yang berkuasa Besar Sangat Kurang Sangat besar Tabel IV.8 KK-3. Dampak uncertain events yang bersumber dari Kondisi Sosial/Budaya 117

27 No. Deskripsi Klaim dari orang terhadap luka-luka/kematian K15 seseorang/tenaga kerja lain akibat pekerjaan Demonstrasi, pemogokan, atau K16 kerusuhan oleh tenaga kerja Nasional Indikasi KKN (Korupsi, K17 Kolusi, Nepotisme) Proses penyelesaian K18 pembebasan lahan Kemungkinan Terjadi Jarang Alokasi Tanggung Jawab Dampak Risiko Besarnya Kerugian Kurang Tabel IV.9 KK-4. Dampak uncertain events yang bersumber dari Kondisi Ekonomi dan Keuangan Negara No. Deskripsi Kemungkinan Terjadi Alokasi Tanggung Jawab Dampak Risiko Besarnya Kerugian K19 Inflasi Sangat Sering Sangat besar K20 Depresiasi nilai mata uang (kenaikan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika) K21 Kenaikan tingkat suku bunga Kenaikan harga akibat kenaikan pajak bea masuk K22 barang impor K23 Kenaikan harga material dan peralatan K24 Kenaikan upah pekerja Jarang Besar Subkontraktor Besar Besar Tabel.IV.10. KK-5. Dampak uncertain events yang bersumber dari Lingkungan/lokasi Proyek Peningkatan polusi udara di K26 Alokasi Kemungkinan Jarang Dampak Besarnya No. sekitar lokasi Deskripsi proyek Tanggung Terjadi Risiko Kerugian Jawab Terganggunyanya lalu lintas di Sangat K27 Perubahan kondisi lingkungan Owner Waktu K25 sekitar lokasi proyek Kurang K28 Kebisingan di sekitar proyek 118

28 K29 Timbulnya sampah konstruksi Sering Besar Terjadinya klaim oleh K30 masyarakat lingkungan sekitar proyek Pengrusakkan oleh masyarakat K31 sekitar Sering Jarang Besar Sangat Kurang Tabel IV.11 KK-6. Dampak uncertain events yang bersumber dari Disain dan Dokumen Kontrak No. Deskripsi K32 Produksi detail disain untuk kontraktor/subkontraktor terlambat Kemungkinan Terjadi Sering Alokasi Tanggung Jawab Dampak Risiko Mutu Pekerjaan Besarnya Kerugian K33 Perbedaan gambar dan spesifikasi yang diterima kontraktor/subkontraktor K34 Ketidakjelasan dokumen kontrak (ambiguity) Jarang Kurang Mutu Pekerjaan Sering Kurang K35 Detail disain yang tidak lengkap Kurang K36 Perbedaan volume pada ball of quantity dan gambar Sangat Sering Sangat Besar K37 Kesalahan data setting out dari konsultan untuk pekerjaan K38. Adanya perubahan disain yang diinginkan owner pada pekerjaan Kurang Tabel IV.12. KK-7 Dampak uncertain events yang bersumber dari Kondisi Finansial Perusahaan No. Deskripsi K39 Kesalahan estimasi biaya K40 K41 Kehilangan (pencurian) di lingkungan proyek Membuat fasilitas tambahandan jalan sementara/khusus yang melewati tanah orang untuk akses ke lokasi pekerjaan K42 Buruknya keampuan keuangan owner Kemungkinan Terjadi Jarang Sering Alokasi Tanggung Jawab Dampak Risiko Besarnya Kerugian Subkon-traktor Besar 119

29 Buruknya kemampuan keuangan K43 kontraktor utama Buruknya kemampuan keuangan K44 subkontraktor K45 Owner bangkrut K46 Kontraktor utama bangkrut K47 Subkontraktor bangkrut K48 Berpindahnya kepemilikan proyek K49 Barang-barang kontraktor utama disita oleh negara Jarang Subkon-traktor Subkon-traktor Besar Besar Sangat Kurang Sangat Besar Tabel IV.13. KK-8. Dampak uncertain events yang bersumber dari Proses Administrasi No. K50 K51 K52 K53 K54 K55 K56 K57 Deskripsi Keterlambatan owner membayar kontraktor utama Owner tidak/gagal membayar kontraktor utama Keterlambatan kontraktor utama membayar subkontraktor bukan karena keterlambatan pembayaran dari owner Keterlambatan konsultan pengawas memberikan persetujuan (Approval) kemajuan pekerjaan Birokrasi yang berbelitbelit oleh pihak owner Birokrasi yang berbelibelit oleh pihak kontraktor utama Kontraktor utama kurang mampu menyiapkan back-up MC (Monthly Centificate) Keterlambatan kontraktor utama menyampaikan laporan kemajuan atau berita acara Kemungkinan Terjadi Sering Alokasi Tanggung Jawab Jarang Jarang Jarang Dampak Risiko Besarnya Kerugian Besar Sangat Besar Besar Sangat Kurang Jarang Jarang Kurang K58 Kesalahan administrasi Jarang Sangat 120

30 atau sistem administrasi yang kurang baik. Kurang Tabel IV.14 KR-9 Dampak uncertain events yang bersumber dari Kemampuan Manajerial Keterlambatan subkontraktor Kemungkinan Alokasi Dampak Besarnya No. akibat keterlambatan Deskripsi K69 Terjadi Tanggung Kontraktor Jawab Risiko Kerugian Kurang pekerjaan sebelumnya yang Buruknya mempengaruhi reputasi dan K59 Jarang kemampuan Keterlambatan kontraktor pengadaan utama Mutu Waktu K70 Jarang material dan peralatan Pekerjaan Biaya K71 Kurangnya Ketidakpastian pengalaman Penjadwalan Jarang Sangat Kurang Subkon-traktor K60 kontraktor Data dan peristiwa melaksanakan selama Jarang pekerjaan Mutu K72 pelaksanaan proyek tidak Jarang Pekerjaan Biaya Sangat Kurang Kurangnya terdokumentasi penguasaan K61 Kurang terhadap dokumen kontrak K62 Kurangnya kemampuan Sangat Kurang pengelolaan keuangan K63 Metode pelaksanaan yang diusulkan kurang tepat Mutu pekerjan Sangat kurang K64 K65 K66 K67 K68 Kurangnya penguasaan terhadap teknologi Gagal melakukan koordinasi antar tenaga kerja sehingga menyebab-kan ketidaktepatan, ketidakstabilan, ketidaklancaran seluruh operasi lapangan dan metode konstruksi Kegagalan kontrak utama dalam pengawasan pelaksanaan pekerjaan subkontraktor Pelaksanaan perubahan pekerjaan subkontraktor tidak sesuai dengan keinginan owner karena kesalahan instruksi kontraktor utama Buruknya reputasi dan kemampuan manajerial subkontraktor Mutu pekerjan Jarang Subkon-traktor Subkon-traktor Kurang 121

31 Tabel.IV.15. KK-10 Dampak uncertain events yang bersumber dari Keselamatan &Keamanan di Lokasi Proyek No. Deskripsi K73 Kecelakaan yang menyebabkan kematian dan luka pada tenaga kerja yang disebabkan pelaksanaan pekerjaan pihak lain di bawah koordinasi kontraktor utama K74 Keselamatan dan kesehatan kerja yang tidak terjamin dialokasi proyek K75 Kelalaian yang menyebabkan kebakaran K76 Keamanan pengamanan dan perlindungan lingkungan proyek kurang baik K77 Demonstrasi, pemogokan atau kerusuhan oleh tenaga kerja kontraktor K78 Perselisihan antara tenaga kerja kontraktor utama dengan tenaga kerja sub kontraktor Kemungkinan Terjadi Jarang Alokasi Tanggung Jawab Kontrktor Subkontraktor Dampak Risiko waktu Besarnya Kerugian Sangat Kurang Sangat Besar Jarang 122

32 Tabel IV.16 KK-11 Dampak uncertain events yang bersumber dari Kegiatan/Pelaksanaan Konstruksi No. Deskripsi Material dan peralatan tertentu untuk K79. pekerjaan, pilihan pemilik proyek tidak tersedia Penyediaan material dan pekerjaan K80 yang tidak standar oleh kontraktor/subkontraktor Keterlambatan pekerjaan karena K81 adanya fosil atau barang berharga dan antik dilokasi pekerjaan Keterlambatan akibat kelalaian owner K82 dalam perizinan dan pembiayaannya Pekerjaan kontraktor/sub-kontraktor K83 tidak sesuai dengan kontrak/subkontrak Hambatan pekerjaan akibat utilitas K84 yang tidak terdeteksi sebelumnya Kesalahan pekerjaan yang dikerjakan K85 pada malam hari K86 K87 K88 K89 K90 K91 K92 K93 K94 K95 K96 Sulitnya ketersediaan resources (SDM) Penundaan (suspension) pekerjaan kontraktor/sub-kontraktor oleh pengawas/owner Penundaan (suspension) pekerjaan subkontraktor oleh kontraktor utama Kerusakan (defective) dari material atau pekerjaan Kehilangan atau kerugian atas kerusakan harta benda milik owner atau orang lain akibat pekerjaan Kerusakan pada fasilitas umum karena pekerjaan kontraktor/subkontraktor Pemutusan sepihak kontraktor utama dengan subkontraktor Kegagalan (breach) kontraktor utama dalam kontrak akibat kegagalan/ kesalahan subkontraktor Menghancurkan, membongkar, atau memindahkan material atau pekerjaanpekerjaan subkontraktor tanpa seizin kontraktor utama Perpanjangan waktu untuk menyelesaian pekerjaan akibat banyaknya atau sifat dari pekerjaan tambah Keterlambatan pekerjaan karena kesalahan setting out (posisi, level dimensi) dari survey mark yang diinformasikan konsultan K97 Kerusakan atau cacat alat K98 Kegagalan pengawas mengidentifikasi cacat structural Kemungkinan Terjadi Jarang Jarang Jarang Jarang Jarang Jarang Jarang Jarang Sering Jarang Alokasi Besarnya Dampak Risiko Tanggung Jawab Kontrktor Subkon-traktor Subkon-traktor Subkon-traktor Subkon-traktor Subkon-traktor Subkon-traktor Mutu pekerjan waktu biaya Mutu pekerjaan waktu Mutu Pekerjaan Kerugian Besar Besar Sangat kurang Kurang Sangat Besar Kurang Kurang Besar Besar Kurang Sangat Kurang Sangat Kurang 123

BAB V UNCERTAIN EVENTS DALAM PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI YANG AKAN DIKELOLA DENGAN BIAYA KONTINJENSI DAN MENJADI TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR

BAB V UNCERTAIN EVENTS DALAM PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI YANG AKAN DIKELOLA DENGAN BIAYA KONTINJENSI DAN MENJADI TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR BAB V UNCERTAIN EVENTS DALAM PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI YANG AKAN DIKELOLA DENGAN BIAYA KONTINJENSI DAN MENJADI TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR V.1 Pendahuluan Salah satu faktor penentu untuk dapat mencapai

Lebih terperinci

BAB VI KERANGKA PENENTUAN BIAYA KONTINJENSI DALAM PELAKSANAAN KONSTRUKSI

BAB VI KERANGKA PENENTUAN BIAYA KONTINJENSI DALAM PELAKSANAAN KONSTRUKSI BAB VI KERANGKA PENENTUAN BIAYA KONTINJENSI DALAM PELAKSANAAN KONSTRUKSI VI.1 Pendahuluan Fokus utama bab ini adalah mengembangkan suatu kerangka yang dapat membantu perusahaan-perusahaan kontraktor di

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan perwujudan dari kerangka berpikir untuk mencapai tujuan dari penelitian, yang dijabarkan dalam beberapa tahap pada disain penelitian. Kerangka

Lebih terperinci

Asraf Ali Hamidi JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2013

Asraf Ali Hamidi JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2013 IDENTIFIKASI DAN RESPON RISIKO PADA PROYEK PEMBANGUNAN JEMBATAN PENGHUBUNG TERMINAL MULTIPURPOSE TELUK LAMONG PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA PAKET C DARI PERSEPSI KONTRAKTOR Asraf Ali Hamidi 3106 100

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Menurut Mulyani (2006), proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan proyek yang berkaitan dengan bidang konstruksi (pembangunan) yang mempunyai dimensi

Lebih terperinci

ANALISA RISIKO KONSTRUKSI PADA PROYEK RUSUNAMI KEBAGUSAN CITY JAKARTA

ANALISA RISIKO KONSTRUKSI PADA PROYEK RUSUNAMI KEBAGUSAN CITY JAKARTA TUGAS AKHIR RC 091380 ANALISA RISIKO KONSTRUKSI PADA PROYEK RUSUNAMI KEBAGUSAN CITY JAKARTA RENDY KURNIA DEWANTA NRP 3106100038 DOSEN PEMBIMBING M. Arif Rohman, ST., MSc Ir. I Putu Artama Wiguna, MT.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Proyek konstruksi merupakan salah satu jenis proyek yang memiliki potensi risiko relatif tinggi akibat uncertain events yaitu peristiwa-peristiwa tidak pasti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses konstruksi untuk merusak proyek (Faber, 1979). yang diperkirakan (Lifson & Shaifer, 1982).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses konstruksi untuk merusak proyek (Faber, 1979). yang diperkirakan (Lifson & Shaifer, 1982). 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Definisi resiko: 1. Kejadian yang sering terjadi pada event tertentu atau faktor yang terjad selama proses konstruksi untuk merusak proyek (Faber, 1979). 2. Hubungan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pembahasan dalam bab 5 ini dibagi menjadi dua bagian yaitu kesimpulan dan saran. Kesimpulan disini merupakan hasil penelitian secara keseluruhan, sedangkan saran yang dimaksud

Lebih terperinci

SHELLY ATMA DEVINTA

SHELLY ATMA DEVINTA SHELLY ATMA DEVINTA 3110100036 DOSEN PEMBIMBING: Cahyono Bintang Nurcahyo ST, MT Ir. I Putu Artama Wiguna, MT, Ph.D Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Faktor-Faktor penghambat yang terjadi pada proyek konstruksi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Faktor-Faktor penghambat yang terjadi pada proyek konstruksi BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan data kuesioner yang diberikan kepada 50 responden, penelitian tentang studi mengenai faktor-faktor penghambat pelaksanaan proyek konstruksi di Timor-Leste

Lebih terperinci

ANALISA RISIKO PELAKSANAAN PROYEK APARTEMEN PUNCAK KERTAJAYA SURABAYA

ANALISA RISIKO PELAKSANAAN PROYEK APARTEMEN PUNCAK KERTAJAYA SURABAYA ANALISA RISIKO PELAKSANAAN PROYEK APARTEMEN PUNCAK KERTAJAYA SURABAYA Bagus Prasetyo Budi 3108100042 Dosen Pembimbing Ir. I Putu Artama Wiguna, MT, Ph.D. JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi adalah jenis usaha jasa konstruksi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi adalah jenis usaha jasa konstruksi yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jasa Konstruksi Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi adalah jenis usaha jasa konstruksi yang menyediakan layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, yang dibedakan menurut bentuk

Lebih terperinci

PENGADILAN AGAMA KELAS I-A KENDAL

PENGADILAN AGAMA KELAS I-A KENDAL PENGADILAN AGAMA KELAS I-A KENDAL Jl. Soekarno Hatta Km.4 Brangsong, Telp (0294) 381490 Fax (0294) 384044 Kendal-51371 Website : www.pa-kendal.go.id SURAT PERINTAH KERJA (SPK) Halaman 1 dari 1 PAKET PEKERJAAN:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Faktor Sukses, Kontraktor dan Perumahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Faktor Sukses, Kontraktor dan Perumahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Faktor Sukses, Kontraktor dan Perumahan Faktor sukses adalah suatu bagian penting, dimana prestasi yang memuaskan diperlukan untuk suatu organisasi agar dapat mencapai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Tinjauan Umum Proyek dengan segala ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilibatkan didalamnya merupakan salah satu upaya manusia dalam membangun kehidupannya. Suatu proyek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian 2.1.1. Klaim Konstruksi Klaim secara umum didefinisikan sebagai sebuah permintaan atau permohonan (Nazarkhan Yasin, 2008), di Indonesia hampir semua batasan yang

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN STASIUN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN STASIUN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN SYARAT UMUM SURAT PERINTAH KERJA (SPK) 1. LINGKUP PEKERJAAN Penyedia yang ditunjuk berkewajiban untuk menyelesaikan pekerjaan dalam jangka waktu yang ditentukan, sesuai dengan volume, spesifikasi teknis

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI COST OVERRUNS PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI COST OVERRUNS PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI COST OVERRUNS PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA ANALYSIS OF FACTORS - FACTORS AFFECTING THE COST OVERRUNS ON CONSTRUCTION PROJECTS IN SURABAYA Ari Swezni, Retno

Lebih terperinci

BAB V. KESIMPULAN dan SARAN. Penelitian ini adalah hasil studi dari sejumlah responden yang

BAB V. KESIMPULAN dan SARAN. Penelitian ini adalah hasil studi dari sejumlah responden yang BAB V KESIMPULAN dan SARAN 5.. Kesimpulan Penelitian ini adalah hasil studi dari sejumlah responden yang berkedudukan sebagai kontraktor dan konsultan yang berada di daerah DKI Jakarta. Sesuai dengan hasil

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. bab IV akan disajikan data yang telah dikumpulkan serta analisis statistik yang

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. bab IV akan disajikan data yang telah dikumpulkan serta analisis statistik yang 29 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penyebaran kuisioner dilakukan pada bulan April sampai Mei 2015. Pada bab IV akan disajikan data yang telah dikumpulkan serta analisis statistik yang digunakan untuk mengolah

Lebih terperinci

BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK 3.1. Pengertian Proyek Menurut Nokes (2007), proyek adalah sebuah kegiatan yang bersifat sementara yang telah ditetapkan awal pekerjaanya dan waktu selesainya (dan biasanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi 2.1.1 Pengertian Proyek Konstruksi Proyek konstruksi adalah usaha yang kompleks dan tidak memiliki kesamaan persis dengan proyek manapun sebelumnya sehingga

Lebih terperinci

A D E D D E N D U M D O K U M E N P E N G A D A A N Nomor : 235.4/PL.420/PA-STP/XI/2012 Tanggal : 30 November 2012

A D E D D E N D U M D O K U M E N P E N G A D A A N Nomor : 235.4/PL.420/PA-STP/XI/2012 Tanggal : 30 November 2012 A D E D D E N D U M D O K U M E N P E N G A D A A N Nomor : 235.4/PL.420/PA-STP/XI/2012 Tanggal : 30 November 2012 Untuk PENGADAAN BAHAN MAKAN TARUNA SEKOLAH TINGGI PERIKANAN TAHUN 2013 BAB I BAB II BAB

Lebih terperinci

Analisis Risiko Rantai Pasok pada Proyek Pembangunan Apartemen di Surabaya

Analisis Risiko Rantai Pasok pada Proyek Pembangunan Apartemen di Surabaya 1 Analisis Rantai Pasok pada Proyek Pembangunan Apartemen di Surabaya Shelly Atma Devinta, I Putu Artama Wiguna, Cahyono Bintang Nurcahyo Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai pekerjaan ulang. Pada penelitian ini rework didefinisikan sebagai aktivitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai pekerjaan ulang. Pada penelitian ini rework didefinisikan sebagai aktivitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Batasan Rework Kata rework bila diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia dapat berarti sebagai pekerjaan ulang. Pada penelitian ini rework didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

SURABAYA SATUAN KERJA : RSUD Dr.SOETOMO SURAT PERINTAH KERJA (SPK) NOMOR DAN TANGGAL SPK : 027/15121/301/XI/2016, TGL.

SURABAYA SATUAN KERJA : RSUD Dr.SOETOMO SURAT PERINTAH KERJA (SPK) NOMOR DAN TANGGAL SPK : 027/15121/301/XI/2016, TGL. PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOETOMO JL. Mayjen. Prof. Dr. Moestopo 6 8, Telp. 031-5501011-1013, Fax. 031-5022068, 5028735. SURABAYA - 60286 SATUAN KERJA : RSUD Dr.SOETOMO

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat unik, membutuhkan sumber daya (manpower, material, machine, money,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat unik, membutuhkan sumber daya (manpower, material, machine, money, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proyek Konstruksi Menurut Ervianto (2002), suatu proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek.

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Heldman Kim, 2005, Project Manager s Spotlight on Risk Management, Harbour Light Press, San Fransisco.

DAFTAR PUSTAKA. Heldman Kim, 2005, Project Manager s Spotlight on Risk Management, Harbour Light Press, San Fransisco. DAFTAR PUSTAKA Carl, Olsson, 2002, Risk Management in Emerging Markets: How to Survive and Prosper, Prentice Hall, Inc., Upper Saddle River, New Jersey. Heldman Kim, 2005, Project Manager s Spotlight on

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proyek adalah suatu urutan kegiatan dan peristiwa yang dirancang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proyek adalah suatu urutan kegiatan dan peristiwa yang dirancang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proyek adalah suatu urutan kegiatan dan peristiwa yang dirancang dengan baik pada suatu permulaan dan suatu akhir dari sebuah kegiatan, yang diarahkan untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki suatu keahlian atau kecakapan khusus.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki suatu keahlian atau kecakapan khusus. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualifikasi Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2001), definisi kualifikasi adalah keahlian yang diperlukan untuk melakukan sesuatu, atau menduduki jabatan tertentu. Jadi, kualifikasi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi dan Konsep Risiko Secara sederhana, risiko diartikan sebagai kemungkinan kejadian yang merugikan, sedangkan ketidakpastian merupakan

Lebih terperinci

PENILAIAN PERSEPSI RISIKO MANAJEMEN RANTAI PASOK PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI SURABAYA. Disampaikan Oleh: Hendro Sutowijoyo (

PENILAIAN PERSEPSI RISIKO MANAJEMEN RANTAI PASOK PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI SURABAYA. Disampaikan Oleh: Hendro Sutowijoyo ( PENILAIAN PERSEPSI RISIKO MANAJEMEN RANTAI PASOK PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI SURABAYA Disampaikan Oleh: Hendro Sutowijoyo (3107.203.002) 1. Pendahuluan Latar Belakang Perumusan Masalah Batasan Masalah

Lebih terperinci

BAB V. KESIMPULAN dan SARAN

BAB V. KESIMPULAN dan SARAN BAB V KESIMPULAN dan SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan penelitian studi Analisis Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Cost Overrun Pada Proyek Konstruksi di Yogyakarta, maka dapat diambil kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

5.1. Analisa Pengukuran Kinerja Supply Chain Pada Proyek Studi Kasus

5.1. Analisa Pengukuran Kinerja Supply Chain Pada Proyek Studi Kasus BAB V PENERAPAN INDIKATOR KINERJA SUPPLY CHAIN PADA PROYEK STUDI KASUS Pada bab 4 telah coba dikembangkan 10 (sepuluh) indikator penilaian kinerja supply chain yang didasarkan atas telaah terhadap studi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Proyek adalah suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang dibatasi oleh waktu dan sumber daya yang terbatas. Sehingga pengertian proyek konstruksi adalah suatu

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Perumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan apartemen adalah salah satu pembangunan yang menimbulkan risiko tinggi bagi proyek tersebut maupun lingkungan sekitarnya dibandingkan dengan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2008, dari: 1 Mengurai Kemacetan Lalu Lintas Ibu Kota, Kompas, 16 Desember 2004.

BAB I PENDAHULUAN. 2008, dari:  1 Mengurai Kemacetan Lalu Lintas Ibu Kota, Kompas, 16 Desember 2004. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Setiap hari puluhan ribu manusia yang berada di lingkaran ibu kota baik dari Bekasi, Depok, Bogor, dan Tangerang melangkahkan kakinya ke Ibu Kota Jakarta untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PROGRAM PASCA SARJANA ILMU TEKNIK SIPIL KEKHUSUSAN MANAJEMEN KONSTRUKSI UNIVERSITAS INDONESIA 2009 KUESIONER PAKAR

PROGRAM PASCA SARJANA ILMU TEKNIK SIPIL KEKHUSUSAN MANAJEMEN KONSTRUKSI UNIVERSITAS INDONESIA 2009 KUESIONER PAKAR Lampiran 1 : Kuesioner Pakar PROGRAM PASCA SARJANA ILMU TEKNIK SIPIL KEKHUSUSAN MANAJEMEN KONSTRUKSI UNIVERSITAS INDONESIA 2009 KUESIONER PAKAR FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KLAIM YANG MEMPENGARUHI KINERJA

Lebih terperinci

ANALISIS FREKUENSI, DAMPAK, DAN JENIS KETERLAMBATAN PADA PROYEK KONSTRUKSI

ANALISIS FREKUENSI, DAMPAK, DAN JENIS KETERLAMBATAN PADA PROYEK KONSTRUKSI ANALISIS FREKUENSI, DAMPAK, DAN JENIS KETERLAMBATAN PADA PROYEK KONSTRUKSI Theresia Monica Sudarsono 1, Olivia Christie 2 and Andi 3 ABSTRAK: Dalam proyek konstruksi terdapat beberapa kemungkinan terjadinya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PANDANGAN KONTRAKTOR TERHADAP KLAUSUL-KLAUSUL KONTRAK PADA PROYEK KONSTRUKSI Theodorus Bryan 1, Yosua S. Sidarta 2, Andi 3

PANDANGAN KONTRAKTOR TERHADAP KLAUSUL-KLAUSUL KONTRAK PADA PROYEK KONSTRUKSI Theodorus Bryan 1, Yosua S. Sidarta 2, Andi 3 PANDANGAN KONTRAKTOR TERHADAP KLAUSUL-KLAUSUL KONTRAK PADA PROYEK KONSTRUKSI Theodorus Bryan 1, Yosua S. Sidarta 2, Andi 3 ABSTRAK : Pada proyek konstruksi yang berfokus pada bangunan high-rise, atau dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek konstruksi Konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana maupun prasarana. Dalam sebuah bidang arsitektur atau teknik sipil, sebuah konstruksi juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kegagalan pada Proyek Konstruksi Kegagalan konstruksi merupakan kegagalan yang bersifat teknis dan non teknis. Kegagalan pekerjaan konstruksi adalah keadaan hasil pekerjaan

Lebih terperinci

BENTUK SURAT PERINTAH KERJA (SPK) [kop surat K/L/D/I] SATUAN KERJA PPK: NOMOR DAN TANGGAL SPK NOMOR DAN TANGGAL DOKUMEN PENGADAAN :

BENTUK SURAT PERINTAH KERJA (SPK) [kop surat K/L/D/I] SATUAN KERJA PPK: NOMOR DAN TANGGAL SPK NOMOR DAN TANGGAL DOKUMEN PENGADAAN : BENTUK SURAT PERINTAH KERJA (SPK) [kop surat K/L/D/I] SURAT PERINTAH KERJA (SPK) SATUAN KERJA PPK: NOMOR DAN TANGGAL SPK NOMOR DAN TANGGAL SURAT PERMINTAAN PENAWARAN: PAKET PEKERJAAN : NOMOR DAN TANGGAL

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA 5 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM Dalam merencanakan, melaksanakan dan mengawasi sebuah proyek konstruksi diperlukan suatu bentuk perikatan tertulis antara pengguna jasa (pemilik proyek/pemberi

Lebih terperinci

1 Membangun Rumah 2 Lantai. Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Tugas Struktur Utilitas II PSDIII-Desain Arsitektur Undip

1 Membangun Rumah 2 Lantai. Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Tugas Struktur Utilitas II PSDIII-Desain Arsitektur Undip Daftar Isi Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Kata Pengantar Pedoman Teknis Rumah berlantai 2 dilengkapi dengan Metode dan Cara Perbaikan Kerusakan ini dipersiapkan oleh Panitia D-III Arsitektur yang

Lebih terperinci

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2017 PEMBANGUNAN. Konstruksi. Jasa. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6018) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA ( KAK ) JASA KONSULTANSI PEKERJAAN PERENCANAAN PERBAIKAN INTERIOR WISMA AHMAD SUBARDJO DEPARTEMEN LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA

KERANGKA ACUAN KERJA ( KAK ) JASA KONSULTANSI PEKERJAAN PERENCANAAN PERBAIKAN INTERIOR WISMA AHMAD SUBARDJO DEPARTEMEN LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA KERANGKA ACUAN KERJA ( KAK ) JASA KONSULTANSI PEKERJAAN PERENCANAAN PERBAIKAN INTERIOR WISMA AHMAD SUBARDJO DEPARTEMEN LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA I. PENDAHULUAN A. Umum 1. Perbaikan Wisma Ahmad Subardjo

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penyelesaian proyek secara umum sebagai berikut : 2. Berdasarkan analisis data dengan menggunakan metode mean ( ratarata

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penyelesaian proyek secara umum sebagai berikut : 2. Berdasarkan analisis data dengan menggunakan metode mean ( ratarata BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dari hasil analisis yang diperoleh dari 30 responden, yaitu kontraktor di Kota Jambi, maka didapatkan kesimpulan mengenai

Lebih terperinci

DOKUMEN KONTRAK. NOMOR SURAT PERINTAH KERJA (SPK) : SPK-19/PPK.PA-BTG/V/2016 Tanggal : 16 Mei 2016 PENGADAAN BARANG

DOKUMEN KONTRAK. NOMOR SURAT PERINTAH KERJA (SPK) : SPK-19/PPK.PA-BTG/V/2016 Tanggal : 16 Mei 2016 PENGADAAN BARANG DOKUMEN KONTRAK NOMOR SURAT PERINTAH KERJA (SPK) : SPK-19/PPK.PA-BTG/V/2016 Tanggal : 16 Mei 2016 PENGADAAN BARANG Instansi : Pengadilan Agama Bantaeng Nama Paket : Pengadaan Gorden Nilai Kontrak : Rp

Lebih terperinci

Analisa Risiko Pelaksanaan Proyek Apartemen Puncak Kertajaya Surabaya

Analisa Risiko Pelaksanaan Proyek Apartemen Puncak Kertajaya Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Analisa Risiko Pelaksanaan Proyek Apartemen Puncak Kertajaya Surabaya Bagus Prasetyo Budi dan I Putu Artama Wiguna Jurusan Teknik Sipil, FTSP, Institut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek konstruksi Proyek adalah suatu kegiatan yang mempunyai jangka waktu tertentu dengan alokasi sumber daya terbatas, untuk melaksanakan suatu kegiatan yang telah ditentukan.

Lebih terperinci

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK 3.1 Manajemen Proyek Setiap proyek tentu membutuhkan sebuah perencanaan dan pengaturan sehingga kegiatan proyek dapat berjalan lancar, untuk itulah dibutuhkan sebuah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Mulai Studi Literatur : - Buku Teks - Jurnal Studi Kasus Pembuatan Kuesioner Penyebaran Kuesioner, Wawancara & Pengumpulan Data Pengumpulan Data CO

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Organisasi dan Pihak yang Terkait dalam Proyek Dalam organisasi proyek pembangunan pada umumnya, tentu banyak pihak pihak yang terkait satu sama lain.

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek atau pekerjaan dan memberikannya kepada pihak lain yang mampu

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek atau pekerjaan dan memberikannya kepada pihak lain yang mampu BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1. Pihak Pihak Yang Terkait Dengan Proyek 3.1.1. Pemilik Proyek / Owner Pemilik proyek atau owner adalah seseorang atau instasi yang memiliki proyek atau

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH

BUPATI BANGKA TENGAH BUPATI BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH, Menimbang : a. bahwa jalan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6, Pasal 7,

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SISTEM MANAJEMEN MUTU

BAB V ANALISIS SISTEM MANAJEMEN MUTU BAB V ANALISIS SISTEM MANAJEMEN MUTU Analisis yang dilakukan berdasarkan data dari bab 3 untuk proyek konstruksi tradisional dan bab 4 untuk proyek EPC diperoleh bahwa setiap proyek konstruksi mempunyai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN www.bpkp.go.id DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1 BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur transportasi darat yang berperan sangat penting dalam perkembangan suatu wilayah. Jalan berfungsi untuk mendukung kegiatan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 52 TAHUN 2000 TENTANG JALUR KERETA API MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 52 TAHUN 2000 TENTANG JALUR KERETA API MENTERI PERHUBUNGAN, KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 52 TAHUN 2000 TENTANG JALUR KERETA API MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang: a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1998 tentang Prasarana dan Sarana Kereta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Krisis Ekonomi Global Krisis ekonomi global adalah sebuah krisis ekonomi yang disebabkan merosotnya perekonomian Amerika. Krisis moneter di Amerika Serikat kali ini menumbulkan

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG JARINGAN UTILITAS TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG JARINGAN UTILITAS TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG JARINGAN UTILITAS TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa dengan semakin

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA KEGIATAN

KERANGKA ACUAN KERJA KEGIATAN KERANGKA ACUAN KERJA STUDI PENATAAN DAN PERENCANAAN DED KOMPONEN PSU KAWASAN KUMUH KEGIATAN PERENCANAAN DAN PENYIAPAN PRASARANA SARANA DAN UTILITAS KAWASAN KUMUH LOKASI : KABUPATEN BANGGAI LAUT TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang marak dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang marak dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang marak dengan pembangunannya. Hal ini terlihat dari banyaknya proyek-proyek konstruksi di Indonesia yang sedang dikerjakan

Lebih terperinci

5. PETUNJUK PENGISIAN KUISIONER PENYERAPAN ANGGARAN

5. PETUNJUK PENGISIAN KUISIONER PENYERAPAN ANGGARAN LAMPIRAN III KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR KEP-199/PB/2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS MONITORING DAN EVALUASI PENYERAPAN ANGGARAN 5. PETUNJUK PENGISIAN KUISIONER PENYERAPAN ANGGARAN Para

Lebih terperinci

RINGKASAN INFORMASI PRODUK RaksaEarthquake Insurance Asuransi Gempa Bumi

RINGKASAN INFORMASI PRODUK RaksaEarthquake Insurance Asuransi Gempa Bumi RINGKASAN INFORMASI PRODUK RaksaEarthquake Insurance Asuransi Gempa Bumi Nama Produk : RaksaEarthquake Insurance / Asuransi Gempa Bumi Jenis Produk : Asuransi Harta Benda Nama Penerbit : PT. Asuransi Raksa

Lebih terperinci

ANALISA RISIKO PADA PELAKSANAAN PROYEK BOX CULVERT DI SURABAYA

ANALISA RISIKO PADA PELAKSANAAN PROYEK BOX CULVERT DI SURABAYA TUGAS AKHIR ANALISA RISIKO PADA PELAKSANAAN PROYEK BOX CULVERT DI SURABAYA OLEH : Eka Sari Dewi 31.07.100.003 PENDAHULUAN Latar Belakang : 1. Perkembangan jumlah penduduk yang semakin pesat di Surabaya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN 39 BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kontrak Kerja PT Aikovito 1. Prosedur Kontrak Kerja Prosedur di dalam suatu proyek secara garis besar mempunyai beberapa tahapan yaitu sebagai berikut: a. Proses

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN PEMBORONGAN PENGADAAN DAN PENGIRIMAN BUKU

CONTOH SURAT PERJANJIAN PEMBORONGAN PENGADAAN DAN PENGIRIMAN BUKU CONTOH SURAT PERJANJIAN PEMBORONGAN PENGADAAN DAN PENGIRIMAN BUKU SURAT PEMBORONGAN PEKERJAAN PENGADAAN DAN PENGIRIMAN BUKU PELAJARAN DAN BUKU PEGANGAN GURU MATA PELAJARAN --------------------------------------

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sisa Material Menurut Construction Waste Management Guide, sisa material adalah benda yang tidak berbahaya berwujud yang berasal dari aktivitas pembangunan, penghancuran dan

Lebih terperinci

BAB II METODA DAN RUANG LINGKUP PEMBAHASAN

BAB II METODA DAN RUANG LINGKUP PEMBAHASAN BAB II METODA DAN RUANG LINGKUP PEMBAHASAN 2.1 Metoda Pembahasan Dalam rangka pelaksanaan kegiatan Studi Kelayakan dan Master Plan Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang, Konsultan akan melaksanakan kegiatan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Istilah risiko (risk) dan ketidakpastian (uncertainty) sering digunakan secara bersamaan atau bahwa risiko sama dengan ketidakpastian.

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1. Sistem Organisasi Proyek 3.2 Struktur Organisasi Proyek PEMBERI TUGAS (OWNER) PT.Kompas Media Nusantara MANAJEMEN KONSTRUKSI PT.Ciriajasa Cipta Mandiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membangun jalan tol di Indonesia sepertinya merupakan investasi yang cukup menguntungkan. Tapi, anggapan ini belum tentu benar sebab resiko yang ada ternyata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Proyek Konstruksi Proyek adalah suatu kegiatan yang mempunyai jangka waktu tertentu dengan alokasi sumber daya terbatas, untuk melaksanakan suatu kegiatan yang telah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Soeharto (1999), kegiatan proyek adalah suatu kegiatan sementara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Soeharto (1999), kegiatan proyek adalah suatu kegiatan sementara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Proyek Menurut Soeharto (1999), kegiatan proyek adalah suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA I. LATAR BELAKANG

KERANGKA ACUAN KERJA I. LATAR BELAKANG KERANGKA ACUAN KERJA I. LATAR BELAKANG a. Setiap bangunan Gedung harus diwujudkan dan dilengkapi dengan peningkatan Mutu atau Kualitas, sehingga mampu memenuhi secara optimal fungsi bangunannya, dan dapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata Kunci : identifikasi risiko, matriks probabilitasdampak, respon risiko, severity indeks. I. PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata Kunci : identifikasi risiko, matriks probabilitasdampak, respon risiko, severity indeks. I. PENDAHULUAN 1 IDENTIFIKASI DAN RESPON RISIKO PADA PROYEK PEMBANGUNAN JEMBATAN PENGHUBUNG TERMINAL MULTIPURPOSE TELUK LAMONG PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA PAKET C DARI PERSEPSI KONTRAKTOR Asraf Ali Hamidi, Yusroniya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. menjadi manpower, material, machines, money, method (Ervianto,2005).

BAB II LANDASAN TEORI. menjadi manpower, material, machines, money, method (Ervianto,2005). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian proyek Manajemen konstruksi (construction management), adalah bagaimana agar sumber daya yang terlibat dalam proyek konstruksi dapat diaplikasikan oleh manajer proyek

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR RESIKO TERHADAP KINERJA BIAYA KONSTRUKSI PADA PROYEK PEMBANGUNAN PERUMAHAN DILIHAT DARI SUDUT PANDANG KONTRAKTOR DI WILAYAH JABODETABEK I. PENDAHULUAN Penelitian

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEDIRI, Menimbang : a. bahwa jalan sebagai bagian sistem

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2014 KEMENPERA. Bencana Alam. Mitigasi. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

BAB III SURVEY KETERSEDIAAN DATA

BAB III SURVEY KETERSEDIAAN DATA BAB III SURVEY KETERSEDIAAN DATA 3.1. Rancangan Survey 3.1.1. Tujuan survey Survey ini didesain dengan tujuan untuk mengidentifikasi terhadap ketersediaan data primer berupa jenis-jenis data yang dianggap

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA ( KAK ) PEKERJAAN PENGAWASAN KONSTRUKSI PEMBANGUNAN SARANA PRASARANA PENDUKUNG API ABADI MRAPEN

KERANGKA ACUAN KERJA ( KAK ) PEKERJAAN PENGAWASAN KONSTRUKSI PEMBANGUNAN SARANA PRASARANA PENDUKUNG API ABADI MRAPEN KERANGKA ACUAN KERJA ( KAK ) PEKERJAAN PENGAWASAN KONSTRUKSI PEMBANGUNAN SARANA PRASARANA PENDUKUNG API ABADI MRAPEN I. PENDAHULUAN A. Umum 1. Setiap bangunan gedung harus diwujdkan dengan sebaik-baiknya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Sisa Material Menurut Construction Waste Management Guide, sisa material adalah benda berwujud yang tidak berbahaya, yang berasal dari aktivitas pembangunan, penghancuran

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Manajemen Konstruksi Dalam sebuah proyek konstruksi, terdapat sangat banyak perilaku dan fenomena kegiatan proyek yang mungkin dapat terjadi. Untuk mengantisipasi perilaku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Bangunan dan Pembangunan Gedung Negara. dan/atau perolehan lainnya yang sah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Bangunan dan Pembangunan Gedung Negara. dan/atau perolehan lainnya yang sah. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Bangunan dan Pembangunan Gedung Negara (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 45/PRT/M/2007) Bangunan Gedung Negara adalah bangunan gedung untuk keperluan dinas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Frekuensi risiko yang paling dominan terjadi dalam

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6, Pasal 7,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6, Pasal 7,

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN KABUPATEN

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN KABUPATEN BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN KABUPATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang : a.

Lebih terperinci