MEMPEROLEH HASIL MELALUI RESULT CASCADE
|
|
- Yuliana Hadiman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 MEMPEROLEH HASIL MELALUI RESULT CASCADE Result Cascade merupakan alat monitoring dan evaluasi atas proses dan kegiatan advokasi yang dilakukan. Result Cascade ini memudahkan dalam mendokumentasikan hasil-hasil advokasi sehingga orang-orang yang tidak terlibat langsung dalam upaya advokasi dapat dengan mudah memahaminya. Result Cascade memiliki empat komponen utama. Pertama, disciplined monitoring, Result Cascade menyediakan cara untuk mendokumentasikan para aktor dan aktivitas yang dilakukan yang menghasilkan perubahan kebijakan. Kedua, accountability tracking, Result Cascade bermanfaat sebagai alat monitoring yang dapat melacak penerapan kebijakan. Ketiga, advocacy refinement, Result Cascade merupakan proses untuk menilai hasil advokasi dan peluang untuk memperbaiki strategi advokasi. Dan keempat, effectiveness assessment, Result Cascade menyediakan suatu proses sistematik yang memperlihatkan pentingnya advokasi dalam KB. Result Cascade secara grafis menyajikan masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome), dan dampak (impact). Input meliputi bantuan teknis dan sumber dana yang digunakan untuk menghasilkan output. Input digunakan selama proses penerapan suatu strategi advokasi. Output adalah produk yang dihasilkan dari input. Output merupakan hasil jangka pendek dimana mitra advokasi paling berpengaruh, namun output itu sendiri tidak dapat mengubah status quo. Outcome adalah hasil segera (quick win) dalam pendekatan Advance Family Planning (AFP) dan Result Cascade. Outcome merupakan hasil dari suatu strategi advokasi yang terfokus pada hasil kebijakan. Outcome merupakan hasil dari serangkaian output. Outcome tidak dapat dikontrol sepenuhnya oleh pelaku advokasi. Impact merupakan hasil jangka panjang yang dihasilkan oleh suatu kombinasi dari berbagai intervensi yang dilakukan, dan dapat bersifat positif atau negatif. Dampak dalam konteks advokasi Keluarga Berencana (KB), misalnya, dapat berupa peningkatan atau penurunan kehamilan tidak diinginkan (KTD) sebagai akibat dari perubahan penggunaan kontrasepsi. Seringkali advokasi yang dilakukan tidak secara langsung mempengaruhi dampak (impact). Result Cascade terbagi dalam dua fase. Fase pertama disebut Quick Win (hasil segera) dimana kita mendokumentasikan proses. Fase kedua, Result Cascade, mendokumentasikan hasil atau dampak dari quick wins. 1
2 ASUMSI-ASUMSI POKOK Kita menggunakan asumsi bahwa pelayanan KB tidak menjadi prioritas dan mendapat anggaran yang sangat rendah di banyak negara berkembang karena pemegang kebijakan kurang memiliki bukti mengenai manfaat Program KB dan pentingnya menyediakan anggaran yang cukup untuk program tersebut. Sebagian besar pendanaan untuk Program KB saat ini diberikan oleh donor, sementara anggaran yang disediakan pemerintah setempat sangat kecil. Berbagai prinsip yang digunakan untuk mendorong Program KB seringkali kurang menyebutkan secara rinci mengenai risiko yang harus dihadapi oleh koordinator kesehatan setempat, kepala daerah, atau menteri kesehatan apabila program tersebut tidak dilaksanakan dengan baik atau apabila mereka tidak mengambil kebijakan untuk mendukung Program KB. Selain itu, skala risiko yang berkaitan dengan Program KB tidak diketahui dengan jelas. Misalnya berapa persen dana yang harus disediakan untuk Program KB di suatu wilayah? Manakah yang lebih baik, menyediakan anggaran yang lebih besar untuk kontrasepsi suntikan atau pelayanan KB pasca persalinan? Lebih jauh lagi, perlu dipertimbangkan dengan cermat siapa yang akan menyampaikan risiko itu. Apabila kebutuhan akan pelayanan KB yang lebih baik tidak disampaikan dengan benar dan tepat, atau jarang sekali disampaikan oleh kelompok masyarakat setempat atau koalisi regional, pembuat kebijakan tidak akan menyiapkan anggaran yang memadai untuk Program KB. AFP juga berasumsi bahwa pemantauan terhadap proses tindak lanjut yang terjadi setelah suatu upaya advokasi sukses dilakukan merupakan hal yang sangat krusial untuk memperdalam efek dari suatu hasil segera (Quick Win). Contohnya dalam menindaklanjuti suatu keputusan untuk mengubah kebijakan atau menambah anggaran Program KB, pembuat kebijakan perlu melihat bahwa pelaksana advokasi melacak dan melaporkan perubahan-perubahan jangka pendek yang telah terjadi sebagai akibat dari suatu keputusan yang diambil. Hal ini menekankan pentingnya advokasi di tingkat lokal untuk mendukung Program KB. Terakhir, AFP berasumsi bahwa keberhasilan berulang dalam advokasi KB akan memudahkan dalam membujuk pemegang kebijakan untuk mengambil risiko yang lebih besar guna mendukung pelaksanaan Program KB di masa mendatang. Tatkala pengambil kebijakan lebih mempercayai pelaksana advokasi sebagai 2
3 sumber informasi yang berkualitas, mereka akan lebih mendukung Program KB di masa mendatang. Result Cascade memperioritaskan elemen-elemen berikut dalam memilih proses dan hasil (outcome) yang akan dicari melalui advokasi: Memilih hasil jangka pendek yang diperlukan untuk meraih tujuan jangka panjang bersama mitra kerja. Mengenali prioritas si pengambil kebijakan yang dapat dicapai dalam jangka pendek melalui suatu pendekatan advokasi yang strategis. Fokus pada penyediaan informasi berdasar bukti, menyasar kebutuhan pembuat kebijakan setempat, dan menyampaikan informasi secara jujur dan apa adanya. Mengurangi risiko dan meningkatkan imbalan bagi pengambil kebijakan untuk mengambil keputusan. PEMILIHAN HASIL SEGERA (QUICK WIN) Beberapa isu kebijakan atau peluang advokasi bisa menghasilkan kesuksesankesuksesan jangka pendek, tapi hanya akan memiliki pengaruh jangka panjang apabila kesuksesan-kesuksesan itu memang direncanakan untuk secara langsung mencapai suatu tujuan yang menyeluruh. Dalam hal ini, sasaran SMART dapat dijadikan panduan untuk memilih hasil relevan yang diinginkan. Secara lebih jauh, pendekatan AFP mempertimbangkan lingkungan kebijakan, hubungan dengan pengambil keputusan, dan sumber daya yag tersedia. Tujuan (goal) adalah pernyataan yang bersifat luas mengenai hasil (outcome) yang diharapkan dan terkait dengan keseluruhan misi proyek/program. Menurunkan jumlah kehamilan yang tidak diinginkan atau Meningkatkan kesehatan ibu adalah tujuan. Tujuan mendeskripsikan apa yang ingin dicapai dan tidak dapat diukur secara tepat. Tujuan akan dicapai dalam jangka panjang. Beberapa sasaran (objectives) jangka pendek biasanya mendukung pencapaian suatu tujuan. PENERAPAN Result Cascade harus digunakan bersama strategi advokasi terfokus yang dirancang untuk mencapai sasaran-sasaran jangka pendek yang secara bertahap akan mengarah pada pencapaian tujuan jangka panjang. Sasaran (objective) adalah pernyataan singkat yang menggambarkan hasil spesifik yang ingin dicapai. Oleh karenanya, ada hubungan yang jelas antara sasaran dan hasil yang diinginkan. 3
4 Pencapaian sasaran mendorong pada pencapaian tujuan program. Sasaran advokasi yang baik adalah sasaran SMART (Specific, Measurable, Attainable/Achievable, Relevant, Time-bound). FASE 1: MENDOKUMENTASIKAN HASIL SEGERA (QUICK WINS) Langkah 1: Mencatat Judul dan Aktivitas Formatif Catat sasaran SMART dan langkah-langkah penting yang anda ambil untuk mengidentifikasi peluang advokasi. Hal tersebut dapat berupa pertemuan dengan beberapa stakeholder, pembentukan sebuah kelompok kerja, atau pertemuan dengan tim jaminan ketersediaan kontrasepsi. Catat tanggalnya, para aktor kunci, dan tujuan kegiatan/aktivitas. Judul Judul Masukkan sasaran advokasi yang SMART. Sasaran advokasi ini bisa lebih luas dari atau berbeda dari quick win. Aktivitas Proses Aktivitas Formatif Aktivitas Proses Aktivitas Proses Output Output Output Aktivitas Formatif Dokumentasikan langkah2 pertama dan setelah target advokasi diidentifikasi. Aktivitas Proses dan Output Dokumentasikan langkah2 kunci yang diambil dan output (keluaran) yang dihasilkan. Quick Win Hasil (outcome) yang didapat dalam waktu dekat dan merupakan satu dari beberapa hasil yang akan menuntun pada pencapaian tujuan jangka panjang serta tanggal pencapaian. Quick Win Masukkan sasaran advokasi yang dihasilkan dari suatu strategi advokasi dan yang akan menuntun pencapaian tujuan jangka panjang. Sertakan tanggal pencapaian yang sudah direncanakan. Gunakan huruf miring untuk mengindikasikan bahwa kegiatan itu sedang berlangsung dan belum selesai. Gunakan huruf biasa untuk pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan. Aktivitas adalah tindakan atau intervensi yang menggunakan input untuk menciptakan hasil. Aktivitas bukanlah sasaran, melainkan alat untuk memperoleh hasil. Contoh aktivitas adalah menyelenggarakan pertemuan dengan pakar KB untuk membahas panduan pelatihan distribusi alkon oleh masyarakat setempat. Dalam hal 4
5 ini, menyelenggarakan pertemuan merupakan suatu langkah dalam proses mencapai sasaran. Langkah 2: Dokumentasikan Aktivitas Proses dan Output (Keluaran) Aktivitas proses dapat meliputi suatu presentasi teknis kepada menteri dengan suatu rekomendasi spesifik untuk menyertakan suatu metode atau alat kontrasepsi baru dan fakta mengapa perubahan itu diperlukan. Dokumentasikan aktivitas/kegiatan yang anda dan kelompok kerja anda lakukan dan output yang dihasilkan dari kegiatan tersebut. Aktivitas dan output haruslah merupakan aktivitas dan output strategis yang telah anda identifikasi sebelumnya dalam strategi advokasi anda. Output bisa berupa policy brief yang disusun sebagai hasil dari suatu analisis kebijakan, pertemuan penting dengan pakar kunci, atau pertemuan singkat dengan pengambil keputusan. Dalam bagan di atas, aktivitas proses dibuat dalam tiga kotak, namun pada kenyataannya bisa lebih atau kurang dari tiga kotak, sesuai kebutuhan. Kuncinya adalah memilih aktivitas yang paling terhubung secara logis dengan Quick Win. Langkah 3: Rincikan Quick Win Quick win adalah keputusan kritis yang harus terjadi dalam waktu dekat dan merupakan satu dari beberapa hasil (outcomes) yang akan menuntun pada perwujudan tujuan yang lebih luas. Quick win merupakan hasil dari sebuah strategi advokasi yang direncanakan. Dokumentasikan Quick Win secara rinci. Jika Quick Win itu meliputi panduan baru mengenai pembagian tugas, sebutkan tugas apa yang kini dapat dilakukan oleh penyedia layanan kesehatan. Detil ini akan memudahkan dalam melacak dan mengukur Quick Win dengan Pohon Keputusan dan Result Cascade. Jika anda menggunakan AFP SMART, Quick Win dan langkah sasaran biasanya sama. Berikut adalah contoh: 5
6 Panduan Kementerian Kesehatan Uganda untuk Memudahkan Tenaga Kesehatan di Desa dalam Menyediakan Kontrasepsi Suntikan FHI 360, AFP, Mitra Kerja dalam Kependudukan dan Pembangunan, dan Kantor Regional Afrika menyusun strategi yang bertujuan mengundang Tim Manajemen Senior (TMS) di Kementerian Kesehatan Uganda untuk mengulas/mereviu panduan. Mengumpulkan bukti mengenai keamanan dan kemudahan distribusi suntikan dan menyiapkan policy brief. (Mei 2010) Menghub peg pmrnthn tkait di tk pusat & daerah utk memperoleh dukungan & mpsiapkan presentasi pada TMS ttg kemudahan & efektivitas suntikan. (Juni 2010) Dirjend Pelayanan Kesehatan mvalidasi penelitian operasional yg dlkk dgn mlkk kunjungan lpng & wawancara dg Nakes di Desa, peg klinik, dan akseptor. (Juli 2010) TMS Kementerian Kesehatan melakukan pertemuan untuk membahas panduan. (September 2010) Kelompok Kerja Kebijakan menyetujui panduan. (November 2010) Kementerian Kesehatan mengeluarkan panduan. (Januari 2011) QUICK WIN: Panduan dari Kementerian Kesehatan memberikan wewenang atau mengesahkan sekitar nakes di desa untuk memberikan pelayanan KB suntikan. (Maret 2011) FASE 2: MENDOKUMENTASIKAN RESULT CASCADE Langkah 1: Mendokumentasikan Quick Win Buat daftar Quick Win yang diharapkan menuntun pada peningkatan akses terhadap konrasepsi. Hanya masukkan Quick Win yang berhasil dicapai dari usaha advokasi yang telah dilakukan. Sertakan tanggal pencapaian Quick Win. Langkah 2: Lacak Pencapaian Outcome secara Berjenjang Langkah 2 ini memperlihatkan outcome yang harus terjadi jika kita menginginkan Quick Win membawa dampak (impact). Contohnya, pemerintah suatu kabupaten tertarik untuk meningkatkan pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di wilayahnya. Quick Win yang sukses dihasilkan oleh AFP adalah meningkatkan anggaran Program KB di kabupaten tersebut. Akan tetapi penambahan anggaran ini dapat digunakan untuk berbagai macam kepentingan; beberapa bisa dipakai untuk meningkatkan 6
7 pemakaian MKJP; sisanya bisa dipakai untuk keperluan lainnya. Oleh karena itu, sangat penting mengetahui bagaimana anggaran digunakan. Dana yang digunakan untuk (1) menambah jumlah penyedia layanan yang dapat melayani pemakaian MKJP, (2) meningkatkan kualitas konseling untuk pemakaian MKJP, dan (3) membuat perubahan dalam ketersediaan kontrasepsi untuk mengakomodasi kebutuhan logistik dari pelayanan MKJP di kabupaten adalah contoh-contoh dari hasil (outcome) yang secara logis dapat menjelaskan peningkatan akses MKJP. 1. DOKUMENTASIKAN QUICK WIN QUICK WIN: Hasil (outcome) atau keluaran (output) yang dicapai kelompok kerja yang menuntun pada pencapaian dampak (impact) dan tanggal pencapaian. Perubahan kebijakan & program dalam akses, kualitas, dan pilihan kontrasepsi 2. LACAK HASIL (OUTCOME) BERJENJANG Dokumentasikan hasil berjenjang yang telah berhasil dicapai dan yang secara logis dapat menggambarkan dampak (impact). Perubahan kebijakan & program dalam akses, kualitas, dan pilihan kontrasepsi Perubahan kebijakan & program dalam akses, kualitas, dan pilihan kontrasepsi 3. DOKUMENTASIKAN DAMPAK (IMPACT)/MASUKKAN TUJUAN JANGKA PANJANG Contoh: Penggunaan alkon meningkat baik di tingkat kabupaten, provinsi, maupun nasional. Sumber data untuk validasi: 4. IDENTIFIKASI SUMBER DATA UNTUK MEMVALIDASI DAMPAK (IMPACT) 7
8 Langkah 3: Mendokumentasikan Dampak (Impact) Masukkan tujuan jangka panjang dalam strategi advokasi. Quick Win atau hasil (outcome) yang berjenjang dalam Langkah 2 seharusnya mengalir menuju pencapaian tujuan jangka panjang, memperlihatkan dampak (impact). Langkah 4: Identifikasi Sumber Data Masukkan sumber data yang memvalidasi dampak (impact) dalam tanda panah di bawah dampak. Berikut adalah contoh: QUICK WIN: Panduan dari Kementerian Kesehatan memberikan wewenang atau mengesahkan sekitar nakes di desa untuk memberikan pelayanan KB suntikan. (Maret 2011) Kemenkes membentuk satuan tugas utk memantau pelaksanaan SUNTIKAN TERSEDIA BAGI NAKES DESA Kemenkes mendiseminasikan panduan Mitra kerja terkait melatih nakes desa untuk memberikan pelayanan suntikan perempuan memperoleh layanan KB suntikan sejak panduan Kemenkes disahkan Sumber data: FHI 360 dan RHU, data sementara 8
9 PANTAU DAMPAKNYA: POHON KEPUTUSAN Sekarang saatnya kita memantau penerapan Result Cascade. Kita melacak Quick Win untuk mengetahui apakah upaya yang kita lakukan membantu pencapaian dampak (impact) yang dikehendaki. Dalam hal ini, Pohon Keputusan dapat berperan sebagai checklist, yang tentu saja berguna karena advokasi berlangsung dengan sumber daya yang terbatas, kekuasaan/wewenang yang terbatas, dan adanya berbagai tuntutan dalam waktu yang bersamaan. Langkah 1: Identifikasi Quick Win Identifikasi Quick Win yang ingin dipantau dan tanggal penyelesaiannya. Langkah 2: Identifikasi Intervensi yang Paling Efektif Cari tahu intervensi mana yang paling efektif dalam menciptakan perubahan melebihi Quick Win. Apabila anda menemukan bahwa ada intervensi yang penting dan efektif, namun tidak dilakukan, inilah saatnya untuk meninjau kembali (mereviu) dan memperbaiki (merevisi) strategi dan tindakan advokasi anda. Pada setiap tingkat penerapan, akan diperoleh hasil ya/tidak. Sebuah jawaban tidak pada setiap level mewakili suatu peluang advokasi untuk memperoleh hasil. Sebuah jawaban ya berarti lanjutkan sesuai rencana untuk mencapai hasil berikutnya. Contohnya, sebuah Quick Win bisa berupa kebijakan untuk menyertakan metode kontrasepsi baru dalam pelayanan yang disediakan oleh pemerintah. Maka intervensi yang paling efektif untuk meningkatkan pilihan metode kontrasepsi meliputi (1) mendiseminasikan kebijakan, (2) melatih penyedia layanan, dan (3) mengembangkan sistem ketersediaan kontrasepsi yang menyediakan metode baru tersebut. Kita harus melacak apakah semua intervensi ini terjadi meskipun kita tidak secara langsung terlibat dalam aktivitas-aktivitas khusus tersebut. Kita melacak penerapan kebijakan melalui kerjasama dengan mitra terkait dan menyiapkan advokasi tambahan bilamana diperlukan. Langkah 3: Identifikasi Tim Pemantau Identifikasi siapa yang akan melacak perkembangan intervensi dan bagaimana kita bisa memperoleh informasi dan komunikasi mengenai hal itu. Dokumentasikan hal ini secara rinci dalam rencana kerja selama proses penyusunan strategi, dimana mitra kerja advokasi diberi tanggung jawab. 9
10 Pohon Keputusan: Menciptakan Dampak (Impact) dari Hasil (Outcome) QUICK WIN: Perubahan kebijakan: contohnya panduan perubahan tugas telah didiseminasikan dan diterapkan. Ya Tidak Merancang advokasi Hasil Berjenjang 1 Apakah nakes yang melayani sudah dilatih? Ya Tidak Merancang advokasi Hasil Berjenjang 2 Apakah perubahan sistem logistik, termasuk rencana pembelian persediaan, sudah lengkap? Ya Tidak Merancang advokasi Hasil Berjenjang 3 Apakah persediaan suntikan dan nakes yang melayani sudah tersebar di seluruh wilayah kabupaten secara merata? Ya Tidak Merancang advokasi Hasil Berjenjang 4 Apakah nakes di desa sudah menyediakan dan melayani kontrasepsi suntikan? Ya Tidak Merancang advokasi Dampak (Impact) Apakah penggunaan kontrasepsi di tingkat local meningkat? Ya Tidak Merancang advokasi Jika memungkinkan, tentukan waktu pelaksanaan bagi setiap langkah diatas. Beberapa langkah penerapan dapat terjadi secara bersamaan/serempak atau secara berurutan, namun mendokumentasikan kapan hal itu terjadi akan menyediakan bukti pelaksanaan dan wawasan mengenai lamanya proses advokasi yang harus dilalui untuk usaha advokasi di masa mendatang. 10
11 Langkah 4: Kolaborasi untuk Memperbarui Usaha, secara Tepat Waktu Langkah ini memerlukan kerjasama yang erat dengan pemerintah dan pelaksana agar dapat memahami kapan dan mengapa intervensi gagal dan untuk mengembangkan strategi advokasi baru untuk mengatasi hambatan. MEMAHAMI DAN MENGATUR KEMUNDURAN/RINTANGAN Tatkala perubahan yang diharapkan tidak terjadi, penting sekali meninjau kembali asumsi yang mendasari strategi advokasi. Secara khusus, kita melihat perubahan dalam penggunaan kontrasepsi sebagai hasil advokasi apabila kita: Membuat asumsi yang masuk akal mengenai permintaan pelayanan KB dan metode spesifik di suatu wilayah. Dan membuat asumsi yang masuk akal mengenai hambatan yang ada di wilayah tersebut terkait akses dan penggunaan kontrasepsi. Dan mencurahkan tenaga untuk melakukan intervensi yang paling efektif dengan mitra kerja kita. Berikut adalah contoh bagaimana asumsi menentukan strategi namun tidak membawa kepada hasil yang diharapkan: Mitra kerja KB di Kabupaten A sependapat bahwa seringnya puskesmas kehabisan persediaan alkon berkontribusi terhadap rendahnya pemakaian kontrasepsi. Mereka mengembangkan suatu strategi untuk menjamin ketersediaan kontrasepsi di puskesmas dengan meningkatkan pendanaan untuk transportasi lokal guna memperoleh komoditas/persediaan kontrasepsi secara berkala. Quick Win-nya adalah peningkatan pendanaan di tingkat kabupaten untuk transport guna memperoleh persediaan alkon secara reguler. Berikut adalah beberapa hasil yang tidak diharapkan dari Quick Win dan asumsi-asumsi berbeda yang mendasarinya. Hasil 1: Meskipun pendanaan telah meningkat, tidak ada perubahan dalam persediaan kontrasepsi (Puskesmas masih sering kehabisan alkon) di Kabupaten A Penjelasan: Hasil ini menunjukkan kesalahan pada level proses. Peningkatan pendanaan tidak serta-merta menanggulangi habisnya persediaan alkon. Hal ini hanya akan dapat diatasi apabila dana digunakan untuk memperoleh alkon yang kemudian disimpan secara baik dan didistribusikan ke puskesmas. 11
12 Hasil 2: Kehabisan stok alkon lebih jarang terjadi di Kabupaten A, tapi tidak ada perubahan pemakaian alkon setelah satu tahun Penjelasan: Penggunaan alkon mungkin tidak berhubungan dengan habisnya persediaan alkon. Hal ini dapat terjadi apabila perempuan di daerah tersebut lebih menyukai metode/alkon yang tidak tersedia sementara stok yang tersedia adalah alkon yang kurang diminati. Hasil 3: Kehabisan stok alkon di Kabupaten A lebih jarang terjadi, namun penggunaan alkon di kabupaten itu menurun Penjelasan: Asumsi kita mengenai hubungan antara persediaan dan pemakaian alkon tidak memperhitungkan variabel lain yang mungkin lebih berperan dalam menjelaskan perilaku pemakaian kontrasepsi di Kabupaten A. Misalnya, adanya peningkatan kematian bayi di Kabupaten A menyebabkan PUS berupaya menambah jumlah anak yang dimiliki sehingga permintaan terhadap kontrasepsi menurun. (ypi) Sumber: Gillespie, D, & Fredrick, B, 2013, Advance Family Planning Advocacy Portfolio, November, 12
AFP SMART Strategi Advokasi Berbasis Bukti
AFP SMART Strategi Advokasi Berbasis Bukti Pendekatan advokasi yang dilakukan oleh Advance Family Planning (AFP) fokus pada upaya memperoleh quick wins (keputusan-keputusan berkaitan dengan kebijakan atau
Lebih terperinciAFP SMART Strategi Advokasi Berbasis Bukti (bagian 2)
AFP SMART Strategi Advokasi Berbasis Bukti (bagian 2) Ada sembilan langkah dalam AFP SMART yang terbagi kedalam tiga fase atau tahapan sebagai berikut: Langkah 1. Buat sasaran yang SMART Langkah 4. Tinjau
Lebih terperinciMonitoring & Evaluation Dasar. Oleh Erwien Temasmico Djayoesman M&E Coordinator - AIPJ
Monitoring & Evaluation Dasar Oleh Erwien Temasmico Djayoesman M&E Coordinator - AIPJ Apakah Monitoring & Evaluasi Monitoring program atau intervensi dalam pelibatan pengumpulan data rutin yang mengukur
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak yaitu 256 juta jiwa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk seharusnya menjadi sumber daya yang sangat dibutuhkan bagi pembangunan penduduk, namun sumber daya sering sebaliknya menjadi beban berat pembangunan
Lebih terperinciMODUL 11: PRAKTIK TERBAIK UNTUK DESAIN PROYEK. USAID Adapt Asia-Pacific
MODUL 11: PRAKTIK TERBAIK UNTUK DESAIN PROYEK University of Hawaii at Manoa Institut Teknologi Bandung Siklus Proyek Policy & Strategy Pre-project discussion & activities Project Identification Pre-feasibility
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan ibu di masyarakat (Riskesdas.2013:169). sampai bulan November jumlah K1 33, K4 33, Persalinan Nakes 33, dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir merupakan suatu keadaan yang fisiologis namun dalam prosesnya terdapat kemungkinan suatu keadaan yang dapat mengancam
Lebih terperinciKomunikasi Menggunakan Smart Chart (bagian 1) (disadur dari The Spitfire Strategies Smart Chart 3.0,
Komunikasi Menggunakan Smart Chart (bagian 1) (disadur dari The Spitfire Strategies Smart Chart 3.0, www.spitfirestrategies.com) Smart Chart merupakan alat perencanaan kegiatan komunikasi yang dikembangkan
Lebih terperinciPERSIAPAN RENCANA PEMANTAUAN KINERJA
PERSIAPAN RENCANA PEMANTAUAN KINERJA Apa itu Rencana Pemantauan Kinerja? Sistem pemantauan kinerja rencana (PMP) adalah unit alat operasi USAID gunakan untuk merencanakan dan mengelola pengumpulan data
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG (MKJP) DALAM JAMPERSAL
KEBIJAKAN PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG (MKJP) DALAM JAMPERSAL Disampaikan oleh : Edy Purwoko, pada Forum Nasional II : Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia Di Makasar, 28-30 September
Lebih terperinciAlat Bantu Pengambilan Keputusan Ber-KB
ABV 5.1 Alat Bantu Pengambilan Keputusan Ber-KB Alat Bantu Pengambilan Keputusan berkb dan Pedoman bagi Klien dan Bidan Didukung oleh ABV 5.2 TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari modul ini, peserta
Lebih terperinciNuke Devi Indrawati. Tlp : ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR KEBIJAKAN DAN PENGETAHUAN TENTANG PELAYANAN KB YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA IBU PASANGAN USIA SUBUR AKSEPTOR KB DI KECAMATAN PEDURUNGAN KOTA SEMARANG Nuke
Lebih terperinci2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L
No.1236, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKO-KEMARITIMAN. SAKIP. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA DI
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dikatakan ibu hamil risiko tinggi bila pada pemeriksaan ditemukan satu atau lebih
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kehamilan Risiko Tinggi Pada dasarnya setiap kehamilan adalah sebuah risiko. Risiko tersebut terbagi atas kehamilan dengan risiko tinggi dan kehamilan dengan risiko rendah.
Lebih terperinciDr Darmanelly, M. Kes, Kepala BPMPAKB. Jakarta, 20 Februari 2014
Dr Darmanelly, M. Kes, Kepala BPMPAKB Andreas Acui Sanjaya, Ketua APINDO Jakarta, 20 Februari 2014 GAMBARAN UMUM KOTA PONTIANAK GEOGRAFIS Luas Wilayah = 107,82 Km2 Jumlah Penduduk = 550.304 Jiwa (SP 2010)
Lebih terperinciOperations Research Meningkatkan RagamMetode Kontrasepsi (Method Mix) di Jatim dan NTB
Operations Research Meningkatkan RagamMetode Kontrasepsi (Method Mix) di Jatim dan NTB 2012-2016 Fitri Putjuk Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health, Center for Communication Programs (JHU.CCP)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya pertumbuhan penduduk di Indonesia merupakan masalah utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di Indonesia saat ini cukup tinggi.
Lebih terperinci2 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Ev
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1040, 2014 KEMENPOLHUKAM. Kinerja Instansi Pemerintah. Akuntabilitas. Sistem. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciDisampaikan oleh : Badan Perencanaan Pembangunan dan Penelitian Pengembangan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Disampaikan oleh : Badan Perencanaan Pembangunan dan Penelitian Pengembangan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Badan Perencanaan Pembangunan dan Penelitian Pengembangan Daerah Latar Belakang: KONDISI:
Lebih terperinci2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.491, 2015 KEMENKOMINFO. Akuntabilitas Kinerja. Pemerintah. Sistem. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand hanya 44 per
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Di Indonesia Angka Kematian Ibu tertinggi dibandingkan negara-negara
Lebih terperinciLAPORAN HASIL EVALUASI LAKIP DEPUTI BIDANG KOORDINASI PENGELOLAAN ENERGI, SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP TAHUN ANGGARAN 2015
LAPORAN HASIL EVALUASI LAKIP DEPUTI BIDANG KOORDINASI PENGELOLAAN ENERGI, SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP TAHUN ANGGARAN 2015 BAB I SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB I. SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. SIMPULAN
Lebih terperinciBAB VII PENUTUP. Temuan penelitian tentang hasil implementasi kebijakan dapat. digambarkan dalam tabel berikut ini:
BAB VII PENUTUP 7.1. Kesimpulan Temuan penelitian tentang hasil implementasi kebijakan dapat digambarkan dalam tabel berikut ini: Tabel 7.1 Hasil Implementasi Kebijakan Policy Output Indikator Akses Frekuensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada tahun 2008 dilaporkan bahwa jumlah kematian. ibu di 172 negara di seluruh dunia sebesar 358.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada tahun 2008 dilaporkan bahwa jumlah kematian ibu di 172 negara di seluruh dunia sebesar 358.000 jiwa (Wilmoth et al., 2010). Angka kematian ibu di setiap negara
Lebih terperinciLAPORAN HASIL EVALUASI LAKIP
LAPORAN HASIL EVALUASI LAKIP DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH TAHUN ANGGARAN 2015 BAB I SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB I. SIMPULAN
Lebih terperinciLAPORAN HASIL EVALUASI LAKIP
LAPORAN HASIL EVALUASI LAKIP LAPORAN HASIL EVALUASI LAKIP DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH TAHUN ANGGARAN 2015 BAB I SIMPULAN
Lebih terperinciLAPORAN HASIL EVALUASI LAKIP DEPUTI BIDANG KOORDINASI KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL TAHUN ANGGARAN 2015 BAB I SIMPULAN DAN REKOMENDASI
LAPORAN HASIL EVALUASI LAKIP DEPUTI BIDANG KOORDINASI KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL TAHUN ANGGARAN 2015 BAB I SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB I. SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. SIMPULAN Berdasarkan Surat Tugas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang kompleks, meliputi hal-hal nonteknis seperti wanita dan pendidikan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya dalam Safe Motherhood, masalah kematian ibu adalah masalah yang kompleks, meliputi hal-hal nonteknis seperti wanita dan pendidikan. Mengatasi masalah tersebut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa kehamilan merupakan masa yang rawan kesehatan, baik kesehatan ibu yang mengandung maupun janin yang dikandungnya sehingga dalam masa kehamilan perlu dilakukan
Lebih terperinciMetadata untuk Penyusunan Rencana Aksi yang Partisipatif
Metadata untuk Penyusunan Rencana Aksi yang Partisipatif Setyo Budiantoro Manager Pilar Pembangunan Ekonomi, Sekretariat TPB/SDGs Kementerian PPN/Bappenas Pertemuan Nasional Masyarakat Sipil untuk SDGs
Lebih terperinciPenerapan Kebijakan Jaminan Persalinan dalam Mendukung Pelayanan Keluarga Berencana
Penerapan Kebijakan Jaminan Persalinan dalam Mendukung Pelayanan Keluarga Berencana Disampaikan dlm Pertemuan Medis Teknis Tingkat Provinsi Tahun 2011 Grandcity, 21 Maret 2011 Kerangka Penyajian o Situasi
Lebih terperinciMONITORING DAN EVALUASI
MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN NSPK Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria PETUNJUK TEKNIS MONITORING DAN EVALUASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) yang masih cukup tinggi di Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam mendukung upaya penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang masih cukup tinggi di Indonesia dibandingkan Negara ASEAN, kesepakatan global
Lebih terperinciBAB III ANALISIS METODOLOGI
BAB III ANALISIS METODOLOGI Pada bagian ini akan dibahas analisis metodologi pembangunan BCP. Proses analisis dilakukan dengan membandingkan beberapa metodologi pembangunan yang terdapat dalam literatur
Lebih terperinciMateri Konsep Kebidanan
Materi Konsep Kebidanan A. MANAJEMEN KEBIDANAN 1. KONSEP DAN PRINSIP MANAJEMEN SECARA UMUM Manajemen adalah membuat pekerjaan selesai (getting things done). Manajemen adalah mengungkapkan apa yang hendak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Millenium Development Goals atau disingkat MDG s dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang merupakan paradigma pembangunan global
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS EVALUASI SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH BAB I P E N D A H U L U A N
LAMPIRAN KEPUTUSAN INSPEKTUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 700/2129/1.1/2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS EVALUASI SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PETUNJUK TEKNIS EVALUASI
Lebih terperinciPANDUAN PENYUSUNAN PEDOMAN, PANDUAN, KERANGKA ACUAN DAN SOP. No. Dokumen: PD/Dalu/Mjht/A/01
Kabupaten Majapahit PUSKESMAS DALU I. DEFINISI PANDUAN PENYUSUNAN PEDOMAN, PANDUAN, KERANGKA ACUAN DAN SOP No. Dokumen: PD/Dalu/Mjht/A/01 PANDUAN No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : 1-8 Tanda tangan
Lebih terperinciLAMPIRAN LAMPIRAN ARAHAN STRATEGI (STRATEGIC INTENTION) Wawancara dilakukan pada pengguna aplikasi (user) yang berhubungan
LAMPIRAN LAMPIRAN I. KUISIONER HUBUNGAN LIGHTS-ON DAN PROYEK DENGAN ARAHAN STRATEGI (STRATEGIC INTENTION) Wawancara dilakukan pada pengguna aplikasi (user) yang berhubungan dan staf senior dari departemen
Lebih terperinciBAB VI MONITORING & EVALUASI
6.1. Gambaran Umum Struktur Monev Sanitasi 6.1.1. Monitoring Terkait Pengambilan Keputusan BAB VI MONITORING & EVALUASI Monitoring adalah suatu kegiatan observasi yang berlangsung terus menerus untuk memastikan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kondisi Empirik Kesehatan Ibu dan Anak di Desa Pataruman Kecamatan Cihampelas Kabupaten Bandung Barat. Kondisi empirik kesehatan ibu dan anak di Desa Pataruman
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang digunakan dengan jangka panjang, yang meliputi IUD, implant dan kontrasepsi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Alat kontrasepsi jangka panjang (MKJP) adalah alat kontrasepsi yang digunakan untuk menunda, menjarangkan kehamilan, serta menghentikan kesuburan, yang digunakan dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kematian dan kesakitan pada ibu hamil dan bersalin serta bayi baru lahir sejak lama telah menjadi masalah, khususnya di negara berkembang (Saifuddin, 2005). Berdasarkan
Lebih terperinciLatar Belakang Semua Keluarga Ikut KB
Latar Belakang Penyuluh KB mempunyai tugas sebagai penggerak keluarga/masyarakat dalam program KB visi program Semua Keluarga Ikut KB Perlu dilakukan KIE yang efektif para pengambil keputusan Pelaksanaan
Lebih terperinci2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb
No.1572, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Piagam Pengawasan Intern. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah kepadatan kependudukan di Indonesia merupakan salah satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kepadatan kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah serius yang perlu mendapatkan perhatian khusus dari semua pihak. Tidak hanya pemerintah, masyarakat
Lebih terperinciHASIL EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI TAHUN No Komponen Bobot Capaian Organisasi
HASIL EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI TAHUN 2013 28.1 Satuan Kerja : BPS Provinsi Sumatera Barat 28.2 Sistem Evaluasi : Evaluasi Lapangan/field evaluation 28.3 Hasil Penilaian
Lebih terperinciBAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS
BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS 8.1. Rancangan Program Peningkatan Peran LSM dalam Program PHBM Peran LSM dalam pelaksanaan program PHBM belum sepenuhnya diikuti dengan terciptanya suatu sistem penilaian
Lebih terperinciBAB 1 GAMBARAN PROGRAM PUSKESMAS KALIPARE TAHUN 2015
BAB 1 GAMBARAN PROGRAM PUSKESMAS KALIPARE TAHUN 2015 1. Pelayanan kesehatan bayi muda - Transport sweeping imunisasi bayi 2. Pelayanan kesehatan balita - Posyandu - Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih memiliki kualitas penduduk yang sangat rendah dengan ditandai terhambatnya pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo,
Lebih terperinci2013, No BAB I PENDAHULUAN
6 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PERMEN-KP/2013 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGUMPULAN DATA KINERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 58,9/ kelahiran hidup, angka ini mengalami peningkatan dibandingkan AKI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2015 Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Tabanan sebesar 58,9/100.000 kelahiran hidup, angka ini mengalami peningkatan dibandingkan AKI tahun 2014 sebesar
Lebih terperinciHASIL EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI TAHUN No Komponen Bobot Capaian Organisasi. A. Perencanaan Kinerja 35 13,52
HASIL EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI TAHUN 2013 27.1 Satuan Kerja : BPS Provinsi Riau 27.2 Sistem Evaluasi : Evaluasi Lapangan/field evaluation 27.3 Hasil Penilaian : 39,93
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. serta India, hal ini telah dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu, tetapi waktu itu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keluarga Berencana (KB) bukanlah hal baru karena menurut catatan-catatan dan tulisan-tulisan yang berasal dari Mesir Kuno, Yunani Kuno, dan Tiongkok Kuno serta India,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah serius yang perlu mendapat perhatian khusus dari semua pihak. Tidak hanya pemerintah, masyarakat
Lebih terperinciSASARAN REFORMASI BIROKRASI
SASARAN REFORMASI BIROKRASI pemerintahan belum bersih, kurang akuntabel dan berkinerja rendah pemerintahan belum efektif dan efisien pemerintahan yang bersih, akuntabel dan berkinerja tinggi pemerintahan
Lebih terperinciOleh: (Tentativ) BKKBN. Disampaikan pada Kegiatan Review/ Telaah Program KKBPK Tahun 2016
Oleh: (Tentativ) BKKBN Disampaikan pada Kegiatan Review/ Telaah Program KKBPK Tahun 2016 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jakarta, 5-6 September 2016 BKKBN MENDUKUNG AGENDA PRIORITAS
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH Menimbang : a. Mengingat : 1. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi ( P4K ) Pada tahun 2007 Menteri Kesehatan RI mencanangkan P4K dengan stiker yang merupakan upaya terobosan dalam percepatan
Lebih terperinciStudi Kelayakan Proses Perangkat Lunak
Studi Kelayakan Proses Perangkat Lunak Sebelum tahapan analisis dilakukan yang perlu diketahui dan dipertimbangkan adalah alasan timbulnya gagasan untuk membuat sebuah sistem informasi atau perangkat lunak
Lebih terperinciBAB V KONKLUSI DAN REKOMENDASI. Bab V berisi mengenai kesimpulan yang diambil dari hasil penelitian
BAB V KONKLUSI DAN REKOMENDASI Bab V berisi mengenai kesimpulan yang diambil dari hasil penelitian dan rekomendasi yang diberikan terhadap masalah yang ditemukan dalam penelitian. Pada bagian ini juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar jiwa pada tahun 2010, laju pertumbuhan tinggi yaitu sebesar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa lalu terdapat pandangan masyarakat tentang jumlah anak yang tidak sepenuhnya benar, pendapat bahwa Banyak Anak Banyak Rejeki dan keluarga besar adalah
Lebih terperinciSTANDAR EVALUASI DAN PELAPORAN
STANDAR EVALUASI DAN PELAPORAN A. Latar Belakang B. Norma dan Dasar Hukum C. Definisi Global dan Detail Standar D. Maksud dan Tujuan E. Kebutuhan Sumber Daya Manusia F. Kebutuhan Sarana dan Prasarana G.
Lebih terperinciRENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016
RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016 Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan
Lebih terperinciDistinctive Strategic Management
Modul ke: Distinctive Strategic Management Nature of Strategic Management Fakultas FEB Dr. Adi Nurmahdi MBA Program Studi S2 Magister Manajemen www.mercubuana.ac.id RENCANA STRATEJIK Rencana stratejik
Lebih terperinciINDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN INDRAGIRI HULU TAHUN
Revisi Atas Dinas Komunikasi dan Informatika Tahun 2016-2021 INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN INDRAGIRI HULU TAHUN 2016-2021 DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN INDRAGIRI HULU Jalan Raya
Lebih terperinciHASIL EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI TAHUN No Komponen Bobot Capaian Organisasi
HASIL EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI TAHUN 2013 18.1 Satuan Kerja : BPS Provinsi Sumatera Utara 18.2 Sistem Evaluasi : Evaluasi Lapangan/field evaluation 18.3 Hasil Penilaian
Lebih terperinciPERJANJIAN KINERJA DAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH OLEH: WIGIT JATMIKO KEPALA SUBBAGIAN AKUNTABILITAS DAN PELAPORAN I
PERJANJIAN KINERJA DAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH OLEH: WIGIT JATMIKO KEPALA SUBBAGIAN AKUNTABILITAS DAN PELAPORAN I BAGIAN AKUNTABILITAS DAN PELAPORAN, BIRO PERENCANAAN 29 JUNI 2016 1 PERPRES
Lebih terperinci- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,
- 1 - SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN
Lebih terperinciSALINAN NOMOR TENTANG. dan. Menimbang. Dasar : 1. Negara. Provinsi. Bangkaa. Indonesia Tahun Belitung (Lembaran 4268); Indonesia.
BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGAA
Lebih terperinciPETUNJUK PELAKSANAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PUSAT KERJASAMA LUAR NEGERI
PETUNJUK PELAKSANAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PUSAT KERJASAMA LUAR NEGERI SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 KATA PENGANTAR Dengan kehadiran Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 pada
Lebih terperinciHASIL EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI TAHUN No Komponen Bobot Capaian Organisasi
HASIL EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI TAHUN 2013 33.1 Satuan Kerja : BPS Provinsi Maluku 33.2 Sistem Evaluasi : Evaluasi Lapangan/field evaluation 33.3 Hasil Penilaian : 31,61
Lebih terperinciS A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 91 TAHUN No. 91, 2016 TENTANG
- 1 - S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 91 TAHUN 2016 NOMOR 91 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR 852 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN
Lebih terperinciAdvokasi Berbasis Bukti Program Advance Family Planning
Advokasi Berbasis Bukti Program Advance Family Planning Semarang, 5 Mei 2015 Tujuan & indikator keberhasilan Tujuan Merevitalisasi Program KB di Indonesia melalui pendekatan advokasi berdasarkan bukti
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.750, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTAHANAN. Indikator Kinerja Utama. Penetapan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN
Lebih terperinciMELINDUNGI SECARA UTUH : Layanan Sinergitas. Gama Triono
MELINDUNGI SECARA UTUH : Layanan Sinergitas Gama Triono www.pkbi-diy.info Fakta 2015 Prevalensi HIV & AIDS 2015 Melalui hubungan Seksual : Perempuan Rumah Tangga > dr Pekerja Seks Perempuan positif : akseptor
Lebih terperinciPROFIL BPPKB KABUPATEN KARANGASEM
2015 PROFIL BPPKB KABUPATEN KARANGASEM Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karangasem PROFIL BPPKB. KABUPATEN KARANGASEM I. GAMBARAN UMUM Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) merupakan lembaga pemerintahan yang bertugas dalam mengontrol laju pertambahan populasi di Indonesia dengan
Lebih terperinciPendekatan Advokasi Spitfire Dengan Menggunakan Smart Chart
Pendekatan Advokasi Spitfire Dengan Menggunakan Smart Chart Lokakarya Advokasi KB/KR Berbasis Data Kerjasama Aisyiyah dan Program AFP Indonesia 24 25 Juni 2011 Tujuan Sesi Pengenalan perangkat pengambil
Lebih terperinciPRA-MUSRENBANGNAS RKP 2016 Kelompok Pembahasan: Kesehatan
PRA-MUSRENBANGNAS RKP Kelompok Pembahasan: Kesehatan Deputi Bidang SDM dan Kebudayaan Jakarta, 16-24 April 2015 Buku I: STRATEGI PEMBANGUNAN NORMA PEMBANGUNAN 1) Membangun untuk manusia dan masyarakat;
Lebih terperinciPenetapan Konteks Komunikasi dan Konsultasi. Identifikasi Risiko. Analisis Risiko. Evaluasi Risiko. Penanganan Risiko
- 11 - LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG MANAJEMEN RISIKO DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL A. Proses Manajemen Proses
Lebih terperinciPROSES AUDIT. Titien S. Sukamto
PROSES AUDIT Titien S. Sukamto TAHAPAN AUDIT Proses audit terdiri dari tahapan berikut : 1. Planning (Perencanaan) 2. Fieldwork and documentation (Kunjungan langsung ke lapangan dan Dokumentasi) 3. Issue
Lebih terperinciSISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DAN LAPORAN AKUNTANTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)
SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DAN LAPORAN AKUNTANTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) SAKIP adalah rangkaitan sistematik dari berbagai aktivitas, alat, dan prosedur
Lebih terperinciManagement By Objectives (MBO) = Manajemen Berdasarkan Sasaran
Management By Objectives (MBO) = Manajemen Berdasarkan Sasaran KONSEP MBO : Adalah sebuah kesepakatan formal antara pimpinan dan bawahan dalam hal : 1. Tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bagian / bawahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peran Keluarga Berencana dalam Kesehatan Reproduksi adalah. untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi, karena kehamilan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran Keluarga Berencana dalam Kesehatan Reproduksi adalah untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi, karena kehamilan yang diinginkan dan berlangsung dalam
Lebih terperinciRANCANGAN PEMANTAUAN DAN PENLAIAN
RANCANGAN PEMANTAUAN DAN PENLAIAN KEGIATAN ADVOKASI KESEHATAN MATERI INTI 6 KonsepDasarPemantauandanPenilaian AdvokasiKesehatan PenyusunanInstrumendan- Penilaian AdvokasiKesehatan RancanganKegiatandan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia berada di urutan ke empat dengan penduduk terbesar di dunia setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus 2016 mencapai
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.80, 2014 ADMINISTRASI. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Pelaporan. Keuangan. Kinerja. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG
Lebih terperinciA d v o k a s i K e s e h a t a n F a k u l t a s K e s e h a t a n M a s y a r a k a t U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a S E S I 2
A d v o k a s i K e s e h a t a n F a k u l t a s K e s e h a t a n M a s y a r a k a t U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a S E S I 2 Fasilitator : Prof. dr. Hadi Pratomo, MPH, Dr.PH Program Sarjana
Lebih terperinciBUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOGIRI NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOGIRI NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. reproduksi merupakan salah satu program yang dijadikan sebagai dasar perencanaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi menjadi perhatian dunia termasuk di Indonesia. Kesehatan reproduksi merupakan salah satu program yang dijadikan sebagai dasar perencanaan program
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berencana Indonesia) dan pelaksanaannya masih tersembunyi. Tahun demi tahun
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak tahun 1957, Soeharto memprakasai PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) dan pelaksanaannya masih tersembunyi. Tahun demi tahun perkumpulan ini kemudian
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI SIAK NOMOR TAHUN 2015 TENTANG
PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DOKUMEN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciMENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG
SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN EVALUASI LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Pelayanan Keluarga Berencana (KB) di Indonesia mengalami suatu keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator pelayanan KB yaitu
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR : PER-687/K/D4/2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DESAIN PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INSTANSI PEMERINTAH (SPIP) DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka pengukuran dan peningkatan kinerja serta lebih meningkatkan akuntabilitas kinerja suatu instansi pemerintah, maka ditetapkan sistem pengukuran kinerja dalam
Lebih terperinciPEDOMAN MANAJEMEN MUTU UPT PUSKESMAS II NEGARA No Kode : Terbitan : No Revisi : Tgl Mulai Berlaku : Halaman :
1. PENDAHULUAN Pedoman Manajemen Mutu ini menjelaskan secara garis besar sistem manajemen mutu Puskesmas Timika. Semua ketentuan maupun persyaratan serta kebijakan yang tertuang dalam Pedoman Manajemen
Lebih terperinciPeluang Pemanfaatan Teknologi. Rukmono Siswishanto Unit Diklat RSUP Dr. Sardjito
Peluang Pemanfaatan Teknologi Rukmono Siswishanto Unit Diklat RSUP Dr. Sardjito rukmonos@yahoo.com siswishanto@gmail.com Tujuan 1. Menjelaskan Review Maternal Perinatal (RMP) 2. Menjelaskan peluang pemanfaatan
Lebih terperinciMENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA
SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG PEMANTAUAN DAN EVALUASI
Lebih terperinciWALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DILINGKUP PEMERINTAH KOTA PAREPARE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinci