MEMPEROLEH HASIL MELALUI RESULT CASCADE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MEMPEROLEH HASIL MELALUI RESULT CASCADE"

Transkripsi

1 MEMPEROLEH HASIL MELALUI RESULT CASCADE Result Cascade merupakan alat monitoring dan evaluasi atas proses dan kegiatan advokasi yang dilakukan. Result Cascade ini memudahkan dalam mendokumentasikan hasil-hasil advokasi sehingga orang-orang yang tidak terlibat langsung dalam upaya advokasi dapat dengan mudah memahaminya. Result Cascade memiliki empat komponen utama. Pertama, disciplined monitoring, Result Cascade menyediakan cara untuk mendokumentasikan para aktor dan aktivitas yang dilakukan yang menghasilkan perubahan kebijakan. Kedua, accountability tracking, Result Cascade bermanfaat sebagai alat monitoring yang dapat melacak penerapan kebijakan. Ketiga, advocacy refinement, Result Cascade merupakan proses untuk menilai hasil advokasi dan peluang untuk memperbaiki strategi advokasi. Dan keempat, effectiveness assessment, Result Cascade menyediakan suatu proses sistematik yang memperlihatkan pentingnya advokasi dalam KB. Result Cascade secara grafis menyajikan masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome), dan dampak (impact). Input meliputi bantuan teknis dan sumber dana yang digunakan untuk menghasilkan output. Input digunakan selama proses penerapan suatu strategi advokasi. Output adalah produk yang dihasilkan dari input. Output merupakan hasil jangka pendek dimana mitra advokasi paling berpengaruh, namun output itu sendiri tidak dapat mengubah status quo. Outcome adalah hasil segera (quick win) dalam pendekatan Advance Family Planning (AFP) dan Result Cascade. Outcome merupakan hasil dari suatu strategi advokasi yang terfokus pada hasil kebijakan. Outcome merupakan hasil dari serangkaian output. Outcome tidak dapat dikontrol sepenuhnya oleh pelaku advokasi. Impact merupakan hasil jangka panjang yang dihasilkan oleh suatu kombinasi dari berbagai intervensi yang dilakukan, dan dapat bersifat positif atau negatif. Dampak dalam konteks advokasi Keluarga Berencana (KB), misalnya, dapat berupa peningkatan atau penurunan kehamilan tidak diinginkan (KTD) sebagai akibat dari perubahan penggunaan kontrasepsi. Seringkali advokasi yang dilakukan tidak secara langsung mempengaruhi dampak (impact). Result Cascade terbagi dalam dua fase. Fase pertama disebut Quick Win (hasil segera) dimana kita mendokumentasikan proses. Fase kedua, Result Cascade, mendokumentasikan hasil atau dampak dari quick wins. 1

2 ASUMSI-ASUMSI POKOK Kita menggunakan asumsi bahwa pelayanan KB tidak menjadi prioritas dan mendapat anggaran yang sangat rendah di banyak negara berkembang karena pemegang kebijakan kurang memiliki bukti mengenai manfaat Program KB dan pentingnya menyediakan anggaran yang cukup untuk program tersebut. Sebagian besar pendanaan untuk Program KB saat ini diberikan oleh donor, sementara anggaran yang disediakan pemerintah setempat sangat kecil. Berbagai prinsip yang digunakan untuk mendorong Program KB seringkali kurang menyebutkan secara rinci mengenai risiko yang harus dihadapi oleh koordinator kesehatan setempat, kepala daerah, atau menteri kesehatan apabila program tersebut tidak dilaksanakan dengan baik atau apabila mereka tidak mengambil kebijakan untuk mendukung Program KB. Selain itu, skala risiko yang berkaitan dengan Program KB tidak diketahui dengan jelas. Misalnya berapa persen dana yang harus disediakan untuk Program KB di suatu wilayah? Manakah yang lebih baik, menyediakan anggaran yang lebih besar untuk kontrasepsi suntikan atau pelayanan KB pasca persalinan? Lebih jauh lagi, perlu dipertimbangkan dengan cermat siapa yang akan menyampaikan risiko itu. Apabila kebutuhan akan pelayanan KB yang lebih baik tidak disampaikan dengan benar dan tepat, atau jarang sekali disampaikan oleh kelompok masyarakat setempat atau koalisi regional, pembuat kebijakan tidak akan menyiapkan anggaran yang memadai untuk Program KB. AFP juga berasumsi bahwa pemantauan terhadap proses tindak lanjut yang terjadi setelah suatu upaya advokasi sukses dilakukan merupakan hal yang sangat krusial untuk memperdalam efek dari suatu hasil segera (Quick Win). Contohnya dalam menindaklanjuti suatu keputusan untuk mengubah kebijakan atau menambah anggaran Program KB, pembuat kebijakan perlu melihat bahwa pelaksana advokasi melacak dan melaporkan perubahan-perubahan jangka pendek yang telah terjadi sebagai akibat dari suatu keputusan yang diambil. Hal ini menekankan pentingnya advokasi di tingkat lokal untuk mendukung Program KB. Terakhir, AFP berasumsi bahwa keberhasilan berulang dalam advokasi KB akan memudahkan dalam membujuk pemegang kebijakan untuk mengambil risiko yang lebih besar guna mendukung pelaksanaan Program KB di masa mendatang. Tatkala pengambil kebijakan lebih mempercayai pelaksana advokasi sebagai 2

3 sumber informasi yang berkualitas, mereka akan lebih mendukung Program KB di masa mendatang. Result Cascade memperioritaskan elemen-elemen berikut dalam memilih proses dan hasil (outcome) yang akan dicari melalui advokasi: Memilih hasil jangka pendek yang diperlukan untuk meraih tujuan jangka panjang bersama mitra kerja. Mengenali prioritas si pengambil kebijakan yang dapat dicapai dalam jangka pendek melalui suatu pendekatan advokasi yang strategis. Fokus pada penyediaan informasi berdasar bukti, menyasar kebutuhan pembuat kebijakan setempat, dan menyampaikan informasi secara jujur dan apa adanya. Mengurangi risiko dan meningkatkan imbalan bagi pengambil kebijakan untuk mengambil keputusan. PEMILIHAN HASIL SEGERA (QUICK WIN) Beberapa isu kebijakan atau peluang advokasi bisa menghasilkan kesuksesankesuksesan jangka pendek, tapi hanya akan memiliki pengaruh jangka panjang apabila kesuksesan-kesuksesan itu memang direncanakan untuk secara langsung mencapai suatu tujuan yang menyeluruh. Dalam hal ini, sasaran SMART dapat dijadikan panduan untuk memilih hasil relevan yang diinginkan. Secara lebih jauh, pendekatan AFP mempertimbangkan lingkungan kebijakan, hubungan dengan pengambil keputusan, dan sumber daya yag tersedia. Tujuan (goal) adalah pernyataan yang bersifat luas mengenai hasil (outcome) yang diharapkan dan terkait dengan keseluruhan misi proyek/program. Menurunkan jumlah kehamilan yang tidak diinginkan atau Meningkatkan kesehatan ibu adalah tujuan. Tujuan mendeskripsikan apa yang ingin dicapai dan tidak dapat diukur secara tepat. Tujuan akan dicapai dalam jangka panjang. Beberapa sasaran (objectives) jangka pendek biasanya mendukung pencapaian suatu tujuan. PENERAPAN Result Cascade harus digunakan bersama strategi advokasi terfokus yang dirancang untuk mencapai sasaran-sasaran jangka pendek yang secara bertahap akan mengarah pada pencapaian tujuan jangka panjang. Sasaran (objective) adalah pernyataan singkat yang menggambarkan hasil spesifik yang ingin dicapai. Oleh karenanya, ada hubungan yang jelas antara sasaran dan hasil yang diinginkan. 3

4 Pencapaian sasaran mendorong pada pencapaian tujuan program. Sasaran advokasi yang baik adalah sasaran SMART (Specific, Measurable, Attainable/Achievable, Relevant, Time-bound). FASE 1: MENDOKUMENTASIKAN HASIL SEGERA (QUICK WINS) Langkah 1: Mencatat Judul dan Aktivitas Formatif Catat sasaran SMART dan langkah-langkah penting yang anda ambil untuk mengidentifikasi peluang advokasi. Hal tersebut dapat berupa pertemuan dengan beberapa stakeholder, pembentukan sebuah kelompok kerja, atau pertemuan dengan tim jaminan ketersediaan kontrasepsi. Catat tanggalnya, para aktor kunci, dan tujuan kegiatan/aktivitas. Judul Judul Masukkan sasaran advokasi yang SMART. Sasaran advokasi ini bisa lebih luas dari atau berbeda dari quick win. Aktivitas Proses Aktivitas Formatif Aktivitas Proses Aktivitas Proses Output Output Output Aktivitas Formatif Dokumentasikan langkah2 pertama dan setelah target advokasi diidentifikasi. Aktivitas Proses dan Output Dokumentasikan langkah2 kunci yang diambil dan output (keluaran) yang dihasilkan. Quick Win Hasil (outcome) yang didapat dalam waktu dekat dan merupakan satu dari beberapa hasil yang akan menuntun pada pencapaian tujuan jangka panjang serta tanggal pencapaian. Quick Win Masukkan sasaran advokasi yang dihasilkan dari suatu strategi advokasi dan yang akan menuntun pencapaian tujuan jangka panjang. Sertakan tanggal pencapaian yang sudah direncanakan. Gunakan huruf miring untuk mengindikasikan bahwa kegiatan itu sedang berlangsung dan belum selesai. Gunakan huruf biasa untuk pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan. Aktivitas adalah tindakan atau intervensi yang menggunakan input untuk menciptakan hasil. Aktivitas bukanlah sasaran, melainkan alat untuk memperoleh hasil. Contoh aktivitas adalah menyelenggarakan pertemuan dengan pakar KB untuk membahas panduan pelatihan distribusi alkon oleh masyarakat setempat. Dalam hal 4

5 ini, menyelenggarakan pertemuan merupakan suatu langkah dalam proses mencapai sasaran. Langkah 2: Dokumentasikan Aktivitas Proses dan Output (Keluaran) Aktivitas proses dapat meliputi suatu presentasi teknis kepada menteri dengan suatu rekomendasi spesifik untuk menyertakan suatu metode atau alat kontrasepsi baru dan fakta mengapa perubahan itu diperlukan. Dokumentasikan aktivitas/kegiatan yang anda dan kelompok kerja anda lakukan dan output yang dihasilkan dari kegiatan tersebut. Aktivitas dan output haruslah merupakan aktivitas dan output strategis yang telah anda identifikasi sebelumnya dalam strategi advokasi anda. Output bisa berupa policy brief yang disusun sebagai hasil dari suatu analisis kebijakan, pertemuan penting dengan pakar kunci, atau pertemuan singkat dengan pengambil keputusan. Dalam bagan di atas, aktivitas proses dibuat dalam tiga kotak, namun pada kenyataannya bisa lebih atau kurang dari tiga kotak, sesuai kebutuhan. Kuncinya adalah memilih aktivitas yang paling terhubung secara logis dengan Quick Win. Langkah 3: Rincikan Quick Win Quick win adalah keputusan kritis yang harus terjadi dalam waktu dekat dan merupakan satu dari beberapa hasil (outcomes) yang akan menuntun pada perwujudan tujuan yang lebih luas. Quick win merupakan hasil dari sebuah strategi advokasi yang direncanakan. Dokumentasikan Quick Win secara rinci. Jika Quick Win itu meliputi panduan baru mengenai pembagian tugas, sebutkan tugas apa yang kini dapat dilakukan oleh penyedia layanan kesehatan. Detil ini akan memudahkan dalam melacak dan mengukur Quick Win dengan Pohon Keputusan dan Result Cascade. Jika anda menggunakan AFP SMART, Quick Win dan langkah sasaran biasanya sama. Berikut adalah contoh: 5

6 Panduan Kementerian Kesehatan Uganda untuk Memudahkan Tenaga Kesehatan di Desa dalam Menyediakan Kontrasepsi Suntikan FHI 360, AFP, Mitra Kerja dalam Kependudukan dan Pembangunan, dan Kantor Regional Afrika menyusun strategi yang bertujuan mengundang Tim Manajemen Senior (TMS) di Kementerian Kesehatan Uganda untuk mengulas/mereviu panduan. Mengumpulkan bukti mengenai keamanan dan kemudahan distribusi suntikan dan menyiapkan policy brief. (Mei 2010) Menghub peg pmrnthn tkait di tk pusat & daerah utk memperoleh dukungan & mpsiapkan presentasi pada TMS ttg kemudahan & efektivitas suntikan. (Juni 2010) Dirjend Pelayanan Kesehatan mvalidasi penelitian operasional yg dlkk dgn mlkk kunjungan lpng & wawancara dg Nakes di Desa, peg klinik, dan akseptor. (Juli 2010) TMS Kementerian Kesehatan melakukan pertemuan untuk membahas panduan. (September 2010) Kelompok Kerja Kebijakan menyetujui panduan. (November 2010) Kementerian Kesehatan mengeluarkan panduan. (Januari 2011) QUICK WIN: Panduan dari Kementerian Kesehatan memberikan wewenang atau mengesahkan sekitar nakes di desa untuk memberikan pelayanan KB suntikan. (Maret 2011) FASE 2: MENDOKUMENTASIKAN RESULT CASCADE Langkah 1: Mendokumentasikan Quick Win Buat daftar Quick Win yang diharapkan menuntun pada peningkatan akses terhadap konrasepsi. Hanya masukkan Quick Win yang berhasil dicapai dari usaha advokasi yang telah dilakukan. Sertakan tanggal pencapaian Quick Win. Langkah 2: Lacak Pencapaian Outcome secara Berjenjang Langkah 2 ini memperlihatkan outcome yang harus terjadi jika kita menginginkan Quick Win membawa dampak (impact). Contohnya, pemerintah suatu kabupaten tertarik untuk meningkatkan pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di wilayahnya. Quick Win yang sukses dihasilkan oleh AFP adalah meningkatkan anggaran Program KB di kabupaten tersebut. Akan tetapi penambahan anggaran ini dapat digunakan untuk berbagai macam kepentingan; beberapa bisa dipakai untuk meningkatkan 6

7 pemakaian MKJP; sisanya bisa dipakai untuk keperluan lainnya. Oleh karena itu, sangat penting mengetahui bagaimana anggaran digunakan. Dana yang digunakan untuk (1) menambah jumlah penyedia layanan yang dapat melayani pemakaian MKJP, (2) meningkatkan kualitas konseling untuk pemakaian MKJP, dan (3) membuat perubahan dalam ketersediaan kontrasepsi untuk mengakomodasi kebutuhan logistik dari pelayanan MKJP di kabupaten adalah contoh-contoh dari hasil (outcome) yang secara logis dapat menjelaskan peningkatan akses MKJP. 1. DOKUMENTASIKAN QUICK WIN QUICK WIN: Hasil (outcome) atau keluaran (output) yang dicapai kelompok kerja yang menuntun pada pencapaian dampak (impact) dan tanggal pencapaian. Perubahan kebijakan & program dalam akses, kualitas, dan pilihan kontrasepsi 2. LACAK HASIL (OUTCOME) BERJENJANG Dokumentasikan hasil berjenjang yang telah berhasil dicapai dan yang secara logis dapat menggambarkan dampak (impact). Perubahan kebijakan & program dalam akses, kualitas, dan pilihan kontrasepsi Perubahan kebijakan & program dalam akses, kualitas, dan pilihan kontrasepsi 3. DOKUMENTASIKAN DAMPAK (IMPACT)/MASUKKAN TUJUAN JANGKA PANJANG Contoh: Penggunaan alkon meningkat baik di tingkat kabupaten, provinsi, maupun nasional. Sumber data untuk validasi: 4. IDENTIFIKASI SUMBER DATA UNTUK MEMVALIDASI DAMPAK (IMPACT) 7

8 Langkah 3: Mendokumentasikan Dampak (Impact) Masukkan tujuan jangka panjang dalam strategi advokasi. Quick Win atau hasil (outcome) yang berjenjang dalam Langkah 2 seharusnya mengalir menuju pencapaian tujuan jangka panjang, memperlihatkan dampak (impact). Langkah 4: Identifikasi Sumber Data Masukkan sumber data yang memvalidasi dampak (impact) dalam tanda panah di bawah dampak. Berikut adalah contoh: QUICK WIN: Panduan dari Kementerian Kesehatan memberikan wewenang atau mengesahkan sekitar nakes di desa untuk memberikan pelayanan KB suntikan. (Maret 2011) Kemenkes membentuk satuan tugas utk memantau pelaksanaan SUNTIKAN TERSEDIA BAGI NAKES DESA Kemenkes mendiseminasikan panduan Mitra kerja terkait melatih nakes desa untuk memberikan pelayanan suntikan perempuan memperoleh layanan KB suntikan sejak panduan Kemenkes disahkan Sumber data: FHI 360 dan RHU, data sementara 8

9 PANTAU DAMPAKNYA: POHON KEPUTUSAN Sekarang saatnya kita memantau penerapan Result Cascade. Kita melacak Quick Win untuk mengetahui apakah upaya yang kita lakukan membantu pencapaian dampak (impact) yang dikehendaki. Dalam hal ini, Pohon Keputusan dapat berperan sebagai checklist, yang tentu saja berguna karena advokasi berlangsung dengan sumber daya yang terbatas, kekuasaan/wewenang yang terbatas, dan adanya berbagai tuntutan dalam waktu yang bersamaan. Langkah 1: Identifikasi Quick Win Identifikasi Quick Win yang ingin dipantau dan tanggal penyelesaiannya. Langkah 2: Identifikasi Intervensi yang Paling Efektif Cari tahu intervensi mana yang paling efektif dalam menciptakan perubahan melebihi Quick Win. Apabila anda menemukan bahwa ada intervensi yang penting dan efektif, namun tidak dilakukan, inilah saatnya untuk meninjau kembali (mereviu) dan memperbaiki (merevisi) strategi dan tindakan advokasi anda. Pada setiap tingkat penerapan, akan diperoleh hasil ya/tidak. Sebuah jawaban tidak pada setiap level mewakili suatu peluang advokasi untuk memperoleh hasil. Sebuah jawaban ya berarti lanjutkan sesuai rencana untuk mencapai hasil berikutnya. Contohnya, sebuah Quick Win bisa berupa kebijakan untuk menyertakan metode kontrasepsi baru dalam pelayanan yang disediakan oleh pemerintah. Maka intervensi yang paling efektif untuk meningkatkan pilihan metode kontrasepsi meliputi (1) mendiseminasikan kebijakan, (2) melatih penyedia layanan, dan (3) mengembangkan sistem ketersediaan kontrasepsi yang menyediakan metode baru tersebut. Kita harus melacak apakah semua intervensi ini terjadi meskipun kita tidak secara langsung terlibat dalam aktivitas-aktivitas khusus tersebut. Kita melacak penerapan kebijakan melalui kerjasama dengan mitra terkait dan menyiapkan advokasi tambahan bilamana diperlukan. Langkah 3: Identifikasi Tim Pemantau Identifikasi siapa yang akan melacak perkembangan intervensi dan bagaimana kita bisa memperoleh informasi dan komunikasi mengenai hal itu. Dokumentasikan hal ini secara rinci dalam rencana kerja selama proses penyusunan strategi, dimana mitra kerja advokasi diberi tanggung jawab. 9

10 Pohon Keputusan: Menciptakan Dampak (Impact) dari Hasil (Outcome) QUICK WIN: Perubahan kebijakan: contohnya panduan perubahan tugas telah didiseminasikan dan diterapkan. Ya Tidak Merancang advokasi Hasil Berjenjang 1 Apakah nakes yang melayani sudah dilatih? Ya Tidak Merancang advokasi Hasil Berjenjang 2 Apakah perubahan sistem logistik, termasuk rencana pembelian persediaan, sudah lengkap? Ya Tidak Merancang advokasi Hasil Berjenjang 3 Apakah persediaan suntikan dan nakes yang melayani sudah tersebar di seluruh wilayah kabupaten secara merata? Ya Tidak Merancang advokasi Hasil Berjenjang 4 Apakah nakes di desa sudah menyediakan dan melayani kontrasepsi suntikan? Ya Tidak Merancang advokasi Dampak (Impact) Apakah penggunaan kontrasepsi di tingkat local meningkat? Ya Tidak Merancang advokasi Jika memungkinkan, tentukan waktu pelaksanaan bagi setiap langkah diatas. Beberapa langkah penerapan dapat terjadi secara bersamaan/serempak atau secara berurutan, namun mendokumentasikan kapan hal itu terjadi akan menyediakan bukti pelaksanaan dan wawasan mengenai lamanya proses advokasi yang harus dilalui untuk usaha advokasi di masa mendatang. 10

11 Langkah 4: Kolaborasi untuk Memperbarui Usaha, secara Tepat Waktu Langkah ini memerlukan kerjasama yang erat dengan pemerintah dan pelaksana agar dapat memahami kapan dan mengapa intervensi gagal dan untuk mengembangkan strategi advokasi baru untuk mengatasi hambatan. MEMAHAMI DAN MENGATUR KEMUNDURAN/RINTANGAN Tatkala perubahan yang diharapkan tidak terjadi, penting sekali meninjau kembali asumsi yang mendasari strategi advokasi. Secara khusus, kita melihat perubahan dalam penggunaan kontrasepsi sebagai hasil advokasi apabila kita: Membuat asumsi yang masuk akal mengenai permintaan pelayanan KB dan metode spesifik di suatu wilayah. Dan membuat asumsi yang masuk akal mengenai hambatan yang ada di wilayah tersebut terkait akses dan penggunaan kontrasepsi. Dan mencurahkan tenaga untuk melakukan intervensi yang paling efektif dengan mitra kerja kita. Berikut adalah contoh bagaimana asumsi menentukan strategi namun tidak membawa kepada hasil yang diharapkan: Mitra kerja KB di Kabupaten A sependapat bahwa seringnya puskesmas kehabisan persediaan alkon berkontribusi terhadap rendahnya pemakaian kontrasepsi. Mereka mengembangkan suatu strategi untuk menjamin ketersediaan kontrasepsi di puskesmas dengan meningkatkan pendanaan untuk transportasi lokal guna memperoleh komoditas/persediaan kontrasepsi secara berkala. Quick Win-nya adalah peningkatan pendanaan di tingkat kabupaten untuk transport guna memperoleh persediaan alkon secara reguler. Berikut adalah beberapa hasil yang tidak diharapkan dari Quick Win dan asumsi-asumsi berbeda yang mendasarinya. Hasil 1: Meskipun pendanaan telah meningkat, tidak ada perubahan dalam persediaan kontrasepsi (Puskesmas masih sering kehabisan alkon) di Kabupaten A Penjelasan: Hasil ini menunjukkan kesalahan pada level proses. Peningkatan pendanaan tidak serta-merta menanggulangi habisnya persediaan alkon. Hal ini hanya akan dapat diatasi apabila dana digunakan untuk memperoleh alkon yang kemudian disimpan secara baik dan didistribusikan ke puskesmas. 11

12 Hasil 2: Kehabisan stok alkon lebih jarang terjadi di Kabupaten A, tapi tidak ada perubahan pemakaian alkon setelah satu tahun Penjelasan: Penggunaan alkon mungkin tidak berhubungan dengan habisnya persediaan alkon. Hal ini dapat terjadi apabila perempuan di daerah tersebut lebih menyukai metode/alkon yang tidak tersedia sementara stok yang tersedia adalah alkon yang kurang diminati. Hasil 3: Kehabisan stok alkon di Kabupaten A lebih jarang terjadi, namun penggunaan alkon di kabupaten itu menurun Penjelasan: Asumsi kita mengenai hubungan antara persediaan dan pemakaian alkon tidak memperhitungkan variabel lain yang mungkin lebih berperan dalam menjelaskan perilaku pemakaian kontrasepsi di Kabupaten A. Misalnya, adanya peningkatan kematian bayi di Kabupaten A menyebabkan PUS berupaya menambah jumlah anak yang dimiliki sehingga permintaan terhadap kontrasepsi menurun. (ypi) Sumber: Gillespie, D, & Fredrick, B, 2013, Advance Family Planning Advocacy Portfolio, November, 12

AFP SMART Strategi Advokasi Berbasis Bukti

AFP SMART Strategi Advokasi Berbasis Bukti AFP SMART Strategi Advokasi Berbasis Bukti Pendekatan advokasi yang dilakukan oleh Advance Family Planning (AFP) fokus pada upaya memperoleh quick wins (keputusan-keputusan berkaitan dengan kebijakan atau

Lebih terperinci

AFP SMART Strategi Advokasi Berbasis Bukti (bagian 2)

AFP SMART Strategi Advokasi Berbasis Bukti (bagian 2) AFP SMART Strategi Advokasi Berbasis Bukti (bagian 2) Ada sembilan langkah dalam AFP SMART yang terbagi kedalam tiga fase atau tahapan sebagai berikut: Langkah 1. Buat sasaran yang SMART Langkah 4. Tinjau

Lebih terperinci

Monitoring & Evaluation Dasar. Oleh Erwien Temasmico Djayoesman M&E Coordinator - AIPJ

Monitoring & Evaluation Dasar. Oleh Erwien Temasmico Djayoesman M&E Coordinator - AIPJ Monitoring & Evaluation Dasar Oleh Erwien Temasmico Djayoesman M&E Coordinator - AIPJ Apakah Monitoring & Evaluasi Monitoring program atau intervensi dalam pelibatan pengumpulan data rutin yang mengukur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak yaitu 256 juta jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak yaitu 256 juta jiwa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk seharusnya menjadi sumber daya yang sangat dibutuhkan bagi pembangunan penduduk, namun sumber daya sering sebaliknya menjadi beban berat pembangunan

Lebih terperinci

MODUL 11: PRAKTIK TERBAIK UNTUK DESAIN PROYEK. USAID Adapt Asia-Pacific

MODUL 11: PRAKTIK TERBAIK UNTUK DESAIN PROYEK. USAID Adapt Asia-Pacific MODUL 11: PRAKTIK TERBAIK UNTUK DESAIN PROYEK University of Hawaii at Manoa Institut Teknologi Bandung Siklus Proyek Policy & Strategy Pre-project discussion & activities Project Identification Pre-feasibility

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan ibu di masyarakat (Riskesdas.2013:169). sampai bulan November jumlah K1 33, K4 33, Persalinan Nakes 33, dari

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan ibu di masyarakat (Riskesdas.2013:169). sampai bulan November jumlah K1 33, K4 33, Persalinan Nakes 33, dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir merupakan suatu keadaan yang fisiologis namun dalam prosesnya terdapat kemungkinan suatu keadaan yang dapat mengancam

Lebih terperinci

Komunikasi Menggunakan Smart Chart (bagian 1) (disadur dari The Spitfire Strategies Smart Chart 3.0,

Komunikasi Menggunakan Smart Chart (bagian 1) (disadur dari The Spitfire Strategies Smart Chart 3.0, Komunikasi Menggunakan Smart Chart (bagian 1) (disadur dari The Spitfire Strategies Smart Chart 3.0, www.spitfirestrategies.com) Smart Chart merupakan alat perencanaan kegiatan komunikasi yang dikembangkan

Lebih terperinci

PERSIAPAN RENCANA PEMANTAUAN KINERJA

PERSIAPAN RENCANA PEMANTAUAN KINERJA PERSIAPAN RENCANA PEMANTAUAN KINERJA Apa itu Rencana Pemantauan Kinerja? Sistem pemantauan kinerja rencana (PMP) adalah unit alat operasi USAID gunakan untuk merencanakan dan mengelola pengumpulan data

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG (MKJP) DALAM JAMPERSAL

KEBIJAKAN PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG (MKJP) DALAM JAMPERSAL KEBIJAKAN PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG (MKJP) DALAM JAMPERSAL Disampaikan oleh : Edy Purwoko, pada Forum Nasional II : Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia Di Makasar, 28-30 September

Lebih terperinci

Alat Bantu Pengambilan Keputusan Ber-KB

Alat Bantu Pengambilan Keputusan Ber-KB ABV 5.1 Alat Bantu Pengambilan Keputusan Ber-KB Alat Bantu Pengambilan Keputusan berkb dan Pedoman bagi Klien dan Bidan Didukung oleh ABV 5.2 TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari modul ini, peserta

Lebih terperinci

Nuke Devi Indrawati. Tlp : ABSTRAK

Nuke Devi Indrawati.   Tlp : ABSTRAK ANALISIS FAKTOR KEBIJAKAN DAN PENGETAHUAN TENTANG PELAYANAN KB YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA IBU PASANGAN USIA SUBUR AKSEPTOR KB DI KECAMATAN PEDURUNGAN KOTA SEMARANG Nuke

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L No.1236, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKO-KEMARITIMAN. SAKIP. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA DI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dikatakan ibu hamil risiko tinggi bila pada pemeriksaan ditemukan satu atau lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dikatakan ibu hamil risiko tinggi bila pada pemeriksaan ditemukan satu atau lebih BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kehamilan Risiko Tinggi Pada dasarnya setiap kehamilan adalah sebuah risiko. Risiko tersebut terbagi atas kehamilan dengan risiko tinggi dan kehamilan dengan risiko rendah.

Lebih terperinci

Dr Darmanelly, M. Kes, Kepala BPMPAKB. Jakarta, 20 Februari 2014

Dr Darmanelly, M. Kes, Kepala BPMPAKB. Jakarta, 20 Februari 2014 Dr Darmanelly, M. Kes, Kepala BPMPAKB Andreas Acui Sanjaya, Ketua APINDO Jakarta, 20 Februari 2014 GAMBARAN UMUM KOTA PONTIANAK GEOGRAFIS Luas Wilayah = 107,82 Km2 Jumlah Penduduk = 550.304 Jiwa (SP 2010)

Lebih terperinci

Operations Research Meningkatkan RagamMetode Kontrasepsi (Method Mix) di Jatim dan NTB

Operations Research Meningkatkan RagamMetode Kontrasepsi (Method Mix) di Jatim dan NTB Operations Research Meningkatkan RagamMetode Kontrasepsi (Method Mix) di Jatim dan NTB 2012-2016 Fitri Putjuk Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health, Center for Communication Programs (JHU.CCP)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya pertumbuhan penduduk di Indonesia merupakan masalah utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di Indonesia saat ini cukup tinggi.

Lebih terperinci

2 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Ev

2 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Ev BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1040, 2014 KEMENPOLHUKAM. Kinerja Instansi Pemerintah. Akuntabilitas. Sistem. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Disampaikan oleh : Badan Perencanaan Pembangunan dan Penelitian Pengembangan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Disampaikan oleh : Badan Perencanaan Pembangunan dan Penelitian Pengembangan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Disampaikan oleh : Badan Perencanaan Pembangunan dan Penelitian Pengembangan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Badan Perencanaan Pembangunan dan Penelitian Pengembangan Daerah Latar Belakang: KONDISI:

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.491, 2015 KEMENKOMINFO. Akuntabilitas Kinerja. Pemerintah. Sistem. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand hanya 44 per

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand hanya 44 per BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Di Indonesia Angka Kematian Ibu tertinggi dibandingkan negara-negara

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL EVALUASI LAKIP DEPUTI BIDANG KOORDINASI PENGELOLAAN ENERGI, SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP TAHUN ANGGARAN 2015

LAPORAN HASIL EVALUASI LAKIP DEPUTI BIDANG KOORDINASI PENGELOLAAN ENERGI, SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP TAHUN ANGGARAN 2015 LAPORAN HASIL EVALUASI LAKIP DEPUTI BIDANG KOORDINASI PENGELOLAAN ENERGI, SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP TAHUN ANGGARAN 2015 BAB I SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB I. SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. SIMPULAN

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP. Temuan penelitian tentang hasil implementasi kebijakan dapat. digambarkan dalam tabel berikut ini:

BAB VII PENUTUP. Temuan penelitian tentang hasil implementasi kebijakan dapat. digambarkan dalam tabel berikut ini: BAB VII PENUTUP 7.1. Kesimpulan Temuan penelitian tentang hasil implementasi kebijakan dapat digambarkan dalam tabel berikut ini: Tabel 7.1 Hasil Implementasi Kebijakan Policy Output Indikator Akses Frekuensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada tahun 2008 dilaporkan bahwa jumlah kematian. ibu di 172 negara di seluruh dunia sebesar 358.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada tahun 2008 dilaporkan bahwa jumlah kematian. ibu di 172 negara di seluruh dunia sebesar 358. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada tahun 2008 dilaporkan bahwa jumlah kematian ibu di 172 negara di seluruh dunia sebesar 358.000 jiwa (Wilmoth et al., 2010). Angka kematian ibu di setiap negara

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL EVALUASI LAKIP

LAPORAN HASIL EVALUASI LAKIP LAPORAN HASIL EVALUASI LAKIP DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH TAHUN ANGGARAN 2015 BAB I SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB I. SIMPULAN

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL EVALUASI LAKIP

LAPORAN HASIL EVALUASI LAKIP LAPORAN HASIL EVALUASI LAKIP LAPORAN HASIL EVALUASI LAKIP DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH TAHUN ANGGARAN 2015 BAB I SIMPULAN

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL EVALUASI LAKIP DEPUTI BIDANG KOORDINASI KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL TAHUN ANGGARAN 2015 BAB I SIMPULAN DAN REKOMENDASI

LAPORAN HASIL EVALUASI LAKIP DEPUTI BIDANG KOORDINASI KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL TAHUN ANGGARAN 2015 BAB I SIMPULAN DAN REKOMENDASI LAPORAN HASIL EVALUASI LAKIP DEPUTI BIDANG KOORDINASI KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL TAHUN ANGGARAN 2015 BAB I SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB I. SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. SIMPULAN Berdasarkan Surat Tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang kompleks, meliputi hal-hal nonteknis seperti wanita dan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. yang kompleks, meliputi hal-hal nonteknis seperti wanita dan pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya dalam Safe Motherhood, masalah kematian ibu adalah masalah yang kompleks, meliputi hal-hal nonteknis seperti wanita dan pendidikan. Mengatasi masalah tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa kehamilan merupakan masa yang rawan kesehatan, baik kesehatan ibu yang mengandung maupun janin yang dikandungnya sehingga dalam masa kehamilan perlu dilakukan

Lebih terperinci

Metadata untuk Penyusunan Rencana Aksi yang Partisipatif

Metadata untuk Penyusunan Rencana Aksi yang Partisipatif Metadata untuk Penyusunan Rencana Aksi yang Partisipatif Setyo Budiantoro Manager Pilar Pembangunan Ekonomi, Sekretariat TPB/SDGs Kementerian PPN/Bappenas Pertemuan Nasional Masyarakat Sipil untuk SDGs

Lebih terperinci

Penerapan Kebijakan Jaminan Persalinan dalam Mendukung Pelayanan Keluarga Berencana

Penerapan Kebijakan Jaminan Persalinan dalam Mendukung Pelayanan Keluarga Berencana Penerapan Kebijakan Jaminan Persalinan dalam Mendukung Pelayanan Keluarga Berencana Disampaikan dlm Pertemuan Medis Teknis Tingkat Provinsi Tahun 2011 Grandcity, 21 Maret 2011 Kerangka Penyajian o Situasi

Lebih terperinci

MONITORING DAN EVALUASI

MONITORING DAN EVALUASI MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN NSPK Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria PETUNJUK TEKNIS MONITORING DAN EVALUASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) yang masih cukup tinggi di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) yang masih cukup tinggi di Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam mendukung upaya penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang masih cukup tinggi di Indonesia dibandingkan Negara ASEAN, kesepakatan global

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS METODOLOGI

BAB III ANALISIS METODOLOGI BAB III ANALISIS METODOLOGI Pada bagian ini akan dibahas analisis metodologi pembangunan BCP. Proses analisis dilakukan dengan membandingkan beberapa metodologi pembangunan yang terdapat dalam literatur

Lebih terperinci

Materi Konsep Kebidanan

Materi Konsep Kebidanan Materi Konsep Kebidanan A. MANAJEMEN KEBIDANAN 1. KONSEP DAN PRINSIP MANAJEMEN SECARA UMUM Manajemen adalah membuat pekerjaan selesai (getting things done). Manajemen adalah mengungkapkan apa yang hendak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Millenium Development Goals atau disingkat MDG s dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang merupakan paradigma pembangunan global

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS EVALUASI SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH BAB I P E N D A H U L U A N

PETUNJUK TEKNIS EVALUASI SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH BAB I P E N D A H U L U A N LAMPIRAN KEPUTUSAN INSPEKTUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 700/2129/1.1/2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS EVALUASI SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PETUNJUK TEKNIS EVALUASI

Lebih terperinci

PANDUAN PENYUSUNAN PEDOMAN, PANDUAN, KERANGKA ACUAN DAN SOP. No. Dokumen: PD/Dalu/Mjht/A/01

PANDUAN PENYUSUNAN PEDOMAN, PANDUAN, KERANGKA ACUAN DAN SOP. No. Dokumen: PD/Dalu/Mjht/A/01 Kabupaten Majapahit PUSKESMAS DALU I. DEFINISI PANDUAN PENYUSUNAN PEDOMAN, PANDUAN, KERANGKA ACUAN DAN SOP No. Dokumen: PD/Dalu/Mjht/A/01 PANDUAN No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : 1-8 Tanda tangan

Lebih terperinci

LAMPIRAN LAMPIRAN ARAHAN STRATEGI (STRATEGIC INTENTION) Wawancara dilakukan pada pengguna aplikasi (user) yang berhubungan

LAMPIRAN LAMPIRAN ARAHAN STRATEGI (STRATEGIC INTENTION) Wawancara dilakukan pada pengguna aplikasi (user) yang berhubungan LAMPIRAN LAMPIRAN I. KUISIONER HUBUNGAN LIGHTS-ON DAN PROYEK DENGAN ARAHAN STRATEGI (STRATEGIC INTENTION) Wawancara dilakukan pada pengguna aplikasi (user) yang berhubungan dan staf senior dari departemen

Lebih terperinci

BAB VI MONITORING & EVALUASI

BAB VI MONITORING & EVALUASI 6.1. Gambaran Umum Struktur Monev Sanitasi 6.1.1. Monitoring Terkait Pengambilan Keputusan BAB VI MONITORING & EVALUASI Monitoring adalah suatu kegiatan observasi yang berlangsung terus menerus untuk memastikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kondisi Empirik Kesehatan Ibu dan Anak di Desa Pataruman Kecamatan Cihampelas Kabupaten Bandung Barat. Kondisi empirik kesehatan ibu dan anak di Desa Pataruman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang digunakan dengan jangka panjang, yang meliputi IUD, implant dan kontrasepsi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang digunakan dengan jangka panjang, yang meliputi IUD, implant dan kontrasepsi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Alat kontrasepsi jangka panjang (MKJP) adalah alat kontrasepsi yang digunakan untuk menunda, menjarangkan kehamilan, serta menghentikan kesuburan, yang digunakan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kematian dan kesakitan pada ibu hamil dan bersalin serta bayi baru lahir sejak lama telah menjadi masalah, khususnya di negara berkembang (Saifuddin, 2005). Berdasarkan

Lebih terperinci

Latar Belakang Semua Keluarga Ikut KB

Latar Belakang Semua Keluarga Ikut KB Latar Belakang Penyuluh KB mempunyai tugas sebagai penggerak keluarga/masyarakat dalam program KB visi program Semua Keluarga Ikut KB Perlu dilakukan KIE yang efektif para pengambil keputusan Pelaksanaan

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb No.1572, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Piagam Pengawasan Intern. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kepadatan kependudukan di Indonesia merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kepadatan kependudukan di Indonesia merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kepadatan kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah serius yang perlu mendapatkan perhatian khusus dari semua pihak. Tidak hanya pemerintah, masyarakat

Lebih terperinci

HASIL EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI TAHUN No Komponen Bobot Capaian Organisasi

HASIL EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI TAHUN No Komponen Bobot Capaian Organisasi HASIL EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI TAHUN 2013 28.1 Satuan Kerja : BPS Provinsi Sumatera Barat 28.2 Sistem Evaluasi : Evaluasi Lapangan/field evaluation 28.3 Hasil Penilaian

Lebih terperinci

BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS

BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS 8.1. Rancangan Program Peningkatan Peran LSM dalam Program PHBM Peran LSM dalam pelaksanaan program PHBM belum sepenuhnya diikuti dengan terciptanya suatu sistem penilaian

Lebih terperinci

BAB 1 GAMBARAN PROGRAM PUSKESMAS KALIPARE TAHUN 2015

BAB 1 GAMBARAN PROGRAM PUSKESMAS KALIPARE TAHUN 2015 BAB 1 GAMBARAN PROGRAM PUSKESMAS KALIPARE TAHUN 2015 1. Pelayanan kesehatan bayi muda - Transport sweeping imunisasi bayi 2. Pelayanan kesehatan balita - Posyandu - Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih memiliki kualitas penduduk yang sangat rendah dengan ditandai terhambatnya pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo,

Lebih terperinci

2013, No BAB I PENDAHULUAN

2013, No BAB I PENDAHULUAN 6 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PERMEN-KP/2013 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGUMPULAN DATA KINERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 58,9/ kelahiran hidup, angka ini mengalami peningkatan dibandingkan AKI

BAB I PENDAHULUAN. 58,9/ kelahiran hidup, angka ini mengalami peningkatan dibandingkan AKI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2015 Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Tabanan sebesar 58,9/100.000 kelahiran hidup, angka ini mengalami peningkatan dibandingkan AKI tahun 2014 sebesar

Lebih terperinci

HASIL EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI TAHUN No Komponen Bobot Capaian Organisasi. A. Perencanaan Kinerja 35 13,52

HASIL EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI TAHUN No Komponen Bobot Capaian Organisasi. A. Perencanaan Kinerja 35 13,52 HASIL EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI TAHUN 2013 27.1 Satuan Kerja : BPS Provinsi Riau 27.2 Sistem Evaluasi : Evaluasi Lapangan/field evaluation 27.3 Hasil Penilaian : 39,93

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. serta India, hal ini telah dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu, tetapi waktu itu

BAB 1 PENDAHULUAN. serta India, hal ini telah dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu, tetapi waktu itu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keluarga Berencana (KB) bukanlah hal baru karena menurut catatan-catatan dan tulisan-tulisan yang berasal dari Mesir Kuno, Yunani Kuno, dan Tiongkok Kuno serta India,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah serius yang perlu mendapat perhatian khusus dari semua pihak. Tidak hanya pemerintah, masyarakat

Lebih terperinci

SASARAN REFORMASI BIROKRASI

SASARAN REFORMASI BIROKRASI SASARAN REFORMASI BIROKRASI pemerintahan belum bersih, kurang akuntabel dan berkinerja rendah pemerintahan belum efektif dan efisien pemerintahan yang bersih, akuntabel dan berkinerja tinggi pemerintahan

Lebih terperinci

Oleh: (Tentativ) BKKBN. Disampaikan pada Kegiatan Review/ Telaah Program KKBPK Tahun 2016

Oleh: (Tentativ) BKKBN. Disampaikan pada Kegiatan Review/ Telaah Program KKBPK Tahun 2016 Oleh: (Tentativ) BKKBN Disampaikan pada Kegiatan Review/ Telaah Program KKBPK Tahun 2016 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jakarta, 5-6 September 2016 BKKBN MENDUKUNG AGENDA PRIORITAS

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH Menimbang : a. Mengingat : 1. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi ( P4K ) Pada tahun 2007 Menteri Kesehatan RI mencanangkan P4K dengan stiker yang merupakan upaya terobosan dalam percepatan

Lebih terperinci

Studi Kelayakan Proses Perangkat Lunak

Studi Kelayakan Proses Perangkat Lunak Studi Kelayakan Proses Perangkat Lunak Sebelum tahapan analisis dilakukan yang perlu diketahui dan dipertimbangkan adalah alasan timbulnya gagasan untuk membuat sebuah sistem informasi atau perangkat lunak

Lebih terperinci

BAB V KONKLUSI DAN REKOMENDASI. Bab V berisi mengenai kesimpulan yang diambil dari hasil penelitian

BAB V KONKLUSI DAN REKOMENDASI. Bab V berisi mengenai kesimpulan yang diambil dari hasil penelitian BAB V KONKLUSI DAN REKOMENDASI Bab V berisi mengenai kesimpulan yang diambil dari hasil penelitian dan rekomendasi yang diberikan terhadap masalah yang ditemukan dalam penelitian. Pada bagian ini juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar jiwa pada tahun 2010, laju pertumbuhan tinggi yaitu sebesar

BAB I PENDAHULUAN. besar jiwa pada tahun 2010, laju pertumbuhan tinggi yaitu sebesar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa lalu terdapat pandangan masyarakat tentang jumlah anak yang tidak sepenuhnya benar, pendapat bahwa Banyak Anak Banyak Rejeki dan keluarga besar adalah

Lebih terperinci

STANDAR EVALUASI DAN PELAPORAN

STANDAR EVALUASI DAN PELAPORAN STANDAR EVALUASI DAN PELAPORAN A. Latar Belakang B. Norma dan Dasar Hukum C. Definisi Global dan Detail Standar D. Maksud dan Tujuan E. Kebutuhan Sumber Daya Manusia F. Kebutuhan Sarana dan Prasarana G.

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016 RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016 Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan

Lebih terperinci

Distinctive Strategic Management

Distinctive Strategic Management Modul ke: Distinctive Strategic Management Nature of Strategic Management Fakultas FEB Dr. Adi Nurmahdi MBA Program Studi S2 Magister Manajemen www.mercubuana.ac.id RENCANA STRATEJIK Rencana stratejik

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN INDRAGIRI HULU TAHUN

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN INDRAGIRI HULU TAHUN Revisi Atas Dinas Komunikasi dan Informatika Tahun 2016-2021 INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN INDRAGIRI HULU TAHUN 2016-2021 DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN INDRAGIRI HULU Jalan Raya

Lebih terperinci

HASIL EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI TAHUN No Komponen Bobot Capaian Organisasi

HASIL EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI TAHUN No Komponen Bobot Capaian Organisasi HASIL EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI TAHUN 2013 18.1 Satuan Kerja : BPS Provinsi Sumatera Utara 18.2 Sistem Evaluasi : Evaluasi Lapangan/field evaluation 18.3 Hasil Penilaian

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA DAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH OLEH: WIGIT JATMIKO KEPALA SUBBAGIAN AKUNTABILITAS DAN PELAPORAN I

PERJANJIAN KINERJA DAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH OLEH: WIGIT JATMIKO KEPALA SUBBAGIAN AKUNTABILITAS DAN PELAPORAN I PERJANJIAN KINERJA DAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH OLEH: WIGIT JATMIKO KEPALA SUBBAGIAN AKUNTABILITAS DAN PELAPORAN I BAGIAN AKUNTABILITAS DAN PELAPORAN, BIRO PERENCANAAN 29 JUNI 2016 1 PERPRES

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, - 1 - SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN

Lebih terperinci

SALINAN NOMOR TENTANG. dan. Menimbang. Dasar : 1. Negara. Provinsi. Bangkaa. Indonesia Tahun Belitung (Lembaran 4268); Indonesia.

SALINAN NOMOR TENTANG. dan. Menimbang. Dasar : 1. Negara. Provinsi. Bangkaa. Indonesia Tahun Belitung (Lembaran 4268); Indonesia. BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGAA

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PUSAT KERJASAMA LUAR NEGERI

PETUNJUK PELAKSANAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PUSAT KERJASAMA LUAR NEGERI PETUNJUK PELAKSANAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PUSAT KERJASAMA LUAR NEGERI SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 KATA PENGANTAR Dengan kehadiran Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 pada

Lebih terperinci

HASIL EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI TAHUN No Komponen Bobot Capaian Organisasi

HASIL EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI TAHUN No Komponen Bobot Capaian Organisasi HASIL EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI TAHUN 2013 33.1 Satuan Kerja : BPS Provinsi Maluku 33.2 Sistem Evaluasi : Evaluasi Lapangan/field evaluation 33.3 Hasil Penilaian : 31,61

Lebih terperinci

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 91 TAHUN No. 91, 2016 TENTANG

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 91 TAHUN No. 91, 2016 TENTANG - 1 - S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 91 TAHUN 2016 NOMOR 91 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR 852 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

Advokasi Berbasis Bukti Program Advance Family Planning

Advokasi Berbasis Bukti Program Advance Family Planning Advokasi Berbasis Bukti Program Advance Family Planning Semarang, 5 Mei 2015 Tujuan & indikator keberhasilan Tujuan Merevitalisasi Program KB di Indonesia melalui pendekatan advokasi berdasarkan bukti

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.750, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTAHANAN. Indikator Kinerja Utama. Penetapan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN

Lebih terperinci

MELINDUNGI SECARA UTUH : Layanan Sinergitas. Gama Triono

MELINDUNGI SECARA UTUH : Layanan Sinergitas. Gama Triono MELINDUNGI SECARA UTUH : Layanan Sinergitas Gama Triono www.pkbi-diy.info Fakta 2015 Prevalensi HIV & AIDS 2015 Melalui hubungan Seksual : Perempuan Rumah Tangga > dr Pekerja Seks Perempuan positif : akseptor

Lebih terperinci

PROFIL BPPKB KABUPATEN KARANGASEM

PROFIL BPPKB KABUPATEN KARANGASEM 2015 PROFIL BPPKB KABUPATEN KARANGASEM Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karangasem PROFIL BPPKB. KABUPATEN KARANGASEM I. GAMBARAN UMUM Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) merupakan lembaga pemerintahan yang bertugas dalam mengontrol laju pertambahan populasi di Indonesia dengan

Lebih terperinci

Pendekatan Advokasi Spitfire Dengan Menggunakan Smart Chart

Pendekatan Advokasi Spitfire Dengan Menggunakan Smart Chart Pendekatan Advokasi Spitfire Dengan Menggunakan Smart Chart Lokakarya Advokasi KB/KR Berbasis Data Kerjasama Aisyiyah dan Program AFP Indonesia 24 25 Juni 2011 Tujuan Sesi Pengenalan perangkat pengambil

Lebih terperinci

PRA-MUSRENBANGNAS RKP 2016 Kelompok Pembahasan: Kesehatan

PRA-MUSRENBANGNAS RKP 2016 Kelompok Pembahasan: Kesehatan PRA-MUSRENBANGNAS RKP Kelompok Pembahasan: Kesehatan Deputi Bidang SDM dan Kebudayaan Jakarta, 16-24 April 2015 Buku I: STRATEGI PEMBANGUNAN NORMA PEMBANGUNAN 1) Membangun untuk manusia dan masyarakat;

Lebih terperinci

Penetapan Konteks Komunikasi dan Konsultasi. Identifikasi Risiko. Analisis Risiko. Evaluasi Risiko. Penanganan Risiko

Penetapan Konteks Komunikasi dan Konsultasi. Identifikasi Risiko. Analisis Risiko. Evaluasi Risiko. Penanganan Risiko - 11 - LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG MANAJEMEN RISIKO DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL A. Proses Manajemen Proses

Lebih terperinci

PROSES AUDIT. Titien S. Sukamto

PROSES AUDIT. Titien S. Sukamto PROSES AUDIT Titien S. Sukamto TAHAPAN AUDIT Proses audit terdiri dari tahapan berikut : 1. Planning (Perencanaan) 2. Fieldwork and documentation (Kunjungan langsung ke lapangan dan Dokumentasi) 3. Issue

Lebih terperinci

SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DAN LAPORAN AKUNTANTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)

SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DAN LAPORAN AKUNTANTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DAN LAPORAN AKUNTANTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) SAKIP adalah rangkaitan sistematik dari berbagai aktivitas, alat, dan prosedur

Lebih terperinci

Management By Objectives (MBO) = Manajemen Berdasarkan Sasaran

Management By Objectives (MBO) = Manajemen Berdasarkan Sasaran Management By Objectives (MBO) = Manajemen Berdasarkan Sasaran KONSEP MBO : Adalah sebuah kesepakatan formal antara pimpinan dan bawahan dalam hal : 1. Tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bagian / bawahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran Keluarga Berencana dalam Kesehatan Reproduksi adalah. untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi, karena kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. Peran Keluarga Berencana dalam Kesehatan Reproduksi adalah. untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi, karena kehamilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran Keluarga Berencana dalam Kesehatan Reproduksi adalah untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi, karena kehamilan yang diinginkan dan berlangsung dalam

Lebih terperinci

RANCANGAN PEMANTAUAN DAN PENLAIAN

RANCANGAN PEMANTAUAN DAN PENLAIAN RANCANGAN PEMANTAUAN DAN PENLAIAN KEGIATAN ADVOKASI KESEHATAN MATERI INTI 6 KonsepDasarPemantauandanPenilaian AdvokasiKesehatan PenyusunanInstrumendan- Penilaian AdvokasiKesehatan RancanganKegiatandan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus

BAB I PENDAHULUAN. setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia berada di urutan ke empat dengan penduduk terbesar di dunia setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus 2016 mencapai

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.80, 2014 ADMINISTRASI. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Pelaporan. Keuangan. Kinerja. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

A d v o k a s i K e s e h a t a n F a k u l t a s K e s e h a t a n M a s y a r a k a t U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a S E S I 2

A d v o k a s i K e s e h a t a n F a k u l t a s K e s e h a t a n M a s y a r a k a t U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a S E S I 2 A d v o k a s i K e s e h a t a n F a k u l t a s K e s e h a t a n M a s y a r a k a t U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a S E S I 2 Fasilitator : Prof. dr. Hadi Pratomo, MPH, Dr.PH Program Sarjana

Lebih terperinci

BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOGIRI NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOGIRI NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOGIRI NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. reproduksi merupakan salah satu program yang dijadikan sebagai dasar perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. reproduksi merupakan salah satu program yang dijadikan sebagai dasar perencanaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi menjadi perhatian dunia termasuk di Indonesia. Kesehatan reproduksi merupakan salah satu program yang dijadikan sebagai dasar perencanaan program

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berencana Indonesia) dan pelaksanaannya masih tersembunyi. Tahun demi tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Berencana Indonesia) dan pelaksanaannya masih tersembunyi. Tahun demi tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak tahun 1957, Soeharto memprakasai PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) dan pelaksanaannya masih tersembunyi. Tahun demi tahun perkumpulan ini kemudian

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DOKUMEN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN EVALUASI LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Pelayanan Keluarga Berencana (KB) di Indonesia mengalami suatu keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator pelayanan KB yaitu

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN, PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR : PER-687/K/D4/2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DESAIN PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INSTANSI PEMERINTAH (SPIP) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka pengukuran dan peningkatan kinerja serta lebih meningkatkan akuntabilitas kinerja suatu instansi pemerintah, maka ditetapkan sistem pengukuran kinerja dalam

Lebih terperinci

PEDOMAN MANAJEMEN MUTU UPT PUSKESMAS II NEGARA No Kode : Terbitan : No Revisi : Tgl Mulai Berlaku : Halaman :

PEDOMAN MANAJEMEN MUTU UPT PUSKESMAS II NEGARA No Kode : Terbitan : No Revisi : Tgl Mulai Berlaku : Halaman : 1. PENDAHULUAN Pedoman Manajemen Mutu ini menjelaskan secara garis besar sistem manajemen mutu Puskesmas Timika. Semua ketentuan maupun persyaratan serta kebijakan yang tertuang dalam Pedoman Manajemen

Lebih terperinci

Peluang Pemanfaatan Teknologi. Rukmono Siswishanto Unit Diklat RSUP Dr. Sardjito

Peluang Pemanfaatan Teknologi. Rukmono Siswishanto Unit Diklat RSUP Dr. Sardjito Peluang Pemanfaatan Teknologi Rukmono Siswishanto Unit Diklat RSUP Dr. Sardjito rukmonos@yahoo.com siswishanto@gmail.com Tujuan 1. Menjelaskan Review Maternal Perinatal (RMP) 2. Menjelaskan peluang pemanfaatan

Lebih terperinci

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG PEMANTAUAN DAN EVALUASI

Lebih terperinci

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DILINGKUP PEMERINTAH KOTA PAREPARE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci