BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan Keluarga Berencana bukan hanya informasi yang diberikan dan dibicarakan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan Keluarga Berencana bukan hanya informasi yang diberikan dan dibicarakan"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSELING 1. Defenisi Konseling adalah proses yang berjalan dan menyatu dengan semua aspek pelayanan Keluarga Berencana bukan hanya informasi yang diberikan dan dibicarakan pada satu kesempatan yakni pada saat pemberian pelayanan (Saifuddin,et al hlm.U-1). Konseling adalah suatu bentuk wawancara untuk menolong (membantu) orang lain memperoleh pengertian yang lebih baik mengenai dirinya (keinginannya, sikapnya, kekhawatiran, dan sebagainya) dalam usahanya untuk memehami dan mengatasi permasalahan yang sedang dihadapinya (Trismiati, 2004.hlm.9). Konseling adalah proses pemberian informasi obyektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik dengan paduan ketrampilan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik yang bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi dan menentukan jalan keluar/upaya untuk mengatasi masalah tersebut (McLeod, 2006.hlm.10)

2 2. Tujuan Konseling Adanya pemahaman terhadap akar dan perkembangan kesulitan emosional, mengarah pada kapasitas untuk lebih memilih kontrol rasional daripada perasaan dan tindakan. Menjadi lebih mampu membentuk dan mempertahankan hubungan yang bermakna dan memuaskan dengan orang lain. Menjadi lebih peka terhadap pemikiran dan perasaan yang selama ini ditahan atau ditolak, atau mengembangkan perasaan yang lebih akurat berkenaan dengan bagaimana penerimaan orang lain terhadap diri. Pengembangan sikap positif terhadap diri, yang ditandai oleh kemampuan menjelaskan pengalaman yang selalu menjadi subjek kritik diri dan penolakan. Pergerakan ke arah pemenuhan potensi atau penerimaan integrasi bagian diri yang sebelumnya saling bertentangan. Membantu klien mencapai kondisi kesadaran spiritual yang lebih tinggi. Menemukan pemecahan masalah tertentu yang tak bisa dipecahkan oleh klien seorang diri. Membuat klien mampu menangkap ide dan teknik untuk memahami dan mengontrol tingkah laku. Mempelajari dan menguasai ketrampilan soaial dan interpersonal. Modifikasi atau mengganti kepercayaan yang tak rasional atau pola pemikiran yang tidak dapat diadaptasi, yang diasosiasikan dengan tingkah laku penghancuran diri (McLEOD, 2006.hlm.13). 3. Langkah Langkah Dalam Konseling a. Pendahuluan Langkah pendahuluan atau langkah pembuka merupakan kegiatan untuk menciptakan kontak, melengkapi data klien untuk merumuskan penyebab masalah, dan menentukan jalan keluar.

3 b. Bagian Inti/pokok Bagian inti/pokok dalam konseling mencakup kegiatan mencari jalan keluar, memilih salah satu jalan keluar yang tepat bagi klien, dan melaksanakan jalan keluar tersebut. c. Bagian Akhir Bagian akhir kegiatan konseling merupakan kegiatan penyimpulan dari seluruh aspek kegiatan dan pengambilan jalan keluar. Langkah tersebut merupakan langkah penutupan dari pertemuan dan juga penetapan untuk pertemuan berikutnya (Uripni, 2002.hlm.68). Dalam memberikan konseling, khususnya bagi calon klien KB yang baru hendaknya dapat diterapkan enam langkah yang sudah dikenal dengan kata kunci SATU TUJU. Penerapan satu tuju tersebut tidak perlu dilakukan secara berulang-ulang karena konselor harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan klien. Kata kunci SATU TUJU adalah sebagai berikut: SA : SApa dan SAlam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan perhatian sepenuhnya kepada mereka dan berbicara di tempat yang nyaman serta terjamin privasinya. Tanyakan kepada klien apa yang perlu dibantu serta jelaskan pelayanan apa yang dapat diperoleh. T : Tanyakan pada klien informasi entang dirinya. Bantu klien untuk berbicara mengenai pengalaman Keluarga Berencana. Tanyakan Kontrasepsi yang diinginkan oleh klien. Coba tempatkan diri kita di dalam hati klien. U : Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beri tahu apa pilihan kontrasepsi. Bantu klien pada jenis kontrasepsi yang di ingini.

4 TU : Ban TUlah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berpikir mengenai apa yang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya. Doronglah klien untuk menunjukkan keinginannya dan mengajukan pertanyaan. J : Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya. U : Perlunya dilakukan kunjungan Ulang. Bicarakan dan buatlah perjanjian kapan klien akan kembali untuk melakukan pemeriksaan lanjutan atau permintaan konterasepsi jika dibutuhkan (Saifuddin,et al hlm.U-3,4). 4. Fungsi Konseling a). Konseling dengan fungsi pencegahan merupakan upaya mencegah timbulnya masalah kesehatan. b). Konseling dengan fungsi penyesuaian dalam hal ini merupakan upaya untuk membantu klien mengalami perubahan biologis, psikologis, sosial, kultural, dan lingkungan yang berkaitan dengan kesehatan. c). Konseling dengan fungsi perbaikan dilaksanakan ketika terjadi penyimpangan perilaku klien atau pelayanan kesehatan dan lingkungan yang menyebabkan terjadi masalah kesehatan sehingga diperlukan upaya perbaikan dengan konseling. d). Konseling dengan fungsi pengembangan ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan serta peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan upaya peningkatan peran serta masyarakat.

5 5. Teknik Konseling a). Teknik/ Pendekatan Authoritarian atau Directive Dalam proses wawancara konseling berpusat pada konselor. b). Teknik/ Pendekatan Non-Directive Dalam pendekatan ini klien diberi kesempatan untuk memimpin wawancara dan memikul sebagian besar dan tanggung jawab atas pemecahan masalahnya sendiri. c). Teknik/ Prndekatan Edetic Dalam pendekatan edetic, konselor menggunakan cara yang dianggap baik atau tepat, disesuaikan dengan konseli dan masalahnya (Uripni, 2002.hlm.67) B. ALAT KONTRASEPSI 1. Metode Amenorea Laktasi Metode amenorea laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yanng mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI). MAL dapat dijadikan kontrasepsi bila ibu menyusui secara penuh (full breast feeding), ibu belum mendapatkan haid, dan usia bayi kurang dari 6 bulan. MAL hanya efektif selama 6 bulan saja, untuk selanjutnya, harus dilanjutkan dengan pemakaian metode kontrasepsi lainnya. Cara kerja dari MAL adalah penundaan/penekanan ovulasi. Keuntungan dari MAL yaitu efektivitas tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan pascapersalinan).

6 Tidak mengganggu senggama, tidak ada efek samping sistemik, tidak perlu obat atau alat, dan tanpa biaya. Adapun keuntungan dari non kontrasepsi untuk bayi yaitu mendapatkan kekebalan pasif (mendapatkan antibodi perlindungan lewat ASI), sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi yang optimal, dan terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air, susu lain atau formula, atau alat minun yang di pakai. Selain itu untuk ibu yaitu dapat mengurangi perdarahan pascapersalinan, mengurangi resiko anemia, dan meningkatkan hubungan psikologik antara ibu dan bayi. Keterbatasan penggunaan MAL yaitu perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit pascapersalinan, mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial, efektivitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai engan 6 bulan, dan tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS. Beberapa cacatan dari konsensus Bellagio (1988) untuk mencapai keefektifitasan 98% yaitu : a. Ibu harus menyusui secara penuh atau hampir penuh (hanya sesekali diberi 1-2 teguk air/minuman pada upacara adat/agama). b. Perdarahan sebelum 56 hari pascapersalinan dapat diabaikan (belum dianggap haid). c. Bayi menghisap secara langsung. d. Menyusui dimulai dari setengah sampai satu jam sesudah bayi lahir.

7 e. Kolostrum diberikan pada bayi, pola menyusui on demand dan dari kedua payudara, sering menyusui selama 24 jam termasuk malam hari, dan hindari jarak menyusui lebih dari 4 jam (Saifuddin,et al hlm.MK-1). 2. Metode Keluarga Berencana Alamiah Pasangan sukarela menghindari senggama pada masa subur ibu. Oleh karena itu, ibu harus belajar mengetahui kapan masa suburnya berlangsung. Metode ini efektif bila dipakai dengan tertib dan tidak ada efek samping. Metode keluarga berencana alamiah berdasarkan kesadaran penuh dari siklus reproduksi ibu tersebut. Mekanisme kerja dari metode ini yaitu menghindari senggama pada masa subur, pada fase siklus menstruasi dimana kemungkinan terjadi konsepsi/kehamilan. Kontrasepsi ini dapat digunakan untuk menghindari atau mencapai kehamilan, tidak ada resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi, tidak ada efek samping, dan murah atau tanpa biaya. Sebagai kontraseptif sedang (9-20 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama pemakaian). Catatan untuk Metode ini bila aturan ditaati kegagalan 0% (kegagalan metode/ method failure dan 0-3% kegagalan pemakai/user s failure, yaitu pasangan dengan sengaja atau tanpa melanggar aturan untuk mencegah kehamilan). Kefektifan tergantung dari kemauan dan disiplin pasangan untuk mengikuti instruksi. Perlu ada pelatihan sebagai persyaratan untuk menggunakan metode ini yang paling efektif secara benar (Saifuddin,et al hlm.MK-7).

8 3. Senggama Terputus Senggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional, dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi. Cara kerja dari metode ini yaitu alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina dan kehamilan dapat dicegah. Kontrasepsi ini efektif bila digunakan dengan benar, efektivitas bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan senggama terputus setiap melaksanakannya (angka kegagalan 4-18 kehamilan per 100 perempuan per tahun). Efektivitas akan jauh menurun apabila sperma dalam 24 jam sejak ejakulasi masih melekat pada penis (Saifuddin,et al hlm.MK-15). 4. Metode Barrier a. Kondom Kondom merupakan selubun/sarung karet yang dipasang pada penis saat hubungan seksual. Kondom terbuat dari karet sintetis yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang bila digulung berbentuk rata atau mempunyai bentuk seperti puting susu. Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan. Kondom mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS) dari satu pasangan ke pasangan yang lain. Kondom cukup efektif bila dipakai secara benar pada setiap kali

9 berhubungan seksual, secara ilmiah hanya sedikit angka kegagalan kondom yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun. b. Diafragma Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari karet yang diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks. Cara kerja dari diafragma yaitu menahan sperma agar tidak mendapatkanakses mencapai saluran alat reproduksi bagian atas (uterus dan tuba falopii) dan sebagai alat tempat spermisida. Efektivitas sedang (bila digunakan dengan spermisida angka kegagalan 6-18 kehamilan per 100 perempuan per tahun pertama). Keberhasilan sebagai kontrasepsi bergantung pada kepatuhan mengikuti cara penggunaan. c. Spermisida Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oksinol-9) digunakan untuk menonaktifkan atau membunuh sperma, dikemas dalam bentuk busa (aerosol), tablet vagina, suppositoria, atau dissolvable film, dan krim. Cara kerja yaitu menyebabkan sel membran sperma terpecah, memperlambat pergerakan sperma, dan menurunkan pembuahan sel telur. Efetivitas kurang (3-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun pertama). Efektivitas sebagai kontrasepsi bergantung pada kepatuhan mengikuti cara penggunaan. Ketergantungan pengguna dari motivasi berkelanjutan dengan memakai setiap melakukan hubungan seksual. Pengguna harus menunggu menit sesudah aplikasi

10 sebelum melakukan hubungan seksual. Efektivitas aplikasi hanya 1-2 jam (Saifuddin,et al hlm.MK-17-24). 5. Kontrasepsi Hormonal Berdasarkan jenis dan cara pemakaianya di kenal empat macam kontrasepsi hormonal yaitu kontrasepsi pil, kontrasepsi suntikan, implant, dan alat kontrasepsi dalam rahim yang mengandung hormon esterogen. a. Kontrasepsi Oral (Pil) Kontrasepsi oral adalah kontrasepsi untuk wanita yang berbuat tablet, mengandung hormon. Pada dasarnya terdapat dua jenis pil kontrsepsi oral yaitu pil kombinasi dan pil yang berisi hanya progesteron saja. 1). Pil Kombinasi Merupakan pil kontrasepsi oral kombinasi yang menggunakan esterogen dan progesteron untuk mencegah kehamilan. 1). Mekanisme kerja Mekanisme kerja pil kombinasi adalah dengan cara menekan gonadotropin releasing hormon.pengaruhnya pada hifofisis terutama adalah penurunan sekresi luitenezing hormon (LH), dan sedikit folikel stimulating hormon. Dengan tidak adanya puncak LH, maka ovulasi tidak terjadi. Disamping itu, ovarium menjadi tidak aktif, dan pemasakan folikel terhenti.lendir sevik juga mengalami perubahan, menjadi lebih kental, gambaran daun pakis menghilang, sehingga penetrasi sperma menurun (Siswosudarmo,et al, 2001.hlm.15).

11 2). Jenis pil kombinasi Ada tiga jenis pil kombinasi : a). Pil monofasik, berisi esterogen dan progesteron dalam jumlah sama yang digunakan selama 21 hari. b). Pil bifastik, adalah pil 21 hari yang berisi esterogen dalam jumlah yang sama selama penggunaan paket tetapi ada pil yang memiliki dua kadar progesteron yang berbeda di dalamnya.biasanya pil ini di beri kode yang dengan warna yang berbeda. c). Pil trifasik, adalah pil 21 hari yang berisi jumlah esterogen yang bervariasi (biasanya dua kadar yang berbeda) selama paket penggunaan tetapi memiliki tiga kadar progesteron, yang berbeda di dalamnya, yang di beri kode warna. 3). Efektiffitas Pada pemakaian yang seksama, pil kombinasi 99% efektif mencegah kehamilan. Namun, pada pemakaian yang kurang seksama, efektifitasnya masih mencapai 93% (Everett, 2008, hlm.119). 4). Keuntungan Mudah menggunakannya. Cocok untuk menunda kehamilan pertama dari pasangan usia subur yang masih muda. Mengurangi dismenoroe pada saat menstruasi. Dapat mencegah defisiensi zat besi. Mengurangi resiko kanker ovarium. Tidak mempengaruhi produksi ASI.

12 5). Efek samping Gangguan menstruasi, mual muntah, sakit kepala, berat badan bertambah, sindrom pra menstruasi seperti payudara tegang, libido berkurang, jerawat, hipertensi (Speroff, 2005, hlm.90). 2). Kontrasepsi Pil Progestin Kontrasepsi ini sering juga disebut mini pil. Merupakan pil yang hanya mengandung hormon progesteron, tetapi dosisnya lebih rendah dibandingkan progestin yang ada pada pil kombinasi. 1). Mekanisme kerja Cara kerja utama kontrasepsi ini adalah dengan mengentalkan lendir serviks, sehingga menghambat penetrasi sperma untuk masuk lebih jauh. Disamping itu progestin juga menghambat ovulasi, mengganggu motilitas tuba sehingga sehingga transfortasi sperma terganggu, dan mengganggu perubahan fisiologis endometrium sehingga menghalangi nidasi (Saifuddin,et al. 2004, hlm.mk 47). 2). Efektifitas Bagi ibu yang menyusui, sampai sembilan bulan post partum keefektifan pil mencapai 98,5%.Bagi ibu yang tidak menyusui dan sedang dalam masa interval turun menjadi 96% (Siswosudarmo, et al.2001, hlm.18).

13 3). Keuntungan Manfaat pil ini sama dengan pil kombinasi,selain itu pil ini lebih kecil menyebabkan peningkatan tekanan darah dan nyeri kepala (Cunningham,et al.2006, hlm 1712). 4). Efek samping Hampir 30-60% mengalami gangguan haid, perubahan berat badan, mual, payudara tegang, pusing, resiko kehamilan ektopik tinggi(4 dari 100 kehamilan), jerawat (Saifuddin,et al. 2004, hlm.mk 49). 3). Kontrasepsi Suntikan Kontrasepsi suntikan adalah kontrasepsi untuk wanita yang diberikan dalan bentuk suntikan yang mengandung hormon. Terdapat dua jenis suntikan kontrsepsi oral yaitu suntikan kombinasi dan suntikan progestin. a. Suntikan Kombinasi Suntikan kombinasi adalah kontasepsi kombinasi esterogen dan progesteron yang di berikan secara I.M. 1). Jenis suntikan kombinasi Ada dua jenis kontrasepsi suntikan kombinasi : a) Suntikan kombinasi yang berisi 25 mg depo medroksiprogesteron asetat dan 5 mg estradiol spinoat yang diberikan injeksi I.M. sebulan sekali atau yang biasa di sebut cyclofem. b) Suntikan yang berisi 50 mg noretrindon enantat dan 5 mg estradiol vaerat yang di beri secara I.M. sebulan sekali.

14 2). Cara kerja Mekanisme kerja kontrasepsi ini adalah dengan cara : menekan ovulasi, membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu, perubahan pada endrometrium sehingga implantasi terganggu, menghambat transfortasi gamet oleh tuba. 3). Effektifitas Sangat efektif 0,1 0,4 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan (Saifuddin,et al. 2004, hlm.mk 33). 4). Keuntungan Mengurangi jumlah perdarahan, mengurangi nyeri saat haid, mencegah anemia, khasiat terhadap kanker ovarium dan kanker endometrium, mencegah kehamilan ektofik, mengurangi penyakit payudara dan kista ovarium, mencegah kehamilan ektofik dan penyakit radang panggul. 5). Efek samping Terjadi perubahan pola haid, seperti tidak teratur, spotting, atau perdarahan selama 10 hari, sakit akibat suntikan, mual, sakit kepala, nyeri payuda ringan, dan keluhan ini akan hilang sesudah suntikan ke dua dan ke tiga, penambahan berat badan (Saifuddin,et al. 2004, hlm.mk 33).

15 b. Suntikan Progesteron Suntikan progesteron adalah kontrasepsi yang berisi hormon progesteron yang di berikan secara I.M. 1) Jenis suntikan progestin Ada dua jenis kontrasepsi suntikan yang berisi progestin : a) Depo medrosiprogesteron asetat (DMPA), mengandung 150 mg DMPA, yang di berikan tiga bulan secara I.M. b) Depo noretisteron enantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200 mg noretindron enantat, diberikan setiap 2 bulan secara I.M. 2) Cara kerja Mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma, menjadikan selaput lendir tipis dan atropi, menghambat transportasi gamet oleh tuba. 3) Effektifitas Kedua kontasepsi ini mempunyai efektivitas yang tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan-tahun, jika penyuntikan dilakukan secara teratur. 4) Keuntungan Efektivitas tinggi, tidak mengganggu ASI, tidak ditemukan efek samping yang disebabkan esterogen seperti mual, menurunkan terjadinya penyakit payudara, mencegah radang panggul, mencegah kanker endometrium dan KET (Saifuddin,et al. 2004, hlm.mk 40).

16 5) Effek samping Perdarahan yang tidak menentu, terjadinya amenore yang berkepanjangan, berat badan bertambah, sakit kepala, rasa sakit akibat suntikan, kembalinya kesuburan lama (Hartanto, 2004, hlm.26). 4). Kontrasepsi Implant Implant adalah jenis kontrasepsi dalam bentuk kapsul yang mengandung hormon progesteron yang dimasukkan di bawah kulit. a. Mekanisme kerja Membuat lendir serviks lebih kental, sehingga mengganggu penetrasi spermatozoa untuk masuk lebih dalam lagi. Mengganggu motilitas tuba, sehingga transport sperma maupun sel telur terganggu. Mengganggu kapasitas sperma sehingga kemampuan membuahi menurun. Mengganggu pemasakan endometrium sehingga mengganggu implantasi sel telur. Mengganggu keseimbangan hormon esterogen, progesteron, dan gonadotropin, sehinnga menghambat ovulasi (Siswosudarmo,et al, 2001.hlm ). b. Jenis jenis implant 1) Norplan Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang di isi dengan 36 mg levonolgestrel dengan lama kerjanya 5 tahun 2) Implanon Terdiri dari satu batabg putih lentur dengan panjang kira kira 40 mm, dan siameter 2 mm, yang di isi dengan 68 mg 3-keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.

17 3) Jedena dan indoplan Terdiri dari 2 batang yang di isi dengan 75 mg levonolgester dengan lama kerjanya 3 tahun c. Efektifitas Kontasepsi implant ini sangat efektif 0,2 1 kehamilan per 100 perempuan. d. Keuntungan Efektifitas tinggi, tidak mengganggu ASI, mengurangi nyeri haid, mengurangi jumlah darah haid, mengurangi resiko penyakit radang panggul, menurunkan angka kejadian endometriosis, menurunkan kejadian kanker payudara. e. Effek samping Gangguan siklus menstruasi, meningkatnya jumlah darah haid, nyeri kepala, perubahan berat badan, mual, nyeri payudara (Saifuddin,et al, 2004.hlm.MK52 - MK54). 6. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim(AKDR) a. Defenisi Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) adalah suatu alat berukuran kecil, terbuat dari plastik yang dibalut dengan kawat halus tembaga dengan benang monofilament pada ujung bawahnya (Darmani, 2003.hlm.3) b. Jenis Jenis AKDR 1). AKDR yang Mengandung Tembaga AKDR yang mengandung tembaga umumnya dilisensi untuk digunakan 5 10 tahun dengan sedikit variasi dari satu negara ke negara lain(glasier, 2006.hlm.118). AKDR tembaga yang pertama dililit oleh 200 sampai 250 mm 2 kawat.

18 Dua macam AKDR tembaga yang masih tersedia (kecuali di Amerika Serikat) adalah Tcu-200 dan Multiload-250. Nova-T sama dengan Tcu-200, mengandung 200 mm 2 tembaga meskipun demikian Nova-T mempunyai inti perak pada kawat tembaganya, lengan yang fleksibel, dan sebuah lengkung besar yang juga fleksibel pada ujung bawah guna menghindari cedera jaringan serviks. Multiload-375 mempunyai 375 mm 2 kawat tembaga yang meliliti batangnya. Lengan yang fleksibel dirancang untuk meminimalisasi ekspulsi. Generasi AKDR modern di Cina mencakup cincin baja tahan karat dengan kawat tembaga yang melepaskan indometasin (sangat efektif dengan angka ekspulsi yang rendah serta jumlah kehilangan darah yang lebih sedikit). Tcu-380A adalah alat berbentuk T, dengan kerangka polietilen yang memiliki 380 mm 2 daerah permukaan tembaga yang terpasang. Kawat tembaga elektrolitik murni yang mengelilingi batang 36 mm ini memiliki berat 176 mg, dan bungkus-lengan pada lengan horisontalmemiliki berat 66,5 mg. Sebuah monofila ment polietilen diikat menembus bola 3 mm yang terdapat pada batang, menghasilkan dua benang putih untuk deteksi dan pengangkatan. Bola pada bagian bawah batang membantu mengurangi resiko perforasi serviks (Speroff, 2005.hlm.208-9). 2). AKDR yang Melepas Hormon Sistim intrauterus penghasil levonorgestrel (AKDR-LNg).Alat ini serupa dengan progestasert, tetapi mengandung levonogestrel. Alat ini mengandung 52 mg LNG yang

19 dilepas dengan kecepatan 20 µg/hari. Keunggulan utamanya adalah keharusan mengganti yang hanya setiap 5 tahun, dibanding dengan progestasert yang setiap tahun. AKDR ini adalah potietilen yang berbentuk T yang batangnya terbungkus oleh campuran polidimetilsiloksan/ levonorgestrel. Campuran ini dilapisi oleh suatu membrane permaebel yang mengatur kecepatan pembebasan hormon (Williams, 2006.hlm.1719). 3). AKDR Secara Kimiawi Inert AKDR ini terdiri dari bahan tidak terserap, terutama polietilen, dan dibubuhi oleh barium sulfat agar radioopak. World Health Ogranization (WHO) tidak menganjurkan pemasangan AKDR inert karena AKDR yang mengandung tembaga atau melepaskan hormon jauh lebih efektif (Glasier, 2006.hlm.118). 4). AKDR Masa Depan Modifikasi AKDR tembaga sedang diteliti di seluruh dunia. Ombrelle-250 dan Ombrelle-380 yang dirancang lebih fleksibel untuk mengurangi ekspulsi dan efek samping telah dipasarkan di Perancis. AKDR tanpa kerangka, FlexiGard (dikenal sebagai Cu-Fix), terdiri dari 6 bungkus-lengan tembaga (330 mm 2 tembaga), yang terangkai pada benang bedah nilon (polipropilen) dan disimpul pada satu ujung. Pada saat penyisipan, simpul tersebut didorong ke dalam miometrium menggunakan jarum yang dikaitkan, yang bekerja seperti tombak harpoon miniatur. Karena tidak memilki kerangka, alat ini diharapkan mempunyai angka keharusan pengangkatan karena perdarahan atau nyeri yang rendah, tetapi karena penyisipan lebih sulit dilakukan, terdapat angka ekspulsi yang lebih tinggi (Speroff, 2005.hlm.208).

20 c. Mekanisme Kerja AKDR Semua AKDR menimbulkan reaksi benda asing di endometrium, disertai peningkatan produksi prostaglandin dan infiltrasi leukosit. Reaksi ini ditingkatkan oleh tembaga, yang mempengaruhi enzim-enzim endometrium, metabolisme glikogen, dan penyerapan estrogen serta menghambat transportasi sperma. Pada pemakai AKDR yang mengandung tembaga, jumlah spermatozoa yang mencapai saluran genitalia atas berkurang. Perubahan cairan uterus dan tuba mengganggu viabilitas gamet, baik sperma maupun ovum yang diambil dari pemakai AKDR yang mengandung tembaga meperlihatkan degenerasi mencolok (WHO,1997). Pengawasan hormon secara dini memperlihatkan bahwa tidak terjadi kehamilan pada pemakai AKDR modern yang mengandung tembaga. Dengan demikian, pencegahan implantasi bukan merupakan mekanisme kerja terpenting kecuali apabila AKDR yang mengandung tembaga digunakan untuk kontrasepsi pascakoitus. LNG-IUS menginduksi atrofi dan produksi mucus serviks antagonis, yang akan meningkatkan efektifitasnya (Glasier, 2006, 119). Sesudah pengangkatan AKDR, lingkungan intrauterine yang mormal akan pulih dengan cepat. Dalam penelitian-penelitian berskala besar, tidak ada penundaan untuk mencapai kehamilan pada laju yang normal terlepas dari durasi penggunaan, yang menyangkal klaim bahwa penggunaan AKDR berkaitan dengan infeksi yang menyebabkan infertilitas (Speroff, 2005.hlm.210). d. Keuntungan AKDR Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya sangat tinggi, 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam kehamilan). AKDR

21 dapat efektif segera sesudah pemasangan, dan sangat efektif karena tidak perlu mengingat-ingat. Merupakan metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti). Tidak mempengaruhi hubungan seksual dan meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil. Tidak ada efek samping hormonal dengan AKDR CuT-380A, tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI. Dapat dipasang segera sesudah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi). Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih sesudah haid terakhir). Tidak ada interaksi dengan obat-obatan dan membantu mencegah kehamilan ektopik (Saifuddin,et al hlm.MK-73). e. Kerugian AKDR 1). Efek samping yang umum terjadi Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang sesudah 3 hari), haid lebih lama dan banyak, perdarahan (spooting) antarmenstruasi, dan saat haid lebih sakit. 2). Komplikasi lain Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari sesudah pemasangan. Perdarahan berat pada waktu haid atau di antaranya yang memungkinkan penyebab anemia. Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar). Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR, penyakit radang panggul dapat memicu infertilitas. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan AKDR, seringkali membuat takut perempuan selama pemasangan. Sedikit nyeri dan

22 perdarahan terjadi segera sesudah pemasangan AKDR, biasanya menghilang dalam 1-2 hari. Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri, petugas kesehatan terlatih yang harus melepaskan AKDR. Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila AKDR dipasang segera sesudah melahirkan). Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk mencegah kehamilan normal. Perempuan harus memeriksa benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam vagina, sebagian peremouan tidak mau melakukan ini (Saifuddin,et al hlm.MK-74). 7. Metode Kontrasepsi Sterilisasi wanita a. Pengertian Sterilisasi wanita adalah satu-satunya metode kontrasepsi wanita yang permanen (Everett, 2007.hlm.252). Sterilisasi wanita biasanya dilakukan dengan menyumbat kedua tuba falopii yang dapat dicapai baik dengan laparotomi atau mini laparotomi atau, yang lebih sering laparoskopi (Glasier & Gebbie hlm.191). Sterilisasi adalah cara pengendalian fertilitas yang paling lazim dipakai oleh pasangan umur lebih dari 30 tahun dan adanya rasa takut terhadap resiko kehamilan pada umur lebih dari 30 tahun (Siswadi hlm.53). b. Keuntungan dan kerugian 1. Keuntungan. Permanen dan efektif, tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding), tidak bergantung pada faktor sanggama, baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi resiko kesehatan yang serius, pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anastesi

23 lokal, tidak ada efek samping dalam jangka panjang, tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormon ovarium). (Saifuddin MK-79). 2. Kerugian. Melibatkan prosedur pembedahan dan anastesi dan tidak mudah kembali subur (Everett hlm253). c. Efek samping dan komplikasi sterilisasi WHO, efek samping dan komplikasi akibat tindakan operasi sterilisasi dibagi dalam komplikasi minora dan mayor. Komplikasi minor antara lain adalah rasa sakit pada tempat irisan, demam, perdarahan ringan, dan infeksi luka. Komplikasi mayor adalah perdarahan banyak yang membutuhkan operasi yang lebih jauh atau transfusi, perlukaan usus atau kandung kencing, infeksi panggul berat, sepsis dan kematian (Siswosudarmo,et al hlm.67-68). d. Keefektifan Sterilisasi wanita adalah bentuk metode kontrasepsi yang sangat efektif dengan angka kegagalan 1-5 per 1000 kasus, yang berarti efektifitasnya 99,4%-99,8% per 100 wanita per tahun (Everett hlm.252). C. AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA Akseptor dapat diartikan sebagai klien dan juga komunikan.klien adalah manusia yang membutuhkan perhatian dan bantuan (Saifuddin,et al hlm.U-2). Komunikan adalah pihak lain yang diajak berkomunikasi, yang merupakan sasaran dalam kegiatan komunikasi atau orang yang menerima informasi (Uripni, 2002.hlm.13).

24 Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan pengertian dari akseptor keluarga berencana adalah manusia yang membutuhkan segala informasi mengenai keluarga berencana. Pasangan yang aktif melakukan hubungan seksual dan kedua-duanya memiliki kesuburan yang normal namun tidak menghendaki kehamilan, merupakan akseptor program kelurga berencana yang memerlukan kontrasepsi yang efektif. Para wanita muda yang tidak menginginkan kehamilan, dan mereka aktif melakukan hubungan seksual tanpa memperdulikan usia mereka yang masih muda, dianjurkan untuk menjadi akseptor keluarga berencana (Williams, 2006.hlm.1109).

JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN VASEKTOMI

JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN VASEKTOMI JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN MAL KONDOM AKDR TUBEKTOMI VASEKTOMI PIL INJEKSI IMPLAN JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN NON HORMONAL 1. Metode Amenore Laktasi (MAL) 2. Kondom 3. Alat Kontrasepsi Dalam

Lebih terperinci

FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT ISTRI PASANGAN USIA SUBUR DALAM PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IMPLANT DI PUSKESMAS I DENPASAR UTARA

FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT ISTRI PASANGAN USIA SUBUR DALAM PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IMPLANT DI PUSKESMAS I DENPASAR UTARA TESIS FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT ISTRI PASANGAN USIA SUBUR DALAM PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IMPLANT DI PUSKESMAS I DENPASAR UTARA DEWA AYU NIDA GUSTIKAWATI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Dukungan Sumber-sumber dukungan banyak diperoleh individu dari lingkungan sekitarnya, oleh karena itu perlu diketahui seberapa banyak sumber dukungan keluarga

Lebih terperinci

Hidup Dengan HIV/AIDS

Hidup Dengan HIV/AIDS SERI BUKU KECIL Hidup Dengan HIV/AIDS Jl. Johar Baru Utara V No. 17, Johar Baru, Jakarta 10560 Telp: (021) 422 5163, 422 5168 Fax: (021) 4287 1866 E-mail: info@spiritia.or.id, Situs web: http://spiritia.or.id

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan terjadi

Lebih terperinci

Buku Pedoman Penggunaan Obat Secara Aman Bagi Imigran Baru (Bahasa Indonesia) ( 印 尼 文 )

Buku Pedoman Penggunaan Obat Secara Aman Bagi Imigran Baru (Bahasa Indonesia) ( 印 尼 文 ) Buku Pedoman Penggunaan Obat Secara Aman Bagi Imigran Baru (Bahasa Indonesia) ( 印 尼 文 ) Memiliki Konsep Obat, Ingin Sehat Dorongan dan perlindungan kesehatan dan kesejahteraan seluruh masyarakat, merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, asa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, asa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Masa Nifas Masa nifas adalah masa setelah melahirkan selama 6 minggu atau 40 hari. Menurut Bobak, et.al (2005) periode postpartum adalah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai

Lebih terperinci

Lozoff dan rekan-rekannya yang didanai oleh Lembaga Kesehatan Negara (AS) mempelajari 185 anak sejak berusia satu tahun.

Lozoff dan rekan-rekannya yang didanai oleh Lembaga Kesehatan Negara (AS) mempelajari 185 anak sejak berusia satu tahun. ARTIKEL 1 BAYI KURANG GIZI, DAYA KOGNITIF BERKURANG Anak-anak yang pada masa usia mulai nol hingga lima tahun harus mendapatkan nutrisi sesuai dengan kebutuhannya, karena kurangnya salah satu unsur saja

Lebih terperinci

Penuntun Hidup Sehat

Penuntun Hidup Sehat Edisi Keempat Dengan Nasihat Tentang : Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir Perkembangan Anak & Pembelajaran Usia Dini Air Susu Ibu Gizi dan Pertumbuhan Imunisasi Diare Malaria HIV Perlindungan Anak dll i

Lebih terperinci

GAYA HIDUP PADA MAHASISWA PENDERITA HIPERTENSI SKRIPSI

GAYA HIDUP PADA MAHASISWA PENDERITA HIPERTENSI SKRIPSI GAYA HIDUP PADA MAHASISWA PENDERITA HIPERTENSI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh: RAMADHA WAHYU PUSPITA F 100 030 148 Kepada FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

Pengobatan untuk AIDS: Ingin Mulai?

Pengobatan untuk AIDS: Ingin Mulai? SERI BUKU KECIL Pengobatan untuk AIDS: Ingin Mulai? Oleh Chris W. Green Jl. Johar Baru Utara V No. 17, Johar Baru, Jakarta 10560 Telp: (021) 422 5163, 422 5168, Fax: (021) 4287 1866, E-mail: info@spiritia.or.id,

Lebih terperinci

MANUSIA DAN ALAM SEMESTA HARUN YAHYA

MANUSIA DAN ALAM SEMESTA HARUN YAHYA MANUSIA DAN ALAM SEMESTA HARUN YAHYA DAFTAR ISI Tentang Pengarang Daftar Isi Bab 1 Manusia Penciptaan di Alam Rahim Buah Pelir dan Sel Sperma Sel Telur Pertemuan Sperma dan Sel Telur Segumpal Darah yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan, baik

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan, baik BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku Perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus dan rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock, 2003).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock, 2003). 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Remaja 1. Pengertian Remaja Masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia, menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock, 2003). Masa remaja disebut

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hakikat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah

Lebih terperinci

Berpusat beragam serta bagaimana membuat anak bermakna untuk semua. Pada Anak. Perangkat 4.1 Memahami Proses Pembelajaran dan Peserta Didik 1

Berpusat beragam serta bagaimana membuat anak bermakna untuk semua. Pada Anak. Perangkat 4.1 Memahami Proses Pembelajaran dan Peserta Didik 1 Panduan Buku ini membantu Anda memahami bagaimana konsep belajar berubah ke kelas yang berpusat pada anak. Buku ini memberikan ide-ide bagaimana menangani anak di kelas Anda dengan latar belakang dan kemampuan

Lebih terperinci

PENGARUH NILAI DAN JUMLAH ANAK P ADA KELUARGA TERHADAP NORMA KELUARGA KECIL BAHAGIA DAN SEJAHTERA (NKKBS) Dr. FAZIDAH A. SIREGAR

PENGARUH NILAI DAN JUMLAH ANAK P ADA KELUARGA TERHADAP NORMA KELUARGA KECIL BAHAGIA DAN SEJAHTERA (NKKBS) Dr. FAZIDAH A. SIREGAR PENGARUH NILAI DAN JUMLAH ANAK P ADA KELUARGA TERHADAP NORMA KELUARGA KECIL BAHAGIA DAN SEJAHTERA (NKKBS) Dr. FAZIDAH A. SIREGAR Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara I. PENDAHULUAN.

Lebih terperinci

HIV/AIDS di Indonesia: Masa Kini dan Masa Depan. Zubairi Djoerban

HIV/AIDS di Indonesia: Masa Kini dan Masa Depan. Zubairi Djoerban HIV/AIDS di Indonesia: Masa Kini dan Masa Depan Zubairi Djoerban Pidato pada Upacara Pengukuhan Sebagai Guru Besar Tetap dalam Ilmu Penyakit Dalam Pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta,

Lebih terperinci

Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen Sumber Daya Manusia International Labour Organization Jakarta Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Kerjasama dan Usaha yang Sukses Pedoman pelatihan untuk manajer dan pekerja Modul EMPAT SC RE Kesinambungan Daya Saing dan

Lebih terperinci

Dokumentasi tentang Pelanggaran Hak Asasi Manusia terhadap Orang dengan HIV/AIDS di Indonesia

Dokumentasi tentang Pelanggaran Hak Asasi Manusia terhadap Orang dengan HIV/AIDS di Indonesia Dokumentasi tentang Pelanggaran Hak Asasi Manusia terhadap Orang dengan HIV/AIDS di Indonesia Proyek Pendokumentasian yang Dilakukan oleh Kelompok Sebaya Yayasan Spiritia Daftar Isi Daftar Isi...2 Akronim

Lebih terperinci

Organ Reproduksi Perempuan. Organ Reproduksi Bagian Dalam. Organ Reproduksi Bagian Luar. 2. Saluran telur (tuba falopi) 3.

Organ Reproduksi Perempuan. Organ Reproduksi Bagian Dalam. Organ Reproduksi Bagian Luar. 2. Saluran telur (tuba falopi) 3. Organ Reproduksi Perempuan Organ Reproduksi Bagian Dalam 2. Saluran telur (tuba falopi) 1. Indung telur (ovarium) 3. Rahim (uterus) 4. Leher Rahim (cervix) 5. Liang Kemaluan (vagina) Organ Reproduksi Bagian

Lebih terperinci

PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PENYAKIT TUBERKULOSIS

PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PENYAKIT TUBERKULOSIS PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PENYAKIT TUBERKULOSIS DIREKTORAT BINA FARMASI KOMUNITAS DAN KLINIK DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN RI 2005 1 KATA PENGANTAR Tuberkulosis

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Error! Bookmark not defined. Error! Bookmark not defined. Error! Bookmark not defined. Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI Error! Bookmark not defined. Error! Bookmark not defined. Error! Bookmark not defined. Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI Materi inti 1. PEDOMAN PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA DI PUSKESMAS... 2 Materi inti 2. JEJARING KERJA SAMA DALAM PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA (PKPR)... 23 Materi Inti 3 TUMBUH KEMBANG

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT TUBERKULOSIS DI RW 04 KELURAHAN LAGOA JAKARTA UTARA TAHUN 2013

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT TUBERKULOSIS DI RW 04 KELURAHAN LAGOA JAKARTA UTARA TAHUN 2013 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT TUBERKULOSIS DI RW 04 KELURAHAN LAGOA JAKARTA UTARA TAHUN 2013 Skripsi Diajukan Sebagai Tugas Akhir Strata-1 (S-1) pada

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. W POSTPARTUM HARI KE 7 DENGAN CURRATAGE INDIKASI RETENSIO SISA PLASENTA DI BANGSAL NUSA INDAH RSUD SLEMAN

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. W POSTPARTUM HARI KE 7 DENGAN CURRATAGE INDIKASI RETENSIO SISA PLASENTA DI BANGSAL NUSA INDAH RSUD SLEMAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. W POSTPARTUM HARI KE 7 DENGAN CURRATAGE INDIKASI RETENSIO SISA PLASENTA DI BANGSAL NUSA INDAH RSUD SLEMAN CASE STUDY RESEARCH Disusun Oleh : ADE IRMA SURYANI 201210105326

Lebih terperinci

Pedoman Surveilans Penyakit Hewan Tingkat Dasar

Pedoman Surveilans Penyakit Hewan Tingkat Dasar Pedoman Surveilans Penyakit Hewan Tingkat Dasar Dr Angus Cameron Pedoman Surveilans Penyakit Hewan Tingkat Dasar Angus Cameron 2011, Uni Afrika, Biro Inter-Afrika untuk Sumber Daya Hewan ISBN 1 00000 000

Lebih terperinci

PEDOMAN ETIK INTERNASIONAL UNTUK PENELITIAN BIOMEDIS YANG MELIBATKAN SUBYEK MANUSIA

PEDOMAN ETIK INTERNASIONAL UNTUK PENELITIAN BIOMEDIS YANG MELIBATKAN SUBYEK MANUSIA PEDOMAN ETIK INTERNASIONAL UNTUK PENELITIAN BIOMEDIS YANG MELIBATKAN SUBYEK MANUSIA Disusun oleh Dewan Organisasi Ilmu-ilmu Kedokteran Internasional (CIOMS) bekerja sama dengan Organisasi Kesehatan Sedunia

Lebih terperinci