BAB I PENDAHULUAN. pemidanaan dimaksudkan sebagai tempat atau sarana pembinaan, rehabilitasi dan
|
|
- Erlin Kusumo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fungsi pemidanaan pada masa sekarang ini tidak lagi sekedar penjeraan, tetapi pemidanaan dimaksudkan sebagai tempat atau sarana pembinaan, rehabilitasi dan reintegrasi warga binaan Lembaga Pemasyarakatan. Penjeraan dalam sistem pemidanaan memiliki unsur-unsur balas dendam di Lembaga Pemasyarakatan. Para warga binaan pemasyarakatan sering mengalami siksaan, untuk memperbaiki tingkah laku dan perbuatannya. Kedua fungsi pemidanaan di atas membuat dan mengarahkan supaya narapidana tidak melakukan perbuatan pidana dan menyadarkan serta mengembalikan warga binaan pemasyarakatan tersebut ke dalam lingkungan masyarakat, menjadikan ia bertanggung jawab terhadap dirinya, keluarga dan masyarakat sekitar atau lingkungannya. 2 Sistem penjaraan dalam pemidanaan di Indonesia berkembang terus, hal ini dimulai dari penjajahan Belanda hingga sampai saat ini. Pada tanggal 17 Juni 1964 nama penjara diganti menjadi Lembaga Pemasyarakatan dengan Instruksi Kepala Direktorat Permasyarakatan Nomor J. H. 6.8./506. perkembangan sistem pemasyarakatan juga menyangkut teori yang menjurus dari retribusi (pembalasan seimbang) ke arah reformasi (perbaikan) kepada penjahat, tetapi dalam kenyataan menghadapi hambatan yang besar. Perbaikan-perbaikan sistem pemasyarakatan juga menyangkut keadaan dan 2 Samosir Djisman, 1992, Fungsi Pidana Penjara Dalam Sistem Pemidanaan di Indonesia, Penerbit Bina Cipta, Bandung, hal., 4
2 perkembangan lembaganya, seperti penambahan Lembaga Pemasyarakatan Wanita di Tangerang. 3 Reinformasi (perbaikan ke arah kesempurnaan) kepada penjahat atau narapidana menganggap bahwa warga binaan pemasyarakatan bukan saja sebagai objek melainkan juga sebagai subjek yang tidak berbeda dari manusia lain yang sewaktu-waktu dapat melakukan kesalahan atau kejahatan. Pelaksanaan pemidanaan bermaksud memberantas faktor-faktor yang menyebabkan warga binaan pemasyarakatan melakukan kesalahan atau kejahatan. Dengan demikian narapidana diharapkan menyesali perbuatan dan merubah menjadi anggota masyarakat yang baik. Hak dan hak asasi manusia adalah bagian dari kehidupan manusia yang harus diperhatikan dan dijamin keberadaannya oleh Negara khususnya di Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar (UUD 1945). Hal tersebut berlaku terhadap semua orang dan juga berlaku bagi narapidana. Hak narapidana pada umumnya adalah bahwa narapidana berhak untuk tidak diperlakukan sebagai orang sakit yang diasingkan, narapidana juga berhak atas pendidikan sebagai bekal hidup mereka setelah keluar dari Lembaga Pemasyarakatan nantinya., sebaliknya narapidana memiliki hak asasi manusia yang harus dipertahankan selama ia tinggal di Lembaga Pemasyarakatan seperti telah diatur dalam undang-undang. Begitu juga halnya warga binaan pemasyarakatan anak juga memperoleh hak dan hak asasi manusia di Lembaga Pemasyarakatan di mana ia ditempatkan. Hak setiap manusia akan keselamatan. Hak ini tidak berkurang sebagai akibat pemenjaraan. Lapas 3 Mr Jeff Christian & Direktorat Jendral Pemasyarakatan & RWI Kantor Jakarta, Kumpulan Instrumen Internasional Hak Asasi Manusia & Materi Terkait Praktek Pemasyarakatan & Membuat Standar-Standar Bekerja, hal., 1 (selanjutnya disebut Buku I).
3 memiliki kewajiban untuk melayani bagi kesejahteraan narapidana. Oleh sebab itu keselamatan merupakan tanggung jawab lapas. Meningkatkan keselamatan warga binaan pemasyarakatan berarti membuktikan bahwa di dalam Lembaga Pemasyarakatan telah menghargai hak asasi manusia.. Dan sebaliknya apabila terjadi pelanggaran hak asasi manusia di lapas, maka akan menimbulkan keadaan bahaya bagi petugas dan warga binaan pemasyarakatan karena pelanggaran tersebut akan menimbulkan kemarahan dan kebencian. Petugas Lapas harus memimpin untuk menciptakan lingkungan yang menghormati hak asasi manusia. Warga binaan pemasyarakatan juga diharuskan untuk menghormati hak asasi manusia di antara para warga binaan pemasyarakatan dan petugas lain. Dan menejemen lapas harus mendukung penghormatan hak asasi narapidana dan petugas. Hak Asasi Manusia warga binaan yang harus dihormati di Lembaga Pemasyarakatan yaitu : a) Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya. b) Mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani. c) Mendapatkan pendidikan dan pengajaran. d) Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak. e) Menyampaikan keluhan. f) Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang. g) Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan. h) Menerima kunjungan keluarga, penasehat hukum atau orang tertentu lainnya.
4 i) Mendapatkan pengurangan masa pidana (premisi). j) Mendapatkan kesempatan berassimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga. k) Mendapatkan kebebasan bersyarat. l) Mendapatkan cuti menjelang bebas. m) Mendapat hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 4 Penulis mengajukan judul hak warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Anak dan hubungannya dengan hak asasi manusia studi kasus di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Anak Tanjung Gusta Medan karena di dalam Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Anak Tanjung Gusta Medan belum sepenuhnya mampu menunjukkan fungsi yang ideal. Berbagai aspek dan kondisi dalam Lembaga Pemasyarakatan Anak sangat potensial menimbulkan pelanggaran hak asasi manusia antara lain over kapasitas yaitu banyaknya jumlah narapidana, kualitas penghuni yang berubah dari kejahatan konvensional menjadi kejahatan transsional, terbatasnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia. B. Perumusan Masalah Berdasarkan hal tersebut di atas maka yang menjadi permasalahan adalah: 1. Bagaimanakah perlindungan hak asasi warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Anak berdasarkan perundang-undang? 2. Bagaimanakah pelaksanaan perlindungan hak asasi manusia warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II Anak Tanjung Gusta Medan? C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 4 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
5 Penelitian ini bertujuan : 1. mengetahui perlindungan hak asasi warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Anak berdasarkan perundang-undangan. 2. mengetahui pelaksanaan perlindungan hak asasi manusia warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II Anak 3. untuk memperoleh salah satu syarat gelar sarjana hukum pada Fakultas Hukum. Adapun manfaat penulisan ini : 1. menambah khasana ilmu pengetahuan di bidang hukum khususnya tentang perlindungan hak asasi warga binaan di lembaga pemayarakatan. 2. berguna bagi pembina warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan menggunakan pengaturan perlindungan hak asasi manusia. D. Keaslian Penulisan Berdasarkan penelusuran di perpustakaan fakultas hukum dari skripsi ini dilakukan dengan melakukan pengamatan dan penelitian yang dilakukan oleh penelitian sendiri. Adapun pembuatan skripsi ini tidak merupakan duplikasi atau bentuk plagiat dari hasil penelitian lain. Serta proses pembuatan skripsi ini saya selaku penulisnya mengacu dan memasukkan beberapa kutipan-kutipan dari buku-buku referensi dimana untuk melengkapi skripsi ini. Saya selaku peneliti dan penulis bertanggung jawab terhadap halhal pembuatan skripsi ini kepada pihak manapun.
6 E. Tinjauan Kepustakaan 1. Pengertian Anak Pengertian Anak dapat dilihat dari berbagai peraturan hukum di Indonesia di antaranya yaitu: 1. Undang-Undang Dasar 1945 Menurut Pasal 34 Undang-Undang Dasar 1945,menyatakan bahwa anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara. Pasal 34 Undang-Undang Dasar 1945 mempunyai makna khusus terhadap pengertian dan status anak dalam bidang politik, karena yang menjadi esensi dasar kedudukan anak dalam kedua pengertian ini, yaitu anak adalah subjek hukum dari sistem hukum nasional, yang harus dilindungi, dipelihara dan dibina untuk mencapai kesejahteraan anak. 5 Pengertian anak menurut Undang-Undang Dasar 1945, oleh Irma Setyowati Soemitro, dijabarkan sebagai seorang anak yang harus memperoleh hak-hak dan kemudian hak-hak tersebut dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar baik secara rahasia, jasmani, maupun sosial atau anak juga berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosial. 2. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW) Menurut Pasal 330 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pengertian anak adalah sebagai berikut : 5 Soesesilo, R., 1991, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) serta Komentar Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Penerbit Politea, Bogor, hal 2.
7 Belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap dua puluh satu tahun, dan tidak lebih dahulu telah kawin. Apabila perkawinan itu dibubarkan sebelum umur mereka genap dua puluh satu tahun maka mereka tidak kembali lagi dalam kedudukan belum dewasa. Mereka yang belum dewasa dan tidak berada di bawah kekuasaan orang tua, berada di bawah perwalian atas dasar dan dengan cara teratur. 3. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 45 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana menyebutkan bahwa jika seorang yang belum dewasa dituntut karena perbuatan yang dikerjakan ketika umurnya belum 16 tahun. Oleh karena itu, apabila ia tersangkut dalam perkara pidana hakim boleh memerintahkan supaya si tersalah itu dikembalikan kepada orang tuanya, walinya atau pemeliharaannya dengan tidak dikenakan suatu hukuman atau memerintahkannya supaya diserahkan kepada pemerintah dengan tidak dikenakan sesuatu hukuman. Selain Pasal 45 yang mengatur tentang anak terdapat juga dalam Pasal 332 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana menyebutkan bahwa anak adalah orang yang belum mencapai umur 21 tahun. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang No.3 Tahun Undang-Undang Peradilan Anak Nomor 3 Tahun 1997 Menurut Pasal 1 Undang-Undang Peradilan Anak Tahun 1997 adalah orang yang dalam perkara pidana anak nakal telah mencapai umur 8 tahun dan belum genap 18 tahun. 5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 ini mengklasifikasikan anak ke dalam pengertian :
8 a. anak pidana adalah anak yang berdasarkan putusan pengadilan menjalani pidana di Lapas anak paling lama sampai berumur 18 tahun. b. Anak Negara adalah anak yang berdasarkan putusan pengertian diserahkan pada negara untuk dididik dan ditempatkan di Lembaga Pemasyarakatan Anak paling lama sampai berumur 18 tahun. 6. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak. Menurut Pasal 1 butir 2 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak bahwa pengertian dari anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun dan belum pernah menikah. 7. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Pasal 7 ayat (1) menyebutkan bahwa seorang pria hanya diiijinkan kawin apabila telah mencapai usia 19 tahun dan pihak wanita telah mencapai umur 16 tahun. Penyimpangan atas hal tersebut hanya dapat dimintakan dispensasi kepada pengadilan negeri setempat. Berdasarkan beberapa ketentuan peraturan perundang-undangan di atas maka dapat diketahui bahwa belum ada persamaan hukum yang merumuskan atau menentukan pengertian anak. Demikian juga dengan pendapat para sarjana, tidak ada keseragaman tentang batas usia rata-rata dewasa dan belum dewasa. Berikut beberapa pendapat sarjana sebagai berikut :
9 a. Bimo Walgito memberikan batas usia atau umur dari anak adalah mereka mereka yang berusia antara 14 tahun sampai 21 tahun, dimana pada masa itu adalah merupaka masa peralihan dari masa anak-anak menjadi orang dewasa. 6 b. Kartini Kartono menyebutkan bahwa anak adalah mereka yang berusia antara tahun yaitu merupakan masa penghubung atau masa peralihan antara masa kanakkanak dengan masa dewasa. 7 c. Datuk Usman menyebutkan bahwa pengertian dari anak adalah: bahwa anak yang belum dewasa atau masih di bawah umur (inderjerig) berbeda-beda pengertiannya dari satu lingkungan adat ke lingkungan adat lainnya, tetapi pada umumnya dapat dikatakan bahwa seorang yang minderjarig adalah seseorang yang berada dalam keadaan yang dikuasai oleh orang lain yang kalau tidak dikuasai oleh orang tuanya, maka si anak dikuasai oleh walinya. d. Simanjuntak menyatakan batas usia dari anak adalah berdasarkan pengamatan seharihari, mereka yang bertingkah laku anak-anak ini kira-kira berumur 15 sampai 18 tahun (tingkat akhir SMA). Untuk menggambarkan ini. Sering digunakan istilah remaja. 9 e. Menurut A.W. Widjaja pengertian dari anak adalah laki-laki atau perempuan yang berusia antara tahun. Bahwa sebelum umur 13 tahun masih termasuk anak-anak (belum akil baligh), dan bila mencapai umur 21 tahun disebut menjelang dewasa Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan 7 Kartini Kartono, 1992, Psikologi Wanita, Penerbit CV. Mandar Maju, hal., 4 8 Datuk Usman, 1982, Kuliah Hukum Adat II, Penerbit F.H-USU, Medan, hal., 2 9 B.Simanjuntak, 1979,Latar Belakang Kenakalan Anak, Penerbit Alumni,Bandung, hal.,56 10 A. W. Widjaja, 1995, Masalah Kenakalan Remaja & Penyalahgunaan Narkotika, Penerbit Armico, Bandung, hal., 13
10 Begitu banyaknya pengertian dan batasan dari usia atau umur anak tersebut baik menurut peraturan undang-undang maupun menurut para sarjana maka secara umum dapat dapat dirumuskan bahwa seorang anak, baik itu anak laki-laki maupun anak yang berusia antara tahun dengan kategori sebelum umur 13 tahun masih termasuk anak-anak dan bila mencapai umur 21 tahun disebut menjelang dewasa. Menurut penulis dalam pembuatan skripsi ini yang menjadi pegangan batas usia anak adalah sebagaimana diatur dalam UUPA, yaitu anak yang telah berumur 8 tahun dan belum genap 18 tahun. 2. Pengertian Hak Anak Hak adalah kewenangan yang diberikan oleh objek kepada subjek hukum, misalnya kewenangan yang diberikan oleh hukum objektif kepada seorang yang memiliki tanah, ialah bahwa orang itu dapat berbuat apa saja terhadap tanah tersebut asalkan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Adapun pengertian Hak anak adalah bagian dari Hak Asasi Manusia yang wajib dijamin, dilindungi dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara menurut perundang-undangan yang berlaku, keterlibatan umum dan keputusan. 11 Hak dibedakan atas dua, yaitu hak mutlak dan hak relatif. Hak mutlak merupakan kewenangan atau kekuasaan mutlak yang diberikan kepada subjek hukum. Hak mutlak dibedakan atas beberapa macam, yaitu : 1. Hak asasi manusia misalnya hak seseorang untuk bebas memeluk agamanya yang diyakininya. 2. Hak publik, misalnya hak negara untuk memungut pajak. 3. Hak keperdataan, misalnya hak kekusaan orang tua terhadap anaknya Darwan Prinst, 2001, Sosialisasi Dan Diseminasi Penegakan Hak Asasi Manusia, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hal., 130 (selanjutnya disebut buku II)
11 Hak relatif merupakan hak memberikan kewenangan kepada seseorang atau beberapa orang untuk menuntut agar orang lain melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Secara umum hak-hak anak diatur dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak sebagai berikut : 1. Anak berhak atas kesejahteraan perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan kasih saying yang baik dalam keluarganya maupun dalam asuhan khusus. 2. Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya dengan kepribadian bangsa dan untuk menjaga warga negara yang baik dan berguna. 3. Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan baik sesama dalam kandungan maupun sesudah dilahirkan. 4. Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar. 3. Pengertian Hak Asasi Manusia Manusia sebagai ciptaan makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang mengembang tugas mengelola dan memelihara alam semesta dengan penuh ketakwaan dan penuh tanggung jawab untuk kesejahteraan umat manusia, oleh pencipta-nya dianugrahi hak asasi untuk menjamin keberadaan harkat dan martabat kemuliaan dirinya serta keharmonisan lingkungannya. Hak Asasi Manusia adalah hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia sejak dalam kandungan bersifat universal dan langgeng. Oleh karena itu harus hal., Arrasyid, Chainur, 1988, Pengantar Psikologi Kriminal, Penerbit Yani Coorporation Medan,
12 dilindungi, dihormati, dipertahankan, dan tidak boleh diabaikan, dikurangi atau dirampas oleh siapa pun. 13 Hak-hak asasi manusia berarti hak-hak yang melekat pada manusia berdasarkan kodratnya, jadi hak-hak yang dimiliki manusia sebagai manusia. Sudah melekat pada pengertian hak-hak manusia itu sendiri, bahwa hak-hak asasi manusia harus dipahami dan dimengerti secara universal. Memerangi atau menentang universalitas hak-hak manusia berarti memerangi dan menentang hak-hak manusia. Undang-Undang No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia merumuskan pengertian hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerahnya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. ( Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No.39 Tahun 1999). 15 Hak Asasi Manusia merupakan hak esensial yang dimiliki oleh setiap manusia dan harus dilindungi sebagaimana yang tertuang dalam Magna Charta atau Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. Dalam perjalanan sejarah untuk mencegah terus berlangsungnya pelanggaran-pelanggaran Hak Asasi Manusia, PBB menetapkan sejumlah kovenan yang berkaitan dengan Hak Asasi Manusia seperti: 1.Kovenan Hak Sipil dan Politik 2.Kovenan Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya 3.Konvensi Hak Anak 4.Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi, atau Merendahkan Martabat Manusia Darwan Prinst, 1997, Hukum Anak Indonesia, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hal., 72 (selanjutnya disebut buku III) 14 A. Gunawan, 1993, Hak-Hak Asasi Manusia Berdasarkan Ideologi Pancasila, Penerbit PT. Kanisius, Yogyakarta, hal., Darwan Prinst, Buku II, Op.cit., hal.,
13 5.Standar Perlakuan Minimum terhadap Narapidana maupun bagi Tahanan 6.Konvensi Internasional Penghapusan Semua Bentuk Diskriminasi rasial, 7.Konvensi Internasional Penghapusan Semua Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan,dan lain sebagainya Hak Asasi Manusia melekat pada diri setiap manusia tanpa memandang bulu, termasuk juga bagi narapidana/tahanan. Standar Perlakuan Minimum bagi narapidana dan tahanan menyatakan bahwa hak yang hilang daripada narapidana dan tahanan hanyalah hak atas kebebasan. Akan tetapi hak-hak lain yang melekat pada dirinya harus tetap diberikan selama mereka menjalani masa pidana/masa tahanannya. 16 Oleh sebab itu diharapkan Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas IIA Tanjung Gusta Medan dapat menampilkan fungsinya, antara lain Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Anak Tanjung Gusta Medan membentuk komunitas yang teratur dengan baik, seperti tidak membahayakan nyawa, kesehatan dan integritas personal yang tertuang di dalam pasal Undang-Undang No.39 tahun 1999 dan Undang-Undang No.12 Tahun F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah perpaduan pendekatan penelitian hukum normatif/yuridis dan penelitian hukum empiris. Metode penelitian Normatif/yuridis yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder berupa hukum positif dan bagaimana penyerapannya dalam praktek di Indonesia. Metode penelitian sosiologis/empiris yaitu penelitian yang dilakukan berdasarkan kondisi lapangan berkaitan dengan perlindungan hak asasi manusia terhadap warga binaan pemasyarakatan. 2. Jenis dan sumber data 16 Hak Asasi Manusia Lembaga Pemasyarakatan, Jam 23.15, Tanggal 8 Mei 2009.
14 Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer berupa hasil wawancara terhadap Kepala Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta Medan dan Kepala Seksi Bimbingan Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta Medan, masyarakat serta narapidana dan keluarga narapidana anak yang berada di Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta Medan. Data sekunder mencakup bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat terdiri dari norma atau kaidah dasar, peraturan dasar, peraturan perundangundangan, bahan hukum yang tidak dikodifikasi, yurisprudensi, traktak dan bahan hukum dari jaman penjajahan, bahan hukum sekunder yaitu yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti rancangan undang-undang, hasil-hasil penelitian, hasil karya dari kalangan hukum dan bahan hukum tertier yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan yaitu berupa kamus, ensiklopedia, indeks kumulatif dan seterusnya. 3. Metode Pengumpulan Data Data primer diperoleh dengan melakukan penelitian lapangan. Metode yang digunakan yaitu dengan wawancara dengan pedoman wawancara yang ditentukan terlebih dahulu. Dengan memberikan daftar pertanyaan yang diajukan kepada Kepala Lembaga Pemasyarakatan dan Kepala Seksi Bimbingan Pemasyarakatan Anak yang disusun secara terbuka alasannya untuk memberikan keleluasaan kepada responden dalam rangka mengeluarkan pendapat sesuai dengan daftar yang diajukan. Data sekundernya diperoleh dengan penelitian perpustakaan. 4. Lokasi Penelitian
15 Penelitian ini dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Anak Tanjung Gusta Medan karena jumlah warga binaan pemasyarakatan anak sebanyak 850 orang. Menurut hasil wawancara pembina menghadapi kesulitan dalam proses pemberian perlindungan. 5. Analisis Data Analisis data dilakukan secara kualitatif. Data primer yang diperoleh dari hasil wawancara diolah dan dianalisis serta disusun dalam bentuk tulisan. Permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini dianalisis berdasarkan hasil wawancara dan buku-buku kepustakaan serta peraturan perundang-undangan. G. Sistematika Penulisan Sistematika dalam penulisan skripsi ini dibagi dalam 4 bab. Bab I mengenai Pendahuluan diuraikan tentang latar belakang masalah, permasalahan, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan yaitu mengenai pengertian anak, pengertian hak anak, pengertian hak asasi anak, dan juga metode penelitian, beserta sistematika penulisan. Bab II mengenai Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Hak Asasi Manusia Warga Binaan di Lembaga Pemasyarakatan Anak Berdasarkan Perundang-Undangan di Indonesia, diuraikan mengenai perlindungan hak asasi manusia terhadap anak, Undang- Undang No.39 Tahun 1999 dalam pasal 52-66jo Konvensi hak-hak Anak 1989 dan Undang-Undang No.12 Tahun1995 di Lembaga Pemasyarakatan Anak. Bab III mengenai Pelaksanaan Hak Asasi Manusia Warga Binaan di Lembaga Pemasyarakatan Anak, diuraikan mengenai Gambaran Umum Lembaga Pemasyarakatan
16 Anak Tanjung Gusta dan Struktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Anak Tanjung Gusta Medan yang di dalamnya mencakup mengenai tugas Lembaga Pemasyarakatan dan sistem Lembaga Pemasyarakatan, dan dilengkapi dengan Peraturan dan Tata Tertib di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas IIA Tanjung Gusta Medan beserta Pelaksanaan Hak Asasi Manusia Warga Binaan di Lembaga Pemasyarakatan Anak yang mengalami hambatan dan upaya untuk mengatasi hambatan. Bab IV mengenai kesimpulan dan saran, diuraikan mengenai kesimpulan dan beberapa saran.
BAB I PENDAHULUAN. diri manusia, bersifat universal dan langgeng, oleh karena itu harus dilindungi,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hak asasi manusia merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia, bersifat universal dan langgeng, oleh karena itu harus dilindungi, dihormati, dipertahankan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk anak-anak. Seperti yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan generasi penerus bangsa yang akan menjadi penopang bagi keberlangsungan bangsa tersebut. Untuk mewujudkan masa depan bangsa yang cerah, diperlukan pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengatakan bahwa setiap orang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakekatnya, kesehatan merupakan hak setiap manusia. Hal tersebut sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum yang menjunjung tinggi nilai-nilai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum yang menjunjung tinggi nilai-nilai hukum. Hal ini tercermin di dalam Pasal 1 ayat (3) dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bagi negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila, pemikiran-pemikiran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bagi negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila, pemikiran-pemikiran baru mengenai pemidanaan yang tidak lagi sekedar penjeraan tapi juga merupakan suatu usaha
Lebih terperinciInstitute for Criminal Justice Reform
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pada hakikatnya
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pada hakikatnya Warga Binaan Pemasyarakatan sebagai insan dan sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. 1 Hal ini berarti setiap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pemerintahan suatu negara pasti diatur mengenai hukum dan pemberian sanksi atas pelanggaran hukum tersebut. Hukum merupakan keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap anak adalah bagian dari penerus generasi muda yang merupakan faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita perjuangan bangsa
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORITIS. Teori adalah konsep-konsep yang merupakan abstraksi dan hasil
BAB II URAIAN TEORITIS Teori adalah konsep-konsep yang merupakan abstraksi dan hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya bertujuan untuk mengadakan identifikasi terhadap dimensi-dimensi sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyiksaan dan diskriminatif secara berangsur-angsur mulai ditinggalkan melalui
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem penjara di Indonesia pada awalnya tidak jauh berbeda dengan negaranegara lain, yaitu sekedar penjeraan berupa penyiksaan, perampasan hak asasi manusia dan lebih
Lebih terperinci1 dari 8 26/09/ :15
1 dari 8 26/09/2011 10:15 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pada hakikatnya
Lebih terperinciHAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA
HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima : 29 September 2014; disetujui : 13 Oktober 2014 Indonesia adalah negara yang berdasar
Lebih terperinciBAB III. Pemasyarakatan Anak Blitar. 3.1 Pola Pembinaan Anak Pelaku Tindak Pidana Di Lembaga
BAB III Pola Pembinaan Anak Pelaku Tindak Pidana Di Lembaga Pemasyarakatan Anak Blitar 3.1 Pola Pembinaan Anak Pelaku Tindak Pidana Di Lembaga Pemasayarakatan Anak Sebagaimana ditegaskan dalam Undang-undang
Lebih terperinciP, 2015 PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum, pernyataan ini terdapat jelas di dalam pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Hasil amandemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Terabaikannya pemenuhan hak-hak dasar warga binaan pemasyarakatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terabaikannya pemenuhan hak-hak dasar warga binaan pemasyarakatan (WBP), baik yang tercantum dalam UU No. 12 tahun 1995, yang didalamnya juga mencamtumkan 10 prinsip
Lebih terperinciNOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa pada hakikatnya Warga Binaan Pemasyarakatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Di tangan mereka peranperan strategis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2. Persamaan perlakuan dan pelayanan; 5. Penghormatan harkat dan martabat manusia;
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan menegaskan bahwa sistem pembinaan narapidana yang dilakukan oleh Negara Indonesia mengacu
Lebih terperinciBAB II. Perlindungan Hukum Anak Pelaku Tindak Pidana Narkotika Di Lembaga. Pemasyarakatan Anak
BAB II Perlindungan Hukum Anak Pelaku Tindak Pidana Narkotika Di Lembaga Pemasyarakatan Anak 2.1 Dasar Hukum Perlindungan Hak Anak Di Lembaga Pemasyarakatan. Kenakalan anak disebut juga dengan Juvenile
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia bertujuan membentuk masyarakat yang adil dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia bertujuan membentuk masyarakat yang adil dan makmur berasaskan Pancasila. Dalam usaha-usahanya Negara menjumpai banyak rintangan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. para pemimpin penjara. Gagasan dan konsepsi tentang Pemasyarakatan ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem Pemasyarakatan lahir di Bandung dalam konferensi jawatan kepenjaraan para pemimpin penjara. Gagasan dan konsepsi tentang Pemasyarakatan ini dicetuskan oleh DR.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional pada dasarnya merupakan pembangunan manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional pada dasarnya merupakan pembangunan manusia seutuhnya dan masyarakat Indonesia yang berdasarkan pada Undang-undang Dasar 1945. Fungsi hukum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan martabat manusia, terutama masalah Hak Asasi Manusia. Hak Asasi
BAB I xi PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah Negara hukum yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, terutama masalah Hak Asasi Manusia. Hak Asasi Manusia dalam Undang-undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tugas pokok melaksanakan pemasyarakatan narapidana/anak didik. makhluk Tuhan, individu dan anggota masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga Pemasyarakatan merupakan salah satu unit pelaksana tekhnis dari jajaran Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia yang mempunyai tugas pokok melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa, berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Penyelenggaraan
BB I PENDHULUN. Latar Belakang Masalah Tujuan nasional sebagaimana ditegaskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diwujudkan melalui pelaksanaan penyelenggaraan negara yang berkedaulatan rakyat dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh segala aspek kehidupan yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh segala aspek kehidupan yang ada di sekitarmya, seperti aspek ekonomi, sosial, politik, budaya, bahkan juga faktor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kehidupan bermasyarakat, tidak lepas dari kaidah hukum yang mengatur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan bermasyarakat, tidak lepas dari kaidah hukum yang mengatur masyarakat itu, kaidah hukum itu berlaku untuk seluruh masyarakat. Kehidupan manusia di dalam pergaulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum sebagai subsistem sosial menempati posisi penting dalam eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha membangun sistem hukum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Pernyataan tersebut secara tegas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kurangnya kualitas sumber daya manusia staf Lembaga Pemasyarakatan, minimnya fasilitas dalam Lembaga Pemasyarakatan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Narapidana sebagai warga negara Indonesia yang hilang kemerdekaannya karena melakukan tindak pidana pembunuhan, maka pembinaannya haruslah dilakukan sesuai dengan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Pidana. hukum yang berlaku disuatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturanaturan
16 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Pidana Menurut Moeljatno (2000: 1), hukum pidana adalah bagian daripada keseluruhan hukum yang berlaku disuatu negara yang mengadakan dasar-dasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945) Pasal 1 ayat (1) menyebutkan secara tegas bahwa Negara Indonesia adalah Negara Hukum.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang memiliki konstitusi tertinggi dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara hukum yang memiliki konstitusi tertinggi dalam tata urutan perundang-undangan yaitu Undang-Undang Dasar 1945. Undang- Undang dasar 1945 hasil
Lebih terperincikehidupan bangsa sesuai dengan tujuan nasional seperti tercantum pada alinea IV
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sektor penunjang yang sangat penting dalam pembangunan nasional, kualitas hidup suatu bangsa akan menjadi baik apabila kebutuhan akan pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Hukum. Secara substansial, sebutan Negara Hukum lebih tepat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa di dalam Pasal 1 ayat 3 menyebutkan bahwa Negara Indonesia adalah Negara Hukum. Secara substansial,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Layanan perpustakaan..., Destiya Puji Prabowo, FIB UI, 2009
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga pemasyarakatan sebagai institusi rehabilitasi narapidana, merupakan suatu lembaga yang berusaha membina dan memperbaiki kondisi mental seseorang yang telah
Lebih terperinciSKRIPSI PERAN BAPAS DALAM PEMBIMBINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN YANG MENJALANI CUTI MENJELANG BEBAS. (Studi di Balai Pemasyarakatan Surakarta)
SKRIPSI PERAN BAPAS DALAM PEMBIMBINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN YANG MENJALANI CUTI MENJELANG BEBAS (Studi di Balai Pemasyarakatan Surakarta) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagaimana bersikap, bertutur kata dan mempelajari perkembangan sains yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, ini berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam pendidikan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan perhatian, sehingga setiap anak dapat tumbuh dan berkembang secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Di tangan mereka peran-peran strategis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pidana penjara atau pemasyarakatan merupakan salah satu bagian dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pidana penjara atau pemasyarakatan merupakan salah satu bagian dari hukuman yang dapat dijatuhkan kepada seorang terpidana yang telah divonis dengan putusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pergeseran paradigma dalam hukum pidana, mulai dari aliran klasik,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pergeseran paradigma dalam hukum pidana, mulai dari aliran klasik, aliran neo-klasik, dan aliran modern menandai babak baru dalam wacana hukum pidana. Pergeseran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan amanah dan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan amanah dan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Setiap anak mempunyai harkat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Anak adalah amanat sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah amanat sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai manusia yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indie (Kitab Undang Undang Hukum pidana untuk orang orang. berlaku sejak 1 januari 1873 dan ditetapkan dengan ordonasi pada tanggal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah kepenjaraan 1 di Hindia Belanda dimulai tahun 1872 dengan berlakunya wetboekvan strafrescht de inlanders in Nederlandsch Indie (Kitab Undang Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini narapidana tidak lagi dipandang sebagai objek melainkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini narapidana tidak lagi dipandang sebagai objek melainkan menjadi subjek yang dihormati dan dihargai oleh sesamanya. Pada dasarnya yang harus diberantas ialah
Lebih terperinciBAB II PENGERTIAN ANAK PIDANA DAN HAK-HAKNYA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK
BAB II PENGERTIAN ANAK PIDANA DAN HAK-HAKNYA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK 2.1. Pengertian Lembaga Pemasyarakatan Anak Pemasyarakatan adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan wargabinaan pemasyarakatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perlakuan terhadap para pelanggar hukum, merupakan masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perlakuan terhadap para pelanggar hukum, merupakan masalah universal yang dalam perkembangannya tidak luput dari kemajuan tingkat peradaban manusia suatu bangsa dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 menegaskan bahwa cita-cita Negara Indonesia ialah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia bertujuan membentuk masyarakat yang adil dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia bertujuan membentuk masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Dalam usahanya, Negara menjumpai banyak rintangan serta
Lebih terperinciKONSEP DASAR HAM. Standar Kompetensi: 3. Menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan, penghormatan dan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM)
KONSEP DASAR HAM Standar Kompetensi: 3. Menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan, penghormatan dan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM) Kompetensi Dasar : 3.1 Menganalisis upaya pemajuan, Penghormatan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun), termasuk anak yang masih dalam kandungan. 1 Anak adalah amanah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya anak adalah merupakan bagian dari keluarga yang pada saatnya nanti akan menjadi tumpuan bangsa dan Negara, oleh karena itu anak perlu dilindungi
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pada hakikatnya Warga Binaan Pemasyarakatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, untuk selanjutnya disebut UUP memberikan definisi perkawinan sebagai ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan
Lebih terperinciUU 12/1995, PEMASYARAKATAN. Oleh:PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor:12 TAHUN 1995 (12/1995) Tanggal:30 Desember 1995 (JAKARTA) Tentang:PEMASYARAKATAN
UU 12/1995, PEMASYARAKATAN Oleh:PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor:12 TAHUN 1995 (12/1995) Tanggal:30 Desember 1995 (JAKARTA) Tentang:PEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melanggarnya, sedangkan kejahatan adalah perbuatan dengan proses yang sama dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan yang disertai ancaman (sanksi) berupa pidana tertentu bagi siapa saja yang melanggarnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sudikno dalam bukunya yang berjudul Mengenal Hukum menyatakan. bahwa:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah bahwa: Sudikno dalam bukunya yang berjudul Mengenal Hukum menyatakan Hukum pada umumnya diartikan sebagai keseluruhan peraturan kaidah dalam kehidupan bersama,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat. kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan perdamaian dunia yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah Negara hukum, dengan memberikan perlindungan terhadap segenap warga negara. Bukti Negara Indonesia memberikan perlindungan bagi setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negeri tersebut diperlukan upaya untuk meningkatkan menejemen Pegawai. Negeri Sipil sebagai bagian dari Pegawai Negeri.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka usaha mencapai tujuan nasional, untuk mewujudkan masyarakat madani yang taat hukum, berperadapan modern, demokratis, makmur, adil dan bermoral tinggi,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Pidana. hukum yang berlaku disuatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturanaturan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Pidana Menurut Moeljatno (2000: 1), hukum pidana adalah bagian dari pada keseluruhan hukum yang berlaku disuatu negara yang mengadakan dasar-dasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aka dikenakan sangsi yang disebut pidana. mempunyai latar belakang serta kepentingan yang berbeda-beda, sehingga dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan Dalam kehidupan bermasyarakat, tidak lepas dari kaidah hukum sebagai pedoman tingkah laku masyarakat. Aturan atau kaidah hukum tersebut berlaku bagi seluruh masyarakat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. hidup sebagai makhluk sosial, melakukan relasi dengan manusia lain karena
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya kodrat manusia telah ditetapkan sejak lahir berhak untuk hidup dan diatur dalam hukum sehingga setiap manusia dijamin dalam menjalani hidup sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak adalah bagian yang tak terpisahkan dari keberlangsungan hidup
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak adalah bagian yang tak terpisahkan dari keberlangsungan hidup manusia dan keberlangsungan hidup bangsa dan Negara. Dalam konstitusi Indonesia, anak memiliki
Lebih terperinciInstitute for Criminal Justice Reform
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seluruh rakyat Indonesia. Setelah adanya Keputusan Konferensi Dinas Para
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan Lembaga Pemasyarakatan tentu sangat tidak asing bagi seluruh rakyat Indonesia. Setelah adanya Keputusan Konferensi Dinas Para Pemimpin di jajaran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perbuatan melanggar hukum.penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa yang memiliki peran strategis
Lebih terperincielr 24 Sotnuqri f,ole NPM EIALAMA}.{ PERNYATAAN ORISINALITAS Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, Tanda Tangan
Kebijakan conjugal..., Fausia Isti Tanoso, FH UI, 2012 Kebijakan conjugal..., Fausia Isti Tanoso, FH UI, 2012 EIALAMA}.{ PERNYATAAN ORISINALITAS Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, da-n semua
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa anak merupakan amanah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hukum diciptakan oleh manusia mempunyai tujuan untuk menciptakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum diciptakan oleh manusia mempunyai tujuan untuk menciptakan keadaan yang teratur, aman dan tertib, demikian juga hukum pidana yang dibuat oleh manusia yang
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN 2011-2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial, sebagai makhluk individual manusia memiliki kepentingan masing-masing
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dilahirkan sebagai makhluk yang bersifat individual dan juga bersifat sosial, sebagai makhluk individual manusia memiliki kepentingan masing-masing yang tentu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUHAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) adalah melindungi
BAB I PENDAHULUHAN A. Latar belakang permasalahan Salah satu tujuan negara Indonesia sebagaimana termuat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hanya terbatas pada kuantitas dari bentuk kejahatan tersebut.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kejahatan dewasa ini menunjukan tingkat kerawanan yang cukup tinggi. Hal ini dapat diketahui melalui pemberitaan media cetak maupun elektronik serta sumber-sumber
Lebih terperinciHAK ANAK DIDIK SEBAGAI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN MENURUT UU NO. 12 TAHUN Oleh : Refly Mintalangi 2
HAK ANAK DIDIK SEBAGAI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN MENURUT UU NO. 12 TAHUN 1995 1 Oleh : Refly Mintalangi 2 A B S T R A K Kejahatan adalah suatu kenyataan sosial yang mengganggu kehidupan manusia dan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. segala kemungkinan yang akan membahayakan mereka dan bangsa di masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas diperlukan pembinaan secara terus menerus demi kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipersiapkan sebagai subjek pelaksana cita-cita perjuangan bangsa. Berdasarkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembicaraan tentang anak dan perlindungannya tidak akan pernah berhenti sepanjang sejarah kehidupan, karena anak adalah generasi penerus bangsa yang dipersiapkan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. timbul berbagai macam bentuk-bentuk kejahatan baru. Kejahatan selalu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini kejahatan semakin berkembang sesuai dengan perkembangan zaman terutama dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga timbul berbagai
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati perkembangan tindak pidana yang dilakukan anak selama ini, baik dari kualitas maupun modus operandi, pelanggaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) sebagai salah satu institusi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) sebagai salah satu institusi penegak hukum, merupakan muara dari peradilan pidana yang menjatuhkan pidana penjara kepada para
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu unsur yang penting dalam kehidupan manusia adalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu unsur yang penting dalam kehidupan manusia adalah agama, agama adalah salah satu kebutuhan vital manusia, dengan alasan itulah maka hak kebebasan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,
BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya warga Binaan Pemasyarakatan sebagai insan dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya warga Binaan Pemasyarakatan sebagai insan dan sumber daya manusia harus diperlakukan dengan baik dan manusiawi dalam suatu sistem pembinaan
Lebih terperinciBAB III PENERAPAN SANKSI DALAM PENJATUHAN PIDANA ANAK PELAKU TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG
BAB III PENERAPAN SANKSI DALAM PENJATUHAN PIDANA ANAK PELAKU TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG 3.1. Penerapan Hukum Positif Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang Adanya asas Lex Spesialis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keluarga, suku dan masyarakat. untuk menjunjung tinggi norma-norma kehidupan mencapai masyarakat
BAB I PENDAHULUAN Sudah merupakan kodrat dan takdir Tuhan bahwa manusia tidak dapat secara mandiri tanpa bantuan orang lain, manusia harus hidup secara berkelompok merupakan suatu keluarga, suku dan masyarakat.
Lebih terperinciPENGAWASAN PEMBERIAN REMISI TERHADAP NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LAPAS) KLAS IIA ABEPURA
PENGAWASAN PEMBERIAN REMISI TERHADAP NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LAPAS) KLAS IIA ABEPURA, SH., MH 1 Abstrak : Dengan melihat analisa data hasil penelitian, maka telah dapat ditarik kesimpulan
Lebih terperinciMENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBUK INOONESIA NOMOR M.2.PK.04-10 TAHUN 2007 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PELAKSANAAN ASIMILASI,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan dan berkedudukan sama di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan dan berkedudukan sama di hadapan Tuhan. Manusia dianugerahi akal budi dan hati nurani sehingga mampu membedakan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah Negara yang berdiri berlandaskan Pancasila
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah Negara yang berdiri berlandaskan Pancasila yang dimana dalam sila pertama disebutkan KeTuhanan Yang Maha Esa, hal ini berarti bahwa Negara
Lebih terperinciPENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA
PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA Disajikan dalam kegiatan pembelajaran untuk Australian Defence Force Staff di Balai Bahasa Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung, Indonesia 10 September 2007
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyalahgunaan narkotika sebagai bentuk tindakan yang melanggar hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem pemasyarakatan yang merupakan proses pembinaan yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pemasyarakatan yang merupakan proses pembinaan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, memandang narapidana sebagai individu anggota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 Ayat (3) UUD 1945 menyatakan bahwa, Indonesia adalah Negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 1 Ayat (3) UUD 1945 menyatakan bahwa, Indonesia adalah Negara hukum. akamapabila ada orang yang melakukan kejahatan harus ditindak secara hukum, sesuai
Lebih terperincimenegakan tata tertib dalam masyarakat. Tujuan pemidanaan juga adalah untuk
1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Masyarakat terdiri dari kumpulan individu maupun kelompok yang mempunyai latar belakang serta kepentingan yang berbeda-beda, sehingga dalam melakukan proses
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Norma atau kaidah hukum selalu ada dalam masyarakat yang berguna untuk mengatur masyarakat itu sendiri. Apabila mereka melanggar kaidah-kaidah hukum itu atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup seluruh umat manusia, sejak zaman dahulu hingga kini. Perkawinan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan adalah perilaku makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. 1 Perkawinan merupakan kebutuhan hidup seluruh umat manusia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertama, hal Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cetakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum pada dasarnya bertujuan untuk mencapai kedamaian hidup bersama, yang merupakan keserasian antara ketertiban dengan ketentraman.
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa anak merupakan amanah dan karunia
Lebih terperinci: : Ilmu Hukum FAKULTAS HUKUM
JURNAL PENULISAN HUKUM / SKRIPSI REALISASI HAK NARAPIDANAA UNTUK MENDAPATKAN PEMBEBASAN BERSYARAT DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA YOGYAKARTA Diajukan oleh : NORMAN NUGROHO O TANGKETASIK Dosen Pembimbing
Lebih terperinci