KEANDALAN SISTEM PEMURNIAN TERHADAP KUALITAS AIR PENDINGIN PRIMER RSG GAS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEANDALAN SISTEM PEMURNIAN TERHADAP KUALITAS AIR PENDINGIN PRIMER RSG GAS"

Transkripsi

1 KEANDALAN SISTEM PEMURNIAN TERHADAP KUALITAS AIR PENDINGIN PRIMER RSG GAS Diyah Erlina Lestari, Setyo Budi Utomo, Suhartono ABSTRAK KEANDALAN SISTEM PEMURNIAN TERHADAP KUALITAS AIR PENDINGIN PRIMER RSG GAS. Telah dilakukan evaluasi keandalan sistem pemurnian terhadap kualtas air pendingin primr RSG GAS. Evaluasi dilakukan dengan cara pengamatan pengaruh pengoperasian sistem pemurnian terhadap kualitas air yang dilakukan seminggu sekali dengan mengukur ph dan konduktivitas pada ketiga sistem pemurnian dan pengamatan terhadap penggantian resin penukar ion Dari hasil evaluasi menunjukan bahwa dengan beroperasinya sistem pemurnian, kualitas air pendingin primer selalu terjaga dalam batas yang dipersyaratkan dan adanya penggantian resin penukar ion pada salah satu sistem pemurnian menyebabkan kualitas air pendingin primer menjadi lebih baik dimana konduktivitas air menjadi kecil dan ph besar. Kata kunci: pemurnian. kualitas air ABSTRACT THE CAPABILITY PURIFICATION SYSTEM ON THE PRIMARY COOLING WATER QUALITY OF RSG_GAS. The evaluation of the capability purification system on primary cooling water of RSG GAS (KBE 01) has been carried out. The evaluation performed by observed effect of the operation purification system on the water quality continouslly once a week to measurement of ph, conductivity and TDS ( Total Dissolve Solid ) and observation with exchange of the ion exchanger resin. The evaluation result show that by the purification operation the quality of primary cooling water always maintain in allowable limit and by the exchanging once of the exchanger ion resin purification system caused the cooling water quality better, which the cooling water conductivity and Total Dissolve Solid, TDS to be decrease and the contrary for ph. Key words: Purificition, water quality 568

2 PENDAHULUAN Reaktor G.A.Siwabessy merupakan reaktor riset yang mempunyai daya termal maksimum 30 MW dan mempunyai fluks neutron rata rata n/cm2.detik yang berasal dari reaksi fisi. Sebagai reaktor riset maka panas yang dihasilkan harus dibuang. Untuk melepaskan panas tersebut, di reaktor G.A.Siwabessy dilengkapi dengan dua sistem pendingin yaitu sistem pendingin primer dan sistem pendingin sekunder yang menggunakan air sebagai bahan pendinginnya. Air pendingin primer reaktor berfungsi untuk memindah panas yang timbul sebagai akibat reaksi fisi di teras reaktor. Kualitas air pendingin primer akan mempengaruhi integritas komponen atau struktur reaktor, karena pada dasarnya air sebagai pendingin akan berhubungan langsung dengan komponen atau struktur reaktor. Oleh karena itu air yang digunakan sebagai pendingin harus memenuhi persyaratan yang sesuai dengan komponen atau struktur yang dirumuskan dalam spesifikasi kualitas air pendingin. Sebagai medium pemindah panas pada sistem pendingin primer reaktor G.A.Siwabeesy digunakan air bebas mineral dengan kualitas tertentu. Di reaktor G.A.Siwabessy untuk menghilangkan hasil aktivasi dan kotoran mekanik air pendingin primer dan menjaga kualitas air pendingin primer pada tingkat yang diizinkan maka pada sistem pendingin primer dilengkapi dengan tiga sistem pemurnian. Pada masing masing sistem pemurnian air pendingin primer terdiri dari filter mekanik dan filter penukar ion Jenis penukar ion yang digunakan pada filter penukar ion merupakan campuran dari resin penukar anion dan kation yang berkualitas nuklir dalam bentuk OH dan H +. Dengan bertambahnya waktu penggunaan, maka resin tersebut akan mengalami kejenuhan. Parameter kondisi filter penukar ion ditentukan dari besarnya harga beda tekanan dan tingkat radioaktivitas serta konduktifitas air keluaran filter penukar ion. Apabila salah satu atau lebih parameter kondisi filter penukar ion mencapai harga yang ditentukan, maka. filter penukar ion (resin) harus diganti dengan resin yang baru dan tidak dilakukan regenerasi. Selain filter penukar ion, pada sistem pemurnian air pendingin primer dilengkapi juga dengan filter resin trap yang bertujuan untuk menangkap resin resin dan kotoran mekanik halus yang terlepas dari filter penukar ion. Jika beda tekanan pada sisi masuk dan sisi keluar dari filter resin trap mencapai 2 bar, maka filter resin trap tersebut harus diganti dengan yang bersih, sementara yang kator dicuci dengan metode ultrasonik. Dalam makalah ini akan dievaluasi bagaimana pengaruh sistem pemurnian terhadap kualitas air pendingin primer. 569

3 TEORI Air pendingin primer berfungsi untuk memindahkan panas yang timbul di teras reaktor, sebagai moderator dan sebagai perisai radiasi ke arah aksial Sebagai medium pembawa panas pada sistem pendingin primer digunakan air bebas mineral yang berasal dari Sistem produksi air bebas mineral (GCA 01) dengan kualitas tertentu.volume air pendingin primer total sebesar 330 m 3, dengan rincian 220 m 3 volume kolam reaktor, 80 m 3 volume delay chamber dan 30 m 3 volume pada sistem pemipaan. Untuk menghilangkan hasil aktivasi dan kotoran mekanik air pendingin primer dan menjaga kualitas air pendingin primer pada tingkat yang diizinkan maka pada sistem pendingin primer dilengkapi dengan sistem pemurnian (pemurnian). yang terdiri dari : 1. Sistem pemurnian air kolam (KBE 01) 2. Sistem pemurnian dan penyedia lapisan air hangat ( KBE 02) 3. Sistem pemurnian air kolam penyimpan bahan bakar bekas (FAK 01) 1. Sistem Pemurnian air kolam (KBE 01) Sistem ini berfungsi untuk menjaga kualitas air pendingin serta menekan tingkat paparan radiasi di ruang Balai Operasi (Operation Hall) dengan cara menghilangkan bahan yang teraktivasi dan kotoran mekanik yang terlarut maupun tidak terlarut di dalam air pendingin primer. Sistem ini terdiri dari filter penukar ion dan filter mekanik. Filter penukar ion berisi campuran resin penukar anion dan kation yang berkualitas nuklir, terdiri dari 750 liter anion OH dan 750 liter kation H + resin tipe Lewatit. Filter mekanik berfungsi sebagai resin trap yang berfungsi untuk menangkap resin resin dan kotoran mekanik halus yang terlepas dari filter penukar ion. Secara teoritis, resin tersebut mampu untuk dilalui air pendingin primer dengan laju alir rata rata 40 m 3 /jam atau kira kira 12% dari total volume air pendingin primer per jam.. Tingkat kejenuhan resin tersebut ditandai dengan adanya perbedaan tekanan antara sebelum dan sesudah filter sebesar > 1,5 bar, radioaktivitas sebesar > 0,1 Ci/m 3 dan konduktivitas air air keluaran filter penukar ion > 8 µs/cm.apabila salah satu atau lebih parameter kondisi filter penukar ion mencapai harga yang ditentukan, maka. filter penukar ion (resin) harus diganti dengan resin yang baru dan tidak dilakukan regerasi sedangkan penggantian resin trap dilakukan apabila perbedaan tekanan antara sebelum dan sesudah filter sebesar > 2 bar. 570

4 2. Sistem Pemurnian Lapisan Air Hangat (KBE 02). Sistem ini berfungsi untuk mengambil ion ion hasil aktivasi terlarut dan kotoran dari lapisan air hangat dan menjaga kualitas air pendingin pada tingkat yang ditentukan. Sistim ini dilengkapi dengan pemanas untuk menyediakan lapisan air hangat pada permukaan teratasnya setinggi kurang lebih 1,5 m dimana temperaturnya berkisar antara 8 ~ 10 o C lebih tinggi dibandingkan air dibagian bawahnya. Air hangat ini berfungsi sebagai lapisan penahan terlepasnya senyawa gas aktif keluar dari permukaan kolam. Disamping itu sistem ini menyediakan air pengisian dan pembilasan tabung tabung berkas netron (beam tubes). Sistem ini terdiri dari mix bed filter (KBE 02 BT03) dan filter mekanik dengan laju alir 20 m 3 /jam. Filter penukar ion berisi campuran resin penukar anion dan kation yang berkualitas nuklir, yang terdiri dari 200 liter anion OH dan 200 liter kation H + resin tipe Lewatit. Kejenuhan mix bed filter diindikasikan oleh adanya perbedaan tekanan pada sebelum dan sesudah resin sebesar > 1,5 bar, radioaktivitas sebesar sebesar > 5x10 2 Ci/m 3 untuk aliran masuk dan > 10 3 Ci/m 3 untuk aliran balik dan konduktivitas air air keluaran filter penukar ion > 8µS/cm..Apabila salah satu atau lebih parameter kondisi filter penukar ion mencapai harga yang ditentukan, maka. filter penukar ion (resin) harus diganti dengan resin yang baru dan tidak dilakukan regerasi sedangkan penggantian resin trap dilakukan apabila perbedaan tekanan antara sebelum dan sesudah filter sebesar > 2 bar. 3. Sistem Pemurnian Kolam Bahan Bakar Bekas (FAK 01) Sistem ini berfungsi untuk membersihkan air dari senyawa yang sudah teraktivasi serta kotoran mekanik baik itu terlarut maupun tidak terlarut di dalam air kolam penyimpan bahan bakar bekas sehingga kualitas air kolam penyimpan selalu berada pada harga spesifikasi kualitas air kolam reaktor. Selain itu, FAK 01 juga berfungsi sebagai mengambil panas peluruhan dari elemen bakar bekas di kolam penyimpan. Sistem ini terdiri dari mix bed filter yang berisi campuran resin penukar anion dan kation yang berkualitas nuklir yang terdiri dari 350 liter anion OH dan 350 liter resin kation H + resin tipe Lewatit,dan filter mekanik dengan laju alir 15 m 3 /jam. Kejenuhan mixbed filter diindikasikan oleh adanya perbedaan tekanan pada sebelum dan sesudah resin sebesar > 1,5 bar radioaktivitas sebesar > 10 3 Ci/m 3 konduktivitas air air keluaran filter penukar ion > 8µS/cm..Apabila salah satu atau lebih parameter kondisi filter penukar ion mencapai harga yang ditentukan, maka. filter penukar ion (resin) harus diganti dengan resin yang baru dan tidak dilakukan regerasi sedangkan penggantian resin trap dilakukan apabila perbedaan tekanan antara sebelum dan sesudah filter sebesar > 2 bar. 571

5 PENGENDALIAN KUALITAS AIR PENDINGIN PRIMER RSG GAS Untuk menjaga agar spesifikasi kualitas air pendingin primer tetap terjaga, secara kontinyu air pendingin primer dilewatkan pada sistem pemurnian dan dilakukan pemantauan secara rutin seminggu sekali terhadap ph,konduktivitas dan TDS (Total Disolve Solid) yang merupakan parameter kontrol kualitas air serta perlakuan kimiawi yang berupa penggantian resin penukar ion pada sistem pemurnian. Parameter kondisi resin penukar ion (filter ionik) ditentukan dari besarnya harga beda tekanan dan tingkat radioaktivitas serta konduktifitas air keluaran filter ionik. Apabila salah satu atau lebih parameter kondisi filter ionik mencapai harga yang ditentukan, maka resin (filter ionik) harus diganti. Untuk mengetahui besaran harga beda tekanan dan radioaktivitas pada sisitem pendingin primer pada masing masing sistem pemurnian dipasang instrumentasi pengukuran beda tekanan dan tingkat radioaktivitas air kolam. dimana semua hasil pengukuran ditampilkan di RKU ( Ruang Kendali Utama) dan dicatatat pada Lembar Data Operasi. Disamping itu pada masing masing sistem pemurnian dilengkapi juga dengan tempat pengambilan sampel untuk dianalisa secara rutin di laboratorium, dari sini harga konduktivitas dapat diketahui. TATA KERJA 1. Pengamatan terhadap kontrol kualitas air dilakukan seminggu sekali dengan mengukur ph dan konduktivitas dan padatan terlarut, TDS pada ketiga sistem pemurnian yaitu : Sistem Pemurnian Air Kolam Reaktor ( KBE01) Sistem Pemurnian Lapisan Air Hangat (KBE02) dan Sistem Pemurnian Air Kolam Bahan Bakar Bekas ( FAK 01) Pengukuran TDS dan konduktivitas dengan Koductivitymeter merk Hach sedangkan pengukuran ph dilakukan menggunakan ph meter merk Hach. 2. Pengamatan penggantian resin penukar ion yang diambil dari logbook penggantian resin 3. Semua pengamatan dilakukan dalam kurun waktu 11 Oktober 2002 sampai dengan 21 September

6 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan terhadap kontrol kualitas air dalam kurun waktu Oktober 2002 sampai dengan 21 September 2005 ditampilkan pada Lampiran1dan grafiknya diberikan pada Gambar 1 dan 2 Gambar 1: Grafik kontrol kualitas air pada ketiga sistem pemurnian (KBE01,KBE02 dan FAK 01 ) periode Oktober 02 s/d September 05 Dari lampiranl 1 menunjukan bahwa secara keseluruhan dari hasil kontrol kualitas air pada ketiga sistem pemurnian air yang terdapat pada sistem pendingin primer (KBE01, KBE 02 dan FAK 01) periode Oktober 02 s/d September 05 menunjukan harga yang fluktuasi dimana konduktivitas air pendingin berada pada rentang harga 0,6 3,5 µs/cm, lebih rendah dari batas maksimalnya yang ditentukan yaitu 8 µs/cm.dan TDS berada pada rentang harga 0,2 1,5mg/l sedangkan ph air pendingin primer berada pada rentang harga 5,2 6,9. Dari Lampiran 1 dan Gambar 1, terlihat bahwa konduktivitas dan padatan terlarut (TDS) air pendingin primer pada awal pengamatan menunjukan angka yang rendah dan dengan berjalanya waktu menunjukan adanya kecenderung mengalami kenaikan dan kemudian menurun selanjutnya mengalami kenaikan kembali. Hal ini berkaitan dengan 573

7 kemampuan tukar dari resin penukar ion pada sistem pemurnian. Dengan bertambahnya waktu penggunaan resin penukar ion, kemampuan tukar ion akan menurun dan. lama kelamaan mengalami kejenuhan sehingga perlu diganti dengan resin baru. Konduktivitas merupakan ukuran kemampuan larutan untuk menghantarkan arus listrik, sehingga dengan mengetahui besaran konduktivitas akan diperoleh gambaran/perkiraan kadar ion ion yang terlarut dalan air pendingin. Pada proses pemurnian air, resin penukar ion berfungsi untuk mengambil pengotor air dengan cara pertukaran ion yang bermuatan sama. Dengan adanya penggantian resin pada sistem pemurnian maka kapasitas tukar ion menjadi besar, oleh karena itu semakin banyak ion pengotor dalam air yang dapat dipertukarkan sehingga didapatkan kualitas air yang mempunyai besaran konduktivitas kecil. Oleh karena itu setelah penggantian resin penukar ion, konduktivitas air pendingin mengalami penurunan. Dari pengamatan yang diambil dari logbook penggantian resin tercatat bahwa pada 7 Oktober 02 terjadi penggantian resin penukar ion pada sistem pemurnian Lapisan air hangat (KBE02) sehingga pada Tabel 1 dan Gambar 1 terlihat data awal pengamatan terhadap konduktivitas dan padatan terlarut menunjukan angka yang yang rendah dan perlahan mengalami kenaikan dan pada gambar 1 terlihat bahwa konduktivias dan padatan terlarut pada tanggal 26 Januari 2004 mengalami penurunan hal ini disebabkan karena pada tgl 23 Januari 2004 terjadi penggantian resin penukar ion pada sistem pemurnian air kolam reaktor (KBE01) serta pada tanggal 9 Juni 2005 terjadi penggantian resin penukar ion pada sistem pemurnian lapisan air hangat (KBE02) lagi sehingga konduktivitas dan padatan terlarut mengalami penurunan kembali ( data tgl 20 Juni 2005). Hal yang berbeda apabila dilihat dari pengamatan terhadap ph air pendingin. Setelah penggantian resin penukar ion, dimana pada saat konduktivitas mengalami penurunan, ph air pendingin justru mengalami kenaikan. Sebagai contoh seperti terlihat pada Gambar 2. Hal ini disebabkan karena filter penukar ion pada sistem pemurnian berisi campuran resin penukar kation dalam bentuk H + dan anion dalam bentuk OH, sehingga setelah penggantian resin penukar ion, kation pengotor dalam air akan dipertukarkan dengan H + dari resin dan anion pengotor air pendingin dipertukankan dengan OH dari seperti reaksi berikut : RH + + Y + R Y + + H + Resin penukar Kation Kation dalam air 574

8 ROH + Y RY + OH Resin penukar Anion Anion dalam air H + + OH H2O Oleh karena itu ph air pendingin setelah penggantian resin penukar ion akan mendekati ph air murni. Gambar 2 : Grafik perubahan kualitas air pada sistem pemurnian air kolam ( KBE 01) setelah pergantian resin penukar ion pada tanggal 22 Januari 2004 Dari Gambar 1 terlihat bahwa besaran konduktivitas air pada bulan Januari 04 mengalami penurunan yang besar, hal ini disebabkan karena pada tgl 22 Januari 04 terjadi penggantian resin pada sistem pemurnian air kolam reaktor (KBE 01) yang memiliki jumlah resin terbesar diantara ketiga sistem tersebut., sehingga dengan bertambah besarnya jumlah resin, maka semakin banyak ion pengotor dalan air yang dapat dipertukarkan sehingga didapatkan kualitas air yang mempunyai besaran konduktivitas kecil. Secara keseluruhan dari hasil kontrol kualitas air pereode Oktober 02 s/d 575

9 September 05 menunjukan bahwa harga konduktivitas maksimum adalah 3,5 µs/cm lebih rendah dari batas maksimum yang ditetapkan yaitu : 8µS/cm. Sedangkan resin penukar ion pada sistem pemurnian sudah mengalami beberapa kali penggantian, ini menunjukan bahwa batasan kondisi operasi maksimum sisi mekanik lebih dulu tercapai dibanding dari sisi ionik. KESIMPULAN: 1. Dari hasil pengamatan selama kurun waktu Oktober 02 s/d September 05 dapat disimpulkan bahwa: 2. Penggantian resin penukar ion pada salah satu sistem pemurnian yang terdapat pada sistem pendingin primer akan mempengaruhi kualitas air pendingin primer 3. Penggantian penukar ion akan menyebabkan kualitas air menjadi baik dimana konduktivitas air menjadi kecil dan ph air mendekati air murni Kualitas air pendingin primer selalu terjaga kondisi operasionalnya yaitu : Konduktivitas air pendingin primer berada pada rentang harga 0,4 3,5µS/cm, lebih rendah dari batas maksimalnya yang ditentukan yaitu 8 µs/cm. PH air pendingin primer berada pada rentang harga 5,2 6,9 TDS ( Jumlah Padatan Terlarut ) berada pada rentang harga 0,2 1,5 mg/l 576

10 DAFTAR PUSTAKA 1. ANONIMOUS, Safety Analysis Report (SAR),BATAN, MPR 30, Rev.7, Vol.2, DIYAH ERLINA LESTARI, Kimia Air, Diktat Penyegaran Operator dan Supervisor Reaktor, Pusbang Teknologi Reaktor Riset, September, Drs. ISMONO, Zat penukar ion dan Reaksi Penukaran Ion dalam Analisa Kimia, Catatan kuliah, jurusan kimia FMIPA, ITB, A.S.GOKHLE, P.K; MATHOR and K.S. VENKATESWARHU, Ion Exchange Resin for Water Purification ; Properties and Characteristion,Water chemestry Division, Bhabha Atomic. Research Centre. Bombay, India ANONIMOUS, Instruction Manual Water Quality Checker U 10, Horiba.Ltd, ANONIMOUS, Instruction Manual Conductivity/TDS Meter Model 44600, Hatch Company,

11 LAMPIRAN 1. KUALITAS AIR PADA KETIGA SISTEM PEMURNIAN PERIODE OKTOBER 2002 SEPTEMBER 2005 Tanggal KBE 01 KBE 02 FAK 01 Keterangan ph Kond TDS ph Kond TDS ph Kond TDS 28 Oct shutdown 20 Nov shutdown 09 Jan operasi 13 Jan operasi 23 Jan shutdown 03 Feb operasi 10 Mar shutdown 18 Mar operasi 31 Mar shutdown 09 Apr operasi 16 Apr operasi 28 Apr shutdown 07 May shutdown 22 May shutdown 02 Jun operasi 26 Jun shutdown 02 Jul shutdown 10 Jul operasi 22 Jul shutdown 28 Jul operasi 11 Aug shutdown 26 Aug operasi 11 Sep shutdown 30 Sep operasi 578

12 30 Oct shutdown 04 Nov operasi 09 Dec shutdown 22 Dec operasi Lanjutan. Tanggal KBE 01 KBE 02 FAK 01 Keterangan ph Kond TDS ph Kond TDS Ph Kond TDS 05 Jan operasi 26 Jan shutdown 03 Feb operasi 05 Feb shutdown 08 Mar operasi 23 Mar operasi 25 Mar operasi 29 Mar operasi 06 Apr shutdown 12 Apr operasi 19 Apr operasi 22 Apr shutdown 26 Apr operasi 10 May operasi 27 May shutdown 31 May operasi 09 Jun shutdown 14 Jun operasi 28 Jun shutdown 08 Jul operasi 22 Jul shutdown 02 Aug operasi 579

13 10 Aug shutdown 01 Sep shutdown 06 Sep operasi 28 Sep operasi 18 Oct operasi 26 Oct operasi 01 Dec shutdown Lanjutan. Tanggal KBE 01 KBE 02 FAK 01 Keterangan ph Kond TDS ph Kond TDS ph Kond TDS 06 Dec operasi 09 Dec operasi 20 Dec shutdown 28 Dec operasi 11 Jan shutdown 17 Jan operasi 07 Feb shutdown 580

14 4 01 Mar operasi 03 Mar shutdown 08 Mar operasi 10 Mar shutdown 17 Mar shutdown 23 Mar shutdown 07 Apr shutdown 12 May operasi 31 May operasi 20 Jun shutdown 28 Jun operasi 05 Jul operasi 13 Jul shutdown 18 Jul operasi 581

15 20 Jul operasi 27 Jul shutdown 03 Aug operasi 24 Aug shutdown 01 Sep operasi 21 Sep shutdown 582

16 DISKUSI DAN TANYA JAWAB Penanya: Ambyah Suliwarno Pertanyaan: a. Bagaimana prinsip kerja resin penukaran ion H+dan ion oh ˉ? b. Berapa Suhu ( range ) resin tersebut dapat dipergunakan? c. Kapan dan bagaimana resin tersebut tidak bisa dipakai lagi? Jawaban: a. Prinsip kerja resin penukar ion H+ pada sistim pemurnian adalah mengambil dengan cara pertukaran. Semua pengotor kalian air pendingin sedangkan pengotor anion dalam air akan diambil atau dipertukarkan dengan oh ˉ resin penukar. Sehingga didapatkan kualitas air yang mempunyai konduktivitas yang kecil. Tetapi dengan berjalannya waktu penggunaan resin maka kapasitas tukar resin akan turun sehingga didapatkan kualitas air dengan konduktivitas semakin besar dan resin perlu diganti. b. Range suhu resin dapat digunakan < 50 C ( tergantung jenis resin ) c. Apabila salah satu batasan indikasi atau parameter penggantian resin tercapai. Sebagai parameter kondisi resin penukar ion pada sistem pemurnian pada sistem pendingin primer RSG GAS adalah beda ukuran sebelum dan sesudah melewati resin, radio aktivitas dan konduktivitas air. Penanya: Arif Isnaeni ( P2STPIBN BAPETEN ) Pertanyaan: a. Sistem kerja sistem pemurnian terhadap kualitas air pendingin primer RSG GAS? Jawaban: a. Pada prinsionya kinerja sistem pemurnian pada pendingin primer RSG GAS adalah memurnikan dan menjaga kualitas air pendingin primer tetap terpenuhi dimana mekanisme kerjanya adalah pengotor ionik yang larut dalam air akan diambil oleh resin penukar ion dengan cara pertukaran ion bermuatan sama sehingga didapatkan kualitas air pendingin yang konduktivitasnya kecil. Sedangkan pengotor mekanik halus yang lepas dari filter resin akan ditangkap oleh filter mekanik yang berupa resin trap. 583

17 584

A ALISIS LIMBAH RESI PE UKAR IO SISTEM PEMUR IA AIR PE DI GI PRIMER RSG-GAS*

A ALISIS LIMBAH RESI PE UKAR IO SISTEM PEMUR IA AIR PE DI GI PRIMER RSG-GAS* A ALISIS LIMBAH RESI PE UKAR IO SISTEM PEMUR IA AIR PE DI GI PRIMER RSG-GAS* Diyah Erlina Lestari, Sunarko,Setyo Budi Utomo Pusat Reaktor Serba Guna-BATAN ABSTRAK A ALISIS LIMBAH RESI PE UKAR IO SISTEM

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PENGENDALIAN KONDUKTIVITAS AIR PADA KOLOM RESIN CAMPURAN (MIX-BED) SISTEM AIR BEBAS MINERAL (GCA 01)

ANALISIS DAN PENGENDALIAN KONDUKTIVITAS AIR PADA KOLOM RESIN CAMPURAN (MIX-BED) SISTEM AIR BEBAS MINERAL (GCA 01) Buletin Pengelolaan Reaktor Nuklir. Vol. 9 No. 2, Oktober 2012: 27-34 ANALISIS DAN PENGENDALIAN KONDUKTIVITAS AIR PADA KOLOM RESIN CAMPURAN (MIX-BED) SISTEM AIR BEBAS MINERAL (GCA 01) ABSTRAK Setyo Budi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KINERJA RESIN PENUKAR ION PADA SISTEM AIR BEBAS MINERAL(GCA 01) RSG-GAS

KARAKTERISTIK KINERJA RESIN PENUKAR ION PADA SISTEM AIR BEBAS MINERAL(GCA 01) RSG-GAS KARAKTERISTIK KINERJA RESIN PENUKAR ION PADA SISTEM AIR BEBAS MINERAL(GCA 01) RSG-GAS DIYAH ERLINA LESTARI, SETYO BUDI UTOMO Pusat Reaktor Serba Guna-BATAN Kawasan Puspitek, Serpong, Tengerang 15310 Banten

Lebih terperinci

PENGARUH IRADIASI BATU TOPAS TERHADAP KUALITAS AIR PENDINGIN PRIMER DAN KESELAMATAN RSG-GAS

PENGARUH IRADIASI BATU TOPAS TERHADAP KUALITAS AIR PENDINGIN PRIMER DAN KESELAMATAN RSG-GAS Buletin Pengelolaan Reaktor Nuklir. Vol. XIII No. 2, Oktober 2016 : 13-18 PENGARUH IRADIASI BATU TOPAS TERHADAP KUALITAS AIR PENDINGIN PRIMER DAN KESELAMATAN RSG-GAS ABSTRAK Yulius Sumarno, Rohidi, Fahmi

Lebih terperinci

OPTIMASI DAN REVISI KANAL HUBUNG - INSTALASI PENYIMPANAN SEMENTARA BAHAN BAKAR BEKAS

OPTIMASI DAN REVISI KANAL HUBUNG - INSTALASI PENYIMPANAN SEMENTARA BAHAN BAKAR BEKAS ABSTRAK OPTIMASI DAN REVISI KANAL HUBUNG - INSTALASI PENYIMPANAN SEMENTARA BAHAN BAKAR BEKAS Dyah Sulistyani Rahayu Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN OPTIMASI DAN REVISI KANAL HUBUNG- INSTALASI PENYIMPANAN

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN RESIN PENUKAR ION PADA SISTEM AIR BEBAS MINERAL (GCA 01) RSG-GAS. Diyah Erlina Lestari, Setyo Budi Utomo, Harsono

ANALISIS KEMAMPUAN RESIN PENUKAR ION PADA SISTEM AIR BEBAS MINERAL (GCA 01) RSG-GAS. Diyah Erlina Lestari, Setyo Budi Utomo, Harsono Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan Aplikasi Reaktor Nuklir PRSG Tahun 202 ISBN 978-979-709-7-8 ANALISIS KEMAMPUAN RESIN PENUKAR ION PADA SISTEM AIR BEBAS MINERAL (GCA 0) RSG-GAS. Diyah Erlina Lestari,

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA SISTEM PEMANTAU AKTIVITAS GAMMA PENDINGIN PRIMER RSG-GAS

EVALUASI KINERJA SISTEM PEMANTAU AKTIVITAS GAMMA PENDINGIN PRIMER RSG-GAS EVALUASI KINERJA SISTEM PEMANTAU AKTIVITAS GAMMA PENDINGIN PRIMER RSG-GAS Tri Anggono, Nugraha Luhur, Unggul H., Y. Sumarno Pusat Reaktor Serba Guna Batan Serpong Kawasan Puspiptek Gd. 31 Setu 15310 Tangerang

Lebih terperinci

PENGARUH IRRADIASI BATU TOPAZ TERHADAP KUALITAS AIR PENDINGIN REAKTOR G.A.SIWABESSY. Elisabeth Ratnawati, Kawkab Mustofa, Arif Hidayat

PENGARUH IRRADIASI BATU TOPAZ TERHADAP KUALITAS AIR PENDINGIN REAKTOR G.A.SIWABESSY. Elisabeth Ratnawati, Kawkab Mustofa, Arif Hidayat Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan Aplikasi Reaktor Nuklir PRSG Tahun 2012 ISBN 978-979-17109-7-8 PENGARUH IRRADIASI BATU TOPAZ TERHADAP KUALITAS AIR PENDINGIN REAKTOR G.A.SIWABESSY. Elisabeth Ratnawati,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demineralisasi Proses demineralisasi adalah suatu proses penghilangan garam-garam mineral yang ada didalam air seperti kalsium (Ca) dan magnesium (Mg), sehingga air yang dihasilkan

Lebih terperinci

PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATU APUNG TERHADAP KEMAMPUAN SERAPAN CAIRAN LIMBAH LOGAM BERAT

PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATU APUNG TERHADAP KEMAMPUAN SERAPAN CAIRAN LIMBAH LOGAM BERAT PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATU APUNG TERHADAP KEMAMPUAN SERAPAN CAIRAN LIMBAH LOGAM BERAT Aditiya Yolanda Wibowo, Ardian Putra Laboratorium Fisika Bumi, Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand,

Lebih terperinci

PEMURNIAN AIR PENDINGIN PRIMER REAKTOR RSG-GAS IDENTIFIKASI PENYEBAB KENAIKAN TEKANAN PADA RESIN TRAP SISTEM

PEMURNIAN AIR PENDINGIN PRIMER REAKTOR RSG-GAS IDENTIFIKASI PENYEBAB KENAIKAN TEKANAN PADA RESIN TRAP SISTEM Buletin Pengelolaan Reaktor Nuklir. Vol. XIII No. 2, Oktober 2016 : 1-12 IDENTIFIKASI PENYEBAB KENAIKAN TEKANAN PADA RESIN TRAP SISTEM PEMURNIAN AIR PENDINGIN PRIMER REAKTOR RSG-GAS ABSTRAK Diyah Erlina

Lebih terperinci

LAMPIRAN FAKTOR-FAKTOR YANG HARUS DIPERTIMBANGKAN UNTUK MENETAPKAN KONDISI-KONDISI BATAS UNTUK OPERASI YANG AMAN

LAMPIRAN FAKTOR-FAKTOR YANG HARUS DIPERTIMBANGKAN UNTUK MENETAPKAN KONDISI-KONDISI BATAS UNTUK OPERASI YANG AMAN LAMPIRAN FAKTOR-FAKTOR YANG HARUS DIPERTIMBANGKAN UNTUK MENETAPKAN KONDISI-KONDISI BATAS UNTUK OPERASI YANG AMAN A.1. Daftar parameter operasi dan peralatan berikut hendaknya dipertimbangkan dalam menetapkan

Lebih terperinci

VERIFIKASI KONSENTRASI REGENERAN PADA PROSES REGENERASI RESIN PENUKAR ION SISTEM AIR BEBAS MINERAL(GCA01) RSG-GAS

VERIFIKASI KONSENTRASI REGENERAN PADA PROSES REGENERASI RESIN PENUKAR ION SISTEM AIR BEBAS MINERAL(GCA01) RSG-GAS VERIFIKASI KONSENTRASI REGENERAN PADA PROSES REGENERASI RESIN PENUKAR ION SISTEM AIR BEBAS MINERAL(GCA01) RSG-GAS Diyah Erlina Lestari 1, Setyo Budi Utomo 2, Suhartono 3, Aep Saepudin Catur 4 Pusat Reaktor

Lebih terperinci

PARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL

PARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI REAKTOR NONDAYA PARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL

Lebih terperinci

PENGENDALIAN DAERAH KERJA PAPARAN RADIASI GAMMA DI RSG GAS

PENGENDALIAN DAERAH KERJA PAPARAN RADIASI GAMMA DI RSG GAS PENGENDALIAN DAERAH KERJA PAPARAN RADIASI GAMMA DI RSG GAS Nugraha Luhur, Yulis Sumarno, Tri Anggono, Sunarningsih ABSTRAK PENGEDALIAN DAERAH KERJA PAPARAN RADIASI GAMMA DI RSG GAS. Pemanfaatan RSG GAS

Lebih terperinci

KATALIS LTS LK SEBAGAI SULFUR GUARD UNIT DESULFURIZER PABRIK AMONIAK KALTIM 2 PUPUK KALTIM

KATALIS LTS LK SEBAGAI SULFUR GUARD UNIT DESULFURIZER PABRIK AMONIAK KALTIM 2 PUPUK KALTIM KATALIS LTS LK-821-2 SEBAGAI SULFUR GUARD UNIT DESULFURIZER PABRIK AMONIAK KALTIM 2 PUPUK KALTIM Anton Sri Widodo, Suharyoso Departemen Pengendalian Proses PT Pupuk Kalimantan Timur Jl. Ir. James Simandjuntak

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI JANUARI 2012

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI JANUARI 2012 Jan-07 Apr-07 Jul-07 Oct-07 Jan-08 Apr-08 Jul-08 Oct-08 Jan-09 Apr-09 Jul-09 Oct-09 Jan-10 Apr-10 Jul-10 Oct-10 Jan-11 Apr-11 Jul-11 Oct-11 PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI JANUARI 2012 I. TOTAL

Lebih terperinci

MANAJEMEN OPERASI REAKTOR

MANAJEMEN OPERASI REAKTOR MANAJEMEN OPERASI REAKTOR Keselamatan reaktor mensyaratkan pemilihan tapak, desain, konstruksi, komisioning, operasi dan dekomisioning yang memadai. Ketentuan keselamatan ini terutama ditekankan pada operasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Penelitian Secara Umum

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Penelitian Secara Umum BAB 3 METODOLOGI 3.1 Penelitian Secara Umum Dalam bab ini menjelaskan cara penelitian yang dilakukan untuk menaikkan kualitas air hujan dengan batu kapur, baru kapur yang dipanaskan 400 C, karbon aktif

Lebih terperinci

PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR RINGKASAN Daur bahan bakar nuklir merupakan rangkaian proses yang terdiri dari penambangan bijih uranium, pemurnian, konversi, pengayaan uranium dan konversi ulang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN di Bandung dan Reaktor Kartini yang berada di Yogyakarta. Ketiga reaktor

BAB I PENDAHULUAN di Bandung dan Reaktor Kartini yang berada di Yogyakarta. Ketiga reaktor 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya teknologi dan peradabaan manusia, kebutuhan terhadap energi mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan

Lebih terperinci

PENGUKURAN DAN EVALUASI RADIOAKTIVITAS AIR TANGKI REAKTOR (ATR) DI PTAPB-BATAN YOGYAKARTA

PENGUKURAN DAN EVALUASI RADIOAKTIVITAS AIR TANGKI REAKTOR (ATR) DI PTAPB-BATAN YOGYAKARTA PENGUKURAN DAN EVALUASI RADIOAKTIVITAS AIR TANGKI REAKTOR (ATR) DI PTAPB-BATAN YOGYAKARTA Suparno, Mahrus Salam -BATAN, Yogyakarta Email : ptapb@batan.go.id ABSTRAK PENGUKURAN DAN EVALUASI RADIOAKTIVITAS

Lebih terperinci

STATISTIKA. Tabel dan Grafik

STATISTIKA. Tabel dan Grafik STATISTIKA Organisasi Data Koleksi data statistik perlu disusun (diorganisir) sedemikian hingga dapat dibaca dengan jelas. Salah satu pengorganisasian data statistik adalah dengan: tabel grafik Organisasi

Lebih terperinci

ANALISIS LIMBAH RESIN DI REAKTOR SERBA GUNA GA. SIWABESSY TAHUN 2008

ANALISIS LIMBAH RESIN DI REAKTOR SERBA GUNA GA. SIWABESSY TAHUN 2008 ANALISIS LIMBAH RESIN DI REAKTOR SERBA GUNA GA. SIWABESSY TAHUN 2008 NUGRAHA LUHUR, UNGGUL H, Y. SUMARNO, TRI ANGGONO, A. FAHMI MUSLIMU Pusat Reaktor Serba Guna-BATAN Kawasan Puspitek Serpong, Tangerang

Lebih terperinci

3 KARAKTERISTIK LOKASI DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PENELITIAN

3 KARAKTERISTIK LOKASI DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PENELITIAN 44 3 KARAKTERISTIK LOKASI DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Industri susu adalah perusahaan penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang mempunyai usaha di bidang industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia kepada tingkat kehidupan yang lebih baik dibandingkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia kepada tingkat kehidupan yang lebih baik dibandingkan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat dewasa ini, termasuk juga kemajuan dalam bidang teknologi nuklir telah mengantarkan umat manusia kepada

Lebih terperinci

BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi

BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi 3.1 Konfigurasi Teras Reaktor Spesifikasi utama dari HTTR diberikan pada tabel 3.1 di bawah ini. Reaktor terdiri

Lebih terperinci

FENOMENA KOROSI PADA SISTEM PENDINGIN PRIMER REAKTOR PENELITIAN

FENOMENA KOROSI PADA SISTEM PENDINGIN PRIMER REAKTOR PENELITIAN Sumijanto, dkk. ISSN 0216-3128 149 FENOMENA KOROSI PADA SISTEM PENDINGIN PRIMER REAKTOR PENELITIAN Sumijanto, Soedardjo S.A Pusat Pengembangan Teknologi Keselamatan Nuklir BATAN, Serpong ABSTRAK FENOMENA

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN SISTEM PENDINGIN PRIMER JE 01 DI REAKTOR GA. SIWABESSY

PEMELIHARAAN SISTEM PENDINGIN PRIMER JE 01 DI REAKTOR GA. SIWABESSY PEMELIHARAAN SISTEM PENDINGIN PRIMER JE 01 DI REAKTOR GA. SIWABESSY SANTOSA PUJIARTA, BAMBANG CONY IRAWAN Pusat Reaktor Serba Guna Kawasan Puspitek Serpong, Tangerang 15310, Banten Telp. 021.7560908, Faks.

Lebih terperinci

LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR PARAMETER

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang :

Lebih terperinci

CONTOH BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR (INNR)

CONTOH BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR (INNR) KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN II PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR CONTOH

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Oleh Denni Alfiansyah 1031210146-3A JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI MALANG MALANG 2012 PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Air yang digunakan pada proses pengolahan

Lebih terperinci

PROTOTIPE UNIT PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN REAKTOR ELEKTROKIMIA (UPAL-RE) UNTUK MELAYANI HOME INDUSTRY BATIK (259L) ABSTRAK

PROTOTIPE UNIT PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN REAKTOR ELEKTROKIMIA (UPAL-RE) UNTUK MELAYANI HOME INDUSTRY BATIK (259L) ABSTRAK PROTOTIPE UNIT PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN REAKTOR ELEKTROKIMIA (UPAL-RE) UNTUK MELAYANI HOME INDUSTRY BATIK (259L) Budi Utomo 1, Musyawaroh 2, Hunik Sri Runing Sawitri 3 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA SISTEM KESELAMATAN REAKTOR RSG-GAS SELAMA BEROPERASI 25 TAHUN

EVALUASI KINERJA SISTEM KESELAMATAN REAKTOR RSG-GAS SELAMA BEROPERASI 25 TAHUN Buletin Pengelolaan Reaktor Nuklir. Vol. XI, No. 1, April 14: 1- EVALUASI KINERJA SISTEM KESELAMATAN REAKTOR RSG-GAS SELAMA BEROPERASI 25 TAHUN Iman Kuntoro Pusat Teknologi dan Keselamatan Reaktor Nuklir,

Lebih terperinci

Magister Pengelolaan Air dan Air Limbah Universitas Gadjah Mada. 18-Aug-17. Statistika Teknik.

Magister Pengelolaan Air dan Air Limbah Universitas Gadjah Mada. 18-Aug-17.  Statistika Teknik. Magister Pengelolaan Air dan Air Limbah Universitas Gadjah Mada Statistika Teknik Tabel dan Grafik Organisasi Data Koleksi data statistik perlu disusun (diorganisir) sedemikian hingga dapat dibaca dengan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) didesain berdasarkan 3 (tiga) prinsip yaitu mampu dipadamkan dengan aman (safe shutdown), didinginkan serta mengungkung produk

Lebih terperinci

2011, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir ini, yang dimaksud dengan: 1. Reaktor nondaya adalah r

2011, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir ini, yang dimaksud dengan: 1. Reaktor nondaya adalah r BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.534, 2011 BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Keselamatan Operasi Reaktor Nondaya. Prosedur. Pelaporan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

Peningkatan Kualitas Air Tanah Gambut dengan Menggunakan Metode Elektrokoagulasi Rasidah a, Boni P. Lapanporo* a, Nurhasanah a

Peningkatan Kualitas Air Tanah Gambut dengan Menggunakan Metode Elektrokoagulasi Rasidah a, Boni P. Lapanporo* a, Nurhasanah a Peningkatan Kualitas Air Tanah Gambut dengan Menggunakan Metode Elektrokoagulasi Rasidah a, Boni P. Lapanporo* a, Nurhasanah a a Prodi Fisika, FMIPA Universitas Tanjungpura, Jalan Prof. Dr. Hadari Nawawi,

Lebih terperinci

2014, No MANAJEMEN TERAS. Langkah-langkah Manajemen Teras terdiri atas:

2014, No MANAJEMEN TERAS. Langkah-langkah Manajemen Teras terdiri atas: 8 LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN TERAS SERTA PENANGANAN DAN PENYIMPANAN BAHAN BAKAR NUKLIR PADA REAKTOR NONDAYA MANAJEMEN TERAS Langkah-langkah

Lebih terperinci

ANALISIS LEPASAN RADIOAKTIF DI RSG GAS

ANALISIS LEPASAN RADIOAKTIF DI RSG GAS YOGYAKARTA, 5 NOVEMBER 9 ISSN 98-6 ANALISIS LEPASAN RADIOAKTIF DI RSG GAS SUBIHARTO, NAEK NABABAN, UNGGUL HARTOYO PRSG-BATAN Kawasan Puspiptek Gedung 5 Tangerang Abstrak ANALISIS LEPASAN RADIOAKTIF DI

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.. Parameter Curah Hujan model REMO Data curah hujan dalam keluaran model REMO terdiri dari 2 jenis, yaitu curah hujan stratiform dengan kode C42 dan curah hujan konvektif dengan

Lebih terperinci

REFUNGSIONALISASI SISTEM PEMANTAU RADIASI BETA AEROSOL DAN ALPHA-BETA AEROSOL RSG-GA

REFUNGSIONALISASI SISTEM PEMANTAU RADIASI BETA AEROSOL DAN ALPHA-BETA AEROSOL RSG-GA SEMINAR NASIONAL V YOGYAKARTA, 5 NOVEMBER 2009 REFUNGSIONALISASI SISTEM PEMANTAU RADIASI BETA AEROSOL DAN ALPHA-BETA AEROSOL RSG-GA NUGRAHA LUHUR, UNGGUL HARTOYO, YULIUS SUMARNO, SUKINO Pusat Reaktor Serba

Lebih terperinci

CONTOH BATASAN DAN KONDISI OPERASI REAKTOR NONDAYA

CONTOH BATASAN DAN KONDISI OPERASI REAKTOR NONDAYA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN II PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI REAKTOR NONDAYA CONTOH BATASAN DAN

Lebih terperinci

FORMAT DAN ISI LAPORAN ANALISIS KESELAMATAN REAKTOR NONDAYA. I. Kerangka Format Laporan Analisis Keselamatan Reaktor Nondaya

FORMAT DAN ISI LAPORAN ANALISIS KESELAMATAN REAKTOR NONDAYA. I. Kerangka Format Laporan Analisis Keselamatan Reaktor Nondaya SALINAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN LAPORAN ANALISIS KESELAMATAN REAKTOR NONDAYA

Lebih terperinci

PENENTUAN SIFAT LISTRIK AIR PADA WADAH ALUMINIUM DAN BESI BERDASARKAN PENGARUH RADIASI MATAHARI

PENENTUAN SIFAT LISTRIK AIR PADA WADAH ALUMINIUM DAN BESI BERDASARKAN PENGARUH RADIASI MATAHARI PENENTUAN SIFAT LISTRIK AIR PADA WADAH ALUMINIUM DAN BESI BERDASARKAN PENGARUH RADIASI MATAHARI Yusuf Syetiawan, Sugianto, Riad Syech Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPETEN. Penanganan. Penyimpanan. Bahan Bakar Nuklir. Reaktor Non Daya. Manajemen Teras.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPETEN. Penanganan. Penyimpanan. Bahan Bakar Nuklir. Reaktor Non Daya. Manajemen Teras. No.85, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPETEN. Penanganan. Penyimpanan. Bahan Bakar Nuklir. Reaktor Non Daya. Manajemen Teras. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data untuk tugas akhir ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data primer dan data sekunder. 4.1.1 Data Primer Data primer adalah

Lebih terperinci

PENENTUAN SIFAT THERMAL PADUAN U-Zr MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER

PENENTUAN SIFAT THERMAL PADUAN U-Zr MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER No. 02/ Tahun I. Oktober 2008 ISSN 19792409 PENENTUAN SIFAT THERMAL PADUAN UZr MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER Yanlinastuti, Sutri Indaryati Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN ABSTRAK PENENTUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan persaingan dalam dunia bisnis semakin berkembang, karena

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan persaingan dalam dunia bisnis semakin berkembang, karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia yang sekarang ini sedang berlangsung, menyebabkan persaingan dalam dunia bisnis semakin berkembang, karena banyaknya perusahaan baru

Lebih terperinci

Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Usaha dan/atau kegiatan pembangkit listrik tenaga termal adalah usaha dan/atau kegiatan

Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Usaha dan/atau kegiatan pembangkit listrik tenaga termal adalah usaha dan/atau kegiatan SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA TERMAL MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang

Lebih terperinci

EVALUASI PENGOPERASIAN POMPA SISTEM PENDINGIN SEKUNDER UNTUK MENUNJANG OPERASI REAKTOR RSG-GAS

EVALUASI PENGOPERASIAN POMPA SISTEM PENDINGIN SEKUNDER UNTUK MENUNJANG OPERASI REAKTOR RSG-GAS EVALUASI PENGOPERASIAN POMPA SISTEM PENDINGIN SEKUNDER UNTUK MENUNJANG OPERASI REAKTOR RSG-GAS ABSTRAK 40 Pardi 1, Banyu Rizki Fauzan 2 1,2 PRSG-BATAN Kawasan Puspiptek Gd. 30 Serpong, 15310 E-mail: adem@batan.go.id

Lebih terperinci

FORMAT DAN ISI LAPORAN ANALISIS KESELAMATAN REAKTOR NONDAYA

FORMAT DAN ISI LAPORAN ANALISIS KESELAMATAN REAKTOR NONDAYA 2012, No.758 6 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN LAPORAN ANALISIS KESELAMATAN REAKTOR NONDAYA FORMAT DAN ISI LAPORAN ANALISIS

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Hasil Percobaan Pengumpulan data hasil percobaan diperoleh dari beberapa pengujian, yaitu: a. Data Hasil Pengujian Sampel Awal Data hasil pengujian

Lebih terperinci

SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA

SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA PENDAHULUAN Disamping sebagai senjata nuklir, manusia juga memanfaatkan energi nuklir untuk kesejahteraan umat manusia. Salah satu pemanfaatan energi nuklir secara

Lebih terperinci

REAKTOR PEMBIAK CEPAT

REAKTOR PEMBIAK CEPAT REAKTOR PEMBIAK CEPAT RINGKASAN Elemen bakar yang telah digunakan pada reaktor termal masih dapat digunakan lagi di reaktor pembiak cepat, dan oleh karenanya reaktor ini dikembangkan untuk menaikkan rasio

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN TERAS SERTA PENANGANAN DAN PENYIMPANAN BAHAN BAKAR NUKLIR PADA

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN MANAJEMEN PENUAAN REAKTOR NONDAYA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN MANAJEMEN PENUAAN REAKTOR NONDAYA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN MANAJEMEN PENUAAN REAKTOR NONDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang

Lebih terperinci

Dapat juga digunakan sebuah metode yang lebih sederhana: Persentase kehilangan panas yang disebabkan oleh gas kering cerobong

Dapat juga digunakan sebuah metode yang lebih sederhana: Persentase kehilangan panas yang disebabkan oleh gas kering cerobong MODUL 4 Dapat juga digunakan sebuah metode yang lebih sederhana: Persentase kehilangan panas yang disebabkan oleh gas kering cerobong Tahap 5: Menghitung efisiensi boiler dan rasio penguapan boiler 1 Efisiensi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN BAB 4 HASIL DAN BAHASAN 4.1 Hasil dan Bahasan 4.1.1 Penentuan Suku Cadang Prioritas Untuk menentukan suku cadang prioritas pada penulisan tugas akhir ini diperlukan data aktual permintaan filter fleetguard

Lebih terperinci

FORMAT DAN ISI BATASAN DAN KONDISI OPERASI REAKTOR NONDAYA. I. Kerangka Format Batasan dan Kondisi Operasi Reaktor Nondaya

FORMAT DAN ISI BATASAN DAN KONDISI OPERASI REAKTOR NONDAYA. I. Kerangka Format Batasan dan Kondisi Operasi Reaktor Nondaya LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI REAKTOR NONDAYA FORMAT DAN ISI BATASAN DAN KONDISI OPERASI REAKTOR NONDAYA I. Kerangka Format

Lebih terperinci

BAB IV GEOKIMIA AIR PANAS

BAB IV GEOKIMIA AIR PANAS 4.1 Tinjauan Umum. BAB IV GEOKIMIA AIR PANAS Salah satu jenis manifestasi permukaan dari sistem panas bumi adalah mata air panas. Berdasarkan temperatur air panas di permukaan, mata air panas dapat dibedakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL 4.1. Analisis Curah Hujan 4.1.1. Ketersediaan Data Curah Hujan Untuk mendapatkan hasil yang memiliki akurasi tinggi, dibutuhkan ketersediaan data yang secara kuantitas dan kualitas

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG IZIN BEKERJA PETUGAS INSTALASI DAN BAHAN NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG IZIN BEKERJA PETUGAS INSTALASI DAN BAHAN NUKLIR PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG IZIN BEKERJA PETUGAS INSTALASI DAN BAHAN NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang

Lebih terperinci

Kombinasi Proses Filtrasi dan Ion Exchange Secara Kontinu pada Pembuatan Aquadm (Demineralized Water)

Kombinasi Proses Filtrasi dan Ion Exchange Secara Kontinu pada Pembuatan Aquadm (Demineralized Water) Chemica Kombinasi Proses Filtrasi dan Ion Exchange Secara Kontinu pada Pembuatan Aquadm (Demineralized Water) Reni Desmiarti, Munas Martynis, Jeni Novita, Nanda Saputra Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan dan kajian. Adapun hasil-hasil

Lebih terperinci

[ PTRKN BATAN ] 2012 BATAN [ B.20] [DESAIN PERISAI DAN DOSIMETRI REAKTOR RISET INOVATIF. [ Amir Hamzah, Pudjijanto, Ardani, Rokhmadi, Sriawan ]

[ PTRKN BATAN ] 2012 BATAN [ B.20] [DESAIN PERISAI DAN DOSIMETRI REAKTOR RISET INOVATIF. [ Amir Hamzah, Pudjijanto, Ardani, Rokhmadi, Sriawan ] BATAN [ B.20] [DESAIN PERISAI DAN DOSIMETRI REAKTOR RISET INOVATIF BERBAHAN BAKAR TINGKAT MUAT TINGGI] [ Amir Hamzah, Pudjijanto, Ardani, Rokhmadi, Sriawan ] [ PTRKN BATAN ] 2012 LATAR BELAKANG Kondisi

Lebih terperinci

VI. UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM

VI. UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM 75 VI. UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM A. Unit Utilitas Seperti halnya dengan pabrik-pabrik kimia lainnya, pada pabrik pembuatan Sodium Styrene Sulfonate dari 2-bromo ethyl benzene dan sulfur triokside

Lebih terperinci

PENYIAPAN LARUTAN URANIL NITRAT UNTUK PROSES KONVERSI KIMIA MELALUI EVAPORASI

PENYIAPAN LARUTAN URANIL NITRAT UNTUK PROSES KONVERSI KIMIA MELALUI EVAPORASI PENYIAPAN LARUTAN URANIL NITRAT UNTUK PROSES KONVERSI KIMIA MELALUI EVAPORASI S u n a r d i Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN ABSTRAK PENYIAPAN LARUTAN URANIL NITRAT UNTUK PROSES KONVERSI KIMIA

Lebih terperinci

Waste Acceptance Criteria (Per 26 Feb 2016)

Waste Acceptance Criteria (Per 26 Feb 2016) Waste Acceptance Criteria (Per 26 Feb 2016) No Jenis Karakteristik Pewadahan Keterangan 1. cair aktivitas total radionuklida pemancar gamma: 10-6 Ci/m 3 2.10-2 Ci/m 3 (3,7.10 4 Bq/m 3 7,14.10 8 Bq/m 3

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN : Pemetaan Sebaran Kandungan ph, TDS, dan Konduktivitas Air Sumur Bor (Studi Kasus Kelurahan Sengkuang Kabupaten Sintang Kalimantan Barat) Leonard Sihombing a, Nurhasanah a *, Boni. P. Lapanporo a a Prodi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 60 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil dan Pengumpulan Data 4.1.1 Penentuan Lini Produksi Kritis Pada pengolahan data tahap ini dilakukan perbandingan total kerusakan yang terjadi pada ketiga lini produksi

Lebih terperinci

PENGARUH KANDUNGAN LIMBAH RESIN DAN BAHAN ADITIF (BETONMIX) TERHADAP KARAKTERISTIK HASIL SEMENTASI

PENGARUH KANDUNGAN LIMBAH RESIN DAN BAHAN ADITIF (BETONMIX) TERHADAP KARAKTERISTIK HASIL SEMENTASI Jurnal Teknologi Pengelolaan Limbah (Journal of Waste Management Technology), ISSN 1410-9565 Volume 13 Nomor 1 Juni 2010 (Volume 13, Number 1, June, 2010) Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (Radioactive

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Pada Bab empat ini berisi mengenai hasil pengukuran alat yang dirancang beserta perbandingan terhadap hasil dari pengukuran oleh alat pembanding dan analisa dari alat yang

Lebih terperinci

NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY

NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Surakarta Lecture Presentation NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY By : NANIK DWI NURHAYATI, S,Si, M.Si Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan

Lebih terperinci

PENGUKURAN SIFAT TERMAL ALLOY ALUMINIUM FERO NIKEL MENGGUNAKAN ALAT DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER

PENGUKURAN SIFAT TERMAL ALLOY ALUMINIUM FERO NIKEL MENGGUNAKAN ALAT DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER ISSN 979-409 PENGUKURAN SIFAT TERMAL ALLOY ALUMINIUM FERO NIKEL MENGGUNAKAN ALAT DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER Yanlinastuti, Sutri Indaryati Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN ABSTRAK PENGUKURAN

Lebih terperinci

ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR. Mardini, Ayi Muziyawati, Darmawan Aji Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR. Mardini, Ayi Muziyawati, Darmawan Aji Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR Mardini, Ayi Muziyawati, Darmawan Aji Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR. Telah dilakukan analisis limbah

Lebih terperinci

MODIFIKASI PANEL LISTRIK SISTEM LAPISAN AIR HANGAT KOLAM REAKTOR SERBA GUNA GA. SIWABESSY

MODIFIKASI PANEL LISTRIK SISTEM LAPISAN AIR HANGAT KOLAM REAKTOR SERBA GUNA GA. SIWABESSY MODIFIKASI PANEL LISTRIK SISTEM LAPISAN AIR HANGAT LAM REAKTOR SERBA GUNA GA. SIWABESSY M. Taufik, Kiswanto, Teguh Sulistyo, Yuyut S Subbidang Sistem Elektrik Bidang Sistem Reaktor Pusat Reaktor Serba

Lebih terperinci

CONTOH KEJADIAN AWAL TERPOSTULASI. Kejadian Awal Terpostulasi. No. Kelompok Kejadian Kejadian Awal

CONTOH KEJADIAN AWAL TERPOSTULASI. Kejadian Awal Terpostulasi. No. Kelompok Kejadian Kejadian Awal LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR NONDAYA CONTOH KEJADIAN AWAL TERPOSTULASI Kejadian Awal Terpostulasi No. Kelompok

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR NONDAYA

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR NONDAYA LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR NONDAYA - 2 - CONTOH KEJADIAN AWAL TERPOSTULASI Kejadian Awal Terpostulasi No. Kelompok

Lebih terperinci

PENGARUH KUAT ARUS PADA ANALISIS LIMBAH CAIR URANIUM MENGGUNAKAN METODA ELEKTRODEPOSISI

PENGARUH KUAT ARUS PADA ANALISIS LIMBAH CAIR URANIUM MENGGUNAKAN METODA ELEKTRODEPOSISI ISSN 1979-2409 PENGARUH KUAT ARUS PADA ANALISIS LIMBAH CAIR URANIUM MENGGUNAKAN METODA ELEKTRODEPOSISI Noviarty, Darma Adiantoro, Endang Sukesi, Sudaryati Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN ABSTRAK

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF TINGKAT RENDAH DAN TINGKAT SEDANG

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF TINGKAT RENDAH DAN TINGKAT SEDANG PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF TINGKAT RENDAH DAN TINGKAT SEDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. panasbumi di permukaan berupa mataair panas dan gas. penafsiran potensi panasbumi daerah penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. panasbumi di permukaan berupa mataair panas dan gas. penafsiran potensi panasbumi daerah penelitian. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek yang akan diamati dalam penelitian ini adalah manifestasi panasbumi di permukaan berupa mataair panas dan gas. Penelitian dikhususkan kepada aspek-aspek

Lebih terperinci

PENGOPERASIAN SISTEM AIR ElEBAS MINERAL SEBAGAI PENUNJANG PENGOLAHAN LlMBAH RADIOAKTIF. Sri Maryanto Pusat Teknologi Limbah RAdioaktif, BATAN

PENGOPERASIAN SISTEM AIR ElEBAS MINERAL SEBAGAI PENUNJANG PENGOLAHAN LlMBAH RADIOAKTIF. Sri Maryanto Pusat Teknologi Limbah RAdioaktif, BATAN --- ---~----- -- - --- - -- ------- - -- ---- - - ------- -- Hasi/ Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahlln 2006 ISSN 0852-2979 PENGOPERASIAN SISTEM AIR ElEBAS MINERAL SEBAGAI PENUNJANG PENGOLAHAN LlMBAH RADIOAKTIF

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil Percobaan Percobaan proses demineralisasi untuk menghilangkan ionion positif dan negatif air PDAM laboratorium TPA menggunakan tangki penukar ion dengan

Lebih terperinci

Teknik Pengolahan Data

Teknik Pengolahan Data Universitas Gadjah Mada Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Prodi Magister Teknik Pengelolaan Bencana Alam Teknik Pengolahan Data Tabel dan Grafik Organisasi Data Koleksi data sta;s;k perlu disusun (diorganisir)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini 43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Proses elektrokoagulasi terhadap sampel air limbah penyamakan kulit dilakukan dengan bertahap, yaitu pengukuran treatment pada sampel air limbah penyamakan kulit dengan menggunakan

Lebih terperinci

Rancang Bangun Pembangkit Listrik dengan Sistem Konversi Energi Panas Laut (OTEC)

Rancang Bangun Pembangkit Listrik dengan Sistem Konversi Energi Panas Laut (OTEC) Rancang Bangun Pembangkit Listrik dengan Sistem Konversi Energi Panas Laut (OTEC) Oleh : Andhika Pratama Yassen (4303 100 029) Dosen Pembimbing: Ir. Arief Suroso, M.Sc Ir. Mukhtasor M.Eng. Ph.D OTEC atau

Lebih terperinci

PEMBUATAN AQUADM (AQUADEMINERALIZED)

PEMBUATAN AQUADM (AQUADEMINERALIZED) PEMBUATAN AQUADM (AQUADEMINERALIZED) DARI AIR AC (AIR CONDITIONER) MENGGUNAKAN RESIN KATION DAN ANION Laila Mustahiqul Falah, Drs. Gunawan, M.Si, Drs. Abdul Haris, M.Si Laboratorium Kimia Analitik, Jurusan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA JUNI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA JUNI 2017 No. 42/08/Th. VIII, 1 Agustus PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA JUNI Nilai ekspor Sulawesi Tenggara pada bulan Juni tercatat US$19,83 juta atau mengalami penurunan sebesar 17,03 persen dibanding

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reaktor nuklir membutuhkan suatu sistem pendingin yang sangat penting dalam aspek keselamatan pada saat pengoperasian reaktor. Pada umumnya suatu reaktor menggunakan

Lebih terperinci

PRARANCANGAN SISTEM LOADING DAN UNLOADING PADA KOLOM PENUKAR ION PENGOLAH LIMBAH RADIOAKTIF

PRARANCANGAN SISTEM LOADING DAN UNLOADING PADA KOLOM PENUKAR ION PENGOLAH LIMBAH RADIOAKTIF PRARANCANGAN SISTEM LOADING DAN UNLOADING PADA KOLOM PENUKAR ION PENGOLAH LIMBAH RADIOAKTIF Husen Zamroni, R. Sumarbagiono, Subiarto, Wasito Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK PRARANCANGAN SISTEM

Lebih terperinci

1 BAB I BAB I PENDAHULUAN

1 BAB I BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zirkonium dioksida (ZrO 2 ) atau yang disebut dengan zirkonia adalah bahan keramik maju yang penting karena memiliki kekuatannya yang tinggi dan titik lebur

Lebih terperinci

ION. Exchange. Softening. Farida Norma Yulia M. Fareid Alwajdy Feby Listyo Ramadhani Fya Widya Irawan

ION. Exchange. Softening. Farida Norma Yulia M. Fareid Alwajdy Feby Listyo Ramadhani Fya Widya Irawan ION Exchange Softening Farida Norma Yulia 2314100011 M. Fareid Alwajdy 2314100016 Feby Listyo Ramadhani 2314100089 Fya Widya Irawan 2314100118 ION EXCHANGE Proses dimana satu bentuk ion dalam senyawa dipertukarkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN JASA TRANSPORTASI

PERKEMBANGAN JASA TRANSPORTASI CQWWka BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No.15/12/62/Th.X, 1 Desember PERKEMBANGAN JASA TRANSPORTASI Selama Oktober, Jumlah Penumpang Angkutan Laut dan Udara Masing Masing 19.470 Orang dan 136.444 Orang.

Lebih terperinci

JUL LI ,43. senilai US$ juta. 327,07 ribu. senilai. ton atau. Ekspor. negeri yang. perdagangan luar 16,63

JUL LI ,43. senilai US$ juta. 327,07 ribu. senilai. ton atau. Ekspor. negeri yang. perdagangan luar 16,63 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA JUL LI 2015 No. 02/09/Th. VI, 1 September 2015 Nilai ekspor Sulawesi Tenggara pada bulan Juli 2015 tercatat US$ 37,48 juta atau mengalami peningkatan sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan, baik itu kehidupan manusia maupun kehidupan binatang dan tumbuh-tumbuhan. Air adalah merupakan bahan yang sangat vital

Lebih terperinci

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN X STUDI LITERATUR PENGEMBANGAN NANOFLUIDA UNTUK APLIKASI PADA BIDANG TEKNIK DI INDONESIA

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN X STUDI LITERATUR PENGEMBANGAN NANOFLUIDA UNTUK APLIKASI PADA BIDANG TEKNIK DI INDONESIA Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN 2339-028X STUDI LITERATUR PENGEMBANGAN NANOFLUIDA UNTUK APLIKASI PADA BIDANG TEKNIK DI INDONESIA Anwar Ilmar Ramadhan 1*, Ery Diniardi 1, Cahyo Sutowo 1

Lebih terperinci

Optimalisasi Pemakaian NaOH dan HCl untuk Regenerasi Resin Two Bed Water Treatment Plant

Optimalisasi Pemakaian NaOH dan HCl untuk Regenerasi Resin Two Bed Water Treatment Plant Optimalisasi Pemakaian NaOH dan HCl untuk Regenerasi Resin Two Bed Water Treatment Plant Hadi Saroso Departemen Teknik Kimia, Politeknik Negeri Malang, Jl. Soekarno Hatta 64145, Malang, Indonesia, Email:

Lebih terperinci