DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA --------------------------------------------"

Transkripsi

1 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI III DPR-RI KE PROVINSI PAPUA PADA MASA RESES PERSIDANGAN II TAHUN SIDANG I. PENDAHULUAN A. Dasar Kunjungan Kerja 1. Hasil Rapat Koordinasi antara Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Pimpinan Komisi I s/d XI dan Badan Legislasi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia; 2. Pasal 98 ayat (4) huruf f UU Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. 3. Pasal 210 ayat (2) Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat. 4. Keputusan Rapat Badan Musyawarah Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia; 5. Rapat Internal Komisi III DPR RI; 6. Surat Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia No. PW/03041/DPRRI/II/2015 mengenai Kunjungan Kerja Komisi III DPR-RI ke Provinsi Papua. B. Ruang Lingkup Sasaran Kunjungan Kerja meliputi bidang-bidang yang termasuk dalam ruang lingkup tugas Komisi III DPR RI, yaitu Bidang Hukum, Hak Asasi Manusia, dan Keamanan. C. Susunan Tim 1. KETUA TIM /PIMPINAN KOMISI III DPR RI/F- DR. BENNY K HARMAN, SH DEMOKRAT 2. JOHN KENNEDY AZIZ, SH ANGGOTA TIM/F-GOLKAR 3. DRA. WENNY HARYANTO, SH ANGGOTA TIM/F-GOLKAR 4. WIHADI WIYANTO,SH ANGGOTA TIM/ F-P. GERINDRA 5. MARTHIN HUTABARAT,SH ANGGOTA TIM/ F-P. GERINDRA 6. DRS. WENNY WAROUW ANGGOTA TIM/ F-P. GERINDRA 7. I PUTU SUDIARTANA ANGGOTA TIM/ F-P. DEMOKRAT 8. H.MUSLIM AYUB,SH,MM ANGGOTA TIM/ F-P. AMANAT NASIONAL 9. H. YAQUT CHOLIL QOUMAS ANGGOTA TIM/ F-PKB 10. H.TB SOEMANDJAJA, SD ANGGOTA TIM/ F-PKS 11. DRS. AKBAR FAIZAL, Msi ANGGOTA TIM/ F-NASDEM -1-

2 Tim Kunjungan Kerja didampingi staf Sekretariat dan Tenaga Ahli Komisi III DPR RI, Penghubung Kepolisian, Kejaksaan Agung, Mahkamah Agung, BNN dan Penghubung Kementrian Hukum dan HAM. D. Pelaksanaan Kunjungan Kerja Kunjungan Kerja dilaksanakan selama 5 (lima) hari, yaitu dari tanggal 17 Maret sampai dengan 21 Maret E. Objek Kunjungan Kerja Tim Komisi III DPR RI dalam Kunjungan Kerja di Provinsi Papua melakukan kegiatan sebagai berikut: 1. Pertemuan dengan Kapolda Papua beserta jajarannya, Kapolda Papua Barat beserta jajarannya dan Kepala Badan Narkotika Provinsi (BNP) Papua beserta jajarannya; 2. Pertemuan dengan Kakanwil Kementrian Hukum dan HAM Provinsi Papua beserta seluruh jajarannya dan peninjauan Lapas Abupera Jayapura. 3. Pertemuan dengan Kepala Kejaksaan Tinggi Papua beserta jajarannya dan para Kepala Kejaksaan Negeri se-provinsi Papua. 4. Pertemuan dengan Ketua Pengadilan Tinggi Jayapura, Ketua Pengadilan Tinggi Agama, Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara dan Kepala Pengadilan Militer III-19 Jayapura di Provinsi Papua beserta seluruh jajarannya. 5. Pertemuan dengan PT Freeport Indonesia dan kunjungan ke lokasi PT Freeport Indonesia. II. HASIL KUNJUNGAN KERJA A. Pertemuan dengan Kapolda Papua beserta jajarannya, Kapolda Papua Barat beserta jajarannya, dan Kepala Badan Narkotika Provinsi (BNP) Papua beserta jajarannya. Pertemuan Tim Kunjungan Kerja Komisi III DPR RI dengan Kapolda Papua, Kapolda Papua Barat, dan Kepala Badan Narkotika Provinsi (BNP) Papua dilaksanakan pada hari Rabu, 18 Maret 2015, Pukul WIT di Aula Mapolda Papua. Hal-hal yang menjadi pokok pembicaraan dalam pertemuan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Pemaparan dari Kapolda Papua - Alokasi Anggaran Polda Papua Ta Berdasarkan Keputusan Kapolri Nomor:Kep/954/XI/2014 tanggal 28 November 2014 tentang alokasi anggaran satker dilingkungan Polri TA. 2014, Alokasi anggaran Polda Papua TA ditetapkan sebesar Rp ,- yang bersumber dari APBN dan PNBP dan telah dijabarkan ke dalam 12 Program dan 34 kegiatan dengan rincian sebagai berikut : a. Rincian Perbelanja : 1) Belanja Pegawai sebesar Rp ,- 2) Belanja Barang sebesar Rp ,- Rupiah Murni Rp ,- Pnbp Rp ,- 3) Belanja Modal sebesar Rp ,- (Sumber anggaran Rupiah Murni) -2-

3 b. Rincian Perprogram dan kegiatan : 1) Program Dukungan manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Polri sebesar Rp ,- 2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kepolisian sebesar Rp ,- 3) Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Polri sebesar Rp ,- 4) Program Pendidikan dan latihan Aparatur Polri sebesar Rp ,- 5) Program Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kepolisian sebesar Rp ,- 6) Program Pengembangan Strategi Keamanan dan Ketertiban sebesar Rp ,- 7) Program Kerja Sama Keamanan dan Ketertiban sebesar Rp ,- 8) Program Pemberdayaan Potensi Keamanan sebesar Rp ,- 9) Program Pemeliharaan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat sebesar Rp ,- 10) Program Penyelidikan dan Penyidikan Tindak Pidana sebesar Rp ,- 11) Program Penanggulangan Gangguan Keamanan Dalam Negeri Berkadar Tinggi sebesar Rp ,- 12) Program Penyelenggaraan Pembinaan Hukum Kepolisian sebesar Rp ,- - Realisasi penyerapan anggaran Polda Papua Ta Alokasi anggaran TA sebesar Rp ,- realisasi s/d per 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp ,- atau tercapai 92,22 %. Dukungan anggaran yang dialokasikan untuk membiayai kinerja Polda Papua Tahun Anggaran 2014 adalah sebesar Rp ,- yang terdiri dari belanja pegawai Rp ,-, belanja barang Rp ,- dan belanja modal Rp ,-. Dari total besaran alokasi anggaran tersebut sebesar Rp ,- adalah bersumber dari Rupiah Murni dan sisanya sebesar Rp ,- bersumber dari PNBP. Alokasi anggaran TA tersebut secara spesifik pagu belanja barang dan belanja modal masih jauh dari mencukupi untuk mendukung operasional Polda Papua jika dihadapkan pada tantangan tugas yang dihadapi antara lain: 1. Kondisi geografis Papua yang sangat berat dan secara umum harus ditempuh melalui transportasi udara, kondisi ini sangat membatasi mobilitas, koordinasi dan konsolidasi langsung satuan Polda Papua, yang mana kegiatan perjalanan dinas Polda Papua untuk mendukung seluruh kegiatan pada TA teralokasi sebesar Rp ,-. yang dibagi kedalam tiga kegiatan antara lain kegiatan perjalanan dinas rapat kosultasi, konsolidasi, pendidikan dan dinas lainnya sebesar Rp ,-, perjalanan Dinas Mutasi sebesar Rp ,- dan perjalanan dinas pengawasan dan pemeriksaan sebesar Rp ,- Dengan alokasi sebesar ini yang didistribusikan untuk seluruh Satuan kerja jajaran Polda Papua ratarata setiap Polres baru mendapatkan biaya perjalanan dinas dengan kisaran antara Rp. 50 juta sampai dengan 70 juta saja. -3-

4 Untuk mengatasi hal tersebut, Polda Papua setidak-tidaknya masih memerlukan tambahan biaya perjalanan dinas sebesar Rp ,- sehingga total biaya perjalanan Dinas Polda Papua TA menjadi Rp ,- (Pagu Ta sebesar Rp ,- + Rp ,-). 2. Anggaran kegiatan fungsi intelijen Kepolisian Polda Papua pada TA dialokasikan Rp ,- yang diarahkan untuk mendukung kegiatan penyelidikan intelijen dan kegiatan pembentukan dan pembinaan jaringan intelijen. Besaran alokasi anggaran tersebut jika di rata-ratakan dibagi kepada 31 satuan kerja kewilayahan yang menyelenggarakan fungsi intelijen maka kegiatan intelijen rata-rata hanya mampu terbiayai Rp ,- per tahun. Sangat jauh dari memadai dikaitkan dengan tantangan tugas yang harus dihadapi petugas intelijen di lapangan. Apabila dibandingkan dengan alokasi anggaran Polda Papua Ta sebesar Rp ,- anggaran kegiatan fungsi intelijen telah mengalami kenaikan sebesar Rp ,- atau naik 58,48 %. - Terkait penanganan kasus, Tindak Pidana atau kasus kriminalitas yang paling banyak terjadi diwilayah hukum Polda Papua dan yang termasuk Crime Index adalah : 1) Pengroyokan 2) Pemerkosaan 3) Pembunuhan 4) Penganiayaan 5) Penganiayaa ringan 6) Penganiayaan berat 7) Pencurian Kendaraan Bermotor 8) Pencurian Pemberatan 9) Pencurian Kekerasan 10) Penggelapan 11) Penipuan 12) Pengrusakan 13) Narkotika 14) KDRT Data Kasus Crime Index tahun 2013 s/d 2015 adalah sebagai berikut : CT CC

5 Dari data 16 7 grafik 11 7 diatas, 3020 terdapat 28 3 jenis tindak pidana 28 yang sering terjadi 0 dan 23 diwilayah 0 hukum Polda Papua adalah Penganiayaan, Pencurian dengan pemberatan dan Pencurian Kendaraan Bermotor CT CC Penyebab tingginya kasus penganiayaan adalah sebagian besar diakib Data perkara tindak pidana Khusus atau tindak pidana tertentu terutama tindak pidana Kehutanan, Tindak Pidana bidang Energi, dan Sumber daya alam yang sedang ditangani. 1) Tindak pidana Khusus Data Penanganan Perkara Pencucian Uang Bulan Januari 2015 s/d 10 Maret 2015 No JENIS TP PROSES SIDIK HAP I P.19 P.21 JML KET 1 TPPU Sidik JUMLAH Data Kasus Menonjol pada Subdit II Perbankan : a) LP / 157 / VII / 2013 SPKT tanggal 21 juli 2013, Perkara tindak pidana Pencucian uang dengan perkara pokok tindak pidana Korupsi yang dilakukan oleh saudara Bernard Sagrim, MM. Telah dilakukan proses Sidik sampai dengan P.21 dan Tahap II, serta telah mendapatkan Vonis Pengadilan Negeri Tipidkor Manokwari. b) LP/184/XI/2014/SPKT/Polda Papua, tanggal 11 November 2014, Perkara tindak pidana Pencucian uang dengan perkara pokok Pemalsuan Identitas yang dilakukan oleh tersangka SADRAK NAWIPA dengan korban AKBP JEFRI SIAGIAN (Kasubdit III Tidpidkor Dit Reskrimsus Polda Papua). -5-

6 Data Penanganan Perkara Tipidter Bulan Januari 2015 s/d 10 Maret 2015 No JENIS TP PROSES SIDIK HAP I P.19 P.21 JML KET 1 Illegal Logging Migas kss sisa Pertambangan lidik 4 TPPU (Migas) kss sisa 2013 JUMLAH a) LP/57/III/2013/SPKT/Papua, tanggal 21 Maret 2013, dengan TP dibidang Migas yaitu sekitar bulan Desember 2012 sampai dengan bulan Maret 2013 di Dermaga Akademi Perikanan Sorong Barat telah terjadi TP dibidang Minyak dan Gas Bumi yaitu melakukan kegiatan pengangkutan dan niaga bahan bakar minyak tanpa memiliki izin usaha pengangkutan dan izin usaha niaga, yang diduga dilakukan oleh JIMMI LEGESANG dan LABORA SITORUS (pasal 55 KUHP), untuk tersangka LABORA SITORUS telah diproses sampai dengan Tahap II dan telah mendapatkan Vonis Kasasi dari Mahkamah Agung, dan telah menjalani putusan di LP Kota Sorong, sedangkan tersangka JIMMI LEGESANG masih dalam proses Sidik, tersangka DPO. b) LP/65/III/2013/SPKT/Papua, tanggal 28 Maret 2013, dengan TP dibidang Kehutanan yaitu pada tgl 28 Maret 2013 sekitar pkl wit perugas telah menemukan kapal LCT Eura sedang melakukan bongkar kayu olahan di Industri PT. Rotua, setelah dilakukan pemeriksaan thp Nakhoda kapal sdr SELEWANUS BURDAM bahwa kayu olahan ts diangkut dr daerah segun kab. Sorong sebanyak ± 1500 batang, yang diduga dilakukan oleh IMMANUEL MAMORIBO, dan LABORA SITORUS (pasal 55 KUHP), c) LP/107/V/2013/SPKT/Papua, tanggal 14 Mei 2013 dengan perkara tindak pidana pencucian uang dengan perkara pokok tindak pidana minyak dan bumi yang dilakukan oleh LABORA SITORUS, telah diproses sampai dengan Tahap II dan telah mendapatkan Vonis Kasasi dari Mahkamah Agung. d) LP/108/V/2013/SPKT/Papua, tanggal 14 Mei 2013 dengan perkara tindak pidana pencucian uang dengan perkara pokok tindak pidana Kehutanan yang dilakukan oleh LABORA SITORUS, telah diproses sampai dengan Tahap II dan telah mendapatkan Vonis Kasasi dari Mahkamah Agung. e) Kejadian Kebakaran / Pembakaran hutan yang sampai dengan saat ini masih dalam tahap penyelidikan. Beberapa waktu yang lalu diketahui terjadi kebakaran hutan pada area kurang lebih 3 hektar di wilayah Kabupaten Jayapura. - Upaya pencegahan yang direncanakan dan sudah dilakukan terhadap Kejahatan terorganisasi dan Kejahatan Trans Nasional (Illegal Logging, Illegal Fishing, Illegal Mining). 1) Bangun synergitas dengan Crime justice System. 2) Berdayakan Koordinasi dan pengawasan / Korwas PPNS. 3) Kerjasama dengan instansi pemerintah terkait tugas-tugas (Dinas Kehutanan, Dinas Perikanan, Dinas Pertambangan dan Badan Lingkungan Hidup). -6-

7 4) Membuat Surat-surat Telegram sebagai petunjuk arahan ke wilayah (Polres jajaran Polda Papua). 5) Mendatangi tempat-tempat rawan tindak pidana dibidang Kehutanan, Pertambangan, dan tindak pidana Perikanan. - Hambatan dalam melakukan pencegahan terhadap kejahatan-kejahatan tersebut diatas. 1) Terbatasnya jumlah tenaga Ahli. 2) Kasus-kasus yang ditangani Ditreskrimsus memerlukan ahli-ahli yang mayoritas berada diluar Papua dalam hal ini di Jakarta (ahli Migas, Ahli Minerba, dsb). 3) Terbatasnya Sarana Mobilitas dalam melakukan penyelidikan. 4) Luasnya wilayah tugas. 5) Aspek kurangnya SDM secara Kwantitas dan Kualitas. - Selanjutnya mengenai Data penanganan tindak pidana Korupsi : Data Penanganan Perkara Tipidkor Tahun 2014 N PROSES SATKER O SIDIK HAP I P.19 P.21 JML SISA PPKN 1 DITRESKRIM SUS RES JJRN PAPUA RES JJRN P BRT JML Data Penanganan Perkara Tipidkor Bulan Januari 2015 s/d 28 Februari 2015 N PROSES SATKER O SIDIK HAP I P.19 P.21 JML SISA 1 DITRESKRIM SUS RES JJRN PAPUA JML PPKN 1) Laporan Polisi Nomor : LP/04/II/2012/Ditreskrimsus, tgl 1 Februari 2012, dugaan TPK penyalahgunaan dana Hibah/bantuan keuangan Kepada Pemkab Maybrat Ta sebesar Rp ,- dengan tersangka SEFANYA SERAUAN, dkk (Bupati Maybrat, saudara Drs. BERNARD SAGRIM, MM) 2) LP / 157 / VII /2013/SPKT/Papua tanggal 21 juli 2013, Perkara tindak pidana Pencucian uang dengan perkara pokok tindak pidana Korupsi yang dilakukan oleh saudara Bernard Sagrim, MM. Telah dilakukan proses Sidik sampai dengan P.21 dan Tahap II, serta telah mendapatkan Vonis Pengadilan Negeri Tipidkor Manokwari. 3) LP /133/VIII/2014/SPKT/Papua, tanggal 25 Agustus 2014, Dugaan Tindak Pidana Korupsi berupa penyalahgunaan dana HIBAH / BANSOS TA dan TPPU, yang dilakukan oleh SOLEMAN RANTE -7-

8 TOMASSOYAN, S.Sos, M.Si (Kadis GPPKAD Kab. Dugiyai), proses sidik dan telah Tahap I pada tanggal 6 Maret ) LP /10/I/2015/SPKT/Papua, tanggal 14 Januari 2015, Dugaan Tindak Pidana Korupsi berupa penyalahgunaan pengelolaan dana Bantuan Sosial HIBAH / BANSOS TA secara melawan hukum, yang dilakukan oleh Drs. THOMAS TIGI (Bupati Kab. Dugiyai), proses sidik dan telah Tahap I pada tanggal 6 Maret Gejolak atau kerusuhan sosial yang menonjol, yang sering terjadi diwilayah hukum Polda Papua adalah : 1) Perang Suku Perang suku merupakan salah satu cara yang dianggap oleh masyarakat asli Papua sebagai cara mencari keadilan atau cara menyelesaikan masalah yang melibatkan dua atau lebih suku-suku di Papua. Beberapa alasan terjadinya perang suku adalah sengketa batas wilayah / ulayat suku, pembunuhan, perkosaan, penganiayaan dan sebagainya. 2) Penembakan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata. Konflik ini merupakan konflik horizontal yang terjadi melibatkan unsur pemerintahan dengan kelompok masyarakat. Penyebab konflik horizontal ini adalah adanya keinginan dari kelompok masyarakat tertentu memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kelompok masyarakat ini menggunakan senjata yang dimilikinya, melakukan aksi teror dan pembunuhan baik kepada aparat keamanan maupun kepada masyarakat sipil 3) Unjuk Rasa oleh Gerakan Separatis Politik Konflik ini juga merupakan konflik horizontal dengan latar belakang keinginan memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, dilakukan dengan jalan melakukan aksi propaganda berupa unjuk rasa dan demonstrasi dengan melibatkan massa pendukungnya. Aksi demo maupun unjuk rasa ini sering -8-

9 kali dilakukan dengan aksi kekerasan maupun ancaman kekerasan dan kegiatan lainnya yang menimbulkan gangguan kamtibmas lainnya. Upaya yang dilakukan oleh aparat Kepolisian dalam menanggulangi terjadinya perang suku adalah : a) Melakukan lokalisir dan pemisahan antar dua kelompok yang berkonflik dengan menempatkan personil aparat keamanan pada wilayah tempat terjadinya perang suku. b) Melakukan upaya mediasi dengan melibatkan tokoh-tokoh adat dan tokoh-tokoh agama yang berpengaruh pada masing-masing kelompok yang bertikai dengan melibatkan aparatur Pemerintah Daerah. c) Melaksanakan upacara adat penyelesaian masalah. Upaya yang dilakukan oleh aparat Kepolisian dalam menanggulangi konflik vertikal, khususnya yang dilakukan oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB) dan gerakan separatis politik (GSP) adalah : a) Melakukan tindakan preventif berupa pengiriman pasukan Brimob maupun TNI pada daerah-daerah rawan. b) Melakukan pengejaran, penangkapan dan proses hukum terhadap pelaku maupun orang-orang yang terlibat tindak pidana. c) Melakukan kegiatan Operasi Kepolisian Penegakan Hukum terhadap kelompok pelaku dan pengikutnya. 4) Berdasarkan atas hasil penyelidikan, penyidikan dan penelitian yang dilakukan, faktor-faktor utama yang menjadi pemicu munculnya konflik sosial untuk perang suku adalah : a) Adanya keyakinan dan ketaatan terhadap adat istiadat maupun kepala suku dalam menyelesaikan masalah. b) Rendahnya pemahaman akan hukum nasional / hukum positif yang berlaku di Indonesia. c) Adanya salah penafsiran dalam aplikasi penerapan daerah Otonomi khusus dan pengakuan terhadap hak ulayat ataupun hak adat. d) Adanya kebiasaan konsumtif, yang hanya memikirkan keinginan dan kemampuan sesaat, jarang memikirkan atau merencanakan jangka panjang kehidupan perekonomian pribadi maupun kelompoknya. Secara sederhana dikatakan dapat hari ini, habis hari ini e) Konflik perang suku dijadikan lahan untuk mendapatkan keuntungan atau pendapatan. Upaya yang dilakukan dalam mencegah timbulnya perang suku adalah: a) Meningkatkan peran Bhabinkamtibmas sebagai agen deteksi dini terhadap potensi-potensi konflik yang timbul dan terjadi dilingkungan tugasnya. b) Melakukan penggalangan terhadap tokoh-tokoh adat, tokoh agama, tokoh masyarakat untuk ikut bersama menjaga situasi kamtibmas dilingkungan masing-masing. c) Meningkatkan kegiatan Perpolisian Masyarakat berbasis Suku dengan membentuk Forum Komunikasi Antar Suku (FORKAS) -9-

10 d) Melakukan tindakan CEGER (cepat dan segera) menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang timbul dan muncul, yang dimungkinkan akan menimbulkan masalah yang lebih besar yang menjadi potensi munculnya perang suku, dengan melibatkan aparat pemerintah daerah dan tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh agama. e) Melakukan pemetaan potensi konflik dan mendorong pemerintah daerah untuk bersama-sama menyelesaikan akar permasalahan secara tuntas. Di akhir pemaparan, Kapolda Papua menyampaikan beberapa saran masukan dan rekomendasi terkait pelaksanaan tugas anggota Kepolisian di Provinsi Papua. 1. Dalam menanggulangi aksi yang dilakukan oleh KKB maupun GSP, tidak dapat dilakukan secara parsial, namun harus dilakukan secara integral, berkesinambungan dengan melibatkan seluruh stake holder sehingga peran dan campur tangan pemerintah daerah dan pemerintah pusat sangat diperlukan. Dalam hal ini beberapa kelompok pendukung KKB / GSP tersebut telah teridentifikasi seperti KNPB (Komite Nasional Papua Barat), TRWP (Tentara Republik West Papua), TPN / OPM (Tentara Pembebasan Nasional / Organisasi Papua Merdeka), WPNA (West Papua National Army), WPIA (West Papua Interest Agency) yang secara liar bebas melakukan gerakan-gerakan mereka seolah-olah dibiarkan oleh pemerintah. Dalam hal ini Polri kewalahan untuk melakukan penegakan hukum apabila tidak tertangkap tangan atas kegiatan-kegiatan mereka yang melakukan makar atau gerakan membantu KKB. Disarankan melalui Komisi III DPR RI dapat memberikan penegasan kepada semua Stake Holder Pemerintah Daerah maupun Pusat untuk mengumumkan secara transparan organisasi mereka adalah terlarang dan dibubarkan oleh pihak terkait, termasuk larangan terhadap dukungan luar negeri dalam mendukung pergerakan mereka. 2. Aksi yang dilakukan oleh KKB maupun GSP lebih banyak disebabkan alasan kesejahteraan, sehingga pendekatan kesejahteraan (soft approach) merupakan jawaban atas aksi yang dilakukan oleh KKB dan GSP. Pendekatan kesejahteraan yang dilakukan oleh aparat keamanan baik TNI maupun Polri bersifat terbatas dan sementara sehingga diperlukan dukungan dan campur tangan dari Pemerintah. 3. Dalam upaya penegakan hukum, diperlukan persamaan persepsi terhadap penerapan pasal maupun proses hukum serta pasca pemidanaan terhadap para pelaku. Diperlukan intervensi dari aparat CJS tingkat pusat guna singkronisasi pandangan terhadap kegiatan-kegiatan yang berupaya mengganggu keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 4. Dengan mempertimbangkan kondisi wilayah, kondisi alam dan keterbatasan sarana transportasi serta komunikasi, yang menjadikan wilayah Papua sebagai wilayah yang memiliki otonomi khusus, dimohon kiranya dalam penentuan standar biaya umum maupun standar biaya khusus bagi Polri, khusus untuk Polda Papua dilakukan peninjauan kembali terhadap dukungan anggaran baik rutin maupun khusus. Penentuan standar biaya yang digunakan untuk operasional pelaksanaan tugas, dapat disesuaikan dengan kondisi wilayah seperti wilayah terpencil, wilayah perbatasan dan wilayah pegunungan. Standar tersebut dapat menyesuaikan dengan standar biaya yang diberlakukan dilingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Papua pada umumnya dan khususnya pada Pemerintah Daerah baik tingkat Kota maupun kabupaten. 5. Tidak adanya dukungan sewa rumah bagi personil yang bertugas diwilayah papua yang tidak mendapatkan fasilitas rumah dinas dan belum memadainya tunjangan kemahalan yang diterima saat ini bila dibanding dengan kebutuhan harga sembilan bahan pokok yang cukup tinggi di wilayah Papua khususnya wilayah -10-

11 Pegunungan tengah dan wilayah terpencil lainnya di Papua. Tunjangan kemahalan yang ada saat ini mendasari pada surat edaran Dirjen Perbendaharaan Nomor : SE-150 / A / 2002 tanggal 16 September 2002 perihal tunjangan khusus Provinsi Papua. Tunjangan terkecil untuk Bharada dengan indek Rp ,- dan yang terbesar pangkat Inspektur Jenderal dengan indeks Rp ,-. hal tersebut masih jauh dari harapan. Setidaknya ditambahkan 0 digit dibelakang, (Data terlampir). 6. Masih adanya Polres-Polres yang belum memiliki Mako Polres dan asramanya yang representatif, sehingga dianggap perlu untuk segera dibangun sesuai dengan standar bangunan Mapolres / Asrama, antara lain : a. Polres Mappi b. Polres Asmat c. Polres Tolikara d. Polres Lanny Jaya e. Polres Puncak Jaya f. Polres Waropen g. Polres Boven Digoel 7. Terjadi ketidak singkronan antara Skep Kapolda Nomor : Kep / 27 / I / 2012 dan Skep Kapolda Nomor : Kep / 524 / XII / 2012 dengan Peraturan Kapolri Nomor : 5 tahun 2013 dan Peraturan Presiden Nomor 34 tahun 2012 tentang tunjangan khusus untuk personil yang bertugas pada wilayah perbatasan dan pulau-pulau terluar, dimana terdapat wilayah perbatasan dan pulau-pulau terluar yang belum masuk dalam Perkap sehingga tunjangan yang sudah ada menurut Skep Kapolda tidak dapat dibayarkan karena bertentangan dengan Peraturan Kapolri yang menyatakan tidak dapat dibayarkan sehingga dana tersebut dikembalikan kepada negara (Rp. 8,5 Miliyar) antara lain : a. Wilayah Perbatasan 1) Polsek Sota Merauke 2) Polsek Onggaya Merauke 3) Polsek Bupul Merauke 4) Polsek Muting Merauke 5) Polsek Waropko Boven Digoel 6) Polsek Mindiptanah Boven Digoel 7) Polsek Jair Boven Digoel 8) Polsubsektor Sesnuk Boven Digoel 9) Polsubsektor Batom Pegunungan Bintang 10) Polsubsektor Iwur Pegunungan Bintang 11) Polsek Waris Keerom 12) Polsek Senggi Keerom 13) Polsek Arso Keerom 14) Polsek Web Keerom b. Wilayah Pulau Terluar. 1) Polsek Kimam Merauke 2) Polsubsektor Waan Merauke 3) Polsubsektor Pulau Teluk Umar Nabire 4) Polsubsektor Teluk Hariti Nabire 5) Polsubsektor Pulau Mangguandi Biak Numfor 6) Polsubsektor Pulau Adi Jaya Kaimana 7) Polsubsektor Kepulauan Ayau Raja Ampat -11-

12 2. Pemaparan Kapolda Papua Barat Polda Papua Barat resmi terbentuk pada 19 Desember 2014, dan dari sisi administrasi masih bergantung kepada Polda Papua. Masukan yang ingin disampaikan adalah mohon dukungan dari sisi anggaran, karena Polda Papua Barat belum mempunyai gedung kantor sendiri, dan fasilitas rumah dinas pun masih mengontrak. Semoga dengan adanya kemandirian dari sisi Anggaran Polda Papua Barat dapat bekerja dengan lebih baik kedepannya. 3. Pemaparan Kepala Badan Narkotika Provinsi (BNP) Papua Kesimpulan dalam pemarapan yang disampaikan oleh Kepala Badan Narkotika Provinsi Papua yaitu dalam penangulangan bahaya narkoba diperlukan adanya efektifitas program Pencegahan dan Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN). Guna memadainya efektifitas tersebut, maka diperlukan profesionalitas lembaga BNN di wilayah Provinsi Papua yang mampu melakukan : 1.Penindakan dan penanganan penyalahgunaan narkoba secara terus menerus; 2.Penerapan strategi sosialisasi bahaya narkoba bagi seluruh komponen masyarakat untuk terwujudnya ASEAN DRUG FREE 2015 di wilayah Prov. Papua 3.Sinergitas dengan instansi terkait dalam pencegahan dan pengawasan lalu lintas narkoba illegal. 4.Peranserta kepedulian masyarakat dalam mencegah narkoba baik di Instansi Pemerintah maupun lingkungan sekitarnya serta berkomitmen untuk hidup sehat tanpa narkoba. Adapun saran yang disampaikan adalah sebagai berikut : 1.Untuk mendukung gerakan rehabilitasi penyalahguna narkoba disarankan kepada pemerintah daerah untuk membangun tempat rehabilitasi penyalahguna narkoba; 2.Guna mendukung kinerja BNNP Papua disarankan pemerintah daerah untuk memberi hibah lahan guna dibangunnya kantor BNNP Papua. 4. Sesi Tanya Jawab Anggota Komisi III DPR RI dengan Kapolda Papua, Kapolda Papua Barat dan Kepala Badan Narkotika Provinsi Papua Sesi tanya jawab oleh Anggota Komisi III DPR RI terhadap Kapolda Papua, Kapolda Papua Barat dan Kepala Badan Narkotika Provinsi Papua adalah seputar masukan terhadap Kapolda Papua untuk pengamanan yang lebih baik di Provinsi Papua karena Papua merupakan rumah kaca Indonesia yang berita nya sampai ke tingkat internasional. Penanganan kasus-kasus seperti Ilegal Loging, Ilegal Fishing dan Tindak Pidana Korupsi harus menjadi fokus utama Polda Papua. Kemudian pengawasan terhadap orang Asing di Papua juga harus diperhatikan. Terhadap Badan Narkotika Provinsi Papua Anggota Komisi III DPR RI mengharapkan adanya langkah-langkah konkrit agar peredaran narkoba dapat diminimalisir. -12-

13 B. Pertemuan dengan Kepala Kantor Wilayah Hukum dan HAM Provinsi Papua beserta jajarannya Pertemuan Tim Kunjungan Kerja Komisi III DPR RI dengan Kepala Kantor Wilayah Hukum dan HAM Provinsi Papua beserta jajarannya dilaksanakan pada Rabu Malam, 18 Maret 2015 pukul WIT. Hal-hal yang menjadi pokok pembicaraan yang disampaikan oleh Kakanwil Kementrian Hukum dan HAM Provinsi Papua adalah sebagai berikut: - Untuk tahun 2015 pagu definitif yang diterima oleh Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Papua sebesar Rp ,- (Seratus delapan belas milyar enam ratus empat puluh tujuh juta tujuh ratus tiga puluh delapan ribu rupiah) yang terbagi dalam 11 program dengan rincian sebagai berikut: I. ANGGARAN TAHUN 2015 NO PROGRAM PAGU DEFINITIF 2015 PENANGGUNG JAWAB 1 Program Dukungan manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya 2 Program Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Kementerian dan HAM Divisi Administrasi 3 Program Peningkatan Sarana & Prasarana Aparatur Kementerian dan HAM 4 Program Pembinaan & Penyelenggaraan Divisi Pemasyarakatan Pemasayarakatan 5 Program Peningkatan Pelayanan & Penegakan Divisi Keimigrasian Hukum Keimigrasian 6 Program Pembentukan Hukum Program Pemajuan HAM Program Penelitian & Pengembangan Kementerian Hukum dan HAM Divisi Yankumham 9 Program Pembinaan Hukum Nasional Program Administrasi Hukum Umum Program Pembinaan / Penyelenggaraan HKI Jumlah Realisasi penyerapan anggaran 2014 Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Papua sampai dengan 31 Desember 2014 mencapai 98,33% dengan rincian sebagai berikut: - Mengenai kebutuhan dukungan anggaran dalam upaya meningkatkan pelaksanaan tugas dan fungsi adalah sebagai berikut : a. Belanja Pegawai 1) Sejak tahun 2002 tunjangan kemahalan Papua khusus instansi vertikal tidak mengalami kenaikan mengingat kebutuhan ekonomi meningkat dari tahun ke tahun sehingga kami mohon tunjangan kemahalan Papua dapat dinaikkan. 2) Sejak tahun 2011 Tunjangan resiko keselamatan untuk petugas pemasyarakatandihapuskan berdasarkan Peraturan Presiden RI Nomor 40 Tahun 2011 Tentang Tunjangan Kinerja Bagi Pegawai Di Lingkungan Kementerian Hukum dan HAM, untuk itu kami mohon kiranya tahun anggaran 2016, anggaran tunjangan resiko dialokasikan kembali. -13-

14 b. Belanja Barang 1) Dengan adanya kebijakan Presiden RI terkait dengan kegiatan yang dilaksanakan menggunakan fasilitas paket meeting dan diganti dengan pemanfaatan aula kanwil maupun unit pelaksana teknis, sedangkan fasilitas yang ada di aula belum memenuhi syarat, contohnya sound system, air conditioner, meja kursi rapat, podium, infokus dan layar, dll sebagian belum tersedia. 2) Peta geografis Papua yang terdiri dari daerah maritim dan pegunungan sehingga tidak dapat dijangkau dengan perjalanan darat sehingga untuk melaksanakan koordinasi, konsultasi, pengawasan dan monitoring sebagian besar menggunakan transportasi udara, untuk itu di mohon biaya perjalanan dinas tidak bisa disamakan dengan daerah lain diluar Papua. c. Belanja Modal 1) Tahun anggaran 2016 Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Papua mengusulkan renovasi Ex Rumah Detensi Imigrasi untuk menjadi gues house (rumah singgah) dan pengadaaan sarana dan prasarana sebesar Rp ,-; 2) Dalam pengusulan anggaran APBN-P 2015 kami telah mengusulkan pembangunan Lapas/Rutan: Pembangunan lanjutan penyelesaian Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Abepura mencakup pembangunan kantor administrasi, pembangunan rumah dinas Kalapas,rumah dinas KPLP, pembangunan mess pegawai, Pengadaan meubelair kantor dan gereja dengan total usulan anggaran Rp ,- Pembangunan lanjutan Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Wamena mencakup pembangunan pagar pembatas jalan, pembangunan blok wanita, pembangunan blok narapidana, pembangunan dapur, pembangunan gereja, pembangunan masjid, pembangunan poliklinik, pembangunan drainase dan normalisasi pagar tembok keliling luar dengan total usulan anggaran Rp ,- Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Timika mencakup pembangunan pagar pembatas jalan, rehabilitasi kantor, pembangunan blok narapidana, rehabilitasi blok wanita, aula, pembangunan dapur, poliklinik, bengkel kerja, ruang kunjungan jalan masuk antar blok dengan total usulan anggaran Rp ,- Pembangunan baru Lembaga Pemasyarakatan Sarmi pada tahun 2012 pemerintah kabupaten sarmi memberikan tanah kepada Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Papua seluas 10 hektar dan pada tahun anggaran 2012telah dialokasikan anggaran untuk pematangan lahan sebesar Rp ,-. Selanjutnya pada tahun 2013 s.d. tahun 2015 usulan pembangunan Lapas Sarmi belum terealisasi. Adapun usulan pembangunan tahap I Lapas Sarmi sebesar Rp ,- Rehabilitasi Balai Pemasyarakatan Merauke mencakup penimbunan, pembangunan jalan lingkungan, pembangunan rumah dinas kopel 2 unit, pembangunan saluran A, pembangunan saluran B, pembangunan saluran C, pembangunan sumur gali, pembangunan menara air, rehab rumah dinas, pembangunan garasi, dan meubelair dengan total usulan anggaran Rp ,- Pembangunan lanjutan penataan ulang Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Narkotika mencakup rehabilitasi kantor Lapas, pembangunan pagar keliling 390 M, rehab blok hunian, pembangunan blok wanita, pembuatan drainase sambungan 278,50 M, pembuatan talud dan perbaikan tangga 33 M, pengecatan pagar tembok, pembangunan aula, pembangunan blok hunian, pembangunan jaringan air, pembangunan jalan lingkungan (160 M ) pembuatan lapangan footsal, dan pengadaan meubelair kantor dengan total usulan anggaran Rp ,- Pembangunan Gedung terbuka, pembangunan Rumah Dinas tipe 45 ; pembangunan Rumah dinas tipe 36, dengan total usulan anggaran Rp ,- -14-

A. PENDAHULUAN. I. Dasar Kunjungan Kerja

A. PENDAHULUAN. I. Dasar Kunjungan Kerja A. PENDAHULUAN I. Dasar Kunjungan Kerja DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI III DPR-RI KE PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PADA MASA RESES DI MASA PERSIDANGAN I TAHUN SIDANG

Lebih terperinci

A. Dasar Kunjungan Kerja Berdasarkan Keputusan Pimpinan DPR-RI Nomor: Tentang...

A. Dasar Kunjungan Kerja Berdasarkan Keputusan Pimpinan DPR-RI Nomor: Tentang... RANCANGAN LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI III DPR-RI KE PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PADA MASA RESES PERSIDANGAN II TAHUN SIDANG 2014-2015 --------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINER INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN ANGGARAN 2012 PENGADILAN TINGGI PEKANBARU

LAPORAN AKUNTABILITAS KINER INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN ANGGARAN 2012 PENGADILAN TINGGI PEKANBARU LAPORAN AKUNTABILITAS KINER INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN ANGGARAN 2012 PENGADILAN TINGGI PEKANBARU PENGADILAN TINGGI PEKANBARU Jl. Jenderal Sudirman No. 315 Pekanbaru Telp/ Fax No. 0761-21523 Email:admin@pt-pekanbaru.go.id

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa informasi merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara LAKIP BNN Tahun 2013

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara LAKIP BNN Tahun 2013 1 KATA PENGANTAR tas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2013. Azas akuntabilitas seperti yang tertuang

Lebih terperinci

Undang Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang : Pengelolaan Lingkungan Hidup

Undang Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang : Pengelolaan Lingkungan Hidup Undang Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang : Pengelolaan Lingkungan Hidup Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 23 TAHUN 1997 (23/1997) Tanggal : 19 SEPTEMBER 1997 (JAKARTA) Sumber : LN 1997/68; TLN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka konservasi sungai, pengembangan

Lebih terperinci

KOMISI INFORMASI PUSAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR LAYANAN INFORMASI PUBLIK

KOMISI INFORMASI PUSAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR LAYANAN INFORMASI PUBLIK KOMISI INFORMASI PUSAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR LAYANAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI INFORMASI Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional dalam

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI

DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI KATA PENGANTAR Suatu tata pemerintahan yang baik membutuhkan adanya penerapan prinsip-prinsip transparansi dan akuntabilitas. Sebagai perwujudan penerapan kedua prinsip tersebut, Direktorat Jenderal Imigrasi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Liwa, Februari 2011 Ketua. ttd. Drs. Sahrudin, SH., MHI NIP. 19590117 198903 1 001

KATA PENGANTAR. Liwa, Februari 2011 Ketua. ttd. Drs. Sahrudin, SH., MHI NIP. 19590117 198903 1 001 1 KATA PENGANTAR Puji syukur pertama tama kita panjatkan kehadirat Allah, Swt. Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat, hidayah dan inayahnya sehingga Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN JALAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN JALAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN JALAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT, Menimbang : a. bahwa jalan sebagai salah satu prasarana

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa setiap orang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur yang merata materiil

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Otonomi Daerah Bidang Kehutanan

Otonomi Daerah Bidang Kehutanan Forests and Governance Programme No. 12/2007 Otonomi Daerah Bidang Kehutanan Implementasi dan Tantangan Kebijakan Perimbangan Keuangan Subarudi Haryatno Dwiprabowo Implementasi dan Tantangan Kebijakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL TAHUN 2005 2025

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL TAHUN 2005 2025 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL TAHUN 2005 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

- 1 - UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

- 1 - UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK - 1 - UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA KABUPATEN/KOTA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Road Map Reformasi Birokrasi

Kata Pengantar. Road Map Reformasi Birokrasi Kata Pengantar P ada tahun 2011, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) dahulu Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) telah berhasil menyusun dokumen usulan dan peta jalan (roadmap) reformasi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PROGRAM PEMBANGUNAN NASIONAL (PROPENAS) TAHUN

PROGRAM PEMBANGUNAN NASIONAL (PROPENAS) TAHUN Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 25 TAHUN 2000 (25/2000) Tanggal: 20 NOVEMBER 2000 (JAKARTA) Sumber: LN 2000/206 Tentang: 2000-2004 PROGRAM PEMBANGUNAN NASIONAL (PROPENAS)

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2013 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2013 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2013 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

REKOMENDASI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) ATAS LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNG JAWABAN (LKPJ) WALIKOTA JAYAPURA AKHIR TAHUN ANGGARAN 2012

REKOMENDASI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) ATAS LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNG JAWABAN (LKPJ) WALIKOTA JAYAPURA AKHIR TAHUN ANGGARAN 2012 REKOMENDASI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) ATAS LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNG JAWABAN (LKPJ) WALIKOTA JAYAPURA AKHIR TAHUN ANGGARAN 2012 Yth. Yth. Saudara Walikota dan Wakil Walikota Jayapura;

Lebih terperinci

Meningkatkan Bela Negara Masyarakat Perbatasan guna Mendukung Pembangunan Nasional dalam Rangka Menjaga Keutuhan NKRI

Meningkatkan Bela Negara Masyarakat Perbatasan guna Mendukung Pembangunan Nasional dalam Rangka Menjaga Keutuhan NKRI Meningkatkan Bela Negara Masyarakat Perbatasan guna Mendukung Pembangunan Nasional dalam Rangka Menjaga Keutuhan NKRI PENDAHULUAN 1. Umum Perjuangan bangsa Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan telah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a ) bahwa kemerdekaan menyampaikan pendapat dan memperoleh

Lebih terperinci