BAB II TINJAUAN TEORITIS. tahun pertama kehidupan anak, seperti yang ditunjukkan oleh keterlambatan dalam
|
|
- Sonny Pranoto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Autistik 1. Pengertian Autistik Autistik adalah hambatan perkembangan yang secara umum tampak di tiga tahun pertama kehidupan anak, seperti yang ditunjukkan oleh keterlambatan dalam interaksi sosial, bahasa yang digunakan dalam perkembangan sosial, bahasa yang digunakan dalam komunikasi sosial, atau permainan simbolik atau imajinatif. Autistik atau disebut juga Sindrom Autisme merupakan kelainan yang disebabkan adanya hambatan pada ketidakmampuan berbahasa yang diakibatkan oleh kerusakan pada otak (Delphie, 2006). Autistik adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal (Baron-Cohen, 1993 dalam Sri Utami Soedarsono Djamaluddin., 2003). 2. Klasifikasi Anak Autistik Autisme digolongkan di antara retardasi mental dan gangguan belajar. Kriteria yang paling sering digunakan adalah yang didefinisikan oleh World Health Organization (WHO, 1987). Definisi gangguan autistik dalam DSM-IV (diagnostic Statistical Manual, edisi ke-4, dikembangkan oleh American Psychiatric Association) (APA, 1994). Definisi gangguan autistik dalam DSM-IV sebagai berikut: a. Terdapat paling sedikit enam pokok dari kelompok 1,2 dan 3 yang meliputi paling sedikit dua pokok dari kelompok 1, paling sedikit satu pokok dari kelompok 2 dan paling sedikit satu pokok dari kelompok 3.
2 1) Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang ditunjukkan oleh paling sedikit dua di antara yang berikut ini: a) Ciri gangguan yang jelas dalam penggunaan berbagai perilaku nonverbal (bukan lisan) seperti kontak mata, ekspresi wajah, gestur, dan gerak isyarat untuk melakukan interaksi sosial. b) Ketidakmampuan mengembangkan hubungan pertemanan sebaya yang sesuai dengan tingkat perkembangannya. c) Ketidakmampuan turut merasakan kegembiraan orang lain. d) Kekurangmampuan dalam berhubungan emosional secara timbal balik dengan orang lain. 2) Gangguan kualitatif dalam berkomunikasi yang ditunjukkan oleh paling sedikit salah satu dari yang berikut ini: a) Keterlambatan atau kekurangan secara menyeluruh dalam berbahasa lisan (tidak disertai usaha untuk mengimbanginya dengan penggunaan gestur atau mimik muka sebagai cara alternatif dalam berkomunikasi). b) Ciri gangguan yang jelas pada kemampuan untuk memulai atau melanjutkan pembicaraan dengan orang lain meskipun dalam percakapan sederhana. c) Penggunaan bahasa yang repetitif (diulang-ulang) atau stereotip (meniru-niru) atau bersifat Idiosinkratik (aneh). d) Kurang beragamnya spontanitas dalam permainan pura-pura atau meniru orang lain yang sesuai dengan tingkat perkembangannya. 3) Pola minat perilaku yang terbatas, repetitif, dan stereotip seperti yang ditunjukkan oleh paling tidak satu dari yang berikut ini: a) Meliputi keasyikan dengan satu atau lebih pola minat yang terbatas atau stereotip yang bersifat abnormal baik dalam intensitas maupun fokus. b) Kepatuhan yang tampaknya didorong oleh rutinitas atau ritual spesifik (kebiasaan tertentu) yang nonfungsional (tidak berhubungan dengan fungsi). c) Perilaku gerakan stereotip dan repetitif (seperti terus menerus membuka tutup genggaman, memuntir jari atau tangan atau menggerakkan tubuh dengan cara yang kompleks. d) Keasyikan yang terus-menerus terhadap bagian-bagian dari sebuah benda. b. Perkembangan abnormal atau terganggu sebelum usia 3 tahun seperti yang ditunjukkan oleh keterlambatan atau fungsi yang abnormal pada paling sedikit satu dari bidang-bidang berikut ini: (1) interaksi sosial, (2) bahasa yang digunakan dalam komunikasi sosial, atau (3) permainan simbolik atau imajinatif. c. Sebaiknya tidak disebut dengan istilah Gangguan Rett, Gangguan Integratif Kanak-Kanak atau Sindrom Asperger. 3. Karakteristik Anak Autistik
3 Karakteristik yang paling penting dari golongan gangguan anak Autistik yaitu terdapatnya gangguan dominan yang terdiri dari kesulitan dalam pembelajaran keterampilan kognitif (pengertian), bahasa, motor (gerakan) dan hubungan kemasyarakatan. Anak berkebutuhan khusus yang paling banyak mendapat perhatian guru diantaranya adalah Anak Autistik (Kauffman & Hallahan, 2005:28-45 dalam Delphie Bandi., 2006). Karakteristik penyandang autisme antara lain sebagai berikut: 1. Senang tidur bermalas-malasan atau duduk menyendiri dengan tampang acuh, muka pucat, dan mata sayu dan selalu memandang ke bawah. 2. Selalu diam sepanjang waktu. 3. Jika ada pertanyaan terhadapnya, jawabannya sangat pelan dengan nada monoton, kemudian dengan suara yang aneh ia akan mengucapkan atau menceritakan dirinya dengan beberapa kata, kemudian diam menyendiri lagi. 4. Tidak pernah bertanya, tidak menunjukkan rasa takut, tidak punya keinginan yang bermacam-macam, serta tidak menyenangi sekelilingnya. 5. Tidak tampak ceria 6. Tidak peduli terhadap lingkungannya terkecuali dengan hal-hal yang disukainya. Secara umum anak Autistik mengalami kelainan dalam berbicara, disamping mengalami gangguan pada kemampuan intelektual serta komunikasi. Hal tersebut dapat terlihat dengan adanya keganjilan perilaku dan ketidakmampuan berinteraksi dengan lingkungan masyarakat sekitarnya. Perilaku ganjil dimiliki oleh anak Autistik ditandai dengan mudah sekali marah bila ada perubahan yang dilakukan pada situasi atau lingkungan tempat ia berada, walau sekecil apapun. Perilaku motorik kasar anak Autistik sebagian ada yang mengalami hambatan. Hal ini dapat terlihat pada anak Autistik yang pada umumnya mendapatkan perlakuan
4 khusus atau spesial dari anggota keluarga ataupun masyarakat sekitarnya. Dalam hal ini membantu berlebihan bahkan melayani sehingga menyebabkan anak ini mengalami gangguan perilaku motorik kasar seperti tidak dapat membantu diri sendiri, memakai baju, memakai baju dalam, mengangkat kedua tangan ke atas dalam waktu yang lama, tidak mampu melakukan gerakan berjongkok, merangkak ataupun gerakan motorik kasar lainnya. Anak Autistik memiliki kebiasaan-kebiasaan unik dan beragam, mereka senang memainkan tangan mereka (hand-flapping) untuk mencari sensasi bunyi. Seringkali mereka mengalami ketergantungan pada suatu benda yang mengeluarkan sensasi bunyi yang cocok bagi mereka, seperti mengetuk botol yang berisi air atau menggoyanggoyangkannya secara perlahan agar menghasilkan bunyi yang berasal dari air yang berada di dalam botol, mengentrung kaleng minuman, atau sekedar memukul sofa atau balon gymnasium untuk mendengarkan pantulan suaranya. Seringkali anak Autistik menunjukkan sikap yang berulang-ulang (repetitif). Misalnya, menggerak-gerakkan badannya dan bergoyang-goyang saat ia sedang duduk di kursi, terkadang mereka juga menunjukkan sikap Idiosinkratik, misalnya secara tibatiba berteriak atau tertawa terbahak-bahak tanpa sebab yang jelas. Bahkan sering melakukan tindakan menyerang orang lain atau menyakiti dirinya sendiri. Pada umumnya hal tersebut biasa terjadi saat keinginan atau maksud mereka tidak dipahami oleh orang-orang di sekitarnya. Saat makan tiba mereka sering menolak makanan yang disajikan di hadapannya, mereka hanya memakan satu jenis makanan dan dimakan hanya sedikit saja.
5 4. Pentingnya Perilaku Motorik Bagi Anak Autistik Aspek motorik adalah aspek yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Tujuan motorik adalah tujuan yang banyak berkenaan dengan aspek motorik atau gerak dari peserta didik. Hasil belajar merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif (kecenderungan untuk berperilaku). Perilaku manusia dalam kehidupan sehari-hari ada yang disebut perilaku motorik. Perilaku motorik yaitu adanya suatu respon yang berupa gerak otot atau anggota tubuh dibawah kontrol sistem persyarafan. Istilah keterampilan gerak dalam bahasa inggris adalah motor skill, motor berarti gerak dan skill berarti keterampilan. Keterampilan gerak dari suatu gerakan dapat diartikan tingkat kemahiran penguasaan sesuatu hal yang memerlukan gerak. Untuk melakukan suatu keterampilan gerak seseorang harus memiliki kemampuan untuk melakukan gerak. Berdasarkan uraian di atas diketahui kemampuan motorik itu adalah kapasitas seseorang yang menjadi dasar untuk melakukan suatu keterampilan gerak. Tujuan dari gerak yaitu azas stimulasi dalam fungsi kehidupan seseorang yakni: motor skill dan perceptualnya, sosial, emosional, dan intelektualnya (Delphie dan Astati, 1990:8) Penguasaan kemampuan motorik menempuh proses, secara bertahap seseorang mengembangkan respon ke dalam suatu pola gerak yang terkoordinasi, terorganisasi dan terpadu. Setiap keterampilan motorik membutuhkan koordinasi otot yang terpilih melakukan suatu gerakan, berkontraksi dan mengalami relaksasi pada waktu yang tepat dan serasi.
6 Perkembangan motorik pada anak Autistik umumnya terhambat. Hal ini terlihat dari motorik kasar (Gross motor) dan motorik halus (Fine motor) kebanyakan anak Autistik yang terbatas. Motorik kasar adalah kemampuan gerak tubuh yang menggunakan otot-otot besar, sebagian besar atau seluruh anggota tubuh dan diperlukan agar anak dapat memfungsikan otot-otot tubuhnya dengan benar seperti duduk, berlari, menendang, naik-turun tangga, berjalan, melompat, merangkak, berguling, menangkap, melempar dan gerak lainnya (Saputra, Y., 2005:18 dalam Sunardi dan Sunaryo, 2006:109). Gerak itu disebut juga sebagai gerak dasar (Saputra, Y., 2005:18). Gerak dasar tersebut dikelompokkan menjadi tiga, yaitu lokomotor, non lokomotor, dan manipulatif (Nurhasan, 2003:28). Gerak dasar ini, biasanya sudah dapat dikuasai oleh anak-anak normal usia 6 tahun (Hurlock, 1978) tapi hal tersebut tidak terjadi pada sebagian anak Autistik dengan usia yang sama.. a. Gerak Lokomotor Lokomotor adalah keterampilan berpindah tempat, yang termasuk ke dalam keterampilan ini diantaranya berjalan, berlari, melompat, berjingkat, dan memanjat. Pada intinya semua keterampilan ini memungkinkan adanya perpindahan lokasi dari tubuh, terutama didorong oleh adanya pengerahan daya internal melalui pengkontraksian otot-otot. Gerakan lokomotor adalah gerakan yang menyebabkan terjadinya perpindahan tempat atau keterampilan yang digunakan untuk memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain.
7 b. Gerak Non-lokomotor Non-lokomotor adalah keterampilan yang memanfaatkan ruas-ruas tubuh sebagai porosnya, dan karenanya tidak menyebabkan tubuh tidak berpindah tempat. Yang termasuk ke dalam keterampilan ini contohnya adalah gerak menekuk dan meregang tubuh, menggerak-gerakkan anggota tubuh ke berbagai arah, melenting dan memilin. Keterampilan jenis ini banyak dipakai dalam gerak-gerak pembentukkan dan kelenturan, termasuk pada pengembangan kekuatan. Gerakan non-lokomotor adalah gerakan yang tidak menyebabkan pelakunya berpindah tempat, seperti menekuk, membengkokan badan, membungkukkan, menarik, mendorong, meregang, memutar, mengayun, memilin, mengangkat, merentang, merendahkan tubuh, dan lain-lain. c. Gerak Manipulatif Manipulatif adalah gerakan yang mengandalkan kemampuan anggota tubuh seperti tangan, kaki, kepala, lutut, paha, maupun dada, untuk memanipulasi objek luar seperti bola dan benda lainnya. Gerak seperti ini adalah menangkap, melempar, memukul, memukul dengan alat, atau menendang, menggiring dan memantulkan bola (Nurhasan, 2003:28). Ketika mereka melakukan gerak dasar tertentu, gerakannya tampak tidak harmonis atau tidak indah dipandang (Amin, 1995) itu diakibatkan oleh adanya gangguan keseimbangan, koordinasi, konsentrasi, dan persepsi (Delphie, 1996:3).
8 Pola-pola gerak di atas merupakan latihan-latihan gerakan dasar bagi anak dalam mempelajari keterampilan gerak motor skill yang lebih kompleks. Pola-pola gerak tersebut dapat diterapkan pada kegiatan pembelajaran anak autistik dengan satu pengertian bahwa disesuaikan dan dipilih sedemikian rupa agar tujuan pembelajaran gerak ini berguna bagi kepentingan gerak untuk anak Autistik. Dalam program latihan keterampilan gerak, ada hal yang perlu diperhatikan terhadap hambatan yang dialami oleh anak Autistik yaitu mengalami hambatan pada koordinasi gerak. Koordinasi adalah kemampuan seseorang dalam melakukan gerak yang dirangkaikan dari satu gerakan ke gerakan lain dengan berurutan dan tidak terputus-putus. Makin kompleks gerak yang dilakukan makin besar tingkat koordinasi yang diperlukan untuk melakukan ketangkasan. Koordinasi berhubungan erat dengan kemampuan gerak motorik lainnya seperti: keseimbangan, kecepatan, kelincahan dan daya tahan. Kemampuan gerak pada masing-masing anak Autistik berbeda, ada yang cepat dan ada yang lambat, hal ini tergantung pada perkembangan anak-anak autis itu sendiri. Jika kita melihat kelemahan anak Autistik dalam kemampuan bergerak, maka hal tersebut merupakan kendala utama yang berpengaruh pada proses pembelajaran tari kijang. Terlebih lagi kurangnya pengalaman gerak anak menuntut pengajar untuk memberikan metode pengajaran yang khusus bagi anak Autistik. Dengan memberikan materi pada anak Autistik melalui pembelajaran seni tari akan meningkatkan perkembangan motoriknya dalam berbagai aspek kehidupan. Pengajaran seni tari pada anak Autistik salah satunya melalui pembelajaran gerak tari kijang sebagai salah satu cara untuk melatih gerak-gerak tubuh anak
9 autis. Penerapan pembelajaran gerak tari kijang dilakukan pada latihan gerak yang mengarah pada koordinasi gerak tubuh anak Autistik, agar dapat meningkatkan gerak tubuhnya secara menyeluruh. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa fungsi gerak sebagai alat dalam bidang pengajaran sebagai berikut: 1. Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan fisik 2. Meningkatkan kesegaran jasmani dan kesehatan 3. Meningkatkan keterampilan gerak 4. Meningkatkan daya nalar dan kecerdasan 5. Menumbuhkan kehidupan yang kreatif, reaktif dan dapat bermasyarakat (Delphie dan Astati dalam Susana. 1998:23). Penjelasan lebih lanjut dalam meningkatkan perilaku motorik atau keterampilan gerak bagi anak, sebagai berikut: Terjadinya peningkatan kemampuan dan keterampilan dalam gerak seseorang bila: a. Seseorang dalam hal ini peserta didik dalam meneliti, menjelajah (eksplorasi) dan menggali potensi gerak tubuhnya. b. Peserta didik dapat memperluas pengalaman dan perkembangan gerak. c. Peserta didik dalam melakukan berbagai pola gerak yang dapat diarahkan kepada prestasi atau kemampuan maksimal. (Delphie dan Astati dalam Susana 1998:23) Kegiatan dalam pengajaran seni tari bertujuan untuk meningkatkan perkembangan anak terhadap kesadaran tubuhnya agar dapat bergerak secara dinamis. Melalui pembelajaran gerak tari kijang yang dilakukan secara teratur di dalam pengajaran seni tari, maka anak dapat mengetahui gunanya melakukan gerak tubuh, terutama pada gerakan-gerakan yang dapat mengaktifkan setiap bagian anggota tubuhnya. Dengan demikian, bahwa sasaran dalam pengajaran seni tari ditekankan pada kemampuan dalam melakukan setiap gerak tubuhnya.
10 B. Pendidikan Seni Tari 1. Pengertian Seni Tari Seni tari merupakan bagian dari kesenian, dan kesenian merupakan bagian dari kebudayaan manusia. Kesenian lahir sebagai manifestasi dari keinginan-keinginan manusia terhadap suatu keadaan atau kondisi penting dari kehidupan, sehingga membutuhkan suatu upaya dari berbagai aspek untuk pencapaiannya. Seni tari telah menjadi salah satu media dalam dunia pendidikan yang arahannya untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya seperti yang tercantum dalam pendidikan nasional. Sebagai media pendidikan, seni tari dijadikan alat untuk mendidik siswa-siswa menuju kedewasaan sesuai dengan tahap-tahap perkembangan secara intelektual maupun emosional. Fungsi pendidikan seni tari antara lain sebagai berikut: a. Sebagai pembawa kemampuan estetik yang membuat anak dapat memahami arti keindahan dan mengenakannya. b. Pembawa kemampuan artistik yang dapat dibedakan atas kemampuan melaksanakan suatu karya seni orang lain dengan baik dan sempurna sesuai dengan tuntutan artistiknya, dan kemampuan menciptakan karya seni sendiri. c. Media pembentukan kepribadian yang di dapat lewat ltihan tari yang dapat membangkitkan dan menumbuhkan sifat dan watak siswa seperti disiplin yang ketat, kerapian, sikap, dan gerak, kecepatan adaptasi, keberanian bertindak, tanggung jawab yang besar, kedalaman penghayatan, keasyikan hobi dan dedikasi serta keuletan. d. Proses pembentukan kepribadian yang damai, dalam kegiatan seni tari diwujudkan oleh aspek-aspek kelarasan, kesesuaian, keseimbangan nilainilai, yang dapat mendatangkan iklim persahabatan, menumbuhkan kepercayaan diri dan mencintai sesama, serta kelanjutan dapat meningkatkan rasa kemanusiaan yang tinggi. e. Penunjuang pembangkit kegairahan belajar yang ditimbulkan oleh nilai-nilai unsur seni, yang selalu mewujudkan dan memelihara dinamika panduan keteraturan dan perkembangan (Wardhana, 1990:11).
11 Pengenalan nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan seni tari tidak hanya berlaku bagi anak normal saja tetapi berlaku pula bagi anak luar biasa. Kegiatan ini dapat berfungsi sebagai terapi langsung maupun tidak langsung dengan metode khusus bagi masing-masing kesulitan yang dialaminya. Mengenai pengertian seni tari, banyak para ahli yang mengemukakan pendapatnya dan memberikan definisi tari yang satu sama lainnya mengandung pengertian yang hampir sama. Tari adalah ekspresi jiwa manusia melalui gerak-gerak yang ritmis dan indah. Gerak yang ritmis bukan merupakan gerak sehari-hari atau natural tetapi gerak-gerak ritmis itu harus distilir supaya indah. Indah dalam artian dapat memberikan kepuasan kepada orang lain. Gerak-gerak yang indah merupakan pancaran jiwa manusia, dan jiwa bisa berupa akal, kehendak dan emosi (Soedarsono, 1972:4) Dengan penjelasan yang dikemukakan oleh para ahli di atas terdapat pengertian yang mendasar tentang tari, yaitu adanya gerak, ritme, dan ekspresi. Seni tari tidak terbatas pada pengungkapan bentuk dan gerak semata, tetapi sesungguhnya tari mempunyai nilai, makna ataupun pesan yang ingin disampaikan melalui simbol-simbol yang dimiliki setiap unsur pendukung tari, tergantung sejauh mana untuk para apresiator mampu untuk mengupas nilai filosofisnya yang terkandung di dalamnya. Tarian mempunyai fungsi dalam beberapa hal antara lain nilai fisik, sosial, nilai budaya, dan nilai hiburan 1) Nilai fisik Sebagai aktivitas yang bergairah yang mengandung banyak ragam gerak tubuh, tarian besar peranannya dalam melatih keterampilan, pengembangan rasa kuat, tentang irama, kekuatan tubuh, keseimbangan, serta ketahanan. 2) Nilai sosial Setiap orang yang belajar tari juga belajar bekerja sama dengan anggota/penari lainnya. Serta belajar bertanggung jawab untuk dapat melakukan bagiannya dalam lingkungan atau rombongannya. Tari melatih untuk tidak berpura-pura terhadap pasangan tarianya. Tari merupakan alat pergaulan yang segar dan terbuka tidak sembunyi-sembunyi. Tarian dapat
12 menggugah gairah rasa segar tanpa maksud-maksud lain di luar itu, menyenangkan bagi penari dan bagi penonton. Tarian juga merupakan alat untuk mengadakan pertemuan dan pergaulan sehat. 3) Nilai budaya Tarian merupakan alat yang ideal untuk dapat mengembangkan saling pengertian bukan hanya antar penari saja, suku bangsa jga antar bangsa. Seseorang belajar tari hanyalah gerakannya saja tetapi bagi yang lain adalah untuk mengenal suku bangsa dan kebudayaannya, keragamannya, pakaian serta keindahan seni suaranya. 4) Nilai hiburan Jangan dilupakan aspek lain dari tarian yaitu segi hiburan, segi kegembiraannya dalam suasana penuh persahabatan di lingkungan sosial, bila dilakukan dengan benar tarian dapat berbuat banyak untuk penyegaran mental serta pengendoran ketegangan emosi. Tarian dapat dilakukan oleh orang kaya atau miskin tanpa perbedaan golongan, bahkan penonton dapat ikut berpartisipasi di dalam tarian tersebut (Atmadibrata, 1979:8). Dalam praktek kegiatan tari ada tahapan bahan pengajaran yang harus dikuasai sesuai dengan kemampuan siswa. Untuk tingkat pemula diberikan gerak-gerak dasar merupakan gerak permulaan yang harus dikuasai siswa sebelum mempelajari tari bentuk. Hal ini bertujuan agar siswa mempunyai bekal keterampilan penguasaan gerak dalam mempelajari tarian. 2. Tari Berfungsi Sebagai Media Pendidikan Terapi di Homeschooling Pada hakekatnya pendidikan kesenian di Homeschooling bertujuan untuk memberikan pengalaman nilai-nilai keindahan kepada siswa sehingga dapat dibentuk menjadi manusia-manusia yang utuh dan memiliki kemampuan untuk berpikir serta perasaan yang seimbang dan harmonis. Tujuan pendidikan kesenian pada tingkat dasar berlaku secara umum tidak terbatas bagi anak normal melainkan anak luar biasa (tidak
13 normal) pun mendapatkan kesempatan yang sama. Karena dalam pendidikan kesenian khususnya pendidikan seni tari sebagai alat mengembangkan ekspresi dan rasa estetik yang dimiliki anak dalam wujud gerak-gerak ritmis yang indah. Kegiatan dalam pengajaran seni tari dapat berfungsi sebagai salah satu terapi gerak di dalam mengatasi hambatan-hambatan yang dialami anak luar biasa pada keadaan gerak tubuhnya secara langsung ataupun secara tidak langsung. Terapi dengan tarian juga dapat diterapkan dalam semua kegiatan pendidikan maupun penyembuhan karena berfungsi pula sebagai wahana untuk mengendurkan otot-otot yang telah kejang bagi mereka yang berkelainan seperti ini selain untuk menumbuhkan atau membangkitkan rasa percaya diri (Delphie dan Astati dalam Susana, 1998:22) Pendidikan terapi (therapy) adalah sejenis penyembuhan untuk membantu individu memiliki kemampuan mendorong dirinya sendiri untuk mengatasi masalah di dalam kehidupannya, serta membantu individu untuk bereaksi dan berintegrasi dengan lingkungan sosialnya. Tari dianggap sebagai bentuk pendidikan terapi (dance therapy), karena gerakan tari dapat diterapkan dalam sistem pembelajaran untuk membantu seseorang dalam rangka penyembuhan meningkatkan daya kepekaan terhadap lingkungannya secara maksimal dalam batas-batas potensinya sendiri (Hadi dalam Sosiologi Tari, 2005:82-84) Pendidikan terapi dengan gerak tari, semata-mata pelembagaan tari tidak ditonjolkan sebagai seni pertunjukkan yang dapat dinikmati atau ditonton secara artistik, tetapi lebih mementingkan arti terapi atau usaha membantu penyembuhan. Oleh karena itu pendidikan ini bukan tujuan seninya atau the meaning of art, tetapi ditujukan
14 kepada hasil atau manfaat. Pendidikan ini dapat diterapkan di lingkungan masyarakat atau sosial yang sedang mengalami gangguan mental atau fisik. Di lingkungan masyarakat yang sedang mengalami gangguan mental secara tibatiba, terutama bagi orang-orang yang sedang sakit karena ketergantungan obat-obat terlarang, seperti narkoba, rokok, maupun jenis minuman keras, sehingga menjadi lemah mental. Sementara gangguan secara fisik untuk memulihkan daya kekuatan, misalnya pendidikan psioterapi atau terapi gerak bagi orang-orang yang sedang terganggu fisiknya karena stroke. Di samping itu untuk pendidikan bagi orang-orang yang sedang mengalami gangguan di atas, pendidikan terapi tari bisa dilakukan bagi anak-anak atau orang dewasa yang sejak pembawaannya kurang normal atau terbelakang mentalnya, seperti pendidikan untuk anak tunagrahita dan anak Autistik. Pelembagaan pendidikan terapi dengan tari atau gerak olah tubuh telah banyak berkembang di dunia maju yang sangat memperhatikan perkembangan sosialnya, seperti perkembangan sosialnya, seperti negara-negara Eropa maupun Amerika. Biasanya pelembagaan pendidikan ini berada di pusat-pusat rahabilitasi, seperti anak-anak cacat, ketergantungan obat-obatan terlarang, maupun rehabilitasi bagi orang-orang yang sedang terganggu mental maupun fisiknya. Dari teori di atas maka terapi dengan gerak tari kemudian diterapkan sebagai salah satu metode pendidikan yang ada di Homeschooling, khususnya untuk anak Autistik.
15 Pendidikan tari atau gerak dapat diharapkan untuk membantu penyembuhan kecerdasan, perkembangan sosial, adaptasi, serta dapat meningkatkan keterampilan gerak (psikomotorik) dalam pemenuhan kebutuhan gerak sehari-hari. Pendidikan seni tari di Homeschooling ini lebih banyak mempertimbangkan keadaan dan kodrat kejiwaan anak. Hal ini menyangkut cara bagaimana merencanakan persiapan pelajaran, melaksanakan proses belajar mengajar, serta menetapkan dan melaksanakan peniliannya. Dengan demikian tercapailah tujuan kurikulum dan pokokpokok bahasan yang selaras dengan kondisi dan kodrat anak yang hidup dalam dunia bermain. Kehidupan anak-anak lebih menyatu dengan alam dan binatang sehingga perilaku dalam kehidupan bermainnya itu tidak lepas dari kaitannya dengan alam dan binatang, cukup jelas bahwa materi gerak yang biasa mereka ungkapkan di dalam belajar menggerakkan anggota tubuh mereka secara teratur itu merupakan wujud-wujud gerak yang senantiasa mereka alami mereka lihat dalam kehidupan mereka sehari-hari atau wujud-wujud gerak yang selaras dengan dunia anak-anak itu sendiri (Rusliana, 1990:2). Pendekatan melalui bermain dapat membantu perkembangan dalam aspekaspek: a. Kognitif (intelegensi) 1) Dapat merangsang imajinasi dan fantasi siswa 2) Membantu mempelajari konsep 3) Memahami mana yag nyata dan tidak 4) Menambah pengetahuan. b. Aspek Emosi yang dapat membantu dalam: 1) Mengekspresikan perasaan 2) Memahami perasaan yang bersifat traumatis misalnya: sakit, kematian, perpisahan dan lain-lain c. Aspek Sosial dapat membantu perkembangan dalam:
16 1) Cara bergaul 2) Bekerjasama dalam bentuk kelompok 3) Memahami aturan-aturan permainan secara alami 4) Mempelajari sikap saling memberi dan menerima, mendukung dan bersimpati satu sama lain 5) Cara berpikir untuk melihat apa kekuatan dan kelemahan dirinya d. Aspek Fisik dapat mengembangkan: 1) Pemahaman dirinya akan perkembangan otot dan kontrol koordinasi gerak 2) Memahami kemampuan motorik kasarnya (Gross Motor) 3) Memahami kemampuan motorik halus (Fine Motor) (Delphie, 2001:3). Berdasarkan ungkapan tersebut di atas, maka keterampilan gerak dapat diterapkan dengan menggunakan pendekatan bermain karena membantu aspek perkembangan di dalam kehidupannya. Penyelenggaraan pendidikan seni tari di Homeschooling yang disesuaikan dengan Sekolah Dasar Luar Biasa telah diatur dalam KTSP (Kurikilum Tingkat Satuan Pendidikan) yang diperuntukan khusus untuk siswa berkebutuhan khusus. Pendidikan seni Budaya dan Keterampilan dilaksanakan di kelas I sampai kelas VI semester 1 dan 2, dengan jumlah jam per minggunya adalah 2 jam pelajaran. Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan tersebut meliputi seni rupa, seni tari, seni musik dan keterampilan. Pada tingkat Sekolah Dasar Luar Biasa, mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan peserta didik. Tujuan kurikulum Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan di Homeschooling adalah agar siswa mempunyai pengetahuan dasar keterampilan dan kreatif serta menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan apresisasi terhadap beragam budaya Nusantara. Materi yang diberikan dalam penelitian sesuai dengan kurikulum yang ada di Homeschooling (terlampir). Bahan pengajaran pendidikan seni tari kelas 5 (lima) di Homeschooling diantaranya:
17 a. Gerak bebas anggota tubuh 1. Gerak bebas yang ekspresif 2. Gerak di tempat 3. Melakukan gerak berpindah 4. Melakukan gerak berputar b. Gerak dasar menari 1. Gerak tangan 2. Gerak kepala 3. Gerak kaki c. Mengenal bentuk tarian 1. Menarikan tari kijang 3. Tari Kijang Sebagai Materi Pembelajaran Seni Tari di Homeschooling Salah satu pengajaran seni tari pada anak Autistic Spectrum Disorder melalui materi tari kijang yang di dalam pengajarannya diselaraskan dengan kemampuan anak sesuai dengan tahap perkembangan jiwa dan intelegensinya. Pada dasarnya, materi yang dipilih untuk tercapainya tujuan pembelajaran, yaitu dengan memberikan materi tari kijang yang diarahkan untuk meningkatkan psikomotorik atau keterampilan gerak anak. Model pembelajaran dalam memberikan materi latihan gerak tari kijang hanya dengan pendemonstrasian gerak oleh peneliti bersama seorang guru tari kemudian dilakukan peniruan oleh anak, namun hal tersebut mempunyai hambatan terhadap penguasaan gerak anak. Hambatan-hambatan yang dialami anak Autistic Spectrum
18 Disorder, antara lain tidak adanya keseimbangan dalam melakukan gerak. Untuk mengatasi akibat tersebut, maka pelajaran seni tari menekankan pada penguasaan gerak dalam melatih menggerakkan beberapa anggota tubuh diantaranya kepala, kaki dan tangan. Penguasaan gerak tersebut sebagai bahan latihan dalam mempelajari tari kijang. Materi pola gerak yang diaplikasikan berorientasi pada gerak seperti kijang yang sedang bermain. Gerak-gerak yang dilakukan berkaitan dengan peniruan gerak kijang yang sedang bermain seperti loncat kaki, gerak kepala ke samping kiri kanan dan gerak tangan menyerupai tanduk kijang. Pemberian nama gerak tari, berdasarkan atas pertimbangan siswa terhadap bentuk gerak, dengan imajinasi seperti kijang yang sedang bermain. Selanjutnya imajinasi tersebut diaplikasikan dalam gerak. Adapun gerakannya terdiri dari 4 gerakan dari tari kijang. Berikut ini adalah tahapan gerak tari kijang yang dijelaskan dalam tabel 2.1 C. Kerangka Berpikir Siswa Autistik kelas IV Homeschooling Kota Bandung Pembelajaran gerak tari kijang Kemampuan psikomotorik Tinjauan Permasalahan Pengaruh gerak tari kijang dalam pengambangan psikomotorik siswa Autistik
19
BAB I PENDAHULUAN. Mendapatkan pendidikan yang layak di Indonesia telah tercantum dalam UUD
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mendapatkan pendidikan yang layak di Indonesia telah tercantum dalam UUD 1945, bab III pasal 3 ayat 1 yang berbunyi : Setiap warga Negara berhak mendapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal, seorang bayi mulai bisa berinteraksi dengan ibunya pada usia 3-4 bulan. Bila ibu merangsang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Orang tua dan guru belum memahami akan perkembangan potensi yang
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Perkembangan Anak Usia Dini Orang tua dan guru belum memahami akan perkembangan potensi yang dimiliki anak karena keterbatasan pengetahuan dan informasi yang dimilikinya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara. Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, seperti yang tercantum dalam Undang Undang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 MOTORIK KASAR 2.1.1 Motorik Kasar Untuk merangsang motorik kasar anak menurut Sujiono, dkk, (2008) dapat di lakukan seperti melatih anak untuk meloncat, memanjat,berlari, berjinjit,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan motorik kasar adalah kemampuan untuk menggunakan otototot besar pada tubuh, sementara kemampuan motorik halus mencakup kemampuan manipulasi kasar (gross
Lebih terperinciMEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina
MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina PENDAHULUAN Pendidikan anak usia dini yang menjadi pondasi bagi pendidikan selanjutnya sudah seharusnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada masa usia dini merupakan pendidikan yang sangat penting untuk anak dalam menerima pertumbuhan dan perkembangannya. Pendidikan bagi anak bukan hanya
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI TARI LAYANG-LAYANG DI TAMAN KANAK-KANAK PRESIDEN 2 PADANG
1 PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI TARI LAYANG-LAYANG DI TAMAN KANAK-KANAK PRESIDEN 2 PADANG Febriani Effendi* Abstrak; Penelitian ini di latarbelakangi oleh rendahnya kemampuan motorik
Lebih terperinciGambar 4.1 Perkembangan Fisik Manusia https://tinycards.duolingo.com/decks/31kdb6vw/stage-of-human-growth-anddevelopment
A. Hakikat Perkembangan Fisik dan Motorik Perkembangan fisik berkaitan dengan adanya pertumbuhan dan perubahan yang terjadi pada tubuh seseorang. Perkembangan fisik mudah teramati dengan ditandai adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain dengan tujuan tertentu. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan selanjutnya. Pendidikan memegang peranan yang sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang diberikan kepada anak dan ditujukan untuk merangsang setiap perkembangan dan pertumbuhan anak dalam memasuki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bukanlah suatu konsep atau praktik yang sederhana, melainkan bersifat kompleks dan menjadi tugas, serta tangggung jawab guru dalam membelajarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan potensi sumber daya manusia serta penerus cita-cita perjuangan bangsa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan potensi sumber daya manusia serta penerus cita-cita perjuangan bangsa dan dalam melaksanakan tanggung jawab tersebut anak perlu mendapat pembinaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap anak berpotensi mengalami masalah dalam belajar,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap anak berpotensi mengalami masalah dalam belajar, hanya saja masalah tersebut ada yang ringan dan ada juga yang masalah pembelajarannya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (tumbuh dan kembang) terjadi bersama dengan golden age (masa peka).
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak Usia Dini (AUD) merupakan kelompok usia yang berada dalam proses perkembangan unik, karena proses perkembangannya (tumbuh dan kembang) terjadi bersama dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak adalah makhluk yang aktif dan dinamis yang senantiasa mempunyai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah makhluk yang aktif dan dinamis yang senantiasa mempunyai kebutuhan untuk bergerak dan melakukan aktifitas. Dalam kesehariannya dunia anak tidak terlepas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anak Usia Dini adalah anak yang berada pada rentang usia dari 0 sampai dengan usia 8 tahun (Solehudin, 1997 : 23). Dan usia ini juga disebut dengan golden
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa usia Taman kanak-kanak adalah masa di mana perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung dengan sangat cepat. Salah satu perkembangan yang sedang berlangsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan
13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia merupakan hal yang bisa dipelajari, baik bentuk maupun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia merupakan hal yang bisa dipelajari, baik bentuk maupun perilakunya (gerakan anggota tubuh). Tubuh manusia akan terlihat kelenturannya apabila sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini merupakan suatu jenjang pendidikan yang berfungsi untuk mengembangkan setiap kemampuan anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak pada rentang usia 4-6 tahun merupakan bagian dari tahapan anak usia dini yang memiliki kepekaan dalam menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan melalui
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PEMBELAJARAN INTERAKTIF KEMAMPUAN GERAK DASAR PADA SISWA SEKOLAH DASAR. Isa Ansori dan Sukardi PGSD FIP UNNES
PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN INTERAKTIF KEMAMPUAN GERAK DASAR PADA SISWA SEKOLAH DASAR Isa Ansori dan Sukardi PGSD FIP UNNES Abstrak Usia siswa Sekolah Dasar merupakan proses pengembangan dan perbaikan kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kandungan hingga usia 8 tahun. Pendidikan bagi anak usia dini dilakukan melalui
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak usia dini (PAUD) merupakan upaya pembinaan dan pengasuhan yang ditujukan kepada anak sejak lahir hingga usia 6 tahun, meskipun sesungguhnya akan
Lebih terperinciTinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik identik denga
Metode Pengembangan Fisik Drs. Rumpis Agus Sudarko, M.S. FIK-UNY Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Millatulhaq, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi setiap individu. Setiap individu memiliki hak yang sama dalam memperoleh pendidikan, seperti yang
Lebih terperinci57. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)
57. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dunia anak adalah dunia bermain, di mana masa ini secara naluriah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia anak adalah dunia bermain, di mana masa ini secara naluriah anak selalu aktif bergerak, dan cenderung menyumbang pada perkembangan, baik terhadap fisik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan jasmani dan kesehatan merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan disekolah - sekolah yang sama kedudukan dan pentingnya dengan mata pelajaran yang
Lebih terperinciPERMAINAN YANG BERORIENTASI PERKEMBANGAN UNTUK ANAK TAMAN KANAK-KANAK
PERMAINAN YANG BERORIENTASI PERKEMBANGAN UNTUK ANAK TAMAN KANAK-KANAK Oleh : Tadkiroatun Musfiroh, M.Hum. (Pusdi PAUD-Lemlit UNY, FBS-UNY, PGTK-UNY) A. Pendahuluan Bermain adalah sarana tumbuh dan berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nurfitri Amelia Rahman, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan anak yang sehat dan normal biasanya dilihat dari bagaimana perkembangan motorik anak tersebut. Terkadang perkembangan motorik dijadikan sebagai
Lebih terperinciPROGRAM TAHUNAN (PROTA)
PROGRAM TAHUNAN (PROTA) Mata Pelajaran : Penjasorkes Kelas : I (Satu) Tingkat Pendidikan : SD Tahun Pelajaran : 2011/2012 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 ASPEK 1: PERMAINAN DAN OLAHRAGA A Gerak Dasar Jalan, Lari,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang telah menikah pastilah mendambakan hadirnya buah hati di tengah-tengah kehidupan mereka, yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan sangatlah penting bagi setiap manusia dalam rangka mengembangkan segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Aktivitas kehidupan sehari-hari tidak akan terlepas dari hal-hal yang berkaitan dengan keterampilan tangan, hal itu menunjukkan betapa pentingnya perkembangan
Lebih terperinci2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini, dihadapkan pada banyak tantangan baik dalam bidang sosial, ekonomi, politik, budaya juga pendidikan. Semakin hari persaingan sumber
Lebih terperinciSEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK
SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK Oleh Augustina K. Priyanto, S.Psi. Konsultan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus dan Orang Tua Anak Autistik Berbagai pendapat berkembang mengenai ide sekolah reguler bagi anak
Lebih terperinciTUJUAN DAN FUNGSI PENJAS
TUJUAN DAN FUNGSI PENJAS Tujuan Pendidikan Jasmani Pengembangan kebugaran jasmani. Pengembangan keterampilan motorik. Pengembangan kognitif. Pengembangan afektif. Physically Educated Person Memiliki keterampilan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak memiliki masa emas untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini Perkembangan anak usia dini merupakan perkembangan yang sangat penting untuk generasi penerus bangsa. Karena anak usia dini merupakan masa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun yang sedang berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental yang paling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) merupakan salah satu bentuk pendidikan pra sekolah yang terdapat dijalur pendidikan sekolah (PP No. 27 tahun 1990). Hal ini
Lebih terperinciAl-Hikmah Jurnal Kependidikan dan Syariah
MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR MELALUI LOMPAT KANGURU PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN Oleh : Rosa Imani Khan, Ninik Yuliani Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Nusantara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hal ini tercantum dalam pembukaan Undang-Undang dasar 1945 alinea ke empat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia pada hakekatnya bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, dan setiap warga Negara berhak mendapat pendidikan yang layak, hal ini
Lebih terperinciModul 3 PPG-Konten Kurikulum 1
B. Pengembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini Pertumbuhan dan perkembangan kemampuan fisik motorik anak akan mempengaruhi cara anak memandang dirinya sendiri dan orang lain. Perkembangan fisik motorik yang
Lebih terperinciuntuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.
57. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari
Lebih terperinciBERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI
BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI Asep Ardiyanto PGSD FIP Universitas PGRI Semarang ardiyanto.hernanda@gmail.com Abstrak Bermain bagi anak usia dini adalah sesuatu yang sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizal Faisal, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pendidikan jasmani merupakan sebuah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani. Melalui proses tersebut, pendidikan jasmani bertujuan untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap
Lebih terperinci2016 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI PEMBELAJARAN TARI KREASI BALI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa fundamental anak ditentukan dari 0-6 tahun (masa anak usia dini). Menurut Sujiono (2009, hlm. 6) anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu sistem Pendidikan Nasional yang diatur dalam UU No.20 Tahun tentang sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang 1945 mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem Pendidikan Nasional yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan
Lebih terperinciII. Deskripsi Kondisi Anak
I. Kondisi Anak 1. Apakah Anak Ibu/ Bapak termasuk mengalami kelainan : a. Tunanetra b. Tunarungu c. Tunagrahita d. Tunadaksa e. Tunalaras f. Tunaganda g. Kesulitan belajar h. Autisme i. Gangguan perhatian
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
175 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Gerak dan irama dalam bentuk lagu dapat digunakan sebagai suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penanganan mempunyai makna upaya-upaya dan pemberian layanan agar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penanganan mempunyai makna upaya-upaya dan pemberian layanan agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Pemberian layanan agar anak dapat tumbuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia anak identik dengan dunia bermain, maka kehidupan anak usia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia anak identik dengan dunia bermain, maka kehidupan anak usia dini tidak lepas dari kegiatan bermain. Setiap anak yang sehat selalu mempunyai dorongan untuk
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. ini, belajar adalah merupakan salah satu proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau hasil
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Mengajar Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman.
Lebih terperinciKEGIATAN LATIHAN GERAK DAN LAGU (JERUK BALI) UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA DINI
KEGIATAN LATIHAN GERAK DAN LAGU (JERUK BALI) UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA DINI Oleh: Ni Kadek Nelly Paspiani, S.Pd TK Negeri Pembina Kotabaru, nelly_paspiani@gmail.com Abstrak
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar Gaya Belajar adalah cara atau pendekatan yang berbeda yang dilakukan oleh seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia pendidikan, istilah gaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikembangkan. Pada rentang usia ini anak mengalami the golden years yang. perkembangannya, termasuk perkembangan fisik-motoriknya.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Pada rentang usia ini anak mengalami the golden years yang merupakan masa emas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas suatu bangsa. Setiap warga negara Indonesia, tanpa membedakan asal-usul, status sosial ekonomi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, menurut Undang-Undang Nomor 20
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan memiliki kecakapan hidup dan mampu mengoptimalkan segenap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk mencetak sumber daya manusia yang diharapkan memiliki kecakapan hidup dan mampu mengoptimalkan segenap potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mandiri ilmu yang dipelajarinya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan kita mentrasfer pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam dunia anak luar biasa istilah tunagrahita kategori ringan memiliki
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Anak Tunagrahita Kategori Ringan 1. Pengertian tentang anak tunagrahita kategori ringan Dalam dunia anak luar biasa istilah tunagrahita kategori ringan memiliki
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Mengajar Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman.
Lebih terperinciTUGAS TUTORIAL III MATA KULIAH METODE PENGEMANGAN FISIK TUTOR ; DIAN BUDIANA, M.PD.
TUGAS TUTORIAL III MATA KULIAH METODE PENGEMANGAN FISIK TUTOR ; DIAN BUDIANA, M.PD. 1. Dasar dari keterampilan motorik anak adalah A. Bahasa B. Bernyanyi C. Menari D. Gerak 2. Salah satu cara untuk mengembangkan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemberi bola kepada si pemukul. Namun pada permaianan kippers si pemukul
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis. 2.1.1 Hakikat Permainan Kippers Pada dasarnya permaianan kippers sama dengan permainan kasti, baik dari segi teknik melempar, menangkap,
Lebih terperinciPERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK MELALUI PENDIDIKAN JASMANI
1 PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK MELALUI PENDIDIKAN JASMANI Pendahuluan Guru-guru pendidikan jasmani (penjas) sudah mengetahui dan menyadari sepenuhnya bahwa aktivitas jasmani di samping mengembangkan aspek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang sedang berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga masa dewasa. Perkembangan yang dilalui tersebut merupakan suatu perubahan yang kontinu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap Warga Negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan. Hak dalam pendidikan diatur sesuai dengan UUD 1945 pasal 31 yang menyatakan bahwa Setiap warga
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan. Nasional, yang dimaksud dengan Pendidikan adalah usaha sadar dan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang dimaksud dengan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keterampilan sosial dan keterampilan berbicara merupakan hal yang paling
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan sosial dan keterampilan berbicara merupakan hal yang paling kodrati dilakukan oleh semua orang. Begitu pula dengan seorang anak, sejak dalam kandungan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Mengajar Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman.
Lebih terperinciBAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya
4 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Perkembangan Balita Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya mengetahui sekelumit pertumbuhan fisik dan sisi psikologinya. Ada beberapa aspek
Lebih terperinciPerilaku gerak dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: (1) kontrol gerak, (2) pembelajaran
Mata Kuliah Kode Mata Kuliah : IOF 220 : Perkembangan Motorik Materi 5: Perkembangan Perilaku Gerak Perkembangan Perilaku Gerak Perilaku gerak dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: (1) kontrol gerak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lakukan sendiri dan bagaimana mereka dapat melakukannya. Perpindahan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa prasekolah adalah waktu untuk mempelajari apa yang dapat mereka lakukan sendiri dan bagaimana mereka dapat melakukannya. Perpindahan berperan penting
Lebih terperinciTUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty
TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI Rita Eka Izzaty SETUJUKAH BAHWA Setiap anak cerdas Setiap anak manis Setiap anak pintar Setiap anak hebat MENGAPA ANAK SEJAK USIA DINI PENTING UNTUK DIASUH DAN DIDIDIK DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menciptakan generasi sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan anak usia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sangat penting bagi keluarga untuk menciptakan generasi sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan anak usia dini merupakan upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan anak merupakan sebuah proses yang indah di mata
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan anak merupakan sebuah proses yang indah di mata orang tua. Karena anak merupakan buah cinta yang senantiasa ditunggu oleh pasangan yang telah menikah.
Lebih terperinciPROGRAM PEMBELAJARAN P J O K KELAS II - SEMESTER 1
PROGRAM PEMBELAJARAN P J O K KELAS II - SEMESTER 1 1 PROGRAM SEMESTER Standar Kompetensi : 1. Mempraktikkan variasi melalui permainan dan aktivitas jasmani, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Lebih terperinciPENJAS ADAPTIF. Yuyun Ari Wibowo
PENJAS ADAPTIF Yuyun Ari Wibowo PENDAHULUAN 1. Sehat itu apa? 2. Anak Luar Biasa itu yang seperti apa? 3. Apa itu Pendidikan jasmani? 4. Apa itu Penjas adaptif? 5. Hubungan Olahraga pendidikan dan Olahraga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu alat merubah suatu pola pikir ataupun tingkah laku manusia dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak memiliki pengetahuan atau keterampilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan karya insan yang terbentuk dari bagian yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan karya insan yang terbentuk dari bagian yang mempunyai hubungan-hubungan fungsional, dalam membantu terjadinya proses transformasi atau
Lebih terperinciPERKEMBANGAN ANAK USIA DINI
PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI Perkembangan anak usia dini merupakan hal penting yang harus diketahui oleh sitiap guru PAUD, sehingga guru dapat memberikan stimulus dengan benar, karena kita yakin ketika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa usia dini merupakan masa keemasan bagi seorang anak, sering disebut masa Golden Age, biasanya ditandai oleh terjadinya perubahan yang sangat cepat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan prasekolah pada dasarnya diselenggarakan dengan tujuan memberikan fasilitas tentang pertumbuhan dan perkembangan anak. Sebagaimana tercantum dalam Undang-undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak adalah karunia yang diberikan oleh Tuhan kepada umatnya. Setiap orang yang telah terikat dalam sebuah institusi perkawinan pasti ingin dianugerahi seorang anak.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk stimulasi potensi-potensi anak, sehingga secara nature dan nurture anak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak - anak adalah aset bangsa. Pada fase pertumbuhan dan perkembangannya anak memerlukan dukungan yang bersifat jasmani dan rohani untuk stimulasi potensi-potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana yang dilakukan sebagai salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam hal mendewasakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pembinaan yang ditujukan kepada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang UU No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir hingga usia
Lebih terperinciPrinska Damara Sastri, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecerdasan emosional akhir-akhir ini menjadi perbincangan yang cukup hangat dikalangan masyarakat, karena dari beberapa penelitian kecerdasan emosional memiliki
Lebih terperinciANALISIS MATERI. Pentingnya meningkatkan perkembangan motorik, diantaranya :
ANALISIS MATERI Dalam buku Anak Prasekolah (2000), masa 5 tahun pertama pertumbuhan dan perkembangan anak sering disebut sebagai masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik ataupun segala kemampuan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Sosialisasi Anak Prasekolah 1. Pengertian Sosialisasi Sosialisasi menurut Child (dalam Sylva dan Lunt, 1998) adalah keseluruhan proses yang menuntun seseorang, yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari dalam kandungan maupun sejak dilahirkan ke bumi. Kemampuan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak memiliki potensi kemampuan serta kecerdasan yang luar biasa, baik dari dalam kandungan maupun sejak dilahirkan ke bumi. Kemampuan yang dimiliki tidak bisa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak Usia Dini (AUD) merupakan kelompok usia yang berada dalam. proses perkembangan unik, karena proses perkembangannya (tumbuh dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak Usia Dini (AUD) merupakan kelompok usia yang berada dalam proses perkembangan unik, karena proses perkembangannya (tumbuh dan kembang) terjadi bersama dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan sebagai salah satu aspek dalam meningkatkan sumber daya manusia yang terus diperbaiki dan direnovasi dari segala aspek. Pendidikan sebagai tempat pertumbuhan
Lebih terperinci