Inovasi Pengendalian Hama Wereng

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Inovasi Pengendalian Hama Wereng"

Transkripsi

1 Agro inovasi Inovasi Pengendalian Hama Wereng Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jl. Ragunan No.29 Pasar Minggu Jakarta Selatan

2 2 AgroinovasI NORMALISASI DAN PENGENDALIAN DINI HAMA WERENG COKLAT PENGAMAN PRODUKSI PADI NASIONAL Prof. Dr. Baehaki S.E, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Jl. Raya No.9, Sukamandi. Subang 14256, Jawa Barat. Telp.(0260) , Fax. (0260) Daerah hot spot wereng coklat Simalungun Tidak serempak, 2010 Pandeglang Subang Pati Banyuwangi Klaten Jember Hot Spot Area serempak, 2011 Dalam membicarakan normalisasi dan pengendalian dini hama wereng coklat untuk mengamankan produksi padi nasional perlu tulisan berseri yang dimulai dari sejarah Pengendalian Hama Terpadu (PHT) sampai Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT), kepentingan dan nilai ekonomi hama, teknologi, re-agroekosistem, sampai sosial budaya. Namun demikian hal itu belum memungkinkan, karena akan menjadi tulisan yang panjang. Oleh karena itu pada tulisan ini akan dipersingkat, dengan harapan dapat memberikan masukaan bagi kebijakan maupun pelanggan teknologi.

3 AgroinovasI 3 Sejak diterapkannya PHT pada 1976 dan dikembangkannya program PHT mulai 1989, dmaka Indonesia telah dikenal sebagai Negara yang sedang berkembang yang berhasil mengemas, mengembangkan dan menerapkan konsep PHT. Dukungan politik untuk mengembangkan dan penerapan PHT secara luas yaitu Intruksi Presiden No.3 tahun 1986 yang melarang 57 formulasi insektisida pada tanaman padi. PHT muncul akibat serangan wereng coklat yang sangat luas dan memberikan kotribusi yang nyata dalam penurunan produksi padi nasional. Di lain pihak Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) muncul mulai 2007 disebabkan produksi padi nasional yang dikawal PHT mengalami pelandaian sejak disekitar 54 juta ton GKg. Berdasar data Ditlin setelah dikompilasi menunjukkan bahwa serangan wereng coklat pada dasawarsa mencapai ha, dasawarsa tercatat ha. Pada dasa warsa serangannya mencapai ha. Pada serangan wereng coklat mencapai ha. Sejak diputarnya PHT di Indonesia, sudah 2 kali terjadi ledakan besar yaitu pada tahun 1998 dan 12 tahun kemudian pada 2010 terjadi ledakan yang melampaui ledakan wereng coklat di tahun Pada kurun waktu terjadi ledakan-ledakan yang kecil dengan luas ledakan kurang dari 50% dibanding ledakan 1998 maupun ledakan wereng coklat Pada tahun 2010 yang baru lewat seluas ha pertanaman padi MP 2009/2010 dan MK 2010 yang membentang dari Banten sampai Jawa Timur terserang wereng coklat dan penyakit kerdil hampa serta kerdil rumput. Dari luas tersebut di atas diantaranya ha mengalami puso. Kegagalan produksi padi tahun lalu akibat perkembangan populasi wereng coklat yang tinggi saat La-Nina 2010 atau musim kemarau yang banyak curah hujannya. Kegagalan pertanaman padi tersebut melampaui kegagalan saat La Nina tahun 1998 dimana wereng coklat menyerang tanaman padi di Jalur Pantura mencapai ha dengan puso mencapai ha. Meluasnya ledakan wereng coklat diakibatkan oleh populasi wereng yang tinggi. Dari hasil tangkapan lampu perangkap di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Nasional (lebih dikenal dengan sebutan BB Padi) diketahui bahwa jumlah wereng coklat mencapai ekor per malam per satu lampu perangkap. Membludaknya jumlah wereng coklat yang terus menerus selama 2 musim pada 2010, di sebabkan oleh pola pertanaman tidak serempak, menanam varietas rentan yang menjadi pemicu (Stagger), praktek budidaya (khusus pemakaian pupuk nitrogen yang mewah dan pengairan selalu tergenang sepanjang fase pertumbuhan tanaman padi). Ledakan wereng coklat juga disebabkan adanya perubahan biotipe wereng coklat dan melemahkan ketahanan varietas, tingginya laju pertumbuhan intrinsic wereng coklat, bahkan kata wamentan ledakan wereng coklat diakibatkan oleh petani maupun petugas lupa PHT dan meremehkan hama. Secara tidak sengaja para petani menggunakan insektisida yang diduga sudah tidak manjur atau adanya

4 4 AgroinovasI pelemahan dosis dan konsentrasi pemakaian insektisida, gagalnya pengendalian di daerah hot spot disebabkan monitoring dan pengendalian dini kurang diperhatikan. Secara ekologi di lapangan ledakan wereng coklat diakibatkan ada rantai makanan yang hilang terutama di jalur pantura. Memasuki awal tahun 2011, baru saja terlepas dari musibah serangan hama wereng coklat dan penyakit kerdil hampa dan kerdil rumput pada tanaman padi. Kejadian serangan wereng coklat dan penyakit menjadi beban yang berat. Oleh karena itu perlu kewaspadaan penuh untuk pertanaman MP 2010/2011 yang diperkirakan mulai panen awal Februari Kita semua termasuk petani, perlu tafakur karena pasti ada yang salah. Hal ini disebabkan bahwa alam yang telah diciptakan dalam keteraturan, sehingga setiap akibat kejadian ada penyebabnya. Direktorat Perlindungan Tanaman pada tahun 2007 menampilkan data kerusakan tanaman padi oleh hama tikus, penggerek batang padi, wereng batang coklat, penyakit tungro, dan penyakit blas selama 5-10 tahun berturut-turut untuk jenis hama/penyakit tersebut mencapai luas , , , dan ha/tahun. Perkiraan susut hasil akibat serangan dari lima jenis organisme pengganggu tanaman (OPT) tersebut mencapai ton gabah kering panen (GKP) tiap musim tanam senilai 424 milyar rupiah bila harga gabah GKP Rp 2.000,-/ kg. Keadaan tersebut terjadi pada kondisi normal sedangkan jika terjadi ledakan, kerugian bisa terjadi lebih luas dengan keparahan yang lebih besar. Pada MT. 2009/1010 dan MT serangan hama dan penyakit berupa tikus, penggerek batang padi, wereng batang coklat, penyakit tungro, dan penyakit blas, hawar daun bakteri dan penyekit kerdil hampa dan kerdil rumput mencapai ha dan pada MT. 2010/2011 diramalkan akan menyerang pada luasan , suatu serangan yang cukup luas. Dari luasan tersebut bila penurunan hasil 1-2 ton saja akibat serangan ringan maka akan ada kehilangan hasil di awal tahun 2011 sebesar ton atau Rp bila harga gabah Rp. 3000/kg, suatu harga yang sangat mahal. Itu bila ramalan tepat, tetapi bila ramalan meleset dengan kerusakan tanaman padi yang lebih besar, maka dapat dibayangkan akan menimbulkan kerugian bagi petani yang lebih besar lagi. Serangan wereng coklat dapat menurunkan produksi padi Nasional. Hal ini terbukti dari angka ramalan II (ARM-II) pada Agustus 2010 produksi padi mencapai ton padahal angka tetap (ATAP) 2009 telah mencapai selisihnya kenaikan produksi hanya ton dengan kenaikan produksi hanya 1.17%. Kenaikan produksi yang rendah ini akan mengganggu stabilitas nasional dalam hal kerawanan pangan. Hal ini disebabkan pada produksi 2008 ke produksi 2009 kenaikannya mencapai 5%. Bila mengacu kepada program P2BN dengan target produksi meningkat 5% maka terjadi penurunan produksi sebesar 3.83%. Di lain pihak produktivitas padi ARM-II 2010 mencapai kw/ha sedangkan ATAP 2009 mencapai kw/ha, sehingga selisihnya hanya 1.13 kw/ha dengan kenaikan produktivitas hanya 2.28%. Serangan wereng coklat pada 2010 merupakan kejadian luar biasa (KLB)

5 AgroinovasI 5 dipandang secara nasional maupun internasional. Dipandang secara Nasional disebabkan: a) Populasi wereng coklat sangat tinggi mengisap cairan sel tanaman yang menimbulkan puso, b) wereng tersebut mentransfer tiga virus padi yang berbahaya yaitu penyakit virus kerdil hampa (VKH) dan virus kerdil rumput tipe 1 (VKRT-1) dan virus kerdil rumput tipe 2 (VKRT- 2), c) Serangan wereng coklat terjadi pasca tercapainya program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) dengan mengusung Jambore SL-PTT di Donohudan Solo pada 2009 Di lain pihak serangan wereng coklat pada 2010 dipandang sebagai kejadian luar biasa (KLB) internasioal karena telah menyerang pertanaman padi di negara Asia Tenggara, Asia Selatan, dan sebagian Asia Tengah. Serangan wereng coklat diikuti dengan memindahkan tiga virus padi yang berbahaya menyebabkan terjadinya penyakit virus kerdil hampa (VKH) dan virus kerdil rumput tipe 1 (VKRT-1) dan virus kerdil rumput tipe 2 (VKRT- 2). Serangan wereng coklat di beberapa negara Asia Tengah dan Asia Tenggara dilengkapi dengan serangan wereng punggung putih yang menyebarkan penyakit Rice black streak dwarf virus (RBSDV) dan RBSDV-2 (Southern Black Streak Dwarf Virus = SBSDV), Atas prakarsa Wamentan untuk membendung laju serangan wereng coklat maka pada tanggal 19 Mei 2010 diselenggarakan Workshop Wereng Coklat Nasional di Kementrian Pertanian di Jakarta sebagai kelanjutan workshop wereng coklat di Sukamandi. Dilanjutkan safari monitoring dan evaluasi pengendalian wereng coklat dan penyakit virus kerdil oleh Dirjentan mulai dari Jawa Barat sampai Bali. Oleh karena itu supaya di 2011 tidak terjadi gejolak hama yang menurunkan produksi padi nasional, maka perlu kiat-kiat kebijakan pengelolaan pertanaman padi di lapangan sebagai sebagai berikut: 1. Perhatikan Daerah Hama Ganda Pengendalian hama dan penyakit harus terencana sejak awal sedemikian rupa dengan berbagai reka perdaya yang penuh kearifan. Reka perdaya dapat dilakukan dengan varietas tahan, waktu tanam yang tepat, pergiliran variatas, dan manipulasi musuh alami. Pengendalian dari satu tempat ke tempat lain akan berbeda, tergantung dari hama dan penyakit yang menyerang, dan tergantung dari sarana dan prasarana produksi. Dari penelaahan kejadian di lapangan, maka daerah hama dan penyakit di Indonesia dibagi dalam kelompok daerah satu hama-penyakit = single dangerous pest area (SDPA) dan daerah dua hama-penyakit = double dangerous pests areas (DDPA), daerah tiga hama-penyakit = triple dangerous pests areas (TDPA), bahkan dapat berkembang ke daerah 4 hama-penyakit = Quartet dangerous pests areas (QDPA). SDPA yang disebabkan oleh tungro terjadi di Sulsel, NTT, Maluku, dan Iran Jaya. SDPA yang disebabkan oleh wereng coklat Aceh, Sumut, Riau, dan Lampung. DDPA yang disebabkan oleh tungro dan wereng coklat adalah Sumbar, jambi, Sumsel, jateng, Yogyakarta, Jatim, Bali, Kalbar, Kalsel, kaltim, Sulut, Sulteng, Sultera, NTB. Di P. Jawa terbentang dari Banten sampai Jawa Timur termasuk QDPA Edisi Mei 2011 No.3415 Tahun XLI

6 6 AgroinovasI yang disebabkan wereng coklat, penggerek, penyakit kerdil hama dan hawar daun bakteri. 2. Pola Pertanaman Serempak Pola pertanaman serempak akibat petani bertanam padi saling mendahului yang dilandasi dengan adanya air selalu mengalir dimulai pada MP 2009/2010 dan musim tanam sebelumnya. Hal ini mengindikasikan pada tahun sebelum 2010, sudah tidak serempak, hama selalu ada, sedikit demi sedikit terjadi penumpukan sumber hama yang menjadi ancaman pada MK Pada daerah ledakan wereng coklat saat ini terlihat ketidak serempakan tanaman dalam satu areal yang terbatas seperti halnya di Jawa Timur (Jember dan Banyuwangi), Jawa Tengah (Klaten, Boyolali, Sukohardjo, Pati, Kudus, dan Demak), Jawa Barat (Subang, Indramayu, Karawang, dan Bekasi), Banten (Pandeglang). Salah satu pemandangan pertanaman padi di Subang, Jawa Barat mengisaratkan pertanaman tidak serempak dengan sebagian petani bertanaman padi saat pertanaman tetangganya rusak berat atau puso karena wereng coklat. Pada daerah yang demikian akan terjadi sumber hama yang tidak hentinya. Berdasar pengalaman di atas, maka sebelum tanam MP 2010/2011, pada Okteober 2010 khususnya antar dinas pertanian Kabupaten Sejalur Pantura, BBPOPT dan BB Padi bertemu di Balai Besar Penelitian Tanaman padi Nasional untuk menbuat Rencana Tindak Lanjut (RTL) pola pertanaman serempak. Hasil yang dicapai sekarang terbentang luas pertanaman seempak yang saat ini berumur 1-2 bulan dalam keadaan sehat. Hasil Tangkapan wereng coklat sampai awal Januari 2011 di BB Padi masih kosong, namun penggerek mulai hadir diikuti dengan penyakit bacterial leaf streak (BLS). Oleh karena itu kepada semua petugas harus waspada. 3. Monitoring, Lampu Perangkap dan Pengendalian Dini Hama Saat pertanaman padi ada di lapangan, segera dilakukan monitoring, jangan sampai terlambat. Hal ini disebabkan perkembangan populasi wereng coklat mengikuti laju pertumbuhan eksponensial. Jangan kaget kalau perkembangan populasi wereng sangat tinggi, karena satu pasang wereng coklat bersayap panjang yang bermigrasi dan hinggap pada tanaman padi maka dalam kurun waktu 20 hari (generasi ke-1) hanya mencapai 146 ekor, kurun waktu 40 hari (generasi ke-2) mencapai ekor, sedangkan pada kurun waktu 62 hari mencapai generasi ke-3 sebagai generasi penghancur mencapai ekor. Saat puso populasi wereng per rumpun mencapai pasang bersayap panjang/rumpun. Pada rumpun padi/ hektar terdapat pasang wereng coklat. Bila semua wereng dari satu hektar bermigrasi dan menyebar acak datang pada tanaman padi muda, maka pada 2 bulan kemudian populasi wereng akan mencapai ekor. Dari jumlah tersebut dengan factor koreksi kemampuan predator menekan wereng sebesar 17.92%, maka populasi wereng yang hidup akan mencapai 3,86-9,67 triliun ekor. Dengan

7 AgroinovasI 7 perhitungan perkembangan populasi dapat diramalkan pada 1 ha pertanaman padi puso dengan tidak ada usaha pengendalian yang baik, maka wereng akan menyebar dan dalam waktu 2 bulan setelah migrasi diramalkan akan terjadi kerusakan berat sampai puso pada areal sekirar ha. Data tersebut sangat mengerikan, sebagai contoh ledakan wereng coklat pada tahun 2010 yang terekam di Jawa dari sumber ledakan wereng coklat seluas 127 ha puso menyebar di Jawa Barat dan menyerang tanaman padi seluas ha, setelah berbagai usaha dilakukan. Apakah akan terulang ledakan wereng coklat di tahun 2011, jawabnya terletak kepada sensitivitas hati dan kinerja kita. Untuk mengatasi tidak terjadi ledakan diperlukan pengendalian tuntas pada generasi ke 1 atau paling lambat harus tuntas pada generasi ke-2. Bila pengendalian sudah generasi ke-3, dapat dipastikan pengendalian tersebut tidak akan berhasil. Oleh karena itu kepada seluruh petani, PHP, PPL dan petugas lapang lainnya harus waspada dan pandai mencermati batas generasi. Usaha pengamatan dini untuk mengatasi kegagalan sangat diperlukan dengan memasang lampu perangkap sebagai indicator ada tidaknya wereng imigran yang datang di pertanaman. Namun sayangnya saat ini tidak ada lampu perangkap terpasng di tingkat kelompok tani, sehingga mereka selalu kebobolan dalam produksi. Pertanyaannya sekarang mampukah para petugas membimbing untuk memasang lampu perangkap di stingkat kelompok tani 4. Tuntaskan Pengendalian Di Daerah Hot Spot dan Perubahan Sop Bantuan Insektisida Daerah hot spot wereng coklat adalah daerah dimana selalu terjadi ledakan wereng coklat untuk setiap tahunnya. Besarnya ledakan tergantung dari musim dan pendukung penyebab ledakan. Daerah hot spot wereng coklat sebenarnya tidak banyak hanya 7 titik saja yaitu Pandeglang di Banten, Karawang dan atau Subang di Jawa Barat, Klaten dan Pati di Jawa Tengah, Jember serta Banyuwangi di Jawa Timur, dan Simalungun di Sumatera Utara. Di lain pihak terdapat titik (bercak-bercak) serangan wereng coklat disekitar daerah hot spot. Kalau kita dapat mengamankan daerah tersebut pada saat generasi ke-1, ada kemungkinan besar tidak akan terjadi ledakan. Dirjen Tanaman Pangan pada 22 Desember 2010 telah mengintruksikan kepada Ditlintan pangan dan BBPOPT supaya serangan wereng coklat segera dikendalikan jangan sampai ada serangan ringan sekalipun. Namun demikian petani pada daerah hot spot dan titik-titik ledakan kesulitan untuk mengendalian hama wereng disebabkan sudah kekurangan biaya akibat puso pada MP 2009/2010 dan MK Bila minta bantuan kepada petugaspun tidak dapat, karena SOP pengeluaran bantuan saat sudah terjadi ledakan yang merugikan dan tidak dikeluarkan saat ada serangan sedang apalagi ringan. Oleh karena itu kalau pertanaman padi MT 2011 akan diamankan pada generasi ke-1, maka SOP bantuan harus segera dirubah yaitu diberikan pada saat pengendalian dini dan bukan saat pemadam kebakaran.

8 8 AgroinovasI 5. Peningkatan Aktivitas dan Kinerja Sl Ptt Produksi padi mulai tahun 90-an sejak diluncurkannya PHT Nasional terus meningkat, dan mencapai plateau (leveling off) pada 2004, 2005, dan 2006 produksi padi tidak beranjak dari 54 juta ton. Pada 2007 dilaksanakan program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) untuk meningkatkan produksi beras 5% (2 juta Ton) dengan meluncurkan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman terpadu (SL-PTT) di unit yang meliputi areal 1.5 juta ha ( setiap unitnya 25 ha) dan setelah dievaluasi pada 2008 dan 2009 ternyata target tersebut dapat dicapai. Produksi padi Nasional tahun 2007, 2008, 2009 berturut-turut mencapai , , ton. Atas kesuksesan tersebut maka Dirjen Tanaman Pangan mengadakan Jambore Nasional SL-PTT di Donohudan -Solo- Jawa Tengah. Juga berdasar kepada kesuksesan tersebut, pada 2010 program SL PTT dilanjutkan kembali pada unit yang meliputi areal sawah 2 juta ha. Namun demikian pada ARM I tahun 2010 hanya mencapai , belum ada lonjakan seperti tahun-tahun yang lalu. Hal ini mungkin disebabkan para petugas dan petani terlena dengan kemenangan peningkatan produksi padi di Donohudan. Padahal kalau mengacu kepada ucapan presiden supaya produksi padi dipacu dengan apapun jalannya untuk mengamankan persediaan beras nasional 6. Waspada terhadap Migrasi Wereng coklat Migrasi wereng coklat secara besar-besaran terjadi pada saat akan mencapai hopperburn baik pada tanaman padi vegetative maupun saat generative. Migrasi wereng coklat dapat terjadi jarak dekat (short distance) hanya belasan kilometer, jarak jauh (long distance) mencapai km, dan gerakan jarak sangat jauh (very long distance). Gerakan migrasi jarak dekat dapat terjadi dalam kabupaten dan antar kabupaten. Gerakan migrasi jarak jauh dapat terjadi antar provinsi atau antar pulau missal antar pulau di Indonesia), sedangkan migrasi jarak sangat jauh dapat terjadi antar Negara atau antar benua, seperti halnya migrasi wereng coklat dari China atau Vietnam ke Negara Jepang dan Korea. Di jalur pantura Jawa Barat telah terjadi migrasi besar-besaran dari pertanaman yang hopperburn ke pertanaman umur 1 bulan dan mendapatkan populasi wereng coklat makroptera ekor/rumpun. Lamanya waktu penerbangan migrasi mencapai 10 hari dan 10 malam, sehingga populasi wereng coklat imigran pada tanaman muda makin bertambah. Pada tanaman muda dari varietas yang rentan dengan populasi imigran tersebut terjadi hopperbun setelah satu minggu penerbangan. Di lain pihak pada tanaman muda dari varietas yang tahan dan agak tahan yang dikendalikan dengan insektisida masih dapat bertahan, namun populasi nimfanya setelah 10 hari dari awal penerbangan mencapai ekor dan menimbulkan puso. 7. Waspada La Nina atau Hujan Berkepanjangan Kejadian awal ledakan hama wereng pada 1998 berbeda dengan tahun Pada saat itu dimulai dengan adanya El-Nino yaitu kemarau panjang sehingga musim

9 AgroinovasI 9 tanam MP 1997/1998 terlambat menyebabkan di beberapa daerah pertanaman menjadi tidak seragam memasuki musim kemarau Ketidak seragaman pertanaman musim hujan diikuti dengan curah hujan tinggi memasuki musim kemarau atau terjadi La-Nina pada pertanaman MK 1998 merangsang ledakan hama wereng coklat dan wereng punggung putih. Dua data di atas yaitu tahun 1998 dan 2010 menunjukkan bahwa La-Nina atau hujan di musim kemarau akan memicu ledakan wereng coklat. Sesuai dengan pembahasan di atas akan memperkuat bahwa adanya curah hujan yang tinggi, kelembaban tinggi dan suhu rendah merupakan keadaan yang cocok untuk perkembangan hama wereng coklat. 8. Hal Lain Yang Menjadi Permasalahan Besar Masyalah besar pertama adalah tidak tersedianya varietas yang tahan wereng coklat untuk menghadapi koloni wereng coklat dilapangan yang telah berkembang menjadi biotipe 3 dan biotipe 4 atau campuran biotipe 2, 3, dan 4. Apa yang harus dilakukan?. Saya kira harus segera ada program khusus perakitan varietas tahan wereng coklat dengan tingkat resistensi yang tinggi, mengembangkan kultivar durable resisten dengan pengembangan galur isogenik, piramiding gen melalui Marker assisted selection (MAS) dan Kombinasi gen mayor/quantitative trait loci (QTLs) dengan mekanisme resistensi berbeda dengan adanya kinerja antixenosis, antibiosis, tolerance. Selain itu perlu memahami mekanisme resistensi cultivar di lapangan untuk memfasilitasi perkembangan kultivar resisten lestari. Perlu segera SOP pengembangkan protokol skrining diberlakukan dengan ketat. Setelah pengetatan skrining wereng coklat sebagai dasar pelepasan varietas perlu dilanjutkan dengan managemen pengendalian wereng dan penyakit kerdil hampa dan yellowing syndrom akibat virus yang disebarkan wereng Masalah besar yang kedua adalah terbatasnya lahan pertanian. Komposisi lahan di dunia adalah 71% lautan, 25% daratan, dan 4% danau air tawar. Hanya 24% dari luas daratan yang potensial dapat ditanami, atau hanya 6% dari semua permukaan tanah. Dari jumlah yang 24% itu hanya 12% untuk tanaman pangan atau hanya 3% saja dari permukaan tanah ini untuk tanaman pertanian atau tanaman pangan. Setelah membahas keberadaan lahan pertanian, pertanyaan yang mendasar mampukah luasan tersebut mengsupport 8.3 milyar penduduk dunia pada tahun Bagaimana Indonesia. Luas lahan pertanian mencapai 46,9 juta ha atau 5.21% dari luas Indonesia, atau 24.63% dari luas daratan. Digunakan untuk sawah hanya 12.35% dari luas total lahan pertanian atau 0.86% dari luas Indonesia atau hanya 4.04% dari luas daratan kita. Mampukah memproduksi padi dari luas tersebut diatas untuk menyokong 263 dan 275 Juta Jiwa penduduk Indonesia di 2020 dan 2025 mendatang?. Hal ini perlu dipertanyakan, sebab untuk menyediakan makan penduduk saat ini banyak sekali gangguannya. Atau perlu dicari terobosan baru supaya produksi rata-rata nasional pencapai lebih dari 6 t GKg/ha untuk mencapai swasembada beras lestari. Edisi Mei 2011 No.3415 Tahun XLI

LAPORAN MINGGUAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN PERIODE 18 MEI 2018

LAPORAN MINGGUAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN PERIODE 18 MEI 2018 LAPORAN MINGGUAN DIREKTORAERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN PERIODE 18 MEI 2018 LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN PADI 1. LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN PADI MK 2018 2. LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN

Lebih terperinci

Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan)

Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan) Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan) Memasuki musim hujan tahun ini, para petani mulai sibuk mempersiapkan lahan untuk segera mengolah

Lebih terperinci

CAPAIAN PRODUKSI PADI TAHUN 2014

CAPAIAN PRODUKSI PADI TAHUN 2014 CAPAIAN PRODUKSI PADI TAHUN 2014 Bahan Rapat Koordinasi Dengan Bupati/Walikota se Provinsi Jawa Timur Terkait Rekomendasi Dewan Pertimbangan Presiden Tentang Ancaman OPT Dan Progrnosa Produksi Padi Tahun

Lebih terperinci

DINAMIKA WERENG COKLAT TANAMAN PADI DI WILAYAH INDONESIA

DINAMIKA WERENG COKLAT TANAMAN PADI DI WILAYAH INDONESIA DINAMIKA WERENG COKLAT TANAMAN PADI DI WILAYAH INDONESIA Sri Hartati Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Selatan Jl. A. Yani Km. 34 Banjarbaru, Kalimantan Selatan e-mail : tatiekmanis@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Press Release PREDIKSI DAMPAK DINAMIKA IKLIM DAN EL-NINO 2014-2015 TERHADAP PRODUKSI PANGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN I. Prediksi Iklim hingga Akhir 2014/Awal 2015 1. Prediksi berbagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family Oryzoideae dan Genus Oryza. Organ tanaman padi terdiri atas organ vegetatif dan organ generatif.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi sawah (Oryza sativa L.) merupakan salah satu komoditas andalan Provinsi

I. PENDAHULUAN. Padi sawah (Oryza sativa L.) merupakan salah satu komoditas andalan Provinsi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Padi sawah (Oryza sativa L.) merupakan salah satu komoditas andalan Provinsi Lampung pada sektor tanaman pangan. Produksi komoditas padi di Provinsi Lampung

Lebih terperinci

APLIKASI MODEL PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN TANAMAN PADI

APLIKASI MODEL PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN TANAMAN PADI APLIKASI MODEL PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN TANAMAN PADI Oleh: Edi Suwardiwijaya Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Jl. Raya Kaliasin. Tromol

Lebih terperinci

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT Handoko Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Lahan sawah intensif produktif terus mengalami alih fungsi,

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Permalan mempunyai peranan penting dalam pengambilan keputusan, untuk perlunya dilakukan tindakan atau tidak, karena peramalan adalah prakiraan atau memprediksi peristiwa

Lebih terperinci

Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *)

Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *) Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *) Oleh : Dr. Ir. Sumarjo Gatot Irianto, MS, DAA Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian *) Disampaikan

Lebih terperinci

1 Menerapkan pola tanam yang teratur dan waktu tanam yang serempak (tidak lebih dari 2 minggu)

1 Menerapkan pola tanam yang teratur dan waktu tanam yang serempak (tidak lebih dari 2 minggu) Hama dan penyakit merupakan cekaman biotis yang dapat mengurangi hasil dan bahkan dapat menyebabkan gagal panen. Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil panen yang optimum dalam budidaya padi, perlu dilakukan

Lebih terperinci

5. Antisipasi Gangguan Bencana Alam dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan

5. Antisipasi Gangguan Bencana Alam dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan 5. Antisipasi Gangguan Bencana Alam dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan Organisme Pengangganggu Tanaman (OPT) utama yang menyerang padi ada 9 jenis, yaitu : Tikus, Penggerek Batang, Wereng Batang

Lebih terperinci

Kontribusi Parameter Iklim Untuk Peringatan Dini Serangan Wereng Batang Coklat (WBC)

Kontribusi Parameter Iklim Untuk Peringatan Dini Serangan Wereng Batang Coklat (WBC) 1234567 89111121234567891111212345678911112123456789111121234567891111212345678911112123456789111121234567891111212345678911112123456789111121234567891111212345678911112123456789111121234567891111212345678911112

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Rismunandar, 1993). Indonesia memiliki beragam jenis beras dengan warna nya

BAB I PENDAHULUAN. (Rismunandar, 1993). Indonesia memiliki beragam jenis beras dengan warna nya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi atau beras merupakan komoditas strategis dan sumber pangan utama untuk rakyat Indonesia. Pemerintah Indonesia sejak tahun 1960 sampai sekarang selalu berupaya

Lebih terperinci

Antisipasi Gangguan Bencana Alam dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan

Antisipasi Gangguan Bencana Alam dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan Antisipasi Gangguan Bencana Alam dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan Organisme Pengangganggu an (OPT) utama yang menyerang padi ada 9 jenis, yaitu : Tikus, Penggerek Batang, Wereng Batang Coklat,

Lebih terperinci

HAMA PENYAKIT TANAMAN PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA

HAMA PENYAKIT TANAMAN PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA HAMA PENYAKIT TANAMAN PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA Yurista Sulistyawati BPTP Balitbangtan NTB Disampaikan dalam Workshop Pendampingan UPSUS Pajale, 18 April 2017 PENDAHULUAN Provinsi NTB: Luas panen padi

Lebih terperinci

KEBIJAKAN LOKASI PROGRAM PERBAIKAN IRIGASI BERDASARKAN PELUANG PENINGKATAN INDEKS PERTANAMAN (IP) 1

KEBIJAKAN LOKASI PROGRAM PERBAIKAN IRIGASI BERDASARKAN PELUANG PENINGKATAN INDEKS PERTANAMAN (IP) 1 KEBIJAKAN LOKASI PROGRAM PERBAIKAN IRIGASI BERDASARKAN PELUANG PENINGKATAN INDEKS PERTANAMAN (IP) 1 Sudi Mardianto, Ketut Kariyasa, dan Mohamad Maulana Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi

Lebih terperinci

MENGIDENTIFIKASI dan MENGENDALIAN HAMA WERENG PADA PADI. Oleh : M Mundir BP3KK Nglegok

MENGIDENTIFIKASI dan MENGENDALIAN HAMA WERENG PADA PADI. Oleh : M Mundir BP3KK Nglegok MENGIDENTIFIKASI dan MENGENDALIAN HAMA WERENG PADA PADI Oleh : M Mundir BPKK Nglegok I LATAR BELAKANG Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) adalah semua organisme yang menggangu pertumbuhan tanaman pokok

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN OKTOBER 2017 2017 Laporan Kinerja Triwulan III DAFTAR ISI KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

Wereng Batang Cokelat Mengancam Swasembada Beras

Wereng Batang Cokelat Mengancam Swasembada Beras Wereng Batang Cokelat Mengancam Swasembada Beras Kasumbogo Untung dan Y. Andi Trisyono Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian UGM Yogyakarta 55281 Rangkuman Eksekutif Indonesia pertama kali

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014) BPS PROVINSI JAWA TIMUR PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014) No. 45/07/35/Th XII,1 Juli 2014 A. PADI Angka Tetap (ATAP) 2013 produksi Padi Provinsi Jawa Timur sebesar

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014) No. 22/03/51/Th. IX, 2 Maret 2015 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014) PRODUKSI PADI TAHUN 2014 (ANGKA SEMENTARA) TURUN 2,74 PERSEN A. PADI Angka Sementara (ASEM) produksi padi

Lebih terperinci

PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU

PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU Malina Rohmaya, SP* Dewasa ini pertanian menjadi perhatian penting semua pihak karena pertanian memiliki peranan yang sangat besar dalam menunjang keberlangsungan kehidupan

Lebih terperinci

Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional

Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional Dewasa ini, Pemerintah Daerah Sumatera Selatan (Sumsel) ingin mewujudkan Sumsel Lumbung Pangan sesuai dengan tersedianya potensi sumber

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juli Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Dr. Ir. Maman Suherman, MM NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juli Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Dr. Ir. Maman Suherman, MM NIP 2017 Laporan Kinerja Triwulan II KATA PENGANTAR Dalam rangka memonitor capaian kinerja kegiatan Ditjen Tanaman Pangan pada triwulan II TA 2017 serta sebagai bahan penilaian aspek akuntabilitas kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping

BAB I PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping itu Indonesia merupakan daerah agraris dengan profesi utama penduduknya sebagai petani terutama

Lebih terperinci

b) Kepik Mirid (Cyrtorhinus lividipennis ) c) Kumbang Stacfilinea (Paederus fuscipes)/tomcat d) Kumbang Carabid (Ophionea nigrofasciata)

b) Kepik Mirid (Cyrtorhinus lividipennis ) c) Kumbang Stacfilinea (Paederus fuscipes)/tomcat d) Kumbang Carabid (Ophionea nigrofasciata) Wereng batang cokelat (Nilaparvata lugens) merupakan salah satu hama penting pada pertanaman padi karena mampu menimbulkan kerusakan baik secara langsung maupun tidak langsung. WBC memang hama laten yang

Lebih terperinci

I. KEBERADAAN OPT PADI

I. KEBERADAAN OPT PADI I. KEBERADAAN OT ADI ada periode 1-15 Mei 2015 dilaporkan pertanaman padi di Jawa Timur seluas 534.325,40 Ha dan terpantau 22 jenis OT yang menyerang tanaman dengan keberadaan serangannya (keadaan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kebutuhan akan bahan pangan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan kebutuhan gizi masyarakat. Padi merupakan salah satu tanaman pangan utama bagi

Lebih terperinci

Press Release Katam Terpadu MT I 2013/2014 untuk Pencapaian Swasembada Padi, Jagung dan Kedelai Jakarta, 26 September 2013

Press Release Katam Terpadu MT I 2013/2014 untuk Pencapaian Swasembada Padi, Jagung dan Kedelai Jakarta, 26 September 2013 Press Release Katam Terpadu MT I 2013/2014 untuk Pencapaian Swasembada Padi, Jagung dan Kedelai Jakarta, 26 September 2013 (1) Berdasarkan prakiraan BMKG dan beberapa lembaga penelitian lain mengindikasikan

Lebih terperinci

Dedi Kusnadi Kalsim Page 1 10/06/2009

Dedi Kusnadi Kalsim Page 1 10/06/2009 Dedi Kusnadi Kalsim Page 1 10/06/2009 KEKERINGAN DAN BERBAGAI PERMASALAHANNYA OLEH DEDI KUSNADI KALSIM 1 Paper disajikan dalam Diskusi Panel Ahli IPB MASALAH KEKERINGAN DAN SOLUSINYA Bogor, 8 September

Lebih terperinci

Analisis Harga Gabah Maret 2013

Analisis Harga Gabah Maret 2013 Analisis Harga Gabah Maret 2013 Pergerakan Harga Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data bahwa rerata harga seluruh kelompok kualitas gabah mengalami penurunan pada Maret 2013 di bandingkan Februari 2013.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN II. UJICOBA ASURANSI PERTANIAN:

PENDAHULUAN II. UJICOBA ASURANSI PERTANIAN: Isu Aktual OUTLINE I. PENDAHULUAN II. UJICOBA ASURANSI PERTANIAN: ASURANSI USAHATANI PADI (AUTP) DAN TERNAK SAPI (ATS) III. PROGRAM BANTUAN PREMI ASURANSI: UJICOBA ASURANSI USAHATANI PADI (AUTP) Fitur

Lebih terperinci

SOSIALISASI KALENDER TANAM MT II TIM GUGUS KATAM BPTP Kep. Bangka Belitung

SOSIALISASI KALENDER TANAM MT II TIM GUGUS KATAM BPTP Kep. Bangka Belitung SOSIALISASI KALENDER TANAM MT II 2013 TIM GUGUS KATAM BPTP Kep. Bangka Belitung LATAR BELAKANG Keniscayaan perubahan dan dinamika iklim global serta lokal. Pilihan pola tanam bersifat spesifik lokasi dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak Geografis dan Astronomis Indonesia Serta Pengaruhnya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak Geografis dan Astronomis Indonesia Serta Pengaruhnya BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum 1. Letak Geografis dan Astronomis Indonesia Serta Pengaruhnya Letak geografi Indonesia dan letak astronomis Indonesia adalah posisi negara Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci

PREDIKSI DAN ANTISIPASI KEKERINGAN TAHUN 2013

PREDIKSI DAN ANTISIPASI KEKERINGAN TAHUN 2013 PREDIKSI DAN ANTISIPASI KEKERINGAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN Disampaikan Pada RAPIM A Kementerian Pertanian 10 September 2013 MATERI PRESENTASI A. Prediksi Kekeringan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN Republik Indonesia SOSIALISASI PEDOMAN PENYUSUNAN RAD-GRK SEKTOR PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN Disampaikan dalam Sosialisasi Penyusunan RAD-GRK Balikpapan, 28-29 Februari 2012 KOMITMEN PEMERINTAH INDONESIA

Lebih terperinci

TENTANG REKOMENDASI PEMUPUKAN N, P, DAN K PADA PADI SAWAH SPESIFIK LOKASI

TENTANG REKOMENDASI PEMUPUKAN N, P, DAN K PADA PADI SAWAH SPESIFIK LOKASI LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 01/Kpts/SR.130/1/2006 TANGGAL 3 JANUARI 2006 TENTANG REKOMENDASI PEMUPUKAN N, P, DAN K PADA PADI SAWAH SPESIFIK LOKASI MENTERI PERTANIAN REPUBLIK KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang saat ini telah menjadi penyebab berubahnya pola konsumsi penduduk, dari konsumsi pangan penghasil energi ke produk penghasil

Lebih terperinci

Verifikasi Komponen Budidaya Salibu: Acuan Pengembangan Teknologi

Verifikasi Komponen Budidaya Salibu: Acuan Pengembangan Teknologi Verifikasi Komponen Budidaya Salibu: Acuan Pengembangan Teknologi Nurwulan Agustiani, Sarlan Abdulrachman M. Ismail Wahab, Lalu M. Zarwazi, Swisci Margaret, dan Sujinah Indonesia Center for Rice Research

Lebih terperinci

Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Padi Hibrida

Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Padi Hibrida Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Padi Hibrida Oleh : Dandan Hendayana, SP (PPL Kec. Cijati Cianjur) Saat ini tanaman padi hibrida merupakan salah satu alternatif pilihan dalam upaya peningkatan produksi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan

KATA PENGANTAR. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan mempunyai tugas mengamankan produksi dari gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI) sehingga produksi tercapai

Lebih terperinci

Pada tanggal 22 Mei 2012 di Kementan telah dilakukan koordinasi

Pada tanggal 22 Mei 2012 di Kementan telah dilakukan koordinasi Tanam Padi Berjamaah Berlandaskan Triangle Strategis Dalam Pencapaian Surplus Beras 10 Juta Ton Menteri Pertanian, Kepala, Dirjen Tanaman Pangan, Kepala Dinas Pertanian Propinsi Jawa Barat, dan masyarakat

Lebih terperinci

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN 185 VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN Ketersediaan produk perikanan secara berkelanjutan sangat diperlukan dalam usaha mendukung ketahanan pangan. Ketersediaan yang dimaksud adalah kondisi tersedianya

Lebih terperinci

REKOMENDASI VARIETAS JAGUNG TOLERAN TERHADAP HAMA PENYAKIT DI PROVINSI BENGKULU. Wahyu Wibawa

REKOMENDASI VARIETAS JAGUNG TOLERAN TERHADAP HAMA PENYAKIT DI PROVINSI BENGKULU. Wahyu Wibawa REKOMENDASI VARIETAS JAGUNG TOLERAN TERHADAP HAMA PENYAKIT DI PROVINSI BENGKULU Wahyu Wibawa Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu Telp. (0736) 23030 e-mail :

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015) No. 20/03/51/Th. X, 1 Maret 2016 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015) PRODUKSI PADI TAHUN 2015 (ANGKA SEMENTARA) TURUN 0,49 PERSEN A. PADI Angka Sementara (ASEM) produksi padi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan. Peningkatan produksi padi dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan. Peningkatan produksi padi dipengaruhi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan tanaman serealia penting dan digunakan sebagai makanan pokok oleh bangsa Indonesia. Itulah sebabnya produksi padi sangat perlu untuk ditingkatkan. Peningkatan

Lebih terperinci

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep) HAMA PENGGEREK BATANG PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA Status Penggerek batang padi merupakan salah satu hama utama pada pertanaman padi di Indonesia. Berdasarkan luas serangan pada tahun 2006, hama penggerek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara yang bergerak dibidang pertanian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara yang bergerak dibidang pertanian. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara yang bergerak dibidang pertanian. Sekitar 60% penduduknya tinggal di daerah pedesaan dan bermata pencaharian sebagai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 12 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan persawahan Desa Joho, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo dari bulan Mei hingga November 2012. B. Bahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karena pangan menempati urutan terbesar pengeluaran rumah tangga. Tanaman

I. PENDAHULUAN. karena pangan menempati urutan terbesar pengeluaran rumah tangga. Tanaman I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan paling mendasar bagi manusia. Ketahanan pangan sangat erat kaitannya dengan ketahanan sosial, stabilitas politik dan keamanan atau ketahanan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kabupaten Klaten merupakan salah satu sentra produksi beras di Indonesia. Saat ini, lebih dari 8% hasil produksi pertanian pangan di kabupaten Klaten adalah beras. Budidaya padi dilakukan

Lebih terperinci

respon Petani terhadap Perkembangan teknologi dan Perubahan Iklim: studi Kasus Subak di Desa Gadungan, tabanan, Bali

respon Petani terhadap Perkembangan teknologi dan Perubahan Iklim: studi Kasus Subak di Desa Gadungan, tabanan, Bali JEKT 6 [2] : 28-39 ISSN : 23-8968 respon Petani terhadap Perkembangan teknologi dan Perubahan Iklim: studi Kasus Subak di Desa Gadungan, tabanan, Bali abstrak farmer s responses for technologycal Progress

Lebih terperinci

Mengenal Hama Wereng Batang Coklat Nilaparvata lugens Stal. Oleh : Budi Budiman

Mengenal Hama Wereng Batang Coklat Nilaparvata lugens Stal. Oleh : Budi Budiman Mengenal Hama Wereng Batang Coklat Nilaparvata lugens Stal Oleh : Budi Budiman Nak, kemungkinan hasil panen padi kita tahun ini berkurang!, sebagian besar padi di desa kita terserang hama wereng. Itulah

Lebih terperinci

4. Upaya yang telah dilakukan dalam mengendalikan serangan OPT dan menangani banjir serta kekeringan adalah sebagai berikut:

4. Upaya yang telah dilakukan dalam mengendalikan serangan OPT dan menangani banjir serta kekeringan adalah sebagai berikut: NOMOR: NOTA DINAS Yth. : Direktur Jenderal Tanaman Pangan Dari : Plh. Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Hal : Laporan Perkembangan Serangan OPT, Banjir dan Kekeringan Tanggal : Maret 2017 Bersama ini

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sawah irigasi sebagai basis usahatani merupakan lahan yang sangat potensial serta menguntungkan untuk kegiatan usaha tani. Dalam satu tahun setidaknya sawah irigasi dapat

Lebih terperinci

NOTA DINAS banjir OPT banjir kekeringan OPT banjir kekeringan OPT

NOTA DINAS banjir OPT banjir kekeringan OPT banjir kekeringan OPT NOMOR: NOTA DINAS Yth. : Direktur Jenderal Tanaman Pangan Dari : Plt. Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Hal : Laporan Perkembangan Serangan OPT, Banjir dan Kekeringan Tanggal : Mei 2017 Bersama ini

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2014)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2014) No. 52/11/36/Th. VIII, 3 November 2014 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2014) TAHUN 2014 LUAS PANEN PADI SAWAH MENINGKAT TETAPI PRODUKTIVITAS MENURUN Berdasarkan Angka Ramalan

Lebih terperinci

Keragaan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya

Keragaan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Keragaan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya No Kategori Satuan Aceh Sumut Sumbar Riau Jambi Sumsel Bengkulu Lampung Babel Kepri Potensi Lahan Ha Air 76.7 0 7.9 690.09 0.9 60. 069.66 767.9 79.6. Air

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2015

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2015 PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2015 Bahan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian Nasional 3 4 Juni 2015 KEMENTERIAN PERTANIAN

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN Jl. Merdeka No. 147 Bogor, 16111 KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan iklim telah menjadi isu paling penting dalam kebijakan pembangunan dan global governance pada abad ke 21, dampaknya terhadap pengelolaan sektor pertanian dan

Lebih terperinci

IPTEKS BAGI MASYARAKAT KELOMPOK TANI PRODUKSI PESTISIDA NABATI KARANGMELOK, KECAMATAN TAMANAN, BONDOWOSO

IPTEKS BAGI MASYARAKAT KELOMPOK TANI PRODUKSI PESTISIDA NABATI KARANGMELOK, KECAMATAN TAMANAN, BONDOWOSO IPTEKS BAGI MASYARAKAT KELOMPOK TANI PRODUKSI PESTISIDA NABATI KARANGMELOK, KECAMATAN TAMANAN, BONDOWOSO Hariyono Rakhmad 1) dan Triono Bambang Irawan 2) 1)Jurusan Teknologi Informasi, 2) Jurusan Produksi

Lebih terperinci

We Take Care of Your Risk with The Best Possible Solution MEKANISME PENGAJUAN KLAIM ASURANSI USAHA TANI PADI (AUTP)

We Take Care of Your Risk with The Best Possible Solution MEKANISME PENGAJUAN KLAIM ASURANSI USAHA TANI PADI (AUTP) We Take Care of Your Risk with The Best Possible Solution MEKANISME PENGAJUAN KLAIM ASURANSI USAHA TANI PADI (AUTP) PENGERTIAN KLAIM Klaim asuransi adalah tuntutan dari pihak tertanggung sehubungan dengan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN APRIL 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN APRIL 2016 No. 30/05/33/Th.X, 02 Mei 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN APRIL 2016 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI (NTP) APRIL 2016 SEBESAR 98,99

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Disampaikan pada: SEMINAR NASIONAL FEED THE WORLD JAKARTA, 28 JANUARI 2010 Pendekatan Pengembangan Wilayah PU Pengembanga n Wilayah SDA BM CK Perkim BG AM AL Sampah

Lebih terperinci

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura KERAGAAN VARIETAS KEDELAI DI KABUPATEN LAMONGAN Eli Korlina dan Sugiono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur Jl. Raya Karangploso Km. 4 Malang E-mail korlinae@yahoo.co.id ABSTRAK Kedelai merupakan

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI GOGO DAN PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING MELALUI PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM TANAM TANAM DI KABUPATEN BANJARNEGARA

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI GOGO DAN PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING MELALUI PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM TANAM TANAM DI KABUPATEN BANJARNEGARA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI GOGO DAN PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING MELALUI PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM TANAM TANAM DI KABUPATEN BANJARNEGARA Tota Suhendrata dan Setyo Budiyanto Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada kegiatan industri yang rumit sekalipun. Di bidang pertanian air atau yang

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada kegiatan industri yang rumit sekalipun. Di bidang pertanian air atau yang 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air sangat penting bagi kehidupan manusia, hampir semua kegiatan makhluk hidup dimuka bumi memerlukan air, mulai dari kegiatan rumah tangga sehari-hari sampai

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN FEBRUARI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN FEBRUARI 2017 No. 19/03/33/Th.XI, 1 Maret 2017 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN FEBRUARI 2017 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI (NTP) MARET 2017 SEBESAR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teoritis 2.1.1. Sawah Tadah Hujan Lahan sawah tadah hujan merupakan lahan sawah yang dalam setahunnya minimal ditanami satu kali tanaman padi dengan pengairannya sangat

Lebih terperinci

NOTA DINAS banjir Jawa Tengah, Jawa Timur dan Lampung kekeringan OPT banjir kekeringan OPT banjir

NOTA DINAS banjir Jawa Tengah, Jawa Timur dan Lampung kekeringan OPT banjir kekeringan OPT banjir NOMOR: NOTA DINAS Yth. : Direktur Jenderal Tanaman Pangan Dari : Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Hal : Laporan Perkembangan Serangan OPT, Banjir dan Kekeringan Tanggal : April 2017 Bersama ini kami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Padi merupakan makanan pokok yang masih sukar untuk diganti dengan bahan lain di Indonesia. Laju kenaikan produksi padi di Indonesia yang mengesankan terjadi pada periode

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN SEPTEMBER 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN SEPTEMBER 2016 No. 69/10/33/Th.X, 03 Oktober 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN SEPTEMBER 2016 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI (NTP) SEPTEMBER 2016 SEBESAR

Lebih terperinci

Bagian V Pengelolaan Informasi Bencana dan Teknologi Ringkasan

Bagian V Pengelolaan Informasi Bencana dan Teknologi Ringkasan Bagian V Pengelolaan Informasi Bencana dan Teknologi Ringkasan Salah satu upaya adaptasi perubahan iklim yang termuat dalam Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu (SI Katam Terpadu) diantaranya adalah

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN JULI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN JULI 2017 No. 53/08/33/Th.XI, 1 Agustus 2017 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN JULI 2017 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI (NTP) JULI 2017 SEBESAR 100,22

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia berusaha memenuhi kebutuhan primernya, dan salah satu kebutuhan primernya tersebut adalah makanan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN AGUSTUS 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN AGUSTUS 2016 No. 63/09/33/Th.X, 01 September 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN AGUSTUS 2016 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI (NTP) AGUSTUS 2016 SEBESAR

Lebih terperinci

KAJIAN KEBIJAKAN PERBERASAN

KAJIAN KEBIJAKAN PERBERASAN Pendahuluan KAJIAN KEBIJAKAN PERBERASAN 1. Dalam upaya mewujudkan stabilitas harga beras, salah satu instrumen kebijakan harga yang diterapkan pemerintah adalah kebijakan harga dasar dan harga maksimum,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kendala dalam peningkatan stabilitas produksi padi nasional dan ancaman bagi

I. PENDAHULUAN. kendala dalam peningkatan stabilitas produksi padi nasional dan ancaman bagi 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tungro merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman padi yang menjadi kendala dalam peningkatan stabilitas produksi padi nasional dan ancaman bagi

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS BANTUAN SARANA PRODUKSI DALAM RANGKA ANTISIPASI DAMPAK KEKERINGAN

PEDOMAN TEKNIS BANTUAN SARANA PRODUKSI DALAM RANGKA ANTISIPASI DAMPAK KEKERINGAN PEDOMAN TEKNIS BANTUAN SARANA PRODUKSI DALAM RANGKA ANTISIPASI DAMPAK KEKERINGAN DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 KATA PENGANTAR Kejadian El Nino Tahun 2015

Lebih terperinci

KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN. Bambang Sayaka

KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN. Bambang Sayaka KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN PENDAHULUAN Bambang Sayaka Gangguan (shocks) faktor-faktor eksternal yang meliputi bencana alam, perubahan

Lebih terperinci

BALAI PROTEKSI TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA ACEH

BALAI PROTEKSI TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA ACEH PERAN UPTD PROTEKSI DALAM MENDUKUNG KEGIATAN UPSUS TP DAN PENINGKATAN KUALITAS DATA SUB SEKTOR TANAMAN PANGAN TAHUN 2015 *) BALAI PROTEKSI TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA ACEH *) Disampaikan pada : Pertemuan

Lebih terperinci

PROGRAM PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN 2017

PROGRAM PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN 2017 PROGRAM PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN 2017 Disampaikan pada Rapat Kerja Nasional Tanggal 4 Januari 2017 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN OUTLINE 1. Evaluasi 2016 2. Sasaran luas tanam

Lebih terperinci

KAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO MELALUI PEMANFAATAN LAHAN SELA DI ANTARA KARET MUDA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

KAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO MELALUI PEMANFAATAN LAHAN SELA DI ANTARA KARET MUDA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU KAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO MELALUI PEMANFAATAN LAHAN SELA DI ANTARA KARET MUDA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU BPTP RIAU 2012 PENDAHULUAN Kebutuhan beras sebagai sumber kebutuhan

Lebih terperinci

Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Harga Produsen Gabah Jawa Tengah Bulan September 2017

Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Harga Produsen Gabah Jawa Tengah Bulan September 2017 Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Harga Produsen Gabah Jawa Tengah Bulan September 2017 No. 69/10/33/Th.XI, 2 Oktober 2017 Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Harga Produsen Gabah Jawa Tengah Bulan September

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MARET 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MARET 2017 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MARET A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI (NTP) BULAN MARET TURUN 1,20 PERSEN No. 20/04/63/Th.XXI, 3 April Pada Maret NTP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010). BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan

Lebih terperinci

Varietas Padi Unggulan. Badan Litbang Pertanian. Gambar 1. Varietas Inpari 19 di areal persawahan KP. Sukamandi, Jawa Barat.

Varietas Padi Unggulan. Badan Litbang Pertanian. Gambar 1. Varietas Inpari 19 di areal persawahan KP. Sukamandi, Jawa Barat. AgroinovasI Varietas Padi Unggulan Gambar 1. Varietas Inpari 19 di areal persawahan KP. Sukamandi, Jawa Barat. Padi..semua sudah tak asing lagi dengan jenis tanaman pangan yang satu ini. Bila sudah diubah

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN AGUSTUS 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN AGUSTUS 2015 No. 64/09/33/Th.IX, 01 September 2015 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN AGUSTUS 2015 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI (NTP) AGUSTUS 2015 SEBESAR

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN JULI 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN JULI 2015 No. 53/08/33/Th.IX, 03 Agustus 2015 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN JULI 2015 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI (NTP) JULI 2015 SEBESAR 98,99

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN MARET 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN MARET 2016 No. 25/04/33/Th.X, 01 April 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN MARET 2016 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI (NTP) MARET 2016 SEBESAR 99,40

Lebih terperinci

INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN. Rommy Andhika Laksono

INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN. Rommy Andhika Laksono INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN Rommy Andhika Laksono Iklim merupakan komponen ekosistem dan faktor produksi yang sangat dinamis dan sulit dikendalikan. iklim dan cuaca sangat sulit dimodifikasi atau dikendalikan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN AGUSTUS 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN AGUSTUS 2017 No. 63/09/33/Th.XI, 4 September 2017 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN AGUSTUS 2017 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI (NTP) AGUSTUS 2017 SEBESAR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Usahatani Padi di Indonesia Padi merupakan komoditi pangan utama masyarakat Indonesia. Pangan pokok adalah pangan yang muncul dalam menu sehari-hari, mengambil porsi

Lebih terperinci

Keragaan Varietas Inpari Pada Lahan Lebak Tengahan di Desa Epil Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan

Keragaan Varietas Inpari Pada Lahan Lebak Tengahan di Desa Epil Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian Politeknik Negeri Lampung 24 Mei 2014 ISBN 978-602-70530-0-7 halaman 43-49 Keragaan Varietas Inpari Pada Lahan Lebak Tengahan di Desa Epil Kabupaten

Lebih terperinci

20% dari basket IHK, sementara untuk bahan pangan (raw food) total sekitar 23% dari basket IHK.

20% dari basket IHK, sementara untuk bahan pangan (raw food) total sekitar 23% dari basket IHK. Working Paper 1 1 Jan-08 Mar-08 May-08 Jul-08 Sep-08 Nov-08 Jan-09 Mar-09 May-09 Jul-09 Sep-09 Nov-09 Jan-10 Mar-10 May-10 Jul-10 Sep-10 Nov-10 Jan-11 Mar-11 May-11 Jul-11 Sep-11 Nov-11 Jan-12 Mar-12 May-12

Lebih terperinci