BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu program yang didasari dengan pendekatan ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil terjadinya bahaya (hazard) dan risiko (risk) terjadinya penyakit dan kecelakaan maupun kerugian-kerugian lainnya yang dapat terjadi. Keselamatan kesehatan kerja bertujuan untuk mencegah para pekerja mengalami gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi kerja mereka dan melindungi para pekerja dari segala risiko akibat pekerjaan yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (Chandra, 2009) Dampak Kerja dengan Posisi Duduk Masalah nyeri punggung bawah yang timbul akibat duduk lama menjadi fenomena yang sering terjadi saat ini. Enam puluh persen orang dewasa mengalami nyeri punggung bawah karena masalah duduk yang terjadi pada mereka yang bekerja atau yang aktivitasnya lebih banyak dilakukan dengan duduk. Duduk lama dengan posisi yang salah dapat menyebabkan otot-otot punggung menjadi tegang dan dapat merusak jaringan lunak sekitarnya. Bila keadaan ini berlanjut, akan menyebabkan penekanan pada bantalan saraf tulang 11

2 12 belakang yang mengakibatkan hernia nukleus pulposus, yaitu saraf tulang belakang terjepit diantara ruas tulang belakang sehingga menyebabkan selain nyeri punggung bawah juga rasa kesemutan yang menjalar ke tungkai sampai ke kaki. Bahkan bila dibiarkan, dapat menyebabkan kelumpuhan (Samara et al., 2003) Penyakit Akibat Kerja Penyakit akibat kerja adalah penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerjanya dan diperoleh pada waktu melakukan pekerjaan dan masyarakat umum biasanya tidak akan terkena. Berat ringannya penyakit dan cacat tergantung dari jenis dan tingkat sakit. Cara menegakkan diagnosa penyakit akibat kerja sedikit berbeda dengan diagnosis penyakit-penyakit umum karena untuk penyakit ini tidak cukup hanya dengan pemeriksaan klinis dan laboratorium. Akan tetapi, harus pula diperiksa tempat, cara, dan syarat-syarat kerja. Selain itu sebagai tambahan bagi anamnesis yang biasa, harus pula dipertanyakan riwayat pekerjaan dari si penderita (Basuki, 2009). Secara umum, gangguan di daerah tulang belakang dapat terjadi karena posisi duduk antara lain: nyeri leher, nyeri punggung bawah. Secara teori nyeri punggung bawah terjadi karena posisi duduk yang terus menerus selama kerja.

3 Konsep Nyeri Punggung Bawah Pengertian Nyeri Punggung Bawah Nyeri punggung bawah merupakan kelainan muskuloskeletal yang sering ditemukan dan mempengaruhi kemampuan untuk beraktivitas pada hampir setiap individu dalam kehidupan sehari-harinya. Nyeri punggung bawah penyebab paling utama tenaga kerja mengambil cuti sakit atau mempunyai disabilitas dibandingkan penyakit-penyakit lainnya. Nyeri punggung bawah bisa akut maupun kronis berdasarkan durasinya (Mahadewa & Maliawan, 2009). Nyeri punggung bawah adalah rasa nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah yang dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal dan sering disertai dengan perjalanan nyeri ke arah tungkai dan kaki. Nyeri yang berasal dari daerah punggung bawah dapat menyebar ke daerah lain atau sebaliknya nyeri yang berasal dari daerah lain dirasakan di daerah punggung bawah Nyeri punggung bawah yang lebih dari enam bulan disebut kronik. (Meliala, 2003;Mahadewa & Muliawan, 2009). Nyeri punggung bawah tidak mengenal umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial, tingkat pendidikan, semuanya bisa terkena nyeri punggung bawah. Tulang punggung bawah berfungsi menyangga beban tubuh dan sekaligus sangat berdekatan dengan jaringan lain yakni traktus digestivus dan traktus urinarius. Kedua jaringan ini apabila mengalami perubahan patologik tertentu dapat menyebabkan nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah (Basuki, 2009).

4 Penyebab Nyeri Punggung Bawah Nyeri punggung bawah merupakan hal yang umum terjadi dan penyebab yang spesifik sering tidak dapat diidentifikasi (Patel & Ogle, 2000). Terdapat beberapa penyebab nyeri punggung bawah di bidang medis antara lain: obesitas, stress, depresi, analgetik, kelainan muskuloskeletal, sistem saraf, sistem vaskuler dan psikogenik, dan beban kerja yang berat seperti mengangkat sesuatu yang berat setiap hari, bekerja dengan posisi kerja yang tidak benar, serta duduk terlalu lama dan penuh dengan ketegangan akan dapat menimbulkan keluhan nyeri punggung bawah (Smeltzer & Bare, 2002). Nyeri punggung bawah dapat timbul akibat dari adanya peregangan atau laserasi pada ligament (sprain) atau peregangan yang berlebihan dari otot atau sendi (strain) atau postur yang tidak tepat. Nyeri punggung bawah berat biasanya disebabkan terjadinya cedera pada sendi tulang punggung yang mengakibatkan nyeri pada jaringan atau serabut saraf di dekatnya, keadaan ini biasa terjadi ketika membungkuk. Penyebab nyeri punggung bawah selain spasme otot adalah deformitas, osteoarthritis, fraktur tulang punggung, lordosis, scoliosis, dan lain-lain (Murtagh, 2002). Penyebab nyeri punggung bawah adalah beban statis pada otot punggung yang menyebabkan otot-otot tubuh tegang dan pembuluh darah menyempit. Keadaan ini menurunkan aliran darah yang membawa oksigen dan glukosa ke seluruh tubuh dan akibatnya orang tersebut merasa lelah, tulang punggung dan ototnya akan merasa sakit. Penyempitan pembuluh darah juga mengakibatkan dilepasnya bahan-bahan yang dapat menstimulus reseptor nyeri seperti serotonin, histamin, ion kalium, bradikinin, prostaglandin, substansi P, dan penimbunan

5 15 asam laktat yang akan mengakibatkan respon nyeri. Rasa nyeri tersebut ditimbulkan oleh adanya akumulasi sisa-sisa hasil metabolisme yang menumpuk di jaringan. Penumpukan zat sisa hasil metabolisme tersebut dapat dihilangkan dengan gerakan pelatihan punggung yang cukup untuk mendilatasikan pembuluh darah. Lancarnya sirkulasi darah dan nutrisi maka zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh ikut terbuang. Nyeri akan berkurang diikuti dengan spasme otot berkurang sehingga akan merileksasikan otot dan mengaktivasi pelepasan sistem endorphin dalam darah (Santosa, 2008). Endorphin dihasilkan di otak dan sumsum saraf tulang belakang. Hormon ini dapat berfungsi sebagai obat penenang alami yang diproduksi otak yang melahirkan rasa nyaman dan meningkatkan kadar endorphin dalam tubuh untuk mengurangi rasa nyeri. Pelatihan terbukti dapat meningkatkan kadar b-endorphin empat sampai lima kali di dalam darah. Sehingga semakin banyak melakukan pelatihan, maka akan semakin tinggi pula kadar b-endorphin akan keluar. Ketika seseorang melakukan pelatihan, maka b-endorphin akan keluar dan diterima oleh reseptor di dalam hipothalamus dan sistem limbik yang berfungsi untuk mengatur emosi. Peningkatan b-endorphin terbukti berhubungan erat dengan penurunan rasa nyeri, peningkatan daya ingat, memperbaiki nafsu makan, kemampuan seksual, tekanan darah dan pernafasan (Siswantoyo, 2010). Beberapa penyebab yang dapat menimbulkan nyeri punggung bawah antara lain:

6 16 1) Umur Keluhan muskuloskeletal mulai dirasakan pada usia kerja, yaitu pada usia tahun. Keluhan biasanya akan mulai dirasakan pada usia 35 tahun dan akan semakin meningkat dengan bertambahnya usia. Hal ini terjadi karena pada usia setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot dan tulang mulai menurun, sehingga risiko keluhan otot dan tulang akan meningkat (Chaffin, 1979 & Guo et al, 1995 dalam Tarwaka, 2004). 2) Jenis kelamin Masalah jenis kelamin wanita dan laki-laki mengenai penyebab dari nyeri punggung bawah dengan perbandingan hampir sama. Secara keseluruhan wanita lebih banyak mengalami nyeri punggung bawah dibandingkan dengan laki-laki karena kepadatan tulang yang kurang. Proses berhentinya menstruasi (menopause) juga dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon estrogen. 3) Kebiasaan olahraga Latihan olahraga teratur adalah cara yang ampuh untuk melawan nyeri yang ditimbulkan oleh gangguan punggung bawah. Jenis olahraga yang dapat dilakukan oleh penderita nyeri punggung bawah yang sudah berusia lanjut adalah jalan cepat dan jogging. Sedangkan bagi yang berusia di bawah 50 tahun dapat memilih jenis olahraga seperti: berenang, bersepeda santai dengan posisi punggung tegak, aerobik intensitas rendah hingga sedang, jogging, jalan cepat ataupun naik turun tangga.

7 17 4) Status gizi Diet yang tidak seimbang menyebabkan obesitas sehingga akan meningkatkan insiden terjadinya gangguan muskuloskeletal terutama pada punggung bawah karena lumbal merupakan titik mobilitas dari punggung. 5) Faktor psikososial Stres dapat menyebabkan otot menjadi tegang sehingga merupakan faktor psikososial terhadap pekerjaan dan gangguan daerah punggung. Faktor psikososial di tempat kerja dapat mempengaruhi tekanan psikososial para pekerja yaitu kontrol yang rendah dari organisasi pekerjaan, hubungan yang buruk dari manajemen, teman kerja dan permintaan yang tinggi dari hasil produksi, ketelitian, dan kecepatan kerja. 6) Sikap tubuh dan desain tempat kerja Sikap dengan posisi menunduk terlalu lama dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan sakit punggung. Posisi statis terus menerus akan menyebabkan otototot menjadi spasme dan akan merusak jaringan lunak. Posisi tubuh yang salah selama duduk membuat tekanan abnormal dari jaringan sehingga menyebabkan rasa sakit. Dalam bekerja dengan posisi duduk, sikap tubuh selama bekerja berhubungan dengan tempat duduk dan meja kerja Patofisiologi Nyeri Punggung Bawah Tulang vertebra merupakan struktur komplek yang secara garis besar terbagi atas dua bagian yaitu bagian anterior tersusun atas corpus vertebra, discus intervertebrallis, dan ditopang oleh ligamentum longitudinal anterior dan

8 18 posterior. Sedangkan bagian posterior tersusun atas pedikel, lamina, kanalis vertebralis, serta procesus tranversus dan spinosus yang menjadi tempat otot penyokong dan pelindung columna vertebra. Stabilitas vertebra tergantung integritas corpus vertebra dan discus intervertebralis serta dua jenis jaringan penyokong yaitu ligamentum (pasif) dan otot (aktif). Untuk menahan beban yang besar terhadap columna vertebra, stabilitas daerah punggung sangat bergantung pada gerak kontraksi volunter dan reflek otot-otot sakrospinalis, abdominal, gluteus maksimus, dan hamstring. Discus intervertebralis, baik annulus fibrosus maupun nucleus pulposus adalah bagian yang tidak peka nyeri. Bagian yang peka nyeri adalah ligamentum longitudinal anterior, ligamentum longitudinal posterior, corpus vertebra dan periosteumnya, articulation zygoapophyseal, ligamentum supraspinosum, facia dan otot (Meliala L., 2003). Gambar 1. Kolumna Vertebralis Jaringan-jaringan ligamen dan tendon memegang tulang-tulang vertebra di tempatnya dan melekatkan otot-otot kepada columna spinalis. Punggung bawah mempunyai fungsi yang penting pada tubuh manusia, antaranya memberi

9 19 sokongan struktur, pergerakan, dan proteksi untuk jaringan-jaringan tubuh. Selain itu, punggung bawah berperan dalam melindungi jaringan lunak sistem saraf pusat yang mempersarafi bagian lumbal serta ekstremitas bawah, serta organ-organ daerah pelvis dan abdomen. Tulang belakang terdiri dari ruas vertebra servikalis, vertebra torakalis, vertebra lumbalis, vertebra sakralis, dan vertebra koksigius dan jumlah semua ruasnya adalah 33 ruas yang merupakan satu kesatuan dalam melakukan fungsinya seperti memperhatikan posisi tegak tubuh, menyangga berat badan, fungsi pergerakan tubuh, dan pelindung jaringan tubuh. Pada saat berdiri tulang belakang mempunyai fungsi sebagai penyangga berat badan, sedangkan pada saat jongkok atau memutar tulang belakang mempunyai fungsi sebagai penyokong pergerakan tersebut. Struktur dan peranan yang kompleks dari tulang belakang inilah yang sering kali menyebabkan masalah. Tulang belakang yang paling sering mengalami masalah adalah pada daerah lumbal karena daerah lumbal menyangga berat badan atas serta berat yang berasal dari benda yang dibawa manusia. Daerah ini berada dalam tekanan yang konstan terutama saat melakukan gerakan membungkuk, memutar, mengangkat, dan pada postur yang salah terutama pada posisi duduk lama karena dapat menyebabkan beban yang berlebihan dan kerusakan jaringan pada vertebra lumbal Manifestasi Klinis Nyeri Punggung Bawah Tanda dan gejala dari nyeri punggung bawah adalah ditemukan nyeri myofasial yang khas ditandai dengan nyeri gerak dan nyeri tekan dari seluruh

10 20 daerah yang bersangkutan, kehilangan ruang gerak kelompok otot yang bersangkutan, dan spasme otot punggung bawah. Keluhan nyeri akibat spasme otot daerah lumbosakral sering hilang bila kelompok otot tersebut diregangkan. Keluhan nyeri gerak punggung bawah akibat spasme otot daerah lumbosakral akan dapat gambaran klinis sebagai berikut: 1) Keluhan nyeri yang dirasakan hebat dengan lokasi yang jelas. 2) Setiap kegiatan menimbulkan rasa sakit dan bila penderita tidur sakitnya hilang. 3) Penampilan umum dan pola jalan agak pincang. 4) Adanya spasme otot daerah lumbosakral, lingkup gerak sendi lumbosakral menjadi terbatas. Pembagian derajat nyeri menurut (Apley & Solomon, 1986 dalam Dachlan, 2009).: 1) Derajat 1: normal (tidak ada keluhan). 2) Derajat 2: nyeri ringan adalah nyeri yang terus menerus namun dapat diabaikan dan tidak mengganggu aktivitas, apabila dipalpasi dengan penekanan yang kuat akan timbul keluhan nyeri. 3) Derajat 3 : nyeri sedang adalah nyeri yang timbul terus menerus dan mengganggu aktivitas dan tidak bisa diabaikan, apabila dipalpasi dengan penekanan sedang akan timbul keluhan nyeri.

11 21 4) Derajat 4 : nyeri berat adalah nyeri yang timbul terus menerus dan selalu mengganggu aktivitas, apabila dipalpasi dengan penekanan ringan akan timbul keluhan nyeri Klasifikasi Nyeri Punggung Bawah Klasifikasi nyeri punggung bawah dapat dibagi antara lain: 1) Viserogenik Merupakan nyeri punggung bawah yang bersumber oleh adanya kelainan pada organ dalam (viseral) seperti gangguan ginjal, usus, maag, dan lain-lain. 2) Neurogenik Merupakan nyeri punggung bawah yang bersumber dari adanya penekanan pada saraf punggung bawah. 3) Vaskulogenik Merupakan nyeri punggung bawah yang bersumber dari adanya gangguan vaskuler di sekitar punggung bawah. 4) Spondilogenik Merupakan nyeri punggung bawah yang bersumber dari adanya gangguan pada struktur tulang maupun persendian tulang punggung bawah. 5) Psikogenik Merupakan nyeri punggung bawah yang bersumber dari adanya gangguan psikologis penderita (Tamsuri, 2007).

12 Faktor yang Mempengaruhi Nyeri Punggung Bawah Adapun faktor yang dapat mempengaruhi nyeri punggung bawah antara lain: 1) Usia Nyeri bukan merupakan bagian dari proses penuaan yang tidak dapat dihindari. Namun, individu yang berusia lanjut memiliki risiko tinggi mengalami situasisituasi yang membuat lansia merasakan nyeri. 2) Jenis kelamin Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam berespon nyeri. Beberapa kebudayaan yang mempengaruhi jenis kelamin (misalnya menganggap bahwa seorang anak laki-laki harus berani dan tidak harus menangis, sedangkan anak perempuan boleh menangis dalam situasi yang sama). Toleransi nyeri sejak lama telah menjadi subyek penelitian yang melibatkan pria dan wanita. Akan tetapi, toleransi terhadap nyeri dipengaruhi oleh faktor-faktor biokomia dan merupakan hal yang unik pada setiap individu. 3) Kebudayaan Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. 4) Makna nyeri Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Hal ini juga dikaitkan secara dekat dengan latar belakang budaya individu tersebut. Individu akan mempersepsikan

13 23 nyeri dengan cara berbeda-beda apabila nyeri tersebut memberi kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman, dan tantangan. 5) Perhatian Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya pengalihan dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Dengan memfokuskan perhatian dan konsentrasi klien pada stimulan lain, maka nyeri dapat ditempatkan pada kesadaran perifer. 6) Ansietas Nyeri yang tidak kunjung hilang seringkali menyebabkan gangguan psikologis dan kepribadian. Individu yang sehat secara emosional biasanya lebih mampu mentoleransi nyeri sedang hingga berat daripada individu yang memiliki status emosional kurang stabil. Klien yang mengalami cedera atau menderita penyakit kronis seringkali mengalami kesulitan mengontrol lingkungan dan perawatan diri yang dapat menimbulkan tingkat ansietas yang tinggi. 7) Keletihan Rasa kelelahan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping. Hal ini dapat menjadi masalah umum pada setiap individu yang menderita penyakit dalam jangka waktu yang lama. 8) Pengalaman sebelumnya Individu yang sudah pernah mengalami nyeri cenderung untuk mampu mengatasi nyerinya atau beradaptasi dengan nyeri yang dialami saat ini.

14 24 9) Dukungan keluarga dan sosial Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan, atau perlindungan. 10) Gaya koping Nyeri dapat menyebabkan ketidakmampuan baik sebagian maupun keseluruhan/total. Klien seringkali menemukan berbagai cara untuk mengembangkan koping terhadap efek fisik dan psikologis nyeri. Sumber-sumber seperti berkomunikasi dengan keluarga pendukung, melakukan pelatihan, atau menyanyi dapat digunakan dalam upaya mendukung klien dan mengurangi nyeri sampai tingkat tertentu (Potter & Ferry, 2006). Selain faktor di atas, adapun faktor yang mempengaruhi nyeri punggung bawah menurut (Occupational Safety and Health Administration/OSHA, 2000) sebagai berikut: 1) Postur yang tidak baik ketika duduk atau berdiri 2) Lama waktu bekerja 3) Hidup dan aktivitas kerja yang penuh ketegangan 4) Kondisi fisik yang tidak baik 5) Kelelahan Pengukuran Nyeri Skala nyeri harus dirancang sehingga skala tersebut mudah digunakan dan tidak menyita waktu banyak saat klien melengkapinya. Skala nyeri deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih objektif.

15 25 Skala pendeskripsian verbal (Verbal Descriptor Scale/VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsian yang tersusun dengan jarak yang sama disepanjang garis. Pendeskripsian ini dijelaskan dari tidak terasa nyeri sampai nyeri yang tidak tertahankan. Perawat menunjukkan skala tersebut dan meminta klien untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang dirasakan. Alat VDS ini memungkinkan klien memilih sebuah kategori untuk mendeskripsikan nyeri. Visual Analog Scale/VAS adalah alat ukur lainnya yang digunakan untuk memeriksa intensitas nyeri dan secara khusus meliputi cm garis dengan setiap ujungnya ditandai dengan level intensitas nyeri (ujung kiri diberi tanda tidak nyeri dan ujung kanan diberi tanda nyeri hebat. Klien diminta untuk menandai di sepanjang garis tersebut sesuai dengan level intensitas nyeri yang dirasakan klien. Kemudian jaraknya diukur dari batas kiri sampai pada tanda yang diberi oleh klien (mm), dan itulah skornya yang menunjukkan level intensitas nyeri. Kemudian skor tersebut dicatat untuk melihat kemajuan pengobatan/terapi selanjutnya. Skala Nyeri Numerik (Numerical Rating Scale/NRS) lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsian kata. Skala paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik (Agency for Health Care and Research/AHCH, 1992 dalam Potter & Perry, 2006). Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan skala Klasifikasi nyeri berdasarkan skala nyeri numerik yaitu skala 10 berarti nyeri sangat hebat, skala

16 26 nyeri 7-9 termasuk nyeri hebat, skala 4-6 termasuk nyeri sedang, skala nyeri 1-3 termasuk nyeri ringan, skala nyeri 0 berarti tidak ada terasa nyeri (Tamsuri, 2007). Skala Nyeri Deskriptif/Verbal Descriptor Scale (VDS) Tidak Ada Nyeri Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Hebat Nyeri Sangat Hebat Nyeri Paling Hebat Skala Nyeri Analog/Visual Analog Scale (VAS) Tidak Ada Nyeri Nyeri Paling Hebat Skala Nyeri Numerik/Numerical Rating Scale (NRS) Gambar 2. Skala Pengukuran Nyeri (Tamsuri, 2007). Tabel 1. Penjelasan Skala Nyeri Numerik/Numerical Rating Scale (NRS) Pengukuran Nyeri 0 (Tidak Ada Nyeri) 1-3 (Nyeri Ringan) 4-6 (Nyeri Sedang) 7-9 (Nyeri Hebat) 10 (Nyeri Paling Hebat) Deskriptif Pasien menyatakan tidak merasakan nyeri Pasien menyatakan nyerinya ringan atau tidak tampak gelisah Pasien menyatakan nyerinya sedang atau tampak gelisah dari nyerinya, sedikit mampu berpartisipas i dalam perawatan Pasien menyatakan nyerinya hebat atau tampak sangat gelisah, fungsi mobilitas atau perilaku berubah Pasien menyatakan nyerinya sangat hebat, perubahan yang menyolok dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari, ketergantunga n,dan melelahkan (Sumber : Potter & Perry, 2006)

17 Penatalaksanaan Nyeri Punggung Bawah Penatalaksanaan nyeri punggung bawah dapat dilakukan melalui dua cara yaitu dengan farmakologis dan non farmakologis. Penatalaksanaan farmakologis dapat dilakukan dengan pemberian analgesik berupa obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) yang digunakan pada nyeri ringan sampai sedang. Steroid dapat digunakan terutama bila terdapat proses inflamasi. Sedangkan untuk mengurangi spasme otot dan sulit tidur akibat nyeri digunakan relaksan otot. Pada kasus nyeri punggung bawah berat digunakan kombinasi OAINS, steroid, dan relaksan otot dengan dosis terbagi. Nyeri punggung bawah dapat diatasi bukan hanya dengan pengobatan saja melainkan dapat diatasi dengan terapi konservatif lainnya seperti dengan terapi modalitas yaitu terapi non farmakologis seperti ultrasound, transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS), short wave, akupuntur, latihan peregangan otot punggung (Dachlan, 2009). 2.3 Pelatihan punggung McKenzie Extension Exercise Pengertian Pelatihan Punggung Metode ini pertama kali dikembangkan oleh Robin McKenzie pada tahun 1960-an. Terapi McKenzie Extension Exercise adalah serangkaian gerakan tubuh yang bertujuan untuk mengurangi keluhan nyeri punggung bawah (McKenzie, 1995 dalam Wahyuni, 2012). Prinsip pada terapi McKenzie Extension Exercise adalah memperbaiki postur untuk mengurangi hiperlordosis lumbal, penurunan spasme otot melalui efek relaksasi, membebaskan kekakuan sendi intervertebralis dan koreksi postur yang buruk. McKenzie Extension Exercise dapat menurunkan

18 28 rasa nyeri, mengurangi nyeri kambuh kembali dan menurunkan tindakan operasi nyeri punggung. Mobilitas tulang belakang dapat meningkat dengan metode Mc. Kenzie Extension Exercise, namun tidak selalu menyebabkan perbaikan pada penderita nyeri punggung bawah (Johannsen, 1995 dalam Wahyuni, 2012). Mekanisme dari terapi McKenzie Extension Exercise dalam mengurangi nyeri punggung bawah adalah dengan mengurangi tekanan pada bagian posterior annulus fibrosus melalui gerakan-gerakan ekstensi (Kisner, 1996 dalam Wahyuni, 2012). Pelatihan ini terdiri dari enam latihan yaitu program latihan 1-4 adalah extension exercise, program latihan 5-6 adalah flexion exercise. Latihan ini didesain untuk meningkatkan mobilitas tulang belakang dan memperbaiki postur serta dirancang untuk mengurangi nyeri punggung dengan memberikan efek relaksasi pada otot yang mengalami spasme sehingga dapat mengembalikan fungsi normal pada lumbal (Michelle H.C (2009) dalam Nahdliyyah & Prastiwi (2014) Program Pelatihan Menurut teori yang dikemukakan oleh American Collage of Sport Medicine, pelatihan fisik yang dapat meningkatkan kekuatan otot dapat dilakukan dengan frekuensi tiga kali seminggu (Mahler et al., 2004). Waktu yang efektif untuk melakukan pelatihan adalah pada sore hari, karena pada sore hari otot-otot tubuh cenderung sudah hangat akibat aktivitas sebelumnya, fleksibel, dan tidak kaku sehingga tidak rentan mengalami cedera. Selain itu, pelatihan akan

19 29 bermanfaat untuk meningkatkan kesegaran jasmani jika dilaksanakan dalam zona pelatihan paling sedikit 15 menit (Maryam et al., 2008) Persiapan Alat Dalam hal ini alat yang digunakan adalah alas dengan bahan yang lunak/sedikit keras namun nyaman untuk responden Persiapan Responden Responden diperiksa tekanan darah untuk mengetahui apakah responden mengalami keluhan pusing, mata berkunang-kunang, mual, dan lain-lain. Dengan kebugaran jasmani yang baik dapat lebih membantu dan tidak mengganggu saat latihan berlangsung. Sarankan pada responden untuk tidak menggunakan pakaian terlalu ketat yang dapat membatasi gerakan pelatihan, sebaiknya gunakan pakaian yang nyaman Pelaksanaan McKenzie Extension Exercise Sebelum McKenzie Extension Exercise dilakukan, responden diberi contoh terlebih dahulu gerakan pelatihannya. Bentuk-bentuk pelatihannya sebagai berikut: 1) Posisi awal: tidur, tengkurap dengan kepala diputar ke satu sisi dan kedua lengan rileks di samping badan. Dalam posisi ini, lakukan nafas dalam kemudian rileks secara sempurna selama 4-5 menit. Latihan ini

20 30 digunakan terutama dalam pengobatan nyeri punggung akut, dilakukan pada awal dari setiap sesi latihan. Gambar 3. McKenzie Extension Exercise Nomor 1 2) Tetap dalam posisi tidur tengkurap kemudian posisikan kedua siku di bawah bahu sehingga bersandar pada kedua lengan bawah. Selama latihan ini, lakukan nafas dalam kemudian relaksasikan otot-otot pinggang secara sempurna. Lakukan latihan ini selama lima menit. Latihan 2 terutama digunakan dalam pengobatan nyeri punggung bawah berat. Gambar 4. McKenzie Extension Exercise Nomor 2 3) Tetap dalam posisi tengkurap kemudian posisikan kedua tangan di bawah bahu. Kemudian luruskan kedua siku dengan mendorong badan ke atas sejauh mungkin sehingga nyeri berkurang. Posisi ini penting untuk merelaksasikan tulang panggul, pinggang dan tungkai secara sempurna. Pertahankan posisi ini selama dua detik sehingga region pinggang terasa

21 31 lentur/longgar dan lakukan 10 kali repitisi. Latihan ini sangat berguna dan efektif dalam pengobatan nyeri punggung bawah akut dan kekakuan. Gambar 5. McKenzie Extension Exercise Nomor 3 4) Berdiri tegak dengan kedua kaki sedikit membuka. Letakkan kedua tangan pada pinggang dengan jari-jari menghadap ke belakang. Kemudian ekstensikan badan sejauh mungkin dengan kedua tangan sebagai tumpuan dan lutut harus tetap lurus. Pertahankan posisi ini selama dua detik dan ulangi sebanyak 5-6 kali. Latihan ini dapat diberikan setelah mengalami fase penyembuhan nyeri punggung bawah. Gambar 6. McKenzie Extension Exercise Nomor 4

22 32 5) Posisi tidur terlentang kemudian tekuk kedua lutut dan kedua kaki datar pada lantai. Kemudian bawa kedua lutut ke arah dada dengan bantuan kedua tangan secara perlahan sampai kedua lutut dekat dengan dada. Pertahankan posisi selama dua detik dan kembali ke posisi semula (jangan menaikkan kepala atau meluruskan tungkai) dan ulangi sebanyak 5-6 kali. Latihan ini digunakan pada pengobatan nyeri punggung bawah akut dan kekakuan. Gambar 7. McKenzie Extension Exercise Nomor 5 6) Posisi duduk di kursi yang tidak memakai sandaran dengan kedua lutut dan kaki terbuka dan kedua tangan bersandar diatas ke dua tungkai. Kemudian tekuk badan ke depan sehingga kedua tangan menyentuh lantai. Kembali ke posisi awal dan ulangi sebanyak 5-6 kali. Latihan ini dapat menjadi lebih efektif dengan kedua tangan pada pergelangan kaki dan tekuk badan sejauh mungkin.

23 33 Gambar 8. McKenzie Extension Exercise Nomor Mekanisme Penurunan Nyeri 1) Teori pengendalian Gerbang (Gate Control Theory) Teori ini menjelaskan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau bahkan dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat (Melzack & Wall, 1982 dalam Potter & Perry, 2006). Mekanisme pertahanan/gerbang ini dapat ditemukan di sel-sel gelatinosa substansia di dalam kornu dorsalis pada medulla spinalis, thalamus, dan sistem limbik (Clancy & Mc Vicar, 1992 dalam Potter & Perry, 2006). Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan tertutup. Upaya menutup pertahanan tersebut merupakan dasar terapi menghilangkan nyeri. Trasmisi impuls nyeri melalui pintu gerbang sumsum tulang belakang dipengaruhi oleh: a) Aktivitas serabut sensori Gerbang akan terbuka dengan adanya perangsangan serabut A delta dan C yang melepaskan substansi P untuk mentransmisi impuls melalui mekanisme gerbang. Sinyal nyeri ini bisa diblok dengan stimulasi serabut A beta. Serabut saraf A beta adalah serat saraf bermielin yang besar sehingga mengantarkan

24 34 impuls ke sistem saraf pusat jauh lebih cepat daripada serabut A delta atau serabut C. Apabila masukan yang dominan berasal dari serabut A beta, maka gerbang akan menutup (Potter & Perry, 2006). Serabut ini berespon terhadap masase ringan pada kulit, pergerakan otot dan stimulasi listrik. Ketiga hal ini dalam bahasa non fisiologi, membuat otak tetap sibuk sehingga mencegah untuk terlalu terganggu dengan impuls yang datang dari sumber nyeri (Kenworthy et al, 2002). b) Neuroregulator: endorphin Neuroregulator atau substansi yang mempengaruhi transmisi stimulus saraf memegang peranan yang penting dalam suatu pengalaman nyeri. Substansi ini ditemukan di lokasi nosiseptor, di terminal saraf dalam kornu dorsalis pada medulla spinalis. Neuroregulator dibagi menjadi dua kelompok, yakni neurotransmiter dan neuromodulator. Neurotransmiter seperti substansi P mengirim impuls listrik melewati celah sinaps di antara dua serabut saraf. Serabut saraf tersebut adalah eksitator dan inhibitor. Neuromodulator memodifikasi aktivitas neuron dan menyesuaikan atau memvariasikan transmisi stimulus nyeri tanpa secara langsung menstransfer tanda saraf melalui sebuah sinaps. Nerumodulator diyakini tidak bekerja secara langsung, yakni dengan meningkatkan dan menurunkan efek neurotransmiter tertentu. Endorphin (berasal dari kata endogenous morphin) dan juga enkefalin, serotonin, noradrenalin dan gamma-aminobutyric acid (GABA) adalah contoh neuromodulator. Enkefalin dan endorphin diduga dapat menghambat impuls nyeri dengan memblok transmisi impuls ini di dalam otak dan medula spinalis. Kadarnya yang berbeda di antara

25 35 individu menjelaskan mengapa stimulus nyeri yang sama dirasakan berbeda oleh orang yang berbeda (Potter & Perry, 2006). 2) Agen Anastetik dan Analgesik Spesifik Terdapat tiga kelompok obat analgesik (pereda nyeri) yang tersedia untuk menangani nyeri. Kelompok pertama adalah non-opioid termasuk paracetamol dan Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) yang dipertimbangkan untuk diberikan sebelum beralih ke kelompok kedua yaitu opioid dan kelompok ketiga adalah adjuvan. Analgesik adjuvan adalah obat-obat yang tidak diklasifikasikan sebagai analgesik, tetapi dapat digunakan untuk menangani nyeri pada situasi tertentu, misalnya antidepresan dan antikonvulsan yang biasanya digunakan untuk penanganan nyeri neuropatik. Agen analgesik dapat diberikan dalam berbagai jalan seperti parenteral, oral, rektal, transdermal, dan intraspinal.

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang dapat mengganggu proses kerja sehingga menjadi kurang

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang dapat mengganggu proses kerja sehingga menjadi kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini semua proses pekerjaan tidak terlepas dari posisi duduk, mulai dari orang kecil seperti murid sekolah sampai orang dewasa dengan pekerjaan yang memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, maka pada

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, maka pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu tujuan dari bangsa Indonesia yang tercantum pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, maka pada dewasa ini tingkat partisipasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni salah

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia dibentuk oleh struktur tulang belakang yang sangat kuat dimana berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni

Lebih terperinci

PENGARUH PELATIHAN PUNGGUNG TERHADAP PERSEPSI NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA LANSIA. Key Words : Low Back Pain, Back Exercise, Elderly

PENGARUH PELATIHAN PUNGGUNG TERHADAP PERSEPSI NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA LANSIA. Key Words : Low Back Pain, Back Exercise, Elderly PENGARUH PELATIHAN PUNGGUNG TERHADAP PERSEPSI NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA LANSIA DI BANJAR PANDE DESA SUMERTA KAJA TAHUN 2012 Purna Jiwa, IGNM., (1) DR. dr. I Putu Gede Adiatmika, M. Kes, Sp. Erg, AIFO.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara barat misalnya Inggris dan Amerika Serikat kejadian nyeri punggung (terutama nyeri pada punggung bagian bawah) telah mencapai proporsi epidemik. Satu survei

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era yang lebih maju dan berkembang disertai dengan peningkatan teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan perilaku hidup, hal ini mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2010) dikutip dalam Andarmoyo (2013) menyatakan bahwa nyeri merupakan

BAB I PENDAHULUAN. (2010) dikutip dalam Andarmoyo (2013) menyatakan bahwa nyeri merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri merupakan bentuk ketidaknyamanan yang bersifat sangat individual dan tidak dapat dibagi dengan orang lain. Tamsuri (2007) mendefenisikan nyeri sebagai suatu keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktivitas fungsional sehari-hari. yang lama dan berulang, akan menimbulkan keluhan pada pinggang bawah

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktivitas fungsional sehari-hari. yang lama dan berulang, akan menimbulkan keluhan pada pinggang bawah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada perkembangan jaman sekarang ini, kesehatan merupakan sesuatu hal yang sangat penting. Sehat adalah suatu kondisi yang terbebas dari segala jenis penyakit, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pegal yang terjadi di daerah pinggang bawah. Nyeri pinggang bawah bukanlah

BAB I PENDAHULUAN. pegal yang terjadi di daerah pinggang bawah. Nyeri pinggang bawah bukanlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri pinggang bawah atau low back pain merupakan rasa nyeri, ngilu, pegal yang terjadi di daerah pinggang bawah. Nyeri pinggang bawah bukanlah diagnosis tapi hanya

Lebih terperinci

Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Pernyataan tersebut

Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Pernyataan tersebut Konsep kenyamanan Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Pernyataan tersebut didukung oleh Kolcaba yang mengatakan

Lebih terperinci

Clinical Science Session Pain

Clinical Science Session Pain Clinical Science Session Pain Disusun oleh : Nurlina Wardhani 1301-1214-0658 William Reinaldi 1301-1214-0503 Preseptor : Arnengsih, dr., Sp.KFR BAGIAN ILMU KESEHATAN FISIK DAN REHABILITASI FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, begitu juga dalam bidang kesehatan. Salah satu Negara kita, yaitu dari

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, begitu juga dalam bidang kesehatan. Salah satu Negara kita, yaitu dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan pembangunan dan teknologi memberikan dampak bagi segala bidang pembangunan, begitu juga dalam bidang kesehatan. Salah satu Negara kita, yaitu dari penyakit

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang berkembang kian pesat sangat berpengaruh pula aktivitas yang terjadi pada

PENDAHULUAN. yang berkembang kian pesat sangat berpengaruh pula aktivitas yang terjadi pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan mempunyai peranan penting dalam pembangunan yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemauan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN MANAJEMEN NYERI PADA LUKA POST OPERASI

SATUAN ACARA PENYULUHAN MANAJEMEN NYERI PADA LUKA POST OPERASI SATUAN ACARA PENYULUHAN MANAJEMEN NYERI PADA LUKA POST OPERASI OLEH ANDITA NOVTIANA SARI FLAMINGO 1 P17420509004 POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG PRODI KEPERAWATAN MAGELANG 2011 SATUAN ACARA PENYULUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, tingkat aktivitas masyarakat Indonesia semakin tinggi. Hal ini disebabkan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Association for Study of Pain (IASP) dalam Potter & Perry

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Association for Study of Pain (IASP) dalam Potter & Perry BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri merupakan suatu rasa atau sensasi yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan eksistensinya

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN POSISI DUDUK DENGAN TIMBULNYA NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGEMUDI MOBIL

SKRIPSI HUBUNGAN POSISI DUDUK DENGAN TIMBULNYA NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGEMUDI MOBIL SKRIPSI HUBUNGAN POSISI DUDUK DENGAN TIMBULNYA NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGEMUDI MOBIL Disusun oleh : HENDRO HARNOTO J110070059 Diajukan untuk memenuhi tugas dan syarat syarat guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan hidup. Sebagian aktivitas dan pekerjaan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan hidup. Sebagian aktivitas dan pekerjaan tersebut BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Setiap individu tidak terlepas dari aktivitas atau pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sebagian aktivitas dan pekerjaan tersebut membutuhkan energi dan kekuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. populasi pada usia>50 tahun dan sering terjadi pada usia didapatkan pada usia tahun. Di Amerika Serikat, kasusnyeri

BAB I PENDAHULUAN. populasi pada usia>50 tahun dan sering terjadi pada usia didapatkan pada usia tahun. Di Amerika Serikat, kasusnyeri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri pinggang dilaporkan terjadi setidaknya 1 kali dalam 85% populasi pada usia>50 tahun dan sering terjadi pada usia 30-50 tahun.setiap tahun prevalensi nyeri pinggang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jaringan aktual dan potensial yang menyebabkan seseorang mencari. perawatan kesehatan ( Smeltzer & Bare, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. jaringan aktual dan potensial yang menyebabkan seseorang mencari. perawatan kesehatan ( Smeltzer & Bare, 2012). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang dirasakan mengganggu dan menyakitkan, sebagai akibat adanya kerusakan jaringan aktual dan potensial yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4" BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nyeri Punggung Bawah 2.1.1. Definisi Nyeri punggung bawah adalah perasaan nyeri diantara sudut kosta sampai daerah bokong yang dapat menjalar sampai ke kedua kaki (Casazza,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengguna jasa asuransi kesehatan. Pengertian sehat sendiri adalah suatu kondisi

BAB I PENDAHULUAN. pengguna jasa asuransi kesehatan. Pengertian sehat sendiri adalah suatu kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kesehatan saat ini merupakan hal yang sangat penting dikarenakan meningkatnya jumlah pasien di rumah sakit dan meningkat juga pengguna jasa asuransi kesehatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam mencari pengobatan (Kambodji, 2002). menyebabkan sekitar 12,5% dari seluruh angka sakit.

BAB I PENDAHULUAN. dalam mencari pengobatan (Kambodji, 2002). menyebabkan sekitar 12,5% dari seluruh angka sakit. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri punggung bawah merupakan salah satu keluhan yang dapat menurunkan produktivitas manusia, 80% penduduk di negara industri pernah mengalami nyeri punggung

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN SPONDYLOSIS LUMBALIS 4-5 DENGAN MWD ULTRA SOUND DAN WILLIAM FLEXION EXERCISE DI RSUD SRAGEN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN SPONDYLOSIS LUMBALIS 4-5 DENGAN MWD ULTRA SOUND DAN WILLIAM FLEXION EXERCISE DI RSUD SRAGEN PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN SPONDYLOSIS LUMBALIS 4-5 DENGAN MWD ULTRA SOUND DAN WILLIAM FLEXION EXERCISE DI RSUD SRAGEN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Osteoarthritis (OA) merupakan salah satu penyakit muskuloskeletal yang

BAB I PENDAHULUAN. Osteoarthritis (OA) merupakan salah satu penyakit muskuloskeletal yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Osteoarthritis (OA) merupakan salah satu penyakit muskuloskeletal yang paling sering ditemui, yang ditandai dengan kerusakan kartilago dan penyempitan celah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sudut iga terbawah dan lipat bokong bawah yaitu regio lumbo-sakral

BAB I PENDAHULUAN. sudut iga terbawah dan lipat bokong bawah yaitu regio lumbo-sakral BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nyeri punggung bawah (NPB) adalah rasa nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah yang bisa merupakan nyeri lokal maupun radikuler, maupun keduanya. Nyeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan. sehingga dengan demikian walaupun etiologi LBP dapat bervariasi dari yang

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan. sehingga dengan demikian walaupun etiologi LBP dapat bervariasi dari yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan manifestasi keadaan patologik yang dialami oleh jaringan atau alat tubuh yang merupakan bagian pinggang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Osteoarthritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang,

BAB I PENDAHULUAN. Osteoarthritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Osteoarthritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang, arthro yang berarti sendi dan itis yang berarti inflamasi. Osteoarthritis tergolong penyakit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Kerja 1. Pengertian Produktivitas kerja adalah jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh tenaga kerja yang bersangkutan dalam suatu periode tertentu. (15) Umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia,

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka bakar adalah suatu kerusakan integritas pada kulit atau kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia, radiasi dan arus listrik. Berat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Lama Duduk Sebelum Istirahat Dalam Berkendara

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Lama Duduk Sebelum Istirahat Dalam Berkendara BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Lama Duduk Sebelum Istirahat Dalam Berkendara Sopir atau pengemudi adalah orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang telah memiliki Surat Ijin

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. menunjukkan penurunan bila dibandingkan dengan rata-rata tingkat

BAB V PEMBAHASAN. menunjukkan penurunan bila dibandingkan dengan rata-rata tingkat BAB V PEMBAHASAN A. Tingkat Dismenorea Pada Kelompok Eksperimen Sebelum dan Setelah Diberi Terapi Musik Klasik Mozart Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa nilai rata-rata tingkat dismenorea sebelum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memiliki aktivitas yang bermacam-macam dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini menuntut manusia untuk memiliki kondisi tubuh yang baik tanpa ada gangguan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyeri 1. Pengertian Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang potensial dan aktual (Smeltzer & Bare, 2002). Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seorang ibu mengalami perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seorang ibu mengalami perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan suatu proses yang alami dan normal. Selama hamil seorang ibu mengalami perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun psikologis. Perubahan-perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan peran serta masyarakat untuk lebih aktif. Aktivitas manusia sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan peran serta masyarakat untuk lebih aktif. Aktivitas manusia sangat BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan yang semakin meningkat otomatis disertai dengan peningkatan peran serta masyarakat untuk lebih aktif. Aktivitas manusia sangat erat hubungannya dengan gerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam era globalisasi sekarang ini aktivitas penduduk semakin meningkat, dalam

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam era globalisasi sekarang ini aktivitas penduduk semakin meningkat, dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam era globalisasi sekarang ini aktivitas penduduk semakin meningkat, dalam melaksanakan pekerjaannya seseorang dapat saja terkena gangguan atau cidera. Disadari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian yakni salah satunya bagian leher yang mempunyai peranan sangat

BAB I PENDAHULUAN. bagian yakni salah satunya bagian leher yang mempunyai peranan sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia dibentuk oleh struktur tulang belakang yang sangat kuat dimana berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkup perkantoran biasanya sudah dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas serta

BAB I PENDAHULUAN. lingkup perkantoran biasanya sudah dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern seperti sekarang, banyak pekerjaan yang dilakukan oleh sebagian besar orang, salah satunya adalah sebagai Pegawai Negeri Sipil. Dimana profesi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa yang ditandai oleh perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana dijumpai beraneka ragam jenis keluhan antara lain gangguan neuromuskular,

BAB I PENDAHULUAN. dimana dijumpai beraneka ragam jenis keluhan antara lain gangguan neuromuskular, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup sehat adalah harapan setiap individu baik sehat fisik maupun psikis. Namun harapan tersebut kadang bertentangan dengan keadaan di masyarakat, dimana dijumpai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fungsional sehari-hari. Dimana kesehatan merupakan suatu keadaan bebas

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fungsional sehari-hari. Dimana kesehatan merupakan suatu keadaan bebas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hal yang amat penting dalam melakukan aktivitas fungsional sehari-hari. Dimana kesehatan merupakan suatu keadaan bebas dari penyakit,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung dan tidak langsung, kesehatan masyarakat juga perlu. With Low Back Pain : A Randomized Controllled Trial Bukti juga

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung dan tidak langsung, kesehatan masyarakat juga perlu. With Low Back Pain : A Randomized Controllled Trial Bukti juga BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan dan keselamatan dalam bekerja sangat penting bagi masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan faktor potensial yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga manakala seseorang menderita sakit maka seseorang akan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga manakala seseorang menderita sakit maka seseorang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Sehat pada dasarnya merupakan dambaan atau kebutuhan setiap orang sehingga manakala seseorang menderita sakit maka seseorang akan mengusahakan dirinya untuk kesembuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kompres 1. Kompres hangat Adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan menggunakan kantung berisi air hangat yang menimbulkan rasa hangat pada bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga kematian. Proses menua berlangsung secara alamiah dalam tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. hingga kematian. Proses menua berlangsung secara alamiah dalam tubuh yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses menua (aging process) adalah akumulasi secara progresif dari berbagai perubahan patofisiologi organ tubuh yang berlangsung seiring dengan berlalunya waktu dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seumur hidup sebanyak 60% (Demoulin 2012). Menurut World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. seumur hidup sebanyak 60% (Demoulin 2012). Menurut World Health BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri punggung merupakan keluhan yang sering dijumpai pada kehidupan sehari-hari. Diperkirakan hampir semua orang pernah mengalami nyeri punggung semasa hidupnya. Nyeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menuju Indonesia Sehat 2010 merupakan program pemerintah dalam mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai macam kondisi yang dapat

Lebih terperinci

BAHAN AJAR 10 SAKIT PINGGANG BAGIAN BAWAH

BAHAN AJAR 10 SAKIT PINGGANG BAGIAN BAWAH BAHAN AJAR 10 10 SAKIT PINGGANG BAGIAN BAWAH Slipped Disc Salah satu lokasi rasa sakit yang sering membuat para atlet, khususnya pemainpemain bulutangkis, tenis lapangan dan atlet selancar angin mengeluh

Lebih terperinci

Eva Marvia, Nia Firdianty, IGA Mirah Adhi Staf Pengajar STIKES Mataram ABSTRAK

Eva Marvia, Nia Firdianty, IGA Mirah Adhi Staf Pengajar STIKES Mataram ABSTRAK PERBEDAAN PENGARUH TERAPI KOMPRES HANGAT DAN TEKNIK SLOW- STROKE BACK MASSAGE TERHADAP PERUBAHAN INTENSITAS NYERI PADA LANSIA YANG MENGALAMI PENYAKIT OSTEOARHRITIS DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA PUSPAKARMA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam studi kasus ini, seorang pasien perempuan dengan inisial Ny. NF

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam studi kasus ini, seorang pasien perempuan dengan inisial Ny. NF BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Dalam studi kasus ini, seorang pasien perempuan dengan inisial Ny. NF berusia 52 tahun dengan keluhan nyeri pinggang bawah dan menjalar sampai kaki kiri akibat Hernia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan gangguan musculoskeletal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan gangguan musculoskeletal yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan gangguan musculoskeletal yang terjadi pada punggung bagian bawah yang dapat disebabkan oleh berbagai penyakit maupun aktifitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab 40% kunjungan pasien berobat jalan terkait gejala. setiap tahunnya. Hasil survei Word Health Organization / WHO

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab 40% kunjungan pasien berobat jalan terkait gejala. setiap tahunnya. Hasil survei Word Health Organization / WHO BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri menurut International Association For Study Of Pain / IASP yang dikutuip oleh Kuntono, 2011 adalah suatu pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nyeri tak tertahankan, mempengaruhi tangan, punggung, leher, lengan, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. nyeri tak tertahankan, mempengaruhi tangan, punggung, leher, lengan, bahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Myalgia cervical atau sering dikenal dengan nyeri otot leher adalah suatu kondisi kronis dimana otot mengalami ketegangan atau terdapat kelainan struktural tulang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. punggung antara lain aktifitas sehari-hari seperti, berolahraga, bekerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. punggung antara lain aktifitas sehari-hari seperti, berolahraga, bekerja, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Punggung merupakan salah satu dari bagian tubuh manusia yang sering digunakan untuk beraktifitas. Banyak aktifitas yang melibatkan pergerakan punggung antara lain aktifitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Meningkatkan derajat kesehatan yang adil dan merata seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Meningkatkan derajat kesehatan yang adil dan merata seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Meningkatkan derajat kesehatan yang adil dan merata seperti ditingkatkan melalui sikap respontif dan efektif dalam melakukan suatu tindakan untuk memberi kenyamanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belum bisa dihindari secara keseluruhan. Dunia industri di Indonesia masih

BAB I PENDAHULUAN. belum bisa dihindari secara keseluruhan. Dunia industri di Indonesia masih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri di dunia sudah maju dan segala sesuatunya sudah otomatis, tetapi penggunaan tenaga manusia secara manual masih belum bisa dihindari secara keseluruhan.

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI PASKA OPERASI HERNIA NUCLEUS PULPOSUS DI VERTEBRA L5-S1 DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI PASKA OPERASI HERNIA NUCLEUS PULPOSUS DI VERTEBRA L5-S1 DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI PASKA OPERASI HERNIA NUCLEUS PULPOSUS DI VERTEBRA L5-S1 DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA Disusun Oleh FITRI ISTIQOMAH NIM. J100.060.056 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi 2.1.1. Pengertian Ergonomi Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. Manifestasi fisiologi nyeri

BAB II PEMBAHASAN. Manifestasi fisiologi nyeri BAB II PEMBAHASAN 1. PROSES TERJADINYA NYERI DAN MANIFESTASI FISIOLOGIS NYERI Pengertian nyeri, menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah merupakan pengalaman sensoris subyektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan untuk. meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan untuk. meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. usia 56 tahun dengan kondisi Hernia Nucleus Pulposus (HNP) pada L5-S1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. usia 56 tahun dengan kondisi Hernia Nucleus Pulposus (HNP) pada L5-S1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Permasalahan yang timbul pada pasien atas nama Ny. Netty Indrayati usia 6 tahun dengan kondisi Hernia Nucleus Pulposus (HNP) pada L-S yaitu Terdapat nyeri menjalar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu gerak yang merupakan kebutuhan dasar manusia untuk beraktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu gerak yang merupakan kebutuhan dasar manusia untuk beraktivitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu gerak yang merupakan kebutuhan dasar manusia untuk beraktivitas adalah berjalan. Untuk dapat menghasilkan mekanisme pola berjalan yang harmonis, maka kita

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Aktivitas Fisik a. Definisi Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan taraf hidup dan umur harapan hidup. Namun peningkatan umur

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan taraf hidup dan umur harapan hidup. Namun peningkatan umur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan adalah cita-cita suatu bangsa yang terlihat dari peningkatan taraf hidup dan umur harapan hidup. Namun peningkatan umur harapan hidup ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdiri disetiap bekerja untuk melayani para konsumen. Akan tetapi posisi

BAB I PENDAHULUAN. berdiri disetiap bekerja untuk melayani para konsumen. Akan tetapi posisi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan jaman, masyarakat dituntut lebih aktif dalam bekerja untuk menghadapi persaingan yang ketat. Selain dituntut agar lebih aktif, masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan. merupakan bagian pinggang atau yang ada di dekat pinggang.

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan. merupakan bagian pinggang atau yang ada di dekat pinggang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan manifestasi keadaan patologik yang dialami oleh jaringan atau alat tubuh yang merupakan bagian pinggang atau

Lebih terperinci

untuk Mencegah Sakit Punggung

untuk Mencegah Sakit Punggung 5 Hal yang Bisa Anda Lakukan untuk Mencegah Sakit Punggung WISNUBRATA Kompas.com - 25/09/2017, 07:45 WIB Ilustrasi sakit punggung dan pinggang(grinvalds) KOMPAS.com - Sakit punggung adalah penyakit yang

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 Penelitian Keperawatan Jiwa SITI FATIMAH ZUCHRA BP. 1010324031

Lebih terperinci

HUBUNGAN SIKAP KERJA DUDUK DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PEKERJA RENTAL KOMPUTER DI PABELAN KARTASURA

HUBUNGAN SIKAP KERJA DUDUK DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PEKERJA RENTAL KOMPUTER DI PABELAN KARTASURA HUBUNGAN SIKAP KERJA DUDUK DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PEKERJA RENTAL KOMPUTER DI PABELAN KARTASURA SKRIPSI DISUSUN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN DALAM MENDAPATKAN GELAR SARJANA SAINS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian telah banyak di kembangkan untuk mengatasi masalah-masalah penuaan.

BAB I PENDAHULUAN. penelitian telah banyak di kembangkan untuk mengatasi masalah-masalah penuaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan pembangunan dan pengetahuan serta teknologi memberikan dampak bagi segala bidang, khususnya dalam bidang ilmu kesehatan dan informasi. Meningkatnya ilmu pengetahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menghambat aktivitas kegiatan sehari-hari, di Jerman persentase

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menghambat aktivitas kegiatan sehari-hari, di Jerman persentase BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cedera ligamen kolateral medial sendi lutut merupakan salah satu gangguan yang dapat menyebabkan gangguan mobilitas dan fungsional, sehingga menghambat aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. duduk terlalu lama dengan sikap yang salah, hal ini dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. duduk terlalu lama dengan sikap yang salah, hal ini dapat menyebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebiasaan duduk dapat menimbulkan nyeri pinggang apabila duduk terlalu lama dengan sikap yang salah, hal ini dapat menyebabkan otot punggung akan menjadi tegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan perekonomian. Setiap pembangunan mall dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan perekonomian. Setiap pembangunan mall dapat meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pusat pertokoan (mall) di Indonesia semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan perekonomian. Setiap pembangunan mall dapat meningkatkan pendapatan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru. (Millson, 2008). Sedangkan menurut pendapat Departement of Trade and

BAB I PENDAHULUAN. baru. (Millson, 2008). Sedangkan menurut pendapat Departement of Trade and BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Inovasi adalah perbuatan mengenalkan sesuatu yang baru dengan cara yang baru. (Millson, 2008). Sedangkan menurut pendapat Departement of Trade and Industry,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemakaian gitar dengan posisi duduk dan dibantu oleh penyangga kaki (footstool) untuk rentang waktu lebih dari 30 menit, sering menimbulkan kelelahan (fatigue

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling umum untuk mencari pertolongan kesehatan. Seseorang yang nyeri

BAB I PENDAHULUAN. paling umum untuk mencari pertolongan kesehatan. Seseorang yang nyeri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang pasti pernah mengalami nyeri itu merupakan alasan yang paling umum untuk mencari pertolongan kesehatan. Seseorang yang nyeri biasanya menderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan peradaban manusia sudah semakin berkembang pesat di

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan peradaban manusia sudah semakin berkembang pesat di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan peradaban manusia sudah semakin berkembang pesat di segala bidang kehidupan. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan

Lebih terperinci

BAB I. tahun dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2000, jumlah

BAB I. tahun dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2000, jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia akan mengalami peningkatan jumlah penduduk usia lanjut secara dramatis pada abad 21 nanti. Berdasarkan data proyeksi penduduk tahun 1990-2025 dari Badan Pusat

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION DAN ULTRASOUND PADA LOW BACK PAIN KINETIK

PENGARUH TERAPI TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION DAN ULTRASOUND PADA LOW BACK PAIN KINETIK PENGARUH TERAPI TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION DAN ULTRASOUND PADA LOW BACK PAIN KINETIK SKRIPSI DISUSUN SEBAGAI PERSYARATAN DALAM MERAIH GELAR SARJANA SAINS TERAPAN FISIOTERAPI Disusun Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan adalah rangkaian proses fisiologis yang berakhir dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan adalah rangkaian proses fisiologis yang berakhir dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan adalah rangkaian proses fisiologis yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses yang fisiologis pada umumnya dimulai dengan adanya kontraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya pembangunan kesehatan dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional. Adapun tujuan dari penyelenggaraan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun mental. Akan tetapi, olahraga yang dilakukan tanpa mengindahkan

BAB I PENDAHULUAN. maupun mental. Akan tetapi, olahraga yang dilakukan tanpa mengindahkan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Olahraga, baik yang bersifat olahraga prestasi maupun rekreasi merupakan aktivitas yang dapat memberikan manfaat bagi kesehatan fisik maupun mental. Akan tetapi,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 45 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Wilayah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Keperawatan (FKIK) di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Dengan tingkat kesehatan yang optimal maka akan dapat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Dengan tingkat kesehatan yang optimal maka akan dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin berkembangnya ilmu kesehatan, semakin maju juga tingkat kesadaran manusia untuk hidup sehat. Hal ini dibuktikan dengan semakin tingginya tingkat kesadaran

Lebih terperinci

MUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc

MUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc MUSCULOSKELETAL DISORDERS dr.fauziah Elytha,MSc Muskuloskeletal disorder gangguan pada bagian otot skeletal yang disebabkan oleh karena otot menerima beban statis secara berulang dan terus menerus dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah suatu negara dengan jumlah populasi terbesar setelah Cina, India, dan Amerika serikat. Pada tahun 2010 menurut data statistik menunjukkan bahwa jumlah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Aloei Saboe Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Aloei Saboe Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota 55 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe merupakan Rumah Sakit Umum (RSU) terbesar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di setiap negara. Di dunia, sedikitnya 50% dari semua petugas. mencapai 80% dari semua tenaga kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di setiap negara. Di dunia, sedikitnya 50% dari semua petugas. mencapai 80% dari semua tenaga kesehatan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perawat memainkan peran penting dalam memberikan pelayanan kesehatan di setiap negara. Di dunia, sedikitnya 50% dari semua petugas kesehatan adalah perawat.

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS) ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS) ANGINA PECTORIS I. PENGERTIAN Angina pectoris adalah suatu sindrom klinis di mana pasien mendapat serangan sakit dada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002). Nyeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan dinamis dan dapat ditingkatkan sehingga manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan dinamis dan dapat ditingkatkan sehingga manusia dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Setiap orang mendambakan bebas dari penyakit, baik fisik maupun mental serta terhindar dari kecacatan. Sehat bukan suatu keadaan yang sifatnya statis tapi merupakan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES AIR HANGAT TERHADAP INTENSITAS NYERI PUNGGUNG IBU HAMIL TRIMESTER

PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES AIR HANGAT TERHADAP INTENSITAS NYERI PUNGGUNG IBU HAMIL TRIMESTER PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES AIR HANGAT TERHADAP INTENSITAS NYERI PUNGGUNG IBU HAMIL TRIMESTER Dewi Rahmawati Abyu,Retno Dewi Prisusanti, AKBID Wijaya Kusuma Malang, Jln. Letjend S.Parman No.26A Malang Email

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya dan dapat menyebabkan terjadinya disfungsi motorik dan sensorik yang berdampak pada timbulnya

Lebih terperinci

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG SOP SENAM HAMIL

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG SOP SENAM HAMIL Versi : 1 Tgl : 17 maret 2014 1. Pengertian Senam Hamil adalah terapi latihan gerak untuk mempersiapkan ibu hamil, secara fisik maupun mental, untuk menghadapi persalinan yang cepat, aman dan spontan.

Lebih terperinci

LATIHAN FISIK SEBAGAI PENDUKUNG ASUHAN GIZI BAGI LANSIA DR.dr.BM.Wara Kushartanti

LATIHAN FISIK SEBAGAI PENDUKUNG ASUHAN GIZI BAGI LANSIA DR.dr.BM.Wara Kushartanti LATIHAN FISIK SEBAGAI PENDUKUNG ASUHAN GIZI BAGI LANSIA DR.dr.BM.Wara Kushartanti TUJUAN MODUL Setelah mempelajari modul ini, diharapkan peserta dapat: 1. Memahami konsep dukungan latihan fisik untuk asuhan

Lebih terperinci

HUBUNGAN BERDIRI LAMA DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH MIOGENIK PADA PEKERJA KASIR

HUBUNGAN BERDIRI LAMA DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH MIOGENIK PADA PEKERJA KASIR HUBUNGAN BERDIRI LAMA DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH MIOGENIK PADA PEKERJA KASIR SKRIPSI DISUSUN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN DALAM MENDAPATKAN GELAR SARJANA SAINS TERAPAN FISIOTERAPI Disusun

Lebih terperinci

MANAJEMEN NYERI POST OPERASI

MANAJEMEN NYERI POST OPERASI MANAJEMEN NYERI POST OPERASI Ringkasan Manajemen nyeri post operasi bertujuan untuk meminimalisasi rasa tidak nyaman pada pasien, memfasilitasi mobilisasi dini dan pemulihan fungsi, dan mencegah nyeri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persalinan 1. Definisi Persalinan Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan lahir spontan dengan presentase belakang kepala, tanpa

Lebih terperinci

Latihan Aktif Dan Pasif / Range Of Motion (ROM) Pada Pasien. Stroke Non Hemoragik

Latihan Aktif Dan Pasif / Range Of Motion (ROM) Pada Pasien. Stroke Non Hemoragik LAMPIRAN 1 Latihan Aktif Dan Pasif / Range Of Motion (ROM) Pada Pasien Stroke Non Hemoragik A. Pengertian Latihan aktif dan pasif / ROM adalah merupakan suatu kebutuhan manusia untuk melakukan pergerakan

Lebih terperinci