LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN MASTERPLAN EKONOMI KREATIF DI KABUPATEN BANDUNG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN MASTERPLAN EKONOMI KREATIF DI KABUPATEN BANDUNG"

Transkripsi

1 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANDUNG LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN MASTERPLAN EKONOMI KREATIF DI KABUPATEN BANDUNG

2 1. Pendahuluan PENYAJIAN 2. Kebijakan Pengembangan Ekonomi Kreatif Kabupaten Bandung 3. Gambaran Umum Ekonomi Kreatif Kabupaten Bandung 4. Analisis Ekonomi Kreatif 5. Roadmap Ekonomi Kreatif 6. Rencana Aksi

3 Bagian 1 Pendahuluan

4 Latar Belakang Transformasi Struktural Struktur ekonomi dikelompokkan pada sektor primer, sektor sekunder dan sektor tersier Dalam perjalanan menuju kematangan daerah, strutktur ekonomi akan menguat di sektor tersier yang nampak dari banyaknya kota-kota yang berkembang didaerah Penguatan sektor tersier akan memicu munculkan pengembangan informasi dan pelaku ekonomi kreatif Efisiensi & Skala Ekonomi Pertambahan produksi akan meningkatkan produktivitas pekerja dan produk kompetitif Sektor lapangan usaha mengalir pada sektor dengan upah yang tinggi, modal rendah, menyerap banyak tenaga kerja. Industri kreatif menjadi pilihan yang paling efisien untuk daerah-daerah perkotaan / kota dengan lahan yang terbatas Ekonomi Kreatif Inpres No. 6 Tahun 2009 Transisi pembangunan berimplikasi pada transisi penguatan ekonomi kreatif, sumberdaya manusia menjadi modal utama melalui daya cipta dan kreasi Kabupaten Bandung memiliki insan yang kreatif, upaya hijrah dan penguatan pelaku industri kreatif merupakan tantangan pembangunan kedepan yang harus segera dipersiapakan Masterplan Ekonomi Kreatif Rangkaian Perencanaan yang terstruktur dan berjenjang mulai dari Tujuan, Sasaran, Kebijkan, Strategi dan Program Mempersiapkan dokumen perencanaan dalam rangka menyiapkan pedoman dalam mengembangkan Ekonomi Kreatif Tahun

5 Maksud, Tujuan & Sasaran Maksud Menyusun rencana pengembangan Ekonomi Kreatif di Kabupaten Bandung pada tahun Tujuan Menyusun rencana pengembangan yang didalamnya terdapat road map serta rencana aksi pengembangan ekonomi kreatif di Kabupaten Bandung sebagai pedoman operasional untuk kemudahan dan keterpaduan dalam pengembangan Ekonomi Kreatif serta menjadi rujukan bagi seluruh stakeholder yang berkaitan dengan pengembangan ekonomi kreatif di Kabupaten Bandung mulai dari SKPD, Dunia Usaha serta masyarakat Kabupaten Bandung Sasaran Teridentifikasinya sektor ekonomi kreatif unggulan dan berpotensi untuk ditetapkan sebagai fokus pengembangan ekonomi kreatif di Kabupaten Bandung dari 15 kategori (periklanan, arsitektur, pasar seni/barang antik, kerajinan, komputer/piranti lunak, desain, fashion, permainan interaktif, musik, seni pertunjukan, penerbitan dan percetakan, riset dan pengembangan, radio dan televisi, film/video/fotografi dan kuliner). Terumuskannya pedoman operasional serta pedoman pembuatan kebijakan bagi pemerintah Kabupaten Bandung dalam pengembangan ekonomi kreatif. Terumuskannya rencana tindak arahan dan rujukan bagi pelaku industri, baik pengusaha, dan institusi lainnya yang bergerak di bidang industri kreatif ataupun bidang lain yang berkaitan dalam kegiatan pengembangan ekonomi kreatif.

6 Landasan Hukum Undang Undang No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian; Undang Undang Nomor 31 Tahun 2000 Tentang Desain Industri dalam Perlindungan Hak Atas Kekayaan Intelektual Undang Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; Undang Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; Undang Undang No. 17 Tahun 2007 tenang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun ; Undang Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanam Modal; Undang Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; Undang Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah; PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota; Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Nasional; Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri; Peraturan Presiden No. 32 tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI); Peraturan Presiden No. 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional; Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun ; Keputusan Presiden No. 41 Tahun 1996 tentang Kawasan Industri; Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 20/MPP/Kep/I/2001 tentang pembentukan Dewan Desain Nasional/Pusat Desain Nasional (PDN) Peraturan Daerah Kabupaten Bandung tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung;

7 Lingkup Kegiatan dan Keluaran Ruang Lingkup Kegiatan Kebijakan Referensi Normatif Industri Kreatif (bencmarking) Fenomena Industri Kreatif actual Faktor kesenjangan Industri Kreatif actual dan industri kreatif normatif (Big effort, midle effort, low effort) Konsep: Upaya dan Pilihan yang dapat dilakukan Langkah Strategis : Kebijakan dan jenjang perencanaan dan program Kelembagaan dan Evaluasi Keluaran Matrix Program dan rencana Aksi yang dilengkapi dengan indikator kinerja, serta tata kelola Ekonomi Kreatif Kabupaten Bandung

8 Kerangka Kerja Masterplan Ekonomi Kreatif Pemetaan Cluster Industri Kreatif Pengambilan sampel industri Kreatif Penilaian Kemapanan Industri Kreatif Tabulasi masalah dan hambatan kesenjangan tidak tercapainya kondisi mapan Industri Kreatif Penyusunan kebijakan pencapaian industri kreatif Perumusan rencana aksi & Monev

9 Pendekatan & Metodologi No Pendekatan Metodologi Teknik Analisis Output 1 Kebijakan a. Inventarisasi kebijakan terkait tingkat nasional b. Inventarisasi kebijakan terkait tingkat Propinsi c. Indikasi dan ruang pengembangan industi kreatif 2 Referensi Norma Industri kreatif (bencmarking) 3 Fenomena Industri kreatif actual 4 Faktor kesenjangan Industri kreatif actual dan industri kreatif normatif (Big effort, midle effort, low effort) 5 Konsep: Upaya dan Pilihan yang dapat dilakukan 6 Langkah Strategis : Kebijakan dan jenjang perencanaan dan program a. Inventarisasi faktor dan variabel industri kreatif b. Pra syarat dan tolok ukur industri kreatif c. Menetapan skor dan bobot industri kreatif a. Inventarisasi sebaran industri kreatif b. Indentifikasi pola perkembangan industri kreatif c. Indentifikasi faktor dan variabel industri kreatif untuk industri kreatif mapan a. Membandingkan faktor dan variabel industri kreatif dan refensi industri kreatif mapan b. Identifikasi tingkat kesenjangan antara industri kreatif dan referensi industri kreatif mapan a. Kebutuhan menutupi dan menambal Faktor dan variabel yang kurang b. Alternatif untuk menutupi dan menambal faktor dan variabel yang kurang c. Pemilihan alternatif dan variabel yang dapat menutupi dan menambal yang kurang a. Menetapkan tujuan dan sasaran b. Menetapkan kebijakan dan strategi c. Menetapkan program dan rencana aksi 7 Kelembagaan dan Evaluasi a. Menetapkan sistem pembiayaan dan kerjasama b. Mentetapkan sistem pengawasan Family tree NSPM (Norma, Standar, Prosedur dan Manual) Modeling Tipologi Fuzzy Analisys Pembobotan Analisis Benefit dan Biaya/ resiko Logical Framework Analisys (LFA) SMART Pohon kebijakan industri Kreatif Referensi Industri kreatif Mapan Transisi industri kreatif ke industri kreatif mapan Level Industri kreatif dan upaya yang diperlukan untuk mencapai 100% level industri kreatif Konsep dan Kebijakan Penyelenggaraan Industri kreatif Struktur Kebijakan Sistem Monitoring dan Evaluasi

10 KRITERIA & TOLOK UKUR KEMAPANAN EKONOMI KREATIF % 75% 50% 25% No Kriteria Tolok Ukur Nilai 1 Pemasaran a. digunakan untuk sendiri 1 b. dipasarkan langsung 2 c. dipasarkan melalui media (internet, tabloit, dll) 3 d. dipasarkan pihak lain (pemasok) 4 2 Jejaring a. dipasarkan pada tetangga lingkungan terdekat 1 b. dipasarkan di kota 2 c. dipasarkan nasional 3 d. dipasarkan internasional 4 3 Produksi a. Produksi sedikit (home industri) 1 4 Lembaga Keuangan 5 Program Khusus b. Produksi sedang (industri kecil - sedang) 2 c. Produksi banyak (industri sedang - besar) 3 d. Produksi masif (Industri Besar) 4 a. mendapatkan bantuan modal dari Bank 1 b. mendapatkan bantuan modal dari rekan, saudara/pihak lain 2 c. mendapatkan bantuan modal dari Koperasi 3 d. modal sendiri 4 a. Kegiatan usaha lahir dari program pemerintah 1 b. Kegiatan usaha diajak teman/rekan/saudara 2 c. Kegiatan usaha lahir dari inprirasi dan informasi pihak lain 3 d. Kegiatan usaha lahir dari inisiatif sendiri 4 6 Ide Produk a. Produk usaha hasil meniru dari produk lain 1 b. Produk usaha hasil dari warisan/kebudayaan 2 c. Produk usaha hasil buah pikiran komunitas/pihak lain 3 d. Produk usaha asli daya cipta sendiri 4 8 Sertifikasi a. Produk belum terdaftar (sertifikasi) pada lembaga yang berwenang 1 b. Produk akan didaftarkan (sertifikasi) pada lembaga yang 2 berwenang c. Produk dalam proses didaftarkan (sertifikasi) pada lembaga yang berwenang 3 d. Produk terdaftar (sertifikasi) pada lembaga yang berwenang 4 7 Standar a. produk tidak merujuk standar 1 8 Scientific Venture b. produk merujuk standar organisasi/komunitas 2 c. produk merujuk pada standar yang berlaku nasional 3 d. produk merujuk pada standar yang berlaku internasional 4 a. Pengembangan produk bekerjasama dengan Pemerintah 1 b. Pengembangan produk bekerjasama dengan Perguruan Tinggi 2 c. Pengembangan produk bekerjasama dengan Asosiasi/komunitas 3 d. Pengembangan produk bekerjasama sesama pelaku ekonomi 4 kreatif 9 Imbalan a. Tidak pernah mendapatkan penghargaan 1 b. Pernah mendapatkan penghargaan daerah 2 c. Pernah mendapatkan penghargaan nasional 3 d. Pernah mendapatkan penghargaan Internasional 4 No Kriteria Tolok Ukur Nilai 10 Bantuan a. Pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah pusat 1 b. Pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah daerah 2 c. Pernah mendapatkan bantuan dari pihak lain/komunitas 3 d. Tidak pernah mendapatkan bantuan 4 11 Komunitas a. Tidak memiliki komunitas 1 12 Perlindungan konsumen 13 Perlindungan Kompetitor b. Memiliki komunitas kecil 2 c. Memiliki komunitas besar 3 d. Memiliki komunitas besar dan telah teroganisir 4 a. Tidak ada strategi pelayanan 1 b. Pengutamakan kerjasama dengan konsumen 2 c. Pengutamakan pelayanan (keramtamahan) 3 d. Pengutamakan kualitas produk 4 a. Kompetitor sebagai ancaman 1 b. Kompetitor sebagai pihak yang tidak berpengaruh 2 c. Kompetitor sebagai rekan 3 d. Kompetitor sebagai rekan 4 14 Promosi a. Tidak melakukan promosi 1 15 Pusat Pelatihan 16 Pusat Penelitian 17 Pusat Pengembanga n b. Melakukan promosi sendiri 2 c. Melakukan promosi melalui komunitas 3 d. Memiliki sponsor dalam melakukan promosi 4 a. tidak pernah mendapatkan pelatihan 1 b. Pernah mendapatkan pelatihan 1 c. Pelatihan secara rutin dilakukan 3 d. Berlatih sendiri 4 a. Tidak ada penelitian 1 b. Penelitian oleh perguruan tinggi 2 c. Penelitian dilakukan oleh komunitas 3 d. Penelitian dilakukan sendiri 4 a. Belum ada pengembangan komoditas 1 b. Komoditas dikembangkan melalui pihak 2 lain/swasta/pemerintah/perguruan tinggi c. Komoditas dikembangkan melalui komunitas 3 d. Komoditas dikembangkan sendiri 4 18 Laboratorium a. Tidak memiliki laboratorium 1 19 Sistem Informasi b. laboratorium milik swasta atau pihak lain 2 c. laboratorium milik pemerintah 3 d. Memiliki laboratorium sendiri 4 a. Dari mulut ke mulut 1 b. Dari media 2 c. dari pemerintah/perguruan tinggi/pihak lain 3 d. Melalui komunitas 4

11 Bagian 2 Kebijakan Pengembangan Industri Kreatif Kabupaten Bandung

12 VISI INDUSTRI 2030, 3 MISI INDUSTRIALISASI Negara Industri Maju dan Bangsa Niaga Tangguh Memacu pertumbuhan ekonomi (di atas 7%) melalui peningkatan ekspor produk manufaktur. (a). peningkatan ekspor produk berteknologi tinggi seperti Elektronika dan Komponen Elektronika, Otomotif dan Komponen Otomotif, industri padat modal dan keterampilan sumber daya manusia seperti Tekstil dan Produk Tekstil, Sepatu dan Alas Kaki, (b). Peningkatan kapasitas ekspor produk industri olahan Masterplan bahan baku Migas dan Non-Migas, yang berasal Impor (naptha) dan Eksplorasi Sumur Minyak dan Gas Alam yang baru. Pembangunan 9 (sembilan) Refineries yang diintegrasikan dengan Pengembangan Industri Petrokimia, dan Pengembangan industri Masterplan teknologi yang menyerap banyak tenaga kerja. Meningkatkan daya saing industri di pasar domestik dan global (a). langkah restrukturisasi untuk penciptaan Struktur Biaya produksi yang kompetitif dengan meningkatkan kapasitas produksi dalam negeri dari industri pengembang infrastruktur seperti pengembang jalan tol, industri pembangkit sumber energi, industri telekomunikasi, (b). Implementasi kebijakan pendalaman struktur industri untuk mengurangi ketergantungan impor bahan baku dan komponen setengah jadi, dengan pengembangan klaster supporting industry dan jaringan industri komponen, Meningkatan kesempatan kerja dan berusaha untuk mengurangi pengangguran dan kemiskinan. (a). pemberdayaan : (i). sektor Industri Masterplan Pertanian & Perkebunan, (ii). sektor Industri Masterplan Tradisi & Budaya, dan (iii). sektor Industri Tekstil & Produk Tekstil, sebagai Motor Pencipta Lapangan Kerja. (b). Pelaksanaan Reorientasi Kebijakan Ekspor, dari orientasi ekspor bahan mentah menjadi orientasi ekspor produk setengah jadi atau produk akhir. (c). Pelaksanaan langkah Restrukturisasi Total Industri Nasional untuk peningkatan efisiensi dan produktivitas, dengan pengembangan klaster Industri dan Modernisasi Permesinan

13 EMPAT KLASTER INDUSTRI UNGGULAN PENDONGKRAK PERTUMBUHAN EKONOMI DIATAS 7 % TIGA KLASTER INDUSTRI UNGGULAN PENINGKATAN DAYA TARIK INVESTASI DAN DAYA SAING BANGSA TIGA KLASTER INDUSTRI UNGGULAN PENGGERAK PENCIPTA LAPANGAN KERJA DAN PENURUNAN ANGKA KEMISKINAN Roadmap 2015 Industri Nasional FOKUS PADA SEPULUH KLASTER INDUSTRI UNGGULAN 1. Industri Tekstil dan Produk Tekstil, Sepatu dan Alas Kaki 2. Industri Elektronika dan Komponen Elektronika 3. Industri Otomotif dan Komponen Otomotif 4. Industri Perkapalan 1. Industri Pengembang Infrastruktur, seperti : Industri Pembangkit Sumber Energi, Industri Telekomunikasi, Pengembang Jalan Tol, Konstruksi, Industri Semen, Baja dan Keramik 2. Industri Barang Modal dan Mesin Perkakas 3. Industri Petrokimia Hulu/Antara, termasuk Industri Pupuk 1. Industri Pengolahan Hasil Laut & Kemaritiman 2. Industri Pengolahan Hasil Pertanian, Peternakan, Perikanan, Kehutanan dan Perkebunan, termasuk Industri Makanan dan Minuman 3. Industri Masterplan Tradisi dan Budaya, utamanya : Industri Jamu & Kosmetik, Kerajinan Kulit-Rotan dan Kayu (Permebelan), Rokok Kretek, Batik dan Tenun Ikat

14 ROADMAP INDUSTR KREATIF NASIONAL 2025 Visi Dan Misi Ekonomi Kreatif Indonesia Visi: Bangsa Indonesia yang berkualitas hidup dan bercitra kreatif di mata dunia Misi: Memberdayakan Sumber Daya Insani Indonesia Sebagai Modal Utama Pembangunan Nasional 1. Peningkatan kontribusi industri kreatif terhadap pendapatan domestik bruto Indonesia, 2. Peningkatan ekspor nasional dari produk/jasa berbasis kreativitas anak bangsa yang mengusung muatan lokal dengan semangat kontemporer, 3. Peningkatan penyerapan tenaga kerja sebagai dampak terbukanya lapangan kerja baru di industri kreatif, 4. Peningkatan jumlah perusahaan berdaya saing tinggi yang bergerak di industri kreatif, 5. Pengutamaan pada pemanfaatan pada sumber daya yang berkelanjutan bagi bumi & generasi yang akan datang, 6. Penciptaan nilai ekonomis dari inovasi kreatif, termasuk yang berlandaskan kearifan dan warisan budaya nusantara, 7. Penumbuhkembangan kawasan kawasan kreatif di wilayah Indonesia yang potensial, 8. Penguatan citra kreatif pada produk/jasa sebagai upaya pencitraan negara (national branding) Indonesia di mata dunia Internasional.

15 ROADMAP INDUSTR KREATIF NASIONAL 2025

16 INPERS NO.6/2009 INDUSTRI KREATIF riset dan pengem bangan. periklan an arsitektur Mendukung kebijakan Pengembangan Ekonomi Kreatif tahun , yakni pengembangan kegiatan ekonomi berdasarkan pada kreativitas, keterampilan dan bakat individu untuk menciptakan daya kreasi dan daya cipta individu yang bernilai ekonomis dan berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat Indonesia layanan komputer dan piranti lunak penerbit an dan percetak an radio dan televisi; dan Ekonomi Kreatif pasar seni dan barang antik kerajinan desain seni pertunju kan fashion (mode) musik permain an interaktif film, video, dan fotografi

17 RPJMN

18 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN Misi : KABUPATEN BANDUNG YANG REPEH RAPIH KERTA RAHARJA TAHUN 2025 Misi Mewujudkan Kabupaten Bandung yang Aman dan Tertib Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik Meningkatkan Daya Dukung dan Kualitas Lingkungan Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia Menciptakan Pemerataan Pembangunan dan Berkeadilan Mewujudkan Perekonomian Masyarakat yang Berdaya Saing Arah Kebijakan Meningkatkan Daya Dukung dan Kualitas Lingkungan Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia Mewujudkan Perekonomian Masyarakat yang Berdaya Saing

19 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) TAHUN Misi : Terwujudnya Kabupaten Bandung yang Maju, Mandiri dan Berdaya Saing, melalui Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Pemantapan Pembangunan Perdesaan, Berlandaskan Religius, Kultural dan Berwawasan Lingkungan Misi Meningkatkan profesionalisme birokrasi. Meningkatkan kualitas SDM (pendidikan dan kesehatan) yang berlandaskan Iman dan takwa serta melestarikan budaya sunda. Memantapkan pembangunan perdesaan. Meningkatkan keamanan dan ketertiban wilayah. Meningkatkan ketersediaan infrastruktur dan keterpaduan tata ruang wilayah. Meningkatkan ekonomi kerakyatan yang berdaya saing. Memulihkan keseimbangan lingkungan dan menerapkan pembangunan berkelanjutan. Arah Kebijakan Pengaturan pola penggunaan lahan pada wilayah yang berkembang pesat. Hasil akhir yang akan dicapai adalah Ketersediaan informasi mengenai RTRW Kabupaten beserta rincinya melalui peta Peningkatan aspirasi masyarakat dalam perencanaan penataan ruang Penyediaan dokumen rencana tata ruang sesuai dengan kebutuhan Peningkatan pelayanan pengendalian pemanfaatan ruang kepada masyarakat

20 Tujuan Strategi pengembangan industri pariwisata RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH TAHUN a. pelestarian alam, lingkungan dan sumber daya berkelanjutan b. Tema agrowisata alam pegunungan yang spesifik dan kreatif c. Perencanaan dan pengelolaan produk pariwisata budaya dan alam lainnya yang saling bersinergi dengan produk agrowisata alam d. mengembangkan sistem dan jaringan infrastruktur e. membangun struktur jejaring industri pariwisata f. mengembangkan segmen pasar pariwisata g. mengembangkan potensi sosial budaya dan ekonomi masyarakat; h. mengembangkan upaya-upaya pelestarian sumber daya manusia yang kreatif, inovatif, dan bertanggung jawab terhadap lingkungan alam dan sosial budaya, i. memperkuat peran dan fungsi kelembagaan kepariwisataan; j. mengangkat citra kepariwisataan daerah. a. peningkatan daya saing usaha pariwisata melalui pengembangan produk khas Kabupaten Bandung yang kreatif dan edukatif serta ramah lingkungan; b. pengembangan struktur industri pariwisata ramah lingkungan yang kokoh melalui penerapan standar usaha dan sertifikasi ramah lingkungan pada usahausaha pariwisata di Kabupaten Bandung; c. pengembangan usaha pariwisata yang memenuhi standar usaha pariwisata; d. pengembangan usaha penyediaan akomodasi kelas bintang serta usaha jasa makanan dan minuman yang ramah lingkungan di pusat pelayanan primer pariwisata dan pusat pelayanan sekunder pariwisata Kabupaten Bandung; e. pengembangan usaha pondok wisata di kawasan pure ecotourism dan light ecoutourism; f. pengembangan pusat pemasaran kriya dan kuliner khas Kabupaten Bandung di pusat-pusat pelayanan pariwisata Kabupaten Bandung; g. penguatan rantai produksi dan distribusi antara usaha kecil, menengah, dan besar dalam bidang pariwisata sebagai upaya meningkatkan peran usaha kecil dan menengah dalam pengembangan pariwisata; h. peningkatan kinerja kemitraan antara usaha-usaha pariwisata untuk mewujudkan kemitraan berkinerja tinggi dalam pengembangan pariwisata Kabupaten Bandung.

21 RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH TAHUN

22 Pertambahan pertumbuhan ekonomi daerah, tidak dapat diabaikan merupakan kontribusi dari pertumbuhan industrin pengolahan non migas (gmnmg) Bagian 3 Gambaran Umum Ekonomi Kreatif Kabupaten Bandung

23 TRANSFORMASI STRUKTURAL KABUPATEN BANDUNG PERDAG, HOTEL DAN RESTORAN; 16,91; 20% PERTANIAN ; 7,53; 9% Transformasi Struktural meliputi pertanian -industri, Industri-jasa dan jasa-ekonomi kreatif Langkah transformasi Kab. Bandung berikutnya menuju pada Ekonomi Kreatif 17,39; 21% 7,76; 9% INDUSTRI PENGOLAHAN; 59,6; 71% Manufacture Trade & Service Ekonomi Kreatif 58,72; 70% Agriculture PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PERDAG, HOTEL DAN RESTORAN

24 PERKEMBANGAN POSTUR EKSPOR KOMODITAS UTAMA KABUPATEN BANDUNG 50,00 30,00 45,00 40,00 39,95 27,18 42,36 44,67 25,28 42,77 23,57 25,00 35,00 35,83 32,70 20,00 30,00 16,74 25,00 24,46 15,00 20,00 15,00 19,37 10,52 13,08 18,24 11,29 10,00 10,00 5,00 0,00 6,41 3,88 1,84 0, ,00 0,00 Sumber : Dinas Koperasi UKM Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten Bandung COCOA PAKAIAN JADI SEPATU TEXTILE

25 Industri Besar Kimia & Bahan Bangunan Tahun 2011 Kecamatan Arjasari Jenis Barang-barang dari karet u/kep. Kesehatan dan peralatan dokter, pengemasan gula, barang dari kayu dan kemasan dari plastiuk Nilai Tenaga Kerja Pemasaran Investasi (Rp.) Pria Wanita Ekspor Lokal , Bojongsoang Beton Siap pakai , Bojongsoang Barang-Barang dari semen dan Kapur Untuk , % Konstruksi Katapang Percetakan , Katapang Kimia Dasar Organik , Katapang Kemasan Dari Plastik , Cileunyi Bahan Kemasan dari Plastik dan alumunium , Rancaekek Barang-barang dari karet , Katapang Kemasan Dari Plastik dan Kertas , Katapang Penerbitan & percetakan , Cikancung Industri pupuk organik , Rancaekek Pengolahan bijih Plastik , Majalaya Bahan Bangunan , Cicalengka Industri Plastik , Sumber : Dinas Koperasi UKM Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten Bandung

26 Industri Besar Logam Mesin & Elektronik Tahun 2011 Kecamatan Bojongsoang Margahayu Spesifikasi Industri Jenis Elektronik dan kemasan dan kotak dari kertas dan karton Barang logam yang belum termasuk kelompok manapun Nilai Investasi (Rp.) Tenaga Kerja Pemasaran Pria Wanita Ekspor Lokal % Soreang Komponen dan Perlengkapan lainnya Rancaekek Mesin/Peralatan u/ pengolahan/pengerjaan logam % Cikancung Jasa Industri untuk berbagai pekerjaan khusus terhadap logam dan barang dari logam % pameungpeuk pengolahan Ban Besi % Baleendah gitar % Bojongsoang Receiver, VCD, DVD, Booster, Katapang Sparepart kend bermotor % Sumber : Dinas Koperasi UKM Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten Bandung

27 Industri Menengah Agro Tahun 2011 Spesifikasi Industri Nilai Investasi Tenaga Kerja Pemasaran Kecamatan Jenis (Rp.) Pria Wanita Ekspor Lokal Dayeuhkolot Industri Es % Katapang Roti dan sejenisnya, Minuman Ringan Pacet Air Minum Bojongsoang Kerupuk Pasirjambu Susu Katapang Furniture dari kayu Pangalengan Air Minum dalam kemasan Bojongsoang Kerupuk dan sejenisnya Cicalengka Roti dan sejenisnya Dayeuhkolot Pelumatan buah-buahan dan sayuran, kecap dan bumbu masak dan penyedap masakan Pangalengan Air Minum Dalam Cileunyi Minuman Ringan Bojongsoang Kerupuk dan sejenisnya Rancaekek Industri Roti dan Sejenisnya Pangalengan Industri Susu & Es Krim Rancaekek Makanan & Minuman Pangalengan Susu Margaasih Air Minum Dalam kemasan (AMDK) Rancaekek Makanan dan minuman % Pameungpeuk Pelumatan buah-buahan dan %

28 Industri Menengah Kimia & Bahan Bangunan Tahun 2011 Jenis Nilai Investasi (Rp.) Tenaga Kerja Pemasaran Kecamatan Pria Wanita Ekspor Lokal Baleendah Kimia Dasar Organik yang menghasilkan bahan kimia khusus , Bojongsoang Industri Percetakan , Cicalengka Vulkanisir Ban , % Cileunyi Barang-barang dari karet u/kep. Industri , Cimaung Pupuk Urea , Dayeuhkolot Farmasi , % Dayeuhkolot Kimia Dasar Organik Yang Menghasilkan Bahan Kimia Khusus , Dayeuhkolot Kimia Dasar Organik Yang Menghasilkan bahan kimia khusus , Dayeuhkolot Barang-barang dari semen u/ kep. Konstruksi , Katapang Kemasan Dari palastik , Katapang Karet Remah , Katapang Vulkanisir Ban , Katapang Karung Plastik , Katapang Kemasan dari plastik , katapang Karton Box , Katapang Kertas Khusus , Katapang Kemasan Dari plastik (kantong plastik ) , Katapang Penerbitan lainnya dan Percetakan , Katapang Percetakan , Katapang Barang Dari plastik lainnya , % Katapang Barang-barang dari plastik lainnya , Katapang Kemasan dari plastik , Margaasih Barang-barang Plastik , Margaasih Kantong Plastik , Margahayu Percetakan , Margaasih Industri Bahan Kimia Khusus U/ Tekstil , % Margaasih Barang galian bukan logam lainnya , Margahayu Barang-barang Plastik Lainnya , Margahayu Percetakan , Margahayu Kemasan dan Kotak dari Kertas dan Karton , Margaasih Kimia Dasar Organik yang menghasilkan bahan kimia khusus dari Tinta , Margaasih percetakan , Margahayu Kemasan dan Kotak dari Kertas dan Karton ,

29 Industri Menengah Logam Mesin & Elektronik Tahun 2011 Kecamatan Spesifikasi Industri Jenis Nilai Investasi (Rp.) Tenaga Kerja Pemasaran Pria Wanita Ekspor Lokal Katapang Perlengkapan sepeda Rancaekek Senapan Angin Cimaung Alat Pertanian Margahayu Barang Perhiasan Berharga u/kep. Pribadi dari logam mulya Margahayu Sepeda Katapang Mebeul Kayu & Logam Baleendah Macam-macam wadah dari Logam % Katapang Komponen Mesin % Baleendah Karoseri Kendaraan Bermotor roda empat atau lebih % Margahayu Karoseri Kendaraan Bermotor roda empat atau lebih % katapang Industri Kompor Gas % Katapang Perakitan Regulator Gas LPG Margaasih Peralatan Audio dan Video elektronik lainnya dan alat musik bukan tradisonal Sumber : Dinas Koperasi UKM Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten Bandung

30 REKAPITULASI ISIAN INISIATIF KEMAPANAN INDUSTRI KREATIF TAHUN 2014 No Kriteria a b c d e f g h i j k l m n o I PEMASARAN 3,00 2,33 2,14 2,47 2,67 2,60 3,05 1,75 2,67 2,20 2,63 3,00 2,33 2,24 II JEJARING 2,67 2,00 2,29 1,89 2,67 2,60 2,32 1,25 1,67 1,80 2,63 2,75 2,00 1,78 III PRODUKSI 2,33 1,67 1,57 1,50 2,00 1,90 1,95 1,50 1,67 1,40 1,71 1,50 1,33 1,70 IV LEMBAGA KEUANGAN 4,00 2,67 3,57 4,00 3,33 3,20 3,68 3,25 3,33 4,00 4,00 2,50 4,00 3,46 V PROGRAM KHUSUS 3,67 3,33 3,57 3,92 3,33 3,50 3,78 3,75 3,33 3,80 3,75 3,75 4,00 3,72 VI IDE PRODUK 3,00 3,33 3,57 3,58 3,33 3,00 3,63 3,25 3,33 3,40 3,13 3,25 2,00 3,65 VII SERTIFIKASI 2,00 1,00 1,00 1,41 1,33 2,10 1,88 1,50 1,33 2,00 2,14 3,75 1,00 2,31 VIII STANDAR/ACUAN HUKUM ATAU PERATURAN YANG BERLAKU 2,67 1,67 1,29 1,62 2,00 1,80 1,76 1,50 1,67 1,40 2,38 2,50 1,00 1,50 IX SCIENTIFIC VENTURE/KERJASAMA ILMU 3,67 3,33 3,43 3,56 4,00 3,40 3,53 3,75 3,67 3,60 3,38 2,75 4,00 3,50 X IMBALAN 1,00 1,00 1,14 1,31 1,00 1,10 1,22 1,00 1,00 1,40 1,00 1,75 1,33 1,31 XI BANTUAN 4,00 4,00 4,00 3,75 4,00 3,70 3,76 4,00 4,00 4,00 3,88 2,25 4,00 3,61 XII KOMUNITAS 1,33 1,33 1,71 1,49 1,33 1,90 1,47 1,00 1,67 2,60 1,86 2,00 1,00 1,46 XIII PERLINDUNGAN KONSUMEN 2,33 3,00 3,57 3,59 2,67 2,80 3,28 2,50 3,00 3,20 3,13 4,00 4,00 3,67 XIV PERLINDUNGAN KOMPETITOR 3,50 3,00 3,14 3,19 3,00 3,33 3,13 3,25 3,33 3,20 3,13 2,33 3,33 3,34 XV PROMOSI 2,33 2,00 1,43 1,81 1,67 2,10 2,05 1,75 2,00 2,40 2,13 2,25 1,67 1,78 XVI PUSAT PELATIHAN 3,33 2,00 1,43 2,76 2,00 2,10 2,16 2,75 4,00 3,00 2,63 2,50 3,00 2,25 XVII PUSAT PENELITIAN 1,00 1,00 1,00 1,83 2,00 1,90 1,59 1,75 1,00 3,00 2,50 2,75 2,00 1,57 XVIII PUSAT PENGEMBANGAN 2,00 1,00 1,00 2,06 2,00 2,00 2,24 2,50 3,00 2,60 2,13 2,75 2,00 2,14 XIX LABORATORIUM 1,00 1,00 1,00 1,15 1,00 1,40 1,00 1,00 1,00 1,00 1,38 3,25 1,00 1,09 XX SISTEM INFORMASI 1,67 1,67 2,00 1,81 2,00 2,30 2,11 1,25 1,67 1,00 1,50 3,25 1,00 2,06 A, Periklanan B, arsitektur C, pasar seni/barang antik D, kerajinan E, komputer/piranti lunak F, desain G, fashion H, permainan interaktif I, Musik J, Seni Pertunjukan K, Penerbitan dan Percetakan L, Riset dan Pengembangan M, Radio dan Televisi N, Film/video/fotografi O, Kuliner

31 Pertambahan pertumbuhan ekonomi daerah, tidak dapat diabaikan merupakan kontribusi dari pertumbuhan industrin pengolahan non migas (gmnmg) Bagian 4 Analisis Ekonomi Kreatif Kabupaten Bandung

32 Postur IM (%) No Kecamatan Postur Mainstram Industry (%) Industri Kreatif (%) D g h i k l o Supply Chain 1 Arjasari 1,31 63,64 18,18 81,82 2 Batujajar 0,12 0,00 3 Cangkuang 0,24 50,00 50,00 4 Cikancung 2,63 13,64 68,18 4,55 86,36 5 Cilengkrang 0,48 50,00 50,00 6 Cileunyi 3,10 7,69 11,54 26,92 46,15 7 Cimaung 0,24 0,00 8 Cimenyan 0,60 20,00 20,00 40,00 80,00 9 Ciparay 0,36 33,33 33,33 10 Ciwidey 0,12 100,00 100,00 11 Ibun 1,19 90,00 10,00 100,00 12 Kertasari 0,36 66,67 66,67 13 Kutawaringin 0,24 100,00 100,00 14 Nagreg 0,12 0,00 15 Pacet 0,72 50,00 50,00 16 pameungpeuk 2,15 55,56 5,56 16,67 77,78 17 Pangalengan 1,07 77,78 77,78 18 Paseh 1,31 100,00 100,00 19 Pasirjambu 0,24 100,00 100,00 20 Rancabali 0,12 100,00 100,00 21 Rancaekek 4,65 2,56 41,03 5,13 25,64 74,36 22 Solokanjeruk 4,65 89,74 2,56 92,31 23 Soreang 2,27 15,79 5,26 31,58 36,84 89,47 24 Baleendah 4,89 43,90 2,44 14,63 2,44 9,76 73,17 25 Banjaran 2,63 59,09 18,18 18,18 95,45 26 Bojongsoang 2,51 19,05 9,52 28,57 57,14 27 Dayeuh Kolot 17,30 81,38 1,38 3,45 86,21 28 Katapang 8,83 4,05 43,24 18,92 2,70 68,92 29 Majalaya 21,12 97,18 0,56 0,56 98,30 30 Margaasih 7,40 33,87 3,23 8,06 24,19 69,35 31 Margahayu 7,04 49,15 20,34 10,17 79,66 PELUANG PENYEDIAAN BAHAN BAKU DAN BAHAN PENDUKUNGAN INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP INDUSTRI KREATIF DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN Batujajar Nagreg Cimaung 0 20 Ciparay Cileunyi Pacet Cilengkrang Cangkuang Bojongsoang Supply Change (%) Katapang Margaasih Kertasari Baleendah Rancaekek Margahayu 80 Dayeuh Kolot Solokanjeruk Majalaya Cikancung Banjaran pameungpeuk Soreang Ibun Arjasari Pangalengan Paseh Pasirjambu Rancabali Cimenyan Kutawaringin Ciwidey a. Periklanan f. desain, k. penerbitan dan percetakan b. arsitektur, g. fashion, l. riset dan pengembangan c. pasar seni/barang antik, h. permainan interaktif, m. radio dan televisi d. kerajinan, i. musik, n. film/video/fotografi e. komputer/piranti lunak, j. seni pertunjukan, o. kuliner 100

33 PELUANG PENYEDIAAN BAHAN BAKU DAN BAHAN PENDUKUNGAN INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP INDUSTRI KREATIF DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2012 penerbitan dan percetakan kuliner permainan interaktif fashion kerajinan musik

34 PAKET KEMATANGAN DAN KEMAPANAN INDUSTRI KREATIF Kreasi dan Cipta (40%) Ide Produk Program Khusus Produksi Lingkungan Pengembangan Aktif Lingkungan Pengembangan Pasif Kreasi & Cipta Respon Terhadap Pasar Respon Terhadap Pasar (30%) Lingkungan Pengembangan Aktif (20%) Lingkungan Pengembangan Pasif (10%) Perlindungan konsumen Perlindungan Kompetitor Promosi Jejaring Pemasaran Komunitas Sertifikasi Scientific Venture/ Kerjamasa Ilmu Lembaga Keuangan Sistem Informasi Pusat Pelatihan Pusat Penelitian Pusat Pengembangan Laboratorium Imbalan Bantuan Standar/Acuan hukum atau peraturan yang berlaku

35 PAKET KEMATANGAN DAN KEMAPANAN INDUSTRI KREATIF Kreasi dan Cipta Respon Terhadap Pasar Kreasi dan Cipta Kreasi dan Cipta KW IV permainan interaktif Kuliner kerajinan pasar seni/barang antik komputer/piranti lunak Seni Pertunjukan arsitektur Musik fashion KW I Periklanan Penerbitan dan Percetakan Riset dan Pengembangan desain KW IV pasar seni/barang antik Kuliner fashion Periklanan kerajinan KW I komputer/piranti lunak Seni Pertunjukan Penerbitan dan Percetakan permainan interaktif desain Riset dan Pengembangan arsitektur Musik KW III Film/video/fotografi Respon Terhadap Pasar 21 KW II KW III 4,0 Film/video/fotografi 4,5 5,0 5,5 Lingkungan Pengembangan Pasif 6,0 KW II 6, KW IV fashion Kuliner kerajinanperiklanan KW I pasar seni/barang antik komputer/piranti lunak Seni Pertunjukan Penerbitan dan Percetakan permainan interaktif Riset dan Pengembangan desain arsitektur Musik KW IV arsitektur Film/video/fotografi kerajinan komputer/piranti lunak Musik pasar seni/barang antik Periklanan fashion Penerbitan dan Percetakan desain Kuliner Riset dan Pengembangan Seni Pertunjukan KW I KW III 10 Film/video/fotografi Lingkungan Pengembangan Aktif 14 KW II permainan interaktif KW III Lingkungan Pengembangan Aktif 14 KW II

36 Lingkungan Pengembangan Aktif Respon Terhadap Pasar KW IV pasar seni/barang antik arsitektur fashion Periklanan Penerbitan dan Percetakan desain Film/video/fotografi Kuliner kerajinan komputer/piranti lunak Seni Pertunjukan Musik KW I Riset dan Pengembangan Peringkat Keunggulan Industri Kreatif Kabupaten Bandung Tahun 2014 EMAS I 16 permainan interaktif HIJAU 15 KW III 4,0 4,5 5,0 5,5 Lingkungan Pengembangan Pasif 6,0 KW II 6,5 BIRU II Unggul KW IV pasar seni/barang antik desain Kuliner fashion kerajinan komputer/piranti lunak Penerbitan dan Percetakan Periklanan Musik Riset dan Pengembangan Seni Pertunjukan KW I HITAM III IV Prospektif Potensial 11 Film/video/fotografi permainan interaktif 10 KW III arsitektur KW II Tertinggal 4,0 4,5 5,0 5,5 Lingkungan Pengembangan Pasif 6,0 6,5

37 PAKET F1-F2 F1-F3 F1-F4 F2-F3 F2-F4 F3-F4 F1 F2 F3 F4 KWADRAN I (EMAS) II (HIJAU) III (HITAM) IV (BIRU) Arsitektur, Musik, Radio dan Televisi permainan Film/video/fotogr interaktif afi Periklanan, pasar seni/barang antik, kerajinan, komputer/piranti lunak, desain, fashion, Seni Pertunjukan, Penerbitan dan Percetakan, Riset dan Pengembangan, Kuliner Periklanan, kerajinan, komputer/piranti lunak, desain, fashion, Seni Pertunjukan, Penerbitan dan Percetakan, Riset dan Pengembangan, Kuliner Periklanan, kerajinan, komputer/piranti lunak, desain, permainan interaktif, Seni Pertunjukan, Penerbitan dan Percetakan, Riset dan Pengembangan Periklanan, kerajinan, desain, fashion, Seni Pertunjukan, Penerbitan dan Percetakan, Riset dan Pengembangan, Kuliner Periklanan, kerajinan, komputer/piranti lunak, desain, Musik, Seni Pertunjukan, Penerbitan dan Percetakan, Riset dan Pengembangan, dan Film/video/fotografi Periklanan, kerajinan, komputer/piranti lunak, Seni Pertunjukan, Penerbitan dan Percetakan, Riset dan Pengembangan 1. Periklanan 2. Kerajinan 3. komputer/piranti lunak 4. Seni Pertunjukan 5. Penerbitan dan Percetakan 6. Riset dan Pengembangan Musik, Film/video/fotogr afi permainan interaktif Musik, permainan interaktif, Film/video/fotogr afi 7. Musik 8. Film/video/fo tografi Musik, arsitektur, Film/video/fotografi, Radio dan Televisi Arsitektur, Radio dan Televisi permainan interaktif, Radio dan Televisi Radio dan Televisi Arsitektur, pasar seni/barang antik, Radio dan Televisi 9. Radio dan Televisi 10. Arsitektur pasar seni/barang antik, permainan interaktif pasar seni/barang antik, fashion, Kuliner Film/video/fotog rafi, arsitektur, komputer/piranti lunak, pasar seni/barang antik, Musik Arsitektur, Kuliner, pasar seni/barang antik, fashion Desain, fashion, Kuliner 11. pasar seni/barang antik 12. permainan interaktif 13. Desain 14. Fashion 15. Kuliner INDUSTRI KREATIF UNGGULAN DI KABUPATEN BANDUNG Riset dan Pengembangan Penerbitan dan Percetakan Ket. F1 : Paket-1, Kreasi dan Cipta F3 : Paket-3, Lingkungan Pengembangan Aktif Periklanan Industri Kreatif Unggulan Seni Pertunjukan Kerajinan komputer/pira nti lunak F2 : Paket-2, Respon terhadap Pasar; F4 : Paket-4, Lingkungan Pengembangan Pasif

38 Tahapan Perkembangan Ekonomi Kreatif New Product Tahapan Kemapanan Industri Kreatif Kabupaten Bandung Tahun 2014 MATANG MAPAN 100% 85% Geniun Product KUNO/ASLI BERDAYA RENDAH BERDAYA RADIKAL PRA BERDAYA BERDAYA M 55% N MANDIRI 65% H I C B E 0 L K J G D F A Warisan Budaya Perubahan Budaya Budaya Baru 0% a. Periklanan f. desain, k. penerbitan dan percetakan b. arsitektur, g. fashion, l. riset dan pengembangan c. pasar seni/barang antik, h. permainan interaktif, m. radio dan televisi d. kerajinan, i. musik, n. film/video/fotografi e. komputer/piranti lunak, j. seni pertunjukan, o. kuliner

39 PRESTASI KEMATANGAN DAN KEMAPANAN INDUSTRI KREATIF No Kriteria Bidang Industri Kreatif a b c d e f g h i j k l m n o Avrage Stan. Dev I Kreasi dan Cipta (40%) 30,00 27,78 29,05 30,01 28,89 28,00 31,19 28,33 27,78 28,67 28,63 28,33 0,00 24,44 30,25 26,76 7,56 Ide Produk 75,00 83,33 89,29 89,58 83,33 75,00 90,79 81,25 83,33 85,00 78,13 81,25 0,00 50,00 91,22 75,77 23,25 Program Khusus 91,67 83,33 89,29 97,97 83,33 87,50 94,44 93,75 83,33 95,00 93,75 93,75 0,00 100,00 93,06 85,35 24,17 Produksi 58,33 41,67 39,29 37,50 50,00 47,50 48,68 37,50 41,67 35,00 42,86 37,50 0,00 33,33 42,57 39,56 12,74 II Respon Terhadap Pasar (30%) 20,75 18,50 18,86 19,45 19,00 20,15 20,74 15,75 19,00 19,20 20,44 21,50 0,00 20,00 19,22 18,17 5,20 Perlindungan konsumen 58,33 75,00 89,29 89,86 66,67 70,00 81,94 62,50 75,00 80,00 78,13 100,00 0,00 100,00 91,67 74,56 24,18 Perlindungan Kompetitor 87,50 75,00 78,57 79,86 75,00 83,33 78,13 81,25 83,33 80,00 78,13 58,33 0,00 83,33 83,57 73,69 21,44 Promosi 58,33 50,00 35,71 45,27 41,67 52,50 51,32 43,75 50,00 60,00 53,13 56,25 0,00 41,67 44,44 45,60 14,32 Jejaring 66,67 50,00 57,14 47,30 66,67 65,00 57,89 31,25 41,67 45,00 65,63 68,75 0,00 50,00 44,59 50,50 17,87 Pemasaran 75,00 58,33 53,57 61,81 66,67 65,00 76,32 43,75 66,67 55,00 65,63 75,00 0,00 58,33 56,08 58,48 18,48 III Lingkungan Pengembangan 12,67 10,00 11,71 12,26 12,00 12,90 12,67 10,75 11,67 13,20 12,88 14,25 0,00 11,00 12,78 11,38 3,32 Aktif (20%) Komunitas 33,33 33,33 42,86 37,14 33,33 47,50 36,76 25,00 41,67 65,00 46,43 50,00 0,00 25,00 36,43 36,92 14,41 Sertifikasi 50,00 25,00 25,00 35,29 33,33 52,50 47,06 37,50 33,33 50,00 53,57 93,75 0,00 25,00 57,64 41,27 20,97 Scientific Venture/ 91,67 83,33 85,71 88,97 100,00 85,00 88,24 93,75 91,67 90,00 84,38 68,75 0,00 100,00 87,50 82,60 24,02 Kerjamasa Ilmu Lembaga Keuangan 100,00 66,67 89,29 100,00 83,33 80,00 92,11 81,25 83,33 100,00 100,00 62,50 0,00 100,00 86,49 81,66 25,55 Sistem Informasi 41,67 41,67 50,00 45,14 50,00 57,50 52,63 31,25 41,67 25,00 37,50 81,25 0,00 25,00 51,39 42,11 18,12 IV Lingkungan Pengembangan 5,36 4,17 3,88 5,17 5,00 5,00 4,90 5,18 5,60 5,86 5,67 6,34 0,00 5,12 4,81 4,80 1,46 Pasif (10%) Pusat Pelatihan 83,33 50,00 35,71 68,92 50,00 52,50 53,95 68,75 100,00 75,00 65,63 62,50 0,00 75,00 56,25 59,84 22,81 Pusat Penelitian 25,00 25,00 25,00 45,71 50,00 47,50 39,71 43,75 25,00 75,00 62,50 68,75 0,00 50,00 39,29 41,48 19,51 Pusat Pengembangan 50,00 25,00 25,00 51,43 50,00 50,00 55,88 62,50 75,00 65,00 53,13 68,75 0,00 50,00 53,47 49,01 19,18 Laboratorium 25,00 25,00 25,00 28,79 25,00 35,00 25,00 25,00 25,00 25,00 34,38 81,25 0,00 25,00 27,14 28,77 16,44 Imbalan 25,00 25,00 28,57 32,86 25,00 27,50 30,56 25,00 25,00 35,00 25,00 43,75 0,00 33,33 32,86 27,63 9,32 Bantuan 100,00 100,00 100,00 93,75 100,00 92,50 94,12 100,00 100,00 100,00 96,88 56,25 0,00 100,00 90,28 88,25 26,83 Standar/Acuan hukum atau peraturan yang berlaku 66,67 41,67 32,14 40,54 50,00 45,00 44,12 37,50 41,67 35,00 59,38 62,50 0,00 25,00 37,50 41,25 16,13 SKOR 68, , , , , ,05 69, , , , , , , , ,11 17,22 A, Periklanan B, arsitektur C, pasar seni/barang antik D, kerajinan E, komputer/piranti lunak F, desain G, fashion H, permainan interaktif I, Musik J, Seni Pertunjukan K, Penerbitan dan Percetakan L, Riset dan Pengembangan M, Radio dan Televisi N, Film/video/fotografi O, Kuliner

40 Tingkat Pencapaian Kemapanan Ekonomi Kreatif o 67,06 n 60,56 m 0,00 l 70,42 k j 67,61 66,92 i 64,04 h 60,01 g 69,50 f e d c 66,05 64,89 66,89 63,50 b 60,44 a 68,77 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 A, Periklanan B, arsitektur C, pasar seni/barang antik D, kerajinan E, komputer/piranti lunak F, desain G, fashion H, permainan interaktif I, Musik J, Seni Pertunjukan K, Penerbitan dan Percetakan L, Riset dan Pengembangan M, Radio dan Televisi N, Film/video/fotografi O, Kuliner

41 Kinerja Inisiatif pada Setiap Jenis Industri Kreatif di Kabupaten Bandung Avrage 70 Riset dan Pengembangan 65 Penerbitan dan Percetak an Seni Pertunjuk an Perik lanan fashion 60 SELURUH INISIATIF BEKERJA desain Kuliner kerajinan Musik SEBAGIAN BESAR INISIATIF BEKERJA k omputer/piranti lunak Film/v ideo/fotografi 55 SELURUH INISIATIF TIDAK BEKERJA arsitektur permainan interak tif pasar seni/barang antik SEBAGIAN BESAR INISIATIF TIDAK BEKERJA 15,0 17,5 20,0 22,5 Stand. Deviasi 25,0 27,5 30,0

42 Tingkat Keseimbangan dan Kesenjangan Penerapan Inisiatif pada Industri Kreatif Kabupaten Bandung Avrage Bantuan Program Khusus Scientific Venture Lembaga Keuangan Ide Produk Perlindungan k onsumen Perlindungan Kompetitor KEBERHASILAN MERATA Promosi Standar Produk si Komunitas Pusat Pelatihan Pemasaran Jejaring Pusat Pengembangan Sistem Informasi Pusat Penelitian Sertifik asi KEBERHASILAN TIDAK MERATA 30 Imbalan Laboratorium 20 KEGAGALAN MERATA Stand. Deviasi KEGAGALAN TIDAK MERATA 26 28

43 Pertambahan pertumbuhan ekonomi daerah, tidak dapat diabaikan merupakan kontribusi dari pertumbuhan industrin pengolahan non migas (gmnmg) Bagian 5 Roadmap Ekonomi Kreatif Kabupaten Bandung

44 POWER SPLIT GRAND POWER GRAND POSITION GRAND MAP INDUSTRI KREATIF Mapan Mandiri Berdaya 40,00% 53,33% 46,66% 46,66% 6,67% 13,33% 20,00% 46,66% 40,00% 40,00% 40,00% 33,33% 40,00% 26,66% Keman dirian Lingk. Kemandirian 10% 90% 20% 80% 30% 70% 40% 60% 50% 50% Kreasi & Cipta 50% 40% 35% 30% 25% Respon Thd Pasar Lingk. Peng. Aktif Lingk. Peng. Aktif 10% 10% 30% 30% 15% 15% 20% 20% 25% 20% 25% 25% 25% 25% 25%

45 Tahapan Kemapanan Industri Kreatif Kabupaten Bandung 0 L F 100% 2014 N E I B H C K 65% J D M G I A 85% H L A J F D G K 0 M 55% N E B C % a. Periklanan f. desain, k. penerbitan dan percetakan b. arsitektur, g. fashion, l. riset dan pengembangan c. pasar seni/barang antik, h. permainan interaktif, m. radio dan televisi d. kerajinan, i. musik, n. film/video/fotografi e. komputer/piranti lunak, j. seni pertunjukan, o. kuliner

46 Tahapan Penjadwalan Pelaksanaan Inisiatif Outcome Inisiatif Industri Kreatif Kabupaten Bandung 4,8 IIK-6 NSPM 4,6 Tahun 1 Sistem informasi Insentif 4,4 IIK-1 IIK-3 IIK-5 IIK-9 4,2 Tahun 2-3 Bantuan Teknis Inisiatif Sertifikasi 4,0 3,8 IIK-4 IIK-8 Tahun 2-5 Tahun 1-5 pembiay aan Riset & Develop ment Penguatan Kerjasama Pendidikan dan pelatihan 3,6 3,4 3,2 2,0 2,5 IIK-2 3,0 3,5 Effort 4,0 IIK-7 4,5 5,0 Kode Outcome OU1 Kemapanan Kemampuan mewujudkan kemapanan Industri Kreatif 1-5 OU2 Keunikan Kemampuan mewujudkan keunikan dan daya tarik Industri 1-5 Kreatif OU3 Budaya Kemampuan mewujudkan pembaharuan budaya dan ide 1-5 OU4 Daya Saing Kemampuan Meningkatkan daya saing produk 1-5 Effort EF-1 SDM Kebutuhan SDM rendah sampai SDM Tinggi (banyak SDM) 1-5 EF-2 Waktu Pendek sampai dengan panjang 1-5 EF-3 Anggaran Kebutuhan angaran kecil sampai anggaran besar 1-5 EF-4 Kompleksitas tidak komplek sampai dengan kompleks 1-5 Outcome Effort Kode Inisiatif OU1 OU2 OU3 OU4 Avrage EF-1 EF-2 EF-3 EF-4 Avrage IIK-1 Standar , IIK-2 Insentif , IIK-3 sertifikasi , IIK-4 diklat IIK-5 kerjasama , ,5 IIK-6 R&D , ,5 IIK-7 Pembiayaan , ,5 IIK-8 bantuan Teknis , ,5 IIK-9 sistem informasi ,

47 ROAD MAP INDUSTRI KREATIF KABUPATEN BANDUNG TAHUN Grand Position Industri Kreatif Berdaya 6 bidang (40%), Mandiri 8 bidang (53,33%) Grand Power Power Displit Kemandirian 90%, Lingkungan Kemandirian 10% Kreasi dan Cipta 50%, Respon Terhadap Pasar 30%, Lingkungan Pengembangan Aktif 10%, Lingkungan Pengembangan Pasif 10% Industri Kreatif Berdaya 7 bidang (46,66%), Mandiri 7 bidang (46,66%), Mapan 1 bidang (6,67%) Kemandirian 80%, Lingkungan Kemandirian 20% Kreasi dan Cipta 40%, Respon Terhadap Pasar 30%, Lingkungan Pengembangan Aktif 15%, Lingkungan Pengembangan Pasif 15% Industri Kreatif Berdaya 6 bidang (40%), Mandiri 7 bidang (46,66%), Mapan 2 bidang (13,33%) Kemandirian 70%, Lingkungan Kemandirian 30% Kreasi dan Cipta 35%, Respon Terhadap Pasar 25%, Lingkungan Pengembangan Aktif 20%, Lingkungan Pengembangan Pasif 20% Industri Kreatif Berdaya 6 bidang (40%), Mandiri 6 bidang (40%), Mapan 3 bidang (20%) Kemandirian 40%, Lingkungan Kemandirian 60% Kreasi dan Cipta 30%, Respon Terhadap Pasar 25%, Lingkungan Pengembangan Aktif 25%, Lingkungan Pengembangan Pasif 20% Postur Industri Kreatif Mapan fashion fashion, penerbitan dan percetakan kerajinan, fashion, penerbitan dan percetakan Kebijakan Memantapkan kreatifitas, IIK-1 Produk, dan dukungan instrumen industri kreatif Memicu ransangan IIK-2 penguatan kemapanan industri kreatif Memantapkan identitas dan IIK-3 legitimasi industri kreatif Peningkatan SDM insan IIK-4 kreatif yang berdaya saing tinggi Meperkuat dan memperluas IIK-5 jejaring usaha industri kreatif Memperkuat daya saing IIK-6 produk industri kreatif Meningkatan IIK-7 kesejahteraan insan kreatif Mandiri Berdaya Inisiatif Standar Insentif sertifikasi diklat kerjasama R&D Pembiayaan periklanan, kerajinan, fashion, Desain, penerbitan dan percetakan, Seni Pertunjukkan, riset dan pengembangan, kuliner arsitektur, pasar seni/barang antik, permainan interaktif, musik, film/video/fotografi, Komputer periklanan, kerajinan, Desain, penerbitan dan percetakan, Seni Pertunjukkan, riset dan pengembangan, kuliner arsitektur, pasar seni/barang antik, permainan interaktif, musik, film/video/fotografi, komputer/piranti lunak, Radio & televisi periklanan, kerajinan, Desain, Seni Pertunjukkan, riset dan pengembangan, kuliner, permainan interaktif arsitektur, pasar seni/barang antik, musik, film/video/fotografi, komputer/piranti lunak, Radio & televisi periklanan, Desain, Seni Pertunjukkan, riset dan pengembangan, kuliner, permainan interaktif, musik arsitektur, pasar seni/barang antik,film/video/fotografi, komputer/piranti lunak, Radio & televisi Industri Kreatif Berdaya 5 bidang (33,33%), Mandiri 6 bidang (40%), Mapan 4 bidang (26,66%) Kemandirian 50%, Lingkungan Kemandirian 50% Kreasi dan Cipta 25%, Respon Terhadap Pasar 25%, Lingkungan Pengembangan Aktif 25%, Lingkungan Pengembangan Pasif 25% kerajinan, fashion, penerbitan dan percetakan, kuliner periklanan, seni pertunjukan, musik, riset dan pengembangan, desain, Permainan Interaktif arsitektur, pasar seni/barang antik, komputer/piranti lunak, radio dan televisi, film/video/fotografi Pengembangan bantuan teknis bagi insan kreatif Meperkuat dan memperluas jejaring infromasi industri kreatif IIK-8 IIK-9 bantuan Teknis sistem informasi

48 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF KABUPATEN BANDUNG TAHUN Memantapkan kreatifitas, Produk, dan dukungan instrumen industri kreatif Memicu ransangan penguatan kemapanan industri kreatif Mengembangkan referensi pengembangan industri kreatif Merangsang penciptaan baku mutu industri kreatif unggula Memberikan kemudahan dan pelayanan administrasi pada IK berprestasi Punish & Reward Memantapkan Kemapanan dan Kemandirian Industri Kreatif Kabupaten Bandung Tahun Mewujudkan Pembangunan Kemandirian industri kreatif Memantapkan identitas dan legitimasi industri kreatif daerah Peningkatan SDM insan kreatif yang berdaya saing tinggi Meperkuat dan memperluas jejaring usaha industri kreatif Memperkuat daya saing produk industri kreatif Menguatkan brand (image) industri kreatif daerah Penguatan badan sertifikasi IK daerah Penguatan Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Komunitas Penguatan Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Pemerintah Penguatan Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Akademisi Memperkuat Kerjasama Quartet Helix Memperkuat Jejaring Usaha IK Memunculkan ciri khas (keunikan) produk IK Mengembangkan diversifikasi Produk IK Mendorong Pembaharuan Budaya Mewujudkan Pembangunan Lingkungan Kemandirian Ekonomi Kreatif Meningkatan kesejahteraan insan kreatif Pengembangan bantuan teknis bagi insan kreatif Meperkuat dan memperluas jejaring infromasi industri kreatif Penguatan akses keuangan berbasis kreativitas Penguatan akses keuangan berbasis lembaga keuangan Meningkatkan Paritipasi Akademisi untuk pengembangan IK Pengembangan unit bantuan teknis IK Meningkatkan Paritipasi Asosiasi untuk pengembangan IK Menumbuhkan centra informasi komunitas Menumbuhkan centra informasi akademisi Menumbuhkan centra informasi marketing TUJUAN SASARAN KEBIJAKAN STRATEGI PROGRAM

49 Bagian 6 RENCANA AKSI

50 IIK-1 Standar Tujuan Memantapkan Kemapanan dan Kemandirian Industri Kreatif Kabupaten Bandung Tahun Sasaran Grand Position Grand Power Power Split Industri Kreatif Berdaya 6 bidang (40%), Mandiri 8 Kemandirian 90%, Lingkungan Kemandirian 10% Kreasi dan Cipta 50%, Respon Terhadap Pasar 30%, bidang (53,33%) Lingkungan Pengembangan Aktif 10%, Lingkungan Pengembangan Pasif 10% Postur Industri Kreatif Mapan Mandiri periklanan, kerajinan, fashion, Desain, penerbitan dan percetakan, Seni Pertunjukkan, riset dan pengembangan, kuliner Berdaya arsitektur, pasar seni/barang antik, permainan interaktif, musik, film/video/fotografi, Komputer Kebijakan Memantapkan kreatifitas, Produk, dan dukungan instrumen industri kreatif Strategi Program Indikator Kinerja Output/Outcome Mengembangkan referensi pengembangan industri Pembuatan Norma Standar Prosedur dan Manual Rasio pelaku industri Kreatif fashion dengan pelaku Terdapat 1 Paket NSPM Industri Kreatif Pashion kreatif (NSPM) Industri Kreatif Fashion industri yang menerapkan NSPM sebesar 100% Pembuatan Norma Standar Prosedur dan Manual (NSPM) Industri Kreatif Kerajinan Rasio pelaku industri Kreatif Kerajinan dengan pelaku industri yang menerapkan NSPM sebesar 100% Terdapat 1 Paket NSPM Industri Kreatif Kerajinan Merangsang penciptaan baku mutu industri kreatif unggulan Pembuatan Norma Standar Prosedur dan Manual (NSPM) Industri Kreatif Penerbitan dan Percetakan Pembuatan Norma Standar Prosedur dan Manual (NSPM) Industri Kreatif Kuliner Kontes Baku Mutu Produk Unggulan IK Kab Bandung Beasiswa Baku Mutu IK Rasio pelaku industri Kreatif Penerbitan dan Percetakan dengan pelaku industri yang menerapkan NSPM sebesar 100% Rasio pelaku industri Kreatif Kuliner dengan pelaku industri yang menerapkan NSPM sebesar 100% Ratio antara jumlah penyelenggaraan kontes dengan Dokumen Bahu Mutu IK sebesar 100% Rasio antara jumlah penerima bea siswa dengan pendaftar beasiswa IK sebanyak 10% Terdapat 1 Paket NSPM Industri Kreatif Penerbitan dan Percetakan Terdapat 1 Paket NSPM Industri Kreatif Kuliner Terdapat 11 Baku Mutu IK (Mandiri dan Berdaya) Terdapat 200 benerima Bea siswa IK Pra Syarat Tahapan Proyek Pemerintah Pusat telah memiliki SNI dan kebijakan serta rencana teknis yang terkait Langkah Rencana Pelaksanaan Kebutuhan Sumberdaya Mengumpulkan NSPM Industri Kreatif Tahun 2015 Waktu 2015 Konsultasi NSPM Industri Kreatif Tahun 2015 Sumber Pembiayaan APBD Uji Materi NSPM Industri Kreatif Tahun 2015 Pelaku Utama Tim Koordinasi Pengembangan Industri Kreatif Daerah Legalisasi NSPM Industri Kreatif Tahun 2015 Pendukung SKPD Terkait, Asosiasi Sosialisasi NSPM Industri Kreatif Tahun 2015

51 IIK-2 Insentif Tujuan Memantapkan Kemapanan dan Kemandirian Industri Kreatif Kabupaten Bandung Tahun Memberikan kemudahan dan pelayanan administrasi pada IK berprestasi Sasaran Grand Position Grand Power Power Split Industri Kreatif Berdaya 6 bidang (40%), Mandiri 7 bidang (46,66%), Mapan 2 bidang (13,33%) Postur Industri Kreatif Mapan Mandiri Berdaya Kemandirian 70%, Lingkungan Kemandirian 30% fashion, penerbitan dan percetakan Kreasi dan Cipta 35%, Respon Terhadap Pasar 25%, Lingkungan Pengembangan Aktif 20%, Lingkungan Pengembangan Pasif 20% periklanan, kerajinan, Desain, Seni Pertunjukkan, riset dan pengembangan, kuliner, permainan interaktif arsitektur, pasar seni/barang antik, musik, film/video/fotografi, komputer/piranti lunak, Radio & televisi Kebijakan Memicu ransangan penguatan kemapanan industri kreatif Strategi Program Indikator Kinerja Output/Outcome Pelayanan Prima Ratio jumlah penerima pelayanan prima dengan jumlah insan kreatif 20% Punish & Reward Pemberiaan Penghargaan Ratio jumlah penerima penghargaan dengan jumlah insan industri kreatif 0,2% Pra Syarat Pemotongan (Discount) Pajak Ratio jumlah industri (bisnis) penerima pemotongan pajak dengan jumlah insan industri kreatif 2% Tahapan Proyek Terdapatnya pelaku usaha yang menerima pelayanan prima (diprioritaskan) Terdapatnya 200 pelaku usaha yang menerima penghargaan prestasi ekspor Terdapatnya 2000 pelaku usaha yang menerima pemotongan pajak Insan kreatif berada dalam naungan asosiasi Langkah Rencana Pelaksanaan Kebutuhan Sumberdaya Audit (Daftar) Industri kreatif telah tersedia dengan lengkap dan baik Berkala Setiap Tahun ( ) Waktu Evaluasi Capaian Kemapanan seluruh industri Berkala Setiap Tahun ( ) Kreatif Sumber Pembiayaan APBD Penetapan Peringkat atau bentuk prestasi Berkala Setiap Tahun ( ) Pelaku Utama Tim Koordinasi Pengembangan Industri Daerah Pemberiaan insentif dan disinsentif Berkala Setiap Tahun ( ) Pendukung SKPD Terkait

52 IKK-3 Sertifikasi Tujuan Memantapkan Kemapanan dan Kemandirian Industri Kreatif Kabupaten Bandung Tahun Sasaran Grand Position Grand Power Power Split Industri Kreatif Berdaya 5 bidang (33,33%), Mandiri 6 bidang (40%), Mapan 4 bidang (26,66%) Postur Industri Kreatif Mapan Mandiri Berdaya Kebijakan Kemandirian 50%, Lingkungan Kemandirian 50% Kreasi dan Cipta 25%, Respon Terhadap Pasar 25%, Lingkungan Pengembangan Aktif 25%, Lingkungan Pengembangan Pasif 25% kerajinan, fashion, penerbitan dan percetakan, kuliner Memantapkan identitas dan legitimasi industri kreatif daerah periklanan, seni pertunjukan, musik, riset dan pengembangan, desain, Permainan Interaktif arsitektur, pasar seni/barang antik, komputer/piranti lunak, radio dan televisi, film/video/fotografi Strategi Program Indikator Kinerja Output/Outcome Menguatkan brand (image) industri kreatif daerah Sertifikasi Produk Ratio antara produk keratif dengan produk yang telah tersertifikasikan sebanyak 20% Terdapatnya pelaku usaha yang memiliki sertifikasi produk Sertifikasi Manajemen Sertifikasi Kreatifitas Ratio jumlah usaha kreatif yang telah memiliki sertifikasi kreatif terhadap jumlah pelaku usaha keratif sebanyak 20% Ratio jumlah usaha kreatif yang telah memiliki sertifikasi majamen terhadap jumlah pelaku usaha keratif sebanyak 20% Terdapatnya pelaku usaha yang memiliki sertifikasi manajemen Terdapatnya pelaku usaha yang memiliki sertifikasi kreatifitas Penguatan badan sertifikasi IK daerah Penjaringan Badan Sertifikasi Ratio bandan sertifikasi terhadapt IK Mapan 100% Terdapatnya 4 Badan sertifikasi IK untuk jenis IK Mapan Peningkatan Kapasitas Badan Sertifikasi Daerah Ratio jumlah penerbitan sertifikasi dengan jumlah pelaku usaha mapan 100% Terdapatnya insan kretif yang menerima sertifikasi Pra Syarat Adanya lembaga sertifikasi dan dukungan pemerintah pusat terhadap kehadiran lembaga sertifikasi industri kreatif di daerah Langkah Tahapan Proyek Rencana Pelaksanaan Kebutuhan Sumberdaya Pembentukan lembaga sertifikasi 2015 Waktu Penetapan bentuk dan jenis sertifikasi 2015 Sumber Pembiayaan APBD, Swasta Penyelenggaraan Sertifikasi 2015 Pelaku Utama Asosiasi Penerbitan sertifikasi 2016 Pendukung SKPD Terkait, Asosiasi

53 IKK-4 Diklat Tujuan Memantapkan Kemapanan dan Kemandirian Industri Kreatif Kabupaten Bandung Tahun Penguatan Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Komunitas Sasaran Grand Position Grand Power Power Split Industri Kreatif Berdaya 5 bidang (33,33%), Kemandirian 50%, Lingkungan Kemandirian 50% Kreasi dan Cipta 25%, Respon Terhadap Pasar 25%, Mandiri 6 bidang (40%), Mapan 4 bidang (26,66%) Lingkungan Pengembangan Aktif 25%, Lingkungan Pengembangan Pasif 25% Postur Industri Kreatif Mapan kerajinan, fashion, penerbitan dan percetakan, kuliner Mandiri periklanan, seni pertunjukan, musik, riset dan pengembangan, desain, Permainan Interaktif Berdaya arsitektur, pasar seni/barang antik, komputer/piranti lunak, radio dan televisi, film/video/fotografi Kebijakan Peningkatan SDM insan kreatif yang berdaya saing tinggi Strategi Program Indikator Kinerja Output/Outcome Komunitas Kreatif Mendidik Ratio jumlah penyelenggaraan pendidikan berbasis komunitas dan jumlah komunitas IK sebanyak 100% Penguatan Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Pemerintah Penguatan Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Akademisi Penjaringan Sukarelawan Pembagi Ilmu dan Keterampilan Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kerja Putus Sekolah Pendidikan dan Pelatihan Siswa Baru Lulus Akademisi blusukan Kampung Kreatif Ratio jumlah sukarelawa dengan jumlah penerima Ilmu dan keterampilan sebanyak 10% Ratio jumlah peserta penyelenggaraan pendidikan dan Pelatihan IK putus sekolah dengan jumlah total peserta sebanyak 80% Ratio jumlah peserta penyelenggaraan pendidikan dan Pelatihan IK Baru Lulus sekolah dengan jumlah total peserta sebanyak 80% Ratio jumlah akademisi penyelenggarakan pendidikan dan pelaihan dengan jumlah komunitas kreatif sebanyak 100% Rasio jumlah kampung kreatif dengan jumlah penyelenggaran pendidikan dan pelatihan oleh akademisi di kampung kreatif sebesar 100% Terdapat 1600 Penyelenggaraan Pendidikan & pelatihan oleh komunitas sebanyak 100 kali Terdapat relawan pengajar bidang IK Terdapat 100 Penyelenggaraan Pendidikan & pelatihan untuk peserta putus sekolah Terdapat 100 Penyelenggaraan Pendidikan & pelatihan untuk peserta Baru Lulus Sekolah Terdapat 1600 Penyelenggaraan Pendidikan & pelatihan yang dilakukan oleh Akademisi pada komunitas kreatif Terdapat 192 Penyelenggaraan Pendidikan & pelatihan yang dilakukan oleh Akademisi di Kampung Kreatif Pra Syarat Tahapan Proyek Terdapat akademisi yang siap menjalankan peran dan fungsinya Langkah Rencana Pelaksanaan Kebutuhan Sumberdaya Identitikasi Kebutuhan Program (Materi/Kurikulum) Diklat 2015 Waktu Identifikasi kelompok Sasaran IK Diklat 2015 Sumber Pembiayaan CSR (dana akademisi, asosiasi), APBD Pengembangan Badan/organisasi Diklat 2016 Pelaku Utama Pemerintah, Asosiasi, Akademisi Pelaksanaan Penyelenggaraan Diklat

54 IKK-5 Kerjasama Tujuan Memantapkan Kemapanan dan Kemandirian Industri Kreatif Kabupaten Bandung Tahun Sasaran Grand Position Grand Power Power Split Industri Kreatif Berdaya 5 bidang (33,33%), Mandiri 6 bidang (40%), Mapan 4 bidang (26,66%) Kemandirian 50%, Lingkungan Kemandirian 50% Kreasi dan Cipta 25%, Respon Terhadap Pasar 25%, Lingkungan Pengembangan Aktif 25%, Lingkungan Pengembangan Pasif 25% Postur Industri Kreatif Mapan Mandiri Berdaya Kebijakan kerajinan, fashion, penerbitan dan percetakan, kuliner Meperkuat dan memperluas jejaring usaha industri kreatif periklanan, seni pertunjukan, musik, riset dan pengembangan, desain, Permainan Interaktif arsitektur, pasar seni/barang antik, komputer/piranti lunak, radio dan televisi, film/video/fotografi Strategi Program Indikator Kinerja Output/Outcome Memperkuat Kerjasama Quartet Helix MoU pemerintah & akademisi Rasio komunitas IK yang memiliki MoU dengan Terdapat MoU Pemerintah dan Akademisi Akademisi terhadap total komunitas IK sebanyak 10% MoU pemerintah dan asosiasi Rasio asosiasi IK yang memiliki MoU dengan Pemerintah terhadap total Asosiasi IK sebanyak 100% Terdapat 1 MoU Pemerintah dan Asosiasi Memperkuat Jejaring Usaha IK MoU antar pemerintah dan pelaku bisnis MoU Insan Kreatif (Bisnis) dan Pedagang/penyuplai Bahan Baku MoU Insan Kreatif (Bisnis) dan Pedagang/eksportir Rasio pelaku bisnis IK yang memiliki MoU dengan Pemerintah terhadap total pelaku bisnis IK sebanyak 10% Rasio pelaku bisnis IK yang memiliki MoU dengan Penyedia Bahan Baku terhadap total pelaku bisnis IK sebanyak 10% Rasio pelaku bisnis IK yang memiliki MoU dengan Eksportir terhadap total pelaku bisnis IK sebanyak 10% Terdapat MoU Pemerintah dan Pelaku Bisnis Terdapat MoU Pelaku Bisnis dan Penyedia Bahan Baku Terdapat MoU Pelaku Bisnis dan Penyedia Bahan Baku Pra Syarat Langkah Tahapan Proyek Rencana Pelaksanaan Kebutuhan Sumberdaya Invetrasisasi akademisi, asosiasi, dan komunitas 2015 Waktu Fasilitasi pembuatan MoU Quartet Helix 2016 Sumber Pembiayaan Dana Swasta Pendataan jenis MoU 2016 Pelaku Utama Tim Koordinasi Legitimati MoU oleh pemerintah Pendukung SKPD Terkait

55 IKK-6 R&D Tujuan Memantapkan Kemapanan dan Kemandirian Industri Kreatif Kabupaten Bandung Tahun Sasaran Grand Position Grand Power Power Split Industri Kreatif Berdaya 5 bidang (33,33%), Kemandirian 50%, Lingkungan Kemandirian Kreasi dan Cipta 25%, Respon Terhadap Pasar Mandiri 6 bidang (40%), Mapan 4 bidang 50% 25%, Lingkungan Pengembangan Aktif 25%, (26,66%) Lingkungan Pengembangan Pasif 25% Postur Industri Kreatif Mapan kerajinan, fashion, penerbitan dan percetakan, kuliner Mandiri periklanan, seni pertunjukan, musik, riset dan pengembangan, desain, Permainan Interaktif Berdaya arsitektur, pasar seni/barang antik, komputer/piranti lunak, radio dan televisi, film/video/fotografi Kebijakan Memperkuat daya saing produk industri kreatif Strategi Program Indikator Kinerja Output/Outcome Memunculkan ciri khas (keunikan) produk IK Penelitian dan Pengembangan Ciri Khas Produk Rasio IK yang teridentifikasi Ciri Khas dengan IK Teridentifikasi 15 Bidang IK dengan ciri khasnya IK yang dikembangkan sebanyak 100% Mengembangkan diversifikasi Produk IK Penelitian dan Pengembangan Diversifikasi Produk Ratio Bidang IK yang memiliki diversifikasi dengan total bidang IK yang ada sebenyak 100% Terdapat 15 bidang IK yang memiliki bentuk diversifikasi baru Sistem Riset & Development untuk insan kreatif Ratio jumlah insan kreatif yang terlibat dalam R&D dibandingkan dengan jumlah insan kreatif yang ada sebanyak 50% Terdapat insan kreatif yang partisipasi terhadap R & D sebanyak jiwa Mendorong Pembaharuan Budaya Pilot Project Budaya Tandingan Ratio jumlah pilot projek menghasilkan 100% variteas (diversifikasi) produk baru Terdapat Turunan Ik sebanyak 1000 produk hasil dari pilot project Pra Syarat Tahapan Proyek Tersedianya perangkat peraturan dan dukungan pada pengembangan R & D Langkah Rencana Pelaksanaan Kebutuhan Sumberdaya Membuat Satua Acara Riset & Development 2015 Waktu Membangun gedung dan infratsruktur R & D 2016 Sumber Pembiayaan APBD Menyediakan tenaga ahli dan peralatan R & D 2016 Pelaku Utama Tim Koordinasi Menyediakan perangkat peraturan R & D 2016 Pendukung SKPD Terkait Pelaksanaan R & D

56 IKK-7 Pembiayaan Tujuan Memantapkan Kemapanan dan Kemandirian Industri Kreatif Kabupaten Bandung Tahun Sasaran Grand Position Grand Power Power Split Industri Kreatif Berdaya 5 bidang (33,33%), Kemandirian 50%, Lingkungan Kemandirian Kreasi dan Cipta 25%, Respon Terhadap Pasar Mandiri 6 bidang (40%), Mapan 4 bidang 50% 25%, Lingkungan Pengembangan Aktif 25%, (26,66%) Lingkungan Pengembangan Pasif 25% Postur Industri Kreatif Mapan kerajinan, fashion, penerbitan dan percetakan, kuliner Mandiri periklanan, seni pertunjukan, musik, riset dan pengembangan, desain, Permainan Interaktif Berdaya arsitektur, pasar seni/barang antik, komputer/piranti lunak, radio dan televisi, film/video/fotografi Kebijakan Meningkatan kesejahteraan insan kreatif Strategi Program Indikator Kinerja Output/Outcome Penguatan akses keuangan berbasis kreativitas Arisan Komunitas Kreatif Rasio jumlah komunitas yang menyelenggarakan arisan permodalan dengan jumlah komunitas Terdapat 1600 komunitas yang menyelenggarakan arisan IK sebanyak 100% Koperasi Industri Kreatif Rasio jumlah koperasi dengan jumlah komunitas Terdapat 160 koperasi IK sebesar 10% Rekening kreatif/frenscise Rasio jumlah investor terjaring dengan jumlah Terdapat unit investasi (frencise) IK insan kreatif sebesar 20% Penguatan akses keuangan berbasis lembaga keuangan KUR Prioritas Rasio jumlah insan kreatif yang menerima Prioritas KUR sebanyak 20% Terdapat Insan Kreatif yang menerima bantuan Priotitas KUR Bank Prioritas Rasio jumlah insan kreatif yang menerima Bantaun Keuangan Prioritas dari bank sebanyak 10% Terdapat Insan Kreatif yang menerima bantuan Prioritas dari Bank Pra Syarat Tahapan Proyek Insan kreatif mampu menyelenggarakan komunitas dan bank bersedia membantu pembiayaan Langkah Rencana Pelaksanaan Kebutuhan Sumberdaya Pembentukkan komunitas industri kreatif Waktu Pembentukan koperasi Biaya Fasilitasi komunitas Fasilitasi Kemudahan untuk pengajuan Kredit Pelaku Utama Pelaku Bisnis, Akademisi Usaha Rakyat (KUR) Tim Koordinasi Pengembangan Industri Daerah Fasilitasi Kemudahan untuk pengajuan Kredit

57 IKK 8 Bantuan Teknis Tujuan Memantapkan Kemapanan dan Kemandirian Industri Kreatif Kabupaten Bandung Tahun Sasaran Grand Position Grand Power Power Split Industri Kreatif Berdaya 5 bidang (33,33%), Kemandirian 50%, Lingkungan Kreasi dan Cipta 25%, Respon Terhadap Pasar 25%, Lingkungan Mandiri 6 bidang (40%), Mapan 4 bidang (26,66%) Kemandirian 50% Pengembangan Aktif 25%, Lingkungan Pengembangan Pasif 25% Postur Industri Kreatif Mapan kerajinan, fashion, penerbitan dan percetakan, kuliner Mandiri periklanan, seni pertunjukan, musik, riset dan pengembangan, desain, Permainan Interaktif Berdaya arsitektur, pasar seni/barang antik, komputer/piranti lunak, radio dan televisi, film/video/fotografi Kebijakan Pengembangan bantuan teknis bagi insan kreatif Strategi Program Indikator Kinerja Output/Outcome Meningkatkan Paritipasi Akademisi untuk pengembangan IK Akademisi Mendampingi Rasio pendampingan oleh akademisi terhadap jumah komunitas Ik sebanyak 100% Terdapat pendampingan yang dilakukan oleh akademisi Advice Akademisi Rasio jumlah akademisi komit IK yang melaksanakan pelayanan konsultasi terhadap jumlah akademisi sebanyak 20% Terdapat pelayanan infromasi (advive) yang dilakukan oleh akademisi Pengembangan unit bantuan teknis IK Pendampingan Rasio pendampingan oleh Unit Bantuan Teknis terhadap jumah komunitas Ik sebanyak 100% Terdapat pendampingan yang dilakukan oleh Unit Bantuan Teknis Konsultasi Rasio jumlah Unit Bantuan Teknis yang melaksanakan pelayanan konsultasi terhadap jumlah Unit Bantuan Teknis sebanyak 100% Meningkatkan Paritipasi Asosiasi untuk pengembangan IK Asosiasi Mendampingi Rasio pendampingan oleh Asosiasi pada komunitas Ik terhadap total komunitas IK sebanyak 100% Terdapat 100 pelayanan infromasi (advive) yang dilakukan oleh Unit Bantuan Teknis Terdapat pendampingan yang dilakukan oleh Unit Bantuan Teknis Advice Asosiasi Rasio jumlah Insan Kreatif yang mendapatkan pelayanan advice dari Asosiasi sebanyak 20% Terjaring insa kreatif yang mendpatkan advice dari Asosiasi Pra Syarat Tahapan Proyek Tersedianya tenaga ahli yang membimbing dalam pendidikan & pelatihan serta pendampingan dan Langkah Rencana Pelaksanaan penguatan kerjasama dengan akademisi Kebutuhan Sumberdaya Penyediaan informasi kebutuhan konsultasi dan pendampingan 2016 Waktu Mengajak akademisi, asosiasi untuk terlibat dalam program pendampingan 2016 Sumber Pembiayaan CSR, APBD Penjaringan ketersedian akademisi dan asosiasi 2016 Pelaku Utama Tim Koordinasi, Akademisi, Asosiasi Pelaksanaan program advice, pendapingan dan diklat Pendukung SKPD Terkait

58 IKK - 9 Sistem Informasi Tujuan Memantapkan Kemapanan dan Kemandirian Industri Kreatif Kabupaten Bandung Tahun Sasaran Grand Position Grand Power Power Split Industri Kreatif Berdaya 5 bidang (33,33%), Kemandirian 50%, Lingkungan Kemandirian Kreasi dan Cipta 25%, Respon Terhadap Pasar Mandiri 6 bidang (40%), Mapan 4 bidang 50% 25%, Lingkungan Pengembangan Aktif 25%, (26,66%) Lingkungan Pengembangan Pasif 25% Postur Industri Kreatif Mapan kerajinan, fashion, penerbitan dan percetakan, kuliner Mandiri periklanan, seni pertunjukan, musik, riset dan pengembangan, desain, Permainan Interaktif Berdaya arsitektur, pasar seni/barang antik, komputer/piranti lunak, radio dan televisi, film/video/fotografi Kebijakan Meperkuat dan memperluas jejaring infromasi industri kreatif Strategi Program Indikator Kinerja Output/Outcome Menumbuhkan centra informasi komunitas Rembug Komunitas Ratio jumlah komunitas yang melakukan rembug secara Terdapat rembug komunitas IK rutin dengan jumlah komunitas sebanyak 100% Rembug Asosiasi-Komunitas Ratio jumlah Asosiasi-komunitas yang melakukan rembug dan jdawal rembuh yang telah disepakati sebanyak 100% Menumbuhkan centra informasi akademisi Akademisi berbagi Rasio insan kreatif yang hadiri pameran pilot project ekonomi kreatif oleh akademis sebanyak 30% sim-card kreatif Rasio insan kreatif yang memiliki sim-card kreatif dengan jumlah insan kreatif sebanyak 20% Menumbuhkan centra informasi marketing Informatika kreatif Rasio insan kreatdi yang dapat mengakses internet sebanyak 20% Kreatif sign Rasio daya tampung tamu /pengunjung dengan jumlah pengunjung yang hadir pada sentra informasi sebanyak 30% Terdapat 10 rembug Asosiasi-komunitas IK Terdapat 1000 pilot project yang di pamerkan Terjaring anggota yang masuk dalam komunitas Ik yang diprakarsai oleh Akademisi Terdapat jejaring informasi (internet) penghubung Insan Kreatif dan Akademisi Terdapat 30 sentra Informasi IK Pra Syarat Tahapan Proyek Langkah Rencana Pelaksanaan Kebutuhan Sumberdaya Menjaring rembung komunitas Waktu Menajring rembug asosiasi-komunitas Sumber Pembiayaan APBD, Swasta Menjaring akademisi berbagi Pelaku Utama Tim Koordinasi, Asosiasi, Akademisi Pengembangan sistem informasi

59 TATA KELOLA INDUSTRI KREATIF Peranan Stakeholders Terhadap Pelaksanaan Kegiatan & Program Pembangunan Kerjasama Pelaku Pembangunan (Quartet Helix) Akedemisi (Ahli) Pemerintah Asosiasi Pelaku Usaha (Bisnis) Palaku Usaha Pemerintah Asosiasi Akademisi

5.1. PELUANG PENYEDIAAN BAHAN BAKU DAN BAHAN PENDUKUNGAN INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP INDUSTRI KREATIF DI KABUPATEN BANDUNG

5.1. PELUANG PENYEDIAAN BAHAN BAKU DAN BAHAN PENDUKUNGAN INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP INDUSTRI KREATIF DI KABUPATEN BANDUNG BAB 5 ANALISIS EKONOMI KREATIF 5.1. PELUANG PENYEDIAAN BAHAN BAKU DAN BAHAN PENDUKUNGAN INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP INDUSTRI KREATIF DI KABUPATEN BANDUNG 5.1.1. Potensi Industri Pengolahan Berkembangnya

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG Penduduk dalam menjalankan aktivitas dan usaha ekonomi telah mengalami transformasi, hal ini sesuai dengan perkembangan daerahnya dan wilayahnya. Pada tahun 50 70-an

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN DAN ANALISIS PENENTUAN LOKASI KAWASAN INDUSTRI TEMBAKAU

STRATEGI PENGEMBANGAN DAN ANALISIS PENENTUAN LOKASI KAWASAN INDUSTRI TEMBAKAU Pekerjaan Jasa Konsultansi STRATEGI PENGEMBANGAN DAN ANALISIS PENENTUAN LOKASI KAWASAN INDUSTRI TEMBAKAU Pada bagian ini akan dijelaskan analisis mengenai analisis strategi pengembangan kawasan industri

Lebih terperinci

UU No.23 Tahun Indikator. 6 Dimensi 28 Aspek. Pelimpahan Kewenangan

UU No.23 Tahun Indikator. 6 Dimensi 28 Aspek. Pelimpahan Kewenangan UU No.23 Tahun 2014 3 Indikator - Jumlah Penduduk - Luas Wilayah - Jumlah Desa/Kelurahan Klasifikasi : Tipe A (beban besar) Tipe B (beban kecil) 6 Dimensi 28 Aspek (Kreasi Tim: Pemetaan Pembanguna) Intervensi

Lebih terperinci

7.1. TAHAPAN PENCAPAIAN PROGRAM PEMBANGUNAN

7.1. TAHAPAN PENCAPAIAN PROGRAM PEMBANGUNAN BAB 7 RENCANA AKSI 7.1. TAHAPAN PENCAPAIAN PROGRAM PEMBANGUNAN Mewujudakan industri kreatif actual menjadi industri kreatif mapan, memerlukan berbagai tahapan pembangunan yang berkesinambungan dan tersruktur

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG sebagai Dokumen ROADMAP KECAMATAN, dimana, berdasarkan (1) luas, (2) jumlah desa dan (3) jumlah penduduk. LANDASAN PENYUSUNAN ROADMAP Pasal 223 Desa/kelurahan.

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif,

Lebih terperinci

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Ringkasan Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak sangat ketatnya persaingan, dan cepatnya terjadi perubahan lingkungan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Demikian, semoga bermanfaat. Bandung, Nopember PT. Metro Network Solutions

KATA PENGANTAR. Demikian, semoga bermanfaat. Bandung, Nopember PT. Metro Network Solutions KATA PENGANTAR Mencapai tahap kemapanan ekonomi kreatif memerlukan visi dan strategi yang diikuti oleh langkah-langkah nyata oleh semua pihak yang terkait. Percepatan pencapaian tahap kemapanan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bandung mempunyai tugas pokok merumuskan kebijaksanaan teknis dan melaksanakan kegiatan teknis operasional

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana arah RPJMD Kabupaten Bandung Tahun 2010 2015 dan RKPD Kabupaten Bandung Tahun 2012, Kabupaten Bandung berupaya melakukan akselerasi pembangunan daerah yang akan

Lebih terperinci

LAMPIRAN C PENDEKATAN & MRTODOLOGI

LAMPIRAN C PENDEKATAN & MRTODOLOGI LAMPIRAN C PENDEKATAN & MRTODOLOGI Pendekatan Pengembangan Ekonomi Kreatif Master Plan yang disusun merupakan pedoman, arah kebijakan, dan kerangka acuan pengembangan ekonomi kreatif di Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG

Lebih terperinci

VISI DINAS PERTANIAN PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BANDUNG

VISI DINAS PERTANIAN PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BANDUNG VISI DINAS PERTANIAN PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BANDUNG 2011-2015 TUJUAN Menumbuhkembangkan sistem manajemen terpadu antar komoditas pertanian dan wilayah sentra produksi Menciptakan sistem produksi

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan PROGRAM DAN KEGIATAN, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan PROGRAM DAN KEGIATAN, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan RENCANA STRATEGIS PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan adalah proses yang dilakukan secara sadar dan berkelanjutan mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Ekonomi kreatif yang digerakkan oleh industri kreatif, didefinisikan sebagai industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan

Lebih terperinci

V. ANALISA SISTEM. 5.1 Agroindustri Nasional Saat Ini

V. ANALISA SISTEM. 5.1 Agroindustri Nasional Saat Ini V. ANALISA SISTEM 5. Agroindustri Nasional Saat Ini Kebijakan pembangunan industri nasional yang disusun oleh Departemen Perindustrian (5) dalam rangka mewujudkan visi: Indonesia menjadi Negara Industri

Lebih terperinci

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2019 Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara Jakarta, 16 Februari 2016 I. TUJUAN KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL 2 I. TUJUAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini menginstruksikan: Kepada : 1. Menteri

Lebih terperinci

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF DAERAH PROVINSI RIAU

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF DAERAH PROVINSI RIAU GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF DAERAH PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN 1 (satu) bulan ~ paling lama Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia di bidang Industri sebagaimana

Lebih terperinci

Jumlah penduduk Kabupatent Bandung berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 3,17 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 2,56 persen per tahun

Jumlah penduduk Kabupatent Bandung berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 3,17 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 2,56 persen per tahun Jumlah penduduk Kabupatent Bandung berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 3,17 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 2,56 persen per tahun Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang-undang Nomor 16

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG Anggaran : 203 Formulir RKA SKPD 2.2 Urusan Pemerintahan :. 5 Urusan Wajib Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Organisasi

Lebih terperinci

Written by Danang Prihastomo Friday, 06 February :22 - Last Updated Wednesday, 11 February :46

Written by Danang Prihastomo Friday, 06 February :22 - Last Updated Wednesday, 11 February :46 RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2015 Jakarta, 5 Februari 2015 Rapat Kerja Menteri Perindustrian Tahun 2015 dengan tema Terbangunnya Industri yang Tangguh dan Berdaya Saing Menuju

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya memiliki matapencaharian dalam sektor pertanian. Oleh karena itu, sektor pertanian merupakan sektor yang

Lebih terperinci

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 I PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 250,0 275,0 320,0 360,0 1 Peningkatan Pengelolaan Pelayanan Publik 2 Pengembangan SDM Industri Tersebarnya informasi,

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG 1 BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN PENUNJANG PARIWISATA BERBASIS EKONOMI KREATIF DI KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan subsektor peternakan sehingga menjadi sumber pertumbuhan baru

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan subsektor peternakan sehingga menjadi sumber pertumbuhan baru 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis, antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG RANCANGAN PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BANDUNG RANCANGAN PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG BUPATI BANDUNG RANCANGAN PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KECAMATAN DI WILAYAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG, Menimbang :

Lebih terperinci

Usulan Program dan Kegiatan dari Para Pemangku Kepentingan Tahun 2015 Kabupaten Bandung

Usulan Program dan Kegiatan dari Para Pemangku Kepentingan Tahun 2015 Kabupaten Bandung Usulan Program dan Kegiatan dari Para Pemangku Kepentingan Tahun 2015 Kabupaten Bandung Dinas Tenaga Kerja NO PELATIHAN LOKASI KECAMATAN DESA volume (org) Pagu 1 2 3 4 5 6 1 LAS LISTRIK ARJASARI KECAMATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era modern sekarang ini, industri memiliki peran yang besar dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Khususnya di Indonesia yang sering di bahas oleh

Lebih terperinci

PERAN DAN POLA KERJASAMA. SAING INDUSTRI DAERAH[ Tulus Tambunan Kadin Indonesia, 2008

PERAN DAN POLA KERJASAMA. SAING INDUSTRI DAERAH[ Tulus Tambunan Kadin Indonesia, 2008 PERAN DAN POLA KERJASAMA KADIN DALAM PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI DAERAH[ Tulus Tambunan Kadin Indonesia, 2008 Visi 2030 dan Roadmap 2010 Kadin mengenai Industri Nasional (1) Empat klaster industri

Lebih terperinci

2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP PENDAPATAN

2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP PENDAPATAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia senantiasa melakukan pembangunan di segala bidang, termasuk pembangunan di bidang ekonomi adalah sektor perindustrian. Dalam era globalisasi,

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA

PEREKONOMIAN INDONESIA PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi kerakyatan, sebagaimana dikemukakan dalam Pasal 33 UUD 1945, adalah sebuah sistem perekonomian yang ditujukan untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dalam bidang ekonomi. Sistem

Lebih terperinci

SMA. Tersedia bahan mentah Tersedia tenaga kerja Tersedia modal Manajemen yang baik Dapat mengubah masyarakat agraris menjadi Negara industri

SMA. Tersedia bahan mentah Tersedia tenaga kerja Tersedia modal Manajemen yang baik Dapat mengubah masyarakat agraris menjadi Negara industri JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMA XII (DUA BELAS) GEOGRAFI ANALISIS LOKASI INDUSTRI 1. Pengertian industri: Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam suatu bisnis terdapat 2 fungsi mendasar yang menjadi inti dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam suatu bisnis terdapat 2 fungsi mendasar yang menjadi inti dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam suatu bisnis terdapat 2 fungsi mendasar yang menjadi inti dari bisnis itu sendiri. Menurut Peter Drucker (1954) 2 fungsi dalam bisnis itu adalah marketing dan

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016 Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016 Yth. : 1. Menteri Perdagangan; 2. Menteri Pertanian; 3. Kepala BKPM;

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

BADAN PERENCANAAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BADAN PERENCANAAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PERWUJUDAN VISI...SINERGI PEMBANGUNAN PERDESAAN... DALAM SIKLUS PERENCANAAN TAHUNAN UU 25/2004; PP 8/2008 & PMDN 54/2010 Penetapan

Lebih terperinci

10 poin arah pengembangan tembakau dan industri hasil tembakau yang direncanakan sebagai berikut :

10 poin arah pengembangan tembakau dan industri hasil tembakau yang direncanakan sebagai berikut : Sebagaimana arah RPJMD Kabupaten Bandung Tahun 2010 2015 dan RKPD Kabupaten Bandung Tahun 2012, Kabupaten Bandung berupaya melakukan akselerasi pembangunan daerah yang akan difokuskan untuk mencapai peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab 1 berisikan pendahuluan yang menjelaskan latar belakang diangkatnya penelitian ini, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah serta sistematika dalam penulisan laporan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG

PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG Presentation by : Drs. BUDIHARTO HN. DASAR HUKUM KEPARIWISATAAN Berbagai macam kegiatan yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang

Lebih terperinci

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA SKALA USAHA 1 Usaha Kecil (UK) 17.968.449 19.510.919 1.542.470 8,58 2 Usaha Menengah (UM) 23.077.246 25.199.311 2.122.065 9,20 Usaha Kecil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berpenduduk terbanyak didunia. Dan juga

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berpenduduk terbanyak didunia. Dan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berpenduduk terbanyak didunia. Dan juga sebagai penghasil sumber daya alam yang melimpah, terutama di sektor pertanian dan perkebunan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produksi kendaraan di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Data dari badan pusat statistik dari tahun 2000 hingga 2012 menunjukkan kenaikan jumlah kendaraan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dikaitkan dengan proses industrialisasi. Industrialisasi di era globalisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. dikaitkan dengan proses industrialisasi. Industrialisasi di era globalisasi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian di Indonesia tidak sekedar terfokus pada peran pemerintah, banyak sektor yang mempunyai peran dalam kemajuan perekonomian di Indonesia. Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Tingginya tingkat pengangguran di Indonesia sampai saat ini adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Tingginya tingkat pengangguran di Indonesia sampai saat ini adalah salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tingginya tingkat pengangguran di Indonesia sampai saat ini adalah salah satu permasalahan yang masih menjadi pekerjaan rumah bagi semua pihak. Hal ini disebabkan karena

Lebih terperinci

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH - 125 - BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Tujuan dan sasaran yang telah dirumuskan untuk mencapai Visi dan Misi selanjutnya dipertegas melalui strategi pembangunan daerah yang akan

Lebih terperinci

KLASIFIKASI INDUSTRI A. Industri berdasarkan klasifikasi atau penjenisannya 1. Aneka industri 2. Industri mesin dan logam dasar

KLASIFIKASI INDUSTRI A. Industri berdasarkan klasifikasi atau penjenisannya 1. Aneka industri 2. Industri mesin dan logam dasar KLASIFIKASI INDUSTRI Industri adalah suatu usaha atau kegiatan yang melakukan proses atau aktivitas yang mengubah dari sesuatu atau bahan mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi berupa barang

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Menteri Perindustrian Republik Indonesia Menteri Perindustrian Republik Indonesia KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA MUSYAWARAH PROPINSI VI TAHUN 2015 KADIN DENGAN TEMA MEMBANGUN PROFESIONALISME DAN KEMANDIRIAN DALAM MENGHADAPI ERA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. tersebut pada saat ini dikatakan sebagai era ekonomi kreatif yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. tersebut pada saat ini dikatakan sebagai era ekonomi kreatif yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang pertumbuhan perekonomian mengalir dalam era ilmu pengetahuan dan ide yang menjadi motor dalam perkembangan ekonomi. Era tersebut pada saat ini dikatakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan teknologi yang semakin pesat di era globalisasi akan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan teknologi yang semakin pesat di era globalisasi akan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan teknologi yang semakin pesat di era globalisasi akan menjadikan segala sektor di Indonesia mengalami persaingan yang lebih ketat terutama sektor industri.

Lebih terperinci

Industri Kreatif Jawa Barat

Industri Kreatif Jawa Barat Industri Kreatif Jawa Barat Dr. Togar M. Simatupang Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB Masukan Kepada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat 2007 Daftar Isi Pengantar Industri Kreatif Asal-usul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dan Pertumbuhan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) merupakan salah satu motor pengerak yang sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dan Pertumbuhan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) merupakan salah satu motor pengerak yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dan Pertumbuhan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) merupakan salah satu motor pengerak yang sangat penting bagi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN dan SARAN

BAB 6 KESIMPULAN dan SARAN BAB 6 KESIMPULAN dan SARAN 6.1 Kesimpulan A. Dari hasil Analisa Input Output 1. Dari analisa input output yang dilakukan, maka nilai Industri Kreatif di DKI Jakarta pada Tahun 2007 memberikan kontribusi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal dengan negara yang memiliki keanekaragaman seni dan budaya. Hal ini yang menjadi salah satu daya tarik wisata di Indonesia. Salah satu daerah di Indonesia

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA RAPAT KERJA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DENGAN DINAS PERINDUSTRIAN KABUPATEN/KOTA KAWASAN TIMUR INDONESIA TAHUN

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA RAPAT KERJA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DENGAN DINAS PERINDUSTRIAN KABUPATEN/KOTA KAWASAN TIMUR INDONESIA TAHUN SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA RAPAT KERJA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DENGAN DINAS PERINDUSTRIAN KABUPATEN/KOTA KAWASAN TIMUR INDONESIA TAHUN 2008 Makassar, 25-28 Maret 2008 Penjabat Gubernur Sulawesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era keterbukaan ekonomi saat ini, setiap Negara berupaya seoptimal mungkin menggali potensi perekonomian yang memiliki keunggulan daya saing, sehingga mampu membawa

Lebih terperinci

TINJAUAN KEBIJAKAN TERKAIT

TINJAUAN KEBIJAKAN TERKAIT TINJAUAN KEBIJAKAN TERKAIT Pada bagian ini akan dibahas mengenai kebijakan yang terkait dengan pengembangan industri tembakau, yang terdiri dari : 1) Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri

Lebih terperinci

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur XII Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur Globalisasi ekonomi menuntut produk Jawa Timur mampu bersaing dengan produk sejenis dari negara lain, baik di pasar lokal maupun pasar internasional. Kurang

Lebih terperinci

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 SKALA USAHA 1 Usaha Kecil (UK) 184.845.034 194.426.046 9.581.012 5,18 2 Usaha Menengah (UM)

Lebih terperinci

TANTANGAN EKSTERNAL : Persiapan Negara Lain LAOS. Garment Factory. Automotive Parts

TANTANGAN EKSTERNAL : Persiapan Negara Lain LAOS. Garment Factory. Automotive Parts TANTANGAN EKSTERNAL : Persiapan Negara Lain LAOS Garment Factory Automotive Parts 1 Tantangan eksternal : persiapan Negara Lain VIETNAM 2 Pengelolaaan ekspor dan impor Peningkatan pengawasan produk ekspor

Lebih terperinci

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015 Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional Kementerian Perindustrian 2015 I. LATAR BELAKANG 2 INDUSTRI AGRO Industri Agro dikelompokkan dalam 4 kelompok, yaitu

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri FEBRUARI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Februari 2017 Pendahuluan Pada tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,02%, lebih tinggi dari pertumbuhan tahun

Lebih terperinci

Ringkasan Bahan Menteri Perindustrian Pada Seminar Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan untuk Memenangkan MEA I. Gambaran Umum Industri Kecil dan Menengah

Ringkasan Bahan Menteri Perindustrian Pada Seminar Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan untuk Memenangkan MEA I. Gambaran Umum Industri Kecil dan Menengah Ringkasan Bahan Menteri Perindustrian Pada Seminar Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan untuk Memenangkan MEA -------------------------------------------------------------------------------- I. Gambaran Umum

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2007) ekonomi gelombang ke-4 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2007) ekonomi gelombang ke-4 adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekonomi kreatif merupakan pengembangan konsep berdasarkan modal kreatifitas yang dapat berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Menurut Presiden Susilo Bambang

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN. Kreativitas ditemukan di semua tingkatan masyarakat. Kreativitas adalah ciri

BAB PENDAHULUAN. Kreativitas ditemukan di semua tingkatan masyarakat. Kreativitas adalah ciri BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kreativitas ditemukan di semua tingkatan masyarakat. Kreativitas adalah ciri internal manusia yang berkaitan dengan aspek orisinalitas, imajinasi, aspirasi, kecerdasan,

Lebih terperinci

!"!"!#$%"! & ' ((( ( ( )

!!!#$%! & ' ((( ( ( ) !"!"!#$%"! & ' ((( ( ( ) *(+(, ( -./ *0$" I. Pendahuluan A. Ciri Umum ILMTA B. Lingkup Industri Binaan Ditjen ILMTA C. Gambaran Umum Perkembangan Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka Tahun 2005 s/d 2009

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam rencana pengembangan industri kreatif Indonesia tahun 2025 yang dirumuskan oleh Departemen Perdagangan RI dijelaskan adanya evaluasi ekonomi kreatif. Berdasarkan

Lebih terperinci

DAFTAR KEGIATAN SKPD YANG DILAKSANAKAN DI WILAYAH TAHUN ANGGARAN Besaran Satuan Kecamatan Desa

DAFTAR KEGIATAN SKPD YANG DILAKSANAKAN DI WILAYAH TAHUN ANGGARAN Besaran Satuan Kecamatan Desa DAFTAR KEGIATAN SKPD YANG DILAKSANAKAN DI WILAYAH TAHUN ANGGARAN 2015 Kode Rekening Nama Kegiatan/ Sub Kegiatan 1 14 01 15 Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja 1 14 01 15 02 Pendidikan

Lebih terperinci

DIREKTORI PERUSAHAAN INDUSTRI DI KOTA DENPASAR TAHUN 2016 KECAMATAN DENPASAR TIMUR

DIREKTORI PERUSAHAAN INDUSTRI DI KOTA DENPASAR TAHUN 2016 KECAMATAN DENPASAR TIMUR KECAMATAN DENPASAR TIMUR 1 Industri Air Minum Dalam Kemasan 4 2 Industri Alas Kaki Lainnya 5 3 Industri Alat Pertanian dari Logam 3 4 Industri Alat-alat Dapur Dari Logam 4 5 Industri Alat-alat Dapur dari

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERINDUSTRIAN

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERINDUSTRIAN Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KREATIF SEBAGAI PENGGERAK INDOSTRI PARIWISATA

PERTUMBUHAN EKONOMI KREATIF SEBAGAI PENGGERAK INDOSTRI PARIWISATA PERTUMBUHAN EKONOMI KREATIF SEBAGAI PENGGERAK INDOSTRI PARIWISATA Sumarno Dwi Saputra Fakultas Ekonomi UNISRI Surakarta ABSTRAK Modal utama dalam menghadapi era globalisasi adalah keatifitas. Untuk membentuk

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 20 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 20 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 20 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Provinsi Kalimantan Timur Triwulan I Tahun 2015

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Provinsi Kalimantan Timur Triwulan I Tahun 2015 BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 31/05/64/TA XVIII, 4 MEI 2015 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Provinsi Kalimantan Timur Triwulan I Tahun 2015 Produksi Industri

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERINDUSTRIAN

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERINDUSTRIAN Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anisa Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anisa Lestari, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Untuk dapat bersaing di era globalisasi saat ini dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Dimana bahwa perkembangan dan kemajuan suatu Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena setiap negara menginginkan proses perubahan perekonomian yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. karena setiap negara menginginkan proses perubahan perekonomian yang lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi negara merupakan suatu hal yang sangat penting karena setiap negara menginginkan proses perubahan perekonomian yang lebih baik untuk dicapai sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN jiwa (Central Intelligence Agency (CIA),2017). Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN jiwa (Central Intelligence Agency (CIA),2017). Indonesia merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia adalah salah satu negara berkembang di Asia Tenggara. Negara dengan jumlah penduduk ke empat terbesar di dunia yaitu dengan 258.316.051 jiwa (Central Intelligence

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.4, 2014 EKONOMI. Pembangunan. Perindustrian. Perencanaan. Penyelenggaraan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5492) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

Lebih terperinci

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB - VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Strategi adalah langkah-langkah berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi, yang dirumuskan dengan kriterianya

Lebih terperinci

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas. - 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA KELOLA PRODUK-PRODUK UNGGULAN PERTANIAN DAN PERIKANAN DI JAWA TIMUR I. UMUM Wilayah Provinsi Jawa Timur yang luasnya

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kreatif adalah industri yang bermuara pada intelektualitas, ide, dan gagasan orisinil yang kemudian di realisasikan berdasarkan pemikiran insan kreatif yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Menteri Perindustrian Republik Indonesia Menteri Perindustrian Republik Indonesia BUTIR-BUTIR BICARA MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAPAT KOORDINASI PEMERINTAH PUSAT, PEMERINTAH DAERAH, DAN BANK INDONESIA MEMPERCEPAT DAYA SAING INDUSTRI UNTUK

Lebih terperinci