BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Rataan Populasi Kutu Sayap ((Lipeurus caponis) pada bagian sayap ayam kampung yang diberi minuman ekstrak kunyit
|
|
- Suryadi Sutedja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Rataan Populasi Kutu Sayap Tabel 3. Rataan Populasi Kutu Sayap ((Lipeurus caponis) pada bagian sayap ayam kampung yang diberi minuman ekstrak kunyit No Perlakuan TOTAL P0 (0%) P1 (1%) P2 (2%) P3 (3%) P4 (4%) ekor ,5 28,75 24,5 18,5 2 63,5 36, ,5 16,5 3 63,5 42,5 37,5 20,75 22, ,75 26,25 30,25 22 Total ,5 702 Rerata 59,5 38,8 32,00 25,5 20,00 Keterangan : P0 = (0%) tanpa pemberian ekstrak kunyit; P1 = 1% pemberian ekstrak kunyit P2= 2% pemberian ekstrak kunyit; P3 = 3% pemberian ekstrak kunyit; P4 = 4% pemberian ekstrak kunyit. Secara keseluruhan hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak kunyit memperlihatkan perbedaan yang nyata (P > 0,05) terhadap jumlah kutu yang terdapat di sayap ayam buras (Pada tabel 3), hal ini di tunjukkan dengan rataan penurunan populasi kutu sayap (Lipeurus caponis) di setiap perlakuan mengalami penurunan, dibandingkan pada perlakuan P0 ( tanpa pemberian ekstak kunyit). Pada tabel 3 terlihat pengaruh dari ekstrak kunyit dalam campuran air minum yang diberikan pada ayam terhadap jumlah kutu, yang di tunjukkan pada konsentrasi 0% yang berbeda nyata terhadap konsentrasi 1%, 2%, 3%, 4%. Sedangkan antar perlakukan didapatkan hasil yang berbeda nyata pada konsentrasi 1% dengan konsentrasi 2% lalu 3% dan 4%. Jumlah populasi kutu yang 1
2 ditemukan pada konsentrasi 0% sebesar 238 ekor, sedangkan untuk konsentrasi 1%, 2%, 3%, 4% berturut- turut adalah 155 ekor, 127 ekor, 102 ekor dan 79 ekor. Khasiat ekstrak kunyit dalam campuran air minum yang diberikan pada ayam terhadap kutu Lipeurus Caponis di sayap terjadi penurunan jumlah populasi yang berbeda nyata antara kontrol (tanpa ekstrak) dengan perlakuan (dengan ekstrak kunyit). Penurunan populasi Lipeurus terbesar dapat dilihat pada perlakuan dengan ekstrak kunyit dalam pelarut air yang berkonsentrasi tinggi, dimana jumlah populasi pada konsentrasi 4% adalah 79 ekor. Pengaruh konsentrasi ekstrak kunyit dalam campuran air minum yang diberikan pada ayam terhadap kutu sayap (Lipeurus caponis) pada tabel 3 menunjukkan penurunan angka yang signifikan, penurunan terlihat jelas pada konsentrasi 4ml, semakin tinggi tingkatan konsentrasi ekstrak kunyit yang digunakan, semakin berkurang juga populasi dari kutu sayap (Lipeurus caponis). Ekstrak kunyit dalam pelarut methanol sudah pernah diujikan terhadap larva nyamuk Aedes Aegypti L. Panus (2003) menyatakan ekstrak kunyit dalam pelarut methanol memiliki LC50 terendah, sehingga dengan hanya menggunakan konsentrasi kecil dari ekstrak kunyit mampu mematikan 50% dari larva (Aedes Aegypti L) yang di uji, dibandingkan dengan menggunakan aquades dan air. Penurunan populasi ektoparasit kutu sayap (Lipeurus caponis) yang terjadi setelah diberi perlakuan ekstrak kunyit diduga disebabkan oleh zat-zat terkandung dalam ekstrak kunyit. Ekstrak kunyit diduga mengandung kurkumin, saponin, flavonoid, minyak atsiri dan alkaloid. Peranan paling utama dari kurkumin dan minyak atsiri terhdap tumbuhan itu sendiri adalah sebagai pengusir serangga 2
3 (mencegah daun dan rimpang rusak) serta sebagai pengusir hewan hewan pemakan daun lainnya (Gunawan dan Mulyadi 2004). Pengurangan populasi kutu yang diberi ekstrak kunyit terjadi juga karena kutu tersebut mati. Dimana kutu dalam hidupnya tidak dapat hidup atau berpindah ke lingkungan karena kutu hanya dapat hidup pada tubuh inang dan menghabiskan seluruh siklus hidupnya pada tubuh inang. Lain halnya dengan tungau, dimana selain bisa hidup dalam tubuh inangnya juga bisa hidup di lingkungan (Sudaryani 2003). Hal ini sejalan dengan apa yang di kemukakan oleh Pickworth & Terresa( 2005) keseluruhan siklus hidup kutu terjadi pada inang terutama pada bulu. unggas adalah inang yag spesifik dan tidak dapat berpindah pada manusia). B. Jenis Ektoparasit (kutu) Yang Terdapat Pada Bagian Sayap Pengurangan jumlah diduga karena Lipeurus caponis tidak memperoleh asupan makanan yang ada dalam tubuh inang yakni Ayam Buras (Gallus Domesticus), hal ini berkaitan dengan peningkatan kemampuan tubuh Ayam Buras mempertahankan dan meregenarasi sel-sel kulit yang telah mati, sehingga rantai makanan bagi Kutu Sayap (Lipeurus Caponis) berkurang bahkan habis. Selain itu sebagai antioksidan dan antibakteri, ekstrak kunyit diduga menjadi racun bagi Kutu Sayap (Lipeurus Caponis) tersebut. Mortalitas adalah angka yang menunjukkan jumlah ayam yang mati selama pemeliharaan. Semua perlakuan baik yang ditambah ekstrak kunyit (P1, P2, P3,dan P4) maupun yang tanpa penambahan (P0) menunjukkan tidak ada angka mortalitas (0%). Kunyit mengandung komponen aktif yang memiliki sifat antibakteri yaitu kurkumin, minyak atsiri pada kunyit terbukti bersifat membunuh 3
4 (bakterisidal) terhadap bakteri golongan Bacillus cereus, Bacillus subtilis, dan Bacillus megetenium. Selain iu minyak atsiri mampu menghambat pertumbuhan sel vegetative bacillus dengan menghambat sporanya (SAID, 2003; DARWIS et al., 1991). Tidak adanya kematian pada perlakuan diduga adanya zat bioaktif yang dikandung oleh herbal kunyit sehingga ayam menjadi lebih sehat. C. Jumlah Ektoparasit (kutu) Yang Terdapat Dibagian Sayap Pemberian kunyit pada ayam buras dapat meningkatkan kekebalan tubuh. Hal ini disebabkan karena adanya zat fitokimia yang terkandung didalam rimpang kunyit. Kunyit mengandung zat fitokimia yang biasa disebut desmetoksikurkumin. Zat zat fitokimia ini dapat mempengaruhi nafsu makan, meningkatkan sekresi empedu, memperbaiki fungsi hati serta tampilan limfosit darah. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan produktivitas ayam buras adalah kondisi kesehatan yang optimal. Dengan kondisi kesehatan yang optimal proses metabolisme dan penyerapan zat makanan yang terjadi didalam tubuh ayam akan berlangsung dengan baik. Penelitian yang dilakukan oleh Masni, Arif Ismanto, dan Maria Belgis (2010) membuktikan bahwa pemberian ekstrak temulawak sebesar 0,5 g per liter air minum dan pemberian ekstrak kunyit sebesar 0,25 g per liter air minum mampu menghasilkan produksi daging yang sama dengan ayam buras yang diberi vitamin dan antibiotik sintetik. Hal ini memperlihatkan bahwa pemberian ekstrak temulawak dan kunyit dapat menggantikan penggunaan vitamin dan antibiotik sintetik pada ayam buras. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Praktikno (2010) walaupun dengan sampel yang berbeda yaitu ayam buras yang diberi 4
5 ekstrak kunyit sebesar 400 mg /kg BB/hari mampu meningkatkan bobot badan yang lebih besar jika dibandingkan dengan buras tanpa perlakuan. Kedua hasil penelitian diatas tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sinurat et al (2009) yang menyatakan bahwa pemberian tepung kunyit pada ransum ayam buras tidak memberikan pengaruh terhadap pertambahan bobot badan ayam buras tersebut. Perbedaan hasil penelitian ini kemungkinan besar disebabkan oleh perbedaan perlakuan serta bentuk kunyit yang diberikan pada ayam buras. Pada hasil penelitian yang menyatakan pemberian kunyit memberikan pengaruh terhadap bobot badan ayam buras, bentuk dari kunyitnya adalah bebentuk ekstrak yang dicampurkan pada air minum dan kapsul yang diberikan secara oral sedangkan pada penelitian yang menyatakan penggunaan dari kunyit tidak memberikan pengaruh adalah berbentuk tepung yang dicampurkan dengan pakan dalam ransum. Perbedaan bentuk dan cara pemberian ini mungkin menyebabkan terjadinya perbedaan jumlah kunyit yang diserap oleh alat alat pencernaan ayam buras sehingga memberikan hasil yang berbeda pula. Kunyit ( Cucurma Domestika, Val ) merupakan jenis tanaman bumbu dan tanaman obat asli dari Asia Tenggara dan telah dikembangkan secara luas di Asia Selatan, Cina Selatan, Taiwan, Filipina dan tumbuh dengan baik di Indonesia. Kurkumin merupakan komponen utama dalam pigmen kunyit dengan rumus molekul C21H20O6 dan disebut juga sebagai diferuloil metana dan pada kunyit biasanya terdapat dalam bentuk zat warna kurkuminoid (campuran kurkumin, monodesmetoksi kurkumin dengan bisdesmetoksi kurkumin). 5
6 Kurkumin termasuk senyawa fenolik, sehingga mekanisme kerja kurkumin sebagai antimikroba mirip dengan senyawa fenol lainnya.(purseglove et al., 1981). Rimpang kunyit diketahui mengandung zat kurkumin dan khamir yang ampuh untuk membunuh mikroba dan bakteri dan merupakan golongan bahan pengawet generally recognized as safe (GRAS) atau aman bagi manusia (Agustini, 2007). Senyawa kurkuminoid yang terkandung dalam kunyit merupakan senyawa fenolik, sehingga mekanisme yang ditimbulkan mirip dengan fenol lainnya sebagai antimikroba Kurkumin mempunyai efek anti peradangan, antioksidan, antibakteri, imunostimulan, sebagai kolagogum (menstimulasi dinding kantong empedu untuk meningkatkan sekresi cairan empedu yang berperan dalam pemecahan lemak), hipolipidemik (menurunkan kolesterol darah), hepatoprotektor (melindungi hati darizat toksik) dan sebagai tonikum (penyegar). Sifat tonikum pada kunyit berkhasiat sebagai penyegar dan meningkatkan stamina sehingga tubuh tidak cepat lelah. Sedangkan sifat imunostimulan berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan menangkal berbagai serangan kuman penyebab penyakit, termasuk virus. Efek anti oksidan kurkumin berfungsi untuk melindungi tubuh dari serangan radikal bebas yang berbahaya. Efek antioksidan pada kunyit sangat kuat dibandingkan jenis rimpang lainnya, bahkan lebih kuat dari vitamin E. Hal itu dikarenakan kandungan kurkumin kunyit lebih tinggi daripada rimpang lainnya, bisa dilihat dari daging rimpangnya yang berwarna kuning jingga (Wijayakusuma, 2005). 6
7 Berdasarkan hasil uji vitokimia kunyit melalui poses soxhletasi kunyit dan evaporasi kunyit maka diperoleh hasil uji vitokimia (flavonoid) berdasarkan tabel 4 sebagai berikut: Tabel 4 : Hasil Uji Kadungan Kimia Kurkumin Dan Flavonoid Ekstrak Kunyit No Jenis Sampel Parameter Uji Hasil Analisis Motode Analisis Uji Kualitatif 1 2 Serbuk Kunyit Serbuk Kunyit Uji Flavonoid Reagen Wilstetter Uji Flavonoid Reagen NaOH 10% Uji Flavonoid Reagen H 2 SO 4 10% Uji Kualitatif Uji Kurkumin Metanol : Kloroform 1:5 Uji Kurkumin Dictil eter : Kloroform 1:1 Uji Kurkumin Dietel eter : Kloroform 2:1 Flavonoid Flavonoid Flavonoid Kurkumin Kurkumin Kurkumin Nilai Rf 1,167 Standar Difference 1,057 KLT 1,087 Hasil analisis laboratorium kimia UNG menyatakan bahwa, kandungan ekstrak kunyit pada tanaman kunyit yang telah di gunakan dalam penelitian kandungan kurkuminnya mencapai 1,167%, sedangkan ekstrak kunyit yang di teliti juga terbukti mengandung flavonoid. pada penelitian sebelumnya dijelaskan bahwa kandungan kimia kunyit yaitu minyak astiri sebanyak 6% yang terdiri dari golongan senyawa Monoterpen dan Sesquiterpen meliputi (Zingiberen,alfa,beta-turmerone), zat warna kuning yang disebut Kurkuminoid 7
8 sebanyak 5% (meliputi kurkumin 50% -60%, monodesmitoksikurkumin dan bidesmitoksikurkumin,flavonoid, protein, fosfor, kalum, besi dan vitamin C (sidik et al, 1995). Dari ketiga senyawa kurkuminoid tersebut, kurkumin merupakan komponen terbesar, kadar total kurkuminoid dihitung sebagai persentase kurkumin, karena kandungan kurkumin paling besar diantara komponen kurkuminoid lain.sehingga dengan adanya berbagai keunggulan tersebut, ekstrak kunyit ( Cucurma Domestika, Val )dapat digunakan pada berbagai kebutuhan, tak terkecuali pada binatang peliharaan, termasuk unggas seperti Ayam Buras (Gallus Domesticus). D. Feed Supplement Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi penggunaan pakan adalah dengan menambahkan feed supplement ke dalam pakan buras. Feed supplement adalah zat atau bahan yang ditambahkan ke dalam pakan yang dapat meningkatkan kesehatan ternak dan proses pemanfaatan gizi oleh ternak (Sinurat et al., 2002). Salah satu senyawa yang dapat terdapat dalam feed supplement komersial adalah antibiotik. Meskipun antibiotik mampu meningkatkan produktivitas, namun antibiotik ternyata mempunyai efek negatif terhadap kesehatan manusia ketika mereka mengkonsumsi daging dan telur (Barton dan Hart, 2001), sehingga banyak negara yang kemudian melarang penggunaannya. Peneliti lain (Chen et al., 1998; Imik et al., 2006; dan Kyriakis et al., 2003) juga menemukan bahwa meskipun antibiotika sebagai perangsang 8
9 pertumbuhan dengan cara mengurangi bakteri dan memodifikasi mikroflora dalam saluran pencernaan, antibiotika juga tersimpan dalam produk ternak dan berpotensi menyebabkan resistensi mikrobia patogen yang menyerang manusia. Hal ini diperkuat oleh Khaksefidi dan Rahimi (2005) bahwa penggunaan antibiotik untuk meningkatkan pertumbuhan, efisiensi pakan dan mencegah infeksi usus menyebabkan berkembangnya bakteria yang resisten terhadap antibiotik dalam saluran pencernaan dan adanya residu obat dalam daging, dan telur. Feed supplement komersial disamping mengandung antibiotik, ia juga mengandung senyawa sintetik. Terdapat bukti bahwa penggunaan senyawa sintetik mempunyai efek samping yang lebih besar daripada senyawa alami.cao et al. (2004) menemukan bahwa penggunaan senyawa sintetik ternyata lebih berpotensi untuk merusak sistem kekebalan tubuh daripada senyawa alami. Mekanisme tentang lebih tingginya efek samping senyawa sintetik masih belum diketahui. Selain itu, senyawa sintetik akan terakumulasi dalam daging, dan ketika dikonsumsi, dapat mempunyai efek negatif terhadap kesehatan manusia dalam jangka panjang. Selain permasalahan tersebut di atas, feed supplement komersial yang dijual di pasar tidak mengandung senyawa-senyawa yang mampu meningkatkan kualitas daging ayam buras seperti warna karkas dan warna daging, dan rasa daging serta tidak mengandung senyawa-senyawa yang mampu menurunkan Salmonella sp., Escherichia coli, kolesterol, trigliserida, dan bau amis produk unggas (Medion, 2007). 9
I. PENDAHULUAN. Non-nutritive feed additive merupakan suatu zat yang dicampurkan ke. dalam ransum ternak dengan bermacam-macam tujuan misalnya, memacu
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Non-nutritive feed additive merupakan suatu zat yang dicampurkan ke dalam ransum ternak dengan bermacam-macam tujuan misalnya, memacu pertumbuhan atau meningkatkan produktivitas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ayam broiler. Ayam broiler merupakan jenis unggas yang berkarakteristik diantara
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub-sektor peternakan merupakan salah satu pemasok bahan pangan protein hewani yang sangat penting bagi masyarakat. Salah satu sumber gizi asal ternak yang sangat potensial
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kebutuhan pakan ternak sehingga diperlukan penggunaan pakan alternatif. Sumber
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan fungsinya memberikan kesadaran masyarakat akan memenuhi gizi terutama daging dan berpengaruh terhadap perkembangan industri peternakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan perkembangan pengetahuan masyarakat tentang gizi. Tingkat konsumsi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan terhadap protein hewani terus meningkat yang disebabkan oleh pertambahan jumlah penduduk yang pesat, peningkatan pendapatan masyarakat dan perkembangan pengetahuan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat tentang gizi yang meningkat. Penduduk Indonesia
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan terhadap protein hewani terus meningkat yang disebabkan oleh jumlah penduduk yang pesat, pendapatan masyarakat dan perkembangan pengetahuan masyarakat tentang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pedaging yang sering disebut sebagai ayam broiler merupakan jenis
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging Ayam pedaging yang sering disebut sebagai ayam broiler merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)
I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi tetapi akibat buruk penggunaan antibiotik sebagai imbuhan pakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak upaya yang telah dilakukan oleh para peternak unggas dalam rangka meningkatkan produktivitas ayam pedaging. Salah satu usaha yang dilakukan adalah penggunaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus mengalami peningkatan sehingga permintaan akan ketersediaan makanan yang memiliki nilai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Paru-paru, jantung, pusat syaraf dan otot skelet bekerja berat dalam melakukan
I. PENDAHULUAN Stamina adalah kemampuan daya tahan lama organisme manusia untuk melawan kelelahan dalam batas waktu tertentu, dimana aktivitas dilakukan dengan intensitas tinggi (tempo tinggi, frekuensi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Daging ayam merupakan salah satu bahan pangan yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang berkualitas tinggi
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. maksud dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis
I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai: latar belakang, identifikasi masalah, maksud dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis penelitian, tempat dan waktu penelitian.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh
HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh Analisis terhadap kandungan kolesterol daging, hati dan telur dilakukan saat puyuh berumur 14 minggu, diperlihatkan pada Tabel 5 dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. protein hewani yang sangat penting bagi masyarakat. Salah satu sumber gizi asal
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sub-sektor peternakan merupakan salah satu pemasok bahan pangan protein hewani yang sangat penting bagi masyarakat. Salah satu sumber gizi asal ternak yang sangat potensial
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. produk yang bernilai gizi dan ekonomis tinggi. Pertambahan berat badan yang. maupun kuantitasnya (Supratman dan Iwan, 2001).
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semua jenis ternak memerlukan pakan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, produksi, dan reproduksi. Ternak ruminansia seperti sapi memiliki kemampuan memanfaatkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Produk yang dihasilkan oleh itik yang bernilai ekonomis antara lain: telur, daging,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Itik merupakan salah satu unggas penting yang diternakkan di Indonesia. Ternak ini memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi dengan produk yang dihasilkannya. Produk yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ayam pedaging merupakan salah satu ternak penghasil daging yang. Ayam pedaging merupakan ternak yang paling ekonomis bila
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam pedaging merupakan salah satu ternak penghasil daging yang dipelihara secara intensif. Daging ayam pedaging yang berkualitas tinggi memiliki warna merah terang dan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi
1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging puyuh merupakan produk yang sedang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Meskipun populasinya belum terlalu besar, akan tetapi banyak peternakan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan protein hewani dapat
PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan protein hewani menjadi hal penting yang harus diperhatikan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan protein hewani dapat dipenuhi dari produk peternakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perunggasan merupakan salah satu penyumbang sumber pangan hewani yang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkembang pesat dengan kemajuan tekhnologi hingga saat ini. Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang pesat tersebut diikuti pula dengan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. pendapatan perkapita masyarakat, kebutuhan bahan makanan semakin
PENDAHULUAN Latar Belakang Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan perkapita masyarakat, kebutuhan bahan makanan semakin meningkat, tidak terkecuali pangan asal hewan terutama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Telur merupakan salah satu sumber protein hewani yan memiliki rasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telur merupakan salah satu sumber protein hewani yan memiliki rasa lezat, mudah dicerna dan bergizi tinggi sehingga digemari banyak orang. Selain itu telur mudah diperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. negara berkembang seperti Indonesia (Stella et al, 2012). S. typhii adalah bakteri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah S. typhi merupakan salah satu penyebab infeksi tersering di daerah tropis, terutama di tempat-tempat yang memiliki sanitasi yang buruk (Brooks, 2007). Penularan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ayam pedaging atau yang sering disebut sebagai ayam broiler (ayam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ayam pedaging atau yang sering disebut sebagai ayam broiler (ayam buras) merupakan salah satu hewan ternak yang dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia dalam pemenuhan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemudian dikembangkan di penjuru dunia. Puyuh mulai dikenal dan diternakkan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Puyuh (Cortunix- cortunix japonica) Puyuh merupakan jenis aves yang tidak dapat terbang, ukuran tubuhnya relatif kecil, berkaki pendek. Puyuh pertama kali diternakkan di Amerika
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. dengan kaidah-kaidah dalam standar peternakan organik. Pemeliharaan
21 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pemeliharaan Semiorganik Pemeliharaan hewan ternak untuk produksi pangan organik merupakan bagian yang sangat penting dari unit usaha tani organik dan harus dikelola sesuai
Lebih terperinciPENDAHULUAN. puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat
1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditi unggas yang telah lama berkembang di Indonesia salah satunya ialah puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat sebagai sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyerang hewan jenis unggas. Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cacing gelang Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang umum menyerang hewan jenis unggas. Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang dalam kehidupannya mengalami
Lebih terperinciPENDAHULUAN. telurnya karena produksi telur burung puyuh dapat mencapai
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puyuh (Coturnix coturnix japonica) banyak diternakkan untuk diambil telurnya karena produksi telur burung puyuh dapat mencapai 250 300 butir/ekor/tahun. Disamping produksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan mas (Cyprinus carpio L.) sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Ikan air tawar yang bernilai ekonomis cukup penting ini sudah sangat dikenal luas oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Makanan berasal dari bahan pangan yang sudah atau tanpa mengalami
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Makanan diperlukan untuk mempertahankan kehidupan manusia. Makanan berasal dari bahan pangan yang sudah atau tanpa mengalami pengolahan. Pangan adalah semua produk
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Peubah* Konsumsi Ekstrak Daun Konsumsi Saponin
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ekstrak Daun Mengkudu dan Saponin Dosis pemberian ekstrak daun mengkudu meningkat setiap minggunya, sebanding dengan bobot badan ayam broiler setiap minggu. Rataan konsumsi
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Sejak ditemukannya antibiotik oleh Alexander Fleming pada tahun 1928, antibiotik telah memberikan kontribusi yang efektif dan positif terhadap kontrol infeksi bakteri pada manusia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki tumbuhan sebagai salah satu sumber kekayaan yang luar biasa. Banyak tanaman yang tumbuh subur dan penuh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sangat cepat dibandingkan dengan pertumbuhan unggas lainnnya. Ayam broiler
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam broiler merupakan jenis unggas yang memiliki pertumbuhan yang sangat cepat dibandingkan dengan pertumbuhan unggas lainnnya. Ayam broiler dapat dipanen pada kisaran
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan broiler dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu broiler modern
8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Broiler Perkembangan broiler dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu broiler modern dan broiler klasik. Broiler modern mempunyai pertumbuhan yang cepat dan bobot tubuh pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN meningkat menjadi 31,64 kg per kapita per tahun (KKP, 2012).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat terhadap protein hewani dari ikan mengalami peningkatan pesat di tiap tahunnya. Berdasarkan data yang diperoleh, tingkat konsumsi ikan nasional
Lebih terperinciPENDAHULUAN. masyarakat. Permintaan daging broiler saat ini banyak diminati oleh masyarakat
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Broiler merupakan unggas penghasil daging sebagai sumber protein hewani yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat. Permintaan daging
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. terus meningkat. Salah satu pilihan masyarakat dalam memenuhi
PENDAHULUAN Latar Belakang Kesadaran masyarakat akan pentingnya kebutuhan protein hewani terus meningkat. Salah satu pilihan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah daging ayam broiler
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat
I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Makanan berperan penting dalam kehidupan makhluk hidup sebagai sumber tenaga, pembangun bahkan penyembuh penyakit. Sumber makanan yang dibutuhkan oleh tubuh mengandung
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. adanya perubahan kondisi kesehatan ikan baik akibat faktor infeksi
digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Darah Gambaran darah merupakan salah satu parameter yang menjadi indikasi adanya perubahan kondisi kesehatan ikan baik akibat faktor infeksi (mikroorganisme)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. hewan adalah bakteri. Mikroorganisme tersebut memiliki peranan yang positif
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mikroorganisme yang paling sering berhubungan erat dengan manusia dan hewan adalah bakteri. Mikroorganisme tersebut memiliki peranan yang positif di berbagai bidang, salah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Usaha peternakan broiler merupakan suatu alternatif dalam menjawab tantangan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Usaha peternakan broiler merupakan suatu alternatif dalam menjawab tantangan untuk mencukupi kebutuhan masyarakat terhadap protein hewani, karena broiler
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola perilaku makan seseorang dibentuk oleh kebiasaan makan yang merupakan ekspresi setiap individu dalam memilih makanan. Oleh karena itu, ekspresi setiap individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tubuh lain sehingga menimbulkan efek yang traumatis (Ismail 2009 cit Kozier
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu keadaan yang paling sering dialami oleh manusia adalah luka yang terjadi pada kulit dan menimbulkan trauma bagi penderitanya. Luka adalah kerusakan kontinuitas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang berkembang pesat. Pada 2013 populasi broiler di Indonesia mencapai 1.255.288.000 ekor (BPS,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Kondisi ini akan lebih diperparah lagi akibat penjualan. pengawetan untuk menekan pertumbuhan bakteri.
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam broiler merupakan bahan makanan bergizi tinggi, memiliki rasa dan aroma enak, tekstur lunak serta harga yang relatif murah dibandingkan dengan daging dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kolesterol adalah salah satu komponen lemak yang dibutuhkan oleh tubuh dan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolesterol adalah salah satu komponen lemak yang dibutuhkan oleh tubuh dan berperan dalam pembentukan hormon-hormon anak ginjal, testis, dan ovarium. Kolesterol merupakan
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG TEMU KUNCI (Boesenbergia pandurata ROXB.) DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS PADA AYAM BROILER SKRIPSI.
PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG TEMU KUNCI (Boesenbergia pandurata ROXB.) DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS PADA AYAM BROILER SKRIPSI Oleh ERISKI DIAN ARTANTO FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
Lebih terperinciPENDAHULUAN. semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan dilakukan pengembangan
PENDAHULUAN Latar Belakang Permintaan produk perikanan untuk kebutuhan domestik maupun ekspor semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan dilakukan pengembangan budidaya perikanan dengan intensif (Gardenia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan ekonomis. Permintaan terhadap daging ayam semakin bertambah seiring
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan di Indonesia saat ini sudah berkembang sangat pesat, seiring dengan kesadaran dari masyarakat akan pentingnya kebutuhan gizi terutama protein hewani berupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan pada 90% dari populasi dunia. Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit gigi dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Peking Itik Peking merupakan itik tipe pedaging yang termasuk dalam kategori unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem pemeliharaan itik Peking
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.
BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian
Lebih terperinciPENDAHULUAN. sumber protein hewani selain daging. Telur tidak hanya dijual dalam keadaan. sekarang banyak olahan telur yang menggunakan telur puyuh.
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Telur adalah bahan pangan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat dunia. Telur yang dikonsumsi dapat berasal dari berbagai unggas, umumnya yaitu ayam, itik dan puyuh. Telur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini pemanfaatan obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan berkembang dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini pemanfaatan obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan berkembang dengan pesat dan banyak dijadikan alternatif oleh sebagian masyarakat. Efek samping obat tradisional
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. cukup sempurna karena mengandung zat zat gizi yang lengkap dan mudah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Telur merupakan produk peternakan yang memberikan sumbangan terbesar bagi tercapainya kecukupan gizi masyarakat. Dari sebutir telur didapatkan gizi yang cukup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan Nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan asli perairan Indonesia yang sudah menyebar ke wilayah Asia Tenggara dan Cina. Ikan tersebut termasuk komoditas yang
Lebih terperinciIV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bagian Edible Ayam Sentul. Tabel 4. Bobot Edible Ayam Sentul pada Masing-Masing Perlakuan
27 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bagian Edible Ayam Sentul Data nilai rataan bobot bagian edible ayam sentul yang diberi perlakuan tepung kulit manggis dicantumkan pada Tabel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu masalah kesehatan yang sangat penting karena kasus-kasus yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit tropis yang mengancam manusia di berbagai negara tropis dan menjadi salah satu masalah kesehatan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan pertumbuhan manusia yang semakin meningkat sehingga banyak pula bahan makanan yang dibutuhkan. Kondisi ini banyak dimanfaatkan sebagian orang untuk mendapatkan
Lebih terperincixanthorrhiza Roxb atau lebih dikenal dengan nama temulawak (Afifah, 2005). Kandungan temulawak yang diduga bertanggung jawab dalam efek peningkatan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Nafsu makan adalah keinginan psikologis untuk makan dan hal ini berkaitan dengan perasaan senang terhadap makanan (Insel et al, 2010). Mekanisme rasa lapar
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN CAMPURAN HERBAL DALAM RANSUM TERHADAP KECERNAAN PROTEIN KASAR DAN RETENSI NITROGEN PADA AYAM BROILER SKRIPSI ANDIKA LISTIYANTI
PENGARUH PENAMBAHAN CAMPURAN HERBAL DALAM RANSUM TERHADAP KECERNAAN PROTEIN KASAR DAN RETENSI NITROGEN PADA AYAM BROILER SKRIPSI ANDIKA LISTIYANTI FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan nilem (Osteochilus vittatus) merupakan ikan air tawar yang termasuk kedalam famili Cyprinidae yang bersifat herbivore. Ikan ini menyebar di Asia Tenggara, di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Teh (Camellia sinensis) merupakan salah satu minuman terpopuler di
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teh (Camellia sinensis) merupakan salah satu minuman terpopuler di dunia. Kepopulerannya dikarenakan teh memiliki aroma dan rasa yang atraktif (Kokhar and Magnusdottir,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hayatun Nufus, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanfaatan mikroorganisme untuk menghasilkan suatu produk melalui fermentasi sudah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu. Awalnya fermentasi banyak digunakan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu sumber protein yang dikonsumsi oleh sebagian besar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telur adalah salah satu sumber protein yang dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat dan merupakan produk peternakan yang memberikan sumbangan terbesar bagi tercapainya
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data rata-rata parameter uji hasil penelitian, yaitu laju pertumbuhan spesifik (LPS), efisiensi pemberian pakan (EP), jumlah konsumsi pakan (JKP), retensi protein
Lebih terperinciPENDAHULUAN. terdiri atas penyakit bakterial dan mikotik. Contoh penyakit bakterial yaitu
PENDAHULUAN Latar Belakang Indikator keberhasilan dalam usaha budidaya ikan adalah kondisi kesehatan ikan. Oleh karena itu masalah penyakit merupakan masalah yang sangat penting untuk ditangani secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan sebagai bahan makanan yang mengandung protein tinggi dan mengandung asam amino essensial yang diperlukan oleh tubuh, disamping itu nilai biologisnya mencapai 90%,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. diramu sendiri dan memiliki efek samping merugikan yang lebih kecil
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara tropis memiliki nilai keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Keanekaragaman khususnya dalam dunia flora sangat bermanfaat, terutama dengan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
11 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah anak, rataan bobot lahir, bobot sapih, total bobot lahir, dan jumlah anak sekelahiran pada kelompok domba kontrol dan superovulasi, baik yang tidak diberi dan diberi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udang galah (Macrobrachium rosenbergii de Man) merupakan salah satu komoditas perikanan air tawar yang sangat potensial, karena memiliki nilai ekonomis tinggi. Hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kerang hijau (Perna viridis) merupakan salah satu komoditas sumber daya laut yang memiliki nilai ekonomis. Kerang ini tergolong dalam filum Mollusca makanan laut yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jeruk purut (Citrus hystrix D. C.) merupakan tanaman buah yang banyak ditanam oleh masyarakat Indonesia di pekarangan atau di kebun. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai uji klinis dan di pergunakan untuk pengobatan yang berdasarkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam yang dapat di manfaatkan sebagai obat tradisional. Obat tradisional merupakan obat yang berasal dari tumbuhan,
Lebih terperincidapat dimanfaatkan sebagai obat berbagai macam penyakit. Beberapa yang dilakukan untuk menemukan senyawa-senyawa bioaktif yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan memiliki senyawa bioaktif metabolit sekunder yang dapat dimanfaatkan sebagai obat berbagai macam penyakit. Beberapa diantaranya memiliki sifat antibakteri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyerang masyarakat disebabkan oleh berbagai miroba (Sintia, 2013).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman merupakan sumber senyawa metabolit sekunder, yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tanaman tradisional mulai dari cobacoba sampai penggunaan secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan yang dari waktu ke waktu terus berkembang. Infeksi merupakan penyakit yang dapat ditularkan dari
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
19 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bau yang dihasilkan tubuh melalui feses dapat dihitung melalui perhitungan kadar senyawa odoran seperti amonia, trimetilamin dan fenol dalam feses. Pemberian serbuk buah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh kandungan nutrisi yang terdapat dalam pakan. Pakan merupakan campuran berbagai macam bahan organik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Teh sarang semut merupakan salah satu jenis teh herbal alami yang terbuat
IX-xi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Teh sarang semut merupakan salah satu jenis teh herbal alami yang terbuat dari bahan utama yaitu tumbuhan umbi yang digunakan oleh semut sebagai sarang sehingga
Lebih terperinciPENURUNAN TOTAL KOLONI BAKTERI DAGING AYAM PEDAGING
PENURUNAN TOTAL KOLONI BAKTERI DAGING AYAM PEDAGING (Gallus domesticus) DI PASAR PAGESANGAN, KOTA MATARAM DENGAN PERLAKUAN INFUSA DAUN SALAM (Syzygium polyanthum) Ziana Warsani 1, Suhirman 2 dan Dwi Wahyudiati
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di negara negara
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Nyamuk Aedes aegypti merupakan salah satu vektor yang dapat menyebabkan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Penyakit DBD merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kadar Zat Ekstraktif Mindi Kadar ekstrak pohon mindi beragam berdasarkan bagian pohon dan jenis pelarut. Berdasarkan bagian, daun menghasilkan kadar ekstrak tertinggi yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar yang terjadi tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Penyakit infeksi ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup serta kesadaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat terhadap pangan asal hewan terus meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup serta kesadaran masyarakat
Lebih terperinciPENGANTAR. Latar Belakang. sebagai salah satu sumber pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat.
PENGANTAR Latar Belakang Ayam broiler merupakan jenis ternak yang paling banyak dikembangkan sebagai salah satu sumber pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat. Hal ini karena ayam broiler memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Minuman merupakan kebutuhan setiap makhluk hidup. Pada zaman modern ini banyak masyarakat mengkonsumsi berbagai jenis minuman dalam berbagai macam produk olahan.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi terhadap manusia. Infeksi
A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi terhadap manusia. Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan berproliferasi di dalam tubuh yang menyebabkan sakit, mikroorganisme
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Aktivitas Antibakteri Fraksi Etil Asetat Ekstrak Ampas Teh Hijau Metode Difusi Agar Hasil pengujian aktivitas antibakteri ampas teh hijau (kadar air 78,65 %
Lebih terperinciDAFTAR ISI. ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR LAMPIRAN...v DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vii PENDAHULUAN...
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR LAMPIRAN...v DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vii PENDAHULUAN...1 BAB I TINJAUAN PUSTAKA...4 1.1 Tinjauan Antibiotik...4
Lebih terperinciSetiap tahun, diperkirakan terdapat 2 miliar kasus diare di seluruh dunia. Pada tahun 2004, diare menjadi penyebab kematian tertinggi ketiga di
BAB 1 PENDAHULUAN Obat tradisional Indonesia merupakan warisan budaya dan merupakan bagian integral dari kehidupan bangsa Indonesia yang dapat dipakai dalam sistem pelayanan kesehatan. Oleh karena itu
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. peternakan. Penggunaan limbah sisa pengolahan ini dilakukan untuk menghindari
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah pangan yang berasal dari sisa-sisa pengolahan makanan merupakan salah satu sumber bahan pakan alternatif yang sering digunakan dalam dunia peternakan. Penggunaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara mega biodiversity dengan jumlah tanaman obat sekitar 40.000 jenis, namun baru sekitar 2,5% yang telah dieksplorasi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. strain Cornish dengan betina yang besar yaitu Plymouth Rocks yang merupakan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging Ayam pedaging merupakan hasil persilangan yang dihasilkan dari jantan strain Cornish dengan betina yang besar yaitu Plymouth Rocks yang merupakan strain bertulang
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi
I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging Ayam Pedaging adalah istilah untuk menyebutkan strain ayam budidaya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kebutuhan tersebut adalah melalui usaha peternakan ayam pedaging. Ayam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya kesadaran penduduk akan pentingnya bahan makanan bernilai gizi tinggi, berakibat meningkat pula tuntutan masyarakat dalam pemenuhan gizi yang berasal dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Obat adalah zat yang digunakan untuk terapi, mengurangi rasa nyeri, serta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat adalah zat yang digunakan untuk terapi, mengurangi rasa nyeri, serta mengobati dan mencegah penyakit pada manusia maupun hewan (Koga, 2010). Pada saat ini banyak
Lebih terperinci