BAB IV HASIL PENLITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan data yang diperoleh dari developer Perumahan Cendana

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENLITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan data yang diperoleh dari developer Perumahan Cendana"

Transkripsi

1 35 BAB IV HASIL PENLITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Berdasarkan data yang diperoleh dari developer Perumahan Cendana jumlah rumah yang ada di perumahan ini yaitu sebanyak 46 rumah, namun yang telah di tempati oleh masyarakat hanya 28 rumah saja, hal ini dikarenakan perumahan ini masih termasuk perumahan baru yang berada di Kota Gorontalo. Masyarakat yang menempati 28 rumah ini memiliki tingkat pendidikan dan pekerjaan yang berbeda-beda, selain itu hanya terdapat 1 kepala keluarga dalam setiap rumah yang dihuni. Bila ditinjau dari jenis sampah yang dihasilkan oleh masyarakat perumahan kebanyakan merupakan sampah organik yaitu sampah dedaunan dan sampah sampah rumah tangga namun sebagian lainnya merupakan sampah nonorganik yaitu sampah plastik, kaleng bekas, dan kardus. Berikut ini adalah hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti pada 28 rumah yang berada di Perumahan Cendana:

2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur Di Perumahan Cendana Tahun 2012 NO Golongan Umur (Tahun) Jumlah Persentase (%) Sumber : Data Primer 2012 Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dapat di lihat bahwa responden yang mempunyai umur tahun ada sebanyak 6 (21%) dengan responden yang berumur 17 dan 22 tahun sebanyak 1 orang dan yang berumur 20 dan 21 tahun sebanyak 2 orang, untuk yang berumur tahun sebanyak 6 (21%) dengan jumlah responden yang berumur 25, 27 dan 28 ada sebanyak 1 orang, sedangkan untuk jumlah responden yang mempunyai umur tahun sama dengan jumlah responden yang mempunyai umur tahun yaitu sebanyak 7 (25%) dengan responden yang berumur 29, 32,dan 33 ada sebanyak 2 orang, yang berumur 35 tahun ada sebanyak 3 orang yang merupakan jumlah responden terbanyak dari seluruh kelompok umur dan untuk yang berumur 34, 37, 38, 39, dan 40 tahun masing-masing berjumlah 1 orang, dan untuk responden yang mempunya umur lebih atau sama dengan 41 tahun ada sebanyak 2 (8%) dengan jumlah masingmasing responden yaitu umur 46 tahun 1 orang dan 48 tahun 1 orang.

3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pendidikan Di Perumahan Cendana Tahun 2012 NO Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%) 1 SMA/MA Akademi/PT Sumber : Data Primer 2012 Berdasarkan tabel 4.2 di atas, dapat dilihat bahwa pada umumnya tingkat pendidikan responden adalah akademi/pt yaitu sebanyak 18 responden (64 %), sedangkan yang terendah yaitu pada SMA/MA yaitu 10 responden (36%) Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Distribusi responden berdasarkan jenis pekerjaan di Perumahan Cendana dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini : Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pekerjaan Di Perumahan Cendana Tahun 2012 NO Pekerjaan Jumlah Persentase (%) 1 Siswa Mahasiswa PNS wiraswasta/pedagang IRT 1 4 Sumber : Data Primer 2012

4 38 Berdasarkan data dari tabel 4.3, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden mempunyai pekerjaan sebagai pegawai negeri sipil yaitu sebanyak 18 orang (64%), kemudian yang berprofesi sebagai pedagang/wiraswasta ada sebanyak 3 orang (11%), masih terhitung sebagai mahasiswa ada sebanyak 5 orang (17%), masih terhitung sebagai siswa ada 1 orang (4%), dan sebagai IRT ada 1 orang (4%) Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Pengetahuan merupakan sesuatu yang diperoleh berdasarkan dari pengalaman, penglihatan, maupun pendengaran. Pada pengukuran tingkat pengetahuan pengolahan datanya berdasarkan pada pengetahuan responden tentang definisi sampah, pengetahuan responden terhadap penanganan sampah dan pengetahuan responden tentang 3R. Hasil penelitian tentang pengetahuan responden tentang penanganan sampah yang ditinjau dari aspek 3R dapat dilihat pada grafik berikut ini

5 Grafik 4.1 Hasil Penelitian Pengetahuan Responden Tentang Penanganan Sampah Yang Ditinjau dari Aspek 3R Di Perumahan Cendana Tahun 2012 Grafik 4.1 diatas dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan responden tentang definisi dari sampah rumah tangga sangat baik hal ini terlihat dari seluruh responden yaitu 100% menjawab dengan benar tentang definisi tersebut, sementara itu untuk definisi tentang sampah padat ada sebanyak 79% responden yang telah paham tentang definsi tersebut dan ada sebanyak 21% responden yang belum mengetahui apa yang dimaksud dengan sampah padat, dan untuk pertanyaan tentang definisi dari sampah cair ada sebanyak 96% responden yang sudah mengerti dengan definisi tersebut dan masih ada 4% responden yang tidak tahu tentang definisi dari sampah cair. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan didapatkan hasil sebanyak 64% responden yang sudah paham terhadap definisi dari sampah

6 40 organik dan masih ada sekitar 36% responden yang tidak mengetahui definisi tersebut, selanjutnya ada sekitar 75% responden yang telah mengerti tentang definisi dari sampah non organik dan masih ada sebanyak 25% responden yang tidak mengetahui definisi dari sampah non organik tersebut. Tingkat pengetahuan dengan penanganan sampah ada sebanyak 61% responden yang telah mengetahui pengertian dari penanganan smpah dan ada sebanyak 39% responden yang tidak tahu dengan pengertian dari penanganan sampah tersebut, selanjutnya untuk cara penanganan sampah yang baik ada sebanyak 71% responden yang sudah tahu bagaimana cara menganani sampah yang baik yaitu dengan cara memanfaatkan kembali, meminimalkan produksi sampah dan daur ulang selain itu masih ada sebanyak 29% responden yang tidak mengetahui tentang cara menangani sampah dengan baik, kemudian untuk cara membuang sampah yang benar seluruh responden 100% telah mengetahui dengan pasti bahwa cara membuang sampah yang benar itu dilakukan pemisahan sampah berdasarkan jenis sampahnya terlebih dahulu. Sebagian responden 50% responden sudah mengetahui dengan jelas tentang manfaat dari penanganan sampah yaitu untuk mengurangi volume sampah yang dihasilkan ooleh masyarakat, akan tetapi masih ada 50% responden lagi yang belum mengetahui secara jelas manfaat dari penanganan sampah, dan untuk pertanyaan tentang akibat dari penanganan sampah yang tidak baik ada sekitar 93% responden yang telah mengetahui bahwa akibat yang dapat timbul yaitu dapat menyebabkan penyakit dan menceramri lingkungan dan masih ada

7 41 sebanyak 7% responden yang belum memahami secara jelas tentang akibat yang timbul dari penanganan sampah yang tidak baik tersebut. Terdapat 93% responden telah mengetahui tentang pengertian dari 3R dan masih ada sebanyak 7% responden yang tidak mengetahui tentang pengertian dari 3R tersebut, dan untuk penanganan dengan sistem pemanfaatan kembali ada sebanyak 89% responden yang sudah mengetahui dengan jelas bahwa sistem pemanfaatan kembali itu menggunakan barang yang masih bisa dipakai lagi dan ada sekitar 11% responden yang belum memahami bagaimana penanganan sampah dengan sistem pemanfaatan kembali. Hasil wawancara yang telah dilakukan ternyata hanya sekitar 39% responden yang mengetahui tentang penanganan sampah dengan cara mengurangi produksi sampah yaitu dengan menggunakan barang yang bersifat tahan lama dan dapat digunakan kembali dan ada sebanyak 61% responden yang belum mengetahui bagaimana penanganan sampah dengan cara mengurangi produksi sampah, selanjutya ada sekitar 79% responden yang sudah tahu tentang penanganan sampah dengan cara mendaur ulang yaitu mengolah sampah menjadi barang yang lebih berguna namun masih ada sekitar 21% responden yang tidak mengetahui tentang penangnan sampah dengan cara mendaur ulang tersebut. Berikut ini distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden tentang penanganan sampah yang ditinjau dari aspek 3R di Perumahan Cendana.

8 42 Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Di Perumahan Cendana No Tingkat Pengetahuan Jumlah Persentase (%) 1 Baik Cukup Kurang 0 0 Sumber : Data Primer 2012 Berdasarkan tabel 4.4. di atas, dapat dilihat bahwa responden terbanyak dengan tingkat pengetahuan baik yaitu sebanyak 89%, responden dengan tingkat pengetahuan cukup yaitu sebanyak 11%, dan tidak terdapat responden dengan tingkat pengetahuan kurang Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Sikap responden dalam penelitian ini adalah bagaimana sikap dari masyarakat setempat yang berkaitan dengan kegiatan penanganan sampah yang di tinjau dari aspek 3R, untuk penilaian sikap masyarakat yaitu sikap responden tentang penanganan sampah dan sikap responden terhadap 3R. Hasil jawaban dalam hal sikap responden tentang penanganan sampah yang ditinjau dari aspek 3R dapat dilihat pada grafik berikut.

9 Grafik 4.2 Hasil Penelitian Sikap Responden Tentang Penanganan Sampah Yang Ditinjau dari Aspek 3R Di Perumahan Cendana Tahun 2012 Dalam grafik 4.2 di atas dapat dilihat bahwa sikap responden tentang penanganan sampah sangat baik hal ini terlihat bahwa semua responden yaitu sebanyak 100% menjawab setuju bahwa penanganan sampah merupakan cara yang efektif dalam mengatasi masalah sampah, dalam hal pemisahan sampah berdasarkan jenisnya juga dapat dilihat bahwa seluruh responden yaitu 100% mempunyai sikap yang sangat baik, dan selanjutnya ada sekitar 71% responden yang tidak setuju bahwa membakar sampah merupakan cara yang efektif dalam hal penanganan sampah namun masih ada sekitar 29% responden yang setuju bahwa membakar sampah adalah cara yang efektif dalam penanganan sampah. semua responden 100% setuju dengan adanya sistem penanganan sampah dengan 3R, demikian juga dengan pernyataan yang menyatakan bahwa sistem 3R

10 44 merupakan sistem yang baik dalam hal penanganan sampah seluruh responden 100% menyatakan setuju dengan hal tersebut, selanjutnya semua responden 100% juga setuju bahwa sistem 3R dapat mengurangi terjadinya pencemaran lingkungan. Hasil wawancara yang dilakukan didapatkan hasil bahwa sekitar 93% responden setuju bahwa dengan adanya sistem 3R maka dapat mencegah timbulnya penyakit akibat dari pencemaran lingkungan namun masih ada 7% responden yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut, dan sekitar 96% responden setuju bahwa sistem 3R efektif dalam mengurangi volume sampah dan masih ada 4% responden yangg tidak menyetujui hal tersebut. Berikut ini adalah tabel distribusi frekuensi responden menurut sikap tentang penanganan sampah yang di tinjau dari aspek 3R di lingkungan Perumahan Cendana. Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Sikap Di Perumahan Cendana No Sikap Jumlah Persentase (%) 1 Baik Cukup Kurang 0 0 Sumber : Data Primer 2012 Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki sikap baik yaitu 96% responden, dan 4% responden memiliki sikap yang cukup.

11 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Tindakan responden dalam penelitian ini yaitu bagaimana tindakan mereka mengenai pelaksanaan kegiatan penanganan sampah yang di tinjau dari aspek 3R. Hasil penilaian tindakan di lihat pada tindakan responden tentang penanganan sampah dan tindakan responden terhadap 3R. Hasil jawaban dalam hal tindakan responden tentang penanganan sampah yang ditinjau dari aspek 3R dapat dilihat dari grafik berikut Grafik 4.3 Hasil Penelitian Tindakan Responden Tentang Penanganan Sampah Yang Ditinjau dari Aspek 3R Di Perumahan Cendana Tahun 2012 Dari hasil grafik 4.3 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 86% responden telah memiliki tempat sampah sendiri di rumah mereka akan tetapi masih ada 14% responden yang tidak memiliki tempat sampah,

12 46 kemudian hanya ada sekitar 46% responden yang melakukan pemisahan sampah berdasarkan pada jenis sampahnya dan sebanyak 54% responden yang tidak melakukan pemisahan sampah berdasarkan jenisnya, dan untuk penanganan sampah sendiri sebagian besar responden yaitu sebanyak 71% responden yang tidak melakukan penanganan terhadap sampahnya dan hanya 29% responden yang melakukan penanganan sampah walaupun penanganan sampah yang mereka lakukan hanya sekedar membakar sampah saja. Sebagian besar 75% responden tidak melakukan pemanfaatan kembali sampah yang masih bisa dimanfaatkan lagi, hanya ada 25% responden yang melakukan pemanfaatan kembali terhadap barang yang masih bisa dimanfaatkan lagi, dan tidak ada responden 0% yang melakukan pengolahan atau daur ulang terhadap sampah yang mereka hasilkan, selanjutnya ada sebagian besar 82% responden yang menggunakan barang yang tahan lama atau bisa bertahan lama untuk digunakan hal ini tentunya dapat mengurangi produksi sampah yang dihasilkan dan hanya ada 18% responden yang tidak menggunakan barang yang bersifat tahan lama. Distribusi frekuensi tindakan responden dalam hal penanganan sampah yang ditinjau dari aspek 3Rdi Perumahan Cendana adalah sebagai berikut :

13 47 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tindakan Di Perumahan Cendana No Tindakan Jumlah Persentase (%) 1 Melakukan 3R Kadang-kadang Tidak melakukan Sumber : Data Primer 2012 Berdasarkan tabel 4.6 di atas, dapat dilihat bahwa resonden terbanyak dengan tindakan baik yaitu sebanyak 4%, responden dengan tindakan cukup yaitu sebanyak 46%, dan responden dengan tindakan kurang yaitu sebanyak 50%. 4.2 Pembahasan Perilaku Masyarakat Tentang Penanganan Sampah Peningkatan status kesehatan masyarakat berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bukan hanya sekedar meningkatkan sarana kesehatan lingkungan, tetapi harus diimbangi dengan upaya intervensi perilaku dari masyarakat itu sendiri. Perilaku sehat adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan yang aktif dalam memelihara dan mencegah resiko terjadinya pencemaran lingkungan dan timbulnya penyakit serta berperan dalam gerakan kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Perumahan Cendana didapatkan gambaran tentang penanganan sampah yang ditinjau dari aspek 3R.

14 Pengetahuan Masyarakat Perumahan Cendana Tentang Penanganan Sampah Yang Ditinjau Dari Aspek 3R Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden 89% yang berada di lingkungan Perumahan Cendana memiliki pengetahuan yang baik sementara untuk responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang cukup dan kurang masing-masing sebesar 11% dan 0%. Tingginya hasil dari responden untuk tingkat pengetahuan didukung dengan tingkat pendidikan responden yang sebagian besar memiliki tingkat pendidikan pada taraf perguruan tinggi 64%. Tingginya tingkat pendidikan dapat membuat seseorang lebih menyadari dan memahami tentang keberadaan sampah yang berada di lingkungan tempat tinggal. Masyarakat dengan mudahnya mengerti bahwa keberadaan sampah dapat mencemari lingkungan serta dapat menyebabkan penyakit di daerah tempat tinggal mereka. Pendidikan kesehatan yang mereka ketahui merupakan suatu upaya intervensi yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri untuk dapat menjaga kesehatan lingkungan sekitar tempat tinggal. Pengetahuan tentang penanganan sampah yang dimiliki oleh masyarakat dapat membuat mereka lebih memahami lagi apa yang harus dilakukan agar tidak terjadi penimbunan sampah di area sekitar rumah mereka sehingga tidak terjadi pencemaran lingkungan yang dapat menyebabkan penyakit. Tingkat pendidikan yang tinggi dapat membuat seseorang memiliki kehidupan sosial

15 49 ekonomi yang layak. Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat maka semakin banyak jumlah perkapita sampah yang dihasilkan, selain itu kualitas sampahnya pun semakin banyak bersifat tidak dapat membusuk (Soemirat, 2011) Sikap Masyarakat Perumahan Cendana Tentang Penanganan Sampah Yang Ditinjau Dari Aspek 3R Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden memiliki sikap baik 96%. Sikap masyarakat timbul berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki. Tingkat pengetahuan yang tinggi dapat mendorong masyarakat untuk bersikap lebih baik sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki Tindakan Masyarakat Perumahan Cendana Tentang Penanganan Sampah Yang Ditinjau Dari Aspek 3R Dalam hal tindakan sebagian besar responden yaitu 50% tidak melakukan penanganan sampah dengan menggunakan sistem 3R. Hal ini terjadi karena tidak adanya keterhubungan yang dilakukan masyarakat antara pengetahuan dan sikap yang mereka miliki dengan tindakan yang mereka lakukan. Sebagian besar masyarakat tahu dan memahami tentang bahaya sampah dan keberadaannya akan tetapi tindakan yang mereka lakukan tidak sesuai dengan apa yang mereka ketahui. Masyakat cenderung acuh tak acuh dalam hal mengurusi masalah sampah, mereka berpikir bahwa sampah yang mereka hasilkan dapat di atasi oleh dinas pemerintahan yang terkait. Tidak tersedianya sarana tempat sampah

16 50 menjadi masalah besar yang sering dikeluhkan oleh masyarakat setempat, karena tidak adanya sarana untuk membuang sampah sehingga masyarakat dengan mudahnya membuat timbunan sampah dibeberapa tempat. Pengetahuan dan sikap yang baik namun tidak di ikuti oleh tindakan yang baik, hal ini terlihat dari jumlah prosentase yaitu sebanyak 100% responden yang mengetahui tentang cara membuang sampah yang benar akan tetapi dalam hal tindakan hanya terdapat 86% dari 100% responden yang memiliki tempat sampah seperti yyang terdapat dalam grafik 4.1 dan grafik 4.3 Dalam hal penanganan sampah yang dihasilkan, masyarakat setempat hanya melakukan pembakaran pada sampah-sampah tersebut. Mereka hanya mengumpulkan sampah mereka di suatu tempat kemudian mereka membakarnya. Masyarakat sekitar berpikir dengan membakar sampah maka masalah sampah yang mereka hasilkan dapat teratasi. Tindakan masyarakat tentang penanganan sampah yang masih kurang dipengaruhi oleh beberapa faktor lain seperti kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung dalam hal penanganan sampah ini Penanganan sampah Yang Ditinjau Dari Aspek 3R Di Perumahan Cendana Perilaku Masyarakat Tentang Penanganan Sampah Di Tinjau Dari Aspek Reduce Di Perumahan Cendana Dalam hal perilaku masyarakat tentang penanganan sampah ditinjau dari aspek reduce di Perumahan Cendana Dapat dilihat dalam tabel berikut :

17 51 Tabel 4.7 Perilaku Masyarakat Tentang Penanganan Sampah Ditinjau Dari Aspek Reduce ( Mengurangi Produksi Sampah) Di Perumahan Cendana Tahun 2012 Pengetahuan Sikap Tindakan Kategori Jumlah Prosentase (%) Baik Cukup Kurang 0 0 Baik Cukup 0 0 Kurang 1 4 Baik Cukup 0 0 Kurang 5 18 Sumber : Data Primer 2012 Berdasarkan tabel 4.7 di atas maka dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan masyarakat yang berada di Perumahan Cendana tentang sistem penanganan sampah yang ditinjau dari aspek reduce atau penanganan sampah dengan cara mengurangi produksi sampah termasuk pada kategori cukup karena masih banyak yaitu sekitar 61% masyarakat yang tidak tahu pengertian dari reduce, akan tetapi untuk permasalahan sikap dalam hal penanganan sampah dengan aspek reduce masyarakat di Perumahan Cendana ini termasuk dalam

18 52 kategori baik yaitu sebanyak 96%, mereka setuju bahwa dengan adanya sistem 3R ini dapat mengurangi volume atau jumlah yang sampah yang dihasilkan, dengan adanya keberadaan sistem 3R maka penanganan amsalah persampahan di perumahan mereka dapat diatasi dengan baik, dan untuk tindakan masyarakat dalam penanganan sampah dengan aspek reduce juga tergolong dalam kategori baik hal ini bisa dilihat bahwa jumlah persentase masyarakat yaitu sebesar 82% masyarakat sudah melakukan reduce atau penanganan sampah dengan cara mengurangi produksi sampah, kebanyakan dari masyarakat telah menggunakan barang-barang yang bersifat tahan lama dan dapat digunakan berkali-kali seperti gelas atau piring yang terbuat dari plastik, hal ini tentu saja dapat mengurangi produksi sampah dibandingkan apabila masyarakat menggunakan gelas atau piring yang bersifat sekali pakai yang terbuat dari kertas tahan panas yang sekarang banyak dijual. Melihat angka prosentase diatas bahwa penanganan sampah dengan aspek reduce di Perumahan cendana ini tergolong dalam keadaan baik, walaupun masyarakat masih banyak yang kurang memahami arti dari reduce itu sendiri tapi mereka sudah merealisasikannya dalam bentuk tindakan yatu berupa dengan menggunakan barang-barang rumah tangga yang dapat mengurangi produksi sampah rumah tangga di lingkungan perumahan tempat tinggal mereka. Untuk melihat perilaku masyarakat tentang penaganan sampah yang ditinjau dari aspek reuse dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

19 53 Tabel 4.8 Perilaku Masyarakat Tentang Penanganan Sampah Ditinjau Dari Aspek Reuse (Pemanfaatan Kembali) Di Perumahan Cendana Tahun 2012 Pengetahuan Sikap Tindakan Kategori Jumlah Prosentase (%) Baik Cukup 0 0 Kurang 3 11 Baik Cukup 0 0 Kurang 0 0 Baik 7 25 Cukup 0 0 Kurang Sumber : Data Primer 2012 Berdasarkan tabel 4.8 diatas maka dapat dilihat bahwa pengetahuan masyarakat tentang penanganan sampah yang di tinjau dari aspek reuse atau pemanfaatan kembali sudah torgolong baik, hal ini dilihat dari angka persentase yaitu sebanyak 89% masyarakat yang telah mengetahui arti dari reuse atau sistem penanganan sampah dengan cara pemanfaatan kembali, mereka sudah paham bahwa sistem pemanfaat kembali itu adalah suatu sistem penanganan sampah yang berfungsi untuk mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan dengan cara

20 54 menggunakan kembali barang-barang bekas yang masih layak untuk digunakan misalnya saja kantong plastik, kantong plastik adalah barang yang sulit diolah oleh tanah oleh sebab itu agara tidak menjadi sampah sebaiknya kantong platisk yang masih bisa digunakan jangan dibuang tetapi digunakan kembali untuk keperluan lain sesuai denggan fungsi dari kanong plastik itu sendiri. Dalam hal permasalahan sikap masyarakat tentang penanganan sampah dengan aspek reuse ini masyarakat yang berada di Perumahan Cendana tergolong dalam kategori baik yaitu sebanyak 100%. Seluruh masyarakat yang berada di perumahan ini menhatakan setuju bahwa dengan keberadaan sistem 3R ini dapat mengurangi kejadian pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh keberadaan sampah, dengan menggunakan aspek reuse maka tingkat pencemaran lingkungan dapat diminimalisir karena sampah yang tidak bisa diuraikan oleh unsur hara dalam tanah bisa dimanfaatkan kembali seperti kantong plastik tadi, selain kantong plastik kaleng bekas juga dapat dimanfaatkan kembali misalnya dengan memanfaatkan kaleng bekas ini menjadi pot bunga, hal ini tentu saja lebih berguna bagi masyarakat dibandingkan kaleng bekas tersebut harus dibuang begitu saja sehingga sulit untuk diuraikan oleh tanah dan dapat menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan. Tindakan masyarakat dalam hal penanganan sampah dengan aspek reuse di Perumahan cendana ini tergolong dalam kategori kurang baik yaitu sebesar 75% masyarakat tidak melakukan penanganan sampah dengan aspek ini, walaupun pada dasarnya dalam hal ini masyarakat sudah memahami arti dari reuse itu sendiri dan sudah menunjukan sikap setuju dengan keberadaan

21 55 penanganan sampah dengan aspek 3R akan tetapi masih banyak masyarakat yang tidak melakukannya, kurangnya kesadaran dalam diri masyarakat membuat keberdaan tingkat pengetahuan dan sikap bertolak belakang dengan tindakan yang di lakukan. Kurangnya realisasi masyarakat terhadap penanganan sampah dengan aspek ini membuat keberadaan sistem penanganan sampah menjadi kurang optimal. Untuk melihat perilaku masyarakat tentang penanganan sampah yang ditinjau dari aspek recycle dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.9 Perilaku Masyarakat Tentang Penanganan Sampah Ditinjau Dari Aspek Recycle (Daur Ulang) Di Perumahan Cendana Tahun 2012 Pengetahuan Sikap Kategori Jumlah Prosentase (%) Baik Cukup 0 0 Kurang 6 21 Baik Cukup 0 0 Kurang 0 0 Baik 0 0 Tindakan Cukup 0 0 Kurang Sumber : Data Primer 2012 Berdasarkan tabel 4.9 diatas maka dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan masyarakat tentang penanganan sampah dengan aspek recycle di Perumahan Cendana tergolong dalam kategori baik, karena sudah sebanyak 79%

22 56 masyarakat tahu arti dari recycle atau daur ulang. Masyarakat sudah tahu bahwa sebenarnya sampah-sampah yang mereka hasilkan sesungguhnya dapat di daur ulang kembali dan dapat digunakan menjadi barang yang lebih berguna bahkan dapat bernilai jual. Dalam masalah sikap masyarakat tentang penanganan sampah yang ditinjau dari aspek recycle juga tergolong baikkarena seluruh masyarakat yaitu sebesar 100 % menyatakan setuju bahwa sistem 3R merupakan suatu sistem yang efektif untuk mengatasi masalah sampah, masyarakat berpikir dengan mendaur ulang sampah maka keberadaan jumlah sampah dapat dikurangi sehingga tingkat pencemaran lingkungan pun akan ikut berkurang. Masalah tindakan masyarakat tentang penanganan sampah dari aspek recycle di Perumahan Cendana ini tergolong buruk karena seluruh masyarakat (100%) tidak melakukan daur ulang atau recycle, hal ini tentu saja sangat bertolak belakang dengan keberadaan tingkat pengetahuan maupun sikap masyarakat tersebut, pola pikir masyarakat yang tidak sejalan dengan realisasi yang ada. Masyarakat pada umumnya sudah mengetahui arti dari recycle sudah menyatakan setuju dengan adanya sistem 3R ini akan tetapi realisasi akan hal tersebut tidak terlihat sama sekali di lingkungan perumahan ini. Hal tersebut terjadi karena kurangnya kesadaran yang ada di masyarakat, mereka lebih berpikir praktis dengan hanya sekedar mengumpulkan sampah mereka dan mengaharapkan diangkut oleh mobil sampah. Selain itu keadaan pekerjaan masyarakat yang berada di Perumahan Cendana yang rata-rata hampir seluruhnya berstatus sebagai

23 57 pegawai negeri sipil membuat mereka tidak punya waktu yang lebih untuk melakukan kegiatan ini. Melalui penjelasan dan nilai persentase diatas maka dapat dilihat bahwa penanganan sampah dengan aspek reduce merupakan penanganan sampah yang paling menonjol atau yang paling banyak dilakukan oleh masyarakat yang berada di Perumahan Cendana, walaupun untuk angka pengetahuan masih tergolong cukup tetapi sudah hampir semua masyarakat melakukan kegiatan tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa walaupun untuk nilai pengetahuan dan sikap baik tidak dapat menjamin seseorang untuk melakukan tindakan atau bentuk realisasi yang baik pula dan nilai pengetahuan yang kurang baik tidak dapat menjamin pula realisasinya akan buruk. Secara umum perbandingan antara pengetahuan, sikap, dan tindakan di tinjau dari aspek 3R dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut ini. Tabel 4.10 Perbandingan Antara Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Di Tinjau Dari Aspek 3R Kategori 3R Baik (%) Cukup (%) Kurang (%) Pengetahuan Sikap Tindakan Sumber : Data Primer 2012 Dari tabel 4.7 diatas dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan dari masyarakat yang ada di Perumahan Cendana sudah tergolong baik hal ini bisa dilihat dari tingkat prosentase yaitu sebesar 89%, dan untuk masalah sikap dari masyarakat yang berada di Perumahan cendana juga sudah tergolong baik dapat

24 58 dilihat dengan nilai prosentasinya yaitu 96%. Selanjutnya untuk tindakan masyarakat yang berada di Perumahhan Cendana masih tergolong pada tindakan yang buruk hal ini terlihat pada angka prosentasinya yaitu sebanyak 50% dari masyarakat yang berada di Perumahan Cendana ini tidak melakukan penanganan sampah dengan 3R, hanya ada sebagian kecil dari masyarakat yang melakukan pemanfaatn kembali terhadap sampah yang mereka hasilkan juga untuk mengurangi produksi sampah sudah sebagian masyarakat yang melakukannya yaitu dengan cara menggunakan barang-barang yang tidak hanya dipakai sekali dan dapat bertaha lama, dan untuk penanganan sampah dengan cara mendaur ulang tidak ada masyarakat Perumahan Cendana yang melakukan daur ulang sampah. Hal tersebut dapat dilihat dari persepsi yang ada dimasyarakat misalnya saja dalam hal kepemilikan tempat sampah dari 100% responden hanya ada sekitar 86% responden yang memiliki tempat sampah, namun keselurah dari responden tersebut mengetahui cara membaung sampah dengan benar. Persepsi masyarakat dibangun oleh komponen persepsi terhadap dampak pencemaran, pengaruh gangguan, kepedulian terhadap sistem manajemen dan perencanaan serta manfaat dari fasilitas pengolahan sampah (Pratama dan Soleh, 2011). Sama halnya dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Riswan dkk (2011) mengenai pengelolaan sampah rumah tangga di Kecamatan Daha Selatan menunjukan bahwa pengelolaan sampah rumah tangga di Kecamatan Daha Selatan belum dilaksanakan secara optimal, selain itu tingkat pendidikan,

25 59 pendapatan, perilaku terhadap kebersihan lingkungan, pengetahuan tentang peraturan persampahan dan ketersediaan membayar retribusi sampah berkorelasi positif dengan cara pengelolaan sampah rumah tangga.

KUISIONER FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI KAMPUNG APUNG RT10/01 KELURAHAN KAPUK JAKARTA BARAT

KUISIONER FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI KAMPUNG APUNG RT10/01 KELURAHAN KAPUK JAKARTA BARAT KUISIONER FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI KAMPUNG APUNG RT10/01 KELURAHAN KAPUK JAKARTA BARAT 1. Nama Responden : 2. Jenis Kelamin : 3. Umur : a) Usia Produktif

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Upaya kesehatan lingkungan berdasarkan Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2030 pada sasaran ke enam ditujukan untuk mewujudkan ketersediaan dan pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia dan khususnya di provinsi Riau akan memberi dampak positif dan negatif. Salah satu dampak negatifnya yaitu dengan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan hidup merupakan bagian yang tak terpisahkan

BAB I. PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan hidup merupakan bagian yang tak terpisahkan BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan lingkungan hidup merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan kota. Angka pertumbuhan penduduk dan pembangunan kota yang semakin meningkat secara

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan responden pemukiman elite

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan responden pemukiman elite 94 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN 1. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan responden pemukiman elite seluruhnya memiliki bak tempat sampah sendiri sedangkan responden pemukiman kumuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupannya sehari-hari, manusia tidak bisa dilepaskan dari suatu benda. Benda ini ada yang dapat digunakan seutuhnya, namun ada juga yang menghasilkan sisa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang untuk memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan. Sadar atau tidak dalam proses pemanfaatan sumberdaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah persampahan kota hampir selalu timbul sebagai akibat dari tingkat kemampuan pengelolaan sampah yang lebih rendah dibandingkan jumlah sampah yang harus dikelola.

Lebih terperinci

BAB III STUDI LITERATUR

BAB III STUDI LITERATUR BAB III STUDI LITERATUR 3.1 PENGERTIAN LIMBAH PADAT Limbah padat merupakan limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organic dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo ± 4 km. Jumlah penduduk pada tahun 2011 adalah Jiwa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo ± 4 km. Jumlah penduduk pada tahun 2011 adalah Jiwa BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kelurahan Dulalowo 1. Geografi, Batas Wilayah Dan Iklim Kelurahan Dulalowo berada di Kecamatan Kota Tengah merupakan salah satu kecamatan yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah sampah di Indonesia merupakan salah satu permasalahan yang sangat kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar memakai konsep

Lebih terperinci

PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE)

PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE) PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE) Disampaikan oleh: DINAS CIPTA KARYA DAN TATA RUANG KABUPATEN KENDAL 2016 Dasar hukum Pengelolaan Sampah Undang undang no. 18 tahun 2008 ttg Pengelolaan

Lebih terperinci

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR PENINGKATAN KESADARAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA 1. Latar Belakang Sampah yang menjadi masalah memaksa kita untuk berpikir dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pola konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya volume, jenis dan

BAB I PENDAHULUAN. pola konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya volume, jenis dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Meningkatnya volume sampah di Surakarta telah menimbulkan masalah yang kompleks dalam pengelolaan sampah. Untuk itu dibutuhkan strategi yang efektif untuk mereduksi

Lebih terperinci

ADLN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. 13 tahun 2012 tentang pedoman pelaksanaan reduce, reuse, dan recycle melalui

ADLN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. 13 tahun 2012 tentang pedoman pelaksanaan reduce, reuse, dan recycle melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surabaya merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia yang memiliki permasalahan kompleks, salah satunya adalah permasalahan sampah. Sebagai kota terbesar ke dua

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGOLAHAN SAMPAH DOMESTIK DALAM MEWUJUDKAN MEDAN GREEN AND CLEAN (MdGC) DI LINGKUNGAN I KELURAHAN PULO BRAYAN DARAT II KECAMATAN MEDAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan saling terkait antar satu dengan lainnya. Manusia membutuhkan kondisi lingkungan yang

Lebih terperinci

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH SOSIALISASI DAN PELATIHAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS Nedi Sunaedi nedi_pdil@yahoo.com PENGERTIAN SAMPAH Suatu bahan yang terbuang dari sumber aktivitas manusia dan/atau alam yang tidak

Lebih terperinci

DAMPAK KEBERADAAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN DI DESA SUKOSARI KECAMATAN JUMANTONO KABUPATEN KARANGANYAR

DAMPAK KEBERADAAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN DI DESA SUKOSARI KECAMATAN JUMANTONO KABUPATEN KARANGANYAR DAMPAK KEBERADAAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN DI DESA SUKOSARI KECAMATAN JUMANTONO KABUPATEN KARANGANYAR A. Latar Belakang Masalah Geografi merupakan ilmu pengetahuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurang tepat serta keterbatasan kapasitas dan sumber dana meningkatkan dampak

BAB I PENDAHULUAN. kurang tepat serta keterbatasan kapasitas dan sumber dana meningkatkan dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan industri dan urbanisasi pada daerah perkotaan dunia yang tinggi meningkatkan volume dan tipe sampah. Aturan pengelolaan sampah yang kurang tepat

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi mengakibatkan bertambahnya volume sampah. Di samping itu, pola konsumsi masyarakat memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat. Gambar 1.1 Tempat Penampungan Sampah

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat. Gambar 1.1 Tempat Penampungan Sampah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Masalah sampah di Indonesia merupakan salah satu permasalahan yang kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat Indonesia dalam membuang

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Perumusan strategi dalam percepatan pembangunan sanitasi menggunakan SWOT sebagai alat bantu, dengan menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada tiap

Lebih terperinci

Pengelolaan Sampah Mandiri Berbasis Masyarakat. Oleh: Siti Marwati, M. Si Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY

Pengelolaan Sampah Mandiri Berbasis Masyarakat. Oleh: Siti Marwati, M. Si Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY Pengelolaan Sampah Mandiri Berbasis Masyarakat Pendahuluan Oleh: Siti Marwati, M. Si Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY siti_marwati@uny.ac.id Sampah merupakan suatu barang yang dihasilkan dari aktivitas

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI 3R UNTUK KADER LINGKUNGAN

PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI 3R UNTUK KADER LINGKUNGAN PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI 3R UNTUK KADER LINGKUNGAN PROYEK PENGEMBANGAN KAPASITAS PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH UNTUK KEGIATAN 3R DAN PENGELOLAAN SAMPAH DI REPUBLIK INDONESIA Kata Pengantar

Lebih terperinci

BAB II. DAUR ULANG SAMPAH BOTOL PLASTIK

BAB II. DAUR ULANG SAMPAH BOTOL PLASTIK BAB II. DAUR ULANG SAMPAH BOTOL PLASTIK II.1 Pengertian Sampah Botol Plastik Sampah botol plastik merupakan bahan padat buangan dari kegiatan manusia yang sudah terpakai. Endah (2015: h.8) menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, pada Pasal 1 butir (1) disebutkan bahwa sampah adalah sisa kegiatan seharihari manusia dan/atau

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN ( Pertemuan ke-7 ) Disampaikan Oleh : Bhian Rangga Program Studi Pendidikan Geografi FKIP -UNS 2013

PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN ( Pertemuan ke-7 ) Disampaikan Oleh : Bhian Rangga Program Studi Pendidikan Geografi FKIP -UNS 2013 PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN ( Pertemuan ke-7 ) Disampaikan Oleh : Bhian Rangga Program Studi Pendidikan Geografi FKIP -UNS 2013 Standar Kompetensi 2. Memahami sumberdaya alam Kompetensi Dasar 2.3.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Lingkungan hidup tidak dapat terlepas dari aktivitas berbagai makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Lingkungan hidup tidak dapat terlepas dari aktivitas berbagai makhluk hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lingkungan hidup tidak dapat terlepas dari aktivitas berbagai makhluk hidup temasuk manusia. Padatnya suatu aktivitas yang ada pada suatu lingkungan tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumberdaya alam (SDA) dan lingkungan merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan dan merupakan tempat hidup mahluk hidup untuk aktivitas kehidupannya. Selain itu,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bandar Lampung yang dikategorikan sebagai kota yang sedang berkembang,

I. PENDAHULUAN. Bandar Lampung yang dikategorikan sebagai kota yang sedang berkembang, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bandar Lampung yang dikategorikan sebagai kota yang sedang berkembang, menghasilkan sampah dengan karakteristik yang bervariasi. Peningkatan jumlah penduduk mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Puskesmas Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo.. sampai dengan tanggal 25 Desember tahun 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Puskesmas Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo.. sampai dengan tanggal 25 Desember tahun 2012. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Dulalowo wilayah kerja Puskesmas Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo..

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan yang kotor merupakan akibat perbuatan negatif yang harus ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir seluruh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah menjadi persoalan serius terutama di kota-kota besar, tidak hanya di Indonesia saja, tapi di seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor terpenting bagi kehidupan manusia, karena memiliki tiga fungsi pokok yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. faktor terpenting bagi kehidupan manusia, karena memiliki tiga fungsi pokok yaitu : BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lingkungan hidup merupakan semua benda, daya, dan kondisi yang terdapat dalam suatu tempat atau ruang dimana manusia atau makluk hidup berada dan dapat memenuhi

Lebih terperinci

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI Sampah?? semua material yang dibuang dari kegiatan rumah tangga, perdagangan, industri dan kegiatan pertanian. Sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berwarna hitam merupakan salah satu jenis plastik yang paling banyak beredar di

BAB I PENDAHULUAN. berwarna hitam merupakan salah satu jenis plastik yang paling banyak beredar di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dan memberikan pengaruh satu sama lain, mulai dari keturunan, lingkungan, perilaku

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian ini akan membahas mengenai kesimpulan dan rekomendasi yang didapat dari hasil analisis tata kelola persampahan berkelanjutan di Kawasan Perkotaan Sumedang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia melakukan berbagai aktivitas untuk memenuhi kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia melakukan berbagai aktivitas untuk memenuhi kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia melakukan berbagai aktivitas untuk memenuhi kesejahteraan hidupnya dengan memproduksi makanan minuman dan barang lain dari sumber daya alam. Aktivitas tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam yang tidak mempunyai nilai

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UPS MUTU ELOK. Jumlah Timbulan Sampah dan Kapasitas Pengelolaan Sampah

BAB VII ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UPS MUTU ELOK. Jumlah Timbulan Sampah dan Kapasitas Pengelolaan Sampah BAB VII ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UPS MUTU ELOK 7.1. Jumlah Timbulan Sampah dan Kapasitas Pengelolaan Sampah Total timbulan sampah yang diangkut dari Perumahan Cipinang Elok memiliki volume rata-rata

Lebih terperinci

KONSEPSI PENANGANAN SAMPAH PERKOTAAN SECARA TERPADU BERKELANJUTAN *)

KONSEPSI PENANGANAN SAMPAH PERKOTAAN SECARA TERPADU BERKELANJUTAN *) 1 KONSEPSI PENANGANAN SAMPAH PERKOTAAN SECARA TERPADU BERKELANJUTAN *) Oleh: Tarsoen Waryono **) Abstrak Meningkatnya beban sampah (limbah domestik) di wilayah perkotaan, secara berangsur-angsur memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dewasa ini sering terjadinya global warming dimana-mana yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dewasa ini sering terjadinya global warming dimana-mana yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini sering terjadinya global warming dimana-mana yang diakibatkan karena manusia yang tidak bisa memanfaatkan limbah sisa hasil produksi pabrik maupun limbah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN 1 Sampah merupakan konsekuensi langsung dari kehidupan, sehingga dikatakan sampah timbul sejak adanya kehidupan manusia. Timbulnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sampah merupakan limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna dan harus dikelola agar tidak membahayakan

Lebih terperinci

Pengelolaan Sampah Terpadu. Berbasis Masyarakat Kelurahan Karang Anyar

Pengelolaan Sampah Terpadu. Berbasis Masyarakat Kelurahan Karang Anyar Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat Kelurahan Karang Anyar Pesatnya pembangunan perkotaan tidak hanya menimbulkan dampak positif bagi berkembangnya kota tersebut tetapi juga menimbulkan dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam yang dipandang tidak mempunyai

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. manusia yang beragam jenisnya maupun proses alam yang belum memiliki nilai

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. manusia yang beragam jenisnya maupun proses alam yang belum memiliki nilai II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Sampah Sampah merupakan barang sisa yang sudah tidak berguna lagi dan harus dibuang. Berdasarkan istilah lingkungan untuk manajemen, Basriyanta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun lokasi dan waktu penelitian yaitu :

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun lokasi dan waktu penelitian yaitu : 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Adapun lokasi dan waktu penelitian yaitu : 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan ditempat pembuangan akhir (TPA) Talumelito Kecamatan Telaga

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis, serta pengobatan penyakit yang diderita oleh

BAB 1 : PENDAHULUAN. keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis, serta pengobatan penyakit yang diderita oleh BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah suatu organisasi tenaga medis professional yang terorganisasi serta sarana kedokteran yang permanen dalam menyelenggarakan pelayanan kedokteran,

Lebih terperinci

pendahuluan dilakukan untuk memperoleh hasil pengolahan atau daur ulang yang mengefektifkan pengolahan sampah selanjutnya, termasuk upaya daur ulang.

pendahuluan dilakukan untuk memperoleh hasil pengolahan atau daur ulang yang mengefektifkan pengolahan sampah selanjutnya, termasuk upaya daur ulang. BAB VI POTENSI REDUKSI SAMPAH DI KOMPLEKS PERUMAHAN BBS KELURAHAN CIWEDUS KOTA CILEGON BANTEN 6.1. Konsep Pemilahan Sampah Dalam usaha mengelola limbah atau sampah secara baik, ada beberapa pendekatan

Lebih terperinci

BUPATI POLEWALI MANDAR

BUPATI POLEWALI MANDAR BUPATI POLEWALI MANDAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DAN KEBERSIHAN KOTA KABUPATEN POLEWALI MANDAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah menurut SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan didefinisikan sebagai limbah yang bersifat padat terdiri atas bahan

Lebih terperinci

MAKALAH PROGRAM PPM. Pemilahan Sampah sebagai Upaya Pengelolaan Sampah Yang Baik

MAKALAH PROGRAM PPM. Pemilahan Sampah sebagai Upaya Pengelolaan Sampah Yang Baik MAKALAH PROGRAM PPM Pemilahan Sampah sebagai Upaya Pengelolaan Sampah Yang Baik Oleh: Kun Sri Budiasih, M.Si NIP.19720202 200501 2 001 Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas MIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN 1. LATAR BELAKANG PENGELOLAAN SAMPAH SNI 19-2454-1991 tentang Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan, mendefinisikan sampah sebagai limbah yang bersifat padat, terdiri atas

Lebih terperinci

Pemberdayaan Masyarakat Rumpin Melalui Pengolahan Sampah Organik Rumah Tangga

Pemberdayaan Masyarakat Rumpin Melalui Pengolahan Sampah Organik Rumah Tangga Pemberdayaan Masyarakat Rumpin Melalui Pengolahan Sampah Organik Rumah Tangga Oleh : Dra. MH. Tri Pangesti, M.Si. Widyaiswara Utama Balai Diklat Kehutanan Bogor Pendahuluan Desa Rumpin merupakan salah

Lebih terperinci

PENANGANAN SAMPAH BERDASARKAN KARAKTERISTIK SAMPAH DI KOTA SURAKARTA

PENANGANAN SAMPAH BERDASARKAN KARAKTERISTIK SAMPAH DI KOTA SURAKARTA SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA VIII Peningkatan Profesionalisme Pendidik dan Periset Sains Kimia di Era Program Studi Pendidikan FKIP UNS Surakarta, 14 Mei 2016 MAKALAH PENDAMPING PARALEL

Lebih terperinci

Mulai. Sistem Pengolahan Sampah Organik dan Anorganik. Formulasi Masalah. Menentukan Tujuan sistem. Evaluasi Output dan Aspek

Mulai. Sistem Pengolahan Sampah Organik dan Anorganik. Formulasi Masalah. Menentukan Tujuan sistem. Evaluasi Output dan Aspek Lampiran 1. Bagan Alir Penelitian Mulai Sistem Pengolahan Sampah Organik dan Anorganik Analisis Kondisi Aktual Menentukan stakeholder sistem Kondisi Saat Ini Menentukan kebutuhan stakeholder sistem Ya

Lebih terperinci

INVENTARISASI SARANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA PURWOKERTO. Oleh: Chrisna Pudyawardhana. Abstraksi

INVENTARISASI SARANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA PURWOKERTO. Oleh: Chrisna Pudyawardhana. Abstraksi INVENTARISASI SARANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA PURWOKERTO Oleh: Chrisna Pudyawardhana Abstraksi Pengelolaan sampah yang bertujuan untuk mewujudkan kebersihan dan kesehatan lingkungan serta menjaga keindahan

Lebih terperinci

VI ANALISIS HASIL STUDI CVM

VI ANALISIS HASIL STUDI CVM VI ANALISIS HASIL STUDI CVM 1. Karakteristik Rumah Tangga Jakarta Timur Dalam Masalah Sampah Hasil studi CVM menunjukkan bahwa dari 200 responden rumah tangga, 75% diantaranya membayar retribusi kebersihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Peningkatan jumlah limbah dan penyempitan lahan yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Peningkatan jumlah limbah dan penyempitan lahan yang digunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan jumlah limbah dan penyempitan lahan yang digunakan sebagai tempat pembuangan sampah telah menciptakan kebutuhan untuk menerapkan manajemen limbah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampah. Meningkatnya pertumbuhan penduduk dan aktivitasnya, memberi

BAB I PENDAHULUAN. sampah. Meningkatnya pertumbuhan penduduk dan aktivitasnya, memberi BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Salah satu masalah lingkungan hidup pada saat ini adalah masalah sampah. Meningkatnya pertumbuhan penduduk dan aktivitasnya, memberi kontribusi signifikan pada peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan pengelolaan sampah merupakan sesuatu yang tidak asing lagi bagi setiap wilayah di dunia tidak terkecuali Indonesia. Hampir di seluruh aspek kehidupan manusia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas manusia dan hewan yang berupa padatan, yang dibuang karena sudah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas manusia dan hewan yang berupa padatan, yang dibuang karena sudah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah Sampah didefinisikan sebagai semua buangan yang dihasilkan dari aktivitas manusia dan hewan yang berupa padatan, yang dibuang karena sudah tidak berguna atau

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 54 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DAN ZAT KIMIA PENGOPERASIAN PESAWAT UDARA DAN BANDAR UDARA DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan limbah yang dihasilkan dari adanya aktivitas manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan limbah yang dihasilkan dari adanya aktivitas manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sampah merupakan limbah yang dihasilkan dari adanya aktivitas manusia. Jumlah atau volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi manusia terhadap barang

Lebih terperinci

BANK SAMPAH RANGGA MEKAR : BERKAT SAMPAH MENUAI BERKAH. Oleh : Budi Budiman, S.Hut, M.Sc Penyuluh Kehutanan Pusat

BANK SAMPAH RANGGA MEKAR : BERKAT SAMPAH MENUAI BERKAH. Oleh : Budi Budiman, S.Hut, M.Sc Penyuluh Kehutanan Pusat BANK SAMPAH RANGGA MEKAR : BERKAT SAMPAH MENUAI BERKAH Oleh : Budi Budiman, S.Hut, M.Sc Penyuluh Kehutanan Pusat Permasalahan sampah Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sampah merupakan suatu sisa-sisa benda yang tidak diinginkan setelah berakhirnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sampah merupakan suatu sisa-sisa benda yang tidak diinginkan setelah berakhirnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sampah merupakan suatu sisa-sisa benda yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah bisa juga diartikan oleh manusia menurut keterpakaiannya,

Lebih terperinci

Gambar 2.1 organik dan anorganik

Gambar 2.1 organik dan anorganik BAB II SAMPAH DAN TEMPAT SAMPAH 2.1 Pembahasan 2.1.1 Pengertian Sampah Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan manusia,dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada zaman sekarang ini perkembangan dunia bisnis di Indonesia sudah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada zaman sekarang ini perkembangan dunia bisnis di Indonesia sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman sekarang ini perkembangan dunia bisnis di Indonesia sudah sangat berkembang dan terus semakin berkembang. Segala macam produk dan jasa yang disediakan oleh

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI Penelitian dimulai pada bulan Oktober sampai Desember 2008, bertempat di beberapa TPS pasar di Kota Bogor, Jawa Barat yaitu pasar Merdeka, pasar Jl. Dewi

Lebih terperinci

Lampiran IA Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 12/SE/M/2011 Tanggal : 31 Oktober 2011

Lampiran IA Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 12/SE/M/2011 Tanggal : 31 Oktober 2011 Lampiran IA Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 12/SE/M/2011 Tanggal : 31 Oktober 2011 KATA PENGANTAR Bertambahnya produksi sampah diberbagai kota dewasa ini tidak lepas dari perubahan pola hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK

BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK Peningkatan jumlah penduduk telah mengakibatkan bertambahnya pola konsumsi masyarakat yang akhirnya menyebabkan meningkatnya volume sampah. Ribuan m

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Pesatnya pertambahan penduduk menyebabkan meningkatnya berbagai aktivitas sosial ekonomi masyarakat, pembangunan fasilitas kota seperti pusat bisnis, komersial dan industri,

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, Menimbang : a. bahwa memenuhi ketentuan pasal 18 ayat 1, 2 dan 3 Peraturan Daerah

Lebih terperinci

Potensi Penerapan Pengelolaan Sampah Permukiman Berbasis 3R di Kelurahan Tunjungsekar Kota Malang

Potensi Penerapan Pengelolaan Sampah Permukiman Berbasis 3R di Kelurahan Tunjungsekar Kota Malang Potensi Penerapan Pengelolaan Sampah Permukiman Berbasis 3R di Kelurahan Tunjungsekar Kota Malang Sudiro 1), Arief Setyawan 2), Lukman Nulhakim 3) 1),3 ) Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin meningkat seiring dengan kemajuan teknologi, yang juga akan membawa permasalahan lingkungan.

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN 68 Lampiran Kuisioner 1 : KUESIONER PENELITIAN Karakteristik dan Pengetahuan Konsumen tentang Prinsip Reduse dan Reuse serta Partisipasi dalam Menggunakan Tas Belanja sebagai Pengganti Kantong Plastik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aktivitas manusia dalam memanfaatkan alam selalu meninggalkan sisa yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukan sebagai barang buangan, yaitu

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 6A TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN / KEBERSIHAN BUPATI LOMBOK BARAT, Menimbang : a. bahwa salah satu faktor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pelik terutama di kota besar maupun kota sedang di Indonesia. Beberapa pengelola

BAB 1 PENDAHULUAN. pelik terutama di kota besar maupun kota sedang di Indonesia. Beberapa pengelola 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah sampah padat (plastik) tahun demi tahun akan menjadi masalah yang pelik terutama di kota besar maupun kota sedang di Indonesia. Beberapa pengelola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Timbulan Sampah di Provinsi DKI Jakarta Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Timbulan Sampah di Provinsi DKI Jakarta Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk Jakarta cenderung meningkat setiap tahun. Peningkatan jumlah penduduk yang disertai perubahan pola konsumsi dan gaya hidup turut meningkatkan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak terjadi dengan sendirinya (Mukono, 2006). Pertambahan penduduk,

BAB I PENDAHULUAN. tidak terjadi dengan sendirinya (Mukono, 2006). Pertambahan penduduk, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah merupakan sesuatu yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan

Lebih terperinci

KAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH

KAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH ABSTRAK KAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH Peningkatan populasi penduduk dan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kuantitas sampah kota. Timbunan sampah yang tidak terkendali terjadi

Lebih terperinci

SATUAN TIMBULAN, KOMPOSISI DAN POTENSI DAUR ULANG SAMPAH PADA TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH TANJUNG BELIT KABUPATEN ROKAN HULU

SATUAN TIMBULAN, KOMPOSISI DAN POTENSI DAUR ULANG SAMPAH PADA TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH TANJUNG BELIT KABUPATEN ROKAN HULU SATUAN TIMBULAN, KOMPOSISI DAN POTENSI DAUR ULANG SAMPAH PADA TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH TANJUNG BELIT KABUPATEN ROKAN HULU Alfi Rahmi, Arie Syahruddin S ABSTRAK Masalah persampahan merupakan

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 4. Kepadatan Populasi Hubungannya dengan LingkunganLatihan Soal 4.2

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 4. Kepadatan Populasi Hubungannya dengan LingkunganLatihan Soal 4.2 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 4. Kepadatan Populasi Hubungannya dengan LingkunganLatihan Soal 4.2 1. Peningkatan penduduk mengakibatkan pembukaan hutan meningkat seiring naiknya kebutuhan akan pemukiman, hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia, karena pada

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia, karena pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Sampah merupakan salah satu permasalahan yang patut untuk diperhatikan. Sampah merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia, karena pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Berbagai aktifitas manusia secara langsung maupun tidak langsung menghasilkan sampah. Semakin canggih teknologi di dunia, semakin beragam kegiatan manusia di bumi, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan lingkungan merupakan persoalan yang sangat serius yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan lingkungan merupakan persoalan yang sangat serius yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan lingkungan merupakan persoalan yang sangat serius yang dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan manusia jika tidak dirawat dengan baik. Persoalan kesehatan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Minggu ke- : 37, 38 & 39

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Minggu ke- : 37, 38 & 39 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Minggu ke- : 37, 38 & 39 Satuan Pendidikan : SMA Negeri IDL Cianjur Mata Pelajaran : Biologi Kelas/Semester : X/2 Alokasi Waktu : 1 x 3 JP Kompetensi Inti KI 1 : Menghayati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk yang tinggi dengan pertumbuhan cepat di kota bila

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk yang tinggi dengan pertumbuhan cepat di kota bila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepadatan penduduk yang tinggi dengan pertumbuhan cepat di kota bila tidak diimbangi dengan fasilitas lingkungan yang memadai, seperti penyediaan perumahan, air bersih

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. 1. Gambaran Umum Dusun Kaliabu RW 13 dan Bank Sampah Karesma

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. 1. Gambaran Umum Dusun Kaliabu RW 13 dan Bank Sampah Karesma BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 1. Gambaran Umum Dusun Kaliabu RW 13 dan Bank Sampah Karesma Dusun Kaliabu merupakan salah satu dusun yang ada di Yogyakarta. Dusun Kaliabu terletak di Desa Banyuraden,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat karena sampah merupakan awal dari penyebab berbagai penyakit

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat karena sampah merupakan awal dari penyebab berbagai penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah merupakan semua buangan yang dihasilkan dari aktifitas manusia dan hewan yang berupa padatan, yang dibuang karena sudah tidak berguna atau diperlukan lagi.sampah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kualitas sampah yang dihasilkan. Demikian halnya dengan jenis sampah,

BAB I PENDAHULUAN. dan kualitas sampah yang dihasilkan. Demikian halnya dengan jenis sampah, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia dengan segala aktivitasnya pastilah tidak terlepas dengan adanya sampah, karena sampah merupakan hasil efek samping dari adanya aktivitas

Lebih terperinci

DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA

DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA Imran SL Tobing Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta ABSTRAK Sampah sampai saat ini selalu menjadi masalah; sampah dianggap sebagai sesuatu

Lebih terperinci

LAMPIRAN-LAMPIRAN 108

LAMPIRAN-LAMPIRAN 108 LAMPIRAN-LAMPIRAN 108 LAMPIRAN I DOKUMENTASI SURVEI LAPANGAN DAN PROSES RAPID RURAL APPRAISAL (RRA) Gambar 1. Mengurus Perijinan, Membangun Komunikasi, Serta Melakukan Wawancara dengan Tokoh-Tokoh Masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunaan kesehatan menuju Indonesia sehat ditetapkan enam

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunaan kesehatan menuju Indonesia sehat ditetapkan enam BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunaan kesehatan menuju Indonesia sehat ditetapkan enam program pembangunan kesehatan masyarakat salah satunya adalah program lingkungan sehat, perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan sebagai suatu kegiatan nyata dan berencana, menjadi menonjol sejak selesainya perang dunia II. Inayatullah (dalam Nasution, hlmn 28) mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Limbah padat atau sampah padat merupakan salah satu bentuk limbah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Limbah padat atau sampah padat merupakan salah satu bentuk limbah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah padat atau sampah padat merupakan salah satu bentuk limbah yang terdapat di lingkungan. Masyarakat awam biasanya hanya menyebutnya sampah saja. Bentuk, jenis,

Lebih terperinci