Sistem Pengaturan Kecepatan Stasioner dengan Pengapian Multispark Menggunakan Kontroler PID. Primadani Kurniawan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Sistem Pengaturan Kecepatan Stasioner dengan Pengapian Multispark Menggunakan Kontroler PID. Primadani Kurniawan"

Transkripsi

1 Sistem Pengaturan Kecepatan Stasioner dengan Pengapian Multispark Menggunakan Kontroler PID Primadani Kurniawan

2 Macet Berhenti sejenak Stasioner

3 Sebagian besar kendaraan menggunakan mesin bensin Atau spark ignition engine Mesin 4 tak yang dikendalikan secara elektronik

4 Variabel yang dikendalikan adalah bukaan katup idle yang memvariasikan jumlah udara masuk Penggunaan PID pada sistem elektronik otomotif Pengaruh injeksi bahan bakar dan titik pengapian tidak ditinjau

5 Mengatur kecepatan stasioner HANYA dengan memvariasikan udara masuk Memperbaiki respon kecepatan stasioner sehingga sesuai dengan referensi

6 Bahan bakar berbayar Throttle dan Katup idle 1. Langkah Hisap 2. Langkah Kompresi 3. Langkah Kerja 4. Langkah Buang

7

8 Intake Manifold Koil Throttle Injektor TDC CAS Top Dead Centre & Crank Angle Sensor Exhaust Manifold

9 Jalur udara masuk Dikendalikan secara mekanik

10

11 Silinder 3 TOP Silinder 4 TOP Silinder 2 TOP Silnder 1 TOP 85 o 85 o 15 o 55 o 75 o 5 o 75 o 5 o 75 o 5 o 75 o 5 o

12 Rangkaian Ekivalen Resistansi = 15 Ω

13 BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini akan membahas tentang perancangan unit kendali untuk keadaan stasioner mesin, dimulai dari perancangan rangkaian elektronika, pembuatan algoritma kendali Langkah Kerja Pembuatan Tugas Akhir Gambar 3.1 menunjukkan diagram blok dari unit kendali kecepatan stasioner pada mesin 4 langkah. Gambar 3.1. Diagram Blok Sistem Pengaturan Kecepatan Stasioner Perancangan dan implementasi tugas akhir ini secara umum terbagi menjadi dua bagian pokok, yaitu pengerjaan perangkat keras dan perangkat lunak. Perancangan dan implementasi dilakukan pada perangkat keras maupun perangkat lunak dilakukan bersamaan dengan harapan ketika perangkat keras selesai maka siap untuk diisi dengan perangkat lunak yang terdiri dari algoritma pengendalian. 3.2 Identifikasi Kebutuhan Sebuah sistem pengaturan mesin terdiri dari berbagai elemen penyusun. Elemen yang pertama adalah sensor-sensor, lalu unit kontroler dan aktuator beserta drivernya. Sensor digunakan untuk merasakan sebuah kondisi yang terjadi pada mesin. Kemampuan kontroler yang sangat baik jika tidak didukung oleh kemampuan sensor yang memadai maka sinyal kontrol yang dihasilkan tidak sesuai dengan kebutuhan. Sensor yang digunakan harus dilindungi dari interferensi sinyal yang dapat menggangu bacaan aktual dari sensornya. Unit kontroler yang digunakan harus mampu melakukan komputasi dengan cepat dan tepat mengingat sangat dinamisnya sistem yang akan dikendalikan. 15

14 Aktuator merupakan sebuah jembatan antara sinyal kontrol yang berasal dari kontroler sebelum masuk ke plant. Hal ini dilakukan mengingat perbedaan tingkat daya yang digunakan antara sinyal kontrol yang berdaya relatif rendah, dengan sinyal yang dibutuhkan plant yang cenderung lebih tinggi. Integrasi dari semua elemen-elemen tersebut haruslah membentuk sebuah unit kendali yang mempunyai respon cepat dengan komputasi yang tepat. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut diharapkan algoritma pengendalian yang ditanamkan dapat mengendalikan mesin secara tepat. a) Spark Ignition Engine Plant yang digunakan dalam penelitian ini adalah mesin Mitsubishi 4G63 DOHC (Double Over Head Cam) 2.0 Liter ditunjukkan pada Gambar 3.2. Mesin ini merupakan mesin 4 langkah dengan bahan bakar bensin. Pihak Mitsubishi menyebut sistem injeksinya dengan ECI (Electronic Control Injection) Multi, mempunyai arti bahwa injeksi dikendalikan secara elektronik dengan banyak titik penyemprotan. Titik tersebut berada pada masing-masing silinder. Dengan adanya 4 silinder pada mesin ini maka jumlah injektor juga sebanyak 4 buah. Gambar 3.2. Mitsubishi 4G63 b) Sensor Posisi Silinder Pada sebuah sistem pengaturan kecepatan pada mesin 4 langkah maka hal pertama yang dilakukan adalah mencari sensor yang merepresentasikan posisi silinder. Berbeda dengan sistem pengaturan pada motor DC (Direct Current/arus searah) yang 16

15 menggunakan tacho generator yang berbasis sinyal analog sebagai informasinya, maka pada mesin 4G63 berbasis sinyal digital. Sensor ini disebut TDC (Top Dead Center/titik mati atas) dan CAS (Crank Angle Sensor/sensor sudut piston). Bentuk fisik dari sensor ini dapat dilihat pada Gambar 3.3. Gambar 3.3. TDC dan CAS Informasi yang terkandung dari sensor ini adalah posisi sudut piston, silinder yang harus diledakkan, serta bisa juga kecepatan. Ketiga informasi tersebut didapatkan dari dua kombinasi sinyal digital yang digunakan. Sinyal yang dihasilkan seperti Gambar 3.4 dimana pada tiap kali putaran mesin terdapat 2 buah sinyal CAS dan satu kali sinyal TDC Sebuah sinyal kotak pada CAS juga merepresentasikan posisi sudut piston. Rising edge (perubahan kondisi dari 0 ke 1) pada sinyal CAS mengindikasikan piston sedang berada pada 75 o sebelum piston mencapai puncak atau BTDC (before top dead center). Pada kondisi ini jika sinyal TDC berada pada logika 1 maka silinder yang harus diledakkan adalah 1 & 4. Begitu pula ketika sensor TDC berada pada logika 0 maka silinder yang harus diledakkan adalah 2 & 3. Tentunya sudut pengapian menyesuaikan dengan kebutuhan, pada kondisi stasioner sudut pengapian berada pada kisaran 10 o BTDC. 17

16 TDC CAS 1 putaran mesin 1 putaran mesin Gambar 3.4. Sinyal TDC dan CAS Lama waktu CAS berlogika 1 merupakan referensi untuk penentuan sudut pengapian pada sinyal CAS berikutnya. Formula untuk menentukan sudut pengapian ditunjukkan pada Gambar ms / 70 o TMA silinder ms TMA silinder 3 75 o 5 o 75 o 10 o Gambar 3.5. Penentuan Sudut Pengapian 10ms ms/ derajat o 70 Waktu pengapian untuk sudut pengapian 10 o adalah: o o o ms 10ms Untuk menentukan nilai kecepatan mesin, dapat dilihat dari lebar pulsa masing-masing CAS dalam satuan waktu. Satu lebar pulsa CAS merupakan gerak silinder mesin sebesar 70 o, nilai ini diperoleh dari pengurangan kondisi rising edge dengan falling edge sinyal. Mengetahui waktu putaran mesin berputar 70 o maka nilai satu putaran mesin (periode) sebesar 360 o dapat diketahui. Nilai putaran per menit didapat dari frekuensi (1/T) dikalikan dengan

17 c) Sensor Posisi Throttle Posisi pada throttle merupakan nilai referensi untuk kecepatan mesin. Pada poros throttle dipasang sebuah potensiometer yang bertujuan untuk mengubah besaran mekanik menjadi sinyal yang mampu dibaca oleh kontroler. Gambar 3.6. Sensor Posisi Throttle Besarnya nilai referensi atau umum disebut bukaan throttle dilihat dari nilai tegangan yang muncul dari sensor. Throttle mesin Mitsubishi 4G63 dilengkapi dengan saklar stasioner. Saklar ini memberikan informasi apakah throttle sedang dalam keadaan membuka atau menutup. Jika pada posisi menutup makan mesin sedang berada pada kondisi stasioner atau deakselerasi. Bentuk dari sensor ini bisa dilihat pada Gambar 3.6 d) Sensor Tekanan Manipol Sensor tekanan ini memanfaatkan membran sebagai alat yang digunakan untuk mengetahui tekanan udara vakum yang ada di manipol. Menempel pada badan mesin dengan sebuah saluran udara yang terhubung dengan manipol masuk. Jika tekanan vakum pada manipol semakin kuat, maka semakin besar pula perbedaan posisi membran. Saat keadaan mati atau tekanan pada manipol sama dengan atmosfir maka keluaran tegangan dari sensor ini berkisar antara 3,5 sampai dengan 3,7 volt. Jika mesin sedang berjalan maka sejumlah udara memasuki saluran masuk manipol. Sesuai dengan hukum-hukum fisika, jika terdapat fluida bergerak maka tekanannya lebih rendah daripada fluida yang sama pada kondisi diam. 19

18 Gambar 3.7. Sensor Tekanan Manipol Dan Grafik Informasi Sinyal [6] Dari kondisi ini dapat dismpulkan bahwa ketika mesin berjalan, tekanan udara pada saluran masuk pada manipol lebih rendah dari tekanan diuar manipol atau atmosfir yang mengindikasikan udara masuk ke silinder. Hal ini menyebabkan perubahan sinyal pada sensor tekanan ini. Besarnya perubahan tekanan berbanding dengan perubahan tegangan. Bentuk fisik dapat dilihat pada Gambar 3.7 e) Unit Kendali Mesin Dengan berkembangnya elektronika pada jaman sekarang ini, pemilihan kontroler menjadi suatu langkah yang cukup mudah untuk perancangan dan implementasi Tugas Akhir ini. Dengan pertimbangan dimensi dan berat, penulis mengambil sistem mikrokontroler sebagai elemen kontroler. Mikrokontroler yang dipilih adalah Atmega8535. Rangkaian keseluruhan seperti ditunjukkan pada Gambar 3.8 Atmega 8535 merupakan mikrokontroler dari keluarga AVR dengan arsitektur RISC. Compiler yang digunakan telah menggunakan bahasa C sehingga cukup user friendly. 20

19 Gambar 3.8. Unit Kendali Mesin Mikrokontroler ini memiliki beberapa kelebihan diantaranya mampu mengeksekusi sebagian instruksi hanya dari satu siklus clock, eksekusi yang mencapai 16 juta instruksi per detik pada clock 16 juta hertz, memiliki 3 fasilitas pencacah dan 3 buah sumber interupsi eksternal serta memiliki ADC (analog to digital converter) yang telah terintegrasi di dalamnya. f) Injektor dan Driver Injektor merupakan sebuah katup bahan bakar yang membuka menutupnya karena kumparan atau solenoid di dalamnya. Pada Tugas Akhir ini digunakan metode injeksi simultan, yakni semua injektor menyemprotkan bahan bakar pada saaat yang bersamaan. Guna mengendalikan injektor diperlukan sebuah driver yang berupa saklar on dan off berbasis transistor. Gambar 3.9 menunjukkan injektor beserta rangkaian driver. Gambar 3.9. Injektor dan Driver 21

20 g) Koil Untuk mengaktifkan pengapian yang membutuhkan tegangan sekitar 20kV diperlukan sebuah transformator step-up yang umum disebut koil. Pengapian ini berbasis inductive discharge ignition, yakni memanfaatkan kondisi discharge pada sisi sekunder dari induktor atau kumparan. Cara kerja koil ditunjukkan pada Gambar 3.10 Terjadi loncatan bunga api Ada arus mengalir Tidak ada arus mengalir ECU Sinyal on dari ECU ECU Sinyal off dari ECU Gambar Cara Kerja Koil h) Katup Kecepatan Idle Pada saat keadaan stasioner, laju udara tidak lagi melewati throttle melainkan melewati sebuah katup yang dikendalikan oleh motor stepper. Motor ini mempunyai 2 buah kumparan yakni kumparan A dan kumparan B. Besar 1 langkah dari motor ini adalah 15 o. Untuk membuka dari 0% sampai 100%, katup ini membutuhkan 120 langkah motor atau perputaran sebanyak 1800 o. Letak katup ini tepat di bawah throttle. Pada tugas akhir ini pengaturan posisi dari katup ini menggunakan sebuah mikrokontroler. Besar hambatan masing-masing kumparan adalah sekitar Ω. Harus dirancang sebuah driver yang mampu mengalirkan cukup arus yang akan melewati kumparan motor. 22

21 Gambar Tata Letak Katup Idle Nomor 2 dan 5 pada Gambar 3.11 menunjukkan suplai tegangan 12 volt pada motor stepper. Sementara 1 dan 4 mewakili kumparan A1 dan B1 serta nomor 3 dan 6 mewakili A2 dan B2. Gambar 3.12 menunjukkan skema pengendalian katup idle Gambar Skema dari Motor Stepper dengan Unit Kendali Mesin. [6] Jika diinginkan langkah maju maka kumparan yang diaktifkan seperti Gambar 3.12 adalah A1 dan B1 dilanjutkan B1 dan A2 kemudian A2 dan B2 B2 dan A1 A1 dan B1 begitu 23

22 seterusnya. Untuk melangkah mundur atau membuka katup idle maka urutan yang diberikan adalah kebalikan dari cara di atas. 3.3 Integrasi Elemen-Elemen Pembangun Hubungan inter koneksi antar elemen dapat dilihat pada Gambar Unit kontroler menggunakan dua buah mikrokontroler, yang pertama untuk injeksi dan yang kedua untuk pengapian. Alasan menggunakan dua buah mikrokontroler adalah untuk mengurangi beban komputasi yang berlebihan jika hanya menggunakan satu buah mikrokontroler. Pada mikrokontroler untuk injeksi menggunakan kristal sebesar 4 Mhz dan pada pengapian menggunakan 4 Mhz. Alokasi pin yang digunakan pada mikrokontroler adalah sebagai berikut: Mikrokontroler Injeksi PORTD.7 PORTB.0 PORTA.0 Mikrokontroler Pengapian PORTD.2 PORTD.3 PORTC.6 PORTC.7 Mikrokontroler ketiga PORTB.0 PORTB.1 PORTB.2 PORTB.3 PORTA.0 : Sinyal kontrol untuk mengaktifkan injektor : Masukan dari pulsa CAS : Masukan dari sensor tekanan manipol : Masukan sinyal CAS untuk menghitung kecepatan : Masukan sinyal TDC untuk mengetahui silinder yang harus diledakkan : Sinyal kontrol untuk mengaktifkan pengapian pada silinder 1&4 : Sinyal kontrol untuk mengaktifkan pengapian pada silinder 2&3 : Mengaktifkan kumparan B2 pada katup idle : Mengaktifkan kumparan A2 pada katup idle : Mengaktifkan kumparan B1 pada katup idle : Mengaktifkan kumparan A1 pada katup idle : Masukan sinyal kontrol dari computer berupa bukaan katup 24

23 TPS injektor koil TDC CAS MAP Katup idle Gambar Integrasi Elemen Pembangun 3.4 Perencanaan Perangkat Lunak Perangkat lunak yang dirancang terdiri dari tiga program utama yakni pengapian, injeksi dan katup idle speed. Sistem pengaturan kecepatan stasioner tidak bisa hanya mengandalkan hanya satu variabel saja yang dikendalikan seperti katup idle. Namun, pengapian dan injeksi harus disesuiakan sehingga memperoleh hasil yang maksimal. Pada Tugas Akhir ini nilai-nilai pengapian serta injeksi seperti kapan pengapian hatus dinyalakan serta berapa lama pulsa injeksi menyala dikendalikan oleh sebuah look-up table. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan beban kerja mikrokontroler. Sementara itu variabel bukaan katup idle dikendalikan oleh algoritma PID. Diagram alir kedua program tersebut ditunjukkan pada Gambar 3.14 dan a) Implementasi Program Pengapian Algoritma pengapian dikendalikan oleh sebuah mikrokontroler. Sistem pengapian yang digunakan adalah distributorless atau grouping, pada sistem ini pengapian pada dua 25

24 silinder dilakukan bersamaan. Silinder yang diledakkan bersamaan adalah silinder 1 & 4 dan silinder 2 & 3. Pembagian dari sistem ini berdasarkan sinyal CAS pada Gambar 3.4. Kedua kombinasi sinyal ini memberikan informasi silinder mana yang harus aktif. Ketika telah ditentukan koil A harus aktif maka untuk menghasilkan tegangan tinggi pada sisi sekundernya diperlukan sebuah charging minimal satu mili detik. Tegangan tinggi akan keluar ketika sinyal charging falling edge b) Implementasi Program Injeksi Bahan Bakar Besarnya injeksi bahan bakar sangat tergantung dari banyaknya udara yang masuk ke dalam silinder. Injeksi dilakukan dua kali tiap langkah, atau sekali tiap putaran mesin. Kapan injeksi dilakukan bergantung dari sinyal CAS, dua kali falling edge sinyal akan memerintahkan injektor menyemprotkan bahan bakar. Start Stop Gambar Diagram Alir Program Pengapian 26

25 3.5 Identifikasi Mesin Identifikasi plant ditujukan untuk mendapatkan model matematis berupa fungsi alih yang kemudian digunakan untuk proses perancangan kontroler. Gambar 3.16 adalah diagram blok dari identifikasi kecepatan stasioner mesin 4 langkah. Untuk mencati parameternya digunakan fungsi alih lup terbuka, Nilai RPM yang diinginkan dimasukkan melalui mikrokontroler dan diteruskan menuju driver katup idle speed. Respon kecepatan selanjutnya direkam melalui rangkaian f to v,m yakni sebuah rangkaian terintegrasi yang mampu merubah besaran frekuensi menjadi nilai tegangan. Start Stop Gambar Diagram Alir Program Injeksi Besarnya kecepatan dilihat melalui putaran salah satu roda gigi yang terdapat di crankshaft. Roda gigi tersebut satu putarannya Gambar Diagram Blok Identifikasi Kecepatan Stasioner Mesin 27

26 terdapat 116 gigi. Sensor yang digunakan adalah sensor induktif tata letaknya ditunjukkan Gambar 3.17, nilai keluaran dari sensor ini adalah sebuah sinyal sinus yang frekuensinya tergantung dari kecepatan mesin. Gambar Tata Letak Sensor Terhadap Roda Gigi [7] Berdasarkan hasil analisa secara grafis pada Gambar 3.18 didapatkan parameter plant sebagai berikut : Nilai penguatan K diperoleh : B 449,716 K 1,499 A 300 Konstanta waktu dan settling time plant diperoleh : 35ms s( 0,5%) 5 13, 5ms Fungsi alih plant diperoleh : G p G p K ( s) s 1 1,499 ( s) 0,35s 1 28

27 % Gambar Hasil Identifikasi Mesin Secara Grafis Gambar 3.19 memperlihatkan perbandingan grafik antara respon mesin 4 tak riil dengan respon model hasil identifikasi. Didapatkan besarnya kesalahan dinyatakan dalam norm error yaitu : Norm f ( m) f ( i) 100% f ( i) (3-1) Dimana : f (m) adalah grafik respon mesin hasil pemodelan f (i) adalah grafik respon mesin riil Dengan pengambilan data respon mesin 4 tak sebanyak 5 kali maka diperoleh rangkuman hasil fungsi alih beserta besarnya kesalahan yang irepresentasikan dalam Tabel 3.1. Dari tabel berikut maka diperoleh fungsi alih dengan besarnya kesalahan yang terkecil yaitu 2,46 %. 29

28 Gambar Perbandingan Respon Plant dengan Model Hasil Identifikasi Tabel 3.1 Rangkuman Hasil Identifikasi Kecepatan Stasioner Mesin Fungsi Alih Mesin 1,499 5,21s 3,58s 1e Kesalahan (%) 2,46 1,53 5,43s 5,86s 1e 2,96 1,4 10,4s 1,3s 1e 3,306 1,37 6,302s 3,74s 1e 2,68 1,548 6,43s 3,42s 1e 2, Perancangan Kontroler Untuk mendapatkan kecepatan stasioner mesin yang sesuai dengan kecepatan yang diinginkan, maka dibutuhkan sebuah kontroler. Ada berbagai jenis kontroler dan berbagai macam metode pendekatan untuk mendapatkan parameter kontroler. Pemilihan metode kontrol dipengaruhi oleh jenis plant yang akan diatur, dalam hal ini dicoba untuk mengimplementasikan kontroler PID 30

29 (proportional-integral-derivatif) dengan metode penalaan cohencoon Perancangan kontroler PID Metode pengaturan yang diimplementasikan adalah PID. Metode penalaan parameter kontroler berdasarkan metode cohen coon. Berdasarkan grafik respon kecepatan stasioner mesin pada Gambar 3.16 dan fungsi alih pada persamaan Tabel 3.1 dengan nilai kesalahan terkecil maka didapatkan nilai untuk penalaan kontroler PID yaitu : 12,3s ,07s 13,18s ,82s 0,35s 0, del 52s B 449,716 K 1,499 A 300 5,2 r del 1,45 3,5 Dari persamaan pada Tabel 2.1 Sehingga besarnya didapat : K 0,778 p i 0, 862s d 0, 1499s K p,, i d 3.7 Simulasi Hasil Perancangan Kontroler Berdasarkan hasil penalaan parameter kontroler pada subbab 3.5 maka hasil dari parameter tersebut dapat disimulasikan sebagai berikut : 31

30 waktu (10ms) Gambar 3.20 Simulasi Sistem dengan Kontroler PID Gambar 3.20 memperlihatkan hasil simulasi sistem kecepatan stasioner dengan kondisi awal 750 rpm dari penalaan parameter kontroler PID dengan menggunakan metode cohen coon. Dari simulasi terlihat respon sistem terdapat overshoot dan mencapai keadaan tunak sekitar 4,5 detik. Overshoot maksimum terjdai pada detik pertama dengan nilai 1170 rpm. 32

31

32

33 Mesin 4 langkah (4G63) Unit Kendali Mesin Pengondisi Sinyal CPU Pengapian Injeksi Driver Aktuator Pengapian Injeksi Katup idle Komputer

34

35

36

37 Sinyal step tegangan Unit Kendali Mesin frekuensi

38 tf ( s) 3.58s 1 e 5.21 s

39 Penalaan menggunakan metode cohen-coon Kp = Ki = 1.16 Kd = 0.15

40 waktu (10ms)

41

42

43 Kp = Ki =1.16 Kd = 0.15

44 Kp = Ki =2 Kd = 0.15

45 Kp = Ki =1.16 Kd = 0.15

46 Kp = Ki =2 Kd = 0.15

47 Kontroler PID bisa digunakan pada mesin dengan karakteristik MIMO (Multiple input multiple output) dengan hanya menganggapnya sebagai sistem SISO (Single input single output) Variabel yang dikendalikan pada sistem ini adalah jumlah udara yang masuk Gangguan yang digunakan adalah katup udara mekanik

Sistem Pengaturan Kecepatan Stasioner Mesin Bensin Menggunakan Kontroler PID

Sistem Pengaturan Kecepatan Stasioner Mesin Bensin Menggunakan Kontroler PID Sistem Pengaturan Kecepatan Stasioner Mesin Bensin Menggunakan Kontroler PID Primadani Kurniawan, 2207100041 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, kampus

Lebih terperinci

Perancangan dan Implementasi Kontroler PID untuk Pengaturan Waktu Injeksi dan Waktu Pengapian Saat Kecepatan Stasioner pada Spark Ignition Engine

Perancangan dan Implementasi Kontroler PID untuk Pengaturan Waktu Injeksi dan Waktu Pengapian Saat Kecepatan Stasioner pada Spark Ignition Engine Perancangan dan Implementasi Kontroler PID untuk Pengaturan Waktu dan Waktu Pengapian Saat Kecepatan Stasioner pada Spark Ignition Engine M. Luqman Hakim 1) Ari Santoso 2) Joko Susila 3) 1) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Sistem Pengaturan Injeksi Bahan Bakar Mesin Mitsubishi 4g63 Menggunakan Metode Fuzzy

Sistem Pengaturan Injeksi Bahan Bakar Mesin Mitsubishi 4g63 Menggunakan Metode Fuzzy Sistem Pengaturan Injeksi Bahan Bakar Mesin Mitsubishi 4g63 Menggunakan Metode Fuzzy Indra Permana Putra, Ali Fatoni, Joko Susila Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi

Lebih terperinci

Sistem Pengaturan Injeksi Bahan Bakar Mesin Mitsubishi 4G63 menggunakan Metode Fuzzy Adaptif

Sistem Pengaturan Injeksi Bahan Bakar Mesin Mitsubishi 4G63 menggunakan Metode Fuzzy Adaptif Sistem Pengaturan Injeksi Bahan Bakar Mesin Mitsubishi 4G63 menggunakan Metode Fuzzy Adaptif Agoeng Ramadhan, Joko Susila, Imam Arifin Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi

Lebih terperinci

Desain dan Implementasi Sistem Pengaturan Fuzzy untuk Waktu Pengapian pada Mesin Pengapian Busi

Desain dan Implementasi Sistem Pengaturan Fuzzy untuk Waktu Pengapian pada Mesin Pengapian Busi Desain dan Implementasi Sistem Pengaturan Fuzzy untuk Waktu Pengapian pada Mesin Pengapian Busi Mohamad Abdul Hady, Ari Santoso, Imam Arifin Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Insitut

Lebih terperinci

Analisis Distribusi Tegangan Listrik ke Busi dari Rangkaian Electronic Ignition Berdasarkan Kecepatan Putar Flywheel Mesin

Analisis Distribusi Tegangan Listrik ke Busi dari Rangkaian Electronic Ignition Berdasarkan Kecepatan Putar Flywheel Mesin Analisis Distribusi Tegangan Listrik ke Busi dari Rangkaian Electronic Ignition Berdasarkan Kecepatan Putar Flywheel Mesin Parlindungan P. Marpaung 1* 1 Institut Teknologi Indonesia, Jln. Raya Puspiptek

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA MOTOR DAN PENGAPIAN

PRINSIP KERJA MOTOR DAN PENGAPIAN PRINSIP KERJA MOTOR DAN PENGAPIAN KOMPETENSI 1. Menjelaskan prinsip kerja motor 2 tak dan motor 4 tak. 2. Menjelaskan proses pembakaran pada motor bensin 3. Menjelaskan dampak saat pengapian yang tidak

Lebih terperinci

Motor diesel dikategorikan dalam motor bakar torak dan mesin pembakaran dalam merubah energi kimia menjadi energi mekanis.

Motor diesel dikategorikan dalam motor bakar torak dan mesin pembakaran dalam merubah energi kimia menjadi energi mekanis. A. Sebenernya apa sih perbedaan antara mesin diesel dengan mesin bensin?? berikut ulasannya. Motor diesel dikategorikan dalam motor bakar torak dan mesin pembakaran dalam (internal combustion engine) (simplenya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Mikrokontroller AVR Mikrokontroller adalah suatu alat elektronika digital yang mempunyai masukan serta keluaran serta dapat di read dan write dengan cara khusus. Mikrokontroller

Lebih terperinci

PERANCANGAN KONTROLER PI ANTI-WINDUP BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 32 PADA KONTROL KECEPATAN MOTOR DC

PERANCANGAN KONTROLER PI ANTI-WINDUP BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 32 PADA KONTROL KECEPATAN MOTOR DC Presentasi Tugas Akhir 5 Juli 2011 PERANCANGAN KONTROLER PI ANTI-WINDUP BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 32 PADA KONTROL KECEPATAN MOTOR DC Pembimbing: Dr.Ir. Moch. Rameli Ir. Ali Fatoni, MT Dwitama Aryana

Lebih terperinci

UJI PERFORMANSI PADA SISTEM KONTROL LEVEL AIR DENGAN VARIASI BEBAN MENGGUNAKAN KONTROLER PID

UJI PERFORMANSI PADA SISTEM KONTROL LEVEL AIR DENGAN VARIASI BEBAN MENGGUNAKAN KONTROLER PID UJI PERFORMANSI PADA SISTEM KONTROL LEVEL AIR DENGAN VARIASI BEBAN MENGGUNAKAN KONTROLER PID Joko Prasetyo, Purwanto, Rahmadwati. Abstrak Pompa air di dunia industri sudah umum digunakan sebagai aktuator

Lebih terperinci

ECS (Engine Control System) TROOT024 B3

ECS (Engine Control System) TROOT024 B3 ECS (Engine Control System) TROOT024 B3 Ragkaian Sistem Pengapian Tujuan Umum : Peserta dapat mengidentifikasi fungsi, konstruksi, cara kerja sistem control ngine Peserta dapat mendiagnosa dan memperbaiki

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi dari modifikasi kelistrikan pada kendaraan bermotor, perangkat keras maupun perangkat lunak dari setiap modul yang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras, serta perangkat lunak dari trainer kendali kecepatan motor DC menggunakan kendali PID dan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ENGINE CONTROL UNIT BERBASIS KNOWLEDGE BASED UNTUK PENGATURAN SISTEM INJEKSI DAN SISTEM PENGAPIAN MOTOR BAKAR

PERANCANGAN ENGINE CONTROL UNIT BERBASIS KNOWLEDGE BASED UNTUK PENGATURAN SISTEM INJEKSI DAN SISTEM PENGAPIAN MOTOR BAKAR TUGAS AKHIR RE 1599 PERANCANGAN ENGINE CONTROL UNIT BERBASIS KNOWLEDGE BASED UNTUK PENGATURAN SISTEM INJEKSI DAN SISTEM PENGAPIAN MOTOR BAKAR SUHENDI 2203 109 504 Dosen Pembimbing Ir. Ali Fatoni, MT. Ir.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS MOBILE-ROBOT

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS MOBILE-ROBOT BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS MOBILE-ROBOT 3.1. Perancangan Sistem Secara Umum bawah ini. Diagram blok dari sistem yang dibuat ditunjukan pada Gambar 3.1 di u(t) + e(t) c(t) r(t) Pengontrol Plant

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dijelaskan mengenai gambaran alat, perancangan dan realisasi dari perangkat keras, serta perangkat lunak dari alat peraga sistem kendali pendulum terbalik. 3.1.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Motor Bakar 2.2 Prinsip Kerja Mesin Bensin

BAB II DASAR TEORI 2.1 Motor Bakar 2.2 Prinsip Kerja Mesin Bensin 4 BAB II DASAR TEORI 2.1 Motor Bakar Motor bakar merupakan salah satu alat (mesin) yang mengubah tenaga panas menjadi tenaga mekanik, motor bakar umumnya terdapat dalam beberapa macam antara lain : mesin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1950-an, banyak dijumpai motor arus searah konvensional (MASK) sebagai penggerak mekanik. Hal demikian didasarkan atas anggapan bahwa MASK memiliki kemudahan

Lebih terperinci

SISTEM PENGATURAN MOTOR DC MENGGUNAKAN PROPOTIONAL IINTEGRAL DEREVATIVE (PID) KONTROLER

SISTEM PENGATURAN MOTOR DC MENGGUNAKAN PROPOTIONAL IINTEGRAL DEREVATIVE (PID) KONTROLER SISTEM PENGATURAN MOTOR DC MENGGUNAKAN PROPOTIONAL IINTEGRAL DEREVATIVE (PID) KONTROLER Nursalim Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana Jl. Adisucipto-Penfui Kupang,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN SISTEM

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN SISTEM BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN SISTEM 4.1 Pengujian Perangkat Keras (Hardware) Pengujian perangkat keras sangat penting dilakukan karena melalui pengujian ini rangkaian-rangkaian elektronika dapat diuji

Lebih terperinci

Identifikasi Model Putaran Mesin Secara Eksperimental Dengan Masukan Sudut Pengapian Dan Besar Injeksi Bahan Bakar Pada Mesin Mitsubishi 4g63

Identifikasi Model Putaran Mesin Secara Eksperimental Dengan Masukan Sudut Pengapian Dan Besar Injeksi Bahan Bakar Pada Mesin Mitsubishi 4g63 Identifikasi Model Putaran Mesin Secara Eksperimental Dengan Masukan Sudut Pengapian Dan Besar Injeksi Bahan Bakar Pada Mesin Mitsubishi 4g63 Billy Santoso, Rushdianto Effendi, Ali fatoni Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Desain dan Implementasi Kontroler Prediktif Logika Fuzzy untuk Pengaturan Injeksi Bahan Bakar Ignition Engine

Desain dan Implementasi Kontroler Prediktif Logika Fuzzy untuk Pengaturan Injeksi Bahan Bakar Ignition Engine JURNAL TEKNIK ITS Vol., (Sept, 22) ISSN: 23-927 A-64 Desain dan Implementasi Kontroler Prediktif Logika Fuzzy untuk Pengaturan Injeksi Bahan Bakar Ignition Engine Tri Wahyudi Puthut S ) Rusdhianto Effendie

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Nurdianto dan Ansori, (2015), meneliti pengaruh variasi tingkat panas busi terhadap performa mesin dan emisi gas buang sepeda motor 4 tak.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM. Gambar 3. 1 Diagram Blok Sistem Kecepatan Motor DC

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM. Gambar 3. 1 Diagram Blok Sistem Kecepatan Motor DC BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM Bab ini menjelaskan tentang perancangan dan pembuatan sistem kontrol, baik secara software dan hardware yang akan digunakan untuk mendukung keseluruhan sistem yang

Lebih terperinci

ECS (Engine Control System) TROOT024 B3

ECS (Engine Control System) TROOT024 B3 ECS (Engine Control System) TROOT024 B3 Diagnosa Ignition Control Sistem Tujuan Umum : Peserta dapat mengidentifikasi fungsi, konstruksi, cara kerja sistem control ngine Peserta dapat mendiagnosa dan memperbaiki

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai BAB II DASAR TEORI 2.1 Arduino Uno R3 Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS 3.1. Spesifikasi Perancangan Perangkat Keras Secara sederhana, perangkat keras pada tugas akhir ini berhubungan dengan rancang bangun robot tangan. Sumbu

Lebih terperinci

Disusun Oleh : Billy Santoso Dewanda ( )

Disusun Oleh : Billy Santoso Dewanda ( ) Identifikasi Model Mesin secara Eksperimental dengan Masukan SudutPengapian dan Durasi Injeksi Bahan Bakar pada Mesin Mitsubishi 4g63 Disusun Oleh : Billy Santoso Dewanda (2207100151) Pembimbing : Ir.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir dilaksanakan pada bulan Februari 2014 hingga Januari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir dilaksanakan pada bulan Februari 2014 hingga Januari BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir dilaksanakan pada bulan Februari 2014 hingga Januari 2015. Perancangan dan pengerjaan perangkat keras (hardware) dan laporan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KECEPATAN PUTARAN GAS ENGINE

PENGENDALIAN KECEPATAN PUTARAN GAS ENGINE 1 PENGENDALIAN KECEPATAN PUTARAN GAS ENGINE PADA RC AIRPLANE MENGGUNAKAN KONTROLER PROPORSIONAL INTEGRAL DEFERENSIAL (PID) BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 328 Ferditya Krisnanda, Pembimbing 1: Purwanto,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT

BAB IV PENGUJIAN ALAT 25 BAB IV PENGUJIAN ALAT Pembuatan alat pengukur sudut derajat saat pengapian pada mobil bensin ini diharapkan nantinya bisa digunakan bagi para mekanik untuk mempermudah dalam pengecekan saat pengapian

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pengujian dan analisis alat peraga sistem kendali pendulum terbalik yang meliputi pengujian dimensi mekanik, pengujian dimensi dan massa

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisis Permasalahan Dalam Perancangan Alat Pengaduk Adonan Kue ini, terdapat beberapa masalah yang harus dipecahkan. Permasalahan-permasalahan tersebut antara

Lebih terperinci

Input ADC Output ADC IN

Input ADC Output ADC IN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Hasil Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil yang diperoleh dari pengujian alat-alat meliputi mikrokontroler, LCD, dan yang lainnya untuk melihat komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa hal dasar tentang bagaimana. simulasi mobil automatis dirancang, diantaranya adalah :

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa hal dasar tentang bagaimana. simulasi mobil automatis dirancang, diantaranya adalah : BAB III PERANCANGAN Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa hal dasar tentang bagaimana simulasi mobil automatis dirancang, diantaranya adalah : 1. Menentukan tujuan dan kondisi pembuatan simulasi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Sensor Ultrasonik HCSR04. Gambar 2.2 Cara Kerja Sensor Ultrasonik.

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Sensor Ultrasonik HCSR04. Gambar 2.2 Cara Kerja Sensor Ultrasonik. BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merealisasikan sistem. Teori-teori yang digunakan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari sensor

Lebih terperinci

Gambar 3. Posisi katup ISC pada engine

Gambar 3. Posisi katup ISC pada engine ANALISA SISTEM KERJA EMS (ENGINE MANAGEMENT SYSTEM) DENGAN VARIASI TEMPERATUR AIR PENDINGIN DAN BEBAN KERJA PADA KONDISI STASIONER (ISC) KENDARAAN DAIHATSU XENIA Waluyo Abstrak EMS adalah sistem pengaturan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sudah menjadi trend saat ini bahwa pengendali suatu alat sudah banyak yang diaplikasikan secara otomatis, hal ini merupakan salah satu penerapan dari perkembangan teknologi dalam

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Arduino Mega 2560

BAB II DASAR TEORI Arduino Mega 2560 BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori penunjang yang diperlukan dalam merancang dan merealisasikan skripsi ini. Bab ini dimulai dari pengenalan singkat dari komponen elektronik utama

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam merealisasikan suatu alat diperlukan dasar teori untuk menunjang hasil yang optimal. Pada bab ini akan dibahas secara singkat mengenai teori dasar yang digunakan untuk merealisasikan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN 37 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN 3.1 Perancangan Dalam pembuatan suatu alat atau produk perlu adanya sebuah rancangan yang menjadi acuan dalam proses pembuatanya, sehingga kesalahan yang mungkin timbul

Lebih terperinci

Simulasi Control System Design dengan Scilab dan Scicos

Simulasi Control System Design dengan Scilab dan Scicos Simulasi Control System Design dengan Scilab dan Scicos 1. TUJUAN PERCOBAAN Praktikan dapat menguasai pemodelan sistem, analisa sistem dan desain kontrol sistem dengan software simulasi Scilab dan Scicos.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dan perancangan tugas akhir dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011 sampai dengan

Lebih terperinci

Teknologi Motor Injeksi YMJET-FI

Teknologi Motor Injeksi YMJET-FI Teknologi Motor Injeksi YMJET-FI Apakah YMJET-FI itu? YMJET FI singkatan dari Yamaha Mixture JET-Fuel Injection adalah teknologi Fuel Injection yang yang dimiliki Yamaha Motor dalam mengembangkan teknologi

Lebih terperinci

Bab IV Pengujian dan Analisis

Bab IV Pengujian dan Analisis Bab IV Pengujian dan Analisis Setelah proses perancangan, dilakukan pengujian dan analisis untuk mengukur tingkat keberhasilan perancangan yang telah dilakukan. Pengujian dilakukan permodul, setelah modul-modul

Lebih terperinci

SISTEM BAHAN BAKAR INJEKSI PADA SEPEDA MOTOR HONDA (HONDA PGM-FI)

SISTEM BAHAN BAKAR INJEKSI PADA SEPEDA MOTOR HONDA (HONDA PGM-FI) SISTEM BAHAN BAKAR INJEKSI PADA SEPEDA MOTOR HONDA (HONDA PGM-FI) Gambar Komponen sistem EFI pada sepeda mesin Honda Supra X 125 A. Sistem Bahan Bakar Komponen-komponen yang digunakan untuk menyalurkan

Lebih terperinci

TKC306 - Robotika. Eko Didik Widianto. Sistem Komputer - Universitas Diponegoro

TKC306 - Robotika. Eko Didik Widianto. Sistem Komputer - Universitas Diponegoro TKC306 - ika Eko Didik Sistem Komputer - Universitas Diponegoro Review Kuliah Prinsip dasar dan mekanisme kontrol robot Implementasi kendali ke dalam rangkaian berbasis mikroprosesor Low-level dan High-level

Lebih terperinci

KUIS Matakuliah Mikrokontroler Dosen Pengampu: I Nyoman Kusuma Wardana, M.Sc.

KUIS Matakuliah Mikrokontroler Dosen Pengampu: I Nyoman Kusuma Wardana, M.Sc. Studi Kasus Suatu sistem mekanikal-elektrikal yang merupakan bagian dari suatu sistem robotika yang terkendali mikrokontoler digambarkan sebagai berikut: Sistem robotika tersebut terdiri dari gabungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggerakan belt conveyor, pengangkat beban, ataupun sebagai mesin

BAB I PENDAHULUAN. menggerakan belt conveyor, pengangkat beban, ataupun sebagai mesin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Motor DC atau motor arus searah yaitu motor yang sering digunakan di dunia industri, biasanya motor DC ini digunakan sebagai penggerak seperti untuk menggerakan

Lebih terperinci

BAB III RANGKAIAN PENGENDALI DAN PROGRAM PENGENDALI SIMULATOR MESIN PEMBEGKOK

BAB III RANGKAIAN PENGENDALI DAN PROGRAM PENGENDALI SIMULATOR MESIN PEMBEGKOK BAB III RANGKAIAN PENGENDALI DAN PROGRAM PENGENDALI SIMULATOR MESIN PEMBEGKOK Pada bab ini dibahas tentang perangkat mekanik simulator mesin pembengkok, konstruksi motor DC servo, konstruksi motor stepper,

Lebih terperinci

SISTEM KENDALI POSISI MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam

SISTEM KENDALI POSISI MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam SISTEM KENDALI POSISI MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam I. Tujuan 1. Mampu melakukan analisis kinerja sistem pengaturan posisi motor arus searah.. Mampu menerangkan pengaruh kecepatan

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Kontrol Level dan Pressure Steam Generator pada Simulator Mixing Process di Workshop Instrumentasi

Rancang Bangun Sistem Kontrol Level dan Pressure Steam Generator pada Simulator Mixing Process di Workshop Instrumentasi JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-153 Rancang Bangun Sistem Kontrol Level dan Pressure Steam Generator pada Simulator Mixing Process di Workshop Instrumentasi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras maupun perangkat lunak dari setiap modul yang dipakai pada skripsi ini. 3.1. Perancangan dan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini dibahas tentang pembuatan dan pengujian komponenkomponen sensor pada konveyor berbasis Mikrokontroler Arduino Uno. Pembahasan meliputi pembuatan sistem mekanik, pembuatan

Lebih terperinci

STUDI KARAKTERISTIK TEKANAN INJEKSI DAN WAKTU INJEKSI PADA TWO STROKE GASOLINE DIRECT INJECTION ENGINE

STUDI KARAKTERISTIK TEKANAN INJEKSI DAN WAKTU INJEKSI PADA TWO STROKE GASOLINE DIRECT INJECTION ENGINE STUDI KARAKTERISTIK TEKANAN INJEKSI DAN WAKTU INJEKSI PADA TWO STROKE GASOLINE DIRECT INJECTION ENGINE Darwin R.B Syaka 1*, Ragil Sukarno 1, Mohammad Waritsu 1 1 Program Studi Pendidikan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN Gambaran Alat

BAB III PERANCANGAN Gambaran Alat BAB III PERANCANGAN Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai perancangan dan realisasi sistem bagaimana kursi roda elektrik mampu melaksanakan perintah suara dan melakukan pengereman otomatis apabila

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA 4.1 Tujuan Tujuan dari pengujian alat pada tugas akhir ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kinerja sistem yang telah dibuat dan untuk mengetahui penyebabpenyebab ketidaksempurnaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan teknologi yang terjadi saat ini banyak sekali inovasi baru yang tercipta khususnya di dalam dunia otomotif. Dalam perkembanganya banyak orang yang

Lebih terperinci

K BAB I PENDAHULUAN

K BAB I PENDAHULUAN Pengaruh variasi resistansi ballast resistor cdi dan variasi putaran mesin terhadap perubahan derajat pengapian pada sepeda motor honda astrea grand tahun 1997 Oleh: Wihardi K. 2599051 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535

SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535 3 PENERAPAN FILM Ba 0,55 Sr 0,45 TiO 3 (BST) SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535 23 Pendahuluan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan 2.2 Sensor Clamp Putaran Mesin

BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan 2.2 Sensor Clamp Putaran Mesin 4 BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori mengenai perangkatperangkat pendukung baik perangkat keras dan perangkat lunak yang akan dipergunakan sebagai pengukuran

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka 59 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat Mulai Tinjauan pustaka Simulasi dan perancangan alat untuk pengendali kecepatan motor DC dengan kontroler PID analog

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN LITERATUR

BAB II TINJAUAN LITERATUR BAB II TINJAUAN LITERATUR Motor bakar merupakan motor penggerak yang banyak digunakan untuk menggerakan kendaraan-kendaraan bermotor di jalan raya. Motor bakar adalah suatu mesin yang mengubah energi panas

Lebih terperinci

PERANCANGAN PENGENDALI POSISI LINIER UNTUK MOTOR DC DENGAN MENGGUNAKAN PID

PERANCANGAN PENGENDALI POSISI LINIER UNTUK MOTOR DC DENGAN MENGGUNAKAN PID PERANCANGAN PENGENDALI POSISI LINIER UNTUK MOTOR DC DENGAN MENGGUNAKAN PID Endra 1 ; Nazar Nazwan 2 ; Dwi Baskoro 3 ; Filian Demi Kusumah 4 1 Jurusan Sistem Komputer, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM. didapat suatu sistem yang dapat mengendalikan mobile robot dengan PID

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM. didapat suatu sistem yang dapat mengendalikan mobile robot dengan PID BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM Pada bab ini akan dibahas hasil analisa pengujian yang telah dilakukan, pengujian dilakukan dalam beberapa bagian yang disusun dalam urutan dari yang sederhana menuju

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan BAB III PEMBUATAN ALAT 3.. Pembuatan Dalam pembuatan suatu alat atau produk perlu adanya sebuah rancangan yang menjadi acuan dalam proses pembuatanya, sehingga kesalahan yang mungkin timbul dapat ditekan

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA

II. KAJIAN PUSTAKA RANCANG BANGUN AVR PADA SISI TEGANGAN RENDAH (TEGANGAN KONSUMEN) BERBASIS ATMEGA8 Syamsir #1, Bomo Sanjaya #2, Syaifurrahman #3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura 1 syamsir6788@gmail.com

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA No. JST/OTO/OTO410/14 Revisi : 02 Tgl : 6 Februari 2014 Hal 1 dari 10 I. Kompetensi : Setelah melaksanakan praktik, mahasiswa diharapkan dapat : 1. Mengidentifikasi komponen sistem bahan bakar, kontrol

Lebih terperinci

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA TUGAS AKHIR PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA Disusun : JOKO BROTO WALUYO NIM : D.200.92.0069 NIRM : 04.6.106.03030.50130 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

Rancang Bangun Pengatur Tegangan Otomatis pada Generator Ac 1 Fasa Menggunakan Kendali PID (Proportional Integral Derivative)

Rancang Bangun Pengatur Tegangan Otomatis pada Generator Ac 1 Fasa Menggunakan Kendali PID (Proportional Integral Derivative) Rancang Bangun Pengatur Tegangan Otomatis pada Generator Ac 1 Fasa Menggunakan Kendali PID (Proportional Integral Derivative) Koko Joni* 1, Achmad Fiqhi Ibadillah 2, Achmad Faidi 3 1,2,3 Teknik Elektro,

Lebih terperinci

SELF-STABILIZING 2-AXIS MENGGUNAKAN ACCELEROMETER ADXL345 BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega8

SELF-STABILIZING 2-AXIS MENGGUNAKAN ACCELEROMETER ADXL345 BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega8 SELF-STABILIZING 2-AXIS MENGGUNAKAN ACCELEROMETER ADXL345 BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega8 I Nyoman Benny Rismawan 1, Cok Gede Indra Partha 2, Yoga Divayana 3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Motor Bakar Motor bakar adalah motor penggerak mula yang pada prinsipnya adalah sebuah alat yang mengubah energi kimia menjadi energi panas dan diubah ke energi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DESAIN POMPA AIR BRUSHLESS DC. DENGAN MENGGUNAKAN dspic30f2020

BAB III PERANCANGAN DESAIN POMPA AIR BRUSHLESS DC. DENGAN MENGGUNAKAN dspic30f2020 BAB III PERANCANGAN DESAIN POMPA AIR BRUSHLESS DC DENGAN MENGGUNAKAN dspic30f2020 3.1. Pendahuluan Pada bab III ini akan dijelaskan mengenai perancangan Pompa Air Brushless DC yang dikendalikan oleh Inverter

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA No. JST/OTO/OTO410/13 Revisi: 03 Tgl: 22 Agustus 2016 Hal 1 dari 10 I. Kompetensi: Setelah melaksanakan praktik, mahasiswa diharapkan dapat: 1. Mengidentifikasi komponen sistem bahan bakar, kontrol udara

Lebih terperinci

Desain Penyearah 1 Fase Dengan Power Factor Mendekati Unity Dan Memiliki Thd Minimum Menggunakan Kontrol Pid-Fuzzy Pada Boost Converter

Desain Penyearah 1 Fase Dengan Power Factor Mendekati Unity Dan Memiliki Thd Minimum Menggunakan Kontrol Pid-Fuzzy Pada Boost Converter Desain Penyearah 1 Fase Dengan Power Factor Mendekati Unity Dan Memiliki Thd Minimum Menggunakan Kontrol Pid-Fuzzy Pada Boost Converter Ainur Rofiq N 1, Irianto 2, Setyo Suka Wahyu 3 1 Dosen Jurusan Teknik

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 sampai dengan bulan Juli

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 sampai dengan bulan Juli 36 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 sampai dengan bulan Juli 2015. Perancangan, pembuatan dan pengambilan data dilaksanakan di

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Definisi Perancangan Perancangan adalah proses menuangkan ide dan gagasan berdasarkan teoriteori dasar yang mendukung. Proses perancangan dapat dilakukan dengan cara pemilihan

Lebih terperinci

SISTEM KONTROL KECEPATAN MOTOR DC D-6759 BERBASIS ARDUINO MEGA 2560

SISTEM KONTROL KECEPATAN MOTOR DC D-6759 BERBASIS ARDUINO MEGA 2560 1 SISTEM KONTROL KECEPATAN MOTOR DC D-6759 BERBASIS ARDUINO MEGA 2560 Muhamad Faishol Arif, Pembimbing 1: Erni Yudaningtyas, Pembimbing 2: Rahmadwati. Abstrak Hampir seluruh industri didunia saat ini memanfaatkan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SIMULATOR PENGENDALIAN POSISI CANNON PADA MODEL TANK MILITER DENGAN PENGENDALI PD (PROPOSIONAL DERIVATIVE)

RANCANG BANGUN SIMULATOR PENGENDALIAN POSISI CANNON PADA MODEL TANK MILITER DENGAN PENGENDALI PD (PROPOSIONAL DERIVATIVE) Makalah Seminar Tugas Akhir RANCANG BANGUN SIMULATOR PENGENDALIAN POSISI CANNON PADA MODEL TANK MILITER DENGAN PENGENDALI PD (PROPOSIONAL DERIVATIVE) Heru Triwibowo [1], Iwan Setiawan [2], Budi Setiyono

Lebih terperinci

BAB III ANALISA SISTEM

BAB III ANALISA SISTEM BAB III ANALISA SISTEM 3.1 Gambaran Sistem Umum Pembuka pintu otomatis merupakan sebuah alat yang berfungsi membuka pintu sebagai penganti pintu konvensional. Perancangan sistem pintu otomatis ini merupakan

Lebih terperinci

Perancangan Simulator Pengendalian Posisi Turret Pada Mobil Pemadam Kebakaran

Perancangan Simulator Pengendalian Posisi Turret Pada Mobil Pemadam Kebakaran Makalah Seminar Tugas Akhir Perancangan Simulator Pengendalian Posisi Turret Pada Mobil Pemadam Kebakaran Isma Candra Jati Kusuma*, Trias Andromeda, ST.MT**, Darjat, ST, MT.** Abstrak - Turret merupakan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI WAKTU PADA SAAT AKSELERASI MESIN TOYOTA 4 AFE DENGAN MEMANIPULASI MANIFOLD ABSOLUTE PRESSURE (MAP)

OPTIMALISASI WAKTU PADA SAAT AKSELERASI MESIN TOYOTA 4 AFE DENGAN MEMANIPULASI MANIFOLD ABSOLUTE PRESSURE (MAP) OPTIMALISASI WAKTU PADA SAAT AKSELERASI MESIN TOYOTA 4 AFE DENGAN MEMANIPULASI MANIFOLD ABSOLUTE PRESSURE (MAP) Nova R. Ismail Adalah Dosen Fakultas Teknik Universitas Widyagama Malang ABSTRAK Pada sistem

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Motor DC merupakan salah satu jenis aktuator yang cukup banyak digunakan dalam bidang industri. Seiring dengan kemajuan teknologi, permasalahan pada dunia industri

Lebih terperinci

Teknologi Injeksi Pada Sepeda Motor (Konstruksi Dasar Injection Suzuki Fl 125 FI)

Teknologi Injeksi Pada Sepeda Motor (Konstruksi Dasar Injection Suzuki Fl 125 FI) Teknologi Injeksi Pada Sepeda Motor (Konstruksi Dasar Injection Suzuki Fl 125 FI) Sepeda motor Suzuki di Indonesia memulai teknologi fuel injection sesuai dengan perkembanganya maka faktor yang menentukan

Lebih terperinci

DESAIN PENYEARAH 1 FASE DENGAN POWER FACTOR MENDEKATI UNITY DAN MEMILIKI THD MINIMUM MENGGUNAKAN KONTROL PID-fuzzy PADA BOOST CONVERTER

DESAIN PENYEARAH 1 FASE DENGAN POWER FACTOR MENDEKATI UNITY DAN MEMILIKI THD MINIMUM MENGGUNAKAN KONTROL PID-fuzzy PADA BOOST CONVERTER DESAIN PENYEARAH 1 FASE DENGAN POWER FACTOR MENDEKATI UNITY DAN MEMILIKI THD MINIMUM MENGGUNAKAN KONTROL PID-fuzzy PADA BOOST CONVERTER Ainur Rofiq N 1, Irianto 2, Setyo Suka Wahyu 3 1 Dosen Jurusan Teknik

Lebih terperinci

SISTEM PENGATURAN POSISI SUDUT PUTAR MOTOR DC PADA MODEL ROTARY PARKING MENGGUNAKAN KONTROLER PID BERBASIS ARDUINO MEGA 2560

SISTEM PENGATURAN POSISI SUDUT PUTAR MOTOR DC PADA MODEL ROTARY PARKING MENGGUNAKAN KONTROLER PID BERBASIS ARDUINO MEGA 2560 1 SISTEM PENGATURAN POSISI SUDUT PUTAR MOTOR DC PADA MODEL ROTARY PARKING MENGGUNAKAN KONTROLER PID BERBASIS ARDUINO MEGA 2560 Adityan Ilmawan Putra, Pembimbing 1: Purwanto, Pembimbing 2: Bambang Siswojo.

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH VARIASI CDI TERHADAP PERFORMA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR HONDA VARIO 110cc

ANALISIS PENGARUH VARIASI CDI TERHADAP PERFORMA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR HONDA VARIO 110cc Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol., No., Oktober ANALISIS PENGARUH VARIASI CDI TERHADAP PERFORMA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR HONDA VARIO cc Sachrul Ramdani Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

M.FADHILLAH RIFKI ( ) Pembimbing: Dr.Ir. Bambang Sampurno, MT

M.FADHILLAH RIFKI ( ) Pembimbing: Dr.Ir. Bambang Sampurno, MT IMPLEMENTASI KONTROL PD UNTUK MENGATUR KECEPATAN MOTOR DC PADA ECVT (ELECTRIKAL CONTINUOUSLY VARIABLE TRANSMISSION) M.FADHILLAH RIFKI (2108.100.512) Pembimbing: Dr.Ir. Bambang Sampurno, MT Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Proses alur penelitian Dalam penelitian ini ada beberapa tahap atau langkah-langkah yang peneliti lakukan mulai dari proses perancangan model hingga hasil akhir dalam

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Untai Hard Clipping Aktif

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Untai Hard Clipping Aktif BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori yang mendasari perancangan sistem alat efek gitar drive analog dengan sistem pengontrol digital. Pada alat efek gitar drive analog dengan sistem

Lebih terperinci

KOMPARASI PERFORMA KENDALI ON-OFF DAN PID SEBAGAI AUTOMATIC VOLTAGE REGULATOR GENERATOR SINKRON DI PLTMH

KOMPARASI PERFORMA KENDALI ON-OFF DAN PID SEBAGAI AUTOMATIC VOLTAGE REGULATOR GENERATOR SINKRON DI PLTMH KOMPARASI PERFORMA KENDALI ON-OFF DAN PID SEBAGAI AUTOMATIC VOLTAGE REGULATOR GENERATOR SINKRON DI PLTMH Firdaus ), Herisajani 2), Desmiwarman n),2,3) Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Padang,

Lebih terperinci

BAB II TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Pengaturan

BAB II TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Pengaturan BAB II TEORI 2.1 Pengertian Sistem Pengaturan Pengertian kontrol atau pengaturan adalah proses atau upaya untuk mencapai tujuan. Sebagai contoh sederhana dan akrab dengan aktivitas sehari-hari dari konsep

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan sistem dan realisasi perangkat keras dan perangkat lunak dari setiap modul yang mendukung alat secara keseluruhan.

Lebih terperinci

Pengaturan Putaran Engine Saat Kecepatan Idle Berdasarkan Suhu Udara Masuk Berbasis Metode Fuzzy pada Motor Bensin

Pengaturan Putaran Engine Saat Kecepatan Idle Berdasarkan Suhu Udara Masuk Berbasis Metode Fuzzy pada Motor Bensin 10 Pengaturan Putaran Engine Saat Kecepatan Idle Berdasarkan Suhu Udara Masuk Berbasis Metode Fuzzy pada Motor Bensin Intanto Oktavian, M. Aziz Muslim, Goegoes Dwi Nusantoro Abstract Along with the development

Lebih terperinci

PENGARUH SUDUT PEDAL GAS TERHADAP BUKAAN THROTTLE SIMULATOR THROTTLE-BY-WIRE

PENGARUH SUDUT PEDAL GAS TERHADAP BUKAAN THROTTLE SIMULATOR THROTTLE-BY-WIRE PENGARUH SUDUT PEDAL GAS TERHADAP BUKAAN THROTTLE SIMULATOR THROTTLE-BY-WIRE Deni Adi Wijaya 1, Nurhadi 2 1.2 JurusanTeknik Mesin, Politeknik Negeri Malang 1 deny.penutt@gmail.com, 2 nurhadiabuzaka@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Computer. Parallel Port ICSP. Microcontroller. Motor Driver Encoder. DC Motor. Gambar 3.1: Blok Diagram Perangkat Keras

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Computer. Parallel Port ICSP. Microcontroller. Motor Driver Encoder. DC Motor. Gambar 3.1: Blok Diagram Perangkat Keras BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Blok Diagram Perangkat Keras Sistem perangkat keras yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan oleh blok diagram berikut: Computer Parallel Port Serial Port ICSP Level

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini membahas perencanaan dan pembuatan dari alat yang akan dibuat yaitu Perencanaan dan Pembuatan Pengendali Suhu Ruangan Berdasarkan Jumlah Orang ini memiliki 4 tahapan

Lebih terperinci

CLOSED LOOP CONTROL MENGGUNAKAN ALGORITMA PID PADA LENGAN ROBOT DUA DERAJAT KEBEBASAN BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA16

CLOSED LOOP CONTROL MENGGUNAKAN ALGORITMA PID PADA LENGAN ROBOT DUA DERAJAT KEBEBASAN BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA16 CLOSED LOOP CONTROL MENGGUNAKAN ALGORITMA PID PADA LENGAN ROBOT DUA DERAJAT KEBEBASAN BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA16 Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi S-1 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Frekuensi identik dengan banyaknya jumlah gelombang per satu perioda waktu.

BAB I PENDAHULUAN. Frekuensi identik dengan banyaknya jumlah gelombang per satu perioda waktu. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Frekuensi adalah salah satu parameter dalam operasi sistem tenaga listrik. Frekuensi identik dengan banyaknya jumlah gelombang per satu perioda waktu. Generator pada

Lebih terperinci