BAB I PENDAHULUAN. produk seperti makanan, pakaian, peralatan dan perlengkapan anak, sepatu, obat,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. produk seperti makanan, pakaian, peralatan dan perlengkapan anak, sepatu, obat,"

Transkripsi

1 Nilai dalam ribuan US $ BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Industri telah lama menempatkan anak sebagai target pasar berbagai produk seperti makanan, pakaian, peralatan dan perlengkapan anak, sepatu, obat, mainan dan lain sebagainya. Dengan populasi anak berusia 0 hingga 14 tahun sebesar 28,9 % dari proyeksi total penduduk tahun 2015 mencapai 255 juta jiwa, Indonesia merupakan pasar mainan yang cukup besar dan potensial (BSN 2013). Berdasarkan data dari pada tahun 2013 Indonesia mengimpor mainan anak dengan nilai mencapai US$ 75,3 juta setara dengan Rp 753 milyar (asumsi 1 US$ = Rp ,-). China menyumbang 65 % dari total impor mainan dari seluruh dunia. Trend impor mainan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, seperti terlihat pada Gambar Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Impor dari Dunia Impor dari China Gambar 1.1 Grafik Impor Mainan (HS 9503) (ITC, 2015)

2 2 Mainan identik dengan dunia anak. Setiap anak memiliki benda untuk digunakan sebagai alat bermain, baik itu alat permainan buatan sendiri atau buatan industri mainan. Berbagai jenis mainan produksi industri yang dimainkan oleh anak-anak seperti boneka, robot-robotan, puzzle, bola, pistol-pistolan, ayunan, seluncuran, dan lain sebagainya. Kesemua mainan tersebut memiliki potensi mencelakai anak pada saat dimainkan. Oleh karena itu perlunya dilakukan standardisasi mainan anak agar mengurangi potensi terjadinya kecelakaan dan meningkatkan keamanan dalam bermain. Berbagai penelitian dilakukan terhadap produk-produk mainan yang berbahan plastik elastis diantaranya adalah Al-Natsheh et al. (2015) meneliti tentang migrasi phthalate pada mainan anak berbahan polymer plastik, Ionas et al., (2014) meneliti bahan kimia organik berbahaya pada mainan anak. Penelitian dilakukan karena diduga di dalam mainan berbahan plastik mengandung zat-zat yang berbahaya yaitu phthalate. Phthalate adalah zat yang digunakan untuk membuat plastik keras yang fleksibel dan lebih tahan lama, zat ini telah dilarang oleh AS dan Uni Eropa dalam mainan anak-anak pada konsentrasi lebih besar dari 0,1 persen. Penelitian telah dilakukan Consumer Council yang menemukan phthalate pada konsentrasi hingga 300 kali standar di Amerika Serikat dan Uni Eropa. Dua puluh tujuh sampel mainan yang diuji, 16 mengandung phthalate dan 4 diantaranya memiliki konsentrasi persen (Kao, 2013). Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) juga telah melakukan penelitian terhadap 21 sampel mainan lokal dan impor. Hasilnya menunjukkan bahwa semua mainan tersebut mengandung logam berat yang didalamnya terdapat

3 3 unsur zat kimia, diantaranya Timbal (Pb), Merkuri (Hg), Krom (Cr) dan Cadmium (Cd) (BSN,2013). Ketika anak bermain dengan memainkan benda, terdapat 10 bahaya yang dapat dialami oleh anak, yaitu: 1) bahaya tersedak, 2) bahaya pendengaran, 3) bahaya penglihatan, 4) bahaya terjerat, 5) bahaya tergores, 6) bahaya terjatuh, 7) bahaya terjepit, 8) bahaya tersetrum, 9) bahaya zat kimia, dan 10) bahaya terbakar (Haryono dan Safitri, 2011). Untuk melindungi keselamatan anak-anak dalam memainkan aneka permainan, Indonesia telah menerapkan 4 Standar Nasional Indonesia (SNI) khusus tentang mainan anak yaitu SNI untuk spesifikasi sifat fisis dan mekanis, SNI untuk spesifikasi sifat mudah terbakar, SNI untuk spesifikasi peralatan percobaan kimia dan aktivitas terkait (Herjanto dan Rahmi, 2010). Pada tahun 2005 dilakukan perumusan revisi SNI dengan memperhatikan perubahan yang terjadi pada ASTM F , BS-EN 71:2001 dan menambahkan ISO 8124:2000 sebagai acuan. Pada tahun 2010 SNI Mainan kembali dilakukan revisi dan Panitia Teknis telah menyusun RSNI baru dengan mengadopsi identik ISO Membanjirnya produk-produk mainan impor khususnya yang berasal dari China, telah mendominasi pasar tanah air dan telah meminggirkan keberadaan produk mainan yang dibuat oleh produsen lokal. Ini terkait dengan pemberlakuan China ASEAN Free Trade Area (CAFTA). Maka Gerakan Nasional Penerapan Standar Nasional Indonesia (GeNap SNI), yang dicanangkan oleh Wakil Presiden

4 4 pada tanggal 9 November 2010 mempertimbangkan sektor mainan anak sebagai salah satu sektor dari 11 sektor prioritas yaitu 1) baja, 2) makanan dan minuman, 3) aluminium, 4) tekstil dan produk tekstil, 5) elektronika, 6) alas kaki, 7) petrokimia, 8) plastik, 9) mesin dan perkakas, 10) mainan anak, dan 11) pertanian. Pemberlakuan wajib SNI Mainan oleh Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian menerbitkan Peraturan Menteri Perindustrian (Permenperin) No. 24/M-IND/PER/4/2013 tentang pemberlakuan SNI Mainan yang secara wajib mulai diberlakukan pada 10 Oktober 2013, namun berselang 6 bulan, pemerintah menerbitkan perubahan terhadap Permenperin No 24 Tahun 2013 tersebut dengan menerbitkan Permenperin No. 55/M-IND/11/2013. Permenperin No 55 Tahun 2013 ini memundurkan waktu pemberlakuan wajib SNI Mainan menjadi 30 April meliputi Adapun SNI yang diberlakukan wajib dalam Permenperin tersebut 1. SNI ISO :2010 Keamanan Mainan Bagian 1 : Aspek keamanan yang berhubungan sifat fisis dan mekanis, 2. SNI ISO :2010 Keamanan Mainan Bagian 2 : Sifat mudah terbakar, 3. SNI ISO :2010 Keamanan Mainan Bagian 3 : Migrasi unsur tertentu,

5 5 4. SNI :2010 Keamanan Mainan Bagian 4 : Ayunan, seluncuran dan mainan aktivitas sejenis untuk pemakaian di dalam dan di luar lingkungan tempat tinggal, 5. SNI IEC 62115:2011 Mainan elektrik Keamanan. 6. Sebagian parameter dari BS-EN 71:5 Persyaratan kandungan phthalate kurang dari 0,1 %, 7. Parameter Non Azo pada SNI 7612: Kandungan formaldehida maksimum 20 ppm pada SNI 7612:2010 Sejak pemberlakuan wajib SNI Mainan, produk mainan baik dari produsen dalam negeri maupun produk impor, diwajibkan memenuhi peryaratan mutu yang ada pada SNI Mainan. Sementara itu industri mainan yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Mainan Indonesia (APMI) dan Asosiasi Penggiat Mainan Edukatif dan Tradisional Indonesia (APMETI) yang pada dasarnya adalah industri menengah dan besar menyatakan tidak mengalami kendala yang berarti terhadap pemberlakuan SNI ini, namun berbeda halnya dengan industri kecil, masih membutuhkan pembinaan (Herjanto dan Rahmi, 2010). Seiring dengan apa yang diungkapkan oleh Herjanto dan Rahmi, penelitian ini melakukan kajian kesiapan industri kecil dan menengah mainan yang berada di DIY terkait dengan penerapan SNI Mainan Peluang dan Tantangan Pasar Global Mainan Keamanan produk mainan anak telah menjadi persyaratan pasar di Eropa, dimulai dengan lahirnya British Standard (BS) European Norm (EN) No 71

6 6 atau disingkat BS-EN 71. Pada saat ini terdapat 11 Standar BS-EN 71 bagian 1 sampai dengan 11 yang berlaku di negara Austria, Belgia, Bulgaria, Cyprus, Republik Ceko, Denmark, Estonia, Finlandia, Perancis, Jerman, Yunani, Hungaria, Iceland, Irlandia, Italia, Latvia, Lithuania, Luxemburg, Malta, Belanda, Norwegia, Polandia, Portugal, Romania, Slovakia, Slovenia, Spanyol, Swedia, Swiss dan Inggris. Untuk memperluas penerapan standar tersebut secara internasional, maka ISO Technical Committees 181, Safety of toys telah mengadopsi seri standar BS-EN 71 bagian 1, 2, 3 dan 8 menjadi seri standar ISO 8124 bagian 1 sampai dengan 4 (BSN, 2011). Menurut data yang dikeluarkan oleh International Council of Toy Industries (ICTI) hingga bulan Juni 2011 negara-negara yang mensyaratkan standar mainan anak adalah Argentina, Australia, Brazil, Canada, Taiwan, Uni Eropa, Hongkong, Jamaica, Japan, Malaysia, Mexico, Selandia Baru, Arab Saudi, Singapura, Afrika Selatan, Thailand dan Amerika Serikat ( 2011). Sedangkan untuk negara-negara ASEAN yang telah mensyaratkan standar keamanan produk mainan anak yaitu Singapura, Thailand, Malaysia dan Indonesia. I.1.2 Prosedur Pengurusan Sertifikasi SNI Sejak berlakunya Permenperin No. 55 tahun 2013 tentang SNI Mainan secara wajib menuntut produsen dan importir wajib memiliki Sertifikat Produk Pengguna Tanda (SPPT) SNI atau selanjutnya disebut dengan sertifikat SNI. Untuk mendapatkan SPPT SNI baik produsen maupun importir harus memenuhi

7 7 persyaratan-persyaratan yang termuat dalam Peraturan Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur (Perdirjen BIM) Nomor: 02/BIM/PER/1/2014 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pemberlakuan dan Pengawasan Penerapan Nasional Indonesia (SNI) Mainan Secara Wajib. Prosedur sertifikasi SNI seperti terlihat pada Gambar 1.3 dimulai dari pemohon (produsen maupun importir) mengajukan permohonan kepada LSPro (Lembaga Sertifikasi Produk). Adapun persyaratan administrasi untuk mendapatkan SPPT SNI bagi produsen adalah sebagai berikut : 1) Formulir permohonan, 2) Daftar isian permohonan SPPT SNI, 3) Formulir Permohonan Pencatatan SPPT SNI dari Direktorat Pembina Industri, 4) Formulir Data Pemohon, 5) Surat Pernyataan jaminan tidak mengedarkan produk saat pengujian, 6) Daftar Barang, 7) Fotokopi Izin Usaha Industri (IUI)/Tanda Daftar Industri (TDI), 8) Fotokopi merek/surat Bukti pendaftaran merek, 9) Sertifikat uji produk (bila ada), 10) Profil Perusahaan, 11) Foto-foto produk yang disertifikasi, 12) Diagram alir proses produksi, 13) Dokumen/Rekaman Mutu perusahaan (bila ada). Gambar 1.3 menunjukkan alur proses setelah produsen/importir memenuhi persyaratan administrasi, LSPro akan menugaskan Petugas Pengambil Contoh (PPC) untuk mengambil sampel produk dan akan diuji di laboratorium uji yang ditunjuk oleh LSPro. Laboratorium uji adalah laboratorium yang terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) dan ditunjuk oleh Menteri dengan ruang lingkup produk mainan (Kementerian Perindustrian [Kemenperin] 2013). Jenis pengujian atau parameter uji yang akan diterapkan pada sampel produk tergantung dari kategori produk, jenis bahan baku, komponen penyusun produk, bahan

8 8 finishing produk (cat) dan penggunaan listrik, sehingga untuk jenis produk yang berbeda akan diberlakukan parameter uji yang berbeda dan biaya uji yang berbeda. Pengujian produk ini yang menjadi inti dari proses sertifikasi, jika contoh produk lolos uji pada semua parameter uji, maka perusahaan mendapatkan sertifikat untuk melakukan penandaan pada produknya dan produk dapat dipasarkan, namun jika contoh produk tidak lolos uji sebagian atau seluruh parameter uji, maka produk dilarang beredar di pasaran. Pemohon Ditjen BIM LSPro Administrasi Tidak Ya Pengambilan Contoh di Pabrik/Pelabuhan Pengujian Contoh di Laboratorium Hasil Pengujian/Analisa Rapat Komisi Teknis Memenuhi persyaratan? Ya Tidak Barang dilarang beredar Penerbitan Sertifikat Pemohon dapat menggunakan SNI Gambar 1.2 Alur Proses Sertifikasi. LSPro melaporkan penerbitan SPPT SNI ke Dirjen BIM dan Kepala BPKIMI

9 9 Pada proses sertifikasi ini, produsen akan mengeluarkan biaya - biaya sebagai berikut 1. Biaya sertifikasi sebesar Rp (1 PPC). 2. Biaya akomodasi dan transport PPC (tergantung dari lokasi pemohon). 3. Biaya Pengujian sekitar Rp ,- Rp ,- (tergantung dari produk yang akan diuji). Masa berlaku SPPT SNI berdasarkan pasal 3 Permenperin No. 24 Tahun 2013 dan perubahannya adalah 6 bulan dengan asumsi bahwa lot/batch produksi adalah total produksi selama 6 bulan. Biaya-biaya tersebut dirasakan berat oleh industri kecil dan menengah yang mempunyai aset dan permodalan yang kecil, sehingga perlunya dilakukan kajian dari aspek ekonomi. Berdasarkan observasi awal pada proses sertifikasi SNI, sebagian IKM Mainan di DIY menyatakan keberatan dalam proses sertifikasi, baik dari segi biaya, persyaratan, proses dan masa berlakunya. I.1.3. Kondisi Industri Mainan Secara Umum Menurut data dari Departemen Perindustrian jumlah industri mainan dengan skala menengah ke atas berjumlah 122 perusahaan yang tersebar di berbagai propinsi. Propinsi Jawa Barat dan Banten merupakan propinsi dengan jumlah industri mainan terbanyak (Herjanto dan Rahmi, 2010). Kondisi industri mainan secara umum dapat dilihat dari kinerja ekpor dan impor mainan anak untuk seluruh Indonesia, sebagaimana disajikan pada Tabel 1.1 dan Tabel 1.2 (Lilin dkk., 2014).

10 10 Tabel 1.1 Neraca Dagang Mainan Anak Berdasarkan Nilai (Lilin dkk., 2014) Neraca Dagang Mainan Anak Berdasarkan Nilai (dalam US$ ribu) Tahun Nilai Ekspor Nilai Impor Tabel 1.2 Neraca Dagang Mainan Anak Berdasarkan Volume (Lilin dkk., 2014) Neraca Dagang Mainan Anak Berdasarkan Volume (dalam kg) Tahun Volume Ekspor 24,026,386 25,493,205 31,486,552 30,080,761 31,724,678 Volume Impor 39,615,264 26,911,327 32,468,888 52,687,129 41,820,493 Tabel 1.1 menunjukkan ekspor mainan masih mencatatkan angka surplus untuk kinerja ekspor mainan lokal terhadap impor. Volume ekspor mainan sepanjang 2012 tercatat 31,72 juta kg. Nilainya US$ 326,48 juta, atau setara Rp 3,8 triliun. Tabel 1.2 menunjukkan volume impor mainan anak, meski lebih besar dari sisi nilai, tapi lebih kecil pada sisi volume. Volume impor mainan mencapai 41,82 juta kilogram (kg), dan nilainya US$ 138,11 juta, setara Rp 1,6 triliun. Jika dihitung perbandingan harga produk, berdasarkan volume dan harga antara ekspor dan impor, maka harga rata-rata mainan yang diekspor adalah Rp ,23 per kg. Sementara harga rata-rata mainan impor Rp ,21 per kg. Sehingga harga mainan lokal kurang lebih tiga kali lebih mahal daripada harga mainan impor. Selain dari harga mainan lokal yang lebih tinggi, penguasaan pasar lokal juga kalah jika dibandingkan dengan mainan

11 11 impor. Menurut Ketua APMETI, perbandingan antara mainan lokal dengan impor adalah 1 : 3 (Lilin dkk., 2014). Di Indonesia terdapat dua asosiasi yang terkait dengan mainan anak yaitu Asosiasi Pengusaha Mainan Indonesia (APMI) dan Asosiasi Penggiat Mainan Edukatif dan Tradisional Indoensia (APMETI). Badan Standardisasi Nasional menyatakan bahwa pada tahun 2007 anggota yang tergabung dalam APMETI tercatat ada 84 anggota, namun akibat tekanan produk mainan impor China, kini jumlah anggota APMETI menyusut menjadi 63 anggota (Haryono dan Safitri, 2011). I.1.4 Kondisi Industri Mainan di DIY Industri mainan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tersebar di hampir semua kabupaten dan kota. Berdasarkan data yang dikumpulkan dari berbagai sumber (Dinas Perindustrian terkait, internet, dan observasi lapangan) didapatkan data IKM mainan di DIY ditunjukkan pada Tabel 1.3. Jenis-jenis produk mainan yang dihasilkan oleh IKM di Yogyakarta seperti pada meliputi mainan edukatif, mainan tradisional, mainan outdoor, mainan berbahan kain, dan mainan berbahan kayu lainnya. Berdasarkan data dari LSPro Toegoe di Yogyakarta, sejak diberlakukan wajib SNI Mainan, hingga bulan Maret 2015 telah menerima 14 permohonan sertifikasi yang salah satunya adalah industri yang berasal dari DIY. Hasil pengujian menunjukkan 2 perusahaan telah tersertifikasi, 10 perusahaan tidak lolos pada parameter uji kandungan phtalate, dan 2 perusahaan tidak lolos pada

12 12 sebagian besar parameter uji. Ini menunjukkan bahwa persentase perusahaan yang mendapatkan sertifikasi di LSPro Toegoe hanya 14,3 %. Terkait dengan rendahnya perusahaan yang mendapatkan sertifikat SNI diduga disebabkan oleh pengetahuan tentang SNI dan persyaratan mutunya, teknologi yang diterapkan untuk membuat produk, dan sumber daya manusia yang ada di dalam perusahaan. Tabel 1.3 Data IKM Mainan di DIY No Kabupaten/Kota Jumlah IKM Kategori Produk 1 Kota Yogya 3 buah Mainan edukatif 2 Kabupaten Bantul kelompok usaha buah buah buah buah Mainan tradisional Mainan berbahan kayu Mainan outdoor Mainan edukatif Mainan berbahan kain 3 Kabupaten Sleman Kabupaten Gunungkidul buah buah buah Mainan edukatif Mainan outdoor Mainan berbahan kain 1 kelompok usaha Mainan tradisional 5 Kabupaten Kulonprogo TOTAL 21 buah Mainan Bahan Kayu Lainnya 5% Mainan Bahan kain 9% Mainan Tradisional 10% Mainan Outdoor 24% Mainan Edukatif 52% Gambar 1.3 Persentase IKM mainan di DIY berdasarkan jenis produk

13 13 Gambar 1.2 menunjukkan persentase jumlah IKM di DIY berdasarkan jenis produknya, dimana IKM mainan edukatif menunjukkan data yang paling banyak yaitu 52 % dari total IKM Mainan di DIY. IKM mainan di DIY diperkirakan mempunyai nilai penjualan per tahun sebesar 6 milyar rupiah. IKM mainan ini diperkirakan menyerap tenaga kerja sebanyak 217 orang. Namun sebuah industri akan selalu terkait dengan industri yang mendukung misalnya seperti industri bahan baku (kayu, kain, besi, kertas), industri bahan tambahan (cat, lem, aksesoris, dan lain-lain) serta usaha pemasaran (toko, even even pameran). 1.2 Identifikasi Masalah Sejak berlakunya perjanjian China-ASEAN Free Trade Area (C-AFTA) dan sebelum diberlakukan SNI Mainan secara wajib, telah terjadi aliran produkproduk mainan dari China yang kurang berkualitas dan berbahaya bagi kesehatan. Kekhawatiran dari membanjirnya produk mainan dari China ini dapat berdampak buruk bagi kesehatan. Fisher-Price sebuah perusahaan dari Amerika pernah menarik jutaan produknya yang diimpor dari China karena khawatir akan tingginya kandungan timbal dalam cat mainan tersebut. Demikian juga dengan perusahaan importir mainan dari China, RC2 Corp pernah menarik 1,5 juta produk karena alasan yang sama (Herjanto dan Rahmi, 2010). Selain kekhawatiran pengaruh pada kesehatan, dampak membanjirnya produk impor dar China juga mempengaruhi kelangsungan hidup industri mainan di tanah air ditandai dengan menurunnya jumlah industri mainan anggota APMETI. Demi

14 14 melindungi kesehatan dan keselamatan konsumen mainan anak, mengurangi produk impor yang sub-standard masuk ke Indonesia melalui strategi non tariff barrier dan meningkatkan kualitas produk serta daya saing produsen mainan dalam negeri, pemerintah Indonesia melalui Permenperin No. 55 tahun 2013 menerapkan SNI wajib mainan. Industri besar tidak mengalami permasalahan dalam penerapan SNI ini (Herjanto dan Rahmi, 2010), namun untuk industri kecil dan menengah menyebabkan beberapa permasalahan sebagai berikut 1. Masih rendahnya minat industri mainan di DIY untuk mendapatkan sertifikasi SNI Mainan. 2. Masih rendahnya jumlah industri yang lolos sertifikasi berdasarkan data dari LSPro Toegoe. 3. Biaya sertifikasi dirasakan berat oleh IKM. Untuk dapat menjawab beberapa permasalahan berkaitan dengan minat dan kemampuan IKM dalam penerapan SNI, dan untuk melihat keberhasilan dari penerapan SNI wajib ini bagi IKM, dukungan stakeholders juga sangat dibutuhkan oleh IKM, maka dirumuskan dalam perumusan masalah Perumusan Masalah Mengingat pentingnya pemberlakuan wajib SNI bagi konsumen khususnya keselamatan anak-anak dan untuk membendung masuknya produk impor yang kurang berkualitas, konsekuensi pemberlakuan SNI tersebut akan menuntut kesiapan IKM dalam negeri dan khusus untuk penelitian ini adalah

15 15 kesiapan IKM mainan di Yogyakarta. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut 1. Bagaimana kesiapan administrasi IKM mainan di Yogyakarta dalam memenuhi persyaratan administrasi pada proses sertifikasi? 2. Bagaimana kesiapan teknologi IKM mainan di Yogyakarta dalam memenuhi persyaratan mutu pada SNI Mainan? 3. Bagaimana kelayakan ekonomi IKM di Yogyakarta dalam menerapkan SNI Mainan? 4. Bagaimana dukungan pemangku kepentingan bagi IKM mainan di Yogyakarta terkait pemberlakuan wajib SNI Mainan? Gambar 1.4. Skema Perumusan Masalah

16 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Mengukur kesiapan administrasi IKM mainan di Yogyakarta dalam memenuhi persyaratan administrasi pada proses sertifikasi. 2. Mengukur kesiapan teknologi IKM mainan di Yogyakarta dengan pendekatan metode teknometrik. 3. Menganalisis kelayakan ekonomi IKM mainan di Yogyakarta dalam penerapan SNI Mainan. 4. Melakukan kajian dukungan pemangku kepentingan bagi IKM mainan di Yogyakarta terkait pemberlakuan wajib SNI mainan Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah agar penelitian ini lebih fokus maka dibatasi beberapa hal sebagai berikut 1. Penelitian ini berfokus pada produsen/industri mainan dengan skala Industri Kecil dan Menengah (IKM) yang berlokasi di Yogyakarta. 2. Kelayakan ekonomi dihitung dengan menggunakan benefit to cost ratio (BCR). Obyek penelitian mengambil IKM mainan di Yogyakarta karena dilihat dari dukungan pemangku kepentingan yang ada seperti Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro), Laboratorium pengujian, Asosiasi, Institusi Litbang, Instansi Pemerintah untuk pengurusan administrasi (TDI, Merek) telah ada.

17 Keaslian Penelitian Tabel 1.4 menunjukkan penelitian terkait dengan kesiapan IKM mainan anak dalam menghadapi pemberlakuan wajib SNI Mainan belum banyak dilakukan. Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Harjanto dan Rahmi (2010) yaitu mengkaji kesiapan pemberlakuan secara wajib standar mainan anak-anak sebelum SNI diberlakukan secara wajib. Kajian ini berskala nasional dengan diwakili oleh industri mainan di Medan, Batam, Serang, Jakarta, Bogor, Bekasi, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, dan Bali dengan 75 responden, namun hasil yang diperoleh dari kuisoner hanya 42 responden atau sekitar 56%. Hasilnya 85,7 % menyatakan setuju dan 14,3 % menyatakan tidak setuju. Industri besar rata-rata siap menerima SNI wajib karena 90% produk lolos uji, industri menengah 45% lolos uji, dan industri kecil 35 % lolos uji. Sehingga industri kecil dan menengah masih memerlukan pembinaan. Namun setelah pemberlakuan secara wajib, ternyata banyak yang menyatakan ketidaksiapannya. Tingkat kesiapan IKM untuk tiap daerah akan berbeda, karena setiap daerah mempunyai profil industri dengan kemampuan yang berbeda-beda. Sedangkan Yuliandita (2010) meneliti tentang alasan atau motivasi pemberlakuan SNI Mainan. Namun belum dikaji kesiapan IKM lokal dalam menghadapi pemberlakuan SNI Mainan. Raliby dkk. (2013) meneliti tentang upaya peningkatan kualitas produk mainan di Magelang melalui standardisasi. Metode yang digunakan adalah Participatory Rural Apraisal (PRA) yaitu pendekatan partisipasi dari pelaku usaha untuk mengevaluasi dan menentukan produk yang akan dikembangkan. Rancangan desain penelitiannya mulai dari

18 18 Focus Group Discussion (FGD), sosisalisasi standardisasi berikut dengan penentuan produk, pelatihan dan pendampingan, monitoring dan evaluasi produk. Hasilnya adalah produk mainan awal sebelum sosialisasi masih kurang aman bagi anak-anak, setelah sosialisasi dan pelatihan hasilnya lebih bagus dan lebih aman, dengan desain yang seragam. Selain itu IKM di Magelang juga telah menggunakan pewarna cat yang tidak berbahaya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah penelitian ini berfokus pada kondisi kesiapan IKM di DIY dalam menerapkan SNI Mainan. Metode yang digunakan untuk menilai kesiapan adalah teknometrik dan kelayakan ekonomi dihitung dengan benefit to cost ratio (BCR). BCR dihitung sebelum dan sesudah mendapatkan sertifikat SNI. Untuk melihat keberhasilan penerapan SNI dilakukan analisis pasar dan persepsi konsumen mainan anak. Tabel 1.4 Peta Penelitian No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian 1 Eddy Herjanto dan Dwinna Rahmi (2010) 2 Alpina Yuliandita (2010) Kajian Kesiapan Pemberlakuan Secara Wajib Standar Mainan Anak-Anak Motivasi Indonesia Menerapkan Regulasi SNI Terhadap Mainan Impor. Studi Kasus : Produk Mainan Impor dari China - SNI yang berlaku saat itu SNI : Sebagian besar produsen tidak kesulitan memenuhi persyaratan spesifikasi teknis SNI : Laboratorium uji dianggap sudah siap mendukung pemberlakuan wajib standar mainan anak, namun lokasinya masih terpusat di Jabodetabek - Rendahnya produsen yang telah menerapkan sistem manajemen mutu - Tingginya biaya pengujian sampel - Standardisasi merupakan salah satu instrumen regulasi teknis yang dapat melindungi kepentingan konsumen dan sekaligus produsen dalam negeri - UKM belum siap berkompetisi di pasar bebas.

19 19 Tabel 1.4 Peta Penelitian (lanjutan) No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian 3 Oesman Raliby, Retno Rusdjijati dan Nugroho Agung Prabowo (2013) Standardisasi Produk Guna Meningkatkan Daya Saing IKM Mainan Anak di Kota Magelang - Metode Standardisasi Produk dengan pendekatan Participatory Rural Apraisal (PRA). - Standardisasi produk dalam hal keamanan dengan perancangan ulang dan membakukan desain ukuran produk. I.7 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini ke depan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis 1. Manfaat teoritis a. Dapat memperkaya literatur mengenai kesiapan IKM dalam menghadapi pemberlakuan SNI secara wajib. Sebagai contoh adalah pemberlakuan wajib SNI pakaian bayi. b. Dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya dengan topik yang relevan. 2. Manfaat Praktis Dengan mengetahui tingkat kesiapan teknologi dalam penerapan SNI Mainan manfaat bagi IKM adalah mengetahui tingkat teknologi yang dimiliki saat ini dan dapat menentukan fokus pengembangan perusahaan. Manfaat bagi pemangku kepentingan (stakeholders) berguna untuk merumuskan strategi pembinaan yang tepat dengan melihat dari hasil kesiapan administrasi, kesiapan teknologi, kelayakan ekonomi.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN, PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/M-IND/PER/4/2013 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) MAINAN SECARA WAJIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK PT. ANUGERAH GLOBAL SUPERINTENDING DOKUMEN PENDUKUNG Depok, 21 April 2017 Disahkan oleh, Nurhayati Syarief General Manager Edisi : A No. Revisi : 1 Halaman : 1 dari 7 A. RUANG LINGKUP SERTIFIKASI NO NOMOR

Lebih terperinci

2015, No b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Peruba

2015, No b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Peruba No.1751, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. SNI. Pakaian Bayi. Zat Warna AZO. Kadar Formaldehida. Kadar Logam. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 97/M-IND/PER/11/2015

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.566, 2013 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Mainan. Standar Nasional Indonesia. Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/M-IND/PER/4/2013 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG PEMBERLAKUAN SNI SEBAGIAN PARAMETER PERSYARATAN KADAR FORMALDEHIDA DAN LOGAM TEREKSTRAKSI PADA TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL SECARA WAJIB

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.226, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. Persyaratan. Kain. Pakaian Bayi. SNI. Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/M-IND/PER/2/2014 TENTANG PEMBERLAKUAN

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Orga

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Orga BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.494, 2015 KEMENPERIN. Standar Nasional Indonesia. Kompor Gas. Sistem Pemantik. Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37/M-IND/PER/3/2015

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) FASILITASI PENERAPAN SISTEM SNI PADA INDUSTRI ANEKA DI JAWA TENGAH

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) FASILITASI PENERAPAN SISTEM SNI PADA INDUSTRI ANEKA DI JAWA TENGAH KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) FASILITASI PENERAPAN SISTEM SNI PADA INDUSTRI ANEKA DI JAWA TENGAH Melalui Kegiatan: FASILITASI STANDARISASI PRODUK INDUSTRI ALAT TRANSPORTASI, ELEKTRONIKA TELEMATIKA DAN

Lebih terperinci

2015, No Perdagangan Dunia) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2

2015, No Perdagangan Dunia) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2 No.1452, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. Kaca. Wajib.SNI. Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80/M-IND/PER/9/2015 TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1455, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Seng Oksida. SNI. Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66/M-IND/PER/12/2013 TENTANG PEMBERLAKUAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.1193, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Visa. Saat Kedatangan. Perubahan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

BERITA NEGARA. No.1193, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Visa. Saat Kedatangan. Perubahan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1193, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Visa. Saat Kedatangan. Perubahan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA SKEMA SERTIFIKASI PRODUK MAINAN

INSTRUKSI KERJA SKEMA SERTIFIKASI PRODUK MAINAN FUNGSI PENILAIAN PERSYARATAN N0 KESESUAIAN I SELEKSI 1 Permohonan Pemohon mengisi Formulir Permohonan Sertifikasi Produk dan menyerahkan kelengkapan dokumen administrasi dan mengisi Formulir Permohonan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :... TENTANG

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :... TENTANG PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :... TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) PERSYARATAN ZAT WARNA AZO DAN KADAR FORMALDEHIDA PADA KAIN UNTUK PAKAIAN BAYI SECARA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG PEMBERLAKUAN SNI SEBAGIAN PARAMETER UNTUK HANDUK SECARA WAJIB

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG PEMBERLAKUAN SNI SEBAGIAN PARAMETER UNTUK HANDUK SECARA WAJIB PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG PEMBERLAKUAN SNI SEBAGIAN PARAMETER UNTUK HANDUK SECARA WAJIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.777, 2012 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Pemberlakuan SNI. Zat Warna Azo. Formaldehida. Kain Pakain Bayi. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72/M-IND/PER/7/2012

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) KOMPOR GAS TEKANAN RENDAH JENIS DUA DAN TIGA TUNGKU DENGAN SISTEM PEMANTIK SECARA WAJIB DENGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.216, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Pemberlakuan. SNI. Produk Melamin. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/M-IND/PER/2/2012 TENTANG PEMBERLAKUAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-03.GR.01.06 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA NOMOR M.HH-01.GR.01.06 TAHUN 2010

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1690, 2016 KEMENPERIN. SNI. Mainan. Pemberlakuan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77/M-IND/PER/11/2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016 Ringkasan Eksekutif Perkembangan Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Bulan Oktober 2016 A. Pertumbuhan Ekspor Impor Industri Pengolahan 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0 Perkembangan Nilai Ekspor

Lebih terperinci

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016 Ringkasan Eksekutif Perkembangan Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Bulan Desember 2016 A. Pertumbuhan Ekspor Impor Industri Pengolahan 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0 Perkembangan Nilai Ekspor

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA KERTAS DAN KARTON UNTUK KEMASAN PANGAN SECARA WAJIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1314, 2013 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Mainan. Standar Nasional Indonesia. Perubahan. Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55/M-IND/PER/11/2013

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.215,2012 PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/M-IND/PER/2/2012 TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) SELANG KARET UNTUK KOMPOR

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1452, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Asam Sulfat. Teknis. SNI. Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63/M-IND/PER/12/2013/ TENTANG

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik I

2 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik I BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.692, 2014 KEMENPERIN. Baja Batangan. BJKU. SNI. Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35/M-IND/PER/5/2014 TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan P

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan P BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 281, 2016 KEMENPERIN. SNI. Pipa Saluran Air. Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/M-IND/PER/2/2016 TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : Final 18 November 2011 PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BAJA BATANGAN UNTUK KEPERLUAN UMUM (BjKU) SECARA WAJIB DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

, No.1781 Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambaha

, No.1781 Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambaha No.1781, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. SNI. Asam Sulfat. Pemeberlakuan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105/M-IND/PER/11/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA MESIN PENGHANCUR (CRUSHER) BAHAN BAKU PUPUK ORGANIK - SYARAT MUTU DAN CARA UJI SECARA WAJIB DENGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.921, 2013 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Pendingin Ruangan. Lemari Pendingin. Mesin Cuci. SNI. Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34/M-IND/PER/7/2013

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.152,2012 PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09/M-IND/PER/1/2012 TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) KATUP TABUNG BAJA LPG SECARA

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1455, 2015 KEMENPERIN. Kaca Bangunan. Blok Kaca. Wajib. SNI. Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83/M-IND/PER/9/2015 TENTANG NOMOR

Lebih terperinci

2017, No b. bahwa berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu mengatur kembali penunjukan Lembaga Penilaian Kesesuaian

2017, No b. bahwa berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu mengatur kembali penunjukan Lembaga Penilaian Kesesuaian No.648, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. SNI Kabel. Lembaga Penilaian Kesesuaian. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14/M-IND/PER/4/2017 TENTANG LEMBAGA

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pe

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pe No.1451, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. Helm. Kendaraan Bermotor Roda Dua. Wajib. SNI. Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79/M-IND/PER/9/2015 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.153, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Pemberlakuan. SNI. Regulator. LPG. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/M-IND/PER/1/2012 TENTANG PEMBERLAKUAN

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan P

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan P No.1730, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. SNI. Air Mineral Demineral. Air Mineral CAlami. Air Minum Embun. Pemberlakuan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.227, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. Pupuk Anorganik Majemuk. SNI. Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/M-IND/PER/2/2014 TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1417, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Kompor Gas. LPG. Pemantik. SNI. Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62/M-IND/PER/11/2013 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.214, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Pemberlakuan. SNI. Semen. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/M-IND/PER/2/2012 TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR

Lebih terperinci

2014, No Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Ke

2014, No Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Ke No.225, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. Regulator. Tabung Baja LPG. SNI. Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/M-IND/PER/2/2014 TENTANG PEMBERLAKUAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. SNI. Sepatu. Pengaman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. SNI. Sepatu. Pengaman. No.54, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. SNI. Sepatu. Pengaman. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 37/M-IND/PER/3/2009 TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1447, 2015 KEMENPERIN. Selang Kompor LPG. Wajib. SNI. Pemberlakuan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75/M-IND/PER/0/2015 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

2016, No Penilaian Kesesuaian dalam rangka Pemberlakuan dan Pengawasan Standar Nasional Indonesia Pendingin Ruangan, Lemari Pendingin, dan Mes

2016, No Penilaian Kesesuaian dalam rangka Pemberlakuan dan Pengawasan Standar Nasional Indonesia Pendingin Ruangan, Lemari Pendingin, dan Mes No.1635, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. SNI. Pendingin Ruangan. Lemari Pendingin. Mesin Cuci. Lembaga Penilaian Kesesuaian. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA Triwulan I Tahun 2018 Jakarta, 30 April 2018 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) - RI DAFTAR ISI I. TRIWULAN I 2018: Dibanding Tahun 2017 II. TRIWULAN I 2018: Sektor,

Lebih terperinci

2015, No Republik Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia T

2015, No Republik Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia T No. 1083, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. Tepung Terigu. Standar Nasional Indonesia. Pemberlakuan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59/M-IND/PER/7/2015

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.856, 2015 KEMENPERIN. SNI. Kaca. Bangunan. Blok Kaca. Wajib. Pemberlakuan. NGANPERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54/M-IND/PER/6/2015 TENTANG PEMBERLAKUAN

Lebih terperinci

, No.1780 Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambaha

, No.1780 Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambaha BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1780, 2015 KEMENPERIN. SNI. STPP Mutu Teknis. Pemberlakuan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104/M-IND/PER/11/2015 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.369, 2010 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Standar Nasional Indonesia. Tangki Air Silinder.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.369, 2010 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Standar Nasional Indonesia. Tangki Air Silinder. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.369, 2010 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Standar Nasional Indonesia. Tangki Air Silinder. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 81/M-IND/PER/7/2010 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) KACA UNTUK BANGUNAN BLOK KACA SPESIFIKASI DAN METODA UJI SECARA WAJIB DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA ALAT PEMELIHARAAN TANAMAN SPRAYER GENDONG SEMI OTOMATIS SYARAT MUTU DAN METODE UJI SECARA WAJIB

Lebih terperinci

2016, No Pengawasan Standar Nasional Indonesia Baterai Primer secara Wajib; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustr

2016, No Pengawasan Standar Nasional Indonesia Baterai Primer secara Wajib; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustr BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2087, 2016 KEMENPERIN. SNI. Baterai Primer. Lembaga Penilaian Kesesuaian. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82/M-IND/PER/12/2016 TENTANG

Lebih terperinci

, No Undang-undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 N

, No Undang-undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 N BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 2009, 2015 KEMENPERIN. SNI. Mainan. Pemberlakuan. Standar. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/M-IND/PER/12/2015 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) FASILITASI PENERAPAN SISTEM SNI PADA INDUSTRI ANEKA DI WILAYAH IHT JAWA TENGAH

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) FASILITASI PENERAPAN SISTEM SNI PADA INDUSTRI ANEKA DI WILAYAH IHT JAWA TENGAH KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) FASILITASI PENERAPAN SISTEM SNI PADA INDUSTRI ANEKA DI WILAYAH IHT JAWA TENGAH Melalui Kegiatan: PEMBINAAN LINGKUNGAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN EKONOMI DI WILAYAH IHT BIDANG

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JANUARI 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JANUARI 2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JANUARI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JANUARI MENCAPAI US$ 2,11 MILYAR No. 14/02/32/Th.XVII, 16 Februari Nilai ekspor Jawa Barat mencapai

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.856, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Pemberlakuan. SNI. Kloset Duduk. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83/M-IND/PER/8/2012 TENTANG PEMBERLAKUAN

Lebih terperinci

Peraturan Dirjen. Basis Industri Manufaktur No. 02/BIM/PER/1/2014 Tentang Pelaksnaan Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Mainan Secara

Peraturan Dirjen. Basis Industri Manufaktur No. 02/BIM/PER/1/2014 Tentang Pelaksnaan Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Mainan Secara Peraturan Dirjen. Basis Industri Manufaktur No. 02/BIM/PER/1/2014 Tentang Pelaksnaan Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Mainan Secara Wajib 1 Outline Latar Belakang Pemberlakuan SNI Mainan Secara

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) CERMIN KACA LEMBARAN BERLAPIS PERAK SECARA WAJIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

2015, No Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan

2015, No Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1449, 2015 KEMENPERIN. Melamin Perlengkapan Makan Minum. Wajib. SNI. Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77/M-IND/PER/9/2015 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG. PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) KALSIUM KARBIDA (CaC 2 ) SECARA WAJIB

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG. PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) KALSIUM KARBIDA (CaC 2 ) SECARA WAJIB PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) KALSIUM KARBIDA (CaC 2 ) SECARA WAJIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

2017, No b. bahwa berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu mengubah Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 48/M-IND

2017, No b. bahwa berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu mengubah Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 48/M-IND No.1897, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. SNI Mainan. Lembaga Penilaian Kesesuian. Perubahan Ketiga. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45/M-IND/PER/12/2017 TENTANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA BAJA LEMBARAN TIPIS LAPIS TIMAH ELEKTROLISA (Bj LTE) SECARA WAJIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.479, 2013 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. SNI. Regulator Tekanan Rendah. Tabung Baja. LPG. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/M-IND/PER/3/2013

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.857, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Pemberlakuan. SNI. Ubin. Keramik. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84/M-IND/PER/2012 TENTANG PEMBERLAKUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijual kembali (Godam, 2008). Produk Konsumen menjadi kebutuhan sehari hari bagi

BAB I PENDAHULUAN. dijual kembali (Godam, 2008). Produk Konsumen menjadi kebutuhan sehari hari bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk Konsumen adalah produk barang atau jasa yang konsumennya adalah konsumen rumah tangga sebagai pemakai akhir di mana produk dari produsen yang terjual dan dibeli

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT NOVEMBER No.72/12/32/Th.XVII, 15 Desember A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR NOVEMBER MENCAPAI US$2,03 MILYAR Nilai

Lebih terperinci

2 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik

2 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1629, 2014 KEMENPERIN. Kopi Instan. SNI. Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87/M-IND/PER/10/2014 TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.261, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Pemberlakuan. SNI. Baja Tulangan Beton. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37/M-IND/PER/ 2/2012 TENTANG PEMBERLAKUAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA KACA LEMBARAN SECARA WAJIB

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA KACA LEMBARAN SECARA WAJIB PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA KACA LEMBARAN SECARA WAJIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35/M-IND/PER/3/2011 TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) TEPUNG TERIGU SEBAGAI BAHAN MAKANAN SECARA WAJIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI LOGAM MESIN TEKSTIL DAN ANEKA NOMOR : 02/ILMTA/PER/1/2008 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI LOGAM MESIN TEKSTIL DAN ANEKA NOMOR : 02/ILMTA/PER/1/2008 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI LOGAM MESIN TEKSTIL DAN ANEKA NOMOR : 02/ILMTA/PER/1/2008 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) KOMPOR GAS BAHAN BAKAR LPG SATU TUNGKU

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) PIPA SARINGAN UNTUK SUMUR AIR TANAH SECARA WAJIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.212,2012 PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/M-IND/PER/2/2012 TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) PUPUK ANORGANIK TUNGGAL SECARA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) PENDINGIN RUANGAN, LEMARI PENDINGIN, DAN MESIN CUCI SECARA WAJIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1.

BAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan barang dan jasa antar negara di dunia membuat setiap negara mampu memenuhi kebutuhan penduduknya dan memperoleh keuntungan dengan mengekspor barang

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT FEBRUARI No.20/32/Th.XVIII, 01 April A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR FEBRUARI MENCAPAI US$ 1,97 MILYAR Nilai

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik I

2 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik I BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1503, 2014 KEMENPERIN. SNI. Baja. Pemberlakuan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84/M-IND/PER/10/2014 TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.825, 2015 KEMENKUMHAM. Visa Kunjungan. Saat Kedatangan. Ketujuh. Perubahan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.825, 2015 KEMENKUMHAM. Visa Kunjungan. Saat Kedatangan. Ketujuh. Perubahan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.825, 2015 KEMENKUMHAM. Visa Kunjungan. Saat Kedatangan. Ketujuh. Perubahan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN TENGAH JUNI 2012

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN TENGAH JUNI 2012 BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 02/08/62/Th. VI,1 Agustus PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN TENGAH JUNI Perkembangan Ekspor Nilai ekspor Kalimantan Tengah bulan Juni sebesar US$92,40 juta, turun

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI LOGAM MESIN TEKSTIL DAN ANEKA NOMOR : 01/ILMTA/PER/1/2008 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI LOGAM MESIN TEKSTIL DAN ANEKA NOMOR : 01/ILMTA/PER/1/2008 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI LOGAM MESIN TEKSTIL DAN ANEKA NOMOR : 01/ILMTA/PER/1/2008 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) TABUNG BAJA LPG SECARA WAJIB DIREKTUR

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Menteri Perindustrian Republik Indonesia Menteri Perindustrian Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 45/M-IND/PER/4/2011 TENTANG PEMBERLAKUAN STAN DAR NASIONAL INDONESIA (SNI) TALI KAWAT BAJA DAN TALI KAWAT

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama November 2015, Nilai Ekspor US$ 106,27 Juta dan Impor US$ 87,33 Juta Selama November 2015, total ekspor senilai US$ 106,27 juta, naik US$ 21,06 juta

Lebih terperinci

Nilai ekspor Jawa Barat Desember 2015 mencapai US$2,15 milyar naik 5,54 persen dibanding November 2015.

Nilai ekspor Jawa Barat Desember 2015 mencapai US$2,15 milyar naik 5,54 persen dibanding November 2015. BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No.09/02/32/Th.XVIII, 01 Februari 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT DESEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR DESEMBER MENCAPAI US$2,15 MILYAR

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Repuhlik Indonesia

Menteri Perindustrian Repuhlik Indonesia Menteri Perindustrian Repuhlik Indonesia PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 44/M- IND/PERj4/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN NOMOR 4/M-IND/PER/1/2010 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA MOTOR BAKAR PENYALAAN KOMPRESI GERAK BOLAK-BALIK UNTUK KEGUNAAN UMUM - SPESIFIKASI, UNJUK KERJA,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) PIPA BAJA SALURAN AIR DENGAN ATAU TANPA LAPISAN SENG SECARA WAJIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik I

2 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik I BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1084, 2015 KEMENPERIN. Biskuit. Wajib. Standar Nasional Indonesia. Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60/M-IND/PER/7/2015 TENTANG

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET 2015 MENCAPAI US$ 2,23 MILYAR

BPS PROVINSI JAWA BARAT A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET 2015 MENCAPAI US$ 2,23 MILYAR BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No. 24/04/32/Th.XVII, 15 April PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MARET A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET MENCAPAI US$ 2,23 MILYAR Nilai ekspor

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEINDUSTRIAN. SNI. Industri.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEINDUSTRIAN. SNI. Industri. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.308, 2009 DEPARTEMEN PEINDUSTRIAN. SNI. Industri. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 86/M-IND/PER/9/2009 TENTANG STANDAR NASIONAL INDONESIA BIDANG

Lebih terperinci

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN PMA TRIWULAN I TAHUN 2014

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN PMA TRIWULAN I TAHUN 2014 Invest in remarkable indonesia indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia indonesia remarkable indonesia invest in Invest in indonesia Invest

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR. tersebut juga menjadi tujuan ekspor utama bagi Indonesia.

BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR. tersebut juga menjadi tujuan ekspor utama bagi Indonesia. BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR Negara tujuan ekspor yang dibahas dalam bab ini hanya dibatasi pada 10 negara dengan tingkat konsumsi karet alam terbesar di dunia. Negara-negara tersebut

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.552, 2012 PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 59/M-IND/PER/5/2012 TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA () PELEK KENDARAAN BERMOTOR

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1553,2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Minyak Goreng Sawit. SNI. Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87/M-IND/PER/12/2013 TENTANG PEMBERLAKUAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1220, 2013 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Lembaga Penilaian Kesesuaian. SNI. Mainan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52/M-IND/PER/10/2013 TENTANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA PRODUK TALI KAWAT BAJA DAN TALI KAWAT BAJA UNTUK MINYAK DAN GAS BUMI SECARA WAJIB DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN SEPTEMBER 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN SEPTEMBER 2016 No. 61/11/36/Th.X, 1 November PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN SEPTEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SEPTEMBER TURUN 5,17 PERSEN MENJADI US$729,59 JUTA Nilai ekspor Banten pada September turun 5,17

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.154, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Pemberlakuan. SNI. Ban. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/M-IND/PER/1/2012 TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN TENGAH OKTOBER 2012

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN TENGAH OKTOBER 2012 BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 02/12/62/Th. VI, 3 Desember PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN TENGAH OKTOBER Perkembangan Ekspor Nilai ekspor Kalimantan Tengah bulan Oktober sebesar US$62,93

Lebih terperinci

2016, No Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan L

2016, No Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan L No.17, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. LPK Terdaftar ASEAN. Sertifikat Produk. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MEI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MEI 2017 No. 38/07/36/Th.XI, 3 Juli PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MEI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI NAIK 9,95 PERSEN MENJADI US$1.001,75 JUTA Nilai ekspor Banten naik 9,95 persen dibanding ekspor April,

Lebih terperinci