BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 47 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Obyek Penelitian Pemerintah Kota Cimahi Kota Cimahi terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Cimahi dan Peraturan Daerah Kota Cimahi Nomor 1 Tahun 2003 tentang Kota Cimahi sebagai Daerah Otonom. Setelah mengalami perubahan status pemerintahan dari Kota Administratif menjadi Pemerintah Kota Cimahi tepatnya pada tanggal 18 Oktober 2001, maka pengelolaan pemerintahan beserta pengelolaan anggaran sepenuhnya menjadi kewenangan dan tanggung jawab Pemerintah Kota Cimahi. Kota Cimahi terdiri dari tiga Kecamatan, yaitu Kecamatan Cimahi Utara. Kecamatan Cimahi Tengah, dan Kecamatan Cimahi Selatan. Adapun kewenangan Pemerintah Kota Cimahi sebagai daerah otonom mencakup seluruh kewenangan bidang pemerintahan, termasuk kewenangan di bidang pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, perhubungan, industri dan perdagangan, penanaman modal, lingkungan hidup, pertahanan, koperasi dan tenaga kerja kecuali bidang politik luar negeri. Dalam rangka mewujudkan otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab, maka Pemerintah Kota Cimahi selalu berusaha untuk meningkatkan

2 48 pendapatan asli daerahnya (PAD). Dinas Pendapatan Daerah Kota Cimahi selain merupakan instansi pelaksana di bidang pengelolaan pendapatan daerah artinya disamping memiliki kewenangan memungut pajak dan retribusi daerah yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya, Dinas Pendapatan Daerah juga mengkoordinir (menghimpun) penerimaan pajak dan retribusi daerah yang dipungut oleh instansi/dinas/badan lainnya di lingkungan Pemerintah Daerah Kota Cimahi. Adapun kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Kota Cimahi dalam upaya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota Cimahi, antara lain: a. Kebijakan tidak memberatkan masyarakat yaitu dengan cara intensifikasi, tidak menaikkan tarif pajak/retribusi daerah dan tidak menambah jenis pungutan kecuali ada ketentuan dan aturan lain yang lebih tinggi atau disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya. b. Kebijakan mendorong peningkatan kualitas dan profesionalisme sumber daya manusia (SDM). c. Kebijakan memberikan motivasi kepada aparatur dalam berkreasi dan berinovasi untuk meningkatkan penerimaan daerah Mekanisme Pemungutan Pajak di Kota Cimahi Berdasarkan Keputusan Walikota Cimahi No.034 tahun 2003 Pasal 10, dijelaskan bagaimana proses permohonan penyelenggaraan reklame adalah sebagai berikut:

3 49 a. Pemohon mengajukan permohonan kepada Walikota melalui Tim, dalam hal ini adalah TP2R (Tim Penyelenggaraan Perizinan ) b. Petugas kesekretariatan meneliti kelengkapan data c. Pencatatan data dalam buku regristasi oleh petugas d. Rapat koordinasi tim e. Peninjauan lapangan oleh unsur tim f. Laporan tim kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah Kota Cimahi g. Penerbitan Surat Izin h. Perhitungan pajak reklame dan/atau retribusi daerah yang berkaitan dengan pemasangan reklame i. Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) reklame dan/atau Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) yang berkaitan dengan pemasangan reklame j. Penyerahan SKPD dan/atau SKRD k. Pembayaran pajak reklame dan retribusi yang berkaitan dengan pemasangan reklame di kas daerah l. Penerimaan tanda lunas pajak reklame yang disertai dengan penyerahan izin reklame kepada pemohon. Gambar 4.1 berikut ini akan memperlihatkan mekanisme perizinan penyelenggaraan suatu reklame di Kota Cimahi.

4 50 GAMBAR 4 MEKANISME PERIZINAN PENYELENGGARAAN REKLAME Pemohon Berkas Tidak Lengkap TP2R (Tim Penyelenggara Perizinan ) Berkas Lengkap Sekretariat TIM Rapat Koordinasi TIM Pengawasan dan Penertiban Ditolak Disetujui Pemasangan Perhitungan Pajak Proses Izin Penyerahan/ Penerimaan Izin Penandatanganan SKPD Penandatanganan Izin Pembayaran Pajak Penyerahan SKPD oleh TIM Sumber: Keputusan Walikota Cimahi Nomor 034 tahun 2003

5 51 Tim Penyelenggara Perizinan dan Intensifikasi Pajak adalah tim yang dibentuk dengan berdasarkan keputusan Walikota yang terdiri dari Dinas Pendapatan Daerah Kota Cimahi, Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Cimahi, dan Dinas Tata Kota Cimahi. Proses perizinan permohonan penyelenggaraan reklame dilakukan selama 12 hari kerja, dengan asumsi apabila persyaratan lengkap. Sedangkan untuk permohonan perpanjangan perizinan, pemohon tidak diperkenankan untuk melakukan perubahan terhadap ukuran, konstruksi, lokasi reklame, jenis reklame, dan naskah reklame. Apabila permohonan perpanjangan izin yang disertai dengan perubahan, maka proses permohonan akan seperti dengan permohonan penyelenggaraan reklame yang baru, sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pembatalan dan pencabutan izin reklame dilakukan apabila: a. Pemilik atau pemegang izin melakukan pelanggaran ketentuan penyelenggaraan reklame, maka sebelum diadakan pencabutan izin kepada pemilik/pemegang izin diberikan Surat Pemberitahuan terlebih dahulu agar yang bersangkutan dapat memenuhi kewajiban dengan diberi jangka waktu tujuh hari kerja sejak surat yang dimaksud diterima. b. Dalam jangka waktu tersebut dalam point a. pemilik atau pemegang izin belum memenuhi kewajibannya, maka kepada yang bersangkutan diberikan surat peringatan pertama dan yang kedua merupakan peringatan terakhir dengan jangka waktu masing-masing selama tujuh hari kerja. c. Apabila sampai batas waktu tersebut dalam Surat Peringatan terakhir yang bersangkutan tidak juga memenuhi kewajibannya, maka akan diterbitkan

6 52 Surat Keputusan Pencabutan Izin dan sekaligus dilakukan pembongkaran reklame dimaksud dalam jangka waktu paling lama tujuh hari kerja. Surat Pemberitahuan, Surat Peringatan dan Surat Pencabutan Ijin semuanya diterbitkan oleh TP2R. Untuk reklame yang tidak berijin akan ditertibkan tanpa perlu pemberitahuan terlebih dahulu kepada penyelenggara reklame. Dalam setiap penerbitan reklame harus dibuatkan berita acara. Adapun tata cara penertiban reklame adalah sebagai berikut: a. Pelaksanaan penertiban reklame pada bangunan tempat pemberhentian bus dilaksanakan dengan cara menutup reklame tersebut. b. Pelaksanaan penertiban reklame billboard/papan pembongkarannya dapat dengan cara meniadakan atau mencabut bangunan reklame secara sebagian atau keseluruhan dan tempat terpancangnya dan/atau dapat memberi tanda silang merah dan sudut ke sudut ruang reklame. c. Pelaksanaan penertiban reklame jenis sinar dilakukan dengan cara memutuskan aliran listrik dan menutup reklame dimaksud dan apabila dalam jangka waktu 30 hari tidak memenuhi kewajiban penyelenggaraan ijin reklame maka dilakukan pembongkaran. d. Pelaksanaan penertiban reklame kain, dilaksanakan dengan cara meniadakan atau mencabut reklame tersebut. e. hasil penertiban disimpan di gudang Pemerintah Daerah dan setelah 14 hari kerja bekas penertiban tersebut tidak diambil, maka reklame tersebut milik Pemerintah Daerah.

7 53 Penyelenggara reklame dapat meminta kembali berkas reklame yang ditertibkan, setelah yang bersangkutan menyelesaikan dan memenuhi kewajibannya. Prosedur atau alur penyelenggaraan perizinan Kota Cimahi telah cukup baik, hal tersebut terlihat dengan dilibatkannya beberapa dinas dalam pemerintahan Kota Cimahi (Dinas Pendapatan Daerah, Dinas Pertamanan dan Pemakaman, dan Dinas Tata Kota) ke dalam suatu tim. Dengan adanya tim gabungan tersebut akan memberikan nilai dan atau pertimbangan yang sangat berarti terhadap suatu reklame. Misalnya dalam permohonan perizinan suatu reklame, peletakan reklame akan dinilai oleh Dinas Tata Kota dan Dinas Pertamanan dan Pemakaman, apakah reklame tersebut sesuai dengan estetika kota ataukah memberikan citra yang buruk untuk kota. Sedangkan yang paling penting adalah adanya suatu reklame akan memberikan pendapatan yang akan diperhitungkan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Cimahi. 4.2 Hasil Penelitian Potensi Pajak di Kota Cimahi Analisis potensi pajak reklame di Kota Cimahi sangat diperlukan dalam menentukan efektivitas pemungutan pajak reklame didaerah tersebut. Pernyataan tersebut mengacu pada teori efektivitas yang dikemukakan oleh Abdul Halim (2008:234), bahwa untuk menentukan efektivitas pemungutan pajak reklame maka harus terlebih dahulu ditentukan target berdasarkan pada potensi riil pajak

8 54 reklame. Pada penelitian ini, untuk menentukan besarnya potensi pajak reklame dibagi melalui tiga tahap, sebagai berikut: 1. Tahap pertama, yaitu mengklasifikasikan data-data potensi setiap objek reklame berdasarkan jenis reklame, ukuran reklame, harga dasar objek reklame, harga dasar ketinggian reklame, klasifikasi jalan, klasifikasi lokasi dan klasifikasi sudut pandang reklame. Kemudian menjumlahkan objek pajak reklame berdasarkan jenisnya. 2. Tahap kedua, yaitu menentukan besarnya Nilai Dasar Objek (NDOR), Nilai Dasar Ketinggian Objek (NDKOR), Nilai Jual Objek (NJOR), Nilai Fungsi Jalan (NFJ), Nilai Fungsi Lokasi (NFL), Nilai Sudut Pandang (NSP), Nilai Strategis Pemasangan (NSPR), dan Nilai Sewa /Ukuran (S) yang menjadi salah satu dasar perhitungan potensi pajak reklame tahap selanjutnya. 3. Tahap ketiga yaitu menentukan besarnya potensi pajak reklame tiap tahunnya dari tahun Dalam menentukan Nilai Dasar Ketinggian Objek (NDKOR), terdapat kendala yang ditemui dilapangan. Kendala tersebut menyangkut tidak adanya data ketinggian secara terperinci dari tiap-tiap objek reklame, terutama untuk jenis pajak billboard dan papan merk toko (PMT). Adapun solusi yang menyangkut permasalahan tersebut dapat digali melalui sesi wawancara kepada Cipto Priyadi (26 Juni 2009) selaku Koordinator Pelaksana Pemungutan Pajak Dinas Pendapatan Daerah Kota Cimahi. Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa pada umumnya ketinggian untuk jenis reklame billboard

9 55 dan papan merk toko berkisar antara tiga meter, dimana ketinggian tersebut menjadi dasar perhitungan dalam menentukan Nilai Dasar Ketinggian. Pada tabel 4.1 dibawah ini, menyajikan data jenis reklame dan jumlah reklame dari tahun sebagai dasar dalam menentukan potensi pajak reklame di Kota Cimahi. TABEL 4.1 JENIS REKLAME DAN JUMLAH REKLAME DI KOTA CIMAHI TAHUN Jenis Billboard Papan Merk Toko (PMT)/ Neon Box/ Baligo Megatron Spanduk/Kain Poster Jumlah Sumber: Hasil pengolahan data dengan Microsoft Excel 2003, disesuaikan. Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa setiap tahunnya jumlah reklame yang terdapat di Kota Cimahi cenderung fluktuatif (naik/turun). Rata-rata jumlah reklame yang dapat dijadikan potensi penerimaan pajak reklame setiap tahunnya kurang lebih mencapai 1673 objek reklame. Jumlah reklame terbanyak diperoleh pada tahun 2004 dengan jumlah 3767 objek reklame, hal tersebut dikarenakan banyaknya jumlah poster yang mendominasi total keseluruhan potensi pajak reklame, jumlah poster tersebut mencapai 3500 poster. Pada tahun 2005, meskipun jumlah objek pajak reklame jenis billboard dan papan merk toko mengalami peningkatan, akan tetapi peningkatan tersebut berbanding terbalik

10 56 dengan reklame jenis poster yang mengalami penurunan cukup signifikan dari 3500 poster menjadi 500 poster saja, yang artinya mengalami penurunan sebanyak 3000 poster. Adanya penurunan jumlah potensi dari jenis poster tersebut dikarenakan masa pajak poster yang relatif singkat hanya satu bulan, sehingga pihak Dinas Pendapatan Daerah Kota Cimahi pun mengalami kesulitan dalam menetapkan potensi dari jenis reklame poster tersebut. Jenis pajak billboard dan papan merk toko merupakan jenis pajak reklame yang paling diandalkan oleh pemerintah daerah Kota Cimahi, pernyataan tersebut sesuai dengan hasil wawancara penulis dengan Koordinator Pelaksana Pemungutan Pajak Dinas Pendapatan Daerah Kota Cimahi, Cipto Priyadi (26 Juni 2009) yang menyatakan bahwa, Jenis pajak reklame yang mempunyai potensi cukup besar bagi Kota Cimahi adalah jenis pajak billboard dan papan merk toko. Meskipun jumlah pajak reklame jenis pajak billboard dan papan merk relatif lebih sedikit daripada poster, akan tetapi dasar pengenaan pajak untuk kedua jenis pajak tersebut lebih besar dibandingkan dengan poster dan spanduk. Selain itu, masa pajak untuk jenis spanduk dan poster hanya berkisar satu bulan, hal tersebut yang membuat kesulitan bagi pihak Dinas Pendapatan Daerah dalam menentukan besarnya potensi kedua pajak tersebut untuk satu tahun. Pada tabel 4.2 dibawah ini menyajikan perhitungan potensi penerimaan pajak reklame selama tahun 2004.

11 57 TABEL 4.2 POTENSI PAJAK REKLAME KOTA CIMAHI TAHUN 2004 Jenis Pajak Potensi Pajak R S D Pr No 1 Billboard 85 Rp tahun 25% Rp Papan Merk Toko/ Neon Box/ Baligo 171 Rp tahun 25% Rp Spanduk/Kain 11 Rp bulan 25% Rp Poster 3500 Rp 2.185,74 1 bulan 25% Rp Jumlah 3767 Rp ,74-25% Rp Sumber: Hasil pengolahan data dengan Microsoft Excel 2003, disesuaikan. GAMBAR 4.2 POTENSI PAJAK REKLAME KOTA CIMAHI TAHUN 2004 Papan Merk Toko, Rp50,175,000 Spanduk, Rp1,673,747 Poster, Rp1,912,500 Billboard, Rp163,290,000 Sumber: Hasil penelitian (data diolah) Berdasarkan data dalam tabel 4.2 diatas, dapat diketahui bahwa potensi penerimaan pajak reklame yang seharusnya dapat diperoleh pada tahun 2004 adalah sebesar Rp Diantara empat jenis reklame tersebut yang memiliki potensi terbesar adalah dari jenis billboard dengan potensi pajak reklame sebesar Rp Meskipun secara kuantitas billboard hanya berjumlah 85 buah saja, namun dasar pengenaan pajak jenis reklame billboard yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kota Cimahi lebih tinggi diantara ketiga lainnya.

12 58 Diurutan kedua, jenis pajak reklame yang memiliki potensi yang cukup besar ialah dari jenis reklame papan merk toko (PMT)/Neon Box/Baligo sebesar Rp Kemudian diurutan selanjutnya ialah potensi pajak reklame dari jenis reklame poster sebesar Rp dan spanduk sebesar Rp Potensi dari jenis spanduk merupakan yang terkecil diantara lainnya, hal tersebut dikarenakan jumlahnya yang paling sedikit dan dasar pengenaan pajak untuk jenis reklame tersebut juga lebih kecil dari jenis reklame billboard dan papan merk toko. No Jenis Pajak TABEL 4.3 POTENSI PAJAK REKLAME KOTA CIMAHI TAHUN 2005 R S D Pr Potensi Pajak 1 Billboard 91 Rp ,12 1 tahun 25% Rp Papan Merk Toko/ Neon Box/Baligo 292 Rp tahun 25% Rp Spanduk/Kain 15 Rp ,5 1 bulan 25% Rp Poster 500 Rp bulan 25% Rp Jumlah 898 Rp % Rp Sumber: Hasil pengolahan data dengan Microsoft Excel 2003, disesuaikan. GAMBAR 4.3 POTENSI PAJAK REKLAME KOTA CIMAHI TAHUN 2005 Papan Merk Toko, Rp91,546,891 Spanduk, Rp4,116,245 Poster, Rp562,500 Billboard, Rp204,772,366 Sumber: Hasil penelitian (data diolah)

13 59 Dari data potensi pajak reklame pada tabel 4.3 diatas, dapat terlihat bahwa potensi pajak reklame mengalami peningkataan yang cukup signifikan yaitu mencapai Rp dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp Hal tersebut menunjukan adanya peningkatan sebesar Rp dari tahun Peningkatan tersebut dikarenakan bertambahnya jumlah reklame dari jenis billboard dan papan merk toko yang akhirnya berdampak pula pada peningkatan potensi pajak reklame secara keseluruhan meskipun ada penurunan jumlah reklame dari jenis poster yang cukup signifikan. Di tahun 2005, potensi pajak reklame dari jenis billboard mencapai Rp papan merk toko/neon box/baligo sebesar Rp , potensi dari jenis spanduk meningkat sebesar Rp , hal tersebut dikarenakan adanya peningkatan jumlah spanduk menjadi 15 buah poster yang disertai adanya kenaikan Nilai Sewa /Ukuran (S). Sedangkan yang memiliki potensi terkecil pada tahun 2005 adalah jenis poster dengan potensi sebesar Rp , menurunnya potensi tersebut dikarenakan adanya penurunan jumlah poster yang dijadikan dasar potensi pajak. Menurut Kepala Seksi Pendataan dan Pembukuan Pajak, Ema Purnama Kasih (17 Juli 2009) mengatakan bahwa, Potensi pajak reklame dari jenis apapun sebaiknya terus mengalami peningkatan, akan tetapi bisa saja terjadi penurunan terhadap potensi pajak reklame karena wajib pajak reklame yang sudah ditetapkan berdasarkan Surat Ketetapan Pajak Daerah tersebut sudah tidak memasang reklame lagi dengan alasan tertentu, seperti perusahaan yang bersangkutan mengalami kebangkrutan.

14 60 No Jenis Pajak TABEL 4.4 POTENSI PAJAK REKLAME KOTA CIMAHI TAHUN 2006 R S D Pr Potensi Pajak 1 Billboard 122 Rp tahun 25% Rp Papan Merk Toko/ Neon Box/Baligo 265 Rp tahun 25% Rp Spanduk/Kain 23 Rp bulan 25% Rp Poster 1200 Rp 1.708,33 1 bulan 25% Rp Jumlah 3823 Rp % Rp Sumber: Hasil pengolahan data dengan Microsoft Excel 2003, disesuaikan. GAMBAR 4.4 POTENSI PAJAK REKLAME KOTA CIMAHI TAHUN 2006 Papan Merk Toko, Rp82,400,027 Spanduk, Rp981,250 Poster, Rp512,500 Billboard, Rp285,171,250 Sumber: Hasil penelitian (data diolah) Berdasarkan data potensi pajak reklame pada tabel 4.4 diatas, dapat diketahui bahwa potensi pajak reklame pada tahun 2006 mencapai Rp , yang artinya mengalami peningkatan cukup signifikan dibandingkan tahun Pencapaian tertinggi potensi pajak reklame masih didominasi oleh jenis billboard dengan potensi sebesar Rp yang meningkat dikarenakan bertambahnya jumlah billboard. Pada jenis reklame papan merk toko/neon box/baligo, meskipun jumlah reklamenya meningkat akan tetapi potensinya

15 61 mengalami penurunan yang cukup signifikan menjadi Rp , penurunan potensi tersebut terjadi karena menurunya Nilai Sewa /Ukuran (S) yang merupakan salah satu unsur dalam menentukan potensi pajak tersebut. Demikian pula yang terjadi pada potensi spanduk yang mengalami penurunan menjadi Rp dan potensi pajak poster sebesar Rp mengalami sedikit No penurunan dibandingkan pada tahun 2005, penurunan tersebut terjadi karena Nilai Sewa /Ukuran (S) yang menurun. Jenis Pajak TABEL 4.5 POTENSI PAJAK REKLAME KOTA CIMAHI TAHUN 2007 R S D Pr Potensi Pajak 1 Billboard 113 Rp tahun 25% Rp Papan Merk Toko/ Neon Box/Baligo 381 Rp tahun 25% Rp Spanduk/Kain 18 Rp bulan 25% Rp Poster 600 Rp 2.833,33 1 bulan 25% Rp Jumlah 3823 Rp % Rp Sumber: Hasil pengolahan data dengan Microsoft Excel 2003, disesuaikan. GAMBAR 4.5 POTENSI PAJAK REKLAME KOTA CIMAHI TAHUN 2007 Papan Merk Toko, Rp130,295,046 Spanduk, Rp4,375,000 Poster, Rp425,000 Billboard, Rp274,656,246 Sumber: Hasil penelitian (data diolah).

16 62 Berdasarkan data dalam tabel 4.5, diketahui bahwa potensi pajak reklame pada tahun 2007 mengalami peningkatan menjadi Rp Jenis reklame billboard masih menjadi potensi pajak reklame terbesar pada tahun 2007 yaitu Rp Potensi terbesar kedua diperoleh dari jenis papan merk toko dengan potensi sebesar Rp yang meningkat cukup signifikan dari tahun 2006 yang hanya sebesar Rp Untuk reklame jenis spanduk, potensinya meningkat sebesar Rp Potensi pajak reklame terkecil terjadi pada jenis pajak poster senilai Rp TABEL 4.6 POTENSI PENERIMAAN PAJAK REKLAME TAHUN 2008 No Jenis Pajak Potensi Pajak R S D Pr 1 Billboard tahun 25% Rp Papan Merk Toko/ Neon Box/Baligo tahun 25% Rp Megatron tahun 25% Rp Spanduk/Kain bulan 25% Rp Poster bulan 25% Rp Jumlah % Rp Sumber: Hasil pengolahan data dengan Microsoft Excel 2003, disesuaikan. GAMBAR 4.6 POTENSI PAJAK REKLAME KOTA CIMAHI TAHUN 2008 Spanduk, Rp9,231,500 Poster, Rp7,527,500 Papan Merk Toko, Rp147,867,750 Billboard, Rp276,638,438

17 63 Sumber: Hasil penelitian (data diolah) Pada tahun 2008, potensi penerimaan pajak reklame cenderung meningkat. Hal tersebut dapat terlihat dari potensi pajak reklame secara keseluruhan yang meningkat menjadi Rp dibandingkan tahun 2007 yang sebesar Rp Peningkatan tersebut sesuai dengan potensi pajak reklame dari jenis billboard sebesar Rp Sedangkan potensi lainnya dari beberapa jenis pajak reklame diketahui bahwa potensi papan merk toko mencapai Rp Adanya peningkatan ini dikarenakan munculnya jenis reklame baru yaitu megatron dengan potensi pajak sebesar Rp Sedangkan untuk potensi spanduk hanya sebesar Rp Jenis reklame poster mempunyai potensi terkecil daripada keempat jenis reklame lainnya yaitu sebesar Rp Efektivitas Pemungutan Pajak di Kota Cimahi Apabila pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan analisis potensi pajak reklame dari tahun , maka pada bagian ini akan menganalisis efektivitas pemungutan pajak reklame berdasarkan pada potensi riil. Berikut ini merupakan analisis efektivitas pemungutan pajak reklame tahun

18 64 TABEL 4.7 EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK REKLAME DI KOTA CIMAHI TAHUN Tahun Potensi Pajak Realisasi Pajak Rasio Efektivitas Pemungutan Pajak (%) Interpretasi 2004 Rp Rp ,89 Cukup Efektif 2005 Rp Rp ,39 Cukup Efektif 2006 Rp Rp ,00 Cukup Efektif 2007 Rp Rp ,53 Kurang Efektif 2008 Rp Rp ,93 Cukup Efektif Rata-Rata Rp Rp ,35 Cukup Efektif Sumber: Hasil pengolahan data dengan Microsoft Excel 2003, disesuaikan. Gambar 4.7 berikut ini, akan memperlihatkan efektivitas pemungutan pajak reklame di Kota Cimahi tahun berdasarkan pada potensi riil. GAMBAR 4.7 EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK REKLAME DI KOTA CIMAHI TAHUN Tingkat Efektivitas (% ) Realisasi terhadap Potensi Pajak

19 65 diolah) Sumber: Hasil penelitian (data Berdasarkan data pada tabel 4.7, dapat diketahui bahwa selama tahun , efektivitas pemungutan pajak reklame di Kota Cimahi cenderung fluktuatif. Efektivitas pemungutan pajak reklame mencapai posisi maksimal pada tahun 2005 dengan rasio efektivitas sebesar 84,39% termasuk dalam kategori cukup efektif. Maksimalnya efektivitas pemungutan pajak reklame pada tahun 2005 tersebut terjadi karena adanya upaya dari Dinas Pendapatan Daerah Kota Cimahi untuk melakukan pendataan yang lebih akurat terhadap potensi pajak reklame yang berada di Kota Cimahi melalui kegiatan intensifikasi pajak reklame yang dilakukan oleh Tim Penyelenggaraan Perizinan (TP2R) yang dibentuk berdasarkan Keputusan Walikota Cimahi No. 034 tahun Penurunan efektivitas pemungutan pajak reklame ini terjadi pada tahun 2007, dengan rasio sebesar 79,53% termasuk dalam kategori kurang efektif. Kurang efektifnya pemungutan pajak reklame pada tahun 2007 tersebut dikarenakan kinerja pihak Dinas Pendapatan Daerah dalam memungut pajak reklame kurang optimal, hal tersebut dapat terlihat dari rendahnya realisasi

20 66 penerimaan pajak reklame Rp dibandingkan potensi penerimaan pajak reklame yangs seharusnya dicapai yaitu Rp Rata-rata efektivitas pemungutan pajak reklame selama lima tahun berada pada tingkat 82.35% dengan interpretasi cukup efektif. Makna cukup efektif tersebut menggambarkan bahwa keaktifan pemungutan pajak reklame yang dilakukan oleh aparatur Dinas Pendapatan Daerah melalui Official System Assesment, ternyata cukup mampu merealisasikan penerimaan pajak reklame sesuai dengan potensi pajak reklame yang sebenarnya ada di Kota Cimahi. Namun, di sisi lain masih ada 17,55% lagi pajak reklame yang belum efektif dipungut atau terealisasikan. Masih adanya pajak reklame yang belum terealisasikan tersebut dikarenakan masih banyaknya jenis reklame yang belum efektif untuk dilakukan pemungutan secara rutin oleh Pihak Dinas Pendapatan Daerah tersebut. Hal ini terbukti dari adanya hasil penelitian yang menunjukan bahwa dari 11 jenis reklame, ternyata hanya lima jenis reklame saja yang cukup efektif dilakukan pemungutan dan termasuk dalam daftar potensi pajak reklame di Kota Cimahi tahun , jenis reklame tersebut diantaranya reklame billboard, papan merk toko (PMT)/neon sign/baligo, megatron/vidiotron, kain/spanduk, dan poster. Sedangkan enam jenis reklame lainnya belum terdata sebagai potensi pajak reklame di tahun , jenis reklame tersebut antara lain, jenis reklame selebaran, reklame berjalan pada kendaraan, reklame udara/balon, reklame suara, reklame film/slide, dan reklame peragaan. Belum terdatanya beberapa jenis reklame sebagai potensi pajak reklame tentunya dapat

21 67 merugikan Pemerintah Kota Cimahi dari segi financial karena telah mengurangi penerimaan daerah dari sektor pajak reklame yang seharusnya dapat diperoleh Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Kota Cimahi Pada bagian berikut ini akan dibahas analisis yang berkaitan dengan tingkat kemandirian keuangan daerah Kota Cimahi. Adapun indikator-indikator yang digunakan dalam menentukan tingkat kemandirian keuangan daerah yaitu rasio perbandingan antara pendapatan asli daerah terhadap total pendapatan daerah Kota Cimahi selama tahun Tabel 4.8 dibawah ini menyajikan tingkat kemandirian keuangan daerah Kota Cimahi selama tahun TABEL 4.8 TINGKAT KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KOTA CIMAHI TAHUN Tahun Pendapatan Asli Daerah Total Pendapatan Daerah PAD/TPD (%) Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah , , % Kurang , % Kurang , , % Kurang , , % Kurang , , % Kurang Rata-Rata 14.10% Kurang Sumber : Hasil pengolahan data dengan Microsoft Excel 2003, disesuaikan. Berikut ini ditampilkan gambar yang menunjukan tingkat kemandirian keuangan daerah Kota Cimahi selama tahun GAMBAR 4.8 TINGKAT KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KOTA CIMAHI TAHUN

22 Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Sumber: Hasil penelitian (data diolah) Berdasarkan data pada tabel 4.8, dapat diketahui rata-rata tingkat kemandirian keuangan daerah pemerintah Kota Cimahi selama tahun berada pada tingkat 14.10% tergolong kurang mandiri. Kurangnya tingkat kemandirian keuangan Pemerintah Kota Cimahi menunjukan bahwa tingkat ketergantungan Pemerintah Kota Cimahi terhadap bantuan pihak eksternal (pemerintah pusat) masih tinggi, dengan kata lain peranan pemerintah pusat masih lebih dominan daripada kemandirian Pemerintah Kota Cimahi dalam mengoptimalkan pendapatan asli daerahnya sebagai salah satu sumber dalam pembiayaan penyelenggaraan daerah ataupun untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Pencapaian tingkat kemandirian tertinggi terjadi pada tahun 2005 dengan rasio sebesar 16,41%. Peningkatan tersebut berbanding lurus dengan peningkatan yang terjadi pada efektivitas pemungutan pajak reklame pada tahun 2005 sebesar 84,89%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa dengan semakin efektif aparatur pemerintah daerah melakukan pemungutan pajak daerah terutama pajak reklame, maka akan semakin meningkatkan pula tingkat kemandirian keuangan daerah.

23 69 Tingkat kemandirian keuangan daerah terendah Pemerintah Kota Cimahi terjadi pada tahun 2007 dengan tingkat kemandirian sebesar 12,57%. Penurunan tersebut terjadi karena kurangnya optimalnya Pemerintah Kota Cimahi dalam menggali sumber-sumber pendapatan asli daerah yang potensial di Kota Cimahi. Cimahi, terutama dari sektor pajak daerah yang merupakan salah satu penyokong utama pendapatan asli daerah Kota Cimahi. 4.3 Pengujian Hipotesis Penelitian Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari efektivitas pemungutan pajak reklame terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah Kota Cimahi tahun maka dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan teknik Analisis Korelasi Product Moment dan Uji Koefisien Determinasi, sedangkan dalam pengolahan data penelitian menggunakan Microsoft Excel Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan rumus 3.4 (lampiran 4), diketahui bahwa antara variabel efektivitas pemungutan pajak reklame (X) mempunyai hubungan (r) positif terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah (Y) sebesar 0,6051 dengan interpretasi cukup. Karena r 0 berarti hipotesis diterima, artinya efektivitas pemungutan pajak reklame mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah di Kota Cimahi. Selanjutanya, untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel X terhadap Y maka dilakukan Uji Koefisien Determinasi (KD) dengan menggunakan rumus 3.5 (lampiran 4). Dari hasil Uji Koefisien Determinasi tersebut, dapat diketahui

24 70 bahwa efektivitas pemungutan pajak reklame mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah dengan r² sebesar 36,62 %, sedangkan sebesar 63,38% dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya. Efektivitas Pemungutan Pajak r² = 36,62% Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah GAMBAR 4.9 HASIL PENGUJIAN HIPOTESIS 4.4 Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, dapat dikemukakan bahwa efektivitas pemungutan pajak reklame terbukti mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah Kota Cimahi, dengan koefisien korelasi sebesar 0,6051 (cukup). Pengaruh positif mengandung makna bahwa efektivitas pemungutan pajak reklame akan berimplikasi terhadap peningkatan tingkat kemandirian keuangan daerah di Kota Cimahi sebesar 36,62%, sedangkan 63,38% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Hasil penelitian ini sekaligus membuktikan teori yang dikemukakan oleh Harun Hamrolie (1990,47) yang menyatakan bahwa, faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (indikator tingkat kemandirian keuangan daerah) dari sektor pajak daerah diantaranya adalah efektivitas pemungutan pajak daerah, yang dalam penelitian ini lebih difokuskan lagi pada efektivitas pemungutan pajak reklame di Kota Cimahi. Tingkat kemandirian keuangan daerah Pemerintah Kota Cimahi selama rata-rata berkisar antara 14,10% (kurang mandiri). Hasil tersebut

25 71 menunjukan bahwa Pemerintah Kota Cimahi kurang mandiri dalam mengelola keuangan daerahnya dan masih banyak tergantung pada bantuan pemerintah pusat. Salah satu faktor yang mengakibatkan rendahnya tingkat kemandirian keuangan daerah tersebut dikarenakan selama tahun terjadi penurunan penerimaan daerah dari sektor pajak daerah yang merupakan sumber pendapatan asli daerah (indikator kemandirian keuangan daerah). Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata rasio efektivitas pemungutan pajak reklame di Kota Cimahi selama lima tahun termasuk cukup efektif yaitu sebesar 82,35%. Namun, di sisi lain masih ada 17,55% pajak reklame yang belum efektif dipungut atau terealisasikan. Apabila hasil penelitian tersebut dihubungkan dengan teori-teori dari para ahli dan hasil penelitian terdahulu, maka dapat dianalisis bahwa masih adanya potensi pajak reklame yang belum efektif dipungut atau belum terealisasikan merupakan akibat dari: a. Penyusunan rencana penerimaaan pajak reklame belum didasarkan pada potensi sebenarnya melainkan masih didasarkan pada sistem target sehingga Dinas Pendapatan Daerah Kota Cimahi sulit untuk mengetahui apakah pemungutan pajak reklame yang dilakukan sudah efektif atau tidak. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan hasil penelitian dari Memen Kustiawan (2006:77) pada survei yang dilakukan di Provinsi Jawa Barat yang mengungkapkan bahwa, Dalam menyusun rencana penerimaan belum didasarkan pada potensi penerimaan teoritis, karena belum mengetahui potensi penerimaan sehingga sulit dalam menghitung utilization rate (perbandingan

26 72 antara realisasi penerimaan dengan potensi) untuk melihat apakah upaya yang dilakukan sudah optimal atau tidak. b. Kurang konsistensinya aparatur Dinas Pendapatan Daerah Kota Cimahi dalam menerapkan metode perhitungan pajak reklame terutang sebagaimana yang telah dirumuskan dalam Peraturan Daerah Kota Cimahi Nomor 06 Tahun Konsistensi dalam menggunakan metode perhitungan pajak reklame terutang sangatlah penting karena dengan adanya konsistensi tersebut akan mencerminkan hasil atau realisasi penerimaan yang akurat dan akuntabel (dapat dipertanggungjawabkan). Namun, fakta yang terjadi di lapangan masih menunjukan adanya ketidakpahaman pada sebagian pihak tertentu terkait dengan penerapan metode perhitungan pajak reklame, misalnya dalam menentukan Nilai Jual Objek (NJOR) dan Nilai Strategis Pemasangan (NSPR). Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Mahi (dalam Hessel Nogi, 2007:82) bahwa dalam upaya kemandirian keuangan daerah, tampaknya PAD masih belum dapat diandalkan sebagai sumber pembiayaan desentralisasi karena salah satunya adalah kemampuan administrasi pemungutan didaerah yang masih rendah. c. Belum sempurnanya mekanisme pendataan potensi pajak reklame yang terdapat di Kota Cimahi. Pernyataan tersebut terbukti dari hasil penelitian yang menunjukan bahwa dari 11 jenis reklame yang telah ditetapkan oleh Peraturan Daerah Kota Cimahi Nomor 06 Tahun 2003 tentang Pajak, hanya terdapat lima jenis reklame saja yang menjadi potensi pajak reklame selama tahun , yang antara lain terdiri dari reklame billboard, papan

27 73 merk toko (PMT)/neon sign/baligo, megatron/vidiotron, kain/spanduk, dan poster. Sedangkan enam jenis reklame lainnya belum terdata sebagai potensi pajak reklame di tahun , jenis reklame tersebut antara lain, jenis reklame selebaran, reklame berjalan pada kendaraan, reklame udara/balon, reklame suara, reklame film/slide dan reklame peragaan. Belum terdatanya beberapa jenis reklame sebagai potensi pajak reklame, tentunya akan berdampak terhadap penerimaan pajak reklame, penerimaan pajak daerah dan PAD, yang pada ahkhirnya berdampak pula pada rendahnya tingkat kemandirian keuangan daerah Kota Cimahi.

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia pada tahun 2001,

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia pada tahun 2001, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia pada tahun 2001, pemerintah daerah merupakan organisasi sektor publik yang diberikan kewenangan oleh pemerintah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG 4. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839); Menimbang : a. PEMERINTAH

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG IZIN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

ANALISIS PAJAK REKLAME DI KABUPATEN PURWOREJO PERIODE

ANALISIS PAJAK REKLAME DI KABUPATEN PURWOREJO PERIODE ANALISIS PAJAK REKLAME DI KABUPATEN PURWOREJO PERIODE 2012-2016 Arum Kusumaningdyah Adiati, Diessela Paravitasari, Trisninik Ratih Wulandari Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNS Surakarta Email : adiati_rk@yahoo.com

Lebih terperinci

NCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG

NCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG NCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2005 TENTANG

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM PAJAK REKLAME. definisi masing-masing yang berbeda-beda mengenai pajak. Meskipun, berbagai

BAB III GAMBARAN UMUM PAJAK REKLAME. definisi masing-masing yang berbeda-beda mengenai pajak. Meskipun, berbagai BAB III GAMBARAN UMUM PAJAK REKLAME A. Pengertian Pajak Banyak ahli dalam bidang perpajakan yang memberikan pengertian atau definisi masing-masing yang berbeda-beda mengenai pajak. Meskipun, berbagai defenisi

Lebih terperinci

Daerah Kabupaten dalam lingkungan Jawa Barat ( Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 );

Daerah Kabupaten dalam lingkungan Jawa Barat ( Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 ); BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : TAHUN 2005 SERI : PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 28 TAHUN 2005 TENTANG PROSEDUR PENYELENGGARAAN PEMASANGAN REKLAME DI KABUPATEN MAJALENGKA BUPATI MAJALENGKA,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Otonomi Daerah Otonomi secara etimologi berasal dari Bahasa Yunani, autos dan nomos. Autos berarti sendiri, sedangkan nomos berarti perintah. Jadi, otonomi dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG BARAT

BUPATI BANDUNG BARAT 1 BUPATI BANDUNG BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK REKLAME DAN NILAI STRATEGIS PEMASANGAN REKLAME SEBAGAI DASAR PERHITUNGAN PAJAK REKLAME

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON 2 NOMOR 3 TAHUN 2010 SERI E Menimbang : PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG IJIN PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON,

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG IZIN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR,

PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG IZIN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, SALINAN PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG IZIN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 11 ayat (3)

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PAJAK REKLAME UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH WILAYAH DUREN SAWIT, JAKARTA TIMUR

PENGELOLAAN PAJAK REKLAME UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH WILAYAH DUREN SAWIT, JAKARTA TIMUR PENGELOLAAN PAJAK REKLAME UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH WILAYAH DUREN SAWIT, JAKARTA TIMUR NAMA : SYIFA RUSYDINA NPM : 49211162 PEMBIMBING : Dr.MISDIYONO LATAR BELAKANG Pendapatan Asli Daerah

Lebih terperinci

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN, Menimbang : a. bahwa salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan daerah otonom yang luas serta bertanggung jawab. Tiap

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan daerah otonom yang luas serta bertanggung jawab. Tiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemungutan serta pengelolaan pajak dibagi menjadi dua yaitu Pajak Pusat dan Pajak Daerah. Pajak Pusat adalah suatu pajak yang dikelola dan dipungut oleh Negara,

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA CIMAHI NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA CIMAHI NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN WALIKOTA CIMAHI NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG PERHITUNGAN HASIL NILAI SEWA REKLAME ATAU BIAYA PEMASANGAN SERTA KETINGGIAN DAN NILAI STRATEGIS PEMASANGAN REKLAME BERBANDING UMUR EKONOMIS/LAMA PEMASANGAN

Lebih terperinci

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 63 TAHUN 2014 TENTANG IZIN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 63 TAHUN 2014 TENTANG IZIN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 63 TAHUN 2014 TENTANG IZIN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, Menimbang : bahwa Peraturan

Lebih terperinci

WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDAPATAN DAERAH WALIKOTA MADIUN,

WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDAPATAN DAERAH WALIKOTA MADIUN, WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDAPATAN DAERAH WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut ketentuan Pasal 40 Peraturan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PANGKALPINANG, Menimbang : a. b. bahwa salah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN REKLAME

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN REKLAME LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pembangunan merupakan usaha terencana dan terarah untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia yang menuntut adanya perubahan sosial budaya sebagai pendukung keberhasilannya

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA JAMBI TAHUN 2010 NOMOR 7

BERITA DAERAH KOTA JAMBI TAHUN 2010 NOMOR 7 BERITA DAERAH KOTA JAMBI TAHUN 2010 NOMOR 7 SALINAN PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI, Menimbang : a. bahwa reklame

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Berdirinya DPPKAD Karanganyar. Karanganyar yang berkedudukan sebagai Dinas Daerah. DPPKAD

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Berdirinya DPPKAD Karanganyar. Karanganyar yang berkedudukan sebagai Dinas Daerah. DPPKAD BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Berdirinya DPPKAD Karanganyar Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Karanganyar adalah salah satu dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia, adanya desentralisasi pengelolaan pemerintah di daerah dan tuntutan masyarakat akan transparansi serta akuntabilitas memaksa pemerintah baik

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 17 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 17 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2001 TAHUN : 2001 NOMOR : 33 S E R I : D PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 17 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Objek Penelitian 1. Sejarah DPPKAD Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) kabupaten Karanganyar adalah salah satu dari Satuan Kerja Perangkat Daerah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi sebuah negara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi sebuah negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi sebuah negara yang dibayarkan oleh masyarakat. Pajak juga sebagai iuran pemungutan yang dapat dipaksakan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA TAHUN 2015 NOMOR 14 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR 14 TAHUN 2015 PAJAK REKLAME

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA TAHUN 2015 NOMOR 14 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR 14 TAHUN 2015 PAJAK REKLAME LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA TAHUN 2015 NOMOR 14 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR 14 TAHUN 2015 PAJAK REKLAME BAGIAN HUKUM DAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA TAHUN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SELUMA

PEMERINTAH KABUPATEN SELUMA PEMERINTAH KABUPATEN SELUMA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELUMA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELUMA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

SALINAN BUPATI SRAGEN 111 PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR : 34 TAHUN

SALINAN BUPATI SRAGEN 111 PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR : 34 TAHUN SALINAN BUPATI SRAGEN 111 PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR : 34 TAHUN 2012343 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH KHUSUSNYA PAJAK REKLAME

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan yang dilaksanakan secara bersama-sama. Untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG BUPATI PANDEGLANG, PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK REKLAME DAN NILAI STRATEGIS PEMASANGAN REKLAME SEBAGAI DASAR PERHITUNGAN PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam upaya pelaksanaan pembangunan nasional, hal yang paling penting adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan pengeluaran pemerintah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Menurut Sugiyono (2009:2), Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional tidak bisa dilepaskan dari prinsip otonomi daerah. Sebagai daerah otonom, daerah mempunyai

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 14 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK REKLAME

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 14 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK REKLAME LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 14 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK, Menimbang : a. bahwa salah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 08 Tahun 2004 Seri B PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 08 Tahun 2004 Seri B PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG Nomor 08 Tahun 2004 Seri B PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG

Lebih terperinci

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN WALIKOTA GORONTALO NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG IZIN PENEMPATAN REKLAME WALIKOTA GORONTALO,

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN WALIKOTA GORONTALO NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG IZIN PENEMPATAN REKLAME WALIKOTA GORONTALO, WALIKOTA GORONTALO PERATURAN WALIKOTA GORONTALO NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG IZIN PENEMPATAN REKLAME WALIKOTA GORONTALO, Menimbang : a. bahwa reklame merupakan benda atau alat yang akan dipasang pada tempat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 4 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 4 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 4 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa salah satu upaya menciptakan keindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wajib membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali. Secara langsung, yang

BAB I PENDAHULUAN. wajib membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali. Secara langsung, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Secara umum pajak diartikan sebagai pungutan dari masyarakat oleh negara berdasarkan undang-undang yang bersifat dapat dipaksakan dan terutang oleh yang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 24 TAHUN 2006

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 24 TAHUN 2006 BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN, PEMROSESAN, DAN PENERBITAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI PAJAK REKLAME

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI PAJAK REKLAME Menimbang Mengingat PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG HARI, : a. bahwa untuk mendukung kelancaran penyelenggaraan

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 70 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan efisien. Tercapainya efisiensi dan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan efisien. Tercapainya efisiensi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan pada hakekatnya adalah proses perubahan secara terus menerus, yang merupakan kemajuan dan perbaikan menuju ke arah yang ingin dicapai. Dalam

Lebih terperinci

Aristanti Widyaningsih *) Abstraksi. Abstract

Aristanti Widyaningsih *) Abstraksi. Abstract Analisis Potensi Penerimaan Pajak Reklame Kota Bandung (Analysis Potential of Advertisement Tax Income in Bandung Period 2001 2007) Aristanti Widyaningsih *) Abstract The research is purposed to know the

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 32 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan hal-hal yang akan diteliti dalam suatu penelitian. Menurut Sugiyono (2009 : 13) objek penelitian adalah sasaran ilmiah

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG KEWENANGAN PENANDATANGANAN SEBAGIAN PERIZINAN DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG KEWENANGAN PENANDATANGANAN SEBAGIAN PERIZINAN DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG KEWENANGAN PENANDATANGANAN SEBAGIAN PERIZINAN DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, Menimbang : a. bahwa untuk memberikan kemudahan pelayanan

Lebih terperinci

L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2006 T E N T A N G

L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2006 T E N T A N G SALINAN L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2006 T E N T A N G SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DAN RETRIBUSINYA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perangkat Daerah dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar

BAB I PENDAHULUAN. Perangkat Daerah dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Objek Penelitian 1. Sejarah DPPKAD Karanganyar Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) kabupaten Karanganyar adalah salah satu dari Satuan Kerja Perangkat

Lebih terperinci

RETRIBUSI PENGGUNAAN TANAH DAN ATAU BANGUNAN YANG DIKUASAI PEMERINTAH DAERAH UNTUK PEMASANGAN REKLAME

RETRIBUSI PENGGUNAAN TANAH DAN ATAU BANGUNAN YANG DIKUASAI PEMERINTAH DAERAH UNTUK PEMASANGAN REKLAME WALIKOTA MAKASSAR PERATURAN DAERAH KOTA MAKASSAR NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI PENGGUNAAN TANAH DAN ATAU BANGUNAN YANG DIKUASAI PEMERINTAH DAERAH UNTUK PEMASANGAN REKLAME BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disediakan oleh pemerintah dan dikelola oleh pemerintah. Beberapa ciri yang melekat pada retribusi daerah yang saat ini

BAB I PENDAHULUAN. disediakan oleh pemerintah dan dikelola oleh pemerintah. Beberapa ciri yang melekat pada retribusi daerah yang saat ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Retribusi adalah pembayaran dari penduduk kepada Negara karena adanya jasa tertentu yang diberikan oleh Negara bagi penduduknya secara perorangan. 1 Sementara itu menurut

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT Menimbang WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TATA RUANG, TATA BANGUNAN, DAN PERUMAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 22 TAHUN 2003

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 22 TAHUN 2003 PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH, Menimbang : a. bahwa dengan telah terbentuknya Kota Prabumulih melalui

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 10 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI IZIN PEMASANGAN SARANA PUBLIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALU,

PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 10 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI IZIN PEMASANGAN SARANA PUBLIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALU, PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 10 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI IZIN PEMASANGAN SARANA PUBLIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALU, Menimbang : a. bahwa Retribusi Daerah merupakan sumber

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 22 TAHUN 2005

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 22 TAHUN 2005 SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 22 TAHUN 2005 T E N T A N G PERUBAHAN KEDUA ATAS KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN REKLAME DI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 6 TAHUN 2006 PAJAK REKLAME PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 6 TAHUN 2006 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 6 TAHUN 2006 PAJAK REKLAME PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 6 TAHUN 2006 T E N T A N G LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 6 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 6 TAHUN 2006 T E N T A N G PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BUTON, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN PAJAK REKLAME WALIKOTA MALANG,

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN PAJAK REKLAME WALIKOTA MALANG, S A L I N A N NOMOR 1/B, 2008 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN PAJAK REKLAME WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memberikan kejelasan mengenai

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN (Berita Resmi Kabupaten Sleman) Nomor: 4 Tahun 2011 Seri: C PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2011

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN (Berita Resmi Kabupaten Sleman) Nomor: 4 Tahun 2011 Seri: C PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2011 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN (Berita Resmi Kabupaten Sleman) Nomor: 4 Tahun 2011 Seri: C PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem pemerintahan di negara Indonesia khususnya dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. sistem pemerintahan di negara Indonesia khususnya dalam sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak bergulirnya era reformasi telah terjadi perubahan dalam sistem pemerintahan di negara Indonesia khususnya dalam sistem pemerintahan di daerah. Perubahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk mengurusi daerahnya sendiri. Manajemen pemerintah daerah sebelum

I. PENDAHULUAN. untuk mengurusi daerahnya sendiri. Manajemen pemerintah daerah sebelum 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi Daerah membawa dampak pelimpahan wewenang kepada daerah untuk mengurusi daerahnya sendiri. Manajemen pemerintah daerah sebelum otonomi daerah dikendalikan secara

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2011 NOMOR 28 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2011 NOMOR 28 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2011 NOMOR 28 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 1 TAHUN 2011

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 1 TAHUN 2011 SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 85 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

P E R A T U R A N D A E R A H K O T A S E R A N G NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG

P E R A T U R A N D A E R A H K O T A S E R A N G NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG P E R A T U R A N D A E R A H K O T A S E R A N G NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG Menimbang : a. bahwa pajak reklame merupakan salah satu sumber

Lebih terperinci

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG ` WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 02 Tahun : 2008 Seri : E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 02 Tahun : 2008 Seri : E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 02 Tahun : 2008 Seri : E PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. Masalah pajak adalah masalah negara dan setiap orang yang hidup dalam

BAB II BAHAN RUJUKAN. Masalah pajak adalah masalah negara dan setiap orang yang hidup dalam BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pajak Masalah pajak adalah masalah negara dan setiap orang yang hidup dalam suatu negara pasti berurusan dengan pajak, oleh karena itu masalah pajak juga menjadi masalah seluruh

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINANN TERTENTU

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINANN TERTENTU PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINANN TERTENTU I. PENJELASAN UMUM Undang-Undang Dasar 1945 memiliki semangat pemberlakuan asas desentralisasi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO, PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO, Menimbang : a. bahwa pajak reklame sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PEMAKAMAN DAN PENGABUAN MAYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PEMAKAMAN DAN PENGABUAN MAYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PEMAKAMAN DAN PENGABUAN MAYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa Pemerintah Daerah menyelenggarakan

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PANJANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PANJANG PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA PADANG PANJANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA KOTA PADANG PANJANG NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA PADANG PANJANG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK REKLAME DAN NILAI STRATEGIS PEMASANGAN REKLAME SEBAGAI DASAR PERHITUNGAN PAJAK REKLAME Menimbang Mengingat : : DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALANGKA RAYA

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALANGKA RAYA PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG Menimbang Mengingat : : PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALANGKA RAYA a. bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan,

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG 1 WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GARUT NOMOR 2 2000 SERI A PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GARUT NOMOR 4 TAHUN 1999 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 5 TAHUN TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKABUMI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 5 TAHUN TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKABUMI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 5 TAHUN 2011 2010 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKABUMI, Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BIREUEN. Haryani 1*)

ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BIREUEN. Haryani 1*) ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BIREUEN Haryani 1*) 1) Dosen FE Universitas Almuslim Bireuen *) Haryani_68@yahoo.co.id ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk untuk menganalisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah merupakan hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2003 SERI C NOMOR 12 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN PENGGUNAAN JALAN

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2003 SERI C NOMOR 12 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN PENGGUNAAN JALAN LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2003 SERI C NOMOR 12 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN PENGGUNAAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALU, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan negara hukum. Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut. rendah sehingga menjadi urusan rumah tangga daerah itu. 1.

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan negara hukum. Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut. rendah sehingga menjadi urusan rumah tangga daerah itu. 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan Negara Kesatuan yang berbentuk Republik dan merupakan negara hukum. Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut asas Desentralisasi. Desentralisasi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BAUBAU,

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BAUBAU, PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BAUBAU, Menimbang : a. bahwa untuk menciptakan keteraturan, ketertiban dan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN HASIL KERJA PRAKTEK. Penagihan pada Dinas Pelayanan Pajak (DISYANJAK) Bandung. Pelaksanaan

BAB III PEMBAHASAN HASIL KERJA PRAKTEK. Penagihan pada Dinas Pelayanan Pajak (DISYANJAK) Bandung. Pelaksanaan BAB III PEMBAHASAN HASIL KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Pelaksanaan kerja praktek yang dilakukan penulis yaitu di bidang Kasie Penagihan pada Dinas Pelayanan Pajak (DISYANJAK) Bandung.

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa pajak reklame merupakan salah satu sumber

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT

PEMERINTAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT PEMERINTAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT Menimbang : Mengingat : PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 10 TAHUN 2006 P A J A K T E N T A N G R E K L A M E DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM BISMILLAHIRRAHMANIRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN, Menimbang : a. bahwa Retribusi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK REKLAME

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK REKLAME 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang : a. Bahwa reklame merupakan media promosi yang dapat

Lebih terperinci

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT 1 WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BUKITTINGGI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BUKITTINGGI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON 2 NOMOR 22 TAHUN 2004 PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN IZIN REKLAME BAGI IKLAN PRODUK TEMBAKAU DI MEDIA LUAR RUANG DI KOTA TANGERANG

NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN IZIN REKLAME BAGI IKLAN PRODUK TEMBAKAU DI MEDIA LUAR RUANG DI KOTA TANGERANG ======================================================= PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN IZIN REKLAME BAGI IKLAN PRODUK TEMBAKAU DI MEDIA LUAR RUANG DI KOTA TANGERANG

Lebih terperinci

telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indo

telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indo SALINAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DHARMASRAYA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 22 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 22 TAHUN 2011

BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 22 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 22 TAHUN 2011 Menimbang BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 22 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBERIAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 5 BAB II BAHAN RUJUKAN Pajak Masalah pajak adalah masalah Negara dan setiap orang yang hidup dalam suatu Negara pasti berurusan dengan pajak, oleh karena itu masalah pajak juga menjadi masalah seluruh

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANOKWARI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANOKWARI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANOKWARI, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (2) huruf d Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang mensejahterakan rakyat dapat dilihat dari tercukupinya

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang mensejahterakan rakyat dapat dilihat dari tercukupinya BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Indonesia `merupakan salah satu negara yang sedang berkembang yang akan selalu melakukan pembangunan nasional guna mensejahterahkan rakyatnya. Pembangunan yang mensejahterakan

Lebih terperinci

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANGANDARAN,

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa pajak reklame merupakan salah satu sumber

Lebih terperinci

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 60 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS PEMUNGUTAN RETRIBUSI DAERAH

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PARIGI MOUTONG, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU. Nomor 5 Tahun 2006 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU. Nomor 5 Tahun 2006 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU Nomor 5 Tahun 2006 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG WAJIB DAFTAR PERGUDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA LUBUKLINGGAU,

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, Menimbang : a. bahwa reklame merupakan salah satu alat

Lebih terperinci