2.1 PENGERTIAN TRANSPORTASI, PERENCANAAN TRANSPORTASI DAN PEMODELAN TRANSPORTASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "2.1 PENGERTIAN TRANSPORTASI, PERENCANAAN TRANSPORTASI DAN PEMODELAN TRANSPORTASI"

Transkripsi

1 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 PENGERTIAN TRANSPORTASI, PERENCANAAN TRANSPORTASI DAN PEMODELAN TRANSPORTASI PENGERTIAN TRANSPORTASI Transportasi adalah penerapan dari ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk mengangkut atau memindahkan barang dan manusia dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan suatu cara yang berguna bagi manusia. (Morlok, 1995). Transportasi adalah suatu perpindahan barang dan atau penumpang dari suatu lokasi ke lokasi lainnya, dan membuat nilai barang atau penumpang tersebut mempunyai nilai lebih tinggi di tempat lokasi yang baru. (Wright, 1989). Dalam definisi di atas dapat ditentukan tiga komponen utama transportasi : 1. Sarana transportasi seperti jalan raya, jalan rel, bandar udara, pelabuhan, dan lainya sebagainya. 2. Prasarana transportasi yaitu kendaraan yang digunakan untuk berpindah atau mengangkut. 3. Sistem operasional yang menjamin sarana dan prasarana transportasi dapat berfungsi dengan baik PENGERTIAN PERENCANAAN TRANSPORTASI Berbagai kegiatan transportasi dapat menimbulkan berbagai permasalahan seperti kemacetan, polusi udara dan suara dan lainnya. Semakin lama, maka kuantitas dan kualitas permasalahan yang ditimbulkan tersebut akan semakin besar pula. Maka dalam hal ini diperlukan adanya proses perencanaan transportasi. Proses perencanaan transportasi bertujuan untuk memberikan solusi terbaik dari beberapa solusi yang ada dengan sumberdaya yang tersedia. (Black, 1981) Proses perencanaan transportasi merupakan bagian dari proses pengambilan keputusan atau kebijakan transportasi. (Tamin, 2000) II - 1

2 Dalam proses perencanaan transportasi terdapat tiga hal utama yang mempengaruhi, yaitu: 1. Penggunaan lahan (land use). Dalam hal ini penggunaan lahan berarti: a. Penggunaan lahan secara legal pada suatu daerah tertentu, misalnya daerah pemukiman, daerah industri, dan lain sebagainya. b. Tipe struktur yang dibangun pada lahan tersebut, misalnya rumah, pabrik, sekolah, dan lain sebagainya. c. Pengukuran besarnya intensitas aktivitas sosial dan ekonomi yang ada pada lahan tersebut, misalnya populasi, pekerja dan lain sebagainya. 2. Penyediaan transportasi (Transport Supply) yang merupakan bentuk fisik dari jaringan penghubung antara lahan (land use). Penyediaan transportasi (Transport supply) diantaranya termasuk: a. Variasi dari jaringan transportasi, seperti jalan untuk pejalan kaki, jalan raya, jalan tram, rute bus, dan jalan kereta api. b. Karakteristik operasional dari jaringan transportasi tersebut seperti waktu perjalanan, biaya atau tingkat pelayanan. 3. Lalulintas (traffic) merupakan akibat dari adanya penggunaan lahan (land use) dan pemenuhan transportasi. Pergerakan pejalan kaki dan kendaraan merupakan representasi dari pergerakan horizontal dari orang dan barang pada jaringan transportasi (Black, 1981) Terdapat beberapa cara pendekatan untuk desain suatu sistem transportasi. Proses ini biasa disebut dengan perencanaan sistem atau proses desain. Kerangka proses perencanaan transportasi dapat dilihat pada halaman selanjutnya. II - 2

3 Memformulasikan tujuan dan sasaran Mengumpulkan data Metode- metode analisis Peramalan Memformulasikan rencana alternatif Evaluasi Implementasi Gambar 2.1 Proses Perencanaan Transportasi Berikut pendeskripsian bagan diatas: 1. Memformulasikan tujuan dan sasaran (Formulation of Goals and objectives), merupakan tahap dalam menetapkan tujuan dari proses perencanaan, mengidentifikasi permasalahan, pengenalan permasalahan dan keterbatasan yang ada. 2. Mengumpulkan data (Data collection), merupakan tahap pengumpulan data yang relevan dan melakukan survey- survey. 3. Metode- metode analisis (Analytical Methods), merupakan tahap menganalisa data dan mengembangkan metode kuantitatif yang cocok untuk mengerti sistem. 4. Peramalan (Forecasting), merupakan tahap dalam meramalkan situasi dan kebutuhan di masa depan. II - 3

4 5. Memformulasikan rencana alternatif (Formulation of Alternatif Plans), merupakan tahap dalam menetapkan desain- desain perencanaan alternatif untuk situasi dan kebutuhan di masa depan. 6. Evaluasi (Evaluation), merupakan tahap dalam memilih desain perencanaan yang tepat. 7. Implementasi (Implementation), merupakan tahap dalam pengimplementasian desain perencanaan terbaik. (Black, 1981) Sehingga dengan adanya proses perencanaan transportasi diharapkan dapat meminimalisasi permasalahan transportasi yang ada di masa depan PENGERTIAN PEMODELAN TRANSPORTASI Model merupakan representasi dari sesuatu dan didisain untuk tujuan yang spesifik. Pemodelan transportasi menjelaskan tentang hubungan antara penggunaan lahan (land use), lalulintas (traffic) dan alat transportasi (Black, 1981) Model merupakan bentuk penyederhanaan suatu realita (atau dunia yang sebenarnya) dan merupakan cerminan dan penyederhanaan realita untuk tujuan tertentu, seperti memberikan penjelasan, pengertian serta peramalan. (Tamin, 2000) Dalam pemodelan transportasi digunakan model grafis dan model matematis. Model grafis adalah model yang menggunakan gambar, warna dan bentuk sebagai media penyampaian informasi mengenai keadaan sebenarnya (realita). Dalam transportasi model grafis dapat digunakan untuk mengilustrasikan terjadinya pergerakan (arah dan besarnya) yang terjadi yang beroperasi secara spasial (ruang). Sedangkan model matematis menggunakan persamaan atau fungsi matematika sebagai media dalam usaha mencerminkan realita. Keuntungan dalam pemakaian model matematis dalam perencanaan transportasi adalah bahwa sewaktu pembuatan formulasi, kalibrasi serta penggunaannya, para perencana dapat belajar banyak, melalui eksperimen, tentang perilaku dan mekanisme internal dari sistem yang sedang dianalisis. (Tamin, 2000) Ketika model harus menjelaskan sesuatu yang cukup kompleks, maka diperlukan bentuk dari persamaan matematika. Dalam model matematik, presepsi kita dari dunia nyata di sederhanakan dan diterjemahkan kedalam bahasa matematis. Namun, model matematis memiliki keterbatasan dalam menterjemahkan kata (dunia nyata) ke dalam simbol matematis. (Black, 1981)) II - 4

5 Dalam pemodelan transportasi terdapat beberapa definisi yang sering digunakan, yaitu: a. Fungsi. Konsep matematis yang digunakan untuk menyatakan bagaimana satu nilai peubah (tidak bebas) ditentukan oleh satu atau beberapa peubah lainnya (bebas) b. Argumen. Nilai tertentu suatu fungsi dapat dihitung dengan memasukkan nilai pada peubah (bebas) yang ada dalam fungsi tersebut; peubah bebas itu disebut argumen. c. Peubah. Kuantitas yang dapat digunakan untuk mengasumsikan nilai numerik yang berbeda- beda. Jika suatu huruf digunakan untuk menyatakan nilai suatu fungsi, huruf itu disebut peubah tidak bebas; jika digunakan sebagai argumen suatu fungsi, disebut peubah bebas. d. Parameter. Kuantitas yang mempunyai suatu nilai konstan yang berlaku pada kasusu tertentu, yang mungkin mempunyai nilai konstan yang berbeda pada kasus yang lain. e. Koefisien. Dalam aplikasi matematika, koefisien mempunyai definisi yang sama dangan parameter. f. Kalibrasi. Proses yang dilakukan untuk menaksir nilai parameter atau koefisien sehingga hasil yang didapat mempunyai galat yang sekecil mungkin dibandingkan dengan hasil yang sebenarnya. g. Algoritma. Suatu prosedur yang menunjukkan urutan operasi aritmatika yang rumit. Biasanya algoritma sering digunakan dalam pembuatan program komputer. Model transportasi dibutuhkan sebagai alat untuk membantu proses pengambilan keputusan. Bukan sebagai penentu kebijakan itu sendiri. Dalam model transportasi tidak memperhitungkan faktor lain seperti faktor lingkungan, pertahanan, keamanan, ekonomi, sosial dan budaya. Sehingga para pengambil keputusan lebih berwenang dalam pengambilan keputusan dibandingkan dengan para perencana transportasi. (Tamin, 2000) 2.2 ANALISIS BANGKITAN PERGERAKAN LALULINTAS Bangkitan lalulintas adalah phase (tingkat) pertama pada proses prakiraan perjalanan, ini termasuk prakiraan jumlah total perjalanan yang memasuki atau meninggalkan tempat (daerah) tersebut sebagai fungsi dari sosio- ekonomi, lokasi dan karakteristik tata guna lahannya (Stopher, 1980). Bangkitan lalulintas adalah proses analisis yang menetapkan atau menghasilkan hubungan antara aktivitas kota dengan perjalanannya (Wright, 1989) II - 5

6 Bangkitan pergerakan bertujuan mendapatkan jumlah pergerakan yang di bangkitkan oleh setiap zona asal dan jumlah pergerakan yang tertarik ke setiap zona tujuan yang ada dalam daerah kajian. Dan memprediksikan tingkat pertumbuhan orang atau kendaraan pada masa yang mendatang. Metoda pengembangan yang digunakan dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik perjalanan dan pertumbuhan lingkungan yang merupakan fungsi dari faktor tata guna lahan dan parameter sosio-ekonomi. (Bruton, 1975) Analisis bangkitan pergerakan lalulintas ini bertujuan untuk menghasilkan model hubungan yang mengaitkan parameter tata guna lahan dengan jumlah pergerakan yang menuju ke suatu zona atau jumlah pergerakan yang meninggalkan suatu zona. Tahap bangkitan pergerakan ini meramalkan jumlah pergerakan yang akan dilakukan oleh seseorang pada setiap zona asal dengan menggunakan data rinci mengenai tingkat bangkitan pergerakan, atribut sosio-ekonomi, serta tata guna lahan. Zona asal dan tujuan pergerakan biasanya juga menggunakan istilah trip end. (Tamin, 2000) Nilai bangkitan pergerakan sering digunakan untuk memperkirakan pergerakan pada masa mendatang. Nilai bangkitan pergerakan umumnya didasarkan pada karakteristik perjalanan yang dilakukan pada daerah studi. Umumnya perkiraan bangkitan pergerakan dibedakan berdasarkan tipe tata guna lahan.(trb,1991) Beberapa kajian transportasi berhasil mengidentifikasi korelasi antara besarnya pergerakan dengan berbagai peubah, dan setiap peubah tersebut juga saling berkorelasi. Analisis ini biasanya menggunakan data berbasis zona untuk memodelkan besarnya pergerakan yang terjadi (baik bangkitan maupun tarikan), misalnya tata guna lahan, pemilikan kendaraan, populasi, jumlah pekerja, kepadatan penduduk, pendapatan dan juga moda transportasi yang digunakan. (Tamin, 2000) Bangkitan perjalanan digunakan untuk memperkirakan jumlah perjalanan yang berasal dari setiap zona dan jumlah perjalanan yang berakhir di setiap zona, untuk setiap maksud perjalanan. Pertimbangan mengenai maksud perjalanan adalah penting, bukan saja hanya untuk menentukan faktor-faktor yang akan mempengaruhi jumlah perjalanan yang akan terjadi, tetapi juga akan mempengaruhi pemilihan moda, dimana pemilihan moda sangat penting dalam desain suatu sistem transportasi masa mendatang. (Morlok, 1995) Perjalanan (trip) merupakan pergerakan satu arah dari sebuah titik asal menuju sebuah titik tujuan. Biasanya makna kata perjalanan hanya tertuju pada perjalanan dengan menggunakan kendaraan, namun pejalan kaki juga perlu dipertimbangkan. Dan perjalanan yang dilakukan oleh anak dibawah usia 5 tahun (balita) biasanya diabaikan. (Ortuzar, 1994) II - 6

7 Bangkitan pergerakan pada umumnya memperkirakan jumlah perjalanan untuk setiap maksud perjalanan berdasarkan karakteristik tata guna lahan dan karakteristik sosioekonomi pada setiap zona. Biasanya tidak ada pertimbangan yang tegas yang diberikan untuk karakteristik sistem transportasi, walaupun menurut teori permintaan perjalanan, biaya dan tingkat pelayanan transpor akan mempengaruhi jumlah perjalanan yang dibuat. Jumlah perjalanan yang dibangkitkan pada daerah pinggiran metropolitan yang luas, sejumlah ahli transportasi telah menemukan bahwa jumlah perjalanan yang diperkirakan, perlu diperkecil karena penduduk cenderung mengkombinasikan sejumlah maksud dan tujuan. (Morlok, 1995) Perjalanan ( trip) dapat dibagi menjasi dua kelompok, yaitu: 1) Perjalanan berbasis rumah (Home- based trip), merupakan perjalanan dimana rumah merupakan titik asal, atau merupakan titik tujuan, ataupun merupakan titik asal dan juga titik tujuan dari suatu perjalanan (Ortuzar, 1994). Merupakan sebuah perjalanan yang memiliki akhir perjalanan di rumah. Klasifikasi perjalanan yang telah digunakan dalam studi perencanaan transportasi perkotaan untuk perjalanan berbasis rumah adalah: a. perjalanan untuk bekerja b. perjalanan untuk bersekolah c. perjalanan untuk berbelanja d. perjalanan bisnis perorangan e. perjalanan sosial- rekreasi (Hutchinson, 1974) Perjalanan untuk bekerja dan bersekolah biasanya merupakan perjalanan yang bersifat wajib (mandatory trips). Sedangkan perjalanan lainnya merupakan perjalanan yang bersifat pilihan (optional trips). 2) Perjalanan berbasis bukan rumah (Non- home- based trip), merupakan kebalikan dari perjalanan berbasis rumah, dimana rumah bukanlah merupakan titik asal maupun titik tujuan dari suatu perjalanan. Perjalanan berbasis bukan rumah dapat memiliki nilai antara 15-20% dari keseluruhan perjalanan yang ada (Ortuzar, 1994). Contoh dari perjalanan berbasis bukan rumah antara lain perjalanan antara bekerja dan berbelanja, juga perjalanan bisnis antara dua tempat kerja yang berbeda (Hutchinson, 1974). Dari pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat dua jenis zona, yaitu zona yang dapat menghasilkan bangkitan pergerakan (trip production) dan zona yang dapat menghasilkan tarikan pergerakan (trip attraction). Penjelasan mengenai bangkitan perjalanan (trip production) dan tarikan pergerakan (trip attraction) adalah sebagai berikut: II - 7

8 a. Bangkitan perjalanan (trip production), merupakan suatu pergerakan berbasis rumah yang mempunyai tempat asal dan/ atau tujuan adalah rumah atau pergerakan yang dibangkitkan oleh pergerakan berbasis bukan rumah (Tamin, 2000). Merupakan suatu pergerakan yang berasal atau menuju rumah dalam perjalanan berbasis rumah dan juga merupakan pergerakan dari titik asal perjalanan pada perjalanan berbasis bukan rumah (Ortuzar, 1994) b. Tarikan pergerakan (trip attraction), merupakan suatu pergerakan berbasis rumah yang mempunyai tempat asal dan/ atau tujuan bukan rumah atau pergerakan yang tertarik oleh pergerakan berbasis bukan rumah (Tamin, 2000). Merupakan suatu pergerakan yang tidak berasal atau tidak menuju rumah dalam perjalanan berbasis rumah dan juga merupakan pergerakan menuju titik tujuan pada perjalanan berbasis bukan rumah (Ortuzar, 1994) Rumah Bangkitan Bangkitan Tarikan Tarikan Tempat Kerja Tempat Kerja Bangkitan Tarikan Tarikan Bangkitan Tempat Belanja Gambar 2.2 Bangkitan dan tarikan pergerakan (Ortuzar, 1994) Tahapan bangkitan pergerakan (trip generation) sering digunakan untuk menetapkan besarnya bangkitan pergerakan yang dihasilkan oleh rumah tangga (baik untuk pergerakan berbasisi rumah maupun berbasis bukan rumah) pada selang waktu tertentu (per jam atau per hari) (Tamin, 2000). Dalam memodelkan besarnya tahapan bangkitan pergerakan biasanya tidak hanya dianalisis berdasarkan besarnya jumlah pergerakan manusia, namun juga pergerakan barang. II - 8

9 Nilai bangkitan pergerakan kendaraan dapat ditentukan dengan menggunakan lebih dari satu variabel bebas. Pemilihan variabel bebas merupakan salah satu bagian penting dalam permodelan bangkitan pergerakan. Standar deviasi dan nilai koefisien determinasi (R 2 ) ditunjukkan dengan pemilihan variabel bebas yang terbaik pada data. Selain itu ukuran sampel juga menjadi pertimbangan dalam pemilihan variabel bebas, umumnya pada variabel bebas digunakan data yang memiliki ukuran sampel yang lebih besar. (TRB, 1991) Berikut adalah beberapa faktor yang berpengaruh terhadap besarnya tahapan bangkitan pergerakan: a. Bangkitan perjalanan untuk manusia Perilaku individu dipengaruhi oleh atribut sosio ekonomi, dimana atribut yang dimaksud adalah : - Tingkat pendapatan ; biasanya terdapat tiga tingkat pendapatan di Indonesia yaitu : tinggi, menengah dan rendah. - Tingkat pemilikan kendaraan : biasanya terdapat empat tingkat : 0, 1, 2 atau lebih dari dua (2+)kendaraan per rumah tangga. - Ukuran dan struktur rumah tangga - Nilai lahan - Kepadatan area pemukiman - Aksesibilitas Empat faktor pertama, yaitu pendapatan, kepemilikan kendaraan, struktur rumah tangga dan ukuran rumah tangga, telah menjadi bahan pertimbangan dalam beberapa studi bangkitan pergerakan, sedangkan nilai lahan dan kepadatan area pemukiman biasanya dipakai untuk studi ke- zonaan. Yang terakhir, yaitu aksesibilitas, biasanya jarang digunakan walaupun beberapa studi telah menggunakannya. b. Tarikan perjalanan untuk manusia Faktor yang paling sering digunakan adalah luasnya atap untuk kegiatan industri, komersial dan pelayanan lainnya. Faktor lain yang biasanya digunakan adalah zona lapangan pekerjaan, dan studi tertentu telah memasukkan pengukuran aksesibilitas. c. Bangkitan dan tarikan perjalanan untuk barang Pergerakan ini hanya merupakan sebagian kecil dari pergerakan yang ada. Hanya 20% dari seluruh pergerakan di dalam area negara industri. Walaupun demikian pergerakan ini dapat berpengaruh terhadap terjadinya kemacetan. Variabel yang penting meliputi: - jumlah tenaga kerja II - 9

10 - jumlah tempat pemasaran - luasnya atap area industri - total seluruh daerah industri yang ada ( Ortuzar, 1994). Tujuan dari memodelkan besarnya tahapan bangkitan pergerakan adalah untuk mendapatkan persamaan yang dapat mengestimasi besarnya bangkitan pergerakan berdasarkan zona. Namun karena setiap perjalanan memiliki dua ujung, maka analisis yang berbeda dibuat untuk besarnya bangkitan pergerakan oleh suatu zona dan besarnya tarikan menuju suatu zona. Untuk setiap zona pada area studi, survei menyediakan informasi berdasarkan observasi mengenai besarnya jumlah bangkitan dan tarikan pergerakan, tingkat penggunaan lahan dan variabel sosio- ekonomi. Tabulasi per zona dari data ini akan digunakan untuk membuat model tahapan bangkitan pergerakan. Dua pendekatan yang dapat digunakan dalam memodelkannya adalah dengan menggunakan analisis regresi dan analisis kategori (Black, 1981) PENGUMPULAN DATA Pengumpulan informasi dan pengkodean data sangatlah penting dalam perencanaan transportasi perkotaan dan aspek ini biasanya setidaknya menghabiskan seperempat hingga dua pertiga dari biaya yang ada (Hutchinson, 1974). Data yang dikumpulkan adalah berupa data penggunaan lahan dan pola perjalanan. Survey penggunaan lahan bertujuan untuk mengetahui tujuan dari penggunaan lahan pada daerah studi dan intensitas aktivitas sosial dan ekonomi pada lahan tersebut. Sedangkan survey pada rumah tangga dan pabrik yang ada bertujuan untuk mengetahui pergerakan orang dan barang (Bruton, 1975) Pengumpulan data primer dan data sekunder yang dibutuhkan dalam kajian bangkitan pergerakan dilakukan dengan mengambil data langsung di daerah studi dan instansi-instansi terkait lainnya yang berhubungan dengan studi bangkitan ini (TRB, 1991). Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam pengumpulan data adalah : Pengidentifikasian nilai potensial dari data. Pemilihan jenis data akan diperhitungkan Pengurusan ijin kepada instansi berwenang terhadap daerah studi Pemilihan tipe karakteristik pergerakan yang akan dikaji. Melakukan survei lapangan dan perhitungan nilai data. II - 10

11 Survey dalam studi transportasi perkotaan meliputi: (Black, 62) a. Survey interview rumah tangga Survey ini idealnya dapat menginformasikan karakteristik rumah tangga dan pola perjalanan seluruh anggota keluarga. Besarnya sampel bergantung pda besarnya daerah studi dan keakuratan statistik yang dibutuhkan. Teori pengambilan jumlah sample berdasarkan pengalaman berdasarkan the US Departement of Transportation adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Ukuran sampel minimum dan yang disarankan untuk survey interview rumah tangga Populasi Area Studi Ukuran Sampel Minimum Disarankan Dibawah dari 10 1 dari dari 20 1 dari dari 35 1 dari dari 50 1 dari dari 70 1 dari 20 Diatas dari dari 25 Sumber: (Bruton, 1975). Prosedur yang biasanya dilakukan adalah dengan memberikan pemilik rumah (responden) kuesioner yang berisi pertanyaan- pertanyaan interview. Tipe- tipe pertanyaan yang diajukan dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu: 1) Karakteristik rumah tangga secara umum, seperti jumlah anggota keluarga, kepemilikan kendaraan atau garasi, tingkat pendapatan, tipe menetap rumah tangga tersebut. 2) Karakteristik anggota keluarga, seperti pekerjaan, jenis kelamin, dan usia. 3) Informasi perjalanan individu tentang sejumlah perjalanan yang telah dilakukan selama periode survey, seperti titik asal perjalanan dan titik tujuan perjalanan, tujuan dari perjalanan, tipe penggunaan lahan di daerah asal dan tujuan perjalanan, waktu perjalanan, dan moda transportasi yang digunakan. b. Survey kendaraan komersial Studi serupa dapat digunakan juga untuk mengumpulkan informasi tentang pergerakan komersial yang terjadi di area studi. Pertanyaan yang dapat diajukan pada pemilik kendaraan komersial, misalnya pabrik antara lain: 1) Karakteristik pabrik II - 11

12 2) Perjalanan yang dilakukan setiap kendaraan sampel, termasuk tipe dan berat kendaraan. Juga komoditas yang dibawanya. c. Interview pengguna jalan Interview pengguna jalan bertujuan menginformasikan asal dan tujuan pengguna jalan. Pengemudi diajukan pertanyaan berupa daerah asal dan tujuan dari perjalanan mereka, jenis kendaraan, pekerjaan dan tujuan dari perjalanan tersebut. Namun dengan metode ini tingkat respon dari responden kurang dari 50%, sehingga lebih akurat jika dilakukan survey interview rumah tangga. d. Survey transportasi publik Survey ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang perjalanan yang dimulai dari luar studi area dan berakhir di dalam studi area. Kuesioner diberikan di stasiun atau pemberhentian bus diluar area studi. Pertanyaan meliputi titik awal dan tujuan perjalanan, tujuan dari perjalanan, prioritas penggunaan moda transportasi. ( Watson, 1978) Setelah data terkumpul, selanjutnya data tersebut dipisahkan kedalam unit- unit yang biasa disebut zona. Berikut adalah faktor- faktor yang penting dalam mendesain sistem zona untuk sebuah area studi. a. Zona tersebut didominasi satu tipe penggunaan lahan b. Karakteristik dari aktivitas dalam zona sebaiknya homogen c. Zona area kecil memberikan ketepatan lokal, sedangkan zona area besar memberikan sampel yang cukup dari rumah tangga dan pabrik untuk menghasilkan estimasi statistik yang dapat dipercaya. d. Sistem zona harus cocok dengan batasan dari area sensus penduduk e. Batasan daerah zona dapat berupa jalan utama, jalan kereta api, kanal atau pembatas pergerakan fisik lainnya UJI STATISTIK Dalam melakukan analisis bangkitan pergerakan dengan model analisis berbasis zona ini, dilakukan empat tahap uji statistik terhadap data yang ada, agar model bangkitan tersebut dapat dinyatakan absah. Berikut adalah ke- empat tahap uji statistik tersebut. ( Tamin, 2000) 1. Uji kecukupan data Uji kecukupan data ini dilakukan untuk menentukan jumlah data minimum yang harus tersedia, baik untuk peubah bebas maupun peubah tidak bebas. Semakin II - 12

13 tinggi tingkat akurasi yang diinginkan, semakin banyak data yang dibutuhkan. Jumlah data minimum dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut: 2 CV * Zα N = ( pers 2.1) 2 E Dimana: CV = koefisien variansi E = tingkat akurasi = nilai variansi untuk tingkat kepercayaan α yang diinginkan. Z α 2. Uji korelasi Uji statistik ini dilakukan untuk memenuhi persyaratan model matematis, yaitu sesama peubah bebas tidak boleh saling berkorelasi, sedangkan antara peubah tidak bebas dengan peubah bebas harus ada korelasi yang kuat ( baik positif maupun negatif). Berikut adalah persamaannya: N N N ( X iyi ) ( X i) ( Yi ) i= 1 i= 1 i= 1 r = ( pers 2.2) 2 2 N N N N 2 2 N ( X ) ( ) ( ) ( ) i X i N Yi Yi i= 1 i= 1 i= 1 i= 1 N Persamaan uji korelasi di atas memiliki nilai r ( -1 r +1). Nilai r yang mendekati -1 berarti bahwa kedua peubah tersebut saling berkorelasi negatif ( peningkatan nilai salah satu peubah akan menyebabkan penurunan nilai peubah lainnya). Nilai r yang mendekati +1 berarti bahwa kedua peubah tersebut saling berkorelasi positif negatif ( peningkatan nilai salah satu peubah akan menyebabkan peningkatan nilai peubah lainnya). Nilai r yang mendekati 0 berati bahwa tidak terdapat korelasi antara kedua peubah tersebut. 3. Uji linearitas Uji statistik ini perlu dilakukan untuk memastikan apakah model bangkitan pergerakan dapat didekati dengan model analisis regresi linear atau model analisis tidak linier. 4. Uji kesesuaian Uji statistik ini dilakukan untuk menentukan model bangkitan pergerakan yang terbaik. Pada umumnya, uji ini didasarkan atas kedekatan atau kesesuaian hasil model dengan hasil observasi. Dua uji kesesuaian yang paling sering digunakan adalah model analisis regresi dan model kemiripan maksimum. II - 13

14 Model analisis regresi mengasumsikan bahwa model terbaik adalah model yang mempunyai total kuadratis residual antara hasil model dengan hasil observasi ( pengamatan) yang paling minimum. 2 Meminimumkan S = ˆ ( Y i Yi ) ( pers 2.3) N i= 1 Model kemiripan maksimum mengasumsikan bahwa model terbaik adalah model yang mempunyai total perkalian peluang antara hasil model dengan hasil observasi ( pengamatan) yang paling maksimum ( mendekati 1) N Memaksimumkan L = Yi i= Yˆ 1 i ( pers 2.4) Selain itu perlu dilakukan pengujian koefisien determinasi (R 2 ) sebagai berikut : Gambar 2.3 memperlihatkan garis regresi dan beberapa data yang digunakan untuk mendapatkannya. Jika tidak terdapat nilai x, ramalan terbaik Yi adalah Yi. Akan tetapi, gambar memperlihatkan bahwa untuk x i, galat model tersebut akan tinggi : (Yi -Yi ). Jika x i diketahui, ternyata ramalan terbaik Yi menjadi Yˆ i dan hal ini memperkecil galat menjadi (Yi - Yˆ i ) Gambar 2.3 Beberapa Jenis Simpangan II - 14

15 Dari gambar 2.3, didapatkan: (Yi -Yi ) = ( Yˆ i - Yi ) + (Yi - Yˆ i ) ( pers 2.5) Simpangan total simpangan terdefinisi simpangan tidak terdefinisi Jika kita kuadratkan total simpangan tersebut dan menjumlahkan semua nilai i di dapat: i (Yi -Yi ) 2 = i ( Yˆ i - Yi ) 2 + i (Yi - Yˆ i ) 2 ( pers 2.6) Simpangan total simpangan terdefinisi simpangan tidak terdefinisi Karena ( Yˆ i - Yi ) = bˆ x i mudah dilihat bahwa variasi terdefinisi merupakan fungsi koefisien regresi bˆ. Proses penggabungan total variasi disebut analisis variansi. Koefisien determinasi didefinisikan sebagai nisbah antara variasi terdefnisi dengan variasi total : R 2 = i i ( Yˆ Y ) i ( Y Y ) i i i 2 2 ( pers 2.7) koefisien ini mempunyai batas limit sama dengan satu (Perfect Explanation) dan nol (non explanation); nilai antara kedua batas limit ini ditafsirkan sebagai persentase total variasi yang dijelaskan oleh analisis regresi linier. Selain itu juga perlu dilakukan pengujian terhadap distribusi data dengan pengujian sebagai berikut: Distribusi t Distribusi t selain digunakan untuk menguji hipotesis juga untuk membuat pendugaan interval (interval estimate). Biasanya, distribusi t digunakan untuk menguji hipotesis mengenai parameter, paling banyak dari 2 populasi, dan dari sampel kecil (small sample size), misalnya n<100, bahkan seringkali n 30. Untuk sampel besar, (n 30) nilai distribusi t sangat dekat dengan hasil nilai distribusi normal. Variabel t dapat mengambil nilai negatif maupun positif, oleh karena pada dasarnya variabel t ini berasal dari variabel normal, padahal variabel normal selain mengambil nilai positif juga nilai negatif. Variabel t ini juga mempunyai kurva yang simetris terhadap t=0. Berikut adalah rumusan nilai distribusi t: II - 15

16 (X µ ) n t = (pers 2.8) s Merupakan distribusi t dengan derajat kebebasan v=(n-1) Gambar 2.4 Kurva distribusi t Dan untuk praktisnya nilai t ini telah disajikan dalam bentuk tabel, apabila nilai probabilitas α sudah diketahui, atau sebaliknya. Untuk menggunakan tabel t harus ditentukan terlebih dahulu besarnya nilai α dan v. Oleh karena kurva t simetris, maka nilai yang dicari hanya nilai t sebelah kanan titik O. Distribusi f Distribusi f dapat digunakan untuk menguji mengenai tepatnya fungsi untuk diterapkan terhadap data empiris atau data hasil observasi. Dan distribusi f ini digunakan untuk menguji hipotesis mengenai suatu parameter dari beberapa populasi (lebih dari 2). Berikut adalah rumusan nilai distribusi F dari suatu variabel R dengan nilai Q1= 2 v1 X dan Q2= X 2 v2 yang merupakan variabel bebas, dengan derajat kebebasan v1 dan v2. Q1 / v1 R = (pers 2.9) Q2 / v2 Sehingga distribusi F v1,v2 merupakan rasio X 2 v1 dan v1 Untuk praktisnya nilai F ini telah diberikan dalam bentuk tabel, dan terlebih dahulu harus diketahui nilai v1 dan v2, serta nilai α, yaitu suatu nilai probabilitas bahwa variabel F mengambil nilai atau lebih besar dari F α (v1,v2) X 2 v 2 v2 II - 16

17 Ada tiga metoda yang dapat digunakan untuk menghitung besarnya bangkitan lalu lintas yaitu : Melalui grafik antara pergerakan dengan variable bebas untuk setiap kajian. Analisis regresi Nilai pembebanan bangkitan pergerakan Perkiraan teknik diperlukan dalam pemilihan metoda perhitungan yang diginakan dalam perhitungan bangkitan perjalanan. Dengan adanya tiga metoda ini diharapkan dapat memecah masalah bangkitan pergerakan yang menimbulkan konflik ANALISIS REGRESI Metoda yang dapat digunakan untuk mengestimasi bangkitan perjalanan berdasarkan rumah adalah analisis regresi, yaitu suatu metoda yang digunakan untuk memperkirakan nilai-nilai terbaik bagi sejumlah parameter pada hubungan matematis tertentu diantar dua variabel atau lebih. Analisis regresi merupakan metode statistik untuk mempelajari bagaimana variabel tidak bebas berhubungan dengan satu atau lebih variabel bebas. (Black, 1981) Masalah utamanya adalah penentuan variabel yang digunakan untuk meramalkan jumlah bangkitan pergerakan. Pada penggunaan analisis ini, jumlah perjalanan merupakan kombinasi linier dari nilai nilai variabel yang diramalkan (disebut variabel bebas). Variabel yang diperkirakan adalah jumlah total perjalanan untuk maksud tertentu yang berasal dan bertujuan dalam sebuah zona, dan bukan merupakan jumlah perjalanan per rumah tangga, walaupun variabel yang diramalkan (disebut variabel tidak bebas) mungkin akan merupakan perjalanan total per zona atau per rumah tangga. Pada metoda Analisis regresi dapat diasumsikan hubungan antara antara pergerakan dengan variabel bebas. Analisis regresi menyediakan fasilitas dalam pemilihan model yang disesuaikan dengan data yang didapatkan dari kawasan studi. Model yang didapatkan tersebut dapat digunakan untuk memberikan gambaran atau perkiraan pergerakan yang akan terjadi berdasarkan parameter variabel bebas yang ditentukan. II - 17

18 Dalam analisis regresi nilai koefisien determinasi (R 2 ) adalah persentase variasi dari hubungan pergerakan dengan variasi dari ukuran variabel bebas. Nilai R 2 berkisar antara 0 1. Jika nilai R 2 adalah 1 artinya model yang dihasilkan adalah model terbaik, sedangkan jika nilai R 2 adalah 0 menunjukkan model yang dihasilkan adalah model yang terburuk. Koefisien korelasi adalah tingkat keterkaitan atau kedekatan antara variabel bebas dan variabel bebas dengan variabel tidak bebas. (TRB,1991) Langkah-langkah yang digunakan untuk menentukan kelayakan suatu model dapat digunakan : Hitung dan bandingkan perkiraan pergerakan yang dihasilkan dari setiap model. Jika perbedaan antara keduanya sangatlah kecil maka gunakan model yang terbaik sebagai model untuk memperkirakan tingkat pergerakan. Gunakan model dengan minimal 20 data yang didistribusikan pada berdasarkan variabel bebas. Jika didapatkan nilai y-intercept dalam model tersebut adalah nol atau mendekati nol maka dapat dikatakan bahwa varibel bebas yang digunakan memiliki sifat yang sama atau tipikal. Bandingkan model yang dihasilkan dengan melihat model yang yang mempresentasikan data lapangan yang didapatkan. Hitung standar deviasi dan koefisien determinasi dari model yang dihasilkan. Jika standar deviasi kecil (kurang dari 110% rata-rata data) maka model tersebut dapat dikatakan baik. Sedangkan jika nilai R 2 tinggi melebihi 0,75 dari model maka model tersebut dapat dikatakan baik. Penerapan model regresi pada dasarnya identik dengan model klasifikasi silang. Pada dasarnya semua variabel dimana jumlah perjalanan total harus diramalkan lebih dahulu, kemudian nilai-nilai dimasukkan ke dalam persamaan yang menghasilkan perkiraan spesifik terhadap jumlah perjalanan total di dalam suatu zona atau per rumah tangga dalam zona. Dalam kasus ini, jumlah perjalanan per rumah tangga dikalikan dengan jumlah rumah tangga yang ada dalam zona, dan menghasilkan perjalanan total per zona. ( Morlok, 1995) Persamaan umumnya adalah sebagai berikut: Y = α + βx ( pers 2.10) Dimana: Y = variabel tidak bebas X = variabel bebas α = konstanta regresi β = koefisien regresi II - 18

19 dan metode least square memberikan persamaan untuk mengestimasi nilai α dan β sebagai berikut: β = α = n X ( X ) ( X n XY Y 2 X 2 ( Y ) β ) n n dan (pers 2.11) (pers 2.12) Dimana: n = jumlah zona Y = nilai dari variabel tidak bebas pada masing- masing zona X = nilai dari variabel bebas pada masing- masing zona Jika persamaan di atas ( pers 2.1) akan digunakan untuk memperkirakan bangkitan pergerakan berbasis zona, maka semua peubah diidentifikasikan dengan i. Sedangkan jika digunakan untuk memperkirakan tarikan pergerakan berbasis zona, maka semua peubah diidentifikasikan dengan d ( Tamin, 2000). Data- data sosial yang saling berhubungan dapat direpresentasikan dengan menggunakan persamaan regresi sederhana. Misalnya, beberapa variabel tata guna lahan secara simultan berpengaruh terhadap besarnya tahapan bangkitan pergerakan. Analisis regresi linier berganda cocok untuk mengetahui hubungan antara sebuah variabel tidak bebas dengan dua atau lebih variabel bebas. Persamaan umumnya adalah sebagai berikut (Black, 1981).: Y = α + β 1 X 1 + β 2 X β z X z (pers 2.13) Dimana: Y X 1...X z α β 1...β z = variabel tidak bebas = variabel bebas = konstanta regresi = koefisien regresi parsial Analisis regresi merupakan metode statistika dan berikut adalah asumsi utama dalam statistik: 1. nilai peubah, khususnya peubah bebas, mempunyai nilai tertentu atau merupakan nilai yang didapat dari hasil survei tanpa kesalahan berarti. 2. peubah tidak bebas (Y) harus mempunyai hubungan korelasi linear dengan peubah bebas (X). Jika hubungan tersebut tidak linear, transformasi linear harus dilakukan, meskipun batasan ini akan mempunyai implikasi lain dalam analisis residual. II - 19

20 3. efek peubah bebas pada peubah tidak bebas merupakan penjumlahan, dan harus tidak ada korelasi yang kuat antara sesama peubah bebas. 4. variansi peubah tidak bebas terhadap garis regresi harus sama untuk semua nilai peubah bebas 5. nilai peubah tidak bebas harus tersebar normal atau minimal mendekati normal 6. nilai peubah bebas sebaiknya merupakan besaran yang relatif mudah diproyeksikan. (Tamin, 2000) Berikut adalah salah satu contoh penggunaan metoda analisis regresi untuk memeperkirakan bangktan pergerakan di Jawa Barat dengan 25 Kabupaten/Kotamadya sebagai unit zona. Data bangkitan pergerakan di dapatkan dari informasi matrik asal-tujuan pada tahun 1995, Sedangkan beberapa parameter sosio-ekonomi yang digunakan sebagai peubah bebas dapat dilihat pada tabel 2.2 pada halaman selanjutnya. Tabel 2.2 Jumlah bangkitan dan peubah pergerakan kabupaten Propinsi Jawa Barat No. Kabupaten Bangkitan Pergerakan Jumlah Penduduk Jumlah Rumah sakit Panjang Jalan di aspal Jumlah perusahaan perdagangan Jumlah kamar hotel PDRB (juta Rupiah) Yi X1 X2 X3 X4 X5 X6 1 Padegalng Lebak Bogor Sukabumi Cianjur Bandung Garut Tasikmalaya Ciamis Kuningan Cirebon Majalengka Sumedang Indramayu Subang Purwakarta Karawang Bekasi Tangerang Serang Kodya Bogor Kodya Sukabumi Kodya Bandung Kodya Cirebon Kodya Tangerang Sumber: (Tamin, 2000) II - 20

21 Metoda Stepwise 1 Tahap 1 lakukan uji korelasi antar sesama peubah bebas dan antara peubah tidak bebas. Hal ini dilakukan sesuai dengan persyaratan statistik yang harus dipenuhi, yaitu sesama peubah bebas tidak boleh mempunyai korelasi, sedangkan antara peubah bebas dengan peubah tidak bebas harus mempunyai korelasi. Tabel 2.3 berikut menampilakn hasil uji korelasi. Tabel 2.3 Matriks Korelasi antara peubah bebas dan peubah tidak bebas. No. Peubah Y 1 X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 X 6 1 Jumlah bangkitan (Oi) Y 1 1, Jumlah Penduduk X 1 0,73 1, Jumlah Rumah Sakit X 2 0,69 0,37 1, Panjang Jalan di aspal X 3 0,81 0,86 0,31 1, Jumlah Perusahaan Perdagangan X 4 0,59 0,38 0,80 0,35 1, Jumlah Kamar Hotel X 5 0,50 0,29 0,80 0,19 0,75 1,00-7 PDRB (juta Rupiah) X 6 0,68 0,75 0,60 0,57 0,49 0,43 1,00 Sumber: ( Tamin, 2000) Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa peubah bebas X 2 dan X 4 mempunyai koefisisen korelasi = 0,8. Ini menyatakan bahwa peubah bebas X 2 mempunyai korelasi yang tinggi dengan peubah bebas X 4. Dari variabel diatas terlihat bahwa peubah bebas X 2 terpilih karena mempunyai koefisien korelasi yang lebih tinggi terhadap peubah tidak bebas Y 1 dibandingkan dengan peubah bebas X 4. Dari tabel 2.3 dilakukan proses dengan metoda stepwise 1. hasil permodelan bangkitan pergerakan dengan model analisis stepwise 1 dapat dilihat pada tabel 2.5 berikut : Tabel 2.4 Hasil Permodelan Bangkitan dengan Metoda Stepwise 1 No. Peubah Tanda yang Parameter Tahap diharapkan model Intersep + c Jumlah Penduduk + X 1-2,92-2,97-3,15-1,97 2,43-3 Jumlah Rumah Sakit + X Panjang Jalan di aspal + X 3 28,546 28,621 28,292 27,695 26,962 30,545 5 Jumlah Perusahaan Perdagangan + X Jumlah Kamar Hotel + X PDRB (juta Rupiah) + X 6 0,44 0,45 0, R2 0,886 0,886 0,883 0,882 0,665 0,662 F-Stat Sumber: (Tamin, 2000) Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, model yang terpilih adalah yang dihasilkan pada tahap ke-5. Beberapa alasan yang menyebabkan model tahap-5 terpilih adalah: R 2 (=0,665) yangt dihasilakn bukan yang tertinggi, tanda koefisien regresi peubah bebasnya sesuai dengan yang diharapkan (yaitu +). II - 21

22 Nilai konstanta regresi (intersep) termasuk kecil jka dibandingkan dengan hasil tahap lainnya. Contoh lain mengenai penggunaan analisis regresi dalam pemodelan bangkitan pergerakan dapat dilihat dari hasil tesis Sawang Lazuardi dengan judul Bangkitan Perjalanan pada Keluarga dengan tingkat perekonomian menengah ke bawah dengan daerah studi di kawasan Cigadung dengan kesimpulan sebagai berikut: Jenis rumah antara tipe 21 hingga tipe 70 dapat dikelompokkan menjadi dua kelas. Kelas 1 terdiri dari jenis T21 dan T36, sedangkan kelas 2 terdiri dari T45, T54 dan T70. Umumnya rumah- rumah kelas 1 dihuni oleh keluarga dengan kondisi sosioekonomi rendah akan memiliki bangkitan perjalanan lebih sedikit daripada keluargakeluarga kelas 2. Sosioekonomi dan karakteristik perjalanan dari kedua kelas dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Sebagian besar rumah tangga ( sekitar 36%) mempunyai 4 anggota, dan hanya 5% keluarga dengan 8 anggota ( ukuran keluarga terbesar) 2. Terdapat perbedaan yang besar ( > 10%) antara kedua kelas di dalam persentase rumah tangga denagn 1 atau 2 pekerja. Rumah tangga dengan dua pekerja, umumnya pasangan suami istri, berjumlah 54% dari rumah tangga kelas 1 dan 40% pada kelas Rumah tangga dengan 1 atau 2 pelajar lebih banyak ditemukan pada kelas 1 dibandingkan kelas 2, sementara untuk rumah tangga dengan dua atau lebih pelajar lebih banyak pada kelas Rumah tangga dengan rata- rata tingkat pendapatan (Rp/cap/bulan) kurang dari 150 ribu jauh lebih banyak pada kelas 1 dibandingkan kelas 2. Pendapatan yang lebih tinggi lebih banyak terdapat pada kelas 2. Untuk pendapatan 200 ribu atau lebih sama sekali tidak terdapat dalam rumahtangga kelas hanya 21% dari rumah tangga kelas 1 mempunyai satu mobil dimana untuk kelas 2 terdapat 60%. Hanya 6% rumah tangga kelas 2 dan tidak satupun kelas 1 mempunyai 2 atau lebih mobil. 6. Tingkat perjalanan rendah lebih banyak pada kelas 1dibandingkan kelas 2, dan terjadi sebaliknya untuk perjalanan yang tinggi. 7. Hanya 17% rumah tangga kelas 1 melakukan perjalanan dengan mobil, dimana terdapat 51% rumah tangga kelas 2 yang melakukannnya. Untuk perjalanan menggunakakn angkutan umum angka ini menjadi 86% untuk kelas 1 dan 78% untuk kelas 2. Bangkitan perjalanan dari kedua kelas rumah untuk perjalanan dengan kendaraan bermotor didasarkan pada total perjalanan, maksud dan moda perjalanan yang II - 22

23 digunakan. Perjalanan didalam kawasan perumahan tidak dibahas. Prediktor yang diperhitungkan dalam model adalah ukuran keluarga (FS), jumlah pekerja (W), jumlah pelajar (S), rata- rata pendapatan (IR), pemilikan mobil (CAR) dan waktu berjalan kaki (WT). Model secara umum mempunyai R 2 yang rendah ( antara 0.20 dan 0.79). Hal ini menunjukkan keseragaman yang besar dalam respon. Model dibuat dengan menggunakan regresi bertahap ( stepwise) dan dilakukan pengujian multikolinear. Model- model yang disarankan untuk bangkitan perjalanan perhari per rumah untuk kedua kelas adalah sebagai berikut: 1. Jumlah perjalanan bermotor oleh semua anggota keluarga (MPT) dipengaruhi oleh FS, W dan CAR pada kelas 1 sementara pada kelas 2 faktor FS kurang berarti dan diganti oleh S. Model- model tersebut adalah: MPT1 = FS W CAR MPT 2 = S W CAR WT 2. Model untuk jumlah produksi perjalanan bermotor ( mobil, angkutan umum dna sepeda motor) yang keluar atau masuk ke perumahan (HBMT) adalah sebagai berikut: HBMT 1 = FS WT HBMT 2 = FS W S WT 3. Produksi perjalanan bermotor dengan maksud bekerja, yang keluar dan atau masuk (HBWMT) dimodelkan sebagai berikut: HBWMT 1 = W HBWMT 2 = W CAR 4. Model untuk produksi perjalanan bermotor untuk maksud sekolah, yang keluar dan atau masuk (HBEMT), hanya tergantung pada peubah S, yaitu: HBEMT 1 = S HBEMT 2 = S 5. Jumlah perjalanan mobil yang keluar dan atau masuk (HBCT) untuk semua maksud perjalanan adalah: HBCT 1 = S CAR HBCT 2 = CAR 6. Model perjalanan bermotor yang keluar dan atau masuk ( HBPtT) dengan menggunakan angkutan umum untuk semua maksud perjalanan adalah: HBPtT 1 = S WT II - 23

24 HBPtT 2 = S 1.00 IR WT (Lazuardi, 1993) ANALISIS KLASIFIKASI SILANG Penggunaan analisis kategori atau analisis klasifikasi silang ini digunakan untuk peramalan masa mendatang memerlukan perkiraan dari semua variabel, dalam hal ini jumlah rumah tangga dalam setiap zona dengan jumlah anggota keluarga dan jumlah kendaraan yang dimiliki yang kemudian yang akan digunakan untuk mendapatkan jumlah bangkitan perjalanan yang terjadi. Apabila karakteristikkarakteristik yang diramalkan dengan tepat maka model tersebut diharapkan akan menghasilkan sesuatu yang cukup akurat. Berikut adalah langkah- langkah yang dilakukan pada analisis klasifikasi silang: 1) Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi sebagai dasar untuk memperkirakan jumlah perjalanan yang dilakukan per rumah tangga. Batas dari masing-masing karakteristik ini kemudian akan dibagi-bagi dalam beberapa kumpulan kelas yang mungkin mencerminkan pembagian alamiah dari berbagai variabel seperti jumlah kendaraan yang dimiliki dan jumlah anggota keluarga atau pembagian sembarang seperti pembagian penghasilan menjadi beberapa rentang. 2) Setelah itu, data jumlah perjalanan yang terjadi dari setiap rumah tangga ( dari sejumlah rumah tangga sebagai sample dari suatu daerah) dikumpulkan, bersama dengan semua keterangan lainnya mengenai rumah tangga yang dibutuhkan dalam memperkirakan jumlah bangkitan perjalanan. 3) Kemudian setiap rumah tangga dibagi menurut kelas yang sesuai, dan tingkat bangkitan perjalanan rata-rata yang diukur dalam perjalanan per rumah tangga digunakan untuk memperkirakan jumlah perjalanan pada masa mendatang yang dilakukan setiap rumah tangga di dalam setiap kelas, dimana jumlah total perjalanan dalam setiap zona adalah jumlah seluruh tingkat bangkitan perjalanan dikalikan dengan jumlah rumah tangga yang berada dalam zona tersebut. (Morlok, 1995) Berikut adalah contoh salah satu studi yang pernah dilakukan (Black,1981), dengan mengasumsikan tiga variabel yang diperkirakan mempengaruhi besarnya perjalanan, yaitu : a. 3 kategori pemilikan kendaraan (0, 1, 2+) b. 3 kategori pendapatan, yaitu : rendah, menengah dan tinggi. II - 24

25 c. 2 kategori ukuran rumah tangga (1 3 orang, 4+ orang) Secara keseluruhan ketiga peubah dengan stratifikasinya menghasilkan 3x3x2 = 18 kategori. data untuk analisis klasifikasi silang diberikan pada tabel 2.2 Analisis Klasifikasi silang, sedangkan jumlah rumah tangga dengan kategorinya masingmasing diberikan pada tabel 2.5 kategori rumah tangga. Tabel 2.5 Analisis Klasifikasi Silang Tingkat pemilikan kendaraan Tidak ada kendaraan (0) Satu Kendaraan (1) Dua kendaraan atau lebih (2+) Tingkat Pendapatan Rendah Menengah Tinggi 3,4 a 3,7 a 3,8 a 4,9 b 5,0 b 5,1 b 5,2 a 7,3 a 8,0 a 6,9 b 8,3 b 10,2 b 5,8 a 8,1 a 10,0 a 7,2 b 11,8 b 12,9 b Sumber : ( Tamin, 2000). Catatan : a tingkat bangkitan perjalanan untuk setiap rumah tangga dengan 1 3 orang. b tingkat bangkitan perjalanan untuk setiap rumah tangga dengan 4 atau lebih orang. Tabel 2.6 Kategori Rumah Tangga Jumlah Rumah Pemilikan Ukuran Rumah Pendapatan Tangga Kendaraan Tangga 50 0 Rendah Menengah Rendah Rendah Rendah Menengah Tinggi Menengah Tinggi 4+ Sumber : Perencanaan dan Permodelan Transportasi Dengan menggunakan data tabel 2.5 dan tabel 2.6, perkiraan total bangtkitan perjalanan untuk zona tersebut adalah: ( 50 x 3,4 ) + ( 20 x 3,7) + (10 x 4,9) + ( 50 x 5,2 ) + (50 x 6,9) + (100 x 8,3) + (40 x 10,0) + (100 x 11,8) + (150 x 12,9) = perjalanan orang. Studi lain yang pernah dilakukan oleh oleh Stoper and Donald pada tahun 1983 seperti yang dikutip oleh (Tamin, 2000), mengasumsikan dua variabel yaitu : 3 Variabel kendaraan (0, 1, 2+) 4 Ukuran rumah tangga (1, 2-3, 4, 5) II - 25

26 Jumlah rumah tangga berdasarkan kategori yang sudah di tetapkan dapat dilihat pada tabel 2.7 di bawah ini. Tabel 2.7 Jumlah Rumah Tangga Ukuran Rumah Tangga 0 Mobil 1 mobil 2+ mobil Total 1 orang orang orang orang Total Sumber: ( Tamin, 2000). Selanjutnya tingkat perjalanan yang dihasilkan dapat dilihat pada tabel 2.8 di halaman selanjutnya. Tabel 2.8 Tingkat Perjalanan Ukuran Rumah Tingkat Pemilikan Kendaraan Tangga 0 Mobil 1 mobil 2+ mobil 1 orang 0,00 0,46 1, orang 0,46 1,27 2,18 4 orang 1,05 1,85 2,76 5 orang 1,09 1,89 2,80 Sumber: (Tamin,. 2000). Dengan menggunakan data pada tabel 2.4 dan tabel 2.5, perkiraan total bangkitan perjalanan untuk zona tersebut adalah : (21 x 0,46) + (150 x 0,46) + (201 x 1,27) + (93 x 2,18) + ( 61 x 1,05) + (90 x 1,85) + (75 x 2,76) + (37 x 1,09) + (142 x 1,89) + (90 x 2,80) = perjalanan orang. II - 26

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Transportasi Transportasi adalah penerapan dari ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk mengangkut atau memindahkan barang dan manusia dari suatu tempat ke tempat yang lainnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM 3.2 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM 3.2 METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM Metodologi penelitian ini menguraikan tahapan penelitian yang dilakukan dalam studi ini. Penggunaan metode yang tepat, terutama dalam tahapan pengumpulan dan pengolahan data,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Transportasi Transportasi adalah penerapan dari ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk mengangkut atau memindahkan barang dan manusia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Perkembangan Pemukiman dan Bangkitan Perjalanan Pada awalnya manusia hidup secara nomad, berpindah-pindah dari suatu tempat ketempat lain untuk bertahan hidup dan mencari makanan.

Lebih terperinci

BAB IX ANALISIS REGRESI

BAB IX ANALISIS REGRESI BAB IX ANALISIS REGRESI 1. Model Analisis Regresi-Linear Analisis regresi-linear adalah metode statistic yang dapat digunakan untuk mempelajari hubungan antarsifat permasalahan yang sedang diselidiki.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Sari Mandala I, Kecamatan Medan Denai, kota Medan sebagai daerah studi.

BAB III METODOLOGI. Sari Mandala I, Kecamatan Medan Denai, kota Medan sebagai daerah studi. BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi studi merupakan salah satu pemukiman padat penduduk yang dekat dengan pusat kota dan tingkat pendapatan masyarakat menengah ke bawah. Berdasarkan kriteria

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1.Konsep dan Ruang Lingkup Perencanaan Transportasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1.Konsep dan Ruang Lingkup Perencanaan Transportasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Konsep dan Ruang Lingkup Perencanaan Transportasi Menurut LPM ITB (1997) dalam Tamin (2008), permasalahan transportasi bertambah luas dan bertambah parah baik di negara maju

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. penentuan jumlah sampel minimum yang harus diambil. Tabel 4.1 Data Hasil Survei Pendahuluan. Jumlah Kepala Keluarga (Xi)

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. penentuan jumlah sampel minimum yang harus diambil. Tabel 4.1 Data Hasil Survei Pendahuluan. Jumlah Kepala Keluarga (Xi) BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengumpulan Data Berdasarkan data jumlah kepala keluarga pada masing-masing perumahan yang didapatkan pada survei pendahuluan, maka dapat dilakukan penentuan jumlah

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PEELITIA 3.1. Tahapan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian yang mengambil lokasi di beberapa perumahan seperti Perumahan Graha Permai dan Ciputat Baru, secara garis besar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. (Tamin, 2000). Dalam penelitian Analisis Model Bangkitan Pergerakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. (Tamin, 2000). Dalam penelitian Analisis Model Bangkitan Pergerakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 4.1. Tinjauan pustaka Bangkitan pergerakan adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan dan

Lebih terperinci

MODEL BANGKITAN PERGERAKAN ZONA KECAMATAN PALU BARAT KOTA PALU

MODEL BANGKITAN PERGERAKAN ZONA KECAMATAN PALU BARAT KOTA PALU MODEL BANGKITAN PERGERAKAN ZONA KECAMATAN PALU BARAT KOTA PALU Ismadarni* * Abstract The trip generation is a submodel of four steps transportation planning model, used for calculating the mount of trip

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi Pergerakan dan perjalanan adalah hasil dari kebutuhan manusia untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia melakukannya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sampai saat ini - yang paling populer adalah Model Perencanaan Transportasi Empat. 1. Bangkitan dan tarikan perjalanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sampai saat ini - yang paling populer adalah Model Perencanaan Transportasi Empat. 1. Bangkitan dan tarikan perjalanan BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Perencanaan Transportasi Terdapat beberapa konsep perencanaan transportasi yang telah berkembang sampai saat ini - yang paling populer adalah Model Perencanaan Transportasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Bangkitan Pergerakan Bangkitan Pergerakan (Trip Generation) adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Secara umum metodologi penelitian yang digunakan dapat digambarkan dalam diagram alir berikut ini : Start Data sosial, ekonomi dan jarak Pemodelan

Lebih terperinci

PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN UNTUK BEBERAPA TIPE PERUMAHAN DI PEKANBARU

PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN UNTUK BEBERAPA TIPE PERUMAHAN DI PEKANBARU PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN UNTUK BEBERAPA TIPE PERUMAHAN DI PEKANBARU Parada Afkiki Eko Saputra 1 dan Yohannes Lulie 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Universitas Atma Jaya Yogyakarta Email: Paradaafkiki@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Tamin, 1997). Bangkitan Pergerakan (Trip Generation) adalah jumlah perjalanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Tamin, 1997). Bangkitan Pergerakan (Trip Generation) adalah jumlah perjalanan BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Bangkitan Pergerakan Bangkitan Pergerakan (Trip Generation) adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA. masing-masing harus dilakukan secara terpisah dan berurutan. Sub-sub model. Bangkitan dan tarikan pergerakan

BAB II STUDI PUSTAKA. masing-masing harus dilakukan secara terpisah dan berurutan. Sub-sub model. Bangkitan dan tarikan pergerakan BAB II STUDI PUSTAKA.1 Konsep Perencanaan Transportasi Terdapat beberapa konsep perencanaan transportasi yang telah berkembang sampai saat ini yang paling populer adalah Model Perencanaan Transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Bandung, merupakan sebuah kota metropolitan dimana didalamnya terdapat beragam aktivitas kehidupan masyarakat. Perkembangan kota Bandung sebagai kota metropolitan

Lebih terperinci

Jurnal Sabua Vol.3, No.3: 9-19, November 2011 ISSN HASIL PENELITIAN TARIKAN PENGUNJUNG KAWASAN MATAHARI JALAN SAMRATULANGI MANADO

Jurnal Sabua Vol.3, No.3: 9-19, November 2011 ISSN HASIL PENELITIAN TARIKAN PENGUNJUNG KAWASAN MATAHARI JALAN SAMRATULANGI MANADO Jurnal Sabua Vol.3, No.3: 9-19, November 2011 ISSN 2085-7020 HASIL PENELITIAN TARIKAN PENGUNJUNG KAWASAN MATAHARI JALAN SAMRATULANGI MANADO James A. Timboeleng Staf Pengajar Jurusan Sipil, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan dan jumlah pergerakan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan dan jumlah pergerakan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Bangkitan pergerakan adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan dan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Aksesibilitas dan Mobilitas Sistem tata guna lahan yang ditentukan polanya oleh kebijakan pemerintah suatu wilayah dan bagaimana system transportasinya melayani, akan memberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perencanaan merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perencanaan merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Perencanaan Kota Pengertian perencanaan merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai beserta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Ciri pokok dari sebuah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi Pemindahan atau pergerakan adalah hasil dari kebutuhan manusia untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitas yang dilakukan oleh manusia.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi Transportasi adalah suatu pergerakan manusia dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan alat penunjang yang digerakan dengan tenaga manusia, hewan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukannya. Pergerakan dikatakan juga sebagai kebutuhan turunan, sebab

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukannya. Pergerakan dikatakan juga sebagai kebutuhan turunan, sebab BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi Pergerakan dan perjalanan adalah hasil dari kebutuhan manusia untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia melakukannya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dan Ruang Lingkup Perencanaan Transportasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dan Ruang Lingkup Perencanaan Transportasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Konsep dan Ruang Lingkup Perencanaan Transportasi Menurut LPM ITB (1997), permasalahan transportasi bertambah parah baik di negara maju (industri) maupun di negara berkembang.

Lebih terperinci

Model Empat Langkah? Four Step Model Travel Demand Model

Model Empat Langkah? Four Step Model Travel Demand Model Model Empat Langkah? Four Step Model Travel Demand Model 2 3 Kuliah Pertemuan 3 Trip Generation Model (Model Bangkitan Perjalanan) Apakah bangkitan perjalanan (trip generation)? suatu proses dimana aktivitas

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan kebutuhan turunan dari kegiatan ekonomi, sehingga pertumbuhan ekonomi suatu negara atau wilayah tercermin pada peningkatan intensitas

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 PENGUMPULAN DATA Pelaksanaan survei ini diawali dengan permohonan izin ke Badan Pemberdayaan Masyarakat kota Bandung sebagai pengantar untuk perijinan ke kantor

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengolahan data dan hasil analisis data dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Dari hasil survei didapatkan gambaran umum mengenai karakteristik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Penelitian Suriani (2015), Pusat kegiatan Pendidikan sebagai salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Penelitian Suriani (2015), Pusat kegiatan Pendidikan sebagai salah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Penelitian Terdahulu Menurut Penelitian Suriani (2015), Pusat kegiatan Pendidikan sebagai salah satu tata-guna lahan, mempunyai intensitas yang cukup tinggi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat digunakan untuk memperkirakan kebutuhan (demand) yaitu dengan. menggunakan metode empat tahap (four stage method).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat digunakan untuk memperkirakan kebutuhan (demand) yaitu dengan. menggunakan metode empat tahap (four stage method). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan transportasi merupakan rangkaian kegiatan persiapan pengadaan atau penyediaan sistem transportasi agar sesuai dengan tingkat kebutuhan (demand) pada setiap

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN ANGKUTAN KOTA MANADO (STUDI KASUS: TRAYEK PUSAT KOTA MALALAYANG DAN TRAYEK PUSAT KOTA KAROMBASAN)

ANALISIS KEBUTUHAN ANGKUTAN KOTA MANADO (STUDI KASUS: TRAYEK PUSAT KOTA MALALAYANG DAN TRAYEK PUSAT KOTA KAROMBASAN) ANALISIS KEBUTUHAN ANGKUTAN KOTA MANADO (STUDI KASUS: TRAYEK PUSAT KOTA MALALAYANG DAN TRAYEK PUSAT KOTA KAROMBASAN) Diah Anggraeni Damiyanti Masalle M. J. Paransa, Theo K. Sendow Fakultas Teknik Jurusan

Lebih terperinci

MODEL BANGKITAN PERGERAKAN DI KAWASAN PERUMAHAN BENGKURING SAMARINDA

MODEL BANGKITAN PERGERAKAN DI KAWASAN PERUMAHAN BENGKURING SAMARINDA ejournal Teknik Sipil, 2016, 1 (1): 1-14 ISSN 0000-0000, ejournal.untag-smd.ac.id Copyright 2016 MODEL BANGKITAN PERGERAKAN DI KAWASAN PERUMAHAN BENGKURING SAMARINDA Nugroho Dwi Puspito Abstrak Nugroho

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pola pertumbuhan kota dan tingkat urbanisasi yang terjadi di Indonesia sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan penduduk perkotaan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB VI PENGUMPULAN DATA

BAB VI PENGUMPULAN DATA BAB VI PENGUMPULAN DATA 6.1. Umum Pengumpulan data dalam tugas akhir ini dibagi dalam 2 jenis. Yaitu pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan metoda

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pemilihan Moda Menurut Tamin (2000), pemilihan moda sangat sulit dimodelkan walaupun hanya dua buah moda yang akan digunakan (taksi dan bus). Hal tersebut disebabkan karena banyak

Lebih terperinci

Bangkitan Perjalanan Pada Perumahan Baturaja Permai Kabupaten Ogan Komering Ulu Sumatera Selatan

Bangkitan Perjalanan Pada Perumahan Baturaja Permai Kabupaten Ogan Komering Ulu Sumatera Selatan Bangkitan Perjalanan Pada Perumahan Baturaja Permai Kabupaten Ogan Komering Ulu Sumatera Selatan Oleh: Yuliantini Eka Putri Abstract Transportation problems arise as a result of the population growth rate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, umumnya seragam, yaitu kota-kota mengalami tahap pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, umumnya seragam, yaitu kota-kota mengalami tahap pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Permasalahan yang terjadi di semua negara berkembang, termasuk di Indonesia, umumnya seragam, yaitu kota-kota mengalami tahap pertumbuhan urbanisasi yang tinggi akibat laju pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Aktifitas keseharian penduduk perkotaan makin tinggi sejalan dengan makin

BAB 1 PENDAHULUAN. Aktifitas keseharian penduduk perkotaan makin tinggi sejalan dengan makin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktifitas keseharian penduduk perkotaan makin tinggi sejalan dengan makin bertambahnya penduduk dan makin tingginya aktifitas ekonomi. Tingginya intensitas pergerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk atau barang atau jasa atau pikiran untuk tujuan khusus (dari daerah asal ke daerah

BAB I PENDAHULUAN. penduduk atau barang atau jasa atau pikiran untuk tujuan khusus (dari daerah asal ke daerah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Transportasi merupakan proses yang pembahasannya menekankan pada pergerakan penduduk atau barang atau jasa atau pikiran untuk tujuan khusus (dari daerah asal ke daerah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Studi Terdahulu Kajian Pengembangan Jaringan Jalan di Pulau Jawa berbasis zona dimana dibagi menjadi beberapa zona dengan basis terkecil kabupaten. Kajian bangkitan dan tarikan

Lebih terperinci

STUDI DEMAND PADA RENCANA PEMBANGUNAN JALAN SORONG-KEBAR-MANOKWARI DENGAN MODEL GRAVITY

STUDI DEMAND PADA RENCANA PEMBANGUNAN JALAN SORONG-KEBAR-MANOKWARI DENGAN MODEL GRAVITY STUDI DEMAND PADA RENCANA PEMBANGUNAN JALAN SORONGKEBARMANOKWARI DENGAN MODEL GRAVITY Sukarman dan Wahju Herijanto Pasca Sarjana Bidang Manajemen dan Rekayasa Transportasi FTSP Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Regresi

BAB III LANDASAN TEORI. A. Regresi BAB III LANDASAN TEORI A. Regresi 1. Pengertian Regresi Regeresi adalah alat yang berfungsi untuk membantu memperkirakan nilai suatu varibel yang tidak diketahui dari satu atau beberapa variabel yang tidak

Lebih terperinci

Kota dianggap sebagai tempat tersedianya berbagai kebutuhan dan lapangan kerja

Kota dianggap sebagai tempat tersedianya berbagai kebutuhan dan lapangan kerja BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Permasalahan Transportasi Perkotaan Kota dianggap sebagai tempat tersedianya berbagai kebutuhan dan lapangan kerja selain itu kota menawarkan begitu banyak kesempatan baik di

Lebih terperinci

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENDAHULUAN Banyak negara berkembang menghadapi permasalahan transportasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi dan Tata Guna Lahan Transportasi atau perangkutan dapat didefinisikan sebagai proses pergerakan atau perpindahan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat lain

Lebih terperinci

TRANSPORTASI SEBAGAI SUATU SISTEM

TRANSPORTASI SEBAGAI SUATU SISTEM MATA KULIAH DASAR-DASAR SEBAGAI SUATU SISTEM SISTEM ADALAH GABUNGAN BEBERAPA KOMPONEN (OBJEK) YANG SALING BERKAITAN DALAM SATU TATANAN STRUKTUR PERUBAHAN SATU KOMPONEN DAPAT MENYEBABKAN PERUBAHAN KOMPONEN

Lebih terperinci

BAB ΙΙ LANDASAN TEORI

BAB ΙΙ LANDASAN TEORI 7 BAB ΙΙ LANDASAN TEORI Berubahnya nilai suatu variabel tidak selalu terjadi dengan sendirinya, bisa saja berubahnya nilai suatu variabel disebabkan oleh adanya perubahan nilai pada variabel lain yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses mengangkut dan mengalihkan dengan menggunakan alat pendukung untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses mengangkut dan mengalihkan dengan menggunakan alat pendukung untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi Transportasi merupakan sebuah proses, yakni proses pindah, proses gerak, proses mengangkut dan mengalihkan dengan menggunakan alat pendukung untuk menjamin lancarnya

Lebih terperinci

BAB. 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB. 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB. 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SISTEM TRANSPORTASI 2.1.1 Pengertian Sistem adalah suatu bentuk keterkaitan antara suatu variabel dengan variabel lainnya dalam tatanan yang terstruktur, dengan kata lain sistem

Lebih terperinci

MODEL BANGKITAN PERJALANAN DARI PERUMAHAN: STUDI KASUS PERUMAHAN PUCANG GADING, MRANGGEN, DEMAK

MODEL BANGKITAN PERJALANAN DARI PERUMAHAN: STUDI KASUS PERUMAHAN PUCANG GADING, MRANGGEN, DEMAK MODEL BANGKITAN PERJALANAN DARI PERUMAHAN: STUDI KASUS PERUMAHAN PUCANG GADING, MRANGGEN, DEMAK Jessi Tri Joeni Mahasiswa Manajemen Transportasi STMT-Amni Semarang Jln. Soekarno Hatta No. 180 Tlp. (024)

Lebih terperinci

ANALISA BANGKITAN PERJALANAN PADA KECAMATAN DELI TUA

ANALISA BANGKITAN PERJALANAN PADA KECAMATAN DELI TUA AALISA BAGKITA PERJALAA PADA KECAMATA DELI TUA Yusandy Aswad 1 dan Daniel Simbolon 1 Departemen Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan o. 1 Medan Email: yusandyaswad@gmail.com Departemen Sipil,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Data Data merupakan kumpulan keterangan atau fakta yang diperoleh dari satu populasi atau lebih. Data yang baik, benar dan sesuai dengan model menentukan kualitas kebijakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Tahapan penelitian dimulai karena ada suatu permasalahan pada ruas dan simpang jalan Pamulang II di kota Tangerang Selatan. Berikut diagram alur pikir

Lebih terperinci

PENGARUH UKURAN SAMPEL TERHADAP MODEL BANGKITAN PERJALANAN KOTA PALANGKA RAYA. Nirwana Puspasari Dosen Program Studi Teknik Sipil UM Palangkaraya

PENGARUH UKURAN SAMPEL TERHADAP MODEL BANGKITAN PERJALANAN KOTA PALANGKA RAYA. Nirwana Puspasari Dosen Program Studi Teknik Sipil UM Palangkaraya PENGARUH UKURAN SAMPEL TERHADAP MODEL BANGKITAN PERJALANAN KOTA PALANGKA RAYA Nirwana Puspasari Dosen Program Studi Teknik Sipil UM Palangkaraya ABSTRAK Proses pemodelan transportasi, ketepatan model sangat

Lebih terperinci

Volume 2 Nomor 2, Desember 2013 ISSN KAJIAN BANGKITAN LALU LINTAS DAMPAK PEMBANGUNAN CIREBON SUPER BLOCK

Volume 2 Nomor 2, Desember 2013 ISSN KAJIAN BANGKITAN LALU LINTAS DAMPAK PEMBANGUNAN CIREBON SUPER BLOCK Volume 2 Nomor 2, Desember 2013 ISSN 2302-4240 KAJIAN BANGKITAN LALU LINTAS DAMPAK PEMBANGUNAN CIREBON SUPER BLOCK Juang Akbardin, Didi Arie Wibowo Teknik Sipil-FPTK Universitas Pendidikan Indonesia Jl.Setiabudi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI Pada bab ini diuraikan beberapa kajian teoretis dari literature dan kajian normatif dari dokumen perundangan dan statutory product lainnya yang diharapkan dapat menjadi dasar pijakan

Lebih terperinci

ANALISA BANGKITAN PERJALANAN PENDUDUK KELAS EKONOMI MENENGAH KE BAWAH DI KELURAHAN AUR

ANALISA BANGKITAN PERJALANAN PENDUDUK KELAS EKONOMI MENENGAH KE BAWAH DI KELURAHAN AUR ANALISA BANGKITAN PERJALANAN PENDUDUK KELAS EKONOMI MENENGAH KE BAWAH DI KELURAHAN AUR Sri Irianti Ulina Pinem 1 dan Yusandy Aswad 2 1 Mahasiswa Bidang Studi Transportasi Departemen Teknik Sipil Universitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder tersebut merupakan data cross section dari data sembilan indikator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan transportasi di daerah Yogyakarta terjadi sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan transportasi di daerah Yogyakarta terjadi sebagai salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan transportasi di daerah Yogyakarta terjadi sebagai salah satu akibat dari laju pertumbuhan penduduk yang relatif sangat pesat, peningkatan daya

Lebih terperinci

STUDI BANGKITAN LALU LINTAS DI KAWASAN PEMUKIMAN EKONOMI MENENGAH KE BAWAH

STUDI BANGKITAN LALU LINTAS DI KAWASAN PEMUKIMAN EKONOMI MENENGAH KE BAWAH STUDI BANGKITAN LALU LINTAS DI KAWASAN PEMUKIMAN EKONOMI MENENGAH KE BAWAH Studi Kasus Kawasan Pemukiman Kelurahan Sekeloa Kota Bandung, Jawa Barat TUGAS AKHIR SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI Umum

BAB IV METODOLOGI Umum BAB IV METODOLOGI 4.1. Umum Secara umum, perencanaan transportasi yang ada dapat dimodelkan untuk mengetahui gambaran sederhana dari realita yang ada. Bentuk dari pemodelan tersebut bergantung dari jenis-jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota sebagai perwujudan aktivitas manusia senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota sebagai perwujudan aktivitas manusia senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota sebagai perwujudan aktivitas manusia senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Aktivitas kota menjadi daya tarik bagi masyarakat sehingga

Lebih terperinci

ANALISIS GARIS KEINGINAN PERGERAKAN MASYARAKAT PENGGUNA TRANSPORTASI DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR PROVINSI SULAWESI UTARA

ANALISIS GARIS KEINGINAN PERGERAKAN MASYARAKAT PENGGUNA TRANSPORTASI DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR PROVINSI SULAWESI UTARA ANALISIS GARIS KEINGINAN PERGERAKAN MASYARAKAT PENGGUNA TRANSPORTASI DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR PROVINSI SULAWESI UTARA Ahmad Yani Abas Alumni Pascasarjana S2 Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

KAJIAN TARIKAN PERGERAKAN TOSERBA DI KOTA JOMBANG

KAJIAN TARIKAN PERGERAKAN TOSERBA DI KOTA JOMBANG KAJIAN TARIKAN PERGERAKAN TOSERBA DI KOTA JOMBANG Iwan Cahyono e-mail : iwan.ts@undar.ac.id Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Darul Ulum e-mail : iwan.suraji@yahoo.co.id Abstrak Berdirinya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Regresi Linier Sederhana Dalam beberapa masalah terdapat dua atau lebih variabel yang hubungannya tidak dapat dipisahkan karena perubahan nilai suatu variabel tidak selalu terjadi

Lebih terperinci

ANALISA DAMPAK PEMBANGUNAN HOTEL IBIS MANADO TERHADAP LALU LINTAS DI JALAN PIERE TENDEAN MANADO

ANALISA DAMPAK PEMBANGUNAN HOTEL IBIS MANADO TERHADAP LALU LINTAS DI JALAN PIERE TENDEAN MANADO ANALISA DAMPAK PEMBANGUNAN HOTEL IBIS MANADO TERHADAP LALU LINTAS DI JALAN PIERE TENDEAN MANADO F. C. Woran. Pascasarjana Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado F. Jansen, E. Lintong. Dosen Pascasarjana

Lebih terperinci

JUDUL MAKALAH SEMINAR STUDI DEMAND PENUMPANG TRANSPORTASI UDARA MENUJU DAN KELUAR KABUPATEN FAKFAK

JUDUL MAKALAH SEMINAR STUDI DEMAND PENUMPANG TRANSPORTASI UDARA MENUJU DAN KELUAR KABUPATEN FAKFAK JUDUL MAKALAH SEMINAR STUDI DEMAND PENUMPANG TRANSPORTASI UDARA MENUJU DAN KELUAR KABUPATEN FAKFAK 1. PENDAHULUAN Sarana Transportasi sangat penting untuk membuka keterisolasian di daerah-daerah terpencil

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Perkembangan Transportasi Setiap Tata Guna Lahan akan terdapat suatu kegiatan yang akan menimbulkan bangkitan pergerakan dan tarikan pergerakan. Kegiatan itu dapat berupa

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DATA Pengumpulan data yang dilakukan dibatasi hanya di dalam wilayah Jabodetabek. Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer maupun data sekunder. Data primer meliputi kriteria drainase

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan tujuan tertentu. Karena dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan tujuan tertentu. Karena dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Arti Transportasi Miro (2005 : 4) menyebutkan bahwa transportasi dapat diartikan sebagai usaha memindahkan, menggerakan, mengangkut atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat

Lebih terperinci

BAB 6 PENUTUP 6.1 KESIMPULAN

BAB 6 PENUTUP 6.1 KESIMPULAN BAB 6 PENUTUP 6.1 KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan : 1. Tarikan perjalanan pada kawasan bandara dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu perjalanan masuk, perjalanan keluar

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Analisis korelasi adalah metode statistika yang digunakan untuk menentukan

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Analisis korelasi adalah metode statistika yang digunakan untuk menentukan 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Analisis Regresi dan Korelasi 1. Analisis korelasi adalah metode statistika yang digunakan untuk menentukan kuatnya atau derajat hubungan linier antara dua variabel

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan kebudayaan, kota ini juga merupakan pusat kegiatan perekonomian daerah

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan kebudayaan, kota ini juga merupakan pusat kegiatan perekonomian daerah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Oleh karena itu selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial, politik, pendidikan,

Lebih terperinci

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO MODEL BANGKITAN PERGERAKAN ZONA KECAMATAN PALU UTARA KOTA PALU Jurair Patunrangi * Abstract District zone is attracting and generator of trip for the needs of the societies.

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang 1 BAB. I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Keinginan membangun jaringan Trans Sumatera dengan maksud memberdayakan sumber daya alam yang melimpah dimiliki oleh Sumatera utara dan Riau telah lama direncanakan.

Lebih terperinci

III. KONSEP PEMODELAN

III. KONSEP PEMODELAN III. KONSEP PEMODELAN 3.1 Pemodelan sistem Model adalah alat bantu atau media yang dapat digunakan untuk mencerminkan dan menyederhanakan suatu realita (dunia sebenarnya) secara terukur. Jenis model terdiri

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi yang bersangkut paut dengan pemenuhan kebutuhan manusia dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi yang bersangkut paut dengan pemenuhan kebutuhan manusia dengan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Transportasi Transportasi diartikan sebagai perpindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan, dan tranportasi atau perangkutan adalah bagian kegiatan ekonomi yang

Lebih terperinci

STUDI KEBUTUHAN TAKSI DI KOTA MALANG DENGAN TEKNIK STATED PREFERENCE

STUDI KEBUTUHAN TAKSI DI KOTA MALANG DENGAN TEKNIK STATED PREFERENCE STUDI KEBUTUHAN TAKSI DI KOTA MALANG DENGAN TEKNIK STATED PREFERENCE ABSTRAK LALU MUHAMAD GIAN FARISKY, APRIANSYAH SAPUTRA, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, Juni 2015, STUDI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Sipil Skripsi Sarjana Semester Genap Tahun 2007 / 2008

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Sipil Skripsi Sarjana Semester Genap Tahun 2007 / 2008 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Sipil Skripsi Sarjana Semester Genap Tahun 2007 / 2008 PEMODELAN MATEMATIS BANGKITAN PERJALANAN DARI KAWASAN PERUMAHAN CIPUTAT (STUDI KASUS PERUMAHAN CIPUTAT BARU

Lebih terperinci

ANALISIS PREDIKSI SEBARAN PERJALANAN PENUMPANG KAPAL LAUT MELALUI PELABUHAN LAUT PENGUMPAN DI KEPULAUAN HALMAHERA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL GRAVITY

ANALISIS PREDIKSI SEBARAN PERJALANAN PENUMPANG KAPAL LAUT MELALUI PELABUHAN LAUT PENGUMPAN DI KEPULAUAN HALMAHERA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL GRAVITY ANALISIS PREDIKSI SEBARAN PERJALANAN PENUMPANG KAPAL LAUT MELALUI PELABUHAN LAUT PENGUMPAN DI KEPULAUAN HALMAHERA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL GRAVITY Diane Sumendap Alumni Program Pascasarjana S2 Teknik Sipil

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKSI PERJALANAN DARI KAWASAN PEMUKIMAN

ANALISIS PRODUKSI PERJALANAN DARI KAWASAN PEMUKIMAN ANALISIS PRODUKSI PERJALANAN DARI KAWASAN PEMUKIMAN (Studi Kasus Perumahan di Lingkungan Taman Griya, Jimbaran) TUGAS AKHIR Oleh : LINDA PRANASARI 0704105014 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

MODEL KEBUTUHAN PARKIR DI KAWASAN PERBELANJAAN KOTA MANADO (Studi Kasus : Pasar Segar, Lippo Mall, Indogrosir, Multimart, Starway Mart)

MODEL KEBUTUHAN PARKIR DI KAWASAN PERBELANJAAN KOTA MANADO (Studi Kasus : Pasar Segar, Lippo Mall, Indogrosir, Multimart, Starway Mart) Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.9 November 017 (65-638) ISSN: 337-673 MODEL KEBUTUHAN PARKIR DI KAWASAN PERBELANJAAN KOTA MANADO (Studi Kasus : Pasar Segar, Lippo Mall, Indogrosir, Multimart, Starway Mart)

Lebih terperinci

DIPA BADAN URUSAN ADMINISTRASI TAHUN ANGGARAN 2014

DIPA BADAN URUSAN ADMINISTRASI TAHUN ANGGARAN 2014 TOTAL BAES01 JAWA BARAT 129,401,372,000.00 BELANJA PEGAWAI 100,974,521,000.00 BELANJA BARANG OPERASIONAL 8,203,990,000.00 BELANJA BARANG NON OPERASIONAL 2,838,361,000.00 BELANJA MODAL 17,384,500,000.00

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Bangkitan perjalanan adalah tahap pertama dalam perencanaan transportasi

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Bangkitan perjalanan adalah tahap pertama dalam perencanaan transportasi BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Bangkitan perjalanan adalah tahap pertama dalam perencanaan transportasi yang menghitung jumlah perjalanan yang berasal atau bertujuan di suatu zona, kemudian diikuti oleh distribusi

Lebih terperinci

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA UNIVERSITAS AL MUSLIM BIREUEN

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA UNIVERSITAS AL MUSLIM BIREUEN PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA UNIVERSITAS AL MUSLIM BIREUEN Hamzani 1), Mukhlis 2) Juli 3) 1), 2) Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Malikussaleh, 3) Alumni Teknik Sipil email: 1) hamzani.hasbi@gmail.com

Lebih terperinci

PERMODELAN BANGKITAN TARIKAN PADA TATA GUNA LAHAN SEKOLAH MENENGAH ATAS SWASTA DI PALEMBANG

PERMODELAN BANGKITAN TARIKAN PADA TATA GUNA LAHAN SEKOLAH MENENGAH ATAS SWASTA DI PALEMBANG PERMODELAN BANGKITAN TARIKAN PADA TATA GUNA LAHAN SEKOLAH MENENGAH ATAS SWASTA DI PALEMBANG Yeldy Septomiko Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya Korespondensi Penulis : YeldySeptomiko@rocketmail.com

Lebih terperinci

Hipotesis adalah suatu pernyataan tentang parameter suatu populasi.

Hipotesis adalah suatu pernyataan tentang parameter suatu populasi. PERTEMUAN 9-10 PENGUJIAN HIPOTESIS Hipotesis adalah suatu pernyataan tentang parameter suatu populasi. Apa itu parameter? Parameter adalah ukuran-ukuran. Rata-rata penghasilan karyawan di kota binjai adalah

Lebih terperinci

MODEL PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI ANGKUTAN DALAM PROVINSI

MODEL PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI ANGKUTAN DALAM PROVINSI MODEL PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI ANGKUTAN DALAM PROVINSI Erlangga Kawengian Freddy Jansen, Semuel Y. R. Rompis Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi Email: erlanggakaw15@gmail.com

Lebih terperinci

ESTIMASI KEBUTUHAN ANGKUTAN UMUM KOTA BANDA ACEH

ESTIMASI KEBUTUHAN ANGKUTAN UMUM KOTA BANDA ACEH ESTIMASI KEBUTUHAN ANGKUTAN UMUM KOTA BANDA ACEH Oleh : 1 Dr. Tonny Judiantono, 2 Rica Rachmawati 1 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung Jl. Tamansari

Lebih terperinci

Kuliah Pertemuan Ke-12. Mode Choice Model (Model Pemilihan Moda)

Kuliah Pertemuan Ke-12. Mode Choice Model (Model Pemilihan Moda) Kuliah Pertemuan Ke-2 Mode Choice Model (Model Pemilihan Moda) Model Pemilihan Moda dalam Model 4 Langkah Tujuan Model Pemilihan Moda Untuk mengetahui proporsi pengalokasian perjalanan ke berbagai moda

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Analisis Korelasi adalah metode statstika yang digunakan untuk menentukan

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Analisis Korelasi adalah metode statstika yang digunakan untuk menentukan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Analisis Regresi dan Korelasi 1. Analisis Korelasi adalah metode statstika yang digunakan untuk menentukan kuatnya atau derajat hubungan linier antara dua variabel atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Pendahuluan Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia tepaksa melakukan pergerakan (mobilisasi) dari suatu tempat ke tempat yang lainnya, seperti dari tempat pemukiman (perumahan)

Lebih terperinci

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN MAHASISWA DENGAN SEPEDA MOTOR

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN MAHASISWA DENGAN SEPEDA MOTOR TECHSI ~ Jurnal Penelitian Teknik Informatika Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe Aceh Transport mode used by students to the campus are public transport, private cars, motorcycles and walk. Mukhlis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Umum Metodologi penelitian ini intinya adalah menguraikan bagaimana cara penelitian dilakukan. Data yang dikumpulkan harus sesuai dengan judul tesis dan memenuhi tujuan penelitian.

Lebih terperinci

MODEL PEMILIHAN MODA KERETA REL LISTRIK DENGAN JALAN TOL JAKARTA BANDARA SOEKARNO-HATTA

MODEL PEMILIHAN MODA KERETA REL LISTRIK DENGAN JALAN TOL JAKARTA BANDARA SOEKARNO-HATTA MODEL PEMILIHAN MODA KERETA REL LISTRIK DENGAN JALAN TOL JAKARTA BANDARA SOEKARNO-HATTA Kevin Harrison 1 dan Najid 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara, Jl. Let. Jend S. Parman No.1 Jakarta

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. disebut dengan bermacam-macam istilah: variabel penjelas, variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. disebut dengan bermacam-macam istilah: variabel penjelas, variabel BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Regresi dalam statistika adalah salah satu metode untuk menentukan tingkat pengaruh suatu variabel terhadap variabel yang lain. Variabel yang pertama disebut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah regresi pertama kali diperkenalkan oleh Francis Galton. Menurut Galton,

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah regresi pertama kali diperkenalkan oleh Francis Galton. Menurut Galton, 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Istilah regresi pertama kali diperkenalkan oleh Francis Galton. Menurut Galton, analisis regresi berkenaan dengan studi ketergantungan dari suatu varibel yaitu

Lebih terperinci