PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI NARASI DENGAN METODE PENCARIAN INFORMASI MELALUI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI NARASI DENGAN METODE PENCARIAN INFORMASI MELALUI"

Transkripsi

1 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI NARASI DENGAN METODE PENCARIAN INFORMASI MELALUI MEDIA KARTUN BERCERITA PADA KELAS VII D SMP NEGERI 30 SEMARANG Skripsi untuk memeroleh gelar sarjana pendidikan Oleh : Nama : Rumiana NIM : Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan : Bahasa dan Sastra Indonesia FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013

2 SARI Rumiana Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi dengan Metode Pencarian Informasi Melalui Media Kartun Bercerita pada kelas VII D SMP N 30 Semarang. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Drs. Wagiran, M.Hum. dan Pembimbing II: Rahayu Pristiwati, S.Pd., M.Pd. Kata kunci: keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi, metode pencarian informasi, media kartun bercerita. Kemampuan siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi di SMP N 30 Semarang masih rendah. Berdasarkan beberapa sebab rendahnya kualitas menulis siswa, maka disimpulkan perlu penanganan s dalam pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi. Diperlukannya suatu metode pembelajaran menulis yang efektif dan efisien. Diharapkan penerapan metode pencarian informasi dan penggunaan media kartun bercerita mampu meningkatkan keterampilan siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu (1) bagaimanakah proses pembelajaran Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi dengan Menggunakan Metode Pencarian Informasi dan Media Kartun Bercerita, (2) bagaimanakah peningkatan hasil pembelajaran Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi dengan Menggunakan Metode Pencarian Informasi dan Media Kartun Bercerita, dan (3) bagaimanakah perubahan perilaku siswa setelah mengikuti pembelajaran Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi dengan Menggunakan Metode Pencarian Informasi dan Media Kartun Bercerita di SMP N 30 Semarang. Selaras dengan rumusan masalah, tujuan penelitian ada tiga yaitu mendeskripsi proses, memaparkan peningkatan keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi dan menjelaskan perubahan perilaku siswa. Proses pembelajaran siklus II berjalan lebih tertib dan lancar dibandingkan siklus I. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi kelas VIID SMP N 30 Semarang dengan metode pencarian informasi melalui kartun bercerita. Pada siklus I nilai rata-rata kelas mencapai 70,7 dan termasuk dalam kategori cukup dan masih jauh dari kriteria ketuntasan minimal di sekolah yaitu 75 dan juga belum mencapai target ketuntasan penelitian sebesar 77. Pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat 14,6% menjadi 81 dan masuk dalam kategori baik. Perolehan hasil ini menunjukkan bahwa pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui kartun bercerita pada siswa kelas VIID SMP N 30 Semarang berhasil. Perilaku siswa dalam mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui kartun bercerita mengalami perubahan ke arah yang lebih positif. Siswa yang sebelumnya kurang antusias dengan pembelajaran menulis menjadi lebih antusias mengikuti ii

3 pembelajaran. Siswa yang pada siklus I masih gaduh, sudah tidak terlihat gaduh lagi pada siklus II. Saran pada penelitian ini ditujukan kepada guru agar pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui kartun bercerita dapat dijadikan alternatif bagi pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi. Bagi peneliti lain disarankan agar melakukan penelitian serupa dengan menggunakan strategi, teknik, atau metode yang lain agar memberikan alternatif dalam pembelajaran. iii

4 ujian skripsi. PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia Semarang, 27 Mei 2013 Pembimbing I, Pembimbing II, Drs. Wagiran, M.Hum. Rahayu Pristiwati, S.Pd., M.Pd. NIP NIP iv

5 PENGESAHAN KELULUSAN Skripsi ini telah dipertahankan di Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang pada hari : tanggal : Panitia Ujian Skripsi Ketua, Sekretaris, Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum. NIP Sumartini, S.S., M.A. NIP Penguji I, Dra. Suprapti, M.Pd. NIP Penguji II, Penguji III, Rahayu Pristiwati, S.Pd, M.Pd. Drs. Wagiran, M.Hum. NIP NIP v

6 PERNYATAAN Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Semarang, 27 Mei 2013 Rumiana vi

7 MOTTO DAN PERSEMBAHAN Motto Motto penulis dalam menjalani kehidupan yaitu sebagai berikut. 1. Dahulukan Allah, maka Allah akan mendahulukanmu. 2. Ketika kita memberikan jalan kepada orang lain, maka kita pasti akan diberikan jalan oleh-nya. Persembahan Skripsi ini saya persembahkan kepada. 1. Bapak, Ibu, Kakak, dan Kakak ipar saya yang selalu memberikan motivasi. 2. Mas Harsito Subekti. 3. Almamater. vii

8 PRAKATA Bukan tanpa kerja keras dan bukan tanpa perjuangan skripsi ini dapat terselesaikan. Berkat rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa halangan yang berarti. Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada Drs. Wagiran, M.Hum., selaku pembimbing I dan Rahayu Pristiwati, S.Pd., M.Pd., pembimbing II yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama penyusunan skripsi. Ucapan terima kasih juga peneliti sampaikan kepada: 1. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin peneliti untuk melakukan penelitian; 2. Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kemudaham dalam penyusunan skripsi; 3. Kepala SMP N 30 Semarang, Dra Suprihartiningsih guru mapel bahasa Indonesia dan siswa-siswi kelas VIID SMP N 30 Semarang yang telah bekerja sama dengan peneliti selama penelitian; 4. Bapak, ibu, Mas Wasis, dan Mbak Puji yang senantiasa memberikan doa restu serta dukungan; 5. Seluruh pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan yang setimpal atas apa yang telah diberikan kepada peneliti. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada peneliti khususnya dan kepada pembaca pada umumnya. Semarang, 27 Mei 2013 Rumiana viii

9 DAFTAR ISI Halaman Judul Sari... i Persetujuan Pembimbing... iii Pengesahan Kelulusan... iv Pernyataan... v Motto dan Persembahan... vi Prakata... vii Daftar Isi... viii Daftar Tabel... xiii Daftar Gambar... xiv Daftar Diagram... xv Daftar Bagan... xvi Daftar Lampiran... xvii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Identifikasi Masalah Pembatasan Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS Kajian Pustaka Landasan Teoretis Hakikat Menulis Tujuan Menulis Manfaat Menulis Hakikat Narasi Ciri-ciri Karangan Narasi ix

10 2.2.6 Jenis Karangan Narasi Bentuk Khusus Narasi Struktur Narasi Langkah-langkah Menulis Karangan Narasi Hakikat Wawancara Teks Wawancara Media Kartun Bercerita Metode Pencarian Informasi Penerapan Metode Pencarian Informasi dan Media Kartun Bercerita pada Pembelajaran Evaluasi Pembelajaran Menggunakan Metode Pencarian Informasi dan Media Kartun Bercerita Kerangka Berpikir Hipotesis Tindakan BAB III METODE PENELITIAN Desain Penelitian Proses Tindakan Siklus I Perencanaan Siklus Tindakan Siklus I Observasi Siklus I Refleksi Siklus I Proses Tindakan Siklus II Perencanaan Siklus II Tindakan Siklus II Observasi Siklus II Refleksi Siklus II Subjek Penelitian Variabel Penelitian Variabel Kemampuan Mengubah Teks Wawancara menjadi Narasi Variabel Metode Pencarian Informasi melalui Kartun Bercerita Indikator Kinerja x

11 3.4.1 Indikator Kuantitatif Indikator Kualitatif Instrumen Penelitian Instrumen Tes Instrumen Nontes Pedoman Observasi Pedoman Wawancara Jurnal Dokumentasi Teknik Pengumpulan Data Teknis Tes Teknik Nontes Observasi Wawancara Jurnal Teknis Analisis Data Teknik Kuantitatif Teknik Kualitatif BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian Siklus I Proses Pembelajaran Mengubah Teks Wawancara menjadi Narasi dengan Metode Pencarian Informasi melalui Media Kartun Bercerita Peningkatan Hasil Pembelajaran Mengubah Teks Wawancara menjadi Narasi dengan Metode Pencarian Informasi melalui Media Kartun Bercerita Aspek Kesesuaian Isi Aspek Penggunaan Kalimat Langsung dan tak Langsung Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca Aspek Kohesi dan Koherensi Aspek Ketepatan Pemilihan Kata Aspek Keruntutan Cerita xi

12 Apek Kerapian Tulisan Perilaku Siswa Siklus I Hasil Observasi Siklus I Hasil Jurnal Siklus I Jurnal Siswa Jurnal Guru Hasil Wawancara Siklus I Dokumentasi Siklus I Refleksi Siklus I Refleksi Proses Refleksi Hasil Refleksi Perilaku Siswa Penelitian Siklus II Proses Penelitian Mengubah Teks Wawancara menjadi Narasi dengan Metode Pencarian Informasi melalui Media Kartun Bercerita Peningkatan Hasil Pembelajaran Mengubah Teks Wawancara menjadi Narasi dengan Metode Pencarian Informasi melalui Media Kartun Bercerita Aspek Kesesuaian Isi Apek Penggunaan Kalimat Langsung dan Tak Langsung Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca Aspek Kohesi dan Koherensi Aspek Ketepatan Pemilihan Kata Aspek Keruntutan Cerita Aspek Kerapian Tulisan Perubahan Perilaku Siklus II Hasil Observasi Siklus II Hasil Jurnal Siklus II Jurnal Siswa Jurnal Guru Hasil Wawancara Siklus II xii

13 Hasil Dokumentasi Foto Siklus II Refleksi Siklus II Refleksi Proses Refleksi Hasil Refleksi Perubahan Perilaku Pembahasan Proses Pembelajaran Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi Dengan Metode Pencarian Informasi melalui Kartun Bercerita Peningkatan Hasil Pembelajaran Keterampilan Mengubah Teks Wawancara menjadi Narasi Perubahan Perilaku Perbandingan BAB V PENUTUP Simpulan Saran Daftar Pustaka Lampiran xiii

14 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 Pebedaan Narasi Ekspositoris dan Narasi Sugestif Tabel 2 Pedoman Penilaian Tabel 3 Rubrik Penilaian Karangan Narasi Tabel 4 Kategori Penilaian Tabel 5 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi Siklus I Tabel 6 Hasil Tes Aspek Kesesuaian Isi Tabel 7 Hasil Tes Aspek Penggunaan Kalimat Langsung Tabel 8 Hasil Tes Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca Tabel 9 Hasil Tes Aspek Kohesi dan Koherensi Tabel 10 Hasil Tes Aspek Ketepatan Pemilihan Kata Tabel 11 Hasil Tes Aspek Keruntutan Cerita Tabel 12 Hasil Tes Aspek Kerapian Tulisan Tabel 13 Hasil Observasi Siklus I Tabel 14 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi Siklus II Tabel 15 Hasil Tes Aspek Kesesuaian Isi Siklus II Tabel 16 Hasil Tes Aspek Penggunaan Kalimat Langsung dan Tak Langsung Siklus II Tabel 17 Hasil Tes Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca Siklus II Tabel 18 Hasil Tes Aspek Kohesi dan Koherensi Siklus II Tabel 19 Hasil Tes Aspek Ketepatan Pemilihan Kata Siklus II Tabel 20 Hasil Tes Aspek Keruntutan Cerita Siklus II Tabel 21 Hasil Tes Aspek Kerapian Tulisan Siklus II Tabel 22 Hasil Observasi Siklus II Tabel 23 Peningkatan Rata-rata Siklus I menuju Siklus II Tabel 24 Perbandingan Hasil Observasi Siklus I dan Siklus II xiv

15 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1 Aktivitas Guru Memberikan Penjelasan Materi Gambar 2 Aktivitas Siswa Mengamati Kartun Bercerita Gambar 3 Aktivitas Siswa Berdiskusi dengan Teman Sebangku Gambar 4 Aktivitas Guru Mengulang Materi yang Belum Dipahami Siswa Gambar 5 Aktivitas Siswa Mengubah Teks Wawancara menjadi Narasi Gambar 6 Siswa Aktif Bertanya Gambar 7 Guru Membagikan Media Kartun Bercerita Gambar 8 Aktivitas Siswa Berwawancara dengan Teman Sebangku Gambar 9 Aktivitas Siswa Melakukan Kunjung Karya Gambar 10 Pemberian Hadiah kepada Siswa yang Mendapatkan Nilai Tertinggi xv

16 DAFTAR DIAGRAM Halaman Diagram 1 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Wawancara menjadi Narasi Siklus I Diagram 2 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi Siklus II Diagram 3 Peningkatan Tiap Aspek dari Siklus I ke Siklus II xvi

17 DAFTAR BAGAN Halaman Bagan 1 Kerangka Berpikir Bagan 2 Model Penelitian Tindakan Kelas xvii

18 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Lampiran 3 Daftar Siswa Kelas VIID SMP Negeri 30 Semarang Lampiran 4 Rincian Perolehan Nilai Tiap Siswa Siklus I Lampiran 5 Pedoman Observasi Siklus I dan Siklus II Lampian 6 Pedoman Wawancara Siklus I dan Siklus II Lampiran 7 Pedoman Jurnal Siswa Siklus I dan Siklus II Lampiran 8 Pedoman Jurnal Guru Siklus Idan Siklus II Lampiran 9 Hasil Observasi Siklus I Lampiran 10 Hasil Wawancara Siklus I (Nilai Baik) Lampiran 11 Hasil Wawancara Siklus I (Nilai Cukup) Lampiran 12 Hasil Wawancara Siklus I (Nilai Kurang) Lampiran 13 Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus I Lampiran 14 Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus I Lampiran 15 Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus I Lampiran 16 Hasil Jurnal Guru Siklus I Lampiran 17 Rincian Perolehan Nilai Siswa Siklus II Lampiran 18 Hasil Observasi Siklus II Lampiran 19 Hasil Wawancara Siklus II (Nilai sangat baik) Lampiran 20 Hasil Wawancara Siklus II (Nilai Baik) Lampiran 21 Hasil Wawancara Siklus II (Nilai Baik) Lampiran 22 Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus II xviii

19 Lampiran 23 Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus II Lampiran 24 Contoh Hasil Jurnal Siswa Siklus II Lampiran 25 Hasil Jurnal Guru Siklus II Lampiran 26 SK Pembimbing Lampiran 27 Surat Permohonan Izin Penelitian Unnes Lampiran 28 Surat Keterangan dari SMP N 30 Semarang Lampiran 29 Surat Keterangan Lulus UKDBI Lampiran 30 Surat Keterangan Selesai Bimbingan Lampiran 31 Lembar Pembimbingan Penulisan Skripsi Lampiran 32 Teks Wawancara Siswa Lampiran 33 Hasil Karya Siswa dalam Mengubah Teks Wawancara menjadi Narasi Siklus I Lampiran 33 Hasil Karya Siswa dalam Mengubah Teks Wawancara menjadi Narasi Lampiran 34 Media Kartun Bercerita xix

20 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia sering dianggap pelajaran yang membosankan oleh siswa, sehingga hasil pembelajaran yang dicapai tidak maksimal. Padahal setiap mata pelajaran memiliki peran penting dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia. Hal ini telah tercantum secara jelas dalam kurikulum 2004, disebutkan bahwa tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia secara umum meliputi (1) siswa menghargai dan membanggakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan (nasional) dan bahasa negara, (2) siswa memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi, serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacammacam tujuan, keperluan, dan keadaan, (3) siswa memiliki kemampuan menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan kematangan sosial, (4) siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan menulis), (5) siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, dan (6) siswa menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. Pembelajaran bahasa Indonesia meliputi empat keterampilan berbahasa (language arts, language skills), yaitu keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills), dan 1

21 2 keterampilan menulis (writing skills). Keempat keterampilan tersebut merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan. Keterampilan menulis memiliki beberapa aspek pembelajaran, salah satunya yaitu mengubah teks wawancara menjadi narasi. Siswa sekolah menengah pertama (SMP) khususnya kelas VII ditengarai belum menguasai keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi. Sebagian besar siswa tidak menyukai keterampilan menulis karena dianggap sulit dan membosankan. Berdasarkan hasil observasi di SMP N 30 Semarang, keterampilan berbahasa yang memiliki nilai ketuntasan paling rendah yaitu menulis (writing skills). Jika dibandingkan dengan tiga kemampuan berbahasa yang lain, kemampuan menulis lebih sulit dikuasai, bahkan oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan. Hal ini disebabkan kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang menjadi isi karangan. Baik unsur bahasa maupun unsur isi harus terjalin sedemikian rupa sehingga menghasilkan karangan yang runtut dan padu. Hal tersebut mengindikasikan bahwa keterampilan menulis dapat dipelajari dan merupakan sebuah seni (cara) dan tidak bergantung pada bakat tidaknya seseorang. Secara lebih luas, tahapan menulis meliputi, tahap pramenulis, penulisan draf, pengembangan, penyuntingan, dan publikasi. Menulis sebagai proses melalui tiga tahap yakni tahap pramenulis, menulis, dan pascamenulis. Pada tahap pramenulis yang dilakukan siswa adalah menyusun draf sampai batas menulis kerangka tulisan, selanjutnya tahap menulis draf kasar dan yang terakhir tahap pasca menulis yang meliputi tahap menyunting, bahkan publikasi. Peneliti menetapkan SMP Negeri 30 Semarang sebagai sekolah penelitian karena memang di SMP tersebut kemampuan menulis siswa masih kurang. Khususnya

22 3 dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi. Hal ini terbukti melalui beberapa hal: 1) hasil observasi menunjukkan bahwa nilai siswa masih belum mencapai KKM, dan 2) berdasarkan hasil observasi, peneliti melihat bahwa guru hanya menggunakan metode konvensional dalam pembelajaran yaitu ceramah dan siswa di suruh mencatat materi. Jadi, siswa bersifat pasif dan mereka merasa bosan. Oleh karena itu, siswa tidak tertarik dengan pembelajaran menulis. Mereka menganggap bahwa menulis merupakan kegiatan yang membosankan dan tidak bermanfaat. Hal ini terbukti saat pembelajaran menulis banyak siswa yang tidak memperhatikan dan melakukan aktivitas lain, seperti menggambar di buku catatan serta mengganggu teman sebangku. Hal tersebut merupakan faktor penyebab kegagalan pembelajaran menulis. Selain itu, di SMP N 30 Semarang khususnya kelas VII, 50% lebih siswa tidak tuntas dalam aspek menulis khususnya keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi. Berdasarkan data guru, dari delapan kelas yang ada pada tingkat kelas VII di SMP N 30 Semarang, kelas VIID merupakan kelas yang mendapatkan nilai terendah yaitu rata-rata kelas yang hanya sebesar 62. Mereka mengalami kesulitan dalam mengubah kalimat langsung menjadi tak langsung, kurang lengkap dalam menulis kembali informasi yang ada, tidak menguasai EYD dalam menulis, dan paragraf yang disusun pun tidak koheren. Oleh karena itu, peneliti menetapkan kelas VIID sebagai kelas yang layak untuk dilakukan penelitian. Kelas VIID memang memiliki kemampuan yang paling rendah diantara kelas yang lain. Guru memegang peranan penting dalam sebuah pembelajaran. Ketepatan pemilihan metode dan media pembelajaran akan berpengaruh pada hasil yang akan dicapai. Saat ini, guru sudah berusaha menerapkan berbagai strategi pembelajaran

23 4 agar hasil yang dicapai maksimal, namun hasil pembelajaran masih mengecewakan. Banyak siswa yang mendapatkan nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). Nilai KKM di SMP N 30 Semarang untuk mata pelajaran bahasa Indonesia yaitu 75, sedangkan nilai rata-rata kelas pada kompetensi dasar mengubah teks wawancara menjadi narasi hanya sebesar 62. Pemilihan metode dan media pembelajaran yang yang sesuai dengan tujuan pembelajaran menjadi inti penanganan permasalahan tersebut. Metode yang tepat akan membuat siswa tertarik dan tidak merasa bosan sehingga pembelajaran lebih efektif. Pada kesempatan ini, akan dilakukan penelitian untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam kompetensi mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita pada kelas VII D SMP N 30 Semarang. Penelitian ini menggunakan metode pencarian informasi untuk meningkatkan keterampilan siswa mengubah teks wawancara menjadi narasi. Metode pencarian informasi diharapkan dapat meningkatkan tingkat ketelitian siswa dalam memahami teks wawancara. Selain itu, metode ini hampir sama dengan ujian open book dalam pembelajaran sehari-hari. Tim mencari informasi yang menjawab pertanyaan yang diajukan. Metode ini khususnya sangat membantu dalam materi yang membosankan. Biasanya yang dianggap membosankan yaitu mata pelajaran bahasa Indonesia karena terlalu banyak materi yang disampaikan. Selain itu, guru hanya ceramah dalam pembelajarannya sehingga siswa merasa bosan. Metode pencarian informasi lebih menitikberatkan pada ketelitian siswa dalam menangkap informasi yang terdapat dalam teks wawancara sehingga lebih mudah ketika mengolah kembali menjadi sebuah karangan narasi. Sebuah teks wawancara

24 5 terdapat beberapa informasi penting dari seorang narasumber. Oleh karena itu, siswa harus teliti dalam mengolah informasi sehingga menghasilkan karangan yang tepat dan lengkap. Beberapa pertanyaan pancingan yang disampaikan guru dapat meningkatkan ketelitian siswa. Media yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu media kartun bercerita. Konsep media kartun bercerita yaitu kartun yang dapat menyampaikan informasi tertentu kepada siswa baik secara visual maupun audiovisual. Peneliti menyajikan kartun yang dapat menyampaikan informasi kepada siswa. Media kartun bercerita dipilih oleh peneliti dalam penelitian ini agar siswa lebih bisa memahami wawancara yang dilakukan oleh para tokoh. Siswa kelas VII biasanya masih tertarik dengan kartun. Oleh karena itu, peneliti menghadirkan media kartun bercerita agar siswa tertarik sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Penggunaan metode pencarian informasi dan media kartun bercerita diharapkan dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi. Tujuan pemilihan metode pencarian informasi agar siswa lebih teliti dalam mencari informasi yang ada pada teks wawancara sehingga mereka akan lebih mudah saat menyusun kembali beberapa informasi menjadi sebuah karangan narasi. Guru menyajikan beberapa pertanyaan pancingan agar siswa lebih teliti dalam memahami isi wawancara. Selain itu, disertakan pula media kartun bercerita. Penggunaan media kartun bercerita bertujuan untuk menarik minat siswa sehingga mereka tidak merasa bosan saat pembelajaran berlangsung. Selain itu, media ini juga mempermudah penyajian materi. Tokoh yang dihadirkan dalam media akan meningkatkan ketertarikan siswa sehingga mereka lebih bersemangat dan aktif.

25 6 Penggunaan metode pencarian informasi dan media kartun bercerita dalam pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi ini diharapkan dapat memotivasi guru dan siswa dalam upaya meningkatkan keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi, serta mengurangi kesulitan siswa dalam pembelajaran tersebut sehingga dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran. Melalui metode pencarian informasi dan media kartun bercerita, siswa lebih mudah dalam menyerap informasi dalam teks wawancara sehingga siswa akan dapat menghasilkan sebuah karya yang berkualitas dan mengandung informasi yang lengkap. Berdasarkan latar belakang masalah, penelitian peningkatan keterampilan siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita patut dilaksanakan. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan penjelasan pada latar belakang masalah, dapat kita simpulkan bahwa terdapat beberapa masalah pada pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi. Hal ini juga sejalan dengan hasil observasi di SMP N 30 Semarang yang telah dilakukan beberapa waktu yang telah lalu. Guru mata pelajaran bahasa Indonesia yang mengajar di SMP N 30 Semarang mengatakan bahwa kemampuan siswa kelas VII dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi masih rendah. Rendahnya kemampuan siswa ini disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor yang pertama yaitu berasal dari pihak siswa. Faktor ini disebabkan karena kurangnya minat siswa terhadap pembelajaran menulis sehingga selama pembelajaran berlangsung siswa tidak memperhatikan guru. Minat siswa yang rendah terhadap

26 7 pelajaran menulis merupakan faktor utama yang menyebabkan kegagalan pembelajaran, khususnya dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi. Minat yang rendah membuat siswa malas untuk melakukan segala aktivitas selama pembelajaran berlangsung sehingga siswa tidak bisa menyerap materi yang telah disampaikan oleh guru. Mereka mengalami kesulitan dalam mengubah kalimat langsung menjadi tak langsung, kurang lengkap dalam menulis kembali informasi yang ada, tidak menerapkan EYD dalam menulis, dan paragraf yang disusun pun tidak koheren. Faktor penyebab kegagalan pembelajaran yang kedua yaitu dari guru. Selama proses belajar-mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberikan fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Agar dapat mencapai tujuan, guru harus pandai mengembangkan media dan metode pembelajaran sehingga dapat menunjang proses belajar mengajar. Guru merupakan salah satu sumber dan media pembelajaran. Dengan demikian, peranan guru dalam pembelajaran sangat kuat dan lebih mengarah pada peningkatan motivasi belajar siswa. Melalui peranannya sebagai pengajar, guru diharapkan dapat mendorong siswa dalam berbagai kesempatan melalui sumber dan media, meskipun media itu sederhana. Uraian di atas menunjukkan betapa pentingnya peran seorang guru dalam suatu pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi di SMP N 30 Semarang, pada pihak guru kegagalan pembelajaran disebabkan karena kesalahan pemilihan metode dan media pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai. Guru tidak tepat dalam memilih metode dan media pembelajaran.

27 8 1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, permasalahan yang akan diatasi adalah rendahnya kemamapuan siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi yang disebabkan oleh hal-hal berikut (1) siswa banyak kurang menyukai pembelajaran menulis, (2) siswa mengalami kesulitan dalam mengubah kalimat langsung menjadi tak langsung, (3) informasi yang ditulis siswa tidak lengkap, (4) siswa tidak menerapkan EYD dalam menulis, dan (5) paragraf yang disusun pun tidak koheren. Pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dngan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah di atas, disusun rumusan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah proses pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan menggunakan metode pencarian informasi dan media kartun bercerita di SMP N 30 Semarang? 2. Bagaimanakah peningkatan hasil pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan menggunakan metode pencarian informasi dan media kartun bercerita di SMP N 30 Semarang?

28 9 3. Bagaimanakah perubahan perilaku siswa setelah mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan menggunakan metode pencarian informasi dan media kartun bercerita di SMP N 30 Semarang? 1.5 Tujuan Penelitian Selaras dengan rumusan masalah, tujuan penelitian adalah sebagai berikut. 1. Mendeskripsi proses pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan menggunakan metode pencarian informasi dan media kartun bercerita di SMP N 30 Semarang. 2. Memaparkan peningkatan keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi pada siswa kelas VII SMP N 30 Semarang setelah mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi dan media kartun bercerita. 3. Menjelaskan perubahan perilaku pada siswa kelas VII SMP N 30 Semarang setelah mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi dan media kartun bercerita. 1.6 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis maupun praktis. Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat mengubah kebiasaan mengajar guru yang masih konvensional, menambah variasi pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru, menyempurnakan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh para peneliti, serta memperbaiki mutu pendidikan sehingga lebih baik.

29 10 Secara praktis, hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat baik bagi guru, siswa, sekolah, dan peneliti. Manfaat tersebut yaitu 1) dapat memberi solusi dan masukan untuk menggunakan media serta memperbaiki metode yang digunakan dalam pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi, 2) hasil penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan minat siswa terhadap keterampilan menulis khususnya dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi, 3) hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan semangat bagi para guru di SMP N 30 Semarang untuk menerapkan proses kegiatan belajar-mengajar yang menarik dan menyenangkan, dan 4) hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan tentang metode pencarian informasi dan media kartun bercerita dan mendorong peneliti agar melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) selanjutnya baik pada kompetensi yang sama maupun berbeda.

30 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS 2.1 Kajian Pustaka Upaya meningkatkan keterampilan siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi masih menjadi topik yang menarik untuk dikaji dan diteliti. Hal ini terbukti dengan banyaknya upaya meningkatkan keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi yang telah dilakukan oleh para peneliti. Penelitian tindakan kelas umumnya dilakukan oleh guru bekerja sama dengan peneliti atau ia sendiri sebagai guru berperan ganda melakukan penelitian individu di kelas, di sekolah atau tempat ia mengajar untuk tujuan penyempurnaan atau peningkatan proses pembelajaran (Muliawan 2010:1). Aspek menulis dalam masih menarik untuk diadakan penelitian lebih lanjut karena penelitian sebelumnya belum sepenuhnya sempurna. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut demi menyempurnakan penelitian sebelumnya. Beberapa penelitian yang dijadikan kajian dalam penelitian ini yaitu Ikeguchi (1997), Spencer (2005), Suwarna (2007), Suryanto (2008), Rubiah (2009), Susmiati (2009), dan Widyastuti (2009). Ikeguchi (1997) dalam penelitiannya yang berjudul Teaching Integrated Writing Skills menunjukkan bahwa proses pembelajaran menulis terpadu sangat efektif digunakan oleh mahasiswa Jepang kelas menulis. Kelebihan penelitian ini yaitu mahasiswa dapat menempatkan ide-ide secara logis, mengatur pola pikir, dan mengekspresikan ide tersebut dalam kalimat lengkap. Teknik ini memberikan kebebasan kepada mahasiswa untuk mengekspresikan diri agar menghasilkan tulisan 11

31 12 yang terbaik. Tetapi, penelitian ini juga terdapat kekurangan yaitu tulisan siswa biasanya kurang bervariatif dan terkesan monoton karena kurangnya bimbingan dari guru. Penelitian yang telah dilakukan oleh Ikeguchi (1997) mempunyai beberapa persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Persamaan kedua penelitian tersebut terletak pada aspek yang diteliti yaitu menulis. Selain itu, terdapat pula beberapa perbedaan yaitu: metode yang digunakan, subjek penelitian, dan jenjang pendidikan. Ikeguchi melakukan penelitian untuk kalangan mahasiswa, sedangkan penulis melakukan penelitan untuk jenjang sekolah menengah pertama (SMP). Penelitian Spenser (2005) yang berjudul Step by Step Guide to Narrative Writing menunjukkan manfaat dalam menentukan langkah-langkah terlebih dahulu sebelum menulis karangan narasi. Tujuan penelitian ini yaitu (1) untuk mengetahui langkah-langkah menulis karangan narasi, (2) untuk menghubungkan cerita yang berasal dari pengalaman pribadi orang lain, dan (3) untuk menyatukan cerita dengan kehidupan. Penelitian Spenser (2005) memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan penelitian ini yaitu siswa akan lebih mudah dalam menyusun karangan narasi karena dituntun langkah demi langkah oleh guru. Akan tetapi, penelitian ini juga memiliki kekurangan. Pembelajaran membutuhkan waktu yang lebih lama karena guru harus membimbing siswa di setiap langkah dalam menyusun karangan narasi. Penelitian ini membutuhkan waktu yang lama dan terasa monoton karena peneliti tidak menggunakan media pembelajaran.

32 13 Penelitian yang dilakukan Spenser ini memiliki persamaan serta perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Persamaan kedua penelitian ini yaitu aspek menulis yang dipilih sebagai bahan penelitian, serta jenis karangan yang sama yaitu karangan narasi, sedangkan perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Spenser dan penulis yaitu terletak pada subjek penelitian dan metode yang digunakan. Penelitian Suwarno (2007) berjudul Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi dengan Teknik Penceritaan Pengalaman Pribadi pada Kelas VIIB SMP N 1 Godong. Penelitian tersebut memiliki persamaan dengan penelitian kali ini, yaitu memilih kompetensi dasar mengubah teks wawancara menjadi narasi pada siswa kelas VII SMP. Tetapi, teknik yang digunakan berbeda dengan teknik yang digunakan penulis. Teknik yang digunakan Suwarno (2002) yaitu penceritaan pengalaman pribadi, sedangkan pada penelitian ini menggunakan metode pencarian informasi. Berdasarkan analisis penelitian, keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi dari siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Pada siklus I, ratarata kelas meningkat menjadi 65,2 yaitu sebesar 8,5%, sedangkan pada siklus II skor rata-rata kelas meningkat menjadi 76 yaitu sebesar 9,9 %. Kelemahan penelitian yang dilakukan oleh Suwarno (2007) yaitu terletak pada teknik yang digunakan. Teknik penceritaan pengalaman pribadi yang digunakan Suwarno membutuhkan waktu yang lebih lama karena sebelum mengubah teks wawancara menjadi narasi siswa harus berpikir tentang pengalaman pribadi mereka terlebih dahulu.

33 14 Penelitian Suryanto (2008) berjudul Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi dengan Pemodelan pada Siswa Kelas II D SLTP 1 Sukorejo Kendal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan menggunakan teknik pemodelan dapat meningkatkan keterampilan siswa. Hal ini terbukti dari siklus pertama diperoleh hasil prosentase rata-rata kelas 64,4 dan siklus kedua diperoleh prosentase rata-rata kelas 80. Peningkatan dari siklus pertama ke siklus ke dua sebesar 7,8%. Hal ini menujukkan bahwa penggunaan teknik pemodelan dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi. Penelitian yang dilakukan oleh Suryanto (2008) memiliki kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu pada kompetensi dasar yang akan diteliti, sedangkan perbedaannya terletak pada subjek serta teknik yang digunakan. Kelemahan pada penelitian ini yaitu teknik yang digunakan. Saat pembelajaran berlangsung beberapa siswa harus berperan menjadi pewawancara dan narasumber sebagai pemodelan. Metode yang digunakan tidak efektif dalam pembelajaran karena beberapa siswa yang menjadi model dalam pembelajaran tidak dapat mengikuti pembelajaran secara maksimal. Penelitian Rubiah (2009) berjudul Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi Karangan Narasi dengan Teknik Concept Map pada siswa Kelas VII SMP N 3 Juwana. Penelitian ini mengkaji tentang keterampilan mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi dengan teknik concept map dengan tujuan memudahkan imajinasi siswa saat mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi. Penggunaan visualisasi gambar, akan dapat membantu siswa dalam proses

34 15 menulis karangan narasi. Adapun hasil yang dicapai terbukti bahwa dengan menggunakan teknik concept map dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi. Hasil pembelajaran terlihat adanya peningkatan kompetensi yang dicapai oleh para siswa. Berdasarkan analisis penelitian, keterampilan mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi dari siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Pada siklus I, rata-rata kelas meningkat menjadi 65,2 sebesar 8,5%, sedangkan pada siklus II, skor rata-rata kelas meningkat menjadi 76 yaitu sebesar 9,9%. Hasil yang diperoleh bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi. Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti. Persamaan kedua penelitian ini yaitu terdapat pada kompetensi yang diteliti yakni mengubah teks wawancara menjadi narasi, sedangkan perbedaan penelitian terdapat pada metode yang digunakan, dan subjek penelitian. Kelemahan penelitian ini terdapat pada teknik yang digunakan. Siswa diberikan visualisasi gambar lalu membuat sebuah konsep masing-masing. Hal ini membutuhkan waktu yang lebih lama dalam proses pembelajaran. Susmiati (2009) melakukan penelitian dengan judul Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan pada Siswa Kelas VII F SMP N 32 Semarang. Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa nilai siswa dalam kompetensi mengubah teks wawancara menjadi narasi rata-rata 50,73. Setelah dilakukan tindakan siklus I rata-rata nilai siswa meningkat menjadi 63,12 dan pada siklus II juga mengalami peningkatan

35 16 menjadi 73,76. Dari hasil analisis deskriptif kualitatif dapat diketahui bahwa rata-rata keaktifan siswa sebesar 47%. Pada siklus I rata-rata keaktifan siswa meningkat menjadi 67% dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 87% serta sudah tidak ditemukan lagi perilaku siswa yang tidak mendukung pembelajaran. Persamaan penelitian Susmiati (2009) dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis yaitu memiliki kompetensi dasar penelitian yang sama. Kelemahann yang terdapat pada penelitian ini yaitu pada subjek dan pendekatan yang digunakan. Pendekatan kontekstual komponen pemodelan memiliki kelemahan yang hampir sama dengan teknik pemodelan yakni ada beberapa siswa yang harus berperan sebagai model sehingga mereka tidak dapat mengikuti pembelajaran secara maksimal. Penelitian Widyastuti (2009) berjudul Peningkatan Kemampuan Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi dengan Teknik Menulis Cepat dan Media Video Compact Disk (VCD) Siswa kelas VII SMP N 5 Ketro Kecamatan Karangkayung Kabupaten Grobogan. Penelitian ini mengkaji tentang peningkatan kemampuan mengubah teks wawancara menjadi dengan teknik menulis cepat dan media video compact disk (VCD). Penggunakan teknik menulis cepat dan media video compact disk (VCD) diharapkan dapat membantu siswa dalam proses mengubah teks wawancara menjadi narasi. Media ini diharapkan dapat membantu siswa dalam berimajinasi saat menulis. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya peningkatan keterampilan siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan menggunakan teknik menulis cepat dan media video compact disk (VCD). Hasil ini dapat dilihat dari meningkatnya nilai siswa kelas VII SMP N 5 Ketro Kecamatan Karangkayung Kabupaten Grobogan

36 17 setelah mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan menggunakan teknik menulis cepat dan media video compact disk (VCD). Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan keterampilan menulis paragraf deskriptif dari siklus I ke siklus II. Hal ini tampak dari peningkatan rata-rata hasil tes keterampilan siswa dari 71,29 pada siklus I menjadi 74,52 pada siklus II dan terjadi peningkatan sebesar 13%. Berdasarkan hasil yang dicapai dari penelitian di atas, terdapat adanya usaha dalam meningkatkan keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi. Hasil yang diperoleh sangat bermanfaat baik untuk siswa maupun untuk guru. Kompetensi dasar pada penelitian yang telah dilakukan oleh Widyastuti (2009) sama dengan kompetensi yang akan diteliti oleh penulis. Perbedaan kedua penelitian tersebut terletak pada teknik yang digunakan. Teknik menulis cepat yang diterapkan pada penelitian tersebut memang dapat meningkatkan kompetensi siswa, namun pada teknik tersebut pun terdapat kelemahan. Teknik menulis cepat akan membingungkan siswa yang belum mengerti bagaimana cara mengubah teks wawancara menjadi narasi. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti berkedudukan sebagai penyempurna penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian tentang mengubah teks wawancara menjadi narasi sudah banyak dilakukan. Tetapi, kenyataan di lapangan menunjukkan masih rendahnya keterampilan siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi sehingga peneliti menganggap masih perlu dilakukan penelitian yang sejenis. Selain itu, perlu digunakan metode baru agar pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dapat diserap dengan baik oleh siswa. Salah satu cara peningkatan

37 18 keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita. 2.2 Landasan Teoretis Pada bagian ini akan membahas beberapa teori tentang keterampilan menulis, tujuan menulis, manfaat menulis, hakikat narasi, ciri-ciri narasi, jenis narasi, hakikat wawancara, teks wawancara, media kartun bercerita, metode pencarian informasi, dan penerapan metode pencarian informasi serta media kartun bercerita pada pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi Hakikat Menulis Menulis merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan oleh seorang pelajar, apalagi mahasiswa. Menulis mempunyai peranan penting bagi mereka. Hal ini senada dengan pendapat Akhadiah, dkk. (1991:1) yang menegaskan bahwa rangkaian aktivitas menulis merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam seluruh proses belajar yang dialami mahasiswa selama menuntut ilmu di perguruan tinggi. Selain itu, adapula yang mengatakan bahwa keterampilan menulis merupakan kemampuan seseorang dalam melukiskan lambang grafis yang dimengerti oleh penulis bahasa itu sendiri maupun orang lain yang mempunyai kesamaan pengertian terhadap simbolsimbol bahasa tersebut. Menulis bukan hanya sekadar kegiatan yang tak bertujuan. Hal senada pun diungkapkan oleh Tarigan dalam Suriamiharja, dkk (1996:1) bahwa menulis ialah sebuah kegiatan yang dilakukan dengan melukiskan lambang grafis yang menggambarkan makna suatu bahasa yang dipahami oleh orang lain, sehingga orang lain akan memahami suatu bahasa lewat lambing grafis yang digambarkan tersebut.

38 19 Selain itu, tujuan menulis juga diungkapkan oleh Lado (dalam Suriamiharja, dkk. 1996: 1) yang mengatakan bahwa to write is to put down the graphic representation. Artinya, menulis adalah merupakan suatu kegiatan menempatkan simbol-simbol grafis yang menggambarkan suatu bahasa sehingga dapat dimengerti oleh orang lain. Setiap tulisan mempunyai tujuan tertentu. Tarigan (dalam Suriamiharja, dkk. 1996:1) mengatakan bahwa menulis ialah sebuah kegiatan yang hasilnya akan dapat dipahami oleh seseorang melalui lambang grafis yang telah ditulis. Jadi, menulis dapat diartikan sebagai kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis sebagai media penyampai kepada pihak lain. Menulis merupakan salah satu cara untuk mengekspresikan segala ide, gagasan, pikiran, dan pendapat sehingga bisa diketahui oleh orang lain. Melalui menulis, semua orang bisa berkomunikasi dengan orang lain meskipun tidak secara langsung. Apa yang telah ditulis biasanya merupakan cerminan dari apa yang dirasakan. Wiyanto (2004:7) mengatakan bahwa bakat yang dimiliki oleh seseorang tidak berkaitan langsung dengan kemampuan menulis. Hal ini memang benar, karena menulis itu bisa karena terbiasa, bukan karena bawaan bakat dari lahir sehingga siapa saja dapat menjadi penulis jika mau berusaha. Keterampilan berbahasa memiliki empat komponen yang saling memengaruhi, keempat keterampilan tersebut yaitu menulis, menyimak, berbicara, dan membaca (Tarigan dalam Doyin dan Wagiran 2005:11). Keempat keterampilan tersebut saling berkaitan satu sama lain. Setiap keterampilan itu erat sekali berhubungan dengan tiga

39 20 keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka ragam (Tarigan 2008:1). Pembelajaran bahasa tidak dapat dipisahkan dari keempat keterampilan dasar lainnya. Menulis mengandalkan kemampuan berbahasa yang aktif dan produktif. Hal ini disebabkan karena saat seseorang menulis dituntut aktif untuk menghasilkan sebuah tulisan apapun itu bentuknya. Setiap keterampilan berbahasa memiliki hubungan yang sangat erat dengan keterampilan berbahasa lainnya. Hubungan ini sangat beragam. Tarigan (2008:1) mengatakan bahwa dalam memperoleh keterampilan berbahasa, seseorang harus melalui suatu urutan hubungan yang teratur. Mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa kemudian berbicara, sesudah itu belajar membaca dan menulis. Hal tersebut merupakan bentuk konkrit hubungan keempat aspek berbahasa. Berdasarkan pendapat Akhadiah, dkk. (1991:1), Lado (dalam Suriamiharja, dkk. 1996:1), Wiyanto (2004:7), dan Tarigan (2008:1) yang dimaksud menulis dalam penelitian ini adalah salah satu cara berkomunikasi secara tidak langsung antara penulis dan pembaca sebagai cara untuk mengekspresikan segala ide, gagasan, pikiran, dan pendapat Tujuan Menulis Tujuan menulis bergantung pada masing-masing penulis. Keraf (1991:34) mengemukakan bahwa tujuan tulis-menulis atau karang-mengarang adalah untuk mengungkapkan segala sesuatu baik fakta-fakta, perasaan, sikap, dan isi pikiran secara jelas dan efektif kepada para pembaca. Melalui sebuah tulisan, seorang penulis dapat menyampaikan apapun ide ataupun yang ia miliki secara lebih jelas dan terperinci kepada pembaca.

40 21 Setiap penulis memiliki tujuan menulis yang berbeda-beda. Suriamiharja, dkk. (1996: 2) mengatakan bahwa tujuan dari menulis adalah agar tulisan yang dibuat dapat dibaca dan dipahami oleh orang lain yang mempunyai kesamaan pengertian terhadap bahasa yang dipergunakan. Jadi, dapat diartikan bahwa keterampilan menulis menjadi salah satu cara berkomunikasi secara tertulis, di samping adanya komunikasi lisan. Pada umumnya tidak semua orang dapat mengungkapkan perasaan dan maksud secara lisan. Berdasarkan pendapat Keraf (1991:34) dan Suriamiharja, dkk. (1996:2) dapat disimpulkan bahwa tujuan menulis adalah sebagai sarana berkomunikasi. Pembelajaran menulis dapat dilaksanakan dengan model kooperatif. Model tersebut merupakan pendekatan pembelajarn yang mengutamakan adanya kerja sama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran Manfaat Menulis Menulis merupakan salah satu kegiatan yang sarat makna dan manfaat. Banyak hal yang bisa kita dapat dari kegiatan menulis. Akhadiah dkk. (dalam Suriamiharja, dkk. 1996:4) mengungkapkan seorang penulis akan mendapatkan beberapa manfaat penting menulis, yaitu sebagai berikut: 1) seorang penulis akan dapat mengasah kemampuan dan potensi dirinya., 2) terbiasa mengembangkan gagasan sehingga dapat menjadi sebuah tulisan yang bermakna, 3) menambah wawasan dalam segala bidang, 4) terlatih dalam mengorganisasikan gagasan secara sistematis serta mengungkapkannya secara tersurat, 5) dapat meninjau serta menilai gagasannya sendiri secara lebih objektif, 6) terbiasa memecahkan masalah secara konkret, 7)

41 22 terdorong untuk terus belajar secara aktif, dan 8) membiasakan penulis berpikir serta berbahasa secara tertib dan teratur. Selain pendapat Akhadiah, dkk. (1996:4), Komaidi (2007:12) juga mengungkapkan beberapa manfaat yang diperoleh dari aktivitas menulis, yaitu sebagai berikut: 1) menumbuhkan rasa ingin tahu dan melatih kepekaan dalam melihat realitas di sekitar, 2) mendorong penulis untuk mencari referensi seperti buku, majalah, koran, jurnal, dan sejenisnya, 3) terlatih untuk menyusun pemikiran dan argumen kita secara runtut, sistematis, dan logis, 4) secara psikologis akan mengurangi tingkat ketegangan dan stress, 5) tulisan yang dimuat oleh media massa atau diterbitkan oleh penerbit, maka akan mendapatkan kepuasan batin, dan 6) tulisan yang dibaca oleh banyak orang (mungkin puluhan, ratusan, ribuan, bahkan jutaan) membuat penulis semakin popular dan dikenal oleh para pembaca. Menulis memang memiliki segudang manfaat. Beberapa pendapat ahli tersebut dilengkapi oleh Pannebanker (dalam Komaidi 2007: 14-15) menyebutkan beberapa manfaat aktivitas menulis, yaitu sebagai berikut: 1) menulis menjernihkan pikiran. Seseorang dilatih untuk memetakan persoalan yang rumit, misalnya dengan memetakan atau menyederhanakan masalah yang rumit. Seseorang bisa menyelesaikan masalah dengan pikiran yang tenang dan jernih, 2) menulis mengatasi trauma. Seseorang bisa mengurangi trauma masa lalu. Berusaha melupakan dan menyederhanakan bahkan dilihat dari sudut pandang kelucuannya, 3) menulis membantu mendapatkan dan mengingat informasi baru. Seseorang terlatih untuk mengingat atau mengabadikan informasi atau peristiwa masa lalu yang telah terjadi. Bahkan bisa diinformasikan kepada orang lain secara lebih luas, dan 4) menulis

42 23 membantu memecahkan masalah. Menulis seseorang bisa melihat segala permasalahan dengan kepala dingin, pikiran tenang, dengan memetakan dan menyederhanakan masalah kemudian mencari solusinya. Menulis-bebas membantu seseorang ketika terpaksa harus menulis. Maksudnya, dengan menulis-bebas yang biasa dilakukan, seseorang akan terlatih dalam kondisi apapun terutama saat terburu-buru. Dia terbiasa menuangkan gagasan dan pendapat sehingga dalam waktu mendesak mampu menulis dengan sistematis dan runtut. Berdasarkan pendapat Akhadiah, dkk. (dalam Suriamiharja 1996:4-5), Komaidi (2007:14-15), dan Pannebanker (dalam Komaidi 2007:14-15) dapat kita simpulkan bahwa keterampilan menulis mempunyai segudang manfaat, mulai dari segi pendidikan, psikologis, hingga kesehatan. Oleh karena itu, banyak orang yang senang menulis baik itu untuk menyalurkan bakat ataupun untuk tujuan lainnya Hakikat Narasi Mata pelajaran bahasa Indonesia berisi berbagai macam karangan. Jika dilihat dari cara penyajian dan tujuannya, karangan dapat dibedakan menjadi lima jenis, yaitu (1) narasi, (2) deskripsi, (3) eksposisi, (4) argumentasi, dan (5) persuasi. Rusyana (1983:135) mengungkapkan bahwa karangan narasi adalah karangan yang memaparkan peristiwa, yang mengandung unsur perilaku, tindakan, ruang, dan waktu. Karangan narasi juga menceritakan atau menyajikan hal atau kejadian melalui penonjolan pelaku dan sangat mementingkan urutan waktu. Selain waktu, tindakan dan ruang juga harus ada dalam sebuah narasi karena merpakan unsur pokok. Pendapat lain diungkapkan oleh Parera (1983:3) bahwa narasi adalah suatu bentuk

43 24 karangan pengembangan karangan dan tulisan yang bersifat menyejarahkan sesuatu berdasarkan pengembangannya dari waktu ke waktu. Berdasarkan pendapat tersebut dapat diartikan bahwa narasi bersifat menceritakan kisah yang telah terjadi. Menceritakan kembali sebuah cerita sama saja dengan menyejarakan peristiwa tersebut dalam bentuk tulisan. Selain itu, narasi yaitu suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan sejelas-jelasnya kepada pembaca tentang suatu peristiwa yang terjadi (Keraf 1995:136). Hal ini dilakukan agar pembaca dapat memahami isi narasi sehingga pesan yang ingin disampaikan oleh penulis dapat dimengerti oleh pembaca. Suparno dan Yunus (2006:49) mengungkapkan bahwa narasi adalah karangan yang berisi tentang rangkaian peristiwa. Karangan narasi memberi pengertian kepada pembaca tentang sebuah kejadian atau serentetan kejadian supaya pembaca dapat mengambil hikmah dari cerita tersebut. Selain itu, juga untuk memberikan amanat kepada para pembaca tentang suatu kejadian yang telah terjadi. Sejalan dengan pendapat tersebut, Nurudin (2007:71) mengungkapkan bahwa karangan narasi merupakan bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan tindak-tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau berlangsung dalam satu kesatuan waktu tertentu. Narasi biasanya hanya mengisahkan dalam kurun waktu tertentu saja dan mempunyai kronologis yang jelas. Berdasarkan pendapat Rusyana (1983), Parera (1983), Keraf (1992:136), Suparno dan Yunus (2006:49), dan Nurudin (2007:71) dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud karangan narasi dalam penelitian ini adalah salah satu jenis karangan yang berusaha menceritakan suatu peristiwa yang telah terjadi dengan tujuan tertentu.

44 Ciri-ciri Karangan Narasi Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup berbagai macam karangan. Masingmasing karangan mempunyai ciri yang berbeda dengan jenis karangan yang lain. Salah satu jenis karangan yang ada yaitu karangan narasi. Ciri-ciri karangan narasi adalah sebagai berikut (1) diceritakan dari sudut pandang tertentu, (2) membuat dan mendukung suatu sudut pandang, (3) diisi dengan detail yang tepat, (4) menggunakan kata kerja yang jelas, (5) menggunakan konflik dan urutan cerita, dan (6) dapat menggunakan dialog. Semi (2007:32) mengemukakan beberapa ciri penanda narasi, yaitu (1) berupa cerita tentang peristiwa atau pengalaman manusia, (2) kejadian atau peristiwa yang disampaikan dapat berupa peristiwa atau kejadian yang benar-benar terjadi, dapat berupa imajinasi, maupun gabungan keduanya, (3) berdasarkan konflik karena tanpa konflik narasi biasanya tidak menarik, (4) memiliki nilai estetika, (5) menekankan susunan kronologis, dan (6) biasanya memiliki dialog. Terdapat beberapa perbedaan antara karangan narasi dengan jenis karangan lainnya, ada beberapa ciri karangan narasi yang dapat kita gunakan sebagai pembeda, yaitu (1) bersumber pada fakta atau sekadar fiksi, (2) berupa rangkaian peristiwa, dan (3) bersifat menceritakan. Berdasarkan pendapat Semi (2007) dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri karangan narasi yaitu (1) berupa rangkaian peristiwa, (2) terdapat tokoh, (3) adanya latar, dan (4) menekankan susunan kronologis Jenis Karangan Narasi

45 26 Keraf (1983:141) membedakan karangan narasi menjadi dua, yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Narasi ekspositoris bertujuan untuk menggugah pikiran para pembaca untuk menggugah pikiran para pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan, sedangkan narasi sugestif merupakan suatu rangkaian peristiwa yang disajikan sedemikian rupa sehingga merangsang daya khayal para pembaca. Berikut ini akan dikemukakan perbedaan antara narasi ekspositoris dan narasi sugestif agar lebih jelas. Keraf (1983:141) mengungkapkan perbedaan narasi ekspositoris dan sugestif sebagai berikut. Tabel 1 Perbedaan Narasi Ekspositoris dan Narasi Sugestif No. Narasi Ekspositoris Narasi Sugestif 1. Memperluas pengetahuan Menyampaikan suatu makna atau suatu amanat yang tersirat 2. Menyampaikan informasi mengenai Menimbulkan daya khayal suatu kejadian 3. Didasarkan pada penalaran untuk mencapai kesepakatan rasional Penalaran hanya berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan makna, sehingga kalau perlu penalaran perlu dilanggar 4. Bahasanya lebih condong ke bahasa informatif dengan titik berat pada penggunaan kata-kata denotative Bahasanya lebih condong bahasa figuratif dengan menitik beratkan penggunaan kata-kata denotatif Bentuk Khusus Narasi Sesuai dengan perbedaan antara narasi ekspositoris dan narasi sugestif, maka narasi dapat dibedakan atas narasi bentuk yang fiktif dan nonfiktif. Bentuk-bentuk

46 27 narasi yang terkenal yang biasanya dibicarakan dalam hubungan dengan kesusasteraan adalah roman, novel, cerpen, dan dongeng (semuanya termasuk dalam narasi fiktif), sedangkan sejarah, biografi, autobiografi termasuk dalam narasi kategori nonfiktif. 1) Autobiografi dan Biografi Pengertian autobiografi dan biografi sudah sering dijelaskan. Perbedaannya terdapat pada naratornya (pengisahnya), yaitu siapa yang bercerita dalam sebuah wacana. Pengisah dalam autobiografi adalah tokohnya sendiri, sedangkan pengisah dalam biografi adalah orang lain. Sasaran utama autobiografi dan biografi adalah menyajikan peristiwa-peristiwa yang dramatis, dan berusaha menarik manfaat dari seluruh pengalaman pribadi bagi pembaca. Pola umum yang dikembangkan adalah riwayat hidup pribadi seseorang, urutan peristiwa yang berkaitan dengan kehidupan seorang tokoh. 2) Anekdot dan Insiden Anekdot dan insiden sering berfungsi sebagai bagian saja dari autobiografi, biografi, dan sejarah. Keduanya mengisahkan suatu tindak-tanduk dalam suatu unit tersendiri. Anekdot adalah semacam cerita pendek yang bertujuan menyampaikan karakteristik yang menarik atau aneh mengenai seseorang atau suatu hal lain. Daya tarik anekdot tidak terletak pada penggelaran dramatik, tetapi pada suatu gagasan yang ingin diungkapkan, biasanya muncul menjelang akhir kisah sedangkan insiden (peristiwa) sebaliknya memiliki karakter yang lebih bebas lagi daripada anekdot. Daya tarik terdapat pada akarakter-karakter yang khas dan menjelaskan kejadian itu sendiri.

47 28 3) Skestsa Sketsa adalah suatu bentuk wacana yang singkat, yang selalu dikategorikan dalam tulisan naratif, walaupun kenyataannya unsur perbuatan berlangsung dalam suatu unit waktu tidak terlalu ditonjolkan. Tujuan utama sketsa adalah menyajikan halhal yang penting dari suatu peristiwa atau kejadian secara garis besar dan selektif, dan bukan untuk memaparkan secara lengkap. 4) Profil Profil memperlihatkan ciri-ciri utama dari seorang tokoh yang dideskripsikan berdasarkan suatu kerangka yang telah digariskan sebelumnya. Bagian terpenting yang dimasukkan dalam sebuah profil adalah sebuah sketsa karakter, yang disusun sedemikian rupa untuk mengembangkan subjeknya. Bila kita telah selesai membaca sebuah profil yang baik, kita merasakan bahwa kita telah berjumpa dengan suatu kepribadian dari seorang individu yang sesungguhnya Struktur Narasi Keraf (1983:147) mengungkapkan bahwa struktur narasi dapat dilihat dari komponen-komponen yang membentuknya: perbuatan, penokohan, latar, sudut pandang, dan alur. Alur merupakan kerangka dasar yang terpenting dalam suatu kisah. Alur mengatur bagaimana watak para tokoh digambarkan, serta situasi dan perasaan tokoh yang terkait dalam satu kesatuan waktu. Keraf (1983:147) membatasi alur sebagai suatu interelasi fungsional antara unsur-unsur narasi yang timbul dari tindaktanduk, karakter, pikiran, dan sudut pandang.

48 29 Tindak-tanduk perbuatan sebagai satu kesatuan unsur dalam alur. Dalam narasi setiap tindakan harus diungkapkan secara terperinci dalam komponen-komponennya sehingga pembaca seolah-olah merasakan sendiri kejadian itu. Tindak-tanduk dalam sebuah narasi biasanya mengambil suatu tempat. Tempat itulah yang dinamakan latar. Latar dapat menjadi unsur utama maupun unsur tambahan dalam narasi. Selain itu, sudut pandang juga merupakan salah satu unsur penting. Tujuan sudut pandang adalah sebagai pedoman atau tindak-tanduk karakter dalam sebuah pengisahan. Berdasarkan pendapat Keraf (1983:147) struktur utama pembentuk narasi yaitu terdiri atas perbuatan, penokohan, latar, sudut pandang, dan alur cerita Langkah-langkah Menulis Karangan Narasi Suparno dan Yunus (2006:450) mengungkapkan langkah-langkah menulis karangan narasi yaitu (1) menentukan tema dan amanat yang akan disampaikan, (2) menetapkan sasaran pembaca, (3) merancang peristiwa-peristiwa yang akan ditampilkan, (4) membagi peristiwa utama ke dalam bagian awal, perkembangan, dan akhir cerita, (5) merinci peristiwa-peristiwa utama ke dalam detail-detail peristiwa sebagai pendukung peristiwa, dan (6) menyusun tokoh dan perwatakan, latar, dan sudut pandang. Langkah-langkat tersebut tentunya akan berbeda jika kita menyusun karangan narasi yang bersumber pada teks wawancara. Langkah-langkah mengubah teks wawancara menjadi narasi yaitu (1) membaca teks wawancara secara teliti, (2) memahami pokok-pokok informasi yang terdapat pada teks wawancara, (3) menyusun kerangka karangan berdasarkan pokok informasi yang telah didapatkan, (4)

49 30 mengembangkan kerangka karangan, dan (5) menyunting tulisan jika ada kesalahan bahasa maupun tulisan. Pengembangan karangan lebih ditekankan pada penggunaan sudut pandang orang ketiga. Hal ini dilakukan agar semua siswa mengembangkan karangan dengan pola yang sama. Berdasarkan pendapat Suparno dan Yunus (2006:450), langkah-langkah pokok dalam menulis karangan narasi yaitu menentukan tema, sasaran pembaca, menyusun peristiwa dan mengembangkannya, serta menentukan tokoh dan perwatakan, latar, dan sudut pandang Hakikat Wawancara Wawancara adalah suatu percakapan yang dilakukan untuk maksud tertentu (Hecht 1976:11). Seorang pewawancara melakukan kegiatan wawancara dengan narasumber berdasarkan tujuan tertentu. Narasumber pun dipilih sesuai dengan kriteria yang relevan dengan tujuan wawancara. Wawancara merupakan suatu bentuk kegiatan berbahasa dengan jalan mengajukan pertanyaan kepada narasumber atau responden untuk memperoleh informasi. Wawancara harus dilakukan berdasarkan tujuan yang jelas. Tanpa suatu tujuan, kegiatan wawancara tak mungkin berlangsung dengan baik. Modal seorang pewawancara adalah keterampilan dalam berbahasa. Hal ini pun senada dengan pendapat Kusumah, dkk. (2003:6) bahwa pada umumnya wawancara merupakan sebuah bentuk komunikasi yang erat hubungannya dengan keterampilan berbicara. Bahkan modal berbicara tak hanya diperlukan oleh seorang pewawancara, namun diperlukan juga oleh seorang narasumber. Keterampilan berbicara seorang narasumber akan mendukung kejelasan informasi yang disampaikan.

50 31 Berdasarkan pendapat Hecht (1976), dan Kusumah, dkk. (2003) dapat disimpulkan bahwa wawancara merupakan interaksi antara pewawancara dengan narasumber dengan tujuan untuk mendapatkan informasi tertentu Teks Wawancara Seorang pewawancara melontarkan beberapa pertanyaan kepada narasumber untuk mendapatkan sebuah informasi sehingga terjadilah tanya jawab di antara keduanya. Kusumah, dkk. (2003: 21) mengungkapkan bahwa hasil wawancara dapat dicatat dengan dua teknik. 1. Teknik Langsung Teknik langsung yaitu teknik yang mencatat hasil wawancara secara langsung berbentuk tulisan. Mengingat kecepatan tangan kita terbatas maka teknik steno diterapkan saat menggunakan teknik langsung. 2. Teknik Repro Teknik repro yaitu teknik mencatat hasil wawancara tetapi menggunakan alat elektronik, misalnya type recorder. Dalam teknik ini kegiatan wawancara akan terekam dalam sebuah alat elektronik. Supaya bisa didapatkan informasi yang jelas maka rekaman tersebut harus ditranskipkan sehingga menjadi sebuah teks wawancara. Hasil kegiatan wawancara dapat berbentuk teks wawancara secara langsung jika menggunakan teknik langsung, namun jika menggunakan teknik repro maka harus ditranskipkan terlebih dahulu sehingga menghasilkan teks wawancara. Secara umum, ciri-ciri teks wawancara sama dengan ciri narasi yaitu adanya sudut pandang, alur, kejadian, dan tokoh.

51 32 Berdasarkan penjelasan Kusumah, dkk. (2003:21) dapat disimpulkan bahwa teks wawancara merupakan bentuk wawancara secara tertulis antara pewawancara dan narasumber Media Kartun Bercerita Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Prestasi belajar siswa di sekolah sering diindikasikan dengan permasalahan belajar dari siswa tersebut dalam memahami materi. Guru memerlukan alat bantu penyampaian informasi ilmu pengetahuan kepada siswa agar siswa mampu memahami pesan pengetahuan dengan baik. Media merupakan segala bentuk perantara yang dipakai orang penyebar ide untuk menyebarkan ide, sehingga idea atau gagasan itu sampai pada penerima (Hamijaya dalam Rohani 1997:2). Dengan demikian media dapat diartikan sebagai alat bantu dalam menyampaikan sebuah informasi. Selain itu, Brigg (dalam Rohani 1997:2) juga mengatakan bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan yang merangsang yang sesuai untuk belajar, misalnya: media cetak, media elektronik (film, video). Media sebagai alat bantu, dapat berupa apapun dengan syarat dapat mempermudah penyampaian informasi. Gerlach dan Ely (dalam Arsyad: 2000) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai

52 33 alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Berdasarkan pendapat Hamijaya dalam Rohani 1997:2), Brigg (dalam Rohani 1997:2), dan Gerlach dan Ely (dalam Arsyad: 2000) dapat disimpulkan bahwa media adalah alat yang digunakan untuk mempermudah penyampaian idea tau gagasan. Levie dan Lentz (dalam Arsyad 2000:16) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu (1) fungsi atensi, (2) fungsi afektif, (3) fungsi kognitif, (4) fungsi kompensatoris. Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkosentrasi pada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai naskah materi pelajaran. Fungsi afektif media visual dapat dilihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar naskah bergambar, gambar atau lambang visual dapat mengubah emosi dan sikap siswa. Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar. Fungsi kompositoris media pembelajaran terlihat dari hasil bahwa penelitian bahwa media visual yang memberikan materi untuk memahami isi pelajaran yang disajikan dengan naskah atau disajikan secara verbal. Sudjana dan Rivai (2007:58) mengungkapkan bahwa kartun adalah penggambaran dalam bentuk lukisan atau karikatur tentang orang, gagasan, atau situasi yang didisain untuk mempengaruhi opini masyarakat. Kartun sebagai alat bantu mempunyai manfaat penting dalam pengajaran, terutama dalam menjelaskan

53 34 rangkaian isi bahan dalam satu urutan logis atau mengandung makna. Kartun yang baik hanya mengandung satu gagasan saja. Penggunaan kartun juga dapat digunakan sebagai motivasi, ilustrasi, dan untuk kegiatan siswa (Sudjana dan Rivai 2007:60). Sesuai dengan wataknya kartun yang efektif akan menarik perhatian serta menumbuhkan minat belajar siswa. Hal ini menunjukkan bahan-bahan kartun bisa menjadi alat motivasi yang berguna di kelas. Penggunaan yang kedua yaitu sebagai ilustrasi. Seseorang dapat melaporkan hasil penelitiannya dalam bentuk kartun. Ini berarti kartun dapat digunakan sebagai ilustrasi dalam kegiatan pengajaran. Penggunaan kartun yang ketiga yaitu sebagai kegiatan siswa. Para siswa dapat membuat kartun untuk menumbuhkan minat mereka dalam suatu bidang. Kartun digunakan sebagai sarana menyuarakan apa yang ada dalam pikiran mereka. Media yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu media kartun bercerita. Media kartun bercerita pada konsepnya merupakan kartun yang dapat menyampaikan informasi baik secara visual maupun audiovisual kepada siswa sehingga informasi dapat dipahami siswa dengan baik. Media kartun bercerita dapat berbentuk visual. Sudjana dan Rivai (2007:8) mengungkapkan bahwa konsep keterbacaan visual dapat berupa sket, gambar, foto, diagram, tabel, dan lain-lain. Pesan visual melalui berbagai ilustrasi digunakan untuk memperjelas keterbacaan verbal. Selain itu, media kartun bercerita juga dapat berbentuk audiovisual. Rohani (1997:97) mengungkapkan bahwa media audiovisual adalah media instruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengentahuan dan

54 35 teknologi), meliputi media yang dapat dilihat, didengar, dan yang dapat dilihat dan didengar. Peneliti memilih kartun bercerita karena siswa kelas VII ditengarai masih menyukai film kartun yang ditayangkan di televisi sehingga penyajian media kartun akan menarik minat mereka sehingga akan lebih mudah menyerap materi. Informasi yang disampaikan melalui kartun tersebut pun akan lebih mudah mereka pahami. Penyajian media kartun bercerita dimaksudkan untuk menarik minat siswa dalam pembelajaran serta memberikan pemahaman awal tentang wawancara. Penyajian media kartun bercerita secara audiovisual membutukan LCD, laptop, dan speaker, sedangkan secara visual hanya membutuhkan gambar kartun yang mengandung informasi saja Metode Pencarian Informasi Metode pencarian informasi mendorong keaktifan siswa dalam pembelajaran. Tim mencari informasi (normalnya dilakukan dalam pembelajaran yang menggunakan teknik ceramah) yang menjawab pertanyaan yang diajukan keduanya. Metode ini khususnya sangat membantu dalam materi yang membosankan. Biasanya yang dianggap membosankan tidak lain yaitu mata pelajaran bahasa Indonesia karena terlalu banyak materi yang disampaikan. Guru hanya ceramah dalam pembelajarannya sehingga siswa akan merasa bosan. Metode ini sangat membantu pembelajaran untuk lebih menghidupkan materi yang dianggap kering (Zaini, dkk 2008:48). Suatu metode ataupun teknik yang digunakan dalam pembelajaran pasti memiliki langkah-langkah maupun strategi pembelajaran tersendiri. Begitu pula

55 36 dengan metode pencarian informasi. Menurut Silberman (2009:152) prosedur pelaksanaan metode pencarian informasi yaitu: a. Membuat kelompok pertanyaan yang bisa dijawab dengan cara mencari informasi yang dapat dijumpai di sumber materi. b. Peserta didik mencari informasi dalam tim kecil. Persaingan sehat bisa membantu untuk mendorong partisipasi. c. Meninjau kembali jawaban selagi di kelas. Kembangkan jawaban untuk memperluas jangkauan belajar. Selain prosedur di atas, guru juga dapat melakukan variasi dalam pembelajaran dengan menggunakan teknik ini. Variasi tersebut yaitu: a. membuat pertanyaan yang memaksa peserta didik untuk menyimpulkan jawaban dari sumber informasi yang ada, daripada menggunakan pertanyaan yang bisa langsung dengan pencarian. b. daripada mencari jawaban pertanyaan, berilah peserta didik tugas yang berbeda seperti satu kasus untuk dipecahkan, latihan yang bisa mencocokkan butir-butir soal, atau menyusun acak kata. Jika tidak diacak, tunjukkan istilah penting yang terdapat pada sumber informasi. Diharapkan dengan menggunakan metode pencarian informasi akan lebih menyenangkan dan membuat siswa lebih mudah menyusun karangan narasi sehingga penelitian ini akan bermanfaat.

56 Penerapan Metode Pencarian Informasi dan Media Kartun Bercerita pada Pembelajaran Mengubah teks wawancara menjadi narasi merupakan kegiatan yang dilakukan setelah melalui proses pemahaman isi teks wawancara secara teliti kemudian mengubah isi teks wawancara tersebut ke dalam bentuk karangan narasi. Isi karangan yang ditulis harus sesuai dengan isi teks wawancara. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi adalah pembelajaran yang dapat menjadikan siswa lebih leluasa dalam mengekspresikan idenya ke dalam bentuk tulisan, serta dapat melatih siswa mengubah bentuk kalimat langsung menjadi kalimat tak langsung. Untuk dapat menarasikan teks wawancara perlu diperhatikan hal-hal yang dilakukan dalam menarasikan teks wawancara yaitu (1) dengan mengubah kalimat langsung menjadi kalimat tak langsung, (2) mengubah penggunaan kata ganti, yaitu menggunakan kata ganti orang pertama/orang kedua menjadi kata ganti orang ketiga. Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (tanya jawab) secara lisan, baik langsung maupun tak langsung. Wawancara adalah metode yang digunakan untuk mendapatkan fakta atau informasi dari kegiatan pencarian informasi dengan cara menanyakan secara mendetail dan mendalam, memancing dengan pernyataan maupun mengkonfirmasi suatu hal, agar dapat diperoleh gambaran yang utuh tentang narasumber atau peristiwa tertentu. Mengubah teks wawancara menjadi narasi merupakan salah satu kompetensi

57 38 dasar yang ada di standar kompetensi bahasa dan sastra Indonesia Sekolah Menengah Pertama sehingga siswa harus mampu menguasai kompetensi ini. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus dan masing-masing siklus terdiri atas dua pertemuan. Langkah-langkah pembelajaran kompetensi mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun berbicara pada pertemuan pertama yaitu (1) guru menjelaskan materi pengantar tentang wawancara, narasi, kalimat langsung dan tak langsung, (2) guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami, (3) Siswa berkelompok dengan berpasangan dengan teman sebangku, (4) tiap kelompok memperhatikan media kartun bercerita sebagai contoh wawancara. Selain itu, media kartun bercerita juga digunakan sebagai sarana untuk menarik minat siswa, (5) tiap kelompok mendapatkan lampiran berisi teks wawancara yang dibagikan oleh guru, (6) siswa mendengarkan beberapa pertanyaan pancingan yang dibacakan oleh guru agar lebih teliti dalam menganalisis isi teks wawancara, (7) tiap kelompok membuat kerangka karangan berdasarkan teks wawancara yang telah dibagikan, (8) setiap kelompok mengembangkan kerangka karangan dengan dipandu oleh guru, (9) setiap kelompok menukarkan pekerjaannya dengan kelompok lain, (10) siswa dengan dibimbing guru mengoreksi hasil pekerjaan kelompok lain, (11) siswa memperbaiki karangannya berdasarkan komentar dari kelompok lain, dan (12) siswa menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dipelajari. Langkah-langkah pembelajaran kompetensi mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun berbicara pada pertemuan kedua yaitu 1) siswa berpasangan dengan teman sebangku. Siswa

58 39 pertama berperan sebagai pewawancara dan siswa kedua sebagai narasumber, 2) guru menyajikan media, lalu membagikan LK I dan LK II, 3) guru memberikan enam pertanyaan pancingan berdasarkan media, 4) siswa yang berperan sebagai pewawancara membuat daftar pertanyaan pada lembar kerja 1, sedangkan pasangannya menyiapkan jawaban yang sesuai, 5) setiap pasangan melakukan praktik wawancara dan pewawancara mencatat jawaban narasumber pada LK 1 pula. Selama berwawancara ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh siswa, yaitu (a) kelancaran, (b) penggunaan kalimat efektif, dan (c) kinestetik, 6) tiap-tiap siswa menyusun karangan narasi pada LK 2 berdasarkan informasi yang telah didapatkan dari kegiatan wawancara, 7) guru menjelaskan materi yang belum dipahami siswa selama pembelajaran, 8) siswa menukarkan hasil pekerjaannya dengan teman sebangku, 9) guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran, 10) Guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. Peneliti menitikberatkan pada penggunaan sudut pandang orang ketiga mengubah teks wawancara menjadi narasi peneliti Evaluasi pembelajaran Menggunakan Metode Pencarian Informasi dan Media Kartun Bercerita Evaluasi diartikan sebagai suatu proses yang sistematis untuk menentukan sejauh mana tujuan pengajaran dicapai oleh para siswa. Evaluasi pembelajaran merupakan bagian integral dari proses pembelajaran yang melibatkan tiga proses yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Evaluasi merupakan proses pengumpulan informasi dan memanfaatkannya sebagai penimbang dalam pengambilan keputusan.

59 40 Dengan demikian, evaluasi mengandung tiga unsur yaitu pengumpulan informasi, penimbang dengan suatu kriteria, dan pengambilan keputusan. Evaluasi menurut tujuannya dapat dibedakan menjadi evaluasi formatif dan sumatif. Evaluasi formatif bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam rangka mencari balikan untuk memperbaiki proses belajar mengajar, sedangkan evaluasi sumatif bertujuan mengetahui hasil belajar dalam rangka menentukan perkembangan hasil belajar selama proses pendidikan. Dengan melakukan evaluasi, guru dapat mengetahui sejauh mana ketercapaian pembelajaran. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa selama pembelajaran, peneliti menggunakan penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses dilakukan dengan melihat perilaku siswa dari awal hingga akhir pembelajaran. Penilaian proses ini dapat dinilai dari keseriusan dan keantusiasan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Penilaian hasil dilakukan dengan menilai hasil kegiatan mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita dengan kriteria yang telah ditentukan. 2.3 Kerangka Berpikir Keterampilan siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi di SMP N 30 Semarang ditengarai masih rendah. Sebagian besar siswa mendapatkan nilai dibawah kriteria ketuntasan minimal. Hal ini disebabkan karena siswa merasa bosan selama pembelajaran sehingga tidak memperhatikan materi yang diberikan oleh guru. Pemilihan metode kurang tepat, serta pemanfaatan media kurang maksimal. Perlu diadakan suatu upaya untuk meningkatkan nilai siswa. Metode pencarian informasi dipilih untuk meningkatkan konsentrasi serta ketelitian siswa dalam

60 41 mengubah teks wawancara menjadi narasi. Media kartun bercerita digunakan untuk meningkatkan ketertarikan siswa terhadap pembelajaran sehingga mereka akan lebih aktif dan bersemangat. Penggunaan metode pencarian informasi dan media kartun bercerita menyajikan cara pembelajaran baru yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan dalam menulis, khususnya dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi. Metode pencarian informasi akan mendorong siswa agar lebih teliti dan berusaha untuk memahami isi dari teks berita dengan cermat. Setelah mendapatkan informasi yang lengkap, maka langkah siswa membuat sebuah kerangka karangan narasi dengan merangkai informasi yang telah ia dapatkan. Setelah menyusun kerangka karangan, lalu siswa mengembangkan kerangka tersebut menjadi suatu karangan yang utuh. Media kartun bercerita di sini dimaksudkan untuk menarik minat siswa dalam pembelajaran. Media kartun bercerita yang dapat berbentuk visual maupun audiovisual. Peneliti akan menyajikan tokoh-tokoh kartun sehingga siswa akan lebih tertarik untuk mengamati kegiatan wawancara tersebut. Jika siswa sudah merasa senang dengan media yang disajikan maka siswa pun akan lebih mudah untuk memahami informasi yang ada pada media tersebut. Pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang berhubungan dengan pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi.

61 42 Kurang terampil dalam mengubah teks wawancara menjadi Penemuan metode pencarian informasi dan media kartun bercerita Siswa terampil dalam mengubah teks wawancara menjadi Pembelajaran dengan metode pencarian informasi dan media Bagan 1 Kerangka Berpikir 2.4 Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah setelah dilaksanakan pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi dengan menggunakan metode pencarian informasi dan media kartun bercerita maka siswa akan mengalami peingkatan kompetensi tersebut dan perubahan sikap ke arah yang lebih baik.

62 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Kemmis (dalam Subyantoro 2009:8) menyatakan PTK sebagai suatu bentuk penelaahan atau inkuiri melalui refleksi diri yang dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu dalam situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran dari (a) praktik-praktik sosial atau kependidikan yang mereka lakukan sendiri, (b) pemahaman mereka terhadap praktik-praktik tersebut, dan (c) situasi di tempat praktik dilaksanakan. Penelitian tindakan kelas terdiri atas dua siklus, yaitu proses tindakan pada siklus I dan siklus II. Siklus I bertujuan untuk mengetahui kemampuan mengubah teks wawancara menjadi narasi. Siklus I digunakan sebagai refleksi untuk melaksanakan siklus II. Hasil proses tindakan pada siklus II bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi setelah dilakukan perbaikan dalam kegiatan belajar mengajar yang didasarkan pada refleksi siklus I. Tiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, obsrvasi, dan refleksi. Keempat tahap dalam PTK dapat digambarkan sebagai berikut. OA P RP Siklus I Siklus II R T T R T O O 43

63 44 Bagan 2 Model Penelitian Tindakan Kelas Keterangan: OA : Observasi Awal O : Observasi P : Perencanaan R : Refleksi T : Tindakan RP : Revisi Perencanaan Proses Tindakan Siklus I Penelitian dilakukan melalui dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Siklus I merupakan tahapan awal pelaksanaan penelitian. Siklus I digunakan sebagai refleksi untuk melakukan siklus II. Hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan penelitian. Setiap tahapan dilaksanakan secara maksimal agar penelitian dapat berjalan lancar dan tepat sasaran. Pada siklus ini dilakukan empat tahapan penelitian yaitu (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi Perencanaan Siklus I Tahap perencanaan ini berupa rencana kegiatan menentukan langkah-langkah yang dilakukan penelitian untuk memecahkan masalah. Masalah yang dialami dalam pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi di SMP Negeri 30 Semarang yaitu masih rendahnya kemampuan siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi karena berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari diri siswa, yaitu siswa tidak tertarik dengan pembelajaran menulis, kurangnya penguasaan materi, tidak ada motivasi belajar, dan malas, sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar, misalnya pemilihan metode dan media pembelajaran yang kurang tepat. Upaya untuk mengatasi

64 45 permasalahan tersebut adalah dengan mengubah strategi pembelajaran agar minat siswa dan motivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran meningkat. Pada tahap perencanaan siklus I, dilakukan persiapan pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi dengan melalui kartun bercerita. Langkah-langkah pembelajarannya yaitu (1) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi dengan melalui kartun bercerita, (2) menentukan media kartun yang akan digunakan, (3) memersiapkan instrumen penilaian yaitu instrumen tes dan nontes. Instrumen tes berupa tes mengubah teks wawancara menjadi narasi beserta kriteria penilaiannya, dan instrumen nontes berupa lembar observasi, lembar jurnal, lembar wawancara, dan dokumentasi foto, (4) menyiapkan perangkat tes mengubah teks wawancara menjadi narasi yang berupa lembar kerja, pedoman penskoran, dan penilaian, (5) berkolaborasi dengan guru mata pelajaran dan kelas yang akan diteliti Tindakan Siklus I Tindakan merupakan pelaksanaan rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan. Tindakan merupakan langkah inti dalam suatu pembelajaran yang harus dilakukan dengan cermat dan hati-hati agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai sasaran. Tindakan harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah dirancang sebelumnya.

65 46 Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dan masing-masing siklus terdiri atas dua pertemuan. Masing-masing pertemuan terdiri atas tiga tahap pembelajaran yaitu pendahuluan, inti, dan penutup. Pertemuan pertama, tahap pendahuluan diawali dengan apersepsi yang diberikan oleh guru kepada siswa. Guru mengondisikan siswa agar siap mengikuti pembelajaran. Guru memberikan penjelasan tentang tujuan dan manfaat yang akan diperoleh siswa jika telah menguasai kompetensi mengubah teks wawancara menjadi narasi. Motivasi pun tak lupa guru sampaikan dengan menceritakan kisah penulis sukses agar siswa bersemangat selama mengikuti pembelajaran. Tahap inti merupakan tahapan pelaksanaan metode pencarian informasi dan media kartun berberita. Langkah-langkah yang dilakukan guru pada tahapan inti yaitu (1) guru menjelaskan materi pengantar tentang wawancara, narasi, kalimat langsung dan tak langsung, (2) guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami, (3) Siswa berkelompok dengan berpasangan dengan teman sebangku, (4) tiap kelompok memperhatikan media kartun bercerita sebagai contoh wawancara. Selain itu, media kartun bercerita juga digunakan sebagai sarana untuk menarik minat siswa, (5) tiap kelompok mendapatkan lampiran berisi teks wawancara yang dibagikan oleh guru, (6) siswa mendengarkan beberapa pertanyaan pancingan yang dibacakan oleh guru agar lebih teliti dalam menganalisis isi teks wawancara, (7) tiap kelompok membuat kerangka karangan berdasarkan teks wawancara yang telah dibagikan, (8) setiap kelompok mengembangkan kerangka karangan dengan dipandu oleh guru, (9) setiap kelompok menukarkan pekerjaannya dengan kelompok lain, (10) siswa dengan dibimbing guru mengoreksi hasil pekerjaan

66 47 kelompok lain, (11) siswa memperbaiki karangannya berdasarkan komentar dari kelompok lain, dan (12) siswa menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dipelajari. Tahapan tahapan terakhir pada pertemuan pertama yaitu penutup. Langkahlangkah pembelajaran pada bagian penutup yaitu (1) guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran, dan (2) guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung. Pertemuan kedua terdiri atas tiga tahap pula. Tahapan itu yaitu terdiri atas tiga tahap yaitu pendahuluan, inti, dan penutup. Pelaksanaan pembelajaran harus sesuai dengan perencanaan yang telah disiapkan agar mencapai tujuan pembelajaran. Tahapan pertama pertemuan kedua yaitu pendahuluan. Tahapan ini terdiri atas beberapa langkah yaitu (1) guru mengondisikan siswa agar siap mengikuti pembelajaran, (2) guru menjelaskan tujuan dan manfaat pembelajaran, (3) guru memotivasi siswa agar semangat dalam belajar, (4) guru mengingatkan siswa tentang materi pembelajaran pada pertemuan sebelumnya, (5) siswa diberikan kesempatan untuk bertanya jika ada materi yang belum dipahami. Tahap inti pembelajaran dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut 1) siswa berpasangan dengan teman sebangku. Siswa pertama berperan sebagai pewawancara dan siswa kedua sebagai narasumber, 2) guru menyajikan media, lalu membagikan LK I dan LK II, 3) guru memberikan enam pertanyaan pancingan berdasarkan media, 4) siswa yang berperan sebagai pewawancara membuat daftar pertanyaan pada lembar kerja 1, sedangkan pasangannya menyiapkan jawaban yang sesuai, 5) setiap pasangan melakukan praktik wawancara dan pewawancara mencatat

67 48 jawaban narasumber pada LK 1 pula. Selama berwawancara ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh siswa, yaitu (a) kelancaran, (b) penggunaan kalimat efektif, dan (c) kinestetik, 6) tiap-tiap siswa menyusun karangan narasi pada LK 2 berdasarkan informasi yang telah didapatkan dari kegiatan wawancara, 7) guru menjelaskan materi yang belum dipahami siswa selama pembelajaran, 8) siswa menukarkan hasil pekerjaannya dengan teman sebangku. Lalu menilai pekerjaan temannya dengan panduan guru, 9) guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran, 10) Guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. Tahap terakhir pada pertemuan kedua yaitu penutup. Langkah-langkah pada tahapan ini yaitu (1) siswa menukarkan hasil pekerjaannya dengan teman sebangku. Lalu menilai pekerjaan temannya dengan panduan guru, (2) guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran, dan (6) guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah berlangsung Observasi Siklus I Observasi merupakan kegiatan mengamati reaksi dan perilaku siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Kegiatan observasi atau pengamatan dilaksanakan untuk mengumpulkan data tentang metode dan media yang digunakan yaitu metode pencarian informasi melalui kartun bercerita selama proses pembelajaran berlangsung. Pengambilan data dilakukan melalui tes dan nontes. Proses pengambilan data tes dilakukan untuk melihat kemampuan materi yang diserap oleh siswa. Kegiatan yang dilakukan berupa data tes individu siswa

68 49 dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi serta peningkatan keterampilan siswa setelah dilakukan pembelajaran. Proses pengambilan data nontes dilakukan oleh peneliti untuk melihat perilaku siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Beberapa aspek yang diamati adalah perilaku dan aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran, respons siswa terhadap metode dan media yang digunakan dalam pembelajaran, keaktifan siswa di dalam kelas yang berupa menjawab pertanyaan dari guru maupun bertanya kepada guru tentang materi yang belum dipahaminya. Berdasarkan data nontes dapat diketahui apakah metode dan media yang digunakan peneliti dapat diterima dengan baik oleh siswa atau tidak. Data nontes diperoleh melalui beberapa tahap. Tahapan untuk memperoleh data nontes yaitu (1) observasi siswa untuk mengetahui perilaku atau aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, (2) jurnal penelitian untuk guru dan siswa dalam proses pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui kartun bercerita, (3) wawancara untuk mengetahui pendapat siswa yang dilakukan di luar pembelajaran kepada perwakilan siswa yang memperoleh nilai rendah, sedang, dan tinggi, (4) dokumentasi foto yang digunakan sebagai laporan yang berupa gambar dan aktivitas selama pembelajaran berlangsung. Semua data tersebut dijelaskan dalam bentuk deskripsi secara lengkap Refleksi Siklus I Peneliti melakukan refleksi dengan menganalisis hasil tes dan nontes setelah melakukan tindakan siklus I. Refleksi dilakukan sebagai upaya mengkaji segala hal yang terjadi pada tahap tindakan siklus I. Hasil refleksi ini digunakan sebagai bahan masukan dalam menetapkan langkah selanjutnya. Refleksi pada siklus I dijadikan

69 50 masukan dalam menentukan langkah pada siklus II sehingga hasil yang didapatkan dapat maksimal. Masalah-masalah pada siklus I dapat dicari pemecahannya, sedangkan kelebihan-kelebihannya dipertahankan dan ditingkatkan, sehingga akan diperoleh hasil pembelajaran yang lebih baik pada siklus II Proses Tindakan Siklus II Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam siklus II terdiri atas empat tahap seperti layaknya pada siklus I. Empat tahap tersebut yaitu tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi yang merupakan tindak lanjut dan perbaikan dari siklus I. Hasil refleksi pada siklus I diperbaiki pada siklus II sehingga hasilnya lebih maksimal Perencanaan Siklus II Berdasarkan hasil refleksi yang telah dilakukan pada siklus I, peneliti memperbaiki proses pembelajaran pada siklus II. Pada proses penelitian tindakan kelas siklus II dilakukan beberapa perbaikan dan penyempurnaan pada perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Peneliti mempersiapkan hal-hal yang akan dilaksanakan pada siklus II dengan memperbaiki hasil refleksi pada siklus I. Peneliti melakukan beberapa perbaikan pada beberapa aspek. Perbaikan yang dilakukan sebagai bentuk perencanaan pada siklus II meliputi 1) identifikasi masalah yang timbul pada siklus I sehingga memerlukan perbaikan, yakni perbaikan cara penyampaian materi oleh guru, 2) menentukan langkah-langkah perbaikan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui kartun bercerita dengan merevisi instrumen yang berupa data tes yaitu: tes individu mengubah teks wawancara menjadi narasi berupa

70 51 lembar kerja, dan 3) menyiapkan perangkat pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi yang akan digunakan dalam evaluasi hasil belajar siklus II Tindakan Siklus II Tindakan pada siklus II merupakan hasil revisi tindakan yang dilakukan pada siklus I. Revisi tersebut dilakukan berdasarkan beberapa masukan setelah melakukan tindakan pada siklus I. Masukan dari siswa menjadi salah satu pertimbangan peneliti untuk melakukan perbaikan pembelajaran pada siklus II. Tindakan yang dilakukan pada siklus II dilakukan dalam dua kali pertemuan yang terbagi atas tiga tahap yaitu tahap pendahuluan, inti, dan penutup. Pertemuan pertama, tahap pendahuluan diawali dengan apersepsi yang diberikan oleh guru kepada siswa. Guru juga menanyakan bagaimana pengalaman siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi pada siklus I. Motivasi pun tak lupa guru sampaikan agar siswa bersemangat selama mengikuti pembelajaran. Tahap inti merupakan tahapan pelaksanaan metode pencarian informasi dan media kartun berberita. Langkah-langkah yang dilakukan guru pada tahapan inti yaitu (1) guru menjelaskan materi pengantar tentang wawancara, narasi, kalimat langsung dan tak langsung, (2) guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami, (3) Siswa berkelompok dengan berpasangan dengan teman sebangku, (4) guru membagikan media kartun bercerita, (5) tiap kelompok memperhatikan media kartun bercerita, (6) siswa mendengarkan beberapa pertanyaan pancingan yang dibacakan oleh guru agar lebih teliti dalam menganalisis isi teks wawancara, (7) siswa yang berperan sebagai pewawancara menyiapkan pertanyaan dan narasumber menyiapkan jawaban berdasarkan media, (8) siswa

71 52 melakukan praktik wawancara, (9) setiap kelompok membuat karangan narasi berdasarkan teks wawancara, (10) hasil pekerjaan siswa dikumpulkan, (11) guru membagikan media kedua, (12) guru membacakan enam pertanyaan pancingan, (13) guru menugaskan masing-masing siswa untuk membuat enam pertanyaan berdasarkan media kedua di rumah masing-masing, dan (14) pembelajaran ditutup dengan salam. Pertemuan kedua terdiri atas tiga tahap pula. Tahapan itu yaitu terdiri atas tiga tahap yaitu pendahuluan, inti, dan penutup. Pelaksanaan pembelajaran harus sesuai dengan perencanaan yang telah disiapkan agar mencapai tujuan pembelajaran. Tahapan pertama pertemuan kedua yaitu pendahuluan. Tahapan ini terdiri atas beberapa langkah yaitu 1) siswa berpasangan dengan teman sebangku, 2) siswa melakukan praktik wawancara secara bergantian sesuai dengan pertanyaan yang disusun di rumah dan beberapa hal yang harus diperhatikan oleh siswa, yaitu (a) kelancaran, (b) penggunaan kalimat efektif, dan (c) kinestetik, 3) masing-masing siswa menyusun karangan narasi sesuai dengan teks wawancara yang telah dilakukan, 4) guru membentuk empat kelompok besar, masing-masing kelompok memilih satu karya terbaik dengan dibimbing guru, 5) karya terbaik dipajang di papan tulis dan siswa melakukan kunjung karya, setiap kelompok memiliki empat perwakilan untuk memberikan tanda bintang pada karya terbaik dengan bimbingan guru, 6) guru memberikan reward pada karya yang mendapatkan tanda bintang terbanyak, 7) guru menjelaskan materi yang belum dipahami siswa selama pembelajaran, 8) guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran, dan 9) Guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah berlangsung dan ditutup dengan salam.

72 Observasi Siklus II Pada siklus II peneliti juga melakukan observasi seperti pada siklus I. Observasi adalah kegiatan mengamati reaksi dan perilaku siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Pelaksanaan observasi, peneliti dibantu oleh seorang teman selama proses pembelajaran berlangsung. Teman membantu peneliti dalam melakukan observasi. Pada tindakan siklus II ini masih dilakukan observasi untuk melihat peningkatan keterampilan siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi dan perubahan tingkah laku siswa setelah dilakukan tindakan siklus II. Observasi siklus II juga masih sama dengan siklus I yaitu dilakukan melalui data tes dan nontes. Selama proses observasi, data diperoleh melalui beberapa cara yaitu (1) tes untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyerap materi, dan tes keterampilan siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi, (2) observasi untuk mengetahui sikap dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, (3) jurnal diberikan untuk mengetahui apa yang dirasakan oleh siswa selama mengikuti proses pembelajaran, (4) wawancara untuk mengetahui pendapat siswa yang dilakukan di luar pembelajaran kepada perwakilan siswa yang memperoleh nilai rendah, sedang, dan tinggi, (5) dokumentasi foto yang digunakan sebagai laporan yang berupa gambar dan aktivitas selama pembelajaran berlangsung. Semua data tersebut dijelaskan dalam bentuk deskripsi secara lengkap. Observasi pada siklus II dilakukan dengan cara melihat peningkatan hasil tes dan melihat perilaku siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang meliputi keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas. Kegiatan wawancara juga dilakukan untuk

73 54 mengetahui tanggapan siswa terhadap kegiatan pembelajaran terutama pada siswa yang mendapatkan nilai tertinggi, sedang, dan rendah Refleksi Siklus II Refleksi pada siklus II ini dilakukan untuk mengetahui keefektifan penggunaan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita dan untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan perbaikan tindakan pada siklus I. Refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil tes keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi dan hasil nontes yang dilakukan pada siklus II. Hasil nontes berupa observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi foto juga dilakukan untuk mengetahui perubahan tingkah laku siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Refleksi pada siklus II dilakukan untuk merefleksi hasil evaluasi belajar siswa pada siklus I dan II. Tujuan refleksi ini adalah untuk menentukan kemajuankemajuan yang telah dicapai selama proses pembelajaran dan untuk mencari kelemahan-kelemahan yang muncul dalam proses pembelajaran. Kemajuan yang dicapai pada siklus II adalah peningkatan tes keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi dan perubahan tingkah laku siswa dari negatif menjadi positif. 3.2 Subjek Penelitian Subjek dari penelitian tindakan kelas ini adalah keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi siswa kelas VII D SMP Negeri 30 Semarang. Kelas VII D terdiri atas 36 siswa, dengan rincian 16 laki-laki dan 20 perempuan. 3.3 Variabel Penelitian Penelitian tindakan kelas ini menggunakan dua variabel yaitu (1) variabel keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi, sebagai variabel terikat dan

74 55 (2) variabel metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita sebagai variabel bebas Variabel Keterampilan Mengubah Teks Wawancara menjadi Narasi Keterampilan menulis membutuhkan kesabaran ekstra sehingga banyak siswa yang kurang meminati aspek menulis. Keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi yang dimaksud di sini adalah keterampilan siswa dalam mengolah sebuah teks wawancara menjadi karangan narasi dengan memerhatikan beberapa aspek seperti penggunaan kalimat langsung dan tak langsung. Selain itu, kesesuaian isi, kalimat langsung dan tak langsung, ejaan dan tanda baca, kohesi dan koherensi, urutan cerita, pemilihan kata, dan kerapian tulisan juga harus diperhatikan oleh siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi. Penelitian ini dianggap berhasil jika nilai rata-rata siswa secara klasikal dapat mencapai 77. Jika nilai rata-rata siswa secara klasikal dapat mencapai 77 maka dapat dikategorikan baik dan telah mencapai target. Hal ini berarti peneliti telah mampu mencapai hasil melebihi kriteria ketuntasan minimal di SMP N 30 Semarang yang hanya Variabel Metode Pencarian Informasi melalui Kartun Bercerita Peneliti memilih salah satu metode pembelajaran aktif dari Mel Silberman (2009) dalam bukunya Active Learning, yaitu metode pencarian informasi. Metode ini mengajak siswa agar lebih teliti ketika mencermati sebuah teks wawancara sehingga mereka akan lebih mudah ketika menyusun kembali menjadi sebuah karangan narasi. Pembelajaran aktif merupakan suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif. Ketika siswa belajar dengan aktif, berarti mereka mendominasi aktivitas

75 56 pembelajaran. Mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menggunakan ide pokok dari materi pembelajaran, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa saja yang baru mereka pelajari ke dalam satu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. Siswa diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental tetapi juga melibatkan fisik. Siswa akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan. Metode pengajaran ini menyediakan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan belajar secara aktif. Cara ini mengarahkan siswa ke dalam eksplorasi yang alami dan investigasi langsung ke dalam suatu situasi pemecahan masalah. Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah media kartun bercerita. Media kartun bercerita merupakan media yang dapat menyampaikan informasi kepada siswa baik dalam bentuk visual maupun audiovisual. Peneliti memilih kartun bercerita karena siswa kelas VII ditengarai masih menyukai film kartun yang ditayangkan di televisi sehingga penyajian media kartun akan menarik minat mereka. Jika siswa sudah tertarik dengan media yang disajikan oleh guru maka tentunya mereka pun akan lebih mudah menyerap materi. Percakapan yang dilakukan oleh para tokoh pun akan lebih mudah mereka pahami. Hal ini akan berbeda jika wawancara dilakukan oleh tokoh yang tidak mereka kenal, maka mereka akan lebih sulit memahami isi wawancara tersebut.

76 Indikator Kinerja Indikator kinerja dalam penelitian ini meliputi dua aspek, yaitu kuantitatif dan kualitatif Indikator Kuantitatif Penilaian dilakukan atas dasar teknik tes. Peneliti menghendaki nilai rata-rata kelas sebesar 77 dan masing- masing siswa mendapatkan nilai minimal 75 atau tuntas KKM Indikator Kualitatif Penilaian dilakukan atas dasar teknik nontes. Indikator kualitatif yaitu mengenai proses pembelajaran dan perubahan perilaku siswa setelah dilakukan pembelajaran. Perubahan perilaku positif tersebut yaitu: (1) siswa memperhatikan media kartun bercerita yang ditampilkan guru, (2) siswa mendengarkan pertanyaan pancingan dengan baik dan langsung bisa menjawab, (3) siswa terlihat antusias dan saat berdiskusi dengan pasangan, (4) siswa terlihat aktif dan antusias ketika praktik wawancara, (5) siswa dapat mengubah teks wawancara menjadi narasi secara tepat dan cepat. 3.5 Instrumen Penelitian Penelitian tindakan kelas ini menggunakan dua bentuk instrumen yaitu instrumen tes dan instrumen nontes. Instrumen tes yang digunakan berupa penugasan siswa secara individu untuk mengubah teks wawancara menjadi narasi. Instrumen nontes yang digunakan berupa observasi, jurnal siswa, jurnal guru, wawancara, dan dokumentasi foto.

77 Intrumen Tes Instrumen tes adalah instrumen yang berupa tes subjektif yang berupa tes tertulis pada siswa untuk mengubah teks wawancara menjadi narasi. Pada instrumen tersebut digunakan pedoman penilaian kemampuan mengubah teks wawacara menjadi narasi. Standar kompetensi: mengungkapkan berbagai informasi dalam bentuk narasi dan pesan singkat. Kompetensi dasar: mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan memerhatikan cara penulisan kalimat langsung dan tak langsung. Indikator : (1) mampu menentukan informasi pokok yang terdapat pada teks wawancara. (2) mampu menentukan ciri-ciri karangan narasi, (3) mampu mengubah kalimat langsung menjadi kalimat tak langsung, (4) mampu mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi, dan (5) mampu menyunting karangan yang telah dibuat. Tabel 2 Pedoman Penilaian No Aspek Penilaian Skor Bobot Bobot x skor 1. Kesesuaian isi 4 16 narasi dengan teks wawancara 2. Penggunaan 4 16 kalimat langsung dan tak langsung 3. Ejaan dan tanda baca Kohesi dan 4 16 koherensi 5. Pemilihan kata Urutan cerita Kerapian tulisan 4 16 Jumlah

78 59 Tabel 3 Rubrik Penilaian Karangan Narasi No Aspek Kategori Nilai Keterangan 1. Kesesuaian isi a. Isi narasi sesuai dengan teks 4 Sangat baik narasi dengan wawancara, tepat, bahasanya teks wawancara bervariatif dan lengkap. b. Isi narasi sesuai dengan teks 3 Baik wawancara, tapi kurang bervariatif. c. Isi narasi cukup sesuai dengan teks wawancara namun kurang lengkap dan kurang bervariatif d. Isi narasi tidak sesuai dengan 2 1 Cukup Kurang teks wawancara, tidak bervariatif dan tidak lengkap. 2. Penggunaan kalimat a. Penggunaan kalimat langsung dan tak langsung tepat dan 4 Sangat baik langsung dan penulisannya benar dan tak langsung komunikatif. b. Penggunaan kalimat langsung dan tak langsung tepat dan cukup bervariatif. c. Penggunaan kalimat langsung dan tak langsung ada beberapa 3 2 Baik Cukup yang salah, namun cukup bervariatif. d. Penggunaan kalimat langsung dan tak langsung banyak yang salah dan tidak bervariatif. 1 Kurang 3. Ejaan dan tanda baca a. Penggunaan ejaan dan tanda baca tepat semua. b. Kesalahan ejaan dan tanda baca kurang dari tiga kesalahan c. Kesalahan penggunaan ejaan dan tanda baca lebih dari tiga sampai delapan kesalahann d. Kesalahan penggunaan ejaan dan tanda baca lebih dari delapan kesalahan Sangat baik Baik Cukup Kurang 4. Kohesi dan a. Kohesi dan koherensi tepat 4 Sangat baik

79 60 koherensi 5. Pemilihan kata (diksi) sehingga mudah dipahami dan bervariatif b. Kohesi dan koherensi tepat namun kurang bervariatif c. Kohesi dan koherensi cukup tepat namun tidak bervariasi d. Tidak ada kohesi dan koherensi. Sehingga sulit dipahami. a. Pemilihan kata tepat, sesuai, dan bervariasi. b. Pemilihan kata tepat, sesuai, tetapi tidak bervariasi. c. Beberapa pemilihan cukup tepat tetapi bervariasi dan masih bisa dipahami. d. Pemilihan kata tidak tepat, tidak bervariasi sehingga sulit dipahami. 6. Urutan cerita a. Urutan cerita tepat dan runtut. b. Urutan cerita tepat dan cukup runtut. c. Urutan cerita cukup tepat dan cukup runtut d. Cerita banyak yang salah dan tidak runtut. 7. Kerapian tulisan Perhitungan nilai adalah sebagai berikut: a. Tulisan rapi dan mudah dibaca. b. Tulisan rapi namun ada beberapa coretan. c. Tulisan kurang rapi dan banyak coretan. d. Tulisan tidak rapi dan sulit dibaca Baik Cukup Kurang Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat baik Baik Cukup Kurang

80 61 Tabel 4 Kategori Penilaian No Skor Kategori Nilai 1 >85 Sangat baik Baik Cukup 4 <65 Kurang Instrumen Nontes Instrumen nontes yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman observasi, wawancara, jurnal dan dokumentasi Pedoman Observasi Pedoman Instrumen nontes yang berupa lembar observasi dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui perilaku siswa melalui pengamatan pada saat pembelajaran sedang berlangsung. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan sikap positif dan sikap negatif. Aspek perilaku yang diamati dalam penelitian ini meliputi (1) siswa memperhatikan media kartun bercerita yang ditampilkan guru, (2) siswa mendengarkan pertanyaan pancingan dengan baik dan langsung bisa menjawab, (3) siswa terlihat antusias dan saat berdiskusi dengan pasangan, (4) siswa terlihat aktif dan antusias ketika praktik wawancara, (5) siswa dapat mengubah teks wawancara menjadi narasi secara tepat dan cepat Pedoman Wawancara Pedoman wawancara digunakan untuk mendapatkan data tentang pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui

81 62 media kartun bercerita. Wawancara dilakukan terhadap siswa yang nilai tesnya tinggi, sedang, rendah. Wawancara ini untuk mengetahui minat siswa terhadap pembelajaran, untuk mengetahui kesulitan yang dialami siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi, tanggapan mengenai pembelajaran, tanggapan mengenai metode dan media yang disajikan, perasaan ketika pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita Jurnal Jurnal digunakan untuk mendapat data kualitatif, yaitu berupa jurnal peneliti atau jurnal guru dan jurnal siswa yang diperoleh pada akhir pembelajaran. Jurnal guru berisi antara lain (1) catatan mengenai kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran, (2) keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran, (3) catatan tentang tanggapan siswa terhadap tugas pada kegiatan pembelajaran, (4) tanggapan siswa terhadap media kartun bercerita, dan (5) catatan kejadian-kejadian di dalam kelas, sedangkan jurnal siswa berisi (1) materi yang dipelajari, (2) perasaan siswa selama mengikuti pembelajaran pada hari ini, (3) kesulitan apa yang dialami siswa, (4) tanggapan siswa mengenai media pembelajaran yang digunakan, dan (5) saran yang dapat siswa berikan untuk pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita Dokumentasi Alat yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian tindakan kelas ini berupa kamera yang digunakan untuk merekam kegiatan siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Aspek yang diamati pada perekaman (kamera) meliputi (1) aktivitas guru

82 63 setelah memberikan penjelasan materi, (2) aktivitas siswa ketika mengamati media kartun bercerita, (3) aktivitas siswa berdiskusi dengan teman sebangku, (4) aktivitas siswa berwawancara dengan teman sebangku, dan (5) aktivitas siswa ketika mengubah teks wawancara menjadi narasi. Masing-masing kegiatan dalam pembelajaran diambil satu dokumen. 3.6 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data pada penelitian kali ini dilakukan dengan dua teknik, yaitu tes dan nontes. Teknik tes dilakukan untuk mendapatkan nilai siswa, sedangkan data nontes diperoleh dengan cara observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi Teknik Tes Tes dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada siklus I dan siklus II. Teknik tes diberikan guna mengetahui data keterampilan siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi dan media kartun bercerita. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan tes. Tes ini dilakukan secara individu. Evaluasi proses pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi dan media kartun bercerita ini digunakan tes uji petik produk yaitu berupa karangan narasi. Hasil tes penelitian setelah dianalisis untuk mengetahui kelemahan siswa, selanjutnya sebagai dasar perbaikan untuk melakukan siklus berikutnya.

83 Teknik Nontes Teknik pengumpulan data nontes ini meliputi observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi. Teknik nontes digunakan untuk mengetahui sejauh mana perubahan sikap siswa setelah diadakan proses pembelajaran dengan media katun bercerita dan metode pencarian informasi Observasi Teknik observasi ini digunakan untuk mengamati keadaan, respon, sikap, dan keaktifan siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Observasi dilakukan oleh bantuan seorang teman selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan agar pembelajaran yang dilakukan dapat berjalan dengan baik. Observasi dilakukan selama pembelajaran berlangsung dengan memberikan tanda check pada lembar obsevasi. Observasi digunakan untuk mengumpulkan data mengenai proses dan perilaku siswa dalam kegiatan pembelajaran. Hasil dari observasi tersebut kemudian dianalisis dan dideskripsikan dalam bentuk uraian kalimat sesuai dengan perilaku nyata yang ditunjukkan siswa. Adapun tahap observasinya yaitu (1) mempersiapkan lembar observasi yang berisi butir-butir sasaran amatan tentang keaktifan siswa dalam mendengarkankan penjelasan guru, keaktifan siswa dalam mengerjakan tes, (2) melaksanakan observasi selama proses pembelajaran yaitu mulai dari penjelasan guru, proses belajar-mengajar sampai dengan siswa mengubah teks wawancara menjadi narasi, dan (3) mencatat hasil observasi dengan mengisi lembar observasi yang telah dipersiapkan.

84 65 Terdapat beberapa langkah pokok yang menjadi aspek observasi yaitu (1) siswa memperhatikan media kartun bercerita yang ditampilkan guru, (2) siswa mendengarkan beberapa pertanyaan pancingan yang dibacakan oleh guru agar lebih teliti dalam menganalisis isi teks wawancara, (3) siswa dikelompokkan dengan teman sebangku. Masing-masing siswa menyusun pertanyaan untuk berwawancara dengan berdiskusi dengan teman sebangku, (4) setiap pasangan melakukan praktik wawancara dan pewawancara mencatat jawaban narasumber pada LK I, dan (5) siswa secara individu mengubah teks hasil wawancara menjadi karangan narasi Wawancara Teknik wawancara digunakan untuk mengungkapkan data penyebab kesulitan dan hambatan dalam pembelajaran. Wawancara dilakukan pada para siswa yang hasil tesnya berkategori baik, cukup, dan kurang. Masing-masing kategori diambil satu siswa. Diharapkan jawaban yang diberikan dapat mewakili pendapat dari seluruh siswa kelas VIID. Adapun cara yang ditempuh peneliti dalam pelaksanaan wawancara yaitu (1) mempersiapkan lembar wawancara yang berisi daftar pertanyaan yang akan diajukan pada siswa, (2) menentukan siswa yang nilai tesnya kurang, cukup, dan baik untuk kemudian diajak wawancara, (3) mencatat hasil wawancara dengan menulis tanggapan terhadap tiap butir pertanyaan, dan (4) peneliti meneliti jawaban siswa. Pertanyaan untuk wawancara yaitu (1) apakah Anda tertarik mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita, (2) apakah kamu dapat memahami materi yang dijelaskan guru tentang cara mengubah teks wawancara menjadi narasi, (3)

85 66 kesulitan apakah yang kamu alami dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita, (4) manfaat apakah yang kamu rasakan setelah mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita, dan (5) kesan dan pesan apakah yang ingin kamu sampaikan rasakan setelah mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita Jurnal Jurnal digunakan untuk mendapat data kualitatif, yaitu berupa jurnal peneliti atau jurnal guru dan jurnal siswa yang diperoleh pada akhir pembelajaran. Sebelum melalui pembelajaran, siswa diberi tahu terlebih dahulu bahwa nanti pada akhir pembelajaran siswa akan diminta untuk mengisi jurnal kegiatan selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Siswa diminta untuk menjawab pertanyaan yang ada dalam jurnal siswa yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu oleh guru. Siswa bebas menuliskan pendapatnya, kritik maupun saran terhadap pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita. Pertanyaan dalam jurrnal siswa yaitu (1) materi apa yang telah Anda pelajari pada hari ini, (2) adakah kesulitan saat mempelajari materi itu? Jika ada, sebutkan, (3) bagaimana perasaan Anda mengikuti pembelajaran pada hari ini, (4) bagaimana pendapat Anda mengenai media pembelajaran yang digunakan guru, (5) berikan saran Anda untuk pembelajaran yang akan dating. Selain itu, pertanyaan untuk jurnal guru

86 67 yaitu (1) bagaimana persiapan siswa sebelum mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita, (2) bagaimana keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita, (3) bagaimana tanggapan siswa terhadap tugas pada kegiatan pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita, (4) bagaimana tanggapan siswa terhadap media kartun bercerita yang digunakan dalam pembelajaran, dan (5) kejadian-kejadian apa saja yang muncul pada saat pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita Sementara itu, guru juga mengisi jurnal guru yang sudah dipersiapkan sebelumnya, ketika pembelajaran sudah berakhir. Jurnal guru digunakan untuk mendeskripsikan atau mencatat fenomena-fenomena pada saat pembelajaran yaitu respon siswa terhadap pembelajaran, serta keaktifan siswa. 3.7 Teknik Analisis Data Teknik analisis data dilakukan dengan dua teknik, yaitu teknik kuantitatif dan teknik kualitatif Teknik Kuantitatif Teknik kuantatif digunakan untuk menganalisis data kuantitatif yang diperoleh dari data tes mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita pada siklus I dan siklus II. Hasil tes ditulis

87 68 secara persentase dengan langkah-langkah berikut (1) merekap nilai yang diperoleh siswa, (2) menghitung nilai-nilai komulatif dari tugas-tugas siswa, (3) menghitung nilai rata-rata, dan (4) menghitung prosentase. Presentase ditulis dengan menggunakan rumus sebagai berikut: K P = x 100% NxR Keterangan : P : Nilai presentase kemampuan siswa K : Nilai komulatif (jumlah nilai) dalam satu kelas N : Nilai maksimal soal tes R : Jumlah responden dalam satu kelas Hasil perhitungan dari masing-msing siklus kemudian dibandingkan yaitu antara hasil siklus I dan siklus II. Hasil ini akan memberikan gambaran mengenai presentase peningkatan keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita Teknik Kualitatif Data kualitatif ini diperoleh dari data nontes, yaitu data observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi. Adapun langkah-langkah penganalisian data kualitatif adalah dengan menganalisis lembar observasi yang telah diisi saat pembelajaran dan

88 69 mengklarifikasikannya dengan teman peneliti yang membantu dalam penelitian. Data jurnal dianalisis dengan membaca seluruh jurnal siswa dan guru. Data wawancara dianalisis dengan cara membaca lagi data wawancara. Hasil tersebut untuk mengetahui siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran, untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pembelajaran, dan sebagai dasar untuk mengetahui peningkatan keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita serta untuk mengetahui perubahan perilaku siswa pada siklus I dan siklus II. Selain itu, juga untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran menggunakan media kartun bercerita dan metode pencarian informasi.

89 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini memaparkan tentang hasil penelitian yang diperoleh dari tindakan pada siklus I dan siklus II. Hasil penelitian ini terdiri atas hasil tes dan nontes. Hasil tes tindakan siklus I dan siklus II diuraikan berdasarkan produk berupa karangan narasi yang telah dihasilkan siswa dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita. Karangan narasi disusun berdasarkan teks wawancara yang telah tersedia. Selain itu, data hasil nontes berupa perubahan tingkah laku siswa diperoleh dari hasil observasi, wawancara, jurnal guru, jurnal siswa serta dokumentasi foto selama penelitian dilaksanakan. Hasil penelitian keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui kartun bercerita dapat dipaparkan sebagai berikut. 4.1 Penelitian Siklus I Penelitian ini terdiri atas dua siklus dan masing-masing siklus terdiri atas dua pertemuan. Selain itu, setiap siklus terdiri atas empat belas langkah pembelajaran Proses Pembelajaran Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi dengan Metode Pencarian Informasi Melalui Media Kartun Bercerita Siklus I merupakan tindakan awal penelitian keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita. Pembelajaran pada siklus I terdiri atas dua pertemuan. Proses pembelajaran yang berlangsung pada pembelajaran siklus I dapat digambarkan sebagai berikut. Pada 70

90 71 kegiatan awal guru memasuki ruang kelas siswa sedikit susah untuk dikondisikan karena merasa kaget dengan kehadiran guru yang berbeda dengan guru bahasa Indonesia sebelumnya, namun setelah beberapa saat kelas sudah dapat dikondisikan dan siap mengikuti pembelajaran. Guru mengucapkan salam dan dijawab keseluruhan siswa dengan antusias. Di awal pembelajaran guru menceritakan tentang para penulis yang sukses yaitu Asma Nadia agar siswa bersemangat untuk menulis. Hal tersebut pun terbukti. Setelah itu, guru memberitahukan materi yang akan dipelajari pada hari itu yaitu mengubah teks wawancara menjadi narasi. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa tentang kompetensi dasar yang akan dipelajari, guru bertanya kepada siswa tentang karangan narasi. Siswa pun menjawab secara bersamaan sehingga jawabannya tidak terdengar dengan jelas oleh guru. Akhirnya guru meminta siswa untuk mengangkat tangan ketika akan menjawab. Guru memilih salah satu siswa yang mengangkat tangan untuk menjawab pertanyaan. Jawabannya pun hampir tepat. Setelah itu guru menjelaskan jawaban yang tepat. Selain tentang narasi, guru pun bertanya jawab dengan siswa tentang wawancara serta kalimat langsung dan tak langsung. Jika ada siswa yang belum mengerti, guru mempersilakan mereka untuk bertanya. Langkah selanjutnya guru mengelompokkan siswa dengan berpasangan dengan teman sebangku. Lalu guru menampilkan media kartun bercerita. Setelah mendengarkan media kartun bercerita, guru membagikan teks salinan dialog kartun yang telah disajikan melalui media. Guru memberikan enam pertanyaan pancingan agar siswa lebih teliti dalam menangkap informasi pada teks wawancara. Siswa secara berpasangan menyusun kerangka karangan lalu mengembangkannya menjadi sebuah

91 72 karangan narasi dengan bimbingan guru. Tiap kelompok menukarkan hasil pekerjaan mereka dengan kelompok lain. Masing-masing kelompok memberikan komentar secara tertulis tentang hasil karangan kelompok lain. Siswa memperbaiki karangannya berdasarkan komentar dari kelompok lain. Hasil pekerjaan tiap kelompok dikumpulkan. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari serta melakukan refleksi. Pertemuan pertama ditutup dengan salam. Pada pertemuan kedua guru kembali memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam. Siswa menjawab salam dan ini artinya mereka sudah siap untuk mengikuti pembelajaran. Guru mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Selain itu, guru juga menanyakan materi yang belum dipahami siswa pada pembelajaran sebelumnya. Beberapa siswa masih belum mengerti tentang cara mengubah teks wawancara menjadi narasi. Guru pun menjelaskannya kembali. Siswa membentuk kelompok dengan berpasangan dengan teman sebangku. Guru menyajikan media, lalu membagikan LK I dan LK II. Guru memberikan pertanyaan pancingan sesuai media. Siswa yang berperan sebagai pewawancara menyusun pertanyaan, sedangkan siswa yang berperan sebagai narasumber menyiapkan jawaban berdasarkan ilustrasi kejadian yang terdapat pada LK I. Setelah itu siswa praktik wawancara dengan teman sebangku. Tiap-tiap siswa menyusun karangan narasi pada LK 2 berdasarkan informasi yang telah didapatkan dari kegiatan wawancara. Guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran lalu refleksi dan diakhiri dengan salam.

92 Peningkatan Hasil Pembelajaran Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi dengan Metode Pencarian Informasi Melalui Media Kartun Bercerita Siklus I merupakan tindakan awal penelitian keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita. Pelaksanaan pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi siklus I terdiri atas data tes dan nontes. Hasil tes siswa pada tindakan siklus I diperoleh dari hasil tes mengubah teks wawancara menjadi narasi. Selain itu, hasil nontes disajikan berupa data-data yang diperoleh dari hasil observasi, jurnal siswa dan guru, wawancara, serta dokumentasi foto. Hasil penelitian siklus I membahas tentang hasil tes siswa mengubah teks wawancara menjadi narasi berdasarkan beberapa aspek penilaian, sedangkan data nontes yang terdiri atas hasil observasi, wawancara, jurnal siswa, jurnal guru, dan dokumentasi dibahas pada perubahan perilaku. Hasil tes pada siklus I adalah hasil tes mengubah teks wawancara menjadi narasi. Setelah dilaksanakan tes di akhir pembelajaran siklus I, diperoleh hasil yang tersaji dalam tabel berikut. Tabel 5 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi Siklus I No. Kategori Nilai F Persentase (%) Jumlah Nilai Rata-rata Nilai 1. Sangat Baik >85 1 3% Baik % 870

93 74 3. Cukup % 913 = 70,7 4. Kurang < % 607 (cukup) Jumlah % ,7 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi kelas VIID SMP N 30 Semarang pada siklus I rata-rata sebesar 70,7 dalam kategori cukup. Nilai ini meningkat dibandingkan rata-rata kelas sebelum penelitian yang hanya sebesar 62 atau dalam kategori kurang. Siklus I mengalami peningkatan sebesar 14%. Penelitian siklus I hanya melibatkan 35 siswa karena satu siswa izin ke luar kota. Dari 35 siswa yang hadir, sebanyak 10 siswa atau 29% mendapatkan nilai <65 dalam kategori kurang. Selain itu, sebanyak 13 siswa atau 37% mendapatkan nilai dengan rentang skor dalam kategori cukup. Sebanyak 11 siswa atau 31% siswa mendapatkan nilai dengan rentang skor dalam kategori baik, dan yang terakhir hanya 1 siswa atau 3% yang mendapatkan nilai diatas 85 dalam kategori sangat baik. Nilai rata-rata dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi melalui metode pencarian informasi melalui kartun bercerita pada siklus I baru mencapai 70,7 dalam kategori cukup. Jadi, target untuk nilai rata-rata kelas sebesar 77 atau dengan kategori baik masih belum tercapai. Untuk itu, peneliti akan menindaklanjuti penelitian ini pada siklus II agar mencapai target yang ditetapkan. Evaluasi yang disertai dengan perbaikan berbagai aspek harus dilakukan agar dapat meningkatkan nilat rata-rata kelas pada siklus II. Berikut hasil nilai masing-masing aspek penilaian.

94 Aspek Kesesuaian Isi Aspek kesesuaian isi sangat penting ketika siswa mengubah teks wawancara menjadi narasi. Semua informasi yang terdapat pada teks wawancara harus mampu siswa pahami, lalu diubah menjadi sebuah karangan narasi. Penilaian aspek kesesuaian isi ini menitikberatkan pada kelengkapan isi yang terdapat pada karangan narasi yang telah disusun siswa. Karangan yang mencakup informasi secara lengkap dan benar mendapatkan skor maksimal pada aspek ini. Hasil tes pada aspek kesesuaian isi dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 6 Hasil Tes Aspek Kesesuaian Isi No. Kategori Skor Frekuensi Persentase (%) Bobot Skor Rata-rata 1. Sangat baik 4 2 5,7% Baik % Cukup ,6% 30 = 72 (cukup) 4. Kurang 1 3 8,7 % 6 Jumlah % Dari tabel di atas diketahui bahwa skor rata-rata siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi pada aspek kesesuaian isi sebesar 72 dalam kategori cukup. Terdapat 2 siswa dengan kategori sangat baik atau 5,7%, 20 siswa atau 57% dengan kategori baik, 10 siswa atau 28,6% dalam kategori cukup dan 3 siswa atau 8,7% dalam kategori kurang.

95 Aspek Penggunaan Kalimat Langsung dan Tak Langsung Aspek penilaian yang kedua yaitu penggunaan kalimat langsung dan tak langsung. Teks wawancara menggunakan kalimat langsung, sedangkan karangan narasi biasanya menggunakan kalimat tak langsung sehingga siswa harus bisa mengubah kalimat langsung menjadi tak langsung. Beberapa kriteria yang menjadi penilaian dalam aspek ini yaitu penggunaan kata tugas (bahwa, agar, sebab, supaya, dst.) dan tidak menggunakan tanda petik dalam kalimat tak langsung. Hasil tes aspek penggunaan kalimat langsung dan tak langsung dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 7 Hasil Tes Aspek Penggunaan Kalimat Langsung dan Tak Langsung No. Kategori Skor Frekuensi Persentase (%) Bobot Skor Rata-rata 1. Sangat baik 4 1 2,9% 5 2. Baik ,7% Cukup ,9% 45 = 68,6 (cukup) 4. Kurang 1 3 8,5% 6 Jumlah % ,6 Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor rata-rata siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi aspek penggunaan kalimat langsung dan tak langsung sebesar 68,6 dalam kategori cukup. Sebanyak 1 siswa atau 2,9% memeroleh kategori sangat baik. Perolehan kategori baik mencapai 45,7% atau 16 siswa. Kategori cukup sebanyak 15 siswa atau 42,9% dan 3 siswa atau 8,5% siswa dalam kategori

96 77 kurang. Jadi, pada aspek penggunaan kalimat langsung dan tak langsung siswa sudah cukup menguasai namun masih perlu peningkatan lebih lanjut Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca Aspek penilaian yang ketiga adalah penggunaan ejaan dan tanda baca. Aspek ini biasanya sering diabaikan ketika siswa mengikuti pembelajaran menulis. Mereka hanya mengutamakan isi saja, padahal aspek ini merupakan salah satu penilaian dalam pembelajaran menulis. Penilaian aspek ini mengutamakan ketepatan penggunaan ejaan dan tanda baca pada tulisan siswa. Hasil tes aspek penggunaan ejaan dan tanda baca dapat dilihat pada tabel 7 berikut. Tabel 8 Hasil Tes Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca No. Kategori Skor Frekuensi Persentase (%) Bobot Skor Rata-rata 1. Sangat baik ,4% Baik % Cukup % 16 = 67,9 (cukup) 4. Kurang 1 3 8,6% 3 Jumlah % 95 67,9 Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor rata-rata siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi aspek penggunaan ejaan dan tanda baca

97 78 sebesar 67,9 dalam kategori cukup. Sebanyak 4 siswa atau 11,4% memeroleh kategori sangat baik. Perolehan kategori baik mencapai 57% atau 20 siswa. Kategori cukup sebanyak 8 siswa atau 23% dan 3 siswa atau 8,6% siswa dalam kategori kurang. Jadi, kemampuan siswa dalam aspek penggunaan ejaan dan tanda baca sudah cukup namun masih perlu peningkatan lebih lanjut Aspek Kohesi dan Koherensi Aspek penilaian yang keempat yaitu kohesi dan koherensi. Suatu paragraf akan memiliki makna yang utuh jika didalamnya terdapat kohesi dan koherensi yang tepat. Suatu paragraf tidak akan bermakna tanpa kohesi dan koherensi. Penilaian aspek ini difokuskan pada penggunaan kata ganti yang tepat, adanya keterkaitan antar kalimat sehingga dapat membangun makna yang tepat. Hasil tes aspek kohesi dan koherensi dapat dilihat pada tabel 8 berikut. Tabel 9 Hasil Tes Aspek Kohesi dan Koherensi No. Kategori Skor Frekuensi Persentase (%) Bobot Skor Rata-rata 1. Sangat baik % Baik % Cukup % 16 = 73,6 (cukup) 4. Kurang 1 0 0% 0 Jumlah % ,6 Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor rata-rata siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi aspek kohesi dan koherensi sebesar 73,6

98 79 dalam kategori cukup. Sebanyak 6 siswa atau 17% memeroleh kategori sangat baik. Perolehan kategori baik mencapai 60% atau 21 siswa. Kategori cukup sebanyak 8 siswa atau 23% dan pada aspek ini tidak ada siswa yang memeroleh nilai kurang. Jadi, kemampuan siswa dalam aspek penggunaan ejaan dan tanda baca sudah cukup namun masih perlu peningkatan lebih lanjut Aspek Ketepatan Pemilihan Kata Aspek penilaian yang kelima yaitu ketepatan pemilihan kata. Penilaian pada aspek ini difokuskan pada pemilihan kata yang tepat sehingga mudah dipahami dan dapat mewakili makna yang ingin disampaikan oleh penulis. Hasil tes aspek ketepatan pemilihan kata dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 10 Hasil Tes Aspek Ketepatan Pemilihan Kata No. Kategori Skor Frekuensi Persentase (%) Bobot Skor Rata-rata 1. Sangat baik 4 3 8,6% Baik ,4% Cukup % 16 = 71,4 (cukup) 4. Kurang 1 0 0% 0 Jumlah % ,4 Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor rata-rata siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi aspek ketepatan pemilihan kata sebesar 71,4 dalam kategori cukup. Sebanyak 3 siswa atau 8,6% memeroleh kategori sangat baik. Perolehan kategori baik mencapai 68,4% atau 24 siswa. Kategori cukup

99 80 sebanyak 8 siswa atau 23% dan pada aspek ini tidak ada siswa yang memeroleh nilai kurang. Jadi, kemampuan siswa dalam aspek ketepatan pemilihan kata sudah cukup namun masih perlu peningkatan lebih lanjut Aspek Keruntutan Cerita Aspek penilaian yang keenam yaitu keruntutan cerita. Cerita yang runtut tentu akan lebih mudah dipahami oleh pembaca. Penilaian pada aspek urutan cerita difokuskan pada susunan cerita yang runtut dan sesuai dengan teks wawancara sehingga mudah dipahami oleh para pembaca. Hasil tes penilaian aspek keruntutan cerita dapat dilihat pada tabel 10. Tabel 11 Hasil Tes Aspek Keruntutan Cerita No. Kategori Skor Frekuensi Persentase (%) Bobot Skor Rata-rata 1. Sangat baik ,9% Baik ,2% Cukup 2 1 2,9% 2 = 80 (baik) 4. Kurang 1 0 0% 0 Jumlah % Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor rata-rata siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi aspek keruntutan cerita sebesar 80 dalam kategori baik. Sebanyak 8 siswa atau 22,9% memeroleh kategori sangat baik. Perolehan kategori baik mencapai 74,2% atau 26 siswa. Kategori cukup sebanyak 1 siswa atau 2,9% dan pada aspek ini tidak ada siswa yang memeroleh nilai kurang.

100 81 Jadi, kemampuan siswa dalam aspek ketepatan pemilihan kata sudah baik namun masih perlu peningkatan lebih lanjut Aspek Kerapian Tulisan Aspek penilaian yang terakhir yaitu kerapian tulisan. Aspek ini sering tidak diperhatikan oleh para siswa. Mereka menulis secara acak-acakan dan banyak coretan sehingga sulit untuk dibaca. Bahkan sebagian siswa masih menulis dengan tidak rapi sehingga tidak terbaca. Penilaian aspek kerapian tulisan difokuskan pada bentuk huruf yang jelas, rapi, dan tidak ada coretan. Hasil tes untuk aspek kerapian tulisan dapat dilihat pada tabel 11 berikut. Tabel 12 Hasil Tes Aspek Kerapian Tulisan No. Kategori Skor Frekuensi Persentase Bobot (%) Skor Rata-rata 1. Sangat baik 4 2 5,7% 8 2. Baik ,3% Cukup % 28 = 66,4 (cukup) 4. Kurang 1 0 0% 0 Jumlah % 93 66,4 Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor rata-rata siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi aspek kerapian tulisan sebesar 66,4 dalam kategori cukup. Sebanyak 2 siswa atau 5,7% memeroleh kategori sangat baik. Perolehan kategori baik mencapai 54,3% atau 19 siswa. Kategori cukup sebanyak 14 siswa atau 40% dan pada aspek ini tidak ada siswa yang memeroleh nilai kurang. Jadi, kemampuan siswa dalam aspek ketepatan pemilihan kata sudah cukup namun masih

101 82 perlu peningkatan lebih lanjut. Hal ini juga menunjukkkan bahwa sebagian siswa masih menyepelekan kerapian tulisan dalam menulis Perilaku Siswa Siklus I Perilaku siswa selama pembelajaran siklus I dapat diamati melalui hasil data nontes yang terdiri atas observasi, wawancara, jurnal guru, jurnal siswa, dan dokumentasi. Berikut ini adalah pemaparan dari data nontes Hasil Observasi Siklus I Kegiatan observasi kelas pada siklus I dilaksanakan selama pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita. Setelah pembelajaran berakhir diperoleh data mengenai perilaku siswa selama pembelajaran berlangsung. Pengambilan data melalui observasi ini bertujuan untuk mengetahui perilaku siswa selama kegiatan pembelajaran. Hasil observasi akan dipaparkan pada tabel berikut. Tabel 13 Hasil Observasi Siklus I No Aspek yang diobservasi Frekuensi Persentase Kategori Langkah 1: Siswa memperhatikan media kartun bercerita yang ditampilkan guru. a. Siswa memperhatikan media yang 1. ditayangkan dengan penuh semangat dan apresiasi ,1% Baik b. Siswa hanya memperhatikan tanpa apresiasi. 3 8,6% c. Siswa tidak memperhatikan media yang ditampilkan, bahkan melakukan aktivitas 5 14,3%

102 83 lain, misalnya berbicara dengan teman sebangku. Langkah 2: Siswa mendengarkan beberapa 2. pertanyaan pancingan yang dibacakan oleh guru agar lebih teliti dalam menganalisis isi teks wawancara. a. Siswa mendengarkan pertanyaan dengan baik dan langsung bisa menjawab ,6% Sangat Baik b. Siswa mendengarkan pertanyaan namun kesulitan dalam menjawab. 2 5,7% c. Siswa tidak mendengarkan pertanyaan dan tidak bisa menjawab. 2 5,7% Langkah 3: Siswa dikelompokkan dengan berpasangan dengan teman sebangku. Masing-masing siswa menyusun pertanyaan untuk praktik berwawancara. 3. a. Siswa terlihat antusias dan langsung berdiskusi dengan pasangan ,6% b. Siswa berdiskusi dengan pasangan, namun terlihat kurang antusias. 8 22,9% Cukup c. Siswa tidak antusias dan tidak aktif dalam berdiskusi. 3 8,5% Langkah 4: Setiap pasangan melakukan praktik wawancara dan pewawancara mencatat jawaban narasumber pada LK I. siswa 4. berwawancara dengan bergantian. a. Siswa terlihat aktif dan antusias ketika praktik wawancara ,6% Cukup b. Siswa melakukan wawancara dengan benar namun terlihat kurang antusias. 5 14,3%

103 84 5. c. Siswa terlihat malas ketika berwawancara. 6 17,1% Langkah 5: siswa secara individu mengubah teks hasil wawancara menjadi karangan narasi. a. Siswa dapat mengubah teks wawancara menjadi narasi secara tepat dan cepat ,9% b. Siswa mengalami beberapa hambatan ketika mengubah teks wawancara menjadi narasi ,1% c. Siswa tidak dapat mengubah teks wawancara menjadi narasi. 0 0% Kurang Keterangan: Sangat Baik = %, Baik = 75-85%, Cukup = 65-74%, dan Kurang= <65% Berdasarkan tabel 12 dapat kita lihat hasil observasi pada siklus I. Observasi dilakukan di beberapa langkah pembelajaran untuk mengetahui sikap siswa, baik sikap positif maupun negatif. Kita dapat melihat beberapa sikap siswa dalam satu langkah pembelajaran. Langkah pertama yang diamati yaitu ketika guru menyajikan media kartun bercerita dengan menggunakan LCD dan speaker, lalu siswa diminta untuk memerhatikan. Pada langkah ini ada tiga respon siswa yang diamati. Pertama, siswa memperhatikan media yang ditayangkan dengan penuh semangat dan apresiasi. Sebanyak 77,1% siswa terlihat bersemangat dan mengapresiasi dengan baik media yang disajikan guru. Hal ini nampak ketika siswa banyak yang ingin duduk di depan agar bisa melihat media dengan baik. Kedua, siswa hanya memerhatikan tanpa apresiasi. Sebanyak 8,6% siswa memperhatikan media yang disajikan guru, namun mereka tidak mengapresiasi. Mereka hanya menonton media dengan tidak semangat.

104 85 nampak beberapa siswa menonton sambil merebahkan kepala di meja. Ketiga, siswa tidak memperhatikan media yang ditampilkan, bahkan melakukan aktivitas lain. Ka Sebanyak 14,3% siswa tidak tertarik dengan media yang disajikan oleh guru. Bahkan mereka melakukan aktivitas lain saat media ditampilkan. Beberapa siswa yang duduk dibangku bagian belakang terlihat berbicara dengan teman sebangku. Hal ini dikarenakan media yang tidak terlihat dengan baik di bangku bagian belakang karena silau dengan sinar matahari. Langkah kedua yang diamati yaitu ketika guru memberikan beberapa pertanyaan pancingan agar siswa lebih kritis dalam menangkap informasi yang telah disajikan melalui media kartun bercerita. Terdapat beberapa respon siswa ketika langkah ini dilaksanakan, baik positif maupun negatif. Pertama, siswa mendengarkan pertanyaan dengan baik dan langsung bisa menjawab. Sebanyak 31 siswa atau 88,6% mendengarkan pertanyaan guru dan mampu menjawab dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa siswa mengamati media yang disajikan dengan baik. Kedua, siswa mendengarkan pertanyaan namun kesulitan dalam menjawab. Sebanyak 2 siswa atau 5,7% memperhatikan pertanyaaan guru namun kesulitan dalam menjawab pertanyaan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa hanya menonton media tanpa memahami informasi yang disajikan. Ketiga, siswa tidak mendengarkan pertanyaan dan tidak bisa menjawab. Pada langkah ini pun ada sebanyak 2 siswa atau 5,7% tidak mau mendengarkan pertanyaan dan akibatnya mereka tidak mampu menjawab. Hal ini dikarenakan siswa tidak memperhatikan media yang disajikan sehingga mereka tidak memahami apapun.

105 86 Langkah ketiga yang diamati yaitu ketika siswa dikelompokkan dengan berpasangan dengan teman sebangku dan masing-masing siswa menyusun pertanyaan untuk praktik berwawancara. Pada tahap ini ada tiga langkah yang diamati. Pertama, siswa terlihat antusias dan langsung berdiskusi dengan pasangan. Sebanyak 68,6% siswa antusias dan langsung menyusun pertanyaan pada LK yang telah disiapkan dengan berdiskusi pada pasangannya. Kedua, siswa berdiskusi dengan pasangan, namun terlihat kurang antusias. Sebanyak 22,9% siswa berdiskusi namun terlihat tidak antusias. Hal ini terlihat ketika siswa hanya membuat pertanyaan asal-asalan saja. Ketiga, siswa tidak antusias dan tidak aktif dalam berdiskusi. Sebanyak 8,5% siswa tidak tertarik pada tahap pembelajaran ini. Mereka terlihat malas untuk membuat daftar pertanyaan, bahkan guru harus menegur beberapa kali agar mereka membuat pertanyaan pada LK yang tersedia. Langkah pembelajaran keempat yang diamati adalah setiap pasangan melakukan praktik wawancara dan pewawancara mencatat jawaban narasumber pada LK I. siswa berwawancara dengan bergantian. Ada tiga perilaku yang tibul saat pengamatan. Pertama, siswa terlihat aktif dan antusias ketika praktik wawancara. Sebanyak 68,6% siswa terlihat aktif berwawancara dengan teman sebangku. Kedua, siswa melakukan wawancara dengan benar namun terlihat kurang antusias. Sebanyak 14,3% siswa terliahat kurang bersemangat ketika berwawancara. Mereka terlihat berwawancara hanya sebagai formalitas saja. Ketiga, siswa terlihat malas ketika berwawancara. Sebanyak 17,1% siswa malas dalam berwawancara. Guru harus beberapa kali menegur agar mereka melakukan praktik berwawancara.

106 87 Langkah kelima saat siswa secara individu mengubah teks wawancara menjadi paragraph narasi. Sebanyak 15 siswa dapat mengubah teks wawancara menjadi paragraf narasi secara cepat dan tepat. Sebanyak 20 siswa masih mengalami beberapa kesulitan, namun meskipun masih mengalami kesulitan tetapi semua siswa sudah bisa membuat karangan narasi. Berdasarkan hasil observasi tersebut dapat disimpulkan bahwa selama proses pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui kartun bercerita, jumlah siswa yang berperilaku positif lebih banyak dibanding siswa yang berperilaku negatif Hasil Jurnal Siklus I Jurnal digunakan untuk mengetahui kesan siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui kartun bercerita. Jurnal yang digunakan pada siklus I ada dua jenis, yaitu siswa dan guru Jurnal Siswa Jurnal siswa dibagikan pada akhir pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi. Jurnal siswa diisi secara individu untuk mengetahui respons siswa terhadap pembelajaran yang sudah berlangsung. Jurnal siswa berisi lima pertanyaan, yaitu 1) materi apa yang telah Anda pelajari pada hari ini, 2) adakah kesulitan saat mempelajari materi itu? Jika ada, sebutkan, 3) bagaimana perasaan Anda mengikuti pembelajaran pada hari ini, 4) bagaimana pendapat Anda mengenai media pembelajaran yang digunakan guru, dan 5) Berikan saran Anda untuk pembelajaran yang akan datang!

107 88 Pertanyaan pertama yang ditanyakan yaitu terkait tentang materi yang dipelajari pada hari itu. Berdasarkan jurnal siswa yang telah diisi, 35 siswa mampu menjawab sesuai dengan kompetensi yang mereka pelajari yaitu mengubah teks wawancara menjadi narasi. Seperti yang diungkapkan R-30, Tentang mengubah wawancara menjadi narasi. Hal serupa pun diungkapkan oleh R-18, Mengubah teks wawancara menjadi narasi. Kedua, yaitu kesulitan siswa saat mempelajari materi yang disampaikan. Sebagian besar siswa tidak mengalami kesulitan saat memahami materi, seperti yang disampaikan oleh R-5, Tidak ada. Hal serupa pun diungkapkan oleh R-3, Tidak ada, karena Bu Ana mengajarkan dengan sabar dan menyampaikan pembelajaran yang dapat dimengerti. Selain itu, ada pula siswa yang masih merasa kesulitan saat mengikuti pembelajaran. Sebanyak 17% atau 6 siswa masih merasa kesulitan saat mengikuti pembelajaran. Kesulitan yang dialami siswa berbeda-beda. Seperti yang disampaikan R-12, Ada, kesulitan mengganti kata atau kalimat dan merangkai kaimatnya. Kalimat tersebut mengungkapkan bahwa R-12 masih kesulitan menggunakan kata ganti saat mengubah kalimat langsung menjadi tak langsung. Selain itu, R-12 masih kesulitan untuk merangkai kalimat menjadi sebuah paragraf. Persoalan yang lain timbul pada R-25, Mengubah pertanyaan dan jawaban menjadi narasi. Persoalan tersebut dialami oleh beberapa siswa. Mereka masih kesulitan mengubah teks wawancara yang berupa kalimat langsung menjadi karangan narasi yang berupa kalimat tak langsung. Kesulitan yang serupa pun diungkapkan oleh R-6, Ada, pada saat mengubah teks wawancara menjadi narasi. Jadi, kesulitan mereka

108 89 terletak pada saat mengubah kalimat langsung menjadi tak langsung dan merangkainya. Pertanyaan ketiga tentang perasaan siswa saat mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui kartun bercerita. Seluruh responden mengatakan senang terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. R-3 mengungkapkan, Senang dan bangga bisa dapat ilmu dari pembelajaran ini. Selain itu, hal serupa pun diungkapkan oleh R-33, Senang, bahagia. Bahkan R-33 menambahkan gambar orang tertawa yang berarti ia senang dengan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Pertanyaan keempat berisi pendapat siswa tentang media pembelajaran yang digunakan oleh guru. Sebanyak 34 siswa atau 97% mengungkapkan bahwa media kartun bercerita yang digunakan oleh guru menarik dan dapat membantu mereka dalam memahami materi. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh R-16, Baik, membuat materi ini menjadi lebih menarik untuk dipelajari. Hal serupa pun disampaikan oleh R-3, Bagus dan istimewa karena ada media elektronik yang dapat menayangkan cerita tentang wawancara. Pendapat tersebut diperkuat oleh R-2, Baik, bagus, dan menyenangkan. Selain itu, ada seorang siswa yang kurang tertarik dengan media yang digunakan guru yaitu R-9, Kurang efektif karena kurang lebar layarnya. Hal ini dikarenakan LCD yang digunakan berukuran kecil sehingga gambar yang dihasilkan kurang maksimal. Oleh karena itu, R-9 yang duduk di bangku bagian belakang kurang tertarik dengan media yang digunakan guru.

109 90 Pertanyaan terakhir tentang saran yang ingin disampaikan siswa kepada guru. Semua siswa berharap pembelajaran lebih baik lagi dan siswa menginginkan media yang serupa pada semua materi. Hal tersebut diungkapkan oleh R-30, Sebaiknya kalau ada materi, pakai praktik seperti ini. Hal serupa pun diungkapkan oleh R-33, Sebaiknya gunakan media pembelajaran lagi, supaya proses belajar-mengajar lebih menyenangkan Jurnal Guru Jurnal guru memuat tentang hal yang dicermati oleh guru selama proses pembelajaran berlangsung. Jurnal guru diisi oleh guru pada saat pembelajaran. Aspek yang ditulis dalam jurnal guru yakni, 1) bagaimana persiapan siswa sebelum mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita, 2) bagaimana keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita, 3) bagaimana tanggapan siswa terhadap tugas pada kegiatan pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita, 4) bagaimana tanggapan siswa terhadap media kartun bercerita yang digunakan dalam pembelajaran, dan 5) kejadian-kejadian apa saja yang muncul pada saat pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita? Pertama tentang persiapan siswa sebelum mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita. Guru mengungkapkan bahwa semua siswa siap untuk mengikuti

110 91 pembelajaran bahasa Indonesia pada hari itu. Hal ini terlihat saat peneliti masuk kelas, ketua kelas langsung memimpin salam kepada peneliti. Setelah itu, suasana kelas menjadi hening. Berikut petikan salam dari siswa kepada guru. Ketua kelas, Beri salam kepada bu guru!. Semua siswa menjawa, Selamat siang, Bu. Setelah itu guru menjawab salam, lalu memulai pembelajaran. Pertanyaan kedua berisi tentang keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita. Guru mengungkapkan bahwa keaktifan siswa sudah mulai tampak ketika guru bertanya jawab dengan siswa pada kegiatan apersepsi. Sebagian besar siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Pada saat pembelajaran beberapa siswa juga sudah tidak canggung untuk bertanya kepada peneliti apabila ada hal yang belum dipahami. Tetapi, ada juga beberapa siswa yang masih enggan bertanya pada peneliti, mereka memilih bertanya pada teman yang lain. Keaktifan juga terlihat ketiga peneliti menyajikan media kartun bercerita. Sebagian siswa yang duduk di bangku bagian belakang menginginkan duduk di depan agar bisa memahami media yang diputar dengan baik. Bahkan keaktifan siswa masih terlihat hingga pembelajaran akan berakhir. Pada saat menyimpulkan materi yang telah dipelajari, sebagian besar siswa menjawab secara bersamaan. Meskipun ada beberapa siswa yang terlihat diam. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa sudah cukup baik. Pertanyaan ketiga berisi tentang tanggapan siswa terhadap tugas pada kegiatan pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita. Guru menjelaskan bahwa selama

111 92 pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi pada siklus I, tanggapan siswa ketika mendapat penugasan dari peneliti cukup beragam. Sebagian siswa cukup bersemangat dan langsung melaksanakan tugas sesuai dengan perintah peneliti, namun beberapa siswa tidak memerhatikan dan justru melakukan aktivitas lainnya. Tetapi setelah peneliti mengondisikan kelas dan menjelaskan ulang tugas yang belum mereka pahami akhirnya mereka paham dan mengerjakannya. Pertanyaan keempat berisi tentang tanggapan siswa terhadap media kartun bercerita yang digunakan dalam pembelajaran. Guru mengungkapkan bahwa sebagian besar siswa tertaik dengan media yang digunakan oleh peneliti. Hal ini nampak pada jurnal siswa dan hasil wawancara. Sebagian besar siswa menyatakan tertarik dengan media yang digunakan oleh peneliti. Hal ini juga nampak saat media diputar dan para siswa memperhatikan dengan antusias, meskipun ada beberapa siswa yang kurang tertarik. Pertanyaan terakhir berisi tentang kejadian-kejadian apa saja yang muncul pada saat pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita. Kelas penelitian merupakan kelas dimana peneliti dulu melakukan pratik pengalaman lapangan (PPL) sehingga banyak kejadian-kejadian menarik yang muncul saat pembelajaran. Guru pun menjelaskan beberapa kejadian menarik yang terjadi ketika pembelajaran berlangsung. Para siswa merasa kangen dengan guru praktikan yang dulu mengajar mereka. Kejadian pertama saat guru memasuki ruang kelas, seketika suasana pun menjadi heboh dan ramai. Bahkan banyak siswa yang langsung maju ke depan untuk bersalaman dengan guru. Selain itu, ada seorang siswa R-7 tiba-tiba bertanya, Bu, kenapa bu Ana tidak

112 93 mengajar di sini saja? Guru pun merasa kaget dan terharu. Siswa mulai merasa tertarik diajar oleh peneliti ketika praktik dulu, karena peneliti sering menggunakan media dan metode pembelajaran yang terbaru dan inovatif. Tetapi setelah peneliti menjelaskan akhirnya siswa memahami kehadiran peneliti yang hanya beberapa kali untuk penelitian. Selain itu, R-27 yang merupakan salah satu siswa penggemar kartun bertanya, Bu, kalau nama tokohnya saya ganti menjadi nama kartun semua boleh Bu? Guru merasa senang karena sesuai dugaan peneliti bahwa siswa masih sangat menyukai dunia kartun. Tetapi peneliti memberikan penjelasan bahwa informasi harus sesuai dengan media yang ditampilkan dan siswa pun memahaminya. Setelah itu, pembelajaran berlangsung dengan lancar dan kondusif hingga selesai Hasil Wawancara Siklus I Wawancara dilakukan pada tiga siswa, yaitu siswa yang mendapat nilai tinggi, sedang, dan rendah. Ketiga siswa tersebut adalah R-12, R-9, dan R-17. Hal ini dilakukan untuk mengetahui tanggapan siswa tentang pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencrian informasi melalui media kartun bercerita. Pertanyaan yang disusun peneliti meliputi: 1) apakah Anda tertarik mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita, 2) apakah kamu dapat memahami materi yang dijelaskan guru tentang cara mengubah teks wawancara menjadi narasi, 3) kesulitan apakah yang kamu alami dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita, 4) manfaat apakah yang kamu rasakan setelah mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita,

113 94 dan 5) kesan dan pesan apakah yang ingin kamu sampaikan rasakan setelah mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita? Pertanyaan pertama, siswa ditanya apakah tertarik mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui kartun bererita. R-12 menjawab, Saya tertarik. Hal serupa pun disampaikan oleh R- 9, Tertarik. Tetapi R-17 menjawab berbeda, Saya tidak tertarik. Siswa yang mendapatkan nilai tinggi dan sedang yaitu R-12 dan R-9 menyatakan tertarik, namun siswa yang mendapatkan nilai rendah yaitu R-17 menyatakan tidak tertarik dengan pembelajaran. Pertanyaan kedua tentang tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru. R-12 menjawab, Saya dapat memahami. Hal serupa juga diungkapkan oleh R-9 yang menjawa, Memahami. Dan R-17 pun menjawab, Saya dapat memahami. Pada pertnyaan kedua semua responden yang diambil menyatakan dapat memahami materi yang diberikan oleh guru, baik yang mendapatkan nilai tinggi, sedang, maupun rendah. Pertanyaan ketiga tentang kesulitan yang dialami siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita. R-12 menjawab, Mengubah kata atau kalimat, sedangkan R-9 menjawab, Gambar dan suara kurang. Dan R-17 menjawab, Kesulitan tentang penjelasan cerita kartun. Berdasarkan jawaban tersebut dapat diketahui bahwa ketiga responden mengalami kesulitan semua, namun pada aspek yang berbeda. R-9 dengan nilai dalam kategori baik mengalami kesulitan dalam mengubah kalimat langsung pada teks

114 95 wawancara menjadi kalimat tak langsung pada karangan narasi. R-9 yang mendapatkan nilai dalam kategori cukup mengalami kesulitan menangkap informasi ketika media disajikan. Selain itu, R-17 yang mendapatkan nilai dalam kategori kurang memahami informasi yang disajikan melalui media kartun bercerita. Pertanyaan keempat tentang manfaat yang dirasakan siswa setelah mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita. R-12 menjawab, Saya menjadi bisa mengubah teks wawancara menjadi narasi, sedangkan R-9 menjawab, Lebih mengerti dan lebih mudah. Selain itu R-17 menjawab, Bisa lebih mudah menjawab soal tersebut. Berdasarkan ketiga jawaban di atas dapat disimpulkan bahwa semua responden merasakan manfaat setelah mengikuti pembelajaran. Selain itu, metode serta media yang digunakan guru juga memudahkan siswa dalam belajar. Pertanyaan terakhir tentang kesan dan pesan yang ingin disampaikan rasakan mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita. R-12 menjawab, Kesan saya cara pembelajarannya sudah jelas dan menyenangkan dan pesannya supaya lebih baik lagi ketika mengajar. Selain itu, R-9 menjawab, Baik semuanya. Dan R-17 menjawab, Tidak ada. Berdasarkan jawaban responden R-12, R-9, dan R-17 dapat disimpulkan bahwa siswa yang mendapatkan nilai baik memiliki kesan dan pesan yang baik pula, begitu juga dengan siswa yang mendapatkan nilai kurang tidak mendapatkan kesan apapun selama pembelajaran.

115 Dokumentasi Siklus I Dokumentasi foto merupakan data yang penting sebagai bukti terjadinya suatu peristiwa. Dokumentasi foto akan memperkuat bukti analisis pada setiap siklus. Pengambilan foto dalam proses pembelajaran dapat dijadikan gambaran aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran. Sebagai data penelitian, hasil dokumentasi foto ini selanjutnya dideskripsikan sesuai keadaan yang terjadi dan dipadukan dengan datadata yang lain. Dalam proses pengambilan foto, peneliti dibantu oleh rekan peneliti dan hasil dokumentasi foto tersebut dapat dipertanggungjawabkan. Dokumentasi foto dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung. Pada siklus I ini kegiatan yang didokumentasikan meliputi, 1) ketika aktivitas awal pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi, yaitu ketika guru memberikan penjelasan, 2) siswa mengamati media kartun bercerita, 3) guru mengulang materi yang belum dipahami siswa, 4) siswa praktik berwawancara dengan teman sebangku, dan 5) siswa mengubah teks wawancara menjadi narasi secara individu. Gambar 1 Aktivitas Guru Memberikan Penjelasan Materi Di awal pembelajaran guru menyampaikan materi tentang wawancara, karangan narasi, serta kalimat langsung dan tak langsung. Ketika guru menjelaskan

116 97 materi, nampak banyak aktivitas yang dilakukan siswa seperti terlihat pada gambar. Beberapa siswa serius mendengarkan penjelasan guru, namun ada pula yang berbicara dengan teman sebangku dan teman di belakangnya. Gambar 2 Aktivitas Siswa Mengamati Kartun Bercerita Siswa terlihat antusias dan serius ketika media kartun bercerita disajikan oleh guru. Mereka terlihat tenang dan menyimak dengan saksama media tersebut. Hal ini terlihat hingga pemutaran media selesai. Gambar 3 Aktivitas Siswa Berdiskusi dengan Teman Sebangku Sebelum melakukan wawancara, siswa terlebih dahulu berdiskusi dengan teman sebangku untuk menyusun pertanyaan. Siswa terlihat sangat serius dalam berdiskusi, namun siswa yang duduk di bangku belakang terlihat bercanda dengan teman yang ada di sebelahnya.

117 98 Gambar 4 Aktivitas Guru Mengulang Materi yang Belum Dipahami Siswa Meskipun guru sudah menjelaskan materi di awal pembelajaran, namun masih ada beberapa siswa yang belum memahami materi tersebut. Beberapa siswa memanggil guru untuk menjelaskan materi tertentu yang belum mereka pahami. Gambar 5 Aktivitas siswa mengubah teks wawancara menjadi narasi Siswa mengubah teks wawancara menjadi narasi secara individu. Mereka terlihat serius dalam mengerjakan tugas tersebut. Terkadang mereka terlihat berdiskusi dengan teman sebangku untuk bertukar pendapat. Tetapi penulisannya tetap individu Refleksi Siklus I Refleksi penelitian pada siklus I terdiri atas tiga bagian yaitu refleksi proses, hasil, dan perubahan perilaku. Agar lebih jelas, perhatikan penjelasan berikut.

118 Refleksi Proses Berdasarkan penelitian siklus I ditemukan beberapa permasalahan pada proses penelitian. Permasalahan tersebut yaitu, 1) ketika penyajian media kartun bercerita, siswa yang duduk di bangku bagian belakang kurang dapat menangkap informasi yang disajikan karena faktor LCD yang dimiliki sekolah berukuran kecil. Selain itu, ruang kelas yang tidak memiliki gorden sehingga silau. Siswa juga merasa kesulitan menangkap informasi karena disajikan secara langsung dalam sekali tayang, 2) beberapa siswa kurang bersemangat selama mengikuti pembelajaran bahkan berbicara dengan teman sebangku, 3) siswa belum memahami sepenuhnya materi yang diberikan guru namun tidak mau bertanya, 4) saat pengelompokkan siswa bingung dan gaduh dan 5) siswa kesulitan dalam menangkap informasi yang disajikan dalam sekali tayang. Berdasarkan permasalahan yang ditemukan maka peneliti akan melakukan beberapa tindakan agar hasil yang dicapai sesuai target. Perbaikan tindakan yang dilakukan peneliti yaitu, 1) pada tindakan siklus II peneliti mengubah media yang digunakan menjadi berbentuk visual. Media dalam bentuk audiovisual yang digunakan dirasa memiliki beberapa kelemahan dan peneliti menganggap media dalam bentuk visual lebih tepat. Media yang digunakan tetap kartun bercerita, hanya bentuk dan isinya saja yang berbeda. Melalui media kartun bercerita yang berbentuk visual, siswa bisa memahami informasi yang ada secara bertahap sehingga tidak kebingungan. 2) Guru menerapkan konsep kunjung karya agar siswa lebih aktif dan bersemangat, serta memberikan hadiah untuk siswa yang memiliki nilai tertinggi. 3) guru menjelaskan

119 100 kembali materi yang belum dipahami siswa, serta lebih mendekatkan diri dengan siswa agar tidak takut jika ingin bertanya. Selain itu, guru juga membangun suasana kelas yang nyaman sehingga siswa senang mengikuti pembelajaran. 4) guru mengulangi peraturan pengelompokkan yaitu dengan teman sebangku, tidak boleh dengan yang lain sehingga siswa lebih terarah. Selain itu, guru membantu siswa yang kebingungan dengan mendatangi langsung. 5) guru menggunakan media visual agar siswa lebih mudah memahami informasi yang disajikan melalui media Refleksi Hasil Pada penelitian siklus I menghasilkan produk yang kurang maksimal. Pada siklus I hanya mencapai nilai 70,7 padahal target penelitian sebesar 77. Beberapa kekurangan terdapat pada hasil siklus I. Kekurangan tersebut yaitu 1) beberapa penulisan kalimat tak langsung masih salah. Hal ini menunjukkan bahwa belum semua siswa dapat mengubah kalimat langsung menjadi kalimat tak langsung. 2) penggunaan kata ganti yang salah. 3) informasi dalam produk siswa kurang lengkap. 4) penulisan karangan kurang rapi, dan 5) siswa cenderung membuat karangan sama seperti ilustrasi yang ada di LK I. Berdasarkan permasalahan yang ada, peneliti akan melakukan beberapa perbaikan tindakan agar pembelajaran dapat mencapai target yang diharapkan. Perbaikan tindakan tersebut yaitu, 1) guru menjelaskan kembali materi tentang kalimat langsung dan tak langsung, memberikan beberapa contoh kalimat langsung yang diubah menjadi kalimat tak langsung, serta memberikan kesempatan kepada siswa yang belum paham untuk bertanya, 2) menjelaskan kembali materi tentang kata ganti,

120 101 3) guru menjelaskan kembali pokok-pokok informasi yang harus ada dalam suatu karangan yaitu unsur 5W+1H, 4) guru memberikan materi tentang teknik menulis yang baik sehingga tulisan terlihat rapi, dan 5) penggunaan LK akan menggunakan ilustrasi seminimal mungkin agar siswa tidak menyontek ilustrasi tersebut Refleksi Perilaku Siswa Pada penelitian siklus I yang telah dilaksanakan, siswa sudah mulai tertarik dengan pembelajaran. Hal ini nampak dari perilaku positif siswa dengan media yang ditampilkan guru. Siswa cukup positif merespon media yang digunakan guru. Hal ini nampak ketika guru menyajikan media semua siswa diam, meskipun beberapa siswa tidak memperhatikan. Tidak hanya perilaku positif saja, perilaku negatif pun masih nampak pada siklus I. Perilaku negatif yang masih muncul pada siklus I yaitu, 1) siswa masih sering gaduh, terutama yang duduk dibangku bagian belakang, 2) siswa belum berani bertanya pada guru jika mengalami kesulitan ketika pembelajaran, dan 3) beberapa siswa terlihat tak bersemangat selama pembelajaran. Berdasarkan permasalahan perilaku siswa yang muncul pada siklus I, peneliti akan melakukan beberapa perbaikan tindakan pada siklus II. Perbaikan tindakan tersebut yaitu, 1) guru selalu berkeliling saat pembelajaran agar dapat menguasai kelas sehingga siswa terutama yang duduk di bangku bagian belakang tidak gaduh. Selain itu, guru juga memberikan perhatian khusus pada siswa yang gaduh misalnya dengan memberikan peranyaan tentang materi yang sedang dipelajari. 2) guru berusaha agar lebih dekat dengan siswa dan membuat suasana pembelajaran menjadi nyaman agar siswa tidak takut untuk bertanya, dan 3) di awal pembelajaran guru memberitahukan

121 102 siswa bahwa nanti di akhir pembelajaran siswa yang mendapatkan nilai tertinggi mendapatkan hadiah dari guru. Hal ini diharapkan agar siswa lebih bersemangat untuk mengikuti pembelajaran. Selain itu, guru juga menambahkan aktivitas kunjung karya antar kelompok agar siswa aktif dan bersemangat. 4.2 Penelitian Siklus II Siklus II merupakan perbaikan dari siklus I. Tindakan ini dilaksanakan karena pada siklus I hasil pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui kartun bercerita baru mencapai nilai rata-rata kelas sebesar 70,7 atau masuk dalam kategori cukup. Padahal target nilai dalam penelitian ini adalah 77 atau dalam kategori baik. Selain itu, masih ada perilaku negatif yang dilakukan siswa saat mengikuti pembelajaran berlangsung. Dengan demikian, tindakan siklus II dilakukan untuk memperbaiki hasil tes pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dan perilaku siswa ke arah yang lebih positif, yaitu dengan memberikan koreksi terhadap kesalahan yang dilakukan siswa pada siklus I. Kesalahan-kesalahan yang terjadi pada siklus I diperbaiki pada siklus II Proses Pembelajaran Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi dengan Metode Pencarian Informasi Melalui Media Kartun Bercerita Proses penelitian siklus II dilakukan selama dua kali pertemuan. Proses pembelajaran yang berlangsung pada pembelajaran siklus II dapat digambarkan sebagai berikut. Pada siklus II siswa tidak lagi kaget ketiga guru yang mengajar bukan guru seperti biasanya. Guru mengucapkan salam dan dijawab keseluruhan siswa dengan antusias. Di awal pembelajaran guru menceritakan tentang penulis sukses

122 103 yaitu Darwis Tere Liye agar siswa bersemangat untuk menulis. Guru mengulas kembali materi yang sudah pernah diberikan pada siklus I. Selain itu, guru menjelaskan lebih detail materi yang masih sulit dipahami siswa. Hal ini dapat diketahui guru dari jurnal siswa dan hasil wawancara. Guru memberikan kesempatan jika ada siswa yang ingin bertanya mengenai materi, namun semua siswa menjawab sudah jelas. Langkah selanjutnya guru mengelompokkan siswa dengan berpasangan dengan teman sebangku. Lalu guru membagikan media kartun bercerita. Siswa diminta untuk mengamati media tersebut dengan saksama. Guru memberikan enam pertanyaan pancingan agar siswa lebih teliti dalam menangkap informasi pada teks wawancara. Siswa yang berperan menjadi pewawancara menyusun lima pertanyaan berdasarkan media, sedangkan narasumber menyiapkan jawabannya. Siswa melakukan praktik wawancara. Siswa secara berpasangan menyusun kerangka karangan berdasarkan hasil wawancara. Lalu mengembangkannya menjadi sebuah karangan narasi dengan bimbingan guru. Hasil pekerjaan tiap kelompok dikumpulkan. Guru membagikan media kartun bercerita yang kedua. Guru membagikan LK I. Guru membacakan enam pertanyaan pancingan agar siswa lebih teliti dalam mencermati media. Masing-masing siswa diminta untuk membuat beberapa pertanyaan untuk praktik berwawancara pada pertemuan selanjutnya. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari serta melakukan refleksi. Pertemuan pertama ditutup dengan salam.

123 104 Pada pertemuan kedua guru kembali memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam. Siswa menjawab salam dan ini artinya mereka sudah siap untuk mengikuti pembelajaran. Guru menanyakan kembali materi yang belum dipahami siswa pada pembelajaran sebelumnya. Beberapa siswa masih belum mengerti tentang cara mengubah kalimat langsung menjadi tak langsung. Guru pun menjelaskannya kembali. Siswa membentuk kelompok dengan berpasangan dengan teman sebangku. Setiap pasangan melakukan praktik wawancara berdasarkan pertanyaan yang telah dibuat di rumah dan pewawancara mencatat jawaban narasumber pada LK 1 pula. Wawancara dilakukan secara bergantian. Guru membagikan LK II. Tiap-tiap siswa menyusun karangan narasi pada LK 2 berdasarkan informasi yang telah didapatkan dari kegiatan wawancara. Guru membentuk empat kelompok, masing-masing kelompok terdiri atas sembilan siswa. Masing-masing kelompok memilih satu karya terbaik diantara mereka untuk ditempel di papan tulis. Pada siklus II guru menambahkan kunjung karya dan memberikan reward pada siswa yang mendapatkan nilai tertinggi. Masing-masing kelompok melakukan kunjung karya dan 4 siswa perwakilan kelompok memberikan tanda bintang pada karya yang terbaik. Hal ini dilakukan agar siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Karya terbaik masing-masing kelompok ditempel di papan tulis. Setelah itu, siswa melakukan kunjung karya bersama kelompok mereka dan memberikan gambar bintang pada karya yang menurut mereka paling bagus. Guru pun membimbing mereka dalam memberikan penilaian. Karya terbaik mendapatkan reward dari guru. Guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran lalu refleksi dan diakhiri dengan salam.

124 Peningkatan Hasil Pembelajaran Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi dengan Metode Pencarian Informasi Melalui Media Kartun Bercerita Tindakan siklus II dilakukan untuk memperbaiki hasil tes pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dan perilaku siswa ke arah yang lebih positif, yaitu dengan memberikan koreksi terhadap kesalahan yang dilakukan siswa pada siklus I. Kesalahan-kesalahan yang terjadi pada siklus I diperbaiki pada siklus II. Pada bagian ini membahasa tentang hasil tes siswa, sedangkan hasil nontes dibahas pada perubahan perilaku. Tabel 14 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi Siklus II No. Kategori Nilai F % Jumlah Nilai Rata-rata Nilai 1. Sangat Baik > % Baik % Cukup % 0 4. Kurang <65 0 0% 0 = 81 (baik) Jumlah % Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi kelas VIID SMP N 30 Semarang pada siklus II rata-rata sebesar 81 dalam kategori baik. Nilai ini meningkat dibandingkan rata-rata kelas pada penelitian siklus I yang hanya sebesar 70,7 dalam kategori cukup. Penelitian siklus II

125 106 melibatkan 36 siswa berbeda dengan siklus I yang hanya diikuti 35 siswa karena satu orang siswa tidak hadir. Pada penelitian siklus II tidak ada siswa yang mendapatkan nilai kurang dari 65 atau dalam kategori kurang. Sebanyak 27 siswa atau 75% siswa mendapatkan nilai dengan rentang skor dalam kategori baik, dan yang terakhir 9 siswa atau 25% yang mendapatkan nilai diatas 85 dalam kategori sangat baik. Peningkatan yang terjadi pada siklus II karena siswa telah memahami atau menguasai materi pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media karun bercerita. Selain itu, siswa juga mengetahui letak kesalahan dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi pada siklus I, sehingga kesalahan yang terjadi pada siklus I dapat diperbaiki pada siklus II. Terbukti dengan nilai rata-rata klasikal kelas VIID dapat mencapai nilai batas ketuntasan dan mencapai taget penelitian. Hasil penelitian sudah mencapai target penelitian yaitu nilai rata-rata klasikal sebesar 77 atau dalam kategori baik. Sebanyak 27 siswa mencapai kategori baik, dan masing-masing 9 siswa memeroleh kategori nilai sangat baik dan tidak ada siswa yang mendapatkan nilai cukup maupun kurang. Berdasarkan hasil tes keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi pada siklus II, dapat disimpulkan bahwa telah terjadi peningkatan nilai rata-rata siswa dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I nilai rata-rata siswa hanya 70,7 dan pada siklus II meningkat menjadi 81. Selain itu, pada siklus II ini nilai rata-rata kelas sudah mencapai batas target keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi yang telah ditetapkan, yaitu 77. Semua siswa telah berhasil mencapai batas ketuntasan minimal tersebut. Hasil penilaian dari tiap aspek dipaparkan sebagai berikut.

126 Aspek Kesesuaian Isi Aspek kesesuaian isi sangat penting ketika siswa mengubah teks wawancara menjadi narasi. Semua informasi yang terdapat pada teks wawancara harus mampu siswa pahami, lalu diubah menjadi sebuah karangan narasi. Penilaian aspek kesesuaian isi ini menitikberatkan pada kelengkapan isi yang terdapat pada karangan narasi yang telah disusun siswa. Karangan yang mencakup informasi secara lengkap mendapatkan skor maksimal pada aspek ini. Hasil tes pada aspek kesesuaian isi dapat dilihat pada tabel 15 berikut. Tabel 15 Hasil Tes Aspek Kesesuaian Isi Siklus II No. Kategori Skor Frekuensi Persentase (%) Bobot Skor Rata-rata 1. Sangat baik % Baik % Cukup % 15 = 81 (baik) 4. Kurang 2 0 0% 0 Jumlah % Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa skor rata-rata siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi pada aspek kesesuaian isi sebesar 81 dalam kategori baik. Nilai rata-rata kelas mengalami peningkatan daripada siklus I. Pada siklus I hasil tes pada aspek kesesuaian isi hanya sebesar 72 dalam kategori cukup. Terdapat 7 siswa dengan kategori sangat baik atau 19%, 24 siswa atau 67% dengan

127 108 kategori baik, 5 siswa atau 14% dalam kategori cukup dan tidak ada siswa yang mendapatkan nilai kurang Aspek Penggunaan Kalimat Langsung dan Tak Langsung Aspek penilaian yang kedua yaitu penggunaan kalimat langsung dan tak langsung. Teks wawancara menggunakan kalimat langsung, sedangkan karangan narasi biasanya menggunakan kalimat tak langsung sehingga siswa harus mampu mengubah kalimat langsung menjadi tak langsung. Beberapa kriteria yang menjadi penilaian dalam aspek ini yaitu penggunaan kata tugas (bahwa, agar, sebab, supaya, dst.) dan tidak menggunakan tanda petik dalam kalimat tak langsung. Hasil tes aspek penggunaan kalimat langsung dan tak langsung dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 16 Hasil Tes Aspek Penggunaan Kalimat Langsung dan Tak Langsung Siklus II No. Kategori Skor Frekuensi Persentase (%) Bobot Skor Rata-rata 1. Sangat baik % Baik % Cukup % 36 = 75,5 (baik) 4. Kurang % 0 Jumlah % ,5 Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor rata-rata siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi aspek penggunaan kalimat langsung dan tak langsung pada siklus II sebesar 75,5 dalam kategori baik. Sebanyak 4 siswa atau 11%

128 109 memeroleh kategori sangat baik. Perolehan kategori baik mencapai 56% atau 20 siswa. Kategori cukup sebanyak 12 siswa atau 33% dan tidak ada siswa yang mendapatkan nilai dalam kategori kurang. Jadi, pada aspek penggunaan kalimat langsung dan tak langsung siklus II sudah mengalami peningkatan daripada siklus I. pada siklus II hanya sebesar 68,6 atau dalam kategori cukup Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca Aspek penilaian yang ketiga adalah penggunaan ejaan dan tanda baca. Aspek ini biasanya sering diabaikan ketika siswa mengikuti pembelajaran menulis. Mereka hanya mengutamakan isi saja, padahal aspek ini merupakan salah satu penilaian dalam pembelajaran menulis. Penilaian aspek ini mengutamakan ketepatan penggunaan ejaan dan tanda baca pada tulisan siswa. Hasil tes aspek penggunaan ejaan dan tanda baca dapat dilihat pada tabel 17 berikut. Tabel 17 Hasil Tes Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca Siklus II No. Kategori Skor Frekuensi Persentase (%) Bobot Skor Rata-rata 1. Sangat baik % Baik % Cukup % 8 = 84 (cukup) 4. Kurang 1 0 0% 0 Jumlah % Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor rata-rata siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi aspek penggunaan ejaan dan tanda baca

129 110 pada siklus II sebesar 84 dalam kategori baik. Sebanyak 14 siswa atau 39% memeroleh kategori sangat baik. Perolehan kategori baik mencapai 50% atau 18 siswa. Kategori cukup sebanyak 4 siswa atau 11% dan tidak ada siswa yang mendapatkan nilai dalam kategori kurang. Jadi, kemampuan siswa dalam aspek penggunaan ejaan dan tanda baca pada siklus II mengalami peningkatan daripada siklus I yang hanya sebesar 67,9 dalam kategori cukup Aspek Kohesi dan Koherensi Aspek penilaian yang keempat yaitu kohesi dan koherensi. Suatu paragraf akan memiliki makna yang utuh jika didalamnya terdapat kohesi dan koherensi yang tepat. Suatu paragraf tidak akan bermakna tanpa kohesi dan koherensi. Penilaian aspek ini difokuskan pada penggunaan kata ganti yang tepat, adanya keterkaitan antar kalimat sehingga dapat membangun makna yang tepat. Hasil tes aspek kohesi dan koherensi dapat dilihat pada tabel 18 berikut. Tabel 18 Hasil Tes Aspek Kohesi dan Koherensi Siklus II No. Kategori Skor Frekuensi Persentase (%) Bobot Skor Rata-rata 1. Sangat baik % Baik % Cukup 2 0 0% 0 = 86 (sangat baik) 4. Kurang 1 0 0% 0 Jumlah %

130 111 Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor rata-rata siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi aspek kohesi dan koherensi pada siklus II sebesar 86 dalam kategori sangat baik. Sebanyak 13 siswa atau 36% memeroleh kategori sangat baik. Perolehan kategori baik mencapai 64% atau 23 siswa. Pada siklus kedua ini tidak ada siswa yang mendapatkan nilai dalam kategori cukup maupun kurang. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam aspek penggunaan ejaan dan tanda baca sudah bagus. Nilai rata-rata kelas pun sudah meningkat daripada siklus I yang hanya sebesar 76,3 menjadi 86 dalam kategori sangat baik Aspek Ketepatan Pemilihan Kata Aspek penilaian yang kelima yaitu ketepatan pemilihan kata. Penilaian pada aspek ini difokuskan pada pemilihan kata yang tepat sehingga mudah dipahami dan dapat mewakili makna yang ingin disampaikan oleh penulis. Hasil tes aspek ketepatan pemilihan kata pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 19 Hasil Tes Aspek Ketepatan Pemilihan Kata Siklus II No. Kategori Skor Frekuensi Persentase (%) Bobot Skor Rata-rata 1. Sangat baik % Baik % Cukup 2 0 0% 0 = 84 (baik) 4. Kurang 1 0 0% 0 Jumlah %

131 112 Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor rata-rata siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi aspek ketepatan pemilihan kata pada siklus II sebesar 84 dalam kategori baik. Sebanyak 10 siswa atau 28% memeroleh kategori sangat baik. Perolehan kategori baik mencapai 72% atau 26 siswa. Pada siklus II tidak ada siswa yang mendapatkan nilai dalam kategori cukup maupun kurang. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam aspek ketepatan pemilihan kata sudah baik dan mengalami peningkatan daripada rata-rata siklus I yang hanya sebesar 71,4 dalam kategori cukup Aspek Keruntutan Cerita Aspek penilaian yang keenam yaitu keruntutan cerita. Cerita yang runtut tentu akan lebih mudah dipahami oleh pembaca. Penilaian pada aspek urutan cerita difokuskan pada susunan cerita yang runtut dan sesuai dengan teks wawancara sehingga mudah dipahami oleh para pembaca. Hasil tes penilaian aspek keruntutan cerita dapat dilihat pada tabel 20 berikut. Tabel 20 Hasil Tes Aspek Keruntutan Cerita Siklus II No. Kategori Skor Frekuensi Persentase (%) Bobot Skor Rata-rata 1. Sangat baik % Baik % Cukup 2 0 0% 0 4. Kurang 1 0 0% 0 = 88 (sangat baik) Jumlah %

132 113 Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor rata-rata siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi aspek keruntutan cerita pada siklus sebesar 88 dalam kategori sangat baik. Sebanyak 15 siswa atau 42% memeroleh kategori sangat baik. Perolehan kategori baik mencapai 58% atau 21 siswa. pada aspek ini tidak ada siswa yangmendapatkan nilai dalam kategori cukup maupun kurang. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam aspek ketepatan pemilihan kata sudah sudah sangat baik dan meningkat daripada rata-rata siklus I yang hanya sebesar 80 dalam kategori baik Aspek Kerapian tulisan Aspek penilaian yang terakhir yaitu kerapian tulisan. Aspek ini sering diabaikan oleh para siswa. Mereka menulis secara acak-acakan dan banyak coretan sehingga sulit untuk dibaca. Bahkan sebagian siswa masih menulis dengan tidak rapi sehingga tidak terbaca. Penilaian aspek kerapian tulisan difokuskan pada bentuk huruf yang jelas, rapi, dan tidak ada coretan. Hasil tes untuk aspek kerapian tulisan dapat dilihat pada tabel 21 berikut. Tabel 21 Hasil Tes Aspek Kerapian Tulisan Siklus II No. Kategori Skor Frekuensi Persentase (%) Bobot Skor Rata-rata 1. Sangat baik % Baik % Cukup 2 2 6% 4 = 82 (baik) 4. Kurang 1 0 0% 0 Jumlah %

133 114 Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor rata-rata siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi aspek kerapian tulisan pada siklus II sebesar 82 dalam kategori baik. Sebanyak 9 siswa atau 25% memeroleh kategori sangat baik. Perolehan kategori baik mencapai 69% atau 25 siswa. Kategori cukup sebanyak 2 siswa atau 6% dan pada aspek ini tidak ada siswa yang memeroleh nilai kurang. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam aspek ketepatan pemilihan kata sudah baik meskipun ada dua siswa yang hanya menadapatkan nilai dalam kategori cukup Perubahan Perilaku Siklus II Perubahan perilaku siswa pada siklus II dapat diperoleh dari hasil observasi, wawancara, jurnal, dan dokumentasi. Berikut ini adalah pemaparan dari data nontes tersebut Hasil Observasi Siklus II Kegiatan observasi kelas pada siklus II sama seperti siklus I. Observasi dilaksanakan selama pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita. Setelah pembelajaran berakhir diperoleh data mengenai perilaku siswa selama pembelajaran berlangsung. Pengambilan data melalui observasi ini bertujuan untuk mengetahui perilaku siswa selama kegiatan pembelajaran. Hasil observasi akan dipaparkan pada tabel 22 berikut.

134 115 Tabel 22 Hasil Observasi Siklus II No Aspek yang diobservasi Frekuensi Langkah I: Siswa memperhatikan media kartun bercerita yang ditampilkan guru. a. Siswa memperhatikan media yang ditayangkan dengan penuh semangat dan apresiasi. 1. b. Siswa hanya memperhatikan tanpa apresiasi. c. Siswa tidak memperhatikan media yang ditampilkan, bahkan melakukan aktivitas lain, misalnya berbicara dengan teman sebangku. Langkah II: Siswa mendengarkan beberapa Persentase Kategori (%) 89% Sangat 5,5% 2 Baik 5,5% 2 pertanyaan pancingan yang dibacakan oleh guru agar lebih teliti dalam menganalisis isi teks wawancara. a. Siswa mendengarkan pertanyaan dengan 86% Sangat 31 baik dan langsung bisa menjawab. Baik b. Siswa mendengarkan pertanyaan namun 14% 5 kesulitan dalam menjawab. c. Siswa tidak mendengarkan pertanyaan dan tidak bisa menjawab. 0 0% Langkah III: Siswa dikelompokkan dengan berpasangan dengan teman sebangku. Masing-masing siswa menyusun pertanyaan untuk praktik berwawancara. a. Siswa terlihat antusias dan langsung 89% Sangat 32 berdiskusi dengan pasangan. Baik

135 116 b. Siswa berdiskusi dengan pasangan, namun 5,5% 2 terlihat kurang antusias. c. Siswa tidak antusias dan tidak aktif dalam 5,5% 2 berdiskusi. Langkah IV: Setiap pasangan melakukan praktik wawancara dan pewawancara mencatat jawaban narasumber pada LK I. siswa berwawancara dengan bergantian. 4. Sangat a. Siswa terlihat aktif dan antusias ketika 32 89% Baik praktik wawancara. b. Siswa melakukan wawancara dengan 11% 4 benar namun terlihat kurang antusias. c. Siswa terlihat malas ketika berwawancara. 0 0% Langkah 5: siswa secara individu mengubah teks hasil wawancara menjadi karangan narasi. a. Siswa dapat mengubah teks wawancara 29 80,6% menjadi narasi secara tepat dan cepat. 5. b. Siswa mengalami beberapa hambatan ketika mengubah teks wawancara menjadi 7 19,4% Baik narasi. c. Siswa tidak dapat mengubah teks wawancara menjadi narasi. 0 0% Keterangan: Sangat Baik = %, Baik = 75-85%, Cukup = 65-74%, dan Kurang= <65% Berdasarkan tabel 20 dapat kita lihat hasil observasi pada siklus II. Observasi dilakukan di beberapa langkah pembelajaran untuk mengetahui sikap siswa, baik sikap positif maupun negatif. Kita dapat melihat beberapa sikap siswa dalam satu langkah pembelajaran.

136 117 Langkah pertama yang diamati yaitu ketika guru menyajikan media kartun bercerita, lalu siswa diminta untuk memperhatikan. Media kartun bercerita yang digunakan guru pada siklus II berbeda dengan media pada siklus I. Pada siklus I guru menggunakan media kartun bercerita yang berbentuk audiovisual, pada siklus II guru menggunakan media kartun bercerita yang berbentuk visual. Hal ini dilakukan guru karena pada siklus I banyak hambatan yang dialami guru ketika menggunakan media audiovisual. Pada langkah ini ada tiga respon siswa yang diamati. Pertama, siswa memperhatikan media yang ditayangkan dengan penuh semangat dan apresiasi. Sebanyak 89% siswa terlihat bersemangat dan mengapresiasi dengan baik media yang disajikan guru. Hal ini nampak ketika siswa banyak yang ingin duduk di depan agar bisa melihat media dengan baik. Kedua, siswa hanya memperhatikan tanpa apresiasi. Sebanyak 5,5% siswa memperhatikan media yang disajikan guru, namun mereka tidak mengapresiasi. Mereka hanya menonton media dengan tidak semangat. Nampak beberapa siswa menonton sambil merebahkan kepala di meja. Ketiga, siswa tidak memperhatikan media yang ditampilkan, bahkan melakukan aktivitas lain. Sebanyak 5,5% siswa tidak tertarik dengan media yang disajikan oleh guru. Bahkan mereka melakukan aktivitas lain saat media ditampilkan. Langkah kedua yang diamati yaitu ketika guru memberikan beberapa pertanyaan pancingan agar siswa lebih kritis dalam menangkap informasi yang telah disajikan melalui media kartun bercerita. Terdapat beberapa respon siswa ketika langkah ini dilaksanakan, baik positif maupun negatif. Pertama, siswa mendengarkan pertanyaan dengan baik dan langsung bisa menjawab. Sebanyak 31 siswa atau 86% mendengarkan pertanyaan guru dan mampu menjawab dengan baik. Hal ini

137 118 menunjukkan bahwa siswa mengamati media yang disajikan dengan baik. Kedua, siswa mendengarkan pertanyaan namun kesulitan dalam menjawab. Sebanyak 5 siswa atau 14% memperhatikan pertanyaaan guru namun kesulitan dalam menjawab pertanyaan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa hanya menonton media tanpa memahami informasi yang disajikan. Ketiga, siswa tidak mendengarkan pertanyaan dan tidak bisa menjawab. Poin ketiga tidak nampak pada saat pembelajaran atau sebesar 0%. Langkah ketiga yang diamati yaitu ketika siswa dikelompokkan dengan berpasangan dengan teman sebangku dan masing-masing siswa menyusun pertanyaan untuk praktik berwawancara. Pada tahap ini ada tiga respon siswa yang diamati. Pertama, siswa terlihat antusias dan langsung berdiskusi dengan pasangan. Sebanyak 89% siswa antusias dan langsung menyusun pertanyaan pada LK yang telah disiapkan dengan berdiskusi pada pasangannya. Kedua, siswa berdiskusi dengan pasangan, namun terlihat kurang antusias. Sebanyak 5,5% siswa berdiskusi namun terlihat tidak antusias. Hal ini terlihat ketika siswa hanya membuat pertanyaan asal-asalan saja. Ketiga, siswa tidak antusias dan tidak aktif dalam berdiskusi. Sebanyak 5,5% siswa tidak tertarik pada tahap pembelajaran ini. Mereka terlihat malas untuk membuat daftar pertanyaan, bahkan guru harus menegur beberapa kali agar mereka membuat pertanyaan pada LK yang tersedia. Langkah pembelajaran keempat yang diamati adalah setiap pasangan melakukan praktik wawancara dan pewawancara mencatat jawaban narasumber pada LK I. Siswa berwawancara dengan bergantian. Ada tiga perilaku yang timbul saat pengamatan. Pertama, siswa terlihat aktif dan antusias ketika praktik wawancara.

138 119 Sebanyak 89% siswa terlihat aktif berwawancara dengan teman sebangku. Kedua, siswa melakukan wawancara dengan benar namun terlihat kurang antusias. Sebanyak 11% siswa terliahat kurang bersemangat ketika berwawancara. Mereka terlihat berwawancara hanya sebagai formalitas saja. Ketiga, siswa terlihat malas ketika berwawancara. Respon ketiga ini tidak nampak pada siswa atau hanya sebesar 0%. Langkah pembelajaran kelima yang diamati yaitu ketika siswa secara individu mengubah teks wawancara menjadi narasi. Sebanyak 29 siswa dapat mengubah teks secara cepat dan tepat. Selain itu, sebanyak 7 siswa atau 19,4% masih mengalami beberapa kesulitan dan semua siswa sudah dapat mengubah teks wawancara menjadi narasi. Berdasarkan hasil observasi tersebut dapat disimpulkan bahwa selama proses pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui kartun bercerita, jumlah siswa yang berperilaku positif lebih banyak dibanding siswa yang berperilaku negatif. Bahkan hanya beberapa siswa saja yang melakukan hal negatif. Hal ini terbukti dengan tiap-tiap langkah mendapatkan poin yang baik Hasil Jurnal Siklus II Jurnal digunakan untuk mengetahui kesan siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui kartun bercerita. Jurnal yang digunakan pada siklus I ada dua jenis, yaitu siswa dan guru.

139 Hasil Jurnal Siswa Siklus II Jurnal siswa dibagikan pada akhir pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi. Jurnal siswa diisi secara individu untuk mengetahui respons siswa terhadap pembelajaran yang sudah berlangsung. Jurnal siswa berisi lima pertanyaan, yaitu 1) materi apa yang telah Anda pelajari pada hari ini, 2) adakah kesulitan saat mempelajari materi itu? Jika ada, sebutkan, 3) bagaimana perasaan Anda mengikuti pembelajaran pada hari ini, 4) bagaimana pendapat Anda mengenai media pembelajaran yang digunakan guru, dan 5) Berikan saran Anda untuk pembelajaran yang akan datang! Pertanyaan pertama yang ditanyakan yaitu terkait tentang materi yang dipelajari pada hari itu. Berdasarkan jurnal siswa yang telah diisi, 36 siswa mampu menjawab sesuai dengan kompetensi yang mereka pelajari yaitu mengubah teks wawancara menjadi narasi. Seperti yang diungkapkan R-17, Tentang mengubah hasil wawancara menjadi narasi. Hal serupa pun diungkapkan oleh R-8 dan R-30, R-8 berkata, Mengubah teks wawancara menjadi narasi, sedangkan R-30 mengungkapkan, Mengubah teks wawancara menjadi paragraf. Kedua, yaitu kesulitan siswa saat mempelajari materi yang disampaikan. Sebagian besar siswa tidak mengalami kesulitan saat memahami materi, seperti yang disampaikan oleh R-29, Tidak ada. Hal serupa pun diungkapkan oleh R-31, Tidak ada. Selain itu, ada pula siswa yang masih merasa kesulitan saat mengikuti pembelajaran. Sebanyak 2 siswa masih merasa kesulitan saat mengikuti pembelajaran. Kesulitan yang dialami siswa berbeda-beda. Seperti yang disampaikan R-1, Ada,

140 121 tentang mengubah teks wawancara. Kalimat tersebut mengungkapkan bahwa R-1 masih kesulitan mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi. Persoalan yang lain timbul pada R-12, Ada, menjawab pertanyaan dan mengubah kalimat. Pernyataan tersebut mengungkapkan bahawa R-12 masih mengalami kesulitan dalam mengubah kalimat langsung menjadi tak langsung. Pertanyaan ketiga tentang perasaan siswa saat mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui kartun bercerita. Seluruh responden mengatakan senang terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. R-22 mengungkapkan, Senang. Selain itu, hal serupa pun diungkapkan oleh R-17, Senang. R-34 pun mengungkapkan, Senang. Pertanyaan keempat berisi pendapat siswa tentang media pembelajaran yang digunakan oleh guru. Sebanyak 36 siswa mengungkapkan bahwa media kartun bercerita yang digunakan oleh guru menarik dan dapat membantu mereka dalam memahami materi. Adanya media kartun bercerita membuat mereka santai dalam memahami materi namun juga dapat membantu mereka selama pembelajaran. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh R-29, Menarik dan santai. Hal serupa pun disampaikan oleh R-28, Seru. Pendapat tersebut diperkuat oleh R-3, Bagus dan kreatif. Pertanyaan terakhir tentang saran yang ingin disampaikan siswa kepada guru. Semua siswa berharap pembelajaran lebih baik lagi dan menggunakan media yang menarik. Hal tersebut diungkapkan oleh R-30, Semoga pelajaran selanjutnya seperti

141 122 yang dipelajari ini. Hal serupa pun diungkapkan oleh R-4, Semoga pembelajaran yang akan datang lebih baik dari sekarang Jurnal Guru Jurnal guru memuat tentang hal yang dicermati oleh guru selama proses pembelajaran berlangsung. Jurnal guru diisi oleh guru pada saat pembelajaran. Aspek yang ditulis dalam jurnal guru yakni, 1) bagaimana persiapan siswa sebelum mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita, 2) bagaimana keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita, 3) bagaimana tanggapan siswa terhadap tugas pada kegiatan pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita, 4) bagaimana tanggapan siswa terhadap media kartun bercerita yang digunakan dalam pembelajaran, dan 5) kejadian-kejadian apa saja yang muncul pada saat pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita? Pertama tentang persiapan siswa sebelum mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita. Guru menjawab bahwa semua siswa siap untuk mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia pada hari itu. Bahkan siswa terlihat lebih siap mengikuti pembelajaran pada siklus kedua. Siswa tak lupa memberikan salam sapaan kepada guru yang baru masuk kelas. Berikut petikan salam dari siswa kepada peneliti.

142 123 Ketua kelas, Beri salam kepada bu guru! Semua siswa menjawa, Selamat siang, Bu. Setelah itu peneliti pun menjawab salam, lalu memulai pembelajaran. Pertanyaan kedua berisi tentang keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita. Keaktifan siswa selama pembelajaran cukup tinggi. Guru yang telah mengikuti pembelajaran menjelaskan bahwa keaktifan siswa sudah mulai tampak pada awal pembelajaran yakni pada kegiatan apersepsi. Siswa sudah tak takut lagi dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Selain itu, pada saat pembelajaran siswa juga sudah tidak canggung untuk bertanya kepada peneliti apabila ada hal yang belum dipahami. Sudah tidak ada siswa yang takut bertanya kepada peneliti. Keaktifan juga terlihat ketiga peneliti membagikan media kartun bercerita. Mereka langsung bertanya tentang media yang dibagikan peneliti. Bahkan keaktifan siswa masih terlihat hingga pembelajaran akan berakhir. Pada saat menyimpulkan materi yang telah dipelajari, sebagian besar siswa menjawab dengan antusias. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa sudah baik. Pertanyaan ketiga berisi tentang tanggapan siswa terhadap tugas pada kegiatan pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita. Guru menjawab bahwa selama pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi pada siklus II, tanggapan siswa ketika mendapat penugasan dari peneliti sangat baik, hampir tidak terlihat siswa yang bersikap negatif. Siswa bersemangat dan langsung melaksanakan tugas sesuai dengan

143 124 perintah peneliti. Semua siswa melaksanakan tugas dengan baik dan enang. Tak ada lagi siswa yang merasa kebingungan. Pertanyaan keempat berisi tentang tanggapan siswa terhadap media kartun bercerita yang digunakan dalam pembelajaran. Guru mengungkapkan bahwa seluruh siswa menyatakan tertaik dengan media yang digunakan oleh peneliti. Siswa terlihat antusias dengan media yang digunakan peneliti. Hal ini pun nampak pada jurnal siswa dan hasil wawancara. Bahkan siswa terlihat senang dengan media yang baru pertama kali mereka dapatkan. Pertanyaan terakhir berisi tentang kejadian-kejadian apa saja yang muncul pada saat pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita. Guru mengungkapkan bahwa siswa terlihat sangat akrab dengan guru ketika pembelajaran berlangsung. Bahkan mereka sering bercanda dengan guru, namun masih dalam tahap wajar. Selain kejadian tersebut, pembelajaran berlangsung secara lancar Hasil Wawancara Siklus II Wawancara dilakukan pada tiga siswa, yaitu siswa yang mendapat nilai tinggi, sedang, dan rendah. Ketiga siswa tersebut adalah R-31, R-21, dan R-17. Hal ini dilakukan untuk mengetahui tanggapan siswa tentang pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita. Pertanyaan yang disusun peneliti meliputi, 1) apakah Anda tertarik mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita, 2) apakah kamu dapat memahami materi yang dijelaskan guru tentang cara mengubah teks wawancara menjadi narasi, 3)

144 125 kesulitan apakah yang kamu alami dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita, 4) manfaat apakah yang kamu rasakan setelah mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita, dan 5) kesan dan pesan apakah yang ingin kamu sampaikan rasakan setelah mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita? Pertanyaan pertama, siswa ditanya apakah tertarik mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui kartun bererita. R-31 menjawab, Tertarik. Hal serupa pun disampaikan oleh R-21, Ya, tertarik. R-17 pun menjawab, Tertarik. Ketiga siswa tersebut dapat mewakili pendapat teman-temannya bahwa mereka tertarik mengikuti pembelajaran. Pertanyaan kedua tentang tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru. R-31 menjawab, Saya dapat memahami. Hal serupa juga diungkapkan oleh R-21 yang menjawab, Ya, memahami. Dan R-17 pun menjawab, Saya dapat memahami. Pada pertnyaan kedua semua responden yang diambil menyatakan dapat memahami materi yang diberikan oleh guru, baik yang mendapatkan nilai tinggi, sedang, maupun rendah. Pertanyaan ketiga tentang kesulitan yang dialami siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita. R-31 menjawab, Tidak ada, sedangkan R-9 juga menjawab, Tidak ada. Bahkan R-17 pun menjawab, Tidak ada kesulitan. Berdasarkan jawaban tersebut

145 126 dapat diketahui bahwa semua responden yang diwawancarai tidak mengalami kesulitan dalam pembelajaran. Pertanyaan keempat tentang manfaat yang dirasakan siswa setelah mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita. R-13 menjawab, Dapat memahami cara mengubah teks wawancara menjadi narasi, sedangkan R-21 menjawab, Tambah semangat belajar. Selain itu R-17 menjawab, Bisa lebih mengerti. Berdasarkan ketiga jawaban di atas dapat disimpulkan bahwa semua responden merasakan manfaat setelah mengikuti pembelajaran. Selain itu, metode serta media yang digunakan guru juga memudahkan siswa dalam belajar. Pertanyaan terakhir tentang kesan dan pesan yang ingin disampaikan rasakan mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita. R-31 menjawab, Gambarnya lebih menarik lagi. Selain itu, R-21 menjawab, Dengan adanya media ini menambah semangat belajar. R-17 menjawab, Membantu mengubah teks wawancara menjadi narasi. Berdasarkan jawaban responden R-12, R-9, dan R-17 dapat disimpulkan bahwa siswa yang mendapatkan nilai sangat baik memiliki kesan dan pesan yang baik pula. Hal tersebut pun dirasakan oleh siswa yang mendapatkan nilai dalam kategori baik Hasil Dokumentasi Foto siklus II Dokumentasi foto merupakan data yang penting sebagai bukti terjadinya suatu peristiwa. Dokumentasi foto akan memperkuat bukti analisis pada setiap siklus. Pengambilan foto dalam proses pembelajaran dapat dijadikan gambaran aktivitas guru

146 127 dan siswa selama pembelajaran. Sebagai data penelitian, hasil dokumentasi foto ini selanjutnya dideskripsikan sesuai keadaan yang terjadi dan dipadukan dengan datadata yang lain. Dalam proses pengambilan foto, peneliti dibantu oleh rekan peneliti dan hasil dokumentasi foto tersebut dapat dipertanggungjawabkan. Pada siklus II ini kegiatan yang didokumentasikan meliputi, 1) siswa bertanya ketika tidak memahami materi yang disajikan guru, 2) guru membagikan media kartun bercerita, 3) aktivitas siswa ketika berkelompok, 4) siswa melakukan kunjung karya dengan kelompok lain, dan 5) guru memberikan hadiah kepada siswa yang mendapatkan nilai tertinggi. Gambar 6 Siswa Aktif Bertanya Gambar 6 menunjukkan bahwa pada siklus II siswa lebih aktif daripada siklus I. siswa sudah tak malu lagi bertanya jika ada materi yang belum mereka pahami selama pembelajaran. Gambar 7

147 128 Guru Membagikan Media Kartun Bercerita Pada siklus II guru menggunakan media kartun bercerita berbentuk visual. Hal ini berbeda dengan media kartun bercerita siklus I yang meberbentuk audiovisual. Berdasarkan hasil refleksi siklus I, guru memutuskan untuk menggunakan media berbentuk visual. Gambar 8 Aktivitas Siswa secara Berkelompok Siswa secara berkelompok melakukan kegiatan praktik berwawancara. Mereka terlihat antusias. Gambar 9 Aktivitas Siswa melakukan kunjung karya Pada siklus II guru mengadakan kunjung karya antarkelompok. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Hal tersebut pun terbukti. Siswa nampak antusias dan bersemangat dalam melakukan kunjung karya.

148 129 Gambar 10 Pemberian Hadiah kepada Siswa yang Mendapatkan Nilai Tertinggi Di awal pembelajaran guru menjanjukan akan memberikan hadiah kepada siswa yang mendapatkan nilai tertinggi. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini pun berhasil. Siswa yang mendapatkan nilai tertinggi berdasarkan hasil kunjung karya mendapatkan hadiah dari guru Refleksi Siklus II Pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui kartun bercerita yang dilakukan pada siklus II berjalan lebih kondusif jika dibandingkan dengan pembelajaran pada siklus I. Hal ini terjadi karena siswa sudah terbiasa dengan kehadiran guru. Pembelajaran lebih dipahami dan disukai siswa, serta mendapat perhatian lebih daripada pembelajaran siklus I. Hal ini terlihat dari antusias dan keseriusan siswa dalam mengikuti pembelajaran tersebut. Pembelajaran siklus II mengalami peningkatan dalam berbagai aspek pembelajaran. Nilai rata-rata kelas mengalami peningkatan yang pada siklus I hanya 70,7 pada siklus II mampu mencapai angka 81 dalam kategori baik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penelitian mengenai peningkatan keterampilan mengubah

149 130 teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita telah berhasil karena pada siklus II hasil pembelajaran sudah mencapai bahkan telah melampaui target yang ditentukan. Selama pembelajaran siswa lebih aktif dan antusias. Selain itu, perubahan perilaku pun nampak pada siswa. Jika pada siklus I siswa masih takut bertanya, pada siklus II siswa sudah tak takut lagi. Agar lebih jelas, refleksi dibagi menjadi tiga yaitu refleksi proses, hasil, dan perubahan perilaku Refleksi Proses Perbaikan tindakan telah dilakukan pada penelitian siklus II. Beberapa perbaikan tindakan tersebut yaitu 1) pada tindakan siklus II peneliti mengubah media yang digunakan menjadi berbrntuk visual. Media dalam bentuk audiovisual yang digunakan pada siklus I dirasa memiliki beberapa kelemahan dan peneliti menganggap media dalam bentuk visual lebih tepat. Salah satu kelemahan media audiovisual yaitu siswa yang duduk di bangku belakang kurang jelas saat media disajikan. Media yang digunakan tetap kartun bercerita, hanya bentuk dan isinya saja yang berbeda. Melalui media kartun bercerita yang berbentuk visual, siswa bisa memahami informasi yang ada secara bertahap sehingga tidak kebingungan. 2) Guru menerapkan konsep kunjung karya agar siswa lebih aktif dan bersemangat, serta memberiakan hadiah untuk siswa yang memiliki nilai tertinggi. Pada siklus I beberapa siswa terlihat kurang bersemangat dalam mengikuti pembelajaran sehingga guru melakukan tindakan perbaikan tersebut. 3) guru menjelaskan kembali materi yang belum dipahami siswa, serta lebih mendekatkan diri dengan siswa agar tidak takut jika ingin bertanya. Selain itu, guru juga membangun suasana kelas yang nyaman sehingga siswa senang

150 131 mengikuti pembelajaran, 4) guru menggunakan media visual sehingga siswa dapat menangkap informasi secara bertahap dan lebih mudah memahami informasi yang ada. Perbaikan tindakan telah dilakukan oleh peneliti. Suasana proses pembelajaran pun terasa lebih nyaman dan efektif. Siswa pun lebih aktif dalam pembelajaran sehingga hasil siklus II lebih baik daripada siklus I Refleksi Hasil Perbaikan tindakan telah dilakukan guru pada siklus II. Perbaikan tindakan tersebut yaitu, 1) guru menjelaskan kembali materi tentang kalimat langsung dan tak langsung, memberikan beberapa contoh kalimat langsung yang diubah menjadi kalimat tak langsung, serta memberikan kesempatan kepada siswa yang belum mengerti untuk bertanya, 2) menjelaskan kembali materi tentang kata ganti, 3) guru menjelaskan kembali pokok-pokok informasi yang harus ada dalam suatu karangan yaitu unsur 5W+1H, 4) guru memberikan materi tentang teknik menulis yang baik sehingga tulisan terlihat rapi, dan 5) penggunaan LK akan menggunakan ilustrasi seminimal mungkin agar siswa tidak menyontek ilustrasi tersebut dalam karangannya. Setelah guru melakukan perbaikan pada tindakan terlihat adanya perubahan hasil daripada siklus I. Hal ini nampak pada nilai rata-rata kelas yang didapatkan siswa. Pada siklus I nilai rata-rata kelas hanya mencapai 70,7 dalam kategori cukup sedangkan pada siklus II mencapai angka 81 dalam kategori baik.

151 Refleksi Perubahan Perilaku Beberapa perbaikan tindakan telah dilakukan oleh guru pada siklus II. Perbaikan tindakan tersebut yaitu, 1) guru selalu berkeliling saat pembelajaran agar dapat menguasai kelas sehingga siswa terutama yang duduk di bangku bagian belakang tidak gaduh. Selain itu, guru juga memberikan perhatian khusus pada siswa yang gaduh misalnya dengan memberikan pertanyaan tentang materi yang sedang dipelajari, 2) guru berusaha agar lebih dekat dengan siswa dan membuat suasana pembelajaran menjadi nyaman agar siswa tidak takut untuk bertanya, dan 3) di awal pembelajaran guru memberitahukan siswa bahwa nanti di akhir pembelajaran siswa yang mendapatkan nilai tertinggi mendapatkan hadiah dari guru. Hal ini diharapkan agar siswa lebih bersemangat untuk mengikuti pembelajaran. Selain itu, guru juga menambahkan aktivitas kunjung karya antar kelompok agar siswa aktif dan bersemangat. Perubahan perilaku siswa sudah terlihat setelah dilakukan perbaikan tindakan oleh guru. Perilaku siswa berubah ke arah positif. Hal ini pun dapat dilihat dari hasil observasi siklus II yang menunjukkan nilai lebih baik daripada siklus I. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penelitian mengenai peningkatan keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita sudah baik. 4.3 Pembahasan Bagian pembahasan dibagi menjadi tiga yaitu proses, hasil, dan perubahan perilaku. Masing-masing bagian memaparkan tentang pelaksanaan penelitian yang telah dilakukan.

152 Proses Pembelajaran Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi dengan Metode Pencarian Informasi Melalui Media Kartun Bercerita Penelitian tentang keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita memenuhi langkah-langkash berikut: 1) guru menyampaikan materi tentang wawancara dan narasi, 2) siswa berpasangan dengan teman sebangku, 3) guru menyajikan media kartun bercerita, 4) guru membagikan teks wawancara sesuai media untuk masingmasing kelompok, 5) siswa mendengarkan enam pertanyaan pancingan, 6) tiap kelompok menyusun karangan narasi, 7) tiap kelompok menukarkan hasil pekerjaannya dengan kelompok lain, 8) tiap kelompok memberikan masukan terhadap hasil pekerjaan temannya, 9) tiap kelompok memperbaiki pekerjaannya sesuai saran dari kelompok lain, 10) guru membagikan LK I dan LK II, 11) guru memberikan enam pertanyaan pancingan sesuai dengan ilustrasi cerita yang ada pada LK I, 12) siswa yang berperan sebagai pewawancara menyusun enam pertanyaan, sedangkan yang berperan sebagai narasumber menyiapkan jawaban pada LK I, 13) siswa melakukan praktik wawancara, 14) masing-masing siswa menyusun karangan narasi berdasarkan teks wawancara. Proses penelitian baik pada siklus I maupun siklus II berjalan dengan lancar meskipun ada beberapa hal yang menghambat namun masih bisa ditangani. Permasalahan lebih banyak muncul pada saat pelaksanaan siklus I daripada siklus II. Permasalahan tersebut muncul dari berbagai aspek, mulai dari teknis hingga pelaksanaan pembelajaran, namun permasalahan-permasalahan tersebut bisa diantisipasi pada pelaksanaan siklus II. Setelah pelaksanaan siklus I, peneliti

153 134 melakukan refleksi proses, hasil, dan perubahan perilaku. Permasalahan yang ditemukan pada refleksi tersebut diperbaiki oleh peneliti sehingga pada siklus II pembelajaran berjalan dengan lancar. Peningkatan kualitas pembelajaran pun nampak pada siklus II. Selama proses pembelajaran siswa terlihat lebih tenang dan antusias dengan pembelajaran. Selain itu, media kartun bercerita dalam bentuk visual lebih memudahkan siswa dalam memahami informasi yang disajikan guru. Siswa tak lagi kebingungan dan mampu menyusun karangan narasi dengan lebih cepat dan tepat Peningkatan Hasil Pembelajaran Keterampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi Berdasarkan pembahasan sebelumnya diketahui bahwa nilai rata-rata siswa untuk keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi mengalami peningkatan. Pada siklus I nilai rata-rata kelas mencapai 70,7 sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 81. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai prosentase hasil tes mengubah teks wawancara menjadi narasi pada siklus I, disajikan dalam diagram lingkaran berikut ini.

154 135 Diagram 1 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Wawancara menjadi Narasi Siklus I Kategori 40,00% 30,00% 31,00% 37,00% 29,00% 20,00% 10,00% 3,00% Kategori 0,00% Sangat baik Baik Cukup Kurang Berdasarkan diagram di atas dapat kita ketahui bahwa hasil penelitian siklus I sebanyak 3% siswa mendapatkan nilai dalam kategori sangat baik, kategori baik sebanyak 31% siswa, kategori cukup sebanyak 37% siswa, dan sebanyak 29% siswa mendapatkan nilai dalam kategori kurang. Kekurangan yang terjadi pada siklus I dapat diperbaiki di siklus II. Jika pada siklus I siswa masih mengalami mengubah teks wawancara menjadi narasi, khususnya mengubah kalimat langsung menjadi tak langsung, lain halnya yang terjadi pada siklus II. Setelah guru menyampaikan materi dengan memberikan contoh dan menjelaskan secara lebih detail bagaimana cara mengubah teks wawancara menjadi narasi, siswa lebih mudah mengubah teks wawancara menjadi narasi dalam pembelajaran siklus II. Hal ini berdampak positif pada peningkatan hasil tes rata-rata kelas. Nilai rata-rata tiap aspek keterampilan menulis juga mengalami peningkatan. Sikap siswa yang masih takut bertanya kepada guru ketika pembelajaran juga berdampak pada pencapaian nilai tes. Pada siklus I masih terdapat beberapa siswa yang takut bertanya kepada guru

155 136 ketika pembelajaran sehingga beberapa siswa tersebut mengalami kesulitan saat mulai menulis. Sikap siswa yang sedemikian rupa dapat diminimalisasi pada pembelajaran siklus II. Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan pemberian reward pada hasil tulisan terbaik berdampak positif pada perubahan sikap siswa. Siswa jauh lebih siap dan bersemangat dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi. Mereka benar-benar berusaha menghasilkan karya terbaik agar dapat memeroleh reward. Suasana kelas yang lebih kondusif pada pembelajaran siklus II memberikan efek positif pada hasil tes siswa. Ketika suasana kelas tenang siswa akan lebih mudah untuk menulis. Tulisan yang mereka hasilkan juga lebih baik karena pikiran mereka fokus pada satu hal. Terbukti ketika pembelajaran siklus I suasana kelas belum sekondusif dalam pembelajaran siklus II, sehingga nilai rata-rata hasil tes yang dicapai siswa juga belum dapat maksimal. Media pembelajaran pada siklus I yang belum bisa mendukung siswa karena beberapa hal menyebabkan siswa tidak dapat menangkap informasi dengan tepat. Hal ini berbeda dengan pembelajaran siklus II yang menggunakan media visual membuat siswa lebih mudah memahami informasi yang disajikan melalui media. Aspek tersebut menjadi salah satu faktor penunjang nilai siswa sehingga naik pada siklus II. Saran-saran yang diberikan siswa setelah mengikuti pembelajaran siklus I dijadikan pertimbangan guru dalam melakukan perbaikan pada pembelajaran siklus II. Hal ini memberikan efek positif karena siswa merasa lebih bersemangat mengikuti pembelajaran yang sesuai dengan harapan mereka. Seperti halnya penggunaan media audiovisual yang tidak dapat dipahami dengan baik oleh siswa yang duduk di bangku bagian belakang dan siswa meminta guru menyajikan media dalam bentuk yang lain.

156 137 Setelah guru melakukan refleksi siklus I akhirnya guru memutuskan menggunakan media visual. Hasil tes mengubah teks wawancara menjadi narasi siswa pada siklus II lebih baik dibandingkan dengan siklus I. Siswa sudah memahami bagaimana teknik mengubah teks wawancara menjadi narasi yang benar. Aspek-aspek yang harus diperhatikan juga sudah dikuasai oleh siswa. Diagram berikut ini menyajikan persentase hasil tes mengubah teks wawancara menjadi narasi pada siklus II. Diagram 2 Hasil Tes Keterampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi Siklus II Kategori 80% 75% Kategori 60% 40% 20% 0% 25% 0% 0% Sangat Baik Baik Cukup Kurang Berdasarkan diagram di atas dapat kita ketahui bahwa hasil penelitian siklus I sebanyak 25% siswa mendapatkan nilai dalam kategori sangat baik, kategori baik sebanyak 75% siswa. Pada penelitiana siklus II ini tidak ada siswa yang mendapatkan nilai cukup maupun kurang.

157 138 Peningkatan hasil tes keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi kelas VIID SMP N 30 Semarang pada siklus I dan II disajikan dalam tabel 23 berikut. Tabel 23 Peningkatan Nilai Rata-rata Siklus I menuju Siklus II No. Aspek Penilaian Rata-rata Siklus I Rata-rata Siklus II Peningkatan (%) 1. Kesesuaian Isi ,5% Penggunaan kalimat 2. langsung dan tak langsung 68,6 75,5 10% 3. Ejaan dan tanda baca 67, ,7% 4. Kohesi dan koherensi 73, ,8% 5. Pemilihan kata 71, ,6% 6. Urutan cerita % 7. Kerapian tulisan 66, ,5% Jumlah 499,9 580,5 16% Rata-rata Nilai 70, ,6% Pada tabel 23 di atas tampak bahwa peningkatan yang terjadi pada siklus I ke siklus II. Agar lebih jelas, peningkatan nilai tiap aspek antara siklus I dan siklus II dapat dilihat pada diagram berikut.

158 139 Diagram 3 Peningkatan Tiap Aspek dari Siklus I ke Siklus II siklus I siklus II Berdasarkan diagram di atas dapat kita ketahui secara lebih jelas peningkatan masing-masing aspek penilaian dari siklus I ke siklus II. Aspek kesesuaian isi mengalami peningkatan sebesar 12,5% dari 72 menjadi 81. Aspek penggunaan kalimat langsung dan tak langsung mengalami peningkatan sebesar 10% dari 68,6 menjadi 75,5. Aspek penggunaan ejaan dan tanda baca mengalami peningkatan sebesar 23,7% dari 67,9 menjadi 84. Aspek kohesi dan koherensi mengalami peningkatan sebesar 16,8% dari 73,6 menjadi 86. Aspek pemilihan kata mengalami peningkatan sebesar 17,6% dari 71,4 menjadi 84. Aspek urutan cerita mengalami pengingkatan sebesar 10% dari 80 menjadi 88. Aspek kerapian tulisan mengalami peningkatan sebesar 23,5% dari 66,4 menjadi Perubahan Perilaku Berdasarkan hasil nontes yang didapatkan dari lembar observasi, lembar jurnal, wawancara, dan dokumentasi foto menunjukkan bahwa terjadi perubahan perilaku siswa dalam mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi setelah dilakukan refleksi siklus I. Perubahan perilaku yang terjadi adalah siswa lebih antusias terhadap pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari keseriusan siswa dalam

159 140 memperhatikan penjelasan guru, pada saat media disajikan, dan ketika mengubah teks wawancar menjadi narasi. Siswa yang semula pasif, setelah dilakukan tindakan menjadi lebih aktif dalam bertanya dan berpendapat. Selain itu, dalam pembelajaran sudah tidak ada siswa yang gaduh atau berbicara dengan temannya. Berikut ini adalah perbandingan perubahan perilaku siswa pada siklus I dan siklus II berdasarkan hasil observasi. Perbandingan tersebut disajikan dalam tabel 24. Tabel 24 Perbandingan Hasil Observasi Siklus I dan Siklus II No Aspek yang diobservasi Siswa memperhatikan media kartun bercerita yang ditampilkan guru. a. Siswa memperhatikan media yang ditayangkan dengan penuh semangat dan apresiasi. b. Siswa hanya memperhatikan tanpa apresiasi. c. Siswa tidak memperhatikan media yang ditampilkan, bahkan melakukan aktivitas lain, misalnya berbicara dengan teman sebangku. Siswa mendengarkan beberapa pertanyaan pancingan yang dibacakan oleh guru agar lebih teliti dalam menganalisis isi teks wawancara. Siklus I Siklus II Peningkatan f (%) f (%) f (%) 77,1 11,9% % 5 % (peningkatan) 3,1% 3 8,6% 2 5,5% 1 (penurunan) 14,3 8,8% 5 2 5,5% 3 % (penurunan)

160 a. Siswa mendengarkan pertanyaan dengan baik dan langsung bisa menjawab. b. Siswa mendengarkan pertanyaan namun kesulitan dalam menjawab. c. Siswa tidak mendengarkan pertanyaan dan tidak bisa menjawab. Siswa dikelompokkan dengan berpasangan dengan teman sebangku. Masing-masing siswa menyusun pertanyaan untuk praktik berwawancara. a. Siswa terlihat antusias dan langsung berdiskusi dengan pasangan. b. Siswa berdiskusi dengan pasangan, namun terlihat kurang antusias. c. Siswa tidak antusias dan tidak aktif dalam berdiskusi. Setiap pasangan melakukan praktik wawancara dan pewawancara mencatat jawaban narasumber pada LK I. siswa berwawancara dengan bergantian. a. Siswa terlihat aktif dan antusias ketika praktik wawancara ,6 88,6 31 % % 0 0% 2 5,7% 5 14% 3 8,3% (peningkatan) 2 5,7% 0 0% 2 5,7% (penurunan) 24 68,% 32 89% 8 21% (peningkatan) 8 22,9 17,4% 2 5,5% 6 % (penurunan) 3 8,5% 2 5,5% 1 3% (penurunan) 24 68,6 20,4% 32 89% 8 % (peningkatan)

161 142 b. Siswa melakukan wawancara dengan benar namun terlihat kurang antusias. 5 14,3 % 4 11% 1 3,3% (penurunan) c. Siswa terlihat malas ketika berwawancara. 6 17,1 % 0 0% 6 17,1% (penurunan) Langkah 5: siswa secara individu mengubah teks wawancara menjadi narasi a. Siswa dapat mengubah teks wawancara menjadi narasi secara cepat dan tepat ,9 % 29 80,6 % 14 37,7% (peningkatan) 5. b. Siswa mengalami beberapa hambatan ketika mengubah teks wawancara menjadi 20 57,1 % 7 19,4 % 13 37,7% (penurunan) narasi. c. Siswa tidak dapat mengubah teks wawancara menjadi 0 0% 0 0% 0 narasi. Langkah yang diamati pertama yaitu ketika siswa memperhatikan media kartun bercerita yang ditampilkan guru. Ada tiga perilaku siswa yang diamati. Pertama, siswa memperhatikan media yang ditayangkan dengan penuh semangat dan apresiasi. Perilaku ini mengalami kenaikan sebesar 11,9%. Pada siklus II hanya terlihat 27 siswa, sedangkan pada siklus II terlihat pada 32 siswa. Kedua, siswa hanya memperhatikan tanpa mengapresiasi lebih lanjut. Jika pada siklus I ada 3 siswa, maka pada siklus II hanya nampak 2 siswa. Ketiga, siswa tidak memperhatikan media yang ditampilkan, bahkan melakukan aktivitas lain, misalnya berbicara dengan teman

162 143 sebangku. Pada siklus I terlihat 5 siswa melakukan aktivitas ini, namun hanya 2 anak pada siklus II. Langkah kedua yang diamati yaitu ketika siswa mendengarkan beberapa pertanyaan pancingan yang dibacakan oleh guru agar lebih teliti dalam menganalisis isi teks wawancara. Ada tiga sikap berbeda yang muncul pada langkah ini. Pertama, siswa mendengarkan pertanyaan dengan baik dan langsung bisa menjawab dengan benar. Aspek ini tidak mengalami kenaikan yaitu sebanyak 31 anak pada siklus II maupun siklus I. Kedua, siswa mendengarkan pertanyaan namun kesulitan dalam menjawab. Sikap ini terlihat oleh 2 anak pada siklus I dan 5 anak pada siklus II. Ketiga, siswa tidak mendengarkan pertanyaan dan tidak bisa menjawab. Sikap ini ditunjukkan oleh 2 anak pada siklus I dan tidak nampak pada siklus 2. Langkah ketiga yang diamati yaitu ketika siswa dikelompokkan dengan berpasangan dengan teman sebangku. Masing-masing siswa menyusun pertanyaan untuk praktik berwawancara. Pada langkah ini ada tiga perilaku siswa yang muncul. Pertama, siswa terlihat antusias dan langsung berdiskusi dengan pasangan. Perilaku ini meningkat sebesar 21%, yang awalnya hanya 24 siswa menjadi 32 siswa pada siklus II. Kedua, siswa berdiskusi dengan pasangan, namun terlihat kurang antusias. Pada siklus I terlihat 8 siswa yang melakukan aktivitas ini dan 2 siswa pada siklus II. Ketiga, siswa tidak antusias dan tidak aktif dalam berdiskusi. Pada siklus I ada 3 anak yang tidak antusias dalam berdiskusi dan 2 anak pada siklus II. Langkah keempat yang diamati guru yaitu ketika setiap pasangan melakukan praktik wawancara dan pewawancara mencatat jawaban narasumber pada LK I. Siswa berwawancara dengan bergantian. Ada tiga perilaku siswa yang muncul pada langkah

163 144 ini. Pertama, siswa terlihat aktif dan antusias ketika praktik wawancara. Perilaku ini meningkat 20,4% dari siklus I yang hanya 24 siswa menjadi 32 siswa pada siklus II. Kedua, siswa melakukan wawancara dengan benar namun terlihat kurang antusias. Perilaku ini terlihat pada 5 anak saat siklus I dan 4 anak pada siklus II. Ketiga, siswa terlihat malas ketika berwawancara. Siklus I ada 8 siswa yang terlihat malas namun pada siklus II tak ada siswa yang terlihat malas. Langkah pembelajaran kelima yang diamati yaitu ketika siswa secara individu mengubah teks wawancara menjadi narasi. Pertama, siswa dapat mengubah teks wawancara menjadi narasi secara cepat dan tepat. Sikap ini mengalami kenaikan sebesar 37,7%, sedangkan sikap siswa yang masih mengalami kesulitan menurun sebanyak 37,7%. Ketiga, tidak ada siswa yang tidak dapat menulis karangan narasi. Berdasarkan hasil perbandingan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita berlangsung dengan lebih tertib, lancar, dan kondusif sehingga dapat mendukung terciptanya pembelajaran yang efektif. Selain itu perubahan sikap siswa yang lebih positif juga berpengaruh terhadap perolehan hasil tes yang dicapai. Perbaikan dari segi instrumen nontes juga memberikan dampak yang positif bagi perolehan hasil tes siswa. Hal ini terbukti dengan meningkatnya hasil tes mengubah teks wawancara menjadi narasi dari siklus I ke siklus II dan perubahan perilaku siswa ke arah yang lebih positif. 4.4 Perbandingan Penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terbukti dapat memperbaiki penelitian-penelitian sebelumnya. Hasil yang dicapai pun lebih maksimal. Hal ini

164 145 terlihat pada perbandingan hasil penelitian. Pada bagian ini, peneliti akan membandingkan hasil penelitian dengan hasil penelitian yang teah dilakukan oleh Suwarna (2007), Suryanto (2008), dan Rubiah (2009). Penelitian Suwarna (2007) berjudul Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi dengan Teknik Penceritaan Pengalaman Pribadi pada Kelas VIIB SMP N 1 Godong. Pada siklus I, rata-rata kelas meningkat menjadi 65,2 yaitu sebesar 8,5%, sedangkan pada siklus II skor rata-rata kelas meningkat menjadi 76 yaitu sebesar 9,9 %. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti maka hasil tes yang didapatkan lebih tinggi. Pada pada siklus I Suwarna hanya mendapatkan nilai rata-rata kelas 65,2 maka peneliti berhasil mendongkrak nilai menjadi 70,7 dalam kategori cukup. Selain itu, pada siklus II juga Suwarna hanya mendapatkan nilai rata-rata kelas 76, maka peneliti mendapatkan nilai rata-rata klasikal sebesar 81. Suwarna menggunakan teknik penceritaan pengalaman pribadi yang membutuhkan waktu yang lama bagi siswa untuk berpikir. Tetapi hal tersebut dapat diperbaiki oleh peneliti dengan metode pencarian informasi. Metode ini menggunakan pertanyaan pancingan sehingga membantu siswa untuk belajar lebih cepat dan tepat. Perbandingan yang kedua dengan penelitian Suryanto (2008) yang berjudul Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi dengan Pemodelan pada Siswa Kelas II D SLTP 1 Sukorejo Kendal. Pada siklus I diperoleh hasil prosentase rata-rata kelas 64,4 dan siklus II diperoleh prosentase rata-rata kelas 80. Berdasarkan hasil tes, penelitian yang dilakukan oleh peneliti mendapatkan nilai yang lebih baik yaitu rata-rata klasikal siklus I sebesar 70,7 dan rata-rata siklus II

165 146 sebesar 81. Pada penelitiannya Suryanto menggunaan teknik pemodelan dimana siswa harus menentukan tema sendiri, berkelompok, dan praktik berwawancara. Hal ini membutuhkan waktu yang lama dan pembelajaran tidak menyeluruh karena siswa yang berperan jadi narasumber tidak bisa menjadi pewawancara. Hal ini berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. Ketika berwawancara siswa bergantian sehingga siswa tidak hanya bisa menjadi narasumber saja, namun juga pewawancara. Selain itu, siswa berwawancara berdasarkan media yang telah disajikan guru dan dibimbing dengan metode pencarian informasi sehingga pebelajaran lebih efektif. Perbandingan yang terakhir yaitu penelitian yang telah dilakukan oleh Rubiah (2009) yang berjudul Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi Karangan Narasi dengan Teknik Concept Map pada siswa Kelas VII SMP N 3 Juwana. Pada siklus I, rata-rata kelas meningkat menjadi 65,2 sebesar 8,5%, sedangkan pada siklus II, skor rata-rata kelas meningkat menjadi 76 yaitu sebesar 9,9%. Berdasarkan hasil tes, penelitian yang dilakukan oleh peneliti mendapatkan nilai yang lebih baik yaitu rata-rata klasikal siklus I sebesar 70,7 dan rata-rata siklus II sebesar 81. Kelemahan penelitian Rubiah (2009) yaitu siswa diberikan visualisasi gambar lalu membuat sebuah konsep masing-masing. Langkah ini membutuhkan waktu yang lebih lama dalam proses pembelajaran. Hal ini tentunya berbeda dengan metode pencarian informasi yang langsung membimbing siswa untuk mendapatkan informasi pokok pada media kartun bercerita. Siswa diberikan pertanyaan pancingan agar lebih cepat dan tepat dalam menangkap informasi.

166 147 Berdasarkan perbandingan dengan penelitian Suwarna (2007), Suryanto (2008), dan Rubiah (2009) maka dapat disimpulkan bahwa penelitian Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi dengan Metode Pencarian Informasi melalui Media Kartun Bercerita Pada Kelas VIID SMP N 30 Semarang dapat melengkapi kekurangan penelitaian sebelumnya.

167 BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian tindakan kelas ini, maka peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut. 1. Penelitian tentang keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui media kartun bercerita memenuhi langkahlangkash berikut: 1) guru menyampaikan materi tentang wawancara dan narasi, 2) siswa berkelompok dengan teman sebangku, 3) guru menyajikan media kartun bercerita, 4) guru membagikan teks wawancara kepada masing-masing kelompok, 5) siswa mendengarkan enam pertanyaan dari guru, 6) masing-masing kelompok menyusun karangan narasi, 7) masing-masing kelompok menukarkan hasil pekerjaannya dengan kelompok lain, 8) masing-masing kelompok memberikan masukan terhadap hasil pekerjaan temannya, 9) masing-masing kelompok memperbaiki pekerjaannya sesuai saran dari kelompok lain, 10) guru membagikan LK I yang berisi ilustrasi sesuai media, dan LK II sebagai tempat untuk mengubah teks wawancara menjadi narasi, 11) guru memberikan enam pertanyaan sesuai dengan ilustrasi cerita yang ada pada LK I, 12) siswa yang berperan sebagai pewawancara menyusun enam pertanyaan, sedangkan yang berperan sebagai narasumber menyiapkan jawaban pada LK I, 13) siswa melakukan praktik wawancara, 14) masing-masing siswa menyusun karangan narasi berdasarkan teks wawancara. Proses pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi kelas VIID SMP N 30 Semarang telah mengalami 148

168 149 perbaikan pada siklus II daripada siklus I. Pada siklus I masih terdapat beberapa kendala dalam pembelajaran, namun hal ini dapat diperbaiki pada siklus II. Salah satu kendala yang muncul yaitu penggunaan media kartun bercerita dalam bentuk audiovisual yang justru tidak sesuai sasaran. Setelah melakukan refleksi, peneliti memutuskan menggunakan media kartun bercerita dalam bentuk visual. Proses pembelajaran siklus II pun menjadi lancar. 2. Terdapat peningkatan keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi kelas VIID di SMP Negeri 30 Semarang setelah mengikuti pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui kartun bercerita. Peningkatan keterampilan mengubah teks wawancara menjadi narasi diketahui dari hasil tes dan nontes yang dilakukan pada siklus I dan siklus II. Nilai rata-rata siswa kelas VIID pada siklus I sebesar 70,7 dan masuk dalam kategori cukup. Nilai ini belum mencapai batas tuntas nilai rata-rata yang ditentukan. Kemudian pada siklus II, nilai rata-rata siswa kelas VIID SMP Negeri 30 Semarang mengalami peningkatan sebesar 14,6% menjadi 81 dan termasuk dalam kategori baik. Nilai ini telah mencapai target rata-rata kelas yang telah ditentukan yaitu 77, bahkan dapat melampauinya. Perolehan hasil ini menunjukkan bahwa pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan metode pencarian informasi melalui kartun bercerita pada kelas VIID SMP N 30 Semarang dapat dikatakan berhasil. 3. Terdapat perubahan sikap atau perilaku siswa yaitu perubahan dari perilaku negatif ke arah yang lebih positif. Antusias dan keseriusan siswa untuk mengikuti pembelajaran sudah mulai terlihat pada siklus I, namun belum dapat maksimal.

169 150 Masih ada siswa yang asyik berbicara dengan teman lain, melamun, atau mengantuk. Pada siklus II, mereka sudah lebih siap mengikuti pembelajaran, bahkan siswa yang pada awalnya malu untuk bertanya akhirnya mempunyai keberanian untuk mengajukan pertanyaan ketika mengalami kesulitan. Pada siklus I siswa masih suka menjawab pertanyaan guru dengan keroyokan, namun pada siklus II siswa lebih percaya diri untuk menjawab pertanyaan guru secara mandiri. Dengan demikian, metode pencarian informasi dan media kartun bercerita dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi. 5.2 Saran Penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi dan mengatasi masalah-masalah yang dialami siswa. setelah penelitian dilaksanakan, peneliti memberikan saran sebagai berikut ini. 1. Guru mata pelajaran bahasa Indonesia seharusnya dapat memanfaatkan metode pencarian informasi sebagai salah satu alternatif untuk memberikan variasi dalam pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi. Selain itu, guru hendaknya memiliki kreativitas yang tinggi dan dapat menghadirkan pembelajaran yang menarik dan efektif sehingga siswa tertarik selama pembelajaran sehingga. Selain itu, siswa juga dapat menyerap materipmbelajaran dengan baik. 2. Bagi sekolah yang tidak memiliki ruang multimedia atau pun LCD, dapat menggunakan media kartun bercerita dalam bentuk visual untuk menarik minat siswa dalam pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi.

170 Para peneliti di bidang pendidikan atau peneliti lain hendaknya dapat melakukan penelitian yang serupa dengan strategi, teknik, metode, atau media pembelajaran yang lain sehingga didapatkan alternatif lain untuk pembelajaran mengubah teks wawancara menjadi narasi. Namun, sebelum melakukan penelitian tindakan kelas, hendaknya peneliti sudah mengenal terlebih dahulu siswa yang akan dijadikan sebagai responden sehingga siswa tidak merasa asing terhadap peneliti.

171 DAFTAR PUSTAKA Akhadiah, Sabarti dkk Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Grasindo Azhar, Arsyad Media Pembelajaran. Jakarta: Raja grafindo Perjaka Doyin, Mukh dan Wagiran Curah gagasan: Pengantar Penulisan Karya Ilmiah. Semarang: Rumah Indonesia Sugandi, Achmad dan Haryanto Teori Pembelajaran. Semarang: UPT MKK Hecht, Robert M Teknik Wawancara. Jakarta: Bhratara Ikeguchi, Cecilia B Teaching Integrated Writing Skills. Vol. III, Number 3. dalam diunduh pada tanggal 9 Januari 2013 Komaidi, Didik Aku Bisa Menulis Panduan Praktis Menulis Kreatif Lengkap. Yogyakarta: Sabda Media Keraf, Gorys Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia Komposisi. Jakarta: nusa indah Kusumah, dkk Teknik Wawancara. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Muliawan, Jasa Ugguh Penelitian tindakan Kelas (Classroom Action Research). Yogyakarta: Gava Media Nurudin Dasar-Dasar Penulisan. Malang: Universitas Muhammadiyah Parera, J. D Menulis Tertib dan Sistematik. Jakarta: Erlangga Rohani, Ahmad Media Instruksional Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta Rubiah, Siti Peningkatan Ketrampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi Karangan Narasi dengan Teknik Concept Map pada siswa Kelas VII SMP N 3 Juwana. Skripsi: Unnes Rusyana, Yus Buku Materi Pokok I. Jakarta: BPK Gunung Mulia Semi, M. Atar Dasar-Dasar Ketrampilan Menulis. Bandung: Angkasa 152

172 153 Silbermen, Mel Active Learning. Diterjemahkan oleh Dr. Komaruddin Hidayat. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani Spencer, Lauren A Step-by-Step Guide to Narrative Writing. The Journal of Educational Research, Vol. 102 No. 5, Mei-Juni. dalam diunduh tanggal 19 Januari 2013 Subyantoro Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Rumah Indonesia Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo Suparno dan Muhammad Yunus Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka Suriamiharja, Agus dkk Petunjuk Praktik Menulis. Jakarta: Depdikbud. Suryanto Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi dengan Pemodelan pada Siswa Kelas II D SLTP 1 Sukorejo Kendal. Skripsi: Unnes Susmiati Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan pada Siswa Kelas VII F SMP N 32 Semarang. Skripsi: Unnes Suwarno Peningkatan Ketrampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi Karangan Narasi dengan Teknik Penceritaan Pengalaman Peribadi pada Kelas VII SMP N 1 Batang. Skripsi: Unnes Tarigan, Henry Guntur Menulis Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa Bandung Widyastuti Peningkatan Kemampuan Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi dengan Teknik Menulis Cepat dan Media Video Compact Disk (VCD) Siswa kelas IV SMP N 5 Ketro kecamatan Karangkayung kabupaten Grobogan. Skripsi: Unnes Wiyanto Terampil Menulis Paragraf. Jakarta: Grasindo

173 Zaini, Hisyam, dkk Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Insan Madani 154

174 155 Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Satuan Pendidikan Mata pelajaran Kelas Semester Alokasi Waktu : SMP N 30 Semarang : Bahasa Indonesia : VIID : II : 4 x 40 menit A. STANDAR KOMPETENSI Menulis: 12. Mengungkapkan berbagai informasi dalam bentuk narasi dan pesan singkat. B. KOMPETENSI DASAR 12.2 Mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan memperhatikan cara penulisan kalimat langsung dan tak langsung. C. INDIKATOR 1. Mampu menentukan informasi pokok yang terdapat pada teks wawancara. 2. Mampu menentukan ciri-ciri karangan narasi. 3. Mampu mengubah kalimat langsung menjadi kalimat tak langsung. 4. Mampu mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi. 5. Mampu menyunting karangan narasi yang telah dibuat. D. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Siswa mampu menentukan informasi pokok yang terdapat pada teks wawancara dengan teliti.

175 Siswa mampu menentukan ciri-ciri karangan narasi dengan cermat. 3. Siswa mampu mengubah kalimat langsung menjadi tak langsung dengan mandiri. 4. Siswa mampu mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi dengan teliti. 5. Siswa mampu menyunting karagan narasi dengan teknik yang tepat. Nilai karakter yang diharapkan yaitu teliti, madiri, bertanggung jawab, dan dapat bekerja dalam sebuah kelompok. E. MATERI AJAR 1. Pengertian Wawancara 2. Pengertian Narasi 3. Ciri-ciri Karangan Narasi 4. Kalimat Langsung dan Tak Langsung 5. Teknik Menyunting F. METODE PEMBELAJARAN Metode : Pencarian Informasi Teknik : Ceramah, dikusi, dan Tanya jawab. G. MEDIA PEMBELAJARAM Media : Kartun Bercerita Sumber : Buku Paket Airlangga Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VII H. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN Pertemuan Pertama No Kegiatan Metode Teknik Alokasi waktu 1. Kegiatan awal 1. Guru mengondisikan siswa agar siap mengikuti pembelajaran. 10 menit

176 Guru menjelaskan tentang tujuan dan manfaat pembelajaran. 3. Guru memotivasi siswa dengan cara menceritakan salah satu kisah penulis sukses (Asma Nadia). Setelah mendengar cerita ini diharapkan siswa mulai tertarik untuk menulis. 4. Guru bertanya kepada siswa tentang wawancara dan narasi untuk mengarahkan pemahaman siswa tentang materi yang akan dipelajari. Ceramah Tanya jawab

177 Kegiatan inti 1. Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai wawancara, narasi, serta kalimat langsung dan tak langsung. (eksplorasi) 2. Siswa berpasangan dengan teman sebangku. (elaborasi) 3. Guru menyajikan media kartun bercerita sebagai contoh wawancara. Selain itu, media kartun bercerita juga digunakan sebagai sarana untuk menarik minat siswa. (elaborasi) 4. Tiap kelompok mendapatkan lampiran berisi teks wawancara pada kartun yang dibagikan oleh guru. (elaborasi) 5. Siswa mendengarkan enam pertanyaan pancingan yang dibacakan oleh guru agar lebih teliti dalam menganalisis isi teks wawancara. (elaborasi) 6. Tiap kelompok membuat kerangka karangan berdasarkan teks wawancara yang telah dibagikan. (elaborasi) 7. Setiap kelompok mengembangkan kerangka karangan dengan dipandu oleh guru. (elaborasi) Pencarian Informasi Ceramah Diskusi 60 menit

178 Setiap kelompok menukarkan pekerjaannya dengan kelompok lain. (elaborasi) 9. Siswa dengan dibimbing guru mengoreksi hasil pekerjaan kelompok lain. (elaborasi) 10. Tiap kelompok memperbaiki karangannya berdasarkan komentar yang telah diberikan oleh kelompok lain. (elaborasi) 11. Guru menjelaskan materi yang belum dipahami siswa selama pembelajaran berlangsung. (konfirmasi) Ceramah 3. Kegiatan Penutup 1. Hasil karya siswa dikumpulkan. 2. Guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran. 3. Guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung. Refleksi 10 menit

179 160 Pertemuan Kedua No. Langkah Pembelajaran Metode Teknik Waktu 1. Kegiatan awal 10 menit 1. Guru mengondisikan siswa. Ceramah 2. Guru menjelaskan tujuan dan manfaat pembelajaran. 3. Guru memotivasi siswa agar semangat dalam belajar. 4. Guru mengingatkan siswa tentang Ceramah materi pembelajaran pada pertemuan sebelumnya. 5. Siswa diberikan kesempatan untuk Tanya jawab bertanya jika ada materi yang belum dipahami. 2. Kegiatan Inti 1) Siswa berpasangan dengan teman sebangku. Siswa pertama berperan sebagai pewawancara dan siswa kedua sebagai narasumber. (eksplorasi) 2) Guru menampilkan media. 3) Guru membagikan LK I dan LK II. 4) Guru memberikan enam pertanyaan pancingan berdasarkan media. 5) Siswa yang berperan sebagai pewawancara membuat daftar pertanyaan pada lembar kerja 1, sedangkan pasangannya menyiapkan jawaban yang sesuai. (elaborasi) Diskusi 60 menit

180 161 6) Setiap pasangan melakukan praktik wawancara dan pewawancara mencatat jawaban narasumber pada LK 1 pula. Selama berwawancara ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh siswa, yaitu (1) kelancaran, (2) penggunaan kalimat efektif, dan (3) kinestetik. (elaborasi) 7) Tiap-tiap siswa menyusun karangan narasi pada LK 2 berdasarkan informasi yang telah didapatkan dari kegiatan wawancara. (elaborasi) 8) Guru menjelaskan materi yang belum dipahami siswa selama pembelajaran. (konfirmasi) 3. Kegiatan Akhir 1) Guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran. 2) Guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. Penilaian Refleksi 10 menit I. PENILAIAN a. Bentuk penilaian : Tes dan Nontes b. Bentuk instrumen : Tes : rubrik penilaian Nontes : lembar observasi, jurnal, dan wawancara c. Rubrik penilaian

181 162 Rubrik Penilaian Karangan Narasi No Aspek Kategori Nilai Keterangan 1. Kesesuaian isi e. Isi narasi sesuai dengan 4 Sangat baik narasi dengan teks wawancara, tepat, teks bahasanya bervariatif wawancara. dan lengkap. f. Isi narasi sesuai dengan teks wawancara, tapi kurang bervariatif. g. Isi narasi cukup sesuai dengan teks wawancara namun kurang lengkap dan kurang bervariatif h. Isi narasi tidak sesuai dengan teks wawancara, Baik Cukup Kurang tidak bervariatif dan tidak lengkap. 2. Penggunaan e. Penggunaan kalimat 4 Sangat baik kalimat langsung dan tak langsung dan langsung tepat dan tak langsung. penulisannya benar dan komunikatif. 3 Baik f. Penggunaan kalimat langsung dan tak langsung tepat dan 2 Cukup cukup bervariatif. g. Penggunaan kalimat langsung dan tak langsung ada beberapa 1 Kurang yang salah, namun cukup bervariatif. h. Penggunaan kalimat langsung dan tak langsung banyak yang salah dan tidak bervariatif. 3. Ejaan dan tanda baca. e. Penggunaan ejaan dan tanda baca tepat semua. f. Kesalahan ejaan dan 4 3 Sangat baik Baik

182 Kohesi dan koherensi. 5. Pemilihan kata (diksi). tanda baca kurang dari tiga kesalahan g. Kesalahan penggunaan ejaan dan tanda baca lebih dari tiga sampai delapan kesalahann h. Kesalahan penggunaan ejaan dan tanda baca lebih dari delapan kesalahan e. Kohesi dan koherensi tepat sehingga mudah dipahami dan bervariatif f. Kohesi dan koherensi tepat namun kurang bervariatif g. Kohesi dan koherensi cukup tepat namun tidak bervariasi h. Tidak ada kohesi dan koherensi. Sehingga sulit dipahami. e. Pemilihan kata tepat, sesuai, dan bervariasi. f. Pemilihan kata tepat, sesuai, tetapi tidak bervariasi. g. Beberapa pemilihan cukup tepat tetapi bervariasi dan masih bisa dipahami. h. Pemilihan kata tidak tepat, tidak bervariasi sehingga sulit dipahami. 6. Urutan cerita. e. Urutan cerita tepat dan runtut. f. Urutan cerita tepat dan cukup runtut. g. Urutan cerita cukup tepat dan cukup runtut Cukup Kurang Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat baik Baik Cukup Kurang

183 Kerapian tulisan. h. Cerita banyak yang salah dan tidak runtut. e. Tulisan rapi dan mudah dibaca. f. Tulisan rapi namun ada beberapa coretan. g. Tulisan kurang rapi dan banyak coretan. h. Tulisan tidak rapi dan sulit dibaca Sangat baik Baik Cukup Kurang Perhitungan nilai adalah sebagai berikut: Tabel 24 Pedoman Penilaian No Skor Kategori Nilai 1 >85 Sangat baik Baik Cukup 4 <65 Kurang Ketarangan: Untuk mengisi format penilaian, aspek yang akan dinilai adalah dengan membubuhkan tanda cek list pada kolom skor yang sesuai Semarang, Mei 2013 Guru Bahasa Indonesia Peneliti Dra Suprihartiningsih Rumiana NIP NIM

184 165 Mengetahui, Kepala SMP N 30 Semarang, Drs. Al. Bekti Wisnu Tomo, MM NIP

185 166 Lembar Kerja 1 (Siklus I) Nama : Kelas/No. Presensi : Sekolah : Usia : ini! Berdasarkan media yang telah disajikan, kerjakanlah tugas berikut Susunlah enam pertanyaan yang tepat untuk berwawancara dengan Bekti! Tulislah secara lengkap jawaban yang diberikan oleh Bekti ketika berwawancara!

186 167 Lembar Kerja II (Siklus I) Nama : Kelas/No. Presensi : Sekolah : Usia : Perhatikan teks wawancara yang telah kalian praktikkan dengan I teman sebangku. Lalu kerjakanlah tugas berikut ini! Setelah berwawancara dengan Bekti, ubahlah teks wawancara yang telah Anda lakukan menjadi sebuah karangan narasi!

187 168 Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Satuan Pendidikan Mata pelajaran Kelas Semester Alokasi Waktu : SMP N 30 Semarang : Bahasa Indonesia : VII : II : 4 x 40 menit A. STANDAR KOMPETENSI Menulis: 12. Mengungkapkan berbagai informasi dalam bentuk narasi dan pesan singkat. B. KOMPETENSI DASAR 12.2 Mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan memperhatikan cara penulisan kalimat langsung dan tak langsung. C. INDIKATOR 1. Mampu menentukan informasi pokok yang terdapat pada teks wawancara. 2. Mampu menentukan ciri-ciri karangan narasi. 3. Mampu mengubah kalimat langsung menjadi kalimat tak langsung. 4. Mampu mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi. 5. Mampu menyunting karangan narasi yang telah dibuat. D. TUJUAN PEMBELAJARAN

188 Siswa mampu menentukan informasi pokok yang terdapat pada teks wawancara dengan teliti. 2. Siswa mampu menentukan ciri-ciri karangan narasi dengan cermat. 3. Siswa mampu mengubah kalimat langsung menjadi tak langsung dengan mandiri. 4. Siswa mampu mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi dengan teliti. 5. Siswa mampu menyunting karagan narasi dengan teknik yang tepat. Nilai karakter yang diharapkan yaitu teliti, madiri, bertanggung jawab, dan dapat bekerja dalam sebuah kelompok. E. MATERI AJAR 1. Pengertian Wawancara 2. Pengertian Narasi 3. Ciri-ciri Karangan Narasi 4. Kalimat Langsung dan Tak Langsung 5. Teknik Menyunting F. METODE PEMBELAJARAN Metode : Pencarian Informasi Teknik : Ceramah, dikusi, tanya jawab, dan kunjung karya. G. MEDIA PEMBELAJARAM Media : Kartun Bercerita Sumber : Buku Paket Airlangga Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VII H. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

189 170 Pertemuan Pertama No Kegiatan Metode Teknik Alokasi waktu 1. Kegiatan awal 1. Guru mengondisikan siswa agar siap mengikuti pembelajaran. 2. Guru menjelaskan tentang tujuan dan manfaat pembelajaran. 3. Guru memotivasi siswa dengan cara menceritakan salah satu kisah penulis sukses (Darwis Tere Liye). Setelah mendengar cerita ini diharapkan siswa mulai tertarik untuk menulis. 4. Guru bertanya kepada siswa tentang kesulitan yang dialami dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi pada pembelajaran sebelumnya. Ceramah Tanya jawab 10 menit

190 Kegiatan inti 1. Guru mengulas kembali materi tentang yang belum dipahami siswa. (eksplorasi) 2. Siswa berpasangan dengan teman sebangku. (elaborasi) 3. Guru membagikan media kartun bercerita. Pada siklus II guru menggunakan media visual. (elaborasi) 4. Siswa mendengarkan enam pertanyaan pancingan yang dibacakan oleh guru agar lebih teliti dalam menganalisis informasi yang terdapat pada media. (elaborasi) 5. Siswa yang berperan menjadi pewawancara menyusun lima pertanyaan berdasarkan media, sedangkan narasumber menyiapkan jawabannya. 6. Siswa melakukan praktik wawancara. 7. Siswa secara berpasangan menyusun kerangka karangan berdasarkan hasil wawancara. Lalu mengembangkannya menjadi sebuah karangan narasi dengan bimbingan guru. (elaborasi) 8. Guru meminta agar produk siswa dikumpulkan. (elaborasi) 9. Guru membagikan media kartun bercerita yang kedua. (elaborasi) 10. Guru membagikan LK I. 11. Guru membacakan enam pertanyaan pancingan agar siswa lebih teliti dalam Pencarian Informasi Ceramah Diskusi 60 menit

191 172 mencermati media. (elaborasi) 12. Guru menjelaskan materi yang belum dipahami siswa selama pembelajaran berlangsung. (konfoirmasi) Ceramah 3. Kegiatan Penutup 1. Masing-masing siswa diminta untuk membuat beberapa pertanyaan untuk praktik berwawancara pada pertemuan selanjutnya. 2. Guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran. 3. Guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung. Penugasan Refleksi 10 menit Pertemuan Kedua No. Langkah Pembelajaran Metode Teknik Waktu 1. Kegiatan awal 10 menit 1. Guru mengondisikan siswa. Ceramah 2. Guru menjelaskan tujuan dan

192 173 manfaat pembelajaran. 3. Guru memotivasi siswa agar semangat dalam belajar. 4. Guru mengingatkan siswa tentang materi pembelajaran pada pertemuan sebelumnya. 5. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya jika ada materi yang belum dipahami. Ceramah Tanya jawab 2. Kegiatan Inti 1) Siswa kembali berpasangan dengan teman sebangku. Siswa pertama berperan sebagai pewawancara dan siswa kedua sebagai narasumber. Begitu pula sebaliknya. (eksplorasi) 2) Setiap pasangan melakukan praktik wawancara berdasarkan pertanyaan yang tealh dibuat di rumah dan pewawancara mencatat jawaban narasumber pada LK 1 pula. Kegiatan wawancara dilakukan secara bergantian. Selama berwawancara ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh siswa, yaitu (1) kelancaran, (2) penggunaan kalimat efektif, dan (3) kinestetik. (elaborasi) 3) Guru membagikan LK II. 4) Tiap-tiap siswa menyusun karangan narasi pada LK 2 berdasarkan Praktik 60 menit

193 174 informasi yang telah didapatkan dari kegiatan wawancara. (elaborasi) 5) Guru membentuk empat kelompok, masing-masing kelompok terdiri atas sembilan siswa. (elaborasi) 6) Masing-masing kelompok memilih satu karya terbaik diantara mereka untuk ditempel di papan tulis. (elaborasi) 7) Masing-masing kelompok melakukan kunjung karya dan 4 siswa perwakilan kelompok memberikan tanda bintang pada karya yang terbaik. (elaborasi) 8) Guru memberikan hadiah pada karya yang mendapatkan bintang terbanyak. (elaborasi) 9) Guru menjelaskan materi yang belum dipahami siswa selama pembelajaran. (konfirmasi) 3. Kegiatan Akhir 1) Hasil pekerjaan siswa dikumpulkan. 2) Guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran. 3) Guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. Kunjung karya Penilaian Refleksi 10 menit

194 175 I. PENILAIAN a. Bentuk penilaian : Tes dan Nontes b. Bentuk instrumen : Tes : rubrik penilaian Nontes : lembar observasi, jurnal, dan wawancara c. Rubrik penilaian Rubrik Penilaian Karangan Narasi No Aspek Kategori Nilai Keterangan 1. Kesesuaian isi a. Isi narasi sesuai dengan 4 Sangat baik narasi dengan teks wawancara, tepat, teks bahasanya bervariatif wawancara. dan lengkap. b. Isi narasi sesuai dengan teks wawancara, tapi kurang bervariatif. c. Isi narasi cukup sesuai dengan teks wawancara namun kurang lengkap dan kurang bervariatif d. Isi narasi tidak sesuai dengan teks wawancara, Baik Cukup Kurang tidak bervariatif dan tidak lengkap. 2. Penggunaan a. Penggunaan kalimat 4 Sangat baik kalimat langsung dan tak langsung dan langsung tepat dan tak langsung. penulisannya benar dan komunikatif. 3 Baik b. Penggunaan kalimat langsung dan tak langsung tepat dan 2 Cukup cukup bervariatif. c. Penggunaan kalimat langsung dan tak langsung ada beberapa 1 Kurang yang salah, namun

195 Ejaan dan tanda baca. 4. Kohesi dan koherensi. 5. Pemilihan kata (diksi). cukup bervariatif. d. Penggunaan kalimat langsung dan tak langsung banyak yang salah dan tidak bervariatif. a. Penggunaan ejaan dan tanda baca tepat semua. b. Kesalahan ejaan dan tanda baca kurang dari tiga kesalahan c. Kesalahan penggunaan ejaan dan tanda baca lebih dari tiga sampai delapan kesalahann d. Kesalahan penggunaan ejaan dan tanda baca lebih dari delapan kesalahan a. Kohesi dan koherensi tepat sehingga mudah dipahami dan bervariatif b. Kohesi dan koherensi tepat namun kurang bervariatif c. Kohesi dan koherensi cukup tepat namun tidak bervariasi d. Tidak ada kohesi dan koherensi. Sehingga sulit dipahami. a. Pemilihan kata tepat, sesuai, dan bervariasi. b. Pemilihan kata tepat, sesuai, tetapi tidak bervariasi. c. Beberapa pemilihan cukup tepat tetapi bervariasi dan masih bisa dipahami Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat baik Baik Cukup Kurang

196 177 d. Pemilihan kata tidak tepat, tidak bervariasi sehingga sulit dipahami. 6. Urutan cerita. i. Urutan cerita tepat dan runtut. j. Urutan cerita tepat dan cukup runtut. k. Urutan cerita cukup tepat dan cukup runtut l. Cerita banyak yang salah dan tidak runtut. 7. Kerapian tulisan. a. Tulisan rapi dan mudah dibaca. b. Tulisan rapi namun ada beberapa coretan. c. Tulisan kurang rapi dan banyak coretan. d. Tulisan tidak rapi dan sulit dibaca Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat baik Baik Cukup Kurang Perhitungan nilai adalah sebagai berikut: Tabel 3 Pedoman Penilaian No Skor Kategori Nilai 1 >85 Sangat baik Baik Cukup 4 <65 Kurang

197 178 Semarang, Mei 2013 Guru Bahasa Indonesia Peneliti Dra Suprihartiningsih Rumiana NIP NIM Mengetahui, Kepala SMP N 30 Semarang, Drs. Al. Bekti Wisnu Tomo, MM NIP

198 179 Lembar Kerja 1 Siklus II Nama : Kelas/No. Presensi : Sekolah : Usia : Berdasarkan media yang telah disajikan, kerjakanlah tugas berikut! Jika Anda seorang polisi, susunlah enam pertanyaan untuk berwawancara dengan saksi kecelakaan! Tulislah secara lengkap jawaban yang diberikan oleh saksi ketika berwawancara!

199 180 Lembar Kegiatan II Siklus II Nama : Kelas/No. Presensi : Sekolah : Usia : Perhatikan teks wawancara yang telah kalian praktikkan dengan teman I sebangku. Lalu kerjakanlah tugas berikut ini! Setelah melakukan wawancara dengan saksi, ubahlah teks wawancara tersebut menjadi sebuah karangan narasi yang baik dan runtut!

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS ARGUMENTASI MELALUI MEDIA GAMBAR KARIKATUR TEKNIK PANCINGAN KATA KUNCI PADA SISWA KELAS X.1 MA AL HADI MRANGGEN DEMAK

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS ARGUMENTASI MELALUI MEDIA GAMBAR KARIKATUR TEKNIK PANCINGAN KATA KUNCI PADA SISWA KELAS X.1 MA AL HADI MRANGGEN DEMAK PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS ARGUMENTASI MELALUI MEDIA GAMBAR KARIKATUR TEKNIK PANCINGAN KATA KUNCI PADA SISWA KELAS X.1 MA AL HADI MRANGGEN DEMAK SKRIPSI diajukan dalam rangka menyelesaikan studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki hubungan yang sangat erat dalam kehidupan bermasyarakat karena bahasa merupakan alat komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI NARASI MELALUI PENDEKATAN PAIKEM PADA SISWA KELAS VIIG SMP NEGERI 12 SEMARANG

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI NARASI MELALUI PENDEKATAN PAIKEM PADA SISWA KELAS VIIG SMP NEGERI 12 SEMARANG PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI NARASI MELALUI PENDEKATAN PAIKEM PADA SISWA KELAS VIIG SMP NEGERI 12 SEMARANG SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang harus dikuasai dalam mencapai tujuan pendidikan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MODEL EXAMPLES NON EXAMPLES

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MODEL EXAMPLES NON EXAMPLES PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MODEL EXAMPLES NON EXAMPLES MELALUI MEDIA GAMBAR ANIMASI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI KUMESU 1 KABUPATEN BATANG SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat seperti organisasi sosial. Di dalam kelompok itu, manusia selalu

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat seperti organisasi sosial. Di dalam kelompok itu, manusia selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang disadari atau tidak, selalu hidup berkelompok dan saling membutuhkan satu sama lain. Kelompok tersebut dimulai dari suatu

Lebih terperinci

Oleh: Prihatini Mualifah Program Studi Pendidikan dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Oleh: Prihatini Mualifah Program Studi Pendidikan dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI EKSPOSITORIS MELALUI MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 43 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh: Prihatini Mualifah Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara, pembinaan bahasa Indonesia menjadi hal yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN. negara, pembinaan bahasa Indonesia menjadi hal yang sangat penting. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) (2006 : 317), secara umum mata pelajaran Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia atau peserta didik dengan cara mendorong kegiatan belajar.

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan berbahasa yang mumpuni serta dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik 18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya, pembelajaran bahasa adalah belajar komunikasi, mengingat bahasa merupakan sarana komunikasi dalam masyarakat. Untuk berkomunikasi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas delapan hal. Pertama, dibahas latar belakang masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa sekolah dasar. Kemudian, dibahas identifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin jelas dan terstruktur pula pikirannya. Keterampilan hanya

Lebih terperinci

PENERAPAN MEDIA CERITA BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI PADA SISWA KELAS VIIB SMPN 2 RAMBIPUJI SKRIPSI

PENERAPAN MEDIA CERITA BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI PADA SISWA KELAS VIIB SMPN 2 RAMBIPUJI SKRIPSI PENERAPAN MEDIA CERITA BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI PADA SISWA KELAS VIIB SMPN 2 RAMBIPUJI SKRIPSI Oleh Inne Illian Retna NIM 070210402082 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN

Lebih terperinci

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Mashura SMP Negeri 2 ToliToli, Kab. ToliToli, Sulteng ABSTRAK Strategi

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia, sebagai salah satu identitas atau pembeda dari bangsa lain, selain sebagai bahasa persatuan juga berkedudukan sebagai bahasa negara dan sebagai

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: membaca intensif, menyimpulkan isi cerita anak,metode kalimat, model STAD.

ABSTRAK. Kata kunci: membaca intensif, menyimpulkan isi cerita anak,metode kalimat, model STAD. ABSTRAK Azizah, Nur.2010. Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif dalam Menyimpulkan Isi Cerita Anak dengan Metode Kalimat dan Model Student Teams Achievement Devisions (STAD). Jurusan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI DENGAN MODEL THINK PAIR SHARE MELALUI MEDIA GAMBAR ANIMASI PADA SISWA KELAS X-8 SMA NEGERI 1 BAE KUDUS TAHUN AJARAN 2010/2011 SKRIPSI untuk memperoleh

Lebih terperinci

SKRIPSI. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. oleh. : Jihan Noor Fitriana NIM : : Bahasa dan Sastra Indonesia

SKRIPSI. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. oleh. : Jihan Noor Fitriana NIM : : Bahasa dan Sastra Indonesia PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUBAH TEKS HASIL WAWANCARA MENJADI NARASI MENGGUNAKAN METODE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING BERBASIS KARAKTER PADA SISWA KELAS VII MTs NEGERI KENDAL SKRIPSI untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya anggapan bahwa keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya anggapan bahwa keterampilan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya anggapan bahwa keterampilan menulis merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang paling sulit. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin jelas dan terstruktur pula pikirannya. Keterampilan hanya dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan kegiatan kebahasaan yang memegang peranan penting dalam dinamika peradaban manusia. Dengan menulis orang dapat melakukan komunikasi, mengemukakan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SUGESTIF DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SERI SISWA KELAS V SDN ARJASA 02 JEMBER TAHUN PELAJARAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SUGESTIF DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SERI SISWA KELAS V SDN ARJASA 02 JEMBER TAHUN PELAJARAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SUGESTIF DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SERI SISWA KELAS V SDN ARJASA 02 JEMBER TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh Ahmad Utman Subandi NIM 090210204229

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS RANGKUMAN BUKU MELALUI IDE POKOK DENGAN MEDIA FLASH CARD

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS RANGKUMAN BUKU MELALUI IDE POKOK DENGAN MEDIA FLASH CARD PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS RANGKUMAN BUKU MELALUI IDE POKOK DENGAN MEDIA FLASH CARD PADA SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 1 GEMUH KABUPATEN KENDAL TAHUN AJARAN 21/211 SKRIPSI diajukan untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar siswa memiliki keterampilan berbahasa dan pengetahuan kebahasaan. Keterampilan berbahasa mencakup 4

Lebih terperinci

SKRIPSI. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Oleh:

SKRIPSI. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Oleh: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI DENGAN MODEL THINK-TALK-WRITE (TTW) BERBANTUAN TEKS WAWANCARA TOKOH BERTEMA LINGKUNGAN PADA SISWA KELAS VII-A SMP NEGERI 4 KUDUS SKRIPSI untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan ini, manusia tidak pernah telepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan ini, manusia tidak pernah telepas dari kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan ini, manusia tidak pernah telepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling efektif untuk mengungkapkan ide, pikiran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

BAB I PENDAHULUAN. cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

Lebih terperinci

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011 1 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERPIKIR-BERBICARA-MENULIS (BBM) MELALUI MEDIA FOTO JURNALISTIK PADA SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI 1 WELAHAN JEPARA Skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skill), keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skill), keterampilan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skill), keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain. Untuk menjalin hubungan tersebut diperlukan suatu alat komunikasi. Alat

BAB I PENDAHULUAN. lain. Untuk menjalin hubungan tersebut diperlukan suatu alat komunikasi. Alat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berhubungan dengan manusia lain. Untuk menjalin hubungan tersebut diperlukan suatu alat komunikasi. Alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keterampilan berbahasa berhubungan erat dan saling melengkapi dengan pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di sekolah berkaitan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu keterampilan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, menulis Tarigan (2008:1). Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa

Lebih terperinci

SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan i PENINGKATAN KETERAMPILAN MENELAAH DAN MEREVISI TEKS CERPEN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) BERBANTUAN MEDIA POTEL PADA SISWA KELAS VII-E SMP NEGERI 1 AMPELGADING

Lebih terperinci

SKRIPSI. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

SKRIPSI. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI MELALUI MODEL INVESTIGASI KELOMPOK DENGAN MEDIA BERITA DALAM SURAT KABAR PADA SISWA KELAS X-4 TKJ SMK NU UNGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dari sudut pandang: (i) hakikat menulis, (ii) fungsi, tujuan, dan manfaat menulis, (iii) jenis-jenis

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS ARGUMENTASI MELALUI MEDIA KARIKATUR PADA SISWA KELAS XI SMK BATIK PERBAIK PURWOREJO TAHUN AJARAN 2013/2014

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS ARGUMENTASI MELALUI MEDIA KARIKATUR PADA SISWA KELAS XI SMK BATIK PERBAIK PURWOREJO TAHUN AJARAN 2013/2014 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS ARGUMENTASI MELALUI MEDIA KARIKATUR PADA SISWA KELAS XI SMK BATIK PERBAIK PURWOREJO TAHUN AJARAN 2013/2014 Oleh: Dian Pratama Program Studi Pendidikan dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika

Lebih terperinci

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan dasar bagi pengetahuan manusia. Bahasa juga dikatakan sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh setiap manusia dengan yang lain. Sebagai alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil dalam berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil dalam berbahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil dalam berbahasa dan mampu berkomunikasi secara lisan maupun tulisan dengan baik dan benar. Keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung tetapi juga dapat memahami informasi yang disampaikan secara

BAB I PENDAHULUAN. langsung tetapi juga dapat memahami informasi yang disampaikan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi oleh karena itu, pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Keterampilan tersebut adalah keterampilan menyimak (listening

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Keterampilan tersebut adalah keterampilan menyimak (listening BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran bahasa terdapat empat komponen keterampilan berbahasa yang harus dikuasai seseorang untuk dapat menggunakan bahasa dengan baik. Keterampilan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK BERITA MENGGUNAKAN METODE LISTENING IN ACTION

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK BERITA MENGGUNAKAN METODE LISTENING IN ACTION PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK BERITA MENGGUNAKAN METODE LISTENING IN ACTION DAN TEKNIK RANGSANG TEKS RUMPANG MELALUI MEDIA AUDIO PADA SISWA KELAS VIII B SMP N 2 BOJA SKRIPSI untuk memperoleh gelar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas

I. PENDAHULUAN. semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin maju serta peradaban manusia yang semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas belajar siswa sesuai

Lebih terperinci

FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 1 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK BERITA DENGAN METODE INTEGRATIF DAN TEKNIK PERMAINAN INGATAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS VIIIA SMP N 1 DEMAK SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS ARTIKEL DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR AND SHARE MELALUI MEDIA MAJALAH DINDING PADA SISWA KELAS IX SMP MUHAMMADIYAH, KEC.KESESI, KAB. PEKALONGAN TAHUN

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF EKSPOSISI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS XI SMK SETIA KARYA DEPOK

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF EKSPOSISI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS XI SMK SETIA KARYA DEPOK PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF EKSPOSISI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS XI SMK SETIA KARYA DEPOK Oleh: Arum Bariani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Melalui pendidikan, diharapkan setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Melalui pendidikan, diharapkan setiap individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai kedudukan yang penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Melalui pendidikan, diharapkan setiap individu memiliki kompetensi pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan

Lebih terperinci

FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 1 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN METODE LATIHAN TERBIMBING BERBANTUAN GAMBAR PUZZLE PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 01 BANYUURIP KABUPATEN KENDAL SKRIPSI Untuk mencapai gelar sarjana

Lebih terperinci

SKRIPSI. diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata I untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan

SKRIPSI. diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata I untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KEMBALI KARANGAN NARASI DENGAN METODE IKP (IMITASI, KOMPREHENSI, DAN PRODUKSI) MELALUI MEDIA FILM KARTUN PADA SISWA KELAS III MI MUHAMMADIYAH PURWODADI TEMBARAK TEMANGGUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keempat keterampilan tersebut saling berhubungan, tidak boleh dipisahpisahkan

BAB I PENDAHULUAN. Keempat keterampilan tersebut saling berhubungan, tidak boleh dipisahpisahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu pengajaran bahasa Indonesia secara umum adalah agar siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa. Kebiasaan seseorang berpikir logis akan

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

2015 PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa bahasa lisan dan bahasa tulis. Melalui bahasa seseorang dapat mengemukakan pikiran dan keinginannya kepada orang

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Sederhana Siswa Kelas IV SDN Pembina Liang Melalui Strategi Aktivitas Menulis Terbimbing

Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Sederhana Siswa Kelas IV SDN Pembina Liang Melalui Strategi Aktivitas Menulis Terbimbing Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Sederhana Siswa Kelas IV SDN Pembina Liang Melalui Strategi Aktivitas Menulis Terbimbing Nurmila Moidady Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran berbahasa di Sekolah Dasar tidak dapat terlepas dari pengembangan aspek kemampuan berbahasa. Hal tersebut memiliki tujuan untuk memperlancar dan mempermudah

Lebih terperinci

Skripsi untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. oleh Diah Zuikaningsih

Skripsi untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. oleh Diah Zuikaningsih PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN BERDASARKAN PENGALAMAN MELALUI TEKNIK KUMON DENGAN MEDIA LUKISAN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 01 KALIGIRI BREBES Skripsi untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

Skripsi untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. oleh Urip Priyatun

Skripsi untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. oleh Urip Priyatun PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS PENGUMUMAN DENGAN METODE THINK PAIR AND SHARE MELALUI PEMANFAATAN MEDIA MASSA CETAK PADA SISWA KELAS VIIG SMP NEGERI 1 BODEH KABUPATEN PEMALANG TAHUN 2010/2011 Skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Pendidikan merupakan tumpuan harapan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Bahasa merupakan sesuatu yang penting untuk dikuasai karena bahasa adalah sarana interaksi dan alat komunikasi antar manusia. Negara Indonesia merupakan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF PERSUASIF MENGGUNAKAN MODEL QUANTUM TEACHING

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF PERSUASIF MENGGUNAKAN MODEL QUANTUM TEACHING PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF PERSUASIF MENGGUNAKAN MODEL QUANTUM TEACHING TEKNIK TANDUR MEDIA BROSUR PADA SISWA KELAS X3 SMA NEGERI 1 BATANG TAHUN AJARAN 2010/2011 SKRIPSI untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi, dan kondisi lingkungan yang ada, pengaruh informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia laninnya.

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia laninnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat terpenting yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Dengan bahasa, manusia akan dapat mengungkapkan segala pemikirannya. Selain itu, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu hal yang terpenting dalam kehidupan manusia adalah bahasa. Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan. Pengajaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia yaitu menyangkut bahasa yang digunakan oleh warga negara Indonesia dan sebagai bahasa persatuan antar warga, yang merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung saat tulisan tersebut dibaca oleh orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung saat tulisan tersebut dibaca oleh orang lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis adalah kemampuan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tulis. Seorang penulis berkomunikasi melalui tulisan mereka untuk mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bersifat sangat penting demi terwujudnya kehidupan pribadi yang mandiri dengan taraf hidup yang lebih baik. Sebagaimana pengertiannya menurut Undang-undang

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ALFA (EKSPERIMEN KUASI)

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ALFA (EKSPERIMEN KUASI) MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ALFA (EKSPERIMEN KUASI) Icah 08210351 Icah1964@gmail.com Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Sekolah Tinggi Keguruan

Lebih terperinci

Oleh : Fatmi Latifah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Oleh : Fatmi Latifah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI BERDASARKAN TEKS WAWANCARA DENGAN METODE THINK TALK WRITE PADA SISWA KELAS VII G SMP NEGERI 4 PURWOREJO TAHUN AJARAN 2015/2016 Oleh : Fatmi Latifah Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan bermain peran merupakan salah satu keterampilan berbahasa lisan yang penting dikuasai oleh siswa, termasuk siswa Sekolah Menengah Pertama. Seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang ditempuh siswa di Sekolah Dasar. Tujuan dari pembelajaran Bahasa Indonesia yakni 1. Berkomunikasi

Lebih terperinci

SKRIPSI diajukan dalam rangka menyelesaikan studi Strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

SKRIPSI diajukan dalam rangka menyelesaikan studi Strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS RESENSI BUKU DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK CUPLIK DAN RANGKAI KALIMAT PADA SISWA KELAS IX A SMP N 3 UNGARAN TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI diajukan dalam rangka menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan serta meningkatkan kemampuan berbahasa. Tarigan (1994: 1) berpendapat bahwa.

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan serta meningkatkan kemampuan berbahasa. Tarigan (1994: 1) berpendapat bahwa. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan umum pengajaran Bahasa Indonesia di SMA adalah siswa mampu menikmati, menghayati, memahami, dan memanfaatkan karya sastra, dengan tujuan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar.

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar-mengajar dilakukan siswa dan guru di sekolah. Siswa mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. Kegiatan Belajar Mengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkomunikasi merupakan proses seseorang memberi dan menerima informasi yang terjadi setiap waktu. Kesehariannya manusia selalu berinteraksi dengan manusia lain

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI MENGGUNAKAN METODE KONTEKSTUAL DENGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ICT

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI MENGGUNAKAN METODE KONTEKSTUAL DENGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ICT PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI MENGGUNAKAN METODE KONTEKSTUAL DENGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ICT PADA SISWA KELAS X 3 SMA NEGERI 2 TEMANGGUNG Skripsi Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional mempunyai fungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional mempunyai fungsi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional mempunyai fungsi sebagai media pendidikan yang diharapkan mampu mendorong masyarakat dalam menggunakan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan pembelajaran wajib yang telah ditetapkan di setiap jenjang pendidikan SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi. Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia secara formal mencakup pengetahuan kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi pembelajaran mengenai asal-usul

Lebih terperinci

Oleh: Nurwahidah program studi pendidikan bahasa dan sastrajawa

Oleh: Nurwahidah program studi pendidikan bahasa dan sastrajawa PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF BERHURUF JAWA MENGGUNAKAN MEDIA KARTU BERGAMBAR PADA SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 2 BUAYAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh: Nurwahidah program studi pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu lainnya. Menurut Wibowo (Hidayatullah, 2009), bahasa adalah sistem

BAB I PENDAHULUAN. individu lainnya. Menurut Wibowo (Hidayatullah, 2009), bahasa adalah sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu alat komunikasi antara satu individu dengan individu lainnya. Menurut Wibowo (Hidayatullah, 2009), bahasa adalah sistem simbol bunyi yang

Lebih terperinci

PENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS EKSPOSISI MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SAPURAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016

PENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS EKSPOSISI MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SAPURAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016 PENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS EKSPOSISI MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SAPURAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh: Khanisatul Mila Program Studi Pendidikan Bahasa dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS 14 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Pembelajaran di sekolah saat ini terlihat monoton dan membosankan sehingga ketika pembelajaran berlangsung siswa terlihat tidak

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Oleh. : Rosyida Oktarina NIM :

SKRIPSI. Disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Oleh. : Rosyida Oktarina NIM : PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYUSUN TEKS EKSPLANASI DENGAN MODEL INVESTIGASI KELOMPOK DAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA PESERTA DIDIK KELAS VII A SMP NEGERI 1 UNGARAN SKRIPSI Disusun untuk memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Winda Victoria Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Winda Victoria Febriani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbahasa adalah kebutuhan setiap manusia untuk berkomunikasi. Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Dalam kegiatan

Lebih terperinci

PENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS EKSPOSISI MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KROYA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS EKSPOSISI MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KROYA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 PENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS EKSPOSISI MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KROYA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh: Khozin Amin Sutiknyo Program Studi Pendidikan Bahasa dan

Lebih terperinci

Oleh: Dian Kartika Sari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa

Oleh: Dian Kartika Sari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS WACANA NARASI DENGAN METODE CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS VIII H SMP NEGERI 3 KEBUMEN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh: Dian Kartika Sari program

Lebih terperinci

SKRIPSI diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

SKRIPSI diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan PENINGKATAN KOMPETENSI MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS V SD NEGERI 1 KERTAYASA KABUPATEN BANJARNEGARA MELALUI PENERAPAN METODE SUGESTI-IMAJINASI DENGAN MEDIA LAGU SKRIPSI diajukan dalam rangka penyelesaian

Lebih terperinci

SKRIPSI disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Oleh:

SKRIPSI disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Oleh: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS PROSEDUR KOMPLEKS MENGGUNAKAN MODEL PROJECT BASED LEARNING DENGAN MEDIA VIDEO PADA SISWA KELAS X-2 SMA TARUNA NUSANTARA MAGELANG SKRIPSI disusun untuk memperoleh gelar

Lebih terperinci

SKRIPSI. digunakan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

SKRIPSI. digunakan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN SEDERHANA DENGAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF DAN MEDIA BUKU BERGAMBAR TANPA TEKS PADA SISWA KELAS III SDN 1 PATEMON GUNUNGPATI SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2008/2009 SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Mata pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: a)berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARATIF SISWA KELAS VII SMP ISLAM SUNAN BONANG MELALUI LATIHAN TERBIMBING DENGAN PERMAINAN KATA ANAGRAM

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARATIF SISWA KELAS VII SMP ISLAM SUNAN BONANG MELALUI LATIHAN TERBIMBING DENGAN PERMAINAN KATA ANAGRAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARATIF SISWA KELAS VII SMP ISLAM SUNAN BONANG MELALUI LATIHAN TERBIMBING DENGAN PERMAINAN KATA ANAGRAM SKRIPSI Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai kedudukan yang sangat penting. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) bertujuan agar pelajar

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Trias Meiertanti NIM

SKRIPSI. Oleh Trias Meiertanti NIM PENERAPAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK DEBAT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPENDAPAT PADA SISWA KELAS V SDN 2 KEMIREN BANYUWANGI TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh Trias Meiertanti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai empat keterampilan berbahasa yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mengamati pembelajaran selama ini, proses dan hasil pembelajaran bahasa khususnya bahasa Jawa dinilai belum memuaskan. Hal ini menjadi sebuah masalah dalam dunia pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia. Secara luas dapat diartikan bahwa

Lebih terperinci

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan ISSN 2252-6676 Volume 4, No. 1, April 2016 http://www.jurnalpedagogika.org - email: jurnalpedagogika@yahoo.com KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci