Arim Nasim, Ketua Lajnah Maslahiyah DPP HTI
|
|
- Sudirman Kusnadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Arim Nasim, Ketua Lajnah Maslahiyah DPP HTI Hizbut Tahrir Indonesia merupakan salah satu elemen bangsa ini yang secara konsisten menolak Undang-Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (UU BPJS) dan Undang Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN) sejak masih dalam bentuk rancangan undang-undang (RUU). Timbul pertanyaan dari sebagian publik, mengapa regulasi yang menjamin kesejahteraan nasional kok ditolak? Lantas konsep apa yang ditawarkan HTI untuk menyejahterakan seluruh komponen bangsa? Temukan jawabannya dalam wawancara wartawan Media Umat Joko Prasetyo dengan Ketua Lajnah Maslahiyah DPP HTI Arim Nasim. Berikut petikannya. UU yang dibuat untuk terwujudnya sistem jaminan sosial nasional kok ditolak? Karena hanya namanya saja yang bagus tapi ternyata isinya asuransi nasional, yaitu mewajibkan setiap rakyat membayar premi untuk mendapatkan fasilitas jaminan sosial. Jadi ini adalah pemalakan kepada semua rakyat dengan dalih jaminan sosial. Penipuan dong? Betul, ini adalah penipuan kesekian kalinya yang dilakukan oleh pemerintah dan DPR terhadap rakyat. 1 / 5
2 Pasal mana saja yang mengindikasikan pemalakan itu? Pasal 1 ayat 3, UU SJSN disebutkan yang dimaksud dengan jaminan sosial adalah asuransi sosial yaitu: suatu mekanisme pengumpulan dana yang bersifat wajib yang berasal dari iuran guna memberikan perlindungan atas risiko sosial ekonomi yang menimpa peserta dan/atau anggota keluarganya. Pasal 4 Sistem Jaminan Sosial Nasional diselenggarakan berdasarkan pada prinsip (a.) kegoto ng - ro yongan. Pasal 17 ayat 1: Setiap peserta wajib membayar iuran yang besarnya ditetapkan berdasarkan persentase dari upah atau suatu jumlah nominal tertentu. Pasal 47 ayat 1: Dana Jaminan Sosial wajib dikelola dan dikembangkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) secara optimal dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana, dan hasil yang memadai. Implikasinya? Dari pasal-pasal tersebut sangat jelas implikasinya. Pertama, rakyat dipalak oleh suatu lembaga yang disebut BPJS yang disetujui oleh negara. Rakyat akan mendapat pelayan sosial kalau dia membayar premi asuransi. Ini jelas akan memberatkan rakyat bahkan lebih jahat dari pungutan pajak yang selama ini dilakukan pemerintah karena setiap jiwa akan diwajibkan membayar antara Rp per orang per bulan. Kedua, Pasal 4 walaupun istilahnya gotong royong tapi esensinya adalah semakin mengokohkan prinsip neoliberalisme yaitu menyerahkan layanan publik kepada swasta atau dengan kata lain negara lepas tangan dari mengurus rakyat. Jadi mereka yang akan mendapat 2 / 5
3 pelayanan sosial adalah yang membayar premi asuransi kepada BPJS yang dibentuk oleh pemerintah dan dikelola oleh swasta. Ketiga, dana yang terkumpul akan dikelola dan dikembangkan oleh BPJS atau di investasikan, ini memungkinkan terjadinya kerugian, kalau rugi siapa yang akan mengganti dana sosial ketika rakyat membutuhkan? Siapa? Ada dua kemungkinan. Pertama, rumah sakit bisa menolak layanan kesehatan dengan alasan dana dari BPJS tidak turun atau macet, maka bagi yang tidak memiliki uang dia tidak akan mendapat layanan kesehatan.sedangkan bagi yang punya uang, akan merogoh dari kantongnya sendiri walaupun sudah membayar premi asuransi. Kedua, negara harus atau dipaksa mengganti kerugian tersebut yang diambil dari dana APBN seperti kasus bailout untuk lembaga perbankan. Jadi memunculkan bailout gaya baru. Jelas semuanya yang dirugikan adalah rakyat. Pantas, Anda katakan lebih jahat dari pajak... Ya, saya katakan lebih jahat dari pajak, karena kalau pajak masih ada obyek pajaknya sehingga tidak semua kena. Tapi premi asuransi ini semua wajib bayar dan kalau tidak membayar akan mendapat hukuman sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 17 ayat 2 bagi mereka yang tidak membayar akan dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis; denda; dan/atau tidak mendapat pelayanan publik tertentu. Dalam penjelasan UU BPJS dijelaskan yang dimaksud dengan pelayanan publik tertentu antara lain pemprosesan izin usaha, izin mendirikan bangunan, bukti kepemilikan hak tanah dan bangunan. Ini adalah bentuk pemaksaan yang luar biasa terhadap rakyat. 3 / 5
4 Lantas siapa yang menikmati implementasi dari UU yang menipu ini? Tentu saja pengelola BPJS yang di dalamnya ada asing yang membiayai proses penyusunan UU dari mulai draft sampai pengesahan. Dalam dokumen Asia Development Bank (ADB) tahun 2006 yang bertajuk Financial Governance and Social Security Reform Program (FGSSR) disebutkan: ADB Technical Assistance was provided to help develop the SJSN in line with key policies and priorities established by the drafting team and other agencies. (Bantuan Teknis dari ADB telah disiapkan untuk membantu mengembangkan SJSN yang sejalan dengan sejumlah kebijakan kunci dan prioritas yang dibuat oleh tim penyusun dan lembaga lain). Nilai bantuan program FGSSR ini sendiri sebesar US$ 250 juta atau Rp 2,25 trilyun (kurs 9.000/US$). Bahkan World Bank juga terlibat, sebagaimana terungkap dari pertemuan ILO (organisasi buruh internasional) di Jakarta pada 2011 lalu, menyebutkan bahwa World Bank Jakarta tengah mempersiapkan skenario implementasi program jaminan pensiun SJSN. Mitchell Winner, pakar jaminan pensiun World Bank Jakarta, menyampaikan desain reformasi program jaminan pensiun dan perluasan kepesertaan jaminan pensiun. Bantuan Rp 2,25 trilyun, besar sekali? Proyeksi keuntungan yang akan didapat mereka jauh lebih besar lagi. Bayangkan, kalau seluruh rakyat Indonesia diwajibkan membayar premi asuransi dengan jumlah yang minimal. Misalnya Rp per orang. Setiap bulannya akan terkumpul dana kurang lebih sebesar Rp 5 trilyun. Wajar kalau mereka berani membiayai UU SJSN dan BPJS ini karena dana yang akan mereka terima sangat besar. Itu belum termasuk aset BUMN, seperti Jamsostek dan Askes yang selama ini mengelola dana jaminan sosial yang harus diserahkan kepada BPJS yang jumlahnya ratusan trilyun itu. Berarti pemerintah dan DPR itu menipu rakyat untuk kepentingan asing? 4 / 5
5 Iya, mereka memang pengkhianat. Siapa saja akan menjadi pengkhianat selama sistem yang diterapkannya demokrasi mahal yang kapitalistik ini. Menurut Anda, sebenarnya bisa tidak negara menjamin kesejahteraan publik tanpa harus memungut biaya atau premi dari publik? Bisa! Kalau sistem yang digunakannya adalah sistem yang benar yaitu sistem ekonomi Islam dalam bingkai khilafah Islam. Karena dalam sistem ekonomi Islam yang dijalankan oleh khilafah (negara Islam global, red) jaminan kesejahteraan khususnya pendidikan, kesehatan dan keamanan rakyat baik buruh maupun bukan, Muslim ataupun non Muslim, berada di tangan pemerintah secara langsung. Sumber pembiayaannya? Salah satunya berasal dari harta milik umum (milkiyah ammah) yang wajib dikelola oleh khilafah seperti tambang minyak dan gas, tambang mineral dan batu bara (minerba), tambang emas dan perak. Sebagai contoh untuk kasus tambang gas Blok Mahakam saja, potensi pendapatan yang masih tersisa setelah dirampok asing dan para pengkhianat itu adalah sekitar Rp trilyun. Bayangkan ada ratusan blok yang sekarang ini dikelola oleh swasta, belum potensi lainnya dari tambang emas dan perak atau tambang batu bara maupun tambang mineral lainnya. Jadi dari satu sumber saja yaitu harta milik umum yang dikelola negara lebih dari cukup untuk menjamin kesehatan, pendidikan dan keamanan. Sementara ada banyak sumber pemasukan APBN Khilafah dalam sistem ekonomi Islam. Itulah salah satu relevansinya mengapa Hizbut Tahrir selalu konsisten mengajak semua pihak untuk menegakkan kembali syariah dalam bingkai khilafah. Di samping karena tuntutan keimanan, memang hanya itulah sistem dan negara yang memberikan kesejahteraan hakiki.[] 5 / 5
Gagasan lahirnya UU BPJS itu karena keinginan asing mengambil alih pangsa pasar industri asuransi sosial.
Gagasan lahirnya UU BPJS itu karena keinginan asing mengambil alih pangsa pasar industri asuransi sosial. Sejak reformasi bergulir, asing kian leluasa bergerak di Indonesia untuk memaksakan kepentingannya.
Lebih terperinciNamanya saja Sistem Jaminan Sosial Nasional, padahal isinya adalah menarik iuran wajib tiap bulan dari masyarakat tanpa pandang bulu.
Namanya saja Sistem Jaminan Sosial Nasional, padahal isinya adalah menarik iuran wajib tiap bulan dari masyarakat tanpa pandang bulu. Banyak orang tertipu dengan UU SJSN dan UU BPJS. Orang mengira ini
Lebih terperinciArim Nasim, Ketua Lajnah Maslahiyah DPP HTI
Arim Nasim, Ketua Lajnah Maslahiyah DPP HTI Negara Indonesia memang aneh, penduduknya mayoritas Muslim tetapi ideologi Islam dimusuhi. Mengaku menerapkan Pancasila tetapi ideologi kapitalisme menjadi dasar
Lebih terperinciPERNYATAAN SIKAP PERHIMPUNAN RAKYAT PEKERJA
PERNYATAAN SIKAP PERHIMPUNAN RAKYAT PEKERJA Nomor: 374/PS/KP-PRP/e/VIII/11 Tolak UU SJSN, RUU BPJS, dan Jamkesmas sebagai Solusi Jaminan Sosial bagi Rakyat! Tingkatkan Pajak Progresif bagi Korporasi sebagai
Lebih terperinciMantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari menyatakan isi UU ini jelas membebani rakyat dan tidak sesuai konstitusi.
Mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari menyatakan isi UU ini jelas membebani rakyat dan tidak sesuai konstitusi. Si Oneng Rieke Diah Pitoloka bilang bahwa jika UU Badan Pengelola Jaminan Sosial (BPJS)
Lebih terperinciBambang Wirahyoso, Ketua DPP Serikat Pekerja Nasional
Bambang Wirahyoso, Ketua DPP Serikat Pekerja Nasional UU SJSN dan UU BPJS dikemas sedemikian rupa sehingga tampak memberikan mimpi indah bagi masyarakat. Melalui kedua UU itu seolah-olah rakyat akan mendapatkan
Lebih terperinciKarena banyak kalangan yang protes atas kebijakan perpanjangan kontrak tambang gas Blok
Karena banyak kalangan yang protes atas kebijakan perpanjangan kontrak tambang gas Blok Mahakam yang pro asing, pemerintah pun akhirnya berjanji akan menyerahkan 51 persen saham Blok Mahakam kepada Pertamina.
Lebih terperinciTerjadinya jual beli pasal di DPR itu salah satu bukti buruknya moralitas oknum atau bobroknya sistem?
Farid Wadjdi, Ketua Lajnah Siyasiyah DPP HTI Diungkapnya fenomena jual beli pasal di DPR oleh Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD menambah panjang daftar kebobrokan tata kelola negara di negeri yang berpenduduk
Lebih terperinciRezim Neolib Bergaya Merakyat Wednesday, 26 November :40
Ini berarti pemerintah memberikan uang cuma-cuma kepada asing. Sudah mereka mengambil migas Indonesia, diberi pasar dalam negeri, ditambah diberi subsidi, dan dilindungi lagi. Sedikit demi sedikit, harga
Lebih terperinciBagaimana tanggapan Anda dengan UU Kesehatan yang disahkan DPR 14 September lalu?
{mosimage} Febrianti Abassuni, Jubir Muslimah HTI Bila dibanding dengan UU yang lama jelas UU Kesehatan ini patut diapresiasi karena menjadikan norma agama sebagai asas penyelenggaraan kesehatan sehingga
Lebih terperinciTanggapan Anda dengan pernyataan Rektor UGM yang menyebut persen aset
Salamuddin Daeng, Peneliti Indonesia for Global Justice Pemerintah berkeyakinan masuknya investasi asing akan membangkitkan ekonomi negara dan rakyat tambah sejahtera. Tapi anehnya, ketika hampir 70 persen
Lebih terperinciKondisi umat Islam pada Ramadhan ini sepertinya tak berubah. Pandangan Anda?
Rokhmat S Labib, Ketua DPP HTI Ramadhan adalah bulan mulia. Rakyat seharusnya menyambut dengan suka cita. Namun apa daya, justru kaum Muslim kian terjepit di bulan penuh berkah ini. Berbagai kesulitan
Lebih terperinciPengantar Diskusi EuroCham
Pengantar Diskusi EuroCham 4 Desember 2014 German E. Anggent ELKAPE / Labor Policy Analyst & Advocacy UU No. 24 Tahun 2011 Pasal 13 d) memberikan Manfaat kepada seluruh Peserta sesuai dengan Undang-Undang
Lebih terperinciIndonesia akan menyelenggarakan pilpres setelah sebelumnya pilleg. Akankah ada perubahan di Indonesia?
{mosimage} Hafidz Abdurrahman Ketua DPP Hizbut Tahrir Indonesia Tak lama lagi, rakyat Indonesia akan kembali berpesta dalam demokrasi. Setelah beberapa waktu lalu diminta memilih wakil rakyat, kini rakyat
Lebih terperinciRatu Erma Rahmayanti, Ketua DPP Muslimah HTI
Ratu Erma Rahmayanti, Ketua DPP Muslimah HTI Tidak ada seorang wanita pun yang ingin jauh dari keluarga untuk hidup sengsara di luar negeri. Namun mengapa lebih dari tiga juta wanita menjadi tenaga kerja
Lebih terperinciBAB III BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN. menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor
BAB III BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN A. Sejarah Berdirinya BPJS Kesehatan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS merupakan lembaga yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan
Lebih terperinciHubungan Industrial Mengenal BPJS Tujuan dan Manfaat BPJS Mekanisme BPJS Fakultas Psikologi
Modul ke: Hubungan Industrial Mengenal BPJS Tujuan dan Manfaat BPJS Mekanisme BPJS Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Rizky Dwi Pradana, SHI., M.Si Sub Bahasan 1. Mengenal
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI
No. 5482 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI EKONOMI. Jaminan Sosial. Kesehatan. Aset. Pengelolaan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 239) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN HARI TUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN HARI TUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciSejak awal pengelolaan panas bumi memang diberikan kepada Chevron. Proses tender yang dilakukan hanya dagelan biar terkesan transparan.
Sejak awal pengelolaan panas bumi memang diberikan kepada Chevron. Proses tender yang dilakukan hanya dagelan biar terkesan transparan. Gunung Ceremai dijual? Isu ini heboh melalui jejaringan sosial dan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.156, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESRA. Jaminan Sosial. Hari Tua. Program. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5716). PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinci2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te
No.298, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Perusahaan Publik. Pernyataan Pendaftaran. Bentuk dan Isi. Pedoman (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6166)
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN HARI TUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN HARI TUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pembangunan
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia yang tertera dalam Undang-Undang
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN HARI TUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN HARI TUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciMengapa Amerika menyebarkan demokrasi ke negeri-negeri Muslim termasuk Indonesia?
Rokhmat S Labib, Ketua DPP HTI Selain dijadikan alat penjajahan oleh Amerika dan negara asing lainnya, demokrasi ternyata bertentangan dengan Islam. Bukan hanya produknya yang berupa UU yang pro para korporasi
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS PROGRAM JAMINAN SOSIAL YANG DISELENGGARAKAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM. 2.1 Konsep Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan Nasional sesuai dengan ketentuan
BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Konsep Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial yang disingkat dengan BPJS menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan Nasional sesuai dengan ketentuan
Lebih terperinciPemerintah tak mau dikatakan neolib, tapi fakta menunjukkan Indonesia menerapkan kapitalisme
Pemerintah tak mau dikatakan neolib, tapi fakta menunjukkan Indonesia menerapkan kapitalisme Kapitalisme telah menjadi haluan negara-negara di seluruh dunia. Kapitalisme ini digerakkan oleh perusahaan-perusahaan
Lebih terperinci2014, No Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah Otoritas Jasa Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Nomor
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.33, 2014 OJK. Pungutan. Kewajiban. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5504) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciMuhammad Rahmat Kurnia, Ketua Lajnah Fa aliyah DPP Hizbut Tahrir Indonesia.
Muhammad Rahmat Kurnia, Ketua Lajnah Fa aliyah DPP Hizbut Tahrir Indonesia. Perdebatan pemimpin harus bermoral menyeruak setelah Mendagri berencana menambahkan syarat bahwa calon kepala daerah itu harus
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 77 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PERNYATAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN PUBLIK
- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 77 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PERNYATAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN PUBLIK DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciNo peserta harus dapat dipenuhi dari Iuran tersebut. Untuk itu, badan penyelenggara harus dapat mengelola dan mengembangkan secara terarah dan
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5486 TENAGA KERJA. Aset. Jaminan Sosial Ketenagakerjaan. Pengelolaan. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 256) PENJELASAN ATAS
Lebih terperinciIMPLEMENTASI SJSN. Rapat Pakar tentang Jaminan Sosial dan Landasan Perlindungan Sosial: Belajar dari Pengalaman Regional
IMPLEMENTASI SJSN Rapat Pakar tentang Jaminan Sosial dan Landasan Perlindungan Sosial: Belajar dari Pengalaman Regional DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL Jakarta, 12 Desember 2011 1 Latar belakang SJSN SJSN
Lebih terperinciKEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Mengapa RUU tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) perlu segera disusun? Apakah peraturan perundang-undangan yang menjadi
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI INDONESIA. bisa datang ketika kita masih produktif, berpenghasilan cukup,
BAB II GAMBARAN UMUM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI INDONESIA A. Perlunya Pembentukan JKN Tak ada yang abadi dalam kehidupan ini kecuali perubahan itu sendiri.setiap manusia mengalami perubahan,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciDEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN NOMOR 68/DPD RI/IV/2012 2013 PANDANGAN DAN PENDAPAT TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TABUNGAN PERUMAHAN RAKYAT JAKARTA 2013 KEPUTUSAN NOMOR 68/DPD RI/IV/2012 2013 PANDANGAN DAN PENDAPAT TERHADAP
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciKONSEP PENGAWASAN OJK TERHADAP BPJS Disampaikan dalam Workshop Penelitian Kebijakan Kesehatan dan Kebijakan Medik
KONSEP PENGAWASAN OJK TERHADAP BPJS Disampaikan dalam Workshop Penelitian Kebijakan Kesehatan dan Kebijakan Medik Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non Bank Otoritas Jasa Keuangan Yogyakarta,
Lebih terperinciWALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR, Menimbang: a. bahwa Pajak Penerangan Jalan merupakan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1983 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1983 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Bahwa pelaksanaan Pasal 9 ayat (1) huruf b
Lebih terperinciUNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL
UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL UU No.24 tahun 2011 disusun dengan mempertimbangkan: a. Sistem Jaminan Sosial Nasional merupakan program
Lebih terperinciWALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR, Menimbang: a. bahwa Pajak Penerangan Jalan merupakan
Lebih terperinciDampak terbesar dari jual beli undang-undang adalah tergadaikannya negeri ini dan kembali bercokolnya penjajah di bawah lindungan bangsa sendiri.
Dampak terbesar dari jual beli undang-undang adalah tergadaikannya negeri ini dan kembali bercokolnya penjajah di bawah lindungan bangsa sendiri. Bagi para penjual pasal dan undang-undang, tindakan mereka
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK PENERANGAN JALAN
BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa pajak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini, penulis akan menguraikan latar belakang penelitian, rumusan masalah,
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini, penulis akan menguraikan latar belakang penelitian, rumusan masalah, batasan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 5/POJK.05/2013
PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 5/POJK.05/2013 TENTANG PENGAWASAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN I. UMUM Ketentuan Pasal 39 UU BPJS mengatur bahwa
Lebih terperinciMuhammad Ismail Yusanto, Jubir Hizbut Tahrir Indonesia
Muhammad Ismail Yusanto, Jubir Hizbut Tahrir Indonesia Yang berhak membuat hukum hanyalah Allah SWT. Namun masih saja ada kaum Muslim yang turut dalam Pemilu legislatif (DPR/DPRD) dengan berdalih dalam
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimilikinya. Pemerintah daerah diharapkan lebih mampu menggali sumbersumber keuangan khususnya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam rangka menjalankan fungsi dan kewenangan pemerintah daerah dalam bentuk pelaksanaan kewenangan fiskal, daerah harus dapat mengenali dan mengidentifikasi potensi
Lebih terperinciBAB II PENGELOLAAN JAMINAN SOSIAL DI INDONESIA. D. Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Sosial
BAB II PENGELOLAAN JAMINAN SOSIAL DI INDONESIA D. Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Sosial Jaminan sosial adalah perlindungan yang diberikan oleh masyarakat bagi anggota-anggotanya untuk resiko-resiko
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciANALISIS YURIDIS MENGENAI KEWAJIBAN PERUSAHAAN MENDAFTARKAN TENAGA KERJANYA DALAM KEANGGOTAAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL
ANALISIS YURIDIS MENGENAI KEWAJIBAN PERUSAHAAN MENDAFTARKAN TENAGA KERJANYA DALAM KEANGGOTAAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL Oleh: Putu Intan Permatasari I Gusti Ayu Putri Kartika Bagian Hukum Perdata
Lebih terperinciPERAN PEMERINTAH PADA SEKTOR PERASURANSIAN
Kementerian Keuangan Republik Indonesia 1 PERAN PEMERINTAH PADA SEKTOR PERASURANSIAN Isa Rachmatarwata Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Kebijakan dan Regulasi Jasa Keuangan dan Pasar Modal Hotel Aryaduta,
Lebih terperinciMuhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI
Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI Survei syariah terbaru yang diselenggarakan SEM Institute menunjukkan mayoritas rakyat Indonesia (72 persen) menginginkan tegaknya syariah hingga level negara. Ini mengkonfirmasi
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
7 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah BPJS Kesehatan Jaminan Kesehatan Nasional adalah program pemerintah yang bertujuan memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi seluruh rakyat
Lebih terperinciPERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3/POJK.02/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3/POJK.02/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN
Lebih terperinciLahirnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai Pengatur dan Pengawas Sektor Jasa Keuangan di Indonesia
Lahirnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai Pengatur dan Pengawas Sektor Jasa Keuangan di Indonesia Oleh: Abu Samman Lubis* 1. Latar Belakang Sejak terjadinya krisis moneter tahun 1997/1998, telah memprokprandakan
Lebih terperinciekonomi Kelas X BANK SENTRAL DAN OTORITAS JASA KEUANGAN KTSP & K-13 A. Pengertian Bank Sentral Tujuan Pembelajaran
KTSP & K-13 Kelas X ekonomi BANK SENTRAL DAN OTORITAS JASA KEUANGAN Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami fungsi serta peranan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA. EKONOMI. Jaminan Sosial. Kesehatan. Aset. Pengelolaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5482)
No.239, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA EKONOMI. Jaminan Sosial. Kesehatan. Aset. Pengelolaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5482) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antara satu negara dengan negara lainnya. Salah satu usaha yang selalu dilakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap negara selalu berusaha meningkatkan pembangunan, kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya. Usaha tersebut dilakukan dengan berbagai cara yang berbeda antara
Lebih terperinciHAK PEKERJA ATAS JAMINAN SOSIAL PASCA TRANSFORMASI EMPAT LEMBAGA JAMINAN SOSIAL. Oleh : Ida Ayu Putu Widhiantini Desak Putu Dewi Kasih
HAK PEKERJA ATAS JAMINAN SOSIAL PASCA TRANSFORMASI EMPAT LEMBAGA JAMINAN SOSIAL Oleh : Ida Ayu Putu Widhiantini Desak Putu Dewi Kasih Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT This
Lebih terperinciOPSI ALTERNATIF: PERCEPATAN CAKUPAN SEMESTA ASURANSI KESEHATAN SOSIAL DI INDONESIA*
OPSI ALTERNATIF: PERCEPATAN CAKUPAN SEMESTA ASURANSI KESEHATAN SOSIAL DI INDONESIA* Soewarta Kosen, Tati Suryati dan Muh. Karyana PusLitBang Sistem dan Kebijakan Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan
Lebih terperinci- 3 - PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.
PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 17 /POJK.05/2017 TENTANG PROSEDUR DAN TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF DI BIDANG PERASURANSIAN DAN PEMBLOKIRAN KEKAYAAN PERUSAHAAN ASURANSI,
Lebih terperinciAnalisa Media Edisi Januari 2014
Karut Marut BPJS Awal tahun 2014, pemerintah resmi menjalankan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan Ketenagakerjaan. Berlakunya BPJS merupakan implementasi UU No. 24 tahun 2011 tentang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI / PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-undang No.10 Tahun 1998
BAB II LANDASAN TEORI / PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1. Aturan Perbankan II.1.1. Pengertian Bank Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-undang No.10 Tahun 1998 tentang perbankan adalah: Bank adalah bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang penting terhadap tercapainya target APBN yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) merupakan salah satu unsur penerimaan negara yang masuk di dalam struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Lebih terperinci2017, No Indonesia Nomor 3608); 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.36, 2017 KEUANGAN OJK. Investasi Kolektif. Multi Aset. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6024) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR
Lebih terperinciKesejahteraan Hari Tua Tingkat Penghasilan Pensiun dan Pendanaan Pesangon
Kesejahteraan Hari Tua Tingkat Penghasilan Pensiun dan Pendanaan Pesangon Joko (bukan nama sebenarnya) baru saja merayakan hari ulang tahunnya yang ke 55 dan pensiun dari perusahaan tempat dia mengabdikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seseorang yang sudah dapat dikatakan kaya (wealthy), tidak hanya akan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Seseorang yang sudah dapat dikatakan kaya (wealthy), tidak hanya akan menyimpan kekayaannya, tetapi harus mengelola kekayaan tersebut dengan bijaksana agar
Lebih terperinci"Pemilu bukan lagi menjadi variabel yang menentukan asing semakin mencengkeram Indonesia atau tidak, katanya.
"Pemilu bukan lagi menjadi variabel yang menentukan asing semakin mencengkeram Indonesia atau tidak, katanya. Banyak orang yang berharap dengan pemilihan umum, Indonesia akan menatap masa depan yang lebih
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG INVESTASI SURAT BERHARGA NEGARA BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/20162015 TENTANG INVESTASI SURAT BERHARGA NEGARA BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciDepartemen Hukum Otoritas Jasa Keuangan
DAMPAK PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG AKSES INFORMASI KEUANGAN UNTUK KEPENTINGAN PERPAJAKAN TERHADAP PENGAWASAN MIKROPRUDENSIAL SEHUBUNGAN KERAHASIAAN BANK Disampaikan
Lebih terperinciPUNGUTAN OJK TERHADAP BPJS
Seri Pendapat Hukum PH II / 2015 KONSULTAN HUKUM DAN PUNGUTAN OJK TERHADAP BPJS MANAJEMEN JAMINAN SOSIAL DAN PELAYANAN KESEHATAN PELATIHAN MARTABAT Prima Konsultindo Ruko Kebayoran Arcade Blok C2 No. 31,
Lebih terperinciINDEPENDENSI OJK TERUSIK? Oleh: Wiwin Sri Rahyani *
INDEPENDENSI OJK TERUSIK? Oleh: Wiwin Sri Rahyani * Keberadaan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sedikit mulai terusik dengan adanya pengajuan uji materiil Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN HARI TUA
No.156, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESRA. Jaminan Sosial. Hari Tua. Program. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5716). PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3/POJK.02/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN
PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3/POJK.02/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN I. UMUM Sebagai pelaksanaan dari amanat Pasal 37 ayat (6) UU OJK,
Lebih terperinci- 1 - PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 199/PMK.010/2008 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN MENTERI KEUANGAN,
- 1 - PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 199/PMK.010/2008 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menunjang keberhasilan penyelenggaraan Program Pensiun, investasi
Lebih terperinciOTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN /POJK.03/2017 TENTANG
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.03/2017 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA DALAM PEMBERIAN REMUNERASI BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DENGAN
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sistem
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sistem jaminan sosial
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sistem jaminan sosial
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PROGRAM JAMINAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PROGRAM JAMINAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka memberikan perlindungan
Lebih terperinciBAB I PERUSAHAAN ASURANSI
BAB I PERUSAHAAN ASURANSI A. Pengertian Perusahaan Asuransi 1. Pengertian Perusahaan Kegiatan ekonomi yang berkembang akan membawa perkembangan pula dalam kegiatan bisnis, kegiatan ekonomi yang meningkat
Lebih terperinciPokok-Pokok Pikiran Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) Tentang Amandemen UU No. 3 Tahun 1992
Pokok-Pokok Pikiran Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) Tentang Amandemen UU No. 3 Tahun 1992 I. Dasar Pemikiran 1. Bahwa sistim jaminan sosial tenaga kerja yang ada selama ini tidak memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperoleh kesehatan dan dalam Pasal 28 H Ayat (3) Undang-Undang Dasar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah hak asasi manusia (HAM). Hal ini diatur di dalam Pasal 28 H Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang berbunyi Setiap
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3)
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak memiliki dimensi atau pengertian yang berbeda-beda menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3) menyatakan
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 53 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK AIR TANAH
BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 53 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : Mengingat : a. bahwa
Lebih terperinciSURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.05/2016 TENTANG
Yth. 1. Direksi Perusahaan Asuransi; dan 2. Direksi Perusahaan Reasuransi; di tempat. SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2016 TENTANG DASAR PENILAIAN ASET YANG DIPERKENANKAN DALAM BENTUK
Lebih terperinciPENGELOLAAN, MONITORING DAN EVALUASI ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN PADA BPJS KESEHATAN. bpjs-kesehatan.go.id
PENGELOLAAN, MONITORING DAN EVALUASI ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN PADA BPJS KESEHATAN bpjs-kesehatan.go.id I. PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 28H ayat (3) Undang-Undang Dasar Tahun 1945, setiap orang berhak
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sistem jaminan sosial
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sistem jaminan sosial
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sistem jaminan sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik dibutuhkan sarana kesehatan yang baik pula. keinginan yang bersumber dari kebutuhan hidup. Tentunya demand untuk menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum kesehatan merupakan salah satu aspek yang menentukan tinggi rendahnya standar hidup seseorang (Todaro,2000). Oleh karena itu, status kesehatan yang relatif
Lebih terperinciISU STRATEGIS, TANTANGAN DAN KENDALA PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN. Dewan Jaminan Sosial Nasional
ISU STRATEGIS, TANTANGAN DAN KENDALA PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN Dewan Jaminan Sosial Nasional Jakarta, 31 Maret 2016 1 PROGRAM JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN 2 SEBELUM 1 JANUARI
Lebih terperinci41 Penyelenggara Jaminan Sosial mempunyai tujuan untuk mewujudkan terselenggaranya pemberian jaminan sosial kesehatan guna terpenuhinya kebutuhan dasa
40 BAB III BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL, ORGAN, FUNGSI, TUGAS, WEWENANG, HAK DAN KEWAJIBAN DAN PENGELOLAAN DANA INVESTASI A. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Menurut Pasal 1 angka 6 Undang-undang
Lebih terperinci