BERMAIN KONSTRUKTIF SAMBIL BELAJAR KONSEP BILANGAN PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN
|
|
- Erlin Kurniawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BERMAIN KONSTRUKTIF SAMBIL BELAJAR KONSEP BILANGAN PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN Ni Ketut Alit Suarti (Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling, FIP IKIP Mataram) Abstrak: Anak merupakan generasi penerus keluarga dan sebuah bangsa, oleh karena itu anak perlu mendapat perhatian yang serius baik dari orang tua, guru maupun orang dewasa lainnya termasuk pemerintah yang mempunyai andil sangat besar terhadap pendidikan anak usia dini yang akan menentukan keberhasilan bagi suatu bangsa ke depan. Salah satu hak anak yang tidak bisa diabaikan adalah hak untuk bermain. Bagi anak bermain adalah dunianya, melalui bermain anak memperoleh kesenangan dan yang paling penting adalah dapat menstimulasi perkembangan kognitif, fisik motorik, bahasa, sosial emosional dan nilai-nilai moral, sehingga diharapkan anak tumbuh sehat, cerdas dan ceria. Jenis permainan sangat tergantung dengan usia anak, kondisi organ alat indera, kepribadian, kesempatan belajar, tipe pengalaman, jenis kelamin, dan inteligensi. Bagi anak yang mempunyai inteligensi yang cukup biasanya memilih jenis permainan yang lebih menantang seperti bermain konstruktif yang biasa dilakukan oleh anak usia 5-6 tahun dengan menggunakan media balok, puzzel, potongan kayu, tepung, plestisin atau media lain yang ada di sekitar anak. Dengan bermain kontruktif dapat melatih anak untuk belajar tentang bilangan atau angka dengan menghitung jumlah benda yang digunakan, dan secara tidak disadari anak akan memiliki pemahaman tentang konsep bilangan atau angka. Kata Kunci: Bermain Konstruktif, Konsep Bilangan, Anak Usia 5-6 Tahun. PENDAHULUAN Anak adalah harapan bagi suatu keluarga, masyarakat dan bangsa Indonesia. Baik buruknya nasib suatu keluarga, masyarakat maupun bangsa ke depannya adalah ditentukan oleh kondisi anak saat ini. Anak yang berkualitas dan berguna tergantung kepada pendidikan yang diperolehnya sejak usia dini. Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesan dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya (Yuliani, 2012: 6). Lebih lanjut mengenai penjelasan tentang anak usia dini dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa anak usia dini adalah anak yang berusia 0 sampai 6 tahun. Pada usia ini anak suka meniru, seluruh aspek kepribadiannya akan tumbuh dan berkembang secara alamiah oleh karena itu perlu rangsangan dari orang tua dan pendidik pada umumnya (Santoso, 2011: 7), yang artinya bahwa orang tua, guru, maupun orang lain yang di sekitarnya menjadi panutan bagi anak, dan anak belum paham dengan arti yang sebenarnya terhadap perbuatan yang baik dan kurang baik. Kehadiran anak dalam keluarga dapat memperkokoh dan menambah keharmonisan ikatan perkawinan dalam rumah tangga. Setiap orang tua yang memiliki anak sekalipun tanpa ayah mereka selalu ingin memelihara, membesarkan dan mendidiknya dengan baik (Djamarah, 2004: 27). Anak lahir memerlukan perhatian, kasih sayang dan pendidikan yang cukup dari orang tua atau orang-orang yang terdekatnya. Pendidikan yang layak akan menentukan Halaman 1
2 masa depan bagi anak itu sendiri di samping faktor lain yang dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangannya. Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa pendidikan anak sangat penting diberikan sejak dini, dengan memberikan pendidikan yang berisi: penanaman nilai budi pekerti, nilai seni, nilai budaya, kecerdasan, keterampilan dan agama (Santoso, 2002:12). Pendidikan yang diperoleh oleh anak sejak usia dini sangat mempengaruhi terhadap perkembangan anak pada tahap berikutnya dan produktivitas kerja di masa dewasanya. Salah satu pendidikan yang dibutuhkan oleh anak di samping perhatian, kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan primer bagi anak adalah bermain. Mayesty (1990: ) menjelaskan bahwa bermain adalah merupakan salah satu cara untuk membentuk kepribadian anak, sehingga untuk mendidik anak yang tepat adalah bermain sambil belajar. Bagi seorang anak bermain adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang hari, karena bagi anak bermain adalah hidup dan hidup adalah bermain (Yuliani, 2012: 134). Bagi anak usia dini bermain sambil belajar yang artinya bahwa anak bermain untuk memperoleh kesenangan dan secara tidak langsung mereka memperoleh pengalaman dan pengetahuan yang dapat menjadi tonggak awal nasib anak di masa depan. Namun berbeda dengan belajar sambil bermain yang kadang-kadang dilakukan oleh orang dewasa yang memberikan dampak kurang bagus terhadap hasil yang diperolehnya. Dalam sumber lain dijelaskan bahwa bermain adalah aktivitas yang membuat hati seorang anak menjadi senang, nyaman, dan bersemangat (Fadlillah, 2014: 25). Bagi anak usia dini tidak membedakan antara bermain dan belajar yang penting mereka bermain dan terus bermain tanpa memperhatikan waktu, kesehatan, dan kebersihan badan untuk memperoleh kesenangan, sehingga sering disebut bermain adalah dunia anak, oleh karena itu orang tua, guru maupun orang dewasa lainnya harus memberikan kesempatan yang cukup kepada anak untuk bermain supaya anak dapat bereksplorasi dengan kemampuan, bakat dan minatnya melalui bermain. Lebih lanjut dijelaskan bahwa anak-anak pada umumnya sangat menikmati kegiatan bermain, dan mereka bermain dimana saja setiap ada kesempatan (Yuliani, 2012:134). Dukungan dari berbagai pihak sangat dibutuhkan untuk tumbuh dan kembang anak. Demikian juga stimulasi dari lingkungan bermanfaat untuk mengembangkan potensi kecerdasannya, maka upaya pendidikan sejak dini adalah merupakan bentuk stimulasi psikososial sedini dan sebanyak mungkin kepada anak (Forum Padu,2004: 24). Namun kenyataan yang ada di kalangan anak khususnya pada anak usia 5-6 tahun tidak semua memperoleh kesempatan yang beruntung seperti nasib anak yang dilahirkan oleh orang tua yang berkecukupan materi dan berpendidikan tentang pengasuhan anak, berbeda dengan anak yang orang tuanya hidup serba kekurangan bahkan ditambah dengan memanfaatkan anaknya yang berusia masih tergolong anak usia dini diberikan beban untuk mencari nafkah seperti: menjadi pemulung, pengemis, buruh, atau kegiatan lainnya dengan harapan memperoleh uang yang digunakan untuk menambah penghasilan orang tua, sehingga orang tua mengorbankan anaknya yang semestinya masih bermain tetapi sudah diajak/disuruh bekerja demi memperoleh uang untuk menyambung kehidupan keluarga. Pada usia5-6 tahun merupakan usia yang masih tergolong usia dini, oleh karena itu perlu mendapat perhatian yang serius dari berbagai kalangan seperti: orang tua, masyarakat dan Halaman 141
3 pemerintah. Setiap anak yang dilahirkan semestinya tidak ada yang ditelantarkan, karena anak wajib mendapat perlindungan dan pendidikan dari orang tua maupun guru, untuk itu telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang hak asasi manusia Pasal 28 B ayat (2) bahwa: setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (PT. Kloang Klede Putra Timur,2003: 86).Salah satu dari implementasi dari hak ini, yaitu setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan tingkat kecerdasan yang sesuai dengan minat serta bakatnya. Cara mendidik anak sering sekali dianggap sesuatu yang biasa-biasa saja, padahal mendidik anak khususnya pada usia 5-6 tahun pada zaman sekarang membutuhkan keseriusan, pengawasan dan selektif terhadap media yang digunakan untuk bermain, karena banyak media bermain yang terbuat dari pabrik termasuk media yang berbasis teknologi seperti: televisi, HP maupun laptop/komputer atau yang sejenisnya, dimana sarana tersebut sangat mudah dan cepat dapat mempengaruhi kebiasaan serta perkembangan anak. Namun sebaliknya jika orang tua, guru maupun orang dewasa lainnya mampu mengarahkan dan mendidik anak dengan baik sesuai dengan usia anak, maka anak dapat berkembang secara maksimal sesuai dengan harapan. Dalam proses perkembangan anak supaya tumbuh menjadi anak yang cerdas, sehat dan memiliki nilai moral dibutuhkan 3 (tiga) komponen yang meliputi: faktor gizi, kesehatan dan stimulasi psikososial (Forum Padu, 2004:24). Di samping faktor makanan yang dapat memberikan dampak kepada kesehatan, maka stimulasi yang sesuai dengan usia anak serta media yang digunakan termasuk dengan jenis bermain dapat menentukan perkembangan anak untuk tingkat selanjutnya. Hal ini didukung oleh seorang ahli yaitu Bloom menjelaskan bahwa perkembangan mental yaitu perkembangan inteligensi, kepribadian dan tingkah laku sosial sangat pesat ketika anak masih usia dini (Buletin PAUD dalam Siskandar, 2003: 22), untuk itu peran pendidikan melalui bermain konstruktif bagi anak usia dini khususnya pada usia 5-6 tahun adalah merangsang kemampuan anak dalam berhitung. Untuk menjauhkan anak dari pengaruh yang dapat mengganggu perkembangan anak, maka peran orang tua, guru maupun orang dewasa lainnya serta pemerintah sangat diharapkan, termasuk dalam memilih jenis permainan yang cocok untuk anak seusianya. PEMBAHASAN Konsep Bermain Konstruktif Bermain konstruktif merupakan salah satu jenis bermain yang menggunakan benda untuk membangun atau membentuk sesuatu. Seefeldt & Nita Barbour (1994: 36).menjelaskan bahwa bermain konstruktif adalah bermain yang bersifat membangun, yaitu bermain yang menggunakan obyek atau material untuk membuat suatu bentuk tertentu.demikian juga Santrock (1997: 259)mengatakan bahwa permainan konstruktif adalah permainan yang terjadi ketika anak-anak melibatkan diri dalam suatu kreasi atau konstruksi suatu produk atau suatu pemecahan masalah yang merupakan hasil ciptaan sendiri. Berdasarkan beberapa uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan bermain konstruktif adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok anak dengan menggunakan benda yang ada disekitarnya untuk membangun atau menciptakan suatu bentuk tertentu untuk mencapai tujuan. Dalam memilih jenis permainan salah satunya tergantung usia anak, khusus Halaman 142
4 pada anak yang berusia 5-6 tahun anak lebih condong kepada jenis permainan yang menggunakan otot dan sudah bisa mencoba membuat/menyusun sesuatu yang didasari oleh imajinasinya, seperti membuat rumah-rumahan dari balok, membuat gunung atau membentuk sesuatu menggunakan media pasir, membuat/membentuk benda atau membuat lambang angka dengan plestisin/playdog, bongkar pasang puzzel, demikian juga anak dapat menggunakan media lainnya untuk membentuk sesuatu yang diinginkan tergantung dengan fasilitas yang tersedia. Semua yang dilakukan oleh anak terkait dengan membentuk/ menyusun adalah merupakan jenis bermain konstruktif. Untuk membedakan jenis permainan yang satu dengan lainnya dapat dilihat dari karakteristik masingmasing permainan, demikian juga permainan konstruktif dimana Smilansky (1968) menjelaskan bahwa permainan konstruktif menggunakan materi atau benda yang ada di lingkungan anak untuk membuat sesuatu bentuk yang diinginkan oleh anak (Dockett Sue & Marylin Fleer, 2000: 59). Anak biasanya melakukan permainan konstruktif dengan menggunakan benda-benda apa saja yang ditemukannya akan diperlakukan secara simbolis atau bermain dengan beberapa aturan (Patmonodewo, 2003: 108). Uraian tersebut menjelaskan bahwa permainan konstruktif adalah termasuk jenis permainan yang menggunakan benda atau obyek yang dapat dilakukan oleh anak secara individual atau secara kelompok (bekerja sama) dalam membangun atau menciptakan suatu bentuk. Permainan yang bersifat konstruktif sangat bermanfaat untuk perkembangan motorik halus dan perkembangan kognitif anak yaitu khusus dalam belajar tentang konsepkonsep matematika, salah satunya konsep bilangan atau angka. Menurut Piaget dalam Gestwicki mengatakan bahwa anak memperoleh pengetahuan melalui permainan konstruktif, tidak dari informasi yang diperoleh dari lingkungannya, tetapi melalui suatu proses konstruksi yang akan memperbaharui pemahaman anak yang berusia 4 sampai 6 tahun, permainan konstruktif bermanfaat untuk membantu perkembangan keahlian visual-spasial terutama untuk perkembangan kognitif (Seefeldt Carol, Alice Galper, 1998: 199), yang diperkuat juga oleh Vigotsky dalam sebuah sumber yang percaya bahwa dengan bermain membantu perkembangan kognitif anak secara langsung (Naughton, 2003: 46). Permainan konstruktif sangat diminati oleh anak yang mempunyai level pemikiran yang lebih tinggi. Rubin, Fein, dan Vandenberg (1983) dalam Sandra mengemukakan bahwa pada usia 4-6 tahun 51% waktunya digunakan untuk bermain yang sifatnya konstruktif. Dalam permainan konstruktif anak-anak mulai menggunakan proses intelektual (Gestwitcki, 2007: 40). Permainan konstruktif terjadi ketika anak-anak melibatkan diri dalam suatu kreasi atau konstruksi sebuah produk atau suatu pemecahan masalah. Permainan konstuktif merupakan jenis permainan yang paling umum selama tahun-tahun prasekolah, permainan ini dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan akademik, keterampilan berpikir dan pemecahan masalah (Santrock, 1997: 259). Anak secara simbolis menampilkan obyek, ide atau proses, belajar mengenali dan menampilkan informasi yang dipahami sebelumnya. Pada awalnya anak menciptakan dalam pikirannya dan kemudian membentuk dalam realitas. Dalam permainan konstruktif, anak-anak melakukan level pemikiran lebih tinggi ketika dia memecahkan masalah, Halaman 143
5 hipotesis dan menggunakan memorinya. Permainan konstruktif dapat mengembangkan konsep bilangan atau angka dalam matematika, geometri, ukuran, pola, membandingkan dan mengklasifikasikan, hubungan dalam dimensi, hubungan spatial dan fungsi (Stone, 1993: 64-66). Disamping itu manfaat permainan konstruktif adalah untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak yaitu mampu berdaya cipta (kreatif), melatih keterampilan motorik halus, melatih ketekunan, daya tahan, dan konsentrasi. Kalau ia berhasil, akan menimbulkan rasa puas, mendapat penghargaan sosial seperti pujian dari orang lain yang akan meningkatkan keinginan anak untuk bekerja yang lebih baik dan ada kecendrungan untuk mencoba membuat kreasi bentuk yang lain. Terkait dengan kecenderungan perilaku anak sesuai dengan teori Operant Conditioning Theory oleh Edward L. Thorndike yang mengatakan bahwa perilaku seseorang atau binatang mencoba-coba untuk menemukan sesuatu sebagai pemecahan masalah, jika perlakuannya berhasil ada kecenderungan untuk mengulang kembali. Teori ini merupakan hasil penelitian dari Thorndike yang menghasilkan hukum akibat (low of effect), yaitu apabila suatu respon dari suatu stimulus diikuti dengan kepuasan, maka respon tersebut cenderung diulang atau sebaliknya suatu respon yang diikuti oleh hal yang tidak menyenangkan, maka respon tersebut tidak dilakukan lagi (Suyanto, 2005: 82-83). Sebagai aplikasi dari teori Operant Conditioning Theory dalam proses pembelajaran bagi anak usia 5-6 tahun adalah anak mencoba kemampuannya dalam permainan konstruktif, jika anak berhasil, maka mereka merasa puas apalagi mendapat penghargaan yang berupa pujian dari guru maupun orang tua, sehingga anak akan terus ingin mencoba berkali-kali dalam bentuk kreasi yang lain, oleh karena itu peranan guru dan orang tua terhadap perkembangan anak sangat memegang peranan penting yaitu dalam mengoptimalkan kemampuan anak sesuai dengan perkembangannya. Bentuk-bentuk kegiatan yang termasuk permainan konstruktif adalah menggambar, mencipta bentuk tertentu, menggunting dan menempel kertas atau kain, merakit kepingan kayu atau plastik (Tedjasaputra, 2001:57). Permainan konstruktif dapat menggunakan berbagai macam alat atau benda, yang penting sangat tergantung kepada kemampuan, media yang tersedia dan kreativitas anak. Untuk membuat sesuatu dalam permainan konstruktif dapat menggunakan obyek seperti: balok, lego, puzzle, pasir, tanah liat, tepung dan sebagainya (Stone, 1993: 9-66). Bagi anak usia 5-6 tahun sangat kreatif dalam menggunaka media untuk bermain, hampir setiap benda yang mereka temui dapat digunakan, bahkan tidak jarang menggunakan bantal, kursi ataupun alatalat yang ada di dapur, sehingga waktu mereka sebagian besar digunakan untuk bermain. Terkait dengan media yang digunakan oleh anak dalam permainan konstruktif yaitu sesuai dengan salah satu petunjuk bahwa apabila orang tua atau guru menggunakan metode bermain sambil belajar yaitugunakan peralatan bermain yang sungguh-sungguhan (bukan mainan) untuk mengajari anak mengenali alam yang sebenarnya (Sunar, 2007: 15). Demikian juga Plato adalah orang pertama yang menyadari dan melihat pentingnya nilai praktis dari bermain bagi anak, menurut Plato anakanak akan lebih mudah mempelajari aritmatika melalui bermain dengan membagikan apel, dan Aristoteles berpendapat bahwa anak-anak perlu didorong untuk bermain dengan apa yang akan mereka tekuni di masa Halaman 144
6 dewasanya nanti (Tedjasaputra, 2001:1), artinya bahwa jika memungkinkan anak bermain dengan media yang asli sesuai dengan lingkungan anak, di samping melestarikan budaya nenek moyang dapat juga mengandung arti untuk membiasakan kepada anak untuk hidup dengan apa yang dimiliki dan tidak berambisi memiliki sesuatu yang bukan menjadi miliknya. Oleh karena peran orang tua, guru, orang dewasa lainnya sangat besar dalam memaksimalkan potensi anak. Terkait dengan hal tersebut kaum konstruksionis-sosial, mengemukakan bahwa pembelajaran akan terjadi bila orang dewasa atau teman sebaya yang lebih kompeten memediasi pengalaman belajar anakanak dengan menekankan kepada perkembangan anak ( Pandangan ini sesuai dengan teori Zone of Proximal Development (ZPD) Vigotsky dalam Santrock yaitu istilah Vigotsky terhadap tugas-tugas yang terlalu sulit untuk dipahami sendiri oleh anak, tetapi anak akan dapat memahaminya dan mampu untuk melakukannya dengan bimbingan dari orang dewasa atau anak-anak yang lebih terampil (Santrock, 1997: 240). Makna dari teori Vigotsky dalam permainan konstruktif adalah orang dewasa baik orang tua maupun guru mempunyai peran yang sangat besar dalam mengoptimalkan potensi anak, yaitu memberikan kesempatan kepada anak untuk bereksplorasi sesuai dengan kemampuannya dan jika mengalami kesulitan orang tua maupun guru memberikan bantuan sampai kepada taraf dimana anak dapat melakukan sendiri, demikian seterusnya meningkat sampai anak dapat melakukan kegiatan ke tingkat yang lebih tinggi sesuai dengan perkembangannya. Dalam permainan konstruktif teori ini sering berlaku, sehingga melalui permainan konstruktif potensi anak dapat berkembang sesuai dengan perkembangannya terutama pada anak usia 5-6 tahun belajar tentang konsep bilangan atau angka. Konsep Bilangan Konsep bilangan atau angka merupakan bagian dari matematika, yang mana pada anak usia dini belum mengenal matematika, tetapi dengan bermain anak sambil belajar mengenali konsep bilangan atau angka. Konsep bilangan atau angka adalah bidang menghitung pada usia dini khususnya anak usia 5-6 tahun perlu dilatih dan dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari, karena pada usia ini melalui bermain merupakan kesempatan yang sangat baik untuk memberikan stimulasi tehadap kemampuan anak dalam menghitung, baik dalam menjumlahkan maupun mengurangi secara sederhana. Pengembangan kemampuan dasar menghitung dapat dilakukan dengan membiasakan anak dalam kehidupan sehari-hari untuk berinteraksi dengan situasi yang berkaitan dengan kegiatan menghitung seperti anak melakukan permainan yang mengandung giliran (Dodge, 2002: 45). Permainan dengan melalui giliran dapat dilakukan dengan cara berbaris/duduk di kursinya masingmasing, kemudian menyebut nomornya secara berurutan dimulai dari nomor satu, dua, tiga dan seterusnya. Disamping dengan cara berbaris/duduk dapat juga dilakukan dengan cara membiasakan anak untuk menghitung benda-benda yang ada di sekitar anak. Kebiasaan ini akan berulang-ulang dilakukan, sehingga setiap benda yang dijumpainya dihitung selalu dihitung jumlahnya.karena semakin sering menghitung benda yang dijumpainya atau dipegang, maka tidak disadari bahwa dengan menghitung benda secara otomatis dalam waktu yang berulangulang akan terjadi proses pembelajaran mengenai penjumlahan, pengurangan Halaman 145
7 dan juga memasangkan jumlah benda dengan angka yang cocok. Pada anak usia 5-6 tahun baru mengenal angka 1-20, angka tersebut merupakan angka dasar yang sewajarnya dikenal oleh anak. Namun kadang-kadang ada anak yang mampu memahami di atas angka tersebut itu sangat tergantung dengan kemampuan anak dalam bermain dengan menggunakan konsep bilangan atau angka. Jika dikaitkan dengan teori Plato dan Aristeteles di atas bahwa anak akan lebih mudah dalam menanamkan pemahaman kepada anak usia 5-6 tahun tentang konsep bilangan atau angka melalui benda-benda yang sering dilihatnya dalam kehidupan sehari-hari dan disukai oleh anak-anak, tentunya peranan guru dan orang tua sangat besar untuk memaksimalkan kemampuan anak sesuai dengan perkembangannya. Seperti contoh anak dibesarkan di daerah buahbuahan, maka anak dapat menggunakan buah sebagai media untuk belajar tentang bilangan atau angka, seperti mengenal jumlah, lebih besar dan lebih kecil atau lebih banyak dan lebih sedikit, penambahan dan pengurangan, demikian juga bagi anak yang hidup di daerah pesisir dapat menggunakan ikan, kerang atau bebatuan. Semakin sering bermain dengan konsep bilangan atau angka, ada kecendrungan anak lebih cepat dalam memahami angka dan semakin lama anak menjadi senang dengan permainan yang bernuansa angka. Hal ini akan berdampak pada anak untuk pendidikan lebih lanjut senang dengan pelajaran matematika. Mengenai pelajaran matematika saat ini masih ada yang menganggap bahwa pelajaran matematika adalah momok dan menjengkelkan atau menakutkan, bahkan ada yang sampai bolos kalau belajar matematika. Untuk menghindari rasa takut dan menjengkelkan tersebut perlu dipahami tentang strategi untuk menyenangi matematika yaitu salah satunya melalui bermain konstruktif sejak usia dini. Pada masa usia dini adalah masa yang sangat strategis untuk memperkenalkan konsep bilangan yang merupakan bagian dari matematika. Secara umum anak usia dini sangat peka terhadap rangsangan yang diterima dari lingkungan demikian juga anak usia 5-6 tahun. Rasa ingin tahunya yang tinggi akan disalurkan apabila mendapat stimulasi/rangsangan/motivasi yang sesuai dengan tegas perkembangannya (Triharso, 2013: 48). Anak akan lebih berhasil dalam mengerjakan sesuatu apabila yang dipelajari adalah sesuai dengan minat, kebutuhan dan kemampuannya. Konsep bilangan sangat penting diperkenalkan kepada anak, karena sekitar umur 5 tahun minat anak terhadap angka akan tumbuh sangat besar secara alamiah, oleh karena itu sejak kecil perlu diperkenalkan dengan konsep bilangan atau angka secara kongkrit ( ml). Belajar menghitung dapat dilakukan sambil bermain, orang tua atau guru hendaknya mampu memilihkan, mengarahkan atau menyiapkan sarana yang terkait dengan matematika. Untuk dapat belajar matematika bagi anak usia 5-6 tahun dapat dilakukan dalam segala macam bentuk permainan, terutama dalam permainan konstruktif, karena permainan konstruktif secara tidak langsung anak bermain sambil menggunakan angka melalui menghitung jumlah benda yang digunakan untuk membangun sesuatu bentuk. Contoh membangun sebuah rumah-rumahan dibutuhkan sejumlahbalok yang bervariasi bentuknya dan warna yang menarik.jika anak menggunakan sejumlah angka dalam kehidupan sehari-hari, maka mereka perlu menemukan penggunaannya bukan diajar cara untuk Halaman 146
8 menggunakannya. Anak tidak belajar hanya dengan memanipulasi obyek tetapi juga dari abstraksi reflektif ketika mereka bertindak atau memanipulasi obyek (Richard, 1984: 22). Berdasarkan beberapa uraian di atas, maka dapat dipertegas bahwa untuk mengenalkan konsep bilangan atau angka pada anak usia 5-6 tahun dapat dilakukan dengan bermain konstruktif dengan menggunakan benda yang ada di sekitar lingkungan anak seperti balok, batu, atau potongan-potongan kayu kecil, puzzle, tepung, buah-buhan, dedaunan yang dirangkai menjadi suatu bentuk tertentu dan sebagainya sehingga secara tidak langsung anak menghafal urutan angka 1-20.Mengenai kemampuan anak terhadap konsep bilangan atau angka antara yang satu dengan yang lainnya tidak sama walaupun umur mereka sama, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor: (1) Kondisi organ alat indera, (2) Kepribadian, (3) Kesempatan belajar, (4) Tipe pengalaman, (5) Jenis kelamin, (6) Inteligensi (Hurlock, 1997: 46-47). Organ alat indera bagi anak yang normal akan mengirim pesan yang jelas ke otak dibandingkan dengan anak yang mengalami gangguan terhadap organ indera, karena kesan benda yang ditangkap oleh organ indera tidak jelas.proses logis dari matematika harus didasarkan pada struktur psikologis yang ada pada anak-anak. Struktur ini berubah ketika anak-anak matang secara psikologis dan secara neurologist dan ketika anak-anak telah mengalami pengalaman yang dibutuhkan dalam dunia fisik. Pengalaman ini harus melibatkan tindakan yang dilakukan pada obyek dan komunikasi dengan orang-orang lain seperti guru ataupun dengan teman-temannya. Dari aliran Developmentalist menyatakan bahwa memperbaiki kesalahan anak-anak pertama kali guru harus memahami tentang konsep bilangan atau angka yang diajarkan. Anak-anak langsung menyelidiki situasi untuk dirinya dengan menggunakan material fisik atau kongkrit (Richard, 1984: 9-11). Dalam kehidupannya anak-anak khususnya anak usia 5-6 tahun kepribadiannya mengalami perkembangan dari yang suka bermain peran sampai kepada bermain yang kongkrit, artinya anak semakin mampu memandang lingkungannya sebagaimana adanya. Menurut Piaget anak usia 5-6 tahun ada pada tahap pra operasional. Siegler (1997) dalam sebuah sumber menjelaskan bahwa pada usia 5 tahun cara anak berpikir yaitu egosentris, mereka mulai sadar akan perasaan dan sudut pandang orang lain (Seefeldt & Wasik, 2008: 81). Pada usia ini anak mulai mengerti bahwa mereka merasa bahagia bila orang lain tidak bahagia dan mulai merima orang lain tidak harus melakukan permainan tepat seperti permainan yang sedang mereka lakukan. Pada usia ini anak lebih suka ditemani oleh teman dibandingkan oleh dewasa. Hubungan sosial dapat mempengaruhi kognitif dan emosi anak-anak. Anak yang ditolak secara sosial akan menjadi anak yang tidak bahagia di sekolah (Seefeldt & Wasik, 2008: ). Kesempatan belajar akan memberikan peluang bagi anak untuk meningkatkan penguasaan terhadap konsep bilangan atau angka. Proses belajar bagi anak usia 5-6 tahun diperoleh melalui bermain, dengan menggunakan sarana yang ada. Bredekamp (1987), Cheyne dan Rubin (983), Piaget (1962) dalam Seefeldt mengemukakan bahwa bagi anak kecil, bermain dipercaya menjadi dasar untuk pembelajaran. Ketika anak-anak menggunakan perasaan, rasa dan bau pada obyek baru, mereka mendapatkan pengetahuan baru tentang obyek tersebut, dengan bermain memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk memahami alam mereka dan belajar tentang konsep bilangan atau angka dan Halaman 147
9 bentuk (Caroll, Alice Galper, 1998: 299). Kesempatan bermain bagi anak merupakan sesuatu yang paling berharga, dengan bermain anak mengasah kemampuannya, mencoba menyesaikan masalah yang sederhana. Bermain menyediakan kesempatan kepada anak untuk berinteraksi dengan obyek. Anak memiliki kesempatan untuk menggunakan inderanya, seperti menyentuh, mencium, melihat dan mendengarkan untuk mengetahui sifatsifat obyek (Santoso, 2011: 58). Guru perlu menciptakan kesempatan yang memungkinkan anak-anak untuk merefleksikan pikiran mereka. Di akhir kegiatan guru maupun orang tua biasanya bertanya tentang pengalaman yang diperoleh pada saat mereka bermain.upaya tersebut dilakukan secara rutin sehingga anak secara perlahanlahan, tahap demi tahap belajar memecahkan masalah yang mereka alami (Seefeldt & Wasik, 2008: 390).Perkembangan pemahaman tentang konsep pada periode awal didasarkan kepada pengalaman yang diperoleh dari orang lain seperti dari acara siaran TV, radio atau juga dapat dari lingkungan anak itu sendiri. Lingkungan anak yang paling banyak memberikan andil terhadap kemampuan tentang konsep bilangan atau angka, karena anak hidup dengan alamnya sendiri dan selalu berinteraksi dengan lingkungannya, oleh karena itu guru, peran orang tua dan orang dewasa lainnya sangat diharapkan untuk ikut menyediakan media yang sesuai dengan kemampuan serta usia anak. Sejak awal masa kanak-kanak telah dilatih untuk berpikir dan bertindak dengan cara yang dianggap sesuai dengan jenis kelamin mereka, sehingga sejak itu juga anak sudah memilih jenis permainan yang sesuai dengan keadaan dirinya, Seperti contoh anak laki-laki suka bermain perang-perangan, kejarkejaran, mobil-mobilan dan sebagainya, semetara anak perempuan lebih memilih jenis permainan yang mengarah kepada pekerjaan perempuan seperti: bermain jual-jualan, masak-masakan, bermain boneka dan sebagainya. Namun dalam bermain konstruktif dapat dilakukan oleh anak laki maupun perempuan, tergantung dengan media yang digunakan. Ciri-ciri anak mulai menyukai permainan dengan konsep bilangan atau angka, yaitu: a) Anak mulai menyebut urutan bilangan tanpa pemahaman, b) Anak mulai menghitung benda-benda yang ada di sekitarnya secara spontan, c) Anak mulai membanding-bandingkan benda-benda dan peristiwa yang ada di sekitarnya, d) Anak mulai menjumlahjumlahkan atau mengurangi angka dan benda-benda yang ada di sekitarnya secara tanpa disengaja mendapatkan beberapa video pengenalan angka yang mungkin menarik buat anak. Saat anak sudah mengenal semua angka dari 1 sampai dengan 20, atau mungkin sampai 100, maka dia sudah siap untuk belajar dasar-dasar berhitung. Ini bisa dimulai dengan aktivitas sederhana, seperti berhitung jumlah obyek yang sama dalam satu tampilan ( Manfaat mengenalkan konsep bilangan atau angka bagi anak usia dini yaitu melatih kepekaan anak terhadap setiap benda yang ada di lingkungan anak, di samping untuk menanamkam perasaan senang dengan bilangan sehingga setelah masuk di sekolah lanjutan anak tidak merasa tertekan atau stres berhadapan dengan bidang studi yang terkait dengan angka. Manfaat lain yaitu untuk melatih ketelitian dan ketekunan untuk mengingat sesuatu yang terakait dengan angka. KESIMPULAN Bermain konstruktif merupakan salah satu jenis bermain yang Halaman 148
10 menggunakan benda untuk membangun atau membentuk sesuatu. Melalui bermain anak memperoleh kesenangan dan yang paling penting adalah dapat menstimulasi perkembangan kognitif, fisik motorik, bahasa, sosial emosional dan nilai-nilai moral, sehingga diharapkan anak tumbuh sehat, cerdas dan ceria. Anak memilih jenis permainan sangat tergantung dengan usia anak, kondisi organ alat indera, kepribadian, kesempatan belajar, tipe pengalaman, jenis kelamin, dan inteligensi. Media yang digunakan untuk bermain konstruktif bagi anak usia 5-6 tahun adalah balok, puzzel, potongan kayu, tepung, plestisin atau media lain yang ada di sekitar anak. Dengan bermain kontruktif dapat melatih anak untuk belajar tentang bilangan atau angka dengan menghitung jumlah benda yang digunakan, dan secara tidak disadari anak akan memiliki pemahaman tentang konsep bilangan atau angka. Disamping itu, peran orang tua, guru dan pemerintah sangat diharapkan untuk memberikan perhatian yang serius kepada anak usia dini khususnya pada usia 5-6 tahun, karena pada usia tersebut kemampuan, bakat dan minat anak terhadap matematika dapat diperkenalkan dengan konsep bilangan. DAFTAR PUSTAKA Carol Seefeldt, Alice Galper, Continuing Issues in Early Childhood Education, New Jersey: Prentice Hall,Inc. Carol Seefeldt & Barbara A.Wasik, 2008.Pendidikan Anak Usia Dini, Menyiapkan Anak Usia Tiga, Empat, dan Lima tahun masuk Sekolah, Edisi 2. Jakarta: PT.Indeks. Carol Seefeldt & Nita Barbour, Early Chilhood Education An Introduction, New York: Macmillian College Publishing Company. Djamarah,Syaiful Bahri, Pola Komunikasi Orang Tua & Anak Dalam Keluarga, Sebuah Perspektif Pendidikan Islam, Jakarta: Rineka Cipta. Dockett Sue & Marylin Fleer, 2000.Play and Pedagogy in Early Chilhood Bending the Rules, Sydney: Harcourt. Dodge, Diane Trister dan Laura J. Colker Creative Cirriculum for Early Childhood, Washington, DC: Teaching Stategies. Fadlillah, dkk., Pendidikan Anak Usia Dini, Menciptakan Pembelajaran Menarik, Kreatif dan Menyenangkan, Jakarta: Kencana Prenadamedia Group. Forum Padu, 2004.Potret Pengasuhan, Pendidikan dan Pengembangan Anak Usia Dini di Indonesia, Jakarta. Gestwitcki Carol, Developmentaly Appropriate Practice, Curriculum And Development In Early Education, Canada: Thomson, Delmar Learning. Naughton, G.Max Shaving Early Childhood: Learners, Curriculum and Contexts, Midenhead, Berkshire: Open University Press. Padmonodewo, Soemantri, Pendidikan Anak Prasekolah, Jakarta: Rineka Cipta. PT. Kloang Klede Putra Timur, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun Halaman 149
11 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta. Richard Copeland W., How Children Learn Mathematics, Teaching Implications of Piaget s Research, New York: Macmillan Publishing Company. Santoso Soegeng, Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: Yayasan Citra Pendidikan Indonesia., Konsep Pendidikan Anak Usia Dini Menurut Pendirinya 2, Jakarta. Santrock, John W., Live Span Development,sixth edition, Texas: Brown & Benchmark. Siskandar, 2003.Buletin PAUD, Jurnal Ilmiah Anak Usia Dini, Menu Pembelajaran PADU, Jakarta, Proyek Pengembangan Anak Dini Usia. Stone, Sandra,J., Playing, A Kid s Curiculum 1001 Activities Young Children, Agos 2-6, USA: GoodYearBooks. Sunar, Prasetyono Dwi, Membedah Pikologi Bermain Anak, Jogjakarta: Think. Suryabrata Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Suyanto Slamet, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Yogyakarta: Hikayat. Tedjasaputra,Mayke S., Bermain Mainan dan Permainan, Jakarta: PT Gramedia. Triharso Agung, Permainan Kreatif & Edukatif Untuk Anak Usia Dini, Yogyakarta, Andi. Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: Indeks. Halaman 150
PENERAPAN PERMAINAN KONSTRUKTIF DI TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL SAMBIROTO
PENERAPAN PERMAINAN KONSTRUKTIF DI TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL SAMBIROTO Luluk Iffatur Rocmah Dosen PG-PAUD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Surel: luluk.iffatur@umsida.ac.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa. Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa :
1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan upaya sadar dan terencana yang dilakukan dalam rangka mencapai kedewasaan subyek didik secara aktif mengembangkan potensipotensi dirinya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan dalam akademik khususnya membaca sangat diperlukan untuk perkembangan pengetahuan anak. Dalam era yang serba modern seperti saat ini, banyak anak usia prasekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal dalam kehidupan manusia. Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk memanusiakan manusia.
Lebih terperinciHUBUNGAN MENGGAMBAR BEBAS TERHADAP KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B2 TK AL-KHAIRAAT III PALU
HUBUNGAN MENGGAMBAR BEBAS TERHADAP KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B2 TK AL-KHAIRAAT III PALU Indriwati 1 ABSTRAK Masalahan pokok dalam artikel ini adalah kreativitas anak yang belum berkembang sesuai harapan.
Lebih terperinciHAND OUT MATA KULIAH KONSEP DASAR PENDIDIKAN ANAK USIA DINI KODE MK/SKS : UD 100/3 SKS
HAND OUT MATA KULIAH KONSEP DASAR PENDIDIKAN ANAK USIA DINI KODE MK/SKS : UD 100/3 SKS Oleh : Nining Sriningsih, M.Pd NIP. 197912112006042001 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU - PAUD JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Pendidikan ini bertujuan. pendidikan nasional Bab I, Pasal I, Butir 14 bahwa:
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan dasar yang diperuntukkan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Pendidikan ini bertujuan untuk merangsang
Lebih terperinciBERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI
BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI Asep Ardiyanto PGSD FIP Universitas PGRI Semarang ardiyanto.hernanda@gmail.com Abstrak Bermain bagi anak usia dini adalah sesuatu yang sangat
Lebih terperinciPEMBAHASAN DAN PENYELESAIAN MASALAH. II.1 Mainan Anak Edukatif II.1.1 Definisi Mainan Anak Edukatif
BAB II PEMBAHASAN DAN PENYELESAIAN MASALAH II.1 Mainan Anak Edukatif II.1.1 Definisi Mainan Anak Edukatif Andang (2009) menjelaskan Alat permainan edukatif merupakan alat bermain yang dapat meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia dini atau pra sekolah merupakan usia yang efektif untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya pengembangan ini dapat dilakukan dengan
Lebih terperinciJURNAL PAEDAGOGY. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan. Daftar Isi ISSN Jurnal Paedagogy Volume 3 Nomor 2 Edisi Oktober 2016
Fakultas Jurnal Fakultas Ilmu Pendidikan Ilmu Pendidikan IKIP Mataram JURNAL PAEDAGOGY Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan ISSN 2355-7761 Daftar Isi Halaman HARIADI AHMAD DAN ALUH HARTATI Implementasi
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG MELALUI PERMAINAN KERANJANG TEMPURUNG DAN BIJI SALAK DI TAMAN KANAK-KANAK PK3A TAEH BARUAH KECAMATAN PAYAKUMBUH
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG MELALUI PERMAINAN KERANJANG TEMPURUNG DAN BIJI SALAK DI TAMAN KANAK-KANAK PK3A TAEH BARUAH KECAMATAN PAYAKUMBUH Pendahuluan Betti Erlina Abstrak Abstrak. Kurangnya pengenalan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH
PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH Oleh: Sri Maslihah PENDAHULUAN Dunia anak adalah dunia yang senantiasa menarik perhatian dengan berbagai tingkah laku anak yang luar biasa dinamis, variatif dan inovatif.
Lebih terperinciJURNAL ILMIAH. Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat penulisan skripsi pada program studi pendidikan luar sekolah
PENGGUNAAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE) TERHADAP PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA DINI DI KELOMPOK BERMAIN MAHADUL QUR AN (Studi deskriptif di Kelompok Bermain Mahdul Qur an) JURNAL ILMIAH Diajukan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rentangan usia lahir sampai 6 tahun. Pada usia ini secara terminologi disebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anak usia 4-6 tahun merupakan bagian dari anak usia dini yang berada pada rentangan usia lahir sampai 6 tahun. Pada usia ini secara terminologi disebut sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak merupakan sosok individu yang sedang mengalami proses perkembangan yang sangat pesat bagi kehidupan serta organisasi yang merupakan satu kesatuan jasmani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam perkembangannya,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
Lebih terperinciMENANAMKAN NILAI MORAL PADA ANAK USIA DINI MELALUI BERCERITA
MENANAMKAN NILAI MORAL PADA ANAK USIA DINI MELALUI BERCERITA Ni Ketut Alit Suarti (Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling FIP IKIP Mataram) Email: alitskip@yahoo.co.id ABSTRAK Perkembangan lingkungan
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN MENGGUNAKAN STRATEGI BERMAIN STICK ANGKA DI PAUD
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN MENGGUNAKAN STRATEGI BERMAIN STICK ANGKA DI PAUD Indriati Laksmi Putri (1226964) Mahasiswa PG-PAUD IKIP Veteran Semarang Abstrak Pemahaman konsep bilangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN ANALISIS PENGENALAN LAMBANG BILANGAN MELALUI PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK ANAK USIA DINI
BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan menguraikan latar belakang penelitian yang akan mengantar pada apa yang menjadi fokus masalah serta signifikansi penelitian ini. A. Latar Belakang Pendidikan anak usia
Lebih terperinciPENINGKATAN SIKAP SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN PUZZLE BUAH DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH 1 BUKITTINGGI
PENINGKATAN SIKAP SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN PUZZLE BUAH DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH 1 BUKITTINGGI Oleh: Serli Marlina serlifipunp@gmail.com Universitas Negeri Padang Abstract Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. halus). Oleh karena itu untuk menciptakan generasi yang berkualitas, dini disebut juga dengan The Golden Age ( Usia Emas ).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) telah berkembang sangat pesat. Salah satu diantaranya adalah pendidikan yang menitikberatkan pada perkembangan dan pertumbuhan.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak
7 TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Keluarga merupakan tempat pertama dan utama dimana seorang anak dididik dan dibesarkan. Berdasarkan Undang-undang nomor 52 tahun 2009, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat
Lebih terperinciPENDIDIKAN ANAK USIA DINI
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI I. Pengertian Dan Karakteristik Anak Usia Dini Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak usia dini merupakan sosok individu yang sedang
Lebih terperinciII. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Salah satu bidang pengembangan dalam pertumbuhan keterampilan dasar
8 II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini Salah satu bidang pengembangan dalam pertumbuhan keterampilan dasar ditaman kanak-kanak adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak adalah seseorang yang akan menjadi penerus bagi orang tua,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak adalah seseorang yang akan menjadi penerus bagi orang tua, keluarga bahkan negara. Maka seorang anak sudah seharusnya di jaga dan di asuh dengan baik. Pengasuhan
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN JAM PINTAR DI TAMAN KANAK - KANAK PEMBINA KEC. BARANGIN SAWAHLUNTO
ARTIKEL ILMIAH PENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN JAM PINTAR DI TAMAN KANAK - KANAK PEMBINA KEC. BARANGIN SAWAHLUNTO Oleh FEDRIYENTI NIM. 58667/2010 JURUSAN PENDIDIKAN GURU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa usia dini adalah masa yang sangat menentukan bagi perkembangan dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa peka adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemampuan kognitif ini berisikan akal, pikiran, dan lain-lainnya seperti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aspek perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek yang perlu dikembangkan, dan hal ini juga merupakan tujuan pembelajaran di TK. Kemampuan kognitif ini berisikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak memiliki kharakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak memiliki kharakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga masa dewasa. Perkembangan yang dilalui tersebut merupakan suatu perubahan yang kontinu
Lebih terperinciPENGGUNAAN PERMAINAN BALOK DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK AL KAUSAR
PENGGUNAAN PERMAINAN BALOK DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK AL KAUSAR Isnanizar Tanjung Guru TK Al-Kausar Surel : tanjung.isnanizar@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri. Pendidikan yang tinggi akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya,
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2
PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Oleh: LILIS SUHARYANI A.520085055
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan tingkat kecerdasan (inteligensi) yang menandai seseorang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kognitif Pada Anak Usia Dini Kognitif adalah suatu proses yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa,
Lebih terperinciPenerapan Metode Bermain Balok untuk Meningkatkan Kreatifitas Anak di PAUD Negeri Pembina Palu Utara
Penerapan Metode Bermain Balok untuk Meningkatkan Kreatifitas Anak di PAUD Negeri Pembina Palu Utara Izartin PAUD Negeri Pembina Palu Utara, Palu, Sulawesi Tengah ABSTRAK Penelitian ini berangkat dari
Lebih terperinciARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PG-PAUD
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MENGENAL BILANGAN MENGGUNAKAN MEDIA DADU PINTAR PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN DI KB AL-AMANAH KOTA KEDIRI ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia 0-6 tahun. Pendidikan ini dapat dilaksanakan oleh beberapa lembaga pendidikan antara lain pendidikan
Lebih terperinciSTIMULASI TUMBUH KEMBANG ANAK UNTUK MENCAPAI TUMBUH KEMBANG YANG OPTIMAL
STIMULASI TUMBUH KEMBANG ANAK UNTUK MENCAPAI TUMBUH KEMBANG YANG OPTIMAL Oleh: dr. Nia Kania, SpA., MKes PENDAHULUAN Memiliki anak dengan tumbuh kembang yang optimal adalah dambaan setiap orang tua. 1
Lebih terperinciPERSPEKTI Tentang PAUD DAN PENDIDIKAN DASAR
PERSPEKTI Tentang PAUD DAN PENDIDIKAN DASAR (Ditinjau dari pandangan dan harapan orangtua) Oleh: Dra. Pudji Asri.M.Pd. Seminar Sehari Pola Pembelajaran PAUD bagi Pembentukan Pribadi Integral, Kompetitif
Lebih terperinciMENANAMKAN PERILAKU ASERTIF SEJAK ANAK USIA DINI
ABSTRAKSI GaneÇ Swara Vol. 6 No.2 September 2012 MENANAMKAN PERILAKU ASERTIF SEJAK ANAK USIA DINI NI KETUT ALIT SUARTI IKIP Mataram Tingkah laku asertif adalah suatu kemampuan untuk mengkomunikasikan apa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satunya ialah PAUD yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-6 tahun.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pendidikan telah berkembang pesat dan terspesialisasi, salah satunya ialah PAUD yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-6 tahun. Anak usia tersebut dipandang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wiwih,2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang sangat mendasar dan strategis, karena pada masa usia dini adalah masa keemasan dan fondasi awal bagi pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa. Oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti jenjang pendidikan, baik jenjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wadah untuk kegiatan belajar dan mengajar untuk mengembangkan potensi peserta didik melalui jenjang pendidikan yang dasar sampai jenjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat menemukan potensi tersebut. Seorang anak dari lahir memerlukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap anak dilahirkan bersamaan dengan potensi-potensi yang dimilikinya. Merupakan tugas orang tua dan guru sebagai pendidik untuk dapat menemukan potensi tersebut.
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak sebagai individu yang unik memiliki karakteristik yang berbedabeda. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari sejak lahir. Masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa usia dini merupakan masa keemasan bagi seorang anak, sering disebut masa Golden Age, biasanya ditandai oleh terjadinya perubahan yang sangat cepat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya pengembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia dini atau prasekolah merupakan usia yang efektif untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya pengembangan ini dapat dilakukan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini merupakan salah satu makhluk yang selalu tumbuh dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan salah satu makhluk yang selalu tumbuh dan berkembang. Anak usia dini adalah bagian dari manusia yang juga selalu tumbuh dan berkembang
Lebih terperinciMETODE BERMAIN LEGO DALAM UPAYA MENUMBUHKEMBANGKAN KECERDASAN KINESTETIK PADA ANAK USIA DINI (Sudi Kasus di Lembaga Pendidikan Manusia Unggul)
METODE BERMAIN LEGO DALAM UPAYA MENUMBUHKEMBANGKAN KECERDASAN KINESTETIK PADA ANAK USIA DINI (Sudi Kasus di Lembaga Pendidikan Manusia Unggul) Fitria Yulianti Ningtyas Abstrak Penelitian ini membahas tentang
Lebih terperinciSUMBER BELAJAR PLPG 2017 MATERI PEDAGOGIK GURU KELAS PAUD/TK BAB. IV KURIKULUM 2013 PAUD
SUMBER BELAJAR PLPG 2017 MATERI PEDAGOGIK GURU KELAS PAUD/TK BAB. IV KURIKULUM 2013 PAUD KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2017 BAB. IV KURIKULUM 2013
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Anak dan Taman Kanak-kanak Anak adalah generasi masa depan yang memiliki pribadi unik, zaman yang akan datang adalah milik anak-anak kita. Masa kanak-kanak adalah
Lebih terperinciKegiatan Bermain Kreatif Untuk Anak Usia Dini Oleh: Nur Hayati, M.Pd
Kegiatan Bermain Kreatif Untuk Anak Usia Dini Oleh: Nur Hayati, M.Pd Pada rentang usia 3 sampai 5 tahun, anak mulai memasuki masa prasekolah yang merupakan masa persiapan untuk memasuki pendidikan formal
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN
BAB V HASIL PENELITIAN A. Kesimpulan Per Subjek 1. Subjek 1 a. Peran orangtua dalam bermain dengan anak Subjek selalu bermain dengan anak-anaknya, karena subjek adalah seorang ibu rumah tangga yang sebagian
Lebih terperinciPERANAN METODE PEMBERIAN TUGAS MEWARNAI GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B TK JAYA KUMARA DESA BALINGGI JATI
PERANAN METODE PEMBERIAN TUGAS MEWARNAI GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B TK JAYA KUMARA DESA BALINGGI JATI Ni Nyoman Ayu Surasmi 1 ABSTRAK Permasalahan pokok dalam penelitian ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah anak yang berada pada usia 0-8 tahun. Menurut Beichler dan Snowman (Dwi Yulianti, 2010: 7), anak usia dini adalah anak yang berusia antara
Lebih terperinciESENSI BERMAIN BAGI ANAK USIA DINI
ESENSI BERMAIN BAGI ANAK USIA DINI Pada hakikatnya semua anak suka bermain, hanya anak-anak yang sedang tidak enak badan yang tidak suka bermain. Mereka menggunakan sebagian besar waktunya untuk bermain,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan aset yang sangat penting karena merupakan generasi penerus bangsa, dan perkembangan anak usia dini sangat penting dalam menentukan perkembangannya dimasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jasmani dan rohani anak di lingkungan keluarga sebelum memasuki. pendidikan dasar. Anak yang dalam pandangan pendidikan modern
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan terkait pada seluruh aspek kehidupan manusia. Pendidikan diarahkan pada perkembangan dan pertumbuhan manusia agar menjadi manusia yang memiliki identitas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak memiliki masa emas untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini Perkembangan anak usia dini merupakan perkembangan yang sangat penting untuk generasi penerus bangsa. Karena anak usia dini merupakan masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal. Anak memiliki karakteristik yang khas dan tidak
Lebih terperinciPERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP)
PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun Oleh : ANIK
Lebih terperinciPENGARUH METODE DEMONSTRASI TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B TK PEMBINA PALU
PENGARUH METODE DEMONSTRASI TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B TK PEMBINA PALU Fadlina H.Rauf H.Lolo 1 ABSTRAK Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh metode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh. anak perlu diberi stimulasi yang optimal melalui pendidikan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa anak usia dini yang berlangsung (0 6) tahun merupakan masa peka bagi anak. Anak mulai sensitif menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensi anak.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa bergantung kepada cara kebudayaan tersebut mengenali,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, sekaligus bagi perkembangan bangsa dan Negara. Kemajuan
Lebih terperinciSKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi PG PAUD. Oleh :
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOGNITIF MENGENAL KONSEP ANGKA MELALUI PERMAINAN BOWLING PADA ANAK KELOMPOK A TK DHARMA WANITA SIDOWAREK I KECAMATAN PLEMAHAN KABUPATEN KEDIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian
Lebih terperinciPERMAINAN TRADISIONAL CONGKLAK BERPENGARUH TERHADAP PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA DINI DI TK AISYIYAH BERUK 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2013/2014
PERMAINAN TRADISIONAL CONGKLAK BERPENGARUH TERHADAP PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA DINI DI TK AISYIYAH BERUK 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Roslinawati Nur Hamidah, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang sedang berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental yang paling
Lebih terperinciMENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MENGENAL ANGKA 1-5 MELALUI MEDIA POHON HITUNG PADA ANAK KELOMPOK BERMAIN SANTA MARIA KEDIRI TAHUN AJARAN
Artikel Skripsi MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MENGENAL ANGKA 1-5 MELALUI MEDIA POHON HITUNG PADA ANAK KELOMPOK BERMAIN SANTA MARIA KEDIRI TAHUN AJARAN 2015-2016 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat
Lebih terperinciTulisan yang mempunyai pengait kata Alat Permainan edukatif APE kreatif ala TBIF
Tulisan yang mempunyai pengait kata Alat Permainan edukatif APE kreatif ala TBIF 30/06/2009 Disimpan dalam Uncategorized Tagged Alat Permainan edukatif, barang bekas, kreatif, Mainan, mainan anak Sesungguhnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan yang bermula dari seluruh negara di dunia yang dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan early childhood
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengingat, berpikir, bahasa, sosial emosional dan fisik, sehingga dalam kegiatan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bermain merupakan aktivitas yang penting dilakukan oleh anak-anak. Sebab dengan bermain anak-anak akan bertambah pengalaman dan pengetahuannya. Moeslichatoen
Lebih terperinciPengembangan Keterampilan Motorik Halus melalui Menjahit Untuk Anak Usia Dini *
Pengembangan Keterampilan Motorik Halus melalui Menjahit Untuk Anak Usia Dini * Oleh Martha Christianti, S. Pd Anak usia dini bertumbuh dan berkembang menyeluruh secara alami. Jika pertumbuhan dan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mengemban tugas untuk dapat mengembangkan potensi kreatif yang dimiliki setiap anak. Anak perlu mendapat bimbingan yang tepat, sehingga memungkinkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak usia dini (AUD) adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa peka dalam perkembangan aspek berpikir logis anak. Usia 4-6 tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa keemasan (golden age), sekaligus dalam tahapan kehidupan manusia yang akan menentukan perkembangan
Lebih terperinciTUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty
TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI Rita Eka Izzaty SETUJUKAH BAHWA Setiap anak cerdas Setiap anak manis Setiap anak pintar Setiap anak hebat MENGAPA ANAK SEJAK USIA DINI PENTING UNTUK DIASUH DAN DIDIDIK DENGAN
Lebih terperinciPERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH
PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH Pendahuluan Pada hakikatnya, anak manusia, ketika dilahirkan telah dibekali dengan bermacam-macam potensi yakni kemungkinan-kemungkinan untuk berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-undang pasal 28 ayat 2 bahwa setiap anak berhak atas
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang pasal 28 ayat 2 bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang, serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Putro (2008) mengungkapkan bahwa masa kanak-kanak adalah masa keemasan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Putro (2008) mengungkapkan bahwa masa kanak-kanak adalah masa keemasan. Dalam tahun-tahun pertama kehidupan, otak anak berkembang sangat pesat yang dapat menghasilkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menjadi bagian terpadu dan tak terpisahkan dari peningkatan. yang digunakan dalam proses pembelajaran, kemajuan teknologi dapat
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan sebuah pelaksanaan Pendidikan ditentukan oleh beberapa hal yang salah satunya adalah kualitas pembelajaran. Upaya peningkatan mutu pembelajaran menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Usia dini merupakan usia yang sangat penting bagi perkembangan anak sehingga disebut masa emas (golden age) atau masa peka. Anak usia dini adalah individu
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Tanah Liat 2.1.1 Pengertian Media Tanah liat Menurut Aphin (2012), lempung atau tanah liat ialah kata umum untuk partikel mineral yang mengandung unsur silika yang memiliki
Lebih terperinciETIK KURNIAWATI NIM : A53H111070
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN MENGGUNAKAN STRATEGI BERMAIN STICK ANGKA PADA ANAK KELOMPOK B TK MOJOREJO 2 TAHUN AJARAN 2013/2014 ARTIKEL Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang di miliki. Di dalam diri mereka telah melekat harkat dan martabat sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak adalah amanah dari Tuhan Yang Maha Esa yang lebih tinggi dari kedudukan harta dan benda, bahkan jauh lebih berharga di atas segala sesuatu yang di miliki. Di
Lebih terperinciOPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah
OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) 1) Mahasiswa FKIP UMN Al Washliyah dan 2) Dosen Kopertis Wilayah I dpk FKIP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak bukanlah orang dewasa mini. Anak memiliki cara tersendiri untuk. lebih bereksplorasi menggunakan kemampuan yang dimiliki.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah anak-anak dengan berbagai karakter yang berbeda. Setiap anak adalah unik yang memiliki kemampuan berbeda-beda. Anak bukanlah orang dewasa
Lebih terperinciAl-Hikmah Jurnal Kependidikan dan Syariah
MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR MELALUI LOMPAT KANGURU PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN Oleh : Rosa Imani Khan, Ninik Yuliani Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Nusantara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa usia dini adalah masa dimana perkembangan fisik motorik anak berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang sekali
Lebih terperinciMENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL BENTUK GEOMETRI PADA ANAK KELOMPOK B MENGGUNAKAN MEDIA TANGRAM
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL BENTUK GEOMETRI PADA ANAK KELOMPOK B MENGGUNAKAN MEDIA TANGRAM Dwi Inayati Hanum Sri Setyowati PG-PAUD, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya Jalan Teratai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ( Jakarta: Indeks, 2009), hlm. 6. Islami, (Jogjakarta: Darul Hikmah, 2009), hlm. 83
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka
Lebih terperinciSKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PG-PAUD
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN PERMAINAN WARNA MENGGUNAKAN MEDIA SIKAT GIGI DAN SISIR PADA ANAK KELOMPOK B TK PKK PONGGOK KECAMATAN MOJO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah Tunas harapan bangsa. Mereka ibarat bunga yang tengah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah Tunas harapan bangsa. Mereka ibarat bunga yang tengah berkembang ditengah pesatnya kemajuan zaman. Usia dini merupakan usia yang sangat penting bagi
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP LAMBANG BILANGAN 1-5 MELALUI BERMAIN KONSTRUKTIF BALOK SUSUN PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP LAMBANG BILANGAN 1-5 MELALUI BERMAIN KONSTRUKTIF BALOK SUSUN PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN Emi Puspitasari Dewi Komalasari PG PAUD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas
Lebih terperinciARTIKEL SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PG PAUD.
Artikel Skripsi MENINGKATKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL BENTUK GEOMETRI MELALUI PERMAINAN BALOK UNIT PADA PAUD WACHID HASYIM KEBONDUREN KECAMATAN PONGGOK KABUPATEN BLITAR TAHUN PELAJARAN 2015-2016 ARTIKEL SKRIPSI
Lebih terperinci