REPRESENTASI FEMINISME DALAM FILM DIVERGENT
|
|
- Leony Muljana
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 REPRESENTASI FEMINISME DALAM FILM DIVERGENT Kenwin Wangsaputri Universitas Bina Nusantara, Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, Kebon Jeruk Jakarta Barat 11530, / , elisabethkenwin@gmail.com Kenwin Wangsaputri, Ebnu Yufriadi, S.IP., M.Si. ABSTRACT The aims of this research were to show representation of feminism in Divergent movie and find out the implied meaning behind the feminism representation. This research uses a critical approach, qualitative methodology, and semiotic research methods, especially Roland Barthes s semiotic models. Roland Barthes s semiotic models using the concept of denotation and connotation as the key analysis. This research analysis is done by focusing only on main elements of narrative in the movie, such as space and time, character, conflict, and purpose. The result of this research showed the forms of feminism representation in Divergent movie and an assumption that women are weak, helpless, and tend to act using emotion than logic, it s not true. These appears from women's social values and way of life which done by main character, named Tris. As conclusion, feminism representation can be showed through main elements of narrative in the movie, such as space and time, character, conflict, and purpose. And also this research bring out a finding about pacifism (K) Keywords: Representation, feminism, movie, divergent, semiotic, Roland Barthes. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan representasi feminisme yang terdapat dalam Film Divergent serta mengetahui makna tersirat dari representasi feminisme tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kritis, metodologi kualitatif, dan metode penelitian semiotika, khususnya model semiotika Roland Barthes. Model semiotika Roland Barthes menggunakan konsep denotasi dan konotasi sebagai kunci analisisnya. Analisis penelitian ini dilakukan dengan memberi batasan hanya pada elemen-elemen pokok naratif film, meliputi ruang dan waktu, tokoh, konflik, dan tujuan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bentuk-bentuk representasi feminisme dalam Film Divergent serta anggapan bahwa perempuan merupakan makhluk yang lemah, tidak berdaya, dan cenderung bertindak dengan emosi daripada logika semata, tidaklah benar. Hal ini tampak melalui nilai-nilai sosial dan cara hidup kaum perempuan yang diterapkan oleh tokoh utama perempuan dalam Film Divergent, yaitu Tris. Kesimpulan dari penelitian ini adalah representasi feminisme berhasil ditunjukkan melalui elemen-elemen pokok naratif film, meliputi ruang dan waktu, tokoh, konflik, dan tujuan. Serta penelitian ini memunculkan sebuah temuan berupa pasifisme. (K) Kata kunci: Representasi, feminisme, film, divergent, semiotika, Roland Barthes. PENDAHULUAN Menurut Turner (dalam Sobur, 2013), film tak sekedar refleksi dari realitas dalam masyarakat melainkan film merupakan representasi dari realitas dalam masyarakat. Film sebagai refleksi dari realitas berarti bahwa film sekedar memindah realitas ke atas layar tanpa mengubah realitas tersebut. Sementara, film sebagai representasi dari realitas berarti bahwa film membentuk dan
2 menghadirkan kembali realitas berdasarkan kode-kode, konvensi-konvensi, dan ideologi dari kebudayaannnya. Salah satu film yang menarik untuk diteliti adalah Divergent. Film Divergent dipilih karena meskipun film ini dikemas dengan genre aksi yang mutakhir dan fiksi ilmiah yang imajinatif, alurnya dilingkupi dengan nilai-nilai feminisme. Film ini diangkat dari novel berjudul sama karangan Veronica Roth yang diterbitkan pada 25 April Film Divergent sendiri dirilis pada tahun 2014 dan disutradarai oleh Neil Burger. Divergent menceritakan tentang tentang sebuah dunia yang telah diatur, di mana manusia dikelompokkan ke dalam faksi-faksi yang berbeda berdasarkan kebajikan manusia. Kelima faksi tersebut adalah Candor (yang jujur), Abnegation (yang tanpa pamrih), Dauntless (pemberani), Amity (yang damai), dan Erudite ( yang cerdas). Kemudian bagi manusia yang memiliki lebih dari satu kebajikan tertentu dalam dirinya akan disebut sebagai divergent. Para divergent akan diasingkan dan hidup seperti gelandangan atau bahkan dibunuh, mereka dianggap berbahaya karena tidak dapat menyesuaikan diri hanya pada satu faksi tertentu saja dan itu akan merusak sistem faksi yang sudah terbentuk sejak lama. Sebelum manusia diklasifikasikan ke faksi mana yang akan mereka pilih, mereka akan menjalani sebuah ujian. Salah satu manusia yang menjalani ujian tersebut adalah karakter bernama Beatrice Prior atau yang lebih dikenal sebagai Tris. Tris menjalani ujian dan mendapati hasil bahwa dirinya seorang divergent. Namun sang penguji untuk Tris, memutuskan untuk menyelamatkan Tris dengan menyuruh Tris merahasiakan identitas dirinya yang merupakan divergent. Setelah mengetahui identitasnya tersebut, Tris harus berjuang keras agar dapat diterima dalam faksi Dauntless yang sangat ia kagumi. Tris berusaha supaya lulus dalam sejumlah tahapan inisiasi keberanian yang mengancam nyawanya, mulai dari terjun dari atas gedung, bertarung, dilempari pisau, hingga simulasi untuk menguji kepantasannya sebagai seorang Dauntless. Dalam perjuangan untuk tetap bertahan hidup di tengah persaingan dengan kaum laki-laki dan konspirasi untuk menyingkirkan para divergent, Tris terlihat sebagai sosok feminis yang memperjuangkan kesetaraan dan keadilan bagi dirinya sebagai perempuan. Oleh karena perjuangan tokoh Tris yang begitu gigih membuat Film Divergent kental dengan nilai-nilai fenimisme. Penelitian ini akan mencoba untuk memahami peran perempuan yang mencerminkan feminisme di dalam Film Divergent. Untuk dapat memahami peran perempuan yang mencerminkan feminisme akan diambil beberapa scene dari Film Divergent yang merepresentasikan nilai-nilai feminisme tersebut. Penelitian ini berbeda dari penelitian yang pernah ada sebelumnya, karena dalam penelitian ini akan diungkap hegemoni, yaitu dominasi oleh sebuah kelompok yang direpresentasikan oleh kaum laki-laki, terhadap kelompok sub-dominan yang direpresentasikan oleh kaum perempuan. Dengan membongkar struktur Film Divergent, fokus analisis penelitian ini dititikberatkan kepada tokoh utama perempuan dalam Film Divergent yaitu Tris, yang berusaha untuk melakukan counterhegemony atas dominasi kaum laki-laki. Kedua, penelitian ini memberikan fokus terhadap elemenelemen pokok naratif film, meliputi ruang dan waktu, tokoh, konflik, dan tujuan yang digunakan untuk membatasi penelitian ini agar tidak menjadi luas, melainkan mendalam, sehingga menjadi lebih menarik untuk diselami. Oleh sebab itu, maka diputuskan untuk menganalisa film ini lebih dalam lagi, guna menemukan representasi nilai-nilai feminisme yang terdapat di dalam Film Divergent melalui penanda dan petanda. Terdapat beberapa penelitian sejenis dengan penelitian tentang feminisme dalam Film Divergent yaitu Representasi Feminisme dalam Film Snow White And The Huntsman dan Budaya Pop dan Politik: Analisis Semiotik terhadap Penampilan Iwan Fals di TRANS TV, 4 April Dalam penelitian Representasi Feminisme dalam Film Snow White And The Huntsman metodologi yang digunakan adalah kualitatif dan teknik analisis semiotika John Fiske. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa adanya representasi feminisme dalam pengambilan keputusan, kekuatan, dan kepemimpinan berdasarkan hal yang dilakukan oleh tokoh-tokoh perempuan di dalam Film Snow White and the Huntsman. Kemudian, dalam penelitian Budaya Pop dan Politik: Analisis Semiotik terhadap Penampilan Iwan Fals di TRANS TV, 4 April 2004, metodologi yang digunakan adalah kualitatif dan teknik analisis semiotika Ferdinand de Saussure. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa tayangan langsung konser musik Iwan Fals di TRANS TV, 4 April 2004 menjadi pesan moral yang ditujukan bagi para elite politik dan para pemimpin bangsa untuk menjalankan politik bersih. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang sejenis yang sudah ada, karena dalam penelitian ini akan diungkap hegemoni yang dilakukan oleh kelompok dominan terhadap kelompok sub-dominan. Fokus analisis penelitian ini dititikberatkan kepada tokoh utama perempuan dalam Film Divergent yaitu Tris, yang berusaha untuk melakukan counter-hegemony atas dominasi kaum lakilaki. Serta penelitian ini memberikan fokus berupa batasan yaitu, terhadap elemen-elemen pokok naratif film, meliputi ruang dan waktu, tokoh, konflik, dan tujuan Penelitian ini menggunakan sejumlah konsep dan teori, seperti konsep film, semiotika, representasi, dan feminisme.
3 METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kritis dan metodologi kualitatif, serta metode semiotika, khususnya model semiotika Roland Barthes. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan dokumentasi berupa dvd, novel, dan sinopsis Film Divergent. Kemudian, dilakukan proses capturing sejumlah scene dari data berupa Film Divergent tersebut. Proses capturing mengambil sejumlah scene yang mengungkap hegemoni dan merepresentasikan feminisme. Setelah proses capturing selesai, scene-scene tersebut dianalisis menggunakan semiotika Roland Barthes untuk dapat menemukan makna tersirat yang terdapat dalam representasi feminisme tersebut. HASIL DAN BAHASAN Film Divergent ternyata tak sekedar menyajikan hiburan semata bagi penontonnya, melainkan di dalamnya terselip nilai-nilai feminisme melalui perjuangan tokoh Tris. Nilai-nilai feminisme yang tercermin melalui adegan dalam Film Divergent mengarah pada nilai-nilai sosial dan cara hidup kaum perempuan yang berbeda dengan kaum laki-laki akibat posisi perempuan dan pengalamannya di dalam kebanyakan situasi yang berbeda dengan laki-laki. Nilai-nilai sosial dan cara hidup kaum perempuan yang berbeda dengan kaum laki-laki tersebut diantaranya berupa kerjasama, penyelesaian konflik tanpa kekerasan, etika perhatian, keberanian, serta semangat juang. Dalam Film Divergent, kerjasama ditunjukkan oleh tokoh Tris seperti pada Gambar Di dalam penggalan scene tersebut, Tris mengajak ayahnya, kakaknya, dan Marcus untuk melakukan perlawanan terhadap faksi Erudite dengan masuk ke dalam markas Dauntless dan menghentikan program simulasi akibat serum pengontrol pikiran yang disuntikkan ke seluruh anggota baru Dauntless. Penggalan scene tersebut menggambarkan semangat kepemimpinan dan kerjasama yang terdapat di dalam feminisme, ketika para tokoh feminis berjuang dengan melakukan perilaku hegemoni untuk melawan dominasi yang mereka alami. Tokoh feminis (tentunya perempuan) memimpin para feminis lainnya dalam melakukan gerakan-gerakan perlawanan untuk menghentikan ketidaksetaraan gender, seperti saat feminisme gelombang pertama, para feminis berdemonstrasi di sekitar Gedung Putih. Dalam Film Divergent terdapat penyelesaian konflik tanpa kekerasan yang ditunjukkan melalui Gambar 4.10 dan Pertama, pada Gambar 4.10 diperlihatkan proses inisiasi melempar pisau ke target, namun Al tidak berhasil sama sekali. Kemudian Eric sebagai salah satu instruktur, memerintahkan Al untuk berdiri di depan target dan akan dilempari pisau. Tris menentang perintah Eric tersebut dan akhirnya malah membuat dirinya harus menggantikan posisi Al. Penggalan scene tersebut menggambarkan bahwa dominasi dapat terjadi antar sesama kaum laki-laki. Ini menunjukkan kekuasaan dan dominasi kaum laki-laki sangat luas, sehingga dapat berkuasa atas kaum perempuan dan sesama kaum laki-laki. Dengan kekuasaan dan kultur androsentris yang diyakini, mengakibatkan kaum laki-laki lebih menekankan pada penggunaan kekerasan, sementara kaum perempuan lebih menekankan pada penyelesaian konflik tanpa adanya kekerasan. Kedua, pada Gambar 4.18 diperlihatkan situasi ketika Tris akhirnya berhasil masuk ke dalam ruang kendali program simulasi tersebut, tetapi muncul sebuah permasalahan baru, yaitu Four yang seorang divergent dijadikan percobaan oleh Jeaninne Matthews (pemimpin faksi Erudite) dengan disuntikkan serum pengontrol pikiran versi terbaru yang dikembangkan berdasarkan keistimewaan divergent. Four berhasil dikendalikan oleh serum tersebut. Namun, Tris berhasil membuat Four sadar, dengan hendak mengorbankan dirinya untuk ditembak. Perjuangan Tris dalam menyadarkan Four menggambarkan bahwa seorang perempuan yang selama ini dianggap lemah pun ternyata mampu menyadarkan kaum laki-laki sub-dominan, dalam hal penuntutan kesetaraan kekuasaan. Perempuan yang berjuang sebagai seorang feminis, akan tetap bertahan memperjuangkan nilai-nilai sosial perempuan, seperti penyelesaian konflik tanpa kekerasan dalam melawan dominasi, untuk mewujudkan kehidupan sosial yang lebih baik, yaitu kesetaraan antara kaum laki-laki dan kaum perempuan. Dalam Film Divergent terdapat etika perhatian yang ditunjukkan melalui Gambar 4.13 dan Pertama, pada Gambar 4.13 terlihat bahwa Tris memilih untuk langsung merealisasikan ide strateginya dengan memanjat bianglala, agar dapat melihat pemandangan area sekitar yang lebih luas dan dapat melihat di mana keberadaan tim lawan, sementara yang lain sibuk mendebatkan ide strateginya masing-masing dalam diskusi tim. Strategi Tris ini muncul saat permainan war games, yang memerlukan kejelian dan strategi yang cerdas untuk dapat mengalahkan lawan, karena inti permainan ini adalah menemukan bendera tim lawan sebelum tim lawan menemukan bendera tim
4 sendiri yang telah disembunyikan. Saat diskusi tim, seluruh anggota masing-masing memberikan ide strategi, baik laki-laki maupun perempuan, namun Tris merasa diskusi tersebut terlalu lama dan setiap anggota ingin idenya didengar, sehingga malah membuang-buang waktu. Langkah yang dilakukan Tris menunjukkan bahwa kaum perempuan pun mampu berpikir secara cerdas dan cepat, dalam setiap persoalan yang ada. Hal ini seolah mencoba membantah anggapan yang berlaku selama ini, bahwa perempuan cenderung bertindak dengan emosi bukan dengan logika. Namun, ada satu hal yang kurang diperhatikan yaitu kaum perempuan memiliki etika perhatian yang berfokus pada pencapaian hasil di mana semua pihak merasa kebutuhan mereka diperhatikan dan direspon. Etika perhatian membuat perempuan mampu berpikir cerdas karena fokusnya adalah mencapai kesetaraan dengan memperhatikan dan merespon kebutuhan setiap manusia, sehingga kaum perempuan harus jeli melihat hal apa saja yang menjadi kebutuhan setiap manusia untuk dapat menghasilkan keputusan yang cerdas. Kedua, pada Gambar 4.19 terlihat bahwa Tris yang dibantu oleh Four akhirnya berhasil menggagalkan rencana Jeanine untuk memusnahkan divergent dan membuat program simulasi tersebut dimatikan dan dihapus. Program simulasi pengontrol pikiran yang bekerja pada faksi Dauntless telah mengakibatkan jatuhnya banyak korban, baik karena menjadi korban akibat terbunuh (faksi Abnegation) atau menjadi alat untuk membunuh (faksi Dauntless). Keyakinan Jeanine bahwa divergent berbahaya menggambarkan seperti hegemoni yang dilakukan oleh kaum laki-laki maupun perempuan mengakibatkan terjadinya subordinasi terhadap kelompok tertentu dan akibatnya menciptakan kesadaran palsu yang seolah-olah benar dan menjadi standar atau tolak ukur terhadap sesuatu. Misalnya, standar kecantikan adalah perempuan yang bertubuh langsing; perempuan lebih cocok untuk melakukan pekerjaan rumah tangga saja dan tidak perlu berpendidikan tinggi; serta perempuan lebih cocok menempati posisi pekerjaan nomor dua (seperti asisten, sekretaris, dan sebagainya) karena perempuan biasanya lebih mengutamakan sisi emosional daripada logika, sehingga dianggap kurang dapat mengambil keputusan cepat dan cerdas. Kesadaran palsu ini akhirnya membuat sebagian perempuan tersentuh etika perhatiannya dan merasa bahwa ada yang salah dari standar atau tolak ukur yang diciptakan melalui kultur androsentris, sehingga memunculkan gerakan feminisme yang berusaha melawan hegemoni dan menciptakan kesetaraan. Dalam Film Divergent, keberanian ditunjukkan oleh tokoh Tris seperti pada Gambar 4.6, 4.7, 4.16, Pertama, pada Gambar 4.6 terlihat bahwa Tris harus memanjat tiang besi untuk dapat sampai ke rel kereta, lalu ia harus berlari mengejar kereta dan melompat masuk ke dalam kereta tersebut. Setelah menentukan pilihan masa depannya, Tris kini resmi menjadi calon anggota Dauntless. Menjadi seorang Dauntless harus disertai dengan keberanian dan bebas dari rasa takut, serta berani berkorban untuk memberi perlindungan bagi masyarakat. Aktivitas yang Tris lakukan seperti menggambarkan perjuangan seorang feminis yang perlu disertai keberanian dan bebas dari rasa takut terhadap kaum laki-laki yang mendominasi, serta berani mengorbankan pikiran maupun fisik dalam memperjuangkan nilai-nilai perempuan agar dapat mewujudkan masyarakat yang setara antar kaum laki-laki dan perempuan. Kedua, pada Gambar 4.7 terlihat bahwa Tris mengajukan dirinya sebagai pelompat pertama diantara teman-temannya. Tris dan para calon anggota Dauntless lainnya telah sampai di depan pintu masuk markas Dauntless yang ternyata sebuah lubang besar di atap sebuah gedung. Para Dauntless masuk ke sana dengan cara melompat dari atap sebuah gedung menuju lubang besar di atap gedung lainnya. Pengajuan diri Tris ini menggambarkan seperti keyakinan dan keberanian yang dimiliki oleh para feminis dalam mengemukakan gagasan mereka tentang ketidaksetaraan gender yang mereka temukan di berbagai bidang kehidupan, hingga memunculkan berbagai aliran pemikiran dan gerakan feminis dengan masing-masing tokoh pelopornya. Ketiga, di dalam feminisme, para tokoh feminis berjuang dengan melakukan perilaku hegemoni untuk melawan dominasi yang mereka alami. Tokoh feminis (tentunya perempuan) memimpin para feminis lainnya dengan berani dalam melakukan gerakan-gerakan perlawanan untuk menghentikan ketidaksetaraan gender, seperti saat feminisme gelombang pertama, para feminis berdemonstrasi di sekitar Gedung Putih. Semangat kepemimpinan yang disertai keberanian terlihat seperti pada Gambar 4.16, di dalam penggalan scene tersebut Tris mengajak ayahnya, kakaknya, dan Marcus untuk melakukan perlawanan terhadap faksi Erudite dengan masuk ke dalam markas Dauntless dan menghentikan program simulasi akibat serum pengontrol pikiran yang disuntikkan ke seluruh anggota baru Dauntless. Keempat, untuk dapat menghentikan program simulasi yang dijalankan oleh faksi Erudite, Tris harus mengetahui di mana letak ruang kendali program simulasi tersebut, tetapi ia dihalangi oleh Peter. Peter terus saja meremehkan Tris, karena menurutnya Tris hanya berani menggertaknya dengan senjata, seperti yang terlihat pada Gambar Namun, ia salah. Tris justru terus mendesak Peter hingga akhirnya menembak tangan Peter. Hal yang dilakukan Tris menunjukkan seperti hal yang
5 dilakukan para feminis. Para feminis dengan berani tanpa mengenal rasa takut, lelah, atau menyerah, sudah membuktikan perjuangan mereka hingga feminisme gelombang ketiga yang masih berlangsung saat ini, demi memperjuangkan kesetaraan dan kebebasan dari penindasan gender, akibat hegemoni kaum laki-laki. Dalam Film Divergent, semangat juang ditunjukkan oleh tokoh Tris seperti pada Gambar 4.5, 4.8, 4.12, 4.16, dan Pertama, pada Gambar 4.5 terlihat bahwa Tris akhirnya memilih Dauntless sebagai faksi barunya pada hari pemilihan, meskipun harus berkorban dengan meninggalkan keluarganya, demi untuk menjadi dirinya sendiri. Di sini pilihan Tris akan faksi Dauntless menggambarkan bahwa sebagai perempuan yang sadar akan kekuasaan dan penindasan yang tidak benar harus melakukan perlawanan. Perempuan perlu memperjuangkan pilihan hidupnya demi mendapatkan hak-haknya atas kesetaraan dan kesempatan hidup lebih baik, yang selama ini dikuasai secara semena-mena oleh kaum laki-laki, serta berjuang dalam menghadapi dominasi laki-laki. Kedua, terlihat pada Gambar 4.8, Tris bangun pagi-pagi sekali sebelum teman-temannya bangun, untuk melatih dirinya agar dapat melewati proses inisiasi Dauntless. Ia merasa dirinya perlu belajar banyak dan berjuang lebih keras daripada yang lainnya. Hal yang Tris lakukan menunjukkan seperti para feminis yang sejak akhir abad ke 18 sudah mengawali perjuangan dengan mulai menuntut hak politik bagi kaum perempuan. Para perempuan yang telah memilih untuk menjadi feminis, maka akan menanamkan ideologi feminis di dalam dirinya dan berjuang bersama feminis lainnya untuk memperoleh kesetaraan gender dalam berbagai bidang kehidupan dan bebas dari hegemoni. Ketiga, terlihat pada Gambar 4.12, dalam keadaan fisik yang lemah, Tris memaksakan dirinya untuk mengikuti war games, meskipun ia mendengar kalau Eric sudah mengeliminasinya. Pada dua hari sebelumnya, Tris mengikuti proses inisiasi selanjutnya yaitu bertarung melawan Peter atas perintah Eric. Pertarungan tersebut membuat Tris kalah dan tak sadarkan diri selama satu hari. Ia menjalani perawatan akibat babak belur dipukuli Peter. Perjuangan yang Tris lakukan menggambarkan seperti para feminis yang pantang menyerah dalam berjuang, mulai dari feminisme gelombang pertama hingga gelombang ketiga. Walaupun pada feminisme gelombang pertama harus jatuh korban akibat ditangkap, dipenjarakan, dan disiksa sampai tewas, kaum perempuan tetap mempertahankan semangat juang yang mereka miliki hingga dapat memunculkan feminisme gelombang ketiga. Keempat, terlihat pada Gambar 4.16, Tris berjuang untuk melawan dominasi faksi Erudite dengan mengajak ayahnya, kakaknya, dan Marcus untuk masuk ke dalam markas Dauntless dan menghentikan program simulasi akibat serum pengontrol pikiran yang disuntikkan ke seluruh anggota baru Dauntless. Perjuangan Tris ini menggambarkan seperti perjuangan para tokoh feminis yang pantang menyerah dalam melakukan perilaku hegemoni untuk melawan dominasi yang mereka alami. Tokoh feminis (tentunya perempuan) melakukan perjuangan dengan memimpin para feminis lainnya melalui gerakan-gerakan perlawanan untuk menghentikan ketidaksetaraan gender, seperti saat feminisme gelombang pertama, para feminis berdemonstrasi di sekitar Gedung Putih. Kelima,terlihat pada Gambar 4.20 bahwa setelah semua pengorbanan yang dilakukan oleh Tris, masalah tentang program simulasi pengontrol pikiran akhirnya dapat selesai, tetapi Jeanine pasti masih akan memburu para divergent sampai mereka semua musnah. Hal ini menggambarkan seperti yang dialami oleh para feminis bahwa perjuangan mereka terhadap ketidaksetaraan gender masih akan terus berlanjut, walaupun memakan waktu yang cukup lama, namun mereka akan tetap berjuang sampai kesetaraan bagi kaum perempuan dapat terwujud, seperti perempuan berhak memilih orientasi seksualnya; perempuan sama sekali tidak lagi dipandang sebelah mata dalam kemampuannya untuk bekerja maupun menjadi pemimpin; serta mengangkat derajat kaum perempuan di negara-negara yang belum terindustrialisasi di mana mereka masih harus menderita kelaparan, kemiskinan, dan kesehatan yang buruk. Makna tersirat yang terkandung dalam Film Divergent adalah anggapan bahwa perempuan merupakan makhluk yang lemah, tidak berdaya, dan cenderung bertindak dengan emosi daripada logika, tidaklah benar. Hal ini ditunjukkan melalui kepribadian tokoh utama perempuan dalam Film Divergent, yaitu Tris. Kepribadian tokoh Tris menunjukkan penggambaran seperti seorang feminis, ia memiliki kecerdasan, semangat juang, keberanian, kerjasama yang baik, serta kelembutan hati yang akhirnya mampu membuat dirinya melawan hegemoni yang dilakukan baik oleh kaum laki-laki maupun sesama kaum perempuan. Tris selalu berusaha untuk menghindari adanya kekerasan dalam penyelesaian konflik yang terjadi, baik konflik terhadap dirinya maupun teman-temannya. Ia menekankan pada langkah-langkah penyelesaian masalah dengan melakukan pembicaraan dengan pihak-pihak yang berkuasa. Ia berharap cara tersebut akan berhasil, sehingga tidak perlu sampai menimbulkan korban. Terlihat seperti saat Tris menentang perintah Eric yang menyuruh Al berdiri di depan target untuk dilempari pisau; kemudian, saat Tris memaksakan dirinya untuk ikut dalam war games; serta saat Tris hendak
6 mengorbankan dirinya demi menyadarkan Four dari simulasi pengontrol pikiran buatan Jeanine. Penolakan Tris terhadap kekerasan yang dapat menimbulkan terjadinya pertempuran ini disebut sebagai pasifisme. SIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka didapat kesimpulan berupa, pertama, representasi feminisme dalam Film Divergent tampak melalui penggalan-penggalan scene yang menampilkan elemen pokok naratif ruang, seperti terlihat pada Gambar 4.6, 4.7, 4.10, 4.13, Karena elemen pokok naratif ruang yang tampak pada penggalan-penggalan scene tersebut menunjukkan perlu adanya keberanian dan perjuangan dalam menghadapinya, seperti para feminis dalam menghadapi segala situasi dan kondisi; kedua, representasi feminisme dalam Film Divergent tampak melalui penggalan scene yang menampilkan elemen pokok naratif waktu, seperti terlihat pada Gambar 4.8. Karena elemen pokok naratif waktu yang tampak pada penggalan scene tersebut menunjukkan bahwa perjuangan dan kerja keras perlu dimulai sedini mungkin, seperti yang dilakukan oleh para feminis sejak akhir abad ke 18 saat mengawali gerakan feminisme untuk menuntut hak politik perempuan; ketiga, representasi feminisme dalam Film Divergent tampak melalui penggalanpenggalan scene yang menampilkan elemen pokok naratif tokoh, seperti terlihat pada Gambar 4.5, 4.6, 4.7, 4.8, 4.10, 4.12, 4.13, 4.16, 4.17, 4.18, 4.19, Karena elemen pokok naratif tokoh yang tampak pada penggalan-penggalan scene tersebut menunjukkan kepribadian seorang feminis, Tris memiliki kecerdasan, semangat juang, keberanian, kerjasama yang baik, serta kelembutan hati yang akhirnya mampu melawan hegemoni yang dilakukan baik oleh kaum laki-laki maupun sesama perempuan; keempat, representasi feminisme dalam Film Divergent tampak melalui penggalanpenggalan scene yang menampilkan elemen pokok naratif konflik, seperti terlihat pada Gambar 4.10, 4.17, 4.18, Karena elemen pokok naratif konflik yang tampak pada penggalan-penggalan scene tersebut menunjukkan konflik akibat hegemoni baik dari kaum laki-laki maupun sesama kaum perempuan yang berhasil dilawan oleh Tris; kelima, representasi feminisme dalam Film Divergent tampak melalui penggalan-penggalan scene yang menampilkan elemen pokok naratif tujuan, seperti terlihat pada Gambar 4.5, 4.8, 4.12, 4.16, 4.17, Karena elemen pokok naratif tujuan yang tampak pada penggalan-penggalan scene tersebut menunjukkan tujuan perjuangan Tris mulai dari menjadi dirinya sendiri, menjadi anggota Dauntless, serta melawan hegemoni dan menggagalkan konspirasi jahat Erudite. Tujuan perjuangan Tris ini menggambarkan seperti tujuan perjuangan feminis untuk menjadi kaum perempuan yang setara baik dengan kaum laki-laki maupun sesama kaum perempuan dan bebas dari hegemoni. Selain beberapa hal tersebut, Film Divergent juga menggambarkan seperti tahap permulaaan dari feminisme, ini terlihat melalui cerita di akhir filmnya bahwa perjuangan tokoh Tris belum usai karena Jeanine masih hidup dan akan terus memburu semua divergent sampai musnah. Begitu juga dengan feminisme yang masih akan terus berlangsung sampai kesetaraan antara kaum perempuan dan kaum laki-laki terpenuhi. Kemudian, di dalam Film Divergent, perilaku yang ditampilkan oleh tokoh utama perempuan yaitu Tris, memunculkan sebuah temuan berupa pasifisme. Pasifisme ini tampak melalui sikap dan perilaku Tris yang selalu berusaha untuk menghindari adanya kekerasan dalam penyelesaian konflik yang terjadi, baik konflik terhadap dirinya maupun teman-temannya. Ia menekankan pada langkahlangkah penyelesaian masalah dengan melakukan pembicaraan dengan pihak-pihak yang berkuasa. Ia berharap cara tersebut akan berhasil, sehingga tidak perlu sampai menimbulkan korban. Terlihat seperti saat Tris menentang perintah Eric yang menyuruh Al berdiri di depan target untuk dilempari pisau (Gambar 4.10); kemudian, saat Tris memaksakan dirinya untuk ikut dalam war games (Gambar 4.12); dan ketika Tris hendak mengorbankan dirinya demi menyadarkan Four dari simulasi pengontrol pikiran buatan Jeanine (Gambar 4.18). Penolakan Tris terhadap kekerasan yang dapat menimbulkan terjadinya pertempuran ini disebut sebagai pasifisme. SARAN Dari hasil penelitian yang didapatkan maka terdapat sejumlah saran yang dapat diberikan, pertama, penelitian ini masih memiliki kekurangan yaitu dalam pengolahan unsur audio, seperti backsound dan sound effect, karena lebih menekankan pada elemen-elemen pokok unsur naratif film; kedua, penelitian ini masih terbatas pada unsur naratif film, sementara film terdiri dari dua unsur yaitu, unsur naratif dan unsur sinematik. Unsur sinematik lebih menekankan pada aspek teknis dari sebuah film, seperti mise-en-scene, sinematografi, editing, dan suara. Peneliti selanjutnya mungkin dapat meneliti lebih dalam tentang film Divergent menggunakan unsur sinematik; ketiga, bagi peneliti selanjutnya
7 yang akan melakukan penelitian tentang film dengan analisis semiotika, perlu untuk memiliki ketekunan dan kemauan yang kuat untuk dapat mencapai hasil akhir penelitian; kejelian dalam memahami model semiotika yang akan digunakan agar tidak terjadi kesalahan penerapan antara model semiotika yang digunakan dengan analisis penelitian yang dilakukan; serta kehati-hatian dalam membuat penafsiran dari isi film yang diteliti; keempat, Film Divergent merupakan bagian pertama dari trilogi Divergent, selanjutnya masih ada film Insurgent yang menceritakan kelanjutan dari perjuangan Tris dalam mencari tahu tentang divergent lebih dalam dan perlawanan yang dilakukan Tris terhadap hegemoni kaum laki-laki maupun sesama kaum perempuan; serta perjuangan tokoh perempuan lain yaitu ibu dari Four, untuk memperoleh tempat dalam masyarakat dan melawan hegemoni yang dilakukan oleh Jeanine. Insurgent seperti menggambarkan perjuangan tokoh-tokoh perempuan yang melanjutkan perjuangan feminisme gelombang pertama (feminisme gelombang kedua). Peneliti selanjutnya mungkin dapat menggunakan film Insurgent sebagai bahan penelitian untuk melihat representasi feminisme gelombang kedua. REFERENSI Buku: Ardianto, Elvinaro, dkk. (2014). Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Burton, Graeme. Terjemah. (2012). Media dan Budaya Populer. Yogyakarta: Jalasutra. Henslin, James M. Ed.6, Jilid 2. Terjemah. (2007). Sosiologi dengan Pendekatan Membumi. Jakarta: Erlangga. Kriyantono, Rachmat. (2010). Teknik Praktis Riset Komunikasi:Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana. McQuail, Denis. Ed.6, Buku 1. Terjemah. (2011). Teori Komunikasi Massa McQuail. Jakarta: Salemba Humanika. Moleong, Lexy. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Pratista, Himawan. (2008). Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka. Ritzer, George. Ed. 7, Cet. 1. Terjemah. (2014). Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana. Roth, Veronica. Cet. 5. Terjemah. (2014). Divergent. Bandung: Mizan. Sobur, Alex. (2013). Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Tong, Rosemarie Putnam. Cet.5. Terjemah. (2010). Feminist Thought:Pengantar Paling Komprehensif kepada Aliran Utama Pemikiran Feminis. Yogyakarta: Jalasutra. Vera, Nawiroh. (2014). Semiotika dalam Riset Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia. West, Richard, Turner, Lynn H. Ed. 3, Buku 2. Terjemah. (2010). Pengantar Teori Komunikasi:Analisis dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika. Wibowo, Indiwan. (2013). Semiotika Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media. Jurnal: Chornelia, Yolanda Hana. (2013). Representasi Feminisme dalam Film Snow White And The Huntsman. Jurnal E-Komunikasi, Volume 1, No.3, diakses 20 Februari 2015 pk WIB dari Fasta, Feni and Arsi Lestari, Christina. (2012). Mistisme Simbolik Kartu Tarot The Devil (Studi Semiotik Tarot The Devil Dari Buku Easy Tarot Lidia Pratiwi). Jurnal Ilmu Ekonomi dan Sosial, Jilid 1, No.2, diakses pada 20 Februari 2015 pk WIB dari 1%20/%20Nomor%2002%20/%20November%202012&title=MISTISME%20SIMBOLIK% 20KARTU%20TAROT%20THE%20DEVIL%20(STUDI%20SEMIOTIK%20TAROT%20T
8 HE%20DEVIL%20DARI%20BUKU%20%20%20EASY%20TAROT%20LIDIA%20PRAT IWI) Guynes, Sean A. (2014). Four-Color Sound:A Peircean Semiotics of Comic Book Onomatopoeia. Public Journal of Semiotics, Volume 6, No.1, diakses 3 Juni 2015 pk WIB dari Machin, David. (2011). Towards a Social Semiotic Approach of the Analysis of Emotion in Sound and Music. The Public Journal of Semiotics, Volume 3, No.2, diakses 3 Juni 2015 pk WIB dari Pawito. (2005). Budaya Pop dan Politik: Analisis Semiotik terhadap Penampilan Iwan Fals di TRANS TV, 4 April Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 2, No.1, diakses 20 Februari 2015 pk WIB dari Kurnia, Novi. (2004). Representasi Maskulinitas dalam lklan. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Volume 8, No. 1, diakses 18 Juni 2015 pk WIB dari &ved=0cdmqfjad&url=http%3a%2f%2fjurnalsospol.fisipol.ugm.ac.id%2findex.php%2 Fjsp%2Farticle%2Fview%2F193%2F188&ei=zqiBVfbuB4_g8AWs94D4Dw&usg=AFQjCN FuzaGZNrs1_74ovEZ4dVE5lchDmA&bvm=bv ,d.dGc Skripsi: Syam, Tri. (2013). Representasi Nilai Feminisme Tokoh Nyai Ontosoroh dalam Novel Bumi Manusia Karya Pramoedya Ananta Toer. Skripsi S1. Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin, Makassar diakses 10 Mei 2015 pk WIB dari uence=1 Website: CNN Indonesia. (2014). Kelaparan yang Telah Mendunia. Sabtu, 13 Juni 2015 pk WIB dari Ebta, Setiawan. (2015). Film. Selasa, 17 Februari 2015 pk WIB dari Ebta, Setiawan. (2015). Pasifisme. Kamis, 18 Juni 2015 pk WIB dari HDW. (2008). Summit Entertainment logo Wallpaper. Senin, 8 Juni 2015 pk WIB dari IMDb. (2015). Divergent. Senin, 08 Juni 2015 pk WIB dari War Resisters' International. (2010). Pengertian Istilah-Istilah Penting. Kamis, 18 Juni 2015 pk WIB dari Lionsgate. (2015). Lionsgate Key Lines Of Business. Senin, 08 Juni 2015 pk WIB dari Murniati, A. Nunuk P. (2015). Getar Gender. Selasa, 26 Mei 2015 pk WIB dari minisme&source=bl&ots=ttpavvc5y3&sig=tmnuapo3bwdqclbjjtblhyjnvjq&hl=id& sa=x&ei=8n9kvdzufzg1uqttn4pwdg&ved=0ccsq6aewaq#v=onepage&q=definisi%2 0feminisme&f=false Nimer, Mohammed Abu. (2010). Nirkekerasan dan Bina Damai dalam Islam: Teori dan Praktik. Kamis, 18 Juni 2015 pk WIB dari asifisme&source=bl&ots=tzty E4-4&sig=5Q6JfmcZSELFoW8K9HXniLKC2Eo&hl=en&sa=X&ved=0CCMQ6AEwATgKah UKEwjtkrWl-JTGAhUHgLwKHRK8AJw#v=onepage&q=definisi%20pasifisme&f=false
9 Riantrisnant, Ruly. (2014). Divergent, Perlawanan Gadis Muda di Tengah Politik Faksi. Rabu, 10 Juni 2015 pk WIB dari Rofiah, Fikrotur. (2013). Kajian Pustaka. Rabu, 13 Mei 2015 pk WIB dari Roth, Veronica. (2014). Veronica Roth. Senin, 08 Juni 2015 pk WIB dari Rulianto, Angga. (2013).Trailer Terbaru Film Divergent Ancam Nyawa Shailene Woodley. Senin, 08 Juni 2015 pk WIB dari Rulianto, Angga. (2014). JAFF 2014: Sutradara Feminis dan Persepsi Penonton. Rabu, 18 Februari 2015 pk WIB dari Shin, Claudia. (2014). Red Wagon Entertainment. Senin, 08 Juni 2015 pk WIB Summit Entertainment. (2014). Divergent. Senin, 08 Juni 2015 pk WIB Surahman, Sigit. (2015). Media Film sebagai Konstruksi dan Representasi Sosial. Selasa, 11 Agustus 2015 pk WIB dari Wikia. (2006). Red Wagon Entertainment. Senin, 8 Juni 2015 pk WIB dari Youtube. (2015). Umild Ini Baru Cowo. Kamis, 18 Juni 2015 pk WIB dari WGuzYAdA Youtube. (2015). Iklan L-Men Gain Mass terbaru 2015 versi Kenny Auztin. Kamis, 18 Juni 2015 pk WIB dari RIWAYAT PENULIS Kenwin Wangsaputri lahir di kota Jakarta pada 23 Januari Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Ilmu Komunikasi pada tahun dari dari
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Film bermula pada akhir abad ke-19 sebagai teknologi baru, tetapi konten dan fungsi yang ditawarkan masih sangat jarang. Kemudian, film mengalami perubahan
Lebih terperinciBAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Tabel 2.1 Tabel State of the Art Nama Peneliti. Yang Digunakan
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya (State of the Art) No. Judul Penelitian 1. Representasi Feminisme dalam Film Snow White And The Huntsman Tabel 2.1 Tabel State of the Art Nama Peneliti Yolanda
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian unsur patriotisme dalam film Sang Kiai akan dilaksanakan dengan
38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian unsur patriotisme dalam film Sang Kiai akan dilaksanakan dengan sifat penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Deskriptif adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di masyarakat, riset, cerita cerita legenda, kisah kisah inspiratif populer,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Cerita dalam film dapat berasal dari berbagai sumber, diantaranya pengalaman pribadi penulis naskah, kisah nyata yang menarik yang berlangsung di masyarakat,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat ditarik pada penelitian ini adalah perempuan memiliki berbagai peran dalam kehidupan bermasyarakat. Peran-peran tersebut diantaranya adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di zaman era globalisasi saat ini film semakin disukai oleh masyarakat.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman era globalisasi saat ini film semakin disukai oleh masyarakat. Film mempunyai daya tarik yang sangat tinggi bagi masyarakat. Dengan perkembangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini film dan kebudayaan telah menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Film pada dasarnya dapat mewakili kehidupan sosial dan budaya masyarakat tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai budaya terdapat di Indonesia sehingga menjadikannya sebagai negara yang berbudaya dengan menjunjung tinggi nilai-nilainya. Budaya tersebut memiliki fungsi
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian pada film animasi Barbie The Princess And The Popstar ini
73 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian pada film animasi Barbie The Princess And The Popstar ini bersifat desktiptif dalam ranah kualitatif. Deskriptif adalah sifat penelitian
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini, terdapat suatu fenomena yang terjadi yaitu para pemilik modal berlomba-lomba menginvestasikan modal mereka guna mengincar keuntungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Film sebagai salah satu atribut media massa dan menjadi sarana
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Film sebagai salah satu atribut media massa dan menjadi sarana komunikasi yang paling efektif, karena film dalam menyampaikan pesannya yang begitu kuat sehingga
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Paradigma Penelitian Paradigma yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah paradigma teori kritis (critical theory). Aliran pemikiran paradigma ini lebih senang
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui bagaimana nilai Humanisme dan Budaya pada film Okuribito. Dalam penelitian ini menggunakan deskriptif dengan pendekatan
Lebih terperinci2016 REPRESENTASI SENSUALITAS PEREMPUAN DALAM IKLAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Parfum Casablanca merupakan produk perawatan tubuh yang berupa body spray. Melalui kegiatan promosi pada iklan di televisi, Casablanca ingin menyampaikan pesan bahwa
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. tentang langkah-langkah yang sistematis dan logis tentang pencarian data yang
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian atau metodologi riset adalah seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah yang sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah tertentu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pekerja dan itu menjadi penanda waktu yang beremansipasi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan dalam televisi senantiasa hanya mempertentangkan antara wanita karir dan menjadi ibu-ibu rumah tangga. Dua posisi ini ada didalam lokasi yang berseberangan.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penilitian adalah seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan paradigma kritis. Paradigma kritis menyajikan serangkaian metode dan perspektif yang memungkinkan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melibatkan khalayak luas yang biasanya menggunakan teknologi media massa. setiap pagi jutaan masyarakat mengakses media massa.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi massa merupakan suatu bentuk komunikasi dengan melibatkan khalayak luas yang biasanya menggunakan teknologi media massa seperti surat kabar, majalah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tidak bisa apa apa di bawah bayang bayang kekuasaan kaum pria di zaman
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan. Wacana tentang perempuan ataupun feminis berkembang diseluruh dunia, baik di negara maju maupun negara berkembang. Perempuan mempunyai peran penting pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada awalnya film merupakan hanya sebagai tiruan mekanis dari realita atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awalnya film merupakan hanya sebagai tiruan mekanis dari realita atau sarana untuk mereproduksi karya-karya seni pertunjukan lainnya seperti teater. Perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media televisi merupakan media massa yang sering digunakan sebagai media
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media televisi merupakan media massa yang sering digunakan sebagai media penyampaian informasi. Kekuatan media massa televisi paling mempunyai kekuatan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hiburan publik. Kesuksesaan film dikarenakan mewakili kebutuhan imajinatif
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Film merupakan bagian dari komunikasi massa yang sudah menjadi bagian dari kehidupan saat ini. Di akhir abad ke-19, film muncul sebagai hiburan publik. Kesuksesaan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Kata Paradigma berasal dari Bahasa yunani, paradeigma, yang bearti pola, Thomas Kuhn (1962) menggunakan kata paradigma untuk menunjukan kerangka konseptual
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. Film sebagai salah bentuk komunikasi massa yang digunakan. untuk menyampaikan pesan yang terkandung didalamnya.
93 BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Film sebagai salah bentuk komunikasi massa yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang terkandung didalamnya. Juga digunakan sebagai sarana hiburan. Selain
Lebih terperincidapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang- Undang No 33 tahun 2009 dalam pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan budaya selalu menarik untuk diulas. Selain terkait tindakan,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persoalan budaya selalu menarik untuk diulas. Selain terkait tindakan, budaya adalah hasil karya manusia yang berkaitan erat dengan nilai. Semakin banyak
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. komunikasi yang terjadi antarmanusia. Menurut Moloeng paradigma merupakan pola
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma ialah bagaimana kita memandang dunia. Dalam penelitian komunikasi, paradigma digunakan untuk melihat gambaran umum bagaimana komunikasi
Lebih terperinciSKRIPSI ANALISIS TEKNIK PENGAMBILAN GAMBAR PADA FILM (STUDY PADA FILM REAL LOVE KARYA OLGA LYDIA) Ole. Disusun Oleh : Chanra.
SKRIPSI ANALISIS TEKNIK PENGAMBILAN GAMBAR PADA FILM (STUDY PADA FILM REAL LOVE KARYA OLGA LYDIA) Ole Disusun Oleh : Chanra 08220079 Pembimbing: Widiya Yutanti, MA Dra. Juli Astutik, M.Si JURUSAN ILMU
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. The Great queen Seondeok dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Tipe Penelitian ini adalah kualitatif eksploratif, yakni penelitian yang menggali makna-makna yang diartikulasikan dalam teks visual berupa film serial drama
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. Dalam tahap ini, peneliti mulai menerapkan proses representasi yaitu
BAB IV ANALISIS DATA A. TEMUAN PENELITIAN Dalam tahap ini, peneliti mulai menerapkan proses representasi yaitu dengan proses penyeleksian atas tanda-tanda yang ada dengan menggaris bawahi hal-hal tertentu
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan pendekatan kualitatif, yaitu dengan menjelaskan atau menganalisis
45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Dalam penelitian ini peneliti ingin menggunakan sifat penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu dengan menjelaskan atau menganalisis
Lebih terperinciANALISIS SEMIOTIKA PESAN MORAL DALAM IKLAN ROKOK SAMPOERNA A MILD GO AHEAD DI MEDIA TELEVISI (STUDI PADA KETIGA VERSI IKLAN ROKOK SAMPOERNA A MILD)
ANALISIS SEMIOTIKA PESAN MORAL DALAM IKLAN ROKOK SAMPOERNA A MILD GO AHEAD DI MEDIA TELEVISI (STUDI PADA KETIGA VERSI IKLAN ROKOK SAMPOERNA A MILD) Calvien Muttaqin Tenggono, Dhanik Sulistyarini Jurusan
Lebih terperinciUPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan
124 A. Kesimpulan BAB V PENUTUP Kesimpulan dari keseluruhan cerita dalam sinetron Para Pencari Tuhan Jilid 8, antara lain : 1. Dialog sinetron Para Pencari Tuhan Jilid 8, tidak semuanya memiliki makna,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dalam sinetron komedi Tetangga Masa Gitu? episode New Job adalah hubungan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan Penelitian ini didapati beberapa temuan penelitian bahwa relasi gender dalam sinetron komedi Tetangga Masa Gitu? episode New Job adalah hubungan suami istri yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perempuan bekerja dan mengurus rumah tangga menjadi pemandangan biasa dalam film Suffragette. Perempuan harus membagi waktunya untuk keluarga dan pekerjaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Mendengar kata kekerasan, saat ini telah menjadi sesuatu hal yang diresahkan oleh siapapun. Menurut Black (1951) kekerasan adalah pemakaian kekuatan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya di takdirkan untuk menjadi seorang pemimpin atau leader, terutama
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemimpin atau seorang Leader tentu sudah tidak asing di telinga masyarakat pada umumnya, hal ini disebabkan karena setiap manusia yang diciptakan didunia ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perempuan selalu menjadi sebuah topik yang menarik untuk dibicarakan terutama di dalam media massa. Pandangan masyarakat mengenai perempuan selama ini seringkali
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut (Ratna, 2009, hlm.182-183) Polarisasi laki-laki berada lebih tinggi dari perempuan sudah terbentuk dengan sendirinya sejak awal. Anak laki-laki, lebihlebih
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek kajian dalam penelitian ini adalah topeng dari grup band Slipknot.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek kajian dalam penelitian ini adalah topeng dari grup band Slipknot. Untuk mempermudah penelitian, maka objek kajian tersebut akan ditelisik dan dianalisis
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertipe deskriptif dengan menggunakan pendekatan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Penelitian ini bertipe deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode kualitatif memungkinkan peneliti mendekati data sehingga mampu mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Film merupakan media komunikasi massa pandang dengar dimana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film merupakan media komunikasi massa pandang dengar dimana film mengirimkan pesan atau isyarat yang disebut symbol, komunikasi symbol dapat berupa gambar yang ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup, yang juga sering disebut movie atau sinema. Film adalah sarana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Gambar bergerak (film) adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual. Lebih dari ratusan juta orang menonton film di bioskop, film televisi setiap minggunya.
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini memiliki signifikasi berkaitan dengan kajian teks media atau berita, sehingga kecenderungannya lebih bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang akan dicapai dalam tugas akhir ini adalah membuat Film
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Tujuan yang akan dicapai dalam tugas akhir ini adalah membuat Film Drama Adaptasi Novel Cerita Pendek Tentang Cerita Cinta Pendek karangan Djenar Maesa Ayu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Film adalah gambar hidup, juga sering disebut movie (semula pelesetan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu bentuk komunikasi yang sangat berpengaruh dalam kehidupan sosial bermasyarakat adalah komunikasi melalu media massa seperti surat kabar, majalah,
Lebih terperinciREPRESENTASI PENDIDIKAN KARAKTER NASIONALISME DAN. CERITA DARI TAPAL BATAS (Analisis Semiotik untuk Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan)
REPRESENTASI PENDIDIKAN KARAKTER NASIONALISME DAN KERJA KERAS PADA TOKOH MARTINI-KUSNADI DALAM FILM CERITA DARI TAPAL BATAS (Analisis Semiotik untuk Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan) NASKAH PUBLIKASI
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Dalam hal ini penulis ingin mengetahui bagaimana nilai pendidikan pada film Batas. Dalam paradigma ini saya menggunakan deskriptif dengan pendekatan
Lebih terperinciREPRESENTASI CITRA PEREMPUAN DALAM IKLAN DI TELEVISI
REPRESENTASI CITRA PEREMPUAN DALAM IKLAN DI TELEVISI (ANALISIS SEMIOTIK DALAM IKLAN SAMSUNG GALAXY S7 VERSI THE SMARTES7 ALWAYS KNOWS BEST) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Lebih terperinciTeam project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dewasa ini penyimpangan sosial di Indonesia marak terjadi dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini penyimpangan sosial di Indonesia marak terjadi dengan munculnya berbagai konflik yang berujung kekerasan karena berbagai aspek seperti politik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman ilmu komunikasi dan teknologi dalam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya zaman ilmu komunikasi dan teknologi dalam kehidupan manusia saat ini, media komunikasi yang paling banyak digunakan oleh seseorang
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian baik yang mencakup objek penelitian, metode penelitian, dan hasil
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Membahas mengenai pengertian tentang paradigma, yang dimaksud paradigma penelitian adalah dasar kepercayaan seseorang dalam melakukan penelitian baik
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian terhadap perempuan dalam roman Au Bonheur des Dames karya Émile Zola yang diambil sebagai objek penelitian ini memiliki beberapa implikasi.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian reception analysis yang menggunakan model encodingdecoding
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan Penelitian reception analysis yang menggunakan model encodingdecoding milik Stuart Hall ini melihat bagaimana penerimaan penonton remaja mengenai adegan kekerasan
Lebih terperinciIDENTITAS SEKSUALITAS REMAJA DALAM FILM
82 KomuniTi, Vol. V, No. 2 September 2013 IDENTITAS SEKSUALITAS REMAJA DALAM FILM (ANALISIS SEMIOTIKA REPRESENTASI PENCARIAN IDENTITAS HOMOSEKSUAL OLEH REMAJA DALAM FILM THE LOVE OF SIAM) Sekar Dwi Marliana
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. V.1 Kesimpulan
BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan Berdasarkan pemaparan analisis pada bab IV.2. maka dapat ditarik kesimpulan.bahwa penggambaran tubuh perempuan dalam video klip ini adalah penggambaran tubuh perempuan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Film sebagai gambaran kehidupan sosial masyarakat, merupakan pandangan yang secara umum lebih mudah disepakati termasuk pada bagaimana pemakaian bahasa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam masyarakat. Kehidupan sosial, kehidupan individu, hingga keadaan psikologi tokoh tergambar
Lebih terperinciSKRIPSI ANALISIS SEMIOTIK MAKNA RELASI SOSIAL PASCA KONFLIK KOMUNAL DI MALUKU DALAM FILM CAHAYA DARI TIMUR KARYA ANGGA DWIMAS SASONGKO TAHUN 2014
SKRIPSI ANALISIS SEMIOTIK MAKNA RELASI SOSIAL PASCA KONFLIK KOMUNAL DI MALUKU DALAM FILM CAHAYA DARI TIMUR KARYA ANGGA DWIMAS SASONGKO TAHUN 2014 Oleh : Difa Febriani Latuconsina 201110040311324 Dosen
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Sifat penelitian yang digunakan untuk megeidentifikasi permasalahan dalam kasus ini adalah sifat penelitian interpretatif dengan pendekatan kualitatif.
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif yaitu Pendekatan ini diarahkan pada latar belakang dan individu tersebut secara
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Bab keempat memuat kesimpulan dari uraian yang ada pada bab satu
BAB IV KESIMPULAN Bab keempat memuat kesimpulan dari uraian yang ada pada bab satu sampai dengan bab tiga. Dalam bab ini penulis akan menyimpulkan dari ketiga bab sebelumnya. Pada intinya masyarakat Jepang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, kodrat manusia menjadi tua seolah bisa dihindari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, kodrat manusia menjadi tua seolah bisa dihindari dengan teknologi yang diciptakan oleh manusia. Kemunculan produkproduk kecantikan masa kini menjanjikan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang
BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang menggunakan latar alamiah. Penelitian kualitatif itu bertumpu secara mendasar pada
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. Film Hachiko : A Dog s Story adalah film drama yang didalamnya
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Film Hachiko : A Dog s Story adalah film drama yang didalamnya bercerita tentang seekor anjing ras Akita inu asal Jepang yang sangat setia pada tuannya. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khalayak melalui sebuah media cerita (Wibowo, 2006: 196). Banyak film
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Film adalah sebuah sarana atau alat untuk menyampaikan pesan kepada khalayak melalui sebuah media cerita (Wibowo, 2006: 196). Banyak film yang dibuat untuk memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi sebuah kemungkinan bahwa ada proses penerimaan makna yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film sebagai bagian dari media massa dalam kajian komunikasi massa modern dinilai memiliki pengaruh pada penonton khalayak. Pengaruh tersebut menjadi sebuah kemungkinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Konteks Masalah
12 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Konteks Masalah Film merupakan salah satu media komunikasi massa, dikatakan begitu karena sebagai media komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media)
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma didefinisikan bermacam-macam, tergantung pada sudut
38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma didefinisikan bermacam-macam, tergantung pada sudut pandang yang digunakan. Sebagian orang menyebut paradigma sebagai citra fundamental
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan kesempatan tersebut terjadi baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat sebagai sarana hiburan, informasi, dan komunikasi massa. Media
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa televisi sudah menjadi kebutuhan pokok sehari-hari masyarakat sebagai sarana hiburan, informasi, dan komunikasi massa. Media televisi dewasa ini sudah berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Interaksi sosial memainkan peran dalam masyarakat individu atau kelompok. Interaksi diperlukan untuk berkomunikasi satu sama lain. Selain itu, masyarakat membutuhkan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma penelitian kualitatif melalui proses induktif, yaitu berangkat dari konsep khusus ke umum, konseptualisasi, kategori, dan deskripsi yang dikembangkan
Lebih terperinci: Ainul Khilmiah, Ella yuliatik, Anis Citra Murti, Majid Muhammad Ardi SMART?: SEBUAH TAFSIR SOLUSI IDIOT ATAS PENGGUNAAN TEKNOLOGI
Ditulis oleh : Ainul Khilmiah, Ella yuliatik, Anis Citra Murti, Majid Muhammad Ardi Pada 08 November 2015 publikasi film SMART? dalam screening mononton pada rangkaian acara Kampung Seni 2015 pukul 20.30
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Penulisan ini akan menggambarkan perempuan pada media massa berupa informasi massal yaitu film. Penulisan ini akan berfokus pada penggambaran perempuan sebagai
Lebih terperinciRepresentasi Freedom dalam The Great Gatsby. (Analisis Semiotika Pada Tokoh Daisy Buchanan)
Representasi Freedom dalam The Great Gatsby (Analisis Semiotika Pada Tokoh Daisy Buchanan) Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata I Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah
32 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah analisis semiotika dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dan studi wacana media massa. Pendekatan kualitatif adalah
Lebih terperinciKalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga
Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Suami Rosa biasa memukulinya. Ia memiliki dua anak dan mereka tidak berani berdiri di hadapan ayahnya karena mereka takut akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan berdasarkan imajinasi dan berlandaskan pada bahasa yang digunakan untuk memperoleh efek makna tertentu guna mencapai efek estetik. Sebuah
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Penelitian ini juga disimpulkan dalam level teks dan gambar, level produksi teks, dan level penonton, yaitu : 1) Level teks dan gambar Film 7 hati 7 cinta 7 wanita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Film merupakan media komunikasi yang bersifat audio visual, dimana film diproduksi untuk menyampaikan suatu pesan. Pesan yang disampaikan berkaitan dengan
Lebih terperinciPESAN PROSOSIAL DAN ANTISOSIAL DALAM FILM (Analisis Isi Pada Film Minggu Pagi di Victoria Park Karya Lola Amaria)
PESAN PROSOSIAL DAN ANTISOSIAL DALAM FILM (Analisis Isi Pada Film Minggu Pagi di Victoria Park Karya Lola Amaria) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (komunikator) mampu membuat pemakna pesan berpola tingkah dan berpikir seperti
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Komunikasi dikatakan berhasil disaat transmisi pesan oleh pembuat pesan (komunikator) mampu membuat pemakna pesan berpola tingkah dan berpikir seperti yang
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Ardianto, Elvinaro, dan Lukiati Komala, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2005.
DAFTAR PUSTAKA Ardianto, Elvinaro, dan Lukiati Komala, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2005. Bungin, Burhan, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Lebih terperinciBAB III METODELOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat
BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1. Sifat Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat interpretatif yaitu peneliti melakukan pengamatan langsung secara menyeluruh dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang cukup efektif dalam menyampaikan suatu informasi. potret) atau untuk gambar positif (yang di mainkan di bioskop).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film merupakan salah satu media massa yang digunakan sebagai sarana hiburan. Selain itu film berperan sebagai sarana modern yang digunakan untuk menyebarkan informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Disadur dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi digital membawa dampak pada industri perfilman secara luas. Film tidak hanya dibuat sebagai media hiburan, tetapi juga sebagai bentuk komunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistem diskriminasi dan pemisahan ras (apartheid). Sistem diskriminasi tersebut
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Afrika Selatan pada tahun 1948 merupakan negara yang menerapkan sistem diskriminasi dan pemisahan ras (apartheid). Sistem diskriminasi tersebut kemudian dihapuskan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
45 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penggunaan tipe penelitian ini adalah untuk menganalisis lapisan makna yang menggambarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana hitam sering identik dengan salah dan putih identik dengan benar. Pertentangan konsep
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Sesuai dengan tema yang diangkat oleh peneliti yaitu berbicara. mengenai makna apa yang mengandung pesan dakwah anak dalam
39 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jeni s Penelitian Sesuai dengan tema yang diangkat oleh peneliti yaitu berbicara mengenai makna apa yang mengandung pesan dakwah anak dalam program televisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya sebagai identitas bangsa menjadi sebuah unsur penting yang dimiliki oleh setiap Negara. Tanpa adanya budaya, Negara tersebut dapat dikatakan tidak memiliki identitas.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreatif penulis yang berisi potret kehidupan manusia yang dituangkan dalam bentuk tulisan, sehingga dapat dinikmati,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembanganmasyarakat perkotaan dan industri, sebagai bagian dari budaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Film merupakan salah satu media komunikasi massa (mass communication) yaitu komunikasi melalui media massa modern. Film hadir sebagian kebudayaan massa yang
Lebih terperinci(www.beritabali.com), dan menurut Dosen Filsafat dan Teologi Hindu di IHDN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring perkembangan teknologi, kebutuhan masyarakat akan hiburan terus meningkat. Menurut Briggs dalam Susilana (2008:6), Media adalah sarana fisik untuk menyampaikan
Lebih terperinci