JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1"

Transkripsi

1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) Perencanaan dan Pengendalian Proyek Periklanan menggunakan Lean Critical Chain Project Management dan S-Curve Monitoring Dominggo Bayu Baskara dan Bustanul Arifin Noer Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Kampus ITS Sukolilo, Surabaya dominggobayu@yahoo.com ; bustanul@ie.its.ac.id Abstrak Mengiklankan produk layanan ataupun program terbaru merupakan aktivitas yang wajib dilakukan oleh perusahaan begitu pula dengan Bank JATIM yang mempercayakan pengerjaan proyek tersebut kepada agensi periklanan PT Kompakindo Media Dewata. Pada pengerjaan proyek periklanan terdapat berbagai macam waste yang dapat menghambat performansi penyelesaian proyek. Perencanaan dan pengendalian jadwal proyek yang efektif juga menjadi kebutuhan penting dalam pengerjaan proyek. Penelitian ini menerapkan metode identifikasi waste dengan pendekatan Lean Thinking serta langkah apa saja yang dapat diambil untuk memitigasinya. Dilakukan pula penyusunan ulang jadwal pengerjaan proyek menggunakan metode Critical Chain Project Management (CCPM) dan S-Curve Monitoring untuk meningkatkan performansi melalui pemotongan durasi proyek dengan tetap meminimalisasi risiko keterlambatan melalui pemindahan waktu penyangga di akhir proyek. Dari hasil penelitian didapatkan waktu penyangga berjumlah 7 hari kerja. Apabila waktu penyangga tidak terpakai maka durasi proyek menjadi 27 hari kerja dari sebelumnya 34 hari kerja. Hal ini dapat dicapai dengan meminimalisasi waste dimana teridentifikasi terdapat delapan waste pada proyek periklanan dan dua waste kritis yang dijadikan fokus penelitian yaitu unsatisfied design dan waiting. Gambaran perencanaan proyek dalam penelitian ini diharapkan dapat diaplikasikan pada setiap tahapan pengelolaan proyek-proyek periklanan mendatang. P Kata Kunci Periklanan, Lean Project, Waste, Critical Chain I. PENDAHULUAN ADA 2 dekade terakhir, industri periklanan kreatif mengalami peningkatan performa secara signifikan. Faktor utama dalam hal tersebut adalah perkembangan teknologi media dan komunikasi digital. Sehingga saat ini aktifitas periklanan mejadi semakin kreatif karena media yang tersedia juga semakin bervariatif. Aktifitas periklanan menjadi lebih kompleks karena dituntut dapat menggunakan semua media yang tersedia baik cetak, televisi, radio, dan internet. Diversifikasi media ini membuat manajemen perusahaan periklanan harus melakukan efisiensi dalam berproduksi. Besarnya biaya yang dikeluarkan suatu perusahaan dalam menjalankan periklanan menjadikan biaya periklanan sebagai salah satu penyumbang biaya yang sangat besar pada industri. Secara umum proyek periklanan pada suatu perusahaan tidak dilaksanakan sendiri melainkan diserahkan kepada agensi periklanan yang akan menyusun strategi periklanan, pemilihan media komunikasi, serta proses kreatif. Manajemen perusahaan periklanan dituntut untuk mampu mengatur aktifitas mereka dan memanfaatkan sumber daya yang ada secara optimal sehingga dapat memberikan kepuasan kepada perusahaan pengguna jasa periklanan. Keberadaan sistem manajemen produksi proyek periklanan yang terstruktur akan dapat memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan agensi periklanan. Filosofi produksi yang terstruktur salah satunya dengan mengimplementasikan konsep Lean Production, yaitu suatu konsep produksi yang bersih dari waste sehingga aktifitas yang dijalankan menjadi lebih efektif dan efisien. Konsep lean yang diimplementasikan dalam suatu proyek atau yang biasa dikenal sebagai lean project management diharapkan mampu mengoptimalkan kemampuan manajemen pada proyek periklanan saat ini. Proyek yang menjadi pengamatan pada penelitian ini adalah proyek periklanan Bank Jatim untuk kuartal II tahun Sebagai bank yang dimiliki oleh pemerintah daerah, sangatlah penting agar program-program yang dimiliki oleh Bank Jatim diketahui oleh masyarakat luas. Didasari dari hal tersebut, maka secara berkala Bank Jatim membuat proyek periklanan dengan memanfaatkan berbagai media yang ada, diantaranya: TV Lokal, radio, papan reklame, serta website. Karena banyaknya media yang dipergunakan maka nilai proyek untuk merealisasikan hal tersebut mencapai puluhan juta rupiah serta melibatkan banyak tenaga profesional kreatif. Untuk memastikan kelancaran proses produksi, durasi proyek dimulai dari tahap inisiasi hingga serah terima mencapai lebih dari satu bulan. Proyek periklanan ini dikerjakan oleh PT. Kompakindo Media Dewata sebagai agensi periklanan dan kontraktor pelaksana proyek. Begitu pula pada proyek ini membutuhkan penyusunan strategi yang efektif dalam melakukan penajdwalan an pengendalian proyek agar biaya yang diekeluarkan optimal. Metode yang digunakan untuk mengoptimalkan pegerjaan proyek yaitu dengan pendekatan lean. Lean project management memiliki beberapa teknik yang dapat diterapkan pada penjadwalan suatu proyek diantaranya Critical Chain dan S-Curve Monitoring dengan harapan metode-metode ini dapat menjadi standarisasi baru untuk pelaksanaan proyek di waktu mendatang. Dengan mengaplikasikan konsep Lean, perusahaan periklanan dapat meningkatkan kemampuan untuk mengatasi kondisi ketidakpastian yang terjadi pada suatu proyek, dan dapat memberikan value atau nilai tambah lebih kepada

2 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) konsumen dan pihak tim proyek. Penjadwalan baru akan disusun dengan menggunakan Critical Chain Project Management (CCPM) sebagai upaya untuk mengoptimalkan waktu yang ada dengan terlebih dahulu mengidentifikasi potensi waste yang dapat terjadi.. Untuk pengendalian dari segi biaya akan dipergunakan metode S-Curve Monitoring sehingga penjadwalan proyek akan menjadi lebih terukur A. Lean Project Management II. METODE PENELITIAN Filosofi Lean pertama kali diterapkan oleh perusahaan otomotif asal Jepang (Toyota). Konsep ini meyakini bahwa dengan mengidentifikasi dan mengeliminasi waste bersamaan dengan mengefisiensikan proses dapat mencapai suatu fase dimana customer value terpenuhi. Salah satu tahapan penting dalam pendekatan lean adalah identifikasi aktivitas-aktivitas mana yang memberikan nilai tambah dan tidak. Aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah sebaiknya dikurangi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan. Dalam konteks ini, tipe aktivitas dalam organisasi dapat dibedakan menjadi tiga yaitu (Hines dan Taylor,2000) : 1. Value adding activity (VA), aktivitas ini memberikan nilai tambah terhadap proses, baik pada aliran informasi dan aliran fisik proses. Misalnya pada proses pengecoran. 2. Non-value adding activity (NVA), aktivitas ini tidak memberikan nilai tambah terhadap produk. Aktivitas ini dapat dikategorikan sebagai waste yang dapat menyebabkan proses tidak berjalan secara efisien. 3. Non-value adding but necessary activity (NNVA) yakni aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah akan tetapi tetap dibutuhkan untuk menjalankan seluruh rangkaian proses Aktivitas ini tidak dapat dihilangkan dan hanya bisa diminamilisir. Misalnya adalah waktu set-up mesin. Womack et al. (1996) mengidentifikasi delapan waste yang terdapat dalam sebuah proyek. Definisi waste yang dikembangkan oleh Womack menambah satu macam waste dari definisi yang sudah ada sebelumnya dimana pendefinisian waste sebelumnya terbagi menjadi seven waste (Ohno, 1988). Yang membedakan antara seven waste dengan eight waste Womack adalah penambahan waste baru yaitu design of goods and services that do not satisfy customer needs.. Berikut ini adalah penjabaran dari eight waste : 1. Defects in production 2. Overproduction of items no one wants 3. Inventory waiting to be processed. 4. Unneeded processing 5. Unnecessary transport of goods 6. Unnecessary movement of people 7. People waiting for input to work on 8. Design of goods and services that do not satisfy customer needs B. Critical Chain Project Management (CCPM) Penjadawalan critical chain project management bertujuan untuk menghindari masalah-masalah yang mungkin terjadi seperti student s syndrome, parkinson law dan keterbatasan sumberdaya yang dapat mengakibatkan keterlambatan proyek. Pada penjadwalan yang dibuat oleh pihak perusahaan saat ini, waktu cadangan ditempatkan pada masing-masing aktivitas sehingga dapat menyebabkan terjadinya student s syndrome. Perbedaan mendasar antara metode critical chain project management dengan Critical Path Method (CPM) dan Program Evaluation and Review Technique (PERT) adalah waktu penyanggga (buffer time) yang dialokasikan diakhir proyek (Steyn,2000). Pada CPM dan PERT tiap aktivitas memiliki waktu penyangga sedangkan pada CCPM waktu penyangga dialokasikan diakhir proyek. Untuk proyek periklanan yang banyak melibatkan faktor manusia dibandingkan mesin, metode CCPM lebih tepat diterapkan untuk mengantisipasi gejala student syndrome pada proyek. C. S-Curve Monitoring Kurva-S atau S-Curve adalah salah satu metode perencanaan dan kendali waktu pelaksanaan proyek yang populer dalam perencanaan dan monitoring jadwal pelaksanaan di proyek. Hampir sebagian besar proyek mensyaratkan dan telah lama menggunakan kurva-s baik pada proyek pemerintah maupun Swasta. Kurva-S merupakan bentuk grafik hubungan antara waktu pelaksanaan proyek dengan nilai akumulasi progres pelaksanaan proyek mulai dari awal hingga proyek selesai. Kurva-S secara sederhana akan terdiri atas dua grafik yaitu grafik yang merupakan rencana dan grafik yang merupakan realisasi pelaksanaan. Perbedaan garis grafik pada suatu waktu yang diberikan merupakan deviasi yang dapat berupa Ahead (realisasi pelaksanaan lebih cepat dari rencana) dan Delay (realisasi pelaksanaan lebih lambat dari rencana). (Cioffi, 2004) A. Lean Project Management III. HASIL DAN DISKUSI Melalui proses diskusi dan wawancara dengan pimpinan proyek yaitu bapak Aries Widodo dilakukan klasifikasi tipe aktivitas dalam organisasi (Hines dan taylor, 2000) untuk mengetahui aktifitas apa saja yang tergolong value adding (VA), necessary but non value adding (NNVA), dan non value adding (NVA). Dari hasil klasifikasi aktifitas tersebut diperoleh bahwa keseluruhan aktivitas pengerjaan proyek yang dilakukan 78% merupakan value adding activity, 22% tergolong necessary but non value adding activity, dan 0% merupakan non value adding activity Aktivitas non value adding (waste) akan teridentifikasi pada saat pelaksanaan proyek di lapangan, dimana aktivitas tersebut terjadi apabila pelaksanaan tidak sesuai dengan perencanaan. Identifikasi waste proyek turut juga dilakukan berdasarkan wawancara dan kuesioner bersama pimpinan proyek serta observasi lapangan penulis. Berikut ini merupakan waste yang

3 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) terjadi selama tahap implementasi proyek, dimana waste yang terjadi diklasifikasikan berdasarkan konsep 8 waste (Womack, 1996). 1. Defect in production Kondisi pada material atau dokumen yang masih dibutuhkan namun mengalami kerusakan, diantaranya : a. file data korup, b. layout yang tidak jelas, c. properti rusak d. kesalahan pembuatan yang tidak sesuai spesifikasi 2. Overproduction Menyediakan dan memproduksi material yang melebihi kebutuhan, sehingga material tersebut tidak dipergunakan secara optimal, antara lain : a. Layout yang dibuat terlalu banyak walaupun tidak semua dipakai b. Adanya alternatif script yang tidak terpakai karena keterbatasan durasi c. Animasi yang dibuat melebihi kebutuhan 3. Inventory waiting to be processed Adanya material yang belum dapat dipergunakan karena masih harus menunggu material lain yang masih diproduksi, misalnya musik pengiring video iklan yang selesai terlebih dahulu karena masih ada pengambilan gambar, berlaku sebaliknya 4. Unneeded processing Proses yang tidak diperlukan serta tidak produktif. Misal: a. pengambilan gambar yang diulang karena adanya kesalahan b. Terlalu banyak rapat c. Pembelian ulang karena properti/wardrobe yang cacat 5. Unnecessary transport of goods Pergerakan aliran fisik dan informasi yang berlebihan pada proses pengerjaan yang menyebabkan pemborosan waktu, tenaga dan biaya, seperti pemindahan perlengkapan pengambilan gambar/video dari satu lokasi ke lokasi lain 6. Unnecessary movement of people Dapat diartikan sebagai pergerakan pekerja yang tidak produktif (berpindah, mencari, dan berjalan) seperti kru produksi melakukan gerakan-gerakan yang tidak diperlukan seperti mondar-mandir atau bersenda gurau 7. People waiting for input to work on Adanya waktu yang tidak efektif yang membuat tertundanya pekerjaan. Misalnya: a. Adanya pihak yang datang terlambat b. Kiriman alat-alat produksi yang terlambat c. Penyelesaian pekerjaan yang molor sehingga pekerjaan lain ikut menunggu d. Menunggu perijinan 8. Design of goods and services do not satisfy customer needs Rancangan konsep yang tidak sesuai dengan harapan konsumen ataupun desain iklan yang terlalu sulit untuk dibuat sehingga menyebabkan adanya pengerjaan ulang atau rework Tabel 1. Hasil identifikasi critical waste pada proyek dengan kuisioner No. Jenis Waste Peringkat Rangking Bobot 1 Defect Overproduction Inventory waiting Unneeded process Unnecessary transportation Unnecessary movement Waiting Unsatisfied design Bobot Setelah didapatkan klasifikasi waste, langkah selanjutnya adalah mencari waste yang paling berpengaruh (critical waste) melalui penyebaran kuisioner kepada 5 responden yang terlibat dalam produksi proyek periklanan, terdiri atas : creative director, fotografer, music director, sutradara, dan perwakilan pemilik proyek. Didapatkan hasil seperti pada Tabel 1, dimana Unsatisfied design menempati peringkat pertama disusul dengan waiting sebagai critical waste. Kurang komunikasi & pengawasan Beban kerja manajer proyek Terlalu besar Pekerjaan tidak sesuai spesifikasi Environment Man Desain tidak dapat dipahami Desain terlalu sulit direalisasikan Perubahan keinginan kekurangan informasi Dalam riset Pekerjaan kurang detail Method Machine Gambar. 2. RCA critical waste unsatisfied design. Pengiriman terlambat Kesalahan memperkirakan lingkungan Environment Pekerja kurang terampil Pekerja terlambat Man Desain terlalu sulit direalisasikan Perubahan keinginan kekurangan informasi Dalam riset Metode yang terlalu lama Gambar. 2. RCA critical waste waiting. Method Machine Material Shortage material Pengiriman material terlambat Material Unsatisfied Design Waiting Setelah waste yang paling berpengaruh (critical waste) telah teridentifikasi maka selanjutnya dilakukan langkah identifikasi akar penyebabnya. Proses Identifikasi tersebut menggunakan metode RCA dan hasilnya dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2 untuk masing-masing critical waste. Dengan mengetahui akar permasalahan maka akan dapat diidentifikasi langkah-langkah apa saja yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya waste tersebut. Untuk itulah dilakukan

4 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) pengembangan respon teknis bila gejala-gejala waste mulai terindikasi. Beberapa solusi mitigasi yang dapat diterapkan oleh perusahaan untuk mengurangi waste dan meningkatkan efisiensi adalah penggunaan teknologi komunikasi, standarisasi pembuatan layout dan script, standarisasi aktivitas survey lokasi, peningkatan pengawasan, pemberian sanksi keterlambatan, membangun kemitraan jangka panjang dengan supplier, dan proses riasan model dilakukan di tempat terpisah. B. Critical Chain Project Management (CCPM) Identifikasi waste pada pengolahan data sebelumnya bertujuan untuk mengetahui tingkat dampak waste khususnya unsatisfied design dan waiting, yang keduanya adalah waste yang paling berpengaruh, terhadap durasi waktu pekerjaan proyek. Dengan mengetahui dampak tersebut, maka akan dibuat rekomendasi perbaikan melalui penjadwalan proyek yang menggunakan metode Critical Chain(CCPM), khususnya dalam menentukan ukuran project buffernya serta lokasi penempatan feeding buffer. Sebelum melakukan penjadwalan dengan metode critical chain project management, pertama-tama dimulai dengan melihat penjadwalan awal proyek. Dari kondisi penjadwalan awal proyek, diketahui bahwa durasi proyek yang direncanakan berjumlah 34 hari kerja atau 46 hari kalender dan berada pada rentang waktu 13 Februari 2012 sampai dengan 30 Maret Dari penjadwalan tersebut juga disusun gantt chart umum dan WBS proyek berdasarkan Kerangka Acuan Kerja (KAK) proyek untuk mengetahui lintasan kritis proyek. Lintasan kritis adalah aktifitas yang memiliki total float (waktu tunda) = 0. Melalui pendekatan lean, identifikasi lintasan kritis apat membantu pihak manajemen proyek untuk memonitor rangkaian pekerjaan mana yang harus lebih diperhatikan karena apabila rangkaian pekerjaan tersebut mengalami kemunduran, maka akan berakibat pada kemunduruan penyelesaian proyek. Penjadwalan awal diidentifikasi masih menerapkan metode penjadwalan CPM (Critical Path Method). Dimana berbeda dari kondisi aktual pelaksanaan, waktu pengerjaan beberapa aktifitas berlangsung lebih cepat. Hal ini sebenarnya juga telah diprediksi agensi periklanan sebagai kontraktor pelaksana proyek. Tetapi dengan sengaja melebihkan waktu cadangan untuk menghindari resiko keterlambatan. Kelemahan-kelemahan dari metode penjadwalan awal yang berbasis CPM diantaranya ialah adanya pemberian waktu cadangan di tiap aktivitas, yang pada umumnya berupa konversi ke dalam kapasitas atau produktivitas kerja, sehingga sumber daya cenderung untuk menghabiskan waktu yang ada, padahal pekerjaan bisa dilakukan lebih cepat dari itu. Proyek periklanan yang sebagian besar didominasi aktivitas jasa, kecenderungan kejadian Student s Syndrome sangat tinggi. Student s syndrome ialah kebiasaan manusia untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan ketika sudah mendekati deadline sehingga pengumpulan aktivitas terjadi di periode akhir. Penelitian ini pada dasarnya memberikan rekomendasi penjadwalan dengan pendekatan Critical Chain atau biasa dikenal dengan metode CCPM (Critical Chain Project Management). Metode penjadwalan CCPM merupakan pengembangan dari metode CPM. Perbedaan secara teoritis terletak pada penentuan letak waktu cadangan dan resource allocation. Dimana CCPM memindahkan waktu cadangan atau time buffer pada periode akhir proyek. Sehingga dapat mempercepat pengerjaan proyek sejumlah banyaknya waktu cadangan, tentunya dengan asumsi bahwa waktu cadangan tersebut tidak terpakai. Miinimasi waste dapat memperkecil peluang pemakaian waktu cadangan. Penentuan ukuran buffer didapatkan melalui perhitungan. Perhitungan yang lebih dianjurkan ialah dengan dihitung berdasarkan metode penjumlahan akar pangkat dua atau Square Root Of The Sum Of The Squares (SSQ) (Herroelen, 2001). Metode ini menggunakan dua parameter waktu yakni waktu standar rata-rata yang diasumsikan sebagai waktu yang masih menyimpan waktu cadangan (S) dan waktu tercepat (A) yang diasumsikan tanpa waktu cadangan. Besar buffer dapat dihitung menggunakan persamaan Hasil perhitungan menggunakan rumus SSQ didapatkan ukuran dan alokasi buffer time yang terdiri atas project buffer sebesar 7 hari dengan feeding buffer sebanyak 2 hari yang diletakkan sebelum WBS yaitu pekerjaan pembuatan desain iklan yang teridentifikasi memiliki peluang menimbulkan waste sehingga memerlukan buffer untuk meminimasi risiko tersebut. Feeding buffer dalam proyek periklanan Bank Jatim, diletakkan sebelum pekerjaan pembuatan script dimulai, hal ini untuk melindungi pekerjaan pembuatan script yang merupakan pekerjaan kritis. Penentuan sifat pekerjaan tersebut, merupakan hasil diskusi dengan pihak pelaksana proyek. Selain itu, data pengukuran critical waste juga melihat besarnya pengaruh pembuatan desain (script dan layout) pada proyek yang mana tergolong sebagai waste unsatisfied design. Didasari hal tersebut, perlu dialokasikan feeding buffer dengan tujuan agar variasi dari pekerjaan tersebut tidak menggangu pekerjaan kritis. Project buffer dapat dikonsumsi oleh rantai kritis lain yang tidak mendapatkan feeding buffer. Walaupun peluang kejadian penggunaan project buffer sebaiknya dapat diminimalkan untuk mencapai performansi kesuksesan pelaksanaan proyek yang lebih baik. Upaya tersebut dapat diraih melalui identifikasi langkah-langkah untuk mereduksi waste, sebab kejadian waste pada proyek memiliki dampak-dampak yang memaksa tim pelaksana proyek harus menggunakan project buffer tersebut. Setelah kedua nilai buffer time didapatkan maka disusun penjadwalan CCPM dengan memasukkan buffer time ke dalam jadwal baru. Durasi penyelesaian proyek apabila project buffer terkonsumsi secara keseluruhan adalah 34 hari kerja, atau sama dengan jumlah durasi awal. Apabila buffer time tidak dipergunakan maka penghematan yang dapat dicapai sebanyak 7 hari kerja yaitu penurunan total durasi menjadi 27 hari kerja. Dari sisi perusahaan, percepatan penyelesaian proyek dapat berdampak positif yaitu berkurangnya biaya, salah satunya biaya tenaga kerja. Mengingat jenis proyek periklanan merupakan jenis proyek jasa maka tenaga yang dipergunakan

5 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) adalah tenaga profesional terlatih berkeahlian khusus. Umumnya tenaga profesional ini tidak dibayar berdasarkan perhitungan jumlah hari. Akan tetapi tenaga profesional ini dibantu oleh pekerja tak terampil yang memiliki kemampuan yang lebih umum. Tenaga tak terampil ini contohnya kru produksi, pembantu umum, perlengkapan, sopir, dan lain sebagainya. Berikut merupakan estimasi rata-rata biaya tenaga kerja yang dapat dihemat perusahaan. Proses perhitungannya menggunakan asumsi. Apabila diasumsikan rata-rata jumlah minimal pekerja tak terampil yang dipakai di tiap departemen produksi (kreatif, fotografi, radio, dan video) berjumlah 3. Sehingga rata-rata total tenaga kerja tak terampil per hari berjumlah 12 orang (namun tentu saja komposisi dan jumlah pekerja tiap harinya berbeda-beda.) dengan rata-rata penerimaan gaji per hari sebesar Rp ,00 per orang. Sedangkan durasi penyelesaian proyek dengan asumsi project buffer tidak terkonsumsi adalah 27 hari kerja, atau selisih 7 hari kerja dari penjadwalan saat ini. Maka besar penghematan dapat dihitung dengan mengkalikan nilai upah rata-rata per hari dengan jumlah hari kerja dan dengan jumlah tenaga kerja. Hasilnya nilai dalam rupiah yang dapat dihemat adalah sebesar Rp ,00 X 12 X 7 = Rp ,00 Identifikasi waktu akibat potensi timbulnya waste akan berujung pada penggunaan durasi project buffer yang didesain sebagai waktu aman pengerjaan proyek. Kejadian ini sesungguhnya tidaklah diharapkan karena hal ini dapat secara langsung memperbesar beban biaya proyek melalui pertambahan durasi. Untuk itu dibutuhkan alat pengendalian penjadwalan yang mampu melibatkan faktor ketidakpastian. Dimana pada metode CCPM, alat tersebut berupa buffer management yang berfungsi mengawasi konsumsi buffer time. Konsumsi buffer time tersebut akan menentukan kapan pihak pelaksana proyek melakukan tindakan berdasarkan pemetaan jumlah buffer time yang dikonsumsi. Pihak pelaksana perlu mengontrol untuk mengambil tindakan terkait dengan penggunaan durasi project buffer, yakni dengan melihat seberapa besar durasi yang termakan,. Tabel 2 menguraikan analisa perhitungan zona konsumsi Project Buffer. Tabel 2. Zona konsumsi buffer time Zona pemakaian buffer Project Buffer Durasi yang telah terpakai (hari) 0%-33% %-66% %-100% 7 >5 Saat konsumsi buffer baru mencapai durasi terpakai sebesar 0-2 hari, maka posisi pemakaian durasi tersebut masih berada pada zona hijau yang berarti belum ada yang harus dilakukan. Namun, bilamana konsumsi buffer berada mencapai zona kuning, maka pihak pelaksana sudah harus merencanakan langkah-langkah mitigasi yang harus ditempuh agar buffer tidak terpakai seluruhnya. Langkah-langkah tersebut akan diimplementasikan ketika pemakaian buffer berada pada zona merah. Karena pada saat buffer telah terpakai hingga lebih dari 5 hari, maka peluang kejadian proyek untuk terlambat dari jadwal yang telah disepakati pada kontrak akan sangat tinggi. C. S-Curve Monitoring Kurva-S atau S-Curve adalah salah satu metode perencanaan dan kendali waktu pelaksanaan proyek yang populer dalam perencanaan dan monitoring jadwal pelaksanaan di proyek. Hampir sebagian besar proyek mensyaratkan dan telah lama menggunakan kurva-s baik pada proyek pemerintah maupun Swasta. Sayangnya saat ini, berdasarkan hasil pengamatan penulis, hampir jarang ditemui pemakaian kurva S dalam proyek periklanan. Seperti halnya pada proyek periklanan Bank Jatim, juga tidak menerapkan penggunaan kurva S sebagai alat bantu kontrol proyek. Untuk itu dalam penelitian ini mencoba membangun kurva- S tersebut menggunakan perbandingan antara total biaya tiap pekerjaan dengan total biaya proyek. Nilai bobot yang digabungkan dengan gantt chart penjadwalan proyek akan membentuk Kurva-S untuk masing- masing penjadwalan. Hasilnya seperti pada Gambar 3 didapatkan perbandingan Kurva-S antara penjadwalan awal dengan penjadwalan CCPM. Gambar. 3. Perbandingan Kurva-S yang menunjukkan perbedaan pencapaian proyek. Selain memberikan hasil perbandingan, Gambar 3 juga memberikan gambaran kondisi pelaksanaan proyek apabila kondisi ideal tercapai. Kondisi ideal yang dimaksudkan adalah buffer time tidak ada yang terpakai dan tidak terjadi waste pada proyek. Apabila dimisalkan, hasil penjadwalan metode CCPM sebagai kondisi perencanaan proyek (kondisi ideal), dan penjadwalan awal sebagai kondisi kritis karena seluruh buffer time terpakai, maka akan didapatkan visualisasi sederhana bagaimana kurva S melakukan peran pengendalian pada proyek. Dimisalkan pada mulanya proyek berjalan secara ideal, hingga mulai tanggal 22 Februari pencapaian aktual tidak sesuai dengan perencanaan akibat adanya waste. Bila waste tersebut tidak segera tertangani, maka akan terjadi keterlambatan dan selisih pencapaian dengan kondisi ideal semakin jauh. Apabila waste tidak berhasil ditangani dan pergerakan kurva pencapaian aktual bergerak bahkan di bawah proggress awal (kondisi kritis) atau di bawah garis hijau, maka dapat dipastikan proyek akan terlambat dari perjanjian pada kontrak. Melihat hasil visualisasi sederhana ini disimpulkan bahwa kontaktor dapat memanfaatkan kurva S sebagai alat pengendali jadwal dan biaya untuk proyek periklanan.

6 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) IV. KESIMPULAN/RINGKASAN Fungsi utama dari pengerjaan proyek adalah untuk mencapai hasil yang telah disepakati dalam kontrak dan memenuhi 3 tujuan pengerjaan proyek yaitu biaya yang minimal, waktu yang optimal dan kualitas yang memenuhi kepuasan konsumen. Dengan menerapkan aplikasi penjadwalan dengan pendekatan lean thinking maka hal tersebut terbukti mampu memenuhi tujuan pengerjaan proyek. Untuk membangun penjadwalan berbasis lean, maka terlebih dahulu melakukan identifikasi waste pada proyek. waste yang telah teridentifikasi dan diketahui langkah mitigasi akan memperkecil pelang keterlambatan proyek. Dengan melakukan penggabungan metode penjadwalan CCPM dengan metode evaluasi pencapaian dari S-Curve Monitoring akan menghasilkan penjadwalan dan pengeluaran biaya yang efektif. Waste yang sering terjadi (waste kritis) pada proyek periklanan adalah unsatisfied design dan waiting yang didapat berdasarkan hasil kuesioner dengan pihak kontraktor pelaksana proyek dan sub-contractor produksi. Rekomendasi respon teknis atau solusi mitigasi yang dapat dipergunakan untuk mencegah potensi risiko timbulnya waste adalah penggunaan teknologi komunikasi, standarisasi pembuatan layout dan script, standarisasi aktivitas survey lokasi, peningkatan pengawasan, pemberian sanksi keterlambatan, membangun kemitraan jangka panjang dengan supplier, dan proses riasan model dilakukan di tempat terpisah. Hasil perhitungan penjadwalan menggunakan metode CCPM, didapatkan waktu penyangga sebesar 7 hari sehingga estimasi durasi penyelesaian proyek apabila waktu penyangga atau buffer time tidak terkonsumsi adalah 27 hari. Besarnya nilai penghematan biaya tenaga kerja melalui penjadwalan menggunakan metode CCPM dengan kondisi waktu penyangga tidak terpakai ialah sebesar Rp ,00 DAFTAR PUSTAKA [1] Hines, P. & Taylor, D Going Lean. Lean Enterprise research Center Cardiff Business School, USA.Moubray, J., Reliability Centered Maintenance (RCM) II, 2nd Ed. New York: Industrial Press (1997) [2] Womack, J. & Jones, D Lean Thinking: Banish Waste And Create Wealth in Your Corporation, Simon and Schuster, New York [3] Ohno, T Toyota Production System: Beyond Large-Scale Production, Productivity Press, Portland [4] Steyn, Herman An investigation into the fundamentals of critical chain project scheduling. International Journal of Project Management, 19, [5] Cioffi, D. F A tool for managing projects: an analytic parameterization of the S-curve. International Journal of Project Management, 23,

APLIKASI LEAN THINKING PADA INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT SEMEN GRESIK

APLIKASI LEAN THINKING PADA INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT SEMEN GRESIK APLIKASI LEAN THINKING PADA INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT SEMEN GRESIK Krisna Ardi Wibawa, I Nyoman Pujawan Program Magister Manajemen Teknologi ITS Jl. Cokroaminoto 12 A Surabaya E-mail: WibawaCTI@yahoo.com

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... i ii iii vi ix x xi xii BAB I BAB II PENDAHULUAN 1.1 Latar

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (01) 1-5 1 PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK KONSTRUKSI MENGGUNAKAN CRITICAL CHAIN PROJECT MANAGEMENT DAN LEAN CONSTRUCTION UNTUK MEMINIMASI WASTE (STUDI KASUS : PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

Permasalahan yang akan dijadikan objek penelitian ini adalah keterlambatan pengerjan proyek pembuatan High Pressure Heater (HPH) di PT.

Permasalahan yang akan dijadikan objek penelitian ini adalah keterlambatan pengerjan proyek pembuatan High Pressure Heater (HPH) di PT. PT. Barata Indonesia merupakan perusahaan manufaktur dengan salah satu proyek dengan tipe job order, yaitu pembuatan High Pressure Heater (HPH) dengan pengerjaan pada minggu ke 35 yang seharusnya sudah

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI LEAN MANUFACTURING UNTUK MENGURANGI LEAD TIME SHOULDER Studi Kasus PT.Barata Indonesia (Persero)

IMPLEMENTASI LEAN MANUFACTURING UNTUK MENGURANGI LEAD TIME SHOULDER Studi Kasus PT.Barata Indonesia (Persero) IMPLEMENTASI LEAN MANUFACTURING UNTUK MENGURANGI LEAD TIME SHOULDER Studi Kasus PT.Barata Indonesia (Persero) Ratnaningtyas, Moses Laksono Singgih Magister Managemen Teknologi, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

Pendekatan Konsep Lean untuk Mengidentifikasi Resiko pada Proyek Konstruksi Pembangunan Gedung SMUN 1 Giri Banyuwangi

Pendekatan Konsep Lean untuk Mengidentifikasi Resiko pada Proyek Konstruksi Pembangunan Gedung SMUN 1 Giri Banyuwangi Petunjuk Sitasi: Prisilia, H., & Purnomo, D. A. (2017). Pendekatan Konsep Lean untuk Mengidentifikasi Resiko pada Proyek Konstruksi Pembangunan Gedung SMUN 1 Giri Banyuwangi. Prosiding SNTI dan SATELIT

Lebih terperinci

PENDEKATAN LEAN THINKING UNTUK PENGURANGAN WASTE PADA PROSES PRODUKSI PLASTIK PE

PENDEKATAN LEAN THINKING UNTUK PENGURANGAN WASTE PADA PROSES PRODUKSI PLASTIK PE PENDEKATAN LEAN THINKING UNTUK PENGURANGAN WASTE PADA PROSES PRODUKSI PLASTIK PE Shanty Kusuma Dewi 1*,Tatok Dwi Sartono 2 1,2 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Malang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Factors Influencing Contractor Performance in Indonesia: A Study of Non Value-Adding Activities

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Factors Influencing Contractor Performance in Indonesia: A Study of Non Value-Adding Activities BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Factors Influencing Contractor Performance in Indonesia: A Study of Non Value-Adding Activities Alwi et al. (2002) melakukan studi mengenai non value adding activities pada

Lebih terperinci

Penerapan Metode Lean Construction dan Penjadwalan Critical Chain Project Management

Penerapan Metode Lean Construction dan Penjadwalan Critical Chain Project Management Penerapan Metode Lean Construction dan Penjadwalan Critical Chain Project Management Dalam Pembangunan Proyek Konstruksi Gedung Universitas Widya Mandala (UWM) Surabaya (Studi Kasus: PT. PP (Persero).Tbk)

Lebih terperinci

PENINGKATAN EFISIENSI PELAYANAN PASIEN INSTALASI RAWAT JALAN DENGAN PENDEKATAN LEAN THINKING DAN TIME BASED PROCESS (STUDY KASUS DI RSU HAJI SURABAYA)

PENINGKATAN EFISIENSI PELAYANAN PASIEN INSTALASI RAWAT JALAN DENGAN PENDEKATAN LEAN THINKING DAN TIME BASED PROCESS (STUDY KASUS DI RSU HAJI SURABAYA) PENINGKATAN EFISIENSI PELAYANAN PASIEN INSTALASI RAWAT JALAN DENGAN PENDEKATAN LEAN THINKING DAN TIME BASED PROCESS (STUDY KASUS DI RSU HAJI SURABAYA) Nugroho Wicaksono, Moses L. Singgih Program Studi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada Proyek Pemasangan 3 (tiga) unit Lift Barang di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada Proyek Pemasangan 3 (tiga) unit Lift Barang di BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada Proyek Pemasangan 3 (tiga) unit Lift Barang di Gedung X yang berlokasi di Jakarta Utara. Penelitian dilakukan pada 01

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. produk akhir bagi pihak pengguna jasa konstruksi (Formoso et al, 2002).

TINJAUAN PUSTAKA. produk akhir bagi pihak pengguna jasa konstruksi (Formoso et al, 2002). II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Waste (Pemborosan) Waste dapat diartikan sebagai kehilangan atau kerugian berbagai sumber daya, yaitu material, waktu (yang berkaitan dengan tenaga kerja dan peralatan) dan modal,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Waste (Pemborosan) Menurut Al-Moghany (2006), waste bisa diartikan sebagai segala macam kehilangan pada material, waktu dan hasil moneter dari sebuah kegiatan tetapi tidak menambah

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Current State Value Stream Mapping. material dalam sistem secara keseluruhan. Value Stream Mapping yang digambarkan

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Current State Value Stream Mapping. material dalam sistem secara keseluruhan. Value Stream Mapping yang digambarkan BAB V ANALISA HASIL Pada bab ini akan dijabarkan hasil analisa dari pengolahan data yang telah dilakukan untuk selanjutnya digunakan sebagai dasar dalam pengembangan rekomendasi perbaikan pada sistem dan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI LEAN THINKING DALAM PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN GANGGUAN SPEEDY DI PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk. (TELKOM) DIVISI REGIONAL-V

IMPLEMENTASI LEAN THINKING DALAM PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN GANGGUAN SPEEDY DI PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk. (TELKOM) DIVISI REGIONAL-V IMPLEMENTASI LEAN THINKING DALAM PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN GANGGUAN SPEEDY DI PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk. (TELKOM) DIVISI REGIONAL-V Prita Lukitasari 1) dan Udisubakti Ciptomulyono 2) 1) Program

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek BAB III LANDASAN TEORI A. Manajemen Proyek Manajemen proyek adalah semua perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan koordinasi suatu proyek dari awal (gagasan) hingga berakhirnya proyek untuk menjamin

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE LEAN PROJECT MANAGEMENT DALAM PROYEK KONSTRUKSI PADA PEMBANGUNAN GEDUNG DPRD KABUPATEN OGAN ILIR

PENERAPAN METODE LEAN PROJECT MANAGEMENT DALAM PROYEK KONSTRUKSI PADA PEMBANGUNAN GEDUNG DPRD KABUPATEN OGAN ILIR PENERAPAN METODE LEAN PROJECT MANAGEMENT DALAM PROYEK KONSTRUKSI PADA PEMBANGUNAN GEDUNG DPRD KABUPATEN OGAN ILIR Dian Artika Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sriwijaya Jl. Srijaya Negara, Bukit Besar

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 8 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Manajemen Proyek Manajemen proyek konstruksi adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumberdaya untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan

Lebih terperinci

SIMULASI VALUE STREAM UNTUK PERBAIKAN PADA PROSES PRODUKSI PELUMAS (Studi Kasus LOBP PT. PERTAMINA UPMS V)

SIMULASI VALUE STREAM UNTUK PERBAIKAN PADA PROSES PRODUKSI PELUMAS (Studi Kasus LOBP PT. PERTAMINA UPMS V) SIMULASI VALUE STREAM UNTUK PERBAIKAN PADA PROSES PRODUKSI PELUMAS (Studi Kasus LOBP PT. PERTAMINA UPMS V) Rika Ajeng Priskandana, I Nyoman Pujawan Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

PROSES ELIMINASI WASTE DENGAN METODE WASTE ASSESSMENT MODEL & PROCESS ACTIVITY MAPPING PADA DISPENSING

PROSES ELIMINASI WASTE DENGAN METODE WASTE ASSESSMENT MODEL & PROCESS ACTIVITY MAPPING PADA DISPENSING Journal Industrial Manufacturing Vol. 3, No. 1, Januari 2018, pp. 45-50 P-ISSN: 2502-4582, E-ISSN: 2580-3794 PROSES ELIMINASI WASTE DENGAN METODE WASTE ASSESSMENT MODEL & PROCESS ACTIVITY MAPPING PADA

Lebih terperinci

PERBAIKAN SISTEM DISTRIBUSI MENGGUNAKAN PENDEKATAN LEAN THINKING

PERBAIKAN SISTEM DISTRIBUSI MENGGUNAKAN PENDEKATAN LEAN THINKING PERBAIKAN SISTEM DISTRIBUSI MENGGUNAKAN PENDEKATAN LEAN THINKING Moses L. Singgih dan Andrie Sandi Pramono Jurusan Teknik Industri ITS Kampus ITS Sukolilo Surabaya email: moses@ie.its.ac.id;future_sandi@yahoo.com

Lebih terperinci

PENDEKATAN LEAN THINKING DALAM MEMINIMASI WASTE PADA SISTEM PEMENUHAN ORDER GUNA MENGURANGI BIAYA DAN WAKTU (Studi Kasus : PT Kasa Husada Wira Jatim)

PENDEKATAN LEAN THINKING DALAM MEMINIMASI WASTE PADA SISTEM PEMENUHAN ORDER GUNA MENGURANGI BIAYA DAN WAKTU (Studi Kasus : PT Kasa Husada Wira Jatim) PENDEKATAN LEAN THINKING DALAM MEMINIMASI WASTE PADA SISTEM PEMENUHAN ORDER GUNA MENGURANGI BIAYA DAN WAKTU (Studi Kasus : PT Kasa Husada Wira Jatim) Moses L. Singgih dan M.Vina Permata Laboratorium Sistem

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek BAB III LANDASAN TEORI A. Manajemen Proyek Manajemen proyek konstruksi merupakan rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Dalam rangkaian kegiatan tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste

BAB I PENDAHULUAN. Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan 1 Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste (pemborosan) di dalam proses, atau dapat juga dikatakan sebagai suatu konsep

Lebih terperinci

MANAJEMEN PROYEK. Pembelajaran Daring Indonesia Terbuka & Terpadu

MANAJEMEN PROYEK. Pembelajaran Daring Indonesia Terbuka & Terpadu Program Mata Kuliah Terbuka MANAJEMEN PROYEK Pembelajaran Daring Indonesia Terbuka & Terpadu MATERI DAN REFERENSI Dokumen ini merupakan rangkaian dari dokumen pembelajaran program mata kuliah terbuka MANAJEMEN

Lebih terperinci

Lean Thinking dan Lean Manufacturing

Lean Thinking dan Lean Manufacturing Lean Thinking dan Lean Manufacturing Christophel Pratanto No comments Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste (pemborosan) di dalam proses, atau dapat juga dikatakan sebagai

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek BAB III LANDASAN TEORI A. Manajemen Proyek Manajemen proyek konstruksi adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan

Lebih terperinci

KAJIAN WASTE PADA PRODUKSI BENANG DENGAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING DI PT. XYZ SURABAYA

KAJIAN WASTE PADA PRODUKSI BENANG DENGAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING DI PT. XYZ SURABAYA KAJIAN WASTE PADA PRODUKSI BENANG DENGAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING DI PT. XYZ SURABAYA Minto waluyo Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa

Lebih terperinci

Pengertian Manajemen Proyek

Pengertian Manajemen Proyek MANAJEMEN PROYEK Pengertian Manajemen Proyek Suatu manajemen yang menangani proyek secara menyeluruh, dimulai dari pengembangan ide atau gagasan awal, perencanaan pembiayaan proyek, serta perencanaan kualitas

Lebih terperinci

PERBAIKAN PROSES PRODUKSI BLENDER MENGGUNAKAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING DI PT. PMT

PERBAIKAN PROSES PRODUKSI BLENDER MENGGUNAKAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING DI PT. PMT PERBAIKAN PROSES PRODUKSI BLENDER MENGGUNAKAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING DI PT. PMT Rian Adhi Saputra 1*), Moses L. Singgih 2) Bidang Keahlian Manajemen Industri Program Studi Magister Manajemen Teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Dalam suatu proyek konstruksi, waktu merupakan salah satu faktor yang sangat penting. Oleh karena itu, sebisa mungkin pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan tentang latar belakang penelitian, penjelasan mengenai permasalahan yang diangkat yaitu berupa perumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai, batasan masalah, dan sistematika

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Manajemen Proyek Manajemen proyek konstruksi adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE LEAN PROJECT MANAGEMENT DALAM PERENCANAAN PROYEK KONSTRUKSI (STUDI KASUS: PEMBANGUNAN GEDUNG MANTOS TAHAP III)

PENERAPAN METODE LEAN PROJECT MANAGEMENT DALAM PERENCANAAN PROYEK KONSTRUKSI (STUDI KASUS: PEMBANGUNAN GEDUNG MANTOS TAHAP III) PENERAPAN METODE LEAN PROJECT MANAGEMENT DALAM PERENCANAAN PROYEK KONSTRUKSI (STUDI KASUS: PEMBANGUNAN GEDUNG MANTOS TAHAP III) Silvia Hermina Stevania Untu Ariestides K. T. Dundu, Robert J. M. Mandagi

Lebih terperinci

MANAJEMEN PROYEK Konsep & Implementasi

MANAJEMEN PROYEK Konsep & Implementasi MANAJEMEN PROYEK Konsep & Implementasi Oleh : Budi Santosa Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2009 Hak Cipta 2009 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian

Lebih terperinci

Disusun Oleh : Itqan Archia NRP Dosen Pembimbing: Prof.Ir. Moses L.Singgih,M.Sc,PhD. NIP

Disusun Oleh : Itqan Archia NRP Dosen Pembimbing: Prof.Ir. Moses L.Singgih,M.Sc,PhD. NIP Penerapan Metode Lean Construction dan Penjadwalan Critical Chain Project Management Dalam Pembangunan Proyek Konstruksi Gedung Universitas Widya Mandala (UWM) Surabaya (Studi Kasus: PT. PP (Persero).Tbk)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan tentang latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Era globalisasi yang dihadapi

Lebih terperinci

Oleh : RATIH INDRI HAPSARI

Oleh : RATIH INDRI HAPSARI Oleh : RATIH INDRI HAPSARI 2507100098 I. PENDAHULUAN Latar belakang Rumusan Masalah Ruang Lingkup Tujuan Manfaat II.TINJAUAN PUSTAKA Siklus Hidup Proyek Peranan LPM Dalam Proyek Macam waste Dalam Proyek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas mengenai dasar-dasar teori yang akan dijadikan sebagai acuan, prosedur dan langkah-langkah dalam melakukan penelitian, sehingga permasalahan yang diangkat

Lebih terperinci

Tahap pertama merupakan penentuan hubungan tiap kegiatan

Tahap pertama merupakan penentuan hubungan tiap kegiatan 103 Perencanaan ulang yang diusulkan yaitu dengan menggunakan metode CCPM (Critical Chain Project Management). CCPM merupakan suatu metode baru dalam penjadwalan proyek agar selesai tepat pada waktunya.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana Teknik Industri pada Fakultas

KATA PENGANTAR. persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana Teknik Industri pada Fakultas KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan kasih sayangnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul IMPLEMENTASI KONSEP LEAN THINKING

Lebih terperinci

Pertemuan 3. Manajemen Proyek Perangkat Lunak. Proses Dalam Manajemen PL

Pertemuan 3. Manajemen Proyek Perangkat Lunak. Proses Dalam Manajemen PL Pertemuan 3 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Proses Dalam Manajemen PL Manajemen proyek merupakan lapisan pertama dalam proses rekayasa perangkat lunak skala besar. Untuk menuju pada proyek yang berhasil,

Lebih terperinci

Penerapan Lean Manufacturing untuk Mengidentifikasi dan Meminimasi Waste Pada Pt. Mutiara Dewi Jayanti

Penerapan Lean Manufacturing untuk Mengidentifikasi dan Meminimasi Waste Pada Pt. Mutiara Dewi Jayanti JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Penerapan Lean Manufacturing untuk Mengidentifikasi dan Meminimasi Waste Pada Pt. Mutiara Dewi Jayanti Hanum Febrilliani Valentine,

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN PENGURANGAN WASTE DENGAN PENDEKATAN LEAN PADA SISTEM DISTRIBUSI DI PT.

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN PENGURANGAN WASTE DENGAN PENDEKATAN LEAN PADA SISTEM DISTRIBUSI DI PT. Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN 2337-4349 PENGURANGAN WASTE DENGAN PENDEKATAN LEAN PADA SISTEM DISTRIBUSI DI PT. SUPRALITA MANDIRI Annisa Kesy Garside 1*, Faraningrum Restiana 2 1,2 Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil evaluasi penerapan manajemen pengendalian proyek South

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil evaluasi penerapan manajemen pengendalian proyek South BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Dari hasil evaluasi penerapan manajemen pengendalian proyek South Sumatra NGL Project PT. Tripatra dapat dilihat dari aspek lingkungan pengendalian dan proses pengendalian.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lean Thinking Pada dasarnya konsep lean adalah konsep perampingan atau efisiensi. Konsep ini dapat diterapkan pada perusahaan manufaktur maupun jasa, karena pada dasarnya konsep

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang mengalami pertumbuhan jumlah penduduk cukup pesat. Pertambahan jumlah penduduk berdampak

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek BAB III LANDASAN TEORI A. Manajemen Proyek Menurut Widiasanti (2013) manajemen diartikan sebagai kemampuan untuk memperoleh hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan sekelompok orang. Pengertian

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya untuk

BAB III LANDASAN TEORI. mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya untuk 9 BAB III LANDASAN TEORI A. Manajemen Proyek Manajemen proyek konstruksi adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Manajemen Proyek Manajemen proyek konstruksi adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan

Lebih terperinci

ANALISA LEAN SERVICE DALAM MEMINIMALKAN WASTE PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM BANYUWANGI

ANALISA LEAN SERVICE DALAM MEMINIMALKAN WASTE PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM BANYUWANGI ANALISA LEAN SERVICE DALAM MEMINIMALKAN WASTE PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM BANYUWANGI Harliwanti Prisilia 1) dan Putu Dana Karningsih 2) 1) Program Pasca Sarjana Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

PENERAPAN VALUE STREAM MAPPING UNTUK EVALUASI DAN PERBAIKAN SISTEM PRODUKSI PADA PT. REMAJA PRIMA ENGINEERING (RPE)

PENERAPAN VALUE STREAM MAPPING UNTUK EVALUASI DAN PERBAIKAN SISTEM PRODUKSI PADA PT. REMAJA PRIMA ENGINEERING (RPE) PENERAPAN VALUE STREAM MAPPING UNTUK EVALUASI DAN PERBAIKAN SISTEM PRODUKSI PADA PT. REMAJA PRIMA ENGINEERING (RPE) Santi Nihayatur Rahmah, Moses L. Singgih MMT ITS, Surabaya Santy_nr@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015 APLIKASI PENDEKATAN KONSEP LEAN UNTUK MENGURANGI NON VALUE ADDED ACTIVITY PADA LEMBAGA KONSUIL (KOMITE NASIONAL KESELAMATAN UNTUK INSTALASI LISTRIK) DI BANYUWANGI Harliwanti Prisilia Jurusan Teknik Industri

Lebih terperinci

Reduksi Waste pada Proses Produksi Kacang Garing Medium Grade dengan Pendekatan Lean Six Sigma

Reduksi Waste pada Proses Produksi Kacang Garing Medium Grade dengan Pendekatan Lean Six Sigma F295 Reduksi Waste pada Proses Produksi Kacang Garing Medium Grade dengan Pendekatan Lean Six Sigma Ikha Sriutami dan Moses Laksono Singgih Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lead Time Istilah lead time biasa digunakan dalam sebuah industri manufaktur. Banyak versi yang dapat dikemukakan mengenai pengertian lead time ini. Menurut Kusnadi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri makanan dan minuman merupakan sektor strategis yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Industri makanan dan minuman merupakan sektor strategis yang akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri makanan dan minuman merupakan sektor strategis yang akan terus tumbuh. Segmen yang menjanjikan yaitu pasar minuman ringan. Pasar minuman ringan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Berdasarkan diagram alir pada gambar 3.1 dapat dijelaskan bahwa dalam melakukan penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan yang harus dilakukan mulai

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. berkenan memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat ANALISA PENERAPAN KONSEP LEAN THINKING

KATA PENGANTAR. berkenan memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat ANALISA PENERAPAN KONSEP LEAN THINKING KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah berkenan memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul : ANALISA

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek BAB III LANDASAN TEORI A. Manajemen Proyek Manajemen proyek konstruksi adalah penerapan ilmu pengetahuan, keahlian, dan keterampilan, cara teknis yang terbaik dan dengan sumber daya yang terbatas, untuk

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek BAB III LANDASAN TEORI A. Manajemen Proyek Manajemen proyek konstruksi adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang dapat meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang dan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang dapat meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam usaha peningkatan produktivitas, perusahaan harus mengetahui kegiatan yang dapat meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang dan jasa)

Lebih terperinci

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1 B A B 5 1 VSM adalah suatu teknik / alat dari Lean berupa gambar yg digunakan untuk menganalisa aliran material dan informasi yg disiapkan untuk membawa barang dan jasa kepada konsumen. VSM ditemukan pada

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI LEAN MANUFACTURE DENGAN METODE VSM UNTUK MENGURANGI WASTE PADA PROSES PRODUKSI KAPAL (Studi Kasus PT. PAL Divisi Kaprang)

IMPLEMENTASI LEAN MANUFACTURE DENGAN METODE VSM UNTUK MENGURANGI WASTE PADA PROSES PRODUKSI KAPAL (Studi Kasus PT. PAL Divisi Kaprang) IMPLEMENTASI LEAN MANUFACTURE DENGAN METODE VSM UNTUK MENGURANGI WASTE PADA PROSES PRODUKSI KAPAL (Studi Kasus PT. PAL Divisi Kaprang) Nur Muflihah (Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan diuraikan beberapa kesimpulan yang bisa ditarik berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan serta saran-saran bagi pihak PT. Otsuka Indonesia dan penelitian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Proyek Proyek merupakan sekumpulan aktivitas yang saling berhubungan dimana ada titik awal dan titik akhir serta hasil tertentu, proyek biasanya bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Toyota production system (TPS) sangat populer di dunia perindustrian.

BAB I PENDAHULUAN. Toyota production system (TPS) sangat populer di dunia perindustrian. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki tahun 1990, Lean Production System yang lahir dari Toyota production system (TPS) sangat populer di dunia perindustrian. Dimana tujuan dari sebuah

Lebih terperinci

Praktek Perencanaan dan Pengendalian Proyek pada Kontraktor Kecil

Praktek Perencanaan dan Pengendalian Proyek pada Kontraktor Kecil Praktek Perencanaan dan Pengendalian Proyek pada Kontraktor Kecil Muhamad Abduh 1, Andri Yanuar Rosyad 2, dan Susman Hadi 2 Abstrak: Kontraktor kecil di Indonesia menjadi bagian penting dari usaha pengembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. perusahaan selain manajemen sumber daya manusia, manajemen pemasaran dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. perusahaan selain manajemen sumber daya manusia, manajemen pemasaran dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Definisi Manajemen Operasi Manajemen operasi adalah salah satu fungsi bisnis yang penting di dalam perusahaan selain manajemen sumber daya manusia, manajemen

Lebih terperinci

MATERI 8 MEMULAI USAHA

MATERI 8 MEMULAI USAHA MATERI 8 MEMULAI USAHA 1. WORK BREAKDOWN STUCTURE Memulai usaha atau sebuah project membutuhkan perencanaan. Bagaimana kita dapat menyelesaikannya terdapat berbagai batasan pada definisi manajemen proyek

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI Jurnal dan referensi diperlukan untuk menunjang penelitian dalam pemahaman konsep penelitian. Jurnal dan referensi yang diacu tidak hanya dalam negeri namun juga

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada BAB V PENUTUP Pada bab penutup memaparkan mengenai simpulan dan saran atau rekomendasi berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya. 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. proyek ini adalah metode kontrak umum (generally contract method), dengan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. proyek ini adalah metode kontrak umum (generally contract method), dengan BAB IV Bab IV Analisis dan Pembahasan ANALISIS DAN PEMBAHASAN Proyek studi kasus adalah proyek konstruksi bangunan gudang yang berfungsi sebagai sarana penyimpanan beras. Proyek gudang ini memiliki kapasitas

Lebih terperinci

Project Time Management adalah suatu kegiatan yang mencakup semua proses dan

Project Time Management adalah suatu kegiatan yang mencakup semua proses dan Project Time Management adalah suatu kegiatan yang mencakup semua proses dan prosedur yang diperlukan agar proyek dapat berjalan tepat waktu. Gambaran umum project time management : Plan Schedule Management

Lebih terperinci

Analisa Perbaikan Penjadwalan Perakitan Panel Listrik Dengan Metode CPM dan PERT (Studi Kasus : PT. Mega Karya Engineering) ABSTRAK

Analisa Perbaikan Penjadwalan Perakitan Panel Listrik Dengan Metode CPM dan PERT (Studi Kasus : PT. Mega Karya Engineering) ABSTRAK Analisa Perbaikan Penjadwalan Perakitan Panel Listrik Dengan Metode CPM dan PERT (Studi Kasus : PT. Mega Karya Engineering) Tubagus Irwan Julkarnaen 1, Lely Herlina 2, Kulsum 3 1,2, 3 Jurusan Teknik Industri

Lebih terperinci

OPTIMASI LINI PRODUKSI DENGAN VALUE STREAM MAPPING DAN VALUE STREAM ANALYSIS TOOLS

OPTIMASI LINI PRODUKSI DENGAN VALUE STREAM MAPPING DAN VALUE STREAM ANALYSIS TOOLS OPTIMASI LINI PRODUKSI DENGAN VALUE STREAM MAPPING DAN VALUE STREAM ANALYSIS TOOLS Yosua Caesar Fernando 1 dan Sunday Noya 2 Abstract: Meminimalkan pemborosan dalam proses produksi adalah salah satu tujuan

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012 MENGURANGI AKTIVITAS-AKTIVITAS YANG TIDAK BERNILAI TAMBAH UNTUK MEMPERBAIKI ALIRAN PROSES PENERAPAN COMPUTERIZED MAINTENANCE MANAGEMENT SYSTEM (CMMS) DENGAN PENDEKATAN LEAN THINKING Chauliah Fatma Putri,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Umum Lean Lean pertama kali diperkenalkan oleh Toyota dan dikenal dengan Toyota Production System (Howell, 1999; Liker, 2004). Sistem Produksi Toyota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri manufaktur bertujuan untuk memproduksi barang secara ekonomis agar memperoleh keuntungan serta dapat menyelesaikan produk tepat pada waktunya. Selain itu,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metodologi penelitian bertujuan untuk memberikan kerangka penelitian yang sistematis sehingga dapat memberikan kesesuaian antara tujuan penelitian dengan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: A-530

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: A-530 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: 2301-9271 A-530 Penerapan Metode Lean Gainsharing Dalam Upaya Peningkatan Kesejahteraan Kinerja Karyawan Dengan Meningkatkan Produktivitas Maria Ulfa dan Moses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada pelaksanaan proyek biasanya terjadi berbagai kendala, baik kendala

BAB I PENDAHULUAN. Pada pelaksanaan proyek biasanya terjadi berbagai kendala, baik kendala BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada pelaksanaan proyek biasanya terjadi berbagai kendala, baik kendala yang sudah diperhitungkan maupun kendala yang di luar perhitungan. Kendalakendala tersebut diantaranya

Lebih terperinci

Analisa Risiko Pelaksanaan Proyek Apartemen Puncak Kertajaya Surabaya

Analisa Risiko Pelaksanaan Proyek Apartemen Puncak Kertajaya Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Analisa Risiko Pelaksanaan Proyek Apartemen Puncak Kertajaya Surabaya Bagus Prasetyo Budi dan I Putu Artama Wiguna Jurusan Teknik Sipil, FTSP, Institut

Lebih terperinci

PROJECT PLANNING AND CONTROL. Program Studi Teknik Industri Universitas Brawijaya

PROJECT PLANNING AND CONTROL. Program Studi Teknik Industri Universitas Brawijaya PROJECT PLANNING AND CONTROL Program Studi Teknik Industri Universitas Brawijaya PENDAHULUAN Benyamin Franklin time is money, time is money. modern finance, mengukur nilai sebuah proyek dengan menentukan

Lebih terperinci

PENENTUAN BUFFER SIZING DALAM PENERAPAN CRITICAL CHAIN PROJECT MANAGEMENT PADA SEBUAH PROYEK KONSTRUKSI

PENENTUAN BUFFER SIZING DALAM PENERAPAN CRITICAL CHAIN PROJECT MANAGEMENT PADA SEBUAH PROYEK KONSTRUKSI PENENTUAN BUFFER SIZING DALAM PENERAPAN CRITICAL CHAIN PROJECT MANAGEMENT PADA SEBUAH PROYEK KONSTRUKSI Christian Hadisurya Suyansen 1, William Sandika Martanto 2, Paulus Nugraha 3 ABSTRAK : Critical Chain

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing :H. Hari Supriyanto, Ir.MSIE Diusulkan Oleh : Aqil Azizi Start

Dosen Pembimbing :H. Hari Supriyanto, Ir.MSIE Diusulkan Oleh : Aqil Azizi Start Reduksi waste Pada Produksi kacang garing Dengan pendekatan lean six sigma Menggunakan Metode FMEA (study kasus pada PT.Dua Kelinci) Dosen Pembimbing :H. Hari Supriyanto, Ir.MSIE Diusulkan Oleh : Aqil

Lebih terperinci

3.11. Program Microsoft Project BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Tahap dan Prosedur Penelitian

3.11. Program Microsoft Project BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Tahap dan Prosedur Penelitian DAFTAR ISI Halaman Judul... i Lembar Pengesahan... ii Halaman Motto dan Persembahan... iii Intisari... v Kata Pengantar... vi Daftar Isi... viii Daftar Gambar... x Daftar Tabel... xi Daftar Lampiran...

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Tinjauan Umum Proyek dengan segala ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilibatkan didalamnya merupakan salah satu upaya manusia dalam membangun kehidupannya. Suatu proyek

Lebih terperinci

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Agronesia Divisi Industri Teknik Karet (INKABA) adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi berbagai jenis produk teknik berbahan baku utama karet, salah satunya adalah produk karet damper.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari banyak ditemui berbagai macam proyek

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari banyak ditemui berbagai macam proyek 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari banyak ditemui berbagai macam proyek pembangunan yang harus dikerjakan dengan baik. Demi kelancaran keberlangsungan suatu proyek

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi proses penerimaan order sampai dengan proses packing dengan mengeliminasi non-value added activities (aktivitas yang tidak bernilai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Penyelesaian masalah yang diteliti dalam tugas akhir ini memerlukan teori-teori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data. Beberapa teori tersebut digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan metodologi penelitian atau tahapan-tahapan penelitian yang akan dilalui dari awal sampai akhir. Metodologi penelitian perlu ditentukan terlebih

Lebih terperinci

UPAYA PENGURANGAN PEMBOROSAN DALAM MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING

UPAYA PENGURANGAN PEMBOROSAN DALAM MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING UPAYA PENGURANGAN PEMBOROSAN DALAM MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING Arik Hariyanto 1) dan Dwi Iryaning Handayani 2 Jurusan Teknik Industri Universitas Panca Marga Probolinggo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuntutan pembangunan di segala bidang semakin dirasakan, terutama di negara yang sedang berkembang, hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan taraf hidup

Lebih terperinci

KEWIRAUSAHAAN III. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III. Endang Duparman. Modul ke: Arissetyanto. Fakultas SISTIM INFORMASI

KEWIRAUSAHAAN III. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III. Endang Duparman. Modul ke: Arissetyanto. Fakultas SISTIM INFORMASI Modul ke: 05 KEWIRAUSAHAAN III Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III Fakultas SISTIM INFORMASI Endang Duparman Program Studi INFORMATIKA www.mercubuana.a.cid EVALUASI RENCANA PRODUKSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai satu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat persaingan di dunia industri dewasa ini semakin ketat, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat persaingan di dunia industri dewasa ini semakin ketat, sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat persaingan di dunia industri dewasa ini semakin ketat, sehingga diperlukan berbagai upaya untuk memenangkan persaingan ini. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

REKAYASA SISTEM BAB I PENDAHULUAN

REKAYASA SISTEM BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1. UMUM REKAYASA SISTEM Pada tahun 1957 didirikan sebuah proyek milik angkatan laut Amerika Serikat yang diberi nama proyek Polaris, yaitu sebuah proyek pembuatan peluru kendali yang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Sistem Informasi Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil 2006 / 2007

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Sistem Informasi Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil 2006 / 2007 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Sistem Informasi Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil 2006 / 2007 PERENCANAAN MANAJEMEN PROYEK LIPPOBANK EXTENDED SUPPORT ( E-DISCOUNT ) PADA PT. MULTIPOLAR CORPORATION

Lebih terperinci

Designing Work Standards to Reduce Lead Time Delivery using Value Stream Mapping Method: A Case Study

Designing Work Standards to Reduce Lead Time Delivery using Value Stream Mapping Method: A Case Study JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULY AGUSTUS SEPTEM OKTOBER NOVEM DESEMB Wijaya. / Designing Work Standards using VSM Method: A Case Study/ Jurnal Titra, Vol. 4, No.2, Juli 2016, pp.21-28 Designing

Lebih terperinci