B A B II TINJAUAN PUSTAKA. atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "B A B II TINJAUAN PUSTAKA. atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain,"

Transkripsi

1 6 B A B II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelecehan Seksual Pengertian a. Pelecehan/Kekerasan Pelecehan atau kekerasan dalam arti Kamus Bahasa Indonesia adalah suatu perihal yang bersifat, berciri keras, perbuatan seseorang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain, atau ada paksaan. Dari penjelasan di atas, pelecehan merupakan wujud perbuatan yang lebih bersifat fisik yang mengakibatkan luka, cacat, sakit atau penderitaan orang lain. Salah satu unsur yang perlu diperhatikan adalah berupa paksaan atau ketidakrelaan atau tidak adanya persetujuan pihak lain yang dilukai (Usman dan Nachrowi, 2004). b. Seksualitas Defenisi seksualitas yang dihasilkan dari Konferensi APNET (Asia Pasific Network For Social Health) di Cebu, Filipina 1996 mengatakan seksualitas adalah sekpresi seksual seseorang yang secara sosial dianggap dapat diterima serta mengandung aspek-aspek kepribadian yang luas dan mendalam. Seksualitas merupakan gabungan dari perasaan dan perilaku seseorang yang tidak hanya didasarkan pada ciri seks secara biologis, tetapi juga merupakan suatu aspek kehidupan manusia yang tidak dapat dipisahkan dari aspek kehidupan yang lain (Semaoen, 2000). 6

2 7 Menurut Depkes RI pengertian seksualitas adalah suatu kekuatan dan dorongan hidup yang ada diantara laki-laki dan perempuan, dimana kedua makhluk ini merupakan suatu sistem yang memungkinkan terjadinya keturunan yang sambung menyambung sehingga eksistensi manusia tidak punah (Abineno, 1999). Di dalam pengertian tersebut diatas terdapat 2 aspek dari seksualitas yaitu : 1. Seksualitas dalam arti sempit Dalam arti sempit seks berarti kelamin. Yang termasuk dalam kelamin adalah sebagai berikut : a) Alat kelamin itu sendiri. b) Kelenjar dan hormon-hormon dalam tubuh yang mempengaruhi bekerjanya alat-alat kelamin. c) Anggota-anggota tubuh dari ciri-ciri badaniah lainnya yang membedakan lakilaki dan wanita ( misalnya perbedaan suaru, pertumbuhan kumis dan payudara dari sebagainya ). d) Hubungan kelamin (senggama/percumbuan). e) Proses pembuahan, kehamilan dan kelahiran (termasuk pencegahan kehamilan atau yang lebih dikenal dengan istilah KB). 2. Seksualitas dalam arti luas Yaitu segala hal yang terjadi sebagai akibat dari adanya perbedaan jenis kelamin, antara lain : a) Perbedaan tingkah laku : lembut, kasar, genit dan lain-lain. b) Perbedaan atribut : pakaian, nama dan lian-lain. c) Perbedaan peran dan lain-lain.

3 8 c. Pelecehan Seksual Pelecehan seksual adalah segala macam bentuk perilaku yang berkonotasi atau mengarah kepada hal-hal seksual yang dilakukan secara sepihak dan tidak diharapkan oleh orang yang menjadi sasaran sehingga menimbulkan reaksi negatif seperti malu, marah, benci, tersinggung, dan sebagainya pada diri individu yang menjadi korban pelecehan tersebut. Rentang pelecehan seksual ini sangat luas, yakni meliputi: main mata, siulan nakal, komentar berkonotasi seks atau gender, humor porno, cubitan, colekan, tepukan atau sentuhan di bagian tubuh tertentu, gerakan tertentu atau isyarat yang bersifat seksual, ajakan berkencan dengan iming-iming atau ancaman, ajakan melakukan hubungan seksual hingga perkosaan. Pelecehan seksual bisa terjadi di mana saja dan kapan saja. Meskipun pada umumnya para korban pelecehan seksual adalah kaum wanita, namun hal ini tidak berarti bahwa kaum pria kebal (tidak pernah mengalami) terhadap pelecehan seksual (Irfan, 2001). Pelecehan seksual bisa terjadi di mana saja dan kapan saja, seperti di bus, pabrik, supermarket, bioskop, kantor, hotel, trotoar, baik siang maupun malam. Pelecehan seksual di tempat kerja seringkali disertai dengan janji imbalan pekerjaan atau kenaikan jabatan. Bahkan bisa disertai ancaman, baik secara terang-terangan ataupun tidak. Kalau janji atau ajakan tidak diterima bisa kehilangan pekerjaan, tidak dipromosikan, atau dimutasi. Pelecehan seksual bisa juga terjadi tanpa ada janji atau ancaman, namun dapat membuat tempat kerja menjadi tidak tenang, ada permusuhan, penuh tekanan (Anonim, 2008).

4 Tipe-Tipe Pelecehan Seksual. Meski berbagai kalangan berbeda pendapat dan pandangan mengenai pelecehan seksual, namun secara umum kriteria pelecehan seksual yang dapat diterima akal sehat, antara lain memiliki 10 tipe-tipe pelecehan seksual seperti ini : 1. Main mata atau pandangan yang menyapu tubuh, biasanya dari atas kebawah bak mata keranjang penuh nafsu. 2. Siulan nakal dari orang yang dikenal atau tidak dikenal. 3. Bahasa tubuh yang dirasakan melecehkan, merendahkan dan menghina. 4. Komentar yang berkonotasi seks. Atau kata-kata yang melecehkan harga diri, nama baik, reputasi atau pencemaran nama baik. 5. Mengungkapkan gurauan-gurauan bernada porno (humor porno) atau leluconlelucon cabul. 6. Bisikan bernada seksual. 7. Menggoda dengan ungkapan-ungkapan bernada penuh hasrat. 8. Komentar/perlakuan negatif yang berdasar pada gender. 9. Perilaku meraba-raba tubuh korban dengan tujuan seksual. a) Cubitan, colekan, tepukan atau sentuhan di bagian tubuh tertentu. b) Meraba tubuh atau bagian tubuh sensitif. c) Menyentuh tangan ke paha. d) Menyentuh tangan dengan nafsu seksual pada wanita e) Memegang lutut tanpa alasan yang jelas f) Menyenderkan tubuh ke wanita

5 10 g) Memegang tubuh, atau bagian tubuh lain dan dirasakan sangat tidak nyaman bagi korban. h) Menepuk-nepuk bokong perempuan i) Berusaha mencium atau mengajak berhubungan seksual. j) Mencuri cium dan kabur k) Gerakan tertentu atau isyarat yang bersifat seksual l) Ajakan berkencan dengan iming-iming m) Ajakan melakukan hubungan seksual 10. Pemaksaan berhubungan seksual dengan iming-iming atau ancaman kekerasan atau ancaman lainnya agar korban bersedia melakukan hubungan seksual, dan sebagainya. Perkosaan adalah pelecehan paling ekstrem (Anonim, 2008) Bentuk Pelecehan Seksual. Adapun bentuk-bentuk yang terjadi pelecehan seksual terhadap pekerja anak wanita di Kecamatan Kota Kisaran Timur adalah seorang pekerja anak wanita berusaha mencium, memukul patat, meraba paha, mengajak berkencan dengan memberikan imbalan, memaksa melakukan hubungan seksual dengan ancaman (Survei Pendahuluan, 2009) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelecehan Seksual Terhadap Pekerja Anak. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pelecehan seksual terhadap pekerja anak wanita (Usman dan Nachrowi, 2004) yaitu : umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan sosial dengan lingkungan, waktu kerja, fasilitan pekerja, pengetahuan, pendapatan, dan berdasarkan pada saat survei pendahuluan sebagai berkut : pakaian,

6 11 teknologi, keluarga, kejiwaan, sikap, postur tubuh, imbalan, ancaman, perlindungan keluarga, kebudayaan, agama, dan kebiasaan pimpinan. a. Umur Anak Menurut ILO, memberi batasan pekerja anak yaitu pekerja yang berumur dibawah 18 tahun. Berdasarkan data dari BPS jumlah pekerja anak pada usia < 18 tahun (61,79%) lebih tinggi dari pekerja anak > 18 tahun (38,21%) tahun 2008 ( BPS, 2008). b. Pendidikan Pendidikan adalah proses menuju keperubahan perilaku masyarakat dan akan memberi kesempatan pada individu untuk menemukan ide/nilai baru. Pendidikan mempengaruhi sikap dan tingkah laku manusia (Notoatmodjo, 2005). Berdasarkan data dari BPS 2008 menunjukan bahwa penduduk Asahan umunya mempunyai pendidikan masih rendah. Bila dilihat dari persentase tertinggi adalah tidak pernah sekolah/tidak tamat SD (32,77%), Tamat SD (29,24%), Tamat SLTP ( 20,42 %), Tamat SLTA (15,46%), Sarjana (1,66%) dan Diploma (0,45%). c. Pekerjaan Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh anak secara rutin dan terus menerus di luar rumah dan menghasilkan uang. Berdasarkan data pekerjaan dari BPS 2008, ternyata sebagian besar anak-anak bekerja sebagai pekerja keluarga/ PRT (pembantu rumah tangga) sebesar 20,4 %, anak jalanan sebesar 16,6%, pekerja pabrik roti sebesar 14,71%, karyawan toko sebesar 12,44%, asongan kreta api sebesar 10,56%, pemulung sebesar 8,71% dan 16,59% (asongan terminal dan berlayar).

7 12 d. Hubungan Sosial dengan Lingkungannya Adapun hubungan sosial pekerja anak wanita dengan lingkungannya ditunjukkan berdasarkan hubungan dengan atasan, dan hubungan teman. e. Waktu Kerja Dalam bidang ketenagakerjaan waktu kerja normal seorang pekerja dewasa adalah 35 jam per minggu. Sedangkan untuk anak-anak, dengan mengacu pada Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 1 tahun 1987, yang membatasi anak untuk bekerja 3 jam sehari, maka batasan jam kerja anak yang ditoleri adalah 20 jam per minggu. (Usman dan Nachrowi, 2004) f. Fasilitas Pekerjaan Dalam hal fasilitas pekerjaan, mereka mendapatkan apa yang didapatkan oleh pekerja pada tingkatan yang sama. Jika merasakan sakit di tempat kerja, mereka akan dibawa berobat dan pekerja anak juga mendapatkan tunjungan, baik secara terbuka dan tertutup, salah satu contoh tunjuangan hari raya. (Usman dan Nachrowi, 2004). g. Pengetahuan Pengetahuan adalah suatu pemahaman anak atau hasil dari tahu dan ini terjadi setelah penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengar, penciuman, rasa dan raba (Ellisman, 2002). h. Pendapatan Pendapatan adalah hak pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha kepada pekerja atas suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan, ditetapkan, dan dibayarkan menurut suatu perjanjian

8 13 kerja kesepakatan, atau peraturan perundang-undang, termasuk tunjangan bagi pekerja dan keluarganya (Anonim, 2008). i. Pakaian Pakaian adalah suatu alat penutup tubuh manusia atau seorang pekerja. Pakaian juga merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya pelecehan seksual. Adapun pakaian yang dipakai oleh pekerja seperti baju ketat, celana/rok pendek bahkan cuma memakai tank top. j. Teknologi Berdasarkan hasil wawancara, bahwa Teknologi merupakan pengembangan dan aplikasi dari alat, mesin, material, dan proses yang menolong manusia menyampaikan masalahnya. Teknologi juga dapat merusak manusia, contohnya, penyalagunaan teknologi dengan mengakses informasi yang dapat membuat masyarakat menjadi jahat. Contohnya mengakses adegan pornografi dan pornoaksi. k. Keluarga Berdasarkan hasil wawancara, bahwa keluarga merupakan suatu motivasi atau arahan kepada si pekerja anak dalam menjalani kehidupan. l. Kejiwaan Berdasarkan hasil wawancara, bahwa kejiwaan adalah sebuah gejala normal dimana seseorang yang mendapatkan preasure atau tekanan yang memungkinkan orang tersebut tidak mampu menahannya, hingga timbulnya amarah.

9 14 m. Sikap Berdasarkan hasil wawancara, bahwa sikap adalah perasaan seseorang tentang obyek, aktivitas, peristiwa dan orang lain. Perasaan ini menjadi konsep yang merepresentasikan suka atau tidak sukanya (positif, negatif, atau netral) seseorang pada sesuatu. n. Postur Tubuh Berdasarkan hasil wawancara, bahwa Postur tubuh adalah bentuk lekukan tubuh mulai dari atas kepala sampai ujung kaki. Postur tubuh merupakan salah satu faktornya, sebab postur tubuh yang ideal akan lebih mudah terjadinya pelecehan seksual terhadap pekerja anak wanita. Contohnya postur tubuh yang seksi. o. Imbalan Berdasarkan hasil wawancara, imbalan merupakan upah yang wajib terima atau berhak memperoleh bayaran karena telah melakukan pekerjaan yang sesuai. Adapun imbalan yang diperoleh pekerja anak tersebut tidak sesuai. Adapun cara untuk memperoleh imbalan tinggi dengan melakukan permintaan, baik permintaan dengan cara paksaan atau kemauan sendiri. p. Ancaman Berdasarkan hasil wawancara, bahwa ancaman merupakan suatu faktor terjadinya pelecehan seksual. Apabila si pekerja anak tidak melakukan permintaan, akan diancam dengan dikeluarkan dari pekerjaan.

10 15 q. Perlindungan Keluarga Berdasarkan hasil wawancara, bahwa perlindungan keluarga sangat dibutuhkan, dimana si pekerja anak tidak merasa takut atau bimbangan, apabila si pekrja melakukan hal yang tidak wajar. r. Kebudayaan Berdasarkan hasil wawancara, bahwa kebudayaan merupakn awal bentuk yang berkaitan dengan budi dan akal penelitian. s. Agama Agama adalah pedoman hidup atau penuntun hidup. Berdasarkan hasil wawancara, pekerja anak wanita yang banyak terkena pada agama muslim. t. Kebiasaan Pimpinan Berdasarkan hasil wawancara, bahwa kebiasaan pimpinan merupakan salah satu faktor terjadiya pelecehan seksual. Dimana kebiasaan pimpinan harus dilakukan, apabila tidak si pekerja anak wanita tersebut akan mendapat saksi. Salah satu kebiasaan pimpinan adalah egois atau mau menang sendiri 2.2. Pekerja Anak Defenisi Pekerja Anak Secara umum pekerja anak atau buruh anak adalah anak-anak yang melakukan pekerjaan secara rutin untuk orang tuanya, untuk orang lain atau untuk dirinya sendiri yang membutuhkan sejumlah besar waktu, dengan menerima imbalan atau tidak. Sementara itu, batasan usia anak ternyata cukup variatif. UU Nomor 25/1997 tentang Ketenagakerjaan ayat 20 menyebutkan bahwa yang dimaksud anak adalah orang laki-laki atau perempuan yang berumur kurang dari 15 tahun. BPS

11 16 dalam penyajian data statistik membatasi pekerja anak sebagai penduduk yang berumur tahun. Menurut ILO memberi batasan pekerja anak lebih luas, yaitu pekerja yang berumur di bawah 18 tahun. Dengan definisi anak sebagai penduduk usia tahun, pada tahun 2003 Indonesia memiliki 566,5 ribu pekerja anak atau 2,8 persen terhadap total anak pada usia tersebut. Angka ini lebih rendah dibanding tahun 2001, yaitu sebanyak 948,7 jiwa (4,6 persen). Jika dipisahkan antara daerah perdesaan dan perkotaan, terlihat bahwa proporsi pekerjaan anak lebih tinggi di perdesaan. Namun di keduanya, terjadi penurunan proporsi pekerja anak secara konsisten. Penurunan jumlah pekerja anak juga terjadi di Kutai Kartanegara. Pada tahun 2000 jumlah pekerja anak adalah sebesar anak. Angka ini turun menjadi anak pada tahun Namun perlu dicatat bahwa angka pekerja anak yang terdata dalam survai BPS tidak mencerminkan seluruh pekerja anak. Seperti yang dikatakan demograf Terence H. Hull (Ellisman, 2002) Bentuk-bentuk Pekerja Anak Wanita Bentul-bentuk pekerja anak wanita yang di Kecamatan Kota Kisaran Timur Kabupaten Asahan yang diteliti adalah pekerja wanita yang berkerja sebagai pembantu rumah tangga, bekerja di arena kereta api dan terminal, karyawan pabrik roti, karyawan toko serta berkerja yang bergabung dengan kaum laki-laki (pemulung dan anak jalanan).

12 Analisis Faktor Pengertian Analisis faktor merupakan nama umum yang menunjukan suatu prosedur, utamanya dipergunakan untuk mereduksi data atau meringkas dari variabel yang banyak diubah menjadi sedikit variabel, misalnya dari 15 variabel yang lama diubah menjadi 4 atau 5 variabel baru yang disebut faktor dan masih memuat sebagian besar informasi yang terkandung dalam variabel asli (original variabel ) (Supranto, 2004). Selain itu analisis faktor dapat juga berfungsi sebagai alat uji validasi internal dari alat ukur yang dipergunakan (Ridwan, 2002). Analisis faktor merupakan salah satu teknik analisis statistik multivariat, dengan titik berat yang diminati adalah hubungan secara seksama bersama pada semua variabel tanpa membedakan variabel tergantung dan variabel bebas atau disebut sebagai metode antar ketergantungan (interdependence methods). Proses analisis faktor mencoba menemukan hubungan antar variabel yang saling independent tersebut, sehingga bisa dibuat satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit jumlah variabel awal sehingga memudahkan analisis statistik selanjutnya (Wibowo,2006). Tujuan yang penting dari analisis faktor adalah menyederhanakan hubungan yang beragam dan kompleks pada beberapa variabel yang diamati dengan menyatukan faktor atau dimensi yang saling berhubungan pada suatu struktur data yang baru yang mempunyai beberapa faktor yang lebih kecil (Wibisono,2003).

13 18 Analisis faktor dipergunakan di dalam situasi sebagai berikut (Supranto, 2004) : 1. Mengenali atau mengidentifikasi dimensi yang mendasari (Underling dimensions) atau faktor, yang menjelaskan korelasi antara suatu set variabel. 2. Mengenali atau mengidentifikasi suatu set variabel baru yang tidak berkorelasi (independent) yang lebih sedikit jumlahnya untuk menggantikan suatu set variabel asli yang saling berkorelasi di dalam analsis multivariat selanjutnya. 3. Mengenali atau mengidentifikasi suatu set variabel yang penting dari suatu set variabel yang lebih banyak jumlahnya untuk dipergunakan di dalam analisis multivariat selanjutnya Model Analisis Faktor Dan Statistik Yang Relevan Secara matematis, analisis faktor agak mirip dengan regresi linier berganda yaitu bahwa setiap variabel dinyatakan sebagai suatu kombinasi linier dari faktor yang mendasari. Dimana analisis regresi linier berganda dapat mengetahui besarnya pengaruh dari setiap variabel bebas terhadap variabel tak bebas serta meramalkan nilai variabel yang tak bebas tersebut (Supranto, 2004). Jumlah varian yang disumbangkan oleh suatu variabel dengan variabel lainnya yang tercakup dalam analisis disebut communality. Hubungan antara variabel yang diuraikan dinyatakan dalam suatu common factors yang sedikit jumlahnya ditambah dengan faktor yang unik untuk setiap variabel. Faktor yang unik tidak berkorelasi dengan sesama faktor yang unik dan juga tidak berkorelasi dengan common factor. Common factor sendiri bisa dinyatakan sebagai kombinasi linier dari variabelvariabel yang terlihat/terobservasi (the observed variables) hasil penelitian lapangan.

14 19 Common faktor adalah hubungan yang tidak berkorelasi dengan faktor unik. Faktor unik biasanya juga dianggap saling tidak berkorelasi, akan tetapi mungkin atau tidak mungkin berkorelasi saru sama lain. Masing-masing faktor dapat diekspresikan dengan persamaan sebagai berikut: F 1 = W i1 X 1 +W i2 X 2 +W i3 X W ik X k Dimana : F 1 adalah faktor W i adalah bobot variabel terhadap faktor K adalah jumlah variabel X adalah variabel Semakin besar bobot (Wi) suatu variabel terhadap faktor, maka pengaruh variabel terhadap faktor tersebut semakin erat, yang berarti perubahan variabel memberikan kontribusi yang semakin besar pada nilai faktor. Hal ini berlaku untuk keadaan sebaliknya (Supranto, 2004). Statistik kunci yang relevan dengan analisis faktor adalah : Bartllet s tes of sphericty yaitu suatu uji statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis bahwa variabel tidak saling berkorelasi (uncorrelated) dalam populasi Model Matematik Dalam Analisis Faktor Di dalam model analisis faktor, komponen hipotesis diturunkan dari hubungan antara variabel teramati. Model analisis faktor mensyaratkan bahwa hubungan antar variabel teramati harus linier dan nilai koefisien korelasi tak boleh nol, artinya benarbenar harus ada hubungan. Komponen hipotesis yang diturunkan harus memiliki sifat sebagai berikut:

15 20 1. Komponen hipotesis tersebut diberi nama faktor. 2. Variabel komponen hipotesis yang disebut faktor bisa dikelompokkan menjadi dua yaitu: common factor and unique factor. Dua komponen ini bisa dibedakan kalau dinyatakan dalam timbangan di dalam persamaan linier, yang menurunkan variabel terobservasi dari variabel komponen hipotesis. Common factor mempunyai lebih dari satu variabel dengan timbangan yang bukan nol nilainya. Suatu faktor unik hanya mempunyai satu variabel dengan timbangan yang tidak nol terikat dengan faktor. Jadi hanya satu variabel yang tergantung pada satu faktor unik. 3. Common factor selalu dianggap tidak berkorelasi dengan faktor unik. Faktor unik biasanya juga dianggap saling tidak berkorelasi, akan tetapi common factor mungkin atau tidak mungkin berkorelasi satu sama lainnya. 4. Umumnya dianggap bahwa jumlah common factor lebih sedikit dari jumlah variabel asli. Akan tetapi banyaknya faktor unik biasanya dianggap sama dengan banyaknya variabel asli Langkah-Langkah Analisis Faktor 1. Merumuskan Masalah Merumuskan masalah meliputi beberapa hal : 1. Tujuan analisis faktor harus diidentifikasi. 2. Variabel yang akan dipergunakan didalam analisis faktor dispesifikasi berdasarkan penelitian sebelumnya, teori dan pertimbangan dari peneliti. 3. Pengukuran variabel berdasarkan skala interval dan rasio.

16 21 4. Banyaknya elemen sampel (n) harus cukup/memadai, sebagai petunjuk N=85 dan d=90%. N n= 2 1+ N( d) n = jumlah sampel (0,1) = 2 N = jumlah populasi = 45 d = tingkat kepercayaan 2. Bentuk Matriks Korelasi. Proses analisis didasarkan pada suatu matriks korelasi agar variabel pendalaman yang berguna bisa diperoleh dari penelitian matriks ini. Agar analisis faktor bisa tepat dipergunakan, variabel-variabel yang akan dianalisis harus berkorelasi. Apabila koefisien korelasi antar variabel terlalu kecil, hubungannya lemah, analisis faktor menjadi tidak tepat. Prinsip utama Analisis faktor adalah korelasi, maka asumsi-asumsi akan terkait dengan metode statistik korelasi yaitu: 1. Besar korelasi atau korelasi independen variabel yang cukup kuat, misalnya diatas 0,5 atau bila dilihat tingkat signifikansinya adalah kurang dari 0,5. 2. Besar korelasi parsial, korelasi antar dua variabel dengan menganggap variabel lain adalah tetap (konstan) harus kecil. Pada SPSS deteksi korelasi parsial diberikan pada Anti Image Correlation. Statistik formal tersedia untuk menguji ketepatan model faktor yaitu Barlett s Test of Sphericity bisa digunakan untuk menguji hipotesis bahwa variabel tak berkorelasi di dalam populasi. Nilai yang besar untuk uji statistik, berati hipotesis nol

17 22 harus ditolak (berarti ada korelasi yang signifikan diantara beberapa variabel). Kalau hipotesis nol diterima, ketepatan analisis faktor harus dipertanyakan. Statistik lainnya yang berguna adalah KMO (Kaiser-Meyer-Olkin) mengukur kecukupan sampling (sampling adequancy). Indeks ini membandingkan besarnya koefisien korelasi terobservasi dengan besarnya koefisien korelasi parsial. Nilai KMO yang kecil menunjukkan korelasi antar pasangan variabel tidak bisa diterangkan oleh variabel lain dan analisis faktor mungkin tidak tepat. a. Harga KMO sebesar 0,9 adalah sangat memuaskan b. Harga KMO sebesar 0,8 adalah memuaskan c. Harga KMO sebesar 0,7 adalah harga menengah d. Harga KMO sebesar 0,6 adalah cukup e. Harga KMO sebesar 0,5 adalah kurang memuaskan f. Harga KMO sebesar 0,4 adalah tidak dapat diterima. Measure of Sampling Adequacy (MSA) ukuran dihitung untuk seluruh matriks korelasi dan setiap variabel yang layak untuk diaplikasikan pada analisis faktor. Nilai MSA yang rendah merupakan pertimbangan untuk membuang variabel tersebut pada tahap analisis selanjutnya. (Wibisono, 2003). Angka MSA berkisar 0-1 menunjukan apakah sampel bisa dianalisis lebih lanjut (Wibowo A, 2006). a. MSA = 1, variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel lain. b. MSA > 0,5 variabel masih dapat diprediksi dan dapat dianalisis lebih lanjut. c. MSA < 0,5 variabel tidak dapat diprekdiksi dan tidak dapat dianalisis lebih lanjut.

18 23 3. Menentukan Metode Analisis Faktor Setelah ditetapkan bahwa analisis faktor merupakan teknik yang tepat untuk menganalisis data yang sudah dikumpulkan, kemudian ditentukan atau dipilih metode yang tepat untuk analisis faktor. Ada dua cara atau metode yang bisa dipergunakan dalam analisis faktor, khususnya untuk menghitung koefisien skor faktor, yaitu analisis komponen utama (Principal Component Analysis) dan analisis faktor umum (Common Factor Analysis) Di dalam principal component analysis, jumlah varian dalam data dipertimbangkan. Principal Component Analysis direkomendasikan kalau hal yang pokok ialah menentukan bahwa banyaknya faktor harus minimun dengan memperhitungkan varian maksimum dalam data untuk dipergunakan di dalam analisis multivariat lebih lanjut. Faktor-faktor tersebut dinamakan principal components. Di dalam common factor analysis, faktor diestimasi didasarkan pada common variance, communalities dimasukkan di dalam matriks korelasi. Metode ini dianggap tidak tepat kalau tujuan utamanya ialah mengenali/mengidentifikasi dimensi yang mendasari dan common variance yang menarik perhatian. Metode ini juga dikenal sebagai principal axis factoring (Supranto, 2004). Communalities ialah jumlah varian yang sumbangkan oleh suatu variabel dengan seluruh variabel lainnya dalam analisis. Bisa juga disebut proporsi atau bagian varian yang dijelaskan common factor, atau besarnya sumbangan suatu faktor terhadap varian seluruh variabel. Semakin besar communalities sebuah variabel, berarti semakin kuat hubungannya dengan faktor yang dibentuknya.

19 24 Eigenvalue merupakan jumlah varian yang dijelaskan oleh setiap faktor. Eigenvalue akan menunjukkan kepentingan relatif masing-masing faktor dalam menghitung varian yang dianalisis. (Wibowo, 2006). 4. Rotasi Faktor-Faktor Suatu hasil atau output yang penting dari analisis faktor ialah apa yang disebut matriks faktor pola (factor pattern matrix). Matriks faktor berisi koefisien yang dipergunakan untuk mengekspresikan variabel yang dibakukan dinyatakan dalam faktor. Koefisien-koefisien ini yang disebut muatan faktor, mewakili korelasi antarfaktor dan variabel. Suatu koefisien dengan nilai absolut/mutlak yang besar menunjukkan bahwa faktor dan variabel berkorelasi sangat kuat. Koefisien dari matriks faktor bisa dipergunakan untuk menginterpretasikan faktor. Meskipun matriks faktor awal yang belum dirotasi menunjukkan hubungan antar faktor masing-masing variabel, jarang menghasilkan faktor yang bisa diinterpretasikan (diambil kesimpulannya), oleh karena faktor-faktor tersebut berkorelasi atau terkait dengan banyak variabel (lebih dari satu). Di dalam melakukan rotasi faktor, kita menginginkan agar setiap faktor mempunyai muatan atau koefisien yang tidak nol atau yang signifikan untuk beberapa variabel saja. Dimana gunanya rotasi adalah untuk mengontrol/memeriksa variabel yang belum layak dimasukkan menjadi layak dimasukkan dalam buat penamaan. Demikian halnya kita juga menginginkan agar setiap variabel mempunyai muatan yang tidak nol atau signifikan dengan beberapa faktor saja, kalau mungkin dengan

20 25 satu faktor saja. Kalau terjadi bahwa beberapa faktor mempunyai muatan tinggi dengan variabel yang sama, sangat sulit untuk membuat interpretasi tentang terhadap seluruh varian (dari seluruh variabel asli) mengalami perubahan. Ada dua metode rotasi yang berbeda yaitu : 1. Orthogonal ratation, kalau sumbu dipertahankan tegak lurus sesamanya (bersudut 90 0 ). Metode rotasi yang banyak dipergunakan yaitu varimax, prosedur. Karena varimax adalah solusi awal yang terbaik dimana gamma=1 yang menunjukkan tingkat kepercayaan yang tinggi. Prosedur ini merupakan metode orthogonal yang berusaha meminimumkan (membuat sedikit mungkin) banyaknya variabel dengan muatan tinggi (high loading) pada satu faktor, dengan demikian memudahkan pembuatan interpretasi mengenai faktor. Rotasi orthogonal menghasilkan faktor-faktor yang tidak berkorelasi satu sama lain (uncorreclated each other) antara lain none, equimax, varimax, quartimax, orthomax. - None adalah pilih tidak untuk memutar solusi awal. - Equimax adalah pilih untuk melakukan rotasi equimax solusi awal (gamma=jumlah faktor /2). - Variamx adalah pilih untuk melakukan rotasi varimax solusi awal (gamma=1). - Quartimax adalah pilih untuk melakukan rotasi quatimax solasi awal (gamma=0). - Orthomax adalah pilih untuk melakukan rotasi orthomax solusi awal, kemudian masukkan gamma nilai antara 0 dan 1.

21 26 2. Oblique ratation, kalau sumbu tidak dipertahankan harus tegak lurus sesamanya (bersudut 90 0 ) dan faktor-faktor tidak berkorelasi. Kadang-kadang dengan membolehkan korelasi antar-faktor bisa menyederhanakan matriks faktor pola (factor pattern matrix). Oblique ratation harus dipergunakan kalau faktor dalam populasi berkorelasi sangat kuat (Supranto, 2004). 5. Interpretasi Faktor Interpretasi dipermudah dengan mengindentifikasi variabel yang muatannya besar pada faktor yang sama. Faktor tersebut kemudian bisa diinterpretasikan, dinyatakan dalam variabel yang mempunyai muatan tinggi padanya. Manfaat lainnya di dalam membantu untuk membuat interpretasi ialah menge-plot variabel, dengan menggunakan factor loading sebagai sumbu koordinat (sumbu F1 dan F2). Variabel pada ujung atau akhir suatu sumbu ialah variabel yang mempunyai high loading hanya pada faktor tertentu (faktor F1 dan F2) oleh karena itu bisa menyimpulkan bahwa faktor tersebut terdiri dari variabel-variabel tersebut. Sedangkan variabel yang dekat dengan titik asal (perpotongan sumbu F1 dan F2) mempunyai muatan rendah (low loading) pada kedua faktor. Variabel yang tidak dengan sumbu salah satu faktor berarti berkorelasi dengan kedua faktor tersebut. Kalau suatu faktor tidak bisa diberi label sebagai faktor tidak terdefinisikan atau faktor umum. Variabel-variabel yang berkorelasi kuat (nilai factor loading yang besar) dengan faktor tertentu dan memberikan inspirasi nama faktor yang bersangkutan (Supranto, 2004) 6. Menghitung Skor dan Nilai Faktor

22 27 Nilai faktor adalah ukuran yang mengatakan representasi suatu variabel oleh masing-masing faktor. Nilai faktor menunjukkan bahwa suatu data mewakili karakteristik khusus yang direpresentasikan oleh faktor. Nilai faktor ini selanjutnya digunakan untuk analisis lanjutan. Sebenarnya analisis faktor tidak harus dilanjutkan dengan menghitung skor atau nilai faktor, sebab tanpa menghitung pun hasil analisis faktor sudah bermanfaat yaitu mereduksi variabel yang banyak menjadi variabel baru yang lebih sedikit dari variabel aslinya. 7. Memilih Surrogate Variables Surrogate variable adalah suatu bagian dari variabel asli yang dipilih untuk digunakan di dalam analisis selanjutnya. Pemilihan surrogate variable meliputi sebagian dari beberapa variabel asli untuk dipergunakan di dalam analisis selanjutnya. Hal ini memungkinkan peneliti untuk melakukan analisis lanjutan dan menginterpretasikan hasilnya dinyatakan dalam variabel asli bukan dalam skor faktor. Dengan meneliti matriks faktor, kita bisa memilih untuk setiap faktor variabel dengan muatan tinggi pada faktor yang bersangkutan. Variabel tersebut kemudian bisa dipergunakan sebagai variabel pengganti atau surrogate variable untuk faktor yang bersangkutan. Proses untuk mencari variabel pengganti akan berjalan lancar kalau muatan faktor (factor loading) untuk suatu variabel jelas-jelas lebih tinggi daripada muatan faktor lainnya. Akan tetapi pilihan menjadi susah, kalau ada dua variabel atau lebih mempunyai muatan yang sama tingginya. Di dalam hal seperti ini, pemilihan antara variabel-variabel ini harus didasarkan pada pertimbangan teori dan pengukuran sebagai contoh, mungkin teori

23 28 menyarankan bahwa suatu variabel dengan muatan sedikit lebih kecil mungkin lebih penting daripada dengan sedikit lebih tinggi. Demikian juga halnya, kalau suatu variabel mempunyai muatan sedikit lebih rendah akan tetapi telah diukur lebih teliti/akurat, seharusnya dipilih sebagai surrogate variable. 8. Proses Analisis Faktor Secara garis besar tahapan pada analisis faktor adalah sebagai berikut: 1. Memilih variabel yang layak dimasukkan dalam analisis faktor. Oleh karena analisis faktor berupaya mengelompokkan sejumlah variabel, maka seharusnya ada korelasi yang cukup kuat diantara variabel, sehingga akan terjadi pengelompokkan. Jika sebuah variabel atau lebih berkorelasi lemah dengan variabel lainnya, maka variabel tersebut akan dikeluarkan dari analisis faktor. Alat seperti MSA atau Bartlett s Test dapat digunakan untuk keperluan ini. 2. Setelah sejumlah variabel terpilih, maka dilakukan ekstraksi variabel tersebut hingga menjadi satu atau beberapa faktor. 3. Faktor yang terbentuk dapat menggambarkan perbedaan diantara faktor-faktor yang ada. Hal tersebut akan mengganggu analisis, karena justru sebuah faktor harus berbeda secara nyata dengan faktor lain. 4. Kemudian mengartikan hasil penemuan (artinya faktor-faktor tersebut mewakili variabel yang mana saja)

24 Alur Penelitian Faktor yang mempengaruhi pelecehan seksual terhadap pekerja anak : Pekerjaan Hubungan Sosial dengan Lingkungan Waktu Kerja Fasilitas pekerja Pengetahuan Pendapatan Pakaian Teknologi Keluarga Kejiwaan Sikap Postur Tubuh Imbalan Ancaman Perlindungan Keluarga Kebudayaan Agama Kebiasaan Pimpinan Analisis Faktor Hasil : Faktor1 Faktor 2 Faktor Faktor n

B A B III METODE PENELITIAN

B A B III METODE PENELITIAN 30 B A B III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian bersifat deskriptif dengan menggunakan metode penerapan analisis faktor eksploratori yang mempengaruhi pelecehan seksual terhadap pekerja

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu penelitian 4.2. Data dan Metode Pengambilan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu penelitian 4.2. Data dan Metode Pengambilan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu penelitian Penelitian dilakukan terhadap pengunjung Daiji Raamen yang terletak di Jalan Pajajaran No. 7. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.2. Analisis Faktor Analisis faktor merupakan salah satu metode statistik multivariat yang mencoba menerangkan hubungan antara sejumlah variabel variabel yang saling independen antara

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Analisis Faktor Analisis faktor merupakan salah satu metode statistik multivariat yang mencoba menerangkan hubungan antara sejumlah variabel-variabel yang saling independen antara satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari variabel-variabel yang saling berkorelasi. Analisis peubah ganda dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari variabel-variabel yang saling berkorelasi. Analisis peubah ganda dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Peubah Ganda Analisis peubah ganda merupakan metode statistika yang menganalisis secara bersama-sama variabel yang cukup banyak yang diamati pada setiap individu atau

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DATA 4.1 Profile Responden

BAB 4 ANALISA DATA 4.1 Profile Responden BAB 4 ANALISA DATA 4.1 Profile Responden Pada penelitian ini, peneliti telah menyusun profile responden yang dibagi kedalam beberapa macam, yakni berdasarkan: 1. Nama pusat kebugaran langganan responden

Lebih terperinci

Pendahuluan. 0 Analisis interaksi antarvariabel 0 Interdependence 0 Deteksi multikolinearitas

Pendahuluan. 0 Analisis interaksi antarvariabel 0 Interdependence 0 Deteksi multikolinearitas Pendahuluan 0 Analisis interaksi antarvariabel 0 Interdependence 0 Deteksi multikolinearitas Tujuan 0 Tujuan utama: 0 Menjelaskan struktur hubungan di antara banyak variabel dalam bentuk faktor/variabel

Lebih terperinci

Bab 4 ANALISIS FAKTOR TEORITIS DAN APLIKATIF

Bab 4 ANALISIS FAKTOR TEORITIS DAN APLIKATIF Bab 4 ANALISIS FAKTOR TEORITIS DAN APLIKATIF Analisis Multivariat untuk analisis identifikasi, prediksi, eksplorasi, deskripsi: 1. Principle Component Analysis (PCA) 2. Factor Analysis 3. Cluster Analysis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan metode untuk menguji teori - teori tertentu dengan cara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pernah berpindah merek dari smartphone BlackBerry. kota Semarangyang pernah berpindah merek dari smartphone BlackBerry.

BAB III METODE PENELITIAN. pernah berpindah merek dari smartphone BlackBerry. kota Semarangyang pernah berpindah merek dari smartphone BlackBerry. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Obyek Penelitian Obyek dalam penelitian ini adalah konsumen di kota Semarangyang pernah berpindah merek dari smartphone BlackBerry. 3.2. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi

Lebih terperinci

Volume 1, Nomor 2, Desember 2007

Volume 1, Nomor 2, Desember 2007 Volume 1, Nomor 2, Desember 2007 Barekeng, Juni 2007. hal.18-24 Vol. 1. No. 2 ANALISIS FAKTOR STUDI KASUS : UNTUK MENGETAHUI FAKTOR-FAKTOR DASAR YANG MEMPENGARUHI PELAYANAN PADA FMIPA UNPATTI FRANCIS Y

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif merupakan metode untuk menguji teori-teori tertentu dengan cara

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif merupakan metode untuk menguji teori-teori tertentu dengan cara BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan metode untuk menguji teori-teori tertentu dengan cara meneliti

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Subyek Penelitian Penelitian ini dilakukan kepada 47 orang guru BK SLTA (5, SMA, 1 MA, dan 9 SMK) di Salatiga, seperti yang dapat dilihat dalam tabel 4.1 di bawah

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah konsumen Alfamart Kecamatan Kotagajah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah konsumen Alfamart Kecamatan Kotagajah 48 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah konsumen Alfamart Kecamatan Kotagajah lampung tengah. Penyebaran kuesioner ke berbagai responden berbagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Responden Penelitian ini dilakukan pada PT. Rezeki Supermarketing sebuah perusahaan retail tradisional yang terletak di Jakarta, dengan mengambil

Lebih terperinci

(2.1) keterangan: i = Banyaknya faktor yang terbentuk; (i=1,2,3,...,k)

(2.1) keterangan: i = Banyaknya faktor yang terbentuk; (i=1,2,3,...,k) BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Faktor Menurut J. Supranto (2004), analisis faktor merupakan teknik statistika yang utamanya dipergunakan untuk mereduksi atau meringkas data dari variabel yang banyak

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM TUJUAN ANALISIS FAKTOR

GAMBARAN UMUM TUJUAN ANALISIS FAKTOR GAMBARAN UMUM TUJUAN ANALISIS FAKTOR 1. Latar Belakang Analisis faktor adalah alat analisis statistik yang dipergunakan untuk mereduksi faktor-faktor yang mempengaruhi suatu variabel menjadi beberapa set

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hak setiap warga Negara yang telah tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 ayat 1 adalah Tiap- Tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran. Berdasarkan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Semakin banyaknya usaha restoran yang ada di Bogor menimbulkan persaingan yang semakin ketat. Dalam persaingan yang ketat ini, Restoran Gurih

Lebih terperinci

KAJIAN FAKTOR PENYEBAB PENDERITA HIPERTENSI DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS FAKTOR DI KOTAMADYA MEDAN (Studi Kasus : RSUP H.

KAJIAN FAKTOR PENYEBAB PENDERITA HIPERTENSI DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS FAKTOR DI KOTAMADYA MEDAN (Studi Kasus : RSUP H. Saintia Matematika ISSN: 2337-9197 Vol. 2, No. 4 (2014), pp. 333 343. KAJIAN FAKTOR PENYEBAB PENDERITA HIPERTENSI DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS FAKTOR DI KOTAMADYA MEDAN (Studi Kasus : RSUP H. Adam Malik

Lebih terperinci

PENERAPAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA DALAM PENENTUAN FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR SISWA (Studi Kasus : SMAN 1 MEDAN)

PENERAPAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA DALAM PENENTUAN FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR SISWA (Studi Kasus : SMAN 1 MEDAN) Saintia Matematika Vol. 1, No. 6 (2013), pp. 507 516. PENERAPAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA DALAM PENENTUAN FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR SISWA (Studi Kasus : SMAN 1 MEDAN) Juliarti Hardika,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengertian kriminalitas menurut para ahli adalah sebagai berikut:

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengertian kriminalitas menurut para ahli adalah sebagai berikut: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kriminalitas Pengertian kriminalitas menurut para ahli adalah sebagai berikut: a. Menurut Kartini Kartono (1992:122) Kejahatan adalah tingkah laku yang melanggar hukum dan norma-norma

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Untuk dapat melakukan penelitian ini, langkah awalnya adalah mengetahui visi dan misi serta tujuan yang ingin dicapai oleh BReAD Unit. BReAD

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 33 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini ditunjukkan untuk menganalisis faktor internal dan eksternal dalam perusahaan, serta untuk memperbaiki strategi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual English First Bogor adalah lembaga kursus bahasa Inggris yang menggunakan tenaga pengajar penutur asli bahasa Inggris, memiliki jadwal kursus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. atau menghubungkan dengan variabel lain (Sugiyono, 2000:11). Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. atau menghubungkan dengan variabel lain (Sugiyono, 2000:11). Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini didesain sebagai penelitian deskriptif komparatif. Penelitian deskriptif yaitu suatu penelitian yang digunakan untuk mengetahui nilai variabel

Lebih terperinci

MODUL 3 ANALISIS FAKTOR

MODUL 3 ANALISIS FAKTOR TUJUAN PRAKTIKUM Tujuan dari praktikum modul 3 ini adalah : 1. Mahasiswa memahami apa yang dilakukan dalam proses Analisis Faktor; 2. Mahasiswa dapat menjalankan prosedur Analisis Faktor dalam SPSS; 3.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB TINJAUAN PUSTAKA.1 Pengertian Belajar Pengertian belajar menurut para ahli adalah sebagai berikut : a. Menurut Lyle E.Bourne,JR.,Bruce R.Ekstrand Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR RESIKO PADA KEJADIAN BERAT BADAN BAYI LAHIR DI BAWAH NORMAL DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

ANALISIS FAKTOR RESIKO PADA KEJADIAN BERAT BADAN BAYI LAHIR DI BAWAH NORMAL DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN Saintia Matematika Vol. 1, No. 6 (2013), pp. 557 566. ANALISIS FAKTOR RESIKO PADA KEJADIAN BERAT BADAN BAYI LAHIR DI BAWAH NORMAL DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN Siti Andri Yanti, Agus Salim Harahap, Suwarno

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kriminalitas berasal dari kata crimen yang berarti kejahatan. Kriminalitas merupakan masalah yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan suatu tindakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini akan dilakukan di Martha Tilaar Salon Day Spa Bogor tepatnya terletak di Jalan Pemuda No. 7 Bogor. Waktu penelitian adalah bulan April-Juni 2011

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FAKTOR PENDORONG PERNIKAHAN DINI DENGAN METODE ANALISIS FAKTOR

IDENTIFIKASI FAKTOR PENDORONG PERNIKAHAN DINI DENGAN METODE ANALISIS FAKTOR Saintia Matematika Vol. 2, No. 1 (2014), pp. 1 11. IDENTIFIKASI FAKTOR PENDORONG PERNIKAHAN DINI DENGAN METODE ANALISIS FAKTOR Aswin Bahar, Gim Tarigan, Pengarapen Bangun Abstrak. Pernikahan dini merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Wirausaha Meredith (2005) menyatakan bahwa wirausaha adalah orang-orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan usaha mengumpulkan serta sumber daya

Lebih terperinci

Togu P. Marpaung, Normalina Napitupulu, Rachmad Sitepu

Togu P. Marpaung, Normalina Napitupulu, Rachmad Sitepu Saintia Matematika ISSN: 2337-9197 Vol. 02, No. 03 (2014), pp. 289 298. ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN MASYARAKAT KOTA MEDAN KE PERPUSTAKAAN UMUM KOTA MEDAN Togu P. Marpaung, Normalina Napitupulu,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Hasil Produksi Kentang

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Hasil Produksi Kentang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Hasil Produksi Kentang a) Pupuk kandang adalah pada awal penanaman pupuk kandang digunakan untuk mempersiapkan lahan supaya tanahnya subur dan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PRODUKSI PADI SAWAH DI KABUPATEN PADANG LAWAS

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PRODUKSI PADI SAWAH DI KABUPATEN PADANG LAWAS Saintia Matematika ISSN: 2337-9197 Vol. 2, No. 4 (2014), pp. 323 332. ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PRODUKSI PADI SAWAH DI KABUPATEN PADANG LAWAS Ida Yanti Hasibuan, Pengarapen Bangun, Ujian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan obyek penelitian pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang bertujuan untuk mendeskriptifkan sesuatu yang ada pada saat ini. Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. yang bertujuan untuk mendeskriptifkan sesuatu yang ada pada saat ini. Dalam 1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk mendeskriptifkan sesuatu yang ada pada saat ini. Dalam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang akan digunakan dalam bab selanjutnya. 2.1 Matriks Sebuah matriks, biasanya dinotasikan dengan huruf kapital tebal seperti A,

Lebih terperinci

BAB III. Metode Penelitian. Tipe penelitian ini merupakan tipe penelitian eksplanatori. Penelitian

BAB III. Metode Penelitian. Tipe penelitian ini merupakan tipe penelitian eksplanatori. Penelitian 39 BAB III Metode Penelitian A. Tipe Penelitian Tipe penelitian ini merupakan tipe penelitian eksplanatori. Penelitian eksplanatori merupakan penelitian yang menjelaskan kedudukan variabelvariabel yang

Lebih terperinci

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

Perpustakaan Unika LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRAN A Data Try Out A-1 DATA TRY OUT PELECEHAN SEKSUAL A-2 DATA TRY OUT STEREOTIP GENDER LAMPIRAN A-1 Data Try Out PELECEHAN SEKSUAL LAMPIRAN A-2 Data Try Out STEREOTIP GENDER LAMPIRAN B Uji

Lebih terperinci

REDUKSI VARIABEL KRITERIAALTERNATIF RESTORAN DENGAN METODE FACTOR ANALYSIS

REDUKSI VARIABEL KRITERIAALTERNATIF RESTORAN DENGAN METODE FACTOR ANALYSIS REDUKSI VARIABEL KRITERIAALTERNATIF RESTORAN DENGAN METODE FACTOR ANALYSIS Ai Nurhayat, S.Si.,MT. Jurusan Teknik Industri Sekolah tinggi Teknologi Bandung ABSTRAK Pada tahun 2017 telah terjadi kenaikan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KEPADATAN PENDUDUK MENURUT PERSEPSI MASYARAKAT DI KOTAMADYA SIBOLGA

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KEPADATAN PENDUDUK MENURUT PERSEPSI MASYARAKAT DI KOTAMADYA SIBOLGA Saintia Matematika Vol. 1, No. 4 (2013), pp. 349 358. ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KEPADATAN PENDUDUK MENURUT PERSEPSI MASYARAKAT DI KOTAMADYA SIBOLGA Henni Mulyani Siregar, Henry Rani Sitepu, Suwarno Ariswoyo

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 25 III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Salah satu keanekaragaman yang tumbuh di masyarakat adalah keanekaragaman hasil karya seni. Batik merupakan salah satu produk hasil karya seni sekaligus

Lebih terperinci

3.1. Hal-Hal Tentang Analisis Faktor

3.1. Hal-Hal Tentang Analisis Faktor Analisis Faktor Setelah sebuah data diuji dan layak untuk diolah dengan metode statistik multivariat tertentu, mulai bab ini akan dijelaskan metode-metode statistik multivariat, yang dimulai dengan pembahasan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DATA PENELITIAN. responden. Data deskriptif ini nantinya dapat menggambarkan keadaan ataupun

BAB V ANALISIS DATA PENELITIAN. responden. Data deskriptif ini nantinya dapat menggambarkan keadaan ataupun BAB V ANALISIS DATA PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Responden Bagian ini menjelaskan mengenai data deskriptif yang diperoleh dari responden. Data deskriptif ini nantinya dapat menggambarkan keadaan ataupun

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. yang memotivasi konsumen untuk berolah raga arung jeram serta menguji

BAB IV ANALISIS DATA. yang memotivasi konsumen untuk berolah raga arung jeram serta menguji BAB IV ANALISIS DATA A. Penjelasan Penelitian Pada bab empat ini akan dilakukan pembahasan mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan. Penelitian ini dirancang sebagai suatu penelitian deskriptif komparatif.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian explanatory atau penelitian tingkat penjelasan. Berdasarkan jenis penelitian explanatory

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Usia pertengahan (middle age) : usia tahun. 2. Lansia (ederly) : usia tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Usia pertengahan (middle age) : usia tahun. 2. Lansia (ederly) : usia tahun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanjut Usia Lanjut usia (lansia) merupakan kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan secara bertahap dalam jangka waktu tertentu. Menurut WHO, lansia dikelompokkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Posisi perempuan dalam kehidupan sosial ternyata belum sejajar dengan laki-laki meskipun upaya ke arah itu telah lama dan terus dilakukan. Kekuatan faktor sosial,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL

BAB IV ANALISIS HASIL BAB IV ANALISIS HASIL A. Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk melihat gambaran secara umum data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini. Berikut hasil yang telah diperoleh

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR ANALISIS FAKTOR

ANALISIS FAKTOR ANALISIS FAKTOR ANALISIS FAKTOR ANALISIS FAKTOR Analisis factor digunakan untuk menemukan hubungan sejumlah variable yang bersifat independent dengan yang lain Analisis Faktor merupakan teknik untuk mengkombinasikan pertanyaan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan manifestasi dari besarnya sistem patriarkhi di mana laki-laki merupakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan manifestasi dari besarnya sistem patriarkhi di mana laki-laki merupakan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelecehan seksual adalah segala macam bentuk perilaku yang berkonotasi atau mengarah kepada hal-hal seksual yang dilakukan secara sepihak dan tidak diharapkan oleh

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Analisis cluster merupakan analisis yang bertujuan untuk. mengelompokkan objek-objek pengamatan berdasarkan karakteristik yang

BAB III PEMBAHASAN. Analisis cluster merupakan analisis yang bertujuan untuk. mengelompokkan objek-objek pengamatan berdasarkan karakteristik yang BAB III PEMBAHASAN Analisis cluster merupakan analisis yang bertujuan untuk mengelompokkan objek-objek pengamatan berdasarkan karakteristik yang dimiliki. Asumsi-asumsi dalam analisis cluster yaitu sampel

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Langkah pertama yang dilakukan terhadap data hasil survei adalah melakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap alat ukur yaitu kuesioner. Hal ini dilakukan untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Responden Dalam gambaran umum responden penelitian ini dijelaskan mengenai profil umum responden yaitu, pekerjaan responden, usia responden, jenis

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 26 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka pemikiran teoritis Kebudayaan yang semakin maju membuat gaya hidup manusia semakin berkembang. Kesadaran manusia akan pentingnya kesehatan mulai terlihat disamping

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. wajah yang dibeli di Larissa Aesthetic Center Semarang, Selain itu juga

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. wajah yang dibeli di Larissa Aesthetic Center Semarang, Selain itu juga BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Responden Data responden yang telah diperoleh dari kuesioner akan dibagi berdasarkan usia, jenis kelamin responden, status pekerjaan, jasa perawatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 43 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit ancaman bagi masyarakat Indonesia dengan prevalensi hipertensi yang cukup tinggi di Indonesia.Hipertensi menimbulkan angka morbiditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wirausaha adalah seorang pembuat keputusan yang membantu terbentuknya sistim ekonomi perusahaan yang bebas. Sebagian besar pendorong perubahan, inovasi, dan kemajuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Responden Data 65 responden yang didapat dari kuesioner akan dibagi berdasarkan usia responden, jenis kelamin responden, produk kuliner yang pernah dipromosikan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X SMA AL-ISLAM KRIAN ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X SMA AL-ISLAM KRIAN ABSTRAK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X SMA AL-ISLAM KRIAN 1) Nurul Afida 2) Edy Sulistiyawan 1) S1 Program Statistika, FMIPA, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya 2) Program

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Validitas Dan Reliabilitas Analisis positioning kacang mete di benak konsumen dan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen dimulai dengan melakukan uji

Lebih terperinci

Analisis Faktor-Faktor Penentu Mutu Pendidikan Sekolah Dasar Negeri di Kota Manado Menggunakan Analisis Faktor

Analisis Faktor-Faktor Penentu Mutu Pendidikan Sekolah Dasar Negeri di Kota Manado Menggunakan Analisis Faktor Analisis Faktor-Faktor Penentu Mutu Pendidikan Sekolah Dasar Negeri di Kota Manado Menggunakan Analisis Faktor Chirdy Onibala 1, Marline Paendong, Djoni Hatidja 3 1 Program Studi Matematika, FMIPA, UNSRAT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan dan menjawab

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Putra Baru Swalayan berlokasi di daerah Poncowati, Terbanggi Besar, Lampung

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Putra Baru Swalayan berlokasi di daerah Poncowati, Terbanggi Besar, Lampung IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Putra Baru Swalayan Putra Baru Swalayan merupakan salah satu dari bisnis ritel yang ada di Indonesia. Putra Baru Swalayan berlokasi di daerah Poncowati, Terbanggi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sesuai dengan jumlah sampel yaitu sebanyak 50 kuesioner. Kuesioner pada

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sesuai dengan jumlah sampel yaitu sebanyak 50 kuesioner. Kuesioner pada BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Pada penelitian ini kuesioner yang terkumpul jumlahnya sudah sesuai dengan jumlah sampel yaitu sebanyak 50 kuesioner. Kuesioner pada penelitian

Lebih terperinci

Nomer : Jenis Kelamin : Semester : PETUNJUK PENGISIAN

Nomer : Jenis Kelamin : Semester : PETUNJUK PENGISIAN Nomer : Jenis Kelamin : Semester : PETUNJUK PENGISIAN 1. Bacalah pernyataan-pernyataan pada lembar berikut, kemudian jawablah dengan sungguh-sungguh sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. 2. Jawablah semua

Lebih terperinci

Analisis Tingkat Kepuasan Mahasiswa Terhadap Kualitas Pelayanan Akademik Menggunakan Analisis Faktor

Analisis Tingkat Kepuasan Mahasiswa Terhadap Kualitas Pelayanan Akademik Menggunakan Analisis Faktor Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Analisis Tingkat Kepuasan Mahasiswa Terhadap Kualitas Novi Rustiana Dewi Jurusan Matematika FMIPA Universitas Sriwijaya E-mail: nrdewimath09@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian Objek penelitian ini mencakup Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang ada di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, khususnya pada UMKM pakaian jadi. Sedangkan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN METODE EKSPLORATORI KOMPONEN UTAMA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN METODE EKSPLORATORI KOMPONEN UTAMA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN METODE EKSPLORATORI KOMPONEN UTAMA Rina Fitrianita Rizki 1, Susiswo 2 Universitas Negeri Malang E-mail: rin.bluey.7@gmail.com Abstrak:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pasal 27 ayat (2) dan Pasal 28 UUD 1945 yang menyatakan: Tiap-tiap

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pasal 27 ayat (2) dan Pasal 28 UUD 1945 yang menyatakan: Tiap-tiap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak negara ini didirikan, bangsa Indonesia telah menyadari bahwa pekerjaan merupakan kebutuhan asasi warga negara sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 27

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MEMENGARUHI MINAT MAHASISWA ASAL LUAR BALI KULIAH DI FMIPA UNIVERSITAS UDAYANA BALI

FAKTOR FAKTOR YANG MEMENGARUHI MINAT MAHASISWA ASAL LUAR BALI KULIAH DI FMIPA UNIVERSITAS UDAYANA BALI FAKTOR FAKTOR YANG MEMENGARUHI MINAT MAHASISWA ASAL LUAR BALI KULIAH DI FMIPA UNIVERSITAS UDAYANA BALI DAIMATUL KHOIRIYAH 1, MADE SUSILAWATI 2, DESAK PUTU EKA NILAKUSMAWATI 3 1, 2, 3 Jurusan Matematika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organization) adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organization) adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana 2.1.1 Definisi Keluarga Berencana Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organization) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan adalah penelitian deskriptif asosiatif. Dimana

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan adalah penelitian deskriptif asosiatif. Dimana III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode dasar yang digunakan adalah penelitian deskriptif asosiatif. Dimana menggabungkan antara dua metode, yaitu metode deskriptif yang dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan penyakit tidak menular. Penyakit ini akan timbul karena pola hidup yang tidak sehat dan mengakibatkan kondisi fisik yang tidak normal. Kanker dapat

Lebih terperinci

ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA

ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA Neril Harnanik Yuniati, Christiono Utomo Program Studi Magister Manajemen Proyek Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

STRUKTUR DIMENSI KEPUTUSAN MAHASISWA UNTUK MEMBELI SMARTPHONE SAMSUNG GALAXY CORE NAMA :INDAHPERMATASARI NPM : PEMBIMBING : HERNAMA, SE, MM.

STRUKTUR DIMENSI KEPUTUSAN MAHASISWA UNTUK MEMBELI SMARTPHONE SAMSUNG GALAXY CORE NAMA :INDAHPERMATASARI NPM : PEMBIMBING : HERNAMA, SE, MM. STRUKTUR DIMENSI KEPUTUSAN MAHASISWA UNTUK MEMBELI SMARTPHONE SAMSUNG GALAXY CORE NAMA :INDAHPERMATASARI NPM :13212670 PEMBIMBING : HERNAMA, SE, MM. 1.1Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Kebutuhan mahasiswa

Lebih terperinci

PENGARUH KEPUASAN KARYAWAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PADA PT. DAYA MUDA AGUNG MEDAN

PENGARUH KEPUASAN KARYAWAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PADA PT. DAYA MUDA AGUNG MEDAN PENGARUH KEPUASAN KARYAWAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PADA PT. DAYA MUDA AGUNG MEDAN Ahmad Saputra, S.E, M.M Dosen Program Studi Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IBBI Abstrak PT. Daya Muda Agung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Pelayanan Jasa Pelabuhan Sunda Kelapa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Pelayanan Jasa Pelabuhan Sunda Kelapa BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Pelayanan Jasa Pelabuhan Sunda Kelapa 4.1.1. Pendapatan Pelabuhan Pendapatan yang diterima Pelabuhan Sunda Kelapa sejak tahun 2004 sampai tahun 2010 menunjukkan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR (FACTOR ANALYSIS)

ANALISIS FAKTOR (FACTOR ANALYSIS) ANALISIS FAKTOR (FACTOR ANALYSIS) Dr. Widayat, SE. MM. Outline Apa analisis faktor? Syarat dan asumsi yang diperlukan? Bagaimana caranya? Aplikasi analisis faktor Factor Analysis Prosedur analisis yang

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI KENTANG

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI KENTANG Saintia Matematika Vol. 1, No. 5 (2013), pp. 445 457. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI KENTANG Sartika, Henry Rani Sitepu, Pengarapen Bangun Abstrak. Analisis faktor merupakan suatu

Lebih terperinci

Tingkat Kepuasan Mahasiswa Terhadap Kualitas Pelayanan Universitas Sam Ratulangi Menggunakan Analisis Faktor

Tingkat Kepuasan Mahasiswa Terhadap Kualitas Pelayanan Universitas Sam Ratulangi Menggunakan Analisis Faktor JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE 1 (1) 52-56 dapat diakses melalui http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmuo Tingkat Kepuasan Mahasiswa Terhadap Kualitas Pelayanan Universitas Sam Ratulangi Menggunakan Analisis

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Berdasarkan karakteristik masalah dalam penelitian ini maka desain penelitian menggunakan pengujian beda rata-rata. Di mana pengujian beda ratarata merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS STATISTIK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PRESTASI MAHASISWA

ANALISIS STATISTIK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PRESTASI MAHASISWA Saintia Matematika Vol. 1, No. 5 (2013), pp. 483 494. ANALISIS STATISTIK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PRESTASI MAHASISWA Karyanus Daely, Ujian Sinulingga Asima Manurung Abstrak. Indeks Prestasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode survey, sedangkan jenis

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode survey, sedangkan jenis III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode survey, sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN ANALISIS FAKTOR MEMENGARUHI KEHAMILAN USIA MUDA DI KECAMATAN BINJAI KABUPATEN LANGKAT TAHUN seluruh pertanyaan yang ada.

KUESIONER PENELITIAN ANALISIS FAKTOR MEMENGARUHI KEHAMILAN USIA MUDA DI KECAMATAN BINJAI KABUPATEN LANGKAT TAHUN seluruh pertanyaan yang ada. KUESIONER PENELITIAN ANALISIS FAKTOR MEMENGARUHI KEHAMILAN USIA MUDA DI KECAMATAN BINJAI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2012 I. Petunjuk Pengisian : a. Mohon dengan hormat bantuan dan kesediaan ibu untuk menjawab

Lebih terperinci

BAB II KENAKALAN ANAK DAN TINDAK PIDANA PELECEHAN SEKSUAL OLEH ANAK. dibimbing dan dididik dengan penuh rasa kasih sayang, sehingga kelak anak

BAB II KENAKALAN ANAK DAN TINDAK PIDANA PELECEHAN SEKSUAL OLEH ANAK. dibimbing dan dididik dengan penuh rasa kasih sayang, sehingga kelak anak BAB II KENAKALAN ANAK DAN TINDAK PIDANA PELECEHAN SEKSUAL OLEH ANAK A. Pengertian Anak Menurut Perundang-Undangan Anak merupakan makhluk yang mulia, yang keberadaannya adalah kewenangan kehendak dari Allah

Lebih terperinci

Bab 4 ANALISIS FAKTOR DENGAN SPSS

Bab 4 ANALISIS FAKTOR DENGAN SPSS Bab 4 ANALISIS FAKTOR DENGAN SPSS Analisis Faktor Analisis faktor merupakan alat statistika yang digunakan untuk mereduksi variabel dari suatu kumpulan variabel. Reduksi variabel dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Zaman sekarang internet merupakan kebutuhan bagi banyak orang. Di Indonesia jumlah pemakai internet mengalami peningkatan yang cukup besar setiap

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN TERHADAP PELAYANAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MENGGUNAKAN ANALISIS FAKTOR

TINGKAT KEPUASAN DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN TERHADAP PELAYANAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MENGGUNAKAN ANALISIS FAKTOR TINGKAT KEPUASAN DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN TERHADAP PELAYANAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MENGGUNAKAN ANALISIS FAKTOR Suluh Mamahit 1), Marline S. Paendong 1), Yohanes A.R. Langi 1) 1) Program Studi

Lebih terperinci

Analisis Cluster Average Linkage Berdasarkan Faktor-Faktor Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur

Analisis Cluster Average Linkage Berdasarkan Faktor-Faktor Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur Analisis Cluster Average Linkage Berdasarkan Faktor-Faktor Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur Qonitatin Nafisah, Novita Eka Chandra Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Islam Darul Ulum Lamongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan mempunyai tujuan yang harus dicapai. Pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan mempunyai tujuan yang harus dicapai. Pencapaian tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan mempunyai tujuan yang harus dicapai. Pencapaian tujuan perusahaan dapat diraih dengan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki secara maksimal. Salah

Lebih terperinci

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5. HASIL DAN PEMBAHASAN 61 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Analisis Pada sub bab ini akan diuraikan hasil analisis data yang diperoleh dari pendapat responden melalui penyebaran kuesioner dan wawancara yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Responden Lokasi yang digunakan dalam penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul dan sebagai obyek penelitiannya

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Data Penelitian Di dalam sub bab berikut ini akan dijelaskan secara detail mengenai data-data yang dipergunakan dalam penelitian ini. 3.1.1 Jenis dan Sumber Data

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dan verifikatif. Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dan verifikatif. Penelitian 30 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Metode Deskriptif Verifikatif Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dan verifikatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPONEN UTAMA UNTUK MENGETAHUI FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI ANGKA KEMISKINAN (Studi Kasus di Kabupaten Banyuwangi)

ANALISIS KOMPONEN UTAMA UNTUK MENGETAHUI FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI ANGKA KEMISKINAN (Studi Kasus di Kabupaten Banyuwangi) Jurnal UJMC, Volume 3, Nomor 2, Hal. 25-34 pissn : 2460-3333 eissn : 2579-907X ANALISIS KOMPONEN UTAMA UNTUK MENGETAHUI FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI ANGKA KEMISKINAN (Studi Kasus di Kabupaten Banyuwangi)

Lebih terperinci

Sesi 7: Pelecehan Seksual

Sesi 7: Pelecehan Seksual Sesi 7: Pelecehan Seksual 1 Tujuan belajar 1. Mengidentifikasi contoh-contoh pelecehan seksual secara umum dan khususnya di tempat kerja 2. Mempelajari ruang lingkup perlindungan UU dan peraturan yang

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Survey Peneliti menyebarkan kuesioner pretest kepada 30 orang responden, yaitu pelanggan PT Asuransi Ramayana Tbk. Kemudian peneliiti melakukan uji reliabilitas

Lebih terperinci