BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsep iklim keselamatan atau safety climate pertama kali diperkenalkan
|
|
- Leony Johan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Iklim Keselamatan Kerja Konsep iklim keselamatan atau safety climate pertama kali diperkenalkan oleh Zohar dalam Mulyasari (2013) yang menekankan pentingnya proses sosial dan organisasi dalam mencegah kecelakaan. Menurut Zohar yang dikutip oleh Winarsunu (2008) menyatakan bahwa iklim keselamatan kerja adalah sebuah persepsi pekerja pada sikap manajemen terhadap keselamatan kerja dan persepsi pada sejauh mana kontribusi keselamatan kerja didalam proses produksi secara umum. Persepsi ini akan memengaruhi perilaku pekerja. Iklim keselamatan kerja adalah bentuk spesifik dari iklim organisasi, yang menggambarkan persepsi individu dari nilai keselamatan di lingkungan kerja (Griffin dan Neal, 2000). Iklim keselamatan kerja merupakan ciri dan indikator yang penting dari budaya keselamatan kerja di dalam organisasi. Penekanan iklim keselamatan terletak pada persepsi pekerja mengenai peran manajemen didalam melaksanakan program keselamatan kerja (Winarsunu, 2008). Menurut Schultz dalam Winarsunu (2008), iklim keselamatan kerja paling tidak harus meliputi 3 hal yang harus dibuat secara sehat dan menyenangkan, yaitu: lingkungan fisik kerja, aspek psiko-sosial dari lingkungan komunitas, dan hubungan pekerja-manajemen serta kebijakan kepegawaian. Iklim keselamatan kerja mempunyai peranan penting terhadap budaya keselamatan kerja melalui sikap (attitudes) yang diekspresikan dalam perilaku keselamatan dan kesehatan kerja (safety behavior) setiap pekerja. Hal ini 8
2 9 diketahui dari tindakan yang berorientasi pada tugas pokok dan kegiatan pendukung untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja (Sholihah dan Kuncoro, 2014) Faktor-faktor iklim keselamatan kerja Berbagai faktor telah di identifikasi sebagai komponen penting dari iklim keselamatan. Faktor-faktor ini meliputi (Neal dan Griffin, 2000): a. Nilai Manajemen (Management Value) Nilai manajemen menunjukkan perhatian manajemen untuk kesejahteraan pekerja dan bagaimana sikap manajemen terhadap keselamatan dan persepsi bahwa keselamatan itu penting di tempat kerja. b. Manajemen dan Praktek Organisasi (Management and Organizational Practices) Manajemen dan praktek organisasi meliputi kecukupan pelatihan, penyediaan peralatan keselamatan dan kualitas sistem manajemen keselamatan. Praktek keselamatan sejauh mana pihak manajemen menyediakan peralatan keselamatan dan merespon dengan cepat terhadap bahaya-bahaya yang timbul. Pelatihan adalah aspek yang sangat krusial dalam sistem personalia dan mungkin metode yang sering digunakan untuk menjamin level keselamatan yang memadai diorganisasi karena pelatihan sangat penting bagi pekerja. Peralatan keselamatan mencakup tentang kecukupan peralatan keselamatan, seperti alat-alat perlengkapan yang tepat disediakan dengan mudah.
3 10 c. Komunikasi Keselamatan (Safety Communication) Komunikasi keselamatan diukur dengan menanyakan dimana isu-isu keselamatan dikomunikasikan. d. Keterlibatan Pekerja dalam Kesehatan dan Keselamatan Kerja (Employee Involvement in Workplace Health and Safety) Keterlibatan karyawan terhadap kesehatan dan keselamatan kerja sejauh mana persepsi karyawan terhadap pentingnya penerapan kesehatan dan keselamatan kerja serta menerapkannya di tempat kerja. Kines dkk (2011) berpendapat bahwa ada tujuh dimensi pembentuk iklim keselamatan yaitu: Tabel 2.1 Dimensi iklim keselamatan, aspek dan contoh Dimensi Aspek Contoh 1) Prioritas manajemen keselamatan, komitmen dan kompetensi 2) Pemberdayaan manajemen keselamatan 3) Keadilan manajemen keselamatan 4) Komitmen keselamatan pekerja Persepsi pekerja terhadap manajemen a. memprioritaskan keselamatan b. aktif dalam mempromosikan keselamatan dan bereaksi terhadap perilaku yang tidak aman c. menunjukkan kompetensi dalam penanganan keselamatan d. berkomunikasi tentang masalah keselamatan Persepsi pekerja terhadap manajemen pemberdayaan pekerja dan mendukung partisipasi Persepsi pekerja terhadap manajemen memperlakukan pekerja yang terlibat dalam kecelakaan yang wajar Persepsi pekerja tentang bagaimana mereka sendiri berhubungan dengan keselamatan di tempat kerja mengenai apakah mereka secara umum: a. Manajemen menerima pekerja mengambil risiko ketika jadwal kerja sedang padat b. Kami yang bekerja di sini memiliki keyakinan pada kemampuan manajemen untuk menangani keselamatan. Manajemen mendorong pekerja untuk berpartisipasi dalam keputusan yang mempengaruhi keselamatan mereka Manajemen mencari penyebab, bukan orang yang bersalah, ketika terjadi kecelakaan Kami yang bekerja di sini tidak mengambil tanggung jawab untuk keselamatan setiap orang lain.
4 11 Tabel 2.1 Lanjutan 5) Prioritas keselamatan dan non-penerimaan risko pekerja 6) Komunikasi keselamatan, pembelajaran, dan kepercayaan dalam kompetensi keselamatan rekan kerja 7) Kepercayaan pekerja dalam keberhasilan sistem keselamatan a. menunjukkan komitmen terhadap keselamatan dan aktif dalam mempromosikan keselamatan b. peduli kepada keselamatan masingmasing. Persepsi pekerja tentang bagaimana mereka sendiri berhubungan dengan keselamatan di tempat kerja tentang apakah mereka secara umum: a. memprioritaskan keselamatan sebelum tujuan produksi b. tidak mengundurkan diri dengan kondisi berbahaya atau menerima pengambilan risiko c. tidak menunjukkan keberanian. Persepsi pekerja tentang bagaimana mereka sendiri berhubungan dengan keselamatan kerja mengenai apakah mereka umumnya: a. membahas keselamatan setiap kali masalah tersebut muncul dan belajar dari pengalaman b. saling membantu untuk bekerja dengan aman c. menganggap saran keselamatan dari satu sama lain dengan serius dan mencoba memecahkan solusi d. mempercayai kemampuan satu sama lain untuk memastikan keselamatan dalam bekerja sehari-hari. Persepsi pekerja tentang bagaimana mereka sendiri berhubungan dengan keselamatan di tempat kerja mengenai apakah mereka secara umum: a. mempertimbangkan sistem keselamatan formal yang efektif, misalnya petugas keselamatan, perwakilan keselamatan, komite keselamatan, putaran keselamatan b. melihat manfaat dalam perencanaan awal c. melihat manfaat dalam pelatihan keselamatan. Kami yang bekerja di sini menerima perilaku berbahaya asalkan tidak ada kecelakaan. Kami yang bekerja di sini dapat berbicara dengan bebas dan terbuka tentang keselamatan. Kami yang bekerja di sini menganggap bahwa putaran keselamatan tidak berpengaruh pada keselamatan.
5 12 Indikator utama dalam mengukur iklim keselamatan kerja meliputi: terdapat apresiasi pribadi terhadap risiko atau bagaimana calon pekerja memandang risiko yang terkait dengan praktek kerja, prioritas kebutuhan pribadi terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja, serta manajemen diri dan kebutuhan untuk merasa aman (Sholihah dan Kuncoro, 2014). 2.2 Alat Pelindung Diri Definisi alat pelindung diri Sebagian orang berpendapat bahwa keselamatan kerja hanya diartikan sebagai dipakainya Alat Pelindung Diri (APD) seperti helmet, sarung tangan, masker saat bekerja. Menggunakan APD dalam bekerja merupakan pilihan terakhir setelah berbagai usaha untuk melindungi diri dari bahaya tidak berhasil. APD dapat didefinisikan sebagai alat yang mempunyai kemampuan melindungi seseorang dalam pekerjaannya, yang fungsinya mengisolasi pekerja dari bahaya di tempat kerja (Rijanto, 2011). Menurut Cahyono (2004), Alat Pelindung Diri adalah peralatan keselamatan yang harus digunakan oleh personil apabila berada pada suatu tempat kerja yang berbahaya. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per.08/MEN/VII/ 2010 pasal 1 ayat (1), alat pelindung diri selanjutnya disingkat APD adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya ditempat kerja. Pengunaan APD adalah alternatif terakhir yaitu kelengkapan dari segenap upaya teknis pencegahan kecelakaan. APD harus memenuhi persyaratan antara lain enak (nyaman) dipakai, tidak mengganggu pelaksanaan pekerjaan, dan
6 13 memberikan perlindungan efektif terhadap macam bahaya yang dihadapi (Suma mur, 2009) Jenis-jenis alat pelindung diri Jenis-jenis APD berdasarkan penggunaanya dapat dikategorikan dalam beberapa jenis: A. Pelindung Kepala Pelindung kepala dikenal sebagai safety helmet (Cahyono, 2004). Helm pengaman dirancang untuk menahan kepala dari benturan atau tusukan dari benda-benda jatuh atau partikel-partikel dan dari sengatan listrik tegangan tingggi. Helm pengaman juga dapat melindungi kepala dan rambut dari jeratan mesin, atau terpapar pada lingkungan berbahaya (Rijanto, 2011). Topi atau helm pengaman dapat diklasifikasikan menjadi: a. Kelas A: untuk melindungi kepala dari kekuatan benturan benda-benda yang jatuh, dan dari sengatan listrik akibat kontak dengan konduktor listrik akibat kontak dengan konduktor listrik tegangan rendah. b. Kelas B: untuk melindungi kepala dari kekuatan benturan benda-benda yang jatuh, dan dari sengatan listrik akibat kontak dengan konduktor listrik akibat kontak dengan konduktor listrik tegangan tinggi. c. Kelas C: untuk melindungi kepala dari kekuatan benturan benda-benda yang jatuh, tanpa pengaman terhadap listrik (Rijanto, 2011). Menurut ANSI Z yang dikutip oleh Tambunan (2007), berdasarkan arah beban benturan yang ditahan, helm (hard hats) dibedakan menjadi dua tipe yaitu:
7 14 a. Tipe I, melindungi bagian atas kepala saja. b. Tipe II, melindungi bagian atas dan sebagian bagaian sisi kepala termasuk telinga dan bagian belakang leher. Untuk mendapat perlindungan yang optimum terhadap berbagai jenis bahaya di tempat kerja, dari sisi desain helm pengaman atau sering juga disebut helm proyek harus memenuhi berbagai jenis kriteria desain diantaranya (Tambunan, 2007): a. Bagian kulit pelindung/cangkang harus harus memiliki kemampuan untuk menyerap sebagian besar gaya (force transmission) atau guncangan (shock absorption) akibat benturan benda jatuh. b. Bagian kulit pelindung tidak bisa tembus atau robek oleh benda jatuh. c. Helm pengaman harus harus memiliki kemampuan insulasi terhadap bahaya listrik. d. Tahan api. e. Tahan air (water resistant) f. Bisa diatur penggunaannya sesuai dengan kebutuhan atau ukuran kepala pengguna. B. Pelindung Telinga Prinsip pelindung telinga adalah kontak langsung antara bising dengan organ telinga. Pencegahan kebisingan dapat dilakukan pada sumbernya, transmisi, dan penerima bising (Hadipoetro, 2008). Pelindung telinga ada 2 jenis yaitu: sumbat telinga (Ear Plug) dan tutup telinga (Ear Muff) (Rijanto, 2011).
8 15 a. Sumbat telinga (Ear Plug) hanya dapat menahan frekuensi tertentu saja, sedangkan frekuensi untuk berbicara biasa (komunikasi) tidak terganggu. Sumbat telinga biasanya terbuat dari bahan karet, plastik keras, plastik lunak, lilin, kapas. Kemampuan atenuasi (daya lindung) sekitar db (decible). Bila ada kebocoran sedikit saja dapat mengurangi atenuasi sampai 12 db. Kelemahan dari sumbat telinga adalah tidak tepat ukurannya dengan lubang telinga pemakai, kadang-kadang lubang telinga kanan tidak sama dengan lubang telinga kiri. b. Tutup telinga (Ear Muff) ada beberapa jenis yaitu atenuasinya pada frekuensi biasa: db dan atenuasi pada frekuensi Hz, db. C. Pelindung Mata Pelindung mata berfungsi untuk melindungi mata dari paparan bahan kimia berbahaya, paparan partikel-partikel yang melayang di udara dan di badan air, percikan benda-benda kecil, panas, atau uap panas, radiasi gelombang elektromagnetik yang mengion maupun yang tidak mengion, pancaran cahaya, benturan atau pukulan benda keras atau benda tajam (Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 8 tahun 2010). Pelindung mata dikenal sebagai safety glasses. Safety glasses berbeda dari kacamata biasa, karena pada bagian atas dan sisi kanan-kiri frame terdapat pelindung dan jenis kacanya yang dapat menahan sinar ultra violet sampai persentase tertentu (Cahyono, 2004).
9 16 D. Pelindung Wajah Pelindung wajah dikenal sebagai goggles. Goggless memberikan perlindungan lebih baik daripada safety glasses karena goggles terpasang dekat dengan wajah dan mengitari area mata sehingga melindungi mata dari percikan cairan, uap, uap logam, serbuk, debu, dan kabut. Jenis pelindung wajah lainnya adalah face shield dan welding helmest. Face shield memberikan perlindungan secara meyeluruh dan sering digunakan pada operasi pelebuuran logam, percikan bahan kimia, atau partikel yang melayang. Welding helmets (topeng las) memberikan perlindungan pada wajah dan mata. Topeng las memakai lensa absorpsi khusus yang menyaring cahaya yang terang dan energi radiasi yang dihasilkan selama operasi pengelasan (Cahyono, 2004). E. Pelindung Tangan Pelindung tangan (sarung tangan) berfungsi untuk melindungi tangan dan jari-jari tangan dari pajanan api, suhu panas, suhu dingin, radiasi elektromagnetik, radiasi mengion, arus listrik, bahan kimia, benturan, pukulan dan tergores, terinfeksi zat patogen (virus, bakteri) dan jasad renik (Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 8 tahun 2010). Berikut ini adalah jenis-jenis sarung tangan dengan penggunaan yang tidak hanya melindungi dari bahan kimia (Cahyono, 2004). a. Sarung tangan Metal mesh tahan terhadap ujung yang lancip dan menjaga terpotong. b. Sarung tangan kulit melindungi tangan dari permukaan kasar.
10 17 c. Sarung tangan vinyl dan neoprene melindungi tangan terhadap bahan kimia beracun. d. Sarung tangan karet melindungi saat bekerja di sekitar arus listrik. e. Sarung tangan Padded cloth melindungi tangan dari ujung yang tajam, pecahan gelas dan vibrasi. f. Sarung tangan Heat resistant mencegah terkena panas dan api. g. Sarung tangan Latex disposable (sekali pakai dibuang) digunakan untuk melindungi tangan dari germ dan bakteri. h. Sarung tangan Lead-lined (berlapis timbal) digunakan untuk melindungi tangan dari sumber radiasi. Penampakan (features) pada safety gloves tidak dirancang semata-mata untuk memenuhi estetika dan kenyamanan, namun lebih dari itu. Berikut ini adalah penggolongan safety gloves berdasarkan features yang dimilikinya (Tambunan, 2007): a. Supported dan unsupported gloves Secara visual, supported gloves dapat dilihat dari adanya penebalan seratserat benang atau garis-garis benang pada sarung tangan. Supported gloves lebih sesuai untuk pekerjaan-pekerjaan yang berhadapan dengan bahaya tergores (abrasi), tertusuk, dan sejenisnya. b. Ketebalan (thickness) Ketebalan gloves bervariasi, tergantung aplikasinya. Ketebalan ini harus diberlakukan pada seluruh bagian gloves (termasuk perpanjangannya/proteksi
11 18 pada bagian lengan) jika bahaya-bahaya tertentu yang dihadapi pekerja misalnya bahaya percikan bahan kimia, juga membahayakan bagian tersebut. c. Genggaman (grip/grasp) Daya genggam pada safety gloves lebih ditujukan pada situasi kebasahan pekerjaan. Di tempat dimana tingkat kebasahan pada benda kerja atau alat kerja sangat tinggi, diperlukan sarung tangan dengan daya genggam yang tinggi untuk mengurangi efek licin. Untuk menambah daya genggam, umumnya fabrikator akan memberikan pola-pola tertentu pada sarung tangan seperti bintik, garis, dan sebagainya. d. Cuff Cuff merupakan perpanjangan sarung tangan, dirancang untuk melindungi bagian-bagian tangan mulai dari pergelangan tangan dengan panjang dan karakteristik tertentu ke arah pengkal lengan. Bahan cuff antara lain denim, kain rajut, kulit, dan sebagainya. Kegunaan cuff adalah untuk menambah luas area proteksi dan memperkecil kemungkinan masuknya benda-benda atau partikelpartikel yang berbahaya bagi kulit tangan. F. Pelindung Kaki Pelindung kaki digunakan untuk melindungi kaki pekerja dari tertimpa benda-benda berat atau keras, tumpahan bahan kimia, kemungkinan tersandung atau tergelincir. Banyak jenis-jenis sepatu keselamatan dan diantaranya adalah: a. Sepatu latex/karet tahan bahan kimia dan memberikan daya tarik ekstra pada permukaan licin.
12 19 b. Sepatu butyl yang melindungi kaki terhadap ketone, aldehyde, alcohol, asam, garam dan basa. c. Sepatu vinyl tahan terhadap pelarut, asam, basa, garam, air pelumas dan darah. d. Sepatu nitrile tahan terhadap lemak hewan, oli dan bahan kimia (Cahyono, 2004). Sepatu yang digunakan disesuaikan dengan jenis resikonya (Rijanto, 2011): a. Pada industri ringan atau tempat kerja biasa: 1. Cukup memakai sepatu yang baik. 2. Wanita tidak boleh memakai sepatu bertumit tinggi, atau sepatu dengan telapak yang datar dan licin. b. Sepatu pelindung (safety shoes) atau sepatu boot: 1. Dapat terbuat dari kulit, karet sintesis atau plastik. 2. Untuk melindungi jari-jari kaki terhadap kejatuhan atau benturan bendabenda keras, sepatu dilengkapi dengan penutup jari dari baja atau campuran baja dengan karbon. c. Untuk mencegah tergelincir, digunakan sol anti slip luar dari karet alam atau sintesis dengan permukaannya kasar. d. Untuk mencegah tusukan pada telapak kaki dari benda-benda runcing, sol dilapisi dengan logam. e. Terhadap bahaya listrik, sepatu seluruhnya harus dijahit atau direkat, tidak boleh menggunakan paku.
13 20 f. Sepatu atau sandal yang beralaskan kayu baik dipakai pada tempat kerja yang lembab, lantai yang panas. G. Pelindung tubuh atau pakaian kerja Pakaian pekerja harus dianggap sebagai alat pelindung diri. Pada umumnya pakaian pekerja pria yang bekerja melayani mesin-mesin harus berlengan pendek, pas (tidak longgar) pada bagian dada atau punggung, tiada ada lipatan-lipatan yang mungkin menimbulkan bahaya. Sedangkan pakaian perempuan sebaiknya memakai celana panjang, baju yang pas, tutup rambut dan tidak mengenakan perhiasan (Rijanto, 2011). Jenis pakaian pelindung terdiri dari rompi (Vests), celemek (Apron/ Coveralls), Jacket, dan pakaian pelindung yang menutupi sebagian atau seluruh bagian badan (Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 8 tahun 2010). H. Pelindung saluran pernapasan Alat pelindung pernapasan berfungsi memberikan perlindungan terhadap sumber-sumber bahaya di udara tempat kerja, seperti kekurangan oksigen, pencemaran oleh partikel (debu, kabut, asap, dan uap logam), pencemaran oleh gas atau uap (Rijanto, 2011). Untuk mencegah masuknya debu/uap kerja ke dalam mulut dan hidung, maka mulut dan hidung harus diberi alat pelindung. Alat pernapasan yang digunakan memiliki bermacam-macam bentuk, mulai dari yang sederhana yaitu masker sekali pakai sampai respirator yang dilengkapi dengan tabung oksigen (Cahyono, 2004). Menurut Rijanto (2011), ada tiga jenis alat pelindung pernapasan yaitu bersifat memurnikan udara, dihubungkan dengan suplai udara bersih dan dengan
14 21 suplai oksigen. Contoh respirator antara lain respirator masker penyaring debu, topeng dengan kanister, respirator dengan partum (cartridge), self-contained breathing apparatus (SCBA). Beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan jenis respirator yang tepat untuk masing-masing tempat kerja antara lain (Cahyono, 2004): a. Identifikasi kontaminan di tempat kerja. b. Perkirakan konsentrasi maksimal kontaminan. c. Kenyamanan pemakai respirator. d. Kesesuain dengan jenis dan tugas kerja. e. Kesesuaian dengan bentuk wajah individu pemakai untuk mencegah terjadinya celah yang terbuka. I. Alat pelindung jatuh perorangan Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.8/MEN/VII/2010, Alat pelindung jatuh perorangan berfungsi membatasi gerak pekerja agar tidak masuk ke tempat yang mempunyai potensi jatuh atau menjaga pekerja berada pada posisi kerja yang diinginkan dalam keadaan miring maupun tergantung dan menahan serta membatasi pekerja jatuh sehingga tidak membentur lantai dasar. Jenis alat pelindung jatuh perorangan terdiri dari sabuk pengaman tubuh (harness), karabiner, tali koneksi (lanyard), tali pengaman (safety rope), alat penjepit tali (rope clamp), alat penurun (decender), alat penahan jatuh bergerak (mobile fall arrester), dan lain-lain.
15 22 Menurut Rijanto (2011), alat pelindung jatuh diantaranya adalah sabuk pengaman, tali tambatan, penahan jatuh dan peredam kejut, harness, penahan tali pengaman (safety block), dan tali penggantung. Tali tambatan adalah suatu tali fleksibel yang pendek, tali pengikat atau anyaman yang menghubungkan pekerja dengan titik tambatan. Harness terdiri dari harness dada, dada-pinggang, tubuhpenuh, meliputi perlindungan bagian-bagian tubuh. Harness dapat membuat pekerja lepas terjatuh lebih lama sebelum terhenti tanpa cedera tubuh. Penahan tali pengaman merupakan alat portabel yang dipasang pada titik tambat di atas area kerja dan kemudian talinya dihubungkan dengan sabuk pengaman atau harness yang di pakai pekerja. Menurut Anizar (2012), APD yang dapat dipergunakan sesuai dengan faktor bahaya yang ada di lingkungan kerja dan bagian tubuh yang perlu dilindungi, khususnya pada pekerja kernek bongkar CPO adalah sebagai berikut. Tabel 2.2 Alat pelindung diri menurut faktor bahaya dan bagian tubuh yang perlu dilindungi Faktor bahaya Bagian tubuh yang perlu dilindungi Alat pelindung diri Basah dan air Kepala Kaki Tangan Topi plastik Sepatu bot karet Sarung tangan karet/plastik Terpeleset, jatuh Tubuh Safety belt/full body harness
16 Syarat-syarat alat pelindung diri Alat pelindung diri harus memenuhi persyaratan sebagai berikut (Sum amur, 2009). a. Nyaman dipakai. b. Tidak mengganggu pelaksanaan pekerjaan. c. Memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya yang dihadapi. Proses penggunaan APD harus memenuhi kriteria: a. Bahaya telah diidentifikasi. b. APD yang dipakai sesuai dengan bahaya yang dituju. c. Adanya bukti bahwa APD dipatuhi penggunaannya (Hadipoetro, 2014). Menurut Ridley (2008), ada beberapa prinsip umum yang harus diikuti supaya APD digunakan secara efektif: a. Sesuai dengan bahaya yang dihadapi. b. Terbuat dari material yang akan tahan terhadap bahaya tersebut. c. Cocok bagi orang yang menggunakannnya. d. Tidak mengganggu kerja operator yang sedang bertugas. e. Memiliki kontruksi yang sangat kuat. f. Tidak mengganggu APD lain yang sedang dipakai secara bersamaan. g. Tidak meningkatkan risiko terhadap pemakainya. Operator-operator yang menggunakan APD harus memperoleh: a. Informasi tentang bahaya yang dihadapi. b. Instruksi tentang tindakan pencegahan yang perlu diambil. c. Pelatihan tentang penggunaan peralatan yang benar.
17 24 d. Konsultasi dan diizinkan memilih APD yang tergantung pada kecocokannya. e. Pelatihan cara memelihara dan menyimpan APD dengan rapi. f. Instruksi agar melaporkan setiap kecacatan atau kerusakan (Ridley, 2008) Manajemen alat pelindung diri Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 8/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri, manajemen APD meliputi: a. Identifikasi kebutuhan dan syarat APD. b. Pemilihan APD yang sesuai dengan jenis bahaya dan kebutuhan/kenyamanan pekerja/buruh. c. Pelatihan. d. Penggunaan, perawatan, dan penyimpanan. e. Penatalaksanaan pembuangan atau pemusnahan. f. Pembinaan. g. Inspeksi. h. Evaluasi dan pelaporan. Pemakaian APD secara rutin dilakukan sesuai dengan instruksi yang benar dan melalui masa percobaan dan pelatihan. Untuk itu perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut (Hadipoetro, 2014). A. Informasikan kepada setiap pekerja tentang: a. Mengapa diperlukan penggunaan APD b. Bila dan dimana alat pelindung diri digunakan c. Bagaimana alat tersebut digunakan d. Bagaimana memelihara peralatan pelindung diri
18 25 B. Latih pekerja, dengan baik tentang cara menggunakan dan memelihara alat pelindung diri. C. Timbulkan minat, pekerja untuk menggunakan APD dalam masa percobaan dan adaptasi dengan alat. Pemakain APD memerlukan waktu untuk beradaptasi dan selama waktu percobaan dibawah pengawasan, sekurangnya beberapa minggu. D. Awasi dan periksa, secara teratur penggunaan dan pemeliharaan APD. E. Sediakan suku cadang dan fasilitas, pemeliharaan ditempat kerja untuk penggantian bagian yang rusak secara cepat. F. Pastikan semua orang menggunakan APD sesuai dengan indikasi pekerjaan. Berikan tanda peringatan di tempat kerja yang wajib menggunakan APD dan untuk itu lakukan: a. Identifikasi daerah tempat kerja yang membutuhkan APD b. Sediakan APD sesuai dengan indikasi dan jumlah pekerja c. Pada setiap tempat kerja, pasang tanda peringatan dengan gambar yang menjelaskan jenis APD yang diperlukan didaerah tersebut d. Awasi dan periksa penggunaan APD yang benar. Lakukan pemeriksaan secara teratur. G. Berikan dukungan untuk pembersihan dan pemerliharaan APD secara rutin. Untuk itu dilakukan: a. Bentuk tim pemeliharaan APD. Tetapkan program pemeliharaan b. Identifikasi cara penyimpanan, pembersihan dan pemeliharaan Dan sosialisasikan kepada seluruh pekerja yang memakai APD tersebut
19 26 c. Sediakan fasilitas pemeliharaan yang diperlukan d. Pastikan semua suku cadang selalu tersedia setiap saat H. Pastikan bahwa APD dapat diterima oleh pekerja. Untuk itu: a. Lengkapi setiap pekerja dengan APD yang baik, tepat dan nyaman dipakai b. Lengkapi pemakai APD dengan informasi yang cukup tentang faktor risiko ditempat kerja dan manfaat peralatan untuk melindungi diri c. Pastikan bahwa setiap orang (pengawas, pekerja, pengunjung, dan lain-lain menggunakan peralatan APD yang ditetapkan). I. Sediakan tempat yang memadai tempat untuk menyimpan APD. Untuk itu: a. Periksa nomor, ukuran, kualitas semua APD serta cara penyimpanannya b. Pastikan bahwa APD tersebut mudah ditemukan dan inventarisasi c. Buat rencana kerja pemeriksaan rutin terhadap penggunaan dan pemeliharaan APD d. Pelihara tempat penyimpanan APD dengan teratur e. Libatkan para pemakai dalam semua prosedur dari butir diatas sepenuhnya Prosedur penyimpanan yang baik merupakan bagian yang sangat penting dari program pelatihan penggunaan APD Peraturan perundangan alat pelindung diri Kewajiban dalam penggunaan APD di tempat kerja yang mempunyai resiko terhadap timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja telah diatur didalam Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Pasalpasal yang mengatur tentang penggunaan APD antara lain:
20 27 a. Pasal 3 ayat 1 sub f, menyebutkan bahwa Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk memberikan alat-alat pelindung diri pada pekerja. b. Pasal 9 ayat 1 sub c, menyebutkan bahwa Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang, alat-alat pelindung diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan. c. Pasal 12 sub b, menyebutkan bahwa Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk, memakai alat-alat pelindung diri yang diwajibkan. d. Pasal 14 sub c, menyebutkan bahwa Pengurus diwajibkan menyediakan secara cuma-cuma, semua alat pelindung diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli-ahli keselamatan kerja. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 8/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri. Pasal-pasal yang mengatur tentang penggunaan APD antara lain: a. Pasal 2 ayat 1,2,3, menyebutkan bahwa Pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerja dan harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia atau standar yang berlaku, serta APD diberikan oleh pengusaha secara cuma-cuma. b. Pasal 3, menyebutkan bahwa APD meliputi pelindung kepala, mata dan muka, telinga, pernapasan, tangan, kaki, serta alat pelindung jatuh perorangan dan pelampung.
21 28 c. Pasal 4 ayat 1, menyebutkan bahwa APD wajib digunakan ditempat kerja. d. Pasal 7 ayat 1, menyebutkan bahwa Pengusaha wajib melaksanakan manajemen APD di tempat kerja Pengadaan alat pelindung diri Masalah-masalah dalam pengadaan APD sehingga pemakaiannya patut dipertimbangkan adalah sebagai berikut (Anizar, 2012). 1. Pengusaha merasa penyediaan APD hanya akan menambah beban biaya. 2. Pekerja mungkin merasa tidak nyaman. 3. Pengusaha tidak menyadari bahwa jika ada bahaya pada pekerjaan tertentu APD mungkin akan menghindarkan biaya yang lebih besar akibat terjadinya kecelakaan. 4. Perusahaan menyediakan APD tetapi para pekerja enggan memakainya. 2.3 Proses Pembongkaran Crude Palm Oil Sopir mobil truk tangki yang mengangkut Crude Palm Oil (CPO) terlebih dahulu melapor ke pos sekuriti untuk mengambil nomor daftar ke parkiran. Kemudian memberikan surat tanda terima penyerahan/surat pengantar barang kepada petugas krani timbang untuk ditimbang dan dicatat berat bruto tanki truk dan nomor polisi serta kebun/pks pengirim. Selesai penimbangan berat bruto maka mobil tangki truk tersebut berjalan menuju ke tempat pengambilan contoh CPO. Sebelum dilakukan pembongkaran, muatan tangki truk tersebut diperiksa oleh petugas laboratorium yakni petugas pengambilan contoh. Pengambilan contoh dilakukan dari manhole truk tangki
22 29 dengan menggunakan zona sampel dan untuk setiap tangki truk diambil 1 (satu) botol contoh untuk dianalisa. Petugas laboratorium mengambil contoh CPO dari upper, middle, lower pada pada tangki truk untuk dianalisa. Hal ini dimaksudkan adalah untuk memeriksa kembali kadar air apakah CPO didalam tangki tersebut bercampur dengan air yang dapat mengakibatkan kerusakan mutu. Petugas untuk pengambilan contoh minyak sawit adalah personil yang telah mendapat pelatihan pengambilan contoh. Contoh diambil dengan cara yang sudah ditentukan pengambilan yang dapat didefinisikan sebagai berikut: a. Upper sampel adalah contoh yang diambil pada ketinggian setengah dari sepertiga tinggi bagian atas dari keseluruhan cairan. b. Middle sampel adalah contoh yang diambil pada ketinggian setengah dari tinggi keseluruhan cairan. c. Lower sampel adalah contoh yang diambil pada ketinggian setengah dari sepertiga tinggi bagian bawah dari keseluruhan cairan. d. Bottom sampel adalah contoh yang diambil pada permukaan dasar tangki. e. Average sampel adalah contoh campuran upper, middle, lower sampel dengan perbandingan yang sama (single tank composite sample). Jika ternyata CPO dalam keadaan baik maka pembongkaran CPO dapat dilaksanakan dengan catatan petugas pengambilan contoh harus mendapat paraf pada kartu bongkar. Kemudian mobil truk tangki menuju ke parkiran pembongkaran, dan pada saat giliran membongkar CPO akan di panggil sesuai dengan nomor plat mobil tangki truk untuk menuju sentral pembongkaran. Di area sentral pembongkaran
23 30 terdapat pekerja kernek bongkar untuk mengeluarkan CPO dari mobil tangki truk menuju manhole penyimpanan CPO. Pekerja kernek bongkar naik ke atas mobil tangki truk untuk membantu mengeluarkan CPO dengan cara mendorong CPO keluar memakai tongkat panjang yang terbuat dari besi. Saat CPO yang ada di tangki truk sudah mulai habis, pekerja kernek bongkar masuk ke dalam tangki truk untuk menggeruk sisa CPO menuju manhole tangki truk untuk dikeluarkan hingga CPO yang ada di dalam tangki truk tidak ada lagi. 2.4 Kerangka Pikir Iklim Keselamatan Kerja: 1. Nilai manajemen 2. Manajemen dan praktek organisasi 3. Komunikasi keselamatan 4. Keterlibatan pekerja dalam keselamatan dan kesehatan kerja Pekerja Kernek Bongkar CPO Penggunaan APD: 1. Kelengkapan menggunakan APD saat bekerja Gambar 2.1 Kerangka Pikir
BAB V PEMBAHASAN. TM PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Madiun telah diperoleh
BAB V PEMBAHASAN A. Identifikasi Potensi Bahaya Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis di PDKB TM PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Madiun telah diperoleh gambaran mengenai
Lebih terperinciPEMBELAJARAN V ALAT PELINDUNG DIRI
PEMBELAJARAN V ALAT PELINDUNG DIRI A) KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR: 1. Menguasai berbagai macam alat pelindung diri (APD) terutama dalam bidang busana 2. Memahami pentingnya penggunaan APD dalam pekerjaan
Lebih terperinciTINJAUAN TENTANG KAWASAN PESISIR ALAT PELINDUNG DIRI KASUS DI KEPULAUAN TUPABIRING KAB. PANGKEP ZAENAB P ZAENAB
TINJAUAN TENTANG KAWASAN PESISIR ALAT PELINDUNG DIRI zaenabku@yahoo.co.id PENGERTIAN DAN MACAM APD -UU No 1 tahun 1970 tentang Kesker pasal 14 (3) menyatakan bahwa pengurus diwajibkan menyediakan secara
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciHirarki Pengendalian Potensi Bahaya K3
ALAT PELINDUNG DIRI DEFINISI APD adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja. APD dipakai
Lebih terperinci1. Kemampuan perlindungan yang tak sempurna karena memakai APD yang kurang tepatdan perawatannya yang tidak baik
A. Pengertian Alat Pelindung Diri Alat Pelindung Diri (APD) merupakan kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Undang-Undang yang mengatur tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Lebih terperinciSecara sederhana yang dimaksud dengan APD adalah :
Dalam setiap aktifitas diproyek tentunya kita akan dihadapkan dengan bermacam-macam resiko dan bahaya yang tidak seorangpun tahu kapan dan dimana bahaya, hampir kejadian, accident (kecelakaan) itu akan
Lebih terperinciPROSEDUR TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
PROSEDUR TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI (APD) 1. TUJUAN & PENDAHULUAN 1.1 Pedoman ini antara lain menguraikan tanggung jawab, evaluasi bahaya, jenis alat pelindung diri dan pemilihannya, kualifikasi fisik,
Lebih terperinciBAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN 4.1 Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Terjadinya kecelakaan kerja merupakan suatu kerugian baik itu bagi korban kecelakaan kerja maupun terhadap perusahaan (Organisasi),
Lebih terperinciALAT-ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DI LABORATORIUM
ALAT-ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DI LABORATORIUM Alat Pelindung Diri adalah salah satu alat yang harus tersedia di laboratorium. Digunakan untuk perlindungan badan, mata, pernapasan dan kaki. Peralatan dan
Lebih terperinciBIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG
MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DAN LINGKUNGAN F.45...... 01 BUKU KERJA 2011 K E M E N T E R I AN P E K E R
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. identifikasi kebutuhan dan syarat APD didapatkan bahwa instalasi laundry
BAB V PEMBAHASAN A. Identifikasi Kebutuhan dan Syarat APD Dari hasil pengamatan dan observasi yang telah dilakukan penulis di Instalasi Laundry Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. Soeharso Surakarta, dalam
Lebih terperinciMODUL 1 ALAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (ALAT PELI NDUNG DI RI / APD) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K
MODUL 1 ALAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (ALAT PELI NDUNG DI RI / APD) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO LEMBAR KERJA SISWA 1 A. Badan
Lebih terperinciDefinisi dan Tujuan keselamatan kerja
Definisi dan Tujuan keselamatan kerja Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan & proses pengolahannya, landasan tempat kerja & lingkungannya serta cara-cara
Lebih terperinciSARANA SANITASI KESEHATAN
TINJAUAN TENTANG KAWASAN PESISIR SARANA SANITASI KESEHATAN KERJA KASUS DI KEPULAUAN TUPABIRING KAB. PANGKEP FAKTA TENTANG K3 -Kecelakaan & sakit di t4 kerja lebih banyak korban jika dibandingkan dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kesadaran Menurut Hasibuan (2012:193), kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Menurut
Lebih terperinciAlat Pelindung Diri Kuliah 8
Alat Pelindung Diri Kuliah 8 Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health Administration i i Personal protective equipment atau alat pelindung diri (APD) didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Sistem keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu program didasari pendekatan secara ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil
Lebih terperinciPERALATAN PERLINDUNGAN DIRI
PAKAIAN KERJA 1. Pemilihan pakaian harus diperhitungkan kerja kemungkinan bahaya yang akan dialami pekerja. 2. Pakaian harus sesuai dengan ukuran dan tidak menghalangi kerja 3. Pakaian yang longgar/dasi
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN PUSTAKA
12 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN (MAINTENANCE) 3.1.1 Definisi Pemeliharaan Dan Perawatan Pemeliharaan dan perawatan (maintenance) adalah suatu kombinasi dari berbagai tindakan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Identifikasi Potensi Bahaya Identifikasi bahaya yang dilakukan mengenai jenis potensi bahaya, risiko bahaya, dan pengendalian yang dilakukan. Setelah identifikasi bahaya dilakukan,
Lebih terperinciBAB I DEFINISI. APD adalah Alat Pelindung Diri.
BAB I DEFINISI APD adalah Alat Pelindung Diri. Pelindung yang baik adalah yang terbuat dari bahan yang telah diolah atau bahan sintetik yang tidak tembus air atau cairan lain (darah atau cairan tubuh).
Lebih terperinciSL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah
No. Responden : KUESIONER PENELITIAN KEPATUHAN PENGGUNAAN APD, PENGETAHUAN TENTANG RISIKO PEKERJAAN KONSTRUKSI PEKERJA KONSTRUKSI DAN SIKAP TERHADAP PENGGUNAAN APD DI PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMEN U-RESIDENCE
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN PUSTAKA
12 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PEMELIHARAAN (MAINTENANCE) 3.1.1 Definisi Pemeliharaan Secara umum pengertian (maintenance) dapat diartikan sebagai kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas/peralatan
Lebih terperinciPeralatan Perlindungan Pekerja
Oleh: 2013 Peralatan Proteksi Keselamatan Kerja Reference : Hamid R. Kavianian & Charles A. Wentz. 1990. Occuputional & Enviromental Safety Engineering & Management. 1. John Wiley & Sons Inc. New York
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan
Lebih terperinciPENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI PT X LAMPUNG TENGAH
PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI PT X LAMPUNG TENGAH Mutiara Dwi Putri, Sutarni, Marlinda Apriyani 1 Mahasiswa, 2 Dosen Politeknik Negeri Lampung 1, 3 Dosen Politeknik Negeri Lampung 2
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memakai peralatan yang safety sebanyak 32,12% (Jamsostek, 2014).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan kerja merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dan dikondisikan oleh pihak perusahaan. Dengan kondisi keselamatan kerja yang baik pekerja dapat
Lebih terperinciStandard Operating Procedure PENGOPERASIAN CHAINSAW (CHAINSAW OPERATION)
1. KAPAN DIGUNAKAN Prosedur ini berlaku pada saat melakukan pekerjaan menggunakan chainsaw 2. TUJUAN Prosedur ini memberikan petunjuk penggunaan chainsaw secara aman dalam melakukan pekerjaan dimana chainsaw
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2.1.1 Pengertian Keselamatan Kerja Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses
Lebih terperinciKESELAMATAN KERJA PADA PENGERJAAN BENGKEL
1 KESELAMATAN KERJA PADA PENGERJAAN BENGKEL Keselamatan kerja tidak hanya untuk dipelajari, tetapi harus dihayati dan dilaksanakan, karena keselamatan kerja adalah merupakan bagian yang sangat penting
Lebih terperinciRegina Tutik Padmaningrum, Jurdik Kimia, UNY
KESELAMATAN KERJA DALAM LABORATORIUM KIMIA Regina Tutik Padmaningrum e-mail: regina_tutikp@uny.ac.id Jurdik Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta -----------------------------------------------------------------------------------------------------
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN ANALISA
BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1. Penerapan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Di Proyek Penerapan Program K3 di proyek ini di anggap penting karena pada dasarnya keselamatan dan kesehatan kerja
Lebih terperinciBAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,
BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumberdaya manusia untuk mencapai
Lebih terperinciMENERAPKAN PROSEDUR KEAMANAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN DI TEMPAT KERJA
MENERAPKAN PROSEDUR KEAMANAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN DI TEMPAT KERJA Oleh : Dr. Azwar Djauhari MSc Disampaikan pada : Kuliah Blok 22 Kesehatan Kerja Tahun Ajaran 2013 / 2014 Fakulyas Kedokteran dan
Lebih terperinciLampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN. Responden yang saya hormati,
Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN Responden yang saya hormati, Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah Mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Esa
Lebih terperinciSUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB I. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Rizka Novi Sesanti KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Keselamatan Kerja Tarwaka (2008: 4) mengatakan bahwa keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan,
Lebih terperinciKoordinator:Dr. Ardiyan Harimawan
Kuliah Awal Semester Lab Instruksional Teknik Kimia Keselamatan Kerja, Kesehatan & Perlindungan Lingkungan (K3L) Lab Koordinator:Dr. Ardiyan Harimawan Sadari! Area Labtek X (termasuk Lab Pilot & Bengkel2
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Area dari keselamatan kerja dalam dunia rekayasa mencakup keterlibatan manusia baik para pekerja, klien, maupun pemilik perusahaan. Menurut Goetsch
Lebih terperinciPERTEMUAN #6 PERANCANGAN SISTEM KERJA #2 (MESIN, PERALATAN, & LINGKUNGAN KERJA) TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA
PERANCANGAN SISTEM KERJA #2 (MESIN, PERALATAN, & LINGKUNGAN KERJA) PERTEMUAN #6 TKT207 ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciSMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4
1. Cara aman membawa alat gelas adalah dengan... SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4 Satu tangan Dua tangan Dua jari Lima jari Kunci Jawaban : B Alat-alat
Lebih terperinciOCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY (OH&S) 1. Prosedur Mengenali Sumber Bahaya di Tempat Kerja
1. Prosedur Mengenali Sumber Bahaya di Tempat Kerja Pendahuluan Di dalam lingkungan kerja dan cara bekerja adalah awal yang penting untuk kelangsungan kesehatan dan keselamatan kita. Memahami keselamatan
Lebih terperinciPersonal Protective Equipments (PPE)
Personal Protective Equipments (PPE) Definisi Alat Pelindung Diri Personal Protective Equipments (PPE) Alat Pelindung Diri (APD) dalam susunan sistem pengendalian bahaya ditempat kerja merupakan bagian
Lebih terperinciPenggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu bagian dari kewaspadaan standar.
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu bagian dari kewaspadaan standar. Penggunaan APD perlu pengawasan karena dengan penggunaan APD yang tidak tepat akan menambah cost TUJUAN PENGGUNAAN
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kewaspadaan Umum/Universal Precaution 2.1.1. Defenisi Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga
Lebih terperinci1. Pentingnya patient safety adalah a. Untuk membuat pasien merasa lebih aman b. Untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak diharapkan Suatu
1. Pentingnya patient safety adalah a. Untuk membuat pasien merasa lebih aman b. Untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak diharapkan Suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada
Lebih terperinciBIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG
MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DAN LINGKUNGAN F.45...... 01 BUKU INFORMASI 2011 K E M E N T E R I A N P E
Lebih terperinciBAB I KONSEP PENILAIAN
BAB I KONSEP PENILAIAN 1.1. Bagaimana Instruktur akan Menilai Dalam sistem berdasarkan Kompetensi, penilai akan mengumpulkan bukti dan membuat pertimbangan mengenai pengetahuan, pemahaman dan unjuk kerja
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit, laundry adalah tempat
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Laundry Berdasarkan kepmenkes No. Kep 1024/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit, laundry adalah tempat pencucian linen yang
Lebih terperinciSOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA TUJUAN Memelihara lingkungan kerja yang sehat. Mencegah, dan mengobati kecelakaan yang disebabkan akibat pekerjaan sewaktu bekerja. Mencegah dan mengobati
Lebih terperinciKUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PEKERJA TERHADAP PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DI SEBUAH PABRIK KIMIA DI TANGERANG.
Lampiran - 1 KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PEKERJA TERHADAP PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DI SEBUAH PABRIK KIMIA DI TANGERANG. IDENTITAS Nama : Jenis Kelamin : L / P ( lingkari )
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Menurut Mangkunegara (dalam Sayuti, 2013:196) kesehatan kerja adalah kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental emosi, atau
Lebih terperinciANALISIS KESELAMATAN KERJA (JOB SAFETY ANALYSIS)/PROSEDUR JSA
Nomor dan Nama Pekerjaan Nomor dan Nama Jabatan 068 & Memeriksa Alat pemadam api ringan (APAR) Tanggal 28 Desember 2008 No JSA : JSA/SHE/068 Safety Officer Disusun Oleh Tanda tangan No Revisi 0 Seksi/Departemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerja karyawan. Di samping itu, Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan hak asasi karyawan dan salah satu syarat untuk dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Di samping itu, Keselamatan
Lebih terperinciLampiran 1. A. Kuesioner Nordic Body Map Nama : Umur : Pendidikan terakhir : Masa kerja :...tahun
Lampiran 1 KUESIONER GAMBARAN KELUHAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PEKERJA PANDAI BESI DITINJAU DARI SIKAP KERJA DAN ALAT PELINDUNG DIRI DI KUALA BEGUMIT KECAMATAN BINJAI KABUPATEN LANGKAT TAHUN
Lebih terperinciPELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS)
SIR 01 = KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS) 2007 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL. Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul. Upaya, kesehatan kerja. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
1 2015 No.42,2015 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul. Upaya, kesehatan kerja. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG UPAYA
Lebih terperinciKeselamatan kerja (work safety) pada setiap pekerjaan dalam suatu perusahaan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh setiap pe
ABSTRAKSI SALMON PRAMUDIYO 30405854 / 20053137711950059 MENGANALISIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA USAHA KECIL MENENGAH (BENGKEL LAS). PI, Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas
Lebih terperinciSL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah
No. Responden : KUESIONER PENELITIAN KEPATUHAN PENGGUNAAN APD, PENGETAHUAN TENTANG RISIKO PEKERJAAN KONSTRUKSI PEKERJA KONSTRUKSI DAN SIKAP TERHADAP PENGGUNAAN APD DI PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMEN U-RESIDENCE
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecelakaan kerja atau kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 Definisi Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja atau kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan berhubungan dengan hubugan kerja pada perusahaan, atau kecelakaan
Lebih terperinciKESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) MEKANIK PADA STASIUN BOILER PT X
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) MEKANIK PADA STASIUN BOILER PT X Hendri Van Hoten 1), Afdhal Kurniawan Mainil 1), Agung Imam Permadi 2) 1) Dosen Jurusan Teknik Mesin Univ. Bengkulu, 2) Mahasiswa Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di zaman yang serba modern ini, hampir semua pekerjaan manusia telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman yang serba modern ini, hampir semua pekerjaan manusia telah dibantu oleh alat-alat yang dapat memudahkan pekerjaan manusia, contohnya mesin. Dengan bantuan
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN ACTION RESEARCH PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DI KAMAR BERSALIN RUMAH SAKIT JIH
LAMPIRAN 129 130 Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN ACTION RESEARCH PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DI KAMAR BERSALIN RUMAH SAKIT JIH A. Petunjuk Pengisian Saudara/saudari rekan sejawat mohon untuk mengisi
Lebih terperinciMODUL SIB 01 : KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
PELATIHAN SITE INSPECTOR OF BRIDGE (INSPEKTUR PEKERJAAN LAPANGAN PEKERJAAN JEMBATAN) MODUL SIB 01 : KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 2006 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER
Lebih terperinciBAB III DATA PERANCANGAN. data-data terkait mengenai permasalahan tentang kemasan Alat Pelindung
BAB III DATA PERANCANGAN A. Tabel Data Perancangan Berikut tabel data perancangan yang saya lakukan untuk mencari data-data terkait mengenai permasalahan tentang kemasan Alat Pelindung Diri (APD) di PT.
Lebih terperincicommit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Tempat Kerja adalah ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau
Lebih terperinciKeselamatan Kerja di Laboratorium
Keselamatan Kerja di Laboratorium Perhatikan PetunjuKeselamatan kerja Berkaitan dengan keamanan, kenyamanan kerja, dan kepentingan kesehatan, Keselamatan kerja sangat penting di perhatikan dalam bekerja
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN
KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI DENGAN PERILAKU PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PEKERJA KONSTRUKSI DI PT.NUSA KONTRUKSI ENJINIRING Identitas peneliti: Nama : Hasan
Lebih terperinciFORMULIR PROSEDUR OPERASI STANDAR RISIKO TINGGI
FORMULIR PROSEDUR OPERASI STANDAR RISIKO TINGGI Penerapan Formulir Prosedur Operasi Standar Risiko Tinggi disarankan untuk proses, eksperimen, atau manipulasi yang mengandung risiko tinggi dan yang memerlukan
Lebih terperinciPERLINDUNGAN KEPALA. Helmet yang retak, getas, kadaluarsa, penyok tidak boleh digunakan lagi. Tanggal Produksi (sept. 2004)
AGENDA Perlindungan Kepala Perlindungan Muka & Mata Perlindungan Telinga Perlindungan Tangan & Lengan Perlindungan Kaki Perlindungan Pernapasan Pelindungan Badan Perlindungan Bekerja di Ketinggian PERLINDUNGAN
Lebih terperinciSELENIUM ASPARTAT SELENIUM ASPRATATE
SELENIUM ASPARTAT SELENIUM ASPRATATE 1. N a m a Golongan Mineral Sinonim/Nama Dagang (1,2) Tidak tersedia. Selenium aspartat merupakan komposisi dari sodium selenite, l-aspartic acid, dan protein sayur
Lebih terperinciCreated by: Esa Rahmanda H Click to edit Master title style
MEMPELAJARI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT. INDOLAKTO JAKARTA Created by: Esa Rahmanda H 32410439 Click to edit Master title style Latar Belakang Kebutuhan Manusia Meningkat Perusahaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Umum Evaluasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti penilaian atau memberi penilaian. Pengertian evaluasi berdasarkan Ensiklopedi Nasional Indonesia adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga
Lebih terperinciPetunjuk Keselamatan Umum Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro Pedoman berikut dibuat untuk meminimalkan atau menghilangkan bahaya di
Petunjuk Keselamatan Umum Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro Pedoman berikut dibuat untuk meminimalkan atau menghilangkan bahaya di Laboratorium Terpadu. Pedoman ini juga disediakan untuk menjaga
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. No.3 tahun 1998 tentang cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan, kecelakaan. menimbulkan korban manusia dan harta benda.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Kecelakaan Kerja Menurut Frank E. Bird (Bird, 1989) kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan, yang dapat mengakibatkan cidera pada manusia atau
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag
BAB V PEMBAHASAN Dari hasil penelitian PT. Bina Guna Kimia telah melaksanakan programprogram keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag Out (LOTO) dan Line Breaking merupakan program
Lebih terperinciSPESIFIKASI PERALATAN KESELAMATAN KERJA PT. SAAG UTAMA
PERALATAN KESELAMATAN KERJA PT. SAAG UTAMA Pelidung Kepala Helm Pelindung Penilaian Secara Umum ANSI Z89.1 2003, Type I Class G dan E Aplikasi wajib digunakan untuk keselamatan kerja Polyethylene Shell
Lebih terperinciIDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3
1 dari 7 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) Tanggal terbit Ditetapkan, Direktur RS. Dedy Jaya Brebes PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN PROSEDUR dr. Irma Yurita 1. Identifikasi bahaya B3 (Bahan Berbahaya dan
Lebih terperinciMODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN
MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN (K3L) NO. KODE :.P BUKU PENILAIAN DAFTAR
Lebih terperinciadalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri dan produknya baik formal maupun informal mempunyai dampak positif dan negatif kepada manusia, di satu pihak akan memberikan keuntungan, tetapi di pihak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari mayoritas penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani dan didukung
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN th > 49 th 2 9. Tidak Tamat SD - - Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat Akademi/PT - -
28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Karakteristik Responden Tabel 4.1 Tabel Karakteristik Responden Petugas Kebersihan Jalan Kabupaten Madiun Tahun 2017 Variabel Frekuensi Persentase Umur 17 48
Lebih terperinciKata Pengantar. Daftar Isi
Kata Pengantar Daftar Isi Oiltanking berkomitmen untuk menjalankan semua kegiatan usaha dengan cara yang aman dan efisien. Tujuan kami adalah untuk mencegah semua kecelakaan, cidera dan penyakit akibat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tegangan tinggi digunakan dalam peralatan X-Ray. Dalam bidang industri, listrik
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini listrik tegangan tinggi banyak digunakan dalam berbagai bidang. Listrik tegangan tinggi digunakan dalam bidang sistem tenaga listrik, medis, industri, dan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 TAHUN 2010 TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 TAHUN 2010 TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI,
Lebih terperinciPEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI SEBAGAI UPAYA DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN BAGI TENAGA KERJA DI RUANG CETAK PT. AIR MANCUR PALUR
LAPORAN KHUSUS PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI SEBAGAI UPAYA DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN BAGI TENAGA KERJA DI RUANG CETAK PT. AIR MANCUR PALUR Oleh: Reny Yangyang Nur Inda Sari NIM. R0007069 PROGRAM DIPLOMA
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 82 F/7.5.1.P/T/WKS4/17 12 Juli 2010 SMK NEGERI 2 PENGASIH PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 PENGASIH Jalan
Lebih terperinciADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut.
BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Klasifikasi Gedung dan Risiko Kebakaran Proyek pembangunan gedung Rumah Sakit Pendidikan Universitas Brawijaya Malang merupakan bangunan yang diperuntukkan untuk gedung rumah sakit.
Lebih terperinciBuku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif
Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif NBID42 Untuk Penggunaan Rumah Tangga Mohon agar Buku Petunjuk Pemakaian ini dibaca dengan baik sebelum pemakaian, dan pakailah peralatan dengan benar.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebuah perusahaan dalam melakukan aktivitas kontruksi harus memenuhi unsur keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam kegiatan konstruksi kecelakaan dapat terjadi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. sangat luas, antara lain: berbicara, berjalan, menangis, tertawa, kuliah, menulis,
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku 2.1.1 Pengertian Perilaku Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Manusia sebagai salah satu makluk hidup mempunyai
Lebih terperinciSOAL TES. Pilihlah satu jawaban yang anda anggap paling benar dengan memberikan tanda silang (X) pada huruf a, b, c atau d.
Lampiran 1. Instrumen Penelitian 69 SOAL TES Mata pelajaran Kelas Alokasi waktu : Fabrikasi Las Gas : X : 30 menit Pilihlah satu jawaban yang anda anggap paling benar dengan memberikan tanda silang (X)
Lebih terperinciKEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 14/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN PABRIK KAOS LAMPU
KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 14/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN PABRIK KAOS LAMPU KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : a. bahwa proses pembuatan kaos
Lebih terperinciBAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih
BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Visualisasi Proses Pembuatan Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih dahulu harus mengetahui masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Lebih terperinciUntuk para peserta praktik kerja. Satu langkah supaya para peserta praktik kerja melakukan pekerjaan pengelasan dengan aman
Untuk para peserta praktik kerja Satu langkah supaya para peserta praktik kerja melakukan pekerjaan pengelasan dengan aman Daftar Isi Prakata 1 1 Tiga 2 Pekerjaan 3 Pertanyaan 4 Seluk 5 Empat 6 Penjelasan
Lebih terperinciANALISIS TINGKAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT. BISMA KONINDO DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS
ANALISIS TINGKAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT. BISMA KONINDO DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS Disusun Oleh: Okky Oksta Bera (35411444) Pembimbing : Dr. Ina Siti Hasanah, ST., MT.
Lebih terperinciPENDAYAGUNAAN AIR TANAH
PRA RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK (Pra- RK3K) KEGIATAN : PENDAYAGUNAAN AIR TANAH PEKERJAAN : PEMBANGUNAN EMBUNG xxxxxxxxxxxx LOKASI : KAB. xxxxx TAHUN ANGGARAN RENCANA PROGRAM KESELAMATAN
Lebih terperinci