Penanggung jawab csr telkom

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Penanggung jawab csr telkom"

Transkripsi

1 Penanggung jawab csr telkom 1. P : Apa latar belakang PT Telkom melaksanakan program CSR? J : Ada dua hal yang melatar belakangi pelaksanaan program CSR di telkom yaitu Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara RI No PER-5/MBU/2007 tgl 27 april 2007 dan Keputusan Rapat Umum Pemegang saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Telekomunikasi Indonesia yang dibuat oleh Dr. A. Partomuan Pohan, S. H. LLM. Sesuai dgn Permen BUMN no PER-5 tsb sebuah Persero Terbuka dapat melaksanakan program CSR dalah hal ini disebut sebagai Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan berdasarkan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Maka dalam penyusunan rencana kerja dan anggaran program kemitraan dan bina lingkungan setiap tahunnya memperhatikan selalu memperhatikan hasil RUPS. 2. P : Adakah kebijakan khusus tentang pelaksanaan program CSR di PT Telkom J : Ada, yaitu Keputusan direksi no 30 tahun 2007 yaitu ttg pengelolaan program kemitraan dan program bina lingkungan 3. P : Siapa yang bertanggung jawab untuk mengelola program CSRdi PT Telkom J : Di Telkom pelaksanaan program CSR di lakukan oleh unit community development center (cdc) sesuai keputusan direksi no KD. 12/PS150/COP- B /2008 ttg Organisasi Pusat Pengelolaan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (Community Development Center). CDC adalah unit bisnis yang secara structural berada di bawah Direktorat Human Capital & General Affair (HCGA). Unit CDC dipimpin oleh Senior General Manager (SGM) yang dibantu oleh Senior Manager Kemitraan, Senior Manager Bina Lingkungan, Senior Manager perencanaan & Pengendalian dan Senir Manager Keuangan. Sedangkan utk pelaksanaan operasional CDC yang berlokasi di area ada unit yang disebut Community Development (CD) Area yang dipimpin oleh Manager CD Area. Manager CD Area bertanggung jawab terhadap kepada SGM CDC atas efektifitas dan kelancaran pelaksanaan program kemitraan & bina lingkungan di wilayahnya. 4. P : Apa saja bentuk kegiatan dari program CSR yang dilaksanakan oleh PT Telkom J : CSR dalam Telkom disebut sebagai Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Utk program kemitraan kegiatannya antara lain pemberian pinjaman modal kerja, pemberian dana untuk pendidikan seperti speedy goes to school dan pemberian dana untuk pengkajian/penelitian. Sedangkan utk bina lingkungan beberapa kegiatannya adalah bantuan korban bencana alam, bantuan peningkatan kesehatan dan bantuan pembangunan sarana prasana/sarana umum. 5. P : Bagaimana pelaksanaan dari program program CSR di PT Telkom J : Program kemitraan dan bina lingkungan utk pelaksanaaanya terdiri dr dua cara yaitu penyaluran aktif yang disalurkan secara langsung berdasarkan

2 proposal yang disampaikan calon mitra binaan/obyek bantuan dan penyaluran proaktif yang disalurkan berdasarkan aktifitas pencarian calon mitra binaan/obyek bantuan. Pelaksana program pembinaan usaha kecil 1. P : Apa latar belakang PT Telkom melaksanaan program pembinaan usaha kecil J : Ada dua hal yang melatar belakangi pelaksanaan program CSR di telkom yaitu Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara RI No PER-5/MBU/2007 tgl 27 april 2007 dan Keputusan Rapat Umum Pemegang saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Telekomunikasi Indonesia yang dibuat oleh Dr. A. Partomuan Pohan, S. H. LLM. Sesuai dgn Permen BUMN no PER-5 tsb sebuah Persero Terbuka dapat melaksanakan program CSR dalah hal ini disebut sebagai Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan berdasarkan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Maka dalam penyusunan rencana kerja dan anggaran program kemitraan dan bina lingkungan setiap tahunnya memperhatikan selalu memperhatikan hasil RUPS. 2. P : Apa saja bentuk kegitan dari program pembinaan usaha kecil yang dilakukan PT Telkom J : program kemitraan kegiatannya antara lain pemberian pinjaman modal kerja, pemberian dana untuk pendidikan seperti speedy goes to school dan pemberian dana untuk pengkajian/penelitian. 3. P : Siapa sajakah yang menjadi target sasaran dari program pembinaan usaha kecil J : Kriteria usaha kecil yang dapat menjadi mitra binaan adalah pertama memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp ,- tp tdk termasuk tanah & bangunan tempat usaha; kedua memiliki penjualan paling banyak Rp /thn; ketiga telah melakukan kegiatan usaha min 1 thn; keempat berbentuk usaha perseorangan, badan usaha baik tdk berbadan hukum maupun badan usaha berbadan hukum seperti koperasi; kelima usaha tsb berdiri sendiri bukan merupakan anak perusahaan / cabang perusahaan; dan terakhir adl tdk sedang dalam pembinaan BUMN lain, berbentuk usaha, b 4. P : Siapa sajakah yang terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan program pembinaan usaha kecil J : Yang bertanggung jawab utk membuat perencanaan program kemitraan adl SM Kemitraan sedangkan utk implementasinya seperti penetapan mitra binaan dan penyaluran dana bantuan dilakukan oleh manager community development (cd) area. 5. P : Bagaimana perencanaan yang dilakukan dalam program pembinaan usaha kecil?

3 J : Untuk perencanaan sndiri ad tiga macam yang di atur yaitu perencanaan jangka panjang, perencanaan tahunan dan perencanaan teknologi informasi. Perencanaa jangka panjang mengacu ke Corporate Strategic Telkom dan bisuness plan community development center. Perencanaan tahunan penyusunannya harus mencerminkan pertumbuhan dan peningkatan indikator kerja CDC, terakhir untuk perencanaan teknologi informasi dilakukan agar pelaksanaan program kemitraan dan bina lingkungan berjalan efektif dan efisien. 6. P : Bagaimana pengelolaan dana dari pelaksanaan program pembinaan usaha kecil? J : Dana yang berasal dari penyisihan laba Telkom setelah pajak sebesar 1% s.d 3 % digunakan sebagai dana hibah atau pinjaman kepada bina mitraan. Penyaluran dilaksanakan berdasarkan proposal dari mitra binaan yang telah disetujui dan pemberian kepada calon mitra yang dicari sendiri oleh unit area cd. 7. P : Bagaimana pelaksanaan pembinaan bantuan program pembinaan usaha kecil di lokasi penerma bantuan J : Untuk program kemitraan kami memberikan bantuan berupa pinjaman atau hibah bagi mitra binaan yang telah lolos seleksi, utk pembinaan nya 8. P : Apakah ada evaluasi dan pelaporan terhadap pelaksanaan program pembinaan usaha kecil? J : ada dua, pertma PT Telkom memiliki tim Monitoring dan evaluasi mitra binaan, yagn kegiatannya dilaksanakan untuk memonitor dan mengevaluasi perkembangan Mitra Binaan yang telah menerima bantuan yang dilakukan secara periodik. Dan kedua laporan evaluasi yang di buat oleh PT Telkom dan dilaporkan kepada pemerintah (BUMN). 9. P : Apa saja manfaat yang dirasakan oleh telkom dari pelaksaan program pembinaan usaha kecil? J : Hubungan positif yang sudah ada dengan masyarakat sekitar yang sudah terjaga positif menjadi semakin baik dan baik. 10. P : Contohnya pak? J : Seperti semakin sadarnya masyarakat sekitar akan fasilitas umum telepon umum yang sudah dirawat, tidak adanya laporan akan kerusakan telepon umum yang di akibatkan oleh pengerusakan oleh masyarakat 11. P : Apa saja kendala yang dirasakan oleh telkom dari pelaksanaan program pembinaan usaha kecil? J : Kurangnya pemerataan dampak program CSR kemitraan pembinaan usaha kecil, khususnya pada tingkat Kandatel dan anak Perusahaan. Penyampaian informasi tentang program CSR kemitraan pembinaan usaha kecil yang masih sulit untuk didapatkan dan dijangkau dari pihak calon mitra binaan. Kurang banyak menginformasikan kegiatan CSR kemitraan pembinaan usaha kecil dalam setiap kegiatan bisnis yang dilakukan PT Telkom.

4 Lemahnya kinerja tim pada level bawah dalam pelaksanaan program CSR pembinaan usaha kecil. 12. P : Upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam pelaksanaan program pembinaan usaha kecil J : Melakukan pengawasan secara langsung dari pusat kepada tingkat kandatel dan anak perusahaan dan melakukan pendekatan yang baik dengan bupati setempat. Melakukan kerja sama dengan mitra binaan yang sudah berhasil untuk membantu masyarakat pengusaha kecil lainnya untuk ikut bergabung. PT Telkom juga sudah melakukan kerja sama dengan pemerintah daerah setempat untuk memberikan rujukan kepada masyarakat yang ingin mendapatkan pelatihan maupun dana pinjaman untuk usahanya. Melakukan penyebaran informasi secara mendetail seperti menginformasikan program CSR di setiap kegiatan bisnisnya, dengan menggunakan media massa televisi, koran, buletin kantor dan website resmi. Memberikan pelatihan kembali dan pemahaman akan Visi dan Misi dan tujuan dari program CSR pembinaan usaha kecil, agar mendapatkan kesamaan pemahaman dalam melaksanakan program CSR pembinaan usaha kecil, diharapkan terciptanya peningkatan kinerja kerja pada level bawah.

5 SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR PER-05/MBU/2007 TENTANG PROGRAM KEMITRAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN USAHA KECIL DAN PROGRAM BINA LINGKUNGAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 88 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, ketentuan mengenai penyisihan dan penggunaan laba BUMN untuk keperluan pembinaan usaha kecil/koperasi dan pembinaan masyarakat sekitar BUMN, diatur dengan keputusan menteri. b. bahwa dengan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor Kep- 236/MBU/2003, telah ditetapkan Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan; c. bahwa Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor Kep- 236/MBU/2003 dipandang belum cukup memberikan landasan operasional bagi peningkatan pelaksanaan Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, oleh karena itu perlu ditinjau kembali; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, dan c di atas, maka perlu menetapkan kembali Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 70; Tambahan Lembaran Negara Nomor 4297); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2003 tentang Pengalihan Kedudukan, Tugas dan Kewenangan Menteri Keuangan pada Perusahaan Perseroan (PERSERO), Perusahaan Umum (PERUM) dan Perusahaan Jawatan (PERJAN) kepada Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 82; Tambahan Lembaran Negara Nomor 4305); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 117; Tambahan Lembaran Negara Nomor 4556); 4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 20/P Tahun 2005; MEMUTUSKAN../-2-

6 - 2 - MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA TENTANG PROGRAM KEMITRAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN USAHA KECIL DAN PROGRAM BINA LINGKUNGAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan : 1. Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. 2. Perusahaan Perseroan, yang selanjutnya disebut Persero, adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan. 3. Perusahaan Perseroan Terbuka, yang selanjutnya disebut Persero Terbuka, adalah Persero yang modal dan jumlah pemegang sahamnya memenuhi kriteria tertentu atau Persero yang melakukan penawaran umum sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. 4. Perusahaan Umum, yang selanjutnya disebut Perum, adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan. 5. Menteri adalah Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara. 6. Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil, yang selanjutnya disebut Program Kemitraan, adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. 7. Program Bina Lingkungan, yang selanjutnya disebut Program BL, adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. 8. Program BL BUMN Pembina adalah Program BL yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh BUMN Pembina di wilayah usaha BUMN yang bersangkutan. 9. Program BL BUMN Peduli adalah Program BL yang dilakukan secara bersama-sama antar BUMN dan pelaksanaannya ditetapkan dan dikoordinir oleh Menteri. 10. Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam Peraturan ini. 11. Mitra Binaan adalah Usaha Kecil yang mendapatkan pinjaman dari Program Kemitraan. 12. BUMN.../-3-

7 BUMN Pembina adalah BUMN yang melaksanakan Program Kemitraan dan Program BL. 13. Koordinator BUMN Pembina adalah BUMN yang ditunjuk oleh Menteri untuk mengkoordinasikan BUMN Pembina di dalam suatu provinsi tertentu. 14. BUMN Penyalur adalah BUMN Pembina yang menyalurkan Dana Program Kemitraan milik BUMN Pembina lain berdasarkan Perjanjian Kerjasama Penyaluran. 15. Lembaga Penyalur adalah badan usaha selain BUMN atau lembaga bukan badan usaha yang melakukan kerjasama dengan BUMN Pembina dalam menyalurkan pinjaman Dana Program Kemitraan berdasarkan Perjanjian Kerjasama Penyaluran. 16. Unit Program Kemitraan dan Program BL adalah unit organisasi khusus yang mengelola Program Kemitraan dan Program BL yang merupakan bagian dari organisasi BUMN Pembina yang berada dibawah pengawasan seorang direksi. 17. Beban Operasional adalah beban pelaksanaan operasi unit Program Kemitraan dan Program BL diluar beban pegawai yang dananya berasal dari dana Program Kemitraan dan Program BL. 18. Beban Pembinaan adalah beban kegiatan bimbingan dan bantuan perkuatan untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan mitra binaan menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. 19. Kualitas pinjaman adalah status kondisi pinjaman yang terdiri dari pinjaman lancar, pinjaman kurang lancar, pinjaman diragukan dan pinjaman macet. 20. Pemulihan pinjaman adalah usaha untuk memperbaiki kualitas pinjaman kurang lancar, pinjaman diragukan dan pinjaman macet agar menjadi lebih baik kategorinya. BAB II PROGRAM KEMITRAAN DAN PROGRAM BL Pasal 2 (1) Perum dan Persero wajib melaksanakan Program Kemitraan dan Program BL dengan memenuhi ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Peraturan ini. (2) Persero Terbuka dapat melaksanakan Program Kemitraan dan Program BL dengan berpedoman pada Peraturan ini yang ditetapkan berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Pasal 3 (1) Usaha Kecil yang dapat ikut serta dalam Program Kemitraan adalah sebagai berikut : a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp ,- (dua ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp ,- (satu milyar rupiah); b. Milik Warga Negara Indonesia; c. Berdiri../-4-

8 - 4 - c. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar; d. Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi; e. Mempunyai potensi dan prospek usaha untuk dikembangkan; f. Telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 (satu) tahun; g. Belum memenuhi persyaratan perbankan (non bankable). (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f, tidak berlaku bagi usaha kecil yang dibentuk atau berdiri sebagai pelaksanaan program BUMN Pembina. Pasal 4 Mitra Binaan mempunyai kewajiban sebagai berikut : (1) Melaksanakan kegiatan usaha sesuai dengan rencana yang telah disetujui oleh BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau Lembaga Penyalur; (2) Membayar kembali pinjaman secara tepat waktu sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati; (3) Menyampaikan laporan perkembangan usaha secara periodik kepada BUMN Pembina. Pasal 5 BUMN Pembina mempunyai kewajiban sebagai berikut : a. Membentuk unit Program Kemitraan dan Program BL; b. Menyusun Standard Operating Procedure (SOP) untuk pelaksanaan Program Kemitraan dan Program BL yang dituangkan dalam Surat Keputusan Direksi; c. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Program Kemitraan dan Program BL; d. Melakukan evaluasi dan seleksi atas kelayakan usaha dan menetapkan calon Mitra Binaan; e. Menyiapkan dan menyalurkan dana Program Kemitraan kepada Mitra Binaan dan dana Program BL kepada masyarakat; f. Melakukan pemantauan dan pembinaan terhadap Mitra Binaan; g. Mengadministrasikan kegiatan pembinaan; h. Melakukan pembukuan atas Program Kemitraan dan Program BL; i. Menyampaikan laporan pelaksanaan Program Kemitraan dan Program BL yang meliputi laporan berkala baik triwulanan maupun tahunan kepada Menteri dengan tembusan kepada Koordinator BUMN Pembina di wilayah masing-masing. Pasal 6 Koordinator BUMN Pembina mempunyai kewajiban sebagai berikut : a. Melakukan koordinasi atas perencanaan dan pengalokasian dana Program Kemitraan dan Program BL yang dilakukan oleh BUMN Pembina; b. Memberikan informasi kepada BUMN Pembina mengenai calon Mitra Binaan untuk menghindari duplikasi pemberian pinjaman dana Program Kemitraan; c. Menyampaikan../-5-

9 - 5 - c. Menyampaikan laporan triwulanan dan tahunan pelaksanaan Program Kemitraan dan Program BL di wilayah koordinasinya kepada Menteri dengan tembusan kepada BUMN Pembina di wilayahnya. Pasal 7 BUMN Pembina yang memiliki kantor cabang/perwakilan di daerah dapat menyalurkan dana Program Kemitraan dan Program BL BUMN Pembina di wilayah kantor cabang/perwakilannya dengan mempertimbangkan dana yang tersedia dan kondisi wilayahnya. Pasal 8 (1) Untuk meningkatkan optimalisasi pelaksanaan Program Kemitraan, BUMN Pembina dapat melakukan kerjasama dengan BUMN Penyalur dan/atau dengan Lembaga Penyalur. (2) Lembaga Penyalur adalah lembaga keuangan mikro yang pendiriannya memiliki landasan hukum. (3) Kerjasama antara BUMN Pembina dengan BUMN Penyalur dan/atau Lembaga Penyalur dituangkan dalam perjanjian kerjasama yang sekurang-kurangnya memuat : - Para pihak yang melakukan kerjasama; - Maksud dan tujuan kerjasama; - Jumlah Dana Program Kemitraan yang dikerjasamakan; - Hak dan kewajiban masing-masing pihak; - Jangka waktu kerjasama; - Sanksi; - Keadaan memaksa (Force Majeure); dan - Penyelesaian perselisihan. (4) Dengan pertimbangan tertentu, Menteri dapat mengalih kelolakan dana Program Kemitraan dari BUMN Pembina ke BUMN Pembina lainnya. BAB III PENETAPAN DAN PENGGUNAAN DANA PROGRAM KEMITRAAN DAN PROGRAM BL Pasal 9 (1) Dana Program Kemitraan bersumber dari : a. Penyisihan laba setelah pajak maksimal sebesar 2% (dua persen); b. Jasa administrasi pinjaman/marjin/bagi hasil, bunga deposito dan/atau jasa giro dari dana Program Kemitraan setelah dikurangi beban operasional; c. Pelimpahan dana Program Kemitraan dari BUMN lain, jika ada. (2) Dana Program BL bersumber dari : a. Penyisihan laba setelah pajak maksimal sebesar 2% (dua persen); b. Hasil bunga deposito dan atau jasa giro dari dana Program BL. (3) Besarnya dana Program Kemitraan dan Program BL yang berasal dari penyisihan laba setelah pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan oleh : a. Menteri../-6-

10 - 6 - a. Menteri untuk Perum; b. RUPS untuk Persero; (4) Dalam kondisi tertentu besarnya dana Program Kemitraan dan dana Program BL yang berasal dari penyisihan laba setelah pajak dapat ditetapkan lain dengan persetujuan Menteri/RUPS. (5) Dana Program Kemitraan dan Program BL yang berasal dari penyisihan laba setelah pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), disetorkan ke rekening dana Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan selambat-lambatnya 45 (empat puluh lima) hari setelah penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (3). (6) Pembukuan dana Program Kemitraan dan Program BL dilaksanakan secara terpisah dari pembukuan BUMN Pembina. Pasal 10 (1) Menteri setiap tahun menetapkan : a. BUMN Pembina dan Koordinator BUMN Pembina pada masing-masing Provinsi; b. Rencana penyaluran dana Program Kemitraan setiap BUMN Pembina pada masingmasing Provinsi berdasarkan usulan masing-masing BUMN Pembina. (2) Apabila Kordinator BUMN Pembina sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a untuk tahun berjalan belum ditetapkan, maka yang berlaku adalah ketetapan Menteri tentang penetapan Koordinator BUMN Pembina tahun sebelumnya. Pasal 11 (1) Dana Program Kemitraan diberikan dalam bentuk : a. Pinjaman untuk membiayai modal kerja dan atau pembelian aktiva tetap dalam rangka meningkatkan produksi dan penjualan; b. Pinjaman khusus untuk membiayai kebutuhan dana pelaksanaan kegiatan usaha Mitra Binaan yang bersifat pinjaman tambahan dan berjangka pendek dalam rangka memenuhi pesanan dari rekanan usaha Mitra Binaan; c. Beban Pembinaan : 1) Untuk membiayai pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi, dan halhal lain yang menyangkut peningkatan produktivitas Mitra Binaan serta untuk pengkajian/penelitian yang berkaitan dengan Program Kemitraan; 2) Beban pembinaan bersifat hibah dan besarnya maksimal 20% (dua puluh persen) dari dana Program Kemitraan yang disalurkan pada tahun berjalan; 3) Beban Pembinaan hanya dapat diberikan kepada atau untuk kepentingan Mitra Binan. (2) Dana Program BL : a. Dana Program BL yang tersedia setiap tahun terdiri dari saldo kas awal tahun, penerimaan dari alokasi laba yang terealisir, pendapatan bunga jasa giro dan/atau deposito yang terealisir serta pendapatan lainnya. b. Setiap../-7-

11 - 7 - b. Setiap tahun berjalan sebesar 70% (tujuh puluh persen) dari jumlah dana Program BL yang tersedia dapat disalurkan melalui Program BL BUMN Pembina. c. Setiap tahun berjalan sebesar 30% (tiga puluh persen) dari jumlah dana Program BL yang tersedia diperuntukkan bagi Program BL BUMN Peduli. d. Apabila pada akhir tahun terdapat sisa kas dana Program BL BUMN Pembina dan BUMN Peduli, maka sisa kas tersebut menjadi saldo kas awal tahun dana Program BL tahun berikutnya. e. Ruang lingkup bantuan Program BL BUMN Pembina : 1) Bantuan korban bencana alam; 2) Bantuan pendidikan dan/atau pelatihan; 3) Bantuan peningkatan kesehatan; 4) Bantuan pengembangan prasarana dan/atau sarana umum; 5) Bantuan sarana ibadah; 6) Bantuan pelestarian alam; f. Ruang lingkup bantuan Program BL BUMN Peduli ditetapkan oleh Menteri. BAB IV MEKANISME PENYALURAN DANA PROGRAM KEMITRAAN DAN PROGRAM BL Pasal 12 (1) Tata cara pemberian pinjaman dana Program Kemitraan : a. Calon Mitra Binaan menyampaikan rencana penggunaan dana pinjaman dalam rangka pengembangan usahanya untuk diajukan kepada BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau Lembaga Penyalur, dengan memuat sekurang-kurangnya data sebagai berikut : 1) Nama dan alamat unit usaha; 2) Nama dan alamat pemilik/pengurus unit usaha; 3) Bukti identitas diri pemilik/pengurus; 4) Bidang usaha; 5) Izin usaha atau surat keterangan usaha dari pihak yang berwenang; 6) Perkembangan kinerja usaha (arus kas, perhitungan pendapatan dan beban, neraca atau data yang menunjukkan keadaan keuangan serta hasil usaha); dan 7) Rencana usaha dan kebutuhan dana. b. BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau Lembaga Penyalur melaksanakan evaluasi dan seleksi atas permohonan yang diajukan oleh calon Mitra Binaan; c. Calon Mitra Binaan yang layak bina, menyelesaikan proses administrasi pinjaman dengan BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau Lembaga Penyalur bersangkutan; d. Pemberian pinjaman kepada calon Mitra Binaan dituangkan dalam surat perjanjian/kontrak yang sekurang-kurangnya memuat : 1) Nama dan alamat BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau Lembaga Penyalur dan Mitra Binaan; 2) Hak.../-8-

12 - 8-2) Hak dan kewajiban BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau Lembaga Penyalur dan Mitra Binaan; 3) Jumlah pinjaman dan peruntukannya; 4) Syarat-syarat pinjaman (jangka waktu pinjaman, jadual angsuran pokok dan jasa administrasi pinjaman). e. BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau Lembaga Penyalur dilarang memberikan pinjaman kepada calon Mitra Binaan yang menjadi Mitra Binaan BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau Lembaga Penyalur lain. (2) Besarnya jasa administrasi pinjaman dana Program Kemitraan per tahun sebesar 6% (enam persen) dari limit pinjaman atau ditetapkan lain oleh Menteri. (3) Apabila pinjaman/pembiayaan diberikan berdasarkan prinsip jual beli maka proyeksi marjin yang dihasilkan disetarakan dengan marjin sebesar 6% (enam persen) atau sesuai dengan penetapan Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatas. (4) Apabila pinjaman/pembiayaan diberikan berdasarkan prinsip bagi hasil maka rasio bagi hasilnya untuk BUMN Pembina adalah mulai dari 10% (10 : 90) sampai dengan maksimal 50% (50 : 50). (5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berlaku juga terhadap rasio bagi hasil untuk BUMN Penyalur dan Lembaga Penyalur. Pasal 13 (1) Tata cara penyaluran bantuan dana Program BL BUMN Pembina : a. BUMN Pembina terlebih dahulu melakukan survai dan identifikasi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan di wilayah usaha BUMN Pembina setempat; b. Pelaksanaan Program BL dilakukan oleh BUMN Pembina yang bersangkutan. (2) Tata cara penyaluran bantuan dana Program BUMN Peduli ditetapkan oleh Menteri. BAB V BEBAN OPERASIONAL PROGRAM KEMITRAAN DAN PROGRAM BL Pasal 14 (1) Beban Operasional Program Kemitraan dibiayai dari dana hasil jasa administrasi pinjaman/marjin/bagi hasil, bunga deposito dan/atau jasa giro dana Program Kemitraan. (2) Besarnya Beban Operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) maksimal sebesar jasa administrasi pinjaman/marjin/bagi hasil, bunga deposito dan/atau jasa giro dana Program Kemitraan selama tahun berjalan. (3) Dalam hal dana untuk Beban Operasional tidak mencukupi, maka kekurangannya dibebankan pada anggaran biaya BUMN Pembina yang bersangkutan. (4) Apabila../-9-

13 - 9 - (4) Apabila pada akhir tahun terdapat sisa dana untuk Beban Operasional maka sisa dana tersebut dapat digunakan untuk membiayai beban operasional tahun berikutnya dan/atau sebagai tambahan sumber dana Program Kemitraan. (5) Dalam hal Beban Operasional Program Kemitraan bagi BUMN Pembina yang menerima pelimpahan dari BUMN Pembina lain tidak mencukupi, maka kekurangan tersebut menjadi beban BUMN Pembina yang menerima pelimpahan. Pasal 15 (1) Beban Operasional Program BL BUMN Pembina dibiayai dari dana Program BL. (2) Besarnya Beban Operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) maksimal 5% (lima persen) dari dana Program BL BUMN Pembina yang disalurkan pada tahun berjalan. Pasal 16 Beban Operasional Program Kemitraan dan Program BL BUMN Pembina dituangkan dalam RKA Program Kemitraan dan Program BL. Pasal 17 BUMN Pembina, BUMN Penyalur dan Lembaga Penyalur dilarang menggunakan dana Program Kemitraan dan Program BL untuk hal-hal diluar ketentuan yang diatur dalam Peraturan ini. BAB VI PENYUSUNAN DAN PENGESAHAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN Pasal 18 (1) RKA Program Kemitraan dan Program BL sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf c terpisah dari Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) BUMN Pembina. (2) RKA Program Kemitraan dan Program BL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang kurangnya memuat : a. Rencana kerja Program Kemitraan dan Program BL, dirinci menurut wilayah binaan; b. Anggaran Program Kemitraan dan Program BL, terdiri atas sumber dana, dana yang tersedia dan rencana penggunaan dana sesuai dengan rencana kerja sebagaimana dimaksud pada huruf a; c. Proyeksi Posisi Keuangan, Laporan Aktivitas dan Arus Kas Program Kemitraan dan Program BL; d. Masalah yang dihadapi dan langkah-langkah penyelesaiannya. Pasal 19.../-10-

14 Pasal 19 RKA Program Kemitraan dan Program BL yang telah disetujui RUPS/Menteri langsung dapat dilaksanakan tanpa harus menunggu penetapan rencana penyaluran dana per provinsi sebagaimana dimaksud pada pasal 10 ayat (1) huruf b. Pasal 20 (1) Direksi BUMN Pembina wajib menyampaikan RKA Program Kemitraan dan Program BL kepada Menteri/Pemegang Saham dengan tembusan kepada Komisaris/Dewan Pengawas paling lambat 60 (enam puluh) hari sebelum memasuki tahun anggaran. (2) Menteri/RUPS mengesahkan RKA Program Kemitraan dan Program BL paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah tahun anggaran berjalan. (3) Dalam hal RKA Program Kemitraan dan Program BL belum memperoleh pengesahan sampai dengan batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka RKA Program Kemitraan dan Program BL tersebut dianggap telah disahkan dan dapat dilaksanakan sepanjang telah memenuhi ketentuan Pasal 18 dan ayat (1) pasal ini. (4) Direksi BUMN Pembina bertanggung jawab atas pelaksanaan dan pencapaian sasaran dalam RKA Program Kemitraan dan Program BL. (5) Komisaris/Dewan Pengawas BUMN Pembina bertanggung jawab atas pengawasan pelaksanaan Program Kemitraan dan Program BL. BAB VII PENYUSUNAN DAN PENGESAHAN LAPORAN Pasal 21 (1) Setiap BUMN Pembina wajib menyusun laporan pelaksanaan Program Kemitraan dan Program BL. (2) Laporan pelaksanaan Program Kemitraan dan Program BL terdiri dari Laporan Triwulanan dan Laporan Tahunan. (3) Laporan pelaksanaan Program Kemitraan dan Program BL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara terpisah dari Laporan Berkala dan Laporan Tahunan BUMN Pembina. Pasal 22 (1) Direksi BUMN Pembina wajib menyampaikan laporan pelaksanaan Program Kemitraan dan Program BL kepada Menteri/Pemegang Saham dengan tembusan kepada Komisaris/Dewan Pengawas, sebagai berikut : a. Laporan Triwulanan paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah berakhirnya triwulan yang bersangkutan; b. Laporan Tahunan termasuk laporan keuangan (audited) paling lambat 5 (lima) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran yang bersangkutan. (2) Menteri/RUPS.../-11-

15 (2) Menteri/RUPS mengesahkan Laporan Tahunan Program Kemitraan dan Program BL paling lambat 6 (enam) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran yang bersangkutan. (3) Pengesahan Laporan Tahunan Program Kemitraan dan Program BL sekaligus memberikan pelunasan dan pembebasan tanggungjawab (acquite at de charge) kepada Direksi dan Komisaris/Dewan Pengawas atas pengurusan dan pengawasan Program Kemitraan dan Program BL sejauh tindakan tersebut ternyata dalam Laporan Tahunan Program Kemitraan dan Program BL yang telah di audit oleh Auditor. Pasal 23 Auditor yang memeriksa Laporan Keuangan pelaksanaan Program Kemitraan dan Program BL ditetapkan oleh : a. Menteri untuk Perum; b. RUPS untuk Persero; BAB VIII KUALITAS PINJAMAN DANA PROGRAM KEMITRAAN Pasal 24 Kualitas pinjaman dana Program Kemitraan dinilai berdasarkan pada ketepatan waktu pembayaran kembali pokok dan jasa administrasi pinjaman Mitra Binaan. Pasal 25 Dalam hal Mitra Binaan hanya membayar sebagian angsuran, maka pembayaran tersebut terlebih dahulu diperhitungkan untuk pembayaran jasa administrasi pinjaman dan sisanya bila ada untuk pembayaran pokok pinjaman. Pasal 26 Penggolongan kualitas pinjaman ditetapkan sebagai berikut : a. Lancar, adalah pembayaran angsuran pokok dan jasa administrasi pinjaman tepat waktu atau terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan/atau jasa administrasi pinjaman selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama; b. Kurang lancar, apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan/atau jasa administrasi pinjaman yang telah melampaui 30 (tiga puluh) hari dan belum melampaui 180 (seratus delapan puluh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama; c. Diragukan.../-12-

16 c. Diragukan, apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan/atau jasa administrasi pinjaman yang telah melampaui 180 (seratus delapan puluh) hari dan belum melampaui 270 (duaratus tujuh puluh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama; d. Macet, apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan/atau jasa administrasi pinjaman yang telah melampaui 270 (duaratus tujuh puluh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama. Pasal 27 (1) Terhadap kualitas pinjaman kurang lancar, diragukan dan macet dapat dilakukan usahausaha pemulihan pinjaman dengan cara penjadwalan kembali (rescheduling) atau penyesuaian persyaratan (reconditioning) apabila memenuhi kriteria : a. Mitra Binaan beritikad baik atau kooperatif terhadap upaya penyelamatan yang akan dilakukan; b. Usaha Mitra Binaan masih berjalan dan mempunyai prospek usaha; c. Mitra Binaan masih mempunyai kemampuan untuk membayar angsuran. (2) Dalam hal dilakukan tindakan penyesuaian persyaratan (reconditioning), tunggakan jasa administrasi pinjaman dapat dihapuskan dan/atau beban jasa administrasi pinjaman selanjutnya yang belum jatuh tempo; (3) Tindakan penyesuaian persyaratan (reconditioning) dilakukan setelah adanya tindakan penjadwalan kembali (rescheduling). Pasal 28 (1) Pinjaman macet yang telah diupayakan pemulihannya namun tidak terpulihkan, dikelompokkan dalam aktiva lain-lain dengan pos Pinjaman Bermasalah; (2) Tata cara penghapusbukuan pinjaman bermasalah akan ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri; (3) Terhadap pinjaman bermasalah yang telah dihapusbukukan tetap diupayakan penagihannya dan hasilnya dicatat dalam pos Pinjaman Bermasalah yang Diterima Kembali. (4) Jumlah dan mutasi rekening Pinjaman Bermasalah dan Pinjaman Bermasalah yang Diterima Kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3), dilaporkan secara periodik dalam laporan triwulanan. Pasal 29 Dikecualikan dari pasal 27 ayat (1) diatas, piutang macet yang terjadi karena keadaan memaksa (Force Majeure) seperti : mitra binaan meninggal dunia dan tidak ada ahli waris yang bersedia menanggung hutang dan/atau gagal usaha akibat bencana alam/kerusuhan, pemindahbukuan piutang macet tersebut kedalam pos pinjaman bermasalah dapat dilaksanakan tanpa melalui proses pemulihan pinjaman. BAB IX../-13-

17 BAB IX KINERJA PROGRAM KEMITRAAN Pasal 30 (1) Kinerja Program Kemitraan merupakan salah satu indikator penilaian tingkat kesehatan BUMN Pembina. (2) Perhitungan kinerja Program Kemitraan akan diatur kemudian oleh Menteri. BAB X PEDOMAN AKUNTANSI PROGRAM KEMITRAAN DAN PROGRAM BL Pasal 31 (1) Penerapan pedoman akuntansi Program Kemitraan dan Program BL bertujuan untuk terciptanya informasi keuangan Program Kemitraan dan Program BL yang accountable (wajar dan dapat diandalkan) serta auditable. (2) Laporan keuangan Program Kemitraan dan Program BL terdiri dari Laporan Posisi Keuangan, Laporan Aktivitas dan Laporan Arus Kas, serta Catatan Atas Laporan Keuangan. (3) Laporan Arus Kas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disusun dengan menggunakan metode langsung (direct methode). BAB XI KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 32 Ketentuan-ketentuan dalam Peraturan ini berlaku pula bagi anak perusahaan BUMN dan perusahaan patungan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah atau dengan pihak lainnya, dengan ketentuan pemberlakuan Peraturan ini dikukuhkan dalam RUPS masing-masing perusahaan dimaksud. Pasal 33 Memberi kewenangan kepada Sekretaris Kementerian Negara BUMN untuk membuat petunjuk teknis lebih lanjut atas Peraturan ini. BAB XII.../14

18 BAB XII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 34 Dengan ditetapkannya Peraturan ini, maka : 1. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor Kep-236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan; 2. Ketentuan-ketentuan yang bertentangan dengan Peraturan ini, dinyatakan tidak berlaku bagi BUMN. BAB XIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 35 Peraturan ini mulai berlaku untuk tahun buku Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. SALINAN peraturan ini disampaikan kepada Yth. ; 1. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan; 2. Menteri Koordinator Perekonomian; 3. Menteri Keuangan; 4. Pejabat Eselon I dan Eselon II di lingkungan Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara. Ditetapkan di : Jakarta pada tanggal : 27 April 2007 MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Biro Hukum dan Humas Kementerian Negara BUMN ttd. SUGIHARTO ttd. Herman Hidayat NIP

19 L3 FOTO FOTO KEGIATAN CSR PEMBINAAN USAHA KECIL PT TELKOM Seminar TELKOM CSR AWARD Pogram Penyaluran Dana Bantuan Pelatihan Kepada Pengusaha Kecil

20 STRATEGI PUBLIC RELATIONS PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk. DALAM PROGRAM CSR PEMBINAAN USAHA KECIL SKRIPSI OLEH Ady Kurnia Ibrahim Universitas Bina Nusantara Jakarta 2011 i

21 STRATEGI PUBLIC RELATIONS PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk. DALAM PROGRAM CSR PEMBINAAN USAHA KECIL SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk gelar kesarjanaan pada Jurusan Komunikasi Pemasaran Jenjang Pendidikan Strata-1 Oleh Ady Kurnia Ibrahim Universitas Bina Nusantara Jakarta 2011 ii

22 Universitas Bina Nusantara Pernyataan Kesiapan Skripsi Pernyataan Penyusunan Skripsi Saya, Ady Kurnia Ibrahim dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : Strategi Public Relations PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. dalam program CSR Pembinaaan Usaha Kecil adalah benar hasil karya saya dan belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah, sebagian atau seluruhnya, atas nama saya atau pihak lain. Ady Kurnia Ibrahim Disetujui oleh Pembimbing Saya setuju skripsi tersebut diajukan untuk Ujian Skripsi Rosidah Syaukat S. Psi. MBA Pembimbing iii

23 iv

24 v

25 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Komunikasi dan Multimedia Skripsi Sarjana Komunikasi Semester Genap tahun 2010/2011 (sesuai periode berjalan) STRATEGI PUBLIC RELATIONS PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA,TBK DALAM PROGRAM CSR PEMBINAAN USAHA KECIL Ady Kurnia Ibrahim Abstrak Tujuan penelitian adalah untuk Untuk mengetahui strategi Public Relations PT Telkom dalam program CSR Pembinaan Usaha Kecil, dimana setiap perusahaan BUMN harus membuat program kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, mengevaluasi strategi public relations PT Telkom pada program CSR Pembinaan Usaha Kecil, dan mengetahui apa saja kendala-kendala dan upaya-upaya yang dihadapi dalam implementasi Corporate Social Responsibility (Kegiatan Pembinaan Usaha Kecil) PT Telkom. Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah kualitatif deskriptif, dengan menggunakan teknik pengumpulan data wawancara, observasi dan dokumenter. Hasil yang dicapai dalam penelitian ini adalah peneliti dapat mengetahui strategi PR PT Telkom dalam program CSR Pembinaan Usaha kecil, yaitu menempatkan CSR sebagai kegiatan bisnis. Mengetahui kendala kendala seperti lemahnya kontorl dan kinerja karyawan kelas bawah dan di upayakan dengan memberikan pelatihan kepada karyawan level bawah dan menancapkankan kembali Visi,Misi dan tujuan dari Program CSR Pembinaan Usaha Kecil. Simpulan dalam penelitian ini, peneliti menyimpulkan bahwa PT Telkom menjalankan Program CSR Pembinaan Usaha Kecil di bawah pengawasan BUMN. PT Telkom sudah dapat melakukan kegiatan implementasi CSR dengan baik dan hanya membutuhkan sedikit penambahan didalamnya. Kata kunci Strategi, Public Relations, CSR, BUMN, program, Pembinaan Usaha Kecil vi

26 PRAKATA Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih, berkat dan karunia- Nya yang besar dan telah membimbing serta menguatkan hati penulis dalam menyusun dan menyelesaikan laporan magang yang berjudul Strategi Public Relations PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Dalam program CSR Pembinaan Usaha Kecil sebagai tugas akhir di jurusan Marketing Communication Universitas Bina Nusantara. Dalam menyelesaikan skripsi, penelit mendapatkan banyak bantuan dan dukungan moral. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih pada semua pihak tersebut, terutama kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Harjanto Prabowo.MM, selaku Rektor Universitas Bina Nusantara yang memberikan kesempatan bagi saya untuk dapat menimba ilmu dalam jurusan Marketing Communication di Universitas Bina Nusantara. 2. Bapak Drs. Lintang Widyokusumo, MFA, selaku Dekan Komunikasi dan Multimedia Universitas Bina Nusantara. 3. Bapak Drs. Raden Damianus Cosmas Bambang Mulyono, Dipl.Broad.Jour, selaku Ketua Jurusan Ketua Jurusan Komunikasi Pemasaran Universitas Bina Nusantara yang telah menyumbangkan banyak ide, saran dan kritik. vii

27 4. Ibu Vini Mariani, S.Kom., MM, selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi Pemasaran Universitas Bina Nusantara yang telah menyumbangkan banyak ide, saran dan kritik. 5. Ibu Rosidah Syaukat S. Psi. MBA, selaku dosen pembimbing saya, yang sangat sudah membantu peneliti dengan sabar dan tekun dalam pemberian saran, ide dan kritik yang membangun sehingga skripsi ini dapat selesai tepat waktu. 6. Pimpinan dan segenap karyawan PT. Telekomunikasi Indonesia Divisi Enterprise, Terutama Ibu Dwi Hermawati yang telah memberikan informasi dan kesempatan kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Kedua orang tua peneliti yang sudah mendukung peneliti dengan penuh kasih sayang dan sepenuh hati yaitu Bapak Sutrisno dan Ibu Ai Marwati. 8. Teman-teman dan kerabat peneliti yang telah banyak memberikan dukungan baik moril maupun materil dan selalu berdoa agar penulis dapat menyelesaikan kuliah penulis dengan baik. Peneliti berharap dapat diberikan saran, kritik ataupun masukan-masukan lain yang bersifat membangun terhadap sebagian atau keseluruhan dari skripsi ini. Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Jakarta, Juni 2011 viii Ady Kurnia Ibrahim

28 DAFTAR ISI Halaman Judul Luar Halaman Judul Dalam Halaman Persetujuan hard Cover Halaman Pernyataan Dewan Penguji Halaman Pemberian Hak Cipta Non Eksklusif dari Mahasiswa ke Universitas Bina Nusantara Abstrak Prakata Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Lampiran i ii iii iv v vi vii ix xii xiii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Lingkup Tujuan dan Manfaat Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Manfaat Akademis Manfaat Praktis Metodologi Sistematika Penulisan 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Public Relations Pengertian Public Relations Fungsi Public Relations Tujuan Public Relations Strategi Public Relations Community Relations Coporate Social Responsibility Pengertian Coporate Social Responsibility Tahap-tahap Adopsi CSR Reward bagi Perusahaan yang Menjalankan Program CSR Indikator Kinerja Kunci dalam Implementasi CSR Kerangka Pikir 28 ix

29 BAB 3 INTI PENELITIAN 3. 1 Sejarah PT Telkom Struktur Organisasi Perusahaan Visi, Misi dan Inisiatif strategis PT Telkom Visi Misi Tujuan Inisiatif Strategis Program CSR PT Telkom 35 a. Prosedur yang Berlaku dalam PT Telkom Tahap tahap penerapan CSR Metode Pengumpulan Data Wawancara Mendalam Observasi Lapangan Dokumenter Validitas Data Analisis Data Permasalahan yang ada Alternatif Pemecahan Masalah 50 BAB 4 PEMBAHASAN 4. 1 Penyajian Data Penelitian Pemilihan Informan Observasi Dokumen Pengolahan Terhadap Data yang Terkumpul Tahap-tahap Penerapan CSR Pembinaan usaha kecil PT Telkom Tahap Perencanaan CSR Pembinaan Usaha Kecil PT Telkom Tahap Imlpementasi CSR Pembinaan Usaha Kecil PT Telkom Tahap Evaluasi CSR Pembinaan Usaha Kecil PT Telkom Pelaporan CSR Pembinaan Usaha Kecil PT Telkom Indikator Kinerja Kunci dalam Implementasi CSR Kegiatan Pembinaan Usaha Kecil PT Telkom Kendala Kendala yang dihadapai dalam Implementasi CSR kegiatan Pembinaan Usaha Kecil PT Telkom Upaya upaya yang sudah dilakukan Untuk Menghadapi kendala kendala dalam Implemetasi x

30 CSR kegiatan Pembinaan Usaha Kecil PT Telkom Pembahasan Hasil Penelitian Pedoman Perilaku Penggorganisasian TELKOM CSR Program Kemitraan dan Pembinaan Usaha Kecil PT Telkom Sasaran Program Kemitraan Pembinaan Usaha Kecil 76 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5. 1 Kesimpulan Saran Saran Praktis Saran Teoritis 81 DAFTAR PUSTAKA 82 RIWAYAT HIDUP 84 LAMPIRAN LAMPIRAN L1 SURAT SURVEI L4 xi

31 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Tujuan PR adalah mengubah sikap publik 15 Gambar 2. Struktur Organisasi PT Telkom 33 Gambar 3. Struktur organisasi community develpomnet centre 58 xii

32 DAFTAR LAMPIRAN Transkip wawancara Salinan peraturan mentri negara BUMN Nomor PER-05/MBU/2007 Foto foto kegiatan CSR Pembinaan Usaha Kecil PT Telkom Surat Survei L1 L2 L3 L4 xiii

33 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan merupakan keluarga besar yang memiliki tujuan dan target yang hendak dicapai, perusahaan berada di tengah lingkungan masyarakat yang lebih besar (community). Sebagai warga masyarakat, perusahaan membutuhkan apresiasi dan interaksi anggota masyarakat dalam setiap aktivitasnya. Dengan demikian, perusahaan merupkan sub sistem dari sistem siklus hidup bermasyarakat, sehingga membutuhkan keteraturan pola interaksi dengan subsistem yang lain. Untuk menciptakan suatu keadaan positif sebuah perusahaan, sangatlah tidak mudah sekarang ini. Dibutuhkan kerja sama dari berbagai pihak untuk mencapai kesan positif di mata masyarakat. Kredibilitas, atau reputasi suatu perusahaan yang bagus, bermanfaat untuk investasi masa depan yang sangat menjanjikan, masyarakat menilai perusahaan sebagai suatu lembaga mitra mereka. Selain itu, upaya memperoleh dukungan dan peran serta yang baik dari masyarakat tidak dapat dilakukan hanya dari satu sisi perusahaan saja. Diperlukan perencanaan menyeluruh, baik itu dari segi pemerintah, media, 1

34 2 komunitas masyarakat, bahkan karyawan pun harus dijaga hubungannya secara bersamaan. Salah satu dari mereka memberikan citra negatif maka akan membentuk opini negatif terhadap perusahaan. Untuk memperoleh citra baik perusahaan, maka perlu dibina hubungan baik dengan pihak internal dan eksternal. Publik internal adalah stakeholder maupun shareholder perusahaan, sedangkan pihak eksternal adalah publik umum ataupun masyarakat. Perusahaan harus mampu mengusahakan tumbuhnya sikap dan gambaran positif dari publik. Salah satu langkah yang dapat diambil untuk memperoleh hubungan baik dengan pihak luar perusahaan adalah dengan melaksanakan dan membuat program Corporate Social Responsibility yang berkualitas dan berkelanjutan. corporate social responsibility is a commitment to improve community well being through disrectionary business practices and contribution of corporate resources Kotler dan Lee (2005). Solihin. I (2009:5) Dalam definisi tersebut, yang terdapat dalam buku Solihin, I. (2009:8) Kotler dan Lee memberikan penekanan pada kata discreationary yang berarti kegiatan Corporate Social Responsibility itu sendiri adalah kegiatan sukarela dalam komitmen perushaan untuk turut meningkatkan kesejahteraan komunitas dan bukan merupakan aktifitas bisnis yang diwajibkan oleh hukum dan perundang undangan seperti kewajiban untuk membayar pajak atau kepatuhan perusahaan terhadap undang undang ketenagakerjaan. Kata discreatioary juga

35 3 memberikan nuansa bahwa perusahaan yang melakukan aktivitas CSR haruslah perusahaan yang telah menaati hukum dalam pelaksanaan bisnisnya. Hal tersebut berarti sangatlah tidak tepat bila kegiatan CSR yang dilakukan perusahaan hanya menjadi semacam kosmetik untuk menyembunyikan praktik perusahaan yang tidak baik dalam memperlakukan karyawan atau melakukan berbagai kecurangan baik dalam pembuatan laporan keuangan maupun kecurangan terhadap lingkungan hidup. Corporate Social Responsibility sudah menjadi bagian dari investasi sebuah perusahaan dalam menjalin hubungan dengan masyarakat sekitar. CSR dapat menjadi jembatan yang kokoh sebagai penghubung antara perusahaan dengan masyarakat sekitar. Dalam implementasi CSR ini public relations mempunyai peran penting, baik secara internal maupun eksternal. Dalam konteks pembentukan citra perusahaan, PR terlibat di dalamnya, sejak fact finding, planning, communicating, hingga evaluation. Jadi ketika kita membicarakan CSR berarti kita juga membicarakan PR sebuah perusahaan, di mana CSR merupakan bagian dari community relations. Karena CSR pada dasarnya adalah kegiatan PR, maka langkah-langkah dalam proses PR pun mewarnai langkahlangkah CSR. Ketika kita membicarakan CSR berarti kita juga membicarakan PR sebuah organisasi, di mana CSR merupakan bagian dari community relations. Karena CSR pada dasarnya adalah kegiatan PR, maka langkah-langkah dalam proses PR pun mewarnai langkah-langkah CSR. Dengan menggunakan tahapantahapan dalam proses PR yang bersifat siklis, maka program dan kegiatan CSR

36 4 juga dilakukan melalui pengumpulan fakta, perumusan masalah, perencanaan dan pemrograman, aksi dan komunikasi, serta evaluasi untuk mengetahui sikap publik terhadap organisasi. Implementasi program CSR merupakan sebuah suatu tindakan sukarela, tidak ada kewajiban bahwa setiap perusahaan harus mengimplementasikan program CSR, menysihkan dan menyiapkan laba khusus untuk menjalankan program CSR. PT Telkom yang merupakan salah satu perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), mempunyai kewajiban untuk menyisihkan labanya sesuai dengan peraturan mentri negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER- 05/MBU/2007 tentang Program Kemitran Badan Usaha Milik Negara dengan usaha kecil dan program bina lingkungan, dengan Penyisihan laba setelah pajak maksimal sebesar 2% (dua persen). Public relations PT Telkom harus dapat menjawab tantangan tersebut, PT Telkom harus siap menjalankan kewajibannya sebagai salah satu perusahaan BUMN yang wajib menjalankan program CSR program kemitraan dan program bina lingkungan. 1.2 Ruang Lingkup Dari 4 program CSR TELKOM (TELKOM PEDULI) ; Pembinaan Usaha Kecil, Kegiatan Sosial, Kegiatan Keagamaan dan Kegiatan Pendidikan Budaya dan Olahraga. Peneliti hanya membahas pada strategi PR pada Kegiatan Pembinaan usaha kecil saja.

37 5 Permasalahan dalam penelitian ini adalah strategi corporate social responsibility yang dilakukan oleh manajemen PT Telkom dalam program Kegiatan Pembinaan Usaha Kecil?. 1.3 Tujuan dan Manfaat Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui strategi Public Relations PT Telkom dalam program CSR Pembinaan Usaha Kecil. 2. Mengevaluasi strategi public relations PT Telkom pada program CSR Pembinaan Usaha Kecil. 3. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi dalam implementasi Corporate Social Responsibility (Kegiatan Pembinaan Usaha Kecil) PT Telkom. 4. Apa saja upaya-upaya yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam implementasi Corporate Social Responsibility (Kegiatan Pembinaan Usaha Kecil) PT Telkom.

38 Manfaat Penelitian Manfaat akademis Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pemahaman mengenai fenomena pelaksanaan kegiatan corporate social responsibility dalam membangun citra positif perusahaan, serta strategi public relations dalam menjalankannya, diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi dan dikembangkan untuk penelitian penelitian mengenai kegiatan corporate social responsibility di masa datang dengan kasus dan pada perusahaan yang berbeda Manfaat praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan masukan pada permasalahan yang saat ini sedang terjadi di PT Telkom serta hasil dari penelitian ini dapat dijadikan referensi kpada pihak manajemen di PT Telkom untuk mengetahui citra perusahaan yang terbentuk setelah pelaksanaan kegiatan corporate social responsibility agar dapat direncanakan program kerja yang lebih baik dan memperhatikan kebutuhan bersama khususnya pada divisi Public Relations. 1.4 Metodologi Untuk menganalisa teori-teori yang akan diteliti, peneliti akan menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian ini bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, motivasi, tindakan, dan lain lain, secara holistik, dan dengan cara

39 7 deskripsi dalam bentuk kata kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Peneliti menggukanan desain penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian, dan berupaya menarik realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri karakter, sifat, model, tanda atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam (intensive/depth interview), observasi atau pengamatan lapangan (field observation) dan dokumenter. Bungin, B (2010:68) 1.5 Sistematika Penulisan Hasil Penelitian yang diperoleh setelah dilakukan analisis kemudian disusun dalam bentuk laporan akhir dengan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB 1 Pendahuluan, berisi uraian tentang Latar Belakang; Permasalahan; Perumusan Masalah; Tujuan Penelitian; Landasan Teori; Manfaat Penelitian; Metode Penelitian; dan Sistematika Penulisan. BAB 2 Landasan Teori, berisi teori teori pengertian public relations, fungsi public relations, tujuan public relations, strategi public relations, proses public relations, community relations, corporate social responsibility, pengertian corporate social responsibility, tahap tahap adopsi CSR dan reward bagi perusahaan yang menjalankan program CSR.

40 8 BAB 3 Inti penelitian, berisi sejarah, struktur oraganisasi dan visi misi PT Telkom. Model penelitian kualitatif, pendekatan penelitian, sifat penelitian, metode pengumpulan data teknik, Prosedur yang Berlaku, Metode Pengumpulan Data (opsional),permasalahan yang ada dan alternatif pemecahan masalah. BAB 4 Hasil Penelitian, berisi data penelitian, pengolahan data yang terkumpul dan pembahasan hasil penelitian. BAB 5 Simpulan dan Saran peneliti selama meneliti strategi corporate social responsibility PT Telkom (Pembinaan Usaha Kecil).

41 9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Public Relations Pengertian Public Relations If I tell you I am handsome and exciting, that is advertising, If somebody else tell you I am handsome and exciting, that s sales promotion, If you come and tell me that you have heard I am handsome and exciting, that is public relations. Wisewords. Wisewords. Kurnia, E. (2010:161). Baskin, Heiman dan Elizabeth alih bahasa oleh Daud, R. (2010:4) mendefinisikan Public relations adalah sebuah fungsi kepemimpinan dan manajemen yang membantu pencapaian tujuan sebuah organisasi, membantu mendefinisikan filosofi, serta memfasilitasi perubahan organisasi. Para praktisi public relations berkomunikasi dengan semua masyarakat internal dan eksternal yang relevan untuk mengembangkan hubungan yang positif serta menciptakan konsistensi antara tujuan organisasi dengan harapan masyarakat. Mereka juga mengembangkan, melaksanakan, dan mengevaluasi program organisasi yang mempromosikan pertukaran pengaruh pengaruh serta pemahaman diantara konstituen oraganisasi dan masyarakat. 9

42 Fungsi Public Relations Menurut buklet PRSA (Public Relations Society of America) careers in public relations fungsi public relations dalam buku public relations The proffesion and the practice. Alih bahasa oleh Daud, A. (2010: 10-12) adalah sebagai berikut. 1. Pemrograman (programming). Pemrograman berarti menganalis masalah dan peluang; mendefinisikan tujuan dan publik (atau kelompok orang yang dukunganya dan pengertiannya dibutuhkan); serta merekomendasikan dan merencanakan kegiatan. Kegiatannya termasuk pembuatan anggaran dan pemberian tanggung jawab kepada orang yang cocok, termasuk pembuatan anggaran dan pemberian tanggung jawab kepada orang yang cocok, termasuk kepada personel yang tidak bekerja sebagai public relations. Sebagai contoh, seorang pimpinan atau direktur eksekutif perusahaan serig menjadi tokoh kunci dalam aktivitas public relations. 2. Hubungan (relationship). Seorang public relations yang sukses adalah mereka yang mengembangkan kemampuan dalam mengumpulkan inormasi dari manajemen, kolega di alam organisasi mereka, dan sumber sumber eksternal. Mereka melakukan ini untuk memperkuat ikatan oraganisasi mereka dengan kelompok eksternal, seperti dengan media, pimpinan komunitas, pengambil kebijakan di pemerintahan, serta para pembuat aturan, investor, analisis keuangan, institusi pendidikan, kelompok aktivis, dan lain lain. Mereka juga membina hubungan dengan audiensi pekerja inernal dalam organisasi dan departemen yang sering

43 11 berhubungan langsung dengan pekerja, seperti bagian pemasaran, sumber daya manusia, dan hukum. 3. Penulisan dan pengeditan (writing and editing). Oleh Karena pekerja public relations sering berusaha untuk berhubungan dengan berbagi kelompok masyarakat, bahasa tulis sering menjadi alat yang penting dalam membuat laporan, merilis berita, buklet, pidato, skrip film, artikel majalah perdagangan, bahan untuk informasi produk, publikasi kerja, newsletter, laporan pemegang saham, dan komunikasi manajemen lainnya yang terarah, baik kepada personel organisasi maupun ke pihak luar oraganisasi. Oleh karena itu, sebuah gaya penulisanyang jelas adalah sebuah keharusan dalam public relations agar pesan terkomunikasi secara efektif. 4. Informasi (information). Sebuah tugas penting dari public relations adalah berbgai informasi dengan surat kabar yang sesuai, siaran radio, dan editor penerbitan perdagangan untuk memasukan kepentingan mereka dalam publikasi sebuah berita atau fitur dari sebuah organisasi. Hal ini memerlukan pengetahuan tentang bagaimana sebuah surat kabar atau media lainnya beroprasi, apa bidang spesialisasi mereka, dan apa ketertarikan dari setiap editor (kompetisi sering dipakai untuk mearik perhatian para editor dan penyiar yang memiliki keterbatasan waktu dan tempat). Sebagaimana seorang praktisi public relations mengatakan, Anda harus menemukan editor yang tepat untuk publikasi yang tepat dengan cerita

44 12 yang tepat dan pada waktu yang tepat. Walaupun umumnya sebuah ide diterima berdasarkan nilai jual beritanya dan nilai keterbacaaan lainnya, namun praktisi yang sukses biasanya membangun hubungan yang saling menghormati dan bekerja sama dengan media berita yang dapat memberikan manfaat bagi kedua belah pihak, praktisi tersebut dan orang media. 5. Produksi (production). Beragam publikasi, laporan khusus, film, dan program multimedia merupakan cara-cara yang penting dalam berkomunikasi. Praktik public relations tidak perlu ahli dalam hal seni, tata letak, dan fotografi, tetapi dia harus memiliki latar belakang yang cukup dalam hal pengetahuan teknis agar mereka dapat merencanakan dengan cerdas dan menyupervisi kegunaan berbagai bentuk media komunikasi tersebut. 6. Event special (special events). Konferensi berita, pameran konvensi dan pertunjkan khusus, perayaan fasilitas baru dan perayaan tahunan, program lomba dan pemberian penghargaan, tur dan rapat khusus adlah berbagai event special yang dapat digunakan untuk memperoleh perhatian dan penerimaan publik. Kegiatan-kegiatan itu membutuhkan perencanaan dan koordinasi yang matang, perhatian terhadap detail, serta persiapan buklet khusus, publisitas, dan laporan. 7. Berbicara (speaking). Semua pekerjaan public relations sering membutuhkan komunikasi tatap muka, mencari platform yang cocok, menyampaikan pidato, dan mempersiapkan pidato untuk orang lain.

45 13 Mereka yang memiliki kemampuan berbicara di depan umum (public speaking) akan merasakan manfaatnya dalam situasi seperti ini. 8. Riset dan evaluasi (research and evaluation). Semua pekerjaan public relations didukung dan didasari oleh riset riset tetang isu, organisasi, masyarakat, kompetisi, kesempatan, ancaman, dan lain lain. Para praktisi public relations akan menghabiskan cukup banyak waktu dalam memasukan hasil riset mereka sebagai pertimbangan dalam pernyataan resmi organisasi, rencana public relations, kampanye komunikasi, bahan persiapan (briefing) dengan media, dan yang lainnya. Mereka melakukan riset melalui wawancara, percakapan informal, serta memeriksa kembali bahan-bahan perpustakaan, database, dan situs web. Mereka mungkin juga melakukan survei dengan meyewa perusahaan riset yang khusus bergerak dalam merancang dan melakukan riset tentang opini publik. Temuan-temuan dalam riset itu berpengaruh pada tujuan dan strategi program public relations, yang kemudian menjadi dasar bagi evaluasi perencanaan, implementasi, dan efektivitas program. Semakin banyak manajer yang berharap adanya riset dan evaluasi dari penasihat atau staf public relations mereka Tujuan Public Relations Tujuan (goals) merupakan sesuatu yang ingin dicapai, dituju atau diraih. Tujuan dalam Public relations yaitu untuk mengarahkan kegiatan Public relations, sehingga tidak melenceng atau salah sasaran. Public relations bertujuan menciptakan pemahaman

46 14 publik, membangun citra koporat, membangun opini publik yang favourable serta membentuk goodwill dan kerja sama. 1. Menciptakan pemahaman (mutual understanding) antara perusahaan dengan publiknya. Tujuan kegiatan Public relations pertama kali adalah berupaya menciptakan saling pengertian antara perusahaan dan publiknya. Melalui kegiatan komunikasi diharapkan terjadi kondisi kecukupan informasi (wellinformed) antara perusahaan dan publiknya. Kecukupan informasi ini merupakan dasar untuk mencegah kesalahan persepsi. Public relations harus dapat mengetahui siapa publiknya, apakah publiknya mengenal dia, bagaimana persepsi publik tentang dia, dan lain sebagainya. Ketercukupan informasi akan terwujud apabila public relations menyediakan saluran komunikasi yang terbuka dan memungkinkan terjadinya komunikasi dua arah yang timbal balik. Saluran informasi yang tersedia harus memungkinkan terjadinya proses memberi dan menerima informasi secara berimbang antara kedua belah pihak. 2. Membangun citra corporate (corporate image) Citra (image) merupakan gambaran yang sudah ada dalam benak publik tentang perusahaan. Citra adalah persepsi publik tetnang perusahaan menyangkut pelayanannya, kualitas produk, budaya perusahaan, perilaku perusahaan atau perilaku individu-individu dalam perusahaan dan lainnya.

47 15 Benci Prasangka buruk Apatis Tidak tahu Simpati Menerima Menaruh perhatian berpengetahuan Gambar 1. Tujuan PR adalah mengubah sikap publik Gambar menjelaskan bahwa tujuan Public relations adalah agar citra perusahaan positif di mata publiknya. 3. Citra korporat melalui program CSR Corporate Social Responsibility (CSR) adalah program public relations untuk melibatkan diri mengatasi persoalan persoalan sosial di lingkungannya. CSR adalah pengintegrasian kepedulian terhadap masalah sosial dan lingkungan hidup ke dalam operasi bisnis perusahaan dan interaksi sukarela antara perusahaan dan para stakeholdernya. 4. Membentuk opini publik yang favourable Menurut Olii, H. (2007:40), Opini publik adalah adanya publik yang secara spontan terpikat kepada suatu masalah, melibatkan diri kedalamnya, dan berusaha memberikan pendapatnya; adanya kesempatan bertukar pikiran atau berdebat mengenai masalah yang kontrovesional; adanya interaksi dari individuindividu dalam publik yang menghasilkan suatu pendapat yang bersifat kolektif untuk diekspresikan.

48 16 Jadi, opini publik ini merupakan ekspresi publik mengenai persepsi dan sikapnya terhadap perusahaan. Ada tiga jenis opini, yaitu opini positif (mendukung atau favourable), negatif (menentang) dan netral. Citra perusahaan yang baik akan membuat keuntungan kompetitif bagi perusahaan. Keuntungan tersebut antara lain; peningkatan penjualan, mendukung pengembangan produk baru, memperkuat relasi keuangan, membuat harmoni hubungan dengan karyawan, mendukung program rekuitmen, dan membantu mengatasi krisis. 5. Membentuk goodwill dan kerja sama Pada tahap ini, tujuan public relations sudah pada tahap tindakan nyata. Artinya sudah tercipta jalina kerja sama dalam bentuk perilaku tertentu yang mendukung keberhasilan perusahaan. Dalam tahap ini diharapkan publik secara nyata mendukung program program perusahaan. Goodwill dan kerja sama dapat terwujud karena ada inisiatif yang dilakukan berulang- ulang oleh public relations perusahaan untuk menanamkan saling pengertian kepada publiknya. Kemudian diikuti tindakan nyata perusahaan untuk komitmen mewujudkan kepentingan publik. Tujuan menciptakan kerjasama berarti membantu perusahaan dan publik untuk saling beradaptasi satu sama lain. Public relations adalah upaya-upaya perusahaan untuk menciptakan kerjasama dengan kelompok kelompok masyarakat.

49 Strategi Public Relations Strategi public relations atau yang lebih dikenal dalam bauran public relations, yang dapat disingkat menjadi PENCILS, adalah sebagai berikut (Kriyantono, R. (2008:23-25)). 1. Publications Setiap fungsi dan tugas public relations adalah menyelenggarakan publikasi atau menyebarluaskan informasi melalui berbagai media tentang aktivitas atau kegiatan perusahaan atau organisasi yang pantas untuk diketahui oleh publik. 2. Event Merancang sebuah event yang bertujuan untuk memperkenalkan produk dan layanan perusahaan, mendekatkan diri ke publik dan lebih jauh lagi dapat mempengaruhi opini publik. 3. News (menciptakan berita) Menciptakan berita dan menyampaikan informasi kepada publik melalui press release, news letter, berita, bulletin, dan lain lain. 4. Community Involvement (kepedulian pada komunikasi) Mengadakan kontak sosial dengan kelompok masyarakat tertentu guna menjaga hubungan baik dengan pihak organisasi atau lembaga yang diwakilinya. Public relations harus membuat program-program yang ditujukan untuk menciptakan keterlibatan komunitas atau masyarakat sekitarnya.

50 18 5. Inform or image (memberitahukan atau meraih citra) Informasi yang diberikan public relations terhadap masyarakat harus menarik perhatian dan diharapkan memperoleh tanggapan berupa citra positif. Media adalah mitra abadi public relations. Media butuh public relations sebagai sumber berita dan public relations butuh media sebagai sarana penyebar informasi serta pembentuk opini publik. 6. Lobbying and negotiation Keterampilan untuk melobi melalui pendekatan pribadi dan kemampuan bernegosiasi sangat diperlukan bagi seorang PR. Tujuan lobi adalah untuk mencapai kesepakatan atau memperoleh dukungan dari individu dan lembaga yang berpengaruh terhadap kelangsungan bisnis perusahaan. Keahlian ini tampak dibutuhkan misalnya pada saat terjadi krisis manajemen untuk mencapai kata sepakat di antara pihak yang bertikai. 7. Social Responsibility (tanggung jawab sosial) Memiliki tanggung jawab sosial dalam aktivitas public relations menunjukan bahwa perusahaan memiliki kepedulian terhadap masyarakat. Hal ini akan meningkatkan citra perusahaan dimata publik Community Relations Saat ini perusahaan harus bisa bekerja sama sekaligus bersaing untuk mencapai keberhasilan. Sebuah oraganisasi menjadi bagian dari komunitas, menciptakan solusi

51 19 saling menguntungkan (win-win solutions) yang menghasilkan garis dasar yang lebih sehat serta membawa keuntungan bagi stakeholder dan masyarakat secara keseluruhan. Kunci bagi program community relations yang efektif adalah adanya tindakan yang positif dan bertanggung jawab secara social untuk membantu masyarakat sebagai bagian dari organisasi. Lattimore, Baskin, Heiman dan Elizabeth yang diterjemahkan oleh Daud, A (2010) mengatakan, community relations yang baik mampu membantu mengamankan apa yang dibutuhkan organisasi dari komunitas dan membantu menyediakan apa yang diharapkan oleh komunitas. Lebih dari itu, community relations membantu melindungi investasi organisasi, meningkatkan penjualan produk dan saham, memperbaiki iklim operasional umum, serta mengurangi biaya yang berhubungan dengan badan pemerintah. Community realtions yang positif bisa berdampak pada produktivitas pekerja ketika organisasi mensponsori program kesehatan dan pendidikan komunitas. Sikap komunitas yang menyenangkan juga akan mempengaruhi sikap pekerja terhadap organisasi. Program community relations terbaik adalah program yang mengalir secara alamiah dari sumber-sumber organisasi. Akan tetapi kejelasanan dari adanya saling berkepentingan antara organisasi dan komunitas, tidak mengimplikasikan bahwa community relations dapat dipraktikkan tanpa perencanaan dan eksekusi yang hari hati. Community relations yang efektif tidak terjadi begitu saja, juga bukan sebagai hasil yang tidak bisa dielakan dari organisasi yang berjalan dengan baik dan senantiasa memikirkan kepentingan umum. Seperti

52 20 semua aspek dari public relations, program community relations yang berhasil harus dibangun dalam struktur dan budaya organisasi. Community relations yang baik adalah sebuah kemitraan yang saling menguntungkan. Community relations merupakan sikap organisasi atau keadaan pikiran organisasi daripada proses atau praktik yang spesifik. 2.2 Corporate Social Responsibility Corporate Social Responsibility sudah menjadi bagian dari investasi sebuah perusahaan dalam menjalin hubungan dengan masyarakat sekitar. CSR dapat menjadi jembatan yang kokoh sebagai penghubung antara perusahaan dengan masyarakat sekitar. Dalam implementasi CSR ini public relations mempunyai peran penting, baik secara internal maupun eksternal. Dalam konteks pembentukan citra perusahaan, PR terlibat di dalamnya, sejak fact finding, planning, communicating, hingga evaluation. Jadi ketika kita membicarakan CSR berarti kita juga membicarakan PR sebuah perusahaan, di mana CSR merupakan bagian dari community relations. Karena CSR pada dasarnya adalah kegiatan PR, maka langkah-langkah dalam proses PR pun mewarnai langkah-langkah CSR. Ketika kita membicarakan CSR berarti kita juga membicarakan PR sebuah organisasi, di mana CSR merupakan bagian dari community relations. Karena CSR pada dasarnya adalah kegiatan PR, maka langkah-langkah dalam proses PR pun mewarnai langkah-langkah CSR. Dengan menggunakan tahapan-tahapan dalam proses PR yang bersifat siklis, maka program dan kegiatan CSR juga dilakukan melalui pengumpulan fakta, perumusan masalah, perencanaan dan pemrograman, aksi dan komunikasi, serta evaluasi untuk mengetahui sikap publik terhadap organisasi.

53 Pengertian Corporate Social Responsibility The word business council for sustainable development (WBCSD), lembaga international yang berdiri tahun 1995 dalam publikasiya Making Good Business Sense mendefinisikan CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan sebagai Continuing commitment by business to behave ethically and contribute to economic development while improving the quality of life of the workforce and their families as well as of the local community and society at large. Dalam bahasa bebas kurang lebih maksudnya adalah, komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak secara etis, beroprasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas. Wibisono, Y. (2007:7). Versi lain mengenai CSR dilontarkan oleh World Bank. Lembaga keuangan global ini memandang CSR sebagai the commitment of business to conrtibute to sustainable economic development working with amployees and their representatives the local community and society at large to improve quality of life, in ways that are both good for business and good for development. Wibisono, Y. (2007:7). World Bank memandang CSR sebagai sebuah komitmen perusahaan yang berkontribusi untuk pembaguan ekonomi yang berkelanjutan, bekerja dengan

54 22 SDM dan perwakilan perusahaan terhadap masyarakat sosial yang lebih besar dengan cara yang baik untuk bisnis dan baik untuk penembangan/pembangunan Tahap-tahap adopsi CSR Menurut Solihin, I. (2009:9) tahap tahap adopsi CSR dibagi empat tahap: 1. Pada tahap awal CSR lebih tertuju kepada pemilik perusahaan (pemegang saham/owners) dan manajer. Pada tahap ini pemimpin perusahaan akan mengedepankan kepentingan para pemegang saham melalui berbagai upaya untuk menggunakan sumber daya perusahaan seefisien mungkin dan melakukan maksimalisasi laba. 2. Pada tahap kedua, perusahaan mulai mengembangkan CSRnya kepada para pekerja. Pada tahap ini manajer perusahaan tidak hanya memerhatikan maksimalisasi laba, tetapi mereka mulai memberikan perhatian yang besar kepada sumber daya manusia. 3. Pada tahap ketiga, perusahaan mengembangkan CSR kepada para konstituen dalam suatu lingkungan yang spesifik dimana konstituen tersebut biasanya merupakan masyarakat setempat yang terkena dampak secara langusung oleh perusahaan di daerah tempat mereka tinggal. 4. Pada tahap keempat, perusahaan tidak hanya mengembangkan CSR kepada masyarakat setempat, melainkan mencakup pula masyarakat luas.

55 Reward bagi Perusahaan yang Menjalankan Program CSR Menurut Kartini, D. (2009:83), rewad atau manfaat yang dinikmati oleh perusahaan yang berinvestasi menggunakan program CSR adalah: Reward finansial bagi perusahaan: 1. Menurunkan biaya operasional perusahaan. 2. Meningkatkan volume penjualan dan pangsa pasar. 3. Menarik calon investor. 4. Pertumbuhan saham yang signifikan. 5. Membuat kesejahteraan karyawan lebih baik. 6. Mencegah resiko dari dampak sosial 7. Mencegah resiko dari dampak alam Reward non finansial bagi perusahaan: 1. Kepercayaan. 2. Kredibilitas. 3. Akuntabilitas. 4. Mengelola resiko bisnis secara lebih tanggap dan terperinci Strategi Corporate Social Responsibility Menurut Kartini, D (2008:47), dalam implementasi CSR dibutuhkan upaya dan strategi ekstra agar implementasi CSR dapat bejalan sesuai dengan ide dan konsep dasarnya: Strategi ekstra tersebut sebaiknya meliputi empat agenda utama, yakni:

56 24 1. Pedoman (guildelines) dan tata etika (codes of conduct). Guidelines atau pedoman sangat diperlukan dalam pelaksanaan strategi CSR oleh perusahaan. Dengan adanya pedoman ini, korporasi, pemerintah dan masyarakat paham mengenai ruang lingkup serta apa yang menjadi substansi CSR itu sendiri. 2. Sistem dan kebijakan manajemen korporat. CSR merupakan bagian dari sistem manajemen suatu perusahaan. Sekali lagi koporat yang sadar dampak jelas akan menjadikan CSR mereka sebagai bagian dari strategi perusahaan yang profitabel dimasa depan dan berdurasi jangka menengah sampai panjang. 3. Strategi kepemimpinan korporat dalam CSR. - Integrasi : Kepemimpinan yang visioner harus mengintegrasikan tanggung jawab perusahaannya ke struktur dan strategi bisnis dan itu harus dinyatakan secara jelas didalam nilai nilai dan prinsip-prinsip perusahaan - Inovasi : Kepemimpinan yang stratejik juga tidak hanya melihat pelaksanaan tanggung jawab perusahaannya dilihat dari sisi kepatuhan dan legal serta manajemen resiko, tetapi bagaimana menciptakan peluang baru dan nilai lebih dari CSR itu sendiri. - Accountability : Kepemimpinan didalam CSR wajib dan sadar membuat suatu skema komitmen terhadap publik yang direlevansikan dengan tujuan, prinsip dan kinerja perusahaan. Artinya perusahaan mempunyai suatu setting-an target dan jangka waktu yang ditujukan untuk mengeksekusi isu isu stratejik yang berasal

57 25 dari para stakeholders mereka sendiri dan ekpektasi apa yang kira-kira diinginka oleh stkaeholders. 4. Komitmen dan kemitraan di antara stekholders. Stakeholder merupakan bagian strategis dalam pelaksanaan CSR. Perusahaan yang mampu bekerja sama dan memuaskan matriks stakeholders dengan skalaskala yang telah ditentukan akan menciptakan sistem kerja CSR yang efektif serta menguntungkan bagi setiap pihak. Pengidentifikasian stakeholder sangat penting sekali, oleh karena itu apabila stakeholder telah divalidasi sesuai dengan strategi perusahaan tentang CSR maka dari sana muncul program kerja Indikator kinerja kunci dalam implementasi CSR Menurut Kartini, D (2008:54) ada 8 indikator paling efektif yang besifat kualitatif dalam kinerja kunci implementasi CSR, yaitu: 1. Leadership (kepemimpinan). Program CSR dapat dikatakan berhasil jika mendapatkan dukungan dari top management perusahaan. Terdapat kesadaran filantropoik dari pimpinan yang menjadi dasar pelaksanaan program. 2. Proporsi bantuan. CSR dirancang bukan semata-mata pada kisaran anggaran saja, melakinkan juga pada tingkatan serapan maksimal, artinya apabila areanya luas, maka

58 26 anggarannya harus labih besar. Jadi tidak dapat dijadikan tolak ukur, apabila anggaran besar pasti menghasilkan program yang bagus. 3. Transparasi dan Akuntabilitas. Terdapat laporan tahunan (annual report). Mempunyai mekanisme audit sosial dan finansial dimana audit sosial terkait dengan pengujian sejauh mana programprogram CSR telah dapat ditujukan secara benar sesuai kebutuhan masyarakat, perusahaan mendapatkan umpan balik dari masyarakat secara benar dengan melakukan interview dengan para penerima manfaat. 4. Cakupan wilayah (coverage area). Terdapat identifikasi penerima manfaat secara tertib dan rasional berdasarkan skala prioritas yang telah ditentukan. 5. Perencanaan dan mekanisme monitoring dan evaluasi. Dalam perencanaan perlu ada jaminan untuk melibatkan multi-stkaeholder pada setiap siklus pelaksanaan proyek. Terdapat kesadaran untuk memperhatikan aspek-aspek lokalitas (local wisdom), pada saat perencanaan ada kontribusi, pemahaman dan penerimaan terhadap budaya-budaya lokal yang ada. Terdapat blue-print policy yang menjadi dasar pelaksanaan program. 6. Pelibatan stakeholder (stakeholder enggagement). Terdapat mekanisme koordinasi reguler dengan stakeholder, utamanya masyarakat. Terdapat mekanisme yang menjamin partisipasi masyarakat untuk dapat terlibat dalam siklus proyek. 7. Keberlanjutan (sustansibility).

59 27 Terjadi alih-peran dari korporat ke masyarakat. Tumbuhnya rasa memiliki (sense of belonging) program dan hasil program ada pada diri masyarakat, sehingga masyarakat dapat ikut andil dalam menjaga dan memelihara program dengan baik. 8. Hasil nyata (outcome) Terdapat dokumentasi hasil yang menunjukan berkurangnya angka kesakitan dan kematian (dalam bidang kesehatan) atau berkurangnya angka buta huruf dan meningkatnya kemampuan SDM (dalam bidang pendidikan) atau parameter lainnya sesuai dengan bidang CSR yang dipilih oleh perusahaan. Terjadinya perubahan pola pikir masyarakat. Memberikan dampak ekonomi masyarakat yang dinamis dan terjadinya penguatan komunitas (community empowerment).

60 Kerangka Pikir peraturan mentri negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER- 05/MBU/2007 tentang Program Kemitran Badan Usaha Milik Negara dengan usaha kecil dan program bina lingkungan PT TelEkominkasi Indonesia,Tbk. BUMN Strategi PR PT Telkom dalam program CSR pembinaan usaha kecil Indikator kinerja kunci dalam implementasi CSR : 1. Leadership (kepemimpinan) 2. Proporsi bantuan 3. Transparasi dan Akuntabilitas 4. Cakupan wilayah (coverage area) 5. Perencanaan dan mekanisme monitoring dan evaluasi 6. Pelibatan stakeholder 7. Keberlanjutan (sustansibility) 8. Hasil nyata (outcome) Tahap-tahap penerapan CSR Pembinaan Usaha Kecil PT Telkom : 1. Tahap Perencanaan CSR Pembinaan Usaha Kecil PT Telkom 2. Tahap implementasi CSR pembinaan usaha keci PT Telkom 3. Tahap evaluasi CSR pembinaan usaha kecil PT Telkom 4. Pelaporan CSR pembinaan usaha kecil PT Telkom Program CSR dan strategi PR PT Telkom dalam menjalankan program pembinaan usaha kecil TIDAK Mengulang proses strategi PR dari awal BERHASIL Melakukan evaluasi dan perbaikan Mendapat reward finansial dan non finansial dari program CSR pembinaan usaha kecil bagi PT Telkom

61 BAB 3 INTI PENELITIAN 3.1 Sejarah PT TELKOM Sejarah TELKOM berawal pada tahun 1856, tepatnya tanggal 23 Oktober 1856, yaitu pada saat pengoprasian telegrap elektromagnetik pertama di Indonesia yang menghubungkan antara Batavia (Jakarta) dengan Buitenzorg (Bogor) oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Selanjutnya pada tahun 1884, pemerintah colonial Belanda mendirikan perusahaan swasta yang menyediakan layanan pos dan telegrap domestik dan kemudian layanan telegrap internasional. Layanan telepon mulai diperkenalkan tahun Sampai dengan 1906, layanan telepon disediakan oleh perusahaan swasta dengan lisensi pemerintah selama 25 tahun. Pada 1906, Pemerintah Kolonial Belanda membentuk lembaga pemerintah untuk mengendalikan seluruh layanan pos dan telekomunikasi di Indonesia. Pada 1961, sebagian besar dari layanan ini dialihkan kepada perusahaan milik negara. Pada pemisahan layanan pos dan telekomunikasi ke dalam dua perusahaan milik negara, yaitu PN Pos dan Giro dan PN Telekomunikasi. Pada tahun 1974, PN Telekomunikasi dibagi menjadi dua perusahaan milik negara, yaitu Perusahaan Umum Telekomunikasi (Perumtel) yang bergerak sebagai penyedia layanan telekomunikasi domestik dan internasional serta PT Industri Telekomunikasi Indonesia ( PT INTI ) yang bergerak sebagai pembuat perangkat telekomunikasi. Pada tahun 1980, bisnis telekomunikasi internasional diambil alih oleh 29

62 30 PT Indonesian Satellite Corporation ( Indosat ) yang baru saja dibentuk saat itu. Selanjutnya pada 1991, Perumtel mengalami perubahan status, yaitu menjadi perseroan terbatas milik negara dengan nama Perusahaan Perseroan (Persero) PT Telekomunikasi Indonesia, atau TELKOM. Sebelum tahun 1995, operasi bisnis TELKOM dibagi ke dalam dua belas wilayah operasi, yang dikenal sebagai wilayah telekomunikasi atau witel. Setiap witel bertanggung jawab penuh terhadap seluruh aspek bisnis di wilayahnya masing-masing, mulai dari penyedia layanan telepon hingga manajemen dan keamanan properti. Pada tahun 1995, TELKOM merombak keduabelas witel menjadi tujuh divisi regional (Divisi I Sumatera; Divisi II Jakarta dan sekitarnya; Divisi III Jawa Barat; Divisi IV Jawa Tengah dan DI Yogyakarta; Divisi V Jawa Timur; Divisi VI Kalimantan; dan Divisi VII Indonesia bagian Timur) serta satu Divisi Network. Berdasarkan beberapa kesepakatan dengan mitra Kerja Sama Operasi ( KSO ). TELKOM menyepakati pengalihan hak untuk mengoperasikan lima dari tujuh divisi regional (Divisi Regional I, III, IV, VI dan VII) kepada konsorsium swasta. Dengan kesepakatan tersebut, mitra KSO akan mengelola dan mengoperasikan divisi regional untuk periode waktu tertentu, melaksanakan pembangunan sambungan telepon tidak bergerak dalam jumlah yang telah ditetapkan dan pada akhir periode kesepakatan, mengalihkan fasilitas telekomunikasi yang telah dibangun kepada TELKOM dengan kompensasi yang besarnya telah disepakati. Pendapatan dari KSO akan dibagi antara TELKOM dan mitra KSO. Setelah krisis ekonomi Asia melanda Indonesia yang dimulai pada pertengahan tahun 1997, beberapa mitra KSO mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajibannya kepada TELKOM. TELKOM dalam hal ini

63 31 mengakuisisi mitra-mitra KSO di Divisi Regional I, III dan VI serta menyesuaikan isi kesepakatan KSO dengan mitramitranya di Divisi Regional IV dan VII untuk memperoleh hak pengawasan pengambilan keputusan-keputusan keuangan dan operasional di regional yang bersangkutan. Pada tanggal 14 Nopember 1995, Pemerintah melakukan penjualan saham TELKOM melalui penawaran saham perdana (Initial Public Offering) di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (keduanya telah melebur menjadi Bursa Efek Indonesia pada bulan Desember 2007). Saham TELKOM juga tercatat di NYSE dan LSE dalam bentuk American Depositary Shares ( ADS ) dan ditawarkan pada publik di Bursa Efek Tokyo dalam bentuk Public Offering Without Listing. TELKOM saat ini merupakan salah satu perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia, dengan nilai kapitalisasi diperkirakan mencapai sekitar Rp ,0 miliar per 31 Desember Pemerintah memiliki hak 52,47% dari keseluruhan saham TELKOM yang dikeluarkan dan beredar. Pemerintah juga memegang saham Dwiwarna TELKOM, yang memiliki hak suara khusus dan hak veto atas hal-hal tertentu. Kemudian pada tahun 1999, industri telekomunikasi mengalami perubahan signifikan. Undang- undang Telekomunikasi No. 36 (Undang- Undang Telekomunikasi) yang berlaku efektif pada bulan September 2000 merupakan pedoman yang mengatur reformasi industri telekomunikasi, termasuk liberalisasi industri, memfasilitasi masuknya pemain baru dan menumbuhkan persaingan usaha yang sehat. Reformasi yang dilakukan Pemerintah kemudian menghapus kepemilikan bersama TELKOM dan Indosat di sebagian besar perusahaan telekomunikasi di Indonesia. Hal ini bertujuan untuk mendorong terciptanya iklim usaha yang kompetitif. Hasilnya, pada tahun 2001

64 32 TELKOM mengakuisisi 35,0% saham Indosat di Telkomsel yang menjadikan total saham TELKOM di Telkomsel menjadi sebesar 77,7%. sementara Indosat mengambil alih 22,5% saham TELKOM di Satelindo dan 37,7% saham TELKOM di Lintasarta. Pada tahun 2002, TELKOM menjual 12,7% sahamnya di Telkomsel kepada Singapore Telecom Mobile Pte Ltd ( SingTel Mobile ) sehingga kepemilikan saham TELKOM di Telkomsel berkurang menjadi 65,0%. Berdasarkan Undang- undang Telekomunikasi, pada tanggal 1 Agustus 2001, Pemerintah mengakhiri hak eksklusif TELKOM sebagai satusatunya penyelenggara layanan telepon tidak bergerak di Indonesia dan Indosat sebagai satu-satunya penyelenggara layanan Sambungan Langsung Internasional ( SLI ). Hak eksklusif TELKOM sebagai penyedia jasa sambungan telepon lokal maupun sambungan langsung jarak jauh internasional akhirnya dihapuskan pada bulan Agustus 2002 dan Agustus Pada tanggal 7 Juni 2004, TELKOM mulai meluncurkan layanan sambungan langsung international tidak bergerak. Pada 2005, TELKOM meluncurkan satelit TELKOM-2 untuk menggant ikan seluruh layanan transmisi satelitnya yang telah dilayani oleh satelit TELKOM sebelumnya, yaitu Palapa B-4. Selain itu, untuk menjadi transmisi backbone TELKOM, satelit TELKOM-2 akan mendukung jaringan telekomunikasi nasional untuk memenuhi kebutuhan telekomunikasi di pedesaan dan multimedia. Oleh karenanya, TELKOM telah meluncurkan delapan satelit (termasuk Palapa-A1), yaitu Palapa-A2 ( ), Palapa- B1 ( ), Palapa B2P ( ), Palapa-B2R ( ), Palapa-B4 ( ), TELKOM-1 ( ).

65 33 Seluruh satelit tersebut telah menjadi bagian sejarah pertelekomunikasian Indonesia. Untuk memelihara dan mempertahankan pertumbuhan kami di lingkungan industri yang kompetitif, TELKOM bertransformasi dar I perusahaan InfoComm menjadi perusahaan TIME (Telekomunikasi, Informasi, Media, Edutainment) dengan mempertahankan bisnis legacy dan mengembangkan bisnis new wave. New TELKOM telah diperkenalkan kepada publik pada tanggal 23 Oktober 2009 bertepatan dengan ulang tahun TELKOM ke-153 yang menghadirkan tagline baru the world in your hand dan positioning baru Life Confident. Dengan logo barunya, TELKOM berkomitmen untuk memberikan ke seluruh pelanggan TELKOM kepercayaan diri untuk menjalani kehidupan yang mereka pilih, sesuai dengan cara dan waktu mereka Struktur Organisasi Perusahaan Gambar 2. Struktur organisasi PT Telkom

- 2 - MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM

- 2 - MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR PER-05/MBU/2007 TENTANG PROGRAM KEMITRAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN USAHA KECIL DAN PROGRAM BINA LINGKUNGAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA

Lebih terperinci

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-09/NIBU/07/2015 TENTANG

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-09/NIBU/07/2015 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-09/NIBU/07/2015 TENTANG PROGRAM KEMITRAAN DAN PROGRAM BINA LINGKUNGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI BADAN

Lebih terperinci

MENTERI BADAN USALIA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-07/MBU/05/2015 TENTANG

MENTERI BADAN USALIA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-07/MBU/05/2015 TENTANG MENTERI BADAN USALIA MILIK NEGARA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-07/MBU/05/2015 TENTANG PROGRAM KEMITRAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN USAHA KECIL DAN PROGRAM BINA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR KEP-236/MBU/2003 TENTANG

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR KEP-236/MBU/2003 TENTANG SALINAN KEPUTUSAN NOMOR KEP-236/MBU/2003 TENTANG PROGRAM KEMITRAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN USAHA KECIL DAN PROGRAM BINA LINGKUNGAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka mendorong kegiatan

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR KEP-236/MBU/2003 TENTANG PROGRAM KEMITRAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN USAHA KECIL DAN PROGRAM BINA LINGKUNGAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih besar (community). Sebagai warga masyarakat, perusahaan membutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih besar (community). Sebagai warga masyarakat, perusahaan membutuhkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan merupakan keluarga besar yang memiliki tujuan dan target yang hendak dicapai, perusahaan berada di tengah lingkungan masyarakat yang lebih besar (community).

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 55 TAHUN : 2011 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

DANA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

DANA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DANA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA bitheula.blogspot.com I. PENDAHULUAN Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai salah satu alat negara untuk mendukung perekonomian nasional

Lebih terperinci

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER - 02/MBU/7/ 2017 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI BADAN

Lebih terperinci

MEN I.FRI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-20/MBU/2012 TENTANG

MEN I.FRI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-20/MBU/2012 TENTANG MEN I.FRI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-20/MBU/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA

Lebih terperinci

2016, No Tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas; d. bahwa sel

2016, No Tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas; d. bahwa sel BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1928, 2016 BUMN. Program Kemitraan. Program BL. Perubahan. PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER - 03/MBU/12/2016 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) PT KAWASAN BERIKAT NUSANTARA (PERSERO)

UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) PT KAWASAN BERIKAT NUSANTARA (PERSERO) Laporan Keuangan Beserta Laporan Auditor Independen UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) 31 Desember 2014 DAFTAR ISI Halaman Laporan Auditor Independen Laporan Keuangan Laporan Posisi Keuangan...

Lebih terperinci

KUESIONER SURVEI TERKAIT PELAKSANAAN PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) BADAN USAHA MILIK NEGARA

KUESIONER SURVEI TERKAIT PELAKSANAAN PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) BADAN USAHA MILIK NEGARA KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPUTI BIDANG INFRASTRUKTUR BISNIS ASDEP TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta 10110 Indonesia Telp. 021-29935678

Lebih terperinci

RINGKASAN PERUBAHAN DALAM PER 03/MBU/12/2016:

RINGKASAN PERUBAHAN DALAM PER 03/MBU/12/2016: LATAR BELAKANG Peraturan Menteri BUMN No. PER-09/MBU/07/2015 Pada tanggal 3 Juli 2015, Pemerintah mengundangkan Peraturan Menteri BUMN No. PER-09/MBU/07/2015 tentang Program Kemitraan dan Program Bina

Lebih terperinci

UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) PT LEN INDUSTRI (PERSERO)

UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) PT LEN INDUSTRI (PERSERO) Laporan Keuangan Beserta Laporan Auditor Independen 31 Desember 2016 dan 2015 Disajikan dalam rupiah, kecuali dinyatakan lain. DAFTAR ISI Halaman Laporan Auditor Independen Laporan Posisi Keuangan... 1

Lebih terperinci

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BAD-AN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER - 03/MBU/12/2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI BADAN USAHA

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PROGRAM CSR TERHADAP OPINI MASYARAKAT DI SEKITAR PABRIK (STUDI KASUS PADA KEGIATAN POSYANDU PT.

ANALISIS PENGARUH PROGRAM CSR TERHADAP OPINI MASYARAKAT DI SEKITAR PABRIK (STUDI KASUS PADA KEGIATAN POSYANDU PT. ANALISIS PENGARUH PROGRAM CSR TERHADAP OPINI MASYARAKAT DI SEKITAR PABRIK (STUDI KASUS PADA KEGIATAN POSYANDU PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA) SKRIPSI Oleh Liza Maretha 1100008023 Universitas

Lebih terperinci

Laporan Keuangan Laporan Posisi Keuangan 1 Laporan Aktivitas 2 Laporan Arus Kas 3 Catatan atas Laporan Keuangan 4-15

Laporan Keuangan Laporan Posisi Keuangan 1 Laporan Aktivitas 2 Laporan Arus Kas 3 Catatan atas Laporan Keuangan 4-15 UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) PT KAWASAN BERIKAT NUSANTARA (PERSERO) LAPORAN KEUANGAN Tanggal 31 Desember 2016 dan 2015 Untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut Beserta Laporan

Lebih terperinci

Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk

Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Laporan keuangan tanggal dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut beserta laporan auditor independen LAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 20 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 20 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 20 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA PINJAMAN BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PT PERUSAHAAN PENGELOLA ASET (PERSERO) Program Kemitraan dan Bina Lingkungan

PT PERUSAHAAN PENGELOLA ASET (PERSERO) Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Laporan Keuangan Untuk Tahun-tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2015 dan 2014 d1/february 29, 2016 Paraf : Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Daftar Isi

Lebih terperinci

LAMPIRAN. 1. Surat Tugas 2. Daftar hadir peserta pengabdian masyarakat 3. Materi pengabdian masyarakat 4. Foto kegiatan

LAMPIRAN. 1. Surat Tugas 2. Daftar hadir peserta pengabdian masyarakat 3. Materi pengabdian masyarakat 4. Foto kegiatan LAMPIRAN 1. Surat Tugas 2. Daftar hadir peserta pengabdian masyarakat 3. Materi pengabdian masyarakat 4. Foto kegiatan 25 26 27 28 PENGABDIAN PADA MASYARAKAT Peningkatan Kesadaran Hukum Pelaku Usaha Kecil

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN PT TIMAH (PERSERO) TBK LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013

UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN PT TIMAH (PERSERO) TBK LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN PT TIMAH (PERSERO) TBK LAPORAN KEUANGAN UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN Lampiran 1 LAPORAN POSISI KEUANGAN Catatan ASET LANCAR Kas dan setara kas

Lebih terperinci

PT PERUSAHAAN PENGELOLA ASET (PERSERO) Program Kemitraan dan Bina Lingkungan

PT PERUSAHAAN PENGELOLA ASET (PERSERO) Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Laporan Keuangan Untuk Tahun-tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2016 dan 2015 d1/february 23, 2017 Paraf : Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Daftar Isi

Lebih terperinci

Bahan Mata Acara Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan

Bahan Mata Acara Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Bahan Mata Acara Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUP PST) PT Bank Mandirii (Persero) Tbk. 14 Maret 2017 Disclaimer: * Apabila terdapat perubahan ataupun penambahan bahan mata Acara RUPS Tahunan, maka

Lebih terperinci

Daftar Isi. Laporan posisi keuangan Laporan aktivitas Laporan arus kas Catatan atas laporan keuangan

Daftar Isi. Laporan posisi keuangan Laporan aktivitas Laporan arus kas Catatan atas laporan keuangan LAPORAN KEUANGAN TANGGAL 31 DESEMBER 2014 DAN UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT BESERTA LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN Daftar Isi Halaman Laporan auditor independen Laporan posisi keuangan...

Lebih terperinci

Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk

Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Laporan keuangan tanggal dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut beserta laporan auditor independen LAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. PPN. Pembangunan. Pasca Bencana Alam.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. PPN. Pembangunan. Pasca Bencana Alam. No.34, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. PPN. Pembangunan. Pasca Bencana Alam. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 /PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA PENYETORAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PINJAMAN DANA BERGULIR

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PINJAMAN DANA BERGULIR PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PINJAMAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT Jasa Marga (Persero) Tbk

Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT Jasa Marga (Persero) Tbk Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT Jasa Marga (Persero) Tbk Laporan keuangan tanggal 31 Desember 2016 dan untuk beserta laporan auditor independen LAPORAN KEUANGAN TANGGAL 31 DESEMBER 2016

Lebih terperinci

2016, No Investasi pada Badan Usaha Milik Negara/Perseroan Terbatas sebagaimana dimaksud dalam huruf a, belum memuat pengaturan penyelesaian pi

2016, No Investasi pada Badan Usaha Milik Negara/Perseroan Terbatas sebagaimana dimaksud dalam huruf a, belum memuat pengaturan penyelesaian pi No.147, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Piutang Negara. Optimalisasi. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PMK.05/2016 TENTANG TATA CARA OPTIMALISASI

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/20172017 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

M E M U T U S K A N : Menetapkan

M E M U T U S K A N : Menetapkan SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER - 01/MBU/2010 TENTANG CARA PRIVATISASI, PENYUSUNAN PROGRAM TAHUNAN PRIVATISASI, DAN PENUNJUKAN LEMBAGA DAN/ATAU PROFESI PENUNJANG SERTA PROFESI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT BUPATI GARUT LD. 24 2011 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI MARKETING PUBLIC RELATIONS TELEPON SELULER MEREK NEXIAN DALAM MEMBANGUN BRAND AWARENESS SKRIPSI. Oleh: Henry Tri Saputro

ANALISIS STRATEGI MARKETING PUBLIC RELATIONS TELEPON SELULER MEREK NEXIAN DALAM MEMBANGUN BRAND AWARENESS SKRIPSI. Oleh: Henry Tri Saputro ANALISIS STRATEGI MARKETING PUBLIC RELATIONS TELEPON SELULER MEREK NEXIAN DALAM MEMBANGUN BRAND AWARENESS SKRIPSI Oleh: Henry Tri Saputro 1100021763 Universitas Bina Nusantara Jakarta 2011 i ANALISIS STRATEGI

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 222/PMK.010/2008 TENTANG PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT DAN PERUSAHAAN PENJAMINAN ULANG KREDIT

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 222/PMK.010/2008 TENTANG PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT DAN PERUSAHAAN PENJAMINAN ULANG KREDIT 1 of 50 8/23/2014 7:22 PM MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 222/PMK.010/2008 TENTANG PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT DAN PERUSAHAAN PENJAMINAN ULANG KREDIT MENTERI

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 4 Juli 1950) jo.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 4 Juli 1950) jo. PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 222/PMK.010/2008 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 222/PMK.010/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 222/PMK.010/2008 TENTANG PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT DAN PERUSAHAAN PENJAMINAN ULANG KREDIT MENTERI KEUANGAN, Menimbang: a. bahwa peningkatan akses dunia usaha pada sumber

Lebih terperinci

BAB II PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO)

BAB II PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) BAB II PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) A. Sejarah Ringkas PT Perkebunan Nusantara III (Persero) merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan,

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOM OR : 172/KM K.06/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 448/KMK.017/2000 TENTANG PERUSAHAAN

Lebih terperinci

2013, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan

2013, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan No.130, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Rencana Jangka Panjang. Rencana Kerja. Anggaran. Persero. Penyusunan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PMK.06/2013

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.118, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Infrastruktur. Perusahaan. Pembiayaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.118, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Infrastruktur. Perusahaan. Pembiayaan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.118, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Infrastruktur. Perusahaan. Pembiayaan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100/PMK.010/2009 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 / PMK.02 / 2005 TENTANG TATA CARA PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DARI HASIL-HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN NEGARA YANG DIPISAHKAN MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERANAN PUBLIC RELATIONS DALAM UPAYA REBRANDING METRO TV SKRIPSI. Disusun oleh : Rahmi Andriani Disetujui oleh : Pembimbing

PERANAN PUBLIC RELATIONS DALAM UPAYA REBRANDING METRO TV SKRIPSI. Disusun oleh : Rahmi Andriani Disetujui oleh : Pembimbing PERANAN PUBLIC RELATIONS DALAM UPAYA REBRANDING METRO TV SKRIPSI Disusun oleh : Rahmi Andriani 1100060285 Disetujui oleh : Pembimbing Rosidah Syaukat S.Psi.,MBA Kodsn : D3648 Universitas Bina Nusantara

Lebih terperinci

Lampiran Bahan Mata Acara 3, 5 dan 6 Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST)

Lampiran Bahan Mata Acara 3, 5 dan 6 Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Lampiran Bahan Mata Acara 3, 5 dan 6 Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. 14 Maret 2017 Disclaimer: * Apabila terdapat perubahan ataupun penambahan bahan mata Acara

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

BAB I. KETENTUAN UMUM

BAB I. KETENTUAN UMUM BAB I. KETENTUAN UMUM 1 1 Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang independen yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR PER-18/MBU/10/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR PER-18/MBU/10/2014 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR PER-18/MBU/10/2014 TENTANG PENYAMPAIAN DATA, LAPORAN, DAN DOKUMEN BADAN USAHA MILIK NEGARA SECARA ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 43 TAHUN 2005 TENTANG PENGGABUNGAN, PELEBURAN, PENGAMBILALIHAN, DAN PERUBAHAN BENTUK BADAN HUKUM BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA

NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Badan Usaha Milik Negara merupakan

Lebih terperinci

b. bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat;

b. bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat; UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Badan Usaha Milik Negara merupakan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 448/KMK.017/2000 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 448/KMK.017/2000 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 448/KMK.017/2000 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemulihan perekonomian nasional,

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN BENTUK BADAN HUKUM PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD BPR) BANK WONOSOBO

Lebih terperinci

BUPATI KEPAHIANG PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPAHIANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KEPAHIANG PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPAHIANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI KEPAHIANG PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPAHIANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNGJAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DAN PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN,

NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN, NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mengantisipasi perkembangan ekonomi global

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 022 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT DAERAH KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 022 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT DAERAH KALIMANTAN SELATAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 022 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT DAERAH KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang : a. Dalam

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perekonomian nasional yang diselenggarakan

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan kinerja

Lebih terperinci

- 2 - Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Nega

- 2 - Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Nega PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/3/PBI/2006 TENTANG PERUBAHAN KEGIATAN USAHA BANK UMUM KONVENSIONAL MENJADI BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DAN PEMBUKAAN KANTOR

Lebih terperinci

Tata Kerja Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan; 7. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 259/KMK.017/1993 tanggal 27 Pebruari 1993

Tata Kerja Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan; 7. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 259/KMK.017/1993 tanggal 27 Pebruari 1993 KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 346 /KMK.017/2000 TENTANG PENGELOLAAN REKENING DANA INVESTASI MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan penerapan sistem pencatatan

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2012

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2012 PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN BENTUK BADAN HUKUM BANK PEMBANGUNAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perekonomian nasional yang diselenggarakan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 17/PMK.05/2007 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 17/PMK.05/2007 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 17/PMK.05/2007 TENTANG PENYELESAIAN PIUTANG NEGARA YANG BERSUMBER DARI NASKAH PERJANJIAN PENERUSAN PINJAMAN DAN PERJANJIAN PINJAMAN

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang No.1000, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. PDN. PLN. Penerusan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 /PMK.05/2016 TENTANG TATA CARA PENERUSAN PINJAMAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL, KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN PERUSAHAAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL, KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN PERUSAHAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL, KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BUPATI PAKPAK BHARAT

BUPATI PAKPAK BHARAT BUPATI PAKPAK BHARAT PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERKUATAN PERMODALAN USAHA BAGI MASYARAKAT MELALUI KREDIT NDUMA PAKPAK BHARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa perekonomian nasional yang diselenggarakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Perusahaan adalah perusahan pembiayaan dan perusaha

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Perusahaan adalah perusahan pembiayaan dan perusaha LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.363, 2014 OJK. Perusahaan Pembiyaan. Kelembagaan. Perizinan Usaha. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5637) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2005 TENTANG PENGGABUNGAN, PELEBURAN, PENGAMBILALIHAN, DAN PERUBAHAN BENTUK BADAN HUKUM BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-03/MBU/08/2017 TENTANG PEDOMAN KERJA SAMA BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN

Lebih terperinci

2015, No Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 70, Tambahan

2015, No Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 70, Tambahan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.832, 2015 KEMENBUMN. Tambahan Dana. Penyertaan Modal Negara. BUMN. PT. Penggunaan. Pelaporan. Pedoman. PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR PER-08/MBU/06/2015

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR BERSIH JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR BERSIH JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR BERSIH JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa ketersediaan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 16, 1999 BURSA BERJANGKA. PERDAGANGAN. KOMODITI. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. BAPPEBTI. (Penjelasan

Lebih terperinci

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER -08/MBU/06/2015 TENTANG PEDOMAN PELAPORAN REALISASI PENGGUNAAN TAMBAHAN DANA PENYERTAAN MODAL NEGARA KEPADA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 174/PMK.08/2016 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN JAMINAN KEPADA PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT SARANA MULTI INFRASTRUKTUR DALAM RANGKA PENUGASAN PENYEDIAAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN BENTUK BADAN HUKUM PERUSAHAAN DAERAH ANEKA KARYA KABUPATEN BOYOLALI MENJADI PERSEROAN TERBATAS

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 19 TAHUN 2003 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 19 TAHUN 2003 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 19 TAHUN 2003 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH KABUPATEN SUMEDANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Menimbang. Mengingat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA,

Menimbang. Mengingat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA, SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA NOMOR: PER 10/MI3U/2012 TENTANG ORGAN PENDUKUNG DEWAN KOMISARIS/DEWAN PENGAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA, Menimbang Mengingat : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : SK - 164/MBU/2012 TENTANG

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : SK - 164/MBU/2012 TENTANG SALINAN KEPUTUSAN NOMOR : SK - 164/MBU/2012 TENTANG PENETAPAN SEBAGIAN KEWENANGAN BUMN SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH SELAKU RUPS PADA PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) MENJADI KEWENANGAN DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DI KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI KOPERASI, USAHA MIKRO KECIL, DAN MENENGAH

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI KOPERASI, USAHA MIKRO KECIL, DAN MENENGAH WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI KOPERASI, USAHA MIKRO KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG,

Lebih terperinci

2017, No penerimaan negara bukan pajak dari hasil pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana d

2017, No penerimaan negara bukan pajak dari hasil pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana d BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1772, 2017 KEMENKEU. PNBP dari Hasil Pengelolaan Kekayaan Negara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190/PMK.02/2017 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN PENERIMAAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tamba

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tamba No.765, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Kredit Investasi Pemerintah. Pengelolaan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 193/PMK.05/2011 TENTANG KREDIT INVESTASI

Lebih terperinci

BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO UTARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BUPATI NGANJUK NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI NGANJUK NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI NGANJUK NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN NGANJUK PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH KABUPATEN NGANJUK DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PERUSAHAAN ASURANSI

BAB I PERUSAHAAN ASURANSI BAB I PERUSAHAAN ASURANSI A. Pengertian Perusahaan Asuransi 1. Pengertian Perusahaan Kegiatan ekonomi yang berkembang akan membawa perkembangan pula dalam kegiatan bisnis, kegiatan ekonomi yang meningkat

Lebih terperinci