BAB 3. ANALISIS dan RANCANGAN. eigenfaces dan deteksi muka dengan color thresholding akan mempunyai proses

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3. ANALISIS dan RANCANGAN. eigenfaces dan deteksi muka dengan color thresholding akan mempunyai proses"

Transkripsi

1 BAB 3 ANALISIS dan RANCANGAN 3.1 Analisa metode Secara garis besar, tahap pada pengenalan wajah dengan metode eigenfaces dan deteksi muka dengan color thresholding akan mempunyai proses yang dilakukan sebagai berikut: 1. Melakukan pencarian wajah dari beberapa image input dan menyiapkannya sebagai inputan untuk pelatihan citra. Kegunaan utama dari proses pencarian wajah ini adalah untuk mendukung dalam pengenalan wajah, dengan menyiapkan terlebih dahulu sebelum diinputkan ke dalam pengenalan wajah. Proses ini akan diharapkan akan membantu dalam memberikan inputan yang lebih baik dan konsisten kepada proses pelatihan wajah, sehingga hasil dari pelatihan akan menjadi lebih akurat. Terutama apabila citra yang digunakan sebagai input memiliki ukuran yang berbeda-beda dan posisi wajah pada citra tidak tetap (posisi dan jarak wajah pada masing-masing citra tidak sama). Citra yang akan digunakan sebagai input pencarian wajah diharuskan menggunakan gambar berwarna karena metode color thresholding yang digunakan dalam deteksi wajah memerlukan input nilai warna. Untuk ukuran dari citra akan dibuat bisa menerima variasi yang berbeda. Namun jenis file yang akan digunakan akan bertipe bitmap atau JPEG. Citra yang berbeda-beda

2 ukuran ini, nanti akan diproses untuk menghasilkan citra baru berukuran 100x100 piksel dengan menggunakan feature classification dan candidate generation, sehingga citra yang akan dijadikan input dalam face recognition nantinya diharapkan memiliki ciri yang serupa yaitu daerah muka. Ciri citra yang baik untuk digunakan adalah: - Keseluruhan wajah terdapat didalam citra - Warna latar belakang, baju dan rambut tidak menyerupai warna kulit (lebih baik jika berwarna kontras seperti merah, hijau, atau biru) - Pencahayaan yang baik dan normal (lampu bercahaya putih). 2. Pelatihan citra dengan menggunakan input dari hasil deteksi wajah dan melakukan perhitungan pelatihan dengan eigenface Pada tahap pelatihan, kumpulan citra yang menjadi hasil face detection akan diproses dengan melakukan perhitungan PCA dengan tujuan untuk mendapatkan nilai eigenface. Nilai eigenface ini akan diproyeksikan dengan semua citra yang ada yang sudah dikurangi dengan rata-rata seluruh wajah. Hasil proyeksi ini akan berupa nilai eigenspace. 3. Pengenalan citra wajah Pada tahap pengenalan citra wajah, nilai dari citra yang akan dikenali akan diproyeksikan terhadap nilai eigenface yang telah didapat sebelum dari tahap pelatihan, sehingga akan didapatkan nilai space untuk citra input. Nilai ini nantinya akan digunakan untuk mengenali citra wajah tersebut. Dengan mencari jarak yang paling minimal dengan eucledian distance, maka akan didapatkan citra yang paling mendekati wajah yang diinputkan.

3 Kelemahan yang terdapat pada proses pengenalan dengan menggunakan eigenface ini mempunyai masalah antara lain : - Struktur arah wajah yang diambil harus dalam keadaan yang sama, perbedaan arah muka akan memperkecil kemungkinan target untuk dikenali. - Bentuk muka yang jauh berbeda juga diduga memperkecil pengenalan dengan hasil yang benar terjadi. Kelemahan juga terdapat pada proses deteksi muka yang kami gunakan. Masalah yang ada sebagai berikut : - Gambar yang mempunyai bagian wajah yang terlalu terang / putih kecil kemungkinannya untuk dikenali sebagai daerah wajah. - Warna latar belakang yang menyerupai warna kulit bisa mengganggu hasil deteksi wajah. - Warna kulit wajah yang tidak wajar akibat warna lampu atau noise (misal warna wajah agak biru atau ungu) juga bisa mengganggu hasil deteksi wajah yang diharapkan. - Warna kulit yang dikenali sebagai kulit terbatas. 3.2 Penggambaran perancangan Penerapan dari deteksi muka dan pengenalan wajah ini akan digambarkan sebagai berikut : 1. Penggambaran metode Face Detection dengan Color Thresholding

4 Dari kumpulan citra yang akan dijadikan sebagai data input, masingmasing citra akan diproses oleh deteksi wajah. Dan hasil proses deteksi ini akan dimasukkan ke dalam matriks data input untuk metode eigenface. Cara kerja dari deteksi wajah ini dengan menggunakan ambang batas warna. Warna yang diluar batas yang ditentukan akan dibuang. Dan warna yang tidak keluar dari ambang batas akan disimpan. Hasil dari pembuangan warna ini akan menyebabkan noise dari sisa warna yang termasuk sebagai warna kulit. Untuk menghilangkan sisa-sisa noise tersebut digunakan proses thinning, yaitu proses menghapus piksel yang disekelilingnya memiliki piksel kosong lebih dari 4. Tetapi mungkin akan masih tersisa daerah yang besar yang tersisa dan tidak terhapus seperti kulit tangan yang terambil. Karena itu, juga akan dilakukan pembuangan sisa warna noise dimana jumlah piksel dari noise dalam satu kelompok dibawah batas yang ditentukan. Hasil yang tersisa dari pembuangan noise ini akan diambil nilai posisi paling minimal dari posisi kiri atas piksel yang tersisa dan posisi maksimal dari kanan bawah juga dari piksel yang tersisa. Posisi minimal dan maksimal ini akan digunakan untuk mengambil daerah dari gambar citra awal yang belum terkena pembuangan untuk dimasukkan ke dalam matriks data input. 2. Penggambaran metode Eigenfaces Data input yang disimpan ke dalam matriks dari hasil proses deteksi wajah akan dirata-ratakan dengan seluruh nilai matriks per tiap piksel. Karena matriks ini menyimpan data muka yang sudah terdeteksi dan dijadikan sebagai data input. Perata-rataan ini akan menghasilkan matriks citra rata-rata

5 2 berdimensi 1x N. Setiap citra ini selanjutkan akan diproyeksikan terhadap nilai rata-rata ini untuk mendapatkan perbedaan setiap citra kepada nilai rata-ratanya. Hasil pengurangan ini bisa disebut sebagai mean subtracted image berdimensi 2 M x N. Mean subtracted image akan menjadi data input untuk menghitung covariance matrix dengan mengalikan masing-masing mean subtracted image dengan nilai transposnya sendiri. Dimensi dari covariance matrix ini akan sebesar 2 M x N. Pengolahan selanjutnya, covariance matrix ini akan diinputkan ke dalam perangkat lunak Matlab yang akan menghitung nilai eigen dan vector eigen. Hasil dari eigenvalue dan eigenvector ini selanjutnya diurutkan dari terbesar sampai ke terkecil. Pengurutan ini bertujuan untuk mendapatkan nilai yang eigenface yang sangat menonjol jelas dan lebih besar dari yang lain. Proses selanjutnya dengan mengalikan nilai eigenvector dengan nilai citra yang kita dapatkan dari face detection yang sudah dikurangi dengan rata-rata. Nilai hasil perkalian ini perlu kita normalisasi agar tidak ada yang melebihi batas dari warna hitam yaitu 0, dengan mengubah yang lebih kecil dari 0 akan diset menjadi nilai 0. Hasilnya berupa eigenfaces. Dengan mengalikan nilai eigenfaces dengan nilai citra yang kita dapatkan dari face detection yang sudah dikurangi dengan rata-rata kembali maka akan didapat nilai eigenspace-nya. Eigenspace ini yang akan menjadi pembanding dengan nilai input baru untuk mencari kecocokan dari obyek yang dibandingkan. 3.Pemggambaran metode Pengenalan wajah

6 Pertama kali, input citra baru akan dikurangi dengan nilai rata-rata citra pada tahap pelatihan. Selanjutnya nilai akan diproyeksikan ke dalam eigenface yang didapat pada tahap pelatihan. Nilai citra yang sudah diproyeksikan ini akan siap untuk dibandingkan dengan nilai yang dikandung ciri dari eigenspace. Proses pembanding akan menggunakan metode eucledian distance. Dan hasil yang paling minimal dari hasil perbandingan eigenspace, bisa dikatakan mempunyai beda yang paling kecil, dan dapat dianggap sebagai muka yang sama. 3.3 Perancangan Modul Modul Deteksi Wajah Pada proses deteksi wajah, citra digunakan sebagai perantara yang menyediakan data input, dikarenakan hanya citra yang dapat menangkap visualisasi keadaan sebenarnya dari fakta. Citra merubah fakta menjadi bentuk lain yang dimengerti oleh komputer dan dapat kita proses. Citra yang digunakan akan juga berupa citra dari beberapa orang, dimana akan digunakan 16 orang dengan jumlah gambar yang beragam dengan ukuran yang berbeda dan posisi muka yang berbeda dan juga pencahayaannya. Akan ada 115 gambar yang akan menjadi known faces dari aplikasi penulisan ini. Citra yang akan dijadikan sebagai input ini selanjutnya akan diproses. Aplikasi penulis akan membaca citra yang ada dalam folder images. Citra ini akan dibaca satu persatu. Aplikasi ini juga hanya akan dirancang untuk menerima tipe data dari file citra dengan jenis Bitmap atau JPEG. Proses pembacaan file citra baru akan berjalan ketika tombol load ditekan. Karena panjang dan lebar dari file

7 tidak berimbang maka panjang dan lebar dari ukuran citra akan diset menjadi maksimum ukuran salah satu sisi adalah 250 dengan menset ulang ukuran panjang dan lebar dari bitmap. Selanjutanya data perpiksel akan dibaca dan dibuang nilai piksel yang mengandung warna yang tidak menyerupai wajah. Pada aplikasi ini, karena menggunakan warna dalam proses pendeteksian wajah, citra yang mengandung piksel yang sudah berupa grayscale, tidak dapat digunakan karena pada pembuangan piksel ini memerlukan nilai merah, biru dan hijau untuk dibandingkan. Untuk proses thresholding, dilakukan pengambilan sample warna dari bagian wajah dan non wajah. Contoh pengambilan sample yang dilakukan adalah seperti pada gambar 3.1. Gambar 3.1 Pengambilan sampel uji warna Dari hasil experimen dari hasil uji yang telah dilakukan, diambil kesimpulan piksel akan divalidasikan jika warna merah lebih kecil dari warna hijau, maka citra ini akan dibuang. Jika warna merah dikurang hijau lebih besar dari nilai 85, maka akan dibuang juga. Jika warna hijau lebih kecil dari warna biru, piksel pada posisi ini juga akan dibuang. Jika warna hijau yang dikurang

8 dengan biru lebih besar dari nilai 40, maka piksel juga akan dibuang. Dan terakhir, jika rata-rata dari ketiga warna ini mempunyai nilai yang berada di bawah nilai 10 atau diatas nilai 240, maka juga akan dibuang. Piksel yang akan dibuang dan tidak digunakan oleh citra akan diset menjadi nilai 0 ( menjadi piksel dengan warna hitam ). Warna hitam dengan nilai piksel 0 akan menjadi warna yang digunakan sebagai penanda warna yang akan dibuang. Dari proses pemilahan warna, maka akan didapatkan citra yang diperkirakan sebagai warna muka. Tetapi ada kemungkinan dimana ada piksel lain yang bukan masuk ke dalam muka tetapi tidak terhapuskan karena mempunyai warna yang sama dengan warna daerah muka. Umumnya ukuran dari piksel-piksel ini akan beragam, sehingga pada tahap selanjutnya kita perlu menghapus daerah-daerah ini. Proses penghapusan bisa dilakukan pada masingmasing piksel dimana jika piksel di sekitarnya yang bernilai sebagai warna yang akan dibuang berjumlah lebih dari 4 piksel. Proses ini akan menghapus banyak piksel yang berdiri sendiri, juga akan menghapus garis yang terlalu tipis. Tetapi piksel yang tergabung dalam 1 kelompok tidak akan terhapuskan.daerah yang masih tersisa memiliki jumlah lebih sedikit daripada ambang batas yang ditentukan. Disini ambang batas akan bernilai Jadi jumlah kelompok piksel yang tersisa akan lebih besar jumlahnya dari Piksel ini akan dibilang tergabung jika diantara keempat arahnya (posisi atas, kanan,bawah, dan kiri) mempunyai warna piksel yang bukan bernilai 0. Piksel-piksel yang saling bergabung akan membentuk 1 kelompok, dan pada kelompok ini akan diberikan kode berupa angka untuk mempermudah pembedaan kelompok yang satu dengan

9 kelompok yang lain. Pada tahap ini juga, penghapusan kelompok dari citra akan mengeset semua nilai pada kelompoknya itu juga dengan nilai piksel berupa 0. Sisa terakhir dari kelompok piksel yang tersisa akan dianggap sebagai daerah muka. Sehingga daerah yang masih bersisa ini akan dicari nilai posisi terbesar dan terkecil dari panjang dan lebar untuk dijadikan point pemotong daerah yang dianggap muka. dari point piksel panjang dan lebar yang terkecil sampai kepada panjang dan lebar dengan point piksel yang terbesar. Jika tidak ada kelompok piksel yang tersisa, karena jumlah blob yang ada lebih kecil dari 1000, maka akan disebutkan bahwa citra yang menjadi input itu bukan berupa gambar orang atau merupakan gambar orang tetapi terlalu kecil. Selanjutnya sisa ukuran ini akan set ukurannya kembali menjadi ukuran dengan nilai 100x100. Sehingga dari data input tidak akan ada gambar yang mengandung gambar yang berbentuk persegi panjang. Semua gambar yang akan diinputkan akan berupa bidang bujur sangkar. Hasil dari pengesetan citra yang menjadi ukuran 100x100, akan dijadikan sebagai input dalam proses pelatihan. Input ini akan disimpan ke dalam matriks dengan ukuran yang sama dengan panjang dan lebar gambar yaitu 100x100. Umumnya dengan mengimplementasikan nilai yang dikandung oleh piksel ke dalam variabel yang berupa array berdimensi 2, maka penulis akan bisa mengambil datanya dengan mudah. Tetapi jika jumlah dari citra lebih dari 1 buah citra, maka dimensi dari array ini akan bertambah menjadi 3. Sehingga akan lebih merepotkan dalam perhitungan selanjutnya.

10 Untuk mempermudah pada tahap-tahap selanjutnya, maka penulis akan merubah dimensi yang berjumlah 2 tadi akan dikurangi menjadi 1 seperti yang dilakukan oleh penulis lain seperti Jeffry Kusnadi (2004). Hasil pengubahan ini akan menyebabkan data input dari bentuk matrix NxN. T0,0 T1,0 Γ = Μ TN 1,0 T T T 0,1 1,1 Μ N 1,1 Λ Λ Λ T T T 0, N 1 1, N 1 Μ N 1, N 1 Γ = Γ = N = panjang dan lebar gambar T = nilai intensitas dari piksel Γ = training set menjadi matrix dengan bentuk 2 1xN. [ T T Λ T T T Λ T Λ T T Λ T ] atau 0,0 0,1 0, N 1 1,0 1,1 1, N 1 N 1,0 N 1,1 N 1, N 1 [ T T Λ T ]. 0 1 N 2 1 N = panjang dan lebar gambar T = nilai intensitas dari piksel Γ = training set Jika matriks dari bentuk ini dikelompokkan dengan citra lain dan disimpan dalam bentuk 2 dimensi, maka matriks dari training set akan menjadi T0,0 T1,0 Γ = Μ TM 1,0 T T T 0,1 1,1 Μ M 1,1 Λ Λ Λ T T 0, N T 1, N 2 2 Μ M 1, N M = jumlah citra yang diinput

11 N = panjang lebar dan panjang citra T = nilai intensitas dari piksel Γ = training set Data input yang diberikan kepada matrix ini ini akan berupa nilai rata-rata dari warna merah, biru dan hijau pada posisinya. Jika data sudah dimasukkan ke dalam satu baris variabel ini, maka pembacaan satu buah citra sudah berhasil. Untuk citra selanjutnya akan dilakukan dengan penggambaran proses yang serupa seperti di atas ini dan disimpan pada baris berikutnya. Pembacaan akan dilakukan terus sampai semua citra bitmap dan JPEG sudah dibaca semua. Pseudocode prosedur menghilangkan_warna_bernilai_nol mulai dari baris ke-0 sampai tinggi_gambar mulai dari kolom ke-0 sampai lebar_gambar mulai jika nilai piksel merah adalah 0, maka nilai piksel dirubah menjadi 1 jika nilai piksel hijau adalah 0, maka nilai piksel dirubah menjadi 1 jika nilai piksel biru adalah 0, maka nilai piksel dirubah menjadi 1 selesai

12 selesai selesai Prosedur rekursif1 Jika nilai piksel dikanan bukan nol maka Jika selisih nilai piksel dikanan dan nilai piksel saat ini dibawah 6 Buat nilai piksel saat ini menjadi nol Panggil prosedur rekursif1 Jika nilai piksel diatas bukan nol maka Jika selisih nilai piksel diatas dan nilai piksel saat ini dibawah 6 Buat nilai piksel saat ini menjadi nol Panggil prosedur rekursif1 Jika nilai piksel dikiri bukan nol maka

13 Jika selisih nilai piksel dikiri dan nilai piksel saat ini dibawah 6 Buat nilai piksel saat ini menjadi nol Panggil prosedur rekursif1 Jika nilai piksel dibawah bukan nol maka Jika selisih nilai piksel dikanan dan nilai piksel saat ini dibawah 6 Buat nilai piksel saat ini menjadi nol Panggil prosedur rekursif1 prosedur menghilangkan sudut Buat nilai piksel dikiri atas citra menjadi nol Panggil prosedur rekursif1 mulai dari bagian kiri atas citra Buat nilai piksel dikanan atas citra menjadi nol

14 Panggil prosedur rekursif1 mulai dari bagian kanan atas citra Buat nilai piksel dikanan bawah citra menjadi nol Panggil prosedur rekursif1 mulai dari bagian kanan bawah citra Buat nilai piksel dikiri bawah citra menjadi nol Panggil prosedur rekursif1 mulai dari bagian kiri bawah citra prosedur potong gambar Batas Kiri = lebar gambar Batas Kanan = 0 Batas Atas = 0 Batas Bawah = tinggi gambar dari baris ke-0 sampai tinggi_gambar_baru dari kolom ke-0 sampai lebar_gambar_baru Jika nilai piksel tidak Nol Jika batas kiri lebih besar posisi x piksel maka batas kiri = posisi x piksel Jika batas kanan lebih kecil posisi x piksel maka

15 batas kanan = posisi x piksel Jika batas atas lebih besar posisi y piksel maka batas atas = posisi y piksel Jika batas bawah lebih besar posisi y piksel maka batas bawah = posisi y piksel Jika batas kanan > batas kiri dan batas atas > batas bawah maka dari batas bawah sampai batas atas dari batas kiri sampai batas kanan Gambar baru = nilai piksel gambar lama Prosedur hitung besar blob

16 Jika Nilai piksel tidal nol Tambahkan nilai besar blob dengan 1 Panggil hitung besar blob lagi untuk posisi atas piksel sekarang Panggil hitung besar blob lagi untuk posisi kanan piksel sekarang Panggil hitung besar blob lagi untuk posisi bawah piksel sekarang Panggil hitung besar blob lagi untuk posisi kiri piksel sekarang Prosedur menghilangkan blob Jumlah Blob = 0 dari baris ke-0 sampai tinggi_gambar_baru dari kolom ke-0 sampai lebar_gambar_baru Jika nilai piksel tidak nol Set nilai besar blob = 0 Panggil Hitung besar blob Jika nilai besar blob < 1000 maka Hapus blob tersebut

17 Selain itu tambahkan jumlah Blob dengan 1 Jika Jumlah blob = 0 maka Dianggap tidak ada wajah Prosedur penipisan gambar dari baris ke-0 sampai tinggi_gambar_baru dari kolom ke-0 sampai lebar_gambar_baru jumlah = nilai piksel yang tidak bernilai nol disekitar piksel sekarang jika jumlah lebih banyak dari 4 maka nilai piksel sekarang = 0 prosedur ubah_ukuran_dengan_rasio mulai

18 delta_x = lebar_gambar_awal - lebar_yang_diinginkan delta_y = tinggi_gambar_awal - tinggi_yang_diinginkan jika delta_y lebih besar dari delta_x maka rasio = tinggi_gambar_awal / tinggi_yang_diinginkan selain itu rasio = lebar_gambar_awal / lebar_yang_diinginkan tinggi_gambar_baru = tinggi_gambar / rasio lebar_gambar_baru = lebar_gambar / rasio dari baris ke-0 sampai tinggi_gambar_baru mulai dari kolom ke-0 sampai lebar_gambar_baru mulai gambar_baru = gambar_awal (baris * rasio) dan (kolom * rasio) selesai selesai selesai prosedur ubah_ukuran_menjadi_100x100 mulai rasio_y = tinggi_gambar_awal / 100 rasio_x = lebar_gambar_awal / 100

19 tinggi_gambar_baru = 100 lebar_gambar_baru = 100 dari baris ke-0 sampai 100 mulai dari kolom ke-0 sampai 100 mulai gambar_baru = gambar_awal (baris * rasio_y) dan (kolom * rasio_x) selesai selesai selesai prosedur Deteksi wajah panggil ubah_ukuran_dengan_rasio panggil menghilangkan_warna_bernilai_nol panggil menghilangkan sudut panggil penipisan gambar panggil menghilangkan blob panggil potong gambar panggil ubah_ukuran_menjadi_100x100

20 Modul Pelatihan Wajah Modul ini akan berisi dengan tahapan yang dilakukan dalam proses eigenface. Perlu dipastikan bahwa data input benar-benar sudah ada, baru pelatihan akan bisa untuk digunakan. Data input ini baru akan didapat jika face detection sudah dijalankan. Proses kerja dari pelatihan ini dilakukan ketika tombol Training ditekan. Tombol ini digunakan untuk langsung melakukan pelatihan secara otomatis,menjalankan semua fungsi untuk pelatihan. Pada tahap terakhir dari deteksi wajah, nilai intensitas rata-rata warna merah, biru dan hijau disimpan ke dalam matrix input bagi pelatihan yang akan dilakukan. [ Γ Γ Γ ] Γ = M 1 2 M x N. Jadi nilai matrix ini yang akan menjadi data Γ = training set dari face detection, besarnya 2 M x N Langkah yang dilakukan selanjutnya menggunakan teknik PCA, dan mendapatkan nilai eigenface dan eigenspace merupakan tujuan dari pelatihan ini. Langkah pertama adalah menghitung besar rata-rata dari nilai masing masing piksel yang dipunya. Proses penambahan ini dilakukan dengan menjumlahkan masingmasing piksel pada setiap citranya dan dibagi dengan jumlah citra untuk didapatkan nilai rata-rata yang diinginkan. Proses ini dapat dilakukan dengan menggunakan rumus Ψ = 1 1 M i= 0 M Γ i... Γ = nilai citra yang ingin dilatih, berdimensi 2 1x N Ψ = nilai citra yang didapat dari pelatihan, berdimensi 2 M x N

21 M = jumlah banyaknya citra yang diinputkan ke dalam eigenface Sesudah kita mendapatkan nilai rata-rata dari semua citra, kita bisa membedakan masing-masing citra dari nilai rata-ratanya dengan menggunakan Φ i = Γ i Ψ Φ = nilai perbedaan dengan rata-rata citra, berdimensi Γ = nilai citra yang ingin dilatih, berdimensi 2 1x N Ψ = nilai citra yang didapat dari pelatihan, berdimensi 2 1x N 2 M x N Selanjutnya,hasil pembedaan dari masing-masing citra itu direpresentasikan kembali ke dalam sebuah array M x N² kembali, untuk digunakan dalam perhitungan covariance matrix. Perhitungan ini menggunakan rumus A [ Φ Φ Φ ] = M 1 C = A. A T Φ = nilai perbedaan dengan rata-rata citra, berdimensi 2 1x N A = vector yang akan mengelompokkan nilai perbedaan dengan rata-rata citra, berdimensi 2 M x N C = Covariance matrix, berdimensi N x N Selanjutnya akan dihitung nilai eigen dengan menggunakan Det χ ( Ι C) = 0 χ = nilai eigen, dimensi dari matrix berukuran Ι = matrix identitas C = covariance matrix 1 x N

22 Pada perhitungan nilai eigen ini, digunakan perangkat lunak Matlab. Sintaks menggunakan sintaks Χ = eig(c). X merupakan kembalian dari perhitungan eigen yang dilakukan. C akan digunakan sebagai data inputnya yang merupakan nilai dari covariance matrix yang didapatkan sebelumnya. Dan vektor eigen dengan ρ ( χ. Ι C ). χ = 0 χ = nilai eigen, dimensi berukuran N x N Ι = matrix identitas C = covariance matrix ρ χ = vector eigen Perhitungan vektor eigen ini juga akan menggunakan perangkat lunak Matlab. Sintaks yang digunakan sama dengan eig(c), tetapi diterima dengan matriks 2 dimensi, karena mau mengambil nilai vektor dari eigen dengan data input covariance matrix C. [ A, B] = eig( C) A = Vector eigen B = matriks diagonal vector eigen Hasil vektor eigen yang didapatkan ini yang nantinya akan diurutkan untuk mendapatkan ciri yang terbesar. Hasil pengurutan beberapa nilai terbesar akan berupa vektor akan dikalikan dengan training set awal untuk mendapatkan eigenface. Hasil dari 2 perkalian ini akan menghasilkan dimensi N x M. Dari nilai eigenface yang didapat, selanjutnya akan dihitung nilai eigenspace, dengan mengalikan kembali dengan nilai

23 training set awal yang sudah dikurangi nilai rata-rata. Nilai eigenspace yang didapat yang akan merepresentasikan semua citra yang dilatih. Pseudocode prosedure pelatihan jumlahkan matriks_data_input hitung rata_rata_citra dengan mengurangi dengan jumlah matriks_data_input hitung perbedaan_citra_dengan_rata dengan mengurangi matriks_data_input dengan rata_rata_citra hitung covariance_matrix dengan mengalikan perbedaan_citra_dengan_rata dengan perbedaan_citra_dengan_rata ubah covariance_matrix menjadi string_input_matlab jalankan matlab dan masukan perintah eig(string_input_matlab) ambil nilai_eigen dan vektor_eigen urutkan vektor_eigen dari terbesar sampai terkecil hitung eigenfaces dengan mengalikan vektor_eigen_terurut dengan perbedaan_citra_dengan_rata normalisasikan eigenfaces dengan menjadikan nilai dibawah 0 menjadi 0 hitung eigenspace dengan mengalikan eigenfaces dengan perbedaan_citra_dengan_rata selesai Modul Pengenalan Wajah

24 Modul ini hanya bisa digunakan ketika data sudah dilatih. Pada modul ini digunakan 2 buah tombol, 1 untuk memilih citra yang diinputkan, dan 1 lagi digunakan untuk melakukan perhitungan dengan menggunakan eucledian distance. Ketika tombol Open Picture ditekan, akan dibuka pilihan citra yang akan digunakan. Citra ini akan diproses dengan menggunakan proses yang serupa yang digunakan oleh deteksi wajah, agar data input dari citra ini akan berupa citra berupa wajah dan disimpan dalam vektor Γ. Untuk melakukan pengenalan, nilai vektor input yang mengandung data citra, akan diproses hanya sampai pengurangan dengan nilai rata-ratanya, tidak sampai pada perhitungan nilai eigenvektor baru. Maka cukup dengan mengurangkan data input baru terhadap nilai rata-rata citra dengan Φ new = Γ new Ψ pelatihan. Φ new = nilai perbedaan dengan rata-rata citra Γ new = nilai citra yang ingin akan dilatih Ψ = nilai rata-rata yang didapat dari proses pelatihan dan hasilnya dikalikan dengan nilai eigenfaces yang didapat dari proses Im agespace = EigenVector. Φ new Im agespace= nilai hasil weight matrix data input EigenVecto r = Vector hasil PCA yang sudah diurutkan Φ new = nilai perbedaan dengan rata-rata citra Hasil yang didapat dari perhitungan proses pengenalan, selanjutnya akan dibandingkan dengan masing-masing nilai eigenspace. Hasil perbedaan nilai yang

25 paling kecil ini merupakan citra yang paling mewakili citra yang diinputkan. Pembandingan yang dilakukan akan menggunakan eucledian distance. Procedure Proses citra dengan menggunakan resize ratio Buang citra yang melewati batas threshold warna dari nilai piksel Buang piksel yang mempunyai dimana mempunyai jumlah citra yang dibuang pada sekitarnya lebih dari 4 Buang besar blob yang kurang dari 1000 Proses citra dengan menggunakan resize 100x100 Hitung hasil_data_input_pengenalan dengan mengurangi nilai data input yang berupa citra dengan size 100x100 dengan rata_rata_citra didapat pada pelatihan Kalikan hasil_data_input_pengenalan dengan nilai eigenface Kurangi nilai hasil perkalian dengan nilai eigenspace Cari nilai paling minimal dan jadikan sebagai citra yang didapat

26 3.4 Diagram Alir Modul Alir proses kerja Program Gambar 1 Diagram Alir proses kerja

27 3.4.2 Alir modul deteksi wajah

28 Start Ada citra yang belum dibaca? YA Ubah ukuran citra menjadi 250 x 250 Dimulai dari bagian pojok citra, hapus warna yang memiliki sedikit perbedaan. Scan citra, hapus warna yang melebihi batas threshold yang ditentukan. TIDAK Lakukan thinning untuk menghilangkan noise Hitung ukuran blob yang tersisa, jika terlalu kecil, hapus. Blob yang tersisa digabung menjadi citra ukuran 100x100 End Gambar 2 Diagram alir modul deteksi wajah

29 3.4.3 Alir modul perhitungan eigenfaces Gambar 3 Diagram alir modul perhitungan eigenfaces

30 3.4.4 Alir modul pengenalan wajah Gambar 4 Diagram alir modul pengenalan wajah

31 3.5 Perancangan Layar Gambar 5 Rancangan layar form pendeteksian wajah Form ini digunakan sebagai user interface dalam proses pendeteksian wajah. Apabila tombol Load Picture ditekan, maka program akan secara otomatis membaca semua citra yang ada didalam folder images. Kemudian dari masing-masing citra tersebut akan dicari apakah terdapat ciri sebuah wajah. Apabila ditemukan, maka citra akan dimasukan kedalam matriks untuk nantinya menjadi hasil inputan bagi proses pelatihan wajah. Disini ditampilkan grafik keberhasilan pengenalan dan kegagalan. Keberhasilan pengenalan jika masih terdapat citra pada hasil face detection minimal 1. Kegagalan akan terjadi jika hasil face detection mendapatkan citra yang semua pikselnya diset menjadi

32 buangan. Hasil dari deteksi ditampilkan di atas grafik keberhasilan. Di kanan atas terdapat citra hasil dari face detection. Di kiri atas merupakan citra asli. Gambar 6 Rancangan layar form pelatihan wajah Form ini digunakan sebagai user interface dalam proses pelatihan wajah. Apabila tombol Training ditekan, maka program akan secara otomatis memproses data-data yang ada didalam matriks dari face detection. Program akan melakukan pembelajaran untuk nantinya digunakan dalam proses pengenalan wajah. Nilai keluaran dari proses pelatihan berupa nilai eigenfaces dan nilai eigenspace.

33 Gambar 7 Rancangan layar form pengenalan wajah Form ini digunakan sebagai user interface dengan proses pengenalan wajah. Tombol Open Picture berfungsi untuk memilih gambar yang ingin dikenali oleh program. Dan tombol Recognition digunakan untuk melakukan pengenalan wajah itu sendiri. Di pojok kiri atas terdapat citra yang sudah di resize ratio menjadi 200. Untuk pojok kanan atas terdapat citra hasil deteksi muka. Data keberhasilan pengenalan dicatat pada grafik. Untuk keberhasilan atau kegagalan pengenalan didapat pada catatan di pojok kanan bawah. Know as adalah hasil dari deteksi yang dikenali. Know as terdapat didalam catatan di pojok kanan bawah.

34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengembangan Sistem Pengenalan Wajah 2D

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengembangan Sistem Pengenalan Wajah 2D 30 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengembangan Sistem Pengenalan Wajah 2D Penelitian ini mengembangkan model sistem pengenalan wajah dua dimensi pada citra wajah yang telah disiapkan dalam

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. implementasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap perangkat keras dan

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. implementasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap perangkat keras dan BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Implementasi dan Evaluasi yang dilakukan penulis merupakan implementasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap perangkat keras dan perangkat lunak dari sistem secara keseluruhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tujuan tugas akhir ini akan membangun suatu model sistem yang

BAB III METODE PENELITIAN. Tujuan tugas akhir ini akan membangun suatu model sistem yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Pengembangan Tujuan tugas akhir ini akan membangun suatu model sistem yang melakukan proses data mulai dari pengolahan citra otak hingga menghasilkan output analisa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keakuratan dari penglihatan mesin membuka bagian baru dari aplikasi komputer.

BAB 1 PENDAHULUAN. keakuratan dari penglihatan mesin membuka bagian baru dari aplikasi komputer. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melihat perkembangan teknologi sekarang ini, penggunaan komputer sudah hampir menjadi sebuah bagian dari kehidupan harian kita. Semakin banyak muncul peralatan-peralatan

Lebih terperinci

TEKNIK PENGENALAN WAJAH DENGAN ALGORITMA PCA BERBASIS SELEKSI EIGENVECTOR

TEKNIK PENGENALAN WAJAH DENGAN ALGORITMA PCA BERBASIS SELEKSI EIGENVECTOR TEKNIK PENGENALAN WAJAH DENGAN ALGORITMA PCA BERBASIS SELEKSI EIGENVECTOR DWI ACHTI NOVIATUR R. 2208100656 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Wirawan, DEA (Ir. Hendra Kusuma, M.Eng) PIE Problem Representasi Citra

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Rancangan Perangkat Keras 3.1.1 Diagram Blok Sistem Rancangan perangkat keras dari aplikasi pengenalan wajah ini dapat dilihat pada diagram blok Gambar 3.1 sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI. perhitungan LSI dan juga interface yang akan dibuat oleh penulis.

BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI. perhitungan LSI dan juga interface yang akan dibuat oleh penulis. BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI Pada Bab ini, penulis akan membahas mengenai prosedur dan metodologi seperti perhitungan LSI dan juga interface yang akan dibuat oleh penulis. 3.1 Sistem CBIR Gambar 3.1 Sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C-

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C- 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Studi Pendahuluan Sebelumnya telah ada penelitian tentang sistem pengenalan wajah 2D menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C- Means dan jaringan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN 4.1 Analisa Analisa merupakan tahapan yang sangat penting dalam melakukan penelitian. Tahap analisa yaitu proses pembahasan persoalan atau permasalahan yang dilakukan sebelum

Lebih terperinci

Hasil Ekstraksi Algoritma Principal Component Analysis (PCA) untuk Pengenalan Wajah dengan Bahasa Pemograman Java Eclipse IDE

Hasil Ekstraksi Algoritma Principal Component Analysis (PCA) untuk Pengenalan Wajah dengan Bahasa Pemograman Java Eclipse IDE Hasil Ekstraksi Algoritma Principal Component Analysis (PCA) untuk Pengenalan dengan Bahasa Pemograman Java Eclipse IDE Fiqih Ismawan Dosen Program Studi Teknik Informatika, FMIPA Universitas Indraprasta

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Sistem Absensi Berbasis Webcam

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Sistem Absensi Berbasis Webcam BAB PEMBAHASAN.1 Sistem Absensi Berbasis Webcam Sistem absensi berbasis webcam adalah sistem yang melakukan absensi karyawan berdasarkan input citra hasil capture webcam. Sistem akan melakukan posting

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI Bab ini berisi analisis pengembangan program aplikasi pengenalan karakter mandarin, meliputi analisis kebutuhan sistem, gambaran umum program aplikasi yang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan dan algoritma yang akan digunakan pada sistem pengenalan wajah. Bagian yang menjadi titik berat dari tugas akhir

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Pengerjaan tugas akhir ini ditunjukkan dalam bentuk blok diagram pada gambar 3.1. Blok diagram ini menggambarkan proses dari sampel citra hingga output

Lebih terperinci

APLIKASI PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN METODE EIGENFACE DENGAN BAHASA PEMROGRAMAN JAVA

APLIKASI PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN METODE EIGENFACE DENGAN BAHASA PEMROGRAMAN JAVA APLIKASI PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN METODE EIGENFACE DENGAN BAHASA PEMROGRAMAN JAVA Anita T. Kurniawati dan Afrilyan Ruli Dwi Rama Teknik Informatika-ITATS, Jl. Arief Rahman Hakim 100 Surabaya Email:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori yang berkaitan dengan pemrosesan data untuk sistem pengenalan gender pada skripsi ini, meliputi cropping dan resizing ukuran citra, konversi citra

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1 Alat Penelitian a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Prosesor Intel (R) Atom (TM) CPU N550

Lebih terperinci

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Program Studi Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang Abstrak. Saat ini, banyak sekali alternatif dalam

Lebih terperinci

BAB 3 PENGENALAN KARAKTER DENGAN GABUNGAN METODE STATISTIK DAN FCM

BAB 3 PENGENALAN KARAKTER DENGAN GABUNGAN METODE STATISTIK DAN FCM BAB 3 PENGENALAN KARAKTER DENGAN GABUNGAN METODE STATISTIK DAN FCM 3.1 Gambaran Umum Gambar 3.1 Gambar Keseluruhan Proses Secara Umum 73 74 Secara garis besar, keseluruhan proses dapat dikelompokkan menjadi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Berikut adalah beberapa definisi dari citra, antara lain: rupa; gambar; gambaran (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Sebuah fungsi dua dimensi, f(x, y), di mana x dan y adalah

Lebih terperinci

PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN ALGORITMA EIGENFACE DAN EUCLIDEAN DISTANCE

PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN ALGORITMA EIGENFACE DAN EUCLIDEAN DISTANCE PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN ALGORITMA EIGENFACE DAN EUCLIDEAN DISTANCE Widodo Muda Saputra, Helmie Arif Wibawa, S.Si, M.Cs, dan Nurdin Bahtiar, S.Si, M.T Fakultas Sains dan Matematika, Jurusan Ilmu Komputer

Lebih terperinci

Jurnal String Vol.1 No.2 Tahun 2016 ISSN : PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS UNTUK SISTEM PENGENALAN WAJAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE EIGENFACE

Jurnal String Vol.1 No.2 Tahun 2016 ISSN : PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS UNTUK SISTEM PENGENALAN WAJAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE EIGENFACE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS UNTUK SISTEM PENGENALAN WAJAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE EIGENFACE Nunu Kustian Program Studi Teknik Informatika, Universitas Indraprasta PGRI Email: kustiannunu@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

Pengenalan Wajah dengan Metode Subspace LDA (Linear Discriminant Analysis)

Pengenalan Wajah dengan Metode Subspace LDA (Linear Discriminant Analysis) Pengenalan Wajah dengan Metode Subspace LDA (Linear Discriminant Analysis) Ratna Nur Azizah Jurusan Teknik Elektro FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Keputih-Sukolilo, Surabaya-60111

Lebih terperinci

BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI

BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI 3.1 Analisa Masalah Kemajuan teknologi di bidang multimedia, menuntut kemampuan sistem yang lebih baik dan lebih maju dari sebelumnya, sesuai dengan perkembangan teknologi.

Lebih terperinci

PENGENALAN WAJAH MANUSIA DENGAN METODE PRINCIPLE COMPONENT ANALYSIS (PCA)

PENGENALAN WAJAH MANUSIA DENGAN METODE PRINCIPLE COMPONENT ANALYSIS (PCA) ISSN: 1693-6930 177 PENGENALAN WAJAH MANUSIA DENGAN MEODE PRINCIPLE COMPONEN ANALYSIS (PCA) Murinto Program Studi eknik Informatika Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Kampus III UAD Jl Prof Dr. Supomo,

Lebih terperinci

Principal Component Analysis

Principal Component Analysis Perbandingan Ukuran Jarak pada Proses Pengenalan Wajah Berbasis Principal Component Analysis (PCA) Pembimbing: Dr.Ir.Wirawan, DEA (Ir. Hendra Kusuma, M.Eng) Nimas Setya Yaniar 2208.100.616 POSE (posisi

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisis Masalah Dalam mengetahui suatu bahan jenis kulit cukup sulit karena bahan jenis kulit memeliki banyak jenis. Setiap permukaan atau tekstur dari setiap jenisnya

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pada bab ini dibahas mengenai implementasi serta evaluasi terhadap metode transformasi wavelet dalam sistem pengenalan sidik jari yang dirancang. Untuk mempermudah evaluasi,

Lebih terperinci

APLIKASI DETEKSI MIKROKALSIFIKASI DAN KLASIFIKASI CITRA MAMMOGRAM BERBASIS TEKSTUR SEBAGAI PENDUKUNG DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA

APLIKASI DETEKSI MIKROKALSIFIKASI DAN KLASIFIKASI CITRA MAMMOGRAM BERBASIS TEKSTUR SEBAGAI PENDUKUNG DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA APLIKASI DETEKSI MIKROKALSIFIKASI DAN KLASIFIKASI CITRA MAMMOGRAM BERBASIS TEKSTUR SEBAGAI PENDUKUNG DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA Yusti Fitriyani Nampira 50408896 Dr. Karmilasari Kanker Latar Belakang Kanker

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Dalam pengerjaan tugas akhir ini memiliki tujuan untuk mengektraksi

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Dalam pengerjaan tugas akhir ini memiliki tujuan untuk mengektraksi BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Model Pengembangan Dalam pengerjaan tugas akhir ini memiliki tujuan untuk mengektraksi fitur yang terdapat pada karakter citra digital menggunakan metode diagonal

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM Program aplikasi ini dirancang dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft Visual C# 2008 Express Edition. Proses perancangan menggunakan pendekatan Object Oriented

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Tulisan Tangan angka Jawa Digitalisasi Pre-Processing ROI Scalling / Resize Shadow Feature Extraction Output Multi Layer Perceptron (MLP) Normalisasi

Lebih terperinci

KLASIFIKASI BUNGA EUPHORBIA BERDASARKAN KELOPAK DENGAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (PCA)

KLASIFIKASI BUNGA EUPHORBIA BERDASARKAN KELOPAK DENGAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (PCA) KLASIFIKASI BUNGA EUPHORBIA BERDASARKAN KELOPAK DENGAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (PCA) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Komputer (S.Kom.) Pada Program

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 68 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Algoritma Pengujian dilakukan untuk mendapatkan algoritma yang paling optimal dari segi kecepatan dan tingkat akurasi yang dapat berjalan secara real time pada smartphone

Lebih terperinci

Menurut Ming-Hsuan, Kriegman dan Ahuja (2002), faktor-faktor yang mempengaruhi sebuah sistem pengenalan wajah dapat digolongkan sebagai berikut:

Menurut Ming-Hsuan, Kriegman dan Ahuja (2002), faktor-faktor yang mempengaruhi sebuah sistem pengenalan wajah dapat digolongkan sebagai berikut: BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini akan menjelaskan berbagai landasan teori yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini dan menguraikan hasil studi literatur yang telah dilakukan penulis. Bab ini terbagi

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Perancangan Sistem Neural Network di Matlab Gambar 3.1 Blok Diagram Perancangan Sistem Neural network 3.1.1 Training Neural Network Untuk pelatihan neural network penulis lebih

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Citra wajah manusia, Principal Component Analysis (PCA), Eigenfaces, Euclidean Distance. ABSTRACT

ABSTRAK. Kata kunci: Citra wajah manusia, Principal Component Analysis (PCA), Eigenfaces, Euclidean Distance. ABSTRACT 16 Dielektrika, ISSN 2086-9487 Vol. 1, No. 1 : 16-23 Pebruai, 2014 EKSTRAKSI CIRI WAJAH MANUSIA MENGGUNAKAN ALGORITMA PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (PCA) UNTUK SISTEM PENGENALAN WAJAH [Feature Extraction

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN 44 BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN 3.1 Analisa Analisa yang dilakukan terdiri dari : a. Analisa terhadap permasalahan yang ada. b. Analisa pemecahan masalah. 3.1.1 Analisa Permasalahan Pengenalan uang kertas

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisa Program Aplikasi Dalam proses identifikasi karakter pada plat nomor dan tipe kendaraan banyak menemui kendala. Masalah-masalah yang ditemui adalah proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Home security saat ini sudah menjadi kebutuhan setiap pemilik rumah yang menginginkan tingkat keamanan yang baik. Salah satu sistem keamanan konvensional yang masih

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada BAB ini, penulis ingin membahas mengenai perencanaan dan implementasi dari Aplikasi tersebut, antara lain Flowchart dari sistem tersebut dan struktur data yang terdapat

Lebih terperinci

APLIKASI PENGENALAN DAUN UBI JALAR UNTUK JENIS UBI JALAR UNGU, MERAH, PUTIH DAN KUNING MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

APLIKASI PENGENALAN DAUN UBI JALAR UNTUK JENIS UBI JALAR UNGU, MERAH, PUTIH DAN KUNING MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS APLIKASI PENGENALAN DAUN UBI JALAR UNTUK JENIS UBI JALAR UNGU, MERAH, PUTIH DAN KUNING MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

Bab III ANALISIS&PERANCANGAN

Bab III ANALISIS&PERANCANGAN 3.1 Analisis Masalah Bab III ANALISIS&PERANCANGAN Pada penelitian sebelumnya yaitu ANALISIS CBIR TERHADAP TEKSTUR CITRA BATIK BERDASARKAN KEMIRIPAN CIRI BENTUK DAN TEKSTUR (A.Harris Rangkuti, Harjoko Agus;

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SISTEM. Sistem absensi berbasis webcam adalah sistem yang melakukan absensi anggota

BAB III ANALISIS SISTEM. Sistem absensi berbasis webcam adalah sistem yang melakukan absensi anggota BAB III ANALISIS SISTEM 3.1. Sistem Absensi Berbasis Webcam Sistem absensi berbasis webcam adalah sistem yang melakukan absensi anggota berdasarkan input citra hasil capture webcam. Sistem akan melakukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Uang Kertas Rupiah Uang Rupiah Kertas adalah Uang Rupiah dalam bentuk lembaran yang terbuat dari Kertas Uang yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, dimana penggunaannya dilindungi

Lebih terperinci

SISTEM REKOGNISI KARAKTER NUMERIK MENGGUNAKAN ALGORITMA PERCEPTRON

SISTEM REKOGNISI KARAKTER NUMERIK MENGGUNAKAN ALGORITMA PERCEPTRON 30 BAB IV SISTEM REKOGNISI KARAKTER NUMERIK MENGGUNAKAN ALGORITMA PERCEPTRON 4.1 Gambaran Umum Sistem Diagram sederhana dari program yang dibangun dapat diilustrasikan dalam diagram konteks berikut. Gambar

Lebih terperinci

Oleh: Riza Prasetya Wicaksana

Oleh: Riza Prasetya Wicaksana Oleh: Riza Prasetya Wicaksana 2209 105 042 Pembimbing I : Dr. I Ketut Eddy Purnama, ST., MT. NIP. 196907301995121001 Pembimbing II : Muhtadin, ST., MT. NIP. 198106092009121003 Latar belakang Banyaknya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra (image) sebagai salah satu komponen multimedia memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Citra mempunyai karakteristik yang tidak dimiliki oleh

Lebih terperinci

JURNAL PENGKLASIFIKASIAN GENDER DENGAN MENENTUKAN TITIK-TITIK PENTING PADA SISTEM PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN MATLAB 6.5 DISUSUN OLEH: FARIDA

JURNAL PENGKLASIFIKASIAN GENDER DENGAN MENENTUKAN TITIK-TITIK PENTING PADA SISTEM PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN MATLAB 6.5 DISUSUN OLEH: FARIDA JURNAL PENGKLASIFIKASIAN GENDER DENGAN MENENTUKAN TITIK-TITIK PENTING PADA SISTEM PENGENALAN WAJAH 1. ABSTRAKSI MENGGUNAKAN MATLAB 6.5 DISUSUN OLEH: FARIDA Pengenalan wajah manusia dengan menggunakan sistem

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Penentuan Masalah Penelitian Masalah masalah yang dihadapi oleh penggunaan identifikasi sidik jari berbasis komputer, yaitu sebagai berikut : 1. Salah satu masalah dalam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini menjelaskan landasan teori dari metode yang digunakan dalam proses pengenalan wajah, yaitu terdiri atas: metode Eigenface, dan metode Jarak Euclidean. Metode Eigenface digunakan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK

BAB 3 PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK A 3 PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK Pada bab ini diuraikan mengenai perancangan perangkat lunak untuk implementasi aplikasi pengenalan obyek tiga dimensi dengan metode Subclass Discriminant Analysis (SDA).

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB II Tinjauan Pustaka 23 BAB II Tinjauan Pustaka II.1. Pengolahan Citra Digital Citra yang diperoleh dari lingkungan masih terdiri dari warna yang sangat komplek sehingga masih diperlukan proses lebih lanjut agar image tersebut

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PROGRAM APLIKASI HANDS RECOGNIZER

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PROGRAM APLIKASI HANDS RECOGNIZER BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PROGRAM APLIKASI HANDS RECOGNIZER Dalam analisis dan perancangan sistem program aplikasi ini, disajikan mengenai analisis kebutuhan sistem yang digunakan, diagram

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Bab ini menjelaskan mengenai tahapan analisis dan perancangan sistem yang akan dikembangkan, yaitu Sistem Identifikasi Buron. Bab ini terbagi atas 5 bagian yang

Lebih terperinci

APLIKASI IDENTIFIKASI ISYARAT TANGAN SEBAGAI PENGOPERASIAN E-KIOSK

APLIKASI IDENTIFIKASI ISYARAT TANGAN SEBAGAI PENGOPERASIAN E-KIOSK APLIKASI IDENTIFIKASI ISYARAT TANGAN SEBAGAI PENGOPERASIAN E-KIOSK Wiratmoko Yuwono Jurusan Teknologi Informasi Politeknik Elektronika Negeri Surabaya-ITS Jl. Raya ITS, Kampus ITS, Sukolilo Surabaya 60111

Lebih terperinci

3 BAB III METODE PENELITIAN

3 BAB III METODE PENELITIAN 20 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode penelitian Penenelitian ini merupakan penelitian eksperimen, dengan melalui beberapa tahapan sebagai berikut : 1. Pengumpulan data Tahapan ini merupakan langkah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PENGUJIAN. telah dibuat. Pengujian yang dilakukan adalah menguji proses region of interest

BAB IV HASIL DAN PENGUJIAN. telah dibuat. Pengujian yang dilakukan adalah menguji proses region of interest BAB IV HASIL DAN PENGUJIAN Bab ini menjelaskan tentang seluruh hasil pengujian dari aplikasi yang telah dibuat. Pengujian yang dilakukan adalah menguji proses region of interest (ROI) yaitu suatu proses

Lebih terperinci

FACE RECOGNITION MENGGUNAKAN METODE TWO- DIMENSIONAL PRINCIPAL COMPONENTS ANALYSIS (2DPCA) ABSTRAK

FACE RECOGNITION MENGGUNAKAN METODE TWO- DIMENSIONAL PRINCIPAL COMPONENTS ANALYSIS (2DPCA) ABSTRAK FACE RECOGNITION MENGGUNAKAN METODE TWO- DIMENSIONAL PRINCIPAL COMPONENTS ANALYSIS (2DPCA) Kurnia Novita Mutu (0722029) Jurusan Teknik Elektro email: mutunia@gmail.com ABSTRAK Perkembangan biometrik pada

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisis Permasalahan Tahapan analisis terhadap suatu sistem dilakukan sebelum masuk ke tahapan perancangan. Tujuan dilakukannya analisis terhadap suatu sistem

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kamera web (singkatan dari web dan camera) merupakan sebuah media

BAB II LANDASAN TEORI. Kamera web (singkatan dari web dan camera) merupakan sebuah media BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Webcam Kamera web (singkatan dari web dan camera) merupakan sebuah media yang berorientasi pada image dan video dengan resolusi tertentu. Umumnya webcam adalah sebuah perngkat

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA MENGGUNAKAN METODE KECERAHAN CITRA KONTRAS DAN PENAJAMAN CITRA DALAM MENGHASILKAN KUALITAS GAMBAR

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA MENGGUNAKAN METODE KECERAHAN CITRA KONTRAS DAN PENAJAMAN CITRA DALAM MENGHASILKAN KUALITAS GAMBAR TEKNIK PENGOLAHAN CITRA MENGGUNAKAN METODE KECERAHAN CITRA KONTRAS DAN PENAJAMAN CITRA DALAM MENGHASILKAN KUALITAS GAMBAR Zulkifli Dosen Tetap Fakultas Ilmu Komputer Universitas Almuslim Email : Zulladasicupak@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Dalam pengerjaan perancangan dan pembuatan aplikasi pengenalan karakter alfanumerik JST algoritma Hopfield ini menggunakan software Borland Delphi 7.0. 3.1 Alur Proses Sistem

Lebih terperinci

Pengenalan wajah dengan algorithma Eigen Face Oleh: Hanif Al Fatta

Pengenalan wajah dengan algorithma Eigen Face Oleh: Hanif Al Fatta Pengenalan wajah dengan algorithma Eigen Face Oleh: Hanif Al Fatta Abstraksi Pengenalan wajah (face recognition) yang merupakan salah satu penerapan image processing, kini telah dipakai untuk banyak aplikasi.

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Perancangan sistem dimulai dari penempatan posisi kamera dengan posisi yang

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Perancangan sistem dimulai dari penempatan posisi kamera dengan posisi yang 23 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Deskripsi Sistem Perancangan sistem dimulai dari penempatan posisi kamera dengan posisi yang sesuai kemudian dihubungkan dengan komputer yang akan mengolah gambar seperti

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengolahan Citra Pengolahan citra (image processing) merupakan proses untuk mengolah pixel-pixel dalam citra digital untuk tujuan tertentu. Beberapa alasan dilakukan pengolahan

Lebih terperinci

Penerapan Metode Phase Congruency Image (PCI) dalam Pengenalan Citra Wajah secara Otomatis

Penerapan Metode Phase Congruency Image (PCI) dalam Pengenalan Citra Wajah secara Otomatis Penerapan Metode Phase Congruency Image (PCI) dalam Pengenalan Citra Wajah secara Otomatis Puspita Ayu Ningsih Putri. SY, Wirawan, Hendra Kusuma Jurusan Teknik Elektro FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

PENGENALAN PLAT NOMOR KENDARAAN MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS DAN SUPPORT VECTOR MACHINE BERBASIS PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

PENGENALAN PLAT NOMOR KENDARAAN MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS DAN SUPPORT VECTOR MACHINE BERBASIS PENGOLAHAN CITRA DIGITAL PENGENALAN PLAT NOMOR KENDARAAN MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS DAN SUPPORT VECTOR MACHINE BERBASIS PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Silviana Utari, Tjut Awaliyah, M.Kom, Irma Anggraeni, M.Kom

Lebih terperinci

SAMPLING DAN KUANTISASI

SAMPLING DAN KUANTISASI SAMPLING DAN KUANTISASI Budi Setiyono 1 3/14/2013 Citra Suatu citra adalah fungsi intensitas 2 dimensi f(x, y), dimana x dan y adalahkoordinat spasial dan f pada titik (x, y) merupakan tingkat kecerahan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN PROGRAM. dilanjutkan dengan rancangan cetak biru untuk program yang akan dibangun.

BAB 3 PERANCANGAN PROGRAM. dilanjutkan dengan rancangan cetak biru untuk program yang akan dibangun. BAB 3 PERANCANGAN PROGRAM Pada bab 3 ini, akan dijelaskan proses rancangan program aplikasi pengurangan noise pada citra digital. Dimulai dari analisa kebutuhan sistem yang akan dirancang, dilanjutkan

Lebih terperinci

UJI KINERJA FACE RECOGNITION MENGGUNAKAN EIGENFACES

UJI KINERJA FACE RECOGNITION MENGGUNAKAN EIGENFACES 1 Uji Kinerja Face Recognition Menggunakan Eigenfaces UJI KINERJA FACE RECOGNITION MENGGUNAKAN EIGENFACES ABDUL AZIS ABDILLAH 1 1STKIP Surya, Tangerang, Banten, abdillah.azul@gmail.com Abstrak. Pada paper

Lebih terperinci

PENGENALAN POLA TANDA TANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (PCA)

PENGENALAN POLA TANDA TANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (PCA) PENGENALAN POLA TANDA TANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (PCA) Riza Firdaus Ardiansyah NIM : A11.2009.05106 Program Studi Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer Universitas

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE KDDA MENGGUNAKAN KERNEL RBF, KERNEL POLINOMIAL DAN METODE PCA UNTUK PENGENALAN WAJAH AKIBAT VARIASI PENCAHAYAAN ABSTRAK

PERBANDINGAN METODE KDDA MENGGUNAKAN KERNEL RBF, KERNEL POLINOMIAL DAN METODE PCA UNTUK PENGENALAN WAJAH AKIBAT VARIASI PENCAHAYAAN ABSTRAK PERBANDINGAN METODE KDDA MENGGUNAKAN KERNEL RBF, KERNEL POLINOMIAL DAN METODE PCA UNTUK PENGENALAN WAJAH AKIBAT VARIASI PENCAHAYAAN Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Jl. Prof. Drg. Suria Sumantri

Lebih terperinci

PENGAMAN RUMAH DENGAN SISTEM FACE RECOGNITION SECARA REAL TIME MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

PENGAMAN RUMAH DENGAN SISTEM FACE RECOGNITION SECARA REAL TIME MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS PENGAMAN RUMAH DENGAN SISTEM FACE RECOGNITION SECARA REAL TIME MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS Sinar Monika 1, Abdul Rakhman 1, Lindawati 1 1 Program Studi Teknik Telekomunikasi, Jurusan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE SPEED UP FEATURES DALAM MENDETEKSI WAJAH

IMPLEMENTASI METODE SPEED UP FEATURES DALAM MENDETEKSI WAJAH IMPLEMENTASI METODE SPEED UP FEATURES DALAM MENDETEKSI WAJAH Fitri Afriani Lubis 1, Hery Sunandar 2, Guidio Leonarde Ginting 3, Lince Tomoria Sianturi 4 1 Mahasiswa Teknik Informatika, STMIK Budi Darma

Lebih terperinci

SISTEM PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN WEBCAM UNTUK ABSENSI DENGAN METODE TEMPLATE MATCHING

SISTEM PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN WEBCAM UNTUK ABSENSI DENGAN METODE TEMPLATE MATCHING SISTEM PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN WEBCAM UNTUK ABSENSI DENGAN METODE TEMPLATE MATCHING Mohamad Aditya Rahman, Ir. Sigit Wasista, M.Kom Jurusan Teknik Elektronika, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDETEKSI UANG LOGAM DENGAN METODE EUCLIDEAN

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDETEKSI UANG LOGAM DENGAN METODE EUCLIDEAN Jurnal Teknik Informatika Vol. 1 September 2012 1 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDETEKSI UANG LOGAM DENGAN METODE EUCLIDEAN Wahyu Saputra Wibawa 1, Juni Nurma Sari 2, Ananda 3 Program Studi

Lebih terperinci

pbab 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM APLIKASI uji coba terhadap program aplikasi pengenalan plat nomor kendaraan roda empat ini,

pbab 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM APLIKASI uji coba terhadap program aplikasi pengenalan plat nomor kendaraan roda empat ini, pbab 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM APLIKASI Bab ini berisi penjelasan tentang implementasi sistem meliputi kebutuhan perangkat lunak dan perangkat keras yang digunakan untuk melakukan perancangan

Lebih terperinci

PENGENALAN BILANGAN ARAB MENGGUNAKAN TEMPLATE MATCHING

PENGENALAN BILANGAN ARAB MENGGUNAKAN TEMPLATE MATCHING Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) PENGENALAN BILANGAN ARAB MENGGUNAKAN TEMPLATE MATCHING Muhammad Hanif Dwiadi¹, Sofia Naning Hertiana², Gelar Budiman³ ¹Teknik Telekomunikasi,, Universitas Telkom Abstrak

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Implementasi 4.1.1 Spesifikasi Sistem Spesifikasi yang digunakan dalam menjalankan sistem kontrol akses berbasis real time face recognition dan gender information ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Perancangan perangkat lunak dari sistem biometrik sidik jari dibuat dibagi menjadi 2 module utama yakni : module enhencement sidik jari berikut aplikasi penyimpanan kedalam database

Lebih terperinci

BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM

BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM Bab ini akan membahas mengenai proses implementasi dari metode pendeteksian paranodus yang digunakan dalam penelitian ini. Bab ini terbagai menjadi empat bagian, bagian 3.1 menjelaskan

Lebih terperinci

Pengembangan Perangkat Lunak untuk Pengenalan Wajah dengan Filter Gabor Menggunakan Algoritma Linear Discriminant Analysis (LDA)

Pengembangan Perangkat Lunak untuk Pengenalan Wajah dengan Filter Gabor Menggunakan Algoritma Linear Discriminant Analysis (LDA) Pengembangan Perangkat Lunak untuk Pengenalan Wajah dengan Filter Gabor Menggunakan Algoritma Linear Discriminant Analysis (LDA) Erma Rachmawati Jurusan Teknik Elektro- FTI, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Daun Daun adalah salah satu organ pada tumbuhan yang memiliki peranan sangat penting dalam keberlangsungan hidup tumbuhan tersebut. Hal ini dikarenakan tumbuhan merupakan organisme

Lebih terperinci

PENGENALAN WAJAH DENGAN METODE TEMPLATE MATCHING SEBAGAI SISTEM STARTER SEPEDA MOTOR BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 16 Oleh : Margito Hermawan

PENGENALAN WAJAH DENGAN METODE TEMPLATE MATCHING SEBAGAI SISTEM STARTER SEPEDA MOTOR BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 16 Oleh : Margito Hermawan PENGENALAN WAJAH DENGAN METODE TEMPLATE MATCHING SEBAGAI SISTEM STARTER SEPEDA MOTOR BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 16 Oleh : Margito Hermawan 6907040024 Fajar Indra 6907040026 ABSTRACT Face recognition

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR DAN METODOLOGI. Pada bab ini kita akan melihat masalah apa yang masih menjadi kendala

BAB III PROSEDUR DAN METODOLOGI. Pada bab ini kita akan melihat masalah apa yang masih menjadi kendala 52 BAB III PROSEDUR DAN METODOLOGI 3.1 ANALISA MASALAH Pada bab ini kita akan melihat masalah apa yang masih menjadi kendala melakukan proses retrival citra dan bagaimana solusi untuk memecahkan masalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Citra, Pengolahan Citra, dan Pengenalan Pola Citra dapat dijelaskan sebagai dua dimensi dari fungsi f(x,y) dimana x dan y tersebut adalah sebuah koordinat pada bidang

Lebih terperinci

PENDETEKSI TEMPAT PARKIR MOBIL KOSONG MENGGUNAKAN METODE CANNY

PENDETEKSI TEMPAT PARKIR MOBIL KOSONG MENGGUNAKAN METODE CANNY PENDETEKSI TEMPAT PARKIR MOBIL KOSONG MENGGUNAKAN METODE CANNY Minati Yulianti 1, Cucu Suhery 2, Ikhwan Ruslianto 3 [1] [2] [3] Jurusan Sistem Komputer, Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura Jl. Prof.

Lebih terperinci

PENGENALAN SESEORANG MENGGUNAKAN CITRA GARIS TANGAN

PENGENALAN SESEORANG MENGGUNAKAN CITRA GARIS TANGAN PENGENALAN SESEORANG MENGGUNAKAN CITRA GARIS TANGAN Bagus Fadzerie Robby 1), Resty Wulanningrum 2) 1), 2) Universitas Nusantara PGRI Kediri 1), 2) Jl. KH. Achmad Dahlan 76, Kediri, Jawa Timur 64112 Email

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN APLIKASI PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN METODE EIGENFACE YANG BERORIENTASI PADA PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (PCA)

RANCANG BANGUN APLIKASI PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN METODE EIGENFACE YANG BERORIENTASI PADA PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (PCA) RANCANG BANGUN APLIKASI PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN METODE EIGENFACE YANG BERORIENTASI PADA PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (PCA) Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

Aplikasi Principle Component Analysis (PCA) Untuk Mempercepat Proses Pendeteksian Obyek Pada Sebuah Image

Aplikasi Principle Component Analysis (PCA) Untuk Mempercepat Proses Pendeteksian Obyek Pada Sebuah Image Aplikasi Principle Component Analysis (PCA) Untuk Mempercepat Proses Pendeteksian Obyek Pada Sebuah Image Liliana Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri Universitas Kristen Petra, Surabaya

Lebih terperinci

FUZZY-NEURO LEARNING VECTOR QUANTIZATION (FNLVQ)

FUZZY-NEURO LEARNING VECTOR QUANTIZATION (FNLVQ) BAB 2 FUZZY-NEURO LEARNING VECTOR QUANTIZATION (FNLVQ) Bab ini akan menjelaskan algoritma pembelajaran FNLVQ konvensional yang dipelajari dari berbagai sumber referensi. Pada bab ini dijelaskan pula eksperimen

Lebih terperinci

Sistem Pengenal Wajah Manusia untuk Personalisasi Perintah pada Robot

Sistem Pengenal Wajah Manusia untuk Personalisasi Perintah pada Robot Sistem Pengenal Wajah Manusia untuk Personalisasi Perintah pada Robot Mara Nugraha Teknik Informatika Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya 100, Depok maranugraha@sta.gunadarma.ac.id Abstrak Pengenalan

Lebih terperinci

PERANGKAT LUNAK PERBAIKAN KUALITAS CITRA DIGITAL MODEL RGB DAN IHS DENGAN OPERASI PENINGKATAN KONTRAS

PERANGKAT LUNAK PERBAIKAN KUALITAS CITRA DIGITAL MODEL RGB DAN IHS DENGAN OPERASI PENINGKATAN KONTRAS PERANGKAT LUNAK PERBAIKAN KUALITAS CITRA DIGITAL MODEL RGB DAN IHS DENGAN OPERASI PENINGKATAN KONTRAS Tole Sutikno, Kartika Firdausy, Eko Prasetyo Center for Electrical Engineering Research and Solutions

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis Permasalahan Aplikasi ini tergolong sebagai sistem kecerdasan buatan karena akan menggantikan peran seseorang yang mampu mengenali ekspresi wajah. Tiga ekspresi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Persiapan Tahap persiapan merupakan tahapan penting dalam penelitian ini. Proses persiapan data ini berpengaruh pada hasil akhir penelitian. Persiapan yang dilakukan meliputi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESKRIPSI ALAT Perhitungan benih ikan dengan image processing didasarkan pada luas citra benih ikan. Pengambilan citra menggunakan sebuah alat berupa wadah yang terdapat kamera

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi komputer sekarang sangat pesat, ini ditandai dengan hampir semua pengolahan data dan informasi telah dilakukan dengan komputer. Hal ini diakibatkan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN 3.1 Analisa Sistem Tahapan analisa merupakan tahapan awal dalam perekayasaan perangkat lunak. Pada tahapan ini menjelaskan apa yang dilakukan sistem, siapa yang menggunakannya

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PROGRAM PENGOLAHAN CITRA BIJI KOPI Citra biji kopi direkam dengan menggunakan kamera CCD dengan resolusi 640 x 480 piksel. Citra biji kopi kemudian disimpan dalam file dengan

Lebih terperinci