POTENSI ENERGI ANGIN DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI, PROVINSI SUMATERA UTARA THE WIND ENERGY POTENCY IN SERDANG BEDAGAI, NORTH SUMATERA
|
|
- Surya Budiaman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan Vol. 14 No. 1 Juni 2015 : ISSN POTENSI ENERGI ANGIN DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI, PROVINSI SUMATERA UTARA THE WIND ENERGY POTENCY IN SERDANG BEDAGAI, NORTH SUMATERA Dian G. Cendrawati, Hari Soekarno, Syaiful Nasution Puslitbangtek Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi Jl.Ciledug Raya Kav 109, Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan galuh.cendrawati@gmail.com Abstrak Pemanfaatan energi terbarukan setempat mendapat tempat tersendiri di dalam cetak biru pemerintah daerah. Jika hal tersebut diimplementasikan maka harus didukung oleh ketersediaan data beserta analisa kelayakannya. Namun di sisi lain keterbatasan sumber daya manusia seringkali menghambat pemenuhan akan kebutuhan ini. Tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah memberikan analisa mengenai potensi energi angin di daerah Serdang Bedagai, Provinsi Sumatra Utara. Penentuan titik lokasi pengukuran kecepatan dan arah angin dilakukan di Desa Sentang, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai pada koordinat N dan E. Pengukuran dilakukan selama 12 bulan dengan waktu sampling rata-rata setiap 10 menit-an, pada ketinggian alat ukur 20m, 30m dan 50m. Data kemudian di ekstrak dengan menggunakan perangkat lunak NOMAD Desktop sebagai analisa statistikal dan kemudian dilakukan simulasi modeling dengan menggunakan perangkat lunak WAsP sebagai ekstrapolasi horisontal sejauh radius 10 km untuk mengetahui potensi energi angin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi energi angin yang dipunyai oleh Kabupaten Serdang Bedagai adalah watt/m 2. Kata kunci: potensi energi angin, serdang bedagai, kecepatan rata-rata angin Abstract The usage of renewable energy resources has declared in the blue print of its local government policy. It must be supported by reliable data and the feasibility study of them, but the human resources competency reach the limitation for the demand growing. This research gives analysis for the wind energy potency in Serdang Bedagai, North Sumatera. The met mast had been located in the Sentang village, Teluk Mengkudu, by coordinat N and E. The measurement has been done for 12 months with 10 minutes mean sampling time at 20m, 30m, and 50m height. By using NOMAD Desktop software, the datas will be shown in the statistical graphs. The modelling has been proceed by WAsP software and give us horizontal extrapoplation in the 10 km radius from the met mast for the wind energy potency. It shows that Serdang Bedagai has power density in the range of watt/m 2. Keywords: wind energy potency, serdang bedagai, mean wind speed Diterima : 10 Juni 2014, direvisi : 16 Februari 2015, disetujui terbit : 28 Mei
2 Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan Vol. 14 No. 1 Juni 2015 : PENDAHULUAN Kebutuhan energi di Indonesia khususnya dan di dunia pada umumnya terus meningkat. Pola peningkatan tersebut dipengaruhi oleh pertambahan penduduk, pertumbuhan ekonomi dan pola konsumsi energi masyarakat yang belum mempertimbangkan penghematan pemakaian energi. Di sisi lain, ketersediaan energi fosil yang selama ini menjadi sumber energi utama semakin menipis. [1] Energi angin merupakan salah satu energi terbarukan yang berkembang pesat di dunia. Pemanfaatan energi angin yang telah dijumpai antara lain: untuk pemompaan air dalam sistem irigasi, pembangkit listrik, pengering, aerasi tambak ikan/udang dan lainlain. Pemanfaatan energi angin dapat dilakukan diberbagai wilayah, baik di area landai maupun dataran tinggi, bahkan dapat diterapkan di laut. [3] Berdasarkan data Global Wind Energy Council (GWEC), kapasitas terpasang Pembangkit Listrik Tenaga Angin di dunia tahun 2010 sebesar 194,4 GW, jauh meningkat dibandingkan tahun 1996 yang baru sebesar 6,1 GW. [5] Sementara itu, pemanfaatan energi angin di Indonesia belum mendapat perhatian. Berdasarkan data Ditjen EBTKE tahun 2012, total kapasitas terpasang dalam sistem konversi angin baru sebesar 2,731 MW. [6] Hal ini karena beberapa kendala; seperti: karena sering dianggap belum kompetitif dibandingkan energi fosil, belum tersedianya data potensi sumber daya yang lengkap, masih terbatasnya kajian/studi yang dilakukan, akses masyarakat terhadap energi yang masih rendah dan masih kurangnya peranan pemerintah. Pada dasarnya, angin terjadi karena perbedaan suhu antara udara panas dan udara dingin. Di daerah khatulistiwa, udara menjadi panas dan mengembang menjadi ringan, naik ke atas dan bergerak ke arah yang lebih dingin. Sebaliknya, di daerah kutub yang dingin, udara menjadi dingin dan turun ke bawah. Akibatnya, terjadi perputaran udara oleh perpindahan udara dari kutub utara ke garis katulistiwa menyusuri permukaan bumi dan, sebaliknya, terjadi perpindahan udara dari khatulistiwa kembali ke kutub utara, melalui lapisan udara yang lebih tinggi. [3] Walaupun pemanfaatan energi angin dapat dilakukan dimana saja, daerah-daerah yang memiliki potensi angin yang tinggi tetap perlu diidentifikasi agar pemanfaatan energi angin lebih kompetitif dibandingkan dengan energi alternatif lainnya. [6] Data akurat mengenai potensi energi angin di lokasi target merupakan salah satu faktor penting untuk dapat memanfaatkan sumber energi angin secara ekonomis dan efisien, mengingat angin adalah gejala alam yang berfluktuasi. Data penting yang dibutuhkan meliputi kecepatan dan arah angin pada lokasi target selama jangka waktu minimal 1 tahun serta data metereologi daerah sekitar. Tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah memberikan analisa mengenai potensi energi angin di daerah Serdang Bedagai, Provinsi Sumatra Utara berdasarkan hasil pengukuran kecepatan angina pada ketinggian 20m, 30m dan 50m selama 12 bulan. 16
3 Potensi Energi Angin di Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatra Utara Kondisi Umum Kabupaten Serdang Bedagai Peta kabupaten Serdang Bedagai ditunjukkan pada Gambar 1. Serdang Bedagai terletak pada ketinggian hingga 500 meter dari permukaan laut, dengan iklim tropis dimana kondisi iklimnya hampir sama dengan Kabupaten Deli Serdang sebagai kabupaten induk. Pengamatan Stasiun Sampali menunjukkan rata-rata kelembapan udara per bulan sekitar 84%, curah hujan berkisar antara 30 sampai dengan 340 mm perbulan dengan periodik tertinggi pada bulan Agustus - September, hari hujan per bulan berkisar 8-26 hari dengan periode hari hujan yang besar pada bulan Agutus-September. Rata-rata kecepatan angin berkisar 1,9 m/dt dengan tingkat penguapan sekitar 3,47 mm/hari. Temperatur udara perbulan minimum 23,7 0 C dan maksimum 32,2 0 C Kemampuan sektor industri pengolahan, pertanian, perdanganan, hotel dan restoran sebagai sektor unggulan Kabupaten Serdang Bedagai menjadi penyumbang terbesar Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Seiring dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat, kualitas hidup masyarakat juga mengalami peningkatan yang tergambar dalam pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada tahun 2011 sebesar 73,25 meningkat menjadi 73,64 di tahun Kebutuhan listrik di Kabupaten Serdang Bedagai bersumber dari PLN, Listrik Diesel dan listrik yang dikelola oleh swasta. Kapasitas listrik terpasang tahun 2010 sebesar kw dan kapasitas terpakai sebesar kw. Sumber tenaga pembangkit bersumber dari PLTU dan Gas yang terpasang di Pembangkit Listrik Sicanang Medan dan melalui jalur interkoneksi ekstra tegangan tinggi Sumatera Utara untuk pelayanan Kabupaten Serdang Bedagai. Pelanggan listrik yang terdapat di Kabupaten Serdang Bedagai terdiri dari rumah tangga, industri, perkantoran, badan sosial/ tempat ibadah, dan usaha lainnya. Jumlah pelangan listrik di Kabupaten Serdang Bedagai sebanyak , pelanggan terbesar adalah rumah tangga dengan jumlah rumah tangga, bila di lihat jumlah rumah tangga yang terdapat di Kabupaten Serdang Bedagai sebesar rumah tangga maka belum seluruhnya terlayani baru sekitar 71%. [4] DASAR TEORI Rapat daya angin (Wind Power Density = WPD) merupakan indikasi awal dari potensi energi angin di suatu daerah dibandingkan dengan kecepatan angin. Nilai WPD sangat dipengaruhi oleh distribusi kecepatan angin, densitas udara dan kecepatan angin. WPD didefinisikan sebagai energi angin tersedia dibagi dengan luas sapuan blade turbin. [3] Dimana n adalah kuantitas data terekam dalam jarak waktu tertentu, ρ adalah densitas udara dan v adalah kecepatan angin rata-rata. Apabila ketinggian alat ukur (anemometer) kecepatan rata-rata angin tidak sama dengan ketinggian desain turbin maka 17
4 Gambar 1. Peta Kabupaten Serdang Bedaga [4] Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan Vol. 14 No. 1 Juni 2015 :
5 Potensi Energi Angin di Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatra Utara diperlukan perhitungan ekstrapolasi kecepatan rata-rata angin disesuaikan dengan ketinggian yang diinginkan. Rumus yang digunakan untuk ekstrapolasi data angin yang tersedia sesuai dengan ketinggan turbin adalah Dimana v h adalah kecepatan rata-rata pada ketinggian turbin, v ref adalah kecepatan angin rata-rata pada ketinggian alat ukur anemometer. H h adalah tinggi turbin dan H ref adalah tinggi alat ukur anemometer Untuk potensi daya energi angin dapat di hitung dengan rumus P = ½.r.A.v 3.Ef ukur dimulai dengan survei sesaat. Titik pengukuran ditentukan berdasarkan informasi masyarakat sekitar tentang kualitas angin yang besar dan diskusi dengan Pemkab untuk selanjutnya dilaksanakan pengukuran sesaat. Hasil diskusi memberikan rekomendasi lokasi pengukuran sesaat angin, yaitu :Desa Bagan Kuala, Kec. Tanjung Beringin; Desa Sentang, Kec. Teluk Mengkudu ; dan Desa Pantai Cermin, Kec. Pantai Cemin. Gambar 2. Lokasi pengukuran kecepatan angin di Kabupaten Serdang Bedagai (kurang lebih 140 km timur laut danau Toba) Dengan mempertimbangkan kondisi topologi, kemudahan akses, dan pengawasan, Desa Sentang Kecamatan Teluk Mengkudu Dimana P adalah daya (W), r adalah kerapatan udara (1.2 kg/m 3 ), A adalah luas sapuan baling -baling (m 2 ), v adalah kecepatan angin (m/s) dan Ef adalah efisiensi total sistem konversi energi angin (maksimum 45%). [2] METODOLOGI Penelitian dilakukan dengan melalui tahapan pengumpulan data sekunder untuk angin, terrain dan lingkungan, pengumpulan data primer profil kecepatan angin diperoleh dari menara ukur kecepatan angin setinggi 50 m dimana anemometer terpasang pada ketinggian 20 meter, 30 meter dan 50 meter, dan vane pada ketinggian 20 meter dan melakukan analisis data dari profil angin hasil pengukuran. [2] Pelaksanaan kegiatan lapangan dalam rangka mencari lokasi pemasangan menara Kabupaten Serdang Bedagai pada koordinat ( N; E) dipilih sebagai lokasi menara ukur kecepatan angin (met mast). Selanjutnya dilakukan pengukuran data kecepatan dan arah angin selama 12 bulan (Nopember 2012-Oktober 2013) dengan waktu sampling rata-rata setiap 10 menit-an. Data terekam selanjutnya akan diolah dengan menggunakan software Nomad Desktop sehingga akan menghasilkan data statistik. 19
6 Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan Vol. 14 No. 1 Juni 2015 : Gambar 3. Kurva distribusi kecepatan angin pada ketinggian 20m, 30m dan 50m di Desa Sentang (gambar sesuai urutan dari atas ke bawah) 20
7 Potensi Energi Angin di Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatra Utara Profil statistik dari kecepatan dan arah angin selanjutnya dapat disajikan dalam bentuk grafik sesuai kebutuhan. Analisa dengan mensimulasikan data dalam bentuk modeling untuk ektraspolasi horisontal dari titik lokasi menara ukur dapat dilakukan sejauh radius 10 km dengan menggunakan software WAsP. Dengan memasukkan parameter data angin (data hasil pengukuran kontinu selama 12 bulan berurutan), peta vektor (topologi) dan peta roughness (penentuan jenis roughness) maka akan didapat peta sebaran kecepatan angin pada ketinggian tertentu, distribusi arah angin rata-rata pada ketinggan tertentu dan rapat daya angin (wind power density). PEMBAHASAN DAN ANALISA Dari hasil pengukuran yang dilaksanakan mulai 6 Nopember 2012 hingga 15 Nopember 2013, diperoleh data yang digambarkan dalam bentuk kurva distribusi seperti terlihat Gambar 3. Total waktu pengukuran adalah 9045 jam. Kurva distribusi kecepatan angin rata-rata di Desa Sentang memperlihatkan kecepatan angin tercatat yang mulai dari 0 m/s sampai 12 m/s. Kecepatan angin angin diatas 10 m/s hingga maksimum 12 m/s hanya terjadi selama 0,83 jam atau 0,1%. Kecepatan angin yang paling banyak frekuensi terjadinya adalah kecepatan rata-rata sebesar 3-4m/s. Untuk di ketinggian alat ukur 20 m kecepatan 3-4 m/s sebanyak 1532,67 jam atau 16,9% periode pengukuran, untuk di ketinggian alat ukur 30 m kecepatan 3 4m/s sebanyak 2963 jam atau 32,7% dari periode pengukuran dan untuk ketinggian alat ukur 50 m kecepatan 3 4 m/s sebanyak 2933,7 jam atau 32,4% dari periode pengukuran. Pola wind rose (gambar 4) memperlihatkan arah angin dan probabilitasnya. Arah angin dominan datang dari Barat Daya (SW, 13.6%), sedangkan frekueensi angin terkecil datang dari arah Timur Tenggara (ESE: 1,4%). Arah dominan ini sangat diperlukan saat micrositting atau penempatan arah turbin sehingga bilah rotor turbin akan optimal dalam menangkap angin. Gambar 5 memperlihatkan kecepatan angin harian dalam periode waktu interval 24 jam. Kecepatan rata rata harian tertinggi terjadi antara pukul sampai pukul WIB pada ketinggian alat ukur 20 m. Sedangkan pada ketinggian alat ukur 30 m kecepatan rata-rata harian tertinggi terjadi pada pukul hingga dan untuk alat ukur pada ketinggian 50 m memberikan data bahwa kecepatan rata-rata harian tertinggi terjadi pada pukul hingga dan kecepatan di jam lain hampir merata. Ini memperlihatkan pola bahwa semakin tinggi alat ukur berada maka hampir bisa dikatakan kecepatan angin akan cenderung konstan sesuai angin rata-ratanya, dikarenakan semakin berkurangnya faktor turbulensi udara. Berdasarkan grafik seperti yang terlihat pada Gambar 6 bahwa kecepatan rata-rata angin harian untuk kurun waktu 6 Nopember 2012 hingga 15 Nopember 2013 adalah kecepatan rata-rata angin harian 2,57 m/s; 3,15 m/s dan 3,25 m/s pada ketinggian pada ketinggian 20m, 30m dan 50 m di atas 21
8 Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan Vol. 14 No. 1 Juni 2015 : Gambar 4. Wind rose arah angin Desa Sentang Gambar 5. Kecepatan angin harian di Desa Sentang dalam periode waktu interval 24 jam (gambar sesuai urutan dari atas ke bawah) 22
9 Potensi Energi Angin di Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatra Utara Gambar 6. Kecepatan rata-rata angin harian pada ketinggian 20m, 30m dan 50m (gambar sesuai urutan dari atas ke bawah) 23
10 Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan Vol. 14 No. 1 Juni 2015 : Gambar 7. Hasil simulasi kecepatan angin pada ketinggian 20m, 30 m dan 50m (gambar sesuai urutan dari atas ke bawah) 24
11 Potensi Energi Angin di Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatra Utara Gambar 8. Contoh hasil simulasi modeling untuk rapat daya ngin pada ketinggian 20 m 25
12 Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan Vol. 14 No. 1 Juni 2015 : Gambar 9. Grafik Daya Turbin Angin DS-700 (telah berkorespondensi dengan manufaktur produsennya) permukaan tanah. Hal tersebut menunjukkan bahwa kecepatan rata-rata angin di daerah Serdang Bedagai relatif kecil (kurang dari 3,5m/s). Tidak terlihat adanya turbulensi yang signifikan dalam kurun waktu pengukuran. Data hilang (tidak terekam) terjadi selama 7 hari di bulan Juni 2013 akan tetapi pengaruh secara keseluruhan terhadap hasil pengolahan data dikarenakan prosentasenya tidak lebih dari 1% dari kuantitas data yang diperoleh. Ekstrapolasi kecepatan angin dalam radius 10 km dari menara ukur dapat disimulasikan dengan menggunakan software modelling sehingga diperoleh sebaran kecepatan rata-rata angin seperti terlihat pada gambar 7. Ekstrapolasi dilakukan untuk setiap data hasil pengukuran pada ketinggian 20 m, 30 m, dan 50 m. Berdasarkan simulasi modeling yang dilakukan diperoleh nilai kecepatan rata-rata angin untuk masing-masing ketinggian 20m, 30m dan 50m adalah sebesar 2,57 m/s; 3,15 m/ s dan 3,25 m/s dan rapat daya untuk masingmasing ketinggian 20m, 30m dan 50m adalah sebesar 26 watt/m 2, 35 watt/m 2 dan 38 watt/ m 2. Dengan kecepatan rata-rata angin kurang dari 4 m/s maka wilayah kabupaten Serdang Bedagai mempunyai probabilitas keberhasilan 30% untuk pengembangan pembangkit listrik energi angin. Sebagai contoh apabila digunakan turbin angin mikro 700 W yang mempunyai grafik power curve seperti terlihat pada Gambar 7. [7] 26
13 Potensi Energi Angin di Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatra Utara Pada kecepatan 3-4 m/s dengan frekuensi 30% untuk jenis turbin angin ini hanya akan menghasilkan daya kurang dari 100 W, belum termasuk rugi-rugi (losses) dan efisiensi turbin angin 20%. Sehingga kurang tepat (tidak feasible) untuk dibangun pembangit listrik tenaga angin. KESIMPULAN DAN SARAN Kecepatan rata-rata angin (nilai tengah distribusi kecepatan) di Desa Sentang Kecamatan Teluk Mengkudu sebesar dengan kecepatan angin rata rata 2,57 m/s; 3,15 m/s dan 3,25 m/s pada ketinggian 20 m, 30 m dan 50 m; analisa Wind Rose memperlihatkan bahwa arah angin dominan berasal dari barat daya (SW 14,6%). dikembangkan pemanfaatannya sebagai PLT Angin. DAFTAR PUSTAKA [1]. BPPT, Perencanaan Efisiensi dan Elastisitas Energi 2012, ISBN , Edisi Pertama, Nopember 2012, Penerbit BPPT. [2]. J.F. Manwell, J.G. McGowan and A.L. Rogers, 2002, Wind Energy Explained: Theory, Design & Application, John Wiley & Sons Ltd. [3]. Bin W et all, 2011, Power Conversion and Control of Wind Energy Systems, Wiley-IEEE Press; 1 edition. [4]. Tim Penyusun, 2012, Serdang Bedagai Dalam Angka 2011, Badan Pusat Statistik Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Bulan Mei dan Juni adalah bulan-bulan terendah kecepatan angin sedangkan di bulan lain kecepatan angin cenderung stabil sesuai kecepatan rata-rata. Perhitungan dari simulasi untuk power density adalah sebesar 26 watt/m 2, 35 watt/m 2 dan 38 watt/m 2 untuk ketinggian 20m, 30m dan 50 m. [5]. World Wind Energy Association, en/2_4_1.htm. Di akses pada 21 Mei [6]. Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementrian ESDM, 2013, Statistik Ketenagalistrikan 2013, Penerbit Ditjen Ketenagalistrikan. [7]. ds700w.htm diakses pada 21 Mei Penggunaan mesin turbin angin kapasitas 700 W akan menghasilkan daya sebesar kurang dari 100 W. Potensi energi angin di wilayah Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara tidak disarankan untuk 27
14 HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sepanjang sejarah manusia kemajuan-kemajuan besar dalam kebudayaan selalu diikuti oleh meningkatnya konsumsi energi. Salah satu sumber energi yang banyak digunakan
Lebih terperinciKAJIAN KELAYAKAN POTENSI ENERGI ANGIN PADA KAWASAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK UNTUK DIMANFAATKAN MENJADI ENERGI LISTRIK
KAJIAN KELAYAKAN POTENSI ENERGI ANGIN PADA KAWASAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK UNTUK DIMANFAATKAN MENJADI ENERGI LISTRIK Ryski D01107026 Jurusan Teknik Elektro, Fakutas Teknik Universitas Tanjungpura
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data dari BPPT (2013) dari tahun ke tahun jumlah penduduk Indonesia sebagai salah satu negara berkembang di dunia terus mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan
Lebih terperinciKAJIAN POTENSI ENERGI ANGIN DI DAERAH KAWASAN PESISIR PANTAI SERDANG BEDAGAI UNTUK MENGHASILKAN ENERGI LISTRIK
KAJIAN POTENSI ENERGI ANGIN DI DAERAH KAWASAN PESISIR PANTAI SERDANG BEDAGAI UNTUK MENGHASILKAN ENERGI LISTRIK Ilmi Abdullah 1, Jufrizal Nurdin 2*, Hasanuddin 3 1,2,3) Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Angin Angin adalah gerakan udara yang terjadi di atas permukaan bumi. Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara, ketinggian dan temperatur. Semakin besar
Lebih terperinciPENGGUNAAN TEKNOLOGI MPPT (MAXIMUM POWER POINT TRACKER) PADA SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN (PLTB)
PENGGUNAAN TEKNOLOGI MPPT (MAXIMUM POWER POINT TRACKER) PADA SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN (PLTB) Machmud Effendy *) Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Malang Jl. Raya Tlogomas 246 Malang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai. Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi Lintang Utara,
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai 3.1.1 Letak Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi 2 0 57 Lintang Utara, 3 0 16 Lintang Selatan, 98 0 33 Bujur Timur,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam melakukan penggilingan padi, keperluan irigasi, dan kegiatan yang lainnya.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Turbin angin pada awalnya dibuat untuk mengakomodasi kebutuhan para petani dalam melakukan penggilingan padi, keperluan irigasi, dan kegiatan yang lainnya. Turbin angin
Lebih terperinciANALISIS POTENSI ENERGI ANGIN DALAM MENDUKUNG KELISTRIKAN KAWASAN PERBATASAN STUDI KASUS : DESA TEMAJUK KECAMATAN PALOH KABUPATEN SAMBAS
ANALISIS POTENSI ENERGI ANGIN DALAM MENDUKUNG KELISTRIKAN KAWASAN PERBATASAN STUDI KASUS : DESA TEMAJUK KECAMATAN PALOH KABUPATEN SAMBAS M. Husni Tambrin D0110702 Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kincir angin pertama kali digunakan untuk membangkitkan listrik dibangun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kincir angin pertama kali digunakan untuk membangkitkan listrik dibangun oleh P. La Cour dari Denmark diakhir abad ke-19. Setelah perang dunia I, layar dengan penampang
Lebih terperinciVIII. EFISIENSI DAN STRATEGI ENERGI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA
VIII. EFISIENSI DAN STRATEGI ENERGI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA Pada bagian ini dibahas efisiensi energi dalam perekonomian Indonesia, yang rinci menjadi efisiensi energi menurut sektor. Disamping itu,
Lebih terperinciESTIMASI ENERGI LISTRIK BERDASARKAN PERBEDAAN KETINGGIAN MENGGUNAKAN ANALISIS WEIBULL DAN ANALISIS RAYLEIGH
G.8 ESTIMASI ENERGI LISTRIK BERDASARKAN PERBEDAAN KETINGGIAN MENGGUNAKAN ANALISIS WEIBULL DAN ANALISIS RAYLEIGH Surya Ahmadi *, Moh. Riski Ekocahya Farhandianto, Bayu Setia Pambudi, Triwahju Hardianto,
Lebih terperinciAnalisa Kecepatan Angin Menggunakan Distribusi Weibull di Kawasan Blang Bintang Aceh Besar
Analisa Kecepatan Angin Menggunakan Distribusi Weibull di Kawasan Blang Bintang Aceh Besar Wind Speed Analysis using Weibull Distribution in the Region Blang Bintang Aceh Besar Khairiaton, Elin Yusibani*
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN. Selama ini sumber energi utama yang dikonversi menjadi energi listrik
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini Indonesia berada di ambang krisis energi. Lebih dari 37 juta penduduk Indonesia, atau setara sekitar 15% dari total jumlah penduduk, saat ini tidak memiliki
Lebih terperinci1. Pendahuluan. diketahui bahwa jumlahnya terus menipis dan menghasilkan polusi yang cukup
1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Perkembangan kebutuhan masyarakat akan tenaga listrik terus mengalami kenaikan. Saat ini kebutuhan akan tenaga listrik masih sangat bergantung pada energi fosil. Energi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh penulis meggunakan metode eksperimental dengan pendekatan kuantitatif yaitu melakukan pengamatan untuk mencari data penelitian
Lebih terperinciPRINSIP KERJA TENAGA ANGIN TURBIN SAVOUNIUS DI DEKAT PANTAI KOTA TEGAL
PRINSIP KERJA TENAGA ANGIN TURBIN SAVOUNIUS DI DEKAT PANTAI KOTA TEGAL Soebyakto Dosen Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal E-mail : soebyakto@gmail.com ABSTRAK Tenaga angin sering disebut sebagai
Lebih terperinciVISIBILITAS PENEMPATAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN DI PANTAI PAYUM MERAUKE
VISIBILITAS PENEMPATAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN DI PANTAI PAYUM MERAUKE Damis Hardiantono, Frederik Haryanto Sumbung dhardiantono@yahoo.co.id, frederik_hs@yahoo.com Jurusan Teknik Elektro,Fakultas
Lebih terperinciPRA - STUDI KELAYAKAN RENCANA PEMBANGUNAN PLTMH SUBANG
PRA - STUDI KELAYAKAN RENCANA PEMBANGUNAN PLTMH SUBANG 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Pengembangan Pembangkit Listrik Mini Hidro (PLTMH) merupakan salah satu prioritas pembangunan yang dilaksanakan
Lebih terperinciANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA
ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA Sumber : BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG
Lebih terperinciANALISIS HUJAN BULAN JUNI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN AGUSTUS, SEPTEMBER DAN OKTOBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA
ANALISIS HUJAN BULAN JUNI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN AGUSTUS, SEPTEMBER DAN OKTOBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA 1. TINJAUAN UMUM 1.1. Curah Hujan Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang jatuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya konsumsi bahan bakar khususnya bahan bakar fosil sangat mempengaruhi peningkatan harga jual bahan bakar tersebut. Sehingga pemerintah berupaya mencari
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -
IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN ANALISIS
BAB IV HASIL DAN ANALISIS Gambar 4.1 Lokasi PT. Indonesia Power PLTP Kamojang Sumber: Google Map Pada gambar 4.1 merupakan lokasi PT Indonesia Power Unit Pembangkitan dan Jasa Pembangkitan Kamojang terletak
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia
BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Kota Bengkulu merupakan ibukota dari Provinsi Bengkulu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI.. Pengertian Angin Angin adalah udara yang bergerak dari tekanan udara yang lebih tinggi ke tekanan udara yang lebih rendah. Perbedaan tekanan udara disebabkan oleh perbedaan suhu
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN
1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, listrik merupakan kebutuhan primer masyarakat pada umumnya. Faktor yang paling berpengaruh pada peningkatan kebutuhan listrik adalah majunya teknologi
Lebih terperinciPENGEMBANGAN METODE PARAMETER AWAL ROTOR TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL TIPE SAVONIUS
Pengembangan Metode Parameter Awal Rotor... (Sulistyo Atmadi et al.) PENGEMBANGAN METODE PARAMETER AWAL ROTOR TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL TIPE SAVONIUS Sulistyo Atmadi, Ahmad Jamaludin Fitroh Peneliti
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMEN PENGARUH SUDUT PITCH TERHADAP PERFORMA TURBIN ANGIN DARRIEUS-H SUMBU VERTIKAL NACA 0012
STUDI EKSPERIMEN PENGARUH SUDUT PITCH TERHADAP PERFORMA TURBIN ANGIN DARRIEUS-H SUMBU VERTIKAL NACA 0012 Nur Aklis, H mim Syafi i, Yunika Cahyo Prastiko, Bima Mega Sukmana Teknik Mesin, Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciPENERBITAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA Universitas Muhammadiyah Ponorogo
PENERBITAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA Universitas Muhammadiyah Ponorogo PENGARUH VARIASI JUMLAH STAGE TERHADAP KINERJA TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL SAVONIUS TIPE- L Krisna Slamet Rasyid, Sudarno, Wawan Trisnadi
Lebih terperinciTahap II Proyeksi Peningkatan Rasio Elektrifikasi 80%
Tahap II Proyeksi Peningkatan Rasio Elektrifikasi 80% Jika dilihat kembali proyeksi konsumsi energi pelanggan rumah tangga, pada tahun 2014 dengan : Jumlah pelanggan = 255.552 pelanggan Konsumsi energi
Lebih terperinciTahapan Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro
I. Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro Secara teknis, Mikrohidro memiliki tiga komponen utama dalam pemuatan PLTMH yaitu air (sebagai sumber energi), turbin, dan generator. Air yang mengalir
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR. sering disebut sebagai Sistem Konversi Energi Angin (SKEA).
BAB II TEORI DASAR 2.1 Energi Angin Menurut Kadir (1987) bahwa sebagaimana telah banyak diketahui, angin adalah udara yang bergerak dari tekanan udara yang lebih tinggi ke tekanan udara yang lebih rendah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mulai dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit Listrik
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan (EBT) yang sangat kaya, mulai dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS),
Lebih terperinci*) Bibit Supardi, S.Pd., MT adalah guru SMAN 3 Klaten dan Alumni S2 Mikrohidro Magister Sistem Teknik UGM.
PLTMH SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN SUMBER ENERGI LISTRIK DI KABUPATEN KLATEN OLEH : BIBIT SUPARDI, S.Pd., MT*) Pendahuluan Kebutuhan energi di Indonesia khususnya dan di dunia pada umumnya terus meningkat
Lebih terperinciTURBIN ANGIN POROS VERTIKAL UNTUK PENGGERAK POMPA AIR
TURBIN ANGIN POROS VERTIKAL UNTUK PENGGERAK POMPA AIR Slamet Riyadi, Mustaqim, Ahmad Farid Progdi Teknik Mesin Fakultas Universitas Pancasakti Tegal Email: mesinftups@gmail.com ABSTRAK Angin merupakan
Lebih terperinci4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Turbin Angin Turbin angin adalah suatu sistem konversi energi angin untuk menghasilkan energi listrik dengan proses mengubah energi kinetik angin menjadi putaran mekanis rotor
Lebih terperinciANALISIS KINERJA KINCIR ANGIN SEDERHANA DENGAN DUA SUDU POROS HORIZONTAL
ANALISIS KINERJA KINCIR ANGIN SEDERHANA DENGAN DUA SUDU POROS HORIZONTAL Yeni Yusuf Tonglolangi Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Mesin, UKI Toraja email: yeni.y.tonglolangi@gmail.com Abstrak Pola
Lebih terperinciSURVEY POTENSI PLTM KANANGGAR DAN PLTM NGGONGI
2016 SURVEY POTENSI PLTM KANANGGAR DAN PLTM NGGONGI PT PLN (PERSERO) PUSAT PEMELIHARAAN KETENAGALISTRIKAN 2016 Halaman : 2 dari 16 Kegiatan : Pelaksanaan Pekerjaan Survey Potensi PLTM Kananggar & Nggongi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi kelistrikan nasional berdasarkan catatan yang ada di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral hingga akhir 2014 menunjukkan total kapasitas terpasang pembangkit
Lebih terperinciANALISIS HUJAN BULAN PEBRUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL, MEI DAN JUNI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA
ANALISIS HUJAN BULAN PEBRUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL, MEI DAN JUNI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA Sumber : BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG
Lebih terperinciANALISA PEMANFAATAN POTENSI ANGIN PESISIR SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK
ANALISA PEMANFAATAN POTENSI ANGIN PESISIR SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK Ahmad Farid 1, Mustaqim 2, Hadi Wibowo 3 1,2,3 Dosen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal Abstrak Kota Tegal dikenal
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH KONSERVASI LISTRIK DI SEKTOR RUMAH TANGGA TERHADAP TOTAL KEBUTUHAN LISTRIK DI INDONESIA
ANALISIS PENGARUH KONSERVASI LISTRIK DI SEKTOR RUMAH TANGGA TERHADAP TOTAL KEBUTUHAN LISTRIK DI INDONESIA Erwin Siregar dan Nona Niode ABSTRACT The improvement of device efficiency in the household sector
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang
Lebih terperinciPerhitungan Potensi Energi Angin di Kalimantan Barat Irine Rahmani Utami Ar a), Muh. Ishak Jumarang a*, Apriansyah b
Perhitungan Potensi Energi Angin di Kalimantan Barat Irine Rahmani Utami Ar a), Muh. Ishak Jumarang a*, Apriansyah b a Program Studi Fisika, FMIPA Universitas Tanjungpura, b Program Studi Ilmu Kelautan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari pulau
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari 17.504 pulau (Wikipedia, 2010). Sebagai Negara kepulauan, Indonesia mengalami banyak hambatan dalam pengembangan
Lebih terperinciStatic Line Rating untuk Integrasi PLTB di Jaringan Tegangan Menengah : Studi Kasus Master Plan Pembangkit Hibrid di Krueng Raya
Static Line Rating untuk Integrasi PLTB di Jaringan Tegangan Menengah : Studi Kasus Master Plan Pembangkit Hibrid di Krueng Raya Idraki Sariyan #1, Hafidh Hasan #2, Syahrizal Syahrizal #3 # Jurusan Teknik
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA MODUL PHOTOVOLTAIC UNTUK MENINGKATKAN DAYA KELUARAN
Studi Eksperimental Pengaruh Sudut Kemiringan... (Nabilah dkk.) STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA MODUL PHOTOVOLTAIC UNTUK MENINGKATKAN DAYA KELUARAN Inas Nabilah
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengambilan Data Pada penelitian ini penulis mengambil data di PT. Perkebunan Nusantara Pabrik Gula Pangka di Jalan Raya Pangka Slawi, Kecamatan Pangkah, Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Serdang Bedagai merupakan Kabupaten yang dimekarkan dari Kabupaten induknya yakni Kabupaten Deli Serdang. Kabupaten Serdang Bedagai memiliki iklim
Lebih terperinciPRA - STUDI KELAYAKAN RENCANA PEMBANGUNAN PLTA GARUT
PRA - STUDI KELAYAKAN RENCANA PEMBANGUNAN PLTA GARUT 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) merupakan salah satu prioritas pembangunan yang dilaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kv, yang membentang sepanjang Pulau Jawa-Bali. Sistem ini merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik untuk Kabupaten Kulon Progo disuplai melalui sistem distribusi energi listrik Provinsi DIY. Di mana sistem ketenagalistrikan di DIY merupakan bagian
Lebih terperinciAnalisa Potensi Energi Angin Dengan Distribusi Weibull Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Banda Aceh
CIRCUIT: Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Elektro, Vol.1, No.1, Februari 2017, hal. 1-8 ISSN: 2549-3698 (printed)/ 2549-3701 (online) Analisa Potensi Energi Angin Dengan Distribusi Weibull Untuk Pembangkit
Lebih terperinciKEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI. Disampaikan oleh
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI REGULASI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN ENERGI ANGIN Disampaikan oleh Abdi Dharma Saragih Kasubdit
Lebih terperinciDESAIN MODUL PENGUKURAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN KAPASITAS 100 WATT
DESAIN MODUL PENGUKURAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN KAPASITAS 100 WATT Damis Hardiantono, Acep Ponadi dhardiantoro@yahoo.co.id Jurusan Teknik Elektro Fakultas TeknikUniversitas Musamus ABSTRAK Perkembangan
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI SUDUT BLADE AIRFOIL CLARK-Y FLAT BOTTOM PADA UNJUK KERJA KINCIR ANGIN Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT) DENGAN KAPASITAS 500 WATT
PENGARUH VARIASI SUDUT BLADE AIRFOIL CLARK-Y FLAT BOTTOM PADA UNJUK KERJA KINCIR ANGIN Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT) DENGAN KAPASITAS 500 WATT Novi Caroko 1,a, Wahyudi 1,b, Aditya Ivanda 1,c Universitas
Lebih terperinciDESAIN DAN UJI UNJUK KERJA KINCIR ANGIN ABSTRACT
JURNAL AUSTENIT VOLUME 3, NOMOR 2, OKTOBER 2011 DESAIN DAN UJI UNJUK KERJA KINCIR ANGIN Dalom Staf Edukatif Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya Jl.Srijaya Negara Bukit Besar Palembang 30139
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Serdang Bedagai memiliki area seluas 1.900,22 km 2 yang terdiri
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Serdang Bedagai memiliki area seluas 1.900,22 km 2 yang terdiri dari 17 Kecamatan dan 237 Desa, dan 6 Kelurahan definitif. Wilayah Serdang Bedagai di sebelah
Lebih terperinciDAFTAR ISI... SAMPUL DALAM... LEMBAR PENGESAHAN... PENETAPAN PANITIA PENGUJI... SURAT KETERANGAN BEBAS PLAGIAT... UCAPAN TERIMAKASIH... ABSTRACT...
viii DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... LEMBAR PENGESAHAN... PENETAPAN PANITIA PENGUJI... SURAT KETERANGAN BEBAS PLAGIAT... UCAPAN TERIMAKASIH... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL...
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang UU No. 30 tahun 2009 tentang ketenagalistrikan menyatakan pada pasal 4 ayat 2 bahwa badan usaha swasta, koperasi dan swadaya masyarakat dapat berpatisipasi dalam
Lebih terperinciTenaga Uap (PLTU). Salah satu jenis pembangkit PLTU yang menjadi. pemerintah untuk mengatasi defisit energi listrik khususnya di Sumatera Utara.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi listrik terus-menerus meningkat yang disebabkan karena pertumbuhan penduduk dan industri di Indonesia berkembang dengan pesat, sehingga mewajibkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan berkembangnya perekonomian dan industri, maka disadari pula pentingnya penghematan energi
Lebih terperinciTurbin Angin Poros Vertikal Sebagai Alternatif Energi Lampu Penerangan Jalan Umum (PJU)
ISBN 978-979-3541-25-9 Turbin Angin Poros Vertikal Sebagai Alternatif Energi Lampu Penerangan Jalan Umum (PJU) M. F. Soetanto, M.Taufan Program Studi Tenik Aeronautika, Jurusan Teknik Mesin, Politeknik
Lebih terperinciPENGARUH JUMLAH BLADE TERHADAP KINERJA TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL
PENGARUH JUMLAH BLADE TERHADAP KINERJA TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (ST) Pada Program Studi Teknik Mesin UN PGRI Kediri
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI SUDUT BLADE ALUMINIUM TIPE FALCON TERHADAP UNJUK KERJA KINCIR ANGIN Horizontal Axis Wind Turbines (HAWT) DENGAN KAPASITAS 500 WATT
ENGARUH ARIASI SUDUT BLADE ALUMINIUM TIE FALCON TERHADA UNJUK KERJA KINCIR ANGIN Horizontal Axis Wind Turbines (HAWT) DENGAN KAASITAS 500 WATT Erwin ratama 1,a,Novi Caroko 1,b, Wahyudi 1,c, Universitas
Lebih terperinciRANCANG BANGUN KINCIR ANGIN SAVONIUS UNTUK MEMBANGKITKAN ENERGI LISTRIK SKALA KECIL
Jurnal Mekanikal, Vol. 1 No. 1 Januari 2010 : 1-6 RANCANG BANGUN KINCIR ANGIN SAVONIUS UNTUK MEMBANGKITKAN ENERGI LISTRIK SKALA KECIL Daud Patabang Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Tadulako
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Energi memiliki peranan yang cukup besar bagi manusia dalam menjalani proses kehidupan. Kebutuhan energi di Indonesia khususnya dan di dunia pada umumnya terus meningkat
Lebih terperinciOptimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung)
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-1 Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung) Anindita Hanalestari Setiawan
Lebih terperinciKARAKTERISTIK POTENSI ENERGI ANGIN DI PROPINSI GORONTALO. Abstrak
KARAKTERISTIK POTENSI ENERGI ANGIN DI PROPINSI GORONTALO Yasin Mohamad Dosen di jurusan teknik Elektro Universitas Negeri Gorontalo Abstract Developed of Agropolitan program in the province of Gorontalo
Lebih terperinciKAJI EKSPERIMEN TURBIN ANGIN POROS HORIZONTAL TIPE KERUCUT TERPANCUNG DENGAN VARIASI SUDUT SUDU UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN
KAJI EKSPERIMEN TURBIN ANGIN POROS HORIZONTAL TIPE KERUCUT TERPANCUNG DENGAN VARIASI SUDUT SUDU UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN Bono Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. H. Sudarto,
Lebih terperinciKONVERSI ENERGI ANGIN MENJADI ENERGI LISTRIK DALAM SKALA LABORATORIUM
KONVERSI ENERGI ANGIN MENJADI ENERGI LISTRIK DALAM SKALA LABORATORIUM Febrielviyanti*, Maksi Ginting, Zulkarnain Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau Kampus Bina
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keharusan yang harus dipenuhi. Ketersediaan energi listrik yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyumas khususnya kota Purwokerto dewasa ini banyak melakukan pembangunan baik infrastuktur maupun non insfrastuktur dalam segala bidang, sehingga kebutuhan
Lebih terperinciGambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.
7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap
Lebih terperinciPERANCANGAN BILAH TURBIN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN (PLT-ANGIN) KAPASITAS 100 KW MENGGUNAKAN STUDI AERODINAMIKA
Ketenagalistrikan Dan Energi Terbarukan Vol. 11 No. 2 Desember 2012 : 151-158 ISSN 1978-2365 PERANCANGAN BILAH TURBIN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN (PLT-ANGIN) KAPASITAS 100 KW MENGGUNAKAN STUDI AERODINAMIKA
Lebih terperinciPENGEMBANGAN METODE PENENTUAN KARAKTERISTIK RANCANGAN AWAL ROTOR TURBIN ANGIN
PENGEMBANGAN METODE PENENTUAN KARAKTERISTIK RANCANGAN AWAL ROTOR TURBIN ANGIN Sulistyo Atmadi Ahmad Jamaludln Fltroh Peneliti Pusat Teknologi Dirgantara Terapan, LAPAN ABSTRACT A method for determining
Lebih terperinciYogia Rivaldhi
Tugas Akhir (MN091382) Yogia Rivaldhi 4107100066 ANALISA TEKNIS DAN EKONOMIS PEMASANGAN WIND TURBINE SEBAGAI PENGHASIL DAYA UNTUK SISTEM PENERANGAN PADA KAPAL TANKER 6500 DWT Dosen Pembimbing : Ahmad Nasirudin,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan energi, khususnya energi listrik di Indonesia, merupakan bagian tak terpisahkan dari kebutuhan hidup masyarakat sehari-hari seiring dengan pesatnya
Lebih terperinciBAB I. bergantung pada energi listrik. Sebagaimana telah diketahui untuk memperoleh energi listrik
BAB I 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebutuhan energi yang hampir tidak dapat dipisahkan lagi dalam kehidupan manusia pada saat ini adalah kebutuhan energi listrik. Banyak masyarakat aktifitasnya
Lebih terperinciANALISIS POTENSI ANGIN DI PANTAI BARU PANDANSIMO KABUPATEN BANTUL
Dita Anggraini Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada Jl. Grafika 12 Indonesia NIM : 13/348512/TK/4949 Email : dita.anggraini@mail.ugm.ac.id Abstract Konsumsi
Lebih terperinciKAJI EKSPERIMENTAL TURBIN ANGIN PEMBANGKIT LISTRIK TIPE SAVONIUS JENIS SPLIT S DENGAN SISTEM MAGNETIC LEVITATION SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF
KAJI EKSPERIMENTAL TURBIN ANGIN PEMBANGKIT LISTRIK TIPE SAVONIUS JENIS SPLIT S DENGAN SISTEM MAGNETIC LEVITATION SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF Miftahur Rahmat 1,Kaidir 1,Edi Septe S 1 1 Jurusan Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Penyediaan energi dimasa depan merupakan permasalahan yang senantiasa menjadi perhatian semua bangsa, karena bagaimanapun juga kesejahteraan manusia dalam kehidupan
Lebih terperinciANALISIS KEBUTUHAN ENERGI UNTUK SEKTOR PERIKANAN DI PROVINSI GORONTALO
Perencanaan Energi Provinsi Gorontalo 2000-2015 ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI UNTUK SEKTOR PERIKANAN DI PROVINSI GORONTALO Hari Suharyono Abstract Gorontalo Province has abundace fishery sources, however the
Lebih terperinciE =Fu... (1) F = ρav(v-u) BAB II TEORI DASAR. 2.1 Energi Angin. Menurut Kadir (1987) bahwa sebagaimana telah banyak diketahui, angin
BAB II TEORI DASAR 2.1 Energi Angin Menurut Kadir (1987) bahwa sebagaimana telah banyak diketahui, angin adalah udara yang bergerak dari tekanan udara yang lebih tinggi ke tekanan udara yang lebih rendah.
Lebih terperinciPEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN A. Pembangkit Listrik Tenaga Angin Pembangkit listrik tenaga angin adalah suatu pembangkit listrik yang menggunakan angin sebagai sumber energi untuk menghasilkan energi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkiraan kapasitas pembangkit tenaga listrik.(dikutip dalam jurnal Kelistrikan. Indonesia pada Era Millinium oleh Muchlis, 2008:1)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Listrik merupakan salah satu kebutuhan masyarakat yang sangat penting dan sebagai sumber daya ekonomis yang paling utama yang dibutuhkan dalam suatu kegiatan usaha.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Angin adalah salah satu bentuk energi yang tersedia di alam dan tidak akan pernah habis. Pada dasarnya angin terjadi karena ada perbedaan suhu antara lokasi
Lebih terperinciANALISIS HUJAN BULAN OKTOBER 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN DESEMBER 2011, JANUARI DAN FEBRUARI 2012 PROVINSI DKI JAKARTA 1.
ANALISIS HUJAN BULAN OKTOBER 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN DESEMBER 2011, JANUARI DAN FEBRUARI 2012 PROVINSI DKI JAKARTA 1. TINJAUAN UMUM 1.1. Curah Hujan Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang
Lebih terperinciSEMINAR ELEKTRIFIKASI MASA DEPAN DI INDONESIA. Dr. Setiyono Depok, 26 Januari 2015
SEMINAR ELEKTRIFIKASI MASA DEPAN DI INDONESIA Dr. Setiyono Depok, 26 Januari 2015 KETAHANAN ENERGI DAN PENGEMBANGAN PEMBANGKITAN Ketahanan Energi Usaha mengamankan energi masa depan suatu bangsa dengan
Lebih terperinciEnergi angin (Wind Energy) Hasbullah, S.Pd., MT
Energi angin (Wind Energy) Hasbullah, S.Pd., MT Dasar Energi Angin Semua energi yang dapat diperbaharui dan berasal dari Matahari. (kecuali.panas bumi) Matahari meradiasi 1,74 x 1.014 kilowatt jam energi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu kebutuhan utama bagi manusia. Manfaat air sangat luas bagi kehidupan manusia, misalnya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, irigasi, industri,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena zat pembentuk tubuh manusia sebagian besar adalah air, bahkan hampir 60 70 % tubuh
Lebih terperinciAnalisis Gejala Perubahan Iklim Berbasis Karakteristik Data Radiasi Matahari di Makassar
TEMU ILMIAH IPLBI 2013 Analisis Gejala Perubahan Iklim Berbasis Karakteristik Data Radiasi Matahari di Makassar Ramli Rahim (1),Baharuddin Koddeng (2),Triyatni Martosenjoyo (3),Husni Kuruseng (4), Samsuddin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan industri dan transportasi yang semakin pesat beberapa dekade ini berimbas pula kepada kebutuhan akan konsumsi energi. Untuk menunjang dalam beraktivitas,
Lebih terperinciKONDISI UMUM WILAYAH STUDI
16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49
Lebih terperinciKATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP
PROPINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas berkat dan rahmat Nya kami dapat menyusun laporan dan laporan Prakiraan Musim Kemarau 2016 di wilayah Propinsi Banten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi fosil masih menjadi sumber energi utama yang paling banyak digunakan oleh manusia terutama di Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara yang menggunakan
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN
1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan penting pada saat ini. Energi listrik dikonsumsi oleh semua kalangan, yaitu kalangan rumah tangga, industri, komersial,
Lebih terperinciANALISIS HUJAN BULAN JANUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN MARET, APRIL, DAN MEI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA
ANALISIS HUJAN BULAN JANUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN MARET, APRIL, DAN MEI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA Sumber : BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG
Lebih terperinci