RELIGIUSITAS PADA HIJABERS COMMUNITY BANDUNG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RELIGIUSITAS PADA HIJABERS COMMUNITY BANDUNG"

Transkripsi

1 Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN RELIGIUSITAS PADA HIJABERS COMMUNITY BANDUNG 1 Yunita Sari, 2 Rd. Akbar Fajri S., 3 Tanfidz Syuriansyah 1,2,3 Jurusan Psikologi, Universitas Islam Bandung, Jl. Tamansari No. 1 Bandung wie_psy@yahoo.com, 2 akbar_fajri@yahoo.com, 3 t_fidz@yahoo.com Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan religiusitas anggota Hijabers Community Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan jumlah sampel sebanyak 64 orang. Alat ukur dalam penelitian berupa kuesioner yang disusun peneliti berdasarkan teori religiusitas menurut Glock & Stark (1965),wawancara dan observasi. Kuesioner religiusitas tersebut terdiri dari 40 item dengan menggunakan skala likert untuk mengukur lima dimensi religiusitas anggota Hijabers Community Bandung yaitu dimensi ideologis, dimensi ritualitas, dimensi eksperiensial, dimensi intelektual dan dimensi konsekuensial. Data dianalisa dengan statistik deskriptif, yaitu mencari nilai mean dan frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 74,9% (48 orang) memiliki religiusitas yang tinggi dan 25,1 % (16 orang) memiliki religiusitas yang rendah. Dari kelima dimensi religiusitas diketahui bahwa dimensi intelektual merupakan dimensi yang kurang dibandingkan keempat dimensi lainnya. Hal ini berarti, anggota Hijabers Community Bandung masih perlu meningkatkan pengetahuan mengenai dasardasar keyakinan beragama Islam melalui dalil-dalil yang kuat dari Al Qur an dan Al Hadits dalam berperilaku. Selain itu, faktor norma dan tata nilai yang ada di komunitas juga memberi kontribusi pada perkembangan religiusitas Hijabers Community Bandung. Kata kunci : Bandung, religiusitas, komunitas hijabers 1. Pendahuluan Hijabers Community Bandung adalah komunitas yang beranggotakan wanita muslim yang berjilbab. Komunitas ini didirikan dengan tujuan agar wanita yang mengenakan jilbab bisa mengikuti trend sekaligus tetap menjaga nilai-nilai syariat dalam mengenakan busana muslim. Fenomena komunitas berjilbab ini selayaknya mengubah persepsi masyarakat bahwa wanita berjilbab tidak bisa modis dan trendi telah berubah. Mereka menampilkan gaya berpakaian yang fashionable dan up to date. Di sisi lain, mereka tetap berusaha untuk menjaga keimanan dengan mempelajari ilmu agama secara lebih menarik melalui berbagai kegiatan. Berdasarkan hasil wawancara pada salah satu anggota Hijabers Community Bandung diperoleh informasi bahwa kegiatan-kegiatan seperti pengajian yang biasanya diselenggarakan di masjid-masjid dikemas menjadi lebih menarik. Kegiatan tersebut dilakukan dengan kegiatan tambahan seperti beauty class dan tutorial mengenakan jilbab yang tidak hanya selenggarakan di masjid tetapi juga di mall, café, aula ataupun tempat umum lainnya. Hal tersebut mengundang banyak wanita muslim untuk ikut bergabung dalam Hijabers Community Bandung. Saat ini, terdapat sekitar 700 anggota yang mendaftarkan diri melalui jejaring sosial. Berdasarkan hasil wawancara juga diketahui bahwa Hijabers Community Bandung awalnya berasal dari suatu komunitas yang bernama Forum Annisa Bandung yang hanya beranggotakan 13 orang. Adanya Hijabers Community juga mengundang berbagai pendapat, baik pro maupun kontra. Dalam sebuah situs yang membahas komunitas tersebut diungkapkan 311

2 312 Yunita Sari, et al. bahwa mereka yang pro akan mendukung komunitas ini sebagai gerakan pembaharuan mengenai persepsi wanita muslim yang mengenakan jilbab. Sementara, mereka yang kontra akan mempertanyakan nilai-nilai syar i dalam berjilbab yang ada pada Hijabers Community ( Pendapat tersebut didukung pula oleh hasil observasi peneliti yang menunjukkan sebagian anggota Hijabers Community Bandung mengenakan busana muslim yang modis dan trendi namun tetap menjaga nilai-nilai syariat Islam. Sementara sebagian yang lainnya mengenakan busana muslim yang modis dan trendi namun tidak sesuai dengan syariat Islam, misalnya mengenakan celana yang ketat dan membentuk lekukan tubuh. Pada dasarnya, Islam mewajibkan wanita muslim untuk mengenakan jilbab yang mengikuti syariat dengan berlandaskan pada pedoman Al Qur an dan Al Hadist. Bagi orang awam, seorang wanita muslim yang memutuskan untuk memakai jilbab dapat mencerminkan tingkat religiusitas yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan wanita yang tidak memakai jilbab. Namun, hal tersebut tidak dapat menjadi suatu acuan untuk melihat tingkat religiusitas seseorang. Tingkat religiusitas seseorang tidak dapat dinilai melalui tampilan, begitu pula religiusitas seorang wanita muslim tidak hanya dapat dinilai melalui tampilan berjilbabnya. Glock dan Stark (1971) menyatakan bahwa religiusitas adalah tingkat konsepsi seseorang terhadap agama dan tingkat komitmen seseorang terhadap agamanya. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai religiusitas pada anggota Hijabers Community Bandung. Hal ini penting kiranya untuk dilakukan karena munculnya berbagai komunitas Islam di Indonesia perlu disertai dengan pemahaman dan komitmen yang kuat terhadap agama Islam. Adapun pertanyaan penelitian yang diajukan peneliti adalah Bagaimana gambaran religiusitas pada anggota Hijabers Community Bandung? 2. Tujuan Tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran mengenai religiusitas pada anggota Hijabers Community Bandung. Pada penelitian ini, yang dimaksud dengan religiusitas adalah gambaran mengenai lima dimensi religiusitas pada Hijabers Community Bandung yang terdiri dari dimensi ideologis, dimensi ritualitas, dimensi eksperiensial, dimensi intelektual dan dimensi konsekuensial. 3. Tinjauan Teori 3.1 Pengertian Religiusitas Religiusitas adalah tingkat konsepsi seseorang terhadap agama dan tingkat komitmen seseorang terhadap agamanya. (Glock & Stark, 1971:19). Tingkat konseptualisasi adalah tingkat pengetahuan seseorang terhadap agamanya, sedangkan yang dimaksud dengan tingkat komitmen adalah sesuatu hal yang perlu dipahami secara menyeluruh, sehingga terdapat berbagai cara bagi individu untuk menjadi religius. 3.2 Dimensi-Dimensi Religiusitas Menurut Glock dan Stark (1965: 19) terdapat lima dimensi religiusitas, yaitu: Dimensi Ideologis Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora

3 Religiusitas pada Hijabers Community Bandung 313 Dimensi Ideologis merupakan keyakinan religius yang dipahami dengan menemukan tujuan dan makna hidup atas dasar kepercayaan yang dimiliki seseorang. Dimensi ini berisi pengharapan-pengharapan yang mana orang religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui kebenaran doktrin-doktrin tersebut. Struktur keyakinan pada berbagai agama dapat dibagi kedalam tiga bagian, yaitu warranting beliefs, purposive beliefs dan implementing beliefs. Dimensi Ritualitas Dimensi ritualitas meliputi kegiatan agama tertentu yang mana seseorang terlibat didalamnya. Terdiri atas aktivitas seperti ibadah pemujaan, berdoa, keterlibatan dalam acara keagamaan, puasa dan hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya. Praktik-praktik keagamaan ini terdiri atas dua pola penting, yaitu ritual (activity) dan ketaatan (involvement). Dimensi Eksperiensial Dimensi ini berkaitan dengan pengalaman keagamaan, perasaan-perasaan, persepsi-persepsi dan sensasi-sensasi yang dialami seseorang atau didefinisikan oleh suatu kelompok keagamaan (atau suatu masyarakat) yang melihat komunikasi, walaupun kecil dengan suatu esensi ketuhanan, yaitu dengan Tuhan, kenyataan terakhir dan otoritas transendental. Penghayatan religius dapat ditunjukkan dengan empat cara, yaitu perhatian (concern), kognisi (cognition), rasa percaya atau iman (trust and faith) dan rasa takut (fear). Dimensi Intelektual Dimensi ini mengacu pada harapan bahwa orang-orang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah minimal pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, ritusritus, kitab suci dan tradisi-tradisi. Dimensi intelektual dan dimensi ideologikal saling berkaitan satu sama lain yang mana pengetahuan mengenai keyakinan merupakan kondisi yang diperlukan bagi seseorang untuk dapat menerima keyakinan tersebut. Dimensi Konsekuensial Dimensi ini mengacu pada identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktik, pengalaman dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari. Sejauh mana implikasi ajaran agama memengaruhi perilakunya. Dimensi-dimensi tersebut harus saling berkaitan satu sama lain untuk membentuk religiusitas. Apabila hanya berlaku sebagian maka dapat dikatakan seseorang memiliki religiusitas yang rendah, artinya individu belum mampu menginternalisasikan dalam sikap dan perilakunya. Sikap dan perilaku sebagai bagian yang terpisah dari kehidupan dapat mengukur religiusitas hanya jika hal tersebut berasal dari keyakinan religius dimana mereka mengikuti keyakinan religius, praktik, pengalaman dan pengetahuan (Glock & Stark, 1965: 21). 3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Religiusitas Perkembangan religiusitas seseorang selain ditentukan oleh faktor internal juga ditentukan oleh faktor eksternal. Secara garis besar Mc Guire (dalam Puspita, 2012: 20) menjelaskan faktor-faktor eksternal tersebut meliputi: Lingkungan Keluarga ISSN Vol 3, No.1, Th, 2012

4 314 Yunita Sari, et al. Keluarga merupakan satuan sosial yang paling sederhana dalam kehidupan manusia. Bagi setiap orang, keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang dikenalnya. Dengan demikian kehidupan keluarga merupakan dan menjadi fase sosialisasi awal bagi pembentukan konsep religiusitas seseorang. Tingkat Usia Ernest Ham (dalam Puspita,2012:215), mengungkapkan bahwa perkembangan religiusitas seseorang berjalan sesuai tingkat usia mereka. Perkembangan tersebut dipengaruhi pula oleh berbagai aspek kejiwaan termasuk kemampuan berpikir. Institusi Pendidikan Sekolah sebagai institusi pendidikan formal ikut memberi pengaruh dalam membantu perkembangan religiusitas seseorang. Menurut Singgih Gunarsa (dalam Puspita, 2012:22), pengaruh pendidikan formal terhadap religiusitas dapat dibangun melalui tiga kelompok, yaitu kurikulum dan siswa, hubungan guru dan siswa kemudian hubungan antar siswa. Lingkungan Masyarakat Kehidupan bermasyarakat memiliki suatu tatanan yang terkondisi untuk dipatuhi bersama. Menurut Bernadib (dalam Puspita, 2012;23) Sepintas lingkungan masyarakat bukan merupakan lingkungan yang mengandung unsur tanggung jawab, melainkan hanya merupakan unsur pengaruh belaka, tetapi norma dan tata nilai yang ada terkadang pengaruhnya lebih besar dalam perkembangan religiusitas, baik dalam bentuk positif maupun negatif. 4. Metode Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner, wawancara dan observasi. Kuesioner religiusitas disusun oleh peneliti berdasarkan teori Glock & Stark (1965) yang berjumlah 40 item untuk mengukur kelima dimensi religiusitas yaitu dimensi ideologis, dimensi ritualitas, dimensi eksperiensial, dimensi intelektual dan dimensi konsekuensial. Pengambilan sampel menggunakan teknik sampling sehingga diperoleh 64 orang responden dari jumlah populasi sebanyak 120 anggota aktif pada Hijabers Community Bandung. Data yang diperoleh dianalisa dengan statistik deskriptif, yaitu mencari nilai mean dan frekuensi. 5. Hasil Dan Pembahasan Religiusitas adalah tingkat konsepsi seseorang terhadap agama dan tingkat komitmen seseorang terhadap agamanya. (Glock & Stark, 1971:19). Tingkat konseptualisasi adalah tingkat pengetahuan seseorang terhadap agamanya, sedangkan yang dimaksud dengan tingkat komitmen adalah sesuatu hal yang perlu dipahami secara menyeluruh, sehingga terdapat berbagai cara bagi individu untuk menjadi religius. Berdasarkan data hasil pengukuran pada anggota Hijabers Community Bandung, diketahui bahwa secara keseluruhan subjek penelitian memiliki religiusitas yang tinggi dengan prosentase 74,9% (48 orang). Secara umum, subjek dengan religiusitas tinggi memiliki penghayatan yang tinggi terhadap agama Islam ditandai dengan keyakinan terhadap ajaran agama Islam, menjalankan praktik ibadah, memiliki pengetahuan, dan Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora

5 Religiusitas pada Hijabers Community Bandung 315 dinyatakan dalam perilaku sehari-hari yang mengarahkan pada segala bentuk kebaikan. Selain itu, terdapat subjek penelitian yang memiliki religiusitas rendah dengan prosentase 25,1% (16 orang). Secara umum subjek dengan religiusitas yang rendah memiliki pemahaman dan komitmen yang rendah terhadap agama Islam ditandai dengan keyakinan terhadap ajaran agama Islam, praktik ibadah, usaha dalam mendapatkan pengetahuan keagamaan, dan penghayatan yang dinyatakan dalam perilaku sehari-hari yang kurang mantap terhadap nilai-nilai agama Islam. Hasil perhitungan religiusitas anggota Hijabers Community Bandung juga tampak pada tabel di bawah ini: Tabel 1 Tabel Religiusitas Keseluruhan Kategori Prosentase Tinggi 74,9% Rendah 25,1% Jumlah 100% Gambar 1. Diagram Lingkaran Religiusitas Keseluruhan Dalam fenomena ini, penghayatan akan religiusitas ditunjukkan dari kegiatankegiatan yang diselenggarakan oleh komunitas ini, diantaranya pengajian rutin, ceramah, kegiatan-kegiatan sosial serta mengajarkan bagaimana pengaplikasian nilainilai agama Islam di dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah dalam berbusana muslim yang sesuai dengan ajaran agama tetapi dapat tetap terlihat menarik dan modis. Keberagamaan atau religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia. Aktivitas beragama bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual (beribadah), tetapi juga ketika melakukan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan akhir (supranatural). Bukan hanya berkaitan dengan aktivitas yang tampak dan dapat dilihat mata, tetapi juga aktivitas yang tidak tampak dan terjadi dalam hati seseorang. Maka dari itu, religiusitas seseorang akan meliputi berbagai sisi dan dimensi. Menurut Glock dan Stark (1965: 19) terdapat lima dimensi religiusitas, yaitu dimensi keyakinan (ideologis), dimensi praktik ibadah (ritualistik), dimensi peghayatan (eksperiensial), dimensi pengetahuan (intelektual) dan dimensi efek (konsekuensial). Berdasarkan hasil pengukuran subjek penelitian dengan menggunakan alat ukur religiusitas yang disusun peneliti, maka didapat jumlah perbandingan skor antar dimensi secara keseluruhan sehingga menghasilkan distribusi frekuensi religiusitas yang dapat digambarkan melalui tabel sebagai berikut: ISSN Vol 3, No.1, Th, 2012

6 316 Yunita Sari, et al. Tabel 2 Tabel Distribusi Frekuensi Religiusitas Ideologis Ritualitas Eksperiensial Intelektual Konsekuensial Tinggi 80,92% 76,3% 71,6% 67,25% 71,6% Rendah 19,08% 23,7% 28,4% 32,75% 28,4% Gambar 2. Diagram Batang Distribusi Frekuensi Religiusitas Pada dimensi ideologis, diperoleh data 80,92% (52 orang) memiliki dimensi ideologis yang tinggi. Artinya, anggota Hijabers Community Bandung memiliki penghayatan dalam meyakini hal-hal yang bersifat dogmatis dalam ajaran agama Islam. Hal-hal yang diyakini tersebut diantaranya adalah mempercayai Allah SWT, mempercayai kitab Allah, mempercayai malaikat, mempercayai Nabi dan Rasul, mempercayai hari akhir, serta mempercayai Qadha dan Qadhar. Di dalam dimensi ideologis ada beberapa tahapan yaitu, pertama warranting beliefs. Anggota Hijabers Community Bandung yang mendapat skor tinggi pada dimensi ini berarti menunjukkan kemampuan dalam memahami keberadaan Allah berikut kebesaran-nya. Setelah anggota Hijabers Community Bandung menghayati hal tersebut, pada tahap purposive beliefs, anggota Hijabers Community Bandung akan meyakini hal-hal mengenai hukumhukum Allah. Mereka meyakini akan adanya balasan bagi wanita yang menutup aurat di hari akhir. Pemikiran ini tersebut dapat melatarbelakangi wanita muslim untuk bergabung menjadi anggota Hijabers Community Bandung agar dapat terlihat menarik sesuai dengan perkembangan zaman tanpa melanggar nilai-nilai keislaman. Implementing beliefs menjadi dasar bagi struktur agama yang layak sehingga anggota Hijabers Community Bandung yang memiliki skor tinggi pada dimensi ini merupakan wanita muslim yang m5emiliki dasar-dasar keyakinan yang kuat terhadap agama Islam. Namun, 25,1% (12 orang) berada dalam kategori rendah pada dimensi ideologis. Hal ini berarti ada sebagian kecil anggota Hijabers Community Bandung yang belum memiliki penghayatan dalam meyakini hal-hal yang bersifat dogmatis dalam ajaran agama Islam. Pada dimensi ritualitas, hasil statistik menunjukkan 76,3% (49 orang) memiliki dimensi ritualitas yang tinggi. Hal ini berarti, anggota Hijabers Community Bandung menjalankan ibadah yang diperintahkan oleh Allah dengan konsisten seperti mengerjakan shalat, berpuasa, berdoa. Menurut Glock & Stark (1965:29) hal tersebut berkaitan dengan dimensi ritualitas, yang terdiri atas dua pola penting, yaitu ritual (activity) dan ketaatan (involvement). Sedangkan, sebanyak 23,7% (15 orang) belum Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora

7 Religiusitas pada Hijabers Community Bandung 317 menunjukkan adanya perubahan tingkah laku dalam beribadah walaupun sudah tergabung menjadi anggota Hijabers Community Bandung dan mengikuti kegiatankegiatan keagamaan yang diselenggarakan oleh komunitas ini. Pada dimensi eksperiensial, diperoleh data bahwa 71,6% (46 orang) memiliki dimensi eksperiensial yang tinggi. Para anggota Hijabers Community Bandung merasakan doa-doanya lebih mudah dikabulkan oleh Allah SWT dan mereka merasa Allah membimbingnya pada saat menghadapi kesulitan. Selain itu, dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilakukan bersama komunitas merupakan salah satu bentuk perbaikan diri karena merasa mendapat peringatan atas perbuatan yang telah dilakukan. Mereka meyakini komunitas ini memberikan mereka akan mendapatkan ilmu agama yang akan menuntun mereka untuk melakukan perbaikan diri. Meski demikian, sebanyak 28,4% (18 orang) memiliki dimensi eksperensial yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa keterkaitan dengan aktivitas sehari-hari yang melibatkan keagamaan masih dirasakan kurang. Sebagian kecil para anggota Hijabers Community Bandung tersebut merasakan doa-doanya masih banyak yang belum dikabulkan. Mereka juga tidak merasakan peringatan yang diberikan oleh Allah atas perbuatannya. Selanjutnya, pada dimensi intelektual diperoleh hasil 67,25% (43 orang) memiliki dimensi intelektual yang tinggi. Para anggota Hijabers Community Bandung dapat dikatakan memiliki minat yang cukup tinggi untuk membaca buku-buku keagamaan dan lebih tertarik untuk menghadiri pengajian serta kegiatan keputrian dalam memperdalam pengetahuan agamanya. Selain itu, dalam berbusana muslim mereka tetap mengikuti trend saat ini namun tetap berusaha sesuai dengan anjuran agama. Pada dimensi ini, terdapat 32,75% (21 orang) memiliki dimensi intelektual yang rendah. Menjadi anggota Hijabers Community Bandung tidak selalu menjadikan perilaku mereka lebih terarah pada aktivitas seputar pengetahuan keagamaan Islam dan pemahaman serta keyakinan mengenai dasar-dasar keislaman menjadi rendah, serta tidak menjadikan pengetahuan mengenai agama Islam yang mereka miliki menjadi bertambah. Dari hasil yang diperoleh pada dimensi konsekuensial, sebanyak 71,6% (46 orang) memiliki dimensi konsekuensial yang tinggi. Para anggota Hijabers Community Bandung, memiliki sikap maupun tingkah laku yang sesuai sya riat. Ilmu-ilmu yang didapatkan dari komunitas memberikan tuntunan dan melatarbelakangi setiap tindakan mereka dalam menghadapi kesulitan-kesulitan. Selain itu, mereka juga menjadikan Al Quran sebagai petunjuk untuk mencari jalan keluar dari kesulitan yang sedang mereka hadapi. Namun demikian, sebanyak 28,4% (18 orang) masih memiliki dimensi konsekuensial yang rendah. Hal ini berarti, perilaku yang ditampilkan anggota Hijabers Community Bandung belum didasari oleh nilai-nilai Islam. Perilaku yang mereka tampilkan lebih didasari oleh penilaian orang lain dan komunitasnya. Berdasarkan hasil pengukuran juga diketahui bahwa dimensi intelektual merupakan dimensi yang kurang diantara keempat dimensi lainnya. Meskipun mereka meyakini tentang nilai-nilai keislaman dan terlibat dalam aktivitas sesuai dengan ajaran agama, namun pemahaman anggota Hijabers Community Bandung tentang agama cenderung kurang. Hal tersebut didukung pula oleh hasil wawancara dan observasi pada beberapa anggota Hijabers Community Bandung yang mengatakan bahwa mereka mengetahui perintah untuk berjilbab namun tanpa mengetahui dasar atau dalil-dalil Al Qur an mengenai perintah berjilbab itu sendiri, dan berpenampilan tertutup namun tidak memperhatikan ketentuan-ketentuan berbusana muslim yang seharusnya. Selain itu, ISSN Vol 3, No.1, Th, 2012

8 318 Yunita Sari, et al. mereka juga mengatakan bahwa Hijabers Community Bandung kontribusi pada peningkatan keimanan mereka. mampu memberi 6. Simpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa 74,9% (48 orang) anggota Hijabers Community Bandung memiliki religiusitas yang tinggi dan 25,1 % (16 orang) memiliki religiusitas rendah. Dari kelima dimensi religiusitas, terdapat salah satu dimensi yang kurang dibandingkan dengan keempat dimensi lainnya yaitu dimensi intelektual. Hal ini berarti, meskipun memiliki religiusitas yang tinggi namun anggota Hijabers Community Bandung masih perlu meningkatkan pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan beragama Islam melalui dalil-dalil yang kuat dari Al Qur an dan Al Hadits dalam berperilaku. Selain itu, faktor norma dan tata nilai yang ada pada komunitas juga memberi kontribusi pada perkembangan religiusitas anggota Hijabers Community Bandung. Dengan demikian, perlu kiranya diselenggarakan kegiatan yang mengkaji dasar-dasar keislaman dari Al Qur an dan Al Hadist secara utuh serta meningkatkan minat anggota Hijabers Community Bandung untuk mempelajari ilmu keislaman. 7. Daftar pustaka Glock, C & R, Stark Religion and Society in Social Tension. USA: Rand McNally and Company. Beit-Hallahmi, Benjamin and Argyle, Michael The Psychology of Religious Behaviour, Belief and Experience. London and New York: Routledge. H.Jalaludin Psikologi Agama. Jakarta: Rajawali Pers. Noor, Hasanuddin Psikometri, Aplikasi dalam Penyusunan Instrumen Pengukuran Perilaku. Bandung: Fakultas Psikologi Unisba. Puspita, Rista Studi Mengenai Religiusitas Pada Mahasiswi Angkatan 2007 Yang Baru Memakai Kerudung Di Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung. Skripsi. Universitas Islam Bandung. Tidak diterbitkan. Fazriyati, Wardah dan Wawa Hijabers Community, Bersyiar Melalui Fashion Taat Kaidah. Tersedia pada yiar.melalui.fashion.taat.kaidah. Diakses pada 20 Februari Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora

Studi Deskriptif Mengenai Religiusitas pada Siswa Bermasalah di SMA PGII 2 Bandung

Studi Deskriptif Mengenai Religiusitas pada Siswa Bermasalah di SMA PGII 2 Bandung Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Deskriptif Mengenai Religiusitas pada Siswa Bermasalah di SMA PGII 2 Bandung ¹Fassa Dery Rosdian, ² Susandari 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung,

Lebih terperinci

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Peran Teman Dengan Religiusitas Pada Komunitas Motor X

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Peran Teman Dengan Religiusitas Pada Komunitas Motor X Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Hubungan Antara Persepsi Terhadap Peran Teman Dengan Religiusitas Pada Komunitas Motor X 1 Tiari Mafaza, 2 Agus Budiman 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiliki kebebasan untuk memeluk dan menjalankan agama menurut

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiliki kebebasan untuk memeluk dan menjalankan agama menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia memiliki kebebasan untuk memeluk dan menjalankan agama menurut kepercayaannya. Glock & Stark, (1965) mendefinisikan agama sebagai sistem simbol, sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara kultural dengan wujud di atas manusia yang di asumsikan juga secara kultural dalam

BAB I PENDAHULUAN. secara kultural dengan wujud di atas manusia yang di asumsikan juga secara kultural dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agama merupakan suatu lembaga yang terbentuk akibat adanya interaksi terpola secara kultural dengan wujud di atas manusia yang di asumsikan juga secara kultural

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. menengah perkotaan, mereka menyadari bahwa penampilan memegang peranan

BAB V PENUTUP. menengah perkotaan, mereka menyadari bahwa penampilan memegang peranan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Sebagai komunitas yang dibentuk berdasarkan kesadaran religious, Komunitas Hijabers Yogyakarta ingin menampilkan sebuah identitas baru yaitu berbusana yang modis tapi tetap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan menjadi faktor paling penting bagi karakteristik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan menjadi faktor paling penting bagi karakteristik dan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi faktor paling penting bagi karakteristik dan pengaruhnya bagi suatu bangsa. Tanpa adanya pendidikan, maka bangsa tersebut akan tertinggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengenakan jilbab atau kerudung sudah menjadi sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengenakan jilbab atau kerudung sudah menjadi sesuatu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siapa yang tidak mengenal istilah jilbab? Jilbab atau kerudung merupakan istilah yang sudah tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Di Indonesia mengenakan jilbab atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Asumsi dari penelitian kuantitatif ialah fakta-fakta dari objek penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Asumsi dari penelitian kuantitatif ialah fakta-fakta dari objek penelitian 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, karena dalam penelitian ini lebih menekankan pada data yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada Sang Pencipta (Jalaludin, 1996). Dalam terminologi Islam, dorongan ini dikenal

BAB I PENDAHULUAN. kepada Sang Pencipta (Jalaludin, 1996). Dalam terminologi Islam, dorongan ini dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, manusia mempunyai dorongan untuk mengabdi kepada Sang Pencipta (Jalaludin, 1996). Dalam terminologi Islam, dorongan ini dikenal

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI A. Pengertian Agama Agama dapat diartikan sebagai ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) kepada Tuhan Yang Mahakuasa, tata peribadatan, dan tata kaidah yang bertalian

Lebih terperinci

Prosiding Psikologi ISSN:

Prosiding Psikologi ISSN: Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Deskriptif Religiusitas pada Mahasiswa yang Mengkonsumsi Alkohol di Universitas Islam Bandung Description Study of Religiosity in Students Who Consume Alcohol

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Berprestasi. kebutuhan untuk mengerjakan atau melakukan kegiatannya lebih baik dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Berprestasi. kebutuhan untuk mengerjakan atau melakukan kegiatannya lebih baik dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Motivasi berprestasi A. Motivasi Berprestasi Menurut Soekidjo (2009: 117), secara naluri setiap orang mempunyai kebutuhan untuk mengerjakan atau melakukan kegiatannya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Llabel adalah bagian dari sebuah barang yang berupa keterangan (kata-kata) tentang

BAB II LANDASAN TEORI. Llabel adalah bagian dari sebuah barang yang berupa keterangan (kata-kata) tentang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Label Halal Label adalah sejumlah keterangan pada kemasan produk. Secara umum, label minimal harus berisi nama atau merek produk, bahan baku,

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan kuantitatif, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisa Data Dan Uji Hipotesa Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk melihat hubungan antara religiusitas dan well-being pada komunitas salafi

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISA DATA. religiusitas homoseksual Muslim dan Kristen meliputi :

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISA DATA. religiusitas homoseksual Muslim dan Kristen meliputi : 82 BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISA DATA Bab ini membahas religiusitas homoseksual dan perbedaan makna religiusitas homoseksual Muslim dan Kristen meliputi : A. Religiositas Homoseksual di Surabaya Religiusitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Religiusitas erat kaitannya dengan keyakinan terhadap nilai-nilai keislaman dan selalu diidentikkan dengan keberagamaan. Religiusitas dalam kehidupan seseorang

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA LAPANGAN. A. Gambaran Umum Majelis Ta lim Masjid Nur sa id 1. Sejarah berdirinya Majelis Ta lim

BAB III PENYAJIAN DATA LAPANGAN. A. Gambaran Umum Majelis Ta lim Masjid Nur sa id 1. Sejarah berdirinya Majelis Ta lim 69 BAB III PENYAJIAN DATA LAPANGAN A. Gambaran Umum Majelis Ta lim Masjid Nur sa id 1. Sejarah berdirinya Majelis Ta lim Dengan berdirinya komplek Perumahan Villa Citra Bandar Lampung, terbentuklah PKK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hal yang menjadi perhatian bagi masyarakat Indonesia adalah agama. Terdapat enam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hal yang menjadi perhatian bagi masyarakat Indonesia adalah agama. Terdapat enam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki keragaman suku, ras, golongan dan agama. Salah satu hal yang menjadi perhatian bagi masyarakat Indonesia adalah agama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (supernatural) (Jalaluddin, 2002). Manusia di mana pun berada dan bagaimana pun

BAB I PENDAHULUAN. (supernatural) (Jalaluddin, 2002). Manusia di mana pun berada dan bagaimana pun BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Masalah Sejak dilahirkan manusia telah dianugerahkan potensi beragama. Potensi ini berupa kecenderungan untuk tunduk dan mengabdi kepada sesuatu yang adikodrati (supernatural)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wanita muslim umumnya identik dengan hijab. Dalam agama Islam,

BAB I PENDAHULUAN. Wanita muslim umumnya identik dengan hijab. Dalam agama Islam, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wanita muslim umumnya identik dengan hijab. Dalam agama Islam, berhijab diwajibkan bagi perempuan untuk menjaga fitrahnya. Adapun pengertian hijab ini sebenarnya sangat

Lebih terperinci

4. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

4. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA 41 4. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan interpretasinya. Pembahasan dalam bab 4 ini meliputi gambaran umum partisipan, ada tidaknya hubungan antara sikap terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif ini menggunakan pendekatan korelasional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan rancangan penelitian yang dianggap relevan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan rancangan penelitian yang dianggap relevan 30 BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan rancangan penelitian yang dianggap relevan dengan permasalahan yang diteliti, untuk menjelaskan hubungan antara religiusitas dengan sikap terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS 11 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Psychological Well-Being 1. Konsep Psychological Well-Being Psychological well-being (kesejahteraan psikologi) dipopulerkan oleh Ryff pada tahun 1989. Psychological well-being

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam sebagai mahasiswa aktif tahun

BAB V PEMBAHASAN. mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam sebagai mahasiswa aktif tahun BAB V PEMBAHASAN Populasi pada penelitian ini ialah para mahasiswi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) di IAIN Tulungagung yang terdiri dari tiga jurusan yaitu akuntansi syariah, ekonomi syariah

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. dalam hal ini yaitu kota Yogyakarta bertujuan untuk melihat pola-pola yang

BAB IV PENUTUP. dalam hal ini yaitu kota Yogyakarta bertujuan untuk melihat pola-pola yang BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian mengenai terjadinya variasi penggunaan hijab di masyarakat perkotaan, dalam hal ini yaitu kota Yogyakarta bertujuan untuk melihat pola-pola yang menimbulkan pembentukan

Lebih terperinci

Hubungan antara Persepsi terhadap Peran Teman Sebaya dengan Religiusitas pada Siswa Madrasah Aliyah X Kabupaten Bandung

Hubungan antara Persepsi terhadap Peran Teman Sebaya dengan Religiusitas pada Siswa Madrasah Aliyah X Kabupaten Bandung Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Hubungan antara Persepsi terhadap Peran Teman Sebaya dengan Religiusitas pada Siswa Madrasah Aliyah X Kabupaten Bandung 1 Nabila Senja Widhani, 2 Ihsana Sabriani Borualogo

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sekelompok individu (Eisenberg, 1989). Hudaniah, 2006), menekankan bahwa perilaku prososial mencakup tindakantindakan

BAB II LANDASAN TEORI. sekelompok individu (Eisenberg, 1989). Hudaniah, 2006), menekankan bahwa perilaku prososial mencakup tindakantindakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perilaku Prososial 2.1.1. Pengertian Perilaku Prososial Perilaku prososial didefinisikan sebagai tindakan sukarela yang dimaksudkan untuk membantu atau memberi keuntungan pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Forgiveness 2.1.1. Definisi Forgiveness McCullough (2000) bahwa forgiveness didefinisikan sebagai satu set perubahan-perubahan motivasi di mana suatu organisme menjadi semakin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. penelitian. Penyusunan desain penelitian merupakan tahap perencanaan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. penelitian. Penyusunan desain penelitian merupakan tahap perencanaan penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Menurut Alsa (2011 : 18) desain atau rancangan penelitian dipakai untuk menunjuk pada rencana peneliti tentang bagaimana ia akan melaksanakan penelitian.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu suatu pendekatan yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan untuk menanggapi bahwa terdapat kekuatan lain yang maha besar

BAB I PENDAHULUAN. perasaan untuk menanggapi bahwa terdapat kekuatan lain yang maha besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agama merupakan ajaran atau sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka kebutuhan hidup manusia kian berkembang pula. Tidak hanya kebutuhan akan sandang, papan, pangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang memiliki penduduk mayoritas beragama Islam. Dalam ajarannya, Islam memerintahkan wanita yang telah memasuki usia akil baligh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dianutnya. Setiap orang memilih satu agama dengan bermacam-macam alasan, antara

BAB I PENDAHULUAN. dianutnya. Setiap orang memilih satu agama dengan bermacam-macam alasan, antara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia dilahirkan dengan kebebasan untuk memilih agama yang ingin dianutnya. Setiap orang memilih satu agama dengan bermacam-macam alasan, antara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup tanpa bantuan orang lain untuk melakukan hubungan atau interaksi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup tanpa bantuan orang lain untuk melakukan hubungan atau interaksi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini, manusia pada dasarnya akan merasakan kesulitan jika hidup tanpa bantuan orang lain untuk melakukan hubungan atau interaksi dan melanjutkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrol Diri Kontrol diri perlu dimiliki oleh setiap orang yang akan mengarahkan perilakunya sesuai dengan norma-norma yang berlaku di lingkungannya dengan seluruh kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Cinta dan seksual merupakan salah satu permasalahan yang terpenting yang dialami oleh remaja saat ini. Perasaan bersalah, depresi, marah pada gadis yang mengalami

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sugiyono (2012: 7) mengatakan bahwa: dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah di tetapkan. 11

BAB III METODE PENELITIAN. Sugiyono (2012: 7) mengatakan bahwa: dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah di tetapkan. 11 24 BAB III A. Jenis Penelitian METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik mulai dari pengumpulan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEPUASAN PERKAWINAN. alasan ekonomi dan atau reproduksi (Gladding, 2012: 434).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEPUASAN PERKAWINAN. alasan ekonomi dan atau reproduksi (Gladding, 2012: 434). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEPUASAN PERKAWINAN 1. Pengertian Kepuasan Perkawinan Kepuasan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2010: 129) merupakan perasaan senang, lega, gembira karena hasrat, harapan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap hasil penelitian. Kegiatan penilitian harus mengikuti langkah-langkah

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap hasil penelitian. Kegiatan penilitian harus mengikuti langkah-langkah BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan faktor penting yang sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian. Kegiatan penilitian harus mengikuti langkah-langkah kerja sehingga dalam pelaksanaannya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. bahwa film ini banyak merepresentasikan nilai-nilai Islami yang diperankan oleh

BAB V PENUTUP. bahwa film ini banyak merepresentasikan nilai-nilai Islami yang diperankan oleh BAB V PENUTUP 5.1. Simpulan Setelah dilakukan penelitian, kajian pustaka dan analisis data film Cinta Subuh mengenai nilai-nilai Islami di dalam film tersebut, maka dapat dikatakan bahwa film ini banyak

Lebih terperinci

KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN

KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN 5.1 Kesimpulan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran komitmen beragama pada remaja dengan orang tua berbeda agama. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah 65 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Sedangkan metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. dengan pertanyaan penelitian, sebagai berikut: 1. Brand image berpengaruh positif pada sikap terhadap produk.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. dengan pertanyaan penelitian, sebagai berikut: 1. Brand image berpengaruh positif pada sikap terhadap produk. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan yang sesuai dengan pertanyaan

Lebih terperinci

HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KONTROL DIRI PADA ANGGOTA INTELKAM POLRES CILACAP. Oleh : Fajar Kurniawan*) Retno Dwiyanti**) ABSTRAK

HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KONTROL DIRI PADA ANGGOTA INTELKAM POLRES CILACAP. Oleh : Fajar Kurniawan*) Retno Dwiyanti**) ABSTRAK HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KONTROL DIRI PADA ANGGOTA INTELKAM POLRES CILACAP Oleh : Fajar Kurniawan*) Retno Dwiyanti**) ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara religiusitas dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Islam menyerukan seorang wanita muslimah untuk mengulurkan jilbab-jilbab

I. PENDAHULUAN. Islam menyerukan seorang wanita muslimah untuk mengulurkan jilbab-jilbab 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan seorang muslimah, menutup aurat merupakan sebuah kewajiban yang tidak dapat dihindari. Dalam menutup aurat tersebut, ajaran Islam menyerukan

Lebih terperinci

Kesejahteraan Psikologis pada Survivor Kanker di Bandung Cancer Society (BCS)

Kesejahteraan Psikologis pada Survivor Kanker di Bandung Cancer Society (BCS) Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Kesejahteraan Psikologis pada Survivor Kanker di Bandung Cancer Society (BCS) 1 Hany Fakhitah, 2 Temi Damayanti Djamhoer 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung,

Lebih terperinci

Hubungan antara Religious Commitment dengan Keputusan Mengunakan Jasa Bank Syariah pada Dosen Unisba

Hubungan antara Religious Commitment dengan Keputusan Mengunakan Jasa Bank Syariah pada Dosen Unisba Prosiding SNaPP2011: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 Hubungan antara Religious Commitment dengan Keputusan Mengunakan Jasa Bank Syariah pada Dosen Unisba 1 Dewi Sartika, 2 Ali Mubarak, dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang ada. Data yang terkumpul diwujudkan dalam bentuk angka-angka. akan menunjukkan sejauh mana dua hal saling berhubungan.

BAB III METODE PENELITIAN. yang ada. Data yang terkumpul diwujudkan dalam bentuk angka-angka. akan menunjukkan sejauh mana dua hal saling berhubungan. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Karena hanya menggambarkan suatu keadaan, gambaran umum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan mayoritas penduduk muslim.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan mayoritas penduduk muslim. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan mayoritas penduduk muslim. Jumlah pemeluk agama Islam di Indonesia pada tahun 2010 sekitar 217 juta jiwa dari total penduduk

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Permasalahan. menerima ilmu kemudian menyebarkannya. Kaum muslimin (pria) wajib

BAB. I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Permasalahan. menerima ilmu kemudian menyebarkannya. Kaum muslimin (pria) wajib BAB. I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Permasalahan Terdapat perbedaan pada hak dan kewajiban antara pria dan wanita dalam menjalankan ajaran agama Islam. Perbedaan ini telah diatur dalam kitab suci Al-Quran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan tenaga kerja yang ulet dan terampil sehingga dicapailah performa

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan tenaga kerja yang ulet dan terampil sehingga dicapailah performa 14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya organisasi yang memiliki sumber daya manusia yang baik akan menjadikan organisasi mempunyai kekuatan untuk menghadapi persaingan (Cushway, 2002).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi kemajuan suatu bangsa. Masa anak-anak disebut-sebut sebagai masa. yang panjang dalam rentang kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. bagi kemajuan suatu bangsa. Masa anak-anak disebut-sebut sebagai masa. yang panjang dalam rentang kehidupan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan karunia terbesar bagi keluarga, agama, bangsa, dan negara. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah penerus citacita bagi kemajuan

Lebih terperinci

Prosiding Psikologi ISSN:

Prosiding Psikologi ISSN: Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Hubungan antara Religiusitas dan Perilaku pada Siswa Kelas XI SMA Plus Assalaam Bandung Relation between Religious and Behavior of 11th grade Student Assalaam Senior

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melepaskan diri dari ketegangan ketegangan yang sedang dialami. Budaya

BAB I PENDAHULUAN. melepaskan diri dari ketegangan ketegangan yang sedang dialami. Budaya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia dan agama adalah pasangan kata yang lazim ditemukan. Agama merupakan hasil dari budaya yang diciptakan manusia itu sendiri untuk melepaskan diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. busana yang ketat dan menonjolkan lekuk tubuhnya. istilah jilboobs baru muncul belakangan ini.

BAB I PENDAHULUAN. busana yang ketat dan menonjolkan lekuk tubuhnya. istilah jilboobs baru muncul belakangan ini. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jilboobs berasal dari kata jilbab dan boobs. Jilbab adalah kain yang digunakan untuk menutup kepala sampai dada yang dipakai oleh wanita muslim, sedangkan boobs berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu kecantikan ragawi dan juga inner beauty atau kecantikan dari dalam.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu kecantikan ragawi dan juga inner beauty atau kecantikan dari dalam. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keindahan dan kecantikan seorang perempuan bersumber dari dua arah, yaitu kecantikan ragawi dan juga inner beauty atau kecantikan dari dalam. Kecantikan dari

Lebih terperinci

Tabel 13 : Rekapitulasi angket indikator variabel y pengalaman religiusitas santri BAB I PENDAHULUAN

Tabel 13 : Rekapitulasi angket indikator variabel y pengalaman religiusitas santri BAB I PENDAHULUAN 14 Tabel 13 : Rekapitulasi angket indikator variabel y pengalaman..... 98 Tabel 14 : Pengaruh intensitas santri dalam kegiatan pendidikan pesantren dengan religiusitas santri... 101 BAB I PENDAHULUAN Bab

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG PERAN GURU PAI DALAM PENGEMBANGAN RELIGIUSITAS SISWA DI SMP ISLAM SUBHANAH SUBAH BATANG

BAB IV ANALISIS TENTANG PERAN GURU PAI DALAM PENGEMBANGAN RELIGIUSITAS SISWA DI SMP ISLAM SUBHANAH SUBAH BATANG BAB IV ANALISIS TENTANG PERAN GURU PAI DALAM PENGEMBANGAN RELIGIUSITAS SISWA DI SMP ISLAM SUBHANAH SUBAH BATANG A. Analisis Peran Guru PAI dalam Pengembangan Religiusitas Siswa di SMP Islam Subhanah Subah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. publik, baik di lingkungan pemerintah maupun di lingkungan swasta.

BAB I PENDAHULUAN. publik, baik di lingkungan pemerintah maupun di lingkungan swasta. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Trend busana muslim dikalangan perempuan Indonesia beberapa tahun berakhir ini merupakan fenomena yang menggembirakan. Tentu hal ini sangat berbeda dengan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jilbab. Selain dari perkembangan fashion atau mode, jilbab juga identik dengan

BAB I PENDAHULUAN. jilbab. Selain dari perkembangan fashion atau mode, jilbab juga identik dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Fashion atau mode saat ini semakin berkembang di Indonesia, begitu pula dengan perkembangan jilbab. Saat ini semakin banyak wanita yang memakai jilbab. Selain dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia. Sebagian besar penghuni planet bumi kita dengan berbagai latar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia. Sebagian besar penghuni planet bumi kita dengan berbagai latar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama merupakan hal yang boleh dikatakan universal dalam hidup manusia. Sebagian besar penghuni planet bumi kita dengan berbagai latar belakang lingkungan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tampil cantik dan modis dengan gaya elegan, feminine, atau simple kini dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tampil cantik dan modis dengan gaya elegan, feminine, atau simple kini dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tampil cantik dan modis dengan gaya elegan, feminine, atau simple kini dapat dinikmati dalam balutan busana muslimah, Anak muda sekarang kian menggemari tren busana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buruk, memelihara ketertiban dan keamanan, juga memelihara hak orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. buruk, memelihara ketertiban dan keamanan, juga memelihara hak orang lain. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja merupakan salah satu masa dalam tahap perkembangan manusia yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Periode ini dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Memakai jilbab merupakan kewajiban bagi seorang muslimah. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kehormatan perempuan dengan menutup aurat mereka. Di zaman jahiliyah dulu,

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 53 5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dari hasil penelitian dan diskusi mengenai hasil-hasil yang diperoleh dari penelitian. Selain itu, dalam bab ini juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki arti tradisi. Istilah asing lainnya yang memiliki pengertian dengan agama adalah dari

BAB I PENDAHULUAN. memiliki arti tradisi. Istilah asing lainnya yang memiliki pengertian dengan agama adalah dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agama adalah sebuah istilah yang diambil dari bahasa Sanskerta yaitu Āgama yang memiliki arti tradisi. Istilah asing lainnya yang memiliki pengertian dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada umumnya memiliki keberagamaan, dan hal tersebut berupa

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada umumnya memiliki keberagamaan, dan hal tersebut berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada umumnya memiliki keberagamaan, dan hal tersebut berupa kecenderungan untuk Kepercayaan pada suatu kekuatan Transenden yang menimbulkan cara hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakatnya, terutama pada kaum perempuan. Sebagian besar kaum perempuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakatnya, terutama pada kaum perempuan. Sebagian besar kaum perempuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menururt Waspodo (2014) Negara Indonesia merupakan negara muslim terbesar di dunia, meskipun hanya 88% penduduknya beragama Islam. Besarnya jumlah pemeluk agama Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diwajibkan bagi perempuan untuk menjaga fitrahnya. Berhijab adalah. Sebagaimana kewajiban berhijab dalam Al-Qur'an Q.

BAB I PENDAHULUAN. diwajibkan bagi perempuan untuk menjaga fitrahnya. Berhijab adalah. Sebagaimana kewajiban berhijab dalam Al-Qur'an Q. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, hijab yang lebih sering merujuk pada kerudung atau jilbab ditunjukkan sebagai sesuatu yang selalu digunakan untuk menutupi bagian kepala hingga dada wanita.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya mengundang kekaguman pria. M.Quraish Shihab hlm 46

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya mengundang kekaguman pria. M.Quraish Shihab hlm 46 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jilbab berasal dari bahasa Arab yang jamaknya jalaabiib yang artinya pakaian yang lapang atau luas. Pengertiannya adalah pakaian yang lapang dan dapat menutup

Lebih terperinci

Lampiran I. Permohonan Menjadi Responden. Dengan Hormat,

Lampiran I. Permohonan Menjadi Responden. Dengan Hormat, LAMPIRAN 63 64 Lampiran I. Permohonan Menjadi Responden Dengan Hormat, Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Didik Iman Margatot NIM : 20120320040 Alamat : Jl. Tegalrejo, Gg. Mawar, no. 74, Kasihan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sesuai dengan moral dan cara hidup yang diharapkan oleh ajaran

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sesuai dengan moral dan cara hidup yang diharapkan oleh ajaran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Agama merupakan faktor penting yang dapat membimbing manusia agar berperilaku sesuai dengan moral dan cara hidup yang diharapkan oleh ajaran agama yang dianut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. angka, yang datanya berwujud bilangan (skor atau nilai, peringkat atau frekuensi),

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. angka, yang datanya berwujud bilangan (skor atau nilai, peringkat atau frekuensi), BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Padapenelitian ini metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang bekerja dengan

Lebih terperinci

Hubungan Religiusitas dengan Kepuasan Pernikahan pada Individu yang Menikah Melalui Ta aruf

Hubungan Religiusitas dengan Kepuasan Pernikahan pada Individu yang Menikah Melalui Ta aruf Hubungan Religiusitas dengan Kepuasan Pernikahan pada Individu yang Menikah Melalui Ta aruf Helda Novia Rahmah, Ahmad, Ratna Mardiati Fakultas Psikologi, Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 15 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Produktivitas Kerja 1. Definisi Produktivitas Kerja Pengertian Produktivitas Akhir-akhir ini merupakan masalah yang sedang hangat dibicarakan, karena produktivitas mempunyai

Lebih terperinci

LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. INSTRUMEN PENELITIAN. No Sumber Data / Informasi. Dicapai. 1. Subyek penelitian. Keberagamaan Homoseksual. Mengetahui sikapsikap

LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. INSTRUMEN PENELITIAN. No Sumber Data / Informasi. Dicapai. 1. Subyek penelitian. Keberagamaan Homoseksual. Mengetahui sikapsikap LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. INSTRUMEN PENELITIAN No Sumber Data / Informasi 1. Subyek penelitian adalah homoseksual (melalui wawancara mendalam) Aspek Pengumpulan Data Keberagamaan Homoseksual 1. keyakinan diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selain papan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selain papan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selain papan dan pangan, hal tersebut sangat penting bagi manusia untuk menutup bagian bagian tubuh manusia. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat. Terdapat bentuk-bentuk

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat. Terdapat bentuk-bentuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia memiliki keterkaitan di antara jenjang atau tingkatannya. Tingkat tertinggi dalam pendidikan di Indonesia adalah perguruan tinggi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pengalaman Beragama. Pengalaman beragama menurut Glock & Stark (Hayes, 1980) adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pengalaman Beragama. Pengalaman beragama menurut Glock & Stark (Hayes, 1980) adalah 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGALAMAN BERAGAMA 1. Pengertian Pengalaman Beragama Menurut Jalaluddin (2007), pengalaman beragama adalah perasaan yang muncul dalam diri seseorang setelah menjalankan ajaran

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN PERKEMBANGAN MORAL PADA SANTRIWATI

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN PERKEMBANGAN MORAL PADA SANTRIWATI HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN PERKEMBANGAN MORAL PADA SANTRIWATI NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi dan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja ini disebut sebagai masa penghubung atau masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja ini disebut sebagai masa penghubung atau masa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja ini disebut sebagai masa penghubung atau masa peralihan antara masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada periode ini terjadi perubahan-perubahan besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keluarga merupakan salah satu aset terpenting yang nantinya akan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keluarga merupakan salah satu aset terpenting yang nantinya akan membentuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara mengenai pendidikan, orang tua adalah wadah pertama yang memiliki pengaruh sangat besar dalam pembentukan watak dan kepribadian anak. Pemilihan sekolah merupakan

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN 35 BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak lokasi pasar Pandu Pasar Pandu Banjarmasin timur terletak di jalan Pandu K.M 4,5 kelurahan kuripan dengan batas-batas sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Oktaviani (2013:1) Menyatakan kenakalan remaja adalah salah satu yang sering terjadi di sekolah dan lingkungan sekitarnya. Masalah-masalah inilah yang cenderung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menaruh dasar pada agama yang kuat. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menaruh dasar pada agama yang kuat. Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang menaruh dasar pada agama yang kuat. Hal ini terlihat dari Pancasila sebagai dasar negara dengan sila pertama ke Tuhanan Yang

Lebih terperinci

Prosiding SNaPP2012:Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN Sulisworo Kusdiyati, 2 Yuli Aslamawati

Prosiding SNaPP2012:Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN Sulisworo Kusdiyati, 2 Yuli Aslamawati Prosiding SNaPP2012:Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 HUBUNGAN RELIGIOUS COMMITMENT DAN FONDASI MORAL PADA MAHASISWA UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG 1 Sulisworo Kusdiyati, 2 Yuli Aslamawati 1,2,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peraturan-peraturan yang menata bagaimana cara berhubungan antara. mengabdi kepada Allah. Dengan mengamalkan ajaran agama, itu

BAB I PENDAHULUAN. peraturan-peraturan yang menata bagaimana cara berhubungan antara. mengabdi kepada Allah. Dengan mengamalkan ajaran agama, itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama adalah suatu kepercayaan yang berisi norma-norma atau peraturan-peraturan yang menata bagaimana cara berhubungan antara manusia dengan Sang Maha Kuasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Agama adalah wahyu yang diturunkan Allah untuk manusia. Fungsi dasar agama adalah memberikan orientasi, motivasi dan membantu manusia untuk mengenal dan menghayati

Lebih terperinci

PENGARUH RELIGIUSITAS DAN INTERAKSI SOSIAL TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS SISWA KELAS XI SMK NEGERI 1 WONOASRI KABUPATEN MADIUN

PENGARUH RELIGIUSITAS DAN INTERAKSI SOSIAL TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS SISWA KELAS XI SMK NEGERI 1 WONOASRI KABUPATEN MADIUN PENGARUH RELIGIUSITAS DAN INTERAKSI SOSIAL TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS SISWA KELAS XI SMK NEGERI 1 WONOASRI KABUPATEN MADIUN Wayan Yudhi Anggara *) wayanyudhi21@gmail.com Ibnu Mahmudi **) mahmudiibnu@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Imitasi Perilaku Keagamaan. meniru orang lain. Imitasi secara sederhana menurut Tarde (dalam Gerungan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Imitasi Perilaku Keagamaan. meniru orang lain. Imitasi secara sederhana menurut Tarde (dalam Gerungan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Imitasi Perilaku Keagamaan 1. Pengertian Imitasi Kehidupan anak-anak pada dasarnya banyak dilakukan dengan meniru atau yang dalam psikologi lebih dikenal dengan istilah imitasi.

Lebih terperinci

Prosiding Psikologi ISSN:

Prosiding Psikologi ISSN: Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Hubungan Religiusitas dengan Penyesuaian Sosial pada Anggota Komunitas Punk Muslim di Pulogadung Jakarta Relation of Religiosity and Social Adjustments on the Muslim

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR EKONOMI, MODAL SOSIAL, DAN RELIGIUSITAS TERHADAP PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN. oleh: Sa adah Yuliana

PENGARUH FAKTOR EKONOMI, MODAL SOSIAL, DAN RELIGIUSITAS TERHADAP PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN. oleh: Sa adah Yuliana PENGARUH FAKTOR EKONOMI, MODAL SOSIAL, DAN RELIGIUSITAS TERHADAP PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN oleh: Sa adah Yuliana PENGARUH FAKTOR EKONOMI, MODAL SOSIAL, DAN RELIGIUSITAS TERHADAP PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN LATAR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Pendidikan Agama Islam (PAI)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Pendidikan Agama Islam (PAI) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pendidikan Agama Islam (PAI) Pendidikan agama merupakan salah satu dari tiga subyek pelajaran yang harus dimasukkan dalam kurikulum setiap lembaga pendidikan formal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam setiap aktivitasnya. Pemandangan perempuan berjilbab di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam setiap aktivitasnya. Pemandangan perempuan berjilbab di Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini banyak kita lihat perempuan yang menggunakan jilbab dalam setiap aktivitasnya. Pemandangan perempuan berjilbab di Indonesia pada saat ini bermula dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Religiusitas. religi dalam bahasa Latin religio yang akar katanya adalah religure yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Religiusitas. religi dalam bahasa Latin religio yang akar katanya adalah religure yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Religiusitas 1. Definisi Religiusitas Menurut Gazalba (dalam Ghufron, 2012) religiusitas berasal dari kata religi dalam bahasa Latin religio yang akar katanya adalah religure

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG BERPAKAIAN MUSLIM DAN MUSLIMAH DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG BERPAKAIAN MUSLIM DAN MUSLIMAH DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG BERPAKAIAN MUSLIM DAN MUSLIMAH DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAROS Menimbang : a. bahwa sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kecemasan Menghadapi Kematian. ciri yang mengarah pada diri sendiri. Menurut Freud (Alwisol, 2005;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kecemasan Menghadapi Kematian. ciri yang mengarah pada diri sendiri. Menurut Freud (Alwisol, 2005; BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Menghadapi Kematian 1. Pengertian Kecemasan Menghadapi Kematian Kecemasan didefinisikan oleh Kartono (2005) sebagai suatu kegelisahan, kekhawatiran dan ketakutan terhadap

Lebih terperinci