BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
|
|
- Hartono Oesman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Subyek Penelitian Penelitian yang baik tentunya didukung oleh berbagai persiapan yang maksimal. Beberapa hal yang perlu dipersiapkan antara lain pemilihan lokasi dan subyek penelitian, tempat wawancara, peralatan yang digunakan untuk merekam pada saat wawancara, serta angket yang telah disiapkan. 1. Peralatan Wawancara Peralatan pendukung yang digunakan saat wawancara antara lain handphone yang ada perekamnya, alat tulis, buku tulis. Handphone digunakan pada saat merekam suara supaya lebih jelas. Alat tulis dan buku tulis digunakan untuk membantu peneliti dalam menuliskan hasil wawancara yang telah dilakukan. 2. Pelaksanaan Wawancara Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni Permintaan izin disampaikan kepada Kepala Sekolah SMA dan Guru Matematika kelas XI SMA 1 Bae Kudus. Maksud dan tujuan dari wawancara ini adalah untuk mencari permasalahan tentang gaya belajar siswa. Subyek penelitian untuk wawancara ini adalah Waka Kurikulum dan dua Guru Matematika. Wawancara di lakukan dua kali di sekolah diluar jam pelajaran, kebetulan pada saat melakukan wawancara waktu untuk melakukan wawancara tersebut sangat panjang dikarenakan adanya kelas meeting. Wawancara subyek penelitian oleh Waka Kurikulum dilakukan satu kali yang bertujuan untuk mengetahui kurikulum yang ada di kelas XI program IPA dan IPS serta penjurusan masuk program IPA dan IPS yang dilakukan oleh sekolah. Wawancara subyek penelitian oleh Guru Matematika kelas XI program IPA dan IPS dilakukan dua kali di sekolah yang bertujuan untuk mengetahui permasalahan penelitian dan mendeskripsikan gaya belajar yang ada pada siswa kelas IPA dan IPS. 28
2 29 3. Pelaksanaan Angket Angket untuk subyek dalam penelitian ini berasal dari siswa kelas XI IPA 2 sebanyak 32 orang siswa, kelas XI IPA 4 sebanyak 32 orang siswa, kelas XI IPS 2 sebanyak 26 orang siswa, kelas XI IPS 3 sebanyak 26 orang siswa yang sejumlah 64 orang siswa kelas IPA dan 52 orang kelas IPS. Berdasarkan gambaran subyek penelitian diatas dapat ditabelkan sebagai berikut untuk memperjelas subyek penelitian. Tabel 4.1 Deskripsi Subyek Program kelas Frekuensi Prosentase (%) XI IPA 64 55,17% XI IPS 52 44,83% Jumlah % B. Hasil Penelitian 1. Pembahasan Wawancara SMA 1 Bae Kudus merupakan SMA RSBI (Rintisan Sekolah Berbasis Internasional) yang satu-satunya ada di kecamatan Bae Kudus ini dan mempunyai kelas XI program IPA dan IPS saja. Penjurusan program IPA dan IPS ini dilakukan pada kelas XI. Kriteria penjurusan diatur oleh direktorat teknis terkait (Pedoman Penjurusan Program IPA dan IPS SMA 1 Bae Kudus). Tahap 1 Waktu pelaksanaan dan penentuan penjurusan 1. Penentuan penjurusan dilakukan akhir semester genap kelas X dengan memperhitungkan nilai mata pelajaran ciri khas program studi pada semester genap. 2. Pelaksanaan penjurusan program dimulai pada semester gasal kelas XI. Tahap 2 Kriteria Penjurusan 1. Penentuan penjurusan memperhatikan daya tamping dan peringkat nilai rata-rata mata pelajaran cirri khas program, dengan memperhatikan nilai pengetahuan dan praktik semester genap yang akan ditentukan dalam pertemuan tersendiri antar unsur Kepala Sekolah, Waka Kurikulum, Wali Kelas X dan Biro Pengajaran dengan pola IPA 6 kelas dan IPS 4 kelas. 2. Peserta didik yang naik kelas XI dan akan mengambil program studi tertentu, boleh memiliki nilai yang tidak tuntas minimal 3 mata pelajaran yang bukan mata pelajaran cirri khas program yang akan dipilih. 3. Untuk mengetahui minat peserta didik dapat dilakukan melalui angket minat dan masukan dari guru BK. 4. Penjurusan pada kelas X dilaksanakan pada akhir semester genap oleh guru BK dengan mempertimbangkan: a. Prestasi Hasil Belajar b. Minat Siswa dalam memilih program
3 30 Pada penjurusan program di SMA 1 Bae Kudus ini tidak dibedakan antara program IPA dan IPS akan tetapi terdapat kriteria nilai minimal untuk mengambil program studi. Sebagaimana dijelaskan oleh Waka Kurikulum Bapak Supriyono dalam wawancara sebagai berikut: Dalam penjurusan ke program IPA dan IPS di SMA 1 Bae Kudus ini sekolah melakukan Tes Potensi Akademik (TPA) yang bertujuan untuk mengetahui kecondongan siswa dominan ke program IPA ataupun IPS, Tes minat dari APKIN yang bertujuan untuk mengetahui minat dari siswa masuk program IPA atau IPS. Setelah tes potensi akademik dan minat siswa dapat terungkap hasilnya secara keseluruhan dan disetujui oleh orang tua siswa masingmasing, tes potensi tersebut dirangking secara keseluruhan menurut hasil dari siswa dan dibuat daftar untuk masuk ke kelas IPA sebanyak 6 kelas dan IPS 4 kelas. Untuk kelas program IPA membuat batasan nilai terendah yaitu 78 untuk mata pelajaran Matematika, Fisika, Kimia, Biologi. Jika siswa minat ke kelas IPA, nilai mencukupi dan rangking dari tes potensi akademik condong ke IPA maka siswa bisa masuk kelas IPA tetapi kalau ada siswa yang minat ke IPA tetapi nilai tidak mencukupi secara akademik maka tidak bisa masuk IPA. Kalau untuk program IPS siswa yang masuk itu disesuaikan minat dan tes dari siswa. Untuk sarana prasarana program IPA dan IPS disesuaikan dengan kebutuhan dan ekstrakurikuler siswa kelas IPA dan IPS tidak dibedakan, siswa program IPA maupun program IPS leluasa menggunakan fasilitas yang ada di sekolah. Untuk kurikulum IPA dan IPS struktur sama dengan penambahan 6 jam per minggu. (Sumber:wawancara dengan Bapak Supriyono S.Pd, M.Pd selaku Waka Kurikulum SMA 1 Bae Kudus pada 13 Juni 2012) Pada pembelajaran antara kelas program IPA dan IPS berbeda, Ibu Alfiyah BA selaku guru matematika kelas program IPA ini menyatakan bahwa siswa IPA lebih disiplin, cenderung aktif dan kritis pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Menurut penuturan beliau anak IPA memiliki respon yang bagus terhadap pelajaran yang disampaikan oleh guru dan mempunyai semangat yang tinggi. Berdasarkan hal tersebut berikut kutipan wawancara yang dilakukan dengan ibu Alfiyah BA sebagai berikut: Mengenai kebiasaan siswa, sebenarnya memang beraneka ragam misalnya: ada siswa yang suka cekatan dalam mengerjakan tugas, ada siswa yang merenung saat di jelaskan guru, ada siswa yang suka berdiskusi dengan teman dan dalam kelompok dan bermacam-macam. Tetapi secara keseluruhan untuk kelas program IPA sendiri ini mereka lebih paham dalam menerima pelajaran dengan latihan soal-soal dan berdiskusi ketimbang mendengarkan saya ceramah didepan. Sehingga belajar menurut
4 mereka ya dengan cara menggunakan pengalaman mereka sendiri mengerjakan latihan soal-soal yang saya berikan dan kalau kesulitan untuk menjawab soal mereka bertanya kepada saya. Gaya belajar yang dimiliki siswa ini untuk merangkulnya semuanya susah karena belum tahu pasti setiap siswa itu memiliki gaya belajar apa saja mbak, berbagai metode pembelajaran sudah saya pakai sampai saya kombinasikan antara metode pembelajaran yang satu dengan yang lain sesuai dengan teori yang saya sampaikan. Ya untuk sementara ini saya menggunakan latihan soal-soal untuk memenuhi gaya belajar siswa yang ada. Dengan adanya soal-soal tadi siswa lebih paham dan menyukai tugas-tugas pekerjaan rumah yang saya berikan, lebih banyak latihan soal siswa akan semakin senang. (Sumber wawancara: Ibu Alfiyah BA selaku guru matematika kelas XI program IPA SMA 1 Bae Kudus pada 12 Juni 2012) Pernyataan ibu Alfiyah di atas diperkuat oleh salah satu guru yang tidak mau di ketahui identitasnya di SMA 1 Bae Kudus ini menyatakan bahwa beliau baru tahu adanya gaya belajar siswa yang harus diperhatikan oleh seorang guru dan selama beliau bekerja di SMA 1 Bae Kudus ini belum ada tes maupun angket yang mengarah ke gaya belajar siswa. Beliau ini juga mengajar suatu mata pelajaran di kelas IPA, beliau mengutarakan bahwa kelas IPA memang lebih senang mengerjakan sesuatu secara konkrit seperti ujicoba di lab dan mempraktikkan apa yang mereka amati dari pada guru menjelaskan ceramah di depan kelas. Berdasarkan hasil wawancara juga disampaikan oleh guru matematika kelas XI SMA 1 Bae Kudus pada program IPS sebagai berikut: Untuk kebiasaan yang dilakukan anak IPS sering rame di kelas pada saat proses belajar mengajar mata pelajaran saya. Mereka cenderung banyak bicara daripada mendengarkan penjelasan saya. Anak IPS lebih sering melamun dan maen hp smsan dengan sesama teman saat pelajaran berlangsung. Saya sering menasehati mereka dengan lelucon supaya mereka tidak takut dengan saya. Kalau masalah gaya belajar, menurut saya sejauh yang saya amati untuk anak kelas IPS ini mereka banyak melihat dan berpikir secara teoritis, mereka lebih senang dengan hafalan daripada hitung menghitung. Untuk memenuhi gaya belajar mereka saya menggunakan lebih banyak kata-kata ketimbang saya menampilkan rumus dalam slide power point saya supaya mereka mengerti apa yang saya sampaikan. Kalau tidak saya jelaskan saya membentuk kelompok dan mereka presentasi di depan kelas dengan bahasa mereka sendiri-sendiri jadi ini memungkinkan untuk mereka lebih mengerti dan memahami materi yang dipelajari. Menurut saya dengan sesama teman yang menjelaskan 31
5 32 presentasi di depan kelas akan menambah rasa keaktifan yang ada dalam diri siswa dengan cara bertanya. (Sumber wawancara ibu Hj.Sutiah selaku guru matematika program IPS) Keanekaragaman gaya belajar pada siswa perlu diketahui pada awal permulaan memasuki lembaga pendidikan, dengan adanya mengetahui gaya belajar yang ada maka dapat mempermudah belajar pada siswa dan guru pun bisa menggunakan metode yang tepat untuk mengkombinasikan dengan berbagai gaya belajar yang dimiliki oleh setiap masing-masing siswa. Pebelajar akan dapat belajar yang baik dan hasil belajar baik,apabila ia mengerti gaya belajarnya dan akan menerapkan pembelajaran dengan mudah dan tepat. 2. Pembahasan Angket Pada penelitian ini untuk menguji keabsahan angket gaya belajar digunakan uji coba validitas item dan reliabilitas instrumen Learning Style Inventory (LSI) dilakukan pada 30 mahasiswa UKSW Salatiga. Hasil uji coba validitas item dan reliabilitas instrument LSI ditunjukkan pada tabel sebagai berikut: 1). Validitas Mengukur validitas item instrumen menggunakan rumus statistik Corrected Item-Total Correlation dengan bantuan SPSS 16 for windows. Hasil uji validitas item instrumen ditunjukkan sebagai berikut: Tabel 4.2 Hasil Uji Coba Validitas Aspek Concrete Experience (CE) No item Corrected Item-Total Keterangan CE1.702 Valid CE2.709 Valid CE3.688 Valid CE4.799 Valid CE5.394 Valid CE6.415 Valid CE7.760 Valid CE8.648 Valid CE9.925 Valid CE Valid CE Valid CE Valid Pada tabel 4.2 diatas tampak bahwa dari 12 item Inventori model gaya belajar CE1 sampai CE12 dinyatakan valid dengan koefisien validitas yang ditunjukkan oleh Corrected Item-Total Correlation antara Berdasarkan dari kriteria validitas dari Ali (2003) bahwa koefisien validitas
6 33 antara termasuk kriteria validitas rendah untuk koefisien dan validitas sempurna untuk koefisien Tabel 4.3 Hasil Uji Coba Validitas Aspek Reflective Observation (RO) No item Corrected Item-Total Keterangan RO1.701 Valid RO2.595 Valid RO3.467 Valid RO4.466 Valid RO5.252 Valid RO6.218 Valid RO7.643 Valid RO8.476 Valid RO9.815 Valid RO Valid RO Valid RO Valid Pada Tabel 4.3 diatas tampak bahwa dari 12 item Inventori model gaya belajar RO1 sampai RO12 dinyatakan valid dengan koefisien validitas yang ditunjukkan oleh Corrected Item-Total Correlation antara Berdasarkan dari kriteria validitas dari Ali (2003) bahwa koefisien validitas antara termasuk kriteria validitas rendah untuk koefisien dan validitas sempurna untuk koefisien Tabel 4.4 Hasil Uji Coba Validitas Aspek Abstract Conceptualization (AC) No item Corrected Item-Total Keterangan AC1.457 Valid AC2.299 Valid AC3.287 Valid AC4.356 Valid AC5.447 Valid AC6.344 Valid AC7.776 Valid AC8.684 Valid AC9.710 Valid AC Valid AC Valid AC Valid Pada Tabel 4.4 diatas tampak bahwa dari 12 item Inventori model gaya belajar AC1 sampai AC12 dinyatakan valid dengan koefisien validitas yang ditunjukkan oleh Corrected Item-Total Correlation antara
7 34 Berdasarkan dari kriteria validitas dari Ali (2003) bahwa koefisien validitas antara termasuk kriteria validitas rendah untuk koefisien dan validitas tinggi untuk koefisien Tabel 4.5 Hasil Uji Coba Validitas Aspek Active Experimentation (AE) No item Corrected Item-Total Keterangan AE1.612 Valid AE2.496 Valid AE3.530 Valid AE4.300 Valid AE5.499 Valid AE6.547 Valid AE7.486 Valid AE8.644 Valid AE9.505 Valid AE Valid AE Valid AE Valid Pada Tabel 4.5 diatas tampak bahwa dari 12 item Inventori model gaya belajar AE1 sampai AE12 dinyatakan valid dengan koefisien validitas yang ditunjukkan oleh Corrected Item-Total Correlation antara Berdasarkan dari kriteria validitas dari Ali (2003) bahwa koefisien validitas antara termasuk kriteria validitas rendah untuk koefisien dan validitas tinggi untuk koefisien ). Reliabilitas Mengukur Reliabilitas digunakan teknik Cronbach s Alpha dengan bantuan program SPSS 16 for windows. Hasil uji reliabilitas instrumen model gaya belajar ditunjukkan sebagai berikut: Tabel 4.6 Hasil Uji Coba Reliabilitas Instrumen Gaya Belajar Sub Konsep Alpha Cronbach Keterangan CE Diterima RO Diterima AC Diterima AE Diterima Pada Tabel 4.6 terlihat bahwa nilai Alpha Cronbach CE 0.928, RO 0.879, AC 0.858, AE Seluruh instrumen berada pada tingkat diterima yang berarti instrumen reliabel.
8 35 C. Hasil Pengukuran Variabel 1. Analisis Deskriptif Gambaran statistik deskriptif variabel dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 4.7 sampai 4.8 dengan bantuan SPSS 16 for windows. Rangkuman variabel gaya belajar (X1) disajikan pada Tabel 4.7 dan Tabel 4.8 yang berisi unsur pembentuk tipe gaya belajar dalam kuadran belajar berpengalaman menurut Kolb. Tabel 4.7 Statistik deskriptif variabel gaya belajar program IPA Unsur-unsur gaya belajar Mean Standar Rentang Deviasi Skor Min Max CE (Concrete Experience) RO (Reflective Observation) AC (Abstract Conceptualitation) AE (Active Experimentation) Tampak pada Tabel 4.7 pada program IPA rerata tertinggi pada AE (Active Experimentation) sebesar dengan simpangan baku Data tersebar pada rentang skor 9 dengan skor terendah 13 dan skor tertinggi 47. Rerata skor terendah pada CE (Concrete Experience) sebesar dengan simpangan baku Data tersebar pada rentang skor 8 dengan skor terendah 12 dan skor tertinggi 44. Tabel 4.8 Statistik deskriptif variabel gaya belajar program IPS Unsur-unsur gaya belajar Mean Standar Rentang Deviasi Skor Min Max CE (Concrete Experience) RO (Reflective Observation) AC (Abstract Conceptualitation) AE (Active Experimentation) Terlihat bahwa pada Tabel 4.8 pada program IPS rerata tertinggi pada AE (Active Experimentation) sebesar dengan simpangan baku Data tersebar pada rentang skor 9 dengan skor terendah 13 dan skor tertinggi 47. Rerata skor terendah pada CE (Concrete Experience) sebesar dengan simpangan baku Data tersebar pada rentang skor 9 dengan skor terendah 12 dan skor tertinggi 46. a. Klasifikasi Gaya Belajar Siswa Program IPA dan IPS Berdasarkan hasil pengolahan data, seperti yang dijelaskan bahwa gaya belajar tidak didominasi oleh keempat model gaya belajar Kolb tetapi
9 36 perpaduan keempatnya kemudian membentuk empat kuadran yaitu: gaya belajar Diverger perpaduan concrete experience dan reflective observation pada kuadran I, gaya belajar Assimilator perpaduan reflective observation dan abstract conceptualitation pada kuadran II, gaya belajar Converger perpaduan active experimentation dan abstract conceptualitation pada kuadran III, gaya belajar Accomodator perpaduan concrete experience dan active experimentation pada kuadran IV. Klasifikasinya sebagai berikut: Tabel 4.9 Klasifikasi Gaya Belajar program IPA dan IPS Gaya Belajar Kuadran IPA IPS Total Diverger I Assimilator II Converger III Accomodator IV Total Pada Tabel 4.9 diatas tampak siswa program IPA pada kuadran I ditempati oleh 25 orang siswa bertipe gaya belajar Diverger yang menggunakan perpaduan belajar concrete experience dan reflective observation. Pada kuadran II ditempati oleh 11 orang siswa bertipe gaya belajar Assimilator yang menggunakan perpaduan belajar reflective observation dan active experimentation. Pada kuadran III ditempati oleh 9 orang siswa bertipe gaya belajar Converger yang menggunakan perpaduan belajar active experimentation dan abstract conceptualization. Pada kuadran IV ditempati oleh 19 orang siswa bertipe gaya belajar Accomodator yang menggunakan perpaduan belajar concrete experience dan active experimentation. Berdasarkan tabel yang disajikan terlihat bahwa siswa kelas IPA berada pada gaya belajar Diverger pada kuadran I dan Accomodator pada kuadran IV, sehingga kecenderungan gaya belajar siswa kelas IPA adalah Diverger dan Accomodator. Pada Tabel 4.9 diatas tampak siswa program IPS pada kuadran I ditempati oleh 21 orang siswa bertipe gaya belajar Diverger yang menggunakan perpaduan belajar concrete experience dan reflective observation. Pada kuadran II ditempati oleh 13 orang siswa bertipe gaya belajar Assimilator yang menggunakan perpaduan belajar reflective observation dan active experimentation. Pada kuadran III ditempati oleh 6 orang siswa bertipe gaya belajar Converger yang menggunakan perpaduan belajar active experimentation dan abstract conceptualization. Pada kuadran IV ditempati oleh 12 orang siswa bertipe gaya belajar Accomodator yang menggunakan perpaduan belajar concrete experience dan active experimentation. Berdasarkan tabel yang disajikan
10 37 terlihat bahwa siswa kelas IPS berada pada gaya belajar Diverger pada kuadran I dan Assimilator pada kuadran II, sehingga kecenderungan gaya belajar kelas IPS berada pada gaya belajar Diverger dan Assimilator. b. Interval Variabel Menentukan interval mengacu pada Sugiyono (2010) pada setiap variabel gaya belajar (diverger, assimilator, converger, dan accomodator) dilakukan untuk menentukan seberapa derajat kategori pada setiap variabel dan menghasilkan perbedaan derajat kategori pada sampel penelitian dalam hal ini adalah siswa program IPA dan IPS di SMA 1 Bae Kudus dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Berdasarkan pengolahan data didapati bahwa skor tertinggi dan skor terendah masing-masing variabel gaya belajar pada siswa program IPA dan IPS menunjukkan nilai skor yang sama pada setiap variabel gaya belajar yang menghasilkan nilai interval yang sama pula. Hasil analisis deskriptif setiap variabel gaya belajar penelitian ditunjukkan dalam Tabel 4.10 sampai Tabel 4.13 sebagai berikut: Tabel 4.10 Kategori Variabel Gaya Belajar Diverger IPA dan IPS No Kategori Rentang Skor F % F % 1 Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah Jumlah Pada Tabel 4.10 tampak bahwa frekuensi terbesar skor gaya belajar diverger program IPA berada pada kategori tinggi (55%) dan program IPS pada kategori tinggi (38%). Tabel 4.11 Kategori Variabel Gaya Belajar Assimilator IPA dan IPS No Kategori Rentang Skor IPA IPS F % F % 1 Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah Jumlah IPA IPS
11 38 Pada Tabel 4.11 tampak bahwa frekuensi terbesar skor gaya belajar assimilator program IPA berada pada kategori tinggi (53%) dan program IPS pada kategori sedang (42%). Tabel 4.12 Kategori Variabel Gaya Belajar Converger IPA dan IPS No Kategori Rentang Skor F % F % 1 Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah Jumlah Pada Tabel 4.12 tampak bahwa frekuensi terbesar skor gaya belajar converger program IPA berada pada kategori tinggi (53%) dan program IPS pada kategori tinggi (42%). Tabel 4.13 Kategori Variabel Gaya Belajar Accomodator IPA dan IPS No Kategori Rentang Skor F % F % 1 Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah Jumlah Pada Tabel 4.13 tampak bahwa frekuensi terbesar skor gaya belajar accommodator program IPA berada pada kategori tinggi (48%) dan program IPS berada pada kategori sedang (35%). c. Prosentase Gaya Belajar Program IPA dan IPS Berdasarkan hasil pengolahan data, siswa kelas XI program IPA dan IPS yang berada pada SMA 1 Bae Kudus memiliki gaya belajar yang bermacammacam. Berikut ini prosentase gaya belajar kelas XI program IPA dan IPS. Tabel 4.14 Prosentase Persebaran Gaya Belajar program IPA dan IPS Gaya Belajar IPA (f) % IPA IPS (f) % IPS Diverger 25 39, ,39 Assimilator 11 17, ,00 Converger ,54 Accomodator 19 29, Total IPA IPA IPS IPS
12 39 Pada Tabel 4.14 tampak sebagian siswa program IPA dan IPS kecenderungan bergaya belajar Diverger (39,06% dan 40,39%) yaitu kecenderungan siswa belajar melalui pengalaman konkrit yang mengutamakan perasaan dan observasi reflektif yang mengutamakan pengamatan untuk menghasilkan ide-ide (brainstorming) dan kecenderungan bergaya belajar Accomodator (29,69% dan 23,07%) yaitu kecenderungan siswa belajar melalui pengalaman konkrit yang mengutamakan perasaan dan eksperimentasi aktif yang diutamakan berbuat dan bertindak sehingga mendapat kemampuan belajar yang baik dari hasil pengalaman nyata yang dilakukannya sendiri. Terdapat pula sebagian kecil siswa memiliki kecenderungan bergaya belajar Assimilator (17,19% dan 25%) yaitu kecenderungan siswa belajar melalui konseptualisasi abstrak yang diutamakan adalah pikiran dan observasi reflektif sehingga dapat memahami berbagai sajian informasi serta merangkumnya dalam suatu format yang logis serta jelas dan kecenderungan bergaya belajar Converger (14,06% dan 11,54%) yaitu kecenderungan siswa belajar melalui konseptualisasi abstrak yang diutamakan adalah pikiran dan eksperimentasi aktif yang diutamakan berbuat dan bertindak dalam menemukan fungsi praktis dari berbagai ide dan teori. Berdasarkan pengolahan data, maka prosentase dapat diperjelas dengan diagram lingkaran sebagai berikut untuk program IPA dan IPS. Gambar 4.1 Diagram Prosentase Gaya Belajar Program IPA Pada Gambar 4.1 diketahui bahwa pada kelas program IPA, siswa kelas XI lebih banyak bergaya belajar Diverger (39%) dan Accomodator (30%). Gaya
13 40 belajar yang paling sedikit dimiliki oleh siswa adalah gaya belajar Converger (14%). Gambar 4.2 Diagram Prosentase Gaya Belajar Program IPS Pada Gambar 4.2 diketahui bahwa pada kelas program IPS, siswa kelas XI lebih banyak bergaya belajar Diverger (46%) dan Assimilator (23%). Gaya belajar yang paling sedikit dimiliki oleh siswa adalah gaya belajar Converger (10%). D. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil penelitian didapati bahwa sejumlah 116 siswa kelas XI SMA 1 Bae Kudus yang terdiri dari siswa kelas program IPA sebanyak 64 orang siswa dan siswa kelas program IPS sebanyak 52 orang siswa yang telah dilibatkan dalam penelitian ini. Data untuk gaya belajar menggunakan instrumen berupa angket belajar KLSI (Kolb Learning Style Instrument) yang di adaptasi dari Supeno (2003) dan untuk memperkuat data yang didapati, maka dilakukan wawancara dengan guru dan waka kurikulum di SMA 1 Bae Kudus ini. Pada siswa kelas XI program IPA maupun IPS di SMA 1 Bae Kudus, secara keseluruhan pelaksanaan pembelajaran di kelas program IPA dan IPS adalah hampir sama baik secara kurikulum yang digunakan, metode pembelajaran maupun cara penjurusan program yang dilakukan. Siswa yang berada pada kelas program IPA ini adalah siswa yang menyukai ilmuilmu eksak dan hitung menghitung seperti mata pelajaran matematika, fisika, biologi dan kimia sedangkan siswa yang berada pada kelas program IPS adalah siswa yang menyukai hafalan secara teoritis seperti mata
14 pelajaran ekonomi, sejarah, tata negara, anthropologi. Salah satu hal menarik yang terdapat di kelas XI program IPA maupun IPS ini adalah adanya gaya belajar setiap anak yang berbeda dan bermacam-macam, secara tidak langsung dan tidak tersadari oleh setiap anak bahwa setiap individu mempunyai gaya belajar tersendiri yang mengantarkan informasi yang sampai kepada otak mereka yang selanjutnya akan diolah sesuai pemahaman mereka masing-masing. Siswa kelas XI pada program IPA menekankan pada cara melihat situasi konkrit yang dilakukan pada saat dikelas maupun di laboratorium dengan pendekatan mengamati dengan perasaan (feeling and watching) dan melibatkan dirinya sendiri untuk melakukan pengalaman yang baru (feeling and doing). Pada saat guru mengajar siswa IPA cenderung lebih aktif dalam proses belajar mengajar, mempunyai kebiasaan gaya belajar untuk membuktikan hal baru yang belum pernah dipelajari dengan cara mengamati terlebih dahulu apa yang dipelajarinya setelah itu melibatkan dirinya sendiri dalam pengalaman pembuktian itu. Kebiasaan seperti ini misalnya dalam mata pelajaran yang membutuhkan praktek konkrit di laboratorium yang harus mempraktekkan dan membuktikan secara konkrit untuk menemukan hasil dari praktek tersebut dan mata pelajaran yang menekankan terhadap suatu pembuktian-pembuktian yang harus dibuktikan seperti mata pelajaran matematika yang membuktikan suatu teori dan harus dipecahkan oleh siswa untuk menemukan hasilnya, siswa IPA terbiasa dengan hal-hal yang setiap harinya di sekolah menunjukkan kebiasaan yang menekankan pelibatan diri siswa terhadap sesuatu yang konkrit yang harus dilakukan sendiri oleh siswa tersebut, sedangkan siswa kelas XI program IPS menekankan pada cara berpikir teoritis (thinking and watching) atau merangkum sesuatu pada yang mereka amati menjadi serta mengembangkan teori atau ide untuk menyelesaikan masalahnya dengan kata-kata dan bahasa mereka sendiri dengan mengumpulkan berbagai informasi (feeling and watching). Berdasarkan model gaya belajar Kolb, siswa IPA tergolong lebih dominan dengan pendekatan feeling and watching yang berarti kombinasi dari concrete experience and reflective observation yang membentuk suatu gaya belajar yang disebut gaya belajar Diverger dan pendekatan feeling and doing yang berarti kombinasi dari concrete experience and active eksperimentation yang membentuk suatu gaya belajar yang disebut gaya belajar Accomodator dengan gaya belajar ini siswa lebih paham untuk 41
15 menyerap pelajaran yang ada di kelas, sedangkan siswa IPS dalam hal belajar dominan melakukan pendekatan secara feeling and watching yang berarti kombinasi dari concrete experience dan reflective observation yang membentuk suatu gaya belajar yang disebut gaya belajar Diverger dan pendekatan thinking and watching yang berarti kombinasi dari abstract conceptualization dan reflective observation yang membentuk suatu gaya belajar yang disebut gaya belajar Assimilator. Kecenderungan gaya belajar siswa IPA adalah gaya belajar Diverger dan Accomodator, sedangkan kecenderungan gaya belajar siswa IPS adalah gaya belajar Diverger dan Assimilator. Hasil wawancara dan pengamatan yang dipaparkan diperjelas oleh angket yang dibagikan kepada siswa atau responden untuk mengetahui jenis gaya belajar yang terdapat pada program IPA dan IPS. Hasil analisis deskriptif dari 116 orang siswa, untuk program IPA dari 64 responden yang mempunyai kecenderungan gaya belajar Diverger sebanyak 25 orang siswa dengan prosentase 39.06%, kecenderungan gaya belajar Assimilator sebanyak 11 orang siswa dengan prosentase 17.19%, kecenderungan gaya belajar Converger sebanyak 9 orang siswa dengan prosentase 14.06%, kecenderungan gaya belajar Accomodator sebanyak 19 orang siswa dengan prosentase 29.69%, sedangkan untuk program IPS dari 52 responden yang mempunyai kecenderungan gaya belajar Diverger sebanyak 21 orang dengan prosentase 40.39%, kecenderungan gaya belajar Assimilator sebanyak 13 orang siswa dengan prosentase 25%, kecenderungan gaya belajar Converger sebanyak 6 orang siswa dengan prosentase 11.54%, kecenderungan gaya belajar Accomodator sebanyak 12 orang siswa dengan prosentase 23.07%. Kecenderungan gaya belajar pada siswa program IPA adalah Diverger dan Accomodator, sedangkan kecenderungan gaya belajar pada siswa program IPS adalah Diverger dan Assimilator. Gaya Diverger, Assimilator, Converger, Accomodator menunjukkan kategori tingkat derajat kategori sesuai interval variabel masing-masing. Hasil analisis statistik deskriptif menunjukkan bahwa gaya belajar diverger siswa program IPA mempunyai kategori tinggi dengan prosentase 55% dan siswa program IPS mempunyai kategori tinggi dengan prosentase 38%. Semakin besar cara siswa belajar menggunakan perasaan dan pengamatan maka gaya belajar siswa cenderung Diverger, siswa IPA dan IPS sama-sama melakukan cara belajar dengan penekanan perasaan dan pengamatan. 42
16 Pada gaya belajar assimilator siswa program IPA mempunyai kategori tinggi sebesar 53% dan siswa program IPS mempunyai kategori sedang sebesar 42%. Semakin besar cara siswa belajar dengan menggunakan berpikir dan mengamati maka siswa tersebut cenderung Assimilator. Kecenderungan berpikir dan mengamati kelas IPA lebih banyak daripada IPS. Siswa IPA gaya belajar converger siswa IPA mempunyai kategori tinggi sebesar 53% dan siswa program IPS mempunyai kategori tinggi sebesar 42%. Semakin besar cara siswa belajar dengan menggunakan berpikir dan bertindak maka siswa tersebut cenderung Converger. Kecenderungan berpikir dan bertindak kelas IPA lebih banyak daripada IPS Semakin besar cara siswa belajar dengan menggunakan perasaan dan tindakan maka siswa tersebut cenderung Accomodator. Pada gaya belajar accommodator siswa program IPA mempunyai kategori tinggi sebesar 48% dan siswa program IPS mempunyai kategori sedang sebesar 35%. Kecenderungan perasaan dan tindakan kelas IPA lebih banyak daripada IPS. Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sari (2005) menemukan bahwa kecenderungan siswa IPS bergaya belajar Diverger dan Assimilator dan temuan Sulistyaningrum (2010) menemukan bahwa kecenderungan siswa IPA bergaya belajar Diverger dan Accomodator, sedangkan kecenderungan siswa IPS bergaya belajar Diverger dan Assimilator. Hasil diatas senada dengan pernyataan Kolb (1984) yang menyatakan bahwa dalam penelitiannya Undergarduate College Major menunjukkan jurusan yang dianut oleh individu mempengaruhi kebiasaan gaya belajar yang ditunjukkan oleh individu tersebut. Terdapat adanya kecocokan gaya belajar dengan spesialisasi pendekatan tertentu, gaya belajar Diverger (perasaan dan pengamatan) lebih cocok dengan bidang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) atau psikologi, gaya belajar Assimilator (pengamatan dan berpikir) lebih cocok dengan bidang Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam seperti kimia, matematika, fisika. 43
BAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Jenis Penelitian Lokasi penelitian ini bertempat di SMA Negeri 1 Bae Kudus yang beralamatkan di Jalan Jenderal Sudirman km.04 Kudus. Alasan pemilihan lokasi penelitian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Waktu dan Jenis Penelitian Lokasi dalam penelitian ini bertempat di SMA 1 Bae Kudus yang beralamatkan di Jl. Jend Sudirman Km 04, Ngembalrejo, Kecamatan Bae, Kudus.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu adalah unik. Setiap individu memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut bermacam-macam, mulai dari perbedaan fisik, pola
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Lokasi Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasional. Penelitian korelasional adalah penelitian
Lebih terperinciBAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian Penelitian ini melibatkan subjek sebanyak 151 siswa SMA N 2 Salatiga yang terdiri dari masing-masing 3 program studi yaitu kelas XI
Lebih terperinciBAB II STUDI KEPUSTAKAAN
BAB II STUDI KEPUSTAKAAN A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar tersusun dari dua suku kata, yakni prestasi dan belajar. Prestasi di dalam Kamus Ilmiah Populer (Asnawi, 2011)
Lebih terperinciLearning Style. M e m p e l a j a r i c a r a b e l a j a r u n t u k b e l a j a r l e b i h b a i k l a g y o l l a w i j a y a n t i
Learning Style M e m p e l a j a r i c a r a b e l a j a r u n t u k b e l a j a r l e b i h b a i k l a g i @ y o l l a w i j a y a n t i Learning Style = Gaya Belajar/Belajar pake gaya? Learning style
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Lokasi Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini diupayakan memastikan ada tidaknya perbedaan signifikan antara gaya belajar
Lebih terperinciBAB III METODELOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasional,
BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasional, yaitu suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data guna menentukan
Lebih terperinciInstrumen Gaya Belajar Kolb s. 1. Jawablah 12 pertanyaan yang tersedia di bawah ini masingmasing berakhir dengan 4 pernyataan.
Lampiran 1 Instrumen Gaya Belajar Kolb s No. Absen : Kelas : I. Petunjuk Pengisian 1. Jawablah 12 pertanyaan yang tersedia di bawah ini masingmasing berakhir dengan 4 pernyataan. 2. Jawablah dengan jujur,
Lebih terperinciAngket Sebelum Uji Validasi
Angket Sebelum Uji Validasi INVENTORI GAYA BELAJAR MODEL DAVID KOLB A. Identitas Responden No. Absen : Kelas : B. Petunjuk Pengisian 1. Isilah identitasmu secara lengkap. 2. Angket ini terdiri dari 12
Lebih terperinciGAYA BELAJAR SISWA KELAS XI PROGRAM IPA DAN IPS DI SMA 1 BAE KUDUS
GAYA BELAJAR SISWA KELAS XI PROGRAM IPA DAN IPS DI SMA 1 BAE KUDUS SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi S1 Pendidikan Matematika Oleh TALITA MARSIS
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR MODEL DAVID KOLB DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA 1 BAE KUDUS SEMESTER II TAHUN AJARAN 2011/2012
HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR MODEL DAVID KOLB DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA 1 BAE KUDUS SEMESTER II TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Matematika
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Gaya Belajar Kolb dalam Sulistyaningrum (2010) menyatakan bahwa gaya belajar melibatkan pengalaman baru, mengembangkan observasi atau refleksi, menciptakan konsep, dan menggunakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran gaya belajar siswa dan pengaruhnya terhadap perbedaan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi
Lebih terperinciBAB IV ANALISISDAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISISDAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilakukan Program Studi Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional mempunyai tujuan untuk membangun peradaban bangsa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional mempunyai tujuan untuk membangun peradaban bangsa yang berakar pada karakter dan kemampuan dari individu-individu warga negara sebagai salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Bahkan matematika diajarkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Lokasi Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif yaitu penelitian untuk mengetahui apakah antara dua atau lebih dari dua kelompok terdapat perbedaan
Lebih terperincisebagai proses dan hasil belajar belum dapat dilakukan dengan sistematis, baru sebatas menitikberatkan
75 EKSPLORASI GAYA BELAJAR, EFIKASI DIRI DAN INTENSITAS BELAJAR MAHASISWA PADA KEGIATAN SITE VISIT SURVEY LEARNING Slamet Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika FT UNY Email: slamet@uny.ac.id ABSTRACT The
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh sumber daya manusianya, sedangkan sumber daya manusia tergantung pada kualitas pendidikannya. Pendidikan yang berkualitas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian Penelitian ini termasuk jenis Penelitian Korelasional. Menurut Arikunto (2002), penelitian korelasional merupakan penelitian untuk mengetahui ada
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Teori Proses Belajar Mengajar (PBM) Mata Pelajaran Matematika Susanto (2013) berpendapat bahwa matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subyek Penelitian Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas untuk mata pelajaran IPA yang dilaksanakan di SD Negeri Samban 02 Kecamatan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Pelaksanaan Tindakan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sebelum diberikan pembelajaran dengan metode cooperative learning tipe STAD, langkah awal yang dilakukan adalah menguji instrument yang
Lebih terperinciANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA GAYA BELAJAR ACCOMODATOR
ARTIKEL ILMIAH ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA GAYA BELAJAR ACCOMODATOR DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI KELAS VIII SMP NEGERI 6 MUARO JAMBI Oleh: RIFNI ANJANI NIM RSA1C213031
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar Istilah prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu prestasi dan belajar. Istilah prestasi di dalam Kamus Ilmiah Populer (Adi Satrio, 2005: 467) didefinisikan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen yang
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode, Desain, dan Teknik Pengumpulan Data 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen yang merupakan bagian dari metode kuantitatif
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian 3.1.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Peneliti menggunakan jenis PTK kolaboratif. PTK
Lebih terperinciDAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN.. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR BAGAN... DAFTAR LAMPIRAN...
ABSTRAK Penelitian ini berjudul studi deskriptif mengenai gaya belajar pada mahasiswa angkatan 2008 semester III di Sekolah Bisnis dan Manajemen, Institut Teknologi Bandung. Variabel penelitian ini adalah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah quasi experiment, yaitu metode penelitian yang merupakan pengembangan dari true experimental design yang sulit dilaksanakan.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. tujuan, gambaran hubungan antar variabel, perumusan hipotesis sampai dengan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian merupakan rangkaian sistematis dari penjelasan secara rinci tentang keseluruhan rencana penelitian mulai dari perumusan masalah, tujuan,
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Akuntansi sejumlah 66 siswa di SMK Yadika 4 berusia tahun. Jumlah
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian Responden dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI jurusan Teknik Komputer Jaringan sejumlah 66 siswa dan siswa-siswi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subyek Penelitian Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas untuk mata pelajaran IPA yang dilaksanakan di SDN 1 Ringinharjo, kelas 5 Semester
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kuantitatif-dekriptif. Desain penelitian ini dipilih dengan
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Evaluasi Penelitian ini menggunakan desain penelitian evaluatif dengan pendekatan kuantitatif-dekriptif. Desain penelitian ini dipilih dengan pertimbangan untuk mengevaluasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. disusun sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban untuk
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain penelitian merupakan rencana dan struktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah PTK atau Penelitian Tindakan Kelas. Menurut Jean Me Niff di kutip dalam
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah PTK atau Penelitian Tindakan Kelas. Menurut Jean Me Niff di kutip dalam (Suroso 2009:29) Penelitian Tindakan Kelas merupakan bentuk
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan metode pengembangan (research and development) dalam upaya menghasilkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini kualitatif dan kuantitatif.
45 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini kualitatif dan kuantitatif. Kualitatif yaitu penelitian yang memungkinkan dilakukannya observasi,
Lebih terperinciKECENDERUNGAN GAYA BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
Jurnal Parameter Volume 27 No.2 136 KECENDERUNGAN GAYA BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN Suhardjono Universitas Sebelas Maret, Jln. Ahmad Yani No.200 A Surakarta 57161 Email: ha-djono@uns.ac.id
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Penelitian Penelitian ini melakukan kajian tentang perbedaan tingkat learned helplessness siswa yang memiliki prestasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan suatu metode yang bertujuan membuat deskriptif gambaran
Lebih terperincimembeli aksesoris yang sedang menjadi trend dengan kepercayaan diri pada siswi kelas XI jurusan sekretaris SMK Kristen 1 Salatiga.
2 Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional dimana penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel yang timbul dimasyarakat yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Subjek Penelitian Setting penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas III SD negeri 2 Ngaren,
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Subjek Penelitian 3.1.1 Setting penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas III SD negeri 2 Ngaren, Kecamatan Pedan, Kabupaten Klaten. Pada semester II tahun
Lebih terperinciIDENTIFIKASI LANGGAM BELAJAR SISWA SMA NEGERI DI KOTA YOGYAKARTA DALAM MEMPELAJARI BIOLOGI MENGGUNAKAN LSI KOLB
56 Jurnal Pendidikan Biologi Vol 5 No 3 Tahun 2016 IDENTIFIKASI LANGGAM BELAJAR SISWA SMA NEGERI DI KOTA YOGYAKARTA DALAM MEMPELAJARI BIOLOGI MENGGUNAKAN LSI KOLB IDENTIFICATION OF STUDENTS LEARNING STYLE
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif dengan metode eksperimen semu (quasi eksperimen). Penelitian
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen semu (quasi eksperimen). Penelitian eksperimen
Lebih terperinci3. Belum ada yang meneliti tentang kesadaran gender siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung tahun ajaran 2013/2014.
41 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 15 Bandung. Sekolah ini beralamat di Jalan Dr. Setiabudhi No
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis, diperlukan
BAB III METODE PENELITIAN Untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis, diperlukan metode penelitian. Seperti yang sudah Penulis paparkan pada bab satu, metode penelitian yang digunakan adalah
Lebih terperinciANALISIS KEPUASAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM SISWA KELAS XI IPA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMAN 5 PADANG.
ANALISIS KEPUASAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM SISWA KELAS XI IPA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMAN 5 PADANG Irmai Yusrita 1), Nawir Muhar 2), Azrita 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dengan judul Kontribusi Penguasaan Materi Mata Diklat Gambar
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Penelitian dengan judul Kontribusi Penguasaan Materi Mata Diklat Gambar Bangunan Gedung II terhadap Kesiapan Siswa SMK
Lebih terperinciPENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN EKSPERIENTIAL LEARNING TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR PADA PEMBELAJARAN IPA
PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN EKSPERIENTIAL LEARNING TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR PADA PEMBELAJARAN IPA Irfan Hilman dan Meri Yusup Universitas Garut, Jawa Barat Email: Irfanhilman21@gmail.com,
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SD Negeri 3 Kandangan Kabupaten Grobogan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SD Negeri 3 Kandangan Kabupaten Grobogan SD Negeri 3 Kandangan terletak di Desa Kandangan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan. Sekolah Dasar ini
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Seting dan Karakteristik Subjek Penelitian Pelaksanaan penelitian dilaksanakan di ruang kelas IV di SD Negeri Dukuh 01 Salatiga pada mata pelajaran IPA tentang Gaya semester
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Diskripsi Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah SDN 1 Selodoko yaitu kelas 3, 4, 5 dan 6. Jumlah siswa kelas 3 sebanyak 26 siswa, kelas 4 sebanyak
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
48 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian dan Tempat penelitian Metode penelitian ini merupakan penelitian korelasional. Suharsini Arikunto (1998) menyatakan bahwa penelitian korelasional merupakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Dan Lokasi penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif korelasional. Deskriptif korelasional dipandang sesuai dengan penelitian ini
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2006:12). hubungan Academic Self Concept dan Konformitas Terhadap Teman Sebaya
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian pada pendekatan ini adalah kuantitatif yaitu penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang dalam prosesnya banyak mengunakan angka-angka
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Penyajian Data Hasil Penelitian Penulis melakukan penelitian adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar matematika siswa pada materi bangun ruang dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
32 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Sesuai dengan permasalahan, dan tujuan penelitian, pendekatan penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yang bertujuan untuk mendeskripsikan tingkat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (classroom action research) dengan model experiental learning Kolb. Ebbut (1985) menjelaskan bahwa
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif, menurut Sudijono (2010) penelitian komparatif adalah salah satu teknik analisis statistik yang dapat
Lebih terperinciBAB 3 Metode Penelitian
39 BAB 3 Metode Penelitian Bab ini akan membahas metode penelitian yang terdiri atas perumusan masalah, hipotesis penelitian, variabel penelitian, subyek penelitian, alat ukur atau instrumen akan yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. semester genap tahun ajaran Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 20
26 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai pada tanggal 03-29 Maret 2014 pada semester genap tahun ajaran 2013-2014. Penelitian ini dilaksanakan di SMP
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3. Pendekatan dan Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah PTK kolaborasi.yaitu penerapan penelitian tindakan di dalam dunia pendidikan yang dilakukan oleh seorang peneliti
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengkontruksi
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Analisis Instrumen Penelitian Data yang baik, didapatkan dengan menggunakan alat pengumpul data yang baik pula. Oleh karena itu, instrumen penelitian yang digunakan
Lebih terperinciyang berjumlah kurang lebih 211 orang guru, terdiri dari tiga SMA Negeri se-kota
BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif asosiatif, karena peneliti akan mengetahui korelasi antara satu variabel
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penjelasan tentang istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian. Penjelasan
34 BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Berikut ini dikemukakan beberapa definisi operasional yang berkaitan dengan penjelasan tentang istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian. Penjelasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Latar dan Karakteristik Subjek Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di SD Negeri Kauman Lor 01 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang. Penelitian dilakukan
Lebih terperinciPENGARUH GAYA BELAJAR EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PENINGKATAN PRESTASI AKADEMIK DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN. Sugiyanto
Pengaruh Gaya Belajar Experiential Learning... Sugiyanto PENGARUH GAYA BELAJAR EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PENINGKATAN PRESTASI AKADEMIK DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN Sugiyanto Jurusan Psikologi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Dalam melaksanakan suatu penelitian, tentunya akan diperlukan sejumlah
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Dalam melaksanakan suatu penelitian, tentunya akan diperlukan sejumlah data yang dapat membantu untuk membahas masalah dalam suatu penelitian tersebut.
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Pada pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dilaksanakan dalam dua siklus dengan tiga langkah, yaitu perencanaan, pelaksanan dan observasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. suatu permasalahan (Azwar,2012:1). Desain penelitian dapat diartikan suatu
BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Desain Penelitian Penelitian merupakan suatu rangkaian kegiatan ilmiah dalam memecahkan suatu permasalahan (Azwar,2012:1). Desain penelitian dapat diartikan suatu rancangan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN.
2 BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Setting Penelitian Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian dilakukan di kelas V SD N 2 Kembaran Kecamatan Kalikajar Kabupaten Wonosobo. Waktu
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian korelasional. Menurut Arikunto (2002) penelitian korelasional bertujuan untuk menemukan ada
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian Setting dalam penelitian ini menggunakan setting kelas di mana data yang diperoleh berasal dari pengamatan saat proses pembelajaran berlangsung di dalam
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan
53 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif komparatif. Alasan menggunakan pendekatan komparatif
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. kelompok eksperimen adalah siswa yang diberikan perlakuan (treatment) dengan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode dan Desain Penelitian Metode merupakan suatu cara ilmiah yang digunakan untuk mencapai maksud dan tujuan tertentu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Lebih terperinciPengembangan Modul Elektronik Berbasis 3D Pageflip Professional
Pengembangan Modul Elektronik Berbasis 3D Pageflip Professional pada Materi Konsep Dasar Fisika Inti dan Struktur Inti Mata Kuliah Fisika Atom dan Inti Wulan Sari 1), Jufrida ), dan Haerul Pathoni 3) 1)
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen. Jenis penelitian eksperimen yang digunakan adalah desain eksperimen semu (quasi experimental design). Desain
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang dipakai merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas 5 di SD Negeri 1 Jiken Kecamatan Jiken Kabupaten Blora pada mata pelajaran IPS semester genap
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasy
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasy Experimental (Sugiyono, 008: 114). B. Desain Penelitian Adapun desain penelitian dalam
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian kuasi eksperimen. Metode kuasi eksperimen ini digunakan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan judul yang telah dirumuskan sebelumnya adalah menggunakan metode
Lebih terperinciBAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode pra-eksperimen
1 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode pra-eksperimen dengan menggunakan desain one group pretest-postest. Metode pra-eksperimen
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Shot Case Study (Sugiono 2010: 110) menjelaskan bahwa terdapat suatu
20 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan secara langsung dalam kegiatan pembelajaran pada siswa kelas X3. Desain penelitian ini menggunakan rancangan desain One- Shot Case
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Development and Validation atau metode pengembangan dan validasi. Metode penelitian pengembangan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2008:13). kelas VII di SMP Negeri 8 Salatiga yakni sebanyak 219 siswa.
BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat kuantitatif, karena data penelitian berupa angkaangka dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2008:13). 1.2 Populasi dan Sampel
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen
47 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen yang dilakukan terhadap dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen diberikan perlakuan penerapan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu
8 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Pada penelitian ini, metode penelitian yang digunakan yaitu metode Deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian bukan eksperimen karena tidak
Lebih terperinciBAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data 1. Persiapan Penelitian Persiapan penelitian yang dilakukan meliputi: a. Melakukan observasi awal untuk mengidentifikasi masalah yang meliputi wawancara
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Lokasi Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Menurut Darmadi (2011: 165) penelitian korelasi berkaitan dengan pengumpulan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas V semester genap SDN Kandangan 03 yang berjumlah 25 siswa dan SDN Polosiri 01 yang
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. 2014/2015 pada tanggal 10 Oktober Januari 2015 di SMA Negeri 1
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2014/2015 pada tanggal 10 Oktober 2014 05 Januari 2015 di SMA Negeri 1 Rimba Melintang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Pengembangan Penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang berorientasi pada pembuatan dan pengembangan media pembelajaran Matematika tentang Bilangan Romawi
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April dan Mei Semester genap Tahun
22 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April dan Mei Semester genap Tahun Pelajaran 2013-2014. Tempat Penelitian adalah SMP Negeri 1 Kotabumi, SMP
Lebih terperinciPENGARUH GAYA BELAJAR DAVID KOLB (DIVERGER, ASSIMILATOR, CONVERGER, ACCOMMODATOR) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN
BIOSFER 10 (1), 2017 / ISSN : 0853 2451 PENGARUH GAYA BELAJAR DAVID KOLB (DIVERGER, ASSIMILATOR, CONVERGER, ACCOMMODATOR) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN The Influence of
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Setelah merumuskan hipotesis yang diturunkan secara deduktif dari landasan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Setelah merumuskan hipotesis yang diturunkan secara deduktif dari landasan teoritis pada Bab II, maka langkah berikutnya pada Bab III ini adalah menguji
Lebih terperinciPengaruh Gaya Belajar Experiential Learning dalam Peningkatan Prestasi Akademik dan Penerapannya dalam Pembelajaran. Sugiyanto
Pengaruh Gaya Belajar Experiential Learning dalam Peningkatan Prestasi Akademik dan Penerapannya dalam Pembelajaran Sugiyanto sugiyanto@uny.ac.id Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu
Lebih terperinci