Kementerian Dalam Negeri Direktorat Jenderal Otonomi Daerah Jl. Medan Merdeka Utara No. 7 Jakarta Pusat T F.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kementerian Dalam Negeri Direktorat Jenderal Otonomi Daerah Jl. Medan Merdeka Utara No. 7 Jakarta Pusat T F."

Transkripsi

1 PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH Draft

2 Kementerian Dalam Negeri Direktorat Jenderal Otonomi Daerah Jl. Medan Merdeka Utara No. 7 Jakarta Pusat T F Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH Good Governance/Decentralisation Program Menara BCA, 46th Floor Jl. MH.Thamrin No.1 Jakarta Indonesia T /122/123 F I.

3 PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

4 KATA PENGANTAR ii PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

5 KATA SAMBUTAN iii

6 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR KATA SAMBUTAN DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN ii iii iv viii 01. PENDAHULUAN 9 Latar Belakang 9 Maksud dan Tujuan 9 Ruang Lingkup Panduan 10 Sistematika Penulisan KERANGKA REGULASI TERKAIT SPM, PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH 13 Pasal-Pasal Peraturan terkait SPM dalam Perencanaan 14 Pasal-Pasal Peraturan terkait SPM dalam Penganggaran 15 Pasal-Pasal Peraturan terkait Pelaporan SPM PENGERTIAN DAN STATUS PENETAPAN SPM 17 Pengertian SPM 17 Kedudukan SPM dalam Urusan Pemerintahan 17 Ruang Lingkup SPM 18 Status Penyusunan dan Penetapan SPM PANDUAN PENYUSUNAN RENCANA PENERAPAN DAN PENCAPAIAN SPM DI DAERAH 23 Ruang Lingkup 23 Tahapan Penyusunan Rencana Pencapaian SPM di Daerah PEMBENTUKAN TIM KOORDINASI PENERAPAN DAN PENCAPAIAN SPM DI DAERAH 27 Dasar Pemikiran 27 Pihak Yang Terlibat Dalam Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah 27 iv PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

7 Tujuan Pembentukan Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah 29 Struktur Organisasi Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah 29 Tugas dan Tanggung Jawab 30 Penyusunan Rencana Kerja SOSIALISASI PENERAPAN DAN PENCAPAIAN SPM DI DAERAH 35 Apa itu Sosialisasi? 35 Tujuan Yang Ingin Dicapai 35 Bentuk Kegiatan Sosialisasi 36 Siapa Yang Menjadi Sasaran Sosialisasi 37 Siapa Pelaku Sosialisasi PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI 39 Langkah 1: Menemukenali Jenis Pelayanan, Indikator SPM, Target SPM dan Batas Waktu Yang Harus Dicapai 39 Langkah 2: Persiapan Pengumpulan Data dan Informasi 44 Langkah 3: Pengumpulan data dan informasi EVALUASI PENERAPAN SPM DALAM DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH PENYUSUNAN PROFIL PELAYANAN DASAR DI DAERAH 53 Apa itu Profi l Pelayanan Dasar? 53 Tujuan Penyusunan 53 Manfaat 54 Siapa Yang Terlibat dalam Penyusunan Profi l Pelayanan Dasar? 54 Tahapan Penyusunan Profi l Pelayanan Dasar PENYUSUNAN PROGRAM DAN KEGIATAN PENCAPAIAN SPM 65 Pengertian 65 Langkah-langkah Penyusunan Program dan Kegiatan PENENTUAN TARGET CAPAIAN SPM DI DAERAH 71 Apa itu Target Capaian SPM? 71 Bagaimana Menentukan Target Capaian SPM? 71 Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Dalam Mengukur Kemampuan Daerah PENGHITUNGAN KEBUTUHAN PEMBIAYAAN SPM 77 Apa itu Penghitungan Kebutuhan Pembiayaan SPM? 77 Petunjuk Teknis Perencanaan Pembiayaan SPM 77 Faktor-Faktor Perhitungan Pembiayaan 78 Penghitungan Kebutuhan Pembiayaan SPM di Daerah 79 Merumuskan Kebutuhan Pembiayaan Tahunan 82 v

8 13. PELAKSANAAN PENERAPAN SPM DALAM DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH 85 Penerapan SPM dalam Dokumen RPJMD 86 Penerapan SPM dalam Dokumen Renstra SKPD 87 Penerapan SPM dalam Dokumen RKPD 87 Penerapan SPM dalam Dokumen Renja SKPD MONITORING DAN EVALUASI PENERAPAN SPM DI DAERAH 89 Monitoring Penerapan SPM di Daerah 89 Evaluasi Pencapaian SPM PELAPORAN PENERAPAN SPM DI DAERAH 91 Mekanisme Pelaporan Penerapan SPM di Daerah 91 Waktu Pelaporan 92 Penyusunan Laporan Tahunan Kinerja Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah 92 Memasukan Laporan Penerapan dan Pencapaian SPM dalam LPPD, LKPJ dan ILPD PENUTUP 95 REFERENSI 97 LAMPIRAN 99 Lampiran I 99 Lampiran II 113 vi PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

9 Daftar Gambar Gambar 3.1 Kedudukan SPM dalam Urusan Pemerintahan 18 Gambar 4.1 Alur Penyusunan Rencana Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah 26 Gambar 5.1 Struktur Organisasi Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah 30 Gambar 11.1 Perhitungan Target Capaian SPM 72 Gambar 13.1 Hubungan Rencana Pencapaian SPM di Daerah dan Dokumen Perencanaan dan Penganggaran 86 Daftar Tabel Tabel 3.1 Status SPM yang Ditetapkan untuk Daerah Provinsi 20 Tabel 3.2 Status SPM yang Ditetapkan untuk Daerah Kabupaten/Kota 21 Tabel 5.1 Contoh Agenda Kerja Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah 32 Tabel 7.1 Menemukenali Jenis Pelayanan, Indikator, Defi nisi Operasional, Target dan Batas Waktu Capaian SPM 41 Tabel 7.2 Kebutuhan Data Indikator SPM 44 Tabel 8.1 Evaluasi Penerapan SPM dalam Dokumen Rencana Pembangunan Daerah dan SKPD 52 Tabel 9.1 Kompilasi Indikator SPM 55 Tabel 9.2 Identifi kasi Permasalahan Pencapaian SPM 59 Tabel 9.3 Profi l Pelayanan Dasar 61 Tabel 11.1 Target Capaian SP 74 Tabel 12.1 Formula Perhitungan Biaya Indikator SPM 78 Tabel 12.2 Rencana Pencapaian SPM di Daerah 83 Daftar Kotak Kotak 1 Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian SPM (Usulan) 33 Kotak 2 Penyusunan ASB untuk penghitungan biaya pencapaian SPM 81 Kotak 3 Penyajian Laporan Kinerja Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah 94 vii

10 DAFTAR SINGKATAN APBD ASB DPRD DSF EKPPD GIZ IKK ILPPD Juknis K/L KUA LKPJ LPND LPPD Permendagri PP PPAS RAPBD Renja SKPD RKA SKPD RKP RPJMD RPJPD SKPD SPM TAPD UU Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Analisis Standar Belanja Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Decentralization Support Facility Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Deutsche Gesellschaft fuer Internationale Zusammenarbeit Indikator Kinerja Kunci Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Petunjuk Teknis Kementerian/Lembaga Kebijakan Umum Anggaran Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Lembaga Pemerintah Non Departemen Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Peraturan Menteri Dalam Negeri Peraturan Pemerintah Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah Rencana Kerja Pemerintah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Satuan Kerja Perangkat Daerah Standar Pelayanan Minimal Tim Anggaran Pemerintah Daerah Undang Undang viii PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

11 PENDAHULUAN Latar Belakang Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah di Indonesia secara efektif dilaksanakan sejak tahun 2000 dimaksudkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peranserta masyarakat. Sejalan dengan prinsip otonomi yang nyata dan bertanggung jawab, pemerintah daerah melaksanakan urusan pemerintahan berdasarkan tugas, wewenang dan kewajiban sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah. Berbagai perubahan mendasar pengelolaan pemerintahan telah dilakukan termasuk penyediaan pelayanan dasar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sosial, ekonomi dan pemerintahan. Sesuai dengan UU Pemerintahan Daerah, penyediaan dan pemenuhan pelayanan dasar bagi masyarakat harus memenuhi standar pelayanan minimal (SPM) yang ditetapkan oleh setiap Kementerian/Lembaga. Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 65 tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) sebagai acuan penyusunan dan penetapan SPM oleh Kementerian/Lembaga dan penerapannya di daerah. Hingga pertengahan 2012 telah ditetapkan 15 SPM oleh Kementerian/Lembaga. Penerapan dan pencapaian SPM di daerah menghadapi banyak kendala, antara lain: masih terbatasnya kapasitas pemerintah daerah dalam penyelenggaraan pelayanan dasar, belum disusunnya rencana pencapaian SPM di daerah, dan tidak adanya laporan pencapaian pencapaian SPM. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah pusat adalah mendorong percepatan penerapan SPM di daerah sebagai kebijakan prioritas nasional yang perlu mendapat perhatian dan ditindaklanjuti oleh pemerintah daerah. Untuk membantu percepatan penerapan SPM di daerah, maka perlu disusun sebuah buku panduan yang dapat digunakan sebagai acuan bagi pemerintah daerah dalam menyusun rencana penerapan dan pencapaian SPM di daerah. Maksud dan Tujuan Buku panduan ini dimaksudkan sebagai alat bantu (toolkit) yang dapat memberikan tambahan pemahaman dan kapasitas pemerintah daerah dalam penyusunan rencana penerapan dan pencapaian SPM di daerah. 9

12 Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan panduan ini adalah untuk: 1. Meningkatkan pemahaman dan kemampuan dalam menyusun database profil pelayanan dasar daerah; 2. Meningkatkan pemahaman tentang berbagai implikasi dari penerapan SPM dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah; 3. Memberikan panduan bagi penyelenggara pelayanan dasar di daerah dalam menyusun rencana program dan kegiatan serta kebutuhan anggaran untuk menerapkan SPM di daerah; 4. Mendorong pemerintah daerah untuk mengimplementasikan SPM dalam perencanaan dan penganggaran daerah. Ruang Lingkup Panduan Buku panduan ini disusun berdasarkan substansi peraturan perundangan terkait SPM yang telah diterbitkan oleh Kementerian/Lembaga dengan tambahan penjelasan tahapan dan langkah-langkah penerapan dan pencapaian SPM berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. Sesuai dengan tujuannya, panduan ini bersifat memberikan tambahan informasi dan pengetahuan tentang bagaimana menyusun rencana pencapaian SPM di daerah dan menghitung kebutuhan pembiayaan pelaksanaan SPM. Penyajian panduan disusun dalam format dan sistematika pembahasan yang mudah dipahami pengguna (userfriendly), yaitu terutama SKPD di lingkup provinsi, kabupaten dan kota. Lingkup materi yang disampaikan dalam panduan terdiri dari tahapan dan langkahlangkah penyusunan rencana pencapaian SPM di daerah, termasuk didalamnya batas waktu, target capaian, rangkaian kegiatan dan penghitungan kebutuhan pendanaan; Sistematika Penulisan Bagian 1 Bagian 2 Bagian 3 Bagian 4 : Pendahuluan menguraikan latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup dan sistematika penulisan; : Kerangka Regulasi terkait SPM menguraikan peraturan perundangan terkait SPM mulai dari Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri dan Keputusan Menteri; : Pengertian dan Status Penetapan SPM menguraikan pengertian, kedudukan SPM dalam urusan pemerintahan, ruang lingkup, dan status penyusunan dan penetapan SPM; : Panduan Penyusunan Rencana Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah menguraikan ruang lingkup, tahapan penyusunan rencana pencapaian SPM di daerah dan alur pembahasan panduan penyusunan; 10 PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

13 Bagian 5 : Pembentukan Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah menguraikan dasar pemikiran, pihak yang terlibat, tujuan pembentukan, struktur organisasi, tugas dan tanggung jawab serta penyusunan rencana kerja; Bagian 6 : Sosialisasi Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah menguraikan pengertian dan tujuan sosialisasi, bentuk kegiatan, kelompok sasaran dan siapa pelaku sosialisasi; Bagian 7 : Pengumpulan Data dan Informasi menguraikan langkah-langkah dalam pengumpulan data dan informasi pencapaian SPM; Bagian 8 : Evaluasi Penerapan SPM Dalam Dokumen Rencana Pembangunan Daerah menguraikan hasil telaahan dan evaluasi penerapan indikator SPM dalam dokumen rencana pembangunan daerah lima tahunan dan tahunan; Bagian 9 : Penyusunan Profil Pelayanan Dasar di Daerah menguraikan pengertian, tujuan, manfaat, siapa yang terlibat dan tahapan penyusunannya; Bagian 10 : Penyusunan Program dan Kegiatan Pencapaian SPM menguraikan pengertian dan langkah-langkah dalam penyusunan program dan kegiatan; Bagian 11 : Penentuan Target Capaian SPM di Daerah menguraikan pengertian, bagaimana menentukan target dan faktor-faktor yang perlu diperhatikan; Bagian 12 : Penghitungan Kebutuhan Pembiayaan Pencapaian SPM menguraikan pengertian, petunjuk teknis perencanaan pembiayaan SPM, faktorfaktor yang perlu diperhatikan, perhitungan kebutuhan pembiayaan SPM di daerah dan perumusan kebutuhan pembiayaan tahunan; Bagian 13 : Pelaksanaan Penerapan SPM Dalam Dokumen Rencana Pembangunan Daerah menguraikan sinkronisasi penerapan SPM dalam dokumen RPJMD, Renstra SKPD, RKPD dan Renja SKPD; Bagian 14 : Monitoring Penerapan SPM di Daerah menguraikan langkahlangkah dalam melakukan monitoring terhadap kinerja penerapan dan pencapaian SPM di daerah; Bagian 15 : Pelaporan Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah menguraikan sistematika penulisan bab per bab dari rencana pencapaian SPM di daerah; Bagian 16 : Penutup PENDAHULUAN 11

14

15 KERANGKA REGULASI TERKAIT SPM, PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH 02 Kerangka regulasi terkait penyusunan dan penerapan SPM diurutkan mulai dari Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri dan Keputusan Menteri adalah sebagai berikut: Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kepada Masyarakat Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal 13

16 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor Tahun 2007 tentang Pembentukan Tim Konsultasi Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor Tahun 2011 tentang Pembentuan Tim Konsultasi Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 100/1023/SJ Tahun 2012 tentang Percepatan Pelaksanaan Penerapan dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal di Daerah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2013*) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2013*) *) Dikeluarkan setiap tahun untuk tahun anggaran berikutnya Pasal-Pasal Peraturan terkait SPM dalam Perencanaan Standar pelayanan minimum digunakan sebagai bahan masukan dalam menyusun Rencana Kerja Pemerintah (RKP). PP No. 20/2004 pasal 4 (2) Pemerintah Daerah menggunakan SPM yang telah ditetapkan Pemerintah sebagai salah satu acuan untuk menyusun perencanaan dan penganggaran. PP No. 65/2005 pasal 9 (2) Untuk menentukan gambaran kondisi awal rencana pencapaian dan penerapan SPM, Pemerintah Daerah wajib menyusun, mengkaji dan menganalisis database profill pelayanan dasar. Permendagri No. 79/2007 pasal 4 (1) 14 PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

17 Pemerintah Daerah menuangkan Rencana Pencapaian SPM dalam RPJMD dan Renstra SKPD. PP No. 65/2005 pasal 9(4) Permendagri No. 79/2007 pasal 1(10) Pemerintah Daerah menuangkan target tahunan Rencana Pencapaian SPM dalam RKP dan Renja-SKPD untuk digunakan sebagai dasar perhitungan kebutuhan biaya dalam penyelenggaraan pelayanan dasar. PP No. 65/2005 pasal 9(5) Permendagri No. 79/2007 pasal 1(10) Program, kegiatan, alokasi dana indikatif dan sumber pendanaan yang dirumuskan dalam RPJMD, RKPD, Renstra SKPD dan Renja SKPD disusun berdasarkan... c) urusan wajib yang mengacu pada SPM sesuai dengan kondisi nyata daerah dan kebutuhan masyarakat, atau urusan pilihan yang menjadi tanggung jawab SKPD. Permendagri No. 54/2010 pasal 11(1c) Pencapaian sasaran program SKPD mempertimbangkan pencapaian SPM yang telah disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundangan. Permendagri No. 54/2010 pasal 88(1) Pasal-Pasal Peraturan terkait SPM dalam Penganggaran Pemerintah Daerah menuangkan target tahunan Rencana Pencapaian SPM dalam KUA, PPA dan RKA-SKPD sesuai klasifikasi belanja daerah dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah. PP No. 65/2005 pasal 9(5) Permendagri No. 79/2007 pasal 7(2) Nota kesepakatan tentang KUA dan PPA yang disepakati bersama antara kepala daerah dengan pimpinan DPRD wajib memuat target pencapaian dan penerapan SPM. Permendagri No. 79/2007 pasal 11 Penyusunan rencana pencapaian SPM dan anggaran kegiatan yang terkait dengan pencapaian SPM dilakukan berdasarkan analisis kemampuan dan potensi daerah dengan mengacu pada pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri. PP No. 65/2005 pasal 10 KERANGKA REGULASI TERKAIT SPM, PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH 15

18 Penyusunan anggaran belanja untuk setiap program dan kegiatan mempedomani SPM yang telah ditetapkan, Analisis Standar Belanja (ASB) dan standar satuan harga. Pasal-Pasal Peraturan terkait Pelaporan SPM Penjelasan Permendagri No. 37 Tahun 2012 Rencana pencapaian target tahunan SPM serta realisasinya diinformasikan kepada masyarakat sesuai peraturan perundangan. PP No. 65/2005 pasal 11 Pemerintah Daerah menyampaikan laporan teknis tahunan kinerja penerapan dan pencapaian SPM kepada Menteri/Pimpinan Lembaga yang bersangkutan. Permendagri No. 6/2007 pasal 17 (1) Bupati/Walikota menyusun dan menyampaikan laporan umum tahunan kinerja penerapan dan pencapaian SPM kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur Gubernur menyampaikan ringkasan laporan umum tahunan kinerja penerapan dan pencapaian SPM kepada Menteri Dalam Negeri. Permendagri No. 6/2007 pasal 16 (1-3) Tingkat pencapaian standar pelayanan minimal termasuk salah satu materi dalam Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) PP No. 3/2007 pasal 3(4) Rencana pencapaian target tahunan SPM dan realisasinya merupakan bagian dari LPPD, LKPJ, ILPPD. Permendagri No. 79/2007 pasal 16 EKPPD pada tataran pelaksana kebijakan daerah meliputi aspek penilaian: c) tingkat pencapaian SPM. PP No. 6/2008 pasal PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

19 PENGERTIAN DAN STATUS PENETAPAN SPM 03 Pengertian SPM Standar Pelayanan Minimal yang selanjutnya disingkat SPM adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Penekanan kata minimal dalam istilah SPM ini mengacu pada batas minimal tingkat cakupan dan kualitas pelayanan dasar yang harus mampu dicapai oleh setiap daerah pada batas waktu yang ditentukan. Dengan kata lain, jenis pelayanan dasar di daerah dapat terlaksana minimal mencapai indikator dan tingkat nilai pada batas waktu yang ditetapkan Pemerintah. Dari sisi waktu pencapaiannya, Pemerintah Daerah harus mampu mencapai tingkat cakupan yang minimal sama atau bahkan lebih cepat dibandingkan batas waktu yang telah ditetapkan Pemerintah untuk masing-masing indikator SPM masing-masing Kementerian/Lembaga terkait. Kedudukan SPM dalam Urusan Pemerintahan Urusan pemerintahan adalah fungsi-fungsi pemerintahan yang menjadi hak dan kewajiban setiap tingkatan dan/atau susunan pemerintahan untuk mengatur dan mengurus fungsi-fungsi tersebut yang menjadi kewenangannya dalam rangka melindungi, melayani, memberdayakan, dan mensejahterakan masyarakat (Pasal 1 PP Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota). Urusan pemerintahan terdiri atas urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah dan urusan pemerintahan yang dibagi bersama antar tingkatan dan/atau susunan pemerintahan. Urusan pemerintahan yang dibagi bersama antar tingkatan dan/atau susunan pemerintahan terdiri dari 2 (dua) jenis urusan yaitu urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar seperti pendidikan dasar, 17

20 kesehatan, lingkungan hidup, pekerjaan umum, dan kependudukan. Sedangkan urusan pemerintahan yang bersifat pilihan terkait erat dengan potensi unggulan dan kekhasan daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Penjelasan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah). Tidak semua bagian dari urusan wajib adalah pelayanan dasar. Namun, setiap pelayanan dasar termasuk dalam bagian urusan wajib. SPM ditetapkan berdasarkan pelayanan dasar tertentu, dimana pelayanan dasar tersebut adalah bagian dari urusan wajib, dan urusan wajib merupakan bagian dari urusan pemerintahan. Berikut digambarkan posisi SPM dalam urusan pemerintahan: Gambar 3.1 Kedudukan SPM dalam Urusan Pemerintahan Posisi SPM Urusan Pemerintah Urusan Wajib Pelayanan Dasar Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar Permendagri No.6/2007 pasal 1(8) Ruang Lingkup SPM SPM disusun dan diterapkan dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota yang berkaitan dengan pelayanan dasar sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Urusan wajib yang harus memenuhi SPM yang telah ditetapkan antara lain bidang: 18 PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

21 1. Kesehatan 2. Lingkungan Hidup 3. Pemerintahan Dalam Negeri (kependudukan dan catatan sipil; dan pemerintahan umum) 4. Sosial 5. Perumahan 6. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 7. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera 8. Pendidikan 9. Ketahanan Pangan 10. Ketenagakerjaan 11. Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 12. Kesenian 13. Komunikasi dan Informatika 14. Perhubungan 15. Penanaman Modal Besaran dan batas waktu pencapaian SPM ditetapkan oleh masing-masing Kementerian/Lembaga yang selanjutnya menjadi salah satu acuan bagi pemerintah daerah untuk menyusun perencanaan dan penganggaran penyelenggaraan pemerintah daerah. Pemerintah daerah menyusun rencana pencapaian SPM yang memuat target tahunan pencapaian SPM berdasarkan data dasar profil pelayanan dasar yang tersedia. Selanjutnya rencana pencapaian SPM dan target tahunan menjadi dasar untuk dimasukkan ke dalam dokumen perencanaan (RPJMD, Renstra SKPD, RKPD, Renja SKPD) dan dokumen penganggaran (KUA PPA dan RKA-SKPD). Status Penyusunan dan Penetapan SPM Hingga pertengahan 2012 telah ditetapkan 15 SPM oleh Kementerian/Lembaga. Beberapa K/L telah melengkapi peraturan SPM dengan petunjuk teknis/pedoman untuk pelaksanaanya. PENGERTIAN DAN STATUS PENETAPAN SPM 19

22 Tabel 3.1 Status SPM yang Ditetapkan untuk Daerah Provinsi No Bidang Tahun Penetapan Juknis/Panduan Operasional Juknis/Pedoman Pembiayaan Jenis Pelayanan Jumlah Indikator Target Pencapaian 1 Sosial 2008 V V Lingkungan Hidup 2008 V Draft Perumahan Rakyat 2008 V V Ketenagakerjaan*) 2010 V V Layanan Terpadu Bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan**) 2010 V V Ketahanan Pangan 2010 V V Kesenian 2010 V Draft Perhubungan 2011 V Draft Penanaman Modal 2011 V Draft Total Sumber: Himpunan Produk Hukum Standar Pelayanan Minimal (SPM), Kementerian Dalam Negeri, 2011; dan Catatan Status Penetapan SPM, GIZ 2011 *) Perubahan atas lampiran ditetapkan dalam Permenakertrans No. 04/2011 **) Tidak ada pemisahan indikator SPM untuk Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota 20 PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

23 Tabel 3.2 Status SPM yang Ditetapkan untuk Daerah Kabupaten/Kota No Bidang Tahun Penetapan Juknis/Panduan Operasional Juknis/Pedoman Pembiayaan Jenis Pelayanan Jumlah Indikator Target Pencapaian 1 Kesehatan 2008 V V Sosial 2008 V V Lingkungan Hidup 2008 V Draft Pemerintahan Dalam Negeri 2008 V Draft Perumahan Rakyat 2008 V V Layanan Terpadu Bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan*) 7 Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera 2010 V V V V Pendidikan Dasar**) 2010 V V Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 2010 V Draft Ketenagakerjaan 2010 V V Komunikasi dan Informatika 2010 V Draft Ketahanan Pangan 2010 V V Kesenian 2010 V Draft Perhubungan Draft Penanaman Modal 2011 V Draft Total Sumber: Himpunan Produk Hukum Standar Pelayanan Minimal (SPM), Kementerian Dalam Negeri, 2011; dan Catatan Status Penetapan SPM, GIZ 2011 *) Tidak ada pemisahan indikator SPM untuk Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota **) Target tahun pencapaian tidak dicantumkan di dalam peraturan PENGERTIAN DAN STATUS PENETAPAN SPM 21

24 22 PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

25 PANDUAN PENYUSUNAN RENCANA PENERAPAN DAN PENCAPAIAN SPM DI DAERAH 04 Ruang Lingkup Berdasarkan Permendagri Nomor 79 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal, pemerintah daerah dapat menyusun Rencana Pencapaian SPM yaitu target pencapaian SPM di daerah mengacu pada batas waktu pencapaian SPM secara nasional dan memperhatikan kemampuan daerah. Rencana pencapaian SPM ini dituangkan dalam dokumen rencana perencanaan pembangunan daerah dan penganggaran untuk digunakan sebagai dasar perhitungan kebutuhan biaya dalam penyelenggaraan pelayanan dasar. Rencana pencapaian SPM lebih merupakan strategi operasional dalam menerapkan SPM dan bukan dokumen perencanaan tersendiri, namun menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen perencanaan pembangunan daerah terutama RPJMD. Dalam hal Daerah sudah menyusun RPJMD, maka rencana pencapaian SPM di daerah menjadi peta jalan yang menjelaskan kondisi daerah saat ini dan target pencapaian SPM sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan. Sejauh ini belum banyak daerah menyusun rencana pencapaian SPM untuk memperjelas target pencapaian SPM di daerah. Pedoman yang ada belum menjelaskan secara rinci kedudukan, fungsi dan muatan rencana pencapaian SPM di daerah. Secara garis besar, ruang lingkup rencana penerapan dan pencapaian SPM yang meliputi: a. Batas waktu pencapaian SPM secara nasional dan jangka waktu pencapaian SPM di daerah; Batas waktu pencapaian SPM yang ditetapkan masing-masing Kementerian/ Lembaga menjadi batas waktu maksimal dari jangka waktu rencana pencapaian dalam penerapan SPM di daerah. Pemerintah daerah dapat menetapkan rencana pencapaian SPM lebih cepat dari batas waktu yang ditetapkan oleh Menteri/Kepala 23

26 LPND sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki daerah. Rencana pencapaian SPM dalam batas waktu tertentu dijabarkan menjadi target tahunan pencapaian dan penerapan SPM. Target tahunan pencapaian dan penerapan SPM dituangkan dalam dokumen perencanaan dan penganggaran daerah. b. Sinkronisasi rencana pencapaian SPM dalam dokumen perencanaan dan penganggaran; Pemerintah daerah menyusun rencana pencapaian SPM yang dituangkan dalam RPJMD dan dijabarkan dalam target tahunan pencapaian SPM. Rencana pencapaian SPM menjadi salah satu faktor dalam menyusun Kebijakan Umum APBD (KUA) dan Prioritas Plafon Anggaran (PPA). c. Mekanisme pembelanjaan penerapan SPM; Nota kesepakatan tentang KUA dan PPA yang disepakati bersama antara Kepala Daerah dengan Pimpinan DPRD wajib memuat target pencapaian dan penerapan SPM. Selanjutnya, nota kesepakatan tentang KUA dan PPA menjadi dasar penyusunan RKA-SKPD dengan menggunakan pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah daerah, penganggaran terpadu dan penganggaran tahunan berdasarkan tingkat prestasi kerja yang mengacu pada rencana pencapaian dan penerapan SPM. Penyusunan RKA-SKPD program dan kegiatan yang terkait dengan pencapaian SPM mengacu pada indikator kinerja, capaian atau target kinerja, Analisis Standar Belanja (ASB), dan satuan harga. RKA-SKPD yang disahkan oleh Kepala SKPD menggambarkan secara rinci dan jelas progam dan kegiatan dalam rangka pencapaian dan penerapan SPM. Pendanaan yang berkaitan dengan rencana pencapaian dan penerapan SPM yang merupakan tugas dan fungsi pemerintah dibebankan pada APBN. Sedangkan pendanaan yang berkaitan dengan rencana pencapaian dan penerapan SPM yang merupakan tugas dan fungsi pemerintah daerah dibebankan pada APBD. d. Sistem penyampaian informasi rencana dan realisasi pencapaian target tahunan SPM kepada masyarakat; Rencana pencapaian target tahunan SPM dan realisasinya merupakan bagian dari Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD), LKPJ, dan ILPPD. Rencana pencapaian target tahunan SPM dan realisasinya dipublikasikan kepada masyarakat. 24 PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

27 Tahapan Penyusunan Rencana Pencapaian SPM di Daerah Tahapan penyusunan rencana pencapaian SPM di daerah mengacu pada penjelasan Permendagri Negeri Nomor 79 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal. Pedoman tersebut menguraikan secara umum pentahapan dan pertimbangan penyusunan rencana pencapaian SPM di daerah, namun belum secara rinci menjelaskan langkah-langkah yang perlu dilaksanakan di setiap tahap. Dalam menyusun rencana pencapaian SPM di daerah diperlukan instrumen dan alat bantu yang memudahkan pemerintah daerah. Buku panduan ini menguraikan langkah-langkah penyusunan rencana pencapaian SPM di daerah berdasarkan lingkup materi. PERSIAPAN PENYUSUNAN PROFIL PELAYANAN DASAR PENYUSUNAN RENCANA PENCAPAIAN SPM PELAPORAN DAN MONITORING Pembentukan Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian SPM Sosialisasi penerapan SPM di daerah Pengumpulan dan pengolahan data Evaluasi Penerapan SPM dalam Dokumen Rencana Penyusunan Profil Pelayanan Dasar Perumusan Program dan Kegiatan Penentuan Target Capaian SPM Penghitungan Kebutuhan PembiayaanSPM Pelaporan Rencana Pencapaian SPM di Daerah Monitoring Penerapan SPM SK Tim Koordinasi Rencana Kerja Kerja Tim Bahan Sosialisasi Kebutuhan Data Profil Pelayanan Dasar Indikasi Program dan Kegiatan Pencapaian SPM berikut Kebutuhan Pendanaan Dokumen Rencana Pencapaian SPM PANDUAN PENYUSUNAN RENCANA PENERAPAN DAN PENCAPAIAN SPM DI DAERAH 25

28 Gambar 4.1 Alur Penyusunan Rencana Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah PERSIAPAN PENYUSUNAN PROFIL PELAYANAN DASAR PENYUSUNAN RENCANA PENCAPAIAN SPM MONEV DAN PELAPORAN Peraturan Terkait SPM Pengumpulan Data dan Informasi Pengolahan Data dan Informasi Penentuan Program dan Kegiatan Pembentukan Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian SPM Sosialisasi Penerapan & Pencapaian SPM Penyusunan Profil Pelayanan Dasar Penentuan Target Capaian SPM Penghitungan Kebutuhan Pembiayaan SPM Monitoring dan Evaluasi Penerapan SPM di Daerah Pelaksanaan Penerapan SPM dalam Rencana Pembangunan Daerah (RPJMD, Renstra, SKPD, RKPD, Renja SKPD) Pelaporan Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah 26 PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

29 PEMBENTUKAN TIM KOORDINASI PENERAPAN DAN PENCAPAIAN SPM DI DAERAH 05 Dasar Pemikiran Penerapan dan pencapaian SPM di daerah merupakan upaya mensinergikan pencapaian SPM setiap urusan wajib yang bersifat pelayanan dasar yang dilaksanakan SKPD pengampu. Gubernur dan Bupati/Walikota bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan dasar yang sudah ditetapkan SPM-nya oleh Kementerian/Lembaga. Penyelenggaraan pelayanan dasar sesuai SPM secara operasional dikoordinasikan dan dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab sesuai dengan urusannya masing-masing. Sampai saat ini sudah ada 15 SPM yang ditetapkan Kementerian/Lembaga untuk dilaksanakan pemerintah daerah melalui SKPD pengampu SPM. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab penerapan dan pencapaian SPM di daerah tersebar di masing-masing SKPD pengampu SPM. Untuk mewujudkan upaya penerapan dan pencapaian SPM di daerah yang efektif perlu dibentuk Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah, terdiri dari SKPD pengampu SPM, Bappeda, SKPD Pengelola Keuangan Daerah dan Sekretariat Daerah. Tim ini diusulkan kepada Kepala Daerah untuk ditetapkan dengan keputusan kepala daerah. Pihak Yang Terlibat Dalam Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah Dalam penerapan dan pencapaian SPM di daerah terdapat lima (5) pihak yang terlibat, yaitu: (1) Pemerintah Pusat dalam hal ini adalah Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian/Lembaga yang menangani urusan wajib yang bersifat pelayanan dasar, (2) Pemerintah Provinsi dalam hal ini SKPD Provinsi pengampu SPM, (3) Pemerintah Kabupaten/Kota dalam hal ini SKPD Kabupaten/Kota pengampu SPM, (4) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi/Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab untuk memastikan terlaksananya penyelenggaraan pelayanan 27

30 dasar kepada masyarakat, serta (5) Pihak lainnya yang membantu proses penerapan dan pencapaian SPM, misalnya lembaga swadaya masyarakat, lembaga kerjasama internasional dan lain-lain. Adapun peran dan bentuk keterlibatan masing-masing pihak adalah sebagai berikut: Tingkatan Pihak Yang Terlibat Peran Bentuk Keterlibatan Tingkat Pusat Tingkat Provinsi Kementerian Dalam Negeri Kementerian/ Lembaga SKPD pengampu SPM SKPD pengelola keuangan daerah Bappeda Provinsi Sekretariat Daerah (Biro Organisasi/ Pemerintahan/Otda) Sebagai koordinator penyelenggaraan pelayanan dasar Sebagai pembina teknis penyelenggaraan pelayanan dasar Fasilitasi penerapan SPM di provinsi dan evaluasi pelaporan pencapaian SPM di Provinsi Sebagai penanggung jawab penerapan dan pencapaian SPM Fasilitasi penerapan SPM di kabupaten/ kota dan evaluasi pelaporan pencapaian SPM di kabupaten/kota Sebagai pelaksana pembiayaan SPM di tingkat provinsi Sebagai koordinator dalam pengintegrasian SPM dalam perencanaan tingkat provinsi Sebagai koordinator dalam penyusunan laporan perhitungan dan pencapaian SPM tingkat provinsi Melakukan koordinasi dan supervisi penerapan dan pencapaian SPM di daerah Melakukan fungsi pembinaan secara teknis penerapan dan pencapaian SPM di daerah Melakukan fasilitasi penerapan SPM di Provinsi Melakukan evaluasi pelaporan pencapaian SPM di Provinsi Menyusun dan melaksanakan rencana penerapan dan pencapaian SPM Melakukan fasilitasi penerapan SPM di Kabupaten/Kota Melakukan evaluasi pelaporan pencapaian SPM di Kabupaten/Kota Menyusun rencana pembiayaan penerapan SPM tingkat provinsi Mengintegrasikan rencana penerapan SPM dalam proses perencanaan pembangunan Menyiapkan laporan perhitungan dan pencapaian SPM 28 PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

31 Tingkatan Pihak Yang Terlibat Peran Bentuk Keterlibatan Tingkat Kabupaten/ Kota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi SKPD pengampu SPM SKPD pengelola keuangan daerah Bappeda Kabupaten/Kota Sekretariat Daerah (Bag. Organisasi/ Pemerintahan/Otda) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten/ Kota Sebagai pengawas penerapan dan pencapaian SPM di Provinsi Sebagai pelaksana penerapan SPM di daerah Sebagai pelaksana pembiayaan SPM di daerah Sebagai koordinator dalam pengintegrasian SPM dalam perencanaan Sebagai koordinator dalam penyusunan laporan perhitungan dan pencapaian SPM Sebagai pengawas penerapan dan pencapaian SPM di Kabupaten/Kota Memastikan penerapan SPM di daerah dan dukungan anggaran Menyusun dan melaksanakan rencana penerapan dan pencapaian SPM Menyusun rencana pembiayaan penerapan SPM Mengintegrasikan rencana penerapan SPM dalam proses perencanaan pembangunan Menyiapkan laporan perhitungan dan pencapaian SPM Memastikan penerapan SPM di daerah dan dukungan anggaran Tujuan Pembentukan Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah Pembentukan Tim Koordinasi Percepatan Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah bertujuan untuk mengkoordinasikan dan mensinergikan langkah-langkah dan kegiatan yang dilaksanakan SKPD pengampu SPM, SKPD Pengelola Keuangan Daerah, Bappeda dan pemangku kepentingan lainnya dalam penerapan dan pencapaian SPM. Tim Koordinasi ini memiliki tugas untuk mengkoordinasikan pelaksanaan penyelenggaraan pelayanan dasar SKPD pengampu SPM. Struktur Organisasi Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah dibagi menjadi dua (2) struktur utama sebagai berikut: 1) fungsi koordinasi dan 2) fungsi teknis. Struktur PEMBENTUKAN TIM KOORDINASI PENERAPAN DAN PENCAPAIAN SPM DI DAERAH 29

32 koordinasi memiliki tugas untuk mengkoordinasikan penerapan dan pencapaian SPM di daerah termasuk penyusunan laporan pencapaian. Struktur koordinasi dalam Tim sekurang-kurangnya terdiri dari unsur: 1) Sekretariat Daerah dalam hal ini Bagian Organisasi/Pemerintahan/Otonomi Daerah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang diuraikan dalam Perda mengenai SOTK, 2) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) sesuai dengan tupoksinya koordinasi perencanaan pembangunan daerah, 3) SKPD Pengelola Keuangan Daerah, 4) Inspektorat. Struktur teknis dibentuk di masing-masing SKPD pengampu SPM dan sekurangkurangnya terdiri dari: 1) Kepala Dinas/SKPD, 2) Sub. Bagian Perencanaan/ Program, 3) Sub-Dinas terkait dalam pengampu layanan sektor yang bertanggung jawab pada indikator SPM. Gambar 5.1 Struktur Organisasi Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah TIM KOORDINASI PENERAPAN DAN PENCAPAIAN SPM DI DAERAH - Koordinasi kepada SKPD terkait penerapan dan pencapaian SPM TIM TEKNIS SKPD TIM TEKNIS SKPD TIM TEKNIS SKPD - Pendalaman SPM - Penyusunan profil pelayanan dasar - Penyusunan program dan kegiatan beserta target pencapaian SPM - Kebutuhan pembiayaan SPM Tugas dan Tanggung Jawab Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian SPM mempunyai tugas dan fungsi untuk mengkoordinasikan kepada seluruh SKPD terkait dengan penerapan dan pencapaian SPM yang meliputi: 30 PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

33 1) Mendalami jenis pelayanan, indikator, target dan batas waktu pencapaian yang telah ditetapkan secara nasional 2) Menyiapkan database profil pelayanan dasar berdasarkan masing-masing jenis pelayanan dan indikator yang telah ditetapkan 3) Merumuskan program dan kegiatan dalam rangka pencapaian SPM sekaligus penentuan target pencapaian SPM sesuai dengan kemampuan keuangan daerah, melalui tahapan sebagai berikut: Menyesuaikan dan mensinergikan program dan kegiatan dalam APBD sebagai bagian dari program dan kegiatan pencapaian indikator dan target SPM; Melakukan proyeksi kemampuan pembiayaan program kegiatan yang akan dialokasikan untuk mendukung pencapaian indikator dan target SPM; dan Merumuskan kesenjangan kemampuan keuangan daerah dalam pencapaian indikator dan target SPM dibandingkan dengan target nasional sesuai batas waktu perencanaan yang telah ditetapkan. 4) Menyusun kebutuhan pembiayaan berdasarkan target yang telah ditetapkan secara nasional. Untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah, SKPD pengampu SPM membentuk Tim Teknis. Susunan keanggotaan Tim Teknis SKPD terdiri dari: unit kerja di lingkungan SKPD dan lembaga/organisasi non-pemerintah yang terkait SPM pelayanan dasar. Tim Teknis SKPD memiliki tugas dan tanggung jawab dalam menyiapkan data dan informasi serta menyusun secara teknis profil pelayanan dasar dan rencana penerapan dan pencapaian SPM untuk pelayanan dasar yang menjadi urusan wajib SKPD tersebut. Tim Teknis SKPD menyusun rencana kerja dan proses yang akan dilakukan, kerangka acuan pelaksanaan kegiatan, memastikan keterlibatan pemangku kepentingan dan menjaga konsistensi dan komitmen para pihak dalam proses. Penyusunan Rencana Kerja Dalam pelaksanaan tugasnya Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian SPM menyusun rencana kerja percepatan penerapan dan pencapaian SPM di daerah yang disepakati semua pihak yang terlibat. Rencana kegiatan tim koordinasi penerapan disusun kedalam agenda kerja yang dijadikan sebagai panduan kerja mulai dari persiapan hingga disusunnya rencana penerapan da pencapaian SPM di daerah. Contoh agenda kerja percepatan penerapan dan pencapaian SPM di daerah adalah sebagai berikut: PEMBENTUKAN TIM KOORDINASI PENERAPAN DAN PENCAPAIAN SPM DI DAERAH 31

34 Tabel 5.1 Contoh Agenda Kerja Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah NO Kegiatan Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV Bulan V Bulan VI A PERSIAPAN Pembentukan tim, penyusunan agenda kerja Sosialisasi B PENYUSUNAN PROFIL PELAYANAN DASAR Pendalaman indikator SPM Pengumpulan data dan informasi Analisis kondisi pelayanan dasar C PEMENUHAN KEBUTUHAN PENCAPAIAN SPM Penyusunan Program dan Kegiatan Penentuan Target Capaian SPM Penghitungan Kebutuhan Pembiayaan D PERUMUSAN RENCANA PENCAPAIAN SPM 32 PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

35 Kotak 1 Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian SPM (Usulan) Susunan keanggotaan tim koordinasi penerapan dan pencapaian SPM sekurangkurangnya sebagai berikut: Penanggungjawab : Kepala Daerah Pembina : Wakil Kepala Daerah Ketua : Sekretariat Daerah Sekretaris : Kepala Biro Organisasi/Pemerintahan/Otda untuk provinsi atau Kepala Bagian Organisasi/Pemerintahan/Otda untuk Kabupaten/Kota*) Anggota : a. Bappeda b. Inspektorat Daerah c. SKPD yang membidangi keuangan d. SKPD yang membidangi organisasi; e. SKPD yang membidangi SPM; dan f. SKPD terkait lainnya *) disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi biro dan atau bagian terkait fasilitasi SPM PEMBENTUKAN TIM KOORDINASI PENERAPAN DAN PENCAPAIAN SPM DI DAERAH 33

36 34 PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

37 SOSIALISASI PENERAPAN DAN PENCAPAIAN SPM DI DAERAH 06 Apa itu Sosialisasi? Sosialisasi merupakan upaya penyampaian secara interaktif substansi peraturan perundangan, termasuk petunjuk teknis dan panduan penerapan dan pencapaian SPM di daerah. Kegiatan sosialisasi dilaksanakan antara lain melalui media tatap muka dan media elektronik. Sosialisasi melalui media tatap muka antara lain dalam bentuk dialog, lokakarya, seminar dan diskusi. Sedangkan sosialisasi melalui media elektronik antara lain melalui pemberian informasi di media surat kabar, penyiaran di media radio dan televisi, rubrik tanya jawab melalui internet dan lain sebagainya. Sosialisasi penerapan dan pencapaian SPM tidak hanya diartikan bagaimana SPM dapat dipahami oleh pemangku kepentingan baik substansi, tahapan maupun prosesnya. Begitu pula, sosialisasi bukan sekedar diseminasi atau media publikasi, melainkan bagian dari proses pemberdayaan dan transfer pengetahuan dimana diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran dan pemahaman pemangku kepentingan dalam penerapan dan pencapaian SPM di daerah. Oleh karena itu, sosialisasi merupakan proses yang dilakukan secara terus menerus, dalam setiap tahapan dan kegiatan penerapan dan pencapaian SPM di daerah. Pada dasarnya penerapan dan pencapaian SPM merupakan tugas dan tanggung jawab pemerintah daerah dalam rangka memastikan tercapainya pelayanan dasar bagi semua warga masyarakat. Isu dan permasalahan SPM seringkali dlihat sebagai agenda pembangunan yang berasal dari pusat untuk diterapkan di daerah. Padahal, indikator SPM menggambarkan tingkat capaian pelayanan dasar yang menjadi tugas dan kewajiban pemerintahan daerah, sesuai dengan hakikat keberadaan pemerintahan daerah untuk mendekatkan pelayanan publik kepada masyarakat. Tujuan Yang Ingin Dicapai Sosialisasi bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada pemangku kepentingan, yaitu SKPD, DPRD, dan masyarakat tentang substansi, tahapan, dan proses penerapan dan pencapaian SPM di daerah. 35

38 Manfaat dari pelaksanaan sosialisasi ini adalah SKPD, DPRD dan pemangku kepentingan lainnya memiliki pemahaman yang sama akan pentingnya percepatan penerapan dan pencapaian SPM di daerah serta mengetahui peran dan tanggung jawab setiap lembaga untuk mendorong penerapan SPM di daerah. Pada akhirnya, diharapkan melalui sosialisasi terjadi internalisasi penerapan indikator SPM di daerah serta terlembaganya mekanisme dalam penerapan dan pencapaian SPM beserta program dan kegiatan yang terintegrasi dalam proses perencanaan dan penganggaran pembangunan. Bentuk Kegiatan Sosialisasi Sosialisasi dapat dilakukan dalam berbagai bentuk kegiatan dengan melibatkan pemangku kepentingan mulai dari SKPD, DPRD dan masyarakat, antara lain: Sosialisasi melalui dialog dilakukan untuk mengkomunikasikan dan menginformasikan berbagai peraturan dan perundangan mengenai SPM dan panduan penerapan dan pencapaian SPM di daerah, dalam hal ini dialog dapat dilakukan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk saling bertukar informasi terkait penerapan dan pencapaian SPM di daerah. Sosialisasi melalui seminar dilakukan dengan mengundang pakar untuk membahas isu dan permasalahan penerapan dan pencapaian SPM di daerah. Peserta seminar berasal dari SKPD, DPRD, pemangku kepentingan di daerah yang terlibat dalam pencapaian SPM pelayanan dasar. Seminar dilaksanakan dengan mengundang pembicara/narasumber dari Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian/ Lembaga yang telah menetapkan SPM. Sosialisasi melalui lokakarya dilakukan untuk membahas isu dan permasalahan terkait penerapan dan pencapaian SPM di daerah dan adanya upaya untuk mencarikan solusinya. Peserta lokakarya berasal dari SKPD pengampu SPM yang sudah ditetapkan dan lembaga atau unsur masyarakat terkait dengan penerapan SPM. Sosialisasi melalui diskusi dilakukan untuk membahas topik tertentu antara dua orang atau lebih/kelompok sehingga meningkatkan pemahaman yang sama terhadap suatu topik, dalam hal ini, diskusi membahas topik penerapan dan pencapaian SPM di daerah agar terjadi kesamaan pandang dan pemahaman antara pemangku kepentingan di daerah. Sosialisasi melalui pelatihan dan bimbingan teknis untuk meningkatkan pemahaman dan kapasitas aparatur pemerintahan daerah dalam perencanaan, pemrograman dan penghitungan pembiayaan penerapan SPM di daerah. Peserta pelatihan dan bimbingan teknis berasal dari SKPD pengampu SPM, Bappeda, SKPD Pengelola Keuangan Daerah serta melibatkan fasilitator pendampingan penerapan SPM di daerah. Sosialisasi melalui media cetak (misalnya surat kabar, majalah, tabloid), media elektronik (misalnya radio, televisi, video, film) dan media informasi lainnya 36 PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

39 (misalnya baliho, spanduk, flyer, dll) dilakukan untuk menyampaikan pesan secara langsung dan meningkatkan pemahaman kepada masyarakat luas terkait penerapan dan pencapaian SPM di daerah. Siapa Yang Menjadi Sasaran Sosialisasi Kelompok sasaran sosialisasi penerapan dan pencapaian SPM dapat dibagi dalam beberapa kategori berikut ini: Seluruh SKPD pengampu SPM, Bappeda, SKPD Pengelola Keuangan Daerah dan DPRD. Para pemegang posisi kunci yang dianggap dapat mempengaruhi atau mendorong terjadinya peningkatan pemahaman penerapan SPM di daerah, antara lain: pejabat pemerintah tingkat kecamatan/kelurahan, tokoh masyarakat, tokoh agama, dll. Kelompok masyarakat yang peduli pada pelayanan publik terdiri dari: orang dan kelompok yang memiliki kepedulian tinggi terhadap masalah penerapan dan pencapaian SPM di daerah, misalnya pemerhati masalah pembangunan, pakar, akademisi, pengusaha, organisasi massa dan kemasyarakatan. Masyarakat sebagai penerima manfaat utama perlu mendapatkan informasi mengenai pelayanan-pelayanan apa saja yang menjadi haknya yang dapat diperoleh dari pemerintah daerah. Kelompok sasaran diatas memiliki peran dan kepentingan yang berbeda dalam penerapan dan pencapaian SPM di daerah. Oleh karena itu sosialisasi pada kelompok sasaran yang berbeda harus memiliki tujuan dan perlakuan yang berbeda, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi kelompok sasaran tersebut. Siapa Pelaku Sosialisasi Pelaku sosialisasi adalah Kementerian/Lembaga yang menangani urusan wajib yang bersifat pelayanan dasar, pemerintah daerah (provinsi/kabupaten/kota) ataupun kelompok masyarakat yang peduli dengan peningkatan pelayanan dasar di daerah. Kegiatan sosialisasi ini dilaksanakan pada tingkatan nasional hingga kabupaten/ kota. Pada tingkat kabupaten/kota, sosialisasi dilakukan oleh SKPD yang menangani urusan wajib bersifat pelayanan dasar bersama dengan aparat pemerintahan dan kelompok masyarakat. Pada tingkatan provinsi, sosialisasi dilakukan oleh SKPD Provinsi dengan cakupan kabupaten/kota di wilayahnya. Demikian pula pada tingkat nasional, Kementerian/Lembaga yang menangani urusan wajib bersifat pelayanan dasar diharapkan melakukan sosialisasi penerapan dan pencapaian SPM di daerah bersama dengan lembaga dan kelompok masyarakat yang peduli. Dalam melakukan sosialisasi di tingkat nasional perlu dilakukan koordinasi yang baik terutama antara K/L dan Tim Konsultasi Penyusunan SPM (terutama Kementerian Dalam Negeri selaku Koordinator, Kementerian Keuangan, BAPPENAS, dan Kementerian SOSIALISASI PENERAPAN DAN PENCAPAIAN SPM DI DAERAH 37

40 Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi) serta bersama Pemerintah Daerah untuk sosialisasi di tingkat daerah. Sosialisasi yang dilakukan pada tingkatan kabupaten/kota perlu diarahkan pada terbangunnya pemahaman dan kapasitas SKPD, DPRD dan masyarakat untuk melakukan kegiatan penerapan dan pencapaian SPMD di daerah secara terpadu dan berkesinambungan. Untuk itu diperlukan sebuah strategi sosialisasi yang efektif dengan penggunaan multi jalur komunikasi. 38 PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

41 PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI 07 Pengumpulan data dan informasi pencapaian SPM dimaksudkan untuk memastikan penghitungan pencapaian SPM di daerah didukung ketersediaan data dan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Proses pengumpulan data dan informasi menentukan kualitas informasi dan analisis pencapaian SPM di daerah yang akan menjadi dasar dalam penentuan target capaian SPM kedepan. Pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: Langkah 1: Menemukenali Jenis Pelayanan, Indikator SPM, Target SPM dan Batas Waktu Yang Harus Dicapai Pemerintah melalui kementerian/lembaga telah menetapkan indikator capaian SPM dan batas waktu pencapaian setiap indikator SPM yang dituangkan dalam bentuk peraturan menteri terkait. Beberapa kementerian/lembaga telah melengkapi peraturan SPM dengan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis untuk penerapannya di daerah. Untuk menyusun rencana pencapaian SPM di daerah, setiap SKPD terkait perlu mendalami jenis pelayanan, indikator, target dan batas waktu pencapaian SPM. Pendalaman indikator SPM yang ditetapkan Kementerian/Lembaga dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman SKPD tentang pengertian, definisi operasional dari setiap indikator dan cara perhitungan/rumus. SKPD pengampu SPM di daerah perlu memahami jenis pelayanan dan indikator SPM untuk setiap urusan yang menjadi tugas dan kewenangannya. Masing-masing indikator SPM yang ditetapkan Kementerian/Lembaga dipelajari secara seksama berkaitan dengan: Pengertian indikator kinerja SPM adalah tolok ukur prestasi kuantitatif dan kualitatif yang digunakan untuk menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi dalam pencapaian SPM di Kab/Kota berupa masukan, proses, hasil dan/ atau manfaat pelayanan. 39

42 Definisi operasional indikator SPM dimaksudkan untuk menjelaskan pengertian dari indikator kinerja. Cara perhitungan/rumus dimaksudkan untuk menyamakan cara perhitungan dalam memperoleh capaian indikator kinerja selama periode kurun waktu tertentu, dengan cara membagi pembilang dengan penyebut. Target capaian adalah besaran yang harus dicapai sebagaimana ditentukan sampai dengan batas waktu pencapaian SPM. Batas waktu pencapaian SPM adalah target waktu yang ditentukan dalam pencapaian SPM. 40 PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

43 Tabel 7.1 Menemukenali Jenis Pelayanan, Indikator, Definisi Operasional, Target dan Batas Waktu Capaian SPM NO JENIS PELAYANAN 1 Pelayanan Dasar Kesehatan Jenis Pelayanan 2 Pelayanan Pendidikan Dasar INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL RUMUS Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani Indikator SPM Tersedia satuan pendidikan dalam jarak yang terjangkau dengan berjalan kaki Jumlah peserta didik dalam setiap rombongan belajar untuk SD/MI Cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit 4 kali di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu Jumlah Bumil yang Memperoleh Pelayanan Antenatal K4 di satu wilayah pada kurun waktu tertentu = X 100% Jumlah sasaran Bumil di satu wilayah dalam kurun waktu yang sama Ibu dengan komplikasi kebidanan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang mendapat penanganan defi nitif sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan terlatih pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan (polindes, puskesmas, puskesmas PONED, rumah bersalin, RSIA/RSB, RSU, RSU PONEK) Jumlah komplikasi kebidanan yang mendapat penanganan defi nitif di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu = X 100% Jumlah ibu dengan komplikasi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama Jarak rata-rata SD/MI pada radius 3 km dari kawasan permukiman permanen Jumlah peserta didik dalam setiap rombongan belajar untuk SD/ MI = Jumlah peserta didik SD/MI total (per sekolah) Jumlah rombongan belajar SD/MI X 100% TARGET CAPAIAN 95% % 2015 Jumlah SD/ MI Radius 3 km dari permukiman Tidak melebihi 32 orang Batas Waktu BATAS WAKTU CAPAIAN Rumus Perhitungan (Pembilang dan Penyebut) 41

44 NO JENIS PELAYANAN 3 Penataan Ruang 4 Lingkungan Hidup INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL RUMUS Informasi Penataan Ruang Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik Tersedianya informasi mengenai Rencana Tata Ruang (RTR) wilayah kabupaten/kota beserta rencana rincinya melalui peta analog dan peta digital Jumlah informasi RTRW di Kab/Kota peta analog dan peta digital = X 100% Jumlah kelurahan di kab/kota Tersedianya luasan RTH publik sebesar 20% dari luas wilayah kota/kawasan perkotaan Target Capaian Luas RTH Publik di wilayah kota/kabupaten = X 100% Luas wilayah kota/kabupaten Pelayanan Pencegahan Pencemaran Air Prosentase jumlah usaha dan/atau kegiatan yang mentaati persyaratan administrasi dan teknis pencegahan pencemaran air Definisi Operasional Pelayanan Pencegahan Pencemaran Udara dari Sumber Tidak Bergerak Jumlah usaha dan atau kegiatan yang telah mentaati persy admin dan teknis = X 100% Jumlah usaha dan atau kegiatan yang diawasi Prosentase jumlah usaha dan/atau kegiatan sumber tidak bergerak yang memenuhi persyaratan administratif dan teknis pencegahan pencemaran udara Jumlah usaha dan atau kegiatan sumber tidak bergerak yg telah memenuhi persyaratan adm dan teknis pengendalian = X 100% Jumlah usaha dan atau kegiatan sumber tidak bergerak yang potensial mencemari udara yg telah diinventarisasi TARGET CAPAIAN BATAS WAKTU CAPAIAN 100% 2014 (kan/kota & kec) 90% 2014 (kelurahan) 25% % % PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

45 NO JENIS PELAYANAN 5 Layanan Terpadu Bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan 6 Pelaksanaan program/ kegiatan bidang sosial INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL RUMUS Penanganan pengaduan/laporan korban kekerasan terhadap perempuan dan anak Pelayanan kesehatan bagi perempuan dan anak korban kekerasan Pemberian bantuan sosial bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial skala Kabupaten/Kota Pelaksanaan kegiatan pemberdayaan sosial skala Kabupaten/Kota Cakupan perempuan dan anak korban kekerasan yang mendapatkan penanganan pengaduan oleh petugas terlatih di dalam unit pelayanan terpadu Jumlah pengaduan atau laporan yang ditindaklanjuti oleh unit pengaduan terpadu = X 100% Jumlah laporan dan pengaduan yang masuk ke unit pelayanan terpadu Cakupan perempuan dan anak korban kekerasan yang mendapatkan layanan kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih di Puskesmas mampu tatalaksana KtP/A dan PPT/PKT di Rumah Sakit Jumlah korban KtP atau A yg memperoleh layanan kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih di puskesmas pd kurun waktu ttt = X 100% Jumlah seluruh korban KtP atau A yang terdata dan datang ke Puskemas pd kurun waktu ttt Persentase (%) PMKS skala kab/kota yang memperoleh bantuan sosial untuk pemenuhan kebutuhan dasar. Jumlah PMKS skala kab/kota yang memperoleh bantuan sosial untuk pemenuhan kebutuhan dasar = X 100% Jumlah PMKS skala kab/kota Persentase (%) PMKS skala kab/kota yang menerima program pemberdayaan sosial melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) atau kelompok sosial ekonomi sejenis lainnya Jumlah PMKS skala kab/kota yang menerima program KUBE atau sejenisnya = X 100% Jumlah PMKS skala kab/kota TARGET CAPAIAN BATAS WAKTU CAPAIAN 100% % % %

46 Langkah 2: Persiapan Pengumpulan Data dan Informasi Persiapan pengumpulan data dan informasi dilaksanakan melalui penyusunan daftar data dan informasi yang dibutuhkan (check-list) untuk masing-masing indikator SPM dirinci berdasarkan jenis dan unit data serta sumber data dan informasi. Check-list data disusun dan dikembangkan berdasarkan petunjuk teknis SPM yang dikeluarkan Kementerian/Lembaga dan tambahan data-informasi yang relevan dengan indikator SPM. Berikut disampaikan contoh daftar data dan informasi yang dibutuhkan (checklist) untuk setiap indikator SPM sebagai berikut: Tabel 7.2 Kebutuhan Data Indikator SPM INDIKATOR SPM/ UNIT DATA JENIS DATA 1. SPM Bidang Kesehatan Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4. Jumlah ibu hamil yang memperoleh pelayanan antenatal di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu Jumlah sasaran ibu hamil dalam suatu wilayah pada kurun waktu tertentu Data ibu hamil yang memperoleh pelayanan antenatal pada: - Puskesmas - Rumah Sakit - Register Kader dan Dukun Bayi - Pemantauan program KIA - Dihitung melalui estimasi dengan rumus: 1,10 x Crude Birth Rate x Jumlah Penduduk (pada tahun yang sama) - Angka CBR dan jumlah penduduk Kab/Kota didapat dari data BPS masing-masing Kab/Kota/Provinsi pada kurun waktu tertentu SUMBER DATA - Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) Laporan Bulanan LB3 (KIA/KB, Gizi, P2BM) - Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) termasuk layanan swasta - Register kohort ibu (sumber data pelayanan ibu hamil dan bersalin yang dikoleksi kader dan dukun bayi) - Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) KIA sistem informasi untuk melakukan pemantauan program KIA di suatu wilayah - Data Statistik CBR dari BPS - Data Jumlah Penduduk dari BPS 44 PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

47 INDIKATOR SPM/ UNIT DATA JENIS DATA Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani Jumlah komplikasi kebidanan yang mendapat penanganan defi nitif di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu Jumlah ibu dengan komplikasi kebidanan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama Data ibu hamil yang memperoleh pelayanan antenatal pada: - Puskesmas - Rumah Sakit - Laporan Audit Maternal dan Perinatal - Dihitung berdasarkan angka estimasi 20% dari Total Ibu Hamil disatu wilayah pada kurun waktu yang sama - Total sasaran Ibu hamil dihitung melalui estimasi dengan rumus: 1,10 x Crude Birth Rate x Jumlah Penduduk (pada tahun yang sama) - Angka CBR dan jumlah penduduk Kab/Kota didapat dari data BPS masing-masing Kab/Kota/Provinsi pada kurun waktu tertentu SUMBER DATA - Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) - Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) termasuk layanan swasta - Laporan Audit Maternal dan Perinatal (AMP) - Data Statistik CBR dari BPS - Data Jumlah Penduduk dari BPS 2. SPM Bidang Pendidikan Dasar Tersedia satuan pendidikan dalam jarak yang terjangkau dengan berjalan kaki Jarak rata-rata SD/MI pada radius 3 km dari kawasan permukiman permanen Jumlah peserta didik dalam setiap rombongan belajar untuk SD/MI 3. SPM Bidang PU dan Penataan Ruang Informasi Penataan Ruang Tersedianya informasi mengenai Rencana Tata Ruang (RTR) wilayah kabupaten/kota beserta rencana rincinya melalui peta analog dan peta digital - Peta analog dapat terdiri dari peta RTRW Kabupaten/Kota dan peta Rencana Rinci Tata Ruang Wilayah Kab/Kota - Peta analog harus memuat informasi rencana struktur dan pola ruang dengan skala minimal 1: (RTRW Kab), 1: (rencana rinci) yang dilengkapi dengan legenda peta - Kabupaten/Kota Dalam Angka yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Daerah per tahun - Peta analog yang dikeluarkan Dinas/ SKPD yang membidangi penataan ruang 45

48 INDIKATOR SPM/ UNIT DATA JENIS DATA Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik Tersedianya luasan RTH publik sebesar 20% dari luas wilayah kota/ kawasan perkotaan 4. SPM Bidang Lingkungan Hidup Pelayanan Pencegahan Pencemaran Air Prosentase jumlah usaha dan/atau kegiatan yang mentaati persyaratan administrasi dan teknis pencegahan pencemaran air - Jumlah luasan RTH publik yang tersedia di akhir tahun per jumlah RTH publik yang tersedia di wilayah kota akhir tahun pencapaian SPM - Data semua jenis usaha dan.atau kegiatan rumah sakit, rumah makan dan permukiman/perumahan - Identifi kasi jenis usaha dan/atau kegiatan yang mencemari air - Pemeriksaan kelengkapan dokumen persyaratan usaha dan/atau kegiatan Pelayanan Pencegahan Pencemaran Udara dari Sumber Tidak Bergerak Prosentase jumlah usaha dan/atau kegiatan sumber tidak bergerak yang memenuhi persyaratan administratif dan teknis pencegahan pencemaran udara - Inventarisasi industri yang potensial mencemari udara - Inventarisasi cerobong yang potensial mencemari udara dalam 1 (satu) industri, serta parameter dominan yang harus diukur SUMBER DATA - Data penyebaran RTH publik yang tersedia di kabupaten/kota - Laporan hasil pemantauan dan inventarisasi/identifi kasi lingkungan hidup kabupaten/kota - Laporan instansi terkait bidng lingkungan di kabupaten/kota - Sumber lain yang relevan - Hasil pengawasan lapangan antara lain: laporan pemerintah daerah, laporan PROPER. - Laporan instansi yang menangani bidang perindustrian dan perdagangan. - Sumber lain yang relevan 46 PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

49 INDIKATOR SPM/ JENIS DATA UNIT DATA SUMBER DATA 5. SPM Bidang Layanan Terpadu Bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan Penanganan pengaduan/laporan korban kekerasan terhadap perempuan dan anak Cakupan perempuan dan anak korban kekerasan yang mendapatkan penanganan pengaduan oleh petugas terlatih di dalam unit pelayanan terpadu - Jumlah pengaduan/laporan yang ditindaklanjuti oleh petugas unit pelayanan terpadu - Jumlah laporan/pengaduan yang masuk ke unit pelayanan terpadu Pelayanan kesehatan bagi perempuan dan anak korban kekerasan Cakupan perempuan dan anak korban kekerasan yang mendapatkan layanan kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih di Puskesmas mampu tatalaksana KtP/A dan PPT/PKT di Rumah Sakit - Jumlah korban KtP/A yang memperoleh layanan kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih di Puskesmas mampu tatalaksana KtP/A atau PPT/ PKT di RS di suatu wilayah kerja tertentu pada kurun waktu tertentu. - Jumlah seluruh korban KtP/A yang terdata datang ke Puskesmas mampu tatalaksana kasus KtP/A dan ke RS di suatu wilayah kerja tertentu dalam kurun waktu tertentu - KNPP, PPT/ PKT di RS, Puskesmas - P2TP2A, Instansi Sosial - Unit PPA di Kepolisian, RPTC, RPSA - BP4 dan lembagalembaga keumatan lainnya - Komnas Perempuan, Komnas Perlindungan Anak - Badan/Unit Pemberdayaan Perempuan - Pelayanan warga pada perwakilan RI di luar negeri - Dinas Tenaga Kerja, Badan Perlindungan dan Penempatan TKI Provinsi/ Kabupaten/Kota - WCC, LBH - Unit lainnya yang melaksanakan pelayanan terpadu - Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (UPPA) - UPT - Badan/Unit Pemberdayaan Perempuan di wilayah setempat - Dinkes Provinsi dan atau Kabupaten/kota: Laporan Kasus KtP/A di Puskesmas dan RS 47

50 INDIKATOR SPM/ UNIT DATA SUMBER DATA JENIS DATA 6. SPM Bidang Sosial Pemberian bantuan sosial bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial skala Kabupaten/Kota Persentase (%) PMKS skala kab/kota yang memperoleh bantuan sosial untuk pemenuhan kebutuhan dasar. - Jumlah penyandang PMKS (fakir miskin, anak terlantar dll) - Jumlah penyandang PMKS yang memperoleh bantuan sosial Pelaksanaan kegiatan pemberdayaan sosial skala Kabupaten/Kota Persentase (%) PMKS skala kab/kota yang menerima program pemberdayaan sosial melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) atau kelompok sosial ekonomi sejenis lainnya - Jumlah penyandang PMKS (fakir miskin, anak terlantar dll) - Jumlah penyandang PMKS yang meneriman program KUBE dan sejenis lainnya Langkah 3: Pengumpulan data dan informasi Pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui metoda: - Pendataan langsung penyandang PMKS skala kabupaten/kota - Pendataan langsung penyandang PMKS skala kabupaten/kota yang memperoleh bantuan sosial - Pendataan langsung penyandang PMKS skala kabupaten/kota - Pendataan langsung penyandang PMKS skala kabupaten/kota yang menerima program KUBE dan sejenis lainnya Pengumpulan data sekunder, dimana SKPD mengumpulkan dokumen, laporan, data statistik yang menjadi sumber data dan informasi untuk setiap indikator SPM dari masing-masing lembaga/instansi pemilik data dan pemangku kepentingan lainnya (swasta, lembaga masyarakat, dll). Beberapa prinsip pengumpulan data sekunder: - Dilakukan secara menyeluruh mulai dari tingkatan paling rendah (RT/RW, Kelurahan), sampai pada tingkatan lebih tinggi (kecamatan, kota/kab). - Data dapat berasal dari berbagai sumber (Laporan Bulanan Puskesmas, Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS), Pemantauan Wilayah Setempat (PWS). Pengumpulan data primer, dalam hal data sekunder tidak tersedia maka dilakukan pengumpulan data primer oleh SKPD sesuai dengan check-list kebutuhan data yang sudah disiapkan. Pengumpulan data primer membutuhkan waktu dan sumberdaya yang mencukupi. Pengumpulan data primer dapat dilakukan antara lain dengan cara: pencacahan, survei, interview. 48 PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

51 Dalam pelaksanaannya pengumpulan data seringkali dihadapkan pada tantangan sebagai berikut: Data dan informasi yang diperoleh sangat minim karena sumberdaya untuk mengumpulkannya terbatas. Biasanya untuk memperoleh gambaran yang lebih lengkap dan detil membutuhkan survei lapangan dengan biaya yang relatif besar; Ketiadaan data yang lengkap dan komprehensif yang seringkali menghambat proses pengumpulan; Memanfaatkan informasi yang tersedia sebaik-baiknya, meskipun sangat kualitatif perlu cek dan konfirmasi mengenai kebenaran data; Perlunya daftar kebutuhan data dan sumber yang ada agar tidak terjadi duplikasi data dengan angka yang berbeda. 49

52 50 PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

53 EVALUASI PENERAPAN SPM DALAM DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH 08 Untuk membantu penyusunan profil pelayanan dasar terlebih dahulu dilakukan penelaahan/evaluasi pelaksanaan SPM dalam dokumen rencana pembangunan daerah (RPJMD dan RKPD) serta dokumen rencana SKPD (Renstra SKPD dan Renja SKPD) untuk rencana pencapaian selama 5 (lima) tahun dan Renja SKPD untuk target pencapaian tahunan. Penelaahan/evaluasi pelaksanaan SPM dimaksudkan untuk mengetahui sampai seberapa jauh SPM telah dan sedang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah (SKPD pengampu SPM), baik untuk rencana pencapaian selama 5 (lima) tahun dan target pencapaian tahunan. Penelaahan/evaluasi penerapan SPM dalam RPJMD dan Renstra SKPD mencakup: Tujuan dan sasaran pelayanan dasar (SPM) yang akan dicapai dalam jangka waktu pelaksanaan RPJMD dan Renstra SKPD; Program dan kegiatan prioritas SKPD dalam pencapaian SPM beserta target kinerja dan lokasi program/kegiatan prioritas. Penelaahan/evaluasi penerapan SPM dalam RKPD dan Renja SKPD mencakup: Target pencapaian SPM tahunan yang akan dicapai dalam jangka waktu pelaksanaan RKPD dan Renja SKPD; Program dan kegiatan prioritas SKPD dalam pencapaian SPM beserta target kinerja dan lokasi program/kegiatan prioritas tahun berkenaan; Besaran pagu pendanaan untuk program dan kegiatan prioritas. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelaahan/evaluasi penerapan SPM adalah sebagai berikut: Tim Koordinasi menyampaikan format dan tata cara pengisian laporan penerapan SPM kepada SKPD pengampu SPM; SKPD pengampu SPM melakukan pengisian laporan penerapan SPM; SKPD pengampu SPM menyampaikan hasil pengisian laporan penerapan SPM kepada Tim Koordinasi; Tim Koordinasi mengkompilasi hasil pengisian laporan peneran SPM dari semua SKPD pengampu SPM. 51

54 Tabel 8.1 Evaluasi Penerapan SPM dalam Dokumen Rencana Pembangunan Daerah dan SKPD SPM Bidang: SKPD: No Indikator SPM Capaian SPM Tahun 2012 Target Capaian SPM (tahun dan nilai) Penelaahan Penerapan SPM dalam Dokumen Rencana Pembangunan Daerah dan SKPD Tahun Nilai RJMD RKPD Renstra SKPD Renja SKPD Nama Program dan kegiatan Kolom 1 Diisi dengan no urut Kolom 2 Diisi dengan nama indikator SPM Kolom 3 Diisi dengan capaian SPM sesuai dengan rumus perhitungan SPM Kolom 4 Diisi dengan tahun pencapaian target SPM Kolom 5 Diisi dengan nilai target capaian SPM Kolom 6 Diisi dengan tanda cek (V) jika indikator SPM telah dimasukan dalam RPJMD Kolom 7 Diisi dengan tanda cek (V) jika indikator SPM telah dimasukan dalam Renstra SKPD Kolom 8 Diisi dengan tanda cek (V) jika indikator SPM telah dimasukan dalam RKPD Kolom 9 Diisi dengan tanda cek (V) jika indikator SPM telah dimasukan dalam Renja SKPD Kolom 10 Diisi dengan nama program dan kegiatan jika SPM telah dimasukan dalam RPJMD, Renstra SKPD, RKPD dan Renja SKPD 52 PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

55 PENYUSUNAN PROFIL PELAYANAN DASAR DI DAERAH Apa itu Profil Pelayanan Dasar? Pemahaman yang akurat mengenai kondisi/status penerapan dan pencapaian SPM di daerah akan membantu penyusunan rencana pencapaian SPM yang lebih realistis dan dapat dicapai. Hal ini dimulai dengan pengumpulan dan pengolahan data dan informasi terkait pencapaian SPM di masing-masing SKPD yang disajikan dalam bentuk profil pelayanan dasar di daerah. Pengertian dari profil pelayanan dasar adalah sekumpulan data dan informasi yang dikumpulkan, distrukturkan dan diolah untuk menggambarkan kondisi pelayanan dasar di daerah sebagai bahan masukan dalam menyusun dan mengembangkan rencana pencapaian SPM kedepan. Profil pelayanan dasar disusun melalui pengumpulan data dan informasi pencapaian SPM di masing-masing SKPD yang sudah tersedia dan/atau data dan informasi yang dihasilkan dari proses monitoring dan evaluasi penerapan SPM yang dilakukan secara reguler dan terpadu. Profil pelayanan dasar menggambarkan kondisi pencapaian SPM di daerah melalui data dan informasi yang dikumpulkan oleh setiap SKPD pengampu SPM dan pemangku kepentingan. Proses pengumpulan data dan informasi melibatkan semua pemangku kepentingan terkait. Metoda pengumpulan data dan informasi secara partisipatif dapat dilakukan melalui penilaian cepat (rapid assessment), kelompok diskusi terbatas, survei dan lain-lain. Penyusunan profil pelayanan dasar difokuskan kepada data dan informasi merujuk pada indikator-indikator SPM. Tujuan Penyusunan Profil pelayanan dasar disusun dengan tujuan untuk: Mengetahui gambaran umum, status, kedudukan, dan kinerja daerah dalam penerapan dan pencapaian SPM untuk penyelenggaraan pemerintahan daerah; Mengetahui aspek-aspek apa saja yang perlu untuk segera ditangani dalam rangka pencapaian SPM di daerah; 53

56 Mengetahui faktor-faktor penentu keberhasilan/ketidakberhasilan termasuk potensi dan permasalahan penerapan SPM; Mengetahui status pencapaian SPM yang dilaksanakan dalam proses perencanaan dan penganggaran daerah. Manfaat Profil pelayanan dasar yang selanjutnya dapat digunakan untuk menganalisis: Penentuan status awal yang terkini dari pencapaian SPM di Daerah. Perbandingan bila terdapat kesenjangan antara status awal dengan target pencapaian dan batas waktu pencapaian SPM yang ditetapkan oleh Pemerintah. Perhitungan pembiayaan atas target pencapaian SPM, Analisis Standar Belanja (ASB) kegiatan berkaitan SPM, dan satuan harga kegiatan. Perhitungan perkiraan kemampuan keuangan dan pendekatan penyediaan pelayanan dasar yang memaksimalkan sumber daya daerah serta memproyeksikan tingkat pencapaian dan biaya pemenuhan SPM. Siapa Yang Terlibat dalam Penyusunan Profil Pelayanan Dasar? Penyusunan profil pelayanan dasar dilaksanakan oleh setiap SKPD terutama SKPD pengampu SPM dengan proses sebagai berikut: SKPD pengampu SPM, melalui Tim Teknis yang dibentuk, menyusun profil pelayanan dasar sesuai SPM yang menjadi urusannya dalam bentuk tabel yang disepakati bersama; SKPD pengampu SPM menyampaikan profil pelayanan dasar sesuai SPM yang menjadi urusannya kepada Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian SPM; Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian SPM melakukan verifikasi terhadap profil pelayanan dasar yang disampaikan SKPD pengampu SPM untuk memastikan bahwa data dan informasi yang disampaikan dapat dipertanggungjawabkan; Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian SPM menyampaikan hasil verifikasi profil pelayanan dasar kepada SKPD pengampu SPM apabila memerlukan perbaikan dan penyempurnaan terhadap data dan informasi yang disampaikan; SKPD pengampu SPM melakukan perbaikan dan penyempurnaan profil pelayanan dasar berdasarkan masukan hasil verifikasi dan menyampaikan kembalai perbaikan profil pelayanan dasar kepada Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian SPM; Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian SPM melakukan pengumpulan profil pelayanan dasar dari masing-masing SKPD pengampu SPM untuk dilakukan kompilasi ke dalam Profil Pelayanan Dasar Kabupaten/Kota. 54 PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

57 Apabila diperlukan dalam penyusunan profil pelayanan dasar di setiap SKPD dan penggabungan kedalam Profil Pelayanan Dasar Kabupaten/Kota dapat melibatkan fasilitator atau tenaga ahli yang memiliki pengetahuan dan kapasitas dalam melakukan pendampingan penyusunan profil pelayanan dasar. Tahapan Penyusunan Profil Pelayanan Dasar Langkah 1: Pengolahan data dan informasi Pengolahan data dan informasi dimaksudkan untuk menstrukturkan data dan informasi yang diperoleh kedalam format pengolahan data, yang terdiri dari: jenis indikator SPM dan data capaian SPM. Yang perlu diperhatikan dalam kompilasi data adalah sbb: kesesuaian data yang tersedia dengan jenis data yang dibutuhkan konsistensi sumber data yang digunakan konsistensi tahun data (time-series) Tabel 9.1 Kompilasi Indikator SPM No Uraian Indikator SPM Bidang Kesehatan a Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 88,48 87,33 90,96 - Jumlah ibu hamil yang memperoleh pelayanan antenatal di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu - Jumlah sasaran ibu hamil dalam suatu wilayah pada kurun waktu tertentu b Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani 66,77 91,83 - Jumlah komplikasi kebidanan yang mendapat penanganan defi nitif di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu - Jumlah ibu dengan komplikasi kebidanan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama Dan seterusnya... 2 SPM Bidang Pendidikan Dasar a Tersedia satuan pendidikan dalam jarak yang terjangkau dengan berjalan kaki - Jarak rata-rata SD/MI pada radius 3 km dari kawasan permukiman permanen b Jumlah peserta didik dalam setiap rombongan belajar untuk SD/MI PENYUSUNAN PROFIL PELAYANAN DASAR DI DAERAH 55

58 No Uraian Indikator Jumlah peserta didik SD/MI total (per sekolah) - Jumlah rombongan belajar SD/MI Dan seterusnya... 3 SPM Bidang PU dan Penataan Ruang a Tersedianya informasi mengenai Rencana Tata Ruang (RTR) wilayah kabupaten/kota beserta rencana rincinya melalui peta analog dan peta digital - Jumlah informasi RTRW di kab/kota peta analog dan peta digital - Jumlah kelurahan di kabupaten/kota b Tersedianya luasan RTH publik sebesar 20% dari luas wilayah kota/kawasan perkotaan - Luas RTH publik di wilayah kota/kawasan perkotaan - Luas wilayah kota/kawasan perkotaan Dan seterusnya... 4 SPM Bidang Lingkungan Hidup a Prosentase jumlah usaha dan/atau kegiatan yang mentaati persyaratan administrasi dan teknis pencegahan pencemaran air - Jumlah usaha dan atau kegiatan yang telah mentaati persyaratan administrasi dan teknis - Jumlah usaha dan atau kegiatan yang diawasi b Prosentase jumlah usaha dan/atau kegiatan sumber tidak bergerak yang memenuhi persyaratan administratif dan teknis pencegahan pencemaran udara - Jumlah usaha dan atau kegiatan sumber tidak bergerak yang telah memenuhi persyaratan administrasi dan teknis pengendalian - Jumlah usaha dan atau kegiatan sumber tidak bergerak yang potensial mencemari udara yang telah diinventarisasi Dan seterusnya PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

59 No Uraian Indikator SPM Bidang Layanan Terpadu Bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan a Cakupan perempuan dan anak korban kekerasan yang mendapatkan penanganan pengaduan oleh petugas terlatih di dalam unit pelayanan terpadu - Jumlah pengaduan atau laporan yang ditindaklanjuti oleh unit pengaduan terpadu - Jumlah laporan dan pengaduan yang masuk ke unit pelayanan terpadu b Cakupan perempuan dan anak korban kekerasan yang mendapatkan layanan kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih di Puskesmas mampu tatalaksana KtP/A dan PPT/ PKT di Rumah Sakit - Jumlah korban KtP/A yang memperoleh layanan kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih di puskesmas dalam kurun waktu tertentu - Jumlah seluruh korban KtP/A yang terdata dan datang ke Puskesmas pada kurun waktu tertentu Dan seterusnya... 6 SPM Bidang Sosial a Persentase (%) PMKS skala kab/kota yang memperoleh bantuan sosial untuk pemenuhan kebutuhan dasar. - Jumlah PMKS skala kabupaten/kota yang memperoleh bantuan sosial untuk pemenuhan kebutuhan dasar - Jumlah PMKS skala kabupaten/kota b Persentase (%) PMKS skala kab/kota yang menerima program pemberdayaan sosial melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) atau kelompok sosial ekonomi sejenis lainnya - Jumlah PMKS skala kabupaten/kota yang menerima program KUBE atau sejenisnya - Jumlah PMKS skala kabupaten/kota Dan seterusnya... PENYUSUNAN PROFIL PELAYANAN DASAR DI DAERAH 57

60 Langkah 2: Analisis kondisi pencapaian SPM Analisis kondisi pencapaian SPM dilakukan setelah kompilasi dan pengolahan data indikator SPM di daerah dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar status capaian SPM pada tahun berjalan dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau ketidakberhasilan pencapaian SPM. Hasil dari analisis kondisi pencapaian SPM menunjukan tingkat capaian SPM untuk setiap pelayanan dasar, potensi dan permasalahan terkait dengan pelayanan dasar SKPD serta kapasitas pengelolaan keuangan untuk mendukung pencapaian SPM. Lingkup analisis kondisi pencapaian SPM meliputi: Status capaian SPM di daerah sampai tahun berjalan Status capaian SPM di daerah sampai tahun berjalan disajikan dalam bentuk angka atau persentase sesuai indikator SPM yang telah ditetapkan. Data yang digunakan sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun terakhir untuk menunjukan perkembangan capaian SPM dari tahun ke tahun. Status capaian SPM per-tahun merupakan tolok ukur awal (baseline) yang dapat dipergunakan untuk menentukan target capaian SPM di daerah untuk tahun selanjutnya. Tingkat capaian indikator SPM Tingkat capaian SPM menjelaskan perbandingan antara capaian SPM sampai tahun berjalan dengan target pencapaian SPM nasional, dengan pertimbangan: Apabila capaian SPM tahun berjalan sesuai atau melampaui target capaian SPM yang ditetapkan Kementerian/Lembaga, maka pemerintah daerah berkewajiban mempertahankan dan meningkatkan capaian SPM tersebut pada tahun mendatang. Apabila capaian SPM tahun berjalan masih dibawah target capaian SPM yang ditetapkan Kementerian/Lembaga, maka pemerintah daerah berkewajiban untuk memenuhinya minimal sama dengan target capaian SPM yang ditetapkan Kementerian/Lembaga sesuai dengan batas waktu yang ditetapkan. Perbedaan tingkat capaian SPM tahun berjalan dengan target capaian SPM merupakan gap/kesenjangan yang harus dipenuhi oleh Pemerintah Daerah dalam tahun-tahun selanjutnya. Permasalahan pencapaian SPM di daerah Permasalahan pencapaian SPM di daerah merupakan penjelasan lebih lanjut terkait gap/kesenjangan antara capaian SPM tahun berjalan dengan target capaian SPM yang ditetapkan Kementerian/Lembaga. Permasalahan pencapaian SPM di daerah pada umumnya timbul dari kekuatan (sumber daya manusia, perlengkapan dll) yang belum didayagunakan secara optimal, kelemahan yang tidak diatasi, peluang yang tidak dimanfaatkan, dan ancaman yang tidak diantisipasi misalnya adanya wabah penyakit yang terjadi secara meluas dalam satu wilayah. 58 PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

61 Tujuan dari perumusan permasalahan pencapaian SPM di daerah adalah untuk mengidentifikasi berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan/ketidakberhasilan pencapaian SPM di daerah. Identifikasi faktor-faktor tersebut dilakukan terhadap lingkungan internal maupun eksternal dengan mempertimbangkan masukan dari SKPD. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan/ketidakberhasilan Faktor-faktor penentu keberhasilan/ketidakberhasilan merupakan variabel yang memberikan kontribusi apakah suatu SPM pelayanan dasar dapat dicapai atau tidak. Setiap SKPD diharapkan mampu menguraikan faktor-faktor penentu untuk masingmasing indikator SPM. Tabel 9.2 Identifikasi Permasalahan Pencapaian SPM No Indikator SPM Kondisi Pencapaian SPM: Belum Tercapai (<) Sesuai (=)Melampaui (>) Permasalahan Faktor Faktor Penentu Keberhasilan (1) (2) (3) (4) (5) 1. SPM Bidang Kesehatan Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani Dan seterusnya SPM Bidang Pendidikan Dasar Tersedia satuan pendidikan dalam jarak yang terjangkau dengan berjalan kaki Jumlah peserta didik dalam setiap rombongan belajar untuk SD/MI Dan seterusnya SPM Bidang PU dan Penataan Ruang Tersedianya informasi mengenai Rencana Tata Ruang (RTR) wilayah kabupaten/kota beserta rencana rincinya melalui peta analog dan peta digital Tersedianya luasan RTH publik sebesar 20% dari luas wilayah kota/kawasan perkotaan PENYUSUNAN PROFIL PELAYANAN DASAR DI DAERAH 59

62 No Indikator SPM Kondisi Pencapaian SPM: Belum Tercapai (<) Sesuai (=)Melampaui (>) Permasalahan Faktor Faktor Penentu Keberhasilan (1) (2) (3) (4) (5) Dan seterusnya SPM Bidang Lingkungan Hidup Prosentase jumlah usaha dan/ atau kegiatan yang mentaati persyaratan administrasi dan teknis pencegahan pencemaran air Prosentase jumlah usaha dan/ atau kegiatan sumber tidak bergerak yang memenuhi persyaratan administratif dan teknis pencegahan pencemaran udara Dan seterusnya SPM Bidang Layanan Terpadu Bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan Cakupan perempuan dan anak korban kekerasan yang mendapatkan penanganan pengaduan oleh petugas terlatih di dalam unit pelayanan terpadu Cakupan perempuan dan anak korban kekerasan yang mendapatkan layanan kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih di Puskesmas mampu tatalaksana KtP/A dan PPT/PKT di Rumah Sakit Dan seterusnya SPM Bidang Sosial Persentase (%) PMKS skala kab/kota yang memperoleh bantuan sosial untuk pemenuhan kebutuhan dasar. 60 PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

63 No Indikator SPM Kondisi Pencapaian SPM: Belum Tercapai (<) Sesuai (=)Melampaui (>) Permasalahan Faktor Faktor Penentu Keberhasilan (1) (2) (3) (4) (5) Persentase (%) PMKS skala kab/kota yang menerima program pemberdayaan sosial melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) atau kelompok sosial ekonomi sejenis lainnya Dan seterusnya... Langkah 3: Merumuskan Profil Pelayanan Dasar Berdasarkan langkah-langkah sebelumnya, selanjutnya dirumuskan profil pelayanan dasar yang dapat disajikan dalam bentuk tabel dan uraian. Tabel 9.3 Profil Pelayanan Dasar Standar Pelayanan Minimal (SPM) Indikator Nilai Tahun Pencapaian SPM Bidang Kesehatan Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani Dan seterusnya... SPM Bidang Pendidikan Dasar Tersedia satuan pendidikan dalam jarak yang terjangkau dengan berjalan kaki Jumlah peserta didik dalam setiap rombongan belajar untuk SD/MI Dan seterusnya... SPM Bidang PU dan Penataan Ruang Tersedianya informasi mengenai Rencana Tata Ruang (RTR) wilayah kabupaten/kota beserta rencana rincinya melalui peta analog dan peta digital Realisasi Capaian Tahun Kolom Nilai diisi dengan Target Capaian SPM yang ditetapkan nasional Kolom Tahun Pencapaian diisi dengan batas waktu pencapaian SPM yang ditetapkan PENYUSUNAN PROFIL PELAYANAN DASAR DI DAERAH 61

64 Standar Pelayanan Minimal (SPM) Indikator Nilai Tahun Pencapaian Tersedianya luasan RTH publik sebesar 20% dari luas wilayah kota/kawasan perkotaan Dan seterusnya... SPM Bidang Lingkungan Hidup Prosentase jumlah usaha dan/atau kegiatan yang mentaati persyaratan administrasi dan teknis pencegahan pencemaran air Prosentase jumlah usaha dan/atau kegiatan sumber tidak bergerak yang memenuhi persyaratan administratif dan teknis pencegahan pencemaran udara Dan seterusnya... SPM Bidang Layanan Terpadu Bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan Cakupan perempuan dan anak korban kekerasan yang mendapatkan penanganan pengaduan oleh petugas terlatih di dalam unit pelayanan terpadu Cakupan perempuan dan anak korban kekerasan yang mendapatkan layanan kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih di Puskesmas mampu tatalaksana KtP/A dan PPT/PKT di Rumah Sakit Dan seterusnya... SPM Bidang Sosial Persentase (%) PMKS skala kab/ kota yang memperoleh bantuan sosial untuk pemenuhan kebutuhan dasar. Persentase (%) PMKS skala kab/ kota yang menerima program pemberdayaan sosial melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) atau kelompok sosial ekonomi sejenis lainnya Dan seterusnya... Realisasi Capaian Tahun Kolom Realisasi Capaian Tahun diisi dengan kondisi/status capaian SPM pada tahun-tahun yang telah berjalan 62 PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

65 Langkah 4: Verifikasi Profil Pelayanan Dasar Profil pelayanan dasar yang sudah disusun oleh SKPD pengampu SPM selanjutnya disampaikan kepada Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian SPM untuk proses verifikasi lebih lanjut terkait data dan informasi serta capaian indikator kinerja yang sulit dihitung. Verifikasi ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa data dan informasi yang disampaikan dapat dipertanggunjawabkan dan dihitung berdasarkan pendekatan dan kaidah yang dimuat dalam peraturan perundangan terkait SPM yang dikeluarkan oleh Kementerian/Lembaga. PENYUSUNAN PROFIL PELAYANAN DASAR DI DAERAH 63

66 64 PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

67 PENYUSUNAN PROGRAM DAN KEGIATAN PENCAPAIAN SPM Pengertian Pencapaian target capaian SPM dilakukan melalui serangkaian program dan kegiatan terkait. Perumusan program dan kegiatan untuk pencapaian SPM direncanakan berdasarkan tingkat urgensi dan relevansinya, yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan untuk memecahkan isu-isu penting terkait pelayanan dasar di daerah. Program adalah bentuk instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh SKPD atau masyarakat, yang dikoordinasikan oleh pemerintah daerah untuk mencapai sasaran dan tujuan pembangunan daerah. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa SKPD sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program, dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya baik yang berupa personil (sumber daya manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut, sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa. Langkah-langkah Penyusunan Program dan Kegiatan Berkaitan dengan penyusunan program dan kegiatan pencapaian SPM, beberapa indikator SPM yang memiliki pedoman teknis sudah mengidentifikasi rangkaian kegiatan yang perlu dilakukan untuk pencapaian SPM. Sedangkan bagi SPM yang belum teridentifikasi rangkaian kegiatannya untuk pencapaian SPM, terlebih dahulu perlu dirumuskan kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan berdasarkan kondisi dan permasalahan yang dihadapi. 1) Penyusunan program dan kegiatan untuk indikator SPM yang sudah memiliki pedoman teknis Untuk indikator SPM yang sudah memiliki pedoman teknis sudah dirinci rangkaian kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka pencapaian SPM. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam rangka penyusunan program dan kegiatan adalah sebagai berikut: 65

68 a. Mengidentifikasi kegiatan dan rangkaian kegiatan untuk masing-masing indikator SPM dalam petunjuk teknis yang ditetapkan K/L. Misalnya untuk SPM Kesehatan rangkaian kegiatan yang telah diidentifikasi antara lain: Indikator SPM 1. SPM Bidang Kesehatan a. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4. b. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani 2 SPM Bidang Pendidikan Dasar a. Tersedia satuan pendidikan dalam jarak yang terjangkau dengan berjalan kaki b. Jumlah peserta didik dalam setiap rombongan belajar untuk SD/MI 3. SPM Bidang PU dan Penataan Ruang Tersedianya informasi mengenai Rencana Tata Ruang (RTR) wilayah kabupaten/kota beserta rencana rincinya melalui peta analog dan peta digital Rangkaian kegiatan menurut petunjuk teknis Pengadaan buku KIA (dengan stiker P4K) Pendataan Bumil Pelayanan antenatal sesuai standar Kunjungan rumah bagi yang drop-out Pembuatan kantong persalinan Pelatihan KIP/konseling Pencatatan dan pelaporan Supervisi, monitoring dan evaluasi Deteksi Bumil, Bulin, Bufas komplikasi Rujukan kasus komplikasi kebidanan Pelayanan penanganan komplikasi kebidanan Penyediaan pusat pelatihan klinis Pelatihan PONED bagi bidan desa dan Tim Puskesmas Pelatihan Tim PONEK di RS Kabupaten/Kota Penyediaan peralatan PONED di Puskemas dan PONEK di RS Kabupaten/Kota Penyediaan Bank Darah Rumah Sakit (BDRS) Pelaksanaan PONED dan PONEK Pencatatan dan pelaporan Pemantauan dan evaluasi - Pembuatan peta analog RTRW Kabupaten/ Kota dan Rencana Rinci Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota 66 PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

69 Indikator SPM Tersedianya luasan RTH publik sebesar 20% dari luas wilayah kota/kawasan perkotaan Rangkaian kegiatan menurut petunjuk teknis - Penyesuaian pemanfaatan ruang wilayah kota dengan RTRW yang ditetapkan b. Menentukan nomenklatur program untuk rangkaian kegiatan pencapaian SPM yang ditetapkan dalam petunjuk teknis mengacu pada nomenklatur program dan kegiatan dalam Permendagri Nomor 13 Tahun Nomenklatur program untuk setiap kegiatan ditentukan berdasarkan jenis dan karakteristik kegiatan. Nama program harus secara spesifik memayungi dan terkait kegiatan-kegiatan yang ditetapkan. Selain itu pemilihan program dapat dilakukan dengan mengacu pada nama program dalam dokumen APBD dalam rangka pencapaian SPM di daerah. Selama ini banyak daerah secara tidak langsung sudah menerapkan pencapaian SPM dalam program dan kegiatan APBD. Oleh karena itu selain mengacu pada nomenklatur dalam Permendagri No. 13 Tahun 2006, pemilihan program dapat mengacu pada program yang selama ini sudah dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dalam rangka penerapan dan pencapaian SPM. Secara lebih rinci penentuan program dan kegiatan pencapaian SPM untuk indikator SPM yang sudah memiliki petunjuk teknis dapat dilihat sebagai berikut: Rangkaian kegiatan menurut petunjuk teknis Pengadaan buku KIA (dgn stiker P4K) Pendataan Bumil Pelayanan antenatal sesuai standar Kunjungan rumah bagi yang dropout Pembuatan kantong persalinan Pelatihan KIP/konseling Pencatatan dan pelaporan Supervisi, monitoring dan evaluasi Program dan Kegiatan dalam Permendagri 13/2006 xx Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan Anak xx Perawatan Berkala bagi Ibu Hamil dari Keluarga Kurang Mampu PENYUSUNAN PROGRAM DAN KEGIATAN PENCAPAIAN SPM 67

70 2) Penyusunan program dan kegiatan untuk indikator SPM yang belum memiliki pedoman teknis Sedangkan bagi SPM yang belum teridentifikasi rangkaian kegiatannya untuk pencapaian SPM, terlebih dahulu perlu dirumuskan kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan berdasarkan kondisi dan permasalahan yang dihadapi. Perumusan program dan kegiatan dapat menggunakan alat bantu yang memudahkan misalnya problem tree analysis, logic model, dan lain-lain. Pencapaian target indikator SPM harus dilakukan melalui sejumlah program dan kegiatan yang terkait dengan target indikator SPM dimaksud. Program dan kegiatan dapat diinisiasi melalui pengenalan permasalahan atau isu strategis yang dihadapi dalam mencapai target indikator SPM dimaksud. Permasalahan adalah suatu kondisi atau keadaaan negatif yang tidak diinginkan terjadi. Masalah adalah suatu kondisi yang menjadi penyebab tidak tercapainya apa yang diinginkan seperti tidak tercapainya visi, misi, tujuan, sasaran dan sebagainya. Contoh masalah misalnya tidak tercapainya tingkat cakupan kunjungan ibu hamil K4. Dengan menggunakan analisis pohon masalah akan dapat diidentifikasi berbagai faktor penyebab tidak tercapainya target SPM di daerah. Sebagai misal, tidak tercapainya tingkat cakupan kunjungan ibu hamil K4 di daerah tertentu bisa disebabkan oleh: - Pendataan ibu hamil kurang akurat dan ketinggalan; - Fasilitas pendukung kegiatan K4 penyebarannya tidak merata; - Masyarakat merasa terlalu jauh dari lokasi pemeriksaan; - Jumlah tenaga kesehatan terbatas; - Tenaga kesehatan tersedia, tapi kurang ramah; - Tenaga kesehatan tersedia, tapi kurang terampil; - Ibu hamil tidak punya waktu untuk memeriksanakan diri ke puskesmas karena terlalu sibuk mengurus rumah tangga; - Ibu hamil enggan memeriksakan diri ke puskesmas karena lebih percaya pada dukun beranak; - Masyarakat masih kurang paham tentang pentingnya melakukan pemeriksaan ketika hamil; - Ibu hamil merasa tidak ada perbedaan penting apakah memeriksakan kehamilan atau tidak; - Suami kurang mendukung keharusan ibu hamil untuk memeriksanakan diri; - Tingginya biaya konsultansi. 68 PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

71 Berdasarkan analisis permasalahan tersebut di atas, selanjutnya dapat dirancang beberapa kegiatan dalam upaya meningkatkan cakupan kunjungan ibu hamil K4, misalnya sebagai berikut: a) Pendataan ibu hamil; b) Pembangunan fasilitas pendukung kegiatan K4 di lokasi-lokasi tertentu; c) Penempatan tenaga kesehatan di daerah tertentu; d) Pelatihan teknis keperawatan bagi tenaga kesehatan; e) Sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat (ibu hamil dan suami) tentang pentingnya pemeriksaan K4; f) Pemberian makanan pendukung jika memungkinkan. Disamping kegiatan-kegiatan yang diinisiasi melalui identifikasi akar permasalahan, juga terdapat beberapa kegiatan yang bersifat rutin, sehingga akan terdapat banyak kegiatan yang dapat dilakukan. Untuk itu, SKPD diharapkan dapat membuat skala prioritas usulan kegiatannya mengingat keterbatasan sumber daya yang dimiliki untuk melaksanakannya. PENYUSUNAN PROGRAM DAN KEGIATAN PENCAPAIAN SPM 69

72 70 PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

73 PENENTUAN TARGET CAPAIAN SPM DI DAERAH 11 Apa itu Target Capaian SPM? Analisis kondisi pencapaian SPM di daerah memberikan gambaran mengenai kondisi awal tingkat pencapaian pelayanan dasar dan permasalahan yang dihadapi di daerah. Dalam hal pencapaian SPM masih belum memenuhi target yang ditetapkan secara nasional maka perlu disusun dan ditetapkan rencana pencapaian SPM. Rencana Pencapaian SPM adalah target pencapaian SPM yang dituangkan dalam dokumen perencanaan daerah yang dijabarkan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), RKPD, Renstra-SKPD, dan Renja-SKPD untuk digunakan sebagai dasar perhitungan kebutuhan biaya dalam penyelenggaraan urusan wajib yang menyangkut pelayanan dasar untuk masyarakat. Bagaimana Menentukan Target Capaian SPM? Target capaian SPM merupakan rencana capaian indikator SPM pada waktu tertentu yang akan dicapai daerah dengan mempertimbangkan tingkat capaian SPM saat ini. Penentuan target capaian SPM dihitung dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: - Tingkat capaian SPM tahun sebelumnya; - Target capaian SPM berdasarkan ketetapan peraturan menteri terkait; - Laju pencapaian SPM tahun terakhir; - Analisis kemampuan pendanaan daerah; - Potensi dan permasalahan yang dihadapi daerah. Target capaian SPM diuraikan untuk periode waktu tahunan dan jangka menengah mengacu pada batas waktu pencapaian SPM yang ditetapkan Kementerian/ Lembaga. Bagi daerah yang telah memenuhi SPM lebih cepat dari batas waktu, maka dimungkinkan untuk menentukan target capaian indikator melebihi target yang berlaku secara nasional. Begitu pula, daerah yang belum memenuhi target capaian secara nasional, diwajibkan untuk mencapai minimal setingkat dengan target yang ditetapkan dengan batas waktu pencapaian yang juga sudah ditetapkan. 71

74 Langkah-langkah untuk menentukan target capaian SPM, antara lain sebagai berikut: 1. Periksa realisasi capaian kinerja untuk setiap jenis indikator SPM sampai dengan kondisi tahun berjalan; 2. Bandingkan terhadap target capaian SPM secara nasional sampai dengan tahun berjalan, seberapa besar kesenjangan yang terjadi, lihat ilustrasi berikut: Gambar 11.1 Perhitungan Target Capaian SPM Target capaian SPM Target Capaian SPM Realisasi capaian SPM Proyeksi mengikuti trend Proyeksi sesuai target capaian SPM Proyeksi alternatif tahun Misalnya: - Target capaian SPM yang ditetapkan secara nasional adalah 95 pada tahun Capaian SPM pada tahun 2009 mencapai 75 (sesuai dengan target capaian SPM pada tahun tsb) - Capaian SPM tahun 2011 mencapai angka 80 (dibawah target capaian SPM pada tahun 2011 yaitu 82) - Proyeksi capaian SPM tahun 2012 dapat dihitung berdasarkan: i) proyeksi mengikuti trend sebelumnya (artinya kemungkinan target SPM tidak tercapai), ii) proyeksi sesuai target capaian SPM (artinya diharapkan dapat mencapai target SPM pada tahun rencana), iii) proyeksi alternatif (artinya proyeksi dilakukan dengan memperhatikan trend dan juga target capaian SPM) 3. Periksa target capaian SPM, kemudian bandingkan dengan perkiraan realisasi capaian SPM sampai dengan tahun berjalan; 4. Kaji permasalahan pencapaian kinerja pelayanan tersebut dikaitkan dengan tugas pokok dan fungsi serta kewenangan SKPD provinsi/kabupaten/kota; 5. Lakukan analisis kapasitas/kemampuan SKPD dalam melaksanakan program dan kegiatan sesuai dengan kewenangannya. 72 PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

75 Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Dalam Mengukur Kemampuan Daerah Rencana pencapaian dan penerapan SPM di daerah pada dasarnya dilaksanakan secara bertahap berdasarkan pada analisis kemampuan dan potensi daerah. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam mengukur kemampuan dan potensi daerah meliputi: a) Kondisi kepegawaian SKPD yang melaksanakan SPM; b) Kondisi kelembagaan SKPD pelaksana SPM; c) Kebijakan yang diambil Pemerintah Daerah dalam mendukung pelaksanaan SPM; d) Kondisi sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan SPM; e) Kondisi keuangan daerah; f) Kondisi sumber daya alam; dan g) Partisipasi swasta/masyarakat dalam pelaksanaan berbagai program dan kegiatan dalam mencapai target dan batas waktu pencapaian indikator SPM. Semakin baik kemampuan dan potensi daerah, semakin mampu daerah dimaksud dalam mencapai target dan batas waktu pencapaian indikator SPM. Analisis kemampuan dan potensi daerah ini disusun berdasarkan data, statistik dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan, baik yang bersifat khusus maupun umum. Pengertian khusus dalam hal ini adalah data, statistik dan informasi yang secara langsung terkait dengan penerapan SPM, misalkan data teknis, sarana dan prasarana fisik, personil, alokasi anggaran untuk pelaksanaan SPM. Sedangkan pengertian umum dalam hal ini adalah data, statistik, dan informasi yang secara tidak langsung terkait dengan penerapan SPM, namun keberadaannya menunjang pelaksanaan SPM secara keseluruhan. Misalkan kondisi geografis, kondisi demografis, pendapatan daerah, sarana prasarana umum, kondisi sosial ekonomi. Analisis Kemampuan dan Potensi Daerah menggunakan instrumen evaluasi penyelenggaraan Pemerintahan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. PENENTUAN TARGET CAPAIAN SPM DI DAERAH 73

76 Tabel 11.1 Target Capaian SP NO Indikator *) Target Capaian SPM 1 SPM Bidang Kesehatan Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani Dan seterusnya... 2 SPM Bidang Pendidikan Dasar Tersedia satuan pendidikan dalam jarak yang terjangkau dengan berjalan kaki Jumlah peserta didik dalam setiap rombongan belajar untuk SD/MI Dan seterusnya... 3 SPM Bidang PU dan Penataan Ruang Tersedianya informasi mengenai Rencana Tata Ruang (RTR) wilayah kabupaten/kota beserta rencana rincinya melalui peta analog dan peta digital Tersedianya luasan RTH publik sebesar 20% dari luas wilayah kota/kawasan perkotaan Dan seterusnya... 4 SPM Bidang Lingkungan Hidup Prosentase jumlah usaha dan/atau kegiatan yang mentaati persyaratan administrasi dan teknis pencegahan pencemaran air Realisasi Capaian Tahun... (tahun n-2) Tahun... (tahun n-1) Kolom ini diisi target capaian SPM yang ditetapkan secara nasional Kolom ini diisi proyeksi capaian SPM pada tahun yang direncanakan Tahun... (tahun n) Proyeksi Tahun... (tahun n+1) Kolom ini diisi realisasi capaian SPM tahun yang telah berjalan 74 PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

77 NO Indikator *) Target Capaian SPM Realisasi Capaian Tahun... (tahun n-2) Tahun... (tahun n-1) Tahun... (tahun n) Proyeksi Prosentase jumlah usaha dan/atau kegiatan sumber tidak bergerak yang memenuhi persyaratan administratif dan teknis pencegahan pencemaran udara Dan seterusnya... 5 SPM Bidang Layanan Terpadu Bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan Cakupan perempuan dan anak korban kekerasan yang mendapatkan penanganan pengaduan oleh petugas terlatih di dalam unit pelayanan terpadu Cakupan perempuan dan anak korban kekerasan yang mendapatkan layanan kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih di Puskesmas mampu tatalaksana KtP/A dan PPT/ PKT di Rumah Sakit Dan seterusnya... 6 SPM Bidang Sosial Persentase (%) PMKS skala kab/kota yang memperoleh bantuan sosial untuk pemenuhan kebutuhan dasar. Persentase (%) PMKS skala kab/kota yang menerima program pemberdayaan sosial melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) atau kelompok sosial ekonomi sejenis lainnya Dan seterusnya... Tahun... (tahun n+1) PENENTUAN TARGET CAPAIAN SPM DI DAERAH 75

78 76 PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

79 PENGHITUNGAN KEBUTUHAN PEMBIAYAAN SPM 12 Apa itu Penghitungan Kebutuhan Pembiayaan SPM? Salah satu faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan target dan waktu pencapaian indikator SPM adalah seberapa besar anggaran atau dana yang dibutuhkan untuk melaksanakan berbagai program dan kegiatan dalam mencapai target SPM yang telah ditetapkan. Setiap indikator pencapaian SPM dilengkapi dengan definisi, pengertian dan langkah-langkah kegiatan. Beberapa Kementerian telah menetapkan indikator SPM Provinsi maupun Kabupaten/Kota serta menetapkan Petunjuk Teknis Perencanaan Pembiayaan SPM. Masing-masing langkah kegiatan disusun rincian kegiatan dilengkapi cara perhitungan volume kegiatan dikalikan dengan unit-cost yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota. Dalam menghitung anggaran atau dana yang dibutuhkan untuk melaksanakan berbagai program dan kegiatan dalam mencapai target SPM yang telah ditetapkan dilakukan dengan melihat volume kegiatan dan unit-cost. Perhitungan volume kegiatan dilakukan dengan mengacu pada target capaian yang ditetapkan dengan memperhatikan kondisi daerah, terutama berkaitan dengan kondisi kepegawaian SKPD yang melaksanakan SPM; kondisi kelembagaan SKPD pelaksana SPM; kondisi sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan SPM; kondisi keuangan daerah, dan lainnya. Petunjuk Teknis Perencanaan Pembiayaan SPM Prinsip perhitungan pembiayaan SPM dilakukan sebagai berikut: - Hanya menghitung biaya operasional kegiatan dan biaya investasi yang mutlak dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan; - Setiap langkah kegiatan untuk mencapai indikator SPM dihitung volumenya dan dikalikan dengan unit-cost setempat; - Menghitung seluruh paket kegiatan (rincian langkah kegiatan); 77

80 - Menghitung seluruh target capaian, baik yang memanfaatkan sumberdaya pemerintah maupun non-pemerintah, sehingga perlu diperhitungkan berapa target capaian yang tidak membutuhkan biaya pemerintah dengan menggunakan data cakupan target yang dilayani non-pemerintah; - Penghitungan biaya SPM tidak memasukan biaya rutin, misalnya gaji, sarana umum, pemeliharaan; - Penghitungan biaya SPM tidak memasukkan investasi besar yang tidak memiliki kaitan langsung dengan kegiatan pelayanan; - Prinsipnya bukan menghitung belanja kesehatan per SKPD, tapi menghitung belanja pada skala Propinsi/Kabupaten/Kota. Tabel 12.1 Formula Perhitungan Biaya Indikator SPM No Langkah Kegiatan Variabel Komponen Formula Biaya Pelayanan Kesehatan Dasar Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 1 Pengadaan Buku KIA 2 Pendataan Ibu Hamil 3 Pelayanan Antenatal Biaya pengadaan buku KIA Transport petugas Formulir/desa Transport petugas Penyediaan tablet Fe Faktor-Faktor Perhitungan Pembiayaan A. Jumlah Bumil Target B. Harga Satuan Buku KIA Transport petugas (dilakukan di sarkes) A. Jumlah Bumil target yang datang ke sarkes B. Harga selembar formulir C. Selembar formulir untuk 20 bumil Transport petugas (dilakukan di sarkes) A. Jumlah Bumil target 90 Fe B. Harga tablet Fe C. Jumlah paket Fe 90 tablet per bumil A x B A x B/20 A x B x C Semakin banyak program dan kegiatan yang direncanakan untuk mencapai satu target SPM tertentu, semakin besar anggaran yang dibutuhkan untuk mencapai target SPM tersebut. Pada dasarnya besar kecilnya kebutuhan anggaran untuk mencapai target SPM tertentu di satu daerah, di samping dipengaruhi oleh banyak tidaknya program dan kegiatan dalam mencapai target SPM, juga dipengaruhi oleh faktorfaktor lainnya, seperti: 78 PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

81 Kondisi geografi Daerah dengan kondisi geografis yang cenderung sulit diakses, membutuhkan biaya pelayanan yang relatif lebih besar dibandingkan dengan daerah yang mudah diakses. Jumlah dan penyebaran kelompok sasaran Besar kecilnya kelompok sasaran (target group) yang harus dilayani dalam pencapaian target SPM, akan mempengaruhi besar kecilnya biaya yang dibutuhkan untuk pencapaian target SPM dimaksud. Demikian juga semakin tersebarnya kelompok sasaran, akan membutuhkan biaya penyelenggaraan pelayanan dasar yang semakin besar pula. Tingkat kemahalan Daerah dengan tingkat kemahalan yang relatif tinggi, membutuhkan biaya yang relatif besar pula dibandingkan dengan daerah lain. Jumlah, sebaran dan kualitas SDM pelaksana pelayanan dasar Kondisi SDM pelaksana pelayanan dasar terkait SPM, baik kuantitas, tingkat penyebaran maupun kualitas akan menentukan anggaran pencapaian target SPM. Besar kecilnya target SPM yang akan dicapai akan mempengaruhi beban kerja yang akan akan diwujudkan melalui penyediaan SDM yang mencukupi, penyebaran yang merata dan kualitas yang sesuai dengan kebutuhan. Kondisi jumlah, tingkat penyebaran dan kualitas SDM penyelenggara pelayanan dasar yang ada di satu daerah, akan mempengaruhi besar kecilnya anggaran untuk pencapaian target SPM. Jumlah, sebaran dan kualitas sarana dan prasarana pendukung Kondisi sarana dan prasarana pendukung pelayanan dasar terkait SPM, baik kuantitas, tingkat penyebaran maupun kualitas akan menentukan anggaran pencapaian target SPM. Kondisi sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan target SPM akan menentukan seberapa besar tingkat cakupan dan kualitas pelayanan dasar terkait SPM yang mampu diberikan kepada masyarakat. Semakin terbatas sarana dan prasarana pendukung pelayanan dasar terkait SPM, semakin tinggi biaya yang dibutuhkan untuk mencapai target SPM. Tingkat partisipasi masyarakat Tinggi rendahnya jumlah masyarakat yang memerlukan pelayanan akan mempengaruhi tinggi rendahnya beban Pemerintah Daerah untuk penyediaan pelayanan dasar dimaksud. Penghitungan Kebutuhan Pembiayaan SPM di Daerah Dilakukan berdasarkan juknis perencanaan pembiayaan SPM dari masing-masing Kementerian/Lembaga; PENGHITUNGAN KEBUTUHAN PEMBIAYAAN SPM 79

82 Dalam mendukung percepatan penerapan SPM, Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non-Kementerian telah menyusun dan menetapkan petunjuk teknis perencanaan pembiayaan SPM. SKPD/Daerah dalam menghitung pembiayaan SPM disesuaikan dengan perkiraan kemampuan keuangan serta memproyeksikan tingkat pencapaian SPM dan menghitung biayanya. Dalam melaksanakan perhitungan SPM dimaksud diatas adalah dengan pendekatan perhitungan per kegiatan berdasarkan biaya langsung terkait indikator SPM atau Activity Base Direct Costing, yang artinya bukan perhitungan full costing. Melakukan Penyusunan Analisis Standar Belanja (ASB) untuk penghitungan biaya pencapaian SPM Upaya untuk menghitung kebutuhan anggaran untuk melaksanakan berbagai kegiatan dalam upaya pencapaian target indikator SPM akan dapat dengan mudah dilakukan jika Pemerintah Daerah telah menyusun ASB untuk setiap jenis kegiatan atau biaya rata-rata per output kegiatan untuk tahun anggaran dimaksud. ASB adalah penilaian kewajaran atas beban kerja dan biaya yang dialokasikan untuk melaksanakan suatu kegiatan. Dengan adanya ASB akan sangat memudahkan bagi Pemerintah Daerah dan juga SKPD dalam menilai kewajaran biaya untuk melaksanakan jenis kegiatan tertentu jika output atau beban kerja telah ditentukan terlebih dahulu. Manfaat lain yang dapat diperoleh oleh Pemerintah Daerah dengan menggunakan ASB adalah: a. Penetapan plafon anggaran pada saat PPAS menjadi obyektip dan tidak berdasarkan intuisi b. Meminimalisir terjadinya pengeluaran yang kurang jelas yang menyebabkan inefisiensi anggaran c. Penentuan anggaran berdasarkan pada tolok ukur kinerja yang jelas d. Penentuan besaran alokasi setiap kegiatan menjadi obyektip e. Penyusunan anggaran menjadi lebih tepat waktu Rumusan ASB harus dikembangkan sendiri-sendiri di masing-masing daerah. Artinya rumusan ASB yang digunakan di satu daerah tertentu belum tentu sesuai untuk diterapkan di daerah lain. Hal ini disebabkan karena standar satuan harga yang menjadi titik tolak dalam perumusan formula ASB juga berbeda di masingmasing daerah. Di samping itu, ada kemungkinan kebijakan dalam penyusunan anggaran, berbeda di daerah yang satu dengan daerah lainnya. Kondisi geografis juga akan berbeda antara daerah yang satu dengan daerah lainnya. ASB merupakan perkiraan batas tertinggi kewajaran anggaran untuk melaksanakan jenis kegiatan tertentu sesuai dengan beban kerja yang diperlukan atau output yang dihasilkan dari satu kegiatan tertentu. Semakin lengkap data ASB yang 80 PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

83 dikembangkan di satu daerah akan semakin mudah bagi Pemerintah Daerah dan SKPD dalam memperkirakan kebutuhan anggarannya, baik untuk pelaksanaan urusan wajib maupun urusan pilihan. Tersedianya baseline data ASB di satu daerah di samping diperlukan dalam memenuhi syarat pelaksanaan anggaran berbasis kinerja juga diperlukan dalam menghitung perkiraan kebutuhan anggaran untuk setiap jenis kegiatan yang direncanakan dalam rangka pencapaian target indikator dan batas waktu SPM tertentu yang telah ditetapkan. Dapat menggunakan instrumen (tool) yang memudahkan perhitungan seperti E-Costing SPM E-Costing SPM adalah suatu perangkat lunak yang dibangun sebagai alat untuk menganalisa perhitungan pencapaian target SPM yang dibutuhkan oleh daerah Kabupaten/Kota dan Provinsi. Sesuai dengan batas waktu target SPM yang telah ditetapkan oleh setiap menteri dan kerangka pembiayaan jangka menengah (SPM), perangkat lunak e-costing SPM dapat dipergunakan juga untuk menganalisa perkiraan maju serta menghitung proyeksi pembiayaan pencapaian target SPM sesuai dengan variabel-variabel yang mempengaruhi pada setiap indikator SPM. Perangkat lunak e-costing dapat bermanfaat bagi setiap SKPD (yang mempunyai tugas dan fungsi terhadap urusan wajib dan pelayanan dasar dengan target indikator SPM) dan pemerintah daerah. Kotak 2 Penyusunan ASB untuk penghitungan biaya pencapaian SPM Berikut disajikan contoh formula ASB untuk beberapa kegiatan terpilih untuk kasus Kabupaten Purworejo tahun anggaran a) ASB untuk kegiatan penyusunan dokumen atau pendataan Formula kewajaran biaya berdasarkan output dan beban kerja untuk kegiatan penyusunan dokumen dan pendataan adalah: Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 Y = X X2 Dimana : Y = Total belanja a = Belanja tetap b 1 = Belanja variabel b 2 = Belanja variabel X 1 = Jumlah tim dan lama waktu penyusunan data X 2 = Banyaknya jumlah dokumen yang disusun. Berdasarkan formula di atas, jika untuk menyusun 4 jenis data dengan jumlah tim 6 orang dan lama waktu pengerjaan 12 bulan misalnya, maka perkiraan jumlah anggaran yang diperlukan adalah sebesar: Y = ( x 36OB) + ( x 4 Dokumen) = Rp ,- PENGHITUNGAN KEBUTUHAN PEMBIAYAAN SPM 81

84 Cara lain dapat juga dilakukan dengan cara menghitung biaya rata-rata per output yang dihasilkan. Misalnya indeks biaya rata-rata untuk menghasilkan 1 (satu) jenis dokumen/data adalah sebesar Rp ,- Anggaran dimaksud dapat dialokasikan untuk masing-masing rincian belanja dengan jumlah maksimal sampai dengan Rp ,- sebagai berikut: Uraian Belanja Proporsi (Persen) Proporsi (Rp) Minimal Maksimal Minimal Maksimal 1. Belanja Honorarium PNS 0,00% 28,63% Belanja Honorarium Non PNS 0,00% 2,83% Belanja Bahan Pakai Habis 2,56% 36,37% Belanja Cetak dan Penggandaan 0,62% 40,06% Belanja Makan dan Minum 1,82% 47,59% Perjalanan Dinas Dalam Daerah 0,00% 72,88% Perjalanan Dinas Luar Daerah 0,00% 42,65% Merumuskan Kebutuhan Pembiayaan Tahunan Selanjutnya berdasarkan perhitungan kebutuhan pembiayaan untuk setiap kegiatan penerapan SPM dilakukan perhitungan dan kompilasi kebutuhan biaya per tahun sesuai dengan target capaian SPM yang ditentukan. Dalam pelaksanaan pencapaian target prestasi kerja pelayanan dasar dalam pencapaian dan penerapan SPM, maka SKPD sesuai dengan tugas dan fungsinya memuat program dan kegiatan prioritas pembangunan daerah sesuai misi SKPD dengan menganalisis dan mengolah data dan informasi menyangkut kapasitas dan sumber daya yang dimiliki Daerah serta menghitung pembiayaan pencapaian SPM. Dalam kerangka pencapaian target indikator SPM yang dapat dilakukan oleh SKPD daerah secara bertahap, yang artinya sesuai dengan kemampuan dan potensi kondisi keuangan Daerah dan sumber daya yang dimiliki daerah dalam rangka pembelanjaan dan membiayai penerapan SPM, perlu dihitung secara lebih efisien dan efektip setiap pemenuhan target indikator SPM. SKPD daerah yang telah menghitung dan memproyeksikan target SPM dan kebutuhan biaya dalam pemenuhan setiap target SPM selanjutnya perlu dituangkan dalam dokumen perencanaan daerah yang dijabarkan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), RKPD, Renstra-SKPD, Renja-SKPD dan KUA&PPAS serta menganggarkan dalam RKA SKPD. Perhitungan kebutuhan biaya tahunan dituangkan dalam tabel berikut ini: 82 PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

85 Tabel 12.2 Rencana Pencapaian SPM di Daerah No Indikator SPM Target SPM Tahun SPM Bidang Kesehatan Cakupan kunjungan ibu hamil 95% 2015 K4 Cakupan ibu hamil dengan komplikasi yang dialaminya Dst SPM Bidang Pendidikan Dasar Tersedia satuan pendidikan dalam jarak yang terjangkau dengan berjalan kaki Jumlah peserta didik dalam setiap rombongan belajar untuk SD/MI Dan seterusnya... SPM Bidang PU dan Penataan Ruang Tersedianya informasi mengenai Rencana Tata Ruang (RTR) wilayah kabupaten/ kota beserta rencana rincinya melalui peta analog dan peta digital Tersedianya luasan RTH publik sebesar 20% dari luas wilayah kota/kawasan perkotaan Dan seterusnya... SPM Bidang Lingkungan Hidup Prosentase jumlah usaha dan/atau kegiatan yang mentaati persyaratan administrasi dan teknis pencegahan pencemaran air Target SPM tahun ke- Kebutuhan Biaya Tahun ke PENGHITUNGAN KEBUTUHAN PEMBIAYAAN SPM 83

86 No Indikator SPM Target SPM XIII. Tahun Target SPM tahun ke- Kebutuhan Biaya Tahun ke Prosentase jumlah usaha dan/atau kegiatan sumber tidak bergerak yang memenuhi persyaratan administratif dan teknis pencegahan pencemaran udara Dan seterusnya... SPM Bidang Layanan Terpadu Bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan Cakupan perempuan dan anak korban kekerasan yang mendapatkan penanganan pengaduan oleh petugas terlatih di dalam unit pelayanan terpadu Cakupan perempuan dan anak korban kekerasan yang mendapatkan layanan kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih di Puskesmas mampu tatalaksana KtP/A dan PPT/ PKT di Rumah Sakit Dan seterusnya... SPM Bidang Sosial Persentase (%) PMKS skala kab/kota yang memperoleh bantuan sosial untuk pemenuhan kebutuhan dasar. Persentase (%) PMKS skala kab/kota yang menerima program pemberdayaan sosial melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) atau kelompok sosial ekonomi sejenis lainnya Dan seterusnya PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

87 PELAKSANAAN PENERAPAN SPM DALAM DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH 13 Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman dan Penyusunan Standar Pelayanan Minimal, dalam Pasal 9 dinyatakan bahwa: penyusunan rencana lima tahunan pencapaian SPM di tingkat Pemerintah Daerah dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Strategi Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD). Penerapan SPM dalam perencanaan pembangunan daerah meliputi penyusunan dokumen RPJMD, Renstra SKPD, RKPD, dan Renja SKPD sesuai dengan tahapan dan tata cara penyusunan dokumen rencana pembangunan daerah dan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun Dalam proses penganggaran, dengan menggunakan instrumen pendukung anggaran yang lain seperti standar satuan harga dan analisa standar belanja (ASB) selanjutnya target tahunan pencapaian SPM yang telah dimuat dalam dokumen RKPD dan Renja SKPD dituangkan dalam Prioritas dan Plafon Anggaran dan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD). Tingkat pencapaian target SPM di daerah ditetapkan dengan mempertimbangkan batas waktu pencapaian SPM sesuai dengan Peraturan Menteri dan kemampuan keuangan di masing-masing daerah. 85

88 Gambar 13.1 Hubungan Rencana Pencapaian SPM di Daerah dan Dokumen Perencanaan dan Penganggaran Penetapan SPM oleh K/L RPJPD RPJMD RKPD KUA & PPA RAPBD APBD Rencana Pencapaian SPM di Daerah Renstra SKPD Renja SKPD RKA SKPD Penerapan SPM dalam Dokumen RPJMD Penerapan SPM dalam penyusunan RPJMD diterapkan dalam: a. Analisis Gambaran Umum Kondisi Daerah yang menggambarkan Profil Pelayanan Dasar; b. Analisis gambaran pengelolaan keuangan daerah; c. Analisis Permasalahan Pembangunan Daerah dengan menekankan identifikasi kesenjangan pencapaian target SPM; d. Analisis Isu-Isu Strategis dengan menekankan aspek pelayanan dasar; e. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran; f. Perumusan Strategi dan Arah Kebijakan dengan menekankan pada aspek pelayanan dasar; g. Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah yang memuat program, indikator dan target pencapaian SPM; h. Perumusan Indikasi rencana Program yang disertai kebutuhan pendanaan dengan memperhatikan pemenuhan kebutuhan pencapaian SPM, terdiri dari: 1) Perumusan program jangka menengah berikut target capaian SPM; 2) Penghitungan Kebutuhan Pembiayaan SPM, berdasarkan juknis perencanaan pembiayaan SPM dari masing-masing kementerian teknis; 3) Batas waktu pencapaian target SPM; 4) Masukan data dan informasi dari rancangan awal Renstra SKPD; 5) Memperhatikan kode rekening urusan dan program sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011; 6) Memperhitungkan pagu indikatif berdasarkan analisis gambaran pengelolaan keuangan daerah. 86 PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

89 i. Penetapan indikator kinerja daerah termasuk indikator, target, dan batas waktu pencapaian SPM. Penerapan SPM dalam Dokumen Renstra SKPD Penerapan SPM dalam penyusunan Renstra SKPD diterapkan dalam: a. Analisis Gambaran Pelayanan SKPD yang menggambarkan Profil Pelayanan Dasar SKPD pengampu SPM; b. Analisis Permasalahan pelayanan dasar dengan menekankan identifikasi kesenjangan pencapaian target SPM untuk masing-masing SKPD pengampu SPM; c. Analisis Isu-Isu Strategis dengan menekankan aspek pelayanan dasar; d. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran SKPD pengampu SPM; e. Perumusan Strategi dan Kebijakan SKPD pengampu SPM; f. Perumusan Indikasi rencana Program dan kegiatan SKPD yang disertai kebutuhan pendanaan dengan memperhatikan pemenuhan kebutuhan pencapaian SPM, terdiri dari: 1) Perumusan program dan kegiatan jangka menengah berikut target capaian SPM; 2) Penghitungan Kebutuhan Pembiayaan SPM; 3) Batas waktu pencapaian target SPM; 4) Memperhatikan kode rekening urusan dan program sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011; 5) Memperhitungkan pagu indikatif SKPD pengampu SPM; j. Penetapan indikator kinerja daerah termasuk indikator, target, dan batas waktu pencapaian SPM. Penerapan SPM dalam Dokumen RKPD Penerapan SPM dalam penyusunan RKPD diterapkan dalam: a. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan tahun sebelumnya yang menggambarkan pencapaian pelaksanaan SPM; b. Analisis Permasalahan Pembangunan Daerah dengan menekankan identifikasi kesenjangan pencapaian target SPM; c. Analisis Isu-Isu Strategis dengan menekankan aspek pelayanan dasar; d. Analisis Kerangka Ekonomi Daerah dan Keuangan Daerah; e. Prioritas dan Sasaran Pembangunan Tahunan Daerah; 87

90 f. Perumusan Indikasi rencana Program dan kegiatan tahunan yang disertai kebutuhan pendanaan dengan memperhatikan pemenuhan kebutuhan pencapaian SPM, terdiri dari: 1) Perumusan program dan kegiatan jangka menengah berikut target capaian SPM; 2) Penghitungan Kebutuhan Pembiayaan SPM; 3) Batas waktu pencapaian target SPM; 4) Memperhatikan kode rekening urusan dan program sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011; 6) Memperhitungkan kapasitas keuangan daerah. Penerapan SPM dalam Dokumen Renja SKPD Penerapan SPM dalam penyusunan Renja SKPD diterapkan dalam: a. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan SKPD pengampu SPM; b. Analisis Permasalahan Pelayanan Dasar dengan menekankan identifikasi kesenjangan pencapaian target SPM untuk masing-masing SKPD pengampu SPM; c. Analisis Isu-Isu Strategis dengan menekankan aspek pelayanan dasar; d. Perumusan Indikasi rencana Program dan kegiatan tahunan yang disertai kebutuhan pendanaan dengan memperhatikan pemenuhan kebutuhan pencapaian SPM, terdiri dari: 1) Perumusan program dan kegiatan jangka menengah berikut target capaian SPM; 2) Penghitungan Kebutuhan Pembiayaan SPM; 3) Batas waktu pencapaian target SPM; 4) Memperhatikan kode rekening urusan dan program sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011; 5) Memperhitungkan pagu indikatif SKPD pengampu SPM. 88 PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

91 MONITORING DAN EVALUASI PENERAPAN SPM DI DAERAH 14 Urgensi dan mekanisme terkait monitoring dan evaluasi penerapan dan pencapaian SPM di daerah telah diatur dalam peraturan perundangan terkait SPM. Dalam pasal 15, Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal disebutkan bahwa: Pemerintah melaksanakan monitoring dan evaluasi atas penerapan SPM oleh Pemerintahan Daerah dalam rangka menjamin akses dan mutu pelayanan dasar kepada masyarakat. Pemerintah Pusat melakukan monitoring dan evaluasi untuk pemerintahan daerah provinsi. Gubernur sebagai wakil pemerintah di daerah untuk pemerintahan kota/ kabupaten. Mekanisme pelaksanaan monitoring dan evaluasi kinerja penerapan dan pencapaian SPM dilakukan mengikuti tahapan dan tatacara pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah. Monitoring Penerapan SPM di Daerah Monitoring penerapan dan pencapaian SPM di daerah merupakan upaya menerus yang perlu dilakukan untuk memastikan bahwa penerapan SPM dilaksanakan sesuai dengan rencana program kegiatan dan target capaian SPM yang telah ditetapkan. Monitoring terhadap kinerja penerapan dan pencapaian SPM di daerah dilakukan sebagai berikut: Kepala SKPD pengampu SPM melakukan monitoring terhadap kinerja penerapan dan pencapaian SPM di masing-masing SKPD berkoordinasi dengan Kementerian/Lembaga teknis di tingkat pusat. Hasil monitoring kinerja penerapan dan pencapaian SPM Kepala Daerah (Gubernur/Walikota/Bupati). 89

92 Kepala Daerah (Gubernur/Walikota/Bupati) menyampaikan laporan penerapan SPM kepada pemerintah pusat berdasarkan hasil monitoring penerapan dan pencapaian SPM. Hasil monitoring kinerja penerapan dan pencapaian SPM dipergunakan sebagai: - Bahan masukan bagi pengembangan kapasitas daerah dalam pencapaian SPM; - Bahan pertimbangan dalam pembinaan dan pengawasan penerapan SPM termasuk pemberian penghargaan daerah yang berprestasi sangat baik. Evaluasi Pencapaian SPM Evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan realisasi masukan (input), keluaran (output), dan hasil (outcome) terhadap rencana dan standar. Kegiatan evaluasi dapat dilakukan pada berbagai tahapan yang berbeda: Tahap perencanaan (ex-ante): evaluasi dilakukan sebelum ditetapkannya rencana pembangunan dengan tujuan untuk memilih dan menentukan skala prioritas dari berbagai alternatif dan kemungkinan cara mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya; Tahap pelaksanaan (on-going): evaluasi dilakukan pada saat pelaksanaan rencana pembangunan untuk menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan rencana dibandingkan dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya; dan Tahap paska pelaksanaan (ex-post): evaluasi yang dilaksanakan setelah pelaksanaan rencana berakhir, yang diarahkan untuk melihat apakah pencapaian (keluaran/ hasil) program mampu mengatasi masalah pembangunan yang ingin dipecahkan. Evaluasi ini digunakan untuk menilai efisiensi (keluaran/hasil dibandingkan masukan), efektivitas (hasil dan dampak terhadap sasaran), ataupun manfaat (dampak terhadap kebutuhan) dari suatu program. Evaluasi hasil pencapaian SPM dapat dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan paska pelaksanaan. Memperhatikan ketersediaan data dan informasi pelaksanaan rencana SPM, seringkali evaluasi dilakukan paska pelaksanaan rencana berakhir. Fokus utama evaluasi untuk menilai perbandingan rencana target dan realisasi serta dampak yang dihasilkan dari suatu program. Hasil evaluasi pencapaian SPM menjadi bahan laporan pemerintah daerah. 90 PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

93 PELAPORAN PENERAPAN SPM DI DAERAH PP No. 65/2005 mengamanatkan bahwa rencana pencapaian target tahunan SPM serta realisasinya diinformasikan kepada masyarakat dan berdasarkan Permendagri No. 79/2007 merupakan bagian dari LPPD, LKPJ, ILPPD. Mekanisme pelaksanaan laporan umum dan teknis kinerja penerapan dan pencapaian SPM dilakukan mengikuti tahapan dan tatacara yang telah diatur di dalam Permendagri No. 6/2007. Selanjutnya sesuai dengan SE Mendagri No. 100/1023/SJ/2012 tentang Percepatan Pelaksanaan Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah, Gubernur dan Bupati/ Walikota melaporkan perkembangan pelaksanaan penerapan dan pencapaian SPM di Daerah yang meliputi tahapan sosialisasi, perhitungan pembiayaan dan penerapan SPM dalam perencanaan dan anggaran daerah serta kinerja pencapaian SPM. Mekanisme Pelaporan Penerapan SPM di Daerah Bupati/Walikota melaporkan perkembangan penerapan dan pencapaian SPM kabupaten/kota kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur dengan tembusan Direktur Jenderal Otonomi Daerah dan Sekretaris Jenderal Kementerian/Sekretaris Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK); Gubernur melaporkan perkembangan penerapan dan pencapaian SPM di wilayah provinsi kepada Menteri Dalam Negeri dengan tembusan kepada Pemerintah Daerah menyampaikan laporan teknis tahunan kinerja penerapan dan pencapaian SPM kepada Menteri/Pimpinan Lembaga yang bersangkutan. Bupati/Walikota menyusun dan menyampaikan laporan umum tahunan kinerja penerapan dan pencapaian SPM kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur. Selanjutnya Gubernur menyampaikan ringkasan laporan umum tahunan kinerja penerapan dan pencapaian SPM kepada Menteri Dalam Negeri. tembusan Direktur Jenderal Otonomi Daerah dan Sekretaris Jenderal Kementerian/ Sekretaris Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK), yang mencakup 2 (dua) hal: 91

94 1. Laporan perkembangan penerapan dan pencapaian SPM Provinsi; 2. Laporan rekapitulasi (hasil kajian, analisa dan evaluasi) perkembangan percepatan penerapan SPM kabupaten/kota Substansi laporan meliputi perkembangan, langkah-langkah penerapan dan pencapaian target SPM di daerah, kendala dan permasalahan serta tindak lanjut yang diperlukan. Waktu Pelaporan Laporan Semester 1 merupakan hasil monitoring dan evaluasi paling lambat pada bulan Juni, yang memuat kondisi aktual perkembangan penerapan SPM terutama dalam hal pelaksanaan sosialisasi, perhitungan anggaran dan penerapan SPM dalam perencanaan dan anggaran daerah. Subtansi laporan ini mencakup: sinergitas penerapan SPM dalam dokumen Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) dan dokumen Kebijakan Umum Anggaran (KUA) didukung dengan upaya dan langkah-langkah yang telah dilakukan oleh daerah; Laporan Semester 2 disampaikan paling lambat akhir Desember, menyampaikan laporan tahunan kinerja penerapan dan pencapaian SPM. Laporan ini merupakan bahan dalam penyusunan LPPD bagi daerah dan dalam rangka penyusunan kebijakan nasional lebih lanjut oleh pemerintah. Penyusunan Laporan Tahunan Kinerja Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah Laporan tahunan kinerja penerapan dan pencapaian SPM di daerah memberikan informasi mengenai capaian kinerja pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib pemerintah daerah. Penyusunan laporan dimaksudkan untuk menyajikan informasi dalam bentuk yang mudah dipahami, bisa diperbandingkan, memenuhi kebutuhan informasi pengguna, serta membantu pengguna untuk menarik kesimpulan yang berguna. Sistem pelaporan harus mampu menyajikan apa yang diharapkan, apa yang sebenarnya dicapai serta mempertanggungjawabkan perbedaan diantara keduanya. Laporan tahunan kinerja penerapan dan pencapaian SPM disusun berdasarkan laporan triwulanan hasil monitoring (pemantauan dan supervisi) dan hasil evaluasi setelah tahun anggaran berjalan. Materi pelaporan memfokuskan pada analisis indikator capaian SPM dengan membandingkan antara target dan realisasi capaian pada tahun berjalan. 92 PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

95 Memasukan Laporan Penerapan dan Pencapaian SPM dalam LPPD, LKPJ dan ILPD Laporan pencapaian SPM yang disusun pemerintah daerah selanjutnya menjadi bagian yang disampaikan dalam LPPD, LKPJ dan ILPD. Pengertian masing-masing laporan diatas adalah: (i) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah yang selanjutnya sebut LPPD adalah laporan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah selama 1 (satu) tahun anggaran berdasarkan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) yang disampaikan oleh kepala daerah kepada Pemerintah. Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) disampaikan kepada Pemerintah Pusat, paling lambat 3 bulan setelah TA berakhir. (ii) Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD yang selanjutnya disebut LKPJ adalah laporan yang berupa informasi penyelenggaraan pemerintahan daerah selama 1 (satu) tahun anggaran atau akhir masa jabatan yang disampaikan oleh kepala daerah kepada DPRD paling lambat 3 bulan setelah TA berakhir. (iii) Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah informasi penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada masyarakat melalui media yang tersedia di daerah. Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah informasi penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada masyarakat melalui media yang tersedia di daerah. Informasi LPPD disampaikan kepada masyarakat melalui media cetak atau elektronik. PELAPORAN PENERAPAN SPM DI DAERAH 93

96 Kotak 3 Penyajian Laporan Kinerja Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan 1.3. Dasar Hukum Penyusunan 1.4. Sistematika Penulisan BAB II. PROFIL PELAYANAN DASAR 2.1 Gambaran Umum Penerapan SPM di Daerah (berisikan uraian singkat penerapan dan pencapaian SPM di daerah serta permasalahan yang dihadapinya) 2.2 SPM Bidang Kesehatan (disajikan dalam bentuk tabel/matrik kondisi capaian SPM dan target capaian SPM) Pelayanan Dasar Kesehatan Indikator 1:... - Kondisi capaian SPM - Permasalahan - Faktor-faktor penentu keberhasilan Indikator 2:... - Kondisi capaian SPM - Permasalahan - Faktor-faktor penentu keberhasilan Indikator n:... - Kondisi capaian SPM - Permasalahan - Faktor-faktor penentu keberhasilan 2.3 SPM Bidang Pendidikan Pelayanan Pendidikan dasar Indikator 1:... - Kondisi capaian SPM - Permasalahan - Faktor-faktor penentu keberhasilan Indikator 2:... - Kondisi capaian SPM - Permasalahan - Faktor-faktor penentu keberhasilan 2.4 SPM Bidang Lingkungan Hidup 2.5 dst BAB III. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN SPM DI DAERAH DISERTAI TARGET CAPAIAN SPM DAN KEBUTUHAN PENDANAAN (berisikan tabel rencana program dan kegiatan penerapan dan pencapaian SPM di daerah disertai target capaian SPM dan kebutuhan pendanaan tahunan) 94 PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

97 PENUTUP 16 Penerapan dan pencapaian indikator kinerja SPM oleh daerah dapat mengukur tingkat komitmen pemerintah daerah dalam melaksanakan, memprioritaskan dan menjamin pendanaannya untuk pelaksanaan SPM. Berbagai peraturan, termasuk konsep SPM dan pelayanan dasar, aspek yang distandardisasi, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis, dan berbagai instrumen pendukung secara terus menerus perlu disempurnakan. Penyempurnaan tersebut diperlukan agar kebijakan SPM menjadi semakin solid dan implementasinya di daerah benar-benar mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Penyusunan panduan ini dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan aparatur pemerintah di daerah terhadap SPM, indikator kinerja, dan cara penerapannya. Meningkatnya pemahaman aparatur di daerah terhadap SPM, diharapkan dapat mendorong kepedulian daerah terhadap penerapan SPM dan meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan dasar yang berkualitas. Untuk mendorong penerapan dan pencapaian indikator kinerja SPM oleh daerah diperlukan dukungan pengaturan dan pematangan konsepsi SPM yang lebih jelas di tingkat pusat dan daerah. Beberapa langkah penting lainnya yang perlu dilakukan untuk memperjelas arah kebijakan SPM dan penerapannya di daerah, diantaranya adalah sebagai berikut: 1) Penguatan mekanisme koordinasi pengembangan kebijakan SPM di tingkat Pusat (Kementerian Dalam Negeri, BAPPENAS, Kementerian Keuangan, dan Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi selaku Tim Konsultasi Penyusunan SPM, Kementerian/Lembaga, dan DPOD). 2) Penguatan kapasitas sekretariat DPOD dalam memberi dukungan teknis pada proses pengambilan kebijakan SPM, termasuk dalam mereviu usulan SPM dan memberi dukungan teknis pada K/L dalam perumusan SPM. 95

98 3) Reviu kebijakan dan peraturan SPM, termasuk didalam langkah ini antara lain: a. Memperjelas pengertian SPM dan jenis pelayanan dasar yang perlu distandardisasi pemenuhannya oleh daerah; b. Kejelasan pengaturan SPM yang harus dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota dan Provinsi dan sinergi antar kedua tingkat pemerintahan tersebut dalam penerapan SPM; c. Fokus indikator dan prioritas pencapaian SPM; d. Penentuan target dan waktu pencapaian SPM (realistis dan dapat dilaksanakan); e. Perhitungan biaya untuk pencapaian SPM; f. Sistem monitoring dan evaluasi penerapan SPM dan mekanisme pelaporannya; g. Pembinaan dan peningkatan kapasitas daerah dalam penerapan SPM. 4) Pelembagaan dan pengorganisasian penerapan SPM di daerah, termasuk didalam langkah ini antara lain: a. Memperjelas kedudukan rencana pencapaian SPM dengan mengintegrasikannya dalam RPJMD; b. Penentuan prioritas SPM di daerah (disesuaikan kemampuan dan kebutuhan daerah); c. Pengembangan profil pelayanan dasar di daerah; d. Perencanaan pembiayaan/anggaran penerapan SPM oleh daerah; e. Penentuan tata cara pengendalian dan evaluasi pencapaian SPM di daerah; f. Terbangunnya sistem dan mekanisme pelaporan kinerja daerah dalam penerapan SPM. 96 PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

99 REFERENSI Buku GTZ, PSEKP UGM, APKASI. (2009). Penyusunan Analisis Standar Belanja. Pengalaman Praktis di Pemerintah Daerah. Kementerian Dalam Negeri. (2011). Himpunan Produk Hukum Standar Pelayanan Minimal (SPM). Peraturan Perundangan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah. Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kepada Masyarakat. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal. 97

100 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Bahan Presentasi dan Referensi Lain Direktur UPD II, Direktorat Jenderal Otonomi Daerah, Kementerian Dalam Negeri. (2010). Konsepsi Umum Rencana Penerapan dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Kementerian Keuangan. (2008). Standar Pelayanan Minimum dan Perkiraan Beban pada APBD dan APBN. DSF. (2011). Penerapan E-Costing. GTZ. (2010). Rancangan Pedoman Teknis Teknis Pengintegrasian Standar Pelayanan Minimal (SPM) dalam Perencanaan dan Penganggaran. GTZ. (2010). Notulensi Diskusi Pembahasan Rancangan Pedoman Teknis dan Policy Brief tentang Pengintegrasian Standar Pelayanan Minimal (SPM) dalam Perencanaan dan Penganggaran. Jakarta. Lewis, Blane D. (2008). Standar Pelayanan Minimum dalam Pendidikan Sekolah Dasar di Indonesia: Input, Output, Biaya dan Efisiensi Fasilitas Pendukung Desentralisasi, DSF. 98 PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

101 LAMPIRAN Lampiran I Profil Pelayanan Dasar di Provinsi No Jenis Pelayanan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Tahun Pencapaian Realisasi Capaian Tahun Indikator Target I. SPM Bidang Perumahan Rakyat 1. Rumah Layak Huni dan Terjangkau Cakupan ketersediaan rumah layak huni. 100% Lingkungan Yang Sehat dan Aman yang didukung dengan prasarana, sarana dan utilitas umum (PSU) Cakupan layanan rumah layak huni dan terjangkau. Cakupan lingkungan yang sehat dan aman yang didukung dengan PSU. 70% % No Jenis Pelayanan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Tahun Pencapaian II. SPM Bidang Perhubungan 1. Angkutan Jalan a. Jaringan Pelayanan Angkutan Jalan b. Jaringan Prasarana Angkutan Jalan Realisasi Capaian Tahun.. Indikator Target Tersedianya angkutan umum yang melayani wilayah yang telah tersedia jaringan jalan untuk jaringan jalan Provinsi. Tersedianya terminal angkutan penumpang tipe A pada setiap Provinsi untuk melayani angkutan umum dalam trayek. 100% %

102 No Jenis Pelayanan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Tahun Pencapaian 2. Angkutan Sungai dan Danau. 3. Angkutan Penyeberangan c. Fasilitas Perlengkapan Jalan Realisasi Capaian Tahun.. Indikator Target Tersedianya fasilitas perlengkapan jalan (rambu, marka, dan guardrill) dan penerangan jalan umum (PJU) pada jalan Provinsi. d. Keselamatan Terpenuhinya standar keselamatan bagi angkutan umum yang melayani trayek antar Kota Dalam Provinsi (AKDP). e. Sumber Daya Manusia (SDM) a. Jaringan Pelayanan Angkutan Sungai dan Danau b. Jaringan Prasarana Angkutan Sungai dan Danau Tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kompetensi sebagai pengawas kelaikan kendaraan pada perusahaan angkutan umum, pengelola terminal dan pengelola perlengkapan jalan. Tersedianya angkutan sungai dan danau untuk melayani jaringan trayek antar Kabupaten/ Kota dalam provinsi pada wilayah yang tersedia alur pelayaran sungai dan danau yang dapat dilayari. Tersedianya pelabuhan sungai dan danau untuk melayani kapal sungai dan danau yang beroperasi pada jaringan trayek antar Kabupaten/Kota dalam Provinsi pada wilayah yang tersedia alur pelayaran sungai dan danau yang dapat dilayari. c. Keselamatan Terpenuhinya standar keselamatan bagi kapal sungai dan danau yang beroperasi pada trayek antar Kabupaten/Kota dalam Provinsi. d. Sumber Daya Manusia (SDM) a. Jaringan Pelayanan Angkutan Penyeberangan Tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kompetensi sebagai awak kapal angkutan sungai dan danau. Tersedianya kapal penyeberangan yang beroperasi pada lintas antar Kabupaten/Kota dalam Provinsi yang menghubungkan jalan Provinsi yang terputus oleh perairan. 60% % % % % % % % PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

103 No Jenis Pelayanan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Tahun Pencapaian b. Jaringan Prasarana Angkutan Penyeberangan Realisasi Capaian Tahun.. Indikator Target Tersedianya pelabuhan pada setiap Ibukota Provinsi dan Ibukota Kabupaten/Kota yang memiliki pelayanan angkutan penyeberangan yang beroperasi pada lintas antar Kabupaten/ Kota dalam Provinsi dan tidak ada alternatif jalan. c. Keselamatan Terpenuhinya standar keselamatan kapal penyeberangan dengan ukuran di bawah 7 GT dan kapal yang beroperasi pada lintas penyeberangan antar Kabupaten/Kota dalam Provinsi. d. Sumber Daya Manusia (SDM) 4. Angkutan Laut a. Jaringan Pelayanan Angkutan Laut b. Jaringan Prasarana Angkutan Laut Tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kompetensi sebagai awak kapal penyeberangan dengan ukuran di bawah 7 GT. Tersedianya kapal laut yang beroperasi pada lintas antar Kabupaten/Kota dalam Provinsi pada wilayah yang memiliki alur pelayaran dan tidak ada alternatif jalan. Tersedianya dermaga pada setiap ibukota Kecamatan dalam Kabupaten/Kota untuk melayani kapal laut yang beroperasi pada trayek dalam Kabupaten/Kota pada wilayah yang memiliki alur pelayaran dan tidak ada alternatif angkutan jalan. c. Keselamatan Terpenuhinya standar keselamatan kapal dengan ukuran di bawah 7 GT dan kapal yang beroperasi antar Kabupaten/Kota dalam Provinsi. d. Sumber Daya Manusia (SDM) Tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang mempunyai kompetensi sebagai awak kapal angkutan laut dengan ukuran di bawah 7 GT dan kapal yang beroperasi antar Kabupaten/ Kota dalam Provinsi. 75% % % % % % %

104 No Jenis Pelayanan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Tahun Pencapaian III. SPM Bidang Lingkungan Hidup 1. Pelayanan informasi status mutu air Prosentase jumlah sumber air yang dipantau kualitasnya, ditetapkan status mutu airnya dan diinformasikan status mutu airnya. 2. Pelayanan informasi status mutu udara ambien 3. Pelayanan tindak lanjut pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan. Realisasi Capaian Tahun.. Indikator Target Prosentase jumlah kabupaten/kota yang dipantau kualitas udara ambiennya dan diinformasikan mutu udara ambiennya. Prosentase jumlah pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/ atau perusakan lingkungan hidup yang ditindaklanjuti. 100% % % 2013 No Jenis Pelayanan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Tahun Pencapaian IV. SPM Bidang Sosial Daerah 1. Pelaksanaan program/ kegiatan bidang sosial a. Pemberian bantuan sosial bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial skala Provinsi. b. Penyelenggaraan pelayanan dan rehabilitasi sosial dalam panti sosial skala provinsi. Realisasi Capaian Tahun.. Indikator Target Persentase (%) PMKS skala provinsi yang memperoleh bantuan sosial untuk pemenuhan kebutuhan dasar. Persentase (%) Panti Sosial skala provinsi yang melaksanakan standar operasional pelayanan kesejahteraan sosial. 80% % PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

105 No Jenis Pelayanan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Tahun Pencapaian 2. Penyediaan sarana dan prasarana sosial 3. Penanggulangan korban bencana a. Penyediaan sarana dan prasarana sosial skala provinsi. b. Penyediaan sarana prasarana pelayanan luar panti skala provinsi. a. Bantuan sosial bagi korban bencana skala provinsi. b. Evakuasi korban bencana skala provinsi. 4. Pelaksanaan dan pengembangan jaminan sosial bagi penyandang cacat fi sik dan mental, serta lanjut usia tidak potensial - penyelengaraan jaminan sosial skala provinsi Realisasi Capaian Tahun.. Indikator Target Persentase (%) panti sosial skala provinsi yang menyediakan sarana prasarana pelayanan kesejahteraan sosial. Persentase (%) Organisasi Sosial/Yayasan/LSM yang menyediakan sarana prasarana pelayanan kesejahteraan sosial luar panti. Persentase (%) kabupaten/kota yang mengalami bencana memberikan bantuan sosial bagi korban bencana skala provinsi. Persentase (%) kabupaten/kota yang menggunakan sarana prasarana tanggap darurat lengkap untuk evakuasi korban bencana skala provinsi. Persentase (%) kabupaten/kota yang menyelenggarakan jaminan sosial bagi penyandang cacat fi sik dan mental, serta lanjut usia tidak potensial. 80% % % % %

106 No Jenis Pelayanan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Tahun Pencapaian V. Bidang Kesenian 1. Perlindungan, Pengembangan, dan Pemanfaatan Bidang Kesenian a. Cakupan Kajian Seni b. Cakupan Fasilitas Seni c. Cakupan Gelar Seni Realisasi Capaian Tahun Indikator Target Dalam melaksanakan kegiatan di bidang kajian seni, pemerintah provinsi sekurangkurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun berkewajiban untuk menyelenggarakan 7 (tujuh) atau 8 (delapan) kegiatan dari 15 (lima belas) kajian seni di wilayah kerjanya sampai Pemerintah provinsi berkewajiban menyelenggara-kan seluruh fasilitas sesuai dengan kemampuan yang tersedia untuk kegiatan-kegiatan kesenian yang diselenggarakan masyarakat, minimal 1 (satu) atau 2 (dua) kegiatan fasilitas seni sampai tahun Pemerintah provinsi berkewajiban menyelenggara-kan minimal 3 (tiga) dari 4 (empat) kegiatan gelar seni sampai tahun d. Misi Kesenian Pemerintah provinsi wajib mengadakan misi kesenian antar-daerah sekurang-kurangnya satu kali dalam setahun dalam rangka pertukaran budaya, diplomasi, dan promosi kesenian di daerahnya keluar daerah. 50% % % % PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

107 No Jenis Pelayanan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Tahun Pencapaian 2. Sarana dan Prasarana a. Cakupan Sumber Daya Manusia Kesenian b. Cakupan Tempat c. Cakupan Organisasi Realisasi Capaian Tahun Indikator Target Pemerintah provinsi berkewajiban menumbuhkan partisipasi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan SDM dalam perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan kesenian, minimal 2 (dua) dari 8 (delapan) kualifi kasi SDM sampai tahun 2014, yaitu: 1. Seniman/ budayawan; dan 2. pamong budaya Pemerintah provinsi berkewajiban menyediakan minimal: 1. Tempat untuk menggelar seni pertunjukan dan untuk pameran 2. Tempat memasarkan karya seni untuk mengembangkan industri budaya. Pemerintah provinsi minimal melaksanakan 1 (satu) dari 3 (tiga) cakupan organisasi sampai tahun % % %

108 No Jenis Pelayanan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Tahun Pencapaian VI. Bidang Ketahanan Pangan 1. Ketersediaan dan Cadangan Pangan 2. Distribusi dan akses pangan a. Ketersediaan energi dan protein per kapita b. Penguatan Cadangan pangan a. Ketersediaan informasi pasokan, harga dan akses pangan di daerah b. Stabilitas harga dan pasokan pangan Realisasi Capaian Tahun.. Indikator Target Penyediaan pangan terdiri dari komponen produksi, perubahan stok, impor dan ekspor. Tersedianya cadangan pemerintah di tingkat provinsi minimal sebesar 200 ton ekuivalen beras kumpulan data harga pangan, pasokan pangan, dan akses pangan yang dipantau dan dikumpulkan oleh provinsi untuk dapat digunakan sebagai bahan pembuatan analisis perumusan kebijakan yang terkait dengan masalah distribusi pangan yang disajikan dalam periode mingguan/ bulanan/kuartal/ tahunan a. Harga dinyatakan stabil jika gejolak harga pangan di suatu wilayah kurang dari 25 % dari kondisi normal b. Pasokan pangan dinyatakan stabil jika penurunan pasokan pangan di suatu wilayah berkisar antara 5 % - 40 % 90% % % % PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

109 No Jenis Pelayanan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Tahun Pencapaian 3. Penganekaragaman dan Keamanan Pangan 4. Penanganan Kerawanan Pangan a. Pencapaian skor Pola Pangan Harapan (PPH) b. Pengawasan dan Pembinaan keamanan pangan a. Penanganan daerah rawan pangan Realisasi Capaian Tahun.. Indikator Target Persentase dari perbandingan antara energi dari masing-masing komoditas pangan dengan angka kecukupan gizi Persentase perbandingna antara jumlah sampel pangan yang aman dikonsumsi di pedagang pengumpul di satu tempat sesuai standar yang berlaku dalam kurun waktu tertentu dengan jumlah total sampel pangan yang diambil di pedagang di suatu wilayah menurut ukuran yang telah ditetapkan dalam kurun waktu tertentu membandingkan jumlah penduduk miskin yang mengkonsumsi pangan berdasarkan 3 kriteria prosentase angka kecukupan gizi (AKG) sebesar Kalori yaitu: a. Penduduk sangat rawan < 70% AKG b. Penduduk pangan resiko sedang< 70% - 89,9% AKG c. Penduduk tahan pangan > 89,9% AKG 90% % %

110 No Jenis Pelayanan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Tahun Pencapaian VII. Bidang Ketenagakerjaan 1. Pelayanan Pelatihan Kerja 2. Pelayanan Penempatan Tenaga Kerja a. Besaran tenaga kerja yang mendapat pelatihan berbasis kompetensi. b. Besaran tenaga kerja yang mendapat pelatihan berbasis masyarakat. c. Besaran tenaga kerja yang mendapat pelatihan kewirausahaan Besaran pencari kerja yang terdaftar yang ditempatkan. Realisasi Capaian Tahun.. Indikator Target Persentasi jumlah tenaga kerja yang dilatih dalam waktu satu sampai lima tahun secara kumulatif dibandingkan dengan jumlah orang yang mendaftar pelatihan berbasis kompetensi. persentasi jumlah tenaga kerja yang dilatih dalam waktu satu sampai lima tahun secara kumulatif dibandingkan dengan jumlah orang yang mendaftar pelatihan berbasis masyarakat. persentasi jumlah tenaga kerja yang dilatih dalam waktu satu sampai lima tahun secara kumulatif dibandingkan dengan jumlah orang yang mendaftar pelatihan kewirausahaan. persentasi jumlah pencari kerja yang mendaftarkan dan tercatat pada dinas kabupaten/kota yang menangani bidang ketenagakerjaan dan jumlah pencari kerja yang diterima bekerja oleh pemberi kerja dalam hal ini perusahaan yang mendaftarkan lowongan pekerjaannya pada dinas kabupaten/kota. 75% % % % PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

111 No Jenis Pelayanan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Tahun Pencapaian 3. Pelayanan Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial 4. Pelayanan Kepesertaan Jamsostek 5. Pelayanan Pengawasan Ketenagakerjaan Besaran kasus yang diselesaikan dengan perjanjian bersama. Besaran pekerja/ buruh yang menjadi peserta program Jamsostek. a. Besaran Pemeriksaan Perusahaan. b. Besaran pengujian peralatan di Perusahaan. Realisasi Capaian Tahun.. Indikator Target jumlah kasus perselisihan hubungan industrial yang diselesaikan oleh Mediator Hubungan Industrial yang berkedudukan di instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota yang penyelesaiannya sampai pada tingkat perjanjian bersama (PB). jumlah pekerja/buruh di perusahaan yang menjadi peserta JAMSOSTEK. persentase jumlah perusahaan yang terdaftar pada dinas provinsi dan kabupaten/kota yang menangani bidang ketenagakerjaan dan jumlah perusahaan yang telah dilakukan pemeriksaan. persentase jumlah peralatan yang terdaftar pada dinas provinsi dan kabupaten/kota dan jumlah peralatan yang telah dilakukan pengujian. 50% % % %

112 No Jenis Pelayanan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Tahun Pencapaian VIII. Bidang Penanaman Modal 1. Kebijakan Penanaman Modal Tersedianya informasi peluang usaha sektor/ bidang usaha unggulan 2. Kerjasama Penanaman Modal Terselenggaranya fasilitasi pemerintahdaerah dalam rangka kerjasama kemitraan: 1. antara Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKM) tingkat provinsi dan pengusaha nasional/ asing 3. Promosi Penanaman Modal a. Terselenggaranya promosi peluang penanaman modal provinsi b. Terselenggaranya promosi peluang penanaman modal kabupaten/ kota Realisasi Capaian Tahun.. Indikator Target antara Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK) tingkat kabupaten/ kota dengan pengusaha tingkat provinsi/ nasional Terselenggaranya promosi peluang penanaman modal provinsi mencakup antara lain kegiatan penyelenggaraan pameran, market sounding, investment forum, seminar investasi, dan penyebarluasan brosur penanaman modal. Terselenggaranya promosi peluang penanaman modal kabupaten/ kota mencakup antara lain kegiatan penyelenggaraan pameran, market sounding, investment forum, seminar investasi, dan penyebarluasan brosur penanaman modal. 1 (satu) sektor/ bidang usaha per tahun 1 (satu) kali per tahun 1 (satu) kali per tahun 1 (satu) kali per tahun 1 (satu) kali per tahun PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

113 No Jenis Pelayanan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Tahun Pencapaian 4. Pelayanan Penanaman Modal Terselenggaranya pelayanan perizinan dan non-perizinan bidang penanaman modal melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di bidang Penanaman Modal: a. Pendaftaran Penanaman Modal Dalam Negeri, Izin Prinsip Penanaman Modal Dalam Negeri, Izin Usaha Penanaman Modal Dalam Negeri, Perpanjangan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA), Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) yang bekerja lebih dari 1 (satu) kabupaten/ kota, sesuai kewenangan pemerintah provinsi. b. Pendaftaran Penanaman Modal Dalam Negeri, Izin Usaha Penanaman Modal Dalam Negeri, Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) yang bekerja lebih dari 1 (satu) kabupaten/ kota, sesuai kewenangan pemerintah kabupaten/ kota. Realisasi Capaian Tahun.. Indikator Target Prosentase terselenggaranya pelayanan perizinan dan non-perizinan bidang penanaman modal melalui PTSP PDPPM 100% 2014 Prosentase terselenggaranya pelayanan perizinan dan non-perizinan bidang penanaman modal melalui PTSP PDKPM. 100%

114 No Jenis Pelayanan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Tahun Pencapaian 5. Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal 6. Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Penanaman Modal a. Pengendalian dan Pelaksanaan Penanaman Modal oleh PDPPM. b. Pengendalian dan Pelaksanaan Penanaman Modal oleh PDKPM. Terimplementasikannya sistem pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE). Realisasi Capaian Tahun.. Indikator Target Terselenggaranya bimbingan pelaksanaan Kegiatan Penanaman Modal kepada masyarakat dunia usaha. Terselenggaranya bimbingan pelaksanaan Kegiatan Penanaman Modal kepada masyarakat dunia usaha. Persentase jumlah jenis pelayanan yang dilayani menggunakan SPIPISE. 7. Penyebarluasan, Pendidikan, dan Pelatihan Penanaman Modal. Terselenggaranya sosialisasi kebijakan penanaman modal kepada masyarakat dunia usaha. 1 (satu) kali per tahun 1 (satu) kali per tahun % (satu) kali per tahun PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

115 Lampiran II Profil Pelayanan Dasar di Kabupaten/Kota No Jenis Pelayanan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Tahun Pencapaian Realisasi Capaian Tahun Indikator Target I. SPM Bidang Kesehatan a. Pelayanan Dasar Kesehatan 1. Cakupan kunjungan Ibu hamil K4 95% Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani 80% Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan 90% Cakupan pelayanan nifas 90% Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani 80% Cakupan kunjungan bayi 90% Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) 100% Cakupan pelayanan anak balita 90% Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga miskin 100% Cakupan balita gizi buruk yang mendapat perawatan 100% Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat 100% Cakupan peserta KB aktif 70% Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit 100% Cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat miskin b. Pelayanan Kesehatan Rujukan 15. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin c. Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa/ KLB d. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Cakupan Desa Siaga Aktif 16. Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 yang harus diberikan sarana kesehatan (RS) di Kabupaten/Kota 17. Cakupan Desa/Kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemilogi < 24 jam 100% % % % Cakupan Desa Siaga Aktif 80% pada tahun %

116 No Jenis Pelayanan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Tahun Pencapaian II. SPM Bidang Pendidikan Dasar a. Pelayanan Pendidikan Dasar 1. Tersedia satuan pendidikan dalam jarak yang terjangkau dengan berjalan kaki yaitu maksimal 3 km untuk SD/ MI dan 6 km untuk SMP/MTs dari kelompok permukiman permanen di daerah terpencil; Realisasi Capaian Tahun Indikator Target Jumlah peserta didik dalam setiap rombongan belajar untuk SD/MI tidak melebihi 32 orang, dan untuk SMP/ MTs tidak melebihi 36 orang. Untuk setiap rombongan belajar tersedia 1(satu) ruang kelas yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk peserta didik dan guru, serta papan tulis; 3. Di setiap SMP dan MTs tersedia ruang laboratorium IPA yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk 36 peserta didik dan minimal satu set peralatan praktek IPA untuk demonstrasi dan eksperimen peserta didik; 4. Di setiap SD/MI dan SMP/MTs tersedia satu ruang guru yang dilengkapi dengan meja dan kur:si untuk setiap orang guru, kepala sekolah dan staf kependidikan lainnya; dan di setiap SMP/MT tersedia ruang kepala sekolah yang terpisah dari ruang guru; 5. Di setiap SD/MI tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap 32 peserta didik dan 6 (enam) orang guru untuk setiap satuan pendidikan, dan untuk daerah khusus 4 (empat) orang guru setiap satuan pendidikan; 6. Di setiap SMP/MTs tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap mata pelajaran, dan untuk daerah khusus tersedia satu orang guru untuk setiap rumpun mata pelajaran; 114 PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

117 No Jenis Pelayanan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Tahun Pencapaian Realisasi Capaian Tahun Indikator Target Di setiap SD/MI tersedia 2 (dua) orang guru yang memenuhi kualifi kasi akademik S1 atau D-lV dan 2 (dua) orang guru yang telah memiliki sertifi kat pendidik; 8. Di setiap SMP/MTs tersedia guru dengan kualifi kasi akademik S-1 atau D-lV sebanyak 70% dan separuh diantaranya (35% dari keseluruhan guru) telah memiliki sertifi kat pendidik, untuk daerah khusus masing-masing sebanyak 40% dan 20%; 9. Di setiap SMP/MTs tersedia guru dengan kualifi kasi akademik S-1 atau D-lV dan telah memiliki sertifi kat pendidik masing-masing satu orang untuk mata pelajaran Matematika, lpa, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris; 10. Di setiap Kabupaten/Kota semua kepala SD/Ml berkualifi kasi akademik S-1 atau D-lV dan telah memiliki sertifi kat pendidik; 11. Di setiap kabupaten/kota semua kepala SMP/MTs berkualifi kasi akademik S-1 atau D-lV dan telah memiliki sertifi kat pendidik; 12. Di setiap kabupaten/kota semua pengawas sekolah dan Madrasah memiliki kualifi kasi akademik S-1 atau D.lV dan telah memiliki sertifi kat pendidik; 13. Pemerintah kabupaten/kota memiliki rencana dan melaksanakan kegiatan untuk membantu satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum dan proses pembelajaran yang efektif; 14. Kunjungan pengawas ke satuan pendidikan dilakukan satu kali setiap bulan dan setiap kunjungan dilakukan selama 3 jam untuk melakukan supervisi dan pembinaan. 115

118 No Jenis Pelayanan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Tahun Pencapaian b. Pelayanan pendidikan dasar oleh satuan pendidikan Realisasi Capaian Tahun Indikator Target Setiap SD/MI menyediakan buku teks yang sudah ditetapkan kelayakannya oleh Pemerintah mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, lpa, dan IPS dengan perbandingan satu set untuk setiap peserta didik; 16. Setiap SMP/MTs menyediakan buku teks yarig sudah ditetapkan kelayakannya oleh Pemerintah mencakup semua mata pelajaran dengan perbandingan satu set untuk setiap perserta didik; 17. Setiap SD/MI menyediakan satu set peraga IPA dan bahan yang terdiri dari model kerangka manusia, model tubuh manusia, bola dunia (globe), contoh peralatan optik, kit IPA untuk eksperimen dasar, dan poster/carta IPA; 18. Setiap SD/MI memiliki 100 judul buku pengayaan dan 10 buku referensi, dan setiap SMP/MTs memiliki 200 judul buku pengayaan dan 20 buku referensi; 19. Setiap guru tetap bekerja 37,5 jam per minggu di satuan pendidikan, termasuk merencanakan pembelajaran melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran membimbing atau melatih peserta didik, dan melaksanakan tugas tambahan; 20. Satuan pendidikan menyelenggarakan proses pembelajaran selama 34 minggu per tahun dengan kegiatan tatap muka sebagai berikut: a) Kelas l ll : 18 jam per minggu b) Kelas lll : 27 jam per minggu c) Kelas lv Vl : 27 jam per minggu atau d) Kelas Vll - lx : 27 jam per minggu 116 PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

119 No Jenis Pelayanan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Tahun Pencapaian Realisasi Capaian Tahun Indikator Target Satuan pendidikan menerapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) sesuai ketentuan yang berlaku; 22. Setiap guru menerapkan rencana pelaksanaan pembelajar (RPP) yang disusun berdasarkan silabus untuk setiap mata pelajaran yang diampunya; 23. Setiap guru mengembangkan dan menerapkan program penilaian untuk membantu meningkatkan kemampuan belajar peserta didik; 24. Kepala sekolah melakukan supervisi kelas dan memberikan umpan balik kepada guru dua kali dalam setiap semester; 25. Setiap guru menyampaikan laporan hasil evaluasi mata pelajaran serta hasil penilaian setiap peserta didik kepada kepala sekolah pada akhir semester dalam bentuk laporan hasil prestasi belajar peserta didik; 26. Kepala sekolah atau madrasah menyampaikan laporan hasil ulangan akhir semester (UAS) dan Ulangan Kenaikan Kelas (UKK) serta ujian akhir (US/UN) kepada orang tua peserta didik dan menyampaikan rekapitulasinya kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota atau Kantor Kementerian Agama di kabupaten/ kota pada setiap akhir semester; dan 27. Setiap satuan pendidikan menerapkan prinsip-prinsip manajemen berbasis sekolah (MBS). 117

120 No Jenis Pelayanan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Tahun Pencapaian III. SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 1. Sumber Daya Air Prioritas utama penyediaan Air untuk Kebutuhan Masyarakat 2. Jalan Realisasi Capaian Tahun Indikator Target Tersedianya air baku untuk memenuhi kebutuhan pokok minimal sehari hari. Tersedianya air irigasi untuk pertanian rakyat pada sistem irigasi yang sudah ada. Jaringan Aksesibilitas: Tersedianya jalan yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan dalam wilayah kabupaten/kota. Mobilitas: Tersedianya jalan yang memudahkan masyarakat per individu melakukan perjalanan. Keselamatan: Tersedianya jalan yang menjamin pengguna jalan berkendara dengan selamat. Ruas Kondisi jalan: Tersedianya jalan yang menjamin kendaraan dapat berjalan dengan selamat dan nyaman. Kecepatan: Tersedianya jalan yang menjamin perjalanan dapat dilakukan sesuai dengan kecepatan rencana. 100% % % % % % % Air Minum Klaster Tersedianya akses air minum yang aman melalui Sistem Pelayanan Penyediaan Air Minum dengan jaringan perpipaan dan Sangat buruk bukan jaringan perpipaan terlindungi dengan kebutuhan pokok minimal 60 liter/orang/ hari. 40% 2014 Buruk 50% 4. Penyehatan Lingkungan Permukiman (sanitasi lingkungan dan persampahan) Sedang 70% Baik 80% Sangat Baik Sekali Air Limbah Permukiman Pengelolaan sampah 100% Tersedianya sistem air limbah setempat yang memadai. 60% 2014 Tersedianya sistem air limbah skala komunitas/kawasan/ kota. 5% 2014 Tersedianya fasilitas pengurangan sampah di perkotaan. 20% 2014 Tersedianya sistem penanganan sampah di perkotaan. 70% 2014 Drainase Tersedianya sistem jaringan drainase skala kawasan dan skala kota sehingga tidak terjadi genangan (lebih dari 30 cm, selama 2 jam) dan tidak lebih dari 2 kali setahun. 50% PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

121 No Jenis Pelayanan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Tahun Pencapaian 5. Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan Berkurangnya luasan permukiman kumuh di kawasan perkotaan. 6. Penataan Bangunan dan Lingkungan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Harga Standar Bangunan Gedung Negara (HSBGN) 7. Jasa Konstruksi Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK) Sistem Informasi Jasa Konstruksi 8. Penataan Ruang Informasi Penataan Ruang Pelibatan Peran Masyarakat Dalam Proses Penyusunan RTR Izin Pemanfaatan Ruang Pelayanan Pengaduan Pelanggaran Tata Ruang Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik Realisasi Capaian Tahun Indikator Target Terlayaninya masyarakat dalam pengurusan IMB di kabupaten/kota. Tersedianya pedoman Harga Standar Bangunan Gedung Negara di kabupaten/kota Penerbitan IUJK dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja setelah persyaratan lengkap Tersedianya Sistem Informasi Jasa Konstruksi setiap tahun Tersedianya informasi mengenai Rencana Tata Ruang (RTR) wilayah kabupaten/kota beserta rencana rincinya melalui peta analog dan peta digital Terlaksananya penjaringan aspirasi masyarakat melalui forum konsultasi publik yang memenuhi syarat inklusif dalam proses penyusunan RTR dan program pemanfaatan ruang, yang dilakukan minimal 2 (dua) kali setiap disusunnya RTR dan program pemanfaatan ruang Terlayaninya masyarakat dalam pengurusan izin pemanfaatan ruang sesuai dengan Peraturan Daerah tentang RTR wilayah kabupaten/kota beserta rencana rincinya Terlaksananya tindakan awal terhadap pengaduan masyarakat tentang pelanggaran di bidang penataan ruang, dalam waktu 5 (lima) hari kerja Tersedianya luasan RTH publik sebesar 20% dari luas wilayah kota/kawasan perkotaan 10% % % % % % 2014 (kab/ kota & kec) 90% 2014 (kelurahan) 100% % 2014 (kabupaten/ kota) 100% 2014 (kab/ kota) 25%

122 No Jenis Pelayanan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Tahun Pencapaian Realisasi Capaian Tahun Indikator Target IV. SPM Bidang Perumahan Rakyat 1. Rumah Layak Huni dan Terjangkau Cakupan ketersediaan rumah layak huni 100% Cakupan layanan rumah layak huni yang terjangkau 70% Lingkungan Yang Sehat dan Aman yang Cakupan lingkungan yang sehat dan aman yang didukung 100% didukung dengan prasarana, sarana dengan PSU dan utilitas umum (PSU) No Jenis Pelayanan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Tahun Pencapaian V. SPM Bidang Perhubungan 1. Angkutan Jalan a. Jaringan Pelayanan Angkutan Jalan b. Jaringan Prasarana Angkutan Jalan c. Fasilitas Perlengkapan Jalan d. Pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor Realisasi Capaian Tahun Indikator Target Tersedianya angkutan umum yang melayani wilayah yang telah tersedia jaringan jalan untuk jaringan jalan Kabupaten/Kota. Tersedianya angkutan umum yang melayani jaringan trayek yang menghubungkan daerah tertinggal dan terpencil dengan wilayah yang telah berkembang pada wilayah yang telah tersedia jaringan jalan Kabupaten/Kota. Tersedianya halte pada setiap Kabupaten/Kota yang telah dilayani angkutan umum dalam trayek. Tersedianya terminal angkutan penumpang pada setiap Kabupaten/Kota yang telah dilayani angkutan umum dalam trayek. Tersedianya fasilitas perlengkapan jalan (rambu, marka, dan guardrill) dan penerangan jalan umum (PJU) pada jalan Kabupaten/Kota. Tersedianya unit pengujian kendaraan bermotor bagi Kabupaten/Kota yang memiliki populasi kendaraan wajib uji minimal 4000 (empat ribu) kendaraan wajib uji. 75% % % % % % PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

123 No Jenis Pelayanan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Tahun Pencapaian 2. Angkutan Sungai dan Danau. e. Sumber Daya Manusia (SDM) Realisasi Capaian Tahun Indikator Target Tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang terminal pada Kabupaten/Kota yang telah memiliki terminal. Tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang pengujian kendaraan bermotor pada Kabupaten/Kota yang telah melakukan pengujian berkala kendaraan bermotor. Tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang MRLL, Evaluasi Andalalin, Pengelolaan Parkir pada Kabupaten/Kota. Tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kompetensi sebagai pengawas kelaikan kendaraan pada setiap perusahaan angkutan umum f. Keselamatan Terpenuhinya standar keselamatan bagi angkutan umum yang melayani trayek di dalam Kabupaten/Kota. a. Jaringan Pelayanan Angkutan Sungai dan Danau b. Jaringan Prasarana Angkutan Sungai dan Danau Tersedianya kapal sungai dan danau untuk melayani jaringan trayek dalam Kabupaten/Kota pada wilayah yang tersedia alur sungai dan danau yang dapat dilayari. Tersedianya kapal sungai dan danau yang melayani trayek dalam Kabupaten/Kota yang menghubungkan daerah tertinggal dan terpencil dengan wilayah yang telah berkembang pada wilayah yang tersedia alur sungai dan danau yang dapat dilayari. Tersedianya pelabuhan sungai dan danau untuk melayani kapal sungai dan danau yang beroperasi pada trayekdalam Kabupaten/Kota pada wilayah yang telah dilayari angkutan sungai dan danau. c. Keselamatan Terpenuhinya standar keselamatan bagi kapal sungai dan danau yang beroperasi pada lintas antar pelabuhan dalam satu Kabupaten/Kota. d. Sumber Daya Manusia (SDM) Tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang mempunyai kompetensisebagai awak kapal angkutan sungai dan danauuntuk daerah yang telah melayani angkutan sungai dan danau. 50% % % % % % % % % %

124 No Jenis Pelayanan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Tahun Pencapaian 3. Angkutan Penyeberangan a. Jaringan Pelayanan Angkutan Penyeberangan b. Jaringan Prasarana Angkutan Penyeberangan Realisasi Capaian Tahun Indikator Target Tersedianya kapal penyeberangan yang beroperasi pada lintas dalam Kabupaten/Kota pada wilayah yang telah ditetapkan lintas penyeberangan dalam Kabupaten/Kota. Tersedianya kapal penyeberangan yang beroperasi pada lintas dalam Kabupaten/Kota untuk menghubungkan daerah tertinggal dan terpencil dengan wilayah yang telah berkembang pada wilayah yang telah ditetapkan lintas penyeberangan dalam kabupaten/kota. Tersedianya pelabuhan penyeberangan pada Kabupaten/ Kota yang memiliki pelayanan angkutan penyeberangan yang beroperasi pada lintas penyeberangan dalam Kabupaten/ Kota pada wilayah yang memiliki alur pelayaran. c. Keselamatan Terpenuhinya standar keselamatan kapal penyeberangan dengan ukuran di bawah 7 GT dan kapal penyeberangan yang beroperasi pada lintas penyeberangan dalam Kabupaten/Kota. d. Sumber Daya Manusia (SDM) 4. Angkutan Laut a. Jaringan Pelayanan Angkutan Laut Tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang mempunyai kompetensi sebagai awak kapal penyeberangan dengan ukuran di bawah 7 GT atau yang beroperasi di lintas penyeberangan dalam Kabupaten/Kota Tersedianya kapal laut yang beroperasi pada lintas dalam Kabupaten/Kota pada wilayah yang memiliki alur pelayaran dan tidak ada alternatif angkutan jalan. Tersedianya kapal laut yang beroperasi pada lintas atau trayek dalam Kabupaten/Kota untuk menghubungkan daerah tertinggal dan terpencil dengan wilayah yang telah berkembang pada wilayah yang memiliki alur pelayaran dan tidak ada alternatif angkutan jalan. 60% % % % % % % PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

125 No Jenis Pelayanan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Tahun Pencapaian b. Jaringan Prasarana Angkutan Laut Realisasi Capaian Tahun Indikator Target Tersedianya dermaga pada setiap ibukota Kecamatan dalam Kabupaten/Kota untuk melayani kapal laut yang beroperasi pada trayek dalam Kabupaten/Kota pada wilayah yang memiliki alur pelayaran dan tidak ada alternatif angkutan jalan. c. Keselamatan Terpenuhinya standar keselamatankapaldengan ukuran di bawah 7 GT yang beroperasi pada lintas dalam Kabupaten/ Kota. d. Sumber Daya Manusia (SDM) Tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang mempunyai kompetensi sebagai awak kapal angkutan laut dengan ukuran di bawah 7 GT 60% % % 2014 No Jenis Pelayanan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Tahun Pencapaian VI. SPM Bidang Lingkungan Hidup 1. Pelayanan Pencegahan Pencemaran Air Prosentase jumlah usaha dan/atau kegiatan yang mentaati persyaratan administrasi dan teknis pencegahan pencemaran air. 2. Pelayanan Pencegahan Pencemaran Udara dari Sumber Tidak Bergerak 3. Pelayanan Informasi Status Kerusakan Lahan dan/atau Tanah Untuk Produksi Biomassa 4. Pelayanan Tindak Lanjut Pengaduan Masyarakat Akibat Adanya Dugaan Pencemaran dan/atau Perusakan Lingkungan Hidup Realisasi Capaian Tahun Indikator Target Prosentase jumlah usaha dan/atau kegiatan sumber tidak bergerak yang memenuhi persyaratan administratif dan teknis pencegahan pencemaran udara. Prosentase luasan lahan dan/atau tanah untuk produksi biomassa yang telah ditetapkan dan diinformasikan status kerusakannya. Prosentase jumlah pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang ditindaklanjuti. 100% % % %

126 No Jenis Pelayanan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Tahun Pencapaian Realisasi Capaian Tahun Indikator Target VII. SPM Bidang Layanan Terpadu Bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan 1. Penanganan pengaduan/laporan korban kekerasan terhadap perempuan dan anak 2. Pelayanan kesehatan bagi perempuan dan anak korban kekerasan 3. Rehabilitasi sosial bagi perempuan dan anak korban kekerasan 4. Penegakan dan bantuan hukum bagi perempuan dan anak korban kekerasan. 5. Pemulangan dan reintegrasi sosial bagi perempuan dan anak korban kekerasan Cakupan perempuan dan anak korban kekerasan yang mendapatkan penanganan pengaduan oleh petugas terlatih di dalam unit pelayanan terpadu. Cakupan perempuan dan anak korban kekerasan yang mendapatkan layanan kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih di Puskesmas mampu tatalaksana KtP/A dan PPT/ PKT di Rumah Sakit. Cakupan layanan rehabilitasi sosial yang diberikan oleh petugas rehabilitasi sosial terlatih bagi perempuan dan anak korban kekerasan di dalam unit pelayanan terpadu. Cakupan layanan bimbingan rohani yang diberikan oleh petugas bimbingan rohani terlatih bagi perempuan dan anak korban kekerasan di dalam unit pelayanan terpadu. Cakupan penegakan hukum dari tingkat penyidikan sampai dengan putusan pengadilan atas kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak. Cakupan perempuan dan anak korban kekerasan yang mendapatkan layanan bantuan hukum. Cakupan layanan pemulangan bagi perempuan dan anak korban kekerasan. Cakupan layanan reintegrasi sosial bagi perempuan dan anak korban kekerasan 100% % % % % % % % PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

127 No Jenis Pelayanan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Tahun Pencapaian VIII. SPM Bidang Sosial Daerah 1. Pelaksanaan program/kegiatan bidang sosial 2. Penyediaan sarana dan prasarana sosial 3. Penanggulangan korban bencana a. Pemberian bantuan sosial bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial skala Kabupaten/ Kota b. Pelaksanaan kegiatan pemberdayaan sosial skala Kabupaten/ Kota a. Penyediaan sarana dan prasarana sosial skala kab/kota. b. Penyediaan sarana prasarana pelayanan luar panti skala kabupaten/kota. a. Bantuan sosial bagi korban bencana skala kab/kota. b. Evakuasi korban bencana skala kab/ kota. 4. Pelaksanaan dan pengembangan jaminan sosial bagi penyandang cacat fi sik dan mental, serta lanjut usia tidak potensial - Penyelenggara jaminan sosial skala kabupaten/kota Realisasi Capaian Tahun Indikator Target Persentase (%) PMKS skala kab/kota yang memperoleh bantuan sosial untuk pemenuhan kebutuhan dasar. Persentase (%) PMKS skala kab/kota yang menerima program pemberdayaan sosial melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) atau kelompok sosial ekonomi sejenis lainnya. Persentase (%) panti sosial skala kabupaten/kota yang menyediakan sarana prasarana pelayanan kesejahteraan sosial. Persentase (%) wahana kesejahteraan sosial berbasis masyarakat (WKBSM) yang menyediakan sarana prasarana pelayanan kesejahteraan sosial. Persentase (%) korban bencana skala kab/kota yang menerima bantuan sosial selama masa tanggap darurat. Persentase (%) korban bencana skala kab/kota yang dievakuasi dengan menggunakan sarana prasarana tanggap darurat lengkap. Persentase (%) penyandang cacat fi sik dan mental serta lanjut usia tidak potensial yang telah menerima jaminan sosial. 80% % % % % % %

128 No Jenis Pelayanan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Tahun Pencapaian IX SPM Bidang Pemerintahan Dalam Negeri 1. Pelayanan Dokumen Kependudukan 2. Pemeliharaan Ketentraman dan Ketertiban Masyakat 3. Penanggulangan Bencana Kebakaran a. Cakupan penerbitan Kartu Tanda Penduduk (KTP). b. Cakupan penerbitan akta kelahiran. a. Cakupan petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas) di Kabupaten/ Kota. b. Tingkat penyelesaian K3 (ketertiban, ketentraman, keindahan) di Kabupaten/ Kota a. cakupan pelayanan bencana kebakaran kabupaten/ kota b. Tingkat waktu tanggap (response rate time) daerah layanan Wilayah Manajemen Kebakaran Realisasi Capaian Tahun Indikator Target Persentase (%) penduduk yang memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) dengan NIK. Persentase (%) penduduk lahir yang memperoleh akta kelahiran pada tahun yang bersangkutan. Rasio jumlah petugas perlindungan masyarakat (Linmas) di setiap Kabupaten/ Kota Daerah Pemekaran Baru terhadap wilayah kerja Persenase tingkat penyelesaian pelanggaran K3 (ketertiban, ketentraman, keindahan) di Kabupaten/ Kota Persentase luas wilayah yang terproteksi dari bencana kebakaran Rasio antara kejadian kebakaran yang tertangani dalam waktu tidak lebih dari 15 (lima belas) menit dengan jumlah kejadian kebakaran di WMK 100% % % % % % PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

129 No Jenis Pelayanan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Tahun Pencapaian X. Bidang Kesenian 1. Perlindungan, Pengembangan, dan Pemanfaatan Bidang Kesenian 2. Sarana dan Prasarana a. Cakupan Kajian Seni b. Cakupan Fasilitas Seni c. Cakupan Gelar Seni d. Misi Kesenian a. Cakupan Sumber Daya Manusia Kesenian b. Cakupan Tempat c. Cakupan Organisasi Realisasi Capaian Tahun Indikator Target Dalam melaksanakan kegiatan di bidang kajian seni, pemerintah kabupaten/kota sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun berkewajiban untuk menyelenggarakan 7 (tujuh) atau 8 (delapan) kegiatan dari 15 (lima belas) kajian seni di wilayah kerjanya s ampai tahun Pemerintah kabupaten/kota berkewajiban menyelenggarakan seluruh fasilitas sesuai dengan kemampuan yang tersedia untuk kegiatankegiatan kesenian yang diselenggarakan masyarakat, minimal 1 (satu) atau 2 (dua) kegiatan fasilitas seni sampai tahun Pemerintah kabupaten/kota berkewajiban menyelenggarakan minimal 3 (tiga) dari 4 (empat) kegiatan gelar seni sampai tahun Pemerintah kabupaten/ kota wajib mengadakan misi kesenian antardaerah sekurang-kurangnya satu kali dalam setahun dalam rangka pertukaran budaya, diplomasi, dan promosi kesenian di daerahnya ke luar daerah. Pemerintah kabupaten/kota berkewajiban menumbuhkan partisipasi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan SDM dalam perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan kesenian, minimal 2 (dua) dari 8 (delapan) kualifi kasi SDM sampai tahun 2014, yaitu: 1. Seniman/ budayawan; dan 2. pamong budaya Pemerintah kabupaten/kota berkewajiban menyediakan minimal: 1. Tempat untuk menggelar seni pertunjukan dan untuk pameran 2. Tempat memasarkan karya seni untuk mengembangkan industri budaya. Pemerintah kabupaten/kota minimal melaksanakan 1 (satu) dari 3 (tiga) cakupan organisasi sampai tahun % % % % % % %

130 No Jenis Pelayanan XI. Bidang Ketahanan Pangan 1. Ketersediaan dan Cadangan Pangan 2. Distribusi dan akses pangan a. Ketersediaan energi dan protein per kapita b. Penguatan Cadangan pangan a. Ketersediaan informasi pasokan, harga dan akses pangan di daerah b. Stabilitas harga dan pasokan pangan 3. Penganekaragaman dan Keamanan Pangan a. Pencapaian skor Pola Pangan Harapan (PPH) b. Pengawasan dan Pembinaan keamanan pangan 4. Penanganan Kerawanan Pangan a. Penanganan daerah rawan pangan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Tahun Pencapaian Realisasi Capaian Tahun Indikator Target Penyediaan pangan terdiri dari komponen produksi, perubahan stok, impor dan ekspor. 90% 2015 Tersedianya cadangan pemerintah di tingkat kabupaten/kota minimal sebesar 100 ton ekuivalen beras. kumpulan data harga pangan, pasokan pangan, dan akses pangan yang dipantau dan dikumpulkan oleh kabupaten/kota untuk dapat digunakan sebagai bahan pembuatan analisis perumusan kebijakan yang terkait dengan masalah distribusi pangan yang disajikan dalam periode mingguan/ bulanan/kuartal/tahunan a. Harga dinyatakan stabil jika gejolak harga pangan di suatu wilayah kurang dari 25 % dari kondisi normal b. Pasokan pangan dinyatakan stabil jika penurunan pasokan pangan di suatu wilayah berkisar antara 5 % - 40 % Persentase dari perbandingan antara energi dari masing-masing komoditas pangan dengan angka kecukupan gizi 60% % % % 2015 Persentase perbandingna antara jumlah sampel pangan yang aman dikonsumsi di pedagang pengumpul di satu tempat sesuai standar yang berlaku dalam kurun waktu tertentu dengan jumlah total sampel pangan yang diambil di pedagang di suatu wilayah menurut ukuran yang telah ditetapkan dalam kurun waktu tertentu membandingkan jumlah penduduk miskin yang mengkonsumsi pangan berdasarkan 3 kriteria prosentase angka kecukupan gizi (AKG) sebesar Kalori yaitu: a. Penduduk sangat rawan < 70% AKG b. Penduduk pangan resiko sedang< 70% - 89,9% AKG c. Penduduk tahan pangan > 89,9% AKG 80% % PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

131 No Jenis Pelayanan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Tahun Pencapaian XII. Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera 1. Pelayanan Komunikasi Informasi dan Edukasi Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera (KIE KB dan KS) a. Cakupan Pasangan Usia Subur (PUS) yang istrinya di bawah usia 20 tahun. b. Cakupan sasaran Pasangan Usia Subur menjadi Peserta KB aktif. c. Cakupan PUS yang ingin ber- KB tidak terpenuhi (unmet need). d. Cakupan anggota Bina Keluarga Balita (BKB) ber- KB. e. Cakupan PUS peserta KB anggota Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) yang ber- KB mandiri. f. Ratio Penyuluh KB/ Petugas Lapangan KB 1 PKB/ PLKB untuk setiap 2 desa/ kelurahan g. Ratio petugas Pembantu Pembina KB Desa (PPKBD) setiap desa/ kelurahan 1 PPKBD Realisasi Capaian Tahun Indikator Target Persentase proporsi PUS yang isterinya di bawah usia 20 tahun dibandingkan dengan seluruh PUS yang ada dalam suatu wilayah Jumlah peserta KB aktif (PA) dibandingkan dengan seluruh PUS dalam suatu di wilayah pada kurun waktu tertentu Persentase Pasangan Usia Subur yang ingin anak ditunda dan tidak ingin anak lagi, ingin ber KB tetapi belum terlayani yang besar kemungkinan akan terjadi kehamilan yang tidak diinginkan Persentase perbandingan antara anggota BKB yang ber-kb dengan seluruh PUS anggota BKB di suatu kabupaten/ kota Persentase perbandingan antara anggota UPPKS ber-kb mandiri dengan seluruh anggota UPPKS peserta KB Perbandingan antara jumlah desa/ kelurahan dengan memperhatikan aspek demografi (jumlah kepala keluarga), wilayah (jumlah desa/ kelurahan), dan aspek geografi (luas wilayah dan daerah kepulauan) dengan jumlah PLKB/ PKB. Perbandingan jumlah desa/kelurahan dengan jumlah PPKBD dengan memperhatikan aspek demografi (jumlah kepala keluarga), wilayah (jumlah desa/ kelurahan), dan aspek geografi (luas wilayah dan daerah kepulauan) 2. Penyediaan alat dan obat kontrasepsi Cakupan penyediaan alat dan obat kontrasepsi untuk memenuhi permintaan masyarakat sebesar 30% setiap tahun. 3. Penyediaan Informasi Data Mikro di setiap desa Cakupan penyediaan informasi data mikro keluarga di setiap Desa/Kelurahan 100% setiap tahun. 3,5% % % % % 2014 Setiap 2 (dua) Desa/ Kelurahan terdapat 1 (satu) PLKB/ PKB. Setiap Desa/ Kelurahan ada 1 (satu) PPKBD % %

132 No Jenis Pelayanan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Tahun Pencapaian XIII. Bidang Ketenagakerjaan 1. Pelayanan Pelatihan Kerja 2. Pelayanan Penempatan Tenaga Kerja 3. Pelayanan Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial 4. Pelayanan Kepesertaan Jamsostek 5. Pelayanan Pengawasan Ketenagakerjaan a. Besaran tenaga kerja yang mendapat pelatihan berbasis kompetensi. b. Besaran tenaga kerja yang mendapat pelatihan berbasis masyarakat. c. Besaran tenaga kerja yang mendapat pelatihan kewirausahaan Besaran pencari kerja yang terdaftar yang ditempatkan. Besaran kasus yang diselesaikan dengan perjanjian bersama. Besaran pekerja/ buruh yang menjadi peserta program Jamsostek. a. Besaran Pemeriksaan Perusahaan. b. Besaran pengujian peralatan di Perusahaan. Realisasi Capaian Tahun.. Indikator Target Persentasi jumlah tenaga kerja yang dilatih dalam waktu satu sampai lima tahun secara kumulatif dibandingkan dengan jumlah orang yang mendaftar pelatihan berbasis kompetensi. Persentasi jumlah tenaga kerja yang dilatih dalam waktu satu sampai lima tahun secara kumulatif dibandingkan dengan jumlah orang yang mendaftar pelatihan berbasis masyarakat. Persentasi jumlah tenaga kerja yang dilatih dalam waktu satu sampai lima tahun secara kumulatif dibandingkan dengan jumlah orang yang mendaftar pelatihan kewirausahaan. Persentasi jumlah pencari kerja yang mendaftarkan dan tercatat pada dinas kabupaten/kota yang menangani bidang ketenagakerjaan dan jumlah pencari kerja yang diterima bekerja oleh pemberi kerja dalam hal ini perusahaan yang mendaftarkan lowongan pekerjaannya pada dinas kabupaten/kota. Jumlah kasus perselisihan hubungan industrial yang diselesaikan oleh Mediator Hubungan Industrial yang berkedudukan di instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota yang penyelesaiannya sampai pada tingkat perjanjian bersama (PB). Jumlah pekerja/buruh di perusahaan yang menjadi peserta JAMSOSTEK. Persentase jumlah perusahaan yang terdaftar pada dinas provinsi dan kabupaten/kota yang menangani bidang ketenagakerjaan dan jumlah perusahaan yang telah dilakukan pemeriksaan. Persentase jumlah peralatan yang terdaftar pada dinas provinsi dan kabupaten/kota dan jumlah peralatan yang telah dilakukan pengujian. 75% % % % % % % % PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

133 No Jenis Pelayanan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Tahun Pencapaian XIV. Bidang Penanaman Modal 1. Kebijakan Penanaman Modal Tersedianya informasi peluang usaha sektor/ bidang usaha unggulan 2. Kerjasama Penanaman Modal Terselenggaranya fasilitasi pemerintahdaerah dalam rangka kerjasama kemitraan: 1. antara Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKM) tingkat provinsi dan pengusaha nasional/ asing 3. Promosi Penanaman Modal a. Terselenggaranya promosi peluang penanaman modal provinsi b. Terselenggaranya promosi peluang penanaman modal kabupaten/ kota Realisasi Capaian Tahun.. Indikator Target antara Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK) tingkat kabupaten/ kota dengan pengusaha tingkat provinsi/ nasional Terselenggaranya promosi peluang penanaman modal provinsi mencakup antara lain kegiatan penyelenggaraan pameran, market sounding, investment forum, seminar investasi, dan penyebarluasan brosur penanaman modal. Terselenggaranya promosi peluang penanaman modal kabupaten/ kota mencakup antara lain kegiatan penyelenggaraan pameran, market sounding, investment forum, seminar investasi, dan penyebarluasan brosur penanaman modal. 1 (satu) sektor/ bidang usaha per tahun 1 (satu) kali per tahun 1 (satu) kali per tahun 1 (satu) kali per tahun 1 (satu) kali per tahun

134 No Jenis Pelayanan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Tahun Pencapaian 4. Pelayanan Penanaman Modal 5. Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Terselenggaranya pelayanan perizinan dan non-perizinan bidang penanaman modal melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di bidang Penanaman Modal: a. Pendaftaran Penanaman Modal Dalam Negeri, Izin Prinsip Penanaman Modal Dalam Negeri, Izin Usaha Penanaman Modal Dalam Negeri, Perpanjangan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA), Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) yang bekerja lebih dari 1 (satu) kabupaten/ kota, sesuai kewenangan pemerintah provinsi. b. Pendaftaran Penanaman Modal Dalam Negeri, Izin Usaha Penanaman Modal Dalam Negeri, Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) yang bekerja lebih dari 1 (satu) kabupaten/ kota, sesuai kewenangan pemerintah kabupaten/ kota. a. Pengendalian dan Pelaksanaan Penanaman Modal oleh PDPPM. b. Pengendalian dan Pelaksanaan Penanaman Modal oleh PDKPM. Realisasi Capaian Tahun.. Indikator Target Prosentase terselenggaranya pelayanan perizinan dan non-perizinan bidang penanaman modal melalui PTSP PDPPM Prosentase terselenggaranya pelayanan perizinan dan non-perizinan bidang penanaman modal melalui PTSP PDKPM. Terselenggaranya bimbingan pelaksanaan Kegiatan Penanaman Modal kepada masyarakat dunia usaha. Terselenggaranya bimbingan pelaksanaan Kegiatan Penanaman Modal kepada masyarakat dunia usaha. 100% % (satu) kali per tahun 1 (satu) kali per tahun PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

135 No Jenis Pelayanan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Tahun Pencapaian 6. Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Penanaman Modal Terimplementasikan-nya sistem pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE). 7. Penyebarluasan, Pendidikan, dan Pelatihan Penanaman Modal. Realisasi Capaian Tahun.. Indikator Target Persentase jumlah jenis pelayanan yang dilayani menggunakan SPIPISE. Terselenggaranya sosialisasi kebijakan penanaman modal kepada masyarakat dunia usaha. 100% (satu) kali per tahun 2014 No Jenis Pelayanan XV. Bidang Komunikasi dan Informatika Standar Pelayanan Minimal (SPM) Tahun Pencapaian 1. Pelaksanaan Diseminasi Informasi Nasional Pelaksanaan diseminasi dan pendistribusian informasi nasional melalui: a. media massa seperti majalah, radio, dan televisi 2. Pengembangan dan pemberdayaan Kelompok Informasi Masyarakat Cakupan pengembangan dan pemberdayaan Kelompok Informasi Masyarakat di Tingkat Kecamatan Realisasi Capaian Tahun.. Indikator Target kali per tahun 2014 b. media baru seperti website (media online) Setiap hari 2014 c. media tradisional seperti pertunjukan rakyat 12 kali per tahun d. media interpersonal seperti sarasehan, ceramah/ diskusi, dan lokakarya e. media luar ruang seperti media buletin, leaflet, booklet, brosur, spanduk, dan baliho Persentase KIM yang dikembangkan dan diberdayakan oleh Pemda Kab/Kota di tingkat kecamatan 12 kali per tahun 12 kali per tahun %

136 134 PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

137

138 Kementerian Dalam Negeri Direktorat Jenderal Otonomi Daerah Jl. Medan Merdeka Utara No. 7 Jakarta Pusat T F Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH Good Governance/Decentralisation Program Menara BCA, 46th Floor Jl. MH.Thamrin No.1 Jakarta Indonesia T /122/123 F I.

PANDUAN PENGINTEGRASIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

PANDUAN PENGINTEGRASIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PANDUAN PENGINTEGRASIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN I. PENDAHULUAN Latar Belakang Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah di Indonesia yang dilaksanakan sejak

Lebih terperinci

PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH

PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH Pengarah: Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri, Sekretaris Direktorat Jenderal Otonomi Daerah Kementerian

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, 1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Pasal 18 Ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Mengingat : 1. Pasal 18 Ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; SALINAN Menimbang PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN DAN PENETAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 27 ayat

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENETAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENETAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENETAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENETAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK

Lebih terperinci

PENGINTEGRASIAN SPM DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN KABUPATEN/KOTA

PENGINTEGRASIAN SPM DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN KABUPATEN/KOTA SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 79 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 79 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 79 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA I-0 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR LAMPIRAN NOMOR : 40 TAHUN 2012 LAMPIRAN TANGGAL : 30 MEI 2012

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR LAMPIRAN NOMOR : 40 TAHUN 2012 LAMPIRAN TANGGAL : 30 MEI 2012 1 LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR LAMPIRAN NOMOR : 40 TAHUN 2012 LAMPIRAN TANGGAL : 30 MEI 2012 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA, MEKANISME DAN TAHAPAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA, MEKANISME DAN TAHAPAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA, MEKANISME DAN TAHAPAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. b. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI MALUKU TENGGARA

BUPATI MALUKU TENGGARA SALINAN N BUPATI MALUKU TENGGARA PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA NOMOR 3.a TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PERENCANAAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALUKU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan Pembangunan Daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan didalamnya, guna pemanfaatan

Lebih terperinci

JADWAL TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG

JADWAL TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG LAMPIRAN II PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR : 20 TAHUN 2011 TANGGAL : 21 Juli 2011 JADWAL TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG A. JADWAL BULANAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH 1. Bulan Januari

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR : 39 TANGGAL : 14 Mei 2013 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah Daerah Provinsi

Lebih terperinci

MODUL 2 PERCEPATAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

MODUL 2 PERCEPATAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL MODUL 2 PERCEPATAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MODUL 2 PERCEPATAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL MODUL 2 Percepatan

Lebih terperinci

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 14 TAHUN 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2015

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 14 TAHUN 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2015 WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2015 TIM PENYUSUN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2014

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2014

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2014 1 LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu PERATURAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2009 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR: 3 TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2009 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR: 3 TAHUN 2009 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2009 NOMOR 3 [ PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR: 3 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN DENGAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 90 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 90 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 90 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 90 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA AKSI PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANDUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2016

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA MATARAM 2016 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2016 idoel Tim Penyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah private (RKPD) 1/1/2016 Kota Mataram WALIKOTA MATARAM PROVINSI

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 94 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2009-2013

Lebih terperinci

Rencana Kerja Unit Kerja Biro Pemerintahan Setda Provinsi Banten tahun 2016 PENDAHULUAN. Pendahuluan 1.1

Rencana Kerja Unit Kerja Biro Pemerintahan Setda Provinsi Banten tahun 2016 PENDAHULUAN. Pendahuluan 1.1 Rencana Kerja Unit Kerja Biro Pemerintahan Setda Provinsi Banten tahun 2016 BAB 1 Pendahuluan 1.1 BAB 1 1.1. LATAR BELAKANG Rencana Kerja Pembangunan Daerah yang selanjutnya disebut RKPD, merupakan penjabaran

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2, 2012 KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Urusan Pemerintah. Pelimpahan dan Penugasan. Tahun Anggaran 2012. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN

Lebih terperinci

Pemerintah Kota Bengkulu BAB 1 PENDAHULUAN

Pemerintah Kota Bengkulu BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan nasional adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan sumber daya yang

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR : 32 Tahun 2014 TANGGAL : 23 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Teks tidak dalam format asli. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 19, 2008 PEMERINTAHAN. PEMERINTAH DAERAH. Penyelenggaraan. Evaluasi. (Penjelasan dalam

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pada pasal 260 menyebutkan bahwa Daerah sesuai dengan kewenangannya menyusun rencana pembangunan Daerah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 25 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARO TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 29 2013 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN UMUM TAHUNAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL KOTA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

-1- PETUNJUK TEKNIS PERENCANAAN PEMBIAYAAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KETAHANAN PANGAN PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA I.

-1- PETUNJUK TEKNIS PERENCANAAN PEMBIAYAAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KETAHANAN PANGAN PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA I. -1- LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 65/Permentan/OT.140/12/2010 TANGGAL : 22 Desember 2010 PETUNJUK TEKNIS PERENCANAAN PEMBIAYAAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KETAHANAN PANGAN PROVINSI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1344, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pemerintahan. Pelimpahan. Penugasan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2012 TENTANG PELIMPAHAN DAN

Lebih terperinci

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 26 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS DAN URAIAN TUGAS JABATAN PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan yang berkualitas menjadi salah satu kunci keberhasilan pembangunan yang baik dalam skala nasional maupun daerah. Undang-Undang Nomor 25 Tahun

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KABUPATEN BADUNG TAHUN

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KABUPATEN BADUNG TAHUN KABUPATEN BADUNG RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KABUPATEN BADUNG TAHUN 2010-2015 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH -1- BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

Lebih terperinci

OTDA XV HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) HARI KEMENTERIAN BUDAYA & PARIWISATA BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL

OTDA XV HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) HARI KEMENTERIAN BUDAYA & PARIWISATA BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL HARI OTDA XV HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL KEMENTERIAN BUDAYA & PARIWISATA KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN KESEHATAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan perdesaan sebagai basis utama dan bagian terbesar dalam wilayah Kabupaten Lebak, sangat membutuhkan percepatan pembangunan secara bertahap, proporsional dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH +- PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MELAWI, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN, DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI BARAT

GUBERNUR SULAWESI BARAT GUBERNUR SULAWESI BARAT RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGANGGARAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI BARAT,

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI DAN PELAPORAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA

Lebih terperinci

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SELATAN, Menimbang

Lebih terperinci

ALUR PERENCANAAN PROGRAM & PENGANGGARAN

ALUR PERENCANAAN PROGRAM & PENGANGGARAN dijabarkan dijabarkan ALUR PERENCANAAN PROGRAM & PENGANGGARAN RPJP NASIONAL RENSTRA KL RPJM NASIONAL RENJA KL diacu RKA - KL RINCIAN APBN RKP RAPBN APBN Pemerintah Pusat diacu diperhatikan Diserasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 merupakan dokumen perencanaan daerah tahun keempat RPJMD Kabupaten Tebo tahun 2011 2016, dalam rangka mendukung Menuju

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG TATA LAKSANA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG TATA LAKSANA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH 1 PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG TATA LAKSANA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA UTARA

GUBERNUR SUMATERA UTARA GUBERNUR SUMATERA UTARA PERATURAN GUBERNUR SUMATERA UTARA NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan penjabaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang memuat rancangan ekonomi daerah, kebijakan keuangan

Lebih terperinci

WALIKOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2017

WALIKOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2017 WALIKOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Renstra BPM, KB dan Ketahanan Pangan Kota Madiun I - 1

BAB I PENDAHULUAN. Renstra BPM, KB dan Ketahanan Pangan Kota Madiun I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Strategis (Renstra) Badan Pemberdayaan Masyarakat, Keluarga Berencana dan Ketahanan Pangan Kota Madiun merupakan dokumen perencanaan strategis untuk memberikan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN GARUT TAHUN

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN GARUT TAHUN RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN GARUT TAHUN 2014-2019 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN GARUT TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Strategis

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN GRESIK TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN GRESIK TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI GRESIK NOMOR : TAHUN 2014 TANGGAL : MEI 2014 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN GRESIK TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan pembangunan tahunan yang disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

Rencana Kerja SKPD Tahun 2016 Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Surabaya

Rencana Kerja SKPD Tahun 2016 Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Surabaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, sebagaimana

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 28 Maret 2012 Kepada Nomor : 070 / 1082 / SJ Yth. 1. Gubernur Sifat : Penting 2. Bupati/Walikota Lampiran : Satu berkas di Hal : Pedoman Penyusunan Program

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA Tahun 2010 Nomor: 8

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA Tahun 2010 Nomor: 8 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA Tahun 2010 Nomor: 8 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR: 8 TAHUN 2010 TENTANG PROSEDUR PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENYUSUNAN, PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNJAWABAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA NEGARA SERTA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016-2021 Kata Pengantar Alhamdulillah, puji syukur kehadirat ALLAH SWT, atas limpahan rahmat, berkat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 66 TAHUN 2010 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 66 TAHUN 2010 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 66 TAHUN 2010 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP KEMENTERIAN DALAM NEGERI TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan tahunan Pemerintah Daerah, yang merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Lebih terperinci

STRUKTUR, PENYUSUNAN DAN PENETAPAN APBD

STRUKTUR, PENYUSUNAN DAN PENETAPAN APBD STRUKTUR, PENYUSUNAN DAN PENETAPAN APBD A. Struktur APBD Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari: 1. Pendapatan Daerah ; 2. Belanja

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU TAHUN 2014

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU TAHUN 2014 BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH BUMBU, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Rencana Kerja (Renja) SKPD merupakan dokumen perencanaan dan pendanaan yang berisi program dan kegiatan SKPD sebagai penjabaran dari RKPD dan Renstra SKPD dalam satu

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 1 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BOGOR,

Lebih terperinci

DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH

DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH Jalan Kabupaten No. 1 Purwokerto 53115 Telp. 637405 Faxcimile (0281) 637405 KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang SIstem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah mengamanatkan

Lebih terperinci

BUPATI PANDEGLANG PROVINSI BANTEN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BUPATI PANDEGLANG PROVINSI BANTEN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, BUPATI PANDEGLANG PROVINSI BANTEN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN

Lebih terperinci

Pemerintah Kota Tangerang

Pemerintah Kota Tangerang RINGKASAN RENCANA KERJA BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut Renja adalah dokumen perencanaan untuk periode satu tahun,

Lebih terperinci

Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Direktorat Perencanaan Pembangunan Daerah

Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Direktorat Perencanaan Pembangunan Daerah Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Direktorat Perencanaan Pembangunan Daerah KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2014 DASAR HUKUM EVALUASI HASIL RENCANA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BAPPEDA KABUPATEN BLORA NOMOR /2033 TAHUN 2011

KEPUTUSAN KEPALA BAPPEDA KABUPATEN BLORA NOMOR /2033 TAHUN 2011 KEPUTUSAN KEPALA BAPPEDA KABUPATEN BLORA NOMOR 050.07/2033 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BLORA TAHUN 2010-2015 Bappeda

Lebih terperinci

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA DAN PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI TENGGARA

GUBERNUR SULAWESI TENGGARA -1- GUBERNUR SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOMOR : 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2013-2018 DENGAN

Lebih terperinci