Bab II Tinjauan Pustaka

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab II Tinjauan Pustaka"

Transkripsi

1 Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Membran Membran sering digunakan dalam proses industri yang membutuhkan suatu teknik pemisahan. Membran merupakan suatu lapisan tipis permeabel atau semipermeabel, yang terbuat dari bahan polimer atau zat anorganik yang dapat menahan atau melewatkan spesi-spesi tertentu. 6 Gambar II.1. Proses pemisahan membran Gambar II. 1 memperlihatkan bahwa membran dapat memisahkan larutan umpan karena membran memiliki kemampuan untuk melewatkan salah satu spesi larutan umpan lebih mudah dibandingkan spesi lainnya. Permeat merupakan spesi yang dapat melewati membran. Proses pemisahan menggunakan membran terjadi karena membran dan spesi yang dipisahkan memiliki perbedaan sifat fisika dan/atau kimia. 1 5

2 Gaya dorong yang menyebabkan terjadinya transpor massa spesi yang melalui membran dapat berupa: 1 perbedaan tekanan ( P), contohnya: mikrofiltrasi, ultrafitrasi, nanofiltrasi, osmosis terbalik perbedaan konsentrasi ( C), contohnya: dialisis, pervaporasi perbedaan potensial listrik ( E), contohnya: elektrodialisis perbedaan suhu ( T), contohnya: membran destilasi 1 Teknik pemisahan menggunakan membran memiliki beberapa kelebihan, di antaranya: proses pemisahan berlangsung secara kontinu/berlanjut, konsumsi energi yang rendah, mudah untuk ditingkatkan kapasitasnya (scale up), mudah untuk digabungkan dengan proses pemisahan yang lain, sifat membran sangat bervariasi dan dapat diatur berdasarkan penggunaannya, proses pemisahan dapat berlangsung pada suhu kamar, tidak memerlukan zat aditif dalam proses pemisahan. 6

3 II.2 Klasifikasi membran Membran dapat dikelompokkan seperti yang ditunjukkan oleh gambar II. 2. Gambar II.2. Skema klasifikasi membran 1 Pengelompokan membran yang pertama didasarkan pada sifat fisika dan kimia material membran yaitu muatan listrik dan hidrofilisitas. Berdasarkan muatan listrik, membran dibagi menjadi membran bermuatan dan membran tidak bermuatan. Berdasarkan sifat hidrofilisitasnya, membran dipisahkan menjadi membran hidrofil dan membran hidrofob. 7

4 Pengelompokan membran yang kedua didasarkan pada aspek morfologi atau struktur membran. Struktur membran menentukan mekanisme pemisahan dan aplikasinya. Berdasarkan aspek morfologi, membran dibagi menjadi membran simetri dan asimetri. Ketebalan membran simetri (berpori dan rapat) yaitu 10 hingga 200 µm. Pengurangan ketebalan membran dapat menyebabkan meningkatnya laju permeasi. Membran asimetri banyak dikembangkan dalam industri. Membran asimetri dikelompokkan menjadi membran berpori, berpori dengan lapisan atas, dan komposit. Membran berpori dengan lapisan atas dan membran komposit terdiri dari lapisan atas yang rapat atau terdiri dari lapisan tipis dengan ketebalan 0,1 hingga 0,5 µm yang terletak di atas lapisan berpori dengan ketebalan 50 hingga 150 µm. Membran jenis ini memiliki selektifitas dan kecepatan permeasi yang tinggi. 1 Pengelompokan membran yang ketiga didasarkan atas material membran, yaitu alami dan sintetis. Kedua membran jenis ini sangat berbeda dari segi struktur dan fungsinya. Membran sintetis dapat dibagi menjadi membran organik (polimer dan membran cair) dan membran anorganik (logam dan keramik). Membran yang dibuat dalam penelitian ini yaitu membran keramik. Membran keramik dapat diaplikasikan sebagai membran katalis atau pendukung membran katalis. Membran keramik secara umum memiliki stabilitas kimia dan termal yang lebih baik dibandingkan membran polimer. II.3 Membran keramik Material keramik bersifat kristalin dan terbentuk dari kombinasi unsur logam (aluminium, titanium, zirkonium) dan unsur non logam dalam bentuk oksida, nitrida atau karbida. Contoh material keramik antara lain: material yang mengandung aluminium dan oksigen (Al 2 O 3, alumina), material yang terbentuk dari silikon dan nitrogen (Si 3 N 4, silikon nitrida), serta material yang terdiri dari silikon dan karbon (SiC, silikon karbida). 8

5 Kelebihan membran keramik antara lain memiliki stabilitas kimia, mekanik dan termal yang baik, memiliki fluks yang tinggi, waktu pemakaian yang lama, tahan terhadap bakteri, dapat disimpan dalam keadaan kering setelah dibersihkan. Membran keramik banyak digunakan dalam industri kimia, logam, tekstil, kertas, makanan dan pengolahan limbah. Berbagai penelitian juga banyak mempublikasikan mengenai pembuatan membran keramik dan aplikasinya, diantaranya: So membuat membran komposit silikaalumina untuk pemisahan hidrogen. 7 Tsuru mengembangkan pembuatan membran silika-zirkonia yang digunakan sebagai membran nanofiltrasi larutan yang tidak mengandung air. 8 Asaeda membuat membran komposit silika-zirkonia untuk mempelajari kestabilan membran anorganik terhadap air dan pervaporasi air dalam pelarut organik. 9 Potdar telah mensintesis membran komposit zeolit untuk pemisahan surfaktan. 10 II.4 Pembuatan membran Teknik pembuatan membran sintetik yang digunakan bergantung pada jenis material dasar yang digunakan sebagai membran dan jenis struktur membran yang diinginkan. Metoda pembuatan membran sintetik yang biasa digunakan adalah: sintering, stretching, track etching, template leaching dan invesi fasa. Tahap pengolahan membran keramik yaitu pencetakan serbuk keramik menjadi bentuk padat (green compact) dan sintering. Membran keramik biasanya dibuat dengan metoda sintering atau sol-gel. 1 Teknik sintering dilakukan dengan cara memberi tekanan pada material serbuk membran dengan ukuran tertentu, sehingga membentuk suatu massa yang padat (green compact) dan kemudian dipanaskan pada suhu tinggi. Saat dipanaskan pada suhu sintering, bidang antarmuka partikel yang berdekatan akan menghilang dan menghasilkan struktur yang berpori. 1 Ukuran pori membran yang dihasilkan 9

6 bergantung pada ukuran dan distribusi partikel. Ukuran pori yang diperoleh jika menggunakan teknik sintering yaitu 0,1 µm. Metoda ini digunakan untuk menghasilkan membran dari logam, keramik, karbon dan gelas. Falamaki membuat membran keramik alumina dan ZrSiO 4 menggunakan metoda sintering. Green compact alumina dan ZrSiO 4 yang dihasilkan di-sintering di atas suhu 1000 o C. 11 II.5 ZrSiO 4 ZrSiO 4 merupakan mineral silikat yang memiliki rumus ZrSiO 4 dan berat molekul 183,28. ZrSiO 4 memiliki struktur kristal tetragonal. 12 ZrSiO 4 memiliki stabilitas kimia yang sangat tinggi, ketahanan termal dan sifat mekanik yang baik pada suhu tinggi. 13 Titik leleh ZrSiO 4, yaitu 2750 o C. ZrSiO 4 merupakan mineral yang terdapat dalam banyak batuan gunung berapi, batuan beku dan batuan sedimen. 14 Di Indonesia, ZrSiO 4 dihasilkan di provinsi Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat sebagai mineral ikutan emas, serta di Bangka Belitung sebagai mineral ikutan timah. 15 ZrSiO 4 dimanfaatkan sebagai bahan tahan panas dan tahan goresan, keramik, permata dan kristal. 15 Kieliba memanfaatkan ZrSiO 4 sebagai substrat keramik untuk sel solar. 16 Falamaki menggunakan ZrSiO 4 sebagai membran keramik pendukung. 11 Pin mengamati ketahanan kimia ZrSiO 4 terhadap oksida sehingga dapat digunakan untuk penyaring keramik. 17 Falamaki menggunakan ZrSiO 4 untuk membuat membran komposit ZrSiO 4 ZrO Falamaki telah mengamati penggunaan ZrSiO 4 sebagai membran pendukung lapisan silikalit zeolit untuk pertama kalinya. 19 Dalam penelitian ini ZrSiO 4 dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan membran keramik, sehingga akan dapat meningkatkan manfaat dan nilai jual mineral ZrSiO 4. 10

7 II.6 Poli(vinilalkohol)/PVA Poli(vinilalkohol) bersifat tidak berbau, tidak berasa, transparan, berbentuk serbuk berwarna putih atau kekuningan. PVA larut dalam air, sedikit larut dalam etanol, tetapi tidak larut dalam pelarut organik. PVA memiliki titik leleh o C. 20 Poli(vinilalkohol) dihasilkan melalui hidrolisis polivinil asetat dalam etanol dengan kalium hidroksida (KOH). Struktur PVA terdiri dari gabungan monomer C 2 H 4 O, seperti yang dilihat pada Gambar II. 3. Gambar II.3. Struktur PVA 22 Sifat fisik PVA seperti kekuatan, kelarutan dalam air, permeabilitas gas dan sifat termalnya bergantung pada berat molekul polimer. Semakin besar berat molekul PVA, maka viskositas, elastisitas, ketahanan terhadap air, pelarut dan kekuatan melekat akan semakin meningkat. 21,22 PVA banyak digunakan sebagai pengikat untuk pembuatan membran anorganik. Falamaki menggunakan PVA sebagai pengikat untuk pembuatan membran ZrSiO Ahmad mengamati pengaruh penggunaan PVA sebagai pengikat untuk pembuatan membran keramik alumina. 17 Li menggunakan PVA BM untuk mencegah retaknya membran pada saat dipanaskan. 18 Dalam penelitian ini, digunakan PVA dengan BM sebagai pengikat untuk pembuatan membran keramik ZrSiO 4. 11

8 II.7 TiO 2 Titanium (IV) oksida, TiO 2 diperoleh dari berbagai bijih yang mengandung ilmenite, rutile, anatase, dan leucoxane yang ditambang hampir di seluruh dunia. Titanium (IV) oksida memiliki titik leleh 1850 o C. 19 Titanium (IV) oksida bersifat inert dan stabil terhadap air, pelarut organik, asam dan basa encer. TiO 2 terdapat dalam 3 bentuk kristal yaitu rutile, anatase, dan brokite. Jika dibandingkan dengan rutile dan brokite, maka anatase menunjukkan aktivitas fotokatalis yang paling baik. 20 Dalam bidang industri, titanium (IV) oksida (TiO 2 ) banyak digunakan sebagai bahan baku pigmen cat, industri kertas, industri karet, tinta, tekstil dan bahan baku titanium. Titanium (IV) oksida juga dapat digunakan sebagai sensor gas, keramik dielektrik dan fotokatalis. 21 Titanium (IV) oksida bersifat tidak beracun sehingga digunakan dalam produk kosmetik (sunscreen, lipstik, bedak badan, sabun, pasta gigi). 22 Karena dapat berperan sebagai katalis, maka pelapisan TiO 2 pada membran pendukung akan menghasilkan suatu membran katalis dengan daya pisah yang baik. Gestel membuat membran Al 2 O 3 -TiO 2 untuk memperoleh membran nanofiltrasi pelarut organik non polar. 23 Hamid melapisi TiO 2 pada permukaan kaca Indium Tin Oxide (ITO) yang digunakan sebagai fotokatalis dan sensor. 24 Aust membuat membran nanofiltrasi ZrO 2 -TiO 2 yang digunakan untuk pemisahan gas. 25 II.8 Sintering Sintering merupakan suatu proses perlakuan panas terhadap suatu padatan serbuk pada suhu tinggi yang diawali oleh pemberian tekanan sebelum dipanaskan. Suhu sintering biasanya lebih dari setengah titik leleh material yang di-sinter. Tujuan sintering yaitu untuk mengurangi porositas padatan. 26 Saat padatan serbuk di-sinter, material tersebut mengalami perubahan kekuatan dan pengaturan elastisitas, kekerasan dan kekuatan patahan, konduktivitas listrik dan termal, permeabilitas gas dan cairan, ukuran dan bentuk partikel, distribusi ukuran dan bentuk partikel, ukuran 12

9 dan bentuk pori, distribusi ukuran dan bentuk pori, komposisi kimia dan struktur kristal. Gambar II. 4 memperlihatkan tahap perubahan partikel pada saat sintering. Selama tahap awal sintering, terjadi peleburan tanpa penyusutan padatan dan pembentukan leher (necking) yang menghasilkan cekungan. Selama tahap sintering selanjutnya terjadi pertumbuhan leher (necking), pembentukan pori dan dimungkinkan partikelpartikel akan saling mendekat sehingga terjadi penyusutan padatan. Selama tahap akhir sintering tidak terjadi pertumbuhan pori. 32 Gambar II.4. Tahap perubahan partikel pada saat sintering. 1 a. partikel awal, b. tahap awal sintering, c. tahap pertengahan sintering, d. tahap akhir sintering Sebelum di-sinter, material membran harus terlebih dahulu dicetak. Berbagai proses pencetakan material membran tersebut antara lain die pressing, slip casting, tape casting, extrusion, injection molding, isostatic pressing, dan rolling. Dalam penelitian ini, material ZrSiO 4 dicetak menggunakan cara uniaxial pressing. 13

10 Gambar II.5. Skema alat uniaxial pressing 27 Skema alat yang digunakan untuk mencetak membran ZrSiO 4 ditunjukkan pada Gambar II. 5. Metoda uniaxial pressing ini sering digunakan untuk material keramik. Material keramik dengan ukuran partikel tertentu diberi tekanan menggunakan alat ini hingga dihasilkan cetakan membran keramik yang padat (green compact). II.9 Pelapisan Ketebalan lapisan pada membran pendukung dapat bervariasi dan dapat terlapisi dengan cara yang berbeda. Pelapisan dapat dilakukan dengan berbagai metode untuk mengatur lapisan, yang bervariasi dari beberapa mikron sampai beberapa milimeter. Lapisan yang tipis dapat diperoleh dengan cara Physical Vapour Deposition (PVD), Chemical Vapour Deposition (CVD), dan Chemically Formed Processed (CFP). Untuk menghasilkan lapisan yang lebih tebal, dapat dilakukan dengan teknik High Velocity Oxy-Fuel (HVOF), Plasma dan Flame spraying yang digabung dengan Plasma Transferred Arc (PTA)

11 Lapisan titanium (IV) oksida telah dibuat dengan berbagai teknik, salah satunya dengan metoda sol gel. Lapisan TiO 2 secara umum diendapkan dengan teknik dipcoating, atau dapat juga menggunakan spin-coating. Proses sol gel biasanya lebih efisien dibandingkan metoda lain, karena dapat menghasilkan lapisan tipis dan transparan. Sun menggunakan TiO 2 bentuk rutile untuk melapisi Ti dengan cara mencelupkan Ti ke dalam suspensi TiO 2 dan dikalsinasi pada suhu 650 o C selama 2 jam. 28 Panic melapisi TiO 2 di atas RuO 2 menggunakan sol yang dihasilkan dari hidrolisis garam titanium klorida dalam larutan asam. 29 Maira juga menggunakan proses sol gel untuk melapisi TiO 2 di atas lempeng baja berpori. 30 Paez menggunakan tetra-n-butylorthotitanate dengan metoda sol gel yang dilapisi di atas substrat glass dengan teknik dip coating. 31 Chen menggunakan suspensi TiO 2 (5% berat) yang dibuat dalam wadah ultrasonik selama 1 jam sehingga menghasilkan larutan berwarna putih dan dilapisi di atas plat kaca dengan cara dip coating. 32 Dalam penelitian ini digunakan suspensi TiO 2 yang dituangkan pada membran keramik ZrSiO 4 dan dikalsinasi pada suhu 900 o C selama 2 jam. II.10 Karakterisasi membran Karakterisasi membran dilakukan untuk menentukan aplikasi pemisahan dan penggolongan membran. Membran dengan struktur yang berbeda akan memiliki fungsi yang berbeda. Karakterisasi membran diperlukan untuk memperoleh informasi mengenai ukuran pori, distribusi ukuran pori dan kristalinitas, struktur dan morfologi serta untuk mengetahui sifat pemisahan membran. Pada membran berpori terdapat dua parameter dalam karakterisasinya, yaitu parameter yang berhubungan dengan struktur dan parameter yang berhubungan dengan permeasi. Parameter yang berhubungan dengan struktur diantaranya adalah penentuan ukuran pori, distribusi ukuran pori, dan ketebalan lapisan permukaan. 15

12 Sementara itu, parameter yang berhubungan dengan permeasi adalah penentuan parameter-parameter dengan menggunakan zat terlarut untuk menentukan molecular weight cut-off ( MWCO). 1 II.10.1 Permeabilitas membran Efisiensi membran ditentukan oleh 2 parameter yaitu selektivitas dan permeabilitas. Permeabilitas merupakan kemampuan membran untuk dapat melewatkan spesi tertentu per satuan waktu per satuan luas (L/m 2 jam). Permeabilitas dipengaruhi oleh jumlah pori, ukuran pori, tekanan yang dioperasikan dan ketebalan membran. Secara kuantitatif, permeabilitas dinyatakan sebagai fluks. Fluks air, J w dihitung berdasarkan jumlah permeat yang terkumpul pada waktu t (jam) per satuan luas akibat adanya tekanan. Fluks dapat dinyatakan dengan persamaan II.1: J w V = 1 (II.1) A t dengan A merupakan luas membran efektif [m 2 V ], dan merupakan laju permeasi. t Grafik fluks terhadap tekanan diplot memberikan kemiringan yang menggambarkan permeabilitas membran tersebut. Kajian ini diulangi sebanyak 3 kali dengan menggunakan membran baru untuk mendapatkan hasil yang memiliki repeatability dan reproducibility yang baik. II.10.2 Selektivitas membran Selektivitas membran biasanya dinyatakan dengan retensi (R), faktor pemisahan atau faktor selektivitas (α). Faktor pemisahan sering digunakan untuk campuran gas dan 16

13 larutan organik. Untuk larutan yang terdiri dari pelarut dan zat terlarut, selektivitas sering dinyatakan dengan retensi atau rejeksi zat terlarut. Zat terlarut berpermeasi sebagian atau seluruhnya akan tertahan pada membran sedangkan molekul pelarut berpermeasi melewati membran dengan lebih mudah. Rejeksi dinyatakan dengan: c f c p c p R = 100 % = 1 100% (II.2) c f c f Dengan c f merupakan konsentrasi zat terlarut dalam umpan, c p merupakan konsentrasi zat terlarut dalam permeat. Nilai R terletak antara 0% (zat terlarut dan pelarut dapat melewati membran) hingga 100% (zat terlarut tertahan oleh membran). 1 II.10.3 Scanning electron microscopy (SEM) Metoda klasik untuk mengkarakterisasi permukaan suatu material padat yaitu mikroskop optik. Resolusi mikroskop optik terbatas pada efek difraksi pada panjang gelombang cahaya. Namun, pada saat ini, informasi mengenai morfologi permukaan suatu material dengan resolusi yang tinggi dapat diperoleh dengan 3 cara, yaitu Scanning Electron Microscopy (SEM), Scanning Tunneling Microscopy (STM), dan Atomic Force Microscopy (AFM). Scanning Electron Microscopy merupakan teknik sederhana yang dapat digunakan untuk karakterisasi morfologi permukaan dan penampang melintang membran. Porositas dan distribusi pori suatu membran secara kualitatif diperoleh dengan menganalisis foto SEM. 1 Scanning menggunakan SEM dilakukan dengan 2 pasang kumparan yang terletak dalam lensa objektif, satu pasang membelokkan gelombang pada arah sumbu x terhadap sampel, dan satu pasang yang lain membelokkan ke arah sumbu y. 17

14 Pembesaran (M) yang diperoleh pada gambar SEM yaitu W M = (II.3) w Dengan W merupakan lebar tabung sinar katoda dan w merupakan lebar garis pindai (scan) yang melewati sampel. Karena nilai W konstan, maka perbesaran meningkat dengan menurunnya nilai w. Hal tersebut menunjukkan gelombang elektron yang dipusatkan pada titik kecil dapat menghasilkan perbesaran tertentu. Batasan perbesaran yang diperoleh yaitu 10 kali hingga kali. 33 SEM menghasilkan gelombang elektron dalam kolom elektron di dalam wadah sampel. Elektron tersebut dihasilkan dengan sumber emisi termal, seperti filamen tungsten yang dipanaskan atau dengan Field Emission Cathode. Energi elektron tersebut sekitar 100 ev atau 30 kev bergantung pada sampel yang dianalisis. Gelombang elektron dipindai dengan pola raster pada permukaan sampel. Elektron yang diemisikan dideteksi pada tiap posisi daerah yang dipindai menggunakan detektor elektron. Intensitas sinyal elektron yang diemisikan ditandai dengan terangnya tabung sinar katoda (Cathode Ray Tube). Display CRT merupakan perbandingan ukuran gambar yang ditampilkan terhadap daerah sampel yang dipindai dengan gelombang elektron. 34 Sampel yang digunakan untuk analisis SEM harus menghantarkan arus listrik. Material sampel yang tidak menghantarkan arus listrik dilapisi dengan lapisan tipis karbon, emas atau material penghantar listrik lainnya agar dapat memperoleh konduktivitas tanpa mempengaruhi permukaan sampel yang diamati. So menggunakan teknik analisis SEM untuk mengamati perubahan struktur mikro selama tahap modifikasi pori pada membran komposit silika-alumina. 7 Falamaki menggunakan SEM untuk mengetahui ukuran pori membran alumina dan ZrSiO Potdar menganalisis morfologi permukaan membran komposit zeolit. 10 Asaeda 18

15 mengamati penampang lintang membran komposit silika-zirkonia menggunakan SEM, sehingga diperoleh morfologi permukaan, ketebalan lapisan aktif dan lapisan pendukung alumina. 9 Penelitian ini menggunakan SEM untuk mengamati morfologi dan penampang lintang membran ZrSiO 4 sebelum dan sesudah dilapisi dengan TiO 2. II.10.4 Difraksi sinar-x Sinar-X merupakan radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang (λ) yang pendek yaitu sekitar 10-5 Å hingga 100 Å. Ketika sinar-x dihamburkan oleh kristal, terjadi gangguan antara sinar yang dihamburkan. Difraksi dihasilkan pada saat jarak antara pusat hamburan sama besar dengan panjang gelombang radiasi. Ketika gelombang sinar-x mengenai permukaan kristal pada sudut θ, sebagian akan dihamburkan oleh lapisan atom pada permukaan. Sinar yang tidak dihamburkan akan menembus ke lapisan atom kedua yang nantinya akan dihamburkan kembali dan sisanya akan melewati lapisan ketiga. Prinsip ini dapat diamati pada Gambar II. 6. Gambar II.6. Difraksi sinar X 19

16 W.L. Bragg menyatakan bahwa n λ = 2d sinθ (II.4) Dengan n merupakan bilangan bulat, λ merupakan panjang gelombang, d merupakan jarak antar bidang dalam kristal sedangkan θ merupakan besarnya sudut hamburan. 40 Komponen instrumen difraktometer sinar-x sama dengan komponen instrumen spektroskopi optik, yaitu terdiri dari sumber cahaya, monokromator, wadah sampel, detektor atau transducer dan signal processor serta read out. Teknik analisis XRD digunakan untuk menganalisis padatan kristalin seperti keramik, logam, material geologi, dan polimer. Material yang akan dianalisis dapat berupa serbuk, kristal, lapisan tipis, serat atau amorf. Potdar menggunakan teknik XRD untuk mengamati struktur lapisan zeolit pada membran komposit zeolit. 10 Ahmad menggunakan XRD untuk mengamati perubahan fasa membran alumina perovskite yang dikalsinasi pada berbagai suhu. 23 Falamaki menggunakan XRD untuk mengetahui kemurnian zirkonia yang digunakan untuk membuat membran mikrofiltrasi ZrSiO 4 -ZrO Penelitian ini menggunakan teknik XRD untuk mengetahui kemurnian serbuk ZrSiO 4 yang digunakan. 20

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Karakterisasi Awal Serbuk ZrSiO 4 dan ZrO 2 Serbuk ZrSiO 4 dan ZrO 2 sebagai bahan utama membran merupakan hasil pengolahan mineral pasir zirkon. Kedua serbuk tersebut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Analisis difraksi sinar X serbuk ZrSiO 4 ZrSiO 4 merupakan bahan baku utama pembuatan membran keramik ZrSiO 4. Untuk mengetahui kemurnian serbuk ZrSiO 4, dilakukan analisis

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Serbuk Awal Membran Keramik Material utama dalam penelitian ini adalah serbuk zirkonium silikat (ZrSiO 4 ) yang sudah ditapis dengan ayakan 400 mesh sehingga diharapkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik Program studi Kimia FMIPA ITB sejak bulan September 2007 hingga Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Polimer Polimer (poly = banyak, meros = bagian) merupakan molekul besar yang terbentuk dari susunan unit ulang kimia yang terikat melalui ikatan kovalen. Unit ulang pada polimer,

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Membran Membran merupakan suatu lapisan yang selektif di antara dua fase ruah. Membran dapat dibentuk dari material yang homogen ataupun heterogen. Terdapat beberapa klasifikasi

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan 4.1 Karakterisasi Awal Serbuk Bentonit Dalam penelitian ini, karakterisasi awal dilakukan terhadap serbuk bentonit. Karakterisasi dilakukan dengan teknik difraksi sinar-x. Difraktogram

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kimia yang dibantu oleh cahaya dan katalis. Beberapa langkah-langkah fotokatalis

I. PENDAHULUAN. kimia yang dibantu oleh cahaya dan katalis. Beberapa langkah-langkah fotokatalis I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telah berkembang suatu mekanisme fotokatalis yang menerapkan pemanfaatan radiasi ultraviolet dan bahan semikonduktor sebagai fotokatalis, umumnya menggunakan bahan TiO2

Lebih terperinci

Gambar II.1 Skema proses pemisahan dengan membran

Gambar II.1 Skema proses pemisahan dengan membran Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Membran II.1.1 Definisi Membran Secara umum, membran didefinisikan sebagai lapisan tipis yang selektif di antara dua fasa, yaitu fasa yang akan dipisahkan (fasa umpan) dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. Penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan yang digambarkan dalam diagram alir

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian 28 Bab III Metodologi Penelitian III.1 Tahap Penelitian Penelitian ini terbagi dalam empat tahapan kerja, yaitu : Tahapan kerja pertama adalah persiapan bahan dasar pembuatan film tipis ZnO yang terdiri

Lebih terperinci

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK ZrSiO 4 -V 2 O 5 TESIS. ERFAN PRIYAMBODO NIM : Program Studi Kimia

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK ZrSiO 4 -V 2 O 5 TESIS. ERFAN PRIYAMBODO NIM : Program Studi Kimia PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK ZrSiO 4 -V 2 O 5 TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh ERFAN PRIYAMBODO NIM : 20506006

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN BaTiO 3 merupakan senyawa oksida keramik yang dapat disintesis dari senyawaan titanium (IV) dan barium (II). Proses sintesis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan 20 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Desain Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan menggunakan metode tape

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi serbuk. 3.2

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA & PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DATA & PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DATA & PEMBAHASAN Variasi kecepatan stiring 800 rpm, variasi temperatur sintering 700, 800, 900 C Variasi temperatur 700 C = struktur kristal tetragonal, fase nya anatase, no PDF 01-086-1156,

Lebih terperinci

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi NURUL ROSYIDAH Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pendahuluan Kesimpulan Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi membran telah banyak digunakan pada berbagai proses pemisahan dan sangat spesifik terhadap molekul-molekul dengan ukuran tertentu. Selektifitas membran ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mempengaruhi peradaban

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mempengaruhi peradaban BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mempengaruhi peradaban manusia di abad ini. Sehingga diperlukan suatu kemampuan menguasai teknologi tinggi agar bisa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudi No.229 Bandung. Untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. komposit. Jenis material ini menjadi fokus perhatian karena pemaduan dua bahan

I. PENDAHULUAN. komposit. Jenis material ini menjadi fokus perhatian karena pemaduan dua bahan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini salah satu jenis material aplikasi yang terus dikembangkan adalah komposit. Jenis material ini menjadi fokus perhatian karena pemaduan dua bahan atau lebih

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Membran Pengertian membran Klasifikasi membran

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Membran Pengertian membran Klasifikasi membran 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Membran 2.1.1 Pengertian membran Secara umum, membran didefinisikan sebagai suatu lapisan tipis selektif dan semipermeabel yang berada diantara dua fasa, yaitu fasa umpan dan fasa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih metode eksperimen. 3.2 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di Laboratorium Fisika Material FMIPA Unila, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen secara langsung. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit pelet CSZ-Ni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini dunia elektronika mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini dunia elektronika mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini dunia elektronika mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal ini terlihat dari banyaknya komponen semikonduktor yang digunakan disetiap kegiatan manusia.

Lebih terperinci

2014 PEMBUATAN BILAYER ANODE - ELEKTROLIT CSZ DENGAN METODE ELECTROPHORETIC DEPOSITION

2014 PEMBUATAN BILAYER ANODE - ELEKTROLIT CSZ DENGAN METODE ELECTROPHORETIC DEPOSITION BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan listrik dunia semakin meningkat seiring berjalannya waktu. Hal ini tentu disebabkan pertumbuhan aktivitas manusia yang semakin padat dan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Listrik merupakan kebutuhan esensial yang sangat dominan kegunaannya

BAB I PENDAHULUAN. Listrik merupakan kebutuhan esensial yang sangat dominan kegunaannya λ Panjang Gelombang 21 ω Kecepatan Angular 22 ns Indeks Bias Kaca 33 n Indeks Bias Lapisan Tipis 33 d Ketebalan Lapisan Tipis 33 α Koofisien Absorpsi 36 Frekuensi Cahaya 35 υ BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teknologi membran telah banyak digunakan dalam berbagai proses pemisahan dan pemekatan karena berbagai keunggulan yang dimilikinya, antara lain pemisahannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nanoteknologi merupakan teknologi masa depan, tanpa kita sadari dengan

I. PENDAHULUAN. Nanoteknologi merupakan teknologi masa depan, tanpa kita sadari dengan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nanoteknologi merupakan teknologi masa depan, tanpa kita sadari dengan nanoteknologi tersebut berbagai aspek persoalan dapat kita selesaikan (Anonim A, 2012). Pengembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Etanol merupakan salah satu bahan kimia penting karena memiliki manfaat sangat luas antara lain sebagai pelarut, bahan bakar cair, bahan desinfektan, bahan baku industri,

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Produksi H 2 Sampai saat ini, bahan bakar minyak masih menjadi sumber energi yang utama. Karena kelangkaan serta harganya yang mahal, saat ini orang-orang berlomba untuk mencari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa, III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lapisan tipis merupakan suatu lapisan dari bahan organik, anorganik, metal,

I. PENDAHULUAN. Lapisan tipis merupakan suatu lapisan dari bahan organik, anorganik, metal, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lapisan tipis merupakan suatu lapisan dari bahan organik, anorganik, metal, maupun campuran metal-organik yang dapat memiliki sifat-sifat sebagai konduktor, semikonduktor,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat yang Digunakan Alat yang akan digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen secara kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian ini menjelaskan proses degradasi fotokatalis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Produk keramik adalah suatu produk industri yang sangat penting dan berkembang pesat pada masa sekarang ini. Hal ini disebabkan oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk bisa terus bertahan hidup tentu saja sangat tergantung pada ada atau

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk bisa terus bertahan hidup tentu saja sangat tergantung pada ada atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu materi penting yang ada di bumi dan terdapat dalam fasa cair, uap air maupun es. Kebutuhan manusia dan makhluk hidup lainnya untuk bisa terus

Lebih terperinci

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan 3 Percobaan 3.1 Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air kelapa, gula pasir yang diperoleh dari salah satu pasar di Bandung. Zat kimia yang digunakan adalah (NH 4 ) 2

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III. 1 Diagram Alir Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dalam tiga bagian. Bagian pertama adalah penelitian laboratorium yaitu mensintesis zeolit K-F dari kaolin dan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Aktivasi Zeolit Sebelum digunakan, zeolit sebaiknya diaktivasi terlebih dahulu untuk meningkatkan kinerjanya. Dalam penelitian ini, zeolit diaktivasi melalui perendaman dengan

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI CORE-SHELL ZnO/TiO2 SEBAGAI MATERIAL FOTOANODA PADA DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) SKRIPSI

SINTESIS DAN KARAKTERISASI CORE-SHELL ZnO/TiO2 SEBAGAI MATERIAL FOTOANODA PADA DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) SKRIPSI SINTESIS DAN KARAKTERISASI CORE-SHELL ZnO/TiO2 SEBAGAI MATERIAL FOTOANODA PADA DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) SKRIPSI Oleh Yuda Anggi Pradista NIM 101810301025 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak ditemukan oleh ilmuwan berkebangsaan Jerman Christian Friedrich

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak ditemukan oleh ilmuwan berkebangsaan Jerman Christian Friedrich BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sel Bahan Bakar (Fuel Cell) Sejak ditemukan oleh ilmuwan berkebangsaan Jerman Christian Friedrich Schönbein pada tahun 1838, sel bahan bakar telah berkembang dan menjadi salah

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Membran 4.1.1 Membran PMMA-Ditizon Membran PMMA-ditizon dibuat dengan teknik inversi fasa. PMMA dilarutkan dalam kloroform sampai membentuk gel. Ditizon dilarutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dikawasan Asia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dikawasan Asia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dikawasan Asia Tenggara. Sebagai negara berkembang, Indonesia melakukan swasembada diberbagai bidang, termasuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nanopartikel saat ini menjadi perhatian para peneliti untuk pengembangan dalam

I. PENDAHULUAN. Nanopartikel saat ini menjadi perhatian para peneliti untuk pengembangan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nanopartikel saat ini menjadi perhatian para peneliti untuk pengembangan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahan material dalam skala nano yang dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BATAN Bandung meliputi beberapa tahap yaitu tahap preparasi serbuk, tahap sintesis dan tahap analisis. Meakanisme

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di lab. Fisika Material, Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG BAB I

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG BAB I DAFTAR ISI ABSTRAK... Error! Bookmark not ABSTRACT... Error! Bookmark not KATA PENGANTAR... Error! Bookmark not DAFTAR ISI... i DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR ISTILAH... v DAFTAR SINGKATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan nanoteknologi terus dilakukan oleh para peneliti dari dunia akademik maupun dari dunia industri. Para peneliti seolah berlomba untuk mewujudkan karya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan

I. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin menunjukan perkembangan, sarana dan prasarana pendukung yang terkait dengan kemajuan tersebut termasuk fasilitas peralatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan industri tekstil dan industri lainnya di Indonesia menghasilkan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan industri tekstil dan industri lainnya di Indonesia menghasilkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri tekstil dan industri lainnya di Indonesia menghasilkan banyak limbah organik golongan senyawa azo, yang akan menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian minyak, pekerjaan teknisi, dan proses pelepasan cat (Alemany et al,

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian minyak, pekerjaan teknisi, dan proses pelepasan cat (Alemany et al, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenol merupakan senyawa organik yang dapat mengganggu kesehatan manusia dan lingkungan hidup. Fenol merupakan salah satu senyawa organik yang bersifat karsinogenik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman sekarang ini, penelitian tentang bahan polimer sedang berkembang. Hal ini dikarenakan bahan polimer memiliki beberapa sifat yang lebih unggul jika dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Korosi merupakan salah satu permasalahan penting yang harus dihadapi oleh berbagai macam sektor industri di Indonesia terutama industri perkapalan. Tidak sedikit

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Perkembangan komposit berlangsung dengan sangat pesat seiring dengan

1. PENDAHULUAN. Perkembangan komposit berlangsung dengan sangat pesat seiring dengan 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan komposit berlangsung dengan sangat pesat seiring dengan berkembangnya teknologi dalam bidang rekayasa material. Salah satu komposit yang banyak dikembangkan

Lebih terperinci

Keramik. KERAMIKOS (bahasa Yunani) sifat yang diinginkan dari material ini secara normal dapat dicapai melalui proses perlakuan panas Firing

Keramik. KERAMIKOS (bahasa Yunani) sifat yang diinginkan dari material ini secara normal dapat dicapai melalui proses perlakuan panas Firing Keramik KERAMIKOS (bahasa Yunani) sifat yang diinginkan dari material ini secara normal dapat dicapai melalui proses perlakuan panas Firing Keramik Keramik Keramik Definisi: material padat anorganik yang

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Dalam penelitian tugas akhir ini dibuat membran bioreaktor ekstrak kasar enzim α-amilase untuk penguraian pati menjadi oligosakarida sekaligus sebagai media pemisahan hasil penguraian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kinerjanya adalah pemrosesan, modifikasi struktur dan sifat-sifat material.

I. PENDAHULUAN. kinerjanya adalah pemrosesan, modifikasi struktur dan sifat-sifat material. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sintesis material, beberapa hal yang sangat berpengaruh dalam menentukan kinerjanya adalah pemrosesan, modifikasi struktur dan sifat-sifat material. Perbaikan kinerja

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III. 1. Tahap Penelitian Penelitian ini terbagai dalam empat tahapan kerja, yaitu: a. Tahapan kerja pertama adalah persiapan bahan dasar pembuatan LSFO dan LSCFO yang terdiri

Lebih terperinci

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK ZrSiO 4 -ZrO 2 -TiO 2 TESIS. M. ALAUHDIN NIM : Program Studi Kimia

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK ZrSiO 4 -ZrO 2 -TiO 2 TESIS. M. ALAUHDIN NIM : Program Studi Kimia PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK ZrSiO 4 -ZrO 2 -TiO 2 TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh M. ALAUHDIN NIM : 20506017

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Proses pembangunan disegala bidang selain membawa kemajuan terhadap kehidupan manusia, tetapi juga akan membawa dampak negative bagi lingkungan hidup. Industrialisasi

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kelompok Keilmuan (KK) Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA Institut Teknologi Bandung. Penelitian dimulai dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ampas Tebu Ampas tebu adalah bahan sisa berserat dari batang tebu yang telah mengalami ekstraksi niranya pada industri pengolahan gula pasir. Ampas tebu juga dapat dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Titanium dioksida (TiO 2 ) sejak beberapa tahun terakhir banyak digunakan dalam berbagai bidang anatas anatara lain sebagai pigmen, bakterisida, pasta gigi,

Lebih terperinci

BAB 4 DATA DAN ANALISIS

BAB 4 DATA DAN ANALISIS BAB 4 DATA DAN ANALISIS 4.1. Kondisi Sampel TiO 2 Sampel TiO 2 disintesa dengan memvariasikan jenis pelarut, block copolymer, temperatur kalsinasi, dan kelembaban relatif saat proses aging. Kondisi sintesisnya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Agustus Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Agustus Penelitian 34 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Agustus 2012. Penelitian dilakukan di beberapa tempat yaitu preparasi sampel dan uji fisis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Katalis merupakan suatu zat yang sangat diperlukan dalam kehidupan. Katalis yang digunakan merupakan katalis heterogen. Katalis heterogen merupakan katalis yang dapat digunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. dibutuhkan suatu material yang memiliki kualitas baik seperti kekerasan yang

I. PENDAHULUAN. Seiring kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. dibutuhkan suatu material yang memiliki kualitas baik seperti kekerasan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan yang semakin pesat, dibutuhkan suatu material yang memiliki kualitas baik seperti kekerasan yang tinggi, porositas yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan September 2012

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan September 2012 26 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan September 2012 sampai Desember 2012 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

Pengaruh Suhu Sintering terhadap Morfologi dan Sifat Mekanik Membran Rapat Asimetris CaTiO 3

Pengaruh Suhu Sintering terhadap Morfologi dan Sifat Mekanik Membran Rapat Asimetris CaTiO 3 Pengaruh Suhu Sintering terhadap Morfologi dan Sifat Mekanik Membran Rapat Asimetris CaTiO 3 Maya Machfudzoh 1410100038 Dosen Pembimbing : Ir. Endang Purwanti S., MT. Hamzah Fansuri, M.Si, Ph.D 25 Juli

Lebih terperinci

BAB V KERAMIK (CERAMIC)

BAB V KERAMIK (CERAMIC) BAB V KERAMIK (CERAMIC) Keramik adalah material non organik dan non logam. Mereka adalah campuran antara elemen logam dan non logam yang tersusun oleh ikatan ikatan ion. Istilah keramik berasal dari bahasa

Lebih terperinci

350 0 C 1 jam C. 10 jam. 20 jam. Pelet YBCO. Uji Konduktivitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ba(NO 3 ) Cu(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2

350 0 C 1 jam C. 10 jam. 20 jam. Pelet YBCO. Uji Konduktivitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ba(NO 3 ) Cu(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2 Pelarutan Pengendapan Evaporasi 350 0 C 1 jam 900 0 C 10 jam 940 0 C 20 jam Ba(NO 3 ) Pelarutan Pengendapan Evaporasi Pencampuran Pirolisis Kalsinasi Peletisasi Sintering Pelet YBCO Cu(NO 3

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai. bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif.

I. PENDAHULUAN. Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai. bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif. Hal ini karena alumina memiliki sifat fisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

BAB III METODE PENELITIAN. Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Fisik dan Kimia Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga,

Lebih terperinci

TIN107 - Material Teknik #11 - Keramik #1 KERAMIK #1. TIN107 Material Teknik

TIN107 - Material Teknik #11 - Keramik #1 KERAMIK #1. TIN107 Material Teknik TIN107 - Material Teknik #11 - Keramik #1 1 KERAMIK #1 TIN107 Material Teknik Definisi Keramik 2 Sebuah klasifikasi dari material yang berbahan dasar tanah liat (clays), pasir (sands) dan feldspar. Tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Produksi minyak kelapa sawit Indonesia saat ini mencapai

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei 27 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei 2015. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA

Lebih terperinci

STRUKTUR KRISTAL DAN MORFOLOGI TITANIUM DIOKSIDA (TiO 2 ) POWDER SEBAGAI MATERIAL FOTOKATALIS

STRUKTUR KRISTAL DAN MORFOLOGI TITANIUM DIOKSIDA (TiO 2 ) POWDER SEBAGAI MATERIAL FOTOKATALIS STRUKTUR KRISTAL DAN MORFOLOGI TITANIUM DIOKSIDA (TiO 2 ) POWDER SEBAGAI MATERIAL FOTOKATALIS SKRIPSI Oleh : Ahsanal Holikin NIM 041810201063 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanokomposit adalah struktur padat dengan dimensi berskala nanometer yang berulang pada jarak antar bentuk penyusun struktur yang berbeda. Bahan nanokomposit biasanya

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Anorganik Program Studi Kimia ITB. Pembuatan pelet dilakukan di Laboratorium Kimia Organik dan di Laboratorium Kimia Fisik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rumah tangga dan bahan bangunan, yang selanjutnya keramik tersebut dikenal

I. PENDAHULUAN. rumah tangga dan bahan bangunan, yang selanjutnya keramik tersebut dikenal 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada mulanya material keramik hanya dikenal sebatas untuk barang seni, peralatan rumah tangga dan bahan bangunan, yang selanjutnya keramik tersebut dikenal sebagai keramik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Silikon dioksida merupakan elemen terbanyak kedua di alam semesta dari segi massanya setelah oksigen, yang paling banyak terdapat pada debu, pasir, platenoid dan planet

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimen. Pembuatan serbuk CSZ menggunakan cara sol gel. Pembuatan pelet dilakukan dengan cara kompaksi dan penyinteran dari serbuk calcia-stabilized

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Metoda Sintesis Membran Kitosan Sulfat Secara Konvensional dan dengan Gelombang Mikro (Microwave) Penelitian sebelumnya mengenai sintesis organik [13] menunjukkan bahwa jalur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang dapat diperoleh dari berbagai sumber, tergantung pada kondisi daerah setempat. Kondisi sumber air

Lebih terperinci

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA 59 BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA 4.1 PENDAHULUAN Hasil perhitungan dan pengujian material uji akan ditampilkan pada Bab IV ini. Hasil perhitungan didiskusikan untuk mengetahui komposisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nanoteknologi diyakini akan menjadi suatu konsep teknologi yang akan

I. PENDAHULUAN. Nanoteknologi diyakini akan menjadi suatu konsep teknologi yang akan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nanoteknologi diyakini akan menjadi suatu konsep teknologi yang akan melahirkan revolusi industri baru di abad 21 (Anonim, 2011). Sekarang ini nanoteknologi memiliki

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di beberapa tempat yang berbeda yaitu ; preparasi

III. METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di beberapa tempat yang berbeda yaitu ; preparasi III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di beberapa tempat yang berbeda yaitu ; preparasi sampel dan uji sifat fisis akan dilakukan di Laboratorium Fisika Material

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong,

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biomassa, Lembaga Penelitian Universitas Lampung. permukaan (SEM), dan Analisis difraksi sinar-x (XRD),

Lebih terperinci

SINTESIS KERAMIK Al 2 TiO 5 DENSITAS TINGGI DENGAN ADITIF MgO

SINTESIS KERAMIK Al 2 TiO 5 DENSITAS TINGGI DENGAN ADITIF MgO SINTESIS KERAMIK Al 2 TiO 5 DENSITAS TINGGI DENGAN ADITIF MgO Disampaikan oleh: Kurmidi [1106 100 051] Dosen Pembimbing Drs. Suminar Pratapa, M.Sc.,Ph.D. Sidang Tugas Akhir (J 102) Komponen Otomotif :

Lebih terperinci

3 Metodologi penelitian

3 Metodologi penelitian 3 Metodologi penelitian 3.1 Peralatan dan Bahan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini mencakup peralatan gelas standar laboratorium kimia, peralatan isolasi pati, peralatan polimerisasi, dan peralatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik CSZ-NiO untuk elektrolit padat

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik CSZ-NiO untuk elektrolit padat 28 BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Metode yang Digunakan Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik CSZ-NiO untuk elektrolit padat SOFC.

Lebih terperinci

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA NANOSILIKA PASIR Anggriz Bani Rizka (1110 100 014) Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat Triwikantoro M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci