BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mutakhir Penelitian tentang peramalan beban puncak telah beberapa kali dilakukan sebelumnya. Bawa Adiputra (2013) dalam penelitiannya peramalan beban puncak digunakan untuk mengetahui berapa pertumbuhan beban listrik Bali dari tahun 2013 sampai tahun 2030, kondisi suplai listrik Bali sesuai RUPTL Dengan menggunakan 2 skenario keamanan suplai listrik. Skenario 1 menunjukkan pada tahun 2022 sistem kelistrikan Bali sudah mengalami krisis daya listrik, dengan beban puncak MW sedangkan daya mampun kondisi N-1 sistem Bali 1255,8 MW. Skenario 2 menunjukkan pada tahun 2028 dengan beban puncak 1862,60 MW sistem kelistrikan Bali sudah mengalami krisis daya listrik dengan kondisi N-1 kapasitas suplai 1855,8 MW. dan keandalan listrik Bali dimana tertuju pada jaringan SUTET interkoneksi Jawa-Bali. Penelitian lainnya dilakukan oleh Juniastra Gina (2012) menggunakan peramalan beban untuk pertumbuhan beban listrik Bali serta analisis skenario beroprasinya SUTET 500 kv. Pada penelitian Juniastra Gina ini hasil peramalan beban sistem Bali tahun 2012 hingga tahun 2021 terjadi peningkatan pertumbuhan beban yang cukup signifikan, dengan rata rata pertumbuhan beban 6.16% per tahunnya maka pada tahun 2021 sistem Bali harus dapat menyuplai daya listrik sebesar MW. Pertumbuhan beban yang cukup signifikan ini dalam RUPTL dipengaruhi oleh beberapa faktor utama, yaitu pertumbuhan ekonomi dan program elektrifikasi PT PLN (Persero). Adapun penelitian lainnya yang menggunakan peramalan beban dilakukan oleh Agus Suryawan (2006) dalam analisa peramalan beban sistem ketenagalistrikan Provinsi Bali dari tahun 2006 sampai dengan tahun Kebutuhan beban puncak 4

2 5 untuk setiap tahunnya dihitung dari prediksi kebutuhan energi. Kebutuhan energi total untuk setiap tahunnya dihitung dengan menjumlahkan semua kebutuhan energi dari berbagai sektor konsumen. Terdapat empat sektor konsumen dalam analisa yang dilakukan yaitu rumah tangga, komersial, publik dan industri. Berdasarkan analisa tersebut, dibuatlah perluasan sistem pembangkitan secara sistematis. Hasil analisa diperoleh besarnya kebutuhan energi listrik total untuk Provinsi Bali pada tahun 2015 telah mencapai 4936,11 GWh, dimana beban puncak telah mencapai 850 MW. 2.2 Sistem Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik secara umum dibagi menjadi tiga bagian yaitu sistem pembangkitan, jaringan transmisi dan beban. Jika terjadi perubahan permintaan disisi beban, maka akan terjadi perubahan pada tegangan terminal sistem pembangkit. Tegangan yang konstan pada terminal generator merupakan suatu besaran penting yang harus dipertahankan untuk menghasilkan supply daya yang diharapkan.pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik yang dihasilkan pusat pembangkitan disalurkan melalui jaringan transmisi. Tegangan generator pembangkit relatif rendah (6 kv 24 kv). Maka tegangan ini dinaikin dengan transformator daya ke tegangan yang lebih tinggi antara 150 kv 500 kv. Tujuan peningkatan tegangan ini, selain mempebesar daya hantar dari saluran (berbanding lurus dengan kwadrat tegangan), juga untuk memperkecil rugi daya dan susut tegangan pada saluran transmisi. Penurunan tegangan dari jaringan tegangan tinggi/ekstra tinggi sebelum ke konsumen dilakukan dua kali. Yang pertama dilakukan di gardu induk (GI), menurunkan tegangan dari 500 kv ke 150 kv atau dari 150 kv ke 70 kv. Yang kedua dilakukan pada gardu induk distribusi dari 150 kv ke 20 kv atau dari 70 kv ke 20kV. Saluran listrik dari sumber pembangkit tenaga listrik sampai transformator terakhir, sering disebut juga sebagai saluran transmisi, sedangkan dari transformator terakhir, sampai konsumen terakhir disebut saluran distribusi atau saluran primer. Ada dua macam saluran transmisi/distribusi PLN yaitu saluran udara (overhead lines)

3 6 dan saluran kabel bawah tanah (underground cable). Kedua cara penyaluran tersebut masing-masing mempunyai keuntungan dan kerugian. Pada pusat pembangkit tenaga listrik terdapat generator yang berfungsi untuk mengubah energi mekanis yang dihasilkan pada poros turbin menjadi energi listrik. Selain generator, pada pusat pembangkit juga terdapat tranformator penaik tegangan (step-up transformer). Sesuai namanya transformator penaik tegangan (step-up transformer) berfungsi untuk menaikkan tegangan listrik yang dibangkitkan generator kemudian dikirimkan melalui saluran transmisi bertegangan tinggi menuju pusatpusat beban. Tegangan ini dinaikkan dengan maksud untuk mengurangi jumlah arus yang mengalir pada saluran transmisi. Dengan demikian saluran transmisi bertegangan tinggi akan membawa aliran arus yang rendah dan berarti akan mengurangi rugi-rugi daya transmisi. 2.3 Peramalan Peramalan atau prakiraan pada dasarnya adalah dugaan mengenai terjadinya sesuatu kejadian atau peristiwa di waktu yang akan datang. Peramalan biasanya dibedakan menjadi dua yaitu kualitatif artinya tidak berbentuk angka dan kuantitatif artinya berbentuk angka. Peramalan kualitatif sulit dilakukan untuk memperoleh hasil yang baik karena variabelnya sangat relatif sifatnya. Peramalan yang banyak digunakan adalah yang bersifat kuantitatif yang berbentuk angka. Peramalan diartikan sebagai proses suatu variabel atau kejadian dimasa yang akan datang dengan berdasarkan data atau variabel yang telah terjadi sebelumnya. Data masa lampau tersebut secara sistematik digabungkan dengan suatu metode tertentu dan diolah untuk mendapatkan prakiraan dimana yang akan datang. Pada proses perencanaan pengembangan sistem, diperlukan prakiraan yang dapat menjadi dasar dalam mempertimbangkan kebutuhan suatu proyek dan dalam melakukan studi optimasi sistem kelistrikan. Lebih rinci tujuan dari prakiraan kebutuhan listrik adalah menghasilkan informasi kepada pembuat kebijaksanaan

4 7 untuk mengurangi resiko pengembangan usaha. Peramalan yang baik akan mengurangi resiko pembangunan yang tidak dibutuhkan dan tidak diperlukan dalam penyediaan tenaga listrik untuk pelanggan (Karmiata.2003). 2.4 Peramalan Beban Tenaga Listrik Salah satu faktor yang sangat menentukan dalam membuat rencana operasi sistem tenaga listrik adalah peramalan atau prakiraan beban yang dilakukan oleh sistem tenaga listrik bersangkutan. Tidak ada rumus eksak untuk ini karena besarnya beban ditentukan oleh para konsumen tenaga listrik yang secara bebas dapat menentukan pemakaiannya. Namun karena pada umumnya kebutuhan tenaga listrik seorang konsumen sifatnya periodik maka grafik pemakaian tenaga listrik atau lazimnya disebut grafik beban dari sistem tenaga listrik juga mempunyai sifat periodik. Oleh karena statistik beban dari masa lalu harus dianalisa, maka sangat diperlukan untuk memperkirakan beban dimasa yang akan datang yang pada umumnya dilakukan dengan cara mengekstrapolasi grafik beban dimasa lampau ke masa yang akan datang. Setelah dilakukan ekstrapolasi kemudian ditambahkan koreksi-koreksi terhadap hal-hal khusus. Kebutuhan beban dari suatu daerah tergantung dari daerah, penduduk, standar kehidupan, rencana pengembangan sekarang dan masa yang akan datang, harga daya, dan sebagainya (Pabla, 1986). Penggolongan karakteristik beban dibagi dalam dua hal, yaitu sifat-sifat beban dan tipe-tipe beban. Pabla menyatakan bahwa tipe-tipe beban pada umumnya dapat dibagi dalam katagori sebagai berikut (Pabla, 1986) : 1. Perumahan (Domestik) yang terdiri dari penerangan, kipas angin, alat-alat rumah tangga misalnya lemari es, alat pendingin ruangan (AC), setrika listrik, kompor listrik, dan lain lain.

5 8 2. Komersial, terutama terdiri atas penerangan untuk toko-toko, reklame, alatalat listrik lainnya yang dipakai pada bangunan pedagang seperti toko-toko, restoran, pasar-pasar, dan sebagainya. 3. Industri, terdiri dari industri rumah tangga. Industri kecil, industri menengah, industri besar dan industri berat. 4. Kota (publik), beban ini adalah untuk penerangan jalan yang selalu tetap menyala sepanjang malam. Beban lainnya seperti lampu taman, terutama pada waktu malam, lampu lalulintas, air mancur untuk taman kota, dan sebagainya. 5. Pertanian, beban ini dibutuhkan untuk penyediaan air irigasi dengan menggunakan pompa air yang digerakkan oleh motor listrik. 6. Beban-beban lain, diluar beban-beban yang telah disebutkan diatas adalah penyediaan beban yang besar untuk industri, seperti industri kertas, tekstil, dan sebagainya. Menurut Widhoyoko (1994), peramalan beban dibagi menjadi empat kelompok yaitu : 1. Sektor rumah tangga 2. Sektor komersial yang meliputi perdagangan, pengangkutan, komunikasi bank dan sewa rumah. 3. Sektor publik yang meliputi instansi pemerintah, rumah sakit dan instansi sosial. 4. Sektor industri yang meliputi industri pariwisata, pertanian, pertambangan, galian, industri pengolahan, listrik dan gas. 2.5 Pola Beban Pola beban itu sendiri adalah pola konsumsi tenaga listrik dalam kurun harian, bulanan maupun tahunan. Secara umum, pola beban harian sistem tenaga listrik menunjukkan model-model yang berbeda, yaitu pola untuk hari kerja, hari Sabtu, hari Minggu dan hari libur. Menarik untuk diamati bahwa pada berbagai pola beban

6 9 yang ada, pemakaian daya listrik tertinggi hanya terjadi selamakurang lebih 4 jamsetiap harinya.periode ini dikenal dengan sebutan periode Waktu Beban Puncak (WBP). Meskipun beban puncak terjadi dalam waktu yang relatif singkat, sistem harus mampu menyediakan kapasitas pembangkitan untuk memasok kebutuhan beban puncak tersebut Pola Beban Harian Menurut kegiatan pemakaian (konsumen) listrik kita dapat mengelompokan konsumsi listrik yaitu: 1. Konsumen rumah tangga 2. Konsumen komersil 3. Konsumen publik 4. Konsumen industri. Konsumen-konsumen ini mempunyai karakteristik-karakteristik beban yang berbeda, sebab hal ini berhubungan dengan pola konsumsi energi listrik pada masingmasing konsumen tersebut. Untuk konsumen rumah tangga (perumahan) pola pembebanan ditunjukkan oleh adanya fluktuasi konsumsi energi listrik yang cukup besar. Pada konsumen industri fluktuasi konsumsi energi listrik sepanjang hari akan hampir sama, sehingga perbandingan beban rata-rata terhadap beban puncak hampir mendekati satu (Daman Suswanto. 2000). Pelanggan industri memiliki pola konsumsi energi listrik yang flat atau tidak memiliki perbedaan tajam antara saat konsumsi tinggi dan konsumsi rendah. Pelanggan rumah tangga memilki pola konsumsi energi listrik yang sangat fluktuatif. Pelanggan rumah tangga menggunakan energi listrik pada malam hari (beban puncak) jauh lebih tinggi dari pada penggunaan energi listrik pada pagi hari dan siang hari. Fluktuasi pertumbuhan beban jenis konsumen rumah tangga lebih dominan dan sangat besar dibandingkan jenis konsumen yang lainnya. Beban puncak sistem kelistrikan akan terjadi pada jam hingga 22.00, ini dikarenakan konsumen banyak menggunakan energi listrik untuk mengoperasikan alat alat elektronik.

7 10 Meningkatnya beban pada kurun waktu tersebut mengakibatkan daya listrik yang dibangkitkan juga turut meningkat untuk menyesuaikan dengan beban yang harus disuplai. 2.6 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada suatu daerah. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan, sedang PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar. PDRB menurut harga berlaku digunakan untuk mengetahui kemampuan sumber daya ekonomi, pergeseran, dan struktur ekonomi suatu daerah.sementara itu, PDRB konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun atau pertumbuhan ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh faktor harga.pdrb juga dapat digunakan untuk mengetahui perubahan harga dengan menghitung deflator PDRB (perubahan indeks implisit).indeks harga implisit merupakan rasio antara PDRB menurut harga berlaku dan PDRB menurut harga konstan.( Badan Pusat Statistik.2014) 2.7 Prakiraan total Konsumsi Energi Provinsi Bali Untuk memperkirakan kebutuhan beban listrik terdapat bermacam-macam metode yang dapat digunakan. Ada empat metode yang sering digunakan oleh perusahaan-perusahaan listrik yaitu (Karmiata, 2003) :

8 11 1. Metode analitik, yaitu model yang dibangun berdasarkan data dan analisa penggunaan akhir tenaga listrik pada setiap sektor pemakai. 2. Metode ekonometri, yaitu model yang dibangun berdasarkan kaidah ekonomi dan statistik. 3. Metode kotak hitam (Black Box) atau yang biasa disebut juga metode kecenderungan, yaitu model yang dibangun berdasarkan hubungan data masa lalu tanpa memperhatikan faktor-faktor penyebab (pengaruh ekonomi, iklim, teknologi dan sebagainya), model ini biasanya digunakan orang untuk peramalan jangka pendek. 4. Penggabungan beberapa metode, yaitu suatu model yang menggabungkan dua atau lebih metode peramalan. Disini digunakan penggabungan metode analitik dan ekonometri. Secara harfiah, ekonometri dapat diartikan sebagai ukuran-ukuran ekonomi.sedangkan menurut pengertian global, ekonometri dapat didefinisikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari analisis kuantitatif dari fenomena ekonomi dalam artian secara umum. Pada mulanya kajian ekonometri hanya meliputi aplikasi matematika statistik dengan menggunakan data ekonomi untuk menganalisa model-model ekonomi saja.akan tetapi dalam perkembangannya, teori ini tidak hanya dapat digunakan untuk menganalisa model-model ekonomi saja, melainkan juga dapat digunakan untuk menganalisa berbagai fenomena sosial lainnya (Sugiyono,1999). Metode ekonometri dapat menampung dan tanggap terhadap pengaruh perubahan parameter ekonomi.namun demikian kelemahan dari metode ini adalah pemilihan variabel peramalan dan teknik penggunaan statistik yang dipilih hanya berlaku khusus untuk suatu kasus.misalnya berlaku untuk suatu wilayah atau daerah tertentu.sedangkan dengan metode kotak hitam, peramalan dapat mengikuti pola tingkah laku data masa lalu, apakah musiman, acak (random) atau fluktuasi beraturan atau tak beraturan.kelemahan peramalan dengan metode ini

9 12 adalah, peramalan hanya berdasarkan data masa lalu, tidak tanggap pada perubahan parameter yang lain, dan hanya berlaku untuk peramalan jangka pendek. 2.8 Metode Gabungan Metode gabungan adalah suatu metode yang menggabungkan beberapa model (integrated model) atau mengintegrasikan dua atau lebih metode prakiraan. Metode gabungan yang dipakai disini adalah gabungan antara metode analitik dan ekonometri yang disusun menggunakan pendekatan sektoral, yaitu pendekatan dari sektor pemakai dengan mengelompokkan pelanggan menjadi empat sektor, yaitu (Karmiata, 2003) : 1. Sektor Rumah Tangga 2. Sektor Komersial 3. Sektor Publik 4. Sektor Industri Metode ini diharapkan mampu mengabungkan keunggulan metode analitik yang mudah, sederhana, dapat mengurangi validitas model dan keunggulan metode ekonometri yang dapat menampung variabel ekonomi.dengan demikian metode gabungan mampu mengeleminasi kelemahan metode analitik yang tidak tanggap terhadap perubahan variabel ekonomi, dan kelemahan metode ekonometri yang membutuhkan banyak data, serta membutuhkan kepekaan dan pengalaman dalam membuat asumsi. Penggambaran ekonometri disini dapat dilihat pada penggunakan variabel pertumbuhan ekonomi pada model yang digunakan untuk peramalan tenaga listrik.sedangkan penggunaan metode analitik dapat dilakukan dengan menambahkan jumlah pelanggan tambahan dikalikan dengan rata-rata konsumsi per pelanggan. Hal ini merupakan penggambaran prinsip dasar metode analitik untuk menyusun prakiraan yaitu perhitungan secara rinci pemakaian tenaga listrik setiap pelanggan. Dengan demikian untuk menghitung prakiraan jumlah pelanggan, daya tersambung

10 13 dan konsumsi energi untuk setiap sektor digunakan persamaan sebagai berikut (Karmiata, 2003) : Sektor Rumah Tangga a. Pelanggan rumah tangga Pertumbuhan jumlah pelanggan rumah tangga diasumsikan dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan ekonomi (PDRB) yang ditunjukkan dengan faktor pelanggan atau rasio pertumbuhan pelanggan rumah tangga terhadap pertumbuhan PDRB. Prakiraan jumlah pelanggan rumah tangga ditentukan dengan persamaan (Karmiata, 2003): Pel.R t = Pel.R t-1 * [1+ (Єp R * GPDRBR/100)]... (2.1) Pel.R t = Jumlah pelanggan rumah tangga total pada tahun t Pel.R t-1 = Jumlah pelanggan rumah tangga total pada tahun t-1 Єp R = Faktor pelanggan rumah tangga tahun GPDRBR = Pertumbuhan PDRB sektor rumah tangga (%) b. Daya tersambung rumah tangga (MVA) Prakiraan jumlah daya tersambung dihitung dengan memperkirakan daya tersambung per pelanggan rumah tangga baru. Kemudian dengan mengalikan dengan penambahan pelanggan akan diperoleh jumlah daya tersambung tambahan. Prakiraan daya tersambung per pelanggan rumah tangga baru diperoleh dari analisa data daya tersambung per pelanggan pada tahun-tahun yang lalu, dari analisa tersebut dibuat asumsi-asumsi untuk tahun-tahun mendatang. Persamaan matematika untuk menentukan prakiraan daya tersambung pelanggan rumah tangga adalah (Karmiata, 2003) : VAR t = VAR t-1 + ( Pel.R t * VR)... (2.2) VAR t = Daya tesambung pelanggan rumah tangga pada tahun t VAR t-1 = Daya tesambung pelanggan rumah tangga pada tahun t-1

11 14 VR = Daya tersambung rata-rata per pelanggan rumah tangga baru Pel.R t = Penambahan pelanggan rumah tangga pada tahun t c.konsumsi energi sektor rumah tangga (KWh) Perubahan konsumsi energi listrik diasumsikan dipengaruhi oleh perubahan tingkat pendapatan domestik regional bruto (PDRB) dan ditambah dengan konsumsi energi penambahan pelanggan rumah tangga.elastisitas energi terhadap PDRB (rasio pertumbuhan energi terhadap pertumbuhan PDRB). Persamaan untuk menentukan prakiraan konsumsi energi sektor rumah tangga adalah (Karmiata, 2003) : ER t = {ER t-1 * [1 + (Єe R * GPDRBR/100)]}+ ( Pel.R t * UKR).(2.3) ER t = Konsumsi energi rumah tangga total pada tahun t ER t-1 = Konsumsi energi rumah tangga pada tahun t-1 Pel.R t = Penambahan pelanggan rumah tangga pada tahun t UKR = Rata-rata konsumsi per pelanggan rumah tangga Єe R = Elastisitas energi sektor rumah tangga G PDRBR = Pertumbuhan PDRB sektor rumah tangga (%) Sektor Komersial a.pelanggan komersial Pertumbuhan jumlah pelanggan sektor komersial diasumsikan dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan ekonomi (PDRB) sektor komersial yang ditunjukkan dengan faktor pelanggan sektor komersial atau rasio pertumbuhan pelanggan sektor komersial terhadap pertumbuhan PDRB sektor komersial. Prakiraan jumlah pelanggan sektor komersial ditentukan dengan menggunakan persamaan (Karmiata, 2003) : Pel.K t = Pel.K t-1 * [1 + (Єp K * G PDRBK /100)]... (2.4)

12 15 Pel.K t = Pelanggan komersial pada tahun t Pel.K t-1 = Pelanggan komersial pada tahun t-1 Єp K = Faktor pelanggan sektor komersial G PDRBK = Pertumbuhan PDRB sektor komersial (%) b. Daya tersambung sektor komersial (MVA) Prakiraan jumlah daya tersambung dihitung dengan memprakirakan daya tersambung per pelanggan sektor komersial baru. Kemudian dengan mengalikan dengan penambahan pelanggan komersial sehingga diperoleh jumlah daya tersambung tambahan.prakiraan daya tersambung per pelanggan sektor komersial baru diperoleh dari analisa data daya tersambung per pelanggan pada tahun-tahun yang lalu, dari analisa tersebut dibuat asumsi-asumsi untuk tahun-tahun mendatang. Untuk prakiraan daya tersambung pelanggan sektor komersial digunakan persamaan sebagai berikut (Karmiata, 2003) : VAK t = VAK t-1 + ( Pel.K t * VK)... (2.5) VAK t = Daya tersambung komersil pada tahun t VAK t-1 =Daya tersambung komersial pada tahun t-1 VK = Daya tersambung rata-rata per pelanggan baru Pel.K t = Penambahan pelanggan komersial pada tahun t c. Konsumsi energi sektor komersial (MWh) Pertumbuhan konsumsi energi sektor komersial diasumsikan dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan ekonomi (PDRB) sektor komersial yang ditunjukkan dengan elastisitas energi sektor komersial atau rasio pertumbuhan konsumsi energi sektor komersial terhadap pertumbuhan PDRB sektor komersial.

13 16 Persamaan matematika untuk prakiraan konsumsi energi sektor komersial adalah (Karmiata, 2003) : EK t = EK t-1 * [1 + (Єe K * G PDRBK /100)]... (2.6) EK t = Konsumsi energi komersial pada tahun t EK t-1 = Konsumsi energi komersial pada tahun t-1 Єe K = Elastisitas energi sektor komersial G PDRBK = Pertumbuhan PDRB sektor komersial (%) Sektor Publik a. Pelanggan publik Pertumbuhan jumlah pelanggan sektor publik diasumsikan dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan ekonomi (PDRB) sektor publik yang ditunjukkan dengan faktor pelanggan sektor publik atau rasio pertumbuhan pelanggan sektor publik terhadap pertumbuhan PDRB sektor publik. Persamaan matematika untuk prakiraan jumlah pelanggan sektor publik adalah (Karmiata, 2003) : Pel.P t = Pel.P (t-1) * [1 + (Єp P * G PDRBP )/100]... (2.7) Pel.P t = Pelanggan publik pada tahun t Pel.P t-1 = Pelanggan publik pada tahun t-1 Єp P = Faktor pelanggan sektor publik G PDRBP = Pertumbuhan PDRB sektor publik (%) b. Daya tersambung sektor publik (MVA) Prakiraan jumlah daya tersambung dihitung dengan memperkirakan daya tersambung per pelanggan sektor publik baru.kemudian dengan mengalikan dengan penambahan pelanggan publik sehingga diperoleh jumlah daya tersambung tambahan.prakiraan daya tersambung per pelanggan sektor publik baru diperoleh dari

14 17 analisa data daya tersambung per pelanggan pada tahun-tahun yang lalu, dari analisa tersebut dibuat asumsi-asumsi untuk tahun-tahun mendatang. Prakiraan daya tersambung pelanggan sektor publik ditentukan dengan persamaan (Karmiata, 2003) : VAP t = VAP t-1 + ( Pel.P t * VP)... (2.8) VAP t = Daya tersambung publik pada tahun t VAP t-1 =Daya tersambung publik pada tahun t-1 Pel.P t = Penambahan pelanggan publik pada tahun t VP = Daya tersambung rata-rata per pelanggan baru c. Konsumsi energi sektor publik (MWh) Pertumbuhan konsumsi energi sektor publik diasumsikan dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan ekonomi (PDRB) sektor publik yang ditunjukkan dengan elastisitas energi sektor publik atau rasio pertumbuhan konsumsi energi sektor publik terhadap pertumbuhan PDRB sektor publik. Prakiraan konsumsi energi sektor publik ditentukan dengan persamaan (Karmiata, 2003) : EP t = EP t-1 * [1 + (Єp P * G PDRBP /100)]... (2.9) EP t = Konsumsi energi publik pada tahun t EP t-1 = Konsumsi energi publik pada tahun t-1 Єp P = Elastisitas energi sektor publik G PDRBP = Pertumbuhan PDRB sektor publik (%) Sektor Industri a. Pelanggan industri Pertumbuhan jumlah pelanggan sektor industri diasumsikan dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan ekonomi (PDRB) sektor industri yang ditunjukkan dengan

15 18 faktor pelanggan sektor industri atau rasio pertumbuhan pelanggan sektor industri terhadap pertumbuhan PDRB sektor industri. Persamaan matematika untuk menentukan prakiraan jumlah pelanggan sektor industri adalah (Karmiata, 2003) : Pel.I t = Pel.I t-1 *[1 + (Єp I * G PDRBI /100 )]... (2.10) Pel.I t = Pelanggan industri pada tahun t Pel.I t-1 = Pelanggan industri pada tahun t-1 Єp I = Faktor pelanggan sektor industri G PDRBI = Pertumbuhan PDRB sektor industri (%) b. Daya tersambung sektor industri (MVA) Prakiraan jumlah daya tersambung dihitung dengan memperkirakan daya tersambung per pelanggan sektor industri baru.kemudian dengan mengalikan dengan penambahan pelanggan industri sehingga diperoleh jumlah daya tersambung tambahan.prakiraan daya tersambung per pelanggan sektor industri baru diperoleh dari analisa data daya tersambung per pelanggan pada tahun-tahun yang lalu, dari analisa tersebut dibuat asumsi-asumsi untuk tahun-tahun mendatang. Prakiraan daya tersambung pelanggan sektor industri ditentukan dengan persamaan sebagai berikut (Karmiata, 2003) : VAI t = VAI t-1 + ( Pel.I t * VI)... (2.11) VAI t = Daya tersambung pelanggan industri pada tahun t VAI t-1 =Daya tersambung industri pada tahun t-1 Pel.I t = Penambahan pelanggan industri pada tahun t VI = Daya tersambung rata-rata per pelanggan industri baru c. Konsumsi energi sektor industri (MWh) Pertumbuhan konsumsi energi sektor industri diasumsikan dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan ekonomi (PDRB) sektor industri yang ditunjukkan dengan

16 19 elastisitas energi sektor industri atau rasio pertumbuhan konsumsi energi sektor industri terhadap pertumbuhan PDRB sektor industri. Prakiraan konsumsi energi sektor industri ditentukan dengan menggunakan persamaan (Karmiata, 2003) : EI t = EIT t-1 * [1 + (Єe I * G PDRBI /100)]... (2.12) EI t = Konsumsi energi sektor industri pada tahun t EI t-1 = Konsumsi energi sektor industri pada tahun t-1 Єe I = Elastisitas energi terhadap PDRB G PDRBI = Pertumbuhan PDRB sektor industri (%) Jumlah Total Prakiraan Setelah dilakukan prakiraan kebutuhan listrik persektor, maka total jumlah pelanggan, total daya tersambung, dan total konsumsi energi dapat dicari dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (Karmiata, 2003) : Pel. t = Pel.R t + Pel.K t + Pel.P t + Pel.I t. (2.13) VA t = VAR t + VAK t + VAP t + VAI t.. (2.14) E t = ER t + EK t + EP t + EI t. (2.15) Pel.t = Pelanggan total tahun t Vat = Daya tersambung total tahun t Et = Konsumsi energi total tahun t Energi Produksi dan Beban Puncak Penyaluran dan pendistribusian energi yang diproduksi oleh pembangkit ke konsumen menimbulkan rugi-rugi transmisi dan distribusi. Jadi energi yang dipakai konsumen ditambah rugi-rugi transmisi dan distribusi merupakan energi yang harus diproduksi. Sedangkan beban puncak dapat diasumsikan sebagai produksi energi

17 20 dibagi satuan waktu yang dikalikan faktor beban. Sehingga untuk menghitung energi produksi dan beban puncak digunakan persamaan sebagai berikut (Karmiata, 2003) : ETt EPt..(2.16) 1 LTt EPt BPt *100 (2.17) 8760*LFt Dimana: EPt = Energi produksi pada tahun t ETt = Energi terjual PLN total pada tahun t LTt = Rugi-rugi transmisi dan distribusi pada tahun t BPt = Beban puncak tahun t LFt = Faktor beban pada tahun t (%) 2.9 Faktor Beban Faktor beban atau Load factor didefinisikan sebagai perbandingan antara beban rata-rata dengan beban puncak yang diukur untuk suatu periode waktu tertentu. Beban pucak (Lf) yang dimaksud adalah beban puncak sesaat atau beban puncak ratarata dalam interval waktu tertentu, pada umumnya dipakai beban puncak pada waktu 15 menit atau 30 menit. Untuk prakiraan besarnya faktor beban pada masa yang akan datang dapat didekati dengan data statistik yang ada. Dari definisi faktor beban dapat dituliskan menurut persamaan 2.18 (Daman Suswanto, 2011). Persamaan 2.18 mengandung arti bahwa beban rata-rata akan selalu bernilai lebih kecil dari kebutuhan maksimum atau beban puncak, sehingga load factor akan selalu kecil dari satu.

18 Elastisitas Energi Elastisitas energi adalah perbandingan laju pertumbuhan ekonomi dengan laju pertumbuhan konsumsi energi disebuah negara. Semakin kecil angka elastistas energi maka semakian efisien penggunaan energi disuatu negara. Angka elastisitas energi dibawah 1,0 dicapai apabila energy yang tersedia telah dimanfaatkan secara optimal. Untuk mencari elastisitas energi digunakan persamaan ( Karmiata,2003) : Єe = Єe E t Et Et 1 E PDRBt PDRB t 1 t 1 PDRB t 1 = Elastisitas Energi = Konsumsi energi listrik tahun (2.19) E t -1 = Konsumsi energi listrik tahun -1 PDRB t = Pertumbuhan PDRB pada tahun PDRB t-1 = Pertumbuhan PDRB pada tahun Keamanan Suplai Sistem Tenaga Listrik Keamanan suplai tenaga listrik didefinisikan sebagai kemampuan sistem tenaga listrik untuk menyediakan tenaga listrik hingga pada pengguna akhir (konsumen) dengan level kontinuitas dan kualitas tertentu secara berkelanjutan, yang berkaitan dengan standar yang ada dan perjanjian kontrak pada titik-titik pengiriman (Union of the Electricity Industry EURELECTRIC, 2006). Kriteria yang digunakan untuk menentukan keandalan sistem, salah satunya dengan menggunakan kriteria keandalan keamanan N-1, metode ini menggambarkan tingkat keandalan sistem dengan memperhitungkan kemungkinan gangguan unit pembangkit dan juga gangguan peralatan transmisi. Analisa keamanan suplai sistem tenaga listrik atau N-1 adalah analisa yang dimaksudkan untuk menirukan keadaan steady state dari sistem tenaga listrik terhadap beberapa kemungkinan kejadian yang mungkin terjadi seperti lepasnya satu atau dua pembangkit secara mendadak, tripnya satu atau beberapa penghantar, hilangnya reaktor dan sebagainya. Indeks keandalan

19 22 keamanan (N-1) dipakai untuk menggambarkan tingkat keandalan sistem dengan memperhitungkan kemungkinan gangguan unit apabila dalam sistem terdapat n buah elemen baik unit pembangkit maupun peralatan transmisi, sistem tidak akan kehilangan beban (tidak terjadi pemadaman) apabila sebuah elemen sistem mengalami gangguan, Dari pengertian keamanan tersebut, kita bisa mengetahui bahwa kontinuitas suplai tenaga listrik merupakan kebutuhan utama atau kondisi dimana suplainya energi listrik tidak terputus sampai ke konsumen dalam kondisi pemadaman (Pottonen, 2005). Kondisi keamanan suplai sistem tenaga listrik juga sangat dipengaruhi dengan kriteria kondisi N-1. Kriteria N-1 merupakan penilaian kecukupan pada sistem tenaga listrik. Pengertian kriteria N-1 terjadi apabila salah satu penyedia tenaga listrik dengan unit pembangkitan terbesar keluar dari sistem atau tidak beroperasi baik akibat kerusakan atau perawatan (bisa pembangkit atau saluran transmisi), maka sisa pasokan yang tersedia harus dapat memenuhi kebutuhan beban pada suatu sistem kelistrikan di daerah tersebut. Sistem kelistrikan dapat dikatakan aman apabila cadangan daya minimum dalam keadaan N-1 lebih besar dari nol atau lebih jelasnya sisa pasokan listrik dapat menyuplai beban yang dibutuhkan (Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia, 2008).

ANALISIS RAMALAN KEBUTUHAN BEBAN ENERGI LISTRIK DI REGIONAL SUMATERA UTARA TAHUN DENGAN METODE GABUNGAN

ANALISIS RAMALAN KEBUTUHAN BEBAN ENERGI LISTRIK DI REGIONAL SUMATERA UTARA TAHUN DENGAN METODE GABUNGAN ANALISIS RAMALAN KEBUTUHAN BEBAN ENERGI LISTRIK DI REGIONAL SUMATERA UTARA TAHUN 2015-2019 DENGAN METODE GABUNGAN Syafriwel 1 * 1 Program Studi Teknik Elektro, Politeknik LP3I Medan Telp: 061-7322634,

Lebih terperinci

PRAKIRAAN KEBUTUHAN BEBAN DAN ENERGI LISTRIK KABUPATEN KENDAL

PRAKIRAAN KEBUTUHAN BEBAN DAN ENERGI LISTRIK KABUPATEN KENDAL Makalah Seminar Kerja Praktek PRAKIRAAN KEBUTUHAN BEBAN DAN ENERGI LISTRIK KABUPATEN KENDAL Ayu Adinda Putri 1, Susatyo Handoko, ST. MT. 1 Mahasiswa dan Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

STUDI PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK TAHUN WILAYAH KOTA PADANG SIDIMPUAN DENGAN METODE GABUNGAN

STUDI PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK TAHUN WILAYAH KOTA PADANG SIDIMPUAN DENGAN METODE GABUNGAN STUDI PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK TAHUN 2013-2017 WILAYAH KOTA PADANG SIDIMPUAN DENGAN METODE GABUNGAN Syahrizal Agus Siregar, Eddy Warman Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE GABUNGAN DAN METODE KECENDERUNGAN (REGRESI LINIER) UNTUK PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK WILAYAH SUMATERA UTARA

PERBANDINGAN METODE GABUNGAN DAN METODE KECENDERUNGAN (REGRESI LINIER) UNTUK PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK WILAYAH SUMATERA UTARA PERBANDINGAN METODE GABUNGAN DAN METODE KECENDERUNGAN (REGRESI LINIER) UNTUK PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK WILAYAH SUMATERA UTARA Mursyid Yazid, Riswan Dinzi Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen

Lebih terperinci

STUDI KEAMANAN SUPLAI ENERGI LISTRIK BALI SAMPAI DENGAN TAHUN 2025

STUDI KEAMANAN SUPLAI ENERGI LISTRIK BALI SAMPAI DENGAN TAHUN 2025 STUDI KEAMANAN SUPLAI ENERGI LISTRIK BALI SAMPAI DENGAN TAHUN 2025 TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan menyelesaikan studi Program Sarjana Strata Satu (S1) Jurusan Teknik Elektro IGUSTI

Lebih terperinci

PENENTUAN KAPASITAS TRANSFORMATOR DAYA PADA PERENCANAAN GARDU INDUK (GI) SISTEM 70 KV (STUDI KASUS PEMBANGUNAN GARDU INDUK ENDE - ROPA MAUMERE)

PENENTUAN KAPASITAS TRANSFORMATOR DAYA PADA PERENCANAAN GARDU INDUK (GI) SISTEM 70 KV (STUDI KASUS PEMBANGUNAN GARDU INDUK ENDE - ROPA MAUMERE) ABSTRAK PENENTUAN KAPASITAS TRANSFORMATOR DAYA PADA PERENCANAAN GARDU INDUK (GI) SISTEM 70 KV (STUDI KASUS PEMBANGUNAN GARDU INDUK ENDE - ROPA MAUMERE) Agusthinus S. Sampeallo Jurusan Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1. Umum Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik yang dihasilkan pusat pembangkitan disalurkan melalui jaringan transmisi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Energi listrik dalam era sekarang ini sudah merupakan kebutuhan primer, dengan perkembangan teknologi, cara hidup, nilai kebutuhan dan pendapatan perkapita serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keharusan yang harus dipenuhi. Ketersediaan energi listrik yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keharusan yang harus dipenuhi. Ketersediaan energi listrik yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyumas khususnya kota Purwokerto dewasa ini banyak melakukan pembangunan baik infrastuktur maupun non insfrastuktur dalam segala bidang, sehingga kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1. Sistem Distribusi Tenaga Listrik Energi listrik yang dihasilkan (dibangkitkan) tidak dapat disimpan, melainkan langsung habis digunakan oleh konsumen. Oleh karena itu, daya yang

Lebih terperinci

ANALISIS SUSUT ENERGI PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI SESUAI RENCANA OPERASI SUTET 500 kv

ANALISIS SUSUT ENERGI PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI SESUAI RENCANA OPERASI SUTET 500 kv ANALISIS SUSUT ENERGI PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI SESUAI RENCANA OPERASI SUTET 500 kv I N Juniastra Gina, W G Ariastina 1, I W Sukerayasa 1 Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana 1 Staff

Lebih terperinci

Analisis Krisis Energi Listrik di Kalimantan Barat

Analisis Krisis Energi Listrik di Kalimantan Barat 37 Analisis Krisis Energi Listrik di Kalimantan Barat M. Iqbal Arsyad Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura iqbalarsyad@yahoo.co.id Abstract Electrical sector plays important

Lebih terperinci

MANFAAT DEMAND SIDE MANAGEMENT DI SISTEM KELISTRIKAN JAWA-BALI

MANFAAT DEMAND SIDE MANAGEMENT DI SISTEM KELISTRIKAN JAWA-BALI MANFAAT DEMAND SIDE MANAGEMENT DI SISTEM KELISTRIKAN JAWA-BALI 1. Kondisi Kelistrikan Saat Ini Sistem Jawa-Bali merupakan sistem interkoneksi dengan jaringan tegangan ekstra tinggi 500 kv yang membentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. apabila terjadi gangguan di salah satu subsistem, maka daya bisa dipasok dari

BAB I PENDAHULUAN. apabila terjadi gangguan di salah satu subsistem, maka daya bisa dipasok dari 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Permintaan energi listrik di Indonesia menunjukkan peningkatan yang cukup pesat dan berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai peralatan listrik. Berbagai peralatan listrik tersebut dihubungkan satu

BAB I PENDAHULUAN. berbagai peralatan listrik. Berbagai peralatan listrik tersebut dihubungkan satu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk keperluan penyediaan tenaga listrik bagi pelanggan, diperlukan berbagai peralatan listrik. Berbagai peralatan listrik tersebut dihubungkan satu sama lain mempunyai

Lebih terperinci

BAB 11 KARAKTERISTIK BEBAN TENAGA LISTRIK

BAB 11 KARAKTERISTIK BEBAN TENAGA LISTRIK BAB 11 KARAKTERISTIK BEBAN TENAGA LISTRIK A. Pendahuluan Secara umum beban yang dilayani oleh sistem distribusi elektrik ini dibagi dalam beberapa sektor yaitu sektor perumahan, sektor industri, sektor

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER

Lebih terperinci

PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK TAHUN PADA PT. PLN (PERSERO) UNIT AREA PELAYANAN DAN JARINGAN (APJ) TEGAL DENGAN METODE GABUNGAN

PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK TAHUN PADA PT. PLN (PERSERO) UNIT AREA PELAYANAN DAN JARINGAN (APJ) TEGAL DENGAN METODE GABUNGAN PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK TAHUN 2016 2020 PADA PT. PLN (PERSERO) UNIT AREA PELAYANAN DAN JARINGAN (APJ) TEGAL DENGAN METODE GABUNGAN Ikha Nurjanah *), Bambang Winardi, and Agung Nugroho Jurusan

Lebih terperinci

BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS

BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS 3.1 Kerangka Pemodelan Kajian Outlook Energi Indonesia meliputi proyeksi kebutuhan energi dan penyediaan energi. Proyeksi kebutuhan energi jangka panjang dalam kajian

Lebih terperinci

PERAMALAN BEBAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE TIME SERIES UNTUK KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK DI GARDU INDUK SUNGAI RAYA

PERAMALAN BEBAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE TIME SERIES UNTUK KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK DI GARDU INDUK SUNGAI RAYA PERAMALAN BEBAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE TIME SERIES UNTUK KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK DI GARDU INDUK SUNGAI RAYA Syarif M. Bahtiar Program Studi Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Potensi Energi Listrik dari Sampah Surakarta Untuk menganalisa dan membahas potensi energi listrik dari sampah Solo di TPA Putri Cempo, penulis mencari data dari beberapa

Lebih terperinci

Analisa Perkiraan Energi Menggunakan Metode Koefisien Energi. (Studi Kasus : PT.PLN (PERSERO) Area Gorontalo)

Analisa Perkiraan Energi Menggunakan Metode Koefisien Energi. (Studi Kasus : PT.PLN (PERSERO) Area Gorontalo) Analisa Perkiraan Energi Menggunakan Metode Koefisien Energi (Studi Kasus : PT.PLN (PERSERO) Area Gorontalo) Yuningsih Akili 1 Yasin Mohamad 2 Abstrak Meningkatnya kebutuhan energi tidak lepas dari jumlah

Lebih terperinci

BAB III KARAKTERISTIK BEBAN

BAB III KARAKTERISTIK BEBAN BAB III KARAKTERISTIK BEBAN 3.1 UMUM Tujuan umum dari sistem distribusi tenaga listrik ialah mendistribusikan tenaga listrik dari gardu induk ke pelanggan atau beban. Dalam mendesaian sistem tersebut,

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman modern ini tidak dapat dipungkiri bahwa seluruh umat manusia saat ini memiliki ketergantungan yang sangat besar dengan energi listrik. Listrik sudah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar sampai ke konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar sampai ke konsumen. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam penggunaan daya listrik, mutlak dibutuhkan sistem distribusi. Sistem distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang berguna untuk menyalurkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mutakhir Penelitian tentang peramalan beban puncak telah beberapa kali dilakukan sebelumnya. Gina (2012) dalam penelitiannya peramalan beban puncak untuk pertumbuhan

Lebih terperinci

ANALISIS RUGI-RUGI ENERGI SISTEM DISTRIBUSI PADA GARDU INDUK SEI. RAYA

ANALISIS RUGI-RUGI ENERGI SISTEM DISTRIBUSI PADA GARDU INDUK SEI. RAYA ANALISIS RUGI-RUGI ENERGI SISTEM DISTRIBUSI PADA GARDU INDUK SEI. RAYA Agus Hayadi Program Studi Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura agushayadi@yahoo.com Abstrak-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan energi yang dihasilkan dari sumber energi lain

BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan energi yang dihasilkan dari sumber energi lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan energi yang dihasilkan dari sumber energi lain seperti bahan bakar fosil (minyak, gas alam dan batu bara), hidro, panas bumi dan nuklir. Dibangkitkan

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik Generator Transformator Pemutus Tenaga Distribusi sekunder Distribusi Primer 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Secara garis besar, suatu sistem tenaga listrik yang lengkap

Lebih terperinci

2015, No Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5530); 3. Peraturan Pemerintah Nomor tentang Kebijakan Energi Nasi

2015, No Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5530); 3. Peraturan Pemerintah Nomor tentang Kebijakan Energi Nasi BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1151, 2015 KEMEN-ESDM. Ketenagalistrikan. Rencana Umum. Penyusunan. Pedoman. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015

Lebih terperinci

4. GAMBARAN UMUM 4.1 Pertumbuhan Ekonomi

4. GAMBARAN UMUM 4.1 Pertumbuhan Ekonomi 4. GAMBARAN UMUM 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan dasar pengukuran atas nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha yang timbul akibat adanya

Lebih terperinci

Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya ANALISIS KEBUTUHAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PENYUSUNAN TARIF LISTRIK REGIONAL DI DAERAH PROVINSI BALI GUNA MEMENUHI PASOKAN ENERGI LISTRIK 10 TAHUN MENDATANG I Putu Surya Atmaja 2205 100 107 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan kapasitas pembangkit tenaga listrik.(dikutip dalam jurnal Kelistrikan. Indonesia pada Era Millinium oleh Muchlis, 2008:1)

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan kapasitas pembangkit tenaga listrik.(dikutip dalam jurnal Kelistrikan. Indonesia pada Era Millinium oleh Muchlis, 2008:1) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Listrik merupakan salah satu kebutuhan masyarakat yang sangat penting dan sebagai sumber daya ekonomis yang paling utama yang dibutuhkan dalam suatu kegiatan usaha.

Lebih terperinci

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK Gardu Induk merupakan suatu instalasi listrik yang terdiri atas beberapa perlengkapan dan peralatan listrik dan menjadi penghubung listrik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Jaringan Distribusi Sistem Tenaga listrik di Indonesia tersebar dibeberapa tempat, maka dalam penyaluran tenaga listrik dari tempat yang dibangkitkan sampai ke tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sebuah kehidupan. Energi listrik merupakan energi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sebuah kehidupan. Energi listrik merupakan energi yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Didalam dunia yang sedang berkembang, energi listrik merupakan aspek sangat penting dalam sebuah kehidupan. Energi listrik merupakan energi yang sangat berperan penting

Lebih terperinci

Kata kunci Kabel Laut; Aliran Daya; Susut Energi; Tingkat Keamanan Suplai. ISBN: Universitas Udayana

Kata kunci Kabel Laut; Aliran Daya; Susut Energi; Tingkat Keamanan Suplai. ISBN: Universitas Udayana Efek Beroperasinya Kabel Laut Bali Nusa Lembongan Terhadap Sistem Kelistrikan Tiga Nusa Yohanes Made Arie Prawira, Ida Ayu Dwi Giriantari, I Wayan Sukerayasa Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu perhatian besar dari berbagai negara-negara di dunia. Sumber daya energi

BAB I PENDAHULUAN. satu perhatian besar dari berbagai negara-negara di dunia. Sumber daya energi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan energi, baik energi primer dan energi sekunder menjadi salah satu perhatian besar dari berbagai negara-negara di dunia. Sumber daya energi telah menjadi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2000 TENTANG HARGA JUAL TENAGA LISTRIK YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO)

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2000 TENTANG HARGA JUAL TENAGA LISTRIK YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2000 TENTANG HARGA JUAL TENAGA LISTRIK YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 15 BAB III LANDASAN TEORI Tenaga listrik dibangkitkan dalam Pusat-pusat Listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTP dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran transmisi yang sebelumnya terlebih dahulu dinaikkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasokan energi listrik yang cukup merupakan salah satu komponen yang penting dalam mendorong pertumbuhan perekonomian di dalam suatu negara, sehingga penyedia energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat terpenuhi secara terus menerus. mengakibatkan kegagalan operasi pada transformator.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat terpenuhi secara terus menerus. mengakibatkan kegagalan operasi pada transformator. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fungsi utama sistem tenaga listrik adalah untuk memenuhi kebutuhan energi listrik setiap konsumen secara terus menerus. Sebelum tenaga listrik disalurkan ke konsumen

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1 Umum BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Kehidupan moderen salah satu cirinya adalah pemakaian energi listrik yang besar. Besarnya pemakaian energi listrik itu disebabkan karena banyak dan beraneka

Lebih terperinci

VIII. EFISIENSI DAN STRATEGI ENERGI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

VIII. EFISIENSI DAN STRATEGI ENERGI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA VIII. EFISIENSI DAN STRATEGI ENERGI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA Pada bagian ini dibahas efisiensi energi dalam perekonomian Indonesia, yang rinci menjadi efisiensi energi menurut sektor. Disamping itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan bisnis, industri, dan lain sebagainya. Sehingga diperlukan peramalan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan bisnis, industri, dan lain sebagainya. Sehingga diperlukan peramalan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengantar Seiring dengan kemajuan teknologi, permasalahan pada dunia listrik sering terjadi salah satunya pada kebutuhan energi listrik. Kebutuhan energi listrik yang semakin bertambah

Lebih terperinci

Tarif dan Koreksi Faktor Daya

Tarif dan Koreksi Faktor Daya Tarif dan Koreksi Faktor Daya Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta HP: 0812 274 5354 giriwiyono @uny.ac.id Tujuan: Mahasiswa dapat: 1.

Lebih terperinci

Studi Pembangunan PLTU Sumbawa Barat 2x7 MW Untuk Memenuhi Kebutuhan Energi Listrik Di Pulau Sumbawa Nusa Tenggara Barat

Studi Pembangunan PLTU Sumbawa Barat 2x7 MW Untuk Memenuhi Kebutuhan Energi Listrik Di Pulau Sumbawa Nusa Tenggara Barat Studi Pembangunan PLTU Sumbawa Barat 2x7 MW Untuk Memenuhi Kebutuhan Energi Listrik Di Pulau Sumbawa Nusa Tenggara Barat Oleh : Deni Kristanto (2209 105 099) Dosen Pembimbing : Ir. Syariffudin Mahmudsyah,

Lebih terperinci

METODE PENGATURAN PENGGUNAAN TENAGA LISTRIK DALAM UPAYA PENGHEMATAN BAHAN BAKAR PEMBANGKIT DAN ENERGI. Oleh : Widodo *)

METODE PENGATURAN PENGGUNAAN TENAGA LISTRIK DALAM UPAYA PENGHEMATAN BAHAN BAKAR PEMBANGKIT DAN ENERGI. Oleh : Widodo *) METODE PENGATURAN PENGGUNAAN TENAGA LISTRIK DALAM UPAYA PENGHEMATAN BAHAN BAKAR PEMBANGKIT DAN ENERGI Oleh : Widodo *) Abstrak Dalam pengoperasian sisitem tenaga listrik harus selalu diusahakan agar daya

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan oleh: SUMARTANTO D

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan oleh: SUMARTANTO D NASKAH PUBLIKASI PERKIRAAN BEBAN JARINGAN DISTRIBUSI DI WONOGIRI TAHUN 2014-2018 MENGGUNAKAN METODE REGRESI DENGAN PERBANDINGAN ANTARA APLIKASI MATLAB DAN MICROSOFT EXCEL Diajukan oleh: SUMARTANTO D 400

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masa sekarang ini di kehidupan sehari-hari. Hampir seluruh manusia di

BAB I PENDAHULUAN. pada masa sekarang ini di kehidupan sehari-hari. Hampir seluruh manusia di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan kebutuhan pokok manusia yang tidak terlepas pada masa sekarang ini di kehidupan sehari-hari. Hampir seluruh manusia di dunia menggunakan listrik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk menunjang kehidupan manusia sekarang ini. Di era globalisasi sekarang ini

I. PENDAHULUAN. untuk menunjang kehidupan manusia sekarang ini. Di era globalisasi sekarang ini I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu bentuk energi yang sangat penting untuk menunjang kehidupan manusia sekarang ini. Di era globalisasi sekarang ini tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

PROYEKSI KEBUTUHAN DAYA LISTRIK DI PROPINSI SULAWESI TENGAH TAHUN

PROYEKSI KEBUTUHAN DAYA LISTRIK DI PROPINSI SULAWESI TENGAH TAHUN PROYEKSI KEBUTUHAN DAYA LISTRIK DI PROPINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2007-2020 Tadjuddin Hamdany Dosen Jurusan Teknik Elektro UNTAD Palu, Indonesia email: ophadhanny@yahoo.co.id Abstract The study is devoted

Lebih terperinci

Yuningsih Akili 1 Yasin Mohamad 2. Abstrak

Yuningsih Akili 1 Yasin Mohamad 2. Abstrak Analisa Perkiraan Energi Menggunakan Metode Koefisien Energi (Studi Kasus : PT.PLN (PERSERO) Area Gorontalo) Yuningsih Akili 1 Yasin Mohamad 2 Abstrak Meningkatnya kebutuhan energi tidak lepas dari jumlah

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan tumbuh dan berkembangnya jumlah penduduk maka sistem distribusi tenaga listrik juga berkembang. Kebutuhan tenaga listrik semakin meningkat dari

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Produk Domestik Regional Bruto

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Produk Domestik Regional Bruto 18 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Produk Domestik Regional Bruto Dalam menghitung pendapatan regional, dipakai konsep domestik. Berarti seluruh nilai tambah yang ditimbulkan oleh berbagai sektor atau lapangan

Lebih terperinci

Peramalan Beban Jangka Panjang Sistem Kelistrikan Kota Palu Menggunakan Metode Logika Fuzzy

Peramalan Beban Jangka Panjang Sistem Kelistrikan Kota Palu Menggunakan Metode Logika Fuzzy 13 Peramalan Beban Jangka Panjang Sistem Kelistrikan Kota Palu Menggunakan Metode Logika Fuzzy Maryantho Masarrang, Erni Yudaningtyas, dan Agus Naba Abstract Long-term load forecasting is intended to estimate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perkembangan teknologi yang semakin maju dan persaingan dunia kerja yang semakin ketat menuntut para lulusan perguruan tinggi untuk menguasai bidangnya. Penguasaan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Listrik Negara Sejarah Ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika beberapa perusahaan Belanda mendirikan pembangkit tenaga

Lebih terperinci

STUDI RUGI DAYA SISTEM KELISTRIKAN BALI AKIBAT PERUBAHAN KAPASITAS PEMBANGKITAN DI PESANGGARAN

STUDI RUGI DAYA SISTEM KELISTRIKAN BALI AKIBAT PERUBAHAN KAPASITAS PEMBANGKITAN DI PESANGGARAN Teknologi Elektro, Vol.,., Juli Desember 0 9 STUDI RUGI DAYA SISTEM KELISTRIKAN BALI AKIBAT PERUBAHAN KAPASITAS PEMBANGKITAN DI PESANGGARAN I P. A. Edi Pramana, W. G. Ariastina, I W. Sukerayasa Abstract

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia dan juga dapat berpengaruh pada peningkatan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia dan juga dapat berpengaruh pada peningkatan pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Didalam dunia yang berkembang saat ini, energi listrik merupakan aspek yang sangat penting dalam sebuah kehidupan. Energi listrik merupakan energi yang sangat berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya yang meliputi pada aspek sosial, ekonomi maupun politik.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya yang meliputi pada aspek sosial, ekonomi maupun politik. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Nasional merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara terus-menerus dalam rangka mencapai kesejahteraan bagi masyarakatnya. Pencapaian kesejahteraan tersebut

Lebih terperinci

ANALISA PERHITUNGAN SUSUT TEKNIS DENGAN PENDEKATAN KURVA BEBAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI PT. PLN (PERSERO) RAYON MEDAN KOTA

ANALISA PERHITUNGAN SUSUT TEKNIS DENGAN PENDEKATAN KURVA BEBAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI PT. PLN (PERSERO) RAYON MEDAN KOTA SINGUDA ENSIKOM VOL. 6 NO.2 /February ANALISA PERHITUNGAN SUSUT TEKNIS DENGAN PENDEKATAN KURVA BEBAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI PT. PLN (PERSERO) RAYON MEDAN KOTA Bayu Pradana Putra Purba, Eddy Warman Konsentrasi

Lebih terperinci

Perencanaan Sistem Distribusi 20 KV Siau Tahun 2020

Perencanaan Sistem Distribusi 20 KV Siau Tahun 2020 e-jurnal Teknik Elektro dan Komputer (2013) 1 Perencanaan Sistem Distribusi 20 KV Siau Tahun 2020 Vinny Janis, Maickel Tuegeh, ST., MT., Ir. Fielman Lisi, MT., Ir. Hans Tumaliang, MT. Jurusan Teknik Elektro-FT.

Lebih terperinci

ANALISIS RUGI RUGI ENERGI LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI

ANALISIS RUGI RUGI ENERGI LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI TUGAS AKHIR ANALISIS RUGI RUGI ENERGI LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI Oleh Senando Rangga Pitoy NIM : 12 023 030 Dosen Pembimbing Deitje Pongoh, ST. M.pd NIP. 19641216 199103 2 001 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Load Flow atau studi aliran daya di dalam sistem tenaga merupakan studi

BAB 1 PENDAHULUAN. Load Flow atau studi aliran daya di dalam sistem tenaga merupakan studi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Load Flow atau studi aliran daya di dalam sistem tenaga merupakan studi yang mengungkapkan kinerja dan aliran daya (nyata dan reaktif) untuk keadaan tertentu ketika

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK TAHUN 2006 2015 PADA PT. PLN (PERSERO) UNIT PELAYANAN JARINGAN (UPJ) DI WILAYAH KOTA SEMARANG DENGAN METODE GABUNGAN Kurniawan Fitrianto*,

Lebih terperinci

A. SALURAN TRANSMISI. Kategori saluran transmisi berdasarkan pemasangan

A. SALURAN TRANSMISI. Kategori saluran transmisi berdasarkan pemasangan A. SALURAN TRANSMISI Kategori saluran transmisi berdasarkan pemasangan Berdasarkan pemasangannya, saluran transmisi dibagi menjadi dua kategori, yaitu: 1. saluran udara (overhead lines); saluran transmisi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Proses Penyaluran Tenaga Listrik Gambar 2.1. Proses Tenaga Listrik Energi listrik dihasilkan dari pusat pembangkitan yang menggunakan energi potensi mekanik (air, uap, gas, panas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Asumsi Dasar 4.1.1 Demografi Provinsi Banten Provinsi Banten secara umum merupakan dataran rendah dengan ketinggian 0 200 meter di atas permukaan laut, serta

Lebih terperinci

LAMPIRAN I KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 48 TAHUN 2000 TANGGAL : 31 MARET 2000 GOLONGAN TARIF DASAR LISTRIK

LAMPIRAN I KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 48 TAHUN 2000 TANGGAL : 31 MARET 2000 GOLONGAN TARIF DASAR LISTRIK LAMPIRAN I GOLONGAN DASAR LISTRIK No. GOLONGAN BATAS DAYA KETERANGAN 1. S-1/TR 220 VA Tarif S-1 yaitu tarif untuk keperluan pemakai sangat kecil (tegangan rendah) 2. S-2/TR 250 VA s.d 200 kva Tarif S-2

Lebih terperinci

PENETAPAN TARIF DASAR LISTRIK (TDL) UNTUK SEKTOR INDUSTRI DI INDONESIA

PENETAPAN TARIF DASAR LISTRIK (TDL) UNTUK SEKTOR INDUSTRI DI INDONESIA PENETAPAN TARIF DASAR LISTRIK (TDL) UNTUK SEKTOR INDUSTRI DI INDONESIA Meylinda Mulyati 1 ABSTRAK Kenaikan tarif dasar listrik (TDL) yang terus meningkat hingga akhir tahun 2006 cukup meresahkan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS Gambar 4.1 Lokasi PT. Indonesia Power PLTP Kamojang Sumber: Google Map Pada gambar 4.1 merupakan lokasi PT Indonesia Power Unit Pembangkitan dan Jasa Pembangkitan Kamojang terletak

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan energi listrik di masyarakat kian meningkat seiring dengan meningkatnya pemanfaatan energi listrik pada seluruh aspek kehidupan manusia. Energi listrik merupakan

Lebih terperinci

Keadaan atau kejadian-kejadian pada masa yang akan datang tidaklah akan selalu sesuai dengan yang diharapkan, oleh karena itu perlu dilakukan suatu

Keadaan atau kejadian-kejadian pada masa yang akan datang tidaklah akan selalu sesuai dengan yang diharapkan, oleh karena itu perlu dilakukan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kata peramalan pada dasarnya adalah suatu perkiraan tentang suatu kejadian atau keadaan dimasa yang akan datang. Jadi jelaslah bahwa peramalan itu bukan

Lebih terperinci

METODE KOEFISIEN ENERGI UNTUK PERAMALAN BEBAN JANGKA PENDEK PADA JARINGAN JAWA MADURA BALI

METODE KOEFISIEN ENERGI UNTUK PERAMALAN BEBAN JANGKA PENDEK PADA JARINGAN JAWA MADURA BALI METODE KOEFISIEN ENERGI UNTUK PERAMALAN BEBAN JANGKA PENDEK PADA JARINGAN JAWA MADURA BALI Kafahri Arya Hamidie Konsumsi daya listrik mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan pembangunan untuk peningkatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Berdasarkan data PLN APB Jawa Barat tahun 2014, subsistem Cirata 150 kv disuplai oleh dua unit IBT 500 MVA pada tegangan 500/150 kv di Gardu Induk Tegangan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Informasi Umum 4.1.1 Profil Kabupaten Bantul Kabupaten Bantul merupakan salah satu kabupaten yang berada di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terletak antara 07

Lebih terperinci

MEDIA ELEKTRIK, Volume 3 Nomor 1, Juni 2008

MEDIA ELEKTRIK, Volume 3 Nomor 1, Juni 2008 Zulhajji, Penghematan Energi Listrik Rumah Tangga dengan Metode Demand Side Management PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK RUMAH TANGGA DENGAN METODE DEMAND SIDE MANAGEMENT (DSM) Zulhajji Jurusan Pendidikan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring berkembangnya zaman, teknologi pun juga ikut berkembang. Perkembangan teknologi ini mengakibatkan hampir semua peralatan bekerja dengan bersumber dari listrik

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk 17 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Seperti diketahui PDRB adalah penjumlahan dari seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB) yang dihasilkan oleh setiap kegiatan/lapangan usaha. Dalam penghitungan PDRB, seluruh lapangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya daya listrik, hampir semua peralatan kebutuhan sehari-hari membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. adanya daya listrik, hampir semua peralatan kebutuhan sehari-hari membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya dunia teknologi baik di bidang industri, usaha, maupun rumah tangga yang mana semua kebutuhan tersebut membutuhkan adanya daya listrik, hampir

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator, BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK II.1. Sistem Tenaga Listrik Struktur tenaga listrik atau sistem tenaga listrik sangat besar dan kompleks karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik

Lebih terperinci

ANALISIS KEANDALAN SISTEM PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK PLN REGION 3 TAHUN

ANALISIS KEANDALAN SISTEM PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK PLN REGION 3 TAHUN ANALISIS KEANDALAN SISTEM PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK PLN REGION 3 TAHUN 2008-2017 Massus Subekti 1), Uno Bintang Sudibyo 2), I Made Ardit 3) Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara yang memproduksi aluminium batangan terletak di Desa Kuala Tanjung, Kecamatan Sei Suka, Kabupaten

Lebih terperinci

Studi Pembangunan PLTGU Senoro (2 x 120 MW) Dan Pengaruhnya Terhadap Tarif Listrik Regional di Sulawesi Tengah

Studi Pembangunan PLTGU Senoro (2 x 120 MW) Dan Pengaruhnya Terhadap Tarif Listrik Regional di Sulawesi Tengah Studi Pembangunan PLTGU Senoro (2 x 120 MW) Dan Pengaruhnya Terhadap Tarif Listrik Regional di Sulawesi Tengah Tedy Rikusnandar NRP 2208 100 643 Dosen Pembimbing Ir. Syariffuddin Mahmudsyah, M. Eng Ir.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem Tenaga Listrik adalah sistem penyediaan tenaga listrik yang terdiri dari beberapa pembangkit atau pusat listrik terhubung satu dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semua kekayaan bumi Indonesia yang dikelola sebagai pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. Semua kekayaan bumi Indonesia yang dikelola sebagai pengembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semua kekayaan bumi Indonesia yang dikelola sebagai pengembangan ekonomi, yang diantaranya dari sisi kehutanan, pertanian, pertambangan dan energi yang ada seharusnya

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 14 MW PROGRAM PT.PLN UNTUK MENGATASI KRISIS

PEMBANGUNAN PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 14 MW PROGRAM PT.PLN UNTUK MENGATASI KRISIS PEMBANGUNAN PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 14 MW DI MELAK KALIMANTAN TIMUR SEBAGAI PROGRAM PT.PLN UNTUK MENGATASI KRISIS KELISTRIKAN DI INDONESIA TIMUR Oleh : Bayu Hermawan (2206 100 717) Dosen Pembimbing :

Lebih terperinci

Bab 3. Teknik Tenaga Listrik

Bab 3. Teknik Tenaga Listrik Bab 3. Teknik Tenaga Listrik Teknik Tenaga Listrik ialah ilmu yang mempelajari konsep dasar kelistrikan dan pemakaian alat yang asas kerjanya berdasarkan aliran elektron dalam konduktor (arus listrik).

Lebih terperinci

TEKNIK TENAGA LISTRIK DASAR

TEKNIK TENAGA LISTRIK DASAR TEKNIK TENAGA LISTRIK DASAR Oleh : Hamzah Berahim Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2011 Hak Cipta 2011 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau

Lebih terperinci

SISTEM TENAGA LISTRIK

SISTEM TENAGA LISTRIK SISTEM TENAGA LISTRIK SISTEM TENAGA LISTRIK Sistem Tenaga Listrik : Sekumpulan Pusat Listrik dan Gardu Induk (Pusat Beban) yang satu sama lain dihubungkan oleh Jaringan Transmisi sehingga merupakan sebuah

Lebih terperinci

PROYEKSI KEBUTUHAN LISTRIK PLN TAHUN 2003 S.D 2020

PROYEKSI KEBUTUHAN LISTRIK PLN TAHUN 2003 S.D 2020 PROYEKSI KEBUTUHAN LISTRIK PLN TAHUN 2003 S.D 2020 Moch. Muchlis dan Adhi Darma Permana ABSTRACT Electricity demand will increase every year to follow population growth, prosperity improvement, and economic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melonjak dengan tinggi dan cepat, khususnya kebutuhan listrik bagi rumah

BAB I PENDAHULUAN. melonjak dengan tinggi dan cepat, khususnya kebutuhan listrik bagi rumah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PLN (Perusahaan Listrik Negara) merupakan salah satu Perusahaan Milik Negara yang memberikan pelayanan kepada calon pelanggan dan masyarakat dalam penyediaan

Lebih terperinci

BAB 4 INDIKATOR EKONOMI ENERGI

BAB 4 INDIKATOR EKONOMI ENERGI BAB 4 INDIKATOR EKONOMI ENERGI Indikator yang lazim digunakan untuk mendapatkan gambaran kondisi pemakaian energi suatu negara adalah intensitas energi terhadap penduduk (intensitas energi per kapita)

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Sistem Tenaga Listrik Jawa Bali

Gambar 3.1 Sistem Tenaga Listrik Jawa Bali BAB III SISTEM TENAGA LISTRIK JAWA BALI 3.1 Gambaran Umum Operasi Sistem Tenaga Listrik Jawa Bali (STLJB) untuk sisi tegangan ekstra tinggi dan tegangan tinggi dikelola oleh PT PLN (Persero) Penyaluran

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Hadirnya energi listrik ke dalam kehidupan manusia merupakan salah satu hal penting yang mendukung pesatnya perkembangan kemajuan kehidupan di dunia sekarang ini. Hampir setiap

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh.

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh. BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Jaringan Distribusi Pada dasarnya dalam sistem tenaga listrik, dikenal 3 (tiga) bagian utama seperti pada gambar 2.1 yaitu : a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. negara, tetapi pembangunan memiliki perspektif yang luas lebih dari itu. Dimensi

I. PENDAHULUAN. negara, tetapi pembangunan memiliki perspektif yang luas lebih dari itu. Dimensi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan pada dasarnya bukan hanya sekedar fenomena ekonomi. Tidak hanya ditunjukkan oleh prestasi pembangunan yang dicapai oleh suatu negara, tetapi pembangunan

Lebih terperinci

BESAR SUBSIDI UNTUK DISTRIBUSI JAWA TIMUR TAHUN 2007 SEBESAR Rp.224,21/kWh

BESAR SUBSIDI UNTUK DISTRIBUSI JAWA TIMUR TAHUN 2007 SEBESAR Rp.224,21/kWh BESAR SUBSIDI UNTUK DISTRIBUSI JAWA TIMUR TAHUN 2007 SEBESAR Rp.224,21/kWh Dalam perkembangannya, untuk memenuhi keinginan dari permintaan calon pelanggan rumah tangga, PT.PLN mengeluarkan produk-produk

Lebih terperinci