I. PENDAHULUAN. terbuka itu. Begitu pula dengan jumlah masyarakat miskin yang pada tahun 2013
|
|
- Siska Hadiman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan tugas negara dalam mensejahterakan masyarakatnya masih jauh dari target yang diharapkan. Salah satu indikator mengenai hal ini dapat dilihat pada jumlah pengangguran terbuka masyarakat Indonesia yang pada bulan Agustus 2013 sebesar orang (BPS; 2013), yang berarti negara harus lebih berdaya dalam menyediakan lapangan pekerjaan bagi penduduknya. Tanpa lapangan pekerjaan yang memadai, sulit untuk menekan angka pengangguran terbuka itu. Begitu pula dengan jumlah masyarakat miskin yang pada tahun 2013 masih berjumlah 28,04 juta jiwa atau sekitar 22,71 persen dari seluruh masyarakat Indonesia. (BPS; 2013). Ketidakseimbangan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia dengan jumlah pencari kerja mengakibatkan sebagian dari masyarakat Indonesia memilih untuk bekerja sebagai buruh (migran) di luar negeri. Ketertarikan untuk bekerja sebagai buruh migran di luar negeri tersebut termotivasi oleh penghasilan yang lebih besar pada lapangan pekerjaan di luar negeri dan kebutuhan keluarga para buruh migran yang semakin hari justru semakin bertambah banyak. Fenomena migrasi ke luar negeri untuk bekerja sebagai buruh ini disebut dengan migrasi perburuhan, sementara pelaku migrasinya dikenal dengan sebutan sebagai pekerja migran (ILO; 2007). Berdasarkan data yang diperoleh dari Direktorat Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia (BHI) Kementerian Luar Negeri, saat ini terdapat sekitar sekitar Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri, 1
2 yang terdiri dari TKI formal sebanyak dan non formal (Surat Kemenlu terhadap Pegiat Sumber Daya-Buruh Migran tertanggal 28 Oktober 2013). Tingginya angka ini salah satunya disebabkan oleh pengiriman jumlah Tki setiap tahun yang tidak pernah berjumlah sedikit. Pada tahun lalu, Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) mengirimkan TKI sebanyak orang (Puslitfo-BNP2TKI). Dengan jumlah TKI yang sangat banyak di luar negeri, banyak pula persoalan yang kemudian muncul. Masalah telah tampak pada saat-saat sebelum keberangkatan TKI atau disebut dengan pra-pemberangkatan. Pada tahap ini, banyak TKI tidak mengerti bahwa mereka ditipu oleh calo dengan melakukan pemalsuan dokumen. Selain itu, tidak ada standardisasi kurikulum yang ditetapkan oleh BLK-LN bagi para TKI yang akan bekerja di luar negeri, sesuai dengan bidangnya masing-masing. Setelah para TKI bekerja, mereka kerapkali mendapatkan perlakuan tidak manusiawi dari buruh majikannya, khususnya terjadi di negara Arab Saudi dan Malaysia yang sangat memperlakukan TKI secara sewenang-wenang. Pasca bekerja dan kembali ke tanah air, TKI kembali menghadapi masalah baru, yang ketidakmampuan mengelola uang secara efektif dari tempat bekerja, sehingga kembali menganggur ketika di tanah air. Dari berbagai permasalahan di atas, masalah yang paling banyak mengemuka adalah kecelakaan kerja, penyiksaan, pelecehan seksual, beban kerja yang berat, dan jam kerja yang tidak sesuai.permasalahan itu belum ditambah lagi dengan banyaknya TKI yang kehabisan visa (overstayed) namun belum pulang ke Indonesia, dan banyaknya TKI yang akan dieksekusi di luar negeri, seperti yang terbaru adalah 2
3 Wilfrida Soik di Malaysia dan Satinah di Arab Saudi (Publikasi Pusat Sumber Daya Buruh Migran: 2014). Dengan maraknya permasalahan dan minimnya akses informasi oleh buruh yang terjadi sebagaimana dipaparkan di atas, proses kerjasama dan koordinasi antarlembaga pemerintah seperti BPN2TKI, Kementerian Luar Negeri, belum juga maksimal. Sementara, pemerintah berkewajiban memenuhi hak-hak buruh migran tersebut. Banyak kasus-kasus yang terjadi sebagai bukti ketidaksinkronan tiga lembaga pemerintah utama yang menangani TKI di luar negeri, yaitu BPN2TKI, Kementerian Luar Negeri, dan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Contoh kasus yang terjadi adalah rusuhnya Kantor Konsulat Jenderal Republik Indonesia pada tanggal 9 Juni 2013 karena lemahnya kualitas pelayanan dan konsep administrasi yang seharusnya dirumuskan bersama oleh semua instansi yang menangani TKI tersebut menanggapi jumlah TKI yang overstayed di Arab Saudi. Kasus lainnya yang dikritik oleh berbagai kalangan pemerhati masalah buruh adalah meninggalnya Mainah binti Daan di Arab Saudi, yang jenazahnya tiba di Indonesia tanpa diketahui pihak Kementerian Luar Negeri dan BNP2TKI, padahal TKI tersebut adalah TKI yang berdokumen KTKLN resmi. Beberapa hari kemudian, barulah kemudian BPN2TKI membenarkan bahwa jenazah tersebut adalah jenazah TKI Indonesia. Kejadian ini makin menunjukkan betapa lemahnya koordinasi antara BPN2TKI dan Kemenlu RI. Ketidaksingkronan dan kurangnya koordinasi dalam penanganan suatu kasus dapat disebabkan oleh lemahnya networking dan kerjasama antara lembaga. Hal ini banyak disebabkan oleh tingginya ego sektoral yang masih melingkupi sebagian besar instansi publik di Indonesia. (Killian, 2012). Solusi yang tepat 3
4 untuk mengatasi masalah ego struktural adalah kolaborasi. Menurut Gray, kolaborasi adalah penyatuan apresiasi, dan/atau sumber daya material, seperti informasi, uang, tenaga kerja, dll. Oleh dua atau lebih stakeholders untuk memecahkan seperangkat masalah yang tidak dapat dipecahkan secara individu. (1985:912). Kolaborasi sangat dibutuhkan di dunia modern seperti sekarang ini, dimana globalisasi telah menyentuh seluruh tempat yang ada di dunia. Perkembangan teknologi informasi dan sistem pemerintahan menuntut setiap negara melakukan kerjasama antar stakeholder, dari pihak publik, swasta, maupun NGO, untuk melaksanakan program-program pembangunan dan menjamin urusan warganegaranya terpenuhi dengan baik dan lancar. Bahkan pihak swasta pun yang sebelumnya saling bersaing, memutuskan untuk melakukan kolaborasi dalam rangka melaksanakan manajemen strategis menuju pencapaian target dan tujuan yang telah mereka tetapkan. Begitupun dengan sektor publik, yang juga melaksanakan kolaborasi dalam melaksanakan pelayanan atau menjalankan suatu tugas negara tertentu, pada suatu level, karena begitu kompleks dan rumitnya sebuah permasalah, maka perlu dijalin kerjasama antar lembaga pemerintah, yang konsep ini dikenal dengan istilah collaborative governance. Collaborative governance merujuk pada penyusunan kepemerintahan, dimana satu atau lebih instansi publik secara langsung berhubungan dengan stakeholders non-negara dalam sebuah proses pengambilan keputusan yang formal, berorientasi konsensus, deliberatif dan menuju pada formulasi atau implementasi kebijakan publik, atau dapat pula dalam manajemen program atau aset publik. (Ansell dan Gash, 2008). Berdasarkan pengertian ini, dapat 4
5 dimengerti bahwa collaborative governance ditujukan untuk tercapainya tujuan tertentu yang berkaitan dengan pelaksanaan program atau kebijakan pemerintah. Namun, dalam kenyataannya, khususnya dalam hal ini adalah penanganan TKI, pemerintah belum menunjukkan adanya suatu konsep mekanisme collaborative governance yang jelas dan terancang dengan seksama tentang pembagian tugas dan kewenangan masing-masing lembaga. Hal lain yang patut dicermati adalah bahwa penanganan TKI tidak dapat dipisahkan dari keterlibatan NGO yang concern dalam advokasi masalah yang dihadapi oleh TKI. Pemerintah selama ini banyak mendapatkan masukan, saran, dan informasi tentang kondisi dan permasalahan TKI yang muncul di akar rumput, baik pada masa pra-pemberangkatan, bekerja, maupun setelah pulang ke Indonesia. Namun, sayangnya pemerintah belum banyak melibatkan NGO tersebut dalam proses formulasi, implementasi, maupun evaluasi kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan buruh migran internasional. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian yang mengukur sejauh mana collaborative governance telah dilakukan oleh pemerintah Republik Indonesia, dalam hal ini pada tingkat lokal, yaitu Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 5
6 1.2 Rumusan Masalah Ada beberapa masalah yang mengemuka dalam pengelolaan masalah buruh migran di Daerah Istimewa Yogyakarta. Yang pertama, berkaitan dengan dualisme kewenangan antara Dinas Tenaga Kerja Provinsi DIY dengan Badan Penempatan, Penyaluran, dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) DIY. Dalam beberapa hal, keduanya mengklaim memiliki kewenangan untuk menerbitkan izin kepada Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS). Pihak BP3TKI Yogyakarta mengklaim bahwa para PPTKIS harus mendaftarkan dirinya kepada BP3TKI. Padahal, sesuai dengan yang tercantum dalam Pasal 5 ayat 1b Permenakertrans RI Nomor Per. 07/MEN/IV/2008, badan yang berhak memberikan izin untuk pendirian dan perekrutan tenaga kerja luar negeri adalah Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi di tingkat provinsi. Hal ini menyebabkan terjadinya inefisiensi dan inefektivitas kerja birokrasi pemerintah maupun kemudahan masyarakat dalam mengurus perizinan yang cepat dan mudah. (wawancara dengan Manager Advokasi Buruh Migran LSM Infest Yogyakarta dan Kepala Bagian Tata Usaha BP3TKI Yogyakarta). Persoalan kedua yang muncul adalah dalam hal penanganan TKI ilegal. Dalam kondisi standar, seorang Tenaga Kerja Indosia yang bekerja di luar negeri melakukan kontrak selama dua tahun dengan PPTKIS yang merekrutnya dengan disaksikan oleh BP3TKIS dalam surat perjanjian tersebut. 6
7 Persoalan lain yang mengemuka dalam penanganan buruh migran internasional asal Provinsi D.I. Yogyakarta adalah mengenai Kartu Tanda Kerja Luar Negeri (KTKLN) yang harus dibuat oleh seluruh buruh migran yang akan bekerja di luar negeri. Sanksi yang diberikan apabila tidak memiliki KTKLN, maka seorang buruh dilarang untuk terbang keluar negeri.sebagaimana contoh kasus Sutinah yang bersitegang dengan petugas loket BP3TKI Bandara Adi Sucipto Yogyakarta, karena tegas tidak mau membuat KTKLN, Tukinah akhirnya menandatangani surat pernyataan yang disyaratkan oleh petugas. Tukinah, adalah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Cilacap yang akan kembali ke Singapura usai cuti kerja pada tanggal 16 Juni Ia tidak memiliki KTKLN sehingga sempat ditahan oleh petugas BP3TKI dan diminta mengisi surat pernyataan yang berisi empat hal, antara lain: 1. Bahwa yang bersangkutan berangkat ke negara penempatan TKI tanpa KTKLN. 2. Bahwa yang bersangkutan sudah mendapatkan penjelasan dari BP3TKI Yogyakarta, dan menyadari bahwa hal tersebut (tanpa KTLN) tidak sesuai dengan UU no.39 tahun Bahwa yang bersangkutan berjanji akan membuat KTLKN pada kesempatan berikutnya. 4. Bahwa yang bersangkutan jika tidak membuat KTKLN pada kesempatan berikutnya akan bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku, yakni penundaan pemberangkatan. 7
8 Kebijakan KTKLN sesungguhnya diatur dalam UU No. 39 tahun 2004 terntang PPTKILN. Namun, jika seorang TKI tidak dapat menunjukkan KTKLNnya, maka sanksinya yang berupa kewenangan cekal ini hanya dimiliki oleh Menakertrans dan Dirjen, namun Kepala BPN2TKI Pusat menginginkan agar kewenangan tersebut dapat diambil alih, dengan cara menyesuaikan Permen 05/MEN/2005 diubah menjadi kewenangan Kepala BNP2TKI sesuai Perpres 81 tahun (Wawancara dengan direktur Infest Yogyakarta dan berita PSD-BM, 20 Juni 2013, Dari beberapa kasus tersebut, tampak belum terjadi sinkronisasi dan harmonisasi untuk pembagian tanggungjawab, peran, serta tugas dari lembagalembaga terkait. Keadaan ini juga terjadi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dimana lembaga-lembaga yang berkaitan dengan hal tersebut, yaitu Badan Pelayanan, Penempatan, dan Pemberangkatan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI), Dinas Tenaga Kerja, Kantor Imigrasi, serta NGO yang concern dalam hal buruh migran internasional yaitu Infest belum melaksanakan kontrak kerjasama agar kerja yang dilaksanakan dapat lebih terarah, efisien, dan efektif dalam menyelesaikan persoalan terkait buruh migran internasional asal Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan demikian, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mengapa collaborative governance yang selama ini berlangsung diantara aktor-aktor yang terkait dalam pengelolaan buruh migran di DIY belum memberikan hasil yang optimal? 8
9 2. Faktor-faktor apa saja yang menghambat pelaksanaan collaborative governance dalam pengelolaan TKI di Daerah Istimewa Yogyakarta tersebut? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk hal-hal sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan pelaksanaan collaborative governance dalam pengelolaan TKI di Daerah Istimewa Yogyakarta, sehingga diketahui mengapa hasilnya belum optimal. 2. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang menghambat pelaksanaan collaborative governance dalam pengelolaan TKI di Daerah Istimewa Yogyakarta. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat akademis a. Untuk memberikan kontribusi positif bagi Pemerintah Republik Indonesia dalam bidang Collaborative Governance penanganan buruh migran internasional, khususnya di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. b. Memberikan perspektif ilmu administrasi publik dari sudut pandang implementasi collaborative governance dan peluang penerapannya pada lembaga-lembaga pemerintah dan non 9
10 pemerintah di masa-masa mendatang. 2. Manfaat praktis a. Sebagai informasi pelaksanaan collaborative governance dengan memperhatikan peluang dan kelemahan penerapannya di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. b. Memberikan masukan dan rekomendasi yang membangun untuk pemerintah terkait saran perbaikan pelaksanaan collaborative governance agar dapat berjalan lebih baik lagi. 1.5 Penelitian Sebelumnya Sebelum melakukan penelitian ini, ada beberapa penelitian yang cukup membantu penulis untuk memahami permasalahan buruh migran, seperti penelitian oleh Ana Sabha Azmy, mahasiswa Pascasarjana Ilmu Politik Universitas Indonesia, yang berjudul Negara dan Buruh Migran Perempuan; Kebijakan Perlindungan Buruh Migran Perempuan Indonesia Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (Studi Terhadap Perlindungan Buruh Migran Perempuan Indonesia di Malaysia). Dalam penelitiannya, Azmy menyimpulkan bahwa sudah cukup banyak mengeluarkan peraturan kebijakan tentang perlindungan buruh migran perempuan Indonesia pada masa pemerintah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Namun, kebijakan-kebijakan tersebut disusun tanpa melibatkan buruh migran perempuan yang bekerja di Malaysia. Proses penyusunan kebijakan hanya melibatkan LSM buruh migran dan serikat buruh dalam rapat dengan pendapat umum (RDPU), dan kebijakan yang dikeluarkan pun tidak sesuai dengan masukan kedua elemen lembaga 10
11 masyarakat sipil tersebut. Akibatnya, kebijakan yang diterapkan belum dalam rangka melindungi kepentingan buruh perempuan, sehingga kekerasan, penipuan dan pemerasan terhadap buruh migran perempuan Indonesia masih saja terjadi. (Azmy, 2010). Selain Azmy, juga terdapat penelitian oleh Irawaty (2011) dari Departemen Sains Institut Pertanian Bogor berjudul Migrasi Internasional Perempuan Desa dan Pemanfaatan Remitan di Desa Pusakajaya, Kecamatan Pusakajaya, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Irawaty menemukan bahwa banyak perempuan desa yang menggantikan peran kepala keluarga untuk mencari nafkah, yaitu dengan berangkat menjadi buruh migran di luar negeri. Hasil dari remitan yang dikirimkan para buruh migran perempuan itu banyak digunakan untuk keperluan pendidikan, kebutuhan sehari-hari, dan membangun rumah sebagai upaya untuk mendongkrak status sosial keluarga di tengah masyarakat. (Irawaty, 2011) Beberapa penelitian tersebut di atas cukup menarik, karena analisanya yang mendalam terhadap fenomena permasalahan buruh migran wanita di luar negeri, dan mengapa dengan marakanya permasalahan itu, tetap masih banyak jumlah buruh migran internasional baru setiap tahunnya. Perspektif ini membantu penulis mengarahkan alur pemikiran ilmiah menuju eksistensi buruh di luar negeri dan implikasinya terhadap strategi-strategi LSM Migrant Care dalam melakukan upaya advokasi terhadap mereka. 11
I. PENDAHULUAN. setelah China, India, dan USA. Kondisi ini menyebabkan jumlah pencari kerja
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk terbesar ke empat di dunia setelah China, India, dan USA. Kondisi ini menyebabkan jumlah pencari kerja atau angkatan
Lebih terperinciBERITA NEGARA. No.970, 2012 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Penempatan. Perlindungan. TKI. Sanksi Administrasi.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.970, 2012 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Penempatan. Perlindungan. TKI. Sanksi Administrasi. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinci2013, No.3 2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Da
No.3, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENAGA KERJA. Perlindungan. Luar Negeri. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5388) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2016
1 LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2016 PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciREKOMENDASI KEBIJAKAN KOALISI PEREMPUAN INDONESIA TERHADAP RUU PPILN
REKOMENDASI KEBIJAKAN KOALISI PEREMPUAN INDONESIA TERHADAP RUU PPILN RUU PPILN Harus Sejalan dengan Agenda Pembangunan Nasional: Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan
Lebih terperinci2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri (Lembaran Negara Republik
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1048, 2015 BNP2TKI. TKI. Penempatan. Pelayanan. Tata Cara Penundaan. Pencabutan PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG SANKSI ADMINISTRATIF DALAM PELAKSANAAN PENEMPATAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NO: PER-23/MEN/V/2006 TENTANG ASURANSI TENAGA KERJA INDONESIA
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NO: PER-23/MEN/V/2006 TENTANG ASURANSI TENAGA KERJA INDONESIA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. 1. tidak hanya mengatur hubungan hukum dalam hubungan kerja (during employment),
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. 1 Hal ini harus selaras dengan perkembangan
Lebih terperinciPERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) DI LUAR NEGERI: SEBUAH MANDAT KEMERDEKAAN NEGARA INDONESIA
PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) DI LUAR NEGERI: SEBUAH MANDAT KEMERDEKAAN NEGARA INDONESIA Oleh: Drs. H. Irgan Chairul Mahfiz (Wakil Ketua Komisi IX DPR RI) Perlindungan TKI dalam Konsitusi Pembukaan
Lebih terperinciBUPATI LEMBATA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 20 TAHUN 2015
BUPATI LEMBATA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA KABUPATEN LEMBATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinci2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 124, Tamba
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1370, 2015 BNP2TKI. Calon TKI. Daerah Perbatasan. Kabupaten Nunukan. Penempatan. Pelayanan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA
Lebih terperinciPROSEDUR PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TKI DI LUAR NEGERI DR. AGUSMIDAH, SH., M.HUM DOSEN FH USU MEDAN
PROSEDUR PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TKI DI LUAR NEGERI DR. AGUSMIDAH, SH., M.HUM DOSEN FH USU MEDAN Hak untuk Bekerja Setiap orang berhak untuk mendapatkan pekerjaan yang layak (Pasal 27 ayat 2 UUD RI
Lebih terperinciBADAN PEMERIKSA KEUANGAN UNGKAP TEMUAN PEMERIKSAAN KINERJA TENAGA KERJA INDONESIA 2014
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN UNGKAP TEMUAN PEMERIKSAAN KINERJA TENAGA KERJA INDONESIA 2014 antaranews.com Pengelolaan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) meliputi tiga tahapan, yaitu tahapan pra penempatan, masa
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NO. 18 TH 2007
PERATURAN MENTERI NO. 18 TH 2007 PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER-18/MEN/IX/2007. TENTANG PELAKSANAAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI
Lebih terperinci6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 4 Tahun 2013 tentang Tata Cara Perpanjangan Perjanjian Kerja Pada Pengguna Perseorangan (Beri
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PERWAKILAN PELAKSANA PENEMPATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ±278 juta orang) Mencerminkan sumber tenaga kerja yang juga besar. Jumlah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk Indonesia yang besar (sampai tahun 2013 mencapai ±278 juta orang) Mencerminkan sumber tenaga kerja yang juga besar. Jumlah penduduk yang besar
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PENGAWASAN TERHADAP PENYELENGGARAAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinci2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN PENGAWASAN TERHADAP PENYELENGGARAAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDON
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.30, 2015 TENAGA KERJA. Pengawasan. Penempatan. Perlindungan. Luar Negeri. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5660) PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER-20/MEN/X/2007. TENTANG ASURANSI TENAGA KERJA INDONESIA
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER-20/MEN/X/2007. TENTANG ASURANSI TENAGA KERJA INDONESIA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA Menimbang
Lebih terperinciKABUPATEN TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA (TKI)
KABUPATEN TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nova Windasari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan sektor penting yang berfungsi bagi pemenuhan kebutuhan manusia yang kian hari kian bertambah. Pertanian adalah seluruh kegiatan manusia dalam
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NO. 20 TH 2007
PERATURAN MENTERI NO. 20 TH 2007 PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER-20/MEN/X/2007. TENTANG ASURANSI TENAGA KERJA INDONESIA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
Lebih terperinciBUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA KABUPATEN CILACAP
BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam Hubungan Internasional untuk memenuhi national interest nya masingmasing.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hubungan kerjasama antar dua negara atau yang disebut juga Hubungan Bilateral, merupakan salah satu bentuk dari interaksi antar negara sebagai aktor dalam Hubungan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENILAIAN DAN PENETAPAN MITRA USAHA DAN PENGGUNA PERSEORANGAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENILAIAN DAN PENETAPAN MITRA USAHA DAN PENGGUNA PERSEORANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciRechtsVinding Online. manusiawi selama masa penampungan;
AGENDA KERJA UNTUK TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) DI LUAR NEGERI Oleh: Arfan Faiz Muhlizi * Naskah diterima: 22 November 2014; disetujui: 24 November 2014 Setumpuk pekerjaan rumah menunggu Nusron Wahid yang
Lebih terperinciKEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 /DPD RI/ I / TENTANG HASIL PENGAWASAN
DEWAN PERWAKILAN DAERAH KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH NOMOR 13 /DPD RI/ I /2013-2014 HASIL PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH ATAS PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 2004 PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. membuktikan bahwa pemerintah Indonesia belum mampu memberikan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Permasalahan yang terjadi pada TKI di Saudi Arabia selama bertahuntahun membuktikan bahwa pemerintah Indonesia belum mampu memberikan perlindungan yang maksimal
Lebih terperinciMENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NO: PER-23/MEN/V/2006
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NO: PER-23/MEN/V/2006 TENTANG ASURANSI TENAGA KERJA INDONESIA MENTERI TENAGA
Lebih terperinciBUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG
SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN CALON TENAGA KERJA INDONESIA/ TENAGA KERJA INDONESIA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI
SALINAN BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang
Lebih terperinciPERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI
SEMINAR INTERNASIONAL Dalam Format RDP PENTINGNYA REVISI UU NO. 39 TAHUN 2004 BAGI PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI Disampaikan Oleh: Dr. Musni Umar, SH., M.Si A. LATAR BELAKANG 1) TKI
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER-05/MEN/ III /2005 TENTANG
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER-05/MEN/ III /2005 TENTANG KETENTUAN SANKSI ADMINISTRATIF DAN TATA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 22/MEN/XII/2008 TENTANG
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 22/MEN/XII/2008 TENTANG PELAKSANAAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI MENTERI TENAGA KERJA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masyarakat internasional, hal ini disebabkan oleh perbedaan kekayaan. sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan kemajuan di bidang ilmu
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini tidak ada satu negarapun yang hidup mengisolasi diri dari kehidupan masyarakat internasional, hal ini disebabkan oleh perbedaan kekayaan sumberdaya
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENILAIAN DAN PENETAPAN MITRA USAHA DAN PENGGUNA PERSEORANGAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENILAIAN DAN PENETAPAN MITRA USAHA DAN PENGGUNA PERSEORANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENILAIAN DAN PENETAPAN MITRA USAHA DAN PENGGUNA PERSEORANGAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENILAIAN DAN PENETAPAN MITRA USAHA DAN PENGGUNA PERSEORANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinci2013, No.5 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini, yang dimaksud dengan: 1. Tenaga Kerja Indonesia yang selanjutnya disebut den
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.5, 2013 TENAGA KERJA. Mitra Usaha. Pengguna Perseorangan. Penilaian. Tata Cara. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5390) PERATURAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 23/MEN/XII/2008 TENTANG ASURANSI TENAGA KERJA INDONESIA
Hasil RR. Menteri Kamis 4 Des 08 EDIT I PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 23/MEN/XII/2008 TENTANG ASURANSI TENAGA KERJA INDONESIA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
Lebih terperinciRISALAH KEBIJAKAN PENYUSUN: ENY ROFI ATUL NGAZIZAH
RISALAH KEBIJAKAN MENDORONG JAMINAN HAK ATAS BANTUAN HUKUM BAGI BURUH MIGRAN DALAM REVISI UNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 2004 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI PENYUSUN:
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. dalam mengadvokasi buruh migran perempuan Indonesia di Malaysia dalam
BAB V PENUTUP V.1. Kesimpulan Skripsi ini meneliti mengenai strategi yang digunakan Migrant CARE dalam mengadvokasi buruh migran perempuan Indonesia di Malaysia dalam kasus Wilfrida Soik. Wilfrida merupakan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.185, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNP2TKI. Surat Izin Pengerahan. Penerbitan. Tata Cara. Petunjuk Teknis. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR NOMOR 01 TAHUN 2012 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA KABUPATEN CIANJUR KE LUAR NEGERI
PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR NOMOR 01 TAHUN 2012 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA KABUPATEN CIANJUR KE LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIANJUR, Menimbang
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis.
1 PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis. Meskipun perekonomian Indonesia mengalami peningkatan, tetapi
Lebih terperinci: PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA PERATURAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.05/MEN/III/2005 TENTANG KETENTUAN SANKSI ADMINISTRATIF DAN TATA CARA PENJATUHAN SANKSI DALAM PELAKSANAAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Kenyataannya,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makna dan arti penting pekerjaan bagi setiap orang tercermin dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 27 ayat (2) yang menyatakan bahwa setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia sehingga setiap orang membutuhkan pekerjaan. Pekerjaan dapat
BAB I PENDAHULUAN Pekerjaan mempunyai makna yang sangat penting dalam kehidupan manusia sehingga setiap orang membutuhkan pekerjaan. Pekerjaan dapat dimaknai sebagai sumber penghasilan seseorang untuk
Lebih terperinciDEPUTI PERLINDUNGAN PEREMPUAN KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK RI
DEPUTI PERLINDUNGAN PEREMPUAN KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK RI PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Sakernas BPS Sep 2010, Jumlah angkatan kerja : 116,5 juta Jumlah yang bekerja sebesar
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN PENDAFTARAN DAN PENGAWASAN TENAGA KERJA INDONESIA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN PENDAFTARAN DAN PENGAWASAN TENAGA KERJA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.515, 2010 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Penempatan. Perlindungan. TKI.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.515, 2010 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Penempatan. Perlindungan. TKI. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.14/MEN/X/2010
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk yang tinggi. Berdasarkan Sensus Penduduk Tahun 2010, jumlah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki jumlah penduduk yang tinggi. Berdasarkan Sensus Penduduk Tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN. TKI. Pembekalan. Pemberangkatan. Penyelenggaraan.
No.39, 009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN. TKI. Pembekalan. Pemberangkatan. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR PER.17/MEN/VIII/009 TENTANG PENYELENGGARAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keterlibatan perempuan dalam kegiatan ekonomi merupakan fenomena penting pada era globalisasi. Perempuan Indonesia perdesaan terutama kalangan menengah ke bawah hampir
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 64 SERI E
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 64 SERI E KEPUTUSAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR : 686 TAHUN 2002 TENTANG PENYELENGGARAAN PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI BUPATI BANJARNEGARA,
Lebih terperinciAkses Buruh Migran Terhadap Keadilan di Negara Asal: Studi Kasus Indonesia
MIGRANT WORKERS ACCESS TO JUSTICE SERIES Akses Buruh Migran Terhadap Keadilan di Negara Asal: Studi Kasus Indonesia RINGKASAN EKSEKUTIF Bassina Farbenblum l Eleanor Taylor-Nicholson l Sarah Paoletti Akses
Lebih terperinci2013, No.4 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini, yang dimaksud dengan: 1. Calon Tenaga Kerja Indonesia yang selanjutnya diseb
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.4, 2013 TENAGA KERJA. Penempatan. Luar Negeri. Pelaksanaan. Tata Cara. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5389) PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI OLEH PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Seiring tingginya laju pertumbuhan penduduk di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara penyumbang sumber tenaga kerja yang terbesar di dunia. Seiring tingginya laju pertumbuhan penduduk di Indonesia berdampak
Lebih terperinciBERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 20 TAHUN 2017
BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 20 TAHUN 2017 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG LAYANAN TERPADU SATU PINTU PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hasil Sensus Penduduk 2010, menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil Sensus Penduduk 2010, menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk Indonesia mengalami kenaikan pada periode 2000-2010 dibandingkan periode 1990-2000 dan tampaknya
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENEMPATAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI OLEH PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. timpang dan ketidakseimbangan struktural (Mudrajad Kuncoro, 1997). tidak hanya mampu mendorong, tetapi juga dapat menganggu proses
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Teori Kuznet pembangunan di Negara sedang berkembang identik dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada tahap awal pembangunan namun disertai dengan timbulnya
Lebih terperinci2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu ditetapkan Peraturan Menteri tentang Tata Car
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2074, 2015 KEMENAKER. TKI. Surat Izin. Pemberian. Perpanjangan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA
Lebih terperinciTenaga Kerja Indonesia (TKI) Calon TKI
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah. Calon TKI adalah
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PENGAWASAN TERHADAP PENYELENGGARAAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.14/MEN/X/2010 TENTANG
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.14/MEN/X/2010 TENTANG PELAKSANAAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini, bisnis jasa Tenaga Kerja Indonesia (TKI) semakin sulit. Hal
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sekarang ini, bisnis jasa Tenaga Kerja Indonesia (TKI) semakin sulit. Hal ini disebabkan persaingan yang semakin ketat, ditambah adanya kebijakan pemerintah
Lebih terperinci16. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
-1- PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA PROVINSI LAMPUNG KE LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.14/MEN/X/2010 TENTANG
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.14/MEN/X/2010 TENTANG PELAKSANAAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI NOMOR : PER.19/MEN/V/2006 TENTANG PELAKSANAAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI NOMOR : PER.19/MEN/V/2006 TENTANG PELAKSANAAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
Lebih terperinciBAB II ISU BURUH MIGRAN DAN MIGRANT CARE. CARE sebagai Non-Government Organization. Pembahasan tentang sejarah baik dari
BAB II ISU BURUH MIGRAN DAN MIGRANT CARE Bab ini akan menjelaskan tentang awal mula munculnya isu buruh migran di Indonesia, pada bab ini penulis akan mencoba memaparkan tentang kondisi buruh migran dan
Lebih terperinciPENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TKI DI LUAR NEGERI
PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TKI DI LUAR NEGERI BERDASARKAN UU NO 39 TAHUN 2004 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TKI DI LUAR NEGERI Pengertian TKI Dasar Hukum Perlindungan TKI Di Luar Negeri : 1. UU
Lebih terperinciTENAGA KERJA INDONESIA: ANTARA KESEMPATAN KERJA, KUALITAS, DAN PERLINDUNGAN. Penyunting: Sali Susiana
TENAGA KERJA INDONESIA: ANTARA KESEMPATAN KERJA, KUALITAS, DAN PERLINDUNGAN Penyunting: Sali Susiana Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.10/MEN/V/2009 TENTANG
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.10/MEN/V/2009 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN, PERPANJANGAN DAN PENCABUTAN SURAT IZIN PELAKSANA PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER - 38/MEN/XII/2006 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN, PERPANJANGAN DAN PENCABUTAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang yang berada dikawasan Asia Tenggara dan memiliki peringkat keempat dengan jumlah penduduk terbesar setelah
Lebih terperinciPERANAN PPTKIS DALAM RANGKA PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TKI DI LUAR NEGERI
PERANAN PPTKIS DALAM RANGKA PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TKI DI LUAR NEGERI Disampaikan oleh : Asosiasi Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia ( APJATI) Dalam SEMINAR : REVISI UU NO. 39/2004 yang diselenggarakan
Lebih terperinciPERAN KONSORSIUM ASURANSI TKI DIPERTANYAKAN
PERAN KONSORSIUM ASURANSI TKI DIPERTANYAKAN matanews.com Peran konsorsium i asuransi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dalam memberikan perlindungan terhadap TKI saat ini dipertanyakan sejumlah pihak. Pasalnya,
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2013
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PERPANJANGAN PERJANJIAN KERJA PADA PENGGUNA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintah pada tahun 2009 menerapkan kebijakan moratorium dalam rangka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah pada tahun 2009 menerapkan kebijakan moratorium dalam rangka melindungi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) khususnya sektor penata laksana rumah tangga (PLRT)
Lebih terperinciPedoman Wawancara dan Transkip Hasil Wawancara. A. Pertanyaan untuk Dinas Sosial, Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
LAMPIRAN 144 145 Lampiran 1 Pedoman Wawancara dan Transkip Hasil Wawancara A. Pertanyaan untuk Dinas Sosial, Tenaga Kerja Dan Transmigrasi 1. Bagaimana gambaran calon TKI di Kabupaten Kulon Progo? 2. Bagaimana
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI NOMOR : PER.19/MEN/V/2006
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI NOMOR : PER.19/MEN/V/2006 TENTANG PELAKSANAAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
Lebih terperinciPerlindungan Hukum bagi Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri. Nina Rosida. Fakultas Hukum, Universitas Pancasila
Perlindungan Hukum bagi Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri Perlindungan Hukum bagi Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri Fakultas Hukum, Universitas Pancasila Email: nina.rosida@gmail.com ABSTRAK Kondisi
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.301, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Calling Visa. Penetapan Negara. Pemberian Visa. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMORM.HH-01.GR.01.06
Lebih terperinciBERITA NEGARA. KEMENAKER. Perjanjian Kerja. Perpanjangan. Pengguna Perseorangan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA
No.2072, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAKER. Perjanjian Kerja. Perpanjangan. Pengguna Perseorangan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu penyumbang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang cukup besar adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu sumber tenaga kerja yang terbesar di dunia. Salah satu penyumbang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang cukup besar adalah Provinsi Jawa
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPNAKERTRANS.Tata Cara. Kartu. Tenaga Kerja Luar Negri. Persyaratan.
No.240, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPNAKERTRANS.Tata Cara. Kartu. Tenaga Kerja Luar Negri. Persyaratan. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR PER.18/MEN/VIII/2009 TENTANG BENTUK,
Lebih terperincib. bahwa untuk itu perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN DAN PENEMPATAN TENAGA KERJA LUAR NEGERI NOMOR KE P.3 43lD. P TKLN/XTI OO TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBEI(ALAN AKHIR PEMBERANGKATAN CALON TKI DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG CALON TKI DAN TKI, PROSEDUR PENEMPATAN TKI DI LUAR NEGERI DAN PIHAK-PIHAK PELAKSANA PENEMPATAN TKI DI LUAR NEGERI
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG CALON TKI DAN TKI, PROSEDUR PENEMPATAN TKI DI LUAR NEGERI DAN PIHAK-PIHAK PELAKSANA PENEMPATAN TKI DI LUAR NEGERI 2.1 Calon TKI Dan TKI 2.1.1 Pengertian Calon TKI Dan TKI Kesempatan
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. mengambil kesimpulan sebagai berikut: telah diatur dalam Konvensi ILO No. 188 Tahun 2007 tentang Work In
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengaturan secara khusus terkait pekerjaan di bidang perikanan telah
Lebih terperinciBUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO,
Lebih terperinciPeningkatan Kualitas Kelembagaan Pelayanan Tenaga Kerja yang Bekerja di Luar Negeri
Peningkatan Kualitas Kelembagaan Pelayanan Tenaga Kerja yang Bekerja di Luar Negeri (Sumbangan Pemikiran untuk Penyempurnaan Kebijakan ke Depan) Johny Juanda 1. Latar Belakang Tenaga Kerja Indonesia yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan bernegara. Penyelenggaraan Pemerintahan di Indonesia diarahkan untuk mencapai
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia mempunyai tugas, fungsi dan peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara. Penyelenggaraan Pemerintahan di Indonesia diarahkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Migrasi merupakan perpindahan orang dari daerah asal ke daerah tujuan. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan dengan kedua daerah
Lebih terperinciPENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TKI.
PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TKI www.sindonews.com I. PENDAHULUAN Penempatan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) saat ini terus menjadi sorotan. TKI sering dijadikan obyek perdagangan manusia,
Lebih terperinci2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri (Lembaran N
No.204, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNP2TKI. Pelayanan Penempatan TKI. Penetapan dan Pengakhiran Penundaan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang seperti teknologi, sosial, budaya, ekonomi, pendidikan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan migrasi manusia akhir-akhir ini telah mengalami peningkatan yang signifikan. Seiring dengan adanya arus globalisasi yang mendorong perubahan di berbagai
Lebih terperinci