PENALARAN DALAM ARTIKEL MAHASISWA BARU JURUSAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS NEGERI MALANG ANGKATAN 2012

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENALARAN DALAM ARTIKEL MAHASISWA BARU JURUSAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS NEGERI MALANG ANGKATAN 2012"

Transkripsi

1 PENALARAN DALAM ARTIKEL MAHASISWA BARU JURUSAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS NEGERI MALANG ANGKATAN 2012 Arfita Umu Amaroh 1 Sunaryo HS 2 Bustanul Arifin 3 Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang arfita_purplegirl@yahoo.com ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan unsur-unsur yang membangun penalaran, varian penalaran induktif dan deduktif, serta struktur penalaran dalam artikel mahasiswa baru Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang angkatan Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Berdasarkan hasil analisis diperoleh tiga kesimpulan, yakni (1) unsur pembangun penalaran yang terdiri atas pendirian, bukti, dan penyimpulan, (2) dua varian penalaran yang meliputi penalaran induktif yang terdiri atas generalisasi, analogi, dan hubungan kausal, penalaran deduktif dilakukan dalam bentuk entimem dan silogisme tidak lengkap, dan (3) struktur penalaran di dasarkan pada unsur pembangun penalaran berbentuk balok sama besar. Bagian pembuka mengemukakan pendirian, batang tubuh mengemukakan bukti, dan penutup mengemukakan penyimpulan. Kata Kunci: artikel, unsur penalaran, varian penalaran, struktur penalaran. ABSTRACT: This study aimed to describe the elements that build reasoning, inductive and deductive reasoning variant, and the structure of reasoning in the article freshman Indonesian Literature Department, State University of Malang Force This research is qualitative. Based on the analysis results obtained by three conclusions (1) the building blocks of reasoning consists of establishment, evidence, and inference, (2) two variants of reasoning, consists of a generalization of inductive reasoning, analogy, and relationships causal, is done in the form of deductive reasoning and syllogism entimem incomplete, and (3) the structure of reasoning is based on the building blocks of the same reasoning is shaped beam. Opening section suggests the establishment, torso adduce proof, concluding suggested cover. Keywords: articles, elements of reasoning, reasoning variants, structural reasoning. Penalaran merupakan proses berpikir dalam menarik kesimpulan yang berupa pengetahuan. Suparno dan Yunus (2006:41) mendefinisikan penalaran adalah proses berpikir sistematik dan logis untuk memperoleh sebuah simpulan (pengetahuan atau keyakinan). Bahan pengambilan simpulan dapat berupa fakta, informasi, pengalaman, atau pendapat para ahli (otoritas). Jadi, penalaran adalah proses berpikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran ilmiah. Penalaran memiliki karakteristik sebagai berikut. Pertama, ciri penalaran adalah adanya pola berpikir luas yang dinamakan logika. Dengan kata lain, penalaran adalah proses berpikir logis. Kedua, ciri penalaran adalah bersifat analitis dari proses berpikir, yaitu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu. 1 Arfita Umu Amaroh adalah mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang. Artikel ini diangkat dari skripsi Sarjana Pendidikan, Program Sarjana Universitas Negeri Malang, Sunaryo HS adalah Dosen Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang. 3 Bustanul Arifin adalah Dosen Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang. 1

2 Kemampuan penalaran harus dikuasai dalam kegiatan menulis yang dimulai dari pendidikan SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi. Kemampuan menulis memiliki peran penting dalam keberhasilan mahasiswa dalam menyelesaikan studinya. Suherli (dalam Harnadi, 2012) mengidentifikasi bahwa kemampuan mahasiswa dalam menggunakan bahasa Indonesia ragam akademik masih rendah, terutama dalam bentuk tulisan. Kemampuan tersebut tergambar dalam sejumlah karya ilmiah mahasiswa yang diteliti. Padahal, aktivitas menulis telah ditumbuhkan diperguruan tinggi, misalnya pemberian tugas berupa menulis makalah, laporan, dan artikel. Penelitian yang berkaitan dengan penalaran sudah dilakukan oleh Dawud (2008) berjudul Penalaran dalam Karya Tulis Populer Argumentatif dan Rizam (2011) Penalaran dalam Artikel Rubrik Opini Surat Kabar Harian Jawa Pos Edisi November Kedudukan penelitian ini dapat dilihat dari persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Persamaannya adalah pada topik bahasan penelitian, yaitu unsurunsur penalaran, varian penalaran induktif dan deduktif, dan struktur penalaran. Penelitian Dawud (2008) mengaji karya tulis populer argumentatif pada beberapa surat kabar. Rizam (2011) meneliti artikel rubrik opini pada surat kabar Jawa Pos edisi November 2010, sedangkan penelitian ini mengaji artikel karya mahasiswa baru. Berdasarkan paparan tersebut, penelitian ini secara umum menjelaskan tentang penalaran dalam artikel mahasiswa baru. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan unsur-unsur penalaran, varian penalaran induktif dan deduktif, dan struktur penalaran dalam artikel mahasiswa baru Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang angkatan METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah sebuah pendekatan penelitian yang diselenggarakan dalam setting alamiah, memerankan peneliti sebagai instrumen pengumpul data, menggunakan analisis induktif, dan berfokus pada makna menurut perspektif partisipan (Moedzakir, 2010:1). Desain penelitian ini adalah deskriptif karena peneliti mendeskripsikan unsur-unsur pembangun penalaran, varian penalaran induktif dan deduktif, serta struktur penalaran artikel. Sumber data penelitian ini adalah tulisan artikel karya mahasiswa baru Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang angkatan Pengambilan data menggunakan teknik purposive sampling dan didapatkan 10 artikel yang memenuhi kriteria penelitian. Instrumen penelitian ini berupa tabel kodifikasi data. Dalam tabel kodifikasi data, data dikelompokkan berdasarkan urutan nomor artikel, fokus penelitian, dan kode paragraf atau alenia. Kodifikasi data ditujukan untuk memudahkan peneliti dalam menganalisis artikel yang telah dipilih. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumentasi. Studi dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun serta menganalisis dokumen-dokumen baik tertulis, gambar, dan elektronik. Dokumen yang dipilih harus sesuai dengan fokus dan tujuan penelitian (Sukmadinata, 2005:222). Wujud data penelitian berupa kalimat dan paragraf yang mengandung unsur-unsur pembangun penalaran serta varian penalaran induktif dan deduktif yang telah dikodifikasi. Teknik analisis data berupa analisis isi dari artikel mahasiswa baru yang dilakukan dengan cara mengumpulkan hasil tulisan, memilah hasil tulisan, pengodifikasian, penafsiran data, dan penarikan kesimpulan. Tahapan dalam analisis data meliputi reduksi data, penyajian, dan penarikan kesimpulan. Pada tahap pertama, dilakukan reduksi data dan kemudian didapatkan 10 artikel. Pada tahap kedua, penyajian 2

3 data dilakukankan secara sistemik. Tahap ketiga, penarikan kesimpulan yang dilakukan dengan memaparkan unsur-unsur pembangun penalaran, varian penalaran induktif dan deduktif, serta struktur penalaran. HASIL Berdasarkan hasil analisis, terdapat tiga unsur pembangun penalaran, yakni (1) pendirian, (2) bukti, dan (3) penyimpulan. Unsur pendirian terdiri atas gagasan utama, faktual prakiraan hipotesis, sebab suatu keadaan, dan fakta. Unsur bukti berupa otoritas tokoh dan opini terhadap fakta. Penyimpulan dinyatakan dalam dua kategori yakni inferensi implisit dan eksplisit berupa saran dan harapan. Varian penalaran dalam artikel mahasiswa baru Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang angkatan 2012 dilakukan dalam dua varian, yaitu penalaran induktif dan deduktif. Penalaran induktif terdiri atas generalisasi, analogi, dan hubungan kausal. Generalisasi dalam artikel mahasiswa baru tersebut berupa generalisasi dengan loncatan induktif dan tanpa loncatan induktif. Analogi berlangsung berdasarkan peristiwa dan gejala khusus. Hubungan kausal berlangsung dalam tiga varian yakni sebab ke akibat, akibat ke sebab, dan akibat ke akibat. Penalaran deduktif tidak dilakukan dalam bentuk silogisme lengkap, tetapi dilakukan dalam bentuk entimem. Hal ini disebabkan entimem dinilai lebih praktis karena hal yang dianggap telah dipahami tidak dikemukakan kembali. Struktur penalaran artikel mahasiswa baru berdasar pada tiga unsur pembangun penalaran yang memunculkan empat model struktur penalaran. Struktur pertama, berupa model yang sederhana karena hanya memuat unsur pokok pada pembangun penalaran. Struktur kedua merupakan unsur pendirian berupa gagasan utama yang dikemukakan, kemudian disusul bukti, baik berupa fakta maupun opini terhadap fakta serta diakhiri dengan penyimpulan (simpulan sementara-simpulan umum). Struktur ketiga merupakan unsur pendirian berupa gagasan utama yang dikemukakan disertai data dasar, kemudian disusul bukti, baik berupa fakta maupun opini terhadap fakta, dan di akhiri dengan penyimpulan. Struktur keempat merupakan unsur pendirian yang berupa gagasan utama yang dikemukakan dengan disertai data dasar, kemudian disusul bukti, baik berupa fakta maupun opini terhadap fakta, dan diakhiri dengan penyimpulan (simpulan sementara-simpulan umum). PEMBAHASAN Unsur-unsur Pembangun Penalaran dalam Artikel Mahasiswa Baru Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang Angkatan 2012 Terdapat beberapa persamaan hasil penelitian unsur-unsur pembangun penalaran dalam artikel mahasiswa baru Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang angkatan 2012 dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dawud (2008) yang berjudul Penalaran dalam Karya Tulis Populer Argumentatif dan Rizam (2011) Penalaran dalam Artikel Rubrik Opini Surat Kabar Harian Jawa Pos Edisi November Dari penelitian tersebut, ditemukan adanya tiga unsur pokok pembangun penalaran, yakni (1) pendirian, (2) bukti, dan (3) penyimpulan. Unsur pendirian dalam penalaran terdiri atas tiga kategori, yakni pendirian faktual, pendirian nilai, dan pendirian kebijakan. Pendirian faktual berupa pernyataan proposisional tentang hubungan peristiwa atau fenomena dan prakiraan hipotesis. Pendirian hubungan peristiwa berupa penyimpulan hubungan sebab-akibat antara suatu kondisi atau peristiwa lain. Hasil penelitian Dawud (2008) menunjukkan adanya rangkaian peristiwa yang dinyatakan sebagai titik tolak untuk menyatakan pendirian 3

4 lain, misalnya berupa penilaian atau pentingnya suatu masalah untuk dibahas lebih lanjut. Hasil penelitian Rizam (2011) menjelaskan adanya isu atau gagasan tunggal dari penulis artikel untuk menyatakan pendirian dalam penalarannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendirian prakiraan hipotesis didasarkan pada asumsi yang menyatakan adanya hubungan antara kondisi masa lalu, kondisi masa kini, dan kondisi yang akan datang. Suatu keadaan, fakta, dan peristiwa yang terjadi patut diduga berpengaruh atau menjadi sebab terjadinya peristiwa lain. Pendirian kebijakan menyangkut serangkaian tindakan tertentu dan memusatkan pada terjadi atau tidaknya perubahan tindakan. Pendirian kebijakan dinyatakan dalam bentuk sikap dan saran. Dalam penelitian Dawud (2008), pendirian nilai berupaya menilai kekurangan atau kelebihan suatu fakta, gagasan, objek, atau perilaku sesuai dengan patokan atau kriteria yang dimiliki penulis. Nilai menyangkut sikap dasar terhadap keberadaan sesuatu baik positif maupun negatif. Persamaan selanjutnya dari penelitian ini dengan penelitian Dawud (2008) dan Rizam (2011) ditunjukkan oleh hal-hal berikut. Pertama, penalaran pendirian yang berupa faktual merupakan pernyataan proposisional yang berkaitan dengan peristiwa yang dianggap sebagai penyebab terjadinya peristiwa lain. Adakalanya dalam pendirian faktual di dalamnya terdapat prakiraan hipotesis yang didasarkan pada asumsi bahwa ada hubungan antara kondisi masa lalu, kondisi masa kini, dan kondisi yang akan datang. Kedua, pendirian nilai yang berupa penilaian atas kekurangan atau kelebihan suatu fakta yang berdasarkan kriteria penulis sendiri. Ketiga, pendirian kebijakan yang berupa pernyataan proposisional dalam bentuk saran yakni menyangkut tindakan tertentu yang perlu dilaksanakan. Dawud (2008) dan Rizam (2011) menggolongkan bukti ke dalam dua kelompok, yakni fakta dan opini terhadap fakta. Bukti yang berupa fakta terdiri dari peristiwa, data statistik, otoritas (tokoh, lembaga, dan ahli), serta acuan normatif (nilai, adagium, dan pandangan umum). Bukti yang berupa opini terhadap fakta terdiri atas analisis, penilaian, saran (harapan dan usulan), dan sikap yang dinyatakan oleh penulis. Bukti tersebut terdapat juga dalam artikel mahasiswa baru Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang angkatan Terdapat beberapa perbedaan hasil penelitian unsur bukti yang dilakukan oleh Dawud (2008) dengan penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bukti dukung yang berupa fakta, yakni data statistik dan otoritas diperoleh dari instansi pemerintahan atau organisasi swasta, tokoh, dan ahli yang berkompeten di bidangnya. Opini terhadap fakta berupa analisis dan penilaian. Analisis dan penilaian tersebut secara objektif dan secara umum telah diterima sebagai kebenaran. Pada penelitian Dawud (2008), disebutkan bahwa bukti dukung dalam pendirian dapat berupa analisis perbandingan, analisis analogis, dan analisis kesenjangan antara kenyataan dengan norma yang seharusnya. Pada penelitian Rizam (2011), bukti dukung berupa data statistik yang diperoleh dari otoritas tokoh dan berupa opini terhadap fakta yang berbentuk analisis. Hasil penelitian Dawud (2008) menunjukkan bahwa penyimpulan dalam karya tulis populer argumentatif yang didominasi saran (termasuk di dalamnya harapan, anjuran, usulan, dan tuntutan) sebagian berupa peristiwa dan penilaian. Setelah buktibukti mendukung dan meyakinkan, penulis mengakhiri tulisannya dengan saran, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hasil penelitian Rizam (2011) menunjukkan bahwa penyimpulan berupa saran, ditujukan kepada lembaga atau instansi terkait yang disampaian secara implisit dan eksplisit. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyimpulan yang dinyatakan dalam dua kategori langsung maupun tidak langsung 4

5 yang kemudian dikemukakan melalui inferensi implisit dan eksplisit, serta penggolongan lain dapat dijadikan dalam tiga kategori yakni saran, harapan, saran dan harapan. Varian Penalaran dalam Artikel Mahasiswa Baru Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang Angkatan 2012 Penalaran induktif dapat dilakukan dengan tiga cara yakni generalisasi, analogi, dan hubungan kausal (sebab-akibat). Penalaran deduktif dilakukan dalam bentuk silogisme dan entimem yang dijelaskan sebagai berikut. Generalisasi atau perampatan ialah proses penalaran yang bertolak dari sejumlah gejala atau peristiwa yang serupa untuk menarik simpulan mengenai semua atau sebagian dari gejala atau peristiwa. Generalisasi diturunkan dari gejala-gejala khusus yang diperoleh melalui pengalaman, observasi, wawancara, atau studi dokumentasi. Inferensi yang diawali dengan pewatas dengan demikian merupakan frasa pewatas generalisasi. Penalaran generalisasi ini merupakan generalisasi tanpa loncatan induktif, fakta yang dipaparkan lebih dari satu dan dianggap meyakinkan sehingga sulit muncul peluang untuk melemahkan kesimpulannya. Generalisasi dengan loncatan induktif karena fakta yang digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena yang ada. Generalisasi ini mengandung kelemahan karena mudah ditolak kalau terdapat evidensi yang bertentangan. Untuk merumuskan atau mengungkapkan negara berada di ujung tanduk maka diperlukan gejala-gejala lain yang lebih menyakinkan dan dipertegas lagi. Analogi atau analogi logis sebagai suatu proses penalaran bertolak dari suatu kesamaan aktual antara dua hal, peristiwa atau gejala khusus untuk menarik sebuah kesimpulan. Penalaran analogi yang bertolak dari dua hal khusus yang satu sama lain memiliki kesamaaan untuk menarik sebuah kesimpulan. Hubungan kausal dapat berlangsung dalam tiga varian, sebab ke kibat, akibat ke sebab, dan akibat ke akibat. Penalaran kausalitas memiliki karakteristik berikut. Pertama, satu atau beberapa gejala (peristiwa) yang timbul dapat berperan sebagai sebab atau akibat, atau sekaligus sebagai akibat dari gejala sebelumnya dan sebab gejala sesudahnya. Kedua, gejala atau peristiwa yang terjadi dapat ditimbulkan oleh satu sebab atau lebih dan menghasilkan satu akibat atau lebih. Ketiga, hubungan sebab dan akibat dapat bersifat langsung. Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Dengan fakta lain bahwa silogisme adalah rangkaian tiga buah pendapat yang terdiri atas dua pendapat dan satu kesimpulan. Contoh: pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Kutipan diatas merupakan bentuk silogisme tidak langsung dengan penjabaran sebagai berikut. 5

6 6 Premis mayor : pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Premis minor : Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam artikel mahasiswa baru tidak ditemukan adanya penggunaan silogisme lengkap sesuai dengan penelitian Rizam (2011) dan teori silogisme Keraf (2010) disertai teori Guinn dan Marder (dalam Suparno dan Yunus, 2006). Hal tersebut cenderung disebabkan oleh faktor kepraktisan. Proposisi yang diprediksikan telah diketahui pembaca, kemudian dihilangkan karena dianggap masih ada dalam pikiran. Oleh karena itu, silogisme muncul hanya dengan dua proposisi yang disebut entimem. Menurut Keraf (2010:72), silogisme sebagai suatu cara untuk menyatakan pikiran tampaknya bersifat artifisial. Dalam kehidupan sehari-hari, biasanya silogisme itu muncul hanya dengan dua proposisi yang salah satunya dihilangkan. Walaupun dihilangkan, proposisi itu tetap dianggap ada dalam pikiran dan dianggap diketahui pula oleh orang lain. Bentuk inilah yang digunakan dan bukan bentuk yang formal seperti silogisme. Guinn dan Marder (dalam Suparno dan Yunus, 2006:50), mengatakan bahwa dalam kenyataan sehari-hari kita jarang menggunakan bentuk silogisme secara lengkap. Demi kepraktisan, bagian silogisme yang dianggap telah dipahami kemudian dihilangkan. Entimem adalah penalaran deduksi secara langsung dan dapat dikatakan pula silogisme yang premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui. Contoh: Indonesia merupakan sumberdaya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumberdaya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting. Kutipan di atas merupakan bentuk penalaran entimem dengan dua proposisi entimem sebagai berikut. Premis mayor Premis minor : Indonesia memerlukan sumberdaya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. : Untuk memenuhi sumberdaya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting. Untuk membuktikan keabsahan entimem pada kutipan di atas, maka dikembalikan pada silogisme lengkap seperti pada kutipan berikut. Premis mayor Premis minor Kesimpulan : Indonesia memerlukan sumberdaya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. : Untuk memenuhi sumberdaya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting. : Pendidikan memiliki peran sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Hasil penelitian menunjukkan kesesuaian dengan teori entimem Suparno dan Yunus (2006). Menurut Suparno dan Yunus (2006:50-51), untuk mengetes keabsahan sebuah entimem, kembalikanlah pada silogisme asal yang lengkap, dengan mengacu pada prinsip-prinsip silogisme. Penelitian Rizam (2011) menyatakan bahwa premis

7 mayor muncul sebagai predikat dalam konklusi, premis minor muncul sebagai subjek dalam konklusi, dan penyimpulan menyebutkan bahwa predikat dalam subyek akan berlaku pada subyek lainnya. Dalam penelitian ini, untuk mengetes keabsahan sebuah entimem, maka dikembalikan terlebih dahulu pada silogisme asal yang lengkap dan berdasar pada prinsip-prinsip silogisme. Hasil penelitian menunjukkan entimem memiliki dua premis dan jika dikembalikan menjadi silogisme lengkap memiliki tiga bagian silogisme, yakni premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Struktur Penalaran dalam Artikel Mahasiswa Baru Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang Angkatan 2012 Struktur penalaran adalah gambaran umum tentang struktur unsur-unsur pembangun penalaran. Bentuk struktur penalaran yang didapatkan dari hasil penelitian dan pembahasan dari unsur-unsur penalaran yang ada dalam artikel mahasiswa baru Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang angkatan 2012 berupa bentuk balok tidak sama besar. Unsur penalaran yaitu (1) pendirian, (2) bukti, dan (3) penyimpulan. Proporsi dari bukti lebih besar dibanding dengan pendirian dan penyimpulan yang mengisi pada bagian batang tubuh artikel dan berupa evidensi yang dapat menguatkan pendirian. Proporsi pendirian dan penyimpulan relatif hampir sama, sebab pendirian hanya berupa gagasan tunggal dan penyimpulan berupa jawaban dari pendirian pada awal tulisan tersebut. Varian penalaran induktif dan deduktif digunakan dalam alinea-alinea yang mengemukakan unsur penalaran pendirian, bukti, maupun penyimpulan. 7 PEMBUKAAN- PENDIRIAN BATANG TUBUH- BUKTI VARIAN PENALARAN INDUKTIF DAN DEDUKTIF PENUTUP PENYIMPULAN Gambar Struktur Penalaran Artikel Mahasiswa Baru Bagian pembuka artikel mahasiswa baru mengemukakan pendirian penulis berupa isu atau gagasan tunggal, baik pendirian faktual, nilai, maupun kebijakan. Bagian batang tubuh mengemukakan bukti, baik berupa data statistik, otoritas, maupun analisis. Bagian penutup mengemukakan penyimpulan yang berisi pendirian yang telah diajukan berupa saran dan harapan yang dinyatakan secara langsung dan tidak langsung. Hasil penelitian ini menunjukkan bagian pembuka artikel mengemukakan pendirian penulis berupa isu atau gagasan penulis. Pada bagian batang tubuhnya dikemukakan bukti-bukti untuk menguatkan pendirian. Selanjutnya, pada bagian penutup mengemukakan penyimpulan yang berisi tanggapan dari pendirian yang telah

8 diajukan. Penyimpulan dapat dinyatakan dalam inferensi implisit dan eksplisit yang berupa saran, harapan, serta saran dan harapan. Hasil penelitian struktur artikel mahasiswa baru Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang angkatan 2012 memiliki kesesuaian dengan teori struktur artikel menurut Rahardi (2006). Struktur artikel yang baik tidak berbentuk piramida terbalik, melainkan balok sama besar yang memanjang dari atas ke bawah (Rahardi, 2006:29). Struktur artikelnya terdiri atas (1) judul, (2) lead berupa alinea pembuka, (3) batang tubuh berupa alinea penjelas, dan (4) ending (alinea penutup). Bentuk kesesuaian dari penelitian ini dengan teori struktur artikel menurut Rahardi (2006) terdapat pada strukturnya yang berbentuk balok yang memanjang dari atas ke bawah, tetapi balok tersebut adalah balok tidak sama besar. Bentuk struktur penalaran pada penelitian ini berdasar pada unsur pembangun penalaran. Hasil penelitian ini memiliki kesamaan dengan teori struktur artikel dari Badri (2008) dan Harras (2008). Menurut Badri (2008), pada alinea pertama memuat pokok pikiran utama atau tesis yang akan dipertahankan. Sifatnya, berupa tanggapan terhadap opini orang lain atau mengajukan opini tersendiri. Harras (2008) menjelaskan bahwa pada alinea penjelas (batang tubuh), menguraikan pokok pikiran penunjang/turunan. Setiap pokok pikiran itu disusun dalam alinea tersendiri. Satu alinea pada alinea penutup berisi tanggapan dari alinea pertama/pendapat awal yang telah diajukan. Alinea penutup menggunakan kalimat yang menggugah, bukan memaksakan kehendak dan membuka kesempatan bagi orang lain untuk berbeda pendapat atau tidak merasa benar sendiri. Berdasarkan hasil penelitian unsur pembangun penalaran dalam artikel mahasiswa baru Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang angkatan 2012, dikemukakan model penalarannya sebagai berikut. 8 PN BK1 BK2 Gambar Model Struktur Penalaran I Keterangan: Pendirian (PN) Bukti (BK) Penyimpulan (PY) PY Pada gambar model struktur penalaran I menunjukkan model struktur yang sederhana karena hanya memuat unsur pokok pembangun penalaran. Hal tersebut ditunjukkan dengan pendirian berupa gagasan utama dikemukakan terlebih dahulu kemudian disusul bukti berupa fakta maupun opini terhadap fakta dan diakhiri dengan penyimpulan. Model struktur penalaran II dalam artikel mahasiswa baru Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang angkatan 2012 ditunjukkan pada gambar berikut.

9 9 PN BK1 BK 2 BK 3 Gambar Model Struktur Penalaran II Keterangan: Pendirian (PN) Bukti (BK) Penyimpulan (PY) PY 1 PY 2 Pada gambar model struktur penalaran II ditunjukkan pendirian berupa gagasan utama yang dikemukakan, kemudian disusul bukti baik berupa fakta maupun opini terhadap fakta dan diakhiri dengan penyimpulan (simpulan sementara-simpulan umum) terhadap bukti-bukti yang telah dikemukakan sebelumnya. Model struktur penalaran III dalam artikel mahasiswa baru Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang angkatan 2012 ditunjukkan pada gambar berikut. PN 1 PN 2 BK1 BK2 BK3 Gambar Model Struktur Penalaran III PY Keterangan: Pendirian (PN) Bukti (BK) Penyimpulan (PY) Pada gambar model struktur penalaran III ditunjukkan pendirian berupa gagasan utama yang dikemukakan disertai dengan data dasar yang juga merupakan pendirian, kemudian disusul dengan bukti baik berupa fakta maupun opini terhadap fakta dan diakhiri dengan penyimpulan. Model struktur penalaran IV dalam artikel mahasiswa baru Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang angkatan 2012 ditunjukkan pada gambar berikut.

10 10 PN 1 PN 2 BK1 BK 2 BK3 Gambar Model Struktur Penalaran IV Keterangan: Pendirian (PN) Bukti (BK) Penyimpulan (PY) PY 1 PY 2 Pada gambar model struktur penalaran IV ditunjukkan pendirian berupa gagasan utama yang dikemukakan disertai dengan data dasar kemudian disusul bukti baik berupa fakta maupun opini terhadap fakta dan diakhiri dengan penyimpulan (simpulan sementara-simpulan umum) terhadap bukti-bukti telah dikemukakan sebelumnya. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Penalaran dalam artikel mahasiswa baru Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang angkatan 2012 memiliki tiga unsur pembangun penalaran yakni pendirian, bukti, dan penyimpulan. Unsur pendirian dalam artikel mahasiswa baru Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang angkatan 2012 terdiri dari tiga kategori, yaitu pendirian faktual, pendirian kebijakan, dan pendirian nilai. Pendirian faktual berupa pernyataan proposisional tentang peristiwa yang dianggap menyebabkan terjadinya peristiwa lain dan pendirian prakiraan hipotesis didasarkan pada asumsi bahwa ada hubungan antara kondisi masa lalu, kondisi masa kini, dan kondisi yang akan datang. Pendirian kebijakan berupa pernyataan proposisional dalam bentuk saran yakni menyangkut tindakan tertentu yang perlu dilaksanakan. Pendirian nilai berupa penilaian atas kekurangan atau kelebihan suatu fakta yang berdasar pada kriteria penulis sendiri. Unsur bukti dalam artikel mahasiswa baru Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang angkatan 2012 berupa fakta dan opini terhadap fakta. Fakta berupa data statistik dan otoritas. Data statistik dan otoritas diperoleh dari instansi pemerintahan atau organisasi swasta, tokoh, dan ahli yang berkompeten di bidangnya. Opini terhadap fakta berupa analisis dan penilaian. Analisis dan penilaian tersebut secara objektif dan secara umum telah diterima sebagai kebenaran. Penyimpulan dinyatakan dalam dua kategori berdasarkan langsung tidaknya penyimpulan tersebut dikemukakan, yaitu inferensi implisit dan eksplisit. Penyimpulan dalam artikel mahasiswa baru Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang angkatan 2012 dapat digolongkan menjadi tiga kategori, yakni saran, harapan, serta saran dan harapan. Penalaran dalam artikel mahasiswa baru Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang angkatan 2012 dilakukan dalam dua varian penalaran, yaitu penalaran induktif dan deduktif. Penalaran induktif terdiri dari generalisasi, analogi, dan hubungan

11 kausal. Generalisasi dalam artikel mahasiswa baru tersebut berupa generalisasi dengan loncatan induktif dan tanpa loncatan induktif. Analogi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari dua hal, peristiwa atau gejala khusus yang satu sama lain memiliki kesamaan untuk menarik sebuah kesimpulan. Hubungan kausal berlangsung dalam tiga varian, yakni sebab ke akibat, akibat ke sebab, dan akibat ke akibat. Penalaran deduktif dalam artikel mahasiswa baru Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang angkatan 2012 tidak dilakukan dalam bentuk silogisme lengkap, tetapi dilakukan dalam bentuk entimem. Hal ini disebabkan entimem dinilai lebih praktis, yakni hal yang dianggap telah dipahami tidak dikemukakan kembali. Namun, untuk menguji keabsahan entimem tersebut, maka harus dikembangkan pada silogisme yang lengkap terlebih dahulu. Stuktur penalaran dalam artikel mahasiswa baru Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang angkatan 2012 didasarkan pada unsur pembangun yaitu (1) pendirian, (2) bukti, dan (3) penyimpulan, sehingga berbentuk balok tidak sama besar. Bagian pembuka mengemukakan pendirian penulis yang berupa isu atau gagasan tunggal penulis. Bagian batang tubuh mengemukakan bukti. Bagian penutup mengemukakan penyimpulan yang berisi konfirmasi pendirian yang telah diajukan. Varian penalaran induktif dan deduktif dapat digunakan pada alinea-alinea yang mengemukakan unsur penalaran pendirian, bukti, maupun penyimpulan. 11 Saran Berdasarkan hasil pembahasan dan simpulan, dikemukakan saran bagi guru, dosen, atau pendidik agar penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam memaksimalkan pembelajaran menulis, sehingga kualitas tulisan dapat tergarap dengan baik. Pendidik disarankan untuk memberikan materi pembelajaran tentang penalaran secara optimal agar peserta didik dapat menulis dengan menggunakan penalaran yang sesuai dengan teknik penalaran yang ada. Bagi peneliti lanjutan, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk melakukan penelitian sejenis yang berkaitan dengan penalaran. Bagi mahasiswa baru, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk mengetahui penalaran dalam artikel yang ditulis. Mahasiswa disarankan untuk banyak berlatih menulis menggunakan teknik penalaran yang sesuai agar kualitas tulisan yang dihasilkan menjadi lebih baik. DAFTAR RUJUKAN Badri, M Teknik Penulisan Artikel, (Online), diakses 20 Juni Dawud Penalaran dalam Karya Tulis Populer Argumentatif. Jurnal Bahasa dan Seni, 36 (1): Harnadi, K. K Kualitas Menulis Akademik Mahasiswa Rendah, (Online), FISS Unpas, diakses 20 Mei Harras, K. K Teknik Menulis Artik Opini, (Online), diakses 24 Juni Keraf, G Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia. Moedzakir, M. D Desain dan Model Penelitian Kualitatif (Biografi Fenomenologi, Teori Grounded, Etnografi dan Study Kasus). Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.

12 Rahardi, F Panduan Lengkap Menulis Artikel, Features, dan Esai. Jakarta: Kawan Pustaka. Rizam, M. M Penalaran dalam Artikel Rubrik Opini Surat Kabar Harian Jawa Pos Edisi November Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Sukmadinata, N. S Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Suparno & Yunus, M Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka. 12

ANALISIS KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS XI SMKN 12 MALANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

ANALISIS KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS XI SMKN 12 MALANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012 ANALISIS KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS XI SMKN 12 MALANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Faridatul Umami Sunaryo Moch. Syahri E-mail: Faridatul Umami90@yahoo.com Fakultas Sastra Jurusan Sastra Indoensia Universitas

Lebih terperinci

PENALARAN DALAM ARTIKEL RUBRIK OPINI SURAT KABAR HARIAN JAWA POS

PENALARAN DALAM ARTIKEL RUBRIK OPINI SURAT KABAR HARIAN JAWA POS KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Oktober 2015, Volume 1, Nomor 2, hlm 205-211 PISSN 2442-7632 EISSN 2442-9287 205 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/ kembara/index PENALARAN

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata I)

ARTIKEL ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata I) ANALISIS PENALARAN INDUKTIF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 LINGGO SARIBAGANTI KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Slameto (2010:3) belajar adalah proses usaha yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Slameto (2010:3) belajar adalah proses usaha yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Slameto (2010:3) belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Analisis. Analisis diuraikan secara singkat memiliki arti penyederhanaan data.

BAB II KAJIAN TEORI. A. Analisis. Analisis diuraikan secara singkat memiliki arti penyederhanaan data. 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Analisis Analisis diuraikan secara singkat memiliki arti penyederhanaan data. Secara umum analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yaitu: (1) reduksi data merupakan proses pemilihan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Penalaran Matematis. Menurut Majid (2014) penalaran adalah proses berpikir yang

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Penalaran Matematis. Menurut Majid (2014) penalaran adalah proses berpikir yang BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Penalaran Matematis Menurut Majid (2014) penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta yang empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh

Lebih terperinci

JURNAL PENALARAN ARGUMENTASI DALAM WACANA TULIS SISWA KELAS IX SMP NEGERI 8 KEDIRI

JURNAL PENALARAN ARGUMENTASI DALAM WACANA TULIS SISWA KELAS IX SMP NEGERI 8 KEDIRI JURNAL PENALARAN ARGUMENTASI DALAM WACANA TULIS SISWA KELAS IX SMP NEGERI 8 KEDIRI LOGICAL REASONING OF ARGUMENTATION IN STUDENTS WRITING DISCOURSE AT NINTH GRADE STUDENTS OF SMP NEGERI 8 KEDIRI Oleh:

Lebih terperinci

Hubungan kemampuan membaca skema dengan kemampuan menulis paragraf persuasive oleh Siswa Kelas XI SMA Swasta Katolik Budi Murni 2. Verawaty R.

Hubungan kemampuan membaca skema dengan kemampuan menulis paragraf persuasive oleh Siswa Kelas XI SMA Swasta Katolik Budi Murni 2. Verawaty R. Hubungan kemampuan membaca skema dengan kemampuan menulis paragraf persuasive oleh Siswa Kelas XI SMA Swasta Katolik Budi Murni 2 Simalingkar Medan Tahun Pembelajaran 2009/2010. Verawaty R. Sitorus ABSTRAK

Lebih terperinci

PENELITIAN DAN METODE ILMIAH. BY: EKO BUDI SULISTIO

PENELITIAN DAN METODE ILMIAH. BY: EKO BUDI SULISTIO PENELITIAN DAN METODE ILMIAH BY: EKO BUDI SULISTIO Email: eko.budi@fisip.unila.ac.id PENELITIAN Bhs Inggris : Research re kembali ; search mencari. Secara bahasa berarti mencari kembali Penelitian dapat

Lebih terperinci

Berita Feature Opini Tajuk Essay Kolom. Sastra Tulisan Ilmiah Tulisan Ilmiah Populer

Berita Feature Opini Tajuk Essay Kolom. Sastra Tulisan Ilmiah Tulisan Ilmiah Populer Menulis di Media Massa Jenis-jenis Tulisan di Media Massa Berita Feature Opini Tajuk Essay Kolom Sastra Tulisan Ilmiah Tulisan Ilmiah Populer Peluang Dimuat Berita Opini Berita Ditulis oleh wartawan Bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk bertindak sesuai dengan pikirannya.

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk bertindak sesuai dengan pikirannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia hidup tidak lepas dari kegiatan berpikir. Berpikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak, dan juga melibatkan seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun. maju dan sejahtera apabila bangsa tersebut cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun. maju dan sejahtera apabila bangsa tersebut cerdas. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan Negara Republik Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah segala usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah segala usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah segala usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah, masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan latihan yang

Lebih terperinci

Verawaty R. Sitorus. Kata Kunci. Membaca Skema, Paragraf Persuasif, SMA Budi Murni

Verawaty R. Sitorus. Kata Kunci. Membaca Skema, Paragraf Persuasif, SMA Budi Murni Hubungan kemampuan membaca skema dengan kemampuan menulis paraggraf persuasive oleh Siswa Kelas XI SMA Swasta Katolik Budi Murni 2 Simalingkar Medan Tahun Pembelajaran 2009/2010. Verawaty R. Sitorus ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matematika yaitu memecahkan masalah (problem solving), penalaran dan bukti

BAB I PENDAHULUAN. matematika yaitu memecahkan masalah (problem solving), penalaran dan bukti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan. Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana disebutkan dalan Undang-undang Nomor 20 tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panji Faisal Muhamad, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panji Faisal Muhamad, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang selalu menemani perjalanan kehidupan. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan potensinya. Seperti yang dijelaskan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan Sejauh pengetahuan peneliti kajian tentang Bentuk Penalaran dalam Skripsi Mahasiswa Jurusan Ilmu Hukum Kemasyarakatan Universitas Negeri Gorontalo belum pernah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah bagian dari upaya untuk membantu manusia memperoleh kehidupan yang bermakna, baik secara individu maupun secara kelompok. Dengan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka diperlukan guru yang sangat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan dilakukan secara terencana dalam mewujudkan proses pembelajaran agar

I. PENDAHULUAN. Pendidikan dilakukan secara terencana dalam mewujudkan proses pembelajaran agar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan dilakukan secara terencana dalam mewujudkan proses pembelajaran agar siswa

Lebih terperinci

Keterampilan Dasar Menulis

Keterampilan Dasar Menulis Keterampilan Dasar Menulis Oleh La Ode Syukur Pengertian Menulis Menulis : kegiatan menyampaikan pesan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai medianya. Pesan : Isi yang terkandung dalam suatu tulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang terdiri dari beragam etnis yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang terdiri dari beragam etnis yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang terdiri dari beragam etnis yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Setiap kelompok etnis tersebut memiliki kebudayaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Penalaran Matematis. a. Pengertian Penalaran Matematis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Penalaran Matematis. a. Pengertian Penalaran Matematis 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Penalaran Matematis a. Pengertian Penalaran Matematis Penalaran matematika dan pokok bahasan matematika merupakan satu kesatuan yang tidak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan 46 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah metode

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia di masa yang akan datang. Karena dengan pendidikan kita dapat mempersiapkan kondisi sumber

Lebih terperinci

Kholid A.Ha H rra r s FPBS UPI

Kholid A.Ha H rra r s FPBS UPI Kholid A.Harras FPBS UPI ARTIKEL OPINI Karya tulis yang disusun untuk mengungkapkan PENDAPAT seorang penulis atas suatu FAKTA/DATA/ PENDAPAT orang lain berdasarkan rangkaian LOGIKA tersendiri. STRUKTUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan juga merupakan 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan juga merupakan sarana penunjang dalam mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa dan mencapai tujuan pendidikan nasional, perkembangan jaman saat ini menuntut adanya sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian dan Tahap-tahap Penelitian. Metode penelitian adalah upaya dalam ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh faktor-faktor dan prinsip-prinsip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat, dan negara. Dunia pendidikan dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan perubahan yang terjadi kian cepat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum pendidikan harus disusun dengan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan adalah seperangkat sasaran kemana pendidikan itu di arahkan. Tujuan pendidikan dapat dimaknai sebagai suatu sistem nilai yang disepakati kebenaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran yang menjadikan seseorang mengerti atas suatu hal yang mana sebelumnya seseorang tersebut belum mengerti. Pendidikan

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI D3 AKUNTANSI KOMPUTER UNIVERSITAS GUNADARMA

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI D3 AKUNTANSI KOMPUTER UNIVERSITAS GUNADARMA 1 RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI D3 AKUNTANSI KOMPUTER UNIVERSITAS GUNADARMA Tanggal Penyusunan /8/2016 Tanggal revisi 24/2/2017 Kode dan Nama MK PP-024109 Bahasa Indonesia 2 SKS dan Semester

Lebih terperinci

Oleh Justianus Tarigan Dr. Abdurahman A., M.Hum.

Oleh Justianus Tarigan Dr. Abdurahman A., M.Hum. ANALISIS VALIDITAS ISI DAN KETEPATAN KONSTRUKSI BUTIR TES SOAL UJIAN AKHIR SEKOLAH BAHASA INDONESIA TAHUN 2013/2014 KELAS XII SMA SWASTA BERSAMA BERASTAGI Oleh Justianus Tarigan Dr. Abdurahman A., M.Hum.

Lebih terperinci

SUB TOTAL (SKOR X BOBOT) KOMPONEN MATERI (A)

SUB TOTAL (SKOR X BOBOT) KOMPONEN MATERI (A) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT KURIKULUM DAN PERBUKUAN INSTRUMEN B1 PENILAIAN BUKU PENGAYAAN PENGETAHUAN Kode Buku : NO. KOMPONEN DAN BUTIR Penilaian Kualitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa tersebut. UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa tersebut. UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh aset pokok yang ada di dalamnya. Aset pokok tersebut berupa sumber daya. Sumber daya manusia merupakan penggerak pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan Di era saat ini, pendidikan sangatlah memiliki peranan yang penting.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan Di era saat ini, pendidikan sangatlah memiliki peranan yang penting. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Di era saat ini, pendidikan sangatlah memiliki peranan yang penting. Bahkan pendidikan merupakan salah satu faktor dalam menentukan kualitas suatu bangsa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sesuatu yang penting dan sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia. Di Indonesia masalah pendidikan menjadi hal yang paling utama yang mendapatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Negeri 1 Yogyakarta, SMK Negeri 2 Yogyakarta, SMK Negeri 3 Yogyakarta, SMK Negeri 4

BAB III METODE PENELITIAN. Negeri 1 Yogyakarta, SMK Negeri 2 Yogyakarta, SMK Negeri 3 Yogyakarta, SMK Negeri 4 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Sekolah Menengah Kejuruan Negeri se-kota Yogyakarta merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitian. Ada tujuh sekolah

Lebih terperinci

1. Paragraf dalam Bahasa Indonesia a. Macam-macam paragraf 1. Berdasarkan sifat dan tujuan (a) Paragraf pembuka (b) Paragraf penghubung

1. Paragraf dalam Bahasa Indonesia a. Macam-macam paragraf 1. Berdasarkan sifat dan tujuan (a) Paragraf pembuka (b) Paragraf penghubung 1. Paragraf dalam Bahasa Indonesia Paragraf atau sering disebut dengan istilah alenia, dalam satu sisi kedunya memiliki pengertian yang sama. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), disebutkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan masalah yang penting, sebab maju atau tidaknya suatu bangsa tergantung pada pendidikan. Siapa pun yang mendapat pendidikan yang baik akan

Lebih terperinci

Catt: kedua kalimat pertama dapat dibuktikan kebenarannya. Kedua kalimat terakhir dapat ditolak karena fakta yang menentang kebenarannya.

Catt: kedua kalimat pertama dapat dibuktikan kebenarannya. Kedua kalimat terakhir dapat ditolak karena fakta yang menentang kebenarannya. Bahasa Indonesia 2 Proposisi ( reasoning ): suatu proses berfikir yang berusaha menghubungkan fakta/ evidensi yang diketahui menuju ke pada suatu kesimpulan. Proposisi dapat dibatasi sebagai pernyataan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENULISAN ILMIAH

METODOLOGI PENULISAN ILMIAH METODOLOGI PENULISAN ILMIAH Pertemuan Ke-2 Karya Ilmiah :: Noor Ifada :: noor.ifada@if.trunojoyo.ac.id S1 Teknik Informatika-Unijoyo 1 POKOK BAHASAN Pengertian Karya Ilmiah Jenis Karya Ilmiah Sikap Ilmiah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam perkembangan ilmu

Lebih terperinci

SUB TOTAL (SKOR X BOBOT) KOMPONEN MATERI/ISI (A)

SUB TOTAL (SKOR X BOBOT) KOMPONEN MATERI/ISI (A) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT KURIKULUM DAN PERBUKUAN INSTRUMEN B PENILAIAN BUKU PENGAYAAN KETERAMPILAN Kode Buku: No. KOMPONEN DAN BUTIR PENILAIAN KUALITATIF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah memiliki peranan dan tanggung jawab yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah memiliki peranan dan tanggung jawab yang sangat penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah memiliki peranan dan tanggung jawab yang sangat penting dalam mempersiapkan warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Pengertian Logika. B. Tujuan Penulisan

BAB I PENDAHULUAN. A. Pengertian Logika. B. Tujuan Penulisan BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Logika Logika berasal dari kata Logos yaitu akal, jika didefinisikan Logika adalah sesuatu yang masuk akal dan fakta, atau Logika sebagai istilah berarti suatu metode atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maulida Zahara, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maulida Zahara, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tujuan pendidikan adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB II MENULIS WACANA ARGUMENTASI DENGAN TEKNIK COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC)

BAB II MENULIS WACANA ARGUMENTASI DENGAN TEKNIK COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) 13 BAB II MENULIS WACANA ARGUMENTASI DENGAN TEKNIK COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) 2.1 Pembelajaran Menulis Menulis adalah aktivitas mengemukakan gagasan melalui media bahasa (Nurgiyantoro,

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS BAWAH DI SD NEGERI 1 SUMBEREJO WURYANTORO, WONOGIRI TAHUN 2012 / 2013 NASKAH PUBLIKASI

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS BAWAH DI SD NEGERI 1 SUMBEREJO WURYANTORO, WONOGIRI TAHUN 2012 / 2013 NASKAH PUBLIKASI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS BAWAH DI SD NEGERI 1 SUMBEREJO WURYANTORO, WONOGIRI TAHUN 2012 / 2013 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan aspek penting untuk membangun suatu bangsa dan negara yang maju. Peran penting pendidikan di Indonesia terletak pada upaya peningkatan mutu dan

Lebih terperinci

PERAN STRATEGIS PENINGKATAN TERBITAN BUKU UI DAN PENGARUHNYA BAGI INDONESIA

PERAN STRATEGIS PENINGKATAN TERBITAN BUKU UI DAN PENGARUHNYA BAGI INDONESIA PERAN STRATEGIS PENINGKATAN TERBITAN BUKU UI DAN PENGARUHNYA BAGI INDONESIA AEP SAEFULLOH Peran Buku bagi Peradaban Bangsa Ilmu Pengetahu an Teknologi Seni dan Budaya Informasi BUKU Sarana Pembentukan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP MELALUI PENGAJUAN MASALAH MATEMATIKA

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP MELALUI PENGAJUAN MASALAH MATEMATIKA KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP MELALUI PENGAJUAN MASALAH MATEMATIKA Dini Hardaningsih 1, Ika Krisdiana 2, dan Wasilatul Murtafiah 3 1,2,3 Program Studi Pendidikan Matematika, FPMIPA, IKIP PGRI Madiun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karakter suatu bangsa dibangun dari proses pendidikan. Dalam Undang-undang

I. PENDAHULUAN. karakter suatu bangsa dibangun dari proses pendidikan. Dalam Undang-undang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan aspek penting dalam sebuah negara karena peradaban dan karakter suatu bangsa dibangun dari proses pendidikan. Dalam Undang-undang Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif. Yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif. Yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Jenis dan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran matematika terdapat beberapa kemampuan matematis yang harus dimiliki oleh siswa. Salah satu kemampuan matematis tersebut adalah kemampuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari sesuatu atau beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar kelak mampu bersaing dan berperan dalam menghadapi setiap perubahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. taraf hidup manusia. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Sistem

I. PENDAHULUAN. taraf hidup manusia. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Sistem 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sarana bagi manusia untuk mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran baik secara formal, maupun non formal. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang melaksanakan pembangunan diberbagai bidang dalam rangka mencerdaskan bangsa dan tercapainya kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumberdaya manusia sangat diperlukan Indonesia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi kebutuhan akan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran pendidikan matematika sangat penting bagi upaya menciptakan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Peran pendidikan matematika sangat penting bagi upaya menciptakan sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran pendidikan matematika sangat penting bagi upaya menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas sebagai modal bagi proses pembangunan. Siswa sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna mengembangkan bakat

Lebih terperinci

Indriaty Matoka. (Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia) Pembimbing I : Dr. Fatmah AR. Umar, M. Pd. Pembimbing II: Salam, S. Pd, M.

Indriaty Matoka. (Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia) Pembimbing I : Dr. Fatmah AR. Umar, M. Pd. Pembimbing II: Salam, S. Pd, M. BENTUK PENALARAN DALAM SKRIPSI MAHASISWA JURUSAN ILMU HUKUM KEMASYARAKATAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO Indriaty Matoka (Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia) Pembimbing I : Dr. Fatmah AR. Umar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PEDOMAN PENULISAN KARYA ILMIAH ( SKRIPSI, TESIS, DISERTASI, ARTIKEL, MAKALAH, DAN LAPORAN PENELITIAN )

BAB I PENDAHULUAN PEDOMAN PENULISAN KARYA ILMIAH ( SKRIPSI, TESIS, DISERTASI, ARTIKEL, MAKALAH, DAN LAPORAN PENELITIAN ) BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI, TESIS, DAN DISERTASI Skripsi, tesis, dan disertasi hasil penelitian lapangan adalah jenis penelitian yang berorientasi pada pengumpulan data empiris di lapangan. Ditinjau dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan hak asasi bagi setiap manusia dan memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Setiap manusia memiliki hak

Lebih terperinci

Bahasa dlm KTI menggunakan Bahasa Formal. Keterampilan Menulis yg Kreatif & Inovatif menghasilkan KTI yg Argumentatif.

Bahasa dlm KTI menggunakan Bahasa Formal. Keterampilan Menulis yg Kreatif & Inovatif menghasilkan KTI yg Argumentatif. 1 KTI mrp Bentuk Komunikasi Tertulis yg menyajikan Argumen Keilmuan Berdasarkan Fakta. KTI sbg Media Komunikasi antara Penulis dengan Pembaca memerlukan Tatanan & Struktur Bahasa yg Logis & Efektif. Agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran. Pendidikan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 3 tentang

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran. Pendidikan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 3 tentang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran. Pendidikan dimaksudkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peny Husna Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peny Husna Handayani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembelajaran biologi dirancang dan dilakukan semata-mata untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sisdiknas Pasal 20 ayat

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LABUHAN BATU

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LABUHAN BATU SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LABUHAN BATU GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Mata Kuliah : Bahasa Indonesia / MKPK 202 2SKS Deskripsi Singkat : Bahasa Indonesia menjadi salah satu instrumen pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. institusi pendidikan melalui tujuan institusional. Tujuan institusional ini

BAB I PENDAHULUAN. institusi pendidikan melalui tujuan institusional. Tujuan institusional ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses untuk membina dan mengantarkan anak didik agar dapat menemukan kediriannya agar menjadi manusia yang berguna bagi diri sendiri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja dengan melibatkan siswa secara aktif mengembangkan potensi yang dimiliki, mengubah sikap,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang berkualitas, maju, mandiri, dan modern. Pendidikan sangat penting dan menduduki posisi sentral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam komunikasi manusia. Melalui bahasa, manusia dapat mengungkapkan perasaan (emosi), imajinasi, ide dan keinginan yang diwujudkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Kurikulum Secara etimologis, istilah kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya pelari dan curere yang artinya tempat berpacu. Istilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun warga di luar sekolah yaitu orang tua, akademisi, dan pihak pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN. maupun warga di luar sekolah yaitu orang tua, akademisi, dan pihak pihak lain. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan kurikulum yang terus menerus berganti menjadi fenomena yang memiliki dampak tersendiri dari berbagai pihak penyelenggara pendidikan di sekolah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus 1 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pembelajaran merupakan salah satu bentuk implementasi pendidikan. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus memperlihatkan

Lebih terperinci

Bahasa dlm KTI menggunakan Bahasa Formal. Keterampilan Menulis yg Kreatif & Inovatif menghasilkan KTI yg Argumentatif.

Bahasa dlm KTI menggunakan Bahasa Formal. Keterampilan Menulis yg Kreatif & Inovatif menghasilkan KTI yg Argumentatif. 1 KTI mrp Bentuk Komunikasi Tertulis yg menyajikan Argumen Keilmuan Berdasarkan Fakta. KTI sbg Media Komunikasi antara Penulis dengan Pembaca memerlukan Tatanan & Struktur Bahasa yg Logis & Efektif. Agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan nilai-nilai masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan sudah ada. mengantarkan manusia menuju kesempurnaan dan kebaikan.

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan nilai-nilai masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan sudah ada. mengantarkan manusia menuju kesempurnaan dan kebaikan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok agar seseorang menjadi dewasa dari segi biologis, psikologis dan paedagogis, yang sesuai dengan

Lebih terperinci

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan dasar bagi pengetahuan manusia. Bahasa juga dikatakan sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh setiap manusia dengan yang lain. Sebagai alat

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas

A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas 1 BAB I STRATEGI PEMBINAAN KEAGAMAAN SISWA DI SEKOLAH DASAR NEGERI TLOGOHARUM 01 DAN SEKOLAH DASAR NEGERI TRANGKILAN KECAMATAN WEDARI JAKSA KABUPATEN PATI A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Imas Masrini, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Imas Masrini, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seolah ada pertanyaan bayangan mengapa matematika merupakan salah satu pelajaran yang sulit di pahami dan siswa kurang memahami apa yang di anjurkan? apakah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi (Sapriya 2011:11).

BAB I PENDAHULUAN. memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi (Sapriya 2011:11). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif. Bogdan dan Taylor dalam Lexy J. Moleong (2000:3), menyatakan: Prosedur penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan di era globalisasi ini sangat berkembang dengan pesat. Hal ini tidak terlepas dari peranan dunia pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum merupakan hal penting dalam sistem pendidikan Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum merupakan hal penting dalam sistem pendidikan Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan hal penting dalam sistem pendidikan Indonesia. Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat umum bagi setiap manusia. Pendidikan tidak terlepas dari segala kegiatan manusia, dan dalam kondisi apapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun berada. Pendidikan sangat penting, sebab tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat telah menuntut kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sehingga kita harus mempersiapkan sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. 1

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sering kali diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. 1 Pendidikan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN PENALARAN INDUKTIF MATEMATIS DAN RASA INGIN TAHU SISWA MUHAMMADIYAH SOKARAJA

KEMAMPUAN PENALARAN INDUKTIF MATEMATIS DAN RASA INGIN TAHU SISWA MUHAMMADIYAH SOKARAJA AlphaMath DIAN ALIF Journal FITRIANA of Mathematics Education, 3(2) November 2017 KEMAMPUAN PENALARAN INDUKTIF MATEMATIS DAN RASA INGIN TAHU SISWA MUHAMMADIYAH SOKARAJA Oleh: Dian Alif Fitriana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia menuntut siswa untuk mampu menuangkan pikiran serta perasaan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Sehubungan dengan

Lebih terperinci

ANALISIS PROGRAM PJOK BERDASARKAN PENDEKATAN GOAL-ORIENTED EVALUATION MODEL

ANALISIS PROGRAM PJOK BERDASARKAN PENDEKATAN GOAL-ORIENTED EVALUATION MODEL ANALISIS PROGRAM PJOK BERDASARKAN PENDEKATAN GOAL-ORIENTED EVALUATION MODEL Abi Fajar Fathoni (Pendidikan Olahraga, Pascasarjana, Universitas Negeri Malang) fajarfathoniabi@gmail.com Abstrak: pendidikan

Lebih terperinci

SEKOLAH MENULIS DAN KAJIAN MEDIA

SEKOLAH MENULIS DAN KAJIAN MEDIA MATERI: 13 Modul SEKOLAH MENULIS DAN KAJIAN MEDIA (SMKM-Atjeh) MENULIS KARYA ILMIAH 1 Kamaruddin Hasan 2 arya ilmiah atau tulisan ilmiah adalah karya seorang ilmuwan (ya ng berupa hasil pengembangan) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dianggap penting karena dapat menjadi bekal untuk memperoleh pekerjaan yang layak. Padahal tujuan pendidikan tidak seperti itu, pendidikan penting

Lebih terperinci