BAB I PENDAHULUAN. daerah yang tidak merata berpengaruh terhadap mekanisme pemerintahan negara

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. daerah yang tidak merata berpengaruh terhadap mekanisme pemerintahan negara"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keadaan geografis Indonesia yang berupa kepulauan dan sumber daya alam daerah yang tidak merata berpengaruh terhadap mekanisme pemerintahan negara Indonesia, untuk memudahkan pengaturan atau penataan pemerintahan, maka diperlukan adanya suatu sistem pengelolaan pemerintahan di tingkat daerah yang dapat berjalan secara efisien dan mandiri tetapi tetap terawasi dari pusat, yang disebut otonomi daerah. Sesuai Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah definisi Otonomi Daerah sebagai berikut : Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dengan melakukan otonomi daerah maka kebijakan-kebijakan pemerintah akan lebih tepat sasaran, pemerintah daerah lebih mengerti keadaan dan situasi daerahnya dalam mengoptimalkan sumber daya alam yang dimiliki sebagai upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi merupakan salah satu Perusahaan Daerah penyedia air bersih dan pelayanan air bersih untuk warga propinsi Sumatera Utara dituntut untuk dapat menghasilkan pendapatan bagi pemerintah daerah dalam pembangunan daerah sehingga terwujudnya otonomi daerah secara nyata dan bertanggung jawab.

2 Tabel 1.1 Daftar Jumlah Penduduk Propinsi Sumatera Utara No Uraian Jumlah Penduduk Tahun PEMKO MEDAN 2,109,339 2 PEMKO BINJAI 246,010 3 PEMKO PEMATANG SIANTAR 234,885 4 PEMKO PADANG SIDEMPUAN 191,554 5 PEMKO TANJUNG BALAI 154,426 6 PEMKO TEBING TINGGI 145,180 7 PEMKO GUNUNG SITOLI 125,566 8 PEMKO SIBOLGA 84,444 9 PEMKAB DELI SERDANG 1,789, PEMKAB LANGKAT 966, PEMKAB SIMALUNGUN 818, PEMKAB ASAHAN 667, PEMKAB SERDANG BEDAGAI 592, PEMKAB LABUHAN BATU 414, PEMKAB MADINA 403, PEMKAB BATUBARA 374, PEMKAB KARO 350, PEMKAB LABUHAN BATU UTARA 331, PEMKAB TAPANULI TENGAH 310, PEMKAB NIAS SELATAN 289, PEMKAB TAPANULI UTARA 278, PEMKAB LABUHAN BATU SELATAN 277, PEMKAB DAIRI 269, PEMKAB TAPANULI SELATAN 264, PEMKAB PADANG LAWAS 223, PEMKAB PADANG LAWAS UTARA 223, PEMKAB TOBA SAMOSIR 172, PEMKAB HUMBANG HASUNDUTAN 171, PEMKAB NIAS 132, PEMKAB NIAS UTARA 127, PEMKAB SAMOSIR 119, PEMKAB NIAS BARAT 81, PEMKAB PAKPHAK BHARAT 40,481 Lainnya 881 Total jumlah penduduk 12,985,075 Sumber :

3 Dari tabel 1.1 dengan luas wilayah Propinsi Sumatera Utara sekitar ,68 kilo meter persegi, meliputi satu Pemerintahan Propinsi, 8 Pemerintahan Kota dan 25 Pemerintahan Kabupaten, dengan jumlah penduduk pada tahun 2010 sebesar orang. Besarnya jumlah penduduk di Propinsi Sumatera Utara yang memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan dalam mendapatkan air bersih, sementara pelayanan PDAM Tirtanadi baru mencapai 27 persen untuk wilayah Propinsi Sumatera Utara, tapi untuk wilayah kota Medan sebenarnya sudah mencapai 78 persen, jadi tinggal 2 persen lagi PDAM Tirtanadi bisa memberi kontribusi PAD kepada Pemerintahan Propinsi Sumatera Utara. PDAM Tirtanadi saat ini merupakan satu-satunya PDAM milik Pemerintah Propinsi, sedangkan PDAM-PDAM yang ada di Indonesia umumnya merupakan milik Pemerintah Kabupaten/Kota. PDAM Tirtanadi didirikan pada tanggal 23 September 1905 dengan nama NV.Water Leiding Maatschappij Ajer Beresih yang berkantor pusat di Amsterdam negeri Belanda. Dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah Sumatera Utara No.11 Tahun 1979 perusahaan ini resmi menggunakan nama yang sekarang (Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi) disingkat PDAM Tirtanadi yang berlokasi di Jl.Sisingamangaraja No.1 Medan. Pada tahun 1985, Peraturan Daerah ini disempurnakan dengan Peraturan Daerah Tingkat I Sumatera Utara No.25 tahun 1985 tentang Perusahaan Daerah Air Minum Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara. Selanjutnya pada tahun 1991 diadakan perubahan pertama Peraturan Daerah No.25 tahun 1985 dengan No.6 tahun Dalam Peraturan Daerah ini PDAM Tirtanadi

4 disamping menangani air bersih juga ditugaskan mengelola air limbah. Selanjutnya pada tanggal 29 April 1999, Peraturan Daerah No.6 tahun 1991 diperbaharui lagi dengan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara No.3 tahun 1999 ( Dalam kiprahnya PDAM Tirtanadi telah memperoleh berbagai penghargaan dari beberapa Instansi seperti memperoleh penghargaan sebagai berikut : 1. Piala Citra Pelayanan Prima dari Presiden Republik Indonesia pada tanggal 19 Desember 2002 dan tanggal 19 Desember Up Grading ISO 9001 : 2000 untuk Deli Tua Water Treatment Plant, pada tanggal 7 Agustus Certification ISO 9001:2000 untuk Sunggal Water Treatment Plant pada tanggal 18 Desember BUMD AWARD Tanggal 22 Juli AWARD Of Excellent dari Suez Environment Perancis tanggal 26 Agustus Piala Citra Pelayanan Prima dari Presiden Republik Indonesia pada tanggal 19 Desember 2002 dan tanggal 06 Desember Zero Accident Award tahun 2004 dari Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia untuk IPA Sunggal dan IPA Deli Tua tanggal 5 Januari Penghargaan Sanggraha Krida dari Presiden RI yaitu Lembaga yang berjasa dalam Bidang Olahraga pada Hari Olah raga Nasional pada tanggal 9 September 2005.

5 9. Penghargaan dari DPP PERPAMSI sebagai PDAM yang telah berhasil menjalankan KSO dengan PDAM Tingkat II di Sumatera Utara pada tanggal 27 Nopember 2005 di Makassar oleh Menteri Pekerjaan Umum. 10. Penghargaan Pekerjaan Umum tahun 2005 dan tahun 2006 dari Menteri Pekerjaan Umum atas Pencapaian Kinerja Terbaik Peringkat Pertama Dalam Bidang Cipta Karya, Sub. Bidang Penyelenggaraan Air Minum. 11. Sertifikat Akreditasi SNI dari Komite Akreditasi Nasional (KAN) untuk Laboratorium Pengujian dan Laboratorium Kalibrasi pada tanggal 22 Juli Sertifikat ISO dalam bidang Manajemen Lingkungan untuk IPA Sunggal dan IPA Deli Tua, yang diserahkan kepada wakil Gubernur Sumatera Utara pada tanggal 20 September Penghargaan dari Water Fund Indonesia BV, Belanda sebagai mitra yang sangat baik dalam mencapai kerjasama pada tanggal 14 Desember Sertifikat ISO 9001:2000 untuk sistem Manajemen Mutu pada Cabang Pelayanan Padang Bulan dan Sunggal dari PT TÜV Nord Indonesia, tanggal 14 Juni Piala Citra Pelayanan Prima tahun 2006 dari Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara di Jakarta pada tgl 22 Desember Penghargaan dan piala pekerjaan umum atas 3 kali berturut-turut terbaik nasional dalam pelayanan air minum di kota metropolitan tanggal 5 Desember 2007.

6 17. Penyerahan ISO 9001:2000 Tanggal 18 Desember 2007 dalam kategori sistem manajemen mutu untuk kantor pusat. 18. Sertifikat ISO 9001 : 2000 untuk IPA Deli Tua Dan IPA Sunggal pada tgl 7 Agustus dan 18 Desember 2003 serta IPA Limau Manis dan IPA Hamparan Perak bulan Mei Sertifikat ISO 9001 : 2008 untuk PDAM Tirtanadi (ISO Corporate) pada Bulan Juli Sesuai dengan Kepmendagri No.23 tahun 2009, PDAM di Indonesia tidak diperkenankan memberikan kontribusi PAD bagi daerah yang cakupan pelayanannya belum mencapai 80 persen. Dengan diberlakukannya Kepmendagri No 23 tersebut, sejak tahun 2010 PDAM Tirtanadi tidak lagi memberi kontribusi PAD kepada Pemprop Sumut, sebaliknya kondisi PDAM membutuhkan pembiayaan yang tidak sedikit untuk pengembangan jaringan dan pelayanan dengan adanya kerjasama organisasi dengan PDAM-PDAM Kabupaten/Kota (beritasore.com 09/05/ :00:27). PDAM Tirtanadi sebagai sarana pengembangan usaha melalui program penyediaan air bersih yang merata dalam memberikan pelayanan dengan memenuhi persyaratan kualitas air (jernih, tidak berbau dan bebas dari bakteri) dan kuantitas yang dibutuhkan serta kontinuitas penyediaan air bersih untuk kebutuhan warga di Propinsi Sumatera Utara menghadapi berbagai permasalahan, antara lain : masih tingginya angka kebocoran air, masih banyaknya pelanggan yang menunggu

7 pemasangan baru, banyaknya Tunggakan Rekening Air (TRA) yang terjadi setiap bulannya dan besarnya biaya dalam penambahan jaringan yang mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. 1. Laba Perusahaan Laba (income disebut juga earnings atau profit) merupakan ringkasan hasil bersih aktivitas operasi usaha dalam periode tertentu yang dinyatakan dalam istilah keuangan (Subramanyam, 2010). Pada hakikatnya manfaat laba pada perusahaan adalah untuk dapat melihat sejauh mana perusahaan dapat membiayai operasinya dan menghasilkan kembalian bagi perusahaan. Tujuan utama perusahaan dalam melakukan usaha adalah mencari laba, tetapi disamping laba, perusahaan juga harus menjaga agar tetap solvabel (solvent), artinya selalu tersedia uang tunai untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya dan juga mampu mengembangkan usaha, dengan meningkatkan sumber daya yang dimiliki (Soemarso, 2004). PDAM Tirtanadi dalam perolehan laba dituntut untuk mengembangkan jaringan air bersih dalam peningkatan pelayanan yang prima dan juga mampu memenuhi 80% kebutuhan air bersih pada masyarakat sehingga dapat memberi kontribusi PAD ke daerah dalam pembangunan otonomi daerah.

8 Tabel 1.2 Laba Rugi PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara Periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2010 (dalam satuan Rupiah) Periode Januari 6,500,789,955 1,901,900,648 4,411,687,705 Februari 5,956,438, ,181,295 2,464,197,940 Maret 2,419,001, ,011,720 2,928,970,461 April 2,213,935, ,657,403 (840,444,363) Mei (2,792,645,779) 229,803,677 3,405,051,630 Juni 1,365,670,642 4,375,340,286 2,080,618,363 Juli (91,015,867) 788,746, ,962,558 Agustus (173,934,556) (1,800,678,541) 360,344,743 September (151,829,891) (529,512,978) 1,560,820,843 Oktober 1,358,534,884 1,008,802,633 3,858,772,247 Nopember 3,275,218,179 5,115,772,901 4,959,154,926 Desember (13,596,610,403) 652,962,436 (15,932,583,335) Jumlah 6,283,554,172 13,614,989,642 9,724,555,727 Sumber : PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara, Dari tabel 1.2 dapat dilihat kondisi keuangan dari laba perusahaan yang tidak stabil, dimana adanya laba dan rugi. Laba maksimum sebesar Rp.6,500,789,955 yaitu laba pada bulan Januari pada tahun 2008, sedangkan laba minimum atau rugi sebesar Rp. 15,932,583,335 yaitu pada bulan Desember Rata-rata keseluruhan laba sebesar Rp. 822,863,709.

9 2. Kebocoran Air Kebocoran pipa pada instansi PDAM umumnya sangat sulit diantisipasi dengan cepat karena keterbatasan personil PDAM yang harus men-survei setiap pipa secara langsung, apalagi kebocoran terjadi di bawah permukaan tanah yang tidak menunjukkan adanya kebocoran fisik di jaringan, berupa kebocoran pipa dan aksesorisnya, serta dapat juga sebagai kebocoran non fisik yaitu pada kesalahan pencatatan meteran air. Kebocoran air juga sangat bergantung dengan berapa besar debet air yang diberikan pompa zona dalam satu wilayah. Jika tekanan air yang diberikan lebih besar dari yang dibutuhkan, maka besar kemungkinan terjadi kebocoran. Kebocoran air akan menyebabkan kerugian yang sangat besar jika telah melebihi 20% (SK Mendagri No. 47 Tahun 1999) dari total distribusi air dan juga mengurangi ketersediaan air bersih yang akan didistribusikan ke pelanggan, dimana ketersediaan air bersih merupakan permasalahan yang dihadapi PDAM Tirtanadi pada saat ini, dimana tingkat kebocoran pasokan air yang saat ini mencapai 24 persen, juga berdampak berkurangnya penghasilan dari penjualan air bersih. Jika kebocoran air (M3) dikalikan dengan harga rata-rata penjualan air berdasarkan tarif (Rp), maka akan didapat nilai kebocoran air (Rp), sehingga nilai kebocoran air merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba.

10 Angka kebocoran air diperoleh dari selisih jumlah air bersih yang diproduksi (M3) dengan jumlah air yang dijual (M3) pada periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 1.3 Produksi Air Bersih PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara (dalam satuan meter kubik) Periode Januari 14,120,303 14,929,204 15,418,063 Februari 14,492,284 14,709,378 15,781,757 Maret 14,328,620 14,837,820 15,448,003 April 14,522,473 15,183,072 15,030,749 Mei 15,210,154 16,403,158 15,974,410 Juni 13,263,498 13,117,144 15,549,031 Juli 14,411,250 15,191,911 15,408,096 Agustus 14,388,808 15,206,299 15,868,636 September 14,879,831 15,763,887 15,579,232 Oktober 14,883,096 15,713,932 15,527,998 Nopember 14,883,097 15,713,932 15,527,997 Desember 11,152,786 11,301,330 16,458,088 Jumlah 170,536, ,071, ,572,060 Sumber : PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara, Dari tabel 1.3 produksi air bersih secara tahunan terus meningkat, seiring dengan kebutuhan air bersih oleh masyarakat yang terus meningkat juga. Tabel 1.4 Penjualan Air Bersih PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara (M3)

11 Periode Januari 10,664,779 10,842,637 11,344,523 Februari 10,512,009 10,864,203 11,297,655 Maret 10,422,401 10,934,771 11,451,255 April 10,614,558 11,026,981 11,553,450 Mei 10,647,390 11,168,293 11,676,384 Juni 10,685,257 11,255,822 11,784,825 Juli 10,747,343 11,380,565 11,734,259 Agustus 10,844,038 11,387,998 11,532,447 September 10,699,641 11,392,922 11,512,220 Oktober 10,749,743 11,404,952 11,674,239 Nopember 11,017,206 11,265,997 11,667,819 Desember 10,651,118 11,253,624 10,120,116 Jumlah 128,255, ,178, ,349,192 Sumber : PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara, Pada tabel 1.4 dapat dilihat penjualan air bersih PDAM Tirtanadi secara tahunan terus meningkat, dikarenakan jumlah pelanggan yang terus bertambah. Tabel 1.5 Kebocoran Air Bersih PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara Periode meter kubik % meter kubik % meter kubik % Januari 3,455, ,086, ,073, Februari 3,980, ,845, ,484, Maret 3,906, ,903, ,996, April 3,907, ,156, ,477, Mei 4,562, ,234, ,298, Juni 2,578, ,861, ,764, Juli 3,663, ,811, ,673, Agustus 3,544, ,818, ,336, September 4,180, ,370, ,067, Oktober 4,133, ,308, ,853, Nopember 3,865, ,447, ,860, Desember 501, , ,337, Jumlah 42,280,717 43,892,302 50,222,868 Rata-rata 3,523, ,657, ,185, Sumber : PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara, 2011.

12 Dari tabel 1.5 dapat dilihat selisih dari jumlah produksi air bersih (M3) dengan jumlah penjualan air bersih (M3) didapat angka kebocoran air (M3). Kebocoran air terbesar pada Desember 2010 sebesar 6,337,972 m3 dengan 38.51%, sedangkan kebocoran air terkecil pada Desember 2009 sebesar 47,706 M3 dengan 0.42%. Persentase kebocoran air setiap bulannya masih tinggi, jika dirata-ratakan pertahun melebihi 20%, berdasarkan SK Mendagri No. 47 Tahun 1999, kebocoran air yang melebihi 20% menyebabkan kerugian yang sangat besar karena mengurangi ketersediaan air bersih yang akan didistribusikan ke pelanggan.

13 Tabel 1.6 Harga Penjualan Air Bersih berdasarkan Golongan Golongan Pelanggan 0-10 M M3 > 20 M3 Rata-Rata A. Golongan Sosial 1. Sosial Umum (S1) Sosial Khusus (S2) B. Golongan Non Niaga 1. Rumah Tangga - Rumah Tangga Rumah Tangga ,335 2,355 1,472 - Rumah Tangga ,885 3,105 1,993 - Rumah Tangga 4 1,170 2,930 4,600 2,900 - Rumah Tangga 5 1,675 3,355 5,035 3,355 - Rumah Tangga 6 2,100 3,780 5,460 3, Kedutaan / Konsulat 1,625 2,665 6,500 3, Instansi Pemerintah/TNI/POLRI 1,310 1,935 5,185 2,810 C. Niaga / Usaha 1. Niaga Kecil /N1 2,045 2,180 3,620 2, Niaga Menengah /N2 3,355 3,400 4,820 3, Niaga Besar / N3 4,565 4,655 5,450 4,890 D. Golongan Industri 1. Industri Kecil /IN 1 3,400 3,400 6,025 4, Industri Besar (IN 2) 4,550 4,560 7,750 5,620 E. Golongan Pelanggan Khusus 12,800 12,800 12,800 12,800 Rata-rata keseluruhan Sumber : PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara, ,488 Dari tabel 1.6 harga penjualan air besih yang berlaku sejak tahun 2006 sampai sekarang dapat dilihat rata-rata harga penjualan air minimum pada golongan sosial umum (S1) sebesar Rp. 575/M3, sedangkan rata-rata harga penjualan air maksimum pada golongan pelanggan khusus sebesar Rp. 12,800/M3. Angka kebocoran air dalam satuan meter kubik yang merupakan selisih dari jumlah produksi air dengan jumlah penjualan air, jika dikalikan dengan rata-rata keseluruhan harga penjualan air yaitu Rp /M3 akan didapat kebocoran air dalam satuan rupiah, seperti terlihat pada tabel berikut ini :

14

15 Tabel 1.7 Biaya Kebocoran Air Bersih PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara (dalam satuan Rupiah) Periode Januari 12,052,867,712 14,253,945,696 14,208,507,171 Februari 13,883,199,200 13,411,970,400 15,640,548,125 Maret 13,624,891,872 13,613,834,912 13,940,657,024 April 13,630,807,520 14,496,445,408 12,128,818,912 Mei 15,914,920,832 18,259,209,120 14,991,514,688 Juni 8,992,904,608 6,492,291,136 13,129,550,528 Juli 12,779,707,616 13,293,974,848 12,814,343,456 Agustus 12,364,157,760 13,318,233,888 15,124,627,232 September 14,580,502,720 15,245,925,920 14,185,737,856 Oktober 14,417,135,264 15,029,722,240 13,441,911,392 Nopember 13,484,227,808 15,514,397,280 13,464,300,864 Desember 1,749,817, ,398,528 22,106,846,336 Jumlah 147,475,140, ,096,349, ,177,363,584 Sumber : PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara, Dari tabel 1.7 dapat dilihat nilai kebocoran air setiap bulannya lebih besar dari pada laba yang diperoleh PDAM Tirtanadi setiap bulannya, dimana nilai kebocoran air ini merupakan kehilangan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Nilai kebocoran air yang besar ini merupakan permasalahan PDAM Tirtanadi yang harus dianalisis dan dievaluasi oleh perusahaan dalam mengatasi keterbatasan ketersediaan air bersih, kemampuan untuk memperoleh laba, dan kelangsungan perusahaan pada saat ini maupun dimasa yang akan datang.

16 3. Penambahan Pelanggan Kebutuhan air bersih oleh masyarakat terus meningkat seiiring dengan laju pertumbuhan penduduk. Sementara PDAM Tirtanadi Sumatera Utara mengakui sedang kekurangan distribusi air minum, bahkan sumber yang seharusnya diandalakan untuk memenuhi persediaan air tidak mampu memenuhi pelayanan air sampai ke masyarakat karena kapasitas produksi belum memungkinkan, sehingga jumlah pelanggan yang menunggu sambungan air terus meningkat setiap bulannya. Tabel 1.8 Jumlah Pelanggan Air PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara (dalam satuan unit) Periode Januari 374, , ,511 Februari 375, , ,126 Maret 376, , ,939 April 378, , ,055 Mei 380, , ,300 Juni 382, , ,830 Juli 384, , ,138 Agustus 384, , ,096 September 387, , ,906 Oktober 388, , ,797 Nopember 389, , ,232 Desember 391, ,006 Sumber : PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara, ,005 Dari table 1.8 dapat dilihat penambahan jumlah pelanggan terjadi setiap bulannya, selisih jumlah pelanggan bulanan dengan bulan sebelumnya merupakan pelanggan baru ditambah dengan jumlah pelanggan yang mengundurkan diri dan mengalami pemutusan setiap bulannya. Peneliti tidak menjelaskan secara rinci jumlah

17 pelanggan baru, tetapi peneliti ingin meneliti dan menganalisa jumlah pelanggan yang menunggu sambungan air setiap bulannya, dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 1.9 Jumlah Pelanggan Air yang belum terealisasi Periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2010 (dalam satuan unit) Periode Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus ,186 September ,353 Oktober ,592 Nopember ,759 Desember Sumber : PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara, ,165 Dari tabel 1.9 dapat dilihat jumlah pelanggan air yang belum terealisasi terus meningkat, artinya ketidakmampuan PDAM Tirtanadi dalam memenuhi pelayanan air sampai ke masyarakat karena kapasitas produksi belum memungkinkan. Jika jumlah pelanggan air yang belum terealisasi dapat direalisasikan, maka perusahaan akan mendapatkan pendapatan dari biaya pemasangan dalam memperoleh laba. Ratarata biaya pemasangan untuk tahun 2008 sebesar Rp. 1,300,000 untuk setiap unit, tahun 2009 sebesar Rp. 1,500,000/unit, tahun 2010 sebesar Rp. 1,750,000/unit, sehingga jumlah biaya penambahan pelanggan dalam satuan rupiah dapat dilihat pada tabel berikut ini :

18 Tabel 1.10 Jumlah Biaya Penambahan Pelanggan Air yang belum terealisasi Periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2010 (dalam satuan rupiah) Periode Januari 45,500, ,500,000 1,195,250,000 Februari 49,400, ,500,000 1,270,500,000 Maret 55,900, ,500,000 1,485,750,000 April 61,100, ,000,000 1,564,500,000 Mei 63,700, ,500,000 1,606,500,000 Juni 67,600, ,500,000 1,646,750,000 Juli 72,800, ,000,000 1,702,750,000 Agustus 83,200, ,000,000 2,075,500,000 September 111,800, ,500,000 2,367,750,000 Oktober 126,100, ,000,000 2,786,000,000 Nopember 153,400, ,500,000 3,078,250,000 Desember 211,900, ,000,000 3,788,750,000 Sumber : PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara, Dari tabel 1.10 dapat dilihat jumlah biaya penambahan pelanggan yang belum terealisasi jika direalisasikan setiap bulannya akan menambah pendapatan perusahaan dalam memperoleh laba. PDAM Tirtanadi harus segera mengatasi permasalahan ini untuk dapat memberikan pelayanan dan mampu memenuhi kabutuhan air secara berkelanjutan, dengan meningkatkan distribusi air dengan mengoptimalkan sumber daya alam yang ada, sehingga tidak ada lagi pelanggan yang menunggu sambungan baru. Berdasarkan permasalahan ini peneliti melakukan penelitian untuk menganalisa hubungan antara jumlah penambahan pelanggan yang belum terealisasi dengan laba, untuk bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan oleh PDAM Tirtanadi.

19 4. Penagihan Tunggakan PDAM Tirtanadi menerbitkan rekening air setiap bulannya, berdasarkan pemakaian pelanggan yaitu angka yang tertera di meteran air dikalikan dengan tarif pelanggan, yang terdiri dari rumah tangga, sosial, niaga dan instansi. Penagihan rekening air dilakukan sepenuhnya oleh Koperasi Karyawan Tirtanadi (KopKarTir). Pembayaran rekening berjalan dari tanggal 1 sampai dengan 20 setiap bulannya. Pelayanan yang dilakukan oleh Kopkartir adalah dengan melakukan dua kali kunjungan untuk setiap pelanggan, kunjungan pertama untuk memberikan struk atau lembar informasi tagihan, dan selanjutnya adalah untuk mengutip pembayaran tagihan pelanggan setiap bulannya. Pelanggan juga dapat membayar langsung tagihan rekening air di loket pembayaran tagihan air Kopkartir di setiap cabang. Rekening air yang belum diterima perusahaan setelah batas waktu pembayaran disebut dengan Tunggakan Rekening Air (TRA), dengan dikenakan denda berdasarkan tarif, pada bulan ke dua akan mendapatkan surat peringatan pemutusan air, dan apabila lewat 3 bulan akan dilakukan pemutusan. Jumlah tunggakan rekening air periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

20 Tabel 1.11 Jumlah Tunggakan Rekening Air PDAM Tirtanadi Periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2010 (dalam satuan rupiah) Periode Januari 52,096,237 90,235,848 65,259,877 Februari 51,533,215 90,552,413 65,842,328 Maret 52,098,757 89,887,564 64,258,618 April 51,998,522 89,256,855 64,835,089 Mei 52,210,008 89,821,483 65,644,752 Juni 51,726,951 91,862,752 66,108,098 Juli 51,935,729 91,258,357 65,724,603 Agustus 51,351,257 89,869,576 65,069,541 September 51,634,821 88,528,238 64,992,107 Oktober 50,548,329 89,756,833 63,428,686 Nopember 51,930,988 88,321,285 63,358,978 Desember 51,658,598 88,506,597 63,498,395 Jumlah 620,723,412 1,077,857, ,021,072 Sumber : PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara, Dari tabel 1.11 dapat dilihat jumlah tunggakan rekening terjadi setiap bulannya dalam jumlah yang cukup besar, TRA tidak seharusnya terjadi, karena merugikan pelanggan dan PDAM Tirtanadi. Kerugian pada pelanggan adalah denda tagihan yang harus dibayarkan, sedangkan bagi PDAM Tirtanadi adalah berkurangnya profit margin dan semakin besar pula resiko kemungkinan tidak tertagih, yang pada akhirnya akan mempengaruhi perusahaan mendapatkan laba. Berdasarkan permasalahan ini peneliti melakukan penelitian untuk menganalisa hubungan antara jumlah tunggakan rekening air dengan laba, untuk bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan oleh PDAM Tirtanadi.

21 5. Penambahan Jaringan Penambahan jaringan untuk bahan baku air bersih membutuhkan biaya yang besar yang dapat mempengaruhi laba pada PDAM Tirtanadi. Akan tetapi banyak sekali manfaat yang diperoleh dengan adanya penambahan jaringan ini, antara lain adalah agar mampu memenuhi besarnya kebutuhan air bersih masyarakat dan secara jangka panjang tentunya akan dapat meningkatkan laba bagi perusahaan. Tabel 1.12 Jumlah Biaya Penambahan Jaringan Air PDAM Tirtanadi Periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2010 (dalam satuan rupiah) Periode Januari 277,786, ,638, ,436,080 Februari 727,419,037 1,341,052,216 1,250,520,757 Maret 1,889,236, ,836,341 1,382,926,713 April 913,976,737 1,107,465, ,445,332 Mei 980,477, ,549,728 2,462,267,880 Juni 1,210,462, ,800,747 1,469,590,408 Juli 411,241, ,900,567 1,424,826,187 Agustus 432,218, ,450,500 1,259,848,642 September 1,553,265,233 1,200,875, ,810,220 Oktober 356,976,489 1,850,500,700 1,511,104,099 Nopember 2,194,028, ,500, ,904,867 Desember 2,403,736,111 2,389,236,785 2,258,940,318 Jumlah 13,350,824,328 14,010,807,478 Sumber : PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara, ,460,621,504 Dari tabel 1.12 dapat dilihat besarnya biaya penambahan jaringan air PDAM Tirtanadi untuk dapat memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat, mengatasi permasalahan keterbatasan ketersediaan air bersih, dapat mewujudkan pelayanan prima yang dapat memenuhi 80 persen pelayanan kepada masyarakat Sumatera Utara sehingga mampu memberikan konstribusi PAD pada Perusahaan Daerah.

22 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut : Apakah faktor-faktor (kebocoran air, penambahan pelanggan, penagihan tunggakan dan penambahan jaringan) mempengaruhi laba secara simultan dan secara parsial pada Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini sebagai berikut : Untuk menganalisis faktor-faktor (kebocoran air, penambahan pelanggan, penagihan tunggakan dan penambahan jaringan) yang mempengaruhi laba secara simultan dan secara parsial pada Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi. 1.4 Manfaat Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini akan memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi peneliti, dapat memberikan kontribusi keilmuan bagi penulis terutama dalam mengimplementasikan teori-teori dan literatur-literatur yang diperoleh semasa kuliah dengan realita yang ada di lapangan.

23 2. Bagi perusahaan, khususnya PDAM Tirtanadi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laba dalam pertimbangan dan pengambilan keputusan. 3. Dunia ilmu pengetahuan, Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan perbandingan maupun literature dan referensi bagi karya ilmiah maupun penelitan selanjutnya. 1.5 Originalitas Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Damanik (2002) dengan judul : Analisis Pengaruh Faktor Kebocoran Air, Penagihan Tunggakan dan Penembahan Pelanggan Terhadap Rentabilitas (studi kasus pada PDAM Kabupaten Semarang). Beda penelitian ini dengan penelitian Damanik adalah : 1. Variabel bebas, dalam penelitian Damanik (2002) adalah kebocoran air, penagihan tunggakan dan penambahan pelanggan. Dalam penelitian ini variabel bebas adalah kebocoran air, penambahan pelanggan, penagihan tunggakan dan penambahan jaringan. Variabel terikat, dalam penelitian Damanik adalah rentabilitas, sedangkan pada penelitian ini variabel terikatnya adalah laba 2. Periode penelitian Damanik adalah 1997 sampai dengan 2001, sedangkan periode penelitian ini 2008 sampai dengan 2010.

24 3. Lokasi penelitian Damanik adalah PDAM Kabupaten Semarang, Sedangkan penelitian ini adalah PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara.

BAB II PROFIL INSTANSI. A. Sejarah Singkat Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi

BAB II PROFIL INSTANSI. A. Sejarah Singkat Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi BAB II PROFIL INSTANSI A. Sejarah Singkat Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi Perusahaan daerah air minum ( PDAM ) Tirtanadi medan merupakan badan usaha milik daerah provinsi sumatera utara yang terdiri

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

BAB II PROFIL PERUSAHAAN BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat Perusahaan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi pertama kali didirikan pada tanggal 08 september 1905 dengan nama Water Leiding Maatschappij Ajer Beresih

Lebih terperinci

BAB II PROFIL INSTANSI

BAB II PROFIL INSTANSI BAB II PROFIL INSTANSI A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah PDAM Tirtanadi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi Medan merupakan Badan Usaha Milik Daerah Provinsi Sumatera Utara yang berdiri pada

Lebih terperinci

Sejak tahun 2008, tingkat kemiskinan terus menurun. Pada 2 tahun terakhir, laju penurunan tingkat kemiskinan cukup signifikan.

Sejak tahun 2008, tingkat kemiskinan terus menurun. Pada 2 tahun terakhir, laju penurunan tingkat kemiskinan cukup signifikan. Jiwa (Ribu) Persentase (%) 13 12.5 12 11.5 11 10.5 10 9.5 9 8.5 8 12.55 11.51 11.31 11.33 10.41 10.39 9.85 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Tingkat Kemiskinan Sejak tahun 2008, tingkat kemiskinan terus

Lebih terperinci

Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan (Rupiah)

Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan (Rupiah) LAMPIRAN Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Menurut / Atas Dasar Harga Konstan (Rupiah) / 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1 Nias 3.887.995 4.111.318 13.292.683.44 14. 046.053.44

Lebih terperinci

Provinsi Sumatera Utara: Demografi

Provinsi Sumatera Utara: Demografi Fact Sheet 02/2015 (28 Februari 2015) Agrarian Resource Center ARC Provinsi Sumatera Utara: Demografi Provinsi Sumatera Utara adalah provinsi peringkat ke-4 di Indonesia dari sisi jumlah penduduk. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Siklus pengelolaan keuangan daerah merupakan tahapan-tahapan yang

BAB I PENDAHULUAN. Siklus pengelolaan keuangan daerah merupakan tahapan-tahapan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Siklus pengelolaan keuangan daerah merupakan tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam mengelola keuangan yang menjadi wewenang dan tanggung jawab pemerintah

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. selaku Direktur Deli Maatschappij, Pieter Kolff selaku Direktur Deli Steenkolen

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. selaku Direktur Deli Maatschappij, Pieter Kolff selaku Direktur Deli Steenkolen BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Berdirinya Perusahaan PDAM Tirtanadi dibangun oleh Pemerintahan Kolonial Belanda pada tanggal 8 Desember 1905 yang diberi nama NV Waterleiding Maatschappij Ajer Beresih.

Lebih terperinci

Disampaikan Oleh: SAUT SITUMORANG Staf Ahli Mendagri Bidang Pemerintahan

Disampaikan Oleh: SAUT SITUMORANG Staf Ahli Mendagri Bidang Pemerintahan KEMENTERIAN DALAM NEGERI Disampaikan Oleh: SAUT SITUMORANG Staf Ahli Mendagri Bidang Pemerintahan Medan, 3 April 2013 Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 150 ayat (1) dan

Lebih terperinci

KEMISKINAN ASAHAN TAHUN 2015

KEMISKINAN ASAHAN TAHUN 2015 BPS KABUPATEN ASAHAN No. 02/10/1208/Th. XIX, 24 Oktober 2016 KEMISKINAN ASAHAN TAHUN 2015 Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Asahan tahun 2015 sebanyak 85.160 jiwa (12,09%), angka ini bertambah sebanyak

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tabel Daftar Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

Lampiran 1. Tabel Daftar Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Lampiran 1 Tabel Daftar Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara No. Kabupaten No. Kota 1. Kabuapaten Asahan 1. Kota Binjai 2. Kabuapaten Batubara 2. Kota Gunung Sitoli 3. Kabuapaten Dairi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Luas Panen dan Produksi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun

Lampiran 1. Data Luas Panen dan Produksi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun Lampiran 1 Data Luas Panen dan Produksi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2012 Kabupaten/Kota Luas Panen (ha) Produksi (ton) Rata-rata Produksi (kw/ha) Nias 9449 30645 32.43 Mandailing Natal 37590

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengangguran merupakan suatu topik yang tidak pernah hilang dalam sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah istilah bagi orang yang

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS KOTA GUNUNGSITOLI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM KOTA GUNUNGSITOLI TAHUN 2016 SEBESAR 66,85 No. 01/12785/06/2017, 11 Juli 2017 Pembangunan manusia di Kota Gunungsitoli

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. di Indonesia dan saat ini sedang mengalami pertumbuhan fisik dan ekonomi yang cukup

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. di Indonesia dan saat ini sedang mengalami pertumbuhan fisik dan ekonomi yang cukup 8 BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Perusahaan Kota medan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia dan saat ini sedang mengalami pertumbuhan fisik dan ekonomi

Lebih terperinci

pemerintahan lokal yang bersifat otonomi (local outonomous government) sebagai

pemerintahan lokal yang bersifat otonomi (local outonomous government) sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah kepulauan yang besar yang terdiri dari ribuan pulau, memiliki alam yang kaya, tanah yang subur dan ratusan juta penduduk. Di samping

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tantangan, menyesuaikan diri dalam pola dan struktur produksi terhadap

I. PENDAHULUAN. tantangan, menyesuaikan diri dalam pola dan struktur produksi terhadap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Suhardiyono (1992), dalam rangka membangun pertanian tangguh para pelaku pembangunan pertanian perlu memiliki kemampuan dalam memanfaatkan segala sumberdaya secara

Lebih terperinci

Sumatera Utara. Rumah Balai Batak Toba

Sumatera Utara. Rumah Balai Batak Toba , Laporan Provinsi 105 Sumatera Rumah Balai Batak Toba Rumah Balai Batak Toba adalah rumah adat dari daerah Sumatera. Rumah ini terbagi atas dua bagian, yaitu jabu parsakitan dan jabu bolon. Jabu parsakitan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 No. 29/05/12/Thn. XX, 5 Mei 2017 IPM PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 MEMASUKI KATEGORI TINGGI Pembangunan manusia di Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja pengelolaan pemerintahan, Indonesia dibagi menjadi daerah kabupaten dan. sendiri urusan pemerintahan dan pelayanan publik.

BAB I PENDAHULUAN. kerja pengelolaan pemerintahan, Indonesia dibagi menjadi daerah kabupaten dan. sendiri urusan pemerintahan dan pelayanan publik. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia menyelenggarakan pemerintahan Negara dan pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil, makmur dan merata berdasarkan Pancasila

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 No. 31/05/12/Thn. XX, 24 Mei 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan penganggaran pada dasarnya mempunyai manfaat yang sama

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan penganggaran pada dasarnya mempunyai manfaat yang sama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan penganggaran pada dasarnya mempunyai manfaat yang sama dengan kegiatan perencanaan, koordinasi, dan pengawasan. Penganggaran juga merupakan komitmen resmi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan

PENDAHULUAN. diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan 12 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan Lautan Hindia, mempunyai

Lebih terperinci

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 50/08/12/Th. XVIII, 3 Agustus 2015 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 147.810 TON, CABAI RAWIT SEBESAR 33.896 TON,

Lebih terperinci

Lampiran 1 REALISASI DANA ALOKASI UMUM (DAU) KABUPATEN / KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA (Tabulasi Normal dalam Rupiah) TAHUN

Lampiran 1 REALISASI DANA ALOKASI UMUM (DAU) KABUPATEN / KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA (Tabulasi Normal dalam Rupiah) TAHUN Lampiran 1 REALISASI DANA ALOKASI UMUM (DAU) KABUPATEN / KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA (Tabulasi Normal dalam Rupiah) TAHUN No Uraian 2005 2006 2007 2008 1 Kab. Asahan 292231000000 493236000000 546637000000

Lebih terperinci

BAB III TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROPINSI SUMATERA UTARA

BAB III TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROPINSI SUMATERA UTARA 39 BAB III TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROPINSI SUMATERA UTARA 3.1. Karakteristik Kemiskinan Propinsi Sumatera Utara Perkembangan persentase penduduk miskin di Sumatera

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM. A. Sejarah Umum UPT Medan Selatan / Dinas Pendapatan Provinsi

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM. A. Sejarah Umum UPT Medan Selatan / Dinas Pendapatan Provinsi BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM A. Sejarah Umum UPT Medan Selatan / Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Selatan. Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara pada awalnya mengurusi pengelolaan pajak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidup maupun kesejahteraan rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidup maupun kesejahteraan rakyat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan alternatif terbaik yang dapat dilakukan oleh suatu bangsa, dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidup maupun kesejahteraan rakyat. Salah satu

Lebih terperinci

RINCIAN LABUHANBATU UTARA TEBING TINGGI BATUBARA ASAHAN TANJUNG BALAI NAMA DAN TANDA TANGAN KPU PROVINSI

RINCIAN LABUHANBATU UTARA TEBING TINGGI BATUBARA ASAHAN TANJUNG BALAI NAMA DAN TANDA TANGAN KPU PROVINSI SERTIFIKAT REKAPITULASI HASIL DAN PENGHITUNGAN PEROLEHAN SUARA DARI SETIAP KABUPATEN/KOTA DI TINGKAT PROVINSI DALAM PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 diisi berdasarkan formulir Model DB1 PPWP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Bagi Indonesia, kemiskinan sudah sejak lama menjadi persoalan

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Bagi Indonesia, kemiskinan sudah sejak lama menjadi persoalan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir disetiap negara berkembang kemiskinan selalu menjadi trending topic yang ramai dibicarakan. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang menempati urutan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran I JADWAL PENELITIAN

LAMPIRAN. Lampiran I JADWAL PENELITIAN LAMPIRAN Lampiran I JADWAL PENELITIAN kegiatan Sep-15 okt 2015 Nov-15 des 2015 Jan-16 peb 2016 Mar-16 Apr-16 mei 2016 juni2016 pengajuan judul penyetujuan judul penulisan proposal bimbingan proposal penyelesaian

Lebih terperinci

Lampiran 1 Daftar Kabupaten/ Kota, Sampel

Lampiran 1 Daftar Kabupaten/ Kota, Sampel Lampiran 1 Daftar Kabupaten/ Kota, Sampel Kriteria No Nama Kabupaten / Kota 1 2 Sampel 1 Kota Binjai Sampel 1 2 Kota gunung Sitoli X X - 3 Kota Medan Sampel 2 4 Kota Pematang Siantar Sampel 3 5 Kota Sibolga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha pertanian (0,74 juta rumah tangga) di Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. usaha pertanian (0,74 juta rumah tangga) di Sumatera Utara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian merupakan basis utama perekonomian nasional. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih menggantungkan hidupnya pada

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 39/07/12/Thn.XIX, 01 Juli 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA SUMATERA UTARA 2015 MENCAPAI 69,51. Pembangunan manusia di Sumatera

Lebih terperinci

SUATU TINJAUAN KEBIJAKAN ALOKASI BELANJA 3 (TIGA) BIDANG UTAMA (SOSIAL BUDAYA, INFRASTRUKTUR, EKONOMI) UNTUK 25 KABUPATEN DAN KOTA PADA RAPBD TA

SUATU TINJAUAN KEBIJAKAN ALOKASI BELANJA 3 (TIGA) BIDANG UTAMA (SOSIAL BUDAYA, INFRASTRUKTUR, EKONOMI) UNTUK 25 KABUPATEN DAN KOTA PADA RAPBD TA Karya Tulis SUATU TINJAUAN KEBIJAKAN ALOKASI BELANJA 3 (TIGA) BIDANG UTAMA (SOSIAL BUDAYA, INFRASTRUKTUR, EKONOMI) UNTUK 25 KABUPATEN DAN KOTA PADA RAPBD TA. 2006 PROVINSI SUMATERA UTARA Murbanto Sinaga

Lebih terperinci

Musrenbang RKPD Provinsi Sumatera Utara 2013 Hotel Santika, Selasa 2 April 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA

Musrenbang RKPD Provinsi Sumatera Utara 2013 Hotel Santika, Selasa 2 April 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA Musrenbang RKPD Provinsi Sumatera Utara 2013 Hotel Santika, Selasa 2 April 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA 1 PERTUMBUHAN EKONOMI, STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN PDRB PERKAPITA EKSPOR, IMPOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dibandingkan jumlah kebutuhan manusia untuk mencukupi kebutuhan hidupnya

I. PENDAHULUAN. dibandingkan jumlah kebutuhan manusia untuk mencukupi kebutuhan hidupnya I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Manusia selalu menghadapi masalah untuk bisa tetap hidup. Hal ini disebabkan karena tidak sesuainya jumlah barang dan jasa yang tersedia dibandingkan jumlah kebutuhan manusia

Lebih terperinci

Daftar Populasi dan Sampel Penelitian

Daftar Populasi dan Sampel Penelitian Lampiran 1 Daftar Populasi dan Sampel Penelitian No Kabupaten dan Kota Populasi Kriteria Pemilihan Sampel Sampel 1 2 1 Kabupaten Asahan 1 - - 2 Kabupaten Dairi 2 Sampel 1 3 Kabupaten Deli Serdang 3 Sampel

Lebih terperinci

BAB II PDAM TIRTANADI PROVINSI SUMATERA UTARA. Kota Medan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara merupakan kota

BAB II PDAM TIRTANADI PROVINSI SUMATERA UTARA. Kota Medan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara merupakan kota BAB II PDAM TIRTANADI PROVINSI SUMATERA UTARA A. Sejarah Ringkas Kota Medan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia dan saat ini sedang mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Ilmu pengetahuan muncul sebagai akibat dari aktivitas untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Tujuan pertama perkembangan ilmu pengetahuan adalah perubahan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan adalah hal yang sangat penting. Pada tahun 1950an, orientasi

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan adalah hal yang sangat penting. Pada tahun 1950an, orientasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan, pencapaian pertumbuhan ekonomi dan pemerataan adalah hal yang sangat penting. Pada tahun 1950an, orientasi pembangunan negara sedang berkembang

Lebih terperinci

Tahun Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des

Tahun Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des Lampiran 1 Perkembangan Harga Kacang Kedelai Tingkat Produsen di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2003-2012 Tahun Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des 2003 2,733 2,733 2,375 2,921 2,676

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena pupuk kimia lebih mudah diperoleh dan aplikasinya bagi tanaman

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena pupuk kimia lebih mudah diperoleh dan aplikasinya bagi tanaman BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penggunaan pupuk pada tanah pertanian terutama pupuk kandang telah di mulai berabad abad yang silam sesuai dengan sejarah pertanian. Penggunaan senyawa kimia sebagai pupuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana untuk mendirikan provinsi-provinsi baru di Indonesia. Pembentukan provinsi baru ini didasari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pariwisata dan kebudayaan merupakan salah satu sektor yang sangat potensial dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pariwisata dan kebudayaan merupakan salah satu sektor yang sangat potensial dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata dan kebudayaan merupakan salah satu sektor yang sangat potensial dan perlu mendapat perhatian yang baik bagi pemerintah daerah untuk keberlangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai tugas pokok dan fungsi melakukan pengawasan. Kualitas audit

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai tugas pokok dan fungsi melakukan pengawasan. Kualitas audit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) adalah instansi pemerintah yang mempunyai tugas pokok dan fungsi melakukan pengawasan. Kualitas audit yang bermutu tinggi oleh

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI PRAKTIK LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat UPT Medan Utara/ Dinas Pendapatan Sumatera Utara

BAB II DESKRIPSI LOKASI PRAKTIK LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat UPT Medan Utara/ Dinas Pendapatan Sumatera Utara BAB II DESKRIPSI LOKASI PRAKTIK LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Singkat UPT Medan Utara/ Dinas Pendapatan Sumatera Utara Dinas Pendapatan Daerah Sumatera Utara pada awalnya mengurusi pengelolaan pajak dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perencanaan pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perencanaan pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perencanaan pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan (growth) merupakan awal proses pembangunan suatu negara. Pembangunan suatu negara diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana manusia dapat membina kepribadiannya dengan jalan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. dimana manusia dapat membina kepribadiannya dengan jalan mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian yang integral dalam kehidupan manusia, dimana manusia dapat membina kepribadiannya dengan jalan mengembangkan potensi-potensi yang

Lebih terperinci

dan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Provinsi Sumatera Utara

dan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Provinsi Sumatera Utara Sebelum Dinas berdiri sendiri sebagai instansi tersendiri, Pengelolaan Pajak dan Pendapatan Daerah adalah merupakan salah satu bagian yang berada di bawah Biro Keuangan yang bernaung pada Sekretariat Kantor

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Singkat Unit Pelaksana Teknis (UPT) Sistem Administrasi. Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Medan Utara

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Singkat Unit Pelaksana Teknis (UPT) Sistem Administrasi. Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Medan Utara BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat Unit Pelaksana Teknis (UPT) Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Medan Utara Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara pada awalnya mengurusi

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 Jenis Pendapatan Pajak untuk Provinsi dan Kabupaten/Kota Jenis pajak kabupaten/kota meliputi: 1. Pajak kendaraan bermotor 2. Bea balik nama kendaraan bermotor 3. Pajak bahan bakar kendaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu daerah pada dasarnya merupakan kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu daerah pada dasarnya merupakan kegiatan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi suatu daerah pada dasarnya merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar dan berkesinambungan yang dijalankan secara bersama-sama baik

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun (Jiwa)

Lampiran 1. Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun (Jiwa) Lampiran 1. Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005 2007 (Jiwa) No Kabupaten/kota Tahun 2005 2006 2007 Kabupaten 1 Nias 441.807 442.019 442.548 2 Mandailing natal 386.150

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Air bersih adalah sumber daya yang jumlahnya terbatas, sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Air bersih adalah sumber daya yang jumlahnya terbatas, sehingga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih adalah sumber daya yang jumlahnya terbatas, sehingga penggunaan air bersih harus memperhatikan prinsip hemat. Dalam mendistribusikan air, Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pemerintah daerah sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pemerintah daerah sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemerintah daerah sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah adalah penyelenggaraan urusan

Lebih terperinci

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS CATUR HERMANTO dan Tim Disampaikan pada seminar proposal kegiatan BPTP Sumatera Utara TA. 2014 Kamis, 9 Januari 2014 OUTLINE 1.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jadwal Penelitian

Lampiran 1. Jadwal Penelitian Lampiran 1. Jadwal Penelitian Bulan No. Kegiatan Penelitian April 2013. Mei 2013 Juni 2013 Juli 2013 Agustus 2013 September 2013. M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 M1 M2 1 Pengajuan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Hasil Regression Model GLS FIXED EFFECT (FEM)

Lampiran 1 Hasil Regression Model GLS FIXED EFFECT (FEM) LAMPIRAN Lampiran 1 Hasil Regression Model GLS FIXED EFFECT (FEM) Dependent Variable: BD? Method: Pooled EGLS (Cross-section weights) Date: 01/01/11 Time: 05:56 Sample: 2010 2013 Included observations:

Lebih terperinci

PERAN DAN UPAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DALAM PENINGKATAN SUMBER DAYA MANUSIA DI SUMATERA UTARA. Oleh: Chairuddin Panusunan Lubis

PERAN DAN UPAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DALAM PENINGKATAN SUMBER DAYA MANUSIA DI SUMATERA UTARA. Oleh: Chairuddin Panusunan Lubis PERAN DAN UPAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DALAM PENINGKATAN SUMBER DAYA MANUSIA DI SUMATERA UTARA Oleh: Chairuddin Panusunan Lubis Sejarah Singkat Universitas Sumatera Utara didirikan pada Tahun 1952

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Daftar Surplus/Defisit Laporan Realisasi APBD Kabupaten/Kota T.A (dalam jutaan rupiah)

Tabel 1.1. Daftar Surplus/Defisit Laporan Realisasi APBD Kabupaten/Kota T.A (dalam jutaan rupiah) LAMPIRAN 1 Tabel 1.1. Daftar Surplus/Defisit Laporan Realisasi APBD Kabupaten/Kota T.A 2011-2014 (dalam jutaan rupiah) Surplus/Defisit APBD DAERAH 2011 2012 2013 2014 Kab. Nias -58.553-56.354-78.479-45.813

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA. A. Sejarah Umum UPT. SAMSAT Medan Utara/Dinas Pendapatan Provinsi

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA. A. Sejarah Umum UPT. SAMSAT Medan Utara/Dinas Pendapatan Provinsi BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA A. Sejarah Umum UPT. SAMSAT Medan Utara/Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara pada awalnya mengurusi pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada hakekatnya pembangunan adalah kegiatan memanfaatkan sumberdaya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada hakekatnya pembangunan adalah kegiatan memanfaatkan sumberdaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada hakekatnya pembangunan adalah kegiatan memanfaatkan sumberdaya alam untuk mencapai tujuan tertentu. Apabila pemanfaatan sumberdaya alam dilaksanakan secara besar-besaran,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%.

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%. BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor perikanan memberikan kontribusi terhadap PDRB sektor pertanian di Provinsi Sumatera Utara tahun 2010 s/d 2014 mengalami peningkatan yang signifikan, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk Indonesia, sepakat untuk mengadopsi deklarasi Millenium Development Goals (MDG) atau Tujuan Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan basis pembangunan bangsa. Apabila kita menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan basis pembangunan bangsa. Apabila kita menginginkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keluarga merupakan basis pembangunan bangsa. Apabila kita menginginkan bangsa ini menjadi bangsa yang sejahtera, yang harus kita lakukan pertama kali adalah membangun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanaman dagang yang sangat menguntungkan, dengan masukan (input) yang

I. PENDAHULUAN. tanaman dagang yang sangat menguntungkan, dengan masukan (input) yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kacang tanah merupakan tanaman palawija yang secara ekonomis berperan penting bagi kehidupan manusia. Selain itu, juga dapat dijadikan bahan baku industri. Sebagai sumber

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. Menjelang berakhirnya tahun 2000 dan memasuki tahun 2001, sistem

BAB. I PENDAHULUAN. Menjelang berakhirnya tahun 2000 dan memasuki tahun 2001, sistem BAB. I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Menjelang berakhirnya tahun 2000 dan memasuki tahun 2001, sistem pemerintahan dengan otonomi daerah mulai direalisasikan. Konsep dasarnya adalah memberikan

Lebih terperinci

KAWASAN HUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA

KAWASAN HUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA PAPARAN USULAN REVISI KA WASAN H UTAN P ROVINSI SUMATERA UTARA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA JA NUARI 2010 KAWASAN HUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA No Fungsi Hutan TGHK (1982) RTRWP (2003) 1 2 3 4 5

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1 Jadwal dan Waktu Penelitian

LAMPIRAN. Lampiran 1 Jadwal dan Waktu Penelitian LAMPIRAN Lampiran 1 Jadwal dan Waktu Penelitian 2015 Tahapan Penelitian Januari Jan-Mei Jun-Sep Oktober Pengajuan proposal skripsi Penyetujuan proposal skripsi Penyelesaian proposal skripsi Bimbingan dan

Lebih terperinci

DAFTAR MoA USU TAHUN 2007

DAFTAR MoA USU TAHUN 2007 DAFTAR MoA USU TAHUN 2007 No. Instansi Pelaksana dari USU Perihal Mulai Berakhir 1. Dinas Koperasi dan UKM LP3M - Pengkajian dan Pengembangan Koperasi dan Apr-07 Apr-11 Kabupaten UKM serta Pengembangan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK: SERTA TANTANGAN TAHUN 2019

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK: SERTA TANTANGAN TAHUN 2019 DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PROVINSI SUMATERA UTARA KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK: SERTA TANTANGAN TAHUN 2019 Drs. Jumsadi Damanik, SH, M. Hum

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan,

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan, kehutanan dan tanaman pangan. Dari sektor peternakan ada beberapa bagian lagi dan salah

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/ KOTA DI SUMATERA UTARA BERDASARKAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA MISKIN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS CLUSTER SKRIPSI WIDYA REZA

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/ KOTA DI SUMATERA UTARA BERDASARKAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA MISKIN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS CLUSTER SKRIPSI WIDYA REZA ii PENGELOMPOKAN KABUPATEN/ KOTA DI SUMATERA UTARA BERDASARKAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA MISKIN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS CLUSTER SKRIPSI WIDYA REZA 140823016 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

REKAP DATA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN DAN KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA (dalam jutaan rupiah)

REKAP DATA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN DAN KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA (dalam jutaan rupiah) Lampiran 1 REKAP DATA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN DAN KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA 2009-2011 (dalam jutaan rupiah) Sampel Tahun Daerah PAD DAU DAK DBH BM 1 2009 Asahan 21,076 446,552 77,532 53,572 94,289

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

Lebih terperinci

Lampiran 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Buah Manggis Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

Lampiran 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Buah Manggis Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Lampiran 1., Produksi dan Produktivitas Buah Manggis Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara NO KABUPATEN/KOTA Produksi (Ton) TAHUN 2005 2006 2007 2008 Produktivitas Produksi Produktivitas Produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan adalah salah satu hak azasi manusia dan sebagai komoditi strategis yang dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan kesepakatan

Lebih terperinci

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 21/03/12/Th. XVIII, 2 Maret 2015 TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014 Pendataan Potensi Desa (Podes) dilaksanakan 3 kali dalam 10 tahun. Berdasarkan

Lebih terperinci

: SUMATERA UTARA Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agus Sept Okt Nov

: SUMATERA UTARA Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agus Sept Okt Nov 94 Lampiran 1: Jadwal Kegiatan Penelitian Nama : PUTRA RAJA TUNGGAL NIM : 147017061 Fakultas : EKONOMI Jurusan : MAGISTER AKUNTANSI Universitas : SUMATERA UTARA Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM. A. Sejarah Umum UPT Medan Utara/ Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM. A. Sejarah Umum UPT Medan Utara/ Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM A. Sejarah Umum UPT Medan Utara/ Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara. Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara pada awalnya mengurusi pengelolaan pajak dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Determinan kemiskinan..., Roy Hendra, FE UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Determinan kemiskinan..., Roy Hendra, FE UI, Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan yang bersifat multidimensi. Kemiskinan merupakan persoalan kompleks yang terkait dengan berbagai dimensi yakni sosial,

Lebih terperinci

Yulianta Siregar Departemen electrical engineering University of North Sumatera Bali 28 Mei 2010

Yulianta Siregar Departemen electrical engineering University of North Sumatera Bali 28 Mei 2010 Yulianta Siregar Departemen electrical engineering University of North Sumatera Bali 28 Mei 2010 Energy planning is essentially an estimate of energy demand and supply in the future. Estimates of energy

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun (%)

Lampiran 1. Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun (%) Lampiran 1 Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2014 Kab. Asahan 18 13 20 69 9 Kab. Dairi 0 59 41 82-35 Kab. Deli Serdang 13 159 27 22 22 Kab.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam mengatur dan mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam mengatur dan mengurus rumah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak berlakunya otonomi daerah sesuai dengan UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, isi kebun di Indonesia adalah berupa tanaman buah-buahan,

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, isi kebun di Indonesia adalah berupa tanaman buah-buahan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya, isi kebun di Indonesia adalah berupa tanaman buah-buahan, tanaman sayuran, tanaman hias dan wangi-wangian, tanaman bumbu masak, tanaman obat-obatan, dan

Lebih terperinci

diakses pada tanggal 12 Maret 2011 pukul WIB 1di Medan

diakses pada tanggal 12 Maret 2011 pukul WIB 1di Medan Yani, Ahmad. 2008. Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia. Edisi 1. Cetakan Kedua. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta http://www.djpk.depkeu.go.id/linkdata/apbd2009/a2009.htm

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kinerja yang baik. Pengelolaan kinerja karyawan yang baik akan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kinerja yang baik. Pengelolaan kinerja karyawan yang baik akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia sangat memiliki keterkaitan terhadap perusahaan karena keberhasilan suatu perusahaan dipengaruhi oleh kinerja karyawan itu sendiri. Semakin tingginya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan pemberantasan DBD telah berlangsung lebih kurang 43 tahun dan berhasil menurunkan angka kematian dari

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PERSEBARAN PENDUDUK PROVINSI SUMATERA UTARA BERDASARKAN HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 Oleh Mbina Pinem *

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PERSEBARAN PENDUDUK PROVINSI SUMATERA UTARA BERDASARKAN HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 Oleh Mbina Pinem * ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PERSEBARAN PENDUDUK PROVINSI SUMATERA UTARA BERDASARKAN HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 Oleh Mbina Pinem * Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan persebaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Reformasi manajemen keuangan negara di Indonesia diawali lahirnya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Reformasi manajemen keuangan negara di Indonesia diawali lahirnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Reformasi manajemen keuangan negara di Indonesia diawali lahirnya paket peraturan perundang-undangan di bidang keuangan negara. Lahirnya regulasi ini sebagai

Lebih terperinci

LAPORAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) TERHADAP SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN (STPP) MEDAN

LAPORAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) TERHADAP SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN (STPP) MEDAN 2016 LAPORAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) TERHADAP SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN (STPP) MEDAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN STPP MEDAN 1/7/2016 1 KATA PENGANTAR Puji syukur

Lebih terperinci

RAPAT KOORDINASI PELAPORAN RENCANA AKSI PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI (PPK) B12 PEMERINTAH KOTATANJUNGBALAI TAHUN

RAPAT KOORDINASI PELAPORAN RENCANA AKSI PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI (PPK) B12 PEMERINTAH KOTATANJUNGBALAI TAHUN RAPAT KOORDINASI PELAPORAN RENCANA AKSI PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI (PPK) PEMERINTAH KOTATANJUNGBALAI TAHUN 2016-2017 Tanjungbalai, Selasa, 6 Desember 2017 Aula Bappeda Kota Tanjungbalai 1. Perpres

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1994). Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1994). Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan yang meluas merupakan tantangan terbesar dalam upaya Pembangunan (UN, International Conference on Population and Development, 1994). Proses pembangunan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK

BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK KEPUTUSAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 236/PA/2009 TENTANG KUASA PENGGUNA ANGGARAN BADAN PUSAT STATISTIK TAHUN ANGGARAN 2010 DI WILAYAH PROVINSI SUMATERA UTARA Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara, penyedia lapangan kerja, dan juga sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara, penyedia lapangan kerja, dan juga sebagai sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting karena selain bertujuan sebagai ketahanan pangan bagi seluruh penduduk, juga merupakan

Lebih terperinci

Sumber : Dinas Pertanian Sumatera Utara, 2010.

Sumber : Dinas Pertanian Sumatera Utara, 2010. Lampiran 1. Jumlah tani per Kabupaten di Sumatera Utara tahun 2009 No KABUPATEN/KOTA KELOMPOK TANI/POKTAN 1 Dairi 673 2 Deli Serdang 1.512 3 Humbang Hasundutan 808 4 Karo 2.579 5 Langkat 1.772 6 Pak Pak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan. pendapatan perkapita suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan. pendapatan perkapita suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Sukirno,1985). Sedangkan tujuan pembangunan

Lebih terperinci