BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Reverse Engineering Pengertian Umum Reverse Engineering

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Reverse Engineering Pengertian Umum Reverse Engineering"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Reverse Engineering Pengertian Umum Reverse Engineering Reverse Engineering (biasa disingkat RE) adalah proses menduplikasi suatu produk, komponen-komponennya, atau subassembly-nya yang telah ada sebelumnya tanpa melanggar hak paten atau hak cipta yang telah ada. Agar tidak melanggar hak paten tersebut, dalam kegiatan RE perlu dilakukan survei hak paten terlebih dahulu, sehingga dapat diketahui bagian-bagian yang telah dipatenkan dan tidak bisa ditiru. Ada banyak sekali alasan yang menyebabkan kita memerlukan kegiatan RE ini, yaitu antara lain: Pabrikan asli pembuat produk yang akan di-re sudah tidak memproduksi lagi. Pabrikan asli pembuat produk yang akan di-re sudah tidak ada (tutup), namun konsumen membutuhkan produk tersebut. Adanya ketidakcukupan dokumentasi dari desain produk asli Dokumentasi desain asli hilang atau tidak pernah ada. Model komputer dari produk tidak cukup untuk mendukung modifikasi atau metode produksi (manufaktur) yang ada sekarang. Beberapa fitur jelek dari produk perlu dihilangkan dari desain (contohnya bagian produk yang aus berlebihan mungkin membutuhkan perbaikan). Menambah atau menguatkan beberapa fitur yang baik dari produk agar produk dapat digunakan lebih lama. Menganalisis kelebihan dan kekurangan dari produk saingan. Memeriksa kemungkinan atau kesempatan baru untuk meningkatkan fiturfitur dan performansi suatu produk. Mendapatkan metode perbandingan yang kompetitif untuk mengetahui dan mengerti tentang produk saingan sehingga dapat mengembangkan produk yang lebih baik. 4

2 Supplier asli tidak mampu atau tidak mau menyediakan komponen tambahan. Pabrik pembuat peralatan asli tidak mampu atau tidak mau menyuplai komponen pengganti atau harganya meningkat menjadi sangat tinggi. Memperbaharui material yang usang (kuno) atau proses produksi yang kuno dengan yang lebih baru atau teknologi yang lebih murah. Dengan begitu banyak dan pentingnya alasan untuk melakukan RE, maka kegiatan RE ini menjadi sangat penting dan banyak dipelajari serta dilakukan orang Metodologi Reverse Engineering Dalam melakukan Reverse Engineering, perlu dilakukan tahapan-tahapan proses yang teratur agar kegiatan RE berjalan dengan baik. Tahapan proses tersebut dapat dilihat pada diagram alir yang ditunjukkan oleh Gambar 2.1. Selanjutnya akan dijelaskan satu per satu tahapan-tahapan tersebut. Mencari informasi teknik yang berkaitan Mencari berbagai pengetahuan yang berkaitan Melakukan modeling dan analisis teknik Membuat prototipe hasil rancangan Melakukan tes dan evaluasi Melakukan pengembangan / perbaikan produk Gambar 2.1 Diagram alir tahapan proses Reverse Engineering 5

3 Mencari Informasi Teknik Tentang Komponen dan Sistem yang akan Di-RE Informasi tentang komponen dan sistem yang akan kita RE bisa didapat dari mana saja. Contohnya antara lain: o Standar (contohnya ISO, DIN, JIS, API, ASTM, ASME, ANSI, dll). o Perpustakaan (bisa perpustakaan pribadi maupun umum). o Internet. o Dari para ahli (contohnya operator, teknisi, para sarjana, peneliti, dll). o Dokumentasi produk (contohnya dokumen penawaran, buku manual instalasi, operasi, dan perawatan, dll) Mencari Pengetahuan Tentang Komponen dan Sistem yang akan Di-RE Secara umum, kegiatan ini dibagi menjadi tiga bagian penting, yaitu mengidentifikasi fungsi serta menginvestigasi geometri, dimensi, dan material dari komponen atau sistem yang akan di-re. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain: o Mengidentifikasi fungsi komponen atau sistem. Dilakukan dengan cara mengenali dan mengetahui semua komponen yang ada di dalam sistem yang akan di-re beserta peran dan fungsinya masingmasing, serta mengenali semua masukan (input), keluaran (output), dan proses yang terjadi dalam sistem tersebut. o Menginvestigasi geometri dan dimensi komponen Geometri beserta dimensi komponen yang akan di-re dapat dicari melalui berbagai gambar yang tersedia, komponen yang ada (melalui sketsa, foto, ataupun pengukuran), informasi dari operator dan orang-orang bagian perawatan, serta dari perpustakaan dan studi literatur. o Menginvestigasi material komponen. Material suatu komponen dapat diketahui dengan melakukan tes pada komponen tersebut. Terdapat dua jenis metode pengetesan, yaitu destructive test dan non-destructive test. Perbedaannya yaitu komponen yang diuji akan menjadi rusak pada destructive test, sedangkan pada nondestructive test, tetap utuh. Dari kedua tes ini suatu material komponen dapat diketahui sifat mekanik, fisik, serta kimianya. 6

4 Melakukan Modeling dan Analisis Teknik Pada tahap ini, perlu dilakukan dua proses penting, yaitu pemodelan tiga dimensi serta analisis teknik, simulasi, dan optimasi. Proses analisis, simulasi, dan optimasi perlu dilakukan dalam berbagai aspek, seperti termodinamika, perpindahan panas (heat transfer), mekanika fluida, material dan kekuatannya, sistem dan kontrolnya, proses produksi (manufaktur), serta prosedur pengujiannya. Aspek-aspek lain dapat ditambahkan bila memang diperlukan Membuat Prototype dari Produk yang Di-RE Prototype produk yang di-re perlu dibuat untuk memastikan rancangan kita telah benar, baik secara fungsi maupun geometri beserta dimensinya. Selain itu, pembuatan prototype juga melibatkan pengecekan proses produksi, proses perakitan, serta proses pengujian komponen dan sistem yang di-re. Maka pembuatan prototype ini sangatlah penting dalam metode Reverse Engineering Melakukan Tes dan Evaluasi Pengujian dan evaluasi yang dilakukan dalam kegiatan RE dapat dibagi menjadi empat tahapan, yaitu: o Penentuan prosedur pengujian. o Pelaksanaan pengujian. o Evaluasi hasil pengujian. o Pembuatan proposal perbaikan produk (improvement) Melakukan Perbaikan Produk Tahapan kegiatan RE selanjutnya adalah melakukan evaluasi tentang perlu tidaknya melakukan perbaikan produk. Bila memang dirasa perlu, maka perbaikan produk dapat dilakukan berdasarkan proposal yang telah dibuat pada saat melakukan pengujian dan evaluasi. 2.2 Traktor Tangan Menurut dokumen SNI , definisi traktor tangan adalah traktor beroda dua dengan jenis mesin penarik dan penggerak, berdaya gerak 7

5 sendiri, berporos tunggal, beroda baja pengolah atau ban karet, terpadu dengan seperangkat alat pengolah tanah, berfungsi untuk mengolah lahan dan keperluan pertanian lainnya [1]. Contoh gambar traktor tangan dapat dilihat pada Gambar 2.2. Gambar 2.2 Traktor tangan Dalam dokumen SNI ini traktor tangan dikategorikan menjadi 3 jenis berdasarkan daya mesin penggeraknya. Kategori tersebut yaitu: o Kelas A (berdaya mesin kurang dari 4,5 kw) o Kelas B (berdaya mesin antara 4,5 6 kw) o Kelas C (berdaya mesin antara 6 9 kw) Selain itu, dokumen SNI ini juga mengatur persyaratan-persyaratan untuk masing-masing kategori traktor tangan. Persyaratan ini bermacam-macam, dan dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu persyaratan dimensi utama, persyaratan kemampuan kerja dan persyaratan uji pelayanan (kondisi operasi). Traktor tangan terdiri dari beberapa komponen utama, antara lain mesin penggerak, sistem transmisi (gearbox), rangka badan, batang pegangan, roda, dan mata bajak. Mesin penggerak merupakan sumber penggerak traktor tangan, umumnya memakai motor bensin. Sistem transmisi merupakan sistem yang meneruskan daya dan putaran dari mesin ke roda. Rangka badan merupakan bagian yang menyokong semua komponen traktor. Batang pegangan adalah komponen yang berfungsi sebagai pengontrol gerakan traktor. Roda adalah komponen yang memfasilitasi pergerakkan traktor melalui gerakan rotasinya. Mata bajak adalah komponen traktor yang berfungsi sebagai pembajak tanah. Pada kesempatan kali ini, sesuai dengan batasan-batasan pada Bab 1, yang akan dibahas lebih lanjut adalah bagian sistem transmisi yang berupa gearbox. 8

6 2.3 Gearbox Gearbox adalah kotak yang berisi rangkaian roda gigi yang mentransmisikan daya dari satu poros ke poros lainnya [2]. Gearbox ini memiliki beberapa fungsi, antara lain: o Mengontrol kesejajaran roda gigi dan poros o Menampung minyak pelumas untuk melumasi roda gigi o Melindung seluruh isinya dari air, debu, dan pengkontaminasi lainnya Gearbox banyak digunakan secara luas dalam dunia industri, otomotif, dan permesinan skala kecil (skala rumah). Gearbox ini terdiri dari beberapa komponen utama, antara lain casing, roda gigi, poros, bantalan, pegas pendukung sistem kopling serta beberapa komponen pendukung lainnya. Beberapa contoh gambar gearbox dapat dilihat pada Gambar 2.3. Casing gearbox berfungsi sebagai pelindung dari lingkungan sekitar serta menampung minyak pelumas. Roda gigi termasuk rangkaiannya berfungsi sebagai penerus torsi dari poros ke poros. Sedangkan porosnya sendiri berfungsi sebagai penerus torsi dari satu lokasi ke lokasi lainnya. a Gambar 2.3 Gearbox a. Tampak luar b. Tampak dalam b Bantalan berfungsi sebagai tumpuan dari berbagai komponen gearbox lainnya. Bantalan yang umum digunakan adalah ball bearing. Pegas digunakan untuk mendukung sistem kopling. Beberapa komponen pendukung lainnya dapat disesuaikan dengan kebutuhan, contohnya seal (gasket) untuk mencegah kebocoran, spacer (bushing) untuk menahan pergerakan aksial, baut, key, dan pin untuk menyambung dan menyatukan komponen lainnya, dan lain-lain. 9

7 2.3.1 Roda Gigi Roda gigi adalah komponen yang berfungsi untuk mentransmisikan atau meneruskan torsi dan gerakan rotasi pada berbagai aplikasi [3]. Ada beberapa jenis roda gigi yang dapat digunakan, seperti roda gigi lurus, helical, bevel, dan cacing. Namun yang paling sederhana, mudah dan paling banyak digunakan adalah roda gigi lurus atau yang biasa disebut spur gears. Roda gigi ini dibuat untuk operasi pada poros paralel, dan biasanya gigi-giginya paralel terhadap sumbu poros. Sedangkan roda gigi helical, bevel dan cacing digunakan untuk operasi non-paralel. Keempat jenis roda gigi tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.4. Pada kesempatan kali ini, hanya roda gigi lurus yang akan dibahas lebih lanjut. a b c d Gambar 2.4 Jenis roda gigi a. Roda gigi lurus b. Roda gigi helical c. Roda gigi bevel d. Roda gigi cacing Pada roda gigi lurus terdapat beberapa nomenklatur yang cukup penting. Beberapa nomenklatur tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.5. Untuk nomenklatur lainnya beserta simbol dan satuannya, dapat dilihat pada Lampiran A-1. Gambar 2.5 Beberapa nomenklatur roda gigi lurus [4] 10

8 Material dan Kekuatan Material yang umum digunakan unuk roda gigi adalah baja. Pada pembahasan ini, material yang dibahas adalah AISI 4340 yang umum digunakan dalam proses produksi roda gigi. AISI 4340 ini diberi perlakuan panas berupa quenching dalam oli dan tempering sehingga memiliki spesifikasi: o Kekuatan Tarik : 965 MPa o Kekuatan Luluh : 760 MPa o Kekerasan : HB Secara umum AISI 4340 memiliki kemampuan di-machining yang cukup baik sampai kekerasan 363 HB. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan AISI 4340 sering dipakai, di samping spesifikasi kekuatannya yang cukup baik. Material diberi perlakuan panas berupa quenching dan tempering untuk mencapai sifat-sifat mekanik yang lebih baik (kekuatan, keuletan dan kekerasan yang cukup tinggi) Tegangan pada Roda Gigi Tegangan pada roda gigi terdiri dari dua jenis, yaitu tegangan bending fatigue dan tegangan surface fatigue. Kedua tegangan fatigue ini memperhitungkan faktor-faktor koreksi, seperti faktor geometri (I dan J), faktor aplikasi (K a dan C a ), faktor distribusi beban (K m dan C m ), faktor dinamik (K v dan C v ), faktor ukuran (K s dan C s ), faktor ketebalan rim (K B ), faktor roda gigi idler (K I ), koefisien elastis material (C p ), dan faktor finishing permukaan (C f ). Semua faktor koreksi tersebut dibahas dalam standar AGMA dan dapat digunakan langsung untuk menghitung tegangan yang terjadi pada roda gigi saat beroperasi Toleransi Roda Gigi Jenis toleransi roda gigi ada banyak dan bervariasi. AGMA telah menstandarkan jenis toleransi untuk tiga kelas kategori, yaitu kelas low (L), medium (M), dan high (H). Yang termasuk kelas low adalah roda gigi untuk kualitas 10-11, kelas medium adalah 6-9, dan kelas high adalah 2-5 [5]. Untuk kesempatan kali ini, roda gigi yang akan dibahas memiliki angka kualitas 8 (pemilihannya akan dibahas pada Bab 4), sehingga toleransi yang akan 11

9 dibahas dibatasi pada kelas medium. Pada kelas medium ini ada lima jenis toleransi yang perlu diperhatikan, yaitu toleransi kesalahan pitch tunggal (f ptt ), toleransi kesalahan pitch kumulatif total (F pt ), toleransi tebal gigi, dan toleransi profil total (F αt ). Seharusnya ada toleransi sudut helix total (F βt ), namun tidak dibahas karena yang digunakan adalah roda gigi lurus tanpa ada sudut helix. Berikut penjelasan mengenai masing-masing kesalahan yang memerlukan toleransi tersebut. Kesalahan pitch tunggal adalah penyimpangan semua permukaan sayap gigi dari posisi teoritisnya relatif terhadap permukaan sayap gigi sebelahnya yang berdekatan [5]. Kesalahan ini bisa juga diartikan sebagai perbedaan antara pitch yang sebenarnya dengan pitch teoritis. Sedangkan Kesalahan pitch kumulatif total adalah penyimpangan terbesar pada kurva kesalahan pitch kumulatif [6]. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Gambar 2.6. Gambar 2.6 Kesalahan pitch tunggal dan kumulatif [5] Tebal gigi adalah panjang busur pada lingkaran referensi di antara dua buah sisi (profil) pada satu gigi [6]. Kesalahan tebal gigi adalah penyimpangan tebal gigi yang menjadi salah satu penyebab terjadinya kesalahan pitch. Kesalahan profil total adalah jarak normal antara dua profil referensi yang menutupi profil sesungguhnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.7. Di samping itu ada juga toleransi kesalahan putar, yaitu harga maksimum yang diizinkan bagi variasi atau perubahan letak elemen yang dimaksud terhadap suatu titik tetap selama satu kali putaran bagi elemen tersebut pada sumbu acuan. Toleransi kesalahan putar ini memungkinkan adanya kombinasi berbagai kesalahan, asalkan nilainya tidak melebihi batas toleransi [5]. 12

10 a b c Gambar 2.7 Kesalahan profil total [5] a. Pada profil involute b. Pada profil lengkung c. Pada profil dengan pemenggalan puncak Proses Manufaktur Roda Gigi Ada banyak cara untuk memproduksi roda gigi, namun secara umum dibagi menjadi dua, yaitu dengan metode pembentukan dan pemesinan. Contoh metode pembentukan adalah casting, molding, drawing, dan extrusion dari cetakan berbentuk roda gigi yang telah dibuat sebelumnya. Sedangkan untuk metode pemesinan diperlukan dua tahap proses, yaitu proses roughing (contohnya form milling, rack generation, shaping, dan hobbing) dan proses finishing (contohnya shaving, grinding, burnishing, lapping dan honing). Proses roughing dan finishing ini adalah teknik penghilangan atau pembuangan material yang digunakan untuk memotong atau menggerinda material dasar pada temperatur ruangan sehingga menghasilkan bentuk gigi-gigi roda gigi. Terkadang proses roughing tidak diikuti proses finishing untuk pembuatan roda gigi yang tidak presisi karena meskipun namanya proses roughing, roda gigi yang dihasilkan memiliki gigi-gigi yang akurat dan permukaan yang halus. Selanjutnya akan dibahas sedikit lebih terperinci mengenai proses pemesinan roda gigi karena metode ini merupakan metode yang digunakan untuk membuat roda gigi hasil rancangan. Untuk roda gigi presisi, proses manufakturnya biasanya menggunakan metode pemesinan dari material hasil casting, forging, atau hot-rolled. Proses pemesinan dibagi menjadi dua tahap, yaitu roughing (membuat bentuk gigi dengan menggunakan pemotong/cutter dan pembentuk/shaper roda gigi serta hob) dan finishing. Proses Roughing terdiri dari beberapa metode. Proses roughing dengan metode form milling membutuhkan pemotong khusus (lihat Gambar 2.8a) yang berotasi dan memotong material dasar roda gigi per buah setiap kalinya, seperti 13

11 terlihat pada Gambar 2.9. Metode rack generation menggunakan pemotong berbentuk batang (rack cutter) dengan spesifikasi tertentu seperti yang terlihat pada Gambar 2.8b. Caranya adalah dengan menggelindingkan material dasar roda gigi pada batang gigi yang telah dikeraskan dan ditajamkan. Metode gear shaping menggunakan pemotong (cutter) yang berbentuk roda gigi (dapat dilihat pada Gambar 2.8c) yang dikontakkan dengan material dasar roda gigi seperti yang dapat dilihat pada Gambar Sedangkan metode hobbing menggunakan pemotong yang dinamakan hob (seperti terlihat pada Gambar 2.8d) yang digunakan untuk memotong material dasar roda gigi dengan analogi proses tapping ulir. Hob berotasi secara tegak lurus terhadap sumbu rotasi material dasar roda gigi seperti terlihat pada Gambar Proses hobbing ini dapat menghasilkan roda gigi yang presisi dan memiliki permukaan sangat yang halus. Proses finishing diperlukan untuk menghasilkan roda gigi yang sangat presisi dan akurat. Proses ini dapat dilakukan terhadap semua jenis roda gigi hasil proses roughing. Pada proses finishing, material yang dihilangkan sangat sedikit, namun akan meningkatkan keakuratan dimensi, permukaan, dan/atau kekerasan. Proses finishing juga terdiri dari beberapa metode. Proses finishing dengan metode shaving mirip dengan proses shaping, namun pahat/pemotong yang digunakan lebih presisi agar hasilnya lebih baik. Metode grinding menggunakan gerinda berkontur untuk menggerinda permukaan gigi dan dikontrol dengan menggunakan komputer untuk menghilangkan sebagian kecil material dan meningkatkan kualitas permukaannya. Biasanya dilakukan terhadap roda gigi yang telah dikeraskan untuk memperbaiki distorsi akibat perlakuan panas. Metode burnishing dilakukan dengan cara mengontakkan roda gigi hasil proses roughing dengan roda gigi presisi khusus yang telah dikeraskan. Gaya besar yang timbul pada kontak gigi akan menyebabkan deformasi plastis pada permukaan roda gigi yang akan di-finishing sehingga meningkatkan kualitas permukaan roda gigi dan meningkatkan kekerasan dengan menimbulkan tegangan sisa yang menguntungkan. Metode lapping dan honing dilakukan dengan cara mengontakkan roda gigi yang akan di-finishing dengan roda gigi yang memiliki permukaan abrasif atau pahat berbentuk roda gigi yang presisi dan akurat 14

12 sehingga permukaan roda gigi yang di-finishing akan terkikis. Hasilnya adalah permukaan yang halus dan akurat. a b c d Gambar 2.8 Jenis pemotong roda gigi a. Milling cutter b. Rack cutter c. Shaper cutter d. Hob Gambar 2.9 Proses form milling roda digi Gambar 2.10 Proses shaping roda gigi Gambar 2.11 Proses hobbing roda gigi 15

13 2.3.2 Poros Poros transmisi (shaft) hampir selalu digunakan pada mesin putar untuk mentransmisikan gerakan rotasi dan torsi dari satu lokasi ke lokasi lain [3]. Minimal poros digunakan untuk mentransmisikan torsi dari alat penggerak ke mesin yang digerakkan. Terkadang poros dipasangkan roda gigi, puli, atau sproket yang dapat mentransmisikan gerakan rotasi melalui kontak roda gigi, sabuk (belt), atau rantai (chain) dari satu poros ke poros lainnya. Poros biasanya ditahan oleh bantalan (bearing) dengan tumpuan sederhana, kantilever, atau menggantung, tergantung konfigurasi mesinnya Pembebanan Poros Pembebanan pada poros transmisi ada dua jenis, yaitu beban puntir dan beban bending. Beban puntir diakibatkan adanya torsi yang ditransmisikan, sedangkan beban bending diakibatkan adanya gaya yang ditransmisikan dari roda gigi, puli, atau sproket. Pembebanan ini biasanya terjadi secara bersamaan karena transmisi torsi berhubungan dengan gaya pada gigi-gigi roda gigi atau sproket yang dipasangkan pada poros. Karakteristik kedua beban tersebut bisa statis, bisa juga bervariasi bergantung pada waktu. Kedua karakteristik dan beban ini dapat terjadi secara kombinasi pada satu poros yang sama. Bila poros tidak ikut berputar (hanya menjadi tumpuan bagi roda gigi atau sprocket), maka poros disebut sebagai as dan tidak meneruskan torsi. Sedangkan untuk poros yang ikut berputar dengan statis, beban bending akan terjadi secara berkebalikan penuh (fully reversed), dimana beban pada permukaan poros akan berubah dari tarik menjadi tekan seiring perputaran poros. Karena itu, meskipun poros hanya mengalami beban bending, perlu dilakukan perancangan terhadap kegagalan fatigue. Untuk beban torsi, karakteristiknya dapat berulang (repeated) atau berfluktuasi (fluctuating). Gambar karakteristik beban bending dan torsi dapat dilihat pada Gambar Pemasangan pada Alat Pelengkap Untuk memasang alat pelengkap seperti roda gigi, puli, atau sproket, dapat digunakan beberapa cara, yaitu menggunakan clamp collar (jepit penahan), key, snap 16

14 ring (seperti kancing), tapper pin, dan suaian paksa (press fit). Kesemuanya itu digunakan agar poros dan alat pelengkapnya menempel dan dapat berputar bersama. Untuk lebih jelas mengenai perbedaan-perbedaannya, dapat dilihat pada Gambar a b c Gambar 2.12 Jenis pembebanan poros [3] a. Fully reversed b. Repeated c. Fluctuating Setiap cara memiliki keuntungan dan kerugiannya sendiri. Key mudah dipasang dan ukurannya standar untuk diameter poros, serta dapat menghasilkan fase akurat untuk pergerakan poros dan alat pelengkapnya. Key juga mudah untuk dibongkar pasang. Namun kelemahannya terkadang kurang tahan terhadap pergerakan aksial dan tidak selalu menghasilkan kopling torsi yang ketat akibat adanya celah antara key dan keyway sehingga dapat menyebabkan backlash. Gambar 2.13 Variasi metode pemasangan alat pelengkap pada poros [3] Tapper pin dapat menghasilkan kopling torsi yang ketat dan tahan terhadap gerakan aksial maupun radial, namun lebih sulit dibongkar pasang. Clamp collar mudah dipasang, tetapi tidak selalu menghasilkan fase yang sama untuk pergerakan poros dan alat pelengkapnya. Sedangkan press fit memiliki 17

15 kelemahan yang sama dengan clamp collar (tidak sefase), namun sifatnya semi permanen dan cocok untuk peralatan yang jarang dibongkar pasang karena membutuhkan peralatan khusus untuk membongkarnya Material Poros Untuk meminimalisasi defleksi poros, baja merupakan pilihan material yang cocok karena modulus elastisitasnya tinggi. Selain itu besi cor merupakan material yang cukup umum juga, terutama bila roda gigi atau peralatan lain yang perlu dipasangkan pada poros dicetak bersama-sama dengan porosnya. Material perunggu dan baja tahan karat sering digunakan untuk aplikasi di daerah laut atau daerah korosif lainnya. Poros pada mesin umumnya menggunakan baja karbon rendah dan medium, meskipun baja paduan sering juga digunakan bila dibutuhkan kekuatan poros yang tinggi. Proses cold-rolled baja karbon digunakan untuk membuat poros dengan diameter kecil (diameter < 3 in), sedangkan untuk poros dengan diameter besar digunakan proses hot-rolled baja karbon Beban dan Tegangan pada Poros Terdapat tiga jenis beban dominan yang umum terjadi pada poros, yaitu beban aksial, beban bending, dan beban puntir. Ketiganya akan menyebabkan munculnya tegangan aksial (normal), tegangan bending (momen bending) dan tegangan puntir (momen puntir). Beban aksial diakibatkan oleh gaya aksial (gaya normal) yang terdiri dari dua jenis yaitu gaya tarik (tension) dan gaya tekan (compression). Tegangan aksial muncul bila benda dipotong melintang. Tegangan aksial ini adalah intensitas gaya yang tegak lurus dengan irisan sebagai perlawanan terhadap gaya luar [7]. Beban bending diakibatkan oleh sebuah momen kopel yang bekerja pada suatu struktur. Tegangan bending akan muncul bila struktur tersebut dipotong melintang. Hasilnya adalah struktur tersebut seolah-olah memberikan reaksi terhadap momen luar tersebut berupa gaya dorong dan gaya tarik terhadap potongan benda tersebut. Gaya-gaya ini bekerja tegak lurus terhadap potongan benda. Intensitas gaya ini berubah secara linier dengan jaraknya dari sumbu netral. 18

16 Intensitas gaya-gaya dalam tersebut dapat kita sebut tegangan normal akibat bending atau biasa disebut tegangan bending [7]. Beban puntir disebabkan oleh puntiran atau torsi yang bekerja pada suatu struktur. Tegangan puntir akan muncul pada potongan struktur atau benda yang terkena puntiran tersebut. Hasilnya adalah struktur tersebut seolah-olah memberikan reaksi berupa gaya dorong dan gaya tarik yang sejajar dengan potongan benda tersebut. Intensitas gaya ini berubah secara linier dengan jaraknya dari sumbu netral. Intensitas gaya dalam tersebut dapat kita sebut tegangan geser akibat torsi atau lebih sering disebut tegangan torsi atau puntir (torsion stress) [7] Perancangan Diameter Poros Metode yang umum digunakan untuk perancangan diameter poros adalah metode ASME (B106.1M-1985). Pendekatan ASME mengasumsikan pembebanan adalah bending fully reversed dan steady torque. ASME merumuskan persamaan untuk mencari diameter poros yang aman sebagai berikut: 32 N d = π f k f M S f a k 4 fsm T S m y 2 dengan d adalah diameter poros, N f adalah faktor keamanan, k f adalah faktor konsentrasi tegangan fatigue, M a adalah momen bending yang dialami poros, S f adalah kekuatan fatigue material poros, k fsm adalah faktor konsentrasi tegangan untuk tegangan rata-rata, T m adalah torsi yang dialami poros, dan S y adalah kekuatan luluh material poros. Nilai K f dapat dicari dengan persamaan berikut: k f = 1+ q (k t 1) dimana q adalah notch sensitivity dan k t adalah faktor konsentrasi tegangan teoritis. Nilai q dapat dicari dari tabel perbandingan antara sensitivitas notch dan jari-jari notch berdasarkan kekuatan tarik materialnya. Tabel ini dapat dilihat pada Lampiran A-2. Sedangkan nilai k t didapat dari tabel perbandingan antara k t dan r/d berdasarkan D/d-nya, dimana r adalah jari-jari notch, d adalah diameter poros yang lebih kecil, dan D adalah diameter poros yang lebih besar. Tabel ini dapat

17 dilihat pada Lampiran A-3. Perlu dicatat bahwa bila tidak terdapat notch, maka nilai q = 0 sehingga nilai k f menjadi 1. Sedangkan untuk nilai k fsm, ASME merekomendasikan nilainya sebesar 1. Bila pembebanannya berbeda, maka persamaan untuk mencari diameter poros yang aman berubah. Misalnya bila pembebanan menjadi fluctuating bending dan fluctuating torsion, maka persamaannya menjadi: 32 N d = π f (k f M a ) (k 4 S f fs T a ) 2 + (k fm M m ) (k 4 S dengan M dan T adalah momen bending dan torsi, lambang a adalah alternating dan m adalah rata-rata, dan S ut adalah kekuatan tarik material poros. ut fsm T m ) Toleransi Poros Toleransi untuk poros lebih berfokus pada masalah toleransi poros dan lubangnya serta toleransi kekasaran permukaan. Untuk toleransi poros dan lubangnya, hal pertama yang perlu diperhatikan adalah tentang suaian. Suaian ini dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: o Suaian longgar, yaitu suaian yang selalu akan menghasilkan kelonggaran. o Suaian paksa, yaitu suaian yang selalu akan menghasilkan kerapatan. o Suaian pas, yaitu suaian yang dapat menghasilkan kelonggaran ataupun kerapatan. Untuk menjelaskan ketiga jenis suaian di atas, dapat dilihat gambar 2.14 berikut. Gambar 2.14 Gambar simulasi jenis suaian [6] 20

18 Sebelum menentukan jenis suaian yang akan dipakai, pertama-tama perlu dipilih basis suaian yang tepat. Basis suaian ini ada dua jenis, yaitu basis lubang dan basis poros. Pada basis lubang, berbagai jenis suaian dapat dicapai dengan memilih toleransi poros (dengan cara menggerinda poros sampai ke ukuran yang sesuai). Sedangkan pada basis poros, berbagai jenis suaian dicapai dengan memilih toleransi lubang (dengan cara menggunakan berbagai pahat reamer). Oleh sebab itu, pada umumnya dipilih basis lubang (karena harga pahat reamer sangat mahal) kecuali pada kondisi tertentu (seperti poros dengan diameter sama yang harus dihubungkan dengan berbagai komponen yang memiliki jenis suaian yang berbeda, sehingga lebih baik menggunakan basis poros dan menyesuaikan toleransi lubang untuk menghindari kesalahan) [6]. Selanjutnya, perlu dipilih jenis kualitas suaian. Jenis kualitas suaian ini ada empat, yaitu: o Sangat cermat, untuk komponen dengan sifat ketertukaran tinggi dan berbagai alat ukur. o Cermat, untuk komponen mesin pada umumnya seperti mesin perkakas, kompresor, motor bakar, motor listrik, dan sebagainya. o Agak cermat, untuk alat transmisi, roda untuk ban mesin dengan bantalannya, kopling, batang penggeser pada roda gigi, dan sebagainya. o Kurang cermat, untuk komponen yang tidak kritis tetapi jaminan sifat ketertukarannya masih ditekankan. Setelah memilih kualitas suaian, barulah dipilih jenis suaiannya. Jenis suaian ini dipilih berdasarkan kebutuhan dan fungsinya. Dari standar ISO, ada beberapa jenis suaian yang umum dipakai, yaitu suaian kempa, tekan, jepit, sorong, lepas, jalan teliti, jalan, jalan longgar, dan sangat longgar. Fungsi penggunaan dari masing-masing suaian tersebut dapat dilihat pada tabel standar ISO yang berisi angka toleransi berdasarkan jenis dan kualitas suaian yang dilampirkan pada Lampiran A-4. Untuk mengubah angka toleransi dari nilai ISO ke nilai metrik, dapat digunakan tabel konversi yang dibuat ISO yang dapat dilihat pada Lampiran A-5 untuk toleransi lubang dan Lampiran A-6 untuk toleransi poros. Selanjutnya adalah mengenai toleransi kekasaran permukaan. Kekasaran permukaan terjadi akibat adanya berbagai penyimpangan pada proses produksi, 21

19 sehingga permukaan geometri ideal (permukaan yang dianggap memiliki bentuk yang sempurna) tidak mungkin dapat dibuat [6]. Permukaan yang dihasilkan pasti memiliki tonjolan dan lekukan dalam skala mikroskopik. Adanya tonjolan dan lekukan inilah yang biasa disebut kekasaran permukaan. Standar yang biasa dipakai dalam prakteknya adalah nilai R a, yaitu harga rata-rata aritmetik bagi harga absolutnya jarak antara profil terukur dengan profil tengah. Nilai R a ini biasanya dipakai berdasarkan standar ANSI yang menghubungkan nilai R a dengan proses pengerjaan permukaan yang digunakan. Tabel hubungan ini dapat dilihat pada Lampiran A Ball Bearing Ball bearing adalah jenis bantalan rotasi anti gesek yang mengandung elemen berputar dalam bentuk bola baja [8]. Bola baja disini berada di antara dua cincin (cincin dalam dan cincin luar) serta dilindungi oleh penahan yang disebut retainer agar bola-bola tersebut tetap berada di tempatnya. Contoh gambar ball bearing dapat dilihat pada Gambar Gambar 2.15 Ball bearing Dalam pemilihan ball bearing, yang perlu diperhatikan adalah pemilihan diameter dalam dari cincin dalam, diameter luar dari cincin luar, penentuan beban dan kecepatan putar yang akan dialami bearing, material bearing, dan fitur khusus yang diinginkan atau diperlukan dalam desain. Pemilihan ini dapat dilakukan dengan mudah bila telah diketahui batasan-batasan tersebut dengan cara mencari dalam katalog. Salah satu produsen ball bearing yang cukup terkenal adalah SKF. Dalam situsnya, SKF menyediakan pencarian jenis ball bearing dengan kategori 22

20 pilihan tertentu. Kita tinggal memasukkan criteria yang diinginkan, kemudian komputer akan menyaring produk bearing yang sesuai. Untuk menentukan apakah pilihan kita sesuai atau tidak, kita tinggal memeriksanya dengan menghitung umur fatigue dari bearing dengan persamaan: C L = P dimana L adalah umur fatigue ball bearing, C adalah basic dynamic load rating, dan P adalah beban yang ditanggung oleh ball bearing. C bisa didapat dari spesifikasi pabrik pembuat ball bearing, sedangkan P dihitung dengan persamaan: P = X V F + Y 3 r F a dimana X adalah faktor radial, V adalah faktor rotasi, F r adalah gaya arah radial, Y adalah faktor thrust, dan F a adalah gaya arah aksial. Faktor-faktor yang diperlukan dapat dicari dari tabel yang dibuat SKF. Tabel ini dapat dilihat pada Lampiran A Pegas Helix Tekan Pegas adalah komponen yang dibuat dengan konfigurasi tertentu agar dapat menghasilkan gaya akibat adanya defleksi dan/atau dapat menyimpan energi potensial [3]. Pegas yang digunakan dalam perancangan gearbox pada kesempatan kali ini adalah pegas jenis helix tekan. Pegas ini umum digunakan dan pada gearbox yang akan dirancang digunakan dalam sistem kopling. Pada perancangan pegas, perlu diperhatikan berbagai parameter penting, antara lain diameter kawat (d), diameter koil rata-rata (D) yang merupakan ratarata diameter dalam (D i ) dan diameter luar (D o ) koil, panjang bebas (L f ), panjang rakitan (L a ), panjang kerja minimum (L m ), dan panjang solid (L s ), jumlah lilitan total (N t ) dan aktif (N a ), defleksi awal (y initial ), defleksi kerja (y working ), dan defleksi clash (y clash ), indeks pegas (C), konstanta pegas (k), kekuatan tarik (S ut ) dan luluh (S ys ) material kawat pegas, gaya minimum dan maksimum yang terjadi, serta safety factor untuk kondisi kerja (N s ) dan kondisi pegas solid (N s shut ). Agar lebih jelas mengenai parameter-parameter tersebut, dapat dilihat Gambar 2.16a dan 2.16b. Selain parameter-parameter di atas, perlu diperhatikan juga kemungkinan terjadinya buckling (melengkung). Buckling ini dapat terjadi bila rasio L f / D lebih besar dari 4. Maka rasio ini perlu diperhatikan juga dalam perancangan pegas. 23

21 a b Gambar 2.16 Beberapa parameter penting pegas [3] a. Parameter dasar pegas b. Parameter jenis panjang dan defleksi pegas 2.4 Software Bantuan Pemodelan dengan Pro/Engineer Wildfire 3.0 Pro/Engineer merupakan salah satu program CAD/CAM yang sering digunakan dalam dunia industri untuk pemodelan 3D solid dalam komputer. Penggunaan model 3D solid memberikan banyak keuntungan, diantaranya: o Mempunyai volume dan permukaan. o Mudah dianalisis bentuk fisiknya, seperti volume, massa, luas permukaan, penampang, dan lain-lain. o Dapat memberikan visualisasi permukaan solid dengan sangat baik, dengan tekstur dan pewarnaan, atau dengan representasi wire frame. Pro/Engineer memiliki beberapa karakteristik pemodelan, yaitu berbasis fitur (feature based), parametrik (parametric) dan asosiatif (associate). o Model Berbasis Fitur Fitur adalah komponen utama, objek terkecil atau paling sederhana yang dapat dibuat dan digunakan untuk membangun benda 3 dimensi. Model berbasis fitur berarti model disusun dari beberapa fitur seperti protrusion, cut, datum dan sebagainya. o Parametrik Desain yang dibuat dengan Pro/Engineer adalah parametrik, berarti bentuk dan ukuran model 3D yang dibuat dapat diatur dari atribut-atribut (dimensi 24

22 dan constraint) yang dimiliki oleh fitur pembentuknya. Pengaturan atribut ini dapat dilakukan dengan menggunakan aturan atau persamaan yang disebut hubungan. o Asosiatif Pro/Engineer dibuat dengan satu struktur data dengan kemampuan perubahan pada sistem sehingga setiap perubahan pada suatu proses desain akan diteruskan ke seluruh proses desain sampai ke proses manufaktur. Sehingga bila terjadi perubahan pada suatu model acuan, maka semua model lain yang berhubungan akan ikut mengalami perubahan Pemodelan Sketsa Beberapa feature yang menyusun sebuah model part selalu diawali dengan pendefinisian sketsa. Pendifinisian sketsa adalah membuat polycurve pada suatu bidang datar yang telah ditentukan. Fasilitas yang disediakan oleh Pro/Engineer dalam sketcher base adalah entity tool (konstruksi geometri), geometry editor (trim, copy, mirror), constraint-tools dan dimension-tools. Lembar kerja pada modul sketsa dapat dilihat pada Gambar 2.17 berikut. Gambar 2.17 Lembar kerja modul sketch Pemodelan Part Pemodelan part dalam Pro/Engineer adalah pemodelan yang berbasis fitur. Fitur awal yang akan menjadi referensi bagi fitur berikutnya harus 25

23 didefinisikan terlebih dahulu. Fitur ini dapat berupa datum atau protrusion, dan tidak mungkin berupa fitur negatif seperti cut atau hole. Sebelum memulai pemodelan part, ada beberapa setup model yang dapat diatur sesuai kebutuhan, diantaranya material, satuan (unit), massa jenis (density), dan sebagainya. Pendefinisian material akan berguna untuk keperluan finite element analysis (FEA), sedangkan massa jenis berguna untuk keperluan analisis massa. Fitur-fitur yang digunakan dalam pemodelan part dapat dikelompokkan menjadi non-machined feature dan basic-machined feature. Yang termasuk dalam kelompok non-machined feature adalah datum dan protrusion. Datum merupakan tempat rujukan atribut-atribut yang melengkapi fitur. Protrusion merupakan fitur yang berfungsi untuk menambahkan material pada suatu model. Protrusion ini ada beberapa jenis, seperti extrude, revolve, sweep, dan blend. Sedangkan fitur yang termasuk basic-machined feature adalah hole, round, chamfer, shell dan draft. Hole adalah proses pembuatan lubang pada model dengan posisi menurut sistem koordinat tertentu. Round adalah proses penumpulan sisi-sisi model yang tajam dengan radius penumpulan tertentu. Chamfer adalah proses penumpulan sisi/sudut model yang tajam dengan kemiringan penumpulan tertentu. Shell adalah proses pembuatan kerangka dari suatu model pejal. Sedangkan draft adalah kemiringan suatu permukaan terhadap suatu permukaan terhadap suatu permukaan referensi sepanjang sumbu netral. Lembar kerja modul part dapat dilihat pada Gambar Pemodelan Assembly Assembly merupakan proses merakit suatu komponen (part atau subassembly) ke dalam suatu sistem dengan kondisi batas (constraint) yang mengikat komponen tersebut pada suatu referensi yang ada. Perintah-perintah yang ada dalam pemodelan assembly diantaranya adalah assemble, create dan advanced utility. Assemble adalah memanggil suatu komponen dari suatu file yang sudah ada (bisa file part atau file assembly yang lain), termasuk di dalamnya pendefinisian constraint. Create adalah pembuatan komponen dalam modul assembly aktif, bisa berupa part tersendiri, part hasil mirror atau file sub- 26

24 assembly. Sedangkan advanced utility adalah kumpulan perintah manipulasi suatu komponen assembly seperti replace, repeat, copy dan cut out. Fitur-fitur yang ada dalam pemodelan assembly sama seperti fitur yang terdapat pada pemodelan part. Dalam pemodelan assembly digunakan constraint untuk membatasi gerakan antara part yang satu dengan yang lainnya. Contoh constraint yang umum digunakan adalah mate, align, insert dan sistem koordinat. Gambar 2.18 Lembar kerja modul part Perhitungan Kekuatan Roda Gigi dengan MITCalc MITCalc adalah software perhitungan desain kekuatan untuk komponen elemen mesin. Software ini memiliki banyak versi, seperti perhitungan untuk roda gigi eksternal dan internal, perhitungan untuk puli, perhitungan untuk poros, dan sebagainya. Yang digunakan pada kesempatan kali ini adalah perhitungan untuk roda gigi lurus atau helix eksternal (dengan satuan metrik). Perhitungan pada MITCalc dirancang untuk membuat desain (baik secara manual ataupun otomatis) dan memeriksa geometri, dimensi serta kekuatan dari roda gigi lurus atau helix. Untuk mendukung perhitungan yang sistematik, program MITCalc ini menggunakan basis program Microsoft Excel. Aplikasi program ini dapat digunakan untuk: o Perhitungan gigi lurus dan helix. 27

25 o Proses desain otomatis untuk sistem transmisi dengan beberapa persyaratan input minimum. o Proses desain untuk faktor safety tertentu. o Perhitungan parameter geometri secara lengkap. o Optimasi desain gigi dengan koreksi yang benar. o Perhitungan parameter kekuatan dan pemeriksaan faktor keamanan. o Perhitungan tambahan (pemeriksaan dimensi, desain roda gigi, perhitungan parameter lainnya). o Pembuatan gambar 2D dan 3D dengan sistem CAD. Untuk dapat melakukan semua fungsi-fungsi di atas, MITCalc menggunakan berbagai algoritma dari standar-standar yang ada seperti AGMA, ANSI, ISO, DIN, BS, dan literatur khusus lainnya. Beberapa dokumen standar yang dipakai contohnya antara lain AGMA 2001-C95, AGMA 2001-D04, AGMA 908-B89/95, ISO 6336, ISO 1328, ANSI B , DIN 3990, dan lain-lain. Contoh lembar kerja perhitungan dapat dilihat pada Gambar Untuk memulai perhitungan, pertama-tama perlu dilakukan pemasukan data pada bagian input section. Input section ini dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu options of basic input parameters, options of material, loading conditions, operational, and production parameters, parameters of the cutting tool and tooth profile, design of a module and geometry of toothing, serta correction of toothing. Untuk melakukan perhitungan desain otomatis, cukup memasukkan data pada dua bagian pertama kemudian tinggal pilih automatic design. Untuk merancang roda gigi sendiri, kita perlu memasukkan semua data yang telah kita rancang. Selanjutnya tinggal dilihat pada bagian result section untuk mengetahui apakah hasil rancangan kita dapat digunakan atau tidak. Parameter terpenting adalah hasil safety factor yang nilainya harus di atas 1. Bila di atas 1, artinya aman. Sebaliknya, bila kurang dari 1 berarti tidak aman (gagal). 28

26 Gambar 2.19 Lembar kerja perhitungan MITCalc untuk spur dan helical gear 29

BAB 3 REVERSE ENGINEERING GEARBOX

BAB 3 REVERSE ENGINEERING GEARBOX BAB 3 REVERSE ENGINEERING GEARBOX 3.1 Mencari Informasi Teknik Komponen Gearbox Langkah awal dalam proses RE adalah mencari informasi mengenai komponen yang akan di-re, dalam hal ini komponen gearbox traktor

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS TEKNIK

BAB 4 ANALISIS TEKNIK BAB 4 ANALISIS TEKNIK 4.1 Pendahuluan Analisis teknik ini merupakan bagian dari langkah RE yang ketiga, yaitu pemodelan dan analisis teknik. Setelah pemodelan selesai dilakukan, selanjutnya komponen-komponen

Lebih terperinci

PERANCANGAN GEARBOX TRAKTOR TANGAN BERDAYA 6 KW DENGAN METODE REVERSE ENGINEERING. Paskalis Bowo Aditia Oken

PERANCANGAN GEARBOX TRAKTOR TANGAN BERDAYA 6 KW DENGAN METODE REVERSE ENGINEERING. Paskalis Bowo Aditia Oken PERANCANGAN GEARBOX TRAKTOR TANGAN BERDAYA 6 KW DENGAN METODE REVERSE ENGINEERING TUGAS SARJANA Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh Paskalis Bowo Aditia Oken 13103061

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Perajang Singkong. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai beberapa komponen, diantaranya adalah piringan, pisau pengiris, poros,

Lebih terperinci

Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis

Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis 4. 1 Perancangan Mekanisme Sistem Penggerak Arah Deklinasi Komponen penggerak yang dipilih yaitu ball, karena dapat mengkonversi gerakan putaran (rotasi) yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar

BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar BAB II TEORI DASAR Perencanaan elemen mesin yang digunakan dalam peralatan pembuat minyak jarak pagar dihitung berdasarkan teori-teori yang diperoleh dibangku perkuliahan dan buku-buku literatur yang ada.

Lebih terperinci

METROLOGI INDUSTRI DAN STATISTIK

METROLOGI INDUSTRI DAN STATISTIK METROLOGI INDUSTRI DAN STATISTIK 1 DAFTAR ISI Hal 1. Karakteristik Geometri 1 2. Toleransi dan Suaian 2 3. Cara Penulisan Toleransi Ukuran/Dimensi 5 4. Toleransi Standar dan Penyimpangan Fundamental 7

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Tabung Luar Dan Tabung Dalam a. Perencanaan Tabung Dalam Direncanakan tabung bagian dalam memiliki tebal stainles steel 0,6, perencenaan tabung pengupas

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Mesin CNC turning

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Mesin CNC turning 45 BAB II DASAR TEORI 2.1 Mesin CNC Mesin CNC adalah mesin perkakas otomatis yang dapat diprogram secara numerik melalui komputer yang kemudian disimpan pada media penyimpanan. Mesin CNC terdiri dari beberapa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Serabut Kelapa Sebagai Negara kepulauan dan berada di daerah tropis dan kondisi agroklimat yang mendukung, Indonesia merupakan Negara penghasil kelapa terbesar di dunia. Menurut

Lebih terperinci

BAB III. Metode Rancang Bangun

BAB III. Metode Rancang Bangun BAB III Metode Rancang Bangun 3.1 Diagram Alir Metode Rancang Bangun MULAI PENGUMPULAN DATA : DESAIN PEMILIHAN BAHAN PERHITUNGAN RANCANG BANGUN PROSES PERMESINAN (FABRIKASI) PERAKITAN PENGUJIAN ALAT HASIL

Lebih terperinci

BAB III PEMILIHAN BAHAN DAN PROSES MANUFAKTUR CRUISE CONTROL

BAB III PEMILIHAN BAHAN DAN PROSES MANUFAKTUR CRUISE CONTROL BAB III PEMILIHAN BAHAN DAN PROSES MANUFAKTUR CRUISE CONTROL III.1 Pemilihan Bahan dan Proses Manufaktur Cruise Control Versi Magnetic Clutch III.1.1 Pemilihan Bahan Cruise Control Versi Magnetic Clutch

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Pada perancangan suatu kontruksi hendaknya mempunyai suatu konsep perencanaan. Untuk itu konsep perencanaan ini akan membahas dasar-dasar teori

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cara Kerja Alat Cara kerja Mesin pemisah minyak dengan sistem gaya putar yang di control oleh waktu, mula-mula makanan yang sudah digoreng di masukan ke dalam lubang bagian

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai 2.2. Gerenda Penghancur Dan Alur

BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai 2.2. Gerenda Penghancur Dan Alur BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai Mesin penghancur kedelai dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp, mengapa lebih memilih memekai motor listrik 0,5 Hp karena industri yang di

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Proses Produksi Proses produksi adalah tahap-tahap yang harus dilewati dalam memproduksi barang atau jasa. Ada proses produksi membutuhkan waktu yang lama, misalnya

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flow Chart Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Mulai Studi Literatur Perencanaan dan Desain Perhitungan Penentuan dan Pembelian Komponen Proses Pengerjaan Proses Perakitan

Lebih terperinci

PERANCANGAN POROS TRANSMISI DENGAN DAYA 100 HP

PERANCANGAN POROS TRANSMISI DENGAN DAYA 100 HP PERANCANGAN POROS TRANSMISI DENGAN DAYA 100 HP Fredy Mananoma, Agung Sutrisno, Stenly Tangkuman Jurusan Teknik Mesin Universitas Sam Ratulangi Jl. Kampus Unsrat, Bahu, Manado ABSTRAK Tujuan penulisan ini

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin press serbuk kayu. Pengerjaan dominan dalam pembuatan komponen tersebut

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM TRANSMISI PADA REKAYASA DAN RANCANG BANGUN MESIN PEMOTONG KERUPUK

ANALISIS SISTEM TRANSMISI PADA REKAYASA DAN RANCANG BANGUN MESIN PEMOTONG KERUPUK ABSTRAKSI TUGAS AKHIR ANALISIS SISTEM TRANSMISI PADA REKAYASA DAN RANCANG BANGUN MESIN PEMOTONG KERUPUK Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah :

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah : BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN 3. Metode Penelitian Metode penelitian yang dipakai dalam perancangan ini adalah metode penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Produksi Jurusan Teknik Mesin

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Produksi Jurusan Teknik Mesin III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Produksi Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Lampung pada bulan September 2012 sampai dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Fungsi upper Hinge Pada Refrigerator Dalam dunia industry manufactur, khususnya industry refrigerator ( lemari pendingin ) terdapat berbagai jenis komponen atau part yang mempumyai

Lebih terperinci

ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA Jatmoko Awali, Asroni Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hjar Dewantara No. 116 Kota Metro E-mail : asroni49@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang. ikan, kulit dan dapat juga berasal dari udang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang. ikan, kulit dan dapat juga berasal dari udang. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kerupuk Kerupuk memang bagian yang tidak dapat dilepaskan dari tradisi masyarakat Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang enak harganya

Lebih terperinci

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap KOPLING Defenisi Kopling dan Jenis-jenisnya Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaft) ke poros yang digerakkan (driven shaft), dimana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Proses Pemesinan Milling dengan Menggunakan Mesin Milling 3-axis

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Proses Pemesinan Milling dengan Menggunakan Mesin Milling 3-axis BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan penemuan-penemuan proses serta teknik pemotongan logam (metal cutting) terus mendorong industri manufaktur semakin maju. Ini terlihat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mesin Pan Granulator Mesin Pan Granulator adalah alat yang digunakan untuk membantu petani membuat pupuk berbentuk butiran butiran. Pupuk organik curah yang akan

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Baja tulangan beton polos (Lit 2 diunduh 21 Maret 2014)

Gambar 2.1 Baja tulangan beton polos (Lit 2 diunduh 21 Maret 2014) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Tulangan Beton Baja tulangan beton adalah baja yang berbentuk batang berpenampang lingkaran yang digunakan untuk penulangan beton,yang diproduksi dari bahan baku billet

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar Kerja Mesin Pencacah Rumput

Lampiran 1. Gambar Kerja Mesin Pencacah Rumput 71 Lampiran 1. Gambar Kerja Mesin Pencacah Rumput 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 Lampiran 2. Presensi Proyek akhir 93 Lampiran 3. Kartu bimbingan proyek akhir 94 95 96 Lampiran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Gasket Gasket adalah perapat statis untuk menahan cairan, benda padat, dan gas pada seluruh jenis mesin, bejana dan sistem perpipaan. Gasket normalnya ditempatkan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan konstruksi mesin pengupas serabut kelapa ini terlihat pada Gambar 3.1. Mulai Survei alat yang sudah ada dipasaran

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flowchart Perencanaan Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Proses Perancangan mesin pemotong umbi seperti yang terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai mm Studi Literatur

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan komponen yang diperhitungkan sebagai berikut: a. Motor b. Reducer c. Daya d. Puli e. Sabuk V 2.2 Motor Motor adalah komponen dalam sebuah kontruksi

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI. industri, tempat penyimpanan dan pembongkaran muatan dan sebagainya. Jumlah

BAB II PEMBAHASAN MATERI. industri, tempat penyimpanan dan pembongkaran muatan dan sebagainya. Jumlah BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindahan bahan merupakan salah satu peralatan mesin yang dugunakan untuk memindahkan muatan dilokasi pabrik, lokasi konstruksi, lokasi industri,

Lebih terperinci

A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan

A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan Di dalam merencanakan suatu alat perlu sekali memperhitungkan dan memilih bahan-bahan yang akan digunakan, apakah bahan tersebut sudah sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA 3.1 Perancangan awal Perencanaan yang paling penting dalam suatu tahap pembuatan hovercraft adalah perancangan awal. Disini dipilih tipe penggerak tunggal untuk

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skema Dan Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja mesin pemotong krupuk rambak kulit ini adalah sumber tenaga motor listrik ditransmisikan kepulley 2 dan memutar pulley 3 dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Singkat Alat Alat pembuat mie merupakan alat yang berfungsi menekan campuran tepung, telur dan bahan-bahan pembuatan mie yang telah dicampur menjadi adonan basah kemudian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar-dasar Pemilihan Bahan Setiap perencanaan rancang bangun memerlukan pertimbanganpertimbangan bahan agar bahan yang digunakan sesuai dengan yang direncanakan. Hal-hal penting

Lebih terperinci

ANALISIS KEKUATAN MATERIAL PADA REKAYASA DAN RANCANG BANGUN KONSTRUKSI MESIN PEMOTONG KERUPUK

ANALISIS KEKUATAN MATERIAL PADA REKAYASA DAN RANCANG BANGUN KONSTRUKSI MESIN PEMOTONG KERUPUK LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISIS KEKUATAN MATERIAL PADA REKAYASA DAN RANCANG BANGUN KONSTRUKSI MESIN PEMOTONG KERUPUK Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan

Lebih terperinci

IV. ANALISA PERANCANGAN

IV. ANALISA PERANCANGAN IV. ANALISA PERANCANGAN Mesin penanam dan pemupuk jagung menggunakan traktor tangan sebagai sumber tenaga tarik dan diintegrasikan bersama dengan alat pembuat guludan dan alat pengolah tanah (rotary tiller).

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN Perancangan atau desain mesin pencacah serasah tebu ini dimaksudkan untuk mencacah serasah yang ada di lahan tebu yang dapat ditarik oleh traktor dengan daya 110-200

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Perencanaan Rancang Bangun Dalam merencanakan suatu alat bantu, terlebih dahulu kita harus memperhatikan faktor-faktor yang mendasari terlaksananya perencanaan alat bantu

Lebih terperinci

Perancangandanpembuatan Crane KapalIkanUntukDaerah BrondongKab. lamongan

Perancangandanpembuatan Crane KapalIkanUntukDaerah BrondongKab. lamongan Perancangandanpembuatan Crane KapalIkanUntukDaerah BrondongKab. lamongan Latar Belakang Dalam mencapai kemakmuran suatu negara maritim penguasaan terhadap laut merupakan prioritas utama. Dengan perkembangnya

Lebih terperinci

DOSEN PEMBIMBING: Prof.Dr. I NYOMAN SUTANTRA, M.Sc, Phd. YOHANES, ST, MSc. Eng

DOSEN PEMBIMBING: Prof.Dr. I NYOMAN SUTANTRA, M.Sc, Phd. YOHANES, ST, MSc. Eng RANCANG BANGUN MULTIPURPOSE DRIVETRAIN UNTUK MENINGKATKAN UTILITAS ATAU KEMANFAATAN KENDARAAN MULTI GUNA PEDESAAN DOSEN PEMBIMBING: Prof.Dr. I NYOMAN SUTANTRA, M.Sc, Phd. YOHANES, ST, MSc. Eng LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi BAB II DASAR TEORI Dasar teori yang digunakan untuk pembuatan mesin pemotong kerupuk rambak kulit adalah sistem transmisi. Berikut ini adalah pengertian-pengertian dari suatu sistem transmisi dan penjelasannya.

Lebih terperinci

PEGAS. Keberadaan pegas dalam suatu system mekanik, dapat memiliki fungsi yang berbeda-beda. Beberapa fungsi pegas adalah:

PEGAS. Keberadaan pegas dalam suatu system mekanik, dapat memiliki fungsi yang berbeda-beda. Beberapa fungsi pegas adalah: PEGAS Ketika fleksibilitas atau defleksi diperlukan dalam suatu system mekanik, beberapa bentuk pegas dapat digunakan. Dalam keadaan lain, kadang-kadang deformasi elastis dalam suatu bodi mesin merugikan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK

BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK 3.1 Perancangan dan pabrikasi Perancangan dilakukan untuk menentukan desain prototype singkong. Perancangan

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER

PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER TUGAS SARJANA MESIN FLUIDA PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER OLEH NAMA : ERWIN JUNAISIR NIM : 020401047 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Industri manufaktur sudah semakin maju seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan penemuan penemuan proses dan teknik pemotongan logam (metal cutting). Ini terlihat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Poros Poros merupakan suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya berpenampang bulat, dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear), pulley, flywheel, engkol,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Penyaring Pasir 2.2 Prinsip Kerja Sand Filter Rotary Machine

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Penyaring Pasir 2.2 Prinsip Kerja Sand Filter Rotary Machine BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Penyaring Pasir Mesin penyaring pasir merupakan mesin yang berfungsi sebagai pemisah antara material pasir yang halus dan kasar dalam jumlah yang banyak dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bantalan merupakan salah satu bagian dari elemen mesin yang memegang peranan cukup penting karena fungsi dari bantalan yaitu untuk menumpu sebuah poros agar poros dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Poros Poros merupakan bagian yang terpenting dari suatu mesin. Hampir semua mesin meneruskan tenaga dan putarannya melalui poros. Setiap elemen mesin yang berputar, seperti roda

Lebih terperinci

ELEMEN MESIN II ELEMEN MESIN II

ELEMEN MESIN II ELEMEN MESIN II ELEMEN MESIN II PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2014 169 BAGIAN VII PEGAS (Spring) Pegas adalah suatu benda elastis, yang jika diberi beban maka akan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR. Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah

BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR. Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR 4.1 Sketsa rencana anak tangga dan sproket Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah horizontal adalah sebesar : A H x 1,732 A

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah:

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah: BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT 4.1 Perhitungan Rencana Pemilihan Motor 4.1.1 Data motor Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah: Merek Model Volt Putaran Daya : Multi Pro :

Lebih terperinci

TEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING)

TEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING) TEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING) Proses permesinan (machining) : Proses pembuatan ( manufacture) dimana perkakas potong ( cutting tool) digunakan untuk membentuk material dari bentuk dasar menjadi

Lebih terperinci

Toleransi& Implementasinya

Toleransi& Implementasinya Toleransi& Implementasinya Daftar Isi 1. Toleransi Linier... 3 a) Suaian-suaian (Fits)... 6 b) Jenis jenis Suaian... 6 c) Toleransi Khusus dan Toleransi Umum... 6 1) Toleransi Khusus... 6 2) Toleransi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan Tujuan dari tugas akhir ini adalah merancang mesin pemasta coklat dengan hasil perancangan sesuai kebutuhan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan Tujuan dari tugas akhir ini adalah merancang mesin pemasta coklat dengan hasil perancangan sesuai kebutuhan. TUGAS AKHIR 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia lebih banyak mengekspor kakao dalam bentuk biji dari pada hasil olahannya. Padahal akan lebih baik jika produsen kakao Indonesia bisa mengekspor

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI. digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi

BAB II PEMBAHASAN MATERI. digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi 5 BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindah bahan merupakan satu diantara peralatan mesin yang digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi konstruksi, tempat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Alat Pencacah plastik Alat pencacah plastik polipropelen ( PP ) merupakan suatu alat yang digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini memiliki

Lebih terperinci

BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA

BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA 17 BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA 3.1. Penjabaran Tugas (Classification Of Task) Langkah pertama untuk bisa memulai suatu proses perancangan adalah dengan menyusun daftar kehendak. Dafar kehendak

Lebih terperinci

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN : ANALISIS SIMULASI PENGARUH SUDUT CETAKAN TERHADAP GAYA DAN TEGANGAN PADA PROSES PENARIKAN KAWAT TEMBAGA MENGGUNAKAN PROGRAM ANSYS 8.0 I Komang Astana Widi Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Tahapan Penelitian Dalam bab ini akan dijabarkan langkah langkah yang diambil dalam melaksanakan penelitian. Berikut adalah tahapan tahapan yang dijalankan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Perencanaan Interior 2. Perencanaan Gedung 3. Perencanaan Kapal

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Perencanaan Interior 2. Perencanaan Gedung 3. Perencanaan Kapal BAB 1 PENDAHULUAN Perencanaan Merencana, berarti merumuskan suatu rancangan dalam memenuhi kebutuhan manusia. Pada mulanya, suatu kebutuhan tertentu mungkin dengan mudah dapat diutarakan secara jelas,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput BAB II DASAR TEORI 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput Mesin ini merupakan mesin serbaguna untuk perajang hijauan, khususnya digunakan untuk merajang rumput pakan ternak. Pencacahan ini dimaksudkan

Lebih terperinci

PENGARUH PARAMETER POTONG TERHADAP DIAMETER PITS ULIR METRIK

PENGARUH PARAMETER POTONG TERHADAP DIAMETER PITS ULIR METRIK PENGARUH PARAMETER POTONG TERHADAP DIAMETER PITS ULIR METRIK Sunarto Teknik Mesin Politeknik Bengkalis Jl. Batin Alam, Sei-Alam, Bengkalis-Riau sunarto@polbeng.ac.id Abstrak Ulir metrik adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PERENCANAAN DAN PENJELASAN PRODUK Tahap perencanaan dan penjelasan produk merupakan tahapan awal dalam metodologi perancangan. Tahapan perencanaan meliputi penjelasan

Lebih terperinci

Kopling luwes ( fleksibel ) memungkinkan adanya sedikit ketidaklurusan. sumbu poros yang terdiri atas: c. Kopling karet bintang

Kopling luwes ( fleksibel ) memungkinkan adanya sedikit ketidaklurusan. sumbu poros yang terdiri atas: c. Kopling karet bintang KOPLING Defenisi Kopling dan Jenis-jenisnya Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaft) ke poros yang digerakkan (driven shaft), dimana

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Tipikal struktur mekanika (a) struktur batang (b) struktur bertingkat [2]

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Tipikal struktur mekanika (a) struktur batang (b) struktur bertingkat [2] BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Elemen Hingga Analisa kekuatan sebuah struktur telah menjadi bagian penting dalam alur kerja pengembangan desain dan produk. Pada awalnya analisa kekuatan dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan Digester adalah suatu mesin yang digunakan untuk mengaduk atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan Digester adalah suatu mesin yang digunakan untuk mengaduk atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Digester Digester berasal dari kata Digest yang berarti aduk, jadi yang dimaksud dengan Digester adalah suatu mesin yang digunakan untuk mengaduk atau melumatkan

Lebih terperinci

BAB II MESIN BUBUT. Gambar 2.1 Mesin bubut

BAB II MESIN BUBUT. Gambar 2.1 Mesin bubut BAB II MESIN BUBUT A. Prinsip Kerja Mesin Bubut Mesin bubut merupakan salah satu mesin konvensional yang umum dijumpai di industri pemesinan. Mesin bubut (gambar 2.1) mempunyai gerak utama benda kerja

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m)

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) LAMPIRAN 74 75 Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) : 15,4 kg Diameter silinder pencacah (D) : 37,5cm = 0,375 m Percepatan gravitasi (g) : 9,81 m/s 2 Kecepatan putar

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MODEL DRILL JIG UNTUK PENGGURDIAN FLENS KOPLING

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MODEL DRILL JIG UNTUK PENGGURDIAN FLENS KOPLING PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MODEL DRILL JIG UNTUK PENGGURDIAN FLENS KOPLING Mulyadi (1), Toti Srimulyati (2) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Padang (2) Staf Pengajar Jurusan Manajemen,

Lebih terperinci

Roda Gigi Gear. A. Roda Gigi. Jenis jenis profil gigi pada Roda gigi :

Roda Gigi Gear. A. Roda Gigi. Jenis jenis profil gigi pada Roda gigi : Roda Gigi Gear Definisi roda gigi adalah salah satu bentuk sistem transmisi yang mempunyai fungsi mentransmisikan gaya, membalikkan putaran, mereduksi atau menaikkan putaran/ kecepatan. Umumnya roda gigi

Lebih terperinci

TRANSMISI RANTAI ROL 12/15/2011

TRANSMISI RANTAI ROL 12/15/2011 TRANSMISI RANTAI ROL Penggunaan: transmisi sabuk > jarak poros > transmisi roda gigi Rantai mengait pada gigi sproket dan meneruskan daya tanpa slip perbandingan putaran tetap Mampu meneruskan daya besar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada pembuatan rancang bangun kendaraan mobil mini ini kami menggunakan engine (mesin) suzuki smash 4 tak 110 cc dengan bahan bakar bensin dengan kemampuan ankut 50 150 kg. Dalam

Lebih terperinci

BAB VI POROS DAN PASAK

BAB VI POROS DAN PASAK BAB VI POROS DAN PASAK Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersamasama dengan putaran. Peranan utama dalam transmisi seperti itu dipegang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di tiga tempat, yaitu: 1. Pembuatan alat dan bahan di Laboratorium Proses Produksi Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Untuk mempermudah perancangan Tugas Akhir, maka dibuat suatu alur

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Untuk mempermudah perancangan Tugas Akhir, maka dibuat suatu alur BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1 Bagan Alir Perancangan Untuk mempermudah perancangan Tugas Akhir, maka dibuat suatu alur sistematika perancangan struktur Kubah, yaitu dengan cara sebagai berikut: START

Lebih terperinci

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2 c = b - 2x = 13 2. 2,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = mm mm = 82 mm 2 = 0,000082 m 2 g) Massa sabuk per meter. Massa belt per meter dihitung dengan rumus. M = area panjang density = 0,000082

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR A III PERENCANAAN DAN GAMAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Diagram alir adalah suatu gambaran utama yang dipergunakan untuk dasar dalam bertindak. Seperti halnya pada perancangan diperlukan suatu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DESAIN MEKANIK CRUISE CONTROL

BAB IV ANALISA DESAIN MEKANIK CRUISE CONTROL BAB IV ANALISA DESAIN MEKANIK CRUISE CONTROL Pengukuran Beban Tujuan awal dibuatnya cruise control adalah membuat alat yang dapat menahan gaya yang dihasilkan pegas throttle. Untuk itu perlu diketahui

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik KURNIAWAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah kabin operator yang tempat dan fungsinya adalah masing-masing. 1) Kabin operator Truck Crane

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah kabin operator yang tempat dan fungsinya adalah masing-masing. 1) Kabin operator Truck Crane BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bagian-bagian Utama Pada Truck Crane a) Kabin Operator Seperti yang telah kita ketahui pada crane jenis ini memiliki dua buah kabin operator yang tempat dan fungsinya adalah

Lebih terperinci

Tujuan Pembelajaran:

Tujuan Pembelajaran: P.O.R.O.S Tujuan Pembelajaran: 1. Mahasiswa dapat memahami pengertian poros dan fungsinya 2. Mahasiswa dapat memahami macam-macam poros 3. Mahasiswa dapat memahami hal-hal penting dalam merancang poros

Lebih terperinci

V.HASIL DAN PEMBAHASAN

V.HASIL DAN PEMBAHASAN V.HASIL DAN PEMBAHASAN A.KONDISI SERASAH TEBU DI LAHAN Sampel lahan pada perkebunan tebu PT Rajawali II Unit PG Subang yang digunakan dalam pengukuran profil guludan disajikan dalam Gambar 38. Profil guludan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Perontok Padi 2.2 Rangka

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Perontok Padi  2.2 Rangka BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Perontok Padi Mesin perontok padi adalah suatu mesin yang digunakan untuk mempermudah pekerjaan manusia untuk memisahkan antara jerami dengan bulir padi atau

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Conveyor merupakan suatu alat transportasi yang umumnya dipakai dalam proses industri. Conveyor dapat mengangkut bahan produksi setengah jadi maupun hasil produksi

Lebih terperinci

Perencanaan Roda Gigi

Perencanaan Roda Gigi Perencanaan Roda Gigi RODA GIGI Roda gigi adalah roda silinder bergigi yang digunakan untuk mentransmisikan gerakan dan daya Roda gigi menyebabkan perubahan kecepatan putar output terhadap input 1 Jenis-jenis

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Semua mekanisme yang telah berhasil dirancang kemudian dirangkai menjadi satu dengan sistem kontrol. Sistem kontrol yang digunakan berupa sistem kontrol loop tertutup yang menjadikan

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN PANEL MCC

BAB III PROSES PERANCANGAN PANEL MCC BAB III PROSES PERANCANGAN PANEL MCC DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE SOLIDWORKS 3.1 Data yang diperlukan Dalam SOP (Standart Operational Prosedur) yang berlaku di PT. Industira, sebelum membuat atau mendesain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis, BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Perancangan Mesin Pemisah Biji Buah Sirsak Proses pembuatan mesin pemisah biji buah sirsak melalui beberapa tahapan perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 33 III. METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan dalam penelitian, sehingga pelaksanaan dan hasil penelitian bisa untuk dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, hasil statistik bps (Badan Pusat Statistik) menyatakan bahwa

Lebih terperinci