1 ZULHIJJAH 1430 HIJRIYYAH DI INDONESIA Dipublikasikan Pada Tanggal 11 November 2009
|
|
- Djaja Kurnia
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Risalah Elektronik RHI Nomor 2 Volume I Tahun 13 H 1 ZULHIJJAH 13 HIJRIYYAH DI INDONESIA Dipublikasikan Pada Tanggal 11 November 29 I. PENDAHULUAN Sistem kalender yang digunakan Umat Islam, selanjutnya dinamakan Kalender Hijriyyah, telah ditegaskan dasar dasarnya dalam Al Qur an sebagai kalender yang murni didasarkan pada peredaran Bulan di langit (kalender lunar atau qamariyyah) 1. Setahun kalender terdiri dari 12 bulan (lunasi) 2 dimana sebagian berumur 29 hari dan sebagian lagi berumur 3 hari. Transisi/pergantian antar bulan (lunasi) merujuk pada eksistensi hilaal 3, yakni Bulan dalam fase sabit yang terkecil (termuda) sehingga bentuknya mirip sehelai benang yang melengkung. Juga digarisbawahi bahwa jika dibandingkan dengan sistem kalender lain terutama kalender kalender Julian (kalender surya atau syamsiyyah), maka setiap 3 tahun Julian ekivalen dengan 39 tahun Islam 5. Dalam risalah ini akan dipaparkan awal lunasi Zulhijjah tahun 13 H, khususnya untuk wilayah Indonesia dan Asia Tenggara. Awal lunasi didasarkan secara komprehensif pada metode perhitungan (hisab) yang bisa dipertanggungjawabkan karena merupakan model matematis yang berdasarkan pada tabulasi dan analisis data hasil pengamatan hilaal (rukyat) yang diakuisisi LP2IF RHI dalam kurun waktu Januari 27 Oktober 28. Lunasi Hijriyyah 13 H secara astronomis merupakan Islamic Lunation ke 171 terhitung Muharram 1 H (Juli 22 TU ). II. KAIDAH Kaidah yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Transisi/pergantian hari dalam kalender Hijriyyah terjadi pada saat terbenamnya Matahari (ghurub asy Syams) secara lokalitas. 2. Saat terjadinya konjungsi (ijtima ) antara Bulan dan Matahari ditetapkan secara mutlak sebagai tanggal 29 Qamariyyah Perhitungan berdasarkan model visibilitas RHI yang berbentuk persamaan : ad,29 DAz 2 2,99 DAz + 1,738 dimana a D = selisih tinggi antara pusat cakram Bulan dan pusat cakram Matahari pada saat Matahari terbenam dan DAz = selisih azimuth antara pusat cakram Matahari dan pusat cakram Bulan. Model visibilitas RHI mengacu pada kondisi toposentrik (mar i), mengabaikan refraksi atmosfer (airless) serta Matahari/Bulan terbit dan terbenam secara geometrik.. Hilaal didefinisikan sebagai Bulan sabit yang terbenam dalam rentang waktu 27 menit hingga 2 menit setelah terbenamnya Matahari, dalam kondisi toposentrik (mar i), mengabaikan refraksi atmosfer (airless) serta Matahari/Bulan terbit dan terbenam secara geometrik. 1 Q.S. Yunus : 5. 2 Q.S. at Taubah : 3. 3 Q,S, al Baqarah :185, 189. Adalah kalender yang mengacu kepada Julius Caesar, yakni orang yang pertama kali menerapkannya. Ini adalah kalender solar yang terpengaruh oleh kalender Mesir. Julius Caesar menetapkan bahwa 1 tahun terdiri dari 35 hari jam, yakni nilai periode tropis Matahari. Berdasarkan penyelidikan Umar Khayyam dkk di Observatorium Nizamiyah, Baghdad, pada masa daulah Bani Abbasiyah, periode tropis Matahari sebenarnya adalah 35 hari 5 jam 8 menit detik. Perbaikan diusulkan jauh hari kemudian oleh Paus Gregorius sehingga kalender ini kemudian lebih dikenal sebagai kalender Gregorian. 5 Q.S. al Kahfi :. TU : Tarikh Umum, transliterasi dari Common Era (CE) yang digunakan untuk memerikan kalender surya. 7 Kaidah ini diusulkan oleh Hendro Setyanto dari Observatorium Bosscha, Bandung. Halaman 1 dari 5
2 III. KONJUNGSI (IJTIMA ) Konjungsi (ijtima ) antara Bulan dan Matahari akan terjadi pada hari Selasa 17 Oktober 29 pukul 2:1 WIB. Pada saat konjungsi Matahari dan Bulan sama sama menempati garis bujur ekliptika 23 o. Pada saat konjungsi Matahari memiliki deklinasi 18 o 5 dan ascensio recta (RA) 232 o 12 sementara Bulan memiliki deklinasi 22 o 3 dan ascensio recta (RA) 231 o. Sehingga baik Matahari maupun Bulan sama sama berada di sebelah selatan ekuator langit dan menempati gugusan bintang Libra. Pada saat konjungsi terjadi, jarak sudut (elongasi) Matahari dengan Bulan sebesar 3 o 5 atau lebih besar dari diameter masing masing pusat cakram Matahari dan Bulan yakni o 3 sehingga tidak memungkinkan terjadinya Gerhana Matahari. Dengan demikian peristiwa konjungsi ini tidak bisa dilihat secara kasat mata. Dihitung sejak 1 Muharram 1 H (15 Juli 22 TU) maka hari terjadinya konjungsi merupakan Hijri Day Number (HDN) ke Periode sinodis Bulan untuk lunasi ini akan bernilai 29 hari 1 jam 9 menit, atau lebih besar dari nilai rata ratanya yang sebesar 29 hari 12 jam menit. Untuk konteks Indonesia, maka tanggal 29 Zulqa idah berlaku pada 1 November 29 saat ghurub hingga 17 November 29 saat ghurub. Dengan demikian penentuan 1 Zulhijjah 13 H dilaksanakan pada Selasa 17 November 29 saat Matahari terbenam. IV. PETA HILAAL Peta hilaal untuk Indonesia merupakan gabungan antara peta dasar yang mengandung elemen tinggi hilaal dengan peta lanjut yang mengandung elemen visibilitas hilaal berdasarkan model visibilitas RHI. Peta disusun dengan aloritma Jean Meeus untuk elevasi permukaan laut rata rata ( m dpl), dalam kondisi toposentrik (mar i) dengan memperhitungkan refraksi atmosfer (untuk tinggi hilaal) namun nir atmosfer (untuk visibilitas RHI). 1 8 vis.rhi 3 2 Lintang Bujur Gambar 1 Peta Garis Tinggi dan Visibilitas Hilaal RHI Pada gambar 1 di atas garis hitam tak terputus mewakili garis tinggi hilaal, yakni garis yang menghubungkan titik titik dengan ketinggian hilaal yang sama pada saat terbenamnya Matahari. Dan garis biru putus putus menunjukkan garis visibilitas RHI, yakni garis yang menghubungkan titik titik dimana a D [,29 DAz 2 2,99 DAz + 1,738] =. Halaman 2 dari 5
3 V. POTENSI VISIBILITAS HILAAL Pada gambar 1 di atas nampak Indonesia dilintasi garis visibilitas RHI yang memanjang dari Samudera Pasifik dan menerus ke tenggara melintasi sebagian pulau Irian untuk kemudian berbelok ke barat daya menuju Laut Arafuru. Wilayah yang berada di sebelah barat garis ini berpotensi bisa mengamati hilaal meski dengan persyaratan tertentu (yakni dengan cuaca cerah mendekati sempurna, pengamatan menggunakan alat bantu optik dan dilaksanakan oleh pengamat yang berpengalaman). Sehingga hilaal berpotensi terlihat di seluruh wilayah Indonesia kecuali di sebagian kecil propinsi Papua (yakni daerah Jayapura dan sekitarnya). Sementara tinggi hilaal di seluruh wilayah Indonesia memiliki rentang nilai antara o o hingga,5 - selatan - Gambar 2 Bentuk sabit hilaal menurut model visibilitas RHI utara Gambar 2 menunjukkan bentuk Bulan jika dilihat dari salah satu titik pengamatan di Indonesia yakni kota Yogyakarta (DIY) yang memiliki elevasi 11 m dpl. Nampak Bulan memiliki panjang sabit 9 o dengan bentuk melengkung ke arah selatan. Bulan akan terbenam dalam 2 menit setelah terbenamnya Matahari sehingga memenuhi definisi hilaal. Jika kondisi yang dipersyaratkan terpenuhi, hilaal akan nampak menit setelah terbenamnya Matahari jika dilihat dengan alat optik dan baru bisa dilihat dengan mata telanjang dalam 2 menit setelah Matahari terbenam. Sehingga hilaal hanya bisa dilihat dengan alat bantu optik. Bandingkan dengan berikut : - selatan - utara Gambar 3 Bentuk sabit menurut model visibilitas RHI dalam 2 jam pasca fenomena dalam gambar 2 yang menunjukkan bentuk Bulan dilihat dari lokasi yang sama namun pada 2 jam berikutnya (atau tepatnya Rabu 18 November 29 saat Matahari terbenam). Saat itu Bulan terbenam 78 menit setelah terbenamnya Matahari sehingga sebenarnya sudah berada di luar definisi hilaal. Bulan akan memiliki elemen panjang sabit 153 o. Jika kondisi yang dipersyaratkan terpenuhi, Bulan sabit ini akan nampak 1 menit sebelum terbenamnya Matahari dan baru bisa dilihat dengan mata telanjang 2 menit sebelum Matahari terbenam. Halaman 3 dari 5
4 VI. 1 ZULHIJJAH 13 H Dari sisi rukyat, pada Selasa 17 November 29 dipastikan hilaal berpotensi teramati di seluruh wilayah Indonesia terkecuali sebagian Papua karena probabilitasnya di antara 5% dengan75 % 8. Sementara dari sisi hisab, dengan menggunakan sistem hakiki bittahqiq (kontemporer) yang berlandaskan pada model visibilitas RHI, di seluruh wilayah Indonesia nilai visibilitas hilaal sudah berada di atas batas model visibilitas hilaal RHI. Dengan demikian disimpulkan, bahwa 1 Zulhijjah 13 H akan dimulai pada Selasa 17 November 29 saat Matahari terbenam. Atau dalam bahasa yang lebih umum, 1 Zulhijjah 13 H bertepatan dengan Rabu 18 November 29. VII. PETA HILAAL TUA Hilaal tua merupakan istilah untuk Bulan dalam fase sabit yang identik dengan hilaal, namun terjadi sebelum peristiwa konjungsi dengan sifat yang terbalik, yakni hanya bisa dilihat sebelum terbitnya Matahari. Hilaal tua tidak memiliki implikasi legal sehingga tidak berpengaruh terhadap penentuan awal lunasi kalender Hijriyyah, namun dari sisi ilmu pengetahuan observasi hilaal tua sangat bermanfaat untuk memperkaya dan mempertajam pengetahuan tentang hilaal. Karena konjungsi terjadi pada Selasa 17 November 29 pukul 2:1 WIB maka hilaal tua hanya bisa diobservasi pada Senin 1 November 29 pada saat Matahari terbit. Peta hilaal tua untuk Indonesia merupakan peta dasar yang mengandung elemen tinggi hilaal tua. Peta disusun dengan aloritma Jean Meeus untuk elevasi permukaan laut rata rata ( m dpl), dalam kondisi toposentrik (mar i) dengan memperhitungkan refraksi atmosfer (untuk tinggi hilaal) namun nir atmosfer (untuk visibilitas RHI) Lintang Bujur Gambar Peta Garis Tinggi Hilaal Tua Pada gambar 1 di atas garis hitam tak terputus mewakili garis tinggi hilaal tua, yakni garis yang menghubungkan titik titik dengan ketinggian hilaal tua yang sama pada saat terbitnya Matahari. Nampak bahwa tinggi hilaal tua memiliki rentang dari 9 o hingga 1,5 o. 8 Hilaal bisa diobservasi pada kondisi yang paling ekstrim jika probabilitas visibilitasnya minimal 5 %, dengan menggunakan alat bantu optik dan membutuhkan kondisi langit yang sempurna (cerah sekali). Halaman dari 5
5 VIII. POTENSI VISIBILITAS HILAAL TUA - utara - Gambar 5 Bentuk sabit tua menurut model visibilitas RHI selatan Gambar 5 menunjukkan bentuk Bulan jika dilihat dari salah satu titik pengamatan di Indonesia yakni kota Yogyakarta (DIY) yang memiliki elevasi 11 m dpl. Nampak Bulan memiliki panjang sabit 11 o dengan bentuk melengkung ke atas. Matahari akan terbit dalam 5 menit setelah terbitnya Bulan sehingga Bulan sebenarnya masih dalam kondisi Bulan sabit tua atau berada di luar definisi hilaal tua. Jika kondisi yang dipersyaratkan terpenuhi, Bulan sabit tua ini akan mulai tidak nampak 1 menit sebelum terbitnya Matahari bila diamati dengan mata telanjang namun masih bisa dilihat hingga 1 menit setelah Matahari terbit jika menggunakan alat optik. Sehingga Bulan sabit tua bisa dilihat baik dengan mata maupun dengan alat bantu optik. IX. KESIMPULAN 1 Zulhijjah 13 H akan dimulai pada Selasa 17 November 29 saat Matahari terbenam. Atau dalam bahasa lebih umum, 1 Zulhijjah 13 H bertepatan dengan Rabu 18 November 29. Disiapkan oleh Muh. Ma rufin Sudibyo, koordinator RHI wilayah Kebumen, Jawa Tengah. Halaman 5 dari 5
INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 2 JUNI 2011 M PENENTU AWAL BULAN RAJAB 1432 H
INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 2 JUNI 2011 M PENENTU AWAL BULAN RAJAB 1432 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari memungkinkan
Lebih terperinciINFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 23 JANUARI 2012 M PENENTU AWAL BULAN RABI UL AWAL 1433 H
INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 23 JANUARI 2012 M PENENTU AWAL BULAN RABI UL AWAL 1433 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari
Lebih terperinciINFORMASI ASTRONOMIS HILAL DAN MATAHARI SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 8 DAN 9 SEPTEMBER 2010 PENENTU AWAL BULAN SYAWWAL 1431 H
INFORMASI ASTRONOMIS HILAL DAN MATAHARI SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 8 DAN 9 SEPTEMBER 2010 PENENTU AWAL BULAN SYAWWAL 1431 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam
Lebih terperinciHASIL OBSERVASI BULAN SABIT JANUARI 2007 JANUARI 2008 RUKYATUL HILAL INDONESIA
HASIL OBSERVASI BULAN SABIT JANUARI 7 JANUARI RUKYATUL HILAL INDONESIA M. Ma rufin Sudibyo Rukyatul Hilal Indonesia A. DATA No Tempat Lintang Bujur First / Best Umur Elevasi Sunset Moonset Lag s a o LU
Lebih terperinciINFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM RABU, 14 NOVEMBER 2012 M PENENTU AWAL BULAN MUHARRAM 1434 H
INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM RABU, 14 NOVEMBER 2012 M PENENTU AWAL BULAN MUHARRAM 1434 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari memungkinkan
Lebih terperinciINFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SELASA, 16 OKTOBER 2012 M PENENTU AWAL BULAN DZULHIJJAH 1433 H
INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SELASA, 16 OKTOBER 2012 M PENENTU AWAL BULAN DZULHIJJAH 1433 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari
Lebih terperinciINFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SELASA, 13 OKTOBER 2015 M PENENTU AWAL BULAN MUHARRAM 1437 H
INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SELASA, 13 OKTOBER 2015 M PENENTU AWAL BULAN MUHARRAM 1437 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari memungkinkan
Lebih terperinciINFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SENIN, 4 NOVEMBER 2013 M PENENTU AWAL BULAN MUHARRAM 1435 H
INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SENIN, 4 NOVEMBER 2013 M PENENTU AWAL BULAN MUHARRAM 1435 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari memungkinkan
Lebih terperinciINFORMASI ASTRONOMIS HILAL DAN MATAHARI SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 8 OKTOBER 2010 PENENTU AWAL BULAN DZULQO DAH 1431 H
INFORMASI ASTRONOMIS HILAL DAN MATAHARI SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 8 OKTOBER 2010 PENENTU AWAL BULAN DZULQO DAH 1431 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam
Lebih terperinciINFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM RABU, 24 SEPTEMBER 2014 M PENENTU AWAL BULAN DZULHIJJAH 1435 H
INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM RABU, 24 SEPTEMBER 2014 M PENENTU AWAL BULAN DZULHIJJAH 1435 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari
Lebih terperinciVariasi Lokal Dalam Visibilitas Hilaal: Observasi Hilaal di Indonesia Pada
118 Prosiding Pertemuan Ilmiah XXV HFI Jateng & DIY Variasi Lokal Dalam Visibilitas Hilaal: Observasi Hilaal di Indonesia Pada 7 9 Muh. Ma rufin Sudibyo Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Ilmu Falak Rukyatul
Lebih terperinciINFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM RABU, 7 AGUSTUS 2013 M PENENTU AWAL BULAN SYAWWAL 1434 H
INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM RABU, 7 AGUSTUS 2013 M PENENTU AWAL BULAN SYAWWAL 1434 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari memungkinkan
Lebih terperinciINFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SELASA, 12 MARET 2013 M PENENTU AWAL BULAN JUMADIL ULA 1434 H
INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SELASA, 12 MARET 2013 M PENENTU AWAL BULAN JUMADIL ULA 1434 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari
Lebih terperinciINFORMASI ASTRONOMIS HILAL DAN MATAHARI SAAT MATAHARI TERBENAM 10 AGUSTUS 2010 PENENTU AWAL BULAN RAMADHAN 1431 H
INFORMASI ASTRONOMIS HILAL DAN MATAHARI SAAT MATAHARI TERBENAM 10 AGUSTUS 2010 PENENTU AWAL BULAN RAMADHAN 1431 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi
Lebih terperinciINFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM KAMIS, 19 JULI 2012 M PENENTU AWAL BULAN RAMADHAN 1433 H
INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM KAMIS, 19 JULI 2012 M PENENTU AWAL BULAN RAMADHAN 1433 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari memungkinkan
Lebih terperinciINFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SENIN, 8 JULI 2013 M PENENTU AWAL BULAN RAMADHAN 1434 H
INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SENIN, 8 JULI 2013 M PENENTU AWAL BULAN RAMADHAN 1434 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari memungkinkan
Lebih terperinciINFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SABTU, 5 OKTOBER 2013 M PENENTU AWAL BULAN DZULHIJJAH 1434 H
INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SABTU, 5 OKTOBER 2013 M PENENTU AWAL BULAN DZULHIJJAH 1434 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari memungkinkan
Lebih terperinciKRITERIA VISIBILITAS HILAL RUKYATUL HILAL INDONESIA (RHI) (KONSEP, KRITERIA, DAN IMPLEMENTASI)
KRITERIA VISIBILITAS HILAL RUKYATUL HILAL INDONESIA (RHI) (KONSEP, KRITERIA, DAN IMPLEMENTASI) Mutoha Arkanuddin & Muh. Ma rufin Sudibyo Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Ilmu Falak Rukyatul Hilal Indonesia
Lebih terperinciINFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SELASA, 29 APRIL 2014 M PENENTU AWAL BULAN RAJAB 1435 H
INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SELASA, 29 APRIL 2014 M PENENTU AWAL BULAN RAJAB 1435 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari memungkinkan
Lebih terperinciINFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SELASA, 16 DAN RABU, 17 JUNI 2015 M PENENTU AWAL BULAN RAMADLAN 1436 H
INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SELASA, 16 DAN RABU, 17 JUNI 2015 M PENENTU AWAL BULAN RAMADLAN 1436 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi
Lebih terperinciINFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SELASA, 3 DESEMBER 2013 M PENENTU AWAL BULAN SHAFAR 1435 H
INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SELASA, 3 DESEMBER 2013 M PENENTU AWAL BULAN SHAFAR 1435 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari memungkinkan
Lebih terperinciINFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM AHAD, 16 SEPTEMBER 2012 M PENENTU AWAL BULAN DZULQO DAH 1433 H
INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM AHAD, 16 SEPTEMBER 2012 M PENENTU AWAL BULAN DZULQO DAH 1433 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari
Lebih terperinciINFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SENIN, 22 DESEMBER 2014 M PENENTU AWAL BULAN RABI UL AWAL 1436 H
INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SENIN, 22 DESEMBER 2014 M PENENTU AWAL BULAN RABI UL AWAL 1436 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari
Lebih terperinciINFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM RABU DAN KAMIS, 1 DAN 2 JANUARI 2014 M PENENTU AWAL BULAN RABI UL AWAL 1435 H
INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM RABU DAN KAMIS, 1 DAN 2 JANUARI 2014 M PENENTU AWAL BULAN RABI UL AWAL 1435 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi
Lebih terperinciINFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SENIN, 18 DAN SELASA, 19 MEI 2015 M PENENTU AWAL BULAN SYA BAN 1436 H
INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SENIN, 18 DAN SELASA, 19 MEI 2015 M PENENTU AWAL BULAN SYA BAN 1436 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari
Lebih terperinciINFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM KAMIS, 29 MEI 2014 M PENENTU AWAL BULAN SYA BAN 1435 H
INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM KAMIS, 29 MEI 2014 M PENENTU AWAL BULAN SYA BAN 1435 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari memungkinkan
Lebih terperinciINFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM JUMAT DAN SABTU, 27 DAN 28 JUNI 2014 M PENENTU AWAL BULAN RAMADLAN 1435 H
INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM JUMAT DAN SABTU, 27 DAN 28 JUNI 2014 M PENENTU AWAL BULAN RAMADLAN 1435 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi
Lebih terperinciINFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SABTU, 18 AGUSTUS 2012 M PENENTU AWAL BULAN SYAWWAL 1433 H
INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SABTU, 18 AGUSTUS 2012 M PENENTU AWAL BULAN SYAWWAL 1433 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari memungkinkan
Lebih terperinciINFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SABTU, 1 MARET 2014 M PENENTU AWAL BULAN JUMADAL ULA 1435 H
INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SABTU, 1 MARET 2014 M PENENTU AWAL BULAN JUMADAL ULA 1435 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari memungkinkan
Lebih terperinciINFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM RABU DAN KAMIS, 10 DAN 11 APRIL 2013 M PENENTU AWAL BULAN JUMADITS TSANIYAH 1434 H
INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM RABU DAN KAMIS, 10 DAN 11 APRIL 2013 M PENENTU AWAL BULAN JUMADITS TSANIYAH 1434 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi
Lebih terperinciINFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM JUMAT, 31 JANUARI 2014 M PENENTU AWAL BULAN RABI UL AKHIR 1435 H
INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM JUMAT, 31 JANUARI 2014 M PENENTU AWAL BULAN RABI UL AKHIR 1435 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari
Lebih terperinciINFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM AHAD, 10 DAN SENIN, 11 JANUARI 2016 M PENENTU AWAL BULAN RABI UL AKHIR 1437 H
INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM AHAD, 10 DAN SENIN, 11 JANUARI 2016 M PENENTU AWAL BULAN RABI UL AKHIR 1437 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi
Lebih terperinciINFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM AHAD, 10 FEBRUARI 2013 M PENENTU AWAL BULAN RABI UTS TSANI 1434 H
INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM AHAD, 10 FEBRUARI 2013 M PENENTU AWAL BULAN RABI UTS TSANI 1434 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari
Lebih terperinciINFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SABTU, 15 AGUSTUS 2015 M PENENTU AWAL BULAN DZULQO DAH 1436 H
INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SABTU, 15 AGUSTUS 2015 M PENENTU AWAL BULAN DZULQO DAH 1436 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari
Lebih terperinciINFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM AHAD, 19 APRIL 2015 M PENENTU AWAL BULAN RAJAB 1436 H
INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM AHAD, 19 APRIL 2015 M PENENTU AWAL BULAN RAJAB 1436 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari memungkinkan
Lebih terperinciINFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM JUMAT, 20 DAN SABTU, 21 MARET 2015 M PENENTU AWAL BULAN JUMADAL AKHIRAH 1436 H
INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM JUMAT, 20 DAN SABTU, 21 MARET 2015 M PENENTU AWAL BULAN JUMADAL AKHIRAH 1436 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi
Lebih terperinciINFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM KAMIS, 16 DAN JUMAT, 17 JULI 2015 M PENENTU AWAL BULAN SYAWAL 1436 H
INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM KAMIS, 16 DAN JUMAT, 17 JULI 2015 M PENENTU AWAL BULAN SYAWAL 1436 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari
Lebih terperinciKapan Idul Adha 1436 H?
Kapan Idul Adha 1436 H? Hari Raya Idul Adha 1436 H diprediksi akan kembali berbeda setelah Ramadhan 1436 H dan Syawwal 1436 H bisa serempak dirayakan ummat Islam di Indonesia. Penyebabnya karena posisi
Lebih terperinciJADWAL IMSAKIYAH RAMADHAN 1433 H (2012 M)
JADWAL IMSAKIYAH RAMADHAN 1433 H (2012 M) UNTUK KABUPATEN KEBUMEN PROPINSI JAWA TENGAH Disusun Oleh : Muh. Ma rufin Sudibyo Disampaikan Kepada yang Terhormat : Kepala Kementerian Agama Kantor Kabupaten
Lebih terperinciKAJIAN ALGORITMA MEEUS DALAM MENENTUKAN AWAL BULAN HIJRIYAH MENURUT TIGA KRITERIA HISAB (WUJUDUL HILAL, MABIMS DAN LAPAN)
KAJIAN ALGORITMA MEEUS DALAM MENENTUKAN AWAL BULAN HIJRIYAH MENURUT TIGA KRITERIA HISAB (WUJUDUL HILAL, MABIMS DAN LAPAN) Oleh: Indri Yanti 1 dan Rinto Anugraha NQZ 2 1 Fakultas Teknik, Universitas Wiralodra,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penentuan waktu merupakan hal yang sangat penting artinya dalam kehidupan manusia. Suatu peradaban dikatakan maju apabila peradaban tersebut memiliki penanggalan
Lebih terperinciLAMPIRAN FOTO 1. : Wakil Ketua Majelis Tarjih Tajdid PP. Muhammadiyah
LAMPIRAN FOTO 1 Narasumber Jabatan : M. Ma rifat Iman : Wakil Ketua Majelis Tarjih Tajdid PP. Muhammadiyah Lokasi : Jl. WR Supratman, Gg. Jambu No.83, RT/RW 005/06 Cempaka Putih Ciputat Timur, Tangerang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu astronomi di Indonesia sudah terasa manfaatnya. Objek kajian yang diamatinya pun semakin berkembang, tidak hanya terbatas pada Matahari,
Lebih terperinciBAB III PEMIKIRAN MUH. MA RUFIN SUDIBYO TENTANG KRITERIA VISIBILITAS HILAL RHI
BAB III PEMIKIRAN MUH. MA RUFIN SUDIBYO TENTANG KRITERIA VISIBILITAS HILAL RHI A. Biografi Muh. Ma rufin Sudibyo Muh. Ma rufin Sudibyo lahir di Kebumen, pada 12 Desember 1977. Masa kecil dan remajanya
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN KAMARIAH ALMANAK NAUTIKA DAN ASTRONOMICAL ALGORITHMS JEAN MEEUS
150 BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN KAMARIAH ALMANAK NAUTIKA DAN ASTRONOMICAL ALGORITHMS JEAN MEEUS Pada bab ini, penulis akan menganalisis tentang sistem hisab Almanak Nautika dan Astronomical
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif. Dimana proses pengolahan data dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adanya perbedaan kriteria dalam menentukan awal bulan Hijriyah ditengarai menjadi penyebab umat Islam Indonesia dalam beberapa kesempatan tidak serentak dalam
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS KONSEP MUH. MA RUFIN SUDIBYO TENTANG KRITERIA VISIBILITAS HILAL RHI. A. Kriteria Visibilitas Hilal RHI Perspetif Astronomi
BAB IV ANALISIS KONSEP MUH. MA RUFIN SUDIBYO TENTANG KRITERIA VISIBILITAS HILAL RHI A. Kriteria Visibilitas Hilal RHI Perspetif Astronomi Sebagaimana yang telah dipaparkan dalam bab sebelumnya bahwa yang
Lebih terperinciIMPLEMENTASI KALENDER HIJRIYAH GLOBAL TUNGGAL
IMPLEMENTASI KALENDER HIJRIYAH GLOBAL TUNGGAL Revisi Makalah Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hisab Rukyah Kontemporer Dosen Pengampu : Dr. Rupi i, M. Ag Oleh: RIZA AFRIAN MUSTAQIM N I M : 1 6
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL BULAN KAMARIAH QOTRUN NADA DALAM KITAB METHODA AL-QOTRU
BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL BULAN KAMARIAH QOTRUN NADA DALAM KITAB METHODA AL-QOTRU A. Analisis Metode dan Dasar Penentuan Hisab Awal Bulan Kamariah Qotrun Nada dalam Kitab Methoda Al-Qotru Hisab
Lebih terperinciBAB IV KELAYAKAN PANTAI PANCUR ALAS PURWO BANYUWANGI SEBAGAI TEMPAT RUKYAH DALAM PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH
BAB IV KELAYAKAN PANTAI PANCUR ALAS PURWO BANYUWANGI SEBAGAI TEMPAT RUKYAH DALAM PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH A. Analisis Latar Belakang Perekomendasian Pantai Pancur Alas Purwo Banyuwangi sebagai Tempat
Lebih terperinciAbdul Rachman dan Thomas Djamaluddin Peneliti Matahari dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)
Abdul Rachman dan Thomas Djamaluddin Peneliti Matahari dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Disampaikan pada Diseminasi Hisab Rukyat di BPPR- LAPAN Pameungpeuk 30 Juli 2011
Lebih terperinciBAB III SISTEM HISAB ALMANAK NAUTIKA DAN ASTRONOMICAL ALGORITHMS JEAN MEEUS. Astronomical Algortihms karya Jean Meeus. Pembahasan lebih memfokuskan
53 BAB III SISTEM HISAB ALMANAK NAUTIKA DAN ASTRONOMICAL ALGORITHMS JEAN MEEUS Pada bab ini penulis akan membahas mengenai Almanak Nautika dan Astronomical Algortihms karya Jean Meeus. Pembahasan lebih
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERHITUNGAN ARAH KIBLAT DENGAN MENGGUNAKAN AZIMUT PLANET. A. Algoritma Penentuan Arah Kiblat dengan Metode Azimut Planet
BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN ARAH KIBLAT DENGAN MENGGUNAKAN AZIMUT PLANET A. Algoritma Penentuan Arah Kiblat dengan Metode Azimut Planet Pada dasarnya azimut planet adalah busur yang diukur dari titik Utara
Lebih terperinciMAKALAH ISLAM. Fenomena Gerhana 2014
MAKALAH ISLAM Fenomena Gerhana 2014 15 April 2014 Makalah Islam Fenomena Gerhana 2014 Dr. H. Ahmad Izzuddin, M.Ag (Kepala Subdit Binsyar dan Hisab Rukyat Kemenag RI Ketua Umum Asosiasi Dosen Falak Indonesia)
Lebih terperinciMacam-macam Waktu. Universal Time dan Dynamical Time
Macam-macam Waktu Waktu (time) sangat penting bagi kehidupan kita. Allah SWT berfirman dengan bersumpah wal ashri. Barangsiapa yang pandai menggunakan waktu dengan benar, ia akan beruntung. Waktu terus
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERBANDINGAN HISAB IRTIFA HILAL MENURUT ALMANAK NAUTIKA DAN NEWCOMB
BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN HISAB IRTIFA HILAL MENURUT ALMANAK NAUTIKA DAN NEWCOMB 1. Analisis Metode Hisab Irtifa Hilal Menurut Sistem Almanak Nautika Dalam hisab awal bulan Qamariyah, hasil ketinggian
Lebih terperinciKONSEP BEST TIME DALAM OBSERVASI HILAL MENURUT MODEL VISIBILITAS KASTNER
KONSEP BEST TIME DALAM OBSERVASI HILAL MENURUT MODEL VISIBILITAS KASTNER Judhistira Aria Utama Laboratorium Bumi dan Antariksa, Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Lebih terperinciINFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 25 NOVEMBER 2011 M PENENTU AWAL BULAN MUHARRAM 1433 H
INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 25 NOVEMBER 2011 M PENENTU AWAL BULAN MUHARRAM 1433 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari
Lebih terperinciPENENTUAN AWAL BULAN QOMARIAH DI INDONESIA BERDASARKAN DATA PENGAMATAN HILAL BMKG
PENENTUAN AWAL BULAN QOMARIAH DI INDONESIA BERDASARKAN DATA PENGAMATAN HILAL BMKG QOMARIAH MONTHS EARLIER DEFINITION IN INDONESIA UNDER THE SUPERVISION OF DATA HILAL BMKG Rukman Nugraha Pusat Seismologi
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT. A. Analisis terhadap Metode Hisab Awal Bulan Qamariah dalam
82 BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT A. Analisis terhadap Metode Hisab Awal Bulan Qamariah dalam Program Mawaaqit Mawaaqit merupakan salah satu contoh
Lebih terperinciINFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 27 DAN 28 SEPTEMBER 2011 M PENENTU AWAL BULAN DZULQO DAH 1432 H
INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 27 DAN 28 SEPTEMBER 2011 M PENENTU AWAL BULAN DZULQO DAH 1432 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi
Lebih terperinciINFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 31 JULI 2011 M PENENTU AWAL BULAN RAMADHAN 1432 H
INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 31 JULI 2011 M PENENTU AWAL BULAN RAMADHAN 1432 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari memungkinkan
Lebih terperinciINFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 3 DAN 4 APRIL 2011 M PENENTU AWAL BULAN JUMADIL ULA 1432 H
INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 3 DAN 4 APRIL 2011 M PENENTU AWAL BULAN JUMADIL ULA 1432 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari
Lebih terperinciPenentuan Awal Bulan Qamariyah & Prediksi Hisab Ramadhan - Syawal 1431 H
Prolog Setiap menjelang Ramadhan & Syawal biasanya umat Islam disibukkan dengan persoalan hisab & rukyat berkaitan penentuan awal bulan yang telah lama menjadi perbincangan di negri ini. Perbedaan dan
Lebih terperinciAwal Ramadan dan Awal Syawal 1433 H
Awal Ramadan dan Awal Syawal 1433 H Kalendar Taqwim Standard merupakan rujukan resmi pemerintah Republik Indonesia dan sekaligus kalendar rujukan bagi umat Islam Indonesia. Walaupun dalam kalendar tersebut
Lebih terperinciINFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 5 MARET 2011 M PENENTU AWAL BULAN RABI UTS TSANI 1432 H
INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 5 MARET 2011 M PENENTU AWAL BULAN RABI UTS TSANI 1432 H SUBBIDANG GRAVITASI DAN TANDA WAKTU BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA JAKARTA 2011 INFORMASI
Lebih terperinciPETA KONSEP. Revolu si. Rotasi. Mataha ri TATA SURYA. satelit buata n. satelit. alami. satelit. Bulan. palapa. Kalender Masehi. Revolu si.
PETA KONSEP TATA SURYA Matahar i Planet Asteroi d Komet Meteor id Pusat Tata Surya Merkuri us Venus Bumi Mars Jupiter Saturnus Uranus Neptunu s Rotasi Revolu si satelit buata n satelit alami Pembagi an
Lebih terperinciGERHANA BULAN TOTAL 15 JUNI 2011 (16 JUNI 2011 DINI HARI DI INDONESIA)
GERHANA BULAN TOTAL 15 JUNI 2011 (16 JUNI 2011 DINI HARI DI INDONESIA) Gerhana Bulan adalah peristiwa ketika terhalanginya cahaya Matahari oleh Bumi sehingga tidak sampai ke Bulan. Peristiwa yang merupakan
Lebih terperinciINFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 1 DAN 2 JULI 2011 M PENENTU AWAL BULAN SYA BAN 1432 H
INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 1 DAN 2 JULI 2011 M PENENTU AWAL BULAN SYA BAN 1432 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERBANDINGAN PENENTUAN KETINGGIAN HILAL PERSPEKTIF ALMANAK NAUTIKA DAN EPHEMERIS
BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN PENENTUAN KETINGGIAN HILAL PERSPEKTIF ALMANAK NAUTIKA DAN EPHEMERIS 1. Analisis Metode Perhitungan Irtifa al-hilal Perspektif Sistem Almanak Nautika Irtifâ al-hilâl, sesuai
Lebih terperinciCATATAN DISKUSI DIKLAT 8 JAM PERHITUNGAN JADWAL SHALAT DAN ARAH KIBLAT PC PEMUDA MUHAMMADIYAH GOMBONG GOMBONG, 24 MEI 2009
CATATAN DISKUSI DIKLAT 8 JAM PERHITUNGAN JADWAL SHALAT DAN ARAH KIBLAT PC PEMUDA MUHAMMADIYAH GOMBONG GOMBONG, 24 MEI 2009 Disusun oleh : M. Ma rufin S (Trainer) 1. Pertanyaan : Mengapa hasil hisab Muhammadiyah
Lebih terperinciALGORITMA PENENTUAN HARI BERBASIS KPK
ALGORITMA PENENTUAN HARI BERBASIS KPK Oleh: Habib Asyrafy ABSTRAK Kita merasa perlu untuk menentukan hari jika diketahui tanggal bulan dan tahunnya. Lewat pola-pola yang telah diketahui sebelumnya kita
Lebih terperinciCladius Ptolemaus (abad 2) Geosentris
ROTASI DAN REVOLUSI BUMI Cladius Ptolemaus (abad 2) Geosentris Bumi sebagai pusat tata surya Planet-planet (termasuk Mth.) berputar mengelilingi bumi Sambil mengelilingi Bumi, planet-planet bergerak melingkar
Lebih terperinciUnifikasi Kalender Islam di Indonesia Susiknan Azhari
Unifikasi Kalender Islam di Indonesia Susiknan Azhari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta siknanazmi@yahoo.com/susiknanazhari69@gmail.com +6285868606911/www.museumastronomi.com 1 Peristiwa Syawal 1428 Idul
Lebih terperinciInilah Hisab 1 syawal 1430 dan prediksi 1 Syawwal 1430 H diperbagai negara «MUSLI...
Page 1 of 11 Inilah Hisab 1 Syawal 1430 Dan Prediksi 1 Syawwal 1430 H Diperbagai Negara Posted on September 15, 2009. Filed under: berita Tags: 'idul fitri, 1 syawal, afrika, asean, bulan, dunia, eropa,
Lebih terperinciAvivah Yamani langitselatan. doi: /m9.figshare GERHANA BULAN di Indonesia. langitselatan.com gerhana.info
doi:10.6084/m9.figshare.5799189 Avivah Yamani langitselatan GERHANA BULAN 2018-2020 di Indonesia langitselatan.com gerhana.info CERITA SAMPUL: Gerhana Bulan Sebagian 26 Juni 2010 dari Candi Prambanan,
Lebih terperinciDAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN
DAFTAR ISI PRAKATA DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN INTISARI ABSTRACT vii x xii xiii xv xvii xviii xix BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan
Lebih terperinciSabar Nurohman Prodi Pendidikan IPA FMIPA UNY
Sabar Nurohman Prodi Pendidikan IPA FMIPA UNY Dafatar Isi Bumi dalam Bola Langit Tata Surya Sistem Bumi-Bulan Gerak Planet dan Satelit Fisika Bintang Evolusi Bintang Galaksi Struktur Jagad Raya Bumi dan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS KELAYAKAN PANTAI UJUNG PANGKAH GRESIK SEBAGAI TEMPAT RUKYAT AL-HILAL. A. Latar Belakang Penggunaan Pantai Ujung Pangkah Sebagai Tempat
BAB IV ANALISIS KELAYAKAN PANTAI UJUNG PANGKAH GRESIK SEBAGAI TEMPAT RUKYAT AL-HILAL A. Latar Belakang Penggunaan Pantai Ujung Pangkah Sebagai Tempat Rukyat Al-Hilal Kata rukyat al-hilal terdiri dari dua
Lebih terperinciProposal Ringkas Penyatuan Kalender Islam Global
Proposal Ringkas Penyatuan Kalender Islam Global T. Djamaluddin Profesor Riset Astronomi-Astrofisika Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Anggota Tim Hisab Rukyat Kementerian Agama RI http://tdjamaluddin.wordpress.com/
Lebih terperinciZAARI BIN MOHAMAD HBSC4203_V2 - EARTH AND SPACE / BUMI DAN ANGKASA BUMI DAN ANGKASA A. PENDAHULUAN
BUMI DAN ANGKASA A. PENDAHULUAN Seperti yang kita ketahui, selain planet bumi, di alam semesta terdapat banyak lagi benda-benda lain di langit. Kenampakan objek-objek samawi lain di langit yang umumnya
Lebih terperinciSistem Penanggalan Hijriyah/Islam
Sistem Penanggalan Hijriyah/Islam Dr. Muhamad Irfan Hakim AS3006, Pekan Ke-5, 27 Maret 2014 Pendahuluan Kalender Hijriyah (dan kalender Revolusi Perancis) adalah contoh kalender yang resmi dideklarasikan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Negara, September 2015 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI NEGARA BALI. NUGA PUTRANTIJO, SP, M.Si. NIP
1 KATA PENGANTAR Publikasi Prakiraan Awal Musim Hujan 2015/2016 di Propinsi Bali merupakan salah satu bentuk pelayanan jasa klimatologi yang dihasilkan oleh Stasiun Klimatologi Negara Bali. Prakiraan Awal
Lebih terperinciPRA RANCANGAN SATELIT MISI TUNGGAL HILALSAT. Untuk Keperluan Verifikasi Sistem Kalender Hijriah dan Penentuan Hari Hari Raya Keagamaan
PRA RANCANGAN SATELIT MISI TUNGGAL HILALSAT Untuk Keperluan Verifikasi Sistem Kalender Hijriah dan Penentuan Hari Hari Raya Keagamaan Muh. Ma rufin Sudibyo 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Permasalahan
Lebih terperinciPENJELASAN TENTANG HASIL HISAB BULAN RAMADAN, SYAWAL, DAN ZULHIJAH 1436 H (2015 M)
PENJELSN TENTNG HSIL HIS ULN RMDN, SYWL, DN ZULHIJH 1436 H (2015 M) Data dan kesimpulan sebagaimana dimuat dalam Hasil Hisab Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang merupakan lampiran
Lebih terperinciModul Pelatihan HISAB - RUKYAT AWAL BULAN HIJRIYAH
Modul Pelatihan HISAB - RUKYAT AWAL BULAN HIJRIYAH Oleh : MUTOHA ARKANUDDIN ============================================================ HISAB AWAL BULAN HIJRIYAH Oleh : Mutoha Arkannuddin *) Sistem Kalender
Lebih terperinciMeridian Greenwich. Bujur
5. TATA KOORDINAT Dalam astronomi, amatlah penting untuk memetakan posisi bintang atau benda langit lainnya, dan menerapkan system koordinat untuk membakukan posisi tersebut. Prinsip dasarnya sama dengan
Lebih terperinciIMKAN RUKYAT: PARAMETER PENAMPAKAN SABIT HILAL DAN RAGAM KRITERIANYA (MENUJU PENYATUAN KALENDER ISLAM DI INDONESIA)
IMKAN RUKYAT: PARAMETER PENAMPAKAN SABIT HILAL DAN RAGAM KRITERIANYA (MENUJU PENYATUAN KALENDER ISLAM DI INDONESIA) T. Djamaluddin Peneliti Utama Astronomi dan Astrofisika, LAPAN Bandung Alhamdulillah,
Lebih terperinciINFORMASI PRAKIRAAN HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 20 SEPTEMBER 2017 M (PENENTU AWAL BULAN MUHARRAM 1439 H)
INFORMASI PRAKIRAAN HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 20 SEPTEMBER 2017 M () Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi, dan Bumi dengan Bulan dalam mengelilingi Matahari memungkinkan manusia
Lebih terperinciINFORMASI PRAKIRAAN HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 23 DAN 24 JULI 2017 M (PENENTU AWAL BULAN DZULQO DAH 1438 H)
INFORMASI PRAKIRAAN HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 23 DAN 24 JULI 2017 M (PENENTU AWAL DZULQO DAH 1438 H) Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi, dan Bumi dengan Bulan dalam mengelilingi
Lebih terperinciHisab Awal Bulan Syawwal 1434 H
Hisab Awal Bulan Sistem Ephemeris 1 Hisab Awal Bulan Syawwal 1434 H Kota Penentuan Brisbane Lintang tempat (φ) = 27 28' 45 LS Bujur tempat (λ) = 153 1 ' 40 BT Tinggi tempat =... 10 meter di atas laut 0.
Lebih terperinciIPA TERPADU KLAS VIII BAB 14 BUMI, BULAN, DAN MATAHARI
IPA TERPADU KLAS VIII BAB 14 BUMI, BULAN, DAN MATAHARI KOMPETENSI INTI 3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
Lebih terperinciTATA KOORDINAT BENDA LANGIT. Kelompok 6 : 1. Siti Nur Khotimah ( ) 2. Winda Yulia Sari ( ) 3. Yoga Pratama ( )
TATA KOORDINAT BENDA LANGIT Kelompok 6 : 1. Siti Nur Khotimah (4201412051) 2. Winda Yulia Sari (4201412094) 3. Yoga Pratama (42014120) 1 bintang-bintang nampak beredar dilangit karena bumi berotasi. Jika
Lebih terperinciBAB III SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT. Demak pada tahun 1987 setelah menerima beasiswa OFP (Offersis Felope
56 BAB III SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT A. Biografi Intelektual Dr. Ing. Khafid Khafid, lahir di Demak, 4 Maret 1967. Sebagian besar masa kecilnya dihabiskan
Lebih terperinciSeputar Perbedaan Ilmu Hisab dan Penentuan Hari Raya
Seputar Perbedaan Ilmu Hisab dan Penentuan Hari Raya KH Abdul Salam Nawawi Ilmu hisab (astronomi) tentang posisi bulan yang berkembang di Indonesia secara umum dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu: 1.
Lebih terperinci1. Fenomena Alam Akibat Perubahan Kedudukan Bumi, Bulan, terhadap Matahari. Gerhana Matahari
1. Fenomena Alam Akibat Perubahan Kedudukan Bumi, Bulan, terhadap Matahari Gerhana Matahari Peristiwa gerhana matahari cincin (GMC) terlihat jelas di wilayah Bandar Lampung, Lampung, pada letak 05.21 derajat
Lebih terperinci: Jarak titik pusat benda langit, sampai dengan Equator langit, di ukur sepanjang lingkaran waktu, dinamakan Deklinasi. Jika benda langit itu
Al-daqaiq al-tamkiniyyah (Ar.) : Tenggang waktu yang diperlukan oleh Matahari sejak piringan atasnya menyentuh ufuk hakiki sampai terlepas dari ufuk mar i Altitude (ing) Bayang Asar Bujur tempat Deklinasi
Lebih terperinciANALISIS VISIBILITAS HILAL PENENTU AWAL RAMADHAN DAN SYAWAL 1433 H DENGAN MODEL FUNGSI VISIBILITAS KASTNER
Seminar Nasional Fisika 2012 Universitas Negeri Semarang 6 Oktober 2012 ISBN 978-602-97835-2-0 ANALISIS VISIBILITAS HILAL PENENTU AWAL RAMADHAN DAN SYAWAL 1433 H DENGAN MODEL FUNGSI VISIBILITAS KASTNER
Lebih terperinciTugas Penulisan Karya Tulis Ilmiah (Materi : Batasan dan Ragam KTI)
Tugas Penulisan Karya Tulis Ilmiah (Materi : Batasan dan Ragam KTI) NAMA : AYUB SIREGAR INSTANSI : DINAS PENDIDIKAN PROVINSI SUMATERA SELATAN PANGKAT/GOL : PENATA MUDA TK.I / III.B Contoh Artikel/Makalah
Lebih terperinci