V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN"

Transkripsi

1 V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Sejarah dan Perkembangan Usaha Peternakan puyuh Bintang Tiga (PPBT) merupakan salah satu peternakan puyuh petelur di Kabupaten Bogor, yang berlokasi di Jalan KH. Abdul Hamid KM. 3 Desa Situ Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Peternakan ini berdiri pada bulan September 2007 dengan bentuk awal berupa CV. Pemilik awal terdiri dari tiga orang yang masing-masing menanamkan investasinya. Ketiga pendiri tersebut yaitu Bapak Wahyudiono, Bapak Prastiyo, dan Bapak Ohi Jazuli yang masing-masing menanamkan investasinya secara berurutan yaitu sebesar 55 persen, 35 persen, serta 10 persen. Ide pembentukan PPBT dicetuskan pertama kali oleh Bapak Prastiyo yang kemudian mengajak Bapak Wahyudiono untuk bekerja sama menanamkan investasinya ke bisnis puyuh tersebut. Menimbang akan prospek yang cukup menjanjikan dari peternakan puyuh di wilayah Bogor, Bapak Wahyudiono sebagai pemilik lahan tertarik terhadap rencana tersebut dan memberi dukungannya dengan turut serta dalam pendirian PPBT. Setelah Bapak Wahyudiono bersedia menjadi investor terbesar, Bapak Prastiyo mengajak Bapak Ohi Jazuli untuk bergabung. Pelaksanaan operasi PPBT sebagian besar diserahkan kepada Bapak Prastiyo karena beliau memiliki kompetensi ilmu peternakan serta mempunyai pengalaman bekerja di perusahaan puyuh sebelumnya. Posisi pak Wahyudiono serta Pak Jazuli lebih condong sebagai sekutu pasif yang sesekali datang untuk melihat perkembangan peternakan. Pada bulan September 2008, Bapak Wahyudiono menjual investasinya kepada Bapak Prastiyo karena beliau ingin fokus mengembangkan bisnis batik milik keluarganya. Alasan lainnya yaitu kekhawatiran beliau akan maraknya flu burung yang banyak menyerang peternakan unggas sehingga beliau pesimistis untuk tetap mengembangkan usaha ini. Ternyata selain di PPBT, Bapak Prastiyo juga mempunyai saham di peternakan puyuh lain yang berlokasi tepat di belakang PPBT. Saham yang beliau miliki di tempat tersebut sebesar 40 persen. Perkembangan usaha PPBT yang cukup signifikan membuat Bapak Prastiyo berencana untuk fokus pada PPBT saja. Kepemilikan saham di peternakan puyuh lain tersebut kemudian dijual kepada Bapak Ohi Jazuli. Hal ini dilakukan agar

2 pengelolaan PPBT lebih leluasa dan terpusat, tanpa mengurangi hak satu sama lain. Alasan utama pemilihan jenis usaha peternakan puyuh ini yaitu pengalaman kerja Bapak Prastiyo di peternakan puyuh Golden Quail Sukabumi selama 18 bulan. Pengalaman kerja tersebut ditunjang pula dengan basis pendidikan bidang peternakan dari Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Alasan lain yaitu tingkat permintaan telur puyuh di Kabupaten Bogor yang sangat tinggi dan didukung dengan harga jual telur puyuh yang relatif stabil. Visi PPBT adalah menjadi perusahaan peternakan puyuh yang mampu memenuhi permintaan telur puyuh terutama di wilayah Bogor untuk saat ini serta Jakarta dan sekitarnya. Saat ini pasar telur puyuh di Bogor 80 persen masih dikuasai peternak dari daerah luar Bogor seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur. Misi PPBT adalah menyediakan produk telur puyuh yang berkualitas kepada konsumen dan memasarkan secara optimal dalam rangka membangun citra perusahaan. Tujuan PPBT adalah mengembangkan usaha telur puyuh yang menitikberatkan pada peningkatan kepuasan pelanggan dengan cara memberi kepastian pasokan telur puyuh yang berkualitas. Selain itu, PPBT bertujuan membuka lapangan pekerjaan untuk penduduk di sekitar peternakan yang masih menganggur. Jenis usaha yang menjadi fokus PPBT yaitu budidaya puyuh untuk menghasilkan telur sebagai produk akhirnya dan bibit puyuh yang siap bertelur. Unit usaha lain dari PPBT adalah pakan, sedangkan produk sampingan yang dihasilkan dari pemeliharaan puyuh adalah puyuh afkir dan kotoran. Tujuan dasar dari pengusahaan pakan adalah untuk memenuhi kebutuhan usaha puyuh petelur PPBT sendiri dan untuk menghemat biaya produksi. Pada awal pendirian PPBT yaitu pada bulan September 2007, populasi puyuh berjumlah sekitar ekor. Namun pada akhir tahun 2007, puyuh tersebut terkena penyakit tetelo sehingga PPBT kehilangan semua populasi puyuhnya. Pada awal tahun 2008, PPBT memulai usahanya dari awal kembali dengan membeli bibit puyuh petelur sekitar ekor. Jumlah puyuh keseluruhan yang telah dimiliki PPBT pada awal 2009 yaitu sekitar ekor dengan investasi yaitu 3 bangunan kandang besar untuk puyuh 37

3 petelur dan 1 kandang kecil untuk puyuh anakan (starter). Jumlah tersebut terdiri dari ekor populasi produktif dan ekor populasi bibit. Telur puyuh yang mampu dihasilkan PPBT dengan jumlah puyuh tersebut yaitu sekitar butir telur per harinya. Selain telur puyuh dan bibit puyuh, PPBT juga mengusahakan pakan yang sebagian besar dijual dan sisanya digunakan untuk pakan PPBT. Jumlah produksi pakan puyuh di PPBT dalam satu bulan mencapai 11,7 ton. Proporsi pakan yang dijual dan dikonsumsi sendiri adalah 60 persen dan 40 persen. Unit usaha PPBT lainnya adalah puyuh afkir dan kotoran puyuh. Puyuh afkir adalah puyuh yang umur ekonomis budidayanya sebagai puyuh petelur habis, yakni sekitar 12 bulan. Puyuh afkir dijual ke Jakarta dengan harga Rp 2.000,- per ekor. Kotoran puyuh yang dihasilkan PPBT dalam satu bulan adalah sebanyak 110 karung, dimana satu karung berkapasitas 50 kilogram. Kotoran tersebut dijual ke petani-petani di sekitar peternakan serta Dinas Perikanan dan Peternakan dengan harga Rp 4.000,- per karung Lokasi Peternakan dan Kantor Letak peternakan berada di pinggir jalan utama Desa Situ Ilir serta berdekatan dengan pemukiman dan jenis usaha lain seperti meubel dan toko bangunan. Lokasi tersebut menguntungkan dalam hal transportasi serta kedekatan jarak dengan pasar sehingga dapat menekan biaya transportasi. Kelemahannya adalah kurang baik untuk syarat lokasi peternakan puyuh yang ideal. Hal ini disebabkan puyuh akan terganggu oleh suara bising dari aktivitas lain di sekitar lingkungannya. Keberadaan peternakan di dekat pemukiman penduduk Desa Situ Ilir juga memudahkan perolehan tenaga kerja yang sebagian besar berasal dari lingkup terdekat PPBT Sarana dan Prasarana Luas lahan dan bangunan yang digunakan untuk budidaya puyuh yaitu m 2. Kandang besar yang digunakan untuk puyuh petelur dan bibit puyuh sejauh ini masih disatukan. Hal ini dikarenakan biaya pembuatan kandang yang mahal sehingga PPBT belum mampu membangun kandang besar khusus untuk bibit puyuh. 38

4 Saat ini PPBT memiliki 3 kandang besar untuk puyuh grower dan layer, yang masing-masing berisi 25 kandang kecil (kurung). Satu kandang kecil puyuh dapat menampung 200 ekor dengan ukuran 0,6 X 1 meter. Kapasitas maksimal seluruh kandang dapat menampung sekitar ekor puyuh. Lay Out tempat usaha merupakan salah satu hal yang perlu dipertimbangkan dalam pendirian suatu proyek usaha. Lay Out adalah pengaturan tata letak fisik dan peralatan secara keseluruhan mengikuti aliran proses produksi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan Lay Out adalah efisiensi penggunaan alat, ketersediaan ruangan, dimensi alat, aliran proses produksi, tenaga kerja, dan keamanan. Lay out yang baik dapat menghemat penggunaan ruangan, memperlancar distribusi bahan baku dan tenaga kerja. Penyusunan Lay Out pada PPBT dilakukan untuk memudahkan proses pembudidayaan puyuh petelur, sehingga proses produksi dapat berjalan lancar, efektif, ekonomis, aman, dan nyaman. Bangunan yang digunakan untuk budidaya puyuh terdiri dari 3 bangunan kandang besar untuk puyuh grower dan layer, 1 kandang untuk puyuh starter, tempat kandang kecil khusus puyuh sakit, 1 ruang penetasan, tempat pengolahan pakan, dan tempat untuk pembuatan kandang kecil. Bangunan penunjang lain berupa mess karyawan yang juga berfungsi sebagai kantor PPBT serta ruang dapur. Semua bagian-bagian tersebut berada pada satu tempat di lahan seluas m 2. Bangunan kandang besar untuk puyuh petelur dan pembibit berukuran 10 X 8 meter. Kandang besar terbuat dari bangunan setengah permanen dengan menggunakan kawat sebagai dinding atasnya. Atap kandang menggunakan asbes dan lantai terbuat dari semen. Penggunaan bahan-bahan ini bertujuan untuk memberi ventilasi yang cukup sehingga ruangan sejuk dan tidak panas. Di depan masing-masing kandang besar terdapat keran yang berfungsi sebagai sumber air untuk membersihkan kandang serta peralatan makan dan minum puyuh. Bangunan kecil untuk puyuh starter memiliki ukuran 5 X 6 meter dengan bentuk struktur bangunan permanen. Kandang permanen sengaja dibuat karena DOQ membutuhkan udara yang hangat agar tidak cepat sakit. Letak kandang kecil berada satu bangunan dengan ruang penetasan telur, dapur, serta mess karyawan. 39

5 Tempat pembuatan kandang kecil letaknya berdekatan dengan tempat puyuhpuyuh sakit. Bentuk bangunannya terbuka dan beratap namun tidak permanen Sistem Agribisnis Telur Puyuh di PPBT Subsistem Pengadaan Input Pengadaan bahan baku dalam budidaya puyuh PPBT terdiri dari pengadaan bibit, pakan, dan sarana produksi peternakan. Bibit puyuh yang digunakan oleh perusahaan adalah DOQ yang berumur satu sampai dua minggu. Bibit ini kemudian dibesarkan dulu di kandang starter sampai umur satu bulan untuk kemudian dipindah ke kandang grower dan layer. Sebagian besar bibit puyuh didatangkan dari produsen bibit di Jawa Tengah. Harga beli bibit dari pemasok yaitu Rp 2.650,- per ekor. Pakan puyuh yang digunakan PPBT berasal dari pakan puyuh olahan sendiri (self mixing). Hal ini dilakukan karena pakan memiliki kontribusi terbesar dari keseluruhan komponen biaya produksi. Pengolahan pakan secara mandiri akan menghemat pengeluaran PPBT. Pakan yang digunakan PPBT adalah pakan hasil pencampuran beberapa bahan baku dengan formulasi tertentu. Komposisi pakan campuran tersebut terdiri dari jagung giling, dedak padi, konsentrat untuk pakan ayam petelur, dan bahan tambahan (feed additive). Peralatan dan sarana yang digunakan dalam proses budidaya puyuh petelur merupakan peralatan standar peternakan unggas. Peralatan tersebut adalah kandang kecil (kurung), galon air minum, sprayer, ember, dan nampan kayu tempat memanen telur. Sarana dan peralatan yang digunakan didapatkan dari beberapa toko peralatan peternakan (poultry shop) sedangkan pengadaan sangkar diproduksi sendiri Subsistem Usahaternak Puyuh Proses produksi puyuh petelur pada PPBT dimulai dari bibit puyuh siap telur yang berumur antara hari sampai umur 12 bulan. Proses pemeliharaan dimulai dengan persiapan kandang yaitu kandang difumigasi dengan penyemprotan desinfektan untuk mematikan kuman dan bakteri. Desinfektan yang digunakan berupa biodes dan septocid dengan komposisi yang telah ditetapkan. Dosisnya adalah satu tutup cairan septocid ditambah dengan satu tutup cairan 40

6 biodes untuk setiap 10 liter air. Setelah kandang dalam keadaan steril, dilakukan persiapan pakan dan air minum yang telah dicampur dengan vitamin. Setiap puyuh petelur pada masa produksi yang dilakukan secara rutin setiap hari adalah memberi minum dan mengepel atau menyapu lantai kandang. Pemberian pakan dilakukan dua hari sekali. Pakan yang diberikan berupa ransum yang terdiri dari campuran jagung gilik, dedak, konsentrat ayam petelur, serta suplemen makan puyuh. Jumlah pakan yang diberikan kepada puyuh rata-rata sebanyak 35 gram per ekor tiap dua hari. Pada Gambar 3 dapat dilihat secara singkat alur pemeliharaan puyuh petelur PPBT selama masa produksi. Persiapan Kandang Pemberian Pakan dan Minum Proses Budidaya Puyuh Petelur PPBT (dipelihara tanpa puyuh jantan sama sekali) Pengendalian dan Pencegahan Penyakit : 1. Sanitasi Kandang 2. Vaksinasi 3. Pemberian Vitamin dan Obat-obatan Panen dan Pasca Panen Pengafkiran Gambar 3. Alur Proses Pemeliharaan Puyuh Petelur PPBT Sistem pemberian air minum pada puyuh PPBT dilakukan setiap hari. Pemberian air minum ini sewaktu-waktu dicampur dengan vitamin. Selain pemberian pakan dan minum, kegiatan rutin lain PPBT yaitu melakukan 41

7 pengambilan telur. Proses pengambilan teur ini dilaksanakan setiap pagi pada pukul WIB. Urutan kegiatan pemeliharaan puyuh petelur PPBT setiap hari dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Proses Pemeliharaan Puyuh Petelur di PPBT Waktu (WIB) Kegiatan Pemeliharaan Keterangan Pengambilan telur Dengan menggunkan alat panen (nampan) yang berkapasitas 100 butir Penyortiran telur sekaligus pengemasan Pemberian pakan dan minum - Pembersihan kotoran dan pembersihan minum - Pemasaran telur ke pasar Menggunakan kemasan berupa : (1) peti kayu berukuran 50 cm x 30 cm x 30 cm dengan kapasitas butir dan diberi sekam agar telur tidak rusak. (2) dus ukuran 44 cm x 30 cm x 17 cm dengan kapasitas 750 butir - Pakan diberikan dua hari sekali - Pemberian air minum dilakukan setiap hari - Pembersihan kotoran diakukan dua hari sekali erselang dengan pemberian pakan Istirahat - Menjaga sanitasi kandang agar tidak menimbulkan penyakit Menyapu dan mengepel lantai kandang - Penyemprotan kandang dan luar kandang Memeriksa puyuh dan kawat pakan setiap sangkar Pulang - Menggunakan sapu lidi untuk menyapu kandang - Penyemprotan dilakukan setelah selesai membersihkan kotoran Mengambil puyuh yang sakit, mati atau terjepit serta memeriksa posisi tempat pakan dan minum 42

8 Tahapan panen telur puyuh pada PPBT yaitu penyiapan nampan tempat panen untuk wadah telur yang akan diambil, pengambilan telur, penyortiran antara telur utuh dan telur yang retak atau pecah. Setelah itu dilakukan pengemasan telur ke peti kayu atau dus. Selanjutnya telur siap didistribusikan ke pasar. Dalam kegiatan pemeliharaan puyuh petelur, kegiatan lain yang juga dilakukan yaitu program kesehatan yang meliputi pemberian vitamin. Kegiatan ini dilakukan setiap minggu selama tiga hari berturut-turut, namun pemberian obat untuk penyakit snot dilakukan setiap bulan (berselang dengan pemberian obat pencernaan). Pemberian obat pencernaan dilakukan setiap bulan dan vaksinasi Newcastle Desease (ND) dilakukan setiap dua bulan sekali. Akhir dari siklus pemeliharaan puyuh petelur PPBT yaitu pengafkiran. Pengafkiran adalah mengeluarkan puyuh-puyuh yang tidak produktif atau yang tidak diinginkan oleh perusahaan. Pengafkiran puyuh pada PPBT dilakukan saat puyuh telah berumur 12 bulan. Pada umur tersebut, produksi telur puyuh mulai menurun sedangkan biaya pakan tetap sehingga menjadi kurang menguntungkan. Setelah puyuh diafkir maka siklus pemeliharaan puyuh dimulai dari awal kembali. Pada pemeliharaan bibit puyuh, PPBT melakukan pembesaran pada puyuh umur dua minggu sampai dengan siap bertelur atau berusia 42 hari. Puyuh berusia dua minggu pertama kali dimasukkan ke kandang starter selama seminggu kemudian dipindahkan ke kandang grower. Pembesaran di kandang grower dilakukan selama tiga minggu sampai bisa dijual sebagai petelur Subsistem Pemasaran Dalam melakukan pemasaran produknya, PPBT menerapkan strategistrategi pemasaran. Bauran pemasaran merupakan strategi pemasaran yang dilakukan perusahaan dalam memasarkan suatu produk. Bauran pemasaran terdiri dari empat komponen, yaitu product (produk), price (harga), place (distribusi), dan promotion (promosi). a) Pemasaran Telur Puyuh Jenis produk utama yang dihasilkan oleh PPBT yaitu telur puyuh. Ratarata produksi telur puyuh PPBT adalah sebanyak butir per hari. Telur puyuh PPBT dikirim ke pasar-pasar dengan menggunakan dua macam kemasan yaitu 43

9 kemasan dari peti dan kardus. Kemasan peti berkapasitas butir, sedangkan dus berkapasitas 750 butir. Pada kemasan peti dilengkapi dengan bantalan telur dari sekam padi. Fungsi dari sekam padi yaitu untuk mengisi ruang kosong yang ada sehingga menjadi padat dan telur tidak saling berbenturan, serta untuk penahan serta bantalan telur jika terkena guncangan. Dengan kemasan yang aman tersebut maka akan mengurangi jumlah telur yang rusak atau pecah sehingga resiko kerugian perusahaan dapat berkurang. Mutu atau kualitas telur merupakan prioritas utama dari PPBT. Selain menyediakan telur yang utuh (tidak cacat), tampilan telur juga harus bagus dengan ukuran atau besarnya telur yang merata serta memperlihatkan motif telur puyuh sempurna. Harga merupakan hal yang paling penting dalam pemasaran sebuah produk. Harga jual telur puyuh produksi PPBT pada saat penelitian yaitu Rp 170,- per butir untuk penjualan ke pasar-pasar dan dalam jumlah yang banyak. Sedangkan untuk dijual eceran ke konsumen yang datang langsung ke peternakan, harga yang ditetapkan yaitu Rp 180,- per butir. Hal ini disebabkan konsumen yang datang langsung ke peternakan adalah konsumen akhir yang membeli telur dengan jumlah sedikit Strategi yang digunakan PPBT dalam hal harga yaitu menjual harga telur yang selalu konstan, baik saat penawaran telur puyuh di pasar sedang tinggi maupun rendah. Kenaikan harga terjadi jika ada kenaikan harga input seperti pakan. Selain itu harga telur puyuh PPBT dijual lebih rendah daripada harga jual pesaingnya yang berasal dari daerah Sukabumi, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Harga telur puyuh dari Sukabumi yaitu sekitar Rp 180,- per butir, dari Jawa Tengah dan Jawa Timur sekitar Rp 195,- sampai Rp 200,- per butir. Sistem pembayaran yang dilakukan oleh PPBT yaitu dengan tunai dan tempo. Pembayaran tempo diberlakukan khusus untuk pelanggan yang telah lama bekerjasama dengan PPBT sehingga dapat dipercaya. Tempo yang diberikan PPBT adalah selama satu hari. Pelanggan ini yaitu Bandar dari pedagang asongan. Sedangkan untuk pembayaran tunai, diberlakukan kepada para pedagang pengecer telur di pasar-pasar wilayah Bogor. Strategi-strategi harga PPBT lebih menitikberatkan kepada pelayanan dan kepuasan pelanggan, sehingga kerjasama perdagangan dapat terus berlanjut dan saling menguntungkan kedua belah pihak. 44

10 Dalam hal distribusi, PPBT menjual telur puyuh kepada pedagang pengecer telur di pasar-pasar dan beberapa bandar asongan di wilayah Bogor. Persentase pemasaran hasil produksi telur PPBT adalah 84,2 persen ke pedagang pengecer telur dan 15,7 persen ke bandar asongan. Sisanya sebanyak 0,1 persen dijual kepada para pembeli yang datang langsung ke PPBT. Skema rantai Pemasaran PPBT dapat dilihat pada Gambar 4. 0,1 % 84,2 % Pedagang Pengecer Telur (pasar) PPBT Konsumen Akhir 15,7 % Bandar Asongan 100 % Gambar 4. Skema Rantai Pemasaran Telur Puyuh di PPBT 2008 Alasan PPBT belum menjual ke daerah selain Bogor yaitu karena masih rendahnya produksi telur yang dihasilkan. Hal ini pula yang mendasari PPBT belum memasarkan ke supermarket. Untuk sistem penjualan telur puyuh, dilakukan sistem jual putus, dimana telur yang tidak habis terjual oleh pedagang pengecer tidak dapat dikembalikan ke PPBT dan sepenuhnya menjadi resiko pedagang pengecer. Promosi yang dilakukan oleh PPBT yaitu promosi langsung kepada pelanggan. Sambil mengantarkan telur yang ke pasar-pasar, PPBT juga mencari pengecer telur lain untuk menawarkan produk telurnya. Promosi seperti ini dilakukan karena kapasitas produksi perusahaan masih rendah, yaitu produk telur yang dihasilkan belum terlalu banyak. Dengan promosi langsung dirasa telah mampu menampung semua produk telur yang diproduksi PPBT, sehingga PPBT belum terlalu membutuhkan promosi melalui media yang lain. b) Pemasaran Bibit Puyuh Bibit puyuh yang dijual oleh PPBT adalah puyuh betina yang berumur 42 hari. Bibit puyuh PPBT diperoleh dari hasil proses seleksi saat starter. Seleksi ini 45

11 meliputi pemilihan anak puyuh (DOQ) yang bukan berasal dari perkawinan antara induk pejantan dan betina yang sedarah. Saat seleksi juga dilakukan vaksinasi dan pemotongan paruh. Bibit puyuh PPBT yang dipilih untuk dijual yaitu puyuh pembibit yang besarnya seragam, gesit, serta tidak mengalami cacat fisik seperti kaki pengkor, paruh melengkung, ekor bengkok, dan sayap patah. Mata puyuh harus cerah, bersih, tidak terlihat mengantuk dan penyakitan, serta aktif mencari pakan. Pengiriman bibit puyuh mengggunakan keranjang plastik yang memiliki lubang-lubang kecil dengan kepadatan puyuhnya disesuaikan. Penggunaan tempat ini bertujuan agar puyuh dapat memperoleh sirkulasi udara yang bagus sehingga sampai ke pelanggan dalam keadaan yang tetap sehat. Selain PPBT ada beberapa peternak puyuh lain yang menjual bibit puyuh yaitu berasal dari daerah Bekasi dan Sukabumi. Bibit puyuh dari PPBT dijual dengan harga Rp 6.500,- per ekor sama halnya dengan harga jual peternak pesaing dari Sukabumi. Jumlah yang telah terjual sampai saat ini adalah sebanyak ekor. Namun untuk peternak pesaing dari Bekasi, menjual puyuh pembibitnya dengan harga Rp 6.000,-. Alasan PPBT menjual pembibit lebih tinggi dari pesaingnya karena PPBT mengutamakan mutu dari produknya. Pelanggan bibit puyuh PPBT merupakan peternak-peternak puyuh dari daerah Sukabumi dan Lido. Para peternak ini menjalin mitra dengan PPBT dalam hal pemerolehan bibit puyuh serta pakan puyuh, dan menjual hasil telur puyuh mereka kepada PPBT dengan harga Rp 170,- per butir. Bentuk kemitraan ini menguntungkan kedua belah pihak. Bagi peternak mitra, kepastian DOQ, pakan, dan pemasaran telur telah terjamin. Keuntungan bagi PPBT yaitu memperoleh tambahan jumlah telur sehingga dapat memenuhi permintaan pelanggan telur puyuh, walaupun PPBT tidak mengambil keuntungan langsung dari harga penjualan telur tersebut. Dalam hal promosi, sampai saat ini PPBT tidak melakukan tindakan promosi apapun untuk mendukung penjualan bibit puyuhnya Struktur Organisasi Perusahaan Pada dasarnya PPBT belum memiliki struktur organisasi secara tertulis dan manajemennya masih sederhana. Berdasarkan hasil wawancara, struktur organisasi PPBT terdiri atas pemilik sekaligus manajer yang membawahi secara 46

12 langsung bagian-bagian lain seperti bagian pemeliharaan, produksi pakan, sarana produksi dan peralatan, transportasi, keamanan, serta bagian dapur. Manajer memiliki peran yang dominan dalam aktivitas usaha PPBT terutama dalam hal pemasaran dan masalah keuangan. Penanganan teknis pemeliharaan puyuh dibagi per kandang. Satu kandang besar diserahkan pada satu orang pekerja yang disebut anak kandang. Tugas penting bagian pemeliharaan yaitu mencatat jumlah produksi puyuh setiap hari. Laporan produksi telur puyuh setiap kandang ini diserahkan kepada manajer, sehingga manajer dapat memantau perkembangan produksi usahanya. Adapun struktur perusahaan PPBT dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Struktur Organisasi PPBT MANAJER Pemeliharaan puyuh Produksi pakan Sarana Produksi dan Peralatan Dapur Transportasi Satpam Semua pekerja di PPBT adalah pekerja non keluarga dan sebagian besar berasal dari lingkungan PPBT sendiri. Tugas dan wewenang dari masing-masing pekerja di PPBT yaitu : 1. Manajer, memiliki tugas dan wewenang untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengendalikan, dan melakukan pengawasan terhadap jalannya produksi perusahaan serta kinerja karyawan. 2. Bagian pemeliharaan puyuh atau anak kandang, bertugas melakukan segala aktivitas di kandang atau proses budidaya puyuh mulai dari perawatan puyuh sampai dengan perawatan kandang dan kandang kecil yang digunakan. Bagian ini harus melaksanakan standar kerja yang telah ditetapkan oleh manajer dan bertanggung jawab langsung terhadap manajer. 3. Bagian produksi pakan, bertugas melakukan segala aktivitas yang berkaitan dengan pengolahan pakan yang telah ditetapkan oleh manajer. 47

13 4. Bagian sarana produksi dan peralatan, memiliki tugas membuat kandang kecil puyuh sesuai aturan atau intruksi dari manajer. 5. Bagian dapur, bertugas menyediakan konsumsi bagi karyawan PPBT, serta bertanggung jawab dalam pekerjaan rumah tangga seperti mencuci, menyapu, serta membersihkan mess karyawan dan halaman kantor PPBT. 6. Satpam, bertugas untuk menjaga kandang-kandang puyuh dan kantor PPBT Gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pimpinan PPBT dalam proses manajemen di PPBT adalah gaya demokratis. Manajer menerima semua jenis masukan dari karyawannya sejauh pendapat tersebut mampu membawa perkembangan serta perubahan PPBT ke arah yang lebih baik. Dalam menyelesaikan suatu masalah, baik internal maupun eksternal, perusahaan melakukan musyawarah untuk mencapai solusi yang tepat. Tenaga kerja di PPBT seluruhnya berjumlah sembilan orang, terdiri dari satu orang manajer, tiga orang di bagian pemeliharaan puyuh (anak kandang), satu orang di bagian produksi pakan, satu orang bagian sarana produksi dan peralatan, satu orang bagian transportasi, satu orang satpam, serta satu orang bagian dapur. Seluruh tenaga kerja merupakan pegawai tetap. Data tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Tenaga Kerja PPBT 2009 No Nama Karyawan Spesifikasi Pekerjaan Usia (thn) Pendidikan Akhir 1 Prastiyo S.pt Manajer 37 Sarjana Peternakan 2 Makmur Sarana produksi 58 SD 3 Samsudin Produksi pakan 39 SMP 4 Yudi Wahyudin Pemeliharaan puyuh 33 SMP 5 Suhendar Pemeliharaan puyuh 26 SMP 6 Noviyanto Pemeliharaan puyuh 25 SMU 7 Agus Transportasi 48 SMP 8 Marfuah Dapur 51 SD 9 Aben Satpam 35 SMP Sumber : PPBT,

14 Karyawan yang bekerja di PPBT sebagian besar merupakan lulusan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pemilik tidak melakukan seleksi khusus terhadap mereka. Akan tetapi, sebelum bekerja, mereka diberi pengarahan serta pelatihan oleh manajer secara langsung dan terus diawasi sampai mereka dianggap mampu melakukan pekerjaannya sendiri. Hari kerja di PPBT adalah setiap hari termasuk hari Minggu. Waktu kerja para karyawan adalah delapan jam per hari, mulai pukul WIB sampai WIB, dengan waktu istirahat pukul WIB sampai pukul wib. Hari kerja karyawan PPBT dalam sebulan adalah selama 26 hari. Gaji diberikan kepada karyawan setiap bulan. Perbedaan besar gaji didasarkan pada lama kerja di PPBT dan beratnya pekerjaan dengan kisaran gaji mulai dari Rp

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Perumusan Fungsi Tujuan Berdasarkan metode penelitian, perumusan model program linear didahului dengan penentuan variabel keputusan, fungsi tujuan, dan kendala. Fungsi tujuan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana Peternakan Maju Bersama dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Untuk menilai layak atau tidak usaha tersebut

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal.  [20 Pebruari 2009] I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dengan kondisi daratan yang subur dan iklim yang menguntungkan. Pertanian menjadi sumber mata pencaharian sebagian penduduk dan berkontribusi

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Gambaran Umum Desa Sukadamai Usaha peternakan ayam ras petelur ini terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor. Desa Sukadamai merupakan

Lebih terperinci

I. JUDUL Prospek Budidaya Burung Puyuh

I. JUDUL Prospek Budidaya Burung Puyuh I. JUDUL Prospek Budidaya Burung Puyuh II. ABSTRAKS Persaingan dunia bisnis semakin merajalela, mulai dari sektor peternakan, material, bahkan hingga teknologi. Indonesia adalah salah satu negara yang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT) yang berlokasi di Jalan KH Abdul Hamid Km 3, Desa Situ Ilir Kecamatan Cibungbulang,

Lebih terperinci

Nama : MILA SILFIA NIM : Kelas : S1-SI 08

Nama : MILA SILFIA NIM : Kelas : S1-SI 08 Nama : MILA SILFIA NIM : 11.12.5933 Kelas : S1-SI 08 Permintaan daging ayam kampung cenderung mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Hal ini disebabkan oleh kesadaran sebagian masyarakat untuk mengkonsumsi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 48 V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Sejarah Umum Perusahaan AAPS merupakan perusahaan agribisnis yang bergerak dalam peternakan ayam ras petelur. AAPS berdiri pada tahun 2002 dengan skala usaha yang relatif

Lebih terperinci

[Pemanenan Ternak Unggas]

[Pemanenan Ternak Unggas] SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN [AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS] [Pemanenan Ternak Unggas] [Endang Sujana, S.Pt., MP.] KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontribusi sektor peternakan terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional antara tahun 2004-2008 rata-rata mencapai 2 persen. Data tersebut menunjukkan peternakan memiliki

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN KEUNTUNGAN INVESTASI USAHA TERNAK Deskripsi Organisasi Produksi Usaha Ternak Ayam Buras Petelur Kelompok Hidayah Alam

ANALISIS PENDAPATAN DAN KEUNTUNGAN INVESTASI USAHA TERNAK Deskripsi Organisasi Produksi Usaha Ternak Ayam Buras Petelur Kelompok Hidayah Alam VI ANALISIS PENDAPATAN DAN KEUNTUNGAN INVESTASI USAHA TERNAK 6.1. Deskripsi Organisasi Produksi Usaha Ternak Ayam Buras Petelur Kelompok Hidayah Alam Sebagian besar usaha ternak ayam buras petelur yang

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga VI. ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Ketersediaan Input Dalam mengusahakan ternak sapi ada beberapa input yang harus dipenuhi seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan,

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran dan Lembaga Tataniaga Dalam menjalankan kegiatan tataniaga, diperlukannya saluran tataniaga yang saling tergantung dimana terdiri dari sub-sub sistem atau fungsi-fungsi

Lebih terperinci

II. ISI 2.1. Pra Produksi Penyiapan Sarana (Kandang) Persiapan peralatan dan ayam

II. ISI 2.1. Pra Produksi Penyiapan Sarana (Kandang) Persiapan peralatan dan ayam I. PENDAHULUAN Usaha peternakan ayam ras petelur saat ini berkembang sangat pesat, baik dari segi skala usaha maupun dari jumlah peternakan yang ada. Beberapa alasan peternak untuk terus menjalankan usaha

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Gambaran Umum Perusahaan Perusahaan ini berdiri pada tahun 2001 dengan pengusahaan pada berbagai komoditi pertanian seperti budidaya ikan, budidaya manggis, budidaya pepaya,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang

V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang Desa Cikarawang merupakan salah satu desa yang yang berada dalam wilayah administrasi Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Jawa Barat.

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dalam penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kelayakan usaha peternakan ayam ras petelur dari segi keuangan. Analisis finansial digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam yang berasal dari hasil genetik yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam yang berasal dari hasil genetik yang 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler merupakan ayam yang berasal dari hasil genetik yang memiliki karakteristik secara ekonomis dengan pertumbuhan yang cepat sebagai ayam penghasil

Lebih terperinci

Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Burung Puyuh Di Daerah Pasir Kawung Cileunyi Kabupaten Bandung *

Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Burung Puyuh Di Daerah Pasir Kawung Cileunyi Kabupaten Bandung * Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.03 Vol. 02 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juli 2014 Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Burung Puyuh Di Daerah Pasir Kawung Cileunyi

Lebih terperinci

IbM POTENSI DAN PEMANFAATAN ITIK (JANTAN DAN PETELUR AFKIR) SEBAGAI TERNAK POTONG PADA KELOMPOK TANI DI KECAMATAN AIR HANGAT TIMUR KABUPATEN KERINCI

IbM POTENSI DAN PEMANFAATAN ITIK (JANTAN DAN PETELUR AFKIR) SEBAGAI TERNAK POTONG PADA KELOMPOK TANI DI KECAMATAN AIR HANGAT TIMUR KABUPATEN KERINCI IbM POTENSI DAN PEMANFAATAN ITIK (JANTAN DAN PETELUR AFKIR) SEBAGAI TERNAK POTONG PADA KELOMPOK TANI DI KECAMATAN AIR HANGAT TIMUR KABUPATEN KERINCI Haris Lukman, Yatno dan Sestilawarti Staf Pengajar Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ayam petelur dikenal oleh sebagian masyarakat dengan nama ayam negeri yang mempunyai kemampuan bertelur jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan ayam ayam

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. 1) Kondisi sosial dari masyarakat setempat dengan tidak bertentangan dengan ketertiban dan kepentingan umum.

II TINJAUAN PUSTAKA. 1) Kondisi sosial dari masyarakat setempat dengan tidak bertentangan dengan ketertiban dan kepentingan umum. II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Puyuh Puyuh termasuk dalam klasifikasi bangsa burung. Ciri-ciri umumnya adalah tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil, berkaki pendek, dapat diadu, dan bersifat

Lebih terperinci

MENGENAL SECARA SEDERHANA TERNAK AYAM BURAS

MENGENAL SECARA SEDERHANA TERNAK AYAM BURAS MENGENAL SECARA SEDERHANA TERNAK AYAM BURAS OLEH: DWI LESTARI NINGRUM, S.Pt Perkembangan ayam buras (bukan ras) atau lebih dikenal dengan sebutan ayam kampung di Indonesia berkembang pesat dan telah banyak

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Sejarah Yayasan Paguyuban Ikhlas Usaha jamur tiram putih di Yayasan Paguyuban Ikhlas didirikan oleh bapak Hariadi Anwar. Usaha jamur tiram putih ini merupakan salah

Lebih terperinci

Gambar 2. Denah Lokasi Pemeliharaan

Gambar 2. Denah Lokasi Pemeliharaan HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Blok B Unit Unggas, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor yang terletak di Jl. Kayu Manis, RT 05

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana CV. Usaha Unggas dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Penilaian layak atau tidak usaha tersebut dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Break Even Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue = total

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Break Even Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue = total 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Break Even Point (BEP) Break Even Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue = total cost. Terjadinya titik pulang pokok tergantung pada lama arus penerimaan sebuah

Lebih terperinci

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbunan daging baik, dada lebih besar dan kulit licin (Siregar et al, 1981).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbunan daging baik, dada lebih besar dan kulit licin (Siregar et al, 1981). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler adalah ayam hasil dari rekayasa teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan subsektor dari pertanian yang berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani. Kebutuhan masyarakat akan hasil ternak seperti daging,

Lebih terperinci

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R USAHA TELUR ASIN NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M (0610963043) R. YISKA DEVIARANI S (0610963045) SHANTY MESURINGTYAS (0610963059) WIDIA NUR D (0610963067) YOLANDA KUMALASARI (0610963071) PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau. Budidaya dan Pakan Ayam Buras Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau. PENDAHULUAN Ayam kampung atau ayam bukan ras (BURAS) sudah banyak dipelihara masyarakat khususnya masyarakat

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN

VII. ANALISIS PENDAPATAN VII. ANALISIS PENDAPATAN 7.1. Biaya Produksi Usahatani dianalisis dengan cara mengidentifikasikan penggunaan sarana produksi (input). Sarana produksi yang digunakan antara peternak mitra dan peternak non

Lebih terperinci

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG STUDI KEAHLIAN : AGRIBISNIS DAN AGROTEKNOLOGI PROGRAM STUDI KEAHLIAN : AGRIBISNIS PRODUKSI TERNAK KOMPETENSI KEAHLIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produk akhir ayam ras (Sudaryani dan Santoso, 2002). Ayam petelur dibagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produk akhir ayam ras (Sudaryani dan Santoso, 2002). Ayam petelur dibagi 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Ayam Petelur Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk menghasilkan telur dan tidak boleh disilangkan kembali karena merupakan produk akhir ayam ras (Sudaryani

Lebih terperinci

STUDI TEKNOLOGI PAKAN PADA USAHA TERNAK PUYUH PETELUR

STUDI TEKNOLOGI PAKAN PADA USAHA TERNAK PUYUH PETELUR 85 Jurnal Akses Pengabdian Indonesia Vol 1 No 2: 85-89, 2017 STUDI TEKNOLOGI PAKAN PADA USAHA TERNAK PUYUH PETELUR Riyanto Djoko dan Eka Fitasari Fakultas Pertanian Universitas Tribhuwana Tunggadewi Abstrak

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Peternakan Bapak Maulid 5.1.1. Sejarah Perusahaan Peternakan Bapak Maulid adalah usaha peternakan ayam broiler yang didirikan oleh Bapak Maulid Ibrahim

Lebih terperinci

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL 6.1. Aspek Pasar Pasar merupakan suatu sekelompok orang yang diorganisasikan untuk melakukan tawar-manawar, sehingga dengan demikian terbentuk harga (Umar 2007).

Lebih terperinci

INTENSIFIKASI TERNAK AYAM BURAS

INTENSIFIKASI TERNAK AYAM BURAS INTENSIFIKASI TERNAK AYAM BURAS 1. PENDAHULUAN Perkembangan ayam buras (bukan ras) atau lebih dikenal dengan sebutan ayam kampung di Indonesia berkembang pesat dan telah banyak dipelihara oleh peternak-peternak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Onggok Kering Terfermentasi Probiotik dalam Ransum Terhadap Konsumsi Pakan, Pertambahan Bobot Badan Ayam

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan Ben s Fish Farm mulai berdiri pada awal tahun 1996. Ben s Fish Farm merupakan suatu usaha pembenihan larva ikan yang bergerak dalam budidaya ikan konsumsi, terutama

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KPJI

V. GAMBARAN UMUM KPJI V. GAMBARAN UMUM KPJI 5.1 Sejarah KPJI Usaha Komunitas Petani Jamur Ikhlas (KPJI) merupakan sebuah usaha kelompok yang terdiri dari beberapa petani, yang dipimpin oleh Pak Jainal. KPJI berdiri di Desa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Pengembangan Usaha Ternak Ayam Buras di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Pengembangan Usaha Ternak Ayam Buras di Indonesia II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Pengembangan Usaha Ternak Ayam Buras di Indonesia Beberapa penelitian yang mengkaji permasalahan usaha ternak ayam buras banyak menunjukkan pertumbuhan produksi ayam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. (http://www.bps.go.id). Populasi Ternak (000) Ekor Diakses Tanggal 3 Oktober 2011.

PENDAHULUAN. (http://www.bps.go.id). Populasi Ternak (000) Ekor Diakses Tanggal 3 Oktober 2011. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rata-rata laju pertumbuhan populasi ternak unggas selama enam tahun dari tahun 2004 hingga 2010 menunjukkan peningkatan, diantaranya ternak ayam ras petelur dan pedaging

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial.

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di CV. Mitra Mandiri Sejahtera Desa Babakan, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Jarak lokasi kandang penelitian dari tempat pemukiman

Lebih terperinci

KELAYAKAN USAHA TERNAK AYAM RAS PETELUR

KELAYAKAN USAHA TERNAK AYAM RAS PETELUR KELAYAKAN USAHA TERNAK AYAM RAS PETELUR Rio Aditia Nugraha 1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi Silentmonday11@Gmail.com Dedi Djuliansyah 2) Fakultas Pertanian Univerrsitas

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE

BAB III MATERI DAN METODE 13 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Kerangka Pemikiran Bidang usaha peternakan saat ini sudah mengalami kemajuan pesat. Kemajuan ini terlihat dari konsumsi masyarakat akan kebutuhan daging meningkat, sehingga

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Tingkat Protein Ransum dan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Tingkat Protein Ransum dan 17 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Tingkat Protein Ransum dan Penambahan lama pencahayaan terhadap Bobot Potong, Persentase Karkas dan Non Karkas Burung Puyuh Jantan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Peternakan adalah kegiatan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi. Peternakan merupakan

Lebih terperinci

Wajib menjaga kelestarian lingkungan.

Wajib menjaga kelestarian lingkungan. I. PENDAHULUAN A. Rencana Usaha Peningkatan jumlah populasi penduduk mengakibatkan meningkatnya kenutuhan sumber makanan. salah satu jenis makanan yang mengandung gizi yang lengkap adalah daging. Salah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. tetas dan ruang penyimpanan telur. Terdapat 4 buah mesin tetas konvensional dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN. tetas dan ruang penyimpanan telur. Terdapat 4 buah mesin tetas konvensional dengan 19 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Pusat Pembibitan Puyuh Penelitian ini telah dilakukan di Pusat Pembibitan Puyuh Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Pusat pembibitan ini terdiri atas

Lebih terperinci

I Peternakan Ayam Broiler

I Peternakan Ayam Broiler I Peternakan Ayam Broiler A. Pemeliharaan Ayam Broiler Ayam broiler merupakan ras ayam pedaging yang memiliki produktivitas tinggi. Ayam broiler mampu menghasilkan daging dalam waktu 5 7 minggu (Suci dan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. a b c Gambar 2. Jenis Lantai Kandang Kelinci a) Alas Kandang Bambu; b) Alas Kandang Sekam; c) Alas Kandang Kawat

MATERI DAN METODE. a b c Gambar 2. Jenis Lantai Kandang Kelinci a) Alas Kandang Bambu; b) Alas Kandang Sekam; c) Alas Kandang Kawat MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pelaksanaan penelitian dimulai

Lebih terperinci

COMPANY PROFILE PETERNAKAN AYAM PETELUR (CHICKEN LAYER FARM) CV. SUMBER BERKAT. MOTTO : Continuous Innovation: from innovation to innovation

COMPANY PROFILE PETERNAKAN AYAM PETELUR (CHICKEN LAYER FARM) CV. SUMBER BERKAT. MOTTO : Continuous Innovation: from innovation to innovation COMPANY PROFILE PETERNAKAN AYAM PETELUR (CHICKEN LAYER FARM) CV. SUMBER BERKAT MOTTO : Continuous Innovation: from innovation to innovation PRODUK : Telur ayam berkualitas tinggi: Telur Curah Plus+ Telur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi khusus sesuai dengan kapasitas produksi, kandang dan ruangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi khusus sesuai dengan kapasitas produksi, kandang dan ruangan 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bangunan Penetasan Bangunan penetasan adalah suatu tempat yang dibangun dengan konstruksi khusus sesuai dengan kapasitas produksi, kandang dan ruangan penetasan harus terpisah.

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR 6.1 Gambaran Lokasi Usaha Pedagang Ayam Ras Pedaging Pedagang di Pasar Baru Bogor terdiri dari pedagang tetap dan pedagang baru yang pindah dari

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM USAHA. Tabel 4. Penggunaan Lahan Pada Kecamatan Bekasi Utara Pada Tahun 2010

GAMBARAN UMUM USAHA. Tabel 4. Penggunaan Lahan Pada Kecamatan Bekasi Utara Pada Tahun 2010 V GAMBARAN UMUM USAHA 5.1. Gambaran Umum Wilayah 5.1.1. Letak dan Keadaan Alam Kecamatan Bekasi Utara merupakan salah satu kecamatan yang terletak di sebelah utara Kota Bekasi dengan luas wilayah sekitar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Agribisnis peternakan memberikan banyak kontribusi bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaaan dan berperan dalam pembangunan. Berdasarkan data statistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari strain-strain hasil produk dari perusahaan pembibitan. Ayam ras

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari strain-strain hasil produk dari perusahaan pembibitan. Ayam ras 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ayam ras petelur yang banyak dipelihara saat ini adalah ayam ras petelur yang berasal dari strain-strain hasil produk dari perusahaan pembibitan. Ayam ras petelur

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, Divisi Persuteraan Alam, Ciomas, Bogor. Waktu penelitian dimulai

Lebih terperinci

Budidaya Bebek Peking Sangat Menjanjikan

Budidaya Bebek Peking Sangat Menjanjikan PangandaranBeach http://www.pangandaranbeach.com Budidaya Bebek Peking Sangat Menjanjikan Bebek Peking adalah bebek pedaging dengan pertumbuhan sangat cepat. Karena itu usaha budidaya ternak bebek peking

Lebih terperinci

Budidaya Kelinci Hias Makin Menjanjikan

Budidaya Kelinci Hias Makin Menjanjikan KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS Budidaya Kelinci Hias Makin Menjanjikan Oleh : Sri Sutanti 08.11.1978 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA JENJANG STRATA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam penghasil daging dalam jumlah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam penghasil daging dalam jumlah yang 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Pembibit Ayam broiler merupakan ayam penghasil daging dalam jumlah yang banyak dengan waktu yang cepat. Tipe ayam pembibit atau parent stock yang ada sekarang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tipologi usaha peternakan dibagi berdasarkan skala usaha dan kontribusinya terhadap pendapatan peternak, sehingga bisa diklasifikasikan ke dalam kelompok berikut:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi di negara berkembang dalam. meningkatkan kualitas sumber daya manusianya adalah pada pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi di negara berkembang dalam. meningkatkan kualitas sumber daya manusianya adalah pada pemenuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Salah satu masalah yang dihadapi di negara berkembang dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusianya adalah pada pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat terutama kebutuhan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Dalam menjalankan usaha sebaiknya terlebih dahulu mengetahui aspek pasar yang akan dimasuki oleh produk yang akan dihasilkan oleh usaha yang akan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN AYAM KUB pada Visitor Plot Aneka Ternak BPTP NTB. Totok B Julianto dan Sasongko W R

PERKEMBANGAN AYAM KUB pada Visitor Plot Aneka Ternak BPTP NTB. Totok B Julianto dan Sasongko W R PERKEMBANGAN AYAM KUB pada Visitor Plot Aneka Ternak BPTP NTB Totok B Julianto dan Sasongko W R Ayam KUB Ayam kampung atau ayam buras (bukan ras), masih digemari oleh masyarakat baik di pedesaan maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat,

I. PENDAHULUAN an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan usaha ternak ayam di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1970 an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat, yang kemudian mendorong

Lebih terperinci

TERNAK AYAM KAMPUNG PELUANG USAHA MENGUNTUNGKAN

TERNAK AYAM KAMPUNG PELUANG USAHA MENGUNTUNGKAN TERNAK AYAM KAMPUNG PELUANG USAHA MENGUNTUNGKAN Peluang di bisnis peternakan memang masih sangat terbuka lebar. Kebutuhan akan hewani dan produk turunannya masih sangat tinggi, diperkirakan akan terus

Lebih terperinci

A. UPTD Balai Pembibitan Ternak Sapi Potong

A. UPTD Balai Pembibitan Ternak Sapi Potong A. UPTD Balai Pembibitan Ternak Sapi Potong Keberadaan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Dinas Peternakan Kabupaten Tanjung Jabung Timur merupakan cerminan performa Dinas Peternakan dalam pembangunan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Materi Ulat Sutera Bahan-Bahan Alat

MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Materi Ulat Sutera Bahan-Bahan Alat MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi Devisi Persuteraan Alam Ciomas. Waktu penelitian dimulai dari Juni

Lebih terperinci

Manajemen Pemeliharaan Ayam Jantan

Manajemen Pemeliharaan Ayam Jantan Manajemen Pemeliharaan Ayam Jantan Manajemen Pemeliharaan Ayam Jantan- Tidak seperti layaknya beternak ayam broiler maupun ayam petelur. Beternak ayam jantan lebih membutuhkan pengalaman dilapangan sebagai

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PERUSAHAAN Sari Sehat Multifarm didirikan pada bulan April tahun 2006 oleh Bapak Hanggoro. Perusahaan ini beralamat di Jalan Tegalwaru No. 33 di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karena kondisi alamnya yang sangat mendukung. Tingkat produksi telur di

I. PENDAHULUAN. karena kondisi alamnya yang sangat mendukung. Tingkat produksi telur di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Barat merupakan daerah penghasil telur yang cukup potensial, karena kondisi alamnya yang sangat mendukung. Tingkat produksi telur di Sumatera Barat pada tahun

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran Pemasaran Cabai Rawit Merah Saluran pemasaran cabai rawit merah di Desa Cigedug terbagi dua yaitu cabai rawit merah yang dijual ke pasar (petani non mitra) dan cabai

Lebih terperinci

USAHA TERNAK AYAM PEDAGING (BROILER)

USAHA TERNAK AYAM PEDAGING (BROILER) USAHA TERNAK AYAM PEDAGING (BROILER) Tugas: Lingkungan Bisnis Disusun oleh: Nama : Tri Mulyani NIM : 10.01.2693 Kelas : D3TI 2A PROGRAM D3TI STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2010 / 2011 Abstrak Berternak ayam pedaging

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai 12,692,213 ekor atau meningkat. sebesar 1,11 persen dibandingkan dengan tahun 2012.

PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai 12,692,213 ekor atau meningkat. sebesar 1,11 persen dibandingkan dengan tahun 2012. I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Peternakan puyuh di Indonesia saat ini cukup berkembang, hal ini karena semakin banyaknya usaha peternakan puyuh baik sebagai usaha sampingan maupun usaha utama untuk memenuhi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga September 2010. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Blok B, Ilmu Produksi Ternak Unggas, Fakultas

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tabel FCR Peternakan Agus Suhendar

Lampiran 1. Tabel FCR Peternakan Agus Suhendar LAMPIRAN 83 Lampiran 1. Tabel FCR Peternakan Agus Suhendar MORT (%) FCR AGE (DAYS) AVG. B.W MORT. (%) FCR AGE (DAYS) AVG. B.W MORT. (%) 3 1.012 27 1.15 3.8 1.656 36 1.76 4.7 1.843 3 1.062 27 1.16 3.8 1.659

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor 29 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Telur Tetas Itik Rambon Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor dengan jumlah itik betina 42 ekor dan itik jantan 6 ekor. Sex ratio

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Stoner (2004: 7) manajemen adalah proses merencanakan,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Stoner (2004: 7) manajemen adalah proses merencanakan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Stoner (2004: 7) manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan pekerjaan anggota organisasi dan menggunakan semua sumber

Lebih terperinci

JENIS DAN KARAKTER JANGKRIK Jangkrik di Indonesia tercatat ada 123 jenis yang tersebar di pelosok daerah. Namun hanya dua jenis saja yang umum dibudid

JENIS DAN KARAKTER JANGKRIK Jangkrik di Indonesia tercatat ada 123 jenis yang tersebar di pelosok daerah. Namun hanya dua jenis saja yang umum dibudid RUANG LINGKUP BUDIDAYA PEMELIHARAAN JANGKRIK KALUNG KUNING A. UDJIANTO Balai Penelitian Ternak, Po Box 221, Ciawi Bogor RINGKASAN Komoditas jangkrik ini dapat memberikan tambahan penghasilan disamping

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber pertumbuhan ekonomi yang sangat potensial dalam pembangunan sektor pertanian adalah hortikultura. Seperti yang tersaji pada Tabel 1, dimana hortikultura yang termasuk

Lebih terperinci

TUGAS KARYA ILMIAH TENTANG PELUANG BISNIS DAN BUDIDAYA IKAN PATIN

TUGAS KARYA ILMIAH TENTANG PELUANG BISNIS DAN BUDIDAYA IKAN PATIN TUGAS KARYA ILMIAH TENTANG PELUANG BISNIS DAN BUDIDAYA IKAN PATIN Disusun Oleh : Nama : Galih Manunggal Putra NIM : 11.12.5794 Kelas : 11-S1SI-06 Kelompok : H ABSTRAK Bisnis budidaya ikan konsumsi memang

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi CV. Anugrah Farm

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi CV. Anugrah Farm IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis dan Topografi CV. Anugrah Farm CV. Anugrah Farm terletak di Simpang Curug RT.02/04 Kampung Baru, Desa Curug, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA

VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA 6.1. Lembaga Tataniaga Nenas yang berasal dari Desa Paya Besar dipasarkan ke pasar lokal (Kota Palembang) dan ke pasar luar kota (Pasar Induk Kramat Jati). Tataniaga nenas

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah ayam kampung jenis sentul

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah ayam kampung jenis sentul 27 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat Percobaan 3.1.1. Ternak Percobaan Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah ayam kampung jenis sentul umur satu hari (day old chick) yang diperoleh

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Jln. Prof. Dr. A Sofyan No.3 Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian. Penelitian ini berlangsung

Lebih terperinci

20.1. Mengembangkan Potensi Peternakan Ruminansia Menerapkan Tingkah laku Ternak Ruminansia Menerapkan Penanganan Ternak ruminansia

20.1. Mengembangkan Potensi Peternakan Ruminansia Menerapkan Tingkah laku Ternak Ruminansia Menerapkan Penanganan Ternak ruminansia 2 Profesional 20. Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung 20.1. Mengembangkan Potensi Peternakan 20.1.1. Menganalisis potensi ternak 20.1.2. Menganalisis kontribusi ternak

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

Tipe Kandang Itik TIPE KANDANG ITIK. Dalam budidaya itik dikenal 3 tipe kandang. 60 cm. 60 cm

Tipe Kandang Itik TIPE KANDANG ITIK. Dalam budidaya itik dikenal 3 tipe kandang. 60 cm. 60 cm 60 cm 1 TIPE KANDANG ITIK Tipe Kandang Itik Dalam budidaya itik dikenal 3 tipe kandang. Kandang baterai Di kandang baterai, setiap 1 kandang hanya dihuni seekor itik dewasa. Ukuran kandang sekitar 50 cm

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele phyton, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada

Lebih terperinci

PROTER UNGGAS PETELUR MK PROTER UNGGAS SEMESTER V PS PROTER 16 DESEMBER 2014

PROTER UNGGAS PETELUR MK PROTER UNGGAS SEMESTER V PS PROTER 16 DESEMBER 2014 PROTER UNGGAS PETELUR MK PROTER UNGGAS SEMESTER V PS PROTER 16 DESEMBER 2014 ISTILAH-ISTILAH Grand parent stock= ayam nenek Parent stock= ayam induk Commercial stock= ayam komersial Feed supplement = pakan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. CV. Tunas Mekar Farm 5.1.1. Sejarah CV. Tunas Mekar Farm Tunas Mekar Farm (TMF) adalah perusahaan peternakan ayam broiler yang menerapkan sistem kemitraan pola inti

Lebih terperinci

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah peternak yang mengusahakan anakan ternak sapi dengan jumlah kepemilikan sapi betina minimal 2 ekor.

Lebih terperinci