ANALISIS STRUKTUR PASAR DAN KINERJA INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA (SETELAH UNDANG-UNDANG PERBANKAN SYARIAH NO.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS STRUKTUR PASAR DAN KINERJA INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA (SETELAH UNDANG-UNDANG PERBANKAN SYARIAH NO."

Transkripsi

1 ANALISIS STRUKTUR PASAR DAN KINERJA INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA (SETELAH UNDANG-UNDANG PERBANKAN SYARIAH NO.10 TAHUN 1998) SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Disusun Oleh: FIRDAUS ROSYIDI F FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009 HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING 1

2 2 Skripsi dengan judul : ANALISIS STRUKTUR PASAR DAN KINERJA INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA (SETELAH UNDANG-UNDANG PERBANKAN SYARIAH NO.10 TAHUN 1998) Surakarta, 22 Desember 2009 Disetujui dan diterima oleh: Pembimbing, (Drs. Akhmad Daerobi. Msi) NIP HALAMAN PENGESAHAN

3 3 Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh tim penguji Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Surakarta, Desember 2009 Tim Penguji Skripsi 1. Izza Mafruhah, SE, Msi Ketua ( ) NIP Drs, Akhmad Daerobi, Msi Pembimbing ( ) NIP Dra.Nunung SM Anggota ( ) NIP MOTTO

4 4 Hai Orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al-Baqarah :153) Dia berikan hikmah (ilmu yang berguna) kepada siapa yang di kehendaki-nya. Barang siapa mendapatkan hikmah itu, sesungguhnya dia mendapatkan kebajikan yang banyak; dan tidaklah menerima peringatan, melainkan orang-orang yang berakal (QS. Al-Baqarah:169) PERSEMBAHAN

5 5 Karya ini penulis persembahkan untuk : Allah SWT atas limpahan rahmat & karunia-nya. dan dihadiahkan kepada : Ayah dan Bunda tercinta yang telah dengan sabar memberikan limpahan kasih sayang dan dorongan, bimbingan serta do a restunya, baik moril maupun materiil selama peneliti menuntut ilmu Kakak, yang sangat peneliti sayangi dan senantiasa memberikan semangat kepada peneliti. KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-nya yang selalu dilimpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan

6 6 skripsi ini dengan judul Analisis Struktur Pasar dan Kinerja Industri Perbankan Syariah di Indonesia (Setelah Undang-undang Perbankan Syariah No.10 Ttahun 1998) Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat dalam pencapaian gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Persiapan, perencanaan, dan pelaksanaan hingga terselesaikannya penyusunan skripsi merupakan tantangan tersendiri bagi penulis. Banyak kesulitan dan hambatan yang harus dilalui. Tetapi berkat arahan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, maka akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Tidak lupa penulis menghaturkan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan bantuannya sehingga skripsi ini bisa diselesaikan. Oleh karena itu dengan kerendahan hati dan ketulusan yang mendalam penulis menghaturkan terima kasih kepada : 1. Drs. Akhmad Daerobi, Msi selaku pembimbing yang dengan arif dan bijak telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing dan memberikan masukan yang berarti dalam penyusunan skripsi ini. 2. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Akt., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang secara langsung maupun tidak langsung telah banyak membantu penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi UNS. 3. Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan. 4. Dra. Izza Mafruhah, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan. 5. Tim penguji yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis.

7 7 6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta seluruh staff dan karyawan yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan pelayanan kepada penulis. 7. Bank Indonesia cabang Surakarta yang telah banyak membantu penulis dalam mengumpulkan data yang sangat berguna dalam penyusunan skripsi. 8. Keluarga yang senantiasa mendukung, memberi dorongan, semangat untuk menyelesaikan skripsi ini, bantuan moril dan materiil, juga lantunan do a yang tiada henti-hentinya. 9. Keluarga dan saudara-saudara di Solo yang juga telah memberikan dorongan, do a dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. 10. Teman-teman di Ekonomi Pembangunan dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu baik secara langsung maupun tidak atas bantuannya kepada penulis hingga terselesaikannya penelitian ini. Ibarat pribahasa tiada gading yang tak retak, begitu pula skripsi ini masih memerlukan tanggapan, saran, kritik dan perbaikan. Semoga skripsi ini bisa memberikan kontribusi yang berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat memberikan manfaat bagi semua pembaca. Saran serta kritik akan penulis terima, sebagai bahan evaluasi bagi penulis.

8 8 Surakarta, Desember 2009 Penulis DAFTAR ISI ABSTRAK HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... HALAMAN MOTTO... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... Halaman ii iii iv v vi viii

9 9 DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... xi xiii BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian... 7 D. Manfaat Penelitian... 8 II. TELAAH PUSTAKA A. Pengertian Pasar dan Industri... 9 B. Teori Organisasi Industri Ruang Lingkup Organisasi Industri Struktur Pasar Konsentrasi Industri Kinerja Industri Hubungan Struktur Pasar dan Kinerja Industri C. Lembaga Keuangan Bank Pengertian Bank dan Lembaga Keuangan Fungsi Bank Jenis dan Kegiatan Bank Penilaian Kesehatan Bank Penggabungan Usaha Bank D. PenelitianTerdahulu E. Kerangka Teoritis F. Hipotesis III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian B. Jenis dan Sumber Data C. Definisi Operasional Variabel... 43

10 10 D. Metode Analisis Data Struktur Pasar Industri Perbankan Syariah Hubungan Struktur Pasar dan Kinerja Industri Analisis Perbedaan Kinerja Industri Perbankan Syariah IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perkembangan Industri Perbankan Syariah di Indonesia Tujuan Pengembangan Perbankan Syariah Hukum Perbankan dalam Islam B. Hasil Penelitian dan Analisis Data Analisis Konsentrasi dan Struktur Pasar Kelompok Industri Perbankan Syariah di Indonesia Tahun a. Konsentrasi dan Struktur Pasar Bank Syariah Tahun b. Konsentrasi dan Struktur Pasar Bank Syariah Tahun c. Konsentrasi dan Struktur Pasar Bank Syariah Tahun d. Konsentrasi dan Struktur Pasar Bank Syariah Tahun Analisis Korelasi Struktur Pasar dengan Kinerja Industri Perbankan Syariah di Indonesia Tahun a. Analisis Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Terbesar (CR3) dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) b. Analisis Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Terbesar (CR3) dengan Financing to Deposit Ratio (FDR) c. Analisis Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Terbesar (CR3) dengan Return on Assets (ROA) Analisis Perbedaan Kinerja Industri Perbankan Syariah dari tahun a. Paired Sample t Test b. Wilcoxon Signed Rank Test V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

11 11 B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR TABEL Halaman TABEL 1.1 Jaringan Kantor Perbankan Syariah Fatwa mengenai produk roduk perbankan Syariah Konsentrasi Industri Bank Syariah Tahun 2004 Ditinjau dari 3 Variabel Konsentrasi Industri Bank Syariah Tahun 2005 Ditinjau dari 3 Variabel Konsentrasi Industri Bank Syariah Tahun 2006 Ditinjau dari 3 Variabel 4.6 Konsentrasi Industri Bank Syariah Tahun 2007 Ditinjau dari 3 Variabel 4.11 Rata-rata Rasio Konsentrasi Tiga BUSND Terbesar Rata-rata Rasio Konsentrasi Delapan BUSND Terbesar Rata-rata Indeks Herfindahl BUSND

12 Hasil Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar Berdasarkan Aset dengan CAR Hasil Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar Berdasarkan Dana Pihak Ketiga dengan CAR Hasil Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar Berdasarkan Pembiayaan Yang Diberikan dengan CAR Hasil Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar Berdasarkan Aset dengan FDR Hasil Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar Berdasarkan Dana Pihak Ketiga dengan FDR Hasil Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar Berdasarkan Kredit yang Diberikan dengan FDR Hasil Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar Berdasarkan Aset dengan ROA Hasil Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar Berdasarkan Dana Pihak Ketiga dengan ROA Hasil Korelasi Rasio Konsentrasi Tiga Bank Syariah Terbesar Berdasarkan Kredit yang Diberikan dengan ROA Paired Sample t Test atas variabel CAR dan FDR tahun Paired Sample t Test atas variabel CAR dan LDR tahun Paired Sample t Test atas variabel CAR dan LDR tahun Paired Sample t Test atas variabel CAR dan LDR tahun Paired Sample t Test atas variabel CAR dan LDR tahun Paired Sample t Test atas variabel CAR dan LDR tahun Uji Wilcoxon atas variabel ROA tahun Ranks dalam Uji Wilcoxon atas variabel ROA Uji Wilcoxon atas variabel ROA tahun Ranks dalam Uji Wilcoxon atas variabel ROA Uji Wilcoxon atas variabel ROA tahun Ranks dalam Uji Wilcoxon atas variabel ROA Uji Wilcoxon atas variabel ROA tahun Ranks dalam Uji Wilcoxon atas variabel ROA Uji Wilcoxon atas variabel ROA tahun

13 Ranks dalam Uji Wilcoxon atas variabel ROA Uji Wilcoxon atas variabel ROA tahun Ranks dalam Uji Wilcoxon atas variabel ROA DAFTAR GAMBAR Halaman GAMBAR 2.1 Kurve Permintaan yang dihadapi Produsen di Pasar Persaingan Sempurna Hubungan Struktur, Perilaku, dan Kinerja Skema Kerangka Pemikiran Analisis Struktur dan Kinerja Konsentrasi Industri Bank Syariah di Indonesia Berdasarkan Aset Konsentrasi Industri Bank Syariah di Indonesia Berdasarkan Dana Pihak Ketiga Konsentrasi Industri Bank Syariah di Indonesia Berdasarkan Kredit yang Diberikan Daerah diterima dan ditolak t CAR dan FDR tahun Daerah diterima dan ditolak t CAR dan FDR tahun

14 Daerah diterima dan ditolak t CAR dan FDR tahun Daerah diterima dan ditolak t CAR dan FDR tahun Daerah diterima dan ditolak t CAR dan FDR tahun Daerah diterima dan ditolak t CAR dan FDR tahun Daerah diterima dan ditolak z ROA tahun Daerah diterima dan ditolak z ROA tahun Daerah diterima dan ditolak z ROA tahun Daerah diterima dan ditolak z ROA tahun Daerah diterima dan ditolak z ROA tahun Daerah diterima dan ditolak z ROA tahun ABSTRAK ANALISIS STRUKTUR PASAR DAN KINERJA INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA (SETELAH UNDANG-UDANG PERBANKAN SYARIAH NO.10 TAHUN 1998) Firdaus Rosyidi NIM. F Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui kondisi struktur pasar industri perbankan syariah di Indonesia tahun 2001 sampai dengan tahun 2007 berdasarkan konsentrasi pangsa pasar bank atas aset, dana pihak ketiga, dan pembiayaan yang diberikan, (2) mengetahui hubungan antara struktur pasar yang terdiri dari pangsa pasar bank atas aset, dana pihak ketiga, dan pembiayaan yang diberikan dengan kinerja industri perbankan syariah di Indonesia yang diwakili oleh variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Asset (ROA), dan Financing to Deposit Ratio (FDR) selama kurun waktu penelitian, dan (3) mengetahui perbedaan ada tidaknya perbedaan kinerja bank syariah di Indonesia dilihat dari CAR, ROA, dan FDR dalam kurun waktu 2001 sampai dengan Sehubungan dengan tujuan tersebut diajukan hipotesis sebagai berikut : (1) Industri perbankan syariah di Indonesia merupakan industri yang terkonsentrasi sehingga struktur pasarnya mengarah pada bentuk oligopoli (2) Diduga struktur pasar yang terdiri dari pangsa pasar bank atas aset, dana pihak ketiga, serta

15 pembiayaan yang diberikan memiliki hubungan yang cukup erat dengan kinerja Industri perbankan syariah di Indonesia yang diwakili oleh variabel CAR, ROA, dan FDR sesudah ada undang-undang perbankan syariah No. 10 tahun Penelitian ini merupakan analisis data sekunder dengan populasi seluruh bank syariah yang terdaftar di Bank Indonesia untuk beroperasi di Indonesia sejak tahun 2001 hingga akhir penelitian yakni tahun Alat analisis yang digunakan adalah rasio konsentrasi (konsentrasion ratio) dan Indeks Herfindhal yang selanjutnya akan dikaitkan dengan criteria J.S Bain untuk menentukan struktur pasar Bank Syariah di Indonesia; serta paired sampel t test dan wilcoxon signed rank untuk melihat apakah terdapat perbedaan kinerja industri perbankan syariah di Indonesia pada tahun 2001 hingga tahun Hasil analisis menunjukkan bahwa struktur pasar industri perbankan syariah berdasarkan pangsa pasar atas aset, dana pihak ketiga, dan pembiayaan yang diberikan cenderung mengarah pada tipe oligopoli murni dari tahun 2001 hingga tahun 2007 yang ditunjukan oleh nilai konsentrasi ratio (CR3 dan CR8) yang meningkat. Dan berdasarkan nilai Indeks herfindhal (IH) diketahui sejumlah 2 buah bank syariah yang menguasai pangsa pasar secara rata rata dalam kurun waktu selama tuju tahun setelah di keluarkannya undang undang perbankan syariah No. 10 tahun Selanjutnya dengan menggunakan uji korelasi dengan menggunakan α = 0,05 (two tailed) ditunjukkan bahwa tidak ada hubungan secara nyata antara variabel struktur pasar baik itu berdasarkan aset, dana pihak ketiga, maupun pembiayaan yang diberikan dengan variabel kinerja CAR. Artinya, berapapun nilai konsentrasi ratio atas ketiaga variabel tersebut masing masing tidak akan menaikkan kinerja CAR. selanjutnya uji korelasi yang dilakukan antara struktur pasar dengan kinerja FDR menunjukkan bahwa ada korelasi negative yang cukup kuat antara struktur pasar berdasarkan atas aset dan pembiayaan dengan kinerja FDR dan tidak ada korelasi antara struktur pasar berdasarkan atas aset dan dana pihak ketiga meningkat akan dimungkinkan menurunkan kinerja FDR, dan sebaliknya. Serta untuk uji korelasi antara struktur pasar dengan kinerja ROA dan tidak ada korelasi antara struktur pasar berdasarkan atas pembiayaan yang diberikan. Dari hasil penelitian dapat diajukan beberapa saran antara: (1) setelah mengetahui bahwa konsentrasi pasar (khususnya berdasarkan aset dan dana pihak ketiga) mempunyai hubungan yang cukup erat dengan kinerja perbankan (khususnya FDR dan ROA) maka tidak ada jalan lain bagi perbankan untuk meningkatkan aset dan dana pihak ketiga pada bank mereka masing masing tanpa mengabaikan peningkatan penyaluran kreditnya dalam ratio yang proporsional; (2) Pembentukan bank jangkar (anchor bank), yaitu bank yang benar benar dikelola secara sehat dan professional sesuai konsep Arsitektur Perbankan Indonesia (API). Bank jangkar tersebut selanjutnya diharapkan sebagai mitra Bank Indonesia (BI) dalam rangka mengembangkan perbankan Syariah Indonesia. Bank jangkar merupakan bank yang kuat dalam permodalan dan posisinya memerger dan mengakuisisi bank lain. Upaya penggabungan bank (merger) ditujukan agar bank semakin kuat dan siap dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat baik di dalam negeri maupun dalam menghadapi pasar bebas, di mana pesaing kita kali ini adalah bank-bank konvensional yang turut meramaikan pasar sehingga manjadi sangat kompetitif. Penggabungan ini terutama sekali dapat dilakukan oleh bank-bank yang memiliki pangsa pasar yang amat kecil baik dari variabel aset, dana pihak ketiga maupun variabel kredit yang disalurkan, agar 15

16 16 nantinya mampu bersaing dengan bank-bank lain yang mempunyai pangsa pasar yang jauh lebih besar. kata kunci : kinerja industri, industri perbankan syariah, aset, dana pihak ketiga, pembiayaan, FDR, CAR, ROA, pangsa pasar, correlation ratio, indeks herfindhal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mengatur perekonomiannya sebuah negara membutuhkan lembaga keuangan yang baik. Posisi lembaga keuangan sangatlah penting dalam mengatur alur pembayaran dan keuangan sebuah negara. Bank sebagai salah satu bentuk lembaga keuangan mengemban tugas tersebut. Sehingga kedudukannyapun sangatlah penting dalam perekonomian. Bank adalah lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi, membantu kelancaran system pembayaran, dan tidak kalah pentingnya adalah sebagai lembaga yang menjadi sarana dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah, yaitu kebijakan moneter. Karena fungsi-fungsinya tersebut, maka keberadaan bank yang sehat, baik secara individu maupun secara

17 17 keseluruhan sebagai suatu sistem merupakan prasyarat bagi suatu perekonomian yang sehat (Suseno dan Piter Abdullah 2004). Hal ini juga menunjukkan bahwa Industri perbankan sangatlah memegang peranan penting dalam suatu perekonomian. Di berbagai sektor perekonomian baik makro maupun mikro keberadaan Industri perbankan sangat diperlukan. Kondisi ini terlihat bahwa bank tidak hanya sebagai tempat menyimpan uang tetapi juga berfungsi untuk memberikan kredit atau pinjaman bagi para nasabahnya. Kebutuhan masyarakat terhadap lembaga keuangan semakin meningkat, sehingga perlu didukung dengan kinerja perbankan yang cukup baik. Pada perkembangannya, sektor perbankan semakin memainkan peranan penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Terlebih lagi pada saat kejayaan dari sektor minyak bumi mulai menurun, sehingga penerimaan dari sektor migas tidak lagi dapat diandalkan karena harga minyak terus merosot. Merosotnya harga minyak menyebapkan pemerintah mengalami kesulitan dalam membiayai pembangunan. Kesulitan anggaran ditandai dengan defisit anggaran negara yang semakin besar yang menuntut pengurangan kegiatan negara serta peningkatan efisiensi dan produktifitasnya. Maka untuk mengatasi kesulitan tersebut, pemerintah melakukan mobilisasi dana masyarakat melalui keuangan yang ada. (Cahayatiningsih, 2005) Industri perbankan sangatlah memegang peranan yang penting di tengah pasang surutnya perekonomian negara di Indonesia. Di tengah terpuruknya perekonomian Indonesia pada tahun 1998 kondisi perbankan juga ikut mengalami keterpurukan yang cukup besar. Beberapa bank konvensional terpaksa harus terkena likuidasi akibat dari dampak krisis ekonomi tersebut. Dan hanya beberapa

18 18 dari bank Umum Konvensional yang masih bertahan pada waktu itu dengan kinerjanya yang cukup baik. Industri perbankan selama sepuluh tahun terakhir ini telah mengalami perkembangan cukup pesat. Fenomena baru dalam dunia perbankan telah memberikan kontribusi cukup bagus dalam perekonomian, yaitu ditandai dengan berdirinya Lembaga Keuangan Syariah. Bank Syariah merupakan fenomena baru dalam dunia perbankan di Indonesia kedudukannya teruji ketika terjadi krisis moneter di tahun Pada waktu itu perbankan syariah tidak terkena pengaruh dari krisis moneter pada saat itu. Hal ini terjadi dikarenakan prisnsip pembiayaan yang digunakan dalam perbankan syariah bukanlah dengan sitem bunga namun dengan menerapkan sistem bagi hasil. Bank Syariah merupakan salah satu lembaga keuangan yang berdiri di Indonesia yang menerapkan prinsip Syariah. Perbedaan mencolok dari bank Syariah dengan bank-bank Konvensional lain adalah adanya sistem bagi hasil yang diterapkan kepada para nasabah yang akan melakukan peminjaman dana. Bank syariah atau biasa disebut Islamic Bank pertama kali muncul pada tahun 1963 di kota kecil Mit Gharm, Mesir. Lembaga keuangan Syariah atau biasa disebut dengan Bank Syariah ini berdiri sejak tahun 1992 dan ditandai dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia. Bank Syariah merupakan lembaga intermediasi dan penyedia jasa keuangan yang bekerja berdasarkan etika dan sistem nilai Islam, khususnya bebas dari bunga (riba), bebas dari kegiatan spekulatif yang nonproduktif seperti perjudian (maysir), bebas dari hal-hal yang tidak jelas dan meragukan (gharar), berprinsip keadilan, dan hanya membiayai kegiatan usaha yang halal. Bank Syariah sering dipersamakan dengan bank tanpa bunga. Bank tanpa bunga

19 19 merupakan konsep yang lebih sempit dari bank Syariah, ketika sejumlah instrumen atau operasinya bebas dari bunga. Bank syariah, selain menghindari bunga, juga secara aktif berpartisipasi dalam mencapai sasaran dan tujuan dari ekonomi Islam yang berorientasi pada kesejahteraan sosial. (Ascarya & Diana Yumanita, Bank Syariah: Gambaran Umum. 2005). Jumlah Industri perbankan syariah di Indonesia memang belum begitu besar dibandingkan dengan Industri perbankan konvensional yang lain. Pada tahun 2004, baru terdapat 10 cabang bank umum syariah yang terdiri dari bank Muamalat dan bank syariah. Di butuhkan usaha yang cukup berat untuk memperluas perkembangan bank syariah. Namun dewasa ini perkembangan bank syariah mulai menunjukkan kenaikan yang cukup baik. Munculnya para nasabah baru yang mulai meminati perbankankan syariah akan menciptakan pangsa pasar baru bagi bank umum konvensional untuk membuka unit-unit syariah. Hal ini mulai dilihat dengan tumbuhnya badan-badan usaha syariah, seperti asuransi, reksadana, pegadaian, dan lembaga-lembaga keuangan lain dengan berbasiskan prinsip syariah. Seperti yang ditulis dalam buletin Ekonomi, Sharia Bussines Modal edisi bahwa saat ini perbankan syariah di Indonesia mengelola dana sekitar 2,5 miliar dolar AS. Hingga akhir tahun ini diperkirakan pertumbuhan perbankan syariah mencapai 36,4 persen. Hal ini telah menunjukkan bahwa semenjak tahun 1992 perkembangan lembaga keuangan di sektor syariah tengah mengalami peningkatan yang cukup mengembirakan. Selain itu juga perkembangan perbankan syariah juga didukung oleh pemerintah baik dari sisi kebijakan oleh BI dan fatwa yang dikeluarkan oleh MUI

20 20 bahwa bunga bank adalah haram. Respon pemerintah ini mulai terlihat ketika dikeluarkannya Undang-undang perbankan No.10 tahun Di tengah perkembangan lembaga keuangan syariah beberapa respon masyarakat terhadap kinerja perbankan syariahpun mulai bermunculan. Beberapa kritikan tentang kinerja perbankan syariah muncul karena beberapa nasabah masih meragukan prisnsip syariah. Dalam prakteknya para nasabah menilai antara lembaga keuangan syariah dan lembaga keuangan konvensional belum ada perbedaan yang mencolok. Sehingga dalam kinerjanya Industri perbankan syariah masih banyak mendapatkan kritikan. Tabel 1.1 Jaringan Kantor Perbankan Syariah Tahun Bank Umum Syariah (BUS) Unit Usaha Syariah (UUS) Jumlah Kantor Jumlah Bank Jumlah Kantor Jumlah Bank Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Sumber : Statistik Perbankan Indonesia Juni 2005 Dalam perkembangannya Bank Syariah telah mengalami banyak persaingan dengan Bank Konvensional. Namun sampai sekarang perkembangan

21 21 Bank Syariah sendiri masih belum dapat bersaing dengan kinerja bank Konvensional. Pengamat ekonomi UI Faisal Basri dalam seminarnya di Jakarta tanggal 25 November yang berjudul kebijakan dan Peluang Investasi Berbasis Syariah di Indonesia mengatakan bahwa pertumbuhan Bank Syariah hingga saat ini belum mampu menyamai perbankan konvensional. Setelah lebih dari 10 tahun beroperasi, asetnya masih di bawah 2 persen dari total aset perbankan nasional. Perkembangan Bank Syariah tidak akan mengalami kemajuan pesat apabila hanya menjadi follower dari bank konvensional. Dengan umur yang tergolong masih muda diantara bank-bank umum dan swasta lainnya pada dasarnya Bank Syariah memilki tugas yang cukup berat dalam mengembangkan kinerja mereka sehingga dapat bersaing dengan Bank Kovensional yang lain. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis melakukan penelitian terhadap Struktur Pasar dan Kinerja Perbankan Syariah setelah adanya UU No.10/1998. Dual banking system telah banyak diterapkan oleh beberapa bank Swasta di Indonesia namun persaingan dengan lembaga keuangan konvensionalpun masih harus dihadapi. Oleh karena itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan evaluasi terhadap kinerja Perbankan Syariah di Indonesia. Selain itu pula untuk mengetahui struktur pasar perbankan Syariah di Indonesia. Sehingga dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap kinerja Industri Perbankan Syariah agar menjadi lebih baik. Dengan begitu lembaga keuangan Syariah mampu bersaing dengan lembaga keuangan Konvensional dan berkembang menjadi lebih baik.

22 22 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka pokok permasalahan pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana kondisi struktur pasar Bank Syariah di Indonesia setelah adanya krisis moneter di Indonesia, berdasarkan pangsa pasar atas aset, pangsa pasar atas dana pihak ketiga, dan pangsa pasar atas kredit yang diberikan? 2. Apakah terdapat hubungan antara struktur pasar yang terdiri dari pangsa pasar atas aset, pangsa pasar atas dana pihak ketiga, dan pangsa pasar atas kredit yang diberikan dengan kinerja industri Perbankan syariah? 3. Apakah Industri perbankan syariah di Indonesia merupakan Industri yang terkonsentrasi sehingga struktur pasarnya mengarah pada bentuk oligopoli? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan umum yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran umum mengenai industri perbankan syariah di Indonesia. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui kondisi struktur pasar Bank Syariah di Indonesia setelah adanya Undang-undang Perbankan No 10/ 1998 di Indonesia, berdasarkan pangsa pasar atas aset, pangsa pasar atas dana pihak ketiga, dan pangsa pasar atas kredit yang diberikan.

23 23 2. Untuk mengetahui hubungan antara struktur pasar yang terdiri dari pangsa pasar atas aset, pangsa pasar atas dana pihak ketiga, dan pangsa pasar atas kredit yang diberikan dengan kinerja industri Perbankan syariah. 3. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kinerja diantara Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran terhadap Kinerja Dan Struktur Pasar Perbankan Syariah ditengah pesatnya perkembangan Industri Perbankan Syariah dewasa ini, sehingga dapat memberikan maanfaat : 1. Bagi industri perbankan nasional, pada khususnya Bank Syariah, yaitu sebagai evaluasi dari kinerja industri perbankan sehingga dapat dijadikan masukan dalam menerapkan strategi yang yang lebih baik dalam kegiatan operasionalnya. 2. Bagi pembuat kebijakan, yaitu sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dan Bank Indonesia sebagai otoritas moneter dalam menentukan arah kebijakan sektor perbankan yang lebih kondusif sehingga akan meningkatkan kontribusi perbankan Indonesia terhadap pembangunan ekonomi. 3. Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan penulis dan berguna sebagai perbandingan untuk penelitian serupa.

24 24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pasar dan Industri Pasar dapat dikategorikan menjadi dua dimensi yaitu berdasarkan daerah geografis dan jenis atau spesifikasi produk. Untuk menentukan struktur pasar suatu industri, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah mendefinisikan pasar. (Sepherd, 1997: 10, 61). Pasar berdasarkan daerah geografis pada umumnya diartikan sebagai suatu tempat pertemuan antara penjual dan pembeli untuk melakukan aktivitas jual-beli barang dan jasa. Secara spesifik pasar dibedakan menurut jenis atau spesifikasi produknya.

25 25 Dalam ilmu ekonomi, pasar diartikan secara lebih luas. Pasar meliputi pertemuan antara pembeli dan penjual dimana antara keduanya tidak saling melihat satu sama lain (Ari Sudarman, 1992: 8). Pasar tidaklah harus sebuah tempat pertemuan antara penjual dan pembeli, namun bisa juga diartikan sebagai lembaga atau perusahaan yang menjalankan aktivitas jual-beli. Menurut Nurimansjah Hasibuhan (1993: 12) secara sederhana pengertian pasar adalah pertemuan antara penjual dan pembeli. Dalam pengertian penjual telah termasuk setiap individu perusahaan dalam industri, sedangkan kedalam pengertian pembeli telah tergabung sejumlah pembeli. Pengertian pasar dapat dipandang secara nyata dan dapat secara abstrak. Secara abstrak, pasar dalam pengertian kita adalah ratusan atau ribuan perusahaan dalam suatu industri yang melakukan dalam suatu waktu. Selanjutnya pengertian industri sangat luas, dapat dalam lingkup makro dan mikro. Secara mikro, industri adalah kumpulan dari perusahaan yang menghasilkan barang-barang yang homogen, atau barang-barang yang mempunyai sifat pengganti yang sangat erat. Sedangkan dalam lingkup makro (dari segi pembentukan pendapatan), industri adalah kegiatan ekonomi yang menciptakan nilai tambah (Nurimansjah Hasibuan, 1993: 12). B. Teori Organisasi Industri 1. Ruang Lingkup Organisasi Industri Ada beberapa alasan mengapa Ekonomi Industri umumnya, dan Organisi Industri khususnya menjadi semakin penting untuk dipelajari, baik di negaranegara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Pertama, praktek-

26 26 praktek struktur pasar yang semakin terkonsentrasi dalam kegiatan bisnis telah dikenal sejak lama. Praktek-praktek perilakunya mempunyai daftar kerugian bagi masyarakat konsumen. Kedua, semakin tinggi konsentrasi industri cenderung mengurangi persaingan antar perusahaan yang kemudian membawa perilaku yang kurang efisien. Dalam kenyataannya, sering terjadi bahwa perusahaan-perusahaan besar menggunakan rintangan-rintangan masuk, sehingga persaingan menjadi tidak wajar. Ketiga, konsentrasi industri yang tinggi membawa konsentrasi kekayaan yang melemahkan usaha-usaha pemerataan, baik dilihat dari pemerataan pendapatan, kesempatan kerja, maupun kesempatan berusaha. Keempat, kaitan struktur industri dengan penyelesaian masalah-masalah ekonomi membawa lebih jauh intervensi pemerintah. Kelima, kajian-kajian dari masalah-masalah apa yang diproduksi, bagaimana, dan untuk siapa suatu barang dan jasa diproduksi (Nurimansjah Hasibuhan 1993, 3). 2. Struktur Pasar Struktur pasar menunujukkan atribut pasar yang mempengaruhi sifat proses persaingan. Unsur-unsur struktur pasar meliputi: konsentrasi, diferensiasi produk, hambatan masuk ke dalam pasar, struktur biaya, dan tingkat pengaturan pemerintah. Para pakar ekonomi mengklasifikasi pasar dengan memperhatikan seberapa banyak jumlah perusahaan yang ada dalam industri. Struktur pasar penting, karena struktur pasar menentukan perilaku perusahaan yang kemudian menentukan kinerja industri (Wihana Kirana Jaya 2001, 4). a. Pasar Persaingan Sempurna Yang dimaksud pasar persaingan sempurna di dalam teori ekonomi mikro pada umumnya adalah suatu pasar yang ditandai oleh tidak adanya sama sekali

27 27 persaingan yang bersifat pribadi (rivaly) di antara perusahaan-perusahaan individu yang ada didalamnya. Jadi, dengan demikian pengertian pasar persaingan sempurna di dalam teori ekonomi berbeda dengan pengertian persaingan di dalam bahasa sehari-hari.menurut pengertian teori ekonomi, yang dimaksud dengan pasar persaingan sempurna adalah pasar yang memiliki 5 macam ciri-ciri yaitu (Ari Sudarman 1992, 3-4): a. Terdiri dari banyak penjual dan banyak pembeli. Dengan adanya banyak penjual dan pembeli di pasar, hal itu berakibat bahwa masing-masing penjual hanya menawarkan barang yang relatif sedikit dibandingkan dengan seluruh barang yang ada di pasar. Dalam suasana pasar yang seperti ini, maka baik penjual maupun pembeli secara individual tidak dapat memnbgaruhi harga yang berlaku. b. Barang yang dijualbelikan bersifat homogin Barang yang bersifat homogin dalam hal ini adalah barang yang persis sama antara yang satu dengan yang lain. Gambar 2.1 Kurve Permintaan yang dihadapi Produsen di Pasar Persaingan Sempurna. Berdasarkan ciri-ciri yang dijelaskan pada point a dan b diatas mengandung makna bahwa masing-masing produsen di pasar persaingan sempurna adalah berstatus pengambil harga (price taker). Kurve permintaan

28 28 yang dihadapi oleh masing-masing perusahaan adalah berbentuk horisontal sejajar dengan sumbu output. Hal itu berarti bahwa produsen menghadapi kurve permintaan yang elastis sempurna, di mana ia dapat menjual output berapapun pada tingkat harga yang berlaku di pasar. c. Masing-masing produsen bebas untuk keluar dari/masuk ke pasar. Dalam pasar persaingan sempurna dinggap tidak ada hambatan bagi produsen untuk keluar dari atau masuk ke pasar. Masing-masing produsen dianggap mempunyai kebebasan untuk menentukan putusan perhitungan ekonominya. Salah satu bentuk hambatan yang dapat menghalangi produsen keluar masuk pasar adalah aturan yang dibuat oleh pemerintah, misalnya tarif, subsidi, hak paten dan lain-lain. d. Adanya mobilitas faktor produksi secara sempurna Dalam pasar persaingan sempurna faktor produksi dianggap bebas untuk bergerak dari suatu tempat ke tempat yang lain. Jadi, dalam bentuk pasar ini, tenaga kerja dianggap dapat berpindah-pindah pekerjaan sesuai dengan keputusan ekonominya. Dengan kata lain, dalam bentuk pasar persaingan sempurna pasar tenaga kerja dianggap berstruktur pasar persaingan sempurna pasar tenaga kerja dinggap berstruktur pasar persaingan sempurna. e. Pembeli dan penjual mempunyai informasi yang lengkap tentang pasar. Dalam pasar persaingan sempurna dianggap bahwa masing-masing produsen dan konsumen mengetahui pengetahuan yang lengkap tentang kondisi pasar. Pengetahuan ini meliputi harga, jumlah barang, kualitas barang dan lainlain baik yang berlaku saat ini maupun saat yang akan datang. Dengan demikian

29 29 dalam suasana yang seperti ini berarti ketidakpastian tentang suasana pasar untuk masa-masa yang akan datang tidak ada. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa pasar persaingan sempurna adalah suatu model pasar di mana terdiri dari banyak produsen dan konsumen, produk yang dijualbelikan bersifat homogin, masingmasing produsen bebas keluar dari atau masuk ke pasar, faktor produksi dapat bergerak secara bebas dan masing-masing produsen serta konsumen mempunyai informasi yang lengkap tentang kondisi pasar (Ari Sudarman 2003, 5). b. Pasar Monopoli Pasar monopoli adalah suatu model pasar di mana dalam pasar itu hanya ada satu penjual, output yang dihasilkan produsen bersifat lain dari pada yang lain (unique product) dan di pasar ada rintangan bagi produsen lain untuk memasukinya (Ari Sudarman 1993, 56). Seperti halnya pasar persaingan sempurna dalam kenyataannya fenomena pasar persaingan monopoli jarang ditemui. Dalam suatu pasar hanya diperlukan satu produk barang dan tidak dapat digantikan oleh produk lain. Tidak adanya saingan mengakibatkan tidak diperlukannya usaha mempromosikan penjualan secara iklan. Yang dimaksud pasar monopoli adalah suatu pasar yang mempunyai ciri-ciri : 1. Hanya ada satu penjual.

30 30 2. Tidak ada penjual lain yang menjual output yang dapat mengganti secara baik (close subtitute) output yag dijual monopolist. 3. Ada halangann (baik alami maupun buatan) bagi perusahaan lain untuk memesuki pasar. c. Pasar Persaingan Monopolistis Persaingan Monopolistik merupakan suatu struktur pasar yang ditandai dengan perusahaan berjumlah besar menjual produk bersubtitusi tetapi cukup berbeda sehingga kurva permintaan masing-masing perusahaan mempunyai kemiringan negatif (William A. Ceachern 2001,158). Di dalam pasar persaingan monopolistik mengandung unsur-unsur yang dimiliki oleh pasar persaingan sempurna dan monopoli. Chamberlin menggunakan istilah tersebut untuk menggambarkan pasar dengan banyak produsen menawarkan produk yang bersubtitusi dekat tetapi tidak dianggap identik oleh konsumen. Model pasar persaingan monopolistis dibandingkan dengan model pasar persaingan sempurna atau monopoli relatif masih baru. Menurut Chamberlin model persaingan monopolistis didasari atas bebrapa buah anggapan dasar yaitu : 1. Di pasar banyak terdapat penjual dan juga pembeli 2. Produk yang dihasilkan produsen dibedakan (Diusahakan mempunyai ciri yang berbeda-beda antara produk yang satu dengan produk yang lain), tetapi diantara mereka terdapat kemampuan untuk saling mengganti secara cukup besar. 3. Di pasar ada kebebasan bagi perusahaan untuk masuk ke/keluar dari pasar. 4. Produsen selalu berusaha untuk memaksimir keuntungan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. 5. Harga-harga faktor produksi dan tingkat teknologi tertentu.

31 31 6. Perilaku produsen dianggap tertentu setelah ia mengetahui bentuk permintaan dan ongkos produksi dari usahanya. 7. Jangka panjang dianggap terdiri dari beberapa periode jangka pendek yang identik, yang masing-masing bebas (independent) antara yang satu dengan yang lain dalam arti bukan keputusan yang diambil produsen dalam 1 periode jangka pendek tertentu tidak mempengaruhi keputusan yang akan diambilnya. 8. Kurve permintaan dan juga kurve ongkos produksi dianggap sama untuk semua produsen yang ada di kelompok itu. d. Pasar Oligopoli Pasar oligopoli adalah pasar yang terdiri dari beberapa produsen yang menghasilkan barang dari seluruh atau sebagian dari total pdroduk yang dihasilkan oleh suatu pasar. Ciri khas dari pasar oligopoli tidak berbeda jauh dengan pasar monopoli murni dimana terdapat sejumlah kecil perusahaanperusahaaan besar yang menghasilkan komoditas homogen seperti baja atau komoditas yang berbeda corak seperti mobil. Dalam hal ini banyaknya pesaing dari suatu perusahaan merupakan karakteristik yang membedakan pasar ini berbagai jenis pasar yang lain. Ada kalanya pasar oligopoli terdiri dari dua produsen saja yang dikenal dengan pasar duopoli. Pasar oligopoli hanya terdiri dari sekelompok kecil perusahaan. Pada umumnya dalam pasar oligopoli terdapat beberapa perusahaan raksasa yang

32 32 memiliki pangsa pasar (market share) 70 sampai 80 persen dan disamping itu terdapat pula beberapa perusahaan dengan pangsa pasar yang kecil. Yang kecil. Beberapa perusahaan yang termasuk golongan pertama (yang menguasai pasar) sangat saling mempengaruhi satu sama lain. Di samping itu, keputusan dan tindakan dari salah satu perusahaan besar sangat mempengaruhi kebijakan perusahaan-perusahaan lainnya. Sifat ini menyebapkan setiap perusahaan harus mengambil keputusan secara berhati-hati dalam merubah harga, membuat desain, merubah teknik produksi, dan sebagainya. Pada perekonomian yang sudah maju, pasar yang bersifat oligipolistik banyak dijumpai karena teknologi sudah sangat modern. Teknologi modern pada umumnya akan mencapai efisiensi optimum hanya jika jumlah produksi yang dihasilkan besar sekali. Keadaan ini menimbulkan kecenderungan Selain sifat-sifat penting yang telah dijelaskan di atas, pasar oligopoli mempunyai beberapa ciri khas sebagai berikut: (1) menghasilkan komoditas standart atau komoditas berbeda corak; (2) kekuasaan menentukan harga ada kalanya sangat tangguh; dan (3) pada umumnya perusahaan oligopoli perlu melakukan promosi iklan yang sensitif terutama bila perusahaan oligopoli tersebut menghasilkan komoditas yang berbeda karakteristik. (Sadono Sukirno, 1996: 32). 3. Konsentrasi Industri Konsentrasi dapat diartikan sebagai prosentase pangsa pasar yang dikuasai oleh perusahaan relatif terhadap pasar total. Pada prinsipnya, konsentrasi tidak disebabkan oleh faktor kebetulan, tetapi karena adanya kekuatan yang permanen yang terletak dibelakang konsentrasi yang biasanya tidak berubah dari waktu ke waktu. Konsentrasi juga menunjukkan tingkat produksi pasar dari industri yang

33 33 hanya fokus pada satu atau beberapa perusahaan terbesar (Nurimansjah Hasibuhan, 1993: 106). Dalam konsentrasi Industri terdapat beberapa cara pengukuran yang digunakan untuk mengetahui jenis konsentrasi Industri. Ada bermacam-macam ukuran tentang konsentrasi Indutri seperti andil beberapa perusahaan terbesar, kurva lorenz, Angka Gini, dan berbagai Indeks lainnya. Pengukuran dengan menghitung indeks konsentrasi antara lain adalah Indeks Lerner, Indeks Bain, dan Indeks Herfindhal. Bahkan seperti telah ditemukan dalam teori Ekonomi Mikro, angka elastisitaspun dapat digunakan sebagai pengukur (Nurimanjsah Hasibuhan, 1993: ). 1. Andil Perusahaan Carl Keysan dan Donal F. Turner pada tahun 1959 membuat batasan jumlah perusahaan yang menguasai sebagian atau seluruh penjualan disuatu pasar. Dia menyusun dua kelompok oligopoli. Pertama, kelompok oligopoli, di mana delapan perusahaan terbesar setidak-tidaknya mengusasai pasar satu jenis industri. Akan tetapi, bisa juga digunakan ukuran alternatif, yakni 20 perusahaan menguasai pasar sekitar 75%. Kelompok kedua, adalah oligopoli, dimana delapan perusahaan tersebut dapat menguasai sekurang-kurangnya 33% suatu pasar industri, atau sejumlah perusahaan terbesar memegang andil setidak-tidaknya 75% dari pasaran suatu industri tertentu. Selanjutnya, untuk delapan terbesar yang mengusai pasar kurang dari 33% disebut industri tidak terkonsentrasi (Nurimansjah Hasibuhan, 1993 : ).

34 34 Dalam mengetahui jenis oligopoli Joe S. Bain memiliki ukuran yang lebih Flexibel. Hal ini tergantung pada tingkat konsentrasi industri. Ada beberapa jenis oligopoli yang dibagi dalam beberapa tipe. Tipe-tipe tersebut antara lain adalah : a. Tipe I Tipe I ini disebut tipe pasar oligopoli penuh yang dibagi menjadi dua kelompok. Pertama, tipe Ia, di mana 3 perusahaan terbesar menguasai sekitar 87% dari total penawaran produk dalam suatu pasar (atau total output). Variasi dari tipe ini adalah 8 perusahaan terbesar menguasai sekitar 99% dari total output. Dan kedua, tipe Ib, di mana 4 perusahaan terbesar menguasai sekitar 99% dari total output dan 8 perusahaan terbesar menguasai sekitar 78% dari total output dan 8 perusahaan terbesar menguasai sekitar 98% dari total output. b. Tipe II Pada tipe ini jumlah perusahaan yang ada dalam industri lebih banyak dan bersama mengontrol pasar. Empat perusahaan terbesar menguasai 65% - 75% dari total output, sedangkan 8 perusahaan terbesar menguasai 85% - 90% dari total output. Proporsi dari pasar yang dikontrol oleh beberapa perusahaan besar lebih kecil dengan tipe I. c. Tipe III Tipe III ini disebut high moderate concentration. Ciri dari tipe ini adalah 4 perusahaan terbesar menguasai 50% - 65% dari total output. Variasinya adalah 8 perusahaan terbesar kurang lebih menguasai 70% - 85% dari total output dan 20 perusahaan terbesar kurang lebih 70% dari total outputnya. d. Tipe IV

35 35 Dalam tipe ini disebut low moderate concentration, di mana 4 perusahaan terbesar menguasai 35% - 50% dari total outputnya, 8 perusahaan terbesar menguasai 45% - 70% dari total outputnya dan 20 perusahaan terbesar kurang lebih70% dari total outputnya. e. Tipe V Tipe V ini disebut Low grade oligopoly. Industri yang termasuk dalam kategori ini biasanya mempunyai sejumlah besar penjualan skala kecil, ditandai dengan dikuasainya pangsa pasar kurang dari 45% oleh 8 perusahaan terbesar menguasai kurang lebih 35% dari total outputnya. Tingkat konsentrasi suatu industri menggambarkan pula tingkat kesenjangan dalam suatu industri apakah kesenjangan dalam menciptakan nilai tambah, atau volume barang yang dipasok ke pasar, ataupun tingkat kesenjangan dalam akumulasi modal. Karena itu, tingkat konsentrasi ini dapat pula digambarkan dengan menggunakan Kurva Lorenz (Nurimanjsah Hasibuhan, 1993: 110). Rasio konsentrasi yaitu ukuran dari tingkat konsentrasi industri yang didapat dengan jalan menjumlahkan pangsa pasar beberapa perusahaan terbesar. Konsentrasi merupakan suatu indeks yang dapat mengukur kekuatan pasar dari sisi produsen. Caranya dengan memilih ukuran dari n perusahaan relatif terbesar terhadap total pasar. Ukuran dapat diambil dari masuknya (kapital atau tenaga kerja) atau keluarannya (penjualannya). Ukuran yang sering digunakan adalah prosentase total penjualan atau tenaga kerja dari 4 atau 8 perusahaan perusahaan terbesar dalam industri (Nurimansjah Hasibuhan, 1993: 109). Rasio konsentrasi dinyatakan dalam bentuk rumus sebagai berikut:

36 36 m CRm = MSi MSi i 1 NVi NVt Dengan penjelasan : CRm Msi m n Nvi : besarnya tingkat konsentrasi m bank terbesar : pangsa pasar bank ke-i : jumlah bank terbesar yang sedang diamati : jumlah seluruh bank yang diamati : nilai variabel bank ke-i, yaitu total aset, besarnya dana pihak ketiga, dan besarnya kredit yang disalurkan; dan NVt merupakan nilai total variabel dari bank yang dimati. 2. Kurva Lorenz Tingkat konsentrasi industri dapat juga diukur dengan angka Gini, karena dari kurva Lorenz dapat diturunkan angka Gini. Angka ini dapat pula digunakan sebagai pengukur tingkat kesenjangan struktur pasar industri. Dalam kurva Lorenz, sumbu vertikal (y) adalah jumlah kumulatif andil (proporsi) perusahaan di pasar dari yang terkecil hingga yang terbesar. Dalam kenyataannya kurva Lorenz untuk beberapa industri memang mengindikasikan adanya kesenjangan antara ukuran-ukuran perusahaan. Ukuran ringkas dari kesenjangan yang diindikasikan oleh kurva Lorenz dapat dihitung dengan menggunakan koefisien Gini. Angka Gini dapat dirumuskan dengan (Nurimansjah Hasibuan, 1993: 111) :

37 37 G = X 1 Yi 1 X i 1Yi Semakin tinggi tingkat kesenjangan maka angka Gini mendekati satu. Angka Gini yang tinggi dapat menunjukkan bahwa struktur pasar tidaklah kompetitif. Kelemahan dari angka Gini adalah tidak terlalu umum, tidak memperhitungkan jumlah perusahaan dalam Industri. 3. Indeks Lerner Indeks Lerner mengukur kekuatan monopoli. Pengertian monopoli dalam hal ini bersifat relatif. Tidak mengukur secara langsung tingkat konsentrasi Industri, tetapi menyusun sebuah formula yang mengacu pada tingkat laba, yaitu perbandingan antara perbedaan harga yang berlaku dengan ongkos marginal terhadap harga jadi, dalam suatu industri. Bentuk formula dari Lerner: H OM H (IL) di mana IL menunjukkan Indeks Lerner, H adalah tingkat harga produk yang dihasilkan, dan OM adalah ongkos marginal dalam mempoduksi barang tersebut. Karena tingkat harga ditetapkan berdasarkan suatu perilaku dan struktur pasar. Namun dapat saja terjadi bahwa dengan skala perusahaan yang berbeda ILnya sama, padahal masing-masing perusahaan adalah monopoli. Dalam contoh ini dianggap bahwa masing-masing perusahaan mempunyai pasar masing-masing. Jadi, dalam menggunakan formula ini telah ada anggapan bahwa semakin tinggi konsentrasi (derajat monopoli) semakin tinggi nilai Indeks Lerner. 4. Indeks Bain (IB)

38 38 Dalam bukunya pada tahun 1985, Joe S. Bain menulis tentang Barrier to New Competition yang memuat formula penghitungan laba. Bila dibandingkan konsep laba dengan penghitungan laba dalam akuntansi, tidak sama. Berdasarkan batasan toeritik, laba adalah kelebihan penghasilan dari ongkos total, yang merupakan bagian dari pendapatan perusahaan. Batasan laba secara ekonomis menurut Bain adalah (R C D iv). R adalah revenue; C sama dengan ongkos pada tahun berjalan dalam dalam memproduksi; i, adalah tingkat bunga yang berlaku, yang merupakan resiko dalam nilai investasi (V). Bain mengukur tingkat keuntungan suatu industri dengan rumusan yang dapat di bandingkan antar industri. IB R C D W R Dengan demikian, tingkat laba tidak hanya untuk satu perusahaan, tetapi bersifat agregatif dalam suatu industri yang diamati. Formulanya tidak hanya sekedar mengukur kekuatan monopoli. Apabila tingkat laba itu relatif tinggi, maka strukturnya diperkirakan adalah monopoli. 5. Indeks Herfindahl Dalam disertasinya, Orris C. Herfindahl mengukur konsentrasi industri dengan formula sebagai berikut : IH n i 1 ( NVi NVt 2 ) Nilai IH akan berbeda dalam interval 0 0 IH 1. Dengan penjelasan notasi; IH adalah Indeks Herfindahl; NVi adalah besaran absolut dari variabel yang diamati pada perusahaan ke-i; NVt adalah Jumlah keseluruhan dari nilai

39 39 variabel yang diukur; n adalah jumlah perusahaan yang terdapat dalam suatu industri. Nilai IH dinyatkan dalam prosentase, maka nilai ini adalah andil perusahaan pertama sampai ke-i yang tersebar dalam suatu industri. Ukuran ini juga mengkombinasikan tentang pangsa pasar dari semua perusahaan di pasar. Apabila suatu industri di-supply oleh perusahaan monopolis maka pangsa pasar perusahaan monopolis tersebut sama dengan satu. Bila ada perusahaan dan masing-masing menguasai setengah pangsa pasar yang ada maka nilai IH sama dengan setengah. Jadi jika ada n perusahaan yang ukurannya sama, maka IH sama dengan 1/n. Indeks herfindhal ini sangat sensitif terhadap andil perusahaan yang terbesar, karena semakin kecil andil yang diberikan oleh suatu perusahaan, berarti dalam indeks ini. Jadi indeks ini melengkapi kekurangan dari rasio konsentrasi yang hanya memberikan informasi tentang pangsa pasar sedikit perusahaanperusahaan terbesar dalam industri. 4. Kinerja Industri Pengertian dari kinerja (performance) adalah hasil kerja yang dipengaruhi oleh struktur dan perilaku industri, pemerataan pendapatan, dan kemajuan teknologi (Nurimansjah Hasibuhan, 1993: 17). Beberapa aspek dari kinerja menurut Joe S. Bain, yaitu : a) efisiensi produksi b) efisiensi distribusi, di mana kemampuan industri menghasilkan produk-produknya dengan biaya rendah c) efisiensi alokasi, di mana harga pasar yang di bebankan para pembeli konsisiten dengan biaya penawaran termasuk pengembalian suatu laba normal d) kemajuan teknologi, kemampuan para pemasok untuk selalu memperkenalkan teknik-teknik

40 40 distribusi dan produk baru dengan hemat biaya dan memperkenalkan produk superior e) karakter produk yang beragam dan berkualitas. 5. Hubungan Struktur Pasar dan Kinerja Industri Mengenai paradigma tentang hubungan antara struktur, perilaku, dan kinerja mula-mula dikemukakan oleh Joe S. Bain. Bain mengemukakan bahwa antar struktur dengan kinerja dihubungkan oleh perilakunya. Struktur pasar menjadi dasar dari perilaku perusahaan. Selanjutnya perilaku akan mempengaruhi penerimaan dan biaya yang akhirnya akan mempengaruhi tingkat kinerjanya. Bain menyimpulkan tingginya konsentrasi dapat mengarah pada pengurangan tingkat harga kompetisi dan terhadap keuntungan monopoli. Menurut Nurimansjah Hasibuhan (1993: 11), dalam melakukan analisis ekonomi industri (khususnya organisasi industri) ada cara mengamati kaitan antara struktur, perilaku, dan kinerja. Pertama, hanya memperhatikan mendalam dua aspek, yakni kaitan struktur dan kinerja industri, sedangkan aspek perilaku kurang ditekankan. Kedua, pengmatan kinerja dan perilaku, dan kemudian dikaitkan lagi dengan struktur. Ketiga, menelaah kaitan struktur terhadap perilaku dan kemudian dapat diamati kinerjanya. Keempat, kinerja tidak perlu diamati lagi, oleh karena telah dapat dijawab dari hubungan struktur dan perilakunya. Hubungan antara struktur pasar, perilaku, dan kinerjanya dapat dilihat dalam gambar.

PROSIDING ISSN: E-ISSN:

PROSIDING ISSN: E-ISSN: ANALISIS STRUKTUR PASAR INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA TAHUN 2015 Leni Evangalista Marliani E-Mail: 1 lenievangalista02@gmail.com Abstak Industri perbankan merupakan industri yang memiliki peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif bagi masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif bagi masyarakat, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak sepuluh tahun terakhir di Indonesia telah diperkenalkan suatu sistem perbankan dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kegiatan ekonomi baik di negara maju maupun negara berkembang. Negara

BAB I PENDAHULUAN. pada kegiatan ekonomi baik di negara maju maupun negara berkembang. Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tahun 2009 merupakan tahun terjadinya krisis global mulai berdampak pada kegiatan ekonomi baik di negara maju maupun negara berkembang. Negara maju pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan yang umumnya memberikan kredit adalah bank. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditawarkan, khususnya dalam pembiayaan, senantiasa menggunakan underlying

BAB I PENDAHULUAN. ditawarkan, khususnya dalam pembiayaan, senantiasa menggunakan underlying BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memberikan perhatian yang serius dan bersungguh sungguh dalam mendorong perkembangan perbankan syariah. Semangat ini dilandasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian yang mengelola dana dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank, lembaga pembiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Januari Diakses melalui http//www.bi.go.id.pada Tanggal 12 Oktober Undang-Undang Perbankan Syariah.

BAB I PENDAHULUAN. Januari Diakses melalui http//www.bi.go.id.pada Tanggal 12 Oktober Undang-Undang Perbankan Syariah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting di dalam perekonomian suatu negara. Hal ini sejalan dengan apa yang dinyatakan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan negara Indonesia ini. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri

BAB I PENDAHULUAN. dengan negara Indonesia ini. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah Satu faktor penting dalam pembangunan suatu negara adalah adanya dukungan sistem keuangan yang sehat dan stabil, demikian pula dengan negara Indonesia ini. Sistem

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi tidak lepas dari peranan sektor perbankan sebagai lembaga pembiayaan bagi sektor riil. Pembiayaan yang diberikan sektor perbankan kepada sektor riil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga keuangan syariah (syariah financial institution) merupakan suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk aset-aset keuangan (financial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Eksistensi perbankan syariah di Indonesia saat ini semakin meningkat sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah yang memberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi industri dalam arti sempit adalah kumpulan perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi industri dalam arti sempit adalah kumpulan perusahaan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Industri Definisi industri dalam arti sempit adalah kumpulan perusahaan yang menghasilkan produk sejenis dimana terdapat kesamaan dalam bahan baku yang digunakan, proses,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional Indonesia menganut dual banking system yaitu, sistem perbankan. konvensional menggunakan bunga (interest) sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. nasional Indonesia menganut dual banking system yaitu, sistem perbankan. konvensional menggunakan bunga (interest) sebagai landasan i BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Menurut UU Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, perbankan nasional Indonesia menganut dual banking system yaitu, sistem perbankan konvensional dan sistem perbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karolina, 2014 Pengaruh Kecukupan Modal Terhadap Profitabilitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karolina, 2014 Pengaruh Kecukupan Modal Terhadap Profitabilitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bank merupakan jantung dan urat nadi perdagangan dan pembangunan ekonomi suatu negara, oleh karena itu bank menjadi salah satu lembaga keuangan yang mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perbankan dari sekian jenis lembaga keuangan, merupakan sektor yang paling

I. PENDAHULUAN. Perbankan dari sekian jenis lembaga keuangan, merupakan sektor yang paling I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan dari sekian jenis lembaga keuangan, merupakan sektor yang paling besar pengaruhnya dalam aktifitas perekonomian masyarakat modern. Dimensi baru dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kurangnya inisiatif perbankan. Perkembangan bank yang makin pesat

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kurangnya inisiatif perbankan. Perkembangan bank yang makin pesat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan Indonesia telah menjadi industri yang hampir seluruh aspek kegiatannya diatur oleh pemerintah dan Bank Indonesia. Regulasi tersebut menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sistem keuangan dunia. perkembangan perekonomian dunia

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sistem keuangan dunia. perkembangan perekonomian dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran perbankan telah menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari perkembangan sistem keuangan dunia. perkembangan perekonomian dunia dipengaruhi oleh perkembangan

Lebih terperinci

kemaslahatan, Keseimbangan, dan Universalisme.

kemaslahatan, Keseimbangan, dan Universalisme. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan merupakan tulang punggung dalam membangun sistem perekonomian dan keuangan indonesia karena dapat berfungsi sebagai intermediary institution yaitu lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan tingkat perekonomian yang terjadi di Indonesia, peningkatan pertumbuhan pada sektor ekonomi perbankan juga terjadi. Saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu negara dapat dilihat dari kinerja dan tingkat perekonomian yang dihasilkan, dimana salah satu faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemberlakuan UU ini memicu lahirnya bank syariah yang baru, baik status bank umum syariah

BAB I PENDAHULUAN. Pemberlakuan UU ini memicu lahirnya bank syariah yang baru, baik status bank umum syariah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Persaingan perbankan syariah di Indonesia semakin ketat seiring dengan diberlakukannya UU No.10 Tahun 1998 sebagai dasar hukum bagi beroperasinya lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pertama kali yang berdiri di Indonesia yaitu Bank Muamalat dapat membuktikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pertama kali yang berdiri di Indonesia yaitu Bank Muamalat dapat membuktikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1997, Indonesia mengalami krisis moneter yang mampu merubah perekonomian menjadi sangat terpuruk. Hal ini berakibat kepada perusahaanperusahaan yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan prinsip Islam, yaitu aturan perjanjian (akad) antara bank dengan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan prinsip Islam, yaitu aturan perjanjian (akad) antara bank dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip Islam, yaitu aturan perjanjian (akad) antara bank dengan pihak lain (nasabah) berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Indikator Utama Perbankan Syariah (dalam milyar rupiah)

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Indikator Utama Perbankan Syariah (dalam milyar rupiah) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Titik kulminasi regulasi perbankan syariah terjadi pada tahun 1998. Pada tahun itu diberlakukan UU No. 10 Tahun 1998. Undang-undang tersebut merupakan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank umum syariah dan juga unit-unit usaha syariah. Tumbuhnya perbankan syariah tersebut memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbankan syariah, dalam undang-undang tersebut disebutkan bahwa bank syariah wajib

BAB I PENDAHULUAN. perbankan syariah, dalam undang-undang tersebut disebutkan bahwa bank syariah wajib BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia mengenai bank syariah tertuang dalam UU No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah, dalam undang-undang tersebut disebutkan bahwa bank syariah wajib menjalankan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai-nilai normatif dan rambu-rambu Ilahi (Antonio, 2001).

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai-nilai normatif dan rambu-rambu Ilahi (Antonio, 2001). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem ekonomi syariah atau biasa disebut dengan Ekonomi Islam, semakin popular bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negaranegara barat. Banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan perekonomian mencakup semua sektor, baik sektor industri. (manufaktur), jasa, dan perbankan. Perkembangan perekonomian ini

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan perekonomian mencakup semua sektor, baik sektor industri. (manufaktur), jasa, dan perbankan. Perkembangan perekonomian ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perekonomian dunia sekarang ini mengalami kemajuan yang luar biasa. Kemajuan perekonomian mencakup semua sektor, baik sektor industri (manufaktur), jasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena melibatkan pengelolaan uang masyarakat dan diputar dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. karena melibatkan pengelolaan uang masyarakat dan diputar dalam bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri perbankan merupakan industri yang syarat dengan risiko, terutama karena melibatkan pengelolaan uang masyarakat dan diputar dalam bentuk berbagai investasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami peningkatan sejak dikeluarkannya UU No.10 Tahun 1998 yang mengatur dual banking system dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini telah. mengalami perkembangan yang cukup pesat, ini dibuktikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini telah. mengalami perkembangan yang cukup pesat, ini dibuktikan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perbankan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini telah mengalami perkembangan yang cukup pesat, ini dibuktikan dengan semakin banyaknya bank pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran lembaga keuangan tersebut menjadi sangat penting. taraf hidup rakyat banyak (UU RI No. 10 tahun 1998).

BAB I PENDAHULUAN. peran lembaga keuangan tersebut menjadi sangat penting. taraf hidup rakyat banyak (UU RI No. 10 tahun 1998). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan perekonomian di Indonesia saat ini yang semakin maju tentunya sangat membutuhkan ketersediaan dan peran serta lembaga keuangan. Untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas ekonomi. Bank untuk bisa menjaga kepercayaan masyarakat, maka harus

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas ekonomi. Bank untuk bisa menjaga kepercayaan masyarakat, maka harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada saat ini pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan, karena perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan stabilitas ekonomi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sepenuhnya secara syariah atau dengan membuka cabang khusus syariah.

BAB I PENDAHULUAN. sepenuhnya secara syariah atau dengan membuka cabang khusus syariah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lahirnya Undang-Undang No. 10 tahun 1998, tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, pada bulan November 1998 telah memberi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ulama Indonesia yang didukung oleh para pengusaha muslim dan cendekiawan

BAB I PENDAHULUAN. Ulama Indonesia yang didukung oleh para pengusaha muslim dan cendekiawan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep Bank Syariah mulai diperkenalkan pertama kali di Indonesia dengan didirikannya PT. Bank Muamalat Indonesia, TBK (BMI) pada tahun 1991 dan beroperasi setahun kemudian.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan yang sangat penting dalam menjalankan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan yang sangat penting dalam menjalankan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga keuangan yang sangat penting dalam menjalankan kegiatan perekonomian dan perdagangan di suatu negara. Dalam dunia perbankan terdapat

Lebih terperinci

ANALISIS TREND KECUKUPAN MODAL, KUALITAS ASET, RENTABILITAS, DAN LIKUIDITAS DI PERBANKAN SYARIAH TAHUN

ANALISIS TREND KECUKUPAN MODAL, KUALITAS ASET, RENTABILITAS, DAN LIKUIDITAS DI PERBANKAN SYARIAH TAHUN ANALISIS TREND KECUKUPAN MODAL, KUALITAS ASET, RENTABILITAS, DAN LIKUIDITAS DI PERBANKAN SYARIAH TAHUN 2011-2015 TUGAS AKHIR Disusun untuk memenuhi sebagaian persyaratan mencapai derajat Ahli Madya Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting di dalam perekonomian suatu Negara sebagai lembaga perantara

BAB I PENDAHULUAN. penting di dalam perekonomian suatu Negara sebagai lembaga perantara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting di dalam perekonomian suatu Negara sebagai lembaga perantara keuangan. Bank merupakan organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank merupakan lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi, membantu kelancaran sistem pembayaran dan yang tidak kalah pentingnya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank sebagai lembaga keuangan adalah bagian dari faktor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank sebagai lembaga keuangan adalah bagian dari faktor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank sebagai lembaga keuangan adalah bagian dari faktor penggerak kegiatan perekonomian. Kegiatan kegiatan lembaga sebagai penyedia dan penyalur dana akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediaries) yang menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis jenis usaha yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis jenis usaha yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perbankan syariah pada era reformasi ditandai dengan disetujuinya Undang undang Nomor 10 tahun 1998. Dalam undang-undang tersebut diatur dengan rinci landasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gadai emas walaupun memberikan pendapatan yang tinggi, pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. Gadai emas walaupun memberikan pendapatan yang tinggi, pembiayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gadai emas walaupun memberikan pendapatan yang tinggi, pembiayaan gadai emas dan pembiayaan investasi emas pada perbankan syari ah memiliki financial risk yang cukup

Lebih terperinci

ANALISIS STRUCTURE CONDUCT PERFORMANCE (SCP) JIKA TERJADI MERGER BANK PEMBANGUNAN DAERAH DAN BANK BUMN PERSERO BERDASARKAN NILAI ASET DAN NILAI DANA

ANALISIS STRUCTURE CONDUCT PERFORMANCE (SCP) JIKA TERJADI MERGER BANK PEMBANGUNAN DAERAH DAN BANK BUMN PERSERO BERDASARKAN NILAI ASET DAN NILAI DANA ANALISIS STRUCTURE CONDUCT PERFORMANCE (SCP) JIKA TERJADI MERGER BANK PEMBANGUNAN DAERAH DAN BANK BUMN PERSERO BERDASARKAN NILAI ASET DAN NILAI DANA Oleh: Endi Rekarti & Mafizatun Nurhayati 1. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdirinya industri perbankan syariah di Indonesia diawali dengan adanya kesadaran untuk menjalankan prinsip syariah di dalam kehidupan masyarakat yang mayoritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditengah kondisi perekonomian yang masih dalam tahap pemulihan, membuktikan

BAB I PENDAHULUAN. ditengah kondisi perekonomian yang masih dalam tahap pemulihan, membuktikan BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Pertumbuhan perbankan syariah yang relatif masih cukup tinggi jika dibandingkan perbankan secara umum maupun keuangan syariah secara global ditengah kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri perbankan mempunyai peranan yang kompleks terhadap perekonomian yang dapat kita rasakan seperti sekarang, dimana hampir seluruh aspek kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur dan jasa. Sedangkan sektor moneter ditumpukan pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur dan jasa. Sedangkan sektor moneter ditumpukan pada sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian suatu negara dibangun atas dua sektor, yaitu sektor riil dan sektor moneter. Sektor riil adalah sektor ekonomi yang ditumpukan pada sektor manufaktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat dan stabil. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri dari tiga

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat dan stabil. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri dari tiga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi suatu negara pada umumnya tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan dan perkembangan dari para pelaku ekonomi yang menjalankan kegiatan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), NON PERFORMING LOAN (NPL), BIAYA OPERASIONAL PENDAPATAN

ANALISIS PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), NON PERFORMING LOAN (NPL), BIAYA OPERASIONAL PENDAPATAN ANALISIS PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), NON PERFORMING LOAN (NPL), BIAYA OPERASIONAL PENDAPATAN OPERASIONAL (BOPO), RETURN ON ASSET (ROA) DAN NET INTEREST MARGIN (NIM) TERHADAP LOAN TO DEPOSIT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang nomor 10 tahun 1998 pengertian bank umum

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang nomor 10 tahun 1998 pengertian bank umum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Menurut Undang-undang nomor 10 tahun 1998 pengertian bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip

Lebih terperinci

Struktur Pasar dan Conduct

Struktur Pasar dan Conduct Struktur Pasar dan Conduct sayifullah Pasar? Konteks di mana para penjual dan pembeli melakukan pertukaran secara sukarela. Pasar = penawaran + permintaan. Dalam ekonomi industri, pasar = industri. 1 Permintaan

Lebih terperinci

EKONOMI INDUSTRI (Pertemuan Pertama)

EKONOMI INDUSTRI (Pertemuan Pertama) EKONOMI INDUSTRI (Pertemuan Pertama) Dosen Pengasuh: Khairul Amri, SE. M.Si Bacaan Dianjurkan: Wihana Kirana Jaya, 2008. Ekonomi Industri, BPFE-UGM Yogyakarta. Mudrajat Kuncoro, 2012. Ekonomika Aglomerasi,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bagian ini membahas beberapa teori yang akan menjadi karangka acuan atau dasar analisis skripsi ini. Pembahasan teori dilakukan agar dapat memahami secara mendalam pengusaan teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah peningkatan, menurut data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kini sudah ada 12 Bank Umum Syariah (BUS),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri perbankan sangat penting peranannya dalam perekonomian suatu negara, tidak terkecuali di Indonesia. Dalam industri perbankan sendiri, bank memiliki peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perbankan memiliki peranan yang sangat strategis dalam menunjang berjalannya roda perekonomian dan pembangunan nasional mengingat fungsinya sebagai lembaga

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK SYARIAH DENGAN BANK KONVENSIONAL

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK SYARIAH DENGAN BANK KONVENSIONAL ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK SYARIAH DENGAN BANK KONVENSIONAL (Studi Kasus pada PT. Bank Syariah Mandiri dan PT. Bank Central Asia) SKRIPSI Diajukan Untuk memenuhi Tugas Dan Syarat-Syarat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Struktur Pasar Struktur Pasar menurut Undang-Undang No 5 tahun 1995 adalah keadaan pasar yang memberi petunjuk tentang aspek yang memiliki pengaruh penting

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGHIMPUNAN TABUNGAN MASYARAKAT PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGHIMPUNAN TABUNGAN MASYARAKAT PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGHIMPUNAN TABUNGAN MASYARAKAT PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia mulai mengalami goncangan saat terjadinya krisis

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia mulai mengalami goncangan saat terjadinya krisis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan di Indonesia mulai mengalami goncangan saat terjadinya krisis ekonomi yang merambah kepada krisis multidimensional, terutama pada kisaran tahun 1997-1998.

Lebih terperinci

PASAR PERSAINGAN SEMPURNA

PASAR PERSAINGAN SEMPURNA PASAR PERSAINGAN SEMPURNA Struktur Pasar Faktor-faktor yang membedakan bentuk pasar 1. Ciri-ciri barang yang dihasilkan 2. Banyaknya perusahaan dalam industri 3. Tingkat kesulitan perusahaan baru dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang struktur dan kinerja industri telekomunikasi seluler. Bab ini juga akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang struktur dan kinerja industri telekomunikasi seluler. Bab ini juga akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan menjelaskan teori-teori yang digunakan untuk melakukan studi tentang struktur dan kinerja industri telekomunikasi seluler. Bab ini juga akan menjadi panduan untuk memahami

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syariah pada dasamya merupakan suatu industri keuangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syariah pada dasamya merupakan suatu industri keuangan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan syariah pada dasamya merupakan suatu industri keuangan yang memiliki sejumlah perbedaan mendasar dalam kegiatan utamanya dibandingkan dengan perbankan konvensional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan salah satu urat nadi perekonomian suatu negara. Bank di dalam perekonomian sebagai lembaga perantara keuangan, yang dimana perbankan merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utamanya menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan giro, tabungan

BAB I PENDAHULUAN. utamanya menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan giro, tabungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada umumnya, bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan giro, tabungan dan deposito serta menyalurkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transaksi antara pihak-pihak pencari dana (emiten) dengan pihak yang kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. transaksi antara pihak-pihak pencari dana (emiten) dengan pihak yang kelebihan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal merupakan pasar tempat pertemuan dan melakukan transaksi antara pihak-pihak pencari dana (emiten) dengan pihak yang kelebihan dana (surplus fund). Pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan krisis moneter terjadi pada tahun yang memberikan dampak

BAB I PENDAHULUAN. dan krisis moneter terjadi pada tahun yang memberikan dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri perbankan tidak terlepas dari munculnya permasalahan yang dihadapi antara lain masalah pendanaan, kredit macet, kinerja keuangan buruk, dan krisis moneter

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN TOTAL ASET BANK SYARIAH DI INDONESIA OLEH LATTI INDIRANI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN TOTAL ASET BANK SYARIAH DI INDONESIA OLEH LATTI INDIRANI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN TOTAL ASET BANK SYARIAH DI INDONESIA OLEH LATTI INDIRANI H14101089 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA BANK SYARIAH DI INDONESIA (Studi Empiris Bank Umum Syariah)

ANALISIS KINERJA BANK SYARIAH DI INDONESIA (Studi Empiris Bank Umum Syariah) ANALISIS KINERJA BANK SYARIAH DI INDONESIA (Studi Empiris Bank Umum Syariah) S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen pada Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR) DAN NET INTEREST MARGIN (NIM) TERHADAP RETURN ON ASSET (ROA)

ANALISIS PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR) DAN NET INTEREST MARGIN (NIM) TERHADAP RETURN ON ASSET (ROA) ANALISIS PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR) DAN NET INTEREST MARGIN (NIM) TERHADAP RETURN ON ASSET (ROA) ( Studi Kasus Pada Bank Mandiri (Persero) Tbk periode 2008-2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam UU perbankan No. 10 Tahun 1998 pasal 4 yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam UU perbankan No. 10 Tahun 1998 pasal 4 yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perbankan merupakan salah satu intrument penting dalam perekonomian sebagai lembaga perantara keuangan. Hal ini sesuai dengan tujuan dari perbankan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (riba), serta larangan untuk berinvestasi pada usaha usaha berkategori terlarang

BAB I PENDAHULUAN. (riba), serta larangan untuk berinvestasi pada usaha usaha berkategori terlarang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Awal kelahiran sistem perbankan syariah di latar belakangi oleh pembentukan sistem berdasarkan adanya larangan dalam agama Islam untuk meminjamkan atau memungut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan dalam lalu lintas pembayaran, sehingga kinerja bank merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan dalam lalu lintas pembayaran, sehingga kinerja bank merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank dikenal sebagai lembaga kepercayaan masyarakat yang mempunyai peranan strategis dalam perekonomian negara. Peranan bank sebagai lembaga intermediasi adalah memobilisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah department of store, yang merupakan organisasi jasa atau pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. adalah department of store, yang merupakan organisasi jasa atau pelayanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank mempunyai peranan yang strategis dalam perekonomian suatu negara. Sebagai lembaga intermediasi, bank berperan dalam memobilisasi dana masyarakat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi syariah secara konsisten telah menunjukan perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di wilayah mesir pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, perbankan menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, perbankan menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan berperan dalam mempermudah proses pengalihan dana dari pihak yang kelebihan dana pada pihak yang membutuhkan dana, untuk melakukan proses tersebut, perbankan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga perbankan sebagai lembaga intermediasi mempunyai peran yang sangat penting dalam sebuah perekonomian agar tumbuh dan berkembang, dan juga sebagai gambaran ekonomi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perbankan secara umum menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perbankan secara umum menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perbankan Syariah Pengertian perbankan secara umum menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998 adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank yang mencakup kelembagaan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan masyarakat modern sekarang ini, perbankan sebagai lembaga keuangan memiliki peran besar dalam menggerakkan roda perekonomian suatu negara, bank telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Mei 1992, ditandai dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI). beberapa bank yang bersaing ketat (Infobank, No. 28).

BAB I PENDAHULUAN. 1 Mei 1992, ditandai dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI). beberapa bank yang bersaing ketat (Infobank, No. 28). BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perbankan Syariah sebagai lembaga keuangan Syariah, pada awalnya berkembang secara perlahan, namaun kemudian mulai menunjukkan perkembangan yang semakin cepat mencapai

Lebih terperinci

PENGARUH KEBIJAKAN PENURUNAN SUKU BUNGA THE FED (FEDERAL RESERVE SYSTEM) TERHADAP PERUBAHAN RETURN SAHAM TERKATEGORI LQ 45 DI BURSA EFEK INDONESIA

PENGARUH KEBIJAKAN PENURUNAN SUKU BUNGA THE FED (FEDERAL RESERVE SYSTEM) TERHADAP PERUBAHAN RETURN SAHAM TERKATEGORI LQ 45 DI BURSA EFEK INDONESIA PENGARUH KEBIJAKAN PENURUNAN SUKU BUNGA THE FED (FEDERAL RESERVE SYSTEM) TERHADAP PERUBAHAN RETURN SAHAM TERKATEGORI LQ 45 DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. dimana kegiatan utamanya adalah menerima simpanan giro, tabungan, dan

1. PENDAHULUAN. dimana kegiatan utamanya adalah menerima simpanan giro, tabungan, dan 1 1. PENDAHULUAN 2. 2.1. Latar Belakang Bank merupakan lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi, membantu kelancaran sistem pembayaran, dan yang tidak kalah pentingnya adalah lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produksi yang tersedia secara optimal untuk dapat menghasilkan output yang

BAB I PENDAHULUAN. produksi yang tersedia secara optimal untuk dapat menghasilkan output yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Efisiensi merupakan indikator penting dalam mengukur kinerja keseluruhan dari aktivitas suatu perusahaan. Efisiensi sering diartikan bagaimana suatu perusahaan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gagasan mengenai konsep ekonomi Islam secara Internasioanal muncul pada. tentang ekonomi Islam di Mekkah pada tahun 1976.

BAB I PENDAHULUAN. Gagasan mengenai konsep ekonomi Islam secara Internasioanal muncul pada. tentang ekonomi Islam di Mekkah pada tahun 1976. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gagasan adanya perbankan yang beroperasi berdasarkan prinsip syariat Islam berkaitan erat dengan gagasan terbentuknya suatu sistem ekonomi Islam. Gagasan mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan deposito) dan menyalurkannya dalam bentuk kredit oleh bank-bank

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan deposito) dan menyalurkannya dalam bentuk kredit oleh bank-bank BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan sengit antar bank dalam penghimpunan dana masyarakat (giro, tabungan dan deposito) dan menyalurkannya dalam bentuk kredit oleh bank-bank komersil mengakibatkan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI NEGARA MUSLIM QATAR DAN BAHRAIN

PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI NEGARA MUSLIM QATAR DAN BAHRAIN PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI NEGARA MUSLIM QATAR DAN BAHRAIN TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Manajemen Minat Utama : Manajemen Keuangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syariah adalah salah satu representasi aplikasi dari ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syariah adalah salah satu representasi aplikasi dari ekonomi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan syariah adalah salah satu representasi aplikasi dari ekonomi Islam yang melarang penggunaan sistem bunga dalam perekonomian khususnya perbankan, karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup. kepada masyarakat yang kekurangan dana (Abdullah, 2005:17).

BAB I PENDAHULUAN. dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup. kepada masyarakat yang kekurangan dana (Abdullah, 2005:17). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank umum syariah dan juga unit-unit usaha syariah. Tumbuhnya perbankan syariah tersebut memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam berbagai alternatif investasi. Sehubungan dengan fungsi penghimpunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut UU No.10 tahun 1998 : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar uang

BAB I PENDAHULUAN. dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar uang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayaran sendiri, dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak yang kekurangan dana pada waktu yang ditentukan (Dendawijaya,

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak yang kekurangan dana pada waktu yang ditentukan (Dendawijaya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak yang kelebihan dana kepada pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan prinsip bagi hasil dan menghindari unsur-unsur spekulatif yang

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan prinsip bagi hasil dan menghindari unsur-unsur spekulatif yang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Sistem perbankan Islam atau lebih dikenal dengan bank syariah merupakan bank yang kegiatannya tidak menggunakan prinsip berdasarkan bunga, melainkan menggunakan prinsip

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional sangatlah diperlukan untuk mengejar ketertinggalan di bidang ekonomi

I. PENDAHULUAN. nasional sangatlah diperlukan untuk mengejar ketertinggalan di bidang ekonomi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang masih memiliki tingkat kesejahteraan penduduk yang relatif rendah. Oleh karena itu kebutuhan akan pembangunan nasional sangatlah diperlukan

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian tentang bagaimana perbandingan antara kinerja perbankan syariah

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian tentang bagaimana perbandingan antara kinerja perbankan syariah V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian tentang bagaimana perbandingan antara kinerja perbankan syariah Indonesia dengan perbankan syariah Malaysia pada tahun 2010 2013 telah dilakukan analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur Perbankan Indonesia (API) sebagai suatu kerangka menyeluruh arah

BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur Perbankan Indonesia (API) sebagai suatu kerangka menyeluruh arah BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Berpijak dari adanya kebutuhan blue print perbankan nasional dan sebagai kelanjutan dari program restrukturisasi perbankan yang sudah berjalan sejak tahun 1998, maka

Lebih terperinci

Struktur dan kinerja industri warung internet di kota Surakarta tahun Oleh: Wisnu Yudananto F BAB I PENDAHULUAN

Struktur dan kinerja industri warung internet di kota Surakarta tahun Oleh: Wisnu Yudananto F BAB I PENDAHULUAN 1 Struktur dan kinerja industri warung internet di kota Surakarta tahun 2004 Oleh: Wisnu Yudananto F.0100069 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini kebutuhan manusia tidak terbatas kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi utama dari perbankan adalah intermediasi keuangan, yakni proses

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi utama dari perbankan adalah intermediasi keuangan, yakni proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan lembaga keuangan yang cukup penting dalam mendukung pertumbuhan perekonomian sebuah negara. Bank yang sehat menunjukkan bahwa bank tersebut mampu menjalankan

Lebih terperinci