LAPORAN PENGAMATAN KONDISI TERKINI BANGUNAN CAGAR BUDAYA RUMAH PEMOTONGAH HEWAN (RPH)-ABATTOIR KABLUK D/H SEMARANGSCHE SLACHTHUIS
|
|
- Sucianty Lie
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 LAPORAN PENGAMATAN KONDISI TERKINI BANGUNAN CAGAR BUDAYA RUMAH PEMOTONGAH HEWAN (RPH)-ABATTOIR KABLUK D/H SEMARANGSCHE SLACHTHUIS Kelurahan Pandean Lamper, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang Tim Penyusun: Muhammad Yogi Fajri (Penyusun data) Abdul Hakim Nurmaulana (Fotografer) KOMUNITAS SEJARAH LOPEN SEMARANG 2014
2 SALAH SATU RPH MODERN PERTAMA DI INDONESIA. Puluhan tahun silam di Semarang, sudah memiliki Rumah Pemotongan Hewan (RPH) atau Abattoir modern atau dalam bahasa Belanda yang dikenal sebagai Slachthuis. Abattoir ini dibangun dalam rangka untuk melayani kebutuhan masyarakat Semarang akan daging yang higienis dan juga untuk meningkatkan pemasukan Gemeente (Kotapraja) Semarang. Pertengahan tahun 1929 diresmikanlah Semarangsche Slachthuis di wilayah Kabluk, yang pada waktu itu berada dipinggiran kota Semarang. Fasilitas ini menggantikan rumah potong hewan tradisional yang ada di Kampung Jagalan, yang telah lama menjadi industry jagal hewan paling diandalkan di Kota Semarang. The Indische Genootschap menulis di jurnal mereka bahwa pada tahun 1913, rencana untuk membangun Abattoir ini sudah digulirkan akan tetapi tertunda karena kesulitan keuangan dari pihak Kotapraja. Pencetus ide dari pembangunan Abattoir ini adalah dr. Jan Stapensea, ahli peternakan dan dokter hewan pertama di Semarang yang juga menjabat sebagai Hoofd directeur van den Veterinair-Hygienische Dienst op Semarang (bahasa: Direktur Utama Urusan Hewan dan Kebersihan Kota Semarang). Sayangnya, dr. J Stapensea ini tidak dapat melihat apa yang diimpikannya, dalam inskripsi yang tertera di pintu masuk Abattoir tertulis, Aan De Nagedachtenis, van wijlen dr. J. Stapensea (bahasa: didedikasikan untuk mengenang, dr. J Stapensea). Pasca kemerdekaan, Abattoir Kabluk tetap melayani kebutuhan daging masyarakat Semarang. Bangunan yang menempati areal kurang lebih seluas 3 hektar yang dirancang oleh arsitek kenamaan Ir Thomas Karsten ini menemui kisah akhirnya pada tahun 1995, saat ditutup dan dijual oleh Walikota Semarang, Iman Soeparto. Setelahnya, areal Abattoir dirubuhkan dan disisakan hanya pada bagian gedung utama/depan. Kini bangunan ini semakin merana, pantauan terakhir menunjukkan bangunan ini tak lebih dari sekedar pembuangan bekas-bekas material bangunan. Sudah sewajibnya Pemerintah Kota Semarang melakukan penyelamatan dan pemanfaatan asset ini yang sudah ditetapkan sebagai Bangunan Cagar Budaya (BCB). Sejauh ini ada UU No 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya. Pada skala lokal Pemkot bahkan punya Surat Keputusan Wali Kota Nomor 646/50/Tahun 1992 tentang Konservasi Bangunan-bangunan Kuno/ Bersejarah di Wilayah Kota Semarang. AKSES MENUJU SITUS Akses menuju Abattoir Kabluk tidaklah sulit. Letaknya dibilangan Jalan Raya Brigjend Sudiarto atau sering disebut sebagai Jalan Majapahit. Persisnya Abattoir ini terletak di sudut persimpangan antara Jalan Brigjend Sudiarto, dan Jalan Gajah Raya. Abattoir Kabluk pada tahun 1977 LANDMARK Abattoir Kabluk bisa dibilang menjadi salah satu Landmark
3 atau penanda kawasan menuju Semarang bagian Timur. Sayang kini pagar pembatas menutupi façade bangunan yang diarsiteki oleh Ir. Thomas Karsten tersebut. Bangunan berarsitektur tropis ini sangat khas dan mewakili sebuah langgam/gaya pada masanya, sehingga telah ditetapkan menjadi Bangunan Cagar Budaya (BCB). Selain itu, bangunan Abattoir Kabluk juga merupakan salah satu tempat bersejarah yakni merupakan salah satu checkpoint saat memasuki Kota Semarang, pada masa Revolusi Kemerdekaan Indonesia, (terlampir). Inskripsi didepan pintu masuk Abattoir Kabluk Layout Pameran Kuno Kini Nanti sebagai contoh layout museum Kota. NILAI PENTING Abattoir Kabluk Memiliki beragam nilai penting ditilik dari sejarahnya, diluar fakta bahwa Abattoir ini adalah salah satu dari Abattoir-abattoir modern mula-mula yang dibangun di Indonesia (Jakarta 1918, Surabaya 1927, dsb). Orang-orang dibalik pembangunan Abattoir ini sendiri juga merupakan orang-orang penting seperti. Dr Jan Stapensea adalah ahli ternak dan dokter hewan terkenal pada masa kolonial. Dr. J Stapensea menolak ide pasteurisasi susu yang menurutnya kualitas susu yang baik dan buruk terbaur menjadi satu. Dalam The Indische Genootschap disebutkan untuk kualitas susu yang lebih baik untuk daerah tropis adalah dengan merebus susu dan jika mungkin hanya sekali dalam masa konsumsi, untuk menjaga nutrisi dan kualitasnya tetap baik. Ir. Thomas Karsten adalah arsitek dan perencana wilayah pemukiman dari Hindia Belanda. Ia adalah putra seorang profesor Filsafat dan Wakil Ketua Chancellor ("Pembantu Rektor") di Universitas Amsterdam, sedangkan ibunya adalah seorang kelahiran Jawa Tengah. Karya-karyanya yang termahsyur dibidang bangunan adalah Pasar Johar Semarang, Gedung Jiwasraya Semarang, RS Elizabeth Semarang, Pasar Gede Solo, dll. Untuk perencanaan wilayah juga masih bisa kita lihat hasil karyanya kini seperti kampong Mlatten, Sompok, kawasan Candi Baru, Kawarasan Magelang, Malang, Jatinegara Jakarta, dll. PEMANFAATAN KEDEPAN Bangunan bekas Abattoir Kabluk yang lahannya tersisa seluas kurang lebih 30m2 memiliki potensi yang ideal untuk dimanfaatkan sebagai fasilitas public yakni Museum Kota Semarang, mengingat Kota Seamarang belum memiliki Museum yang menceritakan perkembangan kota Semarang dari masa ke masa secara spesifik, pun Sejarah Kota Semarang tidak memiliki tempat di kurikulum-kurikulum sekolah di Kota Semarang. Komunitas Sejarah Lopen Semarang pernah menggelar sebuah pameran bertajuk Kuno Kini Nanti pada Agustus Pameran ini mengusung tema "retropeksi" dimana penyelenggara mencoba untuk mengajak para pengunjung untuk merefleksi kembali bagaimana perjalanan kota Semarang utamanya di abad ke-20. Masa dimana dunia
4 sedang bertransformasi dari "Kuno ke Kini", dari peradaban yang masih tradisional ke masa yang lebih modern. Ekonomi, Industri, Pendidikan, Pemikiran dan lain sebagainya bertransformasi kearah yang kini kita dapat lihat dan nikmati sebagai manusia di abad ke 21. Mengambil lokasi di Gedung bekas toko Spiegel di bilangan Jalan Letjen Soeprapto, kawasan Kota Lama, Semarang, pengunjung akan disuguhi pameran sejarah dan juga berbagai rangkaian acara pendukung yang digelar oleh komunitas-komunitas lain. Pameran ini merupakan contoh kepada masyarakat Semarang pembelajaran sejarah yang menyenangkan. Setiap harinya di saat pagi hari, puluhan siswa-siswi SD diundang untuk mengunjungi Pameran Kuno Kini Nanti. Tak kurang dari 300 lebih siswa dari SD Karangturi, SD Kebon Dalem, SD Cor Jesu, dsb mengunjungi pameran ini. Selain itu pameran ini juga digelar untuk mengencourage pemerintah Kota Semarang untuk membuka Museum Kota karena tata letak pameran ini sudah seperti museum mini yang menceritakan perkembangan kota Semarang dari masa ke masa. daya tarik Relatif terjangkau aksesnya dari berbagai sudut kota Semarang Bangunan pusaka: bangunan berlanggam tropis dari abad ke-20. akses kegiatan fasilitas dan layanan pendukung ULASAN Mudah dicapai dari berbagai penjuru dengan kendaraan umum atau pribadi utamanya yang beroda dua. Halaman parkir luas dengan memanfaatkan lahan parkir milik pusat perbelanjaan disamping barat bangunan eks- Abattoir Kabluk. Mempelajari perkembangan Kota Semarang dengan melihat-lihat koleksi museum. Menggelar acara seni dan kebudayaan yang digelar oleh beragam komunitas dengan menyediakan amphiteater dibagian belakang gedung yang lahannya masih luas. Toilet Kafetaria Amphiteater Penyelamatan dan pemanfaatan eks-abattoir Kabluk harus segera diupayakan. Laporan ini didukung oleh beberapa arsip foto lawas, foto terkini dan beberapa dokumen pendukung. Dasar kegiatan ini adalah pasal 56 UU No. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya yang berbunyi Setiap orang dapat berperan serta melakukan perlindungan cagar budaya, dan juga 85 ayat 1 UU No. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya yang berbunyi Pemerintah, Pemerintah Daerah dan setiap orang dapat memanfaatkan Cagar Budaya untuk kepentingan agama, sosial, pendidikan,
5 ilmu pengetahuan, teknologi, kebudayaan dan pariwisata. LAMPIRAN Foto-Foto Kondisi terkini Bangunan eks-abattoir Kabluk.
6
7
8
9
10 LAMPIRAN Draft Pengumuman pada masa Revolusi Fisik, tertanggal tahun 2 Desember 1946 oleh Tentara Belanda yang menyebutkan bahwa Abattoir Kabluk sebagai salah satu Checkpoint keamanan sebelum memasuki kawasan Kota Semarang Sumber: Arsip Pribadi milik Huib J. Lankhuize, veteran Tijger Brigade dari Koninklijke Leger (KL) di sepatoeroesak.nl
11 gewoon archief alg.hoofdkwartier datum ink. no. map en vervolg no ' kantooraanwijzing: COMMANDO NEDERLANDSCHE TROEPEN te SEMARANG O N T W E R P O V E R E E N K O M S T De commandant van de Nederlandsche troepen te SEMARANG maakt bekend, dat de volgende overeenkomst is tot stand gekomen 1. Het verkeer naar en uit het, door Nederlandsche troepen gecontroleerd gebied mag uitsluitend en alleen plaats vinden langs de na te noemen wegen a). b). c). d). e). de weg DEMAK - GENOEKSARI - SEMARANG; de weg MRANGGEN - PADOEROENGAN - PANDEJAN; de weg OENGARAN - NGESREP - DJATINGALEH; de weg MIDJEN - KEDOENGPANI - DJRAKAH; de weg MANGKANG - KARANGANJAR - DJRAKAH; 2. Alle binnenkomende en uitgaande personen alsmede de door hen vervoerde goederen zullen worden onderzocht. Dit onderzoek kan zich uitstrekken tot onderzoek aan den lijve. Vrouwelijke personen zullen alleen door vrouwelijk personeel aan den lijve worden onderzocht. 3. Het vorenbedoelde onderzoek zal op de na te noemen plaatsen geschieden; a). bij de brug in kampong MOEKTIHARDJO aan den weg DEMAK - SEMARANG; b). bij het zgn. "SLACHTHUIS" aan den weg MRANGGEN -
12 PANDEJAN; c). in de noordrand van kampong NGESREP aan den weg OENGARAN - DJATINGALEH; d). aan den zuidrand van kampong PERSILAN aan den weg MIDJEN - DJRKAHAR. e). in de westrand van KARANGANJAR aan den weg MANGKANG - DJRKAHAN. 4. Het passeren van de in het vorig genoemde punt posten is alleen toegestaan tusschen des morgens en des namiddags. 5). een ieder, die...
13 -2-5. een ieder, die buiten in de punt 1 genoemde wegen, wordt aangetroffen binnen het door de Nerlandsche troepen gecontroleerde gebied zal ten genoege van den patrouillecommandant moeten kunnen aantonen dat hij recht heeft zich aldaar op te houden. Indien de patrouillecommandant dit noodig oordeelt kan hij de(n) betrokkene(n) voor nader onderzoek aanhouden en naar den dichtsbijzijnden Nederlansche post geleiden. 6. Een ieder, die zonder machtiging van de Nederlansche autoriteiten binnen de demarcatielijn in het bezit worden gevonden van wapens, ammunitie, en/of explosieven, kan op staanden voet worden doodgeschoten; bij verzet, ontvluchten of pogingen daartoe zal door de Nederlandsche Troepen van de wapens gebruik worden gemaakt. Geen vergunning is noodig voor sierwapens( krissen) en slagwapens van het formaat, dat gebruikelijk is bij het beoefenen van den landbouw. 7. Des nachts zullen de patrouilles, welke zich in de nabijheid van de demarcatielijn bevinden, zich aan elkaar bekenbaar maken door het zwaaien met flambouwen of flashlights en het slaan op tong-tongs. 8. Voor vestiging binnen het door de Nederlandsche Troepen gecontroleerde gebied komen voorshands alleen personen in aanmerking, die tot de oorspronkelijke autochtone bevolking behooren. Voorloopig wordt als vestigingsgebied aangewezen: a). het kampoengcomplex PLEWAN LOR - PLEWAN KIDOEL - SIWALAN; b) het kampoengcomplex TEMBALANG - BOELOESAN - KRAMAS; c) het kampoengcomplex NGALIAN - WRINGINWOK - KLAMPISAN; Een ieder, die zich in deze gebieden wenscht te vestigen moet zich doen registreren, waarvoor tusschen en gelegenheid zal worden geboden bij;
14 Voor complex a) het zgn. "SLACHTHUIS"; Voor complex b) de Noordrand van NGESREP; Voor complex c) de Zuidrand van PERSILAN. Door het Nederlandsche Gezag zullen hieromtrent nog nadere voorschriften worden uitgegeven.
15 -3-9. Aan den handel tusschen het door de Nederlansche Troepen en het door de Indonesische Troepen bezet gebied zullen zoo weinig mogelijke belemmeringen in den weg worden gelegd m.u.v. levensmiddelen, waarvan de uitvoer geheel verboden is en van textiel, motorvoertuigen, onderdelen daarvoor, banden en electrische toestellen, waarvan de uitvoer zal worden gereglementeerd. De commandant der Nederlandsche Troepen te S E M A R A N G D.R.A. van Langen, Kolonel der inf. Na punt 7 op te nemen: 7a. De grens van het door de Nederlansche Troepen gecontroleerd gebied zal worden kenbaar gemaakt door... Deze kenteekenen zullen voornamelijk worden aangebracht op de punten, waar wegen en paden de demarcatielijn snijden.
16 -4- PUNTEN NOPENS UITVOERINGSMAATREGELEN BESTAND. 1. Uitsluitend langs de door Teritoriaal Commandant daarvoor vastgestelde toegangswegen per dag en per toegangsweg toelaten maximum 10 personen, die voordien in het door Nederlandsche Troepen bezette gebied woonachtig waren. 2. Deze personen worden door het Civiel Bestuur gerigistreerd op de daarvoor in overleg tusschen Militair en Civiel Bestuur aagegeven plaatsen. 3. Aan niet-geregistreerde personen wordt geen distributie-voedsel en/of huisvesting verstrekt. 4. De bestaande uitvoerverboden ten aanzien van voedsel en de beperkingen ten aanzien van huisraad en kantoorinventaris blijven gehandhaafd, terwijl een verbod tegen uitvoer van kleeding en schoeisel zal worden uitgevaardigd, e.e.a. ter bescherming van de belangen van de bevolking in het gebied Semarang 5. Invoer naar het gebied Semarang blijft onbeperkt toegestaan. 6. In gezamenlijk overleg zal vastgesteld dienen te worden, wat verstaan wordt onder de randgebieden, waarbinnen het Nerderlandsch- Indische geld in omloop mag zijn. 7. Uitdrukkelijk wordt vastgesteld dat in het Semarang-gebied voorhands status quo wordt gehandhaafd.
17
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG (UU) 1947 Nomer. 40. ) (40/1947) HUKUM DISIPLIN TENTARA. Menyesuaikan peraturan-peraturan Hukum Disiplin Tentara (Staatsblad 1934, No. 168) dengan keadaan sekarang. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PEMANGGILAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM PADA SUATU PERSEROAN TERBATAS MENURUT
53 BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PEMANGGILAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM PADA SUATU PERSEROAN TERBATAS MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS A. Analisa Hukum Mengenai Keharusan
Lebih terperinciPelajaran 1-6 PENGANTAR
Pelajaran 1-6 PENGANTAR Teks-teks Pelajaran 1-6 berasal dari buku yang sama: J. van Goor, De Nederlandse Kolonien, Geschiedenis van de Nederlandse expansie 1600-1975, Den Haag: Sdu Uitgeverij, 1994. Buku
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 1954 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN-PERATURAN PEMBERIAN PEMBEBASAN CUKAI UNTUK MINYAK TANAH (KEROZINE) DAN SULINGAN-SULINGAN MINYAK TAMBANG YANG DISAMAKAN
Lebih terperinciDengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia MEMUTUSKAN
1 UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1951 TENTANG PENETAPAN UNDANG-UNDANG DARURAT TENTANG PERUBAHAN ORDONANSI PAJAK PERALIHAN 1944, ORDONANSI PAJAK UPAH DAN ORDONANSI PAJAK KEKAYAAN 1932 (UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciKECENDERUNGAN PASAR JOHAR SEBAGAI OBYEK WISATA BELANJA DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR
KECENDERUNGAN PASAR JOHAR SEBAGAI OBYEK WISATA BELANJA DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: MARTINA PUNGKASARI L2D 304 157 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 ( balai pustaka Kamus Bahasa Indonesia 1988 ) 2 Ibid 3 Ibid
BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL Pengertian judul : MUSEUM MUSIK TRADISONAL JAWA TENGAH DI BENTENG VASTENBURG SURAKARTA adalah sebagai berikut : Museum : Gedung yang digunakan sebagai tempat untuk
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN PERANCANGAN
BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN 2.1 Tinjauan Umum Penulis akan membuat sebuah buku yang berisi tentang museum sejarah jakarta. Buku tersebut akan membahas mengenasi sejarah bangunan, fungsi bangunan pada saat
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 1958 TENTANG PAJAK VERPONDING UNTUK TAHUN-TAHUN 1957 DAN BERIKUTNYA. Presiden Republik Indonesia,
UNDANG-UNDANG NOMOR 72 TAHUN 1958 TENTANG PAJAK VERPONDING UNTUK TAHUN-TAHUN 1957 DAN BERIKUTNYA Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa oleh karena didalam praktek pemungutan tiap-tiap tahun
Lebih terperinciPEMERINTAH SEBAGAI SUBJEK HUKUM PERDATA DALAM KONTRAK PENGADAAN BARANG ATAU JASA. Oleh: Sarah S. Kuahaty
53 PEMERINTAH SEBAGAI SUBJEK HUKUM PERDATA DALAM KONTRAK PENGADAAN BARANG ATAU JASA Oleh: Sarah S. Kuahaty ABSTRACT Dalam pembagiannya subjek hukum Perdata terdiri atas manusia (naturlijkperson) dan badan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1946 TENTANG PERATURAN HUKUM PIDANA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1946 TENTANG PERATURAN HUKUM PIDANA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebelum dapat melakukan pembentukan Undang-Undang hukum pidana baru, perlu
Lebih terperinciBAB IV KEBIJAKAN PEMERINTAH HINDIA BELANDA TERHADAP PERKAWINAN MUSLIM DI JAWA-MADURA TAHUN
56 BAB IV KEBIJAKAN PEMERINTAH HINDIA BELANDA TERHADAP PERKAWINAN MUSLIM DI JAWA-MADURA TAHUN 1929-1931 A. Latar Belakang Dikeluarkannya Kebijakan Ordonansi Perkawinan di Jawa- Madura Tahun 1929-1931 Berdasarkan
Lebih terperinciMengingat : Akan Pasal 89 dan Pasal 117 dari Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia; Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia;
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1953 TENTANG MENGUBAH DAN MENAMBAH ORDONANSI PAJAK RUMAH TANGGA 1908 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa adalah
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1954 TENTANG PELAKSANAAN PENGAWASAN TERHADAP ORANG ASING YANG BERADA DI INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1954 TENTANG PELAKSANAAN PENGAWASAN TERHADAP ORANG ASING YANG BERADA DI INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa perlu diadakan peraturan
Lebih terperinciKAJIAN IDENTITAS BUDAYA DALAM FRAGMEN FAMILIEFEEST KARYA THEODOR HOLMAN
KAJIAN IDENTITAS BUDAYA DALAM FRAGMEN FAMILIEFEEST KARYA THEODOR HOLMAN NADIA HAQ 0906643484 FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI BELANDA DEPOK DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA
P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA PENEKANAN DESAIN TIPOLOGI PADA ARSITEKTUR BANGUNAN SETEMPAT Diajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri pada akhir dekade pertama abad ke-19, diresmikan tanggal 25 September 1810. Bangunan
Lebih terperinciAPA KEGUNAAN BENDA-BENDA YANG DISIT A DALAM HUKUM ACARA PI DANA KIT A SEKARANG? Handoko Tjondroputranto
Hukum Acara Pidana 87 APA KEGUNAAN BENDA-BENDA YANG DISIT A DALAM HUKUM ACARA PI DANA KIT A SEKARANG? Handoko Tjondroputranto Benda-benda yang disita dalam suatu tindak pidana memegang peran penting dalam
Lebih terperinciPresiden Republik Indonesia,
UNDANG-UNDANG DARURAT (UUDRT) NOMOR 37 TAHUN 1950 (37/1950) TENTANG PERUBAHAN PAJAK PERALIHAN 1944, ORDONANSI PAJAK DAN UPAH DAN ORDONANSI PAJAK KEKAYAAN 1932 Presiden Republik Indonesia, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. TABEL 1.1 JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA DAN NUSANTARA KE OBJEK WISATA KOTA BANDUNG Jumlah. Jumlah Tahun.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemerintah sudah mencanangkan bahwa pariwisata harus menjadi andalan pembangunan Indonesia. Keputusan Presiden (Keppres) No. 38 Tahun 2005, mengamanatkan
Lebih terperinciAmbonese woonoorden Barneveld
Ambonese woonoorden Barneveld r B A R N E V E L D RAPPORT VAN C. 23-3.75 Aan : CFO No. : 18.307 Betr.: Ontruiming woonoord te Barneveld. Op 21-2-1973 werd van Hip., GP-Barneveld, het volgende vernomen*
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. berjudul Undang-Undang Agraria Dan Dampaknya Terhadap Perkembangan
46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini merupakan penjelasan mengenai metode dan teknik penelitian yang dipergunakan oleh penulis untuk mengkaji permasalahan dengan skripsi yang berjudul Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandung merupakan ibukota di provinsi Jawa Barat yang terkenal dengan julukan Kota Kembang. Menurut sejarawan Haryanto Kunto dalam bukunya yang berjudul Wajah Bandoeng
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat yang banyak menyimpan berbagai sejarah serta memiliki kekayaan
Lebih terperinciLANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN SOBOKARTTI SEBAGAI JAVA HERITAGE CENTER
TUGAS AKHIR 111 PERIODE APRIL SEPTEMBER 2010 LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN SOBOKARTTI SEBAGAI JAVA HERITAGE CENTER OLEH : RAGIL RINAWATI NIM : L2B 006 067 DOSEN PEMBIMBING
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengertian judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian judul Arti judul Judul laporan Dasar Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (DP3A) yang diangkat adalah Solo Technopark. Untuk dapat mengetahui pengertian judul
Lebih terperinciUU 72/1958, PAJAK VERPONDING UNTUK TAHUN TAHUN 1957 DAN BERIKUTNYA *)
UU 72/1958, PAJAK VERPONDING UNTUK TAHUN TAHUN 1957 DAN BERIKUTNYA *) Oleh:PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor:72 TAHUN 1958 (72/1958) Tanggal:9 SEPTEMBER 1958 (JAKARTA) Tentang:PAJAK VERPONDING UNTUK TAHUN-TAHUN
Lebih terperinciBAB III: DATA DAN ANALISA
BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik Sumber : KAK Sayembara Arsitektur Museum Batik Indonesia Gambar 40 Lokasi Museum Batik Indonesia 1. Data Tapak - Lokasi : Kawasan Taman Mini Indonesia
Lebih terperinciDAFTAR lsi KATA PENGANTAR PENDAHULUAN DAFTARISI BAB 1 SEKILAS TENTANG ARSITEKTUR CINA PADA AKHIR ABAD KE-19 DI PASURUAN
~ GRAHAILMU DAFTAR lsi KATA PENGANTAR PENDAHULUAN DAFTARISI BAB 1 SEKILAS TENTANG ARSITEKTUR CINA PADA AKHIR ABAD KE-19 DI PASURUAN BAB2 Arsitektur Cina Akhir Abad Ke-19 di Pasuruan Denah, Bentuk, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau asal-usul (keturunan) silsilah, terutama bagi rajaraja yang memerintah.
Lebih terperinciBAB I WHAT? Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara
3 BAB I WHAT? Dalam kesempatan ini, perancang mendapatkan tugas dengan tema Kelompok Royal Heritage. Pengertian dari Royal Heritage sendiri diperoleh dari kata Royal yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1954 TENTANG PENETAPAN UNDANG-UNDANG DARURAT NO. 11 TAHUN 1952 TENTANG PENGUBAHAN DAN PENAMBAHAN DARI "ORDONNANTIE OP DE VENNOOTSCHAPSBELASTING 1925" YANG
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
103 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Museum Taman Prasasti adalah salah satu museum di Jakarta yang mempunyai daya tarik dan keunikan tersendiri. Daya tarik tersebut berupa lokasi museum yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. GambarI.1 Teknik pembuatan batik Sumber: <www.expat.or.id/infi/info.html#culture>
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan museum tidak hanya sekedar untuk menyimpan berbagai bendabenda bersejarah saja. Namun dari museum dapat diuraikan sebuah perjalanan kehidupan serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Semarang sebagai lahan incaran investor
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Semarang sebagai lahan incaran investor Sebagai ibukota provinsi Jawa Tengah dengan lokasi strategis dan fasilitas transportasi yang lengkap, Semarang merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 metro.koranpendidikan.com, diakses pada 1 Maret 2013, pukul WIB
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Hotel memiliki beberapa klasifikasi tergantung dari sudut pandang tertentu. Hotel wisata yang menjadi judul penulisan ini sebenarnya berasal dari istilah tourist
Lebih terperinci*85 UNDANG-UNDANG (UU) 1946 No. 1 (1/1946) HUKUM PIDANA. Hal Undang-undang hukum pidana. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Copyright (C) 2000 BPHN UU 1/1946, UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA *85 UNDANG-UNDANG (UU) 1946 No. 1 (1/1946) HUKUM PIDANA. Hal Undang-undang hukum pidana. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa sebelum
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Lokasi Solo baru adalah daerah bagian selatan dan sebelah utara kota Surakarta jawa tengah untuk daerah ini bertepatan dengan kabupaten Sukoharjo daerah ini dulunya
Lebih terperinciSRC. Stichting Revalidatie Cirebon Yayasan Revalidasi Cirebon
SRC Stichting Revalidatie Cirebon Yayasan Revalidasi Cirebon Inleiding Stichting Revalidatie Cirebon is een non-profit organisatie met als doel het bijstaan van gehandicapten op Java (Indonesië), in het
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1954 TENTANG UNDANG-UNDANG TENTANG PENETAPAN UNDANG-UNDANG DARURAT NO. 11 TAHUN 1952 TENTANG PERUBAHAN DAN PENAMBAHAN DARI "ORDONNANTIE OP DE VENNOOTSCHAPSBELASTING 1925" YANG
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian museum adalah sebagai berikut : benda seni dan pengetahuan. bahwa : (Dirjen Kebudayaan Depdikbud, 1984)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian museum adalah sebagai berikut : 1. Dalam kamus Oxford disebut bahwa museum berasal dari kata mousa yang berarti arah. Pengertian ruang atau tempat untuk
Lebih terperinciPENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP HUKUM PERDATA INTERNASIONAL. Devica Rully, SH., MH., LLM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ESA UNGGUL MARET 2017
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP HUKUM PERDATA INTERNASIONAL Devica Rully, SH., MH., LLM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ESA UNGGUL MARET 2017 OBYEK KAJIAN LATAR BELAKANG HPI PENGERTIAN HPI RUANG LINGKUP SUMBER
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1953 TENTANG MENGUBAH DAN MENAMBAH ORDONANSI PAJAK RUMAH TANGGA 1908 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1953 TENTANG MENGUBAH DAN MENAMBAH ORDONANSI PAJAK RUMAH TANGGA 1908 PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa adalah perlu untuk mengenakan suatu pemungutan pajak yang istimewa atas pemegang
Lebih terperincibiasa dari khalayak eropa. Sukses ini mendorong pemerintah kolonial Belanda untuk menggiatkan lagi komisi yang dulu. J.L.A. Brandes ditunjuk untuk
11 Salah satu warisan lembaga ini adalah Museum Sono Budoyo di dekat Kraton Yogyakarta. 8 Tahun 1900, benda-benda warisan budaya Indonesia dipamerkan dalam Pameran Kolonial Internasional di Paris dan mendapat
Lebih terperinciSTUDI PENENTUAN KLASIFIKASI POTENSI KAWASAN KONSERVASI DI KOTA AMBARAWA TUGAS AKHIR
STUDI PENENTUAN KLASIFIKASI POTENSI KAWASAN KONSERVASI DI KOTA AMBARAWA TUGAS AKHIR Oleh: KHAIRINRAHMAT L2D 605 197 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aktivitas masyarakat. Komponen-komponen pendukung kota dapat dibuktikan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Surakarta atau lebih dikenal dengan Kota Solo merupakan sebuah kota yang memiliki fasilitas publik untuk mendukung berjalannya proses pemerintahan dan aktivitas masyarakat.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Museum Sejarah Jakarta merupakan museum sejarah yang diresmikan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Museum Sejarah Jakarta merupakan museum sejarah yang diresmikan pada tanggal 4 April 1974. Nama lain dari museum ini adalah Museum Fatahillah. Sesuai dengan nama resminya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan suatu kemajuan besar bagi perkembangan demokrasi di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan Mahkamah Konstitusi dalam struktur ketatanegaraan Indonesia merupakan suatu kemajuan besar bagi perkembangan demokrasi di Indonesia, serta menjadi
Lebih terperinciREDESAIN PASAR INDUK KABUPATEN WONOSOBO
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan pasar tradisional harusnya mendapat perhatian yang lebih dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Keberadaan pasar tradisional yang harus bersaing
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kota Semarang merupakan Ibukota Provinsi Jawa Tengah dan memiliki beragam budaya, seni serta wisata yang telah dikenal keindahannya di Indonesia. Ibukota Jawa Tengah
Lebih terperinciKomunitas Pegiat Sejarah (KPS) Semarang Sekretariat: Jl Graha Mukti Raya 1150 Semarang, Telp:
Kepada Yth Wali Kota Semarang di tempat Perihal: Informasi mengenai kajian cagar budaya bangunan kuno Pasar Peterongan Semarang oleh BPCB Jateng Dengan hormat, Bersama surat ini kami menginformasikan bahwa
Lebih terperinciBAB II KETENTUAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PEMALSUAN DAN PENGEDARAN UANG PALSU DALAM HUKUM POSITIF INDONESIA
BAB II KETENTUAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PEMALSUAN DAN PENGEDARAN UANG PALSU DALAM HUKUM POSITIF INDONESIA A. Sejarah Hukum Tentang Tindak Pidana Membuat Dan Mengedarkan Benda Semacam Mata Uang Atau
Lebih terperinciSEJARAH PERKEMBANGAN KAWASAN LAMONGAN ( )
SEJARAH PERKEMBANGAN KAWASAN LAMONGAN (1569-1942) Nanik Prasasti Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5 Malang E-mail : nanikpeace@ymail.com Abstrak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Ketentuan dalam pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketentuan dalam pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Untuk mendapatkan gambaran tentang pengertian DESAIN KAWASAN. WISATA PUSAT KERAJINAN PERAK, KAB. BANTUL, perlu diketahui
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Deskripsi Untuk mendapatkan gambaran tentang pengertian DESAIN KAWASAN WISATA PUSAT KERAJINAN PERAK, KAB. BANTUL, perlu diketahui tentang : Desain : Kerangka bentuk atau rancangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Perumusan Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Perumusan Masalah 1. Latar belakang dan pertanyaan penelitian Berkembangnya arsitektur jaman kolonial Belanda seiring dengan dibangunnya pemukiman bagi orang-orang eropa yang tinggal
Lebih terperinciPENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM Pemerataan pembangunan di seluruh penjuru tanah air merupakan program pemerintah kita sebagai usaha untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan terutama di bidang ekonomi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai Ciliwung merupakan salah satu sungai yang terdapat di Pulau Jawa. Sungai Ciliwung ini dibentuk dari penyatuan aliran puluhan sungai kecil di kawasan Taman Nasional
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1992 TENTANG KARANTINA HEWAN, IKAN, DAN TUMBUHAN
PRESIDEN REPUBIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1992 TENTANG KARANTINA HEWAN, IKAN, DAN TUMBUHAN DENGAN RACHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.
Lebih terperinciKAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D
KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
Lebih terperinciREDESAIN GEDUNG BIOSKOP DI KAWASAN MALIOBORO, YOGYAKARTA BAGIAN I. Pendahuluan dan Latar Belakang UKDW TUGAS AKHIR WILFRIDUS GALIH PRAKOSA
Pendahuluan dan Latar Belakang BAGIAN I 1 YOGYAKARTA Yogyakarta Sebagai Daerah Tujuan Pariwisata, Kota Seni Budaya, dan Kota Pelajar Letak geografis : 7 49' 26" - 7 15' 24" Lintang Selatan dan 110 24'
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
8 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah singkat perusahaan Museum Geologi didirikan pada tanggal 16 Mei 1928. Museum ini telah direnovasi dengan dana bantuan dari JICA (Japan Internatinal Cooperation
Lebih terperinciBAB I. Bersama dengan Lamongan di barat laut, Gresik di barat, Bangkalan di timur laut,
BAB I 1.1. Latar Belakang Surabaya saat ini telah menjadi sebuah kota industri yang modern, pusat perekonomian dan bisnis di Jawa Timur, serta sentra kekuatan angkatan bersenjata maritim Indonesia. Surabaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul 1.2 Pengertian Judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul Dasar Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (DP3A) ini mengambil judul Museum Telekomunikasi di Surakarta. Berikut ini adalah pengertian dari judul tersebut. 1.2 Pengertian
Lebih terperinciBAB 8 PENUTUP. Bondowoso dan Jember, Jawa Timur merupakan bentuk perwujudan manusia dalam
BAB 8 PENUTUP 8.1 Rangkuman Penempatan benda-benda megalitik di Kawasan Lembah Iyang-Ijen Kabupaten Bondowoso dan Jember, Jawa Timur merupakan bentuk perwujudan manusia dalam menyikapi lingkungan. Oleh
Lebih terperinciGambar 3.1 Peta Administratif Provinsi Jawa Tengah Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/jawa_tengah, diunduh pada tanggal 4 September 2016
BAB III TINJAUAN MUSEUM KERETA API AMBARAWA 3.1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang terletak di Jawa bagian tengah dengan luas wilayah 32.548 km². Ibu kota dari Provinsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Monumen Palagan Dan Museum Isdiman Di Ambarawa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1 Monumen Palagan Dan Museum Isdiman Di Ambarawa Kota Ambarawa merupakan kota yang terletak di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Kecamatan ini luasnya mencapai
Lebih terperinciKAJIAN KEAKTIFAN KAWASAN KOTA LAMA SEMARANG BERDASARKAN AKTIFITAS PENGGUNA
ISSN : 0853-2877 Kajian Kearifan Kawasan Kota Lama Semarang MODUL Berdasarkan Vol.15 No.2 Juli Aktifitas Desember Pengguna 2015 KAJIAN KEAKTIFAN KAWASAN KOTA LAMA SEMARANG BERDASARKAN AKTIFITAS PENGGUNA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. arsitek Indonesia masih berkiblat pada arsitektur kolonial tersebut.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Arsitektur kolonial yang ada di Indonesia, tersebar di berbagai wilayah kota-kota besar termasuk di kota Medan. Tidak semua arsitektur kolonial dibangun oleh arsitektur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberadaban. Pengalihan kewenangan pemeliharaan dan pelestarian kebudayaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencapaian kemajuan kebudayaan suatu bangsa tidak dapat dilepaskan dari peninggalan budaya dan sejarah bangsa sehingga mampu menjadi simbol identitas keberadaban. Pengalihan
Lebih terperinciCerita sang pejuang. Haduuh ayah kenapa aku harus menjual makanan ini sekarang. Aku mau. Aku memberi ikan gurame kepada salah satu ibu-ibu yang sedang
Warganegara 1 Kresna Warganegara Rigen pratitisari Bahasa Indonesia 28 Agustus 2012 Cerita sang pejuang Tahun 1936, Desa Malik Haduuh ayah kenapa aku harus menjual makanan ini sekarang. Aku mau bermain
Lebih terperinciJakarta dulu dan Kini Senin, 22 Juni :55
Jakarta bermula dari sebuah bandar kecil di muara Sungai Ciliwung sekitar 500 tahun silam. Selama berabad-abad kemudian kota bandar ini berkembang menjadi pusat perdagangan internasional yang ramai. Pengetahuan
Lebih terperinciBOROBUDUR: catatan restorasi candi terbesar dalam sejarah dunia
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Balai Konservasi Borobudur BOROBUDUR: catatan restorasi candi terbesar dalam sejarah dunia Panggah Ardiyansyah panggah.ardiyansyah@kemdikbud.go.id
Lebih terperinciBahasa Indonesia. Nederlands
Nederlands Dames en heren, vrienden, hartelijk welkom! In het bijzonder; de bupati van het kabupaten Jayawijaya Jon Wempi Wetipo, de vorige bupati Nicolas Jigibalom, het hoofd van het district Hubikiak,
Lebih terperinciKALIMAT PASIF DALAM BAHASA BELANDA 1 Sugeng Riyanto (Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran)
KALIMAT PASIF DALAM BAHASA BELANDA 1 Sugeng Riyanto (Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran) Dari berbagai referensi kalimat pasif dalam bahasa Belanda dan juga bahasa Inggris dikuasai anak Belanda
Lebih terperinciSejarah Kantor Nederlands-Indische Spoorweg (NIS) di Semarang
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Sejarah Kantor Nederlands-Indische Spoorweg (NIS) di Semarang Faisal Prabowo pbw.faisal@gmail.com KK Informatika, Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan
Lebih terperinciPEMBERDAYAAN GURU-GURU IPS / SEJARAH DI BANTUL DALAM UPAYA PENINGKATAN KESADARAN MASYARAKAT TERHADAP PELESTARIAN BENDA-BENDA PENINGGALAN SEJARAH *
PEMBERDAYAAN GURU-GURU IPS / SEJARAH DI BANTUL DALAM UPAYA PENINGKATAN KESADARAN MASYARAKAT TERHADAP PELESTARIAN BENDA-BENDA PENINGGALAN SEJARAH * OLEH : DANAR WIDIYANTA A. Latar Belakang Perjalanan sejarah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam perjalanan sejarah, pada titik-titik tertentu terdapat peninggalanpeninggalan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perjalanan sejarah, pada titik-titik tertentu terdapat peninggalanpeninggalan yang masih dapat terlihat sampai sekarang yang kemudian menjadi warisan budaya.
Lebih terperinciBAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi
BAB II DATA DAN ANALISA 2. 1 Data dan Literatur Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh dari: 1. Media elektronik: Internet 2. Literatur: Koran, Buku 3. Pengamatan langsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu kota besar di Indonesia yang sedang berkembang. Secara geografis kota ini terletak di sebelah utara
Lebih terperinci1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara multi kulturalisme yang di dalamnya terdapat beranekaragam suku. Batak merupakan sebuah suku di Sumatera Utara, adapun Suku batak
Lebih terperinciDR. WEMPIE JH. KUMENDONG, SH, MH NIP. :
KARYA ILMIAH SUATU TINJAUAN TERHADAP TINDAK PIDANA DALAM KEADAAN MABUK DIATAS JALAN UMUM MENURUT PASAL 536 KUH PIDANA O L E H : DR. WEMPIE JH. KUMENDONG, SH, MH NIP. : 19580724 1987031003 KEMENTERIAN PENDIDIKAN
Lebih terperinciPasal 97 jo Pasal 89 dan Pasal 117 Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia;
Bentuk: Oleh: UNDANG-UNDANG (UU) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 1 TAHUN 1954 (1/1954) Tanggal: 29 DESEMBER 1953 (JAKARTA) Sumber: LN 1954/8; TLN NO. 496 Tentang: PENETAPAN UNDANG-UNDANG DARURAT NO.
Lebih terperincisesudah adanya perjanjian Wina dan terutama dibukanya terusan Suez. Hal
BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masuknya bangsa Eropa ke Indonesia pertama kali ditandai dengan kedatangan bangsa Portugis pada abad 16 M kemudian diteruskan dengan kedatangan bangsa Belanda yang
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL (PERKOSAAN) DI BAWAH UMUR OLEH ORANG TUA TIRI
BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL (PERKOSAAN) DI BAWAH UMUR OLEH ORANG TUA TIRI A. Peraturan Menurut KUHP Tindak pidana kesopanan dalam hal persetubuhan tidak ada yang
Lebih terperinciBAB 3 METODE PERANCANGAN. metode perancangan yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Metode
BAB 3 METODE PERANCANGAN Dalam proses perancangan Pusat Olahraga Aeromodelling di Malang ini, metode perancangan yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Metode ini berisi tentang paparan atau
Lebih terperinci163 Universitas Indonesia
BAB 5 PENUTUP Pada bab ini dijelaskan mengenai kesimpulan semua pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya dan saran. Kesimpulan ini juga menjawab pertanyaan permasalahan yang dibuat pada
Lebih terperinciLokasi yang direkomendasikan Peruntukan lahan Zoning plan Rencana tapak Zona skematik Arsitektur bangunan Tata pamer Program ruang MUSEUM BATIK
Mei 2012 Sudut pandang tentang batik Konsep pemikiran Museum Batik Indonesia Lokasi pilihan Orientasi bangunan sebagai titik tolak harmonisasi kawasan Situasi tapak Zoning plan Block plan dan konsep bangunan
Lebih terperinciV. KONSEP PENGEMBANGAN
84 V. KONSEP PENGEMBANGAN 5.1. Pengembangan Wisata Sebagaimana telah tercantum dalam Perda Provinsi DI Yogyakarta No 11 tahun 2005 tentang pengelolaan Kawasan Cagar Budaya (KCB) dan Benda Cagar Budaya
Lebih terperinciBAB 2 DATA DAN ANALISA
BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber data Data data dan informasi yang digunakan untuk mendukung proyek tugas akhir ini akan diambil dari berbagai sumber, diantaranya: 1. Literatur: artikel dari media elektronik
Lebih terperinciKomunitas Pegiat Sejarah (KPS) Semarang Sekretariat: Jl Graha Mukti Raya 1150 Semarang, Telp:
Kepada Yth -Kepala Dinas Tata Kota dan Permukiman (DTKP) Semarang -Pimpinan dan anggota Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Semarang di tempat Perihal: Pendaftaran cagar budaya, permohonan kajian cagar budaya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penjajahan Belanda di Indonesia membawa pengaruh penting bagi aspek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penjajahan Belanda di Indonesia membawa pengaruh penting bagi aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Seperti aspek ekonomi, religi, seni, filsafat, dan termasuk juga
Lebih terperinciANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN KERAJAAN BELANDA
PROTOKOL MENGUBAH PROTOKOL YANG DITANDATANGANI DI KUALA LUMPUR PADA TANGGAL 22 JULI 1991, YANG TELAH MENGUBAH PERSETUJUAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN KERAJAAN BELANDA MENGENAI PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA
Lebih terperinciBAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN VI.1 KONSEP PERENCANAAN Konsep perencanaan rancangan yang akan dibangun adalah Revitalisasi Pasar Johar Semarang. Hal ini juga mendukung program pemerintah yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tempat wisata merupakan salah satu tempat yang biasa dimanfaatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tempat wisata merupakan salah satu tempat yang biasa dimanfaatkan masyarakat untuk melepas penat ketika mereka lelah dalam belajar maupun bekerja. Dimana ketika melakukan
Lebih terperinciPERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D
PERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D 003 381 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perjalanan panjang sejarah terbentuknya kota Jakarta dimulai dari sebuah area kecil yang kini disebut daerah jembatan gantung kota intan. Dahulu lokasi tersebut adalah
Lebih terperinciPERBANDINGAN FRASE VERBA DALAM BAHASA INDONESIA DENGAN FRASE VERBA DALAM BAHASA BELANDA: SEBUAH KAJIAN ANALISIS KONTRASTIF
PERBANDINGAN FRASE VERBA DALAM BAHASA INDONESIA DENGAN FRASE VERBA DALAM BAHASA BELANDA: SEBUAH KAJIAN ANALISIS KONTRASTIF Semadi, Yoga Putra 1, Suandi, I Nengah 2, Putrayasa, Ida Bagus 3 1,2,3 Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Budaya, salah satu bentuk pemanfaatan cagar budaya yang diperbolehkan adalah untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya, salah satu bentuk pemanfaatan cagar budaya yang diperbolehkan adalah untuk kepentingan
Lebih terperinciBAB II MUSEUM NEGERI PROVINSI JAMBI. perjalanan panjang sejarah Jambi yang telah meninggalkan banyak benda yang mempunyai nilai
BAB II MUSEUM NEGERI PROVINSI JAMBI 2.1 Latar Belakang Berdirinya Museum Pembangunan Museum Negeri Provinsi Jambi pada hakekatnya merupakan perwujudan nyata dari gagasan sebuah museum diwilayah Propinsi
Lebih terperinci