BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. tanpa adanya lingkungan sekitarnya, sekaligus sebagai makhluk yang memiliki
|
|
- Devi Santoso
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Struktural fungsional Manusia sebagai makhluk sosial (zoon politicon) tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya lingkungan sekitarnya, sekaligus sebagai makhluk yang memiliki karakteristik dinamis dengan peradaban yang tumbuh dan berkembang diiringi dengan pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan perubahan struktur masyarakat yang sangat bersahaja menuju masyarakat yang sangat rumit dan kompleks, secara spesifik memiliki keterkaitan dengan lembaga yang berkembang dimasyarakat yang berfungsi sebagai wadah bagi peradaban manusia. Selanjutnya Talcott Parson dalam bukunya Structure and Process in Modern Societies mengatakan bahwa salah satu ciri struktur paling penting tentang suatu masyarakat terletak pada kemenonjolan organisasi-organisasi yang secara relatif berskala besar dengan fungsi-fungsi yang dikhususkan, yang secara agak longgar cenderung disebut birokrasi. Birokrasi bersinonim dengan organisasi, seperti lembaga pendidikan, ekonomi, pemerintah, agama, rumah sakit, dan sebagainya. Dalam organisasi ini, tingkah laku manusia diorientasikan kepada seperangkat aturan yang berdasarkan analisis sosiologi merupakan sesuatu yang hakiki ( Albrow,1989 : ). Penegasan lebih jauh dari pernyataan diatas dapat disimak melalui gagasan tentang konsep evolusi sosial (teori positivis organis Spencer), yang secara definitif menjelaskan bahwa masyarakat adalah organisme yang berdiri sendiri, berevolusi lepas dari kemauan dan bertanggung jawab kepada anggotanya, dan dibawah kuasa 15
2 suatu hukum (Veegar,1985:39). Dan memiliki hubungan dinamis antar bagian yang membentuk kearah keseragaman nilai yang mendasar dalam berbagai tingkat interpretasi warganya melalui aturan penanaman nilai sejak dini, melalui sistem pendidikan. Menurut Durkheim dalam Faisal (1980:27), disini peran pendidikan merupakan alat untuk mengembangkan kesadaran diri dan kesadaran yang menjadi suatu paduan atau kesatuan yang stabil, disiplin dan utuh secara bermakna dimasyarakat. Jadi pendidikan merupakan suatu elemen yang dinamis dan tidak memandang bahwa pendidikan semata-mata sebagai alat merealisasikan cita-cita abstrak dan ideal dari suatu kebudayaan. Disamping itu juga sebagai suatu ikhtisar sosial yang ideal dan aktual mengikuti alur masyarakat sekaligus menentukan tipetipe pendidikan yang diselenggarakan dan diterima masyarakat. Keberadaan pendidikan dimasyarakat secara sadar mengarahkan aktifitasnya dan mengorganisasikan departemen-departemennya dengan suatu cita-cita guna mengembangkan corak watak baru tertentu, sekaligus sebagai penyelamat dan pengontrol nilai dan norma yang berakar dimasyarakat. Untuk itu isi pendidikan harus relevan dengan tujuan luhur masyarakat. Struktur suatu sistem pendidikan haruslah sesuai dengan tujuan yang hendak dicapainya. Untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan penting untuk membicarakan struktur yang ada dengan kelebihan dan kelemahannya terlebih dahulu sebelum memutuskan tujuan umum yang realitas yang bisa diletakkan sepuluh atau lima belas tahun yang akan datang, perubahan apa yang perlu dilakukan dan berapa lama waktu yang diperlukan. Hal ini penting dilakukan, karena selain dapat
3 membantu dan menghambat kemajuan dari tujuan yang hendak dicapai, struktur sistem yang bisa mempengaruhi kegiatan belajar mengajar yang sebenarnya di sekolah. Dalam hal ini struktur sekolah menengah dianggap lebih banyak variasi dibandingkan dengan struktur sekolah dibawahnya. Kriteria yang ditetapkan Proyek Penilaian Nasional Pendidikan (PPNP) sebagai suatu struktur yang baik bagi sistem sekolah lanjutan adalah: 1. Harus se-ekonomis mungkin yaitu pemakaian secara maksimal ruanganruangan khusus, peralatan dan staf pengajar serta penggunaan dana yang wajar untuk administrasi. 2. Harus mampu menyiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan yang lebih tinggi atau terjun langsung kedalam lapangan kerja tanpa: - Fungsi yang satu berbaur dengan fungsi yang lain. - Menciptakan perbedaan yang tidak perlu akibat jenis pendidikan yang telah diterima siswa. 3. Bila menyangkut kegiatan penyaringan masuk sekolah maka sistem itu haruslah: - Membuat penyaringan yang efektif atas dasar kecakapan. - Memungkinkan dilakukan pemindahan siswa, baik itu karena kekeliruan dalam penyaringan maupun karena kehendak murid sendiri. 4. Harus mampu membawa perbaikan yang cepat dalam mutu pendidikan, yang untuk tujuan ini organisasi haruslah membuka kemungkinan bagi kerja
4 spesialisasi ditiap sekolah dibawah pimpinan tenaga-tenaga cakap untuk meningkatkan standar. 5. Struktur sekolah lanjut harus memungkinkan diadakannya percobaan dengan metode atau kurikulum dan penyesuaian tahap kondisi-kondisi setempat demi untuk memelihara persatuan nasional dan mengkoordinir berbagai bagian dari sistem pendidikan. 6. Struktur harus cocok dengan kondisi geografis, politik, sosial-ekonomi Indonesia (Beeby,1987: ). Kebijakan Pemerintah dalam pendidikan yang sedang gencar akhir akhir ini adalah pelaksanaan standarisasi kelulusan melalui UN sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 20/2003 yang menyebutkan bahwa evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan. UN merupakan sebuah instrumen yang digunakan untuk mengukur pencapaian siswa dari proses pembelajaran. Artinya, UN merupakan instrumen yang terstandar untuk melihat output pendidikan. Dengan sendirinya, output pendidikan telah distandarkan dengan adanya UN yang dilakukan secara nasional. Penentuan kelulusan peserta didik telah mengalami beberapa kali perubahan hingga akhirnya pada keputusan standarisasi nilai dalam UN. Berikut adalah kilas balik penentuan kelulusan peserta didik, yaitu: Pada tahun pelajaran 1975/1976 sampai tahun pelajaran penilaian yang digunakan dalam penentuan kelulusan diserahkan seluruhnya kepada sekolah masing-masing mulai dari alat evaluasi (soal-soal), pemeriksaan, penetapan nilai sampai penentuan lulus atau tidaknya seorang siswa. Mengenai kriteria lulus adalah
5 nilai mata pelajaran pendidikan agama, pendidikan moral Pancasila (PMP) dan Bahasa Indonesia minimal 6 dan rata-rata nilai minimal 6,00. Pada tahun pelajaran 1983/1984 sampai tahun pelajaran 2000/2001 penilaian digunakan dalam penentuan kelulusan adalah nilai Ebta (Evaluasi belajar tahap akhir) digabung dengan nilai-nilai lain selama berada di kelas terakhir. Ebta berlaku bagi SD, SMP/SLTP dan SMA/SMU. Dalam Ebta ada dua macam soal yaitu soal yang berasal dari DEPDIKBUD Pusat yang disebut Ebtanas (Evaluasi belajar akhir nasional) yaitu untuk SD lima mata pelajaran, SMP/SLTP enam mata pelajaran dan SMA/SMU tujuh mata pelajaran sedangkan sisanya menjadi kewenangan sekolah (Ebta sekolah). Mengenai kriteria kelulusan sama dengan tahun-tahun sebelumnya namun pada tahun 1994 PMP berubah menjadi PPKN. Pada tahun pelajaran 2001/2001 Ebta/Ebtanas diganti dengan ujian akhir nasional (UAN) untuk SLTP, SMU/SMA. Untuk SD disebut ujian akhir sekolah (UAS) untuk SLTP dan SMU mata pelajaran yang diujikan sama dengan yang di Ebtakan soal-soal kewenangan DEPDIKNAS Pusat sama dengan yang di Ebtanaskan, sedangkan lebihnya kewenangan sekolah baik kewenangan pusat maupun soal kewenangan sekolah semua disebut UAN. Mengenai kriteria kelulusan adalah ratarata nilai UAN minimal 6,00 jadi penilaian yang digunakan dalam penentuan kelulusan adalah UAN murni. Pada tahun pelajaran 2002/2003 terjadi perubahan mendasar dalam UAN yaitu jumlah mata pelajaran yang soalnya menjadi kewenangan DEPDIKNAS pusat tinggal tiga mata pelajaran. Sistem penilaian kelulusan sama dengan tahun 2001/2002 akan tetapi bagi siswa yang tidak lulus diberikan kesempatan mengikuti ujian ulang.
6 Mengenai kriteria kelulusan, sama dengan tahun sebelumnya akan tetapi ada standar nilai minimal untuk setiap mata pelajaran yaitu 3,01. Untuk tahun pelajaran 2003/2004 UAN tetap dilaksanakan. Soal-soal yang menjadi kewenangan pusat masih sama dengan UAN 2002/2003 yaitu tiga mata pelajaran. Namun ada perbedaan yang mendasar yaitu terjadi perubahan nomenklatur untuk SLTP berubah menjadi SMP dan SMU berubah menjadi SMA, standarisasi untuk setiap mata pelajaran adalah 4,01 dan sistem penilaian mata pelajaran yang dipraktikan dimana tahun sebelumnya diadakan penggabungan ujian tertulis dan nilai ujian praktik sedangkan tahun ini masing-masing sendiri. Untuk tahun ajaran 2004/2005 standarisasi untuk tiap mata pelajaran adalah 4,25 dan yang diujikan adalah 3 mata pelajaran. Tahun 2005/2006 standarisasi untuk tiap mata pelajaran adalah 4,50 dan yang diujikan juga 3 mata pelajaran. Sama halnya dengan tahun 2006/2007 hanya standarisasi menjadi 5,01. Tahun ajaran 2007/2008 standarisasi nilai menjadi 5,25 dimana mata pelajaran yang diujikan menjadi enam mata pelajaran yaitu, untuk IPA ( bahasa Indonesia, matematika, Bahasa inggris, Fisika, Kimia, Biologi ) dan untuk IPS ( Bahasa Indonesia, Ekonomi, Bahasa inggris, Sosiologi, Geografi, Sejarah ). Standarisasi nilai dalam UN terbilang sistem baru dalam dunia pendidikan yang perlu juga memenuhi prasyarat fungsional yang diajukan oleh Parsons, yaitu: Adaptation ( Adaptasi) Berkaitan dengan hal ini, ujian nasional dengan standar nilai kelulusan merupakan suatu yang terbilang baru dalam dunia pendidikan yang harus beradaptasi dengan dunia pendidikan itu sendiri.
7 G- Goal Attainment ( Pencapaian Tujuan) Standarisasi kelulusan dalam ujian nasional tersebut dibuat untuk kepentingan bersama diantaranya untuk meningkatkan kualitas lulusan dan satuan pendidikan yang diharapkan nantinya berguna bagi dirinya maupun bangsa Indonesia secara umum, sehingga tindakan yang dilakukan memang benar-benar untuk tujuan bersama. I- Integration ( Integrasi) Solidaritas ini dapat dilakukan antara siswa, guru, orang tua, maupun pemerintah agar sistem standarisasi kelulusan dapat berjalan dengan baik. Solidaritas dalam hal saling mendukung tercapainya standarisasi kelulusan dalam ujian nasional dapat berupa dorongan untuk siswa atau saling bekerja sama diantara siswa, guru, orang tua dan pemerintah, misalnya guru memberikan pengajaran yang bagus untuk siswa, orang tua memberikan semangat dan pemerintah memenuhi fasilitas-fasilitas yang diperlukan sekolah. L- Latent Pattern Maintenance ( Pemeliharaan pola-pola yang latent) Suatu sistem sosial diharapkan mampu mengatasi kemungkinan bahwa sutu saat para anggotanya akan merasa letih dan jenuh, yaitu dengan pemeliharaan fungsi laten. Dalam pendidikan itu sendiri khususnya sekolah harus memelihara fungsi-fungsi latent itu, misalnya memberikan penghargaan bagi siswa berprestasi agar semua siswa tidak jenuh untuk mengikuti proses belajar dan ujian nasional dengan standarisasi kelulusan tidak menjadi sesuatu yang dianggap menakutkan karena pengusaaan terhadap setiap materi pelajaran setiap harinya.
8 Tidak dapat dipungkiri bahwa perubahan sistem kelulusan UN dapat mengubah sendi sendi manajemen pada operasional belajar mengajar di sekolah. Prinsip dasar dalam proses belajar mengajar (PBM) itu sendiri adalah memberdayakan semua potensi yang dimiliki siswa sehingga mereka mampu meningkatkan pemahamannya terhadap fakta / konsep / prinsip dalam kajian ilmu yang dipelajarinya yang akan terlihat dalam kemampuannya untuk berfikir logis, kritis dan kreatif. Prinsip dasar proses belajar mengajar lainnya yaitu: berpusat pada siswa, mengembangkan kreatif siswa, penciptaan kondisi menyenangkan dan menantang, mengembangkan beragam kemampuan yang bermuatan nilai, menyediakan pengalaman belajar yang beragam dan belajar melalui berbuat ( Kebijakan Sentralisasi sektor pendidikan secara teoritik memang memudahkan untuk melakukan kontrol terutama pencapaian standar mutu yang diharapkan. Akan tetapi pada kenyataannya, etos guru dalam mengajar tidak semuanya sesuai harapan. Dampak yang muncul dari sentralisasi dan standarisasi kelulusan secara nasional tersebut jelas terlihat disekolah. Para kepala sekolah, guru, siswa dan juga orang tua terkena dampak dari UN yang menggunakan standarisasi kelulusan. Para pendidik terutama kepala sekolah senantiasa dihadapkan pada pemikiran persentase kelulusan siswa. Bahkan bisa saja tingkat kelulusan ini berimplikasi negative pada jabatan kepala sekolah apabila tidak memenuhi target yang sudah ditetapkan. Begitu juga setiap guru tidak ingin dianggap gagal sehingga mereka pun bekerja ekstra. Para guru bidang studi UN ini berupaya memberikan materi pelajaran
9 sesuai tuntutan kurikulum dan memprediksi soal soal yang bakal muncul pada saat UN. Disamping itu sekolah juga mengambil kebijakan untuk mengadakan terobosan dengan waktu tambahan diluar jam pelajaran regular. Hal tersebut yang menyebabkan munculnya anggapan bahwa persoalan pendidikan yang sembraut selama ini diduga karena keterlibatan birokrasi yang begitu kuat. Zamroni dalam Muhyi (2004: ) mengemukakan: birokrasi pusat cenderung menekankan proses pendidikan secara klasikal yang bersifat mekanistik. Dengan demikian proses pendidikan cenderung diperlakukan sebagai mana sebuah pabrik. Satuan pendidikan sebagai penyelenggara pendidikan terkontaminasi oleh sistem yang begitu kuat mencengkram kebijakan apapun terhadap pendidikan. Sehingga satuan-satuan pendidikan dipaksa untuk mengikuti adanya penyeragaman baik dalam hal kurikulum, perilaku guru dan pola managemen yang terpusat. Merton juga menjelaskan mengenai konsep fungsi nyata (manifest)dan fungsi tersembunyi (laten). Fungsi manifest adalah konsekuensi konsekuensi obyektif yang menyumbang pada penyesuaian terhadap sistem yang dimaksud dan diketahui oleh partisipan dalam sistem itu. Sedangkan fungsi laten adalah fungsi yang tidak dimaksudkan atau tidak disadari. Upaya Depdiknas meningkatkan mutu pendidikan lewat standar kelulusan dalam UN merupakan keinginan mulia yang pantas diberikan apresiasi positif. Disatu sisi Depdiknas menginginkan output pendidikan yang berkualitas, dipihak lain kemampuan merealisasikan anggaran pendidikan masih rendah. Hal ini berarti bahwa upaya membangun dunia pendidikan masih jauh dari tuntutan perubahan.
10 Pelaksanaan UN dengan standar kelulusan dan kualifikasi kesulitan materi ujian yang tidak terverifikasi kurang memiliki nilai akuntabilitas publik dan aksesibilitas edukasi, karena mutu sekolah yang komplit fasilitasnya berpeluang meluluskan siswanya lebih besar dibandingkan sekolah yang minus anggaran dan fasilitasnya, sehingga tidak jarang pelaksanaan UN menyebabkan kontra pihak pihak tertentu. Suatu kondisi yang memang wajar bahwa adanya reformasi baru di bidang pendidikan akan melahirkan dua belahan sikap, yaitu mereka yang menerima dan menolak reformasi itu. Suara-suara penolakan akan tetap ada, betapapun baiknya konsep dan aplikasi reformasi itu dikemas. Sepanjang kebutuhan akan reformasi itu harus diterima secara apa adanya, setidaknya sedikit para edukator akan berargumen bahwa kondisi atau kecenderungan yang ada saat ini sesungguhnya layak untuk dipertahankan. Ketakutan mereka yang terutama adalah ketakutan kalau-kalau reformasi itu hanya sebatas mengubah konformitas ke mandat kebijakan ketimbang berbasis pada kebutuhan edukasional anak ( Sudarwan, 2003: 51). 2.2 Ujian Nasional dan Motivasi Berprestasi Dengan adanya UN sebagai pertimbangan kelulusan, siswa suka atau tidak suka tidak punya pilihan lain kecuali berusaha belajar sesuai dengan potensi yang dimiliki, dan tidak dapat dipungkiri jika siswa termotivasi karenanya. Motivasi berprestasi oleh Mc. Clelland dalam Suwarsono (1991:28) menjelaskan apa yang disebut sebagai kebutuhan berprestasi yaitu keinginan yang kuat untuk mencapai prestasi gemilang yang dikerjaakannya melalui penampilan kerja yang baik dengan
11 selalu berfikir dan berusaha untuk menemukan cara-cara baru untuk memperbaiki kualitas kerja yang dicapainya, sama halnya dalam proses belajar mengajar. Seseorang bisa disebut memiliki kebutuhan berprestasi yang kuat apabila seseorang berfikir tentang bagaimana meningkatkan situasi sekarang ke arah yang lebih baik, dan hendaknya melaksanakan tugas-tugas yang dihadapinya dengan cara yang lebih baik. Disamping itu hendaknya para pengambil dan penentu kebijaksanaan negara tidak lagi membatasi lingkup investasi dananya pada pembangunan prasarana dasar ekonomi, tetapi hendaknya mulai melakukan investasi pada pengembangan sumber daya. Hal tersebut nampak dari hasil lapangan bahwa responden mengikuti les tambahan dan bimbingan belajar untuk menambah atau memperdalam kembali pengetahuan yang telah diperoleh di sekolah. Pada kaitannya dengan Ujian Nasional, nilai standar yang ditentukan oleh pusat merupakan upaya memperbaiki kondisi pendidikan di Indonesia menuju ke arah yang lebih baik lagi. Dan nilai standar yang dilaksanakan melalui penyelenggaraan UN dapat berfungsi sesuai yang diharapakan oleh pemerintah yaitu sebagai pengendali mutu yang bermuara pada pengembangan SDM di Indonesia, dan hendaknya ujian nasional ini punya ruh yang mampu memberikan motivasi berprestasi dan berkompetisi antar siswa serta guru-gurunya.hal ini juga tampak dari data lapangan bahwa adanya ujian nasional membuat responden termotivasi sebanyak 107 orang (79,85 %) dari 134 responden. Dalam menaikkan skala kebutuhan berprestasi ( motivasi berprestasi), Mc. Clelland cenderung lebih menekankan dari lingkungan keluarga, khususnya pada tahapan proses pembimbingan anak, yaitu:
12 a. Orang tua hendaknya menentukan standar motivasi yang tinggi pada anak-anaknya, misalnya melalui pengharapan agar anaknya memiliki prestasi yang gemilang di sekolah kemudian memiliki pekerjaan yang mapan dan menjadi dikenal di masyarakat b. Hendaknya orang tua lebih menggunakan metode memberikan dorongan dan hubungan yang hangat dalam sosialisasi dengan anak-anak mereka. Orang tua hendaknya memberikan dorongan dan perhatian yang cukup dan memberikan ganjaran yang memadai jika memang anak-anak mereka mampu mencapai dan menyelesaikan beban yang diberikan oleh orang tua mereka c. Orang tua hendaknya tidak bersikap otoriter. Orang tua tidak diharapkan memanjakan atau berinisiatif sendiri demi kebutuhankebutuhan yang diperlukan oleh anak-anaknya, tetapi justru sebaliknya, mereka hendaknya memberikan kesempatan kepada anak-anaknya untuk mengambil inisiatif dan menetukan caracaranya sendiri untuk mengatasi persoalan yang dihadapinya (Suwarsono, 1991:31-32) Dalam kasus ini, tidak hanya kepala sekolah maupun guru saja yang berusaha meningkatkan motivasi berprestasi seorang siswa agar dapat mencapai nilai standar, akan tetapi orang tua juga memiliki andil dalam memberikan dorongan bagi anaknya dalam urusan/ masalah pendidikan sekolahnya.
BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
Lebih terperinciBAB II. KAJIAN PUSTAKA. menentukan. Strategi utama yang harus dilakukan oleh pedagang waralaba Tela-Tela
BAB II. KAJIAN PUSTAKA Umumnya bertumbuhnya ekonomi selalu dijelaskan lebih karena faktor eksternal seperti struktur dan sistem ekonomi. Namun, pengaruh internal juga sangat menentukan. Strategi utama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya dan upaya mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
Lebih terperinciBAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL. juga tata letak teori dalam pembahasan dengan judul Industri Rumah
BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL A. FUNGSIONALISME STRUKTURAL Dalam bab ini peneliti akan menjabarkan pembahasanya yang dikaitkan dengan teori, korelasi pembahasan penelitian dengan teori dan juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan primer dalam kehidupan manusia. Tanpa pendidikan dunia ini tidak ada apa-apanya, karena semua berasal dari pendidikan. Pendidikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menjadi bangsa yang maju merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap negara di dunia. Salah satu faktor yang mendukung bagi kemajuan tersebut adalah pendidikan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan yang berkaitan dengan pembinaan dan pengembangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang berkaitan dengan pembinaan dan pengembangan sumberdaya manusia telah ditetapkan melalui Masterplan Pendidikan Riau 2020, di mana sektor pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan pendidikan dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan hidup. Dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diprioritaskan adalah sektor pendidikan. Menyadari betapa pentingnya. tentang pendidikan harus selalu ditingkatkan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan suatu bangsa, dapat dilihat dari segi Pendidikannya, sehingga jika suatu bangsa ingin maju tentunya yang pertama kali harus diprioritaskan adalah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam lingkungan yang lebih luas, harus dapat ditumbuh kembangkan melalui
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keanekaragaman disiplin berdasarkan norma atau nilai yang telah dimiliki masyarakat Indonesia yang majemuk, baik dalam lingkungan tradisi maupun dalam lingkungan yang
Lebih terperinciMODUL PERKULIAHAN Kapita Selekta Ilmu Sosial Sistem Sosial
MODUL PERKULIAHAN Sistem Sosial FAKULTAS Bidang Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh ILMU KOMUNIKASI Public relations/ Yuni Tresnawati,S.Sos., M.Ikom. Humas 2 Abstract Dalam pokok bahasan ini adalah memperkenalkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan melalui pembelajaran untuk menunjang kelancaran jalannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia haruslah memberi landasan dan penguatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia haruslah memberi landasan dan penguatan agar peserta didik lebih siap bersaing dalam persaingan global nantinya. Usaha peningkatan pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sesuatu yang penting dan sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia. Di Indonesia masalah pendidikan menjadi hal yang paling utama yang mendapatkan
Lebih terperinciDisusun Oleh : LINA FIRIKAWATI A
PENGARUH KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyebabnya bukan saja anggaran pemerintah yang relatif rendah tetapi juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan kini sedang dalam kondisi kritis dan memprihatinkan. Penyebabnya bukan saja anggaran pemerintah yang relatif rendah tetapi juga ketiadaan visi serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang kehidupan, yaitu politik, ekonomi, sosial dan budaya. Perubahan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi ini, banyak terjadi perubahan dan perkembangan di berbagai bidang kehidupan, yaitu politik, ekonomi, sosial dan budaya. Perubahan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat ketat dalam segala aspek kehidupan. Menurut Zuhal (Triwiyanto,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi ini, terjadi perkembangan dan persaingan yang sangat ketat dalam segala aspek kehidupan. Menurut Zuhal (Triwiyanto, 2010:10) teknologi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting dalam pengembangan sumber daya manusia. Dengan pendidikan, manusia menjadi individu yang lebih baik dari sebelumnya. UU nomor
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku organisasi yang merupakan pencerminan dari perilaku dan sikap orang-orang yang terdapat dalam organisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Pada era globalisasi dan informasi menuntut perubahan yang cepat dan mendasar di berbagai aspek kehidupan, baik aspek politik, sosial, ekonomi dan budaya. Perubahan tersebut
Lebih terperinciSKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh : IKA WIWIN. SW.
EFEKTIFITAS PENGGUNAAN METODE P EMBELAJARAN ANTARA METODE RESITASI DENGAN METODE KERJA KELOMPOK TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 4 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2008/ 2009 SKRIPSI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses atau usaha sadar dan penuh tanggung jawab dari orang dewasa dalam membimbing, memimpin, dan mengarahkan peserta
Lebih terperinciSKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:
HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN KREATIVITAS SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI JURUSAN IPS SMK MUHAMMADIYAH DELANGGU TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Disusun Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 SISDIKNAS adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. pendidikan. Guru merupakan kunci keberhasilan pendidikan, sebab dalam proses
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor produksi yang memberikan sumbangan besar terhadap usaha pencapaian tujuan di suatu lembaga pendidikan. Guru merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan sekaligus membuka peluang-peluang baru bagi pembangunan ekonomi dan sumber daya manusia Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. investasi. Dengan demikian nilai modal ( human capital ) suatu bangsa tidak hanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu bentuk investasi sumber daya manusia ( SDM ) yang lebih penting dari investasi modal fisik. Pendidikan memberikan sumbangan yang amat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada mutu output pengajarannya. Bila seluruh guru menunjukkan. pemimpin pengajaran yang bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajemen pembelajaran merupakan salah satu faktor dan indikator terpenting dalam pendidikan karena sekolah merupakan tempat pembelajaran. Dalam proses belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wadah yang disebut masyarakat. Seperti yang kita ketahui pada zaman yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ditinjau secara sosiologis, kehidupan sosial berlangsung dalam suatu wadah yang disebut masyarakat. Seperti yang kita ketahui pada zaman yang modern ini masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya suatu negara diukur melalui sistem pendidikannya, pendidikan juga tumpuan harapan bagi peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses yang dapat mengubah obyeknya. Pendidikan nasional harus dapat mempertebal iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan. Pemerintah pun berperan aktif
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini banyak terobosan baru dalam dunia pendidikan yang berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan. Pemerintah pun berperan aktif dalam meningkatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang diselenggarakan secara terpadu dan diarahkan pada peningkatan kualitas serta pemerataan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aspek yang paling utama dalam menghadapi era globalisasi dimana keberhasilan suatu bangsa dalam melaksanakan
Lebih terperinciBAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti
BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS A. Teori Fungsionalisme Struktural AGIL Setiap manusia selama hidup pasti mengalami perubahanperubahan. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nasional yang telah dituangkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan perlu sentuhan kreativitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang telah dituangkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Adanya nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) setiap mata pelajaran. merupakan salah satu muatan penting Kurikulum Tingkat Satuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) setiap mata pelajaran merupakan salah satu muatan penting Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kriteria Ketuntasan Minimal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia nomor 54 tahun 2013 tentang Standar kompetensi lulusan pendidikan dasar dan menengah, Undang-Undang Dasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri atas pulau besar dan kecil mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi karakteristik dan keunikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Guru adalah pelaku utama dalam pendidikan, karena guru yang berinteraksi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Guru adalah pelaku utama dalam pendidikan, karena guru yang berinteraksi langsung dengan peserta didik. Dalam proses pembelajaran, guru sangat berperan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seperti model pembelajaran, hasil-hasil penelitian, produk-produk lulusan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan dan perkembangan pendidikan menjadi faktor penentu keberhasilan suatu bangsa, beberapa indikasi dapat dilihat dari kemajuan dunia barat seperti Amerika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pengetahuan atau menambah wawasan. Penyelenggaraan. melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu kebutuhan dalam kehidupan manusia untuk memperoleh pengetahuan atau menambah wawasan. Penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang sangat besar, terutama pendidikan di tingkat dasar dan menengah. Pendidikan ditujukan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melahirkan lulusan yang cakap dalam fisika dan dapat menumbuhkan kemampuan logis,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mata pelajaran fisika mempunyai peranan besar dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Sehingga dunia pendidikan di Indonesia diharapkan dapat
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORI
BAB II KERANGKA TEORI 2.1. Pola Asuh Berdasarkan tata bahasanya, pola asuh terdiri dari kata pola dan asuh. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (dalam Isni Agustiawati, 2014), kata pola berarti model,
Lebih terperinciadalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sekolah Menengah Kejuruan
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan mempunyai peranan sangat penting dalam menentukan masa depan bangsa, seperti tercantum dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Lebih terperinciPENGELOLAAN PEMBELAJARAN BAHASA JAWA DI SMP NEGERI 6 MAGELANG TESIS
PENGELOLAAN PEMBELAJARAN BAHASA JAWA DI SMP NEGERI 6 MAGELANG TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu semakin pesat. Perkembangan ini tidak terlepas dari peranan dunia pendidikan, karena melalui
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Keputusan No. 153/U/2003 tentang Ujian Akhir Nasional, salah satu isinya
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan tujuan untuk memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia, maka pada tahun 2003 pemerintah menetapkan untuk mengganti EBTANAS dengan UAN. Melalui menteri Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadi mandiri. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses interaksi bertujuan, interaksi ini terjadi antara guru dan siswa, yang bertujuan meningkatkan perkembangan mental sehingga menjadi mandiri.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membina dan mengantarkan anak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses untuk membina dan mengantarkan anak didik agar dapat menemukan dirinya. Ini artinya pendidikan adalah suatu proses untuk membentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3 menyebutkan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar. Diantara faktor-faktor tersebut adalah siswa,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Pendidikan adalah suatu cara untuk membenahi dan meningkatkan kemampuan berpikir seseorang. Namun pendidikan tidak hanya dimaksud untuk mengembangkan pribadi
Lebih terperinciFarida Nurhasanah. Universitas Sebelas Maret Surakarta 2011
Farida Nurhasanah Universitas Sebelas Maret Surakarta 2011 PERMEN NOMOR 22 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR ISI Materi minimal dan Tingkat kompetensi minimal untuk mencapai Kompetensi Lulusan Minimal 2 Memuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah upaya yang dilakukan negara untuk mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan adalah untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kompetensi professional para guru dan pengelola sekolah. pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi pendidikan merupakan hal yang pokok. Pendidikan merupakan pintu keberhasilan dari semua ilmu pengetahuan dan teknologi arahnya untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor terpenting dalam era globalisasi, sebagai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor terpenting dalam era globalisasi, sebagai pelaksana pendidikan guru memiliki tanggung jawab dalam menyiapkan sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam. Indonesia. Di samping itu, pendidikan dapat mewujudkan sumber daya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan bangsa Indonesia. Di samping itu, pendidikan
Lebih terperinciSejalan dengan hal tersebut Cockroft (dalam Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan alasan pentingnya siswa belajar matematika:
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses pembentukan jiwa manusia untuk berkembang sesuai dengan potensi dan kemampuannya. Pendidikan juga merupakan faktor pendukung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam proses pembentukan karakter bangsa, sehingga mampu menemukan jati dirinya sebagai ciri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk membentuk manusia yang maju.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan erat kaitannya dengan proses pembelajaran karena proses pembelajaran merupakan salah satu segi terpenting dalam bidang pendidikan. Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang memang harus terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang harus terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. KKG. Salah satu contoh yaitu rendahnya nilai belajar siswa kelas IV-A tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran yang dikembang di SDN 02 Tiuh Toho Kecamatan Menggala belum memenuhi standar yang ditetapkan oleh pemerintah. Metode pembelajaran yang diterapkan
Lebih terperinci2014 ANALISIS KESIAPAN UJIAN NASIONAL SISWA SMA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era modern ini pendidikan menjadi kunci dari perubahan dan perkembangan zaman, karena pendidikan yang menjadi penentu dan tolak ukur dari kemajuan era saat ini. Pendidikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 BAB II pasal 3 Undang- Undang Sistem Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijalankan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Seorang individu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku individu berkaitan erat dengan yang namanya peran dalam kehidupan bermasyarakat. Peran mengandung hal dan kewajiban yang harus dijalani oleh seorang
Lebih terperinciPANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA ABSTRAK Prinsip-prinsip pembangunan politik yang kurang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila telah membawa dampak yang luas dan mendasar bagi kehidupan manusia Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya manusia. Melalui pendidikan seseorang akan dapat mengembangkan potensi dirinya yang diperlukan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter saat ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Dalam UU No 20 Tahun 2003
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pasal 31 UUD 45. Dalam pembukaan (preambule) UUD 1945 perubahan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hak azasi manusia sebagaimana yang diatur di dalam pasal 31 UUD 45. Dalam pembukaan (preambule) UUD 1945 perubahan, khususnya pada alinea
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia karena merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidupnya. Pendidikan menjadi sarana untuk mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. studi, kerja, hobi atau aktivitas apapun adalah minat. Dengan tumbuhnya minat dalam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu faktor utama untuk mencapai sukses dalam segala bidang, baik berupa studi, kerja, hobi atau aktivitas apapun adalah minat. Dengan tumbuhnya minat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
Lebih terperinciSISTEM SOSIAL (SOCIAL SYSTEM)
SISTEM SOSIAL (SOCIAL SYSTEM) APA ITU SISTEM?! Secara etimologis berasal dr bhs Yunani systema artinya sehimpunan dari bagian2 atau komponen2 yg saling berhubungan satu sama lain secara teratur dan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumber daya manusia tersebut,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bagi suatu bangsa, peningkatan kualitas pendidikan sudah seharusnya menjadi prioritas pertama. Kualitas pendidikan sangat penting artinya, sebab hanya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalamnya dijelaskan permasalahan penelitian yang menjadi ketertarikan peneliti
1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang penelitian dimana di dalamnya dijelaskan permasalahan penelitian yang menjadi ketertarikan peneliti dalam memilih penelitian ini yang dikemas
Lebih terperinciSKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Disusun Oleh:
PENGARUH MOTIVASI BELAJAR SISWA DAN NILAI PPDB (PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU) TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI IPS SEMESTER I SMA NEGERI KARANGPANDAN KARANGANYAR TAHUN 2009/2010
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diharapkan dapat membekali seseorang dengan pengetahuan yang memungkinkan baginya untuk mengatasi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Namun dengan
Lebih terperinciKapita Selekta Sosial
Modul ke: Kapita Selekta Sosial Sistem Sosial Fakultas FIKOM Yuni Tresnawati, S.Sos., M.Ikom. Program Studi Public Relations http://www.mercubuana.ac.id APA ITU SISTEM?! Secara etimologis berasal dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dicapai demi tercapainya tujuan. Masalah pendidikan telah disebutkan dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dalam suatu negara yang tidak boleh dikesampingkan. Pendidikan memiliki standar yang harus dicapai demi tercapainya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pendidikan dalam suatu negara harus diawasi dan dievaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan sistem pendidikan yang digunakan. Berhasil tidaknya
Lebih terperinciPendidikan Vokasi Bercirikan Keunggulan Lokal Oleh: Istanto W. Djatmiko Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Pendidikan Vokasi Bercirikan Keunggulan Lokal Oleh: Istanto W. Djatmiko Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Peran Kebudayaan dalam Pembangunan Pendidikan Berkelanjutan Salah satu fungsi pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat saat ini, banyak pula masalah dan kendala yang dihadapi oleh masyarakat baik individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas
Lebih terperinciLatar Belakang BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam meningkatkan pelayanan di bidang pemerintahan yang sifatnya memberikan kemudahan bagi warga masyarakat, dibentuklah Kabupaten Bengkayang yang merupakan daerah pemekaran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang berakar pada budaya bangsa demi membangun masa kini dan masa mendatang kehidupan bangsa. Sehingga Pendidikan ditujukan untuk
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
15 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas merupakan modal dasar untuk mewujudkan manusia seutuhnya dan masyarakat seluruhnya. Hal ini berarti bahwa kualitas sumberdaya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki 4 (empat) program studi keahlian yaitu keuangan, tata niaga,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Metro merupakan sekolah yang memiliki 4 (empat) program studi keahlian yaitu keuangan, tata niaga, administrasi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kompetensi adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyaratkan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka. Meskipun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang amat menentukan, tidak hanya bagi perkembangan dan perwujudan diri individu tetapi juga bagi pembangunan suatu bangsa dan negara.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan titik tolak perwujudan generasi muda untuk siap bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan kemampuan alamiah yang dimiliki manusia sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berpikir merupakan kemampuan alamiah yang dimiliki manusia sebagai pemberian berharga dari Allah SWT. Dengan kemampuan inilah manusia memperoleh kedudukan mulia
Lebih terperinci