Prokrastinasi Pada Mahasiswa Dalam Penyelesaian Skripsi. Priska Devy Anggraeni Pembimbing : Dra. M.M. Nilam Widyarini, Msi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Prokrastinasi Pada Mahasiswa Dalam Penyelesaian Skripsi. Priska Devy Anggraeni Pembimbing : Dra. M.M. Nilam Widyarini, Msi"

Transkripsi

1 Prokrastinasi Pada Mahasiswa Dalam Penyelesaian Skripsi Priska Devy Anggraeni Pembimbing : Dra. M.M. Nilam Widyarini, Msi ABSTRAKSI Di lingkungan Perguruan Tinggi, selalu dapat ditemukan adanya mahasiswa yang mengalami prikrastinasi (penundaan) dalam penyelesaian skripsinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengangkat fenomena yang terjadi pada mahasiswa yang mengalami penundaan (prokrastinasi) dalam penyelesaian skripsinya, baik yang masih melakukan penundaan, maupun yang sudah bisa mengatasi perilaku prokrastinasinya tersebut. Pertanyaan penelitian ini adalah : bagaimana gambaran prokrastinasi pada mahasiswa dalam penyelesaian skripsi, mengapa prokrastinasi terjadi pada mahasiswa dalam masa penyelesaian skripsi, dan bagaimana mengatasi prokrastinasi pada mahasiswa dalam menyelesaikan skripsinya. Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi dan bagaiman upaya pemecahan yang harus dilakukan serta tujuan penelitian, karakteristik subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat akhir yang dalam masa penyelesaian skripsinya yang tidak tepat wakti, dan mahasiswa tingkat akhir yang telah dapat mengatasi prokrastinasinya dalam pembuatan skripsi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode atau pendekatan kulitatif. Dalam penelitian ini, data dikumpulkan diarahkan pada pengalaman atau peristiwa yang terjadi di masa kini dan di masa lalu dalam kehidupannya menyangkut penundaan skripsi yang dilakukan. Fokus perhatian yang dilakukan dalam penelitian ini dengan menekankan pada metode-metode tertentu yang penting dalam perjalanan hidupnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga subjek melakukan prokrastinasi pada tugas skripsinya. Pada subjek satu dan subjek dua masih melakukan penundaan pada penyelesaian skripsinya sampai saat ini, sedangkan subjek tiga pernah melakukan penundaan pada penyelesaian skripsinya beberapa waktu yang lalu tetapi saat ini sudah dapat mengatasinya. Kata kunci : Penundaan / prokrastinasi, skripsi, mahasiswa.

2 PENDAHULUAN Latar belakang Masalah Dalam setiap tahunnya di setiap Perguruan Tinggi baik negeri maupun swasta, selalu meluluskan beribu-ribu mahasiswa dari beragam fakultas dari berbagai jurusan yang tersedia di Perguruan Tinggi tersebut. Banyak mahasiswa yang masih harus menempuh kuliah melebihi batas waktu normal sehingga penyusunan skripsi akhirnya juga tertunda. Akibatnya banyak mahasiswa yang belum bisa bahkan tidak mampu untuk menyelesaikan skripsi dalam rentang waktu normal untuk lulus kuliah. Dalam bahasa psikologi, terdapat istilah prokrastinasi yang menunjukkan suatu perilaku yang kurang disiplin dalam penggunaan waktu. Penundaan (procrastination) berasal dari kata berbahasa latin yang artinya tentang hari esok (Jerry & Newcombe, 2005). Prokrastinasi adalah suatu kecenderungan untuk menunda dalam memulai maupun menyelesaikan kinerja secara keseluruhan untuk melakukan aktivitas lain yang tidak berguna, sehingga kinerja menjadi terhambat, tidak pernah menyelesaikan tugas tepat waktu, serta sering terlambat dalam menghadiri pertemuan-pertemuan (Tuckman, 2007). Prokrastinasi akademik banyak berakibat negatif. Karena melakukan penundaan, banyak waktu terbuang dengan sia-sia. Tugas menjadi terbengkalai, bahkan bila diselesaikan hasilnya menjadi tidak maksimal. Penundaan juga bisa mengakibatkan seseorang kehilangan kesempatan dan peluang yang datang (Rizvi, 2007). Hasil penelitian Yosh (2007) menunjukan bahwa prokrastinasi merupakan salah satu masalah yang menimpa sebagian besar anggota masyarakat luas, dan pelajar pada lingkungan yang lebih kecil. Sekitar 25% sampai dengan 75% dari pelajar atau mahasiswa melaporkan bahwa prokrastinasi merupakan suatu masalah dalam lingkup akademis mereka. Penyelesaian skripsi yang tertunda, tentunya dikarenakan berbagai macam faktor yang ada di lingkungan sekitar. Prokrastinasi pada mahasiswa dapat disebabkan oleh faktor-faktor internal seperti kemampuan inteligensi, kesehatan fisik dan psikis, motivasi, dan sebagainya. Orang dengan motivasi rendah cenderung akan melakukan prokrastinasi dibandingkan dengan orang yang motivasinya tinggi. Prokrastinasi pada mahasiswa juga dapat disebabkan oleh faktor-faktor eksternal seperti faktor SES (status ekonomi sosial), keluarga atau pola asuh orang tua, peer group, sibuk bekerja, sarana dan prasarana untuk penyelesaian skripsi tersebut, kurangnya informasi yang diperoleh, kurang atau tidak adanya dukungan moral dan spiritual dari Significant Others, dan sebagainya (Ferrari & Ollivete, 2007). Menurut Lindgren (Dalam Jerry & Newcombe, 2005) dalam pendekatan kognitif menyatakan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh persepsi dan pengalaman mereka terhadap situasi yang

3 dikaitkan dengan tujuan. Perilaku individu dapat diprediksi apabila diketahui bagaimana individu mempersepsikan situasi dan apa yang diharapkan. Ditegaskan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh persepsi mengenai diri mereka dan lingkungan sekitarnya, sehingga apa yang dilakukan merupakan cerminan dari lingkungan sekitarnya, dan persepsi merupakan salah satu prediktor perilaku individu. Lebih lanjut Hurlock (Dalam Tuckman, 2007) menambahkan bahwa persepsi individu dapat memotivasi perilakunya lebih lanjut. Objek persepsi yang dinilai tidak menyenangkan, maka perilakunya negatif, seperti halnya mahasiswa yang menganggap mengumpulkan data untuk dapat menyusun skripsi adalah hal yang sulit dan tidak menyenangkan, maka mahasiswa tersebut cenderung melakukan prokrastinasi dalam menyelesaikan tugas skripsinya. Namun, individu yang mempersepsikan suatu objek secara positif akan mengkondisikan individu secara psikologis sebagai motivasi bagi individu untuk berperilaku positif. Dikatakan juga bahwa tingkat prokrastinasi akademik seseorang akan semakin meningkat seiring dengan makin lamanya studi seseorang. Jika pada masa remaja seseorang sudah melakukan prokrastinasi akademik, diasumsikan pada saat menjadi mahasiswa tingkat prokrastinasi akademiknya semakin meningkat (Tuckman, 2007). Berbagai hasil penelitian juga menemukan bahwa faktor eksternal yang juga mempengaruhi prokrastinasi akademik seseorang, antara lain gaya pengasuhan orang tua: yang menemukan bahwa kondisi lingkungan yang rendah pengawasan membuat prokrastinasi akademik juga lebih banyak dilakukan daripada lingkungan yang penuh pengawasan (Millgram dalam Yosh, 2007). Ahli efisiensi Ivy Lee (Dalam Jerry & Newcombe, 2005) berpendapat bahwa halhal yang harus dilakukan sebagai salah satu langkah dalam mengatasi prokrastinasi antara lain merencanakan untuk hari ini yaitu dengan memikirkan apa yang akan dilakukan dalam rangka menyelesaikan skripsi, dan menentukan prioritas dan tujuan. Prioritas adalah nilai-nilai yang tertanam dengan dalam tentang apa yang penting dalam kehidupan. Tujuan adalah hal-hal yang ingin dicapai atau lihat untuk terjadi. Tujuan sebaiknya ditetapkan sesuai dengan prioritas. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa prokrastinasi sudah ada sejak dahulu. Banyak mahasiswa yang belum juga menyelesaikan kuliah karena penyelesaian skripsinya tertunda. Namun sangat disayangkan bahwa beberapa mahasiswa baru kurang belajar dari pengalaman terdahulu, sehingga mereka tetap saja melakukan prokrastinasi dalam bidang akademiknya. Padahal banyak contoh yang dapat diambil dari para seniornya akibat perilaku prokrastinasi, seperti kehilangan banyak peluang yang datang, harus menempuh kuliah lebih lama dari yang seharusnya karena belum juga dapat menyelesaikan skripsi. Selain itu, banyak

4 waktu terbuang sia-sia yang seharusnya lebih bisa dimanfaatkan untuk keberhasilan. Maka diperlukan cara untuk bisa mengurangi dan mengatasi perilaku prokrastinasi agar mahasiswa dapat menyelesaikan skripsi sebagai syarat untuk lulus tepat pada waktunya. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memiliki dua manfaat, yaitu : 1. Manfaat Teoritis. Diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam bidang psikologi pendidikan dan psikologi klinis, khususnya tentang prokrastinasi pada mahasiswa dalam penyelesaian skripsi. Selain itu juga penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut oleh peneliti lain. 2. Manfaat Praktis. Berawal dari masalah tersebut diatas, diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran bagi para pengajar (dosen), mahasiswa, orangtua, perguruan tinggi, maupun masyarakat secara umum tentang prokrastinasi pada mahasiswa dalam penyelesaian skripsi. Juga dapat mengetahui sebab-sebab terjadinya prokrastinasi akademik pada mahasiswa dalam menyelesaikan skripsi. Dengan demikian, sebab-sebab prokrastinasi tersebut dapat dihindari sehingga penyelesaian skripsi oleh mahasiswa dapat lebih lancar. TINJAUAN PUSTAKA Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin yaitu procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok atau jika digabungkan menjadi menangguhkan atau menunda sampai hari berikutnya (Carleton, 2007). Penundaan atau penghindaran tugas yang kemudian disebut prokrastinasi tidak selalu diartikan sama dalam perspektif budaya dan bahasa manusia. Misalnya pada bangsa Mesir kuno mengartikan prokrastinasi dengan dua arti, yaitu menunjukkan suatu kebiasaan yang berguna untuk menghindari kerja yang penting dan usaha yang impulsif, juga menunjukkan suatu arti kebiasaan yang berbahaya akibat kemalasan dalam menyelesaikan suatu tugas yang penting untuk nafkah hidup, seperti mengerjakan ladang ketika waktu menanam sudah tiba. Jadi pada abad lalu prokrastinasi bermakna positif bila penunda sebagai upaya konstruktif untuk menghindari keputusan impulsif dan tanpa pemikiran yang matang, dan bermakna negatif bila dilakukan karena malas atau tanpa tujuan yang pasti (Carleton, 2007). Prokrastinasi dapat dikatakan sebagai salah satu perilaku yang tidak efisien dalam menggunakan waktu, dan adanya kecenderungan untuk tidak segera memulai suatu pekerjaan ketika menghadapi suatu tugas. Sehingga seseorang mempunyai kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan, sering mengalami keterlambatan, mempersiapkan sesuatu dengan sangat berlebihan, maupun gagal dalam

5 menyelesaikan tugas sesuai batas waktu yang telah ditentukan, dikatakan sebagai seorang yang melakukan prokrastinasi (Jerry & Newcombe, 2005). Prokrastinasi dapat dipandang dari berbagai segi. Prokrastinasi bisa dikatakan hanya sebagai suatu penundaan atau kecenderungan menunda-nunda memulai suatu pekerjaan. Namun prokrastinasi juga bisa dikatakan penghindaran tugas, yang diakibatkan perasaan yang tidak senang terhadap tugas dan ketakutan untuk gagal dalam mengerjakan tugas. Prokrastinasi juga bisa sebagai suatu trait atau kebiasaan seseorang terhadap respon dalam mengerjakan tugas (Carleton, 2007). Pada kalangan ilmuwan istilah prokrastinasi untuk menunjukan pada suatu kecenderungan menunda-nunda penyelesaian suatu tugas atau pekerjaan. Seseorang yang mempunyai kecenderungan untuk menunda atau tidak segera memulai suatu kerja, ketika menghadapi suatu kerja atau ketika menghadapi suatu tugas disebut sebagai seorang yang melakukan prokrastinasi. Menurut Glenn (Dalam Rizvi, 2007) prokrastinasi berhubungan dengan berbagai sindrom-sindrom psikiatri. Prokrastinator biasanya mempunyai pola tidur yang tidak sehat, mempunyai depresi yang kronis, menjadi penyebab stres, dan berbagai penyebab penyimpangan psikologis lainnya. Menurut Watson (Dalam Rizvi, 2007) penyebab prokrastinasi berkaitan dengan takut gagal, tidak suka pada tugas yang diberikan, menentang dan melawan kontrol, mempunyai sifat ketergantungan dan kesulitan dalam membuat keputusan. Dengan demikian, dari berbagai pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi adalah perilaku yang tidak efisien dalam menggunakan waktu dan cenderung untuk tidak segera memulai suatu pekerjaan. Prokrastinasi juga bisa dikatakan sebagai penghindaran tugas dan cenderung untuk menunda-nunda penyelesaian suatu tugas atau pekerjaan. Jenis-jenis Tugas pada Prokrastinasi Prokrastinasi dapat dilakukan pada beberapa jenis pekerjaan. Peterson (Dalam Jerry & Newcombe, 2005) mengatakan bahwa seseorang dapat melakukan prokrastinasi hanya pada hal-hal tertentu saja atau pada semua hal, sedangkan jenisjenis tugas yang sering ditunda oleh prokrastinator yaitu pada tugas pembuatan keputusan, tugas-tugas rumah tangga, aktivitas akademik, pekerjaan kantor dan lainnya. Peterson (Dalam Jerry & Newcombe, 2005) menambahkan bahwa prokrastinasi akademik dan non-akademik sering menjadi istilah yang digunakan oleh para ahli untuk membagi jenis-jenis tugas di atas menjadi : a. Prokrastinasi akademik adalah jenis penundaan yang dilakukan pada jenis tugas formal yang berhubungan dengan tugas akademik, misalnya tugas sekolah atau tugas kursus, b.prokrastinasi non-akademik adalah penundaan yang dilakukan pada jenis tugas non-formal atau tugas yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari,

6 misalnya tugas rumah tangga, tugas sosial, tugas kantor dan lain sebagainya. Menurut Green (Dalam Tuckman, 2007) jenis tugas yang menjadi objek prokrastinasi akademik adalah tugas yang berhubungan dengan kinerja akademik. Perilaku-perilaku yang mencirikan penundaan dalam tugas akademik dipilah dari perilaku lainnya dan dikelompokkan menjadi unsur prokrastinasi akademik. Solomon dan Rothblum (Dalam Tuckman, 2007) menyebutkan 6 area akademik untuk melihat jenis-jenis tugas yang sering diprokrastinasi oleh pelajar, yaitu tugas mengarang, belajar menghadapi ujian, membaca, kinerja administratif, menghadiri pertemuan, dan kinerja akademik secara keseluruhan. Ferrari (Dalam Rizvi, 2007) membagi prokrastinasi menjadi dua : a. Functional procrastination, yaitu penundaan pengerjaan tugas yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap dan akurat, b. Disfunctional procrastination, penundaan yang tidak bertujuan, berakibat jelek dan menimbulkan masalah. Ada dua bentuk disfunctional procrastination : 1). Penundaan dalam mengambil keputusan (Decisional procrastination), merupakan sebuah antaseden kognitif dalam menunda untuk memulai melakukan suatu kerja dalam menghadapi situasi yang dipersepsikan penuh stress. Prokrastinasi dilakukan sebagai bentuk coping yang digunakan untuk menyesuaikan diri dalam pembuatan keputusan yang dipersepsikan penuh stress. Jenis prokrastinasi ini terjadi akibat kegagalan tugas, yang kemudian menimbulkan konflik dalam diri individu, sehingga Ia menunda untuk memutuskan masalah. decisional procrastination berhubungan dengan kelupaan dan kegagalan proses kognitif. 2). Avoidance procrastination atau behavioral procrastination adalah suatu penundaan dalam perilaku tampak. Penundaan dilakukan sebagai suatu cara untuk menghindari tugas yang dirasa tidak menyenangkan dan sulit untuk dilakukan. Dalam penelitian ini, jenis prokrastinasi yang diteliti adalah prokrastinasi akademik, adalah penundaan yang dilakukan pada jenis tugas formal yang berhubungan dengan tugas akademik yaitu penundaan dalam penyelesaian skripsi. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi Faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi dapat dikategorikan menjadi dua macam (Ferrari & Olivete, 2007), yaitu faktor internal dan faktor eksternal. A. Faktor internal adalah faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu yang mempengaruhi prokrastinasi. Faktor-faktor tersebut meliputi kondisi fisik dan kondisi psikologis dari individu. Orang dengan motivasi rendah cenderung akan melakukan prokrastinasi dibandingkan dengan orang yang motivasinya tinggi. Berbagai hasil penelitian juga menemukan aspek lain pada diri individu yang turut mempengaruhi seseorang untuk mempunyai suatu kecenderungan perilaku prokrastinasi yaitu rendahnya kontrol diri. B. Faktor eksternal

7 adalah faktor-faktor yang terdapat diluar diri individu yang mempengaruhi prokrastinasi. Faktor-faktor tersebut berupa faktor SES (Status Ekonomi Sosial), keluarga atau pola asuh orang tua, peer group, sibuk bekerja, sarana dan prasarana untuk penyelesaian skripsi tersebut, kurangnya informasi yang diperoleh, kurang atau tidak adanya dukungan moral dan spiritual dari Significant Others, dan sebagainya. Dalam pola asuh, tingkat pengasuhan otoriter ayah menyebabkan munculnya kecenderungan perilaku prokrastinasi yang kronis pada subjek penelitian anak wanita. Dan ibu yang memiliki kecenderungan melakukan procrastination menghasilkan anak wanita yang memiliki kecenderungan untuk melakukan prokrastinasi pula (Ferrari & Ollivete, 2007). Ferrari dan Ollivete (2007) juga menambahkan faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi dilihat dari teori perkembangan prokrastinasi adalah sebagai berikut : a. Psikodinamik. Penganut psikodinamik beranggapan bahwa pengalaman masa kanak-kanak mempengaruhi perkembangan proses kognitif seseorang ketika dewasa, terutama trauma. Seseorang yang pernah mengalami trauma akan suatu tugas tertentu, misalnya gagal menyelesaikan tugas sekolahnya, akan cenderung melakukan prokrastinasi ketika seseorang tersebut dihadapkan lagi pada suatu tugas yang sama. Seseorang tersebut akan teringat kepada pengalaman kegagalan maupun perasaan tidak menyenangkan yang pernah dialami dimasa lalu, sehingga ia menunda mengerjakan tugasnya, yang dipersepsikan akan mendatangkan perasaan seperti masa lalu. b. Behavioristik. Penganut psikologi behavioristik beranggapan bahwa perilaku prokrastinasi akademik muncul akibat proses pembelajaran. Seseorang melakukan prokrastinasi akademik karena dia pernah mendapatkan reinforcement atas perilaku tersebut. Seseorang yang pernah merasakan sukses dalam melakukan tugas kuliahnya dengan melakukan penundaan, cenderung akan melakukan lagi perbuatannya. Sukses yang pernah ia rasakan akan dijadikan reward untuk mengulangi perilaku yang sama dimasa yang akan datang. c. Kondisi lingkungan. Perilaku prokrastinasi akademik juga bisa muncul pada kondisi lingkungan tertentu. Kondisi yang menimbulkan stimulus tertentu bisa menjadi reinforcement bagi munculnya perilaku prokrastinasi. Kondisi yang rendah dalam pengawasan akan mendorong seseorang untuk melakukan prokrastinasi akademik, karena tidak adanya pengawasan akan mendorong seseorang untuk berperilaku tidak tepat waktu. d. Cognitive behavioral. Prokrastinasi akademik terjadi karena adanya keyakinan irrasional yang dimiliki oleh seseorang. Keyakinan irrasional tersebut dapat disebabkan oleh suatu kesalahan dalam mempersepsikan tugas skripsi, seseorang memandang tugas tersebut sebagai sesuatu yang berat dan tidak menyenangkan (aversiveness of the task and fear of failure). Oleh karena itu seseorang merasa tidak mampu untuk menyelesaikan tugasnya secara memadai, sehingga

8 seseorang menunda-nunda dalam menyelesaikan tugas tersebut. Fear of failure adalah ketakutan yang berlebihan untuk gagal. Seseorang menunda-nunda mengerjakan tugas skripsinya karena takut jika gagal menyelesaikannya sehingga akan mendatangkan penilaian yang negatif akan kemampuannya. Akibatnya seseorang menunda-nunda mengerjakan tugas yang dihadapinya. Dalam penelitian ini, untuk mengetahui mengapa terjadi prokrastinasi pada mahasiswa, dilakukan pengumpulan data berdasarkan faktor-faktor penyebab prokrastinasi yang meliputi faktor internal, faktor eksternal, dan faktor-faktor berdasarkan teori-teori perkembangan. Ferrari dan Ollivete (2007) mengatakan bahwa sebagai suatu perilaku penundaan, prokrastinasi akademik pada mahasiswa dapat termanifestasikan dalam indikator tertentu yang dapat diukur dan diamati dengan ciri-ciri berupa : a. Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi. b. Keterlambatan dalam mengerjakan tugas. c. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja actual. d. Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan. Menurut dua ahli prokrastinasi. Joseph Ferrari, Ph.D., professor psikologi dari De Paul University di Chicago, dan Timothy Pychyl, Ph.D., professor psikologi dari Carleton University Ottawa (2008), banyak penyebab yang membuat orang terjerat kebiasaan buruk ini. Untuk mengetahuinya, ada 10 informasi penting yang perlu diketahui tentang ciri-ciri prokrastinasi, yaitu : a. Sekitar 20 persen masyarakat mengidentifikasikan dirinya sebagai pengidap kronis prokrastinasi. Bagi mereka, prokrastinasi adalah gaya hidup meskipun bukan berarti kegagalan dalam beradaptasi. b. Prokrastinasi bukanlah hal sepele, meskipun sebagai budaya kita tidak menganggap hal ini sebagai masalah. Kebiasaan ini merupakan wujud dari problem serius pengendalian diri. c. Prokrastinasi bukanlah masalah dalam manjemen waktu atau perencanaan. Para pengidap prokrastinasi tidaklah berbeda dalam hal memperhitungkan waktu, meskipun mereka lebih optimis ketimbang yang lain. Menyuruh seseorang yang sering menunda-nunda untuk membeli agenda mingguan seperti halnya menyarankan penderita depresi kronis untuk tetap tersenyum, ujar Dr. Ferrari. d. Sifat prokrastinasi terbentuk dari lingkungan dan bukan akibat faktor keturunan. Kebiasaan ini tumbuh tidak secara langsung dalam keluarga dan merupakan respon terhadap gaya otoriter yang diterapkan oangtua. Kekejaman serta dominasi sang ayah dapat menghambat perkembangan anak untuk dapat mengatur dirinya sendiri, menginternalisasi perhatiannya sendiri dan kemudian belajar untuk bertindak terhadap mereka. Prokrastinasi bahkan bisa menjadi salah satu untuk pembebasan. e. Prokrastinasi dapat memprediksikan tingginya konsumsi alkohol diantara mereka

9 yang minum minuman keras. Para pengidap prokrastinasi cenderung minum lebih banyak dari yang diinginkan sebagai manifestasi generalisasi masalah dalam pengendalian diri. f. Para pengidap prokrastinasi kerap membohongi dirinya sendiri, misalnya mengatakan Saya merasa lebih suka melakukannya esok hari atau Saya biasa bekerja dalam tekanan. Namun faktanya, mereka tidak bergegas keesokan harinya untuk bekerja atau melakukan yang terbaik disaat berada dalam tekanan. Selain itu, mereka melindungi perasaan dirinya dengan mengatakan Ini tidaklah penting. Kebohongan besar yang biasa dilakukan prokrastinator adalah bahwa tekanan waktu akan membuat mereka menjadi lebih kreatif. Buktinya, mereka tidak berubah untuk menjadi lebih kreatif, mereka hanya merasanya. Mereka justru memboroskan modal mereka sendiri. g. Pengidap prokrastinasi secara aktif mencari-cari kekacauan atau kebingungan, khususnya seseorang yang tidak memiliki komitmen serius. h. Secara garis besar, ada tiga tipe pengidap prokrastinasi didasarkan atas alasan yang berbeda. Tipe Arousal atau pencari ketegangan, yang menunggu hingga menit-menit akhir untuk panik. Tipe Avoidance atau penghindar, yang mungkin menindari atau bahkan takut sukses. Tipe Decisional, yang tidak bisa membuat keputusan. Dengan tidak membuat keputusan, mereka menjadi terbatas dari tanggung jawab akan hasil dari sebuah kejadian. i. Ada begitu besar kerugian yang disebabkan prokrastinasi. Kesehatan adalah salah satunya. Bila dikaitkan dengan akademis, mahasiswa pengidap prokrastinasi cenderung bermasalah dengan kekebalan tubuh, lebih sering terserang flu dan batuk, masalah pencernaan serta imsonia. Selain itu, prokrastinasi merugikan diri sendiri dan orang lain dengan cara mengalihkan beban tanggung jawab pada orang lain yang lalu menjadi menyesal. Prokrastinasi merusak kekompakan tim di temapat kerja dan hubungan pribadi. j. Pengidap prokrastinasi sebenarnya dapat mengubah perilaku mereka, namun membutuhkan banyak sekali konsumsi energi fisik. Hal itu berarti seseorang merasa telah terbunah secara internal. Pemulihannya dapat dilakukan dengan cara terapi perilaku yang terstruktur. Dalam penelitian ini, untuk mendapatkan gambaran mengapa terjadi prokrastinasi pada mahasiswa, dilakukan pengumpulan data berdasarkan ciri-ciri prokrastinasi dan jenis-jenis tugas pada prokrastinasi menurut Ferrari dan Ollivete (2007). Semakin lama seorang mahasiswa menunda untuk menyelesaikan tugas skripsi hingga mendekati batas waktu yang ditentukan, semakin besar pula kemungkinan ia mengerjakan tugas tersebut secara tidak optimal atau bahkan tidak selesai sama sekali (Tribun-Batam, 2007). Dalam hal ini, penyelesaian dari masalah prokrastinasi terletak pada diri sendiri. Yang harus dilakukan antara lain : a. Membenahi diri, dengan mengetahui secara pasti apa yang menjadi penyebab seseorang gemar menunda-nunda untuk menyelesaikan

10 skripsi. b. Dengan berpikir bahwa tidak akan ada yang membantu menyelesaikan tugas, maka harus mengerjakan sendiri. c. Membuat penilaian tentang diri sendiri dan perhatikan apakah itu semua cocok dengan cara yang selama ini digunakan dalam menyelesaikan skripsi. d. Mengetahui apakah lebih banyak keuntungan daripada kerugiannya. e. Mengenali sasaran yang ingin di capai dan membuat keputusan yang realistis tentang cara melakukan tugas tersebut dan membuat skala prioritas. f. Membangkitkan motivasi diri, dengan membuat daftar kelebihan-kelebihan yang dimiliki serta tugas-tugas yang disukai dan sudah berhasil diselesaikan. g. Kecemasan tentang kualitas hasil pekerjaan hanya akan menghambat dalam penyelesaian tugas tersebut. Mengingat keuntungan yang didapatkan bila menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya. h. Mengucapkan kata-kata setiap kali keinginan menunda pekerjaan datang seperti: Tak ada orang yang sempurna. Mencoba untuk sempurna hanyalah ilusi yang membuat saya justru enggan melakukan apa-apa. Atau Jauh lebih mudah bila saya mengerjakannya sekarang daripada mengerjakannya pada menit-menit terakhir dan memperburuk segalanya (Tribun-Batam, 2007). Menurut Letham (2007), dampak perilaku prokrastinasi dapat dibagi menjadi dua yaitu dampak positif dan dampak negatif. a. Dampak Positif Prokrastinasi : Untuk mengubah perilaku agar tidak menunda-nunda pekerjaan atau tugas agar selesai tepat waktu, Untuk menghilangkan pikiran negatif bahwa apa yang dilakukan prokrastinator adalah hal yang terbaik untuk melengkapi tugas atau pekerjaannya, Memberi pengertian bagaimana prokrastinasi dapat mempengaruhi terbuangnya waktu secara sia-sia dan menurunkan kesenangan dalam melakukan berbagai hal/pekerjaan, Prokrastinasi mengutamakan apa yang ingin kita kerjakan sekarang atau hari ini. b. Dampak Negatif prokrastinasi : Prokrastinasi sebagai faktor munculnya stress karena apa yang terjadi tidak sesuai dengan harapan dan keinginan/gagal dalam pencapaian target yang diinginkan, Prokrastinasi sebagai penghambat kebahagiaan, bisa mempengaruhi kesehatan dan produktivitas, Hal-hal yang terjadi karena adanya prokrastinasi adalah keterlambatan yang diikuti kecemasan dan rasa panik saat usaha yang dilakukannya gagal atau hasil kurang memuaskan, Prokrastinasi menimbulkan kelelahan karena tidak ada waktu yang efektif dalam mengerjakan tugas, sulitnya pencapaian keinginan/hasil yang diinginkan, dan kondisi tubuh yang lemah saat mengerjakan tugas. Prokrastinasi bukan hanya akibat dari kelelahan tapi juga penyebab kelelahan, Prokrastinasi dapat menyebabkan seseorang membuang waktu dengan sia-sia, kehilangan harga diri, tidak kompetitif, tidak percaya diri, cemas, menipu diri sendiri, dan merasa dirinya tidak sempurna, Proktastinasi membuat seseorang sulit untuk mengatur waktu dengan baik dalam mengerjakan suatu tugas, Prokrastinasi membuat seseorang

11 memandang suatu tugas adalah suatu hal yang paling sulit, paling membosankan dan paling tidak menyenangkan. Menurut penulis, dampak pada prokrastinasi lebih bersifat negatif. Karena sebuah penundaan akan mengakibatkan banyak waktu yang terbuang sia-sia dan dapat menghilangkan kesempatan yang ada. Prokrastinasi pada Mahasiswa dalam Penyelesaian Skripsi Penundaan yang dilakukan dengan sengaja dan berulang-ulang, dengan melakukan aktivitas lain yang tidak diperlukan dalam pengerjaan tugas disebut dengan prokrastinasi (Peterson dalam Jerry & Newcombe, 2005). Banyak mahasiswa yang menunda untuk mengerjakan tugas-tugas dari dosen, maupun menunda belajar untuk menghadapi ujian, dengan melakukan aktivitas lain yang tidak penting bagi mereka, mempunyai kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai batas waktu yang ditentukan, sering mengalami keterlambatan, mempersiapkan sesuatu dengan sangat berlebihan, maupun gagal dalam menyelesaikan tugas sesuai batas waktu yang telah ditentukan, dikatakan sebagai seorang yang melakukan prokrastinasi, disebut seorang prokrastinator. Dengan begitu, dapat pula dikatakan bahwa istilah yang ada dalam dunia mahasiswa tentang SKS, yang dibelokkan kepanjangannya menjadi Sistem Kebut Semalam. Dengan demikian, prokrastinasi akademik pada mereka dapat dikatakan sebagai suatu masalah. Prokrastinator sebenarnya sadar bahwa dirinya menghadapi tugas-tugas yang penting dan bermanfaat bagi dirinya (Sebagai tugas primer), akan tetapi dengan sengaja menunda-nunda secara berulangulang (kompulsif), hingga muncul perasaan tidak nyaman, cemas dan merasa bersalah dalam dirinya. Mahasiswa yang menganggap mengumpulkan informasi untuk dapat menyusun skripsi adalah hal yang sulit dan tidak menyenangkan, maka mahasiswa tersebut cenderung melakukan prokrastinasi dalam menyelesaikan tugas skripsinya. Namun, mahasiswa yang mempersepsikan suatu tugas skripsi secara positif maka hanya kemungkinan kecil mahasiswa tersebut melakukan prokrastinasi. Penyelesaian skripsi merupakan salah satu syarat untuk lulus di Perguruan Tinggi. Dengan melakukan prokrastinasi pada tugas skripsinya, mahasiswa yang bersangkutan masih harus menempuh kuliah lebih dari yang seharusnya dijadwalkan. Untuk itu diperlukan cara mengatasi prokrastinasi agar penundaan pada tugas skripsinya dapat teratasi. Adapun langkah yang dapat dilakukan dalam mengatasi prokrastinasi anatara lain merencanakan untuk hari ini yaitu dengan memikirkan apa yang akan dilakukan dalam rangka menyelesaikan skripsi, dan menentukan prioritas dan tujuan. Prioritas adalah nilainilai yang tertanam dengan dalam tentang apa yang penting dalam kehidupan. Tujuan adalah hal-hal yang ingin dicapai atau lihat

12 untuk terjadi. Tujuan sebaiknya ditetapkan sesuai dengan prioritas. Dengan demikian diharapkan penelitian ini dapat membantu mahasiswa dalam menyelesaikan skripsinya tepat waktu. METODE PENELITIAN Penelitian in bertujuan untuk mengetahui gambaran prokrastinasi pada mahasiswa dalam penyelesaian skripsi, juga untuk mengetahui mengapa prokrastinasi terjadi pada mahasiswa dalam masa penyelesaian skripsi. Selain itu juga untuk mengetahui bagaimana mengatasi prokrastinasi agar mahasiswa dapat menyelesaikan skripsinya tepat waktu sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Oleh sebab itu pendekatan yang tepat adalah pendekatan kualitatif. Menurut Basuki (2006) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang masalah-masalah manusia dan sosial, bukan mendeskripsikan bagian permukaan dari suatu realitas sebagaimana dilakukan penelitian kuantitatif dengan positivismenya. Peneliti menginterpretasikan bagaimana subjek memperoleh makna dari lingkungan sekeliling, dan bagaimana makna tersebut mempengaruhi perilaku mereka. Penelitian dilakukan dalam latar (Setting) yang alamiah (Naturalistic) bukan hasil perlakuan (Treatment) atau manipulasi variabel yang dilibatkan. Subjek Penelitian Dalam penelitian kualitatif, pemberian batasan pada partisipan merupakan sesuatu hal yang penting yang perlu dilakukan berkenaan dengan pengontrolan keabsahan dan keajegan penelitian (Banister, dkk. dalam Poerwandari, 1998). Penelitian ini bermaksud untuk mendapatkan gambaran mengenai prokrastinasi pada mahasiswa dalam penyelesaian skripsi. Untuk itu peneliti menetapkan karakteristik subjek yang akan menjadi sampel penelitian ini sebagai berikut : Subjek mahasiswa tingkat akhir yang dalam masa penyelesaian skripsinya yang tidak tepat waktu, Subjek telah dapat mengatasi prokrastinasinya. Menurut Patton (Dalam Poerwandari, 1998), tidak ada aturan yang baku mengenai jumlah subjek yang harus diambil dalam penelitian kualitatif. Jumlah subjek sangat tergantung pada apa yang ingin diketahui peneliti, tujuan penelitian, konteks saat itu, apa yang dianggap bermanfaat dan dapat dilakukan dengan waktu dan sumber daya yang tersedia. Dengan fokus penelitian kualitatif pada kedalaman dan proses, maka penelitian kualitatif cenderung dilakukan dengan jumlah subjek sedikit. Dalam penelitian ini, peneliti berencana untuk mengambil subjek sebanyak 3 orang. Subjek yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang telah menyelesaikan teori

13 perkuliahan, yang melakukan prokrastinasi akademik sehingga penyelesaian skripsinya tertunda, dan subjek yang telah dapat mengatasi prokrastinasi pada skripsinya. Teknik Pengumpulan Data Metode yang digunakan penulis dalam pengumpulan data adalah metode wawancara dan observasi. Metode Wawancara Menurut Kartono (Dalam Heru Basuki, 2006) interview atau wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu, ini merupakan proses tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik. Jenis-jenis wawancara dapat di bagi menjadi : Menurut Sasaran Perorangan; Wawancara Perorangan, Wawancara Kelompok. Menurut Prosedurnya ; Wawancara Bebas, Wawancara Terstuktur, Wawancara Kombinasi Menurut Patton (Dalam Poerwandari, 1998) ada tiga pendekatan dalam memperoleh data melalui wawancara yaitu wawancara informal, wawancara dengan pedoman umum, dan wawancara dengan terstandar yang terbuka. Dalam wawancara ini digunakan pedoman wawancara kombinasi. Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan penulis mengenai aspek-aspek apa saja yang harus dibahas atau ditanyakan, sekaligus menjadi daftar pengecek apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau ditanyakan. Dalam pedoman wawancara ini terdiri dari sejumlah daftar pertanyaan yang sifatnya terbuka. Pertanyaan-pertanyaan itu dapat berubah atau berkembang sesuai dengan respon atau jawaban responden akan tetapi tetap diarahkan sesuai topik penelitian. Adapun peneliti menggunakan bentuk wawancara tersebut untuk memperoleh banyak data dari subjek untuk memberikan gambaran selengkap-lengkapnya dan mendalam sesuai dengan topik penelitian. Metode Observasi Selain menggunakan metode wawancara, dalam penelitian ini juga akan digunakan metode observasi sebagai metode penunjang. Menurut Kartono (Dalam Heru Basuki, 2006) pengertian observasi diberi batasan sebagai berikut : studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan. Selanjutnya dikemukakan tujuan observasi adalah mengerti ciri-ciri dan luasnya signifikansi dari inter relasinya elemen-elemen tingkah laku manusia pada fenomena sosial serba kompleks dalam pola-pola kulturil tertentu. Observasi Participant Pengamat melakukan penelitian dengan mengamati secara langsung subjek yang diteliti dengan atau tanpa sepengetahuan responden. Observasi Non Participant Pada kondisi ini peneliti dapat melakukan pengambilan data dari responden walaupun mereka tidak hadir secara langsung ditengah-tengah responden. Observasi tidak langsung ini semakin banyak dilakukan sesuai dengan kemajuan teknologi komunikasi yang canggih, seperti penggunaan telepon, televisi jarak jauh, dan

14 jasa satelit komunikasi yang dapat digunakan dalam dunia penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode observasi non participant dengan mengamati secara tidak langsung subjek penelitian untuk memperoleh data. Observasi dilakukan hanya pada saat wawancara dengan subjek, karena peneliti tidak mengikuti kegiatankegiatan subjek untuk melihat prokrastinasi. Alat Bantu Penelitian Panduan wawancara yang dibuat peneliti berupa pertanyaan dasar pada wawancara yang mencakup hal-hal yang relevan untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu bagaimana gambaran prokrastinasi pada mahasiswa dlam penyelesaian skripsi, mengapa prokrastinasi terjadi pada mahasiswa dalam masa penyelesaian skripsi, dan bagaimana mengatasi prokrastinasi pada mahasiswa dalam menyelesailan skripsinya. Setelah peneliti membuat panduan wawancara, peneliti juga menyiapkan alatalat dan tabel yang digunakan dalam observasi. Observasi hanya dilakukan pada saat wawancara berlangsung, karena peneliti menggunakan observasi non participant dengan tidak mengikuti kegiatan-kegiatan subjek untuk melihat prokrastinasi. Peneliti menyiapkan alat tulis untuk mencatat hasil dari wawancara yang harus dicatat secara manual dengan menggunakan pulpen dan Alat Perekam (Tape recorder) yang berfungsi untuk merekam proses wawancara yang berlangsung. Keabsahan dan Keajegan Penelitian Untuk menjamin keabsahan dari penelitian ini, maka digunakan triangulasi data. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dari luar data yang diperoleh. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan adalah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Patton (dalam Poerwandari, 1998) melihat konsep triangulasi dalam kerangka yang luas. Triangulasi dapat dibedakan dalam 4 macam, yaitu :a. Triangulasi data. Menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil wawancara, hasil observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu subjek yang dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda. Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber data dari hasil wawancara subjek penelitian dan orang-orang terdekat subjek, selain itu juga ditunjang dengan observasi. Namun dalam penelitian ini observasi hanya dilakukan pada saat wawancara berlangsung, karena peneliti menggunakan observasi non participant dengan tidak mengikuti kegiatan-kegiatan subjek untuk melihat prokrastinasi. b. Triangulasi pengamat. Adanya pengamat di luar peneliti yang turut memeriksa hasil pengumpulan data. Dalam penelitian ini, dosen pembimbing bertindak sebagai pengamat (expert judgement) yang memberikan masukan terhadap hasil pengumpulan data. c. Triangulasi teori. Yaitu penggunaan berbagai teori yang berlainan untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan sudah memenuhi syarat. Pada penelitian ini, berbagai teori telah

15 dijelaskan dalam bab 2 untuk digunakan dalam mengumpulkan data tersebut. d. Triangulasi metodologis, Yaitu penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode wawancara, metode observasi, atau metode kuantitatif. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode wawancara dan observasi. Namun observasi yang dilakukan sangat terbatas, yaitu hanya pada saat wawancara berlangsung. Konstruk lain yang diusulkan Lincoln dan Guba (dalam Poerwandari, 1998) adalah dependability, menggantikan istilah reliabilitas dalam penelitian kuantitatif. Melalui konstruk dependability peneliti memperhitungkan perubahan-perubahan yang mungkin terjadi menyangkut fenomena yang diteliti, juga perubahan dalam desain sebagai hasil dari pemahaman yang lebih mendalam tentang setting yang diteliti. Yang dapat dilakukannya adalah mengkonsentrasikan diri pada pencatatan rinci fenomena yang diteliti, termasuk interelasi aspek-aspek yang terkait. Teknik Analisis Data Analisis data menurut Patton (dalam Moleong, 1999) adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan variasi dasar. Ia membedakan dengan penafsiran yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan hubungan antara dimensi-dimensi uraian. Menurut Poerwandari (1998) langkah yang harus dilakukan adalah mengorganisasikan datanya dengan rapih, sistematis dan selengkap mungkin, setelah itu langkah yang harus dilakukan adalah koding (pengkodean). Pada proses koding ini dimulai dengan menyusun transkip verbatim (kata demi kata) dari data hasil wawancara, lalu memberikan kode-kode atau penomoran disebelah kanan atau kiri transkip. Pemberian kode-kode atau penomoran dapat dilakukan secara urut dari satu baris ke baris lain atau dilakukan pada tiap-tiap paragraf baru, selanjutnya peneliti memberikan nama untuk masing-masing berkas dengan kode tertentu. Kode yang dipilih haruslah kode yang mudah diingat dan dianggap paling tepat mewakili berkas tersebut dan tidak lupa selalu mencantumkan tanggal disetiap berkas. Dalam penelitian ini dilakukan koding dengan menyusun transkip verbatim (kata demi kata) dari data hasil wawancara, dan selalu mencantumkan tanggal disetiap berkas.

16 HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Perilaku Prokrastinasi Subjek 1, Subjek 2, dan Subjek 3 Pertanyaan Penelitian Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3 Kesimpulan Gambaran prokrastinasi pada mahasiswa dalam penyelesaian skripsi 1. Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi Subjek melakukan penundaan untuk memulai maupun menyelesikan kerja pada tugas yang dihadapi. Subjek melakukan penundaan untuk memulai maupun menyelesikan kerja pada tugas yang dihadapi. Subjek melakukan penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi. Subjek 1, 2 dan 3 melakukan penundaan pada tugas skripsinya. Tapi sampai saat ini yang melakukan penundaan hanya subjek 1 dan 2, sedangkan subjek 3 saat ini sudah dapat mengatasi penundaannya. 2. Keterlambatan dalam mengerjakan tugas Subjek tidak mengalami keterlambatan dalam mengerjakan tugas-tugasnya untuk urusan sekolah. Subjek melakukan keterlambatan dalam mengerjakan tugas skripsinya. Subjek mengerjakan tugas tersebut jika waktunya sudah dekat. Subjek melakukan keterlambatan dalam pembuatan tugas skripsinya. Subjek selalu terlambat mengumpulkan tugas-tugasnya di kampus. Subjek 1 tidak menglami keterlambatan dalam pembuatan tugasnya, namun subjek 2 dan 3 mengalami keterlambatan dalam pembutan tugasnya. 3. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual Subjek mengalami kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual. Namun significant others tidak mengetahui tentang hal ini. Ada kesenjangan waktu yang dilakukan subjek antara rencana dan kinerja aktual. Rencana yang telah dipersiapkan tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Hal tersebut tergantung dari kondisi perasaan subjek saat itu. Ada kesenjangan waktu yang dilakukan subjek antara rencana dan kinerja aktual. seringkali tidak sesuai dengan yang sudah direncanakannya tersebut. Subjek 1, subjek 2, dan subjek 3 mengalmi kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual

17 Pertanyaan Penelitian Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3 Kesimpulan 4. Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan Subjek melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan seperti jalan-jalan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan. Namun significant others tidak mengetahui mengenai hal ini. Subjek melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada mengerjakan skripsinya. Hal tersebut diungkapkan significant others seperti melakukan hobinya yaitu bermain futsal. Namun subjek sendiri tidak mengakuinya. Subjek tidak melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada ia harus membuat skripsinya. Subjek 1 dan 2 melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada mengerjakan skripsinya, sedangkan subjek 3 tidak melakukannya. 5. Jenis-jenis prokrastinasi o Functional procrastination o Disfunctional procrastination -Decisional procrastination -Avoidance procrastination Menurut subjek, subjek memiliki ciri-ciri jenis prokrastinasi yang lebih menonjol pada functional procrastination. Subjek dalam mengerjakan skripsi biasanya mencari informasi yang lebih lengkap dan akurat. Namun menurut significant others, subjek memiliki ciri-ciri jenis prokrastinasi yang lebih menonjol pada jenis Disfunctional Procrastination bentuk decisional procrastination. subjek menunda untuk membuat skripsinya dalam kondisi lelah dan stress setelah bekerja. Menurut subjek, subjek memiliki ciri-ciri jenis prokrastinasi yang lebih menonjol pada Disfunctional Procrastination bentuk decisional procrastination. subjek menunda untuk membuat skripsinya dalam kondisi stress tuntutan dari dosen pembimbing. Namun menurut significant others, subjek memiliki ciri-ciri jenis prokrastinasi yang lebih menonjol pada jenis functional procrastination. Subjek dalam mengerjakan skripsi biasanya mencari informasi yang lebih lengkap dan akurat. Subjek memiliki ciri-ciri jenis prokrastinasi yang lebih menonjol pada jenis functional procrastination. Dalam mengerjakan skripsinya, ubjek biasanya mencari informasi yang lebih lengkap dan akurat terlebih dahulu sebelum I menemui dosen pembimbingnya. Subjek 1, dan subjek 3 memiliki ciriciri jenis prokrsatinasi functional procrastination, sedangkan subjek 2 memiliki ciri-ciri dysfunctional procrastination bentuk decitional procrastination.

18 Pertanyaan Penelitian Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3 Kesimpulan Mengapa prokrastinasi terjadi pada mahasiswa dalam penyelesaian skripsi 1. Faktor Internal Motivasi Kondisi fisik Kondisi Psikologis Subjek melakukan penundaan pada skripsinya karena rasa malas dan lelah setelah bekerja di kantor. Namun significant others tidak mengetahui hal ini. Faktor internal dalam diri subjek mempengaruhi perilaku prokrastinasi subjek. Subjek tidak suka motivasi yang terlalu berlebihan, dan jika subjek kurang enak badan biasanya perasaan subjek menjadi tidak baik dan akhirnya subjek malas untuk mengerjakan sesuatu termasuk malas mengerjakan skripsinya. Motivasi subjek menurun karena rasa malas untuk melanjutkan setelah masa liburan semerteran. Ada faktor internal yang membuat subjek 1, subjek 2, dan subjek 3 melakukan penundaan dalam pembuatan skripsinya, seperti rasa malas karena setelah bekerja di kantor dan masa liburan, perasaan yang tiba-tiba berubah. 2. Faktor status ekonomi Subjek tidak mengalami kendala dalam faktor ekonomi untuk membiayi kuliahnya, dikarenakan subjek memiliki penghasilan sendiri dan pihak kantor membantu untuk membiayai kulih subjek. Subjek tidak mengalami kendala dalam faktor ekonomi untuk membiayi kuliahnya, dikarenakan orangtua subjek yang cukup berada dan mampu untuk memenuhi kebutuhan subjek. Faktor ekonomi tidak mempengaruhi perilaku penundaan subjek dalam pembuatn skripsinya. Subjek 1, subjek 2, dan subjek 3 tidak mengalami kendala dalam faktor ekonomi untuk pembuatan skripsinya. 3. Keluarga / Pola asuh Pola asuh yang diterapkan orangtua pada subjek adalah rendah pengawasan, sehingga mempengaruhi perilaku prokrastinasi subjek Keluarga kurang mendukung tentang pembuatan skripsi subjek. subjek menganggap bahwa itu bukan urusan mereka karena subjek yang menjalaninya. Dan pola asuh yang diterapkan orangtua di rumah pada subjek tergolong permisif, yaitu orangtua membiarkan subjek melakukan apa yang diinginkan. Pola asuh yang diterapkan orangtua pada subjek terbilang longgar karena sejak kecil subjek diberi kebebasan untuk mengambil keputusan. Subjek 1, subjek 2, dan subjek 3 berasal dari keluarga yang pola asuhnya adalah rendah pengawasan dari orangtua mereka.

19 Pertanyaan Penelitian Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3 Kesimpulan 4. Peer group / Teman Subjek terpengaruh oleh sebaya teman-temannya yang juga belum menyelesaikan skripsinya. Namun significant others kurang faham mengenai hal ini. 5. Kesibukan Penyusunan skripsi subjek yang tertunda dikarenakan kesibukannya dengan pekerjaan di kantor. Subjek terpengaruh oleh temantemannya yang juga belum menyelesaikan skripsinya. Penyusunan skripsi subjek yang tertunda dikarenakan kesibukannya mengikuti pengulangan kelas dan ujian mandiri untuk memperbaiki nilai-nilainya yang dirasa kurang. Subjek mendapat dukungan dari teman-temannya dalam pembuatan skripsinya. Penundaan yang terjadi pada subjek dikrenakan kesibukannya dengan pekerjaan kantor Subjek 1 dan subjek 2 terpengaruh oleh teman-temanya dalam melakukan penundaan, sedangkan subjek 3 tidak terpengaruh Subjek 1, dan subjek 3mengalami kesibukan dengan pekerjaannya di kantor sehingga menunda skripsinya, sedangkan subjek 2 sibuk memperbaiki nilai-nilainya 6. Sarana dan prasarana Subjek tidak memiliki kendala dengan sarana dan prasarana dalam penyusunan skripsinya. Subjek tidak memiliki kendala dengan sarana dan prasarana dalam penyusunan skripsinya. Subjek tidak memiliki kendala dengan sarana dan prasarana dalam penyusunan skripsinya. subjek 1, subjek 2, dan subjek 3 tidak memiliki kendala dengan sarana dan prasarana dalam penyusunan skripsinya. 7. Dukungan Subjek mendapat dukungan yang baik dari orangtua dan dosen pembimbingnya. Dalam pembuatan skripinya, subjek tidak mendapat dukungan yang baik dari orangtua maupun dari dosen pembimbingnya sendiri. subjek menganggap bahwa subjek yang menjalaninya jadi subjek merasa orangtua tidak perlu banyak ikut campur. Subjek mendapat dukungan dari keluarga, teman-teman dan dosen pembimbingnya. Subjek 1, dan subjek 3 mendapat dukungan yang berasal dari orangorang disekitar mereka. Sedangkan subjek 2 kurang mendapat dukungan.

20 Pertanyaan Penelitian Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3 Kesimpulan 8. Faktor berdasarkan teori perkembangan - Psikodinamik - Behavioristik - Kondisi lingkungan - Cognitive Behavioral faktor yang lebih mempengaruhi perilaku prokrastinasi subjek adalah faktor kondisi lingkungan. Dikarenakan pola asuh yang rendah pengawaasan dari orangtua subjek sendiri. Banyak faktor mempengaruhi perilaku prokrastinasi subjek, diantaranya karena subjek mempersepsikan pembuatan skripsi adalah hal yang berat dan tidak menyenangkan. Selain itu, dari pengalaman masa kanak-kanak subjek dan kondisi yang rendah pengawasan dari orangtua juga mempengaruhi perilaku penundaannya. Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku prokrastinasi subjek, diantaranya karena subjek sudah melakukan kebiasaan penundaannya sejak ia kecil. Selain itu juga adanya perasaan subjek takut akan kegagalan untuk hasil yang telah ia kerjakan Subjek 1, subjek 2, dan subjek 3 melakukan penundaan dikarenakan berbagai macam faktor salah satunya faktor berdasarkan teori perkembangan. Bagaimana mengatasi prokrastinasi pada mahasiswa dalam menyelesaikan skripsinya 1. Membenahi diri Subjek mencoba untuk membenahi diri dengan cara ingin menghilangkan sifat malas dari diri subjek. Namun significant others tidak memberi keterangan tentang hal ini. Subjek mencoba mengatasi perilaku prokrastinasinya dengan cara membenahi diri dengan berpikiran positif dan berusaha membedakan antara kegiatan di rumah dengan kegiatan di kampusnya. Yang dilakukan subjek untuk mengatasi perilaku penundannya pada pembuatan skripsinya adalah dengan cara mengetahui secara pasti apa penyebab dari perilaku penundaan yang ia lakukan selama ini. Subjek 1 dan subjek 2 mencoba membenahi diri untuk mengatasi penundaannya namun belum berhasil. Tetapi subjek 3 melakukan pembenahan diri dan berhasil mengatasi penundaannya. 2. Harus mengerjakan sendiri Subjek tidak harus mengerjakan skripsinya sendiri. Ia berharap bantun dari orang lain untuk membuat skripsinya. Namun significant others tidak memberi keterangan tentang hal ini. Dalam menyusun skripsinya subjek tidak mengerjakan sendiri karena dia dibantu oleh temannya. Namun, significant others tidak mengetahui tentang hal tersebut. Dalam pembuatan skripsinya, subjek selalu mengerjakannya sendiri tanpa meminta bantuan dari orang lain. Subjek 1 dan subjek 2 tidak sendiri dalam mengerjakan skripsinya, tetapi subjek 3 mengerjakannya sendiri.

BAB II LANDASAN TEORI. Kata prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan

BAB II LANDASAN TEORI. Kata prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Prokrastinasi Akademik 2.1.1 Pengertian prokrastinasi Kata prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik. Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin yaitu pro atau forward

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Tindakan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Tindakan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tindakan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa 2.1.1. Pengertian Prokrastinasi Para ahli mempunyai pandangan yang berbeda mengenai prokrastinasi. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad ke-21 ini, telah memasuki suatu rentangan waktu yang

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad ke-21 ini, telah memasuki suatu rentangan waktu yang BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Pada awal abad ke-21 ini, telah memasuki suatu rentangan waktu yang sangat menentukan, dengan ditandai perubahan-perubahan besar yang belum pernah terjadi sepanjang

Lebih terperinci

2014 GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PROKRASTINASI AKAD EMIK D ALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PAD A MAHASISWA PSIKOLOGI UPI

2014 GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PROKRASTINASI AKAD EMIK D ALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PAD A MAHASISWA PSIKOLOGI UPI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa dalam Peraturan Pemerintah RI No. 30 tahun 1990 adalah: Peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Mahasiswa akhir program S1 harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu Fakultas yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu Fakultas yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fakultas Psikologi merupakan salah satu Fakultas yang berada di Universitas X Bandung didirikan berdasarkan pertimbangan praktis, yakni melengkapi syarat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang

BAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menyandang gelar mahasiswa merupakan suatu kebanggaan sekaligus tantangan. Betapa tidak, ekspektasi dan tanggung jawab yang diemban oleh mahasiswa begitu besar. Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang sering didengungkan oleh para pendidik. Hal ini menekankan pentingnya pendidikan bagi setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aktivitas yang berlangsung sepanjang hidup manusia. Pendidikan itu sendiri tidak dapat dipisahkan dari istilah belajar karena pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan masa yang memasuki masa dewasa, pada masa tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan masa yang memasuki masa dewasa, pada masa tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan peserta didik yang terdaftar dan sedang menempuh proses pendidikan di Perguruan Tinggi. Pada umumnya mahasiswa berusia antara 18-24 tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Prokrastinasi Akademik. pro yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan akhiran crastinus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Prokrastinasi Akademik. pro yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan akhiran crastinus 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik Prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah jenjang pendidikan pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di Indonesia, SMP berlaku sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengembangan kualitas sumber daya manusia Indonesia tidak terlepas dari dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maju dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jadi prokrastinasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maju dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jadi prokrastinasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi 1. Pengertian Prokrastinasi Secara bahasa, istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendukung maju atau bergerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga mahasiswa dapat memilih perguruan tinggi yang hendak mereka masuki. Dalam memilih perguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian dalam bidang tertentu. Semakin tinggi penguasaan seseorang terhadap suatu bidang, semakin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. di perguruan tinggi dengan jurusan tertentu. Mahasiswa diharapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. di perguruan tinggi dengan jurusan tertentu. Mahasiswa diharapkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mahasiswa merupakan sekelompok individu yang sedang menuntut ilmu di perguruan tinggi dengan jurusan tertentu. Mahasiswa diharapkan mendapatkan pelajaran dan pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di suatu lembaga sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan sebagai masa remaja.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prokrastinasi Akademik 2.1.1 Pengertian Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan pembangunan di berbagai bidang kehidupan, seperti pendidikan, ekonomi, teknologi dan budaya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk Tuhan yang diberi berbagai kelebihan yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia adalah akal pikiran

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. ProkrastinasiAkademik Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastinare, dari kata pro yang artinya maju, ke depan, bergerak maju, dan crastinus yang berarti besok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya dalam mewujudkan sumber daya manusia berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya dalam mewujudkan sumber daya manusia berkualitas dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya dalam mewujudkan sumber daya manusia berkualitas dan mampu menghadapi tantangan zaman, yang dapat dilaksanakan salah satunya ialah melalui jalur

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana ( S1 ) Psikologi Disusun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan studi kasus. Menurut Sugiyono (2012), metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan studi kasus. Menurut Sugiyono (2012), metode penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Menurut Sugiyono (2012), metode penelitian kualitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap perkembangan remaja akhir (18-20 tahun)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. atau organisasi) yang dijalin dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik. seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dll.

BAB II LANDASAN TEORI. atau organisasi) yang dijalin dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik. seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dll. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jejaring Sosial Facebook 2.1.1 Pengertian Jejaring Sosial Facebook Pengertian jejaring sosial menurut Wikipedia (2012) adalah suatu struktur sosial yang dibentuk dari simpul-simpul

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Bab ini akan dibahas beberapa landasan teori sebagai dasar untuk melihat

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Bab ini akan dibahas beberapa landasan teori sebagai dasar untuk melihat BAB II LANDASAN TEORI Pada Bab ini akan dibahas beberapa landasan teori sebagai dasar untuk melihat gambaran prokrastinasi pada mahasiswa Jurusan Psikologi Universitas Bina Nusantara. Landasan teori ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa kini semakin banyak orang menyadari arti pentingnya pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Masa kini semakin banyak orang menyadari arti pentingnya pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa kini semakin banyak orang menyadari arti pentingnya pendidikan. Orang rela membayar mahal untuk dapat mengecap pendidikan di perguruan tinggi. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia, melalui upaya pengajaran dan pelatihan, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia. Oleh sebab itu, sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia. Oleh sebab itu, sekarang ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana yang sangat membantu dalam meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia. Oleh sebab itu, sekarang ini pemerintah berupaya meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Di Indonesia, pendidikan terbagi menjadi tiga jenis, yang pertama adalah pendidikan non formal (seperti kursus dan les), yang kedua adalah pendidikan informal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jika

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jika BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh manusia. Pendidikan bisa berupa pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Istilah procrastination berasal dari bahasa latin procrastinare dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Istilah procrastination berasal dari bahasa latin procrastinare dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Procrastination 1. Pengertian Procrastination Istilah procrastination berasal dari bahasa latin procrastinare dengan awalan pro yang berarti mendorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perilaku belajar seorang siswa sangat berpengaruh terhadap kelangsungan pembelajarannya. Sesuai dengan pendapat Roestiah (2001), belajar yang efisien dapat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN REFERENSI

BAB 2 TINJAUAN REFERENSI BAB 2 TINJAUAN REFERENSI Dalam bab ini, penulis akan membahas variabel tunggal penelitian yaitu prokrastinasi akademik, kemudian bahasan mengenai definisi prokrastinasi akademik, definisi kegiatan ekstrakurikuler,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa ini remaja memiliki kecenderungan untuk tumbuh berkembang guna mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan Indonesia bisa lebih tumbuh dan berkembang dengan baik disegala

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan Indonesia bisa lebih tumbuh dan berkembang dengan baik disegala BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode saat ini merupakan zaman modern, Negara Indonesia dituntut untuk mampu menjadi sebuah negara yang hebat dan mampu bersaing di era globalisasi dan diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh. berharap agar sekolah dapat mempersiapkan anak-anak untuk menjadi warga

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh. berharap agar sekolah dapat mempersiapkan anak-anak untuk menjadi warga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh karena itu pendidikan sangat dibutuhkan baik bagi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Kata prokrastinasi akademik sebenarnya sudah ada sejak lama, bahkan dalam salah satu prasasti di Universitas Ottawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki era teknologi dan globalisasi, manusia dituntut untuk menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting (Husetiya,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Self Efficacy 2.1.1 Definisi Self Efficacy Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk berhasil melakukan tugas tertentu (Bandura, 1997).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah label yang diberikan kepada seseorang yang sedang menjalani

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah label yang diberikan kepada seseorang yang sedang menjalani BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah label yang diberikan kepada seseorang yang sedang menjalani jenjang pendidikan di universitas atau sekolah tingggi (KBBI, 1991). Tujuan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan sangat dibutuhkan baik bagi anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. waktu yang dimiliki. Artinya, seseorang menyelesaikan pekerjaan di bawah waktu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. waktu yang dimiliki. Artinya, seseorang menyelesaikan pekerjaan di bawah waktu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan yang dihadapi mahasiswa dalam menyelesaikan studi adalah pengelolaan waktu atau disiplin waktu. Mengelola waktu berarti mengarah pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. waktu yang telah ditentukan sering mengalami keterlambatan, mempersiapkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. waktu yang telah ditentukan sering mengalami keterlambatan, mempersiapkan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Prokrastinasi Seseorang yang mempunyai kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai batas waktu yang telah ditentukan sering mengalami keterlambatan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2006), metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2006), metode penelitian 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Kualitatif Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2006), metode penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang akan menghasilkan data deskriptif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang dan karenanya kita dituntut untuk terus memanjukan diri agar bisa

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang dan karenanya kita dituntut untuk terus memanjukan diri agar bisa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan dan merupakan kunci utama untuk mencapai kemajuan suatu bangsa. Pendidikan dapat memotivasi terciptanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastinasi dengan awalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastinasi dengan awalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastinasi dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada setiap individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau statusnya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pada setiap individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau statusnya sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki era globalisasi sekarang ini, manusia dituntut untuk dapat menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting, namun sampai sekarang

Lebih terperinci

Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN

Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 GAMBARAN FAKTOR PENYEBAB PROKRASTINASI PADA MAHASISWA PROKRASTINATOR YANG MENGONTRAK SKRIPSI 1 Siti Qadariah, 2 Sukarti Hilmi Manan, 3

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Mahasiswa yang telah menyelesaikan seluruh mata kuliahnya sesuai dengan program akademis dalam arti bahwa mahasiswa tersebut telah menempu

PENDAHULUAN Mahasiswa yang telah menyelesaikan seluruh mata kuliahnya sesuai dengan program akademis dalam arti bahwa mahasiswa tersebut telah menempu Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dan Prokrastinasi pada Mahasiswa yang Menyusun Skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Sarah Devina Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma ABSTRAK Kecerdasan

Lebih terperinci

dibakukan berdasarkan pengukuran tertentu. Dalam pendekatan kualitatif dilakukan pemahaman

dibakukan berdasarkan pengukuran tertentu. Dalam pendekatan kualitatif dilakukan pemahaman BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian mengenai Proses Penyesuaian Diri di Lingkungan Sosial pada Remaja Putus Sekolah. Metodologi penelitian

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PEMALASAN SOSIAL DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK. S K R I P S I Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

HUBUNGAN ANTARA PEMALASAN SOSIAL DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK. S K R I P S I Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 HUBUNGAN ANTARA PEMALASAN SOSIAL DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK S K R I P S I Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Oleh : DANU UTOMO F 100 060 039 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. non-formal dan informal. Setiap jenis pendidikan tersebut memiliki tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. non-formal dan informal. Setiap jenis pendidikan tersebut memiliki tujuan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh manusia. Pendidikan dapat berupa pendidikan formal, non-formal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia kerja nantinya. Perguruan Tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan setelah

BAB I PENDAHULUAN. dunia kerja nantinya. Perguruan Tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan setelah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dalam berbagai bidang, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, serta seni menciptakan persaingan yang cukup ketat dalam dunia pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 56 BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian pendekatan kualitatif. Menurut Poerwandari (1998) penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan dan mengolah

Lebih terperinci

sendiri seperti mengikuti adanya sebuah kursus suatu lembaga atau kegiatan

sendiri seperti mengikuti adanya sebuah kursus suatu lembaga atau kegiatan BAB I PENDAHULUAN Pendidikan adalah salah satu cara yang digunakan agar sesorang mendapatkan berbagai macam ilmu. Pendidikan dapat diperoleh secara formal maupun informal. Pendidikan secara formal seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam pendidikan. Perguruan Tinggi diadakan dengan tujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif deskriptif, dengan tipe penelitian studi kasus (case studies).

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif deskriptif, dengan tipe penelitian studi kasus (case studies). BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif, dengan tipe penelitian studi kasus (case studies). Menurut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Kualitatif Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif. Peneliti menggunakan metode kualitatif karena dengan data verbal yang diperoleh, peneliti dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan suatu tahapan pendidikan formal yang menuntut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan suatu tahapan pendidikan formal yang menuntut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan suatu tahapan pendidikan formal yang menuntut manusia untuk bisa bertindak dan menghasilkan karya. Mahasiswa sebagai anggota dari suatu lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku prokrastinasi itu sendiri membawa dampak pro dan kontra terhadap

BAB I PENDAHULUAN. perilaku prokrastinasi itu sendiri membawa dampak pro dan kontra terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Prokrastinasi akademik merupakan masalah serius yang membawa konsekuensi bagi pelakunya (Gunawinata dkk., 2008: 257). Konsekuensi dari perilaku prokrastinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Iskandar (2009), penelitian kualitatif digunakan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Iskandar (2009), penelitian kualitatif digunakan untuk 51 BAB III METODE PENELITIAN A. Penelitian Kualitatif Menurut Iskandar (2009), penelitian kualitatif digunakan untuk mengetahui makna yang tersembunyi, memahami interaksi sosial, mengembangkan teori, memastikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan dan Jenis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif, dengan tipe penelitian studi kasus (case studies). Menurut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian studi kasus ini menggunakan penelitian pendekatan kualitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian studi kasus ini menggunakan penelitian pendekatan kualitatif. BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitiaan Penelitian studi kasus ini menggunakan penelitian pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 1998:3) mendefinisikan metodologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Solihah, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Solihah, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu fenomena yang kerap terjadi di kalangan mahasiswa adalah prokrastinasi akademik. Menurut Lay (LaForge, 2005) prokrastinasi berarti menunda dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. komunitas, atau bahkan suatu bangsa (Poerwandari 2011). tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan.

BAB III METODE PENELITIAN. komunitas, atau bahkan suatu bangsa (Poerwandari 2011). tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini pendekatan yang peneliti gunakan adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif disini berupa studi kasus. Dimana studi kasus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara psikologi peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP) tengah memasuki masa pubertas, yakni suatu masa ketika individu mengalami transisi dari masa kanak-kanak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif atau kualitataif dilakukan dengan mempertimbangkan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif atau kualitataif dilakukan dengan mempertimbangkan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah pendekatan kualitatif. Menurut Patton (dalam Poerwandari, 2009), pemilihan pendekatan kuantitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi kehidupan. Menurut. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) ayat 1,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi kehidupan. Menurut. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) ayat 1, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan elemen penting bagi kehidupan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) ayat 1, pendidikan adalah usaha sadar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga merupakan calon intelektual atau cendikiawan muda dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. juga merupakan calon intelektual atau cendikiawan muda dalam suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswa juga merupakan calon intelektual atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Prokrastinasi. Prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dari kata pro yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Prokrastinasi. Prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dari kata pro yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi 1. Pengertian Prokrastinasi Prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dari kata pro yang artinya maju, ke depan, bergerak maju dan crastinus yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. pandangan dasar pendekatan kualitatif menuprut Staruss dan Corbin. organisasi, aktivitas sosial, dan lain-lain.

BAB 3 METODE PENELITIAN. pandangan dasar pendekatan kualitatif menuprut Staruss dan Corbin. organisasi, aktivitas sosial, dan lain-lain. BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Beberapa pandangan dasar pendekatan kualitatif menuprut Staruss dan Corbin (Sujarweni, 2014) adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Fenomena gagal Ujian Nasional merupakan sebuah realitas sosial yang terjadi di dunia pendidikan kita. Fenomena yang terjadi dalam seting nyata ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjalani jenjang pendidikan di universitas atau sekolah tinggi (KBBI, 1991). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. menjalani jenjang pendidikan di universitas atau sekolah tinggi (KBBI, 1991). Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Mahasiswa adalah label yang diberikan kepada seseorang yang sedang menjalani jenjang pendidikan di universitas atau sekolah tinggi (KBBI, 1991). Dalam peraturan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif umumnya digunakan untuk memahami fenomena-fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hari esok untuk menyelesaikannya. Menunda seakan sudah menjadi kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hari esok untuk menyelesaikannya. Menunda seakan sudah menjadi kebiasaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu mempunyai cara yang berbeda dalam menyelesaikan pekerjaan mereka. Ada yang menginginkan pekerjaan agar cepat selesai, ada pula yang menunda dalam menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti memilih pendekatan kualitatif karena dianggap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sesuatu yang berada di luar individu, manusia tidak secara sederhana

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sesuatu yang berada di luar individu, manusia tidak secara sederhana BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.A Tipe Penelitian Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif. pandangan dasar pendekatan kualitatif menurut Sarantakos (1993) antara lain adalah suatu realitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta cakupan dan batasan masalah.

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta cakupan dan batasan masalah. BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini berisi mengenai gambaran dari penelitian secara keseluruhan. Isi dalam bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 PURWOKERTO. Al Khaleda Noor Praseipida

HUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 PURWOKERTO. Al Khaleda Noor Praseipida HUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 PURWOKERTO Al Khaleda Noor Praseipida 15010113140128 Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro alkhaseipida@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai jika didekati dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai jika didekati dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna kematian orangtua bagi remaja. Kematian merupakan fenomena yang pasti terjadi pada setiap individu dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin maju menuntut masyarakat untuk semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah satu tujuan seseorang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian mengenai Gambaran kepuasan pernikahan kepada pasangan suami istri dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan siswa sering melakukan prokrastinasi tugas-tugas akademik. Burka dan Yuen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan siswa sering melakukan prokrastinasi tugas-tugas akademik. Burka dan Yuen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prokrastinasi merupakan salah satu masalah dalam lingkungan akademis dan siswa sering melakukan prokrastinasi tugas-tugas akademik. Burka dan Yuen (dalam Dahlan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. PENDEKATAN PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Poerwandari (2005) menyebutkan bahwa pendekatan kualitatif digunakan jika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif, dengan tipe penelitian studi kasus (case studies). Menurut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Hal ini dikarenakan penelitian ini menggunakan data kualitatif dan dideskripsikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju. dengan tata cara hidup orang dewasa (Ali dan Ansori, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju. dengan tata cara hidup orang dewasa (Ali dan Ansori, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju dewasa, dimana terjadi kematangan fungsi fisik, kognitif, sosial, dan emosional yang cepat pada laki-laki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam suatu pendidikan formal, seperti SMA/SMK terdapat dua kegiatan yang tidak dapat terpisahkan yaitu belajar dan pembelajaran. Kedua kegiatan tersebut melibatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Fokus penelitian ini adalah eksplorasi kematangan sosial anak peserta

BAB III METODE PENELITIAN. Fokus penelitian ini adalah eksplorasi kematangan sosial anak peserta BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Fokus penelitian ini adalah eksplorasi kematangan sosial anak peserta homeschooling. Penelitian ini berusaha memberikan gambaran mengenai proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode remaja adalah masa transisi dari periode anak-anak ke periode dewasa. Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja manusia tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap harinya manusia dihadapkan dengan berbagai macam tugas, mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap harinya manusia dihadapkan dengan berbagai macam tugas, mulai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap harinya manusia dihadapkan dengan berbagai macam tugas, mulai dari tugas rumah tangga, tugas dari kantor ataupun tugas akademis. Banyaknya tugas yang diberikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. PENDEKATAN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dalam bentuk deskripsi. Karena interpretasi yang dilakukan adalah kualitatif, maka yang dipentingkan

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang. Hubungan Antara..., Bagus, Fakultas Psikologi 2016

1.1 Latar Belakang. Hubungan Antara..., Bagus, Fakultas Psikologi 2016 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan keaslian penelitian 1.1 Latar Belakang Memasuki era perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa sebagai generasi muda penerus bangsa sangat diharapkan dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap kemajuan bangsa, juga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif, dengan tipe penelitian studi kasus (case studies). Menurut Moleong

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif, dengan tipe penelitian studi kasus (case studies). Menurut Moleong BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif, dengan tipe penelitian studi kasus (case studies). Menurut

Lebih terperinci