Opini KREDIT PERBANKAN: PELUANG, TANTANGAN DAN HAMBATAN 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Opini KREDIT PERBANKAN: PELUANG, TANTANGAN DAN HAMBATAN 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia"

Transkripsi

1 Opini KREDIT PERBANKAN: PELUANG, TANTANGAN DAN HAMBATAN I. Latar Belakang Persoalan Tulus Tambunan Kadin Pertanyaan penting disini sederhana: kenapa dana yang disimpan di sektor perbankan begitu banyak, sementara kredit yang disalurkan ke dunia usaha (sektor riil) sejak krisis ekonomi / hingga sekarang sedikit? Pertanyaan berikutnya tentu dengan sendirinya: kenapa demikian; apakah sektor perbankan yang enggan menyalurkan dananya ke dunia usaha, mereka lebih suka menabung di Bank (BI), atau dunia usaha yang enggan minjam uang dari perbankan? Belakangan ini BI rate (atau Sertifikat Bank /SBI) cenderung menurun terus (dibahas di Bab II), tetapi kelihatannya arus kredit perbankan ke sektor riil tidak meningkat pesat. Hal ini menimbulkan pertanyaan berikut: apakah BI dengan menurunkan suku bunganya bisa mendorong perbankan untuk meningkatkan penyaluran kredit ke dunia usaha? Tentu secara akademis, pertanyaan-pertanyaan di atas hanya bisa dijawab dengan melakukan suatu penelitian dengan dua pendekatan alternatif. Pertama, dengan memakai data sekunder yang ada, menganalisis perkembangan dari indikator-indikator perbankan pada umumnya dan yang berkaitan dengan distribusi kredit pada khususnya (seperti misalnya jumlah kredit atau rasio kredit terhadap PDB dan sebagainya dalam beberapa tahun belakangan ini), dan mencoba lewat mengestimasi keterkaitannya dengan perkembangan dari indikatorindikator yang mencerminkan perkembangan atau pertumbuhan sektor riil (seperti misalnya pertumbuhan output, investasi, impor dan ekspor). Kedua, melakukan survei terhadap perbankan dan pengusaha. Terhadap pengusaha, pertanyaannya intinya sederhana: apakah dia selama ini mengajukan permohonan kredit dan jika ya, berapa banyak; tetapi jika tidak, apa alasan utamanya. Tentu pertanyaan inti ini harus diuraikan dalam sejumlah pertanyaan yang lebih rinci untuk mengetahui apakah kredit perbankan relatif penting bagi si pengusaha dibandingkan sumber-sumber dana alternatif yang ada seperti obligasi, saham, dll. Sedangkan terhadap perbankan, pertanyaan intinya juga sederhana: apakah mereka selama ini lebih banyak mengalurkan kredit ke dunia usaha atau lebih banyak ke konsumen atau menanamnya di BI. Apapun jawabannya, pertanyaan berikutnya adalah: apa alasan utama. Sebenarnya, pendekatan survei secara komprehensif di semua sektor ekonomi (terutama sektor-sektor yang banyak menggunakan kredit perbankan pada periode pra-krisis / seperti konstruksi dan industri manufaktur) akan menghasilkan gambaran yang jauh lebih baik atau lebih dekat kepada fakta daripada simulasi atau estimasi ekonometris. Makalah disampaikan di dalam Forum Kemitraan Korporasi dengan Bank, Maret 00, Jakarta

2 Tulisan ini akan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas dengan pendekatan survei yang dilakukan oleh penulis bersama dengan World Economic Forum (WEF) setiap tahun terhadap lebih dari 0 pengusaha di semua sektor di. Selain itu, juga digunakan pendekatan analisis data sekunder terhadap beberapa aspek yang berkaitan dengan kondisi perbankan. II. Perkembangan dari Perspektif Perbankan Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS), dari Januari hingga Oktober 00 pendapatan perbankan mencapai Rp, triliun atau naik persen dari sebesar Rp, triliun pada periode yang sama tahun 00, dan laba bersih perbankan meningkat sekitar persen. Selanjutnya, seperti yang dikutip dari Kompas ( Februari, 00), laba bersih perbankan selama tahun 00 tercatat sebanyak Rp., triliun, atau telah mengalami suatu pertumbuhan sebesar persen jika dibandingkan dengan jumlah keuntungan pada satu tahun sebelumnya yakni Rp triliun. Akan tetapi, pertumbuhan laba yang cukup signifikan itu lebih didorong oleh besarnya pendapatan bunga dari SBI serta SUN (Surat Utang Negara) dan besarnya margin antara bunga kredit dan bunga dana (deposito), bukan oleh ekspansi kredit. Berdasarkan Statistik Perbankan Desember 00, pendapatan perbankan dari bunga kredit mengalami suatu pertumbuhan sebesar persen dari Rp, triliun pada tahun 00 menjadi Rp, triliun pada tahun lalu. Besarnya margin bunga itu (masih menurut pemberitaan di Kompas yang sama tersebut) terjadi karena perbankan cenderung mempertahankan suku bunga kredit meskipun suku bunga dana terus menurun. Namun sekarang pertanyaannya, apakah perbankan akan tetap mempertahankan suku bunga kreditnya walaupun suku bunga BI (SBI) cenderung menurun terus, yang sempat mencapai sekitar, persen Maret 00 merosot ke, persen November 00 (Gambar ). Secara teori tentu penurunan ini akan mengurangi keinginan perbankan menyimpan dananya di SBI (atau/dan di SUN), dan pada akhirnya akan membuat suku bunga di sektor keuangan menurun. Berikut di Gambar dapat dilihat bahwa margin antara suku bunga SBI dengan suku bunga deposito tidak terlalu besar. Namun, nampaknya bank-bank nasional tetap merasa lebih untung menyimpan dana mereka dalam bentuk SBI (atau SUN) ketimbang menyalurkan kredit, terutama ke dunia usaha. Pada akhir Oktober 00 posisi dana perbankan yang ditempatkan pada SBI mencapai Rp, triliun atau meningkat hampir Rp triliun dari posisinya pada akhir Oktober 00. Menurut Kompas (Selasa, Februari, 00), per February 00, SBI berada di posisi Rp triliun. Jadi isu sebenarnya disini adalah menguji kembali teori konvensional mengenai korelasi positif antara suku bunga di bank sentral dengan suku bunga di pasar uang, atau teori moneter yang menyatakan bahwa kebijakan Menurut data BI, pada akhir tahun 00, selisih suku bunga antara deposito bulan dan kredit konsumsi sebesar 0 basis poin. Namun pada `akhir 00, selisihnya melebar menjadi 0 basis poin. Suku bunga deposito bulan turun dari, persen menjadi persen, sedangkan suku bunga kredit konsumsi justru meningkat dari, persen ke hampir persen (Kompas, Februari 00). Bahkan menurut Burhanuddin Abdullah (dikutip dari Kompas, Selasa, Februari 00), nilai SBI bisa mencapai Rp 00 triliun pada akhir tahun 00. Menurutnya, kondisi tersebut dapat terjadi karena terdapat sejumlah potensi penambahan SBI yang cukup signifikan tahun ini. Potensi tersebut, antara lain bunga SBI sebesar Rp triliun, bunga SUN Rp triliun, dan aliran modal masuk sekitar Rp triliun.

3 moneter ekspansif ditandai dengan meningkatnya suplai uang di masyarakat yang diawali dengan menurunnya suku bunga di bank sentral. Sebaliknya, kebijakan moneter yang kontraktif ditandai dengan berkurangnya jumlah uang yang beredar di masyarakat yang diawali dengan suku bunga meningkat. Gambar : Perkembangan Suku Bunga SBI bulan (%),,,,,,,0,0,,,,,00,,0, Jul-0 Aug-0 Sep-0 Oct-0 Nov-0 Dec-0 Jan-0 Feb-0 Mar-0 Apr-0 May-0 Jun-0 Jul-0 Aug-0 Sep-0 Oct-0 Nov-0 Sumber: BI. Gambar : Perkembangan Suku Bunga SBI, Deposito dan Pinjaman Antar Bank (%), 00 % J Sumber: BI SBI bulan Deposito bulan Pinjaman antar bank Selanjutnya, jika dilihat dari perbedaan antara suku bunga pinjaman dan suku bunga deposito, hasil penelitian WEF berdasarkan data sekunder 00 atau yang paling akhir yang ada pada saat itu menunjukkan bahwa dari negara, posisi sangat rendah yakni pada peringkat dengan poin.0. juga paling

4 rendah di dalam kelompok ASEAN, terkecuali yang berada pada peringkat. Yang masuk besar adalah termasuk Belanda, Jepang, dan Inggris (Tabel ). Tabel : Rata-rata perbedaan suku bunga antara Pinjaman dan Deposito di dalam The Global Competitiveness Report 00-00* Peringkat Negara Data 0 Belanda Jepang Inggris Austria Luxembourg Korea Selatan Portugal Spanyol Norwegia Taiwan, China China Keterangan: * data sekunder 00 atau paling akhir yang tersedia Sumber: WEF (00). Kembali ke salah satu pertanyaan di atas yakni kenapa suku bunga SBI menurun atau margin antara suku bunga SBI dan suku bunga deposito kecil tetapi penyaluran kredit ke dunia usaha tetap kecil. Pertumbuhan kredit hanya sekitar, persen pada akhir Oktober 00. Pertumbuhan ini tidak saja lebih rendah dari pertumbuhan tahun 00 yang mencapai, persen, tetapi juga lebih rendah dari pertumbuhan dana pihak ketiga yang tumbuh, persen dalam bulan pertama tahun 00. Namun demikian, perlu diakui bahwa sejak tahun jumlah kredit yang disalurkan menunjukkan peningkatan terus. Hal ini juga terrefleksi oleh peningkatan dari rasio pinjaman-deposito atau LDR dari persen ke persen Juli 00 (Tabel ). Keterangan: * Juli Sumber: BI * 0,,,,,,,,,,,0,,,,,,,0, Tabel : Penyaluran Kredit Perbankan (Triliun) Tahun Deposito Kredit LDR (%) Memang dilihat dari perspektif global berdasarkan country credit rating, menurut hasil survei dari WEF, posisi sangat buruk. Dari negara yang diteliti berada pada peringkat ke ; juga paling

5 rendah dibandingkan negara-negara anggota ASEAN lainnya. Dalam indikator ini, besar didominasi oleh negara-negara industri maju (Tabel ). Tabel : Country Credit Rating di dalam The Global Competitiveness Report 00-00* Peringkat Negara Data Swiss Norwegia Finlandia Inggris Denmark Luxembourg Sweden Belanda Amerika Serikat Kanada,,,,,0,,,,,,,,,,,,, Keterangan: * = data sekunder Maret 00 Sumber: WEF (00). Menurut jenis kredit, dapat dilihat di Gambar bahwa peranan kredit usaha jangka panjang untuk investasi terus menurun dari tahun ke tahun. Bila pada tahun 000 porsi kredit investasi masih sekitar, persen dari total kredit perbankan pada tahun tersebut, maka pada Oktober 00 porsi kredit ini tinggal, persen. Sebaliknya porsi kredit konsumsi yang masih, persen pada tahun 000, pada Oktober 00 telah meningkat menjadi, persen. Sementara itu, kredit usaha jangka pendek untuk modal kerja tetap paling besar dan secara absolut volumenya terus bertambah setiap tahun. Semakin rendahnya porsi kredit investasi tentu bukan suatu hal yang baik bagi perbaikan atau pertumbuhan sektor riil. Mungkin untuk periode jangka pendek, pertumbuhan sektor riil bisa didorong hanya oleh kredit konsumsi (lewat efek konsumsi) dan kredit modal kerja. Namun untuk periode jangka panjang, tidak ada pilihan lain selain meningkatkan investasi, dan ini membutuhkan dana besar termasuk dari perbankan. Memang, penyebab utama dari merosotnya peran perbankan di dalam pendanaan investasi di sektor riil (atau ekonomi pada umumnya) bisa bersumber dari dua pihak: pihak perbankan karena lebih suka memberi kredit konsumen daripada kredit usaha (investasi atau modal kerja) atau pihak pengusaha karena tidak banyak kegiatan investasi atau kegiatan produksi dibawah kapasitas terpasang sehingga tidak banyak permintaan terhadap kredit investasi atau modal kerja. Tetapi jika dilihat dari Gambar yang menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan antara tingkat suku bunga kredit konsumsi dengan tingkat suku bunga kredit investasi, banyak orang akan cenderung menyimpulkan bahwa memang bank lebih tertarik untuk membiayai kredit konsumsi daripada kredit investasi, yang berjangka waktu lebih panjang dan risiko kegagalan pengembalian yang lebih besar. Terakhir ini memang terbukti pada saat krisis ekonomi / pada saat mana banyak bank nasional hancur karena besarnya

6 kredit macet, dan tentu banyak bank yang menjadi trauma dengan peristiwa tersebut yang membuat mereka menjadi sangat, atau bahkan terlalu berhati-hati. Gambar : Perkembangan Kredit Menurut Jenis (Triliun dollar AS) , 0,, 0,, 0, 0,,,,0,,,,,,,,,, 0, Okt '00 Kredit konsumsi Kredit investasi Kredit modal kerja Sumber: Kadin (data BI). Gambar : Perkembangan Suku Bunga Pinjaman Menurut Jenis Kredit, Jan.0-Sept.0 % Jan. 0 Mar. 0 May. 0 July. 0 Sept. 0 Nov. 0 Jan. 0 Mar. 0 Mei.0 Juli.0 Sept. 0 Nov. 0 Jan. 0 Mar. 0 Mei.0 Juli.0 Sept. 0 Modal Kerja Investasi Konsumsi Sumber: Kadin (data BI). III. Perkembangan dari Perspektif Pengusaha. Seperti telah diungkapkan di Bab I, sedikitnya kredit yang disalurkan perbankan ke sektor riil selama ini bisa juga disebabkan oleh tidak adanya permintaan kredit dari dunia usaha. Hal ini bisa karena dua penyebab: tidak ada pertumbuhan kegiatan ekonomi atau tidak ada rencana investasi yang besar sehingga membutuhkan dana pinjaman dari perbankan (ini akan dibahas di Bab IV), atau pengusaha lebih suka mencari dana dari sumbersumber alternatif seperti misalnya obligasi atau saham karena lebih menguntungkan atau karena di mata pengusaha sektor perbankan nasional belum baik, atau aksesnya sulit. Ekspektasi Ekonomi Masa Depan

7 Tidak adanya rencana investasi bisa karena berbagai alasan, salah satunya berkaitan dengan prospek ekonomi nasional menurut opini pengusaha. Dalam survei yang dilakukan oleh WEF (00) terhadap pimpinan-pimpinan perusahaan/ceos di negara (termasuk ), salah satu pertanyaannya adalah mengenai opini mereka mengenai prospek ekonomi nasional dalam bulan ke depan. Skor yang diberikan adalah antara dan : = akan mengalami suatu resesi dalam bulan mendatang, dan = akan mengalami suatu pertumbuhan pesat dalam bulan ke depan. Hasilnya dapat dilihat di Tabel, yang mengindikasikan bahwa pada umumnya pengusaha di masih relatif lebih pesimis mengenai masa depan perekonomian nasional dibandingkan pengusaha-pengusaha di banyak negara lainnya yang termasuk di dalam survei. Misalnya, pengusaha yang disurvei pada umumnya sangat optimis sehingga membuat negara tersebut berada pada peringkat teratas Tabel : Ekspektasi Resesi dalam The Global Competitiveness Report 00-00* Peringkat Negara Skor Qatar Irlandia Mauritania Afrika Selatan UA. Emirates Angola Estonia Trinidad & Tobago Rep. Slovak China,,,,0,0,0,,,,,,,,,,,, Keterangan: * = data primer dari Executive Opinion Survey 00. Sumber: WEF (00). Perasaan pesimis mengenai masa depan ekonomi nasional dari sebagian besar pengusaha-pengusaha yang disurvei tentu tidak mewakili opini dari semua pengusaha yang ada di tanah air. Namun demikian, hasil survei ini merupakan suatu tanda bahwa ada kemungkinan besar bahwa pengusaha pada umumnya memang pesimis atau paling tidak, tidak terlalu optimis bahwa ekonomi akan tumbuh pesat dalam periode jangka pendek ke depan. Selanjutnya, ini berarti sedikit permintaan terhadap kredit perbankan. Akses ke Kredit Perbankan Kurangnya kredit perbankan yang mengalir ke sektor riil selama ini bisa juga dikarenakan oleh sulitnya akses, dalam arti persyaratan terlalu ketat sehingga banyak pengusaha yang memilih sumber-sumber dana alternatif lainnya, seperti yang telah disebut sebelumnya di atas. Hal ini memang sangat masuk akal, karena di satu pihak, perbankan tidak mungkin secara terang-terangan menutup pintu bagi dunia usaha yang ingin pinjam dana untuk investasi atau modal kerja. Namun perbankan punya keinginan, yakni lebih memilih menyalurkan kredit

8 konsumen dan/atau menanam di SBI atau SUN. Agar pilihan ini terpenuhi, maka perbankan memperketat syaratsyarat meminjam untuk maksud bisnis, apalagi investasi, sementara memperingan syarat-syarat meminjam untuk maksud konsumsi (misalnya untuk beli mobil atau rumah). Diskriminiasi dalam persyaratan kredit ini yang lebih berat ke dunia usaha bisa saja dilihat dari sudut pandang pengusaha sebagai terbatasnya akses ke kredit perbankan. Dalam survei WEF, ada dua pertanyaan: ) apakah mudah meminjam uang dari perbankan di negara anda hanya dengan menunjukkan suatu rencana bisnis yang baik tanpa jaminan ; dan ) apakah dalam satu tahun terakhir mendapatkan kredit usaha menjadi lebih mudah atau tambah sulit. Penilaian yang diberikan untuk pertanyaan pertama itu adalah: = tidak mungkin dan = mudah. Sedangkan skor untuk pertanyaan kedua tersebut juga antara hingga : = lebih sulit dan = menjadi lebih gampang. Untuk pertanyaan pertama itu, ternyata hasil survei dari WEF menunjukkan bahwa kebanyakan responden tidak melihat sulitnya mendapatkan dana perbankan hanya dengan menunjukkan suatu rencana bisnis yang baik. Seperti yang ditunjukkan di Tabel, masuk di dalam besar dengan skor.. Untuk pertanyaan kedua tersebut, Tabel menunjukkan kondisi yang sama, yakni mendapatkan kredit usaha menjadi lebih gampang dalam satu tahun terakhir. Posisi juga masuk di dalam besar. Lagi-lagi, sampel ini tidak mewakili pandangan dari seluruh pengusaha yang ada di. Namun demikian, jika sebagian besar dari pengusaha yang menjawab dua pertanyaan tersebut beranggapan bahwa tidak ada masalah dengan akses ke perbankan, maka ini bisa menjadi suatu tanda bahwa memang demikian kenyataannya. Tabel : Kemudahan Akses ke Kredit Perbankan dalam The Global Competitiveness Report 00-00* Peringkat Negara Skor Denmark Iceland Inggris Sweden Norwegia Belanda Finlandia UA Emirates Irlandia China Keterangan: * = data primer dari Executive Opinion Survey 00. Sumber: WEF (00). Tabel : Akses ke Kredit Perbankan dalam Satu Tahun terakhir dalam The Global Competitiveness Report 00-00* Peringkat Negara Skor,,,,,,,,,,,,,,,,,,

9 Kondisi Perbankan 0 0 Irlandia Rep. Slovak Estonia Denmark Sweden Turki Taiwan, China Iceland China Keterangan: * = data primer dari Executive Opinion Survey 00. Sumber: WEF (00). Kurangnya kredit yang disalurkan ke dunia usaha di selama ini sejak krisis ekonomi / juga bisa disebabkan oleh kondisi perbankan nasional yang belum baik. Survei dari WEF juga menanyakan masalah ini dari perspektif pengusaha: apakah menurut Anda kondisi perbankan di negara Anda baik?. Skor yang diberikan adalah antara dan : = buruk dalam arti solvabilitasnya rendah dan perlu bantuan dari pemerintah (seperti rekap yang dilakukan pemerintah terhadap sejumlah besar bank nasional semasa krisis), dan = sangat sehat dengan neraca yang sangat baik. Hasilnya bisa dilihat di Tabel. Ternyata (seperti dugaan umum?), sebagian besar dari pengusaha yang menjawab pertanyaan tersebut menganggap bahwa kondisi perbankan nasional masih buruk, yang membuat berada di peringkat ke dan paling rendah di kelompok ASEAN setelah dan Tabel : Kondisi Perbankan Nasional dalam The Global Competitiveness Report 00-00* Peringkat Negara Skor 0 Inggris Swiss Denmark Irlandia Kanada Luxembourg Sweden Australia Belanda Belgia,,,,,,,,,,,,0,,,,,, Keterangan: * = data primer dari Executive Opinion Survey 00. Sumber: WEF (00).,,,,,,,,,,,,0,,,,,

10 Hasil di Tabel (ekspektasi resesi) dan hasil di Tabel (kondisi perbankan) konsisten dengan laporan dari Standard and Poor 00 mengenai resiko ekonomi dan perbankan di dunia menurut negara. Penilaiannya dibagi ke dalam (enam) kategori: rendah, rendah sedang, sedang, tinggi sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Menurut laporan tersebut, bersama-sama dengan masuk ke dalam kategori tinggi untuk kedua bidang tersebut. Sebagai perbandingan, China dapat penilaian resiko tinggi untuk perbankan dan tinggi sedang untuk ekonomi, sedangkan dan masuk kategori tinggi sedang untuk ekonomi dan perbankan. IV. Sedikit Kredit Penyebab Utama Lesunya Sektor Riil? Pertanyaan tersebut sekarang ini sangat relevan melihat kenyataan bahwa belakangan ini banyak pernyataan di media masa dan seminar-seminar bahwa sedikitnya kredit yang tersalurkan ke sektor riil menjadi penyebab utama lesunya sektor tersebut. Apa memang demikian? Yang jelas, pertumbuhan ekonomi atau sektor riil pada khususnya dipengaruhi oleh kombinasi dari sejumlah faktor, diantaranya ketersediaan modal (termasuk kredit perbankan). Seperti yang dijelaskan di Tambunan (00) kegiatan bisnis dari semua skala usaha (mikro, kecil, menengah dan besar) di semua sektor berada di dalam suatu lingkungan yang dinamis dan sangat kompleks. Oleh karena itu, kinerja dari suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh linkungannya. Usaha pemerintah dalam mempromosikan atau membantu suatu jenis kegiatan usaha tertentu tidak akan membuat hasil yang optimal tanpa mempertimbangkan lingkungan dari jenis usaha tersebut dan konteks dari suatu pembangunan ekonomi yang lebih luas yang menciptakan aturan main untuk semua kegiatan/jenis usaha dan yang mana mempengaruhi cara bisnis dan pasar bekerja. Demikian juga, usaha meningkatkan kegiatan di sektor riil dengan memperbesar kucuran kredit tidak akan bermanfaat tanpa pada waktu yang bersamaan memperhitungkan faktor-faktor determinan lainnya Lingkungan di mana bisnis beroperasi dapat dibagi dalam dua macam, yakni lingkungan langsung dan lingkungan yang lebih luas (Gambar ). Lingkungan yang lebih luas adalah lingkungan yang berpengaruh secara tidak langsung terhadap suatu kegiatan bisnis, yang terdiri dari komponen-komponen berikut: ekonomi makro (seperti kebijakan perdagangan, kebijakan industri, kebijakan sektor keuangan, dan kebijakan moneter dan fiskal), pemerintah dan politik pada tingkat nasional dan lokal (misalnya legislatif dan proses pembuatan kebijakan, judisiari, dan keamanan dan stabilitas), jasa-jasa yang diberikan oleh pemerintah (seperti pelayanan kesehatan dan pendidikan, infrastruktur, utilitas dan jasa keamanan), pengaruh-pengaruh eksternal (seperti perdagangan global, bantuan luar negeri, tren dan selera masyarakat dunia, teknologi, dan informasi), sosial dan kultur (seperti demografi, selera konsumer, dan sikap terhadap bisnis), dan iklim serta lingkungan alam (misalnya sumber daya alam, cuaca, dan siklus pertanian). Sedangkan, yang dimaksud lingkungan langsung adalah lingkungan berpengaruh secara langsung terhadap semua kegiatan usaha, yakni pasar (misalnya consumen, tenaga kerja, keterampilan dan teknologi, material dan Dikutip dari Basri (00).

11 alat-alat produksi, lokasi, infrastruktur, modal, dan jaringan-jaringan kerja), regulasi dan birokrasi (seperti undang-undang, peraturan-peraturan, tarif pajak dan sistem perpajakan, lisensi dan perijinan, standar produk dan

12 Gambar :Dunia Usaha di Dalam Lingkungan Langsung dan Lebih Luas Lingkungan Lebih Luas Ekonomi makro Pemerintah & politik Jasa pemerintah Lingkungan Langsung Regulasi & birokrasi Pasar Konsumen Tenaga Kerja Material & alat Usaha Ketrampilan & produksi teknologi Jaringan kerja Modal Informasi Lokasi Infrastruktur Intervensi dengan dana publik Pengaruh-pengaruh eksternal Sosial & kultur Iklim & Lingkungan

13 prses, dan perlindungan konsumer dan lingkungan), dan intervensi-intervensi yang didanai oleh uang publik (seperti jasa keuangan untuk bisnis). Survei WEF juga menanyakan masalah-masalah utama yang dihadapi pengusaha dalam bisnis mereka seharihari. Untuk kasus, Gambar menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa kurangnya infrastruktur (atau kondisinya yang buruk) sebagai kendala utama. Dua masalah berikutnya yang dinyatakan oleh banyak pengusaha n yang menjawab pertanyaan tersebut adalah birokrasi pemerintah yang tidak efisien dan kebijakan yang tidak stabil. Yang menarik dari hasil survei ini untuk kasus adalah bahwa hanya, persen dari responden yang mengatakan bahwa kurangnya akses ke keuangan merupakan kendala utama. Gambar : Masalah-masalah utama dalam melakukan bisnis di dalam The Global Competitiveness Report 00-00* Kriminal & pencurian 0, Etika pekerja yang buruk Pemerintahan yang tidak stabil Tingginya tarif pajak Korups i Kurangnya akses ke keuangan Regulasi-regulasi valas Inflasi Regulasi-regulasi ketenagakerjaan yang ketat,,,,,,,,0 SDM kurang,0 Regulasi-regulasi perpajakan, Kebijakan yang tidak stabil Birokrasi yang tidak efisien,0,0 Infrastruktur buruk 0, Keterangan: * = data primer dari Executive Opinion Survey 00. Sumber: WEF (00) 0 0 Selanjutnya, dilihat dari perspektif global untuk masalah infrastruktur, hasil survei WEF menunjukkan bahwa paling buruk diantara negara-negara ASEAN, yang peringkatnya no dari negara yang disurvei (Tabel ). Sedangkan paling atas di dalam kelompok ASEAN adalah yang juga masuk di dalam kelompok negara dengan kondisi infrastruktur paling baik. Skornya adalah = kondisinya buruk atau underdeveloped dan = paling baik di dunia. Seperti yang ditunjukkan di Gambar, salah satu masalah besar dalam melakukan bisnis di adalah birokrasi pemerintah yang bertele-tele dan tidak efisien. Hal ini dapat diukur dengan sejumlah indikator, tiga di- Komponen-komponen di dalam linkungan langsung ini juga merupakan komponen-komponen penting di dalam model berlian yang terkenal dari Porter (a,b) yang sangat berpengaruh pada daya saing negara.

14 Tabel : Kondisi Infrastruktur dalam The Global Competitiveness Report 00-00* Peringkat Negara Skor 0 Swiss Jerman Perancis Hong Kong SAR Denmark Finlandia Jepang Austria Iceland China,,,,,,,,,,,,0,,,,,, Keterangan: * = data primer dari Executive Opinion Survey 00. Sumber: WEF (00). antaranya yang menjadi topik penelitian WEF adalah: a) banyaknya prosedur yang harus dilakukan; b) jumlah hari yang harus dilewati untuk memulai suatu bisnis; dan c) banyaknya waktu yang terbuang untuk bernegosiasi dengan pejabat-pejabat pemerintah (bureaucratic red tape) Dilihat dari perspektif global, memang posisi dalam dua indikator birokrasi pertama tersebut adalah yang terburuk di dalam kelompok ASEAN, walaupun masih lebih baik dibandingkan China. Untuk indikator (a), yang masuk di dalam kelompok negara dengan birokrasi pemerintah yang tersederhana dan terefisiensi (jumlah prosedur paling sedikit) adalah negaranegara maju (Tabel ). Untuk indikator (b) yang masuk di dalam negara dengan jumlah hari paling sedikit dalam pengurusan ijin dan sebagainya untuk buka suatu usaha juga didominasi oleh negara-negara maju (Tabel ). Tabel : Jumlah prosedur yang diperlukan untuk memulai suatu bisnis dalam The Global Competitiveness Report 00-00* Peringkat Negara Data () () () () () () () () Australia Kanada Selandia Baru Denmark Finlandia Sweden Belgia Irlandia Norwegia Hong Kong SAR,0,0,0,0,0,0,0,0,0,0,0,0 Mungkin hasil survei ini bisa digunakan sebagai suatu bukti empiris lagi bahwa efisiensi dalam administrasi pemerintahan yang berurusan langsung dengan bisnis (seperti prosedur pengurusan ijin buka usaha baru) memang turut serta (bersama-sama dengan banyak faktor determinan lainnya seperti yang ditunjukkan di Gambar ) memainkan peran yang krusial. Hipotesanya adalah bahwa semakin efisien birokrasi pemerintahan, semakin pesat pertumbuhan kegiatan-kegiatan ekonomi (termasuk pertumbuhan investasi) dan semakin pesat pertumbuhan ekonomi.

15 () () (0) (0) (0) () China Keterangan: * = data sekunder 00 Sumber: WEF (00).,0,0,0,0,0,0,0 Tabel : Jumlah Hari dalam Pengurusan Ijin dan lainnya untuk buka suatu usaha dalam The Global Competitiveness Report 00-00* Peringkat Negara Data 0 () () () Australia Kanada Denmark Iceland Amerika Serikat Perancis Jamaica Turki Hong Kong SAR China Keterangan: * = data sekunder 00 Sumber: WEF (00). Sedangkan untuk indikator, pengukurannya adalah jumlah jam yang digunakan untuk berurusan dengan pemerintah sebagai suatu persentase dari jam kerja dengan skor sebagai berikut: = 0%, = -%, = -0%, =-0%, = -0%, = -0%, = -0%, dan =-0%. Hasilnya di Tabel menunjukkan bahwa yang masuk di dalam negara dengan waktu yang terbuang paling sedikit juga didominasi oleh negara-negara maju. Yang menarik dari table ini adalah bahwa posisi jauh lebih baik dibandingkan dengan indikatorindikator sebelumnya. 0 0 Tabel : Banyaknya waktu yang terbuang untuk bernegosiasi dengan pejabat pemerintah dalam The Global Competitiveness Report 00-00* Peringkat Negara Data Finlandia Iceland Denmark Sweden Belgia Israel Jepang Norwegia Argentina Romania,,,,,,0,0,0,0,0,

16 China Keterangan: * = data primer dari Executive Opinion Survey 00. Sumber: WEF (00).,,,,,0,0,, V. Kesimpulan Tema dari tulisan ini adalah peluang, tantangan dan hambatan yang dihadapi oleh perbankan nasional dalam berpartisipasi sebagai salah satu sumber pendanaan kegiatan ekonomi, khususnya sektor riil. Peluangnya jelas sangat besar karena bersamaan dengan waktu berjalan terus dan jumlah penduduk terus bertambah yang berarti kebutuhan akan kegiatan ekonomi, baik dilihat dari sisi pasar output (kebutuhan konsumen) maupun dari sisi pasar input (kebutuhan kesempatan kerja), juga akan terus meningkat, maka kebutuhan akan kredit perbankan, paling tidak secara potensial, sangat besar. Tantangannya juga jelas, yakni menyangkut pertanyaan berikut: mampukah perbankan bersaing dengan lembaga-lembaga atau sumber-sumber pendanaan alternatif lainnya? Keunggulan perbankan dalam bersaing dengan lembaga atau sumber lainnya itu ditentukan oleh dua hal utama. Pertama, daya saing dari produknya dan dalam hal ini kredit yang ditawarkan. Daya saing tersebut diukur terutama dengan lima () faktor berikut: suku bunga rendah, persyaratan yang lunak, prosedur administrasi yang sederhana, pelayanan yang baik, dan lokasi yang terjangkau. Kedua, kapasitas produksi, dalam hal ini jumlah dana yang bisa disiapkan setiap saat sesuai kebutuhan nasabah. Jadi tantangannya adalah bagaimana pengusaha menjadi lebih suka minjam dari perbankan daripada jual obligasi atau lainnya. Hambatan yang dihadapi perbankan nasional saat ini kelihatannya lebih bersumber dari dalam, yakni rasa takut yang masih ada untuk melakukan ekspansi kredit ke dunia usaha. Trauma krisis / sepertinya masih sangat melekat pada pengambil-pengambil keputusan di perbankan. Selain itu, tidak gencarnya perbankan mencari bola (tidak segesit mencari konsumen sebagai nasabah) yang bisa disebabkan oleh keengganan atau kurangnya informasi mengenai potensi-potensi perusahaan yang membutuhkan dana segar juga merupakan hambatan.

17 Daftar Pustaka Basri, Faisal (00), Economic Outlook, power point, November, Jakarta. Porter, M.E. (a), The Competitive Advantage of Nations: With a New Introduction, New York: The Free Press. Porter, M.E. (b), On Competition, Boston: Harvard Business School Press.WEF (00), The Global Competitiveness Report 00-00, Oxford University Press. WEF (00), The Global Competitiveness Report 00-00, Geneva: World Economic Forum Tambunan, Tulus (00), Perekonomian Sejak Orde Lama hingga Pasca Krisis, Jakarta: Pustaka Quantum.

Strategi Peningkatan Daya Saing Pengusaha Daerah dalam Era Liberalisasi Ekonomi 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia

Strategi Peningkatan Daya Saing Pengusaha Daerah dalam Era Liberalisasi Ekonomi 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia Permasalahan Strategi Peningkatan Daya Saing Pengusaha Daerah dalam Era Liberalisasi Ekonomi 1 Tulus Tambunan Kadin Indonesia Belakangan ini banyak pernyataan di media masa dan seminar-seminar mengenai

Lebih terperinci

Daya Saing Global Indonesia versi World Economic Forum (WEF) 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia

Daya Saing Global Indonesia versi World Economic Forum (WEF) 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia Daya Saing Global Indonesia 2008-2009 versi World Economic Forum (WEF) 1 Tulus Tambunan Kadin Indonesia Tanggal 8 Oktober 2008 World Economic Forum (WEF), berkantor pusat di Geneva (Swis), mempublikasikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia.

I. PENDAHULUAN. Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia. Manusia melakukan kegiatan konsumsi berarti mereka juga melakukan pengeluaran. Pengeluaran untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional sangatlah diperlukan untuk mengejar ketertinggalan di bidang ekonomi

I. PENDAHULUAN. nasional sangatlah diperlukan untuk mengejar ketertinggalan di bidang ekonomi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang masih memiliki tingkat kesejahteraan penduduk yang relatif rendah. Oleh karena itu kebutuhan akan pembangunan nasional sangatlah diperlukan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Deposito

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Deposito

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter Bank Indonesia selaku otoritas moneter. BI Rate merupakan instrumen kebijakan utama untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter Bank Indonesia selaku otoritas moneter. BI Rate merupakan instrumen kebijakan utama untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran perbankan dalam masa pembangunan saat ini sangatlah penting dan

BAB I PENDAHULUAN. Peran perbankan dalam masa pembangunan saat ini sangatlah penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Peran perbankan dalam masa pembangunan saat ini sangatlah penting dan dibutuhkan untuk menunjang kegiatan usaha di Indonesia, hal ini terlihat dari besarnya

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Nomor. 30/AN/B.AN/2010 0 Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

Economic and Market Watch. (February, 9 th, 2012)

Economic and Market Watch. (February, 9 th, 2012) Economic and Market Watch (February, 9 th, 2012) Ekonomi Global Rasio utang Eropa mengalami peningkatan. Rasio utang per PDB Eropa pada Q3 2011 mengalami peningkatan dari 83,2 persen pada Q3 2010 menjadi

Lebih terperinci

Manulife Investor Sentiment Index Study Q Indonesia. Februari 2016

Manulife Investor Sentiment Index Study Q Indonesia. Februari 2016 Manulife Investor Sentiment Index Study Q4 2015 Indonesia Februari 2016 1 TENTANG MANULIFE INVESTOR SENTIMENT INDEX (MISI) Apakah Manulife Investor Sentiment Index (MISI)? Kelas aset utama Dana tunai/

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi merupakan suatu isu yang tak pernah basi dalam sejarah panjang

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi merupakan suatu isu yang tak pernah basi dalam sejarah panjang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Inflasi merupakan suatu isu yang tak pernah basi dalam sejarah panjang ekonomi dunia, dia selalu menjadi buah bibir. Berbagai studi dan riset dilakukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpuruk. Konsekuensi dari terjadinya krisis di Amerika tersebut berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN. terpuruk. Konsekuensi dari terjadinya krisis di Amerika tersebut berdampak pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kredit macet sektor perumahan di Amerika Serikat menjadi awal terjadinya krisis ekonomi global. Krisis tersebut menjadi penyebab ambruknya pasar modal Amerika

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA 4.1. Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia 4.1.1. Uang Primer dan Jumlah Uang Beredar Uang primer atau disebut juga high powered money menjadi sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. panjang diantara berbagai alternatif lainnya bagi perusahaan, termasuk di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. panjang diantara berbagai alternatif lainnya bagi perusahaan, termasuk di dalamnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang diantara berbagai alternatif lainnya bagi perusahaan, termasuk di dalamnya adalah sektor

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

ECONOMIC & DEBT MARKET Daily Report

ECONOMIC & DEBT MARKET Daily Report 1 Februari 1 ECONOMIC & DEBT MARKET Daily Report RESEARCH Data Pasar Hari Kerja Sebelumnya Perubahan Tingkat Suku Bunga dan Kurs Acuan BI Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Utama Dunia Keterangan Hari

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH

PERKEMBANGAN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH PERKEMBANGAN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH Asumsi nilai tukar rupiah terhadap US$ merupakan salah satu indikator makro penting dalam penyusunan APBN. Nilai tukar rupiah terhadap US$ sangat berpengaruh

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% BII (TD)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun Pada tahun 2012 hingga 2013 UMKM menyumbang kan. tahun 2013 sektor ini mampu 97,16% dari total tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun Pada tahun 2012 hingga 2013 UMKM menyumbang kan. tahun 2013 sektor ini mampu 97,16% dari total tenaga kerja. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) memiliki peran yang sangat penting dalam pertumbuhan dan pembangunan ekonomi didunia, termasuk di Indonesia. Di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. uang giral serta sistem organisasinya. Lembaga keuangan dibagi menjadi lembaga

BAB I PENDAHULUAN. uang giral serta sistem organisasinya. Lembaga keuangan dibagi menjadi lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri perbankan telah mengalami perubahan besar dalam beberapa tahun terakhir mulai dari praderegulasi sampai pascaderegulasi. Pengklasifikasian perbankan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dana dalam bentuk simpanan seperti tabungan, deposito, giro, dan lain-lain dari

BAB I PENDAHULUAN. dana dalam bentuk simpanan seperti tabungan, deposito, giro, dan lain-lain dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank merupakan suatu badan usaha yang menghimpun dan menyalurkan dana dalam bentuk simpanan seperti tabungan, deposito, giro, dan lain-lain dari dan untuk

Lebih terperinci

PROSPEK DUNIA USAHA DAN PEMBIAYAANNYA OLEH PERBANKAN SAMBUTAN GUBERNUR BANK INDONESIA TGL. 7 J J U U N N II

PROSPEK DUNIA USAHA DAN PEMBIAYAANNYA OLEH PERBANKAN SAMBUTAN GUBERNUR BANK INDONESIA TGL. 7 J J U U N N II PROSPEK DUNIA USAHA DAN PEMBIAYAANNYA OLLEH PERBANKAN SAMBUTTAN GUBERNUR BANK INDONESII IA TTGLL.. 77 JJUUNNI II 22000044 Pendahuluan 1. Pagi ini saya sangat berbahagia dapat berkumpul bersama untuk membuka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Bagi pihak emiten, pasar modal merupakan salah satu sarana

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Bagi pihak emiten, pasar modal merupakan salah satu sarana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan sarana terpenting dalam perdagangan efek pada suatu negara. Bagi pihak emiten, pasar modal merupakan salah satu sarana untuk mendapatkan tambahan

Lebih terperinci

Ekonomi, Moneter dan Keuangan

Ekonomi, Moneter dan Keuangan Ekonomi, Moneter dan Keuangan T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 0 I. TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER Januari 2014 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t er 1 T i n j a u a n K e b i j a k

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan kesejahteraan di masa datang

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan kesejahteraan di masa datang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan kesejahteraan di masa datang yang berguna untuk mengantisipasi adanya inflasi yang terjadi setiap tahunnya. Investasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi merupakan sebuah komitmen, yang dapat berupa uang atau resources. a. Kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Investasi merupakan sebuah komitmen, yang dapat berupa uang atau resources. a. Kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Investasi merupakan sebuah komitmen, yang dapat berupa uang atau resources lainnya dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang (Bodie

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya pada masyarakat dalam bentuk kredit. Dari definisi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN APRIL 2002

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN APRIL 2002 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN APRIL 2002 Pada bulan April 2002 pemerintah berhasil menjadwal ulang cicilan pokok dan bunga utang luar negeri pemerintah dalam Paris Club

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan Bank Sentral,

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan Bank Sentral, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan Bank Sentral, kebijakan moneter yang dijalankan di Indonesia adalah dengan cara menetapkan kisaran BI Rate yaitu

Lebih terperinci

ARTIKEL PASAR MODAL MEMBANTU PEREKONOMIAN Purbaya Yudhi Sadewa Senior Economist Danareksa Research Institute

ARTIKEL PASAR MODAL MEMBANTU PEREKONOMIAN Purbaya Yudhi Sadewa Senior Economist Danareksa Research Institute ARTIKEL PASAR MODAL MEMBANTU PEREKONOMIAN Purbaya Yudhi Sadewa Senior Economist Danareksa Research Institute Kinerja dunia perbankan dalam menyalurkan dana ke masyarakat dirasakan masih kurang optimal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya

Lebih terperinci

Laporan Ekonomi Bulanan

Laporan Ekonomi Bulanan Kamar Dagang dan Industri Indonesia Laporan Ekonomi Bulanan Juli 27 Sekretariat Kamar Dagang dan Industri Indonesia oleh Erna Zetha Rusman Menara Kadin Indonesia 29 th Floor Jl. HR. Rasuna Said X-5 Kav.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pertumbuhan dunia industri menjadi fokus utama negara negara di

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pertumbuhan dunia industri menjadi fokus utama negara negara di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, pertumbuhan dunia industri menjadi fokus utama negara negara di dunia. Suatu negara dengan tingkat pertumbuhan industri yang tinggi menandakan tingkat

Lebih terperinci

Pelemahan Rupiah: Haruskah Kita Panik? Mohammad Indra Maulana (Alumni FEB UGM)

Pelemahan Rupiah: Haruskah Kita Panik? Mohammad Indra Maulana (Alumni FEB UGM) Pelemahan Rupiah: Haruskah Kita Panik? Mohammad Indra Maulana (Alumni FEB UGM) 12/14/2014 Pertanyaan 1: Benarkah selalu melemah selama Desember? 12/14/2014 M. Indra Maulana 2 Nilai tukar Rupiah saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditawarkan, khususnya dalam pembiayaan, senantiasa menggunakan underlying

BAB I PENDAHULUAN. ditawarkan, khususnya dalam pembiayaan, senantiasa menggunakan underlying BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memberikan perhatian yang serius dan bersungguh sungguh dalam mendorong perkembangan perbankan syariah. Semangat ini dilandasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Berdasarkan data yang tersedia di idx, jumlah perusahaan yang tercatat sampai dengan bulan Januari 2016 adalah sejumlah 523 emiten (www.idx.co.id).

Lebih terperinci

VII. SIMPULAN DAN SARAN

VII. SIMPULAN DAN SARAN VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1. Simpulan Hasil analisis menunjukkan bahwa secara umum dalam perekonomian Indonesia terdapat ketidakseimbangan internal berupa gap yang negatif (defisit) di sektor swasta dan

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Kinerja CARLISYA PRO SAFE 29-Jan-16 NAV: (netto) vs per December 2015 () 5.15% 6.92% Total Dana Kelolaan 395,930,218.07 10 0-100% Kinerja - Inflasi (Jan 2016) 0.51% Deskripsi Jan-16 YoY - Inflasi (YoY) 4.14% - BI Rate 7.25% Yield

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

Kinerja CARLISYA PRO MIXED 29-Jan-16 NAV: 1,707.101 Total Dana Kelolaan 12,072,920,562.29 - Pasar Uang 0-90% - Deposito Syariah - Efek Pendapatan Tetap 10-90% - Syariah - Efek Ekuitas 10-90% - Ekuitas Syariah 12.37% 48.71% 38.92%

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. 10-Mar-2004 Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2. untuk mencapai tingkat kestabilan harga secara mantap. 3. untuk mengatasi masalah pengangguran.

BAB I PENDAHULUAN. 2. untuk mencapai tingkat kestabilan harga secara mantap. 3. untuk mengatasi masalah pengangguran. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan jangka panjang yang dilaksanakan di Indonesia bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur dengan mengacu pada Trilogi Pembangunan (Rochmat Soemitro,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah, inflasi

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah, inflasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal tahun 1998 yakni pada awal masa orde baru perekonomian Indonesia mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama untuk negara-negara yang sedang berkembang. Peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 1 2 3 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jan-12 Mar-12 May-12 Jul-12 Sep-12 Nov-12 Jan-13 Mar-13 May-13 Jul-13 Sep-13 Nov-13 Jan-14 Mar-14 May-14 Jul-14 Sep-14 Nov-14 Jan-15 35.0 30.0

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN SEPTEMBER 2001

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN SEPTEMBER 2001 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN SEPTEMBER 2001 World Economic Report, September 2001, memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2001 hanya mencapai 2,6% antara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebar pada sektor - sektor perekonomian yang strategis, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. menyebar pada sektor - sektor perekonomian yang strategis, salah satunya adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang cukup memberikan kebebasan kepemilikan asing, hal ini menyebabkan dominasi pihak asing saat ini semakin menyebar pada sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN. yang sedang berkembang (emerging market), kondisi makro ekonomi

BAB I PENDAHULAN. yang sedang berkembang (emerging market), kondisi makro ekonomi BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini pasar modal merupakan instrumen penting dalam perekonomian suatu negara. Pasar modal yang ada di Indonesia merupakan pasar yang sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sektor perbankan memiliki peran strategis bagi ekonomi suatu negara. Naik turunnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sektor perbankan memiliki peran strategis bagi ekonomi suatu negara. Naik turunnya 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor perbankan memiliki peran strategis bagi ekonomi suatu negara. Naik turunnya perekonomian suatu negara sedikit banyak dipengaruhi oleh sektor perbankan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah sebuah indikator yang

I. PENDAHULUAN. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah sebuah indikator yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah sebuah indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Indeks ini mencakup pergerakan seluruh

Lebih terperinci

Andri Helmi M, SE., MM. Sistem Ekonomi Indonesia

Andri Helmi M, SE., MM. Sistem Ekonomi Indonesia Andri Helmi M, SE., MM Sistem Ekonomi Indonesia Pemerintah bertugas menjaga stabilitas ekonomi, politik, dan sosial budaya kesejahteraan seluruh masyarakat. Siapa itu pemerintah? Bagaimana stabilitas di

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% RD Pasar

Lebih terperinci

Laporan Ekonomi Bulanan

Laporan Ekonomi Bulanan Laporan Ekonomi Bulanan Edisi Januari 2006 Diterbitkan oleh Sekretariat Kadin Indonesia Kerjasama KADIN Indonesia dan JETRO JETRO Expert: Yojiro OGAWA INDIKATOR EKONOMI Indikator 2001 2002 2003 2004 2005

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100.0% Deposito

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan bunga atau yang sering disebut Net Interest Margin (NIM), selain itu

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan bunga atau yang sering disebut Net Interest Margin (NIM), selain itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan suatu organisasi jasa yang mempunyai peranan penting dalam upaya pembangunan ekonomi nasional. Bank berperan sebagai lembaga intermediasi penyalur dana

Lebih terperinci

Sekilas Ekonomi dan Pasar Modal Indonesia

Sekilas Ekonomi dan Pasar Modal Indonesia Kuartal I 2008 Sekilas Ekonomi dan Pasar Modal Indonesia Informasi dan analisis yang tertera merupakan hasil pemikiran internal perusahaan Beberapa Catatan Ekonomi Penting selama Kuartal Pertama 2008 10,500

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penggerak perekonomian dunia saat ini adalah minyak mentah. Kinerja dari harga minyak mentah dunia menjadi tolok ukur bagi kinerja perekonomian dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal tahun 2008 terjadi krisis energi yang membayangi

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal tahun 2008 terjadi krisis energi yang membayangi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal tahun 2008 terjadi krisis energi yang membayangi perekonomian global, ditandai dengan meningkatnya harga minyak dunia sampai menyentuh harga tertinggi $170

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. moneter akan memberi pengaruh kepada suatu tujuan dalam perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. moneter akan memberi pengaruh kepada suatu tujuan dalam perekonomian. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transmisi kebijakan moneter merupakan proses, dimana suatu keputusan moneter akan memberi pengaruh kepada suatu tujuan dalam perekonomian. Perencanaan dalam sebuah

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK PROSPEK DAN RISIKO KEBIJAKAN BANK INDONESIA 2 2 PERTUMBUHAN EKONOMI DUNIA TERUS MEMBAIK SESUAI PERKIRAAN... OUTLOOK

Lebih terperinci

SURVEI KREDIT PERBANKAN

SURVEI KREDIT PERBANKAN SURVEI KREDIT PERBANKAN B A N K L O A N S U R V E Y TRIWULAN IV-2004 Permintaan dan persetujuan pemberian kredit baru pada triwulan IV- 2004 secara indikatif memperlihatkan peningkatan Peningkatan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat terus tumbuh, namundengan tetap memperhatikan prinsip kehatian-hatian

BAB I PENDAHULUAN. dapat terus tumbuh, namundengan tetap memperhatikan prinsip kehatian-hatian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai jembatan antara pihakyang kelebihan dana dengan pihak yang memerlukan dana. Bank diharapkan dapatmemberikan

Lebih terperinci

CARLISYA PRO FIXED Dana Investasi Syariah Pendapatan Tetap

CARLISYA PRO FIXED Dana Investasi Syariah Pendapatan Tetap CARLISYA PRO FIXED Dana Investasi Syariah Pendapatan Tetap 31-Jan-17 NAV: 1,494.165 CARLISYA PRO Adalah gabungan dari Dana Tabarru dan Dana Investasi dimana Peserta mempunyai kebebasan untuk memilih penempatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghimpun dana dari pihak yang berkelebihan dana dan menyalurkannya

I. PENDAHULUAN. menghimpun dana dari pihak yang berkelebihan dana dan menyalurkannya 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan merupakan lembaga yang vital dalam mempengaruhi perkembangan perekonomian suatu negara. Melalui fungsi intermediasinya, perbankan mampu menghimpun dana dari

Lebih terperinci

DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG

DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat, ternyata berdampak kepada negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut UU No.10 tahun 1998 : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan perekonomian suatu negara dan tingkat kesejahteraan penduduk secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO TAHUN

BAB II PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO TAHUN BAB II PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO TAHUN 2002 2004 Bab perkembangan ekonomi makro tahun 2002 2004 dimaksudkan untuk memberi gambaran menyeluruh mengenai prospek ekonomi tahun 2002 dan dua tahun berikutnya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan berinvestasi seorang investor dihadapkan pada dua hal yaitu return (imbal hasil) dan risiko. Dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya bagi para pelaku ekonomi. Dewasa ini pasar modal merupakan indikator kemajuan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (KOJA Container Terminal :2008)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (KOJA Container Terminal :2008) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Krisis ekonomi yg melanda Amerika Serikat telah memberikan dampaknya ke hampir seluruh dunia dan hampir di seluruh sektor. Krisis keuangan global menyebabkan

Lebih terperinci

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik B O K S Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-29 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan

I. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan 0 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Harga mata uang suatu negara dalam harga mata uang negara lain disebut kurs atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang investor bersedia menanamkan dananya di suatu investasi jika

BAB I PENDAHULUAN. Seorang investor bersedia menanamkan dananya di suatu investasi jika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang investor bersedia menanamkan dananya di suatu investasi jika investasi itu dianggap menguntungkan. Salah satu pilihan investasi yang menguntungkan yaitu perdagangan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Deposito

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, perekonomian Indonesia telah menunjukkan integrasi yang semakin kuat dengan perekonomian global. Keterkaitan integrasi ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini telah. mengalami perkembangan yang cukup pesat, ini dibuktikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini telah. mengalami perkembangan yang cukup pesat, ini dibuktikan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perbankan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini telah mengalami perkembangan yang cukup pesat, ini dibuktikan dengan semakin banyaknya bank pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dilihat dari kondisi masyarakat saat ini, jarang sekali orang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Dilihat dari kondisi masyarakat saat ini, jarang sekali orang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dilihat dari kondisi masyarakat saat ini, jarang sekali orang tidak mengenal bank dan tidak berhubungan dengan bank. Perbankan sendiri memegang peranan penting

Lebih terperinci

Kinerja CENTURY PRO FIXED

Kinerja CENTURY PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 3,058,893,148.56 - Keuangan - Infrastruktur 0-80% AAA A - 66.33% 15.52% 18.15% - Inflasi (Jan 2016) - Inflasi (YoY) - BI Rate 0.51% 4.14% 7.25% Kinerja Sejak pe- Deskripsi

Lebih terperinci

CARLISYA PRO SAFE Dana Investasi Syariah Pasar Uang

CARLISYA PRO SAFE Dana Investasi Syariah Pasar Uang CARLISYA PRO SAFE Dana Investasi Syariah Pasar Uang 31-Jan-17 NAV: 1,355.077 CARLISYA PRO Adalah gabungan dari Dana Tabarru dan Dana Investasi dimana Peserta mempunyai kebebasan untuk memilih penempatan

Lebih terperinci

BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2004

BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2004 BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 24 Kondisi ekonomi menjelang akhir tahun 24 dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, sejak memasuki tahun 22 stabilitas moneter membaik yang tercermin dari stabil dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh

I. PENDAHULUAN. Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh masyarakat. Dalam kehidupannya, manusia memerlukan uang untuk melakukan kegiatan ekonomi, karena uang

Lebih terperinci

CENTURY PRO FIXED Dana Investasi Pendapatan Tetap

CENTURY PRO FIXED Dana Investasi Pendapatan Tetap CENTURY PRO FIXED Dana Investasi Pendapatan Tetap 31-Jan-17 NAV: 2,098.321 CENTURY PRO Adalah gabungan dari produk asuransi seumur hidup (whole life) dan investasi dimana Pemegang Polis mempunyai kebebasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk perusahaan dan negara. Pemikiran Michael Porter banyak

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk perusahaan dan negara. Pemikiran Michael Porter banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsep daya saing daerah berkembang dari konsep daya saing yang digunakan untuk perusahaan dan negara. Pemikiran Michael Porter banyak mewarnai pengembangan dan aplikasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pasif dan investor aktif. Investor pasif menganggap bahwa pasar modal adalah

I. PENDAHULUAN. pasif dan investor aktif. Investor pasif menganggap bahwa pasar modal adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi dapat dilakukan oleh perorangan atau perusahaan yang kelebihan dana. Berdasarkan pengambilan keputusan, investor dibagi menjadi dua yaitu investor pasif dan

Lebih terperinci

LAPORAN May 2015KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN May 2015KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 Dalam tahun 2000 pemulihan ekonomi terus berlangsung. Namun memasuki tahun

Lebih terperinci

PRUlink Newsletter Kuartal II 2010

PRUlink Newsletter Kuartal II 2010 PRUlink Newsletter Kuartal II 2010 Publikasi dari PT Prudential Life Assurance Sekilas Ekonomi dan Pasar Modal Indonesia Informasi dan analisis yang tertera merupakan hasil pemikiran internal perusahaan

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

SURVEI KREDIT PERBANKAN

SURVEI KREDIT PERBANKAN SURVEI KREDIT PERBANKAN B A N K L O A N S U R V E Y Triwulan I-2003 Permintaan maupun pemberian persetujuan kredit baru mengalami peningkatan, namun mengalami perlambatan yang cukup besar Kondisi tersebut

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO FIXED

Kinerja CARLISYA PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 1,728,431,985.66 Pasar Uang 0-80% Deposito Syariah 6.12% 93.88% Infrastruktur 87.50% Disetahunkaluncuran Sejak pe- Deskripsi Jan-16 YoY Keuangan 12.50% Yield 0.64% 7.66%

Lebih terperinci

PRUlink Quarterly Newsletter

PRUlink Quarterly Newsletter PRUlink Quarterly Newsletter Kuartal Kedua 2014 PT Prudential Life Assurance terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Sekilas Ekonomi dan Pasar Modal Indonesia Informasi dan analisis yang tertera merupakan

Lebih terperinci

Rencana Bisnis [BIDANG USAHA] [tempat dan tanggal penyusunan] disusun oleh: [Nama Penyusun] [Jabatan Penyusun]

Rencana Bisnis [BIDANG USAHA] [tempat dan tanggal penyusunan] disusun oleh: [Nama Penyusun] [Jabatan Penyusun] Rencana Bisnis [Nama Perusahaan] [BIDANG USAHA] [tempat dan tanggal penyusunan] disusun oleh: [Nama Penyusun] [Jabatan Penyusun] [Alamat Lengkap Perusahaan] No. Telepon [Nomor Telepon] No. Fax [Nomor Fax]

Lebih terperinci