AGENDA PIAGAM GLOBAL TENTANG HAK ASASI MANUSIA DI KOTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "AGENDA PIAGAM GLOBAL TENTANG HAK ASASI MANUSIA DI KOTA"

Transkripsi

1 AGENDA PIAGAM GLOBAL TENTANG HAK ASASI MANUSIA DI KOTA Oktober Dokumen Referensi

2 Pendahuluan Mengingat bahwa semua manusia diberkahi dengan hak-hak dan kebebasan yang diakui dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (1948) dan instrumeninstrumen internasional yang mendukungnya, terutama, Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, serta Sipil dan Politik (1966), konvensi dan piagam regional perlindungan hak asasi manusia dan perjanjian dasar hak asasi manusia lainnya. Mengingat bahwa semua hak asasi manusia bersifat universal, tak terpisahkan dan saling tergantung, seperti yang ditunjukkan dalam Deklarasi Wina (1993), dan ditegaskan kembali dalam Deklarasi Milenium (2000) dan Deklarasi untuk ulang tahun ke-60 Perserikatan Bangsa-Bangsa (2005); dan oleh karena itu tidak hanya merupakan realisasi hak-hak ekonomi, sosial dan budaya yang sangat diperlukan bagi pelaksanaan sepenuhnya hak-hak politik, tetapi pada saat yang sama hanya pelaksanaan hak-hak sipil dan politik yang memungkinkan partisipasi dalam mekanisme pengambilan keputusan yang dapat menyebabkan pencapaian hakhak ekonomi dan sosial. Mengingat bahwa kota adalah komunitas politik dimana semua penghuninya berpartisipasi dalam program bersama yang terkait dengan kebebasan, kesetaraan hak antara laki-laki dan perempuan, dan pengembangan. Mengingat bahwa derajat kebebasan perempuan memberikan ukuran umum dari kebebasan masyarakat; oleh karena itu sangat tepat untuk bertindak mendukung kesetaraan yang efektif antara laki-laki dan perempuan dan untuk secara aktif mendorong partisipasi kaum perempuan dalam pengambilan keputusan lokal. Meyakini adanya kebutuhan untuk mempromosikan di kota dan wilayah, suatu bentuk pembangunan yang berkelanjutan, adil, inklusif dan menghormati hak asasi manusia tanpa diskriminasi; dan kebutuhan untuk bertindak untuk memperluas demokrasi dan otonomi daerah sehingga dapat berkontribusi dalam pembangunan dunia yang damai, adil dan memiliki solidaritas. Agenda Piagam Global Tentang Hak Asasi Manusia di Kota 45

3 Mempertimbangkan secara khusus bahwa kemiskinan itu sendiri merupakan pelanggaran hak asasi manusia dan menekankan perlunya menghormati hak asasi manusia dalam situasi krisis ekonomi. Sedangkan misi dari pemerintah daerah, melalui tindakan dan otoritas mereka, adalah untuk menerapkan program ini, mereka harus memainkan peran penting dalam menjamin efektifitas pelaksanaan hak asasi manusia dari semua penghuninya. Sedangkan kewarganegaraan, dengan hak, tugas dan tanggung jawabnya secara khusus dinyatakan di tingkat kota. Ketentuan Umum A. Tujuan Agenda Piagam Global untuk Hak Asasi Manusia di Kota (Global Charter-Agenda for Human Rights in the City) bertujuan untuk mempromosikan dan memperkuat hak asasi manusia dari semua penduduk seluruh kota di dunia. B. Ruang lingkup Aplikasi Semua ketentuan dalam Agenda Piagam berlaku bagi semua penduduk kota, secara individu maupun kolektif, tanpa ada diskriminasi. Untuk tujuan Agenda Piagam ini, semua penduduk adalah warga kota tanpa ada pembedaan apapun. Setiap diskriminasi yang berdasarkan pada alasan apapun seperti jenis kelamin, ras, warna kulit, etnis atau asal-usul sosial, fitur genetik, bahasa, agama atau kepercayaan, politik atau pendapat lain, keanggotaan dari kebangsaan minoritas, kekayaan, kelahiran, cacat, usia atau orientasi seksual harus dilarang. Penduduk suatu kota adalah setiap orang yang hidup dalam wilayahnya bahkan jika tidak berdomisili tetap. Pelaksanaan hak yang tercantum dalam Agenda Piagam ini akan melengkapi, mengembangkan dan memperkuat hak-hak yang sudah ada di tingkat nasional berdasarkan konstitusi, undang-undang dan kewajiban internasional dari negara. Kewajiban kota yang tercantum dalam instrumen ini harus dipahami sebagai tugas dari pemerintah dan administrasi daerah; sesuai dengan kekuatan yang telah diberikan secara hukum. Kota didefinisikan sebagai pemerintah daerah dari berbagai ukuran: daerah, pengelompokan perkotaan, metropolis, kotamadya dan pemerintah daerah lainnya yang diatur secara bebas. Wilayah adalah kawasan yang dikelola berada langsung atau tidak langsung di bawah yurisdiksi kota. Referensi untuk akses di bagian yang berbeda dari Agenda Piagam ini 46 Dokumen Referensi

4 harus dipahami baik dari perspektif fisik maupun materi (kedekatan) serta dari perseptif ekonomi (keterjangkauan). C. Nilai dan Prinsip Agenda Piagam ini didasarkan pada nilai-nilai dan prinsip-prinsip berikut: Martabat setiap manusia sebagai nilai tertinggi Kebebasan, kesetaraan terutama antara laki-laki dan perempuan, tanpa diskriminasi, pengakuan atas adanya perbedaan, keadilan dan inklusi sosial Demokrasi dan partisipasi warganegara sebagai kebijakan kota Universalitas, keutuhan dan saling ketergantungan hak asasi manusia Keberlanjutan sosial dan lingkungan Kerjasama dan solidaritas di kalangan semua anggota masing-masing kota, serta di kalangan semua kota di seluruh dunia Tanggung jawab bersama yang berbeda atas kota dan penduduknya, sesuai dengan kemampuan dan sarana Agenda Hak dan Kewajiban I. HAK ATAS KOTA Semua penduduk kota memiliki hak untuk menjadi anggota lembaga kota sebagai komunitas politik lokal yang menjamin kondisi hidup yang layak bagi semua orang, dan menyediakan sarana untuk hidup berdampingan dengan baik di kalangan semua penduduknya, serta antara mereka dan otoritas lokal. Setiap laki-laki dan perempuan memperoleh manfaat dari semua hak yang tercantum dalam Agenda Piagam ini dan menjadi aktor yang sepenuhnya dari kehidupan kota. Semua penduduk kota memiliki hak untuk berpartisipasi dalam konfigurasi dan koordinasi wilayah sebagai ruang dasar dan menjadi fondasi bagi kehidupan serta untuk hidup berdampingan. Semua penduduk kota memiliki hak terhadap ruang dan sumberdaya yang tersedia untuk mempraktekkan kewarganegaraan yang aktif dan hendaknya ruang kerja dan ruang umum menghormati nilai-nilai orang lain dan nilai-nilai pluralisme. Kota menawarkan penduduknya segala sarana yang tersedia untuk melaksanakan hak-hak mereka. Penandatanganan Piagam didorong untuk mengembangkan kontak dengan kota-kota dan lingkungan sekitarnya yang bertujuan untuk membangun masyarakat dan metropolis yang memiliki kepedulian. Sebagai kerangka dan ringkasan dari semua hak yang diatur dalam Agenda Piagam ini, hak di atas akan memuaskan hingga tingkat dimana masing- Agenda Piagam Global Tentang Hak Asasi Manusia di Kota 47

5 masing dan setiap satu dari hak-hak yang diuraikan di sini sepenuhnya efektif dan memperoleh jaminan di dalam negeri. Penduduk kota memiliki kewajiban untuk menghormati hak-hak dan martabat orang lain. Rencana Aksi yang Disarankan 1. Adopsi dan penerapan program pelatihan HAM bagi personil lokal, dengan penekanan pada penghargaan terhadap perbedaan, hidup berdampingan dan kebaikan bersama, serta, jika diperlukan, mempekerjakan pakar HAM. 2. Analisis partisipatif atau audit HAM di kota, yang akan memungkinkan perumusan rencana pembangunan daerah didasarkan pada partisipasi yang bermakna. 3. Evaluasi berkala Agenda Piagam dilakukan dalam kerangka konsultasi publik. 4. Rencana aksi lokal partisipatif tentang HAM, sebagai hasil dari analisis dan evaluasi sebelumnya. 5. Pendirian lembaga yang berbeda, yang independen dari otoritas politik, diberdayakan untuk: memberikan informasi kepada warga tentang cara untuk mendapatkan akses terhadap hak-hak mereka; menerima keluhan dan saran dari penduduk kota; serta melakukan penyelidikan dan berfungsi sebagai mediasi sosial. II. HAK TERHADAP DEMOKRASI PARTISIPATIF 1. Semua penduduk kota memiliki hak untuk berpartisipasi dalam proses politik dan manajemen kota, terutama: a. Berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan kebijakan publik setempat; b. Mempertanyakan otoritas lokal tentang kebijakan publik mereka, dan menilainya; c. Melakukan transparansi dan akuntabilitas publik dari pemerintah kota. 2. Kota mendorong partisipasi yang berkualitas dari penduduknya dalam urusan lokal, menjamin mereka akses terhadap informasi publik, dan mengakui kemampuan mereka untuk mempengaruhi keputusan lokal. Kota terutama mendorong partisipasi perempuan secara penuh atas pelaksanaan hak-hak mereka. Hal ini juga mendorong kelompok minoritas untuk ikut berpartisipasi. Selain itu, hal ini mendorong partisipasi anak-anak dalam urusan yang terkait langsung dengan mereka. Kota mendorong pelaksanaan hak-hak individu dan kolektif dari semua penghuninya. Untuk tujuan ini, kota memfasilitasi partisipasi masyarakat sipil, termasuk asosiasi advokasi HAM, dalam perumusan kebijakan dan 48 Dokumen Referensi

6 pelaksanaan tindakan yang bertujuan untuk merealisasikan hak-hak penduduknya. 3. Penduduk kota berpartisipasi dalam urusan lokal sejalan dengan kemampuan dan kemampuan mereka. Mereka mengambil bagian dalam keputusan yang menyangkut mereka, dan mengungkapkan pendapat mereka terhadap orang dan kelompok lainnya dalam semangat toleransi dan pluralisme. Penduduk kota mengambil kebijakan lokal dalam hal kepentingan bersama, untuk kepentingan masyarakat. Rencana Aksi yang Disarankan: Jangka pendek: 1. Mendorong langkah-langkah untuk berpartisipasi dalam proses pemilu. 2. Mendorong partisipasi politik dan sosial dari masyarakat yang tidak menikmati hak untuk memilih dalam pemilu lokal. 3. Menetapkan mekanisme untuk menyediakan semua penduduk kota dengan akses terhadap informasi publik yang transparan dan dapat diakses. Secara khusus, informasi penting harus diterbitkan dalam bahasa yang paling umum di kota. 4. Mengadopsi tindakan pemberian kebebasan bergerak dan kemampuan untuk menyuarakan oposisi ketika acara publik yang besar diselenggarakan di kota. 5. Publikasi tahunan ringkasan anggaran dan neraca kota yang tersusun dengan jelas. 6. Mendorong asosiasi dan modal sosial di kota, antara lain melalui pembentukan sistem tempat umum untuk pertemuan entitas, gerakan dan asosiasi setempat. Jangka menengah: 1. Membangun proses konsultasi bagi persiapan penyusunan anggaran. 2. Membangun sistem partisipasi warga untuk penyusunan proyek lokal, program dan kebijakan, termasuk rencana induk kota dan peraturan daerah tentang partisipasi. Perluasan metodologi partisipatif untuk tindak lanjut dan evaluasi kebijakan lokal. 3. Mengadakan konsultasi terbuka bagi semua penduduk kota, jika memperoleh pembenaran oleh kepentingan umum, permasalahan disajikan. 4. Mengadopsi sistem untuk mengajukan petisi kepada pemerintah setempat. 5. Mendorong di hadapan otoritas nasional dan internasional yang kompeten pengakuan hukum atas hak pilih dalam pemilihan daerah dari semua penduduk kota, terlepas dari asal negara dari kewarganegaraan mereka. III. HAK ATAS KEDAMAIAN DAN KEAMANAN MASYARAKAT DI KOTA 1. Semua penduduk kota memiliki hak atas keamanan diri dan materi mereka terhadap semua jenis kekerasan, termasuk yang berpotensi dilakukan oleh Agenda Piagam Global Tentang Hak Asasi Manusia di Kota 49

7 lembaga penegak hukum. 2. Kota menjamin keamanan serta keselamatan fisik dan mental dari seluruh penduduknya, dan mengambil langkah-langkah untuk memerangi tindak kekerasan, terlepas dari siapapun kemungkinan pelakunya. 3. Kota dilengkapi dengan lembaga penegak hukum yang demokratis, yang disiapkan untuk melindungi semua penduduknya tanpa diskriminasi. Lembaga-lembaga publik ini secara tegas dilarang melakukan perlakuan yang kejam, tidak manusiawi atau yang merendahkan. 4. Ketika penahanan, retensi atau fasilitas penjara yang ada berada di bawah tanggung jawab kota, tempat-tempat tersebut dapat dikunjungi oleh otoritas independen tertentu. 5. Kota menerapkan langkah-langkah untuk memerangi kekerasan di sekolah dan kekerasan dalam rumah tangga, khususnya, kekerasan terhadap perempuan dan kelompok rentan, seperti anak-anak, orang tua dan penyandang cacat. 6. Kota menjalankan perannya dalam pengelolaan ketegangan sosial, untuk mencegah gesekan antara kelompok-kelompok yang berbeda yang hidup di kota agar tidak berubah menjadi konflik yang sesungguhnya. Untuk tujuan ini, kota mendorong hidup berdampingan, mediasi sosial dan dialog di kalangan kelompok-kelompok tersebut. 7. Penduduk kota bertindak dengan cara yang sesuai dengan prioritas keselamatan semua orang. Penduduk harus menghormati kedamaian masyarakat. Rencana Aksi yang Disarankan Jangka pendek: 1. Memulai suatu proses partisipatif bagi pendekatan yang berbeda untuk meningkatkan keselamatan di kalangan komunitas dan lingkungan kota yang berbeda. 2. Pemberian fasilitas kredit dan bantuan keuangan pemerintah, serta penyediaan tempat usaha untuk jaringan lokal yang bekerja di lingkungan yang paling sensitif terhadap masalah keamanan. 3. Penerapan sistem koordinasi dan pertukaran informasi secara teratur dengan otoritas peradilan lokal. 4. Pelatihan khusus untuk aparat kepolisian setempat, tentang kesadaran dan rasa hormat terhadap realitas sosial dan budaya kota yang berbeda, dalam intervensi di lingkungan pemukiman yang sensitif. 5. Pelatihan khusus untuk aparat kepolisian setempat tentang HAM. Jangka menengah: 1. Melibatkan berbagai departemen yang bertanggung jawab atas perencanaan 50 Dokumen Referensi

8 kota, taman dan kebun, penerangan umum, polisi dan layanan sosial, untuk mengadopsi semua langkah untuk membuat tempat-tempat umum dan semi privat lebih aman dan lebih mudah diakses. 2. Menggalang pendanaan ruang publik oleh warga sebagai sarana untuk membangun identitas masyarakat yang terkait dengan desain dan perawatan ruang publik tersebut. 3. Melibatkan sistem peradilan nasional masing-masing dalam analisis pola kejahatan, yang bertujuan untuk mendekriminalisasi kategori pelanggaran ringan, kejahatan kecil dan perilaku anti sosial yang lebih mudah untuk diperangi dengan langkah-langkah non-hukuman yang mencoba untuk merehabilitasi dan mengintegrasikan pelaku. IV. HAK ATAS KESETARAAN PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI 1. Semua penduduk kota memiliki hak untuk tidak diperlakukan secara diskriminatif dengan alasan gender mereka. 2. Kota mengadopsi semua langkah yang diperlukan, termasuk peraturan, yang melarang diskriminasi terhadap perempuan dalam segala bentuknya. Kota menahan diri dari keterlibatan dalam tindakan atau praktek diskriminasi terhadap perempuan dan memastikan bahwa otoritas publik dan lembaga bertindak sesuai dengan kewajiban ini. Kota mengambil semua langkah yang tepat untuk menghapus diskriminasi terhadap perempuan yang dilakukan oleh individu, organisasi atau perusahaan. Kota mengambil semua langkah yang tepat, khususnya di bidang politik, sosial, ekonomi dan budaya, untuk memastikan perkembangan penuh perempuan, yang bertujuan menjamin mereka untuk melaksanakan dan menikmati hak asasi manusia dan kebebasan fundamental mereka atas dasar kesetaraan dengan kaum laki-laki. 3. Semua penduduk kota menahan diri dari melakukan tindakan atau praktek yang dapat merugikan hak-hak perempuan. Rencana Aksi yang Disarankan 1. Mengadopsi rencana aksi lokal untuk kesetaraan gender yang menjamin tidak adanya diskriminasi antara laki-laki dan perempuan di segala bidang dan memberikan penghargaan atas kontribusi ke kota yang dilakukan oleh perempuan. 2. Mengadopsi ketentuan prioritas untuk memfasilitasi akses ke perumahan sosial oleh perempuan orang tua tunggal atau korban kekerasan gender. 3. Mengadopsi langkah-langkah untuk mendorong akses yang lebih baik terhadap ruang publik oleh perempuan. Agenda Piagam Global Tentang Hak Asasi Manusia di Kota 51

9 4. Mengupayakan kesetaraan penuh dalam komposisi badan pemerintah lokal, termasuk dewan direksi dari perusahaan publik lokal. V. HAK ANAK-ANAK 1. Semua anak-anak di kota, apa pun jenis kelamin mereka, memiliki hak atas kondisi kehidupan yang memungkinkan perkembangan fisik, mental dan etika mereka dan untuk menikmati semua hak yang diakui oleh Konvensi Internasional tentang Hak Anak Sesuai dengan Konvensi ini, seorang anak adalah seseorang yang berusia di bawah 18 tahun. 2. Kota menjamin semua anak atas kondisi kehidupan yang layak, khususnya, kesempatan untuk menerima pendidikan normal yang memberikan kontribusi terhadap pengembangan pribadi mereka, dengan menghormati hak asasi manusia. Jika tidak disediakan oleh pemerintah di tingkat lainnya, kota menyediakan pendidikan dasar yang gratis dan wajib bagi semua serta memastikan, bersama-sama dengan pihak yang berwenang, melakukan pengarusutamaan pendidikan menengah. 3. Dalam memenuhi tanggung jawab mereka, penduduk kota menghormati martabat dan hak-hak anak termasuk anak penyandang cacat. Rencana Aksi yang Disarankan 1. Membangun jaringan penitipan anak publik, yang terdiri dari sekolah bayi dan tempat lain yang memberikan perawatan komprehensif bagi anak-anak dan remaja, dengan akses universal dan dengan distribusi yang seimbang di seluruh kota. 2. Menetapkan mekanisme pemantauan yang memungkinkan kota untuk campur tangan dalam kasus dimana orang yang berusia di bawah 18 tahun berada dalam risiko, dihadapkan dengan bahaya dan kekerasan, khususnya anak yatim, anak-anak tunawisma, anak-anak korban segala bentuk eksploitasi, penderita HIV/AIDS dan para pengungsi perang. 3. Pembukaan dan/atau penguatan pusat penerimaan untuk anak-anak, dengan perawatan kesehatan, konseling dan layanan bantuan keluarga. 4. Rancangan dan penerapan langkah-langkah bagi akses anak-anak ke kota 5. Menerapkan mekanisme khusus perlindungan sosial bagi kaum muda. 6. Meluncurkan kampanye informasi tentang Konvensi internasional tentang Hak Anak. 7. Menetapkan langkah-langkah khusus untuk membantu anak-anak cacat. 52 Dokumen Referensi

10 VI. HAK ATAS LAYANAN PUBLIK YANG DAPAT DIAKSES 1. Semua penduduk kota memiliki hak atas kota yang inklusif secara sosial dan ekonomi, untuk mengakses layanan sosial dasar terdekat dengan kualitas yang optimal dan terjangkau 2. Kota menciptakan, atau mendorong terciptanya layanan publik yang berkualitas dan tanpa diskriminasi, yang minimum menjamin hal-hal berikut bagi semua penduduknya: pelatihan, akses terhadap kesehatan, perumahan, energi, air, sanitasi dan makanan yang cukup, di bawah persyaratan yang diuraikan dalam Agenda Piagam. 3. Khususnya, di negara-negara dengan pertumbuhan kota yang pesat, kota mengambil langkah-langkah yang mendesak untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesempatan penduduknya, terutama mereka yang memiliki sarana lebih rendah serta para penyandang cacat. 4. Kota memiliki perhatian terhadap perlindungan hak-hak orang tua dan mendorong solidaritas di kalangan generasi. 5. Kota mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjamin distribusi yang adil atas layanan publik di seluruh wilayah kekuasaannya, dengan cara yang terdesentralisasi. 6. Penduduk kota menggunakan layanan sosial secara bertanggungjawab. Rencana Aksi yang Disarankan Jangka pendek: 1. Pembentukan sistem partisipasi sosial dalam perancangan dan pemantauan pelaksanaan layanan, terutama yang terkait dengan kualitas, penetapan biaya dan operasional resepsionis. Sistem partisipasi harus memberikan perhatian khusus kepada lingkungan tetangga dan kelompok yang paling rentan di kota, serta kalangan para penyandang cacat. 2. Penghapusan segera, jika ada, persyaratan hukum, administratif dan prosedural yang mengikat penyediaan layanan dasar publik dengan status hukum penduduk kota. 3. Peninjauan ketentuan prosedur dan peraturan lokal, agar masyarakat yang berpenghasilan rendah diberikan akses yang lebih besar terhadap layanan dasar. 4. Membangun sistem pajak daerah yang adil dari dan biaya yang memperhitungkan pendapatan rakyat dan penggunaannya untuk layanan publik; serta pemberian informasi kepada pengguna tentang biaya layanan publik dan sumber dana untuk membayar mereka. 5. Pemantauan yang cermat dari kebutuhan populasi temporer dan populasi nomaden lainnya di bidang pelayanan publik dasar. Agenda Piagam Global Tentang Hak Asasi Manusia di Kota 53

11 Jangka menengah: 1. Menetapkan langkah-langkah yang efisien untuk memastikan bahwa pelaku sektor swasta yang mengelola layanan kepentingan sosial atau publik menghormati hak-hak yang dijamin oleh Agenda Piagam ini sepenuhnya, tanpa ada diskriminasi. Kontrak dan konsesi kota itu harus secara jelas ditetapkan berdasarkan komitmen terhadap HAM. 2. Pengadopsian tindakan untuk menjamin bahwa layanan publik melaporkan ke tingkat pemerintahan yang paling dekat dengan masyarakat, dengan partisipasi dari penduduk kota dalam pengelolaan dan pengawasan mereka. 3. Mendorong akses pada semua layanan publik dan kehidupan kota bagi kaum manula. VII. KEBEBASAN ATAS KEYAKINAN DAN AGAMA, PENDAPAT DAN INFORMASI a) Semua penduduk kota memiliki hak atas kebebasan berpikir, berkeyakinan dan beragama: hak ini mencakup kebebasan untuk mengubah agama atau kepercayaan mereka, dan kebebasan - baik sendiri atau dengan orang lain dan di depan umum atau secara pribadi - untuk mewujudkan agama atau kepercayaan dalam pengajaran, praktek, ibadah dan ketaatan. b) Semua penduduk kota memiliki hak atas kebebasan berpendapat dan berekspresi. Hak ini mencakup kebebasan untuk memiliki pendapat tanpa gangguan dan untuk mencari, menerima serta menyampaikan informasi dan buah pikiran melalui media apa saja. Hak-hak ini dapat diberikan hanya dalam batas-batas tertentu yang diperlukan untuk melindungi keamanan, ketertiban, kesehatan atau moral, atau untuk perlindungan hak dan kebebasan orang lain, dalam kerangka perundangan nasional. c) Kota menjamin bahwa penduduknya memiliki kebebasan untuk memanifestasikan agama atau keyakinan, termasuk hak orang tua untuk memilih jenis sekolah bagi anak-anak mereka. Kota menjamin bahwa setiap orang mampu untuk memiliki pendapat tanpa ada gangguan, dan untuk mencari serta menerima informasi dan buah pikiran melalui media apa saja, secara pribadi maupun di depan umum. Kota berupaya untuk memberikan penduduknya akses cuma-cuma ke semua sumber informasi yang ada serta memfasilitasi penciptaan dan pengembangan sumber informasi baru yang bebas dan pluralis. Kota mendorong penciptaan serta pengembangan media dan badan informasi secara cuma-cuma dan pluralis, yang bebas diakses oleh semua penduduk, tanpa ada diskriminasi. Kota memfasilitasi pencarian fakta bagi semua wartawan tanpa diskriminasi dan memastikan bahwa mereka memiliki akses yang bebas hingga ke 54 Dokumen Referensi

12 jangkauan informasi yang terluas, khususnya tentang pemerintahan kota. Kota mendorong berlangsungnya perdebatan serta pertukaran ide dan informasi. Hal ini sekaligus memastikan bahwa semua penduduk memiliki akses gratis ke tempat-tempat pertemuan umum dan memfasilitasi penciptaan tempat-tempat tersebut. d) Penduduk kota memiliki tugas dan tanggung jawab untuk menghormati agama, kepercayaan dan pendapat orang lain. Rencana Aksi yang Disarankan 1. Mendukung organisasi keagamaan dalam mendirikan tempat ibadah baru dan menarik hambatan apapun melalui perencanaan kota untuk mencapai tujuan itu. 2. Memfasilitasi distribusi dan pertukaran informasi dalam pandangan berbagai agama dan keyakinan penduduknya, tanpa ada diskriminasi. 3. Mendorong inisiatif yang mendukung atau memiliki toleransi yang lebih besar dan saling pengertian antar agama, keyakinan dan pendapat. 4. Memfasilitasi penciptaan, pengembangan dan aksesibilitas sumber informasi baru yang bebas dan pluralis; serta pelatihan wartawan dan mendorong adanya debat publik. VIII. HAK UNTUK BERKUMPUL, BERSERIKAT DAN MEMBENTUK SERIKAT KERJA SECARA DAMAI a) Semua penduduk kota memiliki hak atas kebebasan untuk berkumpul dan berserikat secara damai, termasuk hak individu untuk berserikat bersama dan hak untuk membentuk dan bergabung dengan serikat buruh untuk melindungi kepentingan mereka. b) Tidak seorang pun dapat dipaksa untuk bergabung dengan asosiasi atau serikat buruh. Kota memastikan bahwa penduduknya memiliki hak untuk berkumpul bersama dan bertemu secara damai. Hak ini dapat diberikan hanya dalam batas-batas tertentu sebagaimana yang ditentukan oleh undang-undang dan diperlukan untuk melindungi keamanan, ketertiban, kesehatan atau moral, atau untuk perlindungan hak dan kebebasan orang lain. Kota memastikan bahwa penduduknya memiliki bentuk yang tepat dan dapat bergabung atau tidak bergabung dengan serikat pekerja, tanpa diskriminasi. Hal ini memberikan kontribusi untuk penikmatan hak-hak buruh secara penuh oleh penduduknya. c) Penduduk kota, khususnya mereka yang mempekerjakan orang lain, menghormati hak setiap orang untuk berkumpul, berserikat dan bergabung Agenda Piagam Global Tentang Hak Asasi Manusia di Kota 55

13 secara damai dengan serikat pekerja, serta menghormati hak-hak tenaga kerja. Rencana Aksi yang Disarankan: 1. Mendorong dan membantu dalam penciptaan dan pengembangan asosiasi. 2. Penarikan hambatan hukum atau administratif untuk membentuk asosiasi dan serikat buruh, yang menghormati nilai-nilai demokrasi dan hak asasi manusia. 3. Memfasilitasi pertukaran informasi di kalangan asosiasi dan serikat pekerja serta mengambil tindakan yang diperlukan untuk mengembangkan tempat pertemuan, termasuk organisasi forum asosiasi. 4. Mendorong konsultasi dan pertemuan publik dengan asosiasi dan serikat lokal di bidang kebijakan publik. 5. Mengawasi dan menjamin pemenuhan hak-hak pekerja di semua pekerjaan dan jasa yang berasal dari kota. IX. HAK-HAK BUDAYA a) Semua penduduk kota memiliki hak terhadap pelatihan dan pendidikan inklusif yang berkualitas dan berkelanjutan, serta menikmati budaya dalam semua ekspresi dan bentuk yang beragam. Kota merangsang kreativitas, mendukung pengembangan dan keanekaragaman ekspresi maupun praktek budaya, serta olahraga, bersama dengan tempat bagi penyebaran budaya dan seni, khususnya, perpustakaan umum setempat. b) Kota mendorong program pelatihan dan pendidikan yang berkelanjutan bagi orang dewasa. Bekerjasama dengan asosiasi budaya dan sektor swasta, pemerintah daerah mempromosikan pengembangan kehidupan budaya perkotaan. Kota menjamin akses semua penduduknya terhadap layanan dan peralatan komunikasi. Hal ini mendorong pembelajaran teknologi elektronik dan informasi melalui lokakarya umum secara gratis. Kota menghormati, melindungi dan mendorong keanekaragaman budaya penduduknya, satu-satunya batasan yang ada adalah menghormati sepenuhnya terhadap aturan hidup berdampingan dan hak asasi manusia yang diakui secara universal. Hal ini akan mendorong ekspresi, kreativitas dan praktek budaya dari penduduknya. c) Penduduk kota menghormati keragaman budaya kota dan memperlakukan tempat dan fasilitas umum secara bertanggung jawab yang ditujukan untuk budaya di kota. 56 Dokumen Referensi

14 Rencana Aksi yang Disarankan: 1. Mengadopsi langkah-langkah dukungan bagi pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan untuk orang dewasa, termasuk pelatihan kejuruan. 2. Perluasan jaringan perpustakaan umum di seluruh lingkungan kota. 3. Mengadopsi langkah-langkah untuk melestarikan, melindungi dan mempertahankan warisan budaya kota, serta akses yang berkelanjutan dan penuh penghargaan oleh penduduk kota dan wisatawan. 4. Rencana untuk penciptaan, ekspansi atau pemeliharaan tempat rekreasi yang berkualitas yang terbuka untuk umum tanpa ada diskriminasi. 5. Menawarkan lokakarya pelatihan TI dan mengadopsi langkah-langkah untuk memastikan adanya akses internet universal. 6. Perhatian yang cermat terhadap kebutuhan populasi temporer dan populasi nomaden lainnya di bidang akses pendidikan. 7. Langkah-langkah dukungan bagi penciptaan budaya di kota, untuk meningkatkan kondisi kerja profesional budaya dan untuk mendorong praktek-praktek budaya yang aktif dari seluruh penduduk kota. 8. Pembangunan dan pemeliharaan sarana olahraga. X. HAK TERHADAP PERUMAHAN DAN TEMPAT TINGGAL a) Semua penduduk kota memiliki hak untuk: 1. Perumahan dengan sanitasi yang layak dengan fitur sentralitas perkotaan. 2. Keamanan terhadap hak hukum atas rumah dan sebidang tanah mereka. 3. Akses tanpa syarat terhadap pencatatan administrasi kota. 4. Migran memiliki hak atas kebutuhan area pemukiman yang disesuaikan. b) Kota menyatukan pendekatan pada penggunaan lahan dan pembangunan perumahan, untuk menyesuaikannya dengan kebutuhan ekonomi, sosial dan budaya dari populasi secara keseluruhan, khususnya kelompok yang paling rentan. Kota mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan regulasi pasar perumahan setempat, untuk memastikan pilihan yang terjangkau bagi kelompok yang paling rentan. Kota memerangi eksklusi dan segregasi spasial dengan intervensi yang didasarkan pada inklusi sosial dan keragaman. Selain itu, kota mengakui hak untuk memperoleh tempat tinggal bagi seluruh penduduknya, dengan mendorong jaminan atas hak hunian mereka, khususnya bagi kelompok yang paling rentan, dan terutama bagi penduduk dari pemukiman informal. Bekerja sama dengan otoritas lain yang berwenang, kota mengambil langkah Agenda Piagam Global Tentang Hak Asasi Manusia di Kota 57

15 yang tepat untuk menawarkan tempat tinggal sementara yang layak bagi populasi tunawisma, serta lokasi yang memadai bagi penduduk migran. Hal ini memungkinkan para tunawisma untuk menempati tempat tinggal administratif di asosiasi perawatan, dalam rangka untuk memastikan bahwa mereka mendapatkan keuntungan dari layanan sosial, khususnya layanan kesehatan, di kota. c) Untuk memenuhi tanggung jawab mereka, penduduk kota menggunakan rumah reguler mereka secara tepat dan mendorong hubungan bertetangga. Pemilik beberapa rumah harus ingat bahwa, bersama dengan jenis pendapatan lainnya, perumahan memiliki fungsi sosial. Rencana Aksi yang Disarankan: Jangka pendek: 1. Menilai kebutuhan akomodasi sebagai fungsi dari profil penduduk kota, dan menciptakan atau memperkuat layanan lokal untuk mengenali masalah tersebut. 2. Menilai situasi pemukiman informal di kota, dan berdialog dengan para penghuninya untuk memberikan jaminan keamanan atas harta benda dan status mereka, serta memperbaiki kondisi hidup mereka. 3. Penangguhan segera dari penggusuran yang tidak menghormati proses hukum dan prinsip-prinsip proporsionalitas dan kompensasi yang adil serta pembentukan sistem perlindungan dan akomodasi alternatif bagi orangorang yang terusir. 4. Perluasan ketersediaan lahan publik dengan cara pembangunan perkotaan, perencanaan dan distribusi berbasis wilayah yang dipikirkan dengan matang, melalui partisipasi warga dan mendukung kelompok masyarakat yang berpenghasilan rendah. 5. Menyertakan asosiasi migran dan bekerja dengan mereka dalam proses negosiasi dan manajemen kebijakan lokal serta layanan yang terkait dengan hak atas perumahan dan tempat tinggal. 6. Perhatian yang cermat terhadap kebutuhan perumahan dari populasi temporer dan populasi nomaden lainnya. 7. Mengadopsi rencana pembangunan perumahan umum atau bersubsidi, yang terjangkau bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah, dan rencana untuk penyediaan tempat penampungan yang layak bagi para tunawisma. Jangka menengah: 1. Menetapkan prosedur pengaturan domain lahan yang menetapkan kerangka waktu dan tidak diskriminatif, terutama yang merugikan orang dan kelompok yang paling tidak disukai. Melibatkan pemerintah yang kompeten dalam 58 Dokumen Referensi

16 prosedur ini, jika memungkinkan. Dalam hal terjadi keterlambatan atau tidak ada tindakan dari pemerintah, atau adanya risiko penggusuran, penduduk pemukiman informal berhak secara hukum menuntut pengaturan perumahan mereka. 2. Diberlakukannya peraturan yang tepat untuk menjamin penggunaan sepenuhnya lahan perkotaan, serta properti publik dan pribadi yang tidak terpakai, kurang dimanfaatkan atau kosong, untuk memenuhi fungsi sosial perumahan. Langkah legislatif dalam skala regional atau nasional akan diajukan bila diperlukan. 3. Mengadopsi peraturan daerah yang menjamin aksesibilitas perumahan bagi penyandang cacat, dan menetapkan rencana inspeksi yang bekerjasama dengan kelompok-kelompok yang terkena dampak. 4. Mengadaptasi peraturan daerah untuk menyediakan hukum yang dapat ditegakkan dari hak atas perumahan. XI. HAK ATAS AIR BERSIH DAN MAKANAN a) Semua penduduk kota memiliki hak atas air minum, sanitasi, dan makanan dengan kualitas yang layak. b) Kota menjamin semua penduduknya akses yang sama terhadap layanan air minum dan sanitasi, dalam jumlah dan kualitas yang memadai. Kota menjamin pasokan air dan makanan yang memadai untuk hidup dan melarang pemotongan pasokan air bagi orang-orang yang berada dalam situasi rentan. Jika kompeten, kota menetapkan sistem pengelolaan air publik dan partisipatif yang selanjutnya akan memulihkan sistem tradisional dan masyarakat. Hal ini mendorong alternatif lokal untuk pengumpulan air. Kota juga menjamin semua penduduknya akses terhadap makanan sehat dan bergizi yang memadai, dan bahwa tidak ada orang yang tidak diberi makan selama kekurangan sarana ekonomi. Kota mengambil langkah-langkah untuk mengurangi dan meringankan rasa lapar, bahkan dalam kasus-kasus bencana alam atau jenis bencana lainnya. c) Untuk memenuhi tanggung jawab mereka, penduduk kota mengkonsumsi air dengan cara sedemikian rupa yang menghormati konservasi, dan melakukan penggunaan yang tepat dari fasilitas dan peralatan. Rencana Aksi yang Disarankan Jangka pendek: 1. Mengadopsi peraturan daerah, jika dipandang kompeten untuk melakukannya, yang melarang pemadaman air, bagi orang-orang dalam situasi genting dan Agenda Piagam Global Tentang Hak Asasi Manusia di Kota 59

17 memastikan adanya kuantitas yang memadai untuk bertahan hidup. 2. Membentuk sistem nilai berskala geser yang memastikan bahwa kuantitas air yang cukup untuk bertahan hidup hampir gratis atau sangat murah, yang meningkatkan seiring dengan jumlah konsumsi untuk memberikan denda bagi yang menghamburkan. Jangka menengah: 1. Menegosiasikan persyaratan distribusi air dan energi dengan pihak penyedia dari sektor swasta, yang cukup untuk menjamin hak-hak yang diatur berdasarkan Agenda Piagam. 2. Memperkenalkan kontrol kualitas untuk menjamin keamanan pangan. 3. Menetapkan pada sekolah umum penyediaan makanan dalam kemitraan dengan petani dan produsen lokal. 4. Memfasilitasi pembuatan kebun dapur perkotaan dan restoran masyarakat yang bersubsidi. XII. HAK ATAS PEMBANGUNAN PERKOTAAN YANG BERKELANJUTAN a) Semua penduduk kota memiliki hak atas pembangunan perkotaan yang berkualitas, dengan fokus sosial ketersediaan transportasi umum, dan penghargaan atas lingkungan. b) Semua penduduk kota memiliki hak terhadap listrik, gas dan sumber energi lainnya di rumah, di sekolah dan di tempat kerja, dalam kerangka sebuah kota yang berkelanjutan secara ekologis. Kota memastikan bahwa pembangunan perkotaan dilakukan dengan keseimbangan yang harmonis di kalangan semua lingkungan, yang mencegah terjadinya segregasi sosial. Kota mengambil langkah yang diperlukan untuk mencapai lingkungan perkotaan yang sehat, dan membuat upaya khusus agar secara konsisten meningkatkan kualitas udara, dan mengurangi ketidaknyamanan yang disebabkan oleh kebisingan dan lalu-lintas. Kota dilengkapi dengan sistem angkutan umum massal yang efisien yang mencapai semua lokasi lingkungan secara seimbang. Kota menjamin akses yang sama terhadap gas, listrik dan sumber energi lainnya, dalam kualitas dan kuantitas yang mencukupi untuk semua penduduknya. Kota melarang pemotongan pasokan gas, listrik dan sumber energi lainnya bagi orang-orang yang berada dalam situasi rentan untuk menjamin konsumsi yang cukup untuk bertahan hidup. c) Untuk memenuhi tanggung jawab mereka, penduduk kota bertindak dengan cara yang sedemikian rupa untuk menghormati pelestarian lingkungan, hemat 60 Dokumen Referensi

18 energi dan penggunaan yang baik dari instalasi publik, termasuk transportasi umum. Penduduk juga berpartisipasi dalam upaya kolektif masyarakat untuk mendorong perencanaan kota yang berkualitas dan pembangunan yang berkelanjutan, untuk kepentingan generasi sekarang dan mendatang. Rencana Aksi yang Disarankan Jangka pendek: 1. Mengadopsi langkah-langkah yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran di kalangan penduduk kota akan tanggung jawab mereka dalam proses perubahan iklim dan kerusakan keanekaragaman hayati, dan dalam menentukan jejak ekologis dari kota itu sendiri, untuk mengidentifikasi prioritas area aksi. 2. Mengadopsi langkah-langkah pencegahan untuk memerangi polusi dan pendudukan tanah maupun kawasan lingkungan yang dilindungi secara tidak terorganisir, termasuk penghematan energi, pengelolaan limbah dan pemanfaatan kembali, daur ulang, serta perluasan dan konservasi ruang hijau. 3. Mengadopsi langkah-langkah untuk melawan korupsi dalam pembangunan perkotaan dan terhadap serangan di lahan alami yang dilindungi. 4. Mengadopsi langkah-langkah untuk mempromosikan layanan transportasi kolektif yang dapat diakses secara gratis atau murah untuk semua penduduk kota dan secara bertahap memperkenalkan layanan transportasi umum ekologi. 5. Jika kompeten, mengadopsi tata cara hukum setempat yang menetapkan larangan pemotongan pasokan listrik, gas dan sumber energi lainnya di rumah untuk orang-orang yang berada dalam situasi rentan untuk menjamin kebutuhan dasar. Jangka menengah: 1. Persetujuan rencana transit perkotaan dan antar kota berdasarkan sistem transportasi umum yang dapat diakses, terjangkau dan memadai untuk berbagai kebutuhan lingkungan dan sosial (jenis kelamin, usia dan penyandang cacat). 2. Pemasangan peralatan yang diperlukan dalam sistem transit dan lalulintas, adaptasi dari semua bangunan umum atau bangunan publik yang digunakan, tempat kerja dan tempat rekreasi untuk menjamin akses bagi para penyandang cacat. 3. Meninjau rencana pembangunan perkotaan untuk memastikan bahwa tidak ada lingkungan atau komunitas sekitar yang dikecualikan, dan mereka Agenda Piagam Global Tentang Hak Asasi Manusia di Kota 61

19 semua memiliki unsur sentralitas. Perencanaan harus bersifat transparan dan terorganisir berdasarkan prioritas, dengan upaya yang lebih besar di lingkungan sekitar yang paling tidak disukai. 4. Perencanaan metropolitan dan perencanaan yang berpotensi regional dan nasional, dalam hal pembangunan perkotaan, transportasi umum dan kelestarian lingkungan. 5. Membentuk sistem nilai berskala geser yang memastikan bahwa pemakaian konsumsi energi minimum adalah hampir gratis atau sangat murah, yang meningkatkan seiring dengan jumlah konsumsi untuk memberikan denda bagi yang menghamburkannya. 6. Mendorong teknologi yang berkelanjutan dan beragam untuk pasokan energi. 7. Menetapkan langkah-langkah yang berkontribusi terhadap perlindungan keanekaragaman hayati pada skala lokal. Ketentuan Akhir A. Mengadopsi dan memasukkan Agenda Piagam di tiap kota Agenda Piagam mulai berlaku di setiap kota setelah melalui proses konsultasi yang memungkinkan penduduk kota untuk membahas dan menyesuaikan ketentuan pelaksanaan rencana aksi untuk kondisi lokal dan kerangka hukum nasional; dan setelah diterima oleh dewan kota. Mekanisme yang sama berlaku untuk setiap tinjauan Agenda Piagam setempat. Agenda Piagam Setempat yang telah diadopsi akan disebarluaskan di kalangan seluruh penduduk kota. B. Mekanisme penerapan: Kota menguraikan indikator yang tepat dari pemenuhan setiap hak dan rencana aksi yang ditetapkan dalam Agenda Piagam Lokal. Kota membentuk badan yang diperlukan (kelompok ahli, observatorium lokal, komisi independen HAM atau komite bersama perwakilan terpilih/ masyarakat sipil) untuk memastikan implementasi, tindak lanjut dan evaluasi dari Agenda Piagam di tingkat lokal. Kota juga dapat menentukan prosedur pengaduan atau mediasi (jika tersedia, peran ini dapat dilakukan oleh ombudsman lokal). Kota menetapkan proses konsultasi publik untuk mengevaluasi secara berkala pelaksanaan dan efek dari Agenda Piagam. Kota menjalin kerjasama multi-level dengan instansi lain yang berwenang (lokal, regional, nasional) untuk menjamin hak atas kota. 62 Dokumen Referensi

20 C. Peran kota dalam mendorong HAM dalam skala internasional Kota berkomitmen untuk meningkatkan kerjasama lokal transnasional baik secara umum maupun dalam pelaksanaan Agenda Piagam ini dan mendorong penghormatan terhadap hak asasi manusia di seluruh dunia. Kota berusaha untuk berkolaborasi, dalam kekuasaan mereka, dalam penyusunan kebijakan nasional, terlibat sebagai pemangku kepentingan dalam mekanisme HAM internasional (tinjauan berkala universal, laporan berkala, dll). Kami mendorong partisipasi masyarakat sipil, asosiasi dan LSM untuk melindungi dan memajukan hak asasi manusia. Agenda Piagam Global Tentang Hak Asasi Manusia di Kota 63

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 Forum Dunia tentang HAM di Kota tahun 2011 GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 16-17 Mei 2011 Gwangju, Korea Selatan Deklarasi Gwangju tentang HAM di Kota 1

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG KABUPATEN RAMAH HAK ASASI MANUSIA

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG KABUPATEN RAMAH HAK ASASI MANUSIA BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG KABUPATEN RAMAH HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, Menimbang :a.

Lebih terperinci

DEKLARASI BANGKOK MENGENAI AKTIVITAS FISIK UNTUK KESEHATAN GLOBAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

DEKLARASI BANGKOK MENGENAI AKTIVITAS FISIK UNTUK KESEHATAN GLOBAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DEKLARASI BANGKOK MENGENAI AKTIVITAS FISIK UNTUK KESEHATAN GLOBAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KONGRES INTERNASIONAL KE-6 ISPAH (KONGRES KESEHATAN MASYARAKAT DAN AKTIVITAS FISIK Bangkok, Thailand 16-19

Lebih terperinci

Deklarasi Dhaka tentang

Deklarasi Dhaka tentang Pembukaan Konferensi Dhaka tentang Disabilitas & Manajemen Risiko Bencana 12-14 Desember 2015, Dhaka, Bangladesh Deklarasi Dhaka tentang Disabilitas dan Manajemen Risiko Bencana, 14 Desember 2015 diadopsi

Lebih terperinci

4. Metoda penerapan Konvensi No.111

4. Metoda penerapan Konvensi No.111 Diskriminasi dan kesetaraan: 4. Metoda penerapan Konvensi No.111 Kesetaraan dan non-diskriminasi di tempat kerja di Asia Timur dan Tenggara: Panduan 1 Tujuan belajar Mengidentifikasi kebijakan dan tindakan

Lebih terperinci

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL Resolusi disahkan oleh konsensus* dalam Sidang IPU ke-128 (Quito, 27 Maret 2013) Sidang ke-128 Inter-Parliamentary

Lebih terperinci

PIAGAM DUNIA TENTANG HAK ATAS KOTA

PIAGAM DUNIA TENTANG HAK ATAS KOTA PIAGAM DUNIA TENTANG HAK ATAS KOTA vi Pendahuluan Milenium baru disertai dengan kenyataan bahwa setengah dari populasi dunia tinggal di wilayah perkotaan, dan para ahli memperkirakan bahwa pada tahun 2050

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:a.bahwa setiap warga negara berhak untuk

Lebih terperinci

Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002

Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002 Protokol Konvensi Hak Anak Tentang Perdagangan Anak, Prostitusi Anak dan Pronografi Anak Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002 Negara-negara peserta tentang

Lebih terperinci

PERNYATAAN KEBIJAKAN HAK ASASI MANUSIA UNILEVER

PERNYATAAN KEBIJAKAN HAK ASASI MANUSIA UNILEVER PERNYATAAN KEBIJAKAN HAK ASASI MANUSIA UNILEVER Kami meyakini bahwa bisnis hanya dapat berkembang dalam masyarakat yang melindungi dan menghormati hak asasi manusia. Kami sadar bahwa bisnis memiliki tanggung

Lebih terperinci

Pembela Hak Asasi Perempuan tentang DEKLARASI ASEAN TENTANG HAK ASASI MANUSIA

Pembela Hak Asasi Perempuan tentang DEKLARASI ASEAN TENTANG HAK ASASI MANUSIA Pembela Hak Asasi Perempuan tentang DEKLARASI ASEAN TENTANG HAK ASASI MANUSIA PRINSIP Kaukus Perempuan Asia Tenggara tentang ASEAN1, yang juga dikenal sebagai Kaukus Perempuan, berkomitmen untuk menegakkan

Lebih terperinci

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH Deklarasi Hak dan Kewajiban Individu, Kelompok dan Badan-badan Masyarakat untuk Pemajuan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Dasar yang Diakui secara Universal Diadopsi oleh resolusi Majelis

Lebih terperinci

K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN

K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN 1 K 111 - Diskriminasi dalam Pekerjaan dan Jabatan 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TANGGAL 22 JUNI 2015 RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN BAB I

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TANGGAL 22 JUNI 2015 RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN BAB I LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TANGGAL 22 JUNI 2015 RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN 2015-2019 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Komitmen Negara Republik

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat - 1 - Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PELINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

Prinsip Dasar Peran Pengacara

Prinsip Dasar Peran Pengacara Prinsip Dasar Peran Pengacara Telah disahkan oleh Kongres ke Delapan Perserikatan Bangsa-Bangsa ( PBB ) mengenai Pencegahan Kriminal dan Perlakuan Pelaku Pelanggaran, Havana, Kuba, 27 Agustus sampai 7

Lebih terperinci

15B. Catatan Sementara NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

15B. Catatan Sementara NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional Konferensi Perburuhan Internasional Catatan Sementara 15B Sesi Ke-100, Jenewa, 2011 NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA 15B/ 1 NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN

Lebih terperinci

RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO

RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO Membangun kembali fundamental ekonomi yang sehat dan mantap demi meningkatkan pertumbuhan, memperluas pemerataan,

Lebih terperinci

R-165 REKOMENDASI PEKERJA DENGAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA, 1981

R-165 REKOMENDASI PEKERJA DENGAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA, 1981 R-165 REKOMENDASI PEKERJA DENGAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA, 1981 2 R-165 Rekomendasi Pekerja dengan Tanggung Jawab Keluarga, 1981 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

PEMERINTAH KOTA KEDIRI PEMERINTAH KOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG TRANSPARANSI DAN PARTISIPASI DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang

Lebih terperinci

R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011

R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011 R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011 2 R-201: Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011 R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak

Lebih terperinci

DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA

DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA Disahkan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa tanggal 9 Desember 1998 M U K A D I M A H MAJELIS Umum, Menegaskan kembalimakna penting dari ketaatan terhadap

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa setiap warga negara berhak untuk

Lebih terperinci

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 1 K-143 Konvensi Pekerja Migran (Ketentuan Tambahan), 1975 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang

Lebih terperinci

Hak Atas Standar Penghidupan Layak dalam Perspektif HAM. Sri Palupi Peneliti Institute for Ecosoc Rights

Hak Atas Standar Penghidupan Layak dalam Perspektif HAM. Sri Palupi Peneliti Institute for Ecosoc Rights Hak Atas Standar Penghidupan Layak dalam Perspektif HAM Sri Palupi Peneliti Institute for Ecosoc Rights Hak atas standar penghidupan layak Dasar hukum: 1) Konstitusi Pasal 27 (2) 2) Pasal 25 Deklarasi

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : perlu dilanjutkan dengan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia Tahun ; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagai

2015, No Mengingat : perlu dilanjutkan dengan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia Tahun ; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagai LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.144, 2015 HAM. Rencana Aksi. Nasional. Tahun 2015-2019. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 1 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM*

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* Institut Internasional untuk Demokrasi dan Perbantuan Pemilihan Umum didirikan sebagai organisasi internasional antar pemerintah

Lebih terperinci

Mengenal Konvensi PBB 1990 tentang Perlindungan Hak-Hak Seluruh Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya

Mengenal Konvensi PBB 1990 tentang Perlindungan Hak-Hak Seluruh Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya Mengenal Konvensi PBB 1990 tentang Perlindungan Hak-Hak Seluruh Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya (Konvensi Migran 1990) KOMNAS PEREMPUAN KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN Mengenal

Lebih terperinci

SEMINAR MEWUJUDKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PENYANDANG DISABILITAS

SEMINAR MEWUJUDKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PENYANDANG DISABILITAS SEMINAR MEWUJUDKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PENYANDANG DISABILITAS 23 AGUSTUS 2016 Forum Penguatan Hak-hak Penyandang Disabilitas Peraturan Daerah Tentang

Lebih terperinci

DEKLARASI TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN. Diproklamasikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa

DEKLARASI TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN. Diproklamasikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa DEKLARASI TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN Majelis Umum, Diproklamasikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 20 Desember 1993 [1] Mengikuti perlunya penerapan secara

Lebih terperinci

R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997

R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997 R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997 2 R-188 Rekomendasi Agen Penempatan kerja Swasta, 1997 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs)

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs) PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs) Dr. Wartanto (Sekretaris Ditjen PAUD dan Dikmas) DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT TUJUAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017 BAB V VISI, MISI, DAN V - 1 Revisi RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017 5.1. VISI Dalam rangka mewujudkan pembangunan jangka panjang sebagaimana tercantum di dalam

Lebih terperinci

LEMBAGA NASIONAL UNTUK MEMAJUKAN DAN MELINDUNGI HAK ASASI MANUSIA. Lembar Fakta No. 19. Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia

LEMBAGA NASIONAL UNTUK MEMAJUKAN DAN MELINDUNGI HAK ASASI MANUSIA. Lembar Fakta No. 19. Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia LEMBAGA NASIONAL UNTUK MEMAJUKAN DAN MELINDUNGI HAK ASASI MANUSIA Lembar Fakta No. 19 Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia PENDAHULUAN PBB terlibat dalam berbagai kegiatan yang bertujuan mencapai salah

Lebih terperinci

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA Jakarta, 1 Juli 2011 - 1 - Untuk menandai 60 tahun hubungan diplomatik dan melanjutkan persahabatan antara kedua negara, Presiden

Lebih terperinci

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK Di dalam UUD 1945 Bab XA tentang Hak Asasi Manusia, pada dasarnya telah dicantumkan hak-hak yang dimiliki oleh setiap orang atau warga negara. Pada

Lebih terperinci

-2- Selanjutnya, peran Pemerintah Daerah dalam memberikan pelindungan kepada Pekerja Migran Indonesia dilakukan mulai dari desa, kabupaten/kota, dan p

-2- Selanjutnya, peran Pemerintah Daerah dalam memberikan pelindungan kepada Pekerja Migran Indonesia dilakukan mulai dari desa, kabupaten/kota, dan p TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I KESRA. Pekerja Migran. Pelindungan. Pencabutan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 242) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

15A. Catatan Sementara NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

15A. Catatan Sementara NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional Konferensi Perburuhan Internasional Catatan Sementara 15A Sesi Ke-100, Jenewa, 2011 NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA 15A/ 1 NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG

Lebih terperinci

K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011

K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011 K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011 2 K-189: Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011 K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016 Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016 Bapak Presiden SMU PBB, Saya ingin menyampaikan ucapan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH Perencanaan dan implementasi pelaksanaan rencana pembangunan kota tahun 2011-2015 akan dipengaruhi oleh lingkungan strategis yang diperkirakan akan terjadi dalam 5 (lima)

Lebih terperinci

Annex 1: Kovenan Internasional Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya

Annex 1: Kovenan Internasional Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya Annex 1: Kovenan Internasional Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya Diambil dan terbuka untuk ditandatangani, diratifikasi dan diaksesi oleh resolusi Mahkamah Umum 2200A (XXI) pada 16 Desember 1966, berlaku

Lebih terperinci

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Mencermati kondisi aktual daerah dengan berbagai permasalahan dan tantangan yang dihadapi, serta capaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK SALINAN BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran umum Badan Koordinasi Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKKB dan PP)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran umum Badan Koordinasi Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKKB dan PP) IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran umum Badan Koordinasi Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKKB dan PP) 1. Profil BKKB dan PP Kota Bandar Lampung Upaya pemerintah dalam hal mengendalikan

Lebih terperinci

Perempuan dan Sustainable Development Goals (SDGs) Ita Fatia Nadia UN Women

Perempuan dan Sustainable Development Goals (SDGs) Ita Fatia Nadia UN Women Perempuan dan Sustainable Development Goals (SDGs) Ita Fatia Nadia UN Women Stand Alone Goal Prinsip Stand Alone Goal: 1. Kesetaraan Gender 2. Hak-hak perempuan sebagai hak asasi manusia. 3. Pemberdayaan

Lebih terperinci

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK Negara-Negara Pihak pada Protokol ini, Mempertimbangkan bahwa, untuk lebih lanjut mencapai tujuan Konvensi

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

dengan pilihan mereka sendiri dan hak perundingan bersama. 2.2 Pihak perusahaan menerapkan sikap terbuka terhadap aktivitas-aktivitas serikat

dengan pilihan mereka sendiri dan hak perundingan bersama. 2.2 Pihak perusahaan menerapkan sikap terbuka terhadap aktivitas-aktivitas serikat Kode Etik Pemasok Kode Etik Pemasok 1. KEBEBASAN MEMILIH PEKERJAAN 1.1 Tidak ada tenaga kerja paksa atau wajib dalam bentuk apa pun, termasuk pekerjaan terikat, perdagangan manusia, atau tahanan dari penjara.

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara melindungi

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Le

2017, No Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Le BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.686, 2017 KEMENSOS. Kawasan Ramah Lanjut Usia. Pedoman. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN RAMAH LANJUT

Lebih terperinci

Partisipasi Masyarakat dalam Pencegahan Pelanggaram HAM dan Pengingkaran Kewajiban

Partisipasi Masyarakat dalam Pencegahan Pelanggaram HAM dan Pengingkaran Kewajiban Partisipasi Masyarakat dalam Pencegahan Pelanggaram HAM dan Pengingkaran Kewajiban Nama Kelompok: 1. Rizeki Amalia 2. Setiawan Hartanto 3. Rizki Saputra 4. Sarah Julianti 5. Yessy Dwi Yulianti 6. Yuniar

Lebih terperinci

KODE ETIK KONSIL LSM INDONESIA

KODE ETIK KONSIL LSM INDONESIA KODE ETIK KONSIL LSM INDONESIA MUKADIMAH Konsil LSM Indonesia menyadari bahwa peran untuk memperjuangkan partisipasi masyarakat dalam segala proses perubahan membutuhkan pendekatan dan pentahapan yang

Lebih terperinci

Kode Perilaku VESUVIUS: black 85% PLC: black 60% VESUVIUS: white PLC: black 20% VESUVIUS: white PLC: black 20%

Kode Perilaku VESUVIUS: black 85% PLC: black 60% VESUVIUS: white PLC: black 20% VESUVIUS: white PLC: black 20% Kode Perilaku 2 Vesuvius / Kode Perilaku 3 Pesan dari Direktur Utama Kode Perilaku ini menegaskan komitmen kita terhadap etika dan kepatuhan Rekan-rekan yang Terhormat Kode Perilaku Vesuvius menguraikan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi

Lebih terperinci

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG KABUPATEN LAYAK ANAK

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG KABUPATEN LAYAK ANAK BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG KABUPATEN LAYAK ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GORONTALO, Menimbang : a. bahwa anak adalah

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49,

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG TANGGUNGJAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang : a. bahwa keberadaan dunia usaha seyogyanya

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang : a. bahwa sistem

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN 1 (satu) bulan ~ paling lama Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia di bidang Industri sebagaimana

Lebih terperinci

Kerangka Analisis untuk Mengintegrasikan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dengan Kewajiban Pemenuhan Hak-hak Asasi Manusia untuk di Indonesia

Kerangka Analisis untuk Mengintegrasikan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dengan Kewajiban Pemenuhan Hak-hak Asasi Manusia untuk di Indonesia Tujuan 8: Mempromosikan keberlajutan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, kesempatan yang produktif dan menyeluruh, serta perkerja layak bagi semua Hak untuk Bekerja sebagai Hak Asasi Manusia

Lebih terperinci

Kebijakan Gender AIPP Rancangan September 2012

Kebijakan Gender AIPP Rancangan September 2012 Latar belakang dan konteks Kebijakan Gender AIPP Rancangan September 2012 AIPP bekerja untuk mempromosikan hak-hak masyarakat adat. Hak-hak masyarakat adat adalah bagian dari kerangka kerja hak-hak asasi

Lebih terperinci

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH Bahwa pengakuan atas martabat yang melekat pada dan hak-hak yang sama dan tidak dapat dicabut dari semua anggota keluarga manusia adalah landasan bagi

Lebih terperinci

Sebuah Kota bagi Semua Menuju Sydney yang tangguh dan berkeadilan sosial

Sebuah Kota bagi Semua Menuju Sydney yang tangguh dan berkeadilan sosial Sebuah Kota bagi Semua Menuju Sydney yang tangguh dan berkeadilan sosial Rangkuman Makalah Diskusi Mengenai Keberlanjutan Sosial Maret 2016 Kota Sydney Rangkuman Sebuah kota untuk semua: semua orang berkembang

Lebih terperinci

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG { PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA BALIKPAPAN, Menimbang

Lebih terperinci

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA 1 KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA Mukadimah Negara-negara Pihak Kovenan ini, Menimbang, bahwa sesuai dengan prinsip-prinsip yang diumumkan dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa,

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PENAJAM

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)

KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB) KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB) Deputi Kemaritiman dan SDA Kementerian PPN/Bappenas Disampaikan pada Rapat Pedoman Teknis Perumusan RAN TPB Jakarta, 23 Juni 2016 OUTLINE 1.

Lebih terperinci

HUMAN RIGHTS CITIES DOKUMEN REFERENSI

HUMAN RIGHTS CITIES DOKUMEN REFERENSI HUMAN RIGHTS CITIES DOKUMEN REFERENSI HUMAN RIGHTS CITIES DOKUMEN REFERENSI @Desember 2014 Layout isi dan Cover: Galih Gerryaldy Diterbitkan oleh: International NGO Forum on Indonesian Development (INFID)

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014

ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014 ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014 PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya hak-hak asasi dan kebebasan-kebebasan fundamental manusia melekat pada setiap orang tanpa kecuali, tidak dapat

Lebih terperinci

Mengatasi diskriminasi etnis, agama dan asal muasal: Persoalan dan strategi penting

Mengatasi diskriminasi etnis, agama dan asal muasal: Persoalan dan strategi penting Mengatasi diskriminasi etnis, agama dan asal muasal: Persoalan dan strategi penting Kesetaraan dan non-diskriminasi di tempat kerja di Asia Timur dan Tenggara: Panduan 1 Tujuan belajar Menetapkan konsep

Lebih terperinci

KOMISI B. KEANGGOTAAN: 6 Laki-laki ; 12 Perempuan = 18orang. ( Tgl 24 September 2013 ) Kode Etik Konsil LSM Indonesia

KOMISI B. KEANGGOTAAN: 6 Laki-laki ; 12 Perempuan = 18orang. ( Tgl 24 September 2013 ) Kode Etik Konsil LSM Indonesia KOMISI B KEANGGOTAAN: 6 Laki-laki ; 12 Perempuan = 18orang ( Tgl 24 September 2013 ) Kode Etik Konsil LSM Indonesia Mukadimah Konsil LSM Indonesia menyadari bahwa peran untuk memperjuangkan partisipasi

Lebih terperinci

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI Bank Dunia memulai proses selama dua tahun untuk meninjau dan memperbaharui (update) kebijakan-kebijakan pengamanan (safeguard)

Lebih terperinci

ramah HAM? Era desentralisasi. Kuasa dan inisiatif Daerah membesar. Pemerintah Kota/Daerah lebih dekat dengan warganya tinimbang pemerintah Pusat

ramah HAM? Era desentralisasi. Kuasa dan inisiatif Daerah membesar. Pemerintah Kota/Daerah lebih dekat dengan warganya tinimbang pemerintah Pusat Kenapa kota ramah HAM? Tren kota sebagai habitat utama manusia. By 1990, less than 40% of the global population lived in a city, but as of 2010, more than half of all people live in an urban area. By 2030,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168)

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) K168 Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) K168 - Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) 2 K168 Konvensi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN

Lebih terperinci

SALINAN WALIKOTA LANGSA,

SALINAN WALIKOTA LANGSA, SALINAN QANUN KOTA LANGSA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2013-2015 Penyelenggaraan penanggulangan bencana bertujuan untuk menjamin terselenggaranya pelaksanaan penanggulangan bencana

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PELAYANAN TERHADAP HAK-HAK ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PELAYANAN TERHADAP HAK-HAK ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PELAYANAN TERHADAP HAK-HAK ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang : a. bahwa anak yang merupakan tunas dan generasi

Lebih terperinci

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi : Terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih menuju maju dan sejahtera Misi I : Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang profesional, transparan, akuntabel

Lebih terperinci

DEKLARASI PERSERIKATAN BANGSA BANGSA TENTANG HAK HAK MASYARAKAT ADAT

DEKLARASI PERSERIKATAN BANGSA BANGSA TENTANG HAK HAK MASYARAKAT ADAT DEKLARASI PERSERIKATAN BANGSA BANGSA TENTANG HAK HAK MASYARAKAT ADAT Disahkan dalam sidang umum PBB tanggal 13 September 2007 di New York, Indonesia Adalah salah satu Negara yang menyatakan mendukung Deklarasi

Lebih terperinci

RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN LAMPIRAN I KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TANGGAL 11 MEI 2004 RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN 2004 2009 I. Mukadimah 1. Sesungguhnya Hak Asasi Manusia

Lebih terperinci

MENYUSUN INDIKATOR YANG BERPERSPEKTIF GENDER

MENYUSUN INDIKATOR YANG BERPERSPEKTIF GENDER MENYUSUN INDIKATOR YANG BERPERSPEKTIF GENDER Dian Kartikasari, Seminar Nasional, Perempuan dan SDG, Koalisi Perempuan Indonesia, Jakarta, 20 Januari 2016 SDG SDG (Sustainable Development Goals/Tujuan Pembangunan

Lebih terperinci

PIAGAM PEMBELIAN BERKELANJUTAN

PIAGAM PEMBELIAN BERKELANJUTAN PIAGAM PEMBELIAN BERKELANJUTAN PENGANTAR AptarGroup mengembangkan solusi sesuai dengan kesepakatan-kesepakatan usaha yang wajar dan hukum ketenagakerjaan, dengan menghargai lingkungan dan sumber daya alamnya.

Lebih terperinci

Tujuan 4: Memastikan kualitas pendidikan yang inklusif dan merata serta mempromosikan kesempatan belajar sepanjang hayat bagi semua

Tujuan 4: Memastikan kualitas pendidikan yang inklusif dan merata serta mempromosikan kesempatan belajar sepanjang hayat bagi semua : Multi-stakeholder Consultation and Workshop, 26-27 April 2017, Jakarta, Tujuan 4: Memastikan kualitas pendidikan yang inklusif dan merata serta mempromosikan kesempatan belajar sepanjang hayat bagi semua

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap persatuan dan kesatuan nasional, penegakan hukum dan penghormatan HAM

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN (PPRG) DALAM PERUBAHAN IKLIM

KEBIJAKAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN (PPRG) DALAM PERUBAHAN IKLIM KEBIJAKAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN (PPRG) DALAM PERUBAHAN IKLIM Disampaikan Oleh: Drg. Ida Suselo Wulan, MM Deputi Bidang PUG Bidang Politik, Sosial dan Hukum Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa arsitek dalam mengembangkan diri memerlukan

Lebih terperinci

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA 1

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA 1 KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA 1 MUKADIMAH Negara-Negara Pihak pada Kovenan ini, Menimbang bahwa, sesuai dengan prinsip-prinsip yang diproklamasikan dalam Piagam Perserikatan

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap

Lebih terperinci

R198 REKOMENDASI MENGENAI HUBUNGAN KERJA

R198 REKOMENDASI MENGENAI HUBUNGAN KERJA R198 REKOMENDASI MENGENAI HUBUNGAN KERJA 1 R-198 Rekomendasi Mengenai Hubungan Kerja 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan

Lebih terperinci

STATUTA FORUM PENGURANGAN RISIKO BENCANA JAWA BARAT PEMBUKAAN

STATUTA FORUM PENGURANGAN RISIKO BENCANA JAWA BARAT PEMBUKAAN STATUTA FORUM PENGURANGAN RISIKO BENCANA JAWA BARAT PEMBUKAAN Forum Pengurangan Risiko Bencana Jawa Barat adalah sebuah wadah yang menyatukan para pihak pemangku kepentingan (multi-stakeholders) di Jawa

Lebih terperinci