PERAN PEKERJA SOSIAL DALAM PEMBERDAYAAN KELUARGA Suatu Kajian Mengenai Pemberdayaan Pada Keluarga Yang Ter-Putus Hubungan Kerjanya (Ter-PHK)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERAN PEKERJA SOSIAL DALAM PEMBERDAYAAN KELUARGA Suatu Kajian Mengenai Pemberdayaan Pada Keluarga Yang Ter-Putus Hubungan Kerjanya (Ter-PHK)"

Transkripsi

1 PERAN PEKERJA SOSIAL DALAM PEMBERDAYAAN KELUARGA Suatu Kajian Mengenai Pemberdayaan Pada Keluarga Yang Ter-Putus Hubungan Kerjanya (Ter-PHK) MM Sri Dwiyantari Abstrak: Masalah utama keluarga yang ter-phk adalah kesulitan keuangan keluarga. Dalam hal ini Pekerja Sosial dapat berperan secara berarti dalam pemberdayaan keluarga tersebut, terutama sebagai penggerak (enabler) dan pengantara sosial (social broker). Peran-peran tersebut dilakukan agar keluarga ter-phk dengan daya /kekuatan yang dimiliki dapat memanfaatkan sumber-sumber internal keluarga dan sumber-sumber eksternalnya untuk mengupayakan agar kondisi keuangan keluarga baik sehingga keluarga tersebut dapat menjalani kehidupan dengan baik. PENDAHULUAN Dalam lingkungan masyarakat industri diperkotaan, masalah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) merupakan masalah yang hampir setiap saat dapat dijumpai. Jika PHK tersebut terjadi pada anggota keluarga, lebih-lebih jika yang ter-phk adalah Kepala Keluarga, maka masalah utama bagi keluarga tersebut adalah kesulitan keuangan keluarga. Kesulitan keuangan keluarga ini membuat keluarga tersebut membatasi diri dalam aktivitas pemenuhan kebutuhan-kebutuhannya mulai dari kebutuhan yang dasar, sosial hingga kebutuhan aktualisasi diri. Termasuk dalam hal ini keluarga tersebut terpaksa membatasi sekolah anak-anak karena tidak tersedianya dana untuk membiayainya. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan berbagai upaya agar keluarga dapat menjalani kehidupan sebagaiman layaknya. Dalam situasi semacam itu pada dasarnya keluarga itu memiliki sejumlah kekuatan yang apabila ia diberdayakan maka kekuatan-kekuatan itu akan menjadi sumber ketahanan keluarga itu sendiri sehingga keluarga tersebut tidak colaps. Dalam pandangan bahwa keluarga sebagai sistem, maka sumber-sumber keberdayaan keluarga pada dasarnya jauh lebih banyak dan kuat karena sumber-sumber tersebut juga berasal dari suprasistemnya atau masyarakat lingkungannya. Demikian pula di dalam masyarakat industri khususnya di perkotaan terdapat sumber daya yang potensial untuk penanganan masalah keluarga tersebut. Masalahnya ialah bagaimana memberdayakan keluarga yang ter-phk tersebut. Banyak pihak dapat membantu memberdayakan keluarga ter- PHK. Salah satunya ialah dengan berperannya Pekerja Sosial secara efektif di dalamnya. Melalui tulisan ini ingin dikaji mengenai peran apa dapat dilakukan oleh pekerja sosial secara signifikan sehingga dapat memberdayakan keluarga yang ter-phk. Pada pembahasan ini, diasumsikan bahwa keluarga-keluarga tersebut berada pada kondisi proses hukum PHK telah selesai, sehingga kajian ini tidak mempersoalkan pemberdayaan keluaga dari aspek penyelesaian perselisihan perburuhannya dalam hubungannya dengan perusahaan. KERANGKA TEORI Pemberdayaan (Empowerment) Pada dasarnya setiap anggota masyarakat secara individu maupun kelompok, termasuk keluarga yang mengalami kelemahan perlu diberdayakan agar mereka mampu menjalankan fungsi-fungsinya. Tanpa pemberdayaan mereka akan berada dalam kondisi yang lemah, tidak berkekuatan dalam menjalani kehidupan. Yang dimaksud pemberdayaan (empowerment)menurut pandangan Payne (1977) yang dikutip Adi (2001:32) ialah: Proses yang ditujukan untuk membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuann dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui transfer daya dari lingkungannya Adapun cara pemberdayaannya dapat menmpuh 2 (dua). Hal ini sesuai pandangan Oakley & Marsden (1984) yang dikutip oleh Hikmat INSA NI No.8/Th.XXII/Februari/

2 (2001:44) untuk pemberdayaan dapat menempuh dua cara yaitu: 1. Proses pemberdayaan yang menekankan proses memberikan atau mengalihkan kekuasaan, kekuatannn atau kemampuan kepada masyarakat agar individu menjadi lebih berdaya. Proses ini dapat dilengkapi pula dengan upaya menggali sistem sumber guna mendukung pembangunan kemandirian mereka melalui organisasi. 2. Proses pemberdayaan yang menekankan proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog. Secara garis besar tujuan pemberdayaan, adalah untuk meningkatkan peran dan kekuatan dari masyarakat. Hal ini sesuai pandangan pandangan Sanim (1997:3) yang menyebutkan lima tujuan pemberdayaan berikut ini: 1. Meningkatkan kemampuan dan kekuatan masyarakat dari potensi yang dimilikinya 2. Pembinaan dan pemupukan masyrakat madani (civil society) 3. Meningkatkan peran masyarakat dalam setiap kegiatan pembangunan diberbagai sektor 4. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan mengembangkan usaha ekonomi produktif 5. Memberikan kekuasaan atau wewenang dalam mengambil tindakan/keputusan dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Pemberdayaan sebagai proses intinya adalah membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginannya. pada dasarnya pemberdayaan sebagai suatu gagasan tidaklah jauh berbeda dengan gagasan Biestek (1961) yang dikenal di bidang pendidikan Ilmu Kesejahteraan Sosial dengan nama Self Determination Pekerjaan Sosial yang menurut Pincus dan Minahan (1977:17) adalah suatu bidang keahlian yang mempunyai tanggung jawab untuk memperbaiki dan atau mengembangkan interaksi-interaksi diantara orang dengan lingkungan sosial sehingga orang ini memiliki kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas kehidupan mereka, mengatasi kesulitankesulitan, serta mewujudkan aspirasi-aspirasi dan nilai-nilai mereka dapat memberikan sumbangnnya. Dalam hal ini orangnya disebut Pekerja Sosial. Pincus dan Minahan (1979: 65) mengemukakan bahwa Pekerja Sosial adalah orang yang mempunyai keahlian dan ketrampilan untuk meningkatkan kemampuan keberfungsian sosial individu-individu. Dalam upaya tersebut Pekerja Sosial dapat melakukan berbagai peran. Pandangan Compton & Galaway yang dalam Enny (1994) dapat digunakan sebagai acuan bagi Pekerja Sosial dalam melakukan peran-perannya. Menurutnya terdapat tiga peran intervensi yaitu pengantara sosial (social broker), penggerak (enabler) dan pembela (advocate). Penjelasan ketiga peran ini adalah: 1. Peran sebagai pengantara sosial (social broker) Melalui peran ini, tujuan utama adalah mengarahkan orang kepada usaha-usaha bantuan sosial yang sudah ada yang dapat membantu mereka. Fokusnya ialah memungkinkan atau membantu orang menggunakan sistem itu dan memenuhi persyaratannya. Tujuan lain adalah mengkaitkan unsur-unsur dalam sistem usaha bantuan satu dengan yang lain. Dalam hal ini pekerja sosial harus memiliki pengetahuan yang luas tentang sumber daya dalam masyarakat serta prosedur-prosedur kerja dalam lembaga-lembaga tersebut agar dapat menghubungkan secara efektif. Unsur dalam kegiatan pekerjaan sosial ini ialah adanya rujukan (referral) agar klien dihubungkan dengan suatu sumber daya lain. 2. Peran sebagai penggerak (enabler) Seorang pekerja sosial melakukan peranperan penggerak jika kegiatan intervensinya dimaksud untuk membantu klien menmukan kemampuan-kemampuan dan sumbersumber daya didalam dirinya sendiri untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang perlu untuk mencapai tujuan kontrak usaha bantuan. Unsur khas dalam peranan 24 INSA NI No.8/Th.XXII/Februari/2005

3 penggerak ialah bahwa perubahan terjadi karena usaha-usaha klien sendiri. Tanggung jawab pekerja sosial ialah memudahkan atau memungkinkan klien mencapai perubahan yang telah dirumuskan. 3. Peran sebagai pembela (advocate) Sebagai pembela seorang pekerja sosial menjadi juru bicara bagi klien karena ia membela hak klien jika perlu untuk mencapai tujuan kontrak. Seorang pembela akan mempertahankan, memperdebatkan, melaksanakan tawar-menawar, merundingkan dan memanipulasikan lingkungan atas nama kliennya. Berbeda dengan peran pengantara dan penggerak. Peran pembelaan dapat dipakai tanpa keterlibatan klien secara langsung. Oleh karena itu ada bahaya bahwa pekerja sosial dapat bertindak sebagai juru bicara klien tanpa mempunyai kontrak yang jelas. sejalan dengan pandangan Elder (1974) dan Moen (1980) yang dikutip Voydanoff (1984:62) yang mengemukakan kesulitan keluarga yang menganggur berikut: Finantial hardship frequently results from the unemployment of a family eaner. The extend of hardship has been defined in two ways: (1) an income level insufficient to meet family needs and (2) economic deprivation, i.e. the loss of at least 30 percent of the income earned before unemployment Maksudnya ialah bahwa kesulitan keuangan karena menganggur dapat didefinisikan dalam dua hal yaitu (1) tingkat pendapatan yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan (2) miskin secara ekonomi, contohnya hilangnya paling sedikit 30% pendapatan dibanding sebelum menganggur. Keluarga dengan isteri tidak bekerja, maka kesulitan keuangan berupa hilangnya 100% pengahsilan keluarga. sedang untuk keluarga GAMBARAN MASALAH KELUARGA dengan isteri yang tidak memiliki pekerjaan YANG TER-PHK tetap namun memiliki pekerjaan sampuingan Sesuai pandangan Asri (1986:197) yang maka kesulitan keuangan keluarga berupa dimaksud Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) hilangnya 75% penghasilan keluarga dan adalah berakhirnya suatu hubungan kerja antara keluarga dengan isteri yang bekerja sebagai buruh dengan pengusaha yang disebabkan pekerja tetap kesulitan keuangan adalah berupa karena salah satu pihak tidak dapat memenuhi hilangnya kurang lebih 50% pengahsilan kewajibannya atau karena berakhirnya suatu keluarga. Hasil penelitian di wilayah Tangerang perjanjian kerja antara buruh dengan pengusaha. (Dwiyantari 2002: ) menunjukkan Sedangkan rumusan PHK yang sesuai dengan bahwa ekonomi keluarga merupakan masalah UU No. 22 Tahun 1957 ialah pengakhiran utama bagi keluarga ter-phk. Kesungguhan hubungan kerja antara pengusaha dengan kesulitan ekonomi tersebut tampak dari pekerja berdasarkan ijin Panitia Penyelesaian kenyataan bahwa setelah PHK, keluarga tidak Perselisihan Perburuhan Daerah (P4D) atau mampu membayar cicilan KPR BTN, juga panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan terdapat keluarga yang tidak mampu membayar Pusat (P4P). Akibat PHK seorang pekerja listrik dan air PAM. Selain itu keluarga-keluarga kehilangan pekerjaannya dan berakibat pada tersebut juga tidak memberi kesempatan anakanak hilangnya penghasilan yang biasanya ia terima usia sekolah untuk melanjutkan sekolahnya sebagai imbalan (reward) atas biaya (cost) disebabkan tidak dimilikinya biaya untuk tenaga kerja ang ia serahkan pada perusahaan sekolah anak-anak. dimana hubungan sosial pekerja dan perusahaan Demikian pula akhirnya akibat PHK terjadi. Sesorang yang ter-phk tersebut menjadi tersebut berpengaruh negatip pada hubunganhubungan lemah. Jika pekerja tersebut adalah anggota sosial keluarga dengan keluarga, lebih-lebih jika ia kepala keluarga lingkungannya. Hal ini ditunjukkan oleh kondisi maka keluarga tersebut sebagai sistem akan dimana anggota keluarga yang ter-phk tersebut terpengaruh, artinya anggota keluarga sebagai mengisolasi diri di dalam rumah tinggalnya sub sistem dari keluarga tersebut akan lemah. untuk beberapa waktu. Alasan mereka adalah Kesulitan utama bagi keluarga ter-phk adalah merasa malu berhubungan dengan rekan-rekan kesulitan keuangan (finantial hardship). Hal ini tetangganya. Kondisi ini semakin lama membuat INSA NI No.8/Th.XXII/Februari/

4 interaksi diantara anggota keluarga semakin tidak sulit karena situasi suntuk di dalam keluarga tersebut. Selain itu, keluarga ter-phk semakin mengurangi kontak sosial yang biasa mereka lakukan melalui sambungan telepon, pertemuan-pertemuan keluarga seperti arisan dan acara lain. Ini berarti hubungan-hubungan sosial dikurangi. Dalam situasi semacam ini keluarga-keluarga ter-phk tersebut m iki sejumlah kekuatan. Kekuatan tersebut dapat dipandang sebagai sumber-sumber sistem keluarga untuk pemberdayaannya. PEMBERDAYAAN KELUARGA TER-PHK Sejalan dengan pandangan tersebut, maka pemberdayaan keluarga yang ter-phk diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang bersifat menyeluruh: 1. Meningkatkan kemampuan dan kekuatan keluarga ter-phk dari potensi yang dimilikinya 2. Pembinaan kearah peningkat-an peran sosial dan ekonomi dari seluruh anggota keluarga 3. Meningkatkan peran keluarga dalam setiap kegiatan pembangunan diberbagai sektor 4. Meningkatkan kesejahteraan keluarga dengan mengembangkan usaha ekonomi produktif 5. Memberikan kekuasaan atau wewenang dalam mengambil tindakan/keputusan dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupan dari keluarga ter-phk. Adapun sumber-sumber tersebut ialah: 1. Sumber-sumber yang berasal dari keluarga sendiri a. Pengalaman bekerja suami pada ector formal b. Pengalaman bekerja isteri pada ector informal/kerja sambilan a. Kemampuan bekerja anak yang telah dewasa b. Relasi suami/isteri dengan teman-temannya di lingkungan kegiatan keagamaan, daerah seasal dan kerabatnya 2. Sumber-sumber yang berada di lingkungan sekitar keluarga a. Pekerjaan di sektor informal yang terdapat dilingkungan Rt atau RW-nya b. Pekerjaan di sektor formal di lingkungannya seperti banyaknya perusahaan-perusahaan yang bertempat kedudukan dilingkungan c. Program-program pelayanan pemerintah yang ada dilingkungan antara lain: Progarm P2KP, Program JPS, Program Dana Sehat di Puskesmas d. Program-program pelayanan dari lembaga sosial di lingkungan seperti Lembaga Swdaya Masyarakat Sumber-sumber sistem tersebut yang oleh seorang Pekerja Sosial dapat dimobilisasi sehingga dapat memberdayakan keluarga ter- PHK. Dalam pemberdayaan tersebut seorang pekerja sosial dapat melakukan berbagai peran secara profesional sebagi berikut: Sumber-Sumber Pemberdayaan Keluarga, Arah Pemberdayaan dan Peran Pekerja Sosial No. Sumber-sumber system 1. Sumber-sumber dari dalam keluarga a. Pengalaman kerja suami disektor formal Arah pemberdayaan Pencarian lapangan kerja kerja baru dan Pengembangan usaha produktif sesuai pengalaman kerja Peran yang dilakukan Pekerja Sosial Penggerak - Pemberian informasi tentang lapangan kerja baru - Pelatihan ketrampilan Perantara - Mengakses pada sumber sistem misalnya pada Program P2KP 26 INSA NI No.8/Th.XXII/Februari/2005

5 b. Pengalaman kerja isteri disektor informal 2. Sumber-sumber dari lingkungan sekitar keluarga a. Pekerjaan sektor informal d i lingkungan RT atau RW b. Pekerjaan sektor formal di lingkungan Pengembangan usaha produktif sesuai jenis usaha yang telah dilakukan Pengangggur mendapatkan pekerjaan baru dilingkungan Ter-PHK dapat mengakses pada lapangan kerja baru dan Keluarga memperoleh suport dari perusahaanperusahaan di lingkungan Penggerak: - Membantu keluarga mengatasi apatisme - Mendorong ibu-ibu megembangkan usaha sampingannya untuk menjadi pekerjaan pokok Perantara: - Menghubungkan ibu-ibu pada sumber-sumber sistem terutama p rogram dana bergulir atau program P2KP di lingkungannya - Mengorganisir ibu-ibu untuk pengembangan kelo mpok swadaya dan mengaksesnya pada lembaga pelayanan sosial di lingkungan contoh: Yayasan Dian Mandiri di Tangerang yang bergerak untuk pengembangan keswadayaan masyarakat Perantara Mendorong ter-phk untuk aktif mencari informasi tentang pekerjaan-pekerjaan sektor informal d i lingkungannya contoh: men jadi petugas keamanan di RW Perantara: - Mendorong ter-phk bersama petugas Keluarahan menghimpun informasi tentang lapangan kerja di sektor formal, ke mudian menyebarluaskan pada keluargakeluarga - Berangkat dari konsep tanggung jawab sosial perusahaan, PS mendorong kegiatan pengorganisasian sumber-sumber dana dari perusahaan untuk mensuport biaya sekolah dari keluarga ter-phk - Bekerjasama dengan petugas kesehatan di lingkungan menghubungkan keluarga pada program Dana Sehat di Puskesmas c. Teman-tema di kegiatan keagamaan, teman sedaerah asal, teman partai politik dan sanak keluarga Ter-PHK memperoleh pekerjaan baru baik sektor formal atau informal Penggerak: PS mendorong terciptanya komunikasi dan jaringan kerja d iantara ter-phk dengan rekanrekannya sehingga setiap informasi baru tentang lapangan kerja dapat diakses. Dari tabel diatas dapat dipahami bahwa dengan sumber-sumber keluarga yang dapat dikembangkan untuk pemberdayaan keluarga ter-phk untuk upaya peningkatan kesejahteraan keluarga ter-phk, Pekerja Sosial dapat melakukan peran-peran terutama sebagai: 1. Perantara Sosial (Social Broker) INSA NI No.8/Th.XXII/Februari/

6 Bahwa di lingkungan yaitu pada komunitas keluarahan terdapat berbagai program yang dapat diakses oleh setiap warga masyarakat khususnya oleh keluarga ter-phk. Dalam hal ini Pekerja Sosial dapat menghubungkan keluargakeluarga ter-phk pada sumber-sumber di lingkungan yaitu pada Program Pengentasan Kemiskinan Masyarakat Perkotaan (P2KP), Puskesmas dan Sumber lain seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di lingkungannya. Disamping itu juga sumber-sumber yang ada di kalurahan seperti Program Dana Bergulir, Jaring Pengaman Sosial (JPS) Pekerja Sosial bekerjasama dengan kelurahan dapat berperan sebagai organizer untuk mengoganisasikan sumbersumber yang berasal dari perusahaanperusahaan, baik berupa penggalangan dana maupun sumber daya manusia yang berupa tenaga-tenaga yang memiliki keahlian dibidang pengelolalan usaha untuk dilibatkan bersamadari perusahaan-perusahaan untuk terlibat dalam penanganan keluarga korban PHK. Sebagaimana diketahui bahwa setiap perusahaan 2. Penggerak (Enabler) Peran ini lebih ditekankan pada upaya menguatkan ke luarga termasuk anggotaanggota yang memiliki kekuatan untuk memperoleh pekerjaan baru atau mengembangkan usaha-usaha sampingannya menjadi usaha pokok. Dengan pandangan mengubah usaha sampingan enjadi usaha pokok keluarga diharapkan keluarga semakin efisien dan efektif dalam mengelola usaha yang telah dimilikinya. Peran ini juga lebih diarahkan untuk menghilangkan sikapsikap apatisme keluarga sehingga keluarga makin memiliki kepercayaan diri bahwa mereka bisa bangkit kembali dari kelemahan yang terjadi karena di- PHK. KESIMPULAN Untuk memperbaiki kondisi sosial ekonomi keluarga ter-phk pada dasarnya setiap keluarga ter-phk di daerah perkotaan memiliki sumber-sumber sistem keluarga yang dapat diberdayakan dan dalam pemberdayaan ini seorang Pekerja Sosial dapat berperan di dalamnya. Sumber-sumber keluarga ter-phk tersebut ialah sumber yang terdapat di dalam sistem keluarga itu sendiri antara lain pengalama kerja suami dan isteri dan sumber-sumber yang berasal dari lingkungan keluarga antara lain pekerjaan formal maupun in formal di lingkungan, teman dalam kegiatan keagamaan, parti maupun teman sedaerah asal serta sanak keluarga. Untuk pemberdayaan keluarga ini, seorang Pekerja Sosial dapat berperan terutama sebagai pengantara sosial dan sebagai penggerak. Dengan dukungan Pekerja Sosial tersebut diharapkan keluarga ter-phk mampu memperoleh penguatan diri untuk bangkit ekonomi SARAN Pada dasarnya keluarga ter-phk di perkotaan memiliki berbagai macam sumber. Untuk itu, kepada Pekerja Sosial diasarankan agar secara cermat menggali secara mendalam potensi-potensi keluarga baik dalam maupun lingkungannya., kemudian berkolaborasi dengan pihak-pihak terkait di lingkungan melaksanakan upaya pemberdayaan keluarga ter-phk. Demikian pula bagi keluarga ter-phk disarankan untuk secara proaktif mampu memanfaatkan sumbersumber atau kekuatan-keuatannya sehingga diperoleh jalan bagi keluarga untuk meningkatkan kondisi ekonominya yang melemah karena ter-phk. DAFTAR PUSTAKA Adi, Isbandi Rukminto Pemberda-yaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI 28 INSA NI No.8/Th.XXII/Februari/2005

7 Asri, Marwan dan Awig Dwi Sulistyo Pengelolaan Karyawan. Yogya-karta: BPFE-UGM Enny Supit Proses Pekerjaan Sosial (Social Work Processes). Jakarta: STISIP Widuri Dwiyantari, Sri Strategi Adaptasi Keluarga Buruh Ter-Putus Hubungan Kerjanya (Ter-PHK) Dalam Rangka Mempertahankan Hidup Keluarga. Tesis. S-2 Universitas Indonesia Hikmat, Harry Strategi Pember-dayaan Masyarakat. Bandung: HUP Sanim, Bunasor Pemberdayaan Aparatur, Makalah dalam Seminar Pemberdayaan Masyarakat Jawa Barat Voydanoff, Patricia (Ed) Work & Family. California: Mayfield Publishing Company INSA NI No.8/Th.XXII/Februari/

PERSETUJUAN PEMBIMBING

PERSETUJUAN PEMBIMBING PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL STUDI TENTANG PROGRAM KEGIATAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPM) DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI DESA AMBARA KECAMATAN BONGOMEME KABUPATEN GORONTALO Oleh : HASANA P. ABAS

Lebih terperinci

VII. RANCANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN

VII. RANCANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN VII. RANCANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN 7.1. Latar Belakang Rancangan Program Kemiskinan di Desa Mambalan merupakan kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor struktural daripada faktor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Badan Keswadayaan Masyarakat ( BKM) dan fungsi BKM Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) merupakan suatu institusi/ lembaga masyarakat yang berbentuk paguyuban, dengan

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Pada bagian ini yang merupakan bagian penutup dari laporan penelitian memuat kesimpulan berupa hasil penelitian dan saran-saran yang perlu dikemukakan demi keberhasilan proses

Lebih terperinci

METODE PEKERJAAN SOSIAL BY AGUS SURIADI

METODE PEKERJAAN SOSIAL BY AGUS SURIADI METODE PEKERJAAN SOSIAL BY AGUS SURIADI METODE PEKERJAAN SOSIAL Metode Pekerjaan Sosial adalah suatu prosedur kerja yang teratur dan dilaksanakan secara sistematis digunakan oleh pekerja sosial dalam memberikan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 116 BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 6.1. Kesimpulan Untuk mengatasi permasalahan kemiskinan yang kompleks dibutuhkan intervensi dari semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Selain peran

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM EKONOMI BERGULIR DI PNPM MANDIRI PERKOTAAN DESA LUHU KECAMATAN TELAGA KABUPATEN GORONTALO JURNAL OLEH

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM EKONOMI BERGULIR DI PNPM MANDIRI PERKOTAAN DESA LUHU KECAMATAN TELAGA KABUPATEN GORONTALO JURNAL OLEH PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM EKONOMI BERGULIR DI PNPM MANDIRI PERKOTAAN DESA LUHU KECAMATAN TELAGA KABUPATEN GORONTALO JURNAL OLEH NURNANINGSIH PAUDI NIM. 121 411 004 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

Lebih terperinci

Jurnal Paradigma, Vol. 6 No. 1, April 2017 ISSN:

Jurnal Paradigma, Vol. 6 No. 1, April 2017 ISSN: PARTISIPASI MASYARAKAT DESA DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI DI DESA BINUANG KECAMATAN SEPAKU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA Farhanuddin Jamanie Dosen Program Magister Ilmu

Lebih terperinci

TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA

TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA Deskripsi Kegiatan. Menurut Pemerintah Kabupaten Bogor pembangunan merupakan suatu proses perubahan untuk menuju ke arah yang lebih

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pemberdayaan Masyarakat

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pemberdayaan Masyarakat 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan adalah pengembangan diri dari keadaan tidak atau kurang berdaya menjadi berdaya, guna mencapai kehidupan yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara yang sedang berkembang, dan untuk semua itu perlu diperhatikan kesejahteraan dari masyarakatnya. Banyak usaha yang telah dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Ini dikarenakan angka kelahiran lebih besar daripada angka kematian. Berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ditinjau secara segi etimologi, kata strategi berasal dari Yunani yaitu Strategos

TINJAUAN PUSTAKA. Ditinjau secara segi etimologi, kata strategi berasal dari Yunani yaitu Strategos II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Strategi Ditinjau secara segi etimologi, kata strategi berasal dari Yunani yaitu Strategos yang mengambil dari kata strator yang berarti militer dan ag yang berati memimpin.

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil-hasil analisis data, temuan dan pembahasan penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Terdapat hubungan yang positif

Lebih terperinci

KEBIJAKAN KETENAGAKERJAAN

KEBIJAKAN KETENAGAKERJAAN KEBIJAKAN KETENAGAKERJAAN KEBIJAKAN KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA Pembukaan lapangan kerja Perluasan kesempatan kerja Kebijakan dalam PHK Kebijakan pengupahan Perlindungan tenaga kerja: 1. Waktu kerja 2.

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Bab VII merupakan penutup yang menguraikan kesimpulan merekondendasikan

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Bab VII merupakan penutup yang menguraikan kesimpulan merekondendasikan 138 BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab VII merupakan penutup yang menguraikan kesimpulan merekondendasikan beberapa hal kepada pihak yang berkompeten. Kesimpulan yang akan dikemukakan mencakup karakteristik

Lebih terperinci

Mengelola SDM dan Hubungan Tenaga Kerja

Mengelola SDM dan Hubungan Tenaga Kerja Modul ke: 14 Mengelola SDM dan Hubungan Tenaga Kerja Widi Wahyudi,S.Kom, SE, MM. Fakultas Desain & Seni Kreatif Program Studi Desain Produk www.mercubuana.ac.id A. Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN KECAMATAN WIROSARI DESA KALIREJO PERATURAN DESA KALIREJO KECAMATAN WIROSARI KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 01 TAHUN 2011

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN KECAMATAN WIROSARI DESA KALIREJO PERATURAN DESA KALIREJO KECAMATAN WIROSARI KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 01 TAHUN 2011 PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN KECAMATAN WIROSARI DESA KALIREJO PERATURAN DESA KALIREJO KECAMATAN WIROSARI KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA KALIREJO

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI TINGKAT KERENTANAN MASYARAKAT PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN MELALUI PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN LIVELIHOOD

IDENTIFIKASI TINGKAT KERENTANAN MASYARAKAT PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN MELALUI PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN LIVELIHOOD IDENTIFIKASI TINGKAT KERENTANAN MASYARAKAT PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN MELALUI PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN LIVELIHOOD (SUL) (Studi Kasus : Kelurahan Tamansari, Bandung) Jenis : Tugas Akhir Tahun : 2006

Lebih terperinci

Pengertian Pemberdayaan PEMBERDAYAAN. Makna Pemberdayaan 5/24/2017. Penyebab Ketidakberdayaan. Pemberdayaan (empowerment) Power/daya.

Pengertian Pemberdayaan PEMBERDAYAAN. Makna Pemberdayaan 5/24/2017. Penyebab Ketidakberdayaan. Pemberdayaan (empowerment) Power/daya. Pengertian Pemberdayaan PEMBERDAYAAN Minggu ke 12 Pemberdayaan (empowerment) Power/daya Mampu Mempunyai kuasa membuat orang lain melakukan segala sesuatu yang diinginkan pemilik kekuasaan Makna Pemberdayaan

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS 36 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Pembangunan sebagai upaya terencana untuk meningkatkan mutu kehidupan dan kesejahteraan penduduk khususnya di negara-negara berkembang senantiasa mencurahkan

Lebih terperinci

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TENAGA KERJA WANITA DI DESA CIBAREGBEG

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TENAGA KERJA WANITA DI DESA CIBAREGBEG 48 VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TENAGA KERJA WANITA DI DESA CIBAREGBEG Berdasarkan data baik masalah maupun potensi yang dimiliki oleh kelompok, maka disusun strategi program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan meningkatnya jumlah pengangguran di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan meningkatnya jumlah pengangguran di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan meningkatnya jumlah pengangguran di Indonesia. Pengangguran yang tinggi berdampak langsung dan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI MASALAH DAN UPAYA PEMBERDAYAAN NELAYAN: Telaah Pada Nelayan di RW 01 Kelurahan Kamal Muara, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara

IDENTIFIKASI MASALAH DAN UPAYA PEMBERDAYAAN NELAYAN: Telaah Pada Nelayan di RW 01 Kelurahan Kamal Muara, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara IDENTIFIKASI MASALAH DAN UPAYA PEMBERDAYAAN NELAYAN: Telaah Pada Nelayan di RW 01 Kelurahan Kamal Muara, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara Oleh: Flores G. Mayaut* Abstract Small fishermen are in a weakened

Lebih terperinci

Pemberdayaan Keluarga Melalui Pemanfaatan Potensi Lingkungan Keluarga (Pengalaman LK-3 STISIP Widuri Dalam Meningkatkan Keberdayaan Keluarga)

Pemberdayaan Keluarga Melalui Pemanfaatan Potensi Lingkungan Keluarga (Pengalaman LK-3 STISIP Widuri Dalam Meningkatkan Keberdayaan Keluarga) Pemberdayaan Keluarga Melalui Pemanfaatan Potensi Lingkungan Keluarga (Pengalaman LK-3 STISIP Widuri Dalam Meningkatkan Keberdayaan Keluarga) Oleh : MM Sri Dwiyantari *) ABSTRAK Pemberdayaan keluarga ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. modal yang dimiliki melalui kegiatan tertentu yang dipilih. Suharto (2009:29)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. modal yang dimiliki melalui kegiatan tertentu yang dipilih. Suharto (2009:29) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Strategi Bertahan Strategi bertahan hidup menarik untuk diteliti sebagai suatu pemahaman bagaimana rumah tangga mengelola dan memanfaatkan aset sumber daya dan modal yang dimiliki

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Lokasi Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Karimun No. 16 tahun 2001 tanggal 16 Agustus 2001 tentang pembentukan dan struktur organisasi tata kerja Kecamatan

Lebih terperinci

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE Analisis Masalah Pendekatan kelompok melalui pengembangan KUBE mempunyai makna strategis dalam pemberdayaan masyarakat miskin. Melalui KUBE,

Lebih terperinci

Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : perkotaan yang dilaksanakan di Desa Dagang Kelambir?

Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : perkotaan yang dilaksanakan di Desa Dagang Kelambir? Lampiran Wawancara Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : 1. Apa ukuran kebijakan dalam program penanggulangan kemiskinan di Ukuran dan tujuan kebijakan yang dilakukan dalam program P2KP

Lebih terperinci

BAB II RUANG LINGKUP INSTANSI

BAB II RUANG LINGKUP INSTANSI BAB II RUANG LINGKUP INSTANSI 2.1. Sejarah Dinas Tenaga Kerja Republik Indonesia Sejarah Dinas Tenaga Kerja tidak lepas dari perjuangan bangsa dan tatanan politik yang berkembang sejak Proklamasi 17 agustus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Persoalan mengenai masyarakat yang terjadi di Indonesia saat ini sangat rumit dan beragam, seperti keadaan ekonomi yang sulit, supremasi hukum yang terabaikan,

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SERTA PROFIL KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT RUBAH

BAB IV KONDISI KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SERTA PROFIL KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT RUBAH 31 BAB IV KONDISI KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SERTA PROFIL KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT RUBAH 4.1 Kondisi Kemiskinan Kemiskinan memiliki konsep yang beragam. Kemiskinan tidak sematamata didefinisikan

Lebih terperinci

VI. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TKW DI DESA CIBAREGBEG

VI. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TKW DI DESA CIBAREGBEG VI. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TKW DI DESA CIBAREGBEG Dalam bagian ini akan disampaikan faktor yang mempengaruhi kapasitas kelompok yang dilihat dari faktor intern yakni: (1) motivasi

Lebih terperinci

Pandangan tentang kemiskinan sangat beragam, berubah dari waktu ke waktu dan dari suatu tempat ke tempat lain. Pada awalnya pendekatan yang terpusat

Pandangan tentang kemiskinan sangat beragam, berubah dari waktu ke waktu dan dari suatu tempat ke tempat lain. Pada awalnya pendekatan yang terpusat TINJAUAN PUSTAKA Kemiskinan Pandangan tentang kemiskinan sangat beragam, berubah dari waktu ke waktu dan dari suatu tempat ke tempat lain. Pada awalnya pendekatan yang terpusat pada kondisi atau keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk Kota Bandung membawa konsekuensi pada masalah lingkungan binaan yang makin memprihatinkan. Beberapa kawasan terutama kawasan pinggiran

Lebih terperinci

Jenis-Jenis Perundingan, Perundingan Kolektif, Peran Serikat Pekerja, Pengusaha dan Pemerintah Dalam Perundingan dan Pengadilan Hubungan

Jenis-Jenis Perundingan, Perundingan Kolektif, Peran Serikat Pekerja, Pengusaha dan Pemerintah Dalam Perundingan dan Pengadilan Hubungan Modul ke: Fakultas Psikologi Hubungan Industrial Jenis-Jenis Perundingan, Perundingan Kolektif, Peran Serikat Pekerja, Pengusaha dan Pemerintah Dalam Perundingan dan Pengadilan Hubungan Industrial Program

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN, RUKUN WARGA DAN RUKUN TETANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK

Lebih terperinci

Oleh: MM Sri Dwiyantari*

Oleh: MM Sri Dwiyantari* PEMBERDAYAAN KELUARGA MELALUI PEMANFAATAN LAHAN KOSONG KELUARGA DAN TANAMAN PEPAYA GANTUNG Studi Kasus Pada Keluarga Om di Dusun Jletreng Desa Pengasinan Kecamatan Gunungsindur, Kabupaten Bogor Oleh: MM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayah tanah air Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. wilayah tanah air Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada hakekatnya pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil makmur materiil dan spiritual yang merata di seluruh wilayah tanah air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembahasan, akhirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

BAB I PENDAHULUAN. pembahasan, akhirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setelah melalui perjalanan panjang selama kurang lebih 7 tahun dalam pembahasan, akhirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa disahkan pada tanggal 15 Januari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain (Wijaya 2001; Sigito 2001; Tawardi 1999; Karsidi 1999).

BAB I PENDAHULUAN. lain (Wijaya 2001; Sigito 2001; Tawardi 1999; Karsidi 1999). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri kecil memiliki potensi yang sangat besar untuk mempercepat pemerataan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, namun masih banyak

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMANDIRIAN KELUARGA DALAM PERAWATAN DIRI (SELF CARE) MELALUI OPTIMALISASI PERAN PERAWAT UNTUK MENCAPAI INDONESIA CINTA SEHAT 2014

PENINGKATAN KEMANDIRIAN KELUARGA DALAM PERAWATAN DIRI (SELF CARE) MELALUI OPTIMALISASI PERAN PERAWAT UNTUK MENCAPAI INDONESIA CINTA SEHAT 2014 1 PENINGKATAN KEMANDIRIAN KELUARGA DALAM PERAWATAN DIRI (SELF CARE) MELALUI OPTIMALISASI PERAN PERAWAT UNTUK MENCAPAI INDONESIA CINTA SEHAT 2014 Oleh Endang Sri Purwanti Ningsih, M.Kep. Dosen Jurusan Keperawatan

Lebih terperinci

KELOMPOK KEPENTINGAN (INTEREST GROUP)

KELOMPOK KEPENTINGAN (INTEREST GROUP) KELOMPOK KEPENTINGAN (INTEREST GROUP) ndonesia merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari jumlah masyarakat terbanyak ke-4 di dunia dan merupakan daerah kepulauan yang terbentang di khatulistiwa. Faktor

Lebih terperinci

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BINTAN, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam memberantas

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam memberantas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akhir-akhir ini banyak orang membicarakan masalah krisis kepemimpinan. Konon sangat sulit mencari kader-kader pemimpin pada berbagai tingkatan. Reformasi dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setelah Orde Baru jatuh dikarenakan reformasi maka istilah Good

BAB I PENDAHULUAN. Setelah Orde Baru jatuh dikarenakan reformasi maka istilah Good BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setelah Orde Baru jatuh dikarenakan reformasi maka istilah Good Governance begitu popular. Hampir di setiap peristiwa penting yang menyangkut masalah pemerintahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh setiap anggota dan lapisan masyarakat, tenaga kerja, perusahaan bahkan

BAB I PENDAHULUAN. oleh setiap anggota dan lapisan masyarakat, tenaga kerja, perusahaan bahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi menciptakan pola pikir masyarakat yang mau tidak mau harus menghadapi perubahan, kemajuan dan pembaharuan. Hal ini harus dihadapi oleh setiap

Lebih terperinci

Pendirian Koperasi melalui Fasilitasi UPK-BKM

Pendirian Koperasi melalui Fasilitasi UPK-BKM Draft PETUNJUK PELAKSANAAN Pendirian Koperasi melalui Fasilitasi UPK-BKM I. Pendahuluan Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) merupakan salah satu upaya penanganan masalah kemiskinan di

Lebih terperinci

Komitmen itu diperbaharui

Komitmen itu diperbaharui POS PEM8CRDAYAAH KELUARCA (POSDAYA) bangsa-bangsa lain di dunia. Rendahnya mutu penduduk itu juga disebabkan karena upaya melaksanakan wajib belajar sembilan tahun belum dapat dituntaskan. Buta aksara

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. pengelolaan modal sosial bonding, bridging dan linking didalam kehidupan. perempuan pelaku usaha di Wukirsari pasca bencana.

BAB VI PENUTUP. pengelolaan modal sosial bonding, bridging dan linking didalam kehidupan. perempuan pelaku usaha di Wukirsari pasca bencana. BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan Berdasarkan ketiga indikator yang digunakan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa perempuan pelaku usaha di Wukirsari mampu memanfatkan bentuk-bentuk modal sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelak menjadi motor penggerak bagi kehidupan bermasyarakat, dan bernegara demi

BAB I PENDAHULUAN. kelak menjadi motor penggerak bagi kehidupan bermasyarakat, dan bernegara demi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak adalah pelita dan harapan bagi suatu masyarakat, bangsa, dan negara yang kelak menjadi motor penggerak bagi kehidupan bermasyarakat, dan bernegara demi terwujudnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen berasal dari kata To Manage yang berarti mengatur,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen berasal dari kata To Manage yang berarti mengatur, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari kata To Manage yang berarti mengatur, mengurus, melaksanakan, dan mengelola. Manajemen dalam bahasa ingris berarti mengatur. Dalam

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pelacuran dan pornografi merupakan eksploitasi seksual secara komersial

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pelacuran dan pornografi merupakan eksploitasi seksual secara komersial BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan. Pelacuran dan pornografi merupakan eksploitasi seksual secara komersial atas perempuan yang merendahkan harkat dan martabat perempuan dan merupakan pelanggaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan nasional saat ini sedang mengalami berbagai perubahan yang cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

Penerapan Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Sektor Publik dan Pusat Kesehatan Masyarakat. Dwi Handono Sulistyo PKMK FKKMK UGM

Penerapan Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Sektor Publik dan Pusat Kesehatan Masyarakat. Dwi Handono Sulistyo PKMK FKKMK UGM Penerapan Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Sektor Publik dan Pusat Kesehatan Masyarakat Dwi Handono Sulistyo PKMK FKKMK UGM Pokok Bahasan Pendahuluan Gambaran Reformasi Birokrasi dan Permasalahannya

Lebih terperinci

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM A. Latar Belakang Dalam Strategi intervensi PNPM Mandiri Perkotaan untuk mendorong terjadinya proses transformasi sosial di masyarakat, dari kondisi masyarakat yang tidak berdaya menjadi berdaya, mandiri

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

Panduan Fasilitasi Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM)

Panduan Fasilitasi Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM) BUKU 2 SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Panduan Fasilitasi Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM) Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM Mandiri Perkotaan Panduan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi sejak tahun 1998 telah meningkatkan angka kemiskinan di Indonesia, dari 25,9 juta (17,7%) pada tahun 1993 menjadi 129,6 juta atau 66,3% dari

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. ujicoba, analisis, proses dan hasil dapat ditarik kesimpulan, implikasi, dan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. ujicoba, analisis, proses dan hasil dapat ditarik kesimpulan, implikasi, dan BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI Dalam bab ini akan disajikan kesimpulan, implikasi, dan rekomendasi yang diperoleh dari hasil penelitian dan pembahasan. Sebagaimana dikemukakan pada Bab Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang layak bagi seluruh

Lebih terperinci

Pemantauan Berbasis Masyarakat Bagi Pekerja Rumah Tangga/Pekerja Rumah Tangga Anak

Pemantauan Berbasis Masyarakat Bagi Pekerja Rumah Tangga/Pekerja Rumah Tangga Anak Pemantauan Berbasis Masyarakat Bagi Pekerja Rumah Tangga/Pekerja Rumah Tangga Anak Background/Konteks (1/2) Tingginya jumlah kasus kekerasan terhadap pekerja rumah tangga dalam banyak kasus lolos dari

Lebih terperinci

PROPOSAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

PROPOSAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PROPOSAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT JUDUL PENGABDIAN : PENDAMPINGAN MASYARAKAT DAN PEMBANGUNAN JEMBATAN DAN KIRMIR SUNGAI CIHALARANG KEL.SUKAPADA KEC. CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG LOKASI KEGIATAN :

Lebih terperinci

Sub Tema: KELUARGA HARAPAN JUDUL ESAI: SOCIAL COMMUNITY BASED SOCIETY EDUCATION DALAM MEMUTUS RANTAI KEMISKINAN MENUJU KELUARGA SEJAHTERA

Sub Tema: KELUARGA HARAPAN JUDUL ESAI: SOCIAL COMMUNITY BASED SOCIETY EDUCATION DALAM MEMUTUS RANTAI KEMISKINAN MENUJU KELUARGA SEJAHTERA Sub Tema: KELUARGA HARAPAN JUDUL ESAI: SOCIAL COMMUNITY BASED SOCIETY EDUCATION DALAM MEMUTUS RANTAI KEMISKINAN MENUJU KELUARGA SEJAHTERA Diajukan untuk Mengikuti Kompetisi LOMBA ESAI NASIONAL PENDIDIKAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI

DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... KATA PENGANTAR... 1 PROFIL KELURAHAN... 3 A. ADMINISTRATIF... 3 1. Visi, Misi dan Strategi... 3 a. Visi Kelurahan Rancanumpang... 3 b. Misi...

Lebih terperinci

SURAT KETERANGAN RUKUN TETANGGA (RT)/RUKUN WARGA (RW) Nomor:. Alamat Rumah. No. Tel./HP. Kecamatan..Kabupaten/Kota... Provinsi , No.

SURAT KETERANGAN RUKUN TETANGGA (RT)/RUKUN WARGA (RW) Nomor:. Alamat Rumah. No. Tel./HP. Kecamatan..Kabupaten/Kota... Provinsi , No. Form 2 Yang bertanda tangan di bawah ini SURAT KETERANGAN RUKUN TETANGGA (RT)/RUKUN WARGA (RW) Nomor:. Alamat Rumah No. Tel./HP Jabatan :.............. : Ketua Rt /Rw., Kelurahan... Kecamatan..Kabupaten/Kota...

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lembaga Kemasyarakatan Menurut Selo Soemarjan (1964), istilah lembaga kemasyarakatan sebagai terjemahan dari Social Institution, istilah lembaga kecuali menunjukkan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 banyak menyebabkan munculnya masalah baru, seperti terjadinya PHK secara besar-besaran, jumlah pengangguran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Institusi keuangan belum dikenal jelas dalam sejarah Islam. Namun prinsipprinsip pertukaran dan pinjammeminjam sudah ada dan banyak terjadi pada zaman Nabi Muhammad

Lebih terperinci

TAHUN : 2005 NOMOR : 06

TAHUN : 2005 NOMOR : 06 LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2005 NOMOR : 06 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPM) KOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Disampaikan Pada Gladi Manajemen Pemerintahan Desa Bagi Kepala Bagian/Kepala Urusan Hasil Pengisian Tahun 2011 Di Lingkungan Kabupaten Sleman, 19-20 Desember 2011 Cholisin : Staf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai wadah atau tempat dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai wadah atau tempat dari berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Organisasi merupakan salah satu cara manusia untuk dapat berhubungan dengan manusia lainnya untuk saling mengenal, saling berkumpul, saling bekerja sama

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. membuktikan bahwa proses ini dapat menjawab kebutuhan masyarakat,

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. membuktikan bahwa proses ini dapat menjawab kebutuhan masyarakat, 160 BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1. Kesimpulan Berdasarkan beberapa perencanaan partisipatif yang telah dilakukan membuktikan bahwa proses ini dapat menjawab kebutuhan masyarakat, mengingat bahwa

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Hierarki Kebutuhan Terdapat berbagai macam teori motivasi, salah satu teori motivasi yang umum dan banyak digunakan adalah Teori Hierarki Kebutuhan. Teori

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia,

I. PENDAHULUAN. Dalam hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia, yang berorientasi kepada pemenuhan hajat hidup manusia sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk

Lebih terperinci

Anti-Suap dan Korupsi (ABC) Prosedur ini tidak boleh diubah tanpa persetujuan dari kantor Penasihat Umum dan Sekretaris Perusahaan Vesuvius plc.

Anti-Suap dan Korupsi (ABC) Prosedur ini tidak boleh diubah tanpa persetujuan dari kantor Penasihat Umum dan Sekretaris Perusahaan Vesuvius plc. VESUVIUS plc Kebijakan Anti-Suap dan Korupsi PERILAKU BISNIS UNTUK MENCEGAH SUAP DAN KORUPSI Kebijakan: Anti-Suap dan Korupsi (ABC) Tanggung Jawab Perusahaan Penasihat Umum Versi: 2.1 Terakhir diperbarui:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk ditangani. Khususnya di wilayah perkotaan, salah satu ciri umum dari kondisi fisik masyarakat

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT MANIS KIDUL DALAM MENUNJANG PENDIDIKAN FORMAL DI OBJEK WISATA CIBULAN KECAMATAN JALAKSANA KABUPATEN KUNINGAN

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT MANIS KIDUL DALAM MENUNJANG PENDIDIKAN FORMAL DI OBJEK WISATA CIBULAN KECAMATAN JALAKSANA KABUPATEN KUNINGAN PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT MANIS KIDUL DALAM MENUNJANG PENDIDIKAN FORMAL DI OBJEK WISATA CIBULAN KECAMATAN JALAKSANA KABUPATEN KUNINGAN Asti Destiana 1, D. Suryatman 2, Nur Eka Setiowati 3 1, 2, 3

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan tujuan. pembangunan nasional, karena pada hakekatnya pendidikan bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan tujuan. pembangunan nasional, karena pada hakekatnya pendidikan bukan hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional, karena pada hakekatnya pendidikan bukan hanya merupakan warisan budaya dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Etika subsistensi merupakan sebuah teori yang dikemukaan James C. Scott

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Etika subsistensi merupakan sebuah teori yang dikemukaan James C. Scott BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Etika Subsistensi Etika subsistensi merupakan sebuah teori yang dikemukaan James C. Scott mengenai prinsip dahulukan selamat: ekonomi subsistensi bahwa petani lebih mengutamakan

Lebih terperinci

BAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN

BAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN BAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN Meningkatnya tingkat pengangguran terbuka yang mencapai 9,5 persen berpotensi menimbulkan berbagai permasalahan sosial. Kerja merupakan fitrah manusia yang asasi.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

SERATUS PERSEN RELIGIUS DAN SERATUS PERSEN INDONESIA Rohani, Agustus 2012, hal Paul Suparno, S.J.

SERATUS PERSEN RELIGIUS DAN SERATUS PERSEN INDONESIA Rohani, Agustus 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 SERATUS PERSEN RELIGIUS DAN SERATUS PERSEN INDONESIA Rohani, Agustus 2012, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Pada bulan Agustus kita sebagai warga Negara Indonesia merayakan hari ulang tahun kemerdekaan Negara

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu wahana pendidikan

BAB. I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu wahana pendidikan BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu wahana pendidikan formal, yang mempunyai tujuan mempersiapkan para siswanya untuk menjadi tenaga kerja tingkat

Lebih terperinci

115 Universitas Indonesia

115 Universitas Indonesia BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan penelitian ini didasarkan atas tujuan penelitian yang ditetapkan dalam skripsi ini yaitu mendeskripsikan pelaksanaan manajemen kasus yang dilakukan

Lebih terperinci

30 PENTINGNYA PERAN PEKERJA SOSIAL DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN

30 PENTINGNYA PERAN PEKERJA SOSIAL DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN 30 PENTINGNYA PERAN PEKERJA SOSIAL DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN Oleh: Dwi Putri Apriyan, Ishartono, & Maulana Irfan Email: (kesosish@gmail.com; ishartonopeksos@gmail.com; sangirfan@gmail.com) Abstrak Permasalahan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan kesimpulan yang menjabarkan pernyataan singkat hasil temuan penelitian yang menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Kesimpulan penelitian akan dimulai

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA SARASEHAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN INDONESIA Jakarta, 4 Februari 2009

KERANGKA ACUAN KERJA SARASEHAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN INDONESIA Jakarta, 4 Februari 2009 KERANGKA ACUAN KERJA SARASEHAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN INDONESIA Jakarta, 4 Februari 2009 Tema: Perumahan dan Permukiman Indonesia: Masa Lalu, Kini dan Ke Depan I. LATAR BELAKANG Sarasehan ini merupakan

Lebih terperinci

Pengorganisasian * (Berbasis Komunitas)

Pengorganisasian * (Berbasis Komunitas) Pengorganisasian * (Berbasis Komunitas) Tulisan tentang pengorganisasian ini adalah berangkat dari pengalaman Yamajo dalam melakukan kerja. Pengorganisasian adalah alat untuk mencapai tujuan. Tujuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat

TINJAUAN PUSTAKA Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat TINJAUAN PUSTAKA Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat Pemberdayaan mempunyai dua dimensi. Pertama, suatu proses mengalihkan kemampuan, kekuatan dan kekuasaan kepada masyarakat agar menjadi lebih berdaya

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

POWER MAPPING. Sukri Tamma, Fisip Universitas Hasanudin

POWER MAPPING. Sukri Tamma, Fisip Universitas Hasanudin POWER MAPPING Sukri Tamma, Fisip Universitas Hasanudin TUJUAN POWER MAPPING 1) Sebagai metode untuk memetakan stakeholder yang terkait dengan suatu kebijakan atau program 2) Untuk memberikan gambaran atas

Lebih terperinci

PROGRAM PELAYANAN KEUANGAN MIKRO LEMBAGA BINA SWADAYA DI KECAMATAN KIARACONDONG BANDUNG

PROGRAM PELAYANAN KEUANGAN MIKRO LEMBAGA BINA SWADAYA DI KECAMATAN KIARACONDONG BANDUNG PROGRAM PELAYANAN KEUANGAN MIKRO LEMBAGA BINA SWADAYA DI KECAMATAN KIARACONDONG BANDUNG OLEH: USWATUN HASANAH 1 & RISNA RESNAWATY 2 1. Mahasiswa Program Studi Magister (S-2) Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Sektor Informal Konsep sektor informal berawal dari prakarsa seorang ahli antropolog asal Inggris yaitu Keith Hart, melalui studinya setelah mengamati

Lebih terperinci